rula reba
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 latar Belakang
RULA (Rapid Upper Limb Assessment)RULA merupakan metode
ergonomi yang digunakan untuk mengurangi terjadinya resiko yang berhubungan
dengan pekerjaan seseorang pada tubuh bagian atas. RULA ditemukan oleh Dr.
Lynn Mc Atamney dan Profesor E. Nigel Corlett pada tahun 1993 di Nothingham,
Inggris. RULA dapat membantu untuk
mengurangi resiko cedera pada seorang pekerja. Analisa RULA dapat dilakukan
sebelum dan sesudah demonstrasi untuk mengetahui apakah resiko cedera sudah
berkurang. RULA digunakan dengan cara mengevaluasi postur tubuh, kekuatan
yang dibutuhkan dan gerakan otot pekerja pada saat sedang bekerja. Terdapat 5
faktor eksternal yang dapat menjadi faktor resiko yang berhubungan dengan
terjadinya cedera pada tubuh bagian atas, yaitu:
· Jumlah gerakan
· Kerja otos statis
· Beban
· Dimensi peralatan
· Lama kerja tanpa istirahat.
Perbedaan-perbedaan yang terdapat pada setiap individu pekerja antara lain:
· Postur tubuh
· Kecepatan gerakan
· Akurasi gerakan
· Frekuensi dan lamanya delay
· Umur dan pengalaman
· Faktor sosial
1
Oleh sebab itu, RULA didesain untuk membahas faktor- faktor resiko di atas
terutama pada 4 faktor eksternal pertama. Adapun tujuan dari metode ini adalah
sebagai berikut:
· Sebagai metode yang dapat dengan cepat mengurangi resiko cedera pada
pekerja, khususnya yang berkaitan dengan tubuh bagian atas.
· Mengidentifikasikan bagian tubuh yang mengalami kelelahan dan kemungkinan
terbesar mengalami cedera.
· Memberikan hasil analisa dan perbaikan.
Terdapat 3 langkah untuk mendapatkan hasil dari metode RULA:
a. Merekam postur tubuh ketika sedang bekerja.
Bagian tubuh yang dianalisa meliputi: lengan (lengan atas), siku tangan
(lengan bawah), pergelangan tangan, leher, trunk, dan kaki. Padalangkah ini,
peneliti merekam dan memasukkan data postur tubuh pekerja pada software
RULA. Kemudian, dari data tersebut dapat diketahui bagian tubuh yang
mempunyai kemungkinan terbesar mengalami cedera.
b. Menghitung nilai
Data hasil rekaman yang telah dimasukkan software, dihitung nilainya
untuk masing-masing bagian tubuh.
c. Action Level .
Dari hasil nilai yang didapatkan, kemudian diklasifikasikan menurut action level.
Rapid Entire Body Assessment atau yang biasa disebut
dengan REBA yaitu Salah satu metode yang digunakan untuk menganalisa
pekerjaan berdasarkan posisi tubuh adalah dengan metode Rapid Entire Body
Assessment atau REBA. Metode ini didesain untuk mengevaluasi pekerjaan atau
aktivitas, dimana pekerjaan tersebut memiliki kecenderungan menimbulkan
ketidaknyamanan seperti kelelahan pada leher, tulang punggung, lengan, dan
sebagainya. Metode ini mengevaluasi pekerjaan dengan memberikan nilai (score)
2
pada 5 aktivitas level yang berbeda. Hasil nilai ini menunjukkan tingkatan atau
level resiko yang dihadapi oleh karyawan dalam melakukan pekerjaannya dan
terhadap beban kerja yang ditanggungnya. Resiko dari pekerjaan terkait dengan
penyakit otot dan postur tubuh.
Analisa REBA dilakukan dengan membagi postur tubuh kedalam dua kategori,
kategori A dan B. Kategori A terdiri dari tubuh, leher dan kaki, sedangkan
kategori B terdiri dari lengan atas dan bawah serta pergelangan untuk gerakan ke
kiri dan kanan. Masing-masing kategori memiliki skala penilaian postur tubuh
lengkap dengan catatan tambahan yang dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam desain perbaikan. Setelah penilaian postur tubuh, yang
dilakukan kemudian adalah pemberian nilai pada beban atau tenaga yang
digunakan serta faktor terkait dengan kopling (Hignett, S., McAtamney, L.
2000).
Nilai untuk masing-masing postur tubuh dapat diperoleh dari tabel penilaian
yang telah ada. Total nilai pada kategori A merupakan nilai yang diperoleh dari
penjumlahan nilai postur tubuh yang terdapat pada tabel A dengan nilai beban
atau tenaga. Sedang total nilai pada kategori B merupakan nilai yang diperoleh
dari penjumlahan nilai postur tubuh yang terdapat pada tabel B dengan nilai
kopling untuk kedua tangan. Nilai REBA diperoleh dengan melihat nilai dari
kategori A dan B pada tabel C untuk memperoleh nilai C yang kemudian
dijumlahkan dengan nilai aktivitas. Sedangkan tingkatan resiko dari pekerjaan
diperoleh dari tabel keputusan REBA.
Langkah-langkah yang diperlukan dalam menerapkan metode REBA ini
antara lain:
− Mengambil data gambar posisi tubuh ketika bekerja.
− Menentukan bagian-bagian tubuh yang akan diamati, antara lain batang
tubuh, pergelangan tangan, leher, kaki, lengan atas, dan lengan bawah.
3
− Penentuan nilai untuk masing-masing postur tubuh dan activity score.
− Penjumlahan nilai dari masing-masing kategori untuk memperoleh nilai
REBA.
− Penentuan level resiko dan pengambilan keputusan untuk perbaikan.
− Membuat desain metode, fasilitas dan lingkungan kerja.
− Implementasi dan evaluasi desain metode, fasilitas, dan lingkungan kerja.
− Penilaian ulang dengan menggunakan metode REBA untuk desain baru yang
telah diimplementasikan.
− Evaluasi perbandingan nilai REBA untuk kondisi sebelum dan setelah
implementasi desain perbaikan.
Keuntungan dari metode REBA diantaranya:
− Metode ini dapat menganalisa pekerjaan berdasarkan posisi tubuh dengan
cepat.
− Menganalisa faktor-faktor resiko yang ada dalam melakukan pekerjaan.
− Metode ini cukup peka untuk menganalisa pekerjaan dan beban kerja
berdasarkan posisi tubuh ketika bekerja
− Teknik penilaian membagi tubuh kedalam bagian-bagian tertentu yang
kemudian diberi kode-kode secara individual berdasarkan bidang-bidang
geraknya untuk kemudian diberikan nilai.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menghitung RULA dan REBA secara manual?
2. Bagaimana cara menghitung RULA dan REBA dengan Ergofellow?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara menghitung RULA dan REBA secara manual
2. Untuk mengetahui cara menghitung RULA dan REBA dengan Ergofellow
4
1.4 Pembatasan Masalah
Objek pengamatan yang diteliti dalam penulisan laporan penelitian ini adalah
bagaimana posisi tubuh saat bekerja dan berapa waktu yang efektif untuk bekerja
agar pekerja dapat bekerja dengan baik dan tidak memeberikan dampak buruk kepada
pekerjanya. Element – element yang berhubungan dengan pekerjaannya yaitu seperti
mesin jahit,kursi,kain,celana,baju dll.Posisi kerja yang baik akan menimbulkan
dampak posistif yang baik terhadap tubuh begtupun sebaliknya posisi tubuh yang
buruk akan menimbulkan dampak yang buruk terhadap tubuh pekerjanya.
5
BAB 2
OBJEK PENGAMATAN
2.1 Pekerjaan
Objek pengamatan yang diteliti dalam penulisan laporan penelitian ini adalah bagaimana posisi tubuh saat bekerja dan berapa waktu yang efektif untuk bekerja agar pekerja dapat bekerja dengan baik dan tidak memeberikan dampak buruk kepada pekerjanya. Element – element yang berhubungan dengan pekerjaannya yaitu seperti mesin jahit,kursi,kain,celana,baju dll.Posisi kerja yang baik akan menimbulkan dampak posistif yang baik terhadap tubuh begtupun sebaliknya posisi tubuh yang buruk akan menimbulkan dampak yang buruk terhadap tubuh pekerjanya. Dalam kasus kali ini objek pengamatan yang dilakukan adalah meneliti seberpa baik atau burukkah posisi tubuh yang dilakukan oleh seseorang yang bekerja sebagai seorang pedagang batagor dan pedagang martabak.
2.2 Lamanya melakukan pekerjaan tersebut/hari
Dari hasil wawancara penulis dengan pedagang penulis mendapatkan keterangan dari peadgang bahwa mereka mulai berjualan pada waktu ba’da maghrib sampai pukul 02.00 WIB
2.3 Lokasi Pengamatan
Lokasi pengamatan yang penulis teliti adalah pedagang di sekitar BALTOS (Balubur Town Square).
2.4 Gambar Objek pekerjaan
6
BAB 3
PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS
3.1 Metoda RULA
3.1.1 Definisi RULA
RULA adalah Suatu metode survey yang dikembangkan untuk
penyelidikan ergonomi tentang tempat kerja dimana ada kaitannya dengan
gangguan anggota tubuh bagian atas. ”(McAtamney, I. And Corlett, E. N,
Vol.25, no.3, 1993, pp 91-99).
Metode ini menggunakan diagram postur tubuh dan 3 tabel skor untuk
menentukan evaluasi dari faktor-faktor resiko.
1. Tabel Grup A
2. Tabel Grup B
3. Tabel Grand Score
3.1.2 Objek Pengamatan
Objek pengamatan yang diteliti dalam penulisan laporan penelitian ini
adalah bagaimana posisi tubuh saat bekerja dan berapa waktu yang efektif
untuk bekerja agar pekerja dapat bekerja dengan baik dan tidak memeberikan
dampak buruk kepada pekerjanya. Element – element yang berhubungan
dengan pekerjaannya yaitu seperti mesin jahit,kursi,kain,celana,baju dll.Posisi
kerja yang baik akan menimbulkan dampak posistif yang baik terhadap tubuh
begtupun sebaliknya posisi tubuh yang buruk akan menimbulkan dampak yang
buruk terhadap tubuh pekerjanya. Dalam kasus kali ini objek pengamatan yang
dilakukan adalah meneliti seberpa baik atau burukkah posisi tubuh yang
dilakukan oleh seseorang yang bekerja sebagai seorang penjual Batagor.
7
Kegiatan menjual Batagor juga banyak gerakan yang dilakukan . Elemen – elemen
kerjanya yaitu :
1.Menyalakan kompor untuk menggoreng Batagor
2.Menggoreng Batagor
3.1.3 Gambar Objek Pengamatan 1
Gambar 1. Objek Pengamatan (Menyalakan kompor)
8
3.1.4 Penguraian Score
Group A
1. Lengan atas membentuk sudut 29°
Skor 2 karena lengan atas membentuk sudut 20° - 45°
2. Lengan bawah membentuk sudut 109°
Skor 2 karena lengan bawah membentuk sudut kurang dari 60 ° atau lebih
dari 100 °
3. Telapak tangan membentuk sudut 0°
Skor 1 telapak tangan berada dalam posisi netral
4. Perputaran telapak tangan
Skor 1 karena telapak tangan tertekuk berputar pada posisi tengah
Tabel A Metoda REBA
Wrist Score
Upper Arm Lower Arm1 2 3
Wrist Twist Wrist Twist Wrist1 2 1 2 1
11 1 2 2 2 22 2 2 2 2 33 2 3 3 3 3
21 2 3 3 3 32 2 3 3 3 33 3 4 4 4 4
31 3 3 4 4 42 3 4 4 4 43 4 4 4 4 4
41 4 4 4 4 42 4 4 4 4 43 4 4 4 5 5
51 5 5 5 5 5
9
5. skor penggunaan otot
Skor yaitu 0
6. force load skor
Skor yaitu 0, beban kurang dari 2 kg (intermittent)
8. final skor tabel A / Nilai skor C
Skor C = 2 + 0 + 0 = 2
Group B
1. Leher membentuk sudut 20°
Skor 2 karena leher membentuk sudut 100 – 200
2. punggung membentuk sudut 18°
Skor 2 karena punggung membentuk sudut 00 – 200
3. kaki menapak dengan seimbang
Skor 2 posisi berdiri dimana berat tubuh didistribusikan merata ke kedua
kaki
Tabel B Metoda REBA
Trunk Posture Score
Neck
1 2 3 4
Leg Score Leg Score Leg Score Leg Score
1 2 1 2 1 2 1
1 1 3 2 3 3 4 5
2 2 3 2 3 4 5 5
3 3 3 3 4 4 5 5
4 5 5 5 6 6 7 7
5 7 7 7 7 7 8 8
6 8 8 8 8 8 8 8
10
5. skor penggunaan otot
Skor yaitu 0
6. force load skor
Skor yaitu 0, beban kurang dari 2 kg (intermittent)
7. final skor tabel B/ skor D
Skor D = 3 + 0 + 0 = 3
Grand Skor
Grand Total Score
1 2 3 4 5 6 7
1 1 2 3 3 4 5 5
2 2 2 3 4 4 5 5
3 3 3 3 4 4 5 6
4 3 3 3 4 5 6 6
5 4 4 4 5 6 7 7
6 4 4 5 6 6 7 7
7 5 5 6 6 7 7 7
Score D = Score from Tabel B + Muscle Use Score + Force
Score C*
6. Daftar Perbaikan
• Pada pekerjaan menjahit terdapat data bahwa pekerjaan tersebut terletak di
Level 2, skor akhir menunjukkan nilai 3-4 mengindikasikan
membutuhkan investigasi dan perubahan terhadap postur kerja mungkin
dapat dilakukan.
7. Kesimpulan
Bahwa dalam pekerjaan menjahit harus dilakukan perubahan dan perbaikan
dalam posisi kerja agar tidak terjadi dampak yang buruk terhadap tubuh.
11
3.2 METODA REBA
3.2.1 Definisi REBA
REBA adalah metode yang secara efektif digunakan untuk menilai
postur tubuh pekerja. atau REBA (Rapid Entire Body Assessment) adalah desain
spesial yang sensitif untuk tipe postur kerja yang tidak dapat diprediksikan.
REBA digunakan untuk pemeriksaan postur tubuh, terutama batang tubuh,
leher, kaki, lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan.
3.2.2 Tujuan
• Mengembangkan sistem sensitif penganalisa postur tubuh terhadap resiko otot
dalam berbagai variasi kerja.
• Membagi tubuh kedalam beberapa segmen, dan diberi kode tersendiri.
• Menyediakan sistem skor untuk aktivitas otot yang disebabkan oleh postur
tubuh yang tidak stabil, seringkali berubah, diam atau dinamis.
• Memberikan kenyataan jika coupling penting untuk digunakan dalam pekerjaan
mengangkat beban, tidak harus selalu menggunakan tangan saja.
• Memberikan level aksi dengan memberikan indikasi tingkat kepentingan.
3.2.3 Tahapan perhitungan REBA
• Merekam posisi kerja
• Penggunaan dari sistem skor
level untuk mengetahui tingkat risiko yang ada bagi tubuh dan menentukan perbaikan apa yang disarankan.
12
3.2.4 Gambar Objek Pengamatan 2
Gambar 2. Objek Pengamatan (Menyalakan kompor)
3.2.5 ScoreGroup A
Posisi dari leher membentuk sudut 200 = skor 1
Posisi punggung membentuk sudut 180 = skor 2
Berat Badan Bilateral dan ditumpuh oleh kedua buah kaki = skor 1
Berat beban yang diangkat < 5kg = skor 0
13
SKOR A = NILAI A + SKOR LOAD FORCE
= 2 + 0 = 2
Group B
Posisi lengan atas membentuk sudut 290 = skor 2
Posisi lengan bawah membentuk sudut 1090 = skor 2
Posisi tekukan telapak tangan dan Posisi Telapak Tangan yang
Mengalami Tekukan dan Putaran membentuk sudut 00 = skor 1 + 1 = 2
(di tambah 1 karena pergelangan tangan bergerak ke samping kanan
atau kiri )
Coupling (Fair) = skor 1
14
15
Skor Coupling
SKOR B = NILAI B + SKOR COUPLING = 3+1 = 4
Perhitungan Nilai C
16
SKOR REBA = SKOR C + SKOR AKTIVITAS
= 3 +0 = 3
Hasil Perhitungan REBA
3.2.6 KESIMPULAN
Kegiatan menjahit yang diperhitungkan menggunakan rumus REBA
menunjukkan kondisi pada level 2 yaitu resiko medium. Berarti posisi kerja pada
kegiatan tersebut sebaiknya di ubah menjadi lebih baik agar tidak terjadi dampak
buruk terhadap tubuh
3.3 Menggunakan ErgoFellow
17
Gambar 3 proses penggorengan
3.3.1 Penguraian skor Metode Rula
3.3.2
Penguraian Skor dengan Metode REBA
18
19
Elemen Objek kegiatan Pembuatan Kotak Martabak
20
3.3.3 Penguraian skor dengan Metode Rula
21
22
3.3.4Penguraian skor dengan Metode REBA
23
24
BAB 4
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
1. Dari percobaan ini penulis dapat menghitung RULA dan REBA secara manual
dengan cara memberikan poin pada setiap posisi tubuh yang dilakukan oleh
operator.
2. Dari percobaan ini penulis juga dapat menghitung RULA dan REBA secara
otomatis dengan menggunakan Ergofellow.
3. Dari penghitungan RULA dan REBA secara manual Kegiatan membuat
batagor yang diperhitungkan menggunakan rumus REBA menunjukkan
kondisi pada level 2 yaitu resiko medium. Berarti posisi kerja pada kegiatan
tersebut sebaiknya di ubah menjadi lebih baik agar tidak terjadi dampak buruk
terhadap tubuh
25