ribah,,bank,,asuransi

47
http://syafaatuletika.blogspot.com/2012/06/riba-bank-dan- asuransi.html RIBA, BANK, dan ASURANSI RIBA, BANK, DAN ASURANSI A. RIBA 1. Pengertian dan Dasar Hukum Riba Kata riba (ar riba) menurut bahasa, yaitu tambahn (az ziyadah) atu kelebihan. Riba menurut istilah adalah suatu akad perjanjian yang terjadi dalam tukar-menukar sesuatu barang yang tidak diketahui sama sekali menurut syarak, atau dalam tukar-menukar itu diayaratkan menerima salah satu dari dua barang apabila terlambat. Syekh Muhammad Abduh mendefinisikan, riba adalah penambahan-penambahan yang diisyaratkan oleh orang yang memiliki harta kepada prang yang meminjam hartanya atau uangnya karena janji pembayaran oleh peminjam dari waktu yang telah ditentukan. Riba dapat terjadi pada utang-utang,pinjaman, gadai, atau sewa- menyewa. Sebagai contoh, Ridwan meminjam uang sebasar Rp. 20.000,- , pada hari Selasa disepakati dalam setiap satu hari keterlambatan, Ridwan harus mengembalikan uang tersebut denagn tambahan 2%. Maka, hari berikutnya Ridwan harus mengembalikan

Upload: dillah-kangend-masa-lalu

Post on 16-Dec-2015

30 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Asuransi

TRANSCRIPT

http://syafaatuletika.blogspot.com/2012/06/riba-bank-dan-asuransi.htmlRIBA, BANK, dan ASURANSI

RIBA, BANK, DAN ASURANSIA.RIBA1.Pengertian dan Dasar Hukum RibaKata riba (ar riba) menurut bahasa, yaitu tambahn (az ziyadah) atu kelebihan. Riba menurut istilah adalah suatu akad perjanjian yang terjadi dalam tukar-menukar sesuatu barang yang tidak diketahui sama sekali menurut syarak, atau dalam tukar-menukar itu diayaratkan menerima salah satu dari dua barang apabila terlambat. Syekh Muhammad Abduh mendefinisikan, riba adalah penambahan-penambahan yang diisyaratkan oleh orang yang memiliki harta kepada prang yang meminjam hartanya atau uangnya karena janji pembayaran oleh peminjam dari waktu yang telah ditentukan.

Riba dapat terjadi pada utang-utang,pinjaman, gadai, atau sewa-menyewa. Sebagai contoh, Ridwan meminjam uang sebasar Rp. 20.000,- , pada hari Selasa disepakati dalam setiap satu hari keterlambatan, Ridwan harus mengembalikan uang tersebut denagn tambahan 2%. Maka, hari berikutnya Ridwan harus mengembalikan uangnya menjadi Rp. 20.4000,- . Kelebihan atau tambahan ini disebut dengan riba.

Hukum melakukan riba adalah haram menurut Al-Quran, sunah dan ijmak menurut ulama. Keharaman riba terkait dengan sistem bunga dalam jual beli yang bersifat komersial. Di dalam melakukan transaksi atau jual beli, terdapat keuntungan atau bunga tinggi melibihi keumuman atau batas kewajaran, sehingga merugikan pihak-pihak tertentu. Fuad Moch. Fahruddin berpendapat bahwa riba adalah sebuah transaksi pemerasan.

Dasar hukum pengharaman riba menurut Al-Quran, sunah dan ijmak para ulama adalah sebagai berikut:

a.Al-Quran. . . . . . {275}...Sesumgguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.(Q.S. Al-Baqarah: 275)

{276}Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.(Q.S. Al-Baqarah: 276)

{130}Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supayakamu mendapat keberuntungan.(Q.S. Ali Imran: 130)

b.Sunah Rasulullah saw. : : { }Dari Jabir r.a. ia berkata, Rasulullah saw. telah melaknati orang-orang yang memakan riba, orang yang menjadi wakilnya (orang yang memberi makan hasil riba), orang yang menuliskan, orang yang menyaksikannya, (dan selanjutnya), Nabi bersabda, mereka itu semua sama saja.(H.R. Muslim)

: : : { }Jauhilah tujuh hal yang membinasakan. Para sahabat bertanya,Apakah tujuh hal tersebut ya Rasulullah? Rasulullah saw. bersabda, Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar, memakan riba, memakan harta anak yatim, melarikan diri pada saat perang, dan menuduh berzina wanita yang suci, beriman, dan lupa (lupa dari maksiat).(H.R. Bukhari dan Muslim)

c.Ijmak para ulamaPara ulama sepakat bahwa seluruh umat Islam mengutuk dan mengharamkan riba. Riba adalah salah satu usaha mencari rizeki dengan cara yang tidak benar dan dibenci Allah swt.. Praktik riba lebih mengutamakan keuntungan diri sendiri dengan mengorbankan orang lain. Riba akan menyulitkan hidup manusia, terutama mereka yang memerlukan pertolongan, menimbulkan kesenjangan sosial yang semakin besar antara yang kaya dan miskin, serta dapat mengurangi rasa kemanusiaan untuk rela membantu. Oleh karena itu Islam mengharamkan riba.

2.Macam-macan RibaPara ulama fiqih membagi riba menjadi empat mecam, yaitu:

a.Riba Fadl( )Riba fadl adalah tukar-menukar atau jual beli dua buah barang yang sam jenisnya, namun tidak sama ukurannya yang disyaratkan oleh orang yang menukatnya. Atau jual beli yang mengandung unsur ribapada barang yang sejenis dengan adanya tambahan pada salah satu benda tersebut. Sebagai contohnya adalah tukar-menukar emas dengan emas atau beras dengan beras, dan ada kelebihan yang disyaratkan oleh orang yang menukarkan. Kelebihan yang disyaratkan itu disebit riba fadl.

Supaya tuka-menukar seperti ini tidak termasuk riba, maka arus ada tiga syarat yaitu:

a)Barang yang ditukarkan tersebut harus sama.

b)Tibangan atau takarannya harus sama.

c)Serah terima pada saat itu juga.

b.Riba Nasiah( )Riba nasiah yaitu tukar-menukar dua barang yang sejenis yang maupun tidak sejenis atau jual beli yang pembayarnnya disyaratkan lebih oleh penjual dengan waktu yang dilambatkan. Menurut ulama Hanafiyah, riba nasiah adalah memberikan kelebihan terhadap pembayaran dari yang ditangguhkan, memberikan kelebihan pada benda dibanding untung pada benda yang ditakar atau yang ditimbang yang berbeda jenis atau selain yang ditakarda ditimbang yang sama jenisnya. Maksudnya adalah menjual barang dengan sejenisnya, tetapi yang satu lebih banyak dengan pembayaran diakhirkan, seperti menjual saru kilogram dengan satu setengah kilogram beras ayng dibayarkan setelah dua bulan kemudian. Kelebihan pembayaran yang disyaratkan inilah yang disebut riba nasiah.

Dari Samurah bin Jundub sesungguhnya Nabi saw. telah melarang jual beli binatang dengan binatang yang pembayarannya diakhirkan.(H.R. Lima ahli hadist)

c.Riba Qardi( )Riba qardi adalah meminjamkan sesuatu dengan syarat ada keuntungan atau tambahan dari orang yang meminjam. Misalnya Ali meminjam uang kepada Abbas sebesar Rp. 10.000,00. Kemudian Abbas mengharuskan kepada Ali untuk mengembalikan uang itu sebesar Rp. 11.000,00. Tambahan Rp. 1.000,00 inilah yang disebut riba qardi.

d.Riba Yad( )Riba yad yaitu berpisah dari tempat akad jual beli sebelum serah terima. Contohnya, orang yang membeli suatu barang sebelum ia menerima barang tersebut dari penjual, penjual dan pembeli tersebut telah berpisah sebelum serah terima barang itu. Jual beli ini dinamakan riba yad. Ulama Syafiiyah mengatakan bahwa riba yad adalah jual beli yang mengakhirkan penyerahan(al-qabdu),yakni bercerai berai antara dua orang yang berakad sebelum serah terima, seperti menganggap sempurna jual beli antara gandum dan syair tanpa harus saling menyerahkan dan menerima ditempat akad.

Menurut ulama Syafiiyah bahwa antara riba yad dan riba nasiah sama-sama terjadi pada pertukaran barang yang tidak jelas. Perbedaannya, riba yad mengakhirkan pemegang barang, sedangkan riba nasiah mengakhirkan hak dan ketika akad dinyatakan bahwa waktu pembayaran diakhirkan meskipun sebentar.

Dasar hadits yang mengungkapkan ketertolakan sistem ini adalah:

{ }Tidak ada riba kecuali pada riba nasiah.(H.R. Bukhari Muslim)

Ada syarat-syarat agar jual beli tidak menjadi riba, yaitu:

1.Menjual sesuatu yang sejenis ada tiga syarat, yaitu:

a.Serupa timbangan dan banyaknya.

b.Tunai.

c.Timbang terima dalam akad (ijab kabul) sebelum meninggalkan majelis akad.

2.Menjual sesuatu yang berlainan jenis ada dua syarat, yaitu:

a.Tunai.

b.Timbang terima dalam akad (ijab kabul) sebelum meninggalkan majelis akad.

Semua agama Samawi mengharamkan riba. Hal ini disebabkan karena riba mempunyai bahaya yang sangat berat. Diantaranya adalah:

1.Dapat menimbulkan permusuhan antar pribadi dan mengikis habis semangat kerja sama atau saling tolong-menolong, membenci orang yang mengutamakan kepentingan diri sendiri, serta yang mengeksploitasi.

2.Dapat menimbulkan tumbuh suburnya mental pemboros yang tidak mau bekerja keras, dan penimbunan harta di salah satu pihak. Islam menghargai kerja sama sebagai sarana pencarian nafkah.

3.Sifat riba sangat buruk sehingga Islam menyerukan agar manusia suka mendermakan harta kepada saudaranya dengan baik jika saudaranya membutuhkan harta.

3.Hikmah Pelarangan RibaDiharamkan hikmah diharamkannya riba yaitu:

a.Menghindari tipu daya diantara sesama manusia.

b.Melindungi harta sesama muslim agar tidak dimakan dengan batil.

c.Memotifasi orang muslim untuk menginvestasi hartanya pada usaha-usaha yang bersih dari penipuan, jauh dari apa saja yang dapat menimbulkan kesulitan dan kemarahan diantara kaum muslimin.

d.Menutup seluruh pintu bagi orang muslim.

e.Menjauhkan orang muslim dari sesuatu yang menyebabkan kebinasaan karena pemakan riba adalah orang yang zalim dan akibat kezaliman adalah kesusahan.

f.Membuka pintu-pintu kebaikan di depan orang muslim agaria mancari bekal untuk akhirat.

4.Menjauhkan Praktik RibaKarena riba adalah sesuatu yang diharamkan, maka menjauhkan diri dari praktik riba adalah sesutu yang sangat mulia dan beroleh pahala. Agar kita dapat manjauhkan diri dari praktik riba maka yang harus dilakukan adalah:

a.Membiasakan hidup sederhana, tidak boros.

b.Membiasakan diri menabung apabila ada kelebihan rezeki dari Allah swt.

c.Menghindarkan diri dari berfoya-foya selagi ada kelebihan.

d.Menghindari kebiasaan berhutang.

e.Mengadakan usaha bersama dibidang ekonomi, seperti koperasi di sekolah atau di masyarakat.

f.Rajin mensyukuri nikmat Allah swt. dengan cara memanfaatkan untuk kebaikan serta tidak menyia-nyiakan nikmat tersebut.

g.Melakukan praktik jual beli dan utang piutang secara baik menurut Islam.

B.BANK1.Pengertian BankMenurut UU No.10 tahun 1992 tentang bank, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan menurut Dr. Fuad Moh. Fachruddin, bank adalah suatu perusahaan yang memperdayagunakan hutang-piutang, baik yang merupakan uangnya sendiri maupun orang lain. Bank memperedarkan uang untuk kepentingan umum, tidak membekukannya, dan tidak pula menimbun kekayaan dalam satu tangan. Bank merupakan tempat penyimpanan yang terbaik dan aman, serta tempat meminjam (dana) yang teratur. Oleh karena itu, bank menolong manusia dalam menghadapi esulitan keuangan pada umumnya.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi bank adalah sebagai berikut:

a.Menyimpan dana masyarakat.

b.Menyalurkan dana masyarakat ke publik.

c.Memperdagangkan utang piutang.

d.Mengatur dan menjaga stabilitas peredaran uang.

e.Tempat menyimpan hata kekayaan (uang dan surat berharga) yang terbaik dan aman.

f.Menolong manusia dalam mengatasi kesulitan ekonomi keuangan.

Bank merupakan hasil perkembangan cara-cara penyimpanan harta benda. Pendirian bank adalah dengan beberapa tujuan, diantaranya yaitu:

a.Menolong manusia dalm banyak kesulitan, (peminjaman uang tunai atau kridit).

b.Meringankan hubungan antara para pedagang dan penguhasa dengan memperlancar pemindahan uang(money-transfer).c.Bagi hartawan adalah untuk menjaga keamanan dan memberi perlindungan dari penjahat dan pencuri dengan menyimpan di tempat yang aman.

d.Untuk kepentingan dan perkembangan kepentingan, baik nasional maupun internasiolan dalam seluruh bidang kehidupan.

2.Dasar Hukum IslamKarena bank adalah masalah baru dalam khazanah hukum Islam, maka para ulama masih memperdebatkan keabsahan sebuah bank.berikut inibabarapa pandangan mengenai hukum perbankan, yaitu mengharamkan, tidak mengharamkan, dan syubhat (samar-samar).

a.Kelompok yang mengharamkanUlama yang mengharamkan riba di antaranya adalah Abu Zahra (guru besar Fakultas Hukum, Kairo, Mesir), Abu Ala al-Maududi (ulama Pakistan), dan Muhammad Abdullah al-Arabi (Kairo). Mereka berpendapat bahwa hukum bank adalah haram, sehingga kaum Muslimin dilarang mengadakan hubungan dengan bank yang memakai sisitem bunga, kecuali dalam keadaan darurat atau terpaksa.

Keharaman bank dikaitkan dengan pemberian bunga bank terhadap nasabah. Bunga bank dalam pandangan para ulama ini adalah riba nasiah, sedangkan riba nasiah terlarang dalam hukum Islam. Maka dari itu, hukum bank adalah haram.

b.Kelompok yang tidak mengharamkanUlama yang ridak mengharamkan di antaranya adalah Syekh Muhammad Syaltut dan A. Hassan. Mereka mengatakan bahwa kegiatan bermuamalah kaum Muslimin dengan bank bukan merupakan perbuatan yang dilarang. Bunga bank di Indonesia tidak bersifat ganda, sebagaimana digambarkan dalam Q.S. Ali Imran ayat 130.

c.Kelompok yang menganggap syubhat (samar)Bank merupakan perkara yang belum jelas kedudukan hukumnya dalam Islam karena bank merupakan sebuah produk baru yang tidak ada nasnya. Hal-hal yang belum ada nas dan masih diragukan ini yang dimaksud dengan barang syubhat (samar).

Karena untuk kepentingan umum atau manfaat sosial yang sangat berarti bagi umat, maka berdasarkan kadah usul (maslahah mursalah), bank masih tetap digunakan dan dibolehkan. Namun ketentuan ini hanya untuk bank pemerintah (nonswasta), dan tidak berlaku untuk bank swasta dengan alasan tingkat kerugian pada bank swasta sangat tinggi dibanding dengan bank pemerintah.

3.Jenis-jenis BankBerdasarkan jenis atau sistem pengelolaannya, bank dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu:

a.Bank Konvensional (dengan sistem bunga)Bank dengan sistem bunga (Konvensional) ada dua jenis, yaitu bank umum dan bank perkreditan rakyat. Jika melihat dari kegiatan usahanya, maka perbedaan keduanya adalah sebagai berikut:

1)Usaha Bank Umuma.Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan bentuk lain yang dipersamakan dengan itu.

b.Memberikan atau menyalurkan kredit.

c.Menerbitkan surat pengakuan utang.

d.Membeli, menjual, menjamin, atau resiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya.

e.Memindahkan uang bank untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah.

f.Menempatkan dana pada peminjam dana dari atau meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel atau sarana lainnya.

g.Menerima pembayaran atau tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antarpihak ketiga.

h.Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga.

i.Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasar kontrak kerja sama.

j.Melakukan penempatan dana dari nasabah ke nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek.

k.Membeli melalui pelelangan agunan, baik semua maupun sebagian dalam hal debitur tidak memenuhi kewajiban pada bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya.

l.Melakukan kegiatan piutang dan usaha kartu kredit.

m.Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah.

n.Melakukan kegiatan lain yang lezim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang dan peraturan undang-undang yang berlaku.

Di samping legiatan tersebut, bank umum juga berfungsi dalam mengurusi beberapa hal berikut ini, yaitu:

a)Melakukan kegiatan dalam hal valuta asing.

b)Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan di bidang keuangan, seperti asuransi, sewa guna usaha, perusahaan efek, lembaga kliring.

c)Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi kegagalan kredit.

d)Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurusan dana pensiun.

2)Bank Usaha Perkreditan RakyatBerdasarkan UU No. 7 tahun 1992, bank usaha perkreditan rakyat meliputi:

a)Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan atau bentuk yang lain yang dipersamakan dengan itu.

b)Memberikan kredit.

c)Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi keuntungan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah.

d)Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito, atau tabungan pada pihak bank lain.

b.Bank Syariah (Bank dengan prinsip Bagi Hasil)Karena belum ada kata sepakat dari para ulama tetang hukum bank konvensional sementara umat Islam harus mengikuti perkembangan ekonomi sehingga perlu jalan keluar, maka lahirlah bank syariahdengan prinsip bagi hasil.

Islam mengajarkan ekonomi yang berkeadilan, Islam mengharamkan riba dan menganjurkan sedekah. Kesadaran untuk larangan riba telah menimbulkan gagasan pembentukan bank Islam pada dasawarsa kedua abad ke-20, diantaranya melalui pendirian institusi sebagai berikut:

1.Bank Pedesaan (Rural Bank) dan Bank Mir-Ghammar di Mesir tahun 1963 atas prakarsa seorang cendekiawan Mesir DR. Ahmad An Najjar.

2.Bubai Islamic Bnak (1973) di kawasan negara-negara Emirat Arab.

3.Islamic Developmen Bank (1975) di Saudi Arabia.

4.Faisal Islamic Bank (1977) di Mesir.

5.Kuwait House Finance (1977) di Kuwait.

6.Jordan Islamic Bank (1978) di Yordania.

7.Al-Amanah Islamic Investment Bank (Filipina).

Tentunya masih banyak lagi pertumbuhan dan perkembangan bank syariah yang tersebar di seluruh dunia baik di negara-negara Islam maupun di negara Eropa.

Perbedaan antara bank konvesional dan bank syariah adalah terletak pada sistem pengawasan bank syariah yang dilakukan oleh Dewan Syariah. Maksudnya, pengelolaan dan produk syariah harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Dewan Bank Syariah sebelum diluncurkan ke masyarakat luas. Perbedaan lainnya kalau bank konvensional dalam operasionalnya didasarkan pada bunga, sehingga motif orang yang menanamkan uangnya di bank tersebut tidak lain adalah mencari keuntungan dengan mengharap bunga, sedangkan pada bank syariah para nasabah tidak demikian melainkan motifnya adalah bagi hasil artinya untung rugi ditanggung bersama antara pihak bank dan juga nasabahnya. Dana yang dititipkan pada bank syariah semata-mata disalurkan untuk kepentingan kemaslahatan umum yang memebutuhkanya, yang diatur dengan perjanjian bahwa keuntungan yang diperoleh dari hasil usaha tersebut akan dibagi sesuai dengan kesepakatan.

4.Operasional Bank SyariahPrinsip operasional dan produk syariah dapat dilihat dari dua sisi, sisi pergerakan dana masyarakat dan sisi penyaluran dana kepada masyarakat.

a.Pergerakan Dana MasyarakatDalam hal penyerahan dana dari masyarakat, dilaksanakan berdasarkan dua prinsip, yaitu al-wadiah dan udarabah.

1)Prinsip Al-Wadiah (prinsip simpan murni)Prinsip al-wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dan merupakan perjanjian yang bersifat percaya-mempercayai atau dilakukan atas dasar kepercayaan semata. Dalam kegiatan perbankkan, pihak nasabah adalah pihak yang menitipkan uangnya pada pihak bank. Pihak bank harus menjaga titipan tersebut dan mengembalikannya apabila si nasabah menghendakinya.

Dasar hukum al-wadiah adalah Al-Quran surat An-Nisaa ayat 58, Al-Baqarah ayat 283, dan Hadits Nabi saw. yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah yang artinya:Bayarkanlah (kembalikanlah) petaruh (barang titipan) itu kepada orang yang memercayai engkau dan janganlah sekali-kali engkau khianat meskipun terhadap orang yang khianat kepadamu.Suatu hal yang perlu mendapat perhatin dari pihak perbankkan, yakni menggunakan uang nasabah untuk kepentingan bank, maka pihak bank perlu memberikan semacam intensif atau hadiah yang tidak menjadi kesepakatan antara pihak nasabah dan pihak sebelumnya. Hal tersebut perlu, demi membangun kepercayaan masyarakat dan meningkatkan kesadaran menabung di tengah masyarakat. Di samping itu, pihak bank perlu memberikan bonus-bonus yang dapat memotivasi nasabah supaya menabung dan menitipkan uangnya di bank-bank Islam.

2)Prinsip MudarabahMudarabah pada dasarnya merupakan subsistem dari musyarakah. Namun demikian para ahli fiqih meletakkan mudarabah dalam posisi tersendiri dan memberikan dasar hukum yang khusus. Ulama Islam menyebut akad ini dengan menggunakan berbagai nama, terkadang disebut juga dengan istilah muqarabah, qirad, dan muamalah.

Prinsip mudarabah berdasarkan firman Allah Q.S. Muzammil ayat 20.

... ... {20}... dan yang lain berjalan di bumi mencari sebagai karunia Allah...(Q.S. Al-Muzammil: 20)

Sementara itu, ketentuan budarabah yang berdasarkan hadits Nabi saw., sebagaimana terdapat dalam buku Hukum Ekonomi Islam, Sahrawadi K. Lubis, disebutkan bahwa Suhaib r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda,Tiga perkara di dalamnya terdapat keberkatan, yaitu menjual dengan cara pembayaran kredit, muqaradah (mudarabah), mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah dan bukan untuk dijual. (H.R. Ibnu Majah)

Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh Sahrawadi k. Lubis bahwa sifat tabungan mudarabah adalah:

a)Sebuah tabungan dari pihak ketiga di bank Islam,

b)Uang tabungan mudarabah dapat diambil setiap saat dan berulang kali dengan tidak ada batas waktu,

c)Bank akan membagi keuntungan kepada nasabah sesuai dengan perjanjian sebelumnya dan sama-sama telah sepakat dengan persetujuan itu,

d)Pembagian dilakukan dalam setiap bulan berdasarkan saldo minimal yang mengendap selam periode tersebut,

e)Beroperasional lewat rekening berjangka waktu atau bersyarat.

b.Penyaluran Dana kepada MasyarakatDalam hal penyaluran dana ke masyarakat, bank Islam menggunakan prinsip-prinsip berikut:

1)Al-MudarabahDalam kontrak mudarabah, seandainya terjadi kerugian atau kebangkrutan, maka kerugian tersebut ditanggung secara bersama-sama antara bank dengan pihak penanam modal, pengusaha, atau nasabah yang mengadakan akad perjanjian. Prinspnya, prinsip ekonomi Islam tidak semata-mata mencari keuntungan, melainkan ada unsur kerja sama di saat badan usaha mengalami kegagalan dalam usahanya. Dengan catatan, kegagalan itu bukan karena kebohongan atau penipuan yang syarat dengan unsur korupsi.

2)Musyarakah (prinsip bagi hasil)Masyarakat adalah pemilik modal yang mengadakan perjanjian untuk menyerahkan modalnya pada suatu proyek. Masing-masing pihak memiliki hak untuk ikut serta dalam manajemen proyek tersebut.

3)Al-MurabahahAl-Murabahah disebut dana talangan dalam pemenuhan produksi(inventory)dan dapat diterapkan dalam semua jenis pembiayaan penuh. Maksudnya, pihak bank memberikan dana untuk usaha tertentu dengan ketentuan yang dibuat bersama. Sistem ini hampir sama dengan kredit modal kerja yang dikenal dalam bank konvensional. Oleh karena itu, prinsip ini disebutshort run financing.

4)Al-Baiu Bitaman Ajil (konsep cicilan)Sistem al-baiu bitaman ajil adalah pembelian dengan cara pembayaran cicilan. Maksudnya, pembiayaan yang diberikan oleh pihak bank kepada nasabah dalam rangka pemenuhan kebutuhan barang modal(investasi).5)Al-Ijarah (prinsip sewa)Prinsip al-ijarah dapat dilakukan pada semua jenis pembiayaan penuh. Pembiayaan penuh merupakan talangan dana untuk pengadaan barang ditambah keuntungan yang disepakati dengan sistem pembayaran sewa tanpa diakhiri dengan pemilikan. Dengan demikian, berarti al-ijarah sama dengan leasing dan bank(leasor)memberikan kesempatan kepada nasabah/penyewa(lesse)untuk memperoleh manfaat dari barang untuk jangka waktu tertentu, dengan ketentuan nasabah/penyewa akan menbayar sejumlah uang pada waktu yang disepakati bersama. Apabila telah habis jangka waktunya, benda/barang yang dijadikan sebagai objek al-ijarah tersebut menjadi milik bank.

6)Al-Baiu Tajir (prinsip jual beli)Prinsip al-baiu tajir diterapkan pada semua jenis pembiayaan penuh yang merupakan talangan dana untuk pengadaan, ditambah keuntukngan yang telah disepakati dengan sistem pembayaran sewa yang diakhiri dengan pemilik. Prinsip al-baiu tajir ini hampir sama dengan sewa beli. Setelah habis pembayaran sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan, objek barang/benda tersebut menjadi milik nasabah.

7)Qard HasanPrinsip qard hasan adalah rencana keuangan dalam bentuk pinjaman kebijakan yang tidak dikenakan biaya dan tanpa bunga. Jenis pinjaman ini diberikan pada konsumen atau pengusaha yang mengalami situasi yang sulit atau pengeluaran yang tidak direncanakan. Dengan kata lain, prinsip ini adalah penyuntikan dan bagi pengusaha atau konsumen yang sedang jauh atau bangkrut.

Kehadiran bank syariah memiliki hikmah yang cukup besar, diantaranya:

1.Umat Islam yang berpendirian bahwa bunga bank konvensional adalah riba, maka bank syariah menjadi alternatif untuk menyimpan uangnya, baik dengan cara deposito, bagi hasil maupun lainnya.

2.Untuk menyelamatkan umat Islam dari praktik riba (bunga) yang mengandung unsur pemerasan (eksploitasi) dari si kaya terhadap si miskin atau orang yang kuat ekonominya terhadap yang lemah ekonominya.

3.Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank non-Islam yang menyebabkan umat Islam berada di bawah kekuasaan bank sehingga umat Islam belum bisa menerapkan ajaran agamanya dalam kehidupan pribadi dan masyarakat, terutama dalam kegiatan bisnisdan perekonomiannya.

4.Bank Islam dapat mengelola zakat di negara yang pemerintahannya belum mengelola zakat secara langsung. Dan bank juga dapat menggunakan sebagian zakat yang terkumpul untuk proyek-proyek yang produktif dan hasilnya untuk kepentingan agama dan umum.

5.Bank Islam juga boleh memungut dan menerima pembayaran untuk hal-hal berikut:

a.Mengganti biaya-biaya yang langsung dikeluarkan oleh bank dalam melaksanakan pekerjaan untuk kepentingan nasabah, misalnya: biaya telegram, telepon, atau telex dalam memindahkan atau memberitahukan rekening nasabah, dan sebagainya.

b.Membayar gaji para karyawan bank yang melakukan pekerjaan untuk kepentingan nasabah dan sebagai sarana dan prasarana yang disediakan oleh bank dan biaya administrasi pada umumnya.

C.ASURANSISesuai dengan prinsip Islam yang menghindari bentuk-bentuk bunga, dalam akad asuransi tidak ada riba di dalamnya. Asuransi merupakan produk ekonomi Islam yang tergolong baru dalam khazanah hukum Islam. Berbagai perbedaan pendapat muncul di kalangan umat Islam terkait apakah akad asuransi ini dibenarkan dalam islam atau tidak.

1.Pengertian AsuransiIstilah asuransi seringkali dasamakan dengan istilah pertanggungan (kafalah). Pengertian tersebut dapat dijumpai dalam ketentuan Pasal 1 UU No. 2 tahun 1992 tentang usaha perasurasian.

Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, pihak penanggung mengingatkan diri pada tertanggung dengan menerima premiasuransi, untuk memberikan penggantian pada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum pada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

Dari pengertian di atas dapat dikemukakan bahwa asuransi pada dasarnya adalah pertanggungan dan ikhtiar seseorang dalam rangka menanggulangi resiko atau akibat-akibat dari terjadinya sebuah peristiwa yang tidak diinginkan (diharapkan) terjadi, namun terjadi.

Menurut pasal KUPD, asuransi adalah suatu perjanjian (akad) antara seseorang yang mempertanggungkan sesuatu dengan seorang penanggung atau asurator. Menurut perjanjian ini, si penanggung menerima premi, yakni semacam pembayaran, baik sekaligus maupun berkala dari orang yang mempertanggungkan itu, dan dia berjanji akan mengganti kerugian yang mungkin diderita oleh si mempertanggungkan karena kejadian kelak (kemudian hari) yang sebelumnya tidak dapat ditentukan dan diketahui oleh siapa pun, seperti kebakaran, kehilangan, dan kerusakan.

2.Dasar Hukum AsuransiKetentuan mengenai asuransi masuk dalam kategori objek ijtihad karena ketidakjelasan ketentuan hukumnya. Hal ini terjadi karena memang ketetuan mengenai asuransi, aik di dalam al-quran maupun hadits Nabi saw., termasuk para ulama tidak banyak yang membicarakannya.

Untuk mengeluarkan sebuah produk hukum ijtihad, dapat menggunakan berbagai cara, antara lain menggunakan konsep maslahah mursalah atau dengan cara kias (metode analgis). Berdasarkan hasil ijtihad para ulama dengan menggunakan metode ini maka dasar hukum asuransi di lingkungan ulama muncul beragam atau berbeda-beda. Perbedaan tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a.Pendapat pertama, mengatakan bahwa asuransi dengan sagala bentuk perwujudannya dipandang haram menurut ketentuan hukum. Artinya, melakukan akad asuransi tidak dibolehkan. Ulama yang mengharamkan asuransi ini adalah Abdullah al-Qalqili dan Muhammad Yusuf al-Qardawi.

b.Pendapat kedua, menyatakan bahwa asuransi dengan sagala bentuk perwujudannya dapat diterima dalam syariat Islam. Ulama yang mendukung pendapat ini adalah Abdul Wahab Khallaf dan Mustafa Ahmad Zarqa (Syiria), Muhammad Yusuf Musa (Kairo).

c.Pendapat ketiga, mengatakan bahwa asuransi sosial diperbolehkan, sedangkan asuransi komersial tidak diperdolehkan, kaena bertentangan dengan syariat Islam. Pendapat ini didukung oleh ulama Abu Zahrah.

d.Pendapat keempat, mengatakan bahwa asuransi dengan segala bentk perwujudannya dipandang syubhat. Pendapat tersebut didukun oleh K.H. Ahmad Azhar Basyir (Indonesia).

Dari berbagai keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa asuransi dibolehkan selama tidak bertentangan dengan syariat Islam. Artinya, hendaknya berdasarkan asa gotong royong (taawun) dan perjanjian-perjanjian yang dibuat benar-benar bersifat tolong-menolong, bukan untuk mencari laba atau keuntungan dengan jalan yang tidak benar.

Dalam buku Hukum Asuransi di Indonesia yang ditulis oleh Vide Wirjono Prodjadikoro, dijelaskan, menurut pasal 246 Wet Boek Van Koophandel (Kitab Undang-Undang Perniagaan), bahwa asuransi pada umumnya adalah suatu persetujuan dimana pihak yang menjamin berjanji kepada pihak yang dijamin untuk menerima sejumlah uang premi sebagai pengganti kerugian yang mungkin akan diderita oleh yang dijamin karena akibat dari satu peristiwa yang belum jelas akan terjadi.

3.Tujuan AsuransiTujuan asuransi adalah meawarkan jaminan perlindungan untuk menghadapi kerugian akibat suatu bencana yang terjadi pada yang diasuransikan, tanpa ada unsur penambahan kekayaan seseorang.

Cara untuk menanggulangi bahaya yang mungkin terjadi biasanya dipraktikkan dengan bersama-sama menanggung kerugian itu untuk tujuan meringankan beban penderita yang diasuransikan. Hal ini berarti bahwa tujuan dari asuransi lebih dekat dengan arti iuran ntuk perlindungan bersama.

4.Jenis AsuransiSocial insurancelebih dianjurkan daripada bentuk-bentuk asuransi lain yang tidak jelas status hukumnya. Di Indonesia terdapat dua asuransi, yaitu asuransi sosial dan takaful. Asuransi sosial adalah asuransi pemerintah yang merupakan tuntunan UU 1945, khususnya pasal kesejahteraan sosial. Asuransi takaful merupakan lembaga asuransi yang berbasis Islam. Pembahasan kedua modal asuransi (sosial dan takaful) dirasa lebih cocok dan diterima oleh masyarakat Islam di Indonesia.

Asuransi sosial memiliki kekhususan tersendiri, diantaranya:

a.Penyelenggara pertanggungan (asuransi) adalah pemerinta.

b.Sifat hukum pertanggungan itu adalah wajib bagi seluruh anggota masyarakat atau sebagai anggota tertentu masyarakat. Misalnya, bagi para penumpang kendaraan, baik laut, darat maupun udara.

c.Penentuan penggantian kerugian diatur oleh pemerintah dengan peraturan khusus yang dibuat untuk itu.

d.Tujuan asuransi memberikan suatu jaminan sosial(social security), bukan untuk mencari keuntungan.

Secara operasional, asuransi yang sesuai dengan syariah memiliki sistem yang mengandung hal-hal sebagai berikut:

a.Mempunyai akad takafuli (tolong-menolong) untuk memberikan santunan atau perlindungan atas musbah yang akan datang.

b.Dana yang terkumpul menjadi amanah pengeloladana. Dana tersebut diinvestasikan sesuai dengan instrumen syariah seperti mudarabah, wakalah, wadah, dan murabahah.

c.Premi memiliki unsur tabaruq atau mortalita (harapan hidup).

d.Pembebanan biaya operasional ditanggung pemegang polis, terbatas pada kisaran 30% dari premi sehingga pembentukan pada nilai tunai cepat terbentuk di tahun pertama yang memiliki nilai 70% dari premi.

e.Dari rekening tabarru (dana kebijakan seluruh peserta) sejak awal sudah diikhlaskan oleh peserta untuk keperluan tolong-menolong bila terjadi musibah.

f.Mekanisme pertanggungan pada asuransi syariah adalahsharing of riskdi mana apabila terjadi musibah, maka semua peserta ikut saling menanggung dan membantu.

g.Keuntngan(profit)dibagi antara perusahaan dengan peserta sesuai prinsip bagi hasil (mudarabah), atau dalam akad tabarru dapat berbentuk dengan memberikan hadiah kepada peserta dan upah(fee)kepada pengelola.

h.Mempunyai misi akidah, sosia serta mengangkat perekonomian umat Islam atau misi istiqadi.

http://reumis-janari.blogspot.com/2011/11/hukum-riba-bank-dan-asuransi.htmlHUKUM RIBA BANK DAN ASURANSI

Kata riba berasal dari bahasa arab,"roba -yurbi- ribaan" yang artinya "al-Ziyadah" yaitu tambahan. Adapun menurut istilah .ribaialah suatu bentuk tambahan.pembayaran tanpa ganti/imbalan sebagai syarat terjadinya transaksi utang piutang.Misalnya, Andi memberi pinjaman kepada Anda dengan syarat Anda bersedia mengembalikan uang pokok dan tambahan yang telah di tentukan Andi.Dengan demikian terjadinya utang piutang itu karena ada syarat tambahan pembayaran tersebut. Tambahan dari utang pokok yang di syaratkan oleh pihak peminjam itulah di sebutriba.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat di pahami bahwa riba sesungguhnya sama dengan ekploitasi atau pemerasan dari seorang yang kaya kepada orang miskin. Praktek ekploitasi ini sangat berbahaya dan merugikan bagi kalangan hidup manusia. Oleh karena itu, Islam melarang dan mengharamkan riba dengan segala bentuknya.

Perhatikan firman Alloh SWT. (Qs.al-Baqoroh:276-277).dan sabda rosululloh yang artinya"Dari Jabir Ia berkata: Rosululloh SAW. melaknat orang orang yang memakan riba, yang mewakilinya,,penulis dan dua orang saksinya. Kata Rosululloh: mereka itu sama saja,(HR.Muslim)

2.Pengertian dan hukum bank.Bang adalaah lembaga keuangan yang bergerak mienghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan tabungan , kemudian menyalurkan melalui pinjaman, baik kepada perorangan maupun kepada kelembagaan dengan sistem bunga.dengan demikian , hakikat dan tujuan bang ialah untuk membantu masyarakat, baik dalam menyimpan maupun meminjam berupa uang maupun barang berharga lainnya. Selain itu juga ,untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi serta setabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Mengenai hukum bank dalam pandangan islam, para ulama salaf maupun kholaf masih berselisih pendapat.ada yang mengatakan haram,boleh dan ,subhat.

Ulama yang mengatakan haramdengan alasan bahwa dalam perbankan pasti terdapat bunga, bank tanpa bunga mustahir dapat berkembang. sementara itu dalam agama Islam, bunga itu adalah riba, dan riba itu di haraman oleh Alloh SWT. kelompok ini di dukung oleh asyafi'i,Abu Zahrah,Ahmad Zarqo dan Muhammad al-Arobi

Ulama yang membolehkan bankmempunyai alasan bahwa bank dalam suatu negara merupakan suatu kebutuhan yang tidak bisa di elakkan, jadi bersipat darurat. kelompok ini di dukung oleh Imam Ahmad , As-Suyuti, Muhammad saltut, dan Az-Zarqani..Ulama yang mengatakan bank subhat.dengan alasan dalam satu sisi kebutuhan akan perbankan bersifat darurat, tapi di sisi lain bank juga menerapkan dengan sistem bungsa/ rente yang jelas di haramkan oleh Agama. oleh sebab itu hukum bank masih belum jelas, apakah halal atau haram.

Di negara kita Indonesia, pada pertengahan Desember 2003 lalu MUI mengeluarkan maklumat fatwanya bahwa bunga bank itu haram. Hal ini berarti bahwa bank konvensional yang menerapkan sistem bunga pun haram.

wallohu'alam...

BAB IPENDAHULUANSalah satu tema kemanusiaan yang dicanangkan dalam Al Quran adalah pelarangan riba. Riba termasuk sub sistem ekonomi yang berprinsip menguntungkan kelompok orang tertentu tetapi mengabaikan kepentingan masyarakat luas. Kita sebagai kaum muslimin perlu mengetahui hakikat riba serta keburukan yang terkandung di dalamnya sehingga dapat membentengi dan tidak menjerumuskan diri ke dalam berbagai transaksi ribawi.Kemudian ketika orang Islam mulai melakukan kontak dengan peradaban Barat, dimana perbankan bagian dari peradaban mereka dalam aspek ekonomi , lambat laun banyak orang Islam merasakan besarnya peranan lembaga perbankan dalam tata ekonomi modern. Yang menjadi permasalahan adalah bank, dimana bank menempuh sistem bunga. Sedangkan formula bunga sealan dengan riba, sebagaimana yang dilarang oleh Al Quran. Sehingga, dewasa ini di dunia Islam (masyarakat Islam) masih dirasakan perlu membicarakan masalah perbankan yang berlaku di dunia yang menggunakan sistem bunga atau rente.Sedangkan dampak negatif yang diakibatkan dari riba sangat berbahaya bagi kehidupan manusia secara individu, keluarga, masyarakat, dan berbangsa. Jika praktek riba ini tumbuh subur di masyarakat, maka terjadi sistem kapitalis di mana terjadi pemerasan dan penganiayaan terhadap kaum lemah. Orang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin.BAB IIPEMBAHASANA. Pengertian Riba dan PembagiannyaRiba adalah penambahan sejumlah harta yang bersifat khusus [1]Menurut ensiklopedia islam Indonesia disusun oleh tim IAIN syarif hidayatullah :

Ar-Riba atau ar-Rima makna asalnya ialah tambah, tumbuh, dan subur. Adapun pengertian tambah dalam konteks riba ialah tambahan uang atas modal yang diperoleh dengan cara yang tidak dibenarkan syara, apakah tambahan itu berjumlah sedikit maupun berjumlah banyak , seperti yang diisyaratkan dalam al-Quran. [2]Menurut bahasa, riba memiliki beberapa pengertian, yaitu :

1. bertambah ( ), karena salah satu perbuatan riba adalah meminta tambahan dari sesuatu yang dihutangkan.2. berkembang, berbunga ( ), karena salah satu dari perbuatan riba adalah membungakan harta uang atau yang lainnya yang dipinjamkan kepada orang lain.3. berlebihan atau menggelembung, kata-kata ini berasal dari firman Allah : Bumi jadi subur dan gembur ( Al-Haj: 5).Sedangkan menurut istilah, yang dimaksud dengan riba menurut Al-Mali ialah :Akad yang terjadi atas penukaran barang tertentu yang tidak diketahui perimbangannya menurut ukuran syara, ketika berakad atau dengan mengakhirkan tukaran kedua belah pihak atau salah satu keduanya.Riba terbagi dua bagian yaitu riba fadhl dan riba nasiah.Riba fadhl adalah menjual suatu jenis barang yang di dalamnya dimungkinkan terjadi riba dengan barang sejenis dengan jumlah lebih banyak. Misalnya : menjual satu kuintal gandum dengan satu seperempat kuintal gandum atau satu sha' kurma dengan satu setengah sha' kurma atau satu ons perak dengan satu dirham (uang perak) .

Riba nasiah adalah jual beli sesuatu yang di dalamnya dimungkinkan terjadinya riba, misalnya menjual emas, perak, beras, gandum atau kurma dengan barang lain yang di dalamnya mengadung riba nasiah. Misalnya seseorang menjual satu kuintal kurma dengan satu kuintal gandum hingga batas waktu tertentu, atau seseorang menjual 10 dinar (uang emas) dengan 120 dirham (uang perak) hingga batas waktu tertentu.

Riba nasiah adalah melebihkan pembayaran barang yang dipertukarkan, diperjualbelikan, atau diutangkan karena diakhirkan waktu pembayarannya baik yang sejenis maupun tidak. [3]B. Hikmah Keharaman RibaHikmah diharamkannya riba, antara lain :menjaga harta seorang muslim supaya tidak dimakan dengan cara-cara yang bathil.mengarahkan seorang muslim supaya menginvestasikan hartanya di dalam sejumlah usaha yang bersih yang jauh dari kecurangan dan penipuan.3. menyumbat seluruh jalan yang membawa seorang muslim kepada tindakan memusuhidan menyusahkan saudaranya sesama muslim yang berakibat pada lahirnya celaan serta kebencian dari saudaranya.4. menjauhkan seorang muslim dari perbuatan yang dapat membawanya kepadakebinasaan. Karena memakan harta riba itu merupakan kedurhakaan dan kezhaliman, sedangkan akibat dari kedurhakaan dan kezhaliman itu ialah penderitaan. Allah berfirman, Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat kelaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang benar. Hai manusia, sesungguhnya (bencana) kelalimanmu akan menimpa dirimu sendiri; (hasil kelalimanmu) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi, kemudian kepada Kami-lah kembalimu, lalu Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Yunus : 23).5. membukakan pintu-pintu kebaikan di hadapan seorang muslim ntuk mempersiapkanbekal kelak di akhirat dengan memimjami saudaranya sesama muslim tanpa mengambil manfaat (keuntungan), menghutanginya, menangguhkan hutangnya hingga mampu mambayarnya, memberinya kemudahan serta menyayanginya dengan tujuan semata-mata mencari ridho Allah. Sehingga mengakibatkan tersebarnya kasih sayang dan ruh persaudaraan yang tulus di antara kaum Muslimin.C. Hukum Bunga BankPraktek pembungaan uang saat ini telah memenuihi kriteria riba yang terjadi pada rasulullah SAW. Yakni riba nasiah. Dengan demikian , praktek pembungaan uang termasuk salah satu bentuk riba, dan haram hukumnya. Praktek pembungaan uang ini banyak dilakukan oleh bank, asuransi, pasar modal, pegadaian, dan lembaga keuangan lainnya termasuk juga oleh individu.Keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 1 tahun 2004 Tentang Bunga (Interest / Faidah) :Pengertian bunga (interest /faidah) dan Riba :(interest/faidah) adalah tambahan yang dikenakan dalam transaksi pinjaman uang yang diperhitungkan dari pokok pinjaman tanpa mempertimbangkan pemanfaatan/ hasil pokok tersebut, berdasarkan tempo waktu, diperhitungkan secara pasti dimuka, dan pada umumnya berdasarkan presentase.Riba adalah tambahan (ziyadah) tanpa imbalan yang terjadi karena penangguhan dalam pembayaran yang diperjanjikan sebelumnya, dan inlah yang disebut Riba Nasiah.Hukum Bunga (interest) :Praktek pembungaan uang saat ini telah memenuhi kriteria riba yang terjadi pada zaman Rasulullah SAW, yakni Riba Nasiah. Dengan demikian praktek pembungaan uang saat ini termasuk , salah satu bentuk Riba, dan Riba haram hukumnya.Praktek penggunaan tersebut hukumnya adalah haram, baik dilakukan oleh Bank, Asuransi, Pasar modal, Pegadaian, Koperasi, dan lembaga keuangan lainnya maupun individu.Bemuamalah dengan lembaga keuangan konvesional :Untuk wilayah yang sudah ada kantor/jaringan lembaga keuangan Syariah dan mudah dijangkau, tidak dibolehkan melakukan transaksi yang didasarkan kepada perhitungan bunga.Untuk wilayah yang belum ada kantor/jaringan lembaga keuangan Syariah diperbolehkan melakukan kegiatan transaksi di lembaga keuangan konvensional berdasarkan prinsip darurat/hajatPendapat Ulama Tentang Bunga BankPada garis besarnya para ulama terbagi menjadi tiga bagian (tiga golongan) dalam menghadapi masalah bunga perbankan ini, yaitu kelompok yang mengharamkan, kelompok yang menganggap syubhat (samar), dan kelompok yang menganggap halal (boleh) .Muhammad Abu Zahrah, abul A'la al Maududi, Muhammad Abdul al 'Arabi dan Muhammad Nejatullah Shidiqi adalah kelopok yang mengharamkan bunga bank, baik yang mengambilnya (bagi penyimpan uang di bank) maupun bagi yang mengeluarkannya (peminjam uang di bank).Menurut Abul A'la Al Maududi yang diikuti oleh Muhammad Nejatullah Shiddiqi dalam bukunya yang berjudul Muslim Economic Thinking yang diterjemahkan oleh A.M Sefuddin dengan judul pemikiran Ekonomi Islam berpendapat bahwa bunga bank merupakan salah satu sumber dari sekian banyak sumber keburukan ekonomi, seperti depresi dan monopoli. Adapun alasan yang dikemukakan oleh al-Maududi adalah sebagai berikut :a. bunga pada pinjaman konsumtif memindahkan sebagian daya beli sekelompok orang yang kecenderungan konsumsinya tinggi kepada kelompok yang kecenderungannya rendah, kelompok yang kecenderungannya rendah menanamkan kembali pendapatannya dari bunga seperti modal baru. Hal ini berarti permintaan konsumen turun yang diikuti dengan kenaikan produksi.

b. Bunga pada pinjaman produktif meningkatkan ongkos produksi sehingga menaikkan harga barang-barang konsumsi. Maksudnya bahwa pinjaman produktif dapat menaikkan harga produksi yang berarti penaikkan harga-harga barang.Alasan-alasan bunga diharamkan menurut Muhammad Netajullah Shiddiqi adalah sebagai berikut :bunga bersifat menindas (zholim) yang menyangkut pemerasan. Dalam pinjaman konsumtif seharusnya yang lemah (kekurangan) ditolong oleh yang kuat (mampu) , tetapi dengan bunga pada awalnya orang lemah ditolong kemudian diharuskan membayar bunga, itu tidak ditolong, tetapi memeras.

Bunga memindahkan kekayaan dari orang miskin (lenah) kepada orang kaya (kuat ) yang kemudian dapat menciptaan ketidakseimbangan kekayaan. Ini bertentangan dengan kepentingan sosial dan berlawanan dengan kehendak Allah yang menghendaki penyebaran pandapatan dan kekayaan adil. Islam menganjurkan kerjasama dan persaudaraan dan bunga bertentangan dengan itu.Bunga dapat menciptakan kondisi manusia penganggur, yaitu para penanam modal dapat menerima setumpukan kekayaan dari bunga-bunga modalnya sehingga mereka tidak lagi bekerja untuk menutupi kebutuhan hidupnya. Cara ini berbahaya bagi masyarakat juga bagi pribadi orang tersebut.Muhammad Abu Zahrah menegaskan bahwa rente (bunga) bank termasuk riba nasi'ah yang diharamkan dalam agama Islam oleh Allah dan Rasul-Nya.D. Analisis Hukum Bunga BankD.1 Analisis terhadap praktik membungakan uangPraktik membungakan uang biasa dilakukan oleh orang-orang secara pribadi atau oleh suatu lembaga keuangan. Orang atau badan hukum yang meminjamkan uang kepada perorangan atau menyimpan uangnya dilembaga keuangan biasanya akan memperoleh imbalan bunga atau disebut bunga meminjamkan atau bunga simpanan. Sebaliknya, orang atau badan hukum yang meminjam uang dari perorangan atau lembaga keuangan diharuskan mengembalikan uang yang dipinjam ditambah bunganya , bunga ini disebut bunga pinjaman. Dari peristiwa diatas dicatat beberapa hal sebagai berikut :

a. Bunga adalah tambahan terhadap uang yang disimpan pada lembaga keuangan atau uang yangdipinjamkan.

b. Besarnya bunga yang harus dibayar ditetapkan dimuka tanpa melihat apakah lembaga keuangan

penerima simpanan atau peminjam sukses dalam usahanya atau tidak

c. Besarnya bunga yang harus dibayar dicantumkan dalam angka persentase atau angka perseratusdalam setahun yang artinya apabila utang tidak dibayar atau simpanan tidak diambil dalam beberapatahun dapat terjadi utang itu atau simpanan itu menjadi berlipat ganda jumlahnya.Dari ketiga hal tersebut diatas tampak jelas, bahwa praktik membungakan uang adalah upaya uintuk memperoleh tambahan uang atas uiang yang semula dengan cara :1. pembayaran tambahan itu prakarsanya tidak datang dari yang meminjam

2. dengan jumlah tambahan yang besarnya ditetapkan dimuka.

3. peminjam sebenarnya tidak mengetahui dengan pasti apakah usahanya akan berhasil atau tidak dan apakah ia akan sanggup membayar tambahan dari pinjaman itu.4. pembayaran tambahan uang itu dihitung dengan persentase, sehingga tidak tertutup kemungkinansuatu saat jumlah seluruh kewajiban yang harus dibayar menjadi berlipat ganda.Dengan memahami secara lengkap mekanisme operasional perbankan konvensional, maka akan terungkap secara jelas sejauh mana kriteria riba dapat dipenuhi, seperti dalam penentuan besarnya tingkat bunga simpanan sampai kepada pergeseran biaya bunga pinjaman kepada penanggung yang terakhir. Selain itu, patut diteliti apakah tujuan pembangunan khususnya yang mengangkut masalah pengentasan kemiskinan dan pemerataan pendapatan melalui sistem perbankan konvesional dapat tercapai.E. Bank dan Macam-macamnyaMenurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional :

Bank Syariah :

1. melakukan investasi-investasi yang halal aja

2. berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa

3. berorientasi pada keuntungan (profit oriented) dan kemakmuran serta kebahagiaan dunia akhirat.

4. hubungan dengan nasabah dalam bentuk kemitraan

5. Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah (DPS).

Bank Konvensional :

1. melakukan investsi yang halal dan haram

2. memakai perangkat bunga

3. Profit Oriented

4. hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kreditur-debitur

5. tidak terdapat dewan sejenis DPS.

Perbedaan antara bunga dan bagi hasilIslam mengharamkan bunga dan menghalalkan bagi hasil. Keduanya memberikan keuntungan , tetapi memiliki perbedaan mendasar sebagai akibat adanya perbedaan antara investasi dan pembungaan uang dalam investasi, usaha yang dilakukan mengandung resiko, dan karenanya mengandung unsur ketidakpastian. Sebaliknya, pembungaan uang adalah aktivitas yang tidak memiliki resiko, karenaadanya persentase suku bunga tertentu yang ditetapkan berdasarkan besarnya modal.

Sesuai dengan definisi diatas, menyimpan uang dibank islam termasuk kategori investasi. Besar kecilnya perolehan kembalian itu tergantung pada hasil usaha yang benar-benar terjadi dan dilakukan bank sebagai pengelola dana. Dengan demikian, bank islam tak dapat hanya sekedar menyalurkan uang. Bank islam harus terus menerus meningkatkan return of investment sehingga lebih menarik dan lebih memberikan kepercayaan bagi pemilik dana.

DAFTAR PUSTAKAWirdyaningsih. Bank dan Asuransi Islam di Indonesia. Kencana: JakartaSuhendi ,Hendi. Fiqh Muamalah. PT RajaGrafindo Persada, JakartaZuhri, Muh. Riba dalam Al Quran dan Masalah Perbankan. PT Grafindo persada ,Jakartawww.wikipedia.com

[1][2] Wirdyaningsih, SH., MH., et al. Bank dan Asuransi Islam di Indonesia. Kencana: Jakarta. hal[3] Dr. H. Hendi Suhendi, M.. Si. Fiqh Muamalah. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta hal 279