rumah sakit tni au dr esnawan antariksa

Upload: richardo77

Post on 13-Jan-2016

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jangan download

TRANSCRIPT

RUMAH SAKIT TNI AU Dr ESNAWAN ANTARIKSASMF TELINGA HIDUNG TENGGOROKJl. Merpati No 2, Halim Perdanakusuma Jakarta Timur 13610

Nama: Richardo RusliTanda TanganNIM: 11 2013 283 .............Dr. Pembimbing / Penguji: dr. Asnominanda, Sp. THT-KL

IDENTITAS PASIENNama: Tn HRJenis Kelamin: Laki-lakiUmur: 19 tahun Agama: IslamPekerjaan: PelajarAlamat: Jl. Purdadi 163 no 1 Pendidikan: SMA

ANAMNESISDiambil secara: AutoanamnesisPada tanggal: 23 Juli 2015Jam: 11.30 WIB

Keluhan utama: Telinga kanan tersumbat.

Keluhan tambahan: Pendengaran berkurang. Batuk dan Pilek.

Riwayat penyakit sekarang (RPS):Pasien datang dengan keluhan telinga kanan tersumbat sejak 1 minggu sebelum ke rumah sakit. Hal tersebut dirasakan hampir setiap waktu. Keluhan disertai dengan berkurangnya pendengaran pada telinga kanan. OS mengaku sulit mendengar suara pelan dan masih bisa mendengar suara sedang sampai keras. OS menyangkal adanya demam, nyeri pada telinga kanan, telinga berdengung, dan keluarnya cairan dari telinga. 8 hari sebelum ke rumah sakit OS mengeluh batuk dan pilek. Hidung kiri dan kanan OS tersumbat. OS mengaku keluar cairan kental berwarna putih dari hidungnya. Hidung yang tersumbat dirasakan terjadi sepanjang hari. Selain itu OS juga mengeluhkan batuk yang disertai dahak. Batuk terjadi sepanjang hari yang disertai dahak kental berwarna putih dan kental. OS juga merasakan badannya sedikit demam. OS menyangkal sering bersin-bersin pada pagi hari sebelumnya. OS mengaku tidak pernah terpapar suara yang keras ataupun terkena pukul pada bagian telinga kanan. OS juga menyangkal sering mengorek-ngorek telinganya, sering mimisan dan mengalami penurunan berat badan.OS menyangkal belum ada gangguan dalam berkomunikasi dengan orang sekitar maupun dengan keluarganya.OS sempat berobat untuk penyakitnya dan diberi obat tetes telinga serta dua obat minum, akan tetapi tidak terdapat perbaikan.

Riwayat penyakit dahulu (RPD) :Pasien mengaku tidak memiliki riwayat alergi apapun. . Riwayat operasi sinus disangkal. Riwayat trauma pada daerah kepala disangkal. Tidak ada riwayat operasi maupun dirawat karena sakit berat di rumah sakit.

Riwayat penyakit keluarga (RPK) :Tidak ada keluarga yang mendserita keluhan yang sama dengan pasien. Tidak ada riwayat alergi dalam keluarga.

Keadaan UmumKesadaran: Compos mentisTekanan darah: 110/80 mmHgNadi: 80 x/menitSuhu: 37.0CPernapasan: 20 x/menitBerat badan: 65 kg

PEMERIKSAAN FISIKTelingaKananKiri

Kelainan KogenitalTidak tampak Tidak tampak

Tumor/ Tanda radang (Pre/retroaurikuler)Tidak tampakTidak tampak

Nyeri tekan TragusTidak NyeriTidak Nyeri

Penarikan daun telingaTidak NyeriTidak Nyeri

Liang telingaCAE lapang, hiperemis(-), serumen (-)CAE lapang, hiperemis(-), serumen (-)

Membran timpaniIntak, warna abu-abu , tidak mengkilat, hiperemis (-), retraksi (+), bulging (-), refleks cahaya (-)

Intak, warna putih mengkilat, hiperemis (-), retraksi (-), bulging (-), refleks cahaya (+) pada jam 7

Tes Penala Rinne Weber

SwabachPenala yang dipakai : 512 Hz Negatif Lateralisasi ke telinga yang sakit Memanjang Positif Tidak ada lateralisasi Sesuai pemeriksa

Kesan : Kelainan pada telinga tengah sebelah kanan dan tuli konduktif kanan

Hidung dan Sinus ParanasalBentuk: Simetris; Tidak ada fraktur dan deviasi; Krepitasi (-)Tanda peradangan: Hiperemis +/+ Vestibulum: Sumbatan (-), perdarahan (-), benda asing (-), dan Sekret (+).Konka inferior kanan/kiri: Hipertrofi konka +/+ Konka medius kanan/kiri: Tidak hipertrofiMeatus nasi medius kanan/kiri: Tidak ada polip; tidak ada sumbatanSeptum nasi: Tidak deviasiPasase udara: Tidak ada sumbatan / hambatan saat bernapasDaerah sinus frontalis & maksilaris: Tidak ada tanda peradangan dan perdarahan; nyeri tekan (-)

Nasofaring (Rhinoskopi Posterior)Tidak dilakukan pemeriksaan ini. Jika pemeriksaan ini dilakukan, maka yang harus dinilai adalah koana, septum nasi posterior, muara tuba eustachius, konka inferior dan media, dan dinding posterior.

Pemeriksaan TransluminasiTidak dilakukan pemeriksaan ini. Jika pemeriksaan ini dilakukan, maka harus di ruangan yang gelap lalu menilai sinus maksilaris kanan dan kiri serta sinus frontalis kanan dan kiri.

Faring Dinding faring: tidak tampak hiperemis, permukaan rata Arkus faring: tidak tampak hiperemis Tonsil: T1-T1 Uvula: tidak tampak deviasi Gigi: tidak tampak kelainan Gambar:

Laring (laringoskopi) Epiglotis:Tidak dilakukan Plika aryepiglotis: Tidak dilakukan Arytenoid: Tidak dilakukan Ventrikular band: Tidak dilakukan Pita suara asli: Tidak dilakukan Rima glotis: Tidak dilakukan Cincin trakea: Tidak dilakukan Sinus piriformis: Tidak dilakukan

Leher Kelenjar limfe submandibula: tidak tampak kelainan Kelenjar limfe servikal: tidak tampak kelainan

Maksillo-fasial Deformitas :tidak tampak Parase saraf otak:tidak tampak

PEMERIKSAAN PENUNJANGBelum ada pemeriksaan penunjang yang dilakukan oleh pasien.

RESUMESeorang pria 19 tahun datang dengan keluhan telinga kanan tersumbat sejak 1 minggu sebelum ke rumah sakit. Hal tersebut dirasakan hampir setiap waktu. Keluhan disertai dengan berkurangnya pendengaran pada telinga kanan. OS kesulitan mendengar suara pelan dan masih bisa mendengar suara sedang sampai keras. 8 hari sebelum ke rumah sakit OS mengeluh batuk dan pilek. Hidung kiri dan kanan OS tersumbat. OS mengaku keluar cairan kental berwarna putih dari hidungnya. Hidung yang tersumbat dirasakan terjadi sepanjang hari. Selain itu OS juga mengeluhkan batuk yang disertai dahak. Batuk terjadi sepanjang hari yang disertai dahak kental berwarna putih dan kental. OS juga merasakan badannya sedikit demam. OS sempat berobat untuk penyakitnya dan diberi obat tetes telinga vital serta dua obat minum, akan tetapi tidak terdapat perbaikan.Pada pemeriksaan fisik ditemukan :Pemeriksaan telinga : Membran timpani auris dextra ditemukan warna membran timpani abu-abu , tidak mengkilat, retraksi (+), dan refleks cahaya (-)Pemeriksaan Hidung : Pada vestibulum terdapat Hiperemis +/+ dan Sekret (+). Serta Hipertrofi konka inferior +/+ .

DIAGNOSIS BANDINGOtitis Media Akut Stadium Oklusi AD + RhinosinusitisOtitis Media Akut Stadium Hiperemis AD + Rhinosinusitis

DIAGNOSIS KERJAOtitis Media Akut Stadium Oklusi AD + Rhinosinusitis

USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Darah (Leukosit, Hematokrit, Hemoglobin, dan Trombosit)2. Endoskopi hidung3. Audiometri Nada Murni4. Timpanometri

PENANGANAN MedikaMentosa Amoxicillin 500 mg 3x/hari selama 5 hari Ambroxol 30 mg 3x/hari malam selama 5 hari Rhinofed 3x/hari selama 5 hari Non-medikamentosa Perasat valsava Anjuran/ Edukasi Mengurangi makan es dan minum yang dingin

PROGNOSIS Quo ad Vitam : ad Bonam Quo ad Sanationam: ad Bonam Quo ad funcionam : ad Bonam

TINJAUAN PUSTAKADEFINISIOtitis media peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan non-supuratif, dimana masing-masing memiliki bentuk akut dan kronis. Otitis media akut termasuk kedalam jenis otitis media supuratif.

ETIOLOGISumbatan pada tuba eustachius merupakan penyebab utama dari otitis media. Pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba eustachius terganggu, sehingga pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah terganggu juga. Selain itu, ISPA juga merupakan salah satu faktor penyebab yang paling sering.Kuman penyebab OMA adalah bakteri piogenik, seperti Streptococcus hemoliticus, Haemophilus Influenzae (27%),Staphylococcus aureus (2%), Streptococcus Pneumoniae (38%),Pneumococcus.Pada anak-anak, makin sering terserang ISPA, makin besar kemungkinan terjadinya otitis media akut (OMA). Pada bayi, OMA dipermudah karena tuba eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya agak horisontal.

PATOGENESISOtitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga.Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena tekanannya. OMA dapat berkembang menjadi otitis media supuratif kronis apabila gejala berlangsung lebih dari 2 bulan, hal ini berkaitan dengan beberapa faktor antara lain higiene, terapi yang terlambat, pengobatan yang tidak adekuat, dan daya tahan tubuh yang kurang baik.

STADIUMOMA memiliki beberapa stadium klinis antara lain:1. Stadium oklusi tuba eustachiusa. Terdapat gambaran retraksi membran timpani.b. Membran timpani berwarna normal atau keruh pucat.c. Sukar dibedakan dengan otitis media serosa virus.2. Stadium hiperemis2. Pembuluh darah tampak lebar dan edema pada membran timpani.2. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.1. Stadium supurasi3. Membran timpani menonjol ke arah luar.3. Sel epitel superfisila hancur.3. Terbentuk eksudat purulen di kavum timpani.3. Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta nyeri di telinga tambah hebat.1. Stadium perforasi4. Membran timpani ruptur.4. Keluar nanah dari telinga tengah.4. Pasien lebih tenang, suhu badan turun, dan dapat tidur nyenyak.1. Stadium resolusi5. Bila membran timpani tetap utuh, maka perlahan-lahan akan normal kembali.5. Bila terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan mengering.5. Resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan bila virulensi rendah dan daya tahan tubuh baik.

PENATALAKSANAANTerapi OMA tergantung pada stadiumnya. Pada stadium oklusi, tujuan terapi dikhususkan untuk membuka kembali tuba eustachius. Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik untuk anak 12 thn atau dewasa.. selain itu, sumber infeksi juga harus diobati dengan memberikan antibiotik.Pada stadium presupurasi, diberikan antibiotik, obat tetes hidung, dan analgesik. Bila membran timpani sudah hiperemi difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Antibiotik yang diberikan ialah penisilin atau eritromisin. Jika terdapat resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam klavunalat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin IM agar konsentrasinya adekuat di dalam darah. Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari. Pada anak diberikan ampisilin 4x50-100 mg/KgBB, amoksisilin 4x40 mg/KgBB/hari, atau eritromisin 4x40 mg/kgBB/hari.Pengobatan stadium supurasi selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk dilakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh.Selain itu, analgesik juga perlu diberikan agar nyeri dapat berkurang.Pada stadium perforasi, diberikan obat cuci telinga H2O23% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu.Stadium resolusi biasanya akan tampak sekret mengalir keluar. Pada keadaan ini dapat dilanjutkan antibiotik sampai 3 minggu, namun bila masih keluar sekret diduga telah terjadi mastoiditis.

KOMPLIKASISebelum ada antibiotik, komplikasi paling sering pada OMA ialah abses subperiosteal sampai komplikasi yang berat seperti meningitis dan abses otak.Otitis media yang tidak diatasi juga dapat menyebabkan kehilangan pendengaran permanen.

DAFTAR PUSTAKAAnonim. 2008.Otitis Media Akut. Accessed:http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/1092.htm.Revai, Krystal et al. 2007.IncidenceofAcuteOtitisMediaand Sinusitis Complicating Upper Respiratory Tract Infection: The Effect of Age. PEDIATRICS Vol. 119 No. 6 June 2007, pp. e1408-e1412.Moses, Scott. 2008.Otitis Media. Accessed: www.fpnotebook.com.Djaafar, ZA. 2006.Kelainan Telinga Tengah. Dalam: Telinga Hidung Tenggorokan, cetakan ke-5. Balai Penerbit FKUI.Jakarta.