revolusi hijau
DESCRIPTION
penghijauanTRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas bimbingan dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah praktikum Sosiologi
Pertanian yang berjudul “PASCA REVOLUSI HIJAU DI PEDESAAN JAWA TIMUR”
Terima kasih kami ucapkan kepada asisten Sosiologi Pertanian karena telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk membahas materi modul sepuluh. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman karena telah mendukung kami.
Makalah ini kami susun agar pembaca lebih memahami tentang pasca revolusi
hijau di pedesaan Jawa Timur. Kami mohon maaf apabila ada kekurangan pada makalah
ini. Besar harapan kami makalah ini dapat lebih disempurnakan lagi pada forum diskusi
ini.
Malang, 2 Mei 2012
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. 1
DAFTAR ISI........................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Revolusi Hijau........................................................................... 4
2.2 Hubungan Revolusi Hijau dengan Pembangunan Nasional................... 6
2.3 Upaya Pemerintah dalam Penggalangan Revolusi Hijau....................... 7
2.4 Pelaksanaan Penerapan Revolusi Hijau................................................. 8
2.5 Dampak Adanya Revolusi Hijau............................................................ 8
2.6 Perkembangan Teknologi....................................................................... 9
2.7 Industrialisasi di Indonesia.................................................................... 11
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Perubahan Masyarakat Desa Bajang karena Revolusi Hijau................. 13
3.2 Dampak Revolusi Hijau Desa Bajang.................................................... 14
3.1 Berbagai Pergeseran Pekerjaan.............................................................. 15
BAB IV KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan............................................................................................ 16
4.2 Saran...................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Latar belakang munculnya revolusi Hijau adalah karena munculnya masalah
kemiskinan yang disebabkan karena pertumbuhan jumlah penduduk yang sangat
pesat tidak sebanding dengan peningkatan produksi pangan. Sehingga dilakukan
pengontrolan jumlah kelahiran dan meningkatkan usaha pencarian dan penelitian
binit unggul dalam bidang Pertanian. Upaya ini terjadi didasarkan pada penelitian
yang dilakukan oleh Thomas Robert Malthus.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah perubahan yang terjadi di desa Bajang akibat revolusi hijau?
2. Apa dampak yang ditimbulkan dari revolusi hijau?
3. Bagaimana pergeseran pekerjaan?
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 SEJARAH REVOLUSI HIJAU
Revolusi Hijau adalah sebutan tidak resmi yang dipakai untuk menggambarkan
perubahan fundamental dalam pemakaian teknologi budidaya pertanian yang dimulai
pada tahun 1950-an hingga 1980-an di banyak negara berkembang, terutama di Asia.
Hasil yang nyata adalah tercapainya swasembada (kecukupan penyediaan) sejumlah
bahan pangan di beberapa negara yang sebelumnya selalu kekurangan persediaan pangan
(pokok), seperti India, Bangladesh, Tiongkok, Vietnam, Thailand, serta Indonesia, untuk
menyebut beberapa negara. Norman Borlaug, penerima penghargaan Nobel Perdamaian
1970, adalah orang yang dipandang sebagai konseptor utama gerakan ini.
Revolusi hijau mendasarkan diri pada empat pilar penting: penyediaan air melalui
sistem irigasi, pemakaian pupuk kimia secara optimal, penerapan pestisida sesuai dengan
tingkat serangan organisme pengganggu, dan penggunaan varietas unggul sebagai bahan
tanam berkualitas. Melalui penerapan teknologi non-tradisional ini, terjadi peningkatan
hasil tanaman pangan berlipat ganda dan memungkinkan penanaman tiga kali dalam
setahun untuk padi pada tempat-tempat tertentu, suatu hal yang sebelumnya tidak
mungkin terjadi.
Revolusi hijau mendapat kritik sejalan dengan meningkatnya kesadaran akan
kelestarian lingkungan karena mengakibatkan kerusakan lingkungan yang parah. Oleh
para pendukungnya, kerusakan dipandang bukan karena Revolusi Hijau tetapi karena
ekses dalam penggunaan teknologi yang tidak memandang kaidah-kaidah yang sudah
ditentukan. Kritik lain yang muncul adalah bahwa Revolusi Hijau tidak dapat
menjangkau seluruh strata negara berkembang karena ia tidak memberi dampak nyata di
Afrika.
A. Revolusi Hijau
4
Teknologi genetika memicu terjadinya Revolusi Hijau (green revolution) yang
sudah berjalan sejak 1960-an. Dengan adanya Revolusi Hijau ini terjadi
pertambahan produksi pertanian yang berlipat ganda sehingga tercukupi bahan
makanan pokok asal serealia. Konsep Revolusi Hijau yang di Indonesia dikenal
sebagai gerakan Bimas (bimbingan masyarakat) adalah program nasional untuk
meningkatkan produksi pangan, khususnya swasembada beras. Tujuan tersebut
dilatarbelakangi mitos bahwa beras adalah komoditas strategis baik ditinjau dari
segi ekonomi, politik dan sosial. Gerakan Bimas berintikan tiga komponen pokok,
yaitu penggunaan teknologi yang sering disabut Panca Usaha Tani, penerapan
kebijakan harga sarana dan hasil reproduksi serta adanya dukungan kredit dan
infrastruktur. Grakan ini berhasil menghantarkan Indonesia pada swasembada
beras.
Gerakan Revolusi Hijau yang dijalankan di negara – negara
berkembang dan Indonesia dijalankan sejak rejim Orde Baru berkuasa.
Gerakan Revolusi Hijau sebagaimana telah umum diketahui di Indonesia tidak
mampu untuk menghantarkan Indonesia menjadi sebuah negara yang
berswasembada pangan secara tetap, tetapi hanya mampu dalam waktu lima
tahun, yakni antara tahun 1984 – 1989. Disamping itu, Revolusi Hijau juga
telah menyebabkan terjadinya kesenjangan ekonomi dan sosial pedesaan
karena ternyata Revolusi Hijau hanyalah menguntungkan petani yang
memiliki tanah lebih dari setengah hektar, dan petani kaya di pedesaan, serta
penyelenggara negara di tingkat pedesaan.
Sebab sebelum Revolusi Hijau dilaksanakan, keadaan penguasaan
dan pemilikan tanah di Indonesia sudah timpang, akibat dari gagalnya
pelaksanaan Pembaruan Agraria yang telah mulai dilaksanakan pada tahun
1960 sampai dengan tahun 1965. Pertanian revolusi hijau juga dapat disebut
sebagai kegagalan karena produknya sarat kandungan residu pestisida dan
sangat merusak ekosistem lingkungan dan kesuburan tanah.
B. Pestisida dan Pupuk Buatan
5
Pestisida telah lama diketahui menyebabkan iritasi mata dan kulit,
gangguan pernapasan, penurunan daya ingat, dan pada jangka panjang
menyebabkan kanker. Bahkan jika ibu hamil mengkonsumsi makanan dan
minuman yang mengandung residu pestisida, maka janin yang dikandungnya
mempunyai risiko dilahirkan dalam keadaan cacat. Penggunaan pestisida juga
menyebabkan terjadinya peledakan hama —suatu keadaan yang kontradiktif
dengan tujuan pembuatan pestisida— karena pestisida dalam dosis berlebihan
menyebabkan hama kebal dan mengakibatkan kematian musuh alami hama
yang bersangkutan.
Namun, mitos obat mujarab pemberantas hama tetap melekat di
sebagian petani. Mereka tidak paham akan bahaya pestisida. Hal ini
disebabkan karena informasi yang sampai kepada mereka adalah ‘jika ada
hama, pakailah pestisida merek A’. para petani juga dibanjiri impian tentang
produksi yang melimpah-ruah jika mereka menggunakan pupuk kimia. Para
penyuluh pertanian adalah ‘antek-antek’ pedagang yang mempromosikan
keajaiban teknologi modern ini. Penyuluh pertanian tidak pernah
menyampaikan informasi secara utuh bahwa pupuk kimia sebenarnya tidak
dapat memperbaiki sifat-sifat fisika tanah, sehingga tanah menghadapi bahaya
erosi. Penggunaan pupuk buatan secara terus-menerus juga akan mempercepat
habisnya zat-zat organik, merusak keseimbangan zat-zat makanan di dalam
tanah, sehingga menimbulkan berbagai penyakit tanaman. Akibatnya,
kesuburan tanah di lahan-lahan yang menggunakan pupuk buatan dari tahun
ke tahun terus menurun.
2.2 HUBUNGAN REVOLUSI HIJAU DENGAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Pada dasarnya kebijakan-kebijakan Orde Baru di bawah kepemimpinan
Presiden Soeharto telah berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup
tinggi. Presiden Soeharto pun mendapatkan gelar Bapak Pembangunan karena
berhasil mewujudkan pembangunan nasional. Pembangunan nasional pada masa
ini juga menimbulkan sisi negative yang ditandai dengan munculnya gejala crony
6
capitalism yaitu istilah yang merujuk pada kapitalis-kapitalis yang melingkari
pemerintahan Orde Baru berdasarkan asas-asas kekerabatan. Adanya crony
capitalism tersebut telah memunculkan ketidakmerataan ekonomi yang imbasnya
dirasakan masyarakat terutama kelas menengah ke bawah. Kondisi tersebut
memunculkan penyakit sosial yang menghinggapi elemen pemerintahan dan
masyarakat yang kemudian dikenal dengan praktik KKN.
2.3 UPAYA PEMERINTAH DALAM PENGGALANGAN REVOLUSI HIJAU
Upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk menggalakan revolusi hijau
ditempuh dengan cara :
1. Intensifikasi Pertanian
Intensifikasi Pertanian di Indonesia dikenal dengan nama Panca Usaha Tani
yang meliputi :
Pemilihan Bibit Unggul
Pengolahan Tanah yang baik
Pemupukan
Irigasi
Pemberantasan Hama
2. Ekstensifikasi Pertanian
Ekstensifikasi pertanian, yaitu Memperluas lahan tanah yang dapat
ditanami dengan pembukaan lahan-lahan baru (misal mengubah lahan
tandus menjadi lahan yang dapat ditanami, membuka hutan, dsb).
3. Diversifikasi Pertanian
Usaha penganekaragaman jenis tanaman pada suatu lahan pertanian melalui
sistem tumpang sari. Usaha ini menguntungkan karena dapat mencegah
kegagalan panen pokok, memperluas sumber devisa, mencegah penurunan
pendapatan para petani.
4. Rehabilitasi Pertanian
7
Merupakan usaha pemulihan produktivitas sumber daya pertanian yang
kritis, yang membahayakan kondisi lingkungan, serta daerah rawan dengan
maksud untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat di daerah tersebut.
Usaha pertanian tersebut akan menghasilkan bahan makanan dan sekaligus
sebagai stabilisator lingkungan.
2.4 PELAKSANAAN PENERAPAN REVOLUSI HIJAU
Pelaksanaan Penerapan Revolusi Hijau dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
Pemerintah memberikan penyuluhan dan bimbingan kepada petani.
Kegiatan pemasaran hasil produksi pertanian berjalan lancar sering
perkembangan teknologi dan komunikasi.
Tumbuhan yang ditanam terspesialisasi atau yang dikenal dengan
monokultur, yaitu menanami lahan dengan satu jenis tumbuhan saja.
Pengembangan teknik kultur jaringan untuk memperoleh bibit unggul
yang diharapkan yang tahan terhadap serangan penyakit dan hanya cocok
ditanam di lahan tertentu.
Petani menggunakan bibit padi hasil pengembagan Institut Penelitian Padi
Internasional (IRRI=International Rice Research Institute) yang
bekerjasama dengan pemerintah, bibit padi unggul tersebut lebih dikenal
dengan bibit IR.
Pola pertanian berubah dari pola subsistensi menjadi pola kapital dan
komersialisasi.
Negara membuka investasi melalui pembangunan irigasi modern dan
pembagunan industri pupuk nasional.
Pemerintah mendirikan koperasi-koperasi yang dikenal dengan KUD
(Koperasi Unit Desa).
2.5 DAMPAK ADANYA REVOLUSI HIJAU
Dampak Positif Revolusi Hijau :
8
Memberikan lapangan kerja bagi para petani maupun buruh pertanian.
Daerah yang tadinya hanya dapat memproduksi secara terbatas dan hanya
untuk memenuhi kebutuhan minimal masyarakatnya dapat menikmati hasil
yang lebih baik karena revolusi hijau.
Kekurangan bahan pangan dapat teratasi.
Sektor pertanian mampu menjadi pilar penyangga perekonomian Indonesia
terutama terlihat ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi sehingga orang
beralih usaha ke sektor agrobisnis.
Dampak Negatif Revolusi Hijau :
Muncullah komersialisasi produksi pertanian
Muncul sikap individualis dalam hal penguasaan tanah
Terjadi perubahan struktur sosial di pedesaan dan pola hubungan
antarlapisan petani di desa dimana hubungan antar lapisan terpisah dan
menjadi satuan sosial yang berlawanan kepentingan.
Memudarnya sistem kekerabatan dalam masyarakat yang awalnya menjadi
pengikat hubungan antar lapisan.
Muncul kesenjangan ekonomi karena pengalihan hak milik atas tanah
melalui jual beli.
Harga tanah yang tinggi tidak terjangkau oleh kemampuan ekonomi petani
lapisan bawah sehingga petani kaya mempunyai peluang sangat besar untuk
menambah luas tanah.
Muncul kesenjangan sosial karena kepemilikan tanah yanmg berbeda
menyebabkan tingkat pendapatanpun akan berbeda.
Muncul kesenjangan yang terlihat dari perbedaan gaya bangunan maupun
gaya berpakaian penduduk yang menjadi lambang identitas suatu lapisan
sosial.
Mulai ada upaya para petani untuk beralih pekerjaan ke jenis yang lain
seiring perkembagan teknologi.
2.6 PERKEMBANGAN TEKNOLOGI
9
Perkembangan teknologi memberikan pengaruh positif bagi Indonesia khususnya
bagi peningkatan industri pangan:
Digunakannya pupuk buatan dan zat-zat kimia untuk memberantas hama
penyakit sehingga produksi pertanianpun meningkat.
Proses pengolahan lahanpun menjadi cepat dengan digunakan traktor.
Proses pengolahan hasil menjadi cepat dengan adanya alat penggiling padi
Adapun dampak negatif dari perkembangan teknologi tersebut adalah
Timbulnya pencemaran pada air maupun tanah akibat penggunaan pestisida
(pupuk kimia) yang berlebih. Sebab jika unsur nitrat maupun fosfat yang
terkandung dalam pupuk dalam jumlah banyak masuk ke sungai akan
menyebabkan pertumbuhan ganggang biru serta tanaman air lainnya yang
menyebabkan pengeringan sungai karena banyaknya tumbuhan air
(eutrofikasi).
Penggunaan pestisida dapat membunuh hama tanaman, serangga pemakan
hama, burung, ikan dan hewan lainnya. Bahkan dari unsur-unsur yang
terkandung dalam pestisida dapat berubah menjadi senyawa yang
membahayakan kehidupan.
Pelaksanaan monokultur menyebabkan hubungan yang tidak seimbang
antara tanah, hewan, dan tumbuh-tumbuhan sehingga kesimbangan alam
akan terganggu yang menyebabkan berjangkitnya hama dan penyakit.
Adanya sistem peladangan berpindah atau penebangan pohon dalam jumlah
besar yang dilakukan oleh pihak pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH)
guna dibuat pemukiman baru menyebabkan kerusakan lingkungan kususnya
pada ekosistem tanah.
Semakin sempit lahan pertanian karena diubah menjadi wilayah pemukiman
dan industri.
Meningkatnya kegitan penggalian sumber alam, pertambangan liar yang
kurang memperhatikan kondisi lingkungan.
10
Pengurangan jumlah tenaga kerja manusia yang terlibat dalam proses
produksi karena telah tergantikan oleh mesin-mesin sehingga bersifat padat
modal dan hemat tenaga kerja. Berdampak pada munculnya pengangguran.
2.7 INDUSTRIALISASI DI INDONESIA
Revolusi Hijau ini menyebabkan upaya untuk melakukan modernisasi
yang berdampak pada perkembangan industrialisasi yang ditandai dengan adanya
pemikiran ekonomi rasional. Pemikiran tersebut akan mengarah pada kapitalisme.
Dengan industrialisasi juga merupakan proses budaya dimana dibagun
masyarakat dari suatu pola hidup atau berbudaya agraris tradisional menuju
masyarakat berpola hidup dan berbudaya masyarakat industri. Perkembangan
industri tidak lepas dari proses perjalanan panjang penemuan di bidang teknologi
yang mendorong berbagai perubahan dalam masyarakat.
Upaya pemerintah untuk meningkatkan industrialisasi adalah :
Meningkatkan perkembangan jaringan informasi, komunikasi, transportasi
untuk memperlancar arus komunikasi antar wilayah di Nusantara.
Mengembangkan industri pertanian
Mengembangkan industri non pertanian terutama minyak dan gas bumi yang
mengalami kemajuan pesat.
Perkembangan industri perkapalan dengan dibangun galangan kapal di
Surabaya yang dikelola olrh PT.PAL Indonesia.
Pembangunan Industri Pesawat Terbang Nusantara(IPTN) yang kemudian
berubah menjadi PT. Dirgantara Indonesia.
Pembangunan kawasan industri di daerah Jakarta, Cilacap, Surabaya,
Medan, dan Batam.
Sejak tahun 1985 pemerintah mengeluarkan kebijakan deregulasi di bidang
industri dan investasi.
Industrialisasi di Indonesia ditandai oleh :
11
Tercapainya efisiensi dan efektivitas kerja.
Banyaknya tenaga kerja terserap ke dalam sektor-sektor industri.
Terjadinya perubahan pola-pola perilaku yang lama menuju pola-pola
perilaku yang baru yang bercirikan masyarakat industri modern diantaranya
rasionalisasi.
Meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat di berbagai daerah
khususnya di kawasan industri.
Menigkatnya kebutuhan masyarakat yang memanfaatkan hasil-hasil industri
baik pangan, sandang, maupun alat-alat untuk mendukung pertanian dan
sebagainya.
Dampak positif industrialisasi adalah tercapainya efisiensi dan efektifitas
kerja.
Dampak negatif dari industrialisasi adalah Munculnya kesenjangan sosial
dan ekonomi yang ditandai oleh kemiskinan serta Munculnya patologi
sosial (penyakit sosial) seperti kenakalan remaja dan kriminalitas.
12
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 PERUBAHAN MASYARAKAT DESA BAJANG KARENA REVOLUSI
HIJAU
Dilihat dari kemajuan pertaniannya, desa Bajang boleh dikatakan telah
memasuki pasca revolusi hijau.
Menurut keterangan kepala desa, sejak tahun 1960-an (lewat sudah
diperkenalkan program padi sentra dan program Bimas) bibit unggul, pupuk
kimia dan pestisida sudah diperkenalkan kepada penduduk. Ketiga jenis
teknologi tersebut semakin tersebar luas setelah dilaksanakannya program
Inmas, insus, dan supra insus yang berjalan hingga sekarang. Berkat teknologi
modern tersebut sekarang di desa ini sudah banyak ditemui teknik-teknik
produksi baru seperti, mesinperontok dan rice mills pada pasca panen.
Secara akumulatif, semua itu telah memperbesar skala perubahan
masyarakat desa menjadi semakin meluas dan dinamis.
Berbagai jenis teknologi dapat diterima dan dipergunakan secara merata oleh
petani dari berbagai kategori luas usaha tani.
Bahkan dalam hal intesitasnya petani berlahan sempit lebih intensif dalam
menggunakan teknologi dibanding petani berlahan luas.
Struktur pemilikan dan penguasaan sawah di desa penelitian mengalami
polarisasi, di mana distribusi pemilikan dan penguasaan sawah
memperlihatkan ketimpangan ekonomi tetap saja terjadi. Ini terbukti dari
kenyataan bahwa struktur pemilikan dan penguasaan sawah di desa Bajang
mengalami proses polarisasi, di mana distribusi pemilikan dan penguasaan
sawah memperlihatkan ketimpangan yang cukup tajam, hal ini bisa dijelaskan
sebagai konsekuensi logis dari menigkatnya surplus produksi dan terjadinya
penyesuaian-penyesuaian struktural sebagai akibat dari perluasan pemakaian
teknologi pertanian modern.
13
3.2 DAMPAK REVOLUSI HIJAU DI DESA BAJANG
Sebagaimana kita ketahui, teknologi pertanian modern merupakan jenis
teknologi yang sangat efisien dan produktif. Persebaran yang berarti dari
teknologi semacam ini akan mendorong kemajuan ekonomi dan menciptakan
surplus ekonomi yang selanjutnya menumbuhkan kekuasaan ekonomi baru
yang mempengaruhi perubahan struktur masyarakat desa yang terjadi di desa
penelitian ini bukanlah perkecualian. Terciptanya surplus dan muncaknya
kekuasaan ekonomi itu telah menciptakan kelas-kelas ekonomi baru dalam
masyarakat, yang pada gilirannya menjalar mempengaruhi kehidupan struktur
sosial politik masyarakat desa. Ini terbukti dari kenyataan terjadinya proses
konsolidasi kekuasaan ekonomi yang kurang lebih mengikuti urutan proses
kejadian berikut.
Pertama-tama konsolidasi tanah pertanian itu semula bertumpu dari
perbedaan penguasaan sawah yang tak bisa dielakkan di antara anggota
masyarakat desa. Petani yang menguasai sawah yang luas cenderung
memperoleh hasil produksi yang besar. Sementara petani yang menguasai
sawah sempit memperoleh hasil ekonomi yang relative sedikit.
Selanjutnya, meningkatnya pendapatan sebagai akibat kemajuan teknologi
yang dinamis kemudian menciptakan surplus ekonomi sehingga
mengembangkan perilaku ekonomi masyarakat untuk mengkonsumsi benda-
benda materi di luar kebutuhan konsumsi pokok. Sejalan dengan sifat-sifat
masyarakat pra kapitalis umumnya yang seringkali memperlakukan kekayaan
sebagai ekspresi kehormatan sosial.
Maka perilaku demikian akan membawa perubahan gaya hidup dan
menumbuhkan mobilitas status yang kemudian menjadi dasar bagi
terbentuknya pelapisan sosial yang baru. Hal ini mendorong kelas ekonomi
kaya dan berkecukupan cenderung menduduki status sosial yang tinggi dan
sebaliknya kelas ekonomi miskin cenderung menduduki tempat yang kurang
terhormat atau berstatus rendah.
14
Peningkatan pendapatan ekonomi dapat pula menjadi sarana efektif untuk
memperoleh kekuasaan. Di samping karena efek kekayaan itu sendiri terhadap
kehormatan, barang dan jasa yang melekat dalam kekayaan itu juga dapat
dijadikan dasar kewenangan untuk mempengaruhi tindakan sosial. Kejadian
ini kurang lebih sama dengan penolakan aspek kewenangan yang diperoleh
karena ancaman hukuman atau legitimasi politik. Meskipun dengan cara yang
halus kekuasaan yang dimiliki oleh capital ini ternyata cukup efektif untuk
memperoleh kewenangan dalam kekuasaan.
3.3 BERBAGAI PERGESERAN PEKERJAAN
Perkembangan sumber keonomi luar pertanian dapat menjadi tumpuan
atau katub penyelamat bagi kelompok petani miskin yang telah tergeser dari
pertanian sehingga bisa mencegah terjadinya polarisasi sosial.
Perkembangan dimungkinkan lebih-lebih bila mengingat bahwa kebijakan
pemerintah membangun sector non pertanian di pedesaan seperti proyek
inpres desa,bangdes, proyek padat karya, dan berkembangnya kegiatan
perdagangan di pedesaan telah menumbuhkan sumber-sumber ekonomi baru
bagi masyarakat desa.
Tetapi penting untuk diperhatikan, bagaimanapun pergeseran pekerjaan ke
luar pertanian itu sangatlah ditentukan oleh kondisi-kondisi sosial ekonomi
yang dibawa dari sector pertanian.
Perbedaan penguasaan sumber ekonomi akan menentukan tinggi
rendahnya kemampuan mengendalikan dan menguasai sumber ekonomi dalam
pasar, yang selanjutnya menimbulkan perbedaan penguasaan sumber ekonomi
luar pertanian.
15
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 KESIMPULAN
Dilihat dari kemajuan pertaniannya, desa Bajang boleh dikatakan telah
memasuki pasca revolusi hijau. Struktur pemilikan dan penguasaan sawah di
desa Bajang mengalami proses polarisasi, di mana distribusi pemilikan dan
penguasaan sawah memperlihatkan ketimpangan yang cukup tajam. Hal ini
dikarenakan menigkatnya surplus produksi dan terjadinya penyesuaian-
penyesuaian struktural sebagai akibat dari perluasan pemakaian teknologi
pertanian modern.
Terciptanya surplus dan muncaknya kekuasaan ekonomi itu telah
menciptakan kelas-kelas ekonomi baru dalam masyarakat, yang pada
gilirannya menjalar mempengaruhi kehidupan struktur sosial politik
masyarakat desa. Petani yang menguasai sawah yang luas cenderung
memperoleh hasil produksi yang besar. Sementara petani yang menguasai
sawah sempit memperoleh hasil ekonomi yang relative sedikit.
Perbedaan penguasaan sumber ekonomi akan menentukan tinggi
rendahnya kemampuan mengendalikan dan menguasai sumber ekonomi dalam
pasar, yang selanjutnya menimbulkan perbedaan penguasaan sumber ekonomi
luar pertanian.
4.2 SARAN
Diharapkan kepada masyarakat desa Bajang untuk tidak memperlakukan
kekayaan sebagai ekspresi kehormatan sosial. Karena perilaku demikian akan
membawa perubahan gaya hidup dan menumbuhkan mobilitas status yang
kemudian menjadi dasar bagi terbentuknya pelapisan sosial yang baru.
16
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2012. Revolusi Hijau. Diunduh dari http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2012/03/24/pertanian-indonesia-pasca-revolusi-hijau/
M Dzulfahmi Yahya, 2009. http://id.wikipedia.org/wiki/Revolusi_Hijau
Sisworo W.H. Membangun Kembali Swa Sembada Beras. Makalah yang disampaikan dalam ? tanggal 26 April 2007.
17