rohmadi, dwi. 2011. · web viewsuatu proses pembelajaran tanpa bantuan media, maka bahan...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perkembangan pendidikan dewasa ini baik di negara maju mau
pun di Negara yang sedang berkembang, minat membaca sangat memegang
peranan penting. Keberhasilan dalam belajar sebagian besar ditunjang oleh
minat baca. Seorang pelajar yang tidak berminat untuk membaca, mustahil
belajarnya akan berhasil dengan baik.
Gie (1984 : 57) menyatakan bahwa “sebab tidak ada belajar yang
dapat dilaksanakan tanpa pembacaan, dan gudang bacaan adalah
perpustakaan”. Tidaklah cukup seorang belajar hanya mengerahkan
tenaganya untuk mendengarkan lalu menghafalkan saja, melainkan juga
harus ditunjang banyak oleh buku-buku perpustakaan. Dengan menjadi
pengunjung perpustakaan yang setia dan dapat mempergunakannya dengan
baik, kemungkinan besar prestasi belajar siswa akan meningkat. Sebagai
upaya meningkatkan kecerdasan bangsa tidak harus selalu melalui jalur
pendidikan formal saja, akan tetapi dapat juga melalui jalur pendidikan
nonformal, oleh karena itu diperlukan adanya sarana komunikasi informasi
ilmu pengetahuan untuk disampaikan kepada masyarakat yaitu
perpustakaan. Perpustakaan merupakan pusat terkumpulnya berbagai
informasi dan ilmu pengetahuan baik yang berupa buku maupun bahan
2
rekaman lainnya, yang diorganisasikan untuk dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat pemakai perpustakaan. Pentingnya perpustakaan
diorganisasikan dengan baik agar memudahkan pemakai dalam menemukan
informasi yang dibutuhkannya, karena bahan-bahan himpunan ilmu
pengetahuan diperoleh umat manusia dari masa ke masa. Tingginya budaya
gemar membaca, mengakibatkan meningkatnya minat membaca. Minat
membaca di tunjukkan dengan keinginan yang kuat untuk melakukan
kegiatan membaca. Sekarang ini banyak keluhan bahwa daya serap /
pemahaman para siswa terhadap penguasaan bahan ajar adalah rendah.
Penyebab rendahnya daya serap para siswa terhadap bahan ajar tersebut
bukan karena faktor potensial, tetapi salah satu penyebabnya yang penting
adalah minat membaca buku yaitu siswa yang mempunyai minat membaca
bukunya lemah. Siswa yang lebih banyak menggunakan waktunya untuk
membaca akan memperoleh prestasi belajar yang lebih baik dibanding
dengan yang tidak.
Dengan adanya minat yang tinggi pada siswa akan menjadikan siswa
lebih bersemangat dan bergairah dalam belajar. Seseorang yang tidak
berminat untuk mempelajari sesuatu biasanya tidak dapat diharapkan akan
berhasil dengan baik dalam menguasai ilmu yang dipelajari. Sebaliknya
kalau seseorang belajar atau membaca dengan penuh minat maka akan
meluangkan waktunya yang cukup banyak untuk mendalami mata pelajaran
tersebut sehingga diharapkan prestasi yang dicapai akan lebih baik. Dalam
3
menghasilkan output yang berkualitas, maka dalam bidang pendidikan
diperlukan media pembelajaran yang memadai, untuk mengetahui
keberhasilan proses belajar siswa dapat diketahui dari prestasi yang dicapai
siswa. Prestasi belajar merupakan pencerminan hasil belajar yang dicapai
siswa setelah melakukan usaha. Tinggi rendahnya prestasi belajar akan
memberikan sumbangan dalam mencapai kesuksesan masa depan siswa.
Untuk mencapai prestasi belajar yang baik, siswa dipengaruhi banyak
faktor baik dari dalam maupun dari luar diri siswa tersebut. Dari dalam diri
siswa itu antara lain faktor kecerdasan, bakat, minat, motivasi, kesehatan
jasmani dan juga usaha untuk meningkatkan prestasi, sedangkan dari luar
siswa meliputi lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, peralatan, dan
media belajar.
Salah satu ciri pembelajaran kontekstual adalah pemanfaatan sumber
belajar (termasuk media) yang sesuai dengan pengalaman hidup peserta
didik. Hal ini tidak hanya meningkatkan atau membangkitkan minat dan
keaktifan siswa dalam proses belajar akan tetapi juga meningkatkan
efektivitas pembelajaran karena obyek yang mereka pelajari sesuai dengan
pengetahuan yang telah dimiliki siswa dan bersentuhan langsung dengan
lingkungan hidup keseharian mereka. Oleh karena itu, setiap guru/fasilitator
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka di
dalam memilih, mengelompokkan, dan memanfaatkan berbagai obyek yang
4
terdapat di lingkungan kelas, sekolah atau diluar sekolah sebagai sumber
belajar anak sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya.
Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang
cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang
di sampaikan dapat dibantu dengan kehadiran media sebagai perantara.
Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media.
Dengan demikian peserta didik akan lebih mudah mencerna bahan dari
pada tanpa bantuan media. Media sebagai alat bantu dalam proses belajar
mengajar adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri, karena
memang gurulah yang menghendaki untuk membantu tugas guru dalam
menyampaikan pesan -pesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru
kepada anak didik. Suatu proses pembelajaran tanpa bantuan media, maka
bahan pelajaran sukar untuk dicerna dan dipaha mi oleh setiap siswa/anak
didik, terutama bahan pelajaran yang rumit atau komplek.
Menurut Djamerah & Zain (2002:136) menjelaskan didalam kegiatan
belajar mengajar ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu
dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan pelajaran
dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa
yang kurang mampu guru sampaikan/jelaskan melalui kata -kata/kalimat.
Oleh sebab itu media disini sangat penting untuk menarik siswa untuk mau
belajar dan membuat antusias dengan materi yang diberikan. Dalam
penjelasan diatas siswa di SMP terdapat juga yang minat membaca buku
5
perpustakaan rendah, serta penggunaan media pembelajaran yang kurang
memadai/sesuai saat proses belajar mengajar berlangsung, sehingga kedua
faktor tersebut sangat mempengaruhi terhadap prestasi belajar siswa.
Melihat latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis tertarik
untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Minat Membaca
Buku Perpustakaan terhadap Prestasi Belajar Bidang Studi Matematika
pada Siswa Kelas VIII SMP PERGIS YAPKI Maros Tahun Pelajaran 2010-
2011”
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap dan rinci
mengenai ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti, yang didasarkan
pada latar belakang untuk menghindari kesalahpahaman penafsiran, maka
perlu dirumuskan terlebih dahulu masalah yang terkandung dalam
penelitian. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dapat
dirumuskan permasalahan yakni, Apakah ada pengaruh Minat Membaca
Buku Perpustakaan terhadap Prestasi Belajar bidang studi Matematika pada
Siswa Kelas VIII di SMP Pergis YAPKI Maros?.
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh Minat Membaca Buku Perpustakaan terhadap Prestasi
Belajar bidang studi Matematika pada Siswa Kelas VIII di SMP PERGIS
YAPKI Maros.
2. Manfaat penelitian
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang
bermanfaat khususnya bagi penulis dan pendidikan pada umumnya.
Harapan –harapan itu antara lain :
a. Segi teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam
usaha meningkatkan keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi
belajar, dan dapat memberikan gambaran kepada sekolah bahwa minat
membaca buku perpustakaan itu mempunyai peranan yang sangat
penting dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
b. Segi praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperdalam pengetahuan dan
menerapkan ilmu yang telah diperoleh dibangku kuliah dalam
kehidupan praktek belajarmengajar yang sesungguhnya dan sebagai
bekal untuk terjun didunia pendidikanserta untuk mencapai pemecahan
masalah yang ada pada perumusan masalah.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, HIPOTESIS DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan pustaka
1. Pengertian perpustakaan
Dengan ditemukannya bentuk-bentuk tulisan pada zaman dahulu,
maka telah mulai dikenal juga perpustakaan. Perpustakaan pada mulanya
didirikan di biara-biara dan candi-candi karena sebagian besar tulisan-
tulisan itu berisi informasi tentang agama dan persembahyangan. Di
Eropah, ide untuk mendirikan perpustakaan telah dirintis oleh bangsa
Sumeria. Karya orang Sumeria tidak hanya terdiri hal-hal keagamaan saja,
tetapi juga menghasilkan karya sosial, politik, filsafat dan kesusastraan.
Bahan yang mereka gunakan untuk menulis adalah lempengan tanah liat
(clay tablet). Hasil karya bangsa Sumeria ini dikumpulkan dan dilestarikan
pada satu tempat yang kemudian disebut perpustakaan. Pada tahun 668
S.M.
Perpustakaan Borsippa yang didirikan oleh Raja Ashur Banipal dari
Asseria mempunyai koleksi 10.000 tablet yang terbuat dari tanah liat (clay
tablet).
Pada zaman Yunani orang sudah mulai mengenal alphabet.
Demikianlah perkembangan perpustakaan sejalan dengan perkembangan
tulisan, dan kebutuhan akan informasi. Dari masa ke masa semakin
8
dirasakan manfaat kehadiran perpustakaan di tengah-tengah masyarakat.
Dalam penyelenggaraan perpustakaanpun mengalami kemajuan sesuai
dengan kemajuan teknologi masa ini.
Pada kesempatan ini kita akan membicarakan tentang perpustakaan di
tanah air. Perkembangan perpustakaan di Indonesia dapat dikelompokkan
menjadi tiga masa, yaitu :
1. masa sebelum penjajahan Belanda
2. masa penjajahan Belanda
3. masa kemerdekaan, (Wikipedia, 2011)
1) Masa sebelum penjajahan Belanda
Sebelum masa penjajahan Belanda dan bangsa Barat lainnya, di
Indonesia telah dikenal kerajaan-kerajaan besar seperti kerajaan Majapahit
di Jawa Tengah, kerajaan Sriwijaya di Sumatera Selatan. Kekuasaan dan
kejayaan negara-negara tersebut terkenal sampai ke beberapa negara.
Raja-raja yang memerintah pada masa jayanya kerajaan tersebut
mempunyai perhatian yang cukup besar terhadap kesusastraan dan filsafat
serta kebudayaan. Pada masa itu banyak pujangga-pujangga terkenal dan
telah menulis buku. Seperti pada masa jayanya kerajaan Majapahit
pujangga yang terkenal ialah Mpu Prapanca yang telah menulis sebuah
buku yang terkenal yaitu Negara Kertagama, dan Mpu Tantular yang
9
menulis buku cerita yang sangat terkenal yaitu Arjuna Wijaya dan
Sutasoma.
Buku-buku dan naskah-naskah karangan pujangga kerajaan tersebut
disimpan di dalam perpustakaan-perpustakaan kerajaan. Walaupun pada
masa itu perpustakaan-perpustakaan hanya didirikan di dalam lingkungan
kerajaan dan koleksinya juga hanya boleh dibaa oleh kalangan tertentu saja,
namun perpustakaan telah dikenal dan dipelihara dengan baik. Peninggalan-
peninggalan lama ini sekarang dapat dilihat di Museum Pusat.
2) Masa penjajahan Belanda
Semasa penjajahan Belanda, perpustakaan-perpustakaan didirikan di
sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga lain. Tetapi koleksi-koleksi
perpustakaan yang didirikan penjajah Belanda ini terbatas dengan koleksi
yang akan menguntungkan bangsa Belanda. Bangsa Belanda mengawasi
dengan ketat buku-buku yang akan dijadikan koleksi perpustakaan. Hal ini
disebabkan bangsa Belanda menyadari akan pengaruh yang sangat besar
dari membaca buku.
Buku dapat mempengaruhi pikiran dan jiwa pembacanya. Buku-buku
yang baik dan bermutu akan memberikan manfaat yang positif bagi yang
membacanya. Misalnya buku-buku ilmiah akan dapat meningkatkan
pengetahuan, meluaskan cara berpikirnya dan dapat juga meningkatkan
taraf hidupnya. Sebaliknya buku-buku yang tidak baik, dapat merusak
10
pembacanya, misalnya buku-buku porno dapat merusak generasi muda
menjadi generasi yang bermental bobrok.
Menyadari hal ini pemerintah Belanda menghindari koleksi
perpustakaannya dengan buku-buku yang dapat membangkitkan perjuangan
dan nasionalisme dikalangan masyarakat Indonesia, dan ini sangat
berbahaya bagi pemerintah Belanda. Koleksi perpustakaan pada masa ini
kebanyakan cerita-cerita dongeng yang membuat rakyat Indonesia tidak
akan teringat untuk bangkit berjuang menuntut kemerdekaannya.
3) Perpustakaan masa kemerdekaan
Pada masa-masa awal kemerdekaan Indonesia, pembinaan dan
pengembangan perpustakaan belum begitu mendapat perhatian karena
pemerintah pada masa itu masih memusatkan perhatiannya kepada penataan
pemerintahan. Setelah pemerintahan berjalan dengan teratur, maka
dirasakan perlunya pendirian perpustakaan sebagai salah satu sarana dalam
usaha mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini sesuai dengan isi
Pembukaan UUD ’45 alinea ke 4 : “...untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa...”. Usaha yang pertama dilakukan adalah bagaimana cara untuk
memberantas buta huruf pada masyarakat pemerintah menyadari bahwa
untuk tercapainya tujuan di atas, masyarakat perlu membaca. Dalam usaha
memupuk kegemaran membaca, maka pemerintah berusaha menyediakan
bahan-bahan bacaan yaitu dengan mendirikan perpustakaan-perpustakaan.
11
Pemerintah mendirikan perpustakaan-perpustakaan rakyat dengan
Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan diserahkan kepada
Pendidikan Masyarakat. Perpustakaan Rakyat, yang dinamakan TPR,
dikategorikan menjadi tiga tingkatan, yaitu :
1. Perpustakaan Tingkat A, didirikan di kecamatan dan
diperuntukkan untuk masyarakat yang tingkat pendidikannya rata-
rata tingkat Sekolah Dasar.
2. Perpustakaan rakyat tingkat B, didirikan di Ibukota Kabupaten.
3. Perpustakaan Rakyat Tingkat C, didirikan di Ibukota Propinsi.
Perpustakaan-perpustakaan rakyat tersebut sebenarnya adalah
perpustakaan umum. Tetapi perpustakaan ini kurang berhasil seperti yang
diharapkan. Sehingga namanya kemudian hilang. Tetapi ini bukan berarti
bahwa perkembangan perpustakaan umum juga berhenti. Perpustakaan
umum terus perkembang walaupun agak lambat. Pemerintahan masih
memperhatikan perkembangan perpustakaan umum Daerah Tingkat II, hal
ini terbukti dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan RI No. 0103/0/1981 tanggal 11 Maret 1981 yang isinya
mengenai ketentuan sistem perpustakaan secara nasional.
Di ibukota daerah tingkat I dibina dan di kembangkan Perpustakaan
Wilayah Departemen Pendidikan dan kebudayaan. Kebijaksaan pembinaan
Perpustakaan Nasional diserahkan kepada Pusat Pembinaan Perpustakaan
Departemen pendidikan dan kebudayaan Jakarta.
12
Pembinaan dan pengembangan Perpustakaan Daerah Tingkat II,
Tingkat kecamatan dan tingkat desa didasarkan kerjasama antara
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan cq. Pusat Pembinaan
Perpustakaan dengan Departemen dalam negeri. Sedangkan didaerah
Propinsi, Perpustakaan wilayah sebagai unit pelaksana teknis (UPT) dari
pusat pembinaan perpustakaan, berfungsi untuk membantu pembinaan dan
pengembangan segala jenis perpustakaan di daerah.
Perpustakaan di indonesia terus berkembang berkat dukungan dan
perhatian yang cukup besar dari pemerintah dan juga berkat usaha pihak
perpustakaan sendiri yang tidak pernah berhenti untuk berusaha mencapai
tujuannya.
Kita mengenal beberapa jenis perpustakaan. Yang membedakan
jenis-jenis perpustakaan tersebut adalah tujuan perpustakaannya, koleksi
yang tersedia, masyarakat yang dilayani, badan atau pihak yang berwenang
menyelenggarakan perpustakaan tersebut.
Internasional Federation of Library Association (Wikipedia, 2011)
mengelompokkan jenis-jenis perpustakaan atas :
1. Perpustakaan Nasional (National Library)
2. Perpustakaan Umum (Public Library)
3. Perpustakaan Perguruan Tinggi (University Library)
4. Perpustakaan Sekolah (School Library)
5. Perpustakaan Khusus (Special Library)
13
Selain kelima jenis perpustakaan yang tersebut di atas, kita mengenal
juga jenis-jenis perpustakaan yang lain (Wikipedia, 2011) yaitu :
1. Perpustakaan Wilayah
2. Perpustakaan Keliling
2. Perpustakaan Nasional
Perpustakaan Nasional adalah perpustakaan yang didirikan di
ibukota negara dan merupakan perpustakaan induk dari semua jenis
perpustakaan yang ada di negara tersebut. Perpustakaan Nasional Indonesia
didirikan di Jakarta
1. Sebagai pusat referensi nasional. Dalam fungsi ini perpustakaan
nasional harus mampu menjawab pertanyaan apa saja, oleh siapa
saja yang ada hubungannya dengan Indonesia.
2. Sebagai perpustakaan deposit. Dalam hal ini perpustakaan
nasional mempunyai tugas dan bertanggung jawab untuk
melestarikan seluruh penerbitan yang ada di Indonesia maupun
yang ada di luar negeri yang mengenai Indonesia. Untuk
menjamin terkumpulnya semua penerbitan yang ada di Indonesia,
maka perlu adanya Undang-undang Karya Cetak (Deposit Act)
yang mewajibkan semua penerbit untuk mengirimkan terbitan
terbarunya kepada Perpustakaan Nasional sebanyak dua
eksemplar. Tetapi Undang-undang hak cipta di Indonesia baru
14
saja diakui yaitu pada bulan Agustus 1990. maka Perpustakaan
Nasional Indonesia pun baru dapat melaksanakan fungsinya
sebagai perpustakaan deposit. Hal ini juga harus mendapat
dukungan dan kesadaran yang tinggi dari pihak penerbit bahan
pustaka akan pentingnya arti deposit itu untuk melestarikan
semua penerbitan di negara kita.
3. Perpustakaan Nasional merupakan perpustakaan atau suatu badan
yang menerbitkan Bibliografi Nasional yang merupakan suatu
daftar buku-buku yang ada di Perpustakaan Nasional Indonesia
dan pada perpustakaan lain di Indonesia terbitan Indonesia dan
tentang Indonesia. Bibliografi Nasional Indonesia ini disebar
luaskan juga keberbagai Instansi lain agar mereka juga
mengetahui koleksi yang ada di Pepustakaan Nasional.
Perpustakaan Nasional pada beberapa waktu yang lalu berada di
bawah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, tetapi sekarang telah diakui
sebagai lembaga Pemerintahan Non Departemen dan bertanggung jawab
langsung kepada pemerintah.
3. Perpustakaan Umum (Public Library)
Perpustakaan umum merupakan perpustakaan yang bertugas
mengumpulkan, menyimpan, mengatur dan menyajikan bahan pustakanya
untuk masyarakat umum. Perpustakaan umum diselenggarakan untuk
15
memberikan pelayanan kepada masyarakat umum tanpa memandang latar
belakang pendidikan, agama, adat istiadat, umur, jenis dan lain sebagainya,
maka koleksi perpustakaan Umum pun terdiri dari beraneka ragam bidang
dan pokok masalah sesuai dengan kebutuhan informasi dari pemakainya.
Fungsi Perpustakaan Umum
1. Pusat Informasi : menyediakan informasi yang dibutuhkan
masyarakat pemakai
2. Preservasi kebudayaan : menyimpan dan menyediakan tulisan-
tulisan tentang kebudayaan masa lampau, kini dan sebagai
pengembangan kebudayaan di masa yang akan datang.
3. Pendidikan : mengembangkan dan menunjang pendidikan non
formulir diluar sekolah dan universitas dan sebagai pusat
kebutuhan penelitian.
4. Rekreasi : dengan bahan-bahan bacaan yang bersifat hiburan
perpustakaan umum dapat digunakan oleh masyarakat pemakai
untuk mengisi waktu luang.
5. Dan lain-lain
4. Perpustakaan perguruan tinggi (University Library)
Perpustakaan perguruan tinggi yaitu perpustakaan yang
diselenggarakan untuk mengumpulkan, memelihara, menyimpan, mengatur,
16
mengawetkan dan mendaya gunakan bahan pustakanya untuk menunjang
pendidikan/pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat.
Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi
6. Jantung dari semua program pendidikan Universitas yaitu
perpustakaan harus mampu membantu dan menjadi pusat kegiatan
akademis lembaga pendidikannya.
7. Pusat alat-alat peraga mengajarkan atau instructional material
center
8. Sebagai pelaksana pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi.
5. Perpustakaan sekolah
Perpustakaan sekolah yaitu perpustakaan yang mengumpulkan,
menyimpan, memelihara, mengatur dan mengawetkan bahan pustkanya
untuk menunjang usaha pendidikan dan pengajaran di sekolah. Masyarakat
pemakainya ialah para siswa, tenaga pengajar dan staf sekolah lainnya.
Fungsi perpustakaan sekolah ialah :
1. Menunjang kegiatan belajar dan mengajar.
2. Merupakan sarana pengembangan bakat dan keterampilan.
3. Pusat media sekolah.
4. Sarana penelitian sederhana.
5. Sarana rekreasi.
17
6. Perpustakaan khusus (Special Library)
Perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang diselenggarakan oleh
kantor atau instansi yang tujuannya adalah untuk untuk menunjang kegiatan
kantor atau instansi dimana perpustakaan itu berada.
Fungsi perpustakaan khusus ialah :
1. Untuk keperluan perencanaan, penagambilan keputusan dan
pemecahan persoalan.
2. Untuk kebutuhan riset dan pengembangan para staf yang terlibat
dalam berbagai tugas penelitian dan pengembangan.
3. Untuk kepentingan pendidikan dan latihan yang diselenggarakan
oleh kantor dan instansi tersebut.
4. Sebagai tempat pemeliharaan dan perawatan dokumen dari kantor
atau instansi yang bersangkutan.
7. Perpustakaan wilayah
Perpustakaan wilayah yaitu perpustakaan yang diselenggarakan oleh
pemerintah dan berkedudukan di setiap ibu kota Propinsi, bertugas
mengumpulkan serta melestarikan semua penerbitan daerah yang
bersangkutan.
Fungsi perpustakaan wilayah adalah sebagai berikut :
1. Sebagai perpustakaan referensi di wilayahnya.
2. Merupakan perpustakaan deposit yang bertugas mengumpulkan
semua penerbitan di daerahnya.
18
3. Merupakan suatu badan yang bertugas membuat bibliografi
4. Merupakan pusat kerjasama antar perpustakaan daerah
5. Mempunyai wewenang untuk membina perpustakaan-
perpustakaan yang ada di daerahnya.
8. Perpustakaan keliling
Perpustakaan keliling pada prinsipnya merupakan perluasan dari
pelayanan perpustakaan umum. Perpustakaan keliling adalah merupakan
jenis perpustakaan yang dalam memberikan pelayanan bergerak dari satu
tempat ke tempat yang lain dengan tujuan mengunjungi pemakai.
Fungsi perpustakaan keliling adalah :
1. Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat di daerah,
khususnya di daerah pedesaan dan daerah terpencil.
2. Pemerataan pengembangan pendidikan.
3. Sebagai media penerangan bagi masyarakat
4. Memasyatakatkan perpustakaan dadn minat baca di kalangan
masyarakat
5. Dan lain-lain.
9. Pengertian buku
Sebelum ditemukannya tulisan dan bentuk buku seperti yang kita
kenal saat ini, pada masa-masa yang lalu telah dikenal bentuk tulisan dan
jenis-jenis buku kuno.
19
Adapun jenis-jenis buku kuno yang kita kenal antara lain (Wikipedia,
2011) sebagai berikut :
1. Clay tablet, yang ditemuka oleh bangsa Sumeria. Clay tablet
terbuat dani tanah liat yang berbentuk segi empat dan kemudian
ditulis dengan Stylus (sejenis rumput). Setelah Clay tablet ditulis,
kemudian dikeringkan dengan panas matahari atau dibakar.
Tulisan yang dibuat disebut Cunieform Characters (Cunieform
writing system). Tulisan ini memakai lambang-lambang untuk
menggambarkan sesuatu banda.
2. Buku yang tebuat dari papirus yaitu yang termasuk golongan
tumbuhan rawa, yang tumbuh subur di Seedge family. Cara
membuat buku dari pohon, membelah tipis-tipis pohon papirus
kemudian direndam dan diawetkan. Bentuk buku ini dijumpai di
Mesir dan tulisan yang dipakai dikenal dengan nama tulisan paku.
Dengan ditemukannya tulisan oleh bangsa Mesir Kuno itu telah
memungkinkan mereka untuk mengabadikan hasil budayanya di
atas buku tersebut. Pada zaman dulu orang –orang Mesir
meninggal, membawa buku-buku papirus ini yang disebut Book of
The Dead.
3. Buku di negeri China, yang terbuat dari kulit pohon/kayu yang
diikat dengan benang. Tetapi karena iklimnya yang lembab
20
menyebabkan buku ini tidak sekuat buku-buku yang terbuat dari
bahan yang lain.
4. Codez, yang terdapat di Asia Tenggara dan terbuat dari pohon.
Cara membuat buku ini adalah dengan mengupas pohon tersebut
kemudian dipakai engsel-engsel dan kemudian diberikan lilin
sehingga bentuknya seperti accordion.
5. Vellum dan Parchmen, yaitu buku yang terbuat dari kulit binatang.
Cara membuat buku ini adalah dengan mempergunakan kulit
domba/lembu yang telah dibuang bulunya, kemudian
dikeringakan.
Perkembangan tulisan terus mengalami penyempurnaan. Bangsa
Funisia yang pertama kali dapat mengembangkan bentuk tulisan sehingga
mitip dengan abjad yang dipergunakan sekarang ini, yang mereka
kembangkan dari bentuk tulisan Mesri Kuno dan tulisan bangsa Sumeria.
Bentuk tulisan yang pada mulanya merupakan gambar dari objek yang
dinamakan Piktogram disempurnakan sehingga menjadi abjad yang
jumlahnya 22 huruf.
Abjad Funisia terus berkembang terutama dikembangkan oleh bangsa
Yunani, sehingga terciptalah huruf seperti yang kita pergunakan sekarang
yang disebut dengan Huruf Latin.
Bersamaan dengan perkembangan tulisan bahan yang dipergunakan
untuk menulis juga berkembang. Yang pada mulanya mempergunakan
21
tanah liat, papirus, kulit, berkembang menjadi mempergunakan kertas.
Kertas pertama kali ditemukan oleh Bangsa China. Sekitar abad ke 14 telah
ditemukannya mesin cetak, sehingga pembuatan buku-buku bertambah
baik. Mesin cetak ini terus berkembang hingga saat ini, sehingga dapat
menghasilkan buku-buku yang baik mutunya.
Di Indonesia kita mengenal beberapa bentuk tulisan yang terdapat
pada prasasti-prasasti peninggalan zaman dahulu kala. Prasasti-prasasti
tersebut ditulis dalam bentuk tulisan yang dipakai di daerah tersebut pada
masa dahulu, misalnya tulisan Jawa Kuno, tulisan Batak dan lain-lain.
Bersamaan dengan masuknya agama Islam ke Indonesia, kita juga
mengenal tulisan Arab.
10. Pengertian minat belajar
Minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap untuk memperhatikan
dan mengenang beberapa aktivitas atau kegiatan (Slameto, 1995).
Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas dan memperhatikan itu
secara konsisten dengan rasa senang.
Menurut Kartono (1995), minat merupakan moment-moment dari
kecenderungan jiwa yang terarah secara intensif kepada suatu obyek yang
dianggap paling efektif (perasaan, emosional) yang didalamnya terdapat
elemen-elemen efektif (emosi) yang kuat. Minat juga berkaitan dengan
22
kepribadian. Jadi pada minat terdapat unsur-unsur pengenalan (kognitif),
emosi (afektif), dan kemampuan (konatif) untuk mencapai suatu objek,
seseorang suatu soal atau suatu situasi yang bersangkutan dengan diri
pribadi (Buchori, 1985).
Biologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kehidupan. Semua
benda yang hidup menjadi obyek dari biologi. Oleh karena itu biologi
berobyekkan benda-benda yang hidup. Maka cukup banyak ilmu-ilmu yang
tergabung di dalamnya. Biologi sebagai salah satu bidang ilmu pengetahuan
juga merupakan objek pada aspek minat. Dengan demikian, bidangbiologi
dapat melahirkan reaksi perasaan senag, gembira, dan semangat belajar,
begitu pula sebaliknya, tergantung dari kepribadian siswa sendiri apakah
menaruh minat yang tinggi terhadap bidang biologi atau tidak (Ahmadi,
1998).
Menurut Hardjana (1994), minat merupakan kecenderungan hati yang
tinggi terhadap sesuatu yang timbul karena kebutuhan, yang dirasa atau
tidak dirasakan atau keinginan hal tertentu. Minat dapat diartikan
kecenderungan untuk dapat tertarik atau terdorong untuk memperhatikan
seseorang sesuatu barang atau kegiatan dalam bidang-bidang tertentu
(Lockmono, 1994).
Minat dapat menjadi sebab sesuatu kegiatan dan sebagai hasil dari
keikutsertaan dalam suatu kegiatan. Karena itu minat belajar adalah
23
kecenderungan hati untuk belajar untuk mendapatkan informasi,
pengetahuan, kecakapan melalui usaha, pengajaran atau pengalaman
(Hardjana, 1994).
Menurut Gie (1998), minat berarti sibuk, tertarik, atau terlihat
sepenuhnya dengan sesuatu kegiatan karena menyadari pentingnya kegiatan
itu. Dengan demikian, minat belajar adalah keterlibatan sepenuhnya
seorang siswa dengan segenap kegiatan pikiran secara penuh perhatian
untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai pemahaman tentang
pengetahuan ilmiah yang dituntutnya di sekolah.
Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Siswa yang
berminat terhadap biologi akan mempelajari biologi dengan sungguh-
sungguh seperti rajin belajar, merasa senang mengikuti penyajian pelajaran
biologi, dan bahkan dapat menemukan kesulitan–kesulitan dalam belajar
menyelesaikan soal-soal latihan dan praktikum karena adanya daya tarik
yang diperoleh dengan mempelajari biologi. Siswa akan mudah menghafal
pelajaran yang menarik minatnya. Minat berhubungan erat dengan
motivasi. Motivasi muncul karena adanya kebutuhan, begitu juga minat,
sehingga tepatlah bila minat merupakan alat motivasi. Proses belajar akan
berjalan lancar bila disertai minat. Oleh karena itu, guru perlu
membangkitkan minat siswa agar pelajaran yang diberikan mudah siswa
mengerti (Hasnawiyah, 1994).
24
Kondisi kejiwaan sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar.
Itu berarti bahwa minat sebagai suatu aspek kejiwaan melahirkan daya tarik
tersendiri untuk memperhatikan suatu obyek tertentu.
Berdasarkan hasil penelitian psikologi menunjukkan bahwa kurangnya
minat belajar dapat mengakibatkan kurangnya rasa ketertarikan pada suatu
bidang tertentu, bahkan dapat melahirkan sikap penolakan kepada guru
(Slameto, 1995).
Minat merupakan salah satu faktor pokok untuk meraih sukses dalam
studi. Penelitian-penelitian di Amerika Serikat mengenai salah satu sebab
utama dari kegagalan studi para pelajar menunjukkan bahwa penyebabnya
adalah kekurangan minat (Gie, 1998).
Menurut Gie (1998), arti penting minat dalam kaitannya dengan
pelaksanaan studi adalah :
1. Minat melahirkan perhatian yang serta merta.
2. Minat memudahnya terciptanya konsentrasi.
3. Minat mencegah gangguan dari luar
4. Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan.
5. Minat memperkecil kebosanan belajar belajar dalam diri sendiri.
Minat melahirkan perhatian spontan yang memungkinkan terciptanya
konsentrasi untuk waktu yang lama dengan demikian, minat merupakan
landasan bagi konsentrasi. Minat bersifat sangat pribadi, orang lain tidak
25
bisa menumbuhkannya dalam diri siswa, tidak dapat memelihara dan
mengembangkan minat itu, serta tidak mungkin berminat terhadap sesuatu
hal sebagai wakil dari masing-masing siswa (Gie, 1995).
Minat dan perhatian dalam belajar mempunyai hubungan yang erat
sekali. Seseorang yang menaruh minat pada mata pelajaran tertentu,
biasanya cenderung untuk memperhatikan mata pelajaran tersebut.
Sebaliknya, bila seseorang menaruh perhatian secara kontinyu baik secara
sadar maupun tidak pada objek tertentu, biasanya dapat membangkitkan
minat pada objek tersebut.
Kalau seorang siswa mempunyai minat pada pelajaran tertentu dia
akan memperhatikannya. Namun sebaliknya jika siswa tidak berminat,
maka perhatian pada mata pelajaran yang sedang diajarkan biasanya dia
malas untuk mengerjakannya. Demikian juga dengan siswa yang tidak
menaruh perhatian yang pada mata pelajaran yang diajarkan, maka sukarlah
diharapkan siswa tersebut dapat belajar dengan baik. Hal ini tentu
mempengaruhi hasil belajarnya (Kartono, 1995).
Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang
menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya,
dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa
yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan
perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut.
26
Minat tidak dibawa sejak lahir melainkan diperoleh kemudian. Minat
terhadap sesuatu dipelajari sejak lahir melainkan diperoleh kemudian.
Minat terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya
serta mempengaruhi penerimaan minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu
merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya walaupun
minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal yang hakiki untuk dapat
mempelajari hal tersebut.
Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah
membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang
diharapkan untuk dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu.
Proses ini berarti menunjukkan pada siswa bagaimana pengetahuan atau
kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya,
memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Bila siswa menyadari bahwa belajar
merupakan suatu alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggapnya
penting dan bila siswa melihat bahwa dari hasil dari pengalaman belajarnya
akan membawa kemajuan pada dirinya, kemungkinan besar siswa akan
berminat dan bermotivasi untuk mempelajarinya.
Dengan demikian perlu adanya usaha-usaha atau pemikiran yang
dapat memberikan solusi terhadap peningkatan minat belajar siswa,
utamanya dengan yang berkaitan dengan bidang studi biologi. Minat
sebagai aspek kewajiban bukan aspek bawaan, melainkan kondisi yang
27
terbentuk setelah dipengaruhi oleh lingkungan. Karena itu minat sifatnya
berubah-ubah dan sangat tergantung pada individunya.
Minat belajar dapat diingatkan melalui latihan konsentrasi.
Konsentrasi merupakan aktivitas jiwa untuk memperhatikan suatu objek
secara mendalam. Dapat dikatakan bahwa konsentrasi itu muncul jika
seseorang menaruh minat pada suatu objek, demikian pula sebaliknya
merupakan kondisi psikologis yang sangat dibutuhkan dalam proses belajar
mengajar di sekolah. Kondisi tersebut amat penting sehingga konsentrasi
yang baik akan melahirkan sikap pemusatan perhatian yang tinggi terhadap
objek yang sedang dipelajari.
Minat sebagai salah satu aspek psikologis dipengaruhi oleh beberapa
faktor, baik yang sifatnya dari dalam (internal) maupun dari luar
(eksternal). Dilihat dari dalam diri siswa, minat dipengaruhi oleh cita-cita,
kepuasan, kebutuhan, bakat dan kebiasaan. Sedangkan bila dilihat dari
faktor luarnya minat sifatnya tidak menetap melainkan dapat berubah sesuai
dengan kondisi lingkungan. Faktor luar tersebut dapat berupa kelengkapan
sarana dan prasarana, pergaulan dengan orang tua dan persepsi masyarakat
terhadap suatu objek serta latar belakang sosial budaya (Slameto, 1995).
Menurut Slameto (1995), faktor-faktor yang berpengaruh di atas dapat
diatasi oleh guru di sekolah dengan cara:
28
1. Penyajian materi yang dirancang secara sistematis, lebih praktis
dan penyajiannya lebih berserni.
2. Memberikan rangsangan kepada siswa agar menaruh perhatian
yang tinggi terhadap bidang studi yang sedang diajarkan.
3. Mengembangkan kebiasaan yang teratur
4. Meningkatkan kondisi fisik siswa.
5. Mempertahankan cita-cita dan aspirasi siswa.
6. Menyediakan sarana oenunjang yang memadai.
Minat belajar membentuk sikap akademik tertentu yang bersifat
sangat pribadi pada setiap siswa. Oleh karena itu, minat belajar harus
ditumbuhkan sendiri oleh masing-masing siswa. Pihak lainnya hanya
memperkuat dan menumbuhkan minat atau untuk memelihara minat yang
telah dimiliki seseorang (Loekmono, 1994).
Minat berkaitan dengan nilai-nilai tertentu. Oleh karena itu,
merenungkan nilai-nilai dalam aktivitas belajar sangat berguna untuk
membangkitkan minat. Misalnya belajar agar lulus ujian, menjadi juara,
ahli dalam salah satu ilmu, memenuhi rasa ingin tahu mendapatkan gelar
atau memperoleh pekerjaan. Dengan demikian minat belajar tidak perlu
berangkat dari nilai atau motivasi yang muluk-muluk. Bila minat belajar
didapatkan pada gilirannya akan menumbuhkan konsentrasi atau
kesungguhan dalam belajar (Sudarnoto, 1994)
29
Loekmono (1994), mengemukakan 5 butir motif yang penting yang
dapat dijadikan alasan untuk mendorong tumbuhnya minat belajar dalam
diri seorang siswa yiatu :
1. Suatu hasrat untuk memperoleh nilai-nilai yang lebih baik dalam
semua mata pelajaran.
2. Suatu dorongan batin untuk memuaskan rasa ingin tahu dalam satu
atau lain bidang studi.
3. Hasrat siswa untuk meningkatkan siswa dalam meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan pribadi.
4. Hasrat siswa untuk menerima pujian dari orang tua, guru atau
teman-teman.
5. Gambaran diri dimasa mendatang untuk meraih sukses dalam
suatu bidang khusus tertentu.
Beberapa langkah untuk menimbulkan minat belajar menurut
(Sudarnoto, 1994), yaitu :
1. Mengarahkan perhatian pada tujuan yang hendak dicapai.
2. Mengenai unsur-unsur permainan dalam aktivitas belajar.
3. Merencanakan aktivitas belajar dan mengikuti rencana itu.
4. Pastikan tujuan belajar saat itu misalnya; menyelesaikan PR atau
laporan.
5. Dapatkan kepuasan setelah menyelesaikan jadwal belajar.
30
6. Bersikaplah positif di dalam menghadapi kegiatan belajar.
7. Melatih kebebasan emosi selama belajar.
11. Prestasi dan belajar
Setiap guru pasti memiliki keinginan agar dapat meningkatkan hasil
belajar siswa yang dibimbingnya. Karena itu guru harus memiliki hubungan
dengan siswa yang dapat terjadi melalui proses belajar mengajar. Setiap
proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil
belajar yang dicapai siswa. Hasil belajar berasal dari dua kata dasar yaitu
hasil dan belajar, istilah hasil dapat diartikan sebagai sebuah prestasi dari
apa yang telah dilakukan. Berikut ini beberapa definisi tentang prestasi
belajar :
1. Syah (1997 : 141) menyatakan prestasi adalah taraf keberhasilan
proses belajar mengajar.
2. Hamalik (2001 : 159) menyatakan prestasi merupakan indikator
adanya perubahan tingkah laku siswa. Jadi prestasi adalah hasil
maksimal dari sesuatu, baik berupa belajar mapun bekerja.
3. Poerwadarmita (1996 : 169) menyatakan bahwa prestasi adalah
apa yang telah dicapai dari hasil pekerjaan yang menyenangkan
hati yang diperoleh dengan keuletan kerja.
Sedangkan definisi belajar menurut para ahli yang dimuat dalam
website Tonge (2011) sebagai berikut :
31
1. Ahmadi dan Supriono (2004 : 128) berpendapat bahwa belajar
merupakan suatu proses perubahan didalam tingkah laku sebagai
hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya.
2. Hilgard dan Bower (1975 : 156) mengemukakan bahwa belajar
berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap
suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamanya yang
berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu
tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon
pembawaan.
3. Sutikno (2004) mengartikan belajar adalah suatu proses usaha
seseorang yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan yang
baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
4. Hakim (2002) mengartikan belajar adalah suatu proses perubahan
dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan
dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku
seperti peningakatan kecakapan pengetahuan, sikap, pemahaman,
keterampilan, daya fakir dan kemampuan lainnya.
5. Ahmadi dan Prasetya (1997 : 17) belajar adalah proses perubahan
perilaku berkat pengalaman dan pelatihan. Artinya tujuan kegiatan
belajar ialah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut
32
pengetahuan, keterampilan, sikap,bahkan meliputi segenap aspek
pribadi. Tidak membantu siswa terlalu dini, menghargai usaha
siswa walaupun hasilnya belum memuaskan, menantang siswa
untuk berbuat dan berfikir. Tanggung jawab dalam belajar berada
pada diri siswa, tetapi guru menciptakan suasana yang mendorong
prakarsa, motivasi, dan tanggung jawab siswa untuk meningkatkan
prestasi belajarnya.
Dari penjelasan beberapa ahli, dapat diambil kesimpulan bahwa
belajar pada hakekatnya adalah proses perubahan perilaku siswa dalam
bakat pengalaman dan pelatihan. Artinya tujuan kegiatan belajar mengajar
ialah perubahan tingkahlaku, baik yang menyangkut pengetahuan,
keterampilan, sikap, bahkan meliputi segenap aspek pribadi. Kegiatan
belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, menilai proses
dan hasil belajar, termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru dalam
pencapaian hasil belajar siswa.
B. Kerangka pikir
Pembelajaran matimatika di sekolah masih dianggap sulit bagi
kalangan siswa di SMP, dapat dihitung dengan jari siswa yang meminjam
buku mengenai matematika, hal ini dikarenakan belum adanya minat siswa
tentang matimatika. Dalam pembelajaran matematika memang diperlukan
minat baca buku sebagai salah satu peningkatan motivasi dan hasil belajar
Perpustakaan SMP PERGIS YAPKI Maros
Pembelajaran Matematika
Minat BacaBuku Matika
Hasil Belajar
33
itu sendiri. Ketika minat baca buku perpustakaan bidang studi matimatika
tersebut telah hadir dalam diri siswa, maka kemungkinan besar hasil belajar
siswa juga akan meningkat.
Peneliti bermaksud meneliti minat baca buku perpustakaan di SMP
PERGIS YAPKI Maros, yang selanjutnya peneliti akan mengumpulkan
data berupa buku matematika dan berapa siswa yang telah membaca buku
tersebut dan bagaimana pengaruh pembelajaran matematika tersebut
terhadap prestasi belajar dengan membaca buku matematika
Gambar 1 Kerangka pikir
C. Hipotesis
Adapun hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ha : Terhadap pengaruh minat baca buku perpustakaan terhadap hasil
belajar siswa di SMP PERGIS YAPKI Maros.
Ho : Tidak ada pengaruh minat baca buku perpustakaan terhadap hasil
belajar siswa di SMP PERGIS YAPKI Maros.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan waktu penelitian
1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini terletak di Perpustakaan SMP PERGIS YAPKI
Maros.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan selama 2 (dua) bulan yakni pada
bulan Juni s.d Juli 2011.
B. Variabel dan Desain Penelitian
1. Desain penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, artinya dalam
pengumpulan data ini hanya berupa hasil belajar dan daftar pengunjung
perpustakaan.
2. Variabel penelitian
Adapun variabel penelitian ini adalah pengaruh minat baca buku
perpustakaan terhadap prestasi belajara matematika pada siswa kelas VIII
SMP Pergis YAPKI Maros.
35
C. Definisi Variabel Penelitian
Untuk memperjelas maksud dari penelitian ini, maka peneliti
memberikan definisi variabel penelitian sebagai berikut.
Minat baca buku perpustakaan adalah kemauan siswa dalam membaca
buku-buku di perpustakaan tanpa ada pengaruh.
Prestasi belajar adalah hasil belajar siswa dalam menyelesaikan
kompetensi lulusan yang telah ditetapkan.
D. Teknik pengumpulan data
Untuk memperoleh data yang relevan, maka digunakan metode
penelitian sebagai berikut :
1. Tinjauan pustaka (library research) yaitu dengan mempelajari
literatur-literatur berupa karya ilmiah, buku-buku dan pustaka lain
yang erat hubungannya dengan masalah pengendalian harga pokok
produksi.
2. Penelitian lapangan (field research) yaitu, penelitian yang
dilakukan dengan bersentuhan langsung pada objek yang diteliti
untuk mengamati lebih dekat hal-hal yang memiliki relevansi
dengan materi penelitian serta elemen-elemen pendukungnya.
Teknik yang dipakai adalah sebagai berikut :
a. Angket, yaitu pertanyaan yang diberikan kepada responden.
36
b. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data melalui dokumen-
dokumen penelitian yang berkaitan dengan pokok masalah dan
materi penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan
gambaran tentang minat baca buku di perpustakaan.
E. Teknik Analisis Data
1. Analisis kuantitatif
Dalam menganalisis data hasil kumpulan data, peneliti melakukan
beberapa langkah pengujian yakni uji instrumen dan regresi linear biasa.
Uji instrumen disini terdiri dari uji validitas dan uji reliabbilitas.
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya,
atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya
pengukuran tersebut. Pengujian validitas terhadap kuesioner yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan SPSS 15.0.
Uji reliabilitas, yaitu uji untuk menunjukkan sejauhmana suatu hasil
pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau
lebih. Dalam penelitian ini menggunakan teknik Alpha Cronbach, yang
dikerjakan dengan menggunakan program SPSS versi 13.
Model analisis regresi berganda pada penelitian ini adalah sebagai
berikut :
37
Y = a + bx
Keterangan :
Y = Prestasi Belajar X = Minat Baca Buku Perpustakaan
2. Kriteria uji
a. Uji ketepatan parameter penduga
Ketepatan parameter penduga diuji dengan uji t (t test) dengan
menggunakan SPSS 15.0
Jika nilai t hitung lebih besar t tabel, maka Ha diterima, demikian pula
sebaliknya.
b. Uji ketepatan model
Uji statistik F ditujukan untuk menunjukkan apakah semua variabel
bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel terikat. Statistik F dihitung dengan
menggunakan SPSS 15.0.
Koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk mendeteksi ketepatan
yang palin baik dalam analisis regresi ini, yaitu dengan membandingkan
besarnya nilai koefisien determinan, jika R2 semakin besar mendekati 1
(satu) maka model semakin tepat.
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Data kualitatif responden
Deskripsi karakteristik responden adalah penjelasan tentang
keberadaan siswa di SMP PERGIS YAPKI Maros, yang diperlukan sebagai
informasi untuk mengetahui identitas sebagai responden dalam penelitian
ini. Responden sebagai objek penelitian yang memberikan interpretasi
terhadapa karakteristik responden untuk menganalisa pengaruh minat baca
buku terhadap prestasi belajar di SMP PERGIS YAPKI Maros.
Responden dalam penelitian ini sebanyak 35 orang siswa untuk
dikemukakan sebagai kelayakan responden dalam memberkan informasi
mengenai identitas diri mulai dari jenis kelamin dan kelas. Lebih jelasnya
akan diuraikan sebagai berikut :
a. Jenis kelamin
Jenis kelamin terdiri atas laki-laki dan perempuan guna mengetahui
proporsi dari siswa laki-laki dan perempuan yang menjadi peserta didik di
SMP PERGIS YAPKI Maros. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1
sebagai berikut:
39
Tabel 1 Frekuensi dan Persentase Responden Mengenai Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)Laki-laki 15 43
Perempuan 20 57Jumlah 35 100
Sumber : SMP PERGIS YAPKI Maros, 2011
Tabel 1 di atas, terlihat sebanyak 15 orang dengan persentase 43%
adalah laki-laki dan persempuan sebanyak 20 orang dengan persentase
57%. Terlihat siswa yang menempuh pendidikan di SMP PERGIS YAPKI
Maros kebanyakan adalah perempuan. Ini menunjukkan bahwa aktivitas
belajar pada sekolah tersebut didominasi oleh perempuan yang kebanyakan
berperan tiap kegiatan.
b. Kelas
Kelas terdiri atas VII dan VII, guna mengetahui jenjang kelas di SMP
PERGIS YAPKI Maros. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2 sebagai
berikut:
Tabel 2 Frekuensi dan Persentase Responden Mengenai Kelas
Kelas Frekuensi Persentase (%)VII 17 49VIII 18 51
Jumlah 35 100Sumber : SMP PERGIS YAPKI Maros, 2011
Dari tabel 2 tersebut, menunjukkan bahwa frekuensi siswa yang
berada pada kelas VII adalah sebanyak 17 orang dengan persentase 49%
40
dan frekuensi siswa yang berada pada jenjang kelas VIII adalah sebanyak
18 orang dengan persentase 51%.
Dari data tersebut, disimpulkan bahwa responden didominasi oleh
kelas VIII.
2. Data kuantitatif
Deskripsi variabel penelitian merupakan penjelasan mengenai
pengaruh minat baca buku persputakaan terhadap prestasi belajar pada
siswa kelas VII dan VIII SMP PERGIS YAPKI Maros. Penilaian variabel
didasarkan pada tanggapan siswa yang memberikan informasi sesuai
pertanyaan yang diajukan dalam koesioner. Lebih jelasnya akan diuraikan
sebagai berikut :
a. Minat baca buku perpustakaan
Minat baca buku perpustakaan pada dasarnya adalah proses yang
menentukan seberapa banyak usaha yang akan dicurahkan untuk
melaksanakan pekerjaan. Minat baca buku untuk bekerja ini sangat
menentukan bagi tercapainya sesuatu tujuan, maka manusia harus dapat
menumbuhkan motivasi belajar setinggi-tingginya bagi para siswa pada
SMP PERGIS YAPKI Maros. Lebih jelasnya diuraikan pada tabel berikut
ini.
41
Tabel 6 Respon Siswa tentang Membaca Buku di Perpustakaan adalah Suatu Hasrat untuk Memperoleh Nilai-Nilai yang Lebih Baik Dalam Semua Mata Pelajaran (1) pada Siswa Kelas VII dan VIII SMP PERGIS YAPKI Maros
Respon Frekuensi Persentase (%)Sangat Setuju 31 88
Setuju 2 6Kurang Setuju 2 6Tidak Setuju 0 0
Sangat Tidak Setuju 0 0Jumlah 35 100
Sumber : Hasil Perolehan, 2011
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa respon siswa tentang membaca
buku di perpustakaan adalah suatu hasrat untuk memperoleh nilai-nilai yang
lebih baik dalam semua mata pelajaran pada siswa kelas VII dan VIII SMP
PERGIS YAPKI Maros, yang merespon sangat setuju sebanyak 31 orang
dengan persentase 88%, yang merespon setuju sebanyak 2 orang dengan
persentase 6%, yang merespon kurang setuju sebanyak 2 orang dengan
persentase 6%, yang merespon tidak setuju dan sangat tidak setuju
sebanyak 0 orang dengan persentase 0%.
Dari data tersebut di atas, menunjukkan bahwa respon siswa tentang
membaca buku di perpustakaan adalah suatu hasrat untuk memperoleh
nilai-nilai yang lebih baik dalam semua mata pelajaran (1) pada siswa kelas
VII dan VIII SMP PERGIS YAPKI Maros didominasi oleh respon sangat
setuju.
42
Adapun untuk respon siswa dalam membaca buku di perpustakaan
adalah suatu dorongan batin untuk memuaskan rasa ingin tahu mata
pelajaran matematika atau lain bidang studi pada siswa kelas VII dan VIII
SMP PERGIS YAPKI Maros sebagai berikut:
Tabel 7 Respon Siswa tentang Dalam Membaca Buku di Perpustakaan Adalah Suatu Dorongan Batin Untuk Memuaskan Rasa Ingin Tahu Mata Pelajaran Matematika atau Lain Bidang Studi (2) pada Siswa Kelas VII dan VIII SMP PERGIS YAPKI Maros
Respon Frekuensi Persentase (%)Sangat Setuju 10 29
Setuju 2 6Kurang Setuju 10 29Tidak Setuju 10 29
Sangat Tidak Setuju 3 9Jumlah 35 100
Sumber : Hasil Perolehan, 2011
Dari tabel 5 di atas, menunjukkan bahwa respon dalam membaca buku
di perpustakaan adalah suatu dorongan batin untuk memuaskan rasa ingin
tahu mata pelajaran matematika atau lain bidang studi pada siswa kelas VII
dan VIII SMP PERGIS YAPKI Maros yang merespon sangat setuju
sebanyak 10 orang dengan persentase 29%, yang merespon setuju sebanyak
2 orang dengan persentase 6%, yang merespon kurang setuju sebanyak 10
orang dengan persentase 29%, yang merespon tidak setuju sebanyak 10
orang dengan persentase 29%, dan yang merespon sangat tidak setuju
sebanyak 3 orang dengan persentase 9%.
43
Dari data tersebut di atas, disimpulkan bahwa respon siswa tentang
dalam membaca buku di perpustakaan adalah suatu dorongan batin untuk
memuaskan rasa ingin tahu mata pelajaran matematika atau lain bidang
studi pada siswa kelas VII dan VIII SMP PERGIS YAPKI Maros
didominasi oleh sangat setuju, kurang setuju dan tidak setuju.
Adapun respon siswa tentang dalam membaca buku di perpustakaan
adalah hasrat siswa untuk meningkatkan siswa dalam meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan pribadi pada siswa kelas VII dan VIII
SMP PERGIS YAPKI Maros, sebagai berikut:
Tabel 8 Respon Siswa tentang Dalam membaca buku di perpustakaan adalah hasrat siswa untuk meningkatkan siswa dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pribadi (3) pada Siswa Kelas VII dan VIII SMP PERGIS YAPKI Maros
Respon Frekuensi Persentase (%)Sangat Setuju 0 0
Setuju 2 6Kurang Setuju 4 11Tidak Setuju 28 80
Sangat Tidak Setuju 1 3Jumlah 35 100
Sumber : Hasil Perolehan, 2011
Dari tabel 8 di atas, menunjukkan bahwa respon siswa tentang Dalam
membaca buku di perpustakaan adalah hasrat siswa untuk meningkatkan
siswa dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pribadi pada
siswa kelas VII dan VIII SMP PERGIS YAPKI Maros, yang merespon
sangat setuju sebanyak 0 orang dengan persentase 0%, yang merespon
44
setuju sebanyak 2 orang dengan persentase 6%, yang merespon kurang
setuju sebanyak 4 orang dengan persentas 11%, yang merespon tidak setuju
sebanyak 28 orang dengan persentase 80%, dan yang merespon sangat tidak
setuju sebanyak 1 orang dengan persentase 3%.
Dari data tersebut di atas, disimpulkan bahwa respon siswa tentang
dalam membaca buku di perpustakaan adalah hasrat siswa untuk
meningkatkan siswa dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
pribadi pada siswa kelas VII dan VIII SMP PERGIS YAPKI Maros
didominasi oleh respon tidak setuju.
Adapun respon siswa tentang dalam membaca buku di perpustakaan
adalah hasrat siswa untuk menerima pujian dari orang tua, guru atau teman-
teman pada siswa kelas VII dan VIII SMP PERGIS YAPKI Maros, lebih
jelasnya dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 9 Respon Siswa tentang Dalam Membaca Buku di Perpustakaan adalah Hasrat Siswa Untuk Menerima Pujian dari Orang Tua, Guru atau Teman-Teman (4) pada Siswa Kelas VII dan VIII SMP PERGIS YAPKI Maros
Respon Frekuensi Persentase (%)Sangat Setuju 9 26
Setuju 6 17Kurang Setuju 16 46Tidak Setuju 4 11
Sangat Tidak Setuju 0 0Jumlah 35 100
Sumber : Hasil Perolehan, 2011
45
Dari tabel 9 di atas, menunjukkan bahwa respon Siswa tentang
dukungan dalam membaca buku di perpustakaan adalah hasrat siswa untuk
menerima pujian dari orang tua, guru atau teman-teman pada siswa kelas
VII dan VIII SMP PERGIS YAPKI Maros, yakni yang merespon sangat
setuju sebanyak 9 orang dengan persentase 26%, yang merespon setuju
sebanyak 6 orang dengan persentase 17%, yang merespon kurang setuju
sebanyak 16 orang dengan persentase 46%, yang merespon tidak setuju
sebanyak 4 orang dengan persentase 11%, dan yang merespon sangat tidak
setuju sebanyak 0 orang dengan persentase 0%.
Dari data tersebut di atas, disimpulkan bahwa respon siswa tentang
dalam membaca buku di perpustakaan adalah hasrat siswa untuk menerima
pujian dari orang tua, guru atau teman-teman pada siswa kelas VII dan VIII
SMP PERGIS YAPKI Maros didominasi oleh respon kurang setuju.
Adapun respon siswa tentang dalam membaca buku di perpustakaan
adalah gambaran diri dimasa mendatang untuk meraih sukses dalam suatu
bidang khusus tertentu pada siswa kelas VII dan VIII SMP PERGIS YAPKI
Maros, sebagai berikut:
Tabel 10 Respon Siswa tentang Dalam Membaca Buku di Perpustakaan Adalah Gambaran Diri Dimasa Mendatang untuk Meraih Sukses dalam Suatu Bidang Khusus Tertentu (5) pada Siswa Kelas VII dan VIII SMP PERGIS YAPKI Maros
Respon Frekuensi Persentase (%)Sangat Setuju 9 26
Setuju 6 17
46
Kurang Setuju 16 46Tidak Setuju 4 11
Sangat Tidak Setuju 0 0Jumlah 35 100
Sumber : Hasil Perolehan, 2011
Dari tabel 10 di atas, menunjukkan bahwa respon siswa tentang dalam
membaca buku di perpustakaan adalah gambaran diri dimasa mendatang
untuk meraih sukses dalam suatu bidang khusus tertentu pada siswa kelas
VII dan VIII SMP PEGIS YAPKI Maros, yakni yang merespon sangat
setuju sebanyak 9 orang dengan persentase 26%, yang merespon setuju
sebanyak 4 orang dengan persentase 17%, yang merespon kurang setuju
sebanyak 16 orang dengan prsentase 46%, yang merespon tidak setuju
sebanyak 4 orang dengan persentase 11%, dan yang merespon sangat tidak
setuju sebanyak 0 orang dengan persentase 0%.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa respon siswa tentang
dalam membaca buku di perpustakaan adalah gambaran diri dimasa
mendatang untuk meraih sukses dalam suatu bidang khusus tertentu pada
siswa kelas VII dan VIII SMP PERGIS YAPKI Maros didominasi oleh
respon kurang setuju.
b. Prestasi belajar (X)
Hasil belajar berasal dari dua kata dasar yaitu hasil dan belajar, istilah
hasil dapat diartikan sebagai sebuah prestasi dari apa yang telah dilakukan.
Prestasi belajar ditentukan oleh adalah taraf keberhasilan proses belajar
47
mengajar, indikator adanya perubahan tingkah laku siswa, dan apa yang
telah dicapai dari hasil pekerjaan yang menyenangkan hati yang diperoleh
dengan keuletan kerja. Lebih jelasnya dapat diuraikan pada tabel berikut
ini.
Tabel 11 Respon Siswa tentang Prestasi Merupakan Indikator Adanya Perubahan Tingkah Laku Siswa (1) pada Siswa Kelas VII dan VIII SMP PERGIS YAPKI Maros
Respon Frekuensi Persentase (%)Sangat Setuju 35 100
Setuju 0 0Kurang Setuju 0 0Tidak Setuju 0 0
Sangat Tidak Setuju 0 0Jumlah 35 100
Sumber : Hasil Perolehan, 2011
Dari tabel 11 di atas, menunjukkan bahwa respon siswa tentang
prestasi merupakan indikator adanya perubahan tingkah laku siswa pada
siswa kelas VII dan VIII PERGIS YAPKI Maros, yakni yang merespon
sangat setuju sebanyak 35 orang dengan persentase 100%, yang merespon
setuju tidak ada, yang merespon kurang setuju sebanyak 0 orang dengan
persentase 0%, yang merespon tidak setuju dan sangat tidak setuju
sebanyak 0 orang dengan persentase 0%.
Dari data tersebut di atas, disimpulkan bahwa respon siswa tentang
prestasi merupakan indikator adanya perubahan tingkah laku siswa pada
siswa kelas VII dan VIII SMP PERGIS YAPKI Maros, didominasi oleh
respon sangat setuju.
48
Adapun respon siswa tentang hasil maksimal dari sesuatu, baik berupa
belajar mapun bekerja dapat meningkatkan prestasi belajar pada siswa kelas
VII dan VIII SMP PERGIS YAPKI Maros, sebagai berikut.
Tabel 12 Respon Siswa tentang Hasil maksimal dari Sesuatu, Baik Berupa Belajar Mapun Bekerja dapat Meningkatkan Prestasi Belajar (2) pada Siswa Kelas VII dan VIII SMP PERGIS YAPKI Maros
Respon Frekuensi Persentase (%)Sangat Setuju 18 51
Setuju 4 11Kurang Setuju 13 37Tidak Setuju 0 0
Sangat Tidak Setuju 0 0Jumlah 35 100
Sumber : Hasil Perolehan, 2011
Dari tabel 12 di atas, menunjukkan bahwa respon siswa tentang
ketetapan waktu terhadap disiplin pada siswa kelas VII dan VIII SMP
PERGIS YAPKI Maros, yakni yang merespon sangat setuju sebanyak 18
orang dengan persentase 51%, yang merespon setuju sebanyak 4 orang
dengan persentase 11%, yang merespon kurang setuju sebanyak 13 orang
dengan persentase 37%, yang merespon tidak setuju sebanyak 0 orang
dengan persentase 0%, dan yang merespon sangat tidak setuju tidak ada.
Dari data tersebut di atas, disimpulkan bahwa respon siswa tentang
ketetapan waktu terhadap disiplin pada siswa kelas VII dan VIII SMP
PERGIS YAPKI Maros didominasi oleh respon sangat setuju.
Adapun respon siswa tentang apa yang telah dicapai dari hasil
pekerjaan yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan keuletan kerja
49
dapat mempengaruhi prestasi belajar pada siswa kelas VII dan VIII SMP
PERGIS YAPKI Maros, dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 13 Respon Siswa tentang Apa yang Telah Dicapai dari Hasil Pekerjaan yang Menyenangkan Hati yang Diperoleh dengan Keuletan Kerja Dapat Mempengaruhi Prestasi Belajar (3) pada siswa kelas VII dan VIII SMP PERGIS YAPKI Maros
Respon Frekuensi Persentase (%)Sangat Setuju 6 17
Setuju 18 51Kurang Setuju 9 26Tidak Setuju 2 6
Sangat Tidak Setuju 0 0Jumlah 35 100
Sumber : Hasil Perolehan, 2011
Dari tabel 13 di atas, menunjukkan bahwa respon siswa tentang apa
yang telah dicapai dari hasil pekerjaan yang menyenangkan hati yang
diperoleh dengan keuletan kerja dapat mempengaruhi prestasi belajar pada
siswa kelas VII dan VIII SMP PERGIS YAPKI Maros, yakni yang
merespon sangat setuju sebanyak 6 orang dengan persentase 17%, yang
merespon setuju sebanyak 18 orang dengan persentase 51%, yang merespon
kurang setuju sebanyak 9 orang dengan persentase 26%, yang merespon
tidak setuju sebanyak 2 orang dengan persentase 6%, dan yang merespon
sangat tidak setuju tidak ada.
Dari data tersebut di atas, disimpulkan bahwa respon siswa tentang
apa yang telah dicapai dari hasil pekerjaan yang menyenangkan hati yang
diperoleh dengan keuletan kerja dapat mempengaruhi prestasi belajar pada
50
siswa kelas VII dan VIII SMP PERGIS YAPKI Maros didominasi oleh
respon setuju.
3. Hasil analisis data
Untuk menghasilkan nilai parameter model penduga yang sahih, maka
digunakan asumsi klasik, hasil uji asumsi tersebut sebagai berikut :
a. Untuk uji validasi, syarat minimum untuk diaggap valid adalah
apabila nilai standar deviasi di atas 0,5. Setelah dilakukan analisis,
diperoleh keseluruhan jawaban responden atas pernyataan
kuesioner menunjukkan nilai di atas 0,5 (Minat baca buku
perpustakan = 0,571, dan Prestasi Belajar = 0,517). Melihat hasil
tersebut, maka dapat dikatakan bahwa instrumen koesioner yang
digunakan dalam pengumpulan adalah valid.
b. Uji reliabilitas digunakan teknik alpha cronbach, di mana suatu
instrumen dapat dikatakan handal/reliable apabila memiliki
koefisien kehandalan atau alpha sebesar 0,6 atau lebih. Sementara
itu, angka yang diperoleh dari uji reliabilitas untuk keseluruhan
variabel yang diteliti adalah di atas, 0,6 (SPSS = 0,6), yang
bermakna bahwa instrumen atau alat ukur yang digunakan
konsisten.
Setelah data-data yang ada terkumpul, maka selanjutnya dilakukan
pengolahan data. Data-data tersebut diolah melalui persamaan regresi linear
51
biasa dengan menggunakan Program SPSS 15.0, kemudian didapatkan hasil
yang diformulasikan dalam bentuk persamaan berikut ini :
Y = 0,768 + 0,177X
Interpretasi dari persamaan regresi berganda di atas tersebut dapat
diuraikan bahwa koefisien regresi variabel X (minat baca buku
perpustakaan) sebesar 0,177 menunjukkan bahwa faktor minat baca buku
persputakaan mempunyai pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar
siswa di SMP PERGIS YAPKI Maros, sehingga apabila setiap penurunan
faktor X yaitu minat baca buku persputakaan, maka akan memberikan
pengaruh negatif terhadap prestasi belajar siswa sebesar 0,177.
Sesuai persamaan regresi linear biasa tersebut di atas, dapat diketahui
bahwa ternyata variabel independen berpengaruh signifikan terhadap
prestasi belajar siswa di SMP PERGIS YAPKI Maros.
4. Uji-F
Hipotesis sebagaimana dikemukakan pada bagian sebelumnya, bahwa
“minat baca buku perpustakaan berpengaruh dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa kelas VII dan VIII di SMP PERGIS YAPKI Maros”, untuk
pengujian hipotesis ini dilakukan uji-F.
Dalam penggunaan teknik analisis ini dilakukan dengan
membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel pada derajat kesalahan
(α)0,05 atau 5%. Apabila nilai F-hitung lebih besar daripada nilai F-tabel
52
maka berarti variabel independen secara serempak memberikan pengaruh
yang bermakna terhadap variabel dependen. Berdasarkan hasil perhitungan
regresi linear biasa yang telah dikemukakan dapat diketahui nilai F-hitung
dari perhitungan regresi tersebut.
Untuk pengujian hipotesis, yang dilakukan sebagaimana tersebut, nilai
F-hitung dari hasil perhitungan regresi adalah 6,070 sedangkan F-tabel
adalah 4,13. Oleh karena itu, F-hitung lebih besar daripad F-tabel
(6,070>4,13). Dengan demikian berarti bahwa secara statistik pengaruh
minat baca buku perpustakaan terhadap prestasi belajar pada siswa kelas
VII dan VIII SMP PERGIS YAPKI Maros.
Besarnya pengaruh variabel independen tersebut dapat diketahui dari
besarnya nilai koefisien determinan (R2). Nilai koefisien determinan sesuai
hasil perhitungan regresi linear sederhana adalah R2 = 0,155 atau 15,5%.
Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen mempengaruhi variabel
dependen sebesar 15,5% sedangkan sisanya adalah 84,5% (100%-15,5%)
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dapat dijelaskan dalam model.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima.
5. Uji-t
Sebagaimana telah dikemukakan dalam bentuk teknik analisis bahwa
uji ini bertujuan untuk mengetahi pengaruh masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen, signifikan atau tidak. Dalam
53
pembuktian hipotesis tersebut, pengujian dilakukan dengan
membandingkan antara nilai t-hitung masing-masing variabel independen
dengan nilai t-tabel =1,701 yang menggunakan derajat kesalahan 5%.
Hasil pengujian variabel independen terhadap prestasi belajar siswa
pada siswa kelas VII dan VIII SMP PERGIS YAPKI Maros bahwa variabel
minat baca buku persputakaan (X), nilai t-hitung = 2,464 dan t-tabel=1,701,
maka t-hitung > t-tabel, yang berarti memiliki pengaruh signifikan.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
variabel independen memiliki pengaruh paling signifikan terhadap prestasi
belajar siswa pada siswa kelas VII dan VIII SMP PERGIS YAPKI Maros
adalah salah satunya adalah minat baca buku persputakaan (X), dengan
demikian hipotesis tersebut diterima.
B. Pembahasan
Dari hasil penelitian, diperoleh data bahwa minat baca buku
perpustakaan mempengaruhi prestasi belajar matematika kelas VII dan VIII
SMP PERGIS YAPKI Maros, hal ini diketahui dari uji F dimana nilai F-
hitung dari hasil perhitungan regresi adalah 6,070 sedangkan F-tabel adalah
4,13. Oleh karena itu, F-hitung lebih besar daripad F-tabel (6,070>4,13) dan
uji t nilai t-hitung = 2,464 dan t-tabel=1,701, maka t-hitung > t-tabel, yang
berarti memiliki pengaruh signifikan. Dari data tersebut jelas menunjukkan
54
bahwa pengaruh minat baca buku perpustakaan terhadap prestasi belajar
siswa sangat signifikan.
Ada beberapa penyebab sehingga minat baca buku perpustakaan
terhadap prestasi belajar matematika kelas VII dan VIII SMP PERGIS
YAPKI Maros adalah sebagai berikut :
1. Adanya dorongan dan motivasi yang diberikan guru matematika
terhadap dampak membaca buku persputakaan terhadap hasil
belajarnya.
2. Adanya antusias siswa dalam membaca buku-buku di perpustakaan
3. Adanya peningkatan kualitas perpustakaan di SMP PERGIS
YAPKI Maros, hal ini disebabkan karena adanya buku-buku baru
yang lebih menarik untuk dibaca.
4. Peran serta guru-guru lain dalam meningkatkan minat baca buku
persputakaan
5. Peran serta masyarakat atau orang tua murid terhadap pentingnya
membaca buku di perpustakaan.
6. Peran serta pemerintah dalam mengaplikasikan program baca di
kabupaen Maros.
pada hakikatnya tidak lepas dari soal minat baca, buku, dan
perpustakaan.
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa minat baca berhubungan
55
dengan prestasi belajar. Selain itu, juga terbukti adanya hubungan peran
perpustakaan dengan proses belajar siswa. Berbagai hasil penelitian itu
menunjukkan adanya pengaruh positif antara minat baca terhadap prestasi
belajar siswa. Interpretasi secara logis dari berbagai riset adalah bahwa
semakin sering guru memberikan tugas kepada siswanya berbasis
perpustakaan, maka semakin tinggi aktivitas membaca siswa. Demikian
juga, semakin tinggi intensitas kunjungan ke perpustakaan berpengaruh
terhadap prestasi belajar siswa. Disadari, membaca adalah aktivitas dasar
individu untuk memperoleh pengetahuan. Kegiatan membaca pada
hakikatnya melibatkan aktivitas semua unsur inderawi dari individu, seperti
otak, mata, tangan, mulut, pendengaran, dan penciuman. Pada saat
membaca, disadari atau tidak, seseorang akan melakukan penyelarasan atas
semua aktvitas inderawinya, demi memahami apa yang dibacanya. Melalui
kegiatan membaca, proses menyimpan dalam memori jangka panjang lebih
tertancap. Ini berbeda dengan aktivitas menonton atau mendengarkan.
Dalam kegiatan belajar yang dominan aktivitas mendengarkan, daya
konsentrasi siswa sangat pendek dan terbatas untuk mengingat apa yang
didengarnya. Oleh karena itu aktivitas belajar yang melibatkan proses
seluruh inderawi lebih bermakna dalam membangun pengetahuan siswa.
Dalam hemat penulis, kegemaran baca merupakan basis untuk membangun
masyarakat berpengetahuan, berbudaya luhur, dan menjadi landasan bagi
daya saing dan kemajuan bangsa. Untuk itu diperlukan penumbuhan,
56
penyebarluasan, dan penanaman semangat gemar membaca. Semua pihak
perlu melakukan review atas perannya dalam menumbuhkan semangat
gemar membaca. Aktivitas membaca pada dasarnya mudah dilakukan, bisa
di mana saja, kapan saja. Tentunya, yang diperlukan adalah kesesuaian
tahapan materi yang perlu dibaca dengan perkembangan usia, dan
ketersediaan sumber bacaan yang memadai. Kita tentu mengharapkan
adanya profil generasi muda yang berpengetahuan, cerdas, berwawasan
luas, bersikap saling menghargai perbedaan, dan sehat secara jasmani.
Sosok generasi muda yang cerdas, sehat, berbudi luhur, berkarakter, sangat
diharapkan sebagai generasi bangsa. Untuk itu semua, salah satu yang
mendukung adalah aktivitas membaca. Menumbuhkan minat baca dan
membangun kegemaran membaca perlu dukungan sarana dan prasarana
yang memadai. Dalam lingkungan lembaga pendidikan, perlu suasana dan
iklim yang memungkinkan siswanya membiasakan diri dengan kegiatan
membaca. Singkatnya, suatu lembaga pendidikan harus memiliki
perpustakaan dan memiliki buku-buku yang relevan dan bermutu.
Perpustakaan harus dimanfaatkan sebagai media pembelajaran bagi siswa.
Dalam konteks ini ada beberapa pertanyaan penting; sudahkah pada guru
memberikan contoh dalam budaya gemar membaca? Sudahkan dilakukan
pembelajaran berbasis penugasan dengan memanfaatkan perpustakaan?
Apakah orang tua di rumah juga telah memberikan dukungan positif bagi
aktivitas membaca putra-putrinya? Sudahkah pihak-pihak yang
57
bertanggung jawab memberikan fasilitas bagi tumbuh dan berkembangnya
minat baca? Bagaimana para pihak memanfaatkan perpustakaan secara
optimal? Beberapa pertanyaan di atas sesungguhnya adalah permasalahan
yang ada di depan mata. Diperlukan solusi kongkrit dari pemerintah,
masyarakat, dan semua pihak yang peduli terhadap pendidikan anak-anak
bangsa. Dalam masalah perbukuan, regulasinya masih akan dibahas di DPR
Tahun 2011 ini, meskipun gagasan untuk melakukan pengaturan di
seputaran buku yang berpihak kepada masyarakat sudah muncul sejak
beberapa tahun lalu. Materi yang cukup mengusik adalah mahalnya minat
baca, harga kertas, faktor distribusi, persaingan di industri buku, dan
sebagainya, yang bermuara pada terhambatnya budaya baca. Artinya, akses
masyarakat terhadap buku sekarang ini masih sangat terbatas. Buku, bagi
sebagian besar masyarakat, merupakan barang mahal. Membaca dan
menyediakan (beli) buku belum menjadi kesadaran umum sebagai prioritas
kebutuhan dalam hidup. Keteladanan orang dewasa bagi tumbuhnya minat
baca juga belum maksimal. Sementara itu, dalam hal perpustakaan,
meskipun telah dikeluarkan UU No 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan,
namun implementasinya belum maksimal. Aturan-aturan pelaksanaannya
belum diterbitkan. Substansi yang diatur dalam UU No 43 Tahun 2007
boleh dikatakan sudah lengkap dan baik dalam menumbuhkan kegemaran
membaca. Sekarang tinggal bagaimana kemauan untuk menerapkan aturan
main yang ada, tanpa ada embel-embel karena takut terhadap sanksi. Di
58
sektor pendidikan, yang mungkin telah menjadikan buku dan perpustakaan
sebagai misi utama, dalam pelaksanaannya sering mengalami hambatan.
(Rohmadi, 2011).
59
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, maka penelitian mengungkapkan beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Diperaoleh data bahwa minat baca buku perpustakaan
mempengaruhi prestasi belajar matematika kelas VII dan VIII
SMP PERGIS YAPKI Maros, hal ini diketahui dari uji F dimana
nilai F-hitung dari hasil perhitungan regresi adalah 6,070
sedangkan F-tabel adalah 4,13. Oleh karena itu, F-hitung lebih
besar daripad F-tabel (6,070>4,13) dan uji t nilai t-hitung = 2,464
dan t-tabel=1,701, maka t-hitung > t-tabel, yang berarti memiliki
pengaruh signifikan.
2. Diberikan langkah-langkah dalam meningkatkan minat baca buku
perpustakaan guna meningkatkan prestasi belajar siswa utamanya
penambahan buku-buku diperpustakaan dan perbaikan ruangan
perpustakaan supaya lebih menarik.
60
B. Saran
Dari kesimpulan di atas, maka peneliti menyarankan beberapa hal
sebagai berikut .
1. Guru diharapkan mendorong dan memotivasi siswa untuk rajin
membaca buku diperpustakaan
2. Pemerintah diharapkan lebih memperhatikan kualitas buku-buku
bacaan di perpustakaan.
3. Perlu adanya sosialisasi lebih terhadap peningkatan minat baca
buku diperpustakaan guna meningkatkan prestasi belajar dan
wawasan berfikir baik pelajar maupun masyarakat.
61
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1998. Didaktik Metodik. Cet. II. Semarang: CV. Toha Putra
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 2004.Psikolog Belajar Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta
Buchori, M. 1985. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Gie, The Liang. 1998. Lintasan Sejarah Ilmu. Yogyakarta: Pusat Belajar lmu Berguna
Hardjana. 1994. Perkembangan Kepribadian dan Keagamaan. Yogyakarta: Kanisius.
Kartono. 1995. Psikologi Umum. Bandung: Mandar Maju
Loekmana, lobby. 1994. Belajar Bagaimana Belajar. Jakarta: Gunung Mulia
Nasution, Sabirin. 1986. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Medan : Panitia Penataran Perpustakaan Pemda Tk I dan Pemda Tk II
Organes Tonge. 2011. Pengertian Hasil Belajar. http://www.blogger-opensocial.google.com/gadget-belajar.html . download tanggal 12 Maret 2011.
Rohmadi, Dwi. 2011. Minat Baca, Buku, dan Perpustakaan. http://dwi-rohmadi.blogspot.com/2011/02/minat-baca-buku-dan-perpustakaan.html posting Jumat 25 Februari 2011, baca tanggal 27 Juli 2011
Rompas, J.P. 1985. Pengantar Organisasi Perpustakaan. Jakarta : Lembaga Perpustakaan Dokumentasi dan Informasi.
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Bina Pustaka
Soegeng, St. Kostka. 1985. Pelayanan dan Referensi Perpustakaan Umum. Jakarta :
62
Soemarno. Hs, dkk. 1987. Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Umum. Jakarta : Proyek Pengembangan Perpustakaan Pusat Pembinaan Perpustakaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Proyek Pengembangan Perpustakaan Departemen P dan K.