ritual parmalim dalam cerita asal usul etnis batak

121
RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK: PENDEKATAN ANTROPOLOGI SASTRA SKRIPSI OLEH: SEVENRI HARIANJA NIM 150701042 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

1

RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK:

PENDEKATAN ANTROPOLOGI SASTRA

SKRIPSI

OLEH:

SEVENRI HARIANJA

NIM 150701042

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 2: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

i

PERNYATAAN

RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL-USUL ETNIS BATAK:

PENDEKATAN ANTROPOLOGI SASTRA

OLEH

SEVENRI HARIANJA

NIM 150701042

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah di ajukan untuk memeroleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat yang pernah ditulis atau

diterbitkan oleh pihak lain, kecuali yang saya kutip dalam naskah ini dan

dituliskan di dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya buat ini tidak

benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar yang saya peroleh.

Medan, Maret 2018

Penulis.

Sevenri Harianja

NIM 150701042

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 3: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 4: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

iii

RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK:

PENDEKATAN ANTROPOLOGI SASTRA

OLEH

SEVENRI HARIANJA

NIM 150701042

ABSTRAK

Ritual merupakan tata cara dalam upacara atau suatu perbuatan keramat yang dilakukan oleh sekelompok umat beragama atau kepercayaan tertentu. Yang ditandai dengan adanya berbagai macam unsur dan komponen, seperti: waktu, tempat, alat, serta orang-orang yang menjalankan upacara. Metode penelitian ini mengunakan deskriptif kualitatif dengan sumber data primer dan sekunder. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama ilmu sastra dan budaya, khususnya dalam bidang Antropologi Sastra. Selanjutnya penelitian ini menggunakan pendekatan antropologi sastra dengan sumber data penelitian ini adalah data lapangan, yaitu melalui wawancara dengan beberapa informan yang tinggal di tempat penelitian, tepatnya berlokasi di Desa Sarimarrihit, Sianjur Mula-Mula, Kabupaten Samosir. Maka hasil penelitian ini antara lain: 1) ritual mararisabtu. 2) ritual martutuaek, 3) ritual mardebata, 4) ritual pasahat tondi, 5) ritual sipaha sada (mangan napaet), 6) ritual sipaha sada (panghaoroanan ari hatutubu ni Tuhan Simaribulu Bosi), 7) ritual sipaha lima.

Kata Kunci: Ritual, Metode, Manfaat, dan Hasil penelitian.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 5: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

iv

PRAKATA

Puji dan syukur penulis sampaikan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena atas berkat dan rahmat serta izin dari-Nya penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Ritual Parmalim dalam Cerita Asal Usul Etnis Batak:

Pendekatan Antropologi Sastra” yang merupakan salah satu persyaratan untuk

mencapai derajat sarjana S1 pada program studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu

Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Proses penulisan skripsi ini dari awal hingga akhir memiliki banyak

kesulitan yang penulis alami. Namun berkat saran dan dukungan dari semua

pihak, hambatan-hambatan itu dapat teratasi dengan baik. Terwujudnya skripsi ini

tentunya setelah menempuh perjalanan panjang serta tidak terlepas dari bantuan

banyak pihak. Oleh karena itu, sudah sepatutnyalah pada tempat dan kesempatan

ini penulis mengucapkan rasa terimakasih dan penghargaan kepada beliau-beliau

yang telah berjasa mengarahkan, membimbing, mendukung, dan menyemangati

penulis sehingga dapat menyelesaikan studi yang ditempuh. Oleh sebab itu, pada

kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Rektor dan Wakil Rektor Universitas Sumatera Utara yang telah berkenan

menerima penulis untuk duduk di salah satu kursi tempuh pendidikan di

lembaga pendidikan yang beliau pimpin.

2. Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera

Utara yang telah menyediakan fasilitas-fasilitas yang telah penulis

gunakan selama kuliah di Fakutas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera

Utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 6: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

v

3. Ketua Prodi Sastra Indonesia Drs. Haris Sutan Lubis, M.S.P. dan Bapak

Sekretaris Jurusan Drs. Amhar Kudadiri, M.Hum. Terimakasih atas segala

petunjuk yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan semua urusan administrasi di Program Studi Sastra

Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

4. Drs. Hariadi Susilo, M.Si selaku dosen pembimbing yang dengan sepenuh

hati telah mencurahkan ilmu dan perhatiannya kepada penulis selama

menulis skripsi ini. Terimakasih juga atas saran-saran perbaikan, motivasi,

dorongan untuk tetap semangat dalam penulisan skrispsi ini hingga selesai.

5. Seluruh dosen yang telah memberi banyak ilmu kepada penulis selama

mengikuti kegiatan akademis di Program Studi Sastra Indonesia, Fakutas

Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Joko sebagai staf pekerja di Program Studi Sastra Indonesia,

Fakutas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara yang telah banyak

membantu penulis dalam melengkapi data administrasi selama perkuliahan

dan dalam hal kelengkapan penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu,

penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan

yang sedalam-dalamnya.

7. Kepada orangtua, Ayahanda dan Ibunda yang dalam keseharian penulis

panggil Pa dan Oma. Jika masih ada kata di atas terimakasih maka akan

penulis cari kata di atasnya lagi untuk mengucapkan rasa terimakasih

penulis kepada Ayahanda dan Ibunda, jika ada lagi, maka akan penulis cari

terus hingga penulis tidak bisa menemukan kata untuk mengucapkannya

lagi. Tidak terhingga, tidak bisa penulis ukur pengorbanan dan perjuangan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 7: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

vi

yang telah kalian limpahkan kepada penulis. Ibu yang seharusnya tidak

memundak sebatang kayu malah memundak 10 batang kayu demi biaya

hidup dan pendidikan anak-anaknya. Telapak kaki yang tidak mengenal

alas, panas yang tidak mengenal teduh, hujan yang tak mengenal payung,

semua kalian lakukan Pa, Ma sehingga penulis dapat sekolah dan kuliah

hingga akhirnya meraih gelar sarjana pada Program Studi Sastra

Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

8. Kepada Kakak-kakakku yang sangat ku sayangi dan yang sangat

menyanyangiku tentunya. Yang selalu memberi semangat, dorongan, dan

motivasi. Terkhusus kepada kakakku Juniar Harianja yang entah

bagaimana aku harus mengatakannya lagi. Semangat yang kau berikan

bukan seperti kata-kata semangat pada umumnya. Demikian juga

dorongan, motivasi, dan inspirasi bahkan dana yang kau berikan selama

penulis duduk di bangku kuliah hingga akhirnya mendapat gelar sarjana.

Penulis selalu bertanya-tanya, apakah masih ada orang yang lebih

mementingkan diri orang lain dibanding dirinya sendiri dan itu kau

buktikan sendiri tanpa jawaban kak. Terimakasih banyak atas perjuangan

mu yang sangat besar kepada diriku yang entah bagaimana nantinya aku

akan membalasnya. Terimakasih sebesar-besarnya.

9. Keluarga Besar Op. Selfrina, Oppung, Tulang, Nantulang, Bapak Tua,

Oma Tua, Uda, Nanguda, dan semua abang, kakak, serta adik-adik cucu

dari Op. Selfrina yang tidak bisa penulis ucapkan satu persatu namanya.

Terimakasih atas dukungan dan doa-doa kalian terhadap penulis sehingga

penulis bisa menyelesaikan studi dan penyusunan skripsinya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 8: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

vii

10. Kepada rekan penulis dalam segala hal Adinda Pricilya Hutajulu yang

penulis panggil Lelequeen dalam keseharian. Terimakasih telah menjadi

rekan hati, teman, pendukung, penyemangat, dan banyak membantu

penulis selama kuliah dan menyusun skripsi ini dari awal hingga akhir.

Terimakasih tidak marah dan cemburu saat penulis duakan semenjak

kehadiran skripsi ini. Terimakasih juga telah menjadi rekan setia mabar

Freefire saat penulis jenuh mengerjaan skripsi ini.

11. Kepada pengisi ruang chat grup “Mungkin ini yang terbaik” di WhatsApp,

yang sebelumnya bernama “Jalanin aja dulu” di BBM, dan sebelumnya

bernama “Sintaksis” di Line. Anju Hutapea selaku mantan ketua KBSI dan

Rose juga, Abdul Wahid selaku pejuang cinta yang akhir-akhir ini sering

galau dan sering merantau ke Rantau, Andre Fitrah Kurniawan selaku

orang paling emosi saat mendengar saudara Abdul Wahid bicara, dan

Immanuel Sandro Purba selaku orang ter-HOAX yang pernah aku temui di

Sastra Indonesia, FIB, USU, Medan, Sumut, Semoga tidak sampai se-

Indonesia dan se-Dunia. Terimakasih banyak buat kalian sobat-sobat, telah

menjadi teman baik penulis semenjak awal perkuliahan hingga saat ini,

telah menjadi tim futsal yang baik bersama penulis, telah menjadi teman

touring penulis mengarungi beberapa tempat-tempat indah di Sumatra

Utara, telah menjadi teman susah senang penulis selama mengabdi di

kepengurusan KBSI periode 2017/2018, teman yang berjanji akan selalu

mengingat satu sama lain selamanya, hingga penulis menyelesaikan

menyusun skripsi ini. Terimakasih sobat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 9: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

viii

12. Kepada rekan-rekan Sastra Indonesia angkatan 2015, terimakasih telah

menjadi wadah penulis selama proses perkuliahan. Terimakasih telah

memberi gambaran manis pahitnya kehidupan, terimakasih atas pemikiran,

motivasi, dukungan, dan doa-doa sehingga perkuliahan dan skripsi ini

selesai dengan tepat waktu.

13. Kepada sobat-sobat garingku yang menyebut diri mereka “Krik-Krik”.

Bereku Anita Manik yang selalu ku kompas, Yuliantika Purba yang selalu

ku panggil Buntal, Martha Simorangkir kawan satu kampungku dari

Parapat yang kalau tertawa tidak ingat batas, Mawar Nahampun manusia

paling receh di dunia, Tennike Silalahi manusia paling Kribo di dunia.

Terimakasih telah mengisi dan mewarnai hari-hari penulis selama di

bangku perkuliahan. Terimakasih telah ikut memberi pandangan, saran,

motivasi, dan ajakan ke Perpustakaan demi perkembangan skripsi ini.

Terimakasih juga selalu menyemangati dan mendukung penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

14. Semua pihak yang pernah membantu penulis yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu namanya. Terimakasih atas segala bantuan yang

tulus, doa, serta dukungan kepada penulis selama proses pengerjaan

skripsi ini. Walaupun demikian, penulis akan tetap mengingat dan

mengenangnya sampai akhir hayat.

Akhir kata, dalam usaha penyelesaian skripsi inu, penulis telah berusaha

sungguh-sungguh. Oleh karena itu, jika ada kekurangan maupun kelemahan,

penulis bersedia menerima saran yang bersifat membina, demi sikap ilmiah dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 10: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

ix

perbaikan bagi penulis pada masa mendatang, semoga skripsi ini bermamfaat bagi

dunia ilmu sastra Indonesia.

Medan, Maret 2019

Peneliti,

Sevenri Harianja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 11: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK.............................................................................................................iii

PRAKATA.............................................................................................................iv

DAFTAR ISI...........................................................................................................x

DAFTAR GAMBAR............................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................1 1.2 Batasan Masalah.....................................................................................4

1.3 Rumusan Masalah..................................................................................5

1.4 Tujuan Penelitian...................................................................................5

1.5 Manfaat Penelitian.................................................................................5 1.5.1 Manfaat Teoritis............................................................................5 1.5.2 Manfaat Praktis.............................................................................6

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KAJIAN TEORI.......................7

2.1 Konsep....................................................................................................7

2.1.1 Cerita Rakyat.................................................................................7

2.1.2 Parmalim.......................................................................................9 2.1.2.1 Ritual Parmalim................................................................9

2.2 Kajian Pustaka......................................................................................10 2.3 Landasan Teori.....................................................................................13

2.3.1 Antropologi Sastra......................................................................13

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................18

3.1 Lokasi Penelitian..................................................................................18

3.2 Waktu dan Lama Penelitian.................................................................18

3.3 Sumber Data.........................................................................................18

3.4 Teknik Pengumpulan Data...................................................................19

3.5 Teknik Analisis Data............................................................................20

BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................21

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 12: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

xi

4.1 Bentuk-Bentuk Ritual Parmalim dalam Cerita Asal-Usul Etnis Batak....................................................................................................21 4.1.1 Ritual Mararisabtu.......................................................................21 4.1.2 Ritual Martutuaek........................................................................25 4.1.3 Ritual Mardebata.........................................................................27 4.1.4 Pasahat Tondi..............................................................................31 4.1.5 Ritual Sipaha Sada (Mangan Napaet).........................................32 4.1.6 Ritual Sipaha Sada (Panghaoroanan Ari Hatutubu Ni Tuhan Simaribulu Bosi)..................................................................................33 4.1.7 Ritual Sipaha Lima......................................................................36

BAB V SIMPULAN DAN SARAN.....................................................................42

5.1 Kesimpulan..........................................................................................42

5.2 Saran.....................................................................................................46

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................48

LAMPIRAN..........................................................................................................49

1. Cerita Asal Usul Etnis Batak Menurut Penutur Asli di Desa Sarimarrihit,

Kecamatan Sianjur Mula-Mula, Kabupaten Samosir dalam Bahasa Batak

Toba..................................................................................................................50

2. Cerita Asal Usul Etnis Batak Menurut Penutur Asli di Desa Sarimarrihit,

Kecamatan Sianjur Mula-Mula, Kabupaten Samosir dalam Bahasa

Indonesia..........................................................................................................68

3. Profil Parmalim................................................................................................87

4. Dokumentasi Penelitian...................................................................................89

5. Surat Ijin penelitian........................................................................................108

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 13: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

xii

DAFTAR GAMBAR

4.1 Aek Pangurason dan Jeruk Purut dalam Cawan Putih.........................22 4.2 Ulu Punguan Memimpin Upacara dalam Ruangan Parsaktian............23 4.3 Ulu Punguan Memercikkan Air kepada Seluruh Peserta Upacara.......24 4.4 Orangtua Menggendong Bayinya yang Sudah Berumur 30 Hari di

Sungai agar Diberi Nama dan Diberkati oleh Mulajadi Nabolon........25 4.5 Seluruh Umat Parmalim sedang Melakukan Doa Bersama.................32 4.6 Seluruh Umat Parmalim Mengikuti Ulu Punguan ke Tengah Lapangan

untuk Memulai Upacara Ritual Sipaha Sada.......................................33 4.7 Umat Parmalim Manortor di Halaman Bale Pasogit Partonggoan yang

Diiringi oleh Gondang Hasapi.............................................................34 4.8 Umat Parmalim sedang Mangalahat Horbo di Halaman Bale Pasogit

Partonggoan atas Rasa Syukur Mereka Terhadap Hasil Panen dan Rejeki yang Mereka Terima Setahun Penuh........................................36

4.9 Pada Hari Pertama Ritual Sipaha Lima Seluruh Umat Parmalim Duduk di Halaman Bale Pasogit Partonggoan Mendengar Kata Sambutan dari Ihutan....................................................................................................37

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 14: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang hidup

dalam lingkup budayanya masing-masing. Budaya yang beraneka ragam ini

menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia sendiri merupakan masyarakat

yang majemuk. Kemajemukan bangsa itu ditandai oleh adanya kelompok

bangsa yang mempunyai tradisi lisan dalam cerita rakyat yang menjadi

cerminan masyarakat itu sendiri, seperti halnya Ritual Parmalim dalam Cerita

Usal Usul Etnik Batak.

Secara admistratif, suku Batak Toba mendiami daerah Tapanuli Utara.

Adanya perubahan sistem pemerintahan beberapa tahun belakangan ini

dengan pemekaran kabupaten, wilayah kabupaten Tapanuli Utara dibagi

menjadi empat kabupaten yakni Kabupaten Tapanuli Utara dengan ibu kota

Tarutung, Kabupaten Toba Samosir ibu kotanya Balige, Kabupaten Samosir

ibukotanya Pangururan dan Kabupaten Humbang Hasundutan ibu kotanya

Dolok Sanggul.

Ritual merupakan wujud aktivitas dan tindakan manusia dalam

melaksanakan kebaktiannya terhadap Tuhan, Dewa-Dewa, roh nenek moyang,

atau makhluk halus lainnya, dan dalam usahanya untuk berkomunikasi dengan

Tuhan dan penghuni dunia gaib lainnya. Ritual atau upacara religi biasanya

berlangsung berulang-ulang, baik setiap hari, setiap musim, atau kadang-

kadang saja. Tergantung dari sisi acaranya, suatu ritual atau upacara religi

biasanya terdiri dari suatu kombinasi yang merangkaikan satu-dua atau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 15: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

2

beberapa tindakan, seperti: berdoa, bersujud, bersaji, berkorban, makan

bersama, menari dan menyanyi, berprosesi, berseni-drama suci, berpuasa,

intoxikasi, bertapa, dan bersemedi (Victor Tuner dalam Ludianti, 2015: 8).

Sedangkan cerita rakyat merupakan karya sastra yang mempunyai arti

yang sangat penting bagi masyarakat sekarang karena naskah-naskah dari

cerita rakyat tersebut merupakan gagasan manusia pada masa lampau. Cerita

prosa rakyat dapat dibagi dalam tiga golongan besar, yaitu (1) mite (myth), (2)

legenda (legend), dan (3) dongeng (folktale). Sesuai penggolongan yang

dibuat Bascom, maka cerita asal-usul etnik Batak termasuk ke dalam

golongan mite (William R. Bascom dalam Danandjaya, 1994: 50).

Mite adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta

dianggap suci oleh yang mempunyai cerita. Mite menggunakan tokoh para

dewa atau mahluk setengah dewa. Peristiwanya terjadi di dunia lain atau

dunia yang bukan seperti yang dikenal sekarang, dan terjadi pada masa

lampau (Danandjaya, 1994: 50).

Sastra adalah karya tentang sikap dan perilaku manusia secara

simbolis. Sastra dan antropologi selalu dekat. Keduanya dapat bersimbiosis

dalam mempelajari manusia lewat ekpresi budaya (Endaswara, 2013: 2).

Setiap suku mempunyai bahasa dan sastra. Tiada masyarakat tanpa sastra

(Susilo, 2017: 1).

Cerita asal-usul etnik Batak merupakan cerita rakyat yang berasal dan

berkembang dari tengah-tengah masyarakat Batak Toba. Hingga saat ini

masyarakat Batak masih mempercayai cerita asal-usul etnis Batak sebagai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 16: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

3

asal-usul leluhur mereka, terlebih masyarakat Batak yang masih menjalankan

agama kepercayaan leluhur mereka yaitu Parmalim.

Cerita asal-usul etnik Batak menceritakan tentang asal-usul nenek

moyang etnik Batak. Dimana pada suatu masa, ada seekor burung bernama

Manuk-manuk Halambujati yang merupakan anak dari Manuk-manuk

Humairi. Ukuran tubuhnya seperti kupu-kupu yang besar. Manuk-manuk

Halambujati tersebut memiliki tiga buah telur masing-masing seukuran

belanga tanah yang besar. Manuk-manuk Hulambujati tinggal cukup lama

dengan ketiga telurnya tanpa mengerti apa yang harus diperbuat pada ketiga

telurnya. Ia tidak mampu mengerami telurnya yang besar dengan ukuran

tubuhnya yang lebih kecil dari telurnya tersebut. Ia kemudian memohon

kepada Mulajadi Nabolon (Sang Pencipta) bagaimana untuk memberi jalan

keluar tentang nasib dari telurnya tersebut.

Berkat pertolongan yang diberikan oleh Mulajadi Nabolon menetaslah

ketiga telur tersebut, setelah ketiga telur tersebut genap hitungan usia bulan

dan tahunnya. Mulajadi Nabolon berkata kepada Manuk-manuk Halambujati:

”berikanlah nama kepada yang nama lahir pertama Batara Guru, yang di

tengah Ompu Tuan Soripada, dan yang terakhir Ompu Tuan Mangalabulan,

ketiganya adalah mahluk pertama yang sengaja Aku kirimkan” demikian

sabda Mulajadi Nabolon. Mereka kemudian tumbuh seperti buah timun,

rimbun bagai daunan, dan lembut bagai rebung. Ketiga mahluk ini berwujud

dewa, disebut Debata Natolu “Si Tiga Dewa” yang masing-masing memiliki

kekuatan dan kekuasaan khusus yang diberikan oleh Mulajadi Nabolon.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 17: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

4

Selang beberapa waktu lamanya, ketiga mahluk tadi semakin besar

dan dewasa. Mereka memohon kepada Mulajadi Nabolon:”berikanlah kami

masing-masing istri pendamping”. Maka, Mulajadi Nabolon memberikan

mereka masing-masing seorang istri. Dari ketiganya lahir beberapa anak laki-

laki dan perempuan. Salah satu anak perempuan dari Batara Guru adalah

Siboru Deak Parujar. Setelah Siboru Deak Parujar beranjak dewasa, ia

kemudian dikawinkan dengan Ompu Tuan Mangalabulan yang bernama Tuan

Rumauhir dan Tuan Rumagorga.

Generasi keturunan hasil perkawinan Siboru Deak Parujar dan Tuan

Rumauhir lahirlah Raja Ihat Manisia dan Boru Ihat Manisia, dua Deak Parujar

dan orang bersaudara kembar, sebagai manusia yang pertama yang ada di

bumi. Raja Ihat Manisia adalah seorang anak laki-laki sedangkan Boru Ihat

Manisia seorang perempuan. Mereka bertempat tinggal di wilayah Pusuk

Buhit.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, ritual Parmalim yang

terdapat dalam cerita asal-usul etnik Batak menarik umtuk diteliti meskipun

sudah dilakukan sejak masa lampau. Maka ritual Parmalim dalam Cerita Asal-

usul Etnik Batak akan penulis kaji dengan pendekatan antropologi sastra.

1.2 Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi hanya pada Ritual Parmalim dan cerita asal-

usul Etnis Batak sebagai subjek kajian antropologi sastra.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 18: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

5

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang

menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

Bagaimanakah Bentuk-bentuk Ritual Parmalim dalam Cerita Asal-Usul Etnis

Batak?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang ada, maka yang

menjadi tujuan penelitian ini adalah:

Untuk mendeskripsikan Bentuk-bentuk Ritual Parmalim dalam Cerita Asal-

Usul Etnis Batak.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dua manfaat, yaitu manfaat

teoritis dan manfaat praktis.

1.5.1 Manfaat Teoritis

a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama

ilmu sastra dan budaya, khususnya dalam bidang Antropologi

Sastra.

b. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi landasan

teori bagi peneliti-peneliti lainnya yang berminat untuk

mengembangkan penelitian ini karena penelitian yang

berhubungan dengan budaya Batak, khususnya ritual Parmalim

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 19: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

6

masih sangat terbatas atau minim sekali. Penelitian ini juga

bermamfaat untuk mengetahui dan mendeskripsikan bentuk-

bentuk Ritual Parmalim dalam Cerita Asal Usul Etnis Batak di

Desa Sarimarrihit, Sianjur Mula-Mula, Kabupaten Samosir.

1.5.2 Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber acuan bagi peneliti

selanjutnya tentang bentuk-bentuk Ritual Parmalim dalam

Cerita Asal Usul Etnis Batak.

b. Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan baru

tentang bentuk-bentuk Ritual Parmalim dalam Cerita Asal Usul

Etnis Batak.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 20: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

7

BAB II

KONSEP, KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Konsep

Konsep merupakan unsur-unsur pokok atau gagasan pemikiran suatu

pengertian, definisi, batasan secara singkat dari sekelompok fakta, gejala atau

merupakan definisi yang perlu diamati dalam proses penelitian. Dalam

penelitian ini digunakan konsep sebagai berikut:

2.1.1 Cerita Rakyat

Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu masyarakat

melalui bahasa tutur yang berhubungan langsung dengan berbagai aspek

budaya dan susunan nilai sosial masyarakat tersebut. Dahulu, cerita rakyat

diwariskan secara turun- menurun dari satu generasi ke generasi berikutnya

secara lisan (Suripan Sadi Hutomo, 1991: 4).

Mengenal cerita rakyat adalah bagian dari mengenal sejarah dan budaya

suatu bangsa. Pada umumnya, cerita rakyat mengisahkan tentang terjadinya

berbagai hal, seperti terjadinya alam semesta. Adapun tokoh - tokoh dalam

cerita rakyat biasanya ditampilkan dalam berbagai wujud, baik berupa

binatang, manusia maupun dewa, yang kesemuanya disifatkan seperti

manusia.

Cerita rakyat adalah cerita yang tumbuh dan berkembang dalam suatu

masyarakat tertentu yang disampaikan secara turun-temurun sejak zaman

nenek moyang. Setiap jenis cerita rakyat baik yang sudah dibukukan maupun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 21: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

8

yang belum dibukukan selalu mengandung pesan atau amanat yang baik.

Cerita rakyat juga dapat diartikan sebagai cerita yang pendek tentang orang-

orang atau peristiwa-peristiwa suatu kelompok suku atau bangsa yang

diwariskan secara turun-temurun, biasanya secara lisan (Sumardjo dan K.M,

1986: 36). Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu

masyarakat melalui bahasa tutur yang berhubungan dengan berbagai aspek.

Cerita rakyat merupakan bagian dari folklor, Menurut Alan Dundes, folk

adalah sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial, dan

kebudayaan sehingga dapat dibedakan dengan kelompok-kelompok lainnya.

Istilah lore ditilik dari segi isinya dan anggapan masyarakat terhadap tokoh-

tokoh maupun ceritanya, maka cerita merupakan tradisi folk. Menurut

Danandjaya, folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif yang tersebar

dan diwariskan secara turun-temurun, diartikan kolektif macam apa saja,

secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun

contoh yang disertai isyarat atau alat pembantu pengingat (Danandjaya, 1994:

1).

William R. Bascom mengolongkan cerita rakyat menjadi tiga golongan

besar, yaitu: (1) mite, (2) legenda, (3) dongeng. Mite adalah cerita prosa

rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh yang

mempunyai cerita. Mite menggunakan tokoh para dewa atau mahluk setengah

dewa. Peristiwanya terjadi di dunia lain atau dunia yang bukan seperti yang

dikenal sekarang, dan terjadi pada masa lampau. Legenda adalah prosa rakyat

yang mempunyai ciri-ciri mirip dengan mite, yaitu dianggap suci. Legenda

menggunakan tokoh manusia walaupun adakalanya mempunyai sifat-sifat luar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 22: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

9

biasa, dan sering kali juga dibantu mahluk-mahluk ajaib. Tempat terjadinya

adalah dunia yang seperti kita kenal sekarang karena waktu terjadinya belum

terlalu lama. Dongeng adalah cerita rakyat yang dianggap tidak benar-benar

terjadi, bersifat khayal dan tidak terikat waktu maupun tempat (Danandjaya,

1994: 50).

2.1.2 Parmalim

Parmalim merupakan suatu identitas individu dari penganut agama

Malim yang berpusat di Hutatinggi, Laguboti, Sumatera Utara. Secara

historis, religi Parmalim pertama kali diprakarsai oleh seorang datu bernama

Guru Somaliang Pardede, seorang yang sangat dekat dengan

Sisingamangaraja XII (raja terakhir dari dinasti Sisingamangaraja). Menurut

beberapa penulis Barat, ajaran ini dijalankan oleh para pengikut

Sisingamangaraja (khususnya oleh dua orang pemimpin perangnya, Guru

Somaliang dan Raja Mulia Naipospos), dengan tujuan untuk melindungi

kepercayaan dan kebudayaan tradisional Batak Toba dari pengaruh Kristen,

Islam, dan kolonialis Belanda (Purba, 2013, Volume 2).

2.1.2.1 Ritual Parmalim

Parmalim atau Ugamo Malim adalah sebuah agama yang memiliki

beberapa upacara agama (ritual) yang dijakan sebagai jalan untuk ”bertemu”

dengan Debata Mulajadi Nabolon. Jika ditinjau dari segi waktu

pelaksanaannya, upacara agama itu dapat digolongkan kepada dua bagian

besar, yaitu upacara yang terjadwal dan yang tidak terjadwal. Golongan yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 23: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

10

pertama adalah upacara yang terdiri dari upacara mingguan seperti upacara

yang dilaksanakan pada setiap tahun (annual cycle) yang rujukannya

berdasarkan pada kalender Batak, misalnya upacara agama mangan napaet

(makan yang pahit), sipaha sada (hari kelahiran Simaribulubosi) dan sipaha

lima (persembahan sesaji besar atau sacrificial ritual).

Golongan yang kedua adalah upacara yang bukan musiman (tidak

terjadwal) melainkan upacara yang berdasarkan pada fase yang dilalui

sepanjang hidup manusia yang dianggap sebagi masa yang genting atau krisis

(life crisis). Upacara seperti ini ada karena datangnya suatu masa atau

peristiwa tertentu bagi seseorang manusia dalam kehidupannya. Upacara yang

dimaksud iyalah, upacara kelahiran (martutuaek), perkawinan (mamasumasu)

dan upacara kematian (pasahat tondi). Di samping itu, ada juga upacara

khusus yang sifat dan latar belakanganya berbeda dengan upacara lainnya,

yaitu upacara pensucian (manganggir) dan mardebata (menyembah Debata).

Upacara manganggir terjadi disebabkan adanya perpindahan agama,

sedangkan mardebata terjadi lebih karena adanya nazar seseorang atau karena

ada kasus berat sehingga perlu mendapat keampunan dosa dari Debata (Purba,

2013, Volume 2).

2.2 Kajian Pustaka

Sepanjang pengetahuan penulis belum ada yang mengkaji mengenai

Ritual Parmalim Dalam Cerita Asal-Usul Orang Batak sebagai objek

penelitian dari segi ritual, namun ada beberapa penelitian yang dapat

memberikan kontribusi bagi penelitian ini yaitu, Pertama, Novita Sari Siregar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 24: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

11

dalam skripsinya yang berjudul “Ritual Kepercayaan Masyarakat Melayu

terhadap Cerita Rakyat Nek Saripah di Desa Hinai Kabupaten Langkat:

Kajian Antropologi Sastra”. Kedua, Ribka Devina Sembiring dalam

skripsinya yang berjudul “Kepercayaan Masyarakat Karo terhadap Legenda

Danau Linting di Desa Sibunga-Bunga Hilir Kecamatan STM Hulu

Kabupaten Deli Serdang: Pendekatan Antropologi Sastra”. Berikut dijelaskan

beberapa penelitian yang relevan dan berkontribusi dalam penelitian ini.

Siregar (2018) dalam skripsinya yang berjudul Ritual Kepercayaan

Masyarakat Melayu Terhadap Cerita Rakyat Nek Saripah di Desa Hinai

Kanan Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat. Ritual-ritual tersebut dilakukan

dari dahulu sampai sekarang, meskipun masyarakat Melayu mempercayai

bahwa melakukan ritual tersebut hanya sekedar mitos yang beredar akan

tetapi mereka tetap melakukannya sebagai ungkapan rasa syukur mereka atas

apa yang sudah terjadi di desa mereka.

Sembiring (2018) dalam penelitiannya yang membahas tentang

Kepercayaan Masyarakat Karo Terhadap Legenda Danau Linting di Desa

Sebunga-bunga Hilir Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deli Serdang.

Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana

kepercayaan masyarakat Karo terhadap Legenda Danau Linting. Rumusan

tersebut bertujuan untuk mesdeskripsikan kepercayaan masyarakat Karo

terhadap Legenda Danau Linting.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat Karo khususnya

yang tinggal di Desa Sibunga-bunga Hilir Kecamatan STM Hulu Kabupaten

Deli Sedang mempercayai legenda tersebut, dan disampaikan secara turun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 25: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

12

temurun, hal itu bertujuan supaya budaya tetap terjaga, dan tidak akan hilang

sampai ke generasi selanjutnya. Karena Danau Linting merupakan cerita

rakyat yang dimiliki oleh suku Karo yang menjadi kemajuan bagi suku Karo

sehingga harus dilestarikan.

Dari kedua hasil penelitian yang dijadikan rujukan pembahasan banyak

sudah yang meneliti tentang ritual dan cerita rakyat. Akan tetapi, belum ada

yang membahas tentang Ritual Parmalim dalam Cerita Asal-usul Etnis Batak,

yang merupakan sesuatu yang sudah menjadi kepercayaan dan hal yang tabu

bagi etnis Batak. Oleh karena itu peneliti ingin mendeskripsikan Ritual

Parmalim dalam Cerita Asal-usul Etnis Batak: Pendekatan Antropologi

Sastra.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 26: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

13

2.3 Landasan Teori

2.3.1 Antropologi Sastra

Sastra dan antropologi adalah cabang keilmuan yang humanistis.

Keduanya dipandang humanistis karena banyak terikat dengan kehidupan

manusia. Kaitan antara antropologi dan sastra adalah salah satu ilmu yang

banyak memperhatikan estetika seni (Endraswara, 2013: 15).

Endraswara (2011: 110) Analisis antropologi sastra semestinya akan

mengungkapkan berbagai hal, antara lain: 1) Penelitian pertama-tama harus

menentukan terlebih dahulu karya mana yang banyak menampilkan aspek-

aspek etnografis. Bahan kajian hendaknya benar-benar merefleksikan

kehidupan tradisi yang telah mengakar di hati pemiliknya. 2) Yang diteliti

adalah persoalan pemikiran, gagasan, falsafah, dan premis-premis masyarakat

yang terpantul dalam karya sastra. Berbagai mitos, legenda, dongeng, serta

hal-hal gaib (kepercayaan) juga sangat diperhatikan oleh peneliti. 3) Perlu

diperhatikan struktur cerita, sehingga akan diketahui kekuatan apa yang

mendorong pembaca meyakini karya sastra tersebut. 4) Selanjutnya analisis

ditunjukkan pada simbol-simbol ritual serta hal-hal tradisi yang mewarnai

masyarakat dalam sastra itu.

Ciri khas antropologi sastra adalah aspek kebudayaan khususnya masa

lampau. Dikaitkan dengan masa lampau tersebut, antropologi sastra

diperlukan pertimbangan kekayaan budaya seperti yang diwariskan oleh

nenek moyang. Antropologi sastra lebih banyak dikaitkan dengan keberadaan

masa lampau tetapi masa masa lampau yang dimaksudkan bukan ruang dan

waktu, namun isinya (Ratna, 2011: 41).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 27: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

14

Walaupun dikaitkan dari masa lampau, karya sastra dalam konteks

kebudayaan memiliki banyak manfaat yang mencerminkan nilai yang dapat

membangun karakter bangsa. Antropologi sastra memiliki tugas

mengungkapkan nilai sebagai salah satu wujud kebudayaan yang objek dari

kebudayaan tersebut adalah hubungan antara manusia itu sendiri dengan hal-

hal yang ada di dalamnya, khususnya kebudayaan tertentu masyarakat tertentu

(Ratna, 2011: 41).

Penelitian tentang nilai budaya sudah pernah dilakukan oleh Djamaris

dkk dan hasil penelitian mereka telah dibukukan dengan judul Nilai Budaya

dalam Beberapa Karya Sastra Nusantara: Sastra Daerah di Sumatera Utara

(1993). Penelitian ini mengkhususkan meneliti karya sastra dengan

menganalisis nilai budaya dalam karya-karya sastra di Nusantara seperti

daerah Sumatera dan Kalimantan. Hasil penelitian Djamaris dkk menyatakan

bahwa nilai budaya terbagi lima kelompok besar yaitu, 1) Nilai budaya dalam

hubungan manusia dengan Tuhan, 2) Nilai budaya dalam hubungan manusia

dengan alam, 3) Nilai budaya dalam hubungan manusia dengan masyarakat,

4) Nilai budaya dalam hubungan manusia dengan manusia lain, 5) Nilai

budaya dalam hubungan manusia dengan diri sendiri.

Selanjutnya Djamaris dkk menjelaskan nilai budaya dalam hubungan

manusia dengan Tuhan tersebut, yaitu sebagai perwujudan hubungan manusia

dengan Tuhan, sebagai Yang Suci, Yang Mahakuasa, adalah hubungan yang

paling mendasar dalam hakikat keberadaan manusia di dunia ini. Berbagai

cara dan bentuk dilakukan manusia untuk menunjukkan cinta kasih mereka

kepada Tuhan, karena mereka ingin kembali dan bersatu dengan Tuhan. Nilai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 28: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

15

yang menonjol dalam hubungan manusia dengan Tuhan adalah nilai

ketakwaan, suka berdoa, dan berserah diri.

Penelitian dari Djamaris dkk mengkaji hubungan nilai-nilai budaya

secara umum. Namun dalam penelitian ini saya hanya mengkaji hubungan

manusia dengan Tuhan yang terdapat pada ritual Parmalim dalam cerita asal-

usul etnis Batak. Adapun konsep dari nilai budaya hubungan manusia dengan

Tuhan yaitu; Perwujudan hubungan manusia dengan Tuhan, sebagai Yang

Suci, Yang Mahakuasa, adalah hubungan yang paling mendasar dalam hakikat

keberadaan manusia di dunia ini. Berbagai cara dan bentuk dilakukan manusia

untuk menunjukkan cinta kasih mereka kepada Tuhan, karena mereka ingin

kembali dan bersatu dengan Tuhan. Nilai yang menonjol dalam hubungan

manusia dengan Tuhan adalah nilai ketakwaan, suka berdoa, dan berserah diri.

Nilai budaya dalam hubungan manusia dengan Tuhan sama halnya

seperti ajaran Ugamo Malim yang memiliki konsep (Purba, 2013, Volume 2),

seperti:

a. Ajaran Tentang Ketuhanan

Dimulai dari kepercayaan kepada supranatural seperti kepecayaan

kepada Tuhan atau dewa-dewa yang kesemuanya disebut partohap harajaon

malim di banua ginjang (si pemilik kerajaan Malim di langit). Selain itu akan

dijelaskan pula tentang keberadaan para utusan Tuhan Debata (Nabi) yang

diyakini sebagi perantara dalam membawa Ugamo Malim. Dalam istilah

Ugamo Malim, semua utusan Debata ini dinamakan Malim Debata yang

disebut juga partohap harajaon malim di banua tonga (si pemilik kerajaan

malim di bumi).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 29: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

16

b. Ajaran Tentang Alam Semesta

Alam semesta adalah ciptaaan Debata Mulajadi Nabolon, prosesnya

terjadi berkaitan dengan penciptaan Debata atas bumi. Penciptaan bumi dalam

Ugamo Malim tidak terlepas dari mitologi Batak yang kemudian dijadikan

suatu kepercayaan tetap dalam Ugamo Malim yakni mitologi tangan gaib

Siboru Deak Parujar. Kepada Boru Deak Parujar Debata memberikan ilmu

pengetahuan dalam proses penciptaan bumi melalui tanda-tanda di alam

seperti matahari, bulan dan bintang. Terjadinya pergantian musim, pergantian

tahun, pergantian bulan dan hari semua diberikan Tuhan Yang Maha Esa

melalui pergerakan benda-benda langit. Tanda-tanda bagi aliran Parmalim

menjadi patokan untuk menentukan hari baik, bulan baik, dan saat

melaksanakan upacara penghayatan yang bersifat umum di luar hari Sabtu

(marari sabtu) yang telah menjadi acuan tetap sebagai hari ibadah.

c. Ajaran Kemanusiaan

Manusia sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa bermoral tinggi,

berbudi pekerti luhur dan mempunyai tata susila dalam pergaulan sesama

manusia. Pandangan terhadap manusia, terhadap alam lingkungannya, dan

bahkan terhadap dirinya sendiri bersumber kepada kepercayaan terhadap

Debata Mulajadi Nabolon. Aliran kepercayan Ugamo Malim mengakui dan

mempercayai sesuai dengan mitologi Batak kuno, bahwa asal mula manusia

adalah hasil perkawinan putra dan putri dari banua ginjang, yaitu Raja Odap-

Odap dan Putri Boru Deak Parujar, yaitu seorang putra dan seorang putri yang

lahir kembar bernama Raja Ihat Manisia dan Boru Ihat Manisia.

d. Konsep Kesucian Diri

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 30: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

17

Di dalam ajaran Ugamo Malim ada sejumlah ajaran dan ibadat yang

wajib di amalkan oleh setiap Parmalim. Apa bila ajaran dan ibadat itu

diamalkan dengan baik dan sempurna maka orang yang telah mengamalkan

itu disebut telah memiliki apa yang disebut dengan kesucian diri (tondi

hamalimon). Artinya pada dirinya telah tertanam ruh atau cahaya kesucian

dari Debata Mulajadi Nabolon sebagai akibat dari pengamalan ajaran yang

sempurna itu. Inilah konsep kesucian diri yang paling tinggi.

e. Konsep Dosa Menurut Ugamo Malim

Dosa dalam Ugamo Malim digambarkan sebagai perbuatan yang

menjijikan. Kriteria perbuatan yang menjijikan itu bisa dikenali apa bila

perbuatan itu tidak sesuai dengan uhum (hukum) Debata sebagaimana

tertuang dalam peraturan baik yang berbentuk suruhan/perintah maupun

larangan. Suruhan atau perintah berarti mengamalkan segala perintah Debata

yang berkaitan dengan ibadat seperti memuji Debata melalui ritual ibadat dan

amalan-amalannya. Sedangkan larangan adalah berkaitan dengan segala

perbuatan yang dapat merugikan manusia, seperti perbuatan mencuri,

membunuh, berzina, membungakan uang, mengejek orang cacat, memakan

daging babi, meminum darah, menyesatkan orang lain dan lain-lain.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 31: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

18

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Desa Sarimarrihit, Sianjur Mula-Mula,

Kabupaten Samosir.

3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian kualitatif

adalah data yang berbentuk kata, skema, dan gambar. Penelitian metode

kualitatif adalah data yang berhubungan dengan nilai atau kesan dari objek

(Tantawi 2014: 61).

3.3 Waktu atau Lama Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari 2019 dengan jangka

waktu kurang lebih satu bulan.

3.4 Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah data lapangan yaitu melalui

wawancara dengan beberapa informan yang tinggal di tempat penelitian,

tepatnya berlokasi di Desa Sarimarrihit, Sianjur Mula-Mula, Kabupaten

Samosir.

Informan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan syarat-syarat berikut

ini (Mahsun, 1995: 106 dalam Sembiring, 2018) yaitu:

a. Berjenis kelamin pria atau wanita.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 32: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

19

b. Berusia antara 25-65 tahun.

c. Orang tua, istri, atau suami informan lahir dan dibesarkan di desa itu

serta jarang atau atau tidak pernah meninggalkan desanya.

d. Berstatus sosial menengah dengan harapan tidak terlalu tinggi

mobilitasnya.

e. Pekerjaannya bertani atau buruh.

f. Dapat berbahasa Indonesia dan memiliki kemampuan menggunakan

bahasa daerahya.

g. Sehat jasmani dan rohani.

h. Berpendidikan (minimal tamat SD dan sederajat).

Teknik observasi digunakan untuk mengenal wilayah penelitian yang

sebenarnya dan untuk menentukan informasi yang menjadi sumber untuk

mendapatkan cerita rakyat yang diharapkan.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan wawancara dengan informan, penulis menggunakan

instrumen penelitian berupa daftar pertanyaan yang diajukan penulis dalam

melakukan wawancara dengan informan. Alat bantu yang digunakan oleh

penulis yaitu, pulpen, buku tulis, dan alat rekam (tape recorder).

Menurut Chourmain (2006: 62) wawancara berarti menggali informasi

sebanyak-banyaknya dari informan. Tantawi (2014: 62) mengatakan bahwa

wawancara adalah salah satu cara memperoleh data dari seseorang yang

memiliki kompetensi tentang sesuatu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 33: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

20

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam suatu penelitian merupakan kegiatan mendasar

untuk mencapai hasil penelitian berdasarkan data yang dikumpulkan. Dalam

penelitian ini digunakan metode deskriptif kualitatif untuk menganalisis data

yang sudah dikumpulkan dan dilakukan sejak observasi. Menurut Moleong

(2016: 11) dalam metode deskriptif laporan penelitian akan berisi kutipan-

kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data

tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto,

videotape, dokumen pribadi, catatan atrau memo, dan dokumen resmi lainnya.

Dalam hal ini kata-kata, ungkapan, kalimat, dan teks gambar dianalisis secara

keseluruhan, “direduksi” sehingga tersusun dalam tekstual, kontekstual

domain yang berbentuk narasi, kemudian didistribusikan ke dalam

subheadline untuk paparan dan analisis data Ritual Parmalim dalam Cerita

Asal-Usul Etnis Batak.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 34: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

21

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Bentuk-Bentuk Ritual Parmalim dalam Cerita Asal-Usul Etnis Batak

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, hasil penelitian

mencakup bentul-bentuk ritual Parmalim dalam cerita asal-usul Etnis Batak akan

dijelaskan pada bagian ini. Terdapat banyak ritual-ritual dalam Ugamo Malim

atau Parmalim, namun dalam cerita asal-Etnis Batak hanya terdapat tujuh ritual

yang dilakukan oleh Ugamo Malim untuk penyembahan terhadap Debata

Mulajadi Nabolon, selanjutnya penulis akan mendeskrisikan ketujuh bentuk-

bentuk ritual Parmalim dalam cerita asal-usul Etnis Batak tersebut seperti berikut

ini.

4.1.1 Ritual Mararisabtu

Ritual Mararisabtu merupakan ritual yang dilakukan oleh Parugamo

Malim atau yang biasa disebut Parmalim pada hari sabtu setiap minggunya.

Semua umat Parmalim setempat akan berkumpul di Bale Pasogit untuk

melakukan ibadah penyembahan kepada Mulajadi Nabolon. Parugamo Malim

mengunakan pakaian khusus saat mengadakan ritual Mararisabtu. Pakaian yang

diguankan pun berbeda-beda, baik itu pakaian untuk bapak-bapak, ibu-ibu atau

pun anak muda.

Upacara Mararisabtu adalah salah satu upacara agama (ibadah) yang

terpenting dalam Ugamo Malim. Penetapan hari Sabtu sebagai hari peribadatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 35: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

22

berasal dari sejarah dimana tepat pada hari ketujuh (sabtu), Siboru Deakparujar

mengunakan hari itu sebagai hari beristirahat atau sebuah hari tanpa aktivitas.

Upacara Marari Sabtu, pada setiap hari Sabtu atau Samisara seluruh umat

Parmalim berkumpul di tempat yang sudah yang sudah ditentukan baik di Bale

Partonggoan, Bale Pasogit di pusat maupun di rumah parsantian di cabang/daerah

untuk melakukan sembah dan puji kepada Mulajadi Nabolon dan pada

kesempatan itu para anggota diberi poda atau bimbingan agar lebih tekun

berperilaku menghayati Ugamonya.

Upacara Marari Sabtu dilakukan dengan tujuan untuk menyucikan diri dari

dosa-dosa terlebih dosa yang dilakukan dalam seminggu yang baru dilewati dan

untuk membersihkan diri dari segala penyakit dengan kata lain untuk

menyempurnakan batin.

Sama halnya seperti kepercayaan masyarakat Indonesia pada umumnya,

ritual Mararisabtu Parmalim juga memiliki tatacara dalam melakukan ibadah,

yaitu sabagai berikut:

a. Air Penyucian (Aek Pangurason)

Gambar 4.1 Aek pangurason dan jeruk purut dalam cawan putih.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 36: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

23

Air penyucian (aek pangurason) yang terlebih dahulu diambil dari sumber

air yang masih jernih dan belum disentuh orang lain sama sekali pada hari itu.

Artinya, air tersebut diambil pada subuh agar kebersihan dan kejernihannya

terjaga. Air tersebut dimasukkan kedalam mangkuk putih serta mempersiapkan

alat pembakaran dupa dan peralatan lainnya.

b. Jeruk Purut

Jeruk purut dibelah dengan beralaskan kain putih bersih, kemudian airnya

dicampur dengan air yang sudah disiapkan dalam mangkuk putih bersama bane-

bane (daun), lalu dimasukkan kedalam cangkir yang berisi air tersebut. Daun

tersebut akan digunakan mamippis (memercikkan) Sair tersebut kepada semua

peserta upacara.

c. Tata Cara Upacara

Gambar 4.2 Ulu punguan memimpin upacara dalam ruangan parsaktian.

Pada pukul 10.30 wib upacara akan dimulai. Ulu punguan (pemimpin

upacara) memasuki ruangan parsantian (tempat melakukan upacara) dan diikuti

oleh seluruh peserta upacara dan duduk bersila secara tertib dan rapi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 37: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

24

Peserta upacara harus memfokuskan pikiran (berkonsentrasi) untuk

mengikuti ritual demi ritual dalam upacara. Ulu punguan akan memercikkan air

dalam cangkir kepada seluruh peserta upacara dengan maksud untuk

membersihkan peserta dari dosa sebelum upacara dimulai.

Setelah semua peserta upacara tertib, Ulu Punguan melafalkan tonggo-

tonggo (Doa-doa) sedangkan peserta menyimaknya. Kemudian Ulu Punguan

memaparkan isi patik dengan menghadap kepada peserta ( berceramah).

Gambar 4.3 Ulu punguan memercikkan air kepada seluruh peserta upacara

Setelah itu dilakukan siraman rohani yang diawali oleh satu atan dua orang

dari peserta dan kemudian disimpulkan (panippuli) oleh Ulu Punguan. Upacara

ritual diakhiri dengan memercikkan air kepada seluruh peserta upacara oleh Ulu

Punguan (pemimpin upacara). Tata cara Mararisabtu ini disebut sebagai sakramen

penyucian diri bagi Parmalim.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 38: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

25

4.1.2 Ritual Martutuaek

Gambar 4.4 Orangtua menggendong bayinya yang sudah berumur 30 hari di Sungai agar diberi nama dan

diberkati oleh Mulajadi Nabolon.

“Bolo ritual Martutuaek attong acara kelahiran anak mai. Sabulan ma dungkon lahir i baen ma ritual Martutuaek mambahen goarni dakdanak i. Jadi anggo najolo i ala sada dope mual, i boan do tu mual on. Ale ala sonari nungga beda kondisi na, ai nungga di jabu na be mual, ba nungga i baen be ritualna i jabu na be dang i boan be tu aek. Ido anggo na ido na Martutuaek”.

Artinya: “Yang namanya ritual Martutuaek inilah yang disebut acara

kelahiran anak. Satu bulan setelah anak lahir akan diadakan ritual Martutuaek

untuk membuat anak yang baru lahir tersebut. Dulu, mata air untuk setiap

kampung masih satu, itulah kenapa kenapa dulu ritual Martutuaek dilakukan

disungai atau mata air yang besar. Tapi sekarang sudah berbeda kondisinya, setiap

rumah sudah memiliki mata air. Itulah kenapa sekarang acara ritual Martutuaek

sudah bisa dilakukan dirumah masing-masing sekarang. Tidak harus membawa

bayi tersebut lagi ke mata air atau sungai yang besar. Itulah yang namanya ritual

Martutuaek”.

Upacara Martutuaek dalam ajaran Ugamo Malim adalah “menyambut

kehadiran tondi”. Ruh (tondi) yang ada pada manusia berasal dari Debata

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 39: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

26

Mulajadi Nabolon dan pada suatu masa nanti ruh itu akan kembali kepada-Nya.

Berdasarkan kepada ajaran itu, Ugamo Malim manganut paham bahwa dalam

setiap penyambutan seorang anak yang baru lahir sepatutnyalah berangkat dari

segi tondi-nya dan bukan semata-mata jasmaninya. Upacara ini dilakukan pada

anak yang telah berusia sebulan (30 hari) dan orang tua wajib melaksanakan

upacara martutuaek.

Pada saat acara Martutuaek, orangtua akan membawa anaknya ke mata air

atau sungai yang di pimpin oleh Ulu Punguan. Mereka mengunakan pakaian

hitam putih serta ikat kepala. Orang tua laki-laki bertugas menggendong anaknya

dan si ibu akan membawa silua yang dibutuhkan saat ritual martutuaek.

Setelah tiba di mata air atau sungai, Ulu Punguan akan membacakan doa-

doa seperti berikut ini “Hu tonggo, hu piol, hu pangalu-aluhon ale Oppung

Mulajadi Nabolon. Namanjadihon ulu jadi simanjujung, namanjadihon mata na

gabe sipanombor, na manjadihon pinggol na jadi situmangi, namanjadihon igung

na jadi situmanggo, na manjadihon pamangan na jadi simangkudap, na

manjadihon tangan na gabe simangido, na manjadihon pat na gabe simanjojak,

asa patampe paojak, si ajinonda hatautan goarni si miding mon. Asa patampe

paojak, siboru tampi haobasan goarni simiding mon. Jujung di simanjujung na,

abing di siabinganna, tuat di abara na, goar donganna saur matua, mari ma

hamu boru sinangnagani aek, asa paridi jala urus si miding mon. Uras dagingna

uras jala tondina, bohal na rodi sahat ujungna. Amang batara guru humundul,

baen majo gondang paroroi” sambil menyuruh pargorsi atau pemusik

melantungkan musik uning-uningan yang terdiri dari Gong, hasapi, tagading,

sarune dan attuk-attuk.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 40: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

27

Setelah membacakan doa-doa kepada Debata Mulajadi Nabolon, Ulu

Punguan membentangkan ulos ragi idup di atas pasir yang telah dibentuk

sebelumnya. Setelah itu Ulu Punguan akan meneteskan minyak kelapa ke dalam

sawan yang sudah berisi jeruk purut untuk memastikan apakah tondi (jiwa) bayi

tersebut berada dalam badan. Kemudian Ulu Punguan memandikan bayi ke

pancuran air dan selanjutnya menyapukan kunyit ke tubuh bayi. Serta menguras

bayi tersebut dengan jeruk purut

Setelah di uras, Ulu Punguan mengoleskan minyak kelapa ke dahi bayi.

Setelah itu Ulu Punguan akan mengambil dan mencabut Piso Solam Debata untuk

memberkati bayi tersebut. Ulu Punguan akan memohon kepada Mulajadi Nabolon

sambil menari-nari dan mengangkat kain putih ke atas agar kain putih tersebut

diberkati oleh Mulajadi Nabolon dan dibungkuskan kepada bayi yang telah

diberkati agar dikemudian hari bayi tersebut jauh dari segala marah bahaya.

Diakhir acara mereka akan kembali ke rumah dan diiringi oleh gondang

sabangunan.

4.1.3 Ritual Mardebata

“Alani dapotan pasu-pasu ibana. Mandok mauliate ma ibana tu opputta Debata Mulajadi Nabolon. Jala sada nai alani sengaja i mana manompa uhum. Manopoti ma ibana. Istilahna manopoti ma ibana i angka pambahenanna”.

Artinya: “Karena seseorang telah mendapat berkat. Dia pun

menyampaikan rasa terimakasih kepada Debata Mulajadi Nabolon. Satu lagi,

karena seseorang telah berbuat dosa. Jadi dia pun ingin menghapus dosa tersebut.

Artinya menghapus dosa karena sudah berbuat kejahatan secara tidak sengaja”.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 41: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

28

“Parjolo dapotan pasu-pasu manang rejeki i baen ibana ma pardebataan. I pajongjong ma longgatan. Paduahon alani parsahitan. Patoluhon alani manimbil sian patik”.

Artinya: “Pertama karena seseorang mendapat berkat dan rejeki, jadi dia

membuat acara ritual Mardebata. Kedua karena penyakit. Ketiga karena

melanggar aturan yang telah ditetapkan oleh Ugamo Malim.

Upacara Mardebata adalah salah satu ritual penyembahan kepada Debata

Mulajadi Nabolon dengan perantaraan sesaji (pelean) yang bersih yang diantarkan

melalui bunyi-bunyian gendang yang lengkap (gondang sabagunan) sebagaimana

telah diisbatkan dalam Ugamo Malim. Pada hakikatnya hukum untuk membuat

acara ritual Mardebata tidaklah wajib, melainkan hanya semacam tambahan ibadat

berdasarkan niat yang muncul dari seseorang Parmalim. Namun boleh saja hukum

Mardebata ini meningkat menjadi wajib apabila seseorang melakukan kasus yang

dapat dikategorikan melanggar patik dan hukum yang berat. Meski Mardebata

merupakan hajatan keluarga, namun diharuskan juga dihadiri oleh anggota

Parmalim cabang lain. Dengan kata lain amalan ibadat ini bisa menjadi

peribadatan bersama yang nilai ibadatnya bukan untuk suhut (tuan rumah) saja,

tetapi kepada semua peserta yang terlibat dalam upacara itu.

Ritual Mardebata adalah upacara ritual Parmalim yang dilakukan karena

seseorang atau keluarga telah menyimpang dari ajaran patik. Upacara ini

dilakukan adalah sebagai sarana pengampunan dosa-dosa kepada Oppung

Mulajadi Nabolon karena telah melakukan pelanggaran terhadap aturan patik.

Mengakui kesalahan dan dosa serta memohon pengampunan dosa kepada

Oppung Mulajadi Nabolon adalah kewajiban bagi masyarakat Parmalim agar

memperoleh bekal untuk kehidupan yang abadi diluar kehidupan dunia ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 42: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

29

Bekal yang dimaksud adalah poda (firman Tuhan), tona (perintah Tuhan),

patik (aturan Tuhan), dan uhum (hukum Tuhan). Hal ini terpadu dalam patik ni

Ugamo Malim. Setiap perilaku kehidupan apabila dicerminkan dalam patik, dapat

diketahui kesalahan atau dosa apa yang telah dilakukan, kebaikan atau kebajikan

yang telah dilakukan. Kesalahan dan dosa, kebaikan atau kebajikan, semua

dipersembahkan kepada Oppung Mulajadi Nabolon. Agar dosa diampuni,

kebajikan diberkati menjadi pengabdian kepadaNya. Setiap saat Parmalim

diwajibkan membaca ulang kegiatan kehidupannya untuk kemudian menata

kehidupan bercermin kepada patik dan aturan Ugamo Malim.

Ritual Mardebata adalah upacara yang sifatnya pribadi (perseorangan),

oleh karena itu tempat pelaksanaan ritual Mardebata ini adalah tempat kediaman

seseorang yang ingin melaksanakannya. Berbeda dengan ritual upacara Ugamo

Malim yang lainnya seperti Sipaha Sada dan Sipaha Lima yang tempat

pelaksanaanya harus di Bale Pasogit Partonggoan yang merupakan pusat

peribadatan Parmalim yang berada di Desa Hutatinggi, Laguboti.

Pada saat hendak melakukan upacara ritual Mardebata hari ditentukan

dengan cara maniti ari (menetukan hari yang tepat) untuk menentukan hari yang

baik saat melaksanakan upacara ritual Mardebata. Maniti ari dilakukan oleh

Ihutan atau Ulu Punguan yang ditentukan berdasarkan parhalaan atau kalender

Batak yang dipedomani dalam menentukan hari suatu kegiatan atau upacara.

Parhalaan berisi nama-nama hari dan nama bulan dalam kepercayaan Batak kuno

serta simbol-simbol (lambang) dari hari dalam Parhalaan tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 43: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

30

Apa yang Parmalim lakukan saat melakukan upacara Mardebata? Ketika

Parmalim melakukan upacara/ritual tersebut, mereka mengucapkan patik-patik

yang tujuannya untuk mengetahui kesalahan dan dosa mereka serta mendapat

penghapusan dosa dari Debata Mulajadi Nabolon . Selain itu mereka juga

mengucapkan tonggo-tonggo. Tonggo-tonggo bagi Parmalim ada 10, yaitu

dimulai dari tonggo kepada Debata Mulajadi Nabolon sampai kepada Naposonya.

Malim ni Debata disebut juga sebagai Naposo ni Debata. Mereka tidak bisa

meminta pengampunan dosa jika tidak melalui Naposo ni Debata tersebut.

Mereka memohon agar Debata mengampuni dosa mereka.

Kesepuluh tonggo tersebut adalah sebagai berikut:

a. Tonggo kepada Debata Mulajadi Nabolon, yaitu Tuhan Pencipta langit

dan bumi.

b. Tonggo kepada Debata Natolu, yaitu Batara Guru, Debata sori, dan

Bala Bulan.

c. Tonggo kepada Siboru Deak Parujar, yaitu yang memberi sumber

pengetahuan dan keturunan.

d. Tonggo kepada Naga Padoha Niaji, yaitu penguasa di dalam tanah.

e. Tonggo kepada Saniang Naga Laut, yaitu penguasa air dan kesuburan.

f. Tonggo kepada Raja Uti, yaitu yang diutus Debata sebagai perantara

pertama bagi orang Batak.

g. Tonggo kepada Simarimbulu Bosi, yaitu karena hari kelahirannya

pada perayaan Sipaha Sada.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 44: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

31

h. Tonggo kepada Raja Naopat Puluh Opat, yaitu semua nabi (malim)

yang diutus Debata kepada bangsa melalui agama-agama tertentu,

misalnya Sisingamangaraja yang diutus bagi orang Batak.

i. Tonggo kepada Raja Sisingamangaraja.

j. Tonggo kepada Raja Nasiakbagi, yaitu dianggap sebagai penyamaran

Raja Sisingamangaraja (Parmalim menyebutnya sebagai sahala ni

Sisingamangaraja).

4.1.4 Pasahat Tondi

“Sabulan dung marujung ngolu, i baen ma ritual nion anggiat i jalo opputta Debata Mulajadi Nabolon tondina tu lambungna”.

Artinya: “Satu bulan setelah meninggal, ritual Pasahat Tondi akan

dilaksanakan agar kiranya dia diterima oleh Oppung Debata Mulajadi Nabolon di

sisinya”.

Upacara pasahat tondi adalah suatu upacara Ugamo Malim yang

bermaksud menyampaikan atau menyerahkan ruh seseorang manusia yang sudah

meninggal dunia kepada Debata Mulajadi Nabolon sekaligus memohon kepada-

Nya agar orang yang yang bersangkuan dapat diampuni dosanya dan ditempatkan

Debata Mulajadi Nabolon di sisi-Nya serta memohon keampunan dosa keluarga

yang ditinggalkan.

Ugamo Malim memiliki ciri khas tersendiri jika ada yang meninggal, dia

harus dimandikan dengan aek pangurason. Dan ketika mereka belum

dimandikan, mayat tersebut masih boleh ditangisi tetapi setelah mayat itu

dimandikan, orang-orang tidak boleh lagi menangisi mayat tersebut. Hal ini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 45: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

32

karena mayat itu tadinya sudah disucikan tetapi jika terkena air mata maka tidak

suci lagi.

4.1.5 Ritual Sipaha Sada (Mangan Napaet)

“Sipaha Sada on mangan na paet do attong parjolo anggo di son. Ison ma puasa 24 jom. Tujuanni Mangan Napaet on ima manopoti dosa nadi bagasan sataon bolon. Alai sebelum nai i hobasi ma sude angka pirian nalao sipanganon jam 8 pagi. I jam duabolas ma annon martangiang”.

Artinya: “Pada ritual Sipaha Sada, ritual Mangan Napaet adalah ritual

yang dilakukan pertama kali. Pada Ritual ini, Parmalim akan puasa selama 24

jam. Ritual Mangan Napaet bertujuan untuk menghayati dosa dan kelakuan kita

selama setahun penuh. Namun sebelum melakukan puasa. Makanan, minuman

dan yang lain yang dibutuhkan untuk berbuka nantinya sudah harus dipersiapkan

pada jam 8 pagi. Dan pada jam 12 siang tepat, Parmalim akan melakukan doa

bersama”.

Gambar 4.5 Seluruh umat Parmalim sedang melakukan doa bersama.

Upacara Mangan Napaet dalam Ugamo Malim adalah suatu aturan (ibadat)

yang wajib diamalkan oleh setiap warga Parmalim pada akhir tahun. Kewajiban

melaksanakan ibadat ini adalah sebagai wujud pengakuan bahwa setiap manusia

tidak luput dari segala perbuatan dosa sejak awal tahun hingga akhir tahun. Untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 46: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

33

menghapus “dosa tahunan” diwajibkan bagi Parmalim untuk melaksanakan ibadat

Mangan napaet sebagi wadah penyampain keampunan dosa kepada Debata

Mulajadi Nabolon. Upacara ini berupa upacara dengan mengkomsumsi sayuran

yang berasa pahit. Upacara Mangan Napaet dilakukan sebanyak dua tahap yakni

Mangan Napaet parjolo (pertama) dan Mangan Napaet Paduahon (kedua).

Upacara Mangan Napaet ini ditutup dengan upacara mangan na tonggi. Mangan

Napaet parjolo dilakukan pada awal bulan sipahasapuludua (bulan ke duabelas)

kemudian disusul dengan Mangan Napaet Paduahon setelah tigapuluh hari

kemudian. Mangan Napaet paduahon dan Mangan na tonggi dilakukan pada hari

yang sama namun dengan waktu yang berbeda jika Mangan Napaet Paduahon

dilakukan jam 09.00 wib, maka Mangan Natonggi dilakukan pada jam 13.00.

Upacara ini dilakukan baik di Bale Pasogit Partonggoan maupun di Bale

Parsattian di tingkat cabang. Namun idealnya upacara ini sebisa mungkin

dilakukan di Bale Pasogit Partonggoan.

4.1.6 Ritual Sipaha Sada (Panghaoroanan Ari Hatutubu Ni Tuhan

Simaribulu Bosi)

Gambar 4.6 Seluruh umat Parmalim mengikuti Ulu Punguan ke tengah lapangan untuk memulai upacara ritual Sipaha

Sada.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 47: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

34

Gambar 4.7 Umat Parmalim manortor di halaman Bale Pasogit Partonggoan yang diiringi oleh Gondang Hasapi.

Upacara Sipaha Sada adalah salah satu aturan dalam Ugamo Malim.

Upacara ini khusus untuk memperingati ari hatutubu (hari kelahiran) Tuhan

Simaribulubosi yang jatuh pada ari suma (hari kedua) dan ari anggara (hari

ketiga) bulan sipaha sada. Upacara siapaha sada dilakukan di Bale Pasogit

Partonggoan, Hutatinggi dengan diiringi musik tradisional yaitu hasapi (kecapi)

dan alat musik lainnya.

Pada perayaan ritual Sipaha Sada para penganut Ugamo Malim datang dari

berbagai penjuru yang tersebar di 50-an komunitas dan sekitar 1500 KK. Dari

jumlah itu mereka tidak sekedar hadir, tetapi mereka aktif-partisipatif dalam

seluruh rangkaian upacara karena mereka meyakini bahwa Bale Pasogit adalah

Huta Nabadia (Tanah Suci).

Upacara Sipaha Sada dilaksanakan di dalam ruangan Bale Pasogit.

Upacara Sipaha Sada merupakan pembuka tahun dan hari yang baru bagi

penganut parmalim Huta Tinggi. Inti pesta Sipaha Sada ialah menyambut

kelahiran dan kedatangan Tuhan Simarimbulu Bosi dan para pengikut setianya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 48: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

35

yang telah menderita dalam mengembangkan ajaran Ugamo Malim ini.

Simarimbulu Bosi bagi penganut parmalim adalah nama Tuhan bangsa Batak.

Setiap kegiatan yang dilaksanakan di Bale Pasogit harus dihadiri oleh

seluruh umat parmalim. Maka tidaklah mengherankan upacara tahun baru

Parmalim ini sungguh menjadi momen penting sebagaimana hari Natal bagi

penganut agama Kristen. Untuk itu, dua hari sebelum upacara Sipaha Sada,

diadakan juga ritual Mangan Napaet (makan sesuatu yang pahit) yakni menyantap

makanan simbolik untuk mengenang kepahitan dan penderitaan Raja Nasiak Bagi,

sang penebus mereka. Bahan-bahan makanan tersebut merupakan paduan antara

daun pepaya muda, cabe, garam, dan nangka muda yang ditumbuk dengan halus.

Ritual mangan Napaet berlangsung sebagai pembuka dan penutup puasa yang

mencapai waktu sampai 24 jam.

Itulah bagi penganut parmalim sebagai bulan permenungan, pertobatan

dan bulan penuh rahmat. Makna hakikinya, bahwa parmalim pada saat sebelum

Sipaha Sada ini sudah melaksanakan upacara pengampunan dosa.

Dengan demikian bisa dikatakan perayaan Sipaha Sada dapat dianggap

sebagai jantung ritual dalam upacara keagamaan Parmalim Huta Tinggi. Perayaan

itu memuncak dalam tonggo-tonggo (doa-doa) yang dilambungkan pada hari

kedua. Ritual ini berlangsung selama lima jam, mulai jam dua belas siang hingga

pukul lima sore. Upacara ritual ini juga diselang-selingi oleh tonggo-tonggo,

dengan iringan musik tradisional gondang hasapi, tortor, dan penyampaian

persembahan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 49: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

36

Jadi, secara “teologis” bisa dikatakan bahwa Ugamo Malim menganut

paham monoteistik, kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, karena tujuan

akhir semua doa mereka tetap diarahkan kepada Debata Mulajadi Nabolon. Usai

doa-doa itu dipanjatkan dilanjutkanlah “kotbah” atau renungan yang disampaikan

oleh pimpinan, Raja Poltak Naipospos. Kemudian mereka manortor secara

bergiliran mulai dari keluarga Raja sampai naposo bulung (muda-mudi).

4.1.7 Ritual Sipaha Lima

“Ritual Sipaha Lima manang idok do on pameleon bolon. Ritual ucap syukur maon atas hasil panen na di jalo ni Parugamo Malim nadibagasan sataon bolon. Termasuk do tu angka partiga-tiga. Mangalahat ma di si horbo manang lobbu”.

Artinya: “Ritual Sipaha Lima atau yang disebut juga perayaan

persembahan besar-besaran. Ritual ucap syukur atau hasil panen yang diterima

oleh Parugamo Malim selama setahun penuh. Termasuk juga buat para pedagang.

Disana akan dikorbankan satu kerbau besar atau lembu jika kerbau tidak ada”.

Gambar 4.8 Umat Parmalim sedang mangalahat horbo di halaman Bale Pasogit Partonggoan atas rasa syukur mereka

terhadap hasil panen dan rejeki yang mereka terima setahun penuh.

Upacara Sipaha Lima merupakan upacara yang paling besar, upacara ini

merupakan ungkapan rasa syukur kepada Debata Mulajadi Nabolon atas nikmat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 50: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

37

yang diberikan. Upacara Ini dilakukan selama tiga hari berturut-turut yang dimulai

pada tanggal 12 (boraspati nitangkup) hingga tanggal 14 (samisapurasa) bulan

lima dan dipusatkan di Bale Pasogit Partonggoan. Berbeda dengan upacara sipaha

sada, hampir semua aktivitas upacara Sipaha Lima ini dipusatkan di halaman Bale

Pasogit Partonggoan dan juga prosesi upacara dipimpin langsung oleh Ihutan.

Ritual upacara Sipaha Lima dilaksanakan dalam 3 tahapan hari, yang

pertama adalah parsahadatan (pembukaan), yang kedua pameleon (persembahan

sesaji), dan yang ketiga panantion (penutup).

Parsahadaton (pembukaan) yang dilakukan di hari pertama (ari boraspati)

ini adalah pemanjatan doa-doa dan ikrar kepada sang pencipta, Debata Mulajadi

Nabolon agar diberikan kemudahan dalam melakukan rangkaian tradisi tersebut

yang berlangsung esok harinya. Istilah parsahadatan dalam Ugamo Malim adalah

penyerahan diri sepenuhnya kepada Debata Mulajadi Nabolon. Selain itu juga

dipanjatkan doa-doa kepada leluhur serta para pemimpin dimasa dahulu dan para

pemimpin dimasa sekarang.

Gambar 4.9 Pada hari pertama ritual Sipaha Lima seluruh umat Parmalim duduk di halaman Bale Pasogit Partonggoan

mendengar kata sambutan dari Ihutan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 51: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

38

Hari pertama ini tidak dilakukan persembahan apapun, seluruh Parmalim

duduk di halaman Bale Pasogit Partonggoan. Tertib acara hanyalah kata sambutan

dari Ihutan yang kemudian dilanjutkan oleh kata sambutan dari masing-masing

yang mewakili kelompok cabang (punguan). Setiap selesai memberi kata

sambutan, setiap kepala cabang akan menari (manortor) yang diringi dengan

musik tradisional Batak, gondang sabangunan.

Pameleon (persembahan sesaji) yang dilaksanakan pada hari kedua (ari

singkora) ini adalah puncak dari ritual Sipaha Lima. Pada hari ini diadakan

persembahan yang ditujukan kepada Debata Mulajadi Nabolon. Acara dimulai

ketika semua Parmalim hadir di Bale Pasogit Partonggoan dengan pakaian

upacara lengkap.

Tertib acara yang pertama diawali dengan Ihutan beserta keluarganya

menuju ke ruangan Bale Parpiataan, tempat di mana setiap perwakilan cabang

akan membawa sesajian (palean) untuk diserahkan kepada Ihutan. Selanjutnya

dilakukanlah ritual persembahan.

Ihutan keluar dari Bale Pasogit Partonggoan dan mulai menyucikan areal

sekitar dengan cara memercikkan aek pangurason (air penyucian). Setelah itu satu

persatu sesajian persembahan dibawa keluar dari Bale Parpiatan untuk diletakkan

di langgatan (altar sesembahan berjumlah tiga yang dihiasi dengan janur kuning

dan dipasangkan tiga bendera berwarna merah, hitam dan putih). Peletakan setiap

sajian ini selalu diiringi dengan doa yang dipimpin oleh Ihutan hingga semua

sajian telah diletakkan di langgatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 52: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

39

Terdapat tiga langgatan yang berjejer di tengah halaman Bale Pasogit

Partonggoan. Tiap langgatan berbeda peruntukannya. Langgatan yang berada di

tengah mewakili banua ginjang (dunia atas), persembahan yang diletakkan disini

diperuntukkan kepada Debata Mulajadi Nabolon berupa ayam putih (manuk na

bontar). Sesajian berikutnya diletakkan di langgatan sebelah kanan yaitu sesajian

berupa ayam berwarna hitam untuk penghuni banua tonga (dunia tengah),

sesajian terakhir yang berupa ayam berwarna merah kehitam-hitaman diletakkan

di langgatan sebelah kiri yang diperuntukkan kepada pendiri Ugamo Malim.

Setelah semua sajian diletakkan di langgatan, semua Parmalim berdiri dan mulai

menari diringi ogung sabangunan, irama musik tradisi menghantar doa

persembahan. Maka kerbau pun dikeluarkan untuk disembelih (horbo sakti).

Seekor kerbau yang terbaik dipilih, horbo sitingko tanduk siopat pusoran

(Kerbau pilihan dengan tanduk melingkar dan memiliki empat pusar). Jauh hari,

kerbau ini sudah dipersiapkan, jika tidak ada kerbau maka sembelihan diganti

dengan seekor lembu berwarna hitam yang sehat dan baik bentuknya (tidak cacat).

Kerbau hitam digiring menuju halaman Bale Pasogit Partonggoan, kemudian

diikatkan pada borotan. Selanjutnya Ihutan akan memanjatkan doa-doa kepada

Debata Mulajadi Nabolon untuk hadir ditengah-tengah mereka dan menerima

semua bentuk persembahan.

Ritual selanjutnya adalah boras sipir ni tondi (beras peneguh jiwa), Ihutan

meletakkan beras disetiap kepala perempuan yang ikut menari. Setelah itu para

kelompok pekerja (parhobas) menerima pisau dari Ihutan dan menggotong kerbau

untuk disembelih. Proses penyembelihan dilakukan di ruang khusus, di sana telah

disediakan batu singkapon di mana terdapat lubang dalam tanah tempat di mana

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 53: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

40

darah sembelihan dialirkan. Darah tersebut dipersembahkan kepada banua toru

(dunia bawah).

Selanjutnya dilakukan tari tor tor na torop, seluruh peserta upacara menari

dalam urutan tertentu. Yang pertama sekali adalah kelompok laki-laki yang sudah

menikah, dilanjutkan dengan para wanita yang sudah menikah. Urutan terakhir

adalah para muda-mudi. Tarian ini ditutup dengan pemberian khotbah singkat

yang berhubungan dengan penguatan iman Parmalim oleh Ihutan. Ritual terakhir

adalah pembongkaran langgatan (sebelumnya tiap persembahan diambil dan

dikembalikan ke Bale Parpiatan). Ihutan akan menyerukan “Horas!” sebanyak

tiga kali sambil diiringi gendang penutup. Berakhirlah proses upacara di halaman

Bale Pasogit Partonggoan.

Ritual paling akhir dilakukan di dalam Bale Pasogit Partonggoan. Seluruh

sajian didoakan oleh Ihutan untuk dipersembahkan kepada Debata Mulajadi

Nabolon. Seluruh peserta duduk dengan tangan dalam posisi sembah sepuluh jari

saat Ihutan melantukan doa-doa yang diiringi dengan musik gondang sabangunan.

Ritual terakhir ini ditutup dengan ucapan “Horas!” oleh Ihutan sebanyak tiga

kali. Setelah itu, seluruh peserta yang hadir makan bersama.

Panantion (penutup) adalah upacara terakhir dari rangkaian upacara

Sipaha Lima yang dilakukan selama 3 hari berturut-turut. Pada hari terakhir ini

(ari samisara) dilaksankan ibadah berupa ceramah keagamaan, penyampaian

nasihat oleh Ihutan dan pembagian daging kerbau yang telah disembelih pada hari

sebelumnya (hari ke-2). Penyerahan diwakili oleh seluruh ulu pungguan setiap

cabang Parmalim yang hadir. Semua kegiatan pada hari ke-3 ini dilakukan di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 54: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

41

dalam Bale Pasogit Partonggoan. Seluruh rangkaian acara tetap diiringi dengan

musik gondang sabangunan. Penutupan seluruh rangkaian upacara Sipaha Lima

pada hari ke-3 ini dilakukan oleh Ihutan dan diiringi dengan gondang penutup,

Ihutan mengucapkan “Horas! Horas! Horas!” dan acara pun selesai.

Setelah acara selesai, seluruh Parmalim pulang kerumahnya masing-

masing, tidak terkecuali bagi Parmalim yang berasal dari daerah-daerah lain di

luar Sumatera. Mereka kembali ke cabang-nya masing-masing dan mulai menanti

perayaan upacara Sipaha Lima tahun berikutnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 55: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

42

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil deskripsi data pada ritual Parmalim dalam cerita asal-

usul Etnis Batak, ditemukan 7 ritual-ritual Parmalim dalam cerita asal-usul Etnis

Batak yang tergolong dalam nilai budaya yaitu hubungan manusia dengan Tuhan,

sebagai berikut:

a. Ritual Mararisabtu

Ritual Mararisabtu adalah salah satu upacara agama (ibadah) yang

terpenting dalam Ugamo Malim ibadat ini wajib dilaksanakan sekali dalam

sepekan yaitu hari Sabtu. Penetapan hari Sabtu sebagai hari peribadatan

berasal dari sejarah dimana tepat pada hari ketujuh (sabtu), Siboru

Deakparujar mengunakan hari itu sebagai hari beristirahat atau sebuah hari

tanpa aktivitas.

b. Ritual Martutuaek

Ritual Martutaek dalam ajaran Ugamo Malim adalah “menyambut

kehadiran tondi”. Ruh (tondi) yang ada pada manusia berasal dari Debata

Mulajadi Nabolon dan pada suatu masa nanti ruh itu akan kembali kepada-

Nya. Berdasarkan kepada ajaran itu, Ugamo Malim manganut paham

bahwa dalam setiap penyambutan seorang anak yang baru lahir

sepatutnyalah berangkat dari segi tondi-nya dan bukan semata-mata

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 56: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

43

jasmaninya Upacara ini dilakukan pada anak yang telah berusia sebulan

(30 hari) dan orang tua wajib melaksanakan Ritual Martutuaek.

c. Ritual Mardebata

Ritual Mardebata adalah salah ritual penyembahan kepada Debata

dengan perantaraan sesaji (pelean) yang bersih yang diantarkan melalui

bunyi-bunyian gendang yang lengkap (gondang sabagunan) sebagaimana

telah diisbatkan dalam Ugamo Malim. Pada hakikatnya hukum Mardebata

tidaklah wajib, melainkan hanya semacam tambahan ibadat berdasarkan

niat yang muncul dari seseorang Parmalim. Namun boleh saja hukum

Mardebata ini meningkat menjadi wajib apabila seseorang melakukan

kasus yang dapat dikategorikan melanggar patik dan hukum yang berat.

Meski Mardebata merupakan hajatan keluarga, namun diharuskan juga

dihadiri oleh anggota Parmalim cabang lain. Dengan kata lain amalan

ibadat ini bisa menjadi perbadatan bersama yang nilai ibadatnya bukan

untuk suhut (tuan rumah) saja, tetapi kepada semua peserta yang terlibat

dalam upacara itu.

d. Ritual Pasahat Tondi

Ritual Pasahat Tondi adalah suatu upacara Ugamo Malim yang

bermaksud menampaikan atau menyerahkan ruh seseorang manusia yang

sudah meninggal dunia kepada Debata Mulajadi Nabolon sekaligus

memohon kepada-Nya agar orang yang yang bersangkuan dapat diampuni

dosanya dan ditempatkan Debata Mulajadi Nabolon di sisi-Nya serta

memohon keampunan dosa keluarga yang ditinggalkan.

e. Ritual Sipaha Sada (Mangan Napaet)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 57: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

44

Ritual Mangan Napaet dalam Ugamo Malim adalah suatu aturan

(ibadat) yang wajib diamalkan oleh setiap warga Parmalim pada akhir

tahun. Kewajiban melaksanakan ibadat ini adalah sebagai wujud

pengakuan bahwa setiap manusia tidak luput dari segala perbuatan dosa

sejak awal tahun hingga akhir tahun. Untuk menghapus “dosa tahunan”

diwajibkan bagi Parmalim untuk melaksanakan ibadat Mangan Napaet

sebagi wadah penyampain keampunan dosa kepada Debata Mulajadi

Nabolon. Upacara ini berupa upacara dengan mengkomsumsi sayuran

yang berasa pahit. Upacara Managan Napaet dilakukan sebanyak dua

tahap yakni Mangan Napaet parjolo (pertama) dan Mangan Napaet

Paduahon (kedua). Upacara Mangan Napaet ini ditutup dengan upacara

mangan na tonggi.

f. Ritual Sipaha Sada (Panghaoroanan Ari Hatutubu Ni Tuhan Simaribulu

Bosi)

Ritual Sipaha Sada adalah salah satu aturan dalam Ugamo Malim.

Upacara ni khusus untuk memperingati ari hatutubu (hari kelahiran) Tuhan

Simaribulubosi yang jatuh pada ari suma (hari kedua) dan ari anggara

(hari ketiga) bulan sipaha sada. Upacara Sipaha Sada dilakukan di Bale

Pasogit Partonggoan, Hutatinggi dengan diiringi musik tradisional yaitu

hasapi (kecapi) dan alat musik lainnya.

g. Ritual Sipaha Lima

Ritual Sipaha Lima merupakan upacara yang paling besar, upacara

ini merupakan ungkapan rasa syukur kepada Debata Mulajadi Nabolon

atas nikmat yang diberikan. Upacara Ini dilakukan selama tiga hari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 58: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

45

berturut yang dimulai pada tanggal 12 (boraspatinitangkup) hingga

tanggal 14 (samisapurasa) bulan lima dan dipusatkan di Bale Pasogit

Partonggoan. Berbeda dengan upacara Sipaha Sada, hampir semua

aktivitas upacara Sipaha Lima ini dipusatkan di halaman Bale Pasogit

Partonggoan dan juga prosesi upacara dipimpin langsung oleh ihutan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 59: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

46

5.2 SARAN

Melalui hasil penelitian ini, penulis mengajukan beberapa saran seperti

berikut ini:

1. Untuk para peneliti sastra, khususnya dibidang antropologi sastra

diharapkan dapat melakukan penelitian selanjutnya dengan lebih baik dan

sempurna terhadap karya-karya sastra lama seperti cerita rakyat dan

mengungkapkan nilai-nilai budaya dalam hubungan manusia dengan

Tuhan ataupun hubungan manusia dengan yang lainnya yang termasuk ke

dalam golongan nilai budaya.

2. Untuk para pendidik, khususnya para pendidik di bidang sastra, hendaknya

dapat menjadikan karya sastra sebagai sumber pengajaran yang lebih baik

dan bermamfaat, khususnya karya sastra yang memiliki hubungan dengan

nilai budaya. Sehingga pelajaran bahasa dan sastra Indonesia akan lebih

baik kedepannya.

3. Untuk para pembaca, baik itu penikmat maupun pengkritik sastra, agar

tetap menjaga dan melestarikan nilai budaya yang terdapat di dalam karya

sastra. Sehingga nilai budaya tersebut dapat menjadi pedoman dalam

kehidupan kita masa kini untuk memperbaiki kepribadian menjadi lebih

baik lagi.

4. Untuk pemilik cerita asal-usul Etnis Batak atau masyarakat Batak yang

masih tinggal dan menetap di daerah sekitaran Pusuk Buhit, hendaknya

tetap menjaga, melestarikan, dan mengembangkan situs atau peningalan-

peningalan leluhur. Agar kelak generasi selanjutnya tetap bisa mendengar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 60: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

47

cerita asal-usul etnis Batak tersebut dan tetap bisa menyaksikan situs-situs

yang ditinggalkan oleh leluhur.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 61: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

48

DAFTAR PUSTAKA

Chourmain Iman, Adiguru. 2006. Acuan Normatif Penelitian untuk Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Jakarta: Al- Haramain Publishing House. Danandjaya, James. 1994. Folklor Indonesia Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-

lain. Jakarta: Grafiti. Djamaris, Edward dkk. 1993. Nilai Budaya dalam Beberapa Karya Sastra Nusantara: Sastra Daerah di Sumatera. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Endaswara, Suwardi. 2011. Metodologi Peneltian Sastra. Yogyakarta: CAPS. Endaswara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Antropologi Sastra. Yogyakarta: Ombak. Hutomo, Suripan Sadi. 1991. “Perkembangan Cerita Rakyat Sampai Saat Ini dan Usaha-usaha untuk Menumbuhkannya”. Jurnal Media Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan, volume 20, 1991. Ludianti, Daning Melita. 2015. Ritual Obong Sebagai Ritual Kematian Orang Kalang di Desa Bumiayu Kecamatan Weleri Kabupaten Kendal (Skripsi). Semarang: Fakultas Ilmu Sosial UNS. Purba, Corry. 2013. “Gerakan Politik dan Spritual Parmalim dalam Rangka Mempertahankan Eksistensi Agama Suku Di Tanah Batak”. Jurnal Sejarah Historica, volume 2, Mei 2013. Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Antropologi Sastra: Peranan Unsur-unsur Kebudayaan dalam Proses Kreatif. Ceatakan I. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Sembiring, Ribka Devina. 2018. Kepercayaan Masyarakat Karo terhadap

Legenda Danau Linting di Desa Sibunga-Bunga Hilir Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deli Serdang (Skripsi). Medan: Fakultas Ilmu Budaya USU.

Siregar, Novita Sari. 2018. Ritual Kepercayaan Masyarakat Melay terhadap Cerita Rakyat Nek Saripah di Desa Hinai Kanan Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat (Skripsi). Medan: Fakultas Ilmu Budaya USU.

Sumardjo, Jacob dan Saini K. M. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Susilo, Hariadi. 2017. Wacana Kohesi dan Keraifan Lokal dalam Masyarakat Karo. (Disertasi). Medan: FIB USU. Tantawi, Isma. 2014. Terampil Berbahasa Indonesia. Bandung: Citapustaka Media.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 62: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

49

LAMPIRAN I

CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK MENURUT PENUTUR ASLI DI

DESA SARIMARRIHIT, KECAMATAN SIANJUR MULA-MULA,

KABUPATEN SAMOSIR DALAM BAHASA BATAK TOBA

1. Nama : Komo Limbong Naburahan (Raja Bius Sipitu

Tali)

Umur : 50 Tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Kristen Katolik

Alamat : Sarimarrihit

Pendidikan Terakhir : SMP

Wawancara pada tanggal 19 Februari 2019

1. Hea do di bege jala i boto Tulang do cerita asal-usul ni Halak

Batak?

Jawabannya: Hea, jala hu boto.

2. Tikki umur sadia ma di bege Tulang cerita i?

Jawabannya: Mulai sian dakdanak, lupa au umur sadia ale nunga

sering i bege hami ceritai.

3. Sian ise do i bege halak Tulang cerita i parjolo sahali?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 63: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

50

Jawabannya: Sian Natua-tua nami hinan. Ai sering hian dope

angka natua-tua najolo marserita tu angka anakhon na, dang

songon si saonari be.

4. Jadi bolo saonari, sering dope serita i tarbege manang i tuturhon

Tulang?

Jawabannya: Sering, ai bolo hundul antong hami di kode-kode i

rap angka naposo i, olo do hami marserita-serita, boha ma asa

unang mago budaya ta i kan!

5. Bolo songoni Tulang, songon dia do jalan cerita ni Asal-usul

bangso Batak i? I ceritahon Tulang majo secara jelas! Santabi da

Tulang.

Jawabannya: Jalan cerita asal-usul Etnis Batak Menurut Komo

Limbong Naburahan (Raja Bius Sipitu Tali):

Cerita asal-usul Bangso Batak na i Sianjur Mula-Mula on luas do

anggo sejarahna. Ai bolo sude do ceritahononku mungkin dang selesai anggo

sadarion, ai sada bukku pe lobi. Intina, contohna sejarah ni Parmalim,

sejarahni Sianjur Mula-Mula (kejadianna asa gabe Halak Batak) kan godang

do, manang holan na idia do si ceritahonon.

Molo mulani si Raja Batak ma nadi dok mu ateh?

Jadi... mulana tarjadina sian Siboru Deak Parujar. Turun ma imana

parjolo, idokmai sonari i Sitapangi ima na i dolok Pusuk Buhit sada danau

adong disi hurang lobi luasna hampir dua hektar. Isi ma attong imana na turun

pitu halak bidadari manang anak boru. Dungi ro ma oppung nami najolo, i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 64: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

51

buat ma sada pakkeanna i ma na margoar Siboru Deak Parujar. Onma na gabe

terjadi imana parjolo sahali sada Bangso Batak.

Turun ma imana marpinoppari i ma di Sianjur Mula-mula. Di sada

huta namargoar Huta Urat di Sagala. Marpinopari, marpinoppari ma on

songoni toropna tubu ma anakna peddek ceritana. I goari maon Guru Tatean

Bulan dohot Raja Sisubbaon. Molo guru Tatean Bulan tinggalma di Sianjur

Mula-mula. Raja Sisubbaon tinggalma i daerah Pangururan manang idok

maon termasuk daerah aek parsuangan. Dungi di bagi dua do pustaka tu

nasida, ison pustaka Holing, isan pustaka akka parbinotoan ni disan termasuk

uning-uningan, musik, politik, dohot segala. Ido asa ujjago halakan bolo

bagian tradisional di keturunan ni Raja Subbaon.

Molo i Guru Tatean Bulan ibana, ison ma termasuk akka hadatuon.

Ima pusaka i pasahat: hadatuon, habisukon, ula ni adat, ulani jolma tubu, ulani

jolma namarmarga, mulani akka parbinotoan sian on ma sude. Dohot mulani

biti-bitian, mulani boto-botoan, na boi patupa tawar, dohot pature rassun, sian

on mai.

Molo mual nai pasahat ni oppung ta Tatean Bulan idokma aek malum

na di daerah Pusuk Buhit, na di jonokni Batu Sawan on. Ima na idokna aek

malum. Molo di bariba an, i pasahat ma di ibana ima aek parsuangan goarna.

Jadi ondo aek ni oppung ta si Raja Batak na dua anakna, Guru Tatea Bulan

dohot raja Subbaon, termasuk aek na sakkral maon i patupa oppung tai.

Termasuk maon aek mujijat, ima na di alapan ni akka namarningot Bangso

Batak.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 65: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

52

Jadi anakni guru Tatea Bulan, lima ma anak, lima ma boru. Ia anakna

ima oppungta namartua dolok Pusuk Buhit ma siangkangan, ima raja na

sangap i idok maon raja na saktina pitu hali malim, naboi marganti-gatti rupa.

Ima opputa namartua dolok Pusuk Buhit, opputta Raja Uti jala godang do

goarnion, ima siangkangan. Saribu Raja si nomor dua, Limbong Mulana si

nomor tolu, Sagala raja si nomor opat, Silau Raja si nomor lima. Ima molo

anakni oppungta Tatea Bulan.

Boruna, ima borutta na lao tu Ratu Pantai Selatan. Ima nai dokna Boru

Sipiting Laut, baru Siboru Pareme, baru Siboru Bunga Umasan, Atting

Haumasan, baru pe namboru nami Nattinjo.

Jadi on sude on, antarani anak dohot boru martulbo doon. Sarupa

kesaktianna, sibuatton ibotona be. Contohna oppunta Oppung Namartua

Dolok Pusuk Buhit turbuna tu namboru Sibiting Laut. Ima na terjadi adong

Ratu Pantai Selatan.

Jadi bolo Raja Subbaon ibana manggopar, mulai narasaon,

naiambaton, dohot akka na asing na dope. Ima sahat ma tu hamu marga nion...

Harianja. I sadu ma aek muna, ima namargoar aek Parsuaganan. Ima bolo

sejarahna. Ima torus sahat tu namanggoppar sahat tu si Raja Lottung, songoni

muse i Raja Subbaon tung mansai godang do marga, termasuk bolo keturunan

ni oppung ta nasian nadua on, Guru Tatea Bulan dohot Raja Sisubbaon .

Songonima cerita singkatna terjadinya halak Batak sian Sianjur Mula-

mula. Parjolo mai nakkin nai turun imana na i tongos ni oppung ta Mula

JadiNabolon na sahat di Sitapangan, Tala-tala ma idok goarna nuaeng. Ido i

na sahat tu Sianjur Mula-mula namamompari sahat tu Sonari. Tor ido

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 66: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

53

ingotonn mu parjolo, termasuk ma Aek Malum, dohot Aek Parsuangan.

Songonima...

2. Nama : A. Dapot Limbong

Umur : 60 Tahun

Pekerjaan : PAD Pariwisata Batu Sawan Pusuk Buhit

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Kristen Katolik

Alamat : Dusun III Desa Sarimarrihit

Pendidikan Terakhir : SD

Wawancara pada tanggal 19 Februari 2019

1. Hea do di bege jala i boto Tulang do cerita asal-usul ni Halak

Batak?

Jawabannya : Hea, jala hu boto.

2. Tikki umur sadia ma di bege Tulang cerita i?

Jawabannya : Mulai sian dakdanak, lupa au umur sadia ale nunga

sering i bege hami ceritai.

3. Sian ise do i bege halak Tulang ceritai parjolo sahali?

Jawabannya : Sian Natua-tua nami hinan. Ai sering hian dope akka

natua-tua najolo marcerita tu akka anakkonna, dang songon si

saonari be.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 67: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

54

4. Jadi bolo saonari, sering dope cerita i tarbege manang i tuturhon

Tulang?

Jawabannya : Sering, ai bolo hundul attong hami i kode-kode i rap

akka naposo i olo do hami marcerita-cerita, boha ma asa unang

mago budayattai kan!

5. Bolo songoni Tulang, songondia do jalan cerita ni Asal-usul

bangso Batak i? I ceritahon Tulang majo secara jelas! Santabi da

Tulang

Jawabannya: Jalan cerita asal-usul etnis Batak Menurut A. Dapot

Limbong (PAD Pariwisata Batu Sawan Pusuk Buhit):

Menurut hatiha i mandokkon oppungta si Raja Batak ro sian India

belakang. Marboros-boros ma imana manang marsolu-solu sahat ma ibana tu

Barus. I boan do si luana sian India belakang, i boan gadong attirha, jagong,

dohot hamijjon. I ma siluana. Jai, i tatap mana ma dung sahat imana mandarat

ara huson, ma natap-natap ma imana, manatap-natap ma torus mardalan-

dalan. Jai ala nga melus be hamijjon naon i suan ma i Pakkat, i do asa i Pakkat

Barus do hatubuan ni hamijjon.

Torus-torus manatap torus ibana mardalan tuson. Torus sappe tu

Lintong, i bereng imana ma dolok Pusuk Buhit on songonna tibbo. Torus ma,

mauruk-nurukma imana sahat hu dolok Pusuk Buhit. Ido. Jai, ala na jolo, ala

godangan na mendung do, godangan akka musibah do najolo, godangan akka

musibah, godangan akka gempa, haba-haba, ido bolo na jolo dope akka alam.

Turun ma imana hu toru na margoar huta Sianjur Mula-mula.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 68: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

55

Dukkon i, i baen imana ma disi gubuk-gubuk na, sopo-sopo goarna.

Ba gabe magodang ma ibana di luat i, magodang ma ibana. Martonggo ma

imana tu Mulajadi Nabolon asa boi nian i tongos parsodduk bolonna. Dung

piga-piga hali ibana marpangidoan, piga-piga hali marpangidoan mulak-

mulak tu Pusuk Buhit mangido tu Mulajadi Nabolon. Asi ma roha ni oppungta

Mulajadi Nabolon, I tongos ma. Ima sipitu sadalanan, sipitu sauduran na gabe

parsodduk bolonna songgop tu dolok Pusuk Buhit. Bah, ima ibuat imana

sahalak, namargoar mai na dibuat naon Siboru Deak Parujar. Marhuta ma

nasida di Sianjur Mula-mula. Tubu-tubuan ma disi. Tubu-tubuan ma isinon

ima pinoppar na bawa dua, termasuk mainon Guru Tatean Bulan dohot Raja

Oppungta Sisubbaon.

Dung tubu anakna dua, ima Guru Tatean Bulan dohot Raja Sisubbaon,

magodang-magodang. Marpangidoan ma muse Guru Tatean Bulan dohot

Guru Sisubbaon tong martonggo tu oppungta Mulajadi Nabolon. Asa i tongos

muse na gabe parsodduk bolonna. Tong ma, sonngopma hu dolok Pusuk

Buhit. Sipitu Sadalanan tong, ondope tong maulak-ulak, ido tong maulak-

ulak, ido. Ro ma Oppung ta Guru Tatea Bulan, ibuat ma habongna. Dung

ibuat habongna, tinggal mai, dang boi be ibana habang be. Tinggal ma isinon

inon gabe parsodduk bolonna. Jadi margoarma oppung boru inon boru Tattan

Debata. Songonima dohot si Raja Sisubbaon, ottema. Jadi tinngal opat nama

nakkin suru-suruan i, nga i nasida be tolu. Songonima secara singkat tusi.

Jadi tubuni oppungta Guru Tatean Bulan sappulu. Tubuma pinopparna

sappulu anak buha baju parjolo margoar ma inon opputta si Raja Gumiling-

giling. Opputta si Raja Gumiling-giling i ma si pultak pagar. Paduahon Saribu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 69: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

56

Raja, patoluhon Limbong Mulana, paopathon Sagala Raja, palimahon Silau

Raja. Tubuma muse boru na lima, boru parjolo buha baju Sibiting Laut,

paduahon Siboru Pareme, Patoluhon Siatting Haumasan, paopathon Sipungga

Haumason, palimahon Nattinjo.

Marhuta ma ison Guru Tatea Bulan. Marhuta ma i Sijambur si Raja

Subbaon. Nakkiningan inon opputta si Raja Gumiling-giling ala tulus do

tuppana tu goarna, tudos do goarna tu toppana, ba songonima bagianna. I baen

ma sonari sumananna songon tabu-tabu. Songon tabu-tabu on ma imana. Jei

ro ma opputta boru dohot opputta doli i taruhon maon hu batu Soddi. Idia ma

batu Soddi on? I ma nakkin na i batu Sawan i, beddera na liang i. I ma batu

Soddi.

Ala urun martonggo Guru Tatea Bulan dohot opputta boru, tangima

opputta Mulajadi Nabolon. I tangihon ma pangidoanna on. Ba i tomos ma Aek

Batu Sawan on. Dung i tomos Aek Batu Sawan on i gijang tor i baen ma muse

paridianna i ma na hu bak i. Holan begitu tor ro inon, nga mujijat on inna

opputta Guru Tatea Bulan. Songgot ma rohana, marhatiha ma imana i ma

daonna. I ma hu parnipionna. Manang i ma ro ihan i tu imana, sian opputta

Mulajadi Nabolon.

Dukkon songoni i buat ma nakkinin anakna si Raja Margiling-giling

sian Batu Soddi on. Ale dung sahat nakkining opputta si Raja Margiling-

giling i Batu Soddi, marhuar ma oppui disi “Ehe anaha, hodo pultak pagar ale

hasosogo ho i sude akka tinodohonnmu, ison maho. Alani siat ni bagin do asa

songoni” inna. Ido asa margoar muse oppungi opputta si Raja Sisiak Bagi. Jei

dukkon inon nga ro aekon ta nakkinin, i paridi ma hu si. I paridi ma tu aek i.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 70: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

57

Dung i paridi tu aek i. Idok hata na jolo di uras ma hu si. Maridi hata nuaeng.

Jei margoarma oppunginon opputta si Raja Miak-miak. I miaki ma ningonma,

i ubati opputta Mulajadi Nabolon.

Jadi dukkon inon, boi ma imana songon manusia biasa. Gabe marholi-

holi ma imana mangalakka-lakka, boima imana mangalakka-lakka. Baru dung

adong piga-piga ari nai ningon ma jolo tong i ulakkon imana maridi husi. I

ulakkon opputta boruon dohot opputta doli paridihon. Lam sehat imana, lam

stabil imana songon hita on. Margoar ma oppungi, oppu Sisari Matua.

Jei dung margoar oppui Sisari Matua. I suba imana ma hasehaton na

on. I suba imana ma ke ajaiban na on, nga labu boi imana mardalan. Nga las

be roha ni imana, nga boi makkatai imana. Lao ma imana saddiri hu Tiddoan

goarna. Bolo ido tiddoan parsitongaan parsitongaan ni Pusuk Buhit on.

Manatap-natap ma imana hu toru on. Manatap-natap ma imana hu tano

hatubuan naon.

Alai i tikki na martonggo otte opputta Guru Tatea Bulan dohot opputta

boru. Nga adong parjajjian ni opputta Mulajadi Nabolon hu opputta si Raja

Maregeleng-geleng otte. Artina, molo dung annon hu baen parbinotoanmu, hu

baen ho manusia songonna stabil, hu baen lobi hasaktionmu. Anggo

subangna, unang sappur be ho dohot manusia. Hera songonima ahana attong,

padanna, unang sappur asa unang tarsubang. Attar songonima, idoi.

Baru maridi ma muse hu Batu Sawan on, maridi ma imana. Nga boi be

imana saddiri be mangubati imana. Dang pala be ikkon nabinoto ni natua-

tuana otte be. Maridi ma imana tu Aek Malum. Sahat ma imana tu Aek

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 71: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

58

Malum nga malum be sude arsak ni rohana. Gabe boi imana habang. Nakkin

mardalan, makkuling, makkatai, holan i dope boi. On nga labu boi mardalan.

Jei dung sahat ibana i Aek Malum. Margoarma muse oppunginon,

opputta si Saur Matua. Margoarma opputta su Saur Matua. Mulak imana tong

hu Bata Sawan on, dohot tu podoman naon hu Batu Soddi. Dung adong piga-

piga leleng, piga-piga leleng nai marpangidoan ma imana tu opputta Mulajadi

Nabolon “Ai boi nian Oppung habang au, ai boi manian au songonon,

songonon au” inna. Ilean. Idoi.

Jei tabba ma parbinotoan ni imana. Boi ma imana isinon pauba-uba

toppa. Dung boi imana pauba-uba toppa, sahat ma imana hu Tala-tala. Dung

sahat imana hu Tala-tala marlas ni roha ma imana. Martonggo ma imana tu

opputta Mulajadi Nabolon muse, ima i Batu Parrapotan i, batu Parsadaan

inon. “Baenma oppung songon ho i au, baen ma au siat marpangidoan tu si

marpanoppa” tor songonima rupani.

Ima mulak imana muse. Margoar ma imana isi margoar opputa si Raja

Hatorusan. Jei sahali nai tuat ma imana. Nga boi be songondia pangidoan ni

imana nga i lean opputta Mulajadi Nabolon be. Mulak ma imana, manguras-

uras ma imana muse sahat ma imana hu Raja-raja Nabolak goarna. Bolo idok

Raja-raja Nabolak ima pusuk ni Pusuk Buhit on. Nga be, nga siat be

pangidoanni imana be. Songondia ma i subahon imana ma isi sude akka na ti

nopot ni Debata Mulajadi Nabolon. Nga boi be lomo ni imana be. Margoar

ma imana opputta si Raja Uti. Songonima cerita ni imana, sian i ma imana tor

habang ma imana mangareat-reat ma torus, mangareat-reat sahat ma imana hu

Barus. Dung sahat imana hu Barus, sahat muse hu Aceh. Songonima

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 72: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

59

pardalanan ni imana. Dang mulak imana be hu tano hatubuan ale sae tong

dope mangoroi imana tu Pusuk Buhit. Songonima imana torus sappe tu

sadarion. Bah martona ma imana. Dung martona imana hu namartubuhossa,

Hu Guru Tatea Bulan dohot tu opputta boru “Bah bolo masihol hamu tu au,

baen hamu ma on peleanku, baen hamu ma on peleanku. Alai dang boi au

jamaon mu” songonima rupani. I goari ma imana Namartua-tua i. Songonima

padan ni nasida. Songonima sejarah ni imana sahat tu sadarion.

Jei Opputta Saribu Raja. Opputta Saribu Raja tinodohon otte, i tikki

imana selama nakkinin, namangido hasaktion tu Opputta Mulajadi Nabolon i

Batu Sawan on. Marroha-roha ma Oputta Saribu Raja dohot si Boru Pareme.

Artina marroha-roha, mardomu-domu nasida. Dung mardomu-domu nasida ba

roma Limbong Mulana dohot Sagala Raja mandok hatana “Ai dang tikkos

ula-ulami dah. Ibotom pe sai i dongan-dongani ho” tar songoni ma rupani. Jei,

ba ujungna rupani “Unang sae sipiccangon hita, hehe ma hita hanon” inna

mandok sian Paret Sabungan on. Lao ma nasida tu Batu Hobon, dung lao

nasida hu Batu Hobon. Isi ma nasida piga-piga leleng. Ba manurut hatiha i

mandokkon, mareme toba do nasida disi. Dung na mareme toba nasida isinon.

Laos isi ma i tukkang-tukkangi Saribu Raja Batu Hobon on. Jei maksudna

hinan. Lao tempatni eme na doi asa i tukkang-tukkangi. Ale dang sanga i buat

eme naon, nga tong i gora muse. I gora tinodohon naon. Nakkok ma muse

nasida tu gijang muse. Margoar mai ingananna na i gijang i Batu Nanggar.

Dung margoar ingananna na i gijang i Batu Naggar. Tarbege ma muse

attut-attuk ni imana. Ai manopa-nopa karejo ni Saribu Raja disi. Manciptahon

akka ala-alat na. Ido anggo karejo ni imana. Jei roma si Limbong Mulana

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 73: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

60

dohot Sagala Raja “Bah adong muse isan timus ni api” inna. “Ise dope muse

i?” inna. Lao nasida tong hu si. I gora nasida tu si. Ba ujunna “Ba hehe ma

hita sian Limbong on, ai torus do hita sipissangon. Ai naong songonido

partubuatta”. Jei hehe ma nasida. Jei adong do hata ni Saribu Raja inna

“Parsili ma tano hatubuan. I pissang au, hape nasuman do hu ulahon” inna.

“Jei bolo mulak do ijur hon tu babak hu, mulak do au tu tano Limbong on” tar

songonima cerita na.

Tor lao ma nasida torus, torus ma nasida marboros-boros. Sappe hu

Ulu Darat. Hape dang sadia leleng dung sahat nasida di Ulu Darat menurut

hatiha i mandokkon ba nga tong i tinggalhon Saribu Raja Siboru Pareme on.

Nga tong i tinggalhon, nga lao imana muse tu Barus. Dung lao imana tu

Barus, tong ma muse. Mangaririt ma imana disi, dapotna ma muse boru ni raja

disi. Namargoarhon boru ni si Raja Borbor. Idoi. Jadi nakkinin nga i

tinggalohon be Siboru Pareme. Ima na roi Babiat Siteppang, gabe imana ma

mangurup-urupi Siboru Pareme on. Tor tubu-tubuan ma. Ima namargoarhon si

Raja Lottung, songonima sejarah singkatni.

Jadi anggo Raja Limbong dohot Sagala Raja boruni homang do anggo

opputta boruna, parsodduk bolonna, boruni homang. Jolma so jolma, begu so

begu. Idoi. Rap marhuta ma nasida i Sagala, i Bagas Limbong goarna. Jei

dung leleng dung leleng, tong ma rupani lao ma muse Silau Raja tong

mangeaki mangalului Saribu Raja otte. Ale dang dapotna be, ujungna gabe lao

ma ibana tu Samosir. Marhuta ma ibana parjolo i Reaniate. Sian Reaniate ma

hu Salaon, sian Salaon hu Simanindo, songonima ceritana.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 74: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

61

Jei nakkkiningan inon, lima iboto na. Namborutta Sibiting Laut

manang boruni Pusuk Buhit on namargoarhon Sibiting Laut. Lao ma muse

ibana marborot-borot, mangalului ibotona Saribu Raja dohot Siboru Pareme.

Torus ma torus, i ihut-ihuthon ma torus bogas ni patna. Sahat ma ibana tu

Sibolga. Isukkun ma isi “Adong nakkin ro tuson na songonon, nasongonon,

Saribu Raja goarna?” inna. “Lao do hu Pulau Mursala” inna. Lao ibana hu

Pulau Mursala, i sukkun naisini dang adong. Ujunna, mulak ma ibana.

Marbatang pisang ma ibana marparahuu-parahu. Hape, tor roma toppu

abbolas. Mardongan haba-baha. Gabe i boan ma ibana hu tonga laut. Gabe i

boan ma imana hu tonga laut, dang hu Sibolga be ibana i boan. Nga mangalo

arus pangidoanna nai. Ujunna sahat ma ibana tu bariba ni laut. Mendarat ma

ibana i isi. Sahat ma ibana tu Pante Selatan. Dung sahat imana disinon, ro ma

raja naisini, i bereng ma ibana i pinggir ni laut i pagi-pagi. I boan ma hu jabu.

Dung i boan hu jabu. Bah manurut hatihai mandokkon i urus-urus ma

inna sappe leleng, i urus-urus sappe leleng. “Ale imadah ikkon na gabe hodo

muse na gabe parsodduk bolonhu” inna raja i tu Sibiting Laut. Hape raja on

nga godang gellengna. Ba roma Sibiting Laut on mandok “Olo do au raja

nami, ale anggo na maniddii do dang olo au” tar songonima rupani. “Dang olo

au tiddianna, boru ni raja do au sian tano Batak” inna ma.

Secara singkat rupani inon. Secara paksa ma, dung secara paksa, gabe

maralo ma halakon. Gabe maralo ma halakon. Ba ujunna gabe lari ma ibana

sian i, marhamulian ma ibana muse hu na asing. Nga sae i dokkon attong dang

olo ibana anggo tinddianni halak do. Anggo adong do ibbangna dang olo

ibana. Tar songonima. Ai ido inna tona ni bapana tu ibana.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 75: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

62

Jei Siboru Pareme, ottema ceritana. Gabe sahat ma ibana. Gabe

maringanan ma ibana i Ulu Darat. Jai bolo Siatting Haumasan, dung

marpinoppari-marpinoppari nakkining Siraja Subbaon sahat tu Sori

Mangaraja. Marhite honinon mardakka hu Siraja Naiabbaton. Ba ima muse

paette na gabe parsodduk bolonna. Gabe mulu hu Subba ma imana,

poppararan ni Siraja Subbaon. Jei Sibukka Haumasan, marhaulian ma muse

hu Parna. Jei bolo Natijjo, tong on nakkin lao mangalului ibotona Silau Raja. I

lului sude, i lului sude, ujungna lak gabe dapotna ma i Simanindo. Dung

dapotna i Simanindo rupani, bah manurut hatiha i mandokkon “Ai

marhamulian ma ho ito” inna ma. “Marhamulian maho asa boi i pitta hami

godang sinamot mu” tar songonima rupani.

Jei nabboru on mandokkon “Bolo hu jua boha, bolo hu oloi boha?”

ima rupaninon. Alana ubbaen na idok songoni, alana banci do ibana. Banci

ibana sidua jabbar. Ba ujunna rupani, i oloima. Alai marakkal ma Nattijjo,

dung marakkal Nattijjo on, lao mangalua ma nasida. Dung adong hira-hira

sadia dao sian pinggir tao hu tonga-tonga ba tor marpangidoan ma ibana tu

opputta Mulajadi Nabolon. Ba tor ro ma haba-haba, gabe harun ma hapal

naon, tarsongonima menurut cerita i mandok. Ima na gabe Pulau Malau. Ima

cerita ni inon. Jei songonima bolo sejarahni Pusuk Buhit on nakkin dohot

sejarah ni halak Batak.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 76: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

63

3. Nama : Bislon Limbong

Umur : 59 Tahun

Pekerjaan : Petani

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Kristen Katolik

Alamat : Lumban Pea Desa Sarimarrihit

Pendidikan Terakhir : SMP

Wawancara pada tanggal 19 Februari 2019

1. Hea do di bege jala i boto Tulang do cerita asal-usul ni Halak

Batak?

Jawabannya : Hea, jala hu boto.

2. Tikki umur sadia ma di bege Tulang cerita i?

Jawabannya : Mulai sian dakdanak, lupa au umur sadia ale nunga

sering i bege hami ceritai.

3. Sian ise do i bege halak Tulang ceritai parjolo sahali?

Jawabannya : Sian Natua-tua nami hinan. Ai sering hian dope akka

natua-tua najolo marcerita tu akka anakkonna, dang songon si

saonari be.

4. Jadi bolo saonari, sering dope cerita i tarbege manang i tuturhon

Tulang?

Jawabannya : Sering, ai bolo hundul attong hami i kode-kode i rap

akka naposo i olo do hami marcerita-cerita, boha ma asa unang

mago budayattai kan!

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 77: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

64

5. Bolo songoni Tulang, songondia do jalan cerita ni Asal-usul

bangso Batak i? I ceritahon Tulang majo secara jelas! Santabi da

Tulang

Jawabannya: Jalan cerita asal-usul etnis Batak Menurut Bislon

Limbong.

Jadi na joloi adong ma pitu halak suru-suruanni Mulajadi Nabolon

manang bidadari na urun sian kayangan. Turun ma nasida di dolok Pusuk

Buhit. Na maringanan di Aek Tala-tala goarna Sitapangi. Adong do disi

peninggalan ni halaki tempat paridian dohot tempat marrapot ima Batu

Parrapotan Goarna. Ima attong jo baru-baru, ima parjolo i tongos ni oppungi

Mulajadi Nabolon i Pusuk Buhit. I goari mai putri kayangan, idok bidadari,

jala i ma naidok na Boru Sitantan Debata namarhitehon bonang sabiji.

Songgopma opputai disi. Jai anggo na onom nai, mulak do tu banua

gijang. Holan sada do nasida na tinggal. Jei opputta sitikkisi marpolitik do.

Ala i bereng imana maridi pitu bidadari manang borua na uli i las i takko jala

disuguthon ibana ma sada salendang ni bidadari i.

Jadi ala dung dibuat imana saleddang ni si sahalak nakkinin gabe

tinggal ma si sahalak i di banua on. Dang boi be dohot ibana habang lao

mulak tu banua gijang rap akka dongganna na onom nai. Dungi, las i jadihon

opputta si Raja Batak ma ibana gabe parsodduk bolonna. Alani ido asa idok

oppu boru Sipasu Bolon parsinodduk bolonni si Raja Batak.

Dungi, margelleng ma opputta si Raja Batak. Pungu ma popparanna

Guru Tatea Bulan ianggo na maringanan di sabola barat. Disan di sabola

timur opputta Siraja Subbaon. Jala opputta Guru Tatea Bulan margelleng ma

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 78: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

65

muse lima anak jala lima boru. Bolo opputta si Raja Subbaon torop do

popparanna. Halaki ma namarserak sahat tu bariba an. Termasuk mai Parna

dohot Lottung saluhut.

Jala tong do adong di baen oppui aek paninggal-ninggalanna. Ima

naidokna Aek Parsuangan goarna. I ma attong mualna. Jai bolo opputta Guru

Tatea Bulan, nyonma Aek Malum. Alai sarupa do haroroni nadua i dohot Aek

Batu Sawan on. I gijang ma anggo Aek Malum. Anggo parjolo sahali asa

adong Aek Malum na marpangidoando opputta boru. Ala lima anakna

nakkinin. Sattabi sangapna opputta si Raja Uti, Saribu Raja, Limbong Mulana,

Sagala Raja, dohot Silau Raja.

Jei opputta siakkangan asing do toppana. Beda tu akka tinodohonna na

opat i. Alani do asa idok ibana Siraja Gumeleng-geleng. Margoar imana Siraja

Gumeleng-geleng tikki di Batu Sawan mai. Dungi idok do muse ibana Raja

Sibiak-biak. Asa idok ibana si Raja Biak-biak alani iri hati do anggo

tinodohonna na opat on tu ibana. Alana opputta siakkangan on torus ditaruhon

opputta boru sipanganonna. Manggallang iddahan natabo. Hape halaki dang

hea.

Jala opputta siakkangan on adong kelebihanna sian na asing. Ale ala

assit do partaonon opputna si Raja Uti, namargoar Siraja Gumeleng-geleng.

Ro ma Mulajadi Nabolon na digoari si saonari Debata. I beren ma imana i

liang i, ai adong do liangna i atas ni Batu Sawan i. Hu si do attong itaruhon

opputta boru sipanganonna siganupari.

I sada tikki, ro ma Mulajadi Nabolon “Assit tahe partinaonon nion, hu

boan ma on. Hu buat ma nasada-sadaon” di boann ma ibana hu gijang hu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 79: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

66

puncak hu atas. Hape opputta boru dang iboto na iboan opputta Debata imana.

Ro ma opputta boru manaruhon iddahan naon, i bereng ma dang i liang i be

opputta on. “Hudia lao anakku si pultak pagar hi naeng?” sae tangis ma

opputta boru on. Alani ido asa terjadi lembah binanga si Humonong goarna.

Bolo idok si Humonong, i istilahon doi ibarat jolma natangis doi. Marholong-

holong iluna manang marcucuran sian mata.

Jei sahat ma imana i gijang, alani huas na. Alani lojana manakkok

gunung on, mangalului opputta Siraja Biak-biak, Siraja Gumeleng-geleng. I

pangido ibana ma hu Debata aek malum. Martamiang ma imana rupani. Dungi

terjadi ma aek on. Maridi ma imana. “Mauliate ma Amang Debata nga sobbu

huas hu jala nga mago lojakku. Jadi baenon hu ma goar nion Aek Malum”. I

ma opputta boru do mambaen goarnion gabe Aek Malum.

Hape i gijang nungga marpadan opputta Siraja siakkangan. I lean

Debata ma Mulajadi Nabolon “Hei anaha, olo doho mangulahon ulaonkon?”

inna oppungi. “Ai aha haroa oppung?” i alusi imana. “Alai imadah, dang boi

ho marsappur tung hu marise-ise”. Istilahna dang boi bergabung. Makana i

lean keturunanna ale dang adong istrina. I lean hasaktion, alani ido makana

gabe imana na paling sakti sian sudena. Aha idokkon terjadi. Aha i pangido i

lean.

Dungi turunma, manosor ma nasida. Turunma tu Sianjur Mula-mula.

Isi ma marhuta Nasida, ima gabe adong huta Sianjur Mula-mula, Sianjur

Toppa-toppa perkampungan parmulaan ni jolma marroha. Dungi muse

manosor ma opputta akka na asing on. Isi ma tading si Sagala Raja dohot si

Limbong Mulana jolo.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 80: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

67

Alai anggo opputta Saribu Raja manoros do imana dohot nabborutta

Siboru Pareme sian Batu langgar torus tu Ari-Ari Pittu sahat tu Pulau

Murshala. Marserak ma nasida, lao nabborutta si Boru Pareme ima na hu

darat. Alai anggo namborutta Sibiting Laut na mangalului ibotona do attong

imana ima Saribu Raja tu Pulau Mursala. Sian i manorus ma imana marsolu-

solu. Alai terdampar ma imana i Pantai Selatan, isi terdampar imana. Ro ma

Raja isai i bereng ma attong Namboru on attong na uli. “Bah mauliate ma,

songonna uli inatta an. Bolo on ikkon jadi parsodduk bolonhu maon” inna

rajai. Hape dang i boto na boru na sakti Namboru ta Sibiting Laut on. Alani

ido asa i goari imana Kanjeng Ratu Nyiroro Kidul. Ujungna i patalu ma attong

raja nakkinin. Dungi mangakku sala ma rajai jala gabe saut ma nasida.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 81: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

68

LAMPIRAN II

CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK MENURUT PENUTUR ASLI DI

DESA SARIMARRIHIT, KECAMATAN SIANJUR MULA-MULA,

KABUPATEN SAMOSIR DALAM BAHASA INDONESIA

1. Nama : Komo Limbong Naburahan (Raja Bius Sipitu

Tali)

Umur : 50 Tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Kristen Katolik

Alamat : Sarimarrihit

Pendidikan Terakhir : SMP

Wawancara pada tanggal 19 Februari 2019

1. Apakah Bapak pernah mendengar atau tahu cerita asal-usul Etnis

Batak?

Jawabannya: Ia pernah dan saya juga tahu.

2. Kapan Bapak mendengar/menerima cerita itu?

Jawabannya: Semenjak saya anak-anak, saya sudah sering

mendengar cerita itu tapi saya tidak ingat pada saat umur berapa.

3. Dari siapa pertama kali Bapak mendengar cerita itu?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 82: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

69

Jawabannya: Saya mendengar cerita itu dari orang tua saya dulu.

Zaman dulu orang tua masih sering bercerita kepada anak-

anaknya, berbeda dengan orang tua zaman sekarang.

4. Apakah cerita itu masih biasa, sering, atau jarang dituturkan dalam

masyarakat sekarang ini?

Jawabannya: Sering, karena pada saat kami minum bersama di

warung kopi dengan anak muda kampung ini, kami selalu berbagi

cerita. Itulah cara kami melestarikan budaya yang ada.

5. Bagaimana jalan cerita asal-usul Etnis Batak menurut Bapak?

Jawabannya: Jalan cerita asal-usul Etnis Batak Menurut Komo

Limbong Naburahan (Raja Bius Sipitu Tali):

Cerita asal-usul Etnis Batak yang di Sianjur Mula-Mula memiliki

banyak sejarah. Untuk menceritakan semuanya tidak cukup waktu seharian,

mungkin jika dibukukan satu buku tebal pun tidak akan cukup juga.

Ceritanya berawal dari Siboru Deak Parujar yang turun dari kayangan.

Siboru Deak Parujar turun tepat di Sitapangi sebuah danau seluas kurang lebih

dua hektar yang berada di puncak Pusuk Buhit. Disana dia turun bersama

saudara-saudara bidadarinya yang berjumlah tujuh orang. Mereka sangat suka

dan senang berenang di danau tersebut, Sehingga Siboru Deak Parujar dan

putri-putri yang lainnya tidak memperhatikan bahwa selendang dari Siboru

Deak Parujar telah di ambil oleh seseorang secara diam-diam. Inilah yang

menjadi awal mula cerita asal-usul Etnis Batak.

Berhubung karena Siboru Deak Parujar tidak bisa kembali lagi ke

kayangan, maka dia pun menikah dengan si Raja Batak yang telah mengambil

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 83: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

70

selendang miliknya tadi. Lama-kelamaan mereka berketurunan dan bertempat

tinggal di Sianjur Mula-Mula, di suatu tempat bernama Huta Urat di Sagala.

Singkat ceritanya mereka pun memiliki keturunan yang diberi nama Guru

Tatea Bulan dan Raja Sisumbaon.

Guru Tatea Bulan Tinggal di Sianjur Mula-Mula sedangkan Raja

Sisumbaon tinggal di daerah Pangururan atau di daerah Aek Parsuangan.

Setelah Guru Tatea Bulan dan Raja Sisumbaon tumbuh dewasa mereka pun

diberi pustaha atau kelebihan masing-masing oleh Debata Mulajadi Nabolon.

Guru Tatea Bulan mendapat “pustaha holing” dan Raja Sisumbaon mendapat

“pustaha parbinotoan” temasuk uning-uningan, musik, politik, dan masih

banyak lagi. Itulah kenapa keturuanan Raja Sisumbaon lebih unggul

dibanding keturunan Guru Tatea Bulan dibidang pengetahuan dan seni.

Berbeda dengan Raja Sisumbaon, Guru Tatea Bulan mendapat

“pustaha holing” yaitu seperti ilmu perdukunan, kebijakan, adat-istiadat,

“ulani jolma tubu”, “ulani jolma namarmarga”, dan semua tentang

pengetahuan tradisional lainnya. Begitu juga dengan “biti-bitian”, awal dari

“boto-botoan”, bisa membuat racun sekaligus penawarnya.

Ada satu mata air yang disampaikan oleh Guru Tatea Bulan kepada

keturunannya. Itulah mata air yang biasa disebut orang-orang “Aek Malum”

yang berada di puncak Pusuk Buhit. Begitu juga dengan Raja Sisubbaon, dia

juga menyampaikan mata air kepada keturunannya yang diberi nama “Aek

Parsuangan”. Jadi itulah mata air asli si Raja Batak yang disampaikan atau

dibuat oleh kedua putranya yaitu Guru Tatea Bulan dan Raja Sisubbaon.

Dimana kedua mata air itu merupakan mata air yang sakral. Sampai saat ini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 84: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

71

masih banyak orang-orang yang mempercayainya dan tidak jarang juga

menjemput dan membawa air itu pulang untuk dikonsumsi sebagai obat bagi

orang-orang yang masih mempercayainya.

Guru Tatea Bulan memiliki lima anak laki-laki dan juga lima anak

perempuan. Anak laki-laki pertamanya bernama Raja Uti, inilah raja yang

memiliki banyak kesaktian, bisa berganti-ganti rupa, raja yang berkuasa atas

puncak Pusuk Buhit, dan raja yang memiliki banyak nama panggilan, anak

kedua bernama Saribu Raja, anak ketiga bernama Limbong Mulana, anak

keempat bernama Sagala Raja, dan anak kelima bernama Silau Raja. Itulah

semua nama anak laki-laki Guru Tatea Bulan.

Anak perempuan pertamanya sering disebut sebagai Ratu Pantai

Selatan yang bernama Boru Sipiting Laut, yang kedua Siboru Pareme, yang

ketiga Siboru Bunga Haumasan, yang keempat Siboru Atting Haumasan, dan

yang terakhir Siboru Nantijjo.

Semua anak laki-laki dan anak perempuan dari Guru Tatea Bulan

memiliki kesaktian masing-masing. Namun karena kala itu manusia hanya

mereka, maka untuk melanjutkan keturunan mereka pun menikah kakak-

beradik satu sama lain, seperti Raja Uti raja yang berkuasa atas puncak Pusuk

Buhit menikah dengan Boru Sibiting Laut yang sekarang ini desebut-sebut

sebagai Ratu Pantai Selatan.

Kalau Raja Sisubbaon dialah sumber dari keturunan marga-marga

seperti Nairasaon, Naiambaton, Raja Sonang, dan juga marga-marga yang

lain. Air kehidupan mereka adalah air yang disebut Aek Parsuangan.

Begitulah sejarahnya, begitulah seterusnya sampai kepada keturunan Siraja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 85: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

72

Lottung. Begitu banyak marga yang lahir dari kedua leluhur ini, yaitu Guru

Tatea Bulan dan Raja Sisubbaon.

Itulah cerita singkat asal-usul Etnis Batak di Sianjur Mula-Mula.

Pertama-tama berasal dari utusan Mulajadi Nabolon, yaitu bidadari yang

mendarat di Sitapangan yang sekarang disebut Tala-Tala. Itulah yang sampai

ke Sianjur Mula-Mula berketurunan sampai pada saat ini. Itulah yang perlu

diingat. Termasuk air kehidupan yang diberi Mulajadi Nabolon yaitu Aek

Malum dan juga Aek Parsuangan. Demikianlah!

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 86: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

73

2. Nama : A. Dapot Limbong

Umur : 60 Tahun

Pekerjaan : PAD Pariwisata Batu Sawan Pusuk Buhit

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Kristen Katolik

Alamat : Dusun III Desa Sarimarrihit

Pendidikan Terakhir : SD

Wawancara pada tanggal 19 Februari 2019

1. Apakah Bapak pernah mendengar atau tahu cerita asal-usul Etnis

Batak?

Jawabannya: Ia pernah dan saya juga tahu.

2. Kapan Bapak mendengar/menerima cerita itu?

Jawabannya: Semenjak saya anak-anak, saya sudah sering

mendengar cerita itu tapi saya tidak ingat pada saat umur berapa.

3. Dari siapa pertama kali Bapak mendengar cerita itu?

Jawabannya: Saya mendengar cerita itu dari orang tua saya dulu.

Zaman dulu orang tua masih sering bercerita kepada anak-

anaknya, berbeda dengan orang tua zaman sekarang.

4. Apakah cerita itu masih biasa, sering, atau jarang dituturkan dalam

masyarakat sekarang ini?

Jawabannya: Sering, karena pada saat kami minum bersama di

warung kopi bersama anak muda kampung ini, kami selalu berbagi

cerita. Itulah cara kami melestarikan budaya yang ada.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 87: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

74

5. Bagaimana jalan cerita asal-usul Etnis Batak menurut Bapak?

Jawabannya: Jalan cerita asal-usul Etnis Batak A.Dapot Limbong

(PAD Pariwisata Batu Sawan Pusuk Buhit).

Menurut orang tua terdahulu yang pernah bercerita, nenek moyang

suku Batak yaitu si Raja Batak berasal dari Hindia Belakang. Dia berlayar

mengarungi lautan sehingga sampai ke Barus. Pada saat berlayar dia

membawa tiga bekal, yaitu: ubi talas, jagung, dan kemenyan. Di perjalanan si

Raja Batak terus melangkahkan kakinya tanpa mengenal lelah. Tidak

beberapa lama kemudian dia telah sampai di Pakkat, namun sayang kemenyan

yang dibawa olehnya sudah mulai layu. Untuk menjaga agar kemenyan

tersebut tidak sempat mati, si Raja Batak pun menanamnya disana. Itulah

sebabnya kenapa di Pakat dan Barus itu banyak tumbuh kemenyan.

Setelah itu, dia terus melanjutkan perjalanannya sampai ke Lintong.

Dari sana dia melihat suatu perbukitan yang sangat tinggi. Karena rasa

penasarannya dia pun melanjutkan perjalanannya ke arah bukit itu dan

akhirnya tiba di Pusuk Buhit. Di puncak Pusuk Buhit si Raja Batak

mengalami banyak bencana alam seperti: gempa, hujan berkepanjangan,

puting beliung, dan lain-lain. Oleh karena itu dia pun memutuskan turun ke

perkampungan yang bernama Sianjur Mula-Mula.

Di Sianjur Mula-Mula dia membangun sebuah gubuk-gubuk yang

disebut sopo-sopo. Dia tinggal dan menetap disana sendirian. Setelah sekian

lama, dia pun merasa kesepian dan akhirnya berdoa meminta kepada Mulajadi

Nabolon agar kiranya diberi seorang istri. Tidak hanya sekali, dia selalu

meminta kepada Mulajadi Nabolon dan bahkan beberapa kali ke puncak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 88: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

75

Pusuk Buhit hanya untuk berdoa kepada Mulajadi Nabolon. Debata Mulajadi

Nabolon pun merasa kasihan dan mengabulkannya. Debata Mulajadi Nabolon

mengirimkan tujuh bidadari ke Puncak Pusuk Buhit. Salah satu dari bidadari

inilah yang menjadi istri si Raja Batak yaitu yang bernama Siboru Deak

Parujar. Mereka bertempat tinggal di Sianjur Mula-Mula, berketurunan, dan

melahirkan dua anak laki-laki yang bernama Guru Tatea Bulan dan Raja

Sisubbaon.

Setelah Guru Tatea Bulan dan Raja Sisubbaon tumbuh dewasa,

mereka juga memohon kepada Debata Mulajadi Nabolon agar mereka juga

diberi istri atau pendamping hidup masing-masing. Debata Mulajadi Nabolon

pun mengabulkan permintaan mereka dan mengirimkan ke enam bidadari

yang tersisa tadi ke puncak Pusuk Buhit. Guru Tatea Bulan pun langsung

mengambil salah satu dari mereka untuk dijadikan istri, yaitu yang bernama

Siboru Tattan Debata. Begitu juga dengan Raja Sisubbaon.

Guru Tatea Bulan memiliki sepuluh keturunan, lima anak laki-laki dan

lima anak perempuan. Anak laki-laki pertamanya bernama Raja Gumiling-

giling, kedua Saribu Raja, ketiga Limbong Mulana, keempat Sagala Raja, dan

yang terakhir bernama Silau Raja. Sedangkan anak perempuan pertamanya

bernama Sibiting Laut, kedua Siboru Pareme, ketiga Siatting Haumasan,

keempat Sipungga Haumasan, dan yang kelima Nattijjo.

Guru Tatea Bulan tinggal di Sianjur Mula-Mula dan Raja Sisubbaon di

Sijambur. Anak pertama dari Guru Tatea Bulan yang bernama Raja Gumiling-

giling lahir berbeda dari semua saudara-saudaranya. Oleh karena itulah Guru

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 89: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

76

Tatea Bulan dan istrinya mengantarkannya ke Batu Soddi yang berdekatan

dengan Batu Sawan.

Guru Tatea Bulan dan istrinya selalu memohon kepada Mulajadi

Nabolon agar diberi kesembuhan kepada anaknya yang bernama Raja

Gumiling-giling. Tanpa berlama-lama Debata Mulajadi Nabolon

mengabulkan permintaan mereka dan menciptakan Aek Batu Sawan sebagai

tempat mandi sekaligus tempat berobat untuk Raja Gumiling-giling. Mereka

pun sangat senang dan segera menjemput Raja Gumiling-giling dari Batu

Soddi.

Setelah Raja Gumiling-giling dijemput dari Batu Soddi mereka pun

menamainya dengan Raja Sisiak Bagi. Setelah itu merekapun

memandikannya di Aek Batu Sawan yang diciptakan oleh Debata Mulajadi

Nabolon tadi. Setelah selesai mandi Raja Sisiak Bagi merasa seperti diobati

dan di olesi minyak oleh Mulajadi Nabolon. Oleh karena itulah dia diberi

nama lagi Siraja Miak-Miak.

Setelah itu, Siraja Miak-Miak pun sudah normal seperti manusia pada

umumnya. Sudah memiliki tulang dan sudah bisa melangkah seperti manusia

lainnya. Beberapa hari kemudian dia pun kembali ke Aek Sawan. Dia

dimandikan oleh Guru Tatea Bulan dan istrinya. Semakin hari semakin sehat

dan semakin membaik keadaannya. Kemudian dia pun diberi nama lagi oleh

Guru Tatea Bulan yaitu Sisari Matua.

Setelah diberi nama si Sari Matua, dia mencoba untuk berjalan sendiri

dan ternyata sudah bisa tanpa dibimbing oleh kedua orangtuanya lagi. Dia pun

merasa sangat senang karena dia juga sudah bisa bicara. Karena hal itu, dia

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 90: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

77

pun memberanikan diri untuk pergi mandi sendiri ke arah Tiddoan. Tiddoan

merupakan suatu tempat yang berada di antara pertengahan Pusuk Buhit. Dari

sana dia menatap-natap ke bawah ke arah tanah kelahirannya.

Namun jauh sebelumnya, disaat Guru Tatea Bulan dan istrinya

memohon kepada Mulajadi Nabolon. Mereka sudah memiliki perjanjian

dengan Debata Mulajadi Nabolon bahwa nantinya setelah Siraja Gumeleng-

geleng sudah sembuh, sudah normal seperti manusia pada umumnya, sudah

memiliki pengetahuan atau kesaktian maka dia akan memiliki satu pantangan

yaitu tidak bisa berbaur dengan manusia lain. Jika dia bergabung dengan

manusia lain maka dia akan melanggar aturan tersebut.

Kemudian dia pun mandi lagi di Aek Batu Sawan. Dia sudah bisa

mandi dan mengobati diri sendiri tanpa bantuan kedua orangtuannya. Dari

yang sebelumnya hanya bisa bergerak, berjalan, dan berbicara. Kini dia sudah

bisa terbang. Pengetahuan dan kesaktiannya semakin bertambah. Dia juga bisa

merubah-ubah penampilannya.

Beberapa saat setelah itu, dia berangkat ke suatu tempat bernama Tala-

tala. Disana dia merasa sangat senang karena permintaannya dikabulkan oleh

Debata Mulajadi Nabolon. “Buatlah aku seperti engkau ya Tuhan! Bisa

menciptakan apapun yang aku inginkan” isi permintaannya saat itu.

Setelah doa-doanya terkabul dia kembali lagi ke Sianjur Mula-Mula.

Dia kemudian diberi nama lagi si Raja Hatorusan karena segala permintaanya

sudah dikabulkan oleh Mulajadi Nabolon. Dia pun melanjutkan perjalanan ke

arah Raja-Raja Nabolak yang berada di puncak Pusuk Buhit. Disana dia

mencoba segala kesaktiannya dan berhasil. Oleh karena itu dia kemudian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 91: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

78

dinamai si Raja Uti. Karena sudah merasa cukup kuat, dari sana dia bepergian

ke arah Barus. Setelah sampai di Barus, dilanjutkan lagi sampai ke Aceh.

Begitulah perjalanan dia. Dia tidak lagi kembali ke tanah kelahirannya setelah

itu namun tetap memberi berkatnya di Pusuk Buhit sampai kepada hari ini.

Sebelum kepergiannya dia menyampaikan pesan kepada ayah dan ibunya

“Suatu saat nanti kalau kalian rindu dan ingin berjumpa denganku buatkanlah

persembahan untukku. Aku akan datang walaupun tidak bisa disentuh lagi”

katanya. Sampai pada saat ini pun masih demikian.

Begitu juga dengan nenek moyang kita Saribu Raja adik dari Raja Uti.

Dia juga meminta kesaktian kepada Mulajadi Nabolon di Batu Sawan. Dia

berpacaran dengan Siboru Pareme adik kandungnya sendiri. Tidak lama

semenjak itu, Limbong Mulana dan Sagala Raja mengetahui kalau mereka

pacaran “Wahai abang, apa yang engkau lakukan itu tidak benar! Kenapa

engkau memacari adik kandungmu sendiri?” kata mereka. Karena merasa

risih selalu dinasehati oleh kedua adiknya, Saribu Raja pun mengajak Siboru

Pareme pergi dari Paret Sabungan. “Dari pada kita selalu dinasehati, lebih

baik kita pergi saja dari sini” ajaknya. Mereka pun pergi ke Batu Hobon dan

tinggal beberapa saat disana. Mereka menanam padi Toba untuk bertahan

hidup. Disana Saribu Raja juga membuat peninggalan yaitu Batu Hobon yang

akan dipakai untuk menyimpan padi mereka kelak jika padi yang mereka

tanam panen. Namun padi yang mereka tanam belum sempat panen, mereka

sudah dinasehati oleh adik-adiknya lagi. Mereka pun langsung berangkat dari

sana menuju Batu Nanggar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 92: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

79

Tidak beberapa lama juga mereka tinggal di Batu Nanggar. Adik-

adiknya tadi sudah mendengar suara-suara yang dihasilkan oleh Saribu Raja

saat menukangi sesuatu. Kemudian Limbong Mulana dan Sagala Raja

bergegas ke arah suara tersebut dan menasehati abangnya lagi. “Bah kemana

pun kami pergi selalu kalian nasehati, baiklah kami akan pergi dari tanah

Limbong ini” kata Saribu Raja Sambil mengajak Siboru Pareme pergi dari

sana.

Mereka pun pergi jauh ke arah Ulu Darat. Namun tidak beberapa lama

tinggal disana, Saribu Raja malah pergi meninggalkan Siboru Pareme. Dia

pergi ke arah Barus. Setelah sampai di Barus, dia menikah lagi dengan

seorang putri raja disana yang bernama Boruni Siraja Borbor. Setelah Siboru

Pareme ditinggalkan sendiri di Ulu Darat, dia pun didatangi oleh Babiat

Sitepang. Babiat Sitepang inilah yang membantu dan menemani Siboru

Pareme disana. Tidak beberapa lama mereka juga menikah dan melahirkan

anak bernama Siraja Lontung. Begitulah sejarah singkatnya.

Kalau Raja Limbong dan Sagala Raja menikah dengan Homang. Tidak

manusia dan tidak juga hantu. Mereka tinggal bersama di Sagala yang

namanya Bagasni Limbong. Beberapa saat kemudian berangkatlah Silau Raja

mencari Saribu Raja. Tapi karena tidak membuahkan hasil dia pun pergi dan

menetap di Samosir. Dia bertempat tinggal di Reanite. Dari Reaniate pindah

ke Salaon, dari Salaon ke Simanindo.

Jadi tadi ada lima anak perempuannya, yang pertama Sibiting Laut.

Sibiting Laut juga pergi mencari abangnya Saribu Raja dan Siboru Pareme.

Dia mencari terus-menerus mengikuti jejak-jejak yang tertinggal. Dia pun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 93: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

80

sampai di Sibolga dan bertanya kepada orang yang ia temukan disana

“Apakah tadi anda melihat orang dari sini? Ciri-cirinya begini dan begini.

Namanya Saribu Raja” katanya. “Sepertinya dia pergi ke pulau Mursala”

jawab orang tersebut. Kemudian Sibiting Laut melanjutkan perjalanannya ke

pulau Mursala. Bertanya kepada orang-orang yang ada disana namun tidak

ada hasil. Ujungnya dia pun menyerah dan berencana pulang. Dia pun

menyeberang mengunakan batang pisang, berlayar. Tiba-tiba badai pun

datang membawa dia ke tengah laut dan terdampar ke laut seberang yang

sekarang disebut Pantai Selatan. Setelah tiba disana, dia pun ditemukan

pingsan oleh raja disana dan membawanya ke rumah.

Setelah tiba di rumah, diurus dan diurus hingga sembuh. “Kelak kalau

engkau sudah sembuh, maka kau harus menjadi istriku” kata raja tersebut

kepada Sibiting Laut. Padahal raja tersebut sudah memiliki banyak anak.

“Aku bersedia, tapi kalau untuk menjadi yang kedua aku tidak akan pernah

bersedia raja” katanya. Secara singkat mereka pun saling beradu pendapat dan

berlawanan satu sama lain. Sibiting Laut akhirnya melarikan diri dari sana dan

menikah dengan orang lain.

Jadi kalau Siboru Pareme akhirnya menetap dan bertempat tinggal di

Ulu Darat. Kalau Siatting Haumasan, setelah sebelumnya Siraja Subbaon

berketurunan sampai kepada Sori Mangaraja. Dari sanalah bercabang sampai

ke Raja Naiabbaton yang menjadi suaminya. Jadi, Sibukka Haumasan

menikah dengan Parna. Kalau Nattijjo kabarnya pergi mencari saudaranya

Silau Raja. Dicari kesana kemari dan akhirnya ketemu di Simanindo.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 94: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

81

Setelah berjumpa di Simanindo, dia pun disuruh menikah oleh

abangnya Silau Raja. Sebenarnya dia ingin menolak karena dia merupakan

banci. Akhirnya dia menerima permintaan abangnya akan tetapi dia punya

rencana lain. Pada saat acara pernikahannya, tepat di tengah danau dia berdoa

kepada Debata Mulajadi Nabolom. Tidak beberapa saat kemudian badai pun

datang dan menenggelamkan kapal mereka. Itulah yang menjadi legenda

pulau Malau di Simanindo. Jadi demikianlah cerita asal-usul Etnis Batak di

Pusuk Buhit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 95: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

82

3. Nama : Bislon Limbong

Umur : 59 Tahun

Pekerjaan : Petani

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Kristen Katolik

Alamat : Lumban Pea Desa Sarimarrihit

Pendidikan Terakhir : SMP

Wawancara pada tanggal 19 Februari 2019

1. Apakah Bapak pernah mendengar atau tahu cerita asal-usul Etnis

Batak?

Jawabannya: Ia pernah dan saya juga tahu.

2. Kapan Bapak mendengar/menerima cerita itu?

Jawabannya: Semenjak saya anak-anak, saya sudah sering

mendengar cerita itu tapi saya tidak ingat pada saat umur berapa.

3. Dari siapa pertama kali Bapak mendengar cerita itu?

Jawabannya: Saya mendengar cerita itu dari orang tua saya dulu.

Zaman dulu orang tua masih sering bercerita kepada anak-

anaknya, berbeda dengan orang tua zaman sekarang.

4. Apakah cerita itu masih biasa, sering, atau jarang dituturkan dalam

masyarakat sekarang ini?

Jawabannya: Sering, karena pada saat kami minum bersama di

warung kopi bersama anak muda kampung ini, kami selalu berbagi

cerita. Itulah cara kami melestarikan budaya yang ada.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 96: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

83

5. Bagaimana jalan cerita asal-usul Etnis Batak menurut Bapak?

Jawabannya: Jalan cerita asal-usul Etnis Batak Menurut Bislon

Limbong.

Pada jaman dahulu kala, ada tujuh orang bidadari yang turun dari

langit menuju ke Pusuk Puhit. Ketujuh bidadari ini merupakan bidadari

suruhan Mulajadi Nabolon. Mereka selalu turun dan mandi di sebuah sungai

yang bernama Sitapangi. Sampai sekarang tempat itu masih bisa kita temui

begitu juga dengan sebuah tempat mereka rapat yang disebut Batu Parrapotan.

Merekalah yang disebut putri kayangan atau bidadari yang turun ke bumi

hanya dengan seutas benang. Salah satu dari mereka bernama Siboru Tantan

Debata.

Si Raja Batak merupakan manusia yang pintar dan bijak. Pada suatu

hari tanpa sengaja dia melihat ketujuh bidadari itu sedang bermain air di

Sitapangi. Dia pun menyembunyikan selendang salah satu dari bidadari

tersebut agar tidak bisa kembali ke kayangan. Tanpa hambatan apapun,

rencana si Raja Batak Berhasil dengan baik. Salah satu bidadari tersebut tidak

bisa kembali ke kayangan sementara yang enam lagi kembali. Tidak berlama-

lama juga, Siraja Batak langsung menjadikan bidadari tersebut menjadi

istrinya.

Mereka pun berketurunan. Anak pertamanya Guru Tatea Bulan yang

berkuasa di sebelah Barat dan Raja Subbaon disebelah Timur. Kemudian

Guru Tatea Bulan juga berketurunan, lima anak laki-laki dan lima anak

perempuan. Demikian juga leluhur kita Raja Sisubbaon, dia juga berketurunan

tapi keturunanya berpencar ke seberang termasuk Parna dan juga Raja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 97: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

84

Lottung. Leluhur Batak juga membuat dua mata air peninggalan. Yang

pertama ada Aek Parsuangan dan yang kedua Aek Malum. Aek Malum

tercipta karena permintaan dari istri Guru Tatea Bulan.

Kelima anak laki-laki Guru Tatea Bulan tadi yang pertama adalah Raja

Uti, kedua Saribu Raja, ketiga Limbong Mulana, keempat Sagala Raja, dan

yang terakhir Silau Raja. Leluhur kita anak yang pertama atau Raja Uti

memiliki perbedaan dari semua saudara-saudaranya. Itulah kenapa Raja Uti

disebut juga Raja Gumeleng-geleng. Dia diberi nama Raja Gumeleng-geleng

pada saat di Batu Sawan. Setelah itu dia juga disebut Raja Sibiak-Biak. Dia

disebut Raja Sibiak-biak karena semua saudara-saudaranya iri kepadanya.

Konon katanya, karena dia selalu diberi makanan khusus oleh Guru Tatea

Bulan sementara saudara-saudaranya yang lain tidak.

Leluhur kita Raja Uti juga memiliki kelebihan dibanding yang lain.

Hal itu terjadi karena Mulajadi Nabolon iba melihat kekurangan dan

penderitaan yang di alami oleh Raja Uti yang disebut juga Raja Gumeleng-

Geleng. Diapun diberi sebuah tempat tepat di atas Batu Sawan dan kesanalah

setiap harinya makanannya di antar oleh ibunya.

Pada suatu saat Debata Mulajadi Nabolon membawa Raja Uti ke

puncak Pusuk Buhit tanpa sepengetahuan Siboru Tantan Debata atau ibunya.

Siboru Tantan Debata kewalahan dan merasa gelisah karena tidak menemui

anaknya di tempat dia biasa mengantarkan makananya. Dia pun menangis

mencari-cari anaknya. Oleh karena itulah terjadi suatu lembah bernama

Binanga Humonong.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 98: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

85

Siboru Tantan Debata meneruskan pencariannya ke puncak Pusuk

Buhit. Namun di tengah perjalanan pada saat mencari Raja Uti, si Raja Biak-

Biak, atau Raja Gumeleng-geleng dia merasa capek dan kehausan. Dia pun

berdoa kepada Debata Mulajadi Nabolon agar kiranya diberi mata air.

Permintaanya pun dikabulkan oleh Debata Mulajadi Nabolon. Dia pun

langsung minum dan mandi disana. Rasa capek dan hausnya hilang seketika

setelah diteguknya air tersebut. Dia pun menamai air tersebut Aek Malum

yang sampai saat ini dipercaya bisa menyembuhkan orang-orang yang

meminum air tersebut.

Di atas, di puncak Pusuk Buhit Raja Uti dan Debata Mulajadi Nabolon

sudah membuat perjanjian “Wahai anakku, apakah engkau bersedia

menjalankan perintahku?” tanya Debata Mulajadi Nabolon. “Siap Tuhan,

perintah apa yang akan Engkau berikan padaku?” tanya Raja Uti kembali.

“Tapi kau tidak boleh bergabung dengan siapun” kata Debata Mulajadi

Nabolon. Setelah itu Debata Mulajadi Nabolon memberikan kekuatan dan

kesaktian kepada Raja Uti. Apa yang dia katakan akan terjadi dan apa dia

inginkan akan terkabul.

Setelah itu, Raja Uti pun turun ke Sianjur Mula-Mula dan bertempat

tinggal disana. Itulah sebabnya kampung Sianjur Mula-Mula ada. Dia pun

melanjutkan perjalanan ke tempat lain dan menyerahkan Sianjur Mula-Mula

kepada Sagala Raja dan Limbong Mulana.

Berbeda dari yang lain, leluhur kita Saribu Raja bersama dengan

Siboru Pareme melakukan perjalanan yang berawal dari Batu Nanggar terus

ke Ari-Ari Pintu dan lanjut ke Barus. Namun setelah disana mereka berpisah,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 99: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

86

Siboru Pareme pergi ke arah Ulu Darat. Mengetahui Saudaranya pergi,

Sibiting Laut pun memutuskan untuk mencari Saribu Raja ke Pulau Mursala.

Dari sana dia naik perahu terus mengarungi lautan dan ujungnya terdampar di

Pantai Selatan. Setelah sampai di daratan, dia pun bertemu raja disana. Raja

tersebut mengajaknya menikah dan inilah sejarahnya kenapa Sibiting Laut

disebut Sebagai Ratu Pantai Selatan atau Ratu Nyiroro Kidul. Begitulah cerita

singkat asal-usul Etnis Batak.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 100: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

87

LAMPIRAN III

PROFIL PARMALIM

Nama : Robis Butarbutar didampingi Raja Mulia Naipospos

dan istrinya selaku pimpinan Parmalim Hutatinggi Laguboti.

Umur : 44 Tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Parmalim

Alamat : Jl. Patuan Nagari no. 9 Pasar Laguboti

Pendidikan Terakhir : S1

Wawancara pada tanggal 21 Februari 2019

PROFIL PARMALIM

Tuhan : Mulajadi Nabolon

Tempat Ibadah : Bale Pasogit (Bale Parpitaan dan Bale

Partonggoan)

Kitab Suci : Tumbaga Holing

Pembawa Agama/Tokoh Spiritual : Raja Uti

Pantangan : Riba, Makan Darah, Babi dan Anjing

serta Monyet

Hari Suci : Sabtu

Pertama kali berdiri : 497 Masehi atau 1450 tahun kalender

Batak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 101: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

88

Ugamo Malim adalah Kepercayaan Asli Batak dan bagian dari budaya Batak.

Saat ini Parmalim Hutatinggi dipimpin Raja Poltak Naipospos (keturunan ke-

4 dari Raja Mulia Naipospos). Penganut Parmalim Hutatinggi tercatat sekitar

6.000 jiwa (1.500 KK) dan tersebar di 50 komunitas di seluruh Indonesia.

Hingga saat ini, Parmalim belum di akui sebagai salah satu agama di

Indonesia. Terbukti dari tidak diperbolehkannya masyarakat Parmalim

mengisi agama kepercayaan mereka pada kolom Agama KTM (Kartu Tanda

Penduduk). Mereka mengaku, disuruh lebih baik mengosongkan kolom

tersebut oleh pemerintah. Walaupun Parmalim sudah terdaftar di Depdikbud

RI No.I.136./F.3/N.1.1/1980 sebagai penghayat kepercayaan terhadap Tuhan

Yang Maha Esa.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 102: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

89

LAMPIRAN IV

DOKUMENTASI PENELITIAN

Foto bersama dengan Bapak Kepala Desa Sarimarrihit saat serah terima surat

penelitian di depan Kantor Kepala Desa Sarimarrihit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 103: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

90

Kantor Kepala Desa Sarimarrihit yang berada tepat di Kaki Gunung Pusuk

Buhit.

Foto bersama informan 1 (A. Komo Limbong Naburahan). Beliau merupakan

salah satu Raja Bius Sipitutali di Desa Sarimarrihit. Raja Bius merupakan

orang-orang penting saat melaksanakan pesta adat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 104: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

91

Foto informan 2 (A. Dapot Limbong). Beliau merupakan PAD Pariwisata

Batu Sawan yang merupakan salah satu situs terbesar di Pusuk Buhit. Rumah

beliau berada tepat di Kaki Gunung Pusuk Buhit.

Foto bersama dengan informan 3 (Bislon Limbong/Op. Timbul). Beliau

adalah warga Desa Sarimarrihit yang lahir di Desa Sarimarrihit dan menetap

disana hingga sekarang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 105: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

92

Foto bersama Robis Butar-Butar (Penganut Parmalim) saat wawancara

didampingi langsung oleh Raja Poltak Naipospos (Pimpinan Parmalim

Hutatinggi, Laguboti) bersama dengan istri yang saat itu sedang tidak bersedia

untuk berphoto bersama.

Foto 3 Lambang ayam jago di atas rumah ibadah Parmalim yang

melambangkan kepercayaan Parmalim. Ayam putih (tengah) melambangkan

Debata Mulajadi Nabolon selaku Tuhan yang mereka percayai, hitam (kanan)

melambangkan Raja Uti selaku Leluhur atau Orang Batak pertama, merah

(kiri) melambangkan pendiri Agama Parmalim dan raja-raja yang memimpin

hingga saat ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 106: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

93

Bale Pasogit atau rumah ibadah Parmalim

Batang Pohon yang digunakan untuk

mengikat Kerbau atau Lembu Hitam saat akan ritual mangalahat (memotong).

Batang pohon ini berada tepat di depan Bale Pasogit atau rumah ibadah

Parmalim.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 107: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

94

Foto pemandangan puncak

Pusuk Buhit dari kaki-nya langsung.

Foto penjelasan silsilah leluhur Batak yang berada di Posko Batu Sawan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 108: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

95

Ukiran-Ukiran yang terdapat di Posko Batu Sawan yang menggambarkan

kehidupan leluhur Batak dahulu kala.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 109: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

96

Lukisan nama-nama hari dalam kalender Batak Kuno yang terdapat di Posko

Batu Sawan.

Jalan bertangga menuju Batu Sawan. Salah satu situs di Pusuk Buhit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 110: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

97

Sopo/tempat peristirahatan (sudah

direnovasi pemerintah) peninggalan leluhur Batak yang berada di dekat situs

Batu Sawan.

Tempat menaruh sesajen bagi orang-orang yang berkunjung atau ingin

berobat ke Batu Sawan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 111: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

98

Aek Batu Sawan yang dipercaya sebagai air

suci yang bisa menyembuhkan segala jenis penyakit.

Batu Habonaron, salah satu situs di Pusuk

Buhit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 112: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

99

Persyaratan bagi tamu yang ingin berkujung. Wajib membawa Napuran (Daun

sirih), anggir (Jeruk purut), dan tolor (Telur).

Pintu masuk ke situs Batu Hobon yang merupakan peninggalan Tuan Saribu

Raja anak dari Guru Tatea Bulan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 113: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

100

Gambar patung Tuan Saribu Raja dan keterangan situs Batu Hobon.

Gambar situs Sopo Guru Tatea Bulan, yang merupakan keturunan pertama si

Raja Batak.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 114: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

101

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 115: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

102

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 116: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

103

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 117: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

104

Gambar dari seluruh patung-patung yang ada di Sopo Guru Tatea Bulan yang

mengambarkan aktivitas dan kehidupannya bersama anak-anaknya pada

zaman dahulu kala.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 118: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

105

Situs Mata air pemandian Siboru Pareme (Salah satu Putri Guru Tatea Bulan).

Situs Aek Sipitu Dai (Air Tujuh Rasa).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 119: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

106

Situs perkampungan si Raja Batak di Pusuk Buhit, merupakan perkampungan

orang Batak pertama dalam sejarah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 120: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

107

Gambar perkampungan orang Batak sekarang ini di Desa Sarimarrihit, Sianjur

Mula-Mula, Samosir yang masih utuh dengan rumah adat Bataknya dengan

sedikit renovasi menggunakan seng, tidak lagi ijuk sebagai atapnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 121: RITUAL PARMALIM DALAM CERITA ASAL USUL ETNIS BATAK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA