risalah rapat panitia khusus rancangan undang...

28
RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN JENIS RAPAT : RAKER III TANGGAL: 24 FEBRUARI 2011 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA BELUM DIKOREKSI

Upload: others

Post on 22-Nov-2020

16 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-095552-3100.p… · pembentukan peraturan perundang-undangan jenis rapat : raker

RISALAH RAPAT

PANITIA KHUSUS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG

TENTANG

PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

JENIS RAPAT : RAKER III TANGGAL: 24 FEBRUARI 2011

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BELUM DIKOREKSI

 

Page 2: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-095552-3100.p… · pembentukan peraturan perundang-undangan jenis rapat : raker

RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Masa Persidangan Tahun Sidang Sifat Jenis Rapat Hari / Tanggal Waktu Tempat Ketua Rapat Sekretaris Rapat Acara Hadir

: : : : : : : : : : :

III 2010-2011 Terbuka Rapat Kerja dengan Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia RI Kamis, 24 Februari 2011 Pukul 14.50 WIB s.d. 16.40 WIB Ruang Rapat Pansus C Gedung Nusantara II DPR RI, Lantai 3 Jl. Jend. Gatot Subroto – Jakarta SUTJIPTO, S.H., M.Kn. ENDANG SURYASTUTI, S.H., M.Si. Pembahasan DIM Persandingan A. Pimpinan Pansus RUU tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan : 1. SUTJIPTO, S.H., M.Kn./Fraksi Partai Demokrat; 2. DR. H. DEDING ISHAK, S.H., M.H./Fraksi Partai Golkar; 3. RAHADI ZAKARIA/Fraksi Partai PDIP;

B. Anggota Pansus RUU tentang PEMBENTUKAN

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN :

Fraksi Partai Demokrat: 4. IGNATIUS MULYONO 5. H. HAYONO ISMAN, S.Ip. 6. Hj. HIMMATUL ALYAH SETIAWATY, S.H., M.H. Fraksi Partai Golongan Karya: 7. NURUL ARIFIN, S.IP, M.Si 8. Drs. TAUFIQ HIDAYAT, M.Si 9. Ir. BASUKI TJAHAJA PURNAMA, MM Fraksi Partai Demokrasi Perjuangan Indonesia:

- Fraksi Partai Keadilan Sejahtera:

-

Fraksi Partai Amanat Nasional: 10. Drs. RUSLI RIDWAN, M.Si. 11. H. JAMALUDDIN JAFAR, S.H.

Fraksi Partai Persatuan Pembangunan:

1

Page 3: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-095552-3100.p… · pembentukan peraturan perundang-undangan jenis rapat : raker

-

Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa : 12. Dra. HJ. IDA FAUZIYAH

Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya:

-

Fraksi Partai Hati Nurani Rakyat: -

C. Undangan

- Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia RI beserta jajaran

2

Page 4: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-095552-3100.p… · pembentukan peraturan perundang-undangan jenis rapat : raker

JALANNYA RAPAT : KETUA RAPAT (SUTJIPTO, S.H., M.Kn./F-PD) : Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semuanya, Yang saya hormati Pimpinan dan anggota Pansus RUU tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Yang saya hormati Saudara Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia beserta jajarannya, Hadirin yang berbahagia, Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas perkenannya kepada kita semuanya sehingga kita dapat menghadiri rapat kerja pada siang hari ini dalam rangka Pembicaraan Tingkat I pembahasan atas RUU tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Sesuai dengan laporan Sekretariat rapat ini telah dihadiri oleh 9 orang anggota dan 8 orang izin dari 30 anggota Pansus, oleh karena itu perkenankanlah kami membuka rapat kerja ini dan rapat dinyatakan terbuka untuk umum.

(RAPAT DIBUKA PUKUL : 14.50 WIB) Pertama-tama kami ucapkan terima kasih kepada Saudara Menteri Hukum dan HAM yang telah bersedia memenuhi undangan Pansus tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dalam rapat kerja pada hari ini.

Untuk itu sebelum kami lanjutkan rapat perkenankan kami menawarkan acara rapat pada hari ini sebagai berikut :

1. Pengantar Ketua Rapat; 2. Pembahasan DIM Persandingan RUU tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan; 3. Penutup. Rapat ini akan berlangsung sampai dengan Pukul 16.00 WIB, namun apabila masih ada hal yang

perlu didiskusikan dapat diperpanjang sesuai kesepakatan bersama. Apakah susunan acara dan waktu rapat yang kami bacakan tadi dapat kita setujui?

Terima kasih.

(RAPAT : SETUJU) Saudara Menteri dan anggota Pansus yang saya hormati, Perlu kami sampaikan bahwa untuk efektif jalannya rapat sesuai dengan mekanisme rapat kerja yang telah kita sepakati bersama pada rapat kerja tanggal 13 Desember 2010 bahwa pembahasan dilakukan paling banyak dengan dua kali putaran sesuai dengan urut fraksi terbesar sampai dengan fraksi terkecil setelah itu diambil keputusan. Pada rapat kerja kemarin sebelum pembahasan dilanjutkan ke DIM berikutnya yaitu ke DIM No. 17, perlu kami ingatkan kembali bahwa kita masih menyisakan materi substansi yang dipending yaitu DIM No. 16 yaitu usulan pembahasan substansi baru dari Pemerintah mengenai pengertian dan peraturan presiden, Pemerintah berpendapat sebelum masuk ke pembahasan selanjutnya DIM No. 16 ini harus diputuskan terlebih dahulu dalam tingkat rapat kerja dan tidak diserahkan kepada Panja.

3

Page 5: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-095552-3100.p… · pembentukan peraturan perundang-undangan jenis rapat : raker

Sebelum kami mempersilahkan kepada fraksi-fraksi kami persilahkan terlebih dahulu kepada Pemerintah untuk menyampaikan sekali lagi penjelasannya. MENTERI HUKUM DAN HAM (PATRIALIS AKBAR) : Terima kasih, Pimpinan Pimpinan, Bapak/Ibu anggota Pansus yang kami hormati, Berkaitan dengan pembahasan DIM kita yang kemarin cukup panjang kita bicarakan khususnya yang berkaitan dengan keberadaan peraturan presiden yang kami inginkan tetap masuk dalam hierarkis perundang-undangan kita, kami sudah mencoba menjelaskan latar belakang kemudian hakikat keberadaan Perpres itu sendiri, kemudian fungsi kewenangan bahkan substansi dari Perpres itu sendiri. Kemudian kalau kita melihat dari sejarah perjalanan bangsa ini bahkan sebelum Perpres kita juga mengenal di dalam TAP MPRS Nomor X Tahun 1966, kemudian begitu juga dengan pada saat kita memperlakukan pertama Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 kita memberlakukan Undang-Undang Dasar Sementara, kemudian UUD RIS bahkan, termasuk kita kembali ke Undang-Undang Dasar 1945 TAP MPRS Nomor XX Tahun 1966, TAP MPR Nomor III Tahun 2000, kemudian Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004, di dalam sejarah perjalanan bangsa ini hampir semuanya menempatkan posisi Presiden baik itu dalam bentuk instruksi presiden, ada juga yang dalam bentuk keputusan presiden dan terakhir Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 menempatkan peraturan presiden. Jadi secara menyeluruh sudah kami sampaikan kemarin dengan alasan-alasan yang tidak dibuat-buat tetapi alasan untuk sistem ketatanegaraan ke depan yang harus lebih baik lagi dimana kita telah menyepakati bangsa ini bahwa pemerintahan itu memang harus dipimpin oleh seorang Presiden, begitu juga dengan beberapa pikiran-pikiran tambahan bahwa sebetulnya selain daripada kekuasaan penyelenggaraan Pemerintahan negara ternyata juga kita bisa mengelompokan lagi sebagai suatu penguatan, bahkan Presiden juga diberikan tugas, wewenang, administratif di dalam bidang keamanan, ketertiban, menyelenggarakan tata usaha pemerintahan, tugas wewenang administrasi negara di bidang pelayan umum, tugas wewenang administrasi di bidang kesejahteraan umum, begitu juga dengan persoalan-persoalan kemarin kita sudah ungkapkan juga kewenangan yang bersifat yudisial bahkan kewenangan yang bersifat diplomatik yang setiap saat Presiden harus mengikuti perkembangan keadaan perjalanan sistem ketatanegaraan dunia apalagi kita juga banyak yang belum mengesahkan ratifikasi-ratifikasi internasional, kemudian ada kewenangan-kewenangan yang bersifat administratif bahkan mengangkat dan memberhentikan pejabat-pejabat negara di Republik ini berada di tangan Presiden, bahkan juga ada kewenangan-kewenangan yang bersifat mengatur bahkan. Jadi cukup banyak alasan ketatanegaraan yang bisa kita jadikan sebagai satu alasan yang cukup kuat, bahkan kita mengenal beberapa peraturan-peraturan presiden yang belakangan ini muncul untuk betul-betul agar penyelenggaraan pemerintahan bisa efektif, beberapa program pemerintahan yang dikoordinasikan dengan para gubernur, bupati, walikota, bahkan kalangan-kalangan perguruan tinggi itu juga diadopsi di dalam beberapa peraturan presiden dan itu berjalan secara efektif. Dengan demikian, Pimpinan, kami tetap pada pendapat kemarin yang mengatakan bahwa peraturan presiden memang harus masuk di dalam hierarkis perundang-undangan kita. Demikian, Pimpinan. Terima kasih. KETUA RAPAT : Ya setelah kita mendengarkan yang dari Pemerintah, sekarang kami persilahkan dari Partai Demokrat memberikan tanggapannya.

4

Page 6: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-095552-3100.p… · pembentukan peraturan perundang-undangan jenis rapat : raker

IGNATIUS MULYONO/F-PD : Terima kasih, Pimpinan. Bapak Menteri dan rombongan, dan Rekan-rekan dari Panja yang terhormat, Apa yang telah disampaikan oleh Pemerintah kami kira kita bisa memahami ya bahwa Presiden selaku kepala pemerintahan itu memang membutuhkan satu sarana yang bisa dipakai beliau untuk menjalankan peran itu sendiri. Memang sudah ada wadah yang disebut peraturan pemerintah, tetapi peraturan pemerintah itu semata-mata hanya menerjemahkan dari undang-undang, jadi sebagai pelaksanaan undang-undang dikeluarkanlah peraturan pemerintah, tetapi terhadap hal-hal secara khusus yang dimana menurut Presiden selaku kepala pemerintahan perlu dikeluarkan suatu aturan maka kami kira untuk pemberian wadah itu kami kira apa yang disampaikan Pemerintah bisa kita pahami dan bisa kita pakai untuk mencoba agar optimalisasi peran itu bisa dilakukan oleh Presiden bisa secara benar-benar optimal, karena kalau tidak ada sarana yang bisa dipakai oleh Presiden untuk meningkatkan segala sesuatu yang menurut Presiden perlu harus ditangani, diarahkan, dan diatur itu kami kira juga kurang tepat juga untuk memberikan di dalam penyelenggaraan atau pelaksanaan fungsi kewenangan itu sendiri. Maka, kami kira peraturan presiden ini masih bisa kita toleransi sebagai salah satu bagian dari tatanan perundang-undangan kita. Terima kasih. KETUA RAPAT : Terima kasih. Selanjutnya dari Partai Golkar dulu, kita berurut saja. Ya, silahkan …(tidak dilanjutkan). Drs. H. RUSLI RIDWAN, M.Si./F-PAN : Terima kasih, Pimpinan. Sebagaimana amanat dari Undang-Undang Dasar 1945 dimana Presiden adalah pemegang kekuasaan di bidang pemerintahan tentu mempunyai kewenangan untuk mengatur, mengurus, dan mengendalikan, maka untuk mengatur, mengurus, mengendalikan pemerintahan itu diperlukan sebuah peraturan presiden yang berisi normatif. Jadi saya menerima usulan dari Pemerintah ini. Terima kasih. KETUA RAPAT : Ibu Ida dulu atau dari PDI Perjuangan? Ya dari PKB. Dra. Hj. IDA FAUZIYAH/F-PKB : Terima kasih, Pimpinan. Pak Menteri, Bapak/Ibu anggota Pansus yang saya hormati, Terhadap DIM yang disampaikan oleh Pemerintah berkaitan dengan perlunya peraturan presiden masuk dalam hierarki peraturan perundang-undangan saya pikir sebelum sampai di situ saya ingin

5

Page 7: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-095552-3100.p… · pembentukan peraturan perundang-undangan jenis rapat : raker

mendapatkan penjelasan dari Pemerintah ketika kita sudah menyepakati bahwa dalam ketentuan umum saya tidak mengikuti bagaimana pembahasan ketentuan umum ayat (1) disebutkan bahwa pembentukan peraturan perundang-undangan adalah proses pembuatan peraturan perundang-undangan yang mencakup tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan dan pengundangan. Artinya kalau kita menyepakati perpres itu bagian dari hierarki perundang-undangan yang artinya juga mengikuti ketentuan proses pembentukan peraturan perundang-undangan saya ingin dijelaskan oleh Pemerintah bagaimana sesungguhnya tahapan perencanaan yang dilakukan oleh Pemerintah untuk memenuhi ketentuan umum ini, perencanaan, kalau dalam perencanaan perundang-undangan misalnya undang-undang maka dibuatlah Prolegnas, kalau penyusunan perda maka dibuatlah Prolegda, begitu juga tentang perencanaan peraturan pemerintah yang itu merupakan perintah dari undang-undang. Saya ingin dijelaskan kepada Pemerintah apalagi kemudian kalau kewenangan itu dilekatkan bahwa keterangan yang bersifat administratif atau untuk memenuhi kebutuhan perkembangan penyelenggaraan pemerintahan dan seterusnya. Saya ingin dijelaskan bagaimana merencanakan sebuah proses pembentukan peraturan presiden kalau yang dicontohkan itu lebih bersifat administratif dan terbaca tidak ada proses perencanaannya maka dengan demikian maka tidak terpenuhilah ketentuan yang ada dalam Pasal 1 itu. Itu yang pertama. Yang kedua, Pak Ketua, saya kira ketika kita mendebatkan DIM ini kita juga menghadirkan beberapa pakar, kita hadirkan sekali lagi kalau diperlukan untuk menyakinkan kita sesungguhnya kebutuhan Perpres itu masuk dalam hierarkis perundang-undangan itu sejauh mana?Apakah tidak dicukupkan kewenangan membentuk peraturan pemerintah itu untuk menjalankan kewenangan yang dimaksud oleh Pak Menteri tadi? Jadi saya tahu yang hadir di sini tidak ada dari ada beberapa teman dari fraksi lain yang tidak hadir, dari Hanura tidak hadir, Gerindra tidak hadir, PPP tidak hadir, PKS tidak hadir, dalam konteks ini kalau memang menginginkan agar ini diputuskan bukan di Panja kalau sore hari ini kita tidak bisa memutuskan saya mengusulkan untuk tidak kita putuskan dulu, meskipun nanti bisa saja kemudian kita sudah masuk Panja tetapi untuk konteks ini kita belum diskusikan di Panja nanti pada raker berikutnya bisa saja. Itu saja, Pak Ketua. Terima kasih. KETUA RAPAT : Kami persilahkan. Dr. H. DEDING ISHAK, S.H., M.H./F-PG : Saya ingin menambahkan apa yang disampaikan Ibu Ida begitu. Jadi mungkin pertimbangannya supaya lebih komprehensif dan jelas tentang kebutuhan, karena prinsipnya sebetulnya Dewan tetap mengakui keberadaan Perpres tetapi Perpres ini ditempatkan sama dengan peraturan lain karena sejak perubahan undang-undang terakhir itu, Pak, jadi tidak ada istilah lembaga tinggi dan lembaga tertinggi negara, jadi sebuah lembaga sama. Saya dapat memahami apa yang disampaikan oleh Pak Menteri dengan argument-argumen yang disampaikan tadi, tentu saja saya juga memerlukan penjelasan sebagaimana kelaziman dalam proses penyusunan peraturan perundang-undangan berkaitan dengan perencanaan tadi begitu. Kalau undang-undang dan PP kan sudah jelas diatur, sekarang konsekwensinya ketika Perpres itu masuk dalam hierarki ini tentu terkait juga dengan proses perencanaan dengan DPR kira-kira seperti apa, mungkin argument ini bisa membantu kami untuk lebih memahami sebetulnya. Dari sisi Undang-Undang Dasar 1945 meskipun tidak secara ekplisit tersurat perintah tetapi kita bisa memahami dengan pasal bahwa Presiden adalah pemegang kekuasaan pemerintahan, itu saja sudah cukup, tetapi barangkali dari sisi proses penyusunan perundang-undangan di aspek perencanaan ini kami ingin lebih mendalami. Yang kedua ini berkaitan dengan kan ada peraturan perundang-undangan yang bersifat beschikking begitu penetapan ataupun regeling, pengaturan, nah, selama ini kan ada Keppres, ada Inpres,

6

Page 8: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-095552-3100.p… · pembentukan peraturan perundang-undangan jenis rapat : raker

sekarang ini Perpres, apakah dengan masuknya Perpres ini dalam hierarki ini kemudian bagaimana soal Kepres, soal Inpres ini apakah masih juga menjadi bagian dari kewenangan Presiden lalu implikasinya apakah itu juga tentu nanti akan ada peraturan menteri dan lain sebagainya ini kira-kira penempatannya di mana atau hanya untuk perpres saja di hierarki itu kemudian kepres, inpres ini diserahkan kepada Presiden termasuk juga soal peraturan menteri dan sebagainya. Terima kasih, Pak. RAHADI ZAKARIA/F-PIDP :

Terima kasih.

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Selamat sore, dan Salam sejahtera buat kita semua, Yang kami hormati Bapak Menteri beserta jajarannya, Pimpinan Pansus dan para anggota Pansus, serta staf ahli dan tenaga ahli, Tentunya kami bisa memahami apa yang disampaikan oleh Bapak Menteri kemarin dan kemudian oleh rekan-rekan yang mencoba untuk memberikan suatu gambaran-gambaran, deskripsi-deskripsi tentang perlunya masuknya peraturan presiden dalam hierarki perundang-undangan. Kami sangat paham, apalagi dikaitkan dengan kekuasaan presiden atas perintah Undang-Undang Dasar dengan berbagai kewenangannya tadi diulang lagi oleh Bapak Menteri cukup banyak yang mendasar dan lain sebagainya. Tetapi saya ingin mendudukkan persoalan, Bapak Menteri dan jajarannya, tentunya dalam pembuatan undang-undang apakah itu pembuatan undang-undang, pembentukan undang-undang, perubahan undang-undang itu ada prosedurnya, ada prosedur yang harus kita lihat, ada prosedur yang harus kita cermati dan ada prosedur yang harus kita hayati dan harus kita patuhi. Apa prosedur itu? Saya melihat bahwa tidak ada perintah Undang-Undang Dasar yang menginstruksikan agar Perpres ini masuk di dalam hierarki perundang-undangan. Kami sangat paham kewenangan Presiden sangat luar biasa, namun kewenangan itu bukan berarti bisa diterjemahkan dalam rangka peraturan presiden untuk masuk dalam hierarki kewenangan yang sangat luar biasa itu adalah menurut Undang-Undang Dasar kewenangan Presiden atas perintah Undang-Undang Dasar dalam rangka melakukan penyelenggaraan pemerintahan. Ini secara prosedural kalau kita melihat artinya bahwa seseorang atau siapapun juga yang ingin membuat undang-undang, yang ingin membentuk undang-undang, yang ingin melakukan pengubahan undang-undang ada suatu proseduralnya, nah di prosedur itu saya tidak melihat ada suatu instruksi undang-undang, artinya secara yuridis memerintahkan bahwa peraturan presiden itu harus dimasukan di dalam hierarki perundang-undangan. Ini jadi saya ingin meluruskan itu dulu, prosedurnya dulu, karena tidak ada perintah itu, di Undang-Undang Dasar tidak ada perintah itu.

Nah, apakah kita tidak ada perintah ingin mencoba memasukkan atau melanggar instruksi atau perintah Undang-Undang Dasar. Ini kan yang menjadi pertanyaan saya kan dari kemarin adalah itu. Kalau toh kekuasaan Presiden luar biasa kita paham, saya mencontohkan kemarin gubernur misalnya kan tidak ada kalau ada peraturan presiden nanti turunannya ada peraturan gubernur, dan itu sifatnya adalah domain, istilahnya internal di kepresidenan itu sendiri, jadi lebih mandiri, lebih kuat, lebih memiliki sesuatu kekuasaan yang luar biasa, misalnya kayak gubernur kemarin kita contohkan atau bupati ada Pergub, Pergub itu mengatur apa saja, nah tentunya misalnya mengatur misalnya sendok garpu tidak perlu dimasukan dalam satu wilayah itu yang bisa dibebaskan untuk tidak menjadi milik Pemerintah Daerah. Nah, aturan-aturan seperti ini sebetulnya yang memang harus kita cermati bersama, kira-kira sebagai contoh seperti itulah. Jadi peraturan presiden adalah untuk memang kekuasaan sangat tinggi tetapi menyangkut persoalan-persoalan yang sangat teknis karena mohon maaf ini tidak diperintahkan dalam

7

Page 9: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-095552-3100.p… · pembentukan peraturan perundang-undangan jenis rapat : raker

Undang-Undang Dasar, nah, tentunya kalau kami tidak berani untuk melanggar itu karena tidak ada perintah, tidak ada instruksi. Itu jadi. Ini pandangan dari saya pribadi terlebih dahulu karena mungkin ada kawan satu fraksi agak berbeda cara berpikirnya karena ingin menghormati Pemerintah. Kira-kira itulah. Terima kasih. KETUA RAPAT : Baik, saya kira karena ada beberapa permintan penjelasan dari Fraksi PKB saya kira Pak Menteri kami persilahkan, dan Golkar juga, PDIP juga. Ya Demokrat tadi prinsip setuju cuma ada mungkin nanti dari jawaban Fraksi PKB, Golkar saya kira kita bisa lebih memahami. MENTERI HUKUM DAN HAM : Ya terima kasih, Pimpinan. Kemarin kita sebetulnya sudah cukup panjang dan cukup lama bicara secara mendasar terhadap kekuasaan pemerintahan negara yang dipegang oleh Presiden. Lima tahun yang lalu Ibu Ida Fauziah juga ikut sebagai tim sosialisasi bagaimana beliau mengelilingi Republik ini menyampaikakn Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar itu, dan saya masih ingat itu kita sama-sama menikmati dengan masyarakat menjelaskan itu. Saya kira penjelasan ini tentu kami harus mencoba menjelaskan lagi secara mendasar … (terpotong interupsi). RAHADI ZAKARIA/F-PDIP : Pak Ketua, interupsi sebentar. Pak Menteri, Saya tanpa mengurangi rasa hormat kepada para anggota Pansus, staf ahli dan Bapak Menteri dan jajarannya saya terpaksa mohon izin karena ada instruksi dari partai yang harus berkumpul di DPP partai pada pukul 16.00 WIB. MENTERI HUKUM DAN HAM : Kalau begitu saya jawab dulu yang punya, Bapak, supaya tidak mimpi nanti malam. Jadi begini, Pak. Begini, Pak Rahadi, kalau kita membaca Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, lengkapnya begitu, Pak. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 yang dibuat oleh Pak Tjipto itu. Undang-Undang Dasar itu tidak pernah sekali pun bicara tentang masalah hierarki perundang-undangan. Undang-Undang Dasar juga tidak pernah bicara siapa yang di atas, siapa yang di bawah, kitalah yang merumuskan. Undang-Undang Dasar hanya membagi tugas, kewenangan masing-masing lembaga negara. Di situlah kelihatan absolutely kekuasaan dari masing-masing lembaga negara itu. Makanya tadi Pak Deding mengatakan proses check and balances itu sudah kita lakukan sehingga tidak ada lagi yang namanya lembaga tertinggi. Kalau kita bicara tentang masalah hierarkis di dalam Undang-Undang Dasar tentu tidak akan pernah bisa kita dapatkan dan tidak semua harus berdasarkan instruksi dari Undang-Undang Dasar. Pembuatan undang-undang hari ini pun yang namanya tata cara pembuatan peraturan perundang-undangan itu juga tidak diperintahkan oleh Undang-Undang Dasar, Undang-Undang Dasar hanya mensinyalkan selanjutnya ditetapkan dalam undang-undang atau dengan undang-undang. Jadi tidak bisa kita mengambil satu rujukan bahwa ini tidak ada perintah dari Undang-Undang Dasar, kalau semua merujukan perintah dari Undang-Undang Dasar negara ini tidak jalan, Pak, karena Undang-Undang Dasar itu hanya mengatur masalah-masalah substansi, masalah-masalah pokok, masalah-masalah yang mendasar, kitalah semua yang menjabarkan lebih lanjut terhadap Undang-Undang

8

Page 10: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-095552-3100.p… · pembentukan peraturan perundang-undangan jenis rapat : raker

Dasar ini. Dan itu tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar, tidak satupun pasal dari Undang-Undang Dasar yang melarang. Jadi karena tidak ada perintah juga tidak ada yang melarang, Pak. Nah, tentu kita menyesuaikan dengan kebutuhan ketatanegaraan kita. Kemarin saya mulai mengangkat keberadaan Perpres itu berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar kita. Betapa luar biasanya keberadaan seorang Presiden dalam sistem presidensil yang sudah kita sepakati itu.

Dengan tidak ada lagi GBHN, Pak Rahadi, Bapak/Ibu sekalian, kalau dulu program Pemerintah itu berdasarkan kepada Garis-garis Besar Haluan Negara, sekarang GBHN sudah tidak ada lagi, ada yang namanya Rencana Program Jangka Menengah Nasional, Jangkan Panjang, Jangka Menengah, Jangka Pendek.

Seorang Presiden ke depan mulai dari pemilihan umum kita secara langsung seorang Presiden itu harus menetapkan dia sebelum dia bekerja dia tetapkan dulu apa rencana program Pemerintah itu, itu dengan apa rencana program Pemerintah itu bisa jalan? Satu-satunya hanya dengan peraturan presiden. Presiden tidak bisa jalan apa-apa sedangkan untuk menentukan bagaimana perjalanan pemerintahan ke depan ditentukan absolutely oleh Presiden terpilih dan Wakil Presiden terpilih yang programnya itu disusun jauh-jauh hari sebelum yang bersangkutan menjadi Presiden dan Wakil Presiden, siapapun Presidennya. Coba Bapak bayangkan dengan jalan bagaimana Presiden melaksanakan program-program pemerintahannya kalau tidak ada satu aturan yang bersifat mengikat secara umum. Itulah menjadi alasan bagi kita kenapa Perpres itu masuk dalam hierarkis perundang-undangan supaya dia mengikat, mengikat secara umum keberlakuannya itu, Pak.

Kalau dulu pembangunan lima tahun ke depan sampai 25 tahun itu ditentukan dengan instruksi Presiden, sekarang tidak lagi instruksi Presiden, karena instruksi Presiden itu berlaku untuk ke bawahnya, Pak, tetapi kalau peraturan presiden itu adalah agar Presiden bisa melaksanakan program-program pemerintahan yang diamanatkan oleh rakyat, tidak boleh diinterpensi oleh siapapun kecuali kalau programnya itu bertentangan dengan Undang-Undang Dasar, bertentangan dengan undang-undang, bertentangan dengan nilai agama, moral, ketertiban umum dan keamanan. Itu boleh diuji. Dan pengujiannya pun melalui Mahkamah Agung, kan begitu.

Nah, jadi tentu kami tidak mungkin lagi ya kalau memang kita mau satu semester(?) lagi untuk ini kami bersedia saja, Pak.

Ini ada satu buku yang menarik desertasi yang hampir beberapa halaman, ratusan, 404 halaman. Desertasi Bapak Hamid S. Atamimmi, Waseskab, bukunya berjudul Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Maaf, saya baru membaca lima menit, sepuluh menit terakhir. Pendapatnya tidak jauh beda dengan pendapat kami, Pak, landasannya adalah Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, konsekwensi kenapa Presiden diberikan kekuasaan menyelenggarakan pemerintahan Negara. Kemarin kami sudah bilang tidak hanya pemerintahan Negara, dari bidang legislatif, meskipun DPR mempunyai kekuasaan di dalam membentuk undang-undang kalau Presiden mengatakan tidak mau sudah tidak akan pernah sampai kapan pun DPR bisa membentuk undang-undang kalau Presidennya tidak mau. Begitulah kekuasaan yang diberikan oleh konstitusi kita. Bahkan ke lembaga yudikatif pun Presiden mempunyai kewenangan, bahkan kami contohkan yang ekstrim kata Mahkamah Agung diputuskan hukuman mati, setelah itu Presiden dengan pertimbangan Mahkamah Agung dalam bidang hukum pidana, dengan pertimbangan DPR dalam bidang hukum politik dan bidang politik, hukuman-hukuman politik yang berkaitan dengan amnesti dan abolisi tetapi itu juga hanya sejauh pertimbangan bukan persetujuan. Artinya apa? Presiden mempunyai kewenangan yang luar biasa baik itu di bidang legislatif maupun juga di dalam bidang yudikatif. Bapak/Ibu sekalian, Tentu Presiden tidak bisa kita ikat, saya mengatakan ini adalah untuk kepentingan institusi. Jadi buku ini juga 404 hamalan bicara tentang masalah itu yang juga menyimpulkan bahwa memang Presiden harus diberikan kesempatan untuk membuat peraturan presiden. Bahkan di dalam buku ini lebih ekstrem

9

Page 11: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-095552-3100.p… · pembentukan peraturan perundang-undangan jenis rapat : raker

itu bersifat regulasi dalam buku ini. Kemarin sudah kami sampaikan sejauh yang berkenaan dengan tugas penyelenggaraan pemerintahan Negara. Dan tidak akan pernah …(tidak dilanjutkan)… boleh kita batasi, Pak, Presiden di dalam perpresnya tidak boleh mengatur lembaga-lembaga yudikatif, lembaga legislatif, karena itu memang di luar Presiden. Nah, ini Pak Rahadi yang kami sampaikan, mohon maaf kemarin karena mungkin waktunya singkat kami belum sempat menjawab, merespon punya Bapak. Jadi ini kita memang harus sayang, Pak, kepada bangsa ini. Kami kira ini tidak ada muatan-muatan politik di dalamnya, betul-betul untuk kepentingan bangsa dan negara. Itu, Pak. Jadi kalau Pak Rahadi, ya silahkan, Pak. Terima kasih, Pak. Kemudian Ibu Ida Fauziyah, teman lama saya ini. Ibu Ida, sebetulnya kalau kita bicara masalah draft RUU ini juga ada diantaranya yang sebetulnya kami juga dalam beberapa hal juga masih ada yang belum sependapat, ini kaitan dengan perpres tadi, tetapi di sini kami mencoba mengaitkan dengan PP. Ini juga akan kita perdebatkan lagi berkenaan dengan masalah prosedur pembuatan perundang-undang. Dalam DIM No. 90 ya ini RUU DPR menyatakan perencanaan penyusunan peraturan pemerintah dilakukan dalam suatu program penyusunan peraturan pemerintah. Nah, di sini kami juga nanti akan minta penjelasan kepada Pansus, Pemerintah mohon penjelasan terkait dengan substansi ini, karena PP dibentuk atas perintah undang-undang, dan untuk melaksanakan undang-undang sebagaimana mestinya sehingga sulit untuk direncanakan, Pemerintah mengusulkan ini dihapus, apalagi di dalam undang-undang sekarang ini kita sudah wanti-wanti, undang-undang yang sudah sah kita memerintahkan Pemerintah wajib mengeluarkan PP-nya dalam waktu satu bulan. Ada yang begitu kita sekarang. 30 hari PP-nya sudah harus keluar karena sangat urgent. Nah, kalau kita tempuh semacam Prolegnas dan Prolegda maka undang-undangnya juga tidak jalan, sejauh memang ada perintah dari undang-undang kepada PP. Bicara tentang masalah Perpres itulah bukanlah sesuatu yang tiba-tiba Perpres itu di dalam Perpres juga bagaimana penyusunan peraturan presiden juga sudah ada perencanaannya, Ibu Ida, di sini dinyatakan dalam Perpres No. 68 Tahun 2005, dalam penyusunan rancangan peraturan presiden pemrakarsa dapat membentuk panitia antar departemen. Jadi memang harus ada koordinasi dulu, Bu, antar pemrakarsa dengan yang lain. Itu dipaparkan secara resmi. Tata cara pembentukan panitia antar departemen, pengharmonisasian, penyusunan dan penyampaian rancangan dan peraturan presiden kepada Presiden berlaku mutatis mutandis ketentuan Bab II. Di dalam Bab II penyusunan rancangan undang-undang dilakukan pemrakarsa berdasarkan Prolegnas. Ini, jadi mirip, Bu. Ada perencanaannya. Penyusunan rancangan undang-undang berdasarkan Prolegnas memerlukan persetujuan izin, prakarsa dari Presiden, Perpres juga begitu, tidak pernah ada satu peraturan presiden yang dibuat sekonyong-konyong oleh satu kementerian/lembaga tanpa izin dulu. Jadi harus jelas juga landasannya. Pemrakarsa melaporkan penyiapan penyusunan rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud ayat (2) secara berkala, Perpres juga begitu. Dan itu dibahas secara resmi. Ini sama dengan rancangan undang-undang yang dibuat oleh Pemerintah, itu pasti paparan dulu dihadapan Presiden, dihadapan kabinet bukan hanya dihadapan Presiden dan dibahas bersama dan itu berkali-kali. Begitu juga dengan semua proses-proses yang berkenaan dengan satu Perpres itu muncul juga mirip-mirip dengan Prolegnas. Kemudian Perpres itu juga dipersiapkan tidak hanya oleh satu kebutuhan yang memang sudah diprogramkan tetapi juga berdasarkan hasil koordinasi antara Presiden dengan semua kepala-kepala daerah misalnya yang sudah beberapa kali mengadakan retret, rapat kerja, itu hasilnya dibahas juga secara bersama, kemudian baru dirumuskan dalam suatu peraturan presiden. Nah, Pemerintah, Pemerintah itu kan mengayomi semuanya, mulai dari kabinetnya sampai pada gubernur, bupati, walikota, itu adalah Pemerintah, satu ke satuan yang tidak bisa diputuskan. Bagaimana mungkin di dalam penyelenggaraan suatu program pembangunan jangka menengah, panjang maupun pendek yang diinginkan oleh Presiden terpilih itu bisa dilaksanakan sampai ke bawah kalau Presiden tidak bisa mengatur sampai pada tingkat gubernur, bupati, walikota, kalau itu tidak ada maka bubar negara ini, gubernur maunya gubernur, bupati maunya bupati, walikota maunya walikota, menteri maunya menteri, bagaimana Presiden bisa menginstruksikan pedoman padahal kita Pasal 18 ayat (1) mengatakan Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi, bukan terdiri atas,dibagi atas provinsi, provinsi dibagi atas

10

Page 12: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-095552-3100.p… · pembentukan peraturan perundang-undangan jenis rapat : raker

kabupaten/kota untuk menyelenggarakan pemerintahan sesuai dengan asas-asas pemerintahan daerah. Jadi sangat relevan, sekali lagi, untuk kepentingan bangsa dan negara. Sangat relevan. Justru kalau Perpres ini ditiadakan bayangkan bagaimana Presiden mengatur itu semua, dan kalau itu tidak mengikat secara umum tidak ada kekuatan hukumnya. Jadi masuk ke hierarki perundang-undangan adalah dalam kerangka mengikat secara umum. Begitu, Pimpinan. Saya kira sudah terjawab semua ya atau ada yang belum? Dr. H. DEDING ISHAK, S.H., M.H./F-PG : Ada, Pak. Ini melalui, Ketua, ini tadikan sudah dijelaskan soal prosedur pembuatan Perpres yang sebetulnya juga tidak ujuk-ujuk begitu, tetapi juga mengikuti prosedur yang untuk didesain dalam sebuah konstruksi penyusunan perundang-undangan dalam konteks legal drafting ya semacam Prolegnas begitu. Itu diaturannya, Pak Menteri, dalam apa ya? Cara pembuatan ini dalam PP atau apa? MENTERI HUKUM DAN HAM : Tadi, Pak, ada Perpres No. 68 Tahun 2005. Ini ada yang menarik ini, Pak, ini betul-betul menarik sekali ini, ada surat tanggal 27 September dari DPR sendiri, tentu ini juga tidak serta merta suratnya, sepengetahuan saya surat Pimpinan DPR keluar juga berdasarkan mekanisme, ini ada surat dari Ketua DPR RI kepada Presiden Republik Indonesia perihal Persetujuan DPR RI terhadap Laporan Komisi I DPR RI terhadap Pembahasan RUU tentang Pengesahan Persetujuan antara Pemerintah RI dengan Pemerintah Federasi Rusia tentang Kerja sama Teknik Militer. Ini DPR, Pak, Komisi I rekomendasinya. Di dalam butir 2 mengatakan demikian, Komisi I DPR RI menilai kerja sama ini merupakan kerja sama Pemerintah tingkat teknik militer, dengan demikian kerja sama ini dapat dilanjutkan oleh Pemerintah melalui ratifikasi dalam bentuk Perpres. Sudah jauh lebih maju loh, Pak, ratifikasi ini biasanya dengan undang-undang, yang kita ketahui, Komisi I merekomendasikan ratifikasi melalui peraturan presiden, dan itu kesepakatan seluruh fraksi-fraksi dibawa di dalam Badan Musyawarah DPR RI. Jadi kita mau memperdebatkan apa lagi, ini sudah ada di DPR-nya juga gitu. Jadi kawan-kawan saya ini memperhatikan juga surat dari DPR tidak kita simpan dalam laci saja, jadi tanggal 27 September 2010 saya kira ini periode sekarang. Bagaimana mungkin Perpres kalau tidak masuk dalam peraturan perundang-undangan punya daya ikat. F.PG (Ir. BASUKI TJAHAJA PURNAMA, M.M.) : Pimpinan, saya potong boleh? Saya kasihan sama Pak Menteri. Pak Menteri, sebetulnya Pak Menteri menjelaskannya sudah terlalu panjang lebar tetapi punya persepsi seolah-olah kami mau keluarkan Perpres ini dari RUU ini, sebetulnya di dalam draft kami tidak dikeluarkan, kok, kami sudah setuju sebetulnya supaya tidak usah panjang-panjang lah kasihan Pak Menterinya. Kami setuju, Pak, tenang saja, Pak. Terima kasih, Pak. F-PKB (Dra. Hj. IDA FAUZIYAH) : Maksudnya setuju bagaimana, Pak? KETUA RAPAT : Jadi saya kira sebagaimana tadi disampaikan oleh Pak Menteri pada waktu menjawab Pak Rahadi, artinya bahwa Perpres ini juga ada koridornya, artinya tidak mengatur lembaga yang bersifat

11

Page 13: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-095552-3100.p… · pembentukan peraturan perundang-undangan jenis rapat : raker

mandiri, kan, jadi kekuasaan kehakiman, BPK, artinya bahwa itu ada limitasinya. Nah, itu kira-kira di mana nanti mengaturnya limitasinya itu, kan begitu. Atau Ibu Ida masih ada, mau menanggapi lagi? F-PKB (Dra. Hj. IDA FAUZIYAH) : Ya. Satu, Pak Menteri, ketika surat itu dibikin memang Perpres eksistensinya masih ada karena memang masih mengacu pada Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004, ketika Komisi I memerintahkan untuk diatur dalam Perpres ya memang kenyataannya eksistensi sebagai bagian dari hierarki perundang-undangan kan memang masih ada. Masih ada eksistensinya dan kita masih menggunakan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 itu kan sampai kemudian kita ubah, kita revisi undang-undang ini. Yang kedua, Pak, sesungguhnya eksistensi Perpres pun tidak kita hilangkan dalam kebutuhan tertentu karena dalam ketentuan Pasal, kita belum sampai pada ketentuan itu, ketentuan Pasal 7 ayat (2) kan masih mengakuinya jenis peraturan perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat gitu, Pak, sepanjang ini diperintahkan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Tentu kalau misalnya muatan melakukan kewenangan menjalankan kewenangan sebagaimana Pasal 4 Undang-Undang Dasar kita silahkan saja, tetapi sesungguhnya eksistensi peraturan presiden juga tidak kita hilangkan. Itu yang pertama. Kemudian yang kedua, kita nanti akan memperdebatkan soal bagaimana perencanaan peraturan pemerintah yang Pak Menteri sendiri atau Pemerintah belum memberikan persetujuannya, tetapi sesungguhnya saya tidak tahu kemarin bagaimana menyetujuinya kalau melihat tanggapan Pemerintah terhadap ketentuan Pasal 1 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan saya kira saya lihat ini tanggapan Pemerintah lebih pada penulisan kata atau frase, artinya memang dalam sebuah pembentukan peraturan perundang-undangan adalah proses pembuatan peraturan perundang-undangan yang mencakup tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan dan pengundangan itu menjadi sebuah mekanisme baku dalam pembentukan peraturan perundang-undangan. Saya kira ini, nanti kita berdiskusi panjang tentang itu. Kemudian berikutnya sesungguhnya kekhawatiran kita adalah saya tentu mengapresiasi kalau kemudian Pemerintah mengatakan ada koridornya ketika Perpres itu menjadi bagian dari hierarki misalnya tidak boleh mengatur tentang kewenangan lembaga lain, kenyataannya kemarin, Pak, Perpres itu mengatur tentang Penyusunan Program Legislasi Nasional yang itu menjadi domain dari DPR. Perpres yang Bapak sebut itu kan juga mengatur tentang penyusunan program legislasi nasional, yang artinya juga itu sesungguhnya lah ini DPR kok ya kok diatur dengan peraturan presiden sudah masuk pada ranah itu, pada ranah kewenangan DPR dalam menyusun Prolegnas. Saya paham bahwa menyusun Prolegnas itu bersama-sama dengan Pemerintah, tetapi sesungguhnya Prolegnas itu lebih domain dari DPR, yang kemudian dalam perubahan Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 ini kita tarik bagaimana proses penyusunan perundang-undangan itu kita masukan dalam undang-undang ini, caranya menyusun Prolegnas dan sebagainya. Tetapi sesungguhnya dalam prakteknya Perpres itu juga bisa mengatur lembaga lain seperti kita DPR ini.

Itu, Pak Menteri.

KETUA RAPAT : Ya, ini putaran kedua ini sudah. Dr. H. DEDING ISHAK, S.H., M.H./F-PG : Jadi saya pikir argumen dari teman-teman juga mudah-mudahan bisa dipahami oleh Pak Menteri dalam konteks bahwa sebetulnya kita tidak menghilangkan eksistensi dari Perpres sendiri. Tetapi juga kita bisa memahami bahwa kebutuhan tentang Perpres masuk dalam hierarkis perundang-undangan ini juga

12

Page 14: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-095552-3100.p… · pembentukan peraturan perundang-undangan jenis rapat : raker

punya cantolan yang mendasar dalam kaitan pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 kan soal Pasal 4 ayat (1) ini menyangkut kekuasaan pemerintahan. Tetapi dalam konteks check and balances dalam sistem ketatanegaran kita juga pada prakteknya itu kan ada praktek, jadi ada alasan sosiologis juga yang memang harus dipahami oleh Pemerintah kenapa kita sangat memahai tetapi sekaligus juga hati-hati begitu, oke karena Presiden ini dipilih dalam konstruksi ke depan tentu sistem presidensil ini lebih kuat, tetapi tentu kita juga tidak ingin juga dengan otoritersme juga bisa menimbulkan masalah yang juga kita mempunyai pengalaman buruk seperti itu. Nah, oleh karenanya saya mengusulkan begitu karena prinsipnya ini sebetulnya teman-teman itu setuju dengan catatan barangkali bahwa soal Perpres ini harus diminta diperjelas, Pimpinan, sehingga dia tidak mengatur kewenangan lembaga lain. Bukan, kalaupun ini usul baru usul ini, silahkan kebetulan kalau Ibu ini dari Baleg ya, dari Baleg ini dengan Pak Mul juga. Kalau saya kalau nanti kalau ini disetujui, disepakati, tentu harus jelas tentang batasan Perpres yang juga mengatur begitu, yang mengatur tentang apa begitu. Bahkan kemarin saya juga sempat agak confuse kita ini karena Perpres juga bisa ke mana-mana begitu. Nah, kemana-mana ini sebatas implikasi misalkan begini Perpres tentang Jaminan Kesehatan ya itu kan kesehatan dari pejabat negara masuk juga ke wilayah ini tetapi kan itu tidak langsung mengatur internal ininya tetapi menyangkut misalkan jaminan kepada seluruh pejabat Negara, kan seperti itu. Nah, ini harus betul-betul clear begitu, Pak Menteri. Yang kedua, nampaknya dari koreksi Ibu Ida bahwa Perpres ini juga sudah memasuki wilayah kewenangan lembaga lain khususnya DPR dalam konteks penyusunan Prolegnas saya usulkan juga supaya nanti itu diatur oleh Perpres soal tata cara sebagai kelanjutan dari undang-undang yang kita buat ini harus PP maksudnya supaya lebih jelas begitu nanti ya. Saya rasa itu, saja. Silahkan, Pak. KETUA RAPAT : Cukup? F-PD (IGANTIUS MULYONO) : Menambah sedikit saja, Pak. KETUA RAPAT : Silahkan. F-PD (IGANTIUS MULYONO) : Kami kira tadi dari Ibu Ida pun sudah disampaikan juga bahwa sebetulnya koridor untuk itu juga sudah ada hanya masalahnya yang kita lebih fokuskan itu kan masalah karena Presiden ini sebagai pihak yang menerima tugas dan tanggung jawab, dan sering Pemerintah itu diwakili oleh kata Presiden saja, bahwa segala sesuatu persetujuan Presiden, menunjuk dari yang lain-lain tidak, jadi bahwa di situ itu ada sesuatu yang luar biasa menjadi beban tugas dan tanggung jawab Presiden itu selaku kepala pemerintahan itu betul-betul ya luar biasa betul untuk dibutuhkan ada perangkat untuk bisa mengatur, maka kami harapkan ya kita bisa memahamilah terhadap kebutuhan yang disampaikan Pak Menteri itu untuk Presiden itu bisa menjalankan fungsinya dengan seoptimal mungkin. Namun demikian kami sangat setuju bahwa harus ada batasannya mana-mana yang sebetulnya sudah bisa ter-cover dengan adanya peraturan pemerintah, mana-mana yang harus terpaksa Presiden itu mengeluarkan peraturan presiden, jadi wilayahnya itu harus betul-betul dibatasi, jadi kalau peraturan presiden kami kira tentunya tidak pas kalau di dalamnya mengandung aturan yang bisa mengatur lembaga legislatif tentunya begitu, ini tidak kena juga, tetapi dalam rangka untuk melaksanakan sesuatu yang harus

13

Page 15: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-095552-3100.p… · pembentukan peraturan perundang-undangan jenis rapat : raker

dikerjakan tetapi belum bisa ditangani melalui peraturan pemerintah ya barangkali itu bisa dikerjakan melalui peraturan presiden, karena itu dibutuhkan sebagai kepala pemerintahan itu. Jadi kami kira kita bisa menyetujui dengan catatan bahwa harus diatur batasan-batasan yang dimana peraturan presiden itu bisa digunakan. Terima kasih. F-PG (Drs. TAUFIQ HIDAYAT, M.Si) : Pak, dari Golkar. KETUA RAPAT : Ya. F-PG (Drs. TAUFIQ HIDAYAT, M.Si) : Terima kasih. Pemerintah, ini minta maaf, saya sama-sama kita ini dari Baleg, tetapi dalam rangka mencari rumusan yang lebih bisa diterima rasanya sedikit berbeda dari rumusan Baleg di awal. Mendengarkan penjelasan, Pak Menteri, dan melihat praktek ketatanegaraan yang ada saya kira posisi undang-undang ini menurut hemat saya adalah tetap perlu mempertahankan peraturan presiden. Dan dalam pandangan kami sebenarnya berkaitan dengan pendapat yang ingin membuat limitasi terhadap peraturan presiden ini, saya mengerti kenapa ada satu kekhawatiran bahwa Perpres ini perlu dibatasi sedemikian rupa sehingga ini tidak dijadikan sebagai satu alat, alat yang sebagai suatu cara yang bisa menjebak kepada otoritas organisme begitu. Pengalaman historis Indonesia saya kira cukup panjang mengalami hal yang demikian, tetapi sulit bagi saya untuk bisa menempatkan ini menjadi sesuatu yang sangat operasional, karena Perpres sendiri pada hakekatnya itu sudah dibatasi dengan undang-undang, dengan peraturan pemerintah dan lain sebagainya. Ketika Perpres itu bertentangan dengan hierarkis di atasnya maka Perpres ini juga batal demi hukum begitu. Jadi ini artinya argumen limitasi ini menurut saya sudah mengatur, mengatur lagi begitu, jadi ini sesuatu yang berlebihan, tetapi sebagai pengingatan di dalam praktek dan pembuatan sebuah peraturan presiden saya kira itu sesuatu yang penting untuk dijelaskan posisi Perpres ini. Jadi bukan membatasi Perpres tetapi dengan menempatkan Perpres pada hierarki tertentu itu sudah dengan sendirinya itu tunduk pada peraturan perundang-undangan yang ada di atasnya. Jadi untuk apa lagi itu dibatasi, tidak perlu lagi itu dibatasi, Pak Deding, ya boleh saja Perpres, masuk saja gitu, makanya ini agak berbeda dengan Ibu Ida saya katakan. Mohon maaf, Ibu Ida, akhir-akhir ini kita banyak perbedaan. Terima kasih. KETUA RAPAT : Ya terima kasih Pak Taufik yang terhormat. Jadi memang di dalam RDPU dengan para pakar atau universitas memang di Pasal 7 ayat (2) itu juga masih akan terjadi pembahasan karena kalau ada hierarki itu jelas mengenai bagaimana kita untuk melakukan uji materil tetapi kalau yang ayat (2)-nya itu kan persoalannya kalau tidak masuk hierarki, oleh karena itu sebagaimana tadi pendapat-pendapat dari fraksi-fraksi dan dari Pak Menteri juga tadi sepakat ada pembatasan koridornya apakah kita bisa menyepakati bahwa Perpres itu diterima tetapi akan ada rumusan bahwa untuk koridornya jadi tidak mengatur lembaga negara yang lain yang bersifat independen kan, jadi seperti kekuasaan yudikatif, legislatif termasuk yang BPK yang mereka audit eksternal itu. Bagaimana Ibu Ida?

14

Page 16: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-095552-3100.p… · pembentukan peraturan perundang-undangan jenis rapat : raker

F-PAN (Drs. H. RUSLI RIDWAN, M.Si) : Sedikit, Pimpinan. KETUA RAPAT : Silahkan. F-PAN (Drs. H. RUSLI RIDWAN, M.Si) : Saya mau menambah saja ini. Saya memahami barangkali yang berkaitan dengan betapa Perpres ini kok gampang amat begitu karena pasal itu juga memang berkembang yang namanya Perpres No. 68 Tahun 2005 dimasukan saja dalam pasal tetapi kemudian ini tidak terus berkembang karena persoalannya sangat sederhana, kalau peraturan presiden itu keluar atas perintah undang-undang itu tidak begitu masalah, justru sekarang itu adalah bagaimana Presiden dalam menyelenggarakan kekuasaan itu, itu kan mengatur, mengurus, mengendalikan. Dalam proses perjalannya itu diketemukan sesuatu, nah sesuatu ini perlu ada kebijakan. Nah, kebijakan inilah yang disebut dengan peraturan presiden. Nah, peraturan presiden inilah tidak bisa direncanakan, sehingga yang disebut dengan Peraturan Presiden No. 68 Tahun 2005 itu yang tadinya diperdebatkan untuk dimasukan di dalam pasal tidak jadi karena tidak bisa, kadang-kadang untuk melaksanakan saja Peraturan Presiden No. 68 Tahun 2005 itu tidak mudah, karena kadang-kadang kebijakan itu ya sekonyong-konyong datangnya tidak bisa direncanakan. Jadi saya memahami bahwa kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan ini perlu sekali peraturan presiden yang tidak bisa direncanakan seperti yang kebijakan tadi. Jadi barangkali saya memahami keinginan Ibu Ida kok yang namanya hierarki Perda saja barangkali harus ada proses yang panjang, kok ini cepat amat prosesnya gitu walaupun tadi sudah ada yaitu dengan peraturan presiden. Terima kasih. KETUA RAPAT : Para anggota Pansus yang terhormat dan juga Bapak Menteri, Apakah yang kami tawarkan tadi bahwa Perpres kita setujui tetapi ada limitasinya, jadi nanti kita tinggal mengatur teknisnya, apakah itu bisa disetujui? F-PG (Drs. TAUFIQ HIDAYAT, M.Si) : Maaf, Pak, soal limitasi itu bagi saya masih mengganjal itu, Pak, apa perlu kata limitasi? Melihat posisi Perpres sendiri kan masih di bawah dari beberapa tingkatan yang lebih tinggi. KETUA RAPAT : Ya, kalau di dalam pembahasan kita kan memang artinya begini memang apakah itu dimasukkan di dalam, teksnya di dalam undang-undang ini, tetapi bahwa prinsipnya itu tadi kan bahwa kita sebenarnya ada kesepakatan bahwa Perpres itu ada sudah ada limitasinya, apakah limitasinya dimasukan secara eksplisit di situ ataukah memang dari ini kan memori pantul leading kan jadi kalau nanti ada perdebatan kan tentu kita kembali kepada pembahasan-pembahasan kita. Jadi saya kira dari Demokrat sudah setuju Perpres. Ya, artinya ya setuju ada Perpres, bahwa tadi sebagai usulan dari Pak Taufiq jadi meskipun tidak secara eksplisit tetapi sudah ada limitasinya, karena bab Perpres itu juga dari hierarki itu kan sudah limitasinya di bawah PP, bisa juga diajukan uji materil kepada Mahkamah Agung di situ. Jadi itu salah satu limitasi gitu, meskipun tadi kita berkembang bahwa

15

Page 17: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-095552-3100.p… · pembentukan peraturan perundang-undangan jenis rapat : raker

batasannya itu antara lain tidak mengatur lembaga negara yang mandiri yang lain, jadi kan substansi tetapi hal tertentu kan kalau pelaksanaan dari APBN dari yang lain kan bisa saja karena ada PP, ada Perpres kan, karena ada pengaturan, kesehatan, segala macam tadi kan sebagai contoh kan itu kan mengatur semua lintas kan begitu tetapi kan tidak substansi daripada kinerja atau dari struktur kerja daripada lembaga-lembaga yang lain. Jadi apakah kita bisa terima ini. Kemarin kita sudah satu hari, ini baru satu DIM, memang DIM banyak begitu. Ibu Ida saya kira ya. Silahkan Ibu Ida. F-PKB (Dra. Hj. IDA FAUZIYAH) : Pak Ketua, saya menghargai keinginan Pak Menteri, bahwa untuk konteks ini tidak dimasukkan ke Panja, saya paham itu, tetapi maksud saya kehadiran fraksi-fraksi ini tidak cukup banyak, hanya ada satu, dua, tiga, empat, untuk konteks ini saja berikan catatan sesungguhnya sudah mengarah pada persetujuan tetapi berikan kesempatan fraksi-fraksi lain untuk memberikan pandangan. Jadi jangan khawatir pada saatnya kemudian akan semakin menyenangkan kalau kemudian, karena ini kan tidak dibawa di Panja, Pak. Pak Menteri menginginkan untuk dibahas di Pansus. Jadi untuk konteks ini dengan beberapa catatan yang masuk sudah sampai mengarah pada titik ini, nanti kita akan teruskan setelah pandangan-pandangan fraksi yang lain. Saya mengusulkan begitu, Pak. KETUA RAPAT : Kemarin kebetulan Ibu Ida tidak datang ya, kemarin kita lengkap, Bu. Jadi kemarin sebenarnya sudah lengkap semuanya dan setuju ada Perpres itu, cuma memang kita ingin pendalaman begitu, karena kemarin itu waktunya habis, jadi saya kira apakah masih perlu kita, karena rapat-rapat kita ini kan ini kan undang-undang yang kelihatannya anggota-anggota juga ada tugas lain ya jadi seperti kemarin pun, tetapi kemarin fraksi-fraksi sudah mayoritas lebih lah, jadi artinya sudah hampir seluruh fraksi kemarin sudah hadir dan juga memberikan pandangan-pandangannya. Oleh karena itu, kalau kita tunda lagi saya khawatir bahwa kita tidak maju-maju padahal kita raker dengan Pemerintah. Oleh karena itu, saya tawarkan jadi saya kira kalau Ibu Ida …(tidak jelas)… Ibu Ida sekarang sudah hari ini, tetapi fraksi yang lain kemarin sudah memberikan pandangan semuanya, Bu. F-PKB (Dra. Hj. IDA FAUZIYAH) : Tinggal saya maksudnya, Pak? Begini saja, Pak, kalau memang begitu pandangan dari mayoritas tetapi saya tidak tahu apakah limitasi atau penjelasan tentang peraturan presiden itu sendiri yang kita coba, kalau misalnya Pak Menteri memberikan persetujuan limitasi atau penjelasan lebih detail tentang peraturan presiden biarkan itu masuk di Panja, kalau memang itu, Pak. Dr. H. DEDING ISHAK, S.H., M.H./F-PG : Pimpinan, Saya hanya meneruskan saja meneruskan Pak Marzuki, jadi maksudnya karena kalau diatur soal limitasi dan sebagainya seolah-olah kesan ini kita tidak menganut asas atau prinsip hierarkis fungsional, karena otomatis undang-undang di bawah itu tidak boleh bertentangan, kedua juga kalau kita memang ada masalah itu bisa diujimaterikan kepada lembaga yang berwenang, kan begitu. Tetapi ada yang menarik sebetulnya kalau kita sepakat bahwa itu masuk dalam hierarki, Perpres, tentu ada pasal tentang kejelasan dan ketegasan materi muatannya, dan itu bisa dalam pasal sehingga tidak menimbulkan persoalan. Saya rasa begitu. Terima kasih.

16

Page 18: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-095552-3100.p… · pembentukan peraturan perundang-undangan jenis rapat : raker

KETUA RAPAT : Jadi saya kira dari penjelasan dari Fraksi Golkar mudah-mudahan ini sudah bisa mengakomodir apa yang menjadi pikiran Ibu Ida, iya kan? Jadi karena di Pasal 10A ini ya, ini materi muatan peraturan presiden berisi materi yang diperintahkan oleh undang-undang, materi untuk melaksanakan peraturan pemerintah atau materi untuk melaksanakan penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan. Jadi pemerintahan, ini pemerintahan. Jadi, saya kira kan sudah ada sebenarnya limitasinya di sini, tetapi sebagai catatan saya kira kalau memang Ibu Ida belum puas boleh. Jadi, prinsip kita terima tetapi ada catatan-catatan itu nanti kita mungkin bisa dipanjakan tetapi prinsip kita setuju. Bagaimana, Pak Menteri, masih ada tanggapan silahkan. MENTERI HUKUM DAN HAM : Terima kasih, Bapak/Ibu sekalian, Alhamdulillah kita semuanya memang memikirkan yang terbaik, dengan menghormati semua pikiran-pikiran yang muncul tadi kami melihat ada satu key works yang sudah jelas di dalam hierarkis ini dimana tadi sudah dinyatakan oleh sebagain besar kawan-kawan kita bahwa key works-nya itu adalah tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Saya kira itu asas dan prinsip yang memang merupakan melandasi sistem hierarki perundang-undangan kita. Jadi, ini mohon maaf ya, Ibu Ida, seperti misalnya tadi mengenai Prolegnas sebetulnya tidak, Pemerintah itu hanya mengatur supaya sistem Prolegnas yang berjalan DPR itu dikukuhkan, tetapi yang berkenaan dengan bagaimana DPR untuk membahas itu di Perpres ini dikeluarkan, nyata-nyata dikatakan sistem yang dianut oleh DPR itu adalah diatur oleh DPR sendiri. Jadi saya kira rambu-rambunya sudah dipahami dengan baik. Sebetulnya, ini salah satu lagi ini, Ibu Ida, ya kenapa ingin mengikat, kalau tidak nanti dari mana kita, anggota DPR, menteri, semua lembaga negara yang kita terima gaji ini dasarnya dari mana, nanti dikejar KPK kita, kan semua diatur oleh Perpres, artinya ada landasan dan itu tidak bisa digoyang oleh siapapun.

Nah, jadi Alhamdulillah kami terima kasih dan kami setuju bahwa rambu-rambunya adalah yang disampaikan oleh teman-teman, tadi Pak taufiq, Pak Deding, Pak Basuki, bahwa tidak boleh bertentangan dengan undang-undang yang lebih tinggi, begitu saja, dan tentu di dalamnya nanti di dalam muatannya tidak boleh memuat hukum pidana, aturan sanksi, itu kemarin sudah kita bicarakan juga. Jadi pada prinsipnya begitu, Pimpinan, kami mengucapkan terima kasih.

KETUA RAPAT : Menerima DIM No. 16 usulan Pemerintah ya. Terima kasih.

(RAPAT : SETUJU) Sebelum kami lanjutkan, karena kesepakatan awal tadi kita rapat sampai Pukul 16.00 WIB apakah boleh kami usulkan diperpanjang sampai pukul 16.30 WIB. MENTERI HUKUM DAN HAM : Kami tidak berani menolaknya, Ketua.

17

Page 19: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-095552-3100.p… · pembentukan peraturan perundang-undangan jenis rapat : raker

KETUA RAPAT : Baik, jadi kita perpanjang sampai Pukul 16.30 WIB.

(RAPAT : SETUJU) Ya selanjutnya kami persilahkan dari Pemerintah mengenai DIM No. 17. MENTERI HUKUM DAN HAM : Terima kasih, Pimpinan. Bapak/Ibu sekalian, DIM No. 17 di sini Pemerintah mengusulkan penambahan substansi, ada tambahan lagi ini, Bu, yiatu masuknya dalam hierarkis itu ada peraturan menteri. Nah, ini yang kemarin sudah di-warning saya ini, kemarin sudah dikasih tahu, Bu, mengenai peraturan menteri ini. Nah, Pemerintah berpendapat bahwa peraturan menteri perlu dicantumkan dalam jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan, dengan alasan antara lain :

1. Menteri adalah pembantu Presiden dalam urusan penyelenggaraan pemerintahan sebagaimana diatur dalam Pasal 17 Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

2. Sesuai dengan Undang-Undang No. 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara, menteri mempunyai tugas dan fungsi merumuskan dan menetapkan kebijakan penyelenggaraan pemerintahan yang dijalankan oleh Presiden. Jika DIM ini disetujui maka tentu pemerintah menteri masuk dalam hierarkis. Nah, usulannya

adalah peraturan menteri adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh menteri untuk menjalankan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan/atau menjalankan urusan tertentu dalam pemerintahan. Kalimat urusan tertentu ini memang kita kutip dari Undang-Undang No. 39 Tahun 2008 di situ tegas menyatakan menteri melaksanakan urusan-urusan tertentu.

Demikian, Pimpinan. Terima kasih. KETUA RAPAT : Terima kasih dari pihak Pemerintah. Dari Demokrat kami persilahkan. F-PD (IGANTIUS MULYONO) : jujur saja Demokrat ini posisinya selalu serba sulit apalagi kalau saya bisa saling pandang dengan Ibu Ida ini jadi saya ini jujur agak posisinya agak sulit sebetulnya antara hati kecil dengan hati besar ini. Sementara untuk masalah peraturan menteri kami menunggu giliran yang lain dulu, Pak. Terima kasih. KETUA RAPAT : Silahkan dari Fraksi Golkar. Ya, PAN dulu deh kalau begitu silahkan tidak usah malu-malu.

18

Page 20: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-095552-3100.p… · pembentukan peraturan perundang-undangan jenis rapat : raker

F-PAN (Drs. H. RUSLI RIDWAN, M.Si) : Terima kasih. Ini PAN ini juga sangat sulit ini karena berhadapan dengan Menteri saya sendiri ini. Cuman barangkali ini saya menyampaikan pandangan saja dulu, memang keputusan menteri ini keputusan yang banyak memunculkan persoalan, peraturan menteri ini, sering bertabrakan dengan peraturan-peraturan daerah. Ini jadi persoalan. Jadi penyelesaiannya bagaimana kalau sebuah hierarki, jadi ini pekuat-kuat ini antara peraturan daerah dengan peraturan menteri, sering tabrakan. Kemudian yang kedua, peraturan menteri ini, itu ada kala tiga bulan, empat bulan kok rubah lagi begitu, ini jadi persoalan baru. Nah, yang ketiganya ini persoalan-persoalan peraturan menteri ini, prosesnya itu berbeda dengan peraturan presiden, ada pijakan hukumnya itu PP No. 68 Tahun 2005 tadi, kalau peraturan menteri ini belum diketemukan pedomannnya apa ini. Sehingga saya belum memberikan keputusan, keluhan-keluhan dimana peraturan ini sering tabrakan dengan perda, tiga bulan ganti-ganti peraturan menteri itu, nah, kemudian tadi itu kok pedomannya ini tidak seperti bagaimana Perda membuat begitu panjang sekali Perda dibuat, ada RDPU, ada naskah akademik, wah macam-macam, panjang sekali, tetapi kalau peraturan menteri sekonyong-konyong ini bisa tiga hari keluar peraturan menteri itu. Nah, itu barangkali ada sebuah proses yang tidak adil kalau dimasukan ke dalam sebuah hierarki. Kira-kira begitu. KETUA RAPAT : Ya, Golkar sekarang, silahkan. F-PG (NURUL ARIFIN, S.Ip., M.Si) : Terima kasih, Ketua. Pak Menteri, kalau kemarin, Pak Menteri, sudah menerangkan bahwa kita berada dalam sistem presidensil sehingga Perpres itu harus masuk ke dalam hierarki, nah kalau dalam logika seperti itu menggunakan logika bahwa sistem presidensial dan kekuasaan ada pada Presiden, maka menteri itu adalah kan hanya pembantunya, begitu Pak. Jadi karena dia di bawah Presiden, jadi saya kira tidak perlu lagi masuk ke dalam hierarki, kecuali mungkin saya bisa memberikan kecuali kepada Menteri Kumham, gitu, Pak, karena temannya DPR. Becanda yang itu, Pak, bohong. KETUA RAPAT : Ya, silahkan Ibu Ida ini. Oh, Pak Mul sekarang. F-PD (IGANTIUS MULYONO) : Kami kira kita semua kalau boleh, boleh saya ambil kesimpulan sudah diwakili dari PAN ini tadi, apa yang disampaikan PAN tiga esensi tadi kami kira merupakan suatu pertimbangan yang harus kita gunakan. Kita memang dibutuhkan peraturan menteri itu, tetapi barangkali tidak harus pada posisi sebagai hierarki perundang-undangan. Karena kalau itu dimasukan dalam hierarki perundang-undangan memang konsekwensinya agak lebih sulit nanti untuk bagaimana pengaturan lebih lanjut. Kami kira itu tetap dibutuhkan tetapi tidak masuk di dalam hierarki perundang-undangan. Kami sangat mendukung apa yang disampaikan oleh PAN. Karena kalau mau Pak Menterinya tidak setuju kan PAN yang dipanggil dulu. Terima kasih ya.

19

Page 21: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-095552-3100.p… · pembentukan peraturan perundang-undangan jenis rapat : raker

KETUA RAPAT : Ya sekarang giliran Ibu Ida. F-PKB (Dra. Hj. IDA FAUZIYAH) : Terima kasih. Seolah-olah yang merumuskan ini saya doing, padahal kita semua ikut merumuskan ini. Ampun deh. Yang pertama, Pak Menteri, tadi menyebut sesuai dengan ketentuan Undang-undang No. 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara sebenarnya sudah sangat jelas, menteri mempunyai tugas dan fungsi merumuskan dan menetapkan kebijakan penyelenggaraan pemerintahan yang dijalankan oleh Presiden. Sesungguhnya dia menjalankan fungsi menyelenggarakan pemerintahan yang dijalankan oleh Presiden, artinya kenapa kemudian dia mempunyai kewenangan yang lebih sementara dia hanya menjalankan kewenangan yang dijalankan oleh Presiden. Dan tadi saya mendengar perencanaan perumusan peraturan presiden pelibatan menteri dalam penyusunan menteri yang menjadi pemrakarsa itu sudah cukup saya pikir, kalau memang menteri itu ingin mengeluarkan peraturan presiden di dalam menjalankan kewenangan Presiden maka ya melalui peraturan presiden itu. Itu yang pertama. Kemudian, saya minta dijelaskan, Pak, menjalankan urusan tertentu dalam pemerintahan, urusan apa ini, Pak? Apakah tidak dicukupkan dalam menjalankan urusan tertentu itu jika membutuhkan peraturan dicukupkan dengan peraturan presiden. Saya sudah sangat memahami bagaimana kebutuhan Presiden dalam mengeluarkan peraturan presiden meskipun sesungguhnya eksistensi itu tetap ada melalui ketentuan ayat (2) Pasal 7 itu, dan kalau memang menteri itu masih membutuhkan mengeluarkan peraturan pemerintah bisa melalui peraturan presiden atau masih bisa menggunakan ketentuan Pasal 7 ayat (2). Saya pikir itu, Pak Menteri. KETUA RAPAT : Baik, Ibu Ida. Yang saya hormati Pak Menteri, Jadi memang kalau peraturan menteri itu masuk hierarkis persoalan ini nanti kan berarti kalau ada Perda Gubernur, Perda Provinsi, Perda Kabupaten yang bertentangan berarti kan bisa diujikan dengan peraturan menteri sendiri, karena sudah hierarkinya kan lebih tinggi dari Perda, itu saya kira salah satu persoalan juga yang perlu kita pikirkan apakah peraturan menteri itu masuk hierarki, itu persoalannya, tetapi kalau di Pasal 7 ayat (2) kan tetap saja itu masih masuk itu artinya, tetapi tidak masuk dalam hierarki. MENTERI HUKUM DAN HAM : Terima kasih, Bapak/Ibu sekalian, Saya kira diskusi kita memang sehat ya bagus sekali, karena memang kita ingin pemerintahan ke depan berjalan lebih baik dan beberapa prinsip-prinsip disampaikan tadi bahwa ya menjadi pemerintahan yang otoriter segala macam itu, saya kira itu betul sekali. Sebetulnya di dalam mengenai nomenklatur tadi, Ibu Ida, sebetulnya kami tidak berani merumuskan kalimat itu kecuali sudah kami ambil dari dua sumber yaitu Pasal 17 Undang-Undang Dasar 1945, yang Ibu Ida ikut merumuskan tahun 1999 sampai dengan 2002, ada kalimat di situ menyatakan setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan. Nah, urusan-urusan tertentu ini kan juga sudah kita atur di dalam Undang-undang Kementerian Negara yang waktu itu Pak Agun Gunanjar sebagai Ketua Pansusnya, bahkan di dalam Undang-undang

20

Page 22: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-095552-3100.p… · pembentukan peraturan perundang-undangan jenis rapat : raker

Kementerian Negara itu memang memberikan suatu gambaran betapa sangat pentingnya posisi seorang menteri di dalam negara ini, bahkan sebagian dari mandat rakyat, jadi kan sebetulnya rakyat ini memberikan mandat kepada Presiden dalam pemilihan umum. Nah, Presiden sebagian dari mandatnya itu didistribusikan kepada menteri-menterinya untuk menyelenggarakan tugas-tugas pemerintahan negara itu. Nah, oleh karena itu, saya kira ini mungkin kita coba kita endapkan dulu ya, kita endapkan dulu, kalau kata Pak Taufiq itu sholat Ashar dulu katanya, sambil juga kami mendalami. F-PG (Drs. TAUFIQ HIDAYAT, M.Si) : Ini menyangkut teman-teman Pak Menteri soalnya. MENTERI HUKUM DAN HAM :

Ini bukan kebetulan saya jadi menteri, tidak begitu pada posisinya, apalagi di kementerian kami memang membutuhkan betul satu peraturan-peraturan menteri yang memang bersifat mengikat juga apalagi itu berkaitan dengan pelayanan-pelayanan publik. Kalau kita membaca Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 Pasal 4 kemudian dalam penjelasan Pasal 7A itu memang memuat di situ semua peraturan-peraturan termasuk juga peraturan-peraturan dari lembaga-lembaga lain, termasuk juga peraturan dari menteri tetapi memang itu tidak masuk dalam hierarkis perundang-undangan pada waktu itu. Tetapi kalau eksistensinya mesti harus kita akui, kalau tidak, nanti dia tidak bisa jalan bagaimana Menteri Keuangan, Menteri Kehutanan bagaimana memberikan pedoman-pedoman, makanya itu juga diundangkan di dalam Berita Negara Republik Indonesia yang kemarin sudah panjang kita bahas.

Jadi untuk ini kami mohon waktu, Pimpinan, untuk kita juga mengendapkan dulu karena memang Pemerintah pada rumusannya menghendaki seperti itu, tetapi kami kan juga tidak sendiri kami kan juga sudah mendengarkan pendapat fraksi-fraksi barangkali ini akan kami diskusikan. Jadi mohon waktu untuk ini, Pak Ketua.

Terima kasih.

KETUA RAPAT : Jadi untuk DIM No. 17 kita bawa ke Panja ya? Ya pending, jadi kalau tidak raker kan kita bawa ke Panja nanti. MENTERI HUKUM DAN HAM : Jadi kami mohon untuk dipending pada pertemuan berikutnya kita angkat sekali lagi, nanti baru kita putuskan. KETUA RAPAT : Jadi kita pending dulu ya. Terima kasih.

(RAPAT : SETUJU) Selanjutnya kami persilahkan Pemerintah untuk DIM No. 58. MENTERI HUKUM DAN HAM : Terima kasih, Bapak Ketua.

21

Page 23: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-095552-3100.p… · pembentukan peraturan perundang-undangan jenis rapat : raker

Jadi DIM No. 58 sebetulnya kita anggap sudah mutatis mutandis sudah merupakan bagian dari yang tidak terpisahkan dari DIM No. 16 yang kita katakan tadi mengenai peraturan presiden yang masuk dalam hierarkis perundang-undangan. Terima kasih. KETUA RAPAT : Dari fraksi-fraksi ada tanggapan? Ya, itu kan makanya jadi karena kita terima tadi DIM No. 16 berarti kan konsekwensinya itu juga terkait dengan itu. Jadi kita setujui ya? Terima kasih.

(RAPAT : SETUJU) Satu lagi mungkin DIM No. 59. MENTERI HUKUM DAN HAM : DIM No. 59 tadi kita konsekwensinya pending juga. KETUA RAPAT : Pending juga oke, jadi karena terkait. Baik, selanjutnya kami persilahkan dari Pemerintah DIM No. 60. MENTERI HUKUM DAN HAM : Terima kasih, Pimpinan. Bapak/Ibu sekalian, Ini DIM No. 60 ini mengenai peraturan daerah. Di dalam rancangan undang-undang yang diajukan oleh DPR bahwa peraturan daerah ini, ini mohon maaf mungkin sekaligus kaitannya dengan DIM No. 62 dan 63, satu kesatuan. Di situ DPR mencoba memisahkan ke depan peraturan daerah provinsi dengan peraturan daerah kabupaten/kota yang dipisah yang selama ini kita tetap menamakan itu hanya sebagai peraturan daerah. Nah, menurut hemat kami dari Pemerintah menghendaki tetap pada konsep lama yaitu peraturan daerah itu cukup yang namanya peraturan daerah, walaupun di dalamnya itu ada peraturan daerah provinsi, kabupaten/kota. Alasannya adalah karena ini tidaklah hierarkis, jadi antara provinsi dengan kabupaten/kota itu tidak hierarkis. Itu mereka berdiri sendiri. Dewan Perwakilan Rakyatnya berdiri sendiri, pemerintah daerah berdiri sendiri yang semuanya dipilih melalui demokrasi yang sekarang dipilih melalui pemilihan umum, pemilihan umum kepala daerah sekarang ini, jadi karena dia tidak hierarkis maka cukup kita menyebutkan peraturan daerah saja. Terima kasih. KETUA RAPAT : Kami persilahkan dari Demokrat dulu DIM No. 60.

22

Page 24: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-095552-3100.p… · pembentukan peraturan perundang-undangan jenis rapat : raker

F-PD (IGANTIUS MULYONO) : Memang antara Perda Provinsi dan Perda Kabupaten/kota itu memang sebetulnya tidak istilahnya juga tidak merupakan suatu hierarki tetapi juga tidak bisa terlepas juga, Pak, ini, Pak Menteri. Jadi kalau ada sudah ada peraturan provinsi tentunya kan berlaku di seluruh wilayah provinsi, dan kalau memang kabupaten/kota mau membikin Perda yang mungkin untuk memperkuat apa yang telah ditentukan di Perda Provinsi tadi kami kira itu tetap ada ikatan, Pak. Tetapi kalau umpamanya terhadap Perda-perda khusus yang dibikin oleh kabupaten untuk wilayahnya sendiri kami kira itu tidak ada ikatan hierarkinya. Jadi kami kira masalah ada ikatan hierarki dan tidak itu masih dua-duanya sebenarnya masih bisa digunakan, Pak. Jadi mohon jangan dikasih peristilahan tidak ada hubungan hierarkinya, itu nanti kalau tidak ada hubungan hierarkinya nanti seakan-akan apa yang ditentukan di peraturan provinsi di bawahnya itu tidak memberikan kepatuhan terhadap penyusunan yang berkati dengan apa yang telah diputuskan oleh provinsi. Kami kira kalau terus dibawahnya membikin aturan yang bertentangan dengan apa yang telah dikeluarkan provinsi itu juga mestinya sudah bermasalah sendiri juga , Pak, itu. Ini barangkali tanggapan dari kami itu saja, Pak. F-PD (Hj. HIMMATUL ALYAH SETIAWATY, S.H., M.H.) : Tambahan sedikit, Pak. Dari Demokrat boleh? Terima kasih, Pimpinan. Selamat sore, Pak Menteri. Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Berkaitan dengan peraturan daerah, mungkin kita harus mengingat kembali bahwa sistem kita sudah bukan sentralisasi tetapi desentralisasi sehingga tentunya kebutuhan untuk ada di dalam hierarki itu dibutuhkan yang untuk menunjang daripada sistem dari perubahan dari sentralisasi kepada desentralisasi. Mungkin itu saja. KETUA RAPAT : Dari Golkar kami persilahkan. F-PG (Drs. TAUFIQ HIDAYAT, M.Si) : Ya, saya kira perda tetap diperlukan dalam susunan hierarki peraturan perundang-undangan yang ada, karena perda adalah nilai strategisnya suatu perda dalam konteks hierarki ini adalah dia menjadi alat yang bisa menjalankan suatu peraturan itu lebih operasional di dalam masyarakat itu. Terkadang kita temui dalam suatu undang-undang konsep atau norma yang tertuang dalam undang-undang bisa dikatakan masih sangat abstrak mungkin juga terlalu makro sifatnya juga mungkin perlu ada suatu penjelasan yang lebih operasional. Nah, dalam konteks itu Perda adalah salah satu jalan keluar di dalam hierarki ini yang diperlukan untuk lebih mengoperasionalkan peraturan atau undang-undang yang ada di atasnya. Oleh karena itu, Perda perlu diposisikan dalam konteks hierarki perundang-undangan dengan segala konsekwensi untuk bisa memperbaiki kualitas proses legislasi peraturan daerah ini yang kita banyak saksikan institusi yang terlibat dalam proses pembuatan ini masih memiliki sejumlah kendala. Nah, itu ada aspek lain nanti untuk menjelaskan hal ini. Terima kasih.

23

Page 25: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-095552-3100.p… · pembentukan peraturan perundang-undangan jenis rapat : raker

F.PG (Ir. BASUKI TJAHAJA PURNAMA, M.M.) : Saya tambahan sedikit, Pak Menteri. Saya kira, Pak Menteri, itu waktu dulu kan Undang-undang No. 22 justru kan tidak ada hierarki antara kabupaten dan propvinsi, nah justru kita sudah perbaiki di Undang-undang No. 32, jadi justru di sini harus ada hierarki, tidak ada hierarki kita sudah ubah ubah undang-undang kan dengan pemda kan? Kalau dulu jelas, Pak, tidak ada hierarki, Pak. Makanya kita merasa kalau tidak ada hierarki kacau di bawah, lalu kita revisi dengan Undang-undang No. 32 kan, nah, makanya di sini harus ada hierarki, ada hubungannya. Itu, Pak. Masukkannya, Pak. Dr. H. DEDING ISHAK, S.H., M.H./F-PG :

Pak, jadi maksudnya barangkali jadi Golkar ini setuju dengan usulan dari draft, jadi masih peraturan daerah provinsi dan peraturan daerah kabupaten/kota dengan semangat tadi yang disampaikan oleh Pak Ketua Baleg, dan bahkan saya ini juga ini ada Bab VI Pemerintahan Daerah Pasal 18 ini ayat (1) menjelaskan Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, sehingga dengan semangat desentralisasi, dengan semangat justru peraturan di bawahnya tentu tidak boleh bertentangan tetapi juga eksitensi dari sebuah peraturan daerah itu memang punya dasar yang cukup kuat.

Terima kasih. KETUA RAPAT : Silahkan dari PAN. F-PAN (Drs. H. RUSLI RIDWAN, M.Si) : Terima kasih, Pimpinan. Ini agak tidak enak juga ini sebetulnya, jadi PAN ini punya pemikiran begini, Pak Menteri, ada satu kasus, contoh barangkali dimana Perda Provinsi dengan kabupaten/kota itu harus berhierarkis ini sangat sederhana, contohnya saja itu Perda tentang Tata Ruang, Perda Tata Ruang Provinsi itu memang harus dipedomani oleh Perda Tata Ruang kabupaten/kota, kalau tidak ini masalah tata ruang jadi masalah, jadi kalau tidak dipedomani tidak berhierarki ini Perda Tata Ruang yang sudah ditetapkan oleh provinsi itu bisa diacak-acak oleh kabupaten/kota, jadi saya berpikiran bahwa Perda ini harus berhierarkis, contohnya saja Perda tentang Tata Ruang. Terima kasih. KETUA RAPAT : Bu Ida, tinggal gongnya ini, Ibu Ida. F-PKB (Dra. Hj. IDA FAUZIYAH) : Tidak enaknya belakangan ini. Ya, Pak Menteri, saya bisa paham bagaimana kententuan Pasal 18 ayat (1), ayat (2) dimana ayat (1), ayat (2) itu menjelaskan bahwa provinsi, kabupaten/kota masing-masing mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, artinya memiliki peran mengelola secara otonom penyelenggaraan pemerintahan di provinsi maupun di kabupaten/kota. Saya paham betul. Tetapi di Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah di situ menjelaskan ada peran pemerintah provinsi sebagai wakil pemerintah pusat yang diantaranya juga peran provinsi adalah

24

Page 26: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-095552-3100.p… · pembentukan peraturan perundang-undangan jenis rapat : raker

mengkoordinasikan di wilayah tersebut, di wilayah pemerintahan provinsi tersebut, di wilayah provinsi tersebut. Oleh karena memiliki kewenangan koordinasi maka menjadi penting bagaimana ada hierarkis, satu contoh saja yang dicontohkan oleh Pak Rusli itu. Saya kira ini saya juga ketika diskusi di Aceh memang ada kebutuhan tetapi kemudian kita memahami bagaimana otonomi pemerintahan kabupaten/kota juga tidak terganggu dengan adanya perda provinsi itu sendiri, masing-masing bisa menjalankan otonomi daerah tetapi ingat bahwa ada juga peran koordinasi yang dimiliki oleh pemerintahan provinsi. Maka saya mengusulkan, Pak Menteri, di ketentuan mengenai perda muatan tentang Perda itu diantaranya adalah ada kebutuhan di daerah yang memungkinkan untuk diatur, artinya itu kita tidak menghilangkan otonomi daerah itu sendiri, ada muata itu. Sehingga menurut saya kalau kita sudah memberikan muatan itu menjadi tidak bertentangan dengan ketentuan Pasal 18 ayat (2) atau mungkin lebih pasnya kita siap mendiskusikan ada kebutuhan bahwa seperti contoh yang disampaikan oleh Pak Rusli tetapi ada kebutuhan juga menjawab ketentuan Undang-Undang Dasar kita Pasal 18 ayat (2) dan memadukan juga ketentuan Undang-undang No. 32 Tahun 2004 yang tentu saja masih kita akui meskipun ada rencana untuk dilakukan revisi. Saya kira itu, Pak Ketua. KETUA RAPAT : Terima kasih. Jadi demikian, Pak Menteri, di Baleg kita sudah diskusikan ini cukup panjang lebar dan hampir semua fraksi memang menginginkan bahwa tetap ada hierarkis tadi sebagaimana dijelaskan seluruh fraksi tadi, jadi kami persilahkan Pak Menteri. MENTERI HUKUM DAN HAM : Terima kasih, Bapak/Ibu sekalian. Sekaligus diskusi kita ini dijadikan sebagai satu rujukan ke depan agar ada satu perdebatan yang begitu mendasar terutama nanti juga ada kaitannya dengan perubahan Undang-Undang Pemerintahan Daerah. Saya kira ini sangat mendasar ya memahami apa yang disampaikan oleh Bapak/Ibu sekalian memang rambu-rambunya ini harus kita dudukan ke depan, rambu-rambu ini, memang kita kadangkala menjadi prihatin juga di dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia ini, fakta menunjukkan bahwa bupati, walikota kadang-kadang memang sudah tidak mau lagi koordinasi dengan gubernurnya gara-gara dia menganggap dirinya sudah dipilih oleh rakyat secara langsung sehingga harmonisasi penyelenggaraan pembangunan di satu kabupaten/kota itu memang ada masalah. Ya, pikiran kita hampir sama, tadi Pak Deding juga sudah mengingatkan Pasal 18 ayat (1) makanya di sini ada dua hal di satu sisi memang kita menginginkan kabupaten/kota dengan provinsi itu satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, utuh, tetapi di sisi lain Undang-Undang Dasar kita memberikan otonomi kepada masing-masing mereka. Di sini lain dalam rangka memperkuat Negara Kesatuan Republik Indonesia ini kita sepakat bahwa gubernur adalah sebagai perpanjangan tangan Pemerintah Pusat, mewakili Pemerintah Pusat sebagai aparatur Pemerintah Pusat yang ada di provinsi. Jadi kami menghormati semua pikiran-pikiran yang berkembang itu, namun saya kira harus kita dudukan betul konstruksinya ke depan ini apakah dia hierarkis, apakah dia otonomi atau memang di satu sisi dia harus hierarkis, di satu sisi mana yang bersifat otonomi, karena dua-duanya ini harus masuk, jadi dalam muatan Perda itu nanti harus kita perjelas, kita harus dudukan betul muatan-muatannya dan kami setujulah, artinya seperti yang disampaikan oleh Pak Mantan Walikota kita tadi, Pak Rusli yang sudah punya pengalaman memimpin satu kota daerah otonomi, saya kira tentu pengalaman beliau ini juga cukup bagus ya dan kita semua juga punya pengalaman lah. Jadi kami pada prinsipnya dapat menyetujui usulan rancangan undang-undang dari DPR kami bisa saja mencabut kembali usulan dari Pemerintah, kita tidak usah malu-malu karena memang ini kan untuk

25

Page 27: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-095552-3100.p… · pembentukan peraturan perundang-undangan jenis rapat : raker

kepentingan kita bersama. Cuma sekali lagi kami ingin diperdalam betul, Pak, nanti, Pak Mul, pokok-pokok pikiran Pak Mul tadi atau pokok-pokok pikiran semua lah, saya kira itu mesti harus kita perdalam betul, sehingga konstruksinya ini dijadikan landasan, Ibu Ida, untuk kita perubahan ke depan Undang-Undang Pemerintahan Daerah kita. Jadi demikian, prinsipnya kami setuju dengan catatan seperti yang dimaksud. F-PKB (Dra. Hj. IDA FAUZIYAH) : Sedikit, Pak Ketua. Pemerintah sudah setuju menurut saya ada yang juga kita atur di sini, Pak, mengenai materi muatan Perdanya. Di materi muatan perdanya, tidak tahu sekarang atau nanti kita akan memformulasikan yang bisa menjawab ketentuan Undang-Undang Dasar maupun ketentuan Undang-Undang No. 32 tahun 2004. MENTERI HUKUM DAN HAM : Mengusulkan, Pak, ada beberapa muatan itu yang sebagai catatan saja nanti ke depan, jadi Perda itu memuat persoalan otonomi daerah sendiri sesuai dengan konstitusi kita, tugas-tugas pembantuan, kondisi-kondisi khusus daerah yang memang ada daerah khususnya, kemudian penjabaran peraturan-peraturan yang lebih tinggi. Jadi itu antara lain, tetapi nanti bisa kita perkaya. KETUA RAPAT : Baik, jadi untuk DIM selanjutnya saya kira kita akan perdalam juga dan sebagai tambahan informasi bahwa dari Pansus juga akan konsultasi dengan Mahkamah Agung dan secara informal saya pernah bicara dengan Profesor Lotulung bahwa MA bisa mendeleger, artinya kalau ada yudisial review mengenai Perda Kabupaten/Kota itu bisa dideleger ke pengadilan tinggi sedangkan Perda Provinsi tetap yudicial review-nya ke Mahkamah Agung. Itu sebagai tambahan informasi. Oleh karena itu, untuk DIM No. 60 Pemerintah bersedia ya untuk mencabut usulannya. Terima kasih.

(RAPAT : SETUJU) Demikian acara rapat hari ini dan untuk pembahasan DIM selanjutnya diteruskan pada Rapat Kerja tanggal 2 Maret 2011 pada pukul 14.00 WIB bertempat di Ruang Rapat Pansus, Gedung Nusantara II. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan kekuatan lahir dan batin kepada kita semuanya sehingga kita dapat menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya. Demikian. Masih ada? Pak Menteri, silahkan. MENTERI HUKUM DAN HAM : Bapak Pimpinan, Kemarin kita sudah mengesahkan jadwal kita, kami ini kan banyak mewakili kepentingan-kepentingan Negara, jadi salah satu kami ingin mendiskusikan dulu salah satu ada rencana kemarin diputuskan juga tetapi ini belum mutlak mengenai adanya 12 orang Warga Negara Indonesia yang akan dihukum mati, yang akan dieksekusi di Arab Saudi. Nah, tentu sebagai bagian dari kewajiban kita tentu juga kewajiban Pemerintah, kewajiban DPR bersama kita membela warga negara kita yang ada di negara

26

Page 28: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-095552-3100.p… · pembentukan peraturan perundang-undangan jenis rapat : raker

27

lain yang akan dihukum mati itu. Ini masih dalam pembicaraan, Pimpinan, ada rencana, rencananya kami akan diutus untuk mendatangi Pemerintah Arab Saudi yaitu pada tanggal 2 dan 3 itu masih di sana, tetapi itu kalau jadi, tetapi kalau memang misalnya tertunda tentu kita tetap laksanakan ini, tetapi kalau memang ini jadi kami dengan segala hormat kami mohon maaf mungkin kita geser pada minggu selanjutnya, tetapi tetap saja dulu, Bapak Pimpinan, nanti akan kami beritahukan. Ini untuk kepentingan bangsa kita juga. Terima kasih. KETUA RAPAT : Terima kasih. Jadi prinsipnya bahwa kalau nanti Bapak Menteri memang jadi untuk ke Arab Saudi bahwa Rakernya kita tunda disesuaikan dengan kepulangan dari Bapak Menteri, bisa kita setujui ya? Oke, terima kasih.

(RAPAT : SETUJU) Baik, kalau begitu perkenankan kami untuk menutup rapat ini, Pak Menteri, demikian. Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

(RAPAT DITUTUP PUKUL : 16.40 WIB).

Jakarta, 24 Februari 2011 a.n. KETUA PANSUS RUU

TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

SEKRETARIS RAPAT,

ENDANG SURYASTUTI, S.H., M.Si. NIP. 19690801 199403 2 001