ringkasan penelitian toko modern

22
1 Penelitian Pendirian Pasar Modern (Swalayan) terhadap Keberadaan Pasar Tradisonal di Kabupaten Lamongan PENELITIAN PENDIRIAN PASAR MODERN (SWALAYAN) TERHADAP KEBERADAAN PASAR TRADISIONAL DI KABUPATEN LAMONGAN Oleh: Litbangda Kabupaten Lamongan A. Latar Belakang Perkembangan toko modern di Indonesia mempengaruhi perkembangan toko di kota kecil. Kehadiran toko modern di Kabupaten Lamongan sudah menjamur di berbagai lokasi, bahkan merambah hingga ke permukiman padat penduduk. Pertumbuhan toko modern jenis minimarket di Kabupaten Lamongan cukup pesat, dan dimungkinkan semakin lama akan semakin memberikan dampak buruk bagi toko usaha kecil pada umumnya. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan pasar modern dewasa ini menjadi tuntutan dan konsekuensi dari gaya hidup yang berkembang di masyarakat kita. Tidak hanya di kota metropolitan tapi sudah merambah di kota kecil di tanah air. Sangat mudah menjumpai Minimarket, Supermarket, Hypermarket di sekitar tempat tinggal kita. Tempat-tempat tersebut menjanjikan tempat yang nyaman dengan harga yang tidak kalah menariknya. Namun dibalik kesenangan tersebut ternyata membuat peritel kelas menengah dan bawah mengeluh. Hal ini berkaitan dengan preferensi masyarakat yang memiliki kemungkinan untuk cenderung beralih berbelanja di minimarket. Jarak antara toko usaha kecil dan lokasi minimarket yang berada dalam satu jangkauan pelayanan juga akan sangat berpengaruh pada preferensi masyarakat dalam menemtukan tempat berbelanja. Jika lokasi toko usaha kecil dan lokasi minimarket berada dalam satu lingkup pelayanan, maka besar kemungkinan masyarakat akan berbelanja di minimarket. Kehadiran minimarket telah menuntut toko usaha kecil untuk dapat meningkatkan pelayanan dan membenahi fasilitas pada tokonya untuk memberikan pelayanan terbaik kepada konsumennya. Hal ini memungkinkan terdapatnya perubahan pada preferensi masyarakat, untuk lebih memilih berbelanja di minimarket dari pada berbelanja di toko kecil. Keterpurukan para pedagang kecil terlihat dari jumlahnya yang kian menyusut karena gulung tikar. Keberadaan mini market membuat mereka sulit bersaing. Tidak jarang dalam suatu wilayah ada 2 hingga 3 mini market yang berdekatan. Bahkan ada juga yang berdampingan, sehingga di antara mini market pun persaingannya cukup ketat. Kondisi ini sangat memprihatinkan. Minimarket terus bertambah sehingga menggerus pedagang kecil. Sementara pemerintah seolah tidak memedulikan dan mengembalikan masalah tersebut pada mekanisme pasar. Pemerintah seakan menutup mata dan terus memberi izin pendirian minimarket. Yang lebih memprihatinkan, pendirian minimarket tidak memerhatikan aturan, baik dari sisi zonasi maupun jenis produk. Berdasarkan berbagai kondisi yang berkembang tersebut, peneliti mencoba untuk melakukan kajian dan survei lapangan terkait keberadaan pasar modern (swalayan) dan dampaknya terhadap pasar tradisional yang ada di Kabupaten Lamongan. B. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian pada latar belakang, pokok permasalahan, dan judul penelitian, maka dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:

Upload: bayu-murti

Post on 11-Jul-2016

243 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ringkasan Penelitian Toko Modern

1

Penelitian Pendirian Pasar Modern (Swalayan) terhadap Keberadaan Pasar Tradisonal di Kabupaten Lamongan

PENELITIAN PENDIRIAN PASAR MODERN (SWALAYAN) TERHADAP

KEBERADAAN PASAR TRADISIONAL DI KABUPATEN LAMONGAN

Oleh: Litbangda Kabupaten Lamongan

A. Latar Belakang

Perkembangan toko modern di Indonesia mempengaruhi perkembangan

toko di kota kecil. Kehadiran toko modern di Kabupaten Lamongan sudah

menjamur di berbagai lokasi, bahkan merambah hingga ke permukiman padat

penduduk. Pertumbuhan toko modern jenis minimarket di Kabupaten Lamongan

cukup pesat, dan dimungkinkan semakin lama akan semakin memberikan dampak

buruk bagi toko usaha kecil pada umumnya.

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan pasar modern dewasa ini

menjadi tuntutan dan konsekuensi dari gaya hidup yang berkembang di masyarakat

kita. Tidak hanya di kota metropolitan tapi sudah merambah di kota kecil di tanah air.

Sangat mudah menjumpai Minimarket, Supermarket, Hypermarket di sekitar tempat

tinggal kita. Tempat-tempat tersebut menjanjikan tempat yang nyaman dengan harga

yang tidak kalah menariknya. Namun dibalik kesenangan tersebut ternyata membuat

peritel kelas menengah dan bawah mengeluh.

Hal ini berkaitan dengan preferensi masyarakat yang memiliki kemungkinan

untuk cenderung beralih berbelanja di minimarket. Jarak antara toko usaha kecil dan

lokasi minimarket yang berada dalam satu jangkauan pelayanan juga akan sangat

berpengaruh pada preferensi masyarakat dalam menemtukan tempat berbelanja.

Jika lokasi toko usaha kecil dan lokasi minimarket berada dalam satu lingkup

pelayanan, maka besar kemungkinan masyarakat akan berbelanja di minimarket.

Kehadiran minimarket telah menuntut toko usaha kecil untuk dapat meningkatkan

pelayanan dan membenahi fasilitas pada tokonya untuk memberikan pelayanan

terbaik kepada konsumennya. Hal ini memungkinkan terdapatnya perubahan pada

preferensi masyarakat, untuk lebih memilih berbelanja di minimarket dari pada

berbelanja di toko kecil.

Keterpurukan para pedagang kecil terlihat dari jumlahnya yang kian

menyusut karena gulung tikar. Keberadaan mini market membuat mereka sulit

bersaing. Tidak jarang dalam suatu wilayah ada 2 hingga 3 mini market yang

berdekatan. Bahkan ada juga yang berdampingan, sehingga di antara mini market pun

persaingannya cukup ketat.

Kondisi ini sangat memprihatinkan. Minimarket terus bertambah sehingga

menggerus pedagang kecil. Sementara pemerintah seolah tidak memedulikan dan

mengembalikan masalah tersebut pada mekanisme pasar. Pemerintah seakan menutup

mata dan terus memberi izin pendirian minimarket. Yang lebih memprihatinkan,

pendirian minimarket tidak memerhatikan aturan, baik dari sisi zonasi maupun jenis

produk.

Berdasarkan berbagai kondisi yang berkembang tersebut, peneliti mencoba

untuk melakukan kajian dan survei lapangan terkait keberadaan pasar modern

(swalayan) dan dampaknya terhadap pasar tradisional yang ada di Kabupaten

Lamongan.

B. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian pada latar belakang, pokok permasalahan, dan

judul penelitian, maka dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:

Page 2: Ringkasan Penelitian Toko Modern

2

Penelitian Pendirian Pasar Modern (Swalayan) terhadap Keberadaan Pasar Tradisonal di Kabupaten Lamongan

1) Untuk mengukur pengaruh keberadaan pasar modern terhadap perkembangan

Pasar Tradisonal yang ada di Kabupaten Lamongan.

2) Untuk mengukur tingkat pertumbuhan pasar modern (swalayan) yang ada di

Kabupaten Lamongan

3) Untuk mengetahui preferensi masyarakat terhadap pasar tradisional dan pasar

modern (swalayan) yang ada di Kabupaten Lamongan

C. Definisi Operasional dan Keterbatasan Penelitian

Supaya tidak terjadi interpretasi yang beragam tentang penelitian ini, maka

perlu ditegaskan definisi operasional dan keterbatasan penelitian sebagai berikut;

1. Pasar Modern merupakan jenis toko dimana penjual dan pembeli tidak

bertransaksi secara langsung, melainkan pembeli melihat label harga yang

tercantum dalam barang (barcode), berada dalam satu bangunan dan

pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh

pramuniaga.

2. Pasar Tradisional atau toko yang masih dikelola secara manual, dimana penjual

dan pembeli bertemu secara langsung dan biasanya terjadi proses tawar menawar

harga. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari dengan manajemen yang masih

belum rapi.

3. Dampak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah apakah dalam pendirian pasar

modern (swalayan) berpengaruh terhadap keberadaan pasar tradisional yang ada

di sekitar + 500 meter dari lokasi tersebut. Dampak bisa berupa perubahan harga,

berkurangnya konsumen, keterjualan produk, hingga jumlah eksistensi pasar

tradisonal.

D. Kerangka Berfikir

Disadari atau tidak, kebijakan pemerintah dengan mengijinkan masuknya pasar

modern lambat laun mulai menggeser eksistensi pasar tradisional. Tak sedikit

masyarakat yang mengeluhkan toko mereka yang kian hari kian sepi. Apakah memang

benar alasan utama dari makin sedikitnya pasar tradisinal disebabkan beroperasinya

toko modern.

Maraknya pembangunan pasar modern seperti hypermarket dan supermarket

telah menyudutkan pasar tradisional di kawasan perkotaan, karena menggunakan

konsep penjualan produk yang lebih lengkap dan dikelola lebih profesional.

Kemunculan pasar modern di Indonesia berawal dari pusat perbelanjaan modern

Sarinah di Jakarta pada tahun 1966 dan selanjutnya diikuti pasar-pasar modern lain

(1973 dimulai dari Sarinah Jaya, Gelael dan Hero; 1996 munculnya hypermarket Alfa,

Super, Goro dan Makro; 1997 dimulai peritel asing besar seperti Carrefour dan

Continent; 1998 munculnya minimarket secara besar-besaran oleh Alfamart dan

Indomaret; 2000-an liberalisasi perdagangan besar kepada pemodal asing), serta

melibatkan pihak swasta lokal maupun asing. Pesatnya perkembangan pasar yang

bermodal kuat dan dikuasai oleh satu manajemen tersebut dipicu oleh kebijakan

pemerintah untuk memperkuat kebijakan penanaman modal asing.

Dampak dari hal yang dikemukakan, menurut survei AC Nielsen pada tahun

2004 didapatkan data bahwa pertumbuhan pasar modern 31,4% dan pasar tradisional

bahkan minus 8,1%. Hal ini menunjukkan adanya masalah yang dihadapi pasar

tradisional sebagai wadah utama penjualan produk-produk kebutuhan pokok yang

Page 3: Ringkasan Penelitian Toko Modern

3

Penelitian Pendirian Pasar Modern (Swalayan) terhadap Keberadaan Pasar Tradisonal di Kabupaten Lamongan

dihasilkan oleh para pelaku ekonomi skala menengah kecil. Namun demikian,

pemerintah tetap berupaya membangun pasar tradisional di seluruh daerah dan juga

hasil survei AC Nielsen, 29% konsumen tetap mengunjungi pasar tradisional dengan

alasan harga lebih murah, harga dapat ditawar, banyak pilihan makanan dan produk

segar, lokasi dekat dengan rumah, menyediakan segala yang diperlukan dan lainnya.

Dari ilustrasi (fakta dan data) yang dikemukakan, banyak hal yang sebenarnya

membuat pasar tradisional mulai kehilangan tempat di Indonesia, khususnya di kota-

kota besar. Perilaku konsumen semakin demanding karena konsumen kian memahami

haknya, sedangkan di sisi lain mereka hanya memiliki waktu dan kesempatan yang

semakin terbatas untuk berbelanja. Perubahan perilaku konsumen yang cenderung

demanding menyebabkan mereka beralih ke pasar modern. Pasar-pasar modern

dikemas dalam tata ruang yang apik, terang, lapang, dan sejuk. Pengalaman berbelanja

tidak lagi disuguhi dengan suasana yang kotor, panas, sumpek, dan becek. Konsumen

kian senang menjadi raja yang dimanja.

Pasar tradisional beroperasi dalam jam yang terbatas, umumnya hanya

beroperasi pada pagi hari dan tidak buka sampai sore atau malam hari. Para wanita

yang bekerja biasanya memanfaatkan waktu istirahat makan siang untuk sekaligus

berbelanja kebutuhan keluarga di pasar modern yang dekat dengan lokasi kerjanya.

Tingkat kesadaran masyarakat terhadap kesehatan semakin meningkat, kurang dapat

ditangkap oleh pengelola pasar tradisional yang tidak begitu memerhatikan kebersihan

pasar dan fasilitas pasar. Kehadiran pasar-pasar modern membuat belanja menjadi

suatu wisata keluarga yang memberikan pengalaman tersendiri.

Tahapan yang diperlukan oleh pasar tradisional untuk meningkatkan daya saing

usahanya maupun bertahan (menghindar dari kematian) dalam kompetisi bisnis ritel

menurut analisis masa depan terhadap organisasinya dalam memunculkan kegiatan

ekonomi yang dapat menyerap kesempatan kerja dan pengembangan wilayah (praktik

dan strategik) adalah kemampuan daya tanggap, kelincahan, kemampuan belajar,

kompetensi modal insani dan kreativitas operator pasar tradisional sebagai bagian dari

keunggulan organisasi belum menghasilkan kapasitas, fleksibilitas dan keragaman

yang luas. Sebagai akibatnya pasar tradisional selalu identik dengan tempat belanja

yang kumuh, becek serta bau, dan karenanya hanya didatangi oleh kelompok

masyarakat kelas bawah.

Membiarkan pasar tradisional apa adanya dan meminta pemerintah menghambat

pengembangan pasar modern tidak akan membantu pasar tradisional untuk bertahan

hidup. Masyarakat selaku konsumen semakin menuntut kenyamanan, dan jika hal

tersebut tidak dapat dipenuhi pasar tradisional, maka secara otomatis mereka akan

beralih ke pasar modern. Lonceng kematian pasar tradisional telah berdentang, dan

pengunjung setia yang terakhir akan meninggalkan pasar tradisional ketika pasar

tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhannya lagi. Keberadaan pasar tradisional

tidak dapat diatur atau dilindungi oleh peraturan pemerintah setingkat apapun. Pasar

tradisional hanya dapat dipertahankan jika mereka disediakan tempat khusus yang

nyaman dan disediakan oleh pemerintah. Atas alasan itu pula, pasar modern tidak

dapat dipersalahkan.

Menurut Perbup Lamongan No. 18/2012 dan Perda Kabupaten Lamongan

No.6/2012 disebutkan bahwa jarak lokasi pendirian toko modern dengan pasar

tradisional paling sedikit 1000 meter kecuali dalam wilayah kecamatan Lamongan,

Babat, dan Paciran berjarak paling sedikit 500 meter. Namun dalam praktiknya, masih

banyak toko modern yang jarak pendiriannya kurang dari 500 meter dari toko/pasar

Page 4: Ringkasan Penelitian Toko Modern

4

Penelitian Pendirian Pasar Modern (Swalayan) terhadap Keberadaan Pasar Tradisonal di Kabupaten Lamongan

modern. Walaupun toko tersebut sudah tidak mendapatkan izin dari Badan Penanaman

Modal dan Perijinan, namun masih tetap beroperasi.

Menurut Permendag No. 70/2013 yang juga diatur dalam Perbup Lamongan No.

18/2012 dan Perda Kabupaten Lamongan No.6/2012 disebutkan bahwa waktu

pelayanan atau jam kerja minimarket untuk hari senin-jum’at, pukul 08.00 WIB

sampai dengan 22.00 WIB, untuk hari sabtu dan minggu, pukul 08.00 sampai dengan

pukul 23.00 WIB. Namun dalam praktiknya ada beberapa toko modern yang

membuka waktu pelayanan selama 24 jam.

Menurut Goeslowstec (2012) Keberadaan pasar modern di Indonesia akan

berkembang dari tahun ke tahun. Perkembangan yang pesat ini bisa jadi akan terus

menekan keberadaan pasar tradisional pada titik terendah dalam 20 tahun mendatang.

Pasar modern yang notabene dimiliki oleh peritel asing dan konglomerat lokal akan

menggantikan peran pasar tradisional yang mayoritas dimiliki oleh masyarakat kecil

dan sebelumnya menguasai bisnis ritel di Indonesia.

Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu adanya langkah nyata dari pedagang

pasar agar dapat mempertahankan pelanggan dan keberadaan usahanya. Para

pedagang di pasar tradisional harus mengembangkan strategi dan membangun rencana

yang mampu memenuhi kebutuhan dan tuntutan konsumen sebagaimana yang

dilakukan pasar modern. Jika tidak, maka mayoritas pasar tradisional di Indonesia

beserta penghuninya hanya akan menjadi sejarah yang tersimpan dalam album

kenangan industri ritel di Indonesia dalam waktu yang relatif singkat. Pertarungan

sengit antara pedagang tradisional dengan peritel raksasa merupakan fenomena umum

era globalisasi. Jika Pemerintah tak hati-hati, dengan membina keduanya supaya

sinergis, Perpres Pasar Modern justru akan membuat semua pedagang tradisional mati

secara sistematis.

Kabupaten Lamongan adalah salah satu daerah di Propinsi Jawa Timur yang

memiliki pertumbuhan ekonomi yang menggembirakan tiap tahun. Berdarakan data

yang dipublikasikan oleh surya online menyebutkan bahwa Pertumbuhan ekonomi

Lamongan pada 2012 mencapai 7,12 persen sebagai bukti ekses pemerataan

pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan estimasi total nilai produk

domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga konstan Lamongan pada Tahun

2012 sebesar Rp 7.097.271.490.000, atau naik 7,12 persen dibanding Tahun 2011. Hal

ini menjadi salah satu alasan banyak pengusaha membangun pasar modern.

Konsepnya yang nyaman, higienis, produk yang serba ada, dengan manajemen yang

tidak ribet menjadikan pasar modern banyak jadi pilihan.

E. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan

metode penelitian survei. Menurut Prasetyo (2005), Penelitian survei adalah penelitian

kuantitatif dengan menggunakan pertanyaan terstruktur/sistematis yang sama kepada

banyak orang, untuk kemudian semua jawaban yang diperoleh peneliti dicatat, diolah,

dan dianalisis. Pertanyaan yang terstruktur biasanya disebut quesioner. Quesioner

berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan kepada responden untuk

mengukur variabel-variabel, berhubungan di antara variabel yang ada, atau bisa juga

pengalaman dan opini dari responden.

Kemudian menurut Sukardi (2007) penelitian survei merupakan kegiatan

penelitian yang data pada saat tertentu dengan tiga tujuan penting, yaitu: 1)

mendeskripsikan keadaan alami yang hidup saat itu, 2) mengidentifikasi secara

Page 5: Ringkasan Penelitian Toko Modern

5

Penelitian Pendirian Pasar Modern (Swalayan) terhadap Keberadaan Pasar Tradisonal di Kabupaten Lamongan

terukur keadaan sekarang untuk dibandingkan, dan 3) menetukan hubungan sesuatu

yang hidup di antara kejadian spesifik.

Metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-

fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual,

baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik, dari suatu kelompok atau suatu

daerah (Masyhuri & Zainuddin, 2008).

Secara sederhana penelitian survei merupakan cara untuk mengumpulkan

informasi dengan menggunakan instrumen penelitian (pedoman wawancara atau

angket) yang diajukan kepada responden yang bertujuan untuk meneliti karakteristik

atau sebab akibat antar variabel tanpa adanya campur tangan peneliti.

F. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasar modern yang didirikan

di Kabupaten Lamongan, dimana di sekitar pasar modern (+ 500 meter) tersebut

terdapat pasar tradisional.

2. Sampel

Penelitian ini menggunakan Simple Random Sampling atau Sampel Acak

Sederhana. Simple Random Sampling adalah cara pengambilan sampel dari

anggota populasi dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan strata

(tingkatan) dalam anggota populasi tersebut. Sampel penelitian ini diambil dari

beberapa lokasi yang ada di Kabupaten Lamongan yang didirikan pasar modern

(swalayan).

Berdasarkan hasil pengambilan sampel dari keberadaan pasar modern

tersebut kemudian dilakukan survei kepada beberapa pihak, antara lain:

1. Para pedagang pasar/toko tradisional yang memiliki jarak + 500 meter dari

lokasi berdirinya pasar modern (swalayan)

2. Masyarakat sekitar yang mengetahui dan memanfaatkan keberadaan pasar

tradisional atau pasar modern

3. Instansi terkait yang terlibat dalam pendirian pasar modern

G. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di wilayah yang didirikan pasar modern (swalayan)

per April 2014. Adapun lokasi penelitian meliputi 11 kecamatan yang ada di

Lamongan sebagai sampel, yaitu: Kecamatan Lamongan, Sukodadi, Tikung,

Babat, Brondong, Paciran, Karanggeneng, Ngimbang, Sugio, Sekaran, Maduran.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan, yakni terhitung dari bulan Mei-

Juli 2014.

H. Teknik Pengumpulan Data

Di dalam metode penelitian survei, lazimnya data dikumpulkan dengan

beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut, yaitu; 1) wawancara, 2) kuisioner,

Page 6: Ringkasan Penelitian Toko Modern

6

Penelitian Pendirian Pasar Modern (Swalayan) terhadap Keberadaan Pasar Tradisonal di Kabupaten Lamongan

dan 3) Observasi. Ketiga teknik tersebut yang digunakan untuk mengumpulkan data

penelitian.

I. Analisis Data Penelitian

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data dan kegiatan penelitian,

selanjutnya dilakukan kegiatan menganalisis data. Kegiatan menganalisis data ini

terdiri dari tiga tahap, yaitu:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan ini dilakukan beberapa kegiatan antara lain:

a. Mengecek nama dan kelengkapan identitas responden

b. Memeriksa isi instrumen pengisian data

c. Mengecek isian data.

2. Melakukan tabulasi

Kegiatan tabulasi adalah kegiatan mengelompokkan data ke dalam frekuensi

untuk mempermudah dalam menganalisa. Kegiatan tabulasi dalam hal ini, yaitu:

a. Coding, yaitu pembahasan kode untuk setiap data yang telah di edit

b. Skoring, yaitu pemberian skor terhadap jawaban responden untuk

memperoleh data kuantitatif yang diperlukan. Pada penelitian ini dilakukan

skala likert yang sudah dimodifikasi untuk menentukan skor. Dalam skala

likert jawaban yang diberikan semuanya mempunyai persepsi positif atau

favorable.

c. Tahap penerapan data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa kualitatif

dan kuatitatif. Penyajian data dibuat dalam bentuk deskriptif yang bertujuan

memberikan deskripsi mengenai subyek penelitian berdasarkan data dari

variabel yang diperoleh dari kelompok subyek yang diteliti dengan

menggunakan tehnik tabulasi, dengan menyajikan hasil penelitian tabel-tabel

distribusi frekuensi dengan prosentase untuk masing-masing kelompok. Alat

bantu yang dibutuhkan untuk mengolah data statistik frekuensi dan

prosentase menggunakan bantuan komputer dengan program microsoft

office, excel. Sedangkan analisa kualitatif digunakan untuk menentukan

variabel-variabel yang akan dijadikan acuan dalam menentukan pengaruh

pendirian pasar modern (swalayan) terhadap pasar tradisional di Kabupaten

Lamongan. Analisa ini digambarkan dalam bentuk kata-kata atau kalimat,

dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan (Arikunto,

1998:245).

J. Hasil Penelitian

Berdasarkan survei lapangan, ditemukan beberapa data yang berkaitan dengan

hasil penelitian pendirian pasar modern (swalayan) terhadap keberadaan pasar

tradisional yang ada di Kabupaten Lamongan. Untuk menjawab beberapa rumusan

masalah yang ada, peneliti melakukan wawancara dan menyebarkan kuesioner ke

273 responden yang terdiri dari 139 masyarakat umum dan 134 para pedagang

pasar/toko tradisonal. Para responden tersebut tersebar di 11 Kecamatan yang ada di

Kabupaten Lamongan, yakni Lamongan, Tikung, Sukodadi, Babat, Sekaran,

Maduran, Karanggeneng, Paciran, Brondong, Ngimbang dan Sugio.

Page 7: Ringkasan Penelitian Toko Modern

7

Penelitian Pendirian Pasar Modern (Swalayan) terhadap Keberadaan Pasar Tradisonal di Kabupaten Lamongan

1. Dampak Pasar/Toko Modern (swalayan) terhadap Pasar Tradisonal

Untuk mengetahui dampak Pasar/Toko Modern (swalayan) terhadap

Pasar Tradisonal, peneliti menyebarkan kuesioner kepada 134 pedagang yang

memiliki toko tradisional yang jaraknya + 500 meter dari toko modern. Adapun

karakteristik responden tersaji sebagimana tabel dibawah ini:

Tabel 1: Karakteristik Responden dari unsur pedagang tradisional

No

Respond Lokasi Toko/Pasar

Jarak dengan

Toko Modern

Jenis Barang

yang Dijual*

1 Utara SPBU Ngimbang 150 Meter A

2 Desa Sendangrejo, Ngimbang 200 Meter A,B,C,D,E,G

3 Jl. Raya Ngimbang 150 Meter A,B,C,

4 Jl. Raya Ngimbang 15 Meter B,H

5 Desa Sendangrejo, Ngimbang 100 Meter A

6 Jl. Andan Wangi, Lamongan 200 Meter A,B,C

7 Jl. Andan Wangi, Lamongan 300 Meter A,B,C,D,G

8 Jl. Andan Wangi, Lamongan 50 Meter A,B,C

9 Jl. Suwoko, Lamongan 250 Meter A,B,C

10 Jl. Suwoko, Lamongan 1,5 Meter B,C

11 Pasar Tingkat Lamongan 200 Meter E

12 Pasar Tingkat Lamongan 200 Meter E

13 Pasar Tingkat Lamongan 200 Meter D,H

14 Pasar Tingkat Lamongan 200 Meter E

15 Pasar Tingkat Lamongan 200 Meter E

16 Jl. Veteran, Lamongan 150 Meter A,B,C,D

17 Jl. Veteran, Lamongan 200 Meter A,B,C,D

18 Jl. Merpati, Lamongan 450 Meter A,B,C,E

19 Jl. DR. Wahidin SH, Lamongan 200 Meter B,C

20 Jl. Veteran, Lamongan 20 Meter A,B,C,D

21 Jl. Sunan Giri, Lamongan 300 Meter A,B,C

22 Jl. Sunan Giri, Lamongan 30 Meter B,C

23 Jl. Sunan Giri, Lamongan 150 Meter A,B,C

24 Jl. Sunan Giri, Lamongan 50 Meter B,C

25 Jl. Sunan Giri, Lamongan 250 Meter B,C

26 Sebelah MI Pangkat Rejo,

Maduran 150 Meter

D,E

27 Ds. Pangkat Rejo, Maduran 200 Meter D,F

28 Depan SMK Wahas Parengan,

Maduran 200 Meter

B,D,E

29 Depan Indomart, Parengan,

maduran 10 Meter B

30 Ds. Parengan, Maduran 50 Meter D

31 Pasar Karanggeneng 100 Meter D,G

32 Pasar Karanggeneng 50 Meter E

33 Pasar Karanggeneng 50 Meter A,C

34 Pasar Karanggeneng 25 Meter A,B

Page 8: Ringkasan Penelitian Toko Modern

8

Penelitian Pendirian Pasar Modern (Swalayan) terhadap Keberadaan Pasar Tradisonal di Kabupaten Lamongan

35 Pasar Karanggeneng 20 Meter C,F

36 Pasar Sumberwudi 150 Meter B

37 Toko Sumberwudi 300 Meter B,F,G

38 Toko Perat 50 Meter B,C

39 Pasar Sumberwudi 75 Meter E

40 Toko Sumberwudi 80 Meter A,C

41 Jl. Lamongrejo, Lamongan 50 Meter B,C,H

42 Jl. Lamongrejo No. 79,

Lamongan 10 Meter B

43 Jl. Merpati, Lamongan 250 Meter A,B,C,D

44 Jl. Merpati, Lamongan 400 Meter A,B,C

45 Jl. Lamongrejo, Lamongan 15 Meter A,B,C

46 Pasar Tingkat Lamongan 100 Meter E

47 Pasar Tingkat Lamongan 80 Meter A,D

48 Pasar Tingkat Lamongan 75 Meter C

49 Pasar Tingkat Lamongan 150 Meter A,H

50 Pasar Tingkat Lamongan 100 Meter B,E

51 Jl. Balunggesing, Sugio 150 Meter A,B,C

52 Ds. Sugio, Kec. Sugio 100 Meter A,B,C,E,G

53 Jl. Balunggesing, Sugio 110 Meter A,B,C,F

54 Ds. Sugio, Kec. Sugio 200 Meter A,B,C

55 Jl. Raya Sugio 100 Meter C

56 Jl. Sendangrejo, Ngimbang 80 Meter A,B,G

57 Ds. Sendangrejo, Ngimbang 200 Meter C

58 Barat Pasar Ngimbang 400 Meter D,G

59 Jl. Raya Babat –Jombang 100 Meter B

60 Jl. Raya Ngimbang 25 Meter B,C,D

61 JL. Basuki Rahmat, Lamongan 400 Meter A,B,C

62 JL. Basuki Rahmat, Lamongan 220 Meter A,B,C,D

63 JL. Basuki Rahmat, Lamongan 200 Meter A,B,C,D

64 Jl. Pahlawan, Lamongan 50 Meter A,B,C

65 Jl. Pahlawan, Lamongan 57 Meter A,B,C

66 Jl. Raya Made, Lamongan 100 Meter A

67 Jl. Mastrip, Lamongan 200 Meter C

68 Jl. Mastrip, Lamongan 50 Meter A,B,C

69 Jl. Mastrip, Lamongan 100 Meter A,B,C

70 Jl. Mastrip, Lamongan 300 Meter A,B,C

71 Jl. Sunan Drajat, Lamongan 200 Meter B,C,H

72 Jl. Sunan Drajat, Lamongan 100 Meter E

73 Jl. Sunan Drajat No.110,

Lamongan 110 Meter E,G

74 Pasar Tingkat Lamongan 450 Meter H

75 Pasar Tingkat Lamongan 220 Meter B,E

76 Pasar Tingkat Lamongan 250 Meter G,H

77 Jl. Raya Tambakboyo,

Lamongan 100 Meter A,B,C

Page 9: Ringkasan Penelitian Toko Modern

9

Penelitian Pendirian Pasar Modern (Swalayan) terhadap Keberadaan Pasar Tradisonal di Kabupaten Lamongan

78 Jl. Raya Tambakboyo,

Lamongan 300 Meter A,B,C,D,F,G

79 Jl. Raya Tambakboyo,

Lamongan 350 Meter C

80 Jl. Raya Tambakboyo,

Lamongan 100 Meter A,B,C,D,F,G

81 Jl. Raya Tambakboyo,

Lamongan 400 Meter A,B,C

82 Pasar Pule, Tikung 300 Meter H

83 Pasar Pule, Tikung 305 Meter A

84 Pasar Pule, Tikung 307 Meter E

85 Pasar Pule, Tikung 250 Meter C

86 Pasar Pule, Tikung 255 Meter D,E,G,H

87 Ds. Bangkalan Pule Tikung 100 Meter B

88 Pasar Pule, Tikung 300 Meter D,E

89 Pasar Pule, Tikung 304 Meter D

90 Jl. Paciran, Ds. Jelak 100 Meter B,C,D,F

91 Jl. Paciran, Ds. Jelak 80 Meter C

92 Jl. Raya Paciran 20 Meter A

93 Jl. Raya Paciran 30 Meter A,B,C

94 Jl. Raya Paciran 50 Meter A,C

95 Jl. Raya Paciran 40 Meter B,C,H

96 Jl. Raya Paciran 25 Meter C

97 Jl. Raya Paciran 60 Meter A,B,C

98 Ds. Kandangsemangkon,

Paciran 11 Meter B,C,D

99 Ds. Dengok, Paciran 25 Meter A,B,C,D,F

100 Ds. Dengok, Paciran 40 Meter A,B,C

101 Ds. Dengok, Paciran 50 Meter C

102 Ds. Blimbing, Paciran 45 Meter A,B,C

103 Ds. Blimbing, Paciran 20 Meter A,B,C

104 Ds. Blimbing, Paciran 60 Meter B,C,F

105 Ds. Blimbing, Paciran 50 Meter B,C,D,G

106 Jl. Raya Brondong 18 Meter A,C

107 Jl. Raya Brondong 20 Meter A,B,C

108 Jl. Raya Brondong 30 Meter A,B,C,H

109 Jl. Raya Brondong 5 Meter A,B,C,G

110 Jl. Raya Brondong 70 Meter B,C,E

111 Jl. Raya Brondong 40 Meter A,B,C,D,F

112 Ds. Sedayu Lawas, Brondong 10 Meter B,C,G

113 Ds. Sedayu Lawas, Brondong 7 Meter A,B,C

114 Ds. Sedayu Lawas, Brondong 80 Meter B,C,D

115 Ds. Sedayu Lawas, Brondong 60 Meter A,B,C,G

116 Ds. Lohgung, Brondong 45 Meter B,G

117 Ds. Lohgung, Brondong 70 Meter B,C,D,G

118 Ds. Lohgung, Brondong 40 Meter A,B,C

Page 10: Ringkasan Penelitian Toko Modern

10

Penelitian Pendirian Pasar Modern (Swalayan) terhadap Keberadaan Pasar Tradisonal di Kabupaten Lamongan

119 Ds. Lohgung, Brondong 20 Meter A,B

120 Ds. Keduwul, Sukodadi 60 Meter A, B

121 Jl. Raya Sukodadi 40 Meter A, B

122 Ds. Sukolilo, Sukodadi 500 Meter B, C

123 Jl. Raya Sukodadi 50 Meter A, C

124 Ds. Talun, Sukodadi 100 Meter A

125 Ds. Bedahan, Babat 100 Meter B

126 Ds. Sawahan, Babat 500 Meter C

127 Jl. Raya Bedahan, Babat 50 Meter A

128 Ds. Bedahan, Babat 300 Meter B

129 Jl. Raya Bedahan, Babat 300 Meter A

130 Jl. Pramuka Babat 100 Meter F, G, H

131 Jl. Stasiun Babat 500 Meter B, H

132 Kel. Banaran, Babat 200 Meter H

133 Pasar Lama Babat 200 Meter A, B

134 Pasar Lama Babat 200 Meter G, H

*Keterangan:

A Sembako E Pakaian dan sejenisnya

B Snack/makanan ringan F Mainan anak-anak

C Kebutuhan rumah tangga G Assesoris

D Perlengkapan

sekolah/kantor H Lain ………………

Hasil survei terhadap 134 pedagang tradisional yang lokasi tokonya berada

di sekitar toko modern (+ 500 meter) menunjukan kesimpulan sebagai berikut:

a. Berdasarkan hasil survei menunjukan bahwa pedagang pasar/toko tradisional

4% sangat setuju barang dagangan mereka mengalami penurunan penjualan

setelah adanya toko modern. Kemudian 43% setuju, lalu 3% biasa, 45 %

tidak setuju, dan 5% sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut.

Penurunan penjualan barang khususnya pada sembako, alat elektronik,

aksesoris dan peralatan sekolah. Alasan barang dagangan mereka mengalami

penurunan disebabkan barang yang ada di toko modern lebih lengkap, praktis

dan menarik penyajiannya, selain itu harga di pasar modern cenderung

stabil/pasti, sedangkan barang yang dijual di toko tradisonal lebih sering naik

turun harganya.

b. Ketika para pedagang pasar/toko tradisonal ditanya masalah adanya

perbedaan omzet penjualan barang setelah kehadiran toko modern di sekiatar

mereka, jawaban pedagang tradisional tersebut beragam. Sebanyak 8% dari

responden menjawab sangat setuju, lalu 37% responden menjawab setuju,

10% responden menjawab biasa, kemudian 43% responden menjawab tidak

setuju, dan ada 2% responden yang sangat tidak setuju atas pertanyaan

tersebut. Menurunnya tingkat penjualan barang di toko tradisional, berakibat

pada pendapatan (omzet) para pedagang setiap bulannya. Rata-rata

penghasilan para pedagang tradisonal setelah adanya toko modern di sekitar

mereka menurun Rp. 300 ribu hingga mencapai Rp. 800 ribu tiap bulannya.

Page 11: Ringkasan Penelitian Toko Modern

11

Penelitian Pendirian Pasar Modern (Swalayan) terhadap Keberadaan Pasar Tradisonal di Kabupaten Lamongan

c. Pedagang pasar/toko tradisional 6% sangat setuju bahwa pada umumnya toko

modern berdampak negatif terhadap pasar/toko tradisional. Kemudian 53%

responden setuju, lalu 6% responden menjawab biasa, 28% responden tidak

setuju, dan 7% responden menjawab sangat tidak setuju dengan pernyataan

tersebut. Kondisi ini menimbulkan reaksi dari para pedagang tradisional yang

menilai bahwa pemberian izin pendirian toko modern, khususnya yang

berdekatan dengan toko/pasar modern perlu mendapatkan kajian ulang.

Sebab, keberadaan toko modern (swalayan) tersebut dirasa mengancam

keberlangsungan pasar/toko tradisonal.

d. Terkait adanya pelanggan pedagang tradisional yang beralih ke toko modern

semenjak kehadiran toko modern di sekitar mereka, ternyata sebanyak 2%

dari responden menjawab sangat setuju, lalu 46% responden menjawab

setuju, 10% responden menjawab biasa, kemudian 37% responden menjawab

tidak setuju, dan ada 5% responden menjawab sangat tidak setuju.

Toko/pasar tradisional yang tetap bertahan karena mampu mengimbangi

layanan dengan toko modern. Khususnya inovasi pada komponen produk,

harga, tempat maupun sarana promosi.

e. Ketika para pedagang pasar/toko tradisonal ditanya terkait berkurangnya

pasar/toko tradisonal setelah berdirinya toko modern di sekiatar mereka,

jawaban pedagang tradisional tersebut beragam. Sebanyak 4% dari responden

menjawab sangat setuju, lalu 24% responden menjawab setuju, 6% responden

menjawab biasa, kemudian 62% responden menjawab tidak setuju, dan ada

4% responden yang sangat tidak setuju. Pedagang tradisional berharap

Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan mengambil perannnya untuk tidak

mengijinkan lagi pendirian toko modern. Para pedagang tradisional juga

berharap ada pembinaan yang intensif dari Pemda Lamongan agar toko/pasar

tradisional bisa bersaing dengan toko modern (swalayan) yang sudah ada.

Pemerintah Daerah juga diminta untuk secara intensif bisa memberikan

bantuan modal bagi pedagang toko/pasar tradisional.

Kesimpulannya adalah keberadaan toko modern berdampak pada

keberlangsungan toko/pasar tradisional. Walaupun tidak semua pedagang

merasakan dampak tersebut, namun para pedagang yang tokonya kurang bisa

berkembang, khususnya yang menjual variasi produk yang terbatas sangat

merasakan dampak tersebut. Setidaknya 59% responden dari kalangan pedagang

tradisional merasa bahwa keberadaan toko modern berdampak negatif terhadap

toko yang mereka kelola. Ada 6% pedagang tradisional yang merasa bisa saja

dengan keberadaan toko modern. Kemudian 35% para pedagang tradisional

mendapatkan dampak positif dari berdirinya toko modern. Setidaknya ada 11

toko yang ada di 11 kecamatan dikelola perorangan maupun koperasi telah

berubah layanan operasionalnya menjadi modern. Sehingga bisa bersaing

dengan toko modern yang telah berkembang sebelumnya.

2. Perkembangan Pasar/Toko Modern di Kabupaten Lamongan

Tiap tahun, pendirian took modern di Kabupaten Lamongan selalu ada.

Berdasarkan hasil penelitian dan data yang didapatkan dari Badan Penanaman

Modal dan Perijinan Kabupaten Lamongan menunjukan tingkat pertumbuhan

took modern dari tahun ke tahun.

Page 12: Ringkasan Penelitian Toko Modern

12

Penelitian Pendirian Pasar Modern (Swalayan) terhadap Keberadaan Pasar Tradisonal di Kabupaten Lamongan

Tabel 2: Pertumbuhan tiap tahun toko modern berbasis jaringan di 11

kecamatan yang ada di Kabupaten Lamongan.

No Tahun Persentase Pertumbuhan

1 2007 14%

2 2008 5%

3 2009 7%

4 2010 16%

5 2011 14%

6 2012 21%

7 2013 12%

8 2014 12% Sumber: Data hasil penelitian dan Badan Penanaman Modal dan Perijinan Kabupaten Lamongan

Berdasarkan data per bulan Juli 2014 dari Badan Penanaman Modal dan

Perijinan Kabupaten Lamongan, terdapat 43 toko modern berbasis jaringan di 11

kecamatan yang ada di Kabupaten Lamongan yang menjadi sample penelitian.

Adapun data toko modern tersebut sebagai berikut:

Tabel 3: Daftar toko modern berbasis jaringan di 11 Kecamatan yang ada di

Kabupaten Lamongan

No Nama Toko Modern Lokasi Tahun Izin

SIUP IUTM

1 PT " INDOMARCO

PRISMATAMA "

Jl. Raya Karanggeneng,

Karanggeneg 2007

-

2 PT " INDOMARCO

PRISMATAMA " Jl. Raya Kel. Babat, Babat 2007

-

3

PT " INDOMARCO

PRISMATAMA "

Relokasi: PT.

INDOMARCO

PRISMATAMA

Jl. Raya Babat, Kel.

Banaran, Babat

Relokasi: Jl. Raya Babat

No. 189, Desa Bedahan,

Babat

2007

-

4 PT " INDOMARCO

PRISMATAMA "

Jl. Raya Muka Pasar Sugio,

Sugio 2007

-

5 PT " INDOMARCO

PRISMATAMA "

Jl. Raya Blimbing No. 14,

Paciran 2007

-

6

CV " ANUGERAH

RAYA "

INDOMART

Jl. Mastrip No. 64,

Lamongan 2007

-

7 PT " INDOMARCO

PRISMATAMA "

Jl. Raya No. 43, Kel.

Brondong 2008

-

8 PT " INDOMARCO

PRISMATAMA "

Jl. Lamongrejo, Kel.

Sidokumpul, Lamongan 2008

2013

9 PT " INDOMARCO

PRISMATAMA "

Jl.Sunan Drajat No. 28,

Lamongan 2009

2013

10 PT " INDOMARCO

PRISMATAMA "

Desa Sendangrejo,

Ngimbang 2009

-

11 PT " INDOMARCO

PRISMATAMA "

Jl. Raya Jombang No. 10,

Banaran, Babat 2009

-

Page 13: Ringkasan Penelitian Toko Modern

13

Penelitian Pendirian Pasar Modern (Swalayan) terhadap Keberadaan Pasar Tradisonal di Kabupaten Lamongan

12 PT " INDOMARCO

PRISMATAMA "

Jl.Basuki Rahmad No. 139,

Lamongan 2010

2013

13 PT " INDOMARCO

PRISMATAMA "

Jl. Raya Babat-Bojonegoro,

Kel. Banaran, Babat 2010

-

14 PT " INDOMARCO

PRISMATAMA " Desa Parengan, Maduran 2010

-

15

PT " SUMBER

ALFARIA TRIJAYA

Tbk. "

Jl. Kh. Ahmad Dahlan No.

04, Lamongan 2010

-

16

PT " SUMBER

ALFARIA TRIJAYA

Tbk. "

Jl. B. Rahmat No. 83,

Lamongan 2010

-

17

PT " SUMBER

ALFARIA TRIJAYA

Tbk. "

Jl. Raya Desa Paciran,

Paciran 2010

-

18

PT " SUMBER

ALFARIA TRIJAYA

Tbk. "

Jl. Raya Jombang No. 16,

Babat 2010

-

19 PT " MIDI UTAMA

INDONESIA "

Jl. KH. Ahmad Dahlan No.

14-16, Lamongan 2011 -

20 PT " MIDI UTAMA

INDONESIA "

Jl. Basuki Rahmad No. 299,

Lamongan 2011 -

21

PT " SUMBER

ALFARIA TRIJAYA

Tbk. "

Jl. Suwoko No. 17,

Lamongan 2011

2011

22

CV " DWI JAYA "

INDOMART

Relokasi: PT.

INDOMARCO

PRISMATAMA

Jl. Kombes Pol M. Duryat

No.37, Lamongan

Relokasi: Jl. Veteran No.

112, Lamongan

2011

-

2013

2014

23

CV " DWI

TUNGGAL

PRATAMA "

INDOMART

Jl. Raya Deandles Desa

Paciran, Paciran 2011 2013

24 CV " TIARA MAS "

INDOMART

Jl. Raya Desa Pangean,

Maduran 2011

-

25

PT " SUMBER

ALFARIA TRIJAYA

Tbk. "

Desa Tambakrigadung,

Tikung 2012 2012

26 PT " MIDI UTAMA

INDONESIA Tbk. "

Jl. Veteran No. 64,

Lamongan 2012 2013

27

PT " SUMBER

ALFARIA TRIJAYA

Tbk. "

Desa Banjarejo, Sukodadi 2012 2012

28

PT " SUMBER

ALFARIA TRIJAYA

Tbk. "

Jl. Lamongrejo No. 71,

Lamongan 2012 2012

29 CV " CAHAYA Jl. Raya Desa 2012 2012

Page 14: Ringkasan Penelitian Toko Modern

14

Penelitian Pendirian Pasar Modern (Swalayan) terhadap Keberadaan Pasar Tradisonal di Kabupaten Lamongan

SUKSES

ANUGERAH "

ALFA

Kandangsemangkon,

Paciran

30

CV " EKA

SEJAHTERA

ABADI "

INDOMART

Jl. Pangsud Kav. 2-3,

Lamongan 2012 2012

31

PT " SUMBER

ALFARIA TRIJAYA

Tbk. "

Jl. Sunan Giri No. 26, Kel.

Sukorejo, Lamongan 2012 2012

32

PT " SUMBER

ALFARIA TRIJAYA

Tbk. "

Jl. Suwoko No. 97,

Lamongan 2012 2012

33 CV " ARYA MINA

KARTIKA " ALFA

JL. Veteran No. 30 A,

Banjarmendalan, Lamongan 2012 2012

34 PT. INDOMARCO

PRISMATAMA

Jl. Raya Tambakboyo,

Tambakrigadung, Tikung 2013 2013

35 CV " ANUGERAH "

ALFA

Dusun Pule, Desa

Bakalanpule, Tikung 2013 2013

36

CV " KARYA

TUNGGAL JAYA

212" ALFA

Jl. Raya Kr. Geneng, Ds.

Kendalkemlagi,

Karanggeneng

- 2013

37 PT. KOALA CIPTA

MANDIRI. ALFA

Jl. Mastrip No. 64, Desa

Made, Lamongan - 2013

38 PT. INDOMARCO

PRISMATAMA

Jl. Raya Deandles Desa

Paciran, Kec. Paciran

(depan WBL)

- 2013

39 PT. INDOMARCO

PRISMATAMA

Jl. Raya Babat Kel. Babat

(Depan Bank), Babat - 2014

40 PT. INDOMARCO

PRISMATAMA

Jl. Raya Deandles Desa

Sedayulawas, Brondong - 2014

41 PT. INDOMARCO

PRISMATAMA

Jl. Raya Deandles no. 13.

Desa Lohgung, Brondong - 2014

42 PT. INDOMARCO

PRISMATAMA

Jl. Raya Deandles Desa

Kandangsemangkon,

Paciran

- 2014

43 PT. INDOMARCO

PRISMATAMA

Jl. Raya Bedahan No. 39,

Desa Bedahan Kec. Babat - 2014

Sumber: Badan Penanaman Modal dan Perijinan Kabupaten Lamongan

Berdasarkan data yang tersaji dalam tabel 2 diatas bisa diketahui bahwa

sebagian besar toko modern masih berijin SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan)

yang diterbitkan oleh Badan Penanaman Modal dan Perijinan Kabupaten

Lamongan. SIUP masa berlakunya 5 tahun sejak diterbitkan. Sesuai data

tersebut diketahui bahwa ada 7 (tujuh) toko modern yang masa berlakunya SIUP

telah habis dan belum mengajukan ijin IUTM (Izin Usaha Toko Modern)

sebagai syarat toko modern tersebut mendapatkan ijin usaha.

Selain itu, masih ada 11 toko modern yang masih menggunakan izin

SIUP dalam menjalankan usahanya. Mereka masih tetap legal

Page 15: Ringkasan Penelitian Toko Modern

15

Penelitian Pendirian Pasar Modern (Swalayan) terhadap Keberadaan Pasar Tradisonal di Kabupaten Lamongan

menyelenggarakan usaha sampai masa SIUP tersebut berakhir, dan diperpanjang

dengan mengajukan Ijin Usaha Toko Modern (IUTM). Selebihnya, toko modern

tersebut telah terdaftar sesuai dengan IUTM yang diterbitkan oleh Badan

Penanaman Modal dan Perijinan. Untuk mengetahui persentase perbandingan

perizinan toko modern bisa diketahui dari gambar dibawah ini:

Gambar 1: Diagram persentase perbandingan toko modern berizin di 11

kecamatan yang ada di Kabupaten Lamongan.

Hasil observasi lapangan, peneliti menemukan beberapa toko jaringan

dan perorangan yang membuka cabang di beberapa daerah yang menjadi obyek

penelitian, tapi masih belum berijin Badan Penanaman Modal dan Perijinan

Kabupaten Lamongan. Adapun nama-nama toko modern tersebut tersaji sebagai

berikut:

Tabel 4: Daftar toko modern berbasis jaringan dan perorangan yang tidak

berizin di 11 Kecamatan yang ada di Kabupaten Lamongan

No Nama Toko

Modern Status Lokasi Keterangan

1 Smesco Mart Jaringan Jl. Sunan Drajad,

Lamongan

Belum berizin di Badan

Penanaman Modal dan

Perijinan Lamongan

2 Awam

Swalayan Perorangan

Jl. Raya Pangean

Maduran

Belum berizin di Badan

Penanaman Modal dan

Perijinan Lamongan

3 Indo Mart Jaringan Jl. Raya

Karanggeneng

Tidak mendapatkan izin

dari Badan Penanaman

Modal dan Perijinan

Lamongan karena

lokasinya berdekatan

dengan pasar tradisional

4 Alfa Mart Jaringan

Jl. Pasar

Sumberwudi,

Karanggeneng

Tidak mendapatkan izin

dari Badan Penanaman

Modal dan Perijinan

Lamongan karena

lokasinya berdekatan

dengan pasar tradisional

5 Awam

Swalayan Perorangan

Jalan Raya

Ngimbang

Belum berizin di Badan

Penanaman Modal dan

Perijinan Lamongan

Page 16: Ringkasan Penelitian Toko Modern

16

Penelitian Pendirian Pasar Modern (Swalayan) terhadap Keberadaan Pasar Tradisonal di Kabupaten Lamongan

6 Alfa Mart Jaringan

Jl. Panglima

Sudirman

Lamongan (Depan

Stasiun)

Tidak mendapatkan izin

dari Badan Penanaman

Modal dan Perijinan

Lamongan karena

lokasinya berdekatan

dengan pasar tradisional

7 Alfa Mart Jaringan Desa Sendangrejo,

Ngimbang

Baru proses pengajuan

izin di Badan Penanaman

Modal dan Perijinan

Lamongan

8 Smesco Jaringan Jalan Raya

Sukodadi

Belum berizin di Badan

Penanaman Modal dan

Perijinan Lamongan

Selain toko modern berbasis jaringan dan perorangan yang membangun

cabang di beberapa daerah sebagaimana tersaji pada tabel 2 diatas, ada juga

beberapa toko perorangan maupun koperasi yang tersebar di 11 kecamatan yang

dikelola dengan konsep secara modern. Toko tersebut secara operasioanal

pelayanannya menggunakan teknologi modern, seperti pelayanan menggunakan

jasa pramuniaga, harga produk yang menggunakan barcode, dan lain

sebagainya.

Tabel 5: Daftar toko modern perorangan atau koperasi yang dikelola secara

modern di 11 Kecamatan yang ada di Kabupaten Lamongan

No Nama Toko Modern Lokasi Keterangan

1 Toko Kencana Jl. KH. Ahmad Dahlan

No. 10, Lamongan Berizin SIUP

2 Shafira Jl. Kyai Amin No. 21

Lamongan Berizin SIUP

3 Celvin Mart Jl. Lamongrejo,

Lamongan Berizin SIUP

4 Gading Kuning Jl. Sunan Drajad,

Lamongan Berizin SIUP

5 Handayani Toserba

Jl. KH. Ahmad Dahlan,

Lamongan (sebelah

Dinas Pendidikan)

Berizin SIUP

6 Sakinah Jl. Kusuma Bangsa,

Lamongan Berizin SIUP

7 Surya Mart Jl. Laras Liris No. 104

Lamongan Berizin SIUP

8 ODC Mart Jl. Raya Kendal

Kemlagi, Karanggeneng Berizin SIUP

9 Fastro Jl. Raya Mantup No. 64,

Tikung Berizin SIUP

10 Al Balad Jl. Sungelebak,

Karanggeneng Berizin SIUP

11 Toko Siswa Jalan Raya Babat Berizin SIUP

Berdasarkan uraian diatas, secara sederhana keberadaan toko modern

baik jaringan, perorangan maupun koperasi yang ada di 11 kecamatan terbagi

menjadi toko modern yang berijin baik dengan SIUP (termasuk yang masa SIUP

Page 17: Ringkasan Penelitian Toko Modern

17

Penelitian Pendirian Pasar Modern (Swalayan) terhadap Keberadaan Pasar Tradisonal di Kabupaten Lamongan

nya telah habis) maupun yang telah berijin dengan IUTM. Selain itu, ada juga

toko modern, baik perorangan maupun jaringan yang belum berijin baik dengan

SIUP maupun IUTM dari Badan Penanaman Modal dan Perijinan Kabupaten

Lamongan. Untuk mengetahui perbandingan persentase toko modern yang

berijin dan tidak berijin bisa dilihat pada gambar 2 dibawah ini:

Gambar 2: Diagram persentase perbandingan toko modern berizin dan tidak

berijin di 11 kecamatan yang ada di Kabupaten Lamongan.

3. Preferensi Masyarakat terkait Toko Modern terhadap Pasar Tradisonal

Untuk mengetahui preferensi masyarakat terkait keberadaan toko modern

terhadap toko/pasar tradisional, peneliti menyebarkan kuesioner kepada 139

responden. Adapun karakteristik responden tersaji sebagimana tabel 6 dibawah

ini:

Tabel 6: Karakteristik responden dari unsur masyarakat umum

No.

Respond

Jenis

Kelamin Usia Pekerjaan Penghasilan/Bln

1 Laki-laki 38 tahun Pedagang > 500.000

2 Laki-laki 45 tahun Pedagang > 500.000

3 Laki-laki 28 tahun Pedagang > 500.000

4 Laki-laki 30 tahun Pedagang < 500.000

5 Laki-laki 40 tahun Wiraswasta >1.000.000

6 Perempuan 42 tahun Petani > 500.000

7 Laki-laki 20 tahun Penjaga Kounter < 500.000

8 Laki-laki 31 tahun Pengusaha > 1.000.000

9 Laki-laki 37 tahun PNS > 1.000.000

10 Laki-laki 29 tahun Guru > 500.000

11 Laki-laki 26 tahun Guru < 1.000.000

12 Laki-laki 40 tahun Guru > 1.000.000

13 Perempuan 60 tahun Pedagang < 1.000.000

14 Laki-laki 38 tahun Pedagang > 1.000.000

15 Perempuan 40 tahun Pedagang > 1.000.000

16 Laki-laki 55 tahun Guru > 1.000.000

17 Laki-laki 35 tahun Guru < 1.000.000

Page 18: Ringkasan Penelitian Toko Modern

18

Penelitian Pendirian Pasar Modern (Swalayan) terhadap Keberadaan Pasar Tradisonal di Kabupaten Lamongan

18 Laki-laki 57 tahun Pedagang > 1.000.000

19 Laki-laki 40 tahun Petani > 500.000

20 Laki-laki 37 tahun Wiraswasta > 500.000

21 Laki-laki 50 tahun Wiraswasta > 1.000.000

22 Laki-laki 37 tahun Wiraswasta > 1.000.000

23 Perempuan 32 tahun Pedagang > 500.000

24 Laki-laki 52 tahun Perangkat Desa < 1.000.000

25 Perempuan 50 tahun PNS > 1.000.000

26 Laki-laki 50 tahun Wiraswasta < 1.000.000

27 Laki-laki 55 tahun Wiraswasta < 1.000.000

28 Perempuan 18 tahun Mahasiswi

29 Laki-laki 42 tahun Wiraswasta > 1.000.000

30 Laki-laki 27 tahun Wiraswasta > 500.000

31 Perempuan 20 tahun Wiraswasta > 500.000

32 Laki-laki 40 tahun Wiraswasta < 1.000.000

33 Laki-laki 23 tahun Wiraswasta > 1.000.000

34 Laki-laki 52 tahun Wiraswasta > 500.000

35 Perempuan 50 tahun Wiraswasta > 500.000

36 Laki-laki 50 tahun Wiraswasta > 500.000

37 Laki-laki 53 tahun Wiraswasta < 1.000.000

38 Laki-laki 56 tahun Penjahit > 500.000

39 Laki-laki 34 tahun Wiraswasta > 1.000.000

40 Laki-laki 36 tahun Wiraswasta < 1.000.000

41 Perempuan 45 tahun PNS > 1.000.000

42 Laki-laki 56 tahun PNS > 1.000.000

43 Perempuan 53 tahun PNS > 1.000.000

44 Laki-laki 56 tahun PNS > 1.000.000

45 Laki-laki 30 tahun Wiraswasta < 1.000.000

46 Laki-laki 38 tahun Perangkat Desa > 1.000.000

47 Laki-laki 26 tahun Wiraswasta > 500.000

48 Laki-laki 28 tahun Wiraswasta > 500.000

49 Laki-laki 47 tahun PNS > 1.000.000

50 Perempuan 22 tahun Mahasiswi

51 Laki-laki 53 tahun Perangkat Desa > 1.000.000

52 Perempuan 40 tahun Wiraswasta > 1.000.000

53 Laki-laki 42 tahun Wiraswasta < 1.000.000

54 Laki-laki 50 tahun Wiraswasta > 500.000

55 Laki-laki 25 tahun Wiraswasta > 1.000.000

56 Laki-laki 19 tahun Mahasiswa

57 Perempuan 19 tahun Wiraswasta > 500.000

58 Laki-laki 35 tahun Wiraswasta > 500.000

59 Perempuan 20 tahun Mahasiswi > 500.000

60 Laki-laki 50 tahun Wiraswasta < 1.000.000

61 Laki-laki 40 tahun Wiraswasta > 1.000.000

62 Laki-laki 57 tahun Wiraswasta < 1.000.000

Page 19: Ringkasan Penelitian Toko Modern

19

Penelitian Pendirian Pasar Modern (Swalayan) terhadap Keberadaan Pasar Tradisonal di Kabupaten Lamongan

63 Laki-laki 29 tahun PNS > 1.000.000

64 Perempuan 46 tahun PNS > 1.000.000

65 Laki-laki 35 tahun Wiraswasta < 1.000.000

66 Laki-laki 55 tahun PNS > 1.000.000

67 Laki-laki 50 tahun PNS > 1.000.000

68 Laki-laki 35 tahun Wiraswasta > 1.000.000

69 Laki-laki 21 tahun Mahasiswa

70 Laki-laki 55 tahun Wiraswasta < 1.000.000

71 Laki-laki 27 tahun Wiraswasta < 1.000.000

72 Laki-laki 44 tahun PNS > 1.000.000

73 Perempuan 33 tahun Wiraswasta > 500.000

74 Laki-laki 55 tahun PNS > 1.000.000

75 Laki-laki 40 tahun Wiraswasta < 1.000.000

76 Perempuan 56 tahun Ibu Rumah Tangga

77 Perempuan 20 tahun Wiraswasta > 500.000

78 Laki-laki 44 tahun Perangkat Desa > 500.000

79 Perempuan 59 tahun Wiraswasta < 1.000.000

80 Laki-laki 28 tahun Perangkat Desa > 500.000

81 Laki-laki 45 tahun Perangkat Desa > 1.000.000

82 Perempuan 40 tahun Wiraswasta < 1.000.000

83 Laki-laki 27 tahun Wiraswasta > 500.000

84 Perempuan 35 tahun Wiraswasta > 500.000

85 Perempuan 19 tahun Wiraswasta > 500.000

86 Perempuan 38 tahun Wiraswasta > 500.000

87 Laki-laki 32 tahun Wiraswasta < 1.000.000

88 Perempuan 32 tahun Wiraswasta > 1.000.000

89 Laki-laki 60 tahun Perangkat Desa > 500.000

90 Laki-laki 50 tahun Perangkat Desa > 500.000

91 Laki-laki 30 tahun Perangkat Desa > 500.000

92 Perempuan 32 tahun Ibu Rumah Tangga

93 Laki-laki 34 tahun Swasta > 1.000.000

94 Laki-laki 35 tahun Swasta > 1.000.000

95 Perempuan 40 tahun Ibu Rumah Tangga

96 Laki-laki 41 tahun Nelayan > 1.000.000

97 Laki-laki 42 tahun Wiraswasta > 1.000.000

98 Laki-laki 31 tahun Swasta 1.000.000

99 Laki-laki 36 tahun Wiraswasta > 1.000.000

100 Laki-laki 41 tahun Nelayan > 500.000

101 Laki-laki 35 tahun Nelayan > 1.000.000

102 Laki-laki 53 tahun Nelayan > 500.000

103 Perempuan 39 tahun Ibu Rumah Tangga

104 Perempuan 38 tahun Swasta > 1.000.000

105 Laki-laki 44 tahun Swasta > 1.000.000

106 Perempuan 42 tahun Ibu Rumah Tangga

107 Perempuan 37 tahun Swasta > 1.000.000

Page 20: Ringkasan Penelitian Toko Modern

20

Penelitian Pendirian Pasar Modern (Swalayan) terhadap Keberadaan Pasar Tradisonal di Kabupaten Lamongan

108 Laki-laki 42 tahun Nelayan > 1.000.000

109 Laki-laki 26 tahun Swasta > 1.000.000

110 Laki-laki 33 tahun Swasta > 1.000.000

111 Perempuan 39 tahun Ibu Rumah Tangga

112 Laki-laki 45 tahun Nelayan > 1.000.000

113 Laki-laki 40 tahun Pedagang > 1.000.000

114 Perempuan 36 tahun Swasta > 1.000.000

115 Laki-laki 38 tahun Nelayan > 1.000.000

116 Laki-laki 23 tahun Swasta 1.000.000

117 Laki-laki 48 tahun Nelayan 1.000.000

118 Laki-laki 42 tahun Nelayan > 1.000.000

119 Laki-laki 37 tahun Pedagang > 1.000.000

120 Perempuan 45 tahun Ibu Rumah Tangga

121 Laki-laki 46 tahun Nelayan 1.000.000

122 Perempuan 49 tahun Pedagang > 1.000.000

123 Laki-laki 45 tahun Swasta > 1.000.000

124 Laki-laki 32 tahun Swasta > 1.000.000

125 Laki-laki 22 tahun Guru > 500.000

126 Perempuan 30 tahun Ibu Rumah Tangga

127 Perempuan 34 tahun Guru > 500.000

128 Laki-laki 29 tahun Mahasiswa < 500.000

129 Laki-laki 43 tahun Wiraswasta 1.000.000

130 Laki-laki 27 tahun Guru > 500,000

131 Perempuan 35 tahun Wiraswasta > 500.000

132 Laki-laki 30 tahun Wiraswasta 1.000.000

133 Perempuan 28 tahun Ibu Rumah Tangga

134 Perempuan 32 tahun Wiraswasta > 500.000

135 Laki-laki 32 tahun Guru 1.000.000

136 Perempuan 27 tahun Ibu Rumah Tangga

137 Perempuan 24 tahun Guru > 500.000

138 Laki-laki 42 tahun Wiraswasta > 500.000

139 Laki-laki 24 tahun Mahasiswa < 500.000

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 139 responden dari unsur

masyarakat terkait preferensi mereka terhadap toko modern dengan toko/pasar

tradisional. Adapun garis besarnya tersaji sebagi berikut:

a. Mayoritas masyarakat merasa bahwa kualitas dan tingkat keawetan suatu

barang yang dijual di toko modern tidak ada perbedaan dengan produk yang

ada di pasar/toko tradisional. Namun, mayoritas masyarakat setuju jika

produk yang dijual di toko modern lebih lengkap dan lebih bervariasi.

b. Mayoritas masyarakat sepakat bahwa harga barang di toko modern lebih

mahal jika dibandingkan yang dijual di pasar/toko tradisional. Walaupun mahal,

namun 63% responden menjawab bahwa harga yang dijual di toko modern

masih bisa dijangkau oleh masyarakat. Selain itu, menurut masyarakat penetapan

Page 21: Ringkasan Penelitian Toko Modern

21

Penelitian Pendirian Pasar Modern (Swalayan) terhadap Keberadaan Pasar Tradisonal di Kabupaten Lamongan

harga barang yang ada di toko modern lebih pasti dan stabil, sedangkan di

pasar/toko tradisional cenderung naik turun.

c. Mayoritas responden, tepatnya 43% menjawab bahwa lokasi berdirinya toko

modern terlalu dekat dengan pasar/toko tradisonal. Selain itu 63% responden

mengakui bahwa bangunan pasar modern lebih bagus jika dibandingkan

dengan pasar/toko tradisional.

d. Mayoritas responden merasa bahwa layanan yang ada di toko modern lebih

baik, lebih cepat dan praktis, jika dibandingkan dengan pasar/toko

tradisional. Tak hanya itu, masyarakat juga setuju bahwa pelayanan di toko

modern lebih ramah, lebih terpercaya, lebih tertata rapi, jika dibandingkan

dengan pasar/toko tradisional.

e. Untuk mengatasi persaingan antara toko modern dengan pasar/toko

tradisional, mayoritas mengatakan perlu adanya peran Pemerintah Daerah

Kabupaten Lamongan, baik masalah kebijakan maupun bentuk lain yang

mampu meningkatkan daya saing toko/pasar tradisional.

Kesimpulan preferensi masyarakat bahwa secara nyata ada perbedaan

yang mencolok terkait kondisi produk, harga, layanan, tempat dan daya saing

antara toko modern dengan toko/pasar tradisional. Masyarakat menyarankan

agar toko tradisional bisa meningkatkan kualitas pelayanan dan memperindah

bangunan, serta melengkapi barang-barang yang dijual agar lebih lengkap sesuai

dengan kebutuhan masyarakat dengan pelayanan yang prima. Tak hanya itu,

perlu peran Pemerintah Daerah untuk memberdayakan pedagang tradisional,

baik dengan cara pemberian modal, membangun sarana prasarana, dan lain

sebagainya.

K. Saran

Dari beberapa kesimpulan diatas, peneliti mandapatkan beberapa temuan yang

digunakan untuk membuat saran konstruktif terkait keberadaan toko modern dan toko

tradisional yang ada di Kabupaten Lamongan. Beberapa saran terpapar sebagai

berikut;

1. Perlu adanya seleksi dan kajian yang lebih intensif terkait pemberian ijin toko

modern, khususnya di beberapa daerah yang telah menjamur.

2. Instansi terkait perlu melakukan penertiban terkait toko yang secara operasional

telah masuk kategori toko modern, namun masih menggunakan Surat Ijin Usaha

Perdagangan (SIUP), terlebih yang masa berlaku SIUP tersebut telah habis dan

belum mengurus ijin toko modern.

3. Pedagang tradisional perlu peningkatan pendampingan, khususnya terkait inovasi

dalam produk, harga, layanan, tempat, dan daya saing.

4. Banyak toko modern yang melanggar Permendag No. 70/2013, Perda 6/2012, dan

Perbup 18/2012, khususnya waktu buka 24 jam yang melebihi ketentuan,

sehingga instansi terkait perlu melakukan investigasi dan pemberian tindakan.

5. Ada beberapa toko modern yang tidak mendapatkan izin dari Badan Penanaman

Modal dan Perijinan Kabupaten Lamongan karena lokasinya terlalu dekat dengan

pasar tradisional, namun kenyataannya masih tetap beroperasi, sehingga

Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan perlu memberikan tindakan tegas.

Page 22: Ringkasan Penelitian Toko Modern

22

Penelitian Pendirian Pasar Modern (Swalayan) terhadap Keberadaan Pasar Tradisonal di Kabupaten Lamongan

6. Instansi terkait perlu membatasi penjualan produk sembako yang dijual di toko

modern, sehingga tidak terlalu monopoli pasar dan meredupkan para pedagang

tradisional yang juga menjual produk tersebut.

L. Rekomendasi

Kesimpulan dan saran yang disajikan oleh peneliti dipertegas dengan

memberikan rekomendasi. Hal ini untuk lebih menjadikan keberadaan toko modern

bisa berjalan beriringan dengan toko/pasar tradisional dalam memenuhi kebutuhan

masyarakat. Adapaun rekomendasinya tersusun sebagai berikut;

1. Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan perlu meningkatkan eksistensi kinerja

tim investigasi khususnya terkait penyelenggaraan toko modern yang Surat Ijin

Usaha Perdagangannya (SIUP) telah habis masanya.

2. Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan perlu menindak tegas toko modern

yang SIUP nya telah habis dan tidak mengajukan izin pendirian toko modern.

3. Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan perlu meningkatkan pemberian modal

lunak kepada para pedagang tradisional yang dipandang perlu untuk

meningkatkan kualitas dan daya saing tokonya.

4. Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan perlu meningkatkan upaya membangun

atau merenovasi pasar tradisional yang nyaman, lengkap dan berdaya saing

dengan toko modern.

5. Instansi terkait hendaknya menindaklanjuti hasil penelitian ini sebagai upaya

meningkatkan dan mengembangkan daya saing toko/pasar tradisional terhadap

toko modern.