eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/7054/1/artikel rini putri.docx · web viewpotensi deposit bahan...

28
1 ANALISIS PERBANDINGAN SEKTOR EKONOMI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN RINI PUTRI Pendidikan IPS Kekhususan Pendidikan Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar e-mail: [email protected] ABSTRAK Pertumbuhan ekkonomi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungaan pembangunan ekonomi daerah. Karena jumlah penduduk terus bertambhan dan berarti kebutuhan ekonomi juga bertambah, sehingga dibutuhkan penambahan pendapatan setiap tahun. Hal ini dapat diperoleh dengan peningkatan Output agregat (barang dan jasa) atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) setiap tahun. Hasil Penelitian Location Quotient (LQ) menunjukkan sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa-jasa merupakan sektor basis di Provinsi Sulawesi Selatan. Hasil analisis Shift Share (SS) menunjukkan sektor yang merupakan sektor kompetitif, yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri, sektor listrik,gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Hasil analisis Tipology Klassen menunjukkan sektor yang maju dan tumbuh pesat yaitu, sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas dan air bersih. Hasil analisis per sektor berdasarkan ketiga alat analisis menunjukkan bahwa sektor yang merupakan sektor unggulan di Provinsi Sulawesi Selatan dengan kriteria sektor maju dan tumbuh pesat, sektor basis dan kompetitif adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas dan air bersih. Kata Kunci: Location Quotient, Shift Share dan Tipology Klassen

Upload: others

Post on 30-Dec-2019

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/7054/1/ARTIKEL RINI PUTRI.docx · Web viewPotensi deposit bahan galian yang tersedia dalam jumlah besar antara lain gas alam, batubara, nikel, pasir

1

ANALISIS PERBANDINGAN SEKTOR EKONOMIDI PROVINSI SULAWESI SELATAN

RINI PUTRI

Pendidikan IPS Kekhususan Pendidikan EkonomiProgram Pascasarjana

Universitas Negeri Makassare-mail: [email protected]

ABSTRAK

Pertumbuhan ekkonomi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungaan pembangunan ekonomi daerah. Karena jumlah penduduk terus bertambhan dan berarti kebutuhan ekonomi juga bertambah, sehingga dibutuhkan penambahan pendapatan setiap tahun. Hal ini dapat diperoleh dengan peningkatan Output agregat (barang dan jasa) atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) setiap tahun.

Hasil Penelitian Location Quotient (LQ) menunjukkan sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa-jasa merupakan sektor basis di Provinsi Sulawesi Selatan. Hasil analisis Shift Share (SS) menunjukkan sektor yang merupakan sektor kompetitif, yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri, sektor listrik,gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Hasil analisis Tipology Klassen menunjukkan sektor yang maju dan tumbuh pesat yaitu, sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas dan air bersih.

Hasil analisis per sektor berdasarkan ketiga alat analisis menunjukkan bahwa sektor yang merupakan sektor unggulan di Provinsi Sulawesi Selatan dengan kriteria sektor maju dan tumbuh pesat, sektor basis dan kompetitif adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas dan air bersih.

Kata Kunci: Location Quotient, Shift Share dan Tipology Klassen

Page 2: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/7054/1/ARTIKEL RINI PUTRI.docx · Web viewPotensi deposit bahan galian yang tersedia dalam jumlah besar antara lain gas alam, batubara, nikel, pasir

2

ABSTRACT

The economy growth and its sustainable process is the main condition for sustainable region economy development. As the population continues to growth which means the economy needs is also growth, the additional income annually is needed as well. It can be obtained by improving aggregate output or Gross Regional Domestic Product annually.

The result of research of Location Quotient (LQ) shows that the agriculture sector, mining and excavation sector, electricity, gas, and clean water sector, transport and communication sector, and services are a base sector in South Sulawesi province. The analysis results of Shift Share (SS) analysis indicate the sectors that are the competitive sectors, namely the agricultural sector, mining and quarrying sectors, industrial sectors, electricity, gas and water sector, building sector, trade, hotel and restaurant sector, financial sector, company. The results of the analysis of Tipology Klassen show the advanced and rapidly growing sectors, the agricultural sector, the mining and quarrying sectors, the electricity, gas and water sector.

The results of the analysis by sector based on the three analytical tools show that the sector which is the leading sector in South Sulawesi Province with criteria of advanced and fast growing sector, the basic and competitive sectors are agriculture sector, mining and quarrying sector, electricity, gas and water sector.

Keyword: Location Quotient, Shift Share dan Tipology Klassen

Page 3: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/7054/1/ARTIKEL RINI PUTRI.docx · Web viewPotensi deposit bahan galian yang tersedia dalam jumlah besar antara lain gas alam, batubara, nikel, pasir

3

PENDAHULUAN

Pembangunan merupakan suatu proses yang dilaksanakan secara berkesinambungan dan berencana untuk mendapatkan kondisi masyarakat yang lebih baik dari sebelumnya. Semua negara menginginkan adanya peningkatan standar hidup bagi rakyatnya, dengan cara mengindentifikasi potensi-potensi sumberdaya ekonomi yang dimiliki, kemudian menyusun rencana-rencana pembangunan dan melaksanakannya melalui partisipasi masyarakat untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.

Pembangunan bertujuan untuk mensejahtrakan masyarakat artinya hasil pembangunan harus dapat di nikmati oleh seluruh rakyat secara adil dan merata. Terjadinya keterbelakangan ekonomi menjadi alasan bagi negara-negera berkembang lebih menekankan pembangunanya di bidang ekonomi. Pembangunan di bidang ekonomi dapat mendorong perubahan-perubahan bidang lainnya dalam usaha pencapain tujuan pembangunan.

Bahwa keterbelakangan yang di hadapi oleh negara-negara sedang berkembang terutama pada bidang ekonomi. Oleh karena itu pembangunan ekonomi mendapat perhatian utama menopang bidang-bidang lainya. Pembangunan ekonomi memerlukan berbagai usaha yang konsisten dari berbagai pihak untuk memberi kemakmuran bersama. Karena proses pembangunan ekonomi tidak terjadi dengan sendirinya Siagian (1984:128).

Permasalahan yang disebabkan perencanaan pembangunan di masing-masing daerah yang berjalan sendiri-sendiri tanpa adanya koordinasi. Sehingga dibutuhkan suatu kerangka keterpaduan pembangunan dengan penekanan muatan yang berorientasi pada wilayah yang lebih luas, keterpaduan antar sektor, antar wilayah dan antar pelaku pembangunan, keterpaduan antara kepentingan ekonomi dan keberlanjutan, menggunakan prinsip sinergi pembangunan dan kemanfaatan bersama.

Dalam rangka membangunan daerah, pemerintah daerah perlu membuat prioritas kebijakan. Pentuan prioritas kebijakan diperlukan agar membangun daerah dapat lebih terarah serta berjalan secara efektif dan efisien,

di bawah kendala keterbatasan anggaran dan sumberdaya yang dapat digunakan untuk menentukan prioritas kebijakan ini, khususnya kebijakan pembangunan ekonomi, diperlukan analisis ekonomi (struktur ekonomi) daerah secara menyeluruh.

Dengan demikian pembangunan daerah harus disesuaikan dengan prioritas dan potensi masing-masing daerah, selain itu juga harus diperhatikan ada keseimbangan pembangunan antar daerah. Adanya kenyataan bahwa masing-masing daerah memiliki potensi baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia maupun kondisi geografis yang berbeda-beda menyebabkan daerah memiliki potensi untuk berkembang. Adanya perbedaan potensi daerah tersebut menyebabkan adanya daerah berkembang secara cepat, begitu pula sebaiknya ada daerah yang kurang dapat berkembang karena berbagai keterbatasan yang dimilikinya. Adanya perbedaan potensi antar derah ini menyebabkan peran pemerintah pusat sebagai pengatur kebijaksanaan pembangunan nasional tetapi diperlukan agar timbul keselarasan, keseimbangan dan keserasian perkembangan suatu daerah, baik yang memiliki potensi yang berlebihan mapupun yang kurang memiliki potensi Kemampuan pemerintah daerah untuk melihat keunggulan atau kelemahan di wilayah menjadi semakin penting. Pengembangan sektor basis merupakan kebijakan yang strategis dalam pelaksanaan pembangunan daerah, karena sektor basis merupakan sektor yang dapat dipasarkan keluar batas perekonomian wilayah produksi setelah sektor tersebut memenuhi kebutuhan dalam wilayah sendiri. Sektor basis dapat dijadikan prioritas utama pembangunan terutama dalam mengurangi masalah ketimpangan pembangunan. Menurut Kuncoro (2004) penentuan basis ekonomi merupakan salah satu tugas yang perlu dilakukan pada tahap pertama dalam proses perencanaan pembangunan ekonomi daerah. Bahwa peningkatan terhadap sektor basis akan mendorong pengembangan sektor-sektor lainnya sehingga pada akhirnya terjadi peningkatan perekonomian suatu wilayah.

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan ekonomi disuatu daerah dapat di lihat pada pertumbuhan ekonomi daerah dan semakin kecilnya ketimpangan distribusi pendapatan masyaratakat. Arsyad (1999),

Page 4: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/7054/1/ARTIKEL RINI PUTRI.docx · Web viewPotensi deposit bahan galian yang tersedia dalam jumlah besar antara lain gas alam, batubara, nikel, pasir

4

mendefinisikan bahwa pembangunan ekonomi adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengolah sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah dan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dan wilayah tersebut. Suatu perekonomian daerah dikatakan mengalami pertumbuhan atau perkembangan apabila, tingkat kegiatan ekonomi suatu masyarakat tersebut lebih tinggi dari kegiatan ekonomi yang dicapainya pada masa sebelumnya.

Pertumbuhan ekonomi daerah pada dasarnya dipengaruhi oleh keunggulan komperatif suatu daerah, spesialisasi wilayah serta potensi ekonomi yang dimiliki daerah tersebut. Potensi ekonomi di suatu daerah tidaklah berarti jika tidak ada upaya memanfaatkan dan mengembangkan seluruh potensi ekonomiyang potensial harus menjadi prioritas utama untuk digali dan dikembangkan dala rangka pelaksanaan pembangunan ekonomi daerah secarah utuh.

Untuk mengolah dan memanfaatkan kekayaan alam dan potensi yang dimiliki tersebut, maka perhatian utama di tujukan untuk melihat komposisi ekonomi dengan mengetahui sumbangan atau peranan masing-masing kegiatan ekonomi atau sektor dalam perekonomiannya. Di samping itu, proses perubahan komposisi ekonomi tersebut tidak terpisahkan dengan pertumbuhan ekonomi yakni dengan penekanan pada output perkapita dalam jangka panjang melalui peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang terus berlangsung secara dinamis.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) memiliki peranan yang berarti dalam mengukur tingkat pertumbuhan dan perkembangan ekonomi, struktur ekonomi, dan berbagai indikator tingkat kemakmuran masyarakat pada suatu daerah. Besar kecilnya PDRB sangat bergantung pada potensi sumberdaya manusia, sumberdaya alam, sumberdaya buatan dan kelembagaan yang dimiliki oleh suatu daerah. Menyadari akan hal tersebut, maka pemerintah daerah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan PDRB daerahnya, termasuk Sulawesi Selatan

merupakan salah satu provinsi yang terdapat di pulau Sulawesi yang memiliki 45.764,53 km², terbagi menjadi 24 kabupaten/kota yang mempunyai beragam potensi baik bersifat alami ataupun buatan yang berpeluang menjadi sektor basis daerah. Sedangkan struktur ekonomi dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua hal yang banyak dikaji jika ingin melihat perkembangan perekonomian disuatu darah atau suatu wilayah.

Tabel 1.1 Distribusi Persentase PDRB Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009-2013 (dalam persen)

Sektor Ekonomi

Tahun

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Pertanian 32.81

31.30

30.37

26.47

29.01

28.59

27.04

26.75

26.01

25.12

Pertambangan dan Penggalian

9.32

10.02

10.01

10.06

9.06

8.14

8.71

7.46

7.18

7.29

Industri Pengolahan

13.27

14.04

14.10

13.89

14.01

13.67

13.42

13.42

13.48

13.54

Listrik, Gas, dan Air Bersih

1.09

0.94

0.95

0.97

1.01

1.03

1.03

1.04

1.08

1.09

Konstruksi 4.49

4.70

4.60

4.70

5.23

5.61

5.66

5.90

5.97

6.16

Perdagangan, Hotel, dan Restoran

14.44

14.79

14.85

15.30

15.79

16.46

`16.99

17.51

17.85

18.14

Pengangkutan dan Komunikasi

7.54

7.47

7.58

7.85

8.20

8.50

9.02

9.40

9.96

10.08

Keuangan, Persewaan, dan Jasa

5.86

5.91

6.02

6.32

6.47

6.77

7.31

7.80

8.34

8.84

Jasa-jasa 11.18

10.90

11.52

11.45

11.23

11.22

10.81

10.72

10.12

9.74

PDRB 100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

Sumber : Badan Pusat Statistik, Diolah 2017

Bila cermati lebih dalam, maka selama kurung waktu tahun 2009-2013, tampak bahwa kontribusi sektor pertanian sejak tahun 2009 mengalami pergeseran menurun dari 28,59% menjadi 25,12% pada tahun 2013. Hal ini disebabkan setiap tahunnya ada pergeseran lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian. Walaupun sektor ini tumbuh, tetapi pertumbuhan lebih lambat dari sektor lainnya, terutama sektor keuangan, persewaan dan jasa lambat dari sektor lainnya, terutama sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor transportasi dan komunikasi. Pada tahun 2013 sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan sektor lainnya yaitu sebesar 8.84%.

Berdasarkan data-data tersebut diatas, dapat diketahui bahwa Provinsi Sulawesi Selatan masih mengandalkan sektor pertanian sebagai sektor dominan (Leading Sector) dalam menopang perkembangan ekonominya. Oleh karena itu, dibutuhkan identifikasi sektor potensial lain yang diharapkan mampu menjadi sektor unggulan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan

Page 5: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/7054/1/ARTIKEL RINI PUTRI.docx · Web viewPotensi deposit bahan galian yang tersedia dalam jumlah besar antara lain gas alam, batubara, nikel, pasir

5

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik mengadakan penelitian tesis dengan judul analisis perbandingan sektor ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan adapun tujuan penelitian ini adalah:1. Untuk mengetahui Sektor-sektor apa saja

yang menjadi sektor basis dan non basis dalam perekonomian di Provinsi Sulawesi Selatan.

2. Untuk mengetahui perubahan dan pergeseran struktur perekonomian di Provinsi Sulawesi Selatan.

3. Untuk mengetahui posisi klasifikasi pertumbuhan sektor perekonomian di Provinsi Sulawesi Selatan.

METODE PENELITIAN

Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kuantitatif. Data kuantitatif adalah jenis data yang dapat diukur atau dihitung secara langsung, yang berupa informasi atau penjelasan yang dinyatakan dengan bilangan atau bentuk angka. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data PDRB sektor-sektor ekonomi menurut lapangan usaha di Provinsi Sulawesi Selatan dari tahun 2004 sampai tahun 2013.

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder (Secondary Data). Data sekunder ini merupakan data time series (data berkala) dengan jangka waktu Sepuluh Tahun (2004-2013) menggunakan harga konstan 2000 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan.1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini variabel yang menjadi subjek penelitian meliputi: Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sulawesi Selatan.2. Defenisi Operasional

Untuk menyamakan presepsi tentang variabel-variabel yang digunakan dan menghindari terjadinya perbedaan penafsiran, maka penulis memberikan batasan defenisi operasional sebagai berikut :1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB),

yakni nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan atau diproduksi dalam suatu daerah. Data PDRB yang digunakan adalah

data berdasarkan harga konstan (2000) di Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2004 s/d 2013 yang dinyatakan dalam rupiah.

2. Produk Domestik Bruto (PDB), yakni nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan atau diproduksi dalam suatu Negara . Data PDRB yang digunakan adalah data berdasarkan harga konstan (2000) di Indonesia tahun 2004 s/d 2013 yang dinyatakan dalam rupiah.

3. Potensi sektor perekonomian adalah keadaan wilayah yang menunjukkan sektor-sektor yang memiliki keunggulan komperatif Location Quotient (LQ), lalu pertumbuhan di daerah lebih cepat dari Nasional Shift Share (SS) serta klasifikasi pertumbuhan sektor yang maju di Provinsi Sulawesi Selatan diukur dengan satuan rupiah Tipology Klassen (TK).

4. Sektor ekonomi adalah lapangan usaha yang ada dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dikelompokkan menjadi Sembilan sektor atau lapangan usaha yaitu: (1) sektor pertanian (2) sektor pertambangan dan penggalian (3) sektor industri pengelolaan (4) sektor pengadaan listrik, gas dan air bersih (5) sektor konstrusi (6) sektor perdagangan, hotel dan restoran (7) sektor pengangkutan dan komunikasi (8) sektor keuangan, persewaan dan jasa (9) jasa-jasa.

Desain penelitian adalah suatu rancangan percobaan yan dibuat sedemikian rupa sehingga informasi yang berhubungan dengan atau diperlukan untuk persoalan yang sedang diteliti dapat dikumpulkan.

Di dalam desain penelitian dapat memberikan gambaran tentang prosedur untuk mendapatkan informasi atau data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Penelitian ini menggunakan desain penelitian konklusif yang merupakan penilitian deskriptif yaitu penyusunan tabel-tabel dalam bentuk pemaparan kontekstual terhadap masalah yang dianalisis yaitu bagaimana analisis perbandingan sektor ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan

Untuk lebih memudahkan dalam memahami penelitian ini, maka penulis memberikan gambaran skema/desain penelitian berikut ini:

Page 6: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/7054/1/ARTIKEL RINI PUTRI.docx · Web viewPotensi deposit bahan galian yang tersedia dalam jumlah besar antara lain gas alam, batubara, nikel, pasir

6

Gambar 3.1 Skema Desain Penelitian

Penelitian

Pengumpulan Data

Hasil Penelitian

Kesimpulan Dan Saran

Analisis Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitan pustaka. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data dari dokumen atau laporan tertulis lainnya yang berhubungan dengan obyek penelitian yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan.

Untuk menjawab permasalahan yang telah ditetapkan, maka digunakan beberapa metode analisis data, yaitu :1. Analisis Location Quotient (LQ)

V1G VG

LQ = : V1 V

Dimana :

LQ : Index Location Quotient

V1G : Jumlah PDRB suatu sektor i di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun

tertentu

VG : Jumlah PDRB seluruh sektor di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun

tertentu

V1 : Jumlah PDRB suatu sektori di Indonesia pada tahun tertentu

V : Jumlah PDRB seluruh total sektor Indonesia pada tahun tertentu

Berdasarkan formulasi yang di tunjukkan dalam persamaan di atas, maka ada tiga kemungkinan nilai LQ yang diperoleh yaitu: a. Nilai LQ = 1. ini berarti bahwa tingkat

spesialisasi sektor i di Provinsi Sulawesi Selatan adalah sama dengan sektor yang sama dalam perekonomian Indonesia.

b. Nilai LQ > 1. ini berarti bahwa tingkat spesialisasi sektor i di Provinsi Sulawesi Selatan lebih besar dibandingkan dengan sektor yang sama dalam perekonomian Indonesia.

c. Nilai LQ < 1. Ini berarti bahwa tingkat spesialisasi sektor i di Provinsi Sulawesi Selatan lebih kecil dibandingkan sektor yang sama dalam perekonomian Indonesia.

2. Analisis Shift Share (S-S)Melalui analisis shift share, maka

pertumbuhan ekonomi dan pergeseran struktur perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan ditentukan oleh tiga komponen, yaitu:a. Provincial Share (PS), digunakan untuk

mengetahui pertumbuhan atau pergeseran struktur perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan dengan melihat nilai PDRB Provinsi Sulawesi Selatan sebagai daerah pengamatan pada periode awal yang dipengaruhi oleh pergeseran pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan. Hasil perhitungan Provincial Share akan menggambarkan peranan wilayah Indonesia yang mempengaruhi pertumbuhan perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan. Jika pertumbuhan Provinsi Sulawesi Selatan sama dengan pertumbuhan Indonesia maka peranannya terhadap Indonesia tetap.

b. Proporsional Shift (P), digunakan untuk mengetahui pertumbuhan nilai tambah bruto sektor tertentu pada Provinsi Sulawesi Selatan dibandingkan total sektor di tingkat Indonesia.

c. Differential Shift (D), digunakan untuk mengetahui perbedaan antara pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan dan nilai tambah bruto sektor yang sama di tingkat Indonesia. Secara matematis, Provincial Share (PS), Proportional Shift (P), dan Differential Shift (D) dapat diformulasikan sebagai berikut :1. Provincial Share (PS)

2. Proportional Shift (P)

3. Differential Shift (D)

Dimana :

Y = Total output

t = Tahun 2013

t-1 = Tahun 2004

i = Sektor dalam PDRB

r = Provinsi Sulawesi Selatan

n = Indonesia

)2.(.............................1. 11 III

YYYPS t

N

tNt

intin

3............................. 111 III

YY

YYYP t

N

tN

tiN

tiNt

int

in

)4.(.....................................)(. 111 III

YY

YYYD t

N

tN

tin

tint

intin

Page 7: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/7054/1/ARTIKEL RINI PUTRI.docx · Web viewPotensi deposit bahan galian yang tersedia dalam jumlah besar antara lain gas alam, batubara, nikel, pasir

7

3. Analisis Tipologi Klassen

Tabel 3.1 Klasifikasi Tipologi Klassen pendekatan sektoral Kuadran I

Sektor, subsektor maju dan tumbuh

dengan pesat

(gi> g) dan (si> s)

Kuadran II

Sektor, subsektor, maju tapi tertekan.

(gi < g) dan (si > s)

Kuadran III

Sektor, subsektor masih dapat

berkembang dengan pesat.

(gi > g) dan (si < s)

Kuadran IV

Sektor, subsektor yang relatif

tertinggal

(gi < g) dan (si < s)

Keterangan :

gi = Rata-rata laju pertumbuhan Sulawesi Selatan g= Rata-rata laju pertumbuhan Indonesia si = Rata-rata kontribusi Sulawesi Selatan s = Rata-rata kontribusi Indonesia

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Geografis Provinsi Sulawesi Selatan terletak antara 0°12' - 8° Lintang Selatan dan 116°48' - 122°36' Bujur Timur, dengan batas-batas Wilayah sebagai berikut:Sebelah Utara: Provinsi Sulawesi Tengah, Sebelah Timur: Teluk Bone dan Provinsi Sulawesi Tenggara, Sebelah Selatan: Laut Flores, Sebelah Barat: Selat Makassar dan Propinsi Sulawesi Barat

Luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan tercatat 46.083,94 km persegi yang meliputi 21 kabupaten dan 3 kota. Secara geografis Sulawesi Selatan membujur dari Selatan terdapat ke Utara dengan panjang garis pantai mencapai 2.500 km. Di Propinsi Sulawesi Selatan terdapat 4 danau yaitu danau Tempe dan Sidenreng di Kabupaten Wajo serta danau Matano dan Tawuti di Kabupaten Luwu Timur. Adapun jumlah gunung Rantemario dengan ketinggian 3.440 m diatas permukaan laut yang terdiri tegak di perbatasan Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Luwu. Berdasarkan peta Provinsi Sulawesi Selatan.

Penduduk Propinsi Sulawesi Selatan berdasarkan hasil survey sosial ekonomi tahun Nasional (susenas) tahun 2007 yang di tuangkan dalam Sulawesi Selatan berjumlah 7.675.893 Jiwa yang terbesar di 23 kabupaten dan kota dimana kota Makassar adalah merupakan yang terbanyak jumlah penduduknya yakni 1.235.118 jiwa. Secara garis besar jumlah penduduk Propinsi Sulawesi Selatan yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak disbanding penduduk yang berjenis kelamin laki-laki. Hal ini

tercermin dari angka rasio jenis kelamin yang lebih kecil dari seratus. Sampai tahun 2007 jumlah penduduk laki-laki berjumlah 3.717.194 jiwa dan perempuan 3.958.699 jiwa.1. Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan

Pada 2013, Sulawesi Selatan mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi yaitu 7,65 persen. Pertumbuhan tersebut hampir menyamai pertumbuhan pada tahun 2012 yang mencapai 8,39 persen atau bila di rata-ratakan dalam 10 (sepuluh) tahun terakhir yang mencapai 8,49 persen. Sulawesi Selatan yang meningkat pertumbuhan ekonomi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional.

Tabel 4.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan menurut Sektor ekonomi tahun 2004-2013 (persen)

Sektor Ekonomi Tahun

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Pertanian -1.6 6.5 4.1 3.21 6.05 4.68 2.34 6.45 5.4 3.95 Pertambangan & Penggalian 9.14 4.81 6.63 6.83 -2.94 -4.51 15.74 -7.89 4.44 9.26

Industri Pengolaan 6.21 7.3 7.22 4.74 8.71 3.64 6.19 7.64 8.86 8.12 Listrik, Gas dan Air -1.05 6.54 7.55 8.85 12.5 8.75 8.03 8.61 12.53 8.36

Bangunan 11.03 6.82 4.41 8.63 19.89 14.1 9.17 12.09 9.73 10.92 Perdagangan, Hotel dan Restoran

6.55 6.34 7.14 9.56 11.26 10.77 11.64 10.88 10.54 9.38

Angkutan dan Komunikasi 11.53 7.78 6.81 10.15 12.54 10.2 14.82 12.11 14.87 8.92

Lembaga Keuangan 29.65 4.31 8.72 11.54 10.37 11.21 16.79 14.84 15.87 14.18

Jasa-jasa 3.12 3.4 12.8 5.64 5.75 6.1 4.27 6.7 2.27 3.67 Pertumbuhan PDRB 5.26 6.05 6.72 6.34 7.78 6.23 8.19 7.61 8.39 7.65

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Selatan

Berdasarkan tabel 4.2 di atas menggambarkan bahwa pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan yang sebesar 7.65 persen pada tahun 2013, melampaui laju pertumbuhan ekonomi Nasional sebesar 5.73 persen.

Sektor pertanian pada tahun 2013 bertumbuh sebesar 3,95 mengalami penurunan pertumbuhan dibandingkan tahun sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 5.4 persen.

Sektor pertambangan dan penggalian pada tahun 2013 bertumbuh sebesar 9.26 persen mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2012 yang hanya tumbuh sebesar 4.44 persen.

Selanjutnya untuk sektor industri pengolahan pada tahun 2013 tumbuh sebesar 8.12 persen hampir sama cepatnya dibandingkan dengan pertumbuhan pada tahun 2012 yang bergerak pada level 8.86 persen, walaupun

Page 8: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/7054/1/ARTIKEL RINI PUTRI.docx · Web viewPotensi deposit bahan galian yang tersedia dalam jumlah besar antara lain gas alam, batubara, nikel, pasir

8

mengalami penurutnan tetapi pertumbuhan dianggap stabil. Pada sektor listrik, gas dan air bersih pada tahun 2012 bergerak pada level 12.53 persen dan mengalami penurunan pertumbuhan sebesar jatuh pada level 8.36. Hal ini disebabkan oleh rendahnya pertumbuhan sub sektor pada tahun 2012 sebesar 12.89 sedangkan pada tahun 2013 hanya mampu bergerak pada level 8.72 persen. Sektor bangunan tahun 2012 tumbuh dan berada di level 9.73 persen dan mengalami kenaikan pertumbuhan pada tahun 2013 sebesar 10.92 persen.

Kemudian dari sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor ini tumbuh 9.38 persen. Kondisi ini sedikit lebih melambat dari tahun 2012 yang berada pada level 10.54 persen.

Kinerja sektor angkutan dan komunikasi yang pada tahun 2013 tumbuh di level 8.92 persen mengakami perlambatan dari tahun 2012 yang mampu berada di level 14.87.

Kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada tahun 2013 sedikit kurang baik karena pertumbuhannya yang mengalami perlambatan menjadi 14.18 persen setelah tumbuh 15.87 persen. Kemudian sektor jasa-jasa terdiri dari sub sektor jasa pemerintahan umum dan jasa swasta. Sektor jasa-jasa mengalami pertumbuhan sebesar 3.67 persen pada tahun 2013 dan pada tahun 2012 sebesar 2.27 persen.

Selama tahun 2013, semua sektor yang membentuk PDRB mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang mencapai 14.18 persen, diikiti oleh sektor bangunan tumbuh sebesar 10.92 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 9.38 persen dan selanjutnya sektor angkutan dan komunikasi sebesar 8.92. Sedangkan sektor yang mengalami pertumbuhan terkecil adalah sektor jasa-jasa yang tumbuh sebesar 3.67 persen.

Besarnya persentase PDRB masing-masing sektor Provinsi Sulawesi Selatan dapat di lihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3 Distribusi Persentase PDRB Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2004 - 2013

Sektor Ekonomi Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Pertanian 31.00 31.13 30.37 26.47 29.01 28.59 27.04 26.75 26.01 25.12 Pertambangan & Penggalian 10.14 10.02 10.01 10.06 9.06 8.14 8.71 7.46 7.18 7.29

Industri Pengolaan 13.87 14.04 14.10 13.89 14.01 13.67 13.42 13.42 13.48 13.54

Listrik, Gas dan Air 0.94 0.94 0.95 0.97 1.01 1.03 1.03 1.04 1.08 1.09

Bangunan 4.67 4.70 4.60 4.70 5.23 5.61 5.66 5.90 5.97 6.16 Perdagangan, Hotel dan Restoran

14.75 14.79 14.85 15.30 15.79 16.46 16.99 17.51 17.85 18.14

Angkutan dan Komunikasi

7.45 7.57 7.58 7.85 8.20 8.50 9.02 9.40 9.96 10.08

Lembaga Keuangan 6.01 5.91 6.02 6.32 6.47 6.77 7.31 7.80 8.34 8.84

Jasa-jasa 11.18 10.90 11.52 11.45 11.23 11.22 10.81 10.72 10.12 9.74 Pertumbuhan PDRB 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Sumber: Badan Pusat Statistik

Berdasarkan data tersebut, bahwa sampai tahun 2013 perekonomian provinsi Sulawesi Selatan masih di dominasi oleh sektor pertanian. Pada tahun 2011 sektor ini memberikan kontribusi sebesar 25.12 persen, di mana angka ini mengalami penurunan sebesar 0.89 persen jika dibandingkan pada keadaan pada tahun 2012 yang mencapai 26.01 persen tetapi tetap sektor ini menjadi penyumbang terbanyak bagi pembentukan PDRB di provinsi Sulawesi Selatan.

Untuk sektor perdagangan memiliki peranan terbesar kedua di mana sektor ini memberikan kontribusi sebesar 18.14 persen atau mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya, di mana untuk tahun 2012 sebesar 17.85 persen dan 17.51persen pada tahun 2011. Selanjutnya untuk posisi ketiga adalah sektor industri pengolahan dengan peranan sebesar 13.54 persen, mengalami peningkatan peningkatan sebesar hanya 0.06 persen dibandingkan tahun 2012 yang mencapai 13.48 persen.

Sektor angkutan dan komunikasi berada pada posisi berikutnya dengan peranan sebesar 10.08 persen di tahun 2013 dan 9.96 persen di tahun 2012 atau mengalami peningkatan kontribusi sebesar 0.12 persen. Kemudian yang menempati posisi kelima adalah sektor jasa-jasa dengan peranan sebesar 9.74 persen sementara pada tahun 2012 sebesar 10.12 persen.

Selanjutnya sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dengan peranan sebesar

Page 9: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/7054/1/ARTIKEL RINI PUTRI.docx · Web viewPotensi deposit bahan galian yang tersedia dalam jumlah besar antara lain gas alam, batubara, nikel, pasir

9

8.84 persen pada tahun 2012 sebesar 8.34 persen. Kemudian yang menempati urutan ketujuh pada tahun 2013 adalah sektor pertambangan dan penggalian dengan kontribusi sebesar 7.29 persen. Urutan kedelapan yang memberikan peranan adalah sektor bangunan dengan kontribusi sebesar 6.16 persen. Sektor yang terkecil peranannya daalam perekonomian provinsi Sulawesi Selatan adalah sektor listrik, gas dan air bersih peranan sektor ini pada tahun 2013 hanya sebesar 1.09 persen.

Analisis ini menggabungkan tiga hasil analisis yaitu, Location Quotient (LQ), Shift Share (SS) dan Tipologi Klassen. Analisis dilakukan terhadap PDRB Provinsi Sulawesi Selatan dengan bertujuan untuk menilai sektor-sektor.Tabel 4.4 Hasil Penelitian Location Quotient (LQ), Shift Share (SS) dan Tipologi Klassen di Provinsi Sulawesi Selatan

Sektor Ekonomi Location Quotient

(LQ)

Shift Share Tipologi Klassen

Provincial Share

Propotional Shift

Differential Shift

Pertanian 2.0990923 7,150,033.34 (3,170,207.58) 1,519,576.77 Kuadran I Pertambangan dan Penggalian 1.0491196 2,338,574.16 (1,560,987.15) 427,955.40 Kuadran I

Industri Pengolahan 0.5146882 3,200,087.33 (791,808.10) 1,530,799.29 Kuadran III

Listrik, gas dan air bersih 1.3788849 215,871.23 89,612.41 74,722.28 Kuadran I

Bangunan 0.8453831 1,076,600.75 350,842.12 926,422.01 Kuadran III Perdagangan, hotel dan restoran 0.9379224 3,401,951.52 892,904.88 2,301,196.53 Kuadran III

Pengangkutan dan Komunikasi 1.0543851 1,718,403.83 3,417,700.59 (1,214,524.71) Kuadran II

Keuangan, Persewaan dan jasa perusahaan

0.7354826 1,385,979.29 266,583.82 1,968,785.89 Kuadran III

Jasa-Jasa 1.1695397 2,579,059.21 65,265.65 (222,044.64) Kuadran II Sumber: Hasil data sekunder Sulawesi Selatan diolah 2017

2. Analisis Location Quotient (LQ)Hasil perhitungan LQ pada tabel 4.4

rata-rata selama periode penelitian dapat terindentifikasi bahwa sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor angkutan dan komunikasi, sektor jasa-jasa berada pada posisi LQ > 1. Sektor pertanian dengan LQ rata-rata sebesar 2.09 dan sektor pertambangan dan penggalian dengan LQ rata-rata sebesar 1.04, sektor listrik, gas dan air bersih dengan LQ rata-rata sebesar 1.39 serta sektor angkutan dan komunikasi dengan LQ rata-rata sebesar 1.05, sektor jasa-jasa dengan LQ rata-rata sebesar 1.16. hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor angkutan dan komunikasi, sektor jasa-jasa merupakan sektor yang memiliki keunggulan relatif (sektor basis) atau memiliki

kekuatan ekonomi yang cukup baik dan sangat berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi provinsi Sulawesi Selatan. Sedangkan sektor dengan LQ < 1, meliputi sektor industri pengolahan, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor lembaga keuangan. Sektor-sektor dengan LQ < 1, dapat dikatakan bahwa sektor di wilayah provinsi Sulawesi Selatan tidak mempunyai sumbangan nilai tambah sektor atau tidak memiliki keunggulan relatif sektor (sektor non basis) terhadap sektor yang sama pada wilayah referensi dalam hal ini tingkat Nasional. Sementara hasil perhitungan, tidak teridentifikasi sektor yang memiliki keunggulan relatif rata-rata atau LQ = 1.

Sub sektor dengan LQ > 1, yakni meliputi sub sektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan dan perikanan, pertambangan tanpa migas, industri tanpa migas khususnya barang kayu dan hasil hutan lainnya dan semen dan barang galian bukan logam, listrik dan air bersih, perdagangan besar dan eceran, pengangkutan khususnya angkutan jalan raya, angkutan laut dan angkutan udara, jasa-jasa pemerintahan umum khususnya administrasi pemerintahan dan pertahanan. Sub sektor-sub sektor dengan LQ > 1 tersebut merupakan sub sektor di wilayah studi provinsi Sulawesi Selatan yang memiliki sumbangan nilai tambah sub atau memiliki keunggulan relatif (sub sektor basis) terhadap sub sektor yang sama pada wilayah referensi dalam hal ini sub sektor di tingkat nasional.

Sub sektor dengan LQ < 1 yakni meliputi sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya , kehutanan, minyak dan gas bumi, penggalian, industri tanpa migas khususnya makanan, minuman dan tembakau, tekstill, barang kulit dan alas kaki, kertas dan barang cetakan, pupuk, kimia dan barang dari karet, logam dasar besi dan baja, alat angkutan mesin dan peralatannya, barang lainnya, hotel, restoran, pengangkutan khususnya jasa penunjang angkutan, bank, lembaga keuangan tanpa bank, sewa bangunan, jasa perusahaan dan jasa-jasa swasta khususnya sosial kemasyarakatan, hiburan dan rekreasi, perorangan dan rumah tangga. Sub sektor-sub sektor dengan LQ < 1, dapat dikatakan bahwa sub sektor di wilayah studi provinsi Sulawesi Selatan tidak

Page 10: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/7054/1/ARTIKEL RINI PUTRI.docx · Web viewPotensi deposit bahan galian yang tersedia dalam jumlah besar antara lain gas alam, batubara, nikel, pasir

10

mempunyai sumbangan nilai tambah sub sektor atau tidak memiliki keunggulan relatif sub sektor (sub non basis) terhadap sub sektor yang sama pada wilayah referensi dalam hal ini tingkat Nasional.

Hasil perhitungan tidak menunjukkan bahwa adanya LQ = 1. Disamping itu ada beberapa sub sektor yang tidak atau belum di kelola di provinsi Sulawesi Selatan diantaranya industri migas, sub gas Kota, pengangkutan khususnya angkutan rel dan angkutan sungai danau dan penyeberangan, jasa penunjang keuangan. 3. Analisis Shift Share (SS)

Berdasarkan tabel 4.4 pertumbuhan Proportional Shift Provinsi Sulawesi Selatan selama periode 2004-2013 Hasil perhitungan Shift Share sektor pertanian nilai komponen P sebesar -3.170,207.58 Sub sektor yang nilai komponen P negatif yaitu sub sektor tanaman pangan sebesar -1,756,135.12, sub sektor tanaman perkebunan sebesar -714, 488.68, sub sektor perternakan dan hasil-hasilnya sebesar -124,952.33 serta sub sektor kehutanan sebesar -40,121.05. Dan sub sektor yang nilai komponen P positif yaitu sub sektor perikanan sebesar 32,604.54,. Sedangkan nilai komponen D sebesar 1,519,576.77, berarti bahwa sektor pertanian mempunyai daya saing yang meningkat, karena pertumbuhannya lebih cepat daripada Indonesia. Sub sektor yang nilai komponennya D positif yaitu sub sektor tanaman bahan makanan sebesar 1,015,915.05, sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya sebesar 185,270.83, sub sektor kehutanan sebesar 1,646.57 serta sub sektor perikanan sebesar 365,700.29. dan sub sektor yang nilai komponennya D negatif yaitu sub sektor tanaman perkebunan sebesar -616,071.52

Sektor pertambangan dan penggalian nilai komponen P negatif sebesar -1,560,987.15. Sub sektor yang nilai komponennya P negatif yaitu sub sektor minyak dan gas bumi sebesar -61,298.79. Dan sub sektor yang nilai komponennya P positif yaitu sub sektor pertambangan tanpa migas dan sub sektor penggalian yang memiliki nilai sebesar 66,073.47 dan 63,651.05,. Sedangkan nilai komponen D positif sebesar 427,955.40. Sub sektor yang nilai komponennya D positif sub sektor minyak dan gas bumi sebesar 40.083.67

dan sub sektor penggalian sebesar 40,917.34. Dan sub sektor yang nilai komponen D negatif yaitu sub sektor pertambangan tanpa gas sebesar 1,282,458.50.

Sektor industri pengolahan nilai komponen P negatif sebesar -791,808.10. Sub sektor yang nilai komponen P negatif yaitu, sub sektor industri tanpa migas sebesar -415,917.46. dan sub sektor yang nilai komponennya P positif yaitu sub sektor industri tanpa gas (alat angkut mesin dan peralatannya) sebesar 40,752.95.nilai Sedangkan nilai komponen D positif sebesar 1,530,799.29.Sub sektor yang nilai komponennya D positif sub sektor industri pengolahan tanpa gas sebesar 1,154,908,65. Dan sub sektor yang nilai komponen D negatif yaitu sub sektor industri tanpa gas (pupuk, kimia dan barang dari karet sebesar -188.95, logam dasar besi dan baja sebesar -12,785.55 dan alat angkut mesin dan peralatannya sebesar -54,803.35).

Sektor listrik, gas dan air bersih nilai komponen P positif sebesar 89,612.41. Sub sektor yang nilai komponen P positif yaitu sub sektor listrik sebesar 57,011.85. dan sub sektor yang nilai komponen P negatif yaitu sub sektor air bersih sebesar -11,782.46. Sedangkan nilai komponen D positif 74,722.28. Dan sub sektor nilai komponen D positif yaitu sub sektor listrik dan air bersih sebesar 99,845.56 dan 19,259.73. Nilai komponen D negatif pada sektor dan sub sektor tidak memiliki nilai negatif.

Sektor bangunan nilai kompenen P positif sebesar 350,842.12 menunjukkan sektor ini termasuk dalam sektor yang di Indonesia tumbuh dengan cepat. Sedangkan nilai komponen D positif sebesar 926,422.01

Sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan nilai komponen P positif sebesar 892,904.88,. Sub sektor nilai komponennya P positif yaitu sub sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 980,379.56 dan sub sektor hotel sebesar 13,074.49. dan sub sektor nilai komponen P negatif yaitu sub sektor restoran -20,292.77,. Sedangkan nilai komponen D positif sebesar 2,301,196.53. Sub sektor nilai komponen D positif yaitu seluruh sub sektor di dalam sektor ini.

Sektor pengangkutan dan komunikasi nilai komponen P positif sebesar 3,417,700.59, Sub sektor nilai komponen P positif yaitu sub sektor pengangkutan sebesar 10,592.06

Page 11: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/7054/1/ARTIKEL RINI PUTRI.docx · Web viewPotensi deposit bahan galian yang tersedia dalam jumlah besar antara lain gas alam, batubara, nikel, pasir

11

(angkutan udara sebesar 413,461.36) dan sub sektor komunikasi sebesar 1,818,417.35. Dan sub sektor nilai komponen P negatif sub sektor pengangkutan (angkutan jalan raya sebesar -32,385.58 dan angkutan laut sebesar -191,641.64 serta jasa penunjang angkutan -17,299.77). Sedangkan nilai komponen D negatif sebesar -1,214,524.71. Sub sektor nilai komponennya yaitu sub sektor komunikasi sebesar -1,048,261.54. Dan nilai komponen D positif pada sub sektor pengangkutan sebesar 1,422,428.00,

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan nilai komponen P positif sebesar 266,583.82. Sub sektor P positif dengan nilai komponennya yaitu sub sektor lembaga keuangan tanpa bank sebesar 40,579.40, sub sektor sewa bangunan sebesar 147,972.67 dan sub sektor jasa perusahaan sebesar 40,182.25. Dan sub sektor yang nilai komponennya P negatif yaitu sub sektor bank sebesar -2,295.11, Sedangkan nilai komponen D positif sebesar 1,968,785.89, berarti bahwa sektor mempunyai daya saing D positif seluruh sub sektor di sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dianggap memiliki daya saing yang baik dibandingkan dengan Indonesia.

Sektor jasa-jasa nilai komponen P positif sebesar 65,265.65. Sub sektor yang nilai komponennya P positif yaitu sub sektor swasta sebesar 76,993.85. Dan sub sektor pemerintahan umum dengan nilai komponen P negatif sebesar -978,902.70, menunjukkan bahwa sub sektor ini merupakan sektor yang lambat di tingkat Indonesia. Sedangkan nilai komponen D negatif sebesar -222,044.64. Sub sektor dengan nilai D negatif yaitu sub sektor jasa swasta (perorangan dan rumah tangga sebesar -18,405.68). Untuk nilai komponen D positif yaitu sub sektor jasa pemerintahan umum sebesar 708,101.52 dan sub sektor jasa swasta sebesar 37,028.33.4. Analisis Tipologi Klassen

a. Kuadran I (Sektor yang Maju dan Tumbuh Pesat)Di lihat dari pemerataan posisi dari ke

Sembilan sektor terdapat tiga sektor ekonomi provinsi Sulawesi Selatan yang terdapat pada tabel 4.4 berada pada dalam posisi kuadran I yakni sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian serta sektor listrik, gas dan air bersih. Hal ini berarti ketiga sektor tersebut memiliki

laju pertumbuhan dan kontribusi yang lebih besar dibandingkan dengan sektor yang sama di tingkat Nasional. Sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian serta sektor listrik, gas dan air bersih provinsi Sulawesi Selatan memiliki laju pertumbuhan masing-masing untuk sektor pertanian dan untuk 4.15 persen untuk sektor pertambangan dan penggalian, serta 8.07 persen untuk sektor listrik, gas dan air bersih 4.11 persen.

Dengan tingkat kontribusi untuk sektor pertanian sebesar 28.15 persen dan sektor pertambangan dan penggalian dengan kontribusi sebesar 8.81 persen serta sektor listrik, gas dan air bersih dengan kontribusi sebesar 1.01 persen, sedangkan secara Nasional pada sektor yang sama laju pertumbuhan 3.52 persen dengan kontribusi 13.54 persen untuk sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian laju pertumbuhan 1.60 persen dengan kontribusi 8.37 persen serta sektor listrik, gas dan air bersih laju pertumbuhan 7.50 persen dengan kontribusi 0.73 persen. Sub sektor yang memiliki laju pertumbuhan yang maju dan tumbuh pesat, yaitu sub tanaman bahan makanan, sub perikanan, industri tanpa migas khususnya sub barang kayu dan hasil hutan lainnya, sub semen dan barang galian bukan logam, sub listrik, sub air bersih, sub perdagangan besar dan eceran, sub hotel, pengangkutan khususnya sub angkutan jalan raya, sub angkutan laut, sub angkutan udara dan sub jasa-jasa pemerintah umum.

Sub sektor tanaman bahan makanan dengan laju pertumbuhan 3.74 persen, kontribusi 13.61 persen. Sub sektor perikanan laju pertumbuhan 6.49 persen dengan kontribusi 7.05 persen. Secara nasional pada sub sektor tanaman bahan makanan laju pertumbuhan 3.12 persen dengan kontribusi 6.68 persen. Sub sektor perikanan laju pertumbuhan 5.93 persen dengan kontribusi 2.21 persen.

Industri tanpa migas khususnya sub sektor barang kayu dan hasil hutan lainnya laju pertumbuhan 2.58 persen dengan kontribusi 1.39 persen. Sub sektor semen dan barang galian bukan logam laju pertumbuhan 7.48 persen dengan kontribusi 5.73 persen. Secara nasional pada industri tanpa migas khususnya sub sektor barang kayu dan hasil hutan lainnya laju pertumbuhan -0.34 persen dengan kontribusi 0.94 persen. Sub sektor semen dan barang galian

Page 12: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/7054/1/ARTIKEL RINI PUTRI.docx · Web viewPotensi deposit bahan galian yang tersedia dalam jumlah besar antara lain gas alam, batubara, nikel, pasir

12

bukan logam laju pertumbuhan 3.54 persen dengan kontribusi 0.78 persen.

Sub sektor lainnya yang masuk di kuadran ini adalah sub sektor listrik dengan laju pertumbuhan 8.24 persen dan kontribusi 0.89 persen. Sub sektor air bersih dengan laju pertumbuhan 6.84 persen dan kontribusi 0.12 persen. Sub sektor perdagangan besar dan eceran dengan laju partumbuhan 8.52 persen dan kontribusi 14.70 persen. Dibandingkan secara nasional laju pertumbuhan sub sektor listrik mencapai 7.03 persen dengan kontribusi 0.47 persen. Sub sektor air bersih dengan laju pertumbuhan mencapai 3.59 persen dengan kontribusi 0.10 persen. Sub sektor perdagangan besar dan kecil dengan laju pertumbuhan 7.16 persen dengan kontribusi 14.33 persen.

Sub sektor pengangkutan khususnya sub sektor angkutan jalan raya laju pertumbuhan 7.95 persen dan kontribusi 2.80 persen. Sub sektor angkutan laut 4.59 persen dengan kontribusi 1.18 persen. Sub sektor angkutan udara laju pertumbuhan 17.17 persen dengan kontribusi 2.29 persen. Sub sektor jasa-jasa administrasi pemerintahan dan pertahanan laju pertumbuhan 5.13 persen dengan kontribusi 10.04 persen Secara nasional pada pengangkutan khususnya sub sektor jalan raya laju pertumbuhan 5.57 persen dengan kontribusi 1.58 persen. Sub sektor angkutan laut laju pertumbuhan 2.65 persen dengan kontribusi 0.43 persen. Sub sektor angkutan udara laju pertumbuhan 12.36 persen dengan kontribusi 0.69 persen. Sub sektor jasa-jasa administrasi pemerintahan dan pertahanan laju pertumbuhan 3.41 persen dengan kontribusi 2.55 persen.

b. Kuadran II (Sektor Maju tapi Tertekan) Sektor angkutan dan komunikasi serta

sektor jasa-jasa yang berada pada posisi sektor maju tapi tertekan, dengan laju pertumbuhan yang rendah dan kontribusi yang lebih besar dibandingkan Nasional. Periode tahun 2004-2013 sektor angkutan dan komunikasi provinsi Sulawesi Selatan, rata-rata memiliki laju pertumbuhan 10.97 persen dengan kontribusi 8.56 persen, sedangkan sektor jasa-jasa memiliki rata-rata laju pertumbuhan 5.37 persen dengan kontribusi 10.89 persen.

Di samping itu, kegiatan perekonomian provinsi Sulawesi Selatan di dukung tiga sub sektor yang memiliki laju pertumbuhan yang

rendah dan kontribusi yang lebih besar dibandingkan Nasional atau sub sektor yang maju tapi tertekan, yaitu sub sektor tanaman perkebunan, sub tanaman perkebunan yang memiliki rata-rata laju pertumbuhan sebesar 2.01 persen dengan kontribusi 6.43 persen, sub sektor pertambangan tanpa migas laju pertumbuhan 3.81 persen dengan kontribusi 7.75 persen serta sub sektor jasa pemerintahan umum rata-rata lauju pertumbuhan 5.13 persen dengan kontribusi sebesar 10.04 persen.

c. Kuadran III (Sektor yang Potensial atau masih Berkembang dengan Pesat)Sektor industri pengolahan, sektor

bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan merupakan sektor yang berada pada posisi sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat, yaitu memiliki rata-rata laju pertumbuhan yang tinggi dibandingkan dengan rata-rata laju pertumbuhan nasional tetapi memiliki kontribusi sektor/sub sektor yang kecil dibandingkan kontribusi secara nasional. Periode 2004-2013, rata-rata laju pertumbuhan sektor industri pengolahan sebesar 6.86 persen, sektor bangunan sebesar 10.68 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 9.41 persen serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 13.75 persen.

Laju pertumbuhan masing-masing sektor tersebut lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan tingkat nasional pada sektor yang sama yaitu untuk sektor industri pengolahan sebesar 4.83 persen, sektor bangunan sebesar 7.35 persen dan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 6.95 persen serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan perusahaan sebesar 6.85 persen. Sedangkan kontribusi sektor industri pengolahan 13.74 persen, sektor bangunan sebesar 5.32 persen dan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 16.24 persen serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 6.98.

Kontribusi tersebut lebih kecil dibandingkan kontribusi pada sektor yang sama pada tingkat nasional yaitu untuk sektor industri pengolahan sebesar 26.73 persen, sektor bangunan sebesar 6.28 persen dan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 17.30 persen serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 9.47 persen.

Page 13: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/7054/1/ARTIKEL RINI PUTRI.docx · Web viewPotensi deposit bahan galian yang tersedia dalam jumlah besar antara lain gas alam, batubara, nikel, pasir

13

Di samping ke empat sektor tersebut, demikian pula diikuti oleg beberapa sub sektor yang lain yang berada pada posisi kategori sub sektor yang potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat diantaranya; sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya, sub sektor kehutanan, sub sektor minyak dan gas bumi, sub sektor penggalian, sub sektor industri tanpa migas terutama di sub sektor makanan, minuman dan tembakau, sub sektor tekstil, barang kulit dan alas kaki, sub sektor kertas dan barang cetakan, sub sektor pupuk, kimia dan barang karet, sub sektor barang lainnya, sub sektor hotel, sub sektor restoran, sub sektor jasa penunjang angkutan, sub sektor bank, sub sektor lembaga keuangan tanpa bank, sub sektor sewa bangunan, sub sektor jasa perusahaan, sub sektor jasa pemerintahan umum, sub sektor jasa swasta terutama sub sektor sosial kemasyarakatan dan sub sektor hiburan dan rekreasi.

Sektor atau sub sektor yang berada pada posisi kuadran ini perlu mendapat perhatian lebih karena kontribusi yang masih tergolong rendah dibandingkan kontribusi pada level yang menjadi acuan tetapi di sisi lain mampu memberikan laju pertumbuhan yang lebih besar yang berarti bahwa ada aktifitas perekonomian yang meningkat drastis pada sektor atau sub sektor tersebut. Salah satu kebijakan yang perlu diambil oleh pemerintah untuk menyiasati keterbatasan adalah pelibatan pihak swasta atau lebih dikenal dengan istilah investor pada aktifitas sektor atau sub sektor tersebut.

d. Kuadran IV (Sektor Relatif Tertinggal)Selain itu, sub sektor yang berada pada

posisi sektor yang relatif tertinggal adalah sub sektor industri tanpa migas khususnya (sub sektor logam dasar besi dan baja, sub sektor alat angkut mesin dan peralatannya), sub sektor komunikasi, sub sektor jasa swasta perorangan dan rumah tangga.

Demikian pula dari sub sektor yang ada di tingkat nasional namun belum dikelola di provinsi Sulawesi Selatan diantaranya sub sektor industri migas terutama sub sektor sub sektor pengilangan minyak bumi dan sub sektor gas alam cair, sub sektor gas, sub sektor pengangkutan khususnya sub sektor angkutan rel, sub sektor angkutan sungai, danau dan penyeberangan, sub sektor jasa penunjang keuangan, sub sektor jasa permerintahan umum

khususnya sub sektor jasa pemerintahan lainnya. Diharapkan kedepan sektor yang belum kelola oleh provinsi Sulawesi Selatan dapat segera dikelola agar dapat meningkatkan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi serta banyaknya lapangan kerja yang dimiliki.1. Sektor Pertanian

Pada penelitian sektor pertanian berada pada sektor basis Location Quotient (LQ) > 1 karena sub sektor tanaman bahan makanan, sub sektor tanaman perkebunan dan sub sektor perikanan yang sangat mendukung pergerakan untuk meningkatkan sektor pertanian, karena lahan yang luas yang dimiliki provinsi Sulawesi Selatan sehingga menyerap tenaga kerja.

Peran sektor pertanian terhadap perekonomian Indonesia terdapat pada sub sektor tanaman pangan seperti padi, jagung dan ubi kayu merupakan penghasil terbesar di kawasan timur Indonesia yang menyandang predikat sebagai lumbang pangan nasional di Indonesia. Daerah penyokongnya adalah Bone, Soppeng, Wajo, Sidrap, Pinrang, Luwu, Bulukumba, Banteng, Jeneponto, Takalar dan Maros. Serta hasil sub sektor perekebunan seperti jambu mete, kelapa dan kemiri, sebagian besar terdapat di Kabupaten Kepulauan Selayar, Pangkep dan Barru. Sedangkan hasil sub sektor perikanan seperti rumput laut, bandeng dan udang. Beberapa komoditi pertanian Sulawesi Selatan mampu diekspor keluar negeri seperti kakao, biji-bijian berminyak, ikan dan udang. Sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap perekonomian di Indonesia

Pada hasil perhitungan Shift Share sektor pertanian nilai komponen P (negatif) menunjukkan bahwa sektor pertanian ini merupakan sektor yang lambat di tingkat Indonesia. Sub sektor P negatif sub sektor tanaman bahan makanan, sub sektor tanaman perkebunan dan sektor peternakan serta sub sektor kehutanan. Perubahan struktural dalam output perekonomian dari sektor agraris ke sektor industri dikarenakan lahan pertanian sekarang dibangun pabrik industri untuk dapat mengelola bahan baku yang ada di Indonesia tanpa harus mengekspor bahan bakunya akan tetapi yang di ekspor adalah barang setengah jadi. Sedangkan nilai komponen D positif di provinsi Sulawesi Selatan hal ini berarti bahwa sektor pertanian mempunyai daya saing yang

Page 14: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/7054/1/ARTIKEL RINI PUTRI.docx · Web viewPotensi deposit bahan galian yang tersedia dalam jumlah besar antara lain gas alam, batubara, nikel, pasir

14

meningkat karena pertumbuhannya lebih cepat dari pada Indonesia dan merupakan sektor kompetitif di provinsi Sulawesi Selatan.

Analisis Tipoloy Klassen di lihat dari pemerataan posisi ke Sembilan sektor, yang berada pada posisi kuadran I sektor yang maju dan tumbuh pesat yaitu sektor pertanian. Hal ini berarti memiliki laju pertumbuhan dan kontribusi yang lebih besar dibandingkan dengan sektor yang sama di tingkat Nasional. 2. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Pada penelitian sektor pertambangan dan penggalian berada pada sektor basis Location Quotient (LQ) > 1 serta sub sektor pertambangan tanpa migas yang memiliki kontribusi yang tinggi terhadap sektor pertambangan dan penggalian di provinsi Sulawesi Selatan. Potensi deposit bahan galian yang tersedia dalam jumlah besar antara lain gas alam, batubara, nikel, pasir besi, batu gamping, marmer dan pasir kuarsa. Daerah penghasil sektor pertambangan dan penggalian terdapat di Kabupaten Pangkajene (batuan Gamping), Luwu Timur (biji nikel), Takalar (pasir besi), Kepulauan Selayar, Bone, Sidrap. Peran sektor pertambangan dan penggalian bagi perekonomian Indonesia terdapat pada nikel yang merupakan komoditas utama dalam pertambangan di Sulawesi Selatan. Bahkan ekspor Sulawesi Selatan terbesar saat ini, merupakan komoditas nikel dan semua produknya diekspor ke negeri Jepang. Sehingga dapat memberikan kontribusi cukup besar bagi perekonomian Indonesia

Pada hasil perhitungan Shift Share nilai komponen P (negatif) menunjukkan bahwa sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor yang lambat di tingkat Indonesia. Sub sektor P (negatif) sub sektor minyak dan gas bumi. Melemahnya sektor pertambangan dan penggalian karena terjadinya penurunan import di Negara yang mengimportir diakibatkan ketidakpastian ekonomi global. Sedangkan nilai komponen D (positif) berarti bahwa sektor pertambangan dan penggalian mempunyai daya saing yang meningkat, karena pertumbuhannya lebih cepat daripada Indonesia. Karena provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu provinsi dimana komoditas nikel yang diekspor ke Negara lain. Analisis Tipoloy Klassen di lihat dari pemerataan yang berada pada posisi kuadran I sektor yang

maju dan tumbuh pesat yaitu sektor pertambangan dan penggalian. Hal ini berarti memiliki laju pertumbuhan dan kontribusi yang lebih besar dibandingkan dengan sektor yang sama di tingkat Nasional.3. Sektor Industri Pengolahan

Hasil dari analisis Location Quotient (LQ) sektor industri pengolahan pada sektor non basis < 1. Di mana perusahan industri pengolahan mengalami penurunan disebabkan oleh kurangnya pengelolaan perusahan sehingga kontribusi di provinsi Sulawesi selatan menurun. Sebagian besar sub sektor juga menjadi sub sektor non basis. Kabupaten yang penghasil sektor industri pengolahan terdapat di Kabupaten Kepulauan Selayar, Kabupaten Pinrang dan Kabupaten Enrekang. Peran sektor industri pengolahan bagi perekonomian Indonesia terdapat pada sub sektor barang kayu dan hasil hutan lainnya serta sub sektor semen dan barang galian bukan logam. Hal ini sejalan dengan banyaknya industri besar sedang yang mayoritas bergerak pada golongan barang kayu dan hasil hutan serta semen dan barang galian bukan logam, cenderung menunjukkan trend yang meningkat sehingga dapat memberi kontribusi yang besar bagi Indonesia

Hasil analisis Shift Share nilai komponen P (negatif) menunjukkan bahwa sektor industi pengolahan merupakan sektor yang lambat di tingkat Indonesia. Karena kurangnya tenaga professional di Indonesia menjadi penghambat untuk mengoperasikan alat dengan teknologi sehingga menghambat efektivitas dan kemampuan memproduksi barang. Sedangkan nilai komponen D (positif) berarti bahwa sektor industri pengolahan mempunyai daya saing yang meningkat, karena pertumbuhannya lebih cepat daripada Indonesia. Perusahaan industri sedang yang mengalami peningkatan.

Analisis Tipoloy Klassen di lihat dari pemerataan yang berada pada posisi kuadran III sektor yang berpotensial atau masih berkembang dengan pesat yaitu sektor industri pengolahan. Hal ini berarti memiliki laju pertumbuhan yang tinggi dibandingkan dengan rata-rata laju pertumbuhan Nasional tetapi memiliki kontribusi sektor yang kecil dibandingkan kontribusi secara Nasional.

Page 15: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/7054/1/ARTIKEL RINI PUTRI.docx · Web viewPotensi deposit bahan galian yang tersedia dalam jumlah besar antara lain gas alam, batubara, nikel, pasir

15

4. Sektor Listrik, Gas dan Air bersihPada penelitian sektor listrik, gas dan air

bersih berada pada sektor basis Location Quotient (LQ) > 1 karena sub sektor listrik, sub sektor air bersih yang sangat mendukung pergerakan untuk meningkatkan sektor listrik, gas dan air bersih. Karena provinsi Sulawesi Selatan mempunyai sumber daya alam dan di olah secara baik. Daerah penghasil sektor listik, gas dan air bersih di Kabupaten Wajo (gas alam) dan Kota Pare-Pare, Sidrap.

Hasil analisis perhitungan Shift Share P (positif) menujukkan sektor ini termasuk dalam sektor yang di Indonesia tumbuh dengan cepat. Sektor listrik, gas dan air Bersih yang merupakan sektor penunjang seluruh kegiatan ekonomi, dan sebagai infrastruktur yang mendorong aktivitas seluruh sektor kegiatan industri, ternyata perkembangannya cukup pesat. Hampir seluruh kegiatan di sektor listrik dan air bersih dimonopoli oleh pemerintah, sehingga sektor ini bisa bebas dari persaingan bisnis apapun. Sedangkan nilai komponen D positif bahwa sektor listrik, gas dan air bersih mempunyai daya saing yang meningkat, karena pertumbuhannya lebih cepat daripada Indonesia. Merupakan sektor kompetitif di provinsi Sulawesi Selatan.

Analisis Tipology Klassen di lihat dari pemerataan yang berada pada posisi kuadran I sektor yang maju dan tumbuh pesat yaitu sektor listrik, gas dan air bersih. Hal ini berarti memiliki laju pertumbuhan dan kontribusi yang lebih besar dibandingkan dengan sektor yang sama di tingkat Nasional.5. Sektor Bangunan

Hasil dari analisis Location Quotient (LQ) sektor bangunan pada sektor non basis < 1. Karena provinsi Sulawesi Selatan tidak terlalu mengalami peningkatan pembangunan. Daerah yang sektor bangunan yang tinggi terdapat pada Kota Pare-Pare, Kabupaten Barru. Pada hasil analisis Shift Share nilai komponen P (positif) sejalan dengan nilai komponen D (positif) karena perusahaan kontruksi yang mayoritas dihuni oleh kualifikasi kecil, dan merupakan sektor kompetitif di provinsi Sulawesi Selatan. Analisis Tipologi Klassen di lihat dari pemerataan yang berada pada posisi kuadran III sektor yang berpotensial atau masih berkembang dengan pesat yaitu sektor bangunan. Hal ini

berarti memiliki laju pertumbuhan yang tinggi dibandingkan dengan rata-rata laju pertumbuhan Nasional tetapi memiliki kontribusi sektor yang kecil dibandingkan kontribusi secara Nasional.6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Hasil dari analisis Location Quotient (LQ) sektor perdagangan, hotel dan restoran pada sektor non basis < 1, karena sektor perdagangan, hotel dan restoran hanya berkembang pesat di kota sedangkan di desa tidak berkembang. Daerah yang memilki sektor perdagangan, hotel dan restoran yang tinggi terdapat pada Kota Pare-Pare, Barru, Sidrap, Bulukumba dan Toraja. Pada hasil analisis Shift Share nilai komponen P (positif) sejalan dengan nilai komponen D (positif), yang merupakan sektor kompetitif di provinsi Sulawesi Selatan. Analisis Tipologi Klassen di lihat dari pemerataan yang berada pada posisi kuadran III sektor yang berpotensial atau masih berkembang dengan pesat yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran. Hal ini berarti memiliki laju pertumbuhan yang tinggi dibandingkan dengan rata-rata laju pertumbuhan Nasional tetapi memiliki kontribusi sektor yang kecil dibandingkan kontribusi secara Nasional.7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Pada penelitian pengangkutan dan komunikasi berada pada sektor basis Location Quotient (LQ) > 1, karena sekarang seiring tuntunan zaman pengangkutan dan komunikasi menjadi hal penting bagi kehidupan masyarakat sekarang. Daerah yang memilki sektor pengangkutan dan komunikasi yang tinggi terdapat pada Kota Pare-Pare. Pada hasil analisis Shift Share nilai komponen P (positif) menunjukkan sektor ini termasuk dalam sektor yang di Indonesia tumbuh dengan cepat. Sedangkan nilai komponen D (negatif) berarti bahwa sektor ini mempunyai daya saing yang meningkat, karena pertumbuhannya lebih cepat daripada Indonesia. Analisis Tipologi Klassen di lihat dari pemerataan yang berada pada posisi kuadran II sektor maju tapi tertekan, dengan laju pertumbuhan yang rendah dan kontribusi yang lebih besar dibandingkan Nasional.8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa

PerusahaanHasil dari analisis Location Quotient

(LQ) sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada sektor non basis < 1. Tidak

Page 16: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/7054/1/ARTIKEL RINI PUTRI.docx · Web viewPotensi deposit bahan galian yang tersedia dalam jumlah besar antara lain gas alam, batubara, nikel, pasir

16

meratanya sektor ini karena hanya berpusat di kota. Daerah yang memilki sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang tinggi terdapat pada daerah Kota Pare-Pare. Pada hasil analisis Shift Share nilai komponen P (positif) sejalan dengan nilai komponen D (positif). Karena pemerintah memperluas akses layanan keeuangan bagi masyarakat melalui gerakan bank untuk semua, guna meningkatkan peran masyarakat dalam sistem perekonomian Upaya ini untuk lebih memberdayakan masyarakat dalam pengentasan kemiskinan dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih merata dan merupak sektor kompetitif. Analisis Tipologi Klassen di lihat dari pemerataan yang berada pada posisi kuadran III sektor yang berpotensial atau masih berkembang dengan pesat yaitu sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Hal ini berarti memiliki laju pertumbuhan yang tinggi dibandingkan dengan rata-rata laju pertumbuhan Nasional tetapi memiliki kontribusi sektor yang kecil dibandingkan kontribusi secara Nasional.9. Sektor Jasa-Jasa

Pada penelitian sektor jasa-jasa berada pada sektor basis Location Quotient (LQ) > 1, sub sektor yang menjadi sektor basis hanya sub sektor jasa pemerintah umum. Daerah yang memilki sektor jasa-jasa yang tinggi terdapat pada Kabupaten Barru, Kabupaten Pinrang dan Kabupaten Enrekang Pada hasil analisis Shift Share nilai komponen P (positif) menunjukkan sektor ini termasuk dalam sektor yang di Indonesia tumbuh dengan cepat. Sedangkan nilai komponen D (negatif) berarti bahwa sektor ini mempunyai daya saing yang meningkat, karena pertumbuhannya lebih cepat daripada Indonesia. Analisis Tipologi Klassen di lihat dari pemerataan yang berada pada posisi kuadran II sektor maju tapi tertekan, dengan laju pertumbuhan yang rendah dan kontribusi yang lebih besar dibandingkan Nasional.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Provinsi Sulawesi Selatan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:1. Sektor basis di Provinsi Sulawesi Selatan

yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas dan air

bersih, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa-jasa.

2. Sektor yang memiliki pertumbuhan yang cepat di tingkat Nasional (P+) yaitu sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa. Sektor ekonomi yang memiliki keunggulan kompetitif atau daya saing (D+) yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.

3. Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas dan air bersih. Sektor angkutan dan komunikasi serta sektor jasa-jasa yang berada pada posisi sektor maju tapi tertekan. Sektor industri pengolahan, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan merupakan sektor yang berada pada posisi sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat.

4. Hasil analisis per sektor berdasarkan ketiga alat analisis menunjukkan bahwa sektor yang merupakan sektor unggulan di Provinsi Sulawesi Selatan dengan kriteria sektor maju dan tumbuh pesat, sektor basis dan kompetitif adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas dan air bersih.

Dari kesimpulan yang telah diperoleh dalam penelitian ini, maka yang menjadi saran yang diajukan oleh penulis adalah sebagai berikut:1. Diharapkan bagi pemerintah Provinsi

Sulawesi Selatan dalam upaya meningkatkan PDRB agar lebih mengutamakan pengembangan sektor dan sub sektor unggulan dengan tidak mengabaikan sektor dan sub sektor lain dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.

2. Sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian serta sektor listrik, gas air bersih

Page 17: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/7054/1/ARTIKEL RINI PUTRI.docx · Web viewPotensi deposit bahan galian yang tersedia dalam jumlah besar antara lain gas alam, batubara, nikel, pasir

17

sebagai sektor unggulan dan memilki kontribusi terbesar dalam perekonomian wilayah Provinsi Sulawesi Selatan perlu mendapatkan prioritas pengembangan, sehingga memberikan daampak yang tinggi bagi peningkatan pendapatan masyarakat dan lapangan pekerjaan.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, L. 1999. “Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah”. BPFE, Yogyakarta.

Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi & PembangunanDaerah, Reformasi, Perencanaan, Strategi, dan Peluang. Jakarta: PenerbitErlangga.

Siagian, Sondang P. 1984, Proses Pengolahan Pembangunan Nasional, Gunung Agung, Jakart

Page 18: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/7054/1/ARTIKEL RINI PUTRI.docx · Web viewPotensi deposit bahan galian yang tersedia dalam jumlah besar antara lain gas alam, batubara, nikel, pasir

18

PERNYATAAN ARTIKEL BELUM PERNAH DIPUBLIKASIKAN

Saya, Rini Putri

Nomor Pokok. 15B02028

Menyatakan bahwa artikel yang berjudul Analisis Perbandingan Sektor Ekonomi Di Provinsi Sulawesi

Selatan merupakan karya asli. Seluruh ide yang ada dalam artikel ini, kecuali yang saya nyatakan

sebagai kutipan, merupakan ide yang saya susun sendiri. Selain itu, artikel ini belum

dipublikasikan sebelumnya dimanapun dan dalam bentuk apapun.

Jika pernyataan di atas terbukti sebaliknya, maka saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan

oleh PPS Universitas Negeri Makassar.

Tanda Tangan.................................................., Tanggal,................................................