riwayat keluarga mangundikara - kumoro.staff.ugm.ac.idkumoro.staff.ugm.ac.id/file_artikel/riwayat...

5
1 RIWAYAT KELUARGA BESAR MANGUNDIKARA Berdasarkan Penuturan Folktale dan Petilasan Makam Pada masa penjajahan Belanda, beberapa periode menunjukkan adanya perlawanan terhadap penjajah yang digalang oleh para pangeran, adipati, dan sebagian keluarga kerajaan di Jawa yang memiliki pendirian yang teguh dan rasa keprihatinan yang tinggi terhadap penderitaan rakyat. Misalnya, Raden Mas Said atau disebut juga Pangeran Sambernyawa atau Mangkunegara I (1725‐1795) adalah salah satu pangeran dari keraton Surakarta, hidup pada masa Paku Buwono III, yang sangat ditakuti oleh pasukan penjajah Belanda. Beliau tidak mau bermewah‐mewah di istana sementara kehidupan rakyat jelata sangat menderita karena penjajahan oleh Belanda. Karena sikap anti‐penjajahan dan perang besar yang beliau kobarkan melawan penjajah Belanda, sebagian rakyat masih merasa terlindungi dari kekejaman penjajah. Pangeran Diponegoro (1785‐1855) Di wilayah keraton Jogjakarta, perlawanan yang hebat dari Raden Mas Mustahar atau Raden Antawirya (lebih dikenal dengan Pangeran Diponegoro), hidup antara tahun 1785 hingga tahun 1855, merupakan bagian penting dari semangat anti‐penjajahan dan perlindungan terhadap rakyat jelata. Meskipun Pangeran Diponegoro tidak berhasil mengusir penjajah Belanda dari tanah Jawa, tetapi semangat pengorbanannya mengilhami banyak pejuang kemerdekaan pada masa‐masa sesudahnya. Adalah Tumenggung Salingsingan I, seorang sentana keraton Surakarta yang berkuasa di wilayah sekitar Kleben (sekarang Solo Baru, Sukoharjo) yang beberapa kali terlibat dalam perang melawan pasukan Belanda. (Nama "Salingsingan" kebetulan mirip dengan Pangeran Arya Sacanata atau

Upload: haduong

Post on 23-Apr-2019

254 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

RIWAYATKELUARGABESARMANGUNDIKARA

BerdasarkanPenuturanFolktaledanPetilasanMakam

Padamasa penjajahanBelanda, beberapa periodemenunjukkan adanyaperlawanan terhadap penjajah yang digalang oleh para pangeran, adipati, dansebagiankeluargakerajaandiJawayangmemilikipendirianyangteguhdanrasakeprihatinanyangtinggiterhadappenderitaanrakyat.Misalnya,RadenMasSaidatau disebut juga Pangeran Sambernyawa atau Mangkunegara I (1725‐1795)adalah salah satu pangeran dari keraton Surakarta, hidup pada masa PakuBuwono III, yang sangat ditakuti oleh pasukan penjajah Belanda. Beliau tidakmau bermewah‐mewah di istana sementara kehidupan rakyat jelata sangatmenderita karena penjajahan oleh Belanda. Karena sikap anti‐penjajahan danperangbesaryangbeliaukobarkanmelawanpenjajahBelanda,sebagianrakyatmasihmerasaterlindungidarikekejamanpenjajah.

PangeranDiponegoro(1785‐1855)

Di wilayah keraton Jogjakarta, perlawanan yang hebat dari Raden MasMustahar atau Raden Antawirya (lebih dikenal dengan PangeranDiponegoro),hidup antara tahun 1785 hingga tahun 1855, merupakan bagian penting darisemangat anti‐penjajahan dan perlindungan terhadap rakyat jelata. MeskipunPangeranDiponegorotidakberhasilmengusirpenjajahBelandadaritanahJawa,tetapi semangat pengorbanannya mengilhami banyak pejuang kemerdekaanpadamasa‐masasesudahnya.

Adalah Tumenggung Salingsingan I, seorang sentana keraton SurakartayangberkuasadiwilayahsekitarKleben(sekarangSoloBaru,Sukoharjo)yangbeberapa kali terlibat dalam perang melawan pasukan Belanda. (Nama"Salingsingan" kebetulan mirip dengan Pangeran Arya Sacanata atau

2

TumenggungSalingsinganyanghiduppadamasaSultanAgung1613‐1645yangberkuasadikadipatenPanjalu,Ciamis.Tetapi inihanyakebetulansejarahataukemiripannamasaja).TumenggungSalingsinganIbanyakberhubungandenganpara senopati yang berjuang bersama pangeranDiponegoro, putra dari SultanHamengku Buwono III di Jogjakarta. Ketika Pangeran Diponegoro pada tahun1825 tertangkap oleh Belanda melalui taktik yang licik lalu diasingkan keMakassar, Tumenggung Salingsingan I melihat bahwa dia pun suatu saatmungkinakanberakhirhidupnyadalamperangmelawanpasukanBelanda.Diaberwasiat kepada sebagian keluarga dan pengikut setianya: "Yen aku tiwasmungsuh Walanda, aja pisan­pisan aku dikubur yen jisimku durung uwal sakatandhu utawa bandhosane" (Sendainya suatu saat aku tewas di tanganmusuhBelanda, janganmemakamkanmayatkuseandainyabelumbisadipisahkandaritanduataukerandanya).

DalamsebuahpertempuranhebatdiLaweyan,TumenggungSalingsinganItewastertembuspelurupasukanBelanda.Parasahabatdanpengikutsetianyamemang kemudian menemukan bahwa jenazahnya sulit dipisah dari kerandayang dipakai pertama kali untuk mengusungnya. Berdasarkan kepercayaanmereka, jenazah itu harus dibawa ke sebuah tanah perdikan di Jogjakarta.Dengan kesedihan yangmendalam, para keluarga dan pengikutnyamembawajenazahitumenujukeBarat.Sesampaidisebuahbulakdalamperjalananmenujutanah perdikan Menoreh, jenazah itu ternyata jatuh atau terpisah dengansendirinya dari kerandanya. Sesuai dengan pesan almarhum, jenazahTumenggung Salingsingan I dimakamkan di bulak tersebut. (Sekarang nisanTumenggungSalingsinganIdapatdilihatdimakanKarangendhek,NginoKidul,DusunXIIIMargoagung).

Beberapa keluarga Tumenggung Salingsingan I memutuskan untukmendirikan pesanggrahan kecil dan menetap di bulak tersebut. Sebagianpengikut Tumenggung Salingsingan I bergabung bersama pasukan SentotPrawiradirja (alias Sentot Alibasah), senopati pengikut setia pangeranDiponegoro,melanjutkanperjuanganmelawanpenjajahBelanda.AdikkandungTumenggung Salingsingan I, RadenMas Subekti,menetap sebagai orang biasa,bertani, berdagang dan menikah dengan salah seorang anak Bekel (sekarangKepala Desa) di daerah Ngino Kidul. Sebagian warga sekitar tetapmenghormatinyadanmenyebutnyasebagaiTumenggungSalingsinganII.(NisanTumenggung Salingsingan II berada di sebelah Selatan nisan TumenggungSalingsinganIdimakamNginoKidul).

SentotPrawiradirja(1807‐1855)

3

Keluarga Tumenggung Salingsingan IImenurunkan enamorang anak, 4laki‐lakidan2perempuan.Anaksulungnya,RadenSumardiya,melanjutkanjenispekerjaanorangtuanyamenjadipetanidanpedagang,Ketikaberangkatdewasa,RadenSumardiyamenikahdengananakseorangpedagangdaridaerahSuleman(sekarang di sekitar dusunMedari dan Nglampar, Sleman), namanya berubahmenjadi Ki Santadikara. Tidak banyak kisah tercatat dari perjalanan hidup KiSantadikara. Tetapi beberapa kisah menyebutkan bahwa beliau termasukseorangpetaniyangtekundanmenjualsendirihasilbumidaridaerah iniyangmelimpahkepasar‐pasarterdekatdidaerahGodeandandiMuntilan.

KiSantadikaramemiliki4oranganak,sulungperempuan,2adiklaki‐lakidanbungsuperempuan.Anakkedua,RadenSarjuni, adalah seoranganakyangmemilikibakatsepertiorang‐tuanyasebagaipedagang.Tetapisejakmudabeliautermasuk anak bandel yang suka berkelahi. Ketika Ki Santadikara meninggal,Raden Sarjuni berkeras untuk tidakmemakamkan jenazah orang‐tuanya itu dimakam keluarga Tumenggung Salingsingan. Diamemutuskanmemakamkan dibulak Klawisan. Ketika itu bulak ini termasuk daerah yang rawan atau tidakaman, banyakpenjahat, begal, kecu, dsb, yangmenghalangi niatRaden Sarjuniuntuk memakamkan jenazah orang‐tuanya di bulak tersebut. Tetapi RadenSarjuni tidakgentar.DalamperkelahiandenganbeberapaorangbegaldibulakKlawisan, Raden Sarjuni unggul dan beliau meneruskan niatnya untukmemakamkan jenazah orang‐tuanya dan sekaligus menetap di kawasan bulakini.

RadenSarjuni termasukterlambatmenikahkarena lebihsenangdengankegiatan bersama anak‐anak muda yang lain, termasuk kegiatan berdagangsepertiorang‐tuanyadangladhen(olah‐ragabeladiri).Ketikaakhirnyamenikahpada usia 34 tahun, Raden Sarjuni memutuskan untuk menetap di bulakKlawisan. Nama dewasa yang diberikan kepadanya adalah Ki Kramadikara.(MakamKiKramadikaraberadadi sampingmakamKiSantadikaradi cungkupmakamKlawisan).Dikisahkanbahwabeberapabegaldankecuyangkalahdalamperkelahian dengan Raden Sarjuni akhirnyamenjadi pengikut setianya. RadenSarjuni (atau Ki Kramadikara) mengizinkan keluarga pengikutnya itu untukmemanfaatkan lahan di sekitar cungkup Klawisan sebagai makam keluargamerekajuga.

Ki Kramadikaramemiliki 2 orang anak, yaitu Raden Supadi dan RadenAjeng Sumardilah, tetapi disamping itu jugamengangkat seorang anak angkatbernama Sudarman. Raden Supadimewarisi tanah garapanKi Kramadikara dibulak Klawisan. Ketika berangkat dewasa, menikah dengan keluarga pamongdaridesaNgetal,diberinamadewasaKiMangundikara.RadenSupadimemilikiwatakorang‐tuanyayangpemberanidandisiplin.PadamasapemilihanbekeldiKalurahanNgino(masapemerintahanHamengkuBuwonoVIIIdanmasatransisiSultanHamengkuBuwonoIX),RadenSupaditerpilihmenjadiseorangJagabaya(Sekarang istilahnya Kepala Urusan Keamanan). R.A. Sumardilah menikahdengan seorang sinder perkebunan tebu. (Oleh sebab itu beliau lebih terkenaldengan sebutan Mbah Mandor). Sudarman menetap di dusun Ngino Wetan,ketikamenikahmendapatnamadewasaReksadimeja(kitamengenalnyasebagaiMbahReso).

4

Ki Mangundikara memiliki tujuh orang anak, lima laki‐laki dan duaperempuan. Selengkapnya nama‐nama dewasa dari keluarga KiMangundikaraadalahsebagaiberikut:

1) Mangunharja;

Perempuan,menetapdidusunMandan.Keluarganya terdapatdi sekitardusunMandan,Banyuurip,danPagerjurang.

2) Jayadiharja;

Laki‐laki, menetap di dusun Klawisan. Keluarganya di dusun KlawisandanTholo.

3) Darmadiharja;

Laki‐laki,menetapdidusunTopadan.KeluarganyaadadidusunTopadan,diBlabak(Magelang),dusunMriyan,dsb.

4) Prawiraharja;

Perempuan,menetapdidusunTegal,Margoagung.Keluarga sebagiandiTegal,Terwilen,danmenyebardibeberapakotadi Jawa,diKalimantan,dsb.

5) Pujasuwarna;

Laki‐laki, menetap di dusun Klawisan. Keluarga sebagian tinggal diKecamatanSleman,dusunKrapyak,dsb.

5

6) Martasuharja;

Laki‐laki, menetap di dusun Jambon dan Ngaglik. Sebagian ada yangtinggaldikota‐kotalaindiJawa,dikotaPalu(SulawesiTengah),dsb.

7) Dirjasusanta

Laki‐laki, menetap di dusun Klawisan. Keluarga sebagian di Klawisan,kotaJogjadanbeberapakotadiJawa.

*****

Ditulis kembali oleh Wahyudi Kumorotomo. Beberapa informasi mungkinkurang akurat karena hanya berdasarkan kisah dan penuturan. Apabila adainformasi yang lebih akurat, harap menghubungi: 081 328 488 444 ataukunjungiwww.kumoro.staff.ugm.ac.id.

Jogja,11September2010.