ruang sosial di berbagai ruang yang bebas diakses oleh...

18
1 Ruang Sosial Di Berbagai Ruang Yang Bebas Diakses Oleh Para Pengguna Dalam Gedung Perpustakaan Universitas Indonesia Prisinta Wanastri, Laksmi Program Pascasarjana Ilmu Perpustakaan Departemen Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Artikel ini mengulas pemaknaan dan interpretasi para pengguna perpustakaan Universitas Indonesia atas ruang sosial yang tercipta pada ruang-ruang yang dapat diakses dengan bebas oleh para pengguna. Praktik sosial yang tercipta di setiap ruang (fisik) perpustakaan memiliki bentuk yang berbeda. Hal ini dikarenakan, praktik sosial yang tercipta dalam ruang fisik perpustakaan merupakan hasil ekspresi subjektifitas para pengguna dalam memaknai kondisi sosial dan material yang ada di sekitarnya. Interaksi sosial antar pengguna perpustakaan menjadi faktor yang mempengaruhi ruang sosial perpustakaan dan terus berkembang menjadi kebiasaan yang melekat pada ruang fisik perpustakaan. Pola kebiasaan ini menjadi aturan yang disepakati bersama oleh seluruh pengguna perpustakaan. Kata kunci: Gedung Perpustakaan Universitas Indonesia; ruang sosial; pemaknaan. This article reviews the meaning and interpretation of the user of the University of Indonesia library on the social space that created in rooms that can be freely accessed by the user.Social practices that are created in each (physical) space of the library has a different forms.This is because the social practices that are created in the library's physical space is an expression of the subjectivity of the user in defining on the social and material conditions in the surrounding.Social interaction between the users of the library to be a factor that affects the social space the library and continues to develop into a habit that is attached to the physical space of the library.This pattern became a habit that rules agreed upon by all users of the library Keywords: the University of Indonesia Library building; social space; meaning

Upload: buidan

Post on 19-Aug-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ruang Sosial Di Berbagai Ruang Yang Bebas Diakses Oleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39231/2/Full Text.pdf · Setiap kali manusia memasuki sebuah bangunan,

1

Ruang Sosial Di Berbagai Ruang Yang Bebas Diakses Oleh Para Pengguna Dalam Gedung

Perpustakaan Universitas Indonesia

Prisinta Wanastri, Laksmi

Program Pascasarjana Ilmu Perpustakaan

Departemen Ilmu Perpustakaan dan Informasi

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Artikel ini mengulas pemaknaan dan interpretasi para pengguna perpustakaan Universitas

Indonesia atas ruang sosial yang tercipta pada ruang-ruang yang dapat diakses dengan bebas oleh

para pengguna. Praktik sosial yang tercipta di setiap ruang (fisik) perpustakaan memiliki bentuk

yang berbeda. Hal ini dikarenakan, praktik sosial yang tercipta dalam ruang fisik perpustakaan

merupakan hasil ekspresi subjektifitas para pengguna dalam memaknai kondisi sosial dan material

yang ada di sekitarnya. Interaksi sosial antar pengguna perpustakaan menjadi faktor yang

mempengaruhi ruang sosial perpustakaan dan terus berkembang menjadi kebiasaan yang melekat

pada ruang fisik perpustakaan. Pola kebiasaan ini menjadi aturan yang disepakati bersama oleh

seluruh pengguna perpustakaan.

Kata kunci: Gedung Perpustakaan Universitas Indonesia; ruang sosial; pemaknaan.

This article reviews the meaning and interpretation of the user of the University of Indonesia

library on the social space that created in rooms that can be freely accessed by the user.Social

practices that are created in each (physical) space of the library has a different forms.This is

because the social practices that are created in the library's physical space is an expression of the

subjectivity of the user in defining on the social and material conditions in the surrounding.Social

interaction between the users of the library to be a factor that affects the social space the library

and continues to develop into a habit that is attached to the physical space of the library.This

pattern became a habit that rules agreed upon by all users of the library

Keywords: the University of Indonesia Library building; social space; meaning

Page 2: Ruang Sosial Di Berbagai Ruang Yang Bebas Diakses Oleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39231/2/Full Text.pdf · Setiap kali manusia memasuki sebuah bangunan,

2

Pendahuluan

Pemanfaatan ruang gedung Perpustakaan Universitas Indonesia mengalami transformasi.

Gedung perpustakaan tidak lagi hanya digunakan sebagai tempat memperoleh informasi yang

mendukung kegiatan belajar mengajar sivitas akademi Universitas Indonesia, namun juga menjadi

area pusat kegiatan di wilayah Universitas Indonesia. Dengan adanya ruang-ruang terbuka dan

berbagai fasilitas pendukung yang dapat diakses secara bebas oleh para pengguna perpustakaan,

gedung Perpustakaan Universitas Indonesia berkembang menjadi sebuah one-stop-areabagi para

penggunanya.

Setiap kali manusia memasuki sebuah bangunan, ia akan selalu memaknai ruang fisik dari

bangunan tersebut maupun interaksi yang terbentuk di dalamnya. Pemaknaan ini kemudian

dijadikannya prinsip dalam bertindak dan berperilaku di lingkungan tersebut. Para pengguna

perpustakaan akan menafsirkan dan memberikan makna atas ruang fisik perpustakaan dan juga

ruang sosial yang tercipta di dalam gedung. Relasi-relasi sosial yang hadir dan melekat pada ruang

fisik gedung perpustakaan inilah yang kemudian hadir sebagai rujukan bagi para pengguna dalam

bertindak dan berkegiatan sosial dengan pengguna lainnya.

Rumusan Masalah

Transformasi desain tata ruang Perpustakaan Universitas Indonesia tentunya akan

mempengaruhi pemaknaan pengguna dalam memanfaatkan ruang perpustakaan itu sendiri. Tidak

hanya dari kacamata ruang fisiknya namun juga dalam kacamata ruang sosialnya. Berdasarkan

permasalahan penelitian di atas terdapat dua pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian

ini, yaitu:

1. Bagaimana para pengguna perpustakaan melekatkan makna pada perubahan lanskap fisik

gedung Perpustakaan Universitas Indonesia?

2. Bagaimanakah interaksi yang terbangun antar pengguna perpustakaan dalam menciptakan ruang

sosial di gedung PerpustakaanUniversitas Indonesia?

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan untuk memahami ruang sosial yang tercipta di Perpustakaan

Universitas Indonesia, yang didasarkan pada pemaknaan pengguna atas ruang fisik dan ruang sosial

yang tercipta di perpustakaan. Kegiatan yang tercipta di perpustakaan bukan hanya sekedar pada

Page 3: Ruang Sosial Di Berbagai Ruang Yang Bebas Diakses Oleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39231/2/Full Text.pdf · Setiap kali manusia memasuki sebuah bangunan,

3

pengelolaan dan pemanfaatan informasi, namun juga hadir berbagai aktifitas sosial yang

melibatkan para pengguna perpustakaan di dalamnya. Di sini, perpustakaan hadir sebagai ruang

sosial, tempat para pengguna perpustakaan berinteraksi antar satu dengan yang lain.

Lebih lanjut lagi, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan alternatif dalam

melakukan pengembangan perpustakaan, khususnya perpustakaan akademik, di Indonesia. Bahwa

seharusnya dalam proses pengembangan perpustakaan, tidak hanya terfokus pada pengembangan

koleksi ataupun pada pengembangan sistem manajemen informasi yang dimiliki perpustakaan.

Fungsi ruang (fisik) perpustakaan yang bisa digunakan sebagai area bersosialisasi bagi para

penggunanya, juga perlu menjadi perhatian. Sosialisasi yang terjalin antar pengguna perpustakaan

tidak hanya menampilkan eksistensi diri pengguna dengan pengguna lainnya namun juga juga

wadah para pengguna untuk bertukar informasi antar satu dengan yang lain.

Kerangka Teoritis

A. Memaknai Ruang Sosial

Ruang sosial muncul karena adanya hubungan-hubungan yang terjalin antara manusia dan

kemudian direproduksi kembali sebagai sarana pemikiran dan tindakan dalam berhubungan

dengan manusia lainnya (Lefebvre, 1991:26-27). Ruang sosial terkonstruksi sedemikian rupa,

sehingga memiliki bentuk yang koheren, sebagai upaya untuk mengontrol tingkah laku manusia.

Ruang sosial dan tindak tanduk manusia, memiliki hubungan yang dialektik. Dimana, manusia

memanipulasi tindak tanduknya dalam berinteraksi dengan manusia lainnya untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhannya. Di sisi lain, manusia dalam berhubungan, harus bisa berdaptasi dengan

ruang sosial ada agar dapat diterima oleh orang lain.

Dalam menjalankan hidupnya, manusia selalu berusaha membangun dunia yang

diinginkannya. Namun sebaliknya, lingkungan hidup manusia secara tidak langsung memberikan

batasan-batasan hidup yang menjadi acuan hidup manusia. Hall (1982:4) menjelaskan bahawa

manusia itu pada dasarnya merupakan ‘spatiallity produced’, karena pemikiran dan tindakan

manusia sulit untuk keluar dari ranah ruang sosial yang tercipta di lingkungannya. Dunia manusia

adalah sebuah distribusi fisik dari benda-benda yang dikonstruksikan sebuah relasi sosial, karena

tiap orang mengalaminya dan mendefinisikannya sebagai sebuah realitas sosial.

Bagi seorang manusia memaknai ruang sosial bukan hanya soal memahami sebuah realitas

sosial, namun juga memaknainya sebagai ruang bagi dirinya untuk menempatkan diri ke dalam

Page 4: Ruang Sosial Di Berbagai Ruang Yang Bebas Diakses Oleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39231/2/Full Text.pdf · Setiap kali manusia memasuki sebuah bangunan,

4

lingkungan hidupnya (Stewart dan Strathern, 2003:2). Ruang sosial pada tempat menjadi bermakna

ketika manusia bertindak mengekspresikan subjektifitasnya terhadap kondisi sosial dan material

yang ada di sekitarnya (Hall, 1982:106; Low & Lawrence-zuniga, 2003:2; Werlen, 1993: 4).

Dengan demikian makna atas ruang sosial hanya mungkin hadir melalui praktik sosial yang konkrit

dalam tempat hidup manusia.

B. Perpustakaan Akademik sebagai Ruang Sosial

Merujuk pada Brophy (2005) perpustakaan di dalam lingkungan perguruan tinggi selalu

dianggap sebagai “jantung” yang menjadi tumpuan dalam mendukung pelaksanaan program

perguruan tinggi. Sehingga keberadaan perpustakaan di perguruan tinggi sepenuhnya bergantung

pada lembaga yang menaunginya. Karakter dan jenis layanan yang ditawarkan oleh perpustakaan

didasarkan pada kebutuhan para pengguna perpustakaan, baik sivitas akademi universitas ataupun

masyarakat dari luar lingkungan universitas.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh PPS ( Project for Public Service) pada tahun

1993 (dalam Kent & Myrick, 2003:72) masyarakat melihat adanya potensi pada sebuah

perpustakaan umum untuk menjadi sebuah tempat untuk berkumpul. Menjadikan perpustakaan

sebagai sebuah tempat berkumpul tentu tidak hanya terjadi pada perpustakaan umum, namun juga

di perpustakaan akademik. Seperti yang diungkapkan oleh Gayton (2008: 60) bahwa dalam

melakukan pengembangan ilmu pengetahuan, perpustakaan akademik seringkali dijadikan sebagai

wadah untuk berkomunikasi dan berkolaborasi antar pengguna perpustakaan.

Sebagai ruang bersosialisasi, perpustakaan haruslah ditempatkan di area yang strategis dan

tertaut dengan seluruh gedung dan area yang di lingkungan universitas, agar para pengguna dapat

mudah mengakses gedung perpustakaan. Begitu juga pencitraan perpustakaan yang terbuka dan

nyaman, turut menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengguna. Selain itu, sebagai area

bersosialisasi, perpustakaan harus dapat memenuhi segala kebutuhan pengguna atas penggunaan

ruang di area universitas. Sivitas akademi universitas tidak hanya membutuhkan tempat untuk

melakukan kegiatan akademik, namun juga memerlukan tempat untuk melakukan kegiatan lainnya

baik secara individual maupun secara komunal.

Page 5: Ruang Sosial Di Berbagai Ruang Yang Bebas Diakses Oleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39231/2/Full Text.pdf · Setiap kali manusia memasuki sebuah bangunan,

5

Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan di gedung Perpustakaan Universitas Indonesia ini, secara khusus,

hanya akan memperhatikan ruang-ruang yang dapat diakses secara bebas oleh para pengguna

perpustakaan. Ruang-ruang tersebut antara lain area lobi, ruang komputer, area tenant, teras, ruang

baca, ruang koleksi dan ruang diskusi. Hal ini dikarenakan berbagai ruang tersebut memiliki desain

dan fasilitas pendukung yang berbeda-beda, yang memberikan ciri tersendiri pada ruang-ruang

tersebut.

Dengan metode wawancara, dan obsevasi, penelitian ini tidak sekedar melihat realitas

dalam ruang sosial yang diciptakan oleh pengguna namun juga pemaknaan pengguna perpustakaan

dalam berkegiatan sosial dan berinteraksi dengan pengguna lainnya. Di sini, pihak-pihak yang

dipilih sebagai informan merupakan para pengguna aktif, bukan hanya sivitas akademi Universitas

Indonesia, namun juga dengan pengguna dari luar lingkungan universitas yang menggunakan dan

memiliki kepentingan atas fasilitas yang ditawarkan dalam gedung Perpustakaan Universitas

Indonesia. Sebagai tambahan, penelitian ini menjadi pustakawan yang mengetahui proses

tranformasi perpustakaan Universitas Indonesia sejak dari perencanaan hingga proses eksekusi

sebagai informan.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Upaya relokasi dan trasformasi Perpustakaan Universitas Indonesia dilakukan sejak tahun

2009 dan baru diresmikan pada tahun 2011. Desain inovatif direalisasikan pada bangunan

Perpustakaan Universitas Indonesia ini dengan menganut konsep save energy. Atap berbentuk

green roof dianggap mampu meredam panas dari luar gedung, sehingga suasana di dalam tetap

terasa sejuk dan nyaman. Selain itu dengan konsep skylight, diharapkan area dalam gedung

perpustakaan mampu mendapatkan penerangan alami yaitu langsung berasal dari cahaya matahari.

Dengan adanya relokasi dan trasnformasi gedung Perpustakaan Universitas Indonesia

diharapkan gedung perpustakaan ini dapat menjadi sarana bagi pengguna perpustakaan untuk

melakukan olah pikir, olah rasa dan oleh raga. Sebagai usaha perpustakaan menjadi tempat untuk

berolah pikir bagi para pengguna perpustakaan, perpustakaan terus berusaha untuk

mengembangkan koleksi yang dimilikinya, dari bahan monograf dan jurnal yang tercetak hingga

bahan monograf dalam bentuk softcopy dan jurnal-jurnal yang dilanggan secara online. Di sisi lain,

seiring dengan tersedianya koleksi yang hadir dalam media digital, perpustakaan kemudian

Page 6: Ruang Sosial Di Berbagai Ruang Yang Bebas Diakses Oleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39231/2/Full Text.pdf · Setiap kali manusia memasuki sebuah bangunan,

6

menyediakan ruangan yang dapat digunakan pengguna untuk belajar, baik secara berkelompok

maupun sendiri-sendiri.

Perpustakaan Universitas Indonesia diharapkan mampu menjadi wadah bagi para

penggunanya untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain. Dengan disediakannya berbagai

ruang bersosialisasi di dalam gedung perpustakaan, para pengguna perpustakaan diharapkan dapat

berinteraksi dengan leluasa dengan pengguna lainnya. Fasilitas yang diberikan oleh perpustakaan

ini sebagai bentuk usaha perpustakaan menjadi wadah bagi para pengguna untuk melakukan olah

rasa.

Pada tata rencana pembangunan gedung Perpustakaan Universitas Indonesia, gedung

perpustakaan diarahkan menjadi meeting point dan pusat kegiatan sivitas akademi Universitas

Indonesia. Oleh karena itu kemudian, tidak hanya bentuk bangunan perpustakaan yang dirubah

namun juga letak perpustakaan di area Univeritas Indonesia. Keberadaan Perpustakaan Universitas

Indonesia direlokasi menjadi di tengah-tengah wilayah Universitas Indonesia agar para pengguna

perpustakaan dapat mengakases perpustakaan dengan mudah yaitu dengan hanya berjalan kaki.

Jika dipikirkan kembali, jalan kaki dapat dikategorikan sebagai cara olah raga paling mudah, ringan

dan murah yang tentunya dapat dilakukan seluruh sivitas akademi.

Tata Ruang Fisik Gedung Perpustakaan Universitas Indonesia

Area gedung perpustakaan yang terbuka bagi seluruh pengguna perpustakaan adalah area

yang terdapat di lantai satu hingga lantai empat. Secara khusus area-area tersebut antara lain area

lobi, ruang komputer, area teras, area tenant, ruang diskusi, ruang baca dan ruang koleksi. Di

berbagai ruangan ini para pengguna dapat berkegiatan secara bebas, baik kegiatan serius atau santai

ataupun melakukan kegiatan yang sifatnya individual ataupun dilakukan secara komunal.

Area Lobi

Lobi gedung perpustakaan Universitas Indonesia berada tepat di depan pintu masuk area

perpustakaan. Area ini menjadi area yang menghubungkan area perpustakaan dengan ruang

komputer dan juga area tenant, sehingga membuat area ini diramaikan dengan hilir mudik para

pengguna perpustakaan, khususnya pada jam buka perpustakaan, waktu makan siang dan

menjelang jam tutup perpustakaan.

Page 7: Ruang Sosial Di Berbagai Ruang Yang Bebas Diakses Oleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39231/2/Full Text.pdf · Setiap kali manusia memasuki sebuah bangunan,

7

Letak lobi strategis membuat area ini cocok menjadi area pertemuan atau area meeting

pointyang dapat digunakan untuk melakukan segala kegiatan. Bisa dikatakan area ini merupakan

ruang serba guna, karena area ini bisa digunakan sebagai area diskusi, belajar, bersantai atau

bahkan ada juga yang pacaran. Walaupun berbagai kegiatan tercipta di area ini, para pengguna

berkegiatan bebas tanpa terpengaruh oleh orang sekitarnya.

Ruang Komputer

Ruang komputer yang terletak di lantai satu gedung perpustakaan inisering disebut sebagai

Ruang Mac. Hal ini dikarenakan komputer PC yang digunakan di ruangan ini keseluruhan berupa

komputer Machintosh, sehingga ruangan ini. Disediakannya ruangan komputer ini sebagai

pendukung kegiatan akademik civitas akademika Universitas Indonesia. Walaupun

penggunaannya dimaksudkan untuk memudahkan para pengguna dalam mengerjakan tugas

ataupun unuk mencari bahan-bahan digital, namun ternyata banyak pengguna yang justru

memanfaatkan jaringan internet untuk berelaksasi. Hadirnya jaringan internet yang cepat, sering

dimanfaatkan pengguna untuk streaming di Youtube atau di website streaming lainnya, bahkan ada

pengguna yang sengaja memanfaatkan jaringan internet mengunduh film ataupun lagu.

Pemanfaatan fasilitas di ruangan ini biasanya dilakukan sendiri-sendiri, namun tidak

dipungkiri ada juga pengguna yang senang berkumpul bersama-sama dengan teman-temannya.

Gambar 1. Lobi Perpustakaan Universitas Indonesia (Sumber: Dokumen Pribadi)

Page 8: Ruang Sosial Di Berbagai Ruang Yang Bebas Diakses Oleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39231/2/Full Text.pdf · Setiap kali manusia memasuki sebuah bangunan,

8

Dengan menggeser kursi dari sebelahnya, para pengguna ini bisa melakukan kerja kelompok

ataupun menonton bersama. Walaupun para pengguna ini seringkali ricuh sendiri, namun

sepertinya hal ini biasanya diacuhkan oleh pengguna lainya. Para pengguna ini akan tetap akan

fokus pada pekerjaannya masing-masing.

Area Tenant

Pada dasarnya kehadiran usaha komersil di lantai satu gedung Perpustakaan Universitas

Indonesia merupakan bentuk usaha menjadikan Gedung Perpustakaan sebagai one stop area bagi

para pengguna perpustakaan dalam berkegiatan. Di awal kehadirannya, area tenant ini seringkali

menjadi bahan cibiran bagi civitas akademika yang kontra dengan kehadiran gedung Perpustakaan.

Menurut mereka, kehadiran usaha komersil di perpustakaan tidak bisa ditolerir. Namun seiring

dengan berjalannya waktu dan dengan pendekatan yang dilakukan secara perlahan oleh pihak

perpustakaan dan juga pihak Universitas Indonesia sendiri, akhirnya area tenant ini pun bisa

diterima keberadaannya di perpustakaan.

Kehadiran area tenant di perpustakaan tidak hanya untuk pelengkap fasilitas di

perpustakaan, sehingga para pengguna tidak perlu lagi ke luar dari perpustakaan saat membutuhkan

sesuatu. Area tenant ini juga menjadi salah satu daya tarik yang dapat mengundang pengunjung,

civitas akademika maupun orang luar untuk datang. Tidak jarang para civitas akademika

Gambar 2. Keadaaan di Ruang Komputer (Sumber: Dokumen Pribadi)

Page 9: Ruang Sosial Di Berbagai Ruang Yang Bebas Diakses Oleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39231/2/Full Text.pdf · Setiap kali manusia memasuki sebuah bangunan,

9

Universitas Indonesia datang ke gedung perpustakaan hanya untuk makan dan minum atau

bersantai di restoran atau cafe yang ada di area tenant.Selain itu, area tenant juga menjadi tempat

alternatif bagi mahasiswa Universitas Indonesia untuk belajar ataupun sebagai tempat rapat bagi

para dosen dan peneliti Universitas Indonesia

Teras

Teras yang letaknya tepat di belakang gedung Perpustakaan Universitas Indonesia, mampu

menyelaraskan keberadaan gedung dengan danau Universitas Indonesia. Pepohonan yang berjejer

di tepian danau, membuat suasana teras kelihatan seperti sebuah taman kota nan asri. Di sisi

lainnya, terdapat undakan bangku beton yang dibuat melingkar mengelilingi dua pohon besar. Area

yang disebut dengan taman lingkar ini, terlihat seperti sebuah arena pertunjukkan. Pun, area ini

memang cukup sering dijadikan tempat untuk melakukan pertunjukan kecil-kecilan. Area ini

memang tampak nyaman untuk dijadikan sebagai tempat berkumpul. Dua pohon besar yang

menjadi pusat perhatian di taman lingkar ini, mampu meredam teriknya panas matahari.

Area teras perpustakaan ini tidak luput dari keramaian pengguna perpustakaan. Biasanya

puncak keramaian di area ini terjadi di sore hari. Para pengguna perpustakaan cukup senang

memanfaatkan area ini, terutama untuk menikmati pemandangan sambil merasakan semilir tiupan

Gambar 3. Teras gedung Perpustakaan Universitas Indonesia (Sumber: Dokumen Pribadi)

Page 10: Ruang Sosial Di Berbagai Ruang Yang Bebas Diakses Oleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39231/2/Full Text.pdf · Setiap kali manusia memasuki sebuah bangunan,

10

angin. Jika di hari biasa lebih banyak mahasiswa yang memanfaatkan area ini, para pengunjung

dari kalangan masyarakat umum lebih banyak datang di akhir pekan. Saat akhir pekan ini, banyak

orang tua yang senang mengajak anaknya ke sini, untuk melakukan wisata murah.

Ruang Baca

Situasi di ruang baca khusus di setiap lantai pun berbeda-beda. Kursi yang disediakan selalu

penuh dimanfaatkan oleh pegguna perpustakaan. Terlebih lagi area tengah ruang baca di lantai dua

pun selalu ramai, pasalnya area ini menjadi tempat “transit” para pengguna lift yang ingin datang

ke ruang koleksi. Suasana di ruang baca khusus di lantai tiga terasa lebih tenang dibandingkan

ruangan dibawahnya. Di hari biasa, kursi yang disediakan tidak sepenuhnya digunakan.

Suasana berbeda terasa di ruang baca lantai empat. Suasana tenang dan sunyi benar-benar

terasa di ruangan ini. Kursi dan meja tidak pernah penuh dimanfaatkan pengguna perpustakaan,

khususnya di siang hari. Hal ini dikarenakan hawa di lantai empat ini terasa panas di siang hari.

Posisi ruangan yang berada di lantai atas dan jendela ruangan yang ukurannya sangat luas,

membuat ruangan ini selalu mendapat pantulan cahaya matahari dari gedung di sekelilingnya.

Pantulan inilah yang membuat suhu di ruangan baca khusus lantai empat ini lebih panas dibanding

ruangan di bawahnya.

Ruang baca menjadi tempat pilihan para pengguna untuk menyendiri, baik untuk

mengerjakan tugas ataupun sekedar untuk beristirahat. Namun tidak jarang ada juga pengguna yang

datang bersama dengan teman-temannya. Walaupun mereka datang bersama-sama, setiap anak

biasanya akan berusaha untuk tetap tenang saat berada di ruangan ini. Sehingga saat mereka akan

mengobrol biasanya mereka akan memilih untuk berbisik ataupun pergi ke luar ruangan.

Ruang Koleksi

Terdapat empat ruang koleksi yang dimiliki perpustakaan Universitas Indonesia. Setiap

ruang koleksi yang terdapat di lantai dua, tiga dan empat berisi monograf dengan jenis yang

berbeda-beda. Sebelum mengakses koleksi, untuk mengetahui letak koleksi secara pasti, para

pengguna dapat menggunakan katalog koleksi perpustakaan yang disediakan di luar dan di dalam

ruang koleksi.

Di dalam ruang koleksi di lantai dua tersedia koleksi umum, berupa monograf ilmiah

maupun non-ilmiah yang dapat dipinjam ke luar ruangan oleh para anggota perpustakaan.Di dalam

Page 11: Ruang Sosial Di Berbagai Ruang Yang Bebas Diakses Oleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39231/2/Full Text.pdf · Setiap kali manusia memasuki sebuah bangunan,

11

ruang koleksi lantai dua ini terdapat ruangan yang disebut dengan ruangan multimedia. Ruangan

ini tersimpan koleksi-koleksi multimedia yang dimiliki Perpustakaan Universitas Indonesia.

Ruangan ini biasa dijadikan ruang kelas yang pemanfaatannya diprioritaskan untuk para staff

pengajar Universitas Indonesia.

Koleksi yang tersimpan di lantai tiga berupa koleksi UI-ana. Koleksi yang ada di ruangan

ini seperti arsip yang dimiliki oleh Universitas Indonesia, sehingga koleksi-koleksi ini tidak dapat

dipinjam ke luar ruangan oleh para pengguna perpustakaan. Lain halnya di lantai empat, ruang

koleksi di lantai ini berisi koleksi rujukan seperti kamus, ensiklopedi, manual, almanac, dan

sebagainya. Sama seperti koleksi rujukan di perpustakaan lainnya, berbagai koleksi rujukan yang

tersedia di ruang koleksi ini tidak bisa dipinjam ke luar ruangan koleksi.

Di ruang koleksi ini para pengguna perpustakaan dapat bercengkrama dengan leluasa.

Biasanya para penguna ini akan mencari buku sambil mengobrol dengan teman-temannya.

Sehingga, jika dibandingkan dengan perpustakaan lainnya, ruang koleksi di perpustakaan ini

terdengar lebih bising. Walaupun berisik, para pengguna tetap banyak yang datang ke ruang koleksi

ini karena adanya rasa kebutuhan mereka atas koleksi yang disediakan perpustakaan.

Ruang Diskusi

Demi menjadi perpustakaan sebagai ruang bersosialisi untuk mahasiswa Universitas

Indonesia dan juga untuk para pengguna perpustakaan pada umumnya, perpustakaan menyediakan

ruang diskusi di setiap lantai. Ruang diskusi terletak di lantai satu hingga lantai empat gedung

perpustakaan. Suasana ruang baca di setiap lantai tentu berbeda-beda.

Di hari biasa ruang diskusi biasanya ramai setelah waktu makan siang. Sedangkan di akhir

pekan, ruang diskusi ini justru sudah ramai sejak jam buka perpustakaan. Dalam penggunaan ruang

diskusi ini para pengguna seperti menganut ungkapan “Siapa cepat dia dapat”. Ruang diskusi yang

bisa dimanfaatkan secara terbuka dan tidak adanya batas waktu penggunaan membuat ruang

diskusi ini selalu ramai dimanfaatkan.

Dari kegiatan berupa berdiskusi kelompok hingga sekedar mengobrol ataupun beristirahat

sendirian di pojok ruangan juga ada di sini. Ruangan diskusi ini sendiri memang menjadi salah satu

area favorit pengguna perpustakaan, terutama untuk berkumpul bersama teman-temannya ataupun

sebagai tempat bersantai untuk mengisi waktu luangnya.

Page 12: Ruang Sosial Di Berbagai Ruang Yang Bebas Diakses Oleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39231/2/Full Text.pdf · Setiap kali manusia memasuki sebuah bangunan,

12

Citra Ruang (Fisik) Perpustakaan dan Kegiatan Para Pengguna Perpustakaan

Kent (2003) menjelaskan bahwa citra perpustakaan merupakan salah satu faktor yang

mampu menumbuhkan ketertarikan para pengguna untuk datang dan memanfaatkan fasilitas

perpustakaan. Desain green building dan hadirnya area tenant di dalam gedung Perpustakaan

Universitas Indonesia jauh dari kesan kaku dan kumuh, dan tentunya menjadi daya tarik tersendiri

di mata para pengguna perpustakaan

Pembentukan citra Perpustakaan Universitas Indonesia, secara garis besar, tidak bisa

dilepaskan dari bentuk ruang fisik perpustakaan itu sendiri. Bangunan Perpustakaan Universitas

Indonesia yang terbentuk dari bentuk fisik perpustakaan, secara tidak langsung tentunya memiliki

pengaruh atas kegiatan yang dilakukan pengguna di perpustakaan. Hal ini seperti yang

dimaksudkan oleh Kim Dovey, bahwa bentuk fisik bangunan memberikan pengaruh pada manusia

untuk bertindak menyikapi bentuk bangunan tersebut (Dovey, 1999:10).

Perpustakaan Universitas Indonesia terdiri dari berbagai macam ruang fisik dengan

karakter yang berbeda-beda. Karakter ruangan perpustakaan tersebut, secara kasat mata, dibangun

melalui penggunaan benda-benda fisik yang berbeda di setiap ruangan. Mebel dengan benda fisik

pendukung lainnya hadir sebagai sebuah ciri dari setiap ruang di perpustakaan. Jika kita merujuk

pada pendapat Dovey, dapat diketahui bahwa bentuk mebel yang diletakkan dengan pola-pola

tertentu, secara tidak langsung mampu mempengaruhi kegiatan yang dilakukan para pengguna di

dalam ruangan

Gambar 1. Suasana di ruang Diskusi (Sumber: Dokumen Pribadi)

Page 13: Ruang Sosial Di Berbagai Ruang Yang Bebas Diakses Oleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39231/2/Full Text.pdf · Setiap kali manusia memasuki sebuah bangunan,

13

Secara garis besar, perpustakaan menggunakan bangku berupa kursi kerja ataupun sofa.

Sedangkan meja yang digunakan berupa meja belajar bersekat dan meja belajar dengan bentuk

yang luas. Pandangan pengguna atas berbagai macam bentuk mebel tersebut, mempengaruhi cara

para pengguna dalam memanfaatkan perpustakaan.

Ruang fisik di Perpustakaan Universitas, dengan penataan dan dengan penggunaan mebel

merupakan bentuk fisik yang membatasi ruang gerak para pengguna dalam memanfaatkan ruang

(fisik) perpustakaan. Ruang baca, dengan meja belajar bersekat dan kursi kerja dianggap sebagai

area untuk melakukan kegiatan yang dikerjakan sendiri. Di sisi lain, ruang diskusi dengan kursi

kerja dan meja yang luas dianggap sebagai area untuk melakukan kegiatan bersama dengan orang

lain. Selain itu, kertersediaan sofa di lobi membuat area lobi dianggap sebagai area untuk bersantai

dan beristirahat. Di sisi lain, area tenant diisi dengan berbagai café dan rumah makan yang

memiliki konsep tampilan sendiri-sendiri mampu memberikan efek penggunaan yang berbeda bagi

para penggunanya.

Lefebvre (1991:2) menjelaskan bahwa dalam konsep pemikiran, ruang sosial mengandung

dua unsur penting yaitu sejarah dan waktu. Sejarah memberikan pandangan kepada kejadian yang

yang akan terjadi. Tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara rutin dan berulang akan

memberikan suatu cerita yang berbeda di belakangnya. Hal ini lah yang kemudian membentuk

batasan-batasan penggunaan ruang fisik perpustakaan. Namun lebih lanjut, batasan-batasan

tersebut tidak hanya terikat pada penggunaan ruang fisik, namun juga mengikat pada perilaku para

pengguna saat berinteraksi dengan pengguna lain di area perpustakaan.

Bila sebelumnya kita melihat citra ruang fisik perpustakaan dapat dilihat dari benda-benda

fisik yang hadir di dalamnya. Pencitraan setiap ruang perpustakaan akan semakin kuat terlihat

dengan adanya kegiatan dengan karakteristik tertentu yang hadir di ruangan tersebut. Berbagai

kegiatan yang menjadi rutinitas di ruangan ini menjadi bagian yang melekat dengan perpustakaan.

Hal ini dapat terlihat dari gambaran kegiatan yang terjadi di setiap ruang perpustakaan.

Bila kita perhatikan pola kegiatan di berbagai ruang di gedung Perpustakaan Universitas

Indonesia, telah menjadi bagian dari ruangan. Menjadi bagian karakteristik setiap ruang, yang

menjadi citra dari ruangan tersebut. Hal ini terlihat dari bagaimana para pengguna memilih ruangan

sesuai dengan kegiatan yang mereka lakukan. Citra yang tumbuh sebagai ruang bentukan dari hasil

kegiatan para penggunanya yang disebut dengan representational space (Lefebvre, 1991: 38).

Page 14: Ruang Sosial Di Berbagai Ruang Yang Bebas Diakses Oleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39231/2/Full Text.pdf · Setiap kali manusia memasuki sebuah bangunan,

14

Area diskusi, lobi, area tenant dan teras menjadi area yang dianggap cocok untuk

berkegiatan bersama, baik untuk kegiatan serius atau kegiatan yang santai, ataupun sebagai area

titik temu, sebagai area bagi pengguna untuk berinteraksi dengan pengguna lainnya. Di sisi lain,

ruang baca dan ruang koleksi, dianggap sebagai area yang mengakomodir aktifitas pengguna

perpustakaan yang bersifat pribadi.

. Werlen (1993:10) menjelaskan kebiasaan yang terjadi pada suatu lingkungan sosial

merupakan gambaran dari faktor sosial budaya yang mempengaruhi karakter anggota masyarakat

sehingga akan menjadi tindakan yang dirasa sebagai sebuah kebutuhan, motivasi dan sikap orang-

orang yang disana. Hal ini tergambarkan saat para para pengguna yang sedang mengerjakan tugas

akhir lebih senang berada di ruang baca, karena alasan “rasa senasib sepenanggungan”. Atau

seperti pengguna café yang ingin menemukan suasana santai, di saat tengah melakukan pekerjaan

yang serius.

Narasi Kontrol Sosial di Dalam Gedung Perpustakaan

Lefebvre (1991: 26) menjelaskan bahwa ruang sosial merupakan sebuah produk sosial.

Menurutnya produksi sosial dalam ruang itu tercipta dalam bentuk kontrol, dominasi dan

kekuasaan. Ruang sosial yang tercipta di Perpustakaan Universitas Indonesia, tentunya merupakan

hasil bentukan dari interaksi tercipta di dalam gedung perpustakaan, terutama oleh para pengguna

perpustakaan itu sendiri. Hal ini tentunya cocok dengan kondisi ruang di perpustakaan, yang

menganut proses ini disebut dengan ‘self govern’ the space (Bryant, Matthews, & Graham,

2009:12). Di mana, suasana yang tercipta di ruang baca ini adalah hasil bentukan dari interaksi

para pengguna ruang koleksi itu sendiri dan tidak ada campur tangan dari pustakawan.

Jika kita merujuk pada Freeman (2005:6), dari penggambaran suasana perpustakaan dapat

disimpulkan bahwa perpustakaan memang telah berkembang menjadi tempat berkumpul bagi

sekelompok orang dan menjadi tempat yang mampu membangun satu perasaan dan tujuan yang

lebih besar dari yang dimiliki seorang individu. Perpustakaan Universitas Indonesia yang ada saat

ini merupakan hasil dari kegiatan keseharian para penggunanya yang telah berlangsung selama

kurang lebih tiga tahun ini. Perpustakaan dengan ruang dan kegiatannya yang berpola merupakan

bentuk gambaran hasil proses yang berkelanjutan.

Suasana dalam ruang perpustakaan tentunya, tidak serta terbentuk begitu saja. Suatu

tindakan atau perilaku yang dilakukan secara berlang-ulang akan menjadi bagian dari ruang

Page 15: Ruang Sosial Di Berbagai Ruang Yang Bebas Diakses Oleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39231/2/Full Text.pdf · Setiap kali manusia memasuki sebuah bangunan,

15

perpustakaan, dan secara alami akan suatu “understood tacit behavioral agreements” (Cunningham

& Tabur, 2012). Para pengguna lama, secara tidak sadar akan menjadikan “understood tacit

behavioral agreements” ini sebagai aturan yang berlaku pada ruangan, dan dirinya akan bertindak

sebagai bertanggung jawab untuk menerapkan aturan tersebut dalam ruangan.

Gambaran kontrol sosial dapat terlihat secara jelas di ruang diskusi yang suasananya

ruangannya kental dengan ketenangan. Di sini, para pengguna ruangan terlebih para pengguna aktif

akan bereaksi apabila ada seseorang yang merusak ketenangan ruangan. Bentuk pelotot, sindiran

hingga memarahi orang yang berisik menjadi bentuk kontrol yang dilakukan di dalam ruang

diskusi.

Situasi yang sama juga terjadi di area ruang koleksi, berdasarkan pengalaman bahwa ruang

koleksi di setiap perpustakaan harus tenang. Beberapa pengguna juga seringkali merasa

bertanggung jawab untuk menjaga ketenangan ruang koleksi dengan sindiran, pelotot dan

memarahi secara halus. Menarik di sini adalah walau menjunjung suasana tenang dalam ruangan,

namun batas kontrol ketenangan antara ruang baca dengan ruang koleksi cukup berbeda. Batas

toleransi kebisingan di ruang koleksi cenderung lebih tinggi dibanding dengan ruang baca.

Bagaimana dampak dari kontrol tersebut? Hal ini terlihat dari bagaimana kemudian ada

pengguna yang akhirnya tetap berada di tempat di ruangan dan berusaha untuk tetap diam atau

malah ada yang justru akhirnya keluar dari ruang dan tidak mau kembali ke ruangan.

Lefebvre (1991) berpandangan bahwa dunia manusia merupakan sebuah distribusi fisik

dari benda-benda yang dikonstruksikan pada sebuah relasi sosial. Ruang hidup manusia hadir

sebagai hasil dari tindakan praktik tertentu yang melibatkan dirinya. Pengguna yang turut menjadi

bagian dari ruang baca, akan berusaha untuk bersikap tenang di ruangan. Saat ia ingin mengobrol

atau sekedar menerima telepon, secara tidak disadari ia akan segera keluar ruangan. Hal ini

dilakukannya agar ia tidak ditegur oleh para pengguna ruang baca lainnya. Tindakan yang

dilakukan oleh pengguna ruang baca ini, merupakan usaha dirinya untuk menjadi bagian dari

anggota ruang baca. Hall (1982:4) menjelaskan bahwa manusia merupakan makhluk hidup yang

tidak bisa keluar dari ranah lingkungan sosialnya. Manusia harus mampu beradaptasi dengan

lingkungan sosialnya agar bisa diterima oleh orang lain dalam lingkungan tersebut.

Jika kita melihat situasi di ruang baca dan ruang koleksi, Perpustakaan Univeritas Indonesia

sebagai ruang sosial hadir dengan turut menyediakan ruang bagi penggunanya untuk berkegiatan

individual yang membutuhkan ruangan yang tenang (Gayton, 2008). Namun ternyata di ruangan

Page 16: Ruang Sosial Di Berbagai Ruang Yang Bebas Diakses Oleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39231/2/Full Text.pdf · Setiap kali manusia memasuki sebuah bangunan,

16

ini tidak selalu kegiatan bersifat pribadi yang hadir, ada saja pengguna yang duduk

memanfaatkannya untuk berhubungan sosial. Maksudnya, asalkan mereka berdiskusi dengan

tenang dan dianggap tidak mengganggu keadaan sekitar para pengguna dapat bekerja bersama-

sama di dalam ruang baca ataupun ruang koleksi. Justru hal ini yang kemudian menjadi boomerang

bagi pihak perpustakaan itu sendiri. pasalnya ada saja pengguna yang memanfaatkan ruangan untuk

berpacaran.

Berbeda dengan suasana di ruang koleksi ataupun ruang koleksi atau pun ruang baca,

suasana di ruangan lainnya condong lebih bebas. Para pengguna di area ini cenderung tidak acuh

pada pengguna lain atau kelompok pengguna lainnya. Kepentingan pengguna atas ruang diskusi,

area tenant, dan lobi yang membutuhkan ruang untuk bersosialisasi membuat kontrol secara pribadi

tidak tumbuh. Penggunaan ruangan yang memang ditunjukan untuk kegiatan bersama membuat

suasana ramai dan kebersamaan menjadi sebuah kontrol dalam ruangan. Maksudnya adalah para

pengguna yang berkegiatan sendiri, biasanya akan merasa canggung apabila mereka bekerja di area

ini.

Sebagai tambahan, bagi pengguna yang terpaksa berkegiatan sendirian berada di ruang

diskusi, lobi atau tenant, earphone atau headphone muncul sebagai alat untuk memanipulasi

kegaduhan di ruangan. Di sisi lain, earphone dan headphone juga muncul digunakan oleh pengguna

ruang baca, sebagai cara untuk menyiasati ruangan agar tetap tenang di saat pengguna

mendengarkan lagu atau menonton di ruang baca ini adalah mendengarkan dengan menggunakan.

Kedua alat ini menjadi senjata ampuh para pengguna saat dilanda kebosanan.

Kesimpulan

Berbagai aktifitas yang tercipta antar pengguna perpustakaan Univeritas Indonesia

membentuk ruang sosial di perpustakaan. Tindakan yang muncul dalam ruang perpustakaan

Universitas Indonesia, merupakan bentuk refleksi dan stimulus pengalaman dari para pengguna

perpustakaan yang terkait dengan tata ruang dan benda fisik perpustakaan. Hadirnya berbagai

ruang perpustakaan yang diisi dengan berbagai benda-benda fisik di dalamnya, pada ruang muncul

sebagai informasi atau tanda yang memengaruhi tindakan dan kegiatan pengguna pada ruang

tersebut.

Kegiatan berpola yang dilakukan terus menerus berkembang menjadi kebiasaan yang

melekat pada ruang fisik perpustakaan. Merujuk pada Lefebvre (1991:2), tindakan dan kegiatan

Page 17: Ruang Sosial Di Berbagai Ruang Yang Bebas Diakses Oleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39231/2/Full Text.pdf · Setiap kali manusia memasuki sebuah bangunan,

17

berulang yang dilakukan oleh pengguna di ruang perpustakaan memberikan cerita yang berbeda di

belakangnya. Memaknai sebuah ruang sosial, dalam ruang lingkup gedung Perpustakaan

Univeritas Indonesia, berarti tidak hanya memaknai benda fisik di dalamnya namun juga melihat

tindakan dan interaksi yang mucul dalam ruang fisik perpustakaan tersebut.

Hubungan pengguna dengan ruang perpustakaan yang muncul karena adanya suatu

keterbutuhan, berkembang menjadi suatu bentuk keterikatan pada ruang. Keterikatan para

pengguna pada ruang fisik dan ruang sosial perpustakaan terlihat dari bagaimana para pengguna

ini mengikuti dan menjalankan aturan yang disepakati bersama oleh seluruh pengguna

perpustakaan atau disebut “understood tacit behavioral agreements”(Cunningham & Tabur, 2012).

Bahkan para pengguna “lama” seringkali bertindak dan menjadi penegak aturan dalam ruang

perpustakaan tersebut.

Interaksi antar pengguna lama dengan pengguna yang lainnya menjadi faktor yang

mempengaruhi ruang sosial perpustakaan.Secara khusus di ruang baca atau di ruang koleksi para

pengguna lama bertanggung jawab untuk menjaga ketenangan suasana di kedua ruangan tersebut.

Sedang ruang diskusi ataupun di area tenant, berdasarkan pengetahuannya bahwa ruangan tersebut

merupakan area umum sebagai tempat bersosialisasi. Oleh karena itu para pengguna cenderung

tidak acuh dengan suasana ruangan, baik suasananya berisik ataupun tidak.

Manusia secara sadar maupun tidak, akan bertindak sesuai dengan apa yang dimaknainya

terkait dengan situasi dan suasana yang tercipta dalam ruang tersebut. Di sinilah kemudian muncul

tindakan-tindakan manipulatif agar manusia mampu memenuhi kebutuhannya di dalam ruangan

perpustakaan. Salah satu contoh yang paling mudah terlihat adalah pemanfaatan area tenant

sebagai rapat. Kegiatan rapat merupakan kegiatan serius yang biasanya membutuhkan suasana

formal dan serius. Namun jika kegiatan tersebut dilakukan di area tenant, tentu para pelakunya

ingin mendapatkan kegiatan rapat dengan suasana “serius tapi santai”.

Daftar Pustaka

Bryant, J., Matthews, G., & Graham, W. (2009). Academic Libraries and Social and Learning

space: A Case Study of Loughborough University Library,UK. Journal of Librarianship and

Information Science, 41 (1), 7-18.

Brophy, P. (2005). The Academic Library. London: Facet Publishing.

Cunningham, H. V., & Tabur, S. (2012). Learning Space Attributtes: Reflections on Academic

Library Design and Its Use. Journal of Learning Spaces, 1 (2), 1-6.

Page 18: Ruang Sosial Di Berbagai Ruang Yang Bebas Diakses Oleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39231/2/Full Text.pdf · Setiap kali manusia memasuki sebuah bangunan,

18

Dovey, K. (1999). Framing Places. London: Routledge.

Freeman, G. T. (2005). The Library as Place. Dalam Library as Place: Rethinking Roles,

Rethingking Space (hal. 1-9). Washington, D. C.: Council on Library and Information Resources.

Gayton, J. T. (2008). Academic Libraries: "Social" or "Communal?" The Nature and Future of

Academic Libraries. Journal of Academic Librarianship, 34 (1), 60-66.

Hall, E. T. (1982). The Hidden Dimension. New York: Anchor Books.

Kent, F., & Myrick, P. (2003). How to Become a Great Public Space. American Libraries, 34 (4),

72-76.

Lefebvre, H. (1991). The Production Of Space. Oxford: Blackwell Publishing.

Low, S. M., & Lawrence-zuniga, D. (2003). Locating Culture. Dalam S. M. Low, & D. Lawrence-

zuniga, The Anthropology od Space and Place: Locating CUlture (hal. 1-47). Oxford: Blackwell

Publishing.

Steward, J. P., & Strathern, A. (2003). Introduction. Dalam J. Steward, & A. Strathern, Landscape.

Memory and History: Anthropological Perspectives (hal. 1-15). London: Pluto Press.

Werlen, B. (1993). Society, Action and Space: An Alternative Human Geography. London:

Routledge.