rumus perhitungan darah untuk transfusi.docx

37
RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI Rumus : Hb normal – Hb pasien = hasil hasil x BB x jenis darah Keterangan : Hb normal = Hb yang diharapkan atau Hb normal Hb pasien = Hb pasien saat ini Hasil = hasil pengurangan Hb normal dan Hb pasien Jenis darah = darah yang dibutuhkan = PRC dikalikan 3 = WB dikalikan 6 And berikut ini ada rumus perhitungan darAh buat transfusi. Rumus : Hb normal – Hb pasien = hasilhasil x BB x jenis darah Keterangan: Hb normal = Hb yang diharapkan atau Hb normal Hb pasien = Hb pasien saat ini Jenis darah = darah yang dibutuhkan = PRC dikalikan 3 = WB dikalikan 6 Hasil = hasil pengurangan Hb normal dan Hb pasien Rumus Transfusi Darah 1. Whole Blood : 6 x ∂ Hb x BB 2. PRC : 3 x ∂ Hb x BB 3. Konsentrat : 0,5 x ∂ Hb x BB 4. FFP : 10 x ∂ Hb x BB 5. Cryopresipitat : 0,5 x ∂ Hb x BB Rumus Kebutuhan Albumin

Upload: akhmadfajrin

Post on 29-Nov-2015

4.060 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI.docx

RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI

Rumus Hb normal ndash Hb pasien = hasilhasil x BB x jenis darah

Keterangan Hb normal = Hb yang diharapkan atau Hb normal

Hb pasien = Hb pasien saat iniHasil = hasil pengurangan Hb normal dan Hb pasien

Jenis darah = darah yang dibutuhkan= PRC dikalikan 3= WB dikalikan 6

And berikut ini ada rumus perhitungan darAh buat transfusiRumus Hb normal ndash Hb pasien

= hasilhasil x BB x jenis darahKeteranganHb normal = Hb yang diharapkan atau Hb normal

Hb pasien = Hb pasien saat iniJenis darah = darah yang dibutuhkan

= PRC dikalikan 3= WB dikalikan 6 Hasil = hasil pengurangan Hb normal dan Hb pasien

Rumus Transfusi Darah

1 Whole Blood 6 x part Hb x BB2 PRC 3 x part Hb x BB3 Konsentrat 05 x part Hb x BB4 FFP 10 x part Hb x BB5 Cryopresipitat 05 x part Hb x BB

Rumus Kebutuhan Albumin

part Alb x [(BB x 40)100 ] x 2 = hellipgram

Rumus Menentukan ARDS

AaDO2 = [ (713 x FiO2) ndash 54pCO2 ] ndash pO2

KeteranganAaDO2 adalah Alveolar Arteriol O2 DifferenceFiO2 Udara bebas 02 Setiap kenaikan O2 1 liter + 004Nilai Normal 20 ndash 65Pneumonia 100 ndash 200ARDS gt 300

Obat Dalam ASI

Seorang ibu yang sedang menyusui terkadang memerlukan obat-obatan (antibiotik ataupun analgesik) untuk mengobati penyakit ringan seperti flu demam atau penyakit yang lama diderita misalnya tekanan darah tinggi asma atau kencing manis Lantas apakah ia harus tetap minum obat selama menyusui (dan bayinya diberi susu botol) atau sebaliknya si Ibu berhenti minum obat Pertanyaan seperti ini tidak jarang muncul di masyarakat

Kita semua menyadari bahwa air susu ibu adalah makanan terbaik bagi bayi Namun jika Ibu harus minum obat perlu diperhitungkan untung ruginya antara keuntungan buat si Ibu dan kerugian si bayi atau sebaliknya Hal ini mengingat adanya sejumlah obat yang jika diminum ibu yang sedang menyusui obat tersebut ikut keluar melalui ASI sehingga tanpa disadari terminum juga oleh bayi Keadaan ini kemungkinan menimbulkan pengaruh buruk bagi sang bayi

Jenis obat-obatan yang sama sekali tidak diperbolehkan berada dalam ASI adalah antineoplastik dan imunosupresif seperti siklosporin Namun azatioprin dan metotreksat dosis rendah untuk ibu yang sedang menyusui (dengan dosis mingguan-untuk mengobati rematik) dilaporkan relatif aman bagi bayi Dari golongan antibiotik yang perlu diperhatikan adalah kloramfenikol golongan tetrasiklin sulfonamid kinolon dan tinidazol (lihat tabel 1)

Tabel 1 Obat-obat yang sebaiknya dihindari selama menyusui

Antineoplastik imunosupresif Tetrasiklin sulfonamid kinolon kloramfenikoltinidazol Laksatif (fenolftalein) Radiofarmasi Anti tiroid Garam Emas Litium amiodaron aspirin Opiate (barbiturat benzodiazepin) Antagonis H2 Alkaloid Ergot

Kloramfenikol hendaknya dihindari bukan karena resiko grey baby syndrome mengingat kadarnya dalam plasma bayi terlalu rendah untuk menimbulkan gejala tersebut tetapi karena kemungkinan terjadinya depresi sumsum tulang sehingga produksi sel-sel darah berkurang Golongan tetrasiklin juga perlu dihindari karena terbukti menyebabkan gigi bayi berwarna kuning Khusus untuk bayi yang baru lahir keberadaan obat-obat golongan sulfonamid dalam ASI dapat menyebabkan kern-ikterus pada bayi Selanjutnya antibiotik golongan kinolon (misalnya norfloksasin dan siprofloksasin) dapat mengganggu proses penulangan pada bayi jika obat tersebut terdapat di dalam ASI Tinidazol tidak diperbolehkan bagi ibu hamil karena kadarnya di dalam plasma janin cukup besar untuk menimbulkan kanker dan mutagenensis

Masih banyak sederetan obat lain yang sebaiknya dihindari oleh ibu yang sedang menyusui Misalnya obat pencahar (laksatif) yang mengandung fenolftalein hendaknya dihindari karena dapat menyebabkan kanker pada bayi Bahan radioaktif misalnya Iodin dapat terakumulasi dalam ASI Obat anti tiroid (karbimazol) sebaiknya tidak diminum karena dapat menekan kelenjar tiroid bayi Garam-garam Emas hendaknya dihindari karena lama dikeluarkan dari tubuh bayi dan ada kemungkinan menyebabkan rash radang hati dan ginjal Litium tidak diperkenankan karena menekan syaraf pusat mengingat kadarnya dalam ASI mirip dengan kadarnya dalam plasma ibunya sehingga dikhawatirkan terjadi hipotonia pada bayi Penekan syaraf lainnya seperti golongan barbiturat dan benzodiasepin tidak dianjurkan karena waktu paroh eliminasinya lama Amiodaron (sangat larut dalam lemak dan volume distribusinya besar) lebih dari 30 dijumpai di dalam ASI sedangkan aspirin juga bisa berada dalam ASI dengan resiko Reyes Syndroma pada bayi Obat lain seperti simetidin oleh perkumpulan dokter anak di Amerika dilarang diberikan kepada ibu menyusui karena terakumulasi di dalam ASI meskipun makna klinisnya belum diketahui Akhirnya alkaloid ergot dan turunannya bisa menyebabkan ergotismus pada bayi

Beberapa obat yang tergolong sebagai obat yang relatif aman tercantum pada tabel 2 berikut

Tabel 2 Obat-obat yang relatif aman selama masa menyusui pada dosis lazim(a

Analgesik (parasetamol (b morfin) Antikonvulsan (Na valproat(b klonazepam(b) Antidepresan (nortriptilin(b imipramin desipramin(b amitriptilin Doxepin) Antihistamin (loratadin triprolidin) Penekan (metoprolol(b labetolol propranolol) Ca antagonis (verapamil diltiazem) Antihipertensif lain (hidralazin minoksidil(b) Antibiotik (amoksisilin seflaklor sefalosporin eritromisin(b) Antimalaria (meflokuin hidroksiklorokuin(b) Kortikosteroid (prednison) AINS (diklofenak ibuprofen indometasin asam mefenamat) Lain-lain (metroteksat dosis rendah digoksin laksatif tak terabsorbsi asiklovir terbutalin asam folat

sukralfat antasid insulin warfarin(b)

Keterangan (a Kadar maksimum pada bayi kurang dari 10 kadar plasma ibu (b Kadar maksimum pada bayi antara 10 - 50 kadar plasma ibu

Seperti yang terlihat pada tabel 2 cukup banyak obat-obatan yang diperbolehkan bagi ibu yang sedang menyusui karena terhitung aman untuk bayi sehat dan lahir normal Maksudnya jumlah obat yang diterima bayi melalui ASI kurang dari 10 dosis yang diminum ibunya (berdasarkan mgkg berat badan) Namun jika bayinya prematur atau ibunya mengalami over dosis hal ini dapat beresiko bagi bayinya Jika mungkin pilihlah obat yang mempunyai waktu paro eliminasi pendek atau jika memungkinkan minumlah obat di malam hari sewaktu bayi sedang tidak memerlukan ASI

Formula lepas lambat atau obat dan metabolit yang memiliki waktu paro panjang sebaiknya dihindari Dalam hal ini metronidazol masih menjadi kontroversi sebab secara invitro menimbulkan mutagenesis Juga tidak boleh diabaikan meski kasusnya jarang yaitu pengaruh tidur yang berkepanjangan pada bayi ketika ibunya menggunakan doxepin 75 mg perhari atau timbulnya konvulsi sewaktu ibunya meminum indometasin pada dosis lazim

Dari uraian di atas sangat dianjurkan bagi ibu-ibu yang sedang menyusui untuk lebih berhati-hati minum obat agar tidak terjadi penyesalan di kemudian hari

Tabel Obat yang lazim digunakan dan ekskresinya dalam air susu ibuObat Efek pada bayi KomentarAmpisilin Minimum Tanpa efek samping bermakna mungkin kejadian diare atau sensitisasi alergiAspirin Minimum Dosis sekali mungkin aman Dosis tinggi mungkin menimbulkan konsentrasibermakna dalam ASIDiazepam Bermakna Akan menyebabkan sedasi pada bayi yang minum ASI dapat timbulakumulasi pada neonatusDigoksin Minimum Jumlah yang memasuki ASI tidak bermaknaDikumarol Minimum Tidak dilaporkan efek samping mungkin bijaksana mengawasi waktuprotrombin bayiEtanol Sedang Ibu yang minum dalam jumlah sedang tak mungkin menimbulkan efek padabayi ibu yang mengkonsumsi dosis besar dapat menimbulkan efek alkoholpada bayiFenitoin Sedang Jumlah yang memasuki ASI mungkin cukup untuk menimbulkan efek sampingpada bayiFenobarbital Sedang Dosis hipnotik dapat menyebabkan sedasi pada bayiHeroin Bermakna Memasuki ASI dan dapat memperpanjang ketergantungan narkotik neonatalIsoniazid (INH) Minimum Konsentrasi ASI sama dengan konsentrasi plasma ibu mungkin timbuldefisiensi piridoksin pada bayiKafein Minimum Aman masukan kafein tingkat sedang konsentrasi dalam ASI sekitar 1dosis total yang diminum ibuKanamisin Minimum Tidak dilaporkan efek sampingKloral hidrat Bermakna Bisa menimbulkan mengantuk jika ASI diminum pada saat konsentrasi

puncak obatKloramfenikol Bermakna Konsentrasi terlalu rendah untuk menimbulkan Grey Syndrome mungkin adasumsum tulang direkomendasikan untuk tidak meminum kloramfenikolselama menyusuiKlorotiazid Minimum Tidak dilaporkan efek sampingKlorpromazin Minimum Tampak tak bermaknaKodein Minimum Tidak dilaporkan efek sampingKontrasepsi oral Minimum Akan menekan laktasi dalam dosis tinggiLitium Bermakna Hindari penyusuanMetadon Bermakna (Lihat heroin) Dengan pengawasan dokter yang ketat penyusuan dapatdilanjutkan Tanda putus opiat pada bayi bisa timbul jika ibu mengehentikanminum metadon atau menghentikan penyusuan mendadakPenisilin Minimum Konsentrasi sangat rendah dalam ASIPrednison Sedang Dosis ibu yang rendah mungkin aman Dosis 2 kali jumlah fisiologik atau lebihmungkin harus dihindariPropranolol Minimum Jumlah sangat kecil memasuki ASIPropiltiourasiltiourasilBermakna Dapat menekan fungsi tiroid pada bayiSpironolakton Mimimum Jumlah sangat kecil memasuki ASITeofilin Sedang Dapat memasuki ASI dalam jumlah sedang tapi tidak menimbulkan efekbermaknaTetrasiklin Sedang Mungkin mewarnai gigi yang sedang berkembang pada bayi secarapermanen Harus dihindari selama laktasiTiroksin Minimum Tanpa efek samping dalam dosis terapiTolbutamin Minimum Konsentrasi rendah dalam ASIWarfarin Minimum Jumlah sangat kecil ditemukan dalam ASIYodium(radioaktif)Bermakna Memasuki ASI dalam jumlah mencukupi untuk menyebabkan penekanantiroid pada bayiSumber Katzung BG (1987) Basic and Clinical Pharmacology 3rd edition Appleton and LangeNorwalk

Hal-hal Terbaru Tentang Transfusi Darah

Ronald D Miller MD

Sejak dikenalnya hepatitis non A non B (HCV) sebagai komplikasi mayor transfusi

darah penyebab infeksi lainnya seperti HTLV-I (human T-cell leukemiavirus

limfoma tipe I) and CMV (sitomegalovirus) timbul bersama infeksi yang paling

menghancurkan yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Syndrome (AIDS)

Infektifitas darah homolog telah menyebabkan pergeseran perhatian dari

menyempurnakan prosedur pencocokan silang dan mencegah reaksi transfusi ke

permasalahan yang berkisar antara pencegahan penyakit yang ditularkan melalui

transfusi dan immunosupresi yang diinduksi oleh transfusi hingga mempertanyakan

apakah banyak transfusi darah homolog benar-benar berindikasi klinis Data tahun

1996 menunjukkan bahwa resiko infeksi dari darah homolog telah berkurang secara

bermakna (Tabel 1) Hal ini utamanya disebabkan oleh luasnya pengujian pada

seluruh darah yang didonasikan (Tabel 2) Walaupun belum diukur dengan yang

teliti pengujian yang diperbaiki (misalnya pengujian molekular dan inaktifasi viral)

dengan menggunakan pengujian yang mengidentifikasi asam-asam nukleat virus

window period (Tabel 1) menurun secara bermakna dan insidensi HIV dan hepatitis

berkurang hingga kurang lebih 11000000 Sebelum meninjau status produk-

produk darah sintetik pernyataan berbagai konsep pada kedokteran transfusi akan

diperiksa

Tabel 1 Persentase Resiko Infeksi yang Ditularkan melalui Transfusi dengan Unit

Penyaring Darah di Amerika Serikat

Resiko Window Period (hari)

1 HIV 1493000 22

2 HTLV 1641000 51

3 Cytomegalovirus lt10 dengan cepat

4 HCV 1103000 82

5 HBV 163000 59

6 Resiko infeksi agregat 134000 mdashmdash

HIV = human immunodeficiency virus tipe 1

HTLV = human T-cell lymphotropic virus

HCV = virus hepatitis C

HBV = virus hepatitis B

88 HBV amp HCV

Tabel 2 Pengujian Penyakit Infeksi terhadap Darah Transfusi H

1 Pengujian diskontinuitas alanin aminotransferase

2 Pengujian antibodi hepatitis C

3 Antibodi terhadap antigen inti hepatitis B

4 HIV-1

5 HIV-2

6 HTLV III

7 Pengujian serologik terhadap sifilis

H dari JAMA 1995 274 1374

HIV = human immunodeficiency virus

HTLV = human T-cell lymphotropic virus

I Indikasi untuk Transfusi Darah

Indikasi untuk transfusi darah makin dipertanyakan Transfusi darah biasanya

diberikan untuk meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen dan volume

intravaskular Walaupun demikian berdasarkan teori peningkatan volume vaskular

seharusnya bukan merupakan suatu indikasi untuk transfusi darah karena volume

intravaskular dapat diperbesar dengan pemberian cairan yang tidak menularkan

infeksi (misalnya kristaloid atau koloid) Sehingga peningkatan kapasitas

pengangkutan oksigen merupakan satu-satunya indikasi nyata untuk transfusi

darah Dari segi praktisnya bila seorang pasien mengalami perdarahan darah

tepatnya diberikan untuk meningkatkan baik kapasitas pengangkutan oksigen dan

volume intravaskular Secara kritis berapa nilai hematokrit hemoglobin yang

diperlukan untuk kapasitas pengangkutan O2 Dalam sejarah hematokrit kurang

dari 30 (atau hemoglobin kurang dari 10 gdl) menunjukkan kebutuhan untuk

transfusi darah perioperatif Bagaimanapun juga ketakutan pada tahun-tahun

terakhir akan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh transfusi khususnya

Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) menyebabkan peninjauan ulang

terhadap indikasi ini Jelaslah transpor oksigen dapat dipertahankan dengan

hematokrit hingga 20 Dengan anggapan volume intravaskular normal dan respon

kompensasi kardiovaskular normal (contohnya takikardi) Baru-baru ini National

Institutes of Health Consensus Conference berpendapat bahwa pasien-pasien sehat

dengan hematokrit lebih besar daripada 30 jarang membutuhkan transfusi darah

perioperatif sedang pasien-pasien tersebut dengan anemia akut (misalnya

kehilangan darah intraoperatif) dengan hematokrit kurang dari 21 seringkali

membutuhkan transfusi darah Defenisi akhir kadar hematokrit atau hemoglobin

yang dibutuhkan untuk melakukan transfusi darah harus berdasarkan pada banyak

faktor seperti status kardiovaskular umur kehilangan darah yang diantisipasi

oksigenasi arterial cardiac output dan volume darah Yang lebih memperumit

permasalahan ini indikasi untuk transfusi darah mungkin juga tergantung pada

sumber darah Sebagai contoh indikasi-indikasi untuk darah autolog mungkin lebih

liberal karena tidak akan menyebarkan penyakit (misalnya hepatitis dan AIDS)

dibandingkan dengan darah homolog Bagaimanapun juga darah autolog sebaiknya

tidak dipandang sepenuhnya aman karena adanya kemungkinan kesalahan klinis

dan reaksi hemolitik sesudah transfusi

Pada bulan Juli 1989 FDA Drug Bulletin memberikan panduan keras untuk

pemberian sel darah merah Bulletin tersebut menyatakan bahwa ldquokapasitas

pengangkutan oksigen adekuat dapat dipenuhi dengan hemoglobin 7 gdl atau

bahkan lebih kurang bila volume intravaskular adekuat untuk melakukan perfusirdquo

Ada kondisi medis yang dapat membenarkan pemberian darah untuk mencapai

hemoglobin yang lebih tinggi (misalnya penyakit arteri koroner) Meskipun

demikian kekhawatiran bahwa transfusi darah seringkali diberikan secara tidak

tepat sehingga diperlukan penelitian yang lebih cermat terhadap praktek transfusi

Sebagai contoh banyak komite transfusi rumah sakit mengadakan pemeriksaan

ulang pada pasien-pasien didapatkan hematokrit postoperatif lebih tinggi dari

normal (33-34 ) dan menerima darah sehingga perlu ditinjau kembali indikasi

pemberian transfusi darah Peninjauan ini dilakukan untuk menentukan apakah

darah telah diberikan dengan tepat Bila ditemukan transfusi yang tidak tepat baik

dokter dan komite transfusi akan mengevaluasi lebih lanjut ketepatan transfusi

tersebut Sehingga seorang dokter ahli anestesi harus menyatakan secara jelas

dalam status rumah sakit alasan pemberian transfusi darah

Yang terbaru biasanya pada pasien-pasien perawatan intensif beberapa kelompok

telah mencoba mendefenisikan keadaan dimana transfusi darah sebaiknya

diberikan dengan mengukur oksigenasi jaringan dan hemodinamik (contohnya

peningkatan konsumsi oksigen sebagai respon terhadap kandungan oksigen) Tidak

ada pengukuran spesifik yang dapat secara konsisten memperkirakan kapan

seorang pasien diuntungkan oleh transfusi darah

Walaupun demikian terdapat bukti bahwa kualitas (contohnya umur) dan

peningkatan kapasitas oksigen (misalnya hemoglobin lebih tinggi dari 10 gdl)

dapat menguntungkan pasien yang sangat tidak sehat Kenyataannya satu

penelitian menemukan bahwa bila darah yang disimpan lebih dari 15 hari diberikan

akan terjadi iskemia limpa

Lebih baru lagi konsep yang ditegaskan oleh Purdy et al menyatakan bahwa

pasien-pasien yang menerima darah yang berumur 17 hari dibandingkan dengan

darah yang berumur 25 hari mempunyai tingkat kelangsungan hidup yang lebih

tinggi Pengaruh usia darah yang diberikan akan didiskusikan nanti pada presentasi

ini

Mungkin indikator lebih sensitif terhadap oksigenasi jaringan (misalnya pH

intramukosal) dapat menjadi indikasi untuk transfusi darah Menggunakan data

pada sebuah populasi pembedahan orthopedik variasi kadar hemoglobin tidak

berhubungan dengan lamanya hospitalisasi Namun atlit yang terlatih dan pasien-

pasien kardiak postoperatif mengalami perbaikan kemampuan fisik bila kadar

hemoglobin ditingkatkan Sebaliknya Weiskopf et al menemukan pada pasien-

pasien yang sehat penurunan konsentrasi hemoglobin hingga 50 gdl tidak

menyebabkan adanya bukti oksigenasi yang tidak adekuat Bagaimanapun juga

pasien-pasien ini tidak dipermasalahkan dengan stress pemulihan dari pembedahan

dan anesthesia Bagaimanapun juga Weiskopf et al menemukan bahwa pasien

yang tidak dapat meningkatkan cardiac outputnya dengan cara meningkatkan

denyut jantungnya sebaiknya menerima transfusi hingga kadar hemoglobin lebih

dari 10 gdl Sayangnya tidak dapat dihasilkan kesimpulan tepat dari data yang

sangat berguna tapi bersifat usulan ini

American Society of Anesthesiologists (ASA) telah mengembangkan Panduan

Praktek untuk Terapi Komponen darah Rekomendasi ASA untuk transfusi darah

adalah

Rekomendasi Sel Darah Merah

Organisasi tersebut menyimpulkan bahwa

1 Transfusi jarang diindikasikan bila konsentrasi hemoglobin lebih besar dari 10

gdL dan hampir selalu diindikasikan bila kurang dari 6 gdL khususnya bila anemia

akut

2 Apakah konsentrasi hemoglobin sedang (6-10 gdL) membutuhkan transfusi sel

darah merah harus berdasarkan resiko pasien terhadap komplikasi-komplikasi

oksigenasi yang tidak adekuat

3 Tidak disarankan hanya menggunakan pemicu hemoglobin untuk pasien yang

gagal memperbaiki semua faktor-faktor fisiologis dalam pembedahan penting yang

dapat mempengaruhi oksigenasi

4 Bila keadaan tepat penggunaan darah autolog preoperatif intraoperatif dan

postoperatif hemodilusi akut normovolemik hipotensi yang disengaja dan obat-

obatan dapat saja menguntungkan

5 Indikasi untuk transfusi sel darah merah autolog mungkin lebih baik daripada sel

darah merah alogenik karena resiko transmisi penyakit yang lebih rendah

Panduan ini menekankan pentingnya penetapan resiko pasien terhadap komplikasi

yang berhubungan dengan oksigenasi yang tidak adekuat suatu konsep yang lebih

ditekankan baru-baru ini Lebih lanjut beberapa organisasi menekankan

penggunaan tanda-tanda vital dan kehilangan darah sebagai indikator

Print Pengelompokan American College of Surgeons terhadap perdarahan Akut

Faktor I II III IV

Kehilangan darah ml up to 750 750-1500 1500-2000 ge2000

Kehilangan darah BV up to 15 15-30 30-40 ge40

Denyut nadi per menit gt100 gt100 gt120 ge140

Tekanan darah (mm Hg) Normal Normal Menurun Menurun

Tekanan nadi Normalmeningkat Menurun Menurun Menurun

Tes pengisian kapiller Normal Positif Positif Positif

Pernapasan per menit 14-20 20-30 30-40 gt35

Urine mljam ge30 20-30 5-10 dpt diabaikan

SSP (status mental) Sedikit gelisah Cukup gelisah Gelisah bingung Bingung letargi

Penggantian cairan (hukum 31) Kristaloid Kristaloid Kristaloid + darah Kristaloid

+darah

Panduan yang lebih sederhana akan sangat menolong Sebagai contoh dengan

bantuan Habibi et al panduan berikut disarankan bahwa pemberian satu unit PRC

akan meningkatkan hematokrit 3-5 Indikasinya adalah

Kehilangan darah gt 20 volume darah bila lebih dari 1000 ml

Hemoglobin lt 8 gdL

Hemoglobin lt 10 gdL dengan penyakit berat (misalnya emfisema penyakit

jantung iskemik)

Hemoglobin lt 10 gdL dengan darah autolog

Hemoglobin lt 12 gdL dan tergantung ventilator

Pertimbangannya peningkatan kapasitas pengangkutan oksigen lebih penting

daripada peningkatan volume intravaskular Karena itu penulis menekankan

pentingnya penetapan hemoglobin atau hematokrit Anjuran banyak bank darah

darah autolog lebih baik dibanding darah alogenik

II Darah Autologous dibandingkan dengan Darah Alogenik

Secara mengejutkan ada pendapat bahwa darah autolog tidak lebih aman

dibandingkan dengan darah alogenik (misalnya dari resiko infeksi) Karena itu

program darah autolog dapat saja dihapuskanSatu contoh dari penelitian seperti

itu adalah pasien-pasien histerektomi Kanter et al menemukan bahwa 25 dari 140

pasien yang mendonorkan darahnya dirinya harus ditransfusi kembali sedangkan

dari 123 pasien yang tidak mendonorkan darahnya sendiri hanya 1 yang perlu

ditransfusi Karena itu disimpulkan bahwa darah autolog sebelum operasi lebih baik

dihapuskan karena akan meningkatkan resiko transfusi darah alogenik Lebih lanjut

mereka membantah bahwa darah autolog tidak mempunyai resiko Satu dari

16000 donasi darah autolog mengalami reaksi yang cukup berat yang

membutuhkan perawatan di rumah sakit Kenyataannya beberapa komplikasi yang

berhubungan dengan transfusi darah autolog ada pada daftar di bawah

1 Anemia

2 Iskemia miokardial preoperatif dari anemia

3 Unit yang salah (1100000)

4 Transfusi darah yang lebih sering

Saran untuk pembatasan transfusi darah autolog tidak meliputi imunosupresi (lihat

diskusi selanjutnya) atau penyebaran infeksi dalam darah alogenik Sebagai contoh

dari tahun 1986 hingga 1991 ada 182 kegawatan yang berhubungan transfusi

dilaporkan ke FDA 29 (16) diantaranya disebabkan oleh kontaminasi bakterial 10

kasus infeksi Yersinia enterokolitika yang dilaporkan Hampir semua dengan darah

alogenik walaupun dua pasien juga mendapatkan darah autolog Sehingga

disimpulkan bahwa darah alogenik juga cukup beresiko

III Koagulasi

Dokter ahli anestesi mengetahui bahwa kecenderungan perdarahan sering terjadi

pada pasien-pasien yang ditransfusi secara masif Koagulopati ini disebabkan oleh

kombinasi banyaknya volume darah yang diberikan dan lamanya hipotensi atau

hipoperfusi Pasien-pasien dengan perfusi baik dan tidak hipotensi untuk jangka

waktu yang lama (misalnya gt 1 jam) dapat mentolerir banyak unit darah tanpa

menyebabkan koagulopati Nyatanya banyak pasien yang telah menerima lebih

dari 100 unit darah bertahan dengan perubahan kecil pada koagulasi Jelasnya

pasien yang hipotensif dan menerima banyak unit darah kemungkinan terjadi

koagulopati baik karena DIC maupun karena berkurangnya faktor-faktor koagulasi

karena penyimpanan darah di bank darah

Thrombositopenia dilusi merupakan penyebab diatesis hemoragik pada pasien yang

menerima banyak unit darah Walaupun penekanan utama pada hitung thrombosit

beberapa pengarang mempertanyakan peranan thrombositopenia pada koagulopati

pada pasien-pasien yang ditransfusi secara masif Mereka secara tepat menunjuk

bahwa hitung thrombosit jarang menurun serendah yang diperkirakan dari

pengenceran saja Hal ini mungkin karena thrombosit dilepaskan ke dalam sirkulasi

dari limpa sumsum tulang dan karena adanya thrombosit non fungsional Lebih

lanjut Reed et al menemukan tidak ada keuntungan pemberian thrombosit

profilaksis selama transfusi masif Thrombosit sebaiknya jangan diberikan untuk

memperbaiki hasil pemeriksaan laboratorium pada keadaan thrombositopenia

kecuali pada keadaan koagulopati klinis

Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa FFP tetap diberikan untuk pengobatan

koagulopati yang disebabkan oleh transfusi Keseluruhan peningkatan penggunaan

FFP pada tahun 1970an menyebabkan National Institutes of Health (NIH)

mengadakan konferensi untuk membahas masalah ini pada tahun 1985 Konferensi

ini menyimpulkan bahwa pemberian FFP sebagai bagian dari terapi koagulopati

yang disebabkan oleh transfusi darah masif hanya sedikit yang dapat dibuktikan

kebenarannya Bila dokter tetap ingin memberikan FFP kriteria berikut harus

ditetapkan

1 Perdarahan menyeluruh yang tidak dapat dikendalikan dengan jahitan bedah

atau kauter

2 PTT paling kurang 15 kali dari normal

3 Hitung thrombosit lebih besar daripada 70000mm (untuk menjamin bahwa

thrombositopenia bukan merupakan penyebab perdarahan)

Buletin Obat FDA baru (Juli 1989) menyimpulkan bahwa FFP sebaiknya jangan

diberikan

1 Untuk ekspansi volume sebagai suplemen nutrisi

2 Profilaksis dengan transfusi darah masif

3 Profilaksis setelah operasi By Pass

Yang lebih baru lagi ASA menyarankan pemberian FFP dengan panduan berikut

1 Untuk reversal mendesak terapi warfarin

2 Untuk koreksi defisiensi faktor pembekuan yang tidak diketahui bila konsentrat

spesifik tidak tersedia

3 Untuk koreksi perdarahan mikrovaskular bila ada peningkatan PT atau APTT

(gt15 kali normal)

4 Untuk koreksi perdarahan mikrovaskular sekunder terhadap defisiensi faktor

pembekuan pada pasien-pasien yang ditransfusi dengan lebih dari satu volume

darah dan bila PT dan PTT tidak dapat diperiksa

5 FFP harus diberikan dalam dosis yang dihitung untuk mencapai konsentrasi faktor

plasma minimum 30 (biasanya dicapai dengan pemberian FFP 10-15 mLkg )

kecuali untuk reversal mendesak antikoagulasi warfarin dimana FFP 5-8 mlkg

biasanya mencukupi Satu unit darah segar menyediakan faktor-faktor koagulasi

yang sama dengan yang terkandung dalam satu unit FFP

6 FFP dikontraindikasikan untuk tambahan volume plasma atau konsentrasi

albumin

Kesimpulan diatas berdasarkan anggapan bahwa yang diberikan adalah darah

lengkap Kebanyakan penelitian memeriksa pengaruh transfusi masif darah lengkap

pada koagulasi karena banyak pusat trauma menggunakan darah lengkap Murray

et al secara khusus mempertanyakan penggunaan PRC untuk kehilangan darah

yang banyak Pada penggunaan PRC kadar fibrinogen menurun signifikan

kebalikan dari penggunaan darah lengkap dimana kadar fibrinogen tetap tidak

berubah kecuali ada DIC (koagulasi inravaskular diseminata) Walaupun seluruh

faktor-faktor koagulasi menurun penurunan tidak sebanyak yang diperkirakan

karena pengenceran Mereka merasa bahwa faktor-faktor seperti VIII mungkin

disimpan dalam sel-sel endotelial dan dilepaskan dari endotelium selama stress

pembedahan Bila PRC digunakan untuk mengganti kehilangan darah mayor dokter

dapat mencoba memberikan FFP secara profilaksis Bagaimanapun juga Murray et

al secara khusus menyarankan untuk tidak mengikuti kebijaksanaan ini tetapi

menyatakan bahwa FFP hanya dibutuhkan bila PT dan PTT paling kurang 15 kali

normal dan kadar fibrinogen kurang dari 75 mgdL Penelitian terbaru oleh Murray

et al menunjukkan bahwa bila kehilangan volume intravaskuler digantikan dengan

PRC dan kristaloid PT dan PTT seringkali melebihi 15 kali normal

Baru-baru ini tiga pilihan dipertimbangkan oleh kebanyakan bank darah

A Detergen Pelarut Plasma dari donor multipel dikumpulkan dan diberikan

campuran pelarut penghancur lemak (tri-n-butil fosfat) dan detergen (triton x-100)

untuk menginaktivasi sampul lipid penyebab infeksi termasuk HIV HTLV HCV HBV

Baru-baru ini (1998) tersedia di Palang Merah Mempunyai beberapa kekurangan

termasuk pengumpulan yang dapat menyebabkan kontaminasi penyebab infeksi

yang beramplop

B Plasma donor tunggal yang diuji kembali untuk mempersiapkan FFP Unit (donasi

pertama) disimpan bila seluruh riwayat dan penyebab penyakit infeksi negatif Unit

tersebut tidak dilepaskan untuk digunakan hingga donor yang sama

menyumbangkan unit kedua lebih dari 3 bulan setelah donasi pertama dan lolos

pada pengujian serologik Saat itu unit pertama dilepaskan Unit kedua tidak

digunakan hingga orang tersebut kembali lebih dari 3 bulan kemudian untuk donasi

ketiga dan lolos kembali seluruh pengujian Saat itu unit kedua dapat digunakan

Pendekatan ini mempunyai keuntungan yang jelas tetapi pemberiannya rumit

C Plasma yang sering didonorkan Suatu hubungan terbalik terjadi antara jumlah

donasi yang diberikan seseorang dengan kemungkinan menjadi sero positif

Hubungan ini tidak saling bergantung pada waktu dimana donasi diberikan Yang

tampaknya mencapai reduksi maksimum insidensi sero positif pada lebih dari 4

donasi Perkiraannya adalah bahwa reduksi sero positif (dan karena itu transmisi)

hingga 13-12 gambaran saat ini

Pilihan diatas diadakan pada pertemuan di University of California San Fransisco

Transfusion Committee dan dokter akan mempunyai banyak pilihan plasma yang

lebih aman untuk pasien

IV Imunosupresi

Transfusi darah homolog menimbulkan suatu reaksi imunosupresif nonspesifik pada

resipien Efek ini bersifat terapi untuk resipien transplantasi ginjal Namun banyak

pengarang telah mengemukakan data untuk menunjukkan bahwa transfusi darah

meningkatkan suseptibilitas terhadap infeksi dan peningkatan progresi tumor

malignan Walaupun banyak faktor dapat terlibat pada pasien yang sakit keras

(misalnya pasien-pasien yang menerima transfusi darah kemungkinan punya

penyakit yang lebih luas dan invasif) bukti meyakinkan bahwa ada hubungan

antara transfusi preoperatif dan rekurensi tumor atau bertahan hidup pada pasien-

pasien dengan berbagai jenis kanker sebagaimana ditinjau oleh Schricmer et al

Mekanisme dan efek dari kanker ini tidak diketahui tetapi berhubungan dengan

peningkatan sintesis prostaglandin E penurunan generasi interleukin 2 dan produk

degradasi fibrinogen pada FFP Penemuan lanjut ini menimbulkan kekhawatiran

tentang pemberian FFP pada pasien-pasien yang imunitasnya ditekan Blumbert et

al menemukan bahwa pasien-pasien yang ditransfusi dengan PRC bertahan hidup

lebih baik daripada pasien-pasien yang menerima darah lengkap Hasilnya

Schriemer et al menyarankan untuk memberikan PRC dibanding darah lengkap bila

transfusi diindikasikan pada pasien-pasien kanker

Terbaru Landers et al telah meninjau mekanisme imunomodulasi yang disebabkan

tranfusi (Tabel 3) dan penurunan fungsi imun setelah transfusi darah alogenik atau

homolog (Tabel 4)

Table 3 Mekanisme Modulasi Imun yang ditimbulkan oleh Transfusi

Penumpukan Fe pada sistem RE mengakibatkan berbagai perubahan

Penurunan aktifitas makrofag yang dapat menangkap antigen kelas II oleh

monosit yang memproduksi prostaglandin E2 sehingga menghambat produksi IL-2

Inhibisi interleukin-2 oleh limfositT akan menurunkan stimulasi sel B dan produksi

antibodi

Teori deplesi klonal ndash sel-sel yang rusak akan menolak proses graft

Penurunan produksi limfosit T supressor

Pembentukan anti-idiotipik T cell receptor atau antibodi yang dapat melawan

antigen pada transfusi darah akan bangkit dan membentuk antigen yang baru

Dari Landers etal Anesth Analg 199682187

Table 4 Penurunan Fungsi Imun akibat Transfusi Darah Allogenik

Pengurangan respon limfosit

Penurunan produksi sitokin

Penurunan respon terhadap mitogen (subtansi yang menstimulasi mitosis dan

perubahan limfosit) atau antigen larut in vivo atau in vitro

Peningkatan jumlah atau fungsi sel supresor

Penurunan aktivitas sel pembunuh alami

Penurunan fungsi monosit

Penurunan sitotoksisitas yang di mediasi sel terhadap sel-sel target tertentu

Peningkatan produksi mediator dan antibodi anti idotipik supresif

Dari Landers etal Anesth Analg 199682187 (33)

V Terapi Komponen

A Thrombosit

Sebagiamana diindikasikan sebelumnya terdapat kekhawatiran bahwa produk-

produk darah homolog telah diberikan secara tidak tepat FDA Drug Bulletin Juli

1989 mencoba memberi panduan dan menyatakan bahwa thrombosit tidak boleh

diberikan

1 Kepada pasien-pasien dengan ITP (kecuali bila ada perdarahan yang mengancam

jiwa)

2 Profilaksis transfusi darah massif

3 Profilaksis pada cardiopulmonar bypass

FDA tidak menyatakan bahwa pada pasien yang menjalankan pembedahan atau

prosedur invasif lain tidak diuntungkan dari transfusi thrombosit profilaksis bila

hitung thrombosit paling kurang 50000mm3 dan thrombositopenia merupakan

satu-satunya kelainan

ASA task force baru-baru ini menyarankan bahwa

1 Transfusi thrombosit profilaksis tidak efektif dan jarang kali diindikasikan bila

thrombositopenia berhubungan dengan peningkatan destruksi thrombosit

(misalnya ITP)

2 Tranfusi thrombosit profilaksis jarang diindikasikan pada pasien-pasien bedah

dengan thrombositopenia yang berhubungan dengan penurunan produksi

thrombosit bila hitung thrombosit lebih besar daripada 100000mm3 dan biasanya

diindikasikan bila hitung thrombosit lebih rendah dari 50000mm3 Penentuan

apakah pasien-pasien dengan hitung thrombosit pada tingkat menengah (50000-

100000mm3) membutuhkan terapi harus berdasarkan pada resiko perdarahan

3 Pasien-pasien bedah dan obstetrik dengan perdarahan mikrovaskular biasanya

membutuhkan transfusi thrombosit bila hitung thrombosit lebih kecil dari

50000mm3 dan jarang membutuhkan transfusi bila lebih besar dari 100000mm3

Jika hitung thrombosit antara 50000-100000mm3) penentuan harus didasarkan

pada resiko pasien untuk perdarahan yang lebih signifikan

4 Persalinan pervaginam atau operatif dengan kehilangan darah yang sedikit dapat

dilakukan pada pasien-pasien dengan hitung thrombosit kurang dari 50000mm3

5 Transfusi thrombosit dapat diindikasikan bila hitung thrombosit cukup tetapi

terdapat disfungsi thrombosit dan perdarahan mikrovaskular

Transfusi thrombosit dibutuhkan untuk pasien-pasien dengan perdarahan sistemik

dan untuk pasien-pasien dengan resiko tinggi perdarahan yang disebabkan oleh

gangguan koagulasi sepsis atau disfungsi thrombosit yang berhubungan dengan

pengobatan atau penyakit Jelasnya maksudnya adalah untuk membuat dokter

lebih tepat dalam menetapkan indikasi transfusi thrombosit Karena peningkatan

kekhawatiran tentang kontaminasi bakterial kini sangat disarankan tiap pasien

yang menjadi demam setelah menerima konsentrat thrombosit harus dianggap

septik hingga terbukti sebaliknya

B Kriopresipitat

Kriopresipitat mengandung faktor VIIIC (aktivitas prokoagulan) faktor VIIIvWF

(faktor von Willebrand ) fibrinogen faktor XIII dan fibronektin yang merupakan

glikoprotein yang berperan pada peningkatan aktivitas sistem RES dalam

membunuh partikel asing dan bakteri dari darah

Terdapatnya fibrinogen yang rendah pada PRC sehingga ASA task force

menyarankan pemberian kriopresipitat untuk

1 Profilaksis pada pasien-pasien non perdarahan perioperiatif atau peripartum

dengan defisiensi fibrinogen kongenital atau penyakit von Willebrand yang tidak

berespon terhadap DDAVP (bila memungkinkan keputusan ini harus dibuat dengan

konsultasi dengan hematolog pasien tersebut)

2 Pasien-pasien perdarahan dengan penyakit von Willebrand

3 Koreksi perdarahan mikrovaskular pada pasien-pasien dengan transfusi massif

dengan konsentrasi fibrinogen kurang dari 80-100 mgdL (atau bila konsentrasi

fibrinogen tidak dapat diukur pada saat itu)

Darah lengkap harus diberikan pada transfusi darah massif karena PRC kurang

mengandung faktor koagulasi

Konsentrat faktor VIII merupakan terapi standar untuk hemofilia Teknik rekombinan

DNA terbaru telah digunakan untuk mengembangkan faktor VIII yang bebas

transmisi penyakit

VI Komplikasi

Dengan memperhitungkan pertimbangan di atas insidensi dari reaksi yang

merugikan adalah

Reaksi yang merugikan terhadap Transfusi

Tipe reaksi Insidensi

Reaksi febril 1 dari transfusi PRC

Reaksi alergi (urtikaria) 20 dari transfusi platelet

Rekasi transfusi hemolitik akut 11000 reaksi transfusi

Rekasi transfusi lambat ~ 133000 U PRC

Penyakit graft vs host (GVHD) ~ 12500 U PRC

Udem paru akut yang berhubungan

dengan transfusi (TRALI) 110000 U PRC

Dari Principles of Anesthetic Techniques and Anesthetic Emergencies

Darah yang telah bersih dari leukosit dapat menurunkan kejadian imunosupresi dan

insidensi banyak reaksi transfusi

VII Darah Sintetik

Karena banyak masalah termasuk yang terdaftar di atas dengan allogenik banyak

perusahaan mencoba membuat hemoglobin sintetik Produk ini telah diberikan pada

sukarelawan manusia dan pasien-pasien dengan keberhasilan yang cukup Hal ini

diungkapkan oleh Dietz et al pada Anesthesia amp Analgesia Februari 1996 Dasarnya

produk-produk ini

1 Larutan hemoglobin bebas stroma yang mengandung sejumlah modifikasi dari

molekul hemoglobin

2 Hemoglobin rekayasa genetik (misalnya Ecoli menghasilkan sel darah merah

manusia)

3 Larutan hemoglobin liposome-encapsulated mengandung hemoglobin dengan

membran sintetik

4 Perfluorokarbon larutan organik dengan kelarutan oksigen tinggi

Untuk mencegah banyak komplikasi seperti kerusakan ginjal pelepasan

endotoksin dan lain-lain berbagai pendekatan telah digunakan seperti cross-link

polimerisasi dan konjugator baik dengan kimiawi maupun tehnik genetik

sebagaimana diringkaskan dibawah

Tabel 5 Pengganti Sel darah Merah

Aktivitas Efisiensi

(efek biologis) (keuntungan untuk pasien)

Transpor O2 Penurunan penggunaan produk-produk darah

Bantuan hidup selama anemia berat Penurunan morbiditas dan mortalitas yang

berhubungan dengan transfusi

Resusitasi cairan Penggunaan pada lingkungan yang secara logistik sulit

Awalnya produk-produk ini dipandang sebagai pengganti darah Meskipun aman

tapi sulit disediakan oleh bank darah Kriteria FDA terhadap efisiensi sulit

diterapkan Sekarang lebih menekankan pada kemampuan transpor oksigennya

yang akan didiskusikan

Berbagai penelitian fase II and III telah dan sedang dilaksanakan Sejauh ini

kebanyakan produk menyebabkan hipertensi ringan dan peningkatan konsentrasi

amilase dan lipase yang signifikansinya masih harus ditetapkan

Kewaspadaan Pada GraviidaObat Efek Samping Utama Keterangan1048729 Kloramfenikol Gray-baby sindrom (kolapssirkulasi pd neonatus) anemiaHindari pemberian pd trimester 3masa laktasi amp neonatus1048729 SulfonamidDapsonRisiko hemolisis amp ikterus Hindari pemberian pd trimester 3 ampmasa laktasi1048729 Trimetoprim Hindari pemberian pd trimester 3

Obat Efek Samping Utama Keterangan1048729 Kloramfenikol Gray-baby sindrom (kolapssirkulasi pd neonatus) anemiaHindari pemberian pd trimester 3masa laktasi amp neonatus1048729 SulfonamidDapsonRisiko hemolisis amp ikterus Hindari pemberian pd trimester 3 ampmasa laktasi1048729 Trimetoprim Hindari pemberian pd trimester 3KotrimoksazolTeratogenik1048729 Eritromisin Hepatotoksik gangguan GIT Terutama pada sang ibu1048729 Penisilin ampSefalosporinHipersensitivitas rx alergigangguan GITbull Ruam amp diare pd neonatusbull Ko-amoksiklav sebaiknya dihindaripd kehamilanOtotoksik Gangguan pendengaran bisamempengaruhi ibu amp

Ibu Hamil Membutuhkan Antibiotik

Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) antibiotik

merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh mikroba untuk menghambat

pertumbuhan dan membasmi mikroba jenis lain Awalnya antibiotik hanya

ada beberapa namun saat ini sudah ditemukan berbagai jenis antibiotik

yang mampu mengatasi penyakit infeksi lanjutan Antibiotik bekerja untuk

melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri bukan virus Penggunaan

antibiotik tidak boleh sembarangan karena akan mendatangkan bahaya bagi

tubuh Prinsip yang harus diketahui antibiotik hanya digunakan jika ada

infeksi yang disebabkan oleh kuman bakteri

Obat-obatan antibiotik itu termasuk obat keras yang membantu tubuh untuk membunuh

kuman ataupun bakteri yang masuk dan tidak bisa dilawan dengan sistem kekebalan tubuh

Karena obat-obatan ini bekerja dengan sistem penghancuran total maka tidak hanya bakteri saja

sel tubuh kita yang terinfeksi dan disekitarnya akan ikut terkena guna menghilangkan

kesempatan masih ada sisa-sisa koloni bakteri yang mungkin bersembunyi Oleh karena itu

pemberian obat antibiotik harus tuntas sampai seluruh koloni bakteri benar-benar habis

terbunuh jika tidak maka dapat dipastikan bakteri itu bisa bersiap diri untuk menyerang

kembali atau bahkan bisa juga bakteri-bakteri itu menjadi resisten dengan obat tersebut dan

kalau sudah begitu diperlukan antibiotik generasi lebih tinggi untuk membunuh kuman Oleh

karena efek membunuh yang kuat jika seorang pasien diberi obat antibiotik harus dipastikan

sistem kekebalan tubuh pasien itu juga kuat Karena untuk melawan efek dari antibiotik itu

sendiri dan untuk sistem self-recovery mengganti sel-sel tubuh yang telah rusak

Pengaruh buruk obat terhadap janin dapat bersifat toksik teratogenik maupun letal

tergantung pada sifat obat dan umur kehamilan paga saat minum obat Pengaruh toksik adalah

jika obat yang diminum selama masa kehamilan menyebabkan terjadinya gangguan fisiologik

atau bio-kimiawi dari janin yang dikandung dan biasanya gejalanya baru muncul beberapa saat

setelah kelahiran Pengaruh obat bersifat teratogenik jika menyebabkan terjadinya malformasi

anatomik pada petumbuhan organ janin Pengaruh teratogenik ini biasanya terjadi pada dosis

subletal Sedangkan pengaruh obat yang bersifa letal adalah yang mengakibatkan kematian janin

dalam kandungan Secara umum pengaruh buruk obat pada janin dapat beragam sesuai dengan

fase-fase berikut

lt--[if supportLists]--gt1 lt--[endif]--gtFase implantasi yaitu pada umur kehamilan

kurang dari 3 minggu Pada fase ini obat dapat memberi pengaruh buruk atau

mungkin tidak sama sekali Jika terjadi pengaruh buruk biasanya menyebabkan

kematian embrio atau berakhirnya kehamilan (abortus)

lt--[if supportLists]--gt2 lt--[endif]--gtFase embional atau organogenesis yaitu pada

umur kehamilan antara 4-8 minggu Pada fase ini terjadi diferensiasi pertumbuhan

untuk terjadinya malformasi anatomik (pengaruh teratogenik) Berbagai pengaruh

buruk yang mungkin terjadi pada fase ini antara lain

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtGangguan fungsional atau metabolik yang

permanen yang biasanya baru muncul kemudian jadi tidak timbul secara

langsung pada saat kehamilan Misalnya pemakaian hormon dietilstilbestrol pada

trimester pertama kehamilan terbukti berkaitan dengan terjadinya adenokarsinoma

vagina pada anak perempuan di kemudian hari (pada saat mereka sudah dewasa)

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtPengaruh letal berupa kematian janin atau

terjadinya abortus

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtPengaruh sub-letal yang biasanya dalam

bentuk malformasi anatomis pertumbuhan organ seperti misalnya fokolemia

karena talidomid

lt--[if supportLists]--gt3 lt--[endif]--gtFase fetal yaitu pada trimester kedua dan ketiga

kehamilan Dalam fase ini terjadi maturasi dan pertumbuhan lebih lanjut dari janin

Pengaruh buruk senyawa asing terhadap janin pada fase ini tidak berupa malformasi

anatomik lagi tetapi mungkin dapat berupa gangguan pertumbuhan baik terhadap

fungsi-fungsi fisiologik atau biokimiawi organ-organ Demikian pula pengaruh obat

yang dialami ibu dapat pula dialami janin meskipun mungkin dalam derajat yang

berbeda Sebagai contoh adalah terjadinya depresi pernafasan neonatus karena selama

masa akhir kehamilan ibu mengkonsumsi obat-obat seperti analgetika-narkotik atau

terjadinya efek samping pada sistem ekstrapiramidal setelah pemakaian fenotiazin

Secara umumsetiap obat dibagi dalam kategori (A B C D dan X) berdasarkan tingkat

resiko saat kehamilan

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori A

Hanya beberapa obat saja yang termasuk kategori A di mana obat tersebut tidak

berbahaya bila dikonsumsi pada trisemester pertama saat kehamilan Contoh obat

adalah Nystatin vaginal (Mycostatin)

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori B

Obat kategori B meliputi obat-obat yang pengalaman pemakainya pada wanita hamil

masih terbatas tetapi tidak terbukti meningkatkan frekuensi malformasi atau

pengaruh buruk lainnya pada janin Mengingat terbatasnya pengalaman pemakaian

pada wanita hamil maka obat-obat kategori B dibagi lagi berdasarkan temuan-

temuan pada studi toksikologi pada hewan yaitu

B1 Dari penelitian pada hewan tidak terbukti meningkatnya kejadian kerusakan janin

(fetal damage) Contoh obat-obat yang termasuk pada kelompok ini misalnya

simetidin dipiridamol dan spektinomisin

B2 Data dari penilitian pada hewan belum memadai tetapi ada petunjuk tidak

meningkatnya kejadian kerusakan janin tikarsilin amfoterisin dopamin asetilkistein

dan alkaloid belladona adalah obat-obat yang masuk dalam kategori ini

B3 Penelitian pada hewan menunjukkan peningkatan kejadian kerusakan janin tetapi

belum tentu bermakna pada manusia Sebagai contoh adalah karbamazepin

pirimetamin griseofulvin trimetoprim dan mebendazol

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori C

Beberapa ada di kategori ini karena tidak ada informasi yang cukup dan beberapa

obat member efek buruk pada hewan percobaan tetapi tidak ada konfirmasi ataupun

pemberitahuan adanya masalah yang timbul seperti kelahiran yang cacat pada

manusia Merupakan obat-obat yang dapat memberi pengaruh buruk pada janin tanpa

disertai malformasi anatomik semata-mata karena efek farmakologiknya Yang

termasuk kategori C yaitu Baktirm Trimetropim Biaxin Cipro Diflucan Monistat

Terazol Isoniazid Rifampin dan Vermox

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori D

Pada kategori ini obat memberi efek yang buruk pada kehamilan dan sebaiknya

tidak digunakan kecuali tidak ada alternatif lain Contohnya adalah Tetrasiklin

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori X

Obat-obat yang masuk dalam kategori ini adalah yang telah terbukti mempunyai

risiko tinggi terjadinya pengaruh buruk yang menetap (irreversibel) pada janin jika

diminum pada masa kehamilan Obat dalam kategori ini merupakan kontraindikasi

mutlak selama kehamilan Sebagai contoh adalah isotretionin dan dietilstilbestrol

Untuk keadaan hamil apalagi masih dalam trimester ketiga pemberian antibiotik bisa

sangat membahayakan janin karena hampir semua antibiotik memberikan efek samping mual

muntah pusing dan gangguan sistem pencernaan Efek-efek samping yang ditimbulkan juga

akan menekan kehamilan Bahkan ada antibiotik yang bisa menembus sampai ke sistem

kelenjar cairan seperti liur kelenjar getah bening cairan otak dan ASI Jika pada masa

menyusui minum antibiotik maka obat akan merembes di ASI dan bayi akan minum ASI

bercampur obat bisa dibayangkan apa yang akan terjadi

Obat-obat antibiotik yang perlu perhatian khusus atau tidak boleh diminum untuk ibu

hamil dan menyusui

lt--[if supportLists]--gt1 lt--[endif]--gtGolongan Aminoglikosida (biasanya dalam

turunan garam sulfate-nya) seperti amikacin sulfate tobramycin sulfate dibekacin

sulfate gentamycin sulfate kanamycin sulfate dan netilmicin sulfate

Aminoglikosida dimasukkan dalam kategori obat D yang penggunaannya oleh

wanita hamil diketaui meningkatkan angka kejadian malformasi dan kerusakan janin

yang bersifat ireversibel Pemberian aminoglikosida pada wanita hamil sangat tidak

dianjurkan Selain itu aminoglikosida juga mempunyai efek samping nefrotoksik dan

ototoksik pada ibu dan juga dapat menimbulkan kerusakan ginjal tingkat seluler

pada janin terutama jika diberikan pada periode organogeneis Kerusakan saraf

kranial VIII juga banyak terjadi pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang

mendapat aminoglikosida pada kehamilan

lt--[if supportLists]--gt2 lt--[endif]--gtGolongan Sefalosporin seperti cefuroxime

acetyl cefotiam diHCl cefotaxime Na cefoperazone Na ceftriaxone Na cefazolin

Na cefaclor dan turunan garam monohydrate-nya cephadrine dan ceftizoxime Na

Sama halnya dengan penisilin sefalosporin relatif aman jika diberikan pada trimester

pertama kehamilan Kadar sefalosporin dalam sirkulasi janin meningkat selama

beberapa jam pertama setelah pemberian dosis pada ibu tetapi tidak terakumulasi

setelah pemberian berulang atau melalui infus Sejauh ini belum ada bukti bahwa

pengaruh buruk sefalosporin seperti misalnya anemia hemolitik dapat terjadi pada

bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu yang mendapat sefalosporin pada trimester

terakhir kehamilan

lt--[if supportLists]--gt3 lt--[endif]--gtGolongan Kloramfenikol seperti

Kloramfenikol dan thiamfenicol

Kloramfenikol bila diberikan menjelang persalinan dapat mengakibatkan kolaps

sirkulasi pada neonatus Pemberian kloramfenikol pada wanita hamil terutama pada

trimester II dan III di mana hepar belum matur dapat menyebabkan angka

terjadinya sindroma Grey pada bayi ditandai dengan kulit sianotik (sehingga bayi

tampak keabuabuan) hipotermia muntah abdomen protuberant dan menunjukkan

reaksi menolak menyusu di samping pernafasan yang cepat amp tidak teratur serta

letargi Kloramfenikol dimasukkan dalam kategori C yaitu obat yang karena efek

farmakologiknya dapat menyebabkan pengaruh buruk pada janin tanpa disertai

malformasi anatomik Pengaruh ini dapat bersifat reversibel Pemberian

kloramfenikol selama kehamilan sejauh mungkin dihindari terutama pada minggu-

minggu terakhir menjelang kelahiran dan selama menyusui

lt--[if supportLists]--gt4 lt--[endif]--gtGolongan Makrolid seperti clarithomycin

roxirhromycin erythromycin spiramycin dan azithromycin

lt--[if supportLists]--gt5 lt--[endif]--gtGolongan Penicillin seperti amoxicillin

turunan tridydrate dan turunan garam Na-nya

Obat-obat yang termasuk dalam golongan penisilin dapat dengan mudah menembus

plasenta dan mencapai kadar terapetik baik pada janin maupun cairan amnion

Penisilin relatif paling aman jika diberikan selama kehamilan meskipun perlu

pertimbangan yang seksama dan atas indikasi yang ketat mengingat kemungkinan

efek samping yang dapat terjadi pada ibu

lt--[if supportLists]--gt6 lt--[endif]--gtGolongan Kuinolon seperti ciprofloxacin dan

turunan garam HCl-nya ofloxacin sparfloxacin dan norfloxacin

lt--[if supportLists]--gt7 lt--[endif]--gtGolongan Tetrasiklin seperti doxycycline

tetracyclin dan turunan HCl-nya (tidak boleh untuk wanita hamil) dan oxytetracylin

(tidak boleh untuk wanita hamil)

Tetraskilin adalah jenis antibiotik yang merupakan anti bakteri yang luas sebagai

penghambat dan pembunuh bakteri gram positif dan gram negatif Merupakan zat

kelasi yang mempunyai afinitas dengan kalsium dan basa yang sukar larut dalam air

tetapi bentuk garam natrium atau garam HCL-nya mudah larut Dalam keadaadn

kering bentuk basa dan garam HCL tetrasiklin bersifat relative stabil Sedangkan

dalam larutan kebanyakan tetrasiklin sangat labil sehingga cepat berkurang

potensinya Efek tetrasiklin semakin fatal pada ibu hamil trimester pertama

Sehingga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang mikromelia dan

sindaktil Pembentukan tulang baru mulai pada trimester kedua Oleh karena itu

pemberian pada trismester kedua dapat mengakibatkan peubahan warna kekuningan

yang permanen pada gigi susu dan hipoplasia enamel Meskipun demikian gigi yang

kekuningan tersebut lebih tahan terhadap karies dibandingkan gigi normal

Sedangkan pemberian pada bulan ke 4 kehidupan janin sampai akhir tahun pertama

dapat menimbulkan kelainan warna gigi Wanita hamil atau masa nifas dengan

pielonefritis atau gangguan fungsi ginjal lain cendrung menderita kerusakan hati

akibat pemberian golongan tetrasiklin Tapi saat ini tetraskilin sudah jarang diberikan

kepada ibu hamil dan anak anak

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmpilisin Segi keamanan baik bagi ibu maupun

janin relatif cukup terjamin Kadar ampisilin dalam sirkulasi darah janin meningkat

secara lambat setelah pemberiannya pada ibu dan bahkan sering melebihi kadarnya

dalam sirkulasi ibu Pada awal kehamilan kadar ampisilin dalam cairan amnion

relatif rendah karena belum sempurnanya ginjal janin di samping meningkatnya

kecepatan aliran darah antara ibu dan janin pada masa tersebut Tetapi pada periode

akhir kehamilan di mana ginjal dan alat ekskresi yangi lain pada janin telah matur

kadarnya dalam sirkulasi janin justru lebih tinggi dibanding ibu Farmakokinetika

ampisilin berubah menyolok selama kehamilan Dengan meningkatnya volume

plasma dan cairan tubuh maka meningkat pula volume distribusi obat Oleh sebab itu

kadar ampisilin pada wanita hamil kira-kira hanya 50 dibanding saat tidak hamil

Dengan demikian penambahan dosis ampisilin perlu dilakukan selama masa

kehamilan

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmoksisilin Pada dasarnya absorpsi

amoksisilin setelah pemberian per oral jauh lebih baik dibanding ampisilin

Amoksisilin diabsorpsi secara cepat dan sempurna baik setelah pemberian oral

maupun parenteral Seperti halnya dengan ampisilin penambahan dosis amoksisilin

pada kehamilan perlu dilakukan mengingat kadarnya dalam darah ibu maupun janin

relatif rendah dibanding saat tidak hamil Dalam sirkulasi janin kadarnya hanya

sekitar seperempat sampai sepertiga kadar di sirkulasi ibu

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtSulfonmida Obat-obat yang tergolong

sulfonamida dapat melintasi plasenta dan masuk dalam sirkulasi janin dalam kadar

yang lebih rendah atau sama dengan kadarnya dalam sirkulasi ibu Pemakaian

sulfonamida pada wanita hamil harus dihindari terutama pada akhir masa kehamilan

Hal ini karena sulfonamida mampu mendesak bilirubin dari tempat ikatannya dengan

protein sehingga mengakibatkan terjadinya kern-ikterus pada bayi yang baru

dilahirkan Keadaan ini mungkin akan menetap sampai 7 hari setelah bayi lahir

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtEritromisin Pemakaian eritromisin pada wanita

hamil relatif aman karena meskipun dapat terdifusi secara luas ke hampir semua

jaringan (kecuali otak dan cairan serebrospinal) tetapi kadar pada janin hanya

mencapai 1-2 dibanding kadarnya dalam serum ibu Di samping itu sejauh ini

belum terdapat bukti bahwa eritromisin dapat menyebabkan kelainan pada janin

Kemanfaatan eritromisin untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh Chlamydia

pada wanita hamil serta pencegahan penularan ke janin cukup baik meskipun bukan

menjadi obat pilihan pertama Namun ditilik dari segi keamanan dan manfaatnya

pemakaian eritromisin untuk infeksi tersebut lebih dianjurkan dibanding antibiotika

lain misalnya tetrasiklin

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtTrimetoprim Karena volume distribusi yang

luas trimetoprim mampu menembus jaringan fetal hingga mencapai kadar yang lebih

tinggi dibanding sulfametoksazol meskipun kadarnya tidak lebih tinggi dari ibu Pada

uji hewan trimetoprim terbukti bersifat teratogen jika diberikan pada dosis besar

Meskipun belum terdapat bukti bahwa trimetoprim juga bersifat teratogen pada janin

tetapi pemakaiannya pada wanita hamil perlu dihindari Jika terpaksa harus

memberikan kombinasi trimetoprim + sulfametoksazol pada kehamilan diperlukan

pemberian suplementasi asam folet

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtNitrofurantoin Sering digunakan sebagai

antiseptik pada saluran kencing Jika diberikan pada awal kehamilan kadar

nitrofurantoin pada jaringan fetal lebih tinggi dibanding ibu tetapi kadarnya dalam

plasma sangat rendah Dengan makin bertambahnya umur kehamilan kadar

nitrofurantoin dalam plasma janin juga meningkat Sejauh ini belum terbukti bahwa

nitrofurantoin dapat meningkatkan kejadian malformasi janin Namun perhatian harus

diberikan terutama pada kehamilan cukup bulan di mana pemberian nitrofurantoin

pada periode ini kemungkinan akan menyebabkan anemia hemolitik pada janin

LKSI 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Percetakan Not BandungRagg M 2001 Obat-Obat yang paling diresepkan Arcan Jakarta

Santoso B 1995 Efek Samping Obat ed 2 Pusat Study Farmakologi Klinik dan Kebijakan Obat UGM Yogyakarta

Setiabudy S dkk 2007 Farmakologi dan Terapeutik edisi 5 FKUI JakartaSpeirs Al 1992 Ilmu Kesehatan Anak untuk Perawat ed 2 IKIPSemarang Press Semarang

Yagiela J A Frank J D Enid A N 2004 Pharmacology and Therapeutics for Dentistry Elsevier Mosby St Louis

Obat-obatan Untuk Ibu

Sebenarnya obat yang langsung ke ASI itu jumlahnya sangat kecil Sebagian kecil berpengaruh kepada bayi Secara umum menghentikan pemberian ASI lebih berbahaya daripada pengaruh obat tersebut Hanya sebagian kecil obat yang mempunyai efek samping Bayi yang berumur kurang dari satu bulan mempunyai masalah yang besar dibandingkan dengan bayi yang lebih tua Tetapi mungkin perlu dipikirkan obat alternatif untuk ibu yang menyebabkan lebih sedikit masalah Kejadian penghentian menyusui karena ibu harus minum obat adalah sangat jarang

Pada sedikit situasi menyusui merupakan kontra indikasi

Jika ibu mendapatkan obat anti kanker pemberian ASI boleh dihentikan Jika ibu mendapatkan pengobatan radioaktif ibu dapat menghentikan pemberian ASI untuk sementara Obat-obatan ini jarang digunakan

Beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang kadang-kadang menyebabkan perlunya penghentian pemberian ASI

Jika ibu mendapatkan obat psikiatrik atau anti konfulsan kadang-kadang membuat bayi (berusia kurang dari satu bulan) yang menyusui menjadi tampak lemah Khususnya jika diberikan barbiturat dan diazepam Jika memungkinkan sebaiknya diganti dengan obat lain yang mempunyai efek samping kecil Namun demikian sangat berbahaya jika mengubah pengobatan secara cepat khususnya pada kasus epilepsi

Jika tidak ada alternatif teruskan pemberian ASI dan amatilah bayinya

Jika terjadi efek samping pemberian ASI dapat dihentikan

Beberapa antibiotik perlu dihindari

Antibiotik pada umumnya aman bagi ASI dan bagi bayi Tetapi lebih baik menghindari pemberian Chloramphenikol dan tetrasiklin serta metronidazole Jika salah satu antibiotik tersebut harus diberikan kepada ibu teruskan menyusui dan amatilah bayinya Pada umumnya tidak ada masalah

Hindari pemberian sulphonamide kepada ibu khususnya jika bayi jaundice Jika obat seperti cotrimoxasole fansidar dan dapsone diperlukan berikan obat tersebut dan teruskan pemberian ASI Pertimbangkan pemberian makanan alternatif bila bayi jaundice terutama jaundice yang terjadi ketika ibu meminum obat tersebut

Obat yang menyebabkan menurunnya produksi ASI perlu dihindari

Hindari penggunaan kontrasepsi yang mengandung estrogen Hindari penggunaan Thiazide diuretik seperti Chlorotiazide karena obat ini menurunkan produksi ASI Jia mungkin carilah alternatifnya

Kebanyakan obat yang umum digunakan adalah aman pada dosis biasa

Jika ibu menyusui mendapatkan obat tetapi anda tidak yakin obat apa

1 Cek daftar obat di dalam manual 2 Anjurkan agar ibu terus menyusui sambil mencoba mengetahui obat apa yang diberikan 3 Amatilah bayi jika terjadi efek samping seperti mengantuk yang abnormal tidak nafsu makan dan

ikterus khususnya jika ibu mengkonsumsi obat untuk waktu yang lama 4 Usahakan mendapatkan saran dari petugas kesehatan yang lebih ahli seperti dokter atau apoteker 5 Jika khawatir cobalah mencari obat alternatif yang anda ketahui lebih aman 6 Jika bayi terkena efek samping dan ibu tidak mengubah penggunaan obatnya gunakanlah metode

alternatif yang aman 7 Jika bayi terkena efek samping dan anda tidak mungkin mengubah obatnya pertimbangkan cara

pemberian makanan yang lain untuk sementara waktu bila mungkin

Menyusui dan Obat-obatan untuk Ibu

Kontra indikasi pemberian ASI Obat anti kanker

Radioaktif (berhenti menyusui sementara)

Teruskan pemberian ASI Obat penyakit psikis dan anti konvulsan

(Amati efek samping pada bayi

misalnya mengantuk)

Gunakan obat alternatif Chloramfenikol tetracyclin metronidazole

Quinolone antibiotics (eg Ciprofloxacin)

Pantau kemungkinan ikterius Sulphonamides cotrimoxazole fansidar dapsone

Gunakan obat alternatif Estrogen terutama kontrasepsi berisi estrogen

(dapat menurunkan produksi ASI) Thiazide diuretic

Aman pada dosis biasa Obat-obatan paling biasa digunakan

Pantau bayi Analgesik dan antipiretik paracetakol yang diberikan untuk waktu siang asam acetil salisilik ibuprofen kadang-kadang diberikan morfin dan petidin kebanyakan obat batuk dan masuk angin antibiotik ampisilin kloxasilin dan penisilin erythromisin lain obat anti TB anti lepra anti malaria (kecuali meflokuin) antihelmint anti jamur bronchodilator (eg Salbutamol) corticosteroids antihistamin antasid obat untuk diabetes kebanyakan oabat anti-hipertensi digoksin suplemen gizi yodium zat besi dan vitamin-vitamin

Dikirim oleh (RSIA permata hati)

  • RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI
  • Hal-hal Terbaru Tentang Transfusi Darah
Page 2: RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI.docx

AaDO2 = [ (713 x FiO2) ndash 54pCO2 ] ndash pO2

KeteranganAaDO2 adalah Alveolar Arteriol O2 DifferenceFiO2 Udara bebas 02 Setiap kenaikan O2 1 liter + 004Nilai Normal 20 ndash 65Pneumonia 100 ndash 200ARDS gt 300

Obat Dalam ASI

Seorang ibu yang sedang menyusui terkadang memerlukan obat-obatan (antibiotik ataupun analgesik) untuk mengobati penyakit ringan seperti flu demam atau penyakit yang lama diderita misalnya tekanan darah tinggi asma atau kencing manis Lantas apakah ia harus tetap minum obat selama menyusui (dan bayinya diberi susu botol) atau sebaliknya si Ibu berhenti minum obat Pertanyaan seperti ini tidak jarang muncul di masyarakat

Kita semua menyadari bahwa air susu ibu adalah makanan terbaik bagi bayi Namun jika Ibu harus minum obat perlu diperhitungkan untung ruginya antara keuntungan buat si Ibu dan kerugian si bayi atau sebaliknya Hal ini mengingat adanya sejumlah obat yang jika diminum ibu yang sedang menyusui obat tersebut ikut keluar melalui ASI sehingga tanpa disadari terminum juga oleh bayi Keadaan ini kemungkinan menimbulkan pengaruh buruk bagi sang bayi

Jenis obat-obatan yang sama sekali tidak diperbolehkan berada dalam ASI adalah antineoplastik dan imunosupresif seperti siklosporin Namun azatioprin dan metotreksat dosis rendah untuk ibu yang sedang menyusui (dengan dosis mingguan-untuk mengobati rematik) dilaporkan relatif aman bagi bayi Dari golongan antibiotik yang perlu diperhatikan adalah kloramfenikol golongan tetrasiklin sulfonamid kinolon dan tinidazol (lihat tabel 1)

Tabel 1 Obat-obat yang sebaiknya dihindari selama menyusui

Antineoplastik imunosupresif Tetrasiklin sulfonamid kinolon kloramfenikoltinidazol Laksatif (fenolftalein) Radiofarmasi Anti tiroid Garam Emas Litium amiodaron aspirin Opiate (barbiturat benzodiazepin) Antagonis H2 Alkaloid Ergot

Kloramfenikol hendaknya dihindari bukan karena resiko grey baby syndrome mengingat kadarnya dalam plasma bayi terlalu rendah untuk menimbulkan gejala tersebut tetapi karena kemungkinan terjadinya depresi sumsum tulang sehingga produksi sel-sel darah berkurang Golongan tetrasiklin juga perlu dihindari karena terbukti menyebabkan gigi bayi berwarna kuning Khusus untuk bayi yang baru lahir keberadaan obat-obat golongan sulfonamid dalam ASI dapat menyebabkan kern-ikterus pada bayi Selanjutnya antibiotik golongan kinolon (misalnya norfloksasin dan siprofloksasin) dapat mengganggu proses penulangan pada bayi jika obat tersebut terdapat di dalam ASI Tinidazol tidak diperbolehkan bagi ibu hamil karena kadarnya di dalam plasma janin cukup besar untuk menimbulkan kanker dan mutagenensis

Masih banyak sederetan obat lain yang sebaiknya dihindari oleh ibu yang sedang menyusui Misalnya obat pencahar (laksatif) yang mengandung fenolftalein hendaknya dihindari karena dapat menyebabkan kanker pada bayi Bahan radioaktif misalnya Iodin dapat terakumulasi dalam ASI Obat anti tiroid (karbimazol) sebaiknya tidak diminum karena dapat menekan kelenjar tiroid bayi Garam-garam Emas hendaknya dihindari karena lama dikeluarkan dari tubuh bayi dan ada kemungkinan menyebabkan rash radang hati dan ginjal Litium tidak diperkenankan karena menekan syaraf pusat mengingat kadarnya dalam ASI mirip dengan kadarnya dalam plasma ibunya sehingga dikhawatirkan terjadi hipotonia pada bayi Penekan syaraf lainnya seperti golongan barbiturat dan benzodiasepin tidak dianjurkan karena waktu paroh eliminasinya lama Amiodaron (sangat larut dalam lemak dan volume distribusinya besar) lebih dari 30 dijumpai di dalam ASI sedangkan aspirin juga bisa berada dalam ASI dengan resiko Reyes Syndroma pada bayi Obat lain seperti simetidin oleh perkumpulan dokter anak di Amerika dilarang diberikan kepada ibu menyusui karena terakumulasi di dalam ASI meskipun makna klinisnya belum diketahui Akhirnya alkaloid ergot dan turunannya bisa menyebabkan ergotismus pada bayi

Beberapa obat yang tergolong sebagai obat yang relatif aman tercantum pada tabel 2 berikut

Tabel 2 Obat-obat yang relatif aman selama masa menyusui pada dosis lazim(a

Analgesik (parasetamol (b morfin) Antikonvulsan (Na valproat(b klonazepam(b) Antidepresan (nortriptilin(b imipramin desipramin(b amitriptilin Doxepin) Antihistamin (loratadin triprolidin) Penekan (metoprolol(b labetolol propranolol) Ca antagonis (verapamil diltiazem) Antihipertensif lain (hidralazin minoksidil(b) Antibiotik (amoksisilin seflaklor sefalosporin eritromisin(b) Antimalaria (meflokuin hidroksiklorokuin(b) Kortikosteroid (prednison) AINS (diklofenak ibuprofen indometasin asam mefenamat) Lain-lain (metroteksat dosis rendah digoksin laksatif tak terabsorbsi asiklovir terbutalin asam folat

sukralfat antasid insulin warfarin(b)

Keterangan (a Kadar maksimum pada bayi kurang dari 10 kadar plasma ibu (b Kadar maksimum pada bayi antara 10 - 50 kadar plasma ibu

Seperti yang terlihat pada tabel 2 cukup banyak obat-obatan yang diperbolehkan bagi ibu yang sedang menyusui karena terhitung aman untuk bayi sehat dan lahir normal Maksudnya jumlah obat yang diterima bayi melalui ASI kurang dari 10 dosis yang diminum ibunya (berdasarkan mgkg berat badan) Namun jika bayinya prematur atau ibunya mengalami over dosis hal ini dapat beresiko bagi bayinya Jika mungkin pilihlah obat yang mempunyai waktu paro eliminasi pendek atau jika memungkinkan minumlah obat di malam hari sewaktu bayi sedang tidak memerlukan ASI

Formula lepas lambat atau obat dan metabolit yang memiliki waktu paro panjang sebaiknya dihindari Dalam hal ini metronidazol masih menjadi kontroversi sebab secara invitro menimbulkan mutagenesis Juga tidak boleh diabaikan meski kasusnya jarang yaitu pengaruh tidur yang berkepanjangan pada bayi ketika ibunya menggunakan doxepin 75 mg perhari atau timbulnya konvulsi sewaktu ibunya meminum indometasin pada dosis lazim

Dari uraian di atas sangat dianjurkan bagi ibu-ibu yang sedang menyusui untuk lebih berhati-hati minum obat agar tidak terjadi penyesalan di kemudian hari

Tabel Obat yang lazim digunakan dan ekskresinya dalam air susu ibuObat Efek pada bayi KomentarAmpisilin Minimum Tanpa efek samping bermakna mungkin kejadian diare atau sensitisasi alergiAspirin Minimum Dosis sekali mungkin aman Dosis tinggi mungkin menimbulkan konsentrasibermakna dalam ASIDiazepam Bermakna Akan menyebabkan sedasi pada bayi yang minum ASI dapat timbulakumulasi pada neonatusDigoksin Minimum Jumlah yang memasuki ASI tidak bermaknaDikumarol Minimum Tidak dilaporkan efek samping mungkin bijaksana mengawasi waktuprotrombin bayiEtanol Sedang Ibu yang minum dalam jumlah sedang tak mungkin menimbulkan efek padabayi ibu yang mengkonsumsi dosis besar dapat menimbulkan efek alkoholpada bayiFenitoin Sedang Jumlah yang memasuki ASI mungkin cukup untuk menimbulkan efek sampingpada bayiFenobarbital Sedang Dosis hipnotik dapat menyebabkan sedasi pada bayiHeroin Bermakna Memasuki ASI dan dapat memperpanjang ketergantungan narkotik neonatalIsoniazid (INH) Minimum Konsentrasi ASI sama dengan konsentrasi plasma ibu mungkin timbuldefisiensi piridoksin pada bayiKafein Minimum Aman masukan kafein tingkat sedang konsentrasi dalam ASI sekitar 1dosis total yang diminum ibuKanamisin Minimum Tidak dilaporkan efek sampingKloral hidrat Bermakna Bisa menimbulkan mengantuk jika ASI diminum pada saat konsentrasi

puncak obatKloramfenikol Bermakna Konsentrasi terlalu rendah untuk menimbulkan Grey Syndrome mungkin adasumsum tulang direkomendasikan untuk tidak meminum kloramfenikolselama menyusuiKlorotiazid Minimum Tidak dilaporkan efek sampingKlorpromazin Minimum Tampak tak bermaknaKodein Minimum Tidak dilaporkan efek sampingKontrasepsi oral Minimum Akan menekan laktasi dalam dosis tinggiLitium Bermakna Hindari penyusuanMetadon Bermakna (Lihat heroin) Dengan pengawasan dokter yang ketat penyusuan dapatdilanjutkan Tanda putus opiat pada bayi bisa timbul jika ibu mengehentikanminum metadon atau menghentikan penyusuan mendadakPenisilin Minimum Konsentrasi sangat rendah dalam ASIPrednison Sedang Dosis ibu yang rendah mungkin aman Dosis 2 kali jumlah fisiologik atau lebihmungkin harus dihindariPropranolol Minimum Jumlah sangat kecil memasuki ASIPropiltiourasiltiourasilBermakna Dapat menekan fungsi tiroid pada bayiSpironolakton Mimimum Jumlah sangat kecil memasuki ASITeofilin Sedang Dapat memasuki ASI dalam jumlah sedang tapi tidak menimbulkan efekbermaknaTetrasiklin Sedang Mungkin mewarnai gigi yang sedang berkembang pada bayi secarapermanen Harus dihindari selama laktasiTiroksin Minimum Tanpa efek samping dalam dosis terapiTolbutamin Minimum Konsentrasi rendah dalam ASIWarfarin Minimum Jumlah sangat kecil ditemukan dalam ASIYodium(radioaktif)Bermakna Memasuki ASI dalam jumlah mencukupi untuk menyebabkan penekanantiroid pada bayiSumber Katzung BG (1987) Basic and Clinical Pharmacology 3rd edition Appleton and LangeNorwalk

Hal-hal Terbaru Tentang Transfusi Darah

Ronald D Miller MD

Sejak dikenalnya hepatitis non A non B (HCV) sebagai komplikasi mayor transfusi

darah penyebab infeksi lainnya seperti HTLV-I (human T-cell leukemiavirus

limfoma tipe I) and CMV (sitomegalovirus) timbul bersama infeksi yang paling

menghancurkan yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Syndrome (AIDS)

Infektifitas darah homolog telah menyebabkan pergeseran perhatian dari

menyempurnakan prosedur pencocokan silang dan mencegah reaksi transfusi ke

permasalahan yang berkisar antara pencegahan penyakit yang ditularkan melalui

transfusi dan immunosupresi yang diinduksi oleh transfusi hingga mempertanyakan

apakah banyak transfusi darah homolog benar-benar berindikasi klinis Data tahun

1996 menunjukkan bahwa resiko infeksi dari darah homolog telah berkurang secara

bermakna (Tabel 1) Hal ini utamanya disebabkan oleh luasnya pengujian pada

seluruh darah yang didonasikan (Tabel 2) Walaupun belum diukur dengan yang

teliti pengujian yang diperbaiki (misalnya pengujian molekular dan inaktifasi viral)

dengan menggunakan pengujian yang mengidentifikasi asam-asam nukleat virus

window period (Tabel 1) menurun secara bermakna dan insidensi HIV dan hepatitis

berkurang hingga kurang lebih 11000000 Sebelum meninjau status produk-

produk darah sintetik pernyataan berbagai konsep pada kedokteran transfusi akan

diperiksa

Tabel 1 Persentase Resiko Infeksi yang Ditularkan melalui Transfusi dengan Unit

Penyaring Darah di Amerika Serikat

Resiko Window Period (hari)

1 HIV 1493000 22

2 HTLV 1641000 51

3 Cytomegalovirus lt10 dengan cepat

4 HCV 1103000 82

5 HBV 163000 59

6 Resiko infeksi agregat 134000 mdashmdash

HIV = human immunodeficiency virus tipe 1

HTLV = human T-cell lymphotropic virus

HCV = virus hepatitis C

HBV = virus hepatitis B

88 HBV amp HCV

Tabel 2 Pengujian Penyakit Infeksi terhadap Darah Transfusi H

1 Pengujian diskontinuitas alanin aminotransferase

2 Pengujian antibodi hepatitis C

3 Antibodi terhadap antigen inti hepatitis B

4 HIV-1

5 HIV-2

6 HTLV III

7 Pengujian serologik terhadap sifilis

H dari JAMA 1995 274 1374

HIV = human immunodeficiency virus

HTLV = human T-cell lymphotropic virus

I Indikasi untuk Transfusi Darah

Indikasi untuk transfusi darah makin dipertanyakan Transfusi darah biasanya

diberikan untuk meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen dan volume

intravaskular Walaupun demikian berdasarkan teori peningkatan volume vaskular

seharusnya bukan merupakan suatu indikasi untuk transfusi darah karena volume

intravaskular dapat diperbesar dengan pemberian cairan yang tidak menularkan

infeksi (misalnya kristaloid atau koloid) Sehingga peningkatan kapasitas

pengangkutan oksigen merupakan satu-satunya indikasi nyata untuk transfusi

darah Dari segi praktisnya bila seorang pasien mengalami perdarahan darah

tepatnya diberikan untuk meningkatkan baik kapasitas pengangkutan oksigen dan

volume intravaskular Secara kritis berapa nilai hematokrit hemoglobin yang

diperlukan untuk kapasitas pengangkutan O2 Dalam sejarah hematokrit kurang

dari 30 (atau hemoglobin kurang dari 10 gdl) menunjukkan kebutuhan untuk

transfusi darah perioperatif Bagaimanapun juga ketakutan pada tahun-tahun

terakhir akan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh transfusi khususnya

Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) menyebabkan peninjauan ulang

terhadap indikasi ini Jelaslah transpor oksigen dapat dipertahankan dengan

hematokrit hingga 20 Dengan anggapan volume intravaskular normal dan respon

kompensasi kardiovaskular normal (contohnya takikardi) Baru-baru ini National

Institutes of Health Consensus Conference berpendapat bahwa pasien-pasien sehat

dengan hematokrit lebih besar daripada 30 jarang membutuhkan transfusi darah

perioperatif sedang pasien-pasien tersebut dengan anemia akut (misalnya

kehilangan darah intraoperatif) dengan hematokrit kurang dari 21 seringkali

membutuhkan transfusi darah Defenisi akhir kadar hematokrit atau hemoglobin

yang dibutuhkan untuk melakukan transfusi darah harus berdasarkan pada banyak

faktor seperti status kardiovaskular umur kehilangan darah yang diantisipasi

oksigenasi arterial cardiac output dan volume darah Yang lebih memperumit

permasalahan ini indikasi untuk transfusi darah mungkin juga tergantung pada

sumber darah Sebagai contoh indikasi-indikasi untuk darah autolog mungkin lebih

liberal karena tidak akan menyebarkan penyakit (misalnya hepatitis dan AIDS)

dibandingkan dengan darah homolog Bagaimanapun juga darah autolog sebaiknya

tidak dipandang sepenuhnya aman karena adanya kemungkinan kesalahan klinis

dan reaksi hemolitik sesudah transfusi

Pada bulan Juli 1989 FDA Drug Bulletin memberikan panduan keras untuk

pemberian sel darah merah Bulletin tersebut menyatakan bahwa ldquokapasitas

pengangkutan oksigen adekuat dapat dipenuhi dengan hemoglobin 7 gdl atau

bahkan lebih kurang bila volume intravaskular adekuat untuk melakukan perfusirdquo

Ada kondisi medis yang dapat membenarkan pemberian darah untuk mencapai

hemoglobin yang lebih tinggi (misalnya penyakit arteri koroner) Meskipun

demikian kekhawatiran bahwa transfusi darah seringkali diberikan secara tidak

tepat sehingga diperlukan penelitian yang lebih cermat terhadap praktek transfusi

Sebagai contoh banyak komite transfusi rumah sakit mengadakan pemeriksaan

ulang pada pasien-pasien didapatkan hematokrit postoperatif lebih tinggi dari

normal (33-34 ) dan menerima darah sehingga perlu ditinjau kembali indikasi

pemberian transfusi darah Peninjauan ini dilakukan untuk menentukan apakah

darah telah diberikan dengan tepat Bila ditemukan transfusi yang tidak tepat baik

dokter dan komite transfusi akan mengevaluasi lebih lanjut ketepatan transfusi

tersebut Sehingga seorang dokter ahli anestesi harus menyatakan secara jelas

dalam status rumah sakit alasan pemberian transfusi darah

Yang terbaru biasanya pada pasien-pasien perawatan intensif beberapa kelompok

telah mencoba mendefenisikan keadaan dimana transfusi darah sebaiknya

diberikan dengan mengukur oksigenasi jaringan dan hemodinamik (contohnya

peningkatan konsumsi oksigen sebagai respon terhadap kandungan oksigen) Tidak

ada pengukuran spesifik yang dapat secara konsisten memperkirakan kapan

seorang pasien diuntungkan oleh transfusi darah

Walaupun demikian terdapat bukti bahwa kualitas (contohnya umur) dan

peningkatan kapasitas oksigen (misalnya hemoglobin lebih tinggi dari 10 gdl)

dapat menguntungkan pasien yang sangat tidak sehat Kenyataannya satu

penelitian menemukan bahwa bila darah yang disimpan lebih dari 15 hari diberikan

akan terjadi iskemia limpa

Lebih baru lagi konsep yang ditegaskan oleh Purdy et al menyatakan bahwa

pasien-pasien yang menerima darah yang berumur 17 hari dibandingkan dengan

darah yang berumur 25 hari mempunyai tingkat kelangsungan hidup yang lebih

tinggi Pengaruh usia darah yang diberikan akan didiskusikan nanti pada presentasi

ini

Mungkin indikator lebih sensitif terhadap oksigenasi jaringan (misalnya pH

intramukosal) dapat menjadi indikasi untuk transfusi darah Menggunakan data

pada sebuah populasi pembedahan orthopedik variasi kadar hemoglobin tidak

berhubungan dengan lamanya hospitalisasi Namun atlit yang terlatih dan pasien-

pasien kardiak postoperatif mengalami perbaikan kemampuan fisik bila kadar

hemoglobin ditingkatkan Sebaliknya Weiskopf et al menemukan pada pasien-

pasien yang sehat penurunan konsentrasi hemoglobin hingga 50 gdl tidak

menyebabkan adanya bukti oksigenasi yang tidak adekuat Bagaimanapun juga

pasien-pasien ini tidak dipermasalahkan dengan stress pemulihan dari pembedahan

dan anesthesia Bagaimanapun juga Weiskopf et al menemukan bahwa pasien

yang tidak dapat meningkatkan cardiac outputnya dengan cara meningkatkan

denyut jantungnya sebaiknya menerima transfusi hingga kadar hemoglobin lebih

dari 10 gdl Sayangnya tidak dapat dihasilkan kesimpulan tepat dari data yang

sangat berguna tapi bersifat usulan ini

American Society of Anesthesiologists (ASA) telah mengembangkan Panduan

Praktek untuk Terapi Komponen darah Rekomendasi ASA untuk transfusi darah

adalah

Rekomendasi Sel Darah Merah

Organisasi tersebut menyimpulkan bahwa

1 Transfusi jarang diindikasikan bila konsentrasi hemoglobin lebih besar dari 10

gdL dan hampir selalu diindikasikan bila kurang dari 6 gdL khususnya bila anemia

akut

2 Apakah konsentrasi hemoglobin sedang (6-10 gdL) membutuhkan transfusi sel

darah merah harus berdasarkan resiko pasien terhadap komplikasi-komplikasi

oksigenasi yang tidak adekuat

3 Tidak disarankan hanya menggunakan pemicu hemoglobin untuk pasien yang

gagal memperbaiki semua faktor-faktor fisiologis dalam pembedahan penting yang

dapat mempengaruhi oksigenasi

4 Bila keadaan tepat penggunaan darah autolog preoperatif intraoperatif dan

postoperatif hemodilusi akut normovolemik hipotensi yang disengaja dan obat-

obatan dapat saja menguntungkan

5 Indikasi untuk transfusi sel darah merah autolog mungkin lebih baik daripada sel

darah merah alogenik karena resiko transmisi penyakit yang lebih rendah

Panduan ini menekankan pentingnya penetapan resiko pasien terhadap komplikasi

yang berhubungan dengan oksigenasi yang tidak adekuat suatu konsep yang lebih

ditekankan baru-baru ini Lebih lanjut beberapa organisasi menekankan

penggunaan tanda-tanda vital dan kehilangan darah sebagai indikator

Print Pengelompokan American College of Surgeons terhadap perdarahan Akut

Faktor I II III IV

Kehilangan darah ml up to 750 750-1500 1500-2000 ge2000

Kehilangan darah BV up to 15 15-30 30-40 ge40

Denyut nadi per menit gt100 gt100 gt120 ge140

Tekanan darah (mm Hg) Normal Normal Menurun Menurun

Tekanan nadi Normalmeningkat Menurun Menurun Menurun

Tes pengisian kapiller Normal Positif Positif Positif

Pernapasan per menit 14-20 20-30 30-40 gt35

Urine mljam ge30 20-30 5-10 dpt diabaikan

SSP (status mental) Sedikit gelisah Cukup gelisah Gelisah bingung Bingung letargi

Penggantian cairan (hukum 31) Kristaloid Kristaloid Kristaloid + darah Kristaloid

+darah

Panduan yang lebih sederhana akan sangat menolong Sebagai contoh dengan

bantuan Habibi et al panduan berikut disarankan bahwa pemberian satu unit PRC

akan meningkatkan hematokrit 3-5 Indikasinya adalah

Kehilangan darah gt 20 volume darah bila lebih dari 1000 ml

Hemoglobin lt 8 gdL

Hemoglobin lt 10 gdL dengan penyakit berat (misalnya emfisema penyakit

jantung iskemik)

Hemoglobin lt 10 gdL dengan darah autolog

Hemoglobin lt 12 gdL dan tergantung ventilator

Pertimbangannya peningkatan kapasitas pengangkutan oksigen lebih penting

daripada peningkatan volume intravaskular Karena itu penulis menekankan

pentingnya penetapan hemoglobin atau hematokrit Anjuran banyak bank darah

darah autolog lebih baik dibanding darah alogenik

II Darah Autologous dibandingkan dengan Darah Alogenik

Secara mengejutkan ada pendapat bahwa darah autolog tidak lebih aman

dibandingkan dengan darah alogenik (misalnya dari resiko infeksi) Karena itu

program darah autolog dapat saja dihapuskanSatu contoh dari penelitian seperti

itu adalah pasien-pasien histerektomi Kanter et al menemukan bahwa 25 dari 140

pasien yang mendonorkan darahnya dirinya harus ditransfusi kembali sedangkan

dari 123 pasien yang tidak mendonorkan darahnya sendiri hanya 1 yang perlu

ditransfusi Karena itu disimpulkan bahwa darah autolog sebelum operasi lebih baik

dihapuskan karena akan meningkatkan resiko transfusi darah alogenik Lebih lanjut

mereka membantah bahwa darah autolog tidak mempunyai resiko Satu dari

16000 donasi darah autolog mengalami reaksi yang cukup berat yang

membutuhkan perawatan di rumah sakit Kenyataannya beberapa komplikasi yang

berhubungan dengan transfusi darah autolog ada pada daftar di bawah

1 Anemia

2 Iskemia miokardial preoperatif dari anemia

3 Unit yang salah (1100000)

4 Transfusi darah yang lebih sering

Saran untuk pembatasan transfusi darah autolog tidak meliputi imunosupresi (lihat

diskusi selanjutnya) atau penyebaran infeksi dalam darah alogenik Sebagai contoh

dari tahun 1986 hingga 1991 ada 182 kegawatan yang berhubungan transfusi

dilaporkan ke FDA 29 (16) diantaranya disebabkan oleh kontaminasi bakterial 10

kasus infeksi Yersinia enterokolitika yang dilaporkan Hampir semua dengan darah

alogenik walaupun dua pasien juga mendapatkan darah autolog Sehingga

disimpulkan bahwa darah alogenik juga cukup beresiko

III Koagulasi

Dokter ahli anestesi mengetahui bahwa kecenderungan perdarahan sering terjadi

pada pasien-pasien yang ditransfusi secara masif Koagulopati ini disebabkan oleh

kombinasi banyaknya volume darah yang diberikan dan lamanya hipotensi atau

hipoperfusi Pasien-pasien dengan perfusi baik dan tidak hipotensi untuk jangka

waktu yang lama (misalnya gt 1 jam) dapat mentolerir banyak unit darah tanpa

menyebabkan koagulopati Nyatanya banyak pasien yang telah menerima lebih

dari 100 unit darah bertahan dengan perubahan kecil pada koagulasi Jelasnya

pasien yang hipotensif dan menerima banyak unit darah kemungkinan terjadi

koagulopati baik karena DIC maupun karena berkurangnya faktor-faktor koagulasi

karena penyimpanan darah di bank darah

Thrombositopenia dilusi merupakan penyebab diatesis hemoragik pada pasien yang

menerima banyak unit darah Walaupun penekanan utama pada hitung thrombosit

beberapa pengarang mempertanyakan peranan thrombositopenia pada koagulopati

pada pasien-pasien yang ditransfusi secara masif Mereka secara tepat menunjuk

bahwa hitung thrombosit jarang menurun serendah yang diperkirakan dari

pengenceran saja Hal ini mungkin karena thrombosit dilepaskan ke dalam sirkulasi

dari limpa sumsum tulang dan karena adanya thrombosit non fungsional Lebih

lanjut Reed et al menemukan tidak ada keuntungan pemberian thrombosit

profilaksis selama transfusi masif Thrombosit sebaiknya jangan diberikan untuk

memperbaiki hasil pemeriksaan laboratorium pada keadaan thrombositopenia

kecuali pada keadaan koagulopati klinis

Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa FFP tetap diberikan untuk pengobatan

koagulopati yang disebabkan oleh transfusi Keseluruhan peningkatan penggunaan

FFP pada tahun 1970an menyebabkan National Institutes of Health (NIH)

mengadakan konferensi untuk membahas masalah ini pada tahun 1985 Konferensi

ini menyimpulkan bahwa pemberian FFP sebagai bagian dari terapi koagulopati

yang disebabkan oleh transfusi darah masif hanya sedikit yang dapat dibuktikan

kebenarannya Bila dokter tetap ingin memberikan FFP kriteria berikut harus

ditetapkan

1 Perdarahan menyeluruh yang tidak dapat dikendalikan dengan jahitan bedah

atau kauter

2 PTT paling kurang 15 kali dari normal

3 Hitung thrombosit lebih besar daripada 70000mm (untuk menjamin bahwa

thrombositopenia bukan merupakan penyebab perdarahan)

Buletin Obat FDA baru (Juli 1989) menyimpulkan bahwa FFP sebaiknya jangan

diberikan

1 Untuk ekspansi volume sebagai suplemen nutrisi

2 Profilaksis dengan transfusi darah masif

3 Profilaksis setelah operasi By Pass

Yang lebih baru lagi ASA menyarankan pemberian FFP dengan panduan berikut

1 Untuk reversal mendesak terapi warfarin

2 Untuk koreksi defisiensi faktor pembekuan yang tidak diketahui bila konsentrat

spesifik tidak tersedia

3 Untuk koreksi perdarahan mikrovaskular bila ada peningkatan PT atau APTT

(gt15 kali normal)

4 Untuk koreksi perdarahan mikrovaskular sekunder terhadap defisiensi faktor

pembekuan pada pasien-pasien yang ditransfusi dengan lebih dari satu volume

darah dan bila PT dan PTT tidak dapat diperiksa

5 FFP harus diberikan dalam dosis yang dihitung untuk mencapai konsentrasi faktor

plasma minimum 30 (biasanya dicapai dengan pemberian FFP 10-15 mLkg )

kecuali untuk reversal mendesak antikoagulasi warfarin dimana FFP 5-8 mlkg

biasanya mencukupi Satu unit darah segar menyediakan faktor-faktor koagulasi

yang sama dengan yang terkandung dalam satu unit FFP

6 FFP dikontraindikasikan untuk tambahan volume plasma atau konsentrasi

albumin

Kesimpulan diatas berdasarkan anggapan bahwa yang diberikan adalah darah

lengkap Kebanyakan penelitian memeriksa pengaruh transfusi masif darah lengkap

pada koagulasi karena banyak pusat trauma menggunakan darah lengkap Murray

et al secara khusus mempertanyakan penggunaan PRC untuk kehilangan darah

yang banyak Pada penggunaan PRC kadar fibrinogen menurun signifikan

kebalikan dari penggunaan darah lengkap dimana kadar fibrinogen tetap tidak

berubah kecuali ada DIC (koagulasi inravaskular diseminata) Walaupun seluruh

faktor-faktor koagulasi menurun penurunan tidak sebanyak yang diperkirakan

karena pengenceran Mereka merasa bahwa faktor-faktor seperti VIII mungkin

disimpan dalam sel-sel endotelial dan dilepaskan dari endotelium selama stress

pembedahan Bila PRC digunakan untuk mengganti kehilangan darah mayor dokter

dapat mencoba memberikan FFP secara profilaksis Bagaimanapun juga Murray et

al secara khusus menyarankan untuk tidak mengikuti kebijaksanaan ini tetapi

menyatakan bahwa FFP hanya dibutuhkan bila PT dan PTT paling kurang 15 kali

normal dan kadar fibrinogen kurang dari 75 mgdL Penelitian terbaru oleh Murray

et al menunjukkan bahwa bila kehilangan volume intravaskuler digantikan dengan

PRC dan kristaloid PT dan PTT seringkali melebihi 15 kali normal

Baru-baru ini tiga pilihan dipertimbangkan oleh kebanyakan bank darah

A Detergen Pelarut Plasma dari donor multipel dikumpulkan dan diberikan

campuran pelarut penghancur lemak (tri-n-butil fosfat) dan detergen (triton x-100)

untuk menginaktivasi sampul lipid penyebab infeksi termasuk HIV HTLV HCV HBV

Baru-baru ini (1998) tersedia di Palang Merah Mempunyai beberapa kekurangan

termasuk pengumpulan yang dapat menyebabkan kontaminasi penyebab infeksi

yang beramplop

B Plasma donor tunggal yang diuji kembali untuk mempersiapkan FFP Unit (donasi

pertama) disimpan bila seluruh riwayat dan penyebab penyakit infeksi negatif Unit

tersebut tidak dilepaskan untuk digunakan hingga donor yang sama

menyumbangkan unit kedua lebih dari 3 bulan setelah donasi pertama dan lolos

pada pengujian serologik Saat itu unit pertama dilepaskan Unit kedua tidak

digunakan hingga orang tersebut kembali lebih dari 3 bulan kemudian untuk donasi

ketiga dan lolos kembali seluruh pengujian Saat itu unit kedua dapat digunakan

Pendekatan ini mempunyai keuntungan yang jelas tetapi pemberiannya rumit

C Plasma yang sering didonorkan Suatu hubungan terbalik terjadi antara jumlah

donasi yang diberikan seseorang dengan kemungkinan menjadi sero positif

Hubungan ini tidak saling bergantung pada waktu dimana donasi diberikan Yang

tampaknya mencapai reduksi maksimum insidensi sero positif pada lebih dari 4

donasi Perkiraannya adalah bahwa reduksi sero positif (dan karena itu transmisi)

hingga 13-12 gambaran saat ini

Pilihan diatas diadakan pada pertemuan di University of California San Fransisco

Transfusion Committee dan dokter akan mempunyai banyak pilihan plasma yang

lebih aman untuk pasien

IV Imunosupresi

Transfusi darah homolog menimbulkan suatu reaksi imunosupresif nonspesifik pada

resipien Efek ini bersifat terapi untuk resipien transplantasi ginjal Namun banyak

pengarang telah mengemukakan data untuk menunjukkan bahwa transfusi darah

meningkatkan suseptibilitas terhadap infeksi dan peningkatan progresi tumor

malignan Walaupun banyak faktor dapat terlibat pada pasien yang sakit keras

(misalnya pasien-pasien yang menerima transfusi darah kemungkinan punya

penyakit yang lebih luas dan invasif) bukti meyakinkan bahwa ada hubungan

antara transfusi preoperatif dan rekurensi tumor atau bertahan hidup pada pasien-

pasien dengan berbagai jenis kanker sebagaimana ditinjau oleh Schricmer et al

Mekanisme dan efek dari kanker ini tidak diketahui tetapi berhubungan dengan

peningkatan sintesis prostaglandin E penurunan generasi interleukin 2 dan produk

degradasi fibrinogen pada FFP Penemuan lanjut ini menimbulkan kekhawatiran

tentang pemberian FFP pada pasien-pasien yang imunitasnya ditekan Blumbert et

al menemukan bahwa pasien-pasien yang ditransfusi dengan PRC bertahan hidup

lebih baik daripada pasien-pasien yang menerima darah lengkap Hasilnya

Schriemer et al menyarankan untuk memberikan PRC dibanding darah lengkap bila

transfusi diindikasikan pada pasien-pasien kanker

Terbaru Landers et al telah meninjau mekanisme imunomodulasi yang disebabkan

tranfusi (Tabel 3) dan penurunan fungsi imun setelah transfusi darah alogenik atau

homolog (Tabel 4)

Table 3 Mekanisme Modulasi Imun yang ditimbulkan oleh Transfusi

Penumpukan Fe pada sistem RE mengakibatkan berbagai perubahan

Penurunan aktifitas makrofag yang dapat menangkap antigen kelas II oleh

monosit yang memproduksi prostaglandin E2 sehingga menghambat produksi IL-2

Inhibisi interleukin-2 oleh limfositT akan menurunkan stimulasi sel B dan produksi

antibodi

Teori deplesi klonal ndash sel-sel yang rusak akan menolak proses graft

Penurunan produksi limfosit T supressor

Pembentukan anti-idiotipik T cell receptor atau antibodi yang dapat melawan

antigen pada transfusi darah akan bangkit dan membentuk antigen yang baru

Dari Landers etal Anesth Analg 199682187

Table 4 Penurunan Fungsi Imun akibat Transfusi Darah Allogenik

Pengurangan respon limfosit

Penurunan produksi sitokin

Penurunan respon terhadap mitogen (subtansi yang menstimulasi mitosis dan

perubahan limfosit) atau antigen larut in vivo atau in vitro

Peningkatan jumlah atau fungsi sel supresor

Penurunan aktivitas sel pembunuh alami

Penurunan fungsi monosit

Penurunan sitotoksisitas yang di mediasi sel terhadap sel-sel target tertentu

Peningkatan produksi mediator dan antibodi anti idotipik supresif

Dari Landers etal Anesth Analg 199682187 (33)

V Terapi Komponen

A Thrombosit

Sebagiamana diindikasikan sebelumnya terdapat kekhawatiran bahwa produk-

produk darah homolog telah diberikan secara tidak tepat FDA Drug Bulletin Juli

1989 mencoba memberi panduan dan menyatakan bahwa thrombosit tidak boleh

diberikan

1 Kepada pasien-pasien dengan ITP (kecuali bila ada perdarahan yang mengancam

jiwa)

2 Profilaksis transfusi darah massif

3 Profilaksis pada cardiopulmonar bypass

FDA tidak menyatakan bahwa pada pasien yang menjalankan pembedahan atau

prosedur invasif lain tidak diuntungkan dari transfusi thrombosit profilaksis bila

hitung thrombosit paling kurang 50000mm3 dan thrombositopenia merupakan

satu-satunya kelainan

ASA task force baru-baru ini menyarankan bahwa

1 Transfusi thrombosit profilaksis tidak efektif dan jarang kali diindikasikan bila

thrombositopenia berhubungan dengan peningkatan destruksi thrombosit

(misalnya ITP)

2 Tranfusi thrombosit profilaksis jarang diindikasikan pada pasien-pasien bedah

dengan thrombositopenia yang berhubungan dengan penurunan produksi

thrombosit bila hitung thrombosit lebih besar daripada 100000mm3 dan biasanya

diindikasikan bila hitung thrombosit lebih rendah dari 50000mm3 Penentuan

apakah pasien-pasien dengan hitung thrombosit pada tingkat menengah (50000-

100000mm3) membutuhkan terapi harus berdasarkan pada resiko perdarahan

3 Pasien-pasien bedah dan obstetrik dengan perdarahan mikrovaskular biasanya

membutuhkan transfusi thrombosit bila hitung thrombosit lebih kecil dari

50000mm3 dan jarang membutuhkan transfusi bila lebih besar dari 100000mm3

Jika hitung thrombosit antara 50000-100000mm3) penentuan harus didasarkan

pada resiko pasien untuk perdarahan yang lebih signifikan

4 Persalinan pervaginam atau operatif dengan kehilangan darah yang sedikit dapat

dilakukan pada pasien-pasien dengan hitung thrombosit kurang dari 50000mm3

5 Transfusi thrombosit dapat diindikasikan bila hitung thrombosit cukup tetapi

terdapat disfungsi thrombosit dan perdarahan mikrovaskular

Transfusi thrombosit dibutuhkan untuk pasien-pasien dengan perdarahan sistemik

dan untuk pasien-pasien dengan resiko tinggi perdarahan yang disebabkan oleh

gangguan koagulasi sepsis atau disfungsi thrombosit yang berhubungan dengan

pengobatan atau penyakit Jelasnya maksudnya adalah untuk membuat dokter

lebih tepat dalam menetapkan indikasi transfusi thrombosit Karena peningkatan

kekhawatiran tentang kontaminasi bakterial kini sangat disarankan tiap pasien

yang menjadi demam setelah menerima konsentrat thrombosit harus dianggap

septik hingga terbukti sebaliknya

B Kriopresipitat

Kriopresipitat mengandung faktor VIIIC (aktivitas prokoagulan) faktor VIIIvWF

(faktor von Willebrand ) fibrinogen faktor XIII dan fibronektin yang merupakan

glikoprotein yang berperan pada peningkatan aktivitas sistem RES dalam

membunuh partikel asing dan bakteri dari darah

Terdapatnya fibrinogen yang rendah pada PRC sehingga ASA task force

menyarankan pemberian kriopresipitat untuk

1 Profilaksis pada pasien-pasien non perdarahan perioperiatif atau peripartum

dengan defisiensi fibrinogen kongenital atau penyakit von Willebrand yang tidak

berespon terhadap DDAVP (bila memungkinkan keputusan ini harus dibuat dengan

konsultasi dengan hematolog pasien tersebut)

2 Pasien-pasien perdarahan dengan penyakit von Willebrand

3 Koreksi perdarahan mikrovaskular pada pasien-pasien dengan transfusi massif

dengan konsentrasi fibrinogen kurang dari 80-100 mgdL (atau bila konsentrasi

fibrinogen tidak dapat diukur pada saat itu)

Darah lengkap harus diberikan pada transfusi darah massif karena PRC kurang

mengandung faktor koagulasi

Konsentrat faktor VIII merupakan terapi standar untuk hemofilia Teknik rekombinan

DNA terbaru telah digunakan untuk mengembangkan faktor VIII yang bebas

transmisi penyakit

VI Komplikasi

Dengan memperhitungkan pertimbangan di atas insidensi dari reaksi yang

merugikan adalah

Reaksi yang merugikan terhadap Transfusi

Tipe reaksi Insidensi

Reaksi febril 1 dari transfusi PRC

Reaksi alergi (urtikaria) 20 dari transfusi platelet

Rekasi transfusi hemolitik akut 11000 reaksi transfusi

Rekasi transfusi lambat ~ 133000 U PRC

Penyakit graft vs host (GVHD) ~ 12500 U PRC

Udem paru akut yang berhubungan

dengan transfusi (TRALI) 110000 U PRC

Dari Principles of Anesthetic Techniques and Anesthetic Emergencies

Darah yang telah bersih dari leukosit dapat menurunkan kejadian imunosupresi dan

insidensi banyak reaksi transfusi

VII Darah Sintetik

Karena banyak masalah termasuk yang terdaftar di atas dengan allogenik banyak

perusahaan mencoba membuat hemoglobin sintetik Produk ini telah diberikan pada

sukarelawan manusia dan pasien-pasien dengan keberhasilan yang cukup Hal ini

diungkapkan oleh Dietz et al pada Anesthesia amp Analgesia Februari 1996 Dasarnya

produk-produk ini

1 Larutan hemoglobin bebas stroma yang mengandung sejumlah modifikasi dari

molekul hemoglobin

2 Hemoglobin rekayasa genetik (misalnya Ecoli menghasilkan sel darah merah

manusia)

3 Larutan hemoglobin liposome-encapsulated mengandung hemoglobin dengan

membran sintetik

4 Perfluorokarbon larutan organik dengan kelarutan oksigen tinggi

Untuk mencegah banyak komplikasi seperti kerusakan ginjal pelepasan

endotoksin dan lain-lain berbagai pendekatan telah digunakan seperti cross-link

polimerisasi dan konjugator baik dengan kimiawi maupun tehnik genetik

sebagaimana diringkaskan dibawah

Tabel 5 Pengganti Sel darah Merah

Aktivitas Efisiensi

(efek biologis) (keuntungan untuk pasien)

Transpor O2 Penurunan penggunaan produk-produk darah

Bantuan hidup selama anemia berat Penurunan morbiditas dan mortalitas yang

berhubungan dengan transfusi

Resusitasi cairan Penggunaan pada lingkungan yang secara logistik sulit

Awalnya produk-produk ini dipandang sebagai pengganti darah Meskipun aman

tapi sulit disediakan oleh bank darah Kriteria FDA terhadap efisiensi sulit

diterapkan Sekarang lebih menekankan pada kemampuan transpor oksigennya

yang akan didiskusikan

Berbagai penelitian fase II and III telah dan sedang dilaksanakan Sejauh ini

kebanyakan produk menyebabkan hipertensi ringan dan peningkatan konsentrasi

amilase dan lipase yang signifikansinya masih harus ditetapkan

Kewaspadaan Pada GraviidaObat Efek Samping Utama Keterangan1048729 Kloramfenikol Gray-baby sindrom (kolapssirkulasi pd neonatus) anemiaHindari pemberian pd trimester 3masa laktasi amp neonatus1048729 SulfonamidDapsonRisiko hemolisis amp ikterus Hindari pemberian pd trimester 3 ampmasa laktasi1048729 Trimetoprim Hindari pemberian pd trimester 3

Obat Efek Samping Utama Keterangan1048729 Kloramfenikol Gray-baby sindrom (kolapssirkulasi pd neonatus) anemiaHindari pemberian pd trimester 3masa laktasi amp neonatus1048729 SulfonamidDapsonRisiko hemolisis amp ikterus Hindari pemberian pd trimester 3 ampmasa laktasi1048729 Trimetoprim Hindari pemberian pd trimester 3KotrimoksazolTeratogenik1048729 Eritromisin Hepatotoksik gangguan GIT Terutama pada sang ibu1048729 Penisilin ampSefalosporinHipersensitivitas rx alergigangguan GITbull Ruam amp diare pd neonatusbull Ko-amoksiklav sebaiknya dihindaripd kehamilanOtotoksik Gangguan pendengaran bisamempengaruhi ibu amp

Ibu Hamil Membutuhkan Antibiotik

Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) antibiotik

merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh mikroba untuk menghambat

pertumbuhan dan membasmi mikroba jenis lain Awalnya antibiotik hanya

ada beberapa namun saat ini sudah ditemukan berbagai jenis antibiotik

yang mampu mengatasi penyakit infeksi lanjutan Antibiotik bekerja untuk

melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri bukan virus Penggunaan

antibiotik tidak boleh sembarangan karena akan mendatangkan bahaya bagi

tubuh Prinsip yang harus diketahui antibiotik hanya digunakan jika ada

infeksi yang disebabkan oleh kuman bakteri

Obat-obatan antibiotik itu termasuk obat keras yang membantu tubuh untuk membunuh

kuman ataupun bakteri yang masuk dan tidak bisa dilawan dengan sistem kekebalan tubuh

Karena obat-obatan ini bekerja dengan sistem penghancuran total maka tidak hanya bakteri saja

sel tubuh kita yang terinfeksi dan disekitarnya akan ikut terkena guna menghilangkan

kesempatan masih ada sisa-sisa koloni bakteri yang mungkin bersembunyi Oleh karena itu

pemberian obat antibiotik harus tuntas sampai seluruh koloni bakteri benar-benar habis

terbunuh jika tidak maka dapat dipastikan bakteri itu bisa bersiap diri untuk menyerang

kembali atau bahkan bisa juga bakteri-bakteri itu menjadi resisten dengan obat tersebut dan

kalau sudah begitu diperlukan antibiotik generasi lebih tinggi untuk membunuh kuman Oleh

karena efek membunuh yang kuat jika seorang pasien diberi obat antibiotik harus dipastikan

sistem kekebalan tubuh pasien itu juga kuat Karena untuk melawan efek dari antibiotik itu

sendiri dan untuk sistem self-recovery mengganti sel-sel tubuh yang telah rusak

Pengaruh buruk obat terhadap janin dapat bersifat toksik teratogenik maupun letal

tergantung pada sifat obat dan umur kehamilan paga saat minum obat Pengaruh toksik adalah

jika obat yang diminum selama masa kehamilan menyebabkan terjadinya gangguan fisiologik

atau bio-kimiawi dari janin yang dikandung dan biasanya gejalanya baru muncul beberapa saat

setelah kelahiran Pengaruh obat bersifat teratogenik jika menyebabkan terjadinya malformasi

anatomik pada petumbuhan organ janin Pengaruh teratogenik ini biasanya terjadi pada dosis

subletal Sedangkan pengaruh obat yang bersifa letal adalah yang mengakibatkan kematian janin

dalam kandungan Secara umum pengaruh buruk obat pada janin dapat beragam sesuai dengan

fase-fase berikut

lt--[if supportLists]--gt1 lt--[endif]--gtFase implantasi yaitu pada umur kehamilan

kurang dari 3 minggu Pada fase ini obat dapat memberi pengaruh buruk atau

mungkin tidak sama sekali Jika terjadi pengaruh buruk biasanya menyebabkan

kematian embrio atau berakhirnya kehamilan (abortus)

lt--[if supportLists]--gt2 lt--[endif]--gtFase embional atau organogenesis yaitu pada

umur kehamilan antara 4-8 minggu Pada fase ini terjadi diferensiasi pertumbuhan

untuk terjadinya malformasi anatomik (pengaruh teratogenik) Berbagai pengaruh

buruk yang mungkin terjadi pada fase ini antara lain

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtGangguan fungsional atau metabolik yang

permanen yang biasanya baru muncul kemudian jadi tidak timbul secara

langsung pada saat kehamilan Misalnya pemakaian hormon dietilstilbestrol pada

trimester pertama kehamilan terbukti berkaitan dengan terjadinya adenokarsinoma

vagina pada anak perempuan di kemudian hari (pada saat mereka sudah dewasa)

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtPengaruh letal berupa kematian janin atau

terjadinya abortus

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtPengaruh sub-letal yang biasanya dalam

bentuk malformasi anatomis pertumbuhan organ seperti misalnya fokolemia

karena talidomid

lt--[if supportLists]--gt3 lt--[endif]--gtFase fetal yaitu pada trimester kedua dan ketiga

kehamilan Dalam fase ini terjadi maturasi dan pertumbuhan lebih lanjut dari janin

Pengaruh buruk senyawa asing terhadap janin pada fase ini tidak berupa malformasi

anatomik lagi tetapi mungkin dapat berupa gangguan pertumbuhan baik terhadap

fungsi-fungsi fisiologik atau biokimiawi organ-organ Demikian pula pengaruh obat

yang dialami ibu dapat pula dialami janin meskipun mungkin dalam derajat yang

berbeda Sebagai contoh adalah terjadinya depresi pernafasan neonatus karena selama

masa akhir kehamilan ibu mengkonsumsi obat-obat seperti analgetika-narkotik atau

terjadinya efek samping pada sistem ekstrapiramidal setelah pemakaian fenotiazin

Secara umumsetiap obat dibagi dalam kategori (A B C D dan X) berdasarkan tingkat

resiko saat kehamilan

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori A

Hanya beberapa obat saja yang termasuk kategori A di mana obat tersebut tidak

berbahaya bila dikonsumsi pada trisemester pertama saat kehamilan Contoh obat

adalah Nystatin vaginal (Mycostatin)

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori B

Obat kategori B meliputi obat-obat yang pengalaman pemakainya pada wanita hamil

masih terbatas tetapi tidak terbukti meningkatkan frekuensi malformasi atau

pengaruh buruk lainnya pada janin Mengingat terbatasnya pengalaman pemakaian

pada wanita hamil maka obat-obat kategori B dibagi lagi berdasarkan temuan-

temuan pada studi toksikologi pada hewan yaitu

B1 Dari penelitian pada hewan tidak terbukti meningkatnya kejadian kerusakan janin

(fetal damage) Contoh obat-obat yang termasuk pada kelompok ini misalnya

simetidin dipiridamol dan spektinomisin

B2 Data dari penilitian pada hewan belum memadai tetapi ada petunjuk tidak

meningkatnya kejadian kerusakan janin tikarsilin amfoterisin dopamin asetilkistein

dan alkaloid belladona adalah obat-obat yang masuk dalam kategori ini

B3 Penelitian pada hewan menunjukkan peningkatan kejadian kerusakan janin tetapi

belum tentu bermakna pada manusia Sebagai contoh adalah karbamazepin

pirimetamin griseofulvin trimetoprim dan mebendazol

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori C

Beberapa ada di kategori ini karena tidak ada informasi yang cukup dan beberapa

obat member efek buruk pada hewan percobaan tetapi tidak ada konfirmasi ataupun

pemberitahuan adanya masalah yang timbul seperti kelahiran yang cacat pada

manusia Merupakan obat-obat yang dapat memberi pengaruh buruk pada janin tanpa

disertai malformasi anatomik semata-mata karena efek farmakologiknya Yang

termasuk kategori C yaitu Baktirm Trimetropim Biaxin Cipro Diflucan Monistat

Terazol Isoniazid Rifampin dan Vermox

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori D

Pada kategori ini obat memberi efek yang buruk pada kehamilan dan sebaiknya

tidak digunakan kecuali tidak ada alternatif lain Contohnya adalah Tetrasiklin

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori X

Obat-obat yang masuk dalam kategori ini adalah yang telah terbukti mempunyai

risiko tinggi terjadinya pengaruh buruk yang menetap (irreversibel) pada janin jika

diminum pada masa kehamilan Obat dalam kategori ini merupakan kontraindikasi

mutlak selama kehamilan Sebagai contoh adalah isotretionin dan dietilstilbestrol

Untuk keadaan hamil apalagi masih dalam trimester ketiga pemberian antibiotik bisa

sangat membahayakan janin karena hampir semua antibiotik memberikan efek samping mual

muntah pusing dan gangguan sistem pencernaan Efek-efek samping yang ditimbulkan juga

akan menekan kehamilan Bahkan ada antibiotik yang bisa menembus sampai ke sistem

kelenjar cairan seperti liur kelenjar getah bening cairan otak dan ASI Jika pada masa

menyusui minum antibiotik maka obat akan merembes di ASI dan bayi akan minum ASI

bercampur obat bisa dibayangkan apa yang akan terjadi

Obat-obat antibiotik yang perlu perhatian khusus atau tidak boleh diminum untuk ibu

hamil dan menyusui

lt--[if supportLists]--gt1 lt--[endif]--gtGolongan Aminoglikosida (biasanya dalam

turunan garam sulfate-nya) seperti amikacin sulfate tobramycin sulfate dibekacin

sulfate gentamycin sulfate kanamycin sulfate dan netilmicin sulfate

Aminoglikosida dimasukkan dalam kategori obat D yang penggunaannya oleh

wanita hamil diketaui meningkatkan angka kejadian malformasi dan kerusakan janin

yang bersifat ireversibel Pemberian aminoglikosida pada wanita hamil sangat tidak

dianjurkan Selain itu aminoglikosida juga mempunyai efek samping nefrotoksik dan

ototoksik pada ibu dan juga dapat menimbulkan kerusakan ginjal tingkat seluler

pada janin terutama jika diberikan pada periode organogeneis Kerusakan saraf

kranial VIII juga banyak terjadi pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang

mendapat aminoglikosida pada kehamilan

lt--[if supportLists]--gt2 lt--[endif]--gtGolongan Sefalosporin seperti cefuroxime

acetyl cefotiam diHCl cefotaxime Na cefoperazone Na ceftriaxone Na cefazolin

Na cefaclor dan turunan garam monohydrate-nya cephadrine dan ceftizoxime Na

Sama halnya dengan penisilin sefalosporin relatif aman jika diberikan pada trimester

pertama kehamilan Kadar sefalosporin dalam sirkulasi janin meningkat selama

beberapa jam pertama setelah pemberian dosis pada ibu tetapi tidak terakumulasi

setelah pemberian berulang atau melalui infus Sejauh ini belum ada bukti bahwa

pengaruh buruk sefalosporin seperti misalnya anemia hemolitik dapat terjadi pada

bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu yang mendapat sefalosporin pada trimester

terakhir kehamilan

lt--[if supportLists]--gt3 lt--[endif]--gtGolongan Kloramfenikol seperti

Kloramfenikol dan thiamfenicol

Kloramfenikol bila diberikan menjelang persalinan dapat mengakibatkan kolaps

sirkulasi pada neonatus Pemberian kloramfenikol pada wanita hamil terutama pada

trimester II dan III di mana hepar belum matur dapat menyebabkan angka

terjadinya sindroma Grey pada bayi ditandai dengan kulit sianotik (sehingga bayi

tampak keabuabuan) hipotermia muntah abdomen protuberant dan menunjukkan

reaksi menolak menyusu di samping pernafasan yang cepat amp tidak teratur serta

letargi Kloramfenikol dimasukkan dalam kategori C yaitu obat yang karena efek

farmakologiknya dapat menyebabkan pengaruh buruk pada janin tanpa disertai

malformasi anatomik Pengaruh ini dapat bersifat reversibel Pemberian

kloramfenikol selama kehamilan sejauh mungkin dihindari terutama pada minggu-

minggu terakhir menjelang kelahiran dan selama menyusui

lt--[if supportLists]--gt4 lt--[endif]--gtGolongan Makrolid seperti clarithomycin

roxirhromycin erythromycin spiramycin dan azithromycin

lt--[if supportLists]--gt5 lt--[endif]--gtGolongan Penicillin seperti amoxicillin

turunan tridydrate dan turunan garam Na-nya

Obat-obat yang termasuk dalam golongan penisilin dapat dengan mudah menembus

plasenta dan mencapai kadar terapetik baik pada janin maupun cairan amnion

Penisilin relatif paling aman jika diberikan selama kehamilan meskipun perlu

pertimbangan yang seksama dan atas indikasi yang ketat mengingat kemungkinan

efek samping yang dapat terjadi pada ibu

lt--[if supportLists]--gt6 lt--[endif]--gtGolongan Kuinolon seperti ciprofloxacin dan

turunan garam HCl-nya ofloxacin sparfloxacin dan norfloxacin

lt--[if supportLists]--gt7 lt--[endif]--gtGolongan Tetrasiklin seperti doxycycline

tetracyclin dan turunan HCl-nya (tidak boleh untuk wanita hamil) dan oxytetracylin

(tidak boleh untuk wanita hamil)

Tetraskilin adalah jenis antibiotik yang merupakan anti bakteri yang luas sebagai

penghambat dan pembunuh bakteri gram positif dan gram negatif Merupakan zat

kelasi yang mempunyai afinitas dengan kalsium dan basa yang sukar larut dalam air

tetapi bentuk garam natrium atau garam HCL-nya mudah larut Dalam keadaadn

kering bentuk basa dan garam HCL tetrasiklin bersifat relative stabil Sedangkan

dalam larutan kebanyakan tetrasiklin sangat labil sehingga cepat berkurang

potensinya Efek tetrasiklin semakin fatal pada ibu hamil trimester pertama

Sehingga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang mikromelia dan

sindaktil Pembentukan tulang baru mulai pada trimester kedua Oleh karena itu

pemberian pada trismester kedua dapat mengakibatkan peubahan warna kekuningan

yang permanen pada gigi susu dan hipoplasia enamel Meskipun demikian gigi yang

kekuningan tersebut lebih tahan terhadap karies dibandingkan gigi normal

Sedangkan pemberian pada bulan ke 4 kehidupan janin sampai akhir tahun pertama

dapat menimbulkan kelainan warna gigi Wanita hamil atau masa nifas dengan

pielonefritis atau gangguan fungsi ginjal lain cendrung menderita kerusakan hati

akibat pemberian golongan tetrasiklin Tapi saat ini tetraskilin sudah jarang diberikan

kepada ibu hamil dan anak anak

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmpilisin Segi keamanan baik bagi ibu maupun

janin relatif cukup terjamin Kadar ampisilin dalam sirkulasi darah janin meningkat

secara lambat setelah pemberiannya pada ibu dan bahkan sering melebihi kadarnya

dalam sirkulasi ibu Pada awal kehamilan kadar ampisilin dalam cairan amnion

relatif rendah karena belum sempurnanya ginjal janin di samping meningkatnya

kecepatan aliran darah antara ibu dan janin pada masa tersebut Tetapi pada periode

akhir kehamilan di mana ginjal dan alat ekskresi yangi lain pada janin telah matur

kadarnya dalam sirkulasi janin justru lebih tinggi dibanding ibu Farmakokinetika

ampisilin berubah menyolok selama kehamilan Dengan meningkatnya volume

plasma dan cairan tubuh maka meningkat pula volume distribusi obat Oleh sebab itu

kadar ampisilin pada wanita hamil kira-kira hanya 50 dibanding saat tidak hamil

Dengan demikian penambahan dosis ampisilin perlu dilakukan selama masa

kehamilan

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmoksisilin Pada dasarnya absorpsi

amoksisilin setelah pemberian per oral jauh lebih baik dibanding ampisilin

Amoksisilin diabsorpsi secara cepat dan sempurna baik setelah pemberian oral

maupun parenteral Seperti halnya dengan ampisilin penambahan dosis amoksisilin

pada kehamilan perlu dilakukan mengingat kadarnya dalam darah ibu maupun janin

relatif rendah dibanding saat tidak hamil Dalam sirkulasi janin kadarnya hanya

sekitar seperempat sampai sepertiga kadar di sirkulasi ibu

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtSulfonmida Obat-obat yang tergolong

sulfonamida dapat melintasi plasenta dan masuk dalam sirkulasi janin dalam kadar

yang lebih rendah atau sama dengan kadarnya dalam sirkulasi ibu Pemakaian

sulfonamida pada wanita hamil harus dihindari terutama pada akhir masa kehamilan

Hal ini karena sulfonamida mampu mendesak bilirubin dari tempat ikatannya dengan

protein sehingga mengakibatkan terjadinya kern-ikterus pada bayi yang baru

dilahirkan Keadaan ini mungkin akan menetap sampai 7 hari setelah bayi lahir

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtEritromisin Pemakaian eritromisin pada wanita

hamil relatif aman karena meskipun dapat terdifusi secara luas ke hampir semua

jaringan (kecuali otak dan cairan serebrospinal) tetapi kadar pada janin hanya

mencapai 1-2 dibanding kadarnya dalam serum ibu Di samping itu sejauh ini

belum terdapat bukti bahwa eritromisin dapat menyebabkan kelainan pada janin

Kemanfaatan eritromisin untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh Chlamydia

pada wanita hamil serta pencegahan penularan ke janin cukup baik meskipun bukan

menjadi obat pilihan pertama Namun ditilik dari segi keamanan dan manfaatnya

pemakaian eritromisin untuk infeksi tersebut lebih dianjurkan dibanding antibiotika

lain misalnya tetrasiklin

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtTrimetoprim Karena volume distribusi yang

luas trimetoprim mampu menembus jaringan fetal hingga mencapai kadar yang lebih

tinggi dibanding sulfametoksazol meskipun kadarnya tidak lebih tinggi dari ibu Pada

uji hewan trimetoprim terbukti bersifat teratogen jika diberikan pada dosis besar

Meskipun belum terdapat bukti bahwa trimetoprim juga bersifat teratogen pada janin

tetapi pemakaiannya pada wanita hamil perlu dihindari Jika terpaksa harus

memberikan kombinasi trimetoprim + sulfametoksazol pada kehamilan diperlukan

pemberian suplementasi asam folet

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtNitrofurantoin Sering digunakan sebagai

antiseptik pada saluran kencing Jika diberikan pada awal kehamilan kadar

nitrofurantoin pada jaringan fetal lebih tinggi dibanding ibu tetapi kadarnya dalam

plasma sangat rendah Dengan makin bertambahnya umur kehamilan kadar

nitrofurantoin dalam plasma janin juga meningkat Sejauh ini belum terbukti bahwa

nitrofurantoin dapat meningkatkan kejadian malformasi janin Namun perhatian harus

diberikan terutama pada kehamilan cukup bulan di mana pemberian nitrofurantoin

pada periode ini kemungkinan akan menyebabkan anemia hemolitik pada janin

LKSI 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Percetakan Not BandungRagg M 2001 Obat-Obat yang paling diresepkan Arcan Jakarta

Santoso B 1995 Efek Samping Obat ed 2 Pusat Study Farmakologi Klinik dan Kebijakan Obat UGM Yogyakarta

Setiabudy S dkk 2007 Farmakologi dan Terapeutik edisi 5 FKUI JakartaSpeirs Al 1992 Ilmu Kesehatan Anak untuk Perawat ed 2 IKIPSemarang Press Semarang

Yagiela J A Frank J D Enid A N 2004 Pharmacology and Therapeutics for Dentistry Elsevier Mosby St Louis

Obat-obatan Untuk Ibu

Sebenarnya obat yang langsung ke ASI itu jumlahnya sangat kecil Sebagian kecil berpengaruh kepada bayi Secara umum menghentikan pemberian ASI lebih berbahaya daripada pengaruh obat tersebut Hanya sebagian kecil obat yang mempunyai efek samping Bayi yang berumur kurang dari satu bulan mempunyai masalah yang besar dibandingkan dengan bayi yang lebih tua Tetapi mungkin perlu dipikirkan obat alternatif untuk ibu yang menyebabkan lebih sedikit masalah Kejadian penghentian menyusui karena ibu harus minum obat adalah sangat jarang

Pada sedikit situasi menyusui merupakan kontra indikasi

Jika ibu mendapatkan obat anti kanker pemberian ASI boleh dihentikan Jika ibu mendapatkan pengobatan radioaktif ibu dapat menghentikan pemberian ASI untuk sementara Obat-obatan ini jarang digunakan

Beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang kadang-kadang menyebabkan perlunya penghentian pemberian ASI

Jika ibu mendapatkan obat psikiatrik atau anti konfulsan kadang-kadang membuat bayi (berusia kurang dari satu bulan) yang menyusui menjadi tampak lemah Khususnya jika diberikan barbiturat dan diazepam Jika memungkinkan sebaiknya diganti dengan obat lain yang mempunyai efek samping kecil Namun demikian sangat berbahaya jika mengubah pengobatan secara cepat khususnya pada kasus epilepsi

Jika tidak ada alternatif teruskan pemberian ASI dan amatilah bayinya

Jika terjadi efek samping pemberian ASI dapat dihentikan

Beberapa antibiotik perlu dihindari

Antibiotik pada umumnya aman bagi ASI dan bagi bayi Tetapi lebih baik menghindari pemberian Chloramphenikol dan tetrasiklin serta metronidazole Jika salah satu antibiotik tersebut harus diberikan kepada ibu teruskan menyusui dan amatilah bayinya Pada umumnya tidak ada masalah

Hindari pemberian sulphonamide kepada ibu khususnya jika bayi jaundice Jika obat seperti cotrimoxasole fansidar dan dapsone diperlukan berikan obat tersebut dan teruskan pemberian ASI Pertimbangkan pemberian makanan alternatif bila bayi jaundice terutama jaundice yang terjadi ketika ibu meminum obat tersebut

Obat yang menyebabkan menurunnya produksi ASI perlu dihindari

Hindari penggunaan kontrasepsi yang mengandung estrogen Hindari penggunaan Thiazide diuretik seperti Chlorotiazide karena obat ini menurunkan produksi ASI Jia mungkin carilah alternatifnya

Kebanyakan obat yang umum digunakan adalah aman pada dosis biasa

Jika ibu menyusui mendapatkan obat tetapi anda tidak yakin obat apa

1 Cek daftar obat di dalam manual 2 Anjurkan agar ibu terus menyusui sambil mencoba mengetahui obat apa yang diberikan 3 Amatilah bayi jika terjadi efek samping seperti mengantuk yang abnormal tidak nafsu makan dan

ikterus khususnya jika ibu mengkonsumsi obat untuk waktu yang lama 4 Usahakan mendapatkan saran dari petugas kesehatan yang lebih ahli seperti dokter atau apoteker 5 Jika khawatir cobalah mencari obat alternatif yang anda ketahui lebih aman 6 Jika bayi terkena efek samping dan ibu tidak mengubah penggunaan obatnya gunakanlah metode

alternatif yang aman 7 Jika bayi terkena efek samping dan anda tidak mungkin mengubah obatnya pertimbangkan cara

pemberian makanan yang lain untuk sementara waktu bila mungkin

Menyusui dan Obat-obatan untuk Ibu

Kontra indikasi pemberian ASI Obat anti kanker

Radioaktif (berhenti menyusui sementara)

Teruskan pemberian ASI Obat penyakit psikis dan anti konvulsan

(Amati efek samping pada bayi

misalnya mengantuk)

Gunakan obat alternatif Chloramfenikol tetracyclin metronidazole

Quinolone antibiotics (eg Ciprofloxacin)

Pantau kemungkinan ikterius Sulphonamides cotrimoxazole fansidar dapsone

Gunakan obat alternatif Estrogen terutama kontrasepsi berisi estrogen

(dapat menurunkan produksi ASI) Thiazide diuretic

Aman pada dosis biasa Obat-obatan paling biasa digunakan

Pantau bayi Analgesik dan antipiretik paracetakol yang diberikan untuk waktu siang asam acetil salisilik ibuprofen kadang-kadang diberikan morfin dan petidin kebanyakan obat batuk dan masuk angin antibiotik ampisilin kloxasilin dan penisilin erythromisin lain obat anti TB anti lepra anti malaria (kecuali meflokuin) antihelmint anti jamur bronchodilator (eg Salbutamol) corticosteroids antihistamin antasid obat untuk diabetes kebanyakan oabat anti-hipertensi digoksin suplemen gizi yodium zat besi dan vitamin-vitamin

Dikirim oleh (RSIA permata hati)

  • RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI
  • Hal-hal Terbaru Tentang Transfusi Darah
Page 3: RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI.docx

Kloramfenikol hendaknya dihindari bukan karena resiko grey baby syndrome mengingat kadarnya dalam plasma bayi terlalu rendah untuk menimbulkan gejala tersebut tetapi karena kemungkinan terjadinya depresi sumsum tulang sehingga produksi sel-sel darah berkurang Golongan tetrasiklin juga perlu dihindari karena terbukti menyebabkan gigi bayi berwarna kuning Khusus untuk bayi yang baru lahir keberadaan obat-obat golongan sulfonamid dalam ASI dapat menyebabkan kern-ikterus pada bayi Selanjutnya antibiotik golongan kinolon (misalnya norfloksasin dan siprofloksasin) dapat mengganggu proses penulangan pada bayi jika obat tersebut terdapat di dalam ASI Tinidazol tidak diperbolehkan bagi ibu hamil karena kadarnya di dalam plasma janin cukup besar untuk menimbulkan kanker dan mutagenensis

Masih banyak sederetan obat lain yang sebaiknya dihindari oleh ibu yang sedang menyusui Misalnya obat pencahar (laksatif) yang mengandung fenolftalein hendaknya dihindari karena dapat menyebabkan kanker pada bayi Bahan radioaktif misalnya Iodin dapat terakumulasi dalam ASI Obat anti tiroid (karbimazol) sebaiknya tidak diminum karena dapat menekan kelenjar tiroid bayi Garam-garam Emas hendaknya dihindari karena lama dikeluarkan dari tubuh bayi dan ada kemungkinan menyebabkan rash radang hati dan ginjal Litium tidak diperkenankan karena menekan syaraf pusat mengingat kadarnya dalam ASI mirip dengan kadarnya dalam plasma ibunya sehingga dikhawatirkan terjadi hipotonia pada bayi Penekan syaraf lainnya seperti golongan barbiturat dan benzodiasepin tidak dianjurkan karena waktu paroh eliminasinya lama Amiodaron (sangat larut dalam lemak dan volume distribusinya besar) lebih dari 30 dijumpai di dalam ASI sedangkan aspirin juga bisa berada dalam ASI dengan resiko Reyes Syndroma pada bayi Obat lain seperti simetidin oleh perkumpulan dokter anak di Amerika dilarang diberikan kepada ibu menyusui karena terakumulasi di dalam ASI meskipun makna klinisnya belum diketahui Akhirnya alkaloid ergot dan turunannya bisa menyebabkan ergotismus pada bayi

Beberapa obat yang tergolong sebagai obat yang relatif aman tercantum pada tabel 2 berikut

Tabel 2 Obat-obat yang relatif aman selama masa menyusui pada dosis lazim(a

Analgesik (parasetamol (b morfin) Antikonvulsan (Na valproat(b klonazepam(b) Antidepresan (nortriptilin(b imipramin desipramin(b amitriptilin Doxepin) Antihistamin (loratadin triprolidin) Penekan (metoprolol(b labetolol propranolol) Ca antagonis (verapamil diltiazem) Antihipertensif lain (hidralazin minoksidil(b) Antibiotik (amoksisilin seflaklor sefalosporin eritromisin(b) Antimalaria (meflokuin hidroksiklorokuin(b) Kortikosteroid (prednison) AINS (diklofenak ibuprofen indometasin asam mefenamat) Lain-lain (metroteksat dosis rendah digoksin laksatif tak terabsorbsi asiklovir terbutalin asam folat

sukralfat antasid insulin warfarin(b)

Keterangan (a Kadar maksimum pada bayi kurang dari 10 kadar plasma ibu (b Kadar maksimum pada bayi antara 10 - 50 kadar plasma ibu

Seperti yang terlihat pada tabel 2 cukup banyak obat-obatan yang diperbolehkan bagi ibu yang sedang menyusui karena terhitung aman untuk bayi sehat dan lahir normal Maksudnya jumlah obat yang diterima bayi melalui ASI kurang dari 10 dosis yang diminum ibunya (berdasarkan mgkg berat badan) Namun jika bayinya prematur atau ibunya mengalami over dosis hal ini dapat beresiko bagi bayinya Jika mungkin pilihlah obat yang mempunyai waktu paro eliminasi pendek atau jika memungkinkan minumlah obat di malam hari sewaktu bayi sedang tidak memerlukan ASI

Formula lepas lambat atau obat dan metabolit yang memiliki waktu paro panjang sebaiknya dihindari Dalam hal ini metronidazol masih menjadi kontroversi sebab secara invitro menimbulkan mutagenesis Juga tidak boleh diabaikan meski kasusnya jarang yaitu pengaruh tidur yang berkepanjangan pada bayi ketika ibunya menggunakan doxepin 75 mg perhari atau timbulnya konvulsi sewaktu ibunya meminum indometasin pada dosis lazim

Dari uraian di atas sangat dianjurkan bagi ibu-ibu yang sedang menyusui untuk lebih berhati-hati minum obat agar tidak terjadi penyesalan di kemudian hari

Tabel Obat yang lazim digunakan dan ekskresinya dalam air susu ibuObat Efek pada bayi KomentarAmpisilin Minimum Tanpa efek samping bermakna mungkin kejadian diare atau sensitisasi alergiAspirin Minimum Dosis sekali mungkin aman Dosis tinggi mungkin menimbulkan konsentrasibermakna dalam ASIDiazepam Bermakna Akan menyebabkan sedasi pada bayi yang minum ASI dapat timbulakumulasi pada neonatusDigoksin Minimum Jumlah yang memasuki ASI tidak bermaknaDikumarol Minimum Tidak dilaporkan efek samping mungkin bijaksana mengawasi waktuprotrombin bayiEtanol Sedang Ibu yang minum dalam jumlah sedang tak mungkin menimbulkan efek padabayi ibu yang mengkonsumsi dosis besar dapat menimbulkan efek alkoholpada bayiFenitoin Sedang Jumlah yang memasuki ASI mungkin cukup untuk menimbulkan efek sampingpada bayiFenobarbital Sedang Dosis hipnotik dapat menyebabkan sedasi pada bayiHeroin Bermakna Memasuki ASI dan dapat memperpanjang ketergantungan narkotik neonatalIsoniazid (INH) Minimum Konsentrasi ASI sama dengan konsentrasi plasma ibu mungkin timbuldefisiensi piridoksin pada bayiKafein Minimum Aman masukan kafein tingkat sedang konsentrasi dalam ASI sekitar 1dosis total yang diminum ibuKanamisin Minimum Tidak dilaporkan efek sampingKloral hidrat Bermakna Bisa menimbulkan mengantuk jika ASI diminum pada saat konsentrasi

puncak obatKloramfenikol Bermakna Konsentrasi terlalu rendah untuk menimbulkan Grey Syndrome mungkin adasumsum tulang direkomendasikan untuk tidak meminum kloramfenikolselama menyusuiKlorotiazid Minimum Tidak dilaporkan efek sampingKlorpromazin Minimum Tampak tak bermaknaKodein Minimum Tidak dilaporkan efek sampingKontrasepsi oral Minimum Akan menekan laktasi dalam dosis tinggiLitium Bermakna Hindari penyusuanMetadon Bermakna (Lihat heroin) Dengan pengawasan dokter yang ketat penyusuan dapatdilanjutkan Tanda putus opiat pada bayi bisa timbul jika ibu mengehentikanminum metadon atau menghentikan penyusuan mendadakPenisilin Minimum Konsentrasi sangat rendah dalam ASIPrednison Sedang Dosis ibu yang rendah mungkin aman Dosis 2 kali jumlah fisiologik atau lebihmungkin harus dihindariPropranolol Minimum Jumlah sangat kecil memasuki ASIPropiltiourasiltiourasilBermakna Dapat menekan fungsi tiroid pada bayiSpironolakton Mimimum Jumlah sangat kecil memasuki ASITeofilin Sedang Dapat memasuki ASI dalam jumlah sedang tapi tidak menimbulkan efekbermaknaTetrasiklin Sedang Mungkin mewarnai gigi yang sedang berkembang pada bayi secarapermanen Harus dihindari selama laktasiTiroksin Minimum Tanpa efek samping dalam dosis terapiTolbutamin Minimum Konsentrasi rendah dalam ASIWarfarin Minimum Jumlah sangat kecil ditemukan dalam ASIYodium(radioaktif)Bermakna Memasuki ASI dalam jumlah mencukupi untuk menyebabkan penekanantiroid pada bayiSumber Katzung BG (1987) Basic and Clinical Pharmacology 3rd edition Appleton and LangeNorwalk

Hal-hal Terbaru Tentang Transfusi Darah

Ronald D Miller MD

Sejak dikenalnya hepatitis non A non B (HCV) sebagai komplikasi mayor transfusi

darah penyebab infeksi lainnya seperti HTLV-I (human T-cell leukemiavirus

limfoma tipe I) and CMV (sitomegalovirus) timbul bersama infeksi yang paling

menghancurkan yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Syndrome (AIDS)

Infektifitas darah homolog telah menyebabkan pergeseran perhatian dari

menyempurnakan prosedur pencocokan silang dan mencegah reaksi transfusi ke

permasalahan yang berkisar antara pencegahan penyakit yang ditularkan melalui

transfusi dan immunosupresi yang diinduksi oleh transfusi hingga mempertanyakan

apakah banyak transfusi darah homolog benar-benar berindikasi klinis Data tahun

1996 menunjukkan bahwa resiko infeksi dari darah homolog telah berkurang secara

bermakna (Tabel 1) Hal ini utamanya disebabkan oleh luasnya pengujian pada

seluruh darah yang didonasikan (Tabel 2) Walaupun belum diukur dengan yang

teliti pengujian yang diperbaiki (misalnya pengujian molekular dan inaktifasi viral)

dengan menggunakan pengujian yang mengidentifikasi asam-asam nukleat virus

window period (Tabel 1) menurun secara bermakna dan insidensi HIV dan hepatitis

berkurang hingga kurang lebih 11000000 Sebelum meninjau status produk-

produk darah sintetik pernyataan berbagai konsep pada kedokteran transfusi akan

diperiksa

Tabel 1 Persentase Resiko Infeksi yang Ditularkan melalui Transfusi dengan Unit

Penyaring Darah di Amerika Serikat

Resiko Window Period (hari)

1 HIV 1493000 22

2 HTLV 1641000 51

3 Cytomegalovirus lt10 dengan cepat

4 HCV 1103000 82

5 HBV 163000 59

6 Resiko infeksi agregat 134000 mdashmdash

HIV = human immunodeficiency virus tipe 1

HTLV = human T-cell lymphotropic virus

HCV = virus hepatitis C

HBV = virus hepatitis B

88 HBV amp HCV

Tabel 2 Pengujian Penyakit Infeksi terhadap Darah Transfusi H

1 Pengujian diskontinuitas alanin aminotransferase

2 Pengujian antibodi hepatitis C

3 Antibodi terhadap antigen inti hepatitis B

4 HIV-1

5 HIV-2

6 HTLV III

7 Pengujian serologik terhadap sifilis

H dari JAMA 1995 274 1374

HIV = human immunodeficiency virus

HTLV = human T-cell lymphotropic virus

I Indikasi untuk Transfusi Darah

Indikasi untuk transfusi darah makin dipertanyakan Transfusi darah biasanya

diberikan untuk meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen dan volume

intravaskular Walaupun demikian berdasarkan teori peningkatan volume vaskular

seharusnya bukan merupakan suatu indikasi untuk transfusi darah karena volume

intravaskular dapat diperbesar dengan pemberian cairan yang tidak menularkan

infeksi (misalnya kristaloid atau koloid) Sehingga peningkatan kapasitas

pengangkutan oksigen merupakan satu-satunya indikasi nyata untuk transfusi

darah Dari segi praktisnya bila seorang pasien mengalami perdarahan darah

tepatnya diberikan untuk meningkatkan baik kapasitas pengangkutan oksigen dan

volume intravaskular Secara kritis berapa nilai hematokrit hemoglobin yang

diperlukan untuk kapasitas pengangkutan O2 Dalam sejarah hematokrit kurang

dari 30 (atau hemoglobin kurang dari 10 gdl) menunjukkan kebutuhan untuk

transfusi darah perioperatif Bagaimanapun juga ketakutan pada tahun-tahun

terakhir akan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh transfusi khususnya

Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) menyebabkan peninjauan ulang

terhadap indikasi ini Jelaslah transpor oksigen dapat dipertahankan dengan

hematokrit hingga 20 Dengan anggapan volume intravaskular normal dan respon

kompensasi kardiovaskular normal (contohnya takikardi) Baru-baru ini National

Institutes of Health Consensus Conference berpendapat bahwa pasien-pasien sehat

dengan hematokrit lebih besar daripada 30 jarang membutuhkan transfusi darah

perioperatif sedang pasien-pasien tersebut dengan anemia akut (misalnya

kehilangan darah intraoperatif) dengan hematokrit kurang dari 21 seringkali

membutuhkan transfusi darah Defenisi akhir kadar hematokrit atau hemoglobin

yang dibutuhkan untuk melakukan transfusi darah harus berdasarkan pada banyak

faktor seperti status kardiovaskular umur kehilangan darah yang diantisipasi

oksigenasi arterial cardiac output dan volume darah Yang lebih memperumit

permasalahan ini indikasi untuk transfusi darah mungkin juga tergantung pada

sumber darah Sebagai contoh indikasi-indikasi untuk darah autolog mungkin lebih

liberal karena tidak akan menyebarkan penyakit (misalnya hepatitis dan AIDS)

dibandingkan dengan darah homolog Bagaimanapun juga darah autolog sebaiknya

tidak dipandang sepenuhnya aman karena adanya kemungkinan kesalahan klinis

dan reaksi hemolitik sesudah transfusi

Pada bulan Juli 1989 FDA Drug Bulletin memberikan panduan keras untuk

pemberian sel darah merah Bulletin tersebut menyatakan bahwa ldquokapasitas

pengangkutan oksigen adekuat dapat dipenuhi dengan hemoglobin 7 gdl atau

bahkan lebih kurang bila volume intravaskular adekuat untuk melakukan perfusirdquo

Ada kondisi medis yang dapat membenarkan pemberian darah untuk mencapai

hemoglobin yang lebih tinggi (misalnya penyakit arteri koroner) Meskipun

demikian kekhawatiran bahwa transfusi darah seringkali diberikan secara tidak

tepat sehingga diperlukan penelitian yang lebih cermat terhadap praktek transfusi

Sebagai contoh banyak komite transfusi rumah sakit mengadakan pemeriksaan

ulang pada pasien-pasien didapatkan hematokrit postoperatif lebih tinggi dari

normal (33-34 ) dan menerima darah sehingga perlu ditinjau kembali indikasi

pemberian transfusi darah Peninjauan ini dilakukan untuk menentukan apakah

darah telah diberikan dengan tepat Bila ditemukan transfusi yang tidak tepat baik

dokter dan komite transfusi akan mengevaluasi lebih lanjut ketepatan transfusi

tersebut Sehingga seorang dokter ahli anestesi harus menyatakan secara jelas

dalam status rumah sakit alasan pemberian transfusi darah

Yang terbaru biasanya pada pasien-pasien perawatan intensif beberapa kelompok

telah mencoba mendefenisikan keadaan dimana transfusi darah sebaiknya

diberikan dengan mengukur oksigenasi jaringan dan hemodinamik (contohnya

peningkatan konsumsi oksigen sebagai respon terhadap kandungan oksigen) Tidak

ada pengukuran spesifik yang dapat secara konsisten memperkirakan kapan

seorang pasien diuntungkan oleh transfusi darah

Walaupun demikian terdapat bukti bahwa kualitas (contohnya umur) dan

peningkatan kapasitas oksigen (misalnya hemoglobin lebih tinggi dari 10 gdl)

dapat menguntungkan pasien yang sangat tidak sehat Kenyataannya satu

penelitian menemukan bahwa bila darah yang disimpan lebih dari 15 hari diberikan

akan terjadi iskemia limpa

Lebih baru lagi konsep yang ditegaskan oleh Purdy et al menyatakan bahwa

pasien-pasien yang menerima darah yang berumur 17 hari dibandingkan dengan

darah yang berumur 25 hari mempunyai tingkat kelangsungan hidup yang lebih

tinggi Pengaruh usia darah yang diberikan akan didiskusikan nanti pada presentasi

ini

Mungkin indikator lebih sensitif terhadap oksigenasi jaringan (misalnya pH

intramukosal) dapat menjadi indikasi untuk transfusi darah Menggunakan data

pada sebuah populasi pembedahan orthopedik variasi kadar hemoglobin tidak

berhubungan dengan lamanya hospitalisasi Namun atlit yang terlatih dan pasien-

pasien kardiak postoperatif mengalami perbaikan kemampuan fisik bila kadar

hemoglobin ditingkatkan Sebaliknya Weiskopf et al menemukan pada pasien-

pasien yang sehat penurunan konsentrasi hemoglobin hingga 50 gdl tidak

menyebabkan adanya bukti oksigenasi yang tidak adekuat Bagaimanapun juga

pasien-pasien ini tidak dipermasalahkan dengan stress pemulihan dari pembedahan

dan anesthesia Bagaimanapun juga Weiskopf et al menemukan bahwa pasien

yang tidak dapat meningkatkan cardiac outputnya dengan cara meningkatkan

denyut jantungnya sebaiknya menerima transfusi hingga kadar hemoglobin lebih

dari 10 gdl Sayangnya tidak dapat dihasilkan kesimpulan tepat dari data yang

sangat berguna tapi bersifat usulan ini

American Society of Anesthesiologists (ASA) telah mengembangkan Panduan

Praktek untuk Terapi Komponen darah Rekomendasi ASA untuk transfusi darah

adalah

Rekomendasi Sel Darah Merah

Organisasi tersebut menyimpulkan bahwa

1 Transfusi jarang diindikasikan bila konsentrasi hemoglobin lebih besar dari 10

gdL dan hampir selalu diindikasikan bila kurang dari 6 gdL khususnya bila anemia

akut

2 Apakah konsentrasi hemoglobin sedang (6-10 gdL) membutuhkan transfusi sel

darah merah harus berdasarkan resiko pasien terhadap komplikasi-komplikasi

oksigenasi yang tidak adekuat

3 Tidak disarankan hanya menggunakan pemicu hemoglobin untuk pasien yang

gagal memperbaiki semua faktor-faktor fisiologis dalam pembedahan penting yang

dapat mempengaruhi oksigenasi

4 Bila keadaan tepat penggunaan darah autolog preoperatif intraoperatif dan

postoperatif hemodilusi akut normovolemik hipotensi yang disengaja dan obat-

obatan dapat saja menguntungkan

5 Indikasi untuk transfusi sel darah merah autolog mungkin lebih baik daripada sel

darah merah alogenik karena resiko transmisi penyakit yang lebih rendah

Panduan ini menekankan pentingnya penetapan resiko pasien terhadap komplikasi

yang berhubungan dengan oksigenasi yang tidak adekuat suatu konsep yang lebih

ditekankan baru-baru ini Lebih lanjut beberapa organisasi menekankan

penggunaan tanda-tanda vital dan kehilangan darah sebagai indikator

Print Pengelompokan American College of Surgeons terhadap perdarahan Akut

Faktor I II III IV

Kehilangan darah ml up to 750 750-1500 1500-2000 ge2000

Kehilangan darah BV up to 15 15-30 30-40 ge40

Denyut nadi per menit gt100 gt100 gt120 ge140

Tekanan darah (mm Hg) Normal Normal Menurun Menurun

Tekanan nadi Normalmeningkat Menurun Menurun Menurun

Tes pengisian kapiller Normal Positif Positif Positif

Pernapasan per menit 14-20 20-30 30-40 gt35

Urine mljam ge30 20-30 5-10 dpt diabaikan

SSP (status mental) Sedikit gelisah Cukup gelisah Gelisah bingung Bingung letargi

Penggantian cairan (hukum 31) Kristaloid Kristaloid Kristaloid + darah Kristaloid

+darah

Panduan yang lebih sederhana akan sangat menolong Sebagai contoh dengan

bantuan Habibi et al panduan berikut disarankan bahwa pemberian satu unit PRC

akan meningkatkan hematokrit 3-5 Indikasinya adalah

Kehilangan darah gt 20 volume darah bila lebih dari 1000 ml

Hemoglobin lt 8 gdL

Hemoglobin lt 10 gdL dengan penyakit berat (misalnya emfisema penyakit

jantung iskemik)

Hemoglobin lt 10 gdL dengan darah autolog

Hemoglobin lt 12 gdL dan tergantung ventilator

Pertimbangannya peningkatan kapasitas pengangkutan oksigen lebih penting

daripada peningkatan volume intravaskular Karena itu penulis menekankan

pentingnya penetapan hemoglobin atau hematokrit Anjuran banyak bank darah

darah autolog lebih baik dibanding darah alogenik

II Darah Autologous dibandingkan dengan Darah Alogenik

Secara mengejutkan ada pendapat bahwa darah autolog tidak lebih aman

dibandingkan dengan darah alogenik (misalnya dari resiko infeksi) Karena itu

program darah autolog dapat saja dihapuskanSatu contoh dari penelitian seperti

itu adalah pasien-pasien histerektomi Kanter et al menemukan bahwa 25 dari 140

pasien yang mendonorkan darahnya dirinya harus ditransfusi kembali sedangkan

dari 123 pasien yang tidak mendonorkan darahnya sendiri hanya 1 yang perlu

ditransfusi Karena itu disimpulkan bahwa darah autolog sebelum operasi lebih baik

dihapuskan karena akan meningkatkan resiko transfusi darah alogenik Lebih lanjut

mereka membantah bahwa darah autolog tidak mempunyai resiko Satu dari

16000 donasi darah autolog mengalami reaksi yang cukup berat yang

membutuhkan perawatan di rumah sakit Kenyataannya beberapa komplikasi yang

berhubungan dengan transfusi darah autolog ada pada daftar di bawah

1 Anemia

2 Iskemia miokardial preoperatif dari anemia

3 Unit yang salah (1100000)

4 Transfusi darah yang lebih sering

Saran untuk pembatasan transfusi darah autolog tidak meliputi imunosupresi (lihat

diskusi selanjutnya) atau penyebaran infeksi dalam darah alogenik Sebagai contoh

dari tahun 1986 hingga 1991 ada 182 kegawatan yang berhubungan transfusi

dilaporkan ke FDA 29 (16) diantaranya disebabkan oleh kontaminasi bakterial 10

kasus infeksi Yersinia enterokolitika yang dilaporkan Hampir semua dengan darah

alogenik walaupun dua pasien juga mendapatkan darah autolog Sehingga

disimpulkan bahwa darah alogenik juga cukup beresiko

III Koagulasi

Dokter ahli anestesi mengetahui bahwa kecenderungan perdarahan sering terjadi

pada pasien-pasien yang ditransfusi secara masif Koagulopati ini disebabkan oleh

kombinasi banyaknya volume darah yang diberikan dan lamanya hipotensi atau

hipoperfusi Pasien-pasien dengan perfusi baik dan tidak hipotensi untuk jangka

waktu yang lama (misalnya gt 1 jam) dapat mentolerir banyak unit darah tanpa

menyebabkan koagulopati Nyatanya banyak pasien yang telah menerima lebih

dari 100 unit darah bertahan dengan perubahan kecil pada koagulasi Jelasnya

pasien yang hipotensif dan menerima banyak unit darah kemungkinan terjadi

koagulopati baik karena DIC maupun karena berkurangnya faktor-faktor koagulasi

karena penyimpanan darah di bank darah

Thrombositopenia dilusi merupakan penyebab diatesis hemoragik pada pasien yang

menerima banyak unit darah Walaupun penekanan utama pada hitung thrombosit

beberapa pengarang mempertanyakan peranan thrombositopenia pada koagulopati

pada pasien-pasien yang ditransfusi secara masif Mereka secara tepat menunjuk

bahwa hitung thrombosit jarang menurun serendah yang diperkirakan dari

pengenceran saja Hal ini mungkin karena thrombosit dilepaskan ke dalam sirkulasi

dari limpa sumsum tulang dan karena adanya thrombosit non fungsional Lebih

lanjut Reed et al menemukan tidak ada keuntungan pemberian thrombosit

profilaksis selama transfusi masif Thrombosit sebaiknya jangan diberikan untuk

memperbaiki hasil pemeriksaan laboratorium pada keadaan thrombositopenia

kecuali pada keadaan koagulopati klinis

Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa FFP tetap diberikan untuk pengobatan

koagulopati yang disebabkan oleh transfusi Keseluruhan peningkatan penggunaan

FFP pada tahun 1970an menyebabkan National Institutes of Health (NIH)

mengadakan konferensi untuk membahas masalah ini pada tahun 1985 Konferensi

ini menyimpulkan bahwa pemberian FFP sebagai bagian dari terapi koagulopati

yang disebabkan oleh transfusi darah masif hanya sedikit yang dapat dibuktikan

kebenarannya Bila dokter tetap ingin memberikan FFP kriteria berikut harus

ditetapkan

1 Perdarahan menyeluruh yang tidak dapat dikendalikan dengan jahitan bedah

atau kauter

2 PTT paling kurang 15 kali dari normal

3 Hitung thrombosit lebih besar daripada 70000mm (untuk menjamin bahwa

thrombositopenia bukan merupakan penyebab perdarahan)

Buletin Obat FDA baru (Juli 1989) menyimpulkan bahwa FFP sebaiknya jangan

diberikan

1 Untuk ekspansi volume sebagai suplemen nutrisi

2 Profilaksis dengan transfusi darah masif

3 Profilaksis setelah operasi By Pass

Yang lebih baru lagi ASA menyarankan pemberian FFP dengan panduan berikut

1 Untuk reversal mendesak terapi warfarin

2 Untuk koreksi defisiensi faktor pembekuan yang tidak diketahui bila konsentrat

spesifik tidak tersedia

3 Untuk koreksi perdarahan mikrovaskular bila ada peningkatan PT atau APTT

(gt15 kali normal)

4 Untuk koreksi perdarahan mikrovaskular sekunder terhadap defisiensi faktor

pembekuan pada pasien-pasien yang ditransfusi dengan lebih dari satu volume

darah dan bila PT dan PTT tidak dapat diperiksa

5 FFP harus diberikan dalam dosis yang dihitung untuk mencapai konsentrasi faktor

plasma minimum 30 (biasanya dicapai dengan pemberian FFP 10-15 mLkg )

kecuali untuk reversal mendesak antikoagulasi warfarin dimana FFP 5-8 mlkg

biasanya mencukupi Satu unit darah segar menyediakan faktor-faktor koagulasi

yang sama dengan yang terkandung dalam satu unit FFP

6 FFP dikontraindikasikan untuk tambahan volume plasma atau konsentrasi

albumin

Kesimpulan diatas berdasarkan anggapan bahwa yang diberikan adalah darah

lengkap Kebanyakan penelitian memeriksa pengaruh transfusi masif darah lengkap

pada koagulasi karena banyak pusat trauma menggunakan darah lengkap Murray

et al secara khusus mempertanyakan penggunaan PRC untuk kehilangan darah

yang banyak Pada penggunaan PRC kadar fibrinogen menurun signifikan

kebalikan dari penggunaan darah lengkap dimana kadar fibrinogen tetap tidak

berubah kecuali ada DIC (koagulasi inravaskular diseminata) Walaupun seluruh

faktor-faktor koagulasi menurun penurunan tidak sebanyak yang diperkirakan

karena pengenceran Mereka merasa bahwa faktor-faktor seperti VIII mungkin

disimpan dalam sel-sel endotelial dan dilepaskan dari endotelium selama stress

pembedahan Bila PRC digunakan untuk mengganti kehilangan darah mayor dokter

dapat mencoba memberikan FFP secara profilaksis Bagaimanapun juga Murray et

al secara khusus menyarankan untuk tidak mengikuti kebijaksanaan ini tetapi

menyatakan bahwa FFP hanya dibutuhkan bila PT dan PTT paling kurang 15 kali

normal dan kadar fibrinogen kurang dari 75 mgdL Penelitian terbaru oleh Murray

et al menunjukkan bahwa bila kehilangan volume intravaskuler digantikan dengan

PRC dan kristaloid PT dan PTT seringkali melebihi 15 kali normal

Baru-baru ini tiga pilihan dipertimbangkan oleh kebanyakan bank darah

A Detergen Pelarut Plasma dari donor multipel dikumpulkan dan diberikan

campuran pelarut penghancur lemak (tri-n-butil fosfat) dan detergen (triton x-100)

untuk menginaktivasi sampul lipid penyebab infeksi termasuk HIV HTLV HCV HBV

Baru-baru ini (1998) tersedia di Palang Merah Mempunyai beberapa kekurangan

termasuk pengumpulan yang dapat menyebabkan kontaminasi penyebab infeksi

yang beramplop

B Plasma donor tunggal yang diuji kembali untuk mempersiapkan FFP Unit (donasi

pertama) disimpan bila seluruh riwayat dan penyebab penyakit infeksi negatif Unit

tersebut tidak dilepaskan untuk digunakan hingga donor yang sama

menyumbangkan unit kedua lebih dari 3 bulan setelah donasi pertama dan lolos

pada pengujian serologik Saat itu unit pertama dilepaskan Unit kedua tidak

digunakan hingga orang tersebut kembali lebih dari 3 bulan kemudian untuk donasi

ketiga dan lolos kembali seluruh pengujian Saat itu unit kedua dapat digunakan

Pendekatan ini mempunyai keuntungan yang jelas tetapi pemberiannya rumit

C Plasma yang sering didonorkan Suatu hubungan terbalik terjadi antara jumlah

donasi yang diberikan seseorang dengan kemungkinan menjadi sero positif

Hubungan ini tidak saling bergantung pada waktu dimana donasi diberikan Yang

tampaknya mencapai reduksi maksimum insidensi sero positif pada lebih dari 4

donasi Perkiraannya adalah bahwa reduksi sero positif (dan karena itu transmisi)

hingga 13-12 gambaran saat ini

Pilihan diatas diadakan pada pertemuan di University of California San Fransisco

Transfusion Committee dan dokter akan mempunyai banyak pilihan plasma yang

lebih aman untuk pasien

IV Imunosupresi

Transfusi darah homolog menimbulkan suatu reaksi imunosupresif nonspesifik pada

resipien Efek ini bersifat terapi untuk resipien transplantasi ginjal Namun banyak

pengarang telah mengemukakan data untuk menunjukkan bahwa transfusi darah

meningkatkan suseptibilitas terhadap infeksi dan peningkatan progresi tumor

malignan Walaupun banyak faktor dapat terlibat pada pasien yang sakit keras

(misalnya pasien-pasien yang menerima transfusi darah kemungkinan punya

penyakit yang lebih luas dan invasif) bukti meyakinkan bahwa ada hubungan

antara transfusi preoperatif dan rekurensi tumor atau bertahan hidup pada pasien-

pasien dengan berbagai jenis kanker sebagaimana ditinjau oleh Schricmer et al

Mekanisme dan efek dari kanker ini tidak diketahui tetapi berhubungan dengan

peningkatan sintesis prostaglandin E penurunan generasi interleukin 2 dan produk

degradasi fibrinogen pada FFP Penemuan lanjut ini menimbulkan kekhawatiran

tentang pemberian FFP pada pasien-pasien yang imunitasnya ditekan Blumbert et

al menemukan bahwa pasien-pasien yang ditransfusi dengan PRC bertahan hidup

lebih baik daripada pasien-pasien yang menerima darah lengkap Hasilnya

Schriemer et al menyarankan untuk memberikan PRC dibanding darah lengkap bila

transfusi diindikasikan pada pasien-pasien kanker

Terbaru Landers et al telah meninjau mekanisme imunomodulasi yang disebabkan

tranfusi (Tabel 3) dan penurunan fungsi imun setelah transfusi darah alogenik atau

homolog (Tabel 4)

Table 3 Mekanisme Modulasi Imun yang ditimbulkan oleh Transfusi

Penumpukan Fe pada sistem RE mengakibatkan berbagai perubahan

Penurunan aktifitas makrofag yang dapat menangkap antigen kelas II oleh

monosit yang memproduksi prostaglandin E2 sehingga menghambat produksi IL-2

Inhibisi interleukin-2 oleh limfositT akan menurunkan stimulasi sel B dan produksi

antibodi

Teori deplesi klonal ndash sel-sel yang rusak akan menolak proses graft

Penurunan produksi limfosit T supressor

Pembentukan anti-idiotipik T cell receptor atau antibodi yang dapat melawan

antigen pada transfusi darah akan bangkit dan membentuk antigen yang baru

Dari Landers etal Anesth Analg 199682187

Table 4 Penurunan Fungsi Imun akibat Transfusi Darah Allogenik

Pengurangan respon limfosit

Penurunan produksi sitokin

Penurunan respon terhadap mitogen (subtansi yang menstimulasi mitosis dan

perubahan limfosit) atau antigen larut in vivo atau in vitro

Peningkatan jumlah atau fungsi sel supresor

Penurunan aktivitas sel pembunuh alami

Penurunan fungsi monosit

Penurunan sitotoksisitas yang di mediasi sel terhadap sel-sel target tertentu

Peningkatan produksi mediator dan antibodi anti idotipik supresif

Dari Landers etal Anesth Analg 199682187 (33)

V Terapi Komponen

A Thrombosit

Sebagiamana diindikasikan sebelumnya terdapat kekhawatiran bahwa produk-

produk darah homolog telah diberikan secara tidak tepat FDA Drug Bulletin Juli

1989 mencoba memberi panduan dan menyatakan bahwa thrombosit tidak boleh

diberikan

1 Kepada pasien-pasien dengan ITP (kecuali bila ada perdarahan yang mengancam

jiwa)

2 Profilaksis transfusi darah massif

3 Profilaksis pada cardiopulmonar bypass

FDA tidak menyatakan bahwa pada pasien yang menjalankan pembedahan atau

prosedur invasif lain tidak diuntungkan dari transfusi thrombosit profilaksis bila

hitung thrombosit paling kurang 50000mm3 dan thrombositopenia merupakan

satu-satunya kelainan

ASA task force baru-baru ini menyarankan bahwa

1 Transfusi thrombosit profilaksis tidak efektif dan jarang kali diindikasikan bila

thrombositopenia berhubungan dengan peningkatan destruksi thrombosit

(misalnya ITP)

2 Tranfusi thrombosit profilaksis jarang diindikasikan pada pasien-pasien bedah

dengan thrombositopenia yang berhubungan dengan penurunan produksi

thrombosit bila hitung thrombosit lebih besar daripada 100000mm3 dan biasanya

diindikasikan bila hitung thrombosit lebih rendah dari 50000mm3 Penentuan

apakah pasien-pasien dengan hitung thrombosit pada tingkat menengah (50000-

100000mm3) membutuhkan terapi harus berdasarkan pada resiko perdarahan

3 Pasien-pasien bedah dan obstetrik dengan perdarahan mikrovaskular biasanya

membutuhkan transfusi thrombosit bila hitung thrombosit lebih kecil dari

50000mm3 dan jarang membutuhkan transfusi bila lebih besar dari 100000mm3

Jika hitung thrombosit antara 50000-100000mm3) penentuan harus didasarkan

pada resiko pasien untuk perdarahan yang lebih signifikan

4 Persalinan pervaginam atau operatif dengan kehilangan darah yang sedikit dapat

dilakukan pada pasien-pasien dengan hitung thrombosit kurang dari 50000mm3

5 Transfusi thrombosit dapat diindikasikan bila hitung thrombosit cukup tetapi

terdapat disfungsi thrombosit dan perdarahan mikrovaskular

Transfusi thrombosit dibutuhkan untuk pasien-pasien dengan perdarahan sistemik

dan untuk pasien-pasien dengan resiko tinggi perdarahan yang disebabkan oleh

gangguan koagulasi sepsis atau disfungsi thrombosit yang berhubungan dengan

pengobatan atau penyakit Jelasnya maksudnya adalah untuk membuat dokter

lebih tepat dalam menetapkan indikasi transfusi thrombosit Karena peningkatan

kekhawatiran tentang kontaminasi bakterial kini sangat disarankan tiap pasien

yang menjadi demam setelah menerima konsentrat thrombosit harus dianggap

septik hingga terbukti sebaliknya

B Kriopresipitat

Kriopresipitat mengandung faktor VIIIC (aktivitas prokoagulan) faktor VIIIvWF

(faktor von Willebrand ) fibrinogen faktor XIII dan fibronektin yang merupakan

glikoprotein yang berperan pada peningkatan aktivitas sistem RES dalam

membunuh partikel asing dan bakteri dari darah

Terdapatnya fibrinogen yang rendah pada PRC sehingga ASA task force

menyarankan pemberian kriopresipitat untuk

1 Profilaksis pada pasien-pasien non perdarahan perioperiatif atau peripartum

dengan defisiensi fibrinogen kongenital atau penyakit von Willebrand yang tidak

berespon terhadap DDAVP (bila memungkinkan keputusan ini harus dibuat dengan

konsultasi dengan hematolog pasien tersebut)

2 Pasien-pasien perdarahan dengan penyakit von Willebrand

3 Koreksi perdarahan mikrovaskular pada pasien-pasien dengan transfusi massif

dengan konsentrasi fibrinogen kurang dari 80-100 mgdL (atau bila konsentrasi

fibrinogen tidak dapat diukur pada saat itu)

Darah lengkap harus diberikan pada transfusi darah massif karena PRC kurang

mengandung faktor koagulasi

Konsentrat faktor VIII merupakan terapi standar untuk hemofilia Teknik rekombinan

DNA terbaru telah digunakan untuk mengembangkan faktor VIII yang bebas

transmisi penyakit

VI Komplikasi

Dengan memperhitungkan pertimbangan di atas insidensi dari reaksi yang

merugikan adalah

Reaksi yang merugikan terhadap Transfusi

Tipe reaksi Insidensi

Reaksi febril 1 dari transfusi PRC

Reaksi alergi (urtikaria) 20 dari transfusi platelet

Rekasi transfusi hemolitik akut 11000 reaksi transfusi

Rekasi transfusi lambat ~ 133000 U PRC

Penyakit graft vs host (GVHD) ~ 12500 U PRC

Udem paru akut yang berhubungan

dengan transfusi (TRALI) 110000 U PRC

Dari Principles of Anesthetic Techniques and Anesthetic Emergencies

Darah yang telah bersih dari leukosit dapat menurunkan kejadian imunosupresi dan

insidensi banyak reaksi transfusi

VII Darah Sintetik

Karena banyak masalah termasuk yang terdaftar di atas dengan allogenik banyak

perusahaan mencoba membuat hemoglobin sintetik Produk ini telah diberikan pada

sukarelawan manusia dan pasien-pasien dengan keberhasilan yang cukup Hal ini

diungkapkan oleh Dietz et al pada Anesthesia amp Analgesia Februari 1996 Dasarnya

produk-produk ini

1 Larutan hemoglobin bebas stroma yang mengandung sejumlah modifikasi dari

molekul hemoglobin

2 Hemoglobin rekayasa genetik (misalnya Ecoli menghasilkan sel darah merah

manusia)

3 Larutan hemoglobin liposome-encapsulated mengandung hemoglobin dengan

membran sintetik

4 Perfluorokarbon larutan organik dengan kelarutan oksigen tinggi

Untuk mencegah banyak komplikasi seperti kerusakan ginjal pelepasan

endotoksin dan lain-lain berbagai pendekatan telah digunakan seperti cross-link

polimerisasi dan konjugator baik dengan kimiawi maupun tehnik genetik

sebagaimana diringkaskan dibawah

Tabel 5 Pengganti Sel darah Merah

Aktivitas Efisiensi

(efek biologis) (keuntungan untuk pasien)

Transpor O2 Penurunan penggunaan produk-produk darah

Bantuan hidup selama anemia berat Penurunan morbiditas dan mortalitas yang

berhubungan dengan transfusi

Resusitasi cairan Penggunaan pada lingkungan yang secara logistik sulit

Awalnya produk-produk ini dipandang sebagai pengganti darah Meskipun aman

tapi sulit disediakan oleh bank darah Kriteria FDA terhadap efisiensi sulit

diterapkan Sekarang lebih menekankan pada kemampuan transpor oksigennya

yang akan didiskusikan

Berbagai penelitian fase II and III telah dan sedang dilaksanakan Sejauh ini

kebanyakan produk menyebabkan hipertensi ringan dan peningkatan konsentrasi

amilase dan lipase yang signifikansinya masih harus ditetapkan

Kewaspadaan Pada GraviidaObat Efek Samping Utama Keterangan1048729 Kloramfenikol Gray-baby sindrom (kolapssirkulasi pd neonatus) anemiaHindari pemberian pd trimester 3masa laktasi amp neonatus1048729 SulfonamidDapsonRisiko hemolisis amp ikterus Hindari pemberian pd trimester 3 ampmasa laktasi1048729 Trimetoprim Hindari pemberian pd trimester 3

Obat Efek Samping Utama Keterangan1048729 Kloramfenikol Gray-baby sindrom (kolapssirkulasi pd neonatus) anemiaHindari pemberian pd trimester 3masa laktasi amp neonatus1048729 SulfonamidDapsonRisiko hemolisis amp ikterus Hindari pemberian pd trimester 3 ampmasa laktasi1048729 Trimetoprim Hindari pemberian pd trimester 3KotrimoksazolTeratogenik1048729 Eritromisin Hepatotoksik gangguan GIT Terutama pada sang ibu1048729 Penisilin ampSefalosporinHipersensitivitas rx alergigangguan GITbull Ruam amp diare pd neonatusbull Ko-amoksiklav sebaiknya dihindaripd kehamilanOtotoksik Gangguan pendengaran bisamempengaruhi ibu amp

Ibu Hamil Membutuhkan Antibiotik

Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) antibiotik

merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh mikroba untuk menghambat

pertumbuhan dan membasmi mikroba jenis lain Awalnya antibiotik hanya

ada beberapa namun saat ini sudah ditemukan berbagai jenis antibiotik

yang mampu mengatasi penyakit infeksi lanjutan Antibiotik bekerja untuk

melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri bukan virus Penggunaan

antibiotik tidak boleh sembarangan karena akan mendatangkan bahaya bagi

tubuh Prinsip yang harus diketahui antibiotik hanya digunakan jika ada

infeksi yang disebabkan oleh kuman bakteri

Obat-obatan antibiotik itu termasuk obat keras yang membantu tubuh untuk membunuh

kuman ataupun bakteri yang masuk dan tidak bisa dilawan dengan sistem kekebalan tubuh

Karena obat-obatan ini bekerja dengan sistem penghancuran total maka tidak hanya bakteri saja

sel tubuh kita yang terinfeksi dan disekitarnya akan ikut terkena guna menghilangkan

kesempatan masih ada sisa-sisa koloni bakteri yang mungkin bersembunyi Oleh karena itu

pemberian obat antibiotik harus tuntas sampai seluruh koloni bakteri benar-benar habis

terbunuh jika tidak maka dapat dipastikan bakteri itu bisa bersiap diri untuk menyerang

kembali atau bahkan bisa juga bakteri-bakteri itu menjadi resisten dengan obat tersebut dan

kalau sudah begitu diperlukan antibiotik generasi lebih tinggi untuk membunuh kuman Oleh

karena efek membunuh yang kuat jika seorang pasien diberi obat antibiotik harus dipastikan

sistem kekebalan tubuh pasien itu juga kuat Karena untuk melawan efek dari antibiotik itu

sendiri dan untuk sistem self-recovery mengganti sel-sel tubuh yang telah rusak

Pengaruh buruk obat terhadap janin dapat bersifat toksik teratogenik maupun letal

tergantung pada sifat obat dan umur kehamilan paga saat minum obat Pengaruh toksik adalah

jika obat yang diminum selama masa kehamilan menyebabkan terjadinya gangguan fisiologik

atau bio-kimiawi dari janin yang dikandung dan biasanya gejalanya baru muncul beberapa saat

setelah kelahiran Pengaruh obat bersifat teratogenik jika menyebabkan terjadinya malformasi

anatomik pada petumbuhan organ janin Pengaruh teratogenik ini biasanya terjadi pada dosis

subletal Sedangkan pengaruh obat yang bersifa letal adalah yang mengakibatkan kematian janin

dalam kandungan Secara umum pengaruh buruk obat pada janin dapat beragam sesuai dengan

fase-fase berikut

lt--[if supportLists]--gt1 lt--[endif]--gtFase implantasi yaitu pada umur kehamilan

kurang dari 3 minggu Pada fase ini obat dapat memberi pengaruh buruk atau

mungkin tidak sama sekali Jika terjadi pengaruh buruk biasanya menyebabkan

kematian embrio atau berakhirnya kehamilan (abortus)

lt--[if supportLists]--gt2 lt--[endif]--gtFase embional atau organogenesis yaitu pada

umur kehamilan antara 4-8 minggu Pada fase ini terjadi diferensiasi pertumbuhan

untuk terjadinya malformasi anatomik (pengaruh teratogenik) Berbagai pengaruh

buruk yang mungkin terjadi pada fase ini antara lain

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtGangguan fungsional atau metabolik yang

permanen yang biasanya baru muncul kemudian jadi tidak timbul secara

langsung pada saat kehamilan Misalnya pemakaian hormon dietilstilbestrol pada

trimester pertama kehamilan terbukti berkaitan dengan terjadinya adenokarsinoma

vagina pada anak perempuan di kemudian hari (pada saat mereka sudah dewasa)

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtPengaruh letal berupa kematian janin atau

terjadinya abortus

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtPengaruh sub-letal yang biasanya dalam

bentuk malformasi anatomis pertumbuhan organ seperti misalnya fokolemia

karena talidomid

lt--[if supportLists]--gt3 lt--[endif]--gtFase fetal yaitu pada trimester kedua dan ketiga

kehamilan Dalam fase ini terjadi maturasi dan pertumbuhan lebih lanjut dari janin

Pengaruh buruk senyawa asing terhadap janin pada fase ini tidak berupa malformasi

anatomik lagi tetapi mungkin dapat berupa gangguan pertumbuhan baik terhadap

fungsi-fungsi fisiologik atau biokimiawi organ-organ Demikian pula pengaruh obat

yang dialami ibu dapat pula dialami janin meskipun mungkin dalam derajat yang

berbeda Sebagai contoh adalah terjadinya depresi pernafasan neonatus karena selama

masa akhir kehamilan ibu mengkonsumsi obat-obat seperti analgetika-narkotik atau

terjadinya efek samping pada sistem ekstrapiramidal setelah pemakaian fenotiazin

Secara umumsetiap obat dibagi dalam kategori (A B C D dan X) berdasarkan tingkat

resiko saat kehamilan

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori A

Hanya beberapa obat saja yang termasuk kategori A di mana obat tersebut tidak

berbahaya bila dikonsumsi pada trisemester pertama saat kehamilan Contoh obat

adalah Nystatin vaginal (Mycostatin)

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori B

Obat kategori B meliputi obat-obat yang pengalaman pemakainya pada wanita hamil

masih terbatas tetapi tidak terbukti meningkatkan frekuensi malformasi atau

pengaruh buruk lainnya pada janin Mengingat terbatasnya pengalaman pemakaian

pada wanita hamil maka obat-obat kategori B dibagi lagi berdasarkan temuan-

temuan pada studi toksikologi pada hewan yaitu

B1 Dari penelitian pada hewan tidak terbukti meningkatnya kejadian kerusakan janin

(fetal damage) Contoh obat-obat yang termasuk pada kelompok ini misalnya

simetidin dipiridamol dan spektinomisin

B2 Data dari penilitian pada hewan belum memadai tetapi ada petunjuk tidak

meningkatnya kejadian kerusakan janin tikarsilin amfoterisin dopamin asetilkistein

dan alkaloid belladona adalah obat-obat yang masuk dalam kategori ini

B3 Penelitian pada hewan menunjukkan peningkatan kejadian kerusakan janin tetapi

belum tentu bermakna pada manusia Sebagai contoh adalah karbamazepin

pirimetamin griseofulvin trimetoprim dan mebendazol

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori C

Beberapa ada di kategori ini karena tidak ada informasi yang cukup dan beberapa

obat member efek buruk pada hewan percobaan tetapi tidak ada konfirmasi ataupun

pemberitahuan adanya masalah yang timbul seperti kelahiran yang cacat pada

manusia Merupakan obat-obat yang dapat memberi pengaruh buruk pada janin tanpa

disertai malformasi anatomik semata-mata karena efek farmakologiknya Yang

termasuk kategori C yaitu Baktirm Trimetropim Biaxin Cipro Diflucan Monistat

Terazol Isoniazid Rifampin dan Vermox

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori D

Pada kategori ini obat memberi efek yang buruk pada kehamilan dan sebaiknya

tidak digunakan kecuali tidak ada alternatif lain Contohnya adalah Tetrasiklin

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori X

Obat-obat yang masuk dalam kategori ini adalah yang telah terbukti mempunyai

risiko tinggi terjadinya pengaruh buruk yang menetap (irreversibel) pada janin jika

diminum pada masa kehamilan Obat dalam kategori ini merupakan kontraindikasi

mutlak selama kehamilan Sebagai contoh adalah isotretionin dan dietilstilbestrol

Untuk keadaan hamil apalagi masih dalam trimester ketiga pemberian antibiotik bisa

sangat membahayakan janin karena hampir semua antibiotik memberikan efek samping mual

muntah pusing dan gangguan sistem pencernaan Efek-efek samping yang ditimbulkan juga

akan menekan kehamilan Bahkan ada antibiotik yang bisa menembus sampai ke sistem

kelenjar cairan seperti liur kelenjar getah bening cairan otak dan ASI Jika pada masa

menyusui minum antibiotik maka obat akan merembes di ASI dan bayi akan minum ASI

bercampur obat bisa dibayangkan apa yang akan terjadi

Obat-obat antibiotik yang perlu perhatian khusus atau tidak boleh diminum untuk ibu

hamil dan menyusui

lt--[if supportLists]--gt1 lt--[endif]--gtGolongan Aminoglikosida (biasanya dalam

turunan garam sulfate-nya) seperti amikacin sulfate tobramycin sulfate dibekacin

sulfate gentamycin sulfate kanamycin sulfate dan netilmicin sulfate

Aminoglikosida dimasukkan dalam kategori obat D yang penggunaannya oleh

wanita hamil diketaui meningkatkan angka kejadian malformasi dan kerusakan janin

yang bersifat ireversibel Pemberian aminoglikosida pada wanita hamil sangat tidak

dianjurkan Selain itu aminoglikosida juga mempunyai efek samping nefrotoksik dan

ototoksik pada ibu dan juga dapat menimbulkan kerusakan ginjal tingkat seluler

pada janin terutama jika diberikan pada periode organogeneis Kerusakan saraf

kranial VIII juga banyak terjadi pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang

mendapat aminoglikosida pada kehamilan

lt--[if supportLists]--gt2 lt--[endif]--gtGolongan Sefalosporin seperti cefuroxime

acetyl cefotiam diHCl cefotaxime Na cefoperazone Na ceftriaxone Na cefazolin

Na cefaclor dan turunan garam monohydrate-nya cephadrine dan ceftizoxime Na

Sama halnya dengan penisilin sefalosporin relatif aman jika diberikan pada trimester

pertama kehamilan Kadar sefalosporin dalam sirkulasi janin meningkat selama

beberapa jam pertama setelah pemberian dosis pada ibu tetapi tidak terakumulasi

setelah pemberian berulang atau melalui infus Sejauh ini belum ada bukti bahwa

pengaruh buruk sefalosporin seperti misalnya anemia hemolitik dapat terjadi pada

bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu yang mendapat sefalosporin pada trimester

terakhir kehamilan

lt--[if supportLists]--gt3 lt--[endif]--gtGolongan Kloramfenikol seperti

Kloramfenikol dan thiamfenicol

Kloramfenikol bila diberikan menjelang persalinan dapat mengakibatkan kolaps

sirkulasi pada neonatus Pemberian kloramfenikol pada wanita hamil terutama pada

trimester II dan III di mana hepar belum matur dapat menyebabkan angka

terjadinya sindroma Grey pada bayi ditandai dengan kulit sianotik (sehingga bayi

tampak keabuabuan) hipotermia muntah abdomen protuberant dan menunjukkan

reaksi menolak menyusu di samping pernafasan yang cepat amp tidak teratur serta

letargi Kloramfenikol dimasukkan dalam kategori C yaitu obat yang karena efek

farmakologiknya dapat menyebabkan pengaruh buruk pada janin tanpa disertai

malformasi anatomik Pengaruh ini dapat bersifat reversibel Pemberian

kloramfenikol selama kehamilan sejauh mungkin dihindari terutama pada minggu-

minggu terakhir menjelang kelahiran dan selama menyusui

lt--[if supportLists]--gt4 lt--[endif]--gtGolongan Makrolid seperti clarithomycin

roxirhromycin erythromycin spiramycin dan azithromycin

lt--[if supportLists]--gt5 lt--[endif]--gtGolongan Penicillin seperti amoxicillin

turunan tridydrate dan turunan garam Na-nya

Obat-obat yang termasuk dalam golongan penisilin dapat dengan mudah menembus

plasenta dan mencapai kadar terapetik baik pada janin maupun cairan amnion

Penisilin relatif paling aman jika diberikan selama kehamilan meskipun perlu

pertimbangan yang seksama dan atas indikasi yang ketat mengingat kemungkinan

efek samping yang dapat terjadi pada ibu

lt--[if supportLists]--gt6 lt--[endif]--gtGolongan Kuinolon seperti ciprofloxacin dan

turunan garam HCl-nya ofloxacin sparfloxacin dan norfloxacin

lt--[if supportLists]--gt7 lt--[endif]--gtGolongan Tetrasiklin seperti doxycycline

tetracyclin dan turunan HCl-nya (tidak boleh untuk wanita hamil) dan oxytetracylin

(tidak boleh untuk wanita hamil)

Tetraskilin adalah jenis antibiotik yang merupakan anti bakteri yang luas sebagai

penghambat dan pembunuh bakteri gram positif dan gram negatif Merupakan zat

kelasi yang mempunyai afinitas dengan kalsium dan basa yang sukar larut dalam air

tetapi bentuk garam natrium atau garam HCL-nya mudah larut Dalam keadaadn

kering bentuk basa dan garam HCL tetrasiklin bersifat relative stabil Sedangkan

dalam larutan kebanyakan tetrasiklin sangat labil sehingga cepat berkurang

potensinya Efek tetrasiklin semakin fatal pada ibu hamil trimester pertama

Sehingga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang mikromelia dan

sindaktil Pembentukan tulang baru mulai pada trimester kedua Oleh karena itu

pemberian pada trismester kedua dapat mengakibatkan peubahan warna kekuningan

yang permanen pada gigi susu dan hipoplasia enamel Meskipun demikian gigi yang

kekuningan tersebut lebih tahan terhadap karies dibandingkan gigi normal

Sedangkan pemberian pada bulan ke 4 kehidupan janin sampai akhir tahun pertama

dapat menimbulkan kelainan warna gigi Wanita hamil atau masa nifas dengan

pielonefritis atau gangguan fungsi ginjal lain cendrung menderita kerusakan hati

akibat pemberian golongan tetrasiklin Tapi saat ini tetraskilin sudah jarang diberikan

kepada ibu hamil dan anak anak

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmpilisin Segi keamanan baik bagi ibu maupun

janin relatif cukup terjamin Kadar ampisilin dalam sirkulasi darah janin meningkat

secara lambat setelah pemberiannya pada ibu dan bahkan sering melebihi kadarnya

dalam sirkulasi ibu Pada awal kehamilan kadar ampisilin dalam cairan amnion

relatif rendah karena belum sempurnanya ginjal janin di samping meningkatnya

kecepatan aliran darah antara ibu dan janin pada masa tersebut Tetapi pada periode

akhir kehamilan di mana ginjal dan alat ekskresi yangi lain pada janin telah matur

kadarnya dalam sirkulasi janin justru lebih tinggi dibanding ibu Farmakokinetika

ampisilin berubah menyolok selama kehamilan Dengan meningkatnya volume

plasma dan cairan tubuh maka meningkat pula volume distribusi obat Oleh sebab itu

kadar ampisilin pada wanita hamil kira-kira hanya 50 dibanding saat tidak hamil

Dengan demikian penambahan dosis ampisilin perlu dilakukan selama masa

kehamilan

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmoksisilin Pada dasarnya absorpsi

amoksisilin setelah pemberian per oral jauh lebih baik dibanding ampisilin

Amoksisilin diabsorpsi secara cepat dan sempurna baik setelah pemberian oral

maupun parenteral Seperti halnya dengan ampisilin penambahan dosis amoksisilin

pada kehamilan perlu dilakukan mengingat kadarnya dalam darah ibu maupun janin

relatif rendah dibanding saat tidak hamil Dalam sirkulasi janin kadarnya hanya

sekitar seperempat sampai sepertiga kadar di sirkulasi ibu

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtSulfonmida Obat-obat yang tergolong

sulfonamida dapat melintasi plasenta dan masuk dalam sirkulasi janin dalam kadar

yang lebih rendah atau sama dengan kadarnya dalam sirkulasi ibu Pemakaian

sulfonamida pada wanita hamil harus dihindari terutama pada akhir masa kehamilan

Hal ini karena sulfonamida mampu mendesak bilirubin dari tempat ikatannya dengan

protein sehingga mengakibatkan terjadinya kern-ikterus pada bayi yang baru

dilahirkan Keadaan ini mungkin akan menetap sampai 7 hari setelah bayi lahir

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtEritromisin Pemakaian eritromisin pada wanita

hamil relatif aman karena meskipun dapat terdifusi secara luas ke hampir semua

jaringan (kecuali otak dan cairan serebrospinal) tetapi kadar pada janin hanya

mencapai 1-2 dibanding kadarnya dalam serum ibu Di samping itu sejauh ini

belum terdapat bukti bahwa eritromisin dapat menyebabkan kelainan pada janin

Kemanfaatan eritromisin untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh Chlamydia

pada wanita hamil serta pencegahan penularan ke janin cukup baik meskipun bukan

menjadi obat pilihan pertama Namun ditilik dari segi keamanan dan manfaatnya

pemakaian eritromisin untuk infeksi tersebut lebih dianjurkan dibanding antibiotika

lain misalnya tetrasiklin

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtTrimetoprim Karena volume distribusi yang

luas trimetoprim mampu menembus jaringan fetal hingga mencapai kadar yang lebih

tinggi dibanding sulfametoksazol meskipun kadarnya tidak lebih tinggi dari ibu Pada

uji hewan trimetoprim terbukti bersifat teratogen jika diberikan pada dosis besar

Meskipun belum terdapat bukti bahwa trimetoprim juga bersifat teratogen pada janin

tetapi pemakaiannya pada wanita hamil perlu dihindari Jika terpaksa harus

memberikan kombinasi trimetoprim + sulfametoksazol pada kehamilan diperlukan

pemberian suplementasi asam folet

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtNitrofurantoin Sering digunakan sebagai

antiseptik pada saluran kencing Jika diberikan pada awal kehamilan kadar

nitrofurantoin pada jaringan fetal lebih tinggi dibanding ibu tetapi kadarnya dalam

plasma sangat rendah Dengan makin bertambahnya umur kehamilan kadar

nitrofurantoin dalam plasma janin juga meningkat Sejauh ini belum terbukti bahwa

nitrofurantoin dapat meningkatkan kejadian malformasi janin Namun perhatian harus

diberikan terutama pada kehamilan cukup bulan di mana pemberian nitrofurantoin

pada periode ini kemungkinan akan menyebabkan anemia hemolitik pada janin

LKSI 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Percetakan Not BandungRagg M 2001 Obat-Obat yang paling diresepkan Arcan Jakarta

Santoso B 1995 Efek Samping Obat ed 2 Pusat Study Farmakologi Klinik dan Kebijakan Obat UGM Yogyakarta

Setiabudy S dkk 2007 Farmakologi dan Terapeutik edisi 5 FKUI JakartaSpeirs Al 1992 Ilmu Kesehatan Anak untuk Perawat ed 2 IKIPSemarang Press Semarang

Yagiela J A Frank J D Enid A N 2004 Pharmacology and Therapeutics for Dentistry Elsevier Mosby St Louis

Obat-obatan Untuk Ibu

Sebenarnya obat yang langsung ke ASI itu jumlahnya sangat kecil Sebagian kecil berpengaruh kepada bayi Secara umum menghentikan pemberian ASI lebih berbahaya daripada pengaruh obat tersebut Hanya sebagian kecil obat yang mempunyai efek samping Bayi yang berumur kurang dari satu bulan mempunyai masalah yang besar dibandingkan dengan bayi yang lebih tua Tetapi mungkin perlu dipikirkan obat alternatif untuk ibu yang menyebabkan lebih sedikit masalah Kejadian penghentian menyusui karena ibu harus minum obat adalah sangat jarang

Pada sedikit situasi menyusui merupakan kontra indikasi

Jika ibu mendapatkan obat anti kanker pemberian ASI boleh dihentikan Jika ibu mendapatkan pengobatan radioaktif ibu dapat menghentikan pemberian ASI untuk sementara Obat-obatan ini jarang digunakan

Beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang kadang-kadang menyebabkan perlunya penghentian pemberian ASI

Jika ibu mendapatkan obat psikiatrik atau anti konfulsan kadang-kadang membuat bayi (berusia kurang dari satu bulan) yang menyusui menjadi tampak lemah Khususnya jika diberikan barbiturat dan diazepam Jika memungkinkan sebaiknya diganti dengan obat lain yang mempunyai efek samping kecil Namun demikian sangat berbahaya jika mengubah pengobatan secara cepat khususnya pada kasus epilepsi

Jika tidak ada alternatif teruskan pemberian ASI dan amatilah bayinya

Jika terjadi efek samping pemberian ASI dapat dihentikan

Beberapa antibiotik perlu dihindari

Antibiotik pada umumnya aman bagi ASI dan bagi bayi Tetapi lebih baik menghindari pemberian Chloramphenikol dan tetrasiklin serta metronidazole Jika salah satu antibiotik tersebut harus diberikan kepada ibu teruskan menyusui dan amatilah bayinya Pada umumnya tidak ada masalah

Hindari pemberian sulphonamide kepada ibu khususnya jika bayi jaundice Jika obat seperti cotrimoxasole fansidar dan dapsone diperlukan berikan obat tersebut dan teruskan pemberian ASI Pertimbangkan pemberian makanan alternatif bila bayi jaundice terutama jaundice yang terjadi ketika ibu meminum obat tersebut

Obat yang menyebabkan menurunnya produksi ASI perlu dihindari

Hindari penggunaan kontrasepsi yang mengandung estrogen Hindari penggunaan Thiazide diuretik seperti Chlorotiazide karena obat ini menurunkan produksi ASI Jia mungkin carilah alternatifnya

Kebanyakan obat yang umum digunakan adalah aman pada dosis biasa

Jika ibu menyusui mendapatkan obat tetapi anda tidak yakin obat apa

1 Cek daftar obat di dalam manual 2 Anjurkan agar ibu terus menyusui sambil mencoba mengetahui obat apa yang diberikan 3 Amatilah bayi jika terjadi efek samping seperti mengantuk yang abnormal tidak nafsu makan dan

ikterus khususnya jika ibu mengkonsumsi obat untuk waktu yang lama 4 Usahakan mendapatkan saran dari petugas kesehatan yang lebih ahli seperti dokter atau apoteker 5 Jika khawatir cobalah mencari obat alternatif yang anda ketahui lebih aman 6 Jika bayi terkena efek samping dan ibu tidak mengubah penggunaan obatnya gunakanlah metode

alternatif yang aman 7 Jika bayi terkena efek samping dan anda tidak mungkin mengubah obatnya pertimbangkan cara

pemberian makanan yang lain untuk sementara waktu bila mungkin

Menyusui dan Obat-obatan untuk Ibu

Kontra indikasi pemberian ASI Obat anti kanker

Radioaktif (berhenti menyusui sementara)

Teruskan pemberian ASI Obat penyakit psikis dan anti konvulsan

(Amati efek samping pada bayi

misalnya mengantuk)

Gunakan obat alternatif Chloramfenikol tetracyclin metronidazole

Quinolone antibiotics (eg Ciprofloxacin)

Pantau kemungkinan ikterius Sulphonamides cotrimoxazole fansidar dapsone

Gunakan obat alternatif Estrogen terutama kontrasepsi berisi estrogen

(dapat menurunkan produksi ASI) Thiazide diuretic

Aman pada dosis biasa Obat-obatan paling biasa digunakan

Pantau bayi Analgesik dan antipiretik paracetakol yang diberikan untuk waktu siang asam acetil salisilik ibuprofen kadang-kadang diberikan morfin dan petidin kebanyakan obat batuk dan masuk angin antibiotik ampisilin kloxasilin dan penisilin erythromisin lain obat anti TB anti lepra anti malaria (kecuali meflokuin) antihelmint anti jamur bronchodilator (eg Salbutamol) corticosteroids antihistamin antasid obat untuk diabetes kebanyakan oabat anti-hipertensi digoksin suplemen gizi yodium zat besi dan vitamin-vitamin

Dikirim oleh (RSIA permata hati)

  • RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI
  • Hal-hal Terbaru Tentang Transfusi Darah
Page 4: RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI.docx

sukralfat antasid insulin warfarin(b)

Keterangan (a Kadar maksimum pada bayi kurang dari 10 kadar plasma ibu (b Kadar maksimum pada bayi antara 10 - 50 kadar plasma ibu

Seperti yang terlihat pada tabel 2 cukup banyak obat-obatan yang diperbolehkan bagi ibu yang sedang menyusui karena terhitung aman untuk bayi sehat dan lahir normal Maksudnya jumlah obat yang diterima bayi melalui ASI kurang dari 10 dosis yang diminum ibunya (berdasarkan mgkg berat badan) Namun jika bayinya prematur atau ibunya mengalami over dosis hal ini dapat beresiko bagi bayinya Jika mungkin pilihlah obat yang mempunyai waktu paro eliminasi pendek atau jika memungkinkan minumlah obat di malam hari sewaktu bayi sedang tidak memerlukan ASI

Formula lepas lambat atau obat dan metabolit yang memiliki waktu paro panjang sebaiknya dihindari Dalam hal ini metronidazol masih menjadi kontroversi sebab secara invitro menimbulkan mutagenesis Juga tidak boleh diabaikan meski kasusnya jarang yaitu pengaruh tidur yang berkepanjangan pada bayi ketika ibunya menggunakan doxepin 75 mg perhari atau timbulnya konvulsi sewaktu ibunya meminum indometasin pada dosis lazim

Dari uraian di atas sangat dianjurkan bagi ibu-ibu yang sedang menyusui untuk lebih berhati-hati minum obat agar tidak terjadi penyesalan di kemudian hari

Tabel Obat yang lazim digunakan dan ekskresinya dalam air susu ibuObat Efek pada bayi KomentarAmpisilin Minimum Tanpa efek samping bermakna mungkin kejadian diare atau sensitisasi alergiAspirin Minimum Dosis sekali mungkin aman Dosis tinggi mungkin menimbulkan konsentrasibermakna dalam ASIDiazepam Bermakna Akan menyebabkan sedasi pada bayi yang minum ASI dapat timbulakumulasi pada neonatusDigoksin Minimum Jumlah yang memasuki ASI tidak bermaknaDikumarol Minimum Tidak dilaporkan efek samping mungkin bijaksana mengawasi waktuprotrombin bayiEtanol Sedang Ibu yang minum dalam jumlah sedang tak mungkin menimbulkan efek padabayi ibu yang mengkonsumsi dosis besar dapat menimbulkan efek alkoholpada bayiFenitoin Sedang Jumlah yang memasuki ASI mungkin cukup untuk menimbulkan efek sampingpada bayiFenobarbital Sedang Dosis hipnotik dapat menyebabkan sedasi pada bayiHeroin Bermakna Memasuki ASI dan dapat memperpanjang ketergantungan narkotik neonatalIsoniazid (INH) Minimum Konsentrasi ASI sama dengan konsentrasi plasma ibu mungkin timbuldefisiensi piridoksin pada bayiKafein Minimum Aman masukan kafein tingkat sedang konsentrasi dalam ASI sekitar 1dosis total yang diminum ibuKanamisin Minimum Tidak dilaporkan efek sampingKloral hidrat Bermakna Bisa menimbulkan mengantuk jika ASI diminum pada saat konsentrasi

puncak obatKloramfenikol Bermakna Konsentrasi terlalu rendah untuk menimbulkan Grey Syndrome mungkin adasumsum tulang direkomendasikan untuk tidak meminum kloramfenikolselama menyusuiKlorotiazid Minimum Tidak dilaporkan efek sampingKlorpromazin Minimum Tampak tak bermaknaKodein Minimum Tidak dilaporkan efek sampingKontrasepsi oral Minimum Akan menekan laktasi dalam dosis tinggiLitium Bermakna Hindari penyusuanMetadon Bermakna (Lihat heroin) Dengan pengawasan dokter yang ketat penyusuan dapatdilanjutkan Tanda putus opiat pada bayi bisa timbul jika ibu mengehentikanminum metadon atau menghentikan penyusuan mendadakPenisilin Minimum Konsentrasi sangat rendah dalam ASIPrednison Sedang Dosis ibu yang rendah mungkin aman Dosis 2 kali jumlah fisiologik atau lebihmungkin harus dihindariPropranolol Minimum Jumlah sangat kecil memasuki ASIPropiltiourasiltiourasilBermakna Dapat menekan fungsi tiroid pada bayiSpironolakton Mimimum Jumlah sangat kecil memasuki ASITeofilin Sedang Dapat memasuki ASI dalam jumlah sedang tapi tidak menimbulkan efekbermaknaTetrasiklin Sedang Mungkin mewarnai gigi yang sedang berkembang pada bayi secarapermanen Harus dihindari selama laktasiTiroksin Minimum Tanpa efek samping dalam dosis terapiTolbutamin Minimum Konsentrasi rendah dalam ASIWarfarin Minimum Jumlah sangat kecil ditemukan dalam ASIYodium(radioaktif)Bermakna Memasuki ASI dalam jumlah mencukupi untuk menyebabkan penekanantiroid pada bayiSumber Katzung BG (1987) Basic and Clinical Pharmacology 3rd edition Appleton and LangeNorwalk

Hal-hal Terbaru Tentang Transfusi Darah

Ronald D Miller MD

Sejak dikenalnya hepatitis non A non B (HCV) sebagai komplikasi mayor transfusi

darah penyebab infeksi lainnya seperti HTLV-I (human T-cell leukemiavirus

limfoma tipe I) and CMV (sitomegalovirus) timbul bersama infeksi yang paling

menghancurkan yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Syndrome (AIDS)

Infektifitas darah homolog telah menyebabkan pergeseran perhatian dari

menyempurnakan prosedur pencocokan silang dan mencegah reaksi transfusi ke

permasalahan yang berkisar antara pencegahan penyakit yang ditularkan melalui

transfusi dan immunosupresi yang diinduksi oleh transfusi hingga mempertanyakan

apakah banyak transfusi darah homolog benar-benar berindikasi klinis Data tahun

1996 menunjukkan bahwa resiko infeksi dari darah homolog telah berkurang secara

bermakna (Tabel 1) Hal ini utamanya disebabkan oleh luasnya pengujian pada

seluruh darah yang didonasikan (Tabel 2) Walaupun belum diukur dengan yang

teliti pengujian yang diperbaiki (misalnya pengujian molekular dan inaktifasi viral)

dengan menggunakan pengujian yang mengidentifikasi asam-asam nukleat virus

window period (Tabel 1) menurun secara bermakna dan insidensi HIV dan hepatitis

berkurang hingga kurang lebih 11000000 Sebelum meninjau status produk-

produk darah sintetik pernyataan berbagai konsep pada kedokteran transfusi akan

diperiksa

Tabel 1 Persentase Resiko Infeksi yang Ditularkan melalui Transfusi dengan Unit

Penyaring Darah di Amerika Serikat

Resiko Window Period (hari)

1 HIV 1493000 22

2 HTLV 1641000 51

3 Cytomegalovirus lt10 dengan cepat

4 HCV 1103000 82

5 HBV 163000 59

6 Resiko infeksi agregat 134000 mdashmdash

HIV = human immunodeficiency virus tipe 1

HTLV = human T-cell lymphotropic virus

HCV = virus hepatitis C

HBV = virus hepatitis B

88 HBV amp HCV

Tabel 2 Pengujian Penyakit Infeksi terhadap Darah Transfusi H

1 Pengujian diskontinuitas alanin aminotransferase

2 Pengujian antibodi hepatitis C

3 Antibodi terhadap antigen inti hepatitis B

4 HIV-1

5 HIV-2

6 HTLV III

7 Pengujian serologik terhadap sifilis

H dari JAMA 1995 274 1374

HIV = human immunodeficiency virus

HTLV = human T-cell lymphotropic virus

I Indikasi untuk Transfusi Darah

Indikasi untuk transfusi darah makin dipertanyakan Transfusi darah biasanya

diberikan untuk meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen dan volume

intravaskular Walaupun demikian berdasarkan teori peningkatan volume vaskular

seharusnya bukan merupakan suatu indikasi untuk transfusi darah karena volume

intravaskular dapat diperbesar dengan pemberian cairan yang tidak menularkan

infeksi (misalnya kristaloid atau koloid) Sehingga peningkatan kapasitas

pengangkutan oksigen merupakan satu-satunya indikasi nyata untuk transfusi

darah Dari segi praktisnya bila seorang pasien mengalami perdarahan darah

tepatnya diberikan untuk meningkatkan baik kapasitas pengangkutan oksigen dan

volume intravaskular Secara kritis berapa nilai hematokrit hemoglobin yang

diperlukan untuk kapasitas pengangkutan O2 Dalam sejarah hematokrit kurang

dari 30 (atau hemoglobin kurang dari 10 gdl) menunjukkan kebutuhan untuk

transfusi darah perioperatif Bagaimanapun juga ketakutan pada tahun-tahun

terakhir akan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh transfusi khususnya

Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) menyebabkan peninjauan ulang

terhadap indikasi ini Jelaslah transpor oksigen dapat dipertahankan dengan

hematokrit hingga 20 Dengan anggapan volume intravaskular normal dan respon

kompensasi kardiovaskular normal (contohnya takikardi) Baru-baru ini National

Institutes of Health Consensus Conference berpendapat bahwa pasien-pasien sehat

dengan hematokrit lebih besar daripada 30 jarang membutuhkan transfusi darah

perioperatif sedang pasien-pasien tersebut dengan anemia akut (misalnya

kehilangan darah intraoperatif) dengan hematokrit kurang dari 21 seringkali

membutuhkan transfusi darah Defenisi akhir kadar hematokrit atau hemoglobin

yang dibutuhkan untuk melakukan transfusi darah harus berdasarkan pada banyak

faktor seperti status kardiovaskular umur kehilangan darah yang diantisipasi

oksigenasi arterial cardiac output dan volume darah Yang lebih memperumit

permasalahan ini indikasi untuk transfusi darah mungkin juga tergantung pada

sumber darah Sebagai contoh indikasi-indikasi untuk darah autolog mungkin lebih

liberal karena tidak akan menyebarkan penyakit (misalnya hepatitis dan AIDS)

dibandingkan dengan darah homolog Bagaimanapun juga darah autolog sebaiknya

tidak dipandang sepenuhnya aman karena adanya kemungkinan kesalahan klinis

dan reaksi hemolitik sesudah transfusi

Pada bulan Juli 1989 FDA Drug Bulletin memberikan panduan keras untuk

pemberian sel darah merah Bulletin tersebut menyatakan bahwa ldquokapasitas

pengangkutan oksigen adekuat dapat dipenuhi dengan hemoglobin 7 gdl atau

bahkan lebih kurang bila volume intravaskular adekuat untuk melakukan perfusirdquo

Ada kondisi medis yang dapat membenarkan pemberian darah untuk mencapai

hemoglobin yang lebih tinggi (misalnya penyakit arteri koroner) Meskipun

demikian kekhawatiran bahwa transfusi darah seringkali diberikan secara tidak

tepat sehingga diperlukan penelitian yang lebih cermat terhadap praktek transfusi

Sebagai contoh banyak komite transfusi rumah sakit mengadakan pemeriksaan

ulang pada pasien-pasien didapatkan hematokrit postoperatif lebih tinggi dari

normal (33-34 ) dan menerima darah sehingga perlu ditinjau kembali indikasi

pemberian transfusi darah Peninjauan ini dilakukan untuk menentukan apakah

darah telah diberikan dengan tepat Bila ditemukan transfusi yang tidak tepat baik

dokter dan komite transfusi akan mengevaluasi lebih lanjut ketepatan transfusi

tersebut Sehingga seorang dokter ahli anestesi harus menyatakan secara jelas

dalam status rumah sakit alasan pemberian transfusi darah

Yang terbaru biasanya pada pasien-pasien perawatan intensif beberapa kelompok

telah mencoba mendefenisikan keadaan dimana transfusi darah sebaiknya

diberikan dengan mengukur oksigenasi jaringan dan hemodinamik (contohnya

peningkatan konsumsi oksigen sebagai respon terhadap kandungan oksigen) Tidak

ada pengukuran spesifik yang dapat secara konsisten memperkirakan kapan

seorang pasien diuntungkan oleh transfusi darah

Walaupun demikian terdapat bukti bahwa kualitas (contohnya umur) dan

peningkatan kapasitas oksigen (misalnya hemoglobin lebih tinggi dari 10 gdl)

dapat menguntungkan pasien yang sangat tidak sehat Kenyataannya satu

penelitian menemukan bahwa bila darah yang disimpan lebih dari 15 hari diberikan

akan terjadi iskemia limpa

Lebih baru lagi konsep yang ditegaskan oleh Purdy et al menyatakan bahwa

pasien-pasien yang menerima darah yang berumur 17 hari dibandingkan dengan

darah yang berumur 25 hari mempunyai tingkat kelangsungan hidup yang lebih

tinggi Pengaruh usia darah yang diberikan akan didiskusikan nanti pada presentasi

ini

Mungkin indikator lebih sensitif terhadap oksigenasi jaringan (misalnya pH

intramukosal) dapat menjadi indikasi untuk transfusi darah Menggunakan data

pada sebuah populasi pembedahan orthopedik variasi kadar hemoglobin tidak

berhubungan dengan lamanya hospitalisasi Namun atlit yang terlatih dan pasien-

pasien kardiak postoperatif mengalami perbaikan kemampuan fisik bila kadar

hemoglobin ditingkatkan Sebaliknya Weiskopf et al menemukan pada pasien-

pasien yang sehat penurunan konsentrasi hemoglobin hingga 50 gdl tidak

menyebabkan adanya bukti oksigenasi yang tidak adekuat Bagaimanapun juga

pasien-pasien ini tidak dipermasalahkan dengan stress pemulihan dari pembedahan

dan anesthesia Bagaimanapun juga Weiskopf et al menemukan bahwa pasien

yang tidak dapat meningkatkan cardiac outputnya dengan cara meningkatkan

denyut jantungnya sebaiknya menerima transfusi hingga kadar hemoglobin lebih

dari 10 gdl Sayangnya tidak dapat dihasilkan kesimpulan tepat dari data yang

sangat berguna tapi bersifat usulan ini

American Society of Anesthesiologists (ASA) telah mengembangkan Panduan

Praktek untuk Terapi Komponen darah Rekomendasi ASA untuk transfusi darah

adalah

Rekomendasi Sel Darah Merah

Organisasi tersebut menyimpulkan bahwa

1 Transfusi jarang diindikasikan bila konsentrasi hemoglobin lebih besar dari 10

gdL dan hampir selalu diindikasikan bila kurang dari 6 gdL khususnya bila anemia

akut

2 Apakah konsentrasi hemoglobin sedang (6-10 gdL) membutuhkan transfusi sel

darah merah harus berdasarkan resiko pasien terhadap komplikasi-komplikasi

oksigenasi yang tidak adekuat

3 Tidak disarankan hanya menggunakan pemicu hemoglobin untuk pasien yang

gagal memperbaiki semua faktor-faktor fisiologis dalam pembedahan penting yang

dapat mempengaruhi oksigenasi

4 Bila keadaan tepat penggunaan darah autolog preoperatif intraoperatif dan

postoperatif hemodilusi akut normovolemik hipotensi yang disengaja dan obat-

obatan dapat saja menguntungkan

5 Indikasi untuk transfusi sel darah merah autolog mungkin lebih baik daripada sel

darah merah alogenik karena resiko transmisi penyakit yang lebih rendah

Panduan ini menekankan pentingnya penetapan resiko pasien terhadap komplikasi

yang berhubungan dengan oksigenasi yang tidak adekuat suatu konsep yang lebih

ditekankan baru-baru ini Lebih lanjut beberapa organisasi menekankan

penggunaan tanda-tanda vital dan kehilangan darah sebagai indikator

Print Pengelompokan American College of Surgeons terhadap perdarahan Akut

Faktor I II III IV

Kehilangan darah ml up to 750 750-1500 1500-2000 ge2000

Kehilangan darah BV up to 15 15-30 30-40 ge40

Denyut nadi per menit gt100 gt100 gt120 ge140

Tekanan darah (mm Hg) Normal Normal Menurun Menurun

Tekanan nadi Normalmeningkat Menurun Menurun Menurun

Tes pengisian kapiller Normal Positif Positif Positif

Pernapasan per menit 14-20 20-30 30-40 gt35

Urine mljam ge30 20-30 5-10 dpt diabaikan

SSP (status mental) Sedikit gelisah Cukup gelisah Gelisah bingung Bingung letargi

Penggantian cairan (hukum 31) Kristaloid Kristaloid Kristaloid + darah Kristaloid

+darah

Panduan yang lebih sederhana akan sangat menolong Sebagai contoh dengan

bantuan Habibi et al panduan berikut disarankan bahwa pemberian satu unit PRC

akan meningkatkan hematokrit 3-5 Indikasinya adalah

Kehilangan darah gt 20 volume darah bila lebih dari 1000 ml

Hemoglobin lt 8 gdL

Hemoglobin lt 10 gdL dengan penyakit berat (misalnya emfisema penyakit

jantung iskemik)

Hemoglobin lt 10 gdL dengan darah autolog

Hemoglobin lt 12 gdL dan tergantung ventilator

Pertimbangannya peningkatan kapasitas pengangkutan oksigen lebih penting

daripada peningkatan volume intravaskular Karena itu penulis menekankan

pentingnya penetapan hemoglobin atau hematokrit Anjuran banyak bank darah

darah autolog lebih baik dibanding darah alogenik

II Darah Autologous dibandingkan dengan Darah Alogenik

Secara mengejutkan ada pendapat bahwa darah autolog tidak lebih aman

dibandingkan dengan darah alogenik (misalnya dari resiko infeksi) Karena itu

program darah autolog dapat saja dihapuskanSatu contoh dari penelitian seperti

itu adalah pasien-pasien histerektomi Kanter et al menemukan bahwa 25 dari 140

pasien yang mendonorkan darahnya dirinya harus ditransfusi kembali sedangkan

dari 123 pasien yang tidak mendonorkan darahnya sendiri hanya 1 yang perlu

ditransfusi Karena itu disimpulkan bahwa darah autolog sebelum operasi lebih baik

dihapuskan karena akan meningkatkan resiko transfusi darah alogenik Lebih lanjut

mereka membantah bahwa darah autolog tidak mempunyai resiko Satu dari

16000 donasi darah autolog mengalami reaksi yang cukup berat yang

membutuhkan perawatan di rumah sakit Kenyataannya beberapa komplikasi yang

berhubungan dengan transfusi darah autolog ada pada daftar di bawah

1 Anemia

2 Iskemia miokardial preoperatif dari anemia

3 Unit yang salah (1100000)

4 Transfusi darah yang lebih sering

Saran untuk pembatasan transfusi darah autolog tidak meliputi imunosupresi (lihat

diskusi selanjutnya) atau penyebaran infeksi dalam darah alogenik Sebagai contoh

dari tahun 1986 hingga 1991 ada 182 kegawatan yang berhubungan transfusi

dilaporkan ke FDA 29 (16) diantaranya disebabkan oleh kontaminasi bakterial 10

kasus infeksi Yersinia enterokolitika yang dilaporkan Hampir semua dengan darah

alogenik walaupun dua pasien juga mendapatkan darah autolog Sehingga

disimpulkan bahwa darah alogenik juga cukup beresiko

III Koagulasi

Dokter ahli anestesi mengetahui bahwa kecenderungan perdarahan sering terjadi

pada pasien-pasien yang ditransfusi secara masif Koagulopati ini disebabkan oleh

kombinasi banyaknya volume darah yang diberikan dan lamanya hipotensi atau

hipoperfusi Pasien-pasien dengan perfusi baik dan tidak hipotensi untuk jangka

waktu yang lama (misalnya gt 1 jam) dapat mentolerir banyak unit darah tanpa

menyebabkan koagulopati Nyatanya banyak pasien yang telah menerima lebih

dari 100 unit darah bertahan dengan perubahan kecil pada koagulasi Jelasnya

pasien yang hipotensif dan menerima banyak unit darah kemungkinan terjadi

koagulopati baik karena DIC maupun karena berkurangnya faktor-faktor koagulasi

karena penyimpanan darah di bank darah

Thrombositopenia dilusi merupakan penyebab diatesis hemoragik pada pasien yang

menerima banyak unit darah Walaupun penekanan utama pada hitung thrombosit

beberapa pengarang mempertanyakan peranan thrombositopenia pada koagulopati

pada pasien-pasien yang ditransfusi secara masif Mereka secara tepat menunjuk

bahwa hitung thrombosit jarang menurun serendah yang diperkirakan dari

pengenceran saja Hal ini mungkin karena thrombosit dilepaskan ke dalam sirkulasi

dari limpa sumsum tulang dan karena adanya thrombosit non fungsional Lebih

lanjut Reed et al menemukan tidak ada keuntungan pemberian thrombosit

profilaksis selama transfusi masif Thrombosit sebaiknya jangan diberikan untuk

memperbaiki hasil pemeriksaan laboratorium pada keadaan thrombositopenia

kecuali pada keadaan koagulopati klinis

Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa FFP tetap diberikan untuk pengobatan

koagulopati yang disebabkan oleh transfusi Keseluruhan peningkatan penggunaan

FFP pada tahun 1970an menyebabkan National Institutes of Health (NIH)

mengadakan konferensi untuk membahas masalah ini pada tahun 1985 Konferensi

ini menyimpulkan bahwa pemberian FFP sebagai bagian dari terapi koagulopati

yang disebabkan oleh transfusi darah masif hanya sedikit yang dapat dibuktikan

kebenarannya Bila dokter tetap ingin memberikan FFP kriteria berikut harus

ditetapkan

1 Perdarahan menyeluruh yang tidak dapat dikendalikan dengan jahitan bedah

atau kauter

2 PTT paling kurang 15 kali dari normal

3 Hitung thrombosit lebih besar daripada 70000mm (untuk menjamin bahwa

thrombositopenia bukan merupakan penyebab perdarahan)

Buletin Obat FDA baru (Juli 1989) menyimpulkan bahwa FFP sebaiknya jangan

diberikan

1 Untuk ekspansi volume sebagai suplemen nutrisi

2 Profilaksis dengan transfusi darah masif

3 Profilaksis setelah operasi By Pass

Yang lebih baru lagi ASA menyarankan pemberian FFP dengan panduan berikut

1 Untuk reversal mendesak terapi warfarin

2 Untuk koreksi defisiensi faktor pembekuan yang tidak diketahui bila konsentrat

spesifik tidak tersedia

3 Untuk koreksi perdarahan mikrovaskular bila ada peningkatan PT atau APTT

(gt15 kali normal)

4 Untuk koreksi perdarahan mikrovaskular sekunder terhadap defisiensi faktor

pembekuan pada pasien-pasien yang ditransfusi dengan lebih dari satu volume

darah dan bila PT dan PTT tidak dapat diperiksa

5 FFP harus diberikan dalam dosis yang dihitung untuk mencapai konsentrasi faktor

plasma minimum 30 (biasanya dicapai dengan pemberian FFP 10-15 mLkg )

kecuali untuk reversal mendesak antikoagulasi warfarin dimana FFP 5-8 mlkg

biasanya mencukupi Satu unit darah segar menyediakan faktor-faktor koagulasi

yang sama dengan yang terkandung dalam satu unit FFP

6 FFP dikontraindikasikan untuk tambahan volume plasma atau konsentrasi

albumin

Kesimpulan diatas berdasarkan anggapan bahwa yang diberikan adalah darah

lengkap Kebanyakan penelitian memeriksa pengaruh transfusi masif darah lengkap

pada koagulasi karena banyak pusat trauma menggunakan darah lengkap Murray

et al secara khusus mempertanyakan penggunaan PRC untuk kehilangan darah

yang banyak Pada penggunaan PRC kadar fibrinogen menurun signifikan

kebalikan dari penggunaan darah lengkap dimana kadar fibrinogen tetap tidak

berubah kecuali ada DIC (koagulasi inravaskular diseminata) Walaupun seluruh

faktor-faktor koagulasi menurun penurunan tidak sebanyak yang diperkirakan

karena pengenceran Mereka merasa bahwa faktor-faktor seperti VIII mungkin

disimpan dalam sel-sel endotelial dan dilepaskan dari endotelium selama stress

pembedahan Bila PRC digunakan untuk mengganti kehilangan darah mayor dokter

dapat mencoba memberikan FFP secara profilaksis Bagaimanapun juga Murray et

al secara khusus menyarankan untuk tidak mengikuti kebijaksanaan ini tetapi

menyatakan bahwa FFP hanya dibutuhkan bila PT dan PTT paling kurang 15 kali

normal dan kadar fibrinogen kurang dari 75 mgdL Penelitian terbaru oleh Murray

et al menunjukkan bahwa bila kehilangan volume intravaskuler digantikan dengan

PRC dan kristaloid PT dan PTT seringkali melebihi 15 kali normal

Baru-baru ini tiga pilihan dipertimbangkan oleh kebanyakan bank darah

A Detergen Pelarut Plasma dari donor multipel dikumpulkan dan diberikan

campuran pelarut penghancur lemak (tri-n-butil fosfat) dan detergen (triton x-100)

untuk menginaktivasi sampul lipid penyebab infeksi termasuk HIV HTLV HCV HBV

Baru-baru ini (1998) tersedia di Palang Merah Mempunyai beberapa kekurangan

termasuk pengumpulan yang dapat menyebabkan kontaminasi penyebab infeksi

yang beramplop

B Plasma donor tunggal yang diuji kembali untuk mempersiapkan FFP Unit (donasi

pertama) disimpan bila seluruh riwayat dan penyebab penyakit infeksi negatif Unit

tersebut tidak dilepaskan untuk digunakan hingga donor yang sama

menyumbangkan unit kedua lebih dari 3 bulan setelah donasi pertama dan lolos

pada pengujian serologik Saat itu unit pertama dilepaskan Unit kedua tidak

digunakan hingga orang tersebut kembali lebih dari 3 bulan kemudian untuk donasi

ketiga dan lolos kembali seluruh pengujian Saat itu unit kedua dapat digunakan

Pendekatan ini mempunyai keuntungan yang jelas tetapi pemberiannya rumit

C Plasma yang sering didonorkan Suatu hubungan terbalik terjadi antara jumlah

donasi yang diberikan seseorang dengan kemungkinan menjadi sero positif

Hubungan ini tidak saling bergantung pada waktu dimana donasi diberikan Yang

tampaknya mencapai reduksi maksimum insidensi sero positif pada lebih dari 4

donasi Perkiraannya adalah bahwa reduksi sero positif (dan karena itu transmisi)

hingga 13-12 gambaran saat ini

Pilihan diatas diadakan pada pertemuan di University of California San Fransisco

Transfusion Committee dan dokter akan mempunyai banyak pilihan plasma yang

lebih aman untuk pasien

IV Imunosupresi

Transfusi darah homolog menimbulkan suatu reaksi imunosupresif nonspesifik pada

resipien Efek ini bersifat terapi untuk resipien transplantasi ginjal Namun banyak

pengarang telah mengemukakan data untuk menunjukkan bahwa transfusi darah

meningkatkan suseptibilitas terhadap infeksi dan peningkatan progresi tumor

malignan Walaupun banyak faktor dapat terlibat pada pasien yang sakit keras

(misalnya pasien-pasien yang menerima transfusi darah kemungkinan punya

penyakit yang lebih luas dan invasif) bukti meyakinkan bahwa ada hubungan

antara transfusi preoperatif dan rekurensi tumor atau bertahan hidup pada pasien-

pasien dengan berbagai jenis kanker sebagaimana ditinjau oleh Schricmer et al

Mekanisme dan efek dari kanker ini tidak diketahui tetapi berhubungan dengan

peningkatan sintesis prostaglandin E penurunan generasi interleukin 2 dan produk

degradasi fibrinogen pada FFP Penemuan lanjut ini menimbulkan kekhawatiran

tentang pemberian FFP pada pasien-pasien yang imunitasnya ditekan Blumbert et

al menemukan bahwa pasien-pasien yang ditransfusi dengan PRC bertahan hidup

lebih baik daripada pasien-pasien yang menerima darah lengkap Hasilnya

Schriemer et al menyarankan untuk memberikan PRC dibanding darah lengkap bila

transfusi diindikasikan pada pasien-pasien kanker

Terbaru Landers et al telah meninjau mekanisme imunomodulasi yang disebabkan

tranfusi (Tabel 3) dan penurunan fungsi imun setelah transfusi darah alogenik atau

homolog (Tabel 4)

Table 3 Mekanisme Modulasi Imun yang ditimbulkan oleh Transfusi

Penumpukan Fe pada sistem RE mengakibatkan berbagai perubahan

Penurunan aktifitas makrofag yang dapat menangkap antigen kelas II oleh

monosit yang memproduksi prostaglandin E2 sehingga menghambat produksi IL-2

Inhibisi interleukin-2 oleh limfositT akan menurunkan stimulasi sel B dan produksi

antibodi

Teori deplesi klonal ndash sel-sel yang rusak akan menolak proses graft

Penurunan produksi limfosit T supressor

Pembentukan anti-idiotipik T cell receptor atau antibodi yang dapat melawan

antigen pada transfusi darah akan bangkit dan membentuk antigen yang baru

Dari Landers etal Anesth Analg 199682187

Table 4 Penurunan Fungsi Imun akibat Transfusi Darah Allogenik

Pengurangan respon limfosit

Penurunan produksi sitokin

Penurunan respon terhadap mitogen (subtansi yang menstimulasi mitosis dan

perubahan limfosit) atau antigen larut in vivo atau in vitro

Peningkatan jumlah atau fungsi sel supresor

Penurunan aktivitas sel pembunuh alami

Penurunan fungsi monosit

Penurunan sitotoksisitas yang di mediasi sel terhadap sel-sel target tertentu

Peningkatan produksi mediator dan antibodi anti idotipik supresif

Dari Landers etal Anesth Analg 199682187 (33)

V Terapi Komponen

A Thrombosit

Sebagiamana diindikasikan sebelumnya terdapat kekhawatiran bahwa produk-

produk darah homolog telah diberikan secara tidak tepat FDA Drug Bulletin Juli

1989 mencoba memberi panduan dan menyatakan bahwa thrombosit tidak boleh

diberikan

1 Kepada pasien-pasien dengan ITP (kecuali bila ada perdarahan yang mengancam

jiwa)

2 Profilaksis transfusi darah massif

3 Profilaksis pada cardiopulmonar bypass

FDA tidak menyatakan bahwa pada pasien yang menjalankan pembedahan atau

prosedur invasif lain tidak diuntungkan dari transfusi thrombosit profilaksis bila

hitung thrombosit paling kurang 50000mm3 dan thrombositopenia merupakan

satu-satunya kelainan

ASA task force baru-baru ini menyarankan bahwa

1 Transfusi thrombosit profilaksis tidak efektif dan jarang kali diindikasikan bila

thrombositopenia berhubungan dengan peningkatan destruksi thrombosit

(misalnya ITP)

2 Tranfusi thrombosit profilaksis jarang diindikasikan pada pasien-pasien bedah

dengan thrombositopenia yang berhubungan dengan penurunan produksi

thrombosit bila hitung thrombosit lebih besar daripada 100000mm3 dan biasanya

diindikasikan bila hitung thrombosit lebih rendah dari 50000mm3 Penentuan

apakah pasien-pasien dengan hitung thrombosit pada tingkat menengah (50000-

100000mm3) membutuhkan terapi harus berdasarkan pada resiko perdarahan

3 Pasien-pasien bedah dan obstetrik dengan perdarahan mikrovaskular biasanya

membutuhkan transfusi thrombosit bila hitung thrombosit lebih kecil dari

50000mm3 dan jarang membutuhkan transfusi bila lebih besar dari 100000mm3

Jika hitung thrombosit antara 50000-100000mm3) penentuan harus didasarkan

pada resiko pasien untuk perdarahan yang lebih signifikan

4 Persalinan pervaginam atau operatif dengan kehilangan darah yang sedikit dapat

dilakukan pada pasien-pasien dengan hitung thrombosit kurang dari 50000mm3

5 Transfusi thrombosit dapat diindikasikan bila hitung thrombosit cukup tetapi

terdapat disfungsi thrombosit dan perdarahan mikrovaskular

Transfusi thrombosit dibutuhkan untuk pasien-pasien dengan perdarahan sistemik

dan untuk pasien-pasien dengan resiko tinggi perdarahan yang disebabkan oleh

gangguan koagulasi sepsis atau disfungsi thrombosit yang berhubungan dengan

pengobatan atau penyakit Jelasnya maksudnya adalah untuk membuat dokter

lebih tepat dalam menetapkan indikasi transfusi thrombosit Karena peningkatan

kekhawatiran tentang kontaminasi bakterial kini sangat disarankan tiap pasien

yang menjadi demam setelah menerima konsentrat thrombosit harus dianggap

septik hingga terbukti sebaliknya

B Kriopresipitat

Kriopresipitat mengandung faktor VIIIC (aktivitas prokoagulan) faktor VIIIvWF

(faktor von Willebrand ) fibrinogen faktor XIII dan fibronektin yang merupakan

glikoprotein yang berperan pada peningkatan aktivitas sistem RES dalam

membunuh partikel asing dan bakteri dari darah

Terdapatnya fibrinogen yang rendah pada PRC sehingga ASA task force

menyarankan pemberian kriopresipitat untuk

1 Profilaksis pada pasien-pasien non perdarahan perioperiatif atau peripartum

dengan defisiensi fibrinogen kongenital atau penyakit von Willebrand yang tidak

berespon terhadap DDAVP (bila memungkinkan keputusan ini harus dibuat dengan

konsultasi dengan hematolog pasien tersebut)

2 Pasien-pasien perdarahan dengan penyakit von Willebrand

3 Koreksi perdarahan mikrovaskular pada pasien-pasien dengan transfusi massif

dengan konsentrasi fibrinogen kurang dari 80-100 mgdL (atau bila konsentrasi

fibrinogen tidak dapat diukur pada saat itu)

Darah lengkap harus diberikan pada transfusi darah massif karena PRC kurang

mengandung faktor koagulasi

Konsentrat faktor VIII merupakan terapi standar untuk hemofilia Teknik rekombinan

DNA terbaru telah digunakan untuk mengembangkan faktor VIII yang bebas

transmisi penyakit

VI Komplikasi

Dengan memperhitungkan pertimbangan di atas insidensi dari reaksi yang

merugikan adalah

Reaksi yang merugikan terhadap Transfusi

Tipe reaksi Insidensi

Reaksi febril 1 dari transfusi PRC

Reaksi alergi (urtikaria) 20 dari transfusi platelet

Rekasi transfusi hemolitik akut 11000 reaksi transfusi

Rekasi transfusi lambat ~ 133000 U PRC

Penyakit graft vs host (GVHD) ~ 12500 U PRC

Udem paru akut yang berhubungan

dengan transfusi (TRALI) 110000 U PRC

Dari Principles of Anesthetic Techniques and Anesthetic Emergencies

Darah yang telah bersih dari leukosit dapat menurunkan kejadian imunosupresi dan

insidensi banyak reaksi transfusi

VII Darah Sintetik

Karena banyak masalah termasuk yang terdaftar di atas dengan allogenik banyak

perusahaan mencoba membuat hemoglobin sintetik Produk ini telah diberikan pada

sukarelawan manusia dan pasien-pasien dengan keberhasilan yang cukup Hal ini

diungkapkan oleh Dietz et al pada Anesthesia amp Analgesia Februari 1996 Dasarnya

produk-produk ini

1 Larutan hemoglobin bebas stroma yang mengandung sejumlah modifikasi dari

molekul hemoglobin

2 Hemoglobin rekayasa genetik (misalnya Ecoli menghasilkan sel darah merah

manusia)

3 Larutan hemoglobin liposome-encapsulated mengandung hemoglobin dengan

membran sintetik

4 Perfluorokarbon larutan organik dengan kelarutan oksigen tinggi

Untuk mencegah banyak komplikasi seperti kerusakan ginjal pelepasan

endotoksin dan lain-lain berbagai pendekatan telah digunakan seperti cross-link

polimerisasi dan konjugator baik dengan kimiawi maupun tehnik genetik

sebagaimana diringkaskan dibawah

Tabel 5 Pengganti Sel darah Merah

Aktivitas Efisiensi

(efek biologis) (keuntungan untuk pasien)

Transpor O2 Penurunan penggunaan produk-produk darah

Bantuan hidup selama anemia berat Penurunan morbiditas dan mortalitas yang

berhubungan dengan transfusi

Resusitasi cairan Penggunaan pada lingkungan yang secara logistik sulit

Awalnya produk-produk ini dipandang sebagai pengganti darah Meskipun aman

tapi sulit disediakan oleh bank darah Kriteria FDA terhadap efisiensi sulit

diterapkan Sekarang lebih menekankan pada kemampuan transpor oksigennya

yang akan didiskusikan

Berbagai penelitian fase II and III telah dan sedang dilaksanakan Sejauh ini

kebanyakan produk menyebabkan hipertensi ringan dan peningkatan konsentrasi

amilase dan lipase yang signifikansinya masih harus ditetapkan

Kewaspadaan Pada GraviidaObat Efek Samping Utama Keterangan1048729 Kloramfenikol Gray-baby sindrom (kolapssirkulasi pd neonatus) anemiaHindari pemberian pd trimester 3masa laktasi amp neonatus1048729 SulfonamidDapsonRisiko hemolisis amp ikterus Hindari pemberian pd trimester 3 ampmasa laktasi1048729 Trimetoprim Hindari pemberian pd trimester 3

Obat Efek Samping Utama Keterangan1048729 Kloramfenikol Gray-baby sindrom (kolapssirkulasi pd neonatus) anemiaHindari pemberian pd trimester 3masa laktasi amp neonatus1048729 SulfonamidDapsonRisiko hemolisis amp ikterus Hindari pemberian pd trimester 3 ampmasa laktasi1048729 Trimetoprim Hindari pemberian pd trimester 3KotrimoksazolTeratogenik1048729 Eritromisin Hepatotoksik gangguan GIT Terutama pada sang ibu1048729 Penisilin ampSefalosporinHipersensitivitas rx alergigangguan GITbull Ruam amp diare pd neonatusbull Ko-amoksiklav sebaiknya dihindaripd kehamilanOtotoksik Gangguan pendengaran bisamempengaruhi ibu amp

Ibu Hamil Membutuhkan Antibiotik

Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) antibiotik

merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh mikroba untuk menghambat

pertumbuhan dan membasmi mikroba jenis lain Awalnya antibiotik hanya

ada beberapa namun saat ini sudah ditemukan berbagai jenis antibiotik

yang mampu mengatasi penyakit infeksi lanjutan Antibiotik bekerja untuk

melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri bukan virus Penggunaan

antibiotik tidak boleh sembarangan karena akan mendatangkan bahaya bagi

tubuh Prinsip yang harus diketahui antibiotik hanya digunakan jika ada

infeksi yang disebabkan oleh kuman bakteri

Obat-obatan antibiotik itu termasuk obat keras yang membantu tubuh untuk membunuh

kuman ataupun bakteri yang masuk dan tidak bisa dilawan dengan sistem kekebalan tubuh

Karena obat-obatan ini bekerja dengan sistem penghancuran total maka tidak hanya bakteri saja

sel tubuh kita yang terinfeksi dan disekitarnya akan ikut terkena guna menghilangkan

kesempatan masih ada sisa-sisa koloni bakteri yang mungkin bersembunyi Oleh karena itu

pemberian obat antibiotik harus tuntas sampai seluruh koloni bakteri benar-benar habis

terbunuh jika tidak maka dapat dipastikan bakteri itu bisa bersiap diri untuk menyerang

kembali atau bahkan bisa juga bakteri-bakteri itu menjadi resisten dengan obat tersebut dan

kalau sudah begitu diperlukan antibiotik generasi lebih tinggi untuk membunuh kuman Oleh

karena efek membunuh yang kuat jika seorang pasien diberi obat antibiotik harus dipastikan

sistem kekebalan tubuh pasien itu juga kuat Karena untuk melawan efek dari antibiotik itu

sendiri dan untuk sistem self-recovery mengganti sel-sel tubuh yang telah rusak

Pengaruh buruk obat terhadap janin dapat bersifat toksik teratogenik maupun letal

tergantung pada sifat obat dan umur kehamilan paga saat minum obat Pengaruh toksik adalah

jika obat yang diminum selama masa kehamilan menyebabkan terjadinya gangguan fisiologik

atau bio-kimiawi dari janin yang dikandung dan biasanya gejalanya baru muncul beberapa saat

setelah kelahiran Pengaruh obat bersifat teratogenik jika menyebabkan terjadinya malformasi

anatomik pada petumbuhan organ janin Pengaruh teratogenik ini biasanya terjadi pada dosis

subletal Sedangkan pengaruh obat yang bersifa letal adalah yang mengakibatkan kematian janin

dalam kandungan Secara umum pengaruh buruk obat pada janin dapat beragam sesuai dengan

fase-fase berikut

lt--[if supportLists]--gt1 lt--[endif]--gtFase implantasi yaitu pada umur kehamilan

kurang dari 3 minggu Pada fase ini obat dapat memberi pengaruh buruk atau

mungkin tidak sama sekali Jika terjadi pengaruh buruk biasanya menyebabkan

kematian embrio atau berakhirnya kehamilan (abortus)

lt--[if supportLists]--gt2 lt--[endif]--gtFase embional atau organogenesis yaitu pada

umur kehamilan antara 4-8 minggu Pada fase ini terjadi diferensiasi pertumbuhan

untuk terjadinya malformasi anatomik (pengaruh teratogenik) Berbagai pengaruh

buruk yang mungkin terjadi pada fase ini antara lain

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtGangguan fungsional atau metabolik yang

permanen yang biasanya baru muncul kemudian jadi tidak timbul secara

langsung pada saat kehamilan Misalnya pemakaian hormon dietilstilbestrol pada

trimester pertama kehamilan terbukti berkaitan dengan terjadinya adenokarsinoma

vagina pada anak perempuan di kemudian hari (pada saat mereka sudah dewasa)

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtPengaruh letal berupa kematian janin atau

terjadinya abortus

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtPengaruh sub-letal yang biasanya dalam

bentuk malformasi anatomis pertumbuhan organ seperti misalnya fokolemia

karena talidomid

lt--[if supportLists]--gt3 lt--[endif]--gtFase fetal yaitu pada trimester kedua dan ketiga

kehamilan Dalam fase ini terjadi maturasi dan pertumbuhan lebih lanjut dari janin

Pengaruh buruk senyawa asing terhadap janin pada fase ini tidak berupa malformasi

anatomik lagi tetapi mungkin dapat berupa gangguan pertumbuhan baik terhadap

fungsi-fungsi fisiologik atau biokimiawi organ-organ Demikian pula pengaruh obat

yang dialami ibu dapat pula dialami janin meskipun mungkin dalam derajat yang

berbeda Sebagai contoh adalah terjadinya depresi pernafasan neonatus karena selama

masa akhir kehamilan ibu mengkonsumsi obat-obat seperti analgetika-narkotik atau

terjadinya efek samping pada sistem ekstrapiramidal setelah pemakaian fenotiazin

Secara umumsetiap obat dibagi dalam kategori (A B C D dan X) berdasarkan tingkat

resiko saat kehamilan

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori A

Hanya beberapa obat saja yang termasuk kategori A di mana obat tersebut tidak

berbahaya bila dikonsumsi pada trisemester pertama saat kehamilan Contoh obat

adalah Nystatin vaginal (Mycostatin)

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori B

Obat kategori B meliputi obat-obat yang pengalaman pemakainya pada wanita hamil

masih terbatas tetapi tidak terbukti meningkatkan frekuensi malformasi atau

pengaruh buruk lainnya pada janin Mengingat terbatasnya pengalaman pemakaian

pada wanita hamil maka obat-obat kategori B dibagi lagi berdasarkan temuan-

temuan pada studi toksikologi pada hewan yaitu

B1 Dari penelitian pada hewan tidak terbukti meningkatnya kejadian kerusakan janin

(fetal damage) Contoh obat-obat yang termasuk pada kelompok ini misalnya

simetidin dipiridamol dan spektinomisin

B2 Data dari penilitian pada hewan belum memadai tetapi ada petunjuk tidak

meningkatnya kejadian kerusakan janin tikarsilin amfoterisin dopamin asetilkistein

dan alkaloid belladona adalah obat-obat yang masuk dalam kategori ini

B3 Penelitian pada hewan menunjukkan peningkatan kejadian kerusakan janin tetapi

belum tentu bermakna pada manusia Sebagai contoh adalah karbamazepin

pirimetamin griseofulvin trimetoprim dan mebendazol

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori C

Beberapa ada di kategori ini karena tidak ada informasi yang cukup dan beberapa

obat member efek buruk pada hewan percobaan tetapi tidak ada konfirmasi ataupun

pemberitahuan adanya masalah yang timbul seperti kelahiran yang cacat pada

manusia Merupakan obat-obat yang dapat memberi pengaruh buruk pada janin tanpa

disertai malformasi anatomik semata-mata karena efek farmakologiknya Yang

termasuk kategori C yaitu Baktirm Trimetropim Biaxin Cipro Diflucan Monistat

Terazol Isoniazid Rifampin dan Vermox

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori D

Pada kategori ini obat memberi efek yang buruk pada kehamilan dan sebaiknya

tidak digunakan kecuali tidak ada alternatif lain Contohnya adalah Tetrasiklin

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori X

Obat-obat yang masuk dalam kategori ini adalah yang telah terbukti mempunyai

risiko tinggi terjadinya pengaruh buruk yang menetap (irreversibel) pada janin jika

diminum pada masa kehamilan Obat dalam kategori ini merupakan kontraindikasi

mutlak selama kehamilan Sebagai contoh adalah isotretionin dan dietilstilbestrol

Untuk keadaan hamil apalagi masih dalam trimester ketiga pemberian antibiotik bisa

sangat membahayakan janin karena hampir semua antibiotik memberikan efek samping mual

muntah pusing dan gangguan sistem pencernaan Efek-efek samping yang ditimbulkan juga

akan menekan kehamilan Bahkan ada antibiotik yang bisa menembus sampai ke sistem

kelenjar cairan seperti liur kelenjar getah bening cairan otak dan ASI Jika pada masa

menyusui minum antibiotik maka obat akan merembes di ASI dan bayi akan minum ASI

bercampur obat bisa dibayangkan apa yang akan terjadi

Obat-obat antibiotik yang perlu perhatian khusus atau tidak boleh diminum untuk ibu

hamil dan menyusui

lt--[if supportLists]--gt1 lt--[endif]--gtGolongan Aminoglikosida (biasanya dalam

turunan garam sulfate-nya) seperti amikacin sulfate tobramycin sulfate dibekacin

sulfate gentamycin sulfate kanamycin sulfate dan netilmicin sulfate

Aminoglikosida dimasukkan dalam kategori obat D yang penggunaannya oleh

wanita hamil diketaui meningkatkan angka kejadian malformasi dan kerusakan janin

yang bersifat ireversibel Pemberian aminoglikosida pada wanita hamil sangat tidak

dianjurkan Selain itu aminoglikosida juga mempunyai efek samping nefrotoksik dan

ototoksik pada ibu dan juga dapat menimbulkan kerusakan ginjal tingkat seluler

pada janin terutama jika diberikan pada periode organogeneis Kerusakan saraf

kranial VIII juga banyak terjadi pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang

mendapat aminoglikosida pada kehamilan

lt--[if supportLists]--gt2 lt--[endif]--gtGolongan Sefalosporin seperti cefuroxime

acetyl cefotiam diHCl cefotaxime Na cefoperazone Na ceftriaxone Na cefazolin

Na cefaclor dan turunan garam monohydrate-nya cephadrine dan ceftizoxime Na

Sama halnya dengan penisilin sefalosporin relatif aman jika diberikan pada trimester

pertama kehamilan Kadar sefalosporin dalam sirkulasi janin meningkat selama

beberapa jam pertama setelah pemberian dosis pada ibu tetapi tidak terakumulasi

setelah pemberian berulang atau melalui infus Sejauh ini belum ada bukti bahwa

pengaruh buruk sefalosporin seperti misalnya anemia hemolitik dapat terjadi pada

bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu yang mendapat sefalosporin pada trimester

terakhir kehamilan

lt--[if supportLists]--gt3 lt--[endif]--gtGolongan Kloramfenikol seperti

Kloramfenikol dan thiamfenicol

Kloramfenikol bila diberikan menjelang persalinan dapat mengakibatkan kolaps

sirkulasi pada neonatus Pemberian kloramfenikol pada wanita hamil terutama pada

trimester II dan III di mana hepar belum matur dapat menyebabkan angka

terjadinya sindroma Grey pada bayi ditandai dengan kulit sianotik (sehingga bayi

tampak keabuabuan) hipotermia muntah abdomen protuberant dan menunjukkan

reaksi menolak menyusu di samping pernafasan yang cepat amp tidak teratur serta

letargi Kloramfenikol dimasukkan dalam kategori C yaitu obat yang karena efek

farmakologiknya dapat menyebabkan pengaruh buruk pada janin tanpa disertai

malformasi anatomik Pengaruh ini dapat bersifat reversibel Pemberian

kloramfenikol selama kehamilan sejauh mungkin dihindari terutama pada minggu-

minggu terakhir menjelang kelahiran dan selama menyusui

lt--[if supportLists]--gt4 lt--[endif]--gtGolongan Makrolid seperti clarithomycin

roxirhromycin erythromycin spiramycin dan azithromycin

lt--[if supportLists]--gt5 lt--[endif]--gtGolongan Penicillin seperti amoxicillin

turunan tridydrate dan turunan garam Na-nya

Obat-obat yang termasuk dalam golongan penisilin dapat dengan mudah menembus

plasenta dan mencapai kadar terapetik baik pada janin maupun cairan amnion

Penisilin relatif paling aman jika diberikan selama kehamilan meskipun perlu

pertimbangan yang seksama dan atas indikasi yang ketat mengingat kemungkinan

efek samping yang dapat terjadi pada ibu

lt--[if supportLists]--gt6 lt--[endif]--gtGolongan Kuinolon seperti ciprofloxacin dan

turunan garam HCl-nya ofloxacin sparfloxacin dan norfloxacin

lt--[if supportLists]--gt7 lt--[endif]--gtGolongan Tetrasiklin seperti doxycycline

tetracyclin dan turunan HCl-nya (tidak boleh untuk wanita hamil) dan oxytetracylin

(tidak boleh untuk wanita hamil)

Tetraskilin adalah jenis antibiotik yang merupakan anti bakteri yang luas sebagai

penghambat dan pembunuh bakteri gram positif dan gram negatif Merupakan zat

kelasi yang mempunyai afinitas dengan kalsium dan basa yang sukar larut dalam air

tetapi bentuk garam natrium atau garam HCL-nya mudah larut Dalam keadaadn

kering bentuk basa dan garam HCL tetrasiklin bersifat relative stabil Sedangkan

dalam larutan kebanyakan tetrasiklin sangat labil sehingga cepat berkurang

potensinya Efek tetrasiklin semakin fatal pada ibu hamil trimester pertama

Sehingga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang mikromelia dan

sindaktil Pembentukan tulang baru mulai pada trimester kedua Oleh karena itu

pemberian pada trismester kedua dapat mengakibatkan peubahan warna kekuningan

yang permanen pada gigi susu dan hipoplasia enamel Meskipun demikian gigi yang

kekuningan tersebut lebih tahan terhadap karies dibandingkan gigi normal

Sedangkan pemberian pada bulan ke 4 kehidupan janin sampai akhir tahun pertama

dapat menimbulkan kelainan warna gigi Wanita hamil atau masa nifas dengan

pielonefritis atau gangguan fungsi ginjal lain cendrung menderita kerusakan hati

akibat pemberian golongan tetrasiklin Tapi saat ini tetraskilin sudah jarang diberikan

kepada ibu hamil dan anak anak

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmpilisin Segi keamanan baik bagi ibu maupun

janin relatif cukup terjamin Kadar ampisilin dalam sirkulasi darah janin meningkat

secara lambat setelah pemberiannya pada ibu dan bahkan sering melebihi kadarnya

dalam sirkulasi ibu Pada awal kehamilan kadar ampisilin dalam cairan amnion

relatif rendah karena belum sempurnanya ginjal janin di samping meningkatnya

kecepatan aliran darah antara ibu dan janin pada masa tersebut Tetapi pada periode

akhir kehamilan di mana ginjal dan alat ekskresi yangi lain pada janin telah matur

kadarnya dalam sirkulasi janin justru lebih tinggi dibanding ibu Farmakokinetika

ampisilin berubah menyolok selama kehamilan Dengan meningkatnya volume

plasma dan cairan tubuh maka meningkat pula volume distribusi obat Oleh sebab itu

kadar ampisilin pada wanita hamil kira-kira hanya 50 dibanding saat tidak hamil

Dengan demikian penambahan dosis ampisilin perlu dilakukan selama masa

kehamilan

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmoksisilin Pada dasarnya absorpsi

amoksisilin setelah pemberian per oral jauh lebih baik dibanding ampisilin

Amoksisilin diabsorpsi secara cepat dan sempurna baik setelah pemberian oral

maupun parenteral Seperti halnya dengan ampisilin penambahan dosis amoksisilin

pada kehamilan perlu dilakukan mengingat kadarnya dalam darah ibu maupun janin

relatif rendah dibanding saat tidak hamil Dalam sirkulasi janin kadarnya hanya

sekitar seperempat sampai sepertiga kadar di sirkulasi ibu

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtSulfonmida Obat-obat yang tergolong

sulfonamida dapat melintasi plasenta dan masuk dalam sirkulasi janin dalam kadar

yang lebih rendah atau sama dengan kadarnya dalam sirkulasi ibu Pemakaian

sulfonamida pada wanita hamil harus dihindari terutama pada akhir masa kehamilan

Hal ini karena sulfonamida mampu mendesak bilirubin dari tempat ikatannya dengan

protein sehingga mengakibatkan terjadinya kern-ikterus pada bayi yang baru

dilahirkan Keadaan ini mungkin akan menetap sampai 7 hari setelah bayi lahir

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtEritromisin Pemakaian eritromisin pada wanita

hamil relatif aman karena meskipun dapat terdifusi secara luas ke hampir semua

jaringan (kecuali otak dan cairan serebrospinal) tetapi kadar pada janin hanya

mencapai 1-2 dibanding kadarnya dalam serum ibu Di samping itu sejauh ini

belum terdapat bukti bahwa eritromisin dapat menyebabkan kelainan pada janin

Kemanfaatan eritromisin untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh Chlamydia

pada wanita hamil serta pencegahan penularan ke janin cukup baik meskipun bukan

menjadi obat pilihan pertama Namun ditilik dari segi keamanan dan manfaatnya

pemakaian eritromisin untuk infeksi tersebut lebih dianjurkan dibanding antibiotika

lain misalnya tetrasiklin

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtTrimetoprim Karena volume distribusi yang

luas trimetoprim mampu menembus jaringan fetal hingga mencapai kadar yang lebih

tinggi dibanding sulfametoksazol meskipun kadarnya tidak lebih tinggi dari ibu Pada

uji hewan trimetoprim terbukti bersifat teratogen jika diberikan pada dosis besar

Meskipun belum terdapat bukti bahwa trimetoprim juga bersifat teratogen pada janin

tetapi pemakaiannya pada wanita hamil perlu dihindari Jika terpaksa harus

memberikan kombinasi trimetoprim + sulfametoksazol pada kehamilan diperlukan

pemberian suplementasi asam folet

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtNitrofurantoin Sering digunakan sebagai

antiseptik pada saluran kencing Jika diberikan pada awal kehamilan kadar

nitrofurantoin pada jaringan fetal lebih tinggi dibanding ibu tetapi kadarnya dalam

plasma sangat rendah Dengan makin bertambahnya umur kehamilan kadar

nitrofurantoin dalam plasma janin juga meningkat Sejauh ini belum terbukti bahwa

nitrofurantoin dapat meningkatkan kejadian malformasi janin Namun perhatian harus

diberikan terutama pada kehamilan cukup bulan di mana pemberian nitrofurantoin

pada periode ini kemungkinan akan menyebabkan anemia hemolitik pada janin

LKSI 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Percetakan Not BandungRagg M 2001 Obat-Obat yang paling diresepkan Arcan Jakarta

Santoso B 1995 Efek Samping Obat ed 2 Pusat Study Farmakologi Klinik dan Kebijakan Obat UGM Yogyakarta

Setiabudy S dkk 2007 Farmakologi dan Terapeutik edisi 5 FKUI JakartaSpeirs Al 1992 Ilmu Kesehatan Anak untuk Perawat ed 2 IKIPSemarang Press Semarang

Yagiela J A Frank J D Enid A N 2004 Pharmacology and Therapeutics for Dentistry Elsevier Mosby St Louis

Obat-obatan Untuk Ibu

Sebenarnya obat yang langsung ke ASI itu jumlahnya sangat kecil Sebagian kecil berpengaruh kepada bayi Secara umum menghentikan pemberian ASI lebih berbahaya daripada pengaruh obat tersebut Hanya sebagian kecil obat yang mempunyai efek samping Bayi yang berumur kurang dari satu bulan mempunyai masalah yang besar dibandingkan dengan bayi yang lebih tua Tetapi mungkin perlu dipikirkan obat alternatif untuk ibu yang menyebabkan lebih sedikit masalah Kejadian penghentian menyusui karena ibu harus minum obat adalah sangat jarang

Pada sedikit situasi menyusui merupakan kontra indikasi

Jika ibu mendapatkan obat anti kanker pemberian ASI boleh dihentikan Jika ibu mendapatkan pengobatan radioaktif ibu dapat menghentikan pemberian ASI untuk sementara Obat-obatan ini jarang digunakan

Beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang kadang-kadang menyebabkan perlunya penghentian pemberian ASI

Jika ibu mendapatkan obat psikiatrik atau anti konfulsan kadang-kadang membuat bayi (berusia kurang dari satu bulan) yang menyusui menjadi tampak lemah Khususnya jika diberikan barbiturat dan diazepam Jika memungkinkan sebaiknya diganti dengan obat lain yang mempunyai efek samping kecil Namun demikian sangat berbahaya jika mengubah pengobatan secara cepat khususnya pada kasus epilepsi

Jika tidak ada alternatif teruskan pemberian ASI dan amatilah bayinya

Jika terjadi efek samping pemberian ASI dapat dihentikan

Beberapa antibiotik perlu dihindari

Antibiotik pada umumnya aman bagi ASI dan bagi bayi Tetapi lebih baik menghindari pemberian Chloramphenikol dan tetrasiklin serta metronidazole Jika salah satu antibiotik tersebut harus diberikan kepada ibu teruskan menyusui dan amatilah bayinya Pada umumnya tidak ada masalah

Hindari pemberian sulphonamide kepada ibu khususnya jika bayi jaundice Jika obat seperti cotrimoxasole fansidar dan dapsone diperlukan berikan obat tersebut dan teruskan pemberian ASI Pertimbangkan pemberian makanan alternatif bila bayi jaundice terutama jaundice yang terjadi ketika ibu meminum obat tersebut

Obat yang menyebabkan menurunnya produksi ASI perlu dihindari

Hindari penggunaan kontrasepsi yang mengandung estrogen Hindari penggunaan Thiazide diuretik seperti Chlorotiazide karena obat ini menurunkan produksi ASI Jia mungkin carilah alternatifnya

Kebanyakan obat yang umum digunakan adalah aman pada dosis biasa

Jika ibu menyusui mendapatkan obat tetapi anda tidak yakin obat apa

1 Cek daftar obat di dalam manual 2 Anjurkan agar ibu terus menyusui sambil mencoba mengetahui obat apa yang diberikan 3 Amatilah bayi jika terjadi efek samping seperti mengantuk yang abnormal tidak nafsu makan dan

ikterus khususnya jika ibu mengkonsumsi obat untuk waktu yang lama 4 Usahakan mendapatkan saran dari petugas kesehatan yang lebih ahli seperti dokter atau apoteker 5 Jika khawatir cobalah mencari obat alternatif yang anda ketahui lebih aman 6 Jika bayi terkena efek samping dan ibu tidak mengubah penggunaan obatnya gunakanlah metode

alternatif yang aman 7 Jika bayi terkena efek samping dan anda tidak mungkin mengubah obatnya pertimbangkan cara

pemberian makanan yang lain untuk sementara waktu bila mungkin

Menyusui dan Obat-obatan untuk Ibu

Kontra indikasi pemberian ASI Obat anti kanker

Radioaktif (berhenti menyusui sementara)

Teruskan pemberian ASI Obat penyakit psikis dan anti konvulsan

(Amati efek samping pada bayi

misalnya mengantuk)

Gunakan obat alternatif Chloramfenikol tetracyclin metronidazole

Quinolone antibiotics (eg Ciprofloxacin)

Pantau kemungkinan ikterius Sulphonamides cotrimoxazole fansidar dapsone

Gunakan obat alternatif Estrogen terutama kontrasepsi berisi estrogen

(dapat menurunkan produksi ASI) Thiazide diuretic

Aman pada dosis biasa Obat-obatan paling biasa digunakan

Pantau bayi Analgesik dan antipiretik paracetakol yang diberikan untuk waktu siang asam acetil salisilik ibuprofen kadang-kadang diberikan morfin dan petidin kebanyakan obat batuk dan masuk angin antibiotik ampisilin kloxasilin dan penisilin erythromisin lain obat anti TB anti lepra anti malaria (kecuali meflokuin) antihelmint anti jamur bronchodilator (eg Salbutamol) corticosteroids antihistamin antasid obat untuk diabetes kebanyakan oabat anti-hipertensi digoksin suplemen gizi yodium zat besi dan vitamin-vitamin

Dikirim oleh (RSIA permata hati)

  • RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI
  • Hal-hal Terbaru Tentang Transfusi Darah
Page 5: RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI.docx

puncak obatKloramfenikol Bermakna Konsentrasi terlalu rendah untuk menimbulkan Grey Syndrome mungkin adasumsum tulang direkomendasikan untuk tidak meminum kloramfenikolselama menyusuiKlorotiazid Minimum Tidak dilaporkan efek sampingKlorpromazin Minimum Tampak tak bermaknaKodein Minimum Tidak dilaporkan efek sampingKontrasepsi oral Minimum Akan menekan laktasi dalam dosis tinggiLitium Bermakna Hindari penyusuanMetadon Bermakna (Lihat heroin) Dengan pengawasan dokter yang ketat penyusuan dapatdilanjutkan Tanda putus opiat pada bayi bisa timbul jika ibu mengehentikanminum metadon atau menghentikan penyusuan mendadakPenisilin Minimum Konsentrasi sangat rendah dalam ASIPrednison Sedang Dosis ibu yang rendah mungkin aman Dosis 2 kali jumlah fisiologik atau lebihmungkin harus dihindariPropranolol Minimum Jumlah sangat kecil memasuki ASIPropiltiourasiltiourasilBermakna Dapat menekan fungsi tiroid pada bayiSpironolakton Mimimum Jumlah sangat kecil memasuki ASITeofilin Sedang Dapat memasuki ASI dalam jumlah sedang tapi tidak menimbulkan efekbermaknaTetrasiklin Sedang Mungkin mewarnai gigi yang sedang berkembang pada bayi secarapermanen Harus dihindari selama laktasiTiroksin Minimum Tanpa efek samping dalam dosis terapiTolbutamin Minimum Konsentrasi rendah dalam ASIWarfarin Minimum Jumlah sangat kecil ditemukan dalam ASIYodium(radioaktif)Bermakna Memasuki ASI dalam jumlah mencukupi untuk menyebabkan penekanantiroid pada bayiSumber Katzung BG (1987) Basic and Clinical Pharmacology 3rd edition Appleton and LangeNorwalk

Hal-hal Terbaru Tentang Transfusi Darah

Ronald D Miller MD

Sejak dikenalnya hepatitis non A non B (HCV) sebagai komplikasi mayor transfusi

darah penyebab infeksi lainnya seperti HTLV-I (human T-cell leukemiavirus

limfoma tipe I) and CMV (sitomegalovirus) timbul bersama infeksi yang paling

menghancurkan yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Syndrome (AIDS)

Infektifitas darah homolog telah menyebabkan pergeseran perhatian dari

menyempurnakan prosedur pencocokan silang dan mencegah reaksi transfusi ke

permasalahan yang berkisar antara pencegahan penyakit yang ditularkan melalui

transfusi dan immunosupresi yang diinduksi oleh transfusi hingga mempertanyakan

apakah banyak transfusi darah homolog benar-benar berindikasi klinis Data tahun

1996 menunjukkan bahwa resiko infeksi dari darah homolog telah berkurang secara

bermakna (Tabel 1) Hal ini utamanya disebabkan oleh luasnya pengujian pada

seluruh darah yang didonasikan (Tabel 2) Walaupun belum diukur dengan yang

teliti pengujian yang diperbaiki (misalnya pengujian molekular dan inaktifasi viral)

dengan menggunakan pengujian yang mengidentifikasi asam-asam nukleat virus

window period (Tabel 1) menurun secara bermakna dan insidensi HIV dan hepatitis

berkurang hingga kurang lebih 11000000 Sebelum meninjau status produk-

produk darah sintetik pernyataan berbagai konsep pada kedokteran transfusi akan

diperiksa

Tabel 1 Persentase Resiko Infeksi yang Ditularkan melalui Transfusi dengan Unit

Penyaring Darah di Amerika Serikat

Resiko Window Period (hari)

1 HIV 1493000 22

2 HTLV 1641000 51

3 Cytomegalovirus lt10 dengan cepat

4 HCV 1103000 82

5 HBV 163000 59

6 Resiko infeksi agregat 134000 mdashmdash

HIV = human immunodeficiency virus tipe 1

HTLV = human T-cell lymphotropic virus

HCV = virus hepatitis C

HBV = virus hepatitis B

88 HBV amp HCV

Tabel 2 Pengujian Penyakit Infeksi terhadap Darah Transfusi H

1 Pengujian diskontinuitas alanin aminotransferase

2 Pengujian antibodi hepatitis C

3 Antibodi terhadap antigen inti hepatitis B

4 HIV-1

5 HIV-2

6 HTLV III

7 Pengujian serologik terhadap sifilis

H dari JAMA 1995 274 1374

HIV = human immunodeficiency virus

HTLV = human T-cell lymphotropic virus

I Indikasi untuk Transfusi Darah

Indikasi untuk transfusi darah makin dipertanyakan Transfusi darah biasanya

diberikan untuk meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen dan volume

intravaskular Walaupun demikian berdasarkan teori peningkatan volume vaskular

seharusnya bukan merupakan suatu indikasi untuk transfusi darah karena volume

intravaskular dapat diperbesar dengan pemberian cairan yang tidak menularkan

infeksi (misalnya kristaloid atau koloid) Sehingga peningkatan kapasitas

pengangkutan oksigen merupakan satu-satunya indikasi nyata untuk transfusi

darah Dari segi praktisnya bila seorang pasien mengalami perdarahan darah

tepatnya diberikan untuk meningkatkan baik kapasitas pengangkutan oksigen dan

volume intravaskular Secara kritis berapa nilai hematokrit hemoglobin yang

diperlukan untuk kapasitas pengangkutan O2 Dalam sejarah hematokrit kurang

dari 30 (atau hemoglobin kurang dari 10 gdl) menunjukkan kebutuhan untuk

transfusi darah perioperatif Bagaimanapun juga ketakutan pada tahun-tahun

terakhir akan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh transfusi khususnya

Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) menyebabkan peninjauan ulang

terhadap indikasi ini Jelaslah transpor oksigen dapat dipertahankan dengan

hematokrit hingga 20 Dengan anggapan volume intravaskular normal dan respon

kompensasi kardiovaskular normal (contohnya takikardi) Baru-baru ini National

Institutes of Health Consensus Conference berpendapat bahwa pasien-pasien sehat

dengan hematokrit lebih besar daripada 30 jarang membutuhkan transfusi darah

perioperatif sedang pasien-pasien tersebut dengan anemia akut (misalnya

kehilangan darah intraoperatif) dengan hematokrit kurang dari 21 seringkali

membutuhkan transfusi darah Defenisi akhir kadar hematokrit atau hemoglobin

yang dibutuhkan untuk melakukan transfusi darah harus berdasarkan pada banyak

faktor seperti status kardiovaskular umur kehilangan darah yang diantisipasi

oksigenasi arterial cardiac output dan volume darah Yang lebih memperumit

permasalahan ini indikasi untuk transfusi darah mungkin juga tergantung pada

sumber darah Sebagai contoh indikasi-indikasi untuk darah autolog mungkin lebih

liberal karena tidak akan menyebarkan penyakit (misalnya hepatitis dan AIDS)

dibandingkan dengan darah homolog Bagaimanapun juga darah autolog sebaiknya

tidak dipandang sepenuhnya aman karena adanya kemungkinan kesalahan klinis

dan reaksi hemolitik sesudah transfusi

Pada bulan Juli 1989 FDA Drug Bulletin memberikan panduan keras untuk

pemberian sel darah merah Bulletin tersebut menyatakan bahwa ldquokapasitas

pengangkutan oksigen adekuat dapat dipenuhi dengan hemoglobin 7 gdl atau

bahkan lebih kurang bila volume intravaskular adekuat untuk melakukan perfusirdquo

Ada kondisi medis yang dapat membenarkan pemberian darah untuk mencapai

hemoglobin yang lebih tinggi (misalnya penyakit arteri koroner) Meskipun

demikian kekhawatiran bahwa transfusi darah seringkali diberikan secara tidak

tepat sehingga diperlukan penelitian yang lebih cermat terhadap praktek transfusi

Sebagai contoh banyak komite transfusi rumah sakit mengadakan pemeriksaan

ulang pada pasien-pasien didapatkan hematokrit postoperatif lebih tinggi dari

normal (33-34 ) dan menerima darah sehingga perlu ditinjau kembali indikasi

pemberian transfusi darah Peninjauan ini dilakukan untuk menentukan apakah

darah telah diberikan dengan tepat Bila ditemukan transfusi yang tidak tepat baik

dokter dan komite transfusi akan mengevaluasi lebih lanjut ketepatan transfusi

tersebut Sehingga seorang dokter ahli anestesi harus menyatakan secara jelas

dalam status rumah sakit alasan pemberian transfusi darah

Yang terbaru biasanya pada pasien-pasien perawatan intensif beberapa kelompok

telah mencoba mendefenisikan keadaan dimana transfusi darah sebaiknya

diberikan dengan mengukur oksigenasi jaringan dan hemodinamik (contohnya

peningkatan konsumsi oksigen sebagai respon terhadap kandungan oksigen) Tidak

ada pengukuran spesifik yang dapat secara konsisten memperkirakan kapan

seorang pasien diuntungkan oleh transfusi darah

Walaupun demikian terdapat bukti bahwa kualitas (contohnya umur) dan

peningkatan kapasitas oksigen (misalnya hemoglobin lebih tinggi dari 10 gdl)

dapat menguntungkan pasien yang sangat tidak sehat Kenyataannya satu

penelitian menemukan bahwa bila darah yang disimpan lebih dari 15 hari diberikan

akan terjadi iskemia limpa

Lebih baru lagi konsep yang ditegaskan oleh Purdy et al menyatakan bahwa

pasien-pasien yang menerima darah yang berumur 17 hari dibandingkan dengan

darah yang berumur 25 hari mempunyai tingkat kelangsungan hidup yang lebih

tinggi Pengaruh usia darah yang diberikan akan didiskusikan nanti pada presentasi

ini

Mungkin indikator lebih sensitif terhadap oksigenasi jaringan (misalnya pH

intramukosal) dapat menjadi indikasi untuk transfusi darah Menggunakan data

pada sebuah populasi pembedahan orthopedik variasi kadar hemoglobin tidak

berhubungan dengan lamanya hospitalisasi Namun atlit yang terlatih dan pasien-

pasien kardiak postoperatif mengalami perbaikan kemampuan fisik bila kadar

hemoglobin ditingkatkan Sebaliknya Weiskopf et al menemukan pada pasien-

pasien yang sehat penurunan konsentrasi hemoglobin hingga 50 gdl tidak

menyebabkan adanya bukti oksigenasi yang tidak adekuat Bagaimanapun juga

pasien-pasien ini tidak dipermasalahkan dengan stress pemulihan dari pembedahan

dan anesthesia Bagaimanapun juga Weiskopf et al menemukan bahwa pasien

yang tidak dapat meningkatkan cardiac outputnya dengan cara meningkatkan

denyut jantungnya sebaiknya menerima transfusi hingga kadar hemoglobin lebih

dari 10 gdl Sayangnya tidak dapat dihasilkan kesimpulan tepat dari data yang

sangat berguna tapi bersifat usulan ini

American Society of Anesthesiologists (ASA) telah mengembangkan Panduan

Praktek untuk Terapi Komponen darah Rekomendasi ASA untuk transfusi darah

adalah

Rekomendasi Sel Darah Merah

Organisasi tersebut menyimpulkan bahwa

1 Transfusi jarang diindikasikan bila konsentrasi hemoglobin lebih besar dari 10

gdL dan hampir selalu diindikasikan bila kurang dari 6 gdL khususnya bila anemia

akut

2 Apakah konsentrasi hemoglobin sedang (6-10 gdL) membutuhkan transfusi sel

darah merah harus berdasarkan resiko pasien terhadap komplikasi-komplikasi

oksigenasi yang tidak adekuat

3 Tidak disarankan hanya menggunakan pemicu hemoglobin untuk pasien yang

gagal memperbaiki semua faktor-faktor fisiologis dalam pembedahan penting yang

dapat mempengaruhi oksigenasi

4 Bila keadaan tepat penggunaan darah autolog preoperatif intraoperatif dan

postoperatif hemodilusi akut normovolemik hipotensi yang disengaja dan obat-

obatan dapat saja menguntungkan

5 Indikasi untuk transfusi sel darah merah autolog mungkin lebih baik daripada sel

darah merah alogenik karena resiko transmisi penyakit yang lebih rendah

Panduan ini menekankan pentingnya penetapan resiko pasien terhadap komplikasi

yang berhubungan dengan oksigenasi yang tidak adekuat suatu konsep yang lebih

ditekankan baru-baru ini Lebih lanjut beberapa organisasi menekankan

penggunaan tanda-tanda vital dan kehilangan darah sebagai indikator

Print Pengelompokan American College of Surgeons terhadap perdarahan Akut

Faktor I II III IV

Kehilangan darah ml up to 750 750-1500 1500-2000 ge2000

Kehilangan darah BV up to 15 15-30 30-40 ge40

Denyut nadi per menit gt100 gt100 gt120 ge140

Tekanan darah (mm Hg) Normal Normal Menurun Menurun

Tekanan nadi Normalmeningkat Menurun Menurun Menurun

Tes pengisian kapiller Normal Positif Positif Positif

Pernapasan per menit 14-20 20-30 30-40 gt35

Urine mljam ge30 20-30 5-10 dpt diabaikan

SSP (status mental) Sedikit gelisah Cukup gelisah Gelisah bingung Bingung letargi

Penggantian cairan (hukum 31) Kristaloid Kristaloid Kristaloid + darah Kristaloid

+darah

Panduan yang lebih sederhana akan sangat menolong Sebagai contoh dengan

bantuan Habibi et al panduan berikut disarankan bahwa pemberian satu unit PRC

akan meningkatkan hematokrit 3-5 Indikasinya adalah

Kehilangan darah gt 20 volume darah bila lebih dari 1000 ml

Hemoglobin lt 8 gdL

Hemoglobin lt 10 gdL dengan penyakit berat (misalnya emfisema penyakit

jantung iskemik)

Hemoglobin lt 10 gdL dengan darah autolog

Hemoglobin lt 12 gdL dan tergantung ventilator

Pertimbangannya peningkatan kapasitas pengangkutan oksigen lebih penting

daripada peningkatan volume intravaskular Karena itu penulis menekankan

pentingnya penetapan hemoglobin atau hematokrit Anjuran banyak bank darah

darah autolog lebih baik dibanding darah alogenik

II Darah Autologous dibandingkan dengan Darah Alogenik

Secara mengejutkan ada pendapat bahwa darah autolog tidak lebih aman

dibandingkan dengan darah alogenik (misalnya dari resiko infeksi) Karena itu

program darah autolog dapat saja dihapuskanSatu contoh dari penelitian seperti

itu adalah pasien-pasien histerektomi Kanter et al menemukan bahwa 25 dari 140

pasien yang mendonorkan darahnya dirinya harus ditransfusi kembali sedangkan

dari 123 pasien yang tidak mendonorkan darahnya sendiri hanya 1 yang perlu

ditransfusi Karena itu disimpulkan bahwa darah autolog sebelum operasi lebih baik

dihapuskan karena akan meningkatkan resiko transfusi darah alogenik Lebih lanjut

mereka membantah bahwa darah autolog tidak mempunyai resiko Satu dari

16000 donasi darah autolog mengalami reaksi yang cukup berat yang

membutuhkan perawatan di rumah sakit Kenyataannya beberapa komplikasi yang

berhubungan dengan transfusi darah autolog ada pada daftar di bawah

1 Anemia

2 Iskemia miokardial preoperatif dari anemia

3 Unit yang salah (1100000)

4 Transfusi darah yang lebih sering

Saran untuk pembatasan transfusi darah autolog tidak meliputi imunosupresi (lihat

diskusi selanjutnya) atau penyebaran infeksi dalam darah alogenik Sebagai contoh

dari tahun 1986 hingga 1991 ada 182 kegawatan yang berhubungan transfusi

dilaporkan ke FDA 29 (16) diantaranya disebabkan oleh kontaminasi bakterial 10

kasus infeksi Yersinia enterokolitika yang dilaporkan Hampir semua dengan darah

alogenik walaupun dua pasien juga mendapatkan darah autolog Sehingga

disimpulkan bahwa darah alogenik juga cukup beresiko

III Koagulasi

Dokter ahli anestesi mengetahui bahwa kecenderungan perdarahan sering terjadi

pada pasien-pasien yang ditransfusi secara masif Koagulopati ini disebabkan oleh

kombinasi banyaknya volume darah yang diberikan dan lamanya hipotensi atau

hipoperfusi Pasien-pasien dengan perfusi baik dan tidak hipotensi untuk jangka

waktu yang lama (misalnya gt 1 jam) dapat mentolerir banyak unit darah tanpa

menyebabkan koagulopati Nyatanya banyak pasien yang telah menerima lebih

dari 100 unit darah bertahan dengan perubahan kecil pada koagulasi Jelasnya

pasien yang hipotensif dan menerima banyak unit darah kemungkinan terjadi

koagulopati baik karena DIC maupun karena berkurangnya faktor-faktor koagulasi

karena penyimpanan darah di bank darah

Thrombositopenia dilusi merupakan penyebab diatesis hemoragik pada pasien yang

menerima banyak unit darah Walaupun penekanan utama pada hitung thrombosit

beberapa pengarang mempertanyakan peranan thrombositopenia pada koagulopati

pada pasien-pasien yang ditransfusi secara masif Mereka secara tepat menunjuk

bahwa hitung thrombosit jarang menurun serendah yang diperkirakan dari

pengenceran saja Hal ini mungkin karena thrombosit dilepaskan ke dalam sirkulasi

dari limpa sumsum tulang dan karena adanya thrombosit non fungsional Lebih

lanjut Reed et al menemukan tidak ada keuntungan pemberian thrombosit

profilaksis selama transfusi masif Thrombosit sebaiknya jangan diberikan untuk

memperbaiki hasil pemeriksaan laboratorium pada keadaan thrombositopenia

kecuali pada keadaan koagulopati klinis

Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa FFP tetap diberikan untuk pengobatan

koagulopati yang disebabkan oleh transfusi Keseluruhan peningkatan penggunaan

FFP pada tahun 1970an menyebabkan National Institutes of Health (NIH)

mengadakan konferensi untuk membahas masalah ini pada tahun 1985 Konferensi

ini menyimpulkan bahwa pemberian FFP sebagai bagian dari terapi koagulopati

yang disebabkan oleh transfusi darah masif hanya sedikit yang dapat dibuktikan

kebenarannya Bila dokter tetap ingin memberikan FFP kriteria berikut harus

ditetapkan

1 Perdarahan menyeluruh yang tidak dapat dikendalikan dengan jahitan bedah

atau kauter

2 PTT paling kurang 15 kali dari normal

3 Hitung thrombosit lebih besar daripada 70000mm (untuk menjamin bahwa

thrombositopenia bukan merupakan penyebab perdarahan)

Buletin Obat FDA baru (Juli 1989) menyimpulkan bahwa FFP sebaiknya jangan

diberikan

1 Untuk ekspansi volume sebagai suplemen nutrisi

2 Profilaksis dengan transfusi darah masif

3 Profilaksis setelah operasi By Pass

Yang lebih baru lagi ASA menyarankan pemberian FFP dengan panduan berikut

1 Untuk reversal mendesak terapi warfarin

2 Untuk koreksi defisiensi faktor pembekuan yang tidak diketahui bila konsentrat

spesifik tidak tersedia

3 Untuk koreksi perdarahan mikrovaskular bila ada peningkatan PT atau APTT

(gt15 kali normal)

4 Untuk koreksi perdarahan mikrovaskular sekunder terhadap defisiensi faktor

pembekuan pada pasien-pasien yang ditransfusi dengan lebih dari satu volume

darah dan bila PT dan PTT tidak dapat diperiksa

5 FFP harus diberikan dalam dosis yang dihitung untuk mencapai konsentrasi faktor

plasma minimum 30 (biasanya dicapai dengan pemberian FFP 10-15 mLkg )

kecuali untuk reversal mendesak antikoagulasi warfarin dimana FFP 5-8 mlkg

biasanya mencukupi Satu unit darah segar menyediakan faktor-faktor koagulasi

yang sama dengan yang terkandung dalam satu unit FFP

6 FFP dikontraindikasikan untuk tambahan volume plasma atau konsentrasi

albumin

Kesimpulan diatas berdasarkan anggapan bahwa yang diberikan adalah darah

lengkap Kebanyakan penelitian memeriksa pengaruh transfusi masif darah lengkap

pada koagulasi karena banyak pusat trauma menggunakan darah lengkap Murray

et al secara khusus mempertanyakan penggunaan PRC untuk kehilangan darah

yang banyak Pada penggunaan PRC kadar fibrinogen menurun signifikan

kebalikan dari penggunaan darah lengkap dimana kadar fibrinogen tetap tidak

berubah kecuali ada DIC (koagulasi inravaskular diseminata) Walaupun seluruh

faktor-faktor koagulasi menurun penurunan tidak sebanyak yang diperkirakan

karena pengenceran Mereka merasa bahwa faktor-faktor seperti VIII mungkin

disimpan dalam sel-sel endotelial dan dilepaskan dari endotelium selama stress

pembedahan Bila PRC digunakan untuk mengganti kehilangan darah mayor dokter

dapat mencoba memberikan FFP secara profilaksis Bagaimanapun juga Murray et

al secara khusus menyarankan untuk tidak mengikuti kebijaksanaan ini tetapi

menyatakan bahwa FFP hanya dibutuhkan bila PT dan PTT paling kurang 15 kali

normal dan kadar fibrinogen kurang dari 75 mgdL Penelitian terbaru oleh Murray

et al menunjukkan bahwa bila kehilangan volume intravaskuler digantikan dengan

PRC dan kristaloid PT dan PTT seringkali melebihi 15 kali normal

Baru-baru ini tiga pilihan dipertimbangkan oleh kebanyakan bank darah

A Detergen Pelarut Plasma dari donor multipel dikumpulkan dan diberikan

campuran pelarut penghancur lemak (tri-n-butil fosfat) dan detergen (triton x-100)

untuk menginaktivasi sampul lipid penyebab infeksi termasuk HIV HTLV HCV HBV

Baru-baru ini (1998) tersedia di Palang Merah Mempunyai beberapa kekurangan

termasuk pengumpulan yang dapat menyebabkan kontaminasi penyebab infeksi

yang beramplop

B Plasma donor tunggal yang diuji kembali untuk mempersiapkan FFP Unit (donasi

pertama) disimpan bila seluruh riwayat dan penyebab penyakit infeksi negatif Unit

tersebut tidak dilepaskan untuk digunakan hingga donor yang sama

menyumbangkan unit kedua lebih dari 3 bulan setelah donasi pertama dan lolos

pada pengujian serologik Saat itu unit pertama dilepaskan Unit kedua tidak

digunakan hingga orang tersebut kembali lebih dari 3 bulan kemudian untuk donasi

ketiga dan lolos kembali seluruh pengujian Saat itu unit kedua dapat digunakan

Pendekatan ini mempunyai keuntungan yang jelas tetapi pemberiannya rumit

C Plasma yang sering didonorkan Suatu hubungan terbalik terjadi antara jumlah

donasi yang diberikan seseorang dengan kemungkinan menjadi sero positif

Hubungan ini tidak saling bergantung pada waktu dimana donasi diberikan Yang

tampaknya mencapai reduksi maksimum insidensi sero positif pada lebih dari 4

donasi Perkiraannya adalah bahwa reduksi sero positif (dan karena itu transmisi)

hingga 13-12 gambaran saat ini

Pilihan diatas diadakan pada pertemuan di University of California San Fransisco

Transfusion Committee dan dokter akan mempunyai banyak pilihan plasma yang

lebih aman untuk pasien

IV Imunosupresi

Transfusi darah homolog menimbulkan suatu reaksi imunosupresif nonspesifik pada

resipien Efek ini bersifat terapi untuk resipien transplantasi ginjal Namun banyak

pengarang telah mengemukakan data untuk menunjukkan bahwa transfusi darah

meningkatkan suseptibilitas terhadap infeksi dan peningkatan progresi tumor

malignan Walaupun banyak faktor dapat terlibat pada pasien yang sakit keras

(misalnya pasien-pasien yang menerima transfusi darah kemungkinan punya

penyakit yang lebih luas dan invasif) bukti meyakinkan bahwa ada hubungan

antara transfusi preoperatif dan rekurensi tumor atau bertahan hidup pada pasien-

pasien dengan berbagai jenis kanker sebagaimana ditinjau oleh Schricmer et al

Mekanisme dan efek dari kanker ini tidak diketahui tetapi berhubungan dengan

peningkatan sintesis prostaglandin E penurunan generasi interleukin 2 dan produk

degradasi fibrinogen pada FFP Penemuan lanjut ini menimbulkan kekhawatiran

tentang pemberian FFP pada pasien-pasien yang imunitasnya ditekan Blumbert et

al menemukan bahwa pasien-pasien yang ditransfusi dengan PRC bertahan hidup

lebih baik daripada pasien-pasien yang menerima darah lengkap Hasilnya

Schriemer et al menyarankan untuk memberikan PRC dibanding darah lengkap bila

transfusi diindikasikan pada pasien-pasien kanker

Terbaru Landers et al telah meninjau mekanisme imunomodulasi yang disebabkan

tranfusi (Tabel 3) dan penurunan fungsi imun setelah transfusi darah alogenik atau

homolog (Tabel 4)

Table 3 Mekanisme Modulasi Imun yang ditimbulkan oleh Transfusi

Penumpukan Fe pada sistem RE mengakibatkan berbagai perubahan

Penurunan aktifitas makrofag yang dapat menangkap antigen kelas II oleh

monosit yang memproduksi prostaglandin E2 sehingga menghambat produksi IL-2

Inhibisi interleukin-2 oleh limfositT akan menurunkan stimulasi sel B dan produksi

antibodi

Teori deplesi klonal ndash sel-sel yang rusak akan menolak proses graft

Penurunan produksi limfosit T supressor

Pembentukan anti-idiotipik T cell receptor atau antibodi yang dapat melawan

antigen pada transfusi darah akan bangkit dan membentuk antigen yang baru

Dari Landers etal Anesth Analg 199682187

Table 4 Penurunan Fungsi Imun akibat Transfusi Darah Allogenik

Pengurangan respon limfosit

Penurunan produksi sitokin

Penurunan respon terhadap mitogen (subtansi yang menstimulasi mitosis dan

perubahan limfosit) atau antigen larut in vivo atau in vitro

Peningkatan jumlah atau fungsi sel supresor

Penurunan aktivitas sel pembunuh alami

Penurunan fungsi monosit

Penurunan sitotoksisitas yang di mediasi sel terhadap sel-sel target tertentu

Peningkatan produksi mediator dan antibodi anti idotipik supresif

Dari Landers etal Anesth Analg 199682187 (33)

V Terapi Komponen

A Thrombosit

Sebagiamana diindikasikan sebelumnya terdapat kekhawatiran bahwa produk-

produk darah homolog telah diberikan secara tidak tepat FDA Drug Bulletin Juli

1989 mencoba memberi panduan dan menyatakan bahwa thrombosit tidak boleh

diberikan

1 Kepada pasien-pasien dengan ITP (kecuali bila ada perdarahan yang mengancam

jiwa)

2 Profilaksis transfusi darah massif

3 Profilaksis pada cardiopulmonar bypass

FDA tidak menyatakan bahwa pada pasien yang menjalankan pembedahan atau

prosedur invasif lain tidak diuntungkan dari transfusi thrombosit profilaksis bila

hitung thrombosit paling kurang 50000mm3 dan thrombositopenia merupakan

satu-satunya kelainan

ASA task force baru-baru ini menyarankan bahwa

1 Transfusi thrombosit profilaksis tidak efektif dan jarang kali diindikasikan bila

thrombositopenia berhubungan dengan peningkatan destruksi thrombosit

(misalnya ITP)

2 Tranfusi thrombosit profilaksis jarang diindikasikan pada pasien-pasien bedah

dengan thrombositopenia yang berhubungan dengan penurunan produksi

thrombosit bila hitung thrombosit lebih besar daripada 100000mm3 dan biasanya

diindikasikan bila hitung thrombosit lebih rendah dari 50000mm3 Penentuan

apakah pasien-pasien dengan hitung thrombosit pada tingkat menengah (50000-

100000mm3) membutuhkan terapi harus berdasarkan pada resiko perdarahan

3 Pasien-pasien bedah dan obstetrik dengan perdarahan mikrovaskular biasanya

membutuhkan transfusi thrombosit bila hitung thrombosit lebih kecil dari

50000mm3 dan jarang membutuhkan transfusi bila lebih besar dari 100000mm3

Jika hitung thrombosit antara 50000-100000mm3) penentuan harus didasarkan

pada resiko pasien untuk perdarahan yang lebih signifikan

4 Persalinan pervaginam atau operatif dengan kehilangan darah yang sedikit dapat

dilakukan pada pasien-pasien dengan hitung thrombosit kurang dari 50000mm3

5 Transfusi thrombosit dapat diindikasikan bila hitung thrombosit cukup tetapi

terdapat disfungsi thrombosit dan perdarahan mikrovaskular

Transfusi thrombosit dibutuhkan untuk pasien-pasien dengan perdarahan sistemik

dan untuk pasien-pasien dengan resiko tinggi perdarahan yang disebabkan oleh

gangguan koagulasi sepsis atau disfungsi thrombosit yang berhubungan dengan

pengobatan atau penyakit Jelasnya maksudnya adalah untuk membuat dokter

lebih tepat dalam menetapkan indikasi transfusi thrombosit Karena peningkatan

kekhawatiran tentang kontaminasi bakterial kini sangat disarankan tiap pasien

yang menjadi demam setelah menerima konsentrat thrombosit harus dianggap

septik hingga terbukti sebaliknya

B Kriopresipitat

Kriopresipitat mengandung faktor VIIIC (aktivitas prokoagulan) faktor VIIIvWF

(faktor von Willebrand ) fibrinogen faktor XIII dan fibronektin yang merupakan

glikoprotein yang berperan pada peningkatan aktivitas sistem RES dalam

membunuh partikel asing dan bakteri dari darah

Terdapatnya fibrinogen yang rendah pada PRC sehingga ASA task force

menyarankan pemberian kriopresipitat untuk

1 Profilaksis pada pasien-pasien non perdarahan perioperiatif atau peripartum

dengan defisiensi fibrinogen kongenital atau penyakit von Willebrand yang tidak

berespon terhadap DDAVP (bila memungkinkan keputusan ini harus dibuat dengan

konsultasi dengan hematolog pasien tersebut)

2 Pasien-pasien perdarahan dengan penyakit von Willebrand

3 Koreksi perdarahan mikrovaskular pada pasien-pasien dengan transfusi massif

dengan konsentrasi fibrinogen kurang dari 80-100 mgdL (atau bila konsentrasi

fibrinogen tidak dapat diukur pada saat itu)

Darah lengkap harus diberikan pada transfusi darah massif karena PRC kurang

mengandung faktor koagulasi

Konsentrat faktor VIII merupakan terapi standar untuk hemofilia Teknik rekombinan

DNA terbaru telah digunakan untuk mengembangkan faktor VIII yang bebas

transmisi penyakit

VI Komplikasi

Dengan memperhitungkan pertimbangan di atas insidensi dari reaksi yang

merugikan adalah

Reaksi yang merugikan terhadap Transfusi

Tipe reaksi Insidensi

Reaksi febril 1 dari transfusi PRC

Reaksi alergi (urtikaria) 20 dari transfusi platelet

Rekasi transfusi hemolitik akut 11000 reaksi transfusi

Rekasi transfusi lambat ~ 133000 U PRC

Penyakit graft vs host (GVHD) ~ 12500 U PRC

Udem paru akut yang berhubungan

dengan transfusi (TRALI) 110000 U PRC

Dari Principles of Anesthetic Techniques and Anesthetic Emergencies

Darah yang telah bersih dari leukosit dapat menurunkan kejadian imunosupresi dan

insidensi banyak reaksi transfusi

VII Darah Sintetik

Karena banyak masalah termasuk yang terdaftar di atas dengan allogenik banyak

perusahaan mencoba membuat hemoglobin sintetik Produk ini telah diberikan pada

sukarelawan manusia dan pasien-pasien dengan keberhasilan yang cukup Hal ini

diungkapkan oleh Dietz et al pada Anesthesia amp Analgesia Februari 1996 Dasarnya

produk-produk ini

1 Larutan hemoglobin bebas stroma yang mengandung sejumlah modifikasi dari

molekul hemoglobin

2 Hemoglobin rekayasa genetik (misalnya Ecoli menghasilkan sel darah merah

manusia)

3 Larutan hemoglobin liposome-encapsulated mengandung hemoglobin dengan

membran sintetik

4 Perfluorokarbon larutan organik dengan kelarutan oksigen tinggi

Untuk mencegah banyak komplikasi seperti kerusakan ginjal pelepasan

endotoksin dan lain-lain berbagai pendekatan telah digunakan seperti cross-link

polimerisasi dan konjugator baik dengan kimiawi maupun tehnik genetik

sebagaimana diringkaskan dibawah

Tabel 5 Pengganti Sel darah Merah

Aktivitas Efisiensi

(efek biologis) (keuntungan untuk pasien)

Transpor O2 Penurunan penggunaan produk-produk darah

Bantuan hidup selama anemia berat Penurunan morbiditas dan mortalitas yang

berhubungan dengan transfusi

Resusitasi cairan Penggunaan pada lingkungan yang secara logistik sulit

Awalnya produk-produk ini dipandang sebagai pengganti darah Meskipun aman

tapi sulit disediakan oleh bank darah Kriteria FDA terhadap efisiensi sulit

diterapkan Sekarang lebih menekankan pada kemampuan transpor oksigennya

yang akan didiskusikan

Berbagai penelitian fase II and III telah dan sedang dilaksanakan Sejauh ini

kebanyakan produk menyebabkan hipertensi ringan dan peningkatan konsentrasi

amilase dan lipase yang signifikansinya masih harus ditetapkan

Kewaspadaan Pada GraviidaObat Efek Samping Utama Keterangan1048729 Kloramfenikol Gray-baby sindrom (kolapssirkulasi pd neonatus) anemiaHindari pemberian pd trimester 3masa laktasi amp neonatus1048729 SulfonamidDapsonRisiko hemolisis amp ikterus Hindari pemberian pd trimester 3 ampmasa laktasi1048729 Trimetoprim Hindari pemberian pd trimester 3

Obat Efek Samping Utama Keterangan1048729 Kloramfenikol Gray-baby sindrom (kolapssirkulasi pd neonatus) anemiaHindari pemberian pd trimester 3masa laktasi amp neonatus1048729 SulfonamidDapsonRisiko hemolisis amp ikterus Hindari pemberian pd trimester 3 ampmasa laktasi1048729 Trimetoprim Hindari pemberian pd trimester 3KotrimoksazolTeratogenik1048729 Eritromisin Hepatotoksik gangguan GIT Terutama pada sang ibu1048729 Penisilin ampSefalosporinHipersensitivitas rx alergigangguan GITbull Ruam amp diare pd neonatusbull Ko-amoksiklav sebaiknya dihindaripd kehamilanOtotoksik Gangguan pendengaran bisamempengaruhi ibu amp

Ibu Hamil Membutuhkan Antibiotik

Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) antibiotik

merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh mikroba untuk menghambat

pertumbuhan dan membasmi mikroba jenis lain Awalnya antibiotik hanya

ada beberapa namun saat ini sudah ditemukan berbagai jenis antibiotik

yang mampu mengatasi penyakit infeksi lanjutan Antibiotik bekerja untuk

melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri bukan virus Penggunaan

antibiotik tidak boleh sembarangan karena akan mendatangkan bahaya bagi

tubuh Prinsip yang harus diketahui antibiotik hanya digunakan jika ada

infeksi yang disebabkan oleh kuman bakteri

Obat-obatan antibiotik itu termasuk obat keras yang membantu tubuh untuk membunuh

kuman ataupun bakteri yang masuk dan tidak bisa dilawan dengan sistem kekebalan tubuh

Karena obat-obatan ini bekerja dengan sistem penghancuran total maka tidak hanya bakteri saja

sel tubuh kita yang terinfeksi dan disekitarnya akan ikut terkena guna menghilangkan

kesempatan masih ada sisa-sisa koloni bakteri yang mungkin bersembunyi Oleh karena itu

pemberian obat antibiotik harus tuntas sampai seluruh koloni bakteri benar-benar habis

terbunuh jika tidak maka dapat dipastikan bakteri itu bisa bersiap diri untuk menyerang

kembali atau bahkan bisa juga bakteri-bakteri itu menjadi resisten dengan obat tersebut dan

kalau sudah begitu diperlukan antibiotik generasi lebih tinggi untuk membunuh kuman Oleh

karena efek membunuh yang kuat jika seorang pasien diberi obat antibiotik harus dipastikan

sistem kekebalan tubuh pasien itu juga kuat Karena untuk melawan efek dari antibiotik itu

sendiri dan untuk sistem self-recovery mengganti sel-sel tubuh yang telah rusak

Pengaruh buruk obat terhadap janin dapat bersifat toksik teratogenik maupun letal

tergantung pada sifat obat dan umur kehamilan paga saat minum obat Pengaruh toksik adalah

jika obat yang diminum selama masa kehamilan menyebabkan terjadinya gangguan fisiologik

atau bio-kimiawi dari janin yang dikandung dan biasanya gejalanya baru muncul beberapa saat

setelah kelahiran Pengaruh obat bersifat teratogenik jika menyebabkan terjadinya malformasi

anatomik pada petumbuhan organ janin Pengaruh teratogenik ini biasanya terjadi pada dosis

subletal Sedangkan pengaruh obat yang bersifa letal adalah yang mengakibatkan kematian janin

dalam kandungan Secara umum pengaruh buruk obat pada janin dapat beragam sesuai dengan

fase-fase berikut

lt--[if supportLists]--gt1 lt--[endif]--gtFase implantasi yaitu pada umur kehamilan

kurang dari 3 minggu Pada fase ini obat dapat memberi pengaruh buruk atau

mungkin tidak sama sekali Jika terjadi pengaruh buruk biasanya menyebabkan

kematian embrio atau berakhirnya kehamilan (abortus)

lt--[if supportLists]--gt2 lt--[endif]--gtFase embional atau organogenesis yaitu pada

umur kehamilan antara 4-8 minggu Pada fase ini terjadi diferensiasi pertumbuhan

untuk terjadinya malformasi anatomik (pengaruh teratogenik) Berbagai pengaruh

buruk yang mungkin terjadi pada fase ini antara lain

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtGangguan fungsional atau metabolik yang

permanen yang biasanya baru muncul kemudian jadi tidak timbul secara

langsung pada saat kehamilan Misalnya pemakaian hormon dietilstilbestrol pada

trimester pertama kehamilan terbukti berkaitan dengan terjadinya adenokarsinoma

vagina pada anak perempuan di kemudian hari (pada saat mereka sudah dewasa)

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtPengaruh letal berupa kematian janin atau

terjadinya abortus

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtPengaruh sub-letal yang biasanya dalam

bentuk malformasi anatomis pertumbuhan organ seperti misalnya fokolemia

karena talidomid

lt--[if supportLists]--gt3 lt--[endif]--gtFase fetal yaitu pada trimester kedua dan ketiga

kehamilan Dalam fase ini terjadi maturasi dan pertumbuhan lebih lanjut dari janin

Pengaruh buruk senyawa asing terhadap janin pada fase ini tidak berupa malformasi

anatomik lagi tetapi mungkin dapat berupa gangguan pertumbuhan baik terhadap

fungsi-fungsi fisiologik atau biokimiawi organ-organ Demikian pula pengaruh obat

yang dialami ibu dapat pula dialami janin meskipun mungkin dalam derajat yang

berbeda Sebagai contoh adalah terjadinya depresi pernafasan neonatus karena selama

masa akhir kehamilan ibu mengkonsumsi obat-obat seperti analgetika-narkotik atau

terjadinya efek samping pada sistem ekstrapiramidal setelah pemakaian fenotiazin

Secara umumsetiap obat dibagi dalam kategori (A B C D dan X) berdasarkan tingkat

resiko saat kehamilan

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori A

Hanya beberapa obat saja yang termasuk kategori A di mana obat tersebut tidak

berbahaya bila dikonsumsi pada trisemester pertama saat kehamilan Contoh obat

adalah Nystatin vaginal (Mycostatin)

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori B

Obat kategori B meliputi obat-obat yang pengalaman pemakainya pada wanita hamil

masih terbatas tetapi tidak terbukti meningkatkan frekuensi malformasi atau

pengaruh buruk lainnya pada janin Mengingat terbatasnya pengalaman pemakaian

pada wanita hamil maka obat-obat kategori B dibagi lagi berdasarkan temuan-

temuan pada studi toksikologi pada hewan yaitu

B1 Dari penelitian pada hewan tidak terbukti meningkatnya kejadian kerusakan janin

(fetal damage) Contoh obat-obat yang termasuk pada kelompok ini misalnya

simetidin dipiridamol dan spektinomisin

B2 Data dari penilitian pada hewan belum memadai tetapi ada petunjuk tidak

meningkatnya kejadian kerusakan janin tikarsilin amfoterisin dopamin asetilkistein

dan alkaloid belladona adalah obat-obat yang masuk dalam kategori ini

B3 Penelitian pada hewan menunjukkan peningkatan kejadian kerusakan janin tetapi

belum tentu bermakna pada manusia Sebagai contoh adalah karbamazepin

pirimetamin griseofulvin trimetoprim dan mebendazol

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori C

Beberapa ada di kategori ini karena tidak ada informasi yang cukup dan beberapa

obat member efek buruk pada hewan percobaan tetapi tidak ada konfirmasi ataupun

pemberitahuan adanya masalah yang timbul seperti kelahiran yang cacat pada

manusia Merupakan obat-obat yang dapat memberi pengaruh buruk pada janin tanpa

disertai malformasi anatomik semata-mata karena efek farmakologiknya Yang

termasuk kategori C yaitu Baktirm Trimetropim Biaxin Cipro Diflucan Monistat

Terazol Isoniazid Rifampin dan Vermox

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori D

Pada kategori ini obat memberi efek yang buruk pada kehamilan dan sebaiknya

tidak digunakan kecuali tidak ada alternatif lain Contohnya adalah Tetrasiklin

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori X

Obat-obat yang masuk dalam kategori ini adalah yang telah terbukti mempunyai

risiko tinggi terjadinya pengaruh buruk yang menetap (irreversibel) pada janin jika

diminum pada masa kehamilan Obat dalam kategori ini merupakan kontraindikasi

mutlak selama kehamilan Sebagai contoh adalah isotretionin dan dietilstilbestrol

Untuk keadaan hamil apalagi masih dalam trimester ketiga pemberian antibiotik bisa

sangat membahayakan janin karena hampir semua antibiotik memberikan efek samping mual

muntah pusing dan gangguan sistem pencernaan Efek-efek samping yang ditimbulkan juga

akan menekan kehamilan Bahkan ada antibiotik yang bisa menembus sampai ke sistem

kelenjar cairan seperti liur kelenjar getah bening cairan otak dan ASI Jika pada masa

menyusui minum antibiotik maka obat akan merembes di ASI dan bayi akan minum ASI

bercampur obat bisa dibayangkan apa yang akan terjadi

Obat-obat antibiotik yang perlu perhatian khusus atau tidak boleh diminum untuk ibu

hamil dan menyusui

lt--[if supportLists]--gt1 lt--[endif]--gtGolongan Aminoglikosida (biasanya dalam

turunan garam sulfate-nya) seperti amikacin sulfate tobramycin sulfate dibekacin

sulfate gentamycin sulfate kanamycin sulfate dan netilmicin sulfate

Aminoglikosida dimasukkan dalam kategori obat D yang penggunaannya oleh

wanita hamil diketaui meningkatkan angka kejadian malformasi dan kerusakan janin

yang bersifat ireversibel Pemberian aminoglikosida pada wanita hamil sangat tidak

dianjurkan Selain itu aminoglikosida juga mempunyai efek samping nefrotoksik dan

ototoksik pada ibu dan juga dapat menimbulkan kerusakan ginjal tingkat seluler

pada janin terutama jika diberikan pada periode organogeneis Kerusakan saraf

kranial VIII juga banyak terjadi pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang

mendapat aminoglikosida pada kehamilan

lt--[if supportLists]--gt2 lt--[endif]--gtGolongan Sefalosporin seperti cefuroxime

acetyl cefotiam diHCl cefotaxime Na cefoperazone Na ceftriaxone Na cefazolin

Na cefaclor dan turunan garam monohydrate-nya cephadrine dan ceftizoxime Na

Sama halnya dengan penisilin sefalosporin relatif aman jika diberikan pada trimester

pertama kehamilan Kadar sefalosporin dalam sirkulasi janin meningkat selama

beberapa jam pertama setelah pemberian dosis pada ibu tetapi tidak terakumulasi

setelah pemberian berulang atau melalui infus Sejauh ini belum ada bukti bahwa

pengaruh buruk sefalosporin seperti misalnya anemia hemolitik dapat terjadi pada

bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu yang mendapat sefalosporin pada trimester

terakhir kehamilan

lt--[if supportLists]--gt3 lt--[endif]--gtGolongan Kloramfenikol seperti

Kloramfenikol dan thiamfenicol

Kloramfenikol bila diberikan menjelang persalinan dapat mengakibatkan kolaps

sirkulasi pada neonatus Pemberian kloramfenikol pada wanita hamil terutama pada

trimester II dan III di mana hepar belum matur dapat menyebabkan angka

terjadinya sindroma Grey pada bayi ditandai dengan kulit sianotik (sehingga bayi

tampak keabuabuan) hipotermia muntah abdomen protuberant dan menunjukkan

reaksi menolak menyusu di samping pernafasan yang cepat amp tidak teratur serta

letargi Kloramfenikol dimasukkan dalam kategori C yaitu obat yang karena efek

farmakologiknya dapat menyebabkan pengaruh buruk pada janin tanpa disertai

malformasi anatomik Pengaruh ini dapat bersifat reversibel Pemberian

kloramfenikol selama kehamilan sejauh mungkin dihindari terutama pada minggu-

minggu terakhir menjelang kelahiran dan selama menyusui

lt--[if supportLists]--gt4 lt--[endif]--gtGolongan Makrolid seperti clarithomycin

roxirhromycin erythromycin spiramycin dan azithromycin

lt--[if supportLists]--gt5 lt--[endif]--gtGolongan Penicillin seperti amoxicillin

turunan tridydrate dan turunan garam Na-nya

Obat-obat yang termasuk dalam golongan penisilin dapat dengan mudah menembus

plasenta dan mencapai kadar terapetik baik pada janin maupun cairan amnion

Penisilin relatif paling aman jika diberikan selama kehamilan meskipun perlu

pertimbangan yang seksama dan atas indikasi yang ketat mengingat kemungkinan

efek samping yang dapat terjadi pada ibu

lt--[if supportLists]--gt6 lt--[endif]--gtGolongan Kuinolon seperti ciprofloxacin dan

turunan garam HCl-nya ofloxacin sparfloxacin dan norfloxacin

lt--[if supportLists]--gt7 lt--[endif]--gtGolongan Tetrasiklin seperti doxycycline

tetracyclin dan turunan HCl-nya (tidak boleh untuk wanita hamil) dan oxytetracylin

(tidak boleh untuk wanita hamil)

Tetraskilin adalah jenis antibiotik yang merupakan anti bakteri yang luas sebagai

penghambat dan pembunuh bakteri gram positif dan gram negatif Merupakan zat

kelasi yang mempunyai afinitas dengan kalsium dan basa yang sukar larut dalam air

tetapi bentuk garam natrium atau garam HCL-nya mudah larut Dalam keadaadn

kering bentuk basa dan garam HCL tetrasiklin bersifat relative stabil Sedangkan

dalam larutan kebanyakan tetrasiklin sangat labil sehingga cepat berkurang

potensinya Efek tetrasiklin semakin fatal pada ibu hamil trimester pertama

Sehingga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang mikromelia dan

sindaktil Pembentukan tulang baru mulai pada trimester kedua Oleh karena itu

pemberian pada trismester kedua dapat mengakibatkan peubahan warna kekuningan

yang permanen pada gigi susu dan hipoplasia enamel Meskipun demikian gigi yang

kekuningan tersebut lebih tahan terhadap karies dibandingkan gigi normal

Sedangkan pemberian pada bulan ke 4 kehidupan janin sampai akhir tahun pertama

dapat menimbulkan kelainan warna gigi Wanita hamil atau masa nifas dengan

pielonefritis atau gangguan fungsi ginjal lain cendrung menderita kerusakan hati

akibat pemberian golongan tetrasiklin Tapi saat ini tetraskilin sudah jarang diberikan

kepada ibu hamil dan anak anak

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmpilisin Segi keamanan baik bagi ibu maupun

janin relatif cukup terjamin Kadar ampisilin dalam sirkulasi darah janin meningkat

secara lambat setelah pemberiannya pada ibu dan bahkan sering melebihi kadarnya

dalam sirkulasi ibu Pada awal kehamilan kadar ampisilin dalam cairan amnion

relatif rendah karena belum sempurnanya ginjal janin di samping meningkatnya

kecepatan aliran darah antara ibu dan janin pada masa tersebut Tetapi pada periode

akhir kehamilan di mana ginjal dan alat ekskresi yangi lain pada janin telah matur

kadarnya dalam sirkulasi janin justru lebih tinggi dibanding ibu Farmakokinetika

ampisilin berubah menyolok selama kehamilan Dengan meningkatnya volume

plasma dan cairan tubuh maka meningkat pula volume distribusi obat Oleh sebab itu

kadar ampisilin pada wanita hamil kira-kira hanya 50 dibanding saat tidak hamil

Dengan demikian penambahan dosis ampisilin perlu dilakukan selama masa

kehamilan

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmoksisilin Pada dasarnya absorpsi

amoksisilin setelah pemberian per oral jauh lebih baik dibanding ampisilin

Amoksisilin diabsorpsi secara cepat dan sempurna baik setelah pemberian oral

maupun parenteral Seperti halnya dengan ampisilin penambahan dosis amoksisilin

pada kehamilan perlu dilakukan mengingat kadarnya dalam darah ibu maupun janin

relatif rendah dibanding saat tidak hamil Dalam sirkulasi janin kadarnya hanya

sekitar seperempat sampai sepertiga kadar di sirkulasi ibu

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtSulfonmida Obat-obat yang tergolong

sulfonamida dapat melintasi plasenta dan masuk dalam sirkulasi janin dalam kadar

yang lebih rendah atau sama dengan kadarnya dalam sirkulasi ibu Pemakaian

sulfonamida pada wanita hamil harus dihindari terutama pada akhir masa kehamilan

Hal ini karena sulfonamida mampu mendesak bilirubin dari tempat ikatannya dengan

protein sehingga mengakibatkan terjadinya kern-ikterus pada bayi yang baru

dilahirkan Keadaan ini mungkin akan menetap sampai 7 hari setelah bayi lahir

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtEritromisin Pemakaian eritromisin pada wanita

hamil relatif aman karena meskipun dapat terdifusi secara luas ke hampir semua

jaringan (kecuali otak dan cairan serebrospinal) tetapi kadar pada janin hanya

mencapai 1-2 dibanding kadarnya dalam serum ibu Di samping itu sejauh ini

belum terdapat bukti bahwa eritromisin dapat menyebabkan kelainan pada janin

Kemanfaatan eritromisin untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh Chlamydia

pada wanita hamil serta pencegahan penularan ke janin cukup baik meskipun bukan

menjadi obat pilihan pertama Namun ditilik dari segi keamanan dan manfaatnya

pemakaian eritromisin untuk infeksi tersebut lebih dianjurkan dibanding antibiotika

lain misalnya tetrasiklin

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtTrimetoprim Karena volume distribusi yang

luas trimetoprim mampu menembus jaringan fetal hingga mencapai kadar yang lebih

tinggi dibanding sulfametoksazol meskipun kadarnya tidak lebih tinggi dari ibu Pada

uji hewan trimetoprim terbukti bersifat teratogen jika diberikan pada dosis besar

Meskipun belum terdapat bukti bahwa trimetoprim juga bersifat teratogen pada janin

tetapi pemakaiannya pada wanita hamil perlu dihindari Jika terpaksa harus

memberikan kombinasi trimetoprim + sulfametoksazol pada kehamilan diperlukan

pemberian suplementasi asam folet

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtNitrofurantoin Sering digunakan sebagai

antiseptik pada saluran kencing Jika diberikan pada awal kehamilan kadar

nitrofurantoin pada jaringan fetal lebih tinggi dibanding ibu tetapi kadarnya dalam

plasma sangat rendah Dengan makin bertambahnya umur kehamilan kadar

nitrofurantoin dalam plasma janin juga meningkat Sejauh ini belum terbukti bahwa

nitrofurantoin dapat meningkatkan kejadian malformasi janin Namun perhatian harus

diberikan terutama pada kehamilan cukup bulan di mana pemberian nitrofurantoin

pada periode ini kemungkinan akan menyebabkan anemia hemolitik pada janin

LKSI 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Percetakan Not BandungRagg M 2001 Obat-Obat yang paling diresepkan Arcan Jakarta

Santoso B 1995 Efek Samping Obat ed 2 Pusat Study Farmakologi Klinik dan Kebijakan Obat UGM Yogyakarta

Setiabudy S dkk 2007 Farmakologi dan Terapeutik edisi 5 FKUI JakartaSpeirs Al 1992 Ilmu Kesehatan Anak untuk Perawat ed 2 IKIPSemarang Press Semarang

Yagiela J A Frank J D Enid A N 2004 Pharmacology and Therapeutics for Dentistry Elsevier Mosby St Louis

Obat-obatan Untuk Ibu

Sebenarnya obat yang langsung ke ASI itu jumlahnya sangat kecil Sebagian kecil berpengaruh kepada bayi Secara umum menghentikan pemberian ASI lebih berbahaya daripada pengaruh obat tersebut Hanya sebagian kecil obat yang mempunyai efek samping Bayi yang berumur kurang dari satu bulan mempunyai masalah yang besar dibandingkan dengan bayi yang lebih tua Tetapi mungkin perlu dipikirkan obat alternatif untuk ibu yang menyebabkan lebih sedikit masalah Kejadian penghentian menyusui karena ibu harus minum obat adalah sangat jarang

Pada sedikit situasi menyusui merupakan kontra indikasi

Jika ibu mendapatkan obat anti kanker pemberian ASI boleh dihentikan Jika ibu mendapatkan pengobatan radioaktif ibu dapat menghentikan pemberian ASI untuk sementara Obat-obatan ini jarang digunakan

Beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang kadang-kadang menyebabkan perlunya penghentian pemberian ASI

Jika ibu mendapatkan obat psikiatrik atau anti konfulsan kadang-kadang membuat bayi (berusia kurang dari satu bulan) yang menyusui menjadi tampak lemah Khususnya jika diberikan barbiturat dan diazepam Jika memungkinkan sebaiknya diganti dengan obat lain yang mempunyai efek samping kecil Namun demikian sangat berbahaya jika mengubah pengobatan secara cepat khususnya pada kasus epilepsi

Jika tidak ada alternatif teruskan pemberian ASI dan amatilah bayinya

Jika terjadi efek samping pemberian ASI dapat dihentikan

Beberapa antibiotik perlu dihindari

Antibiotik pada umumnya aman bagi ASI dan bagi bayi Tetapi lebih baik menghindari pemberian Chloramphenikol dan tetrasiklin serta metronidazole Jika salah satu antibiotik tersebut harus diberikan kepada ibu teruskan menyusui dan amatilah bayinya Pada umumnya tidak ada masalah

Hindari pemberian sulphonamide kepada ibu khususnya jika bayi jaundice Jika obat seperti cotrimoxasole fansidar dan dapsone diperlukan berikan obat tersebut dan teruskan pemberian ASI Pertimbangkan pemberian makanan alternatif bila bayi jaundice terutama jaundice yang terjadi ketika ibu meminum obat tersebut

Obat yang menyebabkan menurunnya produksi ASI perlu dihindari

Hindari penggunaan kontrasepsi yang mengandung estrogen Hindari penggunaan Thiazide diuretik seperti Chlorotiazide karena obat ini menurunkan produksi ASI Jia mungkin carilah alternatifnya

Kebanyakan obat yang umum digunakan adalah aman pada dosis biasa

Jika ibu menyusui mendapatkan obat tetapi anda tidak yakin obat apa

1 Cek daftar obat di dalam manual 2 Anjurkan agar ibu terus menyusui sambil mencoba mengetahui obat apa yang diberikan 3 Amatilah bayi jika terjadi efek samping seperti mengantuk yang abnormal tidak nafsu makan dan

ikterus khususnya jika ibu mengkonsumsi obat untuk waktu yang lama 4 Usahakan mendapatkan saran dari petugas kesehatan yang lebih ahli seperti dokter atau apoteker 5 Jika khawatir cobalah mencari obat alternatif yang anda ketahui lebih aman 6 Jika bayi terkena efek samping dan ibu tidak mengubah penggunaan obatnya gunakanlah metode

alternatif yang aman 7 Jika bayi terkena efek samping dan anda tidak mungkin mengubah obatnya pertimbangkan cara

pemberian makanan yang lain untuk sementara waktu bila mungkin

Menyusui dan Obat-obatan untuk Ibu

Kontra indikasi pemberian ASI Obat anti kanker

Radioaktif (berhenti menyusui sementara)

Teruskan pemberian ASI Obat penyakit psikis dan anti konvulsan

(Amati efek samping pada bayi

misalnya mengantuk)

Gunakan obat alternatif Chloramfenikol tetracyclin metronidazole

Quinolone antibiotics (eg Ciprofloxacin)

Pantau kemungkinan ikterius Sulphonamides cotrimoxazole fansidar dapsone

Gunakan obat alternatif Estrogen terutama kontrasepsi berisi estrogen

(dapat menurunkan produksi ASI) Thiazide diuretic

Aman pada dosis biasa Obat-obatan paling biasa digunakan

Pantau bayi Analgesik dan antipiretik paracetakol yang diberikan untuk waktu siang asam acetil salisilik ibuprofen kadang-kadang diberikan morfin dan petidin kebanyakan obat batuk dan masuk angin antibiotik ampisilin kloxasilin dan penisilin erythromisin lain obat anti TB anti lepra anti malaria (kecuali meflokuin) antihelmint anti jamur bronchodilator (eg Salbutamol) corticosteroids antihistamin antasid obat untuk diabetes kebanyakan oabat anti-hipertensi digoksin suplemen gizi yodium zat besi dan vitamin-vitamin

Dikirim oleh (RSIA permata hati)

  • RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI
  • Hal-hal Terbaru Tentang Transfusi Darah
Page 6: RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI.docx

apakah banyak transfusi darah homolog benar-benar berindikasi klinis Data tahun

1996 menunjukkan bahwa resiko infeksi dari darah homolog telah berkurang secara

bermakna (Tabel 1) Hal ini utamanya disebabkan oleh luasnya pengujian pada

seluruh darah yang didonasikan (Tabel 2) Walaupun belum diukur dengan yang

teliti pengujian yang diperbaiki (misalnya pengujian molekular dan inaktifasi viral)

dengan menggunakan pengujian yang mengidentifikasi asam-asam nukleat virus

window period (Tabel 1) menurun secara bermakna dan insidensi HIV dan hepatitis

berkurang hingga kurang lebih 11000000 Sebelum meninjau status produk-

produk darah sintetik pernyataan berbagai konsep pada kedokteran transfusi akan

diperiksa

Tabel 1 Persentase Resiko Infeksi yang Ditularkan melalui Transfusi dengan Unit

Penyaring Darah di Amerika Serikat

Resiko Window Period (hari)

1 HIV 1493000 22

2 HTLV 1641000 51

3 Cytomegalovirus lt10 dengan cepat

4 HCV 1103000 82

5 HBV 163000 59

6 Resiko infeksi agregat 134000 mdashmdash

HIV = human immunodeficiency virus tipe 1

HTLV = human T-cell lymphotropic virus

HCV = virus hepatitis C

HBV = virus hepatitis B

88 HBV amp HCV

Tabel 2 Pengujian Penyakit Infeksi terhadap Darah Transfusi H

1 Pengujian diskontinuitas alanin aminotransferase

2 Pengujian antibodi hepatitis C

3 Antibodi terhadap antigen inti hepatitis B

4 HIV-1

5 HIV-2

6 HTLV III

7 Pengujian serologik terhadap sifilis

H dari JAMA 1995 274 1374

HIV = human immunodeficiency virus

HTLV = human T-cell lymphotropic virus

I Indikasi untuk Transfusi Darah

Indikasi untuk transfusi darah makin dipertanyakan Transfusi darah biasanya

diberikan untuk meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen dan volume

intravaskular Walaupun demikian berdasarkan teori peningkatan volume vaskular

seharusnya bukan merupakan suatu indikasi untuk transfusi darah karena volume

intravaskular dapat diperbesar dengan pemberian cairan yang tidak menularkan

infeksi (misalnya kristaloid atau koloid) Sehingga peningkatan kapasitas

pengangkutan oksigen merupakan satu-satunya indikasi nyata untuk transfusi

darah Dari segi praktisnya bila seorang pasien mengalami perdarahan darah

tepatnya diberikan untuk meningkatkan baik kapasitas pengangkutan oksigen dan

volume intravaskular Secara kritis berapa nilai hematokrit hemoglobin yang

diperlukan untuk kapasitas pengangkutan O2 Dalam sejarah hematokrit kurang

dari 30 (atau hemoglobin kurang dari 10 gdl) menunjukkan kebutuhan untuk

transfusi darah perioperatif Bagaimanapun juga ketakutan pada tahun-tahun

terakhir akan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh transfusi khususnya

Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) menyebabkan peninjauan ulang

terhadap indikasi ini Jelaslah transpor oksigen dapat dipertahankan dengan

hematokrit hingga 20 Dengan anggapan volume intravaskular normal dan respon

kompensasi kardiovaskular normal (contohnya takikardi) Baru-baru ini National

Institutes of Health Consensus Conference berpendapat bahwa pasien-pasien sehat

dengan hematokrit lebih besar daripada 30 jarang membutuhkan transfusi darah

perioperatif sedang pasien-pasien tersebut dengan anemia akut (misalnya

kehilangan darah intraoperatif) dengan hematokrit kurang dari 21 seringkali

membutuhkan transfusi darah Defenisi akhir kadar hematokrit atau hemoglobin

yang dibutuhkan untuk melakukan transfusi darah harus berdasarkan pada banyak

faktor seperti status kardiovaskular umur kehilangan darah yang diantisipasi

oksigenasi arterial cardiac output dan volume darah Yang lebih memperumit

permasalahan ini indikasi untuk transfusi darah mungkin juga tergantung pada

sumber darah Sebagai contoh indikasi-indikasi untuk darah autolog mungkin lebih

liberal karena tidak akan menyebarkan penyakit (misalnya hepatitis dan AIDS)

dibandingkan dengan darah homolog Bagaimanapun juga darah autolog sebaiknya

tidak dipandang sepenuhnya aman karena adanya kemungkinan kesalahan klinis

dan reaksi hemolitik sesudah transfusi

Pada bulan Juli 1989 FDA Drug Bulletin memberikan panduan keras untuk

pemberian sel darah merah Bulletin tersebut menyatakan bahwa ldquokapasitas

pengangkutan oksigen adekuat dapat dipenuhi dengan hemoglobin 7 gdl atau

bahkan lebih kurang bila volume intravaskular adekuat untuk melakukan perfusirdquo

Ada kondisi medis yang dapat membenarkan pemberian darah untuk mencapai

hemoglobin yang lebih tinggi (misalnya penyakit arteri koroner) Meskipun

demikian kekhawatiran bahwa transfusi darah seringkali diberikan secara tidak

tepat sehingga diperlukan penelitian yang lebih cermat terhadap praktek transfusi

Sebagai contoh banyak komite transfusi rumah sakit mengadakan pemeriksaan

ulang pada pasien-pasien didapatkan hematokrit postoperatif lebih tinggi dari

normal (33-34 ) dan menerima darah sehingga perlu ditinjau kembali indikasi

pemberian transfusi darah Peninjauan ini dilakukan untuk menentukan apakah

darah telah diberikan dengan tepat Bila ditemukan transfusi yang tidak tepat baik

dokter dan komite transfusi akan mengevaluasi lebih lanjut ketepatan transfusi

tersebut Sehingga seorang dokter ahli anestesi harus menyatakan secara jelas

dalam status rumah sakit alasan pemberian transfusi darah

Yang terbaru biasanya pada pasien-pasien perawatan intensif beberapa kelompok

telah mencoba mendefenisikan keadaan dimana transfusi darah sebaiknya

diberikan dengan mengukur oksigenasi jaringan dan hemodinamik (contohnya

peningkatan konsumsi oksigen sebagai respon terhadap kandungan oksigen) Tidak

ada pengukuran spesifik yang dapat secara konsisten memperkirakan kapan

seorang pasien diuntungkan oleh transfusi darah

Walaupun demikian terdapat bukti bahwa kualitas (contohnya umur) dan

peningkatan kapasitas oksigen (misalnya hemoglobin lebih tinggi dari 10 gdl)

dapat menguntungkan pasien yang sangat tidak sehat Kenyataannya satu

penelitian menemukan bahwa bila darah yang disimpan lebih dari 15 hari diberikan

akan terjadi iskemia limpa

Lebih baru lagi konsep yang ditegaskan oleh Purdy et al menyatakan bahwa

pasien-pasien yang menerima darah yang berumur 17 hari dibandingkan dengan

darah yang berumur 25 hari mempunyai tingkat kelangsungan hidup yang lebih

tinggi Pengaruh usia darah yang diberikan akan didiskusikan nanti pada presentasi

ini

Mungkin indikator lebih sensitif terhadap oksigenasi jaringan (misalnya pH

intramukosal) dapat menjadi indikasi untuk transfusi darah Menggunakan data

pada sebuah populasi pembedahan orthopedik variasi kadar hemoglobin tidak

berhubungan dengan lamanya hospitalisasi Namun atlit yang terlatih dan pasien-

pasien kardiak postoperatif mengalami perbaikan kemampuan fisik bila kadar

hemoglobin ditingkatkan Sebaliknya Weiskopf et al menemukan pada pasien-

pasien yang sehat penurunan konsentrasi hemoglobin hingga 50 gdl tidak

menyebabkan adanya bukti oksigenasi yang tidak adekuat Bagaimanapun juga

pasien-pasien ini tidak dipermasalahkan dengan stress pemulihan dari pembedahan

dan anesthesia Bagaimanapun juga Weiskopf et al menemukan bahwa pasien

yang tidak dapat meningkatkan cardiac outputnya dengan cara meningkatkan

denyut jantungnya sebaiknya menerima transfusi hingga kadar hemoglobin lebih

dari 10 gdl Sayangnya tidak dapat dihasilkan kesimpulan tepat dari data yang

sangat berguna tapi bersifat usulan ini

American Society of Anesthesiologists (ASA) telah mengembangkan Panduan

Praktek untuk Terapi Komponen darah Rekomendasi ASA untuk transfusi darah

adalah

Rekomendasi Sel Darah Merah

Organisasi tersebut menyimpulkan bahwa

1 Transfusi jarang diindikasikan bila konsentrasi hemoglobin lebih besar dari 10

gdL dan hampir selalu diindikasikan bila kurang dari 6 gdL khususnya bila anemia

akut

2 Apakah konsentrasi hemoglobin sedang (6-10 gdL) membutuhkan transfusi sel

darah merah harus berdasarkan resiko pasien terhadap komplikasi-komplikasi

oksigenasi yang tidak adekuat

3 Tidak disarankan hanya menggunakan pemicu hemoglobin untuk pasien yang

gagal memperbaiki semua faktor-faktor fisiologis dalam pembedahan penting yang

dapat mempengaruhi oksigenasi

4 Bila keadaan tepat penggunaan darah autolog preoperatif intraoperatif dan

postoperatif hemodilusi akut normovolemik hipotensi yang disengaja dan obat-

obatan dapat saja menguntungkan

5 Indikasi untuk transfusi sel darah merah autolog mungkin lebih baik daripada sel

darah merah alogenik karena resiko transmisi penyakit yang lebih rendah

Panduan ini menekankan pentingnya penetapan resiko pasien terhadap komplikasi

yang berhubungan dengan oksigenasi yang tidak adekuat suatu konsep yang lebih

ditekankan baru-baru ini Lebih lanjut beberapa organisasi menekankan

penggunaan tanda-tanda vital dan kehilangan darah sebagai indikator

Print Pengelompokan American College of Surgeons terhadap perdarahan Akut

Faktor I II III IV

Kehilangan darah ml up to 750 750-1500 1500-2000 ge2000

Kehilangan darah BV up to 15 15-30 30-40 ge40

Denyut nadi per menit gt100 gt100 gt120 ge140

Tekanan darah (mm Hg) Normal Normal Menurun Menurun

Tekanan nadi Normalmeningkat Menurun Menurun Menurun

Tes pengisian kapiller Normal Positif Positif Positif

Pernapasan per menit 14-20 20-30 30-40 gt35

Urine mljam ge30 20-30 5-10 dpt diabaikan

SSP (status mental) Sedikit gelisah Cukup gelisah Gelisah bingung Bingung letargi

Penggantian cairan (hukum 31) Kristaloid Kristaloid Kristaloid + darah Kristaloid

+darah

Panduan yang lebih sederhana akan sangat menolong Sebagai contoh dengan

bantuan Habibi et al panduan berikut disarankan bahwa pemberian satu unit PRC

akan meningkatkan hematokrit 3-5 Indikasinya adalah

Kehilangan darah gt 20 volume darah bila lebih dari 1000 ml

Hemoglobin lt 8 gdL

Hemoglobin lt 10 gdL dengan penyakit berat (misalnya emfisema penyakit

jantung iskemik)

Hemoglobin lt 10 gdL dengan darah autolog

Hemoglobin lt 12 gdL dan tergantung ventilator

Pertimbangannya peningkatan kapasitas pengangkutan oksigen lebih penting

daripada peningkatan volume intravaskular Karena itu penulis menekankan

pentingnya penetapan hemoglobin atau hematokrit Anjuran banyak bank darah

darah autolog lebih baik dibanding darah alogenik

II Darah Autologous dibandingkan dengan Darah Alogenik

Secara mengejutkan ada pendapat bahwa darah autolog tidak lebih aman

dibandingkan dengan darah alogenik (misalnya dari resiko infeksi) Karena itu

program darah autolog dapat saja dihapuskanSatu contoh dari penelitian seperti

itu adalah pasien-pasien histerektomi Kanter et al menemukan bahwa 25 dari 140

pasien yang mendonorkan darahnya dirinya harus ditransfusi kembali sedangkan

dari 123 pasien yang tidak mendonorkan darahnya sendiri hanya 1 yang perlu

ditransfusi Karena itu disimpulkan bahwa darah autolog sebelum operasi lebih baik

dihapuskan karena akan meningkatkan resiko transfusi darah alogenik Lebih lanjut

mereka membantah bahwa darah autolog tidak mempunyai resiko Satu dari

16000 donasi darah autolog mengalami reaksi yang cukup berat yang

membutuhkan perawatan di rumah sakit Kenyataannya beberapa komplikasi yang

berhubungan dengan transfusi darah autolog ada pada daftar di bawah

1 Anemia

2 Iskemia miokardial preoperatif dari anemia

3 Unit yang salah (1100000)

4 Transfusi darah yang lebih sering

Saran untuk pembatasan transfusi darah autolog tidak meliputi imunosupresi (lihat

diskusi selanjutnya) atau penyebaran infeksi dalam darah alogenik Sebagai contoh

dari tahun 1986 hingga 1991 ada 182 kegawatan yang berhubungan transfusi

dilaporkan ke FDA 29 (16) diantaranya disebabkan oleh kontaminasi bakterial 10

kasus infeksi Yersinia enterokolitika yang dilaporkan Hampir semua dengan darah

alogenik walaupun dua pasien juga mendapatkan darah autolog Sehingga

disimpulkan bahwa darah alogenik juga cukup beresiko

III Koagulasi

Dokter ahli anestesi mengetahui bahwa kecenderungan perdarahan sering terjadi

pada pasien-pasien yang ditransfusi secara masif Koagulopati ini disebabkan oleh

kombinasi banyaknya volume darah yang diberikan dan lamanya hipotensi atau

hipoperfusi Pasien-pasien dengan perfusi baik dan tidak hipotensi untuk jangka

waktu yang lama (misalnya gt 1 jam) dapat mentolerir banyak unit darah tanpa

menyebabkan koagulopati Nyatanya banyak pasien yang telah menerima lebih

dari 100 unit darah bertahan dengan perubahan kecil pada koagulasi Jelasnya

pasien yang hipotensif dan menerima banyak unit darah kemungkinan terjadi

koagulopati baik karena DIC maupun karena berkurangnya faktor-faktor koagulasi

karena penyimpanan darah di bank darah

Thrombositopenia dilusi merupakan penyebab diatesis hemoragik pada pasien yang

menerima banyak unit darah Walaupun penekanan utama pada hitung thrombosit

beberapa pengarang mempertanyakan peranan thrombositopenia pada koagulopati

pada pasien-pasien yang ditransfusi secara masif Mereka secara tepat menunjuk

bahwa hitung thrombosit jarang menurun serendah yang diperkirakan dari

pengenceran saja Hal ini mungkin karena thrombosit dilepaskan ke dalam sirkulasi

dari limpa sumsum tulang dan karena adanya thrombosit non fungsional Lebih

lanjut Reed et al menemukan tidak ada keuntungan pemberian thrombosit

profilaksis selama transfusi masif Thrombosit sebaiknya jangan diberikan untuk

memperbaiki hasil pemeriksaan laboratorium pada keadaan thrombositopenia

kecuali pada keadaan koagulopati klinis

Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa FFP tetap diberikan untuk pengobatan

koagulopati yang disebabkan oleh transfusi Keseluruhan peningkatan penggunaan

FFP pada tahun 1970an menyebabkan National Institutes of Health (NIH)

mengadakan konferensi untuk membahas masalah ini pada tahun 1985 Konferensi

ini menyimpulkan bahwa pemberian FFP sebagai bagian dari terapi koagulopati

yang disebabkan oleh transfusi darah masif hanya sedikit yang dapat dibuktikan

kebenarannya Bila dokter tetap ingin memberikan FFP kriteria berikut harus

ditetapkan

1 Perdarahan menyeluruh yang tidak dapat dikendalikan dengan jahitan bedah

atau kauter

2 PTT paling kurang 15 kali dari normal

3 Hitung thrombosit lebih besar daripada 70000mm (untuk menjamin bahwa

thrombositopenia bukan merupakan penyebab perdarahan)

Buletin Obat FDA baru (Juli 1989) menyimpulkan bahwa FFP sebaiknya jangan

diberikan

1 Untuk ekspansi volume sebagai suplemen nutrisi

2 Profilaksis dengan transfusi darah masif

3 Profilaksis setelah operasi By Pass

Yang lebih baru lagi ASA menyarankan pemberian FFP dengan panduan berikut

1 Untuk reversal mendesak terapi warfarin

2 Untuk koreksi defisiensi faktor pembekuan yang tidak diketahui bila konsentrat

spesifik tidak tersedia

3 Untuk koreksi perdarahan mikrovaskular bila ada peningkatan PT atau APTT

(gt15 kali normal)

4 Untuk koreksi perdarahan mikrovaskular sekunder terhadap defisiensi faktor

pembekuan pada pasien-pasien yang ditransfusi dengan lebih dari satu volume

darah dan bila PT dan PTT tidak dapat diperiksa

5 FFP harus diberikan dalam dosis yang dihitung untuk mencapai konsentrasi faktor

plasma minimum 30 (biasanya dicapai dengan pemberian FFP 10-15 mLkg )

kecuali untuk reversal mendesak antikoagulasi warfarin dimana FFP 5-8 mlkg

biasanya mencukupi Satu unit darah segar menyediakan faktor-faktor koagulasi

yang sama dengan yang terkandung dalam satu unit FFP

6 FFP dikontraindikasikan untuk tambahan volume plasma atau konsentrasi

albumin

Kesimpulan diatas berdasarkan anggapan bahwa yang diberikan adalah darah

lengkap Kebanyakan penelitian memeriksa pengaruh transfusi masif darah lengkap

pada koagulasi karena banyak pusat trauma menggunakan darah lengkap Murray

et al secara khusus mempertanyakan penggunaan PRC untuk kehilangan darah

yang banyak Pada penggunaan PRC kadar fibrinogen menurun signifikan

kebalikan dari penggunaan darah lengkap dimana kadar fibrinogen tetap tidak

berubah kecuali ada DIC (koagulasi inravaskular diseminata) Walaupun seluruh

faktor-faktor koagulasi menurun penurunan tidak sebanyak yang diperkirakan

karena pengenceran Mereka merasa bahwa faktor-faktor seperti VIII mungkin

disimpan dalam sel-sel endotelial dan dilepaskan dari endotelium selama stress

pembedahan Bila PRC digunakan untuk mengganti kehilangan darah mayor dokter

dapat mencoba memberikan FFP secara profilaksis Bagaimanapun juga Murray et

al secara khusus menyarankan untuk tidak mengikuti kebijaksanaan ini tetapi

menyatakan bahwa FFP hanya dibutuhkan bila PT dan PTT paling kurang 15 kali

normal dan kadar fibrinogen kurang dari 75 mgdL Penelitian terbaru oleh Murray

et al menunjukkan bahwa bila kehilangan volume intravaskuler digantikan dengan

PRC dan kristaloid PT dan PTT seringkali melebihi 15 kali normal

Baru-baru ini tiga pilihan dipertimbangkan oleh kebanyakan bank darah

A Detergen Pelarut Plasma dari donor multipel dikumpulkan dan diberikan

campuran pelarut penghancur lemak (tri-n-butil fosfat) dan detergen (triton x-100)

untuk menginaktivasi sampul lipid penyebab infeksi termasuk HIV HTLV HCV HBV

Baru-baru ini (1998) tersedia di Palang Merah Mempunyai beberapa kekurangan

termasuk pengumpulan yang dapat menyebabkan kontaminasi penyebab infeksi

yang beramplop

B Plasma donor tunggal yang diuji kembali untuk mempersiapkan FFP Unit (donasi

pertama) disimpan bila seluruh riwayat dan penyebab penyakit infeksi negatif Unit

tersebut tidak dilepaskan untuk digunakan hingga donor yang sama

menyumbangkan unit kedua lebih dari 3 bulan setelah donasi pertama dan lolos

pada pengujian serologik Saat itu unit pertama dilepaskan Unit kedua tidak

digunakan hingga orang tersebut kembali lebih dari 3 bulan kemudian untuk donasi

ketiga dan lolos kembali seluruh pengujian Saat itu unit kedua dapat digunakan

Pendekatan ini mempunyai keuntungan yang jelas tetapi pemberiannya rumit

C Plasma yang sering didonorkan Suatu hubungan terbalik terjadi antara jumlah

donasi yang diberikan seseorang dengan kemungkinan menjadi sero positif

Hubungan ini tidak saling bergantung pada waktu dimana donasi diberikan Yang

tampaknya mencapai reduksi maksimum insidensi sero positif pada lebih dari 4

donasi Perkiraannya adalah bahwa reduksi sero positif (dan karena itu transmisi)

hingga 13-12 gambaran saat ini

Pilihan diatas diadakan pada pertemuan di University of California San Fransisco

Transfusion Committee dan dokter akan mempunyai banyak pilihan plasma yang

lebih aman untuk pasien

IV Imunosupresi

Transfusi darah homolog menimbulkan suatu reaksi imunosupresif nonspesifik pada

resipien Efek ini bersifat terapi untuk resipien transplantasi ginjal Namun banyak

pengarang telah mengemukakan data untuk menunjukkan bahwa transfusi darah

meningkatkan suseptibilitas terhadap infeksi dan peningkatan progresi tumor

malignan Walaupun banyak faktor dapat terlibat pada pasien yang sakit keras

(misalnya pasien-pasien yang menerima transfusi darah kemungkinan punya

penyakit yang lebih luas dan invasif) bukti meyakinkan bahwa ada hubungan

antara transfusi preoperatif dan rekurensi tumor atau bertahan hidup pada pasien-

pasien dengan berbagai jenis kanker sebagaimana ditinjau oleh Schricmer et al

Mekanisme dan efek dari kanker ini tidak diketahui tetapi berhubungan dengan

peningkatan sintesis prostaglandin E penurunan generasi interleukin 2 dan produk

degradasi fibrinogen pada FFP Penemuan lanjut ini menimbulkan kekhawatiran

tentang pemberian FFP pada pasien-pasien yang imunitasnya ditekan Blumbert et

al menemukan bahwa pasien-pasien yang ditransfusi dengan PRC bertahan hidup

lebih baik daripada pasien-pasien yang menerima darah lengkap Hasilnya

Schriemer et al menyarankan untuk memberikan PRC dibanding darah lengkap bila

transfusi diindikasikan pada pasien-pasien kanker

Terbaru Landers et al telah meninjau mekanisme imunomodulasi yang disebabkan

tranfusi (Tabel 3) dan penurunan fungsi imun setelah transfusi darah alogenik atau

homolog (Tabel 4)

Table 3 Mekanisme Modulasi Imun yang ditimbulkan oleh Transfusi

Penumpukan Fe pada sistem RE mengakibatkan berbagai perubahan

Penurunan aktifitas makrofag yang dapat menangkap antigen kelas II oleh

monosit yang memproduksi prostaglandin E2 sehingga menghambat produksi IL-2

Inhibisi interleukin-2 oleh limfositT akan menurunkan stimulasi sel B dan produksi

antibodi

Teori deplesi klonal ndash sel-sel yang rusak akan menolak proses graft

Penurunan produksi limfosit T supressor

Pembentukan anti-idiotipik T cell receptor atau antibodi yang dapat melawan

antigen pada transfusi darah akan bangkit dan membentuk antigen yang baru

Dari Landers etal Anesth Analg 199682187

Table 4 Penurunan Fungsi Imun akibat Transfusi Darah Allogenik

Pengurangan respon limfosit

Penurunan produksi sitokin

Penurunan respon terhadap mitogen (subtansi yang menstimulasi mitosis dan

perubahan limfosit) atau antigen larut in vivo atau in vitro

Peningkatan jumlah atau fungsi sel supresor

Penurunan aktivitas sel pembunuh alami

Penurunan fungsi monosit

Penurunan sitotoksisitas yang di mediasi sel terhadap sel-sel target tertentu

Peningkatan produksi mediator dan antibodi anti idotipik supresif

Dari Landers etal Anesth Analg 199682187 (33)

V Terapi Komponen

A Thrombosit

Sebagiamana diindikasikan sebelumnya terdapat kekhawatiran bahwa produk-

produk darah homolog telah diberikan secara tidak tepat FDA Drug Bulletin Juli

1989 mencoba memberi panduan dan menyatakan bahwa thrombosit tidak boleh

diberikan

1 Kepada pasien-pasien dengan ITP (kecuali bila ada perdarahan yang mengancam

jiwa)

2 Profilaksis transfusi darah massif

3 Profilaksis pada cardiopulmonar bypass

FDA tidak menyatakan bahwa pada pasien yang menjalankan pembedahan atau

prosedur invasif lain tidak diuntungkan dari transfusi thrombosit profilaksis bila

hitung thrombosit paling kurang 50000mm3 dan thrombositopenia merupakan

satu-satunya kelainan

ASA task force baru-baru ini menyarankan bahwa

1 Transfusi thrombosit profilaksis tidak efektif dan jarang kali diindikasikan bila

thrombositopenia berhubungan dengan peningkatan destruksi thrombosit

(misalnya ITP)

2 Tranfusi thrombosit profilaksis jarang diindikasikan pada pasien-pasien bedah

dengan thrombositopenia yang berhubungan dengan penurunan produksi

thrombosit bila hitung thrombosit lebih besar daripada 100000mm3 dan biasanya

diindikasikan bila hitung thrombosit lebih rendah dari 50000mm3 Penentuan

apakah pasien-pasien dengan hitung thrombosit pada tingkat menengah (50000-

100000mm3) membutuhkan terapi harus berdasarkan pada resiko perdarahan

3 Pasien-pasien bedah dan obstetrik dengan perdarahan mikrovaskular biasanya

membutuhkan transfusi thrombosit bila hitung thrombosit lebih kecil dari

50000mm3 dan jarang membutuhkan transfusi bila lebih besar dari 100000mm3

Jika hitung thrombosit antara 50000-100000mm3) penentuan harus didasarkan

pada resiko pasien untuk perdarahan yang lebih signifikan

4 Persalinan pervaginam atau operatif dengan kehilangan darah yang sedikit dapat

dilakukan pada pasien-pasien dengan hitung thrombosit kurang dari 50000mm3

5 Transfusi thrombosit dapat diindikasikan bila hitung thrombosit cukup tetapi

terdapat disfungsi thrombosit dan perdarahan mikrovaskular

Transfusi thrombosit dibutuhkan untuk pasien-pasien dengan perdarahan sistemik

dan untuk pasien-pasien dengan resiko tinggi perdarahan yang disebabkan oleh

gangguan koagulasi sepsis atau disfungsi thrombosit yang berhubungan dengan

pengobatan atau penyakit Jelasnya maksudnya adalah untuk membuat dokter

lebih tepat dalam menetapkan indikasi transfusi thrombosit Karena peningkatan

kekhawatiran tentang kontaminasi bakterial kini sangat disarankan tiap pasien

yang menjadi demam setelah menerima konsentrat thrombosit harus dianggap

septik hingga terbukti sebaliknya

B Kriopresipitat

Kriopresipitat mengandung faktor VIIIC (aktivitas prokoagulan) faktor VIIIvWF

(faktor von Willebrand ) fibrinogen faktor XIII dan fibronektin yang merupakan

glikoprotein yang berperan pada peningkatan aktivitas sistem RES dalam

membunuh partikel asing dan bakteri dari darah

Terdapatnya fibrinogen yang rendah pada PRC sehingga ASA task force

menyarankan pemberian kriopresipitat untuk

1 Profilaksis pada pasien-pasien non perdarahan perioperiatif atau peripartum

dengan defisiensi fibrinogen kongenital atau penyakit von Willebrand yang tidak

berespon terhadap DDAVP (bila memungkinkan keputusan ini harus dibuat dengan

konsultasi dengan hematolog pasien tersebut)

2 Pasien-pasien perdarahan dengan penyakit von Willebrand

3 Koreksi perdarahan mikrovaskular pada pasien-pasien dengan transfusi massif

dengan konsentrasi fibrinogen kurang dari 80-100 mgdL (atau bila konsentrasi

fibrinogen tidak dapat diukur pada saat itu)

Darah lengkap harus diberikan pada transfusi darah massif karena PRC kurang

mengandung faktor koagulasi

Konsentrat faktor VIII merupakan terapi standar untuk hemofilia Teknik rekombinan

DNA terbaru telah digunakan untuk mengembangkan faktor VIII yang bebas

transmisi penyakit

VI Komplikasi

Dengan memperhitungkan pertimbangan di atas insidensi dari reaksi yang

merugikan adalah

Reaksi yang merugikan terhadap Transfusi

Tipe reaksi Insidensi

Reaksi febril 1 dari transfusi PRC

Reaksi alergi (urtikaria) 20 dari transfusi platelet

Rekasi transfusi hemolitik akut 11000 reaksi transfusi

Rekasi transfusi lambat ~ 133000 U PRC

Penyakit graft vs host (GVHD) ~ 12500 U PRC

Udem paru akut yang berhubungan

dengan transfusi (TRALI) 110000 U PRC

Dari Principles of Anesthetic Techniques and Anesthetic Emergencies

Darah yang telah bersih dari leukosit dapat menurunkan kejadian imunosupresi dan

insidensi banyak reaksi transfusi

VII Darah Sintetik

Karena banyak masalah termasuk yang terdaftar di atas dengan allogenik banyak

perusahaan mencoba membuat hemoglobin sintetik Produk ini telah diberikan pada

sukarelawan manusia dan pasien-pasien dengan keberhasilan yang cukup Hal ini

diungkapkan oleh Dietz et al pada Anesthesia amp Analgesia Februari 1996 Dasarnya

produk-produk ini

1 Larutan hemoglobin bebas stroma yang mengandung sejumlah modifikasi dari

molekul hemoglobin

2 Hemoglobin rekayasa genetik (misalnya Ecoli menghasilkan sel darah merah

manusia)

3 Larutan hemoglobin liposome-encapsulated mengandung hemoglobin dengan

membran sintetik

4 Perfluorokarbon larutan organik dengan kelarutan oksigen tinggi

Untuk mencegah banyak komplikasi seperti kerusakan ginjal pelepasan

endotoksin dan lain-lain berbagai pendekatan telah digunakan seperti cross-link

polimerisasi dan konjugator baik dengan kimiawi maupun tehnik genetik

sebagaimana diringkaskan dibawah

Tabel 5 Pengganti Sel darah Merah

Aktivitas Efisiensi

(efek biologis) (keuntungan untuk pasien)

Transpor O2 Penurunan penggunaan produk-produk darah

Bantuan hidup selama anemia berat Penurunan morbiditas dan mortalitas yang

berhubungan dengan transfusi

Resusitasi cairan Penggunaan pada lingkungan yang secara logistik sulit

Awalnya produk-produk ini dipandang sebagai pengganti darah Meskipun aman

tapi sulit disediakan oleh bank darah Kriteria FDA terhadap efisiensi sulit

diterapkan Sekarang lebih menekankan pada kemampuan transpor oksigennya

yang akan didiskusikan

Berbagai penelitian fase II and III telah dan sedang dilaksanakan Sejauh ini

kebanyakan produk menyebabkan hipertensi ringan dan peningkatan konsentrasi

amilase dan lipase yang signifikansinya masih harus ditetapkan

Kewaspadaan Pada GraviidaObat Efek Samping Utama Keterangan1048729 Kloramfenikol Gray-baby sindrom (kolapssirkulasi pd neonatus) anemiaHindari pemberian pd trimester 3masa laktasi amp neonatus1048729 SulfonamidDapsonRisiko hemolisis amp ikterus Hindari pemberian pd trimester 3 ampmasa laktasi1048729 Trimetoprim Hindari pemberian pd trimester 3

Obat Efek Samping Utama Keterangan1048729 Kloramfenikol Gray-baby sindrom (kolapssirkulasi pd neonatus) anemiaHindari pemberian pd trimester 3masa laktasi amp neonatus1048729 SulfonamidDapsonRisiko hemolisis amp ikterus Hindari pemberian pd trimester 3 ampmasa laktasi1048729 Trimetoprim Hindari pemberian pd trimester 3KotrimoksazolTeratogenik1048729 Eritromisin Hepatotoksik gangguan GIT Terutama pada sang ibu1048729 Penisilin ampSefalosporinHipersensitivitas rx alergigangguan GITbull Ruam amp diare pd neonatusbull Ko-amoksiklav sebaiknya dihindaripd kehamilanOtotoksik Gangguan pendengaran bisamempengaruhi ibu amp

Ibu Hamil Membutuhkan Antibiotik

Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) antibiotik

merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh mikroba untuk menghambat

pertumbuhan dan membasmi mikroba jenis lain Awalnya antibiotik hanya

ada beberapa namun saat ini sudah ditemukan berbagai jenis antibiotik

yang mampu mengatasi penyakit infeksi lanjutan Antibiotik bekerja untuk

melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri bukan virus Penggunaan

antibiotik tidak boleh sembarangan karena akan mendatangkan bahaya bagi

tubuh Prinsip yang harus diketahui antibiotik hanya digunakan jika ada

infeksi yang disebabkan oleh kuman bakteri

Obat-obatan antibiotik itu termasuk obat keras yang membantu tubuh untuk membunuh

kuman ataupun bakteri yang masuk dan tidak bisa dilawan dengan sistem kekebalan tubuh

Karena obat-obatan ini bekerja dengan sistem penghancuran total maka tidak hanya bakteri saja

sel tubuh kita yang terinfeksi dan disekitarnya akan ikut terkena guna menghilangkan

kesempatan masih ada sisa-sisa koloni bakteri yang mungkin bersembunyi Oleh karena itu

pemberian obat antibiotik harus tuntas sampai seluruh koloni bakteri benar-benar habis

terbunuh jika tidak maka dapat dipastikan bakteri itu bisa bersiap diri untuk menyerang

kembali atau bahkan bisa juga bakteri-bakteri itu menjadi resisten dengan obat tersebut dan

kalau sudah begitu diperlukan antibiotik generasi lebih tinggi untuk membunuh kuman Oleh

karena efek membunuh yang kuat jika seorang pasien diberi obat antibiotik harus dipastikan

sistem kekebalan tubuh pasien itu juga kuat Karena untuk melawan efek dari antibiotik itu

sendiri dan untuk sistem self-recovery mengganti sel-sel tubuh yang telah rusak

Pengaruh buruk obat terhadap janin dapat bersifat toksik teratogenik maupun letal

tergantung pada sifat obat dan umur kehamilan paga saat minum obat Pengaruh toksik adalah

jika obat yang diminum selama masa kehamilan menyebabkan terjadinya gangguan fisiologik

atau bio-kimiawi dari janin yang dikandung dan biasanya gejalanya baru muncul beberapa saat

setelah kelahiran Pengaruh obat bersifat teratogenik jika menyebabkan terjadinya malformasi

anatomik pada petumbuhan organ janin Pengaruh teratogenik ini biasanya terjadi pada dosis

subletal Sedangkan pengaruh obat yang bersifa letal adalah yang mengakibatkan kematian janin

dalam kandungan Secara umum pengaruh buruk obat pada janin dapat beragam sesuai dengan

fase-fase berikut

lt--[if supportLists]--gt1 lt--[endif]--gtFase implantasi yaitu pada umur kehamilan

kurang dari 3 minggu Pada fase ini obat dapat memberi pengaruh buruk atau

mungkin tidak sama sekali Jika terjadi pengaruh buruk biasanya menyebabkan

kematian embrio atau berakhirnya kehamilan (abortus)

lt--[if supportLists]--gt2 lt--[endif]--gtFase embional atau organogenesis yaitu pada

umur kehamilan antara 4-8 minggu Pada fase ini terjadi diferensiasi pertumbuhan

untuk terjadinya malformasi anatomik (pengaruh teratogenik) Berbagai pengaruh

buruk yang mungkin terjadi pada fase ini antara lain

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtGangguan fungsional atau metabolik yang

permanen yang biasanya baru muncul kemudian jadi tidak timbul secara

langsung pada saat kehamilan Misalnya pemakaian hormon dietilstilbestrol pada

trimester pertama kehamilan terbukti berkaitan dengan terjadinya adenokarsinoma

vagina pada anak perempuan di kemudian hari (pada saat mereka sudah dewasa)

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtPengaruh letal berupa kematian janin atau

terjadinya abortus

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtPengaruh sub-letal yang biasanya dalam

bentuk malformasi anatomis pertumbuhan organ seperti misalnya fokolemia

karena talidomid

lt--[if supportLists]--gt3 lt--[endif]--gtFase fetal yaitu pada trimester kedua dan ketiga

kehamilan Dalam fase ini terjadi maturasi dan pertumbuhan lebih lanjut dari janin

Pengaruh buruk senyawa asing terhadap janin pada fase ini tidak berupa malformasi

anatomik lagi tetapi mungkin dapat berupa gangguan pertumbuhan baik terhadap

fungsi-fungsi fisiologik atau biokimiawi organ-organ Demikian pula pengaruh obat

yang dialami ibu dapat pula dialami janin meskipun mungkin dalam derajat yang

berbeda Sebagai contoh adalah terjadinya depresi pernafasan neonatus karena selama

masa akhir kehamilan ibu mengkonsumsi obat-obat seperti analgetika-narkotik atau

terjadinya efek samping pada sistem ekstrapiramidal setelah pemakaian fenotiazin

Secara umumsetiap obat dibagi dalam kategori (A B C D dan X) berdasarkan tingkat

resiko saat kehamilan

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori A

Hanya beberapa obat saja yang termasuk kategori A di mana obat tersebut tidak

berbahaya bila dikonsumsi pada trisemester pertama saat kehamilan Contoh obat

adalah Nystatin vaginal (Mycostatin)

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori B

Obat kategori B meliputi obat-obat yang pengalaman pemakainya pada wanita hamil

masih terbatas tetapi tidak terbukti meningkatkan frekuensi malformasi atau

pengaruh buruk lainnya pada janin Mengingat terbatasnya pengalaman pemakaian

pada wanita hamil maka obat-obat kategori B dibagi lagi berdasarkan temuan-

temuan pada studi toksikologi pada hewan yaitu

B1 Dari penelitian pada hewan tidak terbukti meningkatnya kejadian kerusakan janin

(fetal damage) Contoh obat-obat yang termasuk pada kelompok ini misalnya

simetidin dipiridamol dan spektinomisin

B2 Data dari penilitian pada hewan belum memadai tetapi ada petunjuk tidak

meningkatnya kejadian kerusakan janin tikarsilin amfoterisin dopamin asetilkistein

dan alkaloid belladona adalah obat-obat yang masuk dalam kategori ini

B3 Penelitian pada hewan menunjukkan peningkatan kejadian kerusakan janin tetapi

belum tentu bermakna pada manusia Sebagai contoh adalah karbamazepin

pirimetamin griseofulvin trimetoprim dan mebendazol

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori C

Beberapa ada di kategori ini karena tidak ada informasi yang cukup dan beberapa

obat member efek buruk pada hewan percobaan tetapi tidak ada konfirmasi ataupun

pemberitahuan adanya masalah yang timbul seperti kelahiran yang cacat pada

manusia Merupakan obat-obat yang dapat memberi pengaruh buruk pada janin tanpa

disertai malformasi anatomik semata-mata karena efek farmakologiknya Yang

termasuk kategori C yaitu Baktirm Trimetropim Biaxin Cipro Diflucan Monistat

Terazol Isoniazid Rifampin dan Vermox

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori D

Pada kategori ini obat memberi efek yang buruk pada kehamilan dan sebaiknya

tidak digunakan kecuali tidak ada alternatif lain Contohnya adalah Tetrasiklin

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori X

Obat-obat yang masuk dalam kategori ini adalah yang telah terbukti mempunyai

risiko tinggi terjadinya pengaruh buruk yang menetap (irreversibel) pada janin jika

diminum pada masa kehamilan Obat dalam kategori ini merupakan kontraindikasi

mutlak selama kehamilan Sebagai contoh adalah isotretionin dan dietilstilbestrol

Untuk keadaan hamil apalagi masih dalam trimester ketiga pemberian antibiotik bisa

sangat membahayakan janin karena hampir semua antibiotik memberikan efek samping mual

muntah pusing dan gangguan sistem pencernaan Efek-efek samping yang ditimbulkan juga

akan menekan kehamilan Bahkan ada antibiotik yang bisa menembus sampai ke sistem

kelenjar cairan seperti liur kelenjar getah bening cairan otak dan ASI Jika pada masa

menyusui minum antibiotik maka obat akan merembes di ASI dan bayi akan minum ASI

bercampur obat bisa dibayangkan apa yang akan terjadi

Obat-obat antibiotik yang perlu perhatian khusus atau tidak boleh diminum untuk ibu

hamil dan menyusui

lt--[if supportLists]--gt1 lt--[endif]--gtGolongan Aminoglikosida (biasanya dalam

turunan garam sulfate-nya) seperti amikacin sulfate tobramycin sulfate dibekacin

sulfate gentamycin sulfate kanamycin sulfate dan netilmicin sulfate

Aminoglikosida dimasukkan dalam kategori obat D yang penggunaannya oleh

wanita hamil diketaui meningkatkan angka kejadian malformasi dan kerusakan janin

yang bersifat ireversibel Pemberian aminoglikosida pada wanita hamil sangat tidak

dianjurkan Selain itu aminoglikosida juga mempunyai efek samping nefrotoksik dan

ototoksik pada ibu dan juga dapat menimbulkan kerusakan ginjal tingkat seluler

pada janin terutama jika diberikan pada periode organogeneis Kerusakan saraf

kranial VIII juga banyak terjadi pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang

mendapat aminoglikosida pada kehamilan

lt--[if supportLists]--gt2 lt--[endif]--gtGolongan Sefalosporin seperti cefuroxime

acetyl cefotiam diHCl cefotaxime Na cefoperazone Na ceftriaxone Na cefazolin

Na cefaclor dan turunan garam monohydrate-nya cephadrine dan ceftizoxime Na

Sama halnya dengan penisilin sefalosporin relatif aman jika diberikan pada trimester

pertama kehamilan Kadar sefalosporin dalam sirkulasi janin meningkat selama

beberapa jam pertama setelah pemberian dosis pada ibu tetapi tidak terakumulasi

setelah pemberian berulang atau melalui infus Sejauh ini belum ada bukti bahwa

pengaruh buruk sefalosporin seperti misalnya anemia hemolitik dapat terjadi pada

bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu yang mendapat sefalosporin pada trimester

terakhir kehamilan

lt--[if supportLists]--gt3 lt--[endif]--gtGolongan Kloramfenikol seperti

Kloramfenikol dan thiamfenicol

Kloramfenikol bila diberikan menjelang persalinan dapat mengakibatkan kolaps

sirkulasi pada neonatus Pemberian kloramfenikol pada wanita hamil terutama pada

trimester II dan III di mana hepar belum matur dapat menyebabkan angka

terjadinya sindroma Grey pada bayi ditandai dengan kulit sianotik (sehingga bayi

tampak keabuabuan) hipotermia muntah abdomen protuberant dan menunjukkan

reaksi menolak menyusu di samping pernafasan yang cepat amp tidak teratur serta

letargi Kloramfenikol dimasukkan dalam kategori C yaitu obat yang karena efek

farmakologiknya dapat menyebabkan pengaruh buruk pada janin tanpa disertai

malformasi anatomik Pengaruh ini dapat bersifat reversibel Pemberian

kloramfenikol selama kehamilan sejauh mungkin dihindari terutama pada minggu-

minggu terakhir menjelang kelahiran dan selama menyusui

lt--[if supportLists]--gt4 lt--[endif]--gtGolongan Makrolid seperti clarithomycin

roxirhromycin erythromycin spiramycin dan azithromycin

lt--[if supportLists]--gt5 lt--[endif]--gtGolongan Penicillin seperti amoxicillin

turunan tridydrate dan turunan garam Na-nya

Obat-obat yang termasuk dalam golongan penisilin dapat dengan mudah menembus

plasenta dan mencapai kadar terapetik baik pada janin maupun cairan amnion

Penisilin relatif paling aman jika diberikan selama kehamilan meskipun perlu

pertimbangan yang seksama dan atas indikasi yang ketat mengingat kemungkinan

efek samping yang dapat terjadi pada ibu

lt--[if supportLists]--gt6 lt--[endif]--gtGolongan Kuinolon seperti ciprofloxacin dan

turunan garam HCl-nya ofloxacin sparfloxacin dan norfloxacin

lt--[if supportLists]--gt7 lt--[endif]--gtGolongan Tetrasiklin seperti doxycycline

tetracyclin dan turunan HCl-nya (tidak boleh untuk wanita hamil) dan oxytetracylin

(tidak boleh untuk wanita hamil)

Tetraskilin adalah jenis antibiotik yang merupakan anti bakteri yang luas sebagai

penghambat dan pembunuh bakteri gram positif dan gram negatif Merupakan zat

kelasi yang mempunyai afinitas dengan kalsium dan basa yang sukar larut dalam air

tetapi bentuk garam natrium atau garam HCL-nya mudah larut Dalam keadaadn

kering bentuk basa dan garam HCL tetrasiklin bersifat relative stabil Sedangkan

dalam larutan kebanyakan tetrasiklin sangat labil sehingga cepat berkurang

potensinya Efek tetrasiklin semakin fatal pada ibu hamil trimester pertama

Sehingga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang mikromelia dan

sindaktil Pembentukan tulang baru mulai pada trimester kedua Oleh karena itu

pemberian pada trismester kedua dapat mengakibatkan peubahan warna kekuningan

yang permanen pada gigi susu dan hipoplasia enamel Meskipun demikian gigi yang

kekuningan tersebut lebih tahan terhadap karies dibandingkan gigi normal

Sedangkan pemberian pada bulan ke 4 kehidupan janin sampai akhir tahun pertama

dapat menimbulkan kelainan warna gigi Wanita hamil atau masa nifas dengan

pielonefritis atau gangguan fungsi ginjal lain cendrung menderita kerusakan hati

akibat pemberian golongan tetrasiklin Tapi saat ini tetraskilin sudah jarang diberikan

kepada ibu hamil dan anak anak

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmpilisin Segi keamanan baik bagi ibu maupun

janin relatif cukup terjamin Kadar ampisilin dalam sirkulasi darah janin meningkat

secara lambat setelah pemberiannya pada ibu dan bahkan sering melebihi kadarnya

dalam sirkulasi ibu Pada awal kehamilan kadar ampisilin dalam cairan amnion

relatif rendah karena belum sempurnanya ginjal janin di samping meningkatnya

kecepatan aliran darah antara ibu dan janin pada masa tersebut Tetapi pada periode

akhir kehamilan di mana ginjal dan alat ekskresi yangi lain pada janin telah matur

kadarnya dalam sirkulasi janin justru lebih tinggi dibanding ibu Farmakokinetika

ampisilin berubah menyolok selama kehamilan Dengan meningkatnya volume

plasma dan cairan tubuh maka meningkat pula volume distribusi obat Oleh sebab itu

kadar ampisilin pada wanita hamil kira-kira hanya 50 dibanding saat tidak hamil

Dengan demikian penambahan dosis ampisilin perlu dilakukan selama masa

kehamilan

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmoksisilin Pada dasarnya absorpsi

amoksisilin setelah pemberian per oral jauh lebih baik dibanding ampisilin

Amoksisilin diabsorpsi secara cepat dan sempurna baik setelah pemberian oral

maupun parenteral Seperti halnya dengan ampisilin penambahan dosis amoksisilin

pada kehamilan perlu dilakukan mengingat kadarnya dalam darah ibu maupun janin

relatif rendah dibanding saat tidak hamil Dalam sirkulasi janin kadarnya hanya

sekitar seperempat sampai sepertiga kadar di sirkulasi ibu

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtSulfonmida Obat-obat yang tergolong

sulfonamida dapat melintasi plasenta dan masuk dalam sirkulasi janin dalam kadar

yang lebih rendah atau sama dengan kadarnya dalam sirkulasi ibu Pemakaian

sulfonamida pada wanita hamil harus dihindari terutama pada akhir masa kehamilan

Hal ini karena sulfonamida mampu mendesak bilirubin dari tempat ikatannya dengan

protein sehingga mengakibatkan terjadinya kern-ikterus pada bayi yang baru

dilahirkan Keadaan ini mungkin akan menetap sampai 7 hari setelah bayi lahir

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtEritromisin Pemakaian eritromisin pada wanita

hamil relatif aman karena meskipun dapat terdifusi secara luas ke hampir semua

jaringan (kecuali otak dan cairan serebrospinal) tetapi kadar pada janin hanya

mencapai 1-2 dibanding kadarnya dalam serum ibu Di samping itu sejauh ini

belum terdapat bukti bahwa eritromisin dapat menyebabkan kelainan pada janin

Kemanfaatan eritromisin untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh Chlamydia

pada wanita hamil serta pencegahan penularan ke janin cukup baik meskipun bukan

menjadi obat pilihan pertama Namun ditilik dari segi keamanan dan manfaatnya

pemakaian eritromisin untuk infeksi tersebut lebih dianjurkan dibanding antibiotika

lain misalnya tetrasiklin

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtTrimetoprim Karena volume distribusi yang

luas trimetoprim mampu menembus jaringan fetal hingga mencapai kadar yang lebih

tinggi dibanding sulfametoksazol meskipun kadarnya tidak lebih tinggi dari ibu Pada

uji hewan trimetoprim terbukti bersifat teratogen jika diberikan pada dosis besar

Meskipun belum terdapat bukti bahwa trimetoprim juga bersifat teratogen pada janin

tetapi pemakaiannya pada wanita hamil perlu dihindari Jika terpaksa harus

memberikan kombinasi trimetoprim + sulfametoksazol pada kehamilan diperlukan

pemberian suplementasi asam folet

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtNitrofurantoin Sering digunakan sebagai

antiseptik pada saluran kencing Jika diberikan pada awal kehamilan kadar

nitrofurantoin pada jaringan fetal lebih tinggi dibanding ibu tetapi kadarnya dalam

plasma sangat rendah Dengan makin bertambahnya umur kehamilan kadar

nitrofurantoin dalam plasma janin juga meningkat Sejauh ini belum terbukti bahwa

nitrofurantoin dapat meningkatkan kejadian malformasi janin Namun perhatian harus

diberikan terutama pada kehamilan cukup bulan di mana pemberian nitrofurantoin

pada periode ini kemungkinan akan menyebabkan anemia hemolitik pada janin

LKSI 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Percetakan Not BandungRagg M 2001 Obat-Obat yang paling diresepkan Arcan Jakarta

Santoso B 1995 Efek Samping Obat ed 2 Pusat Study Farmakologi Klinik dan Kebijakan Obat UGM Yogyakarta

Setiabudy S dkk 2007 Farmakologi dan Terapeutik edisi 5 FKUI JakartaSpeirs Al 1992 Ilmu Kesehatan Anak untuk Perawat ed 2 IKIPSemarang Press Semarang

Yagiela J A Frank J D Enid A N 2004 Pharmacology and Therapeutics for Dentistry Elsevier Mosby St Louis

Obat-obatan Untuk Ibu

Sebenarnya obat yang langsung ke ASI itu jumlahnya sangat kecil Sebagian kecil berpengaruh kepada bayi Secara umum menghentikan pemberian ASI lebih berbahaya daripada pengaruh obat tersebut Hanya sebagian kecil obat yang mempunyai efek samping Bayi yang berumur kurang dari satu bulan mempunyai masalah yang besar dibandingkan dengan bayi yang lebih tua Tetapi mungkin perlu dipikirkan obat alternatif untuk ibu yang menyebabkan lebih sedikit masalah Kejadian penghentian menyusui karena ibu harus minum obat adalah sangat jarang

Pada sedikit situasi menyusui merupakan kontra indikasi

Jika ibu mendapatkan obat anti kanker pemberian ASI boleh dihentikan Jika ibu mendapatkan pengobatan radioaktif ibu dapat menghentikan pemberian ASI untuk sementara Obat-obatan ini jarang digunakan

Beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang kadang-kadang menyebabkan perlunya penghentian pemberian ASI

Jika ibu mendapatkan obat psikiatrik atau anti konfulsan kadang-kadang membuat bayi (berusia kurang dari satu bulan) yang menyusui menjadi tampak lemah Khususnya jika diberikan barbiturat dan diazepam Jika memungkinkan sebaiknya diganti dengan obat lain yang mempunyai efek samping kecil Namun demikian sangat berbahaya jika mengubah pengobatan secara cepat khususnya pada kasus epilepsi

Jika tidak ada alternatif teruskan pemberian ASI dan amatilah bayinya

Jika terjadi efek samping pemberian ASI dapat dihentikan

Beberapa antibiotik perlu dihindari

Antibiotik pada umumnya aman bagi ASI dan bagi bayi Tetapi lebih baik menghindari pemberian Chloramphenikol dan tetrasiklin serta metronidazole Jika salah satu antibiotik tersebut harus diberikan kepada ibu teruskan menyusui dan amatilah bayinya Pada umumnya tidak ada masalah

Hindari pemberian sulphonamide kepada ibu khususnya jika bayi jaundice Jika obat seperti cotrimoxasole fansidar dan dapsone diperlukan berikan obat tersebut dan teruskan pemberian ASI Pertimbangkan pemberian makanan alternatif bila bayi jaundice terutama jaundice yang terjadi ketika ibu meminum obat tersebut

Obat yang menyebabkan menurunnya produksi ASI perlu dihindari

Hindari penggunaan kontrasepsi yang mengandung estrogen Hindari penggunaan Thiazide diuretik seperti Chlorotiazide karena obat ini menurunkan produksi ASI Jia mungkin carilah alternatifnya

Kebanyakan obat yang umum digunakan adalah aman pada dosis biasa

Jika ibu menyusui mendapatkan obat tetapi anda tidak yakin obat apa

1 Cek daftar obat di dalam manual 2 Anjurkan agar ibu terus menyusui sambil mencoba mengetahui obat apa yang diberikan 3 Amatilah bayi jika terjadi efek samping seperti mengantuk yang abnormal tidak nafsu makan dan

ikterus khususnya jika ibu mengkonsumsi obat untuk waktu yang lama 4 Usahakan mendapatkan saran dari petugas kesehatan yang lebih ahli seperti dokter atau apoteker 5 Jika khawatir cobalah mencari obat alternatif yang anda ketahui lebih aman 6 Jika bayi terkena efek samping dan ibu tidak mengubah penggunaan obatnya gunakanlah metode

alternatif yang aman 7 Jika bayi terkena efek samping dan anda tidak mungkin mengubah obatnya pertimbangkan cara

pemberian makanan yang lain untuk sementara waktu bila mungkin

Menyusui dan Obat-obatan untuk Ibu

Kontra indikasi pemberian ASI Obat anti kanker

Radioaktif (berhenti menyusui sementara)

Teruskan pemberian ASI Obat penyakit psikis dan anti konvulsan

(Amati efek samping pada bayi

misalnya mengantuk)

Gunakan obat alternatif Chloramfenikol tetracyclin metronidazole

Quinolone antibiotics (eg Ciprofloxacin)

Pantau kemungkinan ikterius Sulphonamides cotrimoxazole fansidar dapsone

Gunakan obat alternatif Estrogen terutama kontrasepsi berisi estrogen

(dapat menurunkan produksi ASI) Thiazide diuretic

Aman pada dosis biasa Obat-obatan paling biasa digunakan

Pantau bayi Analgesik dan antipiretik paracetakol yang diberikan untuk waktu siang asam acetil salisilik ibuprofen kadang-kadang diberikan morfin dan petidin kebanyakan obat batuk dan masuk angin antibiotik ampisilin kloxasilin dan penisilin erythromisin lain obat anti TB anti lepra anti malaria (kecuali meflokuin) antihelmint anti jamur bronchodilator (eg Salbutamol) corticosteroids antihistamin antasid obat untuk diabetes kebanyakan oabat anti-hipertensi digoksin suplemen gizi yodium zat besi dan vitamin-vitamin

Dikirim oleh (RSIA permata hati)

  • RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI
  • Hal-hal Terbaru Tentang Transfusi Darah
Page 7: RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI.docx

5 HIV-2

6 HTLV III

7 Pengujian serologik terhadap sifilis

H dari JAMA 1995 274 1374

HIV = human immunodeficiency virus

HTLV = human T-cell lymphotropic virus

I Indikasi untuk Transfusi Darah

Indikasi untuk transfusi darah makin dipertanyakan Transfusi darah biasanya

diberikan untuk meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen dan volume

intravaskular Walaupun demikian berdasarkan teori peningkatan volume vaskular

seharusnya bukan merupakan suatu indikasi untuk transfusi darah karena volume

intravaskular dapat diperbesar dengan pemberian cairan yang tidak menularkan

infeksi (misalnya kristaloid atau koloid) Sehingga peningkatan kapasitas

pengangkutan oksigen merupakan satu-satunya indikasi nyata untuk transfusi

darah Dari segi praktisnya bila seorang pasien mengalami perdarahan darah

tepatnya diberikan untuk meningkatkan baik kapasitas pengangkutan oksigen dan

volume intravaskular Secara kritis berapa nilai hematokrit hemoglobin yang

diperlukan untuk kapasitas pengangkutan O2 Dalam sejarah hematokrit kurang

dari 30 (atau hemoglobin kurang dari 10 gdl) menunjukkan kebutuhan untuk

transfusi darah perioperatif Bagaimanapun juga ketakutan pada tahun-tahun

terakhir akan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh transfusi khususnya

Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) menyebabkan peninjauan ulang

terhadap indikasi ini Jelaslah transpor oksigen dapat dipertahankan dengan

hematokrit hingga 20 Dengan anggapan volume intravaskular normal dan respon

kompensasi kardiovaskular normal (contohnya takikardi) Baru-baru ini National

Institutes of Health Consensus Conference berpendapat bahwa pasien-pasien sehat

dengan hematokrit lebih besar daripada 30 jarang membutuhkan transfusi darah

perioperatif sedang pasien-pasien tersebut dengan anemia akut (misalnya

kehilangan darah intraoperatif) dengan hematokrit kurang dari 21 seringkali

membutuhkan transfusi darah Defenisi akhir kadar hematokrit atau hemoglobin

yang dibutuhkan untuk melakukan transfusi darah harus berdasarkan pada banyak

faktor seperti status kardiovaskular umur kehilangan darah yang diantisipasi

oksigenasi arterial cardiac output dan volume darah Yang lebih memperumit

permasalahan ini indikasi untuk transfusi darah mungkin juga tergantung pada

sumber darah Sebagai contoh indikasi-indikasi untuk darah autolog mungkin lebih

liberal karena tidak akan menyebarkan penyakit (misalnya hepatitis dan AIDS)

dibandingkan dengan darah homolog Bagaimanapun juga darah autolog sebaiknya

tidak dipandang sepenuhnya aman karena adanya kemungkinan kesalahan klinis

dan reaksi hemolitik sesudah transfusi

Pada bulan Juli 1989 FDA Drug Bulletin memberikan panduan keras untuk

pemberian sel darah merah Bulletin tersebut menyatakan bahwa ldquokapasitas

pengangkutan oksigen adekuat dapat dipenuhi dengan hemoglobin 7 gdl atau

bahkan lebih kurang bila volume intravaskular adekuat untuk melakukan perfusirdquo

Ada kondisi medis yang dapat membenarkan pemberian darah untuk mencapai

hemoglobin yang lebih tinggi (misalnya penyakit arteri koroner) Meskipun

demikian kekhawatiran bahwa transfusi darah seringkali diberikan secara tidak

tepat sehingga diperlukan penelitian yang lebih cermat terhadap praktek transfusi

Sebagai contoh banyak komite transfusi rumah sakit mengadakan pemeriksaan

ulang pada pasien-pasien didapatkan hematokrit postoperatif lebih tinggi dari

normal (33-34 ) dan menerima darah sehingga perlu ditinjau kembali indikasi

pemberian transfusi darah Peninjauan ini dilakukan untuk menentukan apakah

darah telah diberikan dengan tepat Bila ditemukan transfusi yang tidak tepat baik

dokter dan komite transfusi akan mengevaluasi lebih lanjut ketepatan transfusi

tersebut Sehingga seorang dokter ahli anestesi harus menyatakan secara jelas

dalam status rumah sakit alasan pemberian transfusi darah

Yang terbaru biasanya pada pasien-pasien perawatan intensif beberapa kelompok

telah mencoba mendefenisikan keadaan dimana transfusi darah sebaiknya

diberikan dengan mengukur oksigenasi jaringan dan hemodinamik (contohnya

peningkatan konsumsi oksigen sebagai respon terhadap kandungan oksigen) Tidak

ada pengukuran spesifik yang dapat secara konsisten memperkirakan kapan

seorang pasien diuntungkan oleh transfusi darah

Walaupun demikian terdapat bukti bahwa kualitas (contohnya umur) dan

peningkatan kapasitas oksigen (misalnya hemoglobin lebih tinggi dari 10 gdl)

dapat menguntungkan pasien yang sangat tidak sehat Kenyataannya satu

penelitian menemukan bahwa bila darah yang disimpan lebih dari 15 hari diberikan

akan terjadi iskemia limpa

Lebih baru lagi konsep yang ditegaskan oleh Purdy et al menyatakan bahwa

pasien-pasien yang menerima darah yang berumur 17 hari dibandingkan dengan

darah yang berumur 25 hari mempunyai tingkat kelangsungan hidup yang lebih

tinggi Pengaruh usia darah yang diberikan akan didiskusikan nanti pada presentasi

ini

Mungkin indikator lebih sensitif terhadap oksigenasi jaringan (misalnya pH

intramukosal) dapat menjadi indikasi untuk transfusi darah Menggunakan data

pada sebuah populasi pembedahan orthopedik variasi kadar hemoglobin tidak

berhubungan dengan lamanya hospitalisasi Namun atlit yang terlatih dan pasien-

pasien kardiak postoperatif mengalami perbaikan kemampuan fisik bila kadar

hemoglobin ditingkatkan Sebaliknya Weiskopf et al menemukan pada pasien-

pasien yang sehat penurunan konsentrasi hemoglobin hingga 50 gdl tidak

menyebabkan adanya bukti oksigenasi yang tidak adekuat Bagaimanapun juga

pasien-pasien ini tidak dipermasalahkan dengan stress pemulihan dari pembedahan

dan anesthesia Bagaimanapun juga Weiskopf et al menemukan bahwa pasien

yang tidak dapat meningkatkan cardiac outputnya dengan cara meningkatkan

denyut jantungnya sebaiknya menerima transfusi hingga kadar hemoglobin lebih

dari 10 gdl Sayangnya tidak dapat dihasilkan kesimpulan tepat dari data yang

sangat berguna tapi bersifat usulan ini

American Society of Anesthesiologists (ASA) telah mengembangkan Panduan

Praktek untuk Terapi Komponen darah Rekomendasi ASA untuk transfusi darah

adalah

Rekomendasi Sel Darah Merah

Organisasi tersebut menyimpulkan bahwa

1 Transfusi jarang diindikasikan bila konsentrasi hemoglobin lebih besar dari 10

gdL dan hampir selalu diindikasikan bila kurang dari 6 gdL khususnya bila anemia

akut

2 Apakah konsentrasi hemoglobin sedang (6-10 gdL) membutuhkan transfusi sel

darah merah harus berdasarkan resiko pasien terhadap komplikasi-komplikasi

oksigenasi yang tidak adekuat

3 Tidak disarankan hanya menggunakan pemicu hemoglobin untuk pasien yang

gagal memperbaiki semua faktor-faktor fisiologis dalam pembedahan penting yang

dapat mempengaruhi oksigenasi

4 Bila keadaan tepat penggunaan darah autolog preoperatif intraoperatif dan

postoperatif hemodilusi akut normovolemik hipotensi yang disengaja dan obat-

obatan dapat saja menguntungkan

5 Indikasi untuk transfusi sel darah merah autolog mungkin lebih baik daripada sel

darah merah alogenik karena resiko transmisi penyakit yang lebih rendah

Panduan ini menekankan pentingnya penetapan resiko pasien terhadap komplikasi

yang berhubungan dengan oksigenasi yang tidak adekuat suatu konsep yang lebih

ditekankan baru-baru ini Lebih lanjut beberapa organisasi menekankan

penggunaan tanda-tanda vital dan kehilangan darah sebagai indikator

Print Pengelompokan American College of Surgeons terhadap perdarahan Akut

Faktor I II III IV

Kehilangan darah ml up to 750 750-1500 1500-2000 ge2000

Kehilangan darah BV up to 15 15-30 30-40 ge40

Denyut nadi per menit gt100 gt100 gt120 ge140

Tekanan darah (mm Hg) Normal Normal Menurun Menurun

Tekanan nadi Normalmeningkat Menurun Menurun Menurun

Tes pengisian kapiller Normal Positif Positif Positif

Pernapasan per menit 14-20 20-30 30-40 gt35

Urine mljam ge30 20-30 5-10 dpt diabaikan

SSP (status mental) Sedikit gelisah Cukup gelisah Gelisah bingung Bingung letargi

Penggantian cairan (hukum 31) Kristaloid Kristaloid Kristaloid + darah Kristaloid

+darah

Panduan yang lebih sederhana akan sangat menolong Sebagai contoh dengan

bantuan Habibi et al panduan berikut disarankan bahwa pemberian satu unit PRC

akan meningkatkan hematokrit 3-5 Indikasinya adalah

Kehilangan darah gt 20 volume darah bila lebih dari 1000 ml

Hemoglobin lt 8 gdL

Hemoglobin lt 10 gdL dengan penyakit berat (misalnya emfisema penyakit

jantung iskemik)

Hemoglobin lt 10 gdL dengan darah autolog

Hemoglobin lt 12 gdL dan tergantung ventilator

Pertimbangannya peningkatan kapasitas pengangkutan oksigen lebih penting

daripada peningkatan volume intravaskular Karena itu penulis menekankan

pentingnya penetapan hemoglobin atau hematokrit Anjuran banyak bank darah

darah autolog lebih baik dibanding darah alogenik

II Darah Autologous dibandingkan dengan Darah Alogenik

Secara mengejutkan ada pendapat bahwa darah autolog tidak lebih aman

dibandingkan dengan darah alogenik (misalnya dari resiko infeksi) Karena itu

program darah autolog dapat saja dihapuskanSatu contoh dari penelitian seperti

itu adalah pasien-pasien histerektomi Kanter et al menemukan bahwa 25 dari 140

pasien yang mendonorkan darahnya dirinya harus ditransfusi kembali sedangkan

dari 123 pasien yang tidak mendonorkan darahnya sendiri hanya 1 yang perlu

ditransfusi Karena itu disimpulkan bahwa darah autolog sebelum operasi lebih baik

dihapuskan karena akan meningkatkan resiko transfusi darah alogenik Lebih lanjut

mereka membantah bahwa darah autolog tidak mempunyai resiko Satu dari

16000 donasi darah autolog mengalami reaksi yang cukup berat yang

membutuhkan perawatan di rumah sakit Kenyataannya beberapa komplikasi yang

berhubungan dengan transfusi darah autolog ada pada daftar di bawah

1 Anemia

2 Iskemia miokardial preoperatif dari anemia

3 Unit yang salah (1100000)

4 Transfusi darah yang lebih sering

Saran untuk pembatasan transfusi darah autolog tidak meliputi imunosupresi (lihat

diskusi selanjutnya) atau penyebaran infeksi dalam darah alogenik Sebagai contoh

dari tahun 1986 hingga 1991 ada 182 kegawatan yang berhubungan transfusi

dilaporkan ke FDA 29 (16) diantaranya disebabkan oleh kontaminasi bakterial 10

kasus infeksi Yersinia enterokolitika yang dilaporkan Hampir semua dengan darah

alogenik walaupun dua pasien juga mendapatkan darah autolog Sehingga

disimpulkan bahwa darah alogenik juga cukup beresiko

III Koagulasi

Dokter ahli anestesi mengetahui bahwa kecenderungan perdarahan sering terjadi

pada pasien-pasien yang ditransfusi secara masif Koagulopati ini disebabkan oleh

kombinasi banyaknya volume darah yang diberikan dan lamanya hipotensi atau

hipoperfusi Pasien-pasien dengan perfusi baik dan tidak hipotensi untuk jangka

waktu yang lama (misalnya gt 1 jam) dapat mentolerir banyak unit darah tanpa

menyebabkan koagulopati Nyatanya banyak pasien yang telah menerima lebih

dari 100 unit darah bertahan dengan perubahan kecil pada koagulasi Jelasnya

pasien yang hipotensif dan menerima banyak unit darah kemungkinan terjadi

koagulopati baik karena DIC maupun karena berkurangnya faktor-faktor koagulasi

karena penyimpanan darah di bank darah

Thrombositopenia dilusi merupakan penyebab diatesis hemoragik pada pasien yang

menerima banyak unit darah Walaupun penekanan utama pada hitung thrombosit

beberapa pengarang mempertanyakan peranan thrombositopenia pada koagulopati

pada pasien-pasien yang ditransfusi secara masif Mereka secara tepat menunjuk

bahwa hitung thrombosit jarang menurun serendah yang diperkirakan dari

pengenceran saja Hal ini mungkin karena thrombosit dilepaskan ke dalam sirkulasi

dari limpa sumsum tulang dan karena adanya thrombosit non fungsional Lebih

lanjut Reed et al menemukan tidak ada keuntungan pemberian thrombosit

profilaksis selama transfusi masif Thrombosit sebaiknya jangan diberikan untuk

memperbaiki hasil pemeriksaan laboratorium pada keadaan thrombositopenia

kecuali pada keadaan koagulopati klinis

Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa FFP tetap diberikan untuk pengobatan

koagulopati yang disebabkan oleh transfusi Keseluruhan peningkatan penggunaan

FFP pada tahun 1970an menyebabkan National Institutes of Health (NIH)

mengadakan konferensi untuk membahas masalah ini pada tahun 1985 Konferensi

ini menyimpulkan bahwa pemberian FFP sebagai bagian dari terapi koagulopati

yang disebabkan oleh transfusi darah masif hanya sedikit yang dapat dibuktikan

kebenarannya Bila dokter tetap ingin memberikan FFP kriteria berikut harus

ditetapkan

1 Perdarahan menyeluruh yang tidak dapat dikendalikan dengan jahitan bedah

atau kauter

2 PTT paling kurang 15 kali dari normal

3 Hitung thrombosit lebih besar daripada 70000mm (untuk menjamin bahwa

thrombositopenia bukan merupakan penyebab perdarahan)

Buletin Obat FDA baru (Juli 1989) menyimpulkan bahwa FFP sebaiknya jangan

diberikan

1 Untuk ekspansi volume sebagai suplemen nutrisi

2 Profilaksis dengan transfusi darah masif

3 Profilaksis setelah operasi By Pass

Yang lebih baru lagi ASA menyarankan pemberian FFP dengan panduan berikut

1 Untuk reversal mendesak terapi warfarin

2 Untuk koreksi defisiensi faktor pembekuan yang tidak diketahui bila konsentrat

spesifik tidak tersedia

3 Untuk koreksi perdarahan mikrovaskular bila ada peningkatan PT atau APTT

(gt15 kali normal)

4 Untuk koreksi perdarahan mikrovaskular sekunder terhadap defisiensi faktor

pembekuan pada pasien-pasien yang ditransfusi dengan lebih dari satu volume

darah dan bila PT dan PTT tidak dapat diperiksa

5 FFP harus diberikan dalam dosis yang dihitung untuk mencapai konsentrasi faktor

plasma minimum 30 (biasanya dicapai dengan pemberian FFP 10-15 mLkg )

kecuali untuk reversal mendesak antikoagulasi warfarin dimana FFP 5-8 mlkg

biasanya mencukupi Satu unit darah segar menyediakan faktor-faktor koagulasi

yang sama dengan yang terkandung dalam satu unit FFP

6 FFP dikontraindikasikan untuk tambahan volume plasma atau konsentrasi

albumin

Kesimpulan diatas berdasarkan anggapan bahwa yang diberikan adalah darah

lengkap Kebanyakan penelitian memeriksa pengaruh transfusi masif darah lengkap

pada koagulasi karena banyak pusat trauma menggunakan darah lengkap Murray

et al secara khusus mempertanyakan penggunaan PRC untuk kehilangan darah

yang banyak Pada penggunaan PRC kadar fibrinogen menurun signifikan

kebalikan dari penggunaan darah lengkap dimana kadar fibrinogen tetap tidak

berubah kecuali ada DIC (koagulasi inravaskular diseminata) Walaupun seluruh

faktor-faktor koagulasi menurun penurunan tidak sebanyak yang diperkirakan

karena pengenceran Mereka merasa bahwa faktor-faktor seperti VIII mungkin

disimpan dalam sel-sel endotelial dan dilepaskan dari endotelium selama stress

pembedahan Bila PRC digunakan untuk mengganti kehilangan darah mayor dokter

dapat mencoba memberikan FFP secara profilaksis Bagaimanapun juga Murray et

al secara khusus menyarankan untuk tidak mengikuti kebijaksanaan ini tetapi

menyatakan bahwa FFP hanya dibutuhkan bila PT dan PTT paling kurang 15 kali

normal dan kadar fibrinogen kurang dari 75 mgdL Penelitian terbaru oleh Murray

et al menunjukkan bahwa bila kehilangan volume intravaskuler digantikan dengan

PRC dan kristaloid PT dan PTT seringkali melebihi 15 kali normal

Baru-baru ini tiga pilihan dipertimbangkan oleh kebanyakan bank darah

A Detergen Pelarut Plasma dari donor multipel dikumpulkan dan diberikan

campuran pelarut penghancur lemak (tri-n-butil fosfat) dan detergen (triton x-100)

untuk menginaktivasi sampul lipid penyebab infeksi termasuk HIV HTLV HCV HBV

Baru-baru ini (1998) tersedia di Palang Merah Mempunyai beberapa kekurangan

termasuk pengumpulan yang dapat menyebabkan kontaminasi penyebab infeksi

yang beramplop

B Plasma donor tunggal yang diuji kembali untuk mempersiapkan FFP Unit (donasi

pertama) disimpan bila seluruh riwayat dan penyebab penyakit infeksi negatif Unit

tersebut tidak dilepaskan untuk digunakan hingga donor yang sama

menyumbangkan unit kedua lebih dari 3 bulan setelah donasi pertama dan lolos

pada pengujian serologik Saat itu unit pertama dilepaskan Unit kedua tidak

digunakan hingga orang tersebut kembali lebih dari 3 bulan kemudian untuk donasi

ketiga dan lolos kembali seluruh pengujian Saat itu unit kedua dapat digunakan

Pendekatan ini mempunyai keuntungan yang jelas tetapi pemberiannya rumit

C Plasma yang sering didonorkan Suatu hubungan terbalik terjadi antara jumlah

donasi yang diberikan seseorang dengan kemungkinan menjadi sero positif

Hubungan ini tidak saling bergantung pada waktu dimana donasi diberikan Yang

tampaknya mencapai reduksi maksimum insidensi sero positif pada lebih dari 4

donasi Perkiraannya adalah bahwa reduksi sero positif (dan karena itu transmisi)

hingga 13-12 gambaran saat ini

Pilihan diatas diadakan pada pertemuan di University of California San Fransisco

Transfusion Committee dan dokter akan mempunyai banyak pilihan plasma yang

lebih aman untuk pasien

IV Imunosupresi

Transfusi darah homolog menimbulkan suatu reaksi imunosupresif nonspesifik pada

resipien Efek ini bersifat terapi untuk resipien transplantasi ginjal Namun banyak

pengarang telah mengemukakan data untuk menunjukkan bahwa transfusi darah

meningkatkan suseptibilitas terhadap infeksi dan peningkatan progresi tumor

malignan Walaupun banyak faktor dapat terlibat pada pasien yang sakit keras

(misalnya pasien-pasien yang menerima transfusi darah kemungkinan punya

penyakit yang lebih luas dan invasif) bukti meyakinkan bahwa ada hubungan

antara transfusi preoperatif dan rekurensi tumor atau bertahan hidup pada pasien-

pasien dengan berbagai jenis kanker sebagaimana ditinjau oleh Schricmer et al

Mekanisme dan efek dari kanker ini tidak diketahui tetapi berhubungan dengan

peningkatan sintesis prostaglandin E penurunan generasi interleukin 2 dan produk

degradasi fibrinogen pada FFP Penemuan lanjut ini menimbulkan kekhawatiran

tentang pemberian FFP pada pasien-pasien yang imunitasnya ditekan Blumbert et

al menemukan bahwa pasien-pasien yang ditransfusi dengan PRC bertahan hidup

lebih baik daripada pasien-pasien yang menerima darah lengkap Hasilnya

Schriemer et al menyarankan untuk memberikan PRC dibanding darah lengkap bila

transfusi diindikasikan pada pasien-pasien kanker

Terbaru Landers et al telah meninjau mekanisme imunomodulasi yang disebabkan

tranfusi (Tabel 3) dan penurunan fungsi imun setelah transfusi darah alogenik atau

homolog (Tabel 4)

Table 3 Mekanisme Modulasi Imun yang ditimbulkan oleh Transfusi

Penumpukan Fe pada sistem RE mengakibatkan berbagai perubahan

Penurunan aktifitas makrofag yang dapat menangkap antigen kelas II oleh

monosit yang memproduksi prostaglandin E2 sehingga menghambat produksi IL-2

Inhibisi interleukin-2 oleh limfositT akan menurunkan stimulasi sel B dan produksi

antibodi

Teori deplesi klonal ndash sel-sel yang rusak akan menolak proses graft

Penurunan produksi limfosit T supressor

Pembentukan anti-idiotipik T cell receptor atau antibodi yang dapat melawan

antigen pada transfusi darah akan bangkit dan membentuk antigen yang baru

Dari Landers etal Anesth Analg 199682187

Table 4 Penurunan Fungsi Imun akibat Transfusi Darah Allogenik

Pengurangan respon limfosit

Penurunan produksi sitokin

Penurunan respon terhadap mitogen (subtansi yang menstimulasi mitosis dan

perubahan limfosit) atau antigen larut in vivo atau in vitro

Peningkatan jumlah atau fungsi sel supresor

Penurunan aktivitas sel pembunuh alami

Penurunan fungsi monosit

Penurunan sitotoksisitas yang di mediasi sel terhadap sel-sel target tertentu

Peningkatan produksi mediator dan antibodi anti idotipik supresif

Dari Landers etal Anesth Analg 199682187 (33)

V Terapi Komponen

A Thrombosit

Sebagiamana diindikasikan sebelumnya terdapat kekhawatiran bahwa produk-

produk darah homolog telah diberikan secara tidak tepat FDA Drug Bulletin Juli

1989 mencoba memberi panduan dan menyatakan bahwa thrombosit tidak boleh

diberikan

1 Kepada pasien-pasien dengan ITP (kecuali bila ada perdarahan yang mengancam

jiwa)

2 Profilaksis transfusi darah massif

3 Profilaksis pada cardiopulmonar bypass

FDA tidak menyatakan bahwa pada pasien yang menjalankan pembedahan atau

prosedur invasif lain tidak diuntungkan dari transfusi thrombosit profilaksis bila

hitung thrombosit paling kurang 50000mm3 dan thrombositopenia merupakan

satu-satunya kelainan

ASA task force baru-baru ini menyarankan bahwa

1 Transfusi thrombosit profilaksis tidak efektif dan jarang kali diindikasikan bila

thrombositopenia berhubungan dengan peningkatan destruksi thrombosit

(misalnya ITP)

2 Tranfusi thrombosit profilaksis jarang diindikasikan pada pasien-pasien bedah

dengan thrombositopenia yang berhubungan dengan penurunan produksi

thrombosit bila hitung thrombosit lebih besar daripada 100000mm3 dan biasanya

diindikasikan bila hitung thrombosit lebih rendah dari 50000mm3 Penentuan

apakah pasien-pasien dengan hitung thrombosit pada tingkat menengah (50000-

100000mm3) membutuhkan terapi harus berdasarkan pada resiko perdarahan

3 Pasien-pasien bedah dan obstetrik dengan perdarahan mikrovaskular biasanya

membutuhkan transfusi thrombosit bila hitung thrombosit lebih kecil dari

50000mm3 dan jarang membutuhkan transfusi bila lebih besar dari 100000mm3

Jika hitung thrombosit antara 50000-100000mm3) penentuan harus didasarkan

pada resiko pasien untuk perdarahan yang lebih signifikan

4 Persalinan pervaginam atau operatif dengan kehilangan darah yang sedikit dapat

dilakukan pada pasien-pasien dengan hitung thrombosit kurang dari 50000mm3

5 Transfusi thrombosit dapat diindikasikan bila hitung thrombosit cukup tetapi

terdapat disfungsi thrombosit dan perdarahan mikrovaskular

Transfusi thrombosit dibutuhkan untuk pasien-pasien dengan perdarahan sistemik

dan untuk pasien-pasien dengan resiko tinggi perdarahan yang disebabkan oleh

gangguan koagulasi sepsis atau disfungsi thrombosit yang berhubungan dengan

pengobatan atau penyakit Jelasnya maksudnya adalah untuk membuat dokter

lebih tepat dalam menetapkan indikasi transfusi thrombosit Karena peningkatan

kekhawatiran tentang kontaminasi bakterial kini sangat disarankan tiap pasien

yang menjadi demam setelah menerima konsentrat thrombosit harus dianggap

septik hingga terbukti sebaliknya

B Kriopresipitat

Kriopresipitat mengandung faktor VIIIC (aktivitas prokoagulan) faktor VIIIvWF

(faktor von Willebrand ) fibrinogen faktor XIII dan fibronektin yang merupakan

glikoprotein yang berperan pada peningkatan aktivitas sistem RES dalam

membunuh partikel asing dan bakteri dari darah

Terdapatnya fibrinogen yang rendah pada PRC sehingga ASA task force

menyarankan pemberian kriopresipitat untuk

1 Profilaksis pada pasien-pasien non perdarahan perioperiatif atau peripartum

dengan defisiensi fibrinogen kongenital atau penyakit von Willebrand yang tidak

berespon terhadap DDAVP (bila memungkinkan keputusan ini harus dibuat dengan

konsultasi dengan hematolog pasien tersebut)

2 Pasien-pasien perdarahan dengan penyakit von Willebrand

3 Koreksi perdarahan mikrovaskular pada pasien-pasien dengan transfusi massif

dengan konsentrasi fibrinogen kurang dari 80-100 mgdL (atau bila konsentrasi

fibrinogen tidak dapat diukur pada saat itu)

Darah lengkap harus diberikan pada transfusi darah massif karena PRC kurang

mengandung faktor koagulasi

Konsentrat faktor VIII merupakan terapi standar untuk hemofilia Teknik rekombinan

DNA terbaru telah digunakan untuk mengembangkan faktor VIII yang bebas

transmisi penyakit

VI Komplikasi

Dengan memperhitungkan pertimbangan di atas insidensi dari reaksi yang

merugikan adalah

Reaksi yang merugikan terhadap Transfusi

Tipe reaksi Insidensi

Reaksi febril 1 dari transfusi PRC

Reaksi alergi (urtikaria) 20 dari transfusi platelet

Rekasi transfusi hemolitik akut 11000 reaksi transfusi

Rekasi transfusi lambat ~ 133000 U PRC

Penyakit graft vs host (GVHD) ~ 12500 U PRC

Udem paru akut yang berhubungan

dengan transfusi (TRALI) 110000 U PRC

Dari Principles of Anesthetic Techniques and Anesthetic Emergencies

Darah yang telah bersih dari leukosit dapat menurunkan kejadian imunosupresi dan

insidensi banyak reaksi transfusi

VII Darah Sintetik

Karena banyak masalah termasuk yang terdaftar di atas dengan allogenik banyak

perusahaan mencoba membuat hemoglobin sintetik Produk ini telah diberikan pada

sukarelawan manusia dan pasien-pasien dengan keberhasilan yang cukup Hal ini

diungkapkan oleh Dietz et al pada Anesthesia amp Analgesia Februari 1996 Dasarnya

produk-produk ini

1 Larutan hemoglobin bebas stroma yang mengandung sejumlah modifikasi dari

molekul hemoglobin

2 Hemoglobin rekayasa genetik (misalnya Ecoli menghasilkan sel darah merah

manusia)

3 Larutan hemoglobin liposome-encapsulated mengandung hemoglobin dengan

membran sintetik

4 Perfluorokarbon larutan organik dengan kelarutan oksigen tinggi

Untuk mencegah banyak komplikasi seperti kerusakan ginjal pelepasan

endotoksin dan lain-lain berbagai pendekatan telah digunakan seperti cross-link

polimerisasi dan konjugator baik dengan kimiawi maupun tehnik genetik

sebagaimana diringkaskan dibawah

Tabel 5 Pengganti Sel darah Merah

Aktivitas Efisiensi

(efek biologis) (keuntungan untuk pasien)

Transpor O2 Penurunan penggunaan produk-produk darah

Bantuan hidup selama anemia berat Penurunan morbiditas dan mortalitas yang

berhubungan dengan transfusi

Resusitasi cairan Penggunaan pada lingkungan yang secara logistik sulit

Awalnya produk-produk ini dipandang sebagai pengganti darah Meskipun aman

tapi sulit disediakan oleh bank darah Kriteria FDA terhadap efisiensi sulit

diterapkan Sekarang lebih menekankan pada kemampuan transpor oksigennya

yang akan didiskusikan

Berbagai penelitian fase II and III telah dan sedang dilaksanakan Sejauh ini

kebanyakan produk menyebabkan hipertensi ringan dan peningkatan konsentrasi

amilase dan lipase yang signifikansinya masih harus ditetapkan

Kewaspadaan Pada GraviidaObat Efek Samping Utama Keterangan1048729 Kloramfenikol Gray-baby sindrom (kolapssirkulasi pd neonatus) anemiaHindari pemberian pd trimester 3masa laktasi amp neonatus1048729 SulfonamidDapsonRisiko hemolisis amp ikterus Hindari pemberian pd trimester 3 ampmasa laktasi1048729 Trimetoprim Hindari pemberian pd trimester 3

Obat Efek Samping Utama Keterangan1048729 Kloramfenikol Gray-baby sindrom (kolapssirkulasi pd neonatus) anemiaHindari pemberian pd trimester 3masa laktasi amp neonatus1048729 SulfonamidDapsonRisiko hemolisis amp ikterus Hindari pemberian pd trimester 3 ampmasa laktasi1048729 Trimetoprim Hindari pemberian pd trimester 3KotrimoksazolTeratogenik1048729 Eritromisin Hepatotoksik gangguan GIT Terutama pada sang ibu1048729 Penisilin ampSefalosporinHipersensitivitas rx alergigangguan GITbull Ruam amp diare pd neonatusbull Ko-amoksiklav sebaiknya dihindaripd kehamilanOtotoksik Gangguan pendengaran bisamempengaruhi ibu amp

Ibu Hamil Membutuhkan Antibiotik

Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) antibiotik

merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh mikroba untuk menghambat

pertumbuhan dan membasmi mikroba jenis lain Awalnya antibiotik hanya

ada beberapa namun saat ini sudah ditemukan berbagai jenis antibiotik

yang mampu mengatasi penyakit infeksi lanjutan Antibiotik bekerja untuk

melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri bukan virus Penggunaan

antibiotik tidak boleh sembarangan karena akan mendatangkan bahaya bagi

tubuh Prinsip yang harus diketahui antibiotik hanya digunakan jika ada

infeksi yang disebabkan oleh kuman bakteri

Obat-obatan antibiotik itu termasuk obat keras yang membantu tubuh untuk membunuh

kuman ataupun bakteri yang masuk dan tidak bisa dilawan dengan sistem kekebalan tubuh

Karena obat-obatan ini bekerja dengan sistem penghancuran total maka tidak hanya bakteri saja

sel tubuh kita yang terinfeksi dan disekitarnya akan ikut terkena guna menghilangkan

kesempatan masih ada sisa-sisa koloni bakteri yang mungkin bersembunyi Oleh karena itu

pemberian obat antibiotik harus tuntas sampai seluruh koloni bakteri benar-benar habis

terbunuh jika tidak maka dapat dipastikan bakteri itu bisa bersiap diri untuk menyerang

kembali atau bahkan bisa juga bakteri-bakteri itu menjadi resisten dengan obat tersebut dan

kalau sudah begitu diperlukan antibiotik generasi lebih tinggi untuk membunuh kuman Oleh

karena efek membunuh yang kuat jika seorang pasien diberi obat antibiotik harus dipastikan

sistem kekebalan tubuh pasien itu juga kuat Karena untuk melawan efek dari antibiotik itu

sendiri dan untuk sistem self-recovery mengganti sel-sel tubuh yang telah rusak

Pengaruh buruk obat terhadap janin dapat bersifat toksik teratogenik maupun letal

tergantung pada sifat obat dan umur kehamilan paga saat minum obat Pengaruh toksik adalah

jika obat yang diminum selama masa kehamilan menyebabkan terjadinya gangguan fisiologik

atau bio-kimiawi dari janin yang dikandung dan biasanya gejalanya baru muncul beberapa saat

setelah kelahiran Pengaruh obat bersifat teratogenik jika menyebabkan terjadinya malformasi

anatomik pada petumbuhan organ janin Pengaruh teratogenik ini biasanya terjadi pada dosis

subletal Sedangkan pengaruh obat yang bersifa letal adalah yang mengakibatkan kematian janin

dalam kandungan Secara umum pengaruh buruk obat pada janin dapat beragam sesuai dengan

fase-fase berikut

lt--[if supportLists]--gt1 lt--[endif]--gtFase implantasi yaitu pada umur kehamilan

kurang dari 3 minggu Pada fase ini obat dapat memberi pengaruh buruk atau

mungkin tidak sama sekali Jika terjadi pengaruh buruk biasanya menyebabkan

kematian embrio atau berakhirnya kehamilan (abortus)

lt--[if supportLists]--gt2 lt--[endif]--gtFase embional atau organogenesis yaitu pada

umur kehamilan antara 4-8 minggu Pada fase ini terjadi diferensiasi pertumbuhan

untuk terjadinya malformasi anatomik (pengaruh teratogenik) Berbagai pengaruh

buruk yang mungkin terjadi pada fase ini antara lain

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtGangguan fungsional atau metabolik yang

permanen yang biasanya baru muncul kemudian jadi tidak timbul secara

langsung pada saat kehamilan Misalnya pemakaian hormon dietilstilbestrol pada

trimester pertama kehamilan terbukti berkaitan dengan terjadinya adenokarsinoma

vagina pada anak perempuan di kemudian hari (pada saat mereka sudah dewasa)

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtPengaruh letal berupa kematian janin atau

terjadinya abortus

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtPengaruh sub-letal yang biasanya dalam

bentuk malformasi anatomis pertumbuhan organ seperti misalnya fokolemia

karena talidomid

lt--[if supportLists]--gt3 lt--[endif]--gtFase fetal yaitu pada trimester kedua dan ketiga

kehamilan Dalam fase ini terjadi maturasi dan pertumbuhan lebih lanjut dari janin

Pengaruh buruk senyawa asing terhadap janin pada fase ini tidak berupa malformasi

anatomik lagi tetapi mungkin dapat berupa gangguan pertumbuhan baik terhadap

fungsi-fungsi fisiologik atau biokimiawi organ-organ Demikian pula pengaruh obat

yang dialami ibu dapat pula dialami janin meskipun mungkin dalam derajat yang

berbeda Sebagai contoh adalah terjadinya depresi pernafasan neonatus karena selama

masa akhir kehamilan ibu mengkonsumsi obat-obat seperti analgetika-narkotik atau

terjadinya efek samping pada sistem ekstrapiramidal setelah pemakaian fenotiazin

Secara umumsetiap obat dibagi dalam kategori (A B C D dan X) berdasarkan tingkat

resiko saat kehamilan

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori A

Hanya beberapa obat saja yang termasuk kategori A di mana obat tersebut tidak

berbahaya bila dikonsumsi pada trisemester pertama saat kehamilan Contoh obat

adalah Nystatin vaginal (Mycostatin)

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori B

Obat kategori B meliputi obat-obat yang pengalaman pemakainya pada wanita hamil

masih terbatas tetapi tidak terbukti meningkatkan frekuensi malformasi atau

pengaruh buruk lainnya pada janin Mengingat terbatasnya pengalaman pemakaian

pada wanita hamil maka obat-obat kategori B dibagi lagi berdasarkan temuan-

temuan pada studi toksikologi pada hewan yaitu

B1 Dari penelitian pada hewan tidak terbukti meningkatnya kejadian kerusakan janin

(fetal damage) Contoh obat-obat yang termasuk pada kelompok ini misalnya

simetidin dipiridamol dan spektinomisin

B2 Data dari penilitian pada hewan belum memadai tetapi ada petunjuk tidak

meningkatnya kejadian kerusakan janin tikarsilin amfoterisin dopamin asetilkistein

dan alkaloid belladona adalah obat-obat yang masuk dalam kategori ini

B3 Penelitian pada hewan menunjukkan peningkatan kejadian kerusakan janin tetapi

belum tentu bermakna pada manusia Sebagai contoh adalah karbamazepin

pirimetamin griseofulvin trimetoprim dan mebendazol

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori C

Beberapa ada di kategori ini karena tidak ada informasi yang cukup dan beberapa

obat member efek buruk pada hewan percobaan tetapi tidak ada konfirmasi ataupun

pemberitahuan adanya masalah yang timbul seperti kelahiran yang cacat pada

manusia Merupakan obat-obat yang dapat memberi pengaruh buruk pada janin tanpa

disertai malformasi anatomik semata-mata karena efek farmakologiknya Yang

termasuk kategori C yaitu Baktirm Trimetropim Biaxin Cipro Diflucan Monistat

Terazol Isoniazid Rifampin dan Vermox

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori D

Pada kategori ini obat memberi efek yang buruk pada kehamilan dan sebaiknya

tidak digunakan kecuali tidak ada alternatif lain Contohnya adalah Tetrasiklin

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori X

Obat-obat yang masuk dalam kategori ini adalah yang telah terbukti mempunyai

risiko tinggi terjadinya pengaruh buruk yang menetap (irreversibel) pada janin jika

diminum pada masa kehamilan Obat dalam kategori ini merupakan kontraindikasi

mutlak selama kehamilan Sebagai contoh adalah isotretionin dan dietilstilbestrol

Untuk keadaan hamil apalagi masih dalam trimester ketiga pemberian antibiotik bisa

sangat membahayakan janin karena hampir semua antibiotik memberikan efek samping mual

muntah pusing dan gangguan sistem pencernaan Efek-efek samping yang ditimbulkan juga

akan menekan kehamilan Bahkan ada antibiotik yang bisa menembus sampai ke sistem

kelenjar cairan seperti liur kelenjar getah bening cairan otak dan ASI Jika pada masa

menyusui minum antibiotik maka obat akan merembes di ASI dan bayi akan minum ASI

bercampur obat bisa dibayangkan apa yang akan terjadi

Obat-obat antibiotik yang perlu perhatian khusus atau tidak boleh diminum untuk ibu

hamil dan menyusui

lt--[if supportLists]--gt1 lt--[endif]--gtGolongan Aminoglikosida (biasanya dalam

turunan garam sulfate-nya) seperti amikacin sulfate tobramycin sulfate dibekacin

sulfate gentamycin sulfate kanamycin sulfate dan netilmicin sulfate

Aminoglikosida dimasukkan dalam kategori obat D yang penggunaannya oleh

wanita hamil diketaui meningkatkan angka kejadian malformasi dan kerusakan janin

yang bersifat ireversibel Pemberian aminoglikosida pada wanita hamil sangat tidak

dianjurkan Selain itu aminoglikosida juga mempunyai efek samping nefrotoksik dan

ototoksik pada ibu dan juga dapat menimbulkan kerusakan ginjal tingkat seluler

pada janin terutama jika diberikan pada periode organogeneis Kerusakan saraf

kranial VIII juga banyak terjadi pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang

mendapat aminoglikosida pada kehamilan

lt--[if supportLists]--gt2 lt--[endif]--gtGolongan Sefalosporin seperti cefuroxime

acetyl cefotiam diHCl cefotaxime Na cefoperazone Na ceftriaxone Na cefazolin

Na cefaclor dan turunan garam monohydrate-nya cephadrine dan ceftizoxime Na

Sama halnya dengan penisilin sefalosporin relatif aman jika diberikan pada trimester

pertama kehamilan Kadar sefalosporin dalam sirkulasi janin meningkat selama

beberapa jam pertama setelah pemberian dosis pada ibu tetapi tidak terakumulasi

setelah pemberian berulang atau melalui infus Sejauh ini belum ada bukti bahwa

pengaruh buruk sefalosporin seperti misalnya anemia hemolitik dapat terjadi pada

bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu yang mendapat sefalosporin pada trimester

terakhir kehamilan

lt--[if supportLists]--gt3 lt--[endif]--gtGolongan Kloramfenikol seperti

Kloramfenikol dan thiamfenicol

Kloramfenikol bila diberikan menjelang persalinan dapat mengakibatkan kolaps

sirkulasi pada neonatus Pemberian kloramfenikol pada wanita hamil terutama pada

trimester II dan III di mana hepar belum matur dapat menyebabkan angka

terjadinya sindroma Grey pada bayi ditandai dengan kulit sianotik (sehingga bayi

tampak keabuabuan) hipotermia muntah abdomen protuberant dan menunjukkan

reaksi menolak menyusu di samping pernafasan yang cepat amp tidak teratur serta

letargi Kloramfenikol dimasukkan dalam kategori C yaitu obat yang karena efek

farmakologiknya dapat menyebabkan pengaruh buruk pada janin tanpa disertai

malformasi anatomik Pengaruh ini dapat bersifat reversibel Pemberian

kloramfenikol selama kehamilan sejauh mungkin dihindari terutama pada minggu-

minggu terakhir menjelang kelahiran dan selama menyusui

lt--[if supportLists]--gt4 lt--[endif]--gtGolongan Makrolid seperti clarithomycin

roxirhromycin erythromycin spiramycin dan azithromycin

lt--[if supportLists]--gt5 lt--[endif]--gtGolongan Penicillin seperti amoxicillin

turunan tridydrate dan turunan garam Na-nya

Obat-obat yang termasuk dalam golongan penisilin dapat dengan mudah menembus

plasenta dan mencapai kadar terapetik baik pada janin maupun cairan amnion

Penisilin relatif paling aman jika diberikan selama kehamilan meskipun perlu

pertimbangan yang seksama dan atas indikasi yang ketat mengingat kemungkinan

efek samping yang dapat terjadi pada ibu

lt--[if supportLists]--gt6 lt--[endif]--gtGolongan Kuinolon seperti ciprofloxacin dan

turunan garam HCl-nya ofloxacin sparfloxacin dan norfloxacin

lt--[if supportLists]--gt7 lt--[endif]--gtGolongan Tetrasiklin seperti doxycycline

tetracyclin dan turunan HCl-nya (tidak boleh untuk wanita hamil) dan oxytetracylin

(tidak boleh untuk wanita hamil)

Tetraskilin adalah jenis antibiotik yang merupakan anti bakteri yang luas sebagai

penghambat dan pembunuh bakteri gram positif dan gram negatif Merupakan zat

kelasi yang mempunyai afinitas dengan kalsium dan basa yang sukar larut dalam air

tetapi bentuk garam natrium atau garam HCL-nya mudah larut Dalam keadaadn

kering bentuk basa dan garam HCL tetrasiklin bersifat relative stabil Sedangkan

dalam larutan kebanyakan tetrasiklin sangat labil sehingga cepat berkurang

potensinya Efek tetrasiklin semakin fatal pada ibu hamil trimester pertama

Sehingga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang mikromelia dan

sindaktil Pembentukan tulang baru mulai pada trimester kedua Oleh karena itu

pemberian pada trismester kedua dapat mengakibatkan peubahan warna kekuningan

yang permanen pada gigi susu dan hipoplasia enamel Meskipun demikian gigi yang

kekuningan tersebut lebih tahan terhadap karies dibandingkan gigi normal

Sedangkan pemberian pada bulan ke 4 kehidupan janin sampai akhir tahun pertama

dapat menimbulkan kelainan warna gigi Wanita hamil atau masa nifas dengan

pielonefritis atau gangguan fungsi ginjal lain cendrung menderita kerusakan hati

akibat pemberian golongan tetrasiklin Tapi saat ini tetraskilin sudah jarang diberikan

kepada ibu hamil dan anak anak

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmpilisin Segi keamanan baik bagi ibu maupun

janin relatif cukup terjamin Kadar ampisilin dalam sirkulasi darah janin meningkat

secara lambat setelah pemberiannya pada ibu dan bahkan sering melebihi kadarnya

dalam sirkulasi ibu Pada awal kehamilan kadar ampisilin dalam cairan amnion

relatif rendah karena belum sempurnanya ginjal janin di samping meningkatnya

kecepatan aliran darah antara ibu dan janin pada masa tersebut Tetapi pada periode

akhir kehamilan di mana ginjal dan alat ekskresi yangi lain pada janin telah matur

kadarnya dalam sirkulasi janin justru lebih tinggi dibanding ibu Farmakokinetika

ampisilin berubah menyolok selama kehamilan Dengan meningkatnya volume

plasma dan cairan tubuh maka meningkat pula volume distribusi obat Oleh sebab itu

kadar ampisilin pada wanita hamil kira-kira hanya 50 dibanding saat tidak hamil

Dengan demikian penambahan dosis ampisilin perlu dilakukan selama masa

kehamilan

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmoksisilin Pada dasarnya absorpsi

amoksisilin setelah pemberian per oral jauh lebih baik dibanding ampisilin

Amoksisilin diabsorpsi secara cepat dan sempurna baik setelah pemberian oral

maupun parenteral Seperti halnya dengan ampisilin penambahan dosis amoksisilin

pada kehamilan perlu dilakukan mengingat kadarnya dalam darah ibu maupun janin

relatif rendah dibanding saat tidak hamil Dalam sirkulasi janin kadarnya hanya

sekitar seperempat sampai sepertiga kadar di sirkulasi ibu

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtSulfonmida Obat-obat yang tergolong

sulfonamida dapat melintasi plasenta dan masuk dalam sirkulasi janin dalam kadar

yang lebih rendah atau sama dengan kadarnya dalam sirkulasi ibu Pemakaian

sulfonamida pada wanita hamil harus dihindari terutama pada akhir masa kehamilan

Hal ini karena sulfonamida mampu mendesak bilirubin dari tempat ikatannya dengan

protein sehingga mengakibatkan terjadinya kern-ikterus pada bayi yang baru

dilahirkan Keadaan ini mungkin akan menetap sampai 7 hari setelah bayi lahir

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtEritromisin Pemakaian eritromisin pada wanita

hamil relatif aman karena meskipun dapat terdifusi secara luas ke hampir semua

jaringan (kecuali otak dan cairan serebrospinal) tetapi kadar pada janin hanya

mencapai 1-2 dibanding kadarnya dalam serum ibu Di samping itu sejauh ini

belum terdapat bukti bahwa eritromisin dapat menyebabkan kelainan pada janin

Kemanfaatan eritromisin untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh Chlamydia

pada wanita hamil serta pencegahan penularan ke janin cukup baik meskipun bukan

menjadi obat pilihan pertama Namun ditilik dari segi keamanan dan manfaatnya

pemakaian eritromisin untuk infeksi tersebut lebih dianjurkan dibanding antibiotika

lain misalnya tetrasiklin

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtTrimetoprim Karena volume distribusi yang

luas trimetoprim mampu menembus jaringan fetal hingga mencapai kadar yang lebih

tinggi dibanding sulfametoksazol meskipun kadarnya tidak lebih tinggi dari ibu Pada

uji hewan trimetoprim terbukti bersifat teratogen jika diberikan pada dosis besar

Meskipun belum terdapat bukti bahwa trimetoprim juga bersifat teratogen pada janin

tetapi pemakaiannya pada wanita hamil perlu dihindari Jika terpaksa harus

memberikan kombinasi trimetoprim + sulfametoksazol pada kehamilan diperlukan

pemberian suplementasi asam folet

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtNitrofurantoin Sering digunakan sebagai

antiseptik pada saluran kencing Jika diberikan pada awal kehamilan kadar

nitrofurantoin pada jaringan fetal lebih tinggi dibanding ibu tetapi kadarnya dalam

plasma sangat rendah Dengan makin bertambahnya umur kehamilan kadar

nitrofurantoin dalam plasma janin juga meningkat Sejauh ini belum terbukti bahwa

nitrofurantoin dapat meningkatkan kejadian malformasi janin Namun perhatian harus

diberikan terutama pada kehamilan cukup bulan di mana pemberian nitrofurantoin

pada periode ini kemungkinan akan menyebabkan anemia hemolitik pada janin

LKSI 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Percetakan Not BandungRagg M 2001 Obat-Obat yang paling diresepkan Arcan Jakarta

Santoso B 1995 Efek Samping Obat ed 2 Pusat Study Farmakologi Klinik dan Kebijakan Obat UGM Yogyakarta

Setiabudy S dkk 2007 Farmakologi dan Terapeutik edisi 5 FKUI JakartaSpeirs Al 1992 Ilmu Kesehatan Anak untuk Perawat ed 2 IKIPSemarang Press Semarang

Yagiela J A Frank J D Enid A N 2004 Pharmacology and Therapeutics for Dentistry Elsevier Mosby St Louis

Obat-obatan Untuk Ibu

Sebenarnya obat yang langsung ke ASI itu jumlahnya sangat kecil Sebagian kecil berpengaruh kepada bayi Secara umum menghentikan pemberian ASI lebih berbahaya daripada pengaruh obat tersebut Hanya sebagian kecil obat yang mempunyai efek samping Bayi yang berumur kurang dari satu bulan mempunyai masalah yang besar dibandingkan dengan bayi yang lebih tua Tetapi mungkin perlu dipikirkan obat alternatif untuk ibu yang menyebabkan lebih sedikit masalah Kejadian penghentian menyusui karena ibu harus minum obat adalah sangat jarang

Pada sedikit situasi menyusui merupakan kontra indikasi

Jika ibu mendapatkan obat anti kanker pemberian ASI boleh dihentikan Jika ibu mendapatkan pengobatan radioaktif ibu dapat menghentikan pemberian ASI untuk sementara Obat-obatan ini jarang digunakan

Beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang kadang-kadang menyebabkan perlunya penghentian pemberian ASI

Jika ibu mendapatkan obat psikiatrik atau anti konfulsan kadang-kadang membuat bayi (berusia kurang dari satu bulan) yang menyusui menjadi tampak lemah Khususnya jika diberikan barbiturat dan diazepam Jika memungkinkan sebaiknya diganti dengan obat lain yang mempunyai efek samping kecil Namun demikian sangat berbahaya jika mengubah pengobatan secara cepat khususnya pada kasus epilepsi

Jika tidak ada alternatif teruskan pemberian ASI dan amatilah bayinya

Jika terjadi efek samping pemberian ASI dapat dihentikan

Beberapa antibiotik perlu dihindari

Antibiotik pada umumnya aman bagi ASI dan bagi bayi Tetapi lebih baik menghindari pemberian Chloramphenikol dan tetrasiklin serta metronidazole Jika salah satu antibiotik tersebut harus diberikan kepada ibu teruskan menyusui dan amatilah bayinya Pada umumnya tidak ada masalah

Hindari pemberian sulphonamide kepada ibu khususnya jika bayi jaundice Jika obat seperti cotrimoxasole fansidar dan dapsone diperlukan berikan obat tersebut dan teruskan pemberian ASI Pertimbangkan pemberian makanan alternatif bila bayi jaundice terutama jaundice yang terjadi ketika ibu meminum obat tersebut

Obat yang menyebabkan menurunnya produksi ASI perlu dihindari

Hindari penggunaan kontrasepsi yang mengandung estrogen Hindari penggunaan Thiazide diuretik seperti Chlorotiazide karena obat ini menurunkan produksi ASI Jia mungkin carilah alternatifnya

Kebanyakan obat yang umum digunakan adalah aman pada dosis biasa

Jika ibu menyusui mendapatkan obat tetapi anda tidak yakin obat apa

1 Cek daftar obat di dalam manual 2 Anjurkan agar ibu terus menyusui sambil mencoba mengetahui obat apa yang diberikan 3 Amatilah bayi jika terjadi efek samping seperti mengantuk yang abnormal tidak nafsu makan dan

ikterus khususnya jika ibu mengkonsumsi obat untuk waktu yang lama 4 Usahakan mendapatkan saran dari petugas kesehatan yang lebih ahli seperti dokter atau apoteker 5 Jika khawatir cobalah mencari obat alternatif yang anda ketahui lebih aman 6 Jika bayi terkena efek samping dan ibu tidak mengubah penggunaan obatnya gunakanlah metode

alternatif yang aman 7 Jika bayi terkena efek samping dan anda tidak mungkin mengubah obatnya pertimbangkan cara

pemberian makanan yang lain untuk sementara waktu bila mungkin

Menyusui dan Obat-obatan untuk Ibu

Kontra indikasi pemberian ASI Obat anti kanker

Radioaktif (berhenti menyusui sementara)

Teruskan pemberian ASI Obat penyakit psikis dan anti konvulsan

(Amati efek samping pada bayi

misalnya mengantuk)

Gunakan obat alternatif Chloramfenikol tetracyclin metronidazole

Quinolone antibiotics (eg Ciprofloxacin)

Pantau kemungkinan ikterius Sulphonamides cotrimoxazole fansidar dapsone

Gunakan obat alternatif Estrogen terutama kontrasepsi berisi estrogen

(dapat menurunkan produksi ASI) Thiazide diuretic

Aman pada dosis biasa Obat-obatan paling biasa digunakan

Pantau bayi Analgesik dan antipiretik paracetakol yang diberikan untuk waktu siang asam acetil salisilik ibuprofen kadang-kadang diberikan morfin dan petidin kebanyakan obat batuk dan masuk angin antibiotik ampisilin kloxasilin dan penisilin erythromisin lain obat anti TB anti lepra anti malaria (kecuali meflokuin) antihelmint anti jamur bronchodilator (eg Salbutamol) corticosteroids antihistamin antasid obat untuk diabetes kebanyakan oabat anti-hipertensi digoksin suplemen gizi yodium zat besi dan vitamin-vitamin

Dikirim oleh (RSIA permata hati)

  • RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI
  • Hal-hal Terbaru Tentang Transfusi Darah
Page 8: RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI.docx

sumber darah Sebagai contoh indikasi-indikasi untuk darah autolog mungkin lebih

liberal karena tidak akan menyebarkan penyakit (misalnya hepatitis dan AIDS)

dibandingkan dengan darah homolog Bagaimanapun juga darah autolog sebaiknya

tidak dipandang sepenuhnya aman karena adanya kemungkinan kesalahan klinis

dan reaksi hemolitik sesudah transfusi

Pada bulan Juli 1989 FDA Drug Bulletin memberikan panduan keras untuk

pemberian sel darah merah Bulletin tersebut menyatakan bahwa ldquokapasitas

pengangkutan oksigen adekuat dapat dipenuhi dengan hemoglobin 7 gdl atau

bahkan lebih kurang bila volume intravaskular adekuat untuk melakukan perfusirdquo

Ada kondisi medis yang dapat membenarkan pemberian darah untuk mencapai

hemoglobin yang lebih tinggi (misalnya penyakit arteri koroner) Meskipun

demikian kekhawatiran bahwa transfusi darah seringkali diberikan secara tidak

tepat sehingga diperlukan penelitian yang lebih cermat terhadap praktek transfusi

Sebagai contoh banyak komite transfusi rumah sakit mengadakan pemeriksaan

ulang pada pasien-pasien didapatkan hematokrit postoperatif lebih tinggi dari

normal (33-34 ) dan menerima darah sehingga perlu ditinjau kembali indikasi

pemberian transfusi darah Peninjauan ini dilakukan untuk menentukan apakah

darah telah diberikan dengan tepat Bila ditemukan transfusi yang tidak tepat baik

dokter dan komite transfusi akan mengevaluasi lebih lanjut ketepatan transfusi

tersebut Sehingga seorang dokter ahli anestesi harus menyatakan secara jelas

dalam status rumah sakit alasan pemberian transfusi darah

Yang terbaru biasanya pada pasien-pasien perawatan intensif beberapa kelompok

telah mencoba mendefenisikan keadaan dimana transfusi darah sebaiknya

diberikan dengan mengukur oksigenasi jaringan dan hemodinamik (contohnya

peningkatan konsumsi oksigen sebagai respon terhadap kandungan oksigen) Tidak

ada pengukuran spesifik yang dapat secara konsisten memperkirakan kapan

seorang pasien diuntungkan oleh transfusi darah

Walaupun demikian terdapat bukti bahwa kualitas (contohnya umur) dan

peningkatan kapasitas oksigen (misalnya hemoglobin lebih tinggi dari 10 gdl)

dapat menguntungkan pasien yang sangat tidak sehat Kenyataannya satu

penelitian menemukan bahwa bila darah yang disimpan lebih dari 15 hari diberikan

akan terjadi iskemia limpa

Lebih baru lagi konsep yang ditegaskan oleh Purdy et al menyatakan bahwa

pasien-pasien yang menerima darah yang berumur 17 hari dibandingkan dengan

darah yang berumur 25 hari mempunyai tingkat kelangsungan hidup yang lebih

tinggi Pengaruh usia darah yang diberikan akan didiskusikan nanti pada presentasi

ini

Mungkin indikator lebih sensitif terhadap oksigenasi jaringan (misalnya pH

intramukosal) dapat menjadi indikasi untuk transfusi darah Menggunakan data

pada sebuah populasi pembedahan orthopedik variasi kadar hemoglobin tidak

berhubungan dengan lamanya hospitalisasi Namun atlit yang terlatih dan pasien-

pasien kardiak postoperatif mengalami perbaikan kemampuan fisik bila kadar

hemoglobin ditingkatkan Sebaliknya Weiskopf et al menemukan pada pasien-

pasien yang sehat penurunan konsentrasi hemoglobin hingga 50 gdl tidak

menyebabkan adanya bukti oksigenasi yang tidak adekuat Bagaimanapun juga

pasien-pasien ini tidak dipermasalahkan dengan stress pemulihan dari pembedahan

dan anesthesia Bagaimanapun juga Weiskopf et al menemukan bahwa pasien

yang tidak dapat meningkatkan cardiac outputnya dengan cara meningkatkan

denyut jantungnya sebaiknya menerima transfusi hingga kadar hemoglobin lebih

dari 10 gdl Sayangnya tidak dapat dihasilkan kesimpulan tepat dari data yang

sangat berguna tapi bersifat usulan ini

American Society of Anesthesiologists (ASA) telah mengembangkan Panduan

Praktek untuk Terapi Komponen darah Rekomendasi ASA untuk transfusi darah

adalah

Rekomendasi Sel Darah Merah

Organisasi tersebut menyimpulkan bahwa

1 Transfusi jarang diindikasikan bila konsentrasi hemoglobin lebih besar dari 10

gdL dan hampir selalu diindikasikan bila kurang dari 6 gdL khususnya bila anemia

akut

2 Apakah konsentrasi hemoglobin sedang (6-10 gdL) membutuhkan transfusi sel

darah merah harus berdasarkan resiko pasien terhadap komplikasi-komplikasi

oksigenasi yang tidak adekuat

3 Tidak disarankan hanya menggunakan pemicu hemoglobin untuk pasien yang

gagal memperbaiki semua faktor-faktor fisiologis dalam pembedahan penting yang

dapat mempengaruhi oksigenasi

4 Bila keadaan tepat penggunaan darah autolog preoperatif intraoperatif dan

postoperatif hemodilusi akut normovolemik hipotensi yang disengaja dan obat-

obatan dapat saja menguntungkan

5 Indikasi untuk transfusi sel darah merah autolog mungkin lebih baik daripada sel

darah merah alogenik karena resiko transmisi penyakit yang lebih rendah

Panduan ini menekankan pentingnya penetapan resiko pasien terhadap komplikasi

yang berhubungan dengan oksigenasi yang tidak adekuat suatu konsep yang lebih

ditekankan baru-baru ini Lebih lanjut beberapa organisasi menekankan

penggunaan tanda-tanda vital dan kehilangan darah sebagai indikator

Print Pengelompokan American College of Surgeons terhadap perdarahan Akut

Faktor I II III IV

Kehilangan darah ml up to 750 750-1500 1500-2000 ge2000

Kehilangan darah BV up to 15 15-30 30-40 ge40

Denyut nadi per menit gt100 gt100 gt120 ge140

Tekanan darah (mm Hg) Normal Normal Menurun Menurun

Tekanan nadi Normalmeningkat Menurun Menurun Menurun

Tes pengisian kapiller Normal Positif Positif Positif

Pernapasan per menit 14-20 20-30 30-40 gt35

Urine mljam ge30 20-30 5-10 dpt diabaikan

SSP (status mental) Sedikit gelisah Cukup gelisah Gelisah bingung Bingung letargi

Penggantian cairan (hukum 31) Kristaloid Kristaloid Kristaloid + darah Kristaloid

+darah

Panduan yang lebih sederhana akan sangat menolong Sebagai contoh dengan

bantuan Habibi et al panduan berikut disarankan bahwa pemberian satu unit PRC

akan meningkatkan hematokrit 3-5 Indikasinya adalah

Kehilangan darah gt 20 volume darah bila lebih dari 1000 ml

Hemoglobin lt 8 gdL

Hemoglobin lt 10 gdL dengan penyakit berat (misalnya emfisema penyakit

jantung iskemik)

Hemoglobin lt 10 gdL dengan darah autolog

Hemoglobin lt 12 gdL dan tergantung ventilator

Pertimbangannya peningkatan kapasitas pengangkutan oksigen lebih penting

daripada peningkatan volume intravaskular Karena itu penulis menekankan

pentingnya penetapan hemoglobin atau hematokrit Anjuran banyak bank darah

darah autolog lebih baik dibanding darah alogenik

II Darah Autologous dibandingkan dengan Darah Alogenik

Secara mengejutkan ada pendapat bahwa darah autolog tidak lebih aman

dibandingkan dengan darah alogenik (misalnya dari resiko infeksi) Karena itu

program darah autolog dapat saja dihapuskanSatu contoh dari penelitian seperti

itu adalah pasien-pasien histerektomi Kanter et al menemukan bahwa 25 dari 140

pasien yang mendonorkan darahnya dirinya harus ditransfusi kembali sedangkan

dari 123 pasien yang tidak mendonorkan darahnya sendiri hanya 1 yang perlu

ditransfusi Karena itu disimpulkan bahwa darah autolog sebelum operasi lebih baik

dihapuskan karena akan meningkatkan resiko transfusi darah alogenik Lebih lanjut

mereka membantah bahwa darah autolog tidak mempunyai resiko Satu dari

16000 donasi darah autolog mengalami reaksi yang cukup berat yang

membutuhkan perawatan di rumah sakit Kenyataannya beberapa komplikasi yang

berhubungan dengan transfusi darah autolog ada pada daftar di bawah

1 Anemia

2 Iskemia miokardial preoperatif dari anemia

3 Unit yang salah (1100000)

4 Transfusi darah yang lebih sering

Saran untuk pembatasan transfusi darah autolog tidak meliputi imunosupresi (lihat

diskusi selanjutnya) atau penyebaran infeksi dalam darah alogenik Sebagai contoh

dari tahun 1986 hingga 1991 ada 182 kegawatan yang berhubungan transfusi

dilaporkan ke FDA 29 (16) diantaranya disebabkan oleh kontaminasi bakterial 10

kasus infeksi Yersinia enterokolitika yang dilaporkan Hampir semua dengan darah

alogenik walaupun dua pasien juga mendapatkan darah autolog Sehingga

disimpulkan bahwa darah alogenik juga cukup beresiko

III Koagulasi

Dokter ahli anestesi mengetahui bahwa kecenderungan perdarahan sering terjadi

pada pasien-pasien yang ditransfusi secara masif Koagulopati ini disebabkan oleh

kombinasi banyaknya volume darah yang diberikan dan lamanya hipotensi atau

hipoperfusi Pasien-pasien dengan perfusi baik dan tidak hipotensi untuk jangka

waktu yang lama (misalnya gt 1 jam) dapat mentolerir banyak unit darah tanpa

menyebabkan koagulopati Nyatanya banyak pasien yang telah menerima lebih

dari 100 unit darah bertahan dengan perubahan kecil pada koagulasi Jelasnya

pasien yang hipotensif dan menerima banyak unit darah kemungkinan terjadi

koagulopati baik karena DIC maupun karena berkurangnya faktor-faktor koagulasi

karena penyimpanan darah di bank darah

Thrombositopenia dilusi merupakan penyebab diatesis hemoragik pada pasien yang

menerima banyak unit darah Walaupun penekanan utama pada hitung thrombosit

beberapa pengarang mempertanyakan peranan thrombositopenia pada koagulopati

pada pasien-pasien yang ditransfusi secara masif Mereka secara tepat menunjuk

bahwa hitung thrombosit jarang menurun serendah yang diperkirakan dari

pengenceran saja Hal ini mungkin karena thrombosit dilepaskan ke dalam sirkulasi

dari limpa sumsum tulang dan karena adanya thrombosit non fungsional Lebih

lanjut Reed et al menemukan tidak ada keuntungan pemberian thrombosit

profilaksis selama transfusi masif Thrombosit sebaiknya jangan diberikan untuk

memperbaiki hasil pemeriksaan laboratorium pada keadaan thrombositopenia

kecuali pada keadaan koagulopati klinis

Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa FFP tetap diberikan untuk pengobatan

koagulopati yang disebabkan oleh transfusi Keseluruhan peningkatan penggunaan

FFP pada tahun 1970an menyebabkan National Institutes of Health (NIH)

mengadakan konferensi untuk membahas masalah ini pada tahun 1985 Konferensi

ini menyimpulkan bahwa pemberian FFP sebagai bagian dari terapi koagulopati

yang disebabkan oleh transfusi darah masif hanya sedikit yang dapat dibuktikan

kebenarannya Bila dokter tetap ingin memberikan FFP kriteria berikut harus

ditetapkan

1 Perdarahan menyeluruh yang tidak dapat dikendalikan dengan jahitan bedah

atau kauter

2 PTT paling kurang 15 kali dari normal

3 Hitung thrombosit lebih besar daripada 70000mm (untuk menjamin bahwa

thrombositopenia bukan merupakan penyebab perdarahan)

Buletin Obat FDA baru (Juli 1989) menyimpulkan bahwa FFP sebaiknya jangan

diberikan

1 Untuk ekspansi volume sebagai suplemen nutrisi

2 Profilaksis dengan transfusi darah masif

3 Profilaksis setelah operasi By Pass

Yang lebih baru lagi ASA menyarankan pemberian FFP dengan panduan berikut

1 Untuk reversal mendesak terapi warfarin

2 Untuk koreksi defisiensi faktor pembekuan yang tidak diketahui bila konsentrat

spesifik tidak tersedia

3 Untuk koreksi perdarahan mikrovaskular bila ada peningkatan PT atau APTT

(gt15 kali normal)

4 Untuk koreksi perdarahan mikrovaskular sekunder terhadap defisiensi faktor

pembekuan pada pasien-pasien yang ditransfusi dengan lebih dari satu volume

darah dan bila PT dan PTT tidak dapat diperiksa

5 FFP harus diberikan dalam dosis yang dihitung untuk mencapai konsentrasi faktor

plasma minimum 30 (biasanya dicapai dengan pemberian FFP 10-15 mLkg )

kecuali untuk reversal mendesak antikoagulasi warfarin dimana FFP 5-8 mlkg

biasanya mencukupi Satu unit darah segar menyediakan faktor-faktor koagulasi

yang sama dengan yang terkandung dalam satu unit FFP

6 FFP dikontraindikasikan untuk tambahan volume plasma atau konsentrasi

albumin

Kesimpulan diatas berdasarkan anggapan bahwa yang diberikan adalah darah

lengkap Kebanyakan penelitian memeriksa pengaruh transfusi masif darah lengkap

pada koagulasi karena banyak pusat trauma menggunakan darah lengkap Murray

et al secara khusus mempertanyakan penggunaan PRC untuk kehilangan darah

yang banyak Pada penggunaan PRC kadar fibrinogen menurun signifikan

kebalikan dari penggunaan darah lengkap dimana kadar fibrinogen tetap tidak

berubah kecuali ada DIC (koagulasi inravaskular diseminata) Walaupun seluruh

faktor-faktor koagulasi menurun penurunan tidak sebanyak yang diperkirakan

karena pengenceran Mereka merasa bahwa faktor-faktor seperti VIII mungkin

disimpan dalam sel-sel endotelial dan dilepaskan dari endotelium selama stress

pembedahan Bila PRC digunakan untuk mengganti kehilangan darah mayor dokter

dapat mencoba memberikan FFP secara profilaksis Bagaimanapun juga Murray et

al secara khusus menyarankan untuk tidak mengikuti kebijaksanaan ini tetapi

menyatakan bahwa FFP hanya dibutuhkan bila PT dan PTT paling kurang 15 kali

normal dan kadar fibrinogen kurang dari 75 mgdL Penelitian terbaru oleh Murray

et al menunjukkan bahwa bila kehilangan volume intravaskuler digantikan dengan

PRC dan kristaloid PT dan PTT seringkali melebihi 15 kali normal

Baru-baru ini tiga pilihan dipertimbangkan oleh kebanyakan bank darah

A Detergen Pelarut Plasma dari donor multipel dikumpulkan dan diberikan

campuran pelarut penghancur lemak (tri-n-butil fosfat) dan detergen (triton x-100)

untuk menginaktivasi sampul lipid penyebab infeksi termasuk HIV HTLV HCV HBV

Baru-baru ini (1998) tersedia di Palang Merah Mempunyai beberapa kekurangan

termasuk pengumpulan yang dapat menyebabkan kontaminasi penyebab infeksi

yang beramplop

B Plasma donor tunggal yang diuji kembali untuk mempersiapkan FFP Unit (donasi

pertama) disimpan bila seluruh riwayat dan penyebab penyakit infeksi negatif Unit

tersebut tidak dilepaskan untuk digunakan hingga donor yang sama

menyumbangkan unit kedua lebih dari 3 bulan setelah donasi pertama dan lolos

pada pengujian serologik Saat itu unit pertama dilepaskan Unit kedua tidak

digunakan hingga orang tersebut kembali lebih dari 3 bulan kemudian untuk donasi

ketiga dan lolos kembali seluruh pengujian Saat itu unit kedua dapat digunakan

Pendekatan ini mempunyai keuntungan yang jelas tetapi pemberiannya rumit

C Plasma yang sering didonorkan Suatu hubungan terbalik terjadi antara jumlah

donasi yang diberikan seseorang dengan kemungkinan menjadi sero positif

Hubungan ini tidak saling bergantung pada waktu dimana donasi diberikan Yang

tampaknya mencapai reduksi maksimum insidensi sero positif pada lebih dari 4

donasi Perkiraannya adalah bahwa reduksi sero positif (dan karena itu transmisi)

hingga 13-12 gambaran saat ini

Pilihan diatas diadakan pada pertemuan di University of California San Fransisco

Transfusion Committee dan dokter akan mempunyai banyak pilihan plasma yang

lebih aman untuk pasien

IV Imunosupresi

Transfusi darah homolog menimbulkan suatu reaksi imunosupresif nonspesifik pada

resipien Efek ini bersifat terapi untuk resipien transplantasi ginjal Namun banyak

pengarang telah mengemukakan data untuk menunjukkan bahwa transfusi darah

meningkatkan suseptibilitas terhadap infeksi dan peningkatan progresi tumor

malignan Walaupun banyak faktor dapat terlibat pada pasien yang sakit keras

(misalnya pasien-pasien yang menerima transfusi darah kemungkinan punya

penyakit yang lebih luas dan invasif) bukti meyakinkan bahwa ada hubungan

antara transfusi preoperatif dan rekurensi tumor atau bertahan hidup pada pasien-

pasien dengan berbagai jenis kanker sebagaimana ditinjau oleh Schricmer et al

Mekanisme dan efek dari kanker ini tidak diketahui tetapi berhubungan dengan

peningkatan sintesis prostaglandin E penurunan generasi interleukin 2 dan produk

degradasi fibrinogen pada FFP Penemuan lanjut ini menimbulkan kekhawatiran

tentang pemberian FFP pada pasien-pasien yang imunitasnya ditekan Blumbert et

al menemukan bahwa pasien-pasien yang ditransfusi dengan PRC bertahan hidup

lebih baik daripada pasien-pasien yang menerima darah lengkap Hasilnya

Schriemer et al menyarankan untuk memberikan PRC dibanding darah lengkap bila

transfusi diindikasikan pada pasien-pasien kanker

Terbaru Landers et al telah meninjau mekanisme imunomodulasi yang disebabkan

tranfusi (Tabel 3) dan penurunan fungsi imun setelah transfusi darah alogenik atau

homolog (Tabel 4)

Table 3 Mekanisme Modulasi Imun yang ditimbulkan oleh Transfusi

Penumpukan Fe pada sistem RE mengakibatkan berbagai perubahan

Penurunan aktifitas makrofag yang dapat menangkap antigen kelas II oleh

monosit yang memproduksi prostaglandin E2 sehingga menghambat produksi IL-2

Inhibisi interleukin-2 oleh limfositT akan menurunkan stimulasi sel B dan produksi

antibodi

Teori deplesi klonal ndash sel-sel yang rusak akan menolak proses graft

Penurunan produksi limfosit T supressor

Pembentukan anti-idiotipik T cell receptor atau antibodi yang dapat melawan

antigen pada transfusi darah akan bangkit dan membentuk antigen yang baru

Dari Landers etal Anesth Analg 199682187

Table 4 Penurunan Fungsi Imun akibat Transfusi Darah Allogenik

Pengurangan respon limfosit

Penurunan produksi sitokin

Penurunan respon terhadap mitogen (subtansi yang menstimulasi mitosis dan

perubahan limfosit) atau antigen larut in vivo atau in vitro

Peningkatan jumlah atau fungsi sel supresor

Penurunan aktivitas sel pembunuh alami

Penurunan fungsi monosit

Penurunan sitotoksisitas yang di mediasi sel terhadap sel-sel target tertentu

Peningkatan produksi mediator dan antibodi anti idotipik supresif

Dari Landers etal Anesth Analg 199682187 (33)

V Terapi Komponen

A Thrombosit

Sebagiamana diindikasikan sebelumnya terdapat kekhawatiran bahwa produk-

produk darah homolog telah diberikan secara tidak tepat FDA Drug Bulletin Juli

1989 mencoba memberi panduan dan menyatakan bahwa thrombosit tidak boleh

diberikan

1 Kepada pasien-pasien dengan ITP (kecuali bila ada perdarahan yang mengancam

jiwa)

2 Profilaksis transfusi darah massif

3 Profilaksis pada cardiopulmonar bypass

FDA tidak menyatakan bahwa pada pasien yang menjalankan pembedahan atau

prosedur invasif lain tidak diuntungkan dari transfusi thrombosit profilaksis bila

hitung thrombosit paling kurang 50000mm3 dan thrombositopenia merupakan

satu-satunya kelainan

ASA task force baru-baru ini menyarankan bahwa

1 Transfusi thrombosit profilaksis tidak efektif dan jarang kali diindikasikan bila

thrombositopenia berhubungan dengan peningkatan destruksi thrombosit

(misalnya ITP)

2 Tranfusi thrombosit profilaksis jarang diindikasikan pada pasien-pasien bedah

dengan thrombositopenia yang berhubungan dengan penurunan produksi

thrombosit bila hitung thrombosit lebih besar daripada 100000mm3 dan biasanya

diindikasikan bila hitung thrombosit lebih rendah dari 50000mm3 Penentuan

apakah pasien-pasien dengan hitung thrombosit pada tingkat menengah (50000-

100000mm3) membutuhkan terapi harus berdasarkan pada resiko perdarahan

3 Pasien-pasien bedah dan obstetrik dengan perdarahan mikrovaskular biasanya

membutuhkan transfusi thrombosit bila hitung thrombosit lebih kecil dari

50000mm3 dan jarang membutuhkan transfusi bila lebih besar dari 100000mm3

Jika hitung thrombosit antara 50000-100000mm3) penentuan harus didasarkan

pada resiko pasien untuk perdarahan yang lebih signifikan

4 Persalinan pervaginam atau operatif dengan kehilangan darah yang sedikit dapat

dilakukan pada pasien-pasien dengan hitung thrombosit kurang dari 50000mm3

5 Transfusi thrombosit dapat diindikasikan bila hitung thrombosit cukup tetapi

terdapat disfungsi thrombosit dan perdarahan mikrovaskular

Transfusi thrombosit dibutuhkan untuk pasien-pasien dengan perdarahan sistemik

dan untuk pasien-pasien dengan resiko tinggi perdarahan yang disebabkan oleh

gangguan koagulasi sepsis atau disfungsi thrombosit yang berhubungan dengan

pengobatan atau penyakit Jelasnya maksudnya adalah untuk membuat dokter

lebih tepat dalam menetapkan indikasi transfusi thrombosit Karena peningkatan

kekhawatiran tentang kontaminasi bakterial kini sangat disarankan tiap pasien

yang menjadi demam setelah menerima konsentrat thrombosit harus dianggap

septik hingga terbukti sebaliknya

B Kriopresipitat

Kriopresipitat mengandung faktor VIIIC (aktivitas prokoagulan) faktor VIIIvWF

(faktor von Willebrand ) fibrinogen faktor XIII dan fibronektin yang merupakan

glikoprotein yang berperan pada peningkatan aktivitas sistem RES dalam

membunuh partikel asing dan bakteri dari darah

Terdapatnya fibrinogen yang rendah pada PRC sehingga ASA task force

menyarankan pemberian kriopresipitat untuk

1 Profilaksis pada pasien-pasien non perdarahan perioperiatif atau peripartum

dengan defisiensi fibrinogen kongenital atau penyakit von Willebrand yang tidak

berespon terhadap DDAVP (bila memungkinkan keputusan ini harus dibuat dengan

konsultasi dengan hematolog pasien tersebut)

2 Pasien-pasien perdarahan dengan penyakit von Willebrand

3 Koreksi perdarahan mikrovaskular pada pasien-pasien dengan transfusi massif

dengan konsentrasi fibrinogen kurang dari 80-100 mgdL (atau bila konsentrasi

fibrinogen tidak dapat diukur pada saat itu)

Darah lengkap harus diberikan pada transfusi darah massif karena PRC kurang

mengandung faktor koagulasi

Konsentrat faktor VIII merupakan terapi standar untuk hemofilia Teknik rekombinan

DNA terbaru telah digunakan untuk mengembangkan faktor VIII yang bebas

transmisi penyakit

VI Komplikasi

Dengan memperhitungkan pertimbangan di atas insidensi dari reaksi yang

merugikan adalah

Reaksi yang merugikan terhadap Transfusi

Tipe reaksi Insidensi

Reaksi febril 1 dari transfusi PRC

Reaksi alergi (urtikaria) 20 dari transfusi platelet

Rekasi transfusi hemolitik akut 11000 reaksi transfusi

Rekasi transfusi lambat ~ 133000 U PRC

Penyakit graft vs host (GVHD) ~ 12500 U PRC

Udem paru akut yang berhubungan

dengan transfusi (TRALI) 110000 U PRC

Dari Principles of Anesthetic Techniques and Anesthetic Emergencies

Darah yang telah bersih dari leukosit dapat menurunkan kejadian imunosupresi dan

insidensi banyak reaksi transfusi

VII Darah Sintetik

Karena banyak masalah termasuk yang terdaftar di atas dengan allogenik banyak

perusahaan mencoba membuat hemoglobin sintetik Produk ini telah diberikan pada

sukarelawan manusia dan pasien-pasien dengan keberhasilan yang cukup Hal ini

diungkapkan oleh Dietz et al pada Anesthesia amp Analgesia Februari 1996 Dasarnya

produk-produk ini

1 Larutan hemoglobin bebas stroma yang mengandung sejumlah modifikasi dari

molekul hemoglobin

2 Hemoglobin rekayasa genetik (misalnya Ecoli menghasilkan sel darah merah

manusia)

3 Larutan hemoglobin liposome-encapsulated mengandung hemoglobin dengan

membran sintetik

4 Perfluorokarbon larutan organik dengan kelarutan oksigen tinggi

Untuk mencegah banyak komplikasi seperti kerusakan ginjal pelepasan

endotoksin dan lain-lain berbagai pendekatan telah digunakan seperti cross-link

polimerisasi dan konjugator baik dengan kimiawi maupun tehnik genetik

sebagaimana diringkaskan dibawah

Tabel 5 Pengganti Sel darah Merah

Aktivitas Efisiensi

(efek biologis) (keuntungan untuk pasien)

Transpor O2 Penurunan penggunaan produk-produk darah

Bantuan hidup selama anemia berat Penurunan morbiditas dan mortalitas yang

berhubungan dengan transfusi

Resusitasi cairan Penggunaan pada lingkungan yang secara logistik sulit

Awalnya produk-produk ini dipandang sebagai pengganti darah Meskipun aman

tapi sulit disediakan oleh bank darah Kriteria FDA terhadap efisiensi sulit

diterapkan Sekarang lebih menekankan pada kemampuan transpor oksigennya

yang akan didiskusikan

Berbagai penelitian fase II and III telah dan sedang dilaksanakan Sejauh ini

kebanyakan produk menyebabkan hipertensi ringan dan peningkatan konsentrasi

amilase dan lipase yang signifikansinya masih harus ditetapkan

Kewaspadaan Pada GraviidaObat Efek Samping Utama Keterangan1048729 Kloramfenikol Gray-baby sindrom (kolapssirkulasi pd neonatus) anemiaHindari pemberian pd trimester 3masa laktasi amp neonatus1048729 SulfonamidDapsonRisiko hemolisis amp ikterus Hindari pemberian pd trimester 3 ampmasa laktasi1048729 Trimetoprim Hindari pemberian pd trimester 3

Obat Efek Samping Utama Keterangan1048729 Kloramfenikol Gray-baby sindrom (kolapssirkulasi pd neonatus) anemiaHindari pemberian pd trimester 3masa laktasi amp neonatus1048729 SulfonamidDapsonRisiko hemolisis amp ikterus Hindari pemberian pd trimester 3 ampmasa laktasi1048729 Trimetoprim Hindari pemberian pd trimester 3KotrimoksazolTeratogenik1048729 Eritromisin Hepatotoksik gangguan GIT Terutama pada sang ibu1048729 Penisilin ampSefalosporinHipersensitivitas rx alergigangguan GITbull Ruam amp diare pd neonatusbull Ko-amoksiklav sebaiknya dihindaripd kehamilanOtotoksik Gangguan pendengaran bisamempengaruhi ibu amp

Ibu Hamil Membutuhkan Antibiotik

Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) antibiotik

merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh mikroba untuk menghambat

pertumbuhan dan membasmi mikroba jenis lain Awalnya antibiotik hanya

ada beberapa namun saat ini sudah ditemukan berbagai jenis antibiotik

yang mampu mengatasi penyakit infeksi lanjutan Antibiotik bekerja untuk

melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri bukan virus Penggunaan

antibiotik tidak boleh sembarangan karena akan mendatangkan bahaya bagi

tubuh Prinsip yang harus diketahui antibiotik hanya digunakan jika ada

infeksi yang disebabkan oleh kuman bakteri

Obat-obatan antibiotik itu termasuk obat keras yang membantu tubuh untuk membunuh

kuman ataupun bakteri yang masuk dan tidak bisa dilawan dengan sistem kekebalan tubuh

Karena obat-obatan ini bekerja dengan sistem penghancuran total maka tidak hanya bakteri saja

sel tubuh kita yang terinfeksi dan disekitarnya akan ikut terkena guna menghilangkan

kesempatan masih ada sisa-sisa koloni bakteri yang mungkin bersembunyi Oleh karena itu

pemberian obat antibiotik harus tuntas sampai seluruh koloni bakteri benar-benar habis

terbunuh jika tidak maka dapat dipastikan bakteri itu bisa bersiap diri untuk menyerang

kembali atau bahkan bisa juga bakteri-bakteri itu menjadi resisten dengan obat tersebut dan

kalau sudah begitu diperlukan antibiotik generasi lebih tinggi untuk membunuh kuman Oleh

karena efek membunuh yang kuat jika seorang pasien diberi obat antibiotik harus dipastikan

sistem kekebalan tubuh pasien itu juga kuat Karena untuk melawan efek dari antibiotik itu

sendiri dan untuk sistem self-recovery mengganti sel-sel tubuh yang telah rusak

Pengaruh buruk obat terhadap janin dapat bersifat toksik teratogenik maupun letal

tergantung pada sifat obat dan umur kehamilan paga saat minum obat Pengaruh toksik adalah

jika obat yang diminum selama masa kehamilan menyebabkan terjadinya gangguan fisiologik

atau bio-kimiawi dari janin yang dikandung dan biasanya gejalanya baru muncul beberapa saat

setelah kelahiran Pengaruh obat bersifat teratogenik jika menyebabkan terjadinya malformasi

anatomik pada petumbuhan organ janin Pengaruh teratogenik ini biasanya terjadi pada dosis

subletal Sedangkan pengaruh obat yang bersifa letal adalah yang mengakibatkan kematian janin

dalam kandungan Secara umum pengaruh buruk obat pada janin dapat beragam sesuai dengan

fase-fase berikut

lt--[if supportLists]--gt1 lt--[endif]--gtFase implantasi yaitu pada umur kehamilan

kurang dari 3 minggu Pada fase ini obat dapat memberi pengaruh buruk atau

mungkin tidak sama sekali Jika terjadi pengaruh buruk biasanya menyebabkan

kematian embrio atau berakhirnya kehamilan (abortus)

lt--[if supportLists]--gt2 lt--[endif]--gtFase embional atau organogenesis yaitu pada

umur kehamilan antara 4-8 minggu Pada fase ini terjadi diferensiasi pertumbuhan

untuk terjadinya malformasi anatomik (pengaruh teratogenik) Berbagai pengaruh

buruk yang mungkin terjadi pada fase ini antara lain

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtGangguan fungsional atau metabolik yang

permanen yang biasanya baru muncul kemudian jadi tidak timbul secara

langsung pada saat kehamilan Misalnya pemakaian hormon dietilstilbestrol pada

trimester pertama kehamilan terbukti berkaitan dengan terjadinya adenokarsinoma

vagina pada anak perempuan di kemudian hari (pada saat mereka sudah dewasa)

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtPengaruh letal berupa kematian janin atau

terjadinya abortus

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtPengaruh sub-letal yang biasanya dalam

bentuk malformasi anatomis pertumbuhan organ seperti misalnya fokolemia

karena talidomid

lt--[if supportLists]--gt3 lt--[endif]--gtFase fetal yaitu pada trimester kedua dan ketiga

kehamilan Dalam fase ini terjadi maturasi dan pertumbuhan lebih lanjut dari janin

Pengaruh buruk senyawa asing terhadap janin pada fase ini tidak berupa malformasi

anatomik lagi tetapi mungkin dapat berupa gangguan pertumbuhan baik terhadap

fungsi-fungsi fisiologik atau biokimiawi organ-organ Demikian pula pengaruh obat

yang dialami ibu dapat pula dialami janin meskipun mungkin dalam derajat yang

berbeda Sebagai contoh adalah terjadinya depresi pernafasan neonatus karena selama

masa akhir kehamilan ibu mengkonsumsi obat-obat seperti analgetika-narkotik atau

terjadinya efek samping pada sistem ekstrapiramidal setelah pemakaian fenotiazin

Secara umumsetiap obat dibagi dalam kategori (A B C D dan X) berdasarkan tingkat

resiko saat kehamilan

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori A

Hanya beberapa obat saja yang termasuk kategori A di mana obat tersebut tidak

berbahaya bila dikonsumsi pada trisemester pertama saat kehamilan Contoh obat

adalah Nystatin vaginal (Mycostatin)

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori B

Obat kategori B meliputi obat-obat yang pengalaman pemakainya pada wanita hamil

masih terbatas tetapi tidak terbukti meningkatkan frekuensi malformasi atau

pengaruh buruk lainnya pada janin Mengingat terbatasnya pengalaman pemakaian

pada wanita hamil maka obat-obat kategori B dibagi lagi berdasarkan temuan-

temuan pada studi toksikologi pada hewan yaitu

B1 Dari penelitian pada hewan tidak terbukti meningkatnya kejadian kerusakan janin

(fetal damage) Contoh obat-obat yang termasuk pada kelompok ini misalnya

simetidin dipiridamol dan spektinomisin

B2 Data dari penilitian pada hewan belum memadai tetapi ada petunjuk tidak

meningkatnya kejadian kerusakan janin tikarsilin amfoterisin dopamin asetilkistein

dan alkaloid belladona adalah obat-obat yang masuk dalam kategori ini

B3 Penelitian pada hewan menunjukkan peningkatan kejadian kerusakan janin tetapi

belum tentu bermakna pada manusia Sebagai contoh adalah karbamazepin

pirimetamin griseofulvin trimetoprim dan mebendazol

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori C

Beberapa ada di kategori ini karena tidak ada informasi yang cukup dan beberapa

obat member efek buruk pada hewan percobaan tetapi tidak ada konfirmasi ataupun

pemberitahuan adanya masalah yang timbul seperti kelahiran yang cacat pada

manusia Merupakan obat-obat yang dapat memberi pengaruh buruk pada janin tanpa

disertai malformasi anatomik semata-mata karena efek farmakologiknya Yang

termasuk kategori C yaitu Baktirm Trimetropim Biaxin Cipro Diflucan Monistat

Terazol Isoniazid Rifampin dan Vermox

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori D

Pada kategori ini obat memberi efek yang buruk pada kehamilan dan sebaiknya

tidak digunakan kecuali tidak ada alternatif lain Contohnya adalah Tetrasiklin

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori X

Obat-obat yang masuk dalam kategori ini adalah yang telah terbukti mempunyai

risiko tinggi terjadinya pengaruh buruk yang menetap (irreversibel) pada janin jika

diminum pada masa kehamilan Obat dalam kategori ini merupakan kontraindikasi

mutlak selama kehamilan Sebagai contoh adalah isotretionin dan dietilstilbestrol

Untuk keadaan hamil apalagi masih dalam trimester ketiga pemberian antibiotik bisa

sangat membahayakan janin karena hampir semua antibiotik memberikan efek samping mual

muntah pusing dan gangguan sistem pencernaan Efek-efek samping yang ditimbulkan juga

akan menekan kehamilan Bahkan ada antibiotik yang bisa menembus sampai ke sistem

kelenjar cairan seperti liur kelenjar getah bening cairan otak dan ASI Jika pada masa

menyusui minum antibiotik maka obat akan merembes di ASI dan bayi akan minum ASI

bercampur obat bisa dibayangkan apa yang akan terjadi

Obat-obat antibiotik yang perlu perhatian khusus atau tidak boleh diminum untuk ibu

hamil dan menyusui

lt--[if supportLists]--gt1 lt--[endif]--gtGolongan Aminoglikosida (biasanya dalam

turunan garam sulfate-nya) seperti amikacin sulfate tobramycin sulfate dibekacin

sulfate gentamycin sulfate kanamycin sulfate dan netilmicin sulfate

Aminoglikosida dimasukkan dalam kategori obat D yang penggunaannya oleh

wanita hamil diketaui meningkatkan angka kejadian malformasi dan kerusakan janin

yang bersifat ireversibel Pemberian aminoglikosida pada wanita hamil sangat tidak

dianjurkan Selain itu aminoglikosida juga mempunyai efek samping nefrotoksik dan

ototoksik pada ibu dan juga dapat menimbulkan kerusakan ginjal tingkat seluler

pada janin terutama jika diberikan pada periode organogeneis Kerusakan saraf

kranial VIII juga banyak terjadi pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang

mendapat aminoglikosida pada kehamilan

lt--[if supportLists]--gt2 lt--[endif]--gtGolongan Sefalosporin seperti cefuroxime

acetyl cefotiam diHCl cefotaxime Na cefoperazone Na ceftriaxone Na cefazolin

Na cefaclor dan turunan garam monohydrate-nya cephadrine dan ceftizoxime Na

Sama halnya dengan penisilin sefalosporin relatif aman jika diberikan pada trimester

pertama kehamilan Kadar sefalosporin dalam sirkulasi janin meningkat selama

beberapa jam pertama setelah pemberian dosis pada ibu tetapi tidak terakumulasi

setelah pemberian berulang atau melalui infus Sejauh ini belum ada bukti bahwa

pengaruh buruk sefalosporin seperti misalnya anemia hemolitik dapat terjadi pada

bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu yang mendapat sefalosporin pada trimester

terakhir kehamilan

lt--[if supportLists]--gt3 lt--[endif]--gtGolongan Kloramfenikol seperti

Kloramfenikol dan thiamfenicol

Kloramfenikol bila diberikan menjelang persalinan dapat mengakibatkan kolaps

sirkulasi pada neonatus Pemberian kloramfenikol pada wanita hamil terutama pada

trimester II dan III di mana hepar belum matur dapat menyebabkan angka

terjadinya sindroma Grey pada bayi ditandai dengan kulit sianotik (sehingga bayi

tampak keabuabuan) hipotermia muntah abdomen protuberant dan menunjukkan

reaksi menolak menyusu di samping pernafasan yang cepat amp tidak teratur serta

letargi Kloramfenikol dimasukkan dalam kategori C yaitu obat yang karena efek

farmakologiknya dapat menyebabkan pengaruh buruk pada janin tanpa disertai

malformasi anatomik Pengaruh ini dapat bersifat reversibel Pemberian

kloramfenikol selama kehamilan sejauh mungkin dihindari terutama pada minggu-

minggu terakhir menjelang kelahiran dan selama menyusui

lt--[if supportLists]--gt4 lt--[endif]--gtGolongan Makrolid seperti clarithomycin

roxirhromycin erythromycin spiramycin dan azithromycin

lt--[if supportLists]--gt5 lt--[endif]--gtGolongan Penicillin seperti amoxicillin

turunan tridydrate dan turunan garam Na-nya

Obat-obat yang termasuk dalam golongan penisilin dapat dengan mudah menembus

plasenta dan mencapai kadar terapetik baik pada janin maupun cairan amnion

Penisilin relatif paling aman jika diberikan selama kehamilan meskipun perlu

pertimbangan yang seksama dan atas indikasi yang ketat mengingat kemungkinan

efek samping yang dapat terjadi pada ibu

lt--[if supportLists]--gt6 lt--[endif]--gtGolongan Kuinolon seperti ciprofloxacin dan

turunan garam HCl-nya ofloxacin sparfloxacin dan norfloxacin

lt--[if supportLists]--gt7 lt--[endif]--gtGolongan Tetrasiklin seperti doxycycline

tetracyclin dan turunan HCl-nya (tidak boleh untuk wanita hamil) dan oxytetracylin

(tidak boleh untuk wanita hamil)

Tetraskilin adalah jenis antibiotik yang merupakan anti bakteri yang luas sebagai

penghambat dan pembunuh bakteri gram positif dan gram negatif Merupakan zat

kelasi yang mempunyai afinitas dengan kalsium dan basa yang sukar larut dalam air

tetapi bentuk garam natrium atau garam HCL-nya mudah larut Dalam keadaadn

kering bentuk basa dan garam HCL tetrasiklin bersifat relative stabil Sedangkan

dalam larutan kebanyakan tetrasiklin sangat labil sehingga cepat berkurang

potensinya Efek tetrasiklin semakin fatal pada ibu hamil trimester pertama

Sehingga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang mikromelia dan

sindaktil Pembentukan tulang baru mulai pada trimester kedua Oleh karena itu

pemberian pada trismester kedua dapat mengakibatkan peubahan warna kekuningan

yang permanen pada gigi susu dan hipoplasia enamel Meskipun demikian gigi yang

kekuningan tersebut lebih tahan terhadap karies dibandingkan gigi normal

Sedangkan pemberian pada bulan ke 4 kehidupan janin sampai akhir tahun pertama

dapat menimbulkan kelainan warna gigi Wanita hamil atau masa nifas dengan

pielonefritis atau gangguan fungsi ginjal lain cendrung menderita kerusakan hati

akibat pemberian golongan tetrasiklin Tapi saat ini tetraskilin sudah jarang diberikan

kepada ibu hamil dan anak anak

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmpilisin Segi keamanan baik bagi ibu maupun

janin relatif cukup terjamin Kadar ampisilin dalam sirkulasi darah janin meningkat

secara lambat setelah pemberiannya pada ibu dan bahkan sering melebihi kadarnya

dalam sirkulasi ibu Pada awal kehamilan kadar ampisilin dalam cairan amnion

relatif rendah karena belum sempurnanya ginjal janin di samping meningkatnya

kecepatan aliran darah antara ibu dan janin pada masa tersebut Tetapi pada periode

akhir kehamilan di mana ginjal dan alat ekskresi yangi lain pada janin telah matur

kadarnya dalam sirkulasi janin justru lebih tinggi dibanding ibu Farmakokinetika

ampisilin berubah menyolok selama kehamilan Dengan meningkatnya volume

plasma dan cairan tubuh maka meningkat pula volume distribusi obat Oleh sebab itu

kadar ampisilin pada wanita hamil kira-kira hanya 50 dibanding saat tidak hamil

Dengan demikian penambahan dosis ampisilin perlu dilakukan selama masa

kehamilan

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmoksisilin Pada dasarnya absorpsi

amoksisilin setelah pemberian per oral jauh lebih baik dibanding ampisilin

Amoksisilin diabsorpsi secara cepat dan sempurna baik setelah pemberian oral

maupun parenteral Seperti halnya dengan ampisilin penambahan dosis amoksisilin

pada kehamilan perlu dilakukan mengingat kadarnya dalam darah ibu maupun janin

relatif rendah dibanding saat tidak hamil Dalam sirkulasi janin kadarnya hanya

sekitar seperempat sampai sepertiga kadar di sirkulasi ibu

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtSulfonmida Obat-obat yang tergolong

sulfonamida dapat melintasi plasenta dan masuk dalam sirkulasi janin dalam kadar

yang lebih rendah atau sama dengan kadarnya dalam sirkulasi ibu Pemakaian

sulfonamida pada wanita hamil harus dihindari terutama pada akhir masa kehamilan

Hal ini karena sulfonamida mampu mendesak bilirubin dari tempat ikatannya dengan

protein sehingga mengakibatkan terjadinya kern-ikterus pada bayi yang baru

dilahirkan Keadaan ini mungkin akan menetap sampai 7 hari setelah bayi lahir

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtEritromisin Pemakaian eritromisin pada wanita

hamil relatif aman karena meskipun dapat terdifusi secara luas ke hampir semua

jaringan (kecuali otak dan cairan serebrospinal) tetapi kadar pada janin hanya

mencapai 1-2 dibanding kadarnya dalam serum ibu Di samping itu sejauh ini

belum terdapat bukti bahwa eritromisin dapat menyebabkan kelainan pada janin

Kemanfaatan eritromisin untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh Chlamydia

pada wanita hamil serta pencegahan penularan ke janin cukup baik meskipun bukan

menjadi obat pilihan pertama Namun ditilik dari segi keamanan dan manfaatnya

pemakaian eritromisin untuk infeksi tersebut lebih dianjurkan dibanding antibiotika

lain misalnya tetrasiklin

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtTrimetoprim Karena volume distribusi yang

luas trimetoprim mampu menembus jaringan fetal hingga mencapai kadar yang lebih

tinggi dibanding sulfametoksazol meskipun kadarnya tidak lebih tinggi dari ibu Pada

uji hewan trimetoprim terbukti bersifat teratogen jika diberikan pada dosis besar

Meskipun belum terdapat bukti bahwa trimetoprim juga bersifat teratogen pada janin

tetapi pemakaiannya pada wanita hamil perlu dihindari Jika terpaksa harus

memberikan kombinasi trimetoprim + sulfametoksazol pada kehamilan diperlukan

pemberian suplementasi asam folet

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtNitrofurantoin Sering digunakan sebagai

antiseptik pada saluran kencing Jika diberikan pada awal kehamilan kadar

nitrofurantoin pada jaringan fetal lebih tinggi dibanding ibu tetapi kadarnya dalam

plasma sangat rendah Dengan makin bertambahnya umur kehamilan kadar

nitrofurantoin dalam plasma janin juga meningkat Sejauh ini belum terbukti bahwa

nitrofurantoin dapat meningkatkan kejadian malformasi janin Namun perhatian harus

diberikan terutama pada kehamilan cukup bulan di mana pemberian nitrofurantoin

pada periode ini kemungkinan akan menyebabkan anemia hemolitik pada janin

LKSI 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Percetakan Not BandungRagg M 2001 Obat-Obat yang paling diresepkan Arcan Jakarta

Santoso B 1995 Efek Samping Obat ed 2 Pusat Study Farmakologi Klinik dan Kebijakan Obat UGM Yogyakarta

Setiabudy S dkk 2007 Farmakologi dan Terapeutik edisi 5 FKUI JakartaSpeirs Al 1992 Ilmu Kesehatan Anak untuk Perawat ed 2 IKIPSemarang Press Semarang

Yagiela J A Frank J D Enid A N 2004 Pharmacology and Therapeutics for Dentistry Elsevier Mosby St Louis

Obat-obatan Untuk Ibu

Sebenarnya obat yang langsung ke ASI itu jumlahnya sangat kecil Sebagian kecil berpengaruh kepada bayi Secara umum menghentikan pemberian ASI lebih berbahaya daripada pengaruh obat tersebut Hanya sebagian kecil obat yang mempunyai efek samping Bayi yang berumur kurang dari satu bulan mempunyai masalah yang besar dibandingkan dengan bayi yang lebih tua Tetapi mungkin perlu dipikirkan obat alternatif untuk ibu yang menyebabkan lebih sedikit masalah Kejadian penghentian menyusui karena ibu harus minum obat adalah sangat jarang

Pada sedikit situasi menyusui merupakan kontra indikasi

Jika ibu mendapatkan obat anti kanker pemberian ASI boleh dihentikan Jika ibu mendapatkan pengobatan radioaktif ibu dapat menghentikan pemberian ASI untuk sementara Obat-obatan ini jarang digunakan

Beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang kadang-kadang menyebabkan perlunya penghentian pemberian ASI

Jika ibu mendapatkan obat psikiatrik atau anti konfulsan kadang-kadang membuat bayi (berusia kurang dari satu bulan) yang menyusui menjadi tampak lemah Khususnya jika diberikan barbiturat dan diazepam Jika memungkinkan sebaiknya diganti dengan obat lain yang mempunyai efek samping kecil Namun demikian sangat berbahaya jika mengubah pengobatan secara cepat khususnya pada kasus epilepsi

Jika tidak ada alternatif teruskan pemberian ASI dan amatilah bayinya

Jika terjadi efek samping pemberian ASI dapat dihentikan

Beberapa antibiotik perlu dihindari

Antibiotik pada umumnya aman bagi ASI dan bagi bayi Tetapi lebih baik menghindari pemberian Chloramphenikol dan tetrasiklin serta metronidazole Jika salah satu antibiotik tersebut harus diberikan kepada ibu teruskan menyusui dan amatilah bayinya Pada umumnya tidak ada masalah

Hindari pemberian sulphonamide kepada ibu khususnya jika bayi jaundice Jika obat seperti cotrimoxasole fansidar dan dapsone diperlukan berikan obat tersebut dan teruskan pemberian ASI Pertimbangkan pemberian makanan alternatif bila bayi jaundice terutama jaundice yang terjadi ketika ibu meminum obat tersebut

Obat yang menyebabkan menurunnya produksi ASI perlu dihindari

Hindari penggunaan kontrasepsi yang mengandung estrogen Hindari penggunaan Thiazide diuretik seperti Chlorotiazide karena obat ini menurunkan produksi ASI Jia mungkin carilah alternatifnya

Kebanyakan obat yang umum digunakan adalah aman pada dosis biasa

Jika ibu menyusui mendapatkan obat tetapi anda tidak yakin obat apa

1 Cek daftar obat di dalam manual 2 Anjurkan agar ibu terus menyusui sambil mencoba mengetahui obat apa yang diberikan 3 Amatilah bayi jika terjadi efek samping seperti mengantuk yang abnormal tidak nafsu makan dan

ikterus khususnya jika ibu mengkonsumsi obat untuk waktu yang lama 4 Usahakan mendapatkan saran dari petugas kesehatan yang lebih ahli seperti dokter atau apoteker 5 Jika khawatir cobalah mencari obat alternatif yang anda ketahui lebih aman 6 Jika bayi terkena efek samping dan ibu tidak mengubah penggunaan obatnya gunakanlah metode

alternatif yang aman 7 Jika bayi terkena efek samping dan anda tidak mungkin mengubah obatnya pertimbangkan cara

pemberian makanan yang lain untuk sementara waktu bila mungkin

Menyusui dan Obat-obatan untuk Ibu

Kontra indikasi pemberian ASI Obat anti kanker

Radioaktif (berhenti menyusui sementara)

Teruskan pemberian ASI Obat penyakit psikis dan anti konvulsan

(Amati efek samping pada bayi

misalnya mengantuk)

Gunakan obat alternatif Chloramfenikol tetracyclin metronidazole

Quinolone antibiotics (eg Ciprofloxacin)

Pantau kemungkinan ikterius Sulphonamides cotrimoxazole fansidar dapsone

Gunakan obat alternatif Estrogen terutama kontrasepsi berisi estrogen

(dapat menurunkan produksi ASI) Thiazide diuretic

Aman pada dosis biasa Obat-obatan paling biasa digunakan

Pantau bayi Analgesik dan antipiretik paracetakol yang diberikan untuk waktu siang asam acetil salisilik ibuprofen kadang-kadang diberikan morfin dan petidin kebanyakan obat batuk dan masuk angin antibiotik ampisilin kloxasilin dan penisilin erythromisin lain obat anti TB anti lepra anti malaria (kecuali meflokuin) antihelmint anti jamur bronchodilator (eg Salbutamol) corticosteroids antihistamin antasid obat untuk diabetes kebanyakan oabat anti-hipertensi digoksin suplemen gizi yodium zat besi dan vitamin-vitamin

Dikirim oleh (RSIA permata hati)

  • RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI
  • Hal-hal Terbaru Tentang Transfusi Darah
Page 9: RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI.docx

ini

Mungkin indikator lebih sensitif terhadap oksigenasi jaringan (misalnya pH

intramukosal) dapat menjadi indikasi untuk transfusi darah Menggunakan data

pada sebuah populasi pembedahan orthopedik variasi kadar hemoglobin tidak

berhubungan dengan lamanya hospitalisasi Namun atlit yang terlatih dan pasien-

pasien kardiak postoperatif mengalami perbaikan kemampuan fisik bila kadar

hemoglobin ditingkatkan Sebaliknya Weiskopf et al menemukan pada pasien-

pasien yang sehat penurunan konsentrasi hemoglobin hingga 50 gdl tidak

menyebabkan adanya bukti oksigenasi yang tidak adekuat Bagaimanapun juga

pasien-pasien ini tidak dipermasalahkan dengan stress pemulihan dari pembedahan

dan anesthesia Bagaimanapun juga Weiskopf et al menemukan bahwa pasien

yang tidak dapat meningkatkan cardiac outputnya dengan cara meningkatkan

denyut jantungnya sebaiknya menerima transfusi hingga kadar hemoglobin lebih

dari 10 gdl Sayangnya tidak dapat dihasilkan kesimpulan tepat dari data yang

sangat berguna tapi bersifat usulan ini

American Society of Anesthesiologists (ASA) telah mengembangkan Panduan

Praktek untuk Terapi Komponen darah Rekomendasi ASA untuk transfusi darah

adalah

Rekomendasi Sel Darah Merah

Organisasi tersebut menyimpulkan bahwa

1 Transfusi jarang diindikasikan bila konsentrasi hemoglobin lebih besar dari 10

gdL dan hampir selalu diindikasikan bila kurang dari 6 gdL khususnya bila anemia

akut

2 Apakah konsentrasi hemoglobin sedang (6-10 gdL) membutuhkan transfusi sel

darah merah harus berdasarkan resiko pasien terhadap komplikasi-komplikasi

oksigenasi yang tidak adekuat

3 Tidak disarankan hanya menggunakan pemicu hemoglobin untuk pasien yang

gagal memperbaiki semua faktor-faktor fisiologis dalam pembedahan penting yang

dapat mempengaruhi oksigenasi

4 Bila keadaan tepat penggunaan darah autolog preoperatif intraoperatif dan

postoperatif hemodilusi akut normovolemik hipotensi yang disengaja dan obat-

obatan dapat saja menguntungkan

5 Indikasi untuk transfusi sel darah merah autolog mungkin lebih baik daripada sel

darah merah alogenik karena resiko transmisi penyakit yang lebih rendah

Panduan ini menekankan pentingnya penetapan resiko pasien terhadap komplikasi

yang berhubungan dengan oksigenasi yang tidak adekuat suatu konsep yang lebih

ditekankan baru-baru ini Lebih lanjut beberapa organisasi menekankan

penggunaan tanda-tanda vital dan kehilangan darah sebagai indikator

Print Pengelompokan American College of Surgeons terhadap perdarahan Akut

Faktor I II III IV

Kehilangan darah ml up to 750 750-1500 1500-2000 ge2000

Kehilangan darah BV up to 15 15-30 30-40 ge40

Denyut nadi per menit gt100 gt100 gt120 ge140

Tekanan darah (mm Hg) Normal Normal Menurun Menurun

Tekanan nadi Normalmeningkat Menurun Menurun Menurun

Tes pengisian kapiller Normal Positif Positif Positif

Pernapasan per menit 14-20 20-30 30-40 gt35

Urine mljam ge30 20-30 5-10 dpt diabaikan

SSP (status mental) Sedikit gelisah Cukup gelisah Gelisah bingung Bingung letargi

Penggantian cairan (hukum 31) Kristaloid Kristaloid Kristaloid + darah Kristaloid

+darah

Panduan yang lebih sederhana akan sangat menolong Sebagai contoh dengan

bantuan Habibi et al panduan berikut disarankan bahwa pemberian satu unit PRC

akan meningkatkan hematokrit 3-5 Indikasinya adalah

Kehilangan darah gt 20 volume darah bila lebih dari 1000 ml

Hemoglobin lt 8 gdL

Hemoglobin lt 10 gdL dengan penyakit berat (misalnya emfisema penyakit

jantung iskemik)

Hemoglobin lt 10 gdL dengan darah autolog

Hemoglobin lt 12 gdL dan tergantung ventilator

Pertimbangannya peningkatan kapasitas pengangkutan oksigen lebih penting

daripada peningkatan volume intravaskular Karena itu penulis menekankan

pentingnya penetapan hemoglobin atau hematokrit Anjuran banyak bank darah

darah autolog lebih baik dibanding darah alogenik

II Darah Autologous dibandingkan dengan Darah Alogenik

Secara mengejutkan ada pendapat bahwa darah autolog tidak lebih aman

dibandingkan dengan darah alogenik (misalnya dari resiko infeksi) Karena itu

program darah autolog dapat saja dihapuskanSatu contoh dari penelitian seperti

itu adalah pasien-pasien histerektomi Kanter et al menemukan bahwa 25 dari 140

pasien yang mendonorkan darahnya dirinya harus ditransfusi kembali sedangkan

dari 123 pasien yang tidak mendonorkan darahnya sendiri hanya 1 yang perlu

ditransfusi Karena itu disimpulkan bahwa darah autolog sebelum operasi lebih baik

dihapuskan karena akan meningkatkan resiko transfusi darah alogenik Lebih lanjut

mereka membantah bahwa darah autolog tidak mempunyai resiko Satu dari

16000 donasi darah autolog mengalami reaksi yang cukup berat yang

membutuhkan perawatan di rumah sakit Kenyataannya beberapa komplikasi yang

berhubungan dengan transfusi darah autolog ada pada daftar di bawah

1 Anemia

2 Iskemia miokardial preoperatif dari anemia

3 Unit yang salah (1100000)

4 Transfusi darah yang lebih sering

Saran untuk pembatasan transfusi darah autolog tidak meliputi imunosupresi (lihat

diskusi selanjutnya) atau penyebaran infeksi dalam darah alogenik Sebagai contoh

dari tahun 1986 hingga 1991 ada 182 kegawatan yang berhubungan transfusi

dilaporkan ke FDA 29 (16) diantaranya disebabkan oleh kontaminasi bakterial 10

kasus infeksi Yersinia enterokolitika yang dilaporkan Hampir semua dengan darah

alogenik walaupun dua pasien juga mendapatkan darah autolog Sehingga

disimpulkan bahwa darah alogenik juga cukup beresiko

III Koagulasi

Dokter ahli anestesi mengetahui bahwa kecenderungan perdarahan sering terjadi

pada pasien-pasien yang ditransfusi secara masif Koagulopati ini disebabkan oleh

kombinasi banyaknya volume darah yang diberikan dan lamanya hipotensi atau

hipoperfusi Pasien-pasien dengan perfusi baik dan tidak hipotensi untuk jangka

waktu yang lama (misalnya gt 1 jam) dapat mentolerir banyak unit darah tanpa

menyebabkan koagulopati Nyatanya banyak pasien yang telah menerima lebih

dari 100 unit darah bertahan dengan perubahan kecil pada koagulasi Jelasnya

pasien yang hipotensif dan menerima banyak unit darah kemungkinan terjadi

koagulopati baik karena DIC maupun karena berkurangnya faktor-faktor koagulasi

karena penyimpanan darah di bank darah

Thrombositopenia dilusi merupakan penyebab diatesis hemoragik pada pasien yang

menerima banyak unit darah Walaupun penekanan utama pada hitung thrombosit

beberapa pengarang mempertanyakan peranan thrombositopenia pada koagulopati

pada pasien-pasien yang ditransfusi secara masif Mereka secara tepat menunjuk

bahwa hitung thrombosit jarang menurun serendah yang diperkirakan dari

pengenceran saja Hal ini mungkin karena thrombosit dilepaskan ke dalam sirkulasi

dari limpa sumsum tulang dan karena adanya thrombosit non fungsional Lebih

lanjut Reed et al menemukan tidak ada keuntungan pemberian thrombosit

profilaksis selama transfusi masif Thrombosit sebaiknya jangan diberikan untuk

memperbaiki hasil pemeriksaan laboratorium pada keadaan thrombositopenia

kecuali pada keadaan koagulopati klinis

Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa FFP tetap diberikan untuk pengobatan

koagulopati yang disebabkan oleh transfusi Keseluruhan peningkatan penggunaan

FFP pada tahun 1970an menyebabkan National Institutes of Health (NIH)

mengadakan konferensi untuk membahas masalah ini pada tahun 1985 Konferensi

ini menyimpulkan bahwa pemberian FFP sebagai bagian dari terapi koagulopati

yang disebabkan oleh transfusi darah masif hanya sedikit yang dapat dibuktikan

kebenarannya Bila dokter tetap ingin memberikan FFP kriteria berikut harus

ditetapkan

1 Perdarahan menyeluruh yang tidak dapat dikendalikan dengan jahitan bedah

atau kauter

2 PTT paling kurang 15 kali dari normal

3 Hitung thrombosit lebih besar daripada 70000mm (untuk menjamin bahwa

thrombositopenia bukan merupakan penyebab perdarahan)

Buletin Obat FDA baru (Juli 1989) menyimpulkan bahwa FFP sebaiknya jangan

diberikan

1 Untuk ekspansi volume sebagai suplemen nutrisi

2 Profilaksis dengan transfusi darah masif

3 Profilaksis setelah operasi By Pass

Yang lebih baru lagi ASA menyarankan pemberian FFP dengan panduan berikut

1 Untuk reversal mendesak terapi warfarin

2 Untuk koreksi defisiensi faktor pembekuan yang tidak diketahui bila konsentrat

spesifik tidak tersedia

3 Untuk koreksi perdarahan mikrovaskular bila ada peningkatan PT atau APTT

(gt15 kali normal)

4 Untuk koreksi perdarahan mikrovaskular sekunder terhadap defisiensi faktor

pembekuan pada pasien-pasien yang ditransfusi dengan lebih dari satu volume

darah dan bila PT dan PTT tidak dapat diperiksa

5 FFP harus diberikan dalam dosis yang dihitung untuk mencapai konsentrasi faktor

plasma minimum 30 (biasanya dicapai dengan pemberian FFP 10-15 mLkg )

kecuali untuk reversal mendesak antikoagulasi warfarin dimana FFP 5-8 mlkg

biasanya mencukupi Satu unit darah segar menyediakan faktor-faktor koagulasi

yang sama dengan yang terkandung dalam satu unit FFP

6 FFP dikontraindikasikan untuk tambahan volume plasma atau konsentrasi

albumin

Kesimpulan diatas berdasarkan anggapan bahwa yang diberikan adalah darah

lengkap Kebanyakan penelitian memeriksa pengaruh transfusi masif darah lengkap

pada koagulasi karena banyak pusat trauma menggunakan darah lengkap Murray

et al secara khusus mempertanyakan penggunaan PRC untuk kehilangan darah

yang banyak Pada penggunaan PRC kadar fibrinogen menurun signifikan

kebalikan dari penggunaan darah lengkap dimana kadar fibrinogen tetap tidak

berubah kecuali ada DIC (koagulasi inravaskular diseminata) Walaupun seluruh

faktor-faktor koagulasi menurun penurunan tidak sebanyak yang diperkirakan

karena pengenceran Mereka merasa bahwa faktor-faktor seperti VIII mungkin

disimpan dalam sel-sel endotelial dan dilepaskan dari endotelium selama stress

pembedahan Bila PRC digunakan untuk mengganti kehilangan darah mayor dokter

dapat mencoba memberikan FFP secara profilaksis Bagaimanapun juga Murray et

al secara khusus menyarankan untuk tidak mengikuti kebijaksanaan ini tetapi

menyatakan bahwa FFP hanya dibutuhkan bila PT dan PTT paling kurang 15 kali

normal dan kadar fibrinogen kurang dari 75 mgdL Penelitian terbaru oleh Murray

et al menunjukkan bahwa bila kehilangan volume intravaskuler digantikan dengan

PRC dan kristaloid PT dan PTT seringkali melebihi 15 kali normal

Baru-baru ini tiga pilihan dipertimbangkan oleh kebanyakan bank darah

A Detergen Pelarut Plasma dari donor multipel dikumpulkan dan diberikan

campuran pelarut penghancur lemak (tri-n-butil fosfat) dan detergen (triton x-100)

untuk menginaktivasi sampul lipid penyebab infeksi termasuk HIV HTLV HCV HBV

Baru-baru ini (1998) tersedia di Palang Merah Mempunyai beberapa kekurangan

termasuk pengumpulan yang dapat menyebabkan kontaminasi penyebab infeksi

yang beramplop

B Plasma donor tunggal yang diuji kembali untuk mempersiapkan FFP Unit (donasi

pertama) disimpan bila seluruh riwayat dan penyebab penyakit infeksi negatif Unit

tersebut tidak dilepaskan untuk digunakan hingga donor yang sama

menyumbangkan unit kedua lebih dari 3 bulan setelah donasi pertama dan lolos

pada pengujian serologik Saat itu unit pertama dilepaskan Unit kedua tidak

digunakan hingga orang tersebut kembali lebih dari 3 bulan kemudian untuk donasi

ketiga dan lolos kembali seluruh pengujian Saat itu unit kedua dapat digunakan

Pendekatan ini mempunyai keuntungan yang jelas tetapi pemberiannya rumit

C Plasma yang sering didonorkan Suatu hubungan terbalik terjadi antara jumlah

donasi yang diberikan seseorang dengan kemungkinan menjadi sero positif

Hubungan ini tidak saling bergantung pada waktu dimana donasi diberikan Yang

tampaknya mencapai reduksi maksimum insidensi sero positif pada lebih dari 4

donasi Perkiraannya adalah bahwa reduksi sero positif (dan karena itu transmisi)

hingga 13-12 gambaran saat ini

Pilihan diatas diadakan pada pertemuan di University of California San Fransisco

Transfusion Committee dan dokter akan mempunyai banyak pilihan plasma yang

lebih aman untuk pasien

IV Imunosupresi

Transfusi darah homolog menimbulkan suatu reaksi imunosupresif nonspesifik pada

resipien Efek ini bersifat terapi untuk resipien transplantasi ginjal Namun banyak

pengarang telah mengemukakan data untuk menunjukkan bahwa transfusi darah

meningkatkan suseptibilitas terhadap infeksi dan peningkatan progresi tumor

malignan Walaupun banyak faktor dapat terlibat pada pasien yang sakit keras

(misalnya pasien-pasien yang menerima transfusi darah kemungkinan punya

penyakit yang lebih luas dan invasif) bukti meyakinkan bahwa ada hubungan

antara transfusi preoperatif dan rekurensi tumor atau bertahan hidup pada pasien-

pasien dengan berbagai jenis kanker sebagaimana ditinjau oleh Schricmer et al

Mekanisme dan efek dari kanker ini tidak diketahui tetapi berhubungan dengan

peningkatan sintesis prostaglandin E penurunan generasi interleukin 2 dan produk

degradasi fibrinogen pada FFP Penemuan lanjut ini menimbulkan kekhawatiran

tentang pemberian FFP pada pasien-pasien yang imunitasnya ditekan Blumbert et

al menemukan bahwa pasien-pasien yang ditransfusi dengan PRC bertahan hidup

lebih baik daripada pasien-pasien yang menerima darah lengkap Hasilnya

Schriemer et al menyarankan untuk memberikan PRC dibanding darah lengkap bila

transfusi diindikasikan pada pasien-pasien kanker

Terbaru Landers et al telah meninjau mekanisme imunomodulasi yang disebabkan

tranfusi (Tabel 3) dan penurunan fungsi imun setelah transfusi darah alogenik atau

homolog (Tabel 4)

Table 3 Mekanisme Modulasi Imun yang ditimbulkan oleh Transfusi

Penumpukan Fe pada sistem RE mengakibatkan berbagai perubahan

Penurunan aktifitas makrofag yang dapat menangkap antigen kelas II oleh

monosit yang memproduksi prostaglandin E2 sehingga menghambat produksi IL-2

Inhibisi interleukin-2 oleh limfositT akan menurunkan stimulasi sel B dan produksi

antibodi

Teori deplesi klonal ndash sel-sel yang rusak akan menolak proses graft

Penurunan produksi limfosit T supressor

Pembentukan anti-idiotipik T cell receptor atau antibodi yang dapat melawan

antigen pada transfusi darah akan bangkit dan membentuk antigen yang baru

Dari Landers etal Anesth Analg 199682187

Table 4 Penurunan Fungsi Imun akibat Transfusi Darah Allogenik

Pengurangan respon limfosit

Penurunan produksi sitokin

Penurunan respon terhadap mitogen (subtansi yang menstimulasi mitosis dan

perubahan limfosit) atau antigen larut in vivo atau in vitro

Peningkatan jumlah atau fungsi sel supresor

Penurunan aktivitas sel pembunuh alami

Penurunan fungsi monosit

Penurunan sitotoksisitas yang di mediasi sel terhadap sel-sel target tertentu

Peningkatan produksi mediator dan antibodi anti idotipik supresif

Dari Landers etal Anesth Analg 199682187 (33)

V Terapi Komponen

A Thrombosit

Sebagiamana diindikasikan sebelumnya terdapat kekhawatiran bahwa produk-

produk darah homolog telah diberikan secara tidak tepat FDA Drug Bulletin Juli

1989 mencoba memberi panduan dan menyatakan bahwa thrombosit tidak boleh

diberikan

1 Kepada pasien-pasien dengan ITP (kecuali bila ada perdarahan yang mengancam

jiwa)

2 Profilaksis transfusi darah massif

3 Profilaksis pada cardiopulmonar bypass

FDA tidak menyatakan bahwa pada pasien yang menjalankan pembedahan atau

prosedur invasif lain tidak diuntungkan dari transfusi thrombosit profilaksis bila

hitung thrombosit paling kurang 50000mm3 dan thrombositopenia merupakan

satu-satunya kelainan

ASA task force baru-baru ini menyarankan bahwa

1 Transfusi thrombosit profilaksis tidak efektif dan jarang kali diindikasikan bila

thrombositopenia berhubungan dengan peningkatan destruksi thrombosit

(misalnya ITP)

2 Tranfusi thrombosit profilaksis jarang diindikasikan pada pasien-pasien bedah

dengan thrombositopenia yang berhubungan dengan penurunan produksi

thrombosit bila hitung thrombosit lebih besar daripada 100000mm3 dan biasanya

diindikasikan bila hitung thrombosit lebih rendah dari 50000mm3 Penentuan

apakah pasien-pasien dengan hitung thrombosit pada tingkat menengah (50000-

100000mm3) membutuhkan terapi harus berdasarkan pada resiko perdarahan

3 Pasien-pasien bedah dan obstetrik dengan perdarahan mikrovaskular biasanya

membutuhkan transfusi thrombosit bila hitung thrombosit lebih kecil dari

50000mm3 dan jarang membutuhkan transfusi bila lebih besar dari 100000mm3

Jika hitung thrombosit antara 50000-100000mm3) penentuan harus didasarkan

pada resiko pasien untuk perdarahan yang lebih signifikan

4 Persalinan pervaginam atau operatif dengan kehilangan darah yang sedikit dapat

dilakukan pada pasien-pasien dengan hitung thrombosit kurang dari 50000mm3

5 Transfusi thrombosit dapat diindikasikan bila hitung thrombosit cukup tetapi

terdapat disfungsi thrombosit dan perdarahan mikrovaskular

Transfusi thrombosit dibutuhkan untuk pasien-pasien dengan perdarahan sistemik

dan untuk pasien-pasien dengan resiko tinggi perdarahan yang disebabkan oleh

gangguan koagulasi sepsis atau disfungsi thrombosit yang berhubungan dengan

pengobatan atau penyakit Jelasnya maksudnya adalah untuk membuat dokter

lebih tepat dalam menetapkan indikasi transfusi thrombosit Karena peningkatan

kekhawatiran tentang kontaminasi bakterial kini sangat disarankan tiap pasien

yang menjadi demam setelah menerima konsentrat thrombosit harus dianggap

septik hingga terbukti sebaliknya

B Kriopresipitat

Kriopresipitat mengandung faktor VIIIC (aktivitas prokoagulan) faktor VIIIvWF

(faktor von Willebrand ) fibrinogen faktor XIII dan fibronektin yang merupakan

glikoprotein yang berperan pada peningkatan aktivitas sistem RES dalam

membunuh partikel asing dan bakteri dari darah

Terdapatnya fibrinogen yang rendah pada PRC sehingga ASA task force

menyarankan pemberian kriopresipitat untuk

1 Profilaksis pada pasien-pasien non perdarahan perioperiatif atau peripartum

dengan defisiensi fibrinogen kongenital atau penyakit von Willebrand yang tidak

berespon terhadap DDAVP (bila memungkinkan keputusan ini harus dibuat dengan

konsultasi dengan hematolog pasien tersebut)

2 Pasien-pasien perdarahan dengan penyakit von Willebrand

3 Koreksi perdarahan mikrovaskular pada pasien-pasien dengan transfusi massif

dengan konsentrasi fibrinogen kurang dari 80-100 mgdL (atau bila konsentrasi

fibrinogen tidak dapat diukur pada saat itu)

Darah lengkap harus diberikan pada transfusi darah massif karena PRC kurang

mengandung faktor koagulasi

Konsentrat faktor VIII merupakan terapi standar untuk hemofilia Teknik rekombinan

DNA terbaru telah digunakan untuk mengembangkan faktor VIII yang bebas

transmisi penyakit

VI Komplikasi

Dengan memperhitungkan pertimbangan di atas insidensi dari reaksi yang

merugikan adalah

Reaksi yang merugikan terhadap Transfusi

Tipe reaksi Insidensi

Reaksi febril 1 dari transfusi PRC

Reaksi alergi (urtikaria) 20 dari transfusi platelet

Rekasi transfusi hemolitik akut 11000 reaksi transfusi

Rekasi transfusi lambat ~ 133000 U PRC

Penyakit graft vs host (GVHD) ~ 12500 U PRC

Udem paru akut yang berhubungan

dengan transfusi (TRALI) 110000 U PRC

Dari Principles of Anesthetic Techniques and Anesthetic Emergencies

Darah yang telah bersih dari leukosit dapat menurunkan kejadian imunosupresi dan

insidensi banyak reaksi transfusi

VII Darah Sintetik

Karena banyak masalah termasuk yang terdaftar di atas dengan allogenik banyak

perusahaan mencoba membuat hemoglobin sintetik Produk ini telah diberikan pada

sukarelawan manusia dan pasien-pasien dengan keberhasilan yang cukup Hal ini

diungkapkan oleh Dietz et al pada Anesthesia amp Analgesia Februari 1996 Dasarnya

produk-produk ini

1 Larutan hemoglobin bebas stroma yang mengandung sejumlah modifikasi dari

molekul hemoglobin

2 Hemoglobin rekayasa genetik (misalnya Ecoli menghasilkan sel darah merah

manusia)

3 Larutan hemoglobin liposome-encapsulated mengandung hemoglobin dengan

membran sintetik

4 Perfluorokarbon larutan organik dengan kelarutan oksigen tinggi

Untuk mencegah banyak komplikasi seperti kerusakan ginjal pelepasan

endotoksin dan lain-lain berbagai pendekatan telah digunakan seperti cross-link

polimerisasi dan konjugator baik dengan kimiawi maupun tehnik genetik

sebagaimana diringkaskan dibawah

Tabel 5 Pengganti Sel darah Merah

Aktivitas Efisiensi

(efek biologis) (keuntungan untuk pasien)

Transpor O2 Penurunan penggunaan produk-produk darah

Bantuan hidup selama anemia berat Penurunan morbiditas dan mortalitas yang

berhubungan dengan transfusi

Resusitasi cairan Penggunaan pada lingkungan yang secara logistik sulit

Awalnya produk-produk ini dipandang sebagai pengganti darah Meskipun aman

tapi sulit disediakan oleh bank darah Kriteria FDA terhadap efisiensi sulit

diterapkan Sekarang lebih menekankan pada kemampuan transpor oksigennya

yang akan didiskusikan

Berbagai penelitian fase II and III telah dan sedang dilaksanakan Sejauh ini

kebanyakan produk menyebabkan hipertensi ringan dan peningkatan konsentrasi

amilase dan lipase yang signifikansinya masih harus ditetapkan

Kewaspadaan Pada GraviidaObat Efek Samping Utama Keterangan1048729 Kloramfenikol Gray-baby sindrom (kolapssirkulasi pd neonatus) anemiaHindari pemberian pd trimester 3masa laktasi amp neonatus1048729 SulfonamidDapsonRisiko hemolisis amp ikterus Hindari pemberian pd trimester 3 ampmasa laktasi1048729 Trimetoprim Hindari pemberian pd trimester 3

Obat Efek Samping Utama Keterangan1048729 Kloramfenikol Gray-baby sindrom (kolapssirkulasi pd neonatus) anemiaHindari pemberian pd trimester 3masa laktasi amp neonatus1048729 SulfonamidDapsonRisiko hemolisis amp ikterus Hindari pemberian pd trimester 3 ampmasa laktasi1048729 Trimetoprim Hindari pemberian pd trimester 3KotrimoksazolTeratogenik1048729 Eritromisin Hepatotoksik gangguan GIT Terutama pada sang ibu1048729 Penisilin ampSefalosporinHipersensitivitas rx alergigangguan GITbull Ruam amp diare pd neonatusbull Ko-amoksiklav sebaiknya dihindaripd kehamilanOtotoksik Gangguan pendengaran bisamempengaruhi ibu amp

Ibu Hamil Membutuhkan Antibiotik

Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) antibiotik

merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh mikroba untuk menghambat

pertumbuhan dan membasmi mikroba jenis lain Awalnya antibiotik hanya

ada beberapa namun saat ini sudah ditemukan berbagai jenis antibiotik

yang mampu mengatasi penyakit infeksi lanjutan Antibiotik bekerja untuk

melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri bukan virus Penggunaan

antibiotik tidak boleh sembarangan karena akan mendatangkan bahaya bagi

tubuh Prinsip yang harus diketahui antibiotik hanya digunakan jika ada

infeksi yang disebabkan oleh kuman bakteri

Obat-obatan antibiotik itu termasuk obat keras yang membantu tubuh untuk membunuh

kuman ataupun bakteri yang masuk dan tidak bisa dilawan dengan sistem kekebalan tubuh

Karena obat-obatan ini bekerja dengan sistem penghancuran total maka tidak hanya bakteri saja

sel tubuh kita yang terinfeksi dan disekitarnya akan ikut terkena guna menghilangkan

kesempatan masih ada sisa-sisa koloni bakteri yang mungkin bersembunyi Oleh karena itu

pemberian obat antibiotik harus tuntas sampai seluruh koloni bakteri benar-benar habis

terbunuh jika tidak maka dapat dipastikan bakteri itu bisa bersiap diri untuk menyerang

kembali atau bahkan bisa juga bakteri-bakteri itu menjadi resisten dengan obat tersebut dan

kalau sudah begitu diperlukan antibiotik generasi lebih tinggi untuk membunuh kuman Oleh

karena efek membunuh yang kuat jika seorang pasien diberi obat antibiotik harus dipastikan

sistem kekebalan tubuh pasien itu juga kuat Karena untuk melawan efek dari antibiotik itu

sendiri dan untuk sistem self-recovery mengganti sel-sel tubuh yang telah rusak

Pengaruh buruk obat terhadap janin dapat bersifat toksik teratogenik maupun letal

tergantung pada sifat obat dan umur kehamilan paga saat minum obat Pengaruh toksik adalah

jika obat yang diminum selama masa kehamilan menyebabkan terjadinya gangguan fisiologik

atau bio-kimiawi dari janin yang dikandung dan biasanya gejalanya baru muncul beberapa saat

setelah kelahiran Pengaruh obat bersifat teratogenik jika menyebabkan terjadinya malformasi

anatomik pada petumbuhan organ janin Pengaruh teratogenik ini biasanya terjadi pada dosis

subletal Sedangkan pengaruh obat yang bersifa letal adalah yang mengakibatkan kematian janin

dalam kandungan Secara umum pengaruh buruk obat pada janin dapat beragam sesuai dengan

fase-fase berikut

lt--[if supportLists]--gt1 lt--[endif]--gtFase implantasi yaitu pada umur kehamilan

kurang dari 3 minggu Pada fase ini obat dapat memberi pengaruh buruk atau

mungkin tidak sama sekali Jika terjadi pengaruh buruk biasanya menyebabkan

kematian embrio atau berakhirnya kehamilan (abortus)

lt--[if supportLists]--gt2 lt--[endif]--gtFase embional atau organogenesis yaitu pada

umur kehamilan antara 4-8 minggu Pada fase ini terjadi diferensiasi pertumbuhan

untuk terjadinya malformasi anatomik (pengaruh teratogenik) Berbagai pengaruh

buruk yang mungkin terjadi pada fase ini antara lain

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtGangguan fungsional atau metabolik yang

permanen yang biasanya baru muncul kemudian jadi tidak timbul secara

langsung pada saat kehamilan Misalnya pemakaian hormon dietilstilbestrol pada

trimester pertama kehamilan terbukti berkaitan dengan terjadinya adenokarsinoma

vagina pada anak perempuan di kemudian hari (pada saat mereka sudah dewasa)

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtPengaruh letal berupa kematian janin atau

terjadinya abortus

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtPengaruh sub-letal yang biasanya dalam

bentuk malformasi anatomis pertumbuhan organ seperti misalnya fokolemia

karena talidomid

lt--[if supportLists]--gt3 lt--[endif]--gtFase fetal yaitu pada trimester kedua dan ketiga

kehamilan Dalam fase ini terjadi maturasi dan pertumbuhan lebih lanjut dari janin

Pengaruh buruk senyawa asing terhadap janin pada fase ini tidak berupa malformasi

anatomik lagi tetapi mungkin dapat berupa gangguan pertumbuhan baik terhadap

fungsi-fungsi fisiologik atau biokimiawi organ-organ Demikian pula pengaruh obat

yang dialami ibu dapat pula dialami janin meskipun mungkin dalam derajat yang

berbeda Sebagai contoh adalah terjadinya depresi pernafasan neonatus karena selama

masa akhir kehamilan ibu mengkonsumsi obat-obat seperti analgetika-narkotik atau

terjadinya efek samping pada sistem ekstrapiramidal setelah pemakaian fenotiazin

Secara umumsetiap obat dibagi dalam kategori (A B C D dan X) berdasarkan tingkat

resiko saat kehamilan

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori A

Hanya beberapa obat saja yang termasuk kategori A di mana obat tersebut tidak

berbahaya bila dikonsumsi pada trisemester pertama saat kehamilan Contoh obat

adalah Nystatin vaginal (Mycostatin)

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori B

Obat kategori B meliputi obat-obat yang pengalaman pemakainya pada wanita hamil

masih terbatas tetapi tidak terbukti meningkatkan frekuensi malformasi atau

pengaruh buruk lainnya pada janin Mengingat terbatasnya pengalaman pemakaian

pada wanita hamil maka obat-obat kategori B dibagi lagi berdasarkan temuan-

temuan pada studi toksikologi pada hewan yaitu

B1 Dari penelitian pada hewan tidak terbukti meningkatnya kejadian kerusakan janin

(fetal damage) Contoh obat-obat yang termasuk pada kelompok ini misalnya

simetidin dipiridamol dan spektinomisin

B2 Data dari penilitian pada hewan belum memadai tetapi ada petunjuk tidak

meningkatnya kejadian kerusakan janin tikarsilin amfoterisin dopamin asetilkistein

dan alkaloid belladona adalah obat-obat yang masuk dalam kategori ini

B3 Penelitian pada hewan menunjukkan peningkatan kejadian kerusakan janin tetapi

belum tentu bermakna pada manusia Sebagai contoh adalah karbamazepin

pirimetamin griseofulvin trimetoprim dan mebendazol

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori C

Beberapa ada di kategori ini karena tidak ada informasi yang cukup dan beberapa

obat member efek buruk pada hewan percobaan tetapi tidak ada konfirmasi ataupun

pemberitahuan adanya masalah yang timbul seperti kelahiran yang cacat pada

manusia Merupakan obat-obat yang dapat memberi pengaruh buruk pada janin tanpa

disertai malformasi anatomik semata-mata karena efek farmakologiknya Yang

termasuk kategori C yaitu Baktirm Trimetropim Biaxin Cipro Diflucan Monistat

Terazol Isoniazid Rifampin dan Vermox

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori D

Pada kategori ini obat memberi efek yang buruk pada kehamilan dan sebaiknya

tidak digunakan kecuali tidak ada alternatif lain Contohnya adalah Tetrasiklin

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori X

Obat-obat yang masuk dalam kategori ini adalah yang telah terbukti mempunyai

risiko tinggi terjadinya pengaruh buruk yang menetap (irreversibel) pada janin jika

diminum pada masa kehamilan Obat dalam kategori ini merupakan kontraindikasi

mutlak selama kehamilan Sebagai contoh adalah isotretionin dan dietilstilbestrol

Untuk keadaan hamil apalagi masih dalam trimester ketiga pemberian antibiotik bisa

sangat membahayakan janin karena hampir semua antibiotik memberikan efek samping mual

muntah pusing dan gangguan sistem pencernaan Efek-efek samping yang ditimbulkan juga

akan menekan kehamilan Bahkan ada antibiotik yang bisa menembus sampai ke sistem

kelenjar cairan seperti liur kelenjar getah bening cairan otak dan ASI Jika pada masa

menyusui minum antibiotik maka obat akan merembes di ASI dan bayi akan minum ASI

bercampur obat bisa dibayangkan apa yang akan terjadi

Obat-obat antibiotik yang perlu perhatian khusus atau tidak boleh diminum untuk ibu

hamil dan menyusui

lt--[if supportLists]--gt1 lt--[endif]--gtGolongan Aminoglikosida (biasanya dalam

turunan garam sulfate-nya) seperti amikacin sulfate tobramycin sulfate dibekacin

sulfate gentamycin sulfate kanamycin sulfate dan netilmicin sulfate

Aminoglikosida dimasukkan dalam kategori obat D yang penggunaannya oleh

wanita hamil diketaui meningkatkan angka kejadian malformasi dan kerusakan janin

yang bersifat ireversibel Pemberian aminoglikosida pada wanita hamil sangat tidak

dianjurkan Selain itu aminoglikosida juga mempunyai efek samping nefrotoksik dan

ototoksik pada ibu dan juga dapat menimbulkan kerusakan ginjal tingkat seluler

pada janin terutama jika diberikan pada periode organogeneis Kerusakan saraf

kranial VIII juga banyak terjadi pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang

mendapat aminoglikosida pada kehamilan

lt--[if supportLists]--gt2 lt--[endif]--gtGolongan Sefalosporin seperti cefuroxime

acetyl cefotiam diHCl cefotaxime Na cefoperazone Na ceftriaxone Na cefazolin

Na cefaclor dan turunan garam monohydrate-nya cephadrine dan ceftizoxime Na

Sama halnya dengan penisilin sefalosporin relatif aman jika diberikan pada trimester

pertama kehamilan Kadar sefalosporin dalam sirkulasi janin meningkat selama

beberapa jam pertama setelah pemberian dosis pada ibu tetapi tidak terakumulasi

setelah pemberian berulang atau melalui infus Sejauh ini belum ada bukti bahwa

pengaruh buruk sefalosporin seperti misalnya anemia hemolitik dapat terjadi pada

bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu yang mendapat sefalosporin pada trimester

terakhir kehamilan

lt--[if supportLists]--gt3 lt--[endif]--gtGolongan Kloramfenikol seperti

Kloramfenikol dan thiamfenicol

Kloramfenikol bila diberikan menjelang persalinan dapat mengakibatkan kolaps

sirkulasi pada neonatus Pemberian kloramfenikol pada wanita hamil terutama pada

trimester II dan III di mana hepar belum matur dapat menyebabkan angka

terjadinya sindroma Grey pada bayi ditandai dengan kulit sianotik (sehingga bayi

tampak keabuabuan) hipotermia muntah abdomen protuberant dan menunjukkan

reaksi menolak menyusu di samping pernafasan yang cepat amp tidak teratur serta

letargi Kloramfenikol dimasukkan dalam kategori C yaitu obat yang karena efek

farmakologiknya dapat menyebabkan pengaruh buruk pada janin tanpa disertai

malformasi anatomik Pengaruh ini dapat bersifat reversibel Pemberian

kloramfenikol selama kehamilan sejauh mungkin dihindari terutama pada minggu-

minggu terakhir menjelang kelahiran dan selama menyusui

lt--[if supportLists]--gt4 lt--[endif]--gtGolongan Makrolid seperti clarithomycin

roxirhromycin erythromycin spiramycin dan azithromycin

lt--[if supportLists]--gt5 lt--[endif]--gtGolongan Penicillin seperti amoxicillin

turunan tridydrate dan turunan garam Na-nya

Obat-obat yang termasuk dalam golongan penisilin dapat dengan mudah menembus

plasenta dan mencapai kadar terapetik baik pada janin maupun cairan amnion

Penisilin relatif paling aman jika diberikan selama kehamilan meskipun perlu

pertimbangan yang seksama dan atas indikasi yang ketat mengingat kemungkinan

efek samping yang dapat terjadi pada ibu

lt--[if supportLists]--gt6 lt--[endif]--gtGolongan Kuinolon seperti ciprofloxacin dan

turunan garam HCl-nya ofloxacin sparfloxacin dan norfloxacin

lt--[if supportLists]--gt7 lt--[endif]--gtGolongan Tetrasiklin seperti doxycycline

tetracyclin dan turunan HCl-nya (tidak boleh untuk wanita hamil) dan oxytetracylin

(tidak boleh untuk wanita hamil)

Tetraskilin adalah jenis antibiotik yang merupakan anti bakteri yang luas sebagai

penghambat dan pembunuh bakteri gram positif dan gram negatif Merupakan zat

kelasi yang mempunyai afinitas dengan kalsium dan basa yang sukar larut dalam air

tetapi bentuk garam natrium atau garam HCL-nya mudah larut Dalam keadaadn

kering bentuk basa dan garam HCL tetrasiklin bersifat relative stabil Sedangkan

dalam larutan kebanyakan tetrasiklin sangat labil sehingga cepat berkurang

potensinya Efek tetrasiklin semakin fatal pada ibu hamil trimester pertama

Sehingga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang mikromelia dan

sindaktil Pembentukan tulang baru mulai pada trimester kedua Oleh karena itu

pemberian pada trismester kedua dapat mengakibatkan peubahan warna kekuningan

yang permanen pada gigi susu dan hipoplasia enamel Meskipun demikian gigi yang

kekuningan tersebut lebih tahan terhadap karies dibandingkan gigi normal

Sedangkan pemberian pada bulan ke 4 kehidupan janin sampai akhir tahun pertama

dapat menimbulkan kelainan warna gigi Wanita hamil atau masa nifas dengan

pielonefritis atau gangguan fungsi ginjal lain cendrung menderita kerusakan hati

akibat pemberian golongan tetrasiklin Tapi saat ini tetraskilin sudah jarang diberikan

kepada ibu hamil dan anak anak

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmpilisin Segi keamanan baik bagi ibu maupun

janin relatif cukup terjamin Kadar ampisilin dalam sirkulasi darah janin meningkat

secara lambat setelah pemberiannya pada ibu dan bahkan sering melebihi kadarnya

dalam sirkulasi ibu Pada awal kehamilan kadar ampisilin dalam cairan amnion

relatif rendah karena belum sempurnanya ginjal janin di samping meningkatnya

kecepatan aliran darah antara ibu dan janin pada masa tersebut Tetapi pada periode

akhir kehamilan di mana ginjal dan alat ekskresi yangi lain pada janin telah matur

kadarnya dalam sirkulasi janin justru lebih tinggi dibanding ibu Farmakokinetika

ampisilin berubah menyolok selama kehamilan Dengan meningkatnya volume

plasma dan cairan tubuh maka meningkat pula volume distribusi obat Oleh sebab itu

kadar ampisilin pada wanita hamil kira-kira hanya 50 dibanding saat tidak hamil

Dengan demikian penambahan dosis ampisilin perlu dilakukan selama masa

kehamilan

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmoksisilin Pada dasarnya absorpsi

amoksisilin setelah pemberian per oral jauh lebih baik dibanding ampisilin

Amoksisilin diabsorpsi secara cepat dan sempurna baik setelah pemberian oral

maupun parenteral Seperti halnya dengan ampisilin penambahan dosis amoksisilin

pada kehamilan perlu dilakukan mengingat kadarnya dalam darah ibu maupun janin

relatif rendah dibanding saat tidak hamil Dalam sirkulasi janin kadarnya hanya

sekitar seperempat sampai sepertiga kadar di sirkulasi ibu

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtSulfonmida Obat-obat yang tergolong

sulfonamida dapat melintasi plasenta dan masuk dalam sirkulasi janin dalam kadar

yang lebih rendah atau sama dengan kadarnya dalam sirkulasi ibu Pemakaian

sulfonamida pada wanita hamil harus dihindari terutama pada akhir masa kehamilan

Hal ini karena sulfonamida mampu mendesak bilirubin dari tempat ikatannya dengan

protein sehingga mengakibatkan terjadinya kern-ikterus pada bayi yang baru

dilahirkan Keadaan ini mungkin akan menetap sampai 7 hari setelah bayi lahir

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtEritromisin Pemakaian eritromisin pada wanita

hamil relatif aman karena meskipun dapat terdifusi secara luas ke hampir semua

jaringan (kecuali otak dan cairan serebrospinal) tetapi kadar pada janin hanya

mencapai 1-2 dibanding kadarnya dalam serum ibu Di samping itu sejauh ini

belum terdapat bukti bahwa eritromisin dapat menyebabkan kelainan pada janin

Kemanfaatan eritromisin untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh Chlamydia

pada wanita hamil serta pencegahan penularan ke janin cukup baik meskipun bukan

menjadi obat pilihan pertama Namun ditilik dari segi keamanan dan manfaatnya

pemakaian eritromisin untuk infeksi tersebut lebih dianjurkan dibanding antibiotika

lain misalnya tetrasiklin

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtTrimetoprim Karena volume distribusi yang

luas trimetoprim mampu menembus jaringan fetal hingga mencapai kadar yang lebih

tinggi dibanding sulfametoksazol meskipun kadarnya tidak lebih tinggi dari ibu Pada

uji hewan trimetoprim terbukti bersifat teratogen jika diberikan pada dosis besar

Meskipun belum terdapat bukti bahwa trimetoprim juga bersifat teratogen pada janin

tetapi pemakaiannya pada wanita hamil perlu dihindari Jika terpaksa harus

memberikan kombinasi trimetoprim + sulfametoksazol pada kehamilan diperlukan

pemberian suplementasi asam folet

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtNitrofurantoin Sering digunakan sebagai

antiseptik pada saluran kencing Jika diberikan pada awal kehamilan kadar

nitrofurantoin pada jaringan fetal lebih tinggi dibanding ibu tetapi kadarnya dalam

plasma sangat rendah Dengan makin bertambahnya umur kehamilan kadar

nitrofurantoin dalam plasma janin juga meningkat Sejauh ini belum terbukti bahwa

nitrofurantoin dapat meningkatkan kejadian malformasi janin Namun perhatian harus

diberikan terutama pada kehamilan cukup bulan di mana pemberian nitrofurantoin

pada periode ini kemungkinan akan menyebabkan anemia hemolitik pada janin

LKSI 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Percetakan Not BandungRagg M 2001 Obat-Obat yang paling diresepkan Arcan Jakarta

Santoso B 1995 Efek Samping Obat ed 2 Pusat Study Farmakologi Klinik dan Kebijakan Obat UGM Yogyakarta

Setiabudy S dkk 2007 Farmakologi dan Terapeutik edisi 5 FKUI JakartaSpeirs Al 1992 Ilmu Kesehatan Anak untuk Perawat ed 2 IKIPSemarang Press Semarang

Yagiela J A Frank J D Enid A N 2004 Pharmacology and Therapeutics for Dentistry Elsevier Mosby St Louis

Obat-obatan Untuk Ibu

Sebenarnya obat yang langsung ke ASI itu jumlahnya sangat kecil Sebagian kecil berpengaruh kepada bayi Secara umum menghentikan pemberian ASI lebih berbahaya daripada pengaruh obat tersebut Hanya sebagian kecil obat yang mempunyai efek samping Bayi yang berumur kurang dari satu bulan mempunyai masalah yang besar dibandingkan dengan bayi yang lebih tua Tetapi mungkin perlu dipikirkan obat alternatif untuk ibu yang menyebabkan lebih sedikit masalah Kejadian penghentian menyusui karena ibu harus minum obat adalah sangat jarang

Pada sedikit situasi menyusui merupakan kontra indikasi

Jika ibu mendapatkan obat anti kanker pemberian ASI boleh dihentikan Jika ibu mendapatkan pengobatan radioaktif ibu dapat menghentikan pemberian ASI untuk sementara Obat-obatan ini jarang digunakan

Beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang kadang-kadang menyebabkan perlunya penghentian pemberian ASI

Jika ibu mendapatkan obat psikiatrik atau anti konfulsan kadang-kadang membuat bayi (berusia kurang dari satu bulan) yang menyusui menjadi tampak lemah Khususnya jika diberikan barbiturat dan diazepam Jika memungkinkan sebaiknya diganti dengan obat lain yang mempunyai efek samping kecil Namun demikian sangat berbahaya jika mengubah pengobatan secara cepat khususnya pada kasus epilepsi

Jika tidak ada alternatif teruskan pemberian ASI dan amatilah bayinya

Jika terjadi efek samping pemberian ASI dapat dihentikan

Beberapa antibiotik perlu dihindari

Antibiotik pada umumnya aman bagi ASI dan bagi bayi Tetapi lebih baik menghindari pemberian Chloramphenikol dan tetrasiklin serta metronidazole Jika salah satu antibiotik tersebut harus diberikan kepada ibu teruskan menyusui dan amatilah bayinya Pada umumnya tidak ada masalah

Hindari pemberian sulphonamide kepada ibu khususnya jika bayi jaundice Jika obat seperti cotrimoxasole fansidar dan dapsone diperlukan berikan obat tersebut dan teruskan pemberian ASI Pertimbangkan pemberian makanan alternatif bila bayi jaundice terutama jaundice yang terjadi ketika ibu meminum obat tersebut

Obat yang menyebabkan menurunnya produksi ASI perlu dihindari

Hindari penggunaan kontrasepsi yang mengandung estrogen Hindari penggunaan Thiazide diuretik seperti Chlorotiazide karena obat ini menurunkan produksi ASI Jia mungkin carilah alternatifnya

Kebanyakan obat yang umum digunakan adalah aman pada dosis biasa

Jika ibu menyusui mendapatkan obat tetapi anda tidak yakin obat apa

1 Cek daftar obat di dalam manual 2 Anjurkan agar ibu terus menyusui sambil mencoba mengetahui obat apa yang diberikan 3 Amatilah bayi jika terjadi efek samping seperti mengantuk yang abnormal tidak nafsu makan dan

ikterus khususnya jika ibu mengkonsumsi obat untuk waktu yang lama 4 Usahakan mendapatkan saran dari petugas kesehatan yang lebih ahli seperti dokter atau apoteker 5 Jika khawatir cobalah mencari obat alternatif yang anda ketahui lebih aman 6 Jika bayi terkena efek samping dan ibu tidak mengubah penggunaan obatnya gunakanlah metode

alternatif yang aman 7 Jika bayi terkena efek samping dan anda tidak mungkin mengubah obatnya pertimbangkan cara

pemberian makanan yang lain untuk sementara waktu bila mungkin

Menyusui dan Obat-obatan untuk Ibu

Kontra indikasi pemberian ASI Obat anti kanker

Radioaktif (berhenti menyusui sementara)

Teruskan pemberian ASI Obat penyakit psikis dan anti konvulsan

(Amati efek samping pada bayi

misalnya mengantuk)

Gunakan obat alternatif Chloramfenikol tetracyclin metronidazole

Quinolone antibiotics (eg Ciprofloxacin)

Pantau kemungkinan ikterius Sulphonamides cotrimoxazole fansidar dapsone

Gunakan obat alternatif Estrogen terutama kontrasepsi berisi estrogen

(dapat menurunkan produksi ASI) Thiazide diuretic

Aman pada dosis biasa Obat-obatan paling biasa digunakan

Pantau bayi Analgesik dan antipiretik paracetakol yang diberikan untuk waktu siang asam acetil salisilik ibuprofen kadang-kadang diberikan morfin dan petidin kebanyakan obat batuk dan masuk angin antibiotik ampisilin kloxasilin dan penisilin erythromisin lain obat anti TB anti lepra anti malaria (kecuali meflokuin) antihelmint anti jamur bronchodilator (eg Salbutamol) corticosteroids antihistamin antasid obat untuk diabetes kebanyakan oabat anti-hipertensi digoksin suplemen gizi yodium zat besi dan vitamin-vitamin

Dikirim oleh (RSIA permata hati)

  • RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI
  • Hal-hal Terbaru Tentang Transfusi Darah
Page 10: RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI.docx

yang berhubungan dengan oksigenasi yang tidak adekuat suatu konsep yang lebih

ditekankan baru-baru ini Lebih lanjut beberapa organisasi menekankan

penggunaan tanda-tanda vital dan kehilangan darah sebagai indikator

Print Pengelompokan American College of Surgeons terhadap perdarahan Akut

Faktor I II III IV

Kehilangan darah ml up to 750 750-1500 1500-2000 ge2000

Kehilangan darah BV up to 15 15-30 30-40 ge40

Denyut nadi per menit gt100 gt100 gt120 ge140

Tekanan darah (mm Hg) Normal Normal Menurun Menurun

Tekanan nadi Normalmeningkat Menurun Menurun Menurun

Tes pengisian kapiller Normal Positif Positif Positif

Pernapasan per menit 14-20 20-30 30-40 gt35

Urine mljam ge30 20-30 5-10 dpt diabaikan

SSP (status mental) Sedikit gelisah Cukup gelisah Gelisah bingung Bingung letargi

Penggantian cairan (hukum 31) Kristaloid Kristaloid Kristaloid + darah Kristaloid

+darah

Panduan yang lebih sederhana akan sangat menolong Sebagai contoh dengan

bantuan Habibi et al panduan berikut disarankan bahwa pemberian satu unit PRC

akan meningkatkan hematokrit 3-5 Indikasinya adalah

Kehilangan darah gt 20 volume darah bila lebih dari 1000 ml

Hemoglobin lt 8 gdL

Hemoglobin lt 10 gdL dengan penyakit berat (misalnya emfisema penyakit

jantung iskemik)

Hemoglobin lt 10 gdL dengan darah autolog

Hemoglobin lt 12 gdL dan tergantung ventilator

Pertimbangannya peningkatan kapasitas pengangkutan oksigen lebih penting

daripada peningkatan volume intravaskular Karena itu penulis menekankan

pentingnya penetapan hemoglobin atau hematokrit Anjuran banyak bank darah

darah autolog lebih baik dibanding darah alogenik

II Darah Autologous dibandingkan dengan Darah Alogenik

Secara mengejutkan ada pendapat bahwa darah autolog tidak lebih aman

dibandingkan dengan darah alogenik (misalnya dari resiko infeksi) Karena itu

program darah autolog dapat saja dihapuskanSatu contoh dari penelitian seperti

itu adalah pasien-pasien histerektomi Kanter et al menemukan bahwa 25 dari 140

pasien yang mendonorkan darahnya dirinya harus ditransfusi kembali sedangkan

dari 123 pasien yang tidak mendonorkan darahnya sendiri hanya 1 yang perlu

ditransfusi Karena itu disimpulkan bahwa darah autolog sebelum operasi lebih baik

dihapuskan karena akan meningkatkan resiko transfusi darah alogenik Lebih lanjut

mereka membantah bahwa darah autolog tidak mempunyai resiko Satu dari

16000 donasi darah autolog mengalami reaksi yang cukup berat yang

membutuhkan perawatan di rumah sakit Kenyataannya beberapa komplikasi yang

berhubungan dengan transfusi darah autolog ada pada daftar di bawah

1 Anemia

2 Iskemia miokardial preoperatif dari anemia

3 Unit yang salah (1100000)

4 Transfusi darah yang lebih sering

Saran untuk pembatasan transfusi darah autolog tidak meliputi imunosupresi (lihat

diskusi selanjutnya) atau penyebaran infeksi dalam darah alogenik Sebagai contoh

dari tahun 1986 hingga 1991 ada 182 kegawatan yang berhubungan transfusi

dilaporkan ke FDA 29 (16) diantaranya disebabkan oleh kontaminasi bakterial 10

kasus infeksi Yersinia enterokolitika yang dilaporkan Hampir semua dengan darah

alogenik walaupun dua pasien juga mendapatkan darah autolog Sehingga

disimpulkan bahwa darah alogenik juga cukup beresiko

III Koagulasi

Dokter ahli anestesi mengetahui bahwa kecenderungan perdarahan sering terjadi

pada pasien-pasien yang ditransfusi secara masif Koagulopati ini disebabkan oleh

kombinasi banyaknya volume darah yang diberikan dan lamanya hipotensi atau

hipoperfusi Pasien-pasien dengan perfusi baik dan tidak hipotensi untuk jangka

waktu yang lama (misalnya gt 1 jam) dapat mentolerir banyak unit darah tanpa

menyebabkan koagulopati Nyatanya banyak pasien yang telah menerima lebih

dari 100 unit darah bertahan dengan perubahan kecil pada koagulasi Jelasnya

pasien yang hipotensif dan menerima banyak unit darah kemungkinan terjadi

koagulopati baik karena DIC maupun karena berkurangnya faktor-faktor koagulasi

karena penyimpanan darah di bank darah

Thrombositopenia dilusi merupakan penyebab diatesis hemoragik pada pasien yang

menerima banyak unit darah Walaupun penekanan utama pada hitung thrombosit

beberapa pengarang mempertanyakan peranan thrombositopenia pada koagulopati

pada pasien-pasien yang ditransfusi secara masif Mereka secara tepat menunjuk

bahwa hitung thrombosit jarang menurun serendah yang diperkirakan dari

pengenceran saja Hal ini mungkin karena thrombosit dilepaskan ke dalam sirkulasi

dari limpa sumsum tulang dan karena adanya thrombosit non fungsional Lebih

lanjut Reed et al menemukan tidak ada keuntungan pemberian thrombosit

profilaksis selama transfusi masif Thrombosit sebaiknya jangan diberikan untuk

memperbaiki hasil pemeriksaan laboratorium pada keadaan thrombositopenia

kecuali pada keadaan koagulopati klinis

Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa FFP tetap diberikan untuk pengobatan

koagulopati yang disebabkan oleh transfusi Keseluruhan peningkatan penggunaan

FFP pada tahun 1970an menyebabkan National Institutes of Health (NIH)

mengadakan konferensi untuk membahas masalah ini pada tahun 1985 Konferensi

ini menyimpulkan bahwa pemberian FFP sebagai bagian dari terapi koagulopati

yang disebabkan oleh transfusi darah masif hanya sedikit yang dapat dibuktikan

kebenarannya Bila dokter tetap ingin memberikan FFP kriteria berikut harus

ditetapkan

1 Perdarahan menyeluruh yang tidak dapat dikendalikan dengan jahitan bedah

atau kauter

2 PTT paling kurang 15 kali dari normal

3 Hitung thrombosit lebih besar daripada 70000mm (untuk menjamin bahwa

thrombositopenia bukan merupakan penyebab perdarahan)

Buletin Obat FDA baru (Juli 1989) menyimpulkan bahwa FFP sebaiknya jangan

diberikan

1 Untuk ekspansi volume sebagai suplemen nutrisi

2 Profilaksis dengan transfusi darah masif

3 Profilaksis setelah operasi By Pass

Yang lebih baru lagi ASA menyarankan pemberian FFP dengan panduan berikut

1 Untuk reversal mendesak terapi warfarin

2 Untuk koreksi defisiensi faktor pembekuan yang tidak diketahui bila konsentrat

spesifik tidak tersedia

3 Untuk koreksi perdarahan mikrovaskular bila ada peningkatan PT atau APTT

(gt15 kali normal)

4 Untuk koreksi perdarahan mikrovaskular sekunder terhadap defisiensi faktor

pembekuan pada pasien-pasien yang ditransfusi dengan lebih dari satu volume

darah dan bila PT dan PTT tidak dapat diperiksa

5 FFP harus diberikan dalam dosis yang dihitung untuk mencapai konsentrasi faktor

plasma minimum 30 (biasanya dicapai dengan pemberian FFP 10-15 mLkg )

kecuali untuk reversal mendesak antikoagulasi warfarin dimana FFP 5-8 mlkg

biasanya mencukupi Satu unit darah segar menyediakan faktor-faktor koagulasi

yang sama dengan yang terkandung dalam satu unit FFP

6 FFP dikontraindikasikan untuk tambahan volume plasma atau konsentrasi

albumin

Kesimpulan diatas berdasarkan anggapan bahwa yang diberikan adalah darah

lengkap Kebanyakan penelitian memeriksa pengaruh transfusi masif darah lengkap

pada koagulasi karena banyak pusat trauma menggunakan darah lengkap Murray

et al secara khusus mempertanyakan penggunaan PRC untuk kehilangan darah

yang banyak Pada penggunaan PRC kadar fibrinogen menurun signifikan

kebalikan dari penggunaan darah lengkap dimana kadar fibrinogen tetap tidak

berubah kecuali ada DIC (koagulasi inravaskular diseminata) Walaupun seluruh

faktor-faktor koagulasi menurun penurunan tidak sebanyak yang diperkirakan

karena pengenceran Mereka merasa bahwa faktor-faktor seperti VIII mungkin

disimpan dalam sel-sel endotelial dan dilepaskan dari endotelium selama stress

pembedahan Bila PRC digunakan untuk mengganti kehilangan darah mayor dokter

dapat mencoba memberikan FFP secara profilaksis Bagaimanapun juga Murray et

al secara khusus menyarankan untuk tidak mengikuti kebijaksanaan ini tetapi

menyatakan bahwa FFP hanya dibutuhkan bila PT dan PTT paling kurang 15 kali

normal dan kadar fibrinogen kurang dari 75 mgdL Penelitian terbaru oleh Murray

et al menunjukkan bahwa bila kehilangan volume intravaskuler digantikan dengan

PRC dan kristaloid PT dan PTT seringkali melebihi 15 kali normal

Baru-baru ini tiga pilihan dipertimbangkan oleh kebanyakan bank darah

A Detergen Pelarut Plasma dari donor multipel dikumpulkan dan diberikan

campuran pelarut penghancur lemak (tri-n-butil fosfat) dan detergen (triton x-100)

untuk menginaktivasi sampul lipid penyebab infeksi termasuk HIV HTLV HCV HBV

Baru-baru ini (1998) tersedia di Palang Merah Mempunyai beberapa kekurangan

termasuk pengumpulan yang dapat menyebabkan kontaminasi penyebab infeksi

yang beramplop

B Plasma donor tunggal yang diuji kembali untuk mempersiapkan FFP Unit (donasi

pertama) disimpan bila seluruh riwayat dan penyebab penyakit infeksi negatif Unit

tersebut tidak dilepaskan untuk digunakan hingga donor yang sama

menyumbangkan unit kedua lebih dari 3 bulan setelah donasi pertama dan lolos

pada pengujian serologik Saat itu unit pertama dilepaskan Unit kedua tidak

digunakan hingga orang tersebut kembali lebih dari 3 bulan kemudian untuk donasi

ketiga dan lolos kembali seluruh pengujian Saat itu unit kedua dapat digunakan

Pendekatan ini mempunyai keuntungan yang jelas tetapi pemberiannya rumit

C Plasma yang sering didonorkan Suatu hubungan terbalik terjadi antara jumlah

donasi yang diberikan seseorang dengan kemungkinan menjadi sero positif

Hubungan ini tidak saling bergantung pada waktu dimana donasi diberikan Yang

tampaknya mencapai reduksi maksimum insidensi sero positif pada lebih dari 4

donasi Perkiraannya adalah bahwa reduksi sero positif (dan karena itu transmisi)

hingga 13-12 gambaran saat ini

Pilihan diatas diadakan pada pertemuan di University of California San Fransisco

Transfusion Committee dan dokter akan mempunyai banyak pilihan plasma yang

lebih aman untuk pasien

IV Imunosupresi

Transfusi darah homolog menimbulkan suatu reaksi imunosupresif nonspesifik pada

resipien Efek ini bersifat terapi untuk resipien transplantasi ginjal Namun banyak

pengarang telah mengemukakan data untuk menunjukkan bahwa transfusi darah

meningkatkan suseptibilitas terhadap infeksi dan peningkatan progresi tumor

malignan Walaupun banyak faktor dapat terlibat pada pasien yang sakit keras

(misalnya pasien-pasien yang menerima transfusi darah kemungkinan punya

penyakit yang lebih luas dan invasif) bukti meyakinkan bahwa ada hubungan

antara transfusi preoperatif dan rekurensi tumor atau bertahan hidup pada pasien-

pasien dengan berbagai jenis kanker sebagaimana ditinjau oleh Schricmer et al

Mekanisme dan efek dari kanker ini tidak diketahui tetapi berhubungan dengan

peningkatan sintesis prostaglandin E penurunan generasi interleukin 2 dan produk

degradasi fibrinogen pada FFP Penemuan lanjut ini menimbulkan kekhawatiran

tentang pemberian FFP pada pasien-pasien yang imunitasnya ditekan Blumbert et

al menemukan bahwa pasien-pasien yang ditransfusi dengan PRC bertahan hidup

lebih baik daripada pasien-pasien yang menerima darah lengkap Hasilnya

Schriemer et al menyarankan untuk memberikan PRC dibanding darah lengkap bila

transfusi diindikasikan pada pasien-pasien kanker

Terbaru Landers et al telah meninjau mekanisme imunomodulasi yang disebabkan

tranfusi (Tabel 3) dan penurunan fungsi imun setelah transfusi darah alogenik atau

homolog (Tabel 4)

Table 3 Mekanisme Modulasi Imun yang ditimbulkan oleh Transfusi

Penumpukan Fe pada sistem RE mengakibatkan berbagai perubahan

Penurunan aktifitas makrofag yang dapat menangkap antigen kelas II oleh

monosit yang memproduksi prostaglandin E2 sehingga menghambat produksi IL-2

Inhibisi interleukin-2 oleh limfositT akan menurunkan stimulasi sel B dan produksi

antibodi

Teori deplesi klonal ndash sel-sel yang rusak akan menolak proses graft

Penurunan produksi limfosit T supressor

Pembentukan anti-idiotipik T cell receptor atau antibodi yang dapat melawan

antigen pada transfusi darah akan bangkit dan membentuk antigen yang baru

Dari Landers etal Anesth Analg 199682187

Table 4 Penurunan Fungsi Imun akibat Transfusi Darah Allogenik

Pengurangan respon limfosit

Penurunan produksi sitokin

Penurunan respon terhadap mitogen (subtansi yang menstimulasi mitosis dan

perubahan limfosit) atau antigen larut in vivo atau in vitro

Peningkatan jumlah atau fungsi sel supresor

Penurunan aktivitas sel pembunuh alami

Penurunan fungsi monosit

Penurunan sitotoksisitas yang di mediasi sel terhadap sel-sel target tertentu

Peningkatan produksi mediator dan antibodi anti idotipik supresif

Dari Landers etal Anesth Analg 199682187 (33)

V Terapi Komponen

A Thrombosit

Sebagiamana diindikasikan sebelumnya terdapat kekhawatiran bahwa produk-

produk darah homolog telah diberikan secara tidak tepat FDA Drug Bulletin Juli

1989 mencoba memberi panduan dan menyatakan bahwa thrombosit tidak boleh

diberikan

1 Kepada pasien-pasien dengan ITP (kecuali bila ada perdarahan yang mengancam

jiwa)

2 Profilaksis transfusi darah massif

3 Profilaksis pada cardiopulmonar bypass

FDA tidak menyatakan bahwa pada pasien yang menjalankan pembedahan atau

prosedur invasif lain tidak diuntungkan dari transfusi thrombosit profilaksis bila

hitung thrombosit paling kurang 50000mm3 dan thrombositopenia merupakan

satu-satunya kelainan

ASA task force baru-baru ini menyarankan bahwa

1 Transfusi thrombosit profilaksis tidak efektif dan jarang kali diindikasikan bila

thrombositopenia berhubungan dengan peningkatan destruksi thrombosit

(misalnya ITP)

2 Tranfusi thrombosit profilaksis jarang diindikasikan pada pasien-pasien bedah

dengan thrombositopenia yang berhubungan dengan penurunan produksi

thrombosit bila hitung thrombosit lebih besar daripada 100000mm3 dan biasanya

diindikasikan bila hitung thrombosit lebih rendah dari 50000mm3 Penentuan

apakah pasien-pasien dengan hitung thrombosit pada tingkat menengah (50000-

100000mm3) membutuhkan terapi harus berdasarkan pada resiko perdarahan

3 Pasien-pasien bedah dan obstetrik dengan perdarahan mikrovaskular biasanya

membutuhkan transfusi thrombosit bila hitung thrombosit lebih kecil dari

50000mm3 dan jarang membutuhkan transfusi bila lebih besar dari 100000mm3

Jika hitung thrombosit antara 50000-100000mm3) penentuan harus didasarkan

pada resiko pasien untuk perdarahan yang lebih signifikan

4 Persalinan pervaginam atau operatif dengan kehilangan darah yang sedikit dapat

dilakukan pada pasien-pasien dengan hitung thrombosit kurang dari 50000mm3

5 Transfusi thrombosit dapat diindikasikan bila hitung thrombosit cukup tetapi

terdapat disfungsi thrombosit dan perdarahan mikrovaskular

Transfusi thrombosit dibutuhkan untuk pasien-pasien dengan perdarahan sistemik

dan untuk pasien-pasien dengan resiko tinggi perdarahan yang disebabkan oleh

gangguan koagulasi sepsis atau disfungsi thrombosit yang berhubungan dengan

pengobatan atau penyakit Jelasnya maksudnya adalah untuk membuat dokter

lebih tepat dalam menetapkan indikasi transfusi thrombosit Karena peningkatan

kekhawatiran tentang kontaminasi bakterial kini sangat disarankan tiap pasien

yang menjadi demam setelah menerima konsentrat thrombosit harus dianggap

septik hingga terbukti sebaliknya

B Kriopresipitat

Kriopresipitat mengandung faktor VIIIC (aktivitas prokoagulan) faktor VIIIvWF

(faktor von Willebrand ) fibrinogen faktor XIII dan fibronektin yang merupakan

glikoprotein yang berperan pada peningkatan aktivitas sistem RES dalam

membunuh partikel asing dan bakteri dari darah

Terdapatnya fibrinogen yang rendah pada PRC sehingga ASA task force

menyarankan pemberian kriopresipitat untuk

1 Profilaksis pada pasien-pasien non perdarahan perioperiatif atau peripartum

dengan defisiensi fibrinogen kongenital atau penyakit von Willebrand yang tidak

berespon terhadap DDAVP (bila memungkinkan keputusan ini harus dibuat dengan

konsultasi dengan hematolog pasien tersebut)

2 Pasien-pasien perdarahan dengan penyakit von Willebrand

3 Koreksi perdarahan mikrovaskular pada pasien-pasien dengan transfusi massif

dengan konsentrasi fibrinogen kurang dari 80-100 mgdL (atau bila konsentrasi

fibrinogen tidak dapat diukur pada saat itu)

Darah lengkap harus diberikan pada transfusi darah massif karena PRC kurang

mengandung faktor koagulasi

Konsentrat faktor VIII merupakan terapi standar untuk hemofilia Teknik rekombinan

DNA terbaru telah digunakan untuk mengembangkan faktor VIII yang bebas

transmisi penyakit

VI Komplikasi

Dengan memperhitungkan pertimbangan di atas insidensi dari reaksi yang

merugikan adalah

Reaksi yang merugikan terhadap Transfusi

Tipe reaksi Insidensi

Reaksi febril 1 dari transfusi PRC

Reaksi alergi (urtikaria) 20 dari transfusi platelet

Rekasi transfusi hemolitik akut 11000 reaksi transfusi

Rekasi transfusi lambat ~ 133000 U PRC

Penyakit graft vs host (GVHD) ~ 12500 U PRC

Udem paru akut yang berhubungan

dengan transfusi (TRALI) 110000 U PRC

Dari Principles of Anesthetic Techniques and Anesthetic Emergencies

Darah yang telah bersih dari leukosit dapat menurunkan kejadian imunosupresi dan

insidensi banyak reaksi transfusi

VII Darah Sintetik

Karena banyak masalah termasuk yang terdaftar di atas dengan allogenik banyak

perusahaan mencoba membuat hemoglobin sintetik Produk ini telah diberikan pada

sukarelawan manusia dan pasien-pasien dengan keberhasilan yang cukup Hal ini

diungkapkan oleh Dietz et al pada Anesthesia amp Analgesia Februari 1996 Dasarnya

produk-produk ini

1 Larutan hemoglobin bebas stroma yang mengandung sejumlah modifikasi dari

molekul hemoglobin

2 Hemoglobin rekayasa genetik (misalnya Ecoli menghasilkan sel darah merah

manusia)

3 Larutan hemoglobin liposome-encapsulated mengandung hemoglobin dengan

membran sintetik

4 Perfluorokarbon larutan organik dengan kelarutan oksigen tinggi

Untuk mencegah banyak komplikasi seperti kerusakan ginjal pelepasan

endotoksin dan lain-lain berbagai pendekatan telah digunakan seperti cross-link

polimerisasi dan konjugator baik dengan kimiawi maupun tehnik genetik

sebagaimana diringkaskan dibawah

Tabel 5 Pengganti Sel darah Merah

Aktivitas Efisiensi

(efek biologis) (keuntungan untuk pasien)

Transpor O2 Penurunan penggunaan produk-produk darah

Bantuan hidup selama anemia berat Penurunan morbiditas dan mortalitas yang

berhubungan dengan transfusi

Resusitasi cairan Penggunaan pada lingkungan yang secara logistik sulit

Awalnya produk-produk ini dipandang sebagai pengganti darah Meskipun aman

tapi sulit disediakan oleh bank darah Kriteria FDA terhadap efisiensi sulit

diterapkan Sekarang lebih menekankan pada kemampuan transpor oksigennya

yang akan didiskusikan

Berbagai penelitian fase II and III telah dan sedang dilaksanakan Sejauh ini

kebanyakan produk menyebabkan hipertensi ringan dan peningkatan konsentrasi

amilase dan lipase yang signifikansinya masih harus ditetapkan

Kewaspadaan Pada GraviidaObat Efek Samping Utama Keterangan1048729 Kloramfenikol Gray-baby sindrom (kolapssirkulasi pd neonatus) anemiaHindari pemberian pd trimester 3masa laktasi amp neonatus1048729 SulfonamidDapsonRisiko hemolisis amp ikterus Hindari pemberian pd trimester 3 ampmasa laktasi1048729 Trimetoprim Hindari pemberian pd trimester 3

Obat Efek Samping Utama Keterangan1048729 Kloramfenikol Gray-baby sindrom (kolapssirkulasi pd neonatus) anemiaHindari pemberian pd trimester 3masa laktasi amp neonatus1048729 SulfonamidDapsonRisiko hemolisis amp ikterus Hindari pemberian pd trimester 3 ampmasa laktasi1048729 Trimetoprim Hindari pemberian pd trimester 3KotrimoksazolTeratogenik1048729 Eritromisin Hepatotoksik gangguan GIT Terutama pada sang ibu1048729 Penisilin ampSefalosporinHipersensitivitas rx alergigangguan GITbull Ruam amp diare pd neonatusbull Ko-amoksiklav sebaiknya dihindaripd kehamilanOtotoksik Gangguan pendengaran bisamempengaruhi ibu amp

Ibu Hamil Membutuhkan Antibiotik

Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) antibiotik

merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh mikroba untuk menghambat

pertumbuhan dan membasmi mikroba jenis lain Awalnya antibiotik hanya

ada beberapa namun saat ini sudah ditemukan berbagai jenis antibiotik

yang mampu mengatasi penyakit infeksi lanjutan Antibiotik bekerja untuk

melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri bukan virus Penggunaan

antibiotik tidak boleh sembarangan karena akan mendatangkan bahaya bagi

tubuh Prinsip yang harus diketahui antibiotik hanya digunakan jika ada

infeksi yang disebabkan oleh kuman bakteri

Obat-obatan antibiotik itu termasuk obat keras yang membantu tubuh untuk membunuh

kuman ataupun bakteri yang masuk dan tidak bisa dilawan dengan sistem kekebalan tubuh

Karena obat-obatan ini bekerja dengan sistem penghancuran total maka tidak hanya bakteri saja

sel tubuh kita yang terinfeksi dan disekitarnya akan ikut terkena guna menghilangkan

kesempatan masih ada sisa-sisa koloni bakteri yang mungkin bersembunyi Oleh karena itu

pemberian obat antibiotik harus tuntas sampai seluruh koloni bakteri benar-benar habis

terbunuh jika tidak maka dapat dipastikan bakteri itu bisa bersiap diri untuk menyerang

kembali atau bahkan bisa juga bakteri-bakteri itu menjadi resisten dengan obat tersebut dan

kalau sudah begitu diperlukan antibiotik generasi lebih tinggi untuk membunuh kuman Oleh

karena efek membunuh yang kuat jika seorang pasien diberi obat antibiotik harus dipastikan

sistem kekebalan tubuh pasien itu juga kuat Karena untuk melawan efek dari antibiotik itu

sendiri dan untuk sistem self-recovery mengganti sel-sel tubuh yang telah rusak

Pengaruh buruk obat terhadap janin dapat bersifat toksik teratogenik maupun letal

tergantung pada sifat obat dan umur kehamilan paga saat minum obat Pengaruh toksik adalah

jika obat yang diminum selama masa kehamilan menyebabkan terjadinya gangguan fisiologik

atau bio-kimiawi dari janin yang dikandung dan biasanya gejalanya baru muncul beberapa saat

setelah kelahiran Pengaruh obat bersifat teratogenik jika menyebabkan terjadinya malformasi

anatomik pada petumbuhan organ janin Pengaruh teratogenik ini biasanya terjadi pada dosis

subletal Sedangkan pengaruh obat yang bersifa letal adalah yang mengakibatkan kematian janin

dalam kandungan Secara umum pengaruh buruk obat pada janin dapat beragam sesuai dengan

fase-fase berikut

lt--[if supportLists]--gt1 lt--[endif]--gtFase implantasi yaitu pada umur kehamilan

kurang dari 3 minggu Pada fase ini obat dapat memberi pengaruh buruk atau

mungkin tidak sama sekali Jika terjadi pengaruh buruk biasanya menyebabkan

kematian embrio atau berakhirnya kehamilan (abortus)

lt--[if supportLists]--gt2 lt--[endif]--gtFase embional atau organogenesis yaitu pada

umur kehamilan antara 4-8 minggu Pada fase ini terjadi diferensiasi pertumbuhan

untuk terjadinya malformasi anatomik (pengaruh teratogenik) Berbagai pengaruh

buruk yang mungkin terjadi pada fase ini antara lain

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtGangguan fungsional atau metabolik yang

permanen yang biasanya baru muncul kemudian jadi tidak timbul secara

langsung pada saat kehamilan Misalnya pemakaian hormon dietilstilbestrol pada

trimester pertama kehamilan terbukti berkaitan dengan terjadinya adenokarsinoma

vagina pada anak perempuan di kemudian hari (pada saat mereka sudah dewasa)

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtPengaruh letal berupa kematian janin atau

terjadinya abortus

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtPengaruh sub-letal yang biasanya dalam

bentuk malformasi anatomis pertumbuhan organ seperti misalnya fokolemia

karena talidomid

lt--[if supportLists]--gt3 lt--[endif]--gtFase fetal yaitu pada trimester kedua dan ketiga

kehamilan Dalam fase ini terjadi maturasi dan pertumbuhan lebih lanjut dari janin

Pengaruh buruk senyawa asing terhadap janin pada fase ini tidak berupa malformasi

anatomik lagi tetapi mungkin dapat berupa gangguan pertumbuhan baik terhadap

fungsi-fungsi fisiologik atau biokimiawi organ-organ Demikian pula pengaruh obat

yang dialami ibu dapat pula dialami janin meskipun mungkin dalam derajat yang

berbeda Sebagai contoh adalah terjadinya depresi pernafasan neonatus karena selama

masa akhir kehamilan ibu mengkonsumsi obat-obat seperti analgetika-narkotik atau

terjadinya efek samping pada sistem ekstrapiramidal setelah pemakaian fenotiazin

Secara umumsetiap obat dibagi dalam kategori (A B C D dan X) berdasarkan tingkat

resiko saat kehamilan

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori A

Hanya beberapa obat saja yang termasuk kategori A di mana obat tersebut tidak

berbahaya bila dikonsumsi pada trisemester pertama saat kehamilan Contoh obat

adalah Nystatin vaginal (Mycostatin)

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori B

Obat kategori B meliputi obat-obat yang pengalaman pemakainya pada wanita hamil

masih terbatas tetapi tidak terbukti meningkatkan frekuensi malformasi atau

pengaruh buruk lainnya pada janin Mengingat terbatasnya pengalaman pemakaian

pada wanita hamil maka obat-obat kategori B dibagi lagi berdasarkan temuan-

temuan pada studi toksikologi pada hewan yaitu

B1 Dari penelitian pada hewan tidak terbukti meningkatnya kejadian kerusakan janin

(fetal damage) Contoh obat-obat yang termasuk pada kelompok ini misalnya

simetidin dipiridamol dan spektinomisin

B2 Data dari penilitian pada hewan belum memadai tetapi ada petunjuk tidak

meningkatnya kejadian kerusakan janin tikarsilin amfoterisin dopamin asetilkistein

dan alkaloid belladona adalah obat-obat yang masuk dalam kategori ini

B3 Penelitian pada hewan menunjukkan peningkatan kejadian kerusakan janin tetapi

belum tentu bermakna pada manusia Sebagai contoh adalah karbamazepin

pirimetamin griseofulvin trimetoprim dan mebendazol

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori C

Beberapa ada di kategori ini karena tidak ada informasi yang cukup dan beberapa

obat member efek buruk pada hewan percobaan tetapi tidak ada konfirmasi ataupun

pemberitahuan adanya masalah yang timbul seperti kelahiran yang cacat pada

manusia Merupakan obat-obat yang dapat memberi pengaruh buruk pada janin tanpa

disertai malformasi anatomik semata-mata karena efek farmakologiknya Yang

termasuk kategori C yaitu Baktirm Trimetropim Biaxin Cipro Diflucan Monistat

Terazol Isoniazid Rifampin dan Vermox

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori D

Pada kategori ini obat memberi efek yang buruk pada kehamilan dan sebaiknya

tidak digunakan kecuali tidak ada alternatif lain Contohnya adalah Tetrasiklin

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori X

Obat-obat yang masuk dalam kategori ini adalah yang telah terbukti mempunyai

risiko tinggi terjadinya pengaruh buruk yang menetap (irreversibel) pada janin jika

diminum pada masa kehamilan Obat dalam kategori ini merupakan kontraindikasi

mutlak selama kehamilan Sebagai contoh adalah isotretionin dan dietilstilbestrol

Untuk keadaan hamil apalagi masih dalam trimester ketiga pemberian antibiotik bisa

sangat membahayakan janin karena hampir semua antibiotik memberikan efek samping mual

muntah pusing dan gangguan sistem pencernaan Efek-efek samping yang ditimbulkan juga

akan menekan kehamilan Bahkan ada antibiotik yang bisa menembus sampai ke sistem

kelenjar cairan seperti liur kelenjar getah bening cairan otak dan ASI Jika pada masa

menyusui minum antibiotik maka obat akan merembes di ASI dan bayi akan minum ASI

bercampur obat bisa dibayangkan apa yang akan terjadi

Obat-obat antibiotik yang perlu perhatian khusus atau tidak boleh diminum untuk ibu

hamil dan menyusui

lt--[if supportLists]--gt1 lt--[endif]--gtGolongan Aminoglikosida (biasanya dalam

turunan garam sulfate-nya) seperti amikacin sulfate tobramycin sulfate dibekacin

sulfate gentamycin sulfate kanamycin sulfate dan netilmicin sulfate

Aminoglikosida dimasukkan dalam kategori obat D yang penggunaannya oleh

wanita hamil diketaui meningkatkan angka kejadian malformasi dan kerusakan janin

yang bersifat ireversibel Pemberian aminoglikosida pada wanita hamil sangat tidak

dianjurkan Selain itu aminoglikosida juga mempunyai efek samping nefrotoksik dan

ototoksik pada ibu dan juga dapat menimbulkan kerusakan ginjal tingkat seluler

pada janin terutama jika diberikan pada periode organogeneis Kerusakan saraf

kranial VIII juga banyak terjadi pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang

mendapat aminoglikosida pada kehamilan

lt--[if supportLists]--gt2 lt--[endif]--gtGolongan Sefalosporin seperti cefuroxime

acetyl cefotiam diHCl cefotaxime Na cefoperazone Na ceftriaxone Na cefazolin

Na cefaclor dan turunan garam monohydrate-nya cephadrine dan ceftizoxime Na

Sama halnya dengan penisilin sefalosporin relatif aman jika diberikan pada trimester

pertama kehamilan Kadar sefalosporin dalam sirkulasi janin meningkat selama

beberapa jam pertama setelah pemberian dosis pada ibu tetapi tidak terakumulasi

setelah pemberian berulang atau melalui infus Sejauh ini belum ada bukti bahwa

pengaruh buruk sefalosporin seperti misalnya anemia hemolitik dapat terjadi pada

bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu yang mendapat sefalosporin pada trimester

terakhir kehamilan

lt--[if supportLists]--gt3 lt--[endif]--gtGolongan Kloramfenikol seperti

Kloramfenikol dan thiamfenicol

Kloramfenikol bila diberikan menjelang persalinan dapat mengakibatkan kolaps

sirkulasi pada neonatus Pemberian kloramfenikol pada wanita hamil terutama pada

trimester II dan III di mana hepar belum matur dapat menyebabkan angka

terjadinya sindroma Grey pada bayi ditandai dengan kulit sianotik (sehingga bayi

tampak keabuabuan) hipotermia muntah abdomen protuberant dan menunjukkan

reaksi menolak menyusu di samping pernafasan yang cepat amp tidak teratur serta

letargi Kloramfenikol dimasukkan dalam kategori C yaitu obat yang karena efek

farmakologiknya dapat menyebabkan pengaruh buruk pada janin tanpa disertai

malformasi anatomik Pengaruh ini dapat bersifat reversibel Pemberian

kloramfenikol selama kehamilan sejauh mungkin dihindari terutama pada minggu-

minggu terakhir menjelang kelahiran dan selama menyusui

lt--[if supportLists]--gt4 lt--[endif]--gtGolongan Makrolid seperti clarithomycin

roxirhromycin erythromycin spiramycin dan azithromycin

lt--[if supportLists]--gt5 lt--[endif]--gtGolongan Penicillin seperti amoxicillin

turunan tridydrate dan turunan garam Na-nya

Obat-obat yang termasuk dalam golongan penisilin dapat dengan mudah menembus

plasenta dan mencapai kadar terapetik baik pada janin maupun cairan amnion

Penisilin relatif paling aman jika diberikan selama kehamilan meskipun perlu

pertimbangan yang seksama dan atas indikasi yang ketat mengingat kemungkinan

efek samping yang dapat terjadi pada ibu

lt--[if supportLists]--gt6 lt--[endif]--gtGolongan Kuinolon seperti ciprofloxacin dan

turunan garam HCl-nya ofloxacin sparfloxacin dan norfloxacin

lt--[if supportLists]--gt7 lt--[endif]--gtGolongan Tetrasiklin seperti doxycycline

tetracyclin dan turunan HCl-nya (tidak boleh untuk wanita hamil) dan oxytetracylin

(tidak boleh untuk wanita hamil)

Tetraskilin adalah jenis antibiotik yang merupakan anti bakteri yang luas sebagai

penghambat dan pembunuh bakteri gram positif dan gram negatif Merupakan zat

kelasi yang mempunyai afinitas dengan kalsium dan basa yang sukar larut dalam air

tetapi bentuk garam natrium atau garam HCL-nya mudah larut Dalam keadaadn

kering bentuk basa dan garam HCL tetrasiklin bersifat relative stabil Sedangkan

dalam larutan kebanyakan tetrasiklin sangat labil sehingga cepat berkurang

potensinya Efek tetrasiklin semakin fatal pada ibu hamil trimester pertama

Sehingga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang mikromelia dan

sindaktil Pembentukan tulang baru mulai pada trimester kedua Oleh karena itu

pemberian pada trismester kedua dapat mengakibatkan peubahan warna kekuningan

yang permanen pada gigi susu dan hipoplasia enamel Meskipun demikian gigi yang

kekuningan tersebut lebih tahan terhadap karies dibandingkan gigi normal

Sedangkan pemberian pada bulan ke 4 kehidupan janin sampai akhir tahun pertama

dapat menimbulkan kelainan warna gigi Wanita hamil atau masa nifas dengan

pielonefritis atau gangguan fungsi ginjal lain cendrung menderita kerusakan hati

akibat pemberian golongan tetrasiklin Tapi saat ini tetraskilin sudah jarang diberikan

kepada ibu hamil dan anak anak

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmpilisin Segi keamanan baik bagi ibu maupun

janin relatif cukup terjamin Kadar ampisilin dalam sirkulasi darah janin meningkat

secara lambat setelah pemberiannya pada ibu dan bahkan sering melebihi kadarnya

dalam sirkulasi ibu Pada awal kehamilan kadar ampisilin dalam cairan amnion

relatif rendah karena belum sempurnanya ginjal janin di samping meningkatnya

kecepatan aliran darah antara ibu dan janin pada masa tersebut Tetapi pada periode

akhir kehamilan di mana ginjal dan alat ekskresi yangi lain pada janin telah matur

kadarnya dalam sirkulasi janin justru lebih tinggi dibanding ibu Farmakokinetika

ampisilin berubah menyolok selama kehamilan Dengan meningkatnya volume

plasma dan cairan tubuh maka meningkat pula volume distribusi obat Oleh sebab itu

kadar ampisilin pada wanita hamil kira-kira hanya 50 dibanding saat tidak hamil

Dengan demikian penambahan dosis ampisilin perlu dilakukan selama masa

kehamilan

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmoksisilin Pada dasarnya absorpsi

amoksisilin setelah pemberian per oral jauh lebih baik dibanding ampisilin

Amoksisilin diabsorpsi secara cepat dan sempurna baik setelah pemberian oral

maupun parenteral Seperti halnya dengan ampisilin penambahan dosis amoksisilin

pada kehamilan perlu dilakukan mengingat kadarnya dalam darah ibu maupun janin

relatif rendah dibanding saat tidak hamil Dalam sirkulasi janin kadarnya hanya

sekitar seperempat sampai sepertiga kadar di sirkulasi ibu

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtSulfonmida Obat-obat yang tergolong

sulfonamida dapat melintasi plasenta dan masuk dalam sirkulasi janin dalam kadar

yang lebih rendah atau sama dengan kadarnya dalam sirkulasi ibu Pemakaian

sulfonamida pada wanita hamil harus dihindari terutama pada akhir masa kehamilan

Hal ini karena sulfonamida mampu mendesak bilirubin dari tempat ikatannya dengan

protein sehingga mengakibatkan terjadinya kern-ikterus pada bayi yang baru

dilahirkan Keadaan ini mungkin akan menetap sampai 7 hari setelah bayi lahir

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtEritromisin Pemakaian eritromisin pada wanita

hamil relatif aman karena meskipun dapat terdifusi secara luas ke hampir semua

jaringan (kecuali otak dan cairan serebrospinal) tetapi kadar pada janin hanya

mencapai 1-2 dibanding kadarnya dalam serum ibu Di samping itu sejauh ini

belum terdapat bukti bahwa eritromisin dapat menyebabkan kelainan pada janin

Kemanfaatan eritromisin untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh Chlamydia

pada wanita hamil serta pencegahan penularan ke janin cukup baik meskipun bukan

menjadi obat pilihan pertama Namun ditilik dari segi keamanan dan manfaatnya

pemakaian eritromisin untuk infeksi tersebut lebih dianjurkan dibanding antibiotika

lain misalnya tetrasiklin

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtTrimetoprim Karena volume distribusi yang

luas trimetoprim mampu menembus jaringan fetal hingga mencapai kadar yang lebih

tinggi dibanding sulfametoksazol meskipun kadarnya tidak lebih tinggi dari ibu Pada

uji hewan trimetoprim terbukti bersifat teratogen jika diberikan pada dosis besar

Meskipun belum terdapat bukti bahwa trimetoprim juga bersifat teratogen pada janin

tetapi pemakaiannya pada wanita hamil perlu dihindari Jika terpaksa harus

memberikan kombinasi trimetoprim + sulfametoksazol pada kehamilan diperlukan

pemberian suplementasi asam folet

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtNitrofurantoin Sering digunakan sebagai

antiseptik pada saluran kencing Jika diberikan pada awal kehamilan kadar

nitrofurantoin pada jaringan fetal lebih tinggi dibanding ibu tetapi kadarnya dalam

plasma sangat rendah Dengan makin bertambahnya umur kehamilan kadar

nitrofurantoin dalam plasma janin juga meningkat Sejauh ini belum terbukti bahwa

nitrofurantoin dapat meningkatkan kejadian malformasi janin Namun perhatian harus

diberikan terutama pada kehamilan cukup bulan di mana pemberian nitrofurantoin

pada periode ini kemungkinan akan menyebabkan anemia hemolitik pada janin

LKSI 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Percetakan Not BandungRagg M 2001 Obat-Obat yang paling diresepkan Arcan Jakarta

Santoso B 1995 Efek Samping Obat ed 2 Pusat Study Farmakologi Klinik dan Kebijakan Obat UGM Yogyakarta

Setiabudy S dkk 2007 Farmakologi dan Terapeutik edisi 5 FKUI JakartaSpeirs Al 1992 Ilmu Kesehatan Anak untuk Perawat ed 2 IKIPSemarang Press Semarang

Yagiela J A Frank J D Enid A N 2004 Pharmacology and Therapeutics for Dentistry Elsevier Mosby St Louis

Obat-obatan Untuk Ibu

Sebenarnya obat yang langsung ke ASI itu jumlahnya sangat kecil Sebagian kecil berpengaruh kepada bayi Secara umum menghentikan pemberian ASI lebih berbahaya daripada pengaruh obat tersebut Hanya sebagian kecil obat yang mempunyai efek samping Bayi yang berumur kurang dari satu bulan mempunyai masalah yang besar dibandingkan dengan bayi yang lebih tua Tetapi mungkin perlu dipikirkan obat alternatif untuk ibu yang menyebabkan lebih sedikit masalah Kejadian penghentian menyusui karena ibu harus minum obat adalah sangat jarang

Pada sedikit situasi menyusui merupakan kontra indikasi

Jika ibu mendapatkan obat anti kanker pemberian ASI boleh dihentikan Jika ibu mendapatkan pengobatan radioaktif ibu dapat menghentikan pemberian ASI untuk sementara Obat-obatan ini jarang digunakan

Beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang kadang-kadang menyebabkan perlunya penghentian pemberian ASI

Jika ibu mendapatkan obat psikiatrik atau anti konfulsan kadang-kadang membuat bayi (berusia kurang dari satu bulan) yang menyusui menjadi tampak lemah Khususnya jika diberikan barbiturat dan diazepam Jika memungkinkan sebaiknya diganti dengan obat lain yang mempunyai efek samping kecil Namun demikian sangat berbahaya jika mengubah pengobatan secara cepat khususnya pada kasus epilepsi

Jika tidak ada alternatif teruskan pemberian ASI dan amatilah bayinya

Jika terjadi efek samping pemberian ASI dapat dihentikan

Beberapa antibiotik perlu dihindari

Antibiotik pada umumnya aman bagi ASI dan bagi bayi Tetapi lebih baik menghindari pemberian Chloramphenikol dan tetrasiklin serta metronidazole Jika salah satu antibiotik tersebut harus diberikan kepada ibu teruskan menyusui dan amatilah bayinya Pada umumnya tidak ada masalah

Hindari pemberian sulphonamide kepada ibu khususnya jika bayi jaundice Jika obat seperti cotrimoxasole fansidar dan dapsone diperlukan berikan obat tersebut dan teruskan pemberian ASI Pertimbangkan pemberian makanan alternatif bila bayi jaundice terutama jaundice yang terjadi ketika ibu meminum obat tersebut

Obat yang menyebabkan menurunnya produksi ASI perlu dihindari

Hindari penggunaan kontrasepsi yang mengandung estrogen Hindari penggunaan Thiazide diuretik seperti Chlorotiazide karena obat ini menurunkan produksi ASI Jia mungkin carilah alternatifnya

Kebanyakan obat yang umum digunakan adalah aman pada dosis biasa

Jika ibu menyusui mendapatkan obat tetapi anda tidak yakin obat apa

1 Cek daftar obat di dalam manual 2 Anjurkan agar ibu terus menyusui sambil mencoba mengetahui obat apa yang diberikan 3 Amatilah bayi jika terjadi efek samping seperti mengantuk yang abnormal tidak nafsu makan dan

ikterus khususnya jika ibu mengkonsumsi obat untuk waktu yang lama 4 Usahakan mendapatkan saran dari petugas kesehatan yang lebih ahli seperti dokter atau apoteker 5 Jika khawatir cobalah mencari obat alternatif yang anda ketahui lebih aman 6 Jika bayi terkena efek samping dan ibu tidak mengubah penggunaan obatnya gunakanlah metode

alternatif yang aman 7 Jika bayi terkena efek samping dan anda tidak mungkin mengubah obatnya pertimbangkan cara

pemberian makanan yang lain untuk sementara waktu bila mungkin

Menyusui dan Obat-obatan untuk Ibu

Kontra indikasi pemberian ASI Obat anti kanker

Radioaktif (berhenti menyusui sementara)

Teruskan pemberian ASI Obat penyakit psikis dan anti konvulsan

(Amati efek samping pada bayi

misalnya mengantuk)

Gunakan obat alternatif Chloramfenikol tetracyclin metronidazole

Quinolone antibiotics (eg Ciprofloxacin)

Pantau kemungkinan ikterius Sulphonamides cotrimoxazole fansidar dapsone

Gunakan obat alternatif Estrogen terutama kontrasepsi berisi estrogen

(dapat menurunkan produksi ASI) Thiazide diuretic

Aman pada dosis biasa Obat-obatan paling biasa digunakan

Pantau bayi Analgesik dan antipiretik paracetakol yang diberikan untuk waktu siang asam acetil salisilik ibuprofen kadang-kadang diberikan morfin dan petidin kebanyakan obat batuk dan masuk angin antibiotik ampisilin kloxasilin dan penisilin erythromisin lain obat anti TB anti lepra anti malaria (kecuali meflokuin) antihelmint anti jamur bronchodilator (eg Salbutamol) corticosteroids antihistamin antasid obat untuk diabetes kebanyakan oabat anti-hipertensi digoksin suplemen gizi yodium zat besi dan vitamin-vitamin

Dikirim oleh (RSIA permata hati)

  • RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI
  • Hal-hal Terbaru Tentang Transfusi Darah
Page 11: RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI.docx

itu adalah pasien-pasien histerektomi Kanter et al menemukan bahwa 25 dari 140

pasien yang mendonorkan darahnya dirinya harus ditransfusi kembali sedangkan

dari 123 pasien yang tidak mendonorkan darahnya sendiri hanya 1 yang perlu

ditransfusi Karena itu disimpulkan bahwa darah autolog sebelum operasi lebih baik

dihapuskan karena akan meningkatkan resiko transfusi darah alogenik Lebih lanjut

mereka membantah bahwa darah autolog tidak mempunyai resiko Satu dari

16000 donasi darah autolog mengalami reaksi yang cukup berat yang

membutuhkan perawatan di rumah sakit Kenyataannya beberapa komplikasi yang

berhubungan dengan transfusi darah autolog ada pada daftar di bawah

1 Anemia

2 Iskemia miokardial preoperatif dari anemia

3 Unit yang salah (1100000)

4 Transfusi darah yang lebih sering

Saran untuk pembatasan transfusi darah autolog tidak meliputi imunosupresi (lihat

diskusi selanjutnya) atau penyebaran infeksi dalam darah alogenik Sebagai contoh

dari tahun 1986 hingga 1991 ada 182 kegawatan yang berhubungan transfusi

dilaporkan ke FDA 29 (16) diantaranya disebabkan oleh kontaminasi bakterial 10

kasus infeksi Yersinia enterokolitika yang dilaporkan Hampir semua dengan darah

alogenik walaupun dua pasien juga mendapatkan darah autolog Sehingga

disimpulkan bahwa darah alogenik juga cukup beresiko

III Koagulasi

Dokter ahli anestesi mengetahui bahwa kecenderungan perdarahan sering terjadi

pada pasien-pasien yang ditransfusi secara masif Koagulopati ini disebabkan oleh

kombinasi banyaknya volume darah yang diberikan dan lamanya hipotensi atau

hipoperfusi Pasien-pasien dengan perfusi baik dan tidak hipotensi untuk jangka

waktu yang lama (misalnya gt 1 jam) dapat mentolerir banyak unit darah tanpa

menyebabkan koagulopati Nyatanya banyak pasien yang telah menerima lebih

dari 100 unit darah bertahan dengan perubahan kecil pada koagulasi Jelasnya

pasien yang hipotensif dan menerima banyak unit darah kemungkinan terjadi

koagulopati baik karena DIC maupun karena berkurangnya faktor-faktor koagulasi

karena penyimpanan darah di bank darah

Thrombositopenia dilusi merupakan penyebab diatesis hemoragik pada pasien yang

menerima banyak unit darah Walaupun penekanan utama pada hitung thrombosit

beberapa pengarang mempertanyakan peranan thrombositopenia pada koagulopati

pada pasien-pasien yang ditransfusi secara masif Mereka secara tepat menunjuk

bahwa hitung thrombosit jarang menurun serendah yang diperkirakan dari

pengenceran saja Hal ini mungkin karena thrombosit dilepaskan ke dalam sirkulasi

dari limpa sumsum tulang dan karena adanya thrombosit non fungsional Lebih

lanjut Reed et al menemukan tidak ada keuntungan pemberian thrombosit

profilaksis selama transfusi masif Thrombosit sebaiknya jangan diberikan untuk

memperbaiki hasil pemeriksaan laboratorium pada keadaan thrombositopenia

kecuali pada keadaan koagulopati klinis

Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa FFP tetap diberikan untuk pengobatan

koagulopati yang disebabkan oleh transfusi Keseluruhan peningkatan penggunaan

FFP pada tahun 1970an menyebabkan National Institutes of Health (NIH)

mengadakan konferensi untuk membahas masalah ini pada tahun 1985 Konferensi

ini menyimpulkan bahwa pemberian FFP sebagai bagian dari terapi koagulopati

yang disebabkan oleh transfusi darah masif hanya sedikit yang dapat dibuktikan

kebenarannya Bila dokter tetap ingin memberikan FFP kriteria berikut harus

ditetapkan

1 Perdarahan menyeluruh yang tidak dapat dikendalikan dengan jahitan bedah

atau kauter

2 PTT paling kurang 15 kali dari normal

3 Hitung thrombosit lebih besar daripada 70000mm (untuk menjamin bahwa

thrombositopenia bukan merupakan penyebab perdarahan)

Buletin Obat FDA baru (Juli 1989) menyimpulkan bahwa FFP sebaiknya jangan

diberikan

1 Untuk ekspansi volume sebagai suplemen nutrisi

2 Profilaksis dengan transfusi darah masif

3 Profilaksis setelah operasi By Pass

Yang lebih baru lagi ASA menyarankan pemberian FFP dengan panduan berikut

1 Untuk reversal mendesak terapi warfarin

2 Untuk koreksi defisiensi faktor pembekuan yang tidak diketahui bila konsentrat

spesifik tidak tersedia

3 Untuk koreksi perdarahan mikrovaskular bila ada peningkatan PT atau APTT

(gt15 kali normal)

4 Untuk koreksi perdarahan mikrovaskular sekunder terhadap defisiensi faktor

pembekuan pada pasien-pasien yang ditransfusi dengan lebih dari satu volume

darah dan bila PT dan PTT tidak dapat diperiksa

5 FFP harus diberikan dalam dosis yang dihitung untuk mencapai konsentrasi faktor

plasma minimum 30 (biasanya dicapai dengan pemberian FFP 10-15 mLkg )

kecuali untuk reversal mendesak antikoagulasi warfarin dimana FFP 5-8 mlkg

biasanya mencukupi Satu unit darah segar menyediakan faktor-faktor koagulasi

yang sama dengan yang terkandung dalam satu unit FFP

6 FFP dikontraindikasikan untuk tambahan volume plasma atau konsentrasi

albumin

Kesimpulan diatas berdasarkan anggapan bahwa yang diberikan adalah darah

lengkap Kebanyakan penelitian memeriksa pengaruh transfusi masif darah lengkap

pada koagulasi karena banyak pusat trauma menggunakan darah lengkap Murray

et al secara khusus mempertanyakan penggunaan PRC untuk kehilangan darah

yang banyak Pada penggunaan PRC kadar fibrinogen menurun signifikan

kebalikan dari penggunaan darah lengkap dimana kadar fibrinogen tetap tidak

berubah kecuali ada DIC (koagulasi inravaskular diseminata) Walaupun seluruh

faktor-faktor koagulasi menurun penurunan tidak sebanyak yang diperkirakan

karena pengenceran Mereka merasa bahwa faktor-faktor seperti VIII mungkin

disimpan dalam sel-sel endotelial dan dilepaskan dari endotelium selama stress

pembedahan Bila PRC digunakan untuk mengganti kehilangan darah mayor dokter

dapat mencoba memberikan FFP secara profilaksis Bagaimanapun juga Murray et

al secara khusus menyarankan untuk tidak mengikuti kebijaksanaan ini tetapi

menyatakan bahwa FFP hanya dibutuhkan bila PT dan PTT paling kurang 15 kali

normal dan kadar fibrinogen kurang dari 75 mgdL Penelitian terbaru oleh Murray

et al menunjukkan bahwa bila kehilangan volume intravaskuler digantikan dengan

PRC dan kristaloid PT dan PTT seringkali melebihi 15 kali normal

Baru-baru ini tiga pilihan dipertimbangkan oleh kebanyakan bank darah

A Detergen Pelarut Plasma dari donor multipel dikumpulkan dan diberikan

campuran pelarut penghancur lemak (tri-n-butil fosfat) dan detergen (triton x-100)

untuk menginaktivasi sampul lipid penyebab infeksi termasuk HIV HTLV HCV HBV

Baru-baru ini (1998) tersedia di Palang Merah Mempunyai beberapa kekurangan

termasuk pengumpulan yang dapat menyebabkan kontaminasi penyebab infeksi

yang beramplop

B Plasma donor tunggal yang diuji kembali untuk mempersiapkan FFP Unit (donasi

pertama) disimpan bila seluruh riwayat dan penyebab penyakit infeksi negatif Unit

tersebut tidak dilepaskan untuk digunakan hingga donor yang sama

menyumbangkan unit kedua lebih dari 3 bulan setelah donasi pertama dan lolos

pada pengujian serologik Saat itu unit pertama dilepaskan Unit kedua tidak

digunakan hingga orang tersebut kembali lebih dari 3 bulan kemudian untuk donasi

ketiga dan lolos kembali seluruh pengujian Saat itu unit kedua dapat digunakan

Pendekatan ini mempunyai keuntungan yang jelas tetapi pemberiannya rumit

C Plasma yang sering didonorkan Suatu hubungan terbalik terjadi antara jumlah

donasi yang diberikan seseorang dengan kemungkinan menjadi sero positif

Hubungan ini tidak saling bergantung pada waktu dimana donasi diberikan Yang

tampaknya mencapai reduksi maksimum insidensi sero positif pada lebih dari 4

donasi Perkiraannya adalah bahwa reduksi sero positif (dan karena itu transmisi)

hingga 13-12 gambaran saat ini

Pilihan diatas diadakan pada pertemuan di University of California San Fransisco

Transfusion Committee dan dokter akan mempunyai banyak pilihan plasma yang

lebih aman untuk pasien

IV Imunosupresi

Transfusi darah homolog menimbulkan suatu reaksi imunosupresif nonspesifik pada

resipien Efek ini bersifat terapi untuk resipien transplantasi ginjal Namun banyak

pengarang telah mengemukakan data untuk menunjukkan bahwa transfusi darah

meningkatkan suseptibilitas terhadap infeksi dan peningkatan progresi tumor

malignan Walaupun banyak faktor dapat terlibat pada pasien yang sakit keras

(misalnya pasien-pasien yang menerima transfusi darah kemungkinan punya

penyakit yang lebih luas dan invasif) bukti meyakinkan bahwa ada hubungan

antara transfusi preoperatif dan rekurensi tumor atau bertahan hidup pada pasien-

pasien dengan berbagai jenis kanker sebagaimana ditinjau oleh Schricmer et al

Mekanisme dan efek dari kanker ini tidak diketahui tetapi berhubungan dengan

peningkatan sintesis prostaglandin E penurunan generasi interleukin 2 dan produk

degradasi fibrinogen pada FFP Penemuan lanjut ini menimbulkan kekhawatiran

tentang pemberian FFP pada pasien-pasien yang imunitasnya ditekan Blumbert et

al menemukan bahwa pasien-pasien yang ditransfusi dengan PRC bertahan hidup

lebih baik daripada pasien-pasien yang menerima darah lengkap Hasilnya

Schriemer et al menyarankan untuk memberikan PRC dibanding darah lengkap bila

transfusi diindikasikan pada pasien-pasien kanker

Terbaru Landers et al telah meninjau mekanisme imunomodulasi yang disebabkan

tranfusi (Tabel 3) dan penurunan fungsi imun setelah transfusi darah alogenik atau

homolog (Tabel 4)

Table 3 Mekanisme Modulasi Imun yang ditimbulkan oleh Transfusi

Penumpukan Fe pada sistem RE mengakibatkan berbagai perubahan

Penurunan aktifitas makrofag yang dapat menangkap antigen kelas II oleh

monosit yang memproduksi prostaglandin E2 sehingga menghambat produksi IL-2

Inhibisi interleukin-2 oleh limfositT akan menurunkan stimulasi sel B dan produksi

antibodi

Teori deplesi klonal ndash sel-sel yang rusak akan menolak proses graft

Penurunan produksi limfosit T supressor

Pembentukan anti-idiotipik T cell receptor atau antibodi yang dapat melawan

antigen pada transfusi darah akan bangkit dan membentuk antigen yang baru

Dari Landers etal Anesth Analg 199682187

Table 4 Penurunan Fungsi Imun akibat Transfusi Darah Allogenik

Pengurangan respon limfosit

Penurunan produksi sitokin

Penurunan respon terhadap mitogen (subtansi yang menstimulasi mitosis dan

perubahan limfosit) atau antigen larut in vivo atau in vitro

Peningkatan jumlah atau fungsi sel supresor

Penurunan aktivitas sel pembunuh alami

Penurunan fungsi monosit

Penurunan sitotoksisitas yang di mediasi sel terhadap sel-sel target tertentu

Peningkatan produksi mediator dan antibodi anti idotipik supresif

Dari Landers etal Anesth Analg 199682187 (33)

V Terapi Komponen

A Thrombosit

Sebagiamana diindikasikan sebelumnya terdapat kekhawatiran bahwa produk-

produk darah homolog telah diberikan secara tidak tepat FDA Drug Bulletin Juli

1989 mencoba memberi panduan dan menyatakan bahwa thrombosit tidak boleh

diberikan

1 Kepada pasien-pasien dengan ITP (kecuali bila ada perdarahan yang mengancam

jiwa)

2 Profilaksis transfusi darah massif

3 Profilaksis pada cardiopulmonar bypass

FDA tidak menyatakan bahwa pada pasien yang menjalankan pembedahan atau

prosedur invasif lain tidak diuntungkan dari transfusi thrombosit profilaksis bila

hitung thrombosit paling kurang 50000mm3 dan thrombositopenia merupakan

satu-satunya kelainan

ASA task force baru-baru ini menyarankan bahwa

1 Transfusi thrombosit profilaksis tidak efektif dan jarang kali diindikasikan bila

thrombositopenia berhubungan dengan peningkatan destruksi thrombosit

(misalnya ITP)

2 Tranfusi thrombosit profilaksis jarang diindikasikan pada pasien-pasien bedah

dengan thrombositopenia yang berhubungan dengan penurunan produksi

thrombosit bila hitung thrombosit lebih besar daripada 100000mm3 dan biasanya

diindikasikan bila hitung thrombosit lebih rendah dari 50000mm3 Penentuan

apakah pasien-pasien dengan hitung thrombosit pada tingkat menengah (50000-

100000mm3) membutuhkan terapi harus berdasarkan pada resiko perdarahan

3 Pasien-pasien bedah dan obstetrik dengan perdarahan mikrovaskular biasanya

membutuhkan transfusi thrombosit bila hitung thrombosit lebih kecil dari

50000mm3 dan jarang membutuhkan transfusi bila lebih besar dari 100000mm3

Jika hitung thrombosit antara 50000-100000mm3) penentuan harus didasarkan

pada resiko pasien untuk perdarahan yang lebih signifikan

4 Persalinan pervaginam atau operatif dengan kehilangan darah yang sedikit dapat

dilakukan pada pasien-pasien dengan hitung thrombosit kurang dari 50000mm3

5 Transfusi thrombosit dapat diindikasikan bila hitung thrombosit cukup tetapi

terdapat disfungsi thrombosit dan perdarahan mikrovaskular

Transfusi thrombosit dibutuhkan untuk pasien-pasien dengan perdarahan sistemik

dan untuk pasien-pasien dengan resiko tinggi perdarahan yang disebabkan oleh

gangguan koagulasi sepsis atau disfungsi thrombosit yang berhubungan dengan

pengobatan atau penyakit Jelasnya maksudnya adalah untuk membuat dokter

lebih tepat dalam menetapkan indikasi transfusi thrombosit Karena peningkatan

kekhawatiran tentang kontaminasi bakterial kini sangat disarankan tiap pasien

yang menjadi demam setelah menerima konsentrat thrombosit harus dianggap

septik hingga terbukti sebaliknya

B Kriopresipitat

Kriopresipitat mengandung faktor VIIIC (aktivitas prokoagulan) faktor VIIIvWF

(faktor von Willebrand ) fibrinogen faktor XIII dan fibronektin yang merupakan

glikoprotein yang berperan pada peningkatan aktivitas sistem RES dalam

membunuh partikel asing dan bakteri dari darah

Terdapatnya fibrinogen yang rendah pada PRC sehingga ASA task force

menyarankan pemberian kriopresipitat untuk

1 Profilaksis pada pasien-pasien non perdarahan perioperiatif atau peripartum

dengan defisiensi fibrinogen kongenital atau penyakit von Willebrand yang tidak

berespon terhadap DDAVP (bila memungkinkan keputusan ini harus dibuat dengan

konsultasi dengan hematolog pasien tersebut)

2 Pasien-pasien perdarahan dengan penyakit von Willebrand

3 Koreksi perdarahan mikrovaskular pada pasien-pasien dengan transfusi massif

dengan konsentrasi fibrinogen kurang dari 80-100 mgdL (atau bila konsentrasi

fibrinogen tidak dapat diukur pada saat itu)

Darah lengkap harus diberikan pada transfusi darah massif karena PRC kurang

mengandung faktor koagulasi

Konsentrat faktor VIII merupakan terapi standar untuk hemofilia Teknik rekombinan

DNA terbaru telah digunakan untuk mengembangkan faktor VIII yang bebas

transmisi penyakit

VI Komplikasi

Dengan memperhitungkan pertimbangan di atas insidensi dari reaksi yang

merugikan adalah

Reaksi yang merugikan terhadap Transfusi

Tipe reaksi Insidensi

Reaksi febril 1 dari transfusi PRC

Reaksi alergi (urtikaria) 20 dari transfusi platelet

Rekasi transfusi hemolitik akut 11000 reaksi transfusi

Rekasi transfusi lambat ~ 133000 U PRC

Penyakit graft vs host (GVHD) ~ 12500 U PRC

Udem paru akut yang berhubungan

dengan transfusi (TRALI) 110000 U PRC

Dari Principles of Anesthetic Techniques and Anesthetic Emergencies

Darah yang telah bersih dari leukosit dapat menurunkan kejadian imunosupresi dan

insidensi banyak reaksi transfusi

VII Darah Sintetik

Karena banyak masalah termasuk yang terdaftar di atas dengan allogenik banyak

perusahaan mencoba membuat hemoglobin sintetik Produk ini telah diberikan pada

sukarelawan manusia dan pasien-pasien dengan keberhasilan yang cukup Hal ini

diungkapkan oleh Dietz et al pada Anesthesia amp Analgesia Februari 1996 Dasarnya

produk-produk ini

1 Larutan hemoglobin bebas stroma yang mengandung sejumlah modifikasi dari

molekul hemoglobin

2 Hemoglobin rekayasa genetik (misalnya Ecoli menghasilkan sel darah merah

manusia)

3 Larutan hemoglobin liposome-encapsulated mengandung hemoglobin dengan

membran sintetik

4 Perfluorokarbon larutan organik dengan kelarutan oksigen tinggi

Untuk mencegah banyak komplikasi seperti kerusakan ginjal pelepasan

endotoksin dan lain-lain berbagai pendekatan telah digunakan seperti cross-link

polimerisasi dan konjugator baik dengan kimiawi maupun tehnik genetik

sebagaimana diringkaskan dibawah

Tabel 5 Pengganti Sel darah Merah

Aktivitas Efisiensi

(efek biologis) (keuntungan untuk pasien)

Transpor O2 Penurunan penggunaan produk-produk darah

Bantuan hidup selama anemia berat Penurunan morbiditas dan mortalitas yang

berhubungan dengan transfusi

Resusitasi cairan Penggunaan pada lingkungan yang secara logistik sulit

Awalnya produk-produk ini dipandang sebagai pengganti darah Meskipun aman

tapi sulit disediakan oleh bank darah Kriteria FDA terhadap efisiensi sulit

diterapkan Sekarang lebih menekankan pada kemampuan transpor oksigennya

yang akan didiskusikan

Berbagai penelitian fase II and III telah dan sedang dilaksanakan Sejauh ini

kebanyakan produk menyebabkan hipertensi ringan dan peningkatan konsentrasi

amilase dan lipase yang signifikansinya masih harus ditetapkan

Kewaspadaan Pada GraviidaObat Efek Samping Utama Keterangan1048729 Kloramfenikol Gray-baby sindrom (kolapssirkulasi pd neonatus) anemiaHindari pemberian pd trimester 3masa laktasi amp neonatus1048729 SulfonamidDapsonRisiko hemolisis amp ikterus Hindari pemberian pd trimester 3 ampmasa laktasi1048729 Trimetoprim Hindari pemberian pd trimester 3

Obat Efek Samping Utama Keterangan1048729 Kloramfenikol Gray-baby sindrom (kolapssirkulasi pd neonatus) anemiaHindari pemberian pd trimester 3masa laktasi amp neonatus1048729 SulfonamidDapsonRisiko hemolisis amp ikterus Hindari pemberian pd trimester 3 ampmasa laktasi1048729 Trimetoprim Hindari pemberian pd trimester 3KotrimoksazolTeratogenik1048729 Eritromisin Hepatotoksik gangguan GIT Terutama pada sang ibu1048729 Penisilin ampSefalosporinHipersensitivitas rx alergigangguan GITbull Ruam amp diare pd neonatusbull Ko-amoksiklav sebaiknya dihindaripd kehamilanOtotoksik Gangguan pendengaran bisamempengaruhi ibu amp

Ibu Hamil Membutuhkan Antibiotik

Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) antibiotik

merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh mikroba untuk menghambat

pertumbuhan dan membasmi mikroba jenis lain Awalnya antibiotik hanya

ada beberapa namun saat ini sudah ditemukan berbagai jenis antibiotik

yang mampu mengatasi penyakit infeksi lanjutan Antibiotik bekerja untuk

melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri bukan virus Penggunaan

antibiotik tidak boleh sembarangan karena akan mendatangkan bahaya bagi

tubuh Prinsip yang harus diketahui antibiotik hanya digunakan jika ada

infeksi yang disebabkan oleh kuman bakteri

Obat-obatan antibiotik itu termasuk obat keras yang membantu tubuh untuk membunuh

kuman ataupun bakteri yang masuk dan tidak bisa dilawan dengan sistem kekebalan tubuh

Karena obat-obatan ini bekerja dengan sistem penghancuran total maka tidak hanya bakteri saja

sel tubuh kita yang terinfeksi dan disekitarnya akan ikut terkena guna menghilangkan

kesempatan masih ada sisa-sisa koloni bakteri yang mungkin bersembunyi Oleh karena itu

pemberian obat antibiotik harus tuntas sampai seluruh koloni bakteri benar-benar habis

terbunuh jika tidak maka dapat dipastikan bakteri itu bisa bersiap diri untuk menyerang

kembali atau bahkan bisa juga bakteri-bakteri itu menjadi resisten dengan obat tersebut dan

kalau sudah begitu diperlukan antibiotik generasi lebih tinggi untuk membunuh kuman Oleh

karena efek membunuh yang kuat jika seorang pasien diberi obat antibiotik harus dipastikan

sistem kekebalan tubuh pasien itu juga kuat Karena untuk melawan efek dari antibiotik itu

sendiri dan untuk sistem self-recovery mengganti sel-sel tubuh yang telah rusak

Pengaruh buruk obat terhadap janin dapat bersifat toksik teratogenik maupun letal

tergantung pada sifat obat dan umur kehamilan paga saat minum obat Pengaruh toksik adalah

jika obat yang diminum selama masa kehamilan menyebabkan terjadinya gangguan fisiologik

atau bio-kimiawi dari janin yang dikandung dan biasanya gejalanya baru muncul beberapa saat

setelah kelahiran Pengaruh obat bersifat teratogenik jika menyebabkan terjadinya malformasi

anatomik pada petumbuhan organ janin Pengaruh teratogenik ini biasanya terjadi pada dosis

subletal Sedangkan pengaruh obat yang bersifa letal adalah yang mengakibatkan kematian janin

dalam kandungan Secara umum pengaruh buruk obat pada janin dapat beragam sesuai dengan

fase-fase berikut

lt--[if supportLists]--gt1 lt--[endif]--gtFase implantasi yaitu pada umur kehamilan

kurang dari 3 minggu Pada fase ini obat dapat memberi pengaruh buruk atau

mungkin tidak sama sekali Jika terjadi pengaruh buruk biasanya menyebabkan

kematian embrio atau berakhirnya kehamilan (abortus)

lt--[if supportLists]--gt2 lt--[endif]--gtFase embional atau organogenesis yaitu pada

umur kehamilan antara 4-8 minggu Pada fase ini terjadi diferensiasi pertumbuhan

untuk terjadinya malformasi anatomik (pengaruh teratogenik) Berbagai pengaruh

buruk yang mungkin terjadi pada fase ini antara lain

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtGangguan fungsional atau metabolik yang

permanen yang biasanya baru muncul kemudian jadi tidak timbul secara

langsung pada saat kehamilan Misalnya pemakaian hormon dietilstilbestrol pada

trimester pertama kehamilan terbukti berkaitan dengan terjadinya adenokarsinoma

vagina pada anak perempuan di kemudian hari (pada saat mereka sudah dewasa)

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtPengaruh letal berupa kematian janin atau

terjadinya abortus

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtPengaruh sub-letal yang biasanya dalam

bentuk malformasi anatomis pertumbuhan organ seperti misalnya fokolemia

karena talidomid

lt--[if supportLists]--gt3 lt--[endif]--gtFase fetal yaitu pada trimester kedua dan ketiga

kehamilan Dalam fase ini terjadi maturasi dan pertumbuhan lebih lanjut dari janin

Pengaruh buruk senyawa asing terhadap janin pada fase ini tidak berupa malformasi

anatomik lagi tetapi mungkin dapat berupa gangguan pertumbuhan baik terhadap

fungsi-fungsi fisiologik atau biokimiawi organ-organ Demikian pula pengaruh obat

yang dialami ibu dapat pula dialami janin meskipun mungkin dalam derajat yang

berbeda Sebagai contoh adalah terjadinya depresi pernafasan neonatus karena selama

masa akhir kehamilan ibu mengkonsumsi obat-obat seperti analgetika-narkotik atau

terjadinya efek samping pada sistem ekstrapiramidal setelah pemakaian fenotiazin

Secara umumsetiap obat dibagi dalam kategori (A B C D dan X) berdasarkan tingkat

resiko saat kehamilan

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori A

Hanya beberapa obat saja yang termasuk kategori A di mana obat tersebut tidak

berbahaya bila dikonsumsi pada trisemester pertama saat kehamilan Contoh obat

adalah Nystatin vaginal (Mycostatin)

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori B

Obat kategori B meliputi obat-obat yang pengalaman pemakainya pada wanita hamil

masih terbatas tetapi tidak terbukti meningkatkan frekuensi malformasi atau

pengaruh buruk lainnya pada janin Mengingat terbatasnya pengalaman pemakaian

pada wanita hamil maka obat-obat kategori B dibagi lagi berdasarkan temuan-

temuan pada studi toksikologi pada hewan yaitu

B1 Dari penelitian pada hewan tidak terbukti meningkatnya kejadian kerusakan janin

(fetal damage) Contoh obat-obat yang termasuk pada kelompok ini misalnya

simetidin dipiridamol dan spektinomisin

B2 Data dari penilitian pada hewan belum memadai tetapi ada petunjuk tidak

meningkatnya kejadian kerusakan janin tikarsilin amfoterisin dopamin asetilkistein

dan alkaloid belladona adalah obat-obat yang masuk dalam kategori ini

B3 Penelitian pada hewan menunjukkan peningkatan kejadian kerusakan janin tetapi

belum tentu bermakna pada manusia Sebagai contoh adalah karbamazepin

pirimetamin griseofulvin trimetoprim dan mebendazol

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori C

Beberapa ada di kategori ini karena tidak ada informasi yang cukup dan beberapa

obat member efek buruk pada hewan percobaan tetapi tidak ada konfirmasi ataupun

pemberitahuan adanya masalah yang timbul seperti kelahiran yang cacat pada

manusia Merupakan obat-obat yang dapat memberi pengaruh buruk pada janin tanpa

disertai malformasi anatomik semata-mata karena efek farmakologiknya Yang

termasuk kategori C yaitu Baktirm Trimetropim Biaxin Cipro Diflucan Monistat

Terazol Isoniazid Rifampin dan Vermox

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori D

Pada kategori ini obat memberi efek yang buruk pada kehamilan dan sebaiknya

tidak digunakan kecuali tidak ada alternatif lain Contohnya adalah Tetrasiklin

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori X

Obat-obat yang masuk dalam kategori ini adalah yang telah terbukti mempunyai

risiko tinggi terjadinya pengaruh buruk yang menetap (irreversibel) pada janin jika

diminum pada masa kehamilan Obat dalam kategori ini merupakan kontraindikasi

mutlak selama kehamilan Sebagai contoh adalah isotretionin dan dietilstilbestrol

Untuk keadaan hamil apalagi masih dalam trimester ketiga pemberian antibiotik bisa

sangat membahayakan janin karena hampir semua antibiotik memberikan efek samping mual

muntah pusing dan gangguan sistem pencernaan Efek-efek samping yang ditimbulkan juga

akan menekan kehamilan Bahkan ada antibiotik yang bisa menembus sampai ke sistem

kelenjar cairan seperti liur kelenjar getah bening cairan otak dan ASI Jika pada masa

menyusui minum antibiotik maka obat akan merembes di ASI dan bayi akan minum ASI

bercampur obat bisa dibayangkan apa yang akan terjadi

Obat-obat antibiotik yang perlu perhatian khusus atau tidak boleh diminum untuk ibu

hamil dan menyusui

lt--[if supportLists]--gt1 lt--[endif]--gtGolongan Aminoglikosida (biasanya dalam

turunan garam sulfate-nya) seperti amikacin sulfate tobramycin sulfate dibekacin

sulfate gentamycin sulfate kanamycin sulfate dan netilmicin sulfate

Aminoglikosida dimasukkan dalam kategori obat D yang penggunaannya oleh

wanita hamil diketaui meningkatkan angka kejadian malformasi dan kerusakan janin

yang bersifat ireversibel Pemberian aminoglikosida pada wanita hamil sangat tidak

dianjurkan Selain itu aminoglikosida juga mempunyai efek samping nefrotoksik dan

ototoksik pada ibu dan juga dapat menimbulkan kerusakan ginjal tingkat seluler

pada janin terutama jika diberikan pada periode organogeneis Kerusakan saraf

kranial VIII juga banyak terjadi pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang

mendapat aminoglikosida pada kehamilan

lt--[if supportLists]--gt2 lt--[endif]--gtGolongan Sefalosporin seperti cefuroxime

acetyl cefotiam diHCl cefotaxime Na cefoperazone Na ceftriaxone Na cefazolin

Na cefaclor dan turunan garam monohydrate-nya cephadrine dan ceftizoxime Na

Sama halnya dengan penisilin sefalosporin relatif aman jika diberikan pada trimester

pertama kehamilan Kadar sefalosporin dalam sirkulasi janin meningkat selama

beberapa jam pertama setelah pemberian dosis pada ibu tetapi tidak terakumulasi

setelah pemberian berulang atau melalui infus Sejauh ini belum ada bukti bahwa

pengaruh buruk sefalosporin seperti misalnya anemia hemolitik dapat terjadi pada

bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu yang mendapat sefalosporin pada trimester

terakhir kehamilan

lt--[if supportLists]--gt3 lt--[endif]--gtGolongan Kloramfenikol seperti

Kloramfenikol dan thiamfenicol

Kloramfenikol bila diberikan menjelang persalinan dapat mengakibatkan kolaps

sirkulasi pada neonatus Pemberian kloramfenikol pada wanita hamil terutama pada

trimester II dan III di mana hepar belum matur dapat menyebabkan angka

terjadinya sindroma Grey pada bayi ditandai dengan kulit sianotik (sehingga bayi

tampak keabuabuan) hipotermia muntah abdomen protuberant dan menunjukkan

reaksi menolak menyusu di samping pernafasan yang cepat amp tidak teratur serta

letargi Kloramfenikol dimasukkan dalam kategori C yaitu obat yang karena efek

farmakologiknya dapat menyebabkan pengaruh buruk pada janin tanpa disertai

malformasi anatomik Pengaruh ini dapat bersifat reversibel Pemberian

kloramfenikol selama kehamilan sejauh mungkin dihindari terutama pada minggu-

minggu terakhir menjelang kelahiran dan selama menyusui

lt--[if supportLists]--gt4 lt--[endif]--gtGolongan Makrolid seperti clarithomycin

roxirhromycin erythromycin spiramycin dan azithromycin

lt--[if supportLists]--gt5 lt--[endif]--gtGolongan Penicillin seperti amoxicillin

turunan tridydrate dan turunan garam Na-nya

Obat-obat yang termasuk dalam golongan penisilin dapat dengan mudah menembus

plasenta dan mencapai kadar terapetik baik pada janin maupun cairan amnion

Penisilin relatif paling aman jika diberikan selama kehamilan meskipun perlu

pertimbangan yang seksama dan atas indikasi yang ketat mengingat kemungkinan

efek samping yang dapat terjadi pada ibu

lt--[if supportLists]--gt6 lt--[endif]--gtGolongan Kuinolon seperti ciprofloxacin dan

turunan garam HCl-nya ofloxacin sparfloxacin dan norfloxacin

lt--[if supportLists]--gt7 lt--[endif]--gtGolongan Tetrasiklin seperti doxycycline

tetracyclin dan turunan HCl-nya (tidak boleh untuk wanita hamil) dan oxytetracylin

(tidak boleh untuk wanita hamil)

Tetraskilin adalah jenis antibiotik yang merupakan anti bakteri yang luas sebagai

penghambat dan pembunuh bakteri gram positif dan gram negatif Merupakan zat

kelasi yang mempunyai afinitas dengan kalsium dan basa yang sukar larut dalam air

tetapi bentuk garam natrium atau garam HCL-nya mudah larut Dalam keadaadn

kering bentuk basa dan garam HCL tetrasiklin bersifat relative stabil Sedangkan

dalam larutan kebanyakan tetrasiklin sangat labil sehingga cepat berkurang

potensinya Efek tetrasiklin semakin fatal pada ibu hamil trimester pertama

Sehingga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang mikromelia dan

sindaktil Pembentukan tulang baru mulai pada trimester kedua Oleh karena itu

pemberian pada trismester kedua dapat mengakibatkan peubahan warna kekuningan

yang permanen pada gigi susu dan hipoplasia enamel Meskipun demikian gigi yang

kekuningan tersebut lebih tahan terhadap karies dibandingkan gigi normal

Sedangkan pemberian pada bulan ke 4 kehidupan janin sampai akhir tahun pertama

dapat menimbulkan kelainan warna gigi Wanita hamil atau masa nifas dengan

pielonefritis atau gangguan fungsi ginjal lain cendrung menderita kerusakan hati

akibat pemberian golongan tetrasiklin Tapi saat ini tetraskilin sudah jarang diberikan

kepada ibu hamil dan anak anak

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmpilisin Segi keamanan baik bagi ibu maupun

janin relatif cukup terjamin Kadar ampisilin dalam sirkulasi darah janin meningkat

secara lambat setelah pemberiannya pada ibu dan bahkan sering melebihi kadarnya

dalam sirkulasi ibu Pada awal kehamilan kadar ampisilin dalam cairan amnion

relatif rendah karena belum sempurnanya ginjal janin di samping meningkatnya

kecepatan aliran darah antara ibu dan janin pada masa tersebut Tetapi pada periode

akhir kehamilan di mana ginjal dan alat ekskresi yangi lain pada janin telah matur

kadarnya dalam sirkulasi janin justru lebih tinggi dibanding ibu Farmakokinetika

ampisilin berubah menyolok selama kehamilan Dengan meningkatnya volume

plasma dan cairan tubuh maka meningkat pula volume distribusi obat Oleh sebab itu

kadar ampisilin pada wanita hamil kira-kira hanya 50 dibanding saat tidak hamil

Dengan demikian penambahan dosis ampisilin perlu dilakukan selama masa

kehamilan

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmoksisilin Pada dasarnya absorpsi

amoksisilin setelah pemberian per oral jauh lebih baik dibanding ampisilin

Amoksisilin diabsorpsi secara cepat dan sempurna baik setelah pemberian oral

maupun parenteral Seperti halnya dengan ampisilin penambahan dosis amoksisilin

pada kehamilan perlu dilakukan mengingat kadarnya dalam darah ibu maupun janin

relatif rendah dibanding saat tidak hamil Dalam sirkulasi janin kadarnya hanya

sekitar seperempat sampai sepertiga kadar di sirkulasi ibu

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtSulfonmida Obat-obat yang tergolong

sulfonamida dapat melintasi plasenta dan masuk dalam sirkulasi janin dalam kadar

yang lebih rendah atau sama dengan kadarnya dalam sirkulasi ibu Pemakaian

sulfonamida pada wanita hamil harus dihindari terutama pada akhir masa kehamilan

Hal ini karena sulfonamida mampu mendesak bilirubin dari tempat ikatannya dengan

protein sehingga mengakibatkan terjadinya kern-ikterus pada bayi yang baru

dilahirkan Keadaan ini mungkin akan menetap sampai 7 hari setelah bayi lahir

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtEritromisin Pemakaian eritromisin pada wanita

hamil relatif aman karena meskipun dapat terdifusi secara luas ke hampir semua

jaringan (kecuali otak dan cairan serebrospinal) tetapi kadar pada janin hanya

mencapai 1-2 dibanding kadarnya dalam serum ibu Di samping itu sejauh ini

belum terdapat bukti bahwa eritromisin dapat menyebabkan kelainan pada janin

Kemanfaatan eritromisin untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh Chlamydia

pada wanita hamil serta pencegahan penularan ke janin cukup baik meskipun bukan

menjadi obat pilihan pertama Namun ditilik dari segi keamanan dan manfaatnya

pemakaian eritromisin untuk infeksi tersebut lebih dianjurkan dibanding antibiotika

lain misalnya tetrasiklin

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtTrimetoprim Karena volume distribusi yang

luas trimetoprim mampu menembus jaringan fetal hingga mencapai kadar yang lebih

tinggi dibanding sulfametoksazol meskipun kadarnya tidak lebih tinggi dari ibu Pada

uji hewan trimetoprim terbukti bersifat teratogen jika diberikan pada dosis besar

Meskipun belum terdapat bukti bahwa trimetoprim juga bersifat teratogen pada janin

tetapi pemakaiannya pada wanita hamil perlu dihindari Jika terpaksa harus

memberikan kombinasi trimetoprim + sulfametoksazol pada kehamilan diperlukan

pemberian suplementasi asam folet

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtNitrofurantoin Sering digunakan sebagai

antiseptik pada saluran kencing Jika diberikan pada awal kehamilan kadar

nitrofurantoin pada jaringan fetal lebih tinggi dibanding ibu tetapi kadarnya dalam

plasma sangat rendah Dengan makin bertambahnya umur kehamilan kadar

nitrofurantoin dalam plasma janin juga meningkat Sejauh ini belum terbukti bahwa

nitrofurantoin dapat meningkatkan kejadian malformasi janin Namun perhatian harus

diberikan terutama pada kehamilan cukup bulan di mana pemberian nitrofurantoin

pada periode ini kemungkinan akan menyebabkan anemia hemolitik pada janin

LKSI 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Percetakan Not BandungRagg M 2001 Obat-Obat yang paling diresepkan Arcan Jakarta

Santoso B 1995 Efek Samping Obat ed 2 Pusat Study Farmakologi Klinik dan Kebijakan Obat UGM Yogyakarta

Setiabudy S dkk 2007 Farmakologi dan Terapeutik edisi 5 FKUI JakartaSpeirs Al 1992 Ilmu Kesehatan Anak untuk Perawat ed 2 IKIPSemarang Press Semarang

Yagiela J A Frank J D Enid A N 2004 Pharmacology and Therapeutics for Dentistry Elsevier Mosby St Louis

Obat-obatan Untuk Ibu

Sebenarnya obat yang langsung ke ASI itu jumlahnya sangat kecil Sebagian kecil berpengaruh kepada bayi Secara umum menghentikan pemberian ASI lebih berbahaya daripada pengaruh obat tersebut Hanya sebagian kecil obat yang mempunyai efek samping Bayi yang berumur kurang dari satu bulan mempunyai masalah yang besar dibandingkan dengan bayi yang lebih tua Tetapi mungkin perlu dipikirkan obat alternatif untuk ibu yang menyebabkan lebih sedikit masalah Kejadian penghentian menyusui karena ibu harus minum obat adalah sangat jarang

Pada sedikit situasi menyusui merupakan kontra indikasi

Jika ibu mendapatkan obat anti kanker pemberian ASI boleh dihentikan Jika ibu mendapatkan pengobatan radioaktif ibu dapat menghentikan pemberian ASI untuk sementara Obat-obatan ini jarang digunakan

Beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang kadang-kadang menyebabkan perlunya penghentian pemberian ASI

Jika ibu mendapatkan obat psikiatrik atau anti konfulsan kadang-kadang membuat bayi (berusia kurang dari satu bulan) yang menyusui menjadi tampak lemah Khususnya jika diberikan barbiturat dan diazepam Jika memungkinkan sebaiknya diganti dengan obat lain yang mempunyai efek samping kecil Namun demikian sangat berbahaya jika mengubah pengobatan secara cepat khususnya pada kasus epilepsi

Jika tidak ada alternatif teruskan pemberian ASI dan amatilah bayinya

Jika terjadi efek samping pemberian ASI dapat dihentikan

Beberapa antibiotik perlu dihindari

Antibiotik pada umumnya aman bagi ASI dan bagi bayi Tetapi lebih baik menghindari pemberian Chloramphenikol dan tetrasiklin serta metronidazole Jika salah satu antibiotik tersebut harus diberikan kepada ibu teruskan menyusui dan amatilah bayinya Pada umumnya tidak ada masalah

Hindari pemberian sulphonamide kepada ibu khususnya jika bayi jaundice Jika obat seperti cotrimoxasole fansidar dan dapsone diperlukan berikan obat tersebut dan teruskan pemberian ASI Pertimbangkan pemberian makanan alternatif bila bayi jaundice terutama jaundice yang terjadi ketika ibu meminum obat tersebut

Obat yang menyebabkan menurunnya produksi ASI perlu dihindari

Hindari penggunaan kontrasepsi yang mengandung estrogen Hindari penggunaan Thiazide diuretik seperti Chlorotiazide karena obat ini menurunkan produksi ASI Jia mungkin carilah alternatifnya

Kebanyakan obat yang umum digunakan adalah aman pada dosis biasa

Jika ibu menyusui mendapatkan obat tetapi anda tidak yakin obat apa

1 Cek daftar obat di dalam manual 2 Anjurkan agar ibu terus menyusui sambil mencoba mengetahui obat apa yang diberikan 3 Amatilah bayi jika terjadi efek samping seperti mengantuk yang abnormal tidak nafsu makan dan

ikterus khususnya jika ibu mengkonsumsi obat untuk waktu yang lama 4 Usahakan mendapatkan saran dari petugas kesehatan yang lebih ahli seperti dokter atau apoteker 5 Jika khawatir cobalah mencari obat alternatif yang anda ketahui lebih aman 6 Jika bayi terkena efek samping dan ibu tidak mengubah penggunaan obatnya gunakanlah metode

alternatif yang aman 7 Jika bayi terkena efek samping dan anda tidak mungkin mengubah obatnya pertimbangkan cara

pemberian makanan yang lain untuk sementara waktu bila mungkin

Menyusui dan Obat-obatan untuk Ibu

Kontra indikasi pemberian ASI Obat anti kanker

Radioaktif (berhenti menyusui sementara)

Teruskan pemberian ASI Obat penyakit psikis dan anti konvulsan

(Amati efek samping pada bayi

misalnya mengantuk)

Gunakan obat alternatif Chloramfenikol tetracyclin metronidazole

Quinolone antibiotics (eg Ciprofloxacin)

Pantau kemungkinan ikterius Sulphonamides cotrimoxazole fansidar dapsone

Gunakan obat alternatif Estrogen terutama kontrasepsi berisi estrogen

(dapat menurunkan produksi ASI) Thiazide diuretic

Aman pada dosis biasa Obat-obatan paling biasa digunakan

Pantau bayi Analgesik dan antipiretik paracetakol yang diberikan untuk waktu siang asam acetil salisilik ibuprofen kadang-kadang diberikan morfin dan petidin kebanyakan obat batuk dan masuk angin antibiotik ampisilin kloxasilin dan penisilin erythromisin lain obat anti TB anti lepra anti malaria (kecuali meflokuin) antihelmint anti jamur bronchodilator (eg Salbutamol) corticosteroids antihistamin antasid obat untuk diabetes kebanyakan oabat anti-hipertensi digoksin suplemen gizi yodium zat besi dan vitamin-vitamin

Dikirim oleh (RSIA permata hati)

  • RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI
  • Hal-hal Terbaru Tentang Transfusi Darah
Page 12: RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI.docx

bahwa hitung thrombosit jarang menurun serendah yang diperkirakan dari

pengenceran saja Hal ini mungkin karena thrombosit dilepaskan ke dalam sirkulasi

dari limpa sumsum tulang dan karena adanya thrombosit non fungsional Lebih

lanjut Reed et al menemukan tidak ada keuntungan pemberian thrombosit

profilaksis selama transfusi masif Thrombosit sebaiknya jangan diberikan untuk

memperbaiki hasil pemeriksaan laboratorium pada keadaan thrombositopenia

kecuali pada keadaan koagulopati klinis

Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa FFP tetap diberikan untuk pengobatan

koagulopati yang disebabkan oleh transfusi Keseluruhan peningkatan penggunaan

FFP pada tahun 1970an menyebabkan National Institutes of Health (NIH)

mengadakan konferensi untuk membahas masalah ini pada tahun 1985 Konferensi

ini menyimpulkan bahwa pemberian FFP sebagai bagian dari terapi koagulopati

yang disebabkan oleh transfusi darah masif hanya sedikit yang dapat dibuktikan

kebenarannya Bila dokter tetap ingin memberikan FFP kriteria berikut harus

ditetapkan

1 Perdarahan menyeluruh yang tidak dapat dikendalikan dengan jahitan bedah

atau kauter

2 PTT paling kurang 15 kali dari normal

3 Hitung thrombosit lebih besar daripada 70000mm (untuk menjamin bahwa

thrombositopenia bukan merupakan penyebab perdarahan)

Buletin Obat FDA baru (Juli 1989) menyimpulkan bahwa FFP sebaiknya jangan

diberikan

1 Untuk ekspansi volume sebagai suplemen nutrisi

2 Profilaksis dengan transfusi darah masif

3 Profilaksis setelah operasi By Pass

Yang lebih baru lagi ASA menyarankan pemberian FFP dengan panduan berikut

1 Untuk reversal mendesak terapi warfarin

2 Untuk koreksi defisiensi faktor pembekuan yang tidak diketahui bila konsentrat

spesifik tidak tersedia

3 Untuk koreksi perdarahan mikrovaskular bila ada peningkatan PT atau APTT

(gt15 kali normal)

4 Untuk koreksi perdarahan mikrovaskular sekunder terhadap defisiensi faktor

pembekuan pada pasien-pasien yang ditransfusi dengan lebih dari satu volume

darah dan bila PT dan PTT tidak dapat diperiksa

5 FFP harus diberikan dalam dosis yang dihitung untuk mencapai konsentrasi faktor

plasma minimum 30 (biasanya dicapai dengan pemberian FFP 10-15 mLkg )

kecuali untuk reversal mendesak antikoagulasi warfarin dimana FFP 5-8 mlkg

biasanya mencukupi Satu unit darah segar menyediakan faktor-faktor koagulasi

yang sama dengan yang terkandung dalam satu unit FFP

6 FFP dikontraindikasikan untuk tambahan volume plasma atau konsentrasi

albumin

Kesimpulan diatas berdasarkan anggapan bahwa yang diberikan adalah darah

lengkap Kebanyakan penelitian memeriksa pengaruh transfusi masif darah lengkap

pada koagulasi karena banyak pusat trauma menggunakan darah lengkap Murray

et al secara khusus mempertanyakan penggunaan PRC untuk kehilangan darah

yang banyak Pada penggunaan PRC kadar fibrinogen menurun signifikan

kebalikan dari penggunaan darah lengkap dimana kadar fibrinogen tetap tidak

berubah kecuali ada DIC (koagulasi inravaskular diseminata) Walaupun seluruh

faktor-faktor koagulasi menurun penurunan tidak sebanyak yang diperkirakan

karena pengenceran Mereka merasa bahwa faktor-faktor seperti VIII mungkin

disimpan dalam sel-sel endotelial dan dilepaskan dari endotelium selama stress

pembedahan Bila PRC digunakan untuk mengganti kehilangan darah mayor dokter

dapat mencoba memberikan FFP secara profilaksis Bagaimanapun juga Murray et

al secara khusus menyarankan untuk tidak mengikuti kebijaksanaan ini tetapi

menyatakan bahwa FFP hanya dibutuhkan bila PT dan PTT paling kurang 15 kali

normal dan kadar fibrinogen kurang dari 75 mgdL Penelitian terbaru oleh Murray

et al menunjukkan bahwa bila kehilangan volume intravaskuler digantikan dengan

PRC dan kristaloid PT dan PTT seringkali melebihi 15 kali normal

Baru-baru ini tiga pilihan dipertimbangkan oleh kebanyakan bank darah

A Detergen Pelarut Plasma dari donor multipel dikumpulkan dan diberikan

campuran pelarut penghancur lemak (tri-n-butil fosfat) dan detergen (triton x-100)

untuk menginaktivasi sampul lipid penyebab infeksi termasuk HIV HTLV HCV HBV

Baru-baru ini (1998) tersedia di Palang Merah Mempunyai beberapa kekurangan

termasuk pengumpulan yang dapat menyebabkan kontaminasi penyebab infeksi

yang beramplop

B Plasma donor tunggal yang diuji kembali untuk mempersiapkan FFP Unit (donasi

pertama) disimpan bila seluruh riwayat dan penyebab penyakit infeksi negatif Unit

tersebut tidak dilepaskan untuk digunakan hingga donor yang sama

menyumbangkan unit kedua lebih dari 3 bulan setelah donasi pertama dan lolos

pada pengujian serologik Saat itu unit pertama dilepaskan Unit kedua tidak

digunakan hingga orang tersebut kembali lebih dari 3 bulan kemudian untuk donasi

ketiga dan lolos kembali seluruh pengujian Saat itu unit kedua dapat digunakan

Pendekatan ini mempunyai keuntungan yang jelas tetapi pemberiannya rumit

C Plasma yang sering didonorkan Suatu hubungan terbalik terjadi antara jumlah

donasi yang diberikan seseorang dengan kemungkinan menjadi sero positif

Hubungan ini tidak saling bergantung pada waktu dimana donasi diberikan Yang

tampaknya mencapai reduksi maksimum insidensi sero positif pada lebih dari 4

donasi Perkiraannya adalah bahwa reduksi sero positif (dan karena itu transmisi)

hingga 13-12 gambaran saat ini

Pilihan diatas diadakan pada pertemuan di University of California San Fransisco

Transfusion Committee dan dokter akan mempunyai banyak pilihan plasma yang

lebih aman untuk pasien

IV Imunosupresi

Transfusi darah homolog menimbulkan suatu reaksi imunosupresif nonspesifik pada

resipien Efek ini bersifat terapi untuk resipien transplantasi ginjal Namun banyak

pengarang telah mengemukakan data untuk menunjukkan bahwa transfusi darah

meningkatkan suseptibilitas terhadap infeksi dan peningkatan progresi tumor

malignan Walaupun banyak faktor dapat terlibat pada pasien yang sakit keras

(misalnya pasien-pasien yang menerima transfusi darah kemungkinan punya

penyakit yang lebih luas dan invasif) bukti meyakinkan bahwa ada hubungan

antara transfusi preoperatif dan rekurensi tumor atau bertahan hidup pada pasien-

pasien dengan berbagai jenis kanker sebagaimana ditinjau oleh Schricmer et al

Mekanisme dan efek dari kanker ini tidak diketahui tetapi berhubungan dengan

peningkatan sintesis prostaglandin E penurunan generasi interleukin 2 dan produk

degradasi fibrinogen pada FFP Penemuan lanjut ini menimbulkan kekhawatiran

tentang pemberian FFP pada pasien-pasien yang imunitasnya ditekan Blumbert et

al menemukan bahwa pasien-pasien yang ditransfusi dengan PRC bertahan hidup

lebih baik daripada pasien-pasien yang menerima darah lengkap Hasilnya

Schriemer et al menyarankan untuk memberikan PRC dibanding darah lengkap bila

transfusi diindikasikan pada pasien-pasien kanker

Terbaru Landers et al telah meninjau mekanisme imunomodulasi yang disebabkan

tranfusi (Tabel 3) dan penurunan fungsi imun setelah transfusi darah alogenik atau

homolog (Tabel 4)

Table 3 Mekanisme Modulasi Imun yang ditimbulkan oleh Transfusi

Penumpukan Fe pada sistem RE mengakibatkan berbagai perubahan

Penurunan aktifitas makrofag yang dapat menangkap antigen kelas II oleh

monosit yang memproduksi prostaglandin E2 sehingga menghambat produksi IL-2

Inhibisi interleukin-2 oleh limfositT akan menurunkan stimulasi sel B dan produksi

antibodi

Teori deplesi klonal ndash sel-sel yang rusak akan menolak proses graft

Penurunan produksi limfosit T supressor

Pembentukan anti-idiotipik T cell receptor atau antibodi yang dapat melawan

antigen pada transfusi darah akan bangkit dan membentuk antigen yang baru

Dari Landers etal Anesth Analg 199682187

Table 4 Penurunan Fungsi Imun akibat Transfusi Darah Allogenik

Pengurangan respon limfosit

Penurunan produksi sitokin

Penurunan respon terhadap mitogen (subtansi yang menstimulasi mitosis dan

perubahan limfosit) atau antigen larut in vivo atau in vitro

Peningkatan jumlah atau fungsi sel supresor

Penurunan aktivitas sel pembunuh alami

Penurunan fungsi monosit

Penurunan sitotoksisitas yang di mediasi sel terhadap sel-sel target tertentu

Peningkatan produksi mediator dan antibodi anti idotipik supresif

Dari Landers etal Anesth Analg 199682187 (33)

V Terapi Komponen

A Thrombosit

Sebagiamana diindikasikan sebelumnya terdapat kekhawatiran bahwa produk-

produk darah homolog telah diberikan secara tidak tepat FDA Drug Bulletin Juli

1989 mencoba memberi panduan dan menyatakan bahwa thrombosit tidak boleh

diberikan

1 Kepada pasien-pasien dengan ITP (kecuali bila ada perdarahan yang mengancam

jiwa)

2 Profilaksis transfusi darah massif

3 Profilaksis pada cardiopulmonar bypass

FDA tidak menyatakan bahwa pada pasien yang menjalankan pembedahan atau

prosedur invasif lain tidak diuntungkan dari transfusi thrombosit profilaksis bila

hitung thrombosit paling kurang 50000mm3 dan thrombositopenia merupakan

satu-satunya kelainan

ASA task force baru-baru ini menyarankan bahwa

1 Transfusi thrombosit profilaksis tidak efektif dan jarang kali diindikasikan bila

thrombositopenia berhubungan dengan peningkatan destruksi thrombosit

(misalnya ITP)

2 Tranfusi thrombosit profilaksis jarang diindikasikan pada pasien-pasien bedah

dengan thrombositopenia yang berhubungan dengan penurunan produksi

thrombosit bila hitung thrombosit lebih besar daripada 100000mm3 dan biasanya

diindikasikan bila hitung thrombosit lebih rendah dari 50000mm3 Penentuan

apakah pasien-pasien dengan hitung thrombosit pada tingkat menengah (50000-

100000mm3) membutuhkan terapi harus berdasarkan pada resiko perdarahan

3 Pasien-pasien bedah dan obstetrik dengan perdarahan mikrovaskular biasanya

membutuhkan transfusi thrombosit bila hitung thrombosit lebih kecil dari

50000mm3 dan jarang membutuhkan transfusi bila lebih besar dari 100000mm3

Jika hitung thrombosit antara 50000-100000mm3) penentuan harus didasarkan

pada resiko pasien untuk perdarahan yang lebih signifikan

4 Persalinan pervaginam atau operatif dengan kehilangan darah yang sedikit dapat

dilakukan pada pasien-pasien dengan hitung thrombosit kurang dari 50000mm3

5 Transfusi thrombosit dapat diindikasikan bila hitung thrombosit cukup tetapi

terdapat disfungsi thrombosit dan perdarahan mikrovaskular

Transfusi thrombosit dibutuhkan untuk pasien-pasien dengan perdarahan sistemik

dan untuk pasien-pasien dengan resiko tinggi perdarahan yang disebabkan oleh

gangguan koagulasi sepsis atau disfungsi thrombosit yang berhubungan dengan

pengobatan atau penyakit Jelasnya maksudnya adalah untuk membuat dokter

lebih tepat dalam menetapkan indikasi transfusi thrombosit Karena peningkatan

kekhawatiran tentang kontaminasi bakterial kini sangat disarankan tiap pasien

yang menjadi demam setelah menerima konsentrat thrombosit harus dianggap

septik hingga terbukti sebaliknya

B Kriopresipitat

Kriopresipitat mengandung faktor VIIIC (aktivitas prokoagulan) faktor VIIIvWF

(faktor von Willebrand ) fibrinogen faktor XIII dan fibronektin yang merupakan

glikoprotein yang berperan pada peningkatan aktivitas sistem RES dalam

membunuh partikel asing dan bakteri dari darah

Terdapatnya fibrinogen yang rendah pada PRC sehingga ASA task force

menyarankan pemberian kriopresipitat untuk

1 Profilaksis pada pasien-pasien non perdarahan perioperiatif atau peripartum

dengan defisiensi fibrinogen kongenital atau penyakit von Willebrand yang tidak

berespon terhadap DDAVP (bila memungkinkan keputusan ini harus dibuat dengan

konsultasi dengan hematolog pasien tersebut)

2 Pasien-pasien perdarahan dengan penyakit von Willebrand

3 Koreksi perdarahan mikrovaskular pada pasien-pasien dengan transfusi massif

dengan konsentrasi fibrinogen kurang dari 80-100 mgdL (atau bila konsentrasi

fibrinogen tidak dapat diukur pada saat itu)

Darah lengkap harus diberikan pada transfusi darah massif karena PRC kurang

mengandung faktor koagulasi

Konsentrat faktor VIII merupakan terapi standar untuk hemofilia Teknik rekombinan

DNA terbaru telah digunakan untuk mengembangkan faktor VIII yang bebas

transmisi penyakit

VI Komplikasi

Dengan memperhitungkan pertimbangan di atas insidensi dari reaksi yang

merugikan adalah

Reaksi yang merugikan terhadap Transfusi

Tipe reaksi Insidensi

Reaksi febril 1 dari transfusi PRC

Reaksi alergi (urtikaria) 20 dari transfusi platelet

Rekasi transfusi hemolitik akut 11000 reaksi transfusi

Rekasi transfusi lambat ~ 133000 U PRC

Penyakit graft vs host (GVHD) ~ 12500 U PRC

Udem paru akut yang berhubungan

dengan transfusi (TRALI) 110000 U PRC

Dari Principles of Anesthetic Techniques and Anesthetic Emergencies

Darah yang telah bersih dari leukosit dapat menurunkan kejadian imunosupresi dan

insidensi banyak reaksi transfusi

VII Darah Sintetik

Karena banyak masalah termasuk yang terdaftar di atas dengan allogenik banyak

perusahaan mencoba membuat hemoglobin sintetik Produk ini telah diberikan pada

sukarelawan manusia dan pasien-pasien dengan keberhasilan yang cukup Hal ini

diungkapkan oleh Dietz et al pada Anesthesia amp Analgesia Februari 1996 Dasarnya

produk-produk ini

1 Larutan hemoglobin bebas stroma yang mengandung sejumlah modifikasi dari

molekul hemoglobin

2 Hemoglobin rekayasa genetik (misalnya Ecoli menghasilkan sel darah merah

manusia)

3 Larutan hemoglobin liposome-encapsulated mengandung hemoglobin dengan

membran sintetik

4 Perfluorokarbon larutan organik dengan kelarutan oksigen tinggi

Untuk mencegah banyak komplikasi seperti kerusakan ginjal pelepasan

endotoksin dan lain-lain berbagai pendekatan telah digunakan seperti cross-link

polimerisasi dan konjugator baik dengan kimiawi maupun tehnik genetik

sebagaimana diringkaskan dibawah

Tabel 5 Pengganti Sel darah Merah

Aktivitas Efisiensi

(efek biologis) (keuntungan untuk pasien)

Transpor O2 Penurunan penggunaan produk-produk darah

Bantuan hidup selama anemia berat Penurunan morbiditas dan mortalitas yang

berhubungan dengan transfusi

Resusitasi cairan Penggunaan pada lingkungan yang secara logistik sulit

Awalnya produk-produk ini dipandang sebagai pengganti darah Meskipun aman

tapi sulit disediakan oleh bank darah Kriteria FDA terhadap efisiensi sulit

diterapkan Sekarang lebih menekankan pada kemampuan transpor oksigennya

yang akan didiskusikan

Berbagai penelitian fase II and III telah dan sedang dilaksanakan Sejauh ini

kebanyakan produk menyebabkan hipertensi ringan dan peningkatan konsentrasi

amilase dan lipase yang signifikansinya masih harus ditetapkan

Kewaspadaan Pada GraviidaObat Efek Samping Utama Keterangan1048729 Kloramfenikol Gray-baby sindrom (kolapssirkulasi pd neonatus) anemiaHindari pemberian pd trimester 3masa laktasi amp neonatus1048729 SulfonamidDapsonRisiko hemolisis amp ikterus Hindari pemberian pd trimester 3 ampmasa laktasi1048729 Trimetoprim Hindari pemberian pd trimester 3

Obat Efek Samping Utama Keterangan1048729 Kloramfenikol Gray-baby sindrom (kolapssirkulasi pd neonatus) anemiaHindari pemberian pd trimester 3masa laktasi amp neonatus1048729 SulfonamidDapsonRisiko hemolisis amp ikterus Hindari pemberian pd trimester 3 ampmasa laktasi1048729 Trimetoprim Hindari pemberian pd trimester 3KotrimoksazolTeratogenik1048729 Eritromisin Hepatotoksik gangguan GIT Terutama pada sang ibu1048729 Penisilin ampSefalosporinHipersensitivitas rx alergigangguan GITbull Ruam amp diare pd neonatusbull Ko-amoksiklav sebaiknya dihindaripd kehamilanOtotoksik Gangguan pendengaran bisamempengaruhi ibu amp

Ibu Hamil Membutuhkan Antibiotik

Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) antibiotik

merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh mikroba untuk menghambat

pertumbuhan dan membasmi mikroba jenis lain Awalnya antibiotik hanya

ada beberapa namun saat ini sudah ditemukan berbagai jenis antibiotik

yang mampu mengatasi penyakit infeksi lanjutan Antibiotik bekerja untuk

melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri bukan virus Penggunaan

antibiotik tidak boleh sembarangan karena akan mendatangkan bahaya bagi

tubuh Prinsip yang harus diketahui antibiotik hanya digunakan jika ada

infeksi yang disebabkan oleh kuman bakteri

Obat-obatan antibiotik itu termasuk obat keras yang membantu tubuh untuk membunuh

kuman ataupun bakteri yang masuk dan tidak bisa dilawan dengan sistem kekebalan tubuh

Karena obat-obatan ini bekerja dengan sistem penghancuran total maka tidak hanya bakteri saja

sel tubuh kita yang terinfeksi dan disekitarnya akan ikut terkena guna menghilangkan

kesempatan masih ada sisa-sisa koloni bakteri yang mungkin bersembunyi Oleh karena itu

pemberian obat antibiotik harus tuntas sampai seluruh koloni bakteri benar-benar habis

terbunuh jika tidak maka dapat dipastikan bakteri itu bisa bersiap diri untuk menyerang

kembali atau bahkan bisa juga bakteri-bakteri itu menjadi resisten dengan obat tersebut dan

kalau sudah begitu diperlukan antibiotik generasi lebih tinggi untuk membunuh kuman Oleh

karena efek membunuh yang kuat jika seorang pasien diberi obat antibiotik harus dipastikan

sistem kekebalan tubuh pasien itu juga kuat Karena untuk melawan efek dari antibiotik itu

sendiri dan untuk sistem self-recovery mengganti sel-sel tubuh yang telah rusak

Pengaruh buruk obat terhadap janin dapat bersifat toksik teratogenik maupun letal

tergantung pada sifat obat dan umur kehamilan paga saat minum obat Pengaruh toksik adalah

jika obat yang diminum selama masa kehamilan menyebabkan terjadinya gangguan fisiologik

atau bio-kimiawi dari janin yang dikandung dan biasanya gejalanya baru muncul beberapa saat

setelah kelahiran Pengaruh obat bersifat teratogenik jika menyebabkan terjadinya malformasi

anatomik pada petumbuhan organ janin Pengaruh teratogenik ini biasanya terjadi pada dosis

subletal Sedangkan pengaruh obat yang bersifa letal adalah yang mengakibatkan kematian janin

dalam kandungan Secara umum pengaruh buruk obat pada janin dapat beragam sesuai dengan

fase-fase berikut

lt--[if supportLists]--gt1 lt--[endif]--gtFase implantasi yaitu pada umur kehamilan

kurang dari 3 minggu Pada fase ini obat dapat memberi pengaruh buruk atau

mungkin tidak sama sekali Jika terjadi pengaruh buruk biasanya menyebabkan

kematian embrio atau berakhirnya kehamilan (abortus)

lt--[if supportLists]--gt2 lt--[endif]--gtFase embional atau organogenesis yaitu pada

umur kehamilan antara 4-8 minggu Pada fase ini terjadi diferensiasi pertumbuhan

untuk terjadinya malformasi anatomik (pengaruh teratogenik) Berbagai pengaruh

buruk yang mungkin terjadi pada fase ini antara lain

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtGangguan fungsional atau metabolik yang

permanen yang biasanya baru muncul kemudian jadi tidak timbul secara

langsung pada saat kehamilan Misalnya pemakaian hormon dietilstilbestrol pada

trimester pertama kehamilan terbukti berkaitan dengan terjadinya adenokarsinoma

vagina pada anak perempuan di kemudian hari (pada saat mereka sudah dewasa)

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtPengaruh letal berupa kematian janin atau

terjadinya abortus

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtPengaruh sub-letal yang biasanya dalam

bentuk malformasi anatomis pertumbuhan organ seperti misalnya fokolemia

karena talidomid

lt--[if supportLists]--gt3 lt--[endif]--gtFase fetal yaitu pada trimester kedua dan ketiga

kehamilan Dalam fase ini terjadi maturasi dan pertumbuhan lebih lanjut dari janin

Pengaruh buruk senyawa asing terhadap janin pada fase ini tidak berupa malformasi

anatomik lagi tetapi mungkin dapat berupa gangguan pertumbuhan baik terhadap

fungsi-fungsi fisiologik atau biokimiawi organ-organ Demikian pula pengaruh obat

yang dialami ibu dapat pula dialami janin meskipun mungkin dalam derajat yang

berbeda Sebagai contoh adalah terjadinya depresi pernafasan neonatus karena selama

masa akhir kehamilan ibu mengkonsumsi obat-obat seperti analgetika-narkotik atau

terjadinya efek samping pada sistem ekstrapiramidal setelah pemakaian fenotiazin

Secara umumsetiap obat dibagi dalam kategori (A B C D dan X) berdasarkan tingkat

resiko saat kehamilan

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori A

Hanya beberapa obat saja yang termasuk kategori A di mana obat tersebut tidak

berbahaya bila dikonsumsi pada trisemester pertama saat kehamilan Contoh obat

adalah Nystatin vaginal (Mycostatin)

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori B

Obat kategori B meliputi obat-obat yang pengalaman pemakainya pada wanita hamil

masih terbatas tetapi tidak terbukti meningkatkan frekuensi malformasi atau

pengaruh buruk lainnya pada janin Mengingat terbatasnya pengalaman pemakaian

pada wanita hamil maka obat-obat kategori B dibagi lagi berdasarkan temuan-

temuan pada studi toksikologi pada hewan yaitu

B1 Dari penelitian pada hewan tidak terbukti meningkatnya kejadian kerusakan janin

(fetal damage) Contoh obat-obat yang termasuk pada kelompok ini misalnya

simetidin dipiridamol dan spektinomisin

B2 Data dari penilitian pada hewan belum memadai tetapi ada petunjuk tidak

meningkatnya kejadian kerusakan janin tikarsilin amfoterisin dopamin asetilkistein

dan alkaloid belladona adalah obat-obat yang masuk dalam kategori ini

B3 Penelitian pada hewan menunjukkan peningkatan kejadian kerusakan janin tetapi

belum tentu bermakna pada manusia Sebagai contoh adalah karbamazepin

pirimetamin griseofulvin trimetoprim dan mebendazol

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori C

Beberapa ada di kategori ini karena tidak ada informasi yang cukup dan beberapa

obat member efek buruk pada hewan percobaan tetapi tidak ada konfirmasi ataupun

pemberitahuan adanya masalah yang timbul seperti kelahiran yang cacat pada

manusia Merupakan obat-obat yang dapat memberi pengaruh buruk pada janin tanpa

disertai malformasi anatomik semata-mata karena efek farmakologiknya Yang

termasuk kategori C yaitu Baktirm Trimetropim Biaxin Cipro Diflucan Monistat

Terazol Isoniazid Rifampin dan Vermox

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori D

Pada kategori ini obat memberi efek yang buruk pada kehamilan dan sebaiknya

tidak digunakan kecuali tidak ada alternatif lain Contohnya adalah Tetrasiklin

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori X

Obat-obat yang masuk dalam kategori ini adalah yang telah terbukti mempunyai

risiko tinggi terjadinya pengaruh buruk yang menetap (irreversibel) pada janin jika

diminum pada masa kehamilan Obat dalam kategori ini merupakan kontraindikasi

mutlak selama kehamilan Sebagai contoh adalah isotretionin dan dietilstilbestrol

Untuk keadaan hamil apalagi masih dalam trimester ketiga pemberian antibiotik bisa

sangat membahayakan janin karena hampir semua antibiotik memberikan efek samping mual

muntah pusing dan gangguan sistem pencernaan Efek-efek samping yang ditimbulkan juga

akan menekan kehamilan Bahkan ada antibiotik yang bisa menembus sampai ke sistem

kelenjar cairan seperti liur kelenjar getah bening cairan otak dan ASI Jika pada masa

menyusui minum antibiotik maka obat akan merembes di ASI dan bayi akan minum ASI

bercampur obat bisa dibayangkan apa yang akan terjadi

Obat-obat antibiotik yang perlu perhatian khusus atau tidak boleh diminum untuk ibu

hamil dan menyusui

lt--[if supportLists]--gt1 lt--[endif]--gtGolongan Aminoglikosida (biasanya dalam

turunan garam sulfate-nya) seperti amikacin sulfate tobramycin sulfate dibekacin

sulfate gentamycin sulfate kanamycin sulfate dan netilmicin sulfate

Aminoglikosida dimasukkan dalam kategori obat D yang penggunaannya oleh

wanita hamil diketaui meningkatkan angka kejadian malformasi dan kerusakan janin

yang bersifat ireversibel Pemberian aminoglikosida pada wanita hamil sangat tidak

dianjurkan Selain itu aminoglikosida juga mempunyai efek samping nefrotoksik dan

ototoksik pada ibu dan juga dapat menimbulkan kerusakan ginjal tingkat seluler

pada janin terutama jika diberikan pada periode organogeneis Kerusakan saraf

kranial VIII juga banyak terjadi pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang

mendapat aminoglikosida pada kehamilan

lt--[if supportLists]--gt2 lt--[endif]--gtGolongan Sefalosporin seperti cefuroxime

acetyl cefotiam diHCl cefotaxime Na cefoperazone Na ceftriaxone Na cefazolin

Na cefaclor dan turunan garam monohydrate-nya cephadrine dan ceftizoxime Na

Sama halnya dengan penisilin sefalosporin relatif aman jika diberikan pada trimester

pertama kehamilan Kadar sefalosporin dalam sirkulasi janin meningkat selama

beberapa jam pertama setelah pemberian dosis pada ibu tetapi tidak terakumulasi

setelah pemberian berulang atau melalui infus Sejauh ini belum ada bukti bahwa

pengaruh buruk sefalosporin seperti misalnya anemia hemolitik dapat terjadi pada

bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu yang mendapat sefalosporin pada trimester

terakhir kehamilan

lt--[if supportLists]--gt3 lt--[endif]--gtGolongan Kloramfenikol seperti

Kloramfenikol dan thiamfenicol

Kloramfenikol bila diberikan menjelang persalinan dapat mengakibatkan kolaps

sirkulasi pada neonatus Pemberian kloramfenikol pada wanita hamil terutama pada

trimester II dan III di mana hepar belum matur dapat menyebabkan angka

terjadinya sindroma Grey pada bayi ditandai dengan kulit sianotik (sehingga bayi

tampak keabuabuan) hipotermia muntah abdomen protuberant dan menunjukkan

reaksi menolak menyusu di samping pernafasan yang cepat amp tidak teratur serta

letargi Kloramfenikol dimasukkan dalam kategori C yaitu obat yang karena efek

farmakologiknya dapat menyebabkan pengaruh buruk pada janin tanpa disertai

malformasi anatomik Pengaruh ini dapat bersifat reversibel Pemberian

kloramfenikol selama kehamilan sejauh mungkin dihindari terutama pada minggu-

minggu terakhir menjelang kelahiran dan selama menyusui

lt--[if supportLists]--gt4 lt--[endif]--gtGolongan Makrolid seperti clarithomycin

roxirhromycin erythromycin spiramycin dan azithromycin

lt--[if supportLists]--gt5 lt--[endif]--gtGolongan Penicillin seperti amoxicillin

turunan tridydrate dan turunan garam Na-nya

Obat-obat yang termasuk dalam golongan penisilin dapat dengan mudah menembus

plasenta dan mencapai kadar terapetik baik pada janin maupun cairan amnion

Penisilin relatif paling aman jika diberikan selama kehamilan meskipun perlu

pertimbangan yang seksama dan atas indikasi yang ketat mengingat kemungkinan

efek samping yang dapat terjadi pada ibu

lt--[if supportLists]--gt6 lt--[endif]--gtGolongan Kuinolon seperti ciprofloxacin dan

turunan garam HCl-nya ofloxacin sparfloxacin dan norfloxacin

lt--[if supportLists]--gt7 lt--[endif]--gtGolongan Tetrasiklin seperti doxycycline

tetracyclin dan turunan HCl-nya (tidak boleh untuk wanita hamil) dan oxytetracylin

(tidak boleh untuk wanita hamil)

Tetraskilin adalah jenis antibiotik yang merupakan anti bakteri yang luas sebagai

penghambat dan pembunuh bakteri gram positif dan gram negatif Merupakan zat

kelasi yang mempunyai afinitas dengan kalsium dan basa yang sukar larut dalam air

tetapi bentuk garam natrium atau garam HCL-nya mudah larut Dalam keadaadn

kering bentuk basa dan garam HCL tetrasiklin bersifat relative stabil Sedangkan

dalam larutan kebanyakan tetrasiklin sangat labil sehingga cepat berkurang

potensinya Efek tetrasiklin semakin fatal pada ibu hamil trimester pertama

Sehingga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang mikromelia dan

sindaktil Pembentukan tulang baru mulai pada trimester kedua Oleh karena itu

pemberian pada trismester kedua dapat mengakibatkan peubahan warna kekuningan

yang permanen pada gigi susu dan hipoplasia enamel Meskipun demikian gigi yang

kekuningan tersebut lebih tahan terhadap karies dibandingkan gigi normal

Sedangkan pemberian pada bulan ke 4 kehidupan janin sampai akhir tahun pertama

dapat menimbulkan kelainan warna gigi Wanita hamil atau masa nifas dengan

pielonefritis atau gangguan fungsi ginjal lain cendrung menderita kerusakan hati

akibat pemberian golongan tetrasiklin Tapi saat ini tetraskilin sudah jarang diberikan

kepada ibu hamil dan anak anak

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmpilisin Segi keamanan baik bagi ibu maupun

janin relatif cukup terjamin Kadar ampisilin dalam sirkulasi darah janin meningkat

secara lambat setelah pemberiannya pada ibu dan bahkan sering melebihi kadarnya

dalam sirkulasi ibu Pada awal kehamilan kadar ampisilin dalam cairan amnion

relatif rendah karena belum sempurnanya ginjal janin di samping meningkatnya

kecepatan aliran darah antara ibu dan janin pada masa tersebut Tetapi pada periode

akhir kehamilan di mana ginjal dan alat ekskresi yangi lain pada janin telah matur

kadarnya dalam sirkulasi janin justru lebih tinggi dibanding ibu Farmakokinetika

ampisilin berubah menyolok selama kehamilan Dengan meningkatnya volume

plasma dan cairan tubuh maka meningkat pula volume distribusi obat Oleh sebab itu

kadar ampisilin pada wanita hamil kira-kira hanya 50 dibanding saat tidak hamil

Dengan demikian penambahan dosis ampisilin perlu dilakukan selama masa

kehamilan

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmoksisilin Pada dasarnya absorpsi

amoksisilin setelah pemberian per oral jauh lebih baik dibanding ampisilin

Amoksisilin diabsorpsi secara cepat dan sempurna baik setelah pemberian oral

maupun parenteral Seperti halnya dengan ampisilin penambahan dosis amoksisilin

pada kehamilan perlu dilakukan mengingat kadarnya dalam darah ibu maupun janin

relatif rendah dibanding saat tidak hamil Dalam sirkulasi janin kadarnya hanya

sekitar seperempat sampai sepertiga kadar di sirkulasi ibu

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtSulfonmida Obat-obat yang tergolong

sulfonamida dapat melintasi plasenta dan masuk dalam sirkulasi janin dalam kadar

yang lebih rendah atau sama dengan kadarnya dalam sirkulasi ibu Pemakaian

sulfonamida pada wanita hamil harus dihindari terutama pada akhir masa kehamilan

Hal ini karena sulfonamida mampu mendesak bilirubin dari tempat ikatannya dengan

protein sehingga mengakibatkan terjadinya kern-ikterus pada bayi yang baru

dilahirkan Keadaan ini mungkin akan menetap sampai 7 hari setelah bayi lahir

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtEritromisin Pemakaian eritromisin pada wanita

hamil relatif aman karena meskipun dapat terdifusi secara luas ke hampir semua

jaringan (kecuali otak dan cairan serebrospinal) tetapi kadar pada janin hanya

mencapai 1-2 dibanding kadarnya dalam serum ibu Di samping itu sejauh ini

belum terdapat bukti bahwa eritromisin dapat menyebabkan kelainan pada janin

Kemanfaatan eritromisin untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh Chlamydia

pada wanita hamil serta pencegahan penularan ke janin cukup baik meskipun bukan

menjadi obat pilihan pertama Namun ditilik dari segi keamanan dan manfaatnya

pemakaian eritromisin untuk infeksi tersebut lebih dianjurkan dibanding antibiotika

lain misalnya tetrasiklin

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtTrimetoprim Karena volume distribusi yang

luas trimetoprim mampu menembus jaringan fetal hingga mencapai kadar yang lebih

tinggi dibanding sulfametoksazol meskipun kadarnya tidak lebih tinggi dari ibu Pada

uji hewan trimetoprim terbukti bersifat teratogen jika diberikan pada dosis besar

Meskipun belum terdapat bukti bahwa trimetoprim juga bersifat teratogen pada janin

tetapi pemakaiannya pada wanita hamil perlu dihindari Jika terpaksa harus

memberikan kombinasi trimetoprim + sulfametoksazol pada kehamilan diperlukan

pemberian suplementasi asam folet

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtNitrofurantoin Sering digunakan sebagai

antiseptik pada saluran kencing Jika diberikan pada awal kehamilan kadar

nitrofurantoin pada jaringan fetal lebih tinggi dibanding ibu tetapi kadarnya dalam

plasma sangat rendah Dengan makin bertambahnya umur kehamilan kadar

nitrofurantoin dalam plasma janin juga meningkat Sejauh ini belum terbukti bahwa

nitrofurantoin dapat meningkatkan kejadian malformasi janin Namun perhatian harus

diberikan terutama pada kehamilan cukup bulan di mana pemberian nitrofurantoin

pada periode ini kemungkinan akan menyebabkan anemia hemolitik pada janin

LKSI 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Percetakan Not BandungRagg M 2001 Obat-Obat yang paling diresepkan Arcan Jakarta

Santoso B 1995 Efek Samping Obat ed 2 Pusat Study Farmakologi Klinik dan Kebijakan Obat UGM Yogyakarta

Setiabudy S dkk 2007 Farmakologi dan Terapeutik edisi 5 FKUI JakartaSpeirs Al 1992 Ilmu Kesehatan Anak untuk Perawat ed 2 IKIPSemarang Press Semarang

Yagiela J A Frank J D Enid A N 2004 Pharmacology and Therapeutics for Dentistry Elsevier Mosby St Louis

Obat-obatan Untuk Ibu

Sebenarnya obat yang langsung ke ASI itu jumlahnya sangat kecil Sebagian kecil berpengaruh kepada bayi Secara umum menghentikan pemberian ASI lebih berbahaya daripada pengaruh obat tersebut Hanya sebagian kecil obat yang mempunyai efek samping Bayi yang berumur kurang dari satu bulan mempunyai masalah yang besar dibandingkan dengan bayi yang lebih tua Tetapi mungkin perlu dipikirkan obat alternatif untuk ibu yang menyebabkan lebih sedikit masalah Kejadian penghentian menyusui karena ibu harus minum obat adalah sangat jarang

Pada sedikit situasi menyusui merupakan kontra indikasi

Jika ibu mendapatkan obat anti kanker pemberian ASI boleh dihentikan Jika ibu mendapatkan pengobatan radioaktif ibu dapat menghentikan pemberian ASI untuk sementara Obat-obatan ini jarang digunakan

Beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang kadang-kadang menyebabkan perlunya penghentian pemberian ASI

Jika ibu mendapatkan obat psikiatrik atau anti konfulsan kadang-kadang membuat bayi (berusia kurang dari satu bulan) yang menyusui menjadi tampak lemah Khususnya jika diberikan barbiturat dan diazepam Jika memungkinkan sebaiknya diganti dengan obat lain yang mempunyai efek samping kecil Namun demikian sangat berbahaya jika mengubah pengobatan secara cepat khususnya pada kasus epilepsi

Jika tidak ada alternatif teruskan pemberian ASI dan amatilah bayinya

Jika terjadi efek samping pemberian ASI dapat dihentikan

Beberapa antibiotik perlu dihindari

Antibiotik pada umumnya aman bagi ASI dan bagi bayi Tetapi lebih baik menghindari pemberian Chloramphenikol dan tetrasiklin serta metronidazole Jika salah satu antibiotik tersebut harus diberikan kepada ibu teruskan menyusui dan amatilah bayinya Pada umumnya tidak ada masalah

Hindari pemberian sulphonamide kepada ibu khususnya jika bayi jaundice Jika obat seperti cotrimoxasole fansidar dan dapsone diperlukan berikan obat tersebut dan teruskan pemberian ASI Pertimbangkan pemberian makanan alternatif bila bayi jaundice terutama jaundice yang terjadi ketika ibu meminum obat tersebut

Obat yang menyebabkan menurunnya produksi ASI perlu dihindari

Hindari penggunaan kontrasepsi yang mengandung estrogen Hindari penggunaan Thiazide diuretik seperti Chlorotiazide karena obat ini menurunkan produksi ASI Jia mungkin carilah alternatifnya

Kebanyakan obat yang umum digunakan adalah aman pada dosis biasa

Jika ibu menyusui mendapatkan obat tetapi anda tidak yakin obat apa

1 Cek daftar obat di dalam manual 2 Anjurkan agar ibu terus menyusui sambil mencoba mengetahui obat apa yang diberikan 3 Amatilah bayi jika terjadi efek samping seperti mengantuk yang abnormal tidak nafsu makan dan

ikterus khususnya jika ibu mengkonsumsi obat untuk waktu yang lama 4 Usahakan mendapatkan saran dari petugas kesehatan yang lebih ahli seperti dokter atau apoteker 5 Jika khawatir cobalah mencari obat alternatif yang anda ketahui lebih aman 6 Jika bayi terkena efek samping dan ibu tidak mengubah penggunaan obatnya gunakanlah metode

alternatif yang aman 7 Jika bayi terkena efek samping dan anda tidak mungkin mengubah obatnya pertimbangkan cara

pemberian makanan yang lain untuk sementara waktu bila mungkin

Menyusui dan Obat-obatan untuk Ibu

Kontra indikasi pemberian ASI Obat anti kanker

Radioaktif (berhenti menyusui sementara)

Teruskan pemberian ASI Obat penyakit psikis dan anti konvulsan

(Amati efek samping pada bayi

misalnya mengantuk)

Gunakan obat alternatif Chloramfenikol tetracyclin metronidazole

Quinolone antibiotics (eg Ciprofloxacin)

Pantau kemungkinan ikterius Sulphonamides cotrimoxazole fansidar dapsone

Gunakan obat alternatif Estrogen terutama kontrasepsi berisi estrogen

(dapat menurunkan produksi ASI) Thiazide diuretic

Aman pada dosis biasa Obat-obatan paling biasa digunakan

Pantau bayi Analgesik dan antipiretik paracetakol yang diberikan untuk waktu siang asam acetil salisilik ibuprofen kadang-kadang diberikan morfin dan petidin kebanyakan obat batuk dan masuk angin antibiotik ampisilin kloxasilin dan penisilin erythromisin lain obat anti TB anti lepra anti malaria (kecuali meflokuin) antihelmint anti jamur bronchodilator (eg Salbutamol) corticosteroids antihistamin antasid obat untuk diabetes kebanyakan oabat anti-hipertensi digoksin suplemen gizi yodium zat besi dan vitamin-vitamin

Dikirim oleh (RSIA permata hati)

  • RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI
  • Hal-hal Terbaru Tentang Transfusi Darah
Page 13: RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI.docx

plasma minimum 30 (biasanya dicapai dengan pemberian FFP 10-15 mLkg )

kecuali untuk reversal mendesak antikoagulasi warfarin dimana FFP 5-8 mlkg

biasanya mencukupi Satu unit darah segar menyediakan faktor-faktor koagulasi

yang sama dengan yang terkandung dalam satu unit FFP

6 FFP dikontraindikasikan untuk tambahan volume plasma atau konsentrasi

albumin

Kesimpulan diatas berdasarkan anggapan bahwa yang diberikan adalah darah

lengkap Kebanyakan penelitian memeriksa pengaruh transfusi masif darah lengkap

pada koagulasi karena banyak pusat trauma menggunakan darah lengkap Murray

et al secara khusus mempertanyakan penggunaan PRC untuk kehilangan darah

yang banyak Pada penggunaan PRC kadar fibrinogen menurun signifikan

kebalikan dari penggunaan darah lengkap dimana kadar fibrinogen tetap tidak

berubah kecuali ada DIC (koagulasi inravaskular diseminata) Walaupun seluruh

faktor-faktor koagulasi menurun penurunan tidak sebanyak yang diperkirakan

karena pengenceran Mereka merasa bahwa faktor-faktor seperti VIII mungkin

disimpan dalam sel-sel endotelial dan dilepaskan dari endotelium selama stress

pembedahan Bila PRC digunakan untuk mengganti kehilangan darah mayor dokter

dapat mencoba memberikan FFP secara profilaksis Bagaimanapun juga Murray et

al secara khusus menyarankan untuk tidak mengikuti kebijaksanaan ini tetapi

menyatakan bahwa FFP hanya dibutuhkan bila PT dan PTT paling kurang 15 kali

normal dan kadar fibrinogen kurang dari 75 mgdL Penelitian terbaru oleh Murray

et al menunjukkan bahwa bila kehilangan volume intravaskuler digantikan dengan

PRC dan kristaloid PT dan PTT seringkali melebihi 15 kali normal

Baru-baru ini tiga pilihan dipertimbangkan oleh kebanyakan bank darah

A Detergen Pelarut Plasma dari donor multipel dikumpulkan dan diberikan

campuran pelarut penghancur lemak (tri-n-butil fosfat) dan detergen (triton x-100)

untuk menginaktivasi sampul lipid penyebab infeksi termasuk HIV HTLV HCV HBV

Baru-baru ini (1998) tersedia di Palang Merah Mempunyai beberapa kekurangan

termasuk pengumpulan yang dapat menyebabkan kontaminasi penyebab infeksi

yang beramplop

B Plasma donor tunggal yang diuji kembali untuk mempersiapkan FFP Unit (donasi

pertama) disimpan bila seluruh riwayat dan penyebab penyakit infeksi negatif Unit

tersebut tidak dilepaskan untuk digunakan hingga donor yang sama

menyumbangkan unit kedua lebih dari 3 bulan setelah donasi pertama dan lolos

pada pengujian serologik Saat itu unit pertama dilepaskan Unit kedua tidak

digunakan hingga orang tersebut kembali lebih dari 3 bulan kemudian untuk donasi

ketiga dan lolos kembali seluruh pengujian Saat itu unit kedua dapat digunakan

Pendekatan ini mempunyai keuntungan yang jelas tetapi pemberiannya rumit

C Plasma yang sering didonorkan Suatu hubungan terbalik terjadi antara jumlah

donasi yang diberikan seseorang dengan kemungkinan menjadi sero positif

Hubungan ini tidak saling bergantung pada waktu dimana donasi diberikan Yang

tampaknya mencapai reduksi maksimum insidensi sero positif pada lebih dari 4

donasi Perkiraannya adalah bahwa reduksi sero positif (dan karena itu transmisi)

hingga 13-12 gambaran saat ini

Pilihan diatas diadakan pada pertemuan di University of California San Fransisco

Transfusion Committee dan dokter akan mempunyai banyak pilihan plasma yang

lebih aman untuk pasien

IV Imunosupresi

Transfusi darah homolog menimbulkan suatu reaksi imunosupresif nonspesifik pada

resipien Efek ini bersifat terapi untuk resipien transplantasi ginjal Namun banyak

pengarang telah mengemukakan data untuk menunjukkan bahwa transfusi darah

meningkatkan suseptibilitas terhadap infeksi dan peningkatan progresi tumor

malignan Walaupun banyak faktor dapat terlibat pada pasien yang sakit keras

(misalnya pasien-pasien yang menerima transfusi darah kemungkinan punya

penyakit yang lebih luas dan invasif) bukti meyakinkan bahwa ada hubungan

antara transfusi preoperatif dan rekurensi tumor atau bertahan hidup pada pasien-

pasien dengan berbagai jenis kanker sebagaimana ditinjau oleh Schricmer et al

Mekanisme dan efek dari kanker ini tidak diketahui tetapi berhubungan dengan

peningkatan sintesis prostaglandin E penurunan generasi interleukin 2 dan produk

degradasi fibrinogen pada FFP Penemuan lanjut ini menimbulkan kekhawatiran

tentang pemberian FFP pada pasien-pasien yang imunitasnya ditekan Blumbert et

al menemukan bahwa pasien-pasien yang ditransfusi dengan PRC bertahan hidup

lebih baik daripada pasien-pasien yang menerima darah lengkap Hasilnya

Schriemer et al menyarankan untuk memberikan PRC dibanding darah lengkap bila

transfusi diindikasikan pada pasien-pasien kanker

Terbaru Landers et al telah meninjau mekanisme imunomodulasi yang disebabkan

tranfusi (Tabel 3) dan penurunan fungsi imun setelah transfusi darah alogenik atau

homolog (Tabel 4)

Table 3 Mekanisme Modulasi Imun yang ditimbulkan oleh Transfusi

Penumpukan Fe pada sistem RE mengakibatkan berbagai perubahan

Penurunan aktifitas makrofag yang dapat menangkap antigen kelas II oleh

monosit yang memproduksi prostaglandin E2 sehingga menghambat produksi IL-2

Inhibisi interleukin-2 oleh limfositT akan menurunkan stimulasi sel B dan produksi

antibodi

Teori deplesi klonal ndash sel-sel yang rusak akan menolak proses graft

Penurunan produksi limfosit T supressor

Pembentukan anti-idiotipik T cell receptor atau antibodi yang dapat melawan

antigen pada transfusi darah akan bangkit dan membentuk antigen yang baru

Dari Landers etal Anesth Analg 199682187

Table 4 Penurunan Fungsi Imun akibat Transfusi Darah Allogenik

Pengurangan respon limfosit

Penurunan produksi sitokin

Penurunan respon terhadap mitogen (subtansi yang menstimulasi mitosis dan

perubahan limfosit) atau antigen larut in vivo atau in vitro

Peningkatan jumlah atau fungsi sel supresor

Penurunan aktivitas sel pembunuh alami

Penurunan fungsi monosit

Penurunan sitotoksisitas yang di mediasi sel terhadap sel-sel target tertentu

Peningkatan produksi mediator dan antibodi anti idotipik supresif

Dari Landers etal Anesth Analg 199682187 (33)

V Terapi Komponen

A Thrombosit

Sebagiamana diindikasikan sebelumnya terdapat kekhawatiran bahwa produk-

produk darah homolog telah diberikan secara tidak tepat FDA Drug Bulletin Juli

1989 mencoba memberi panduan dan menyatakan bahwa thrombosit tidak boleh

diberikan

1 Kepada pasien-pasien dengan ITP (kecuali bila ada perdarahan yang mengancam

jiwa)

2 Profilaksis transfusi darah massif

3 Profilaksis pada cardiopulmonar bypass

FDA tidak menyatakan bahwa pada pasien yang menjalankan pembedahan atau

prosedur invasif lain tidak diuntungkan dari transfusi thrombosit profilaksis bila

hitung thrombosit paling kurang 50000mm3 dan thrombositopenia merupakan

satu-satunya kelainan

ASA task force baru-baru ini menyarankan bahwa

1 Transfusi thrombosit profilaksis tidak efektif dan jarang kali diindikasikan bila

thrombositopenia berhubungan dengan peningkatan destruksi thrombosit

(misalnya ITP)

2 Tranfusi thrombosit profilaksis jarang diindikasikan pada pasien-pasien bedah

dengan thrombositopenia yang berhubungan dengan penurunan produksi

thrombosit bila hitung thrombosit lebih besar daripada 100000mm3 dan biasanya

diindikasikan bila hitung thrombosit lebih rendah dari 50000mm3 Penentuan

apakah pasien-pasien dengan hitung thrombosit pada tingkat menengah (50000-

100000mm3) membutuhkan terapi harus berdasarkan pada resiko perdarahan

3 Pasien-pasien bedah dan obstetrik dengan perdarahan mikrovaskular biasanya

membutuhkan transfusi thrombosit bila hitung thrombosit lebih kecil dari

50000mm3 dan jarang membutuhkan transfusi bila lebih besar dari 100000mm3

Jika hitung thrombosit antara 50000-100000mm3) penentuan harus didasarkan

pada resiko pasien untuk perdarahan yang lebih signifikan

4 Persalinan pervaginam atau operatif dengan kehilangan darah yang sedikit dapat

dilakukan pada pasien-pasien dengan hitung thrombosit kurang dari 50000mm3

5 Transfusi thrombosit dapat diindikasikan bila hitung thrombosit cukup tetapi

terdapat disfungsi thrombosit dan perdarahan mikrovaskular

Transfusi thrombosit dibutuhkan untuk pasien-pasien dengan perdarahan sistemik

dan untuk pasien-pasien dengan resiko tinggi perdarahan yang disebabkan oleh

gangguan koagulasi sepsis atau disfungsi thrombosit yang berhubungan dengan

pengobatan atau penyakit Jelasnya maksudnya adalah untuk membuat dokter

lebih tepat dalam menetapkan indikasi transfusi thrombosit Karena peningkatan

kekhawatiran tentang kontaminasi bakterial kini sangat disarankan tiap pasien

yang menjadi demam setelah menerima konsentrat thrombosit harus dianggap

septik hingga terbukti sebaliknya

B Kriopresipitat

Kriopresipitat mengandung faktor VIIIC (aktivitas prokoagulan) faktor VIIIvWF

(faktor von Willebrand ) fibrinogen faktor XIII dan fibronektin yang merupakan

glikoprotein yang berperan pada peningkatan aktivitas sistem RES dalam

membunuh partikel asing dan bakteri dari darah

Terdapatnya fibrinogen yang rendah pada PRC sehingga ASA task force

menyarankan pemberian kriopresipitat untuk

1 Profilaksis pada pasien-pasien non perdarahan perioperiatif atau peripartum

dengan defisiensi fibrinogen kongenital atau penyakit von Willebrand yang tidak

berespon terhadap DDAVP (bila memungkinkan keputusan ini harus dibuat dengan

konsultasi dengan hematolog pasien tersebut)

2 Pasien-pasien perdarahan dengan penyakit von Willebrand

3 Koreksi perdarahan mikrovaskular pada pasien-pasien dengan transfusi massif

dengan konsentrasi fibrinogen kurang dari 80-100 mgdL (atau bila konsentrasi

fibrinogen tidak dapat diukur pada saat itu)

Darah lengkap harus diberikan pada transfusi darah massif karena PRC kurang

mengandung faktor koagulasi

Konsentrat faktor VIII merupakan terapi standar untuk hemofilia Teknik rekombinan

DNA terbaru telah digunakan untuk mengembangkan faktor VIII yang bebas

transmisi penyakit

VI Komplikasi

Dengan memperhitungkan pertimbangan di atas insidensi dari reaksi yang

merugikan adalah

Reaksi yang merugikan terhadap Transfusi

Tipe reaksi Insidensi

Reaksi febril 1 dari transfusi PRC

Reaksi alergi (urtikaria) 20 dari transfusi platelet

Rekasi transfusi hemolitik akut 11000 reaksi transfusi

Rekasi transfusi lambat ~ 133000 U PRC

Penyakit graft vs host (GVHD) ~ 12500 U PRC

Udem paru akut yang berhubungan

dengan transfusi (TRALI) 110000 U PRC

Dari Principles of Anesthetic Techniques and Anesthetic Emergencies

Darah yang telah bersih dari leukosit dapat menurunkan kejadian imunosupresi dan

insidensi banyak reaksi transfusi

VII Darah Sintetik

Karena banyak masalah termasuk yang terdaftar di atas dengan allogenik banyak

perusahaan mencoba membuat hemoglobin sintetik Produk ini telah diberikan pada

sukarelawan manusia dan pasien-pasien dengan keberhasilan yang cukup Hal ini

diungkapkan oleh Dietz et al pada Anesthesia amp Analgesia Februari 1996 Dasarnya

produk-produk ini

1 Larutan hemoglobin bebas stroma yang mengandung sejumlah modifikasi dari

molekul hemoglobin

2 Hemoglobin rekayasa genetik (misalnya Ecoli menghasilkan sel darah merah

manusia)

3 Larutan hemoglobin liposome-encapsulated mengandung hemoglobin dengan

membran sintetik

4 Perfluorokarbon larutan organik dengan kelarutan oksigen tinggi

Untuk mencegah banyak komplikasi seperti kerusakan ginjal pelepasan

endotoksin dan lain-lain berbagai pendekatan telah digunakan seperti cross-link

polimerisasi dan konjugator baik dengan kimiawi maupun tehnik genetik

sebagaimana diringkaskan dibawah

Tabel 5 Pengganti Sel darah Merah

Aktivitas Efisiensi

(efek biologis) (keuntungan untuk pasien)

Transpor O2 Penurunan penggunaan produk-produk darah

Bantuan hidup selama anemia berat Penurunan morbiditas dan mortalitas yang

berhubungan dengan transfusi

Resusitasi cairan Penggunaan pada lingkungan yang secara logistik sulit

Awalnya produk-produk ini dipandang sebagai pengganti darah Meskipun aman

tapi sulit disediakan oleh bank darah Kriteria FDA terhadap efisiensi sulit

diterapkan Sekarang lebih menekankan pada kemampuan transpor oksigennya

yang akan didiskusikan

Berbagai penelitian fase II and III telah dan sedang dilaksanakan Sejauh ini

kebanyakan produk menyebabkan hipertensi ringan dan peningkatan konsentrasi

amilase dan lipase yang signifikansinya masih harus ditetapkan

Kewaspadaan Pada GraviidaObat Efek Samping Utama Keterangan1048729 Kloramfenikol Gray-baby sindrom (kolapssirkulasi pd neonatus) anemiaHindari pemberian pd trimester 3masa laktasi amp neonatus1048729 SulfonamidDapsonRisiko hemolisis amp ikterus Hindari pemberian pd trimester 3 ampmasa laktasi1048729 Trimetoprim Hindari pemberian pd trimester 3

Obat Efek Samping Utama Keterangan1048729 Kloramfenikol Gray-baby sindrom (kolapssirkulasi pd neonatus) anemiaHindari pemberian pd trimester 3masa laktasi amp neonatus1048729 SulfonamidDapsonRisiko hemolisis amp ikterus Hindari pemberian pd trimester 3 ampmasa laktasi1048729 Trimetoprim Hindari pemberian pd trimester 3KotrimoksazolTeratogenik1048729 Eritromisin Hepatotoksik gangguan GIT Terutama pada sang ibu1048729 Penisilin ampSefalosporinHipersensitivitas rx alergigangguan GITbull Ruam amp diare pd neonatusbull Ko-amoksiklav sebaiknya dihindaripd kehamilanOtotoksik Gangguan pendengaran bisamempengaruhi ibu amp

Ibu Hamil Membutuhkan Antibiotik

Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) antibiotik

merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh mikroba untuk menghambat

pertumbuhan dan membasmi mikroba jenis lain Awalnya antibiotik hanya

ada beberapa namun saat ini sudah ditemukan berbagai jenis antibiotik

yang mampu mengatasi penyakit infeksi lanjutan Antibiotik bekerja untuk

melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri bukan virus Penggunaan

antibiotik tidak boleh sembarangan karena akan mendatangkan bahaya bagi

tubuh Prinsip yang harus diketahui antibiotik hanya digunakan jika ada

infeksi yang disebabkan oleh kuman bakteri

Obat-obatan antibiotik itu termasuk obat keras yang membantu tubuh untuk membunuh

kuman ataupun bakteri yang masuk dan tidak bisa dilawan dengan sistem kekebalan tubuh

Karena obat-obatan ini bekerja dengan sistem penghancuran total maka tidak hanya bakteri saja

sel tubuh kita yang terinfeksi dan disekitarnya akan ikut terkena guna menghilangkan

kesempatan masih ada sisa-sisa koloni bakteri yang mungkin bersembunyi Oleh karena itu

pemberian obat antibiotik harus tuntas sampai seluruh koloni bakteri benar-benar habis

terbunuh jika tidak maka dapat dipastikan bakteri itu bisa bersiap diri untuk menyerang

kembali atau bahkan bisa juga bakteri-bakteri itu menjadi resisten dengan obat tersebut dan

kalau sudah begitu diperlukan antibiotik generasi lebih tinggi untuk membunuh kuman Oleh

karena efek membunuh yang kuat jika seorang pasien diberi obat antibiotik harus dipastikan

sistem kekebalan tubuh pasien itu juga kuat Karena untuk melawan efek dari antibiotik itu

sendiri dan untuk sistem self-recovery mengganti sel-sel tubuh yang telah rusak

Pengaruh buruk obat terhadap janin dapat bersifat toksik teratogenik maupun letal

tergantung pada sifat obat dan umur kehamilan paga saat minum obat Pengaruh toksik adalah

jika obat yang diminum selama masa kehamilan menyebabkan terjadinya gangguan fisiologik

atau bio-kimiawi dari janin yang dikandung dan biasanya gejalanya baru muncul beberapa saat

setelah kelahiran Pengaruh obat bersifat teratogenik jika menyebabkan terjadinya malformasi

anatomik pada petumbuhan organ janin Pengaruh teratogenik ini biasanya terjadi pada dosis

subletal Sedangkan pengaruh obat yang bersifa letal adalah yang mengakibatkan kematian janin

dalam kandungan Secara umum pengaruh buruk obat pada janin dapat beragam sesuai dengan

fase-fase berikut

lt--[if supportLists]--gt1 lt--[endif]--gtFase implantasi yaitu pada umur kehamilan

kurang dari 3 minggu Pada fase ini obat dapat memberi pengaruh buruk atau

mungkin tidak sama sekali Jika terjadi pengaruh buruk biasanya menyebabkan

kematian embrio atau berakhirnya kehamilan (abortus)

lt--[if supportLists]--gt2 lt--[endif]--gtFase embional atau organogenesis yaitu pada

umur kehamilan antara 4-8 minggu Pada fase ini terjadi diferensiasi pertumbuhan

untuk terjadinya malformasi anatomik (pengaruh teratogenik) Berbagai pengaruh

buruk yang mungkin terjadi pada fase ini antara lain

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtGangguan fungsional atau metabolik yang

permanen yang biasanya baru muncul kemudian jadi tidak timbul secara

langsung pada saat kehamilan Misalnya pemakaian hormon dietilstilbestrol pada

trimester pertama kehamilan terbukti berkaitan dengan terjadinya adenokarsinoma

vagina pada anak perempuan di kemudian hari (pada saat mereka sudah dewasa)

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtPengaruh letal berupa kematian janin atau

terjadinya abortus

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtPengaruh sub-letal yang biasanya dalam

bentuk malformasi anatomis pertumbuhan organ seperti misalnya fokolemia

karena talidomid

lt--[if supportLists]--gt3 lt--[endif]--gtFase fetal yaitu pada trimester kedua dan ketiga

kehamilan Dalam fase ini terjadi maturasi dan pertumbuhan lebih lanjut dari janin

Pengaruh buruk senyawa asing terhadap janin pada fase ini tidak berupa malformasi

anatomik lagi tetapi mungkin dapat berupa gangguan pertumbuhan baik terhadap

fungsi-fungsi fisiologik atau biokimiawi organ-organ Demikian pula pengaruh obat

yang dialami ibu dapat pula dialami janin meskipun mungkin dalam derajat yang

berbeda Sebagai contoh adalah terjadinya depresi pernafasan neonatus karena selama

masa akhir kehamilan ibu mengkonsumsi obat-obat seperti analgetika-narkotik atau

terjadinya efek samping pada sistem ekstrapiramidal setelah pemakaian fenotiazin

Secara umumsetiap obat dibagi dalam kategori (A B C D dan X) berdasarkan tingkat

resiko saat kehamilan

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori A

Hanya beberapa obat saja yang termasuk kategori A di mana obat tersebut tidak

berbahaya bila dikonsumsi pada trisemester pertama saat kehamilan Contoh obat

adalah Nystatin vaginal (Mycostatin)

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori B

Obat kategori B meliputi obat-obat yang pengalaman pemakainya pada wanita hamil

masih terbatas tetapi tidak terbukti meningkatkan frekuensi malformasi atau

pengaruh buruk lainnya pada janin Mengingat terbatasnya pengalaman pemakaian

pada wanita hamil maka obat-obat kategori B dibagi lagi berdasarkan temuan-

temuan pada studi toksikologi pada hewan yaitu

B1 Dari penelitian pada hewan tidak terbukti meningkatnya kejadian kerusakan janin

(fetal damage) Contoh obat-obat yang termasuk pada kelompok ini misalnya

simetidin dipiridamol dan spektinomisin

B2 Data dari penilitian pada hewan belum memadai tetapi ada petunjuk tidak

meningkatnya kejadian kerusakan janin tikarsilin amfoterisin dopamin asetilkistein

dan alkaloid belladona adalah obat-obat yang masuk dalam kategori ini

B3 Penelitian pada hewan menunjukkan peningkatan kejadian kerusakan janin tetapi

belum tentu bermakna pada manusia Sebagai contoh adalah karbamazepin

pirimetamin griseofulvin trimetoprim dan mebendazol

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori C

Beberapa ada di kategori ini karena tidak ada informasi yang cukup dan beberapa

obat member efek buruk pada hewan percobaan tetapi tidak ada konfirmasi ataupun

pemberitahuan adanya masalah yang timbul seperti kelahiran yang cacat pada

manusia Merupakan obat-obat yang dapat memberi pengaruh buruk pada janin tanpa

disertai malformasi anatomik semata-mata karena efek farmakologiknya Yang

termasuk kategori C yaitu Baktirm Trimetropim Biaxin Cipro Diflucan Monistat

Terazol Isoniazid Rifampin dan Vermox

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori D

Pada kategori ini obat memberi efek yang buruk pada kehamilan dan sebaiknya

tidak digunakan kecuali tidak ada alternatif lain Contohnya adalah Tetrasiklin

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori X

Obat-obat yang masuk dalam kategori ini adalah yang telah terbukti mempunyai

risiko tinggi terjadinya pengaruh buruk yang menetap (irreversibel) pada janin jika

diminum pada masa kehamilan Obat dalam kategori ini merupakan kontraindikasi

mutlak selama kehamilan Sebagai contoh adalah isotretionin dan dietilstilbestrol

Untuk keadaan hamil apalagi masih dalam trimester ketiga pemberian antibiotik bisa

sangat membahayakan janin karena hampir semua antibiotik memberikan efek samping mual

muntah pusing dan gangguan sistem pencernaan Efek-efek samping yang ditimbulkan juga

akan menekan kehamilan Bahkan ada antibiotik yang bisa menembus sampai ke sistem

kelenjar cairan seperti liur kelenjar getah bening cairan otak dan ASI Jika pada masa

menyusui minum antibiotik maka obat akan merembes di ASI dan bayi akan minum ASI

bercampur obat bisa dibayangkan apa yang akan terjadi

Obat-obat antibiotik yang perlu perhatian khusus atau tidak boleh diminum untuk ibu

hamil dan menyusui

lt--[if supportLists]--gt1 lt--[endif]--gtGolongan Aminoglikosida (biasanya dalam

turunan garam sulfate-nya) seperti amikacin sulfate tobramycin sulfate dibekacin

sulfate gentamycin sulfate kanamycin sulfate dan netilmicin sulfate

Aminoglikosida dimasukkan dalam kategori obat D yang penggunaannya oleh

wanita hamil diketaui meningkatkan angka kejadian malformasi dan kerusakan janin

yang bersifat ireversibel Pemberian aminoglikosida pada wanita hamil sangat tidak

dianjurkan Selain itu aminoglikosida juga mempunyai efek samping nefrotoksik dan

ototoksik pada ibu dan juga dapat menimbulkan kerusakan ginjal tingkat seluler

pada janin terutama jika diberikan pada periode organogeneis Kerusakan saraf

kranial VIII juga banyak terjadi pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang

mendapat aminoglikosida pada kehamilan

lt--[if supportLists]--gt2 lt--[endif]--gtGolongan Sefalosporin seperti cefuroxime

acetyl cefotiam diHCl cefotaxime Na cefoperazone Na ceftriaxone Na cefazolin

Na cefaclor dan turunan garam monohydrate-nya cephadrine dan ceftizoxime Na

Sama halnya dengan penisilin sefalosporin relatif aman jika diberikan pada trimester

pertama kehamilan Kadar sefalosporin dalam sirkulasi janin meningkat selama

beberapa jam pertama setelah pemberian dosis pada ibu tetapi tidak terakumulasi

setelah pemberian berulang atau melalui infus Sejauh ini belum ada bukti bahwa

pengaruh buruk sefalosporin seperti misalnya anemia hemolitik dapat terjadi pada

bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu yang mendapat sefalosporin pada trimester

terakhir kehamilan

lt--[if supportLists]--gt3 lt--[endif]--gtGolongan Kloramfenikol seperti

Kloramfenikol dan thiamfenicol

Kloramfenikol bila diberikan menjelang persalinan dapat mengakibatkan kolaps

sirkulasi pada neonatus Pemberian kloramfenikol pada wanita hamil terutama pada

trimester II dan III di mana hepar belum matur dapat menyebabkan angka

terjadinya sindroma Grey pada bayi ditandai dengan kulit sianotik (sehingga bayi

tampak keabuabuan) hipotermia muntah abdomen protuberant dan menunjukkan

reaksi menolak menyusu di samping pernafasan yang cepat amp tidak teratur serta

letargi Kloramfenikol dimasukkan dalam kategori C yaitu obat yang karena efek

farmakologiknya dapat menyebabkan pengaruh buruk pada janin tanpa disertai

malformasi anatomik Pengaruh ini dapat bersifat reversibel Pemberian

kloramfenikol selama kehamilan sejauh mungkin dihindari terutama pada minggu-

minggu terakhir menjelang kelahiran dan selama menyusui

lt--[if supportLists]--gt4 lt--[endif]--gtGolongan Makrolid seperti clarithomycin

roxirhromycin erythromycin spiramycin dan azithromycin

lt--[if supportLists]--gt5 lt--[endif]--gtGolongan Penicillin seperti amoxicillin

turunan tridydrate dan turunan garam Na-nya

Obat-obat yang termasuk dalam golongan penisilin dapat dengan mudah menembus

plasenta dan mencapai kadar terapetik baik pada janin maupun cairan amnion

Penisilin relatif paling aman jika diberikan selama kehamilan meskipun perlu

pertimbangan yang seksama dan atas indikasi yang ketat mengingat kemungkinan

efek samping yang dapat terjadi pada ibu

lt--[if supportLists]--gt6 lt--[endif]--gtGolongan Kuinolon seperti ciprofloxacin dan

turunan garam HCl-nya ofloxacin sparfloxacin dan norfloxacin

lt--[if supportLists]--gt7 lt--[endif]--gtGolongan Tetrasiklin seperti doxycycline

tetracyclin dan turunan HCl-nya (tidak boleh untuk wanita hamil) dan oxytetracylin

(tidak boleh untuk wanita hamil)

Tetraskilin adalah jenis antibiotik yang merupakan anti bakteri yang luas sebagai

penghambat dan pembunuh bakteri gram positif dan gram negatif Merupakan zat

kelasi yang mempunyai afinitas dengan kalsium dan basa yang sukar larut dalam air

tetapi bentuk garam natrium atau garam HCL-nya mudah larut Dalam keadaadn

kering bentuk basa dan garam HCL tetrasiklin bersifat relative stabil Sedangkan

dalam larutan kebanyakan tetrasiklin sangat labil sehingga cepat berkurang

potensinya Efek tetrasiklin semakin fatal pada ibu hamil trimester pertama

Sehingga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang mikromelia dan

sindaktil Pembentukan tulang baru mulai pada trimester kedua Oleh karena itu

pemberian pada trismester kedua dapat mengakibatkan peubahan warna kekuningan

yang permanen pada gigi susu dan hipoplasia enamel Meskipun demikian gigi yang

kekuningan tersebut lebih tahan terhadap karies dibandingkan gigi normal

Sedangkan pemberian pada bulan ke 4 kehidupan janin sampai akhir tahun pertama

dapat menimbulkan kelainan warna gigi Wanita hamil atau masa nifas dengan

pielonefritis atau gangguan fungsi ginjal lain cendrung menderita kerusakan hati

akibat pemberian golongan tetrasiklin Tapi saat ini tetraskilin sudah jarang diberikan

kepada ibu hamil dan anak anak

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmpilisin Segi keamanan baik bagi ibu maupun

janin relatif cukup terjamin Kadar ampisilin dalam sirkulasi darah janin meningkat

secara lambat setelah pemberiannya pada ibu dan bahkan sering melebihi kadarnya

dalam sirkulasi ibu Pada awal kehamilan kadar ampisilin dalam cairan amnion

relatif rendah karena belum sempurnanya ginjal janin di samping meningkatnya

kecepatan aliran darah antara ibu dan janin pada masa tersebut Tetapi pada periode

akhir kehamilan di mana ginjal dan alat ekskresi yangi lain pada janin telah matur

kadarnya dalam sirkulasi janin justru lebih tinggi dibanding ibu Farmakokinetika

ampisilin berubah menyolok selama kehamilan Dengan meningkatnya volume

plasma dan cairan tubuh maka meningkat pula volume distribusi obat Oleh sebab itu

kadar ampisilin pada wanita hamil kira-kira hanya 50 dibanding saat tidak hamil

Dengan demikian penambahan dosis ampisilin perlu dilakukan selama masa

kehamilan

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmoksisilin Pada dasarnya absorpsi

amoksisilin setelah pemberian per oral jauh lebih baik dibanding ampisilin

Amoksisilin diabsorpsi secara cepat dan sempurna baik setelah pemberian oral

maupun parenteral Seperti halnya dengan ampisilin penambahan dosis amoksisilin

pada kehamilan perlu dilakukan mengingat kadarnya dalam darah ibu maupun janin

relatif rendah dibanding saat tidak hamil Dalam sirkulasi janin kadarnya hanya

sekitar seperempat sampai sepertiga kadar di sirkulasi ibu

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtSulfonmida Obat-obat yang tergolong

sulfonamida dapat melintasi plasenta dan masuk dalam sirkulasi janin dalam kadar

yang lebih rendah atau sama dengan kadarnya dalam sirkulasi ibu Pemakaian

sulfonamida pada wanita hamil harus dihindari terutama pada akhir masa kehamilan

Hal ini karena sulfonamida mampu mendesak bilirubin dari tempat ikatannya dengan

protein sehingga mengakibatkan terjadinya kern-ikterus pada bayi yang baru

dilahirkan Keadaan ini mungkin akan menetap sampai 7 hari setelah bayi lahir

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtEritromisin Pemakaian eritromisin pada wanita

hamil relatif aman karena meskipun dapat terdifusi secara luas ke hampir semua

jaringan (kecuali otak dan cairan serebrospinal) tetapi kadar pada janin hanya

mencapai 1-2 dibanding kadarnya dalam serum ibu Di samping itu sejauh ini

belum terdapat bukti bahwa eritromisin dapat menyebabkan kelainan pada janin

Kemanfaatan eritromisin untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh Chlamydia

pada wanita hamil serta pencegahan penularan ke janin cukup baik meskipun bukan

menjadi obat pilihan pertama Namun ditilik dari segi keamanan dan manfaatnya

pemakaian eritromisin untuk infeksi tersebut lebih dianjurkan dibanding antibiotika

lain misalnya tetrasiklin

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtTrimetoprim Karena volume distribusi yang

luas trimetoprim mampu menembus jaringan fetal hingga mencapai kadar yang lebih

tinggi dibanding sulfametoksazol meskipun kadarnya tidak lebih tinggi dari ibu Pada

uji hewan trimetoprim terbukti bersifat teratogen jika diberikan pada dosis besar

Meskipun belum terdapat bukti bahwa trimetoprim juga bersifat teratogen pada janin

tetapi pemakaiannya pada wanita hamil perlu dihindari Jika terpaksa harus

memberikan kombinasi trimetoprim + sulfametoksazol pada kehamilan diperlukan

pemberian suplementasi asam folet

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtNitrofurantoin Sering digunakan sebagai

antiseptik pada saluran kencing Jika diberikan pada awal kehamilan kadar

nitrofurantoin pada jaringan fetal lebih tinggi dibanding ibu tetapi kadarnya dalam

plasma sangat rendah Dengan makin bertambahnya umur kehamilan kadar

nitrofurantoin dalam plasma janin juga meningkat Sejauh ini belum terbukti bahwa

nitrofurantoin dapat meningkatkan kejadian malformasi janin Namun perhatian harus

diberikan terutama pada kehamilan cukup bulan di mana pemberian nitrofurantoin

pada periode ini kemungkinan akan menyebabkan anemia hemolitik pada janin

LKSI 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Percetakan Not BandungRagg M 2001 Obat-Obat yang paling diresepkan Arcan Jakarta

Santoso B 1995 Efek Samping Obat ed 2 Pusat Study Farmakologi Klinik dan Kebijakan Obat UGM Yogyakarta

Setiabudy S dkk 2007 Farmakologi dan Terapeutik edisi 5 FKUI JakartaSpeirs Al 1992 Ilmu Kesehatan Anak untuk Perawat ed 2 IKIPSemarang Press Semarang

Yagiela J A Frank J D Enid A N 2004 Pharmacology and Therapeutics for Dentistry Elsevier Mosby St Louis

Obat-obatan Untuk Ibu

Sebenarnya obat yang langsung ke ASI itu jumlahnya sangat kecil Sebagian kecil berpengaruh kepada bayi Secara umum menghentikan pemberian ASI lebih berbahaya daripada pengaruh obat tersebut Hanya sebagian kecil obat yang mempunyai efek samping Bayi yang berumur kurang dari satu bulan mempunyai masalah yang besar dibandingkan dengan bayi yang lebih tua Tetapi mungkin perlu dipikirkan obat alternatif untuk ibu yang menyebabkan lebih sedikit masalah Kejadian penghentian menyusui karena ibu harus minum obat adalah sangat jarang

Pada sedikit situasi menyusui merupakan kontra indikasi

Jika ibu mendapatkan obat anti kanker pemberian ASI boleh dihentikan Jika ibu mendapatkan pengobatan radioaktif ibu dapat menghentikan pemberian ASI untuk sementara Obat-obatan ini jarang digunakan

Beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang kadang-kadang menyebabkan perlunya penghentian pemberian ASI

Jika ibu mendapatkan obat psikiatrik atau anti konfulsan kadang-kadang membuat bayi (berusia kurang dari satu bulan) yang menyusui menjadi tampak lemah Khususnya jika diberikan barbiturat dan diazepam Jika memungkinkan sebaiknya diganti dengan obat lain yang mempunyai efek samping kecil Namun demikian sangat berbahaya jika mengubah pengobatan secara cepat khususnya pada kasus epilepsi

Jika tidak ada alternatif teruskan pemberian ASI dan amatilah bayinya

Jika terjadi efek samping pemberian ASI dapat dihentikan

Beberapa antibiotik perlu dihindari

Antibiotik pada umumnya aman bagi ASI dan bagi bayi Tetapi lebih baik menghindari pemberian Chloramphenikol dan tetrasiklin serta metronidazole Jika salah satu antibiotik tersebut harus diberikan kepada ibu teruskan menyusui dan amatilah bayinya Pada umumnya tidak ada masalah

Hindari pemberian sulphonamide kepada ibu khususnya jika bayi jaundice Jika obat seperti cotrimoxasole fansidar dan dapsone diperlukan berikan obat tersebut dan teruskan pemberian ASI Pertimbangkan pemberian makanan alternatif bila bayi jaundice terutama jaundice yang terjadi ketika ibu meminum obat tersebut

Obat yang menyebabkan menurunnya produksi ASI perlu dihindari

Hindari penggunaan kontrasepsi yang mengandung estrogen Hindari penggunaan Thiazide diuretik seperti Chlorotiazide karena obat ini menurunkan produksi ASI Jia mungkin carilah alternatifnya

Kebanyakan obat yang umum digunakan adalah aman pada dosis biasa

Jika ibu menyusui mendapatkan obat tetapi anda tidak yakin obat apa

1 Cek daftar obat di dalam manual 2 Anjurkan agar ibu terus menyusui sambil mencoba mengetahui obat apa yang diberikan 3 Amatilah bayi jika terjadi efek samping seperti mengantuk yang abnormal tidak nafsu makan dan

ikterus khususnya jika ibu mengkonsumsi obat untuk waktu yang lama 4 Usahakan mendapatkan saran dari petugas kesehatan yang lebih ahli seperti dokter atau apoteker 5 Jika khawatir cobalah mencari obat alternatif yang anda ketahui lebih aman 6 Jika bayi terkena efek samping dan ibu tidak mengubah penggunaan obatnya gunakanlah metode

alternatif yang aman 7 Jika bayi terkena efek samping dan anda tidak mungkin mengubah obatnya pertimbangkan cara

pemberian makanan yang lain untuk sementara waktu bila mungkin

Menyusui dan Obat-obatan untuk Ibu

Kontra indikasi pemberian ASI Obat anti kanker

Radioaktif (berhenti menyusui sementara)

Teruskan pemberian ASI Obat penyakit psikis dan anti konvulsan

(Amati efek samping pada bayi

misalnya mengantuk)

Gunakan obat alternatif Chloramfenikol tetracyclin metronidazole

Quinolone antibiotics (eg Ciprofloxacin)

Pantau kemungkinan ikterius Sulphonamides cotrimoxazole fansidar dapsone

Gunakan obat alternatif Estrogen terutama kontrasepsi berisi estrogen

(dapat menurunkan produksi ASI) Thiazide diuretic

Aman pada dosis biasa Obat-obatan paling biasa digunakan

Pantau bayi Analgesik dan antipiretik paracetakol yang diberikan untuk waktu siang asam acetil salisilik ibuprofen kadang-kadang diberikan morfin dan petidin kebanyakan obat batuk dan masuk angin antibiotik ampisilin kloxasilin dan penisilin erythromisin lain obat anti TB anti lepra anti malaria (kecuali meflokuin) antihelmint anti jamur bronchodilator (eg Salbutamol) corticosteroids antihistamin antasid obat untuk diabetes kebanyakan oabat anti-hipertensi digoksin suplemen gizi yodium zat besi dan vitamin-vitamin

Dikirim oleh (RSIA permata hati)

  • RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI
  • Hal-hal Terbaru Tentang Transfusi Darah
Page 14: RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI.docx

digunakan hingga orang tersebut kembali lebih dari 3 bulan kemudian untuk donasi

ketiga dan lolos kembali seluruh pengujian Saat itu unit kedua dapat digunakan

Pendekatan ini mempunyai keuntungan yang jelas tetapi pemberiannya rumit

C Plasma yang sering didonorkan Suatu hubungan terbalik terjadi antara jumlah

donasi yang diberikan seseorang dengan kemungkinan menjadi sero positif

Hubungan ini tidak saling bergantung pada waktu dimana donasi diberikan Yang

tampaknya mencapai reduksi maksimum insidensi sero positif pada lebih dari 4

donasi Perkiraannya adalah bahwa reduksi sero positif (dan karena itu transmisi)

hingga 13-12 gambaran saat ini

Pilihan diatas diadakan pada pertemuan di University of California San Fransisco

Transfusion Committee dan dokter akan mempunyai banyak pilihan plasma yang

lebih aman untuk pasien

IV Imunosupresi

Transfusi darah homolog menimbulkan suatu reaksi imunosupresif nonspesifik pada

resipien Efek ini bersifat terapi untuk resipien transplantasi ginjal Namun banyak

pengarang telah mengemukakan data untuk menunjukkan bahwa transfusi darah

meningkatkan suseptibilitas terhadap infeksi dan peningkatan progresi tumor

malignan Walaupun banyak faktor dapat terlibat pada pasien yang sakit keras

(misalnya pasien-pasien yang menerima transfusi darah kemungkinan punya

penyakit yang lebih luas dan invasif) bukti meyakinkan bahwa ada hubungan

antara transfusi preoperatif dan rekurensi tumor atau bertahan hidup pada pasien-

pasien dengan berbagai jenis kanker sebagaimana ditinjau oleh Schricmer et al

Mekanisme dan efek dari kanker ini tidak diketahui tetapi berhubungan dengan

peningkatan sintesis prostaglandin E penurunan generasi interleukin 2 dan produk

degradasi fibrinogen pada FFP Penemuan lanjut ini menimbulkan kekhawatiran

tentang pemberian FFP pada pasien-pasien yang imunitasnya ditekan Blumbert et

al menemukan bahwa pasien-pasien yang ditransfusi dengan PRC bertahan hidup

lebih baik daripada pasien-pasien yang menerima darah lengkap Hasilnya

Schriemer et al menyarankan untuk memberikan PRC dibanding darah lengkap bila

transfusi diindikasikan pada pasien-pasien kanker

Terbaru Landers et al telah meninjau mekanisme imunomodulasi yang disebabkan

tranfusi (Tabel 3) dan penurunan fungsi imun setelah transfusi darah alogenik atau

homolog (Tabel 4)

Table 3 Mekanisme Modulasi Imun yang ditimbulkan oleh Transfusi

Penumpukan Fe pada sistem RE mengakibatkan berbagai perubahan

Penurunan aktifitas makrofag yang dapat menangkap antigen kelas II oleh

monosit yang memproduksi prostaglandin E2 sehingga menghambat produksi IL-2

Inhibisi interleukin-2 oleh limfositT akan menurunkan stimulasi sel B dan produksi

antibodi

Teori deplesi klonal ndash sel-sel yang rusak akan menolak proses graft

Penurunan produksi limfosit T supressor

Pembentukan anti-idiotipik T cell receptor atau antibodi yang dapat melawan

antigen pada transfusi darah akan bangkit dan membentuk antigen yang baru

Dari Landers etal Anesth Analg 199682187

Table 4 Penurunan Fungsi Imun akibat Transfusi Darah Allogenik

Pengurangan respon limfosit

Penurunan produksi sitokin

Penurunan respon terhadap mitogen (subtansi yang menstimulasi mitosis dan

perubahan limfosit) atau antigen larut in vivo atau in vitro

Peningkatan jumlah atau fungsi sel supresor

Penurunan aktivitas sel pembunuh alami

Penurunan fungsi monosit

Penurunan sitotoksisitas yang di mediasi sel terhadap sel-sel target tertentu

Peningkatan produksi mediator dan antibodi anti idotipik supresif

Dari Landers etal Anesth Analg 199682187 (33)

V Terapi Komponen

A Thrombosit

Sebagiamana diindikasikan sebelumnya terdapat kekhawatiran bahwa produk-

produk darah homolog telah diberikan secara tidak tepat FDA Drug Bulletin Juli

1989 mencoba memberi panduan dan menyatakan bahwa thrombosit tidak boleh

diberikan

1 Kepada pasien-pasien dengan ITP (kecuali bila ada perdarahan yang mengancam

jiwa)

2 Profilaksis transfusi darah massif

3 Profilaksis pada cardiopulmonar bypass

FDA tidak menyatakan bahwa pada pasien yang menjalankan pembedahan atau

prosedur invasif lain tidak diuntungkan dari transfusi thrombosit profilaksis bila

hitung thrombosit paling kurang 50000mm3 dan thrombositopenia merupakan

satu-satunya kelainan

ASA task force baru-baru ini menyarankan bahwa

1 Transfusi thrombosit profilaksis tidak efektif dan jarang kali diindikasikan bila

thrombositopenia berhubungan dengan peningkatan destruksi thrombosit

(misalnya ITP)

2 Tranfusi thrombosit profilaksis jarang diindikasikan pada pasien-pasien bedah

dengan thrombositopenia yang berhubungan dengan penurunan produksi

thrombosit bila hitung thrombosit lebih besar daripada 100000mm3 dan biasanya

diindikasikan bila hitung thrombosit lebih rendah dari 50000mm3 Penentuan

apakah pasien-pasien dengan hitung thrombosit pada tingkat menengah (50000-

100000mm3) membutuhkan terapi harus berdasarkan pada resiko perdarahan

3 Pasien-pasien bedah dan obstetrik dengan perdarahan mikrovaskular biasanya

membutuhkan transfusi thrombosit bila hitung thrombosit lebih kecil dari

50000mm3 dan jarang membutuhkan transfusi bila lebih besar dari 100000mm3

Jika hitung thrombosit antara 50000-100000mm3) penentuan harus didasarkan

pada resiko pasien untuk perdarahan yang lebih signifikan

4 Persalinan pervaginam atau operatif dengan kehilangan darah yang sedikit dapat

dilakukan pada pasien-pasien dengan hitung thrombosit kurang dari 50000mm3

5 Transfusi thrombosit dapat diindikasikan bila hitung thrombosit cukup tetapi

terdapat disfungsi thrombosit dan perdarahan mikrovaskular

Transfusi thrombosit dibutuhkan untuk pasien-pasien dengan perdarahan sistemik

dan untuk pasien-pasien dengan resiko tinggi perdarahan yang disebabkan oleh

gangguan koagulasi sepsis atau disfungsi thrombosit yang berhubungan dengan

pengobatan atau penyakit Jelasnya maksudnya adalah untuk membuat dokter

lebih tepat dalam menetapkan indikasi transfusi thrombosit Karena peningkatan

kekhawatiran tentang kontaminasi bakterial kini sangat disarankan tiap pasien

yang menjadi demam setelah menerima konsentrat thrombosit harus dianggap

septik hingga terbukti sebaliknya

B Kriopresipitat

Kriopresipitat mengandung faktor VIIIC (aktivitas prokoagulan) faktor VIIIvWF

(faktor von Willebrand ) fibrinogen faktor XIII dan fibronektin yang merupakan

glikoprotein yang berperan pada peningkatan aktivitas sistem RES dalam

membunuh partikel asing dan bakteri dari darah

Terdapatnya fibrinogen yang rendah pada PRC sehingga ASA task force

menyarankan pemberian kriopresipitat untuk

1 Profilaksis pada pasien-pasien non perdarahan perioperiatif atau peripartum

dengan defisiensi fibrinogen kongenital atau penyakit von Willebrand yang tidak

berespon terhadap DDAVP (bila memungkinkan keputusan ini harus dibuat dengan

konsultasi dengan hematolog pasien tersebut)

2 Pasien-pasien perdarahan dengan penyakit von Willebrand

3 Koreksi perdarahan mikrovaskular pada pasien-pasien dengan transfusi massif

dengan konsentrasi fibrinogen kurang dari 80-100 mgdL (atau bila konsentrasi

fibrinogen tidak dapat diukur pada saat itu)

Darah lengkap harus diberikan pada transfusi darah massif karena PRC kurang

mengandung faktor koagulasi

Konsentrat faktor VIII merupakan terapi standar untuk hemofilia Teknik rekombinan

DNA terbaru telah digunakan untuk mengembangkan faktor VIII yang bebas

transmisi penyakit

VI Komplikasi

Dengan memperhitungkan pertimbangan di atas insidensi dari reaksi yang

merugikan adalah

Reaksi yang merugikan terhadap Transfusi

Tipe reaksi Insidensi

Reaksi febril 1 dari transfusi PRC

Reaksi alergi (urtikaria) 20 dari transfusi platelet

Rekasi transfusi hemolitik akut 11000 reaksi transfusi

Rekasi transfusi lambat ~ 133000 U PRC

Penyakit graft vs host (GVHD) ~ 12500 U PRC

Udem paru akut yang berhubungan

dengan transfusi (TRALI) 110000 U PRC

Dari Principles of Anesthetic Techniques and Anesthetic Emergencies

Darah yang telah bersih dari leukosit dapat menurunkan kejadian imunosupresi dan

insidensi banyak reaksi transfusi

VII Darah Sintetik

Karena banyak masalah termasuk yang terdaftar di atas dengan allogenik banyak

perusahaan mencoba membuat hemoglobin sintetik Produk ini telah diberikan pada

sukarelawan manusia dan pasien-pasien dengan keberhasilan yang cukup Hal ini

diungkapkan oleh Dietz et al pada Anesthesia amp Analgesia Februari 1996 Dasarnya

produk-produk ini

1 Larutan hemoglobin bebas stroma yang mengandung sejumlah modifikasi dari

molekul hemoglobin

2 Hemoglobin rekayasa genetik (misalnya Ecoli menghasilkan sel darah merah

manusia)

3 Larutan hemoglobin liposome-encapsulated mengandung hemoglobin dengan

membran sintetik

4 Perfluorokarbon larutan organik dengan kelarutan oksigen tinggi

Untuk mencegah banyak komplikasi seperti kerusakan ginjal pelepasan

endotoksin dan lain-lain berbagai pendekatan telah digunakan seperti cross-link

polimerisasi dan konjugator baik dengan kimiawi maupun tehnik genetik

sebagaimana diringkaskan dibawah

Tabel 5 Pengganti Sel darah Merah

Aktivitas Efisiensi

(efek biologis) (keuntungan untuk pasien)

Transpor O2 Penurunan penggunaan produk-produk darah

Bantuan hidup selama anemia berat Penurunan morbiditas dan mortalitas yang

berhubungan dengan transfusi

Resusitasi cairan Penggunaan pada lingkungan yang secara logistik sulit

Awalnya produk-produk ini dipandang sebagai pengganti darah Meskipun aman

tapi sulit disediakan oleh bank darah Kriteria FDA terhadap efisiensi sulit

diterapkan Sekarang lebih menekankan pada kemampuan transpor oksigennya

yang akan didiskusikan

Berbagai penelitian fase II and III telah dan sedang dilaksanakan Sejauh ini

kebanyakan produk menyebabkan hipertensi ringan dan peningkatan konsentrasi

amilase dan lipase yang signifikansinya masih harus ditetapkan

Kewaspadaan Pada GraviidaObat Efek Samping Utama Keterangan1048729 Kloramfenikol Gray-baby sindrom (kolapssirkulasi pd neonatus) anemiaHindari pemberian pd trimester 3masa laktasi amp neonatus1048729 SulfonamidDapsonRisiko hemolisis amp ikterus Hindari pemberian pd trimester 3 ampmasa laktasi1048729 Trimetoprim Hindari pemberian pd trimester 3

Obat Efek Samping Utama Keterangan1048729 Kloramfenikol Gray-baby sindrom (kolapssirkulasi pd neonatus) anemiaHindari pemberian pd trimester 3masa laktasi amp neonatus1048729 SulfonamidDapsonRisiko hemolisis amp ikterus Hindari pemberian pd trimester 3 ampmasa laktasi1048729 Trimetoprim Hindari pemberian pd trimester 3KotrimoksazolTeratogenik1048729 Eritromisin Hepatotoksik gangguan GIT Terutama pada sang ibu1048729 Penisilin ampSefalosporinHipersensitivitas rx alergigangguan GITbull Ruam amp diare pd neonatusbull Ko-amoksiklav sebaiknya dihindaripd kehamilanOtotoksik Gangguan pendengaran bisamempengaruhi ibu amp

Ibu Hamil Membutuhkan Antibiotik

Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) antibiotik

merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh mikroba untuk menghambat

pertumbuhan dan membasmi mikroba jenis lain Awalnya antibiotik hanya

ada beberapa namun saat ini sudah ditemukan berbagai jenis antibiotik

yang mampu mengatasi penyakit infeksi lanjutan Antibiotik bekerja untuk

melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri bukan virus Penggunaan

antibiotik tidak boleh sembarangan karena akan mendatangkan bahaya bagi

tubuh Prinsip yang harus diketahui antibiotik hanya digunakan jika ada

infeksi yang disebabkan oleh kuman bakteri

Obat-obatan antibiotik itu termasuk obat keras yang membantu tubuh untuk membunuh

kuman ataupun bakteri yang masuk dan tidak bisa dilawan dengan sistem kekebalan tubuh

Karena obat-obatan ini bekerja dengan sistem penghancuran total maka tidak hanya bakteri saja

sel tubuh kita yang terinfeksi dan disekitarnya akan ikut terkena guna menghilangkan

kesempatan masih ada sisa-sisa koloni bakteri yang mungkin bersembunyi Oleh karena itu

pemberian obat antibiotik harus tuntas sampai seluruh koloni bakteri benar-benar habis

terbunuh jika tidak maka dapat dipastikan bakteri itu bisa bersiap diri untuk menyerang

kembali atau bahkan bisa juga bakteri-bakteri itu menjadi resisten dengan obat tersebut dan

kalau sudah begitu diperlukan antibiotik generasi lebih tinggi untuk membunuh kuman Oleh

karena efek membunuh yang kuat jika seorang pasien diberi obat antibiotik harus dipastikan

sistem kekebalan tubuh pasien itu juga kuat Karena untuk melawan efek dari antibiotik itu

sendiri dan untuk sistem self-recovery mengganti sel-sel tubuh yang telah rusak

Pengaruh buruk obat terhadap janin dapat bersifat toksik teratogenik maupun letal

tergantung pada sifat obat dan umur kehamilan paga saat minum obat Pengaruh toksik adalah

jika obat yang diminum selama masa kehamilan menyebabkan terjadinya gangguan fisiologik

atau bio-kimiawi dari janin yang dikandung dan biasanya gejalanya baru muncul beberapa saat

setelah kelahiran Pengaruh obat bersifat teratogenik jika menyebabkan terjadinya malformasi

anatomik pada petumbuhan organ janin Pengaruh teratogenik ini biasanya terjadi pada dosis

subletal Sedangkan pengaruh obat yang bersifa letal adalah yang mengakibatkan kematian janin

dalam kandungan Secara umum pengaruh buruk obat pada janin dapat beragam sesuai dengan

fase-fase berikut

lt--[if supportLists]--gt1 lt--[endif]--gtFase implantasi yaitu pada umur kehamilan

kurang dari 3 minggu Pada fase ini obat dapat memberi pengaruh buruk atau

mungkin tidak sama sekali Jika terjadi pengaruh buruk biasanya menyebabkan

kematian embrio atau berakhirnya kehamilan (abortus)

lt--[if supportLists]--gt2 lt--[endif]--gtFase embional atau organogenesis yaitu pada

umur kehamilan antara 4-8 minggu Pada fase ini terjadi diferensiasi pertumbuhan

untuk terjadinya malformasi anatomik (pengaruh teratogenik) Berbagai pengaruh

buruk yang mungkin terjadi pada fase ini antara lain

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtGangguan fungsional atau metabolik yang

permanen yang biasanya baru muncul kemudian jadi tidak timbul secara

langsung pada saat kehamilan Misalnya pemakaian hormon dietilstilbestrol pada

trimester pertama kehamilan terbukti berkaitan dengan terjadinya adenokarsinoma

vagina pada anak perempuan di kemudian hari (pada saat mereka sudah dewasa)

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtPengaruh letal berupa kematian janin atau

terjadinya abortus

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtPengaruh sub-letal yang biasanya dalam

bentuk malformasi anatomis pertumbuhan organ seperti misalnya fokolemia

karena talidomid

lt--[if supportLists]--gt3 lt--[endif]--gtFase fetal yaitu pada trimester kedua dan ketiga

kehamilan Dalam fase ini terjadi maturasi dan pertumbuhan lebih lanjut dari janin

Pengaruh buruk senyawa asing terhadap janin pada fase ini tidak berupa malformasi

anatomik lagi tetapi mungkin dapat berupa gangguan pertumbuhan baik terhadap

fungsi-fungsi fisiologik atau biokimiawi organ-organ Demikian pula pengaruh obat

yang dialami ibu dapat pula dialami janin meskipun mungkin dalam derajat yang

berbeda Sebagai contoh adalah terjadinya depresi pernafasan neonatus karena selama

masa akhir kehamilan ibu mengkonsumsi obat-obat seperti analgetika-narkotik atau

terjadinya efek samping pada sistem ekstrapiramidal setelah pemakaian fenotiazin

Secara umumsetiap obat dibagi dalam kategori (A B C D dan X) berdasarkan tingkat

resiko saat kehamilan

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori A

Hanya beberapa obat saja yang termasuk kategori A di mana obat tersebut tidak

berbahaya bila dikonsumsi pada trisemester pertama saat kehamilan Contoh obat

adalah Nystatin vaginal (Mycostatin)

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori B

Obat kategori B meliputi obat-obat yang pengalaman pemakainya pada wanita hamil

masih terbatas tetapi tidak terbukti meningkatkan frekuensi malformasi atau

pengaruh buruk lainnya pada janin Mengingat terbatasnya pengalaman pemakaian

pada wanita hamil maka obat-obat kategori B dibagi lagi berdasarkan temuan-

temuan pada studi toksikologi pada hewan yaitu

B1 Dari penelitian pada hewan tidak terbukti meningkatnya kejadian kerusakan janin

(fetal damage) Contoh obat-obat yang termasuk pada kelompok ini misalnya

simetidin dipiridamol dan spektinomisin

B2 Data dari penilitian pada hewan belum memadai tetapi ada petunjuk tidak

meningkatnya kejadian kerusakan janin tikarsilin amfoterisin dopamin asetilkistein

dan alkaloid belladona adalah obat-obat yang masuk dalam kategori ini

B3 Penelitian pada hewan menunjukkan peningkatan kejadian kerusakan janin tetapi

belum tentu bermakna pada manusia Sebagai contoh adalah karbamazepin

pirimetamin griseofulvin trimetoprim dan mebendazol

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori C

Beberapa ada di kategori ini karena tidak ada informasi yang cukup dan beberapa

obat member efek buruk pada hewan percobaan tetapi tidak ada konfirmasi ataupun

pemberitahuan adanya masalah yang timbul seperti kelahiran yang cacat pada

manusia Merupakan obat-obat yang dapat memberi pengaruh buruk pada janin tanpa

disertai malformasi anatomik semata-mata karena efek farmakologiknya Yang

termasuk kategori C yaitu Baktirm Trimetropim Biaxin Cipro Diflucan Monistat

Terazol Isoniazid Rifampin dan Vermox

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori D

Pada kategori ini obat memberi efek yang buruk pada kehamilan dan sebaiknya

tidak digunakan kecuali tidak ada alternatif lain Contohnya adalah Tetrasiklin

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori X

Obat-obat yang masuk dalam kategori ini adalah yang telah terbukti mempunyai

risiko tinggi terjadinya pengaruh buruk yang menetap (irreversibel) pada janin jika

diminum pada masa kehamilan Obat dalam kategori ini merupakan kontraindikasi

mutlak selama kehamilan Sebagai contoh adalah isotretionin dan dietilstilbestrol

Untuk keadaan hamil apalagi masih dalam trimester ketiga pemberian antibiotik bisa

sangat membahayakan janin karena hampir semua antibiotik memberikan efek samping mual

muntah pusing dan gangguan sistem pencernaan Efek-efek samping yang ditimbulkan juga

akan menekan kehamilan Bahkan ada antibiotik yang bisa menembus sampai ke sistem

kelenjar cairan seperti liur kelenjar getah bening cairan otak dan ASI Jika pada masa

menyusui minum antibiotik maka obat akan merembes di ASI dan bayi akan minum ASI

bercampur obat bisa dibayangkan apa yang akan terjadi

Obat-obat antibiotik yang perlu perhatian khusus atau tidak boleh diminum untuk ibu

hamil dan menyusui

lt--[if supportLists]--gt1 lt--[endif]--gtGolongan Aminoglikosida (biasanya dalam

turunan garam sulfate-nya) seperti amikacin sulfate tobramycin sulfate dibekacin

sulfate gentamycin sulfate kanamycin sulfate dan netilmicin sulfate

Aminoglikosida dimasukkan dalam kategori obat D yang penggunaannya oleh

wanita hamil diketaui meningkatkan angka kejadian malformasi dan kerusakan janin

yang bersifat ireversibel Pemberian aminoglikosida pada wanita hamil sangat tidak

dianjurkan Selain itu aminoglikosida juga mempunyai efek samping nefrotoksik dan

ototoksik pada ibu dan juga dapat menimbulkan kerusakan ginjal tingkat seluler

pada janin terutama jika diberikan pada periode organogeneis Kerusakan saraf

kranial VIII juga banyak terjadi pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang

mendapat aminoglikosida pada kehamilan

lt--[if supportLists]--gt2 lt--[endif]--gtGolongan Sefalosporin seperti cefuroxime

acetyl cefotiam diHCl cefotaxime Na cefoperazone Na ceftriaxone Na cefazolin

Na cefaclor dan turunan garam monohydrate-nya cephadrine dan ceftizoxime Na

Sama halnya dengan penisilin sefalosporin relatif aman jika diberikan pada trimester

pertama kehamilan Kadar sefalosporin dalam sirkulasi janin meningkat selama

beberapa jam pertama setelah pemberian dosis pada ibu tetapi tidak terakumulasi

setelah pemberian berulang atau melalui infus Sejauh ini belum ada bukti bahwa

pengaruh buruk sefalosporin seperti misalnya anemia hemolitik dapat terjadi pada

bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu yang mendapat sefalosporin pada trimester

terakhir kehamilan

lt--[if supportLists]--gt3 lt--[endif]--gtGolongan Kloramfenikol seperti

Kloramfenikol dan thiamfenicol

Kloramfenikol bila diberikan menjelang persalinan dapat mengakibatkan kolaps

sirkulasi pada neonatus Pemberian kloramfenikol pada wanita hamil terutama pada

trimester II dan III di mana hepar belum matur dapat menyebabkan angka

terjadinya sindroma Grey pada bayi ditandai dengan kulit sianotik (sehingga bayi

tampak keabuabuan) hipotermia muntah abdomen protuberant dan menunjukkan

reaksi menolak menyusu di samping pernafasan yang cepat amp tidak teratur serta

letargi Kloramfenikol dimasukkan dalam kategori C yaitu obat yang karena efek

farmakologiknya dapat menyebabkan pengaruh buruk pada janin tanpa disertai

malformasi anatomik Pengaruh ini dapat bersifat reversibel Pemberian

kloramfenikol selama kehamilan sejauh mungkin dihindari terutama pada minggu-

minggu terakhir menjelang kelahiran dan selama menyusui

lt--[if supportLists]--gt4 lt--[endif]--gtGolongan Makrolid seperti clarithomycin

roxirhromycin erythromycin spiramycin dan azithromycin

lt--[if supportLists]--gt5 lt--[endif]--gtGolongan Penicillin seperti amoxicillin

turunan tridydrate dan turunan garam Na-nya

Obat-obat yang termasuk dalam golongan penisilin dapat dengan mudah menembus

plasenta dan mencapai kadar terapetik baik pada janin maupun cairan amnion

Penisilin relatif paling aman jika diberikan selama kehamilan meskipun perlu

pertimbangan yang seksama dan atas indikasi yang ketat mengingat kemungkinan

efek samping yang dapat terjadi pada ibu

lt--[if supportLists]--gt6 lt--[endif]--gtGolongan Kuinolon seperti ciprofloxacin dan

turunan garam HCl-nya ofloxacin sparfloxacin dan norfloxacin

lt--[if supportLists]--gt7 lt--[endif]--gtGolongan Tetrasiklin seperti doxycycline

tetracyclin dan turunan HCl-nya (tidak boleh untuk wanita hamil) dan oxytetracylin

(tidak boleh untuk wanita hamil)

Tetraskilin adalah jenis antibiotik yang merupakan anti bakteri yang luas sebagai

penghambat dan pembunuh bakteri gram positif dan gram negatif Merupakan zat

kelasi yang mempunyai afinitas dengan kalsium dan basa yang sukar larut dalam air

tetapi bentuk garam natrium atau garam HCL-nya mudah larut Dalam keadaadn

kering bentuk basa dan garam HCL tetrasiklin bersifat relative stabil Sedangkan

dalam larutan kebanyakan tetrasiklin sangat labil sehingga cepat berkurang

potensinya Efek tetrasiklin semakin fatal pada ibu hamil trimester pertama

Sehingga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang mikromelia dan

sindaktil Pembentukan tulang baru mulai pada trimester kedua Oleh karena itu

pemberian pada trismester kedua dapat mengakibatkan peubahan warna kekuningan

yang permanen pada gigi susu dan hipoplasia enamel Meskipun demikian gigi yang

kekuningan tersebut lebih tahan terhadap karies dibandingkan gigi normal

Sedangkan pemberian pada bulan ke 4 kehidupan janin sampai akhir tahun pertama

dapat menimbulkan kelainan warna gigi Wanita hamil atau masa nifas dengan

pielonefritis atau gangguan fungsi ginjal lain cendrung menderita kerusakan hati

akibat pemberian golongan tetrasiklin Tapi saat ini tetraskilin sudah jarang diberikan

kepada ibu hamil dan anak anak

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmpilisin Segi keamanan baik bagi ibu maupun

janin relatif cukup terjamin Kadar ampisilin dalam sirkulasi darah janin meningkat

secara lambat setelah pemberiannya pada ibu dan bahkan sering melebihi kadarnya

dalam sirkulasi ibu Pada awal kehamilan kadar ampisilin dalam cairan amnion

relatif rendah karena belum sempurnanya ginjal janin di samping meningkatnya

kecepatan aliran darah antara ibu dan janin pada masa tersebut Tetapi pada periode

akhir kehamilan di mana ginjal dan alat ekskresi yangi lain pada janin telah matur

kadarnya dalam sirkulasi janin justru lebih tinggi dibanding ibu Farmakokinetika

ampisilin berubah menyolok selama kehamilan Dengan meningkatnya volume

plasma dan cairan tubuh maka meningkat pula volume distribusi obat Oleh sebab itu

kadar ampisilin pada wanita hamil kira-kira hanya 50 dibanding saat tidak hamil

Dengan demikian penambahan dosis ampisilin perlu dilakukan selama masa

kehamilan

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmoksisilin Pada dasarnya absorpsi

amoksisilin setelah pemberian per oral jauh lebih baik dibanding ampisilin

Amoksisilin diabsorpsi secara cepat dan sempurna baik setelah pemberian oral

maupun parenteral Seperti halnya dengan ampisilin penambahan dosis amoksisilin

pada kehamilan perlu dilakukan mengingat kadarnya dalam darah ibu maupun janin

relatif rendah dibanding saat tidak hamil Dalam sirkulasi janin kadarnya hanya

sekitar seperempat sampai sepertiga kadar di sirkulasi ibu

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtSulfonmida Obat-obat yang tergolong

sulfonamida dapat melintasi plasenta dan masuk dalam sirkulasi janin dalam kadar

yang lebih rendah atau sama dengan kadarnya dalam sirkulasi ibu Pemakaian

sulfonamida pada wanita hamil harus dihindari terutama pada akhir masa kehamilan

Hal ini karena sulfonamida mampu mendesak bilirubin dari tempat ikatannya dengan

protein sehingga mengakibatkan terjadinya kern-ikterus pada bayi yang baru

dilahirkan Keadaan ini mungkin akan menetap sampai 7 hari setelah bayi lahir

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtEritromisin Pemakaian eritromisin pada wanita

hamil relatif aman karena meskipun dapat terdifusi secara luas ke hampir semua

jaringan (kecuali otak dan cairan serebrospinal) tetapi kadar pada janin hanya

mencapai 1-2 dibanding kadarnya dalam serum ibu Di samping itu sejauh ini

belum terdapat bukti bahwa eritromisin dapat menyebabkan kelainan pada janin

Kemanfaatan eritromisin untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh Chlamydia

pada wanita hamil serta pencegahan penularan ke janin cukup baik meskipun bukan

menjadi obat pilihan pertama Namun ditilik dari segi keamanan dan manfaatnya

pemakaian eritromisin untuk infeksi tersebut lebih dianjurkan dibanding antibiotika

lain misalnya tetrasiklin

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtTrimetoprim Karena volume distribusi yang

luas trimetoprim mampu menembus jaringan fetal hingga mencapai kadar yang lebih

tinggi dibanding sulfametoksazol meskipun kadarnya tidak lebih tinggi dari ibu Pada

uji hewan trimetoprim terbukti bersifat teratogen jika diberikan pada dosis besar

Meskipun belum terdapat bukti bahwa trimetoprim juga bersifat teratogen pada janin

tetapi pemakaiannya pada wanita hamil perlu dihindari Jika terpaksa harus

memberikan kombinasi trimetoprim + sulfametoksazol pada kehamilan diperlukan

pemberian suplementasi asam folet

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtNitrofurantoin Sering digunakan sebagai

antiseptik pada saluran kencing Jika diberikan pada awal kehamilan kadar

nitrofurantoin pada jaringan fetal lebih tinggi dibanding ibu tetapi kadarnya dalam

plasma sangat rendah Dengan makin bertambahnya umur kehamilan kadar

nitrofurantoin dalam plasma janin juga meningkat Sejauh ini belum terbukti bahwa

nitrofurantoin dapat meningkatkan kejadian malformasi janin Namun perhatian harus

diberikan terutama pada kehamilan cukup bulan di mana pemberian nitrofurantoin

pada periode ini kemungkinan akan menyebabkan anemia hemolitik pada janin

LKSI 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Percetakan Not BandungRagg M 2001 Obat-Obat yang paling diresepkan Arcan Jakarta

Santoso B 1995 Efek Samping Obat ed 2 Pusat Study Farmakologi Klinik dan Kebijakan Obat UGM Yogyakarta

Setiabudy S dkk 2007 Farmakologi dan Terapeutik edisi 5 FKUI JakartaSpeirs Al 1992 Ilmu Kesehatan Anak untuk Perawat ed 2 IKIPSemarang Press Semarang

Yagiela J A Frank J D Enid A N 2004 Pharmacology and Therapeutics for Dentistry Elsevier Mosby St Louis

Obat-obatan Untuk Ibu

Sebenarnya obat yang langsung ke ASI itu jumlahnya sangat kecil Sebagian kecil berpengaruh kepada bayi Secara umum menghentikan pemberian ASI lebih berbahaya daripada pengaruh obat tersebut Hanya sebagian kecil obat yang mempunyai efek samping Bayi yang berumur kurang dari satu bulan mempunyai masalah yang besar dibandingkan dengan bayi yang lebih tua Tetapi mungkin perlu dipikirkan obat alternatif untuk ibu yang menyebabkan lebih sedikit masalah Kejadian penghentian menyusui karena ibu harus minum obat adalah sangat jarang

Pada sedikit situasi menyusui merupakan kontra indikasi

Jika ibu mendapatkan obat anti kanker pemberian ASI boleh dihentikan Jika ibu mendapatkan pengobatan radioaktif ibu dapat menghentikan pemberian ASI untuk sementara Obat-obatan ini jarang digunakan

Beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang kadang-kadang menyebabkan perlunya penghentian pemberian ASI

Jika ibu mendapatkan obat psikiatrik atau anti konfulsan kadang-kadang membuat bayi (berusia kurang dari satu bulan) yang menyusui menjadi tampak lemah Khususnya jika diberikan barbiturat dan diazepam Jika memungkinkan sebaiknya diganti dengan obat lain yang mempunyai efek samping kecil Namun demikian sangat berbahaya jika mengubah pengobatan secara cepat khususnya pada kasus epilepsi

Jika tidak ada alternatif teruskan pemberian ASI dan amatilah bayinya

Jika terjadi efek samping pemberian ASI dapat dihentikan

Beberapa antibiotik perlu dihindari

Antibiotik pada umumnya aman bagi ASI dan bagi bayi Tetapi lebih baik menghindari pemberian Chloramphenikol dan tetrasiklin serta metronidazole Jika salah satu antibiotik tersebut harus diberikan kepada ibu teruskan menyusui dan amatilah bayinya Pada umumnya tidak ada masalah

Hindari pemberian sulphonamide kepada ibu khususnya jika bayi jaundice Jika obat seperti cotrimoxasole fansidar dan dapsone diperlukan berikan obat tersebut dan teruskan pemberian ASI Pertimbangkan pemberian makanan alternatif bila bayi jaundice terutama jaundice yang terjadi ketika ibu meminum obat tersebut

Obat yang menyebabkan menurunnya produksi ASI perlu dihindari

Hindari penggunaan kontrasepsi yang mengandung estrogen Hindari penggunaan Thiazide diuretik seperti Chlorotiazide karena obat ini menurunkan produksi ASI Jia mungkin carilah alternatifnya

Kebanyakan obat yang umum digunakan adalah aman pada dosis biasa

Jika ibu menyusui mendapatkan obat tetapi anda tidak yakin obat apa

1 Cek daftar obat di dalam manual 2 Anjurkan agar ibu terus menyusui sambil mencoba mengetahui obat apa yang diberikan 3 Amatilah bayi jika terjadi efek samping seperti mengantuk yang abnormal tidak nafsu makan dan

ikterus khususnya jika ibu mengkonsumsi obat untuk waktu yang lama 4 Usahakan mendapatkan saran dari petugas kesehatan yang lebih ahli seperti dokter atau apoteker 5 Jika khawatir cobalah mencari obat alternatif yang anda ketahui lebih aman 6 Jika bayi terkena efek samping dan ibu tidak mengubah penggunaan obatnya gunakanlah metode

alternatif yang aman 7 Jika bayi terkena efek samping dan anda tidak mungkin mengubah obatnya pertimbangkan cara

pemberian makanan yang lain untuk sementara waktu bila mungkin

Menyusui dan Obat-obatan untuk Ibu

Kontra indikasi pemberian ASI Obat anti kanker

Radioaktif (berhenti menyusui sementara)

Teruskan pemberian ASI Obat penyakit psikis dan anti konvulsan

(Amati efek samping pada bayi

misalnya mengantuk)

Gunakan obat alternatif Chloramfenikol tetracyclin metronidazole

Quinolone antibiotics (eg Ciprofloxacin)

Pantau kemungkinan ikterius Sulphonamides cotrimoxazole fansidar dapsone

Gunakan obat alternatif Estrogen terutama kontrasepsi berisi estrogen

(dapat menurunkan produksi ASI) Thiazide diuretic

Aman pada dosis biasa Obat-obatan paling biasa digunakan

Pantau bayi Analgesik dan antipiretik paracetakol yang diberikan untuk waktu siang asam acetil salisilik ibuprofen kadang-kadang diberikan morfin dan petidin kebanyakan obat batuk dan masuk angin antibiotik ampisilin kloxasilin dan penisilin erythromisin lain obat anti TB anti lepra anti malaria (kecuali meflokuin) antihelmint anti jamur bronchodilator (eg Salbutamol) corticosteroids antihistamin antasid obat untuk diabetes kebanyakan oabat anti-hipertensi digoksin suplemen gizi yodium zat besi dan vitamin-vitamin

Dikirim oleh (RSIA permata hati)

  • RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI
  • Hal-hal Terbaru Tentang Transfusi Darah
Page 15: RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI.docx

Table 3 Mekanisme Modulasi Imun yang ditimbulkan oleh Transfusi

Penumpukan Fe pada sistem RE mengakibatkan berbagai perubahan

Penurunan aktifitas makrofag yang dapat menangkap antigen kelas II oleh

monosit yang memproduksi prostaglandin E2 sehingga menghambat produksi IL-2

Inhibisi interleukin-2 oleh limfositT akan menurunkan stimulasi sel B dan produksi

antibodi

Teori deplesi klonal ndash sel-sel yang rusak akan menolak proses graft

Penurunan produksi limfosit T supressor

Pembentukan anti-idiotipik T cell receptor atau antibodi yang dapat melawan

antigen pada transfusi darah akan bangkit dan membentuk antigen yang baru

Dari Landers etal Anesth Analg 199682187

Table 4 Penurunan Fungsi Imun akibat Transfusi Darah Allogenik

Pengurangan respon limfosit

Penurunan produksi sitokin

Penurunan respon terhadap mitogen (subtansi yang menstimulasi mitosis dan

perubahan limfosit) atau antigen larut in vivo atau in vitro

Peningkatan jumlah atau fungsi sel supresor

Penurunan aktivitas sel pembunuh alami

Penurunan fungsi monosit

Penurunan sitotoksisitas yang di mediasi sel terhadap sel-sel target tertentu

Peningkatan produksi mediator dan antibodi anti idotipik supresif

Dari Landers etal Anesth Analg 199682187 (33)

V Terapi Komponen

A Thrombosit

Sebagiamana diindikasikan sebelumnya terdapat kekhawatiran bahwa produk-

produk darah homolog telah diberikan secara tidak tepat FDA Drug Bulletin Juli

1989 mencoba memberi panduan dan menyatakan bahwa thrombosit tidak boleh

diberikan

1 Kepada pasien-pasien dengan ITP (kecuali bila ada perdarahan yang mengancam

jiwa)

2 Profilaksis transfusi darah massif

3 Profilaksis pada cardiopulmonar bypass

FDA tidak menyatakan bahwa pada pasien yang menjalankan pembedahan atau

prosedur invasif lain tidak diuntungkan dari transfusi thrombosit profilaksis bila

hitung thrombosit paling kurang 50000mm3 dan thrombositopenia merupakan

satu-satunya kelainan

ASA task force baru-baru ini menyarankan bahwa

1 Transfusi thrombosit profilaksis tidak efektif dan jarang kali diindikasikan bila

thrombositopenia berhubungan dengan peningkatan destruksi thrombosit

(misalnya ITP)

2 Tranfusi thrombosit profilaksis jarang diindikasikan pada pasien-pasien bedah

dengan thrombositopenia yang berhubungan dengan penurunan produksi

thrombosit bila hitung thrombosit lebih besar daripada 100000mm3 dan biasanya

diindikasikan bila hitung thrombosit lebih rendah dari 50000mm3 Penentuan

apakah pasien-pasien dengan hitung thrombosit pada tingkat menengah (50000-

100000mm3) membutuhkan terapi harus berdasarkan pada resiko perdarahan

3 Pasien-pasien bedah dan obstetrik dengan perdarahan mikrovaskular biasanya

membutuhkan transfusi thrombosit bila hitung thrombosit lebih kecil dari

50000mm3 dan jarang membutuhkan transfusi bila lebih besar dari 100000mm3

Jika hitung thrombosit antara 50000-100000mm3) penentuan harus didasarkan

pada resiko pasien untuk perdarahan yang lebih signifikan

4 Persalinan pervaginam atau operatif dengan kehilangan darah yang sedikit dapat

dilakukan pada pasien-pasien dengan hitung thrombosit kurang dari 50000mm3

5 Transfusi thrombosit dapat diindikasikan bila hitung thrombosit cukup tetapi

terdapat disfungsi thrombosit dan perdarahan mikrovaskular

Transfusi thrombosit dibutuhkan untuk pasien-pasien dengan perdarahan sistemik

dan untuk pasien-pasien dengan resiko tinggi perdarahan yang disebabkan oleh

gangguan koagulasi sepsis atau disfungsi thrombosit yang berhubungan dengan

pengobatan atau penyakit Jelasnya maksudnya adalah untuk membuat dokter

lebih tepat dalam menetapkan indikasi transfusi thrombosit Karena peningkatan

kekhawatiran tentang kontaminasi bakterial kini sangat disarankan tiap pasien

yang menjadi demam setelah menerima konsentrat thrombosit harus dianggap

septik hingga terbukti sebaliknya

B Kriopresipitat

Kriopresipitat mengandung faktor VIIIC (aktivitas prokoagulan) faktor VIIIvWF

(faktor von Willebrand ) fibrinogen faktor XIII dan fibronektin yang merupakan

glikoprotein yang berperan pada peningkatan aktivitas sistem RES dalam

membunuh partikel asing dan bakteri dari darah

Terdapatnya fibrinogen yang rendah pada PRC sehingga ASA task force

menyarankan pemberian kriopresipitat untuk

1 Profilaksis pada pasien-pasien non perdarahan perioperiatif atau peripartum

dengan defisiensi fibrinogen kongenital atau penyakit von Willebrand yang tidak

berespon terhadap DDAVP (bila memungkinkan keputusan ini harus dibuat dengan

konsultasi dengan hematolog pasien tersebut)

2 Pasien-pasien perdarahan dengan penyakit von Willebrand

3 Koreksi perdarahan mikrovaskular pada pasien-pasien dengan transfusi massif

dengan konsentrasi fibrinogen kurang dari 80-100 mgdL (atau bila konsentrasi

fibrinogen tidak dapat diukur pada saat itu)

Darah lengkap harus diberikan pada transfusi darah massif karena PRC kurang

mengandung faktor koagulasi

Konsentrat faktor VIII merupakan terapi standar untuk hemofilia Teknik rekombinan

DNA terbaru telah digunakan untuk mengembangkan faktor VIII yang bebas

transmisi penyakit

VI Komplikasi

Dengan memperhitungkan pertimbangan di atas insidensi dari reaksi yang

merugikan adalah

Reaksi yang merugikan terhadap Transfusi

Tipe reaksi Insidensi

Reaksi febril 1 dari transfusi PRC

Reaksi alergi (urtikaria) 20 dari transfusi platelet

Rekasi transfusi hemolitik akut 11000 reaksi transfusi

Rekasi transfusi lambat ~ 133000 U PRC

Penyakit graft vs host (GVHD) ~ 12500 U PRC

Udem paru akut yang berhubungan

dengan transfusi (TRALI) 110000 U PRC

Dari Principles of Anesthetic Techniques and Anesthetic Emergencies

Darah yang telah bersih dari leukosit dapat menurunkan kejadian imunosupresi dan

insidensi banyak reaksi transfusi

VII Darah Sintetik

Karena banyak masalah termasuk yang terdaftar di atas dengan allogenik banyak

perusahaan mencoba membuat hemoglobin sintetik Produk ini telah diberikan pada

sukarelawan manusia dan pasien-pasien dengan keberhasilan yang cukup Hal ini

diungkapkan oleh Dietz et al pada Anesthesia amp Analgesia Februari 1996 Dasarnya

produk-produk ini

1 Larutan hemoglobin bebas stroma yang mengandung sejumlah modifikasi dari

molekul hemoglobin

2 Hemoglobin rekayasa genetik (misalnya Ecoli menghasilkan sel darah merah

manusia)

3 Larutan hemoglobin liposome-encapsulated mengandung hemoglobin dengan

membran sintetik

4 Perfluorokarbon larutan organik dengan kelarutan oksigen tinggi

Untuk mencegah banyak komplikasi seperti kerusakan ginjal pelepasan

endotoksin dan lain-lain berbagai pendekatan telah digunakan seperti cross-link

polimerisasi dan konjugator baik dengan kimiawi maupun tehnik genetik

sebagaimana diringkaskan dibawah

Tabel 5 Pengganti Sel darah Merah

Aktivitas Efisiensi

(efek biologis) (keuntungan untuk pasien)

Transpor O2 Penurunan penggunaan produk-produk darah

Bantuan hidup selama anemia berat Penurunan morbiditas dan mortalitas yang

berhubungan dengan transfusi

Resusitasi cairan Penggunaan pada lingkungan yang secara logistik sulit

Awalnya produk-produk ini dipandang sebagai pengganti darah Meskipun aman

tapi sulit disediakan oleh bank darah Kriteria FDA terhadap efisiensi sulit

diterapkan Sekarang lebih menekankan pada kemampuan transpor oksigennya

yang akan didiskusikan

Berbagai penelitian fase II and III telah dan sedang dilaksanakan Sejauh ini

kebanyakan produk menyebabkan hipertensi ringan dan peningkatan konsentrasi

amilase dan lipase yang signifikansinya masih harus ditetapkan

Kewaspadaan Pada GraviidaObat Efek Samping Utama Keterangan1048729 Kloramfenikol Gray-baby sindrom (kolapssirkulasi pd neonatus) anemiaHindari pemberian pd trimester 3masa laktasi amp neonatus1048729 SulfonamidDapsonRisiko hemolisis amp ikterus Hindari pemberian pd trimester 3 ampmasa laktasi1048729 Trimetoprim Hindari pemberian pd trimester 3

Obat Efek Samping Utama Keterangan1048729 Kloramfenikol Gray-baby sindrom (kolapssirkulasi pd neonatus) anemiaHindari pemberian pd trimester 3masa laktasi amp neonatus1048729 SulfonamidDapsonRisiko hemolisis amp ikterus Hindari pemberian pd trimester 3 ampmasa laktasi1048729 Trimetoprim Hindari pemberian pd trimester 3KotrimoksazolTeratogenik1048729 Eritromisin Hepatotoksik gangguan GIT Terutama pada sang ibu1048729 Penisilin ampSefalosporinHipersensitivitas rx alergigangguan GITbull Ruam amp diare pd neonatusbull Ko-amoksiklav sebaiknya dihindaripd kehamilanOtotoksik Gangguan pendengaran bisamempengaruhi ibu amp

Ibu Hamil Membutuhkan Antibiotik

Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) antibiotik

merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh mikroba untuk menghambat

pertumbuhan dan membasmi mikroba jenis lain Awalnya antibiotik hanya

ada beberapa namun saat ini sudah ditemukan berbagai jenis antibiotik

yang mampu mengatasi penyakit infeksi lanjutan Antibiotik bekerja untuk

melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri bukan virus Penggunaan

antibiotik tidak boleh sembarangan karena akan mendatangkan bahaya bagi

tubuh Prinsip yang harus diketahui antibiotik hanya digunakan jika ada

infeksi yang disebabkan oleh kuman bakteri

Obat-obatan antibiotik itu termasuk obat keras yang membantu tubuh untuk membunuh

kuman ataupun bakteri yang masuk dan tidak bisa dilawan dengan sistem kekebalan tubuh

Karena obat-obatan ini bekerja dengan sistem penghancuran total maka tidak hanya bakteri saja

sel tubuh kita yang terinfeksi dan disekitarnya akan ikut terkena guna menghilangkan

kesempatan masih ada sisa-sisa koloni bakteri yang mungkin bersembunyi Oleh karena itu

pemberian obat antibiotik harus tuntas sampai seluruh koloni bakteri benar-benar habis

terbunuh jika tidak maka dapat dipastikan bakteri itu bisa bersiap diri untuk menyerang

kembali atau bahkan bisa juga bakteri-bakteri itu menjadi resisten dengan obat tersebut dan

kalau sudah begitu diperlukan antibiotik generasi lebih tinggi untuk membunuh kuman Oleh

karena efek membunuh yang kuat jika seorang pasien diberi obat antibiotik harus dipastikan

sistem kekebalan tubuh pasien itu juga kuat Karena untuk melawan efek dari antibiotik itu

sendiri dan untuk sistem self-recovery mengganti sel-sel tubuh yang telah rusak

Pengaruh buruk obat terhadap janin dapat bersifat toksik teratogenik maupun letal

tergantung pada sifat obat dan umur kehamilan paga saat minum obat Pengaruh toksik adalah

jika obat yang diminum selama masa kehamilan menyebabkan terjadinya gangguan fisiologik

atau bio-kimiawi dari janin yang dikandung dan biasanya gejalanya baru muncul beberapa saat

setelah kelahiran Pengaruh obat bersifat teratogenik jika menyebabkan terjadinya malformasi

anatomik pada petumbuhan organ janin Pengaruh teratogenik ini biasanya terjadi pada dosis

subletal Sedangkan pengaruh obat yang bersifa letal adalah yang mengakibatkan kematian janin

dalam kandungan Secara umum pengaruh buruk obat pada janin dapat beragam sesuai dengan

fase-fase berikut

lt--[if supportLists]--gt1 lt--[endif]--gtFase implantasi yaitu pada umur kehamilan

kurang dari 3 minggu Pada fase ini obat dapat memberi pengaruh buruk atau

mungkin tidak sama sekali Jika terjadi pengaruh buruk biasanya menyebabkan

kematian embrio atau berakhirnya kehamilan (abortus)

lt--[if supportLists]--gt2 lt--[endif]--gtFase embional atau organogenesis yaitu pada

umur kehamilan antara 4-8 minggu Pada fase ini terjadi diferensiasi pertumbuhan

untuk terjadinya malformasi anatomik (pengaruh teratogenik) Berbagai pengaruh

buruk yang mungkin terjadi pada fase ini antara lain

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtGangguan fungsional atau metabolik yang

permanen yang biasanya baru muncul kemudian jadi tidak timbul secara

langsung pada saat kehamilan Misalnya pemakaian hormon dietilstilbestrol pada

trimester pertama kehamilan terbukti berkaitan dengan terjadinya adenokarsinoma

vagina pada anak perempuan di kemudian hari (pada saat mereka sudah dewasa)

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtPengaruh letal berupa kematian janin atau

terjadinya abortus

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtPengaruh sub-letal yang biasanya dalam

bentuk malformasi anatomis pertumbuhan organ seperti misalnya fokolemia

karena talidomid

lt--[if supportLists]--gt3 lt--[endif]--gtFase fetal yaitu pada trimester kedua dan ketiga

kehamilan Dalam fase ini terjadi maturasi dan pertumbuhan lebih lanjut dari janin

Pengaruh buruk senyawa asing terhadap janin pada fase ini tidak berupa malformasi

anatomik lagi tetapi mungkin dapat berupa gangguan pertumbuhan baik terhadap

fungsi-fungsi fisiologik atau biokimiawi organ-organ Demikian pula pengaruh obat

yang dialami ibu dapat pula dialami janin meskipun mungkin dalam derajat yang

berbeda Sebagai contoh adalah terjadinya depresi pernafasan neonatus karena selama

masa akhir kehamilan ibu mengkonsumsi obat-obat seperti analgetika-narkotik atau

terjadinya efek samping pada sistem ekstrapiramidal setelah pemakaian fenotiazin

Secara umumsetiap obat dibagi dalam kategori (A B C D dan X) berdasarkan tingkat

resiko saat kehamilan

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori A

Hanya beberapa obat saja yang termasuk kategori A di mana obat tersebut tidak

berbahaya bila dikonsumsi pada trisemester pertama saat kehamilan Contoh obat

adalah Nystatin vaginal (Mycostatin)

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori B

Obat kategori B meliputi obat-obat yang pengalaman pemakainya pada wanita hamil

masih terbatas tetapi tidak terbukti meningkatkan frekuensi malformasi atau

pengaruh buruk lainnya pada janin Mengingat terbatasnya pengalaman pemakaian

pada wanita hamil maka obat-obat kategori B dibagi lagi berdasarkan temuan-

temuan pada studi toksikologi pada hewan yaitu

B1 Dari penelitian pada hewan tidak terbukti meningkatnya kejadian kerusakan janin

(fetal damage) Contoh obat-obat yang termasuk pada kelompok ini misalnya

simetidin dipiridamol dan spektinomisin

B2 Data dari penilitian pada hewan belum memadai tetapi ada petunjuk tidak

meningkatnya kejadian kerusakan janin tikarsilin amfoterisin dopamin asetilkistein

dan alkaloid belladona adalah obat-obat yang masuk dalam kategori ini

B3 Penelitian pada hewan menunjukkan peningkatan kejadian kerusakan janin tetapi

belum tentu bermakna pada manusia Sebagai contoh adalah karbamazepin

pirimetamin griseofulvin trimetoprim dan mebendazol

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori C

Beberapa ada di kategori ini karena tidak ada informasi yang cukup dan beberapa

obat member efek buruk pada hewan percobaan tetapi tidak ada konfirmasi ataupun

pemberitahuan adanya masalah yang timbul seperti kelahiran yang cacat pada

manusia Merupakan obat-obat yang dapat memberi pengaruh buruk pada janin tanpa

disertai malformasi anatomik semata-mata karena efek farmakologiknya Yang

termasuk kategori C yaitu Baktirm Trimetropim Biaxin Cipro Diflucan Monistat

Terazol Isoniazid Rifampin dan Vermox

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori D

Pada kategori ini obat memberi efek yang buruk pada kehamilan dan sebaiknya

tidak digunakan kecuali tidak ada alternatif lain Contohnya adalah Tetrasiklin

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori X

Obat-obat yang masuk dalam kategori ini adalah yang telah terbukti mempunyai

risiko tinggi terjadinya pengaruh buruk yang menetap (irreversibel) pada janin jika

diminum pada masa kehamilan Obat dalam kategori ini merupakan kontraindikasi

mutlak selama kehamilan Sebagai contoh adalah isotretionin dan dietilstilbestrol

Untuk keadaan hamil apalagi masih dalam trimester ketiga pemberian antibiotik bisa

sangat membahayakan janin karena hampir semua antibiotik memberikan efek samping mual

muntah pusing dan gangguan sistem pencernaan Efek-efek samping yang ditimbulkan juga

akan menekan kehamilan Bahkan ada antibiotik yang bisa menembus sampai ke sistem

kelenjar cairan seperti liur kelenjar getah bening cairan otak dan ASI Jika pada masa

menyusui minum antibiotik maka obat akan merembes di ASI dan bayi akan minum ASI

bercampur obat bisa dibayangkan apa yang akan terjadi

Obat-obat antibiotik yang perlu perhatian khusus atau tidak boleh diminum untuk ibu

hamil dan menyusui

lt--[if supportLists]--gt1 lt--[endif]--gtGolongan Aminoglikosida (biasanya dalam

turunan garam sulfate-nya) seperti amikacin sulfate tobramycin sulfate dibekacin

sulfate gentamycin sulfate kanamycin sulfate dan netilmicin sulfate

Aminoglikosida dimasukkan dalam kategori obat D yang penggunaannya oleh

wanita hamil diketaui meningkatkan angka kejadian malformasi dan kerusakan janin

yang bersifat ireversibel Pemberian aminoglikosida pada wanita hamil sangat tidak

dianjurkan Selain itu aminoglikosida juga mempunyai efek samping nefrotoksik dan

ototoksik pada ibu dan juga dapat menimbulkan kerusakan ginjal tingkat seluler

pada janin terutama jika diberikan pada periode organogeneis Kerusakan saraf

kranial VIII juga banyak terjadi pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang

mendapat aminoglikosida pada kehamilan

lt--[if supportLists]--gt2 lt--[endif]--gtGolongan Sefalosporin seperti cefuroxime

acetyl cefotiam diHCl cefotaxime Na cefoperazone Na ceftriaxone Na cefazolin

Na cefaclor dan turunan garam monohydrate-nya cephadrine dan ceftizoxime Na

Sama halnya dengan penisilin sefalosporin relatif aman jika diberikan pada trimester

pertama kehamilan Kadar sefalosporin dalam sirkulasi janin meningkat selama

beberapa jam pertama setelah pemberian dosis pada ibu tetapi tidak terakumulasi

setelah pemberian berulang atau melalui infus Sejauh ini belum ada bukti bahwa

pengaruh buruk sefalosporin seperti misalnya anemia hemolitik dapat terjadi pada

bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu yang mendapat sefalosporin pada trimester

terakhir kehamilan

lt--[if supportLists]--gt3 lt--[endif]--gtGolongan Kloramfenikol seperti

Kloramfenikol dan thiamfenicol

Kloramfenikol bila diberikan menjelang persalinan dapat mengakibatkan kolaps

sirkulasi pada neonatus Pemberian kloramfenikol pada wanita hamil terutama pada

trimester II dan III di mana hepar belum matur dapat menyebabkan angka

terjadinya sindroma Grey pada bayi ditandai dengan kulit sianotik (sehingga bayi

tampak keabuabuan) hipotermia muntah abdomen protuberant dan menunjukkan

reaksi menolak menyusu di samping pernafasan yang cepat amp tidak teratur serta

letargi Kloramfenikol dimasukkan dalam kategori C yaitu obat yang karena efek

farmakologiknya dapat menyebabkan pengaruh buruk pada janin tanpa disertai

malformasi anatomik Pengaruh ini dapat bersifat reversibel Pemberian

kloramfenikol selama kehamilan sejauh mungkin dihindari terutama pada minggu-

minggu terakhir menjelang kelahiran dan selama menyusui

lt--[if supportLists]--gt4 lt--[endif]--gtGolongan Makrolid seperti clarithomycin

roxirhromycin erythromycin spiramycin dan azithromycin

lt--[if supportLists]--gt5 lt--[endif]--gtGolongan Penicillin seperti amoxicillin

turunan tridydrate dan turunan garam Na-nya

Obat-obat yang termasuk dalam golongan penisilin dapat dengan mudah menembus

plasenta dan mencapai kadar terapetik baik pada janin maupun cairan amnion

Penisilin relatif paling aman jika diberikan selama kehamilan meskipun perlu

pertimbangan yang seksama dan atas indikasi yang ketat mengingat kemungkinan

efek samping yang dapat terjadi pada ibu

lt--[if supportLists]--gt6 lt--[endif]--gtGolongan Kuinolon seperti ciprofloxacin dan

turunan garam HCl-nya ofloxacin sparfloxacin dan norfloxacin

lt--[if supportLists]--gt7 lt--[endif]--gtGolongan Tetrasiklin seperti doxycycline

tetracyclin dan turunan HCl-nya (tidak boleh untuk wanita hamil) dan oxytetracylin

(tidak boleh untuk wanita hamil)

Tetraskilin adalah jenis antibiotik yang merupakan anti bakteri yang luas sebagai

penghambat dan pembunuh bakteri gram positif dan gram negatif Merupakan zat

kelasi yang mempunyai afinitas dengan kalsium dan basa yang sukar larut dalam air

tetapi bentuk garam natrium atau garam HCL-nya mudah larut Dalam keadaadn

kering bentuk basa dan garam HCL tetrasiklin bersifat relative stabil Sedangkan

dalam larutan kebanyakan tetrasiklin sangat labil sehingga cepat berkurang

potensinya Efek tetrasiklin semakin fatal pada ibu hamil trimester pertama

Sehingga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang mikromelia dan

sindaktil Pembentukan tulang baru mulai pada trimester kedua Oleh karena itu

pemberian pada trismester kedua dapat mengakibatkan peubahan warna kekuningan

yang permanen pada gigi susu dan hipoplasia enamel Meskipun demikian gigi yang

kekuningan tersebut lebih tahan terhadap karies dibandingkan gigi normal

Sedangkan pemberian pada bulan ke 4 kehidupan janin sampai akhir tahun pertama

dapat menimbulkan kelainan warna gigi Wanita hamil atau masa nifas dengan

pielonefritis atau gangguan fungsi ginjal lain cendrung menderita kerusakan hati

akibat pemberian golongan tetrasiklin Tapi saat ini tetraskilin sudah jarang diberikan

kepada ibu hamil dan anak anak

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmpilisin Segi keamanan baik bagi ibu maupun

janin relatif cukup terjamin Kadar ampisilin dalam sirkulasi darah janin meningkat

secara lambat setelah pemberiannya pada ibu dan bahkan sering melebihi kadarnya

dalam sirkulasi ibu Pada awal kehamilan kadar ampisilin dalam cairan amnion

relatif rendah karena belum sempurnanya ginjal janin di samping meningkatnya

kecepatan aliran darah antara ibu dan janin pada masa tersebut Tetapi pada periode

akhir kehamilan di mana ginjal dan alat ekskresi yangi lain pada janin telah matur

kadarnya dalam sirkulasi janin justru lebih tinggi dibanding ibu Farmakokinetika

ampisilin berubah menyolok selama kehamilan Dengan meningkatnya volume

plasma dan cairan tubuh maka meningkat pula volume distribusi obat Oleh sebab itu

kadar ampisilin pada wanita hamil kira-kira hanya 50 dibanding saat tidak hamil

Dengan demikian penambahan dosis ampisilin perlu dilakukan selama masa

kehamilan

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmoksisilin Pada dasarnya absorpsi

amoksisilin setelah pemberian per oral jauh lebih baik dibanding ampisilin

Amoksisilin diabsorpsi secara cepat dan sempurna baik setelah pemberian oral

maupun parenteral Seperti halnya dengan ampisilin penambahan dosis amoksisilin

pada kehamilan perlu dilakukan mengingat kadarnya dalam darah ibu maupun janin

relatif rendah dibanding saat tidak hamil Dalam sirkulasi janin kadarnya hanya

sekitar seperempat sampai sepertiga kadar di sirkulasi ibu

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtSulfonmida Obat-obat yang tergolong

sulfonamida dapat melintasi plasenta dan masuk dalam sirkulasi janin dalam kadar

yang lebih rendah atau sama dengan kadarnya dalam sirkulasi ibu Pemakaian

sulfonamida pada wanita hamil harus dihindari terutama pada akhir masa kehamilan

Hal ini karena sulfonamida mampu mendesak bilirubin dari tempat ikatannya dengan

protein sehingga mengakibatkan terjadinya kern-ikterus pada bayi yang baru

dilahirkan Keadaan ini mungkin akan menetap sampai 7 hari setelah bayi lahir

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtEritromisin Pemakaian eritromisin pada wanita

hamil relatif aman karena meskipun dapat terdifusi secara luas ke hampir semua

jaringan (kecuali otak dan cairan serebrospinal) tetapi kadar pada janin hanya

mencapai 1-2 dibanding kadarnya dalam serum ibu Di samping itu sejauh ini

belum terdapat bukti bahwa eritromisin dapat menyebabkan kelainan pada janin

Kemanfaatan eritromisin untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh Chlamydia

pada wanita hamil serta pencegahan penularan ke janin cukup baik meskipun bukan

menjadi obat pilihan pertama Namun ditilik dari segi keamanan dan manfaatnya

pemakaian eritromisin untuk infeksi tersebut lebih dianjurkan dibanding antibiotika

lain misalnya tetrasiklin

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtTrimetoprim Karena volume distribusi yang

luas trimetoprim mampu menembus jaringan fetal hingga mencapai kadar yang lebih

tinggi dibanding sulfametoksazol meskipun kadarnya tidak lebih tinggi dari ibu Pada

uji hewan trimetoprim terbukti bersifat teratogen jika diberikan pada dosis besar

Meskipun belum terdapat bukti bahwa trimetoprim juga bersifat teratogen pada janin

tetapi pemakaiannya pada wanita hamil perlu dihindari Jika terpaksa harus

memberikan kombinasi trimetoprim + sulfametoksazol pada kehamilan diperlukan

pemberian suplementasi asam folet

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtNitrofurantoin Sering digunakan sebagai

antiseptik pada saluran kencing Jika diberikan pada awal kehamilan kadar

nitrofurantoin pada jaringan fetal lebih tinggi dibanding ibu tetapi kadarnya dalam

plasma sangat rendah Dengan makin bertambahnya umur kehamilan kadar

nitrofurantoin dalam plasma janin juga meningkat Sejauh ini belum terbukti bahwa

nitrofurantoin dapat meningkatkan kejadian malformasi janin Namun perhatian harus

diberikan terutama pada kehamilan cukup bulan di mana pemberian nitrofurantoin

pada periode ini kemungkinan akan menyebabkan anemia hemolitik pada janin

LKSI 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Percetakan Not BandungRagg M 2001 Obat-Obat yang paling diresepkan Arcan Jakarta

Santoso B 1995 Efek Samping Obat ed 2 Pusat Study Farmakologi Klinik dan Kebijakan Obat UGM Yogyakarta

Setiabudy S dkk 2007 Farmakologi dan Terapeutik edisi 5 FKUI JakartaSpeirs Al 1992 Ilmu Kesehatan Anak untuk Perawat ed 2 IKIPSemarang Press Semarang

Yagiela J A Frank J D Enid A N 2004 Pharmacology and Therapeutics for Dentistry Elsevier Mosby St Louis

Obat-obatan Untuk Ibu

Sebenarnya obat yang langsung ke ASI itu jumlahnya sangat kecil Sebagian kecil berpengaruh kepada bayi Secara umum menghentikan pemberian ASI lebih berbahaya daripada pengaruh obat tersebut Hanya sebagian kecil obat yang mempunyai efek samping Bayi yang berumur kurang dari satu bulan mempunyai masalah yang besar dibandingkan dengan bayi yang lebih tua Tetapi mungkin perlu dipikirkan obat alternatif untuk ibu yang menyebabkan lebih sedikit masalah Kejadian penghentian menyusui karena ibu harus minum obat adalah sangat jarang

Pada sedikit situasi menyusui merupakan kontra indikasi

Jika ibu mendapatkan obat anti kanker pemberian ASI boleh dihentikan Jika ibu mendapatkan pengobatan radioaktif ibu dapat menghentikan pemberian ASI untuk sementara Obat-obatan ini jarang digunakan

Beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang kadang-kadang menyebabkan perlunya penghentian pemberian ASI

Jika ibu mendapatkan obat psikiatrik atau anti konfulsan kadang-kadang membuat bayi (berusia kurang dari satu bulan) yang menyusui menjadi tampak lemah Khususnya jika diberikan barbiturat dan diazepam Jika memungkinkan sebaiknya diganti dengan obat lain yang mempunyai efek samping kecil Namun demikian sangat berbahaya jika mengubah pengobatan secara cepat khususnya pada kasus epilepsi

Jika tidak ada alternatif teruskan pemberian ASI dan amatilah bayinya

Jika terjadi efek samping pemberian ASI dapat dihentikan

Beberapa antibiotik perlu dihindari

Antibiotik pada umumnya aman bagi ASI dan bagi bayi Tetapi lebih baik menghindari pemberian Chloramphenikol dan tetrasiklin serta metronidazole Jika salah satu antibiotik tersebut harus diberikan kepada ibu teruskan menyusui dan amatilah bayinya Pada umumnya tidak ada masalah

Hindari pemberian sulphonamide kepada ibu khususnya jika bayi jaundice Jika obat seperti cotrimoxasole fansidar dan dapsone diperlukan berikan obat tersebut dan teruskan pemberian ASI Pertimbangkan pemberian makanan alternatif bila bayi jaundice terutama jaundice yang terjadi ketika ibu meminum obat tersebut

Obat yang menyebabkan menurunnya produksi ASI perlu dihindari

Hindari penggunaan kontrasepsi yang mengandung estrogen Hindari penggunaan Thiazide diuretik seperti Chlorotiazide karena obat ini menurunkan produksi ASI Jia mungkin carilah alternatifnya

Kebanyakan obat yang umum digunakan adalah aman pada dosis biasa

Jika ibu menyusui mendapatkan obat tetapi anda tidak yakin obat apa

1 Cek daftar obat di dalam manual 2 Anjurkan agar ibu terus menyusui sambil mencoba mengetahui obat apa yang diberikan 3 Amatilah bayi jika terjadi efek samping seperti mengantuk yang abnormal tidak nafsu makan dan

ikterus khususnya jika ibu mengkonsumsi obat untuk waktu yang lama 4 Usahakan mendapatkan saran dari petugas kesehatan yang lebih ahli seperti dokter atau apoteker 5 Jika khawatir cobalah mencari obat alternatif yang anda ketahui lebih aman 6 Jika bayi terkena efek samping dan ibu tidak mengubah penggunaan obatnya gunakanlah metode

alternatif yang aman 7 Jika bayi terkena efek samping dan anda tidak mungkin mengubah obatnya pertimbangkan cara

pemberian makanan yang lain untuk sementara waktu bila mungkin

Menyusui dan Obat-obatan untuk Ibu

Kontra indikasi pemberian ASI Obat anti kanker

Radioaktif (berhenti menyusui sementara)

Teruskan pemberian ASI Obat penyakit psikis dan anti konvulsan

(Amati efek samping pada bayi

misalnya mengantuk)

Gunakan obat alternatif Chloramfenikol tetracyclin metronidazole

Quinolone antibiotics (eg Ciprofloxacin)

Pantau kemungkinan ikterius Sulphonamides cotrimoxazole fansidar dapsone

Gunakan obat alternatif Estrogen terutama kontrasepsi berisi estrogen

(dapat menurunkan produksi ASI) Thiazide diuretic

Aman pada dosis biasa Obat-obatan paling biasa digunakan

Pantau bayi Analgesik dan antipiretik paracetakol yang diberikan untuk waktu siang asam acetil salisilik ibuprofen kadang-kadang diberikan morfin dan petidin kebanyakan obat batuk dan masuk angin antibiotik ampisilin kloxasilin dan penisilin erythromisin lain obat anti TB anti lepra anti malaria (kecuali meflokuin) antihelmint anti jamur bronchodilator (eg Salbutamol) corticosteroids antihistamin antasid obat untuk diabetes kebanyakan oabat anti-hipertensi digoksin suplemen gizi yodium zat besi dan vitamin-vitamin

Dikirim oleh (RSIA permata hati)

  • RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI
  • Hal-hal Terbaru Tentang Transfusi Darah
Page 16: RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI.docx

2 Profilaksis transfusi darah massif

3 Profilaksis pada cardiopulmonar bypass

FDA tidak menyatakan bahwa pada pasien yang menjalankan pembedahan atau

prosedur invasif lain tidak diuntungkan dari transfusi thrombosit profilaksis bila

hitung thrombosit paling kurang 50000mm3 dan thrombositopenia merupakan

satu-satunya kelainan

ASA task force baru-baru ini menyarankan bahwa

1 Transfusi thrombosit profilaksis tidak efektif dan jarang kali diindikasikan bila

thrombositopenia berhubungan dengan peningkatan destruksi thrombosit

(misalnya ITP)

2 Tranfusi thrombosit profilaksis jarang diindikasikan pada pasien-pasien bedah

dengan thrombositopenia yang berhubungan dengan penurunan produksi

thrombosit bila hitung thrombosit lebih besar daripada 100000mm3 dan biasanya

diindikasikan bila hitung thrombosit lebih rendah dari 50000mm3 Penentuan

apakah pasien-pasien dengan hitung thrombosit pada tingkat menengah (50000-

100000mm3) membutuhkan terapi harus berdasarkan pada resiko perdarahan

3 Pasien-pasien bedah dan obstetrik dengan perdarahan mikrovaskular biasanya

membutuhkan transfusi thrombosit bila hitung thrombosit lebih kecil dari

50000mm3 dan jarang membutuhkan transfusi bila lebih besar dari 100000mm3

Jika hitung thrombosit antara 50000-100000mm3) penentuan harus didasarkan

pada resiko pasien untuk perdarahan yang lebih signifikan

4 Persalinan pervaginam atau operatif dengan kehilangan darah yang sedikit dapat

dilakukan pada pasien-pasien dengan hitung thrombosit kurang dari 50000mm3

5 Transfusi thrombosit dapat diindikasikan bila hitung thrombosit cukup tetapi

terdapat disfungsi thrombosit dan perdarahan mikrovaskular

Transfusi thrombosit dibutuhkan untuk pasien-pasien dengan perdarahan sistemik

dan untuk pasien-pasien dengan resiko tinggi perdarahan yang disebabkan oleh

gangguan koagulasi sepsis atau disfungsi thrombosit yang berhubungan dengan

pengobatan atau penyakit Jelasnya maksudnya adalah untuk membuat dokter

lebih tepat dalam menetapkan indikasi transfusi thrombosit Karena peningkatan

kekhawatiran tentang kontaminasi bakterial kini sangat disarankan tiap pasien

yang menjadi demam setelah menerima konsentrat thrombosit harus dianggap

septik hingga terbukti sebaliknya

B Kriopresipitat

Kriopresipitat mengandung faktor VIIIC (aktivitas prokoagulan) faktor VIIIvWF

(faktor von Willebrand ) fibrinogen faktor XIII dan fibronektin yang merupakan

glikoprotein yang berperan pada peningkatan aktivitas sistem RES dalam

membunuh partikel asing dan bakteri dari darah

Terdapatnya fibrinogen yang rendah pada PRC sehingga ASA task force

menyarankan pemberian kriopresipitat untuk

1 Profilaksis pada pasien-pasien non perdarahan perioperiatif atau peripartum

dengan defisiensi fibrinogen kongenital atau penyakit von Willebrand yang tidak

berespon terhadap DDAVP (bila memungkinkan keputusan ini harus dibuat dengan

konsultasi dengan hematolog pasien tersebut)

2 Pasien-pasien perdarahan dengan penyakit von Willebrand

3 Koreksi perdarahan mikrovaskular pada pasien-pasien dengan transfusi massif

dengan konsentrasi fibrinogen kurang dari 80-100 mgdL (atau bila konsentrasi

fibrinogen tidak dapat diukur pada saat itu)

Darah lengkap harus diberikan pada transfusi darah massif karena PRC kurang

mengandung faktor koagulasi

Konsentrat faktor VIII merupakan terapi standar untuk hemofilia Teknik rekombinan

DNA terbaru telah digunakan untuk mengembangkan faktor VIII yang bebas

transmisi penyakit

VI Komplikasi

Dengan memperhitungkan pertimbangan di atas insidensi dari reaksi yang

merugikan adalah

Reaksi yang merugikan terhadap Transfusi

Tipe reaksi Insidensi

Reaksi febril 1 dari transfusi PRC

Reaksi alergi (urtikaria) 20 dari transfusi platelet

Rekasi transfusi hemolitik akut 11000 reaksi transfusi

Rekasi transfusi lambat ~ 133000 U PRC

Penyakit graft vs host (GVHD) ~ 12500 U PRC

Udem paru akut yang berhubungan

dengan transfusi (TRALI) 110000 U PRC

Dari Principles of Anesthetic Techniques and Anesthetic Emergencies

Darah yang telah bersih dari leukosit dapat menurunkan kejadian imunosupresi dan

insidensi banyak reaksi transfusi

VII Darah Sintetik

Karena banyak masalah termasuk yang terdaftar di atas dengan allogenik banyak

perusahaan mencoba membuat hemoglobin sintetik Produk ini telah diberikan pada

sukarelawan manusia dan pasien-pasien dengan keberhasilan yang cukup Hal ini

diungkapkan oleh Dietz et al pada Anesthesia amp Analgesia Februari 1996 Dasarnya

produk-produk ini

1 Larutan hemoglobin bebas stroma yang mengandung sejumlah modifikasi dari

molekul hemoglobin

2 Hemoglobin rekayasa genetik (misalnya Ecoli menghasilkan sel darah merah

manusia)

3 Larutan hemoglobin liposome-encapsulated mengandung hemoglobin dengan

membran sintetik

4 Perfluorokarbon larutan organik dengan kelarutan oksigen tinggi

Untuk mencegah banyak komplikasi seperti kerusakan ginjal pelepasan

endotoksin dan lain-lain berbagai pendekatan telah digunakan seperti cross-link

polimerisasi dan konjugator baik dengan kimiawi maupun tehnik genetik

sebagaimana diringkaskan dibawah

Tabel 5 Pengganti Sel darah Merah

Aktivitas Efisiensi

(efek biologis) (keuntungan untuk pasien)

Transpor O2 Penurunan penggunaan produk-produk darah

Bantuan hidup selama anemia berat Penurunan morbiditas dan mortalitas yang

berhubungan dengan transfusi

Resusitasi cairan Penggunaan pada lingkungan yang secara logistik sulit

Awalnya produk-produk ini dipandang sebagai pengganti darah Meskipun aman

tapi sulit disediakan oleh bank darah Kriteria FDA terhadap efisiensi sulit

diterapkan Sekarang lebih menekankan pada kemampuan transpor oksigennya

yang akan didiskusikan

Berbagai penelitian fase II and III telah dan sedang dilaksanakan Sejauh ini

kebanyakan produk menyebabkan hipertensi ringan dan peningkatan konsentrasi

amilase dan lipase yang signifikansinya masih harus ditetapkan

Kewaspadaan Pada GraviidaObat Efek Samping Utama Keterangan1048729 Kloramfenikol Gray-baby sindrom (kolapssirkulasi pd neonatus) anemiaHindari pemberian pd trimester 3masa laktasi amp neonatus1048729 SulfonamidDapsonRisiko hemolisis amp ikterus Hindari pemberian pd trimester 3 ampmasa laktasi1048729 Trimetoprim Hindari pemberian pd trimester 3

Obat Efek Samping Utama Keterangan1048729 Kloramfenikol Gray-baby sindrom (kolapssirkulasi pd neonatus) anemiaHindari pemberian pd trimester 3masa laktasi amp neonatus1048729 SulfonamidDapsonRisiko hemolisis amp ikterus Hindari pemberian pd trimester 3 ampmasa laktasi1048729 Trimetoprim Hindari pemberian pd trimester 3KotrimoksazolTeratogenik1048729 Eritromisin Hepatotoksik gangguan GIT Terutama pada sang ibu1048729 Penisilin ampSefalosporinHipersensitivitas rx alergigangguan GITbull Ruam amp diare pd neonatusbull Ko-amoksiklav sebaiknya dihindaripd kehamilanOtotoksik Gangguan pendengaran bisamempengaruhi ibu amp

Ibu Hamil Membutuhkan Antibiotik

Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) antibiotik

merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh mikroba untuk menghambat

pertumbuhan dan membasmi mikroba jenis lain Awalnya antibiotik hanya

ada beberapa namun saat ini sudah ditemukan berbagai jenis antibiotik

yang mampu mengatasi penyakit infeksi lanjutan Antibiotik bekerja untuk

melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri bukan virus Penggunaan

antibiotik tidak boleh sembarangan karena akan mendatangkan bahaya bagi

tubuh Prinsip yang harus diketahui antibiotik hanya digunakan jika ada

infeksi yang disebabkan oleh kuman bakteri

Obat-obatan antibiotik itu termasuk obat keras yang membantu tubuh untuk membunuh

kuman ataupun bakteri yang masuk dan tidak bisa dilawan dengan sistem kekebalan tubuh

Karena obat-obatan ini bekerja dengan sistem penghancuran total maka tidak hanya bakteri saja

sel tubuh kita yang terinfeksi dan disekitarnya akan ikut terkena guna menghilangkan

kesempatan masih ada sisa-sisa koloni bakteri yang mungkin bersembunyi Oleh karena itu

pemberian obat antibiotik harus tuntas sampai seluruh koloni bakteri benar-benar habis

terbunuh jika tidak maka dapat dipastikan bakteri itu bisa bersiap diri untuk menyerang

kembali atau bahkan bisa juga bakteri-bakteri itu menjadi resisten dengan obat tersebut dan

kalau sudah begitu diperlukan antibiotik generasi lebih tinggi untuk membunuh kuman Oleh

karena efek membunuh yang kuat jika seorang pasien diberi obat antibiotik harus dipastikan

sistem kekebalan tubuh pasien itu juga kuat Karena untuk melawan efek dari antibiotik itu

sendiri dan untuk sistem self-recovery mengganti sel-sel tubuh yang telah rusak

Pengaruh buruk obat terhadap janin dapat bersifat toksik teratogenik maupun letal

tergantung pada sifat obat dan umur kehamilan paga saat minum obat Pengaruh toksik adalah

jika obat yang diminum selama masa kehamilan menyebabkan terjadinya gangguan fisiologik

atau bio-kimiawi dari janin yang dikandung dan biasanya gejalanya baru muncul beberapa saat

setelah kelahiran Pengaruh obat bersifat teratogenik jika menyebabkan terjadinya malformasi

anatomik pada petumbuhan organ janin Pengaruh teratogenik ini biasanya terjadi pada dosis

subletal Sedangkan pengaruh obat yang bersifa letal adalah yang mengakibatkan kematian janin

dalam kandungan Secara umum pengaruh buruk obat pada janin dapat beragam sesuai dengan

fase-fase berikut

lt--[if supportLists]--gt1 lt--[endif]--gtFase implantasi yaitu pada umur kehamilan

kurang dari 3 minggu Pada fase ini obat dapat memberi pengaruh buruk atau

mungkin tidak sama sekali Jika terjadi pengaruh buruk biasanya menyebabkan

kematian embrio atau berakhirnya kehamilan (abortus)

lt--[if supportLists]--gt2 lt--[endif]--gtFase embional atau organogenesis yaitu pada

umur kehamilan antara 4-8 minggu Pada fase ini terjadi diferensiasi pertumbuhan

untuk terjadinya malformasi anatomik (pengaruh teratogenik) Berbagai pengaruh

buruk yang mungkin terjadi pada fase ini antara lain

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtGangguan fungsional atau metabolik yang

permanen yang biasanya baru muncul kemudian jadi tidak timbul secara

langsung pada saat kehamilan Misalnya pemakaian hormon dietilstilbestrol pada

trimester pertama kehamilan terbukti berkaitan dengan terjadinya adenokarsinoma

vagina pada anak perempuan di kemudian hari (pada saat mereka sudah dewasa)

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtPengaruh letal berupa kematian janin atau

terjadinya abortus

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtPengaruh sub-letal yang biasanya dalam

bentuk malformasi anatomis pertumbuhan organ seperti misalnya fokolemia

karena talidomid

lt--[if supportLists]--gt3 lt--[endif]--gtFase fetal yaitu pada trimester kedua dan ketiga

kehamilan Dalam fase ini terjadi maturasi dan pertumbuhan lebih lanjut dari janin

Pengaruh buruk senyawa asing terhadap janin pada fase ini tidak berupa malformasi

anatomik lagi tetapi mungkin dapat berupa gangguan pertumbuhan baik terhadap

fungsi-fungsi fisiologik atau biokimiawi organ-organ Demikian pula pengaruh obat

yang dialami ibu dapat pula dialami janin meskipun mungkin dalam derajat yang

berbeda Sebagai contoh adalah terjadinya depresi pernafasan neonatus karena selama

masa akhir kehamilan ibu mengkonsumsi obat-obat seperti analgetika-narkotik atau

terjadinya efek samping pada sistem ekstrapiramidal setelah pemakaian fenotiazin

Secara umumsetiap obat dibagi dalam kategori (A B C D dan X) berdasarkan tingkat

resiko saat kehamilan

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori A

Hanya beberapa obat saja yang termasuk kategori A di mana obat tersebut tidak

berbahaya bila dikonsumsi pada trisemester pertama saat kehamilan Contoh obat

adalah Nystatin vaginal (Mycostatin)

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori B

Obat kategori B meliputi obat-obat yang pengalaman pemakainya pada wanita hamil

masih terbatas tetapi tidak terbukti meningkatkan frekuensi malformasi atau

pengaruh buruk lainnya pada janin Mengingat terbatasnya pengalaman pemakaian

pada wanita hamil maka obat-obat kategori B dibagi lagi berdasarkan temuan-

temuan pada studi toksikologi pada hewan yaitu

B1 Dari penelitian pada hewan tidak terbukti meningkatnya kejadian kerusakan janin

(fetal damage) Contoh obat-obat yang termasuk pada kelompok ini misalnya

simetidin dipiridamol dan spektinomisin

B2 Data dari penilitian pada hewan belum memadai tetapi ada petunjuk tidak

meningkatnya kejadian kerusakan janin tikarsilin amfoterisin dopamin asetilkistein

dan alkaloid belladona adalah obat-obat yang masuk dalam kategori ini

B3 Penelitian pada hewan menunjukkan peningkatan kejadian kerusakan janin tetapi

belum tentu bermakna pada manusia Sebagai contoh adalah karbamazepin

pirimetamin griseofulvin trimetoprim dan mebendazol

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori C

Beberapa ada di kategori ini karena tidak ada informasi yang cukup dan beberapa

obat member efek buruk pada hewan percobaan tetapi tidak ada konfirmasi ataupun

pemberitahuan adanya masalah yang timbul seperti kelahiran yang cacat pada

manusia Merupakan obat-obat yang dapat memberi pengaruh buruk pada janin tanpa

disertai malformasi anatomik semata-mata karena efek farmakologiknya Yang

termasuk kategori C yaitu Baktirm Trimetropim Biaxin Cipro Diflucan Monistat

Terazol Isoniazid Rifampin dan Vermox

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori D

Pada kategori ini obat memberi efek yang buruk pada kehamilan dan sebaiknya

tidak digunakan kecuali tidak ada alternatif lain Contohnya adalah Tetrasiklin

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori X

Obat-obat yang masuk dalam kategori ini adalah yang telah terbukti mempunyai

risiko tinggi terjadinya pengaruh buruk yang menetap (irreversibel) pada janin jika

diminum pada masa kehamilan Obat dalam kategori ini merupakan kontraindikasi

mutlak selama kehamilan Sebagai contoh adalah isotretionin dan dietilstilbestrol

Untuk keadaan hamil apalagi masih dalam trimester ketiga pemberian antibiotik bisa

sangat membahayakan janin karena hampir semua antibiotik memberikan efek samping mual

muntah pusing dan gangguan sistem pencernaan Efek-efek samping yang ditimbulkan juga

akan menekan kehamilan Bahkan ada antibiotik yang bisa menembus sampai ke sistem

kelenjar cairan seperti liur kelenjar getah bening cairan otak dan ASI Jika pada masa

menyusui minum antibiotik maka obat akan merembes di ASI dan bayi akan minum ASI

bercampur obat bisa dibayangkan apa yang akan terjadi

Obat-obat antibiotik yang perlu perhatian khusus atau tidak boleh diminum untuk ibu

hamil dan menyusui

lt--[if supportLists]--gt1 lt--[endif]--gtGolongan Aminoglikosida (biasanya dalam

turunan garam sulfate-nya) seperti amikacin sulfate tobramycin sulfate dibekacin

sulfate gentamycin sulfate kanamycin sulfate dan netilmicin sulfate

Aminoglikosida dimasukkan dalam kategori obat D yang penggunaannya oleh

wanita hamil diketaui meningkatkan angka kejadian malformasi dan kerusakan janin

yang bersifat ireversibel Pemberian aminoglikosida pada wanita hamil sangat tidak

dianjurkan Selain itu aminoglikosida juga mempunyai efek samping nefrotoksik dan

ototoksik pada ibu dan juga dapat menimbulkan kerusakan ginjal tingkat seluler

pada janin terutama jika diberikan pada periode organogeneis Kerusakan saraf

kranial VIII juga banyak terjadi pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang

mendapat aminoglikosida pada kehamilan

lt--[if supportLists]--gt2 lt--[endif]--gtGolongan Sefalosporin seperti cefuroxime

acetyl cefotiam diHCl cefotaxime Na cefoperazone Na ceftriaxone Na cefazolin

Na cefaclor dan turunan garam monohydrate-nya cephadrine dan ceftizoxime Na

Sama halnya dengan penisilin sefalosporin relatif aman jika diberikan pada trimester

pertama kehamilan Kadar sefalosporin dalam sirkulasi janin meningkat selama

beberapa jam pertama setelah pemberian dosis pada ibu tetapi tidak terakumulasi

setelah pemberian berulang atau melalui infus Sejauh ini belum ada bukti bahwa

pengaruh buruk sefalosporin seperti misalnya anemia hemolitik dapat terjadi pada

bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu yang mendapat sefalosporin pada trimester

terakhir kehamilan

lt--[if supportLists]--gt3 lt--[endif]--gtGolongan Kloramfenikol seperti

Kloramfenikol dan thiamfenicol

Kloramfenikol bila diberikan menjelang persalinan dapat mengakibatkan kolaps

sirkulasi pada neonatus Pemberian kloramfenikol pada wanita hamil terutama pada

trimester II dan III di mana hepar belum matur dapat menyebabkan angka

terjadinya sindroma Grey pada bayi ditandai dengan kulit sianotik (sehingga bayi

tampak keabuabuan) hipotermia muntah abdomen protuberant dan menunjukkan

reaksi menolak menyusu di samping pernafasan yang cepat amp tidak teratur serta

letargi Kloramfenikol dimasukkan dalam kategori C yaitu obat yang karena efek

farmakologiknya dapat menyebabkan pengaruh buruk pada janin tanpa disertai

malformasi anatomik Pengaruh ini dapat bersifat reversibel Pemberian

kloramfenikol selama kehamilan sejauh mungkin dihindari terutama pada minggu-

minggu terakhir menjelang kelahiran dan selama menyusui

lt--[if supportLists]--gt4 lt--[endif]--gtGolongan Makrolid seperti clarithomycin

roxirhromycin erythromycin spiramycin dan azithromycin

lt--[if supportLists]--gt5 lt--[endif]--gtGolongan Penicillin seperti amoxicillin

turunan tridydrate dan turunan garam Na-nya

Obat-obat yang termasuk dalam golongan penisilin dapat dengan mudah menembus

plasenta dan mencapai kadar terapetik baik pada janin maupun cairan amnion

Penisilin relatif paling aman jika diberikan selama kehamilan meskipun perlu

pertimbangan yang seksama dan atas indikasi yang ketat mengingat kemungkinan

efek samping yang dapat terjadi pada ibu

lt--[if supportLists]--gt6 lt--[endif]--gtGolongan Kuinolon seperti ciprofloxacin dan

turunan garam HCl-nya ofloxacin sparfloxacin dan norfloxacin

lt--[if supportLists]--gt7 lt--[endif]--gtGolongan Tetrasiklin seperti doxycycline

tetracyclin dan turunan HCl-nya (tidak boleh untuk wanita hamil) dan oxytetracylin

(tidak boleh untuk wanita hamil)

Tetraskilin adalah jenis antibiotik yang merupakan anti bakteri yang luas sebagai

penghambat dan pembunuh bakteri gram positif dan gram negatif Merupakan zat

kelasi yang mempunyai afinitas dengan kalsium dan basa yang sukar larut dalam air

tetapi bentuk garam natrium atau garam HCL-nya mudah larut Dalam keadaadn

kering bentuk basa dan garam HCL tetrasiklin bersifat relative stabil Sedangkan

dalam larutan kebanyakan tetrasiklin sangat labil sehingga cepat berkurang

potensinya Efek tetrasiklin semakin fatal pada ibu hamil trimester pertama

Sehingga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang mikromelia dan

sindaktil Pembentukan tulang baru mulai pada trimester kedua Oleh karena itu

pemberian pada trismester kedua dapat mengakibatkan peubahan warna kekuningan

yang permanen pada gigi susu dan hipoplasia enamel Meskipun demikian gigi yang

kekuningan tersebut lebih tahan terhadap karies dibandingkan gigi normal

Sedangkan pemberian pada bulan ke 4 kehidupan janin sampai akhir tahun pertama

dapat menimbulkan kelainan warna gigi Wanita hamil atau masa nifas dengan

pielonefritis atau gangguan fungsi ginjal lain cendrung menderita kerusakan hati

akibat pemberian golongan tetrasiklin Tapi saat ini tetraskilin sudah jarang diberikan

kepada ibu hamil dan anak anak

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmpilisin Segi keamanan baik bagi ibu maupun

janin relatif cukup terjamin Kadar ampisilin dalam sirkulasi darah janin meningkat

secara lambat setelah pemberiannya pada ibu dan bahkan sering melebihi kadarnya

dalam sirkulasi ibu Pada awal kehamilan kadar ampisilin dalam cairan amnion

relatif rendah karena belum sempurnanya ginjal janin di samping meningkatnya

kecepatan aliran darah antara ibu dan janin pada masa tersebut Tetapi pada periode

akhir kehamilan di mana ginjal dan alat ekskresi yangi lain pada janin telah matur

kadarnya dalam sirkulasi janin justru lebih tinggi dibanding ibu Farmakokinetika

ampisilin berubah menyolok selama kehamilan Dengan meningkatnya volume

plasma dan cairan tubuh maka meningkat pula volume distribusi obat Oleh sebab itu

kadar ampisilin pada wanita hamil kira-kira hanya 50 dibanding saat tidak hamil

Dengan demikian penambahan dosis ampisilin perlu dilakukan selama masa

kehamilan

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmoksisilin Pada dasarnya absorpsi

amoksisilin setelah pemberian per oral jauh lebih baik dibanding ampisilin

Amoksisilin diabsorpsi secara cepat dan sempurna baik setelah pemberian oral

maupun parenteral Seperti halnya dengan ampisilin penambahan dosis amoksisilin

pada kehamilan perlu dilakukan mengingat kadarnya dalam darah ibu maupun janin

relatif rendah dibanding saat tidak hamil Dalam sirkulasi janin kadarnya hanya

sekitar seperempat sampai sepertiga kadar di sirkulasi ibu

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtSulfonmida Obat-obat yang tergolong

sulfonamida dapat melintasi plasenta dan masuk dalam sirkulasi janin dalam kadar

yang lebih rendah atau sama dengan kadarnya dalam sirkulasi ibu Pemakaian

sulfonamida pada wanita hamil harus dihindari terutama pada akhir masa kehamilan

Hal ini karena sulfonamida mampu mendesak bilirubin dari tempat ikatannya dengan

protein sehingga mengakibatkan terjadinya kern-ikterus pada bayi yang baru

dilahirkan Keadaan ini mungkin akan menetap sampai 7 hari setelah bayi lahir

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtEritromisin Pemakaian eritromisin pada wanita

hamil relatif aman karena meskipun dapat terdifusi secara luas ke hampir semua

jaringan (kecuali otak dan cairan serebrospinal) tetapi kadar pada janin hanya

mencapai 1-2 dibanding kadarnya dalam serum ibu Di samping itu sejauh ini

belum terdapat bukti bahwa eritromisin dapat menyebabkan kelainan pada janin

Kemanfaatan eritromisin untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh Chlamydia

pada wanita hamil serta pencegahan penularan ke janin cukup baik meskipun bukan

menjadi obat pilihan pertama Namun ditilik dari segi keamanan dan manfaatnya

pemakaian eritromisin untuk infeksi tersebut lebih dianjurkan dibanding antibiotika

lain misalnya tetrasiklin

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtTrimetoprim Karena volume distribusi yang

luas trimetoprim mampu menembus jaringan fetal hingga mencapai kadar yang lebih

tinggi dibanding sulfametoksazol meskipun kadarnya tidak lebih tinggi dari ibu Pada

uji hewan trimetoprim terbukti bersifat teratogen jika diberikan pada dosis besar

Meskipun belum terdapat bukti bahwa trimetoprim juga bersifat teratogen pada janin

tetapi pemakaiannya pada wanita hamil perlu dihindari Jika terpaksa harus

memberikan kombinasi trimetoprim + sulfametoksazol pada kehamilan diperlukan

pemberian suplementasi asam folet

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtNitrofurantoin Sering digunakan sebagai

antiseptik pada saluran kencing Jika diberikan pada awal kehamilan kadar

nitrofurantoin pada jaringan fetal lebih tinggi dibanding ibu tetapi kadarnya dalam

plasma sangat rendah Dengan makin bertambahnya umur kehamilan kadar

nitrofurantoin dalam plasma janin juga meningkat Sejauh ini belum terbukti bahwa

nitrofurantoin dapat meningkatkan kejadian malformasi janin Namun perhatian harus

diberikan terutama pada kehamilan cukup bulan di mana pemberian nitrofurantoin

pada periode ini kemungkinan akan menyebabkan anemia hemolitik pada janin

LKSI 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Percetakan Not BandungRagg M 2001 Obat-Obat yang paling diresepkan Arcan Jakarta

Santoso B 1995 Efek Samping Obat ed 2 Pusat Study Farmakologi Klinik dan Kebijakan Obat UGM Yogyakarta

Setiabudy S dkk 2007 Farmakologi dan Terapeutik edisi 5 FKUI JakartaSpeirs Al 1992 Ilmu Kesehatan Anak untuk Perawat ed 2 IKIPSemarang Press Semarang

Yagiela J A Frank J D Enid A N 2004 Pharmacology and Therapeutics for Dentistry Elsevier Mosby St Louis

Obat-obatan Untuk Ibu

Sebenarnya obat yang langsung ke ASI itu jumlahnya sangat kecil Sebagian kecil berpengaruh kepada bayi Secara umum menghentikan pemberian ASI lebih berbahaya daripada pengaruh obat tersebut Hanya sebagian kecil obat yang mempunyai efek samping Bayi yang berumur kurang dari satu bulan mempunyai masalah yang besar dibandingkan dengan bayi yang lebih tua Tetapi mungkin perlu dipikirkan obat alternatif untuk ibu yang menyebabkan lebih sedikit masalah Kejadian penghentian menyusui karena ibu harus minum obat adalah sangat jarang

Pada sedikit situasi menyusui merupakan kontra indikasi

Jika ibu mendapatkan obat anti kanker pemberian ASI boleh dihentikan Jika ibu mendapatkan pengobatan radioaktif ibu dapat menghentikan pemberian ASI untuk sementara Obat-obatan ini jarang digunakan

Beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang kadang-kadang menyebabkan perlunya penghentian pemberian ASI

Jika ibu mendapatkan obat psikiatrik atau anti konfulsan kadang-kadang membuat bayi (berusia kurang dari satu bulan) yang menyusui menjadi tampak lemah Khususnya jika diberikan barbiturat dan diazepam Jika memungkinkan sebaiknya diganti dengan obat lain yang mempunyai efek samping kecil Namun demikian sangat berbahaya jika mengubah pengobatan secara cepat khususnya pada kasus epilepsi

Jika tidak ada alternatif teruskan pemberian ASI dan amatilah bayinya

Jika terjadi efek samping pemberian ASI dapat dihentikan

Beberapa antibiotik perlu dihindari

Antibiotik pada umumnya aman bagi ASI dan bagi bayi Tetapi lebih baik menghindari pemberian Chloramphenikol dan tetrasiklin serta metronidazole Jika salah satu antibiotik tersebut harus diberikan kepada ibu teruskan menyusui dan amatilah bayinya Pada umumnya tidak ada masalah

Hindari pemberian sulphonamide kepada ibu khususnya jika bayi jaundice Jika obat seperti cotrimoxasole fansidar dan dapsone diperlukan berikan obat tersebut dan teruskan pemberian ASI Pertimbangkan pemberian makanan alternatif bila bayi jaundice terutama jaundice yang terjadi ketika ibu meminum obat tersebut

Obat yang menyebabkan menurunnya produksi ASI perlu dihindari

Hindari penggunaan kontrasepsi yang mengandung estrogen Hindari penggunaan Thiazide diuretik seperti Chlorotiazide karena obat ini menurunkan produksi ASI Jia mungkin carilah alternatifnya

Kebanyakan obat yang umum digunakan adalah aman pada dosis biasa

Jika ibu menyusui mendapatkan obat tetapi anda tidak yakin obat apa

1 Cek daftar obat di dalam manual 2 Anjurkan agar ibu terus menyusui sambil mencoba mengetahui obat apa yang diberikan 3 Amatilah bayi jika terjadi efek samping seperti mengantuk yang abnormal tidak nafsu makan dan

ikterus khususnya jika ibu mengkonsumsi obat untuk waktu yang lama 4 Usahakan mendapatkan saran dari petugas kesehatan yang lebih ahli seperti dokter atau apoteker 5 Jika khawatir cobalah mencari obat alternatif yang anda ketahui lebih aman 6 Jika bayi terkena efek samping dan ibu tidak mengubah penggunaan obatnya gunakanlah metode

alternatif yang aman 7 Jika bayi terkena efek samping dan anda tidak mungkin mengubah obatnya pertimbangkan cara

pemberian makanan yang lain untuk sementara waktu bila mungkin

Menyusui dan Obat-obatan untuk Ibu

Kontra indikasi pemberian ASI Obat anti kanker

Radioaktif (berhenti menyusui sementara)

Teruskan pemberian ASI Obat penyakit psikis dan anti konvulsan

(Amati efek samping pada bayi

misalnya mengantuk)

Gunakan obat alternatif Chloramfenikol tetracyclin metronidazole

Quinolone antibiotics (eg Ciprofloxacin)

Pantau kemungkinan ikterius Sulphonamides cotrimoxazole fansidar dapsone

Gunakan obat alternatif Estrogen terutama kontrasepsi berisi estrogen

(dapat menurunkan produksi ASI) Thiazide diuretic

Aman pada dosis biasa Obat-obatan paling biasa digunakan

Pantau bayi Analgesik dan antipiretik paracetakol yang diberikan untuk waktu siang asam acetil salisilik ibuprofen kadang-kadang diberikan morfin dan petidin kebanyakan obat batuk dan masuk angin antibiotik ampisilin kloxasilin dan penisilin erythromisin lain obat anti TB anti lepra anti malaria (kecuali meflokuin) antihelmint anti jamur bronchodilator (eg Salbutamol) corticosteroids antihistamin antasid obat untuk diabetes kebanyakan oabat anti-hipertensi digoksin suplemen gizi yodium zat besi dan vitamin-vitamin

Dikirim oleh (RSIA permata hati)

  • RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI
  • Hal-hal Terbaru Tentang Transfusi Darah
Page 17: RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI.docx

(faktor von Willebrand ) fibrinogen faktor XIII dan fibronektin yang merupakan

glikoprotein yang berperan pada peningkatan aktivitas sistem RES dalam

membunuh partikel asing dan bakteri dari darah

Terdapatnya fibrinogen yang rendah pada PRC sehingga ASA task force

menyarankan pemberian kriopresipitat untuk

1 Profilaksis pada pasien-pasien non perdarahan perioperiatif atau peripartum

dengan defisiensi fibrinogen kongenital atau penyakit von Willebrand yang tidak

berespon terhadap DDAVP (bila memungkinkan keputusan ini harus dibuat dengan

konsultasi dengan hematolog pasien tersebut)

2 Pasien-pasien perdarahan dengan penyakit von Willebrand

3 Koreksi perdarahan mikrovaskular pada pasien-pasien dengan transfusi massif

dengan konsentrasi fibrinogen kurang dari 80-100 mgdL (atau bila konsentrasi

fibrinogen tidak dapat diukur pada saat itu)

Darah lengkap harus diberikan pada transfusi darah massif karena PRC kurang

mengandung faktor koagulasi

Konsentrat faktor VIII merupakan terapi standar untuk hemofilia Teknik rekombinan

DNA terbaru telah digunakan untuk mengembangkan faktor VIII yang bebas

transmisi penyakit

VI Komplikasi

Dengan memperhitungkan pertimbangan di atas insidensi dari reaksi yang

merugikan adalah

Reaksi yang merugikan terhadap Transfusi

Tipe reaksi Insidensi

Reaksi febril 1 dari transfusi PRC

Reaksi alergi (urtikaria) 20 dari transfusi platelet

Rekasi transfusi hemolitik akut 11000 reaksi transfusi

Rekasi transfusi lambat ~ 133000 U PRC

Penyakit graft vs host (GVHD) ~ 12500 U PRC

Udem paru akut yang berhubungan

dengan transfusi (TRALI) 110000 U PRC

Dari Principles of Anesthetic Techniques and Anesthetic Emergencies

Darah yang telah bersih dari leukosit dapat menurunkan kejadian imunosupresi dan

insidensi banyak reaksi transfusi

VII Darah Sintetik

Karena banyak masalah termasuk yang terdaftar di atas dengan allogenik banyak

perusahaan mencoba membuat hemoglobin sintetik Produk ini telah diberikan pada

sukarelawan manusia dan pasien-pasien dengan keberhasilan yang cukup Hal ini

diungkapkan oleh Dietz et al pada Anesthesia amp Analgesia Februari 1996 Dasarnya

produk-produk ini

1 Larutan hemoglobin bebas stroma yang mengandung sejumlah modifikasi dari

molekul hemoglobin

2 Hemoglobin rekayasa genetik (misalnya Ecoli menghasilkan sel darah merah

manusia)

3 Larutan hemoglobin liposome-encapsulated mengandung hemoglobin dengan

membran sintetik

4 Perfluorokarbon larutan organik dengan kelarutan oksigen tinggi

Untuk mencegah banyak komplikasi seperti kerusakan ginjal pelepasan

endotoksin dan lain-lain berbagai pendekatan telah digunakan seperti cross-link

polimerisasi dan konjugator baik dengan kimiawi maupun tehnik genetik

sebagaimana diringkaskan dibawah

Tabel 5 Pengganti Sel darah Merah

Aktivitas Efisiensi

(efek biologis) (keuntungan untuk pasien)

Transpor O2 Penurunan penggunaan produk-produk darah

Bantuan hidup selama anemia berat Penurunan morbiditas dan mortalitas yang

berhubungan dengan transfusi

Resusitasi cairan Penggunaan pada lingkungan yang secara logistik sulit

Awalnya produk-produk ini dipandang sebagai pengganti darah Meskipun aman

tapi sulit disediakan oleh bank darah Kriteria FDA terhadap efisiensi sulit

diterapkan Sekarang lebih menekankan pada kemampuan transpor oksigennya

yang akan didiskusikan

Berbagai penelitian fase II and III telah dan sedang dilaksanakan Sejauh ini

kebanyakan produk menyebabkan hipertensi ringan dan peningkatan konsentrasi

amilase dan lipase yang signifikansinya masih harus ditetapkan

Kewaspadaan Pada GraviidaObat Efek Samping Utama Keterangan1048729 Kloramfenikol Gray-baby sindrom (kolapssirkulasi pd neonatus) anemiaHindari pemberian pd trimester 3masa laktasi amp neonatus1048729 SulfonamidDapsonRisiko hemolisis amp ikterus Hindari pemberian pd trimester 3 ampmasa laktasi1048729 Trimetoprim Hindari pemberian pd trimester 3

Obat Efek Samping Utama Keterangan1048729 Kloramfenikol Gray-baby sindrom (kolapssirkulasi pd neonatus) anemiaHindari pemberian pd trimester 3masa laktasi amp neonatus1048729 SulfonamidDapsonRisiko hemolisis amp ikterus Hindari pemberian pd trimester 3 ampmasa laktasi1048729 Trimetoprim Hindari pemberian pd trimester 3KotrimoksazolTeratogenik1048729 Eritromisin Hepatotoksik gangguan GIT Terutama pada sang ibu1048729 Penisilin ampSefalosporinHipersensitivitas rx alergigangguan GITbull Ruam amp diare pd neonatusbull Ko-amoksiklav sebaiknya dihindaripd kehamilanOtotoksik Gangguan pendengaran bisamempengaruhi ibu amp

Ibu Hamil Membutuhkan Antibiotik

Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) antibiotik

merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh mikroba untuk menghambat

pertumbuhan dan membasmi mikroba jenis lain Awalnya antibiotik hanya

ada beberapa namun saat ini sudah ditemukan berbagai jenis antibiotik

yang mampu mengatasi penyakit infeksi lanjutan Antibiotik bekerja untuk

melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri bukan virus Penggunaan

antibiotik tidak boleh sembarangan karena akan mendatangkan bahaya bagi

tubuh Prinsip yang harus diketahui antibiotik hanya digunakan jika ada

infeksi yang disebabkan oleh kuman bakteri

Obat-obatan antibiotik itu termasuk obat keras yang membantu tubuh untuk membunuh

kuman ataupun bakteri yang masuk dan tidak bisa dilawan dengan sistem kekebalan tubuh

Karena obat-obatan ini bekerja dengan sistem penghancuran total maka tidak hanya bakteri saja

sel tubuh kita yang terinfeksi dan disekitarnya akan ikut terkena guna menghilangkan

kesempatan masih ada sisa-sisa koloni bakteri yang mungkin bersembunyi Oleh karena itu

pemberian obat antibiotik harus tuntas sampai seluruh koloni bakteri benar-benar habis

terbunuh jika tidak maka dapat dipastikan bakteri itu bisa bersiap diri untuk menyerang

kembali atau bahkan bisa juga bakteri-bakteri itu menjadi resisten dengan obat tersebut dan

kalau sudah begitu diperlukan antibiotik generasi lebih tinggi untuk membunuh kuman Oleh

karena efek membunuh yang kuat jika seorang pasien diberi obat antibiotik harus dipastikan

sistem kekebalan tubuh pasien itu juga kuat Karena untuk melawan efek dari antibiotik itu

sendiri dan untuk sistem self-recovery mengganti sel-sel tubuh yang telah rusak

Pengaruh buruk obat terhadap janin dapat bersifat toksik teratogenik maupun letal

tergantung pada sifat obat dan umur kehamilan paga saat minum obat Pengaruh toksik adalah

jika obat yang diminum selama masa kehamilan menyebabkan terjadinya gangguan fisiologik

atau bio-kimiawi dari janin yang dikandung dan biasanya gejalanya baru muncul beberapa saat

setelah kelahiran Pengaruh obat bersifat teratogenik jika menyebabkan terjadinya malformasi

anatomik pada petumbuhan organ janin Pengaruh teratogenik ini biasanya terjadi pada dosis

subletal Sedangkan pengaruh obat yang bersifa letal adalah yang mengakibatkan kematian janin

dalam kandungan Secara umum pengaruh buruk obat pada janin dapat beragam sesuai dengan

fase-fase berikut

lt--[if supportLists]--gt1 lt--[endif]--gtFase implantasi yaitu pada umur kehamilan

kurang dari 3 minggu Pada fase ini obat dapat memberi pengaruh buruk atau

mungkin tidak sama sekali Jika terjadi pengaruh buruk biasanya menyebabkan

kematian embrio atau berakhirnya kehamilan (abortus)

lt--[if supportLists]--gt2 lt--[endif]--gtFase embional atau organogenesis yaitu pada

umur kehamilan antara 4-8 minggu Pada fase ini terjadi diferensiasi pertumbuhan

untuk terjadinya malformasi anatomik (pengaruh teratogenik) Berbagai pengaruh

buruk yang mungkin terjadi pada fase ini antara lain

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtGangguan fungsional atau metabolik yang

permanen yang biasanya baru muncul kemudian jadi tidak timbul secara

langsung pada saat kehamilan Misalnya pemakaian hormon dietilstilbestrol pada

trimester pertama kehamilan terbukti berkaitan dengan terjadinya adenokarsinoma

vagina pada anak perempuan di kemudian hari (pada saat mereka sudah dewasa)

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtPengaruh letal berupa kematian janin atau

terjadinya abortus

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtPengaruh sub-letal yang biasanya dalam

bentuk malformasi anatomis pertumbuhan organ seperti misalnya fokolemia

karena talidomid

lt--[if supportLists]--gt3 lt--[endif]--gtFase fetal yaitu pada trimester kedua dan ketiga

kehamilan Dalam fase ini terjadi maturasi dan pertumbuhan lebih lanjut dari janin

Pengaruh buruk senyawa asing terhadap janin pada fase ini tidak berupa malformasi

anatomik lagi tetapi mungkin dapat berupa gangguan pertumbuhan baik terhadap

fungsi-fungsi fisiologik atau biokimiawi organ-organ Demikian pula pengaruh obat

yang dialami ibu dapat pula dialami janin meskipun mungkin dalam derajat yang

berbeda Sebagai contoh adalah terjadinya depresi pernafasan neonatus karena selama

masa akhir kehamilan ibu mengkonsumsi obat-obat seperti analgetika-narkotik atau

terjadinya efek samping pada sistem ekstrapiramidal setelah pemakaian fenotiazin

Secara umumsetiap obat dibagi dalam kategori (A B C D dan X) berdasarkan tingkat

resiko saat kehamilan

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori A

Hanya beberapa obat saja yang termasuk kategori A di mana obat tersebut tidak

berbahaya bila dikonsumsi pada trisemester pertama saat kehamilan Contoh obat

adalah Nystatin vaginal (Mycostatin)

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori B

Obat kategori B meliputi obat-obat yang pengalaman pemakainya pada wanita hamil

masih terbatas tetapi tidak terbukti meningkatkan frekuensi malformasi atau

pengaruh buruk lainnya pada janin Mengingat terbatasnya pengalaman pemakaian

pada wanita hamil maka obat-obat kategori B dibagi lagi berdasarkan temuan-

temuan pada studi toksikologi pada hewan yaitu

B1 Dari penelitian pada hewan tidak terbukti meningkatnya kejadian kerusakan janin

(fetal damage) Contoh obat-obat yang termasuk pada kelompok ini misalnya

simetidin dipiridamol dan spektinomisin

B2 Data dari penilitian pada hewan belum memadai tetapi ada petunjuk tidak

meningkatnya kejadian kerusakan janin tikarsilin amfoterisin dopamin asetilkistein

dan alkaloid belladona adalah obat-obat yang masuk dalam kategori ini

B3 Penelitian pada hewan menunjukkan peningkatan kejadian kerusakan janin tetapi

belum tentu bermakna pada manusia Sebagai contoh adalah karbamazepin

pirimetamin griseofulvin trimetoprim dan mebendazol

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori C

Beberapa ada di kategori ini karena tidak ada informasi yang cukup dan beberapa

obat member efek buruk pada hewan percobaan tetapi tidak ada konfirmasi ataupun

pemberitahuan adanya masalah yang timbul seperti kelahiran yang cacat pada

manusia Merupakan obat-obat yang dapat memberi pengaruh buruk pada janin tanpa

disertai malformasi anatomik semata-mata karena efek farmakologiknya Yang

termasuk kategori C yaitu Baktirm Trimetropim Biaxin Cipro Diflucan Monistat

Terazol Isoniazid Rifampin dan Vermox

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori D

Pada kategori ini obat memberi efek yang buruk pada kehamilan dan sebaiknya

tidak digunakan kecuali tidak ada alternatif lain Contohnya adalah Tetrasiklin

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori X

Obat-obat yang masuk dalam kategori ini adalah yang telah terbukti mempunyai

risiko tinggi terjadinya pengaruh buruk yang menetap (irreversibel) pada janin jika

diminum pada masa kehamilan Obat dalam kategori ini merupakan kontraindikasi

mutlak selama kehamilan Sebagai contoh adalah isotretionin dan dietilstilbestrol

Untuk keadaan hamil apalagi masih dalam trimester ketiga pemberian antibiotik bisa

sangat membahayakan janin karena hampir semua antibiotik memberikan efek samping mual

muntah pusing dan gangguan sistem pencernaan Efek-efek samping yang ditimbulkan juga

akan menekan kehamilan Bahkan ada antibiotik yang bisa menembus sampai ke sistem

kelenjar cairan seperti liur kelenjar getah bening cairan otak dan ASI Jika pada masa

menyusui minum antibiotik maka obat akan merembes di ASI dan bayi akan minum ASI

bercampur obat bisa dibayangkan apa yang akan terjadi

Obat-obat antibiotik yang perlu perhatian khusus atau tidak boleh diminum untuk ibu

hamil dan menyusui

lt--[if supportLists]--gt1 lt--[endif]--gtGolongan Aminoglikosida (biasanya dalam

turunan garam sulfate-nya) seperti amikacin sulfate tobramycin sulfate dibekacin

sulfate gentamycin sulfate kanamycin sulfate dan netilmicin sulfate

Aminoglikosida dimasukkan dalam kategori obat D yang penggunaannya oleh

wanita hamil diketaui meningkatkan angka kejadian malformasi dan kerusakan janin

yang bersifat ireversibel Pemberian aminoglikosida pada wanita hamil sangat tidak

dianjurkan Selain itu aminoglikosida juga mempunyai efek samping nefrotoksik dan

ototoksik pada ibu dan juga dapat menimbulkan kerusakan ginjal tingkat seluler

pada janin terutama jika diberikan pada periode organogeneis Kerusakan saraf

kranial VIII juga banyak terjadi pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang

mendapat aminoglikosida pada kehamilan

lt--[if supportLists]--gt2 lt--[endif]--gtGolongan Sefalosporin seperti cefuroxime

acetyl cefotiam diHCl cefotaxime Na cefoperazone Na ceftriaxone Na cefazolin

Na cefaclor dan turunan garam monohydrate-nya cephadrine dan ceftizoxime Na

Sama halnya dengan penisilin sefalosporin relatif aman jika diberikan pada trimester

pertama kehamilan Kadar sefalosporin dalam sirkulasi janin meningkat selama

beberapa jam pertama setelah pemberian dosis pada ibu tetapi tidak terakumulasi

setelah pemberian berulang atau melalui infus Sejauh ini belum ada bukti bahwa

pengaruh buruk sefalosporin seperti misalnya anemia hemolitik dapat terjadi pada

bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu yang mendapat sefalosporin pada trimester

terakhir kehamilan

lt--[if supportLists]--gt3 lt--[endif]--gtGolongan Kloramfenikol seperti

Kloramfenikol dan thiamfenicol

Kloramfenikol bila diberikan menjelang persalinan dapat mengakibatkan kolaps

sirkulasi pada neonatus Pemberian kloramfenikol pada wanita hamil terutama pada

trimester II dan III di mana hepar belum matur dapat menyebabkan angka

terjadinya sindroma Grey pada bayi ditandai dengan kulit sianotik (sehingga bayi

tampak keabuabuan) hipotermia muntah abdomen protuberant dan menunjukkan

reaksi menolak menyusu di samping pernafasan yang cepat amp tidak teratur serta

letargi Kloramfenikol dimasukkan dalam kategori C yaitu obat yang karena efek

farmakologiknya dapat menyebabkan pengaruh buruk pada janin tanpa disertai

malformasi anatomik Pengaruh ini dapat bersifat reversibel Pemberian

kloramfenikol selama kehamilan sejauh mungkin dihindari terutama pada minggu-

minggu terakhir menjelang kelahiran dan selama menyusui

lt--[if supportLists]--gt4 lt--[endif]--gtGolongan Makrolid seperti clarithomycin

roxirhromycin erythromycin spiramycin dan azithromycin

lt--[if supportLists]--gt5 lt--[endif]--gtGolongan Penicillin seperti amoxicillin

turunan tridydrate dan turunan garam Na-nya

Obat-obat yang termasuk dalam golongan penisilin dapat dengan mudah menembus

plasenta dan mencapai kadar terapetik baik pada janin maupun cairan amnion

Penisilin relatif paling aman jika diberikan selama kehamilan meskipun perlu

pertimbangan yang seksama dan atas indikasi yang ketat mengingat kemungkinan

efek samping yang dapat terjadi pada ibu

lt--[if supportLists]--gt6 lt--[endif]--gtGolongan Kuinolon seperti ciprofloxacin dan

turunan garam HCl-nya ofloxacin sparfloxacin dan norfloxacin

lt--[if supportLists]--gt7 lt--[endif]--gtGolongan Tetrasiklin seperti doxycycline

tetracyclin dan turunan HCl-nya (tidak boleh untuk wanita hamil) dan oxytetracylin

(tidak boleh untuk wanita hamil)

Tetraskilin adalah jenis antibiotik yang merupakan anti bakteri yang luas sebagai

penghambat dan pembunuh bakteri gram positif dan gram negatif Merupakan zat

kelasi yang mempunyai afinitas dengan kalsium dan basa yang sukar larut dalam air

tetapi bentuk garam natrium atau garam HCL-nya mudah larut Dalam keadaadn

kering bentuk basa dan garam HCL tetrasiklin bersifat relative stabil Sedangkan

dalam larutan kebanyakan tetrasiklin sangat labil sehingga cepat berkurang

potensinya Efek tetrasiklin semakin fatal pada ibu hamil trimester pertama

Sehingga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang mikromelia dan

sindaktil Pembentukan tulang baru mulai pada trimester kedua Oleh karena itu

pemberian pada trismester kedua dapat mengakibatkan peubahan warna kekuningan

yang permanen pada gigi susu dan hipoplasia enamel Meskipun demikian gigi yang

kekuningan tersebut lebih tahan terhadap karies dibandingkan gigi normal

Sedangkan pemberian pada bulan ke 4 kehidupan janin sampai akhir tahun pertama

dapat menimbulkan kelainan warna gigi Wanita hamil atau masa nifas dengan

pielonefritis atau gangguan fungsi ginjal lain cendrung menderita kerusakan hati

akibat pemberian golongan tetrasiklin Tapi saat ini tetraskilin sudah jarang diberikan

kepada ibu hamil dan anak anak

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmpilisin Segi keamanan baik bagi ibu maupun

janin relatif cukup terjamin Kadar ampisilin dalam sirkulasi darah janin meningkat

secara lambat setelah pemberiannya pada ibu dan bahkan sering melebihi kadarnya

dalam sirkulasi ibu Pada awal kehamilan kadar ampisilin dalam cairan amnion

relatif rendah karena belum sempurnanya ginjal janin di samping meningkatnya

kecepatan aliran darah antara ibu dan janin pada masa tersebut Tetapi pada periode

akhir kehamilan di mana ginjal dan alat ekskresi yangi lain pada janin telah matur

kadarnya dalam sirkulasi janin justru lebih tinggi dibanding ibu Farmakokinetika

ampisilin berubah menyolok selama kehamilan Dengan meningkatnya volume

plasma dan cairan tubuh maka meningkat pula volume distribusi obat Oleh sebab itu

kadar ampisilin pada wanita hamil kira-kira hanya 50 dibanding saat tidak hamil

Dengan demikian penambahan dosis ampisilin perlu dilakukan selama masa

kehamilan

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmoksisilin Pada dasarnya absorpsi

amoksisilin setelah pemberian per oral jauh lebih baik dibanding ampisilin

Amoksisilin diabsorpsi secara cepat dan sempurna baik setelah pemberian oral

maupun parenteral Seperti halnya dengan ampisilin penambahan dosis amoksisilin

pada kehamilan perlu dilakukan mengingat kadarnya dalam darah ibu maupun janin

relatif rendah dibanding saat tidak hamil Dalam sirkulasi janin kadarnya hanya

sekitar seperempat sampai sepertiga kadar di sirkulasi ibu

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtSulfonmida Obat-obat yang tergolong

sulfonamida dapat melintasi plasenta dan masuk dalam sirkulasi janin dalam kadar

yang lebih rendah atau sama dengan kadarnya dalam sirkulasi ibu Pemakaian

sulfonamida pada wanita hamil harus dihindari terutama pada akhir masa kehamilan

Hal ini karena sulfonamida mampu mendesak bilirubin dari tempat ikatannya dengan

protein sehingga mengakibatkan terjadinya kern-ikterus pada bayi yang baru

dilahirkan Keadaan ini mungkin akan menetap sampai 7 hari setelah bayi lahir

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtEritromisin Pemakaian eritromisin pada wanita

hamil relatif aman karena meskipun dapat terdifusi secara luas ke hampir semua

jaringan (kecuali otak dan cairan serebrospinal) tetapi kadar pada janin hanya

mencapai 1-2 dibanding kadarnya dalam serum ibu Di samping itu sejauh ini

belum terdapat bukti bahwa eritromisin dapat menyebabkan kelainan pada janin

Kemanfaatan eritromisin untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh Chlamydia

pada wanita hamil serta pencegahan penularan ke janin cukup baik meskipun bukan

menjadi obat pilihan pertama Namun ditilik dari segi keamanan dan manfaatnya

pemakaian eritromisin untuk infeksi tersebut lebih dianjurkan dibanding antibiotika

lain misalnya tetrasiklin

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtTrimetoprim Karena volume distribusi yang

luas trimetoprim mampu menembus jaringan fetal hingga mencapai kadar yang lebih

tinggi dibanding sulfametoksazol meskipun kadarnya tidak lebih tinggi dari ibu Pada

uji hewan trimetoprim terbukti bersifat teratogen jika diberikan pada dosis besar

Meskipun belum terdapat bukti bahwa trimetoprim juga bersifat teratogen pada janin

tetapi pemakaiannya pada wanita hamil perlu dihindari Jika terpaksa harus

memberikan kombinasi trimetoprim + sulfametoksazol pada kehamilan diperlukan

pemberian suplementasi asam folet

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtNitrofurantoin Sering digunakan sebagai

antiseptik pada saluran kencing Jika diberikan pada awal kehamilan kadar

nitrofurantoin pada jaringan fetal lebih tinggi dibanding ibu tetapi kadarnya dalam

plasma sangat rendah Dengan makin bertambahnya umur kehamilan kadar

nitrofurantoin dalam plasma janin juga meningkat Sejauh ini belum terbukti bahwa

nitrofurantoin dapat meningkatkan kejadian malformasi janin Namun perhatian harus

diberikan terutama pada kehamilan cukup bulan di mana pemberian nitrofurantoin

pada periode ini kemungkinan akan menyebabkan anemia hemolitik pada janin

LKSI 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Percetakan Not BandungRagg M 2001 Obat-Obat yang paling diresepkan Arcan Jakarta

Santoso B 1995 Efek Samping Obat ed 2 Pusat Study Farmakologi Klinik dan Kebijakan Obat UGM Yogyakarta

Setiabudy S dkk 2007 Farmakologi dan Terapeutik edisi 5 FKUI JakartaSpeirs Al 1992 Ilmu Kesehatan Anak untuk Perawat ed 2 IKIPSemarang Press Semarang

Yagiela J A Frank J D Enid A N 2004 Pharmacology and Therapeutics for Dentistry Elsevier Mosby St Louis

Obat-obatan Untuk Ibu

Sebenarnya obat yang langsung ke ASI itu jumlahnya sangat kecil Sebagian kecil berpengaruh kepada bayi Secara umum menghentikan pemberian ASI lebih berbahaya daripada pengaruh obat tersebut Hanya sebagian kecil obat yang mempunyai efek samping Bayi yang berumur kurang dari satu bulan mempunyai masalah yang besar dibandingkan dengan bayi yang lebih tua Tetapi mungkin perlu dipikirkan obat alternatif untuk ibu yang menyebabkan lebih sedikit masalah Kejadian penghentian menyusui karena ibu harus minum obat adalah sangat jarang

Pada sedikit situasi menyusui merupakan kontra indikasi

Jika ibu mendapatkan obat anti kanker pemberian ASI boleh dihentikan Jika ibu mendapatkan pengobatan radioaktif ibu dapat menghentikan pemberian ASI untuk sementara Obat-obatan ini jarang digunakan

Beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang kadang-kadang menyebabkan perlunya penghentian pemberian ASI

Jika ibu mendapatkan obat psikiatrik atau anti konfulsan kadang-kadang membuat bayi (berusia kurang dari satu bulan) yang menyusui menjadi tampak lemah Khususnya jika diberikan barbiturat dan diazepam Jika memungkinkan sebaiknya diganti dengan obat lain yang mempunyai efek samping kecil Namun demikian sangat berbahaya jika mengubah pengobatan secara cepat khususnya pada kasus epilepsi

Jika tidak ada alternatif teruskan pemberian ASI dan amatilah bayinya

Jika terjadi efek samping pemberian ASI dapat dihentikan

Beberapa antibiotik perlu dihindari

Antibiotik pada umumnya aman bagi ASI dan bagi bayi Tetapi lebih baik menghindari pemberian Chloramphenikol dan tetrasiklin serta metronidazole Jika salah satu antibiotik tersebut harus diberikan kepada ibu teruskan menyusui dan amatilah bayinya Pada umumnya tidak ada masalah

Hindari pemberian sulphonamide kepada ibu khususnya jika bayi jaundice Jika obat seperti cotrimoxasole fansidar dan dapsone diperlukan berikan obat tersebut dan teruskan pemberian ASI Pertimbangkan pemberian makanan alternatif bila bayi jaundice terutama jaundice yang terjadi ketika ibu meminum obat tersebut

Obat yang menyebabkan menurunnya produksi ASI perlu dihindari

Hindari penggunaan kontrasepsi yang mengandung estrogen Hindari penggunaan Thiazide diuretik seperti Chlorotiazide karena obat ini menurunkan produksi ASI Jia mungkin carilah alternatifnya

Kebanyakan obat yang umum digunakan adalah aman pada dosis biasa

Jika ibu menyusui mendapatkan obat tetapi anda tidak yakin obat apa

1 Cek daftar obat di dalam manual 2 Anjurkan agar ibu terus menyusui sambil mencoba mengetahui obat apa yang diberikan 3 Amatilah bayi jika terjadi efek samping seperti mengantuk yang abnormal tidak nafsu makan dan

ikterus khususnya jika ibu mengkonsumsi obat untuk waktu yang lama 4 Usahakan mendapatkan saran dari petugas kesehatan yang lebih ahli seperti dokter atau apoteker 5 Jika khawatir cobalah mencari obat alternatif yang anda ketahui lebih aman 6 Jika bayi terkena efek samping dan ibu tidak mengubah penggunaan obatnya gunakanlah metode

alternatif yang aman 7 Jika bayi terkena efek samping dan anda tidak mungkin mengubah obatnya pertimbangkan cara

pemberian makanan yang lain untuk sementara waktu bila mungkin

Menyusui dan Obat-obatan untuk Ibu

Kontra indikasi pemberian ASI Obat anti kanker

Radioaktif (berhenti menyusui sementara)

Teruskan pemberian ASI Obat penyakit psikis dan anti konvulsan

(Amati efek samping pada bayi

misalnya mengantuk)

Gunakan obat alternatif Chloramfenikol tetracyclin metronidazole

Quinolone antibiotics (eg Ciprofloxacin)

Pantau kemungkinan ikterius Sulphonamides cotrimoxazole fansidar dapsone

Gunakan obat alternatif Estrogen terutama kontrasepsi berisi estrogen

(dapat menurunkan produksi ASI) Thiazide diuretic

Aman pada dosis biasa Obat-obatan paling biasa digunakan

Pantau bayi Analgesik dan antipiretik paracetakol yang diberikan untuk waktu siang asam acetil salisilik ibuprofen kadang-kadang diberikan morfin dan petidin kebanyakan obat batuk dan masuk angin antibiotik ampisilin kloxasilin dan penisilin erythromisin lain obat anti TB anti lepra anti malaria (kecuali meflokuin) antihelmint anti jamur bronchodilator (eg Salbutamol) corticosteroids antihistamin antasid obat untuk diabetes kebanyakan oabat anti-hipertensi digoksin suplemen gizi yodium zat besi dan vitamin-vitamin

Dikirim oleh (RSIA permata hati)

  • RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI
  • Hal-hal Terbaru Tentang Transfusi Darah
Page 18: RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI.docx

VII Darah Sintetik

Karena banyak masalah termasuk yang terdaftar di atas dengan allogenik banyak

perusahaan mencoba membuat hemoglobin sintetik Produk ini telah diberikan pada

sukarelawan manusia dan pasien-pasien dengan keberhasilan yang cukup Hal ini

diungkapkan oleh Dietz et al pada Anesthesia amp Analgesia Februari 1996 Dasarnya

produk-produk ini

1 Larutan hemoglobin bebas stroma yang mengandung sejumlah modifikasi dari

molekul hemoglobin

2 Hemoglobin rekayasa genetik (misalnya Ecoli menghasilkan sel darah merah

manusia)

3 Larutan hemoglobin liposome-encapsulated mengandung hemoglobin dengan

membran sintetik

4 Perfluorokarbon larutan organik dengan kelarutan oksigen tinggi

Untuk mencegah banyak komplikasi seperti kerusakan ginjal pelepasan

endotoksin dan lain-lain berbagai pendekatan telah digunakan seperti cross-link

polimerisasi dan konjugator baik dengan kimiawi maupun tehnik genetik

sebagaimana diringkaskan dibawah

Tabel 5 Pengganti Sel darah Merah

Aktivitas Efisiensi

(efek biologis) (keuntungan untuk pasien)

Transpor O2 Penurunan penggunaan produk-produk darah

Bantuan hidup selama anemia berat Penurunan morbiditas dan mortalitas yang

berhubungan dengan transfusi

Resusitasi cairan Penggunaan pada lingkungan yang secara logistik sulit

Awalnya produk-produk ini dipandang sebagai pengganti darah Meskipun aman

tapi sulit disediakan oleh bank darah Kriteria FDA terhadap efisiensi sulit

diterapkan Sekarang lebih menekankan pada kemampuan transpor oksigennya

yang akan didiskusikan

Berbagai penelitian fase II and III telah dan sedang dilaksanakan Sejauh ini

kebanyakan produk menyebabkan hipertensi ringan dan peningkatan konsentrasi

amilase dan lipase yang signifikansinya masih harus ditetapkan

Kewaspadaan Pada GraviidaObat Efek Samping Utama Keterangan1048729 Kloramfenikol Gray-baby sindrom (kolapssirkulasi pd neonatus) anemiaHindari pemberian pd trimester 3masa laktasi amp neonatus1048729 SulfonamidDapsonRisiko hemolisis amp ikterus Hindari pemberian pd trimester 3 ampmasa laktasi1048729 Trimetoprim Hindari pemberian pd trimester 3

Obat Efek Samping Utama Keterangan1048729 Kloramfenikol Gray-baby sindrom (kolapssirkulasi pd neonatus) anemiaHindari pemberian pd trimester 3masa laktasi amp neonatus1048729 SulfonamidDapsonRisiko hemolisis amp ikterus Hindari pemberian pd trimester 3 ampmasa laktasi1048729 Trimetoprim Hindari pemberian pd trimester 3KotrimoksazolTeratogenik1048729 Eritromisin Hepatotoksik gangguan GIT Terutama pada sang ibu1048729 Penisilin ampSefalosporinHipersensitivitas rx alergigangguan GITbull Ruam amp diare pd neonatusbull Ko-amoksiklav sebaiknya dihindaripd kehamilanOtotoksik Gangguan pendengaran bisamempengaruhi ibu amp

Ibu Hamil Membutuhkan Antibiotik

Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) antibiotik

merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh mikroba untuk menghambat

pertumbuhan dan membasmi mikroba jenis lain Awalnya antibiotik hanya

ada beberapa namun saat ini sudah ditemukan berbagai jenis antibiotik

yang mampu mengatasi penyakit infeksi lanjutan Antibiotik bekerja untuk

melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri bukan virus Penggunaan

antibiotik tidak boleh sembarangan karena akan mendatangkan bahaya bagi

tubuh Prinsip yang harus diketahui antibiotik hanya digunakan jika ada

infeksi yang disebabkan oleh kuman bakteri

Obat-obatan antibiotik itu termasuk obat keras yang membantu tubuh untuk membunuh

kuman ataupun bakteri yang masuk dan tidak bisa dilawan dengan sistem kekebalan tubuh

Karena obat-obatan ini bekerja dengan sistem penghancuran total maka tidak hanya bakteri saja

sel tubuh kita yang terinfeksi dan disekitarnya akan ikut terkena guna menghilangkan

kesempatan masih ada sisa-sisa koloni bakteri yang mungkin bersembunyi Oleh karena itu

pemberian obat antibiotik harus tuntas sampai seluruh koloni bakteri benar-benar habis

terbunuh jika tidak maka dapat dipastikan bakteri itu bisa bersiap diri untuk menyerang

kembali atau bahkan bisa juga bakteri-bakteri itu menjadi resisten dengan obat tersebut dan

kalau sudah begitu diperlukan antibiotik generasi lebih tinggi untuk membunuh kuman Oleh

karena efek membunuh yang kuat jika seorang pasien diberi obat antibiotik harus dipastikan

sistem kekebalan tubuh pasien itu juga kuat Karena untuk melawan efek dari antibiotik itu

sendiri dan untuk sistem self-recovery mengganti sel-sel tubuh yang telah rusak

Pengaruh buruk obat terhadap janin dapat bersifat toksik teratogenik maupun letal

tergantung pada sifat obat dan umur kehamilan paga saat minum obat Pengaruh toksik adalah

jika obat yang diminum selama masa kehamilan menyebabkan terjadinya gangguan fisiologik

atau bio-kimiawi dari janin yang dikandung dan biasanya gejalanya baru muncul beberapa saat

setelah kelahiran Pengaruh obat bersifat teratogenik jika menyebabkan terjadinya malformasi

anatomik pada petumbuhan organ janin Pengaruh teratogenik ini biasanya terjadi pada dosis

subletal Sedangkan pengaruh obat yang bersifa letal adalah yang mengakibatkan kematian janin

dalam kandungan Secara umum pengaruh buruk obat pada janin dapat beragam sesuai dengan

fase-fase berikut

lt--[if supportLists]--gt1 lt--[endif]--gtFase implantasi yaitu pada umur kehamilan

kurang dari 3 minggu Pada fase ini obat dapat memberi pengaruh buruk atau

mungkin tidak sama sekali Jika terjadi pengaruh buruk biasanya menyebabkan

kematian embrio atau berakhirnya kehamilan (abortus)

lt--[if supportLists]--gt2 lt--[endif]--gtFase embional atau organogenesis yaitu pada

umur kehamilan antara 4-8 minggu Pada fase ini terjadi diferensiasi pertumbuhan

untuk terjadinya malformasi anatomik (pengaruh teratogenik) Berbagai pengaruh

buruk yang mungkin terjadi pada fase ini antara lain

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtGangguan fungsional atau metabolik yang

permanen yang biasanya baru muncul kemudian jadi tidak timbul secara

langsung pada saat kehamilan Misalnya pemakaian hormon dietilstilbestrol pada

trimester pertama kehamilan terbukti berkaitan dengan terjadinya adenokarsinoma

vagina pada anak perempuan di kemudian hari (pada saat mereka sudah dewasa)

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtPengaruh letal berupa kematian janin atau

terjadinya abortus

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtPengaruh sub-letal yang biasanya dalam

bentuk malformasi anatomis pertumbuhan organ seperti misalnya fokolemia

karena talidomid

lt--[if supportLists]--gt3 lt--[endif]--gtFase fetal yaitu pada trimester kedua dan ketiga

kehamilan Dalam fase ini terjadi maturasi dan pertumbuhan lebih lanjut dari janin

Pengaruh buruk senyawa asing terhadap janin pada fase ini tidak berupa malformasi

anatomik lagi tetapi mungkin dapat berupa gangguan pertumbuhan baik terhadap

fungsi-fungsi fisiologik atau biokimiawi organ-organ Demikian pula pengaruh obat

yang dialami ibu dapat pula dialami janin meskipun mungkin dalam derajat yang

berbeda Sebagai contoh adalah terjadinya depresi pernafasan neonatus karena selama

masa akhir kehamilan ibu mengkonsumsi obat-obat seperti analgetika-narkotik atau

terjadinya efek samping pada sistem ekstrapiramidal setelah pemakaian fenotiazin

Secara umumsetiap obat dibagi dalam kategori (A B C D dan X) berdasarkan tingkat

resiko saat kehamilan

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori A

Hanya beberapa obat saja yang termasuk kategori A di mana obat tersebut tidak

berbahaya bila dikonsumsi pada trisemester pertama saat kehamilan Contoh obat

adalah Nystatin vaginal (Mycostatin)

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori B

Obat kategori B meliputi obat-obat yang pengalaman pemakainya pada wanita hamil

masih terbatas tetapi tidak terbukti meningkatkan frekuensi malformasi atau

pengaruh buruk lainnya pada janin Mengingat terbatasnya pengalaman pemakaian

pada wanita hamil maka obat-obat kategori B dibagi lagi berdasarkan temuan-

temuan pada studi toksikologi pada hewan yaitu

B1 Dari penelitian pada hewan tidak terbukti meningkatnya kejadian kerusakan janin

(fetal damage) Contoh obat-obat yang termasuk pada kelompok ini misalnya

simetidin dipiridamol dan spektinomisin

B2 Data dari penilitian pada hewan belum memadai tetapi ada petunjuk tidak

meningkatnya kejadian kerusakan janin tikarsilin amfoterisin dopamin asetilkistein

dan alkaloid belladona adalah obat-obat yang masuk dalam kategori ini

B3 Penelitian pada hewan menunjukkan peningkatan kejadian kerusakan janin tetapi

belum tentu bermakna pada manusia Sebagai contoh adalah karbamazepin

pirimetamin griseofulvin trimetoprim dan mebendazol

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori C

Beberapa ada di kategori ini karena tidak ada informasi yang cukup dan beberapa

obat member efek buruk pada hewan percobaan tetapi tidak ada konfirmasi ataupun

pemberitahuan adanya masalah yang timbul seperti kelahiran yang cacat pada

manusia Merupakan obat-obat yang dapat memberi pengaruh buruk pada janin tanpa

disertai malformasi anatomik semata-mata karena efek farmakologiknya Yang

termasuk kategori C yaitu Baktirm Trimetropim Biaxin Cipro Diflucan Monistat

Terazol Isoniazid Rifampin dan Vermox

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori D

Pada kategori ini obat memberi efek yang buruk pada kehamilan dan sebaiknya

tidak digunakan kecuali tidak ada alternatif lain Contohnya adalah Tetrasiklin

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori X

Obat-obat yang masuk dalam kategori ini adalah yang telah terbukti mempunyai

risiko tinggi terjadinya pengaruh buruk yang menetap (irreversibel) pada janin jika

diminum pada masa kehamilan Obat dalam kategori ini merupakan kontraindikasi

mutlak selama kehamilan Sebagai contoh adalah isotretionin dan dietilstilbestrol

Untuk keadaan hamil apalagi masih dalam trimester ketiga pemberian antibiotik bisa

sangat membahayakan janin karena hampir semua antibiotik memberikan efek samping mual

muntah pusing dan gangguan sistem pencernaan Efek-efek samping yang ditimbulkan juga

akan menekan kehamilan Bahkan ada antibiotik yang bisa menembus sampai ke sistem

kelenjar cairan seperti liur kelenjar getah bening cairan otak dan ASI Jika pada masa

menyusui minum antibiotik maka obat akan merembes di ASI dan bayi akan minum ASI

bercampur obat bisa dibayangkan apa yang akan terjadi

Obat-obat antibiotik yang perlu perhatian khusus atau tidak boleh diminum untuk ibu

hamil dan menyusui

lt--[if supportLists]--gt1 lt--[endif]--gtGolongan Aminoglikosida (biasanya dalam

turunan garam sulfate-nya) seperti amikacin sulfate tobramycin sulfate dibekacin

sulfate gentamycin sulfate kanamycin sulfate dan netilmicin sulfate

Aminoglikosida dimasukkan dalam kategori obat D yang penggunaannya oleh

wanita hamil diketaui meningkatkan angka kejadian malformasi dan kerusakan janin

yang bersifat ireversibel Pemberian aminoglikosida pada wanita hamil sangat tidak

dianjurkan Selain itu aminoglikosida juga mempunyai efek samping nefrotoksik dan

ototoksik pada ibu dan juga dapat menimbulkan kerusakan ginjal tingkat seluler

pada janin terutama jika diberikan pada periode organogeneis Kerusakan saraf

kranial VIII juga banyak terjadi pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang

mendapat aminoglikosida pada kehamilan

lt--[if supportLists]--gt2 lt--[endif]--gtGolongan Sefalosporin seperti cefuroxime

acetyl cefotiam diHCl cefotaxime Na cefoperazone Na ceftriaxone Na cefazolin

Na cefaclor dan turunan garam monohydrate-nya cephadrine dan ceftizoxime Na

Sama halnya dengan penisilin sefalosporin relatif aman jika diberikan pada trimester

pertama kehamilan Kadar sefalosporin dalam sirkulasi janin meningkat selama

beberapa jam pertama setelah pemberian dosis pada ibu tetapi tidak terakumulasi

setelah pemberian berulang atau melalui infus Sejauh ini belum ada bukti bahwa

pengaruh buruk sefalosporin seperti misalnya anemia hemolitik dapat terjadi pada

bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu yang mendapat sefalosporin pada trimester

terakhir kehamilan

lt--[if supportLists]--gt3 lt--[endif]--gtGolongan Kloramfenikol seperti

Kloramfenikol dan thiamfenicol

Kloramfenikol bila diberikan menjelang persalinan dapat mengakibatkan kolaps

sirkulasi pada neonatus Pemberian kloramfenikol pada wanita hamil terutama pada

trimester II dan III di mana hepar belum matur dapat menyebabkan angka

terjadinya sindroma Grey pada bayi ditandai dengan kulit sianotik (sehingga bayi

tampak keabuabuan) hipotermia muntah abdomen protuberant dan menunjukkan

reaksi menolak menyusu di samping pernafasan yang cepat amp tidak teratur serta

letargi Kloramfenikol dimasukkan dalam kategori C yaitu obat yang karena efek

farmakologiknya dapat menyebabkan pengaruh buruk pada janin tanpa disertai

malformasi anatomik Pengaruh ini dapat bersifat reversibel Pemberian

kloramfenikol selama kehamilan sejauh mungkin dihindari terutama pada minggu-

minggu terakhir menjelang kelahiran dan selama menyusui

lt--[if supportLists]--gt4 lt--[endif]--gtGolongan Makrolid seperti clarithomycin

roxirhromycin erythromycin spiramycin dan azithromycin

lt--[if supportLists]--gt5 lt--[endif]--gtGolongan Penicillin seperti amoxicillin

turunan tridydrate dan turunan garam Na-nya

Obat-obat yang termasuk dalam golongan penisilin dapat dengan mudah menembus

plasenta dan mencapai kadar terapetik baik pada janin maupun cairan amnion

Penisilin relatif paling aman jika diberikan selama kehamilan meskipun perlu

pertimbangan yang seksama dan atas indikasi yang ketat mengingat kemungkinan

efek samping yang dapat terjadi pada ibu

lt--[if supportLists]--gt6 lt--[endif]--gtGolongan Kuinolon seperti ciprofloxacin dan

turunan garam HCl-nya ofloxacin sparfloxacin dan norfloxacin

lt--[if supportLists]--gt7 lt--[endif]--gtGolongan Tetrasiklin seperti doxycycline

tetracyclin dan turunan HCl-nya (tidak boleh untuk wanita hamil) dan oxytetracylin

(tidak boleh untuk wanita hamil)

Tetraskilin adalah jenis antibiotik yang merupakan anti bakteri yang luas sebagai

penghambat dan pembunuh bakteri gram positif dan gram negatif Merupakan zat

kelasi yang mempunyai afinitas dengan kalsium dan basa yang sukar larut dalam air

tetapi bentuk garam natrium atau garam HCL-nya mudah larut Dalam keadaadn

kering bentuk basa dan garam HCL tetrasiklin bersifat relative stabil Sedangkan

dalam larutan kebanyakan tetrasiklin sangat labil sehingga cepat berkurang

potensinya Efek tetrasiklin semakin fatal pada ibu hamil trimester pertama

Sehingga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang mikromelia dan

sindaktil Pembentukan tulang baru mulai pada trimester kedua Oleh karena itu

pemberian pada trismester kedua dapat mengakibatkan peubahan warna kekuningan

yang permanen pada gigi susu dan hipoplasia enamel Meskipun demikian gigi yang

kekuningan tersebut lebih tahan terhadap karies dibandingkan gigi normal

Sedangkan pemberian pada bulan ke 4 kehidupan janin sampai akhir tahun pertama

dapat menimbulkan kelainan warna gigi Wanita hamil atau masa nifas dengan

pielonefritis atau gangguan fungsi ginjal lain cendrung menderita kerusakan hati

akibat pemberian golongan tetrasiklin Tapi saat ini tetraskilin sudah jarang diberikan

kepada ibu hamil dan anak anak

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmpilisin Segi keamanan baik bagi ibu maupun

janin relatif cukup terjamin Kadar ampisilin dalam sirkulasi darah janin meningkat

secara lambat setelah pemberiannya pada ibu dan bahkan sering melebihi kadarnya

dalam sirkulasi ibu Pada awal kehamilan kadar ampisilin dalam cairan amnion

relatif rendah karena belum sempurnanya ginjal janin di samping meningkatnya

kecepatan aliran darah antara ibu dan janin pada masa tersebut Tetapi pada periode

akhir kehamilan di mana ginjal dan alat ekskresi yangi lain pada janin telah matur

kadarnya dalam sirkulasi janin justru lebih tinggi dibanding ibu Farmakokinetika

ampisilin berubah menyolok selama kehamilan Dengan meningkatnya volume

plasma dan cairan tubuh maka meningkat pula volume distribusi obat Oleh sebab itu

kadar ampisilin pada wanita hamil kira-kira hanya 50 dibanding saat tidak hamil

Dengan demikian penambahan dosis ampisilin perlu dilakukan selama masa

kehamilan

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmoksisilin Pada dasarnya absorpsi

amoksisilin setelah pemberian per oral jauh lebih baik dibanding ampisilin

Amoksisilin diabsorpsi secara cepat dan sempurna baik setelah pemberian oral

maupun parenteral Seperti halnya dengan ampisilin penambahan dosis amoksisilin

pada kehamilan perlu dilakukan mengingat kadarnya dalam darah ibu maupun janin

relatif rendah dibanding saat tidak hamil Dalam sirkulasi janin kadarnya hanya

sekitar seperempat sampai sepertiga kadar di sirkulasi ibu

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtSulfonmida Obat-obat yang tergolong

sulfonamida dapat melintasi plasenta dan masuk dalam sirkulasi janin dalam kadar

yang lebih rendah atau sama dengan kadarnya dalam sirkulasi ibu Pemakaian

sulfonamida pada wanita hamil harus dihindari terutama pada akhir masa kehamilan

Hal ini karena sulfonamida mampu mendesak bilirubin dari tempat ikatannya dengan

protein sehingga mengakibatkan terjadinya kern-ikterus pada bayi yang baru

dilahirkan Keadaan ini mungkin akan menetap sampai 7 hari setelah bayi lahir

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtEritromisin Pemakaian eritromisin pada wanita

hamil relatif aman karena meskipun dapat terdifusi secara luas ke hampir semua

jaringan (kecuali otak dan cairan serebrospinal) tetapi kadar pada janin hanya

mencapai 1-2 dibanding kadarnya dalam serum ibu Di samping itu sejauh ini

belum terdapat bukti bahwa eritromisin dapat menyebabkan kelainan pada janin

Kemanfaatan eritromisin untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh Chlamydia

pada wanita hamil serta pencegahan penularan ke janin cukup baik meskipun bukan

menjadi obat pilihan pertama Namun ditilik dari segi keamanan dan manfaatnya

pemakaian eritromisin untuk infeksi tersebut lebih dianjurkan dibanding antibiotika

lain misalnya tetrasiklin

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtTrimetoprim Karena volume distribusi yang

luas trimetoprim mampu menembus jaringan fetal hingga mencapai kadar yang lebih

tinggi dibanding sulfametoksazol meskipun kadarnya tidak lebih tinggi dari ibu Pada

uji hewan trimetoprim terbukti bersifat teratogen jika diberikan pada dosis besar

Meskipun belum terdapat bukti bahwa trimetoprim juga bersifat teratogen pada janin

tetapi pemakaiannya pada wanita hamil perlu dihindari Jika terpaksa harus

memberikan kombinasi trimetoprim + sulfametoksazol pada kehamilan diperlukan

pemberian suplementasi asam folet

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtNitrofurantoin Sering digunakan sebagai

antiseptik pada saluran kencing Jika diberikan pada awal kehamilan kadar

nitrofurantoin pada jaringan fetal lebih tinggi dibanding ibu tetapi kadarnya dalam

plasma sangat rendah Dengan makin bertambahnya umur kehamilan kadar

nitrofurantoin dalam plasma janin juga meningkat Sejauh ini belum terbukti bahwa

nitrofurantoin dapat meningkatkan kejadian malformasi janin Namun perhatian harus

diberikan terutama pada kehamilan cukup bulan di mana pemberian nitrofurantoin

pada periode ini kemungkinan akan menyebabkan anemia hemolitik pada janin

LKSI 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Percetakan Not BandungRagg M 2001 Obat-Obat yang paling diresepkan Arcan Jakarta

Santoso B 1995 Efek Samping Obat ed 2 Pusat Study Farmakologi Klinik dan Kebijakan Obat UGM Yogyakarta

Setiabudy S dkk 2007 Farmakologi dan Terapeutik edisi 5 FKUI JakartaSpeirs Al 1992 Ilmu Kesehatan Anak untuk Perawat ed 2 IKIPSemarang Press Semarang

Yagiela J A Frank J D Enid A N 2004 Pharmacology and Therapeutics for Dentistry Elsevier Mosby St Louis

Obat-obatan Untuk Ibu

Sebenarnya obat yang langsung ke ASI itu jumlahnya sangat kecil Sebagian kecil berpengaruh kepada bayi Secara umum menghentikan pemberian ASI lebih berbahaya daripada pengaruh obat tersebut Hanya sebagian kecil obat yang mempunyai efek samping Bayi yang berumur kurang dari satu bulan mempunyai masalah yang besar dibandingkan dengan bayi yang lebih tua Tetapi mungkin perlu dipikirkan obat alternatif untuk ibu yang menyebabkan lebih sedikit masalah Kejadian penghentian menyusui karena ibu harus minum obat adalah sangat jarang

Pada sedikit situasi menyusui merupakan kontra indikasi

Jika ibu mendapatkan obat anti kanker pemberian ASI boleh dihentikan Jika ibu mendapatkan pengobatan radioaktif ibu dapat menghentikan pemberian ASI untuk sementara Obat-obatan ini jarang digunakan

Beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang kadang-kadang menyebabkan perlunya penghentian pemberian ASI

Jika ibu mendapatkan obat psikiatrik atau anti konfulsan kadang-kadang membuat bayi (berusia kurang dari satu bulan) yang menyusui menjadi tampak lemah Khususnya jika diberikan barbiturat dan diazepam Jika memungkinkan sebaiknya diganti dengan obat lain yang mempunyai efek samping kecil Namun demikian sangat berbahaya jika mengubah pengobatan secara cepat khususnya pada kasus epilepsi

Jika tidak ada alternatif teruskan pemberian ASI dan amatilah bayinya

Jika terjadi efek samping pemberian ASI dapat dihentikan

Beberapa antibiotik perlu dihindari

Antibiotik pada umumnya aman bagi ASI dan bagi bayi Tetapi lebih baik menghindari pemberian Chloramphenikol dan tetrasiklin serta metronidazole Jika salah satu antibiotik tersebut harus diberikan kepada ibu teruskan menyusui dan amatilah bayinya Pada umumnya tidak ada masalah

Hindari pemberian sulphonamide kepada ibu khususnya jika bayi jaundice Jika obat seperti cotrimoxasole fansidar dan dapsone diperlukan berikan obat tersebut dan teruskan pemberian ASI Pertimbangkan pemberian makanan alternatif bila bayi jaundice terutama jaundice yang terjadi ketika ibu meminum obat tersebut

Obat yang menyebabkan menurunnya produksi ASI perlu dihindari

Hindari penggunaan kontrasepsi yang mengandung estrogen Hindari penggunaan Thiazide diuretik seperti Chlorotiazide karena obat ini menurunkan produksi ASI Jia mungkin carilah alternatifnya

Kebanyakan obat yang umum digunakan adalah aman pada dosis biasa

Jika ibu menyusui mendapatkan obat tetapi anda tidak yakin obat apa

1 Cek daftar obat di dalam manual 2 Anjurkan agar ibu terus menyusui sambil mencoba mengetahui obat apa yang diberikan 3 Amatilah bayi jika terjadi efek samping seperti mengantuk yang abnormal tidak nafsu makan dan

ikterus khususnya jika ibu mengkonsumsi obat untuk waktu yang lama 4 Usahakan mendapatkan saran dari petugas kesehatan yang lebih ahli seperti dokter atau apoteker 5 Jika khawatir cobalah mencari obat alternatif yang anda ketahui lebih aman 6 Jika bayi terkena efek samping dan ibu tidak mengubah penggunaan obatnya gunakanlah metode

alternatif yang aman 7 Jika bayi terkena efek samping dan anda tidak mungkin mengubah obatnya pertimbangkan cara

pemberian makanan yang lain untuk sementara waktu bila mungkin

Menyusui dan Obat-obatan untuk Ibu

Kontra indikasi pemberian ASI Obat anti kanker

Radioaktif (berhenti menyusui sementara)

Teruskan pemberian ASI Obat penyakit psikis dan anti konvulsan

(Amati efek samping pada bayi

misalnya mengantuk)

Gunakan obat alternatif Chloramfenikol tetracyclin metronidazole

Quinolone antibiotics (eg Ciprofloxacin)

Pantau kemungkinan ikterius Sulphonamides cotrimoxazole fansidar dapsone

Gunakan obat alternatif Estrogen terutama kontrasepsi berisi estrogen

(dapat menurunkan produksi ASI) Thiazide diuretic

Aman pada dosis biasa Obat-obatan paling biasa digunakan

Pantau bayi Analgesik dan antipiretik paracetakol yang diberikan untuk waktu siang asam acetil salisilik ibuprofen kadang-kadang diberikan morfin dan petidin kebanyakan obat batuk dan masuk angin antibiotik ampisilin kloxasilin dan penisilin erythromisin lain obat anti TB anti lepra anti malaria (kecuali meflokuin) antihelmint anti jamur bronchodilator (eg Salbutamol) corticosteroids antihistamin antasid obat untuk diabetes kebanyakan oabat anti-hipertensi digoksin suplemen gizi yodium zat besi dan vitamin-vitamin

Dikirim oleh (RSIA permata hati)

  • RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI
  • Hal-hal Terbaru Tentang Transfusi Darah
Page 19: RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI.docx

Kewaspadaan Pada GraviidaObat Efek Samping Utama Keterangan1048729 Kloramfenikol Gray-baby sindrom (kolapssirkulasi pd neonatus) anemiaHindari pemberian pd trimester 3masa laktasi amp neonatus1048729 SulfonamidDapsonRisiko hemolisis amp ikterus Hindari pemberian pd trimester 3 ampmasa laktasi1048729 Trimetoprim Hindari pemberian pd trimester 3

Obat Efek Samping Utama Keterangan1048729 Kloramfenikol Gray-baby sindrom (kolapssirkulasi pd neonatus) anemiaHindari pemberian pd trimester 3masa laktasi amp neonatus1048729 SulfonamidDapsonRisiko hemolisis amp ikterus Hindari pemberian pd trimester 3 ampmasa laktasi1048729 Trimetoprim Hindari pemberian pd trimester 3KotrimoksazolTeratogenik1048729 Eritromisin Hepatotoksik gangguan GIT Terutama pada sang ibu1048729 Penisilin ampSefalosporinHipersensitivitas rx alergigangguan GITbull Ruam amp diare pd neonatusbull Ko-amoksiklav sebaiknya dihindaripd kehamilanOtotoksik Gangguan pendengaran bisamempengaruhi ibu amp

Ibu Hamil Membutuhkan Antibiotik

Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) antibiotik

merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh mikroba untuk menghambat

pertumbuhan dan membasmi mikroba jenis lain Awalnya antibiotik hanya

ada beberapa namun saat ini sudah ditemukan berbagai jenis antibiotik

yang mampu mengatasi penyakit infeksi lanjutan Antibiotik bekerja untuk

melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri bukan virus Penggunaan

antibiotik tidak boleh sembarangan karena akan mendatangkan bahaya bagi

tubuh Prinsip yang harus diketahui antibiotik hanya digunakan jika ada

infeksi yang disebabkan oleh kuman bakteri

Obat-obatan antibiotik itu termasuk obat keras yang membantu tubuh untuk membunuh

kuman ataupun bakteri yang masuk dan tidak bisa dilawan dengan sistem kekebalan tubuh

Karena obat-obatan ini bekerja dengan sistem penghancuran total maka tidak hanya bakteri saja

sel tubuh kita yang terinfeksi dan disekitarnya akan ikut terkena guna menghilangkan

kesempatan masih ada sisa-sisa koloni bakteri yang mungkin bersembunyi Oleh karena itu

pemberian obat antibiotik harus tuntas sampai seluruh koloni bakteri benar-benar habis

terbunuh jika tidak maka dapat dipastikan bakteri itu bisa bersiap diri untuk menyerang

kembali atau bahkan bisa juga bakteri-bakteri itu menjadi resisten dengan obat tersebut dan

kalau sudah begitu diperlukan antibiotik generasi lebih tinggi untuk membunuh kuman Oleh

karena efek membunuh yang kuat jika seorang pasien diberi obat antibiotik harus dipastikan

sistem kekebalan tubuh pasien itu juga kuat Karena untuk melawan efek dari antibiotik itu

sendiri dan untuk sistem self-recovery mengganti sel-sel tubuh yang telah rusak

Pengaruh buruk obat terhadap janin dapat bersifat toksik teratogenik maupun letal

tergantung pada sifat obat dan umur kehamilan paga saat minum obat Pengaruh toksik adalah

jika obat yang diminum selama masa kehamilan menyebabkan terjadinya gangguan fisiologik

atau bio-kimiawi dari janin yang dikandung dan biasanya gejalanya baru muncul beberapa saat

setelah kelahiran Pengaruh obat bersifat teratogenik jika menyebabkan terjadinya malformasi

anatomik pada petumbuhan organ janin Pengaruh teratogenik ini biasanya terjadi pada dosis

subletal Sedangkan pengaruh obat yang bersifa letal adalah yang mengakibatkan kematian janin

dalam kandungan Secara umum pengaruh buruk obat pada janin dapat beragam sesuai dengan

fase-fase berikut

lt--[if supportLists]--gt1 lt--[endif]--gtFase implantasi yaitu pada umur kehamilan

kurang dari 3 minggu Pada fase ini obat dapat memberi pengaruh buruk atau

mungkin tidak sama sekali Jika terjadi pengaruh buruk biasanya menyebabkan

kematian embrio atau berakhirnya kehamilan (abortus)

lt--[if supportLists]--gt2 lt--[endif]--gtFase embional atau organogenesis yaitu pada

umur kehamilan antara 4-8 minggu Pada fase ini terjadi diferensiasi pertumbuhan

untuk terjadinya malformasi anatomik (pengaruh teratogenik) Berbagai pengaruh

buruk yang mungkin terjadi pada fase ini antara lain

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtGangguan fungsional atau metabolik yang

permanen yang biasanya baru muncul kemudian jadi tidak timbul secara

langsung pada saat kehamilan Misalnya pemakaian hormon dietilstilbestrol pada

trimester pertama kehamilan terbukti berkaitan dengan terjadinya adenokarsinoma

vagina pada anak perempuan di kemudian hari (pada saat mereka sudah dewasa)

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtPengaruh letal berupa kematian janin atau

terjadinya abortus

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtPengaruh sub-letal yang biasanya dalam

bentuk malformasi anatomis pertumbuhan organ seperti misalnya fokolemia

karena talidomid

lt--[if supportLists]--gt3 lt--[endif]--gtFase fetal yaitu pada trimester kedua dan ketiga

kehamilan Dalam fase ini terjadi maturasi dan pertumbuhan lebih lanjut dari janin

Pengaruh buruk senyawa asing terhadap janin pada fase ini tidak berupa malformasi

anatomik lagi tetapi mungkin dapat berupa gangguan pertumbuhan baik terhadap

fungsi-fungsi fisiologik atau biokimiawi organ-organ Demikian pula pengaruh obat

yang dialami ibu dapat pula dialami janin meskipun mungkin dalam derajat yang

berbeda Sebagai contoh adalah terjadinya depresi pernafasan neonatus karena selama

masa akhir kehamilan ibu mengkonsumsi obat-obat seperti analgetika-narkotik atau

terjadinya efek samping pada sistem ekstrapiramidal setelah pemakaian fenotiazin

Secara umumsetiap obat dibagi dalam kategori (A B C D dan X) berdasarkan tingkat

resiko saat kehamilan

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori A

Hanya beberapa obat saja yang termasuk kategori A di mana obat tersebut tidak

berbahaya bila dikonsumsi pada trisemester pertama saat kehamilan Contoh obat

adalah Nystatin vaginal (Mycostatin)

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori B

Obat kategori B meliputi obat-obat yang pengalaman pemakainya pada wanita hamil

masih terbatas tetapi tidak terbukti meningkatkan frekuensi malformasi atau

pengaruh buruk lainnya pada janin Mengingat terbatasnya pengalaman pemakaian

pada wanita hamil maka obat-obat kategori B dibagi lagi berdasarkan temuan-

temuan pada studi toksikologi pada hewan yaitu

B1 Dari penelitian pada hewan tidak terbukti meningkatnya kejadian kerusakan janin

(fetal damage) Contoh obat-obat yang termasuk pada kelompok ini misalnya

simetidin dipiridamol dan spektinomisin

B2 Data dari penilitian pada hewan belum memadai tetapi ada petunjuk tidak

meningkatnya kejadian kerusakan janin tikarsilin amfoterisin dopamin asetilkistein

dan alkaloid belladona adalah obat-obat yang masuk dalam kategori ini

B3 Penelitian pada hewan menunjukkan peningkatan kejadian kerusakan janin tetapi

belum tentu bermakna pada manusia Sebagai contoh adalah karbamazepin

pirimetamin griseofulvin trimetoprim dan mebendazol

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori C

Beberapa ada di kategori ini karena tidak ada informasi yang cukup dan beberapa

obat member efek buruk pada hewan percobaan tetapi tidak ada konfirmasi ataupun

pemberitahuan adanya masalah yang timbul seperti kelahiran yang cacat pada

manusia Merupakan obat-obat yang dapat memberi pengaruh buruk pada janin tanpa

disertai malformasi anatomik semata-mata karena efek farmakologiknya Yang

termasuk kategori C yaitu Baktirm Trimetropim Biaxin Cipro Diflucan Monistat

Terazol Isoniazid Rifampin dan Vermox

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori D

Pada kategori ini obat memberi efek yang buruk pada kehamilan dan sebaiknya

tidak digunakan kecuali tidak ada alternatif lain Contohnya adalah Tetrasiklin

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori X

Obat-obat yang masuk dalam kategori ini adalah yang telah terbukti mempunyai

risiko tinggi terjadinya pengaruh buruk yang menetap (irreversibel) pada janin jika

diminum pada masa kehamilan Obat dalam kategori ini merupakan kontraindikasi

mutlak selama kehamilan Sebagai contoh adalah isotretionin dan dietilstilbestrol

Untuk keadaan hamil apalagi masih dalam trimester ketiga pemberian antibiotik bisa

sangat membahayakan janin karena hampir semua antibiotik memberikan efek samping mual

muntah pusing dan gangguan sistem pencernaan Efek-efek samping yang ditimbulkan juga

akan menekan kehamilan Bahkan ada antibiotik yang bisa menembus sampai ke sistem

kelenjar cairan seperti liur kelenjar getah bening cairan otak dan ASI Jika pada masa

menyusui minum antibiotik maka obat akan merembes di ASI dan bayi akan minum ASI

bercampur obat bisa dibayangkan apa yang akan terjadi

Obat-obat antibiotik yang perlu perhatian khusus atau tidak boleh diminum untuk ibu

hamil dan menyusui

lt--[if supportLists]--gt1 lt--[endif]--gtGolongan Aminoglikosida (biasanya dalam

turunan garam sulfate-nya) seperti amikacin sulfate tobramycin sulfate dibekacin

sulfate gentamycin sulfate kanamycin sulfate dan netilmicin sulfate

Aminoglikosida dimasukkan dalam kategori obat D yang penggunaannya oleh

wanita hamil diketaui meningkatkan angka kejadian malformasi dan kerusakan janin

yang bersifat ireversibel Pemberian aminoglikosida pada wanita hamil sangat tidak

dianjurkan Selain itu aminoglikosida juga mempunyai efek samping nefrotoksik dan

ototoksik pada ibu dan juga dapat menimbulkan kerusakan ginjal tingkat seluler

pada janin terutama jika diberikan pada periode organogeneis Kerusakan saraf

kranial VIII juga banyak terjadi pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang

mendapat aminoglikosida pada kehamilan

lt--[if supportLists]--gt2 lt--[endif]--gtGolongan Sefalosporin seperti cefuroxime

acetyl cefotiam diHCl cefotaxime Na cefoperazone Na ceftriaxone Na cefazolin

Na cefaclor dan turunan garam monohydrate-nya cephadrine dan ceftizoxime Na

Sama halnya dengan penisilin sefalosporin relatif aman jika diberikan pada trimester

pertama kehamilan Kadar sefalosporin dalam sirkulasi janin meningkat selama

beberapa jam pertama setelah pemberian dosis pada ibu tetapi tidak terakumulasi

setelah pemberian berulang atau melalui infus Sejauh ini belum ada bukti bahwa

pengaruh buruk sefalosporin seperti misalnya anemia hemolitik dapat terjadi pada

bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu yang mendapat sefalosporin pada trimester

terakhir kehamilan

lt--[if supportLists]--gt3 lt--[endif]--gtGolongan Kloramfenikol seperti

Kloramfenikol dan thiamfenicol

Kloramfenikol bila diberikan menjelang persalinan dapat mengakibatkan kolaps

sirkulasi pada neonatus Pemberian kloramfenikol pada wanita hamil terutama pada

trimester II dan III di mana hepar belum matur dapat menyebabkan angka

terjadinya sindroma Grey pada bayi ditandai dengan kulit sianotik (sehingga bayi

tampak keabuabuan) hipotermia muntah abdomen protuberant dan menunjukkan

reaksi menolak menyusu di samping pernafasan yang cepat amp tidak teratur serta

letargi Kloramfenikol dimasukkan dalam kategori C yaitu obat yang karena efek

farmakologiknya dapat menyebabkan pengaruh buruk pada janin tanpa disertai

malformasi anatomik Pengaruh ini dapat bersifat reversibel Pemberian

kloramfenikol selama kehamilan sejauh mungkin dihindari terutama pada minggu-

minggu terakhir menjelang kelahiran dan selama menyusui

lt--[if supportLists]--gt4 lt--[endif]--gtGolongan Makrolid seperti clarithomycin

roxirhromycin erythromycin spiramycin dan azithromycin

lt--[if supportLists]--gt5 lt--[endif]--gtGolongan Penicillin seperti amoxicillin

turunan tridydrate dan turunan garam Na-nya

Obat-obat yang termasuk dalam golongan penisilin dapat dengan mudah menembus

plasenta dan mencapai kadar terapetik baik pada janin maupun cairan amnion

Penisilin relatif paling aman jika diberikan selama kehamilan meskipun perlu

pertimbangan yang seksama dan atas indikasi yang ketat mengingat kemungkinan

efek samping yang dapat terjadi pada ibu

lt--[if supportLists]--gt6 lt--[endif]--gtGolongan Kuinolon seperti ciprofloxacin dan

turunan garam HCl-nya ofloxacin sparfloxacin dan norfloxacin

lt--[if supportLists]--gt7 lt--[endif]--gtGolongan Tetrasiklin seperti doxycycline

tetracyclin dan turunan HCl-nya (tidak boleh untuk wanita hamil) dan oxytetracylin

(tidak boleh untuk wanita hamil)

Tetraskilin adalah jenis antibiotik yang merupakan anti bakteri yang luas sebagai

penghambat dan pembunuh bakteri gram positif dan gram negatif Merupakan zat

kelasi yang mempunyai afinitas dengan kalsium dan basa yang sukar larut dalam air

tetapi bentuk garam natrium atau garam HCL-nya mudah larut Dalam keadaadn

kering bentuk basa dan garam HCL tetrasiklin bersifat relative stabil Sedangkan

dalam larutan kebanyakan tetrasiklin sangat labil sehingga cepat berkurang

potensinya Efek tetrasiklin semakin fatal pada ibu hamil trimester pertama

Sehingga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang mikromelia dan

sindaktil Pembentukan tulang baru mulai pada trimester kedua Oleh karena itu

pemberian pada trismester kedua dapat mengakibatkan peubahan warna kekuningan

yang permanen pada gigi susu dan hipoplasia enamel Meskipun demikian gigi yang

kekuningan tersebut lebih tahan terhadap karies dibandingkan gigi normal

Sedangkan pemberian pada bulan ke 4 kehidupan janin sampai akhir tahun pertama

dapat menimbulkan kelainan warna gigi Wanita hamil atau masa nifas dengan

pielonefritis atau gangguan fungsi ginjal lain cendrung menderita kerusakan hati

akibat pemberian golongan tetrasiklin Tapi saat ini tetraskilin sudah jarang diberikan

kepada ibu hamil dan anak anak

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmpilisin Segi keamanan baik bagi ibu maupun

janin relatif cukup terjamin Kadar ampisilin dalam sirkulasi darah janin meningkat

secara lambat setelah pemberiannya pada ibu dan bahkan sering melebihi kadarnya

dalam sirkulasi ibu Pada awal kehamilan kadar ampisilin dalam cairan amnion

relatif rendah karena belum sempurnanya ginjal janin di samping meningkatnya

kecepatan aliran darah antara ibu dan janin pada masa tersebut Tetapi pada periode

akhir kehamilan di mana ginjal dan alat ekskresi yangi lain pada janin telah matur

kadarnya dalam sirkulasi janin justru lebih tinggi dibanding ibu Farmakokinetika

ampisilin berubah menyolok selama kehamilan Dengan meningkatnya volume

plasma dan cairan tubuh maka meningkat pula volume distribusi obat Oleh sebab itu

kadar ampisilin pada wanita hamil kira-kira hanya 50 dibanding saat tidak hamil

Dengan demikian penambahan dosis ampisilin perlu dilakukan selama masa

kehamilan

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmoksisilin Pada dasarnya absorpsi

amoksisilin setelah pemberian per oral jauh lebih baik dibanding ampisilin

Amoksisilin diabsorpsi secara cepat dan sempurna baik setelah pemberian oral

maupun parenteral Seperti halnya dengan ampisilin penambahan dosis amoksisilin

pada kehamilan perlu dilakukan mengingat kadarnya dalam darah ibu maupun janin

relatif rendah dibanding saat tidak hamil Dalam sirkulasi janin kadarnya hanya

sekitar seperempat sampai sepertiga kadar di sirkulasi ibu

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtSulfonmida Obat-obat yang tergolong

sulfonamida dapat melintasi plasenta dan masuk dalam sirkulasi janin dalam kadar

yang lebih rendah atau sama dengan kadarnya dalam sirkulasi ibu Pemakaian

sulfonamida pada wanita hamil harus dihindari terutama pada akhir masa kehamilan

Hal ini karena sulfonamida mampu mendesak bilirubin dari tempat ikatannya dengan

protein sehingga mengakibatkan terjadinya kern-ikterus pada bayi yang baru

dilahirkan Keadaan ini mungkin akan menetap sampai 7 hari setelah bayi lahir

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtEritromisin Pemakaian eritromisin pada wanita

hamil relatif aman karena meskipun dapat terdifusi secara luas ke hampir semua

jaringan (kecuali otak dan cairan serebrospinal) tetapi kadar pada janin hanya

mencapai 1-2 dibanding kadarnya dalam serum ibu Di samping itu sejauh ini

belum terdapat bukti bahwa eritromisin dapat menyebabkan kelainan pada janin

Kemanfaatan eritromisin untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh Chlamydia

pada wanita hamil serta pencegahan penularan ke janin cukup baik meskipun bukan

menjadi obat pilihan pertama Namun ditilik dari segi keamanan dan manfaatnya

pemakaian eritromisin untuk infeksi tersebut lebih dianjurkan dibanding antibiotika

lain misalnya tetrasiklin

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtTrimetoprim Karena volume distribusi yang

luas trimetoprim mampu menembus jaringan fetal hingga mencapai kadar yang lebih

tinggi dibanding sulfametoksazol meskipun kadarnya tidak lebih tinggi dari ibu Pada

uji hewan trimetoprim terbukti bersifat teratogen jika diberikan pada dosis besar

Meskipun belum terdapat bukti bahwa trimetoprim juga bersifat teratogen pada janin

tetapi pemakaiannya pada wanita hamil perlu dihindari Jika terpaksa harus

memberikan kombinasi trimetoprim + sulfametoksazol pada kehamilan diperlukan

pemberian suplementasi asam folet

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtNitrofurantoin Sering digunakan sebagai

antiseptik pada saluran kencing Jika diberikan pada awal kehamilan kadar

nitrofurantoin pada jaringan fetal lebih tinggi dibanding ibu tetapi kadarnya dalam

plasma sangat rendah Dengan makin bertambahnya umur kehamilan kadar

nitrofurantoin dalam plasma janin juga meningkat Sejauh ini belum terbukti bahwa

nitrofurantoin dapat meningkatkan kejadian malformasi janin Namun perhatian harus

diberikan terutama pada kehamilan cukup bulan di mana pemberian nitrofurantoin

pada periode ini kemungkinan akan menyebabkan anemia hemolitik pada janin

LKSI 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Percetakan Not BandungRagg M 2001 Obat-Obat yang paling diresepkan Arcan Jakarta

Santoso B 1995 Efek Samping Obat ed 2 Pusat Study Farmakologi Klinik dan Kebijakan Obat UGM Yogyakarta

Setiabudy S dkk 2007 Farmakologi dan Terapeutik edisi 5 FKUI JakartaSpeirs Al 1992 Ilmu Kesehatan Anak untuk Perawat ed 2 IKIPSemarang Press Semarang

Yagiela J A Frank J D Enid A N 2004 Pharmacology and Therapeutics for Dentistry Elsevier Mosby St Louis

Obat-obatan Untuk Ibu

Sebenarnya obat yang langsung ke ASI itu jumlahnya sangat kecil Sebagian kecil berpengaruh kepada bayi Secara umum menghentikan pemberian ASI lebih berbahaya daripada pengaruh obat tersebut Hanya sebagian kecil obat yang mempunyai efek samping Bayi yang berumur kurang dari satu bulan mempunyai masalah yang besar dibandingkan dengan bayi yang lebih tua Tetapi mungkin perlu dipikirkan obat alternatif untuk ibu yang menyebabkan lebih sedikit masalah Kejadian penghentian menyusui karena ibu harus minum obat adalah sangat jarang

Pada sedikit situasi menyusui merupakan kontra indikasi

Jika ibu mendapatkan obat anti kanker pemberian ASI boleh dihentikan Jika ibu mendapatkan pengobatan radioaktif ibu dapat menghentikan pemberian ASI untuk sementara Obat-obatan ini jarang digunakan

Beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang kadang-kadang menyebabkan perlunya penghentian pemberian ASI

Jika ibu mendapatkan obat psikiatrik atau anti konfulsan kadang-kadang membuat bayi (berusia kurang dari satu bulan) yang menyusui menjadi tampak lemah Khususnya jika diberikan barbiturat dan diazepam Jika memungkinkan sebaiknya diganti dengan obat lain yang mempunyai efek samping kecil Namun demikian sangat berbahaya jika mengubah pengobatan secara cepat khususnya pada kasus epilepsi

Jika tidak ada alternatif teruskan pemberian ASI dan amatilah bayinya

Jika terjadi efek samping pemberian ASI dapat dihentikan

Beberapa antibiotik perlu dihindari

Antibiotik pada umumnya aman bagi ASI dan bagi bayi Tetapi lebih baik menghindari pemberian Chloramphenikol dan tetrasiklin serta metronidazole Jika salah satu antibiotik tersebut harus diberikan kepada ibu teruskan menyusui dan amatilah bayinya Pada umumnya tidak ada masalah

Hindari pemberian sulphonamide kepada ibu khususnya jika bayi jaundice Jika obat seperti cotrimoxasole fansidar dan dapsone diperlukan berikan obat tersebut dan teruskan pemberian ASI Pertimbangkan pemberian makanan alternatif bila bayi jaundice terutama jaundice yang terjadi ketika ibu meminum obat tersebut

Obat yang menyebabkan menurunnya produksi ASI perlu dihindari

Hindari penggunaan kontrasepsi yang mengandung estrogen Hindari penggunaan Thiazide diuretik seperti Chlorotiazide karena obat ini menurunkan produksi ASI Jia mungkin carilah alternatifnya

Kebanyakan obat yang umum digunakan adalah aman pada dosis biasa

Jika ibu menyusui mendapatkan obat tetapi anda tidak yakin obat apa

1 Cek daftar obat di dalam manual 2 Anjurkan agar ibu terus menyusui sambil mencoba mengetahui obat apa yang diberikan 3 Amatilah bayi jika terjadi efek samping seperti mengantuk yang abnormal tidak nafsu makan dan

ikterus khususnya jika ibu mengkonsumsi obat untuk waktu yang lama 4 Usahakan mendapatkan saran dari petugas kesehatan yang lebih ahli seperti dokter atau apoteker 5 Jika khawatir cobalah mencari obat alternatif yang anda ketahui lebih aman 6 Jika bayi terkena efek samping dan ibu tidak mengubah penggunaan obatnya gunakanlah metode

alternatif yang aman 7 Jika bayi terkena efek samping dan anda tidak mungkin mengubah obatnya pertimbangkan cara

pemberian makanan yang lain untuk sementara waktu bila mungkin

Menyusui dan Obat-obatan untuk Ibu

Kontra indikasi pemberian ASI Obat anti kanker

Radioaktif (berhenti menyusui sementara)

Teruskan pemberian ASI Obat penyakit psikis dan anti konvulsan

(Amati efek samping pada bayi

misalnya mengantuk)

Gunakan obat alternatif Chloramfenikol tetracyclin metronidazole

Quinolone antibiotics (eg Ciprofloxacin)

Pantau kemungkinan ikterius Sulphonamides cotrimoxazole fansidar dapsone

Gunakan obat alternatif Estrogen terutama kontrasepsi berisi estrogen

(dapat menurunkan produksi ASI) Thiazide diuretic

Aman pada dosis biasa Obat-obatan paling biasa digunakan

Pantau bayi Analgesik dan antipiretik paracetakol yang diberikan untuk waktu siang asam acetil salisilik ibuprofen kadang-kadang diberikan morfin dan petidin kebanyakan obat batuk dan masuk angin antibiotik ampisilin kloxasilin dan penisilin erythromisin lain obat anti TB anti lepra anti malaria (kecuali meflokuin) antihelmint anti jamur bronchodilator (eg Salbutamol) corticosteroids antihistamin antasid obat untuk diabetes kebanyakan oabat anti-hipertensi digoksin suplemen gizi yodium zat besi dan vitamin-vitamin

Dikirim oleh (RSIA permata hati)

  • RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI
  • Hal-hal Terbaru Tentang Transfusi Darah
Page 20: RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI.docx

kesempatan masih ada sisa-sisa koloni bakteri yang mungkin bersembunyi Oleh karena itu

pemberian obat antibiotik harus tuntas sampai seluruh koloni bakteri benar-benar habis

terbunuh jika tidak maka dapat dipastikan bakteri itu bisa bersiap diri untuk menyerang

kembali atau bahkan bisa juga bakteri-bakteri itu menjadi resisten dengan obat tersebut dan

kalau sudah begitu diperlukan antibiotik generasi lebih tinggi untuk membunuh kuman Oleh

karena efek membunuh yang kuat jika seorang pasien diberi obat antibiotik harus dipastikan

sistem kekebalan tubuh pasien itu juga kuat Karena untuk melawan efek dari antibiotik itu

sendiri dan untuk sistem self-recovery mengganti sel-sel tubuh yang telah rusak

Pengaruh buruk obat terhadap janin dapat bersifat toksik teratogenik maupun letal

tergantung pada sifat obat dan umur kehamilan paga saat minum obat Pengaruh toksik adalah

jika obat yang diminum selama masa kehamilan menyebabkan terjadinya gangguan fisiologik

atau bio-kimiawi dari janin yang dikandung dan biasanya gejalanya baru muncul beberapa saat

setelah kelahiran Pengaruh obat bersifat teratogenik jika menyebabkan terjadinya malformasi

anatomik pada petumbuhan organ janin Pengaruh teratogenik ini biasanya terjadi pada dosis

subletal Sedangkan pengaruh obat yang bersifa letal adalah yang mengakibatkan kematian janin

dalam kandungan Secara umum pengaruh buruk obat pada janin dapat beragam sesuai dengan

fase-fase berikut

lt--[if supportLists]--gt1 lt--[endif]--gtFase implantasi yaitu pada umur kehamilan

kurang dari 3 minggu Pada fase ini obat dapat memberi pengaruh buruk atau

mungkin tidak sama sekali Jika terjadi pengaruh buruk biasanya menyebabkan

kematian embrio atau berakhirnya kehamilan (abortus)

lt--[if supportLists]--gt2 lt--[endif]--gtFase embional atau organogenesis yaitu pada

umur kehamilan antara 4-8 minggu Pada fase ini terjadi diferensiasi pertumbuhan

untuk terjadinya malformasi anatomik (pengaruh teratogenik) Berbagai pengaruh

buruk yang mungkin terjadi pada fase ini antara lain

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtGangguan fungsional atau metabolik yang

permanen yang biasanya baru muncul kemudian jadi tidak timbul secara

langsung pada saat kehamilan Misalnya pemakaian hormon dietilstilbestrol pada

trimester pertama kehamilan terbukti berkaitan dengan terjadinya adenokarsinoma

vagina pada anak perempuan di kemudian hari (pada saat mereka sudah dewasa)

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtPengaruh letal berupa kematian janin atau

terjadinya abortus

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtPengaruh sub-letal yang biasanya dalam

bentuk malformasi anatomis pertumbuhan organ seperti misalnya fokolemia

karena talidomid

lt--[if supportLists]--gt3 lt--[endif]--gtFase fetal yaitu pada trimester kedua dan ketiga

kehamilan Dalam fase ini terjadi maturasi dan pertumbuhan lebih lanjut dari janin

Pengaruh buruk senyawa asing terhadap janin pada fase ini tidak berupa malformasi

anatomik lagi tetapi mungkin dapat berupa gangguan pertumbuhan baik terhadap

fungsi-fungsi fisiologik atau biokimiawi organ-organ Demikian pula pengaruh obat

yang dialami ibu dapat pula dialami janin meskipun mungkin dalam derajat yang

berbeda Sebagai contoh adalah terjadinya depresi pernafasan neonatus karena selama

masa akhir kehamilan ibu mengkonsumsi obat-obat seperti analgetika-narkotik atau

terjadinya efek samping pada sistem ekstrapiramidal setelah pemakaian fenotiazin

Secara umumsetiap obat dibagi dalam kategori (A B C D dan X) berdasarkan tingkat

resiko saat kehamilan

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori A

Hanya beberapa obat saja yang termasuk kategori A di mana obat tersebut tidak

berbahaya bila dikonsumsi pada trisemester pertama saat kehamilan Contoh obat

adalah Nystatin vaginal (Mycostatin)

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori B

Obat kategori B meliputi obat-obat yang pengalaman pemakainya pada wanita hamil

masih terbatas tetapi tidak terbukti meningkatkan frekuensi malformasi atau

pengaruh buruk lainnya pada janin Mengingat terbatasnya pengalaman pemakaian

pada wanita hamil maka obat-obat kategori B dibagi lagi berdasarkan temuan-

temuan pada studi toksikologi pada hewan yaitu

B1 Dari penelitian pada hewan tidak terbukti meningkatnya kejadian kerusakan janin

(fetal damage) Contoh obat-obat yang termasuk pada kelompok ini misalnya

simetidin dipiridamol dan spektinomisin

B2 Data dari penilitian pada hewan belum memadai tetapi ada petunjuk tidak

meningkatnya kejadian kerusakan janin tikarsilin amfoterisin dopamin asetilkistein

dan alkaloid belladona adalah obat-obat yang masuk dalam kategori ini

B3 Penelitian pada hewan menunjukkan peningkatan kejadian kerusakan janin tetapi

belum tentu bermakna pada manusia Sebagai contoh adalah karbamazepin

pirimetamin griseofulvin trimetoprim dan mebendazol

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori C

Beberapa ada di kategori ini karena tidak ada informasi yang cukup dan beberapa

obat member efek buruk pada hewan percobaan tetapi tidak ada konfirmasi ataupun

pemberitahuan adanya masalah yang timbul seperti kelahiran yang cacat pada

manusia Merupakan obat-obat yang dapat memberi pengaruh buruk pada janin tanpa

disertai malformasi anatomik semata-mata karena efek farmakologiknya Yang

termasuk kategori C yaitu Baktirm Trimetropim Biaxin Cipro Diflucan Monistat

Terazol Isoniazid Rifampin dan Vermox

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori D

Pada kategori ini obat memberi efek yang buruk pada kehamilan dan sebaiknya

tidak digunakan kecuali tidak ada alternatif lain Contohnya adalah Tetrasiklin

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori X

Obat-obat yang masuk dalam kategori ini adalah yang telah terbukti mempunyai

risiko tinggi terjadinya pengaruh buruk yang menetap (irreversibel) pada janin jika

diminum pada masa kehamilan Obat dalam kategori ini merupakan kontraindikasi

mutlak selama kehamilan Sebagai contoh adalah isotretionin dan dietilstilbestrol

Untuk keadaan hamil apalagi masih dalam trimester ketiga pemberian antibiotik bisa

sangat membahayakan janin karena hampir semua antibiotik memberikan efek samping mual

muntah pusing dan gangguan sistem pencernaan Efek-efek samping yang ditimbulkan juga

akan menekan kehamilan Bahkan ada antibiotik yang bisa menembus sampai ke sistem

kelenjar cairan seperti liur kelenjar getah bening cairan otak dan ASI Jika pada masa

menyusui minum antibiotik maka obat akan merembes di ASI dan bayi akan minum ASI

bercampur obat bisa dibayangkan apa yang akan terjadi

Obat-obat antibiotik yang perlu perhatian khusus atau tidak boleh diminum untuk ibu

hamil dan menyusui

lt--[if supportLists]--gt1 lt--[endif]--gtGolongan Aminoglikosida (biasanya dalam

turunan garam sulfate-nya) seperti amikacin sulfate tobramycin sulfate dibekacin

sulfate gentamycin sulfate kanamycin sulfate dan netilmicin sulfate

Aminoglikosida dimasukkan dalam kategori obat D yang penggunaannya oleh

wanita hamil diketaui meningkatkan angka kejadian malformasi dan kerusakan janin

yang bersifat ireversibel Pemberian aminoglikosida pada wanita hamil sangat tidak

dianjurkan Selain itu aminoglikosida juga mempunyai efek samping nefrotoksik dan

ototoksik pada ibu dan juga dapat menimbulkan kerusakan ginjal tingkat seluler

pada janin terutama jika diberikan pada periode organogeneis Kerusakan saraf

kranial VIII juga banyak terjadi pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang

mendapat aminoglikosida pada kehamilan

lt--[if supportLists]--gt2 lt--[endif]--gtGolongan Sefalosporin seperti cefuroxime

acetyl cefotiam diHCl cefotaxime Na cefoperazone Na ceftriaxone Na cefazolin

Na cefaclor dan turunan garam monohydrate-nya cephadrine dan ceftizoxime Na

Sama halnya dengan penisilin sefalosporin relatif aman jika diberikan pada trimester

pertama kehamilan Kadar sefalosporin dalam sirkulasi janin meningkat selama

beberapa jam pertama setelah pemberian dosis pada ibu tetapi tidak terakumulasi

setelah pemberian berulang atau melalui infus Sejauh ini belum ada bukti bahwa

pengaruh buruk sefalosporin seperti misalnya anemia hemolitik dapat terjadi pada

bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu yang mendapat sefalosporin pada trimester

terakhir kehamilan

lt--[if supportLists]--gt3 lt--[endif]--gtGolongan Kloramfenikol seperti

Kloramfenikol dan thiamfenicol

Kloramfenikol bila diberikan menjelang persalinan dapat mengakibatkan kolaps

sirkulasi pada neonatus Pemberian kloramfenikol pada wanita hamil terutama pada

trimester II dan III di mana hepar belum matur dapat menyebabkan angka

terjadinya sindroma Grey pada bayi ditandai dengan kulit sianotik (sehingga bayi

tampak keabuabuan) hipotermia muntah abdomen protuberant dan menunjukkan

reaksi menolak menyusu di samping pernafasan yang cepat amp tidak teratur serta

letargi Kloramfenikol dimasukkan dalam kategori C yaitu obat yang karena efek

farmakologiknya dapat menyebabkan pengaruh buruk pada janin tanpa disertai

malformasi anatomik Pengaruh ini dapat bersifat reversibel Pemberian

kloramfenikol selama kehamilan sejauh mungkin dihindari terutama pada minggu-

minggu terakhir menjelang kelahiran dan selama menyusui

lt--[if supportLists]--gt4 lt--[endif]--gtGolongan Makrolid seperti clarithomycin

roxirhromycin erythromycin spiramycin dan azithromycin

lt--[if supportLists]--gt5 lt--[endif]--gtGolongan Penicillin seperti amoxicillin

turunan tridydrate dan turunan garam Na-nya

Obat-obat yang termasuk dalam golongan penisilin dapat dengan mudah menembus

plasenta dan mencapai kadar terapetik baik pada janin maupun cairan amnion

Penisilin relatif paling aman jika diberikan selama kehamilan meskipun perlu

pertimbangan yang seksama dan atas indikasi yang ketat mengingat kemungkinan

efek samping yang dapat terjadi pada ibu

lt--[if supportLists]--gt6 lt--[endif]--gtGolongan Kuinolon seperti ciprofloxacin dan

turunan garam HCl-nya ofloxacin sparfloxacin dan norfloxacin

lt--[if supportLists]--gt7 lt--[endif]--gtGolongan Tetrasiklin seperti doxycycline

tetracyclin dan turunan HCl-nya (tidak boleh untuk wanita hamil) dan oxytetracylin

(tidak boleh untuk wanita hamil)

Tetraskilin adalah jenis antibiotik yang merupakan anti bakteri yang luas sebagai

penghambat dan pembunuh bakteri gram positif dan gram negatif Merupakan zat

kelasi yang mempunyai afinitas dengan kalsium dan basa yang sukar larut dalam air

tetapi bentuk garam natrium atau garam HCL-nya mudah larut Dalam keadaadn

kering bentuk basa dan garam HCL tetrasiklin bersifat relative stabil Sedangkan

dalam larutan kebanyakan tetrasiklin sangat labil sehingga cepat berkurang

potensinya Efek tetrasiklin semakin fatal pada ibu hamil trimester pertama

Sehingga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang mikromelia dan

sindaktil Pembentukan tulang baru mulai pada trimester kedua Oleh karena itu

pemberian pada trismester kedua dapat mengakibatkan peubahan warna kekuningan

yang permanen pada gigi susu dan hipoplasia enamel Meskipun demikian gigi yang

kekuningan tersebut lebih tahan terhadap karies dibandingkan gigi normal

Sedangkan pemberian pada bulan ke 4 kehidupan janin sampai akhir tahun pertama

dapat menimbulkan kelainan warna gigi Wanita hamil atau masa nifas dengan

pielonefritis atau gangguan fungsi ginjal lain cendrung menderita kerusakan hati

akibat pemberian golongan tetrasiklin Tapi saat ini tetraskilin sudah jarang diberikan

kepada ibu hamil dan anak anak

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmpilisin Segi keamanan baik bagi ibu maupun

janin relatif cukup terjamin Kadar ampisilin dalam sirkulasi darah janin meningkat

secara lambat setelah pemberiannya pada ibu dan bahkan sering melebihi kadarnya

dalam sirkulasi ibu Pada awal kehamilan kadar ampisilin dalam cairan amnion

relatif rendah karena belum sempurnanya ginjal janin di samping meningkatnya

kecepatan aliran darah antara ibu dan janin pada masa tersebut Tetapi pada periode

akhir kehamilan di mana ginjal dan alat ekskresi yangi lain pada janin telah matur

kadarnya dalam sirkulasi janin justru lebih tinggi dibanding ibu Farmakokinetika

ampisilin berubah menyolok selama kehamilan Dengan meningkatnya volume

plasma dan cairan tubuh maka meningkat pula volume distribusi obat Oleh sebab itu

kadar ampisilin pada wanita hamil kira-kira hanya 50 dibanding saat tidak hamil

Dengan demikian penambahan dosis ampisilin perlu dilakukan selama masa

kehamilan

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmoksisilin Pada dasarnya absorpsi

amoksisilin setelah pemberian per oral jauh lebih baik dibanding ampisilin

Amoksisilin diabsorpsi secara cepat dan sempurna baik setelah pemberian oral

maupun parenteral Seperti halnya dengan ampisilin penambahan dosis amoksisilin

pada kehamilan perlu dilakukan mengingat kadarnya dalam darah ibu maupun janin

relatif rendah dibanding saat tidak hamil Dalam sirkulasi janin kadarnya hanya

sekitar seperempat sampai sepertiga kadar di sirkulasi ibu

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtSulfonmida Obat-obat yang tergolong

sulfonamida dapat melintasi plasenta dan masuk dalam sirkulasi janin dalam kadar

yang lebih rendah atau sama dengan kadarnya dalam sirkulasi ibu Pemakaian

sulfonamida pada wanita hamil harus dihindari terutama pada akhir masa kehamilan

Hal ini karena sulfonamida mampu mendesak bilirubin dari tempat ikatannya dengan

protein sehingga mengakibatkan terjadinya kern-ikterus pada bayi yang baru

dilahirkan Keadaan ini mungkin akan menetap sampai 7 hari setelah bayi lahir

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtEritromisin Pemakaian eritromisin pada wanita

hamil relatif aman karena meskipun dapat terdifusi secara luas ke hampir semua

jaringan (kecuali otak dan cairan serebrospinal) tetapi kadar pada janin hanya

mencapai 1-2 dibanding kadarnya dalam serum ibu Di samping itu sejauh ini

belum terdapat bukti bahwa eritromisin dapat menyebabkan kelainan pada janin

Kemanfaatan eritromisin untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh Chlamydia

pada wanita hamil serta pencegahan penularan ke janin cukup baik meskipun bukan

menjadi obat pilihan pertama Namun ditilik dari segi keamanan dan manfaatnya

pemakaian eritromisin untuk infeksi tersebut lebih dianjurkan dibanding antibiotika

lain misalnya tetrasiklin

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtTrimetoprim Karena volume distribusi yang

luas trimetoprim mampu menembus jaringan fetal hingga mencapai kadar yang lebih

tinggi dibanding sulfametoksazol meskipun kadarnya tidak lebih tinggi dari ibu Pada

uji hewan trimetoprim terbukti bersifat teratogen jika diberikan pada dosis besar

Meskipun belum terdapat bukti bahwa trimetoprim juga bersifat teratogen pada janin

tetapi pemakaiannya pada wanita hamil perlu dihindari Jika terpaksa harus

memberikan kombinasi trimetoprim + sulfametoksazol pada kehamilan diperlukan

pemberian suplementasi asam folet

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtNitrofurantoin Sering digunakan sebagai

antiseptik pada saluran kencing Jika diberikan pada awal kehamilan kadar

nitrofurantoin pada jaringan fetal lebih tinggi dibanding ibu tetapi kadarnya dalam

plasma sangat rendah Dengan makin bertambahnya umur kehamilan kadar

nitrofurantoin dalam plasma janin juga meningkat Sejauh ini belum terbukti bahwa

nitrofurantoin dapat meningkatkan kejadian malformasi janin Namun perhatian harus

diberikan terutama pada kehamilan cukup bulan di mana pemberian nitrofurantoin

pada periode ini kemungkinan akan menyebabkan anemia hemolitik pada janin

LKSI 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Percetakan Not BandungRagg M 2001 Obat-Obat yang paling diresepkan Arcan Jakarta

Santoso B 1995 Efek Samping Obat ed 2 Pusat Study Farmakologi Klinik dan Kebijakan Obat UGM Yogyakarta

Setiabudy S dkk 2007 Farmakologi dan Terapeutik edisi 5 FKUI JakartaSpeirs Al 1992 Ilmu Kesehatan Anak untuk Perawat ed 2 IKIPSemarang Press Semarang

Yagiela J A Frank J D Enid A N 2004 Pharmacology and Therapeutics for Dentistry Elsevier Mosby St Louis

Obat-obatan Untuk Ibu

Sebenarnya obat yang langsung ke ASI itu jumlahnya sangat kecil Sebagian kecil berpengaruh kepada bayi Secara umum menghentikan pemberian ASI lebih berbahaya daripada pengaruh obat tersebut Hanya sebagian kecil obat yang mempunyai efek samping Bayi yang berumur kurang dari satu bulan mempunyai masalah yang besar dibandingkan dengan bayi yang lebih tua Tetapi mungkin perlu dipikirkan obat alternatif untuk ibu yang menyebabkan lebih sedikit masalah Kejadian penghentian menyusui karena ibu harus minum obat adalah sangat jarang

Pada sedikit situasi menyusui merupakan kontra indikasi

Jika ibu mendapatkan obat anti kanker pemberian ASI boleh dihentikan Jika ibu mendapatkan pengobatan radioaktif ibu dapat menghentikan pemberian ASI untuk sementara Obat-obatan ini jarang digunakan

Beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang kadang-kadang menyebabkan perlunya penghentian pemberian ASI

Jika ibu mendapatkan obat psikiatrik atau anti konfulsan kadang-kadang membuat bayi (berusia kurang dari satu bulan) yang menyusui menjadi tampak lemah Khususnya jika diberikan barbiturat dan diazepam Jika memungkinkan sebaiknya diganti dengan obat lain yang mempunyai efek samping kecil Namun demikian sangat berbahaya jika mengubah pengobatan secara cepat khususnya pada kasus epilepsi

Jika tidak ada alternatif teruskan pemberian ASI dan amatilah bayinya

Jika terjadi efek samping pemberian ASI dapat dihentikan

Beberapa antibiotik perlu dihindari

Antibiotik pada umumnya aman bagi ASI dan bagi bayi Tetapi lebih baik menghindari pemberian Chloramphenikol dan tetrasiklin serta metronidazole Jika salah satu antibiotik tersebut harus diberikan kepada ibu teruskan menyusui dan amatilah bayinya Pada umumnya tidak ada masalah

Hindari pemberian sulphonamide kepada ibu khususnya jika bayi jaundice Jika obat seperti cotrimoxasole fansidar dan dapsone diperlukan berikan obat tersebut dan teruskan pemberian ASI Pertimbangkan pemberian makanan alternatif bila bayi jaundice terutama jaundice yang terjadi ketika ibu meminum obat tersebut

Obat yang menyebabkan menurunnya produksi ASI perlu dihindari

Hindari penggunaan kontrasepsi yang mengandung estrogen Hindari penggunaan Thiazide diuretik seperti Chlorotiazide karena obat ini menurunkan produksi ASI Jia mungkin carilah alternatifnya

Kebanyakan obat yang umum digunakan adalah aman pada dosis biasa

Jika ibu menyusui mendapatkan obat tetapi anda tidak yakin obat apa

1 Cek daftar obat di dalam manual 2 Anjurkan agar ibu terus menyusui sambil mencoba mengetahui obat apa yang diberikan 3 Amatilah bayi jika terjadi efek samping seperti mengantuk yang abnormal tidak nafsu makan dan

ikterus khususnya jika ibu mengkonsumsi obat untuk waktu yang lama 4 Usahakan mendapatkan saran dari petugas kesehatan yang lebih ahli seperti dokter atau apoteker 5 Jika khawatir cobalah mencari obat alternatif yang anda ketahui lebih aman 6 Jika bayi terkena efek samping dan ibu tidak mengubah penggunaan obatnya gunakanlah metode

alternatif yang aman 7 Jika bayi terkena efek samping dan anda tidak mungkin mengubah obatnya pertimbangkan cara

pemberian makanan yang lain untuk sementara waktu bila mungkin

Menyusui dan Obat-obatan untuk Ibu

Kontra indikasi pemberian ASI Obat anti kanker

Radioaktif (berhenti menyusui sementara)

Teruskan pemberian ASI Obat penyakit psikis dan anti konvulsan

(Amati efek samping pada bayi

misalnya mengantuk)

Gunakan obat alternatif Chloramfenikol tetracyclin metronidazole

Quinolone antibiotics (eg Ciprofloxacin)

Pantau kemungkinan ikterius Sulphonamides cotrimoxazole fansidar dapsone

Gunakan obat alternatif Estrogen terutama kontrasepsi berisi estrogen

(dapat menurunkan produksi ASI) Thiazide diuretic

Aman pada dosis biasa Obat-obatan paling biasa digunakan

Pantau bayi Analgesik dan antipiretik paracetakol yang diberikan untuk waktu siang asam acetil salisilik ibuprofen kadang-kadang diberikan morfin dan petidin kebanyakan obat batuk dan masuk angin antibiotik ampisilin kloxasilin dan penisilin erythromisin lain obat anti TB anti lepra anti malaria (kecuali meflokuin) antihelmint anti jamur bronchodilator (eg Salbutamol) corticosteroids antihistamin antasid obat untuk diabetes kebanyakan oabat anti-hipertensi digoksin suplemen gizi yodium zat besi dan vitamin-vitamin

Dikirim oleh (RSIA permata hati)

  • RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI
  • Hal-hal Terbaru Tentang Transfusi Darah
Page 21: RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI.docx

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtPengaruh letal berupa kematian janin atau

terjadinya abortus

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtPengaruh sub-letal yang biasanya dalam

bentuk malformasi anatomis pertumbuhan organ seperti misalnya fokolemia

karena talidomid

lt--[if supportLists]--gt3 lt--[endif]--gtFase fetal yaitu pada trimester kedua dan ketiga

kehamilan Dalam fase ini terjadi maturasi dan pertumbuhan lebih lanjut dari janin

Pengaruh buruk senyawa asing terhadap janin pada fase ini tidak berupa malformasi

anatomik lagi tetapi mungkin dapat berupa gangguan pertumbuhan baik terhadap

fungsi-fungsi fisiologik atau biokimiawi organ-organ Demikian pula pengaruh obat

yang dialami ibu dapat pula dialami janin meskipun mungkin dalam derajat yang

berbeda Sebagai contoh adalah terjadinya depresi pernafasan neonatus karena selama

masa akhir kehamilan ibu mengkonsumsi obat-obat seperti analgetika-narkotik atau

terjadinya efek samping pada sistem ekstrapiramidal setelah pemakaian fenotiazin

Secara umumsetiap obat dibagi dalam kategori (A B C D dan X) berdasarkan tingkat

resiko saat kehamilan

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori A

Hanya beberapa obat saja yang termasuk kategori A di mana obat tersebut tidak

berbahaya bila dikonsumsi pada trisemester pertama saat kehamilan Contoh obat

adalah Nystatin vaginal (Mycostatin)

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori B

Obat kategori B meliputi obat-obat yang pengalaman pemakainya pada wanita hamil

masih terbatas tetapi tidak terbukti meningkatkan frekuensi malformasi atau

pengaruh buruk lainnya pada janin Mengingat terbatasnya pengalaman pemakaian

pada wanita hamil maka obat-obat kategori B dibagi lagi berdasarkan temuan-

temuan pada studi toksikologi pada hewan yaitu

B1 Dari penelitian pada hewan tidak terbukti meningkatnya kejadian kerusakan janin

(fetal damage) Contoh obat-obat yang termasuk pada kelompok ini misalnya

simetidin dipiridamol dan spektinomisin

B2 Data dari penilitian pada hewan belum memadai tetapi ada petunjuk tidak

meningkatnya kejadian kerusakan janin tikarsilin amfoterisin dopamin asetilkistein

dan alkaloid belladona adalah obat-obat yang masuk dalam kategori ini

B3 Penelitian pada hewan menunjukkan peningkatan kejadian kerusakan janin tetapi

belum tentu bermakna pada manusia Sebagai contoh adalah karbamazepin

pirimetamin griseofulvin trimetoprim dan mebendazol

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori C

Beberapa ada di kategori ini karena tidak ada informasi yang cukup dan beberapa

obat member efek buruk pada hewan percobaan tetapi tidak ada konfirmasi ataupun

pemberitahuan adanya masalah yang timbul seperti kelahiran yang cacat pada

manusia Merupakan obat-obat yang dapat memberi pengaruh buruk pada janin tanpa

disertai malformasi anatomik semata-mata karena efek farmakologiknya Yang

termasuk kategori C yaitu Baktirm Trimetropim Biaxin Cipro Diflucan Monistat

Terazol Isoniazid Rifampin dan Vermox

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori D

Pada kategori ini obat memberi efek yang buruk pada kehamilan dan sebaiknya

tidak digunakan kecuali tidak ada alternatif lain Contohnya adalah Tetrasiklin

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori X

Obat-obat yang masuk dalam kategori ini adalah yang telah terbukti mempunyai

risiko tinggi terjadinya pengaruh buruk yang menetap (irreversibel) pada janin jika

diminum pada masa kehamilan Obat dalam kategori ini merupakan kontraindikasi

mutlak selama kehamilan Sebagai contoh adalah isotretionin dan dietilstilbestrol

Untuk keadaan hamil apalagi masih dalam trimester ketiga pemberian antibiotik bisa

sangat membahayakan janin karena hampir semua antibiotik memberikan efek samping mual

muntah pusing dan gangguan sistem pencernaan Efek-efek samping yang ditimbulkan juga

akan menekan kehamilan Bahkan ada antibiotik yang bisa menembus sampai ke sistem

kelenjar cairan seperti liur kelenjar getah bening cairan otak dan ASI Jika pada masa

menyusui minum antibiotik maka obat akan merembes di ASI dan bayi akan minum ASI

bercampur obat bisa dibayangkan apa yang akan terjadi

Obat-obat antibiotik yang perlu perhatian khusus atau tidak boleh diminum untuk ibu

hamil dan menyusui

lt--[if supportLists]--gt1 lt--[endif]--gtGolongan Aminoglikosida (biasanya dalam

turunan garam sulfate-nya) seperti amikacin sulfate tobramycin sulfate dibekacin

sulfate gentamycin sulfate kanamycin sulfate dan netilmicin sulfate

Aminoglikosida dimasukkan dalam kategori obat D yang penggunaannya oleh

wanita hamil diketaui meningkatkan angka kejadian malformasi dan kerusakan janin

yang bersifat ireversibel Pemberian aminoglikosida pada wanita hamil sangat tidak

dianjurkan Selain itu aminoglikosida juga mempunyai efek samping nefrotoksik dan

ototoksik pada ibu dan juga dapat menimbulkan kerusakan ginjal tingkat seluler

pada janin terutama jika diberikan pada periode organogeneis Kerusakan saraf

kranial VIII juga banyak terjadi pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang

mendapat aminoglikosida pada kehamilan

lt--[if supportLists]--gt2 lt--[endif]--gtGolongan Sefalosporin seperti cefuroxime

acetyl cefotiam diHCl cefotaxime Na cefoperazone Na ceftriaxone Na cefazolin

Na cefaclor dan turunan garam monohydrate-nya cephadrine dan ceftizoxime Na

Sama halnya dengan penisilin sefalosporin relatif aman jika diberikan pada trimester

pertama kehamilan Kadar sefalosporin dalam sirkulasi janin meningkat selama

beberapa jam pertama setelah pemberian dosis pada ibu tetapi tidak terakumulasi

setelah pemberian berulang atau melalui infus Sejauh ini belum ada bukti bahwa

pengaruh buruk sefalosporin seperti misalnya anemia hemolitik dapat terjadi pada

bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu yang mendapat sefalosporin pada trimester

terakhir kehamilan

lt--[if supportLists]--gt3 lt--[endif]--gtGolongan Kloramfenikol seperti

Kloramfenikol dan thiamfenicol

Kloramfenikol bila diberikan menjelang persalinan dapat mengakibatkan kolaps

sirkulasi pada neonatus Pemberian kloramfenikol pada wanita hamil terutama pada

trimester II dan III di mana hepar belum matur dapat menyebabkan angka

terjadinya sindroma Grey pada bayi ditandai dengan kulit sianotik (sehingga bayi

tampak keabuabuan) hipotermia muntah abdomen protuberant dan menunjukkan

reaksi menolak menyusu di samping pernafasan yang cepat amp tidak teratur serta

letargi Kloramfenikol dimasukkan dalam kategori C yaitu obat yang karena efek

farmakologiknya dapat menyebabkan pengaruh buruk pada janin tanpa disertai

malformasi anatomik Pengaruh ini dapat bersifat reversibel Pemberian

kloramfenikol selama kehamilan sejauh mungkin dihindari terutama pada minggu-

minggu terakhir menjelang kelahiran dan selama menyusui

lt--[if supportLists]--gt4 lt--[endif]--gtGolongan Makrolid seperti clarithomycin

roxirhromycin erythromycin spiramycin dan azithromycin

lt--[if supportLists]--gt5 lt--[endif]--gtGolongan Penicillin seperti amoxicillin

turunan tridydrate dan turunan garam Na-nya

Obat-obat yang termasuk dalam golongan penisilin dapat dengan mudah menembus

plasenta dan mencapai kadar terapetik baik pada janin maupun cairan amnion

Penisilin relatif paling aman jika diberikan selama kehamilan meskipun perlu

pertimbangan yang seksama dan atas indikasi yang ketat mengingat kemungkinan

efek samping yang dapat terjadi pada ibu

lt--[if supportLists]--gt6 lt--[endif]--gtGolongan Kuinolon seperti ciprofloxacin dan

turunan garam HCl-nya ofloxacin sparfloxacin dan norfloxacin

lt--[if supportLists]--gt7 lt--[endif]--gtGolongan Tetrasiklin seperti doxycycline

tetracyclin dan turunan HCl-nya (tidak boleh untuk wanita hamil) dan oxytetracylin

(tidak boleh untuk wanita hamil)

Tetraskilin adalah jenis antibiotik yang merupakan anti bakteri yang luas sebagai

penghambat dan pembunuh bakteri gram positif dan gram negatif Merupakan zat

kelasi yang mempunyai afinitas dengan kalsium dan basa yang sukar larut dalam air

tetapi bentuk garam natrium atau garam HCL-nya mudah larut Dalam keadaadn

kering bentuk basa dan garam HCL tetrasiklin bersifat relative stabil Sedangkan

dalam larutan kebanyakan tetrasiklin sangat labil sehingga cepat berkurang

potensinya Efek tetrasiklin semakin fatal pada ibu hamil trimester pertama

Sehingga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang mikromelia dan

sindaktil Pembentukan tulang baru mulai pada trimester kedua Oleh karena itu

pemberian pada trismester kedua dapat mengakibatkan peubahan warna kekuningan

yang permanen pada gigi susu dan hipoplasia enamel Meskipun demikian gigi yang

kekuningan tersebut lebih tahan terhadap karies dibandingkan gigi normal

Sedangkan pemberian pada bulan ke 4 kehidupan janin sampai akhir tahun pertama

dapat menimbulkan kelainan warna gigi Wanita hamil atau masa nifas dengan

pielonefritis atau gangguan fungsi ginjal lain cendrung menderita kerusakan hati

akibat pemberian golongan tetrasiklin Tapi saat ini tetraskilin sudah jarang diberikan

kepada ibu hamil dan anak anak

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmpilisin Segi keamanan baik bagi ibu maupun

janin relatif cukup terjamin Kadar ampisilin dalam sirkulasi darah janin meningkat

secara lambat setelah pemberiannya pada ibu dan bahkan sering melebihi kadarnya

dalam sirkulasi ibu Pada awal kehamilan kadar ampisilin dalam cairan amnion

relatif rendah karena belum sempurnanya ginjal janin di samping meningkatnya

kecepatan aliran darah antara ibu dan janin pada masa tersebut Tetapi pada periode

akhir kehamilan di mana ginjal dan alat ekskresi yangi lain pada janin telah matur

kadarnya dalam sirkulasi janin justru lebih tinggi dibanding ibu Farmakokinetika

ampisilin berubah menyolok selama kehamilan Dengan meningkatnya volume

plasma dan cairan tubuh maka meningkat pula volume distribusi obat Oleh sebab itu

kadar ampisilin pada wanita hamil kira-kira hanya 50 dibanding saat tidak hamil

Dengan demikian penambahan dosis ampisilin perlu dilakukan selama masa

kehamilan

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmoksisilin Pada dasarnya absorpsi

amoksisilin setelah pemberian per oral jauh lebih baik dibanding ampisilin

Amoksisilin diabsorpsi secara cepat dan sempurna baik setelah pemberian oral

maupun parenteral Seperti halnya dengan ampisilin penambahan dosis amoksisilin

pada kehamilan perlu dilakukan mengingat kadarnya dalam darah ibu maupun janin

relatif rendah dibanding saat tidak hamil Dalam sirkulasi janin kadarnya hanya

sekitar seperempat sampai sepertiga kadar di sirkulasi ibu

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtSulfonmida Obat-obat yang tergolong

sulfonamida dapat melintasi plasenta dan masuk dalam sirkulasi janin dalam kadar

yang lebih rendah atau sama dengan kadarnya dalam sirkulasi ibu Pemakaian

sulfonamida pada wanita hamil harus dihindari terutama pada akhir masa kehamilan

Hal ini karena sulfonamida mampu mendesak bilirubin dari tempat ikatannya dengan

protein sehingga mengakibatkan terjadinya kern-ikterus pada bayi yang baru

dilahirkan Keadaan ini mungkin akan menetap sampai 7 hari setelah bayi lahir

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtEritromisin Pemakaian eritromisin pada wanita

hamil relatif aman karena meskipun dapat terdifusi secara luas ke hampir semua

jaringan (kecuali otak dan cairan serebrospinal) tetapi kadar pada janin hanya

mencapai 1-2 dibanding kadarnya dalam serum ibu Di samping itu sejauh ini

belum terdapat bukti bahwa eritromisin dapat menyebabkan kelainan pada janin

Kemanfaatan eritromisin untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh Chlamydia

pada wanita hamil serta pencegahan penularan ke janin cukup baik meskipun bukan

menjadi obat pilihan pertama Namun ditilik dari segi keamanan dan manfaatnya

pemakaian eritromisin untuk infeksi tersebut lebih dianjurkan dibanding antibiotika

lain misalnya tetrasiklin

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtTrimetoprim Karena volume distribusi yang

luas trimetoprim mampu menembus jaringan fetal hingga mencapai kadar yang lebih

tinggi dibanding sulfametoksazol meskipun kadarnya tidak lebih tinggi dari ibu Pada

uji hewan trimetoprim terbukti bersifat teratogen jika diberikan pada dosis besar

Meskipun belum terdapat bukti bahwa trimetoprim juga bersifat teratogen pada janin

tetapi pemakaiannya pada wanita hamil perlu dihindari Jika terpaksa harus

memberikan kombinasi trimetoprim + sulfametoksazol pada kehamilan diperlukan

pemberian suplementasi asam folet

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtNitrofurantoin Sering digunakan sebagai

antiseptik pada saluran kencing Jika diberikan pada awal kehamilan kadar

nitrofurantoin pada jaringan fetal lebih tinggi dibanding ibu tetapi kadarnya dalam

plasma sangat rendah Dengan makin bertambahnya umur kehamilan kadar

nitrofurantoin dalam plasma janin juga meningkat Sejauh ini belum terbukti bahwa

nitrofurantoin dapat meningkatkan kejadian malformasi janin Namun perhatian harus

diberikan terutama pada kehamilan cukup bulan di mana pemberian nitrofurantoin

pada periode ini kemungkinan akan menyebabkan anemia hemolitik pada janin

LKSI 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Percetakan Not BandungRagg M 2001 Obat-Obat yang paling diresepkan Arcan Jakarta

Santoso B 1995 Efek Samping Obat ed 2 Pusat Study Farmakologi Klinik dan Kebijakan Obat UGM Yogyakarta

Setiabudy S dkk 2007 Farmakologi dan Terapeutik edisi 5 FKUI JakartaSpeirs Al 1992 Ilmu Kesehatan Anak untuk Perawat ed 2 IKIPSemarang Press Semarang

Yagiela J A Frank J D Enid A N 2004 Pharmacology and Therapeutics for Dentistry Elsevier Mosby St Louis

Obat-obatan Untuk Ibu

Sebenarnya obat yang langsung ke ASI itu jumlahnya sangat kecil Sebagian kecil berpengaruh kepada bayi Secara umum menghentikan pemberian ASI lebih berbahaya daripada pengaruh obat tersebut Hanya sebagian kecil obat yang mempunyai efek samping Bayi yang berumur kurang dari satu bulan mempunyai masalah yang besar dibandingkan dengan bayi yang lebih tua Tetapi mungkin perlu dipikirkan obat alternatif untuk ibu yang menyebabkan lebih sedikit masalah Kejadian penghentian menyusui karena ibu harus minum obat adalah sangat jarang

Pada sedikit situasi menyusui merupakan kontra indikasi

Jika ibu mendapatkan obat anti kanker pemberian ASI boleh dihentikan Jika ibu mendapatkan pengobatan radioaktif ibu dapat menghentikan pemberian ASI untuk sementara Obat-obatan ini jarang digunakan

Beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang kadang-kadang menyebabkan perlunya penghentian pemberian ASI

Jika ibu mendapatkan obat psikiatrik atau anti konfulsan kadang-kadang membuat bayi (berusia kurang dari satu bulan) yang menyusui menjadi tampak lemah Khususnya jika diberikan barbiturat dan diazepam Jika memungkinkan sebaiknya diganti dengan obat lain yang mempunyai efek samping kecil Namun demikian sangat berbahaya jika mengubah pengobatan secara cepat khususnya pada kasus epilepsi

Jika tidak ada alternatif teruskan pemberian ASI dan amatilah bayinya

Jika terjadi efek samping pemberian ASI dapat dihentikan

Beberapa antibiotik perlu dihindari

Antibiotik pada umumnya aman bagi ASI dan bagi bayi Tetapi lebih baik menghindari pemberian Chloramphenikol dan tetrasiklin serta metronidazole Jika salah satu antibiotik tersebut harus diberikan kepada ibu teruskan menyusui dan amatilah bayinya Pada umumnya tidak ada masalah

Hindari pemberian sulphonamide kepada ibu khususnya jika bayi jaundice Jika obat seperti cotrimoxasole fansidar dan dapsone diperlukan berikan obat tersebut dan teruskan pemberian ASI Pertimbangkan pemberian makanan alternatif bila bayi jaundice terutama jaundice yang terjadi ketika ibu meminum obat tersebut

Obat yang menyebabkan menurunnya produksi ASI perlu dihindari

Hindari penggunaan kontrasepsi yang mengandung estrogen Hindari penggunaan Thiazide diuretik seperti Chlorotiazide karena obat ini menurunkan produksi ASI Jia mungkin carilah alternatifnya

Kebanyakan obat yang umum digunakan adalah aman pada dosis biasa

Jika ibu menyusui mendapatkan obat tetapi anda tidak yakin obat apa

1 Cek daftar obat di dalam manual 2 Anjurkan agar ibu terus menyusui sambil mencoba mengetahui obat apa yang diberikan 3 Amatilah bayi jika terjadi efek samping seperti mengantuk yang abnormal tidak nafsu makan dan

ikterus khususnya jika ibu mengkonsumsi obat untuk waktu yang lama 4 Usahakan mendapatkan saran dari petugas kesehatan yang lebih ahli seperti dokter atau apoteker 5 Jika khawatir cobalah mencari obat alternatif yang anda ketahui lebih aman 6 Jika bayi terkena efek samping dan ibu tidak mengubah penggunaan obatnya gunakanlah metode

alternatif yang aman 7 Jika bayi terkena efek samping dan anda tidak mungkin mengubah obatnya pertimbangkan cara

pemberian makanan yang lain untuk sementara waktu bila mungkin

Menyusui dan Obat-obatan untuk Ibu

Kontra indikasi pemberian ASI Obat anti kanker

Radioaktif (berhenti menyusui sementara)

Teruskan pemberian ASI Obat penyakit psikis dan anti konvulsan

(Amati efek samping pada bayi

misalnya mengantuk)

Gunakan obat alternatif Chloramfenikol tetracyclin metronidazole

Quinolone antibiotics (eg Ciprofloxacin)

Pantau kemungkinan ikterius Sulphonamides cotrimoxazole fansidar dapsone

Gunakan obat alternatif Estrogen terutama kontrasepsi berisi estrogen

(dapat menurunkan produksi ASI) Thiazide diuretic

Aman pada dosis biasa Obat-obatan paling biasa digunakan

Pantau bayi Analgesik dan antipiretik paracetakol yang diberikan untuk waktu siang asam acetil salisilik ibuprofen kadang-kadang diberikan morfin dan petidin kebanyakan obat batuk dan masuk angin antibiotik ampisilin kloxasilin dan penisilin erythromisin lain obat anti TB anti lepra anti malaria (kecuali meflokuin) antihelmint anti jamur bronchodilator (eg Salbutamol) corticosteroids antihistamin antasid obat untuk diabetes kebanyakan oabat anti-hipertensi digoksin suplemen gizi yodium zat besi dan vitamin-vitamin

Dikirim oleh (RSIA permata hati)

  • RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI
  • Hal-hal Terbaru Tentang Transfusi Darah
Page 22: RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI.docx

B2 Data dari penilitian pada hewan belum memadai tetapi ada petunjuk tidak

meningkatnya kejadian kerusakan janin tikarsilin amfoterisin dopamin asetilkistein

dan alkaloid belladona adalah obat-obat yang masuk dalam kategori ini

B3 Penelitian pada hewan menunjukkan peningkatan kejadian kerusakan janin tetapi

belum tentu bermakna pada manusia Sebagai contoh adalah karbamazepin

pirimetamin griseofulvin trimetoprim dan mebendazol

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori C

Beberapa ada di kategori ini karena tidak ada informasi yang cukup dan beberapa

obat member efek buruk pada hewan percobaan tetapi tidak ada konfirmasi ataupun

pemberitahuan adanya masalah yang timbul seperti kelahiran yang cacat pada

manusia Merupakan obat-obat yang dapat memberi pengaruh buruk pada janin tanpa

disertai malformasi anatomik semata-mata karena efek farmakologiknya Yang

termasuk kategori C yaitu Baktirm Trimetropim Biaxin Cipro Diflucan Monistat

Terazol Isoniazid Rifampin dan Vermox

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori D

Pada kategori ini obat memberi efek yang buruk pada kehamilan dan sebaiknya

tidak digunakan kecuali tidak ada alternatif lain Contohnya adalah Tetrasiklin

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtKategori X

Obat-obat yang masuk dalam kategori ini adalah yang telah terbukti mempunyai

risiko tinggi terjadinya pengaruh buruk yang menetap (irreversibel) pada janin jika

diminum pada masa kehamilan Obat dalam kategori ini merupakan kontraindikasi

mutlak selama kehamilan Sebagai contoh adalah isotretionin dan dietilstilbestrol

Untuk keadaan hamil apalagi masih dalam trimester ketiga pemberian antibiotik bisa

sangat membahayakan janin karena hampir semua antibiotik memberikan efek samping mual

muntah pusing dan gangguan sistem pencernaan Efek-efek samping yang ditimbulkan juga

akan menekan kehamilan Bahkan ada antibiotik yang bisa menembus sampai ke sistem

kelenjar cairan seperti liur kelenjar getah bening cairan otak dan ASI Jika pada masa

menyusui minum antibiotik maka obat akan merembes di ASI dan bayi akan minum ASI

bercampur obat bisa dibayangkan apa yang akan terjadi

Obat-obat antibiotik yang perlu perhatian khusus atau tidak boleh diminum untuk ibu

hamil dan menyusui

lt--[if supportLists]--gt1 lt--[endif]--gtGolongan Aminoglikosida (biasanya dalam

turunan garam sulfate-nya) seperti amikacin sulfate tobramycin sulfate dibekacin

sulfate gentamycin sulfate kanamycin sulfate dan netilmicin sulfate

Aminoglikosida dimasukkan dalam kategori obat D yang penggunaannya oleh

wanita hamil diketaui meningkatkan angka kejadian malformasi dan kerusakan janin

yang bersifat ireversibel Pemberian aminoglikosida pada wanita hamil sangat tidak

dianjurkan Selain itu aminoglikosida juga mempunyai efek samping nefrotoksik dan

ototoksik pada ibu dan juga dapat menimbulkan kerusakan ginjal tingkat seluler

pada janin terutama jika diberikan pada periode organogeneis Kerusakan saraf

kranial VIII juga banyak terjadi pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang

mendapat aminoglikosida pada kehamilan

lt--[if supportLists]--gt2 lt--[endif]--gtGolongan Sefalosporin seperti cefuroxime

acetyl cefotiam diHCl cefotaxime Na cefoperazone Na ceftriaxone Na cefazolin

Na cefaclor dan turunan garam monohydrate-nya cephadrine dan ceftizoxime Na

Sama halnya dengan penisilin sefalosporin relatif aman jika diberikan pada trimester

pertama kehamilan Kadar sefalosporin dalam sirkulasi janin meningkat selama

beberapa jam pertama setelah pemberian dosis pada ibu tetapi tidak terakumulasi

setelah pemberian berulang atau melalui infus Sejauh ini belum ada bukti bahwa

pengaruh buruk sefalosporin seperti misalnya anemia hemolitik dapat terjadi pada

bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu yang mendapat sefalosporin pada trimester

terakhir kehamilan

lt--[if supportLists]--gt3 lt--[endif]--gtGolongan Kloramfenikol seperti

Kloramfenikol dan thiamfenicol

Kloramfenikol bila diberikan menjelang persalinan dapat mengakibatkan kolaps

sirkulasi pada neonatus Pemberian kloramfenikol pada wanita hamil terutama pada

trimester II dan III di mana hepar belum matur dapat menyebabkan angka

terjadinya sindroma Grey pada bayi ditandai dengan kulit sianotik (sehingga bayi

tampak keabuabuan) hipotermia muntah abdomen protuberant dan menunjukkan

reaksi menolak menyusu di samping pernafasan yang cepat amp tidak teratur serta

letargi Kloramfenikol dimasukkan dalam kategori C yaitu obat yang karena efek

farmakologiknya dapat menyebabkan pengaruh buruk pada janin tanpa disertai

malformasi anatomik Pengaruh ini dapat bersifat reversibel Pemberian

kloramfenikol selama kehamilan sejauh mungkin dihindari terutama pada minggu-

minggu terakhir menjelang kelahiran dan selama menyusui

lt--[if supportLists]--gt4 lt--[endif]--gtGolongan Makrolid seperti clarithomycin

roxirhromycin erythromycin spiramycin dan azithromycin

lt--[if supportLists]--gt5 lt--[endif]--gtGolongan Penicillin seperti amoxicillin

turunan tridydrate dan turunan garam Na-nya

Obat-obat yang termasuk dalam golongan penisilin dapat dengan mudah menembus

plasenta dan mencapai kadar terapetik baik pada janin maupun cairan amnion

Penisilin relatif paling aman jika diberikan selama kehamilan meskipun perlu

pertimbangan yang seksama dan atas indikasi yang ketat mengingat kemungkinan

efek samping yang dapat terjadi pada ibu

lt--[if supportLists]--gt6 lt--[endif]--gtGolongan Kuinolon seperti ciprofloxacin dan

turunan garam HCl-nya ofloxacin sparfloxacin dan norfloxacin

lt--[if supportLists]--gt7 lt--[endif]--gtGolongan Tetrasiklin seperti doxycycline

tetracyclin dan turunan HCl-nya (tidak boleh untuk wanita hamil) dan oxytetracylin

(tidak boleh untuk wanita hamil)

Tetraskilin adalah jenis antibiotik yang merupakan anti bakteri yang luas sebagai

penghambat dan pembunuh bakteri gram positif dan gram negatif Merupakan zat

kelasi yang mempunyai afinitas dengan kalsium dan basa yang sukar larut dalam air

tetapi bentuk garam natrium atau garam HCL-nya mudah larut Dalam keadaadn

kering bentuk basa dan garam HCL tetrasiklin bersifat relative stabil Sedangkan

dalam larutan kebanyakan tetrasiklin sangat labil sehingga cepat berkurang

potensinya Efek tetrasiklin semakin fatal pada ibu hamil trimester pertama

Sehingga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang mikromelia dan

sindaktil Pembentukan tulang baru mulai pada trimester kedua Oleh karena itu

pemberian pada trismester kedua dapat mengakibatkan peubahan warna kekuningan

yang permanen pada gigi susu dan hipoplasia enamel Meskipun demikian gigi yang

kekuningan tersebut lebih tahan terhadap karies dibandingkan gigi normal

Sedangkan pemberian pada bulan ke 4 kehidupan janin sampai akhir tahun pertama

dapat menimbulkan kelainan warna gigi Wanita hamil atau masa nifas dengan

pielonefritis atau gangguan fungsi ginjal lain cendrung menderita kerusakan hati

akibat pemberian golongan tetrasiklin Tapi saat ini tetraskilin sudah jarang diberikan

kepada ibu hamil dan anak anak

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmpilisin Segi keamanan baik bagi ibu maupun

janin relatif cukup terjamin Kadar ampisilin dalam sirkulasi darah janin meningkat

secara lambat setelah pemberiannya pada ibu dan bahkan sering melebihi kadarnya

dalam sirkulasi ibu Pada awal kehamilan kadar ampisilin dalam cairan amnion

relatif rendah karena belum sempurnanya ginjal janin di samping meningkatnya

kecepatan aliran darah antara ibu dan janin pada masa tersebut Tetapi pada periode

akhir kehamilan di mana ginjal dan alat ekskresi yangi lain pada janin telah matur

kadarnya dalam sirkulasi janin justru lebih tinggi dibanding ibu Farmakokinetika

ampisilin berubah menyolok selama kehamilan Dengan meningkatnya volume

plasma dan cairan tubuh maka meningkat pula volume distribusi obat Oleh sebab itu

kadar ampisilin pada wanita hamil kira-kira hanya 50 dibanding saat tidak hamil

Dengan demikian penambahan dosis ampisilin perlu dilakukan selama masa

kehamilan

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmoksisilin Pada dasarnya absorpsi

amoksisilin setelah pemberian per oral jauh lebih baik dibanding ampisilin

Amoksisilin diabsorpsi secara cepat dan sempurna baik setelah pemberian oral

maupun parenteral Seperti halnya dengan ampisilin penambahan dosis amoksisilin

pada kehamilan perlu dilakukan mengingat kadarnya dalam darah ibu maupun janin

relatif rendah dibanding saat tidak hamil Dalam sirkulasi janin kadarnya hanya

sekitar seperempat sampai sepertiga kadar di sirkulasi ibu

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtSulfonmida Obat-obat yang tergolong

sulfonamida dapat melintasi plasenta dan masuk dalam sirkulasi janin dalam kadar

yang lebih rendah atau sama dengan kadarnya dalam sirkulasi ibu Pemakaian

sulfonamida pada wanita hamil harus dihindari terutama pada akhir masa kehamilan

Hal ini karena sulfonamida mampu mendesak bilirubin dari tempat ikatannya dengan

protein sehingga mengakibatkan terjadinya kern-ikterus pada bayi yang baru

dilahirkan Keadaan ini mungkin akan menetap sampai 7 hari setelah bayi lahir

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtEritromisin Pemakaian eritromisin pada wanita

hamil relatif aman karena meskipun dapat terdifusi secara luas ke hampir semua

jaringan (kecuali otak dan cairan serebrospinal) tetapi kadar pada janin hanya

mencapai 1-2 dibanding kadarnya dalam serum ibu Di samping itu sejauh ini

belum terdapat bukti bahwa eritromisin dapat menyebabkan kelainan pada janin

Kemanfaatan eritromisin untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh Chlamydia

pada wanita hamil serta pencegahan penularan ke janin cukup baik meskipun bukan

menjadi obat pilihan pertama Namun ditilik dari segi keamanan dan manfaatnya

pemakaian eritromisin untuk infeksi tersebut lebih dianjurkan dibanding antibiotika

lain misalnya tetrasiklin

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtTrimetoprim Karena volume distribusi yang

luas trimetoprim mampu menembus jaringan fetal hingga mencapai kadar yang lebih

tinggi dibanding sulfametoksazol meskipun kadarnya tidak lebih tinggi dari ibu Pada

uji hewan trimetoprim terbukti bersifat teratogen jika diberikan pada dosis besar

Meskipun belum terdapat bukti bahwa trimetoprim juga bersifat teratogen pada janin

tetapi pemakaiannya pada wanita hamil perlu dihindari Jika terpaksa harus

memberikan kombinasi trimetoprim + sulfametoksazol pada kehamilan diperlukan

pemberian suplementasi asam folet

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtNitrofurantoin Sering digunakan sebagai

antiseptik pada saluran kencing Jika diberikan pada awal kehamilan kadar

nitrofurantoin pada jaringan fetal lebih tinggi dibanding ibu tetapi kadarnya dalam

plasma sangat rendah Dengan makin bertambahnya umur kehamilan kadar

nitrofurantoin dalam plasma janin juga meningkat Sejauh ini belum terbukti bahwa

nitrofurantoin dapat meningkatkan kejadian malformasi janin Namun perhatian harus

diberikan terutama pada kehamilan cukup bulan di mana pemberian nitrofurantoin

pada periode ini kemungkinan akan menyebabkan anemia hemolitik pada janin

LKSI 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Percetakan Not BandungRagg M 2001 Obat-Obat yang paling diresepkan Arcan Jakarta

Santoso B 1995 Efek Samping Obat ed 2 Pusat Study Farmakologi Klinik dan Kebijakan Obat UGM Yogyakarta

Setiabudy S dkk 2007 Farmakologi dan Terapeutik edisi 5 FKUI JakartaSpeirs Al 1992 Ilmu Kesehatan Anak untuk Perawat ed 2 IKIPSemarang Press Semarang

Yagiela J A Frank J D Enid A N 2004 Pharmacology and Therapeutics for Dentistry Elsevier Mosby St Louis

Obat-obatan Untuk Ibu

Sebenarnya obat yang langsung ke ASI itu jumlahnya sangat kecil Sebagian kecil berpengaruh kepada bayi Secara umum menghentikan pemberian ASI lebih berbahaya daripada pengaruh obat tersebut Hanya sebagian kecil obat yang mempunyai efek samping Bayi yang berumur kurang dari satu bulan mempunyai masalah yang besar dibandingkan dengan bayi yang lebih tua Tetapi mungkin perlu dipikirkan obat alternatif untuk ibu yang menyebabkan lebih sedikit masalah Kejadian penghentian menyusui karena ibu harus minum obat adalah sangat jarang

Pada sedikit situasi menyusui merupakan kontra indikasi

Jika ibu mendapatkan obat anti kanker pemberian ASI boleh dihentikan Jika ibu mendapatkan pengobatan radioaktif ibu dapat menghentikan pemberian ASI untuk sementara Obat-obatan ini jarang digunakan

Beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang kadang-kadang menyebabkan perlunya penghentian pemberian ASI

Jika ibu mendapatkan obat psikiatrik atau anti konfulsan kadang-kadang membuat bayi (berusia kurang dari satu bulan) yang menyusui menjadi tampak lemah Khususnya jika diberikan barbiturat dan diazepam Jika memungkinkan sebaiknya diganti dengan obat lain yang mempunyai efek samping kecil Namun demikian sangat berbahaya jika mengubah pengobatan secara cepat khususnya pada kasus epilepsi

Jika tidak ada alternatif teruskan pemberian ASI dan amatilah bayinya

Jika terjadi efek samping pemberian ASI dapat dihentikan

Beberapa antibiotik perlu dihindari

Antibiotik pada umumnya aman bagi ASI dan bagi bayi Tetapi lebih baik menghindari pemberian Chloramphenikol dan tetrasiklin serta metronidazole Jika salah satu antibiotik tersebut harus diberikan kepada ibu teruskan menyusui dan amatilah bayinya Pada umumnya tidak ada masalah

Hindari pemberian sulphonamide kepada ibu khususnya jika bayi jaundice Jika obat seperti cotrimoxasole fansidar dan dapsone diperlukan berikan obat tersebut dan teruskan pemberian ASI Pertimbangkan pemberian makanan alternatif bila bayi jaundice terutama jaundice yang terjadi ketika ibu meminum obat tersebut

Obat yang menyebabkan menurunnya produksi ASI perlu dihindari

Hindari penggunaan kontrasepsi yang mengandung estrogen Hindari penggunaan Thiazide diuretik seperti Chlorotiazide karena obat ini menurunkan produksi ASI Jia mungkin carilah alternatifnya

Kebanyakan obat yang umum digunakan adalah aman pada dosis biasa

Jika ibu menyusui mendapatkan obat tetapi anda tidak yakin obat apa

1 Cek daftar obat di dalam manual 2 Anjurkan agar ibu terus menyusui sambil mencoba mengetahui obat apa yang diberikan 3 Amatilah bayi jika terjadi efek samping seperti mengantuk yang abnormal tidak nafsu makan dan

ikterus khususnya jika ibu mengkonsumsi obat untuk waktu yang lama 4 Usahakan mendapatkan saran dari petugas kesehatan yang lebih ahli seperti dokter atau apoteker 5 Jika khawatir cobalah mencari obat alternatif yang anda ketahui lebih aman 6 Jika bayi terkena efek samping dan ibu tidak mengubah penggunaan obatnya gunakanlah metode

alternatif yang aman 7 Jika bayi terkena efek samping dan anda tidak mungkin mengubah obatnya pertimbangkan cara

pemberian makanan yang lain untuk sementara waktu bila mungkin

Menyusui dan Obat-obatan untuk Ibu

Kontra indikasi pemberian ASI Obat anti kanker

Radioaktif (berhenti menyusui sementara)

Teruskan pemberian ASI Obat penyakit psikis dan anti konvulsan

(Amati efek samping pada bayi

misalnya mengantuk)

Gunakan obat alternatif Chloramfenikol tetracyclin metronidazole

Quinolone antibiotics (eg Ciprofloxacin)

Pantau kemungkinan ikterius Sulphonamides cotrimoxazole fansidar dapsone

Gunakan obat alternatif Estrogen terutama kontrasepsi berisi estrogen

(dapat menurunkan produksi ASI) Thiazide diuretic

Aman pada dosis biasa Obat-obatan paling biasa digunakan

Pantau bayi Analgesik dan antipiretik paracetakol yang diberikan untuk waktu siang asam acetil salisilik ibuprofen kadang-kadang diberikan morfin dan petidin kebanyakan obat batuk dan masuk angin antibiotik ampisilin kloxasilin dan penisilin erythromisin lain obat anti TB anti lepra anti malaria (kecuali meflokuin) antihelmint anti jamur bronchodilator (eg Salbutamol) corticosteroids antihistamin antasid obat untuk diabetes kebanyakan oabat anti-hipertensi digoksin suplemen gizi yodium zat besi dan vitamin-vitamin

Dikirim oleh (RSIA permata hati)

  • RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI
  • Hal-hal Terbaru Tentang Transfusi Darah
Page 23: RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI.docx

Obat-obat antibiotik yang perlu perhatian khusus atau tidak boleh diminum untuk ibu

hamil dan menyusui

lt--[if supportLists]--gt1 lt--[endif]--gtGolongan Aminoglikosida (biasanya dalam

turunan garam sulfate-nya) seperti amikacin sulfate tobramycin sulfate dibekacin

sulfate gentamycin sulfate kanamycin sulfate dan netilmicin sulfate

Aminoglikosida dimasukkan dalam kategori obat D yang penggunaannya oleh

wanita hamil diketaui meningkatkan angka kejadian malformasi dan kerusakan janin

yang bersifat ireversibel Pemberian aminoglikosida pada wanita hamil sangat tidak

dianjurkan Selain itu aminoglikosida juga mempunyai efek samping nefrotoksik dan

ototoksik pada ibu dan juga dapat menimbulkan kerusakan ginjal tingkat seluler

pada janin terutama jika diberikan pada periode organogeneis Kerusakan saraf

kranial VIII juga banyak terjadi pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang

mendapat aminoglikosida pada kehamilan

lt--[if supportLists]--gt2 lt--[endif]--gtGolongan Sefalosporin seperti cefuroxime

acetyl cefotiam diHCl cefotaxime Na cefoperazone Na ceftriaxone Na cefazolin

Na cefaclor dan turunan garam monohydrate-nya cephadrine dan ceftizoxime Na

Sama halnya dengan penisilin sefalosporin relatif aman jika diberikan pada trimester

pertama kehamilan Kadar sefalosporin dalam sirkulasi janin meningkat selama

beberapa jam pertama setelah pemberian dosis pada ibu tetapi tidak terakumulasi

setelah pemberian berulang atau melalui infus Sejauh ini belum ada bukti bahwa

pengaruh buruk sefalosporin seperti misalnya anemia hemolitik dapat terjadi pada

bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu yang mendapat sefalosporin pada trimester

terakhir kehamilan

lt--[if supportLists]--gt3 lt--[endif]--gtGolongan Kloramfenikol seperti

Kloramfenikol dan thiamfenicol

Kloramfenikol bila diberikan menjelang persalinan dapat mengakibatkan kolaps

sirkulasi pada neonatus Pemberian kloramfenikol pada wanita hamil terutama pada

trimester II dan III di mana hepar belum matur dapat menyebabkan angka

terjadinya sindroma Grey pada bayi ditandai dengan kulit sianotik (sehingga bayi

tampak keabuabuan) hipotermia muntah abdomen protuberant dan menunjukkan

reaksi menolak menyusu di samping pernafasan yang cepat amp tidak teratur serta

letargi Kloramfenikol dimasukkan dalam kategori C yaitu obat yang karena efek

farmakologiknya dapat menyebabkan pengaruh buruk pada janin tanpa disertai

malformasi anatomik Pengaruh ini dapat bersifat reversibel Pemberian

kloramfenikol selama kehamilan sejauh mungkin dihindari terutama pada minggu-

minggu terakhir menjelang kelahiran dan selama menyusui

lt--[if supportLists]--gt4 lt--[endif]--gtGolongan Makrolid seperti clarithomycin

roxirhromycin erythromycin spiramycin dan azithromycin

lt--[if supportLists]--gt5 lt--[endif]--gtGolongan Penicillin seperti amoxicillin

turunan tridydrate dan turunan garam Na-nya

Obat-obat yang termasuk dalam golongan penisilin dapat dengan mudah menembus

plasenta dan mencapai kadar terapetik baik pada janin maupun cairan amnion

Penisilin relatif paling aman jika diberikan selama kehamilan meskipun perlu

pertimbangan yang seksama dan atas indikasi yang ketat mengingat kemungkinan

efek samping yang dapat terjadi pada ibu

lt--[if supportLists]--gt6 lt--[endif]--gtGolongan Kuinolon seperti ciprofloxacin dan

turunan garam HCl-nya ofloxacin sparfloxacin dan norfloxacin

lt--[if supportLists]--gt7 lt--[endif]--gtGolongan Tetrasiklin seperti doxycycline

tetracyclin dan turunan HCl-nya (tidak boleh untuk wanita hamil) dan oxytetracylin

(tidak boleh untuk wanita hamil)

Tetraskilin adalah jenis antibiotik yang merupakan anti bakteri yang luas sebagai

penghambat dan pembunuh bakteri gram positif dan gram negatif Merupakan zat

kelasi yang mempunyai afinitas dengan kalsium dan basa yang sukar larut dalam air

tetapi bentuk garam natrium atau garam HCL-nya mudah larut Dalam keadaadn

kering bentuk basa dan garam HCL tetrasiklin bersifat relative stabil Sedangkan

dalam larutan kebanyakan tetrasiklin sangat labil sehingga cepat berkurang

potensinya Efek tetrasiklin semakin fatal pada ibu hamil trimester pertama

Sehingga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang mikromelia dan

sindaktil Pembentukan tulang baru mulai pada trimester kedua Oleh karena itu

pemberian pada trismester kedua dapat mengakibatkan peubahan warna kekuningan

yang permanen pada gigi susu dan hipoplasia enamel Meskipun demikian gigi yang

kekuningan tersebut lebih tahan terhadap karies dibandingkan gigi normal

Sedangkan pemberian pada bulan ke 4 kehidupan janin sampai akhir tahun pertama

dapat menimbulkan kelainan warna gigi Wanita hamil atau masa nifas dengan

pielonefritis atau gangguan fungsi ginjal lain cendrung menderita kerusakan hati

akibat pemberian golongan tetrasiklin Tapi saat ini tetraskilin sudah jarang diberikan

kepada ibu hamil dan anak anak

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmpilisin Segi keamanan baik bagi ibu maupun

janin relatif cukup terjamin Kadar ampisilin dalam sirkulasi darah janin meningkat

secara lambat setelah pemberiannya pada ibu dan bahkan sering melebihi kadarnya

dalam sirkulasi ibu Pada awal kehamilan kadar ampisilin dalam cairan amnion

relatif rendah karena belum sempurnanya ginjal janin di samping meningkatnya

kecepatan aliran darah antara ibu dan janin pada masa tersebut Tetapi pada periode

akhir kehamilan di mana ginjal dan alat ekskresi yangi lain pada janin telah matur

kadarnya dalam sirkulasi janin justru lebih tinggi dibanding ibu Farmakokinetika

ampisilin berubah menyolok selama kehamilan Dengan meningkatnya volume

plasma dan cairan tubuh maka meningkat pula volume distribusi obat Oleh sebab itu

kadar ampisilin pada wanita hamil kira-kira hanya 50 dibanding saat tidak hamil

Dengan demikian penambahan dosis ampisilin perlu dilakukan selama masa

kehamilan

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmoksisilin Pada dasarnya absorpsi

amoksisilin setelah pemberian per oral jauh lebih baik dibanding ampisilin

Amoksisilin diabsorpsi secara cepat dan sempurna baik setelah pemberian oral

maupun parenteral Seperti halnya dengan ampisilin penambahan dosis amoksisilin

pada kehamilan perlu dilakukan mengingat kadarnya dalam darah ibu maupun janin

relatif rendah dibanding saat tidak hamil Dalam sirkulasi janin kadarnya hanya

sekitar seperempat sampai sepertiga kadar di sirkulasi ibu

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtSulfonmida Obat-obat yang tergolong

sulfonamida dapat melintasi plasenta dan masuk dalam sirkulasi janin dalam kadar

yang lebih rendah atau sama dengan kadarnya dalam sirkulasi ibu Pemakaian

sulfonamida pada wanita hamil harus dihindari terutama pada akhir masa kehamilan

Hal ini karena sulfonamida mampu mendesak bilirubin dari tempat ikatannya dengan

protein sehingga mengakibatkan terjadinya kern-ikterus pada bayi yang baru

dilahirkan Keadaan ini mungkin akan menetap sampai 7 hari setelah bayi lahir

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtEritromisin Pemakaian eritromisin pada wanita

hamil relatif aman karena meskipun dapat terdifusi secara luas ke hampir semua

jaringan (kecuali otak dan cairan serebrospinal) tetapi kadar pada janin hanya

mencapai 1-2 dibanding kadarnya dalam serum ibu Di samping itu sejauh ini

belum terdapat bukti bahwa eritromisin dapat menyebabkan kelainan pada janin

Kemanfaatan eritromisin untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh Chlamydia

pada wanita hamil serta pencegahan penularan ke janin cukup baik meskipun bukan

menjadi obat pilihan pertama Namun ditilik dari segi keamanan dan manfaatnya

pemakaian eritromisin untuk infeksi tersebut lebih dianjurkan dibanding antibiotika

lain misalnya tetrasiklin

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtTrimetoprim Karena volume distribusi yang

luas trimetoprim mampu menembus jaringan fetal hingga mencapai kadar yang lebih

tinggi dibanding sulfametoksazol meskipun kadarnya tidak lebih tinggi dari ibu Pada

uji hewan trimetoprim terbukti bersifat teratogen jika diberikan pada dosis besar

Meskipun belum terdapat bukti bahwa trimetoprim juga bersifat teratogen pada janin

tetapi pemakaiannya pada wanita hamil perlu dihindari Jika terpaksa harus

memberikan kombinasi trimetoprim + sulfametoksazol pada kehamilan diperlukan

pemberian suplementasi asam folet

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtNitrofurantoin Sering digunakan sebagai

antiseptik pada saluran kencing Jika diberikan pada awal kehamilan kadar

nitrofurantoin pada jaringan fetal lebih tinggi dibanding ibu tetapi kadarnya dalam

plasma sangat rendah Dengan makin bertambahnya umur kehamilan kadar

nitrofurantoin dalam plasma janin juga meningkat Sejauh ini belum terbukti bahwa

nitrofurantoin dapat meningkatkan kejadian malformasi janin Namun perhatian harus

diberikan terutama pada kehamilan cukup bulan di mana pemberian nitrofurantoin

pada periode ini kemungkinan akan menyebabkan anemia hemolitik pada janin

LKSI 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Percetakan Not BandungRagg M 2001 Obat-Obat yang paling diresepkan Arcan Jakarta

Santoso B 1995 Efek Samping Obat ed 2 Pusat Study Farmakologi Klinik dan Kebijakan Obat UGM Yogyakarta

Setiabudy S dkk 2007 Farmakologi dan Terapeutik edisi 5 FKUI JakartaSpeirs Al 1992 Ilmu Kesehatan Anak untuk Perawat ed 2 IKIPSemarang Press Semarang

Yagiela J A Frank J D Enid A N 2004 Pharmacology and Therapeutics for Dentistry Elsevier Mosby St Louis

Obat-obatan Untuk Ibu

Sebenarnya obat yang langsung ke ASI itu jumlahnya sangat kecil Sebagian kecil berpengaruh kepada bayi Secara umum menghentikan pemberian ASI lebih berbahaya daripada pengaruh obat tersebut Hanya sebagian kecil obat yang mempunyai efek samping Bayi yang berumur kurang dari satu bulan mempunyai masalah yang besar dibandingkan dengan bayi yang lebih tua Tetapi mungkin perlu dipikirkan obat alternatif untuk ibu yang menyebabkan lebih sedikit masalah Kejadian penghentian menyusui karena ibu harus minum obat adalah sangat jarang

Pada sedikit situasi menyusui merupakan kontra indikasi

Jika ibu mendapatkan obat anti kanker pemberian ASI boleh dihentikan Jika ibu mendapatkan pengobatan radioaktif ibu dapat menghentikan pemberian ASI untuk sementara Obat-obatan ini jarang digunakan

Beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang kadang-kadang menyebabkan perlunya penghentian pemberian ASI

Jika ibu mendapatkan obat psikiatrik atau anti konfulsan kadang-kadang membuat bayi (berusia kurang dari satu bulan) yang menyusui menjadi tampak lemah Khususnya jika diberikan barbiturat dan diazepam Jika memungkinkan sebaiknya diganti dengan obat lain yang mempunyai efek samping kecil Namun demikian sangat berbahaya jika mengubah pengobatan secara cepat khususnya pada kasus epilepsi

Jika tidak ada alternatif teruskan pemberian ASI dan amatilah bayinya

Jika terjadi efek samping pemberian ASI dapat dihentikan

Beberapa antibiotik perlu dihindari

Antibiotik pada umumnya aman bagi ASI dan bagi bayi Tetapi lebih baik menghindari pemberian Chloramphenikol dan tetrasiklin serta metronidazole Jika salah satu antibiotik tersebut harus diberikan kepada ibu teruskan menyusui dan amatilah bayinya Pada umumnya tidak ada masalah

Hindari pemberian sulphonamide kepada ibu khususnya jika bayi jaundice Jika obat seperti cotrimoxasole fansidar dan dapsone diperlukan berikan obat tersebut dan teruskan pemberian ASI Pertimbangkan pemberian makanan alternatif bila bayi jaundice terutama jaundice yang terjadi ketika ibu meminum obat tersebut

Obat yang menyebabkan menurunnya produksi ASI perlu dihindari

Hindari penggunaan kontrasepsi yang mengandung estrogen Hindari penggunaan Thiazide diuretik seperti Chlorotiazide karena obat ini menurunkan produksi ASI Jia mungkin carilah alternatifnya

Kebanyakan obat yang umum digunakan adalah aman pada dosis biasa

Jika ibu menyusui mendapatkan obat tetapi anda tidak yakin obat apa

1 Cek daftar obat di dalam manual 2 Anjurkan agar ibu terus menyusui sambil mencoba mengetahui obat apa yang diberikan 3 Amatilah bayi jika terjadi efek samping seperti mengantuk yang abnormal tidak nafsu makan dan

ikterus khususnya jika ibu mengkonsumsi obat untuk waktu yang lama 4 Usahakan mendapatkan saran dari petugas kesehatan yang lebih ahli seperti dokter atau apoteker 5 Jika khawatir cobalah mencari obat alternatif yang anda ketahui lebih aman 6 Jika bayi terkena efek samping dan ibu tidak mengubah penggunaan obatnya gunakanlah metode

alternatif yang aman 7 Jika bayi terkena efek samping dan anda tidak mungkin mengubah obatnya pertimbangkan cara

pemberian makanan yang lain untuk sementara waktu bila mungkin

Menyusui dan Obat-obatan untuk Ibu

Kontra indikasi pemberian ASI Obat anti kanker

Radioaktif (berhenti menyusui sementara)

Teruskan pemberian ASI Obat penyakit psikis dan anti konvulsan

(Amati efek samping pada bayi

misalnya mengantuk)

Gunakan obat alternatif Chloramfenikol tetracyclin metronidazole

Quinolone antibiotics (eg Ciprofloxacin)

Pantau kemungkinan ikterius Sulphonamides cotrimoxazole fansidar dapsone

Gunakan obat alternatif Estrogen terutama kontrasepsi berisi estrogen

(dapat menurunkan produksi ASI) Thiazide diuretic

Aman pada dosis biasa Obat-obatan paling biasa digunakan

Pantau bayi Analgesik dan antipiretik paracetakol yang diberikan untuk waktu siang asam acetil salisilik ibuprofen kadang-kadang diberikan morfin dan petidin kebanyakan obat batuk dan masuk angin antibiotik ampisilin kloxasilin dan penisilin erythromisin lain obat anti TB anti lepra anti malaria (kecuali meflokuin) antihelmint anti jamur bronchodilator (eg Salbutamol) corticosteroids antihistamin antasid obat untuk diabetes kebanyakan oabat anti-hipertensi digoksin suplemen gizi yodium zat besi dan vitamin-vitamin

Dikirim oleh (RSIA permata hati)

  • RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI
  • Hal-hal Terbaru Tentang Transfusi Darah
Page 24: RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI.docx

letargi Kloramfenikol dimasukkan dalam kategori C yaitu obat yang karena efek

farmakologiknya dapat menyebabkan pengaruh buruk pada janin tanpa disertai

malformasi anatomik Pengaruh ini dapat bersifat reversibel Pemberian

kloramfenikol selama kehamilan sejauh mungkin dihindari terutama pada minggu-

minggu terakhir menjelang kelahiran dan selama menyusui

lt--[if supportLists]--gt4 lt--[endif]--gtGolongan Makrolid seperti clarithomycin

roxirhromycin erythromycin spiramycin dan azithromycin

lt--[if supportLists]--gt5 lt--[endif]--gtGolongan Penicillin seperti amoxicillin

turunan tridydrate dan turunan garam Na-nya

Obat-obat yang termasuk dalam golongan penisilin dapat dengan mudah menembus

plasenta dan mencapai kadar terapetik baik pada janin maupun cairan amnion

Penisilin relatif paling aman jika diberikan selama kehamilan meskipun perlu

pertimbangan yang seksama dan atas indikasi yang ketat mengingat kemungkinan

efek samping yang dapat terjadi pada ibu

lt--[if supportLists]--gt6 lt--[endif]--gtGolongan Kuinolon seperti ciprofloxacin dan

turunan garam HCl-nya ofloxacin sparfloxacin dan norfloxacin

lt--[if supportLists]--gt7 lt--[endif]--gtGolongan Tetrasiklin seperti doxycycline

tetracyclin dan turunan HCl-nya (tidak boleh untuk wanita hamil) dan oxytetracylin

(tidak boleh untuk wanita hamil)

Tetraskilin adalah jenis antibiotik yang merupakan anti bakteri yang luas sebagai

penghambat dan pembunuh bakteri gram positif dan gram negatif Merupakan zat

kelasi yang mempunyai afinitas dengan kalsium dan basa yang sukar larut dalam air

tetapi bentuk garam natrium atau garam HCL-nya mudah larut Dalam keadaadn

kering bentuk basa dan garam HCL tetrasiklin bersifat relative stabil Sedangkan

dalam larutan kebanyakan tetrasiklin sangat labil sehingga cepat berkurang

potensinya Efek tetrasiklin semakin fatal pada ibu hamil trimester pertama

Sehingga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang mikromelia dan

sindaktil Pembentukan tulang baru mulai pada trimester kedua Oleh karena itu

pemberian pada trismester kedua dapat mengakibatkan peubahan warna kekuningan

yang permanen pada gigi susu dan hipoplasia enamel Meskipun demikian gigi yang

kekuningan tersebut lebih tahan terhadap karies dibandingkan gigi normal

Sedangkan pemberian pada bulan ke 4 kehidupan janin sampai akhir tahun pertama

dapat menimbulkan kelainan warna gigi Wanita hamil atau masa nifas dengan

pielonefritis atau gangguan fungsi ginjal lain cendrung menderita kerusakan hati

akibat pemberian golongan tetrasiklin Tapi saat ini tetraskilin sudah jarang diberikan

kepada ibu hamil dan anak anak

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmpilisin Segi keamanan baik bagi ibu maupun

janin relatif cukup terjamin Kadar ampisilin dalam sirkulasi darah janin meningkat

secara lambat setelah pemberiannya pada ibu dan bahkan sering melebihi kadarnya

dalam sirkulasi ibu Pada awal kehamilan kadar ampisilin dalam cairan amnion

relatif rendah karena belum sempurnanya ginjal janin di samping meningkatnya

kecepatan aliran darah antara ibu dan janin pada masa tersebut Tetapi pada periode

akhir kehamilan di mana ginjal dan alat ekskresi yangi lain pada janin telah matur

kadarnya dalam sirkulasi janin justru lebih tinggi dibanding ibu Farmakokinetika

ampisilin berubah menyolok selama kehamilan Dengan meningkatnya volume

plasma dan cairan tubuh maka meningkat pula volume distribusi obat Oleh sebab itu

kadar ampisilin pada wanita hamil kira-kira hanya 50 dibanding saat tidak hamil

Dengan demikian penambahan dosis ampisilin perlu dilakukan selama masa

kehamilan

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmoksisilin Pada dasarnya absorpsi

amoksisilin setelah pemberian per oral jauh lebih baik dibanding ampisilin

Amoksisilin diabsorpsi secara cepat dan sempurna baik setelah pemberian oral

maupun parenteral Seperti halnya dengan ampisilin penambahan dosis amoksisilin

pada kehamilan perlu dilakukan mengingat kadarnya dalam darah ibu maupun janin

relatif rendah dibanding saat tidak hamil Dalam sirkulasi janin kadarnya hanya

sekitar seperempat sampai sepertiga kadar di sirkulasi ibu

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtSulfonmida Obat-obat yang tergolong

sulfonamida dapat melintasi plasenta dan masuk dalam sirkulasi janin dalam kadar

yang lebih rendah atau sama dengan kadarnya dalam sirkulasi ibu Pemakaian

sulfonamida pada wanita hamil harus dihindari terutama pada akhir masa kehamilan

Hal ini karena sulfonamida mampu mendesak bilirubin dari tempat ikatannya dengan

protein sehingga mengakibatkan terjadinya kern-ikterus pada bayi yang baru

dilahirkan Keadaan ini mungkin akan menetap sampai 7 hari setelah bayi lahir

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtEritromisin Pemakaian eritromisin pada wanita

hamil relatif aman karena meskipun dapat terdifusi secara luas ke hampir semua

jaringan (kecuali otak dan cairan serebrospinal) tetapi kadar pada janin hanya

mencapai 1-2 dibanding kadarnya dalam serum ibu Di samping itu sejauh ini

belum terdapat bukti bahwa eritromisin dapat menyebabkan kelainan pada janin

Kemanfaatan eritromisin untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh Chlamydia

pada wanita hamil serta pencegahan penularan ke janin cukup baik meskipun bukan

menjadi obat pilihan pertama Namun ditilik dari segi keamanan dan manfaatnya

pemakaian eritromisin untuk infeksi tersebut lebih dianjurkan dibanding antibiotika

lain misalnya tetrasiklin

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtTrimetoprim Karena volume distribusi yang

luas trimetoprim mampu menembus jaringan fetal hingga mencapai kadar yang lebih

tinggi dibanding sulfametoksazol meskipun kadarnya tidak lebih tinggi dari ibu Pada

uji hewan trimetoprim terbukti bersifat teratogen jika diberikan pada dosis besar

Meskipun belum terdapat bukti bahwa trimetoprim juga bersifat teratogen pada janin

tetapi pemakaiannya pada wanita hamil perlu dihindari Jika terpaksa harus

memberikan kombinasi trimetoprim + sulfametoksazol pada kehamilan diperlukan

pemberian suplementasi asam folet

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtNitrofurantoin Sering digunakan sebagai

antiseptik pada saluran kencing Jika diberikan pada awal kehamilan kadar

nitrofurantoin pada jaringan fetal lebih tinggi dibanding ibu tetapi kadarnya dalam

plasma sangat rendah Dengan makin bertambahnya umur kehamilan kadar

nitrofurantoin dalam plasma janin juga meningkat Sejauh ini belum terbukti bahwa

nitrofurantoin dapat meningkatkan kejadian malformasi janin Namun perhatian harus

diberikan terutama pada kehamilan cukup bulan di mana pemberian nitrofurantoin

pada periode ini kemungkinan akan menyebabkan anemia hemolitik pada janin

LKSI 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Percetakan Not BandungRagg M 2001 Obat-Obat yang paling diresepkan Arcan Jakarta

Santoso B 1995 Efek Samping Obat ed 2 Pusat Study Farmakologi Klinik dan Kebijakan Obat UGM Yogyakarta

Setiabudy S dkk 2007 Farmakologi dan Terapeutik edisi 5 FKUI JakartaSpeirs Al 1992 Ilmu Kesehatan Anak untuk Perawat ed 2 IKIPSemarang Press Semarang

Yagiela J A Frank J D Enid A N 2004 Pharmacology and Therapeutics for Dentistry Elsevier Mosby St Louis

Obat-obatan Untuk Ibu

Sebenarnya obat yang langsung ke ASI itu jumlahnya sangat kecil Sebagian kecil berpengaruh kepada bayi Secara umum menghentikan pemberian ASI lebih berbahaya daripada pengaruh obat tersebut Hanya sebagian kecil obat yang mempunyai efek samping Bayi yang berumur kurang dari satu bulan mempunyai masalah yang besar dibandingkan dengan bayi yang lebih tua Tetapi mungkin perlu dipikirkan obat alternatif untuk ibu yang menyebabkan lebih sedikit masalah Kejadian penghentian menyusui karena ibu harus minum obat adalah sangat jarang

Pada sedikit situasi menyusui merupakan kontra indikasi

Jika ibu mendapatkan obat anti kanker pemberian ASI boleh dihentikan Jika ibu mendapatkan pengobatan radioaktif ibu dapat menghentikan pemberian ASI untuk sementara Obat-obatan ini jarang digunakan

Beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang kadang-kadang menyebabkan perlunya penghentian pemberian ASI

Jika ibu mendapatkan obat psikiatrik atau anti konfulsan kadang-kadang membuat bayi (berusia kurang dari satu bulan) yang menyusui menjadi tampak lemah Khususnya jika diberikan barbiturat dan diazepam Jika memungkinkan sebaiknya diganti dengan obat lain yang mempunyai efek samping kecil Namun demikian sangat berbahaya jika mengubah pengobatan secara cepat khususnya pada kasus epilepsi

Jika tidak ada alternatif teruskan pemberian ASI dan amatilah bayinya

Jika terjadi efek samping pemberian ASI dapat dihentikan

Beberapa antibiotik perlu dihindari

Antibiotik pada umumnya aman bagi ASI dan bagi bayi Tetapi lebih baik menghindari pemberian Chloramphenikol dan tetrasiklin serta metronidazole Jika salah satu antibiotik tersebut harus diberikan kepada ibu teruskan menyusui dan amatilah bayinya Pada umumnya tidak ada masalah

Hindari pemberian sulphonamide kepada ibu khususnya jika bayi jaundice Jika obat seperti cotrimoxasole fansidar dan dapsone diperlukan berikan obat tersebut dan teruskan pemberian ASI Pertimbangkan pemberian makanan alternatif bila bayi jaundice terutama jaundice yang terjadi ketika ibu meminum obat tersebut

Obat yang menyebabkan menurunnya produksi ASI perlu dihindari

Hindari penggunaan kontrasepsi yang mengandung estrogen Hindari penggunaan Thiazide diuretik seperti Chlorotiazide karena obat ini menurunkan produksi ASI Jia mungkin carilah alternatifnya

Kebanyakan obat yang umum digunakan adalah aman pada dosis biasa

Jika ibu menyusui mendapatkan obat tetapi anda tidak yakin obat apa

1 Cek daftar obat di dalam manual 2 Anjurkan agar ibu terus menyusui sambil mencoba mengetahui obat apa yang diberikan 3 Amatilah bayi jika terjadi efek samping seperti mengantuk yang abnormal tidak nafsu makan dan

ikterus khususnya jika ibu mengkonsumsi obat untuk waktu yang lama 4 Usahakan mendapatkan saran dari petugas kesehatan yang lebih ahli seperti dokter atau apoteker 5 Jika khawatir cobalah mencari obat alternatif yang anda ketahui lebih aman 6 Jika bayi terkena efek samping dan ibu tidak mengubah penggunaan obatnya gunakanlah metode

alternatif yang aman 7 Jika bayi terkena efek samping dan anda tidak mungkin mengubah obatnya pertimbangkan cara

pemberian makanan yang lain untuk sementara waktu bila mungkin

Menyusui dan Obat-obatan untuk Ibu

Kontra indikasi pemberian ASI Obat anti kanker

Radioaktif (berhenti menyusui sementara)

Teruskan pemberian ASI Obat penyakit psikis dan anti konvulsan

(Amati efek samping pada bayi

misalnya mengantuk)

Gunakan obat alternatif Chloramfenikol tetracyclin metronidazole

Quinolone antibiotics (eg Ciprofloxacin)

Pantau kemungkinan ikterius Sulphonamides cotrimoxazole fansidar dapsone

Gunakan obat alternatif Estrogen terutama kontrasepsi berisi estrogen

(dapat menurunkan produksi ASI) Thiazide diuretic

Aman pada dosis biasa Obat-obatan paling biasa digunakan

Pantau bayi Analgesik dan antipiretik paracetakol yang diberikan untuk waktu siang asam acetil salisilik ibuprofen kadang-kadang diberikan morfin dan petidin kebanyakan obat batuk dan masuk angin antibiotik ampisilin kloxasilin dan penisilin erythromisin lain obat anti TB anti lepra anti malaria (kecuali meflokuin) antihelmint anti jamur bronchodilator (eg Salbutamol) corticosteroids antihistamin antasid obat untuk diabetes kebanyakan oabat anti-hipertensi digoksin suplemen gizi yodium zat besi dan vitamin-vitamin

Dikirim oleh (RSIA permata hati)

  • RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI
  • Hal-hal Terbaru Tentang Transfusi Darah
Page 25: RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI.docx

Sedangkan pemberian pada bulan ke 4 kehidupan janin sampai akhir tahun pertama

dapat menimbulkan kelainan warna gigi Wanita hamil atau masa nifas dengan

pielonefritis atau gangguan fungsi ginjal lain cendrung menderita kerusakan hati

akibat pemberian golongan tetrasiklin Tapi saat ini tetraskilin sudah jarang diberikan

kepada ibu hamil dan anak anak

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmpilisin Segi keamanan baik bagi ibu maupun

janin relatif cukup terjamin Kadar ampisilin dalam sirkulasi darah janin meningkat

secara lambat setelah pemberiannya pada ibu dan bahkan sering melebihi kadarnya

dalam sirkulasi ibu Pada awal kehamilan kadar ampisilin dalam cairan amnion

relatif rendah karena belum sempurnanya ginjal janin di samping meningkatnya

kecepatan aliran darah antara ibu dan janin pada masa tersebut Tetapi pada periode

akhir kehamilan di mana ginjal dan alat ekskresi yangi lain pada janin telah matur

kadarnya dalam sirkulasi janin justru lebih tinggi dibanding ibu Farmakokinetika

ampisilin berubah menyolok selama kehamilan Dengan meningkatnya volume

plasma dan cairan tubuh maka meningkat pula volume distribusi obat Oleh sebab itu

kadar ampisilin pada wanita hamil kira-kira hanya 50 dibanding saat tidak hamil

Dengan demikian penambahan dosis ampisilin perlu dilakukan selama masa

kehamilan

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtAmoksisilin Pada dasarnya absorpsi

amoksisilin setelah pemberian per oral jauh lebih baik dibanding ampisilin

Amoksisilin diabsorpsi secara cepat dan sempurna baik setelah pemberian oral

maupun parenteral Seperti halnya dengan ampisilin penambahan dosis amoksisilin

pada kehamilan perlu dilakukan mengingat kadarnya dalam darah ibu maupun janin

relatif rendah dibanding saat tidak hamil Dalam sirkulasi janin kadarnya hanya

sekitar seperempat sampai sepertiga kadar di sirkulasi ibu

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtSulfonmida Obat-obat yang tergolong

sulfonamida dapat melintasi plasenta dan masuk dalam sirkulasi janin dalam kadar

yang lebih rendah atau sama dengan kadarnya dalam sirkulasi ibu Pemakaian

sulfonamida pada wanita hamil harus dihindari terutama pada akhir masa kehamilan

Hal ini karena sulfonamida mampu mendesak bilirubin dari tempat ikatannya dengan

protein sehingga mengakibatkan terjadinya kern-ikterus pada bayi yang baru

dilahirkan Keadaan ini mungkin akan menetap sampai 7 hari setelah bayi lahir

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtEritromisin Pemakaian eritromisin pada wanita

hamil relatif aman karena meskipun dapat terdifusi secara luas ke hampir semua

jaringan (kecuali otak dan cairan serebrospinal) tetapi kadar pada janin hanya

mencapai 1-2 dibanding kadarnya dalam serum ibu Di samping itu sejauh ini

belum terdapat bukti bahwa eritromisin dapat menyebabkan kelainan pada janin

Kemanfaatan eritromisin untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh Chlamydia

pada wanita hamil serta pencegahan penularan ke janin cukup baik meskipun bukan

menjadi obat pilihan pertama Namun ditilik dari segi keamanan dan manfaatnya

pemakaian eritromisin untuk infeksi tersebut lebih dianjurkan dibanding antibiotika

lain misalnya tetrasiklin

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtTrimetoprim Karena volume distribusi yang

luas trimetoprim mampu menembus jaringan fetal hingga mencapai kadar yang lebih

tinggi dibanding sulfametoksazol meskipun kadarnya tidak lebih tinggi dari ibu Pada

uji hewan trimetoprim terbukti bersifat teratogen jika diberikan pada dosis besar

Meskipun belum terdapat bukti bahwa trimetoprim juga bersifat teratogen pada janin

tetapi pemakaiannya pada wanita hamil perlu dihindari Jika terpaksa harus

memberikan kombinasi trimetoprim + sulfametoksazol pada kehamilan diperlukan

pemberian suplementasi asam folet

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtNitrofurantoin Sering digunakan sebagai

antiseptik pada saluran kencing Jika diberikan pada awal kehamilan kadar

nitrofurantoin pada jaringan fetal lebih tinggi dibanding ibu tetapi kadarnya dalam

plasma sangat rendah Dengan makin bertambahnya umur kehamilan kadar

nitrofurantoin dalam plasma janin juga meningkat Sejauh ini belum terbukti bahwa

nitrofurantoin dapat meningkatkan kejadian malformasi janin Namun perhatian harus

diberikan terutama pada kehamilan cukup bulan di mana pemberian nitrofurantoin

pada periode ini kemungkinan akan menyebabkan anemia hemolitik pada janin

LKSI 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Percetakan Not BandungRagg M 2001 Obat-Obat yang paling diresepkan Arcan Jakarta

Santoso B 1995 Efek Samping Obat ed 2 Pusat Study Farmakologi Klinik dan Kebijakan Obat UGM Yogyakarta

Setiabudy S dkk 2007 Farmakologi dan Terapeutik edisi 5 FKUI JakartaSpeirs Al 1992 Ilmu Kesehatan Anak untuk Perawat ed 2 IKIPSemarang Press Semarang

Yagiela J A Frank J D Enid A N 2004 Pharmacology and Therapeutics for Dentistry Elsevier Mosby St Louis

Obat-obatan Untuk Ibu

Sebenarnya obat yang langsung ke ASI itu jumlahnya sangat kecil Sebagian kecil berpengaruh kepada bayi Secara umum menghentikan pemberian ASI lebih berbahaya daripada pengaruh obat tersebut Hanya sebagian kecil obat yang mempunyai efek samping Bayi yang berumur kurang dari satu bulan mempunyai masalah yang besar dibandingkan dengan bayi yang lebih tua Tetapi mungkin perlu dipikirkan obat alternatif untuk ibu yang menyebabkan lebih sedikit masalah Kejadian penghentian menyusui karena ibu harus minum obat adalah sangat jarang

Pada sedikit situasi menyusui merupakan kontra indikasi

Jika ibu mendapatkan obat anti kanker pemberian ASI boleh dihentikan Jika ibu mendapatkan pengobatan radioaktif ibu dapat menghentikan pemberian ASI untuk sementara Obat-obatan ini jarang digunakan

Beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang kadang-kadang menyebabkan perlunya penghentian pemberian ASI

Jika ibu mendapatkan obat psikiatrik atau anti konfulsan kadang-kadang membuat bayi (berusia kurang dari satu bulan) yang menyusui menjadi tampak lemah Khususnya jika diberikan barbiturat dan diazepam Jika memungkinkan sebaiknya diganti dengan obat lain yang mempunyai efek samping kecil Namun demikian sangat berbahaya jika mengubah pengobatan secara cepat khususnya pada kasus epilepsi

Jika tidak ada alternatif teruskan pemberian ASI dan amatilah bayinya

Jika terjadi efek samping pemberian ASI dapat dihentikan

Beberapa antibiotik perlu dihindari

Antibiotik pada umumnya aman bagi ASI dan bagi bayi Tetapi lebih baik menghindari pemberian Chloramphenikol dan tetrasiklin serta metronidazole Jika salah satu antibiotik tersebut harus diberikan kepada ibu teruskan menyusui dan amatilah bayinya Pada umumnya tidak ada masalah

Hindari pemberian sulphonamide kepada ibu khususnya jika bayi jaundice Jika obat seperti cotrimoxasole fansidar dan dapsone diperlukan berikan obat tersebut dan teruskan pemberian ASI Pertimbangkan pemberian makanan alternatif bila bayi jaundice terutama jaundice yang terjadi ketika ibu meminum obat tersebut

Obat yang menyebabkan menurunnya produksi ASI perlu dihindari

Hindari penggunaan kontrasepsi yang mengandung estrogen Hindari penggunaan Thiazide diuretik seperti Chlorotiazide karena obat ini menurunkan produksi ASI Jia mungkin carilah alternatifnya

Kebanyakan obat yang umum digunakan adalah aman pada dosis biasa

Jika ibu menyusui mendapatkan obat tetapi anda tidak yakin obat apa

1 Cek daftar obat di dalam manual 2 Anjurkan agar ibu terus menyusui sambil mencoba mengetahui obat apa yang diberikan 3 Amatilah bayi jika terjadi efek samping seperti mengantuk yang abnormal tidak nafsu makan dan

ikterus khususnya jika ibu mengkonsumsi obat untuk waktu yang lama 4 Usahakan mendapatkan saran dari petugas kesehatan yang lebih ahli seperti dokter atau apoteker 5 Jika khawatir cobalah mencari obat alternatif yang anda ketahui lebih aman 6 Jika bayi terkena efek samping dan ibu tidak mengubah penggunaan obatnya gunakanlah metode

alternatif yang aman 7 Jika bayi terkena efek samping dan anda tidak mungkin mengubah obatnya pertimbangkan cara

pemberian makanan yang lain untuk sementara waktu bila mungkin

Menyusui dan Obat-obatan untuk Ibu

Kontra indikasi pemberian ASI Obat anti kanker

Radioaktif (berhenti menyusui sementara)

Teruskan pemberian ASI Obat penyakit psikis dan anti konvulsan

(Amati efek samping pada bayi

misalnya mengantuk)

Gunakan obat alternatif Chloramfenikol tetracyclin metronidazole

Quinolone antibiotics (eg Ciprofloxacin)

Pantau kemungkinan ikterius Sulphonamides cotrimoxazole fansidar dapsone

Gunakan obat alternatif Estrogen terutama kontrasepsi berisi estrogen

(dapat menurunkan produksi ASI) Thiazide diuretic

Aman pada dosis biasa Obat-obatan paling biasa digunakan

Pantau bayi Analgesik dan antipiretik paracetakol yang diberikan untuk waktu siang asam acetil salisilik ibuprofen kadang-kadang diberikan morfin dan petidin kebanyakan obat batuk dan masuk angin antibiotik ampisilin kloxasilin dan penisilin erythromisin lain obat anti TB anti lepra anti malaria (kecuali meflokuin) antihelmint anti jamur bronchodilator (eg Salbutamol) corticosteroids antihistamin antasid obat untuk diabetes kebanyakan oabat anti-hipertensi digoksin suplemen gizi yodium zat besi dan vitamin-vitamin

Dikirim oleh (RSIA permata hati)

  • RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI
  • Hal-hal Terbaru Tentang Transfusi Darah
Page 26: RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI.docx

protein sehingga mengakibatkan terjadinya kern-ikterus pada bayi yang baru

dilahirkan Keadaan ini mungkin akan menetap sampai 7 hari setelah bayi lahir

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtEritromisin Pemakaian eritromisin pada wanita

hamil relatif aman karena meskipun dapat terdifusi secara luas ke hampir semua

jaringan (kecuali otak dan cairan serebrospinal) tetapi kadar pada janin hanya

mencapai 1-2 dibanding kadarnya dalam serum ibu Di samping itu sejauh ini

belum terdapat bukti bahwa eritromisin dapat menyebabkan kelainan pada janin

Kemanfaatan eritromisin untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh Chlamydia

pada wanita hamil serta pencegahan penularan ke janin cukup baik meskipun bukan

menjadi obat pilihan pertama Namun ditilik dari segi keamanan dan manfaatnya

pemakaian eritromisin untuk infeksi tersebut lebih dianjurkan dibanding antibiotika

lain misalnya tetrasiklin

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtTrimetoprim Karena volume distribusi yang

luas trimetoprim mampu menembus jaringan fetal hingga mencapai kadar yang lebih

tinggi dibanding sulfametoksazol meskipun kadarnya tidak lebih tinggi dari ibu Pada

uji hewan trimetoprim terbukti bersifat teratogen jika diberikan pada dosis besar

Meskipun belum terdapat bukti bahwa trimetoprim juga bersifat teratogen pada janin

tetapi pemakaiannya pada wanita hamil perlu dihindari Jika terpaksa harus

memberikan kombinasi trimetoprim + sulfametoksazol pada kehamilan diperlukan

pemberian suplementasi asam folet

lt--[if supportLists]--gt lt--[endif]--gtNitrofurantoin Sering digunakan sebagai

antiseptik pada saluran kencing Jika diberikan pada awal kehamilan kadar

nitrofurantoin pada jaringan fetal lebih tinggi dibanding ibu tetapi kadarnya dalam

plasma sangat rendah Dengan makin bertambahnya umur kehamilan kadar

nitrofurantoin dalam plasma janin juga meningkat Sejauh ini belum terbukti bahwa

nitrofurantoin dapat meningkatkan kejadian malformasi janin Namun perhatian harus

diberikan terutama pada kehamilan cukup bulan di mana pemberian nitrofurantoin

pada periode ini kemungkinan akan menyebabkan anemia hemolitik pada janin

LKSI 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Percetakan Not BandungRagg M 2001 Obat-Obat yang paling diresepkan Arcan Jakarta

Santoso B 1995 Efek Samping Obat ed 2 Pusat Study Farmakologi Klinik dan Kebijakan Obat UGM Yogyakarta

Setiabudy S dkk 2007 Farmakologi dan Terapeutik edisi 5 FKUI JakartaSpeirs Al 1992 Ilmu Kesehatan Anak untuk Perawat ed 2 IKIPSemarang Press Semarang

Yagiela J A Frank J D Enid A N 2004 Pharmacology and Therapeutics for Dentistry Elsevier Mosby St Louis

Obat-obatan Untuk Ibu

Sebenarnya obat yang langsung ke ASI itu jumlahnya sangat kecil Sebagian kecil berpengaruh kepada bayi Secara umum menghentikan pemberian ASI lebih berbahaya daripada pengaruh obat tersebut Hanya sebagian kecil obat yang mempunyai efek samping Bayi yang berumur kurang dari satu bulan mempunyai masalah yang besar dibandingkan dengan bayi yang lebih tua Tetapi mungkin perlu dipikirkan obat alternatif untuk ibu yang menyebabkan lebih sedikit masalah Kejadian penghentian menyusui karena ibu harus minum obat adalah sangat jarang

Pada sedikit situasi menyusui merupakan kontra indikasi

Jika ibu mendapatkan obat anti kanker pemberian ASI boleh dihentikan Jika ibu mendapatkan pengobatan radioaktif ibu dapat menghentikan pemberian ASI untuk sementara Obat-obatan ini jarang digunakan

Beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang kadang-kadang menyebabkan perlunya penghentian pemberian ASI

Jika ibu mendapatkan obat psikiatrik atau anti konfulsan kadang-kadang membuat bayi (berusia kurang dari satu bulan) yang menyusui menjadi tampak lemah Khususnya jika diberikan barbiturat dan diazepam Jika memungkinkan sebaiknya diganti dengan obat lain yang mempunyai efek samping kecil Namun demikian sangat berbahaya jika mengubah pengobatan secara cepat khususnya pada kasus epilepsi

Jika tidak ada alternatif teruskan pemberian ASI dan amatilah bayinya

Jika terjadi efek samping pemberian ASI dapat dihentikan

Beberapa antibiotik perlu dihindari

Antibiotik pada umumnya aman bagi ASI dan bagi bayi Tetapi lebih baik menghindari pemberian Chloramphenikol dan tetrasiklin serta metronidazole Jika salah satu antibiotik tersebut harus diberikan kepada ibu teruskan menyusui dan amatilah bayinya Pada umumnya tidak ada masalah

Hindari pemberian sulphonamide kepada ibu khususnya jika bayi jaundice Jika obat seperti cotrimoxasole fansidar dan dapsone diperlukan berikan obat tersebut dan teruskan pemberian ASI Pertimbangkan pemberian makanan alternatif bila bayi jaundice terutama jaundice yang terjadi ketika ibu meminum obat tersebut

Obat yang menyebabkan menurunnya produksi ASI perlu dihindari

Hindari penggunaan kontrasepsi yang mengandung estrogen Hindari penggunaan Thiazide diuretik seperti Chlorotiazide karena obat ini menurunkan produksi ASI Jia mungkin carilah alternatifnya

Kebanyakan obat yang umum digunakan adalah aman pada dosis biasa

Jika ibu menyusui mendapatkan obat tetapi anda tidak yakin obat apa

1 Cek daftar obat di dalam manual 2 Anjurkan agar ibu terus menyusui sambil mencoba mengetahui obat apa yang diberikan 3 Amatilah bayi jika terjadi efek samping seperti mengantuk yang abnormal tidak nafsu makan dan

ikterus khususnya jika ibu mengkonsumsi obat untuk waktu yang lama 4 Usahakan mendapatkan saran dari petugas kesehatan yang lebih ahli seperti dokter atau apoteker 5 Jika khawatir cobalah mencari obat alternatif yang anda ketahui lebih aman 6 Jika bayi terkena efek samping dan ibu tidak mengubah penggunaan obatnya gunakanlah metode

alternatif yang aman 7 Jika bayi terkena efek samping dan anda tidak mungkin mengubah obatnya pertimbangkan cara

pemberian makanan yang lain untuk sementara waktu bila mungkin

Menyusui dan Obat-obatan untuk Ibu

Kontra indikasi pemberian ASI Obat anti kanker

Radioaktif (berhenti menyusui sementara)

Teruskan pemberian ASI Obat penyakit psikis dan anti konvulsan

(Amati efek samping pada bayi

misalnya mengantuk)

Gunakan obat alternatif Chloramfenikol tetracyclin metronidazole

Quinolone antibiotics (eg Ciprofloxacin)

Pantau kemungkinan ikterius Sulphonamides cotrimoxazole fansidar dapsone

Gunakan obat alternatif Estrogen terutama kontrasepsi berisi estrogen

(dapat menurunkan produksi ASI) Thiazide diuretic

Aman pada dosis biasa Obat-obatan paling biasa digunakan

Pantau bayi Analgesik dan antipiretik paracetakol yang diberikan untuk waktu siang asam acetil salisilik ibuprofen kadang-kadang diberikan morfin dan petidin kebanyakan obat batuk dan masuk angin antibiotik ampisilin kloxasilin dan penisilin erythromisin lain obat anti TB anti lepra anti malaria (kecuali meflokuin) antihelmint anti jamur bronchodilator (eg Salbutamol) corticosteroids antihistamin antasid obat untuk diabetes kebanyakan oabat anti-hipertensi digoksin suplemen gizi yodium zat besi dan vitamin-vitamin

Dikirim oleh (RSIA permata hati)

  • RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI
  • Hal-hal Terbaru Tentang Transfusi Darah
Page 27: RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI.docx

Setiabudy S dkk 2007 Farmakologi dan Terapeutik edisi 5 FKUI JakartaSpeirs Al 1992 Ilmu Kesehatan Anak untuk Perawat ed 2 IKIPSemarang Press Semarang

Yagiela J A Frank J D Enid A N 2004 Pharmacology and Therapeutics for Dentistry Elsevier Mosby St Louis

Obat-obatan Untuk Ibu

Sebenarnya obat yang langsung ke ASI itu jumlahnya sangat kecil Sebagian kecil berpengaruh kepada bayi Secara umum menghentikan pemberian ASI lebih berbahaya daripada pengaruh obat tersebut Hanya sebagian kecil obat yang mempunyai efek samping Bayi yang berumur kurang dari satu bulan mempunyai masalah yang besar dibandingkan dengan bayi yang lebih tua Tetapi mungkin perlu dipikirkan obat alternatif untuk ibu yang menyebabkan lebih sedikit masalah Kejadian penghentian menyusui karena ibu harus minum obat adalah sangat jarang

Pada sedikit situasi menyusui merupakan kontra indikasi

Jika ibu mendapatkan obat anti kanker pemberian ASI boleh dihentikan Jika ibu mendapatkan pengobatan radioaktif ibu dapat menghentikan pemberian ASI untuk sementara Obat-obatan ini jarang digunakan

Beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang kadang-kadang menyebabkan perlunya penghentian pemberian ASI

Jika ibu mendapatkan obat psikiatrik atau anti konfulsan kadang-kadang membuat bayi (berusia kurang dari satu bulan) yang menyusui menjadi tampak lemah Khususnya jika diberikan barbiturat dan diazepam Jika memungkinkan sebaiknya diganti dengan obat lain yang mempunyai efek samping kecil Namun demikian sangat berbahaya jika mengubah pengobatan secara cepat khususnya pada kasus epilepsi

Jika tidak ada alternatif teruskan pemberian ASI dan amatilah bayinya

Jika terjadi efek samping pemberian ASI dapat dihentikan

Beberapa antibiotik perlu dihindari

Antibiotik pada umumnya aman bagi ASI dan bagi bayi Tetapi lebih baik menghindari pemberian Chloramphenikol dan tetrasiklin serta metronidazole Jika salah satu antibiotik tersebut harus diberikan kepada ibu teruskan menyusui dan amatilah bayinya Pada umumnya tidak ada masalah

Hindari pemberian sulphonamide kepada ibu khususnya jika bayi jaundice Jika obat seperti cotrimoxasole fansidar dan dapsone diperlukan berikan obat tersebut dan teruskan pemberian ASI Pertimbangkan pemberian makanan alternatif bila bayi jaundice terutama jaundice yang terjadi ketika ibu meminum obat tersebut

Obat yang menyebabkan menurunnya produksi ASI perlu dihindari

Hindari penggunaan kontrasepsi yang mengandung estrogen Hindari penggunaan Thiazide diuretik seperti Chlorotiazide karena obat ini menurunkan produksi ASI Jia mungkin carilah alternatifnya

Kebanyakan obat yang umum digunakan adalah aman pada dosis biasa

Jika ibu menyusui mendapatkan obat tetapi anda tidak yakin obat apa

1 Cek daftar obat di dalam manual 2 Anjurkan agar ibu terus menyusui sambil mencoba mengetahui obat apa yang diberikan 3 Amatilah bayi jika terjadi efek samping seperti mengantuk yang abnormal tidak nafsu makan dan

ikterus khususnya jika ibu mengkonsumsi obat untuk waktu yang lama 4 Usahakan mendapatkan saran dari petugas kesehatan yang lebih ahli seperti dokter atau apoteker 5 Jika khawatir cobalah mencari obat alternatif yang anda ketahui lebih aman 6 Jika bayi terkena efek samping dan ibu tidak mengubah penggunaan obatnya gunakanlah metode

alternatif yang aman 7 Jika bayi terkena efek samping dan anda tidak mungkin mengubah obatnya pertimbangkan cara

pemberian makanan yang lain untuk sementara waktu bila mungkin

Menyusui dan Obat-obatan untuk Ibu

Kontra indikasi pemberian ASI Obat anti kanker

Radioaktif (berhenti menyusui sementara)

Teruskan pemberian ASI Obat penyakit psikis dan anti konvulsan

(Amati efek samping pada bayi

misalnya mengantuk)

Gunakan obat alternatif Chloramfenikol tetracyclin metronidazole

Quinolone antibiotics (eg Ciprofloxacin)

Pantau kemungkinan ikterius Sulphonamides cotrimoxazole fansidar dapsone

Gunakan obat alternatif Estrogen terutama kontrasepsi berisi estrogen

(dapat menurunkan produksi ASI) Thiazide diuretic

Aman pada dosis biasa Obat-obatan paling biasa digunakan

Pantau bayi Analgesik dan antipiretik paracetakol yang diberikan untuk waktu siang asam acetil salisilik ibuprofen kadang-kadang diberikan morfin dan petidin kebanyakan obat batuk dan masuk angin antibiotik ampisilin kloxasilin dan penisilin erythromisin lain obat anti TB anti lepra anti malaria (kecuali meflokuin) antihelmint anti jamur bronchodilator (eg Salbutamol) corticosteroids antihistamin antasid obat untuk diabetes kebanyakan oabat anti-hipertensi digoksin suplemen gizi yodium zat besi dan vitamin-vitamin

Dikirim oleh (RSIA permata hati)

  • RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI
  • Hal-hal Terbaru Tentang Transfusi Darah
Page 28: RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI.docx

Jika ibu menyusui mendapatkan obat tetapi anda tidak yakin obat apa

1 Cek daftar obat di dalam manual 2 Anjurkan agar ibu terus menyusui sambil mencoba mengetahui obat apa yang diberikan 3 Amatilah bayi jika terjadi efek samping seperti mengantuk yang abnormal tidak nafsu makan dan

ikterus khususnya jika ibu mengkonsumsi obat untuk waktu yang lama 4 Usahakan mendapatkan saran dari petugas kesehatan yang lebih ahli seperti dokter atau apoteker 5 Jika khawatir cobalah mencari obat alternatif yang anda ketahui lebih aman 6 Jika bayi terkena efek samping dan ibu tidak mengubah penggunaan obatnya gunakanlah metode

alternatif yang aman 7 Jika bayi terkena efek samping dan anda tidak mungkin mengubah obatnya pertimbangkan cara

pemberian makanan yang lain untuk sementara waktu bila mungkin

Menyusui dan Obat-obatan untuk Ibu

Kontra indikasi pemberian ASI Obat anti kanker

Radioaktif (berhenti menyusui sementara)

Teruskan pemberian ASI Obat penyakit psikis dan anti konvulsan

(Amati efek samping pada bayi

misalnya mengantuk)

Gunakan obat alternatif Chloramfenikol tetracyclin metronidazole

Quinolone antibiotics (eg Ciprofloxacin)

Pantau kemungkinan ikterius Sulphonamides cotrimoxazole fansidar dapsone

Gunakan obat alternatif Estrogen terutama kontrasepsi berisi estrogen

(dapat menurunkan produksi ASI) Thiazide diuretic

Aman pada dosis biasa Obat-obatan paling biasa digunakan

Pantau bayi Analgesik dan antipiretik paracetakol yang diberikan untuk waktu siang asam acetil salisilik ibuprofen kadang-kadang diberikan morfin dan petidin kebanyakan obat batuk dan masuk angin antibiotik ampisilin kloxasilin dan penisilin erythromisin lain obat anti TB anti lepra anti malaria (kecuali meflokuin) antihelmint anti jamur bronchodilator (eg Salbutamol) corticosteroids antihistamin antasid obat untuk diabetes kebanyakan oabat anti-hipertensi digoksin suplemen gizi yodium zat besi dan vitamin-vitamin

Dikirim oleh (RSIA permata hati)

  • RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI
  • Hal-hal Terbaru Tentang Transfusi Darah