riyanto - we dont need no educationdiahkei.staff.ugm.ac.id/file/rekap nl 5 minus.doc · web...

55
Rizki Minggu kemarin, ada satu hari yang santai di tengah-tengah minggu yang sibuk dengan ujian mid semester karena mata kuliah yang ujiannya dijadwalkan pada hari itu ternyata bebas, alias tidak ada ujian. Karenanya, saya tenang-tenang saja bangun siang, lalu ketika sedang makan siang, saya bertemu dengan teman yang mengambil matakuliah yang sama. Saya lalu memastikan bahwa hari ini tidak ada ujian. Ia menjawab, bahwa walaupun tidak ada ujian, tapi ada draft yang harus dikumpulkan. Saya panic lalu menelepon teman satu tutorial saya dalam matakuliah itu, dia mengatakan bahwa draft itu harus dikumpulkan pada jam 2, padahal waktu itu sudah Jam 12. Saya langsung bingung mencari computer nganggur untuk mengerjakan tugas. Dan ketika saya sedang bergerilya ke kamar-kamar untuk meminjam computer, ada kakak kosan saya yang menanyakan jam berapa saya akan pergi. Lalu saya menjawab, mungkin jam setengah 2. Ia meminta tolong kepada saya untuk mengirimkan e-mail sebelum jam 2, e-mail ini berhubungan dengan lamaran pekerjaan, yang berisi cv, dan segala macam dokumen penting, tapi ia ada ujian jam 12, dan baru keluar jam 2 lewat 15, sedangkan e-mail ini harus di kirim secepatnya. Ia akan meminjamkan laptopnya kepada saya untuk mengerjakan tugas, dan sekalian untuk 'ngenet di kampus mengirim e-mail. Akhirnya saya setuju, berhubung saya juga perlu untuk mengerjakan tugas saya yang batas waktunya sudah amat sangat mepet..hehe. Okim Dua hari yang lalu, pada hari senin, Asep teman kost sebelah kamar saya mengatakan kepada saya bahwa dia ingin pindah kost meneruskan kost kakaknya yang sudah lulus dan kini bekerja di Surabaya. Asep merupakan teman kost saya sejak pertama kali kuliah di Yogya. Walaupun kami seringkali berpindah pindah tempat kost, kami tetap bersama dan selalu satu kost. Kami sudah bagaikan saudara sendiri, susah dan senang ditanggung bersama sehingga saya ingin agar saya dan Asep selalu satu kost. Mendengar keputusan Asep, saya sangat terkejut. Saya sangat tidak setuju dengan rencananya untuk pindah kost. Saya ingin satu kost dengan Asep jadi saya ingin pindah bersama Asep. Masalahnya kost Asep yang baru Cuma memiliki satu kamar kosong yaitu kamar bekas kakaknya, yang lain baru akan kosong tiga bulan lagi. Saya sangat bingung, saya menginginkan satu kost bersama Asep tetapi hal itu sangat tidak mungkin Kost yang baru hanya memiliki satu kamar, di lain pihak Asep jelas akan pindah kiarena kamarkostnya yang loama sudah habis masa sewanya. Akhirnya saya memutuskan mau pindah asalkan Asep mau menemani saya hingga kost yang baru ada kamar yang kosong, tetapi Asep tetap menolaknya dengan alasan menghabiskan uang untuk menyewa kamar. Akhirrnya Asep menawarkan kepada saya untuk menumpang dahulu di kamar kakaknya selama belum ada kamar yang kosong, dan saya mebyetujuinya karena kebetulan sewa kamar saya juga sudah habis bersamaan dengan 1

Upload: vuongthuy

Post on 25-Apr-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Riyanto - we dont need no educationdiahkei.staff.ugm.ac.id/file/rekap nl 5 minus.doc · Web viewAngka pertama adalah pasal yang saya langgar dan angka kedua adalah nominal denda yang

RizkiMinggu kemarin, ada satu hari yang santai di tengah-tengah minggu yang sibuk dengan ujian mid semester karena mata kuliah yang ujiannya dijadwalkan pada hari itu ternyata bebas, alias tidak ada ujian. Karenanya, saya tenang-tenang saja bangun siang, lalu ketika sedang makan siang, saya bertemu dengan teman yang mengambil matakuliah yang sama. Saya lalu memastikan bahwa hari ini tidak ada ujian. Ia menjawab, bahwa walaupun tidak ada ujian, tapi ada draft yang harus dikumpulkan. Saya panic lalu menelepon teman satu tutorial saya dalam matakuliah itu, dia mengatakan bahwa draft itu harus dikumpulkan pada jam 2, padahal waktu itu sudah Jam 12. Saya langsung bingung mencari computer nganggur untuk mengerjakan tugas. Dan ketika saya sedang bergerilya ke kamar-kamar untuk meminjam computer, ada kakak kosan saya yang menanyakan jam berapa saya akan pergi. Lalu saya menjawab, mungkin jam setengah 2. Ia meminta tolong kepada saya untuk mengirimkan e-mail sebelum jam 2, e-mail ini berhubungan dengan lamaran pekerjaan, yang berisi cv, dan segala macam dokumen penting, tapi ia ada ujian jam 12, dan baru keluar jam 2 lewat 15, sedangkan e-mail ini harus di kirim secepatnya. Ia akan meminjamkan laptopnya kepada saya untuk mengerjakan tugas, dan sekalian untuk 'ngenet di kampus mengirim e-mail. Akhirnya saya setuju, berhubung saya juga perlu untuk mengerjakan tugas saya yang batas waktunya sudah amat sangat mepet..hehe.

OkimDua hari yang lalu, pada hari senin, Asep teman kost sebelah kamar saya mengatakan kepada saya bahwa dia ingin pindah kost meneruskan kost kakaknya yang sudah lulus dan kini bekerja di Surabaya. Asep merupakan teman kost saya sejak pertama kali kuliah di Yogya. Walaupun kami seringkali berpindah pindah tempat kost, kami tetap bersama dan selalu satu kost. Kami sudah bagaikan saudara sendiri, susah dan senang ditanggung bersama sehingga saya ingin agar saya dan Asep selalu satu kost. Mendengar keputusan Asep, saya sangat terkejut. Saya sangat tidak setuju dengan rencananya untuk pindah kost. Saya ingin satu kost dengan Asep jadi saya ingin pindah bersama Asep. Masalahnya kost Asep yang baru Cuma memiliki satu kamar kosong yaitu kamar bekas kakaknya, yang lain baru akan kosong tiga bulan lagi. Saya sangat bingung, saya menginginkan satu kost bersama Asep tetapi hal itu sangat tidak mungkin Kost yang baru hanya memiliki satu kamar, di lain pihak Asep jelas akan pindah kiarena kamarkostnya yang loama sudah habis masa sewanya. Akhirnya saya memutuskan mau pindah asalkan Asep mau menemani saya hingga kost yang baru ada kamar yang kosong, tetapi Asep tetap menolaknya dengan alasan menghabiskan uang untuk menyewa kamar. Akhirrnya Asep menawarkan kepada saya untuk menumpang dahulu di kamar kakaknya selama belum ada kamar yang kosong, dan saya mebyetujuinya karena kebetulan sewa kamar saya juga sudah habis bersamaan dengan habisnya sewa kamar Asep. Dan lagi saya bias menghemat uang karena sampai bulan Desember saya menumpang di kost Asep yang baru dan tidak membayar uang sewa.

RiyantoNegosiasi yang saya lakukan terjadi di pasar buku Shoping.Tujuan saya ke shoping adalah mencari buku Kokology (1 dan 2) dan juga Kebangkitan Sunni.Sayangnya saya hanya mendapakan Kokology (1 dan 2).sebelumnya saya telah survey harga di Gramedia... kokology 1 dan 2 berharga Rp. 28.500, tanpa diskon.Waktu itu sudah ada niatan untk membeli langsung buku tersebut di Gramedia karena memang sudah lama saya mencarinya.Tetapi karena waktu itu saya hanya memiliki uang pas-pas an dan hanya merencanakan untuk membeli buku dan vcd tentang senam otak yang akan saya hadiahkan untuk bokap, akhirnya saya tahan keinginan saya untuk membeli kokology.Akhirnya, ketika saya mampir ke taman budaya, saya sempatkan untuk mencari buku kokology di tempat langganan saya dan ternyata ada.Harga yang tertera sama persis dengan yang ada di Gramedia, yaitu Rp. 28.500.kemudian saya menawar dengan harga Rp. 20.000 satunya dan saya akan membeli dua kalau dibeli dengan harga Rp. 20.000.Kemudian pak hadi (si penjual) bilang "kan bukunya cuma diskon 10%, 10% dari Rp.28.500 kan Rp. 2.850, jadi cuma bisa ngasih hrga Rp. 25.650...""idih pak Hadi,aya kan biasa beli buku disini, masak cuma 10%, bukannya yang biasa diskon 10% itu terbitan gramedia?" kataku..."Gramedia ya biasanya 5% doank, Dek", katanya....negosiasi pun agak macet, lalu saya melihat2 buku2 dan membaca sinopsis judul yang lain...kemudian saya bilang "kasih g pak, Rp. 20.000?""belum", katanya. dia pun sibuk menghitung menggunakan kalkulatornya...lalu saya bilang "tambah seribu dah, jadi Rp. 21.000, beli dua jadi Rp. 42.000,gmn?

1

Page 2: Riyanto - we dont need no educationdiahkei.staff.ugm.ac.id/file/rekap nl 5 minus.doc · Web viewAngka pertama adalah pasal yang saya langgar dan angka kedua adalah nominal denda yang

lalu dia bilang,"tambahin lagi".saya pun bilang "emoh ah"...lalu dia memberi harga Rp. 24.000...saya tolak lagi...buku pun sudah saya peluk2...lalu saya bilang gimana kalau Rp. 22.000?walaupun sempat mikir panjang, pak Hadi pun memberikan buku tersebut seharga Rp.22.000.dan DEAL!saya pun langsung memberinya uang pas senilai Rp. 44.000Saya cukup senang dengan negosiasi ini karena saya bisa mendaptkan diskon lebih dari 20% dan menghemat duit pengeluaran buku sebesar Rp. 13.000(Harga awal Rp.28.500x2 =Rp.57.000)(Harga Nego Rp.22.000x2=Rp. 44.000)

NailatulPada hari Minggu kemarin, teman saya dirawat di rumah sakit. Karena kebetulan diantara teman-teman nya yang lain, saya termasuk yang telah seleai ujian. Akhirnya, pada malam nya saya menginap di rumah sakit untuk menemani teman saya itu. Pada malam besoknya, saya diminta oleh teman-teman yang lain untuk menginap lagi di rumah sakit, tetapi saya menolak karena ada tugas yang harus diselesaikan. Lalu, saya mengusulkan bagaimana kalau teman saya yang besoknya sedang tidak ada ujian untuk gantian menjaga di rumah sakit, tetapi dia menolak karena alasannya mau belajar. Saya katakan dengan teman saya itu, kalau saya ini sudah mengurus teman saya dari awal dia masuk, mengurus administrasi, menginap di rumah sakit pada malam kemarinnya, dsb. Saya masih tetap memaksa teman saya itu untuk gantian menjaga di rumah sakit, dan berjanji besok nya secepatnya setelah tugas selesai saya akan ke rumah sakit lagi. Saya juga mengusulkan ke teman saya itu untuk membawa buku ke rumah sakit, jadi sambil menunggui teman saya yang sedang sakit, masih bisa belajar juga untuk ujian. Lagipula, kamarnya ada AC, nyaman, jadi lebih enak untuk belajar. Dan, setelah bernegosiasi cukup lama, akhirnya dia mau untuk menginap di rumah sakit pada malam itu. Dalam perundingan ini, hasilnya win-win. Karena, saya tetap bisa mengerjakan tugas saya, dan teman saya juga masih bisa tetap belajar dan teman saya yang sakit tetap ada yang menemani. Peerundingan ini berorientasi kepentingan, karena tujuannya adalah problem solving. Walaupun awalnya, masing-masing pihak saling mempertahankan pendapat, tapi pada intinya perundingan ini motifnya kooperatif. Karena, kami sama-sama ingin mendapatkan hasil yang baik agar tidak ada pihak yang dirugikan.

RomyMalam sebelum ujian Ekonomi internasional,badanku sangat letih sekali seusai jaga stand Pusat Studi Jepang di GSP.Untuk itu aku menyetel permainan biola Vanessa mae dan instrument-instrumen Jepang agak keras agar aku semakin konsen pada buku bukan kepada bantal yang empuk.Celakanya teman sebelah menyetel lagu-lagu Rock seperti System of Down.Posisiku ingin mendengarkan lagu-lagu yang tidak ROCK sedangkan teman kosku ingin mendengarkan lagu ROCK.Kemudian kepentinganku ingin konsentrasi belajar EI meningkat disisi lain kepentingan kosku ternyata hanya menyalurkan ekspresi kegembiraan atas berhasilnya dia jadian dengan gadis incarannya.Aku ketuk pintunya dan dia hanya tersenyum cengar-cengir saja.Pertama saya tegur dia dan mohon maaf untuk memaklumi saya masih ada ujian dengan mengecilkan kesenangan orang.Respon dia hanya bilang;”Sekali ini aja ya Rom dan aku lagi seneng banget ni!”.”Hah…”responku dengan mulut menganga ke mukanya(ekspresi jengkel)<matching>.Oke daripada saya marah dan masalah tidak selesai lebih baik saya selesaikan dengan Bridging yaitu menawari dia kesenangan lain dengan menaiki sepeda motor sambil mendengarkan musik Rock dengan pute-puter Jogja atau maen ke pantai malem2 sambil melihat matahari terbit di pagi hari pasti mengasyikan.Dia bilang:”Aneh tapi cukup menyenagkan untuk dicoba!”.(matching) Mumpung lagi matching aku mendesaknya ayolah kamu jadi keluar.Ouih akhirnya dia setuju juga dan aku dapat berkonsentrasi belajar EI walaupun masih ada lagi yang perlu dinegosiasikan yaitu rasa kantukku.

TeguhPada minggu ini saya melakukan negosiasi dengan seorang penjual Hp(handphone).saya ingin menjual handphone saa karena disamping sudah agak rusak dan sudah agak “lemot” saya juga ingin membeli handphone baru yang sudang lama saya inginkan. Jika saya tafsir,harganya kan sangat jatuh sekali,sekitar 700 ribu sampai 750 ribu. Ternyata benar saja,saya bertanya di setiap penjual handphone di daerah gejayan dan moses har ganya memang segitu.Tapi ada satu orang penjual yang mungkin bias saya katakan rada bego! Saya belum membuka penawaran harga saya berapa eh tauh tahunya dia sudah menawar dengan harga850 ribu. Saya kaget denger itu. Tapi saya mendapat akal, saya membodoh bodohi penjual itu dengan mengatakan bahwa handphone saya masih bagus dan saya tidak mau

2

Page 3: Riyanto - we dont need no educationdiahkei.staff.ugm.ac.id/file/rekap nl 5 minus.doc · Web viewAngka pertama adalah pasal yang saya langgar dan angka kedua adalah nominal denda yang

menjual engan harga segitu. Saya ingin menjualnya dengan harga 950 ribu. Pada awalnya dia menolak harga yang saya tawarkan, tetapi saya tidak kehabisn akal, saya bilang semua peralatannya dan aksesoris handphone saya masih lengkap, jadi jika dia berani membayar dengan harga yang saya tawarkan maka dia akan mendapatkan semua aksesoris handphone saya.Akhirnya dia setuju dengan penawaran saya dan sayapun sangat puas dengan penjualan handphone saya tersebut. Saya mendapat untung 200 ribu, lumayanlah buat nambahin beli handphone baru. Dan sekarang saya sudah membeli handphone baru dengan uang hasil penjualan handphone tersebut di tambah dengan sedikit tabungan sya dari honor bermain basket.

SangajiSejujurnya tidak banyak negosiasi penting yang saya lakukan selama hari-hari lebaran lalu. Mungkin karena situasi lebaran yang menyebabkan orang-orang menjadi lebih banyak tersenyum dan ‘mengalah’ jika ada perbedaan pendapat. Saya tidak tahu di tempat lain, tetapi hal inilah yang terjadi di lingkungan saya. Satu tawar menawar yang saya ingat terjadi pada beberapa hari setelah lebaran. Seorang adik nenek saya akan ngundhuh mantu (menikahkan anaknya) pada 1 Januari 2008. Putra dari adik nenek saya ini kebetulan punya hubungan dekat dengan keluarga saya –termasuk saya- karena ia pernah kuliah di UGM dan waktu itu ia mondok di rumah saya. Adik nenek saya tersebut mengundang ibu saya, dan seluruh om/bulik saya, beserta suami/istrinya masing-masing dengan maksud supaya menjadi wakil dari keluarganya sekaligus membantu jalannya acara. Sedangkan saya tidak diundang secara khusus, mungkin karena saya dianggap masih kurang tua. Tetapi kalau saya datang mereka akan senang mengingat hubungan dekat saya dengan mempelai, walaupun mungkin kalau saya tidak datang juga tidak akan ada masalah. Permasalahannya kemudian adalah ibu dan bapak saya meminta (dengan agak memaksa) saya untuk ikut prosesi pernikahan (karena ingat hubungan dekat kami dengan mempelai). Pernikahan berlangsung di Jakarta. Padahal saya sangat ingin melewatkan tahun baru di Jogja, bisa dengan teman SMA, teman kuliah, teman fotografi, teman-teman kampung atau komunitas saya lainnya yang sungguh sayang untuk dilewatkan. Harapan saya, mungkin besok akan menjadi kumpul-kumpul tahun baru saya yang terakhir di Jogja sebagai anak muda. Setelah beberapa malam berpikir, saya mengubah pemikiran. Lebih baik saya ikut. Soal tahun baru di Jogja toh saya sudah tinggal di kota ini selama 21 tahun, sejak Jogja masih merayakan pergantian tahun tanpa kembang api hingga saat ini, party dimana-mana. Keinginan saya tersebut justru terbentur kendala yang tak terbayangkan sebelumnya. Tidak ada transport. Cuma ada dua mobil untuk beberapa KK. Dikhawatirkan tidak akan cukup. Saya mengusulkan alternatif kendaraan umum untuk beberapa orang. Tapi ditolak dengan alasan akan merepotkan. Ibu saya menawarkan sewa mobil dan saya jelas mendukungnya. Lagi-lagi ditolak keluarga yang lain karena masalah dana. Perundingan cukup alot, dan saya sendiri sebenarnya bukan aktor penting di sini. Tapi keputusan saya untuk pribadi saya dapat menentukan hasil akhir. Malam selanjutnya diadakan lagi pertemuan yang serupa. Setelah semalam berpikir, akhirnya dengan tekad kuat saya memutuskan untuk mundur, memilih BATNA. Dengan mundurnya saya, dan kebetulan diikuti pula oleh satu bulik saya yang sejak awal sudah ragu, jatah seat di mobil yang tersedia tidak akan kurang dan cukup untuk keluarga yang berangkat ke Jakarta. Saya sendiri tidak merasa rugi karena saya bisa ber-tahun baru bersama teman-teman saya di Jogja. Lagipula waktu resepsinya berdekatan dengan Ujian Akhir Semester. Saya juga jadi bisa lebih mempersiapkan diri untuk UAS. Saya memilih taktik berunding BATNA. Taktik ini saya pilih disamping demi kepentingan yang lebih luas –keluarga saya bisa datang resepsi tanpa kendala berarti-, juga karena ada kepentingan lain yang tidak kalah penting di luar resepsi, yaitu UAS dan pertemanan.

Syahrulalanan merupakan tempat dimana negosiasi sering terjadi. Negosiasi di jalanan melibatkan banyak aktor, individu maupun institusi. Raja jalanan, tentu saja, adalah Institusi Kepolisian Lalu Lintas atau yang biasa disingkat Polantas, dengan para polisi lalu lintas sebagai pelaksana tugas dan wewenangnya. Sebagai institusi yang dianugerahi kewenangan menegakkan hukum di jalanan, secara normatif memang seharusnya Polisi menindak siapapun yang melanggar peraturan lalu lintas. Namun kadangkala terdapat anomali dalam tindakan aparat di jalanan ketika mereka menegakkan peraturan. Memang, power tends to corrupt. Apa yang saya alami berikut ini saya maknai sebagai anomali polisi dalam menegakkan peraturan lalu lintas. Dan oleh karena itulah saya harus melakukan negosiasi. Bermula ketika saya melanggar lampu lalu lintas yang sedang menyala merah di salah satu perempatan di daerah kabupaten Sleman. Alhasil, saya pun ditangkap oleh sang Polantas. Dan angka dem angka pun keluar. Angka pertama adalah pasal yang saya langgar dan angka kedua adalah nominal denda yang harus saya bayar. Sang polisi meminta saya membayar di tempat dengan harga penuh (sesuai yang tertera pada juklak peraturan). Tentu saja saya tidak menyetujui permintaan polisi tersebut. Saya mencoba menawar angka yang diajukan sang polisi. Saya

3

Page 4: Riyanto - we dont need no educationdiahkei.staff.ugm.ac.id/file/rekap nl 5 minus.doc · Web viewAngka pertama adalah pasal yang saya langgar dan angka kedua adalah nominal denda yang

memahami bahwa ketika saya membayar di tempat, uang itu akan masuk ke kantong polisi. Tetapi sang polisi masih bersikukuh untuk meminta harga penuh. sang polisi menawarkan dua opsi. Opsi pertama adalah membayar di tempat dan dia melepaskan saya. Opsi kedua adalah saya harus mengikuti sidang yang akan digelar seminggu kemudian yang berarti, menurut sang polisi, saya akan kehilangan banyak waktu untuk mengurus persidangan tersebut. Tentu saja, saya tetap berpijak pada posisi saya semula bahwa saya ingin membayar saat itu tetapi tidak dengan harga penuh. Saya pun lebih memilih opsi kedua utnuk sidang (karena saya tahu sidang tipiring tidak membutuhkan waktu yang lama). Kami berpijak pada posisi awal kami masing-masing. Sang polisi masih bersikukuh dengan kedua opsinya dan saya pun masih bersikukuh dengan pilihan saya. Akhirnya sang polisi pun merelakan saya mengikuti sidang dan tidak membayar di tempat.

MaestroNegosiasi saya minggu ini adalah mengenai masalah telepon genggam. Dalam hal ini, yang terlibat dalam negoisiasi adalah saya dan orang tua saya. Perlu diketahui sebelumnya, ayah saya sebelumnya memakai 2 telepon genggam. Dan secara kebetulan, telepon saya rusak, sehingga sayapun pada akhirnya dengan sangat terpaksa menjual telepon saya dengan harga murah, setengah dari nilai yang seharusnya. Dengan demikian, maka saya tidak memiliki telepon genggam. Sayapun meminjam salah satu telepon ayah saya. Hari demi hari berlalu, dan timbul suatu pikiran, bagaimana jika saya jual telepon ayah saya, ditambah uang dari penjualan telepon yang sebelumnya, saya bisa membeli telepon yang lebih baru dan lebih canggih, hehehe..Karena telepon ayah saya juga sudah berumur 3 tahun, jadi saya pikir ayah saya tidak akan berkeberatan. Sayapun kemudian mengutarakan niat saya itu kepada ayah dan ibu saya, di luar dugaan, ternyata ibu saya tidak menyetujui hal ibu. Ibu saya mengatakan bahwa lebih baik saya tetap memakai telepon ayah saya yang itu saja, jangan beli lagi. Kalaupun beli lagi, pakai uang dari hasil peenjualan telepon saya yang sebelumnya. Ibu saya beralasan bahwa telepon itu adalah telepon ayah saya, jadi saya tidak boleh menjualnya. Sayapun merayu ibu saya. Saya beralasan bahwa telepon ayah saya sudah lama, dan juga sudah mulai bermasalah. Ayah sayapun juga tidak memakainya, karena lebih sering memakai telepon yang satunya. Jadi daripada dipakai terus dan pada akhirnya juga rusak dan nilai jualnya turun, lebih baik dijual saja, dan uangnya bisa saya pakai untuk beli telepon yang lebih bagus, baru, dan segar. Ayah saya sebenarnya setuju saja dengan permintaan saya, tapi menyerahkan keputusannya kepada ibu saya. Saya akhirnya menawarkan diri kepada ibu saya untuk mengurangi uang saku saya sebagai ganti dari penjualan telepon tersebut. Saya juga tidak mau kalu langsung meminta tanpa berusaha. Ditambah juga bahwa saya akan membersihkan halaman belakang rumah dan membereskan gudang yang berantakan tidak karuan sebagai tambahan. Dan pada akhirnya ibu saya menyetujuinya. Masalah pengurangan uang saku, sebenarnya pada pelaksanaannya, orang tua saya juga tidak akan tega untuk menguranginya, karena saya berkuliah dan jauh dari rumah. Tapi yang penting adalah saya menunjukkan bahwa saya memiliki niat untuk berusaha. Hehehe..

Ade Aryaniada seorang teman di kost saya yang tidak disukai hampir oleh semua penghuni kost. menurut pendapat mereka, mbak yang satu itu terkenal pelit dan suka perhitungan. kondisi ini tidak disadari oleh si embak karena memang dia jarang bergaul dan hanya ngomong sama orang-orang tertentu saja. nah sayalah yang termasuk kedalam orang-orang tertentu itu. karena kamar saya bersebelahan dengan kamarnya jadi kami sering meminta tolong satu sama lain. menurut saya hubungan yang terjalin diantara kami bersifat timbal balik, jadi kalo saya meminjam laptop dia maka malamnya saya bersedia mengantarkannya membeli makanan. jika saya bersedia menemaninya jalan-jalan pas sunday morning maka saya bisa meminjam kamera digitalnya ketika jalan-jalan. namun yang jadi masalah sekarang adalah saya juga akrab dengan anak-anak lainnya yang tidak suka dengan si embak ini. dan image yang dilabelkan kepada saya dikalangan anak-anak kost adalah "adeknya si embak". sebenarnya saya tidak suka dengan kondisi ini, namun saya harus berusaha menjadi orang yang netral dan menghilangkan labelling yang melekat pada diri saya. jujur risih sekali setiap kita berkumpul dan ketika saya ikut gabung mereka memanggil saya dengan sebutan "itu". akhirnya cara yang saya tempuh adalah dengan menampilkan image yang tidak tegantung dengan si embak jika didepan anak-anak kost, dan tetap menjaga hubungan baik dengan si embak meskipun saya mulai mengurangi ketergantungan saya dengan dia. namun saya juga mulai membuka hubungan pertemanan yang lebih akrab dengan anak-anak yang lain. karena saya bisa mensubtitusikan ketergantungan saya dengan anak-anak yang lain. alhasil selain saya masih tetap bisa meminjam laptop, kamera digital bahkan masak bareng dan pakai air panas gratis dari temen-temen yang lain. hal itu saya dapatkan setelah mengakrabkan diri dan no comment saat mereka mulai bergosip tentang si embak. namun saya tetap menjaga hubungan baik dengan si embak, karena saya masih butuh untuk meminjam charger hp, karena bahkan untuk charger hp-pun saya tidak punya....

4

Page 5: Riyanto - we dont need no educationdiahkei.staff.ugm.ac.id/file/rekap nl 5 minus.doc · Web viewAngka pertama adalah pasal yang saya langgar dan angka kedua adalah nominal denda yang

taktik berundingsaya memilih untuk menggunakan cara netral dan menghindari konflik (avoiding), karena cara inilah yang paling tepat. jika saya berpihak dan memihak maka saya harus memilih diantara mereka. namun karena jumlah masing-masing tidak seimbang, satu VS hampir seluruh anak kost maka saya lebih intens mengakrabkan diri dengan mereka yang mayoritas.limit: labbel untuk saya tidka lagi dipakai anak-anak kostgoal : hubungan baik dengan semua anak kost tanpa terkecualidemmand : hubungan saya baik diantara kedua belah pihak dan saya masih bisa menggunakan barang-barang mereka dengan gratis.

BagusJujur saja, beberapa minggu terakhir ini sebenarnya tidak ada proses negosiasi yang menurut saya sangat menarik. Hanya beberapa rutinitas kerja dan persiapan menghadapi ujian mid semester yang menuntut saya untuk memutar otak secara ekstra dalam mengatur jadwal (weyss…nggaya tenan!). Satu peristiwa yang bisa dikirimkan sebagai negotiation log hanya persoalan atur-mengatur jadwal kerja agar tidak mengganggu ujian di hari Kamis minggu kemarin. Pada hari Kamis minggu kemarin ada satu mata kuliah yang diujikan pukul 7.15 pagi. Itu berarti, malam sebelum ujian saya harus menjaga kondisi tubuh saya agar tetap fit dan tentunya belajar dengan tekun. Yang menjadi persoalan, pada hari Rabu malam saya kebagian jaga rental shift malam/shift tiga. Tugas jaga rental sendiri baru selesai pukul 00.00, belum lagi ditambah waktu nyapu dan ngepel plus beres-beres rental yang menguras tenaga. Kalau saya tetap ngotot jaga shift 3 pada Rabu malam itu, esok harinya saya tidak akan bisa mengerjakan ujian dengan maksimal. Akhirnya, saya mencari teman yang mau tukar shift dengan saya. Tapi ini juga tidak mudah, mengingat kebanyakan teman rental juga mahasiswa UGM yang tentunya ujian midnya bareng sama saya. Posisi saya adalah agar saya bisa tukar jadwal OFF (libur) dengan teman saya. Saya libutr hari Kamis, dan untuk mempersiapkan ujian saya ingin OFF hari Rabu. Alternatif pilihan lain saya adalah pada hari Rabu itu saya shift giliran kedua (dimulai jam 13.00 s/d 19.00, dengan begini saya masih punya waktu belajar dong). Tapi alternative pilihan ini lebih susah dilakukan mengingat ujian pada hari Rabu baru selesai jam 13.30 yang berefek pada keterlambatan saya jaga, padahal bos bisa marah besar bila ada pegawainya yang telat dan gaji saya pun dipotong. Saya tidak berhasil mencari teman yang mau menukar jadwal OFF-nya dengan jadwal OFF saya. Walhasil, karena pilihan alternative tadi juga bakal mubazir, saya pun mencari alternative lain. Pilihan aletrnatif saya selanjutnya adalah berusaha menukar jadwal shift di hari Rabu menjadi shift 2 sekaligus menukar tempat jaga. Selama ini saya berjaga di pusat yang notabene sangat ramai pelanggan, hal ini berbeda ketika saya berjaga di rental cabang yang relative lebih sepi dan santaiiiiii…………..(selain itu, si bos jarang sekali mengawasi). Saya berpikir apabila saya jaga di cabang, saya masih bisa belajar sambil bekerja karena situasi yang santai tadi. Selain itu, karena tidak ada bos, saya bisa berngkat jaga shift 2 agak telat, dengan demikian ujian saya hari Rabu tidak terganggu. Alhamdulillah, saya bisa menemukan satu manusia dari pegawai cabang untuk bertukar tempat dan shift dengan saya. Tidak gratis memang, karena saya member kompensasi berupa traktiran es jaipong plus tutorial singkat mengenai software dan game. Dengan berjaga shift 2 di cabang pada hari Rabu, saya bisa mempersiapkan tubuh agar tetap fit dan belajar dengan baik, dan tentunya menghadapi ujian di hari Kamis pagi dengan maksimal.

Gede Pada negosiator's log kali ini saya akan membahas mengenai salah satu bentuk negosiasi yang saya lakukan dalam seminggu ini. Pada tanggal 30 Oktober 2007 malam, saya mengerjakan tugas pengganti ujian mid HI Asia Tenggara di kosan teman bersama dengan Paul. Berhubung kosan teman saya itu tutup jam 10 malam, maka kita berinisiatif mengerjakan tugas tersebut di tempat lain. Selain itu, esoknya Paul ada jadwal ujian Ekonomi Internasional dan ia juga belum punya bahan alias belum belajar juga. Alternatif pertama adalah Empire resto di Jalan Gejayan. Namun kita urungkan berhubung laptop yang tersedia hanya satu. Sementara tugas saya dan Paul belum selesai, ia juga harus belajar Ekonomi Internasional dan mencari bahan untuk ujian. Disini kepentingan saya adalah untuk menyelesaikan tugas HI Asteng sesegera mungkin karena ingin beristirahat agar tidak telat keesokan harinya untuk bangun pagi. Sementara Paul juga menginginkan tugas HI Astengnya selesai secepatnya agar bisa mencari bahan ujian EI dan mempelajarinya serta tidak telat bangun pagi. Pada awalnya Paul bersikeras ingin mencari bahan ujian dulu baru kemudian mengerjakan tugasnya. Lalu kemudian saya mengusulkan agar Paul mencari bahan di kontrakan Andre saja karena ada banyak teman-teman di sana yang juga mengambil kuliah EI, sehingga ia juga bisa sekalian belajar bareng. Agar Paul tidak repot dan kecapean nantinya mengantar saya pulang, maka saya mengusulkan agar kita menginap di sana. Ketika Paul sedang belajar EI bersama Andre dkk, saya mengerjakan tugas HI Asteng, ketika ia telah selesai, maka saya membantunya mengerjakan secepat mungkin. Intinya kita sama-sama mencapai win-win solution dengan tiap kepentingan terakomodir. Semuanya selesai pada jam 3 pagi dan beruntung kita berdua dibangunkan oleh teman-teman kontrakan yang lain.

5

Page 6: Riyanto - we dont need no educationdiahkei.staff.ugm.ac.id/file/rekap nl 5 minus.doc · Web viewAngka pertama adalah pasal yang saya langgar dan angka kedua adalah nominal denda yang

IntaPada negotiator's log kali ini saya mencoba menjelaskan mengenai negosiasi yang telah saya lakukan pada hari selasa, 30 oktober 2007, tepatnya tadi malam jam 10. pada negosiasi kali ini saya bernegosiasi dengan teman kos saya, alkisah saya mendapat tugas pengganti mid, untuk mata kuliah HI.Asteng, tugas tersebut harus dikumpulkan pada pagi ini (31 oktober) jam 9.30. Namun sampai jam 9 malam, saya dan teman-teman saya belum dapat menemukan inti bacaan tersebut dan me-reviewnya dikarenakan penggunaan bahasa inggris yang sangat-sangat sulit (parah). Akhirnya saya memutuskan untuk meminta bantuan dari teman kos (bryne) saya yang berasal dari California (USA), pada saat itu ia baru kembali dari pekerjaannya dan terlihat cukup lelah, namun karena keadaan sangat memaksa saya, akhirnya saya memutuskan untuk meminta penjelasan dari bryne mengenai bahan bacaan tersebut. Saya pun mendatanginya, pertamanya ia sedikit menolak dengan alasan lelah, namun saya mencoba mem-persuasive bryne dengan sedikit memohon bahwa harus diselesaikan malam ini, dan akhirnya brynepun setuju. Posisi saya disini sangat terjepit dengan waktu (time preasure) dan keterbatasan dalam pemahaman bacaan tersebut, oleh karena itu saya terus memohon kepada bryne agar dapat menjelaskan apa yang dimaksud oleh bacaan tersebut, dan daripada saya terus mengganggu bryne dengan “harrastment-annoyance” saya sehingga mengganggu istirahatnya, oleh karena itu bryne langsung setuju untuk membantu saya. Dan demi menguntungkan kedua pihak, saya berjanji memberikan kompensasi kepada bryne untuk mentraktir dy makan dihari yang dy sempat.

BondanNegosiasi kali ini saya lakukan dengan beberapa teman di perumahan tempat saya tinggal. Seperti biasa, setelah menunaikan shalat Maghrib berjamaah, kami seringkali duduk-duduk di daerah sekitar masjid sambil menunggu adzan Isya berkumandang. Kami kemudian berbincang mengenai keinginan kami untuk meneruskan program main futsal yang sempat terhenti pada bulan puasa. Jadwal pun perlu diubah karena dari hasil survei salah satu teman kami diperoleh bahwa jadwal (hari dan jam) sebelumnya telah diisi oleh klub lain. Setelah mengetahui hal tersebut kami segera berunding untuk memutuskan hari dan jam yang tepat. Saya berkeinginan kalau futsal diadakan pada hari Sabtu atau Minggu sehingga saya tetap dapat mengikutinya. Di samping itu, saya juga mengatakan bahwa pagi hari sepertinya merupakan waktu yang tepat untuk main futsal. Di sisi lain, teman-teman saya setuju apabila kegiatan futsal diadakan pada hari Sabtu atau Minggu, namun mengenai jamnya mereka tidak sependapat dengan saya kalau diadakan pada pagi hari. Alasannya adalah beberapa teman yang masih duduk di bangku sekolah tidak dapat mengikutinya apabila diadakan pagi hari, walau Minggu sekalipun karena mereka yang bersekolah di SMA Al-Islam tetap masuk pada hari tersebut. Setelah berunding beberapa saat, diputuskanlah untuk melakukan kegiatan futsal ini pada Sabtu sore.

Kemudian, pembahasan pun beralih ke masalah dana. Setelah terjadi perdebatan yang cukup alot, diputuskanlah bahwa masing-masing harus membayar Rp. 20.000,-/bulan untuk sewa lapangan. Meskipun demikian, karena saya kuliah di Jogja dan belum tentu setiap Minggu saya pulang, maka saya membuat tawaran kalau saya akan membayar Rp. 5000,- setiap kali saya main. Saya berupaya untuk tidak merugi karena apabila saya membayar Rp. 20.000,- dan kemudian suatu saat saya tidak dapat main maka saya akan merugi Rp. 5000,- setiap permainan. Pada awalnya, beberapa dari mereka menghujat saya dan menolaknya karena berpikiran bahwa uang yang terkumpul akan tidak cukup. Namun, setelah saya mengeluarkan pernyataan yang didasarkan pada perhitungan bahwa dengan iuran teman-teman tanpa saya sekalipun akan cukup untuk membayar sewa lapangan dengan bertambahnya anggota yang ikut futsal dan lain sebagainya, mereka pun akhirnya setuju.

AndreasTengah bulan lalu, salah seorang teman saya, R berulang tahun. Seperti tradisi, saya dan beberapa teman lain, yaitu K, Y, dan N “wajib” memberinya kado. Kebetulan R sedang berada di Yogyakarta selama dua minggu, sesuai libur Lebaran kampusnya di Bandung. Jadi, kami berempat jelas akan memanfaatkan waktu liburan untuk dapat menemui R dan memberikan hadiah secara langsung. Setelah melalui beberapa perundingan, kami memutuskan mendatangi rumah R pada Jumat (19/10) sore tanpa pemberitahuan sebelumnya sebab ini adalah kejutan. Sebagai catatan, Gang of Four akan berkumpul dan kemudian berangkat dari rumah saya yang letaknya tak jauh dari rumah R. Entah dengan intuisi apa, di hari H, Y dan N menyempatkan diri dulu untuk mampir ke rumah R, mengecek apakah ia ada di rumah atau tidak. Ternyata R sedang pergi, dan menurut ibunya dia keluar sejak siang hingga mungkin malam hari. Di rumah saya, kami pun mengadakan rapat lagi untuk mengatasi situasi tak terduga. Karena tidak jelas kapan R akan pulang, N memutuskan untuk meneleponnya dan memberitahu soal kado itu (kontak pertama). R menjawab telepon dan meminta maaf bahwa ia tidak bisa ditemui karena sedang beracara. Mengingat hari makin malam dan Jumat adalah hari terakhir R berada di Yogyakarta, sementara Gang of Four pun sulit untuk bertemu kembali dalam formasi lengkap karena akan segera masuk masa UTS (22/10), kami merasa perlu untuk mendesak R agar bisa ditemui. Kami menggunakan kombinasi strategi annoyance dan bridging, keempat anggota meneleponnya secara bergantian dengan volume tekanan yang makin ditingkatkan untuk menciptakan kesepakatan. Di

6

Page 7: Riyanto - we dont need no educationdiahkei.staff.ugm.ac.id/file/rekap nl 5 minus.doc · Web viewAngka pertama adalah pasal yang saya langgar dan angka kedua adalah nominal denda yang

kesempatan pertama N berhasil mendapat keterangan bahwa R memang sedang mempunyai serangkaian acara di tempat yang berlain-lainan, namun R belum mau memberitahu di mana ia saat itu. Giliran kedua, Y menekan R untuk memberitahu apa acara yang diikutinya sehingga sampai tidak bisa kami temui dan ternyata R sedang bersama teman wanita lamanya. Kami pun cukup mahfum, namun kepentingan kami untuk memberinya kado juga mendesak (ingat, Jumat adalah terakhir, baik bagi Gang of Four maupun R) sehingga terus dilakukan ekskalasi. Kini telepon berada di tangan K, dan hasilnya R mengaku tengah berada di sebuah kos-kosan putri di Gejayan, tempat teman lamanya mondok namun akan segera pergi lagi. Akhirnya, tiba giliran saya, tawaran pun dilempar : ia kami minta untuk tinggal sebentar di Gejayan dan kami akan menyusulnya ke sana untuk memberikan hadiah ulang tahun. Penawaran ini berhasil. Ia mau kami temui dan menunda sebentar program tali kasihnya. Kami berempat akhirnya menempuh perjalanan cukup jauh ke Gejayan demi persahabatan. Sesampainya di sana kami pun tidak berbasa-basi untuk menghormati saat-saat terakhir R bersama perempuan itu, kado langsung diserahkan dan beberapa saat kemudian kami pulang. Malam itu, keinginan kedua belah pihak tercapai meski ada beberapa penyesuaian yang sedikit asimetris. Gang of Four berhasil memberikan kado secara langsung dengan formasi lengkap meskipun kami harus menunggu dan mengubah rute ke Gejayan (dari semula ke rumah R yang sepelemparan batu), juga tidak dapat berlama-lama dengannya. Sedangkan R tetap bisa menghabiskan malam bersama teman wanitanya plus mendapat hadiah, walaupun ia juga harus menunggu kami datang (cukup lama) dan dengan begitu mengubah jadwal beberapa acara berikutnya.

MerikePada waktu lebaran yang lalu, saya sekeluarga mudik ke beberapa tempat di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di Madiun, kami sempat menginap selama satu malam di rumah saudara. Disana, saya dan kakak saya mendapat satu kamar berdua untuk kami tidur. Namun ketika kami akan tidur timbul masalah dimana kakak saya terbiasa untuk tidur dengan lampu dimatikan sedangkan saya tidak. Biasanya ini tidak jadi masalah karena tersedia lampu kecil yang tidak terlalu terang sinarnya. Tetapi karena itu sedang dirumah saudara dan saudara saya tidak punya lampu seperti itu maka kami pun berkeras dengan keinginan kami masing-masing. Masing-masing dari kami tidak mau mengalah. Saya berusaha untuk memikirkan segala kemungkinana yang ada agar kami berdua dapat tidur dengan nyenyak. Saya pun memberikan usul yaitu lampu tetap dinyalakan dengan kompensasi bantal saya diberikan kepada kakak saya agar dapat dipakai untuk menutupi matanya. Kemudian saya pun memakai bantal yang ada di sofa di ruang tamu untuk tidur. Negosiasi ini lebih ke arah problem solving.

AnggiaPeristiwa ini terjadi ketika saya memiliki waktu kosong selama 3 hari, yaitu hari kamis, jumat, dan sabtu. Awalnya saya berencana menggunakan hari kamis untuk membeli beberapa barang yang saya butuhkan, sekaligus refreshing dan menghabiskan waktu sendirian saja. Tiba-tiba teman saya, Ratih menelepon dan memaksa saya untuk menemaninya membeli kado pada hari Jumat. Dia juga mewajibkan saya untuk menginap di rumahnya, karena kami sudah lama tidak bertemu. Saya kemudian menyanggupinya karena merasa belum memiliki acara apapun.Beberapa saat kemudian, ibu saya datang dan meminta saya untuk menemaninya ke rumah eyang saya pada hari Kamis. Ibu saya juga memberitahu saya bahwa hanya saya yang bisa diajak bepergian pada hari itu. Saya tidak bisa langsung menyetujui ajakan ibu saya karena saya masih bingung.

Setelah itu, tiba-tiba sepupu saya menelepon dan minta ditemani mencari beberapa barang yang ia butuhkan pada hari Jumat. Awalnya saya menolak karena saya ingat sudah membuat janji dengan Ratih untuk pergi bersama pada hari itu. tapi ternyata sepupu saya, Astrid mengingatkan bahwa saya sudah pernah berjanji sejak 2 minggu yang lalu. Selain itu, hari Sabtu Astrid harus pergi ke Bandung bersama keluarganya.

Kemudian saya jadi bingung. Saya memiliki 3 hari kosong dan ada 4 rencaana yang harus diwujudkan karena saya tidak mungkin menolak permintaan ketiganya. Mereka semua juga minta didahulukan. Lalu saya berpikir.

Akhirnya saya memutuskan untuk menentukan prioritas. Karena saya lebih sayang dengan ibu saya, maka saya akan meletakkan ibu saya pada prioritas pertama. Jadi saya akan pergi ke rumah eyang pada hari Kamis.

Setelah itu saya menelepon Ratih untuk merayunya. Saya langsung mengatakan bahwa saya tidak bisa pergi pada hari Jumat karena harus menemani Astrid. awalnya dia marah dan bilang kalau dia harus membeli kado secepatnya karena sudah tidak ada waktu lagi. Lalu saya bilang kalau saya tetap akan menemani dia pergi dalam minggu ini. tapi dia tetap menolak dan meminta saya untuk tetap pergi pada hari jumat. lalu saya bilang, jika kami pergi hari jumat, maka saya tidak bisa menginap karena besoknya saya masih ada acara pagi-pagi sekali. sat itu dia bingung karena dia menginginkan saya menginap di rumahnya. karena belum berhasil, saya kemudian merayunya dengan berjanji akan

7

Page 8: Riyanto - we dont need no educationdiahkei.staff.ugm.ac.id/file/rekap nl 5 minus.doc · Web viewAngka pertama adalah pasal yang saya langgar dan angka kedua adalah nominal denda yang

mentraktirnya makan gelato jika dia mau mengundur janji hingga hari sabtu. selain itu saya juga minta pengertiannya karena Astrid sudah tidak punya waktu lagi. akhirnya dia setuju untuk mengundur janji kami hingga hari sabtu dengan syarat saya harus mentraktirnya makan gelato 2 cup.Selanjutnya saya menelepon astrid dan memastikan bahwa kami akan pergi hari jumat. ada keuntungan buat saya karena ternyata Astrid mau mentraktir saya makan karena minggu lalu dia ulang tahun.3 acara sudah beres. Tetapi saya masih harus pergi membeli barang kebutuhan saya. Saya tidak punya waktu luang lagi selain ketiga hari itu. akhirnya saya merayu ibu saya agar mau mengantarkan saya membeli kebutuhan saya. ternyata ibu saya tidak mau. alasannya adalah hari pasti sudah malam ketika kami pulang dari rumah eyang, jadi ibu saya takut tidak sempat lagi melakukan pekerjaan di rumah. lalu saya tawarkan saja untuk mencuci piring, mencuci baju, dan masak jika ibu saya mau menemani saya. berhasil, setelah pulang dari rumah eyang, ibu saya menemani saya membeli beberapa barang kebutuhan saya yang mendesak.Jadilah keempat acara saya berjalan dengan baik.menurut saya, negosiasi kecil saya dengan ibu saya dan Ratih berhasil. saya berhasil memenuhi permintaan ketiganya, juga tetap memenuhi kebutuhan saya. saya memberikan non-specific compensation untuk ibu saya berupa bantuan dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan kepada ratih berupa 2 cup gelato. dan kemungkinan juga kompensasi yang saya berikan kepada ibu saya merupakan cost-cutting. menurut saya hasil keseluruhannya adalah win-win. saya cukup puas karena keinginan keempat pihak bisa tercapai.

NanaJangan rantai motorku… Sudah tiga hari jogja diserbu oleh hujan yang deras setiap sore. Beruntung bagi mereka yang bisa melewatinya di atas tempat tidur kamar kost dengan selimut hangatnya, tidak seperti aku yang sedang terjebak di kampus hingga pukul 5 sore. Padahal peraturan parker di kampus hanya sampai pukul 5.30 dan tidak jarang dipercepat hingga pukul 5. Pengalamanku, dulu sekitar pukul 4.30 motorku yang kebetulan hanya tinggal satu-satunya di parkir tiba-tiba sudah kudapati ter-rantai, hingga aku harus melapor dulu dengan bapak-bapak yang jaga parkir Takut hal yang sama terulang lagi aku berencana segera pulang, tapi sampai di parkir, hujan masih sangat deras. Sebenarnya aku bisa pulang dengan memakai jas hujan, tapi dasar lagi malas jadi kuputuskan untuk mencoba bernegosiasi dengan bapak penjaga parkir. Aku tanya kira-kira jam berapa parkir akan tutup, lalu si bapak langsung menunjuk pada kertas peraturan di dinding yang menandakan waktu parkir hingga 17.30, saat itu sudah tingla 15 menit tapi hujan masih deras. Pertamanya kupikir aku mau menunggu paling tidak sampai setengah 6 saja (entah masih hujan atau tidak) lalu pulang, jadi maunya minta bapak penjaga jangan me-rantai motorku dulu. Tapi mencoba menaikkan demand dulu, aku tawarkan ke bapak penjaga mau tidak menjaga parkir spesial lebih lama hari ini karena masih hujan deras. Dengan alasan saya tidak bisa pulang kalau masih hujan. Lagipula kukatakan juga ke bapak penjaga, kalau bapak sendiri juga akan susah pulang dengan kondisi hujan deras (persuasive arguments). Dan akhirnya setelah melihat derasnya hujan bapak penjaga setuju, dan hooray aku bisa pulang tanpa harus kehujanan apalagi kalau harus memakai jas hujan (yang udah ribet, tetep basah juga padahal jarak kampus ma kost nanggung, gak sampe 10 menit). Dan bapak penjaga pun bisa pulang dengan lebih santai karena tidak kehujanan khan???

WiraPada hari sabtu ini, saya dan teman-teman saya berencana untuk pergi ke Temangung. Kami sudah merencanakannya sejak lama dan memutuskan satu-satunya hari yang paling mungkin dan semua teman bisa adalah hari sabtu. Ternyata hari Sabtu besok saya diajak teman-teman di HI main futsal jam 8 pagi. Kesempatan ini tidak mungkin saya lewatkan begitu saja. Kemudian saya bermusyawarah dengan teman-teman saya agar kami berangkat ke Temanggungnya agak siang. Saya mengatakan bahwa paginya ada urusan penting di kampus, tapi tidak mengatakan akan main futsal. Tujuannya supaya saya bisa main futsal dan tetap berangkat bersama teman-teman. Teman saya tidak karena biasanya pada hari Sabtu jalur Yogya-Temanggung cukup padat dan macet, untuk menghindarinya dia menyarankan kami berangkat lebih pagi. Dia menyarankan kami berangkatnya jam 6 atau pailing lambat jam 7 pagi. Sementara saya berharap paling tidak bisa berangkat jam 10.30. Kami tetap pada pendirian masing-masing dan berusaha mempengaruhi opini teman-teman yang lain. Menurut saya, saya sudah cukup mengalah dengan mengusahakan berangkat jam 9, karena sebenarnya main futsalnya baru selesai jam 10 pagi. Saya tidak secara frontal memaksakan pendapat saya, karena dapat memicu ketegangan serta merusak hubungan baik dengan teman. Untuk itu saya mengubah cara pandang teman-teman dan isunya dengan tidak menekankan jam berapa tepatnya kami akan berangkat. Saya berusaha membentuk opini bahwa jam 9 itu masih pagi dan belum termasuk siang. Jadi kemungkinan kami masih dapat menghindari kemacetan di jalan. Lagipula bagi sebagian besar teman saya yang kebetulan sama-sama pemalas jam segitu merupakan waktu yang paling realistis bagi mereka untuk bangun pagi, mandi, gososk gigi, sarapan pagi, lalu siap-siap pergi. Fokus perundingan kami berubah apakah jam 9 itu masih pagi atau tidak. Saya cukup senang karena sebagian besar teman mempertimbangkan usulan saya. Sayang, sampai sekarang mereka belum mengambil keputusan

8

Page 9: Riyanto - we dont need no educationdiahkei.staff.ugm.ac.id/file/rekap nl 5 minus.doc · Web viewAngka pertama adalah pasal yang saya langgar dan angka kedua adalah nominal denda yang

kapan waktu yang pas. Berdasarkan pengalaman saya bergaul dan bergumul dengan mereka, biasanya keputusan ditentukan di saat-saat terakhir.

Dion(Saya baru kali ini mengalami writer's block sangat parah untuk sebuah tugas yang tampaknya sepele...)Pada bulan puasa, saya meminjam DVD drama seri Korea, dari seorang teman. Sampai menjelang lebaran, saya belum selesai menonton seluruh DVD yang totalnya 20 episode itu, padahal saya sudah didesak olehnya agar mengembalikannya sebelum libur karena ia akan menontonnya lagi di rumah.Saya tidak ingin mengembalikannya karena belum selesai menonton dan tidak mungkin bisa selesai menonton dalam waktu beberapa hari saja. Saya akhirnya meminjamkan padanya buku saya yang paling baru, "The Boy in The Stripped Pyjamas", sehari sebelum libur lebaran. Saya meminta dia agar menganggapnya sebagai 'barter' agar saya tidak perlu segera mengembalikan DVDnya.Saya berusaha agar dia tertarik meminjam buku tersebut dan 'melupakan' DVDnya dengan persuasi: sebelum meminjamkan saya sudah memberitahunya bahwa kisah di buku ini sangat bagus, saya juga mengaitkannya dengan film kesukaannya "Life is Beautiful", dan saya menunjukkan sebuah forum maya yang memberikan penilaian tinggi pada buku tersebut.(BTW, Saya benar-benar merekomendasikan buku itu untuk dibaca)Jadi, akhirnya dia membawa buku saya pulang kampung dan membiarkan DVDnya berada di tangan saya. Saya puas dengan kesepakatan ini.Sampai saat ini kami belum bertukar kembali, karena saya masih belum selesai menonton DVDnya (maklum, ujian), dan saya tidak ingin buku saya kembali sebelum dia membacanya (yah, dia bahkan belum mulai membacanya).

KhatarinaNegosiasi kali ini saya lakukan dengan kakak saya sebagai lawan negosiasi. Awal terjadinya konflik antara saya dan kakak saya adalah tagihan telepon yang membengkak hingga Rp. 500.000,-. Kakak saya menyalahkan saya atas bengkaknya tagihan telepon ini karena dirumah memang saya lah yang berperan sebagai pemakai internet yang aktif, selain itu saya juga sering menggunakan telepon rumah untuk menelpon ke HP teman2 untuk mengirit pulsa.Karena itu, kakak saya mengambil tindakan dengan memegang kuasa atas kunci telepon rumah. Dia hanya mengijinkan saya memegang telepon untuk internet jika pada saat happy hour atau tengah malam sekali agar charge internetnya tidak terlalu mahal. Saya keberatan dengan keputusannya karena saya merasa sangat membutuhkan kunci telepon untuk internet sehingga saya harus melakukan pembujukan besar2an. Dengan menggunakan tekhnik expanding the pie kami mulai bernegosiasi dengan menawarkan beberapa opsi lain yang mungkin dapat meringankan situasi kami. Opsi pertama yaitu biarkan kunci telepon tergantung ditempatnya agar kami dapat menggunakan telepon kapan saja, dan masalah pembayaran biar kami serahkan kepada orangtua. Opsi ini jelas ditolak karena dia selalu merasa gak enak kalo tagihannya banyak. Opsi kedua diajukan oleh kakak saya, yaitu tidak ada yang boleh memakai internet kecuali pada saat happy hour atau pada situasi yang sangat kepepet sekali, kalo mau internetan cari hotspot atau warnet aja yang bayarnya hanya Rp. 2000,- per jam, saya menolak opsi ini karena saya lebih suka internetan di rumah yang jauh lebih nyaman, bebas kapan saja, dan lagi saya tidak mau keluar duit dikit buat ngenet tapi keluar banyak buat bensin untuk ke warnet karena rumah saya jauh dari keramaian. Akhirnya saya mengusulkan opsi terakhir, yaitu pasang speedy di rumah. Awalnya kakak saya kurang setuju karena katanya biaya pemasangan mahal. Saya bilang, lebih baik bayar mahal sekali tapi bulan2 depan bayarnya murah daripada bayar mahal tiap bulan, apalagi dengn speedy kami bisa menggunakan internet sepuasnya dengan tagihan bulanan yang relatif murah, jadi menurut saya ini lebih efisien. Setelah membahas beberapa opsi diatas, akhirnya kami sepakat untuk memilih opsi ketiga, yaitu pasang speedy dirumah, dengan pertimbangan bahwa pembayaran mahal diawal gak jadi masalah, karena setelahnya kami dapat menggunakan internet sepuasnya, kapan saja, dengan tagihan tetap per bulan yang murah, dan tidak perlu boros bensin untuk pergi cari hotspot atau warnet.

VegaKonteks perundingan : Membersihkan kamar Deskripsi : Rumah kontrakan saya hanya mempunyai tiga kamar. Nah kebetulan, saya satu kamar dengan adik saya. Karena itu, tanggung jawab atas segala sesuatu terhadap kamar tersebut ada pada kami berdua, termasuk kebersihannya. Hari minggu kemarin, saya berencana ingin membersihkan kamar dan komputer karena sudah cukup kotor setelah ditinggal mudik cukup lama. Oleh karena itu, saya mengutarakan hal itu pada adik saya, dengan maksud agar dia juga membantu. Saya menginginkan membersihkan kamar pada minggu pagi, dengan alasan hari masih fresh dan belum begitu panas. Tetapi adik saya menginginkan sore hari atau besoknya saja, karena dia hari minggu pagi ada

9

Page 10: Riyanto - we dont need no educationdiahkei.staff.ugm.ac.id/file/rekap nl 5 minus.doc · Web viewAngka pertama adalah pasal yang saya langgar dan angka kedua adalah nominal denda yang

kepentingan. Bahkan, dia punya kencenderungan malas untuk melakukannya dan meminta minggu depan saja. Tetapi, saya terus membujuknya agar dia mau membantu saya melakukannya pada hari itu, dengan mengatakan kalau dibersihkan minggu depan maka sudah sangat kotor. Saya merasa bahwa membersihkan kamar dan komputer merupakan sesuatu yang mendesak (urgent). Lagian, saya juga sudah tahu kalau minggu depan dia akan sibuk karena sudah mulai praktikum. Sehingga, saya ragu dia bisa menepati janjinya membersihkan kamar minggu depan. Namun rupanya dia tetap bersikeras pada keinginannya. Sehingga, terpaksa saya menggunakan ancaman (threat). Kalau dia tidak mau pada hari itu, maka dia tidak boleh lagi menggunakan komputer. Akhirnya dia mau mengikuti keinginan saya, yaitu membersihkan kamar dan komputer pada hari minggu pagi.Analisis perundingan : Kadang-kadang kita perlu menggunakan ancaman (threat) dalam sebuah negosiasi, jika dipandang sesuatu itu mendesak (urgent). Dalam kasus diatas, saya menggunakan ancaman bahwa adik saya tidak boleh lagi menggunakan komputer jika tidak mau membantu membersihkan kamar dan juga komputer pada saat yang saya inginkan, karena saya pikir membersihkan kamar adalah sesuatu yang mendesak. Jika tidak dilaksanakan pada hari itu, maka kami tidak akan punya waktu lagi.

TiaraLawan negosiasi saya kali ini adalah kedua orang tua saya. Masalahnya adalah saya ingin pindah kos. Semester depan biaya kos saya naik dan tampaknya fasilitas juga tidak membaik, selain itu warga sekitar tampaknya sangat antusias untuk ronda (aktivitas ronda dimulai jam 8 malam, bayangkan!!) sehingga kurang nyaman jika saya harus melewati mereka setiap malam. Hal itulah yang membuat saya ingin pindah kos. Kebetulan saya menemukan tempat kos yang lebih baik. Harganya lebih mahal sedikit tapi cukup sebanding dengan fasilitas yang ada, disamping itu, teman saya juga ada yang ingin pindah ke kos tersebut. Saya mengutarakan keinginan saya kepada orang tua. Orang tua saya adalah tipe orang tua yang protektif. Ibu saya melarang tapi sepertinya masih bisa dibujuk. Bapak saya melarang sekali karena belum tahu tempat kos yang saya ingin tempati. Masalah lain terjadi ketika Ibu protes ke saya karena beliau sering jadi pelampiasan Bapak saat membahas masalah pindah kos tersebut. Akhirnya saya mengirim fax ke Bapak yang isinya adalah penjelasan panjang lebar tentang alasan saya ingin pindah kos. Hasilnya belum ada, tetapi Bapak bilang bahwa beliau akan mempertimbangkan permintaan saya tersebut. Taktik yang saya pakai mungkin bisa dibilang selang-seling atau rapid sequencing tapi terhadap good cop dan bad cop. Jika bicara dengan good cop (baca: Ibu saya), saya cooperative. Jika bicara dengan bad cop (baca: Bapak saya), saya sedikit contending walaupun kadang juga cooperative. Dengan begitu paling tidak saya bisa mendapat dukungan penuh dari sisi Ibu saya. Saya belum mendapat hasil pasti dari negosiasi tersebut. Sebenarnya saya belum puas karena tujuan awal saya belum tercapai. Saya melihat masih ada celah untuk renegosiasi karena Bapak masih mau untuk mempertimbangkan. Dalam negosiasi saya kali ini saya banyak mengandalkan persuasive arguments. Saya bercerita kepada kedua orang tua saya tentang kelebihan kos baru dan kekurangan kos lama, dan tentu saja tidak begitu memfokuskan kelebihan kos lama dan tidak menyebutkan kekurangan kos baru. Saya juga kemukakan masalah kenyamanan dan keinginan untuk mencari suasana baru. Saya juga mencoba menghapus kekhawatiran mereka mengenai pergaulan saya. Selain itu saya juga mulai serius untuk menjaga kepercayaan mereka selama saya jauh dari mereka.

Khanisasaya menyadari sesuatu waktu mbak DK bilang kayaknya banyak yang ngegunain cara2 negosiasi dengan jahat dannnn.... saya ngerasa... heheheuntuk negosiasi kali ini semoga bisa menjadi sebuah problem solvingjadi, senin terakhir sebelum liburan berakhir, saya dan teman2 SMA saya berencana untuk bertemu. rencananya adalah Nomat (Nonton hemat) dan makan sambil mengobrol. dan ternyata dari kami berlima satu orang tidak bisa datang karena baru besok pulang dari mudiknya. dan satu lagi hanya bisa berada bersama kami sampai jam 3, padahal baru jam 12 kami benar-benar berkumpul. jadi hanya 3 dari kami yang hari ini benar2 tidak ada hambatan. karena merasa akan "basi" apa bila hanya dapat berkumpul bertiga sampai akhir. maka kami putuskan untuk memilih, hanya menonton atau hanya makan.saya sendiri merasa lebih ingin menonton karena sedang Hari Nomat. maka saya pun membujuk teman2 saya untuk menonton saja dan meneruskan pertemuan ini besok dengan alasan besok apabila kami bertemu lagi kami bisa mengobrol dengan lebih asik kerena teman kami yang tidak ikut hari ini besok bisa ikut pula. dua dari teman saya setuju, tetapi satu yang tersisa mengatakan tidak setuju apabila besok ia harus bertemu lagi di mall itu, kerena biaya yang ia keluarkan akan besar sedangkan budgetnya hanya cukup untuk sekali jalan bersama. Maka saya pun mengeluarkan penawaran saya yang kedua, agar besok kami berkumpul di rumah saya saja, saya juga menambahkan di rumah saya masih ada stock kue kering lebaran yang cukup untuk menemani kami mengobrol. Kontan, teman-teman saya pun setuju. saya pun tersenyum puas, hari ini saya dapat tetap nomat dan mengobrol dengan SEMUA teman saya besok.

10

Page 11: Riyanto - we dont need no educationdiahkei.staff.ugm.ac.id/file/rekap nl 5 minus.doc · Web viewAngka pertama adalah pasal yang saya langgar dan angka kedua adalah nominal denda yang

menurut saya, dalam kasus ini saya telah (dengan sengaja atau tidak) menggunakan teknik bridging dan "expanding the pie". saya sadar bahwa saat itu poin teman2 saya hanyalah bagaimana kami menghabiskan waktu bersama, yang saya perlu lakukan adalah mencocokan poin tersebut dengan keinginan saya. karena pada dasarnya yang saya mau adalah menonton dan makan dan yang mereka inginkan adalah makan atau menonton. dengan menambahkan waktu dan fasilitas extra pada kedua poin tersebut maka kami pun bisa mendapatkan keduanya. mereka senang saya pun senang.

Khoirul AminSaat itu jam menunjukkan pukul 07.45, saya baru saja menyelesaikan tugas salah satu mata kuliah. Saya belum sarapan dan mandi. Padahal jam 08.30 saya harus sudah sampai di Balairung untuk membantu persiapan seminar yang mana saya tidak mau telat. Perjalanan dari kos ke Balairung kurang lebih memakan waktu 10 menit. Saya bisa saja langsung mandi dan bergegas ke Balairung tanpa sarapan terlebih dahulu, tetapi saya tetap ingin sarapan karena setelah dari Balairung saya harus melakukan kegiatan lain tanpa ada jeda waktu yang panjang. Intinya saya harus sarapan biar bisa beraktivitas dengan lancar. Namun yang menjadi kendala adalah warung dekat kos antri dan memerlukan beberapa waktu untuk mendapat makanan. Akhirnya saya meminta teman kos saya untuk membelikan sarapan karena dengan begitu saya bisa menghemat waktu. Awalnya dia tidak mau karena dia sedang asyik tidur. Kemudian saya menawarkan bantuan saya untuk membersihkan dan menata kamarnya di hari Minggu jika dia mau membelikan sarapan untuk saya pagi itu. Dia pun berubah pendirian, dia bergegas membelikan sarapan untuk saya, sedangkan saya bergegas untuk mandi. Ketika saya selesai mandi dan ganti baju, teman saya pun telah kembali di kos dengan membawakan sarapan untuk saya. Saat itu jam menunjukkan pukul 08.05. Saya pun bergegas makan. Sesudahnya saya segera berangkat ke Balairung pada pukul 08.15 dan sampai di sana sekitar jam 08.26. Akhirnya saya bisa datang tepat waktu untuk mempersiapkan seminar tanpa harus mengorbankan 'kebutuhan perut' saya . Nb: hari Minggu nanti saya akan membantu teman saya membersihkan dan menata kamarnya. Notes:

Exchanging concession is the way I used in the negotiation above. My friend helped me to conserve the time I had, while I promise to help him in cleaning and rearranging his messy room. The case described above shows that this kind of strategy (exchanging concession) can be one of the best ways to make the negotiation become problem solving in which the needs of the two parties are well fulfilled.

The parity of the concession lies in the parity of the satisfaction, not in the similarity of tiredness. (The tiredness of buying food is not same with the tiredness of cleaning the room).

NovitasariPengalaman negosiasiku kali ini tentang permintaanku untuk dibelikan sepeda. Sejak semester lalu, aku sudah meminta kepada orang tuaku untuk dibelikan sepeda untuk aku gunakan sebagai alat transportasiku ke kampus. Tapi papaku tidak pernah mengijinkanku untuk membawa sepeda dengan alasan takut kalau nantinya aku akan kelelahan karena bersepeda. Sebenarnya aku tidak bisa menerima alasan itu. Aku katakan bahwa bersepeda justru akan lebih sehat. Papaku malah menawarkan untuk membawa sepeda motor saja. Tapi aku menolak karena aku masih belum berani membawa sepeda motor sendiri. Akhirnya hingga saat ini aku masih belum bisa minta untuk dibelikan sepeda lagi. Tapi sebelum libur Lebaran kemarin, temanku mengajakku untuk ikut les bahasa Korea di Pusat Studi Korea (PSK). Aku menyetujuinya. Karena PSK letaknya cukup jauh dari kampus, apalagi dari kos, aku terus berpikir bagaimana caranya aku pergi ke sana. Aku dan temanku tidak selalu les pada jam yang sama. Akhirnya, ini aku jadikan alasan untuk kembali meminta dibelikan sepeda. Tapi untuk kali ini, aku akan memintanya pada mamaku terlebih dahulu, supaya dia yang menyampaikannya pada papaku. Akhirnya kedua orang tuaku menyetujui untuk membelikanku sepeda, meski harus menunggu 2 minggu setelah Lebaran.

Erlinda

Pelaku : Saya dan Kakak sepupu saya lagi.Posisi saya : Pergi keluar dari rumah.Kepentingan saya : Saya sudah ada janji dengan seseorang dan sudah menyanggupi akan pergi dengan orang itu hari itu juga. Saya tidak ingin melanggar janjiPosisi kakak sepupu saya : Juga pergi dari rumah.Kepentingan Kakak sepupu saya : Harus pergi dari rumah karena mobilnya harus di servis hari itu juga sebelum dibawa ke Jakarta.Deskripsi singkat :

11

Page 12: Riyanto - we dont need no educationdiahkei.staff.ugm.ac.id/file/rekap nl 5 minus.doc · Web viewAngka pertama adalah pasal yang saya langgar dan angka kedua adalah nominal denda yang

Pengalaman negosiasi penting saya minggu ini adalah mengenai siapa yang harus menjaga rumah, ketika saya dan kakak saya, yang sama-sama tinggal di rumah nenek saya, ingin pergi keluar dari rumah karena ada urusan yang sama-sama pentingnya. Sedangkan nenek saya, yang sedang tidak berada di rumah selama seharian, berpesan pada kami untuk menjaga rumah karena sebentar lagi ada saudara yang datang dari Magelang dan harus ada yang membukakan pintu untuknya. Padahal kedatangan saudara saya tersebut tidak jelas waktunya.

Lagi-lagi saya dan kakak sepupu saya harus berdebat tentang siapa yang harus menjaga rumah, awalnya saya mengalah dan berkata akan tetap berada di rumah. Namun ketika saya mengirim sms pada teman saya, dia berkata bahwa di sudah berada di tempat dimana kita janji akan bertemu. Saya merasa tidak enak pada teman saya, dan berkata pada kakak saya bahwa saya harus benar-benar pergi. Kakak saya juga berkata bahwa bengekel langganannya tutup jika sore. Kami memang berpikir untuk menyelipkan kunci ke suatu tempat tersembunyi, namun kami tidak tahu bagaimana cara memberi tahu saudara kami tersebut, kemungkinan menitipkan kunci pada tetangga juga berakhir dengan jawaban yang sama.Hasil :Akhirnya saya mengusulkan mengusulkan saya pergi terlebih dulu hingga jam 1 siang, setelah saya sampai dirumah maka giliran kakak saya yang akan pergi. Memang kami berdua berada dalam posisi yang kurang menguntungkan karenanya, bagi saya karena saat itu sudah jam 10 siang jadi saya hanya bisa menemui teman saya tersebut sebentar dan serasa dikejar-kejar waktu, sementara kakak saya, ada kemungkinan bengkel tersebut sudah didatangi pelanggan lain dan mungkin saja kakak saya tidak mendapat giliran untuk dilayani, namun bagikami inilah solusi terbaik.

RizkaCeritanya, libur lebaran lalu saya meminta kepada ibu saya untuk meluangkan waktu agar saya bisa curhat sekaligus mengeluarkan uneg-uneg yang hanya bisa dipahami oleh seorang ibu (hehe, bahasanya aneh). Tetapi ibu saya ini dalam kondisi banyak pekerjaan kantor (ibu saya guru SMK), dan sedang kewalahan mengatur adik laki-laki saya untuk mau belajar secara rutin dan agar tidak terbiasa menghambur-hamburkan uang saku (misalnya untuk bermain PS di rental selama berjam-jam). Akhirnya, demi mendapat kesempatan ngobrol dengan ibu, saya mendekati adik laki-laki saya secara luar biasa (maksudnya, selalu menampakkan muka dalam range tidak lebih dari 2 meter hampir setiap saat), dan akhirnya mendapat celah ketika kami sekeluarga sedang berkunjung ke rumah kerabat. Ketika itu, adik meminta pinjaman flash disk untuk mengopi sebuah game dari komputer sepupu kami. Niat awal saya adalah membuatnya merasa mendapat kesulitan bila hendak bersenang-senang bermain game, ketimbang belajar dan agar lebih 'eman' kepada uangnya. Maka saya (dengan angkuhnya) mengatakan bahwa dia boleh meminjam flash disk asalkan saya diberi uang sewa Rp 30.000 (waktu itu adik saya kaya mendadak karena ang pau lebaran). Adik saya menolak karena mahal. Setelah adu mulut, disetujuilah 'tarif' Rp 25.000. Adik saya tersebut lalu menggunakan flash disk dengan bersungut-sungut dan langsung saya tembak dengan kalimat, "Di dunia ini kan enggak ada yang gratis". Untuk sesaat saya mengira saya sudah melakukan hal yang benar. Tetapi setelah melakukan perenungan singkat selama satu jam, saya menyadari bahwa saya sudah melakukan kesalahan besar. Strategi pendekatan saya mempunyai resiko bahwa adik saya akan beranggapan semua bisa diselesaikan dengan uang, dan instead of mau belajar dengan suka rela, dia malah money-oriented. Kemudian saya berinisiatif untuk mengembalikan uang tersebut dan meminta maaf. Saya jelaskan padanya bahwa orang tua kami memberi kepercayaan dan bekerja keras demi pendidikan kami, saya katakan saya berharap dia belajar tentang tanggung jawab dan mau belajar dengan teratur, setidaknya setengah jam sehari. Saya mengembalikan uang adik saya dan menawarkan liburan ke jogja atas biaya saya bila adik saya berprestasi di kelas, dengan catatan bila ada nilai yang tidak memuaskan dalam rapor-nya, ada konsekuensi yang harus dihadapi adik saya, yaitu tidak bermain game apapun selama satu bulan penuh. Di luar dugaan, adik saya menyetujui penawaran saya, dan berjanji akan belajar serta bermain pada porsi yang diinginkan orang tua kami.

Analisa:Ada dua negosiasi yang berjalan; satu, saya dengan ibu saya; dan yang kedua, saya dengan adik. Pada negosiasi yang pertama saya menggunakan metode cost-cutting agar ibu mau meluangkan waktu mendengar keluh kesah saya. Pada negosiasi yang kedua, awalnya saya mengira bahwa saya sedang bridging antara saya, adik saya, dan ibu saya lewat concession-making, yaitu membuat adik saya membayar untuk mengopi game (dengan harapan bahwa dia akan lebih memilih belajar later on). Tetapi yang tidak saya pahami saat itu adalah, saya tidak membuat adik saya mengerti bahwa isu dari negosiasi sesungguhnya adalah bahwa dia mempunyai tanggung jawab pada dirinya sendiri untuk belajar. Harusnya saya mengganti kalimat saya dengan "Makanya jangan maen terus, coba kalo ijinnya pinjam flash disk untuk belajar atau mengerjakan tugas, malah aku bantu dengan suka rela". Mungkin, kalau saya terus menggunakan strategi salah semacam itu, saya bisa-bisa membuat adik saya terbiasa melakukan 'contending'. Dan untuk memperbaiki kesalahan, saya meminta maaf kemudian expand the pie dengan menawarkan untuk berlibur ke Jogja. Di akhir

12

Page 13: Riyanto - we dont need no educationdiahkei.staff.ugm.ac.id/file/rekap nl 5 minus.doc · Web viewAngka pertama adalah pasal yang saya langgar dan angka kedua adalah nominal denda yang

negosiasi, saya mendapat waktu luang dari ibu, dan komitmen (atau paling tidak pengertian, karena rapornya belum keluar...) adik saya untuk belajar.

KarinaNegosiasi ini berlangsung antara saya dan Ayah, ketika saya pulang kampung pada idul fitri lalu. Saya meminta dibelikan sepeda kepada Ayah sebagai kendaraan saya di Jogja, dengan alasan letak tempat kos saya yang tidak terlalu strategis sehingga saya membutuhkan kendaraan untuk pergi ke berbagai tempat. Saya memilih sepeda sebagai kendaraan yang saya minta, karena saya tidak terlalu lancar mengendarai motor atau mobil. Awalnya, negosiasi saya dan Ayah berlangsung dengan matching, yaitu sama-sama keras dan bertahan dengan pendirian masing-masing. Saya bersikeras ingin punya sepeda secepat mungkin karena kebutuhan yang mendesak dan tidak mau tahu alasan Ayah. Ayah sendiri bersikeras tidak ingin mengabulkan keinginan saya itu dengan alasan keamanan, beliau khawatir saya tertabrak motor yang memang sangat banyak berseliweran di jalan-jalan di jogja. Metode matching ini bertahan cukup lama sehingga negosiasi berlangsung berhari-hari dan tidak mengalami kemajuan. Saya pun memutar otak mencari cara agar bisa meluluhkan hati Ayah. Strategi pertama saya meminta tolong Ibu untuk membujuk Ayah, tapi masih juga tidak berhasil, meskipun saya sudah mendapatkan restu Ibu untuk membeli sepeda. Strategi kedua saya berusaha mengungkapkan lebih dalam alasan-alasan saya mengapa saya sangat ingin memiliki sepeda, dengan tujuan si Ayah akan tergugah hatinya. Saya menceritakan pada Ayah bahwa jarak kos saya dengan warnet, tempat fotokopi, warung makan, dan tempat-tempat penting lainnya cukup jauh dan saya sering kehabisan waktu di jalan. Ayah mulai mempertimbangkan tapi saat itu keputusannya masih 50:50, antara setuju dan tidak setuju saya membeli sepeda. Saya pun berusaha mismatching dengan berhenti memaksa Ayah untuk menuruti kehendak saya dan sebaliknya mencoba mendengarkan alasan-alasan mengapa beliau masih ragu untuk setuju. Harapan saya hampir pupus, dan kepulangan saya ke Jogja semakin dekat. Tapi kemudian semuanya berubah ketika satu hari sebelum saya pulang Ayah meminta saya meng-copy lagu-lagu yang ia sukai dari laptop saya ke CD. Saya pun melakukannya dengan senang hati. Tidak hanya sekedar meng-copy, tapi saya juga menawarkan untuk membelikan CD-R yang beliau butuhkan, saya bahkan meng-copy sebuah film yang sangat ingin beliau tonton ke CD yang saya beli. Ketika saya sudah selesai melakukan yang beliau minta, saya pun mencoba membuka kembali negosiasi yang sebelumnya menemui jalan buntu dengan menyatakan bahwa CD yang saya copy untuk beliau sebagai nonspecific compensation yang saya berikan kepada beliau dengan senang hati jika beliau mau mengabulkan keinginan saya untuk memiliki sepeda. Ayah menerima CD-CD tersebut dengan gembira, dan beliau pun mempertimbangkan ulang permintaan saya. Agar Ayah semakin yakin, saya pun berkata bahwa saya akan berhati-hati dalam mengendarai sepeda nanti, dan usaha saya ini pun berhasil. Ayah menyetujui keinginan saya untuk memiliki sepeda dengan catatan beliau tidak akan bosan-bosan mengingatkan saya untuk berhati-hati dan tidak mengebut (yang memang tidak mungkin saya lakukan) kalau bersepeda nanti.

LiloHari ini, 31 Oktober 2007, teman saya memint tolong kepada saya untuk memesankan sebuah gorden berwarna

ungu kalem. Tanpa basa-basi, saya menyetujuinya. Kebetulan produsen gorden tersebut membuka stan di Pameran UGM Research Week 2007. Sambil mengunjungi pameran bergengsi tersebut, saya sempatkan untuk mampir ke stan gorden tersebut. Saya menuju kesana bersama seorang teman saya, yang kebetulan pandai memilih barang. Kami sempat terlibat perbincangan yang cukup asyik dengan penjaga stan, karena beliau sangat welcome terhadap antusiasme kami. Kami melihat berbagai alterntif gorden, terutama yang berwarna ungu kalem, yang diperlihatkan si penjaga stan.

Setelah melihat-lihat, ternyata kami terlibat dalam sebuah perdebatan kecil. Negosiasi yang terjadi diantara kami tentu saja berkisar tentang pilihan gorden yang akan kami pesan, dalam hal warna dan motifnya. Saya sudah menemukan gorden berwarna ungu kalem yang motifnya bagus, apalagi bila dibandingkan dengan gorden-gorden warna ungu lain yang ada. Pilihan saya ini memang terlihat paling menonjol. Sedangkan teman saya berkata lain. Menurutnya, akan lebih bagus jika saya memilih warna lain karena dirasa motif-motif pada gorden-gorden berwarna ungu kurang begitu bagus.

Sayangnya, hasil akhir dari negosiasi ini adalah inaction, dimana kami tidak mampu berbuat banyak ketika kami harus dihadapkan pada kenyataan bahwa gorden berwarna ungu kalem merupakan pilihan sang pemesan. Bukan wewenang kami untuk menentukan warna gorden mana yang harus kami pilih. Selain itu kami juga masih harus menunggu konfirmasi selanjutnya dari teman saya untuk kemudian menjatuhkan pilihan.

MariaNegosiasi saya minggu ini terjadi antara saya dan teman-teman lama saya. Salah satu teman saya ada yang berulang tahun dan akan makan-makan pada hari minggu malem, 28 Oktober kemarin. Tentu saja saya menolak, karena saya masih ada ujian dan ada beberapa kerjaan yang belum selesai. Teman saya tetap mengajukan persuasive arguments

13

Page 14: Riyanto - we dont need no educationdiahkei.staff.ugm.ac.id/file/rekap nl 5 minus.doc · Web viewAngka pertama adalah pasal yang saya langgar dan angka kedua adalah nominal denda yang

nya untuk merayu supaya saya ikut. Tadinya saya beri opsi --jika memang dia benar-benar ingin saya ikut-- kenapa tidak pergi sore saja, tapi ternyata ada dua anak yang ada acara. Jadi ya sudah terserah mereka saja, saya juga capek karena ada kegiatan lain juga, toh bagi saya, kalau saya tidak ikut hari itu, pasti nanti teman saya akan nraktir saya di lain hari, karena dia akan merasa tidak enak pada saya.. [hehehe...]. Jadi saya akan membiarkan mereka untuk pergi malam hari, tanpa saya. Tapi, saya pun mencoba mengeluarkan persuasive arguments dengan bilang, ”masak iya kamu tega membiarkan temanmu ini menderita di ruang ujian karena nggak bisa ngerjain ujian?”. Dia tetap berdalih bahwa kami tidak akan pergi lama, sehingga setelah itu saya bisa langsung belajar. Tapi saya tetap pada positional commitment saya untuk tidak ikut. Dia ikut alot juga. Tapi lama-lama dia bosan dengan sikap cuek saya, dan mungkin juga melihat saya yang agak memelas jika tidak bisa ngerjain ujian, sehingga dia kasihan pada saya. Dan pada akhirnya dia menetapkan untuk pergi sore hari, teman yang lain pun akhirnya bisa membatalkan kegiatan mereka, kami pun bisa pergi bersama, dan tentu saja saya menang dalam perundingan ini... [bargaining lagi de...=)].

SiskaNegosiasi kali ini terjadi di Pasar Beringharjo dan pelakunya adalah saya dan seorang penjual tas. Ketika itu berkeinginan untuk membeli tas dan setelah melihat-lihat saya tertarik dengan salah satu tas berwarna abu-abu. Kemudian saya menanyakan berapa harga tas itu kepada sang pedagang dan dia pun menjawab harganya Rp 80.000. Dari sinilah kemudian terjadi tawar menawar karena harga segitu terlalu mahal bagi saya. Sejak dari rumah saya telah menetapkan harga maksimal (limit) untuk tas yang nantinya akan saya beli di pasar adalah, yaitu Rp 60.000. Untuk itulah kemudian saya menawar tas itu seharga Rp 35.000 dan ditolak oleh pedagang. Dia kemudian menurunkan harga tas itu menjadi Rp. 75.000, saya kemudian menerapkan konsep mismatching di awal perundingan dengan tetap positional commitment pada tawaran pertama. Pedagang itu pun akhirnya menurunkan lagi harga tas tersebut menjadi Rp 70.000, melihat gelagat baik dari dia saya pun kemudian juga mengubah demand saya (menjadi matching) menjadi Rp. 40.000. Si pedagang masih tidak mau menerima tawaran tersebut, lalu saya menaikkkan tawaran menjadi Rp 50.000. Ternyata dia tetap tidak menerima dan meminta harga Rp 60.000. Kali ini saya yang tidak mau (mismatching lagi), karena saya beranggapan bahwa harga yang saya tawaran sudah pantas untuk tas yang seperti itu dan lagi saya juga tahu teman saya juga pernah membeli tas yang sama seperti yang saya inginkan itu dengan harga Rp 50.000 juga. Jadi saya tetap menuntut harga Rp 50.000, tetapi pedagang itu kemudian berkata : "wah kalau harga segitu belum boleh mbak"Kemudian saya berkata kepada pedagang "ya sudahlah bu gak jadi aja kalo gitu", karena toh saya masih punya BATNA, yaitu mencari tas di tempat lain toh di pasar itu penjual tasnya masih banyak. Lalu saya pergi dari kios pedagang itu dan baru beberapa langkah ternyata pedagang tadi memanggil saya kembali dan setuju dengan harga yang saya tawarkan, yaitu Rp 50.000.

PaniSebenarnya dalam beberapa minggu ini tidak ada negosiasi alot yang saya lakukan. Semua aktivitas saya hanya berkisar pada rutinitas, termasuk saat hari raya Lebaran kemarin. Namun sepertinya saya akan mengulang satu negosiasi yang dulu pernah saya lakukan, meskipun dalam kondisi yang sedikit berbeda, akan tetapi tetap menunjukkan substansi yang sama. Untuk itu saya akan menceritakan negosiasi yang dulu pernah saya lakukan dan negosiasi yang dalam waktu dekat ini akan segera saya lakukan kembali. Dulu, saya pernah me-laundry sebuah karpet berbulu di salah satu tempat laundry di dekat kos saya. Saya menitipkan karpet tersebut dengan perjanjian waktu satu minggu telah selesai, tenggang waktu yang diberikan cukup lama karena bahan yang akan dicuci adalah karpet sehingga memerlukan waktu yang lebih lama (mungkin proses pengeringannya) dibanding bahan biasa. Saya pikir alasan itu cukup logis dan dapat diterima, jadi saya meng-iyakan syarat tersebut. Namun pada kenyataannya, karpet yang saya laundry tidak juga selesai dalam jangka waktu satu minggu. Berulang kali saya menge-cek sampai hari kedelapan hingga hari kesepuluh, namun tidak juga selesai. Akhirnya, setelah hari keempat belas, tepat dua minggu, karpet saya baru selesai dilaundry. Melihat tenggang molornya waktu yang begitu lama, sampai dua kali waktu perjanjian semula, saya melakukan tawar menawar dengan harga yang telah ditetapkan di awal. Harga yang tadinya Rp.20.000,- saya negosiasikan agar dapat berkurang menjadi Rp. 10.000,-. Setelah melewati proses tawar menawar yang cukup alot. Akhirnya sang petugas menyetujui untuk pembayaran hanya setengah harga. Sebagai konsekuensi keterlambatan waktu pengambilan. Nah, saat ini meskipun belum terjadi. Sepertinya saya akan melakukan hal yang sama dalam waktu dekat ini. Beberapa waktu yang lalu kipas di kos saya tiba-tiba saja rusak. Akhirnya karena kebutuhan saya untuk menggunakan kipas itu dengan segera, saya menitipkan kipas tersebut di salah satu tempat reparasi elektronik. Perjanjian awal adalah hanya dua hari, namun ternyata sampai saat ini (sudah menginjak hari ketiga), kipas saya belum juga selesai diperbaiki. Hingga ketika saya datang untuk mengecek, sang petugas reparasi menjanjikan tenggang waktu yang lebih lama sampai dengan satu minggu. Konsekuensinya sampai saat ini saya belum juga mendapati kipas saya yang telah diperbaiki. Hal ini menyebabkan saya semakin yakin untuk melakukan strategi negosiasi yang dulu pernah saya lakukan pada kasus

14

Page 15: Riyanto - we dont need no educationdiahkei.staff.ugm.ac.id/file/rekap nl 5 minus.doc · Web viewAngka pertama adalah pasal yang saya langgar dan angka kedua adalah nominal denda yang

'melaundry karpet'. Bukan saja karena penambahan jumlah waktu yang tidak ada pada perjanjian awal tetapi juga karena kesabaran saya yang ekstra dalam menahan panasnya udara kamar tanpa kipas selama hampir satu minggu. Semoga berhasil!

PraditaPengalaman negosiasi minggu ini dimulai dari rasa lapar pada seluruh keluarga saya. Karena tidak ada lauk di rumah, ibu menyuruh saya untuk membeli lauk tanpa sayur karena sudah ada sayur dirumah. Dengan uang 15.000 saya segera berangkat untuk membeli lauk. Saya meminta masukan kepada keluarga mengenai lauk yang akan dibeli. Kakak perempuan saya menyarankan membeli sate dan kakak laki-laki saya menyarankan untuk membeli sayur sop dan lauk (apapun itu). Pertimbangannya adalah sayur yang ada di rumah monoton dan kurang segar dan bergizi karena berbahan santan (saya juga berpikir seperti itu). Awalnya kakak saya yang mengusulkan membeli sate tetap kukuh kepada kemauannya agar semua anggaran dibelikan sate agar jumlahnya banyak. Sedangkan kakak saya yang satunya tetap meminta agar ada menu sayur yang segar dan bergizi. Masing-masing tetap kukuh pada positional commitment nya. Daripada habis waktu hanya karena bingung memilih menu (didesak rasa lapar) dan melihat adanya 2 keinginan yang berbeda (yang satu menggunakan uang sepenuhnya untuk membeli sate dan yang satu menggunakan uang untuk membeli sayur sop dan lauk apapun itu) saya mengusulkan untuk mengalokasikan anggaran yang ada untuk memenuhi keduanya dengan pembagian proporsional. Alokasi anggaran yang lebih besar digunakan unutk membeli sate dan sisanya digunakan untuk membeli sayur sop. Dengan begitu kebutuhan kakak saya untuk makan sate tetap terpenuhi (walaupun mungkin tidak banyak tetapi yang penting kakak saya makan sate) dan kebutuhan kakak saya yang satu juga terpenuhi dengan memakan sayur yang segar dan bergizi. Kemudian saya mencari apa yang dibutuhkan. Saya menemukan sebuah warung dan kebetulan menjual sayur sop yang masih sangat segar. Saya mengalokasikan uang untuk membeli sop seharga 3000 rupiah saja dan ternyata 3000 rupiah sudah cukup untuk membeli sop yang sangat banyak. Sisanya (12000) saya belikan sate sebagai lauk karena bagi kakak saya yang mengiginkan sop, apapun lauknya tidak masalah baginya (yang terpenting adalah adanya menu sop dirumah). Dari uang 12000 itu akhirnya saya dapat membeli 24 tusuk sate, dan kamipun makan dengan lahap……

Andri Isu Negosiasi:

Menentukan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) mana yang akan menjadi penyelenggara pertemuan berikutnya. Lawan Negosiasi:

Korps Mahasiswa Ilmu Pemerintahan (KOMAP) dan HMJ yang ada di FISIPOL selain Korps Mahasiswa Hubungan Internasional (KOMAHI).

Posisi KOMAP:Karena KOMAP telah menjadi penyelenggara pertemuan yang terakhir kali dilaksanakan, maka mereka tidak bersedia untuk menjadi pengundang pada pertemuan berikutnya.

Posisi HMJ lain:Diam (menandakan ketidakinginan untuk menjadi penyelenggara).

Posisi saya (sebagai ketua KOMAHI):Meskipun isu yang diangkat relevan dan KOMAHI memiliki kepentingan atasnya, namun karena bukan KOMAHI yang mengangkat isu tersebut sehingga membutuhkan pertemuan lanjutan, jadi posisi saya adalah menuggu kesediaan dari HMJ-HMJ lainnya untuk menjadi penyelenggara.

Proses: Pertemuan antara HMJ yang ada di Fisipol pada waktu itu menyisakan satu isu yang belum sempat dibahas. Hal ini berdampak pada harus diadakannya pertemuan berikutnya, dan lebih jauh lagi HMJ mana yang akan menjadi penyelenggara untuk pertemuan tersebut. Secara konteks, perundingan yang kami lakukan termasuk jamak karena melibatkan lebih dari dua perunding. Pada pertemuan tersebut KOMAP langsung menyatakan bahwa mereka tidak bersedia menjadi penyelenggara karena merupakan pengundang pada pertemuan itu. Karena alasan yang dikeluarkan KOMAP kuat dan dapat kami terima, maka kami sepakat untuk mencari HMJ lain yang bersedia untuk menjadi penyelenggara. Yang menjadi kendala pada saat itu adalah tidak ada yang berinisiatif untuk mengajukan diri. Sebagai ketua HMJ, saya dapat memahami hal tersebut karena alasan utama hampir setiap HMJ, termasuk KOMAHI adalah keterbatasan dana. Untuk mengadakan pertemuan tentu saja membutuhkan dana, setidaknya dalam hal pengadaan konsumsi. Seandainya masih bulan puasa mungkin saya tidak ragu-ragu untuk mengajukan KOMAHI sebagai penyelenggara pertemuan berikutnya.

15

Page 16: Riyanto - we dont need no educationdiahkei.staff.ugm.ac.id/file/rekap nl 5 minus.doc · Web viewAngka pertama adalah pasal yang saya langgar dan angka kedua adalah nominal denda yang

Akhirnya, saya menemukan beberapa opsi agar dapat dipertimbangkan sehingga masing-masing HMJ tidak bertahan pada posisi (positional commitmen) tidak bersedia menjadi penyelenggara:

1. menggunakan prinsip cost-cutting dengan konsekuensi membantu lawan berunding, saya menawarkan agar pendanaan untuk konsumsi ditanggung bersama.

2. pertemuan dilaksanakan tanpa ada konsumsi. Namun, hal ini dapat mengurangi minat untuk menghadiri pertemuan tersebut.

3. jika sudah menjadi penyelenggara pertemuan, sebagai konsesinya adalah HMJ tersebut tidak akan ditunjuk lagi ketika ada pertemuan selanjutnya (concession making).

Setelah opsi diajukan, semua sepakat memilih opsi yang pertama untuk menanggung bersama pendanaan konsumsi. Namun, selain menyepakati opsi pertama, mereka juga sepakat untuk memilih KOMAHI sebagai penyelenggara pertemuan berikutnya. Merasa mendapat kepercayaan dan berkepentingan untuk menjaga hubungan yang telah terjalin, maka saya mengakomodasi keinginan teman-teman dari HMJ lain dengan menyetujui agar KOMAHI yang menjadi penyelenggara pertemuan berikutnya. Saya puas dengan hasil perundingan karena selain apa yang telah menjadi kekhawatiran dapat diatasi bersama, untuk kedepannya KOMAHI sudah lepas tanggung jawab sebagai penyelenggara rapat berikutnya.

YushfalTemen kostku sedang skripsi, jadi otomatis dia sangat membutuhkan komputer untuk memudahkan proses skripsinya yang dari pihak keluarganya dituntut harus diselesaikan dengan cepat. Karena dia tidak punya komputer dan sangat sibuk dengan kegiatan lain di luar urusan kuliah, maka dia pikir waktunya sulit dibagi dengan pergi ke rental komputer kapan saja ketika dia punya kesempatan. Jadi dia memutuskan untuk meminjam komputer saya sewaktu-waktu ketika dia mendapatkan inspirasi dalam proses penyelesaian karyanya tersebut. Saya pikir negosiasi ini berjalan dengan lancar-lancar saja, karena kita berdua mempunyai kesamaan dalam gaya berkonflik yaitu kompromi donk, asal tidak saling merugikan dan tetep sama2 enak. dan mungkin karena faktor kita teman dan sudah saling mengenal baik satu sama lain, maka taktik berunding kita selalu maching dari awal sampai akhir perundingan. Dalam proses perundingan tersebut, dia mau menerima persyaratan yang saya ajukan kepadanya, yaitu saya meminta kepadanya agar pemakaian komputer tersebut tidak mengganggu jam2 istirahat saya, mengganggu waktuku dalam mengerjakan tugas, dan menonton TV (berhubung yushfa pake’ combo TV box, so butuh monitor donk.he2..). Dia setuju dengan semua persyaratan tersebut, dan sayapun setuju untuk meminjaminya sampai skripsinya kelar. Dalam negosiasi ini saya merasa puas karena bisa membantunya untuk lebih mempercepat proses kelulusannya tanpa merasa terganggu sedikitpun aktivitas saya.Tetapi tidak disangka dan tidak diduga, skripsinya dapat terselesaikan dalam waktu yang relatif singkat dan tentu saja lancer donk…, dan setelah selesai skripsinya, dia memberikanku 1 rim kertas A4S, 1 kotak tinta hitam Data Print, dan yang paling tidak disangka-sangka, dia juga memberikanku 1 buku bacaan yang sudah lama aku cari dan aku idam2kan. Horeee……. Kita sama2 senang nich…… Ket: negosiasi kita ini menggunakan strategi berunding problem solving sesuai dengan tujuan kuliah NRK kita, he2.. tentunya dengan taktik nonspecific compensation, dimana ketika dia bisa mendapatkan yang diinginkan dari negosiasi kita, dia tetap bisa menghargaiku sebagai lawan berundingnya untuk mendapatkan apa yang saya incer dan idam-idamkan selama ini, tetapi tentunya diluar isu yan kita rundingkan .

JenniferNegosiasi yang saya lakukan pada minggu ini terjadi pada hari minggu tanggal 28 Oktober 2007. Pada hari itu, saya berjalan-jalan di sepanjang kawasan Malioboro untuk membeli tas enceng gondok. Akhirnya setelah beberapa saat berkeliling akhirnya, saya menemukan seorang penjual tas enceng gondok yang tas dagangangannya berbeda modelnya dengan penjual lain. Pada awalnya saya bersikap “contending” dan mengancam akan pergi apabila harga tasnya tidak diturunkan (penjual berniat menjual 1 tas berukuran sedang seharga 45 ribu (dari yang tadinya 70 ribu), sedangkan saya ngotot menawar seharga 40 ribu). Setelah saya pergi, ternyata saya tidak dipanggil kembali. Akhirnya setelah berkeliling-keliling ke pedagang lain dan melihat kemiripan model tas yang dijual antara satu pedagang dan pedagang lain dengan harga yang gila-gilaan, saya memutuskan untuk kembali ke pedagang tersebut. Strategi “Postional Commitment” yang saya gunakan di awal gagal karena saya tidak punya BATNA (alternatif pedagang lain yang menjual tas enceng gondok dengan model yang saya inginkan). Akhirnya saya kembali ke pedangang tersebut dan menawarkan “concession making”. Dalam hal ini issue dalam negosiasi berkembang menjadi dua, dimana awalnya hanya berniat membeli satu tas saja menjadi membeli dua tas.

16

Page 17: Riyanto - we dont need no educationdiahkei.staff.ugm.ac.id/file/rekap nl 5 minus.doc · Web viewAngka pertama adalah pasal yang saya langgar dan angka kedua adalah nominal denda yang

Saya meminta tas pertama yang saya tawar 40 ribu diberikan dan sebagai imbalannya saya akan membeli tas enceng gondok berukuran kecil dari yang tadinya seharga 40 ribu menjadi 25 ribu sesuai dengan kesepakatan bersama. Walaupun akhirnya saya mengeluarkan uang sejumlah 65 ribu untuk dua tas (dibandingkan dengan satu tas yang cuma berharga 45 ribu) saya cukup puas karena akhirnya saya mendapatkan tas enceng gondok yang selama ini saya inginkan.

RarasKonteks: seorang teman saya, mahasiswa asing, membutuhkan bantuan untuk belajar bahasa Indonesia karena ada

beberapa hal mengenai tata bahasa yang belum dipahaminya. Hari telah disepakti: selasa, karena ujian akan dilakukan pada hari rabu. Selain itu, juga karena saya baru bisa menemuinya setelah hari senin.

Posisi dan kepentingan posisi saya: selasa pk. 12.00 15.00 (waktu luang saya)posisi teman saya: selasa setelah kuliahnya selesai pk. 13.00 hingga sore atau malam harikepentingan kami: memanfaatkan waktu sebaik mungkin agar belajar bahasa ini tidak mengganggu ujian dan tugas

kami yang lainnya.Tujuan, tuntutan, batasan, BATNA saya:

Tujuan asal tidak pada malam hariTuntutan pk. 12.00 15.00Batasan pk. 15.00BATNA yang pasti terjadi adalah pertemuan pk. 13.00 15.00, jika tidak terjadi kesepakatan pada jam yang lainnya, inilah jam yang paling memungkinkan dan lebih baik bertemu daripada tidak sama sekali.

Saya kemudian mengusulkan agar kami bertemu pada jam 1 siang setelah kuliahnya selesai hingga jam 3, berhubung inilah jam yang paling cocok dari jadwal kami. Dengan anggapan bahwa waktu dua jam sudah cukup untuk menyelesaikan masalah tata bahasa tsb. Tapi tampaknya teman saya tersebut merasa masih kurang dengan waktu dua jam karena dia sangat khawatir dengan ujian pada hari jumat. Kemudian dia pun meminta bertemu pada malam hari setelah jam 6 (saya ada janji dengan teman yang lain pada pk. 15.00 18.00). Saya pun merasa tidak sanggup karena ada tugas kuliah yang harus dikerjakan.

Setelah bertanya jam berapa kuliah atau ujiannya pada hari selasa dimulai, saya pun mengajukan usul untuk bertemu pada jam 8 pagi, satu jam sebelum kuliahnya dimulai. Dan tetap bertemu kembali pada jam 1 siang.

Selain itu saya menyaranakan agar dia meminta bantuan teman-teman kosnya, karena seingat saya ada beberapa teman kosnya adalah orang Indonesia. Dan juga masih ada teknologi telepon dan sms jika seandainya dia lupa menanyakan sesuatu pada saya. Sehingga dia tidak perlu khawatir.

Bargaining range 08.00 15.00 Hasil: kami bertemu pada pagi hari jam 8 samapi jam 9 dan siang harinya pada jam 1 hingga jam 3 sore.Strategi : expanding the pie

resources waktu: jika siang atau sore hari terbatas waktunya kenapa tidak pagi saja sebelum kuliahresources SDM: dia bisa memanfaatkan teman-teman Indonesia di kosnya, walaupun mungkin dengan kemampuan

bahasa Inggris, sebagai bahasa pengantar, yang sedikit terbatas, setidaknya mereka dapat membantu mengoreksi kalimat, melancarkan pelafalan (spelling), dan hal-hal sederhana lainnya.

resources teknologi: manfaatkan teknologi untuk berkomunikasi, i.e Handphone

SutantoTas-tasnya, Bu...!!? Suatu hari saya janjian dengan teman SMA saya untuk pergi jalan-jalan keliling kota Solo karena kami sudah lama sekali tidak ketemu. Setelah seharian keliling-keliling hampir ke semua tempat di Solo, kami tiba di daerah perbelanjaan. Tiba-tiba saya teringat tas saya yang ada di rumah yang sudah berteriak-teriak minta diganti. Saya sudah memakai tas tersebut selama lebih dari tiga tahun dan hampir tiap hari saya pakai, dan kondisinya sekarang memprihatinkan. Sudah beberapa bulan ini saya merencanakan untuk membeli tas baru, mumpung lagi ada duitnya, tapi belum ada kesempatan saja. Saya berpikir mumpung sekarang lagi berada di sekitar tempat perbelanjaan, yang kata orang-orang barang-barang disini harganya murah dan mutunya baik, saya sekalian saja membeli tas. Lagipula besok harus kembali ke Jogja, karena ujian Strategi sudah menanti, jadi lebih baik kalo beli tasnya sekarang sehingga besok langsung bisa dipakai ke kampus. Tapi uang yang ada di dompet hanya sekitar Rp. 50.000,00-an. Walaupun begitu saya tetap memutuskan untuk membeli tas sekarang, kali aja ada tas yang bagus yang harganya dibawah Rp. 50.000,00. Kalo ada yang ada tempat laptopnya. Walaupun begitu saya juga tahu kalo harga tas yang bagus pasti lebih dari Rp. 50.000,00, saya tidak mau tawaran saya menjadi overbidding. Jadi saya mungkin akan mengambil uang di ATM kalo memang ada tas yang ingin saya beli dan harganya lebih dari Rp. 50.0000,00.

17

Page 18: Riyanto - we dont need no educationdiahkei.staff.ugm.ac.id/file/rekap nl 5 minus.doc · Web viewAngka pertama adalah pasal yang saya langgar dan angka kedua adalah nominal denda yang

Tibalah saya dan teman saya di salah satu toko spesialis tas, saya kemudian masuk dan menanyakan apakah ada tas laptop. Penjualnya bilang tidak ada, barangnya sedang kosong. Terus saya menanyakan apa ada tas dengan cooler back system (yang ada spon di belakang). Karena dengan tas saya yang dulu sering lembab atau basah bagian belakangnya karena keringat. Penjualnya bilang juga tidak ada. Toko tas koq ga nyediain banyak tas, pikir saya. Kemudian saya melanjutkan mencari tas di toko tas di sebelahnya persis. Di toko ini setelah saya tanya ternyata ada tas laptop. Tapi harganya cuma Rp. 46.000,00. Secara harga segitu tas laptop gimana bentuknya! Saya jadi sempat ragu. Ada juga tas-tas lain yang harganya kurang dari Rp. 50.000,00, tapi model dan bentuknya saya tidak suka. Saya kemudian menanyakan apakah ada tas dengan cooler back system. Penjualnya bilang dia punya dan kemudian menunjukkannya kepada saya. Setelah saya lihat saya sedikit tertarik, modelnya bagus walaupun merknya tidak terkenal, juga bukan tas laptop. Saya mulai berpikir untuk membelinya. Setelah saya lihat harganya ternyata Rp. 77.000,00. Harga segitu tentu saja di luar bargaining range saya, karena limit saya hanya Rp. 50.000,00. Saya mengalami negative bargaining range. Kemudian saya memutuskan untuk menarik diri dari perundingan (withdrawal) karena uang saya tidak mencukupi untuk membeli tas itu. Setelah itu saya dan teman saya keluar dari toko dan saya memutuskan untuk mengambil uang ke ATM terdekat, tapi hanya sejumlah Rp. 50.000,00 karena saldo saya sudah sangat menipis. Sekarang uang di dompet menjadi Rp. 100.000,00, mencukupi untuk membeli tas yang tadi. Namun sebelum saya kembali ke toko yang tadi, saya mengajak teman saya untuk melakukan tracking, mencari tahu harga-harga tas di toko yang lain di sekitar itu, siapa tahu ada tas yang bagus dan harganya juga lebih murah. Saya masuk di salah satu toko. Saya menanyakan apakah ada tas laptop. Penjualnya bilang ada tas laptop dan menunjukkannya kepada saya. Setelah saya lihat, saya pernah melihat model tas seperti ini di kampus, seperti punya Mba' Dikei atau Mas Riza atau teman kampus lainnya. Namun harganya jauh di luar limit saya, yang hanya Rp. 100.000,00 walaupun sudah mengalami kenaikan dari sebelumnya. Harga tas laptop itu senilai Rp. 235.000,00, sangat overbidding. Saya mengalami negative bargaining range lagi. Di situ juga ada tas laptop lainnya yang harganya lebih murah, namun harganya sekitar Rp. 185.000,00-190.000,00. Masih jauh di luar limit saya dan masih negative bargaining range. Saya mencoba menawar, namun tidak berhasil menurunkan sedikitpun. Saya juga sudah tahu kalo harga tas laptop yang bagus rata-rata ya segitu. Saya juga melihat-lihat tas lainnya dengan harga di kisaran Rp. 77.000,00, tapi tidak ada yang sebagus tas di toko sebelumnya,. Jadi saya memutuskan untuk withdrawal, awalnya sebagai strategi, tapi tidak berhasil. Kemudian saya dan teman saya memutuskan untuk kembali ke toko yang tadi. Di perjalanan, ternyata teman saya bilang dia juga tertarik untuk membeli tas yang saya pilih tadi. Dia berkata kalo saya tidak jadi beli, maka dia yang akan beli. Saya bilang kemungkinan besar saya akan beli, tapi saya bilang kami akan gunakan keinginan teman saya itu sebagai strategi berunding jika ada tas lain yang modelnya sama. Setelah saya sampai di toko yang tadi, saya meminta Mba' penjualnya untuk mengambil tas yang tadi saya pilih. Saya kembali memeriksa tas itu apakah ada cacat atau tidak. Saya nanya lagi, apakah ada tas lain yang modelnya sama dengan tas itu. Penjualnya bilang hanya ada dua tas dengan model yang seperti itu. Maka proses tawar menawar dimulai. Saya bertanya apakah ada kemungkinan harganya akan turun. Mba' penjualnya bilang tidak bisa, karena harganya sudah pas. Tulisan ”harga pas” tertera dengan jelas di label harga tas itu. Saya kemudian bilang kalo harganya bisa turun, berapapun jumlahnya, maka teman saya juga akan beli (expanding the pie). Mba'nya tetap bersikukuh pada pendiriannya. Disitu juga ada pembeli lain yang bilang dia akan membeli tiga buah tas jika dapat diskon atau bonus apapun. Penjualnya bilang, ”Ga ada diskon, ga ada bonus!!”. Dilihat dari ekspresi wajah Mba'nya itu kelihatan kalo dia serius, atau mungkin sedang berakting bahwa dia tidak bohong dan harga segitu sudah sesuai dengan pengorbanannya. Kalo memang begitu dia pasti sangat jago berakting. Karena saya harus mendapatkan tas baru sebelum saya kembali ke Jogja esok harinya (time pressure), maka saya memutuskan untuk membeli tas tersebut dengan harga Rp. 77.000,00, yang sekarang sudah dibawah limit saya (Rp. 100.000,00). Ternyata teman saya juga memutuskan untuk membeli tas yang sama modelnya. Jadi kami punya tas yang hampir sama. Saya berpikir, harga Rp. 77.000,00 cukup realistis dengan tas dengan model dan fungsi seperti itu, cukup setimpal. Tapi saya tidak tahu apakah saya mengalami winners curse atau tidak, jika ternyata ada tas yang sama di tempat lain yang harganya lebih murah. Tapi sejauh ini saya cukup puas.

Restudokumentasi acara keluargaini adalah negosiasi antara saya dan ibu saya ketika pulang kampung (pada 10 Oktober). ibu saya yang pertama kali mengutarakan niatnya untuk menyelenggarakan sebuah acara keluarga yang sangat penting dan sempat tertunda. ibu meminta saya meminjam kamera teman untuk dokumentasi tentunya (karena kamera keluarga kami sebelumnya sudah rusak). lalu saya konfirmasi ke semua teman yang punya kamera dan bisa dipinjam pada tanggal 01 November ini. tapi, tidak ada yang bisa digunakan.selama ini, dalam hati kecil saya ingin membeli kamera tapi karena tidak enak meminta kepada ibu, saya tahan keinginan saya. akhirnya saya berpikir sebuah ide untuk melakukan sebuah BRIDGING dalam keadaan ini. saya ingin

18

Page 19: Riyanto - we dont need no educationdiahkei.staff.ugm.ac.id/file/rekap nl 5 minus.doc · Web viewAngka pertama adalah pasal yang saya langgar dan angka kedua adalah nominal denda yang

menjembatani dua keinginan ini secara win-win solution.saya mengajukan agar membeli kamera dengan harga satu juta rupiah (angka ini saya pikir sudah rasional dengan keadaan ekonomi kami). Ibu pun mempertimbangkan. sehari kemudian (11 Oktober) ibu setuju karena dia berpikir dia ingin acara penting ini harus ada dokumentasinya dan lagipula, kamera ini sebuah investasi setelah kamera sebelumnya rusak.inilah capaiannya, saya membeli kamera 8 megapixel seharga 800 ribu. ibu senang karena acara besok ada dokumentasinya dan saya pun juga lega karena keluarga punya kamera lagi (yang fungsinya strategis).

EllaPosisi saya : ingin mendapatkan HP baruKepentingan saya: HP lama sudah kurang memadaiPosisi papa : menaikkan jumlah kontribusi yang saya berikanKepentingan papa: Papa tahu saya punya tabungan dan biasa mendapatkan tambahan penghasilan selama liburan.Negosiasi terpenting saya terjadi selama liburan Lebaran. Saya memanfaatkan kesempatan pulang ini untuk meminta kepada Papa dibelikan handphone baru. Sebenarnya saya sudah lama ingin minta HP baru kepada papa, tetapi saya menunggu sampai saya pulang ke rumah karena kalau via telepon kemungkinan negosiasi berhasil sangat kecil. Ketika saya maju untuk berbicara dengan papa, saya menyampaikan alasan-alasan mengapa saya membutuhkan HP baru sebagai berikut:

1. HP saya yang lama tidak bisa dimatikan karena tombolnya rusak.2. Baterainya cepat sekali drop, meskipun hanya dipakai sebentar untuk telepon.3. Memory HP yang lama sudah penuh sehingga kalau mau memasukkan kontak baru harus menghapus beberapa

contact yang lama yang jarang saya hubungi. Sejak awal saya tahu bahwa papa tidak mungkin memberikan HP baru begitu saja meskipun saya sudah menyampaikan alasan-alasan seperti itu. Saya pasti harus ikut memberi sumbangan berupa sebagian dari uang hasil tabungan saya karena HP yang saya inginkan harganya cukup mahal. Saya menetapkan Demand, Goal, dan Limit sebagai berikut:D = Rp 400.000,00 G= Rp 500.000,00 L=Rp 600.000,00Awalnya saya menawarkan untuk memberikan uang sebesar Rp 400.000,00. Tetapi papa tahu kalau sebenarnya saya bisa memberikan uang lebih sehingga meminta saya untuk menaikkan saja menjadi Rp 500.000,00 supaya “bulat setengah juta”. Karena pas dengan goal saya maka saya terima.TETAPI, setelah itu, papa juga meminta saya untuk membantunya mengerjakan sesuatu selama liburan. Yaitu, pada liburan semester berikutnya, saya mau memeriksa pekerjaan mahasiswa papa saya tanpa bayaran (biasanya saya diberi bayaran sedikit). Awalnya saya sedikit berat hati karena saya sudah mau mengeluarkan uang Rp 500.000,00 tapi setelah saya pikir-pikir, tidak apa-apa saya mengerjakan tugas tersebut karena saya masih bisa mendapatkan tambahan penghasilan saat liburan dengan cara-cara lain.Akhirnya, papa saya mencapai sebuah kesepakatan dan papa akan membelikan saya HP baru ketika saya pulang lagi ke Semarang.Gaya berunding saya adalah collaborating dengan strategi berunding problem solving (Non-specific compensation)

PipitProses Negosiasi: Ini adalah negosiasi terpenting dalam minggu ini. Negosiasi ini terjadi pada tanggal 30 Oktober 2007, tentang ijin terlambat masuk les. Hari itu, saya harus berangkat les pada jam 17.00, tetapi karena hujan yang sangat deras saya tidak dapat berangkat les. Awalnya saya berpikir untuk membolos saja, tetapi setelah saya ingat-ingat bahwa batas absensi saya sudah hampir penuh. Dalam peraturan les, batas absen hanya enam kali saja, sedangkan saya telah menggunakan enam kali jatah bolos les. Padahal pada hari jumat besok, tanggal 2 November saya berencana untuk menggunakan jatah bolos terakhir les karena akan pergi ke Surabaya. Maka dari itu saya harus datang les tanggal 30 Oktober 2007. Karena hujan deras, dan karena saya tidak punya mantel hujan saya tidak dapat berangkat les. Tetapi karena harus berangkat les, saya kemudian bernegosiasi dengan teacher melalui handphone agar dibolehkan terlambat datang. Batas keterlambatan di tempat les adalah 15 menit, namun setelah jam 17.15 hujan tidak kunjung reda. Negosiasi pun dimulai, awalnya agak susah karena saya berencana datang setelah hujan reda, tetapi sudah melewati batas keterlambatan. Saya terus berusaha untuk membujuk teacher saya. Akhirnya saya dibolehkan datang dan mengikuti les walaupun sudah telat satu jam. Posisi :Harus datang les agar dapat membolos pada tanggal 2 November. Kepentingan:Berangkat les dan menuntut ilmu

19

Page 20: Riyanto - we dont need no educationdiahkei.staff.ugm.ac.id/file/rekap nl 5 minus.doc · Web viewAngka pertama adalah pasal yang saya langgar dan angka kedua adalah nominal denda yang

Teknik Perundingan:Saya menggunakan cara-cara persuasif agar dibolehkan datang ke tempat les. Saya menjelaskan bahwa saya tidak punya mantel hujan dan saat itu hujan deras sekali sehingga saya terlambat. Untungnya guru les pun mentolerir keterlambatan saya. Analisa Perundingan:Saya rasa saya sedikit egois dalam melakukan negosiasi ini dimana saya terus ngotot untuk datang. Kali ini saya bertindak mismatching. Ketika guru les saya bersikap lunak saya terus mempertahankan posisi atau possitional commitment agar diijikan datang ke tempat les. Dan akhirnya saya memenangkan perundingan ini. Saya rasa ada alasan kenapa saya dapat memanangkan perundingan ini karena:

1. Sikap mismatching yang saya terapkan. Ketika guru les bersikap lunak saya terus mempertahankan posisi.2. Guru les saya bersikap lumayan bersikap kooperatif dan akhirnya saya diijinkan masuk les.

Mutitanggal 26 oktober kemarin, kakak kos saya yang bernama ayu ulang tahun. di kos, saya, ayu, ela, dandini berkawan karib. dan kita sepakat untuk patungan membelikan ayu hadiah. kebetulan, belum lama ayubilang kalo dia sedang ingin sepatu. maka kami sepakat membelikan sepatu sesuai keinginannya. sepatu punsudah ditangan.tapi ternyata, ada teman ayu (yang akhirnya menjadi teman saya juga) menelpon untuk meminta bantuan saya.namanya ucup. ternyata dia sedang naksir ayu dan bingung mau memberi hadiah apa. dia sudah lulus dan kerja di jakarta sekarang. rencananya dia ingin meminta bantuan saya untuk surprise party bagi ayu. berdasarkan rekomendasi adiknya, dia membeli dompet untuk ayu.setelah saya cerita bahwa ayu sedang ingin sepatu, ucup meminta saya untuk bertukaran hadiah. jadi,sepatu yang kami beli diatas namakan kado dari ucup, dan dompet yang ucup beli diatas namakan kado darikita temen2 kosnya. alasannya :"yah mut, gw kan yang lagi ngincer dia, pasti dia melting donk kalo dapet kado yang lagi dia pengenin..."tapi, saya juga ingin ayu ngerasa spesial dengan kado pemberian kami teman kosnya. sepertinya dompet bukansedang menjadi prioritas utama ayu. saya sempat menolak penawaran ucup dengan alasan saya inginmemberi ayu yang istimewa. dan ucup pun memberikan opsi lain :"gini mut, lo tetep ngasih dia dompet yang gw beli. Lo semua kan cewek, gimana kalo lo bikin kaya scrapbookyang lucu2 tentang lo ber-4. itu kan special banget..."dalam hati saya membenarkan. saya sudah mencapai limit.tapi saya masih menggali opsi lain."harga dompet yang gw beli 319ribu. bukannya niat ngejatohin lo, tapi kayanya harga sepatu yang kalian beli ga sampe sgitu kan...?"sombong amat ni orang...!!! tapi emang iya sih. Sepatu tsb harganya berkisar 200ribuan. saya tertarik dengan tawaran itu. tapi masih menggali opsi lain. siapa tahu bisa lebih untung. saya masih sok-sok berpikir.."ayolah...tanggal 10 nov gw ke jogja. dan ntar lo gw traktir...gmn???"DEAALL.....!!!saya bisa memberi ayu dompet 319ribu ( secara ayu seneng bgt sama brg2 mahal), tetep bisa ngasih something special which is scrapbook, ditraktir ucup pula!!!! tapi di sisi lain, ucup juga tidak merasa kalah karena kepentingannya terakomodir.

Sofia Liburan Idul Fitri kemarin, mama datang ke Yogyakarta. Ia juga memutuskan untuk pulang pada tanggal, sebut saja X. Tanggal ini di awal waktu ujian mid (jadi saya pikir tak masalah). Karena saya sakit singkat kata saya harus kontrol (kedua kalinya) ke dokter yang waktunya melebihi tanggal X. Oke, mama merasa panik. Ia merasa ragu pulang pada tanggal X karena ia ingin mendengar langsung perkembangan kesehatan saya langsung dari mulut sang dokter. Jadi, mama mulai membujuk saya agar ia bisa tinggal lebih lama lagi. Sounds weird? Melanjutkan membaca akan menjelaskannya. Since I was so competitive, sepertinya ini menjadi waktu yang baik untuk mengembangkan gaya berkonflik collaborating dengan strategi berunding bridging. Satu alasan yang membuat saya ragu kalau mama ingin tinggal lebih lama adalah karena karakter saya yang ‘cannot be distracted by almost anything’ ketika sedang fokus dengan sesuatu, termasuk belajar untuk ujian mid. Saya pasti akan merasa bersalah karena tidak ‘menghiraukan’ mama. Apalagi ia tidak di rumah, yang kemudian bisa mengerjakan banyak hal. Tapi saya tahu, bisa tinggal lebih lama buat mama berarti penting sekali. Viable options untuk mama ada dua, pulang tanggal X atau tinggal lebih lama. Satu-satunya yang bisa membuatnya ‘nyaman’ adalah pilihan pertama. Matching dan mismatching tentu juga saya lakukan. Saya berusaha untuk menyampaikan alasan dengan sejelas mungkin supaya tidak ada salah paham. Karena itu saya berusaha untuk mengimbangi mama, tidak dengan kealotan karena itu akan tidak membantu. Negosiasi juga saya

20

Page 21: Riyanto - we dont need no educationdiahkei.staff.ugm.ac.id/file/rekap nl 5 minus.doc · Web viewAngka pertama adalah pasal yang saya langgar dan angka kedua adalah nominal denda yang

lakukan dengan menggunakan taktik intermittent atau on/off. Kalau mama mulai merasa tidak nyaman membicarakan masalah ini, saya akan menghentikan negosiasi untuk sementara. Paling tidak ia punya waktu untuk memikirkan konsekuensi kalau ia memilih tinggal lebih lama. Selama negosiasi tiga hal penting listen, reframe, rephrase secara sadar saya lakukan. Saya ingin masalah ini mendapatkan solusi terbaik. Menjadi pendengar yang baik, saya percaya, akan memberikan pandangan baru. Bahkan mama mungkin bisa memberikan alasan bagi saya untuk mereduksi demand saya. Awalnya saya sempat memikirkan BATNA; ketika saya kontrol, saya bisa menelepon mama dan membiarkan ia berbicara dengan dokter. Tapi, saya kemudian berpikir ini tidak terlalu baik karena mama adalah ‘eye-contact person’ (inti dari bridging adalah ‘comfort to all parties’, yang ini jelas tidak). Oke, saya harus katakan bahwa listen, reframe, rephrase yang kontinuitif ternyata menghasilkan sesuatu bagi saya. Saya sadar saya agak berlebihan dengan masalah ini. karena ternyata BATNA terbaik bagi negosiasi ini adalah alih-alih merasa bersalah, saya bisa menjadikan mama bagian dari ‘acara belajar’ saya. Mama punya banyak wawasan, dan selama ini ia adalah partner diskusi yang baik; dengan begitu ia juga punya sesuatu untuk mengisi waktu dan tidak merasa tidak saya hiraukan (walaupun mama sebenarnya meyakinkan saya bahwa ia tidak akan merasa begitu karena ia sudah memahami bagaimana karakter saya, dengan mantap ia menyatakan bahwa ia tidak akan merasa tersinggung atau apa). Maka dengan begitu, mama tetap tinggal lebih lama, menemani saya pergi kontrol dan saya mendapat teman belajar (yang terbukti membantu dalam ujian). Saya pikir, saya berhasil melakukan beberapa hal yaitu melakukan bridging, mereduksi demand berdasar pemikiran yang rasional, ‘menemukan’ BATNA yang kredibel dan mengambil keputusan tanpa resiko winner’s curse. Status masalah: SOLVED!

Time to time negotiator, PS: Mb DK, Kak Bram dan Mb Kuntum jujur saya mengakui bahwa sebenarnya negosiasi ini tidak terjadi dalam range seminggu tapi lebih (tidak dari range Jumat-Jumat). Alasan saya mengambil negosiasi ini adalah karena ini membuktikan kepada diri sendiri dan siapapun yang membacanya bahwa saya mendapatkan sesuatu yang penting di kelas NRK yaitu memperbaiki gaya berkonflik saya serta alih-alih menjadi cunning plus kelewat kompetitif, saya berusaha untuk fair dan memahami masalah pihak berunding yang lain. Karena itu saya memutuskan untuk mengirimkan log ini. Salam dari mama… ^_^

DiwyaNegosiasi penting saya minggu ini berkisar tentang piket kamar mandi di kos. Dalam sebulan, anak kos di tempat saya wajib piket kamar mandi dua kali, dengan periode waktu mengerjakan tiga hari untuk tiap kali membersihkan kamar mandi satu kali. Sialnya, bulan ini saya harus piket dalam jangka waktu tiga hari di mana dalam tiga hari itu saya menghadapai ujian tiga hari berturut-turut pula, yaitu pada tanggal 24 - 26 Oktober. Dan sialnya lagi, saya baru sadar kalau saya harus piket pada tanggal 26 paginya (hari terakhir), padahal siangnya saya ada ujian dan malam sebelumnya saya tidak belajar. Akhirnya saya mencari alternatif lain agar saya bisa belajar pagi itu dengan menukar jadwal piket dengan sesama penghuni kos yang lain. Saya memutuskan untuk mencoba melobi Rini, yang jadwal piketnya adalah tanggal 27 - 29 Oktober, dengan pertimbangan tanggal-tanggal tersebut merupakan akhir minggu sehingga waktu saya lebih luang. Namun ketika saya menemui Rini pada 26 pagi dia berkata bahwa pada saat itu juga dia akan mudik sebentar karena ada acara keluarga hingga tanggal 29 pagi. Lalu saya membujuknya untuk menunda sebentar kepulangannya--untuk piket saat itu juga--menggantikan saya, dan saya akan menggantikannya di akhir minggu. Tapi dia tetap keukeuh tidak mau tukar. Di tengah negosiasi itu, saya melihat dia membawa keluar ikan peliharaannya di akuarium kecilnya. Dan saya bertanya, “ Ikannya mau dibawa mudik juga tho?”. Dia menjawab, “Nggak, aku mau titipin ke tempat penitipan hewan deket lapangan sana..”. Aha! Muncul suatu solusi di benak saya untuk merawat Tom, ikannya, selagi dia mudik, asalkan dia mau menukar jadwal piket. Ternyata dia tetap tidak mau dengan alasan khawatir saya akan menelantarkannya karena sibuk ujian. Saya tetap keras kepala dan meng-sinis-inya apa dia yakin kalau penitipan itu akan merawat Tom dengan baik (kebetulan dia belum pernah mencoba jasa itu sebelumnya), dan saya berkata padanya bahwa dia pasti akan susah bila harus membawa-bawa akuariumnya ke lapangan. Akhirnya dia jadi ragu-ragu dan saya melunak dan meyakinkannya lagi bahwa saya akan merawatnya dengan baik, lagipula saya pernah memiliki ikan, jadi tahu cara merawatnya. Saya juga berkata bahwa Rini pasti akan capek bila ia harus langsung piket setelah balik dari Cilacap, kampung halamannya. Dan, yes! Akhirnya dia mau tukar jadwal piketnya… Dalam negosiasi itu, posisi saya adalah ujian di hari saya harus piket kamar mandi sedangkan kepentingan saya adalah tukar jadwal piket dengan anak lain sehingga saya bisa belajar tanpa ada gangguan. Posisi Rini adalah tidak mau tukar jadwal dengan kepentingan akan mudik. Taktik yang saya gunakan adalah solving underlying concerns--specific compensation, yaitu dengan memberi Rini kompensasi untuk merawat ikan kesayangan Rini selagi dia mudik. Pada awal negosiasi, saya mismatch, alias dia keukeuh saya lunak (bila saya ikut keukeuh negosiasi akan bubar!). Di tengah negosiasi, karena saya mulai pesimis dan kesal, saya match, yaitu ketika Rini tegas saya ikut tegas dengan bersikap sinis dan membuatnya ragu untuk menitipkan Tom ke penitipan hewan. Dan di akhir negosiasi saya mismatch lagi dan tetap membujuknya dengan halus walau (pada awalnya) dia tetap tidak mau. Dan negosiasi itu berakhir dengan Rini menerima kompensasi yang saya berikan…

21

Page 22: Riyanto - we dont need no educationdiahkei.staff.ugm.ac.id/file/rekap nl 5 minus.doc · Web viewAngka pertama adalah pasal yang saya langgar dan angka kedua adalah nominal denda yang

SiholBeberapa hari yang lalu, saya berencana untuk mengganti ponsel saya yang sudah mulai “bertingkah”. Ponsel itu sudah cukup lama menemani saya, agak sulit memang untuk melepasnya begitu saja mengingat “perjalanan jauh” yang pernah kami tempuh bersama. Tapi apa boleh dikata, karena dia sudah mulai bertingkah duluan, terpaksa saya harus menggantinya dengan yang baru. Saya mengajak seorang teman saya yang dalam beberapa negosiasi yang lalu pernah saya ajak untuk membeli sepeda. Rencana saya adalah untuk menjual ponsel itu di satu tempat dan membeli yang lain di tempat lain pula. Pengalaman beberapa teman yang sebelumnya pernah saya tanya untuk mendapatkan gambaran, tukar tambah ponsel di satu tempat bisa membuat kita lebih rugi ketimbang melakukannya di tempat yang berbeda. Ini karena kita bisa bernegosiasi di masing-masing tempat dengan fokus yang berbeda. Di tempat menjual, kita bisa menambah isu (seperti kondisi yang masih cukup baik, kotak yang masih mulus, belum pernah dibuka casingnya, dsb yang membuat harga jualnya cenderung bisa lebih tinggi) ketimbang hanya membahas isu jumlah uang yang harus ditambah lagi jika melakukannya di satu tempat yang sama. Ditambah, saya telah mengantongi beberapa nama toko ponsel yang menjual ponsel dengan harga sangat murah dari pencarian saya di koran. Dalam hal ini, informasi yang telah saya punya saya rasa telah cukup untuk mengganti ponsel saya dengan yang baru. Maka dimulailah langkah pertama, menjual ponsel lama. Kami mendatangi salah satu toko ponsel yang iklannya di koran menerima ponsel seken dengan harga tinggi, tertinggi di kota Yogyakarta (gak tau setinggi apa). Awalnya demand yang kami pasang cukup tinggi, 550 ribu rupiah saja untuk tipe N6030 yang bergaransi tiga bulan lagi. Ternyata penawaran pertamanya 450 ribu. Saya lalu menjelaskan keunggulan ponsel ini yang membedakannya dengan ponsel lain, mulai dari casing yang tak pernah dibuka, tidak adanya lecet sedikitpun, kondisi kotak yang bagus, dan garansi yang masih ada. Setelah lama bernegosiasi dengan harga segitu, ia menutup penawarannya dengan harga 480 ribu rupiah. Enak aja, udah capek-capek, lama nunggu, 500 ribu aja gak bisa dikasinya. Kami lalu permisi untuk mencari toko lain yang bisa menawarnya lebih tinggi. Capek rasanya menjelaskan keunggulan ponsel saya ini, saya kemudian untuk mempersingkat proses tawar menawar, 500 ribu atau tidak sama sekali, take it, or leave it! Capek lama-lama. Dan, di toko pertama yang kami kunjungi, pendirian itu membuahkan hasil. Seperti toko sebelumya yang banyak omong, beginilah begitulah, untung gak banyak lah, apa lah! Toko itu pun mulai pasang aksi jual mahalnya. Gak mau hal ini berlangsung lebih lama, saya potong saja, ”Mas, harga matinya berapa saya bisa jual?” Dia bilang, “Empat lapan puluh, Mas.” “Ya sudah, kami cari tempat lain aja ya, Mas.” Saya bilang sambil mengambil posisi angkat kaki. “Ya oke, Mas. Mari mari sini.” Katanya. Dan, terjuallah ponsel sialan itu dengan harga 500 ribu rupiah saja. Cukup puas memang, karena harga segitu yang memang saya harapkan dari awal. Dan gak banyak petatah petitih, tidak seperti toko sebelumnya yang gak kenal istilah “harga mati”. Disuruh matiin dari harga 450, dia bilang 465, ngomong-ngomong sebentar, dia matiin lagi di 480 (ngerti jualan gak sih! Batin saya waktu itu, makanya saya langsung pergi). Dan perjalanan berlanjut ke toko lain untuk beli ponsel baru. Berbekal informasi dari koran yang telah saya dapatkan sebelumnya, saya akhirnya bisa mendapatkan ponsel yang murah, walaupun dengan tipe dan merk yang berbeda tapi spesifikasinya hampir sama persis. Harga di koran ternyata bisa lebih murah lagi kalau kita bisa menawarnya. Waktu itu harganya 500 ribu. Tapi akhirnya kita bisa dapat 450 ribu. Pengalaman dari jual beli ponsel ini, ternyata lebih mudah untuk membeli ponsel ketimbang kita harus menjualnya. Saya merasa bahwa sewaktu menjual, ada sesuatu yang kita punya, uang dan kemungkinan kita pergi jika kesepakatan tidak dicapai yang bisa membuat si pedagang malah gak bisa mendapat keuntungan barang sedikitpun. Ini cenderung membuat kita lebih percaya diri untuk melakukan tawar menawar. Sedangkan untuk menjual, kita dibebani perasaan bahwa barang itu tidak kita inginkan lagi, harus terjual, dan kalo sudah keluar rumah gak terjual juga, kan jadinya rugi. Ini yang cenderung membuat kita bisa menerima harga si penjual walaupun kita tidak menginginkannya, apalagi kalau waktu kita tidak banyak. Ini saya rasakan waktu membeli ponsel yang baru saya (yang merupakan ponsel 2nd), saya bisa buat alasan lebih banyak untuk membelinya ketimbang si penjual. Saya bisa buka-buka, liat-liat, komentar untuk lecet yang sedikit, untuk menurunkan harga jual si penjual itu. Bila harganya tidak juga bisa turun, kita bisa meminta bonus tambahan, kartu perdana, atau akssoris lainnya.

Amin Salasa Deskripsi Singkat: (Konteks & Proses Perundingan)

Negosiasi antara saya dengan teman saya (tetangga satu kompleks) soal pengembalian DVD film ’Lord of War’ (to be honest sebenarnya negosiasi ini bukanlah sesuatu yang dapat dibanggakan akan tetapi mungkin tepat untuk dijadikan bahan pembelajaran)

22

Page 23: Riyanto - we dont need no educationdiahkei.staff.ugm.ac.id/file/rekap nl 5 minus.doc · Web viewAngka pertama adalah pasal yang saya langgar dan angka kedua adalah nominal denda yang

Ceritanya seperti ini: Sehari sebelum lebaran (Kamis 11 Oktober 2007) saya kebetulan berniat untuk main dirumah teman saya (tetangga gang sebelah), waktu sampai dirumahnya, ternyata teman saya itu sedang asyik nonton film berjudul ’Lord of War’. Walaupun bukan film yang yang relatif baru, toh kemudian saya tertarik juga untuk menontonnya (maklum saya sendiri juga belum menonton film ini). Saya pun kemudian meminjam film dalam cakram DVD itu dari teman saya tadi dan saya sendiri berjanji untuk mengembalikannya paling lambat 2 hari setelah hari raya. Rencananya jika filmnya memang bagus, DVD itu akan saya clone atau copy. (pikiran di otak saya) ’lumayan, buat menambah koleksi DVD film dirumah saya’. Sesampainya dirumah, karena orang-orang rumah semua pada ribut dan sibuk mempersiapkan perbekalan dan barang bawaan yang akan dibawa saat kami bersilaturahmi ke rumah famili di Jakarta nantinya; saya sendiri pun tidak jadi menonton film tadi apalagi mengcopy-nya karena saya sendiri harus buru-buru packing baju dan perlengkapan lainnya mengingat kami akan berangkat hari Kamis sore itu juga. Sayapun memutuskan untuk membawa DVD film itu bersama saya, pikiran saya waktu itu ’lumayan bisa di putar di DVD Combo Box (player) di mobil keluarga, mungkin saja bisa mengusir kepenatan kami (terutama saya) dalam perjalanan nantinya’ (sebenarnya juga untuk mengantisipasi kegemaran kakak saya yang suka memutar musik-musik mid-rock keras-keras dan juga band-band lokal yang saya sendiri kurang begitu suka, terlebih lagi selera musik campursari papa saya yang sering bikin saya pusing). Celakanya, cakram DVD itu ternyata terproteksi sehingga tidak dapat diputar disembarang DVD Player termasuk di DVD Combo Box tadi (mungkin gara-gara firmware yang nggak perah diupdate)-(sebenarnya dapat diputar di DVD Player merk tertentu atau dihack melalui program komputer). ’Sial sekali’ pikir saya, akhirnya sayapun tidak jadi menonton film tadi dan yang lebih parah lagi saya terpaksa harus mendengarkan musik-musik mid-rock dan campursari selera kakak dan papa, bener-bener pusing dan celaka deh!.Sesampainya dirumah sepupu saya di Jakarta (Jum’at Siang, 12 Oktober 2007), saya lantas memutuskan untuk menonton film tersebut (karena kecerobohan saya DVD itu tertinggal dikamar saudara sepupu saya-bahkan kata sepupu saya DVD itu masih ada didalam player). Ternyata agenda berlebaran diluar kota yang dijadwalkan hanya dalam waktu 2 hari molor menjadi 5 hari (ini gara-gara mengunjungi famili yang ada di Bandung, Bogor dan Sukabumi). Karena saya ingat janji saya untuk mengembalikan DVD film yang saya pinjam dari teman saya tadi maksimal 2 hari setelah hari raya, (tanpa mengecek keberadaan si DVD terlebih dahulu) saya segera menghubunginya dan minta maaf atas keterlambatan yang terjadi. Teman saya tersebut memaafkan saya tetapi meminta agar DVD itu dikembalikan sesampainya saya dirumah (Kamis 19 Oktober 2007) karena akan dikembalikan kepada pemiliknya. Sayapun lantas menyanggupinya, tetapi sesampainya dirumah (Kamis siang 19 Oktober 2007) saya tidak dapat menemukan DVD film tersebut baik didalam ransel ataupun diseluruh ruangan dalam mobil. Tentu saja saya panik, untung sepupu saya segera memberitahu bahwa DVD film ’Lord of War’ masih tertinggal dirumahnya. Saya lantas bernegosiasi (negosiasi I) dengan sepupu saya tadi soal pengiriman DVD film tersebut dengan paket kilat, awalnya sepupu saya agaknya enggan untuk memenuhi permintaan saya, alasannya nggak ada biro pengiriman yang buka di hari lebaran. Tetapi saya nggak kehabisan akal, gara-gara sering ngirim paket saya tahu persis bahwa jasa pengiriman barang berbasis internasional semisal Fedex, UPS (United Postal Service) dan Tiki tidak pernah mengenal kata libur, akhirnya saya memintanya sekali lagi sembari menjanjikannya konsensi berupa uang lelah (biaya pengiriman+insentif berupa uang lelah saya sendiri yang menanggungnya) dan akhirnya ia-pun menyanggupi untuk memaketkan DVD itu. Akan tetapi ada satu masalah lagi, DVD itu baru akan sampai paling cepat Jum’at pagi dan celakanya Kamis sore sehari sebelumnya teman saya itu akan mengambil DVD yang saya pinjam itu. Bagaimanapun akhirnya saya harus mengatakan apa adanya kepada teman saya itu soal DVD yang ketinggalan di Jakarta dan waktu pengembaliannya yang sekali lagi mundur dari apa yang saya janjikan. Waktu mengatakannya saya sudah siap dengan kemungkinan terburuk yakni kena semprot teman saya tersebut (menurut catatan saya teman saya itu adalah tipikal orang yang perfeksionis dan selalu tepat waktu, jadi maklum jika ia marah kepada saya). Saya berusaha merenegosiasikan persoalan pengembalian DVD film tersebut (negosiasi II). Pada awalnya teman saya tersebut tidak mau tahu alasan yang saya berikan barangkali dan sangat mungkin ia menganggapnya sebagai excuses saya saja. Sayapun seketika berusaha memutar otak dan menemukan ide taktis untuk meredam amarahnya (walaupun mungkin kelihatan agak licik). Saya berusaha untuk membuatnya terganggu (secara psikologis) dan nggak sampai hati (berhubungan dengan pertemanan yang telah lama kami berdua bangun-saya tahu bahwa etikanya saya tidak boleh berpaling dari kesalahan dengan berlindung pada ikatan pertemanan) dengan berkata kepadanya ’masa sih kamu tega sama teman kamu’ Kita-kan sudah berteman sejak lama (bahkan sejak bayi) masa sih kamu nggak tahu perangai atau watak saya’ (saya tidak tahu apakah ini dapat dimasukkan dalam strategi contending baik annoying maupun persuasive argument atau yang lainnya). Akhirnya amarahnya pun mereda dan saya mengambil langkah persuasif sekaligus kolaboratif. Nah karena kami sama-sama penggemar serial kartun bergenre myth dan adventure, dan coincidently kami menyukai dan sering membicarakan serial kartun berjudul ’Avatar the Legend of Aang’ atau dalam versi aslinya ’Avatar Aang the Last Airbender’ (yang sebagian episodes terdahulunya telah dan masih tayang di Global TV) dan sangat kebetulan pula saya memiliki rekaman episode terbaru Book 3 ’Fire’ dari episode the Awakening hingga Mastering Sakka (saya merekamnya dari saluran Nickelodeon TV dari Channel TV Kabel Indovision). Saya akhirnya menawarkan untuk meminjamkan rekaman dalam DVD itu kepadanya (i guess mungkin bisa jadi bentuk unspesific compensation) dan ia pun setuju dan benar-benar

23

Page 24: Riyanto - we dont need no educationdiahkei.staff.ugm.ac.id/file/rekap nl 5 minus.doc · Web viewAngka pertama adalah pasal yang saya langgar dan angka kedua adalah nominal denda yang

tidak marah lagi kepada saya. Ketika saya tanyakan kepada dia soal bagaimana dia akan memberikan alasan kepada si pemilik DVD film ’Lord of War’ dia mengatakan kepada saya ’Ah ...itu masalah kecil! nggak usah kamu pikirin! Yang penting DVD itu besok sore kembalikan kepadaku yah! ’ sembari membawa DVD rekaman episode terbaru Avatar seperti yang aku tawarkan sebelumnya. Jum’at pagi akhirnya kiriman paket berisi DVD ’Lord of War’ datang dan sore harinya aku kembalikan kepada temanku tadi.

Hasil NegosiasiKalau bisa dibilang sebenarnya amat sulit bagi saya untuk menentukan hasil dari negosiasi ini (whether win-lose, win-curse, problem solving, acomodating ataupun yang lainnya) mengingat negosiasi ini sangat dipengaruhi oleh ikatan pertemanan dan ikatan trust yang telah lama terbangun antara saya dan teman saya tersebut.

LinaWaktu itu sebelum libur Lebaran dimulai, saya menemani teman saya ke Malioboro. Dia ingin membeli oleh-oleh buat kakaknya di Jakarta. Saya tanya mau beli apa, dia jawab mau beli sandal yang bermotif batik yang banyak dijual oleh para pedagang kaki lima di sepanjang Malioboro. Kemudian saya menawarkan diri untuk menjadi negosiator alias tukang tawar-menawar sekalian saya mempraktekkan pelajaran yang saya dapat di kelas NRK. Saya tanya kepada constituent saya,,,demandnya berapa untuk harga sandal tersebut. Dia bilang Rp. 8.000,-. Dan limitnya ga boleh melewati harga Rp. 13.000,-. Ternyata teman saya termasuk penganut aliran OGI alias ogah rugi. Maka kami pun menyusuri Malioboro. Saya bilang sama teman saya, kalau ada yang tertarik dengan motif sandalnya, langsung beritahu saya dan ditanya aja harganya biar langsung dinego. Kami sampai pada penjual yang menjual sandal dengan motif yang unik yang disukai teman saya. Awal negosiasi terjadi mismatching. Saya menanyakan berapa tuntutan awal si penjual dengan kalimat: “mas sandal kayak begini berapa ya?”. Penjualnya membuka harga Rp. 30.000,-. Terus penjualnya bertanya: “bisa ditawar kok mbak. mbaknya mau harga berapa?”. Saya menjawab: Rp. 8.000,-. Penjualnya mencibir kemudian berkata: dinaikin sedikit mbak, kalau segitu saya belum balik modal. Saya bersikeras dengan harga awal saya. Kemudian penjualnya bilang: saya turunin deh mbak jadi 20.000,-. Saya untungnya dah pas-pasan banget je. Melihat niat baik si penjual saya pun turut melunak juga. Saya menaikkan tawaran saya jadi Rp. 10.000,- (pertengahan negosiasi terjadi matching, kedua pihak saling mengcopy tindakan lawan demi tercapainya kesepakatan). Tapi penjualnya meminta saya menaikkan tawaran lagi. Harga terakhir dia bilang. Teman saya udah bisik-bisik jangan lewat dari 13.000. Saya pun mengajukan tawaran terakhir saya: 12.000. Penjualnya bilang: yah…ga bisa mbak. 15.000 dah harga pasnya. Saya melirik teman saya dan dia udah ngasih tanda: ayo cari penjual lain. Kami pun pergi meninggalkan penjual sandal tersebut. Saya masih menyimpan harapan dia akan memanggil saya dan setuju dengan tawaran saya seperti yang biasa terjadi dalam peristiwa tawar-menawar. Saya pikir harga 12.000 itu dah harga standar. Ternyata benar!!!!!! Penjualnya memanggil kami. Mbak..mbak 12.000 tapi belinya jangan satu ya.. Penjualnya menggunakan taktik logrolling. Menukar isu yang lebih dia prioritaskan yaitu keuntungan maksimal dengan isu yang termasuk lower priority bagi teman saya. Si penjual mau jualannya laku lebih banyak dan untungnya juga (kalau 12.000 itu dia udah untung 4.000, soale penjual tersebut beli sandal-sandalnya dengan harga grosir:8.000. Saya diberitahu temen saya yang lain yang tantenya juga penjual di Malioboro). Sementara itu teman saya mengutarakan bahwa dia juga pengen beli sandal cuma ga mesti sekarang. Tapi teman saya ga keberatan memenuhi konsesi si penjual. Akhirnya kami pun membeli 2 pasang sandal batik seharga 12.000.

AmiKemarin saat mudik lebaran, terjadilah perdebatan antara kakak dan sepupu saya. Saat itu kami bertiga berencana untuk bersilaturahmi dengan keluarga di Bandung. Ibu saya sendiri sudah terbang dengan pesawat ke Jakarta, jadi dari Jakarta ke Bandung beliau naik travel. Kakak saya berkata bahwa lebih enak naik kereta saja, supaya nyaman, bisa bobo di jalan. Sementara sepupu saya punya pendapat lain, dia ingin bawa mobil mempertimbangkan nanti di Bandung tidak ada kendaraan. Dan kalau harus naik angkot atau meminjam mobil saudara kan repot. Apalagi Bandung pasti ramai sekali, terbayang sudah bagaimana rasanya naik angkot di jalanan yang macet. Kakak saya bersikeras tidak mau naik mobil, apalagi harus membayangkan jalanan menuju Bandung yang macet, kalau macet di dalam kota sih sudah biasa, katanya (secara dia tinggal di Jakarta). Sepupu saya juga bersikeras tidak mau naik kereta, karena dia sendiri ( dan sebenarnya saya juga), tidak yakin masih ada tiket kereta yang tersisa dan tidak mahal. Apalagi masalah naik angkot di Bandung yang benar-benar menghantui sepupu saya itu.. Akhirnya setelah perdebatan yang tidak ada ujungnya itu saya teringat log-rolling dan spesific compensation. Saya bilang sama mereka, kalau sebenarnya mereka punya kepentingan yang beda di balik tuntutan mereka itu. Kakak saya mementingkan kenyamanan di jalan menuju Bandung (tidak macet, bisa bobo, dll), saudara sepupu saya mementingkan kepraktisan saat di Bandung. Nah, gampang kan… kakak saya sebetulnya bisa saja tidak usah gantian menyetir di jalan menuju Bandung kalau dia memang mau bobo di jalan. Sebagai gantinya ( specific compensation ), nanti sesampainya di Bandung kakak yang akan mengantar kami bersilaturahmi (karena tadi dia sempat ngomong kalau tidak takut macet asalkan berada di dalam kota). Saya mengungkapkan opsi2

24

Page 25: Riyanto - we dont need no educationdiahkei.staff.ugm.ac.id/file/rekap nl 5 minus.doc · Web viewAngka pertama adalah pasal yang saya langgar dan angka kedua adalah nominal denda yang

tersebut pada mereka, dan setelah mempertimbangkan beberapa hal, seperti uang bensin ditanggung bertiga, dan sebagainya…akhirnya kami dari Semarang berangkat ke Bandung naik mobil!!! Horeee!!!!

RenathaNegosiasi ini terjadi antara saya dan Bintang (adik saya). Permasalahannya tentang ikat pinggang. Saya selalu memakai ikat pingganya tanpa sepengetahuan dia. Alasan saya menggunakannya karena pertama, saya tidak mempunyai ikat pinggang. Kedua, saya suka warna dan motifnya. Lama-lama dia tahu dan kemudian sedikit marah kepada saya karena ikat pinggang yang dia beli dengan uangnya sendiri jarang dipakainya. Dalam hal ini saya sadar sudah keterlaluan karena saya memakainya dalam jangka waktu lama dan “lupa” untuk mengembalikan. Akhirnya kami berunding. Saya bilang saya sedang membutuhkannya. Dia berdalih “kan ada uang lebaran kemarin, beli sendiri aja dong”. Lalu saya melancarakan jurus persuasive argument...saya bilang “ Bintang, sebagai kakak beradik kita harus saling tolong menolong. Mama kan sering bilang begitu. Lagipula ikat pinggang kamu kan nggak cuma satu. Kakak juga bukannya nggak mau keluar uang buat beli, tapi kakak kan anak kos, banyak kebutuhan lain. Kamu nggak kasihan sama kakak, kalau kakak kekurangan uang nanti gimana? ”. Sebagai anak SMP kelas 2, dia tetap tidak mau tahu. Akhirnya saya berpikir untuk mengadakan unspecific compensation. Ternyata dia bersedia. Jadi saya bisa memakai ikat pingganya tapi saya harus mencarikan lagu-lagu yang sedang dia suka namun susah dicari dan beberapa game komputer tanpa menyebutkan namanya alias terserah. Saya setuju karena kebetulan saya mempunyai teman yang punya banyak game dan lagu-lagu itu bisa di download di internet jika memang benar-benar susah dicari (kebetulan dia masih gaptek akan teknologi yang satu ini. he he....). Kami berdua puas...

GalihPihak pertama : Saya sendiriPosisi : meminjamkan motor kepada kakak selama saya liburan di rumahKepentingan : Memakai motor dengan kondisi yang baik karena telah diservis tanpa mengeluarkan biaya dan mudik dengan bis bukan motor.Pihak kedua : Kakak sayaPosisi : meminjan motor untuk menunjang perkuliahannya Kepentingan : Menggunakan sepeda motor untuk menunjang kuliahnya selama saya liburan di rumah Kakak dan saya kuliah di Jogya. Kakak di Atma Jaya sementara saya di UGM. Kedua universitas ini memiliki jadwal akademik yang berbeda menyangkut libur lebaran. UGM memberi waktu lebaran dua minggu sementara kakak hanya menikmatinya selama empat hari. Kesempatan liburan tersebut rencananya akan saya habiskan di rumah, sementara motor akan saya pinjamkan kepada kakak karena saya malas jika mudik memakai motor, lebih nyaman menggunakan kendaraan umum seperti bis. Sekedar informasi; kami hanya di serahi satu motor untuk mendukung kuliah kami dan karena jarak kos saya relatif jauh dari kampus maka motor itu saya yang menggunakannya. Namun saya juga terikat tanggung jawab untuk menservis motor dan waktu servis terdekat adalah saat saya liburan di rumah maka otomatis motor dipakai kakak. Hal tersebut memberi saya ide untuk mengadakan negosiasi dengan kakak mengenai kewajiban menanggung ongkos servis motor. Saya akan meminjamkan kakak motor bila kakak bersedia menservis motor dan menanggung biayanya. Saya menekan kakak dengan argumen jika kakak tidak bersedia maka saya akan mudik dengan mengendarai motor. Argumen itu hanya saya gunakan sebagai alat penekan, sebenarnya saya sendiri tidak tertarik untuk merealisasikan argumen itu tetapi untunglah kakak mempercayai argumen saya tersebut. Kakak menerima syarat jika harus menservis motor tetapi tidak bersedia menanggung biaya servis 100%. Kakak beralasan dia hanya akan menggunakannya kurang lebih dua minggu sementara servis dilakukan sebulan sekali maka opsi yang ditawarkan adalah biaya servis dibagi dua 50%-50%. Saya merasa opsi tersebut logis dan cukup adil maka saya setuju dan negosiasipun selesai. Sekedar catatan, saya menempatkan 100% biaya servis ditanggung kakak sebagai demand sementara goal dan limit saya adalah 50%. Angka 50% Muncul karena pertimbangan yang sama seperti diungkap oleh kakak saya. Walaupun sekilas terlihat kompromi, namun saya merasa menang karena kepentingan pertama tentang saya malas menggunakan motor untuk mudik dapat terpenuhi sementara kepentingan kedua tentang biaya servis tidak saya tanggung sepenuhnya. Di negosiasi ini saya merasa berhasil menekan kakak dengan argumen yang bersifat mengancam tepat kepentingannya untuk menggunakan motor karena saya tahu kakak kurang memiliki informasi yang cukup tentang refrensi saya antara mudik dengan bis atau motor. Informasi memiliki peran yang amat penting dalam negosiasi. Saya merasa perlu menampilkan posisi saya hanya sebagai pemberi pinjaman motor sedangkan dua kepentingan yang saya tuju, tidak perlu saya ungkap semuanya untuk memperkuat posisi tawar saya. Jika kakak tahu dua kepentingan saya sementara kakak hanya mengusung satu kepentingan, tentu posisi tawar saya akan lebih rendah. Saya hanya menyampaikan informasi yang menurut saya perlu saya utarakan bukan semuanya.

25

Page 26: Riyanto - we dont need no educationdiahkei.staff.ugm.ac.id/file/rekap nl 5 minus.doc · Web viewAngka pertama adalah pasal yang saya langgar dan angka kedua adalah nominal denda yang

Gunturpermasalahan : gagal aktivasi kartu esiaposisi saya : aktivasi kartu saat itu juga agar dapat digunakan saat itu jugaposisi cc (customer care esia) : ikut prosedur, kartu saya baru dapat diproses dalam 3 hari.tidak ada yang lebih mengesalkan dari pelanggaran terhadap hak konsumen. ceritanya, jumat beberapa minggu yang lalu saya membeli starter pack esia, karena tergiur iming-iming "nelpon murah", "sms irit", dlsb. nomor yang saya beli juga lumayan cantik dengan harga yang lumayan mahal pula. nah, sebagai warga negara yang baik, saat mengaktifkan kartu tersebut, saya registrasi ke 4444 (sebenarnya sih lebih karena mau tidak mau saya harus registrasi). usai memberikan data diri, petugas dari call center mengatakan esia saya sudah dapat digunakan. lalu, saya coba pakai. ternyata nomor saya masih terblokir. mencoba sabar, saya ulangi lagi panggilan 1 jam kemudian. belum bisa juga. akhirnya saya telfon ke customer care esia. dijanjikan, dalam 1x24 jam esia saya sudah aktif. mulai dongkol rasanya. nah, sehari kemudian, tepatnya hari sabtu, saya keluar kota. dan hari minggunya saya pikir seharusnya esia saya sudah bisa dipakai. ternyata, belum bisa juga! dengan emosi yang meletup2, saya telfon lagi tu customer care. gagal. kartu saya sekarang malah terblokir dan amat susah untuk telfon ke layanan pelanggan. seninnya, saya datang ke esia center. dengan senyum manis dan wajah tak berdosa, customer service disana menyambut saya dengan riang gembira. ketika saya keluhkan masalah saya, dengan entengnya si cc berkata : "maaf mas, untuk nomor lain tidak ada gangguan. jadi cuma nomor mas aja. ini prosesnya 3x 24 jam, terhitung mulai jam 9 malam, karena antri" bum, langsung memuncak emosi saya. mana ada untuk mendapatkan layanan yang sudah saya bayar, saya harus menunggu 3 hari 3 malam???? dengan menahan perasaan yang bergejolak, saya menjawab : "mas, kalau memang cuma punya saya yang trouble, harusnya nggak perlu antri donk. lagipula kenapa harus punya saya yang begini, sedangkan lainnya enggak? ini berarti kesalahan di pihak esia, karena saya sudah prosedural saat mendaftar. gini ya, saya udah bayar mahal itu perdana. dan hak saya saat ini ditelantarkan oleh bakrie telecom. saya nggak mau tau ada prosedur apa lagi, kemarin esia sudah memberi janji, 1x24 jam. di iklannya esia tu nggak ada keterangan kalo satu diantara sekian kartu ada yang berpotensi trouble sampai berhari-hari. jadi, saya minta kartu esia saya diaktifkan sekarang juga."cc menjawab : "tapi mas, ini harus diproses oleh teknisi kami. dan ini perlu waktu."saya : "nah lo. kemaren sudah minta waktu. sekarang minta lagi. waktu saya registrasi, katanya sudah langsung aktif. ternyata belum bisa. saya complain lewat telfon, katanya proses sehari. sekarang saya harus nunggu 3 hari lagi. yang bener yang mana sih? masak satu perusahaan jawabannya beda semua."cc : "tapi memang prosedurnya begitu."saya : "saya baru tahu kalau mempermainkan pelanggan itu sudah jadi prosedur di esia. gini aja. ini starter pack saya kembalikan. saya minta uang saya kembali."cc : "waduh mas, tidak bisa. segelnya sudah dibuka."saya : "nggak bisa ya. ini kartu nggak bisa dipake. ini namanya penipuan. gini deh, mas saya kasih opsi. ganti uang saya, ganti dengan kartu perdana lain yang nomornya cantik juga, atau saya tulis di surat pembaca." dalam hati, saya sudah mereka-reka judul yang akan saya tulis : BUNTUNG PAKE ESIA.nah, si cc ini rupanya mikir juga. belum sempat dia menjawab saya timpali lagi (kejam sekali saya rasanya ^^!) : "saya tunggu keputusan dari esia, 15menit."akhirnya, dengan berusaha tetap tersenyum, si cc masuk ke dalam dan menemui entah siapa. tak lama kemudian, cc datang lagi dan mengatakan kartu saya telah diaktifasi oleh teknisi langsung dari jakarta. "nah, itu bisa" kata saya. jadi, esia saya sudah aktif tanpa perlu menunggu hingga 3 hari. alasan dari teman saya yang bekerja di esia ternyata ringan saja : "kan hari jumat ampe minggu long weekend. jadi kalo nggak darurat, aktivasinya nunggu hari kerja."syukurlah, sekali lagi, saya tidak perlu menunggu selama itu. karena saya merasa saya sudah mengikuti prosedur yang benar dan esia malah mempermainkan saya.

BintarSubjek 1 : Diri sayaSubjek 2 : Teman kost saya, Mas RikiObjektif : Membayar iuran surat kabar bulanan kost

Pada suatu hari, teman kost saya Mas Riki mendatangi kamar kost saya dan menanyakan perihal pembayaran uang iuran surat kabar yang harus dibayar tiap bulan oleh seluruh penghuni kost. Saya diharuskan oleh Mas Riki untuk membayar uang iuran selama tiga bulan, yaitu bulan Juli, Agustus, dan September.

Namun saya keberatan dan hanya ingin membayar iuran untuk bulan Juli dan September saja karena pada bulan Agustus saya pulang ke rumah di Jakarta dan sama sekali tidak membaca surat kabar kost sama sekali. Awalnya Mas Riki tetap memaksa saya untuk membayar karena uang kas kost sudah menipis dan banyak penghuni kost yang masih belum membayar iuran.

Saya berargumen dengan halus bahwa saya termasuk salah satu anak kost yang paling rajin membayar iuran surat kabar dan masih banyak anak-anak kost lain yang masih belum membayar iuran. Dengan berat hati tampaknya

26

Page 27: Riyanto - we dont need no educationdiahkei.staff.ugm.ac.id/file/rekap nl 5 minus.doc · Web viewAngka pertama adalah pasal yang saya langgar dan angka kedua adalah nominal denda yang

Mas Riki dapat menerimanya dan mau hanya menerima uang iuran surat kabar selama dua bulan saja. Sampai sekarang pun (bulan Oktober) Mas Riki tidak menagih uang iuran bulan Agustus itu.

KevinNegosiasi saya untuk minggu ini terjadi di rumah,ketika saya bertemu dengan bintar.Kondisi saat itu adalah saudara sepupu bintar ingin mencari kost-kostan,namun dia karena masih mahasiswa baru,masih bingung mencari kost-kostan yang tepat untuk di tempati.Akhirnya bintar pun menawarkan kostan nya untuk ditempati oleh sauadara sepupunya.Kondisi di rumah saat ini,rumah memiliki 7 kamar dan masih ada 1 kamar kosong yang belum digunakan,akhirnya saya memanggil bintar dan mengajaknya bernegosiasi untuk bisa tinggal di rumah,dan mengisi kekosongan kamar yang belum digunakan tersebut (dengan adanya bintar masuk,maka untuk bayar pln,pam,dan lain-lain akan menjadi lebih murah,hehe..).Negosiasi pun dimulai,saya membujuk bintar agar dapat tinggal di rumah dengan pertimbangan tidak usah memikirkan kendaraan,karena kami semua siap membantu,dan kita juga bisa saling membantu jika sedang “elit” (ekonomi sulit.Hasilnya masih belum diketahui,namun nampaknya bintar tampak antusias dan ingin bergabung dengan skuad rumah,dan juga dengan pindahnya bintar ke rumah,maka saudara sepupunya bisa tinggal di kostan bintar yang sebelumnya….

FadmaBeberapa minggu terakhir ini pasti akan menjadi minggu yang sangat padat bagi Kami para mahasiswa, ujian mid semester yang menanti Kami seakan siap menumbangkan setiap serpih semangat Kami yang tersisa, beruntung bagi Kami ada beberapa mata kuliah yang dosennya dengan bijaksana meniadakan ujian mid semester. Salah satunya adalah Ibu Ilien dosen Kami untuk mata kuliah Hubungan Internasional di Asia Tenggara. Dua minggu lalu, tepatnya sebelum Kami para mahasiswa menjalani libur lebaran, beliau memberitahukan katidakadaan ujian mid semester bagi mata kuliah ampuanya, kontan Kami mahasiswa menyambutnya dengan lapang dada, namun kemudian beliau memberitahukan bahwa sebagai penggantinya Kami harus mengumpulkan review individu dari bahan bacaan yang diberikan per kelompok sebagai pengganti ujian tersebut.Awalnya saya dan mahasiswa lain santai saja mendengarnya, toh hanya review selembar dua lembar ini, tapi begitu bahan Kami dapat di tangan, dengan rendah hati saya katakan beruntung kelompok Kami mendapat bahan review berbahasa inggris dengan kosa kata yang rumit dan membingungkan, terlebih bagi mahasiswa berotak sederhana seperti saya, lumayan juga bahan review Kami itu. ( lumayan membuat pusing-red )Akhirnya dengan semangat juang dan jiwa NRK, Tuhan menunjukan jalanya. Ada satu teman kelompok saya, Kaka namanya, tidak memiliki bahan review tersebut. Maka dengan ikhlias saya membantunya, yaitu dengan meminjamkan bahan review saya. Kemudian prinsip NRK pun saya jalankan. Perundingan diantara Kamipun berlangsung. Posisi saya yaitu saya meminjamkan bahan review saya kepada Kaka dengan catatan dia harus mau menerjemahkan bahan tersebut untuk kami berdua pakai kemudian. Kepentingan saya yaitu saya dapat mengerjakan tugas review saya dengan lancar tanpa harus pusing akan penerjemahanya.Sedangkan posisi Kaka adalah meminjam bahan review saya tanpa kompensasi apapun. Dengan kepentinganya adalah dapat mengerjakan review tersebut dengan lancar pula, tetapi harus juga dengan tidak rugi karena harus capek menerjemahkan untuk Kami berdua.Selanjutnya duel negosiasi diantara Kami berlangsung alot dan sengit. Setelah lelah Kami berunding akhirnya disepakatilah bahwa Kaka akan menerjemahkan bahan review yang a'udzubillahi minzalik tersebut sendirian dengan kekuatan yang dimilikinya untuk Kami berdua, sedangkan saya harus membuat dua buah review dari bahan hasil terjemahan tersebut juga untuk Kami berdua. Namun saya berpikir lagi, lha koq rugi di aku ya ,,, ??? kemudian menyusul saya ajukan syarat tambahan lagi yaitu bahwa setelah review tersebut selesai saya kerjakan dan telah Kami berdua kumpulkan dengan gembira maka sebagai celebration party Kaka akan mentraktir saya segelas segar es cendol Geboy di kantin kampus, dan Kaka pun setuju. Maka selanjutnya Kami berdua menjalani kehidupan kampus Kami dengan senang dan bahagia selamanya. ( ffa-red )

AadSaya diberi amanah sebagai Menteri Kajian Strategis dan Kebijakan BEM KM UGM. Hari Selasa (23/10) sekitar pukul 12 siang, saya tiba-tiba dihubungi Mas Dirman produser RRI (Radio Republik Indonesia) Yogyakarta. Beliau meminta saya untuk bersiaran mendampingi Pak Oni Sekjen Karang Taruna Kota Yogya berbicara tentang topik “Pendidikan Ideal menurut Pemuda dan Mahasiswa” dalam acara Universitaria RRI Produa 102.5 MHz jam 14.00. Sebelumnya Mas Dirman minta maaf menghubungi saya dadakan, karena pembicara yang sudah dipersiapkan tibat-tiba membatalkan. Saya katakan, saya akan mengusahakan datang, tetapi bisa atau tidak bisa, akan saya hubungi balik RRI segera.Saya sudah hapal. Gaya Mas Dirman memang menghubungi dadakan sebelum acara dimulai. Ini bukan yang pertama kali saya diminta menjadi pembicara dadakan. Sebelum-sebelumnya saya turuti, tapi saya merasa bosan dan malas

27

Page 28: Riyanto - we dont need no educationdiahkei.staff.ugm.ac.id/file/rekap nl 5 minus.doc · Web viewAngka pertama adalah pasal yang saya langgar dan angka kedua adalah nominal denda yang

untuk mengudara kali ini. Saya tidak punya alasan apapun selain sedang bosan. Karena saya tidak punya alasan yang tepat untuk menolak, maka saya tetap berusaha untuk menyiapkan bahan siaran dengan browsing di internet sambil berpikir alternatif solusi:1. Saya datang, tetapi dalam keadaan malas, tidak mood, dan hati tidak nyaman. Ini jelas akan mempengaruhi siaran.2. Saya tidak datang, maka hubungan dan kepercayaan orang RRI pada saya akan berkurang.3. Saya tidak menghubungi kembali dan mematikan HP supaya tidak bisa dihubungi balik oleh Mas Dirman.4. Saya mengalihkan kepada orang lain. Dengan demikian hubungan saya dan RRI save. Tetapi siapa? Lagipula jika

saya menyerahkan kepada orang lain, saya tidak bisa menjamin kualitas orang yang saya kirim. Jika demikian, hubungan saya dengan RRI akan tetap rusak.

Saya berpikir tidak bisa mempertahankan posisi saya (positional commitment) dengan malas dan tidak datang. Saya harus mencari alternatif lain.Saya mendapatkan pilihan kelima. Saya mencoba menghubungi staf Departemen Kajian Strategis. Saya mendapatkan Nilam dan Nicolo. Kedua memang staf senior di Depkastrat, tetapi belum pernah sekalipun siaran. Nilam bercita-cita menjadi penyiar radio dan Nico lumayan kritis. Mereka setuju dan senang jika bisa siaran di RRI. Ini bisa menjadi salah satu program kaderisasi staf juga.Akhirnya, saya tetap datang ke RRI mengantar Nilam dan Nico siaran, tetapi saya tidak siaran. Dengan demikian, saya tetap bisa menjaga hubungan baik dengan RRI (sekalian Syawalan juga ), melakukan kaderisasi staf, dan tidak perlu siaran. Ini bisadijadikan contoh expanding the pie.Selain itu pula, saya bisa mendapatkan keuntungan berlipat dengan kedatangan saya. Saya memulai pembicaraan untuk menjalin kerja sama antara BEM KM UGM dan RRI dalam program siaran. BEM KM akan mendapatkan jatah siaran selama dua kali sebulan. Pembicaraan ini saya lakukan bersama Mas Dirman produsen program Universitaria ketika Nilam dan Nico mengudara.

AinurSebelum berangkat ke jogja, saya disuruh ibu membeli wingko di pasar. Jatah uang yang ibu berikan untuk membeli 2 wingko ukuran besar adalah Rp. 25.000,- . Tetapi saya juga ingin membeli mie ayam yang harganya Rp. 4.500,- (tanpa bakso), sedangkan kalau pake bakso harganya Rp. 6.000,-. Saya perkirakan limit saya Rp. 20.500,- dengan konsekwensi dapat mie ayam tanpa bakso. Sedangkan goal saya Rp. 19.000,- (mie ayam + bakso). Dan tuntutan saya Rp. 17.500,- Tawar-menawar pun terjadi. Si penjual menetapkan harga awal Rp. 21.000,- untuk 2 wingko. Saya pikir harga ini kemahalan karena wingkonya tidak sebesar yang saya bayangkan dan banyak gosong disana-sini. Saya pun keberatan dan mengajukan tuntutan (Rp.17.500,-) saya dengan memberi 2 alasan diatas. Si penjual mengurangi sedikit tuntutannya menjadi Rp. 20.500,-. Dan mengatakan kalau ini harga pas. Tapi saya sedikit tidak percaya karena Ibunya memang terkenal suka menaikkan harga secara dia penjual wingko satu-satunya di pasar itu (yang otomatis saya tidak punya BATNA). Saya menaikkan tuntutan saya menjadi Rp.18.000,- tapi ibunya tetap tidak mau memberikan wingkonya. Karena capek, saya pun pura-pura meninggalkan penjual itu. Tapi ternyata dibiarkan saja olehnya. Selama berpura-pura pergi, saya mencari akal. Saya pun kembali ke penjual wingko dengan mengajukan tuntutan Rp.19.000,- sambil beramah-tamah dengannya. Berkenalan, melihat-lihat kuenya yang lain, dan memberi tahu bahwa ibu saya adalah teman arisannya (ini memang benar). Yup, dengan senang hati akhirnya ibu penjual wingko memberikan wingko tersebut dengan harga Rp.19.000,- ditambah 2 onde-onde sebagai bonusnya. Dan saya pun mendapat hasil yang lumayan memuaskan walaupun tuntutan saya tidak terpenuhi, tetapi target saya tercapai.

HeruSaudara saya datang ke Jogja tanggal 16 Oktober lalu dan membawa 'bekal' satu container (kira-kira seberat 1kg) rendang dari rumah untuk dibawa ke Bandung. Ia mampir dulu ke Jogja untuk mengantarkan laptop untuk kakak saya (hasil negosiasi kakak selama satu tahun). Lebaran di Jogja membuat saya sedikit bosan karena tidak ada kegiatan (sebenarnya malas berkegiatan). Adik saya yang sudah datang dari jauh ini tampaknya tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk tahu Jogja sedikit lebih 'dalam' (maunya diajak jalan-jalan). Akhirnya dia meminta saya untuk mengantarkannya ke Candi Borobudur. Setelah sedikit berpikir, saya menyetujui permintaannya dengan beberapa kondisi: bekal rendang yang dia bawa semestinya ke Bandung harus dibagi tiga (saya, kakak, dan adik saya/ lawan berunding)saya hanya mengantar saja, jadi tiket masuk harus ditanggung sendiribiaya konsumsi dalam perjalanan, ditanggung oleh adik saya (lawan berunding)*Ditambah lagi, sebenarnya ini kesempatan yang cukup baik juga untuk saya me-refresh pikiran setelah bosan selama libur Lebaran.

28

Page 29: Riyanto - we dont need no educationdiahkei.staff.ugm.ac.id/file/rekap nl 5 minus.doc · Web viewAngka pertama adalah pasal yang saya langgar dan angka kedua adalah nominal denda yang

Setelah menyetujui kondisi yang saya syaratkan (hehehe..), dia akhirnya setuju dengan catatan saya bersedia meminjamkan kamera digital untuk keperluan dokumentasinya; karena negosiasi ini dalam konteks dengan orang yang masih berhubungan di masa depan, dan saya menganggap ini sebagai modal untuk logrolling--saya berniat meminjam jaket barunya--saya memutuskan untuk sutuju. Akhirnya, setelah saling bertukar konsesi, kita berangkat ke Borobudur. Dan dua hari kemudian, saya berhasil meminjam jaket adik saya dengan mudahnya.Negosiasi ini berhasil dalam beberapa konteks bagi saya dan adik saya terutama ternyata trip ke Borobudur ini semakin mengikis jarak diantara kami berdua dan menyatukan kepentingan kita yang berbeda (bridging); saya ingin refreshing tapi malas pergi kemana-mana (apalagi sendirian) dan adik saya ingin melihat Borobudur untuk pertama kalinya. Selain mendapat hal yang berada dalam pertimbangan negosiasi, saya juga mendapat keuntungan lain yaitu: memperbarui koleksi foto di Borobudur (terakhir kali kesana, hasil dokumentasinya tidak begitu memuaskan untuk suatu tujuan)Dalam perundingan ini, saya menerapkan salah satu konsep collaborating dengan metode exchanging concessions (plus) logrolling dan lawan berunding saya menggunakan taktik expanding the pie, perundingan dapat teratasi dengan menghasilkan solusi lebih dikarenakan kepentingan saya dan adik saya dapat ter-jembatani dengan hasil negosiasi. Jadi saya berkesimpulan negosiasi yang saya lakukan menjadi problem solver bagi kami berdua.

Indah Pengalaman bernegosiasi kali ini saya alami di sebuah pasar malam yaitu ketika saya menawar harga bando bersama teman-teman saya. Proses perundingannya sederhana, si ibu penjual bando (SIPB) menawarkan harga sebuah bando adalah Rp 3.000,- kemudian saya menawar menjadi Rp 1.000,- satu bando. Akan tetapi SIPB hanya menurunkan harga Rp 1.000,- atau menjadi Rp 2.000,- saja. Saya menawar lagi dengan strategi agak berbeda yaitu Rp 3.000- untuk 2 buah bando (berarti satu bando berharga Rp 1.500,-). Awalnya SIPB menolak tetapi setelah saya menunjukkan gelagat mau pergi dari tempat itu akhirnya SIPB bersedia melepas 2 buah bando tersebut untuk saya dengan harga Rp 3.000,-. Dalam kasus tersebut, antara saya dan SIPB terjadi mismatching pada walnya karena SIPB sudah bersedia menurunkan harga (kerjasama) tetapi saya tidak setuju dengan harga yang ditawarkan tersebut dengan menawar harga yang cukup jauh (pelit/tidak bekerjasama). Di tengah-tengah kami mengalami matching karena kami sama-sama melakukan “kerjasama” yaitu dengan SIPB menurunkan harga dan saya juga menaikkan harga penawaran. Akan tetapi di akhir kami mengalami mismatching karena saya menggunakan strategi berunding threat (mengancam) yaitu positional commitment dengan mengancam akan pergi jika tawaran saya tidak diterima. Sedangkan SIPB melakukan kerjasama yaitu dengan akhirnya bersedia melepaskan 2 buah bandonya dengan harga Rp.3.000,-. Selain itu sebenarnya saya melakukan tracking karena sebelumnya saya sudah mencari informasi dengan melihat harga-harga di tempat lain dan bertanya pada teman-teman saya yang pernah membeli bando sebelumnya. Jadi saya menawar Rp 3.000,- untuk 2 bando karena berdasarkan informasi yang saya dapat, di tempat lain harganya Rp 2.000 untuk 1 bando.

MenadionKali ini lawan negosiasi saya adalah keluarga saya sendiri yang caturwarga. Negosiasi bertempat di rumah saya sendiri, Solo(8/10). Topik negosiasi adalah Perayaan Idhul Fitri.Isu utama adalah penentuan kapan Hari Idhul Fitri jatuh. Saya memilih opsi terdekat, yakni hari Jumat(12/10). Adapun pihak lawan lebih condong pada opsi hari Sabtu(13/10).Sebenarnya tidak semua anggota keluarga yang lain menjadi pihak lawan. Kakak saya memang memilih hari Sabtu juga, namun dia tidak mempermasalahkan pilihan saya. Dengan kata lain,memang kakak saya tidak ikut bernegosiasi tapi dia turut memperbesar suara mayoritas. Tidak begitu dengan orang tua saya, mereka mendesak saya untuk merayakan lebaran pada hari Sabtu.Di awal negosiasi saya mempersilakan orang tua saya membeberkan alasan mereka: 1.kekompakan keluarga(secara tidak langsung diperkuat pilihan kakak saya), 2. ketaatan pada pemerintah yang bagaimanapun juga secara de jure dipilih rakyat Indonesia dan saya adalah rakyat Indonesia, 3. kedurhakaan kepada orangtua. Untuk menghindari seretnya negosiasi di awal, saya bertindak mismatching dengan berlagak mengamini alasan-alasan ortu saya tersebut. Begitu dirasa tensi ortu saya menurun, saya ngeyel lagi: bahwa alasan kedurhakaan sebenarnya tidak bisa diterima. Momentum ini juga lantas saya manfaatkan untuk membeberkan alasan-alasan saya, seperti waktu SD saya bersekolah di Muhammadiyah(pencetus Idhul Fitri Jumat), saya sadar apa yang saya pilih tanpa bermaksud mendurhakai, dan lain-lain. Dan tentu saja saya tidak menyebutkan goal saya sebenarnya: jangan sampai puasa lagi. Adapun limit saya, walaupun saya tahu ini jelas salah, adalah puasa setengah hari.Kembali ke negosiasi. Guna menghindari deadlock saya melepas demand awal berbarengan memberi konsesi untuk alasan kekompakan, yakni turut serta melaksanakan sahur. Untuk konsesi ini orang tua saya menerima walaupun dengan ekspresi aneh. Lantas saya kembali memanaskan perundingan dengan menolak alasan ketaatan pada pemerintah. Saat itu saya hanya bilang bahwa saya tak ingin bagai kerbau dicocok hidungnya. Sempat menolak,ortu saya akhirnya maklum juga.Tampaknya alasan ini hanya sebagai komplemen saja. Mementalkan alasan ke-tiga agak sedikit alot. Hampir-hampir saya dipaksa menahan lapar dan haus di cuaca panas untuk barang sehari tambahan. Saya

29

Page 30: Riyanto - we dont need no educationdiahkei.staff.ugm.ac.id/file/rekap nl 5 minus.doc · Web viewAngka pertama adalah pasal yang saya langgar dan angka kedua adalah nominal denda yang

harus meminta bantuan kakak saya yang “semi-netral” itu untuk bergabung dalam perundingan untuk sekedar memberi saran saja. Bisa dikatakan kakak saya ini sebagai arbritatornya. Kakak saya lantas tanpa diduga dan secara tidak langsung lebih condong ke saya, bahwa sebenarnya saya bebas memilih kapan akan sholat Id dan itu tidak ada sangkut pautnya dengan kedurhakaan. Momentum ini saya gunakan untuk menembak serangan terakhir, bahwa kalau itu dosa besoknya kan Idul Fitri. Jadi dosanya bisa segera diampuni. Saya pun akhirnya direstui untuk tida berpuasa pada hari Sabtu. Goal saya tercapai utuh!Alhamdulillah…….

30