rsni t-01-2002

68
RSNI T-01-2002 Standar Nasional Indonesia Tata cara desain tubuh bendungan tipe urugan ICS 93.010 Badan Standardisasi Nasional BSN

Upload: ahirul-yahya

Post on 01-Jul-2015

1.059 views

Category:

Documents


39 download

TRANSCRIPT

Page 1: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

Standar Nasional Indonesia

Tata cara desain tubuh bendungan tipe urugan

ICS 93.010 Badan Standardisasi Nasional BSN

Page 2: RSNI T-01-2002
Page 3: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

i

Daftar isi

Daftar isi ............................................................................................................................. i

Prakata ............................................................................................................................... ii

Pendahuluan ...................................................................................................................... iii

1. Ruang lingkup ............................................................................................................ 1

2. Acuan ........................................................................................................................ 1

3. Istilah dan definisi ...................................................................................................... 2

4. Ketentuan dan persyaratan desain ............................................................................ 5

5. Data dan informasi untuk desain ................................................................................ 7

6. Pertimbangan dalam desain bendungan tipe urugan ................................................. 9

7. Penyelidikan Geoteknik .............................................................................................. 14

8. Desain fondasi dan ebatmen ..................................................................................... 19

9. Desain tubuh bendungan. ......................................................................................... 23

Lampiran A Contoh-contoh bendungan tipe urugan homogen ......................................... 30

Lampiran B Contoh-contoh bendungan tipe urugan zonal................................................ 40

Lampiran C Contoh-contoh bendungan tipe urugan dengan membran ............................ 52

Lampiran D Jenis sistim drainase , galeri bendungan tipe urugan batu dengan membran,contoh-contoh bendungan tipe urugan di luar negeri..................................... 54

Lampiran E Daftar nama dan lembaga............................................................................. 62

Bibliografi ............................................................................................................................ 63

Page 4: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

ii

Prakata

Tata cara desain tubuh bendungan tipe urugan ini dibahas dalam Gugus Kerja BidangGeoteknik, Bendungan dan Waduk yang termasuk pada Panitia Teknik Konstruksi danBangunan Sipil, Departemen Pekerjaan Umum.

Penulisan Standar ini mengacu kepada Pedoman BSN No. 8 tahun 2000.

Penyusunan standar ini melalui proses pembahasan pada Gugus Kerja, Prakonsensus danKonsensus yang melibatkan para nara sumber dan pakar dari berbagai instansi terkait.Konsensus telah dilaksanakan pada tanggal 14-15 Nopember 2001 di Pusat Litbang SumberDaya Air di Bandung.

Standar ini memberikan prinsip umum cara desain bendungan tipe urugan yang mencakuppembahasan tentang pertimbangan umum desain tubuh bendungan tipe urugan,pertimbangan teknis desain, kriteria desain dan pemilihan tipe bendungan, data daninformasi untuk desain; penyelidikan Geoteknik; desain fondasi dan ebatmen, termasukpekerjaan persiapan dan perbaikan serta bagian bangunan pengendali rembesan air, sertabahan urugan, jenis dan persyaratannya.

Page 5: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

iii

Pendahuluan

Desain bendungan tipe urugan, harus mempertimbangkan beberapa hal berkaitan dengan

factor keamanan dan ekonomi. Pertimbangan ini mencakup pertimbangan umum dan teknis

desain bendungan, serta pemilihan tipe bendungan. Juga diperlukan data dan informasi

untuk desain serta penyelidikan geoteknik baik lapangan maupun laboratorium. Tujuannya

agar diketahui kondisi perlapisan tanah/batu dari fondasi bendungan dan persediaan bahan

urugan tanah/batu sebagai bahan konstruksi. Dari hasil penyelidikan bahan urugan, dapat

diketahui jumlah bahan, dan urutan cara pengambilan, serta sifat teknis bahan yang

tersedia. Selanjutnya dapat memperkirakan jumlah dan jenis bahan serta persyaratannya

untuk konstruksi bendungan. Selain itu perlu dipertimbangkan persiapan dan perbaikan

untuk desain fondasi, ebatmen dan tubuh bendungan.

Page 6: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

1 dari 63

Tata cara desain tubuh bendungan tipe urugan

1 Ruang lingkup

Standar ini memberikan prinsip umum cara desain bendungan tipe urugan tanah homogen,zonal, dan membran serta tanggul penutup/tanggul banjir. Hal-hal yang dibahas dalamstandar ini meliputi:

1) Pertimbangan desain tubuh bendungan tipe urugan baik umum maupun teknis dankriteria desain serta pemilihan tipe bendungan.

2) Data dan informasi untuk desain.

3) Penyelidikan geoteknik baik lapangan maupun laboratorium.

4) Desain fondasi dan ebatmen serta tubuh bendungan, termasuk persiapan dan perbaikanserta bagian bangunan pengendali rembesan air.

5) Urugan yang meliputi bahan, jenis urugan dan persyaratannya.

2 Acuan

- ASTM D-2217-85 Wet preparation of soil samples for particle size analysis anddetermination of soil constants

- ASTM D 2487-90 Classification of soils for engineering purposes- ASTM D-2488-90 Description and identification of soils (visual-manual

procedure)- ASTM D-4253 Maximum index density of soils using a vibratory table- ASTM D-4254 Minimum index density of soils and calculation of relative

density- SNI 03-1731-1989 Tata cara keamanan bendungan- SNI 03-1724-1989 Tata cara perencanaan hidrologi dan hidraulik untuk

bangunan di sungai- SNI 03-1742-1989 Metode pengujian kepadatan ringan untuk tanah- SNI 03-1965-1990 Metode pengujian kadar air tanah- SNI 03 2393-1990 Tata cara pelaksanaan injeksi semen pada batuan- SNI 03-1964-1990 Metode pengujian berat jenis tanah- SNI 03-1966-1990 Metode pengujian batas plastis- SNI 03-1967-1990 Metode pengujian batas cair dengan alat Casagrande- SNI 03-2411-1991 Metoda pengujian lapangan tentang kelulusan air bertekanan- SNI 03-2415-1991 Metode perhitungan debit banjir- SNI 03-2417-1991 Metode pengujian keausan agregat dengan mesin abrasi Los

Angeles- SNI 03-2435-1991 Metode pengujian laboratorium tentang kelulusan air untuk

contoh tanah- SNI 03-2436-1991 Metode pencatatan dan interpretasi hasil pemboran inti- SNI 03-2437-1991 Metode pengujian laboratorium untuk menentukan parameter

sifat fisika pada contoh batu- SNI 03-2455-1991 Metode pengujian triaxial A- SNI 06-2487-1991 Metode pengujian lapangan kekuatan geser baling- SNI 03-2812-1992 Metode pengujian konsolidasi tanah satu dimensi- SNI 03-2813-1992 Metode pengujian geser langsung tanah terkonsolidasi

dengan drainase

Page 7: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

2 dari 63

- SNI 03-2849-1992 Tata cara pemetaan geologi teknik lapangan- SNI 03-2827-1992 Metode pengujian lapangan dengan sondir- SNI 03-2825-1992 Metode pengujian kuat tekan uniaxial batu- SNI 03-3405-1994 Metode pengujian sifat dispersif tanah dengan alat pinhole- SNI 03-3406-1994 Metode pengujian sifat tahan lekang batu- SNI 03-3407-1994 Metode pengujian sifat kekekalan bentuk agregat terhadap

larutan Natrium Sulfat dan Magnesium Sulfat.- SNI 03-3420-1994 Metode pengujian geser langsung tanah tidak terkonsolidasi

tanpa drainase- SNI 03-3422-1994 Metode pengujian batas susut tanah- SNI 03-3423-1994 Metode pengujian analisis ukuran butir dengan alat hidrometer- SNI 03-3432-1994 Tata cara penetapan banjir desain dan kapasitas pelimpah

untuk bendungan- SNI 03-3637-1994 Metode pengujian berat isi tanah berbutir halus dengan

cetakan benda uji- SNI 03-3638-1994 Metode pengujian kuat tekan bebas tanah kohesif- SNI 03-3968-1995 Metoda pengukuran kelulusan air pada tanah zone tak jenuh

dengan lubang bor- SNI 03-4153-1996 Metode pengujian penetrasi SPT- SNI 03-4813-1998 Metode pengujian triaxial untuk tanah kohesif dalam keadaan

tanpa konsolidasi dan drainase- SNI 03-6465.1-2000 Metode pengontrolan sungai selama pelaksanaan konstruksi

bendungan.Bagian 1: Pengendalian sungai selama pelaksanaankonstruksi bendungan

- SNI 03-6465.2-2000 Metode pengontrolan sungai selama pelaksanaan konstruksibendungan.Bagian 2: Penutupan alur sungai dan pembuatan bendunganpengelak.

- SNI 03-6465-2000 Tata cara pengendalian mutu bendungan urugan- SNI 03-6796-2002 Metode pengujian untuk menentukan daya dukung tanah

dengan beban statis pada fondasi dangkal

3 Istilah dan definisi

Istilah dan definisi berikut berlaku untuk pemakaian standar ini.

3.1bendungan (menurut SNI 03-1731)setiap penahan buatan, jenis urugan atau jenis lainnya, yang menampung air atau dapatmenampung air baik secara alamiah maupun buatan, termasuk fondasi, ebatmen, bangunanpelengkap dan peralatannya.

3.2tubuh bendunganbagian bendungan yang menahan, menampung dan meninggikan air yang berdiri di atasfondasi bendungan, selanjutnya dalam buku ini disebut bendungan. Bendungan dibagi atas:1) bendungan tinggi, bila tinggi H > 60m dan2) bendungan dengan resiko besar:

(1) H>15 m dan volume >100.000 m3

(2) H<15 m, bila (a) volume tampungan waduk >500.000m3, atau(b) debit desain Qd >2000 m3/s, atau(c) fondasi tanah lunak

Page 8: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

3 dari 63

3.3bendungan tipe uruganbendungan yang terbuat dari bahan urugan dari borrow area yang dipadatkan denganmenggunakan vibrator roller atau alat pemadat lainnya pada setiap hamparan dengan tebaltertentu.

3.4bendungan tipe urugan tanah homogensuatu bendungan urugan digolongkan dalam tipe homogen, apabila bahan yang membentuktubuh bendungan tersebut terdiri dari tanah yang hampir sejenis dengan klasifikasi hampirhomogen (dari borow area) dan dipadatkan secara mekanik dengan menggunakan vibratorroller atau alat lainnya pada setiap hamparan dengan tebal tertentu.

Tipe Skema umum KeteranganBendungan uruganhomogen

Apabila 80% dari seluruh bahanpembentuk tubuh bendungan terdiridari bahan yang bergradasi sama danbersifat kedap air.

BendunganuruganZonal

Tirai Apabila bahan pembentuk tubuhbendungan terdiri dari bahan yanglolos air , tetapi dilengkapi dengan tiraikedap air di udiknya.

Intimiring

Apabila bahan pembentuk tubuhbendungan terdiri dari bahan yanglolos air, tetapi dilengkapi dengan intikedap air yang berkedudukan miringke hilir.

Intivertikal

Apabila bahan pembentuk tubuhbendungan terdiri dari bahan yanglolos air, tetapi dilengkapi dengan intikedap air yang berkedudukan vertikal.

Bendungan uruganbatu denganmembran

Apabila bahan pembentuk tubuhbendungan terdiri dari bahan yanglolos air, tetapi dilengkapi denganmembran kedap air di lereng udiknya,yang biasanya terbuat dari lembaranbaja tahan karat, lembaran betonbertulang, aspal beton, lembaranplastik, dan lain-lainnya.

Gambar 1 Tipe bendungan urugan

3.5bendungan tipe urugan zonalbendungan urugan digolongkan dalam tipe zonal, apabila bahan urug yang membentuktubuh bendungan terdiri dari batuan atau tanah yang bergradasi (susunan ukuran butiran)yang berbeda-beda dalam urutan perlapisan tertentu (beberapa zona). Pada bendungan tipeini sebagai penyangga terutama dibebankan kepada urugan lulus air (zona lulus air),sedangkan penahan rembesan dibebankan kepada urugan kedap air (zona kedap air).Berdasarkan letak dan kedudukan zona kedap airnya, maka bendungan tipe ini dibedakanmenjadi 3 (tiga) yaitu:1) Bendungan urugan zonal dengan inti kedap air (front core fill type dam) adalah

bendungan zonal dengan zona kedap air yang membentuk lereng udik bendungan.

Page 9: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

4 dari 63

2) Bendungan urugan zonal dengan inti miring atau “bendungan inti miring” (inclined - corefill type dam), adalah bendungan zonal yang inti kedap airnya terletak di dalam tubuhbendungan dan berkedudukan miring ke arah udik.

3) Bendungan urugan zonal dengan inti kedap air tegak atau “bendungan inti tegak”(central - core fill type dam), adalah bendungan zonal yang zona kedap airnya terletak didalam tubuh bendungan dengan kedudukan vertikal. Biasanya inti tersebut terletak ditengah tubuh bendungan.

3.6bendungan tipe urugan batu dengan membranbendungan urugan batu digolongkan dalam tipe membran apabila lereng udik tubuhbendungan dilapisi membran yang sangat kedap air, seperti lembaran baja tahan karat,beton aspal, lembaran beton bertulang, geosintetik, susunan beton blok, dan lain-lain.

3.7wadukwadah yang dapat menampung air baik secara alamiah maupun buatan karena dibangunnyabendungan.

3.8tinggi jagaanjarak vertikal dari puncak bendungan sampai elevasi muka air maksimum waduk, yangdihasilkan dari perhitungan banjir desain pada pelimpah.

3.9muka air waduk maksimumelevasi muka air waduk yang diijinkan dan ditentukan terhadap jagaan minimal yang telahdisepakati.

3.10muka air waduk normalelevasi muka air maksimum dalam waduk pada kondisi eksploitasi normal.

3.11ebatmenbagian dari tumpuan kedua ujung bendungan.

3.12daerah fondasidasar lembah dimana tubuh bendungan dan bangunan utama lainnya ditempatkan.

3.13dindinghalang (cutoff wall)suatu dinding atau penyekat air yang berfungsi mengendalikan rembesan air melewatifondasi.

3.14sumur pelepas tekanan (pressure relief well)sumur yang terbuat dari material filter dipasang di hilir bendungan dan menembus lapisanrembes air untuk mengurangi tekanan angkat secara lebih efektif.

Page 10: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

5 dari 63

3.15likuifaksi (liquefaction)suatu proses atau kejadian berubahnya sifat tanah dari keadaan padat menjadi keadaancair, yang disebabkan oleh beban siklik pada waktu terjadi gempa, sehingga tekanan air porimeningkat mendekati atau melampaui tegangan vertikal.

3.16pelimpahbagian komponen bendungan untuk melimpahkan air kelebihan dari debit banjir desain.

3.17ambangelevasii mercu pelimpah.

3.18mercu pelimpahelevasi ambang atas pelimpah.

3.19pemindahan aliran (stream diversion)kegiatan pengalihan aliran untuk mengendalikan aliran pada waktu pelaksanaan melaluisaluran pengarah atau pengelak.

3.20serpih (shales)batuan endapan yang tersusun dari butiran sangat halus, kurang dari 1/254 mm.

4 Ketentuan dan persyaratan desain

4.1 Syarat Keamanan

Desain bendungan tipe urugan harus mempertimbangkan persyaratan berikut ini:

1) aman terhadap bahaya erosi permukaan pada waktu terjadi banjir, akibat pelimpahan,air hujan atau gelombang air waduk, dan muka air maksimum;

2) aman terhadap tekanan air tanpa menimbulkan rembesan atau kerusakan akibat gayaperembesan air;

3) aman terhadap keruntuhan struktural,4) aman terhadap bangunan dan lingkungan di sekitarnya, serta dapat menjaga ekologi

dan lingkungan.

4.2 Persyaratan desain

Faktor-faktor yang perlu diperhitungkan dalam desain bendungan adalah:

1) topografi;2) bahan konstruksi;3) fondasi;4) bangunan pelengkap;5) luas/volume tampungan waduk;6) gejala lain yang dapat menimbulkan masalah.

Page 11: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

6 dari 63

4.3 Ketentuan umum

Ketentuan umum yang diperlukan untuk desain adalah seperti berikut ini:

1) Kondisi lokasi rencana bendungana) pengaruh lebar lembah terhadap cara pemindahan aliran air sungai dan pemilihan

tipe bendungan;b) pengaruh bentuk bukit dan topografi terhadap tinggi gelombang air dan pemilihan

tipe pelindung lereng;c) aktivitas gempa di sekitar bendungan;

2) Kondisi hidrologi yang berpengaruh terhadap persediaan air waduk;3) Kondisi operasional, yang berpengaruh terhadap kebutuhan pengaturan masukan dan

keluaran persediaan air;4) Kondisi cuaca;5) Konstruksi, yang berpengaruh pada cara konstruksi dan lingkungan;6) Ekologi dan lingkungan yang diakibatkan oleh pembangunan bendungan.

4.4 Pertimbangan pemilihan bendungan tipe urugan

4.4.1 Pertimbangan umum

Pertimbangan umum yang harus dipenuhi dalam desain bendungan tipe urugan adalah:

1) Urugan, fondasi dan ebatmen harus stabil terhadap longsoran, rembesan dan deformasibaik pada waktu konstruksi maupun pada waktu operasi waduk ;

2) Rembesan air melalui urugan, fondasi dan ebatmen harus dapat dikendalikan denganbaik dan kecepatannya dibatasi. Tujuannya adalah untuk mencegah tekanan angkat(uplift) yang berlebihan, bahaya erosi buluh, pelarutan bahan dan erosi melewatirekahan atau rongga;

3) Tinggi jagaan harus cukup besar untuk mencegah pelimpahan air melewati tubuhbendungan (overtopping). Dalam perhitungan tinggi jagaan harus dipertimbangkanterhadap gelombang air waduk dan penurunan tubuh dan fondasi bendungan (lihatkonsep SNI tentang Tata cara penentuan tinggi jagaan untuk bendungan);

4) Pelimpah dan bangunan pengeluaran harus berkapasitas cukup untuk mencegahbahaya pelimpahan air melewati tubuh bendungan (lihat SNI-03-3432-1994).

4.4.2 Konstruksi pengendali

Desain bendungan tipe urugan harus memperhitungkan konstruksi pengendali rembesan air.Sebagai contoh dindinghalang (cutoff) pada fondasi, zona kedap air yang tidak kaku, zonatransisi, lapisan drainase horisontal, selimut kedap air horisontal disebelah udik dan sumurpelepas tekanan (relief wells). Selain itu, juga diperlukan pengendalian yang ketat terhadappemadatan tanah, kadar air tanah, homogenitas bahan urugan dan pemasangan instalasidrainase.

4.4.3 Hal-hal khusus

Hal-hal khusus yang harus dipertimbangkan antara lain kemungkinan peningkatan tekananair pori pada material fondasi, yang berlapis-lapis, dan bagian bendungan yang paling lemahdi kaki lereng hilir. Dalam hal ini tegangan yang bekerja pada fondasi relatif sangat kecil,sehingga tegangan efektifnya juga sangat kecil karena adanya rembesan air. Oleh karenaitu, kuat geser tanah pada kaki hilir bendungan akan menurun akibat peningkatan tekananair pori.

4.4.4 Pertimbangan teknis

1) Kondisi lapangan yang dapat mendukung pemilihan bendungan tipe urugan adalah:a) Lembah yang lebar;b) Tidak ditemukan ebatmen dari batuan yang cukup baik;

Page 12: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

7 dari 63

c) Lapisan tanah yang cukup tebal;d) kualitas batuan fondasi yang kurang baik ditinjau dari segi struktur;e) Ditemukan bahan urugan tanah atau batuan dalam jumlah yang cukup banyak dan

kualitasnya cukup baik.

2) Urugan batu dengan lereng tegak membutuhkan fondasi yang lebih kuatdibandingkan dengan urugan tanah homogen. Bahkan bendungan beton membutuhkanfondasi yang lebih baik dari bendungan tipe urugan batu.

4.4.5 Pengaruh lingkungan

Pelaksanaan konstruksi bendungan harus memperhatikan faktor-faktor keamananlingkungan hidup seperti berikut ini, agar kerusakan yang akan terjadi dapat seminimalmungkin.

1) Air buangan yang berasal dari galian yang mengandung banyak sedimen harus dialirkankekolam pengendapan sebelum dibuang kedalam sungai;

2) Penggalian borrow area harus dikerjakan sesuai aturan yang berlaku, agar erosi danangkutan sedimen yang akan terjadi seminimal mungkin;

3) Penataan kembali harus dilakukan secara matang pada galian borrow area, galianbangunan pelengkap dan tempat pembuangan hasil galian (lihat SNI- 03-1731-1989);

4) Gangguan manusia terhadap lingkungan (keamanan terhadap lingkungan).

5 Data dan informasi

Pengumpulan data dan informasi baik yang sudah tersedia maupun yang perlu dilakukansurvei dan investigasi di daerah calon bendungan, sangat diperlukan untuk desain dankonstruksi suatu bendungan. Pada prinsipnya data terbagi atas dua bagian, yaitu: (i)pengumpulan data dasar dan (ii) pengujian (kalibrasi) data terkumpul. Data dasar biasanyameliputi (a) peta topografi, (b) peta geologi, (c) foto udara, dan (d) lain-lain, seperti peta tataguna lahan, kegiatan konstruksi di masa lampau.

Kalibrasi data terkumpul kadang-kadang diperlukan untuk membandingkan dan memeriksakebenaran data atau mencari persamaan yang logis dari data terkumpul.

5.1 Faktor-faktor yang perlu dalam desain

Faktor-faktor yang mempengaruhi pada desain suatu bendungan yang perludipertimbangkan adalah sebagai berikut; kondisi daerah bendungan; hidrologi, persyaratanoperasional, kondisi pelapukan, konstruksi, ekologi dan lingkungan. Untuk itu perludilakukan survei dan investigasi agar diperoleh desain calon bendungan yang baik.

5.2 Kondisi daerah calon bendungan

Kegiatan survei dan investigasi yang diperlukan pada umumnya meliputi:

1) Pemetaan topografi dan geologi permukaan untuk memperoleh gambaran yangseksama tentang jenis, perkiraan daerah penyebaran, tebal, sifat fisik dan teknikbatuan, dan lain-lain;

2) Penyelidikan bahan bangunan, untuk memperoleh gambaran jenis batuan dansedimennya di sekitar daerah calon bendungan dan perkiraan kapasitas dari masing-masing jenis bahan tersebut.

Page 13: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

8 dari 63

5.3 Pengukuran dan pemetaan topografi

5.3.1 Kolam waduk

Pemetaan dan pengukuran kolam waduk, diperlukan untuk memperkirakan volume waduk,kedudukan bendungan dan bangunan pelengkap, luas daerah yang akan dibebaskantermasuk bangunan dan areal tanaman. Luas daerah genangan waduk dan skala peta yanglazim digunakan seperti pada Tabel 1.

Tabel 1 Luas daerah genangan waduk dan skala petayang lazim digunakan

Luas daerah genangan waduk Skala peta

Lebih besar dari 100 ha 1 / 2.000 – 1 / 5.000

Antara 50 – 100 ha 1 / 1.000 – 1 / 2.000

Lebih kecil dari 50 ha 1 / 500 – 1 / 1.000

5.3.2 Bendungan dan bangunan pelengkap

Pemetaan tempat kedudukan calon bendungan, diperlukan untuk memperoleh gambarsituasi, penampang melintang dan penampang memanjang untuk mendukung desainbendungan dan bangunan pelengkap. Peta-peta ini biasanya dibuat dalam skala 1/500 atau1/1000 dengan interval tinggi 1 meter.

5.4 Survei meteorologi dan hidrologi

Hidrologi merupakan faktor untuk memperkirakan persediaan air atau kapasitas waduk,perhitungan desain ekonomik, tinggi optimum bendungan untuk konservasi, kapasitaspelimpah dan besarnya limpahan air.

1) Data debit banjir yang pernah terjadi, kadang-kadang dapat diperkirakan denganmembandingkan kondisi geologi dan topografi dengan kondisi meteorologi yangterbatas, daerah pengaliran sungai yang tidak mempunyai stasiun pencatat, dankalibrasi data.

2) Data curah hujan, diperlukan untuk analisis kapasitas/persediaan air dan analisiskarakteristik debit banjir di daerah calon bendungan.

3) Data debit banjir rencana, diperoleh dari hasil perhitungan curah hujan maksimum rata-rata dan jangka waktu sampai terjadi debit besar; sedangkan debit rencana diperolehdari hasil perhitungan curah hujan rencana dengan faktor-faktor kondisi daerahpengaliran. (SNI 03-2415-1991).

4) Kapasitas pengendalian banjir; desain pelimpah harus memperhitungkan kapasitaslimpah dan besarnya limpahan air. (SNI 03-3423-1994).

5.5 Survei geologi dan pengujian lapangan

Kondisi topografi dan geologi merupakan faktor penting dalam desain dan konstruksibendungan dan untuk menentukan kondisi fondasi dan bahan tubuh bendungan. Kegiatanini meliputi:

1) Pemetaan tampak geologi untuk memperoleh penampang geologi2) Pengeboran inti untuk mengetahui karakteristik material tanah (batuan di bawah

permukaan tanah);3) Terowong uji;4) Parit uji;5) Pendugaan.

Page 14: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

9 dari 63

Pengujian lapangan, antara lain untuk memperoleh data daya dukung tanah, permeabilitastanah, kuat geser tanah, dan sifat teknis lainnya. Kemudian hasil pengujian akan menjadimasukan untuk analisis dan perhitungan seperti stabilitas, penurunan atau deformasi, dayadukung dan rembesan.

5.6 Survei bahan bangunan

Survei untuk desain dan pemilihan bahan bendungan memerlukan pertimbangan:

- persyaratan stabilitas, kepadatan dan kuat geser tanah;- persyaratan rembesan, gradasi butiran dan permeabilitas tanah;- persyaratan penurunan atau deformasi (uji konsolidasi);- pengujian lapangan dan laboratorium terhadap contoh uji, untuk memperoleh contoh

bahan, untuk memperoleh sifat fisik dan teknis tanah/batuan serta klasifikasi bahan.

5.7 Persyaratan operasional

Rencana pengelolaan air sungai diperlukan untuk menentukan lokasi dan tinggi bendungan.Persyaratan operasional pada saat elevasi waduk minimum, maksimum dan waktu pengisianatau surut cepat air waduk, serta pengontrolan rembesan perlu dipertimbangkan dalamdesain. Hal ini untuk menghindari terjadinya banjir dan untuk mempertahankan kapasitaswaduk.

5.8 Kondisi cuaca

Kondisi cuaca perlu dipertimbangkan dalam pemilihan tipe bendungan, sehubungan dengankonstruksi dan jadwal pelaksanaannya, dan pengambilan bahan dan penempatan jenisbahan waktu konstruksi

5.9 Konstruksi

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam desain bendungan, antara lain metode, alat danperiode konstruksi disesuaikan dengan musim kemarau dan musim hujan, sertaketersediaan bahan bendungan.

5.10 Ekologi dan lingkungan

Pertimbangan ekologi dan lingkungan merupakan faktor penting yang perlu diperhatikandalam kegiatan survei. Dampak bendungan akan mempengaruhi kehidupan baik manusia,bangunan yang sudah ada maupun tanaman dan hewan di daerah sekitarnya; yang perludijaga keseimbangan ekologinya.

6 Pertimbangan dalam desain bendungan tipe urugan

6.1 Tinggi jagaan

1) Tinggi jagaan adalah jarak vertikal dari puncak bendungan sampai elevasi muka airmaksimum waduk yang diperoleh dari hasil perhitungan banjir desain pelimpah. Tinggijagaan harus didesain aman terhadap kemungkinan pelimpahan air melewati tubuhbendungan. Perhitungan itu harus mempertimbangkan pengaruh tinggi gelombangakibat angin, gempa bumi, penurunan fondasi dan tubuh bendungan.

2) Untuk daerah bergempa kuat yaitu zona gempa D, E dan F (lihat Pedoman bebangempa untuk bangunan pengairan), tinggi jagaan ditetapkan berdasarkan konsep SNItersebut dengan harga minimum seperti ditentukan pada tabel 2.

Page 15: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

10 dari 63

Tabel 2 Tinggi jagaan dan lebar bendungan untuk daerahbergempa kuat

Tinggibendungan

(m)

Jarak minimum antara elev. airnormal dan puncak bendungan

(m)

Lebar puncakBendungan

(m)<30 3.5 7.5

30- 60 4.5 9.061-90 6.0 10.5>91 6.0 12.0

6.2 Lebar puncak

Lebar puncak bendungan tipe urugan tanah dan batu sebenarnya tidak begitu berpengaruhterhadap kestabilan lereng akibat beban statik, tetapi cukup berpengaruh akibat bebangempa. Untuk lebar minimum di daerah bergempa kuat dapat digunakan tabel 2.

6.3 Sumbu bendungan

Sumbu bendungan dapat ditarik sebagai garis lurus atau garis lengkung kearah udik(cembung) dengan mempertimbangkan factor keamanan dan ekonomik bendungan. Selainitu juga untuk mencegah kemungkinan terjadinya zona tegangan tarik pada lereng udikbendungan yang dapat mengakibatkan timbulnya retakan dan konsentrasi bocoran ke arahlereng hilir. Pada bendungan tinggi, biasanya sumbu dibuat cembung, agar tekanan airwaduk terbagi dalam arah memanjang bendungan. Bentuk ini akan meningkatkan tegangantekan dalam inti bendungan, sehingga dapat mencegah bahaya retakan dalam arahmelintang. Radius lengkungan biasanya diambil antara 300 m sampai 900 m.

6.4 Ebatmen

1) Potongan melintang bendungan yang terletak pada ebatmen dapat dibuat lebih landaidaripada potongan lainnya. Hal ini biasanya dilaksanakan bila kondisi batuan atautanah pada ebatmen agak lemah (talud deposit atau batuan lapuk).Dengan membuat inti bendungan lebih lebar, maka garis rembesan air akan lebihpanjang, sehingga rembesan air mengecil. Selain itu, juga dapat digunakan injeksi tiraiuntuk mengurangi rembesan air melewati ebatmen. Dari segi ekonomis, pelandaianlereng untuk stabilitas bendungan lebih menguntungkan daripada penggalian lapisantanah atau batuan yang lemah. Permeabilitas arah horisontal dari batuan dasar ataulapisan tanah pada ebatmen biasanya jauh lebih tinggi dari pada permeabilitas urugantanah bendungan. Karena itu, pelandaian lereng kearah udik lebih menguntungkanditinjau dari segi pengendalian rembesan air.

2) Pada lereng ebatmen yang sangat tegak urugan kedap air, filter dan zona transisidianjurkan dipertebal di lokasi yang kemungkinan terjadi tegangan tarik akibatpenurunan yang tidak merata. Pelebaran inti tidak selalu efektif pada tanah yang tidakdapat menutup sendiri bila terjadi retakan dalam urugan. Namun pelebaran, padamaterial filter dan zona transisi tanah nonkohesif akan lebih menguntungkan, karenabersifat dapat menutup sendiri bila terjadi retakan yang berlebihan. Bila memungkinkan,pelaksanaan konstruksi lapisan urugan teratas yang berdekatan dengan ebatmenberlereng tegak diperlambat sampai terjadi penurunan yang cukup besar.

3) Penurunan yang tidak merata searah sumbu bendungan (memanjang) pada bagianyang berdekatan dengan ebatmen dapat menimbulkan retakan melintang yangberbahaya. Untuk mencegah hal tersebut, dapat digunakan tanah urugan yangdipadatkan pada kadar air lebih tinggi dan dikombinasi dengan lereng yang diperlandaiserta lapisan filter dipertebal.

Page 16: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

11 dari 63

6.5 Konstruksi secara bertahap

1) Konstruksi secara bertahap adalah konstruksi pengurugan yang dilakukan dalam suatujangka waktu tertentu dengan suatu interval antara pengurugan dan waktu tidak adakegiatan. Pelaksanaan konstruksi ini biasanya dilakukan bila suatu bendungan dibangundiatas fondasi tanah lunak atau pemadatan tanah urugan dilakukan pada kadar air yangtinggi. Tujuannya adalah untuk memberi kesempatan menurunnya tekanan air poridalam tanah.

2) Bila bendungan yang tinggi dibangun di suatu lembah sempit, maka adakemungkinan pengurugan dilakukan terlalu cepat sehingga tekanan air pori jugameningkat secara cepat di dalam tubuh dan fondasi bendungan. Dua cara konstruksiyang dapat ditempuh agar bendungan tetap stabil yaitu konstruksi secara bertahap danatau pelandaian lereng bendungan.

6.6 Pemindahan aliran (stream diversion) pada waktu pelaksanaan

Cara memindahkan dan mengalihkan aliran pada waktu pelaksanaan merupakan faktorpenting dalam menentukan lokasi bendungan. Oleh karena itu, harus dipertimbangkansecara seksama dalam desain termasuk jadwal pelaksanaan konstruksi agar tidak terjadigerusan dan seepage.

1) Faktor-faktor utama yang mempengaruhi cara pengalihan air sungai adalahkondisi fluktuasi hidrologi, topografi, geologi, perubahan aspek-aspek morfologi dinamiksungai, pergerakan sedimen, air sungai, keadaan bangunan air di udik dan di hilir,geometri, geoteknik, debit, muka air tertinggi, hidraulik sungai, air tanah, dan jadwalpelaksanaan konstruksi. Cara pengalihan aliran sungai yang umum dilaksanakan adalahsebagai berikut; pada tahap pertama menyelesaikan bangunan pengalih (outletstructure) dan sebagian urugan yang dipadatkan. Kemudian dilanjutkan pada musimkering dimana banjir jarang terjadi dengan membangun cofferdam untuk memindahkanaliran sungai masuk ke bangunan pengalih. Cofferdam biasanya dibangun baikdisebelah udik maupun disebelah hilir. Pada tahap selanjutnya membangun dengancepat bagian bendungan yang berfungsi sebagai penutup ditengah sungai sampaimencapai elevasi tertentu. Pada tahap terakhir membangun bendungan sampaimencapai puncak.

2) Cofferdam biasanya dibangun dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

(a) Pertama cofferdam kecil dibangun disebelah udik bendungan yang terpisah daribendungan utama;

(b) Cofferdam utama dapat dibangun sebagai bagian dari bendungan atau terpisahdengan kualitas harus sama dengan bendungan utama;

(c) Pembuatan cofferdam harus selesai dalam satu musim kemarau.

3) Cofferdam yang dibangun untuk bendungan tipe urugan harus didesain, dilaksanakan,diawasi dan mempunyai kualitas sama dengan bendungan utama. Penentuan tinggicofferdam harus mempertimbangkan pengaruh hidrologi dan topografi. Cofferdam jugaharus dilengkapi dengan pelindung terhadap bahaya erosi dan konstruksi pengendalirembesan air. Desain cofferdam juga harus mempertimbangkan pengaruh kondisilapisan tanah dan batuan fondasi, stabilitas dan penurunan fondasi, kecepatanpengurugan untuk mencegah pelimpahan air, dan tempat pengambilan bahan urugan.

4) Aliran air dapat dialihkan atau dipindahkan dengan cofferdam dan terowongan. Dimensiukuran tergantung dari hidrologi sungai dengan mempertimbangkan ukuran terowonganpengelak dan debit banjir.

Page 17: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

12 dari 63

6.7 Bagian urugan sebagai penutup sungai

Bagian urugan yang berfungsi sebagai penutup sungai (cofferdam), biasanya pendek dandibangun secara cepat. Dua masalah yang timbul pada waktu pelaksanaan adalah:

1) Agar tidak terjadi penurunan kekuatan geser akibat peningkatan tekanan air pori didalam tanah fondasi dan urugan; maka dapat diatasi dengan membuat lapisan drainasehorisontal pada bagian luar inti bendungan atau drainase vertikal pada fondasibendungan.

2) Retakan melintang yang terjadi di sambungan antara bagian urugan lama dan baru,biasanya disebabkan oleh adanya penurunan tidak merata. Untuk mencegah hal inidianjurkan agar pada ujung bagian urugan lama yang dibuat dengan lereng tidak lebihtegak dari 1 : 4, atau inti bendungan dibuat dari bahan dengan kadar air lebih tinggi.

6.8 Fasilitas pelindung terhadap pengaruh gaya gempa bumi

Didaerah bergempa kuat desain urugan bendungan besar harus mempertimbangkan hal-halsebagai berikut:

1) Fondasi dari tanah non kohesif harus mempunyai kepadatan relatif (relative density)minimum 70%;

2) Zona kedap air harus lebih plastis;

3) Zona kedap air harus lebih lebar;

4) Puncak bendungan harus lebih diperlebar;

5) Lereng bendungan harus diperlandai;

6) Tinggi jagaan harus cukup untuk mencegah pelimpahan;

7) Lebar filter dan zona transisi harus diperlebar;

8) Zona urugan batu harus dipadatkan agar mempunyai kepadatan lebih tinggi;

9) Bagian urugan yang terletak diatas ebatmen harus diperlandai;

10) Bendungan yang terletak diatas sesar memerlukan penyelidikan Geologi dan Seismologisecara lebih rinci;

11) Bangunan pelimpah tidak dianjurkan dibangun diatas tubuh bendungan;

12) Bangunan pengeluaran tidak dianjurkan dibangun di bawah tubuh bendungan.

6.9 Retakan pada urugan

Salah satu pertimbangan penting untuk desain bendungan tipe urugan yang aman adalahmencegah retakan bendungan. Pada urugan tanah yang dipadatkan secara baikpun retakandapat terjadi. Karena pemadatan yang dikontrol dengan baik tidak cukup untuk mencegahretakan. Tipe retakan dibagi dalam tiga jenis seperti berikut ini:

a) Retakan melintang vertikaì dengan arah melintang bendungan.

b) Retakan memanjang vertikal sejajar sumbu bendungan, biasanya terjadi pada zonamaterial yang berbeda.

c) Retakan horisontal pada inti atau pada fondasi bendungan.

Page 18: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

13 dari 63

6.9.1 Retakan melintang

1) Retakan melintang pada inti atau zona kedap air atau zona urugan batu disebelah luarmerupakan jenis kerusakan sangat kritis yang harus diperhitungkan dalam desain.Retakan ini biasanya terjadi karena timbulnya tegangan tarik akibat penurunan tidakmerata pada fondasi atau tubuh bendungan. Bila penurunan tidak merata terjadidalam jarak horisontal yang pendek, maka tegangan tarik akan meningkat secara cepatsampai terjadi retakan. Penurunan yang menimbulkan tegangan tarik di bagian bawahbendungan tidak berpengaruh terlalu besar karena adanya tegangan tekan yangcukup tinggi diatasnya. Namun, regangan tarik yang terjadi pada bagian atasbendungan berpengaruh cukup besar, karena tegangan yang bekerja diatasnya relatifkecil akibat berat sendiri bendungan. Jadi, zona tarik di bagian atasbendungan dianggap paling penting dalam pertimbangan desain.

2) Zona tarik yang terjadi di bagian atas urugan biasanya disebabkan oleh adanyapenurunan tidak merata yang berlebihan , yang terjadi pada :

a) Fondasi dan ebatmen tegak;b) Zona antara bagian urugan lama dan baru (yang menutup sungai dan telah

dibangun sebelumnya);c) Dasar sungai lama terdiri dari lapisan tanah lunak;d) Galian sekitar dindinghalang rembesan yang melewati tanah yang mempunyai

kompressibilitas agak tinggi;e) Inti yang dipadatkan pada kadar air terlalu kering (< OMC-1%) , sehingga pada

waktu terjadi penjenuhan oleh air waduk urugan mengalami penurunan;f) Penyebab lain yang menimbulkan penurunan tidak merata.

6.9.2 Retakan memanjang

Walaupun dalam pasal sebelumnya telah diuraikan, bahwa retakan memanjangdisebabkan oleh penurunan tidak merata, tetapi penyebab yang paling sering terjadi adalah:

1) Penurunan urugan batu karena penjenuhan waktu pengisian pertama waduk.2) Penurunan zona batu sebelah udik karena penurunan air waduk secara tiba-tiba (rapid

drawdown)3) Penurunan inti bendungan.

6.9.3 Retakan horisontal

Retakan horisontal pada inti terjadi karena adanya penurunan tidak merata antara inti danzona batu sebelah luar. Dalam hal ini, sebagian inti akan menggantung (hang up).

6.9.4 Mencegah retakanPeningkatan tegangan tarik pada bendungan dipengaruhi oleh dua hal yaitu geometrifondasi atau ebatmen dan perbedaan sifat tegangan dan regangan dari bahan timbunanyang digunakan. Hal ini dapat dianalisis dengan menggunakan cara elemen hingga (finiteelement). Untuk mencegah terjadinya retakan pada urugan dapat ditempuh langkah-langkah sebagai berikut ini:

1) Pada waktu pemadatan , urugan harus selalu disiram air.2) Pemadatan urugan batu harus dilakukan mencapai kepadatan relatif yang cukup tinggi

(>70%) agar dapat mengurangi pengaruh penjenuhan.3) Pemadatan material inti harus dilaksanakan pada kadar air yang tidak terlalu kering

(>OMC-1%) dan berat volume tertentu, agar tidak terjadi proses konsolidasi waktupenjenuhan yang dapat menyebabkan retakan.

4) Mengendalikan rembesan air akibat retakan dapat dikontrol dengan menempatkansystem drainase transisi atau filter yang tebal.

Page 19: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

14 dari 63

7 Penyelidikan geoteknik dan geologi teknik

7.1 Penyelidikan lapangan

7.1.1 Tinjauan umum

1) Penyelidikan Geoteknik pada bendungan, bangunan lain dan borrow area harus cukuplengkap untuk mengevaluasi hal-hal sebagai berikut:

a) Kondisi fondasi dan ebatmen;

b) Cara perbaikan fondasi yang dibutuhkan;

c) Penggalian lereng;

d) Persediaan dan karakteristik bahan urugan;

e) Kemungkinan dewatering yang diperlukan.

Data yang diperoleh sangat berguna untuk menentukan tataletak yang lebih tepat dantipe bendungan. Pengumpulan data ini mencakup klasifikasi, sifat fisik, perlapisan tanahdan batuan, dan variasi muka air tanah;

2) Pengetahuan mengenai Geologi regional dan lokal, dapat menghasilkan peta danpotongan geologi. Peta yang menunjukkan tentang litologi, struktur geologi, kelulusanair, topografi, dan geometri sangat dibutuhkan untuk menyusun program penyelidikanGeoteknik, interpretasi kondisi antara dua lubang bor dan evaluasi geoteknik (lihat SNI-03-2436-1991 dan SNI-03-2849-1992);

3) Jumlahtitikeksplorasiditentukanolehkompleksnyakeadaan fondasidan besarnya proyekyang akan dibangun. Penyelidikan awal bahan urugan biasanya sudah dilakukan,sehingga jumlah dan sifat teknis bahan urugan sudah diketahui sebelum melakukanstudi pemilihan tipe bendungan;

4) Struktur geologi dapat menggambarkan jurus (strike) dan kemiringan (dip) dari bidangperlapisan, rongga dalam batu kapur, rekahan, kekar, lensa-lensa lempung, zonapatahan (gauge zone) dan sesar. Struktur ini sangat mempengaruhi stabilitas fondasidan lereng galian, terutama yang berhubungan dengan rembesan air;

5) Perlapisan tanah yang berpotensi mengalami proses likuifaksi (liquifaction) waktuterjadi gempa bumi harus diselidiki dengan uji penetrasi standar (SPT).

6) Penyelidikan tanah dan batuan fondasi secara lebih rinci dibutuhkan bila ditemukan hal-hal khusus sebagai berikut :

a) Lapisan pasir yang berpotensi mengalami proses likuifaksi (liquefaction).

b) Lempung lunak dan sensitif;

c) Tanah organik ;

d) Tanah ekspansif;

e) Tanah bersifat “kollapsible” biasanya terjadi pada tanah berbutir halus yangmempunyai kohesi rendah, berat volume asli rendah, mudah mengalami perubahanvolume (menurun) bila dibasahi dan diberi beban;

f) Batu lempung atau shales yang bersifat mengembang dan menurun kekuatangesernya bila dibongkar (unload) atau dikupas .Jenis batuan ini kadang-kadangmempunyai kekuatan geser yang rendah;

g) Batu kapur atau tanah calcareous yang mengandung rongga bekas pelarutan;

h) Batu atau tanah “gypsiferous”;

i) Lempung berlapis-lapis (varved clay);

Page 20: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

15 dari 63

j) Bukaan dalam tanah atau batuan bekas tambang yang sudah ditinggalkan;

k) Formasi batuan dimana inti sama sekali tidak dapat terambil atau batang borterjatuh.

7.1.2 Fondasi

1) Daerah fondasi adalah dasar lembah dimana bendungan dan bangunan utamalainnya ditempatkan. Penyelidikan bawah permukaan didaerah ini sangat dibutuhkan(tabel 3) untuk mendapatkan data sebagai berikut:

a) Profil bawah permukaan yang memperlihatkan perlapisan tanah dan batuantermasuk lapisan atau zona lemah. Lokasi bor inti yang kosong atau tak terambildan yang terjatuh.

b) Karakteristik dan sifat fisik dan teknis tanah dan batuan yang lemah.

c) Elevasi muka air tanah dan bukti adanya tekanan air artesis dalam batuan dasaratau tanah.

2) Pembuatan terowongan uji (adit) dalam ebatmen, sumur uji, paritan, pemboran intiberdiameter besar kadang-kadang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil penyelidikanyang lebih rinci. Demikian pula penggunaan pemotretan atau kamera dalam lubangbor merupakan cara yang lebih teliti untuk mengetahui kondisi bawah permukaan. BorInti yang kosong atau patah harus dicatat. Hal ini kadang-kadang menginformasikanzona lemah yang mempengaruhi kestabilan fondasi atau galian dan merupakan saranuntuk penyelidikan tambahan;

3) Uji kelulusan air pada fondasi sangat dibutuhkan untuk menentukan daerah manayang memerlukan pengendalian rembesan air.

7.1.3 Ebatmen

Ebatmen dari suatu bendungan adalah bagian dari bukit dimana kedua ujung bendunganmenumpu. Daerah sekitar ebatmen seperti fondasi perlu diselidiki secara seksama.Kegagalan desain bendungan sering terjadi karena penyelidikan pada daerah ebatmenkurang rinci. Rembesan sering sekali terjadi melewati daerah ebatmen. Dinding perbukitansebelah udik dan hilir ebatmen kadang-kadang mempunyai lereng alam yang tegak.Tempat ini sering mengalami longsor, sehingga menimbulkan kerusakan berat pada mulutgaleri, saluran pengeluaran dan kenaikan permukaan air waduk. Karena itu harus diselidikidengan lebih rinci.

Page 21: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

16 dari 63

Tabel 3 Ikhtisar jenis pengujian yang perlu dilaksanakan untuk fondasi

Klasifikasi

Jenis uji

Jenis Fondasi

Standar UjiUji Lokasi Batuan

Tanahlempung

an

Tanahpasirkerikil

Permeabilitas

Lapangan Pengujian lugeon SNI 03-2411-1991

Pengujian permeabilitas dalamlubang bor

SNI 03-3968-1995

Pengujian permeabilitas sederhana USBR

Laboratorium Pengujian permeabilitas contoh ujitak terganggu

SNI 03-2435-1991

Pengujian permeabilitas contohterganggu

SNI 03-2435-1991

Dayadukung

Lapangan Pemetaan geologi teknik SNI 03-2849-1992

Pemboran inti SNI 03-2436-1991

Uji penetrasi standar SNI 03-4153-1996

Uji penetrasi konus (CPT) SNI 03-2827-1992

Uji penetrasi konus dinamik (DCPT) Standar German

Uji beban pelat Pd M-28-1998-03

Uji pressuremeter ASTM D 4719

Uji geser baling SNI 06-2487-1991

Uji geser langsung ASTM

Laboratorium Uji sifat fisk (indeks properti )Kadar air, berat volume, spesifikgraviti, batas cair, batas plastis,batas susut, gradasi, kadar organik

Batuan :SNI 03-2437-1991Tanah dan pasirkerikil:SNI 03-1965-1990SNI 03-3637-1994SNI 03-1964-1990SNI 03-1966-1990SNI 03-1967-1990SNI 03-3423-1994ASTM D 2487-90ASTM D-2488-90ASTM D 2217

Uji kuat tekan bebas / uniaxial Batu :SNI 03-2825-1992TanahSNI 03-3638-1994

Uji triaxial UU, CU Tanah :SNI 03-4813-1998SNI 03-2455-1991

Uji geser langsung UU, CD Batuan :SNI 03-2824-1992Tanah :SNI 03-2813-1992

Uji konsolidasi Tanah :SNI 03-2812-1992

Uji dispersif Batuan dan tanahSNI 03-3405-1994

Uji cepat rambat gelombangultrasonik

SNI 06-2485-1991

Uji sifat tahan lekang (slakedurability)

SNI 03-3406-1994

harus dilaksanakan dilaksanakan bila diperlukan

Page 22: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

17 dari 63

7.1.4 Lokasi pelimpah dan bangunan pengeluaran

Lokasi rencana pelimpah atau bangunan pengeluaran harus diselidiki secara teliti untukmengetahui kualitas batuan dan perlapisan tanah yang lemah. Penyelidikan ini harusdapat memberi informasi tentang tebal lapisan tanah dan batu, sehingga dapatdigunakan untuk analisis stabilitas lereng galian dan menentukan cara penggalian yangpaling tepat. Bila pelimpah dibangun berdekatan ujung bendungan, maka batuan dan tanahdiantara bendungan dan pelimpah harus diselidiki dengan teliti.

7.1.5 Bendungan pembantu

Banyaknya penyelidikan fondasi di lokasi bendungan pembantu tergantung pada tinggibendungan. Pemboran inti, tetap dilakukan untuk bendungan semacam ini, kalaudiperlukan.

7.1.6 Penyelidikan pada dinding kolam waduk

Dinding kolam waduk harus diselidiki untuk mengetahui apakah dapat menahan air tanparembesan yang berarti. Disamping itu juga perlu diselidiki apakah lereng alam dalamkolam waduk cukup stabil bila terjadi penurunan air waduk secara tiba-tiba atau ada gempabumi. Analisis harus dilakukan secara rinci untuk mengetahui lokasi lereng yang berpotensilongsor. Karena longsoran massa tanah/batuan dalam jumlah besar dapat menimbulkangelombang sangat tinggi, sehingga dapat terjadi pelimpahan air. Penyelidikan muka airtanah dalam kolam waduk dan sekitarnya juga diperlukan, termasuk muka air tanah darisumur-sumur penduduk. Pada daerah berbatu kapur gua dan rongga yang terbentukkarena pelarutan perlu diselidiki untuk mengetahui apakah air waduk tetap dapattertampung. Daerah-daerah bekas pertambangan juga perlu diselidiki secara lebih seksama.

7.1.7 Borow area dan daerah galian

Penyelidikan pada borrow area dan daerah galian yang dalam dibutuhkan untukmemperoleh data sebagai berikut (Tabel 4):

1) Jumlah bahan yang tersedia, gradasi, jenis, kedalaman dan penyebarannya.

2) Pengambilan contoh tanah terganggu untuk mengetahui sifat teknis tanah sepertikoefisien permeabilitas,karakteristik pemadatan, kekuatan geser tanah yang dipadatkan,sifat perubahan volume (konsolidasi) dan kadar air asli.

3) Pengambilan contoh tanah tak terganggu, untuk mengetahui berat volume asli.

4) Kadar organik pada permukaan tanah harus diselidiki untuk mengetahui kedalamanpengupasan tanah dasar.

Pengambilan bahan urugan disebelah udik bendungan harus mempertimbangkanpengaruh perendaman daerah borrow area. Karena itu disarankan agar lokasi borrow areaterletak pada elevasi cukup tinggi dan tidak terletak dibawah muka air waduk. Banyaknyatitik penyelidikan tergantung pada homogenitas daerah yang diselidiki. Macam penyelidikanyang sering dilakukan biasanya meliputi pembuatan sumuran uji, bor tangan dan ujiDCPT(uji dynamic cone penetration) .

Page 23: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

18 dari 63

Tabel 4 Ikhtisar pengujian untuk bahan timbunan bendungan tipe urugan

Pengujianuntuk

Jenis UjiJenis Bahan

StandarTanahLempungan

Tanah Pasir &kerikil

Batu

Sifat fisik Kadar air SNI 03-1965-1990

Gradasi ASTM D 2217SNI 03-3423-1994

Berat jenis SNI 03-1964-1990

Batas cair - - SNI 03-1967-1990

Batas plastis - - SNI 03-1966-1990

Batas susut - - SNI 03-3422-1994

Berat volume (takterganggu)

- - SNI 03-3637-1994

KarakteristikPemadatan standar

- - SNI 03-1742-1989

Mekanis Pemadatan skala besar Kepadatan relatifmaksimum danminimum

- ASTM D-4253ASTM D-4254

Uji triaxial standar UU,CU

- - SNI 03-4813-1998SNI 03-2455-1991

Uji triaxial skala besarUU, CU

SNI 03-4813-1998SNI 03-2455-1991

Uji geser langsung UU,CD

- SNI 03-3420-1994SNI 03-2813-1992

Uji geser langsung skalabesar UU, CD

- SNI 03-3420-1994SNI 03-2813-1992

Uji tekan bebas - - SNI 03-3638-1994

Uji permeabilitas standar - - SNI 03-2435-1991

Uji permeabilitas skalabesar

SNI 03-2435-1991

Uji konsolidasi - - SNI 03-2812-1992

Uji dispersif - SNI 03-3405-1994

Uji bahan batu Uji absorbsi - SNI 03-2437-1991

Uji berat jenis - SNI 03-2437-1991

Uji kekekalan/ keawetan - SNI-03-3407-1994

Uji sifat tahan lekang(slake durability)

- SNI 03-3406-1994

Uji uniaxial - - SNI 03-2825-1992

Uji abrasi - SNI 03-2417-1991

harus dilaksanakan dilaksanakan bila ada keraguan (engineering judgement)

7.1.8 Penyelidikan di daerah penambangan batu (daerah kuari)

Penyelidikan di daerah kuari dimaksudkan untuk:

1) Membantu dalam desain lereng galian.

2) Mengevaluasi struktur geologi yang berpengaruh.

3) Mendapatkan informasi tentang teknik peledakan dan tingkat pelapukan batuan,termasuk ukuran dan bentuk batuan.

4) Mendapatkan bahan urugan batu yang mewakili untuk uji pemadatan lapangan.

5) Memberi informasi yang cukup mengenai sifat batuan pada waktu dibor dan diledakkan.

6) Mendapatkan data tentang jumlah dan kualitas bahan urugan batu yang tersedia.

Page 24: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

19 dari 63

7.1.9 Faktor teknis lapangan lainnya

Faktor-faktor yang juga harus dipertimbangkan dalam desain bendungan tipe uruganadalah:

1) Pemilihan tipe alat pemadat yang paling efektif, tebal tiap lapis , jumlah gilasan dankadar air pemadatan.

2) Ukuran maksimum butiran yang diperkenankan.

3) Jumlah degradasi atau segregasi pada waktu pengangkutan dan pemadatan.

4) Sifat teknis seperti kepadatan lapangan, permeabilitas, pembagian butir, dan kekuatangeser.

Kadang-kadang informasi tersebut diatas belum ada pada penyelidikan awal di borrowarea yang sama. Karena itu, uji pemadatan lapangan yang dikombinasi dengan ujilaboratorium akan memberi manfaat yang baik. Uji pemadatan lapangan dilakukan terhadapcontoh tanah atau batu dari borrow area atau kuari yang dipadatkan dengan berbagai alatpemadat untuk mendapatkan hasil yang paling efektif. Pada umumnya uji pemadatanlapangan dikerjakan pada permulaan konstruksi.

7.1.10 Penyimpanan contoh tanah atau batuan

Contoh tanah atau batu asli yang terambil dari fondasi, ebatmen, galian pelimpah danborrow area atau tempat lainnya harus disimpan di suatu tempat penyimpanan khusus,paling sedikit setelah ada ijin operasi waduk permanen. Setiap saat contoh harus siapdiperiksa, bila ada hal-hal penting yang menyimpang dari perkiraan semula.

7.2 Uji laboratorium

1) Standar uji laboratorium SNI yang telah diterbitkan harus digunakan sebagai acuanpengujian. Jika belum ada SNI nya, maka dapat digunakan standar-standar yang lazimdilakukan di Indonesia. Uji kekuatan geser biasanya memerlukan waktu lama danbiaya sangat tinggi, sehingga pengujian dibatasi pada fondasi dan bahan urugan yangmewakili. Pemilihan contoh yang akan diuji harus dilakukan setelah dideskripsi.

2) Staf fisik dan teknik urugan tanah dan batu harus diselidiki untuk menjadi data masukandalam analisis stabilitas lereng. Pengujian dilakukan pada contoh yang dapat mewakilidan dibuat dengan kepadatan dan kadar airnya sesuai dengan kondisi di lapangan(lihat Tabel 4).

8 Desain fondasi dan ebatmen

8.1 Pengendalian rembesan air

Rembesan air melewati fondasi dan ebatmen dapat dikendalikan dengan menggunakandindinghalang (cutoff wall) rembesan air, lapisan kedap air horisontal sebelah udik danlapisan drainase horisontal sebelah hilir. Pada ebatmen dapat digunakan galeri. Masing-masing cara akan dibahas secara lebih terinci pada pasal-pasal berikut ini.

8.1.1 Desain dindinghalang rembesan air

8.1.1.1 Parit halang diisi dengan material kedap air

Suatu dindinghalang rembesan air dapat dibuat dengan menggali paritan dibawah intibendungan melewati perlapisan fondasi yang rembes air. Kemudian paritan tersebutdiisi kembali dengan bahan kedap air yang dipadatkan. Untuk mendapatkan dinding yangbaik, maka lebar dasar harus diambil seperempat perbedaan tinggi muka air wadukmaksimum dan tinggi muka air hilir dan lebar minimum tidak boleh kurang dari 6,00 m. Bila

Page 25: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

20 dari 63

gradasi bahan isian kedap air tidak berfungsi sebagai filter terhadap material fondasi rembesair, maka perlu ditambahkan satu lapisan antara yang dapat berfungsi sebagai filter.Sistem pengeringan (dewatering) biasanya dibutuhkan pada waktu pelaksanaan penggalianparithalang dan pengisian kembali.

8.1.1.2 Dindinghalang slari dan beton

Dindinghalang rembesan air dapat juga diperoleh dengan membuat dindinghalang slarimenembus lapisan fondasi rembes air sampai kedalaman maksimum yang diperlukan.Biasanya tebal dinding semacam ini mempunyai ketebalan antara 60 cm sampai 100 cm.dan dibuat dengan menggali paritan yang distabilkan slari bentonit atau beton. Lokasi paritanbiasanya ditempatkan pada bagian di kaki udik bendungan yang juga berfungsimeningkatkan kestabilan fondasi bendungan. Pada fondasi material bongkahan batu, ataukarakal digunakan bentonit untuk mencegah keruntuhan. Pada waktu pelaksanaan, dapatterjadi runtuhan paritan, sehingga kemungkinan pada bagian itu tidak terisi isian kedapair. Hal ini harus dicegah, karena akan menimbulkan bagian yang lemah dimana air dapatmerembes. Bila dindinghalang slari digunakan sebagai konstruksi pengendali rembesan air ,maka pada waktu pengisian pertama waduk harus dilakukan pengamatan pisometersecara kontinu. Bila dindinghalang slari tidak berfungsi secara efektif, maka perlu dipasanglapisan drainase sebelum menaikkan air waduk lebih lanjut.

8.1.1.3 Dindinghalang injeksi

a) Injeksi melewati fondasi batuan atau tanah (termasuk ebatmen) digunakan untukmengurangi rembesan dan tekanan angkat pada bagian hilir bendungan. Rembesan airpada fondasi atau ebatmen dari batuan biasanya melewati kekar atau rekahan.Efektifitas injeksi tergantung pada sifat kekar (lebar, kerapatan, isian dll), campuran,peralatan dan prosedurnya.

b) Injeksi tirai biasanya dilakukan dengan membuat lubang bor di bawah zona kedap airdari bendungan tipe urugan. Kemudian kedalam lubang itu diinjeksikan sejumlahcampuran bahan injeksi dengan tekanan tertentu. Injeksi tirai yang baik harus dibuatminimal dalam 3 (tiga) baris pada fondasi batuan. Dalam pelaksanaannya, injeksi tiraipada fondasi harus dikombinasi dengan penggunaan bahan semen dan kimiawi. Bahankimiawi digunakan pada baris sebelah dalam, sedangkan bahan semen pada barissebelah luar. Dengan melakukan studi geoteknik secara seksama, pendesainbendungan bersama-sama dengan akhli geoteknik dapat menentukan lokasi,kedalaman lubang, dan prosedur injeksi tirai pada gambar rencana.

c) Pada bagian fondasi atau ebatmen yang dilewati sesar sangat dibutuhkan studi yangseksama, terutama pada bidang geseran yang mengandung batuan hancur ataubanyak rekahan . Pada daerah sesar disarankan pengisian dengan injeksi konsolidasi.Bila sesar memotong sumbu bendungan, maka dianjurkan untuk melakukan penggaliansepanjang bagian sesar di bawah bendungan, dan pengisian beton penutup melalui pipainjeksi.

d) Daerah batu kapur yang mengandung rongga bekas material terlarut pada fondasiatau ebatmen bendungan harus diisi dengan cara injeksi menggunakan beberapa barislubang injeksi. Hal ini untuk mencegah masuknya butir halus material bendungankedalam rongga-rongga, karena proses erosi buluh. Rongga-rongga itu akan runtuhdan menimbulkan retakan pada tubuh bendungan bila tidak diisi dengan injeksi.

e) Pelaksanaan injeksi harus mengacu pada standar SNI 03-2393-1990.

Page 26: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

21 dari 63

8.1.2 Desain selimut kedap air horisontal sebelah udik

Selimut kedap air horizontal yang dipasang disebelah udik merupakan cara praktis untukmengurangi rembesan dan tekanan angkat disebelah hilir. Biasanya dibuat menjadi satukesatuan dengan bagian urugan yang kedap air dan dikombinasi dengan pemasangansumur pelepas tekanan (relief wells) atau lapisan drainase di hilir bendungan. Bahanurugan di udik bendungan, dianjurkan tidak diambil dari lapisan kedap air yang sudah adasecara alamiah dari daerah genangan. Efektifitas selimut kedap air horisontal sebelah udiktergantung pada panjang, tebal, permeabilitas bahan dan permeabilitas fondasi.

8.1.3 Desain lapisan drainase

Lapisan drainase yang terpasang antara fondasi dan bagian urugan sebelah hilir dapatberfungsi ganda yaitu sebagai pengendali rembesan air baik melewati urugan maupunmelewati fondasi.

8.1.4 Desain sumur pelepas tekanan (pressure relief wells)

Perlapisan tanah atau batuan dibawah fondasi seringkali tidak homogin. Pemasanganlapisan drainase dipermukaan fondasi, yang berlapis-lapis, mengandung lensa pasir ataumaterial rembes air (permeabilitas arah horisontal besar) biasanya kurang efektif untukmengurangi tekanan angkat di bawah fondasi. Namun akan lebih efektif denganpemasangan sumur pelepas tekanan yang menembus lapisan rembes air. Biasanya sumurpelepas tekanan dipasang di hilir bendungan dan terbuat dari material yang memenuhipersyaratan sebagai filter. Sumur pelepas tekanan harus ditempatkan dengan posisiujung bagian atasnya mudah dibersihkan. Selain itu air juga dapat dialirkan ke saluranterbuka atau suatu sistem pengumpulan air diluar bendungan. Pemeliharaan harusdilakukan secara kontinu untuk mempertahankan efisiensi kerja sumuran.

8.1.5 Desain drainase kaki lereng

Pada umumnya perlemahan pada kaki lereng hilir bendungan terjadi karena pembuntuanakibat terisinya oleh butiran pada sistem drainase horisontal. Penggunaan sumur pelepastekanan atau lapisan drainase horisontal sampai lapisan batuan tidak dapat mencegahperlemahan pada kaki lereng hilir bendungan. Untuk mencegah kejadian ini biasanyadigunakan sistem drainase di kaki lereng hilir dan dikombinasi dengan drainase horisontalatau sumur pelepas tekanan. Bahan yang digunakan untuk drainase kaki lereng harusmemenuhi persyaratan filter.

8.1.6 Desain galeri

Galeri biasanya digunakan untuk mengendalikan rembesan air melewati ebatmen. Galeridigali menembus ebatmen dengan arah sejajar sumbu bendungan dan didalamnyadibuat lubang-lubang drainase untuk mengendalikan rembesan air lewat ebatmen. Ukurangaleri harus cukup besar untuk memungkinkan pelaksanaan injeksi dikemudian hari biladibutuhkan.

8.2 Pekerjaan persiapan pada fondasi dan ebatmen

8.2.1 Tanah fondasi

1) Untuk perlapisan tanah lunak perlu dipertimbangkan beberapa cara yaitu :a) Konstruksi urugan secara bertahap;b) Perkuatan tanah fondasi (drainase vertikal);c) Penggalian tanah fondasi yang lunak;d) Pembuatan lereng urugan lebih landai;e) Soil replacement.

Page 27: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

22 dari 63

2) Pekerjaan fondasi biasanya mencakup:

a) Pembersihan terhadap batang-batang kayu, tumbuh-tumbuhan lain dan akar-akarbesar;

b) Pengupasan untuk menghilangkan lapisan tanah berumput, tanahpenutup mengandung bongkah, bahan organik, bekas sampah buangan danmaterial lainnya yang dapat mempengaruhi kekuatan geser fondasi.

3) Tanah fondasi yang baru dikupas biasanya mempunyai permukaan yang agak lepas,sehingga perlu dipadatkan. Namun bila lapisan tanah terdiri atas tanah lempung ataulanau dengan kadar air tinggi atau derajat kejenuhan tinggi; maka disarankanpemadatan dilakukan dengan menggunakan alat pemadat ringan (roda karet).

4) Penurunan tidak merata pada fondasi akan mengakibatkan timbulnya zona tegangantarik pada bagian teratas urugan. Terutama di sekitar ebatmen, sungai lama atau tanahfondasi yang terdiri atas lapisan tanah lunak yang tebal, sehingga terjadi retakanmelintang dan memanjang. Hal ini dapat dicegah dengan membuat lereng galian tidakterlalu tegak pada ebatmen dibawah inti bendungan.

8.2.2 Batuan fondasi

1) Batuan fondasi diatas harus dibersihkan dari fragmen lepas. Permukaan batuan yangmenonjol harus diratakan agar dapat dilewati alat pemadat. Rekahan, kekar dan bukaandibawah inti bendungan harus diisi dengan mortar atau lapisan beton tumbuk.

2) Penggalian dengan cara peledakan yang dapat merusak fondasi batuan harus dihindari.

3) Fondasi dari batulempung (shales) yang mudah berubah sifat kuat gesernya harusdiperhatikan secara khusus. Karena dapat terjadi retakan pada waktu mengering ataumelunak pada waktu mengembang. Penggalian melewati perlapisan batulempung harusdilakukan agar lapisan ini tidak dibiarkan terbuka terlalu lama.

4) Bendungan tipe urugan (homogen atau zonal) yang dibangun diatas fondasi batu yangmengandung banyak rekahan harus dicegah terhadap kemungkinan masuknya butiranhalus dari urugan kedalam rekahan. Caranya dengan membuat inti lebih dalamsampai mencapai lapisan batuan segar. Dan pada lapisan sebelah luar dipasanglapisan filter horisontal diatas fondasi.

5) Daerah sesar atau kekar yang tidak begitu lebar; fondasi harus digali dan diisi kembalidengan beton tumbuk sedalam minimum dua sampai tiga kali lebarnya. Hal ini bertujuanuntuk menyebarkan tegangan secara lebih merata pada daerah sesar atau kekar danmencegah masuknya butiran halus dari bendungan kedalam sesar atau kekar. Selainitu, pada bagian di bawah beton tumbuk harus diinjeksi seperti yang dilakukandibawah inti bendungan.Untuk daerah sesar yang sangat lebar, digunakan beton bertulang (reinforcementconcrete) yang tergantung pada tinggi dan jenis bendungan. Biasanya di udikbendungan dipasang blanket (dengan mortar atau bahan lain) ke arah udik, tergantungarah sesar terhadap sumbu bendungan, dan dipasang setempat-setempat untukmenutupi sesar.

8.2.3 Perbaikan ebatmen

Bentuk permukaan ebatmen yang tidak teratur dan mengandung banyak retakanmerupakan bagian yang lemah. Permukaan ebatmen yang berhubungan dengan inti danfilter harus teratur bentuknya. Semua bagian yang tidak teratur harus dibuang ataudibentuk menjadi lereng yang seragam. Bagian yang tak teratur dapat diisi dengan beton.Permukaan batuan yang vertikal dibawah urugan harus dicegah. Lereng ebatmen yanglandai lebih menguntungkan untuk mencegah retakan pada urugan. Dalam pelaksanaanlereng galian ebatmen dibatasi dengan kemiringan 1:1 (vertikal:horisontal) sampai 2:1.

Page 28: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

23 dari 63

9 Desain tubuh bendungan

9.1 Bahan urugan

9.1.1 Tanah

Yang dimaksud dengan tanah disini adalah semua material termasuk batuan lapuk yangmudah pecah waktu pengangkutan atau pemadatan. Hampir setiap jenis tanah yangditemukan disekitar lokasi dapat digunakan sebagai bahan urugan tanah. Kecuali tanahyang mengandung bahan organik lebih dari 5%, bahan yang mudah larut ataumengandung mineral montmorilonit dalam prosentase tinggi (ekspansif) dan tidaktermasuk lempung dispersif (SNI 03-3405-1994).

Bila tanah berbutir halus yang tersedia ditempat pemadatan mempunyai kadar airpemadatan berkisar antara kadar air optimum kurang 1% (OMC-1%) sampai kadar airoptimum ditambah 3% (OMC+3%), maka dapat digunakan sebagai bahan urugan. Didaerahtropis seperti Indonesia, umumnya tanah lempung mempunyai kadar air asli melampauibeberapa persen (>5%) terhadap kadar air optimumnya, sehingga pemadatan tidak selaludapat dilakukan mengikuti prosedur standar (OMC-1% < wlap < OMC+3%).

Pemadatan tanah ini dapat dilakukan dalam keadaan basah yaitu pada OMC+3%. Namunbila diberi beban maka tekanan air pori mudah meningkat. Pengeringan tanah biasanya sulitdilakukan, karena setelah dipadatkan kadar air tanah kembali ke kadar air aslinyasebelum pengeringan. Jenis tanah yang kadar airnya kurang dari OMC-1% perlu dibasahisebelum pemadatan. Pemadatan harus mencapai derajat kepadatan D 92%. Jugadipersyaratkan untuk bahan kedap air mempunyai koefisien permeabilitas k 10-5 cm/s.

Pada waktu pengeringan tanah lempung yang tinggi derajat penyusutannya harus ditutupplastik, agar tidak terjadi evaporasi. Tanah lempung tidak boleh digunakan sebagai bahanurugan bila berhubungan dengan konstruksi beton atau pasangan batu, kecuali pada lapisankedap air dari bendungan tipe urugan. Urugan tanah yang dipadatkan secara baik denganberat volume tinggi mempunyai kuat geser tinggi dan kompresibilitas rendah.

9.1.2 Pasir kerikil

1) Urugan pasir kerikil harus padat dengan kuat geser dan koefisien permeabilitas cukuptinggi dan kompressibilitas rendah. Pada umumnya kuat geser akan tinggi bila bahanurugan padat mengandung butiran yang bervariasi dan berat volume kering tinggi.Permeabilitas tergantung pada kadar butir halus. Kompressibilitas akan rendah bilaberat volume kering tinggi dan kepadatan urugan ditentukan oleh kepadatan relatifnya;

2) Kuat geser urugan pasir kerikil ditentukan oleh sudut geser dalam. Untuk urugan pasirkerikil yang mengandung kadar butir halus (ukuran butir < 0,074 mm) harus ditinjaupengaruh kuat gesernya terhadap perubahan tekanan air pori waktu konstruksi. Karena,peningkatan tekanan air pori akan mengurangi kuat geser;

3) Urugan pasir kerikil biasanya digunakan sebagai bahan filter, yang ditempatkan antarabahan urugan dengan permeabilitas rendah dengan bahan lulus air tinggi, sertaberfungsi untuk mencegah terjadinya erosi buluh. Untuk persyaratan filter lihat standarfilter.

9.1.3 Batu

Batuan segar atau batuan lapuk masif yang mempunyai kekuatan cukup tinggi dapatdigunakan sebagai bahan urugan batu yang dipadatkan. Batuan yang hancur menjadibutiran halus pada waktu penggalian, pengangkutan atau pemadatan tidak bisadigunakan sebagai bahan urugan batu. Ketersediaan bahan urugan batu harus diperiksadengan melakukan studi terhadap sifat teknis bahan dengan uji kuat tekan, uji absorpsi danuji sifat tahan lekang batu. Beberapa syarat penting yang harus dipenuhi seperti berikut ini :

Page 29: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

24 dari 63

1) Koefisien permeabilitas batu ideal harus lebih besar atau sama dengan 10-3 cm/s.

2) Ukuran batu ideal harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a) Berdiameter rata-rata 45 sampai 60 cm dengan berat minimum 250 sampai 500 kgatau lebih dan bentuk batu tidak pipih.

b) Jumlah batu berdiameter kurang dari 10 cm tidak boleh lebih dari 5%.

c) Bahan batu tidak mudah pecah, baik dalam pengangkutan maupun saat penuangandari alat-alat pengangkutan.

3) Kuat tekan untuk bendungan rendah 200-280 kg/cm2 bendungan sedang 280-350kg/cm2 dan bendungan tinggi 350-450 kg/cm2.

4) Sifat durabilitas (tahan lekang) terhadap air dan perubahan cuaca dilakukan dengan ujitahan lekang dengan menggunakan sodium sulfat dengan nilai perubahan berat kurangdari 15% dianggap baik. Uji absorpsi harus kurang dari 3% dan nilai spesifik gravitiminimal 2,5.

5) Bahan urugan batu tidak boleh mengandung zat kimia yang mempunyai pH terlalurendah (< 5) atau terlalu tinggi (>9).

9.2 Desain bendungan tipe urugan tanah

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam desain adalah seperti berikut ini:

1) Bahan urugan yang digunakan adalah bahan yang kedap air atau semi kedap air yangmengandung banyak butiran halus. Bendungan biasanya di desain dengan lerenglandai, sehingga membutuhkan volume bahan lebih banyak dibandingkan denganbendungan tipe lainnya. Namun hal ini masih menguntungkan,karena untuk bendunganrendah mudah pelaksanaannya;

2) Garis freatik pada bendungan tipe urugan homogen biasanya memotong lereng hilirpada saat air waduk mencapai elevasi tinggi. Untuk menurunkan garis freatik ini, perludipasang sistim drainase. Sistim drainase ini berfungsi untuk mencegah erosi buluh,penurunan lokal atau keruntuhan pengaruh gaya perembesan air, dan harus didesainmemenuhi kriteria filter. Jenis-jenis sistim drainase yang dapat dipilih yaitu :

a) Sistim drainase kaki (toe drain) biasanya dibuat pada kaki hilir bendungan.

b) Sistim drainase horisontal biasanya dibuat horisontal dalam tubuh bendungan (lihatGambar D.1 Lampiran D).

c) Sistim drainase vertikal (chimney drain) biasanya lebih komplek dibandingkan sistimdrainase di atas dan terdiri dari bagian vertikal dan bagian horisontal; bagian vertikalberfungsi sebagai penyerap (interseptor).

d) Sistim drainase kombinasi merupakan sistim drainase kombinasi a), b) dan c).

Pemasangan sistim drainase kaki atau horisontal hanya digunakan untukbendungan tinggi kurang dari 25 meter. Untuk bendungan dengan tinggi 25 meterkeatas, dipilih drainase vertikal dan harus dipasang mulai dari pusat bendungan. Halini untuk menurunkan garis freatik secara cepat. agar tekanan air pori berkurang.Bila tekanan air pori diperkirakan akan meningkat sangat tinggi waktu konstruksi,maka dipilih sistim drainase kombinasi dengan tebal 0,50-1,00 m dan interval setiap10,00-15,00 m. Contoh-contoh sistim drainase dapat dilihat pada Lampiran DGambar D.1 (lihat RSNI M-02-2002, Metode analisis dan cara pengendalianrembesan air untuk bendungan tipe urugan).

Page 30: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

25 dari 63

3) Lebar inti kedap air mempengaruhi kestabilan lereng dan biasanya dipilih sesuaidengan perbandingan antara harga dan bahan yang tersedia dilapangan. Padaumumnya lebar inti atau lebar parithalang rembesan air didasar fondasi dapat diambilsama atau lebih besar dari seperempat perbedaan tinggi “head” (Beda tinggi mukaair maksimum waduk dengan tinggi muka air hilir bendungan). Lebar puncak intibendungan dapat diambil minimal 3,0 m , sedangkan lebar maksimumnya tergantungpada kestabilan bahan urugan yang digunakan (lihat RSNI M-03-2002, Metode analisisstabilitas lereng statik bendungan tipe urugan).

4) Di lapangan sering sekali ditemukan bahan urugan tidak homogen dengankoefisien permeabilitas yang bervariasi dan tersedia dalam jumlah yang cukupbanyak. Agar bahan urugan ini dapat digunakan tanpa proses atau pencampuranawal, maka tubuh bendungan harus dilengkapi dengan drainase vertikal danhorizontal. Drainase ini berfungsi mengatur rembesan air disebelah hilir bendungan.

5) Hempasan ombak, dan penurunan mendadak permukaan air waduk dapat menggeruspermukaan lereng udik bendungan. Guna pengamanannya diperlukan suatu hamparanpelindung dengan konstruksi yang bervariasi diantaranya hamparan batu pelindung (riprap), hamparan batu kosong pelindung dan hamparan aspal/beton pelindung. Hamparanbatu pelindung (rip rap) dianggap merupakan yang paling baik dengan karakteristiknyasebagai berikut:

a) Dapat mengikuti proses penurunan bendungan.

b) Mempunyai daya reduksi besar terhadap jangkauan hempasan ombak , sehinggatinggi jagaan dapat dikurangi.

c) Ketahanan tinggi di bawah tekanan air.

d) Pembiayaan paling rendah, terutama bila tempat penggalian bahan batu tidak jauhletaknya.

Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam merencanakan konstruksipelindung lereng udik adalah sebagai berikut:

a) Kualitas bahan harus cukup mampu bertahan (tidak pecah ) terhadap gilasan alat-alat pemadat, kekuatan hempasan ombak dan pengaruh-pengaruh penggantiankondisi basah/kering secara terus menerus.

b) Bahan urugan batu harus mempunyai dimensi serta berat yang memadai , agartidak dapat digerakkan oleh gaya hempasan ombak.

c) Konstruksi pelindung harus mempunyai tebal tertentu, sehingga ombak di ataspermukaan waduk tidak dapat menyentuh material urugan secara langsung (periksaTabel 5).

Tabel 5 Ukuran batu dan tebal hamparan pelindung lereng udik bendungan

Tinggigelombang

(m)

Diameter rata-rata batuhamparan pelinding D50

(cm)

*Tebal minimumhamparan batu pelindung

(cm)

Tebal minimumlapisan filter (cm)

0 – 0,6 25 30 150,61 – 1,20 30 45 151,21-1,80 38 60 231,81-2,40 45 75 232,41-3,0 52 90 30

* Lebih tebal dari 1,5xD50; bentuk bersegi-segi lebih baik dari pada bentuk bulat; gradasi bahanfilter harus dipilih agar butiran urugan bendungan yang dilindungi tidak tersedot keluar olehgaya-gaya hempasan ombak.

Page 31: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

26 dari 63

6) Pelindung lereng hilir biasanya dimaksudkan untuk melindungi permukaan lerengterhadap erosi dan terhadap pengaruh-pengaruh cuaca lainnya seperti radiasi sinarmatahari dan temperatur rendah. Pada bendungan yang tinggi dibuat satu ataubeberapa berm membujur hampir datar pada permukaan lereng. Hal ini untukmemperkecil lintasan langsung aliran air hujan diatas permukaan lereng dan sekaligusdapat meningkatkan stabilitas lereng hilir. Disamping itu, pada permukaan lereng di atasberm, biasanya dibuatkan beberapa jalur saluran drainase penangkap aliran air hujan,membujur sejajar dengan berm dengan jarak antara 10 m. Dari saluran-saluran drainasetersebut, air hujan dialirkan ke dalam selokan yang dibuat pada berm dan selanjutnyadialirkan ke saluran pembuangan utama keluar dari daerah tubuh bendungan.

9.3 Desain bendungan tipe urugan zonal

Urugan sebaiknya dibuat dalam beberapa zona agar semua material yang ada disekitarlokasi bendungan dapat digunakan secara optimal. Zona-zona dengan permeabilitas dansifat tanah yang berbeda harus didesain agar tidak terjadi perubahan sifat yang terlalu besar.Pada batas antara dua zona dengan beda permeabilitas, harus dipasang filter. Padaumumnya bendungan urugan tipe zonal terdiri atas zona kedap air, zona semi lulus air danzona lulus air. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam desain bendungan tipe urugan zonaladalah seperti berikut ini

1) Zona kedap air

a) Koefisien permeabilitasnya harus lebih kecil dari 10-5 cm/s; retakan atau keruntuhanpengaruh rembesan air pada waktu konstruksi atau terjadi gempa bumi harusdihindari.

b) Gradasi zona kedap air harus dipilih, agar tidak terjadi penurunan yang berbedadengan zona disampingnya, yang dapat menimbulkan retakan pengaruhpelengkungan (arching). Hal ini biasanya terjadi bila modulus elastisitas filter darizona transisi berbeda dengan zona inti kedap air;

c) Tebal rata-rata zona kedap air ditentukan dan tergantung pada batas minimumrembesan yang diperkenankan, hubungan antara sifat fisik bahan disampingnya,ada atau tidak adanya filter dan lebar minimum untuk konstruksi. Pada umumnyatebal rata-rata 30%-50% dan tinggi air adalah aman, walaupun pelaksanaannyakurang baik. Apabila desain dan konstruksi dilaksanakan secara sempurna, makatebal rata-rata dapat diambil 15%-20% dari tinggi air;

2) Filter

a) Bila dua material bergradasi sangat berlainan (seperti urugan lanau dan uruganbatu) ditempatkan berdampingan dan dialiri air, maka butiran lanau akan mengalirmasuk kedalam urugan batu yang disebut sebagai erosibuluh. Untuk mencegah halitu, maka ditempatkan material filter dengan gradasi yang memenuhi persyaratantanpa membawa butiran halus.

b) Filter biasanya ditempatkan pada kedua sisi dari zona kedap air yaitu di sisi udikuntuk mencegah erosibuluh pada kondisi surut cepat dan di sisi hilir untukmencegah erosibuluh pada kondisi aliran langgeng.

c) Rembesan air dari zona filter ditampung melalui zona drainase horizontal tanpamerembes melalui zona transisi dan zona lulus air. Hal ini untuk menghindari agartidak terjadi pembasahan pada lereng hilir urugan.

d) Tebal filter biasanya disesuaikan dengan kemudahan dalam pelaksanaan(workability), pengaruh pembuntuan (clogging) dan gempa bumi. Tebal filterhorizontal minimum 2,00 m sampai 3,00 m dan tebal minimum filter miring adalah2,00 m dekat puncak bendungan.

Page 32: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

27 dari 63

e) Zona filter berfungsi untuk menyaring butiran halus dari zona kedap air agar tidakterlepas dan tertahan di filter. Bila zona kedap air terdiri dari material relatif kasar,maka dibutuhkan hanya satu zona filter. Bila digunakan material sangat halus, makaada kemungkinan diperlukan beberapa lapis filter.

3) Zona transisi atau semi lulus air

a) Zona transisi biasanya dipasang antara zona kedap air dan zona lulus air. Zona iniberfungsi untuk mencegah terjadinya perubahan gradasi yang besar dan mencegahpengaruh deformasi berlebih antara zona kedap air dan zona lulus air.

b) Bahan zona transisi dapat berupa pasir dicampur kerikil, batuan lapuk, atau batupecah di sebelah luar yang lebih kasar dari bahan kedap air antara lain bahanrombakan (talus) atau batuan terlapuk berat.

4) Zona lulus air

a) Zona lulus air berfungsi memikul beban air dan menstabilkan lereng hilir dan udikterhadap pengaruh gaya-gaya luar. Bahan urugan yang digunakan harusmempunyai kekuatan geser yang tinggi.

b) Bahan harus sangat lulus air agar dapat terjadi aliran air bebas akibat air hujan danair tersisa waktu terjadi surut cepat di lereng udik.

c) Material terbaik untuk urugan zona lulus air adalah batuan keras (periksa 9.1.3)ukuran bongkah, kerakal, kerikil, dan kadar butiran halus harus sekecil mungkin.Bagian yang terpasang pada bagian udik harus mempunyai ketahanan tinggiterhadap gelombang air (periksa 9.2. 6).

d) Hamparan batu pelindung atau riprap harus dipasang pada lereng udik. (periksa9.2. 5).

9.4 Desain bendungan tipe urugan membran

Apabila di daerah sekitar lokasi calon bendungan, terdapat banyak bahan urugan lulus air,tetapi langka akan bahan kedap air, maka bendungan tipe membran merupakan alternatifyang paling memungkinkan. Bahan lembaran membran yang digunakan biasanya plat betonbertulang, beton aspal dan kadang-kadang lembaran baja, lembaran karet, lembarangeosintetik.

Retakan di permukaan membran akibat berat sendiri, gaya gempa dan tekanan air harusdihindari dalam desain. Pada bendungan tinggi harus dipasang galeri untuk mengendalikanrembesan air. Tipe bendungan ini mempunyai ketahanan tinggi terhadap keruntuhan.Namun harus dihindari terhadap penurunan tidak merata dan deformasi pada bendungan.

9.4.1 Desain bendungan tipe urugan batu dengan membran beton aspal

1) Tubuh bendungan

Bahan yang digunakan adalah urugan batu pecah bergradasi baik (well graded) atauurugan batu atau kerikil pasiran. Urugan harus dipadatkan untuk memperkecil ruang poridan meningkatkan berat volume.

Zona transisi harus dipasang antara membran kedap air dengan zona urugan batu.Zona ini berfungsi untuk menyebarkan tekanan air secara merata ke seluruh tubuhbendungan dan mencegah pengaruh penurunan membran yang tidak merata.

2) Membran beton aspal (periksa Gambar D.5 dan D.6 Lampiran D)

a) Biasanya terdiri dari lapisan kedap air, lapisan drainase, lapisan dasar (base layer)dan membran pelindung (protection membrane).

Page 33: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

28 dari 63

b) Lapisan kedap air di desain dengan kadar aspal 8% dan tebal 40-80 mm yangberupa beton aspal bergradasi padat (dense graded asphalt concrete). Bila adalapisan drainase maka paling sedikit dibutuhkan dua lapisan kedap air untukmencegah rembesan antara sambungan. Bila tidak terpasang lapisan drainasemaka paling sedikit harus dipasang tiga lapisan kedap air.

c) Lapisan drainase berfungsi untuk mengalirkan air rembesan keluar dari tubuhbendungan dan desain menggunakan beton aspal dengan kadar aspal 4%bergradasi terbuka (open graded asphalt concrete) dan koefisien permeabilitas 10-2

cm/det serta tebal 50-80 mm;

d) Lapisan transisi dipasang diantara urugan batu dan lapisan dasar yaitu gabunganlapisan pengikat (binder layer) dan lapisan perataan (levelling layer). Lapisan iniberupa batu pecah dengan ukuran butir 50-100 mm dan tebal minimum 35-50 mm.Lapisan pengikat dibuat dari beton aspal dengan kadar aspal 7% dan lapisanperataan dibuat dari beton tumbuk;

e) Lapisan pelindung dibuat dari bahan aspal mastik (mastic asphalt) dengan tebal 2mm.

f) Galeri dan dindinghalang

I) Sambungan antara membran dan galeri harus dibuat kedap air;

II) Galeri dipasang untuk mengamati rembesan melewati tubuh bendungan danuntuk melaksanakan injeksi bendungan yang fondasinya bersifat lulus air;

III) Didinghalang dan galeri harus didesain dengan tipe dan ukuran yang tepat,agar pelaksanaannya mudah dilakukan.

9.4.2 Desain bendungan tipe urugan batu dengan membran beton

1) Tubuh bendungan

Penjelasan sama dengan tipe urugan batu dengan membran beton aspal.

2) Membran beton

a) membran kedap air yang terbuat dari beton bertulang didesain dalam lempenganpelat berukuran lebar 15,00 m dan panjang 30,00 m yang disambung satu terhadapyang lain menggunakan sambungan konstruksi kedap air.

b) Tebal membran beton bervariasi tergantung tinggi tekanan air yang harus dipikul(tebal = 0,3 + 0,003 H ; H = tinggi air dalam m)

c) Kuat tekan beton dapat didesain sesuai dengan peraturan beton yang berlaku danberdasarkan kualitas beton yang dipilih.

d) Perhitungan tegangan-regangan pada membran dan tubuh bendungan harusdilakukan dengan metode elemen hingga.

9.5 Desain bendungan tipe urugan membran

Beberapa pertimbangan dalam pemilihan tipe bendungan diuraikan dalam Tabel 6.

Page 34: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

29 dari 63

Tabel 6 Beberapapertimbangandalampemilihantipebendungan

Pertimbangandesain

Tipe urugan tanahhomogin

Tipe urugan zonal Tipe uruganmembran

Tinggibendungan

Tinggi maksimum 30m , tetapiada yang sampai 50m asalkandesain sistim drainase baik.

Tidak terbatas. Untukbendungan kecil, lebar zonamenjadi sempit, sehingga sulitpelaksanaannya

Tinggi tak terbatas dibendungan Areia (Brazil)160m dan Jepang 70m

Sifat dan jumlahmaterial yangdapat digunakan

Material tanah dibutuhkandalam jumlah yang besar.Semua jenis tanah dapatdigunakan

Hanya bila material kedap air,material semi lolos air danmaterial lolos air ditemukandalam jumlah yang cukup.

Dibutuhkan material lolosair dalam jumlah besar,gradasi baik dankompressibilitas rendah.

Kondisi topografibendungan

Tidak ada ketentuan khusus,namun ebatmen yang agaklandai lebih menguntungkan.

Bentuk V untuk mengurangivolume bahan urugan , tetapitidak selalu menguntungkandari segi konstruksi dantataletak bangunan.

Untuk ebatmen denganlereng tegak , makauntuk konstruksimembran kedap air harusdilakukan dengan hati-hati.

Kondisi geologilokasibendungan

Bendungan rendah dapatdibangun walaupun dayadukungnya sangat rendah.Fondasi dapat diperbaiki.

Tidak menguntungkanmembangun bendungandiatas fondasi tanah. Fondasibatu dibutuhkan untuk zonakedap air bendungan tinggi.

Tidak menguntungkanbila terletak diatasfondasi yang dapatmenimbulkan penurunantidak merata

Kondisimeteorologi

Tidak menguntungkan didaerah dengan intensitashujan tinggi.

Dibutuhkan zona kedap airyang lebar didaerah denganintensitas hujan tinggi. Pasir,kerikil dan batu tidakterpengaruh oleh intensitashujan.

Tidak berpengaruh padadaerah dengan intensitashujan tinggi.

Operasi waduk Tidak menguntungkan bilaterjadi surut cepat pada waduk

Bila diperkirakan terjadi surutcepat, maka harus ditelitipermeabilitas dari zona-zonasebelah udik bendungan.

Surut cepat tidakberpengaruh. Deformasicukup besar bisa terjadipada pengisian wadukuntuk pertama kalinya.

Metodekonstruksi

Pelaksanaan konstruksisecara cepat tidakmenguntungkan, terjadipeningkatan tekanan pori.Namun, pelaksanaankonstruksi adalah sederhana,karena material homogen.

Harus dipilih cara konstruksiyang paling tepat untuk setiapzona. Kecepatan konstruksipada setiap zona harusdilaksanakan denganperbedaan yang sekecilmungkin.

Pelaksanaan konstruksidapat dilakukan dengancepat.

Lain-lain - - Bocoran bisa besar

Page 35: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

30 dari 63

Lampiran A(Informatif)

Contoh-contoh bendungan tipe urugan homogin

Gambar A. 1 Bendungan Pongkor Jawa Barat

Gambar A.2 Bendungan Cileunca Jawa Barat

Gambar A.3 Bendungan Cipaneunjang Jawa Barat

Page 36: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

31 dari 63

Gambar A.4 Bendungan Situpatok Jawa Barat

Gambar A.5 Bendungan Cacaban Jawa Tengah

Gambar A.6 Bendungan Penjalin Jawa Tengah

Page 37: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

32 dari 63

Gambar A.7 Bendungan Klego Jawa Tengah

Gambar A.8 Bendungan Greneng Jawa Tengah

Gambar A.9 Bendungan Nglangon Jawa Tengah

Page 38: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

33 dari 63

Gambar A.10 Bendungan Tempuran Jawa Tengah

Gambar A.11 Bendungan Lodan Jawa Tengah

Perlu pengambilan pintu yang dapat diatur Ruang elakan

Gambar A.12 Bendungan Gunung Rowo Jawa

Page 39: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

34 dari 63

Gambar A.13 Bendungan Nawangan Jawa Tengah

Gambar A.14 Bendungan Plumbon Jawa Tengah

Gambar A.15 Bendungan Parangjoho Jawa Tengah

Page 40: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

35 dari 63

Gambar A.16 Bendungan Cengklik Jawa Tengah

Gambar A.17 Bendungan Delingan Jawa Tengah

Gambar A.18 Bendungan Prijetan Jawa Timur

Page 41: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

36 dari 63

Gambar A.19 Bendungan Bening Jawa Timur

Gambar A.20 Bendungan Riam Kanan Kalimantan

Gambar A.21 Bendungan Manggar Kalimantan

Page 42: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

37 dari 63

Gambar A.22 Bendungan Samboja Kalimantan

Gambar A.23 Bendungan Sepayung Dalam Sumbawa

Gambar A.24 Bendungan Selante Sumbawa

Page 43: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

38 dari 63

Gambar 25 Bendungan Ncera Sumbawa

Gambar A.26 Bendungan Lamenta Sumbawa

Gambar A.27 Bendungan Batu Bokah

Page 44: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

39 dari 63

Tabe

lA.1

Dat

abe

ndun

gan

tipe

urug

anho

mog

indi

Indo

nesi

a

No.

Ben

dung

anP

rop.

Kap

asita

sW

aduk

(m3 )

El.M

ab

(m)

El.M

an

(m)

El.

Pun

cak

(m)

Leba

rP

unca

k(m

)

Jaga

anM

ab (m)

Jaga

anM

an (m)

Ting

gi

(m)

Jaga

anm

inim

um(m

)

Zona

Sel

esai

(Thn

)1

Pon

gkor

Jaba

r1.

8351

1.00

510.

0051

3.00

10.0

02.

003.

0034

.00

D19

952

Cile

unca

Jaba

r11

.50

1418

.75

1417

.50

1420

.50

4.00

1.75

3.00

15.0

0D

1924

3C

ipan

eunj

ang

Jaba

r22

.40

1446

.50

1446

.00

1448

.00

5.00

1.50

2.00

32.0

0D

1930

4S

itupa

tok

Jaba

r14

.00

33.2

032

.40

34.5

03.

001.

302.

1016

.20

D19

275

Cac

aban

Jate

ng90

.00

78.7

577

.50

80.5

06.

001.

753.

0037

.50

C19

586

Pen

jalin

Jate

ng9.

5034

0.45

339.

5034

2.25

4.00

1.80

2.75

18.0

0C

1934

7K

lego

Jate

ng2.

7424

0.00

239.

5024

1.00

4.00

1.00

1.50

10.4

0C

1943

8G

rene

ngJa

teng

2.30

121.

5012

0.80

122.

853.

001.

352.

0510

.50

C19

199

Ngl

ango

nJa

teng

2.18

79.5

079

.00

81.0

04.

501.

502.

0014

.80

C19

1410

Tem

pura

nJa

teng

2.14

9.00

8.00

10.0

03.

001.

002.

0017

.80

C19

1611

Loda

nW

etan

Jate

ng5.

0547

.78

46.5

048

.50

5.00

0.72

2.00

19.5

0C

1995

12G

unun

gR

owo

Jate

ng5.

1632

1.00

320

322.

005.

001.

002.

0019

.00

B19

2513

Naw

anga

nJa

teng

0.80

230.

0022

9.10

231.

005.

001.

001.

9021

.00

D19

7614

Plu

mbo

nJa

teng

1.05

226.

0022

5.00

227.

005.

001.

002.

0023

.00

D19

2815

Par

angj

oho

Jate

ng1.

7619

8.00

196.

0019

9.00

5.00

1.00

3.00

20.0

0D

1980

16C

engk

likJa

teng

9.77

143.

5014

2.60

144.

504.

001.

001.

9014

.50

C19

3117

Del

inga

nJa

teng

3.27

179.

0017

8.00

180.

004.

501.

002.

0023

.00

C19

2318

Prij

etan

Jatim

12.1

051

.25

49.0

052

.00

3.75

0.75

3.00

20.6

0C

1916

19B

enin

gJa

tim33

.00

109.

3010

8.60

111.

608.

002.

303.

0031

.60

C19

8420

Ria

mK

anan

Kal

sel

1200

.00

63.0

060

.00

66.0

010

.00

3.00

6.00

56.0

0B

1973

21M

angg

arK

altim

3.30

6.40

5.80

7.80

9.45

1.40

2.00

7.30

B19

8022

Sam

boja

Kal

tim3.

7212

.04

11.3

014

.30

7.00

2.26

3.00

5.60

B19

7923

Bat

uB

okah

Lom

bok

1.50

56.6

255

.60

57.2

07.

000.

581.

6020

.70

D19

9424

Sel

ante

Sum

baw

a0.

5253

.00

55.0

05.

002.

0015

.00

C19

9525

Sep

ayun

gD

alam

Sum

baw

a1.

6085

.40

84.0

086

.00

4.00

0.60

2.00

11.0

0C

1994

26N

cera

Sum

baw

a0.

4378

.00

76.0

079

.00

5.00

1.00

3.00

14.5

0D

1995

27La

men

taS

umba

wa

0.89

86.0

085

.00

87.0

06.

001.

002.

0016

.00

C19

91

Page 45: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

40 dari 63

Lampiran B(Informatif)

Contoh-contoh bendungan tipe urugan zonal

Gambar B.1 Bendungan Saguling Jawa Barat

Gambar B.2 Bendungan Juanda Jawa Barat

Gambar B.3 Bendungan Malahayu Jawa Tengah

Page 46: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

41 dari 63

Gambar B.4 Bendungan Mrica Jawa Tengah

Gambar B.5 Bendungan Sempor Jawa Tengah

Gambar B.6 Bendungan Wadaslintang Jawa Tengah

Page 47: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

42 dari 63

Gambar B.7 Bendungan Kedungombo Jawa Tengah

Gambar B.8 Bendungan Gembong Jawa Tengah

Gambar B.9 Bendungan Sermo Jawa Tengah

Page 48: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

43 dari 63

Gambar B.10 Bendungan Ngancar Jawa Tengah

Gambar B.11 Bendungan Song Putri Jawa Tengah

Gambar B.12 Bendungan Wonogiri Jawa Tengah

Page 49: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

44 dari 63

Gambar B.13 Bendungan Ketro Jawa Tengah

Gambar B.14 Bendungan Pacal Jawa Tengah

Gambar B.15 Bendungan Gondang Jawa Tengah

Page 50: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

45 dari 63

Gambar B.16 Bendungan Pondok Jawa Tengah

Gambar B.17 Bendungan Selorejo Jawa Timur

Gambar B.18 Bendungan Sengguruh Jawa Timur

Page 51: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

46 dari 63

Gambar B.19 Bendungan Wlingi Jawa Timur

Gambar B.20 Bendungan Lahor Jawa Timur

Gambar B.21 Bendungan Sutami Jawa Timur

Page 52: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

47 dari 63

Gambar B.22 Bendungan Wonorejo Jawa Timur

Gambar B.23 Bendungan Way Rarem Lampung

Gambar B.24 Bendungan Way Jepara Lampung

Page 53: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

48 dari 63

Gambar B.25 Bendungan Batutegi Lampung

Gambar B.26 Bendungan Kalola Sulawesi

Gambar B.27 Bendungan Bili Bili Sulawesi

Page 54: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

49 dari 63

Gambar B.28 Bendungan Palasari Bali

Gambar B.29 Bendungan Grokgak Bali

Gambar B.30 Bendungan Batujai Lombok

Page 55: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

50 dari 63

Gambar B.31 Bendungan Pengga Lombok

Gambar B.32 Bendungan Mamak Sumbawa

Gambar B.33 Bendungan Tiu Kulit Sumbawa

Page 56: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

51 dari 63

Tab

elB

.1D

ata

ben

du

nga

nti

pe

uru

gan

zona

ldiI

nd

ones

ia

No

.B

end

un

gan

Pro

p.

Kap

asita

sW

adu

k(m

3 )

El.M

ab

(m)

El.M

an

(m)

El.

Pu

nca

k(m

)

Leb

arP

unca

k(m

)

Jag

aan

Mab (m

)

Jaga

anM

an(m

)

Tin

gg

i

(m)

Jag

aan*

min

imum

(m)

Zon

a*g

emp

aS

eles

ai

(Th

n)

1S

agul

ing

Jaba

r87

5.00

645.

0064

3.00

650.

5010

.00

5.50

7.50

97.5

0D

1996

2Ju

anda

Jaba

r25

56.0

011

1.50

107.

0011

4.50

10.0

03.

007.

5096

.00

D19

673

Mal

ahay

uJa

teng

39.8

857

.55

55.7

559

.25

4.00

1.70

3.50

29.7

5C

1940

4M

rica

Jate

ng19

3.50

234.

5023

1.00

235.

006.

000.

504.

0095

.00

C19

895

Sem

por

Jate

ng52

.00

73.7

072

.00

77.0

010

.00

3.30

5.00

49.0

0C

1978

6W

adas

linta

ngJa

teng

443.

0019

0.30

185.

0019

1.00

10.0

00.

706.

0012

0.00

C19

877

Ked

ung

Om

boJa

teng

723.

0095

.00

90.0

096

.00

12.0

01.

006.

0061

.00

C19

898

Gem

bong

Jate

ng9.

5020

8.75

207.

0021

0.00

6.00

1.25

3.00

36.0

0B

1933

9S

erm

oJa

teng

25.0

014

0.88

136.

6014

1.60

8.00

0.72

5.00

52.6

0D

1996

10N

ganc

arJa

teng

2.05

249.

5024

8.50

250.

505.

001.

002.

0019

.40

D19

4611

Son

gP

utri

Jate

ng0.

7322

5.08

224.

0022

7.00

7.00

1.92

3.00

25.0

0D

1984

12W

onog

iriJa

teng

560.

0013

8.30

136.

0014

2.00

10.0

03.

706.

0030

.00

D19

8213

Ket

roJa

teng

2.80

100.

0099

.00

102.

003.

002.

003.

0011

.00

C19

8414

Pac

alJa

tim41

.18

116.

3511

5.00

117.

007.

000.

652.

0033

.00

C19

3315

Gon

dang

Jatim

25.9

039

.45

38.0

042

.00

7.00

2.55

4.00

22.0

0C

1986

16P

ondo

kJa

tim30

.90

107.

5010

6.50

110.

008.

002.

503.

5030

.67

C19

9517

Sel

orej

oJa

tim62

.30

622.

6062

2.00

625.

008.

002.

403.

0046

.00

C19

7018

Sen

ggur

uhJa

tim23

.00

293.

1029

2.50

295.

5010

.00

2.40

3.00

33.0

0C

1988

19W

lingi

Jatim

24.0

016

4.50

163.

0016

7.00

8.00

2.50

4.00

28.0

0C

1977

20La

hor

Jatim

36.1

027

4.90

272.

7027

8.00

10.0

03.

105.

3072

.00

C19

7521

Sut

ami

Jatim

343.

0027

7.00

272.

5027

9.00

13.7

02.

006.

5096

.00

C19

7322

Won

orej

oJa

tim12

2.00

185.

0018

3.00

188.

0010

.00

3.00

5.00

95.0

0C

1999

23W

ayR

arem

Lam

pung

72.4

057

.00

54.0

059

.00

8.00

2.00

5.00

24.0

0O

KE

1984

24W

ayJe

para

Lam

pung

34.8

537

.90

36.5

040

.00

6.00

2.10

3.50

14.0

0O

KE

1978

25B

atut

egi

Lam

pung

500.

0028

1.50

274.

0028

3.00

12.0

01.

509.

0011

3.00

OK

F20

0126

Kal

ola

Sul

awes

i70

.00

43.0

039

.00

45.3

08.

002.

306.

3033

.80

C19

9527

Bili

Bili

Sul

awes

i30

5.00

103.

0099

.50

106.

0010

.00

3.00

6.50

56.0

0C

1999

28P

alas

ari

Bal

i8.

0080

.55

77.0

081

.80

10.0

01.

254.

8038

.00

C19

8929

Gro

kgak

Bal

i3.

7513

0.50

126.

0013

1.00

6.00

0.50

5.00

30.0

0C

1994

30B

atuj

aiLo

mbo

k23

.50

92.5

089

.00

94.0

08.

001.

505.

0016

.00

D19

8231

Pen

gga

Lom

bok

27.0

059

.00

57.0

060

.50

9.00

1.50

3.50

33.5

0D

1994

32M

amak

Sum

baw

a30

.00

97.0

093

.20

99.5

010

.00

2.50

6.30

39.5

0C

1992

33Ti

uK

ulit

Sum

baw

a11

.00

59.4

057

.00

61.4

08.

002.

004.

4024

.40

C19

94

Page 57: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

52 dari 63

Lampiran C(Informatif)

Contoh-contoh bendungan tipe urugan dengan membran

Gambar C.1 Bendungan Cirata Jawa Barat

Gambar C.2 Bendungan Darma Jawa Barat

Gambar C.3 Bendungan Larona Sulawesi

Page 58: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

53 dari 63

Tabe

lC.1

Dat

abe

ndun

gan

tipe

urug

anbe

rsek

atdi

Indo

nesi

a

No.

Ben

dung

anP

rop.

Kap

asita

sW

aduk

(m3 )

El.M

ab

(m)

El.M

an

(m)

El.

Pun

cak

(m)

Leba

rP

unca

k(m

)

Jaga

anM

ab (m)

Jaga

anM

an (m)

Ting

gi

(m)

Jaga

an*

min

imum

(m)

Zona

**S

eles

ai

(Thn

)

1C

iirat

aJa

bar

2165

223.

0022

0.00

225.

0015

.00

2.00

5.00

112.

00D

1988

2D

arm

aJa

bar

37.9

071

3.40

712.

5071

4.00

12.5

00.

601.

5035

.50

D19

52

3La

rona

Sul

awes

i10

.00

1320

.00

1319

.60

1320

.90

6.00

0.90

1.30

30.0

0D

1978

Page 59: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

54 dari 63

Lampiran D

(Informatif)

Jenis sistim drainase, galeri drainase bendungan tipe urugan batu denganmembran , contoh-contoh bendungan tipe urugan di luar negeri

a) Bendungan Yong-Gae (Korea 1981)

b) Bendungan Sang-Ya (Korea 1961)

Gambar D.1 Jenis sistem drainase bendungan tipe urugan homogin

Page 60: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

55 dari 63

c) Bendungan Dong Hyang (Korea 1961)Keterangan gambar:A : SelimutB : Lapisan pelindung batuC : Lapisan kedap airD : Random

E : Drainase tegak/datarF : LempungG : PasirH : Perkiraan sesarI : Sumur pematus

d) Bendungan Dae Yum (Korea 1969)

e) Bendungan Vigano

Gambar D.2 Contoh bendungan tipe urugan tanah homogen di luar negeri

Page 61: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

56 dari 63

a) Bendungan Na-Yu (Korea 1976)

b) Bendungan Yang Seong (Korea 1976)

Page 62: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

57 dari 63

c) Bendungan Bkuo (1961)

d) Bendungan Hidesei (Jepang 1969)

e) Bendungan Rovoka (Jepang)

Gambar D.3 Contoh bendungan tipe urugan zonal inti tegak di luar negeri

Page 63: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

58 dari 63

a) Bendungan Damyang (Korea 1976)

b) Bendungan Iwadow

c) Bendungan Kopokoro (Jepang 1960)

d) Bendungan Adyama (Jepang 1963)

Gambar D.4 Contoh bendungan tipe urugan zonal inti miring di luar negeri

Page 64: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

59 dari 63

a) Galeri standar b) Galeri di sungai

Gambar D.5 Konstruksi galeri untuk bendungan tipe urugan dengan membrane

Gambar D.6 Potongan sekat kedap air aspal beton

Page 65: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

60 dari 63

a) Bendungan Hukuyama (1973)

b) Bendungan Nikura

Keterangan gambar:1. Drainase chimney2. Drainase horizontal3. Campuran tanah nerah granit dan lempung4. Drainase pasir5. Kumpulan pasir

c) Bendungan Hikahusi

Gambar D.7 Contoh bendungan tipe urugan membran dari aspal beton

Page 66: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

61 dari 63

a) Bendungan Noyadam

b) Bendungan Zien

Gambar D.8 Contoh bendungan tipe urugan membrane dari beton

Page 67: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

62 dari 63

Lampiran E(Informatif)

Daftar nama dan lembaga

1) Pemrakarsa

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air, Badan Penelitian danPengembangan, Departemen Pekerjaan Umum.

2) Penyusun

N a m a L e m b a g a

Ir. Theo F. Najoan, M. Eng.

Ir. Carlina Soetjiono, Dipl. HE.

Pusat Litbang Sumber Daya Air

Pusat Litbang Sumber Daya Air

Page 68: RSNI T-01-2002

RSNI T-01-2002

63 dari 63

Bibliografi

1. TERZAGHI, K and R.B. PECK (1967), Soil Mechanics in Engineering Practice, secondedition, John Wiley and sons, New York NY .

2. HIRSCHFELD, R.C. and S.J. POULOS, ed. (1973), “Embankment Dam EngineeringPractice,“ Casagrande Volume, John Wiley and sons, New York .

3. USBR 1973, Design Of Small Dams, U.S. Department of the Interior, Bureau ofReclamation.

4. National Academy Press (1983), Safety of Existing Dams : Evaluation and Improvement,National Academy Press , Washington DC.

5. SHERARD, J.L., R.J. WOODWARD, S.F. GIZIENSKI, and W.A. CLEVENGER (1963),Earth and Earth-Rock Dams, John Wiley and Sons, New York NY, 1963.

6. USBR (1987), Seepage Analysis and Control, Chapter 8, Design Standards EmbankmentDams no. 13, U.S. Department of The Interior, Bureau of Reclamation Engineering andResearch Center, Denver CO. 1987.

7. USBR (1987), Static Stability Analyses, Chapter 4, Design Standards EmbankmentDams no. 13, U.S. Department of The Interior, Bureau of Reclamation, Engineering andResearch Center, Denver CO. 1987.

8. Direktorat Jendral Pengairan & Balitbang PU (1995), Bendungan Besar Di Indonesia,Proyek Pembinaan Teknis Pembangunan dan Pengamanan Waduk, Direktorat JendralPengairan, Departemen Pekerjaan Umum ( Juni 1995)

9. Sosrodarsono, S dan Takeda K (1977) Editor, Bendungan Tipe Urugan, PenerbitPradnya Paramita Jakarta 1977.

10. Jansen, B.R. Editor (1988), Advanced Dam Engineering, Van Nostrand Reinhold 115Fifth Avenue, New York 10003, ISBN 0-442-24397-9 (1988)

11. Direktorat Jendral Pengairan (1999/2000), Pedoman Teknik Penentuan Beban GempaPada Bangunan Pengairan, Proyek Peningkatan Perencanaan Program Dan RancangBangun Pembangunan Pengairan, Bagian Proyek Perencanaan Teknik Pengairan, DirjenAir, Departemen PU, Jalan Pattimura no. 20/7 Kebayoran Baru - Jakarta Selatan.