t1_802008106_full text.pdf

34
HUBUNGAN ANTARA OPTIMISME AKADEMIK DENGAN HARGA DIRI PADA SISWA SMP MUHAMMADIYAH 14 KLATEN Oleh: Gilang Kusuma Wardhana 802008106 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2014

Upload: vuduong

Post on 17-Jan-2017

259 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: T1_802008106_Full text.pdf

HUBUNGAN ANTARA OPTIMISME AKADEMIK DENGAN

HARGA DIRI PADA SISWA SMP MUHAMMADIYAH 14 KLATEN

Oleh:

Gilang Kusuma Wardhana

802008106

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi guna memenuhi

sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2014

Page 2: T1_802008106_Full text.pdf
Page 3: T1_802008106_Full text.pdf
Page 4: T1_802008106_Full text.pdf

i

i

Page 5: T1_802008106_Full text.pdf

ii

ii

Page 6: T1_802008106_Full text.pdf

iii

iii

Page 7: T1_802008106_Full text.pdf

iv

iv

HUBUNGAN ANTARA OPTIMISME AKADEMIK DENGAN

HARGA DIRI PADA SISWA SMP MUHAMMADIYAH 14 KLATEN

Oleh:

Gilang Kusuma Wardhana

Ratriana Y.E Kusumiati

Enjang Wahyuningrum

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2014

Page 8: T1_802008106_Full text.pdf

v

v

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine correlation between self-

esteem and academic optimism on students of Muhammadiyah 14 Junior High

School Klaten. Subjects in this study were all students of Muhammadiyah 14

Junior High School Klaten. Data collection techniques in this study conducted by

distributing questionnaires to respondents consisted of 48 students. In this study

to measure self-esteem using State Self-Esteem Scale (SSES), while measurement

of academic optimism using Student Academic Optimism Scale. Data analysis

techniques in this study using assumptions test, descriptive analysis and

inferential analysis using Pearson's Product-Moment Correlation test. Results

from this study show that significant positive correlation between self-esteem and

academic optimism on students of Muhammadiyah 14 Junior High School Klaten

with correlation coefficient (r) of 0,469 and significance of 0,000 (p <0.01).

Determinant coefficient (r2) of (0,469)

2 is 21,996 %, which means influence of

self-esteem on academic optimism of 21,996 % and there still 78,004 % other

variables that influence academic optimism on students of Muhammadiyah 14

Junior High School Klaten.

Keywords: self-esteem, academic optimism, students of Junior High School.

Page 9: T1_802008106_Full text.pdf

vi

vi

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan harga diri

dengan optimisme akademik pada siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten. Subjek

penelitian dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Muhammadiyah 14

Klaten. Teknik pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan cara

menyebarkan angket kepada responden sebanyak 48 responden. Dalam penelitian

ini pengukuran harga diri menggunakan State Self-Esteem Scale (SSES),

sedangkan pengukuran optimisme akademik menggunakan Skala Student

Academic Optimism. Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan uji

asumsi, analisis deskriptif dan analisis interfensial dengan menggunakan uji

korelasi Pearson Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan

positif signifikan antara harga diri dengan optimisme akademik pada siswa SMP

Muhammadiyah 14 Klaten dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,469 dan

signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,01). Koefisien determinan (r2) sebesar (0,469)

2

yaitu 21,996 % artinya pengaruh harga diri terhadap optimisme akademik sebesar

21,996 % dan masih terdapat 78,004 % variabel-variabel lain yang dapat

mempengaruhi optimisme akademik pada siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten.

Kata kunci: harga diri, optimisme akademik, siswa SMP.

Page 10: T1_802008106_Full text.pdf

1

1

PENDAHULUAN

Remaja merupakan periode kehidupan yang penting dimana pada masa ini

terjadi perkembangan fisik yang cepat dan disertai dengan perkembangan mental

yang cepat pula (Hurlock, 2004). Siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten

merupakan remaja transisi dari SD ke SMP. Transisi ini dianggap dapat

menimbulkan masalah bagi seseorang karena transisi yang terjadi tidak hanya

mengenai peralihan tingkat pendidikan, tetapi juga peralihan dari masa anak-anak

ke remaja. Kesadaran remaja yang mendalam mengenai diri membuat remaja

mampu melakukan penilaian atau evaluasi terhadap diri (Santrock, 2002). Oleh

karena itu, sebelum memasuki masa remaja penting bagi remaja untuk

mengembangkan harga dirinya. Menurut Santrock (2002) harga diri (self-esteem)

merupakan dimensi evaluatif yang menyeluruh dari diri. Papalia, Olds, &

Feldman (2008) menyatakan harga diri merupakan pendapat atau penilaian

seseorang yang membuat dirinya menjadi berharga.

Fenomena yang terjadi pada siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten,

menurut Guru Bimbingan Konseling SMP Muhammadiyah 14 Klaten, banyak

siswa yang memiliki penghargaan diri yang rendah, sehingga terbawa godaan

yang banyak ditawarkan oleh lingkungan teman-teman sebayanya, yang pada

akhirnya akan terjadi perilaku-perilaku negatif. Burns (dalam Sandha, Hartati &

Fauziah, 2012) menyimpulkan bahwa individu dengan self-esteem (harga diri)

rendah menunjukkan perilaku berbeda dengan individu yang memiliki self-esteem

tinggi. Cohen (dalam Hapsari, 2007) menyatakan bahwa seseorang yang memiliki

harga diri yang tinggi cenderung lebih percaya diri dalam hidupnya dibandingkan

Page 11: T1_802008106_Full text.pdf

2

2

orang yang mempunyai harga diri yang rendah. Hecht (2013) menyatakan bahwa

individu yang memiliki harga diri tinggi merasa yakin, mampu, layak dan

cenderung memiliki optimisme yang tinggi. Harga diri dapat memberikan

pengaruh pada optimisme siswa (Bagana, Raciu & Lupu, 2011).

Dalam studinya, Seligman (dalam Sukardi, 2006) membuktikan bahwa

sikap optimis bermanfaat untuk memotivasi seseorang di segala bidang

kehidupan. Seligman (dalam Sukardi, 2006) menyatakan bahwa optimisme

berpengaruh terhadap kesuksesan di dalam pekerjaan, sekolah, kesehatan, dan

relasi sosial. Dalam dunia pendidikan, optimisme mempunyai peranan penting

untuk mencapai prestasi akademik. Optimisme akademik dapat memberi pengaruh

positif terhadap siswa dalam meraih prestasi akademik yang baik di sekolahnya

(Adams & Forsyth, 2011). Optimisme akademik adalah kecenderungan umum

untuk mengharapkan hasil positif dari segi personal terkait dengan pengalaman

akademis di masa kini dan masa depan (Toor, 2009).

Pada penelitian sebelumnya, Toor (2009) menemukan adanya hubungan

positif antara optimisme akademik dengan harga diri pada mahasiswa Fakultas

Psikologi di Universitas Tennessee. Penelitian Bagana, Raciu & Lupu (2011)

adanya hubungan positif antara optimisme dengan harga diri pada siswa SMA di

Bucharest, Romania. Selain itu Hutz, Midgett, Pacico, Bastianello & Zanon

(2014) juga menemukan adanya hubungan positif antara optimisme dengan harga

diri pada mahasiswa di Amerika dan mahasiswa di Brasil.

Page 12: T1_802008106_Full text.pdf

3

3

Berdasarkan paparan sebelumnya, maka tujuan dalam penelitian ini adalah

untuk mengetahui apakah ada hubungan antara optimisme akademik dengan harga

diri pada siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten.

LANDASAN TEORI

Pengertian Harga Diri

Menurut Santrock (2002) harga diri merupakan dimensi evaluatif yang

menyeluruh dari diri. Harga diri merupakan penilaian dan penghargaan seseorang

terhadap dirinya (Sandha, Hartati & Fauziah, 2012). Cohen (dalam Hapsari, 2007)

menyatakan bahwa seseorang yang memiliki harga diri yang tinggi cenderung

lebih percaya diri dalam hidupnya dibandingkan orang yang mempunyai harga

diri yang rendah.

Papalia, Olds, & Feldman (2008) menyatakan harga diri merupakan

pendapat atau penilaian seseorang yang membuat dirinya menjadi berharga. Frey

& Carlock (dalam Anindyajati & Karima, 2004) menambahkan bahwa harga diri

merupakan penilaian baik itu penilaian positif, negatif, netral, maupun ambigu

terhadap diri sendiri. Heatherton & Wyland (2003) menyatakan bahwa harga diri

adalah respon emosional dari pengalaman orang sebagai perenungan dan evaluasi

mengenai berbagai hal tentang diri mereka sendiri.

Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa harga diri

merupakan respon emosional dimensi evaluatif yang menyeluruh dari diri sebagai

penilaian seseorang terhadap dirinya baik itu penilaian positif, negatif, netral,

maupun ambigu terhadap diri sendiri.

Page 13: T1_802008106_Full text.pdf

4

4

Dimensi Harga Diri

Adapun dimensi harga diri menurut Heatherton & Wyland (2003) yaitu:

a. Performance self-esteem

Performance mengacu pada rasa seseorang tentang kompetensi umum dan

termasuk kemampuan intelektual, kinerja sekolah, kapasitas regulasi diri,

rasa percaya diri, efikasi dan pribadi (Heatherton & Wyland, 2003).

b. Social self-esteem

Social self-esteem mengacu pada bagaimana orang percaya orang lain

mempersepsikan diri mereka (Heatherton & Wyland, 2003).

c. Appearance self-esteem

Appearance self-esteem mengacu pada bagaimana orang melihat tubuh fisik

mereka, dan termasuk hal-hal seperti keterampilan atletik, daya tarik fisik,

citra tubuh, serta stigma fisik dan perasaan tentang ras dan etnis (Heatherton

& Wyland, 2003).

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Harga Diri

Menurut Coopersmith (dalam Anindyajati & Karima, 2004), ada beberapa

faktor yang memengaruhi harga diri, yaitu:

a. Penerimaan atau penghinaan terhadap diri

Individu yang merasa dirinya berharga akan memiliki penilaian yang lebih

baik atau positif terhadap dirinya dibandingkan dengan individu yang tidak

mengalami hal tersebut.

Page 14: T1_802008106_Full text.pdf

5

5

b. Kepemimpinan atau popularitas

Penilaian atau keberartian diri diperoleh seseorang pada saat ia harus

berperilaku sesuai dengan tuntutan yang diberikan oleh lingkungan sosialnya

yaitu kemampuan seseorang untuk membedakan dirinya dengan orang lain

atau lingkungannya. Pada situasi persaingan, seseorang akan menerima

dirinya serta membuktikan seberapa besar pengaruh dan kepopulerannya.

Pengalaman yang diperoleh pada situasi itu membuktikan individu lebih

mengenal dirinya, berani menjadi pemimpin, atau menghindari persaingan.

c. Keluarga – Orangtua

Keluarga dan orangtua memiliki porsi terbesar yang mempengaruhi harga

diri, ini dikarenakan keluarga merupakan modal pertama dalam proses

imitasi. Alasan lainnya karena perasaan dihargai dalam keluarga merupakan

nilai yang penting dalam mempengaruhi harga diri.

d. Keterbukaan – Kecemasan

Individu cenderung terbuka dalam menerima keyakinan, nilai-nilai, sikap,

moral dari seseorang maupun lingkungan lainnya jika dirinya diterima dan

dihargai. Sebaliknya seseorang akan mengalami kekecewaan bila ditolak

lingkungannya.

Pengertian Optimisme Akademik

Corsini (2002) mengemukakan bahwa optimisme adalah sikap positif yang

memandang bahwa segala sesuatu merupakan hal yang terbaik. Optimisme adalah

bagaimana seseorang bersikap positif terhadap suatu keadaan (Sukardi, 2006).

Page 15: T1_802008106_Full text.pdf

6

6

Optimisme merupakan kecenderungan untuk memandang segala sesuatu dari segi

dan kondisi yang baik, serta mengharapkan hasil yang paling memuaskan

(Saphiro, dalam Hasan, Lilik, & Agustin, 2013). Optimisme adalah kontrol

keyakinan yang melibatkan proses berpikir menghubungkan berpikir positif dan

mempertahankan sikap positif terhadap peristiwa kehidupan dan situasi (Carver &

Scheier, dalam Robinson & Snipes, 2009).

Dalam hubungannya dengan proses belajar di sekolah, menurut Toor

(2009) optimisme akademik mirip dengan optimisme pada umumnya, namun

dengan pengecualian yaitu fokus optimisme akademik lebih kepada domain

kehidupan akademik. Optimisme akademik adalah kecenderungan umum untuk

mengharapkan hasil positif dari segi personal terkait dengan pengalaman

akademis di masa kini dan masa depan (Toor, 2009). Optimisme akademik dapat

memberi pengaruh positif terhadap siswa dalam meraih prestasi akademik yang

baik di sekolahnya (Adams & Forsyth, 2011).

Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa optimisme

akademik merupakan kontrol keyakinan atau sikap positif individu dalam

mengharapkan hasil positif dari segi personal terkait dengan pengalaman

akademisnya di masa kini dan masa depan yang dapat memberi pengaruh positif

terhadap siswa dalam meraih prestasi akademik yang baik di sekolahnya.

Dimensi Optimisme Akademik

Adams & Forsyth (2011) mengembangkan alat ukur untuk mengukur

optimisme akademik siswa yaitu Student Academic Optimism. Menurut Adams &

Page 16: T1_802008106_Full text.pdf

7

7

Forsyth (2011) ada tiga dimensi untuk mengukur optimisme akademik siswa,

yaitu:

a. Student academic self-efficacy, yaitu keyakinan siswa tentang diri mereka

sendiri terkait kegiatan akademiknya.

b. Student trust in teachers, yaitu keyakinan siswa terhadap guru sekolah

mereka.

c. Home academic press, yaitu keyakinan siswa terhadap dukungan orangtua

mereka dalam hal akademik.

Faktor Yang Dapat Memengaruhi Optimisme

Vinacle (dalam Hasan, Lilik, & Agustin, 2013) menjelaskan bahwa ada

dua faktor yang dapat memengaruhi optimisme, yaitu:

a. Faktor egosentris, yaitu berupa sifat-sifat yang dimiliki tiap individu yang

didasarkan pada fakta bahwa tiap pribadi adalah unik dan berbeda dengan

pribadi lain seperti minat, percaya diri, harga diri dan motivasi.

b. Faktor etnosentris, yaitu berupa sifat-sifat yang dimiliki oleh suatu

kelompok atau orang lain yang menjadi ciri khas dari kelompok atau jenis

lain yang berupa keluarga, status sosial, jenis kelamin, agama dan

kebudayaan.

Hubungan Antara Optimisme Akademik Dengan Harga Diri

Papalia, Olds, & Feldman (2008) menyatakan harga diri merupakan

pendapat atau penilaian seseorang yang membuat dirinya menjadi berharga.

Page 17: T1_802008106_Full text.pdf

8

8

Individu yang memiliki penilaian yang positif terhadap dirinya lebih percaya diri

dalam menentukan sikap apa yang harus dilakukan. Hal ini berarti harga diri

memungkinkan untuk menentukan tingkat optimisme seseorang. Hecht (2013)

menyatakan bahwa individu yang memiliki harga diri tinggi merasa yakin,

mampu, layak dan cenderung memiliki optimisme yang tinggi. Optimisme adalah

kontrol keyakinan yang melibatkan proses berpikir menghubungkan berpikir

positif dan mempertahankan sikap positif terhadap peristiwa kehidupan dan situasi

(Scheier & Carver, dalam Robinson & Snipes, 2009).

Vinacle (dalam Hasan, Lilik, & Agustin, 2013) menjelaskan bahwa ada dua

faktor yang dapat mempengaruhi optimisme yaitu faktor egosentris dan faktor

etnosentris. Faktor egosentris yaitu berupa sifat-sifat yang dimiliki tiap individu

yang didasarkan pada fakta bahwa tiap pribadi adalah unik dan berbeda dengan

pribadi lain, salah satunya adalah harga diri (self-esteem). Heatherton & Wyland

(2003) menyatakan bahwa harga diri adalah respon emosional dari pengalaman

orang sebagai perenungan dan evaluasi mengenai berbagai hal tentang diri mereka

sendiri. Evaluasi siswa mengenai diri mereka sendiri dalam bentuk positif inilah

yang nantinya dapat membuat dirinya menjadi optimis dalam hal kegiatan

akademis.

Dalam hubungannya dengan proses belajar di sekolah, Toor (2009)

mendefinisikan optimisme akademik sebagai kecenderungan umum untuk

mengharapkan hasil positif dari segi personal terkait dengan pengalaman

akademis di masa kini dan masa depan. Berne dan Savary (dalam Pepi, Luisa, &

Alesi, 2006) menyebutkan bahwa individu yang memiliki harga diri yang tinggi

Page 18: T1_802008106_Full text.pdf

9

9

adalah individu yang mengenal dirinya sendiri dengan segala keterbatasannya dan

merasa tidak malu atas kekurangan yang ada pada dirinya. Kekurangan yang

dimiliki adalah sebuah kenyataan yang harus diterima dan bukan sebagai

penghambat untuk maju dan berkembang. Menurut Heatherton & Wyland (2003),

individu yang memiliki performance harga diri tinggi memiliki kepercayaan

bahwa diri mereka cerdas dan mampu. Hal tersebut dapat membuat diri siswa

memiliki optimisme yang tinggi dalam proses belajar di sekolah.

Berdasarkan paparan sebelumnya, maka harga diri siswa menentukan

seberapa besar usaha yang akan dicurahkan dan seberapa lama siswa akan tetap

bertahan dalam menghadapi hambatan atau pengalaman yang tidak

menyenangkan dalam kegiatan akademik di sekolah. Apabila kesulitan dialami

oleh siswa yang meragukan dirinya sendiri, maka usaha-usaha untuk

mengatasinya akan mengendur atau bahkan dihentikan sebab ia merasa pesimis.

Sebaliknya, siswa yang memiliki harga diri yang tinggi, ia akan mengerahkan

usahanya lebih besar dalam kegiatan akademis sebab ia merasa optimis.

Hipotesis

Hipotesis yang hendak diuji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut:

Ho : rxy ≤ 0 Tidak terdapat hubungan positif dan signifikan antara

optimisme akademik dengan harga diri pada siswa SMP

Muhammadiyah 14 Klaten.

Page 19: T1_802008106_Full text.pdf

10

10

H1 : rxy > 0 Terdapat hubungan positif dan signifikan antara optimisme

akademik dengan harga diri pada siswa SMP Muhammadiyah 14

Klaten.

METODE PENELITIAN

Partisipan

Penelitian ini dilakukan di SMP Muhammadiyah 14 Klaten yang terletak

Jl Ringroad Ngentak Klaten, Jawa Tengah. Partisipan dalam penelitian ini adalah

siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 48

responden.

Prosedur Sampling

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling

jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota

populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2012). Alasan peneliti mengambil

sampling jenuh, karena jumlah populasi kecil. Dalam penelitian ini akan

digunakan jumlah sampel yang sama dengan populasi yaitu 48 responden SMP

Muhammadiyah 14 Klaten, yang terbagi menjadi 3 kelas yaitu kelas VII sebanyak

13 siswa, kelas VIII sebanyak 15 siswa dan kelas IX sebanyak 20 siswa.

Pengukuran

Penelitian ini akan dilakukan dengan cara membagi angket pada subyek

yaitu SMP Muhammadiyah 14 Klaten. Skala optimisme akademik berdasarkan

Page 20: T1_802008106_Full text.pdf

11

11

tiga dimensi optimisme akademik siswa menurut Adams & Forsyth (2011) yaitu :

student academic self-efficacy, student trust in teachers dan home academic press.

Skala pengukuran optimisme akademik dalam penelitian ini diadaptasi

berdasarkan Skala Student Academic Optimism milik Adams & Forsyth (2011)

yang berisi 12 item. Skala harga diri berdasarkan dimensi harga diri menurut

Heatherton & Wyland (2003) yaitu : performance self-esteem, social self-esteem

dan physical self-esteem. Skala pengukuran harga diri dalam penelitian ini

diadaptasi berdasarkan State Self-Esteem Scale (SSES) milik Heatherton & Polivy

(1991) yang berisi 20 item.

Alternatif pilihan jawaban untuk setiap item Skala Student Academic

Optimism dan State Self-Esteem Scale (SSES) yang tersedia, yaitu: Sangat Setuju

(SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), serta Sangat Tidak Setuju (STS). Adapun

skoring Skala Student Academic Optimism dan State Self-Esteem Scale (SSES)

untuk favourable adalah : satu (1) untuk Sangat Tidak Setuju (STS), dua (2) Tidak

Setuju (TS), tiga (3) untuk Setuju (S), dan empat (4) untuk Sangat Setuju (SS).

Sebaliknya untuk unfavourable adalah : empat (4) untuk Sangat Tidak Setuju

(STS), tiga (3) untuk Tidak Setuju (TS), dua (2) untuk Setuju (S), dan satu (1)

untuk Sangat Setuju (SS).

Uji daya diskriminasi item dalam penelitian ini menggunakan bantuan

program SPSS 17.0. Azwar (2012) menyatakan bahwa semua korelasi item yang

mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya bedanya dianggap memuaskan,

sedangkan item yang kurang dari 0,30 diinterprestasikan sebagai item yang

memiliki daya beda rendah. Jadi kalau korelasi antara butir dengan skor total

Page 21: T1_802008106_Full text.pdf

12

12

kurang dari 0,3, maka butir pernyataan dalam instrumen penelitian ini dinyatakan

gugur.

Pada uji daya diskriminasi item angket harga diri siswa, dari 20 item

terdapat 17 item lolos uji yang yang memiliki daya beda ≥ 0,30 dan 3 item

dinyatakan gugur yang memiliki daya beda < 0,30. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel 1.

Tabel 1.

Hasil Uji Daya Diskriminasi Item Harga Diri

No Aspek Favourable Unfavorable Jumlah Item

Lolos Uji

1 Performance

self-esteem

1, 9*, 14. 4, 5, 18, 19. 6

2 Social self-

esteem

2, 8*, 10, 13, 15, 17, 20. 6

3 Appearance

self-esteem

3, 6, 11, 12*. 7, 16. 5

Total Item 17

Keterangan: Tanda (*) menunjukkan nomor item yang gugur

Pada uji daya diskriminasi item angket optimisme akademik siswa, dari 12

item terdapat 11 item lolos uji yang yang memiliki daya beda ≥ 0,30 dan 1 item

dinyatakan gugur yang memiliki daya beda < 0,30.. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel 2.

Tabel 2.

Hasil Uji Daya Diskriminasi Item Optimisme Akademik

No Aspek Favourable Jumlah Item Lolos Uji

1 Student academic self-

efficacy

1, 2, 3, 4*. 3

2 Student trust in teachers 5, 6, 7, 8. 4

3 Home academic press 9, 10, 11, 12. 4

Total Item 11

Keterangan: Tanda (*) menunjukkan nomor item yang gugur

Page 22: T1_802008106_Full text.pdf

13

13

Pengujian reliabilitas alat ukur menggunakan patokan Azwar (2012) yang

menyatakan bahwa minimal koefisien konsistensi internal paling tidak setinggi

0,80. Perhitungan reliabilitas hanya dilakukan pada item yang sudah teruji daya

diskriminasinya. Berdasarkan uji reliabilitas, angket harga diri reliabel dengan

koefisien konsistensi internal sebesar 0,857. Sedangkan angket optimisme

akademik juga reliabel dengan koefisien konsistensi internal sebesar 0,859. Hasil

uji reliabilitas dari item yang lolos ke dalam uji daya diskriminasi item dapat

dilihat pada tabel 3.

Tabel 3.

Hasil Perhitungan Realibilitas Angket

No Instrumen Koefisien Reliabilitas

1 Angket Harga Diri 0,857

2 Angket Optimisme Akademik 0,859

Teknik Analisis Data

Sebelum melakukan analisis korelasi, peneliti melakukan uji asumsi yang

meliputi uji normalitas dan uji linieritas. Uji asumsi dilakukan bertujuan untuk

mengetahui apakah data yang telah memenuhi asumsi analisis sebagai syarat

untuk melakukan analisis dengan uji korelasi Pearson Product Moment. Uji

Normalitas yang digunakan adalah uji normalitas Kolmogorov-Smirnov yang

dihitung dengan bantuan program SPSS 17.0. Uji linieritas dilakukan dengan

menggunakan anova dengan bantuan program SPSS 17.0. Analisis data dalam

penelitian ini menggunakan uji korelasi Product Moment dari Pearson dengan

menggunakan bantuan SPSS 17.0.

Page 23: T1_802008106_Full text.pdf

14

14

HASIL PENELITIAN

Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dihitung dengan bantuan program

SPSS 17.0. Data berdistribusi normal, jika angka signifikansi (Sig) > 0,05. Hasil

uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4

Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

Harga Diri

Optimisme

Akademik

N 48 48

Normal Parametersa Mean 47.33 33.15

Std. Deviation 7.755 5.497

Most Extreme

Differences

Absolute .093 .135

Positive .049 .056

Negative -.093 -.135

Kolmogorov-Smirnov Z .643 .937

Asymp. Sig. (2-tailed) .802 .344

a. Test distribution is Normal.

Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada Tabel 4, variabel harga diri

siswa memiliki koefisien sebesar 0,643 dengan probabilitas (p) atau signifikansi

sebesar 0,802. Variabel optimisme akademik siswa memiliki koefisien sebesar

0,937 dengan probabilitas (p) atau signifikasi sebesar 0,344. Dengan demikian

kedua variabel memiliki distribusi yang normal karena p > 0,05.

Hasil Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 17.0, hasilnya

dapat dilihat pada tabel 5.

Page 24: T1_802008106_Full text.pdf

15

15

Tabel 5

Hasil Uji Linieritas

Sum of Squares df

Mean Square F Sig.

Optimisme Akademik * Harga Diri

Between Groups (Combined) 697.696 24 29.071 .926 .575

Linearity 312.373 1 312.373 9.947 .004

Deviation from Linearity

385.323 23 16.753 .533 .930

Within Groups 722.283 23 31.404

Total 1419.979 47

Berdasarkan hasil uji linearitas pada Tabel 5, maka dapat diketahui bahwa

variabel harga diri dan optimisme akademik pada siswa SMP Muhammadiyah 14

Klaten diperoleh nilai Fbeda sebesar 0,533 dengan signifikansi p = 0,930 (p > 0,05)

yang menunjukkan hubungan antara variabel harga diri dan optimisme akademik

pada siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten adalah linier.

Hasil Deskriptif

a. Harga Diri

Kategori untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

harga diri, yaitu: Sangat Tinggi, Tinggi, Rendah dan Sangat Rendah. Skor

maksimum diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah

soal, yaitu: 4 x 17 item lolos uji beda item = 68 dan skor minimum diperoleh

dengan cara mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 17 item lolos

uji beda item = 17, jadi diperoleh interval sebagai berikut:

Page 25: T1_802008106_Full text.pdf

16

16

Kategorisasi untuk tinggi rendahya hasil pengukuran variabel harga diri

dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6

Kategorisasi Skala Harga Diri

No Interval Kategori Mean N Prosentase

1. 55,25 ≤ x ≤ 68 Sangat Tinggi 6 12,5 %

2. 42,5 ≤ x < 55,25 Tinggi 47,33 30 62,5 %

3. 29,75 ≤ x < 42,5 Rendah 10 20,84%

4. 17 ≤ x < 29,75 Sangat Rendah 2 4,16 %

Total 48 100%

Standar Deviasi = 7,755 Min = 26 Max = 61 Keterangan : x = Skor pola asuh permisif; N = Jumlah Subjek.

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa 6 siswa SMP

Muhammadiyah 14 Klaten memiliki skor harga diri yang berada pada kategori

sangat tinggi dengan prosentase 12,5 %, 30 siswa memiliki skor harga diri

yang berada pada kategori tinggi dengan prosentase 62,5 %, 10 siswa

memiliki skor harga diri yang berada pada kategori rendah dengan prosentase

20,84 %, 2 siswa memiliki skor harga diri yang berada pada kategori sangat

rendah dengan prosentase 4,16 %. Rata-rata skor harga diri yang diperoleh

siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten sebesar 47,33 berada pada kategori

tinggi. Skor harga diri yang diperoleh siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten

bergerak dari skor minimum sebesar 26 sampai dengan skor maksimum

sebesar 61 dengan standar deviasi 7,755.

b. Optimisme Akademik

Kategori untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

optimisme akademik, yaitu: Sangat Tinggi, Tinggi, Rendah dan Sangat

Rendah. Skor maksimum diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi

Page 26: T1_802008106_Full text.pdf

17

17

dengan jumlah soal, yaitu: 4 x 11 item lolos uji beda item = 44 dan skor

minimum diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah dengan jumlah

soal 1 x 11 item lolos uji beda item = 11, jadi diperoleh interval sebagai

berikut:

Kategorisasi untuk tinggi rendahya hasil pengukuran variabel optimisme

akademik dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7

Kategorisasi Skala Optimisme Akademik

No Interval Kategori Mean N Prosentase

1. 35,75 ≤ x ≤ 44 Sangat Tinggi 17 35,42 %

2. 27,5 ≤ x < 35,75 Tinggi 33,15 22 45,9 %

3. 19,5 ≤ x < 27,5 Rendah 8 16,6 %

4. 11 ≤ x < 19,25 Sangat Rendah 1 2,08 %

Total 48 100%

Standar Deviasi = 5,497 Min = 19 Max = 43 Keterangan : x = Skor pola asuh permisif; N = Jumlah Subjek.

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa 17 siswa SMP

Muhammadiyah 14 Klaten memiliki skor optimisme akademik yang berada

pada kategori sangat tinggi dengan prosentase 35,42 %, 22 siswa memiliki

skor optimisme akademik yang berada pada kategori tinggi dengan prosentase

45,9 %, 8 siswa memiliki skor optimisme akademik yang berada pada kategori

rendah dengan prosentase 16,6 %, 1 siswa memiliki skor optimisme akademik

yang berada pada kategori sangat rendah dengan prosentase 2,08 %. Rata-rata

skor optimisme akademik yang diperoleh siswa SMP Muhammadiyah 14

Page 27: T1_802008106_Full text.pdf

18

18

Klaten sebesar 33,15 berada pada kategori tinggi. Skor optimisme akademik

yang diperoleh siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten bergerak dari skor

minimum sebesar 19 sampai dengan skor maksimum sebesar 43 dengan

standar deviasi 5,497.

Hasil Uji Korelasi

Dalam penelitian ini uji korelasi antara harga diri dan optimisme akademik

pada siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten dilakukan dengan bantuan SPSS 17.0,

hasilnya dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5

Hasil Uji Pearson Product Moment

Harga Diri

Optimisme

Akademik

Harga Diri Pearson Correlation 1 .469**

Sig. (1-tailed) .000

N 48 48

Optimisme

Akademik

Pearson Correlation .469**

1

Sig. (1-tailed) .000

N 48 48

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Dari hasil perhitungan uji korelasi antara harga diri dan optimisme

akademik pada siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten diperoleh nilai signifikansi

sebesar 0,000 < α (0,01) maka H1 diterima. Artinya terdapat hubungan positif

signifikan antara harga diri dan optimisme akademik pada siswa SMP

Muhammadiyah 14 Klaten. Hubungan ini ditunjukkan dengan nilai korelasi (r)

yang positif sebesar 0,469. Berdasarkan hasil tersebut, ditunjukkan oleh koefisien

determinan (r2) sebesar (0,469)

2 yaitu 21,996 %, artinya kontribusi harga diri

Page 28: T1_802008106_Full text.pdf

19

19

siswa terhadap optimisme akademik pada siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten

sebesar 21,996 %, dan berarti masih terdapat 78,004 % variabel-variabel lain yang

mempengaruhi optimisme akademik pada siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten.

PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian tentang hubungan antara harga diri dan optimisme

akademik pada siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten, maka didapatkan hasil

perhitungan koefisien korelasi (r) sebesar 0,469 dengan signifikansi sebesar 0,000

(p < 0,01). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif signifikan antara

antara harga diri dan optimisme akademik pada siswa SMP Muhammadiyah 14

Klaten. Dengan demikian dinyatakan dalam penelitian ini yaitu H1 diterima dan

H0 ditolak. Artinya semakin tinggi harga diri siswa, maka akan semakin tinggi

pula optimisme akademik pada siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten. Begitu

juga sebaliknya, semakin rendah harga diri siswa, maka semakin rendah pula

optimisme akademik pada siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten. Hasil penelitian

ini mendukung penelitian sebelumnya yaitu penelitian dari Toor (2009), Bagana,

Raciu & Lupu (2011), serta Hutz, Midgett, Pacico, Bastianello & Zanon (2014)

yang menemukan adanya hubungan positif signifikan antara harga diri dengan

optimisme akademik.

Siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten merupakan remaja. Erikson (dalam

Hurlock, 2004) menyatakan bahwa masa remaja adalah masa kritis identitas atau

masalah identitas-ego remaja. Hal yang sangat menonjol pada periode ini adalah

kesadaran yang mendalam mengenai diri (self), dimana remaja mulai meyakini

Page 29: T1_802008106_Full text.pdf

20

20

akan adanya kemauan, potensi dan cita-cita. Kesadaran remaja yang mendalam

mengenai diri ini membuat remaja mampu melakukan penilaian atau evaluasi

terhadap diri (Santrock, 2002). Oleh karena itu, sebelum memasuki masa remaja

penting bagi remaja untuk mengembangkan harga dirinya.

Heatherton & Wyland (2003) menyatakan bahwa harga diri adalah respon

emosional dari pengalaman orang sebagai perenungan dan evaluasi mengenai

berbagai hal tentang diri mereka sendiri. Hecht (2013) menyatakan bahwa

individu yang memiliki harga diri tinggi merasa yakin, mampu, layak dan

cenderung memiliki optimisme yang tinggi. Corsini (2002) mengemukakan

bahwa optimisme adalah sikap positif yang memandang bahwa segala sesuatu

merupakan hal yang terbaik. Dalam hubungannya dengan proses belajar di

sekolah, Toor (2009) mendefinisikan optimisme akademik sebagai kecenderungan

umum untuk mengharapkan hasil positif dari segi personal terkait dengan

pengalaman akademis di masa kini dan masa depan.

Vinacle (dalam Hasan, Lilik, & Agustin, 2013) menjelaskan bahwa ada

dua faktor yang dapat mempengaruhi optimisme yaitu faktor egosentris dan faktor

etnosentris. Faktor egosentris salah satunya adalah harga diri (self-esteem).

Heatherton & Wyland (2003 mengemukakan tiga dimensi harga diri yaitu :

performance self-esteem, social self-esteem dan physical self-esteem. Ada

beberapa kemungkinan yang menyebabkan adanya hubungan positif signifikan

antara harga diri dan optimisme akademik pada siswa SMP Muhammadiyah 14

Klaten.

Page 30: T1_802008106_Full text.pdf

21

21

Pertama, melalui dimensi performance self-esteem. Orang yang memiliki

performance harga diri tinggi memiliki kepercayaan bahwa diri mereka cerdas dan

mampu (Heatherton & Wyland, 2003). Siswa yang memiliki harga diri yang

tinggi tidak akan gelisah dan cemas dalam mengerjakan tugas-tugas dalam

deadline waktu yang sempit, karena mereka memiliki kepercayaan bahwa diri

mereka cerdas dan mampu dalam menjalani pembelajaran. Dalam hal inilah maka

siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten dapat memiliki optimisme akademik yang

tinggi.

Kedua, melalui dimensi social self-esteem. Orang yang memiliki social

self-esteem tinggi, mereka mampu mengatasi secara efektif tantangan dan umpan

balik negatif, dan mereka hidup di dunia sosial di mana mereka percaya bahwa

orang menghargai dan menghormati mereka (Heatherton & Wyland, 2003).

Melalui social self-esteem, siswa dapat mengatasi secara efektif tantangan dan

umpan balik negatif dan mereka percaya bahwa orang lain menghargai dan

menghormati mereka, dalam hal inilah maka siswa SMP Muhammadiyah 14

Klaten dapat memiliki optimisme akademik yang tinggi.

Ketiga, melalui dimensi appearance self-esteem. Orang yang memiliki

appearance self-esteem yang rendah cenderung lebih depresi, memiliki rasa

rendah diri, kesepian, dan merasa terasing di lingkungannya (Heatherton &

Wyland, 2003). Individu yang memiliki harga diri yang baik akan mampu

menghargai dirinya sendiri, menerima diri, tidak menganggap rendah dirinya,

melainkan mengenali keterbatasan dirinya sendiri dan mempunyai harapan untuk

maju dan memahami potensi yang dimilikinya (Coopersmith, dalam Anindyajati

Page 31: T1_802008106_Full text.pdf

22

22

& Karima, 2004). Oleh sebab itulah siswa yang memiliki appearance self-esteem

yang tinggi akan cenderung terhindar dari depresi dan memiliki kepercayaan diri

yang tinggi, dalam hal inilah siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten dapat

memiliki optimisme akademik yang tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian ini, didapatkan sumbangan efektif sebesar

21,996 %, artinya kontribusi harga diri siswa terhadap optimisme akademik pada

siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten sebesar 21,996 %, dan berarti masih

terdapat 78,004 % variabel-variabel lain yang mempengaruhi optimisme

akademik pada siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten, seperti misalnya: minat,

motivasi, status sosial, jenis kelamin dan budaya.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan,

maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada hubungan positif signifikan antara antara harga diri dan optimisme

akademik pada siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten.

2. Rata-rata skor harga diri yang diperoleh siswa SMP Muhammadiyah 14

Klaten sebesar 47,33 berada pada kategori tinggi. Rata-rata skor optimisme

akademik yang diperoleh siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten sebesar 33,15

berada pada kategori tinggi.

3. Berdasarkan hasil penelitian ini, didapatkan sumbangan efektif sebesar

21,996%, artinya kontribusi harga diri siswa terhadap optimisme akademik

pada siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten sebesar 21,996 %, dan berarti

Page 32: T1_802008106_Full text.pdf

23

23

masih terdapat 78,004 % variabel-variabel lain yang mempengaruhi

optimisme akademik pada siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten.

Saran yang dapat diajukan peneliti berdasarkan hasil penelitian ini adalah :

1. Bagi pihak guru

Diharapkan guru sebagai pendidik siswa di sekolah agar guru tahu akan

kebutuhan siswa terutama mereka yang bermasalah dengan kepribadiannya

serta juga mendorong siswanya untuk meningkatkan harga dirinya, sehingga

optimisme akademik siswa dapat lebih meningkat lagi.

2. Bagi pihak orangtua

Orangtua diharapkan memberikan dukungan sosial bagi anaknya untuk

meningkatkan harga dirinya, sehingga dengan demikian optimisme akademik

anaknya dapat lebih meningkat.

3. Untuk penelitian selanjutnya

Bagi peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian lebih lanjut tentang harga

diri dan optimisme akademik, maka disarankan untuk menyertakan variabel-

variabel lain, seperti misalnya: minat, motivasi, status sosial, jenis kelamin

dan budaya.

Page 33: T1_802008106_Full text.pdf

24

24

DAFTAR PUSTAKA

Adams, C.M & Forsyth, P.B. (2011). Student academic optimism: confirming a

construct. A paper submitted for presentation at the 2011 Annual Meeting

of The American Educational Research Association New Orleans, LA.

New Orleans, Louisiana, USA: AERA Online Paper Repository.

Anindyajati, M & Karima, C.M. (2004). Peran harga diri terhadap asertivitas

remaja penyalahgunaan narkoba (penelitian pada remaja penyalahguna

narkoba di tempat-tempat rehabilitasi penyalahguna narkoba). Jurnal

Psikologi. Volume 2 No. 1, Juni.

Azwar, S. (2012). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bagana, E., Raciu, A., & Lupu, L. (2011). Self esteem, optimism and exams’

anxiety among high school students. Procedia - Social and Behavioral

Sciences Journal. Volume 30. p. 1331 – 1338.

Corsini, R. J. (2002). The dictionary of psychology. New York: Brunner-

Routledge.

Hapsari, R.M & Retnaningsih. (2007). Perilaku asertif dan harga diri pada

karyawan. Jurnal Psikologi Volume 1, No. 1, Desember. Depok: Fakultas

Psikologi Universitas Gunadarma.

Hasan, A., Lilik, S., & Agustin, R.W. (2013). Hubungan antara penerimaan diri

dan dukungan emosi dengan optimisme pada penderita diabetes mellitus

anggota aktif persadia (persatuan diabetes indonesia) cabang surakarta.

Jurnal Ilmiah Psikologi Candrajiwa. Volume 2, No 2. p 60-74.

Heatherton, T. F & Wyland, C. L. (2003). Assessing self-esteem. Positive

Psychological Assessment: A Handbook of Models and Measures.

Washington, DC, US: American Psychological Association.

Heatherton, T. F. & Polivy, J. (1991). Development and validation of a scale for

measuring state self-esteem. Journal of Personality and Social

Psychology. Washington, DC: American Psychological Association, Inc.

Volume 60, No 6,. p. 895-910.

Hecht, D. (2013). The neural basis of optimism and pessimism. Experimental

Neurobiology Journal. Volume 3. p. 173-199.

Hurlock, E.B. (2004). Psikologi perkembangan (suatu pendekatan sepanjang.

rentang kehidupan). Jakarta: Erlangga.

Hutz, C.S., Midgett, A., Pacico, J.C., Bastianello, M.R., & Zanon, C. (2014). The

relationship of hope, optimism, self-esteem, subjective well-being, and

Page 34: T1_802008106_Full text.pdf

25

25

personality in brazilians and americans. Psychology Journal. Volume 5.

Scientific Research Publishing Inc. p 514-522.

Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2008). Human development

(psikologi perkembangan). Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Pepi, A., Luisa, F., & Alesi, M. (2006). Personal conceptions of intelligences, self

esteem and school achievement in italian and portuguese students. Journal

Adolescence. Winter, Volume 41, No 164. p. 615-31.

Robinson, C., & Snipes, K. (2009). Hope, optimism and self-efficacy: a system of

competence and control enhancing african american college students

academic well-being. Multiple Linear Regression Viewpoints Journal.

Volume 35 No 2. p 16-26.

Sandha, T.P, Hartati, S & Fauziah, N. (2012). Hubungan antara self esteem

dengan penyesuaian diri siswa tahun pertama SMA krista mitra

Semarang. Jurnal Psikologi Empati. Volume 1 No 1. Semarang: Fakultas

Psikologi Undip.

Santrock, J. W. (2002). Life span development (perkembangan masa hidup). Jilid

1: Edisi Kelima. Penerbit Erlangga.

Sukardi, F.E.W. (2006). Korelasi antara optimisme dan prestasi akademik siswa

sd santa maria kelas 6 di cirebon. Jurnal Psikologi Vol. 4 No. 1, Juni 2006.

p 55-71.

Sugiyono. (2012). Metode penelitian pendidikan: pendekatan kuantitatif,

kualitatif, dan r&d. Bandung : Alfabeta.

Toor, S.F. (2009). Optimism and achievement: a domain-specific and within-

construct investigation. Doctoral Dissertations. Knoxville: University of

Tennessee.