rizka kurnia andaru and my activity

17
BAB 7 TEORI PRODUKSI Fungsi produksi menghubungkan input dengan output. Fungsi pro- duksi menentukan tingkat output maksimum yang bisa diproduksi dengan sejumlah input tertentu, atau sebaliknya, jumlah input minimum yang diperlukan untuk memproduksi suatu tingkat output tertentu. Fungsi produksi ini ditentukan oleh teknologi yang digunakan dalam proses produksi. Oleh karena itu, hubungan input/output untuk setup sistem produksi merupakan suatu fungsi dari tingkat teknologi pabrik, peralatan, tenaga kerja, bahan-bahan baku dan lain-lain yang digunakan dalam suatu perusahaan. Setiap perbaikan teknologi seperti pemakaian komputer dalam proses pengendalian yang memungkinkan sebuah perusahaan mampu memproduksi sejumlah output tertentu dengan bahan baku, energi dan tenaga kerja yang lebih sedikit, atau adanya program pelatihan yang bisa meningkatkan produktivitas tenaga kerja akan menghasilkan sebuah fungsi produksi yang baru. Sifat dasar dari fungsi produksi ini bisa diketahui melalui analisis fungsi produksi sederhana dengan sistem 2 input – 1output. Perhatikan proses produksi di bawah ini yang menunjukkan berbagai kombinasi input X dan Y yang digunakan untuk memproduksi produk Q. Input X dan Y tersebut bisa melambangkan sumberdaya-sumberdaya seperti tenaga kerja dan modal atau energi dan bahan baku. Produk Q bisa berwujud TV, video cassette recorder, mobil, sepeda motor, kapal penumpang, makanan bayi, susu, tekstil dan bisa juga berwujud jasa seperti jasa perawatan kesehatan, pendidikan, perbankan dan asuransi, biro konsultan dan lain-lain. Fungsi produksi dari sistem produksi di atas bisa disajikan dalam bentuk fungsi berikut ini: Q = f (X.Y) Tabe17-1 menyajikan sistem produksi 2 input – 1 output di atas. Setiap elemen pada tabel tersebut menunjukkan kuantitas Q maksimum yang bisa dihasilkan dengan kombinasi X dan Y tertentu. Misalnya, tabel tersebut menunjukkan bahwa kombinasi antara 2 unit X dan 3 unit Y bisa menghasilkan 49 unit output;

Upload: cici-cweety-chaniago

Post on 20-Dec-2015

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kkkk

TRANSCRIPT

Page 1: Rizka Kurnia Andaru and My Activity

BAB 7

TEORI PRODUKSI

Fungsi produksi menghubungkan input dengan output. Fungsi produksi menentukan tingkat output maksimum yang bisa diproduksi dengan sejumlah input tertentu, atau sebaliknya, jumlah input minimum yang diperlukan untuk memproduksi suatu tingkat output tertentu. Fungsi produksi ini ditentukan oleh teknologi yang digunakan dalam proses produksi. Oleh karena itu, hubungan input/output untuk setup sistem produksi merupakan suatu fungsi dari tingkat teknologi pabrik, peralatan, tenaga kerja, bahan-bahan baku dan lain-lain yang digunakan dalam suatu perusahaan. Setiap perbaikan teknologi seperti pemakaian komputer dalam proses pengendalian yang memungkinkan sebuah perusahaan mampu memproduksi sejumlah output tertentu dengan bahan baku, energi dan tenaga kerja yang lebih sedikit, atau adanya program pelatihan yang bisa meningkatkan produktivitas tenaga kerja akan menghasilkan sebuah fungsi produksi yang baru.

Sifat dasar dari fungsi produksi ini bisa diketahui melalui analisis fungsi produksi sederhana dengan sistem 2 input – 1output. Perhatikan proses produksi di bawah ini yang menunjukkan berbagai kombinasi input X dan Y yang digunakan untuk memproduksi produk Q. Input X dan Y tersebut bisa melambangkan sumberdaya-sumberdaya seperti tenaga kerja dan modal atau energi dan bahan baku. Produk Q bisa berwujud TV, video cassette recorder, mobil, sepeda motor, kapal penumpang, makanan bayi, susu, tekstil dan bisa juga berwujud jasa seperti jasa perawatan kesehatan, pendidikan, perbankan dan asuransi, biro konsultan dan lain-lain.

Fungsi produksi dari sistem produksi di atas bisa disajikan dalam bentuk fungsi berikut ini:

Q = f (X.Y)

Tabe17-1 menyajikan sistem produksi 2 input – 1 output di atas. Setiap elemen pada tabel tersebut menunjukkan kuantitas Q maksimum yang bisa dihasilkan dengan kombinasi X dan Y tertentu. Misalnya, tabel tersebut menunjukkan bahwa kombinasi antara 2 unit X dan 3 unit Y bisa menghasilkan 49 unit output; 5 unit X dan 5 unit Y bisa menghasilkan 92 unit output; 4 unit X dan 10 unit Y menghasilkan 101 unit Q, dan seterusnya. Unit input ini bisa melambangkan jam kerja (tenaga kerja), rupiah (modal), ton (bahan baku) dan seterusnya. Sama juga halnya, unit Q bisa merupakan jumlah TV, kotak makanan bayi, kaleng susu, jumlah pasien per hari, jumlah transaksi di Bank dan seterusnya.

Hubungan-hubungan produksi dalam Tabel 7.1 bisa juga disajikan secara grafis seperti tampak pada Gambar 7.1. Tinggi balok pada setiap kombinasi input menunjukkan tingkat output yang dihasilkan. Puncak balok output itu menggambarkan permukaan produksi dari sistem tersebut.

Data produksi diskrit yang ditunjukkan Tabel 7.1 bisa digeneralisir dengan menganggap bahwa fungsi produksi yang mendasarinya adalah kontinyu. Generalisasi ini akan membantu kita dalam menelaah konsep-konsep produksi tersebut.

Tabel 7.1

Tabel Produksi

Page 2: Rizka Kurnia Andaru and My Activity

Jumlah Y yang

digunakanJumlah Output

10 52 71 87 101 113 122 127 129 130 1319 56 74 89 102 111 120 125 127 128 1298 59 75 91 99 108 117 122 124 125 1267 61 77 87 96 104 112 117 120 121 1226 62 72 82 91 99 107 111 114 116 1175 55 66 75 84 92 99 104 107 109 1104 47 58 68 77 85 91 97 100 102 1033 35 49 59 68 76 83 89 91 90 892 15 31 48 59 68 72 73 72 70 671 5 12 35 48 56 55 5. 50 46 401 →2 →3 →4 →5 →6 →7 →8 →9 →10

Jumlah X yang digunakan

Gambar 7.1

Permukaan Produksi

Fungsi produksi yang kontinyu mempunyai arti bahwa input bisa divariasikan secara kontinyu. Untuk fungsi produksi yang kontinyu, semua kemungkinan kombinasi input bisa disajikan melalui gambar permukaan input, seperti ditunjukkan dalam Gambar 7.2. Setiap titik pada bidang XY menyajikan kombinasi input X dan Y yang akan menghasilkan tingkat output (Q) tertentu, ditentukan oleh hubungan yang ditunjukkan persamaan 7.1.

Gambar 7.2

Page 3: Rizka Kurnia Andaru and My Activity

Permukaan Input untuk Fungsi Produksi:Q= f(X, Y)

Diagram tiga dimensi yang ditunjukkan oleh Gambar 7.3 merupakan sajian grafis dari fungsi produksi yang kontinyu dengan sistem input-1 output di atas. Semakin jauh ke arah luar suatu titik pada sumbu X, menunjukkan bahwa Jumlah Input X yang digunakan meningkat; sedangkan pergerakan ke arah luar pada sumbu Y, menunjukkan kenaikan penggunaan Y; dan pergerakan ke atas pada sumbu Q, berarti bahwa jumlah output yang dihasilkan semakin besar. Jumlah Q maksimum yang bisa oleh setiap kombinasi input X dan Y, ditunjukkan oleh tingginya permukaan produksi pada bidang input tersebut. Misalnya Q merupakan Jumlah Q maksimum yang bisa dihasilkan dengan menggunakan kombinasi Input X dan Y

Gambar 7.3

Permukaan Produksi

Dalam mempelajari fungsi produksi, ada 2 macam hubungan antara input dengan output yang sangat berguna bagi pembuatan keputusan manajerial. Pertama adalah hubungan antara output dengan beberapa input yang digunakan secara bersama-sama. Hubungan ini kita kenal sebagai karakteristik returns to scale dari sistem produksi. Konsep returns to scale ini memainkan peranan panting dalam pengambilan keputusan manajerial. Konsep ini mempengaruhi skala produksi yang optimal atau peluang produksi suatu perusahaan, Konsep ini juga mempengaruhi sifat persaingan dalam suatu industri dan oleh karena itu konsep

Page 4: Rizka Kurnia Andaru and My Activity

returns to scale ini juga merupakan faktor yang menentukan tingkat profitabilitas dari suatu investasi.

Hubungan panting yang kedua adalah hubungan enters output dengan variasi dari satu input yang digunakan. Istilah produktivitas dan penerimaan suatu faktor produksi digunakan untuk menandai hubungan antara kuantitas suatu input yang digunakan secara individual dengan output yang dihasilkan. Produktivitas faktor produksi ini merupakan faktor kunci dalam menentukan kombinasi input yang optimal atau proporsi input yang seharusnya digunakan untuk memproduksi suatu produk. Jadi, produktivitas faktor produksi ini merupakan dasar dalam penggunaan sumberdaya yang efisien dalam suatu sistem produksi. Oleh karena pemahaman tentang produktivitas faktor produksi ini akan membantu kita dalam memahami konsep returns to scale secara lebih mendalam, maka kita akan menelaah hal ini terlebih dahulu sebelum membahas permasalahan lainnya.

 

PRODUK TOTAL, RATA-RATA DAN MARGINAL

Produktivitas faktor produksi atau tingkat penerimaan faktor produksi seperti telah disinggung di muka berperanan penting dalam proses penentuan kombinasi-kombinasi input yang optimal dalam suatu slalom produksi. Oleh karena proses optimisasi memerlukan analisis hubungan antara nilai total dengan marginal dari suatu fungsi, maka akan sangat berguna bagi kita jika diperkenalkan lebih dahulu konsep produk total, rata-rata dan marginal dari sumberdaya-sumberdaya yang kita gunakan delam suatu sistem produksi.

Istilah produk total digunakan untuk menunjukkan output total dari suatu sistem produksi. Berarti sama dengan Q dalam persamaan 7.1. Produk total merupakan jumlah output total atau produk total yang dihasilkan dari penggunaan sejumlah tertentu sumberdaya dalam suatu sistem produksi. Konsep produk total ini digunakan untuk menggambarkan hubungan antara output dengan hanya ada satu input yang berubah-ubah yang digunakan dalam sebuah fungsi produksi. Misalkan Tabel 7.2 merupakan sistem produksi di mana Y adalah sumberdaya modal dan X merupakan Input tenaga kerja. Jika perusahaan berproduksi dengan menggunakan sejumlah modal tertentu (misalkan Y= 2), maka fungsi produksinya dalam Jangka pendek ditunjukkan oleh baris dalam Tabel 7.1 yang sesuai dengan tingkat modal tersebut. Dengan menggunakan 2 unit modal, maka output total dari sistem produksi tersebut tergantung pada jumlah tenaga kerja (X) yang digunakan. Produk total dari X ini bisa dibaca dari baris Y = 2 dalam label 7.1. Juga ditunjukkan dalam kolom 2 dari Tabel 7.2 dan digambarkan dilukiskan secara grafis dalam Gambar 7.4(a).

Tabel 7.2

Produksi Total, Rata-rata dan Marginal

Dari faktor produksi X, jika Y =2

Kuantitas input

(X)

Produksi Total dari input X (Q)

Produk Marginal dari Input Z

(MPX = ΔQ/ΔX)

Produk Rata-rata dari Input X

(APX = Q/X)1 15 +15 15,0

Page 5: Rizka Kurnia Andaru and My Activity

2 31 +16 15,53 48 +17 16,04 59 +11 14,75 68 +9 13,66 72 +4 12,07 73 +1 10,48 72 -1 9,09 70 -2 7,810 67 -3 6,7

Secara lebih umum, produk total dari suatu faktor produksi bisa ditunjukkan sebagai sebuah fungsi yang menghubungkan output dengan jumlah sumberdaya yang digunakan. Melanjutkan contoh di muka, produk total dari X ditunjukkan oleh fungsi produksi:

Q = f(X | Y = 2)

Persamaan ini menghubungkan jumlah output Q (produk total dari X) dengan jumlah input X yang digunakan, dengar menetapkan jumlah Y yang digunakan adalah 2 unit. Tentunya kita akan dapat memperoleh fungsi produksi produk total yang lain jika input Y diubah-ubah.

Gambar 7.5 melukiskan konsep yang lebih umum mengenai produk total dari sebuah input sebagai skedul output yang diperoleh sesuai dengan kenaikan input itu, dengan menganggap jumlah penggunaan input-input lain tidak berubah. Dalam Gambar 7.5 tersebut sekali lagi kita menganggap bahwa fungsi produksi adalah kontinyu yang berarti bahwa input bisa divariasikan dengan cara yang kontinyu. Sekarang misalkan jumlah input Y adalah tetap sebesar Y1. Kurva produk total dari input X, dengan menganggap input Y tetap sebesar Y1, berawal dari Y1 dan kemudian meningkat sepanjang permukaan produksi jika penggunaan input tersebut ditambah. Empat kurva produk total lainnya yang ditunjukkan dalam gambar tersebut adalah untuk X dengan menganggap Y tetap pada Y2,dan tiga untuk input Y dengan menganggap; X tetap pada X1, X2 dan X3.

Gambar 7.4

Page 6: Rizka Kurnia Andaru and My Activity

Produk Total, Rata-rata dan Marginal

dari Input X, jika Y = 2

Kurva-kurva produk total pada Gambar 7.5 tersebut bisa juga digambarkan secara dua dimensi. Kurva produk total untuk input X dengan menganggap Y tetap pada Y1, ditunjukkan oleh Gambar 7.6 (a). Kurva ini dibuat secara langsung dari Gambar 7.5, dan suatu seri dari kurva seperti itu bisa digambarkan untuk berbagai tingkat Y. Sama juga halnya, kurva-kurva produk total bisa digambarkan untuk input Y dengan menganggap X tetap pada berbagai tingkat.

Gambar 7.5

Kurva Produk Total untuk X dan Y

Dengan adanya fungsi produk total untuk sebuah input, maka produk marginal (MP) dan produk rata-rata (AP)-nya secara gampang bisa diperoleh. Pertama, ingat bahwa produk marginal (MP) dari faktor produksi X(MPX) adalah perubahan output yang dsebebkan oleh perubahan 1 unit faktor produksi X, dengan menganggap input-input lainnya tetap. Oleh karena itu, untuk sebuah fungsi produk total (seperti ditunjukkan dalam Tabel 7,2 (Gambar 7.4), MP-nya ditunjukkan oleh hubungan:

dimana Q adalah perubahan output yang terjadi karena perubahan input variabel  X sebesar X unit, dengan anggapan bahwa Jumlah Input lainnya (Y) tetap.

Jika suatu input bisa diubah-ubah secara kontinyu (bukan secara unkremental), maka MP-nya bisa diperoleh dengan cara memberi turnan parsial dari fungsi produksi pada input variabel tersebut. Oleh karena itu, produk marginal dari input X dari fungsi produksi yang ditunjukan oleh persamaan 7.1 adalah :

Produk rata-rata dari suatu faktor produksi adalah produk total itu dibagi dengan jumlah unit input yang digunakan, atau:

Produk rata-rata untuk X, jika Y = 2 unit, dalam contoh produksi yang diskrit ditunjukkan pada kolom 4 Tabel 7.2.

Untuk fungsi produk total yang kontinyu, seperti dilukiskan dalam Gambar 7.6 (a), produk marginal (MP)-nya adalah sama dengan slope kurva produk total tersebut. Sedangkan produk rata-rata (AP)-nya adalah sama dengan slope dari sebuah garis yang dilukiskan dari titik

Page 7: Rizka Kurnia Andaru and My Activity

origin menuju suatu titik pada kurva produk total. Produk rata-rata dan marginal untuk input X bila ditentukan dengan cara ini, dan titik tersebut bisa digambarkan untuk memperoleh kurva produk rata-rata dan marginal seperti dalam Gambar 7.6(b).

Tiga titik yang diperlukan: A, B dan C, ditunjukkan pada kurva produk total deism Gambar 7.6(a), dan masing-masing titik mempunyai tempat pada kurva AP dan MP. Titik A merupakan titik belok dari kurva produk total (TP). Produk marginal (MP) dari X (slope kurva TP tersebut) meningkat terus sampai titik belok tersebut tercapai, setelah itu MP mulai menurun. Fenomena ini bisa dilihat pada Gambar 7.6(b), di mana MPX mencapai titik maksimum pada A’.

Titik B pada kurva TP tersebut menunjukkan tingkat output pada saat AP sama dengan MP. Slope sebuah garis titik dari origin menuju setiap titik pada kurva TP tersebut merupakan APX pada titik yang bersangkutan, sedangkan MP adalah sama dengan slope dari kurva TP. Pada titik B tersebut, di mana input X yang digunakan sebesar X2, sebuah garis dari origin bersinggungan dengan kurva TP, maka MPX =APX. Perhatlkan juga bahwa slope dari garis yang berturut-turut digambarkan dari origin menuju kurva TP meningkat sampai titik B, setelah itu slope-slope tersebut menurun. Oleh karena itu, kurva AP menaik sampai kurva tersebut mencapai B, kemudian menurun. Ciri-ciri tersebut juga ditunjukkan oleh titik B’ pada Gambar 7.6(b). Pada titik tersebut tampak bahwa MPX = APx dan APX berada pada keadaan maksimum.

Titik ketiga, yakni titik C, menunjukkan posisi di mana slope kurva TP sama dengan nol dan kurva tersebut mencapai titik maksimumnya. Setelah melampaui titik C, MPX menjadi negatif. Artinya jika ada kenaikan penggunaan input X justru akan menyebabkan penurunan produk total (TP). Titik yang sesuai dalam Gambar 7.6(b) adalah titik C’ yaitu suatu titik di mana kurva MP berpotongan dengan sumbu X.

 

 

THE LAW OF DIMINISHING RETURNS

Kurva TIP dan MP pada Gambar 7.6 menunjukkan sifat yang kita kenal dengan istilah hukum kenaikan hasil yang berkurang (the law of diminishing returns). Hukum ini menyatakan bahwa jika jumlah penggunaan satu input variabel meningkat sementara jumlah penggunaan faktor-faktor produksi lainnya tidak berubah maka pada mulanya kenaikan penggunaan input tersebut akan menyebabkan kenaikan output, tetapi kemudian mulai menurun (berkurang). Atau dengan kata lain, hukum ini menyatakan bahwa MP dari faktor produksi variabel akhirnya akan menurun, jika input tersebut dikombinasikan dengan satu input lainnya atau lebih yang jumlahnya tetap.

Gambar 7.6

Page 8: Rizka Kurnia Andaru and My Activity

Kurva Produk Total, Rata-rata dan Marginal

Hukum kenaikan hasil yang berkurang ini bukanlah hukum yang bisa diturunkan secara deduktif. Hukum ini merupakan generalisasi dari suatu hubungan empiris yang telah diamati dengan seksama dalam setiap sistem produksi. Dasar dari hubungan ini secara gampang ditunjukkan oleh input tenaga kerja dalam suatu proses produksi di mana jumlah modal yang digunakan adalah tetap.

Sekarang kita perhatikan sebuah pabrik yang merakit bagian-bagian mesin untuk memproduksi mobil. Jika seorang pekerja ditugaskan untuk merakit sebuah mobil, maka pekerja itu harus melakukan semua kegiatan yang diperlukan untuk membuat mobil tersebut. Output dari kombinasi penggunaan tenaga kerja dan modal seperti itu tampaknya akan sangat kecil. Namun demikian, jika ada tambahan pekerja ke dalam kegiatan perakitan tersebut, dengan menganggap kput modal tetap, maka output bisa ditingkatkan dengan cepat. Intensitas penggunaan sumberdaya modal meningkat dengan adanya tambahan input tenaga kerja tersebut dan kombinasi input menjadi lebih efisien. Perbaikan penggunaan modal yang disebabkan oleh pengerjaan tenaga kerja yang semakin banyak tersebut bisa meningkatkan MP (meningkatkan output) setiap pekerja sampai pada kisaran tertentu dari tambahan tenaga kerja tersebut. Kenaikan produktivitas marginal ini terjadi karena setiap tenaga kerja semakin mampu mengelola sejumlah barang modal yang digunakannya daripada jika jumlah tenaga kerja tersebut lebih sedikit. Spesialisasi kegiatan yang bisa menyertai kenaikan pengerjaan tenaga kerja tersebut merupakan faktor lain yang bisa juga meningkatkan MP tenaga kerja jika ada tambahan tenaga kerja yang digunakan.

Sebuah gambaran tentang keadaan produksi di mana MP dari suatu input meningkat pada suatu kisaran tertentu ditunjukkan pada Tabel 7.2. Di situ unit pertama tenaga kerja (input X) menghasilkan 15 unit produksi. Jika 2 unit tenaga kerja, maka 31 unit output yang dihasilkan, dan MP untuk tenaga kerja yang kedua ini adalah 16 (lebih besar dari unit yang pertama yaitu 15). Demikian juga, tambahan satu unit tenaga kerja lainnya bisa mengakibatkan kenaikan output menjadi 48 unit, yang berarti bahwa MP dari unit tenaga kerja yang ketiga adalah 17 unit.

Page 9: Rizka Kurnia Andaru and My Activity

Akhirnya, setelah mencapai suatu kisaran tertentu, pertambahan tenaga kerja selanjutnya tidak akan menghasilkan manfaat yang sama besarnya dengan manfaat yang diterima sebelumnya. Jika hal ini terjadi, maka tingkat kenaikan output untuk setiap unit tambahan tenaga kerja (MP tenaga kerja) akan menurun. Walaupun output total terus meningkat jika ada unit tambahan tenaga kerja yang digunakan (MP tenaga kerja positif), tetapi tingkat kenaikan output tersebut akan menurun (MP akan turun). Penurunan produktivitas marginal ini ditunjukkan oleh unit keempat, kelima, keenam dan ketujuh dari input X pada Tabel 7.2 tersebut.

Akhirnya, suatu titik di mana jumlah input variabel sangat banyak sehingga output total mulai menurun dengan adanya penambahan penggunaan input tersebut akan dicapai. Dalam contoh perakitan mobil itu, hal ini akan terjadi jika tenaga kerja sangat banyak sehingga para pekerja terganggu dalam melakukan proses produksi. Pada Tabel 7.2 ditunjukkan bahwa hal ini terjadi ketika lebih dari 7 unit input X dikombinasikan dengan 2 unit input Y. Unit X yang kedelapan menyebabkan penurunan 1 unit output (berarti MP =-1), sedangkan unit ke-9 dan ke-10 menyebabkan output turun masing-masing sebesar 2 dan 3.

Dalam Gambar 7.6(b), kisaran di mana input variabel X menunjukkan penerimaan hasil yang meningkat, menurun dan negatif telah ditunjukkan. Walaupun informasi yang diberikan oleh hubungan tingkat penerimaan hasil atau produktivitas ini tidak memungkinkan seseorang untuk menentukan jumlah penggunaan input yang optimal yang akan digunakan dalam suatu kegiatan produksi, tetapi hubungan ini bisa membantu seseorang untuk menghindari kombinasi penggunaan input yang tidak rasional menurut kaidah-kaidah ekonomis yang realistis.

Konsep tahapan produksi yang tidak rasional ini, bisa diamati lebih mendalam dengan menggunakan analisis isokuan yang secara eksplisit menyadari potensi variabilitas kedua faktor produksi (modal dan tenaga kerja) tersebut dalam suatu sistem produksi 2 input – 1 output. Teknik ini dibahas pada bagian berikut di mana teknik ini digunakan untuk menelaah peranan dari substitubilitas input dalam penentuan kombinasi input yang optimal.

Walaupun kita bisa menelaah sifat-sifat fungsi produksi secara grafis dengan menggunakan permukaan produksi tiga dimensi seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 7.3, tetapi penyajian secara dua dimensi dengan menggunakan isokuan biasanya lebih mudah dilakukan.

Isokuan berasal dari kata iso yang berarti sama dan quant yang berarti kuantitas adalah sebuah kurva yang menunjukkan semua kombinasi penggunaan input yang berbeda secara efisien untuk menghasilkan sejumlah output tertentu. Misalnya, kita lihat pada Tabel 7.1 bahwa 91 unit output bisa dihasilkan oleh 4 kombinasi input: X= 3, Y= 8; X = 4, Y= 6; X = 6, Y = 4; dan X = 8, Y= 3. Oleh karena itu, keempat kombinasi input tersebut akan terletak pada isokuan Q = 91. Sama juga halnya, kombinasi-kombinasi X = 6, Y=10; X= 7, Y= 8; X=10, Y= 7; semuanya menghasilkan 122 unit produksi, dan oleh karena itu kombinasi – kombinasi tersebut terletak pada isokuan Q= 122.

Kedua isokuan tersebut dilukiskan dalam Gambar7.7. Setiap titik pada isokuan Q = 91 menunjukkan kombinasi penggunaan input X dan Y yang berbeda untuk menghasilkan 91 unit output. Misalnya, 91 unit bisa dihasitkan dengan 3 unit X dan 8 unit Y, 4 unit X dan 6 unit Y, atau semua kombinasi X dan Y yang lain pada isokuan Q= 91 tersebut. Interpretasi yang sama bisa digunakan untuk isokuan Q= 122 unit output.

Page 10: Rizka Kurnia Andaru and My Activity

Gambar 7.7

Isokuan dari data Tabel 7.1

 

Isokuan-isokuan untuk fungsi produksi yang kontinyu yang ditunjukkan dalam Gambar 7.3 bisa dibuat melalui rangkaian bidang pada permukaan produksi itu, mendatar terhadap bidang XY pada berbagai ketinggian, Setiap bidang menunjukkan tingkat output yang berbeda-beda. Dua bidang yang melalui permukaan produksi itu ditunjukkan dalam Gambar 7.8 pada ketinggian Q1 dan Q2. Setiap titik pada permukaan produksi tersebut dengan ketinggian Q1 di atas bidang input, yakni setara titik sepanjang kurva Q1, menunjukkan kuantitas yang sama atau isokuan dari output sebesar Q1 unit. Kurva Q2 menggambarkan tempat kedudukan semua kombinasi input yang menghasilkan unit produksi Q2.

Kurva isokuan tersebut bisa dipindahkan ke permukaan input, seperti ditunjukkan oleh kurva Q1 dan Q2 pada Gambar 7.8, dan kemudian dipindahkan ke gambar dua dimensi yang ditunjukkan dalam Gambar 7.8. Kurva-kurva yang terakhir ini menunjukkan bentuk standar dari sebuah isokuan.

 

Substitutabilitas Penggunaan Input

Bentuk isokuan dapat menunjukkan derajat substitutabilitas input yaitu kemampuan untuk saling menggantikan antara satu input dengan input lainnya dalam proses produksi. Hal ini dilukiskan dalam Gambar 7.10(a), (b)dan (c

 

Gambar 7.8

Page 11: Rizka Kurnia Andaru and My Activity

Penentuan Isokuan

Dalam beberapa sistem produksi, penggunaan input-input tertentu bisa dengan mudah digantikan dengan input lainnya. Misalnya dalam produksi tenaga listrik, bahan bakar minyak yang digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik bisa merupakan contoh input yang bisa digantikan. Gambar 7.10 (a) menunjukkan isokuan sistem pembangkit listrik seperti itu. Di situ ditunjukkan bahwa listrik bisa dihasilkan oleh minyak dan atau gas. Di sini gas dan minyak bisa saling menggantikan secara sempurna in isokuan merupakan garis lurus.

Gambar 7.9

Isokuan Produksi

Pada sisi lain dari substitutabilitas input ini adalah sistem produksi di mana input saling melengkapi (komplementer) secara sempurna satu sama lain. Dalam keadaan seperti ini jumlah yang tepat dari setiap input dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah output tertentu. Gambar 7.10(b), yang melukiskan isokuan untuk sepeda, menunjukkan kasus nonsubstitutabilitas yang sempurna ini. Secara pasti, 2 ban dan 1 kerangka diperlukan untuk membuat sebuah sepeda,dan tidak ada cara apapun untuk menggantikan ban dengan kerangka, demikian sebaliknya. Pulpen dan tinta, takaran obat, lensa dan kerangka kacamata, mesin mobil dan kerangka mobil, semua

Leave a Reply

Page 12: Rizka Kurnia Andaru and My Activity

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Name *

Email *

Website

CAPTCHA Code*

Comment

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>

Search for:

Recent Postso BISNIS MODEL SELAI BUNGA ROSELLA “ROSELLA-QU” o Brosur Bisnis Model SELAI BUNGA ROSELLA “Rosella-Qu” o MAKALAH ANALISIS BREAK EVENT POINT (BEP) o REVIEW TEKNO KOMPAS 11 o REVIEW TEKNO KOMPAS 14

Archiveso December 2013 o June 2013 o May 2013 o April 2013 o March 2013 o February 2013

Page 13: Rizka Kurnia Andaru and My Activity

Categorieso Ekonomi Manajerial o Gadget o Kewirausahaan o Manajemen Pemasaran o Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) o Resume Manajemen Pemasaran o Sosialita o Tugas Tekno o Uncategorized

Metao Register o Log in o Entries RSS o Comments RSS o WordPress.org

DAY AND A DAY

May 2013S M T W T F S

« Apr   Jun »  1 2 3 45 6 7 8 9 10 1112 13 14 15 16 17 1819 20 21 22 23 24 2526 27 28 29 30 31  

Meta

Register Log in WP Theme design by Blank Canvas 2008