rinda aulia utami rumah sakit

17
Rinda Aulia Utami Farmasi 13' 7 1. Pasien membeli obat dari apotek sesuai rekomendasi atau anjuran tetangganya bahwa obat tersebut bagus untuk keluhan penyakitnya a. Jelaskan apa saja (pilih satu) kemungkinan resiko terjadinya kesalahan b. Jelaskan peraturan yang terkait dengan resiko tersebut c. Bagaimana seharusnya sikap dan tindakan apoteker terhadap kasus tersebut 2. Dalam pasal 27 undang-undang perlindungan konsumen pelaku usaha memproduksi barang dibebaskan dari tanggung jawab atas kerugian yang diderita konsumen apabila a. Kelalaian yang diakibatkan konsumen b. Barang tersebut terbukti seharusnya tidak diedarkan / tidak dimasukkan untuk diedarkan Berikan contoh kasus dan penjelasannya 3. Berikan satu contoh kasus promosi perbekalan farmasi yang tidak sesuai dengan perundang-undangan 4. Berikan contoh kasus narkotika jenis baru dan jelaskan menurut anda bagaimana harus menyikapi fenomena tersebut ditinjau dari sisi a. Pemerintah sebagai regulator b. Profesi Farmasi c. Polisi sebagai aparat tenaga hukum

Upload: rindaauliautami

Post on 26-Sep-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Rinda Aulia Utami rumah sakit

Rinda Aulia Utami Farmasi 13'

7

1. Pasien membeli obat dari apotek sesuai rekomendasi atau anjuran tetangganya bahwa obat tersebut bagus untuk keluhan penyakitnyaa. Jelaskan apa saja (pilih satu) kemungkinan resiko terjadinya kesalahanb. Jelaskan peraturan yang terkait dengan resiko tersebutc. Bagaimana seharusnya sikap dan tindakan apoteker terhadap kasus

tersebut

2. Dalam pasal 27 undang-undang perlindungan konsumen pelaku usaha memproduksi barang dibebaskan dari tanggung jawab atas kerugian yang diderita konsumen apabila a. Kelalaian yang diakibatkan konsumenb. Barang tersebut terbukti seharusnya tidak diedarkan / tidak dimasukkan

untuk diedarkan Berikan contoh kasus dan penjelasannya

3. Berikan satu contoh kasus promosi perbekalan farmasi yang tidak sesuai dengan perundang-undangan

4. Berikan contoh kasus narkotika jenis baru dan jelaskan menurut anda bagaimana harus menyikapi fenomena tersebut ditinjau dari sisia. Pemerintah sebagai regulatorb. Profesi Farmasi c. Polisi sebagai aparat tenaga hukum

5. Berikan uraian satu contoh kasusu dalam praktek kefarmasian yang terkait dengan pelanggaran etika

6. Jelaskan pendapat anda, bagaimana memberikan pelayanan resep apabila saat screening terdapat masalah antara laina. Signa up akan tetapi jumlahnya berlebihan b. Melakukan substitusi satu atau lebih item obatc. Terjadi duplikasi terapi d. Penggunaan obat offlabele. Polifarmasi

Page 2: Rinda Aulia Utami rumah sakit

Rinda Aulia Utami Farmasi 13'

f. Tanggal resep sudah lebih beberapa waktu g. Resep diragukan keasliannya h. Kesalahan cara penulisan i. Kesalahan perhitunganj. Terjadinya interaksi obat

7. Penyelenggaraan fasilitas pelayanan kesehatan dilarang memperkerjakan tenaga kesehatan yang tidak memiliki kualifikasi dan izin melakukan pekerjaan profesi Jelaskan bagaimana implementasi pasal tersebut dan hubungannya dengan proses kredensial tenaga kesehatan dirumah sakit

8. Perbekalan kesehatan berupa obat generik yang termasuk dalam DOEN. Harus dijamin ketersediaan dan keterjangkauan sehingga penetapan harganya dikendalikan oleh pemerintah. Jelaskan bagaimana implementasi di pasal tersebut dari praktek

9. Pengelola tempat kerja wajib bertanggung jawab yang terjadi di lingkungan kerja. Berikan satu contoh kasus dan jelaskan bagaimana implementasi dalam praktek kefarmasian

10. Upaya kesehatan diselenggarakan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya bagi individu dan masyarakat di dasarkan pada standar pelayanan minimal kesehatan (SDM) . Berikan 1 contoh dan bagaimana implementasinya dalam praktek kefarmasian.

JAWABAN

1. a. - Adanya kemungkinan Polifarmasi. Polifarmasi terjadi ketika pasien menggunakan banyak obat dari kebutuhan yang seharusnya. Polifarmasi dinilai dengan menghitung jumlah obat rata-rata yang diresepkan pada pasien.

- Penggunaan obat yang tidak efektif dan keamanan yang diragukan. Penggunaan obat yang tidak efektif kadang-kadang dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan.

Page 3: Rinda Aulia Utami rumah sakit

Rinda Aulia Utami Farmasi 13'

b. UU kesehatan no 35 tahun 2014 , bahwa obat yang digunakan dikonsumsi harus tepat obat, tepat indikasi, tepat dosis dan harus obat yang rasional untuk mewaspadai efek samping obat.

c. Seharusnya apoteker bisa memberikan pengarahan kepada masyarakat untuk dilakukan pemeriksaan kedokter dahulu sebelum memutuskan obat mana yang digunakan mengantisipasi waspada efek samping obat. Selain itu perlu adanya PIO ( Pelayanan Informasi Obat ) untuk dapat memberikan edukasi tentang obat kepada masyarakat untuk menambah pengetahuan tentang obat.

2. Contoh kasus pasal 27 yaitu :

Kasus Penarikan Produk Obat Anti-Nyamuk HIT Pada hari Rabu, 7 Juni 2006, obat anti-nyamuk HIT yang diproduksi oleh PT Megarsari Makmur dinyatakan akan ditarik dari peredaran karena penggunaan zat aktif Propoxur dan Diklorvos yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan terhadap manusia, sementara yang di pabrik akan dimusnahkan. Sebelumnya Departemen Pertanian, dalam hal ini Komisi Pestisida, telah melakukan inspeksi mendadak di pabrik HIT dan menemukan penggunaan pestisida yang menganggu kesehatan manusia seperti keracunan terhadap darah, gangguan syaraf, gangguan pernapasan, gangguan terhadap sel pada tubuh, kanker hati dan kanker lambung. HIT yang promosinya sebagai obat anti-nyamuk ampuh dan murah ternyata sangat berbahaya karena bukan hanya menggunakan Propoxur tetapi juga Diklorvos (zat turunan Chlorine yang sejak puluhan tahun dilarang penggunaannya di dunia). Obat anti-nyamuk HIT yang dinyatakan berbahaya yaitu jenis HIT 2,1 A (jenis semprot) dan HIT 17 L (cair isi ulang). Selain itu, Lembaga Bantuan Hukum Kesehatan melaporkan PT Megarsari Makmur ke Kepolisian Metropolitan Jakarta Raya pada tanggal 11 Juni 2006. Korbannya yaitu seorang pembantu rumah tangga yang mengalami pusing, mual dan muntah akibat keracunan, setelah menghirup udara yang baru saja disemprotkan obat anti-nyamuk HIT.

Masalah lain kemudian muncul. Timbul miskomunikasi antara Departemen Pertanian (Deptan), Departemen Kesehatan (Depkes), dan BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan). Menurut UU, registrasi harus dilakukan di Depkes karena hal tersebut menjadi kewenangan Menteri

Page 4: Rinda Aulia Utami rumah sakit

Rinda Aulia Utami Farmasi 13'

Kesehatan. Namun menurut Keppres Pendirian BPOM, registrasi ini menjadi tanggung jawab BPOM.

Namun Kepala BPOM periode sebelumnya sempat mengungkapkan, semua obat nyamuk harus terdaftar (teregistrasi) di Depkes dan tidak lagi diawasi oleh BPOM. Ternyata pada kenyataanya, selama ini izin produksi obat anti-nyamuk dikeluarkan oleh Deptan. Deptan akan memberikan izin atas rekomendasi Komisi Pestisida. Jadi jelas terjadi tumpang tindih tugas dan kewenangan di antara instansi-instansi tersebut.

3. Contoh kasus promosi pembekalan farmasi yang tidak sesuai dengan perundang-undangan yaitu :

- Melakukan penyegelan terhadap Narkotika dan Prekursor Narkotika yang disita tanpa izin pemerintah atau aparat hukum.

- Melakukan uji laboratorium terhadap sampel dan barang bukti Narkotika dan Prekursor Narkotika tanpa izin pemerintah atau aparat hukum

- Menghentikan penyidikan apabila tidak cukup bukti adanya dugaan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika tanpa izin pemerintah atau aparat hukum

- Melakukan promosi pembekalan farmasi dari pemilihan,  perencanaan,  pengadaan, penerimaan, penyimpanan,pendisribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan kesehatan tanpa izin dari pemerintah atau instansi kesehatan tertentu.

4. Contoh kasus : Sebagian dari kita akrab mengonsumsi ‘doping’ suplemen penambah stamina. Munculnya kasus methylone yang muncul di media massa terkait kasus artis Raffi Ahmad. Sejak kasus ini terkuak, banyak orang yang datang mengantarkan sample berupa suplemen stamina, multivitamin, dan juga kapsul-kapsul pelangsing yang mereka miliki ke BNN untuk diperiksa. “Mereka curiga dan khawatir,” kata Humas BNN Kombes Pol. Sumirat Dwiyanto. 

    Senyawa methylone yang ditemukan pada suplemen yang dimiliki Raffi merupakan turunan ketiga dari cathinone (katinona), zat yang telah ditetapkan

Page 5: Rinda Aulia Utami rumah sakit

Rinda Aulia Utami Farmasi 13'

sebagai narkotika golongan I, menurut lampiran UU No. 35/2009 tentang Narkotika. Methylone adalah narkotika jenis baru yang merupakan ‘sepupu’ ekstasi dengan efek stimulansia dan efek merusak yang jauh lebih dahsyat..

Di sepanjang tahun 2012 lalu, BNN berhasil mengungkap sebanyak 117 kasus narkotika dengan jumlah tersangka 187 orang. Dari hasil penyitaan barang bukti tersangka, BNN memperoleh shabu sebanyak 79,24 kg, ganja 315,34 kg, kokain 858,40 gram, heroin 14,05 kg, dan ekstasi 1.418.669 butir.

Selama ini, jenis-jenis narkotika di atas lah yang biasa diburu oleh para aparat pemberantas narkoba. Dengan terkuaknya kasus Raffi, membuka mata aparat bahwa produsen narkoba kian lihai mencari celah agar lepas dari jerat hukum dengan memproduksi jenis-jenis narkoba baru yang belum dicantumkan dalam undang-undang. BNN sempat kelabakan menetapkan status hukum Raffi karena zat baru yang digunakannya belum tercantum dalam UU Narkotika di Indonesia. 

Yang juga sedang berkembang saat ini adalah narkoba yang diracik menjadi zat baru dan dikemas dalam bentuk tablet atau kapsul suplemen penambah tenaga maupun obat pelangsing. Seperti kandungan methylone, itu adalah hasil sintesis kimiawi zat narkotika golongan I cathinone dalam bentuk serbuk kristal putih atau kecoklatan. Bukan ekstrak langsung dari tanaman khat yang juga mengandung cathinone alami. 

     Berdasarkan literatur yang dirilis oleh National Institute on Drug Abuse (NIDA), zat cathinone atau katinona juga terdapat pada daun tanaman khat yang banyak tumbuh di Timur Tengah dan Afrika. Tanaman berjenis semak yang dalam bahasa latin disebut catha edulis ini biasa dimakan sebagai lalapan, dibuat jus, atau diseduh sebagai teh oleh penduduk lokal sebagai ‘suplemen tenaga’. Namun, lewat proses sintesa kimia, efek dan bahayanya jadi berlipat ganda. Sebuah studi yang dilansir oleh NIDA melaporkan bahwa katinona sintesis dapat menaikan tingkat dophamine dalam otak hingga 10 kali lipat lebih tinggi daripada kokain.

Cathinone dan turunannya memiliki konfigurasi kimia dan cara kerja yang mirip seperti amphetamine dan turunannya, yaitu menstimulasi sistem syaraf

Page 6: Rinda Aulia Utami rumah sakit

Rinda Aulia Utami Farmasi 13'

pusat agar terus bersemangat, euforia, meningkatkan gairah seks, kewaspadaan serta konsentrasi, persis seperti yang dialami oleh mereka yang mengonsumsi shabu dan ekstasi (amphetamine).     Pengguna juga bisa mengalami gangguan psikis berupa halusinasi, paranoid, kepanikan, hingga masalah kardio berupa denyut jantung semakin cepat, nyeri dada, dan tekanan darah meningkat yang tak jarang berujung pada kematian. Cathinone atau katinona sebelumnya sudah lebih dulu marak di Amerika dan Eropa sebagai narkoba yang legal dan dijual dalam bentuk ‘bath salt’ atau ‘plant food’. Ia dikenal dikalangan pengguna dengan banyak nama, di antaranya ivory wave, purple wave, vanilla sky, bliss, bloom, cloud nine, lunar wave, white lightening dan scarface.  Menurut lembaga Drug Enforcement Administration (DEA), sifat serbuk kristal ini menimbulkan euforia saat mendengarkan musik, membuat ia populer digunakan di klub malam dan disukai oleh kalangan muda di Amerika dan Eropa. Pil pengganti ekstasi ini menjadi istimewa karena apabila dicampur soda, maka zatnya akan mudah larut dalam urine sehingga mengaburkan pendeteksian. Zat methylone juga hanya bertahan dalam tubuh selama 3 hari. Lebih dari itu, jejaknya tak terdeteksi alias hilang. 

a. Pemerintah sebagai regilator Pemerintah harus dapat bersikap bijaksana dalam mengambil keputusan dengan mempertegas lagi undang-undang izin edar narkoba selain itu perlu adanya peningkatan pengetahuan tentang bahaya narkoba kepada masyarakat melalui penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat. BNN juga dapat bekerja sama dengan pemerintah untuk mengoptimalisasi jaringan pemberantas Narkoba.

b. Profesi Farmasi Sebagai farmasis kita dapat bersikap tegas dan bijaksana dengan salah satu cara bekerja sama dengan pemerintah, dokter ataupun instansi- instansi lainnya untuk memberikan pemahaman tentang bahayanya narkoba terhadap tubuh melalui rangkaian kegiatan penyuluhan anti narkoba atau beberapa event kesehatan lainnya.

c. Polisi sebagai aparat tenaga hukum Sebagai polisi tenaga hukum dapat bersikap tegas serta berpikir luas. Narkoba adalah bahan/zat yang jika dimasukkan dalam tubuh manusia, baik

Page 7: Rinda Aulia Utami rumah sakit

Rinda Aulia Utami Farmasi 13'

secara oral/diminum, dihirup, maupun disuntikkan, dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang. Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi) fisik dan psikologis. Polisi bekerjasama dengan BNN (Badan Narkotika Nasional) harus menyakinkan kepada masyarakat akan bahaya narkoba jenis baru, selain itu polisi juga harus lebih sigap lagi dalam melakukan razia terhadap oknum-oknum pengedar narkoba.

5. Apotek unhalu berada di jalan mandonga kota kendari. Letaknya sangat strategis berada di tengah kota, buka pelayanan tiap hari jam 16.00 – 22.00. pasien sangat ramai serta jumlah resep yang banyak dilayani. Setiap hari rata-rata 100 lembar resep. APA juga merupakan PNS dan masuk apotek jam 19.30. Karena banyaknya pasien yang dilayani, penyerahan obat oleh tenaga teknis kefarmasian tidak sempat memberikan informasi yang cukup. Ditinjau dari sudut etika profesi, sumpah profesi dan peraturan perundang-undangan.

6. a. Sign Up atau jumlahnya berlebihan : Memberikan pemahaman kepada konsumen bahwa jumlah obat yang ada berlebih dan menjelaskan kepada konsumen sebaiknya diambil dalam jumlah yang secukupnya saja atau kalau tetap mau diambil denga jumlah yang tertera dapat diambil secara berangsur-angsur.

b. Melakukan subtitusi satu atau lebih item obat Meminta persetujuan kepada dokter dan konsumen bahwa kita sebagai apoteker akan melakukan menggantikan beberapa obat yang memiliki efek yang sama denga n obat awal yang diresepkan dikarenakan beberapa alas an semisalnya stok obat awal habis atau oabt tersebut punya efek samping yang membahayakan bagi konsumen.

c. Terjadi Duplikasi Terapi Memberikan penjelasan kepada konsumen bahwa obat yang diresepkan memiliki dua efek terapi yang dapat memberikan kerugian atau saling menguntungkan. Sehingga obat tersebut dapat diganti atau dikurangi dosisnya.

d. Penggunaan Offlabel Memberikan pemahaman kepada konsumen bahwa penggunakan obat off label yag telah diresepkan dokter dengan indikasi tidak lazim, indikasi baru dosis, rute atau pasien yang berbeda dari informasi yang tercantum dalam

Page 8: Rinda Aulia Utami rumah sakit

Rinda Aulia Utami Farmasi 13'

brosur yang di setujui oleh FDA (Food and Drug administrasion) dapat mempengaruhi kerja obat dalam tubuh dan memberikan obat yang tidak memberikan efek samping dari obat.

e. Polifarmasi Memberikan penjelasan kepada konsumen jika mengkonsumsi obat yang banyak dapat memunculkan kemungkinan polifarmasi. Polifarmasi dapat memberikan efek samping yang berbahaya .

f. Tanggal resep sudah lebih beberapa waktu Memberikan penjelasan dan penegasan kepada konsumen bahwa tanggal resep yang ingin digunakan sudah lebih dari waktu masa berlaku dan sebaiknya dikonfirmasi terlebih dahulu kepada dokter yang memberikan resep

g. Resep diragukan keasliannya Resep permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, atau dokter hewan kepada apoteker (farmasis) untuk membuat dan menyerahkan obat kepada pasien. Jika resep diragukan dapat dilakukan konfirmasi kepada dokter yang telah meresepkan kan agar terjaga keasliannya

h. Kesalahan cara Penulisan Jika terjadi kesalahan dalam penulisan resep. Apoteker atau asisten apoteker dapat mengkonfirmasi kepada dokter yang telah meresepkan obat kepada pasien agar dapat diketahui jelas yang tertera pada resep.

i. Kesalahan Perhitungan Kesalahan perhitungan dapat mempengaruhi dosis obat yang akan diberikan, kesalahan ini dapat berefek negatif terhadap pasien sehingga perlu adanya penegasan kepada apoteker atau asisten apoteker yang bertugas meracik obat.

j. Terjadi Interaksi Obat Perlu adanya perhatian khusus dalam pemberian informasi yang akurat kepada konsumen dalam mengkonsumsi obat. Interaksi obat akan terjadi

Page 9: Rinda Aulia Utami rumah sakit

Rinda Aulia Utami Farmasi 13'

terhadap obat-makanan, obat- bahan kimia dan obat dengan lingkungan yang dapat berdampak positif atau negatif.

7. Perlu adanya kebijakan yang dipertegas oleh pemerintah bahwa pelayanan kesehatan dilarang untuk dilakukan tenaga kesehatan tanpa adanya kualifikasi dan izin untuk berpraktek karena itu termasuk kegiatan yang ilegal dan tidak menjamin kemanan yang khusus bagi pasien . Jika terdapat oknum dari tenaga kesehatan yang melakukan mal praktik atau melakukan praktek kerja tanpa ada surat izin resmi dari instansi pemerintahan maka akan ditindak hukum maka lebih lanjut. Contoh kasus seperti mal praktek yang dilakukan oknum farmasi misalnya penjualan obat secara online tanpa izin pemerintah merupakan tindakan ilegal karena belum tentu obat yang dijual tersebut aman bahkan obat dijual secara online tanpa adanya pemberian informasi obat atau konseling terhadap pasien atau konsumen tersebut. Implementasi dari pasal tersebut adalah adanya kerjasama dari pemerintah, aparat hukum dan instansi profesi kesehatan untuk membuat kebijakan khusus untuk kegiatan pelayanan kerja yang dilakukan harus memilki izin sepenuhnya jika ada yang ketahuan melakukan kesalahan maka akan dilakukan tindakan lebih lanjut dari aparat hukum mauapun pemerintahan.

8. Implementasi dari perbekalan kesehatan berupa obat generik yang termasuk dalam DOEN dari adanya kebijakan yang muncul itu perlu diketahui proses yang berlangsung Pengelolaan perbekalan farmasi merupakan suatu siklus kegiatan dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan , penyimpanan,pendisribusian, pengendlian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan. Dimana didalam tahap pemilihan terdapat standar merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang terjadi dirumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan memperioritaskan obat essensial ,  standarisasi sampai  menjaga dan memperbaharui standar obat.  Penentuan seleksi obat merupakan peran aktif apoteker dalam panitia farmasidan terapi untuk menetapkan kualitas dan efektifas serta jaminan purna transaksi pembelian. fungsi pemilihan adalah menetukan apakah perbekalan farmasi benar-benar diperlukan sesuai kriteria yaitu efektif, aman, murah dan bermutu.

Page 10: Rinda Aulia Utami rumah sakit

Rinda Aulia Utami Farmasi 13'

Dasar Pemilihan obat :

•Pola Penyakit•Standar Pelayanan Medik •Standar terapi DOEN•Formularium Rumah Sakit•Pertimbangan berdasarkan Evidence Based Medicine (EBM)•Pertimbangan farmakoekonomi

Ini dasar sehingga membantu pemerintah mengetahui dan mengendalikan penetapan harga untuk jaminan dan ketersediaan pengadaan obat generik yang termasuk dalam DOEN. Sehingga dapat ditarik kesimpulan harga yang sekarang sudah ditetapkan pemerintah dari persetujuan proses perbekalan farmasi dan instansi kesehatan (tenaga kesehatan).

9. "Apoteker A menjadi penanggungjawab apotek B yang sekaligus sebagai PSA. Suatu saat ia mendapatkan tawaran untuk menjadi penanggungjawab PBF C dan ia menerima tawaran tersebut. Tanpa melepas status sebagai APA, ia menjadi penanggungjawab PBF C. Untuk mencapai target yang telah ditetapkan perusahaan (PBF C), apoteker A melakukan kerjasama dengan apotek miliknya untuk mendistribusikan obat ke klinik dan balai pengobatan atau rumah sakit-rumah sakit. Apotek akan mendapatkan fee dari kerjasama ini sebesar 2% faktur penjualan. Semua administrasi dapat ia kendalikan dan lengkap (surat pesanan, faktur pengiriman, faktur pajak, tanda terima, surat pesanan klinik dan balai pengobatan atau rumah sakit ke apotek, pengiriman dari apotek ke sarana tersebut dll.). Semua disiapkandengan rapi sehingga setiap ada pemeriksaan Badan POM tidak terlihat adanya penyimpangan secara administrasi".  Pada kasus diatas jelas terlihat bahwa Apoteker A telah melakukan penyimpangan yaitu masalah penanggung jawab. Diketahui bahwa seorang apoteker harus memiliki izin Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA), yang mana merupakan tanda bukti bahwa yang bersangkutan telah resmi teregistrasi sebagai salah seorang tenaga kefarmasian yaitu apoteker. Disamping STRA, apoteker juga harus memiliki izin lain ketika hendak melakukan pekerjaan kefarmasian di tempat tertentu. Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA), diperlukan apabila bekerja di tempat fasilitas pelayanan kefarmasian. Sedangkan Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA), wajib dimiliki ketika melakukan praktek di fasilitas produksi ataupun distribusi / penyaluran kefarmasian.

Page 11: Rinda Aulia Utami rumah sakit

Rinda Aulia Utami Farmasi 13'

Dalam kasus ini Apoteker A tidak hanya praktek di Apotek tetapi juga di PBF, sehingga memiliki tidak hanya SIPA APA Apotek tetapi juga memiliki SIKA PJ PBF. Perbuatan ini disebut pelanggaran karena bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku, yang dalam hal ini diatur dalam Pasal 18 Permenkes 889/2011. Diatur dalam peraturan tersebut bahwa SIPA atau SIKA hanya boleh untuk satu fasilitas kefarmasian, artinya satu apoteker hanya boleh memiliki SIPA atau SIKA untuk satu tempat saja.

Permasalahan yang kedua yaitu perjanjian kerjasama antara Apotek dan PBF, dasar dari pelanggaran tindakan ini adalah Pasal 14 UU 5/99. Pasal tersebut melarang yang namanya integrasi vertikal, yaitu perbuatan pelaku usaha yang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain dengan tujuan menguasai produksi sejumlah produk dalam suatu rangkaian produksi baik berupa barang ataupun jasa yang mana rangkaian produksi tersebut adalah hasil dari pengolahan atau proses berkelanjutan, baik langsung atau tidak langsung, sehingga membuat terjadinya persaingan usaha tidak sehat ataupun juga merugikan masyarakat. Sehingga kasus ini berpengaruh pada izin dari pelayanan kesehatan itu sendiri terhadap praktek kefarmasian.

10. Salah satu upaya pemerintah dalam mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi individu dan masyarakat yang didasarkan pada standar pelayanan minimal kesehatan ialah adanya Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Nasional), Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah), BPJS , JAMSOSTEK, dan ASKES yang dapat membantu secara ekonomi untuk masyarakat yang perekonomiannya dibawah rata-rata. ASKES, JAMSOSTEK, JAMKESDA, JAMKESMAS dan BPJS adalah merupakan program  jaminan kesehatan nasional yang diselenggarakan oleh pemerintah untuk masyarakat. Ini adalah salah bentuk pengaplikasian dari implementasi upaya meningkatkan derajat kesehatan.