revitalisasi program demam berdarah dengue oleh puskesmas

115
REVITALISASI PROGRAM DEMAM BERDARAH DENGUE OLEH PUSKESMAS OLEH Camelia seravina Pili Mahasiswa Program Studi Sarjana Kedokteran 1 | PBL blok 26 Community Medicine

Upload: cameliapili

Post on 02-Aug-2015

262 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

REVITALISASI PROGRAM DEMAM BERDARAH DENGUE OLEH PUSKESMAS

OLEH

Camelia seravina Pili

Mahasiswa Program Studi Sarjana Kedokteran

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jakarta 2011

Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat

1 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 2: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

Pendahuluan

Demam berdarah dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan

menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Jumlah kasus yang dilaporkan cenderung

meningkat dan daerah penyebarannya bertambah luas. Kerugian sosial yang terjadi antara lain

karena menimbulkan kepanikan dalam keluarga, kematian anggota keluarga, dan berkurangnya

usia harapan penduduk. Dampak ekonomi langsung pada penderita DBD adalah biaya

pengobatan, sedangkan dampak ekonomi tidak langsung adalah kehilangan waktu kerja, waktu

sekolah dan biaya lain yang dikeluarkan selain untuk pengobatan seperti transportasi dan

akomodasi selama perawatan penderita.

Penyakit DBD sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di

Indonesia yang cenderung meningkat jumlah pasien serta semakin luas penyebarannya. Hal ini

karena masih tersebarnya nyamuk Aedes aegypti (penular penyakit DBD) di seluruh pelosok

tanah air, kecuali pada daerah dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air

laut.

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) terutama menyerang anak-anak, namun dalam

beberapa tahun terakhir cenderung semakin banyak dilaporkan kasus DBD pada orang dewasa.

Penyakit ini ditandai dengan panas tinggi mendadak disertai kebocoran plasma dan pendarahan,

dapat mengakibatkan kematian serta menimbulkan wabah.

Untuk memberantas penyakit ini diperlukan pembinaan peran serta masyarakat yang terus

menerus dalam memberantas nyamuk penularnya dengan cara 3 M yaitu : menguras tempat

penampungan air (TPA), menutup TPA dan mengubur/menyingkirkan barang-barang bekas yang

dapat menampung air hujan. Cara pencegahan tersebut juga dikenal dengan istilah PSN

2 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 3: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

(Pemberantasan Sarang Nyamuk). Upaya memotivasi masyarakat untuk melaksanakan 3M

secara terus menerus telah dan akan dilakukan Pemerintah melalui kerjasama lintas program dan

lintas sektoral termasuk tokoh masyarakat dan swasta. Namun demikian penyakit ini masih terus

endemis dan angka kesakitan cenderung meningkat di berbagai daerah. Oleh karena itu upaya

untuk membatasi angka kematian penyakit ini sangat penting.

1. PUSKESMAS1

a. Pengertian

Suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan

kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan

pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk

kegiatan pokok.

Dengan lain perkataan Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung-jawab atas

pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya.

1. Wilayah Puskesmas

Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor

kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan keadaan infrastruktur lainnya

merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja Puskesmas.

Puskesmas merupakan perangkat pemerintah Daerah Tingkat II sehingga pembagian

wilayah kerja Puskesmas ditetapkan oleh Bupati KDH, dengan saran teknis dari Kepala Kantor

Departemen Kesehatan Kabupaten/Kodya yang telah disetujui oleh Kepala Kantor Wilayah

Departemen Kesehatan Propinsi.

3 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 4: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30.000 penduduk setiap

Puskesmas.

Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka Puskesmas perlu ditunjang dengan

unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut Puskesmas Pembantu dan

Puskesmas Keliling.

Khusus untuk Kota Besar dengan jumlah penduduk satu juta atau lebih, wilayah kerja

Puskesmas bisa meliputi satu Kelurahan. Puskesmas di ibukota kecamatan dengan jumlah

penduduk150 000 jiwa atau lebih, merupakan "Puskesmas Pembina" yang berfungsisebagai pusat

rujukanbagi Puskesmas kelurahan danjuga mempunyaifungsikoordinasi.

2. Pelayanan Kesehatan Menyeluruh

Pelayanan Kesehatan yang diberikan di Puskesmas ialah pelayanan kesehatan yang

meliputi pelayanan:

- kuratif (pengobatan)

- preventif (upaya pencegahan)

- promotif (peningkatan kesehatan)

- rehabilitatif (pemulihan kesehatan)

yang ditujukan kepada semua penduduk dan tidak dibedakan jenis kelamin dan golongan

umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai tutupusia.

3. Pelayanan Kesehatan Integrasi (terpadu)

4 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 5: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

Sebelum ada Puskesmas, pelayanan kesehatan di dalam satu Kecamatan terdiri dari Balai

Pengobatan, Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak, Usaha Hygiene Sanitasi Lingkungan,

Pemberantasan Penyakit Menular dan lain sebagainya.

Usaha-usaha tersebut masing-masingbekerja sendiri dan langsung melapor kepada Kepala

Dinas Kesehatan Dati II.

Petugas Balai Pengobatan tidak tahu menahu apa yang terjadi di BKIA, begitu juga

petuga BKIA tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh Petugas Hygiene Sanitasi dan

sebaliknya.

Dengan adanya sistem pelayanan kesehatan melalui Pusat Kesehatan Masyarakat (Puska

mas), maka berbagai kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan bersama di bawah satu koordina

dan satu pimpinan.

4. Upaya kesehatan puskesmas

Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas, yakni terwujudnya

Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan

upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari

sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan

tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni:

1. Upaya Kesehatan Wajib

Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen

nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan

5 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 6: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap

puskesmas yang ada di wilayah Indonesia.

Upaya kesehatan wajib tersebut adalah:

a) Upaya Promosi Kesehatan

b) Upaya Kesehatan Lingkungan

c) Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana

d) Upaya Perbaikan Gizi

e) Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

f) Upaya Pengobatan

2. Upaya Kesehatan Pengembangan

Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan

permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan

kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya

kesehatan pokok puskesmas yang telah ada, yakni:

a) Upaya Kesehatan Sekolah

b) Upaya Kesehatan Olah Raga

c) Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat

d) Upaya Kesehatan Kerja

e) Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

f) Upaya Kesehatan Jiwa

g) Upaya Kesehatan Mata

h) Upaya Kesehatan Usia Lanjut

6 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 7: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

i) Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional

Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat bersifat upaya inovasi, yakni upaya lain di

luar upaya puskesmas tersebut di atas yang sesuai dengan kebutuhan. Pengembangan dan

pelaksanaan upaya inovasi ini adalah dalam rangka mempercepat tercapainya visi puskesmas.

Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh puskesmas bersama Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota dengan mempertimbangkan masukan dari BPP. Upaya kesehatan

pengembangan dilakukan apabila upaya kesehatan wajib puskesmas telah terlaksana secara

optimal, dalam arti target cakupan serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai. Penetapan

upaya kesehatan pengembangan pilihan puskesmas ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota. Dalam keadaan tertentu, upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula

ditetapkan sebagai penugasan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.1

5. Azas penyelenggaraan puskesmas

Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan harus

menerapkan azas penyelenggaraan Puskesmas secara terpadu. Azas penyelenggaraan Puskesmas

tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi Puskesmas. Dasar pemikirannya adalah pentingnya

menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi Puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya

Puskesmas, baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan.

Azas penyelenggaraan Puskesmas yang pertama adalah pertanggungjawaban wilayah.

Dalam arti Puskesmas bertanggungjawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang

bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini Puskesmas harus melaksanakan berbagai

kegiatan, antara lain sebagai berikut:

7 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 8: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan sehingga

berwawasan kesehatan

b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan masyarakat di

wilayah kerjanya

c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan oleh

masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya

d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara merata dan

terjangkau di wilayah kerjanya.

Diselenggarakannya upaya kesehatan strata pertama oleh Puskesmas Pembantu,

Puskesmas Keliling, Bidan di Desa serta berbagai upaya kesehatan di luar gedung Puskesmas

lainnya (outreach activities) pada dasarnya merupakan realisasi dari pelaksanaan azas

pertanggung-jawaban wilayah.2

Azas penyelenggaraan Puskesmas yang kedua adalah pemberdayaan masyarakat. Dalam

arti Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat, agar berperan aktif

dalam penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas. Untuk ini, berbagai potensi masyarakat perlu

dihimpun melalui pembentukan Badan Penyantun Puskesmas (BPP). Beberapa kegiatan yang

harus dilaksanakan oleh Puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat antara lain:

a. Upaya Kesehatan lbu dan anak: Posyandu, Polindes, Bina Keluarga Balita (BKB)

b. Upaya Pengobatan : Posyandu, Pos Obat Desa (POD),

c. Upaya Perbaikan Gizi: Posyandu, Panti Pemulihan Gizi, Keluarga Sadar Gizi

(Kadarzi)

d. Upaya Kesehatan Sekolah: dokter kecil, penyertaan guru dan orang tua/wali murid,

Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren)

8 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 9: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

e. Upaya Kesehatan Lingkungan: Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Desa

Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL)

f. Upaya Kesehatan Usia Lanjut: Posyandu Usila, panti wreda

g. Upaya Kesehatan kerja: Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)

h. Upaya Kesehatan Jiwa: Posyandu, Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat

(TPKJM)

i. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional: Taman Obat Keluarga (TOGA),

Pembinaan Pengobat Tradisional (Battra)

j. Upaya Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan (inovatif): dana sehat, Tabungan Ibu

Bersalin (Tabulin), mobilisasi dana keagamaan.6

Azas penyelenggaraan Puskesmas yang ketiga adalah keterpaduan. Untuk mengatasi

keterbatasan sumberdaya serta diperolehnya hasil yang optimal, penyelenggaraan setiap upaya

Puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin sejak dari tahap perencanaan.

Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan yakni Keterpaduan Lintas Program dan

Keterpaduan Lintas Sektor.6

Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan penyeleng-garaan berbagai

upaya kesehatan yang menjadi tanggung jawab Puskesmas. Contoh keterpaduan lintas

program antara lain:

1) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): keterpaduan KIA dengan P2M, Gizi,

Promosi Kesehatan, Pengobatan,

2) Upaya Kesehatan Sekolah (UKS): keterpaduan kesehatan lingkungan dengan

Promosi Kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan reproduksi remaja dan

kesehatan jiwa

9 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 10: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

3) Puskesmas Keliling: keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, gizi, promosi

kesehatan, kesehatan gigi

4) Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, Gizi, P2M, kesehatan jiwa, promosi

kesehatan

Keterpaduan lintas sektor adalah upaya memadukan penyelenggaraan upaya

Puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) dengan berbagai program dari sektor terkait

tingkat kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha. Contoh keterpaduan

lintas sektor antara lain:

1) Upaya Kesehatan Sekolah: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,

lurah/kepala desa, pendidikan, agama

2) Upaya Promosi kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,

lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian

3) Upaya Kesehatan ibu dan anak: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,

lurah/kepala desa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK, PLKB

4) Upaya Perbaikan gizi: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala

desa, pertanian, pendidikan, agama, koperasi, dunia usaha, PKK, PLKB

5) Upaya Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan

camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja, koperasi, dunia usaha, organisasi

kemasyarakatan

6) Upaya Kesehatan kerja: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala

desa, tenaga kerja, dunia usaha.2

Azas penyelenggaraan Puskesmas yang keempat adalah rujukan. Sebagai sarana

pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang dimiliki oleh Puskesmas terbatas.

10 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 11: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

Padahal Puskesmas berhadapan langsung dengan masyarakat dengan berbagai permasalahan

kesehatannya. Untuk membantu Puskesmas menyelesaikan berbagai masalah kesehatan tersebut

dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas (wajib,

pengembangan dan inovasi) harus ditopang oleh azas rujukan.2

Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas kasus penyakit atau

masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal batik, baik secara vertikal dalam arti dari

satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun

secara horizontal dalam arti antar strata sarana pelayanan kesehatan yang sama.

Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas ada dua

macam rujukan yang dikenal yakni Rujukan Upaya Kesehatan Perorangan dan Rujukan Upaya

Kesehatan Masyarakat. Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus penyakit.

Apabila suatu Puskesmas tidak mampu menanggulangi satu kasus penyakit tertentu, maka

Puskesmas tersebut wajib merujuknya ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu (baik

horizontal maupun vertikal). Sebaliknya pasien pasca rawat inap yang hanya memerlukan rawat

jalan sederhana, dirujuk ke Puskesmas. Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas tiga

macam :

1) Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan medik (misal

operasi) dan lain-lain.

2) Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih

lengkap.

3) Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang lebih kompeten

untuk melakukan bimbingan tenaga Puskesmas dan atau pun menyelenggarakan

pelayanan medik di Puskesmas.

11 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 12: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah masalah kesehatan masyarakat,

misalnya kejadian luar biasa, pencemaran lingkungan, dan bencana. Rujukan pelayanan

kesehatan masyarakat juga dilakukan apabila satu Puskesmas tidak mampu menyelenggarakan

upaya kesehatan masyarakat wajib dan pengembangan, padahal upaya kesehatan masyarakat

tersebut telah menjadi kebutuhan masyarakat. Apabila suatu Puskesmas tidak mampu

menanggulangi masalah kesehatan masyarakat dan atau tidak mampu menyelenggarakan upaya

kesehatan masyarakat, maka Puskesmas wajib merujuknya ke dinas kesehatan kabupaten/kota.

Rujukan upaya kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam :

1) Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan fogging,

peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat audio visual, bantuan

obat, vaksin, bahan-bahan habis pakai dan bahan makanan.

2) Rujukan tenaga, antara lain dukungan tenaga ahli untuk penyidikan kejadian luar

biasa, bantuan penyelesaian masalah hukum kesehatan, penanggulangan gangguan

kesehatan karena bencana alam.

3) Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya kewenangan dan

tanggungjawab penyelesaian masalah kesehatan masyarakat dan atau

penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat (antara lain Usaha Kesehatan

Sekolah, Usaha Kesehatan Kerja, Usaha Kesehatan Jiwa, pemeriksaan contoh air

bersih) kepada Dinas kesehatan kabupaten/kota. Rujukan operasional

diselenggarakan apabila Puskesmas tidak mampu.2

12 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 13: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

3. Upaya Kesehatan Pokok Puskesmas

a. Penyakit – penyakit menular (P2M)

Demam Berdarah ( Dengue Haemorrhagic Fever )

1. Pengertian

Demam berdarah (Dengue Haemorrhagic Fever = DHF) ialah suatu penyakit menular

yang disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui nyamuk Aedes aegepti. Penyakit ini terutama

menyerang anak-anak dan dapat menyebabkan kematian.3

2. Tanda-tanda dan gejala

a) Harike-1 : (1) Mula-mula timbul panas mendadak (suhu badan 38°

- 40°)

(2) Badan lemah dan lesu

b) Hari ke-2 atau ke-3 : (3) Perut (ulu hati) terasa nyeri

(4) Petechiae (bintik-bintik merah di kulit) pada muka, lengan,

paha, perut atau dada. Kadang-kadang bintik-bintik merah

inihanya sedikit sehingga sering perlu pemeriksaan yang

teliti.Bintik-bintik merah ini mirip dengan bekas gigitan

nyamuk.

Untuk membedakannya ranggangkan kulit: bila hilang, bukan

demam berdarah. Untuk melihat adanya petechiae lakukan

pemeriksaan dengan tourniquet (rumpel leede) test. Test po-

sitif setelah pemeriksaan tourniquet (rumpel leede) keluar

petechiae di tangan.

13 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 14: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

(5) Kadang-kadang terjadi perdarahan hidung (mimisan),

mulut atau gusi dan muntah darah atau berak darah. Tanda-

tanda dan gejala di atas disebabkan karena pecahnya

pembuluh darah kapiler yang terjadi di semua organ tubuh.

c) Hari ke-4 s/d 7 : (6) Bila keadaan penyakit menjadi parah,

penderitagelisah,berkeringat banyak, ujung-ujung tangan

dankaki dingin (pre shock).

(7) Bila keadaan (pre-shock) ini berlanjut, maka

penderita dapat mengalami shock (lemah tak berdaya,

denyut nadi cepat atau sukar diraba), atau disebut dengan

Dengue shock Syndrome (DSS), dan bila tidaksegera

ditolong dapat meninggal.

Keadaan pre-shock dan shock ini disebabkan oleh adanya

gangguan pada pembuluh darah kapiler yangmengakibatkan

merembesnya plasma darah keluar dari pembuluh darah.

Selain itu juga oleh karena adanya perdarahan.3

d) Pemeriksaan laboratorium :

Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan :

(1 ) Thrombocytopenia (100.000/mm3 atau kurang). Biasanya baru terjadi pada hari

ke-3 atau ke-4. Dalam praktek untuk pasien-pasien luar, perhitungan kwalitatif dari

sediaan darah perifer dapat dilakukan. Pada orang normal 4 - 1 0 thrombocyt/LP

14 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 15: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

(dengan rata-rata 10/LP) menunjukkan jumlah thrombocyt yang cukup. Rata-rata

kurang dari 2-3/LP dianggap rendah (kurang dari 100.000).

(2) Hemo konsentrasi

Hmt meningkat 20% atau lebih dari nilai sebelumnya. Biasanya terjadi pada hari ke

3 atau 4. Contoh:

Hmt waktu datang pertama kali = 30% , Hmt pada pemeriksaan berikutnya = 38

% , Nilai Hmt meningkat = 38 - 30 x 100% = 26%

Bila tidak tersedia alat haematokrit/centrifuge dapat digunakan perhitungan Hmt

ini dengan hemoglobinometer Sahli.3

3. Diagnosa

Adanya 2 atau 3 kriteria klinik yang pertama disertai adanya thrombocytopenia sudah

cukup untuk menegakkan diagnosa Demam Berdarah secara klinik. Bila kriteria tersebut

belum/tidak dipenuhi disebut sebagai suspect Demam Berdarah. Diagnosa pasti dilakukan

dengan pemeriksaan serologis spesimen akut dan konvalescen.3

4. Akibat Infeksi Virus Dengue

Seseorang yang digigit nyamuk Aedes aegepti yang infektif (mengandung virus dengue)

dapat berakibat sebagai berikut:

a) Tidak sakit (karena kebal)

b) Demam ringan yang sulit dibedakan dengan penyakit infeksi lain (Fever Unknown Origin

= FUO)

c) Demam dengue (demam lima hari = Dengue Fever = DF)

d) Demam berdarah (DB) ->DSS -> meninggal.3

15 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 16: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

5. Pemberantasan vektor

Tujuan pemberantasan demam berdarah dengue adalah penurunan angka kematian (Case

Fatality Rate) dan insidens demam berdarah dengue serendah mungkin.

Selain itu juga membatasi penyerbar-luasan penyakit

1) Pengamatan Epidemiologi dan tindakan Pemberantasan

a) Surveillance epidemiologi

(1) Tujuan:

- Deteksi secara dini adanya "out break" atau kasus-kasus yang endemis, sehingga

dapat dilakukan usaha penanggulangan secepatnya.

- Mengetahui faktor-faktor terpenting yang menyebabkan atau membantu adanya

penularan-penularan atau wabah.

(2) Daerah pelaksanaan:

- Surveillance tidak hanya dilaksanakan di desa-desa dimana sudah pernah terdapat

penderita/penularan DHF saja, tetapi harus dilaksanakan juga di daerah-daerah yang

receptive, yaitu daerah-daerah dimana diketahui terdapat Aedes aegepti saja sudah

cukup untuk dinyatakan receptive.

(3) Pelaksanaan:

- Penemuan penderita.

- Untuk hal ini perlu ditentukan kriteria yang Standard guna diagnosa klinis dan

konfirmasi laboratorium dari DHF.

- Pelaporan penderita.

16 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 17: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

- Penderita yang telah ditemukan di Puskesmas/Puskesmas Pembantu perlu

dilaporkan kepada unit-unit surveillance epidemiologi.

- Penelitian KLB / wabah.

Didalam pembatasan penyakit sering dipakai istilah wabah dan kejadian luar biasa (KLB)

yang artinya sebagai berikut:

1) Wabah

Wabah adalah suatu peningkatan kejadian kesakitan/kematian yang telah meluas secara

cepat baik jumlah kasus maupun luas daerah terjangkit.

2) Kejadian Luar Biasa

a) KLB adalah:

Timbulnya suatu kejadian kesakitan/kematian dan atau meningkatnya suatu kejadian

kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu kelompok pen-

duduk dalam kurun waktu tertentu.

b) Kriteria KLB (kriteria kerja) antara lain:

(1) Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal di

suatu daerah.

(2) Adanya peningkatan kejadian kesakitan/kematian yang dua kali atau lebih diban-

dingkan dengan jumlah kesakitan/kematian yang biasa terjadi pada kurun waktu

sebelumnya (jam, hari, minggu) tergantung dari jenis penyakitnya.

(3) Adanya peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 kurun waktu

(jam, hari, minggu) berturut-turut menurut jenis penyakitnya.

Bila dicurigai adanya wabah perlu dilakukan penelitian di lapangan, maksudnya ialah:

17 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 18: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

= Untuk mengetahui adanya penderita-penderita lain atau penderita-penderita

tersangka DHF yang perlu dikonfirmasi laboratorium. = Menentukan luas daerah

yang terkena dan luas daerah yang perlu ditanggulangi.

= Penilaian sumber-sumber (inventory) mengenai keadaan umum setempat, mengenai

fasilitas dan faktor-faktor yang berperanan penting pada timbulnya wabah.

= Setiap kasus demam berdarah/tersangka demam berdarah perlu dilakukan kunjungan

rumah oleh petugas Puskesmas untuk penyuluhan dan pemeriksaan jentik di rumah

kasus tersebut dan 20 rumah di sekelilingnya. Bila terdapat jentik, masyarakat

diminta melakukan pemberantasan sarang nyamuk (Pada umumnya

Penyemprotan/fogging, dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Dati II. Prioritas

fogging adalah pada areal dengan kasus-kasus demam berdarah yang

mengelompok, dan yang meninggal).4

b) Surveillance Vektor

Untuk tingkat Puskesmas kegiatannya membantu Tim dari Dati II atau Dati I dalam

pelaksanaan surveillance vektor ini.

Perlindungan perseorangan:

Memberikan anjuran untuk mencegah gigitan nyamuk Aedes aegypti yaitu dengan

meniadakan sarang nyamuknya di dalam rumah. Yaitu dengan melakukan penyemprotan

dengan obat anti serangga yang dapat dibeli di toko-toko seperti baygon, raid dan lain-lain.

(1) Pemberantasan vektor jangka panjang (pencegahan)

- Satu cara pokok untuk pemberantasan vektor jangka panjang ialah usaha peniadaan

sarang nyamuk,

- Vas bunga dikosongkan tiap minggu.

18 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 19: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

- Menguras bak mandi seminggu sekali yaitu dengan menggosok dinding bagian dalam

dari bak mandi tersebut.

- Tempat-tempat persediaan air agar dikosongkan lebih dahulu sebelum diisi kembali.

Maksudnya agar larva-larva dapat disingkirkan.

(2) Dalam usaha jangka panjang untuk daerah dengan vektor tinggi dan riwayat wabahDHF

maka kegiatan Puskesmas lebih lanjut yaitu:

- Abatesasi untuk membunuh larva dan nyamuk

- Fogging dengan malathion atau fonitrothion.

(3) Pemberantasan vektor dalam keadaan wabah.Kegiatan Puskesmas adalah membantu :

(a) Tim Propinsi/Dati II untuk survai larva dan nyamuk.

(b) Membantu penyiapan rumah penduduk untuk di-fogging.2

Sistem

Definisi :

Gabungan dari elemen-elemen yang slaing berhubungan oleh suatu proses atau suatu

struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi salam upaya menghasilkan

sesuatu yang telah ditetapkan. (Ryans)

Suatu struktur konseptual yang terdiri dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan yang

bekerja sebagai suatu uni organik untuk mencapai keluaran yang diinginkan secara

efektif dan efisien. (John McManama)

19 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 20: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

Sistem adalah kumpulan dari bagian-bagian yang berhubungan dan membentuk satu

kesatuan yang majemuk, dimana masing-masing bagian bekerja sama secara bebas dan

terkait untuk mencapai sasaran kesatuan dalam suatu situasi yang majemuk pula.

Sistem adalah suatu kesatuan yang utuh dan terpadu dari berbagaielemen yang

berhubungan serta saling mempengaruhi yang dengan sadar dipersiapkan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan.

Pendekatan Sistem

Definisi :

Penterapan suatu prosedur yang logis dan rasional dalam merancang suatu rangkaian

komponen-komponen yang berhubugan sehingga dapat berfungsi sebagai suatu kesatuan

mencapai tujuan yang telah ditetapkan (L. James Harvey)

Suatu strategi yang menggunakan metoda analisa, design, dsan manajemen untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.

Penerapan dari cara berpikir yang sistematis dan logis dalam membahasan dan mencari

pemecahan dari suatu masalah atau keadaan yang dihadapi.5

20 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 21: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

Unsur-unsur Sistem

1. Masukan (input)

Kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam system dan terdiri dari untur

tenaga (man), dana (money), sarana (material), dan metoda (method) yang merupakan

variable dalam melaksanakan evaluasi program pemberantasan Demam Berdarah

Dengue.

2. Proses (process)

Kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam system dan terdiri dari unsure

perencanaan (planning), organisasi (organization), pelaksanaan (activities), dan

pengawasan (controlling) yang merupakan variable dalam melaksanakan evaluasi

program Demam Berdarah Dengue

3. Keluaran (output)

Kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam

system dari kegiatan pemberantasan DBD

4. Dampak (impact)

21 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 22: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

Akibat yang ditimbulkan oleh keluaran dalam pemberantasan DBD

5. Umpan Balik (feed back)

Kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari system dan sekaligus

sebagai masukan dalam program pemberantasan DBD

6. Lingkungan (environment)

Dunia luar yang tidak dikelola oleh system tetapi mempunyai pengaruh terhadap

system.5

Tolak ukur keberhasilan:

Terdiri dari variable masukan, proses, keluaran, umpan balik, lingkungan dan dampak.

Digunakan sebagai pembanding atau target yang harus dicapai dalam program pemberantasan

DBD.

1. MASUKAN

Tenaga

Dokter

Kooedinator P2M dan PKM

Petugas Laboratorium

Petugas Administrasi

Kader aktif

Jumantik

Dana

Dana untuk pelaksanaan program dapat diperoleh di:

22 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 23: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

1. APBD : sebagai contoh, APBD menyediakan anggaran

untuk pengawasan dan monitoring, sarana diagnosis, bahan cetakan,

kegiatan pemecahan masalah di kotamadya.

2. Swadaya Masyarakat : contoh, menyediakan anggaran untuk operasional,

pemeliharaan, pelaksanaan, pencegahan dan penanggulangan DBD

Sarana

Medis

Meliputi hal-hal dibawah ini :

a. Poliklinik set : stetoskop, timbangaan BB, thermometer,

tensimeter, senter

b. Alat pemeriksaan hematokrit

c. Alat penyuluhan kesehatan masyarakat

d. Formulir laporan Standart Operasional dan KDRS (kasus DBD di

Rumah Sakit)

e. Obat-obatan simptomatis untuk DBD (analgetik dan antipiretik)

f. Buku petunjuk program DBD

g. Bagan penatalaksanaan kasuk DBD

h. Larvasida

Non-Medis

Meliputi hal-hal dibawah ini :

a. Gedung puskesmas

b. Ruang tunggu

c. Tuang administrasi

23 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 24: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

d. Ruang periksa

e. Ruang tindakan

f. Laboratorium

g. Apotik

h. Perlengkapan administrasi

i. Formulir laporan

Metode

Terdapat metode untuk:

1. Penemuan penderita tersangka DBD

Kasus dilihat dari jumlah suspe DBD yang dating ke puskesmas

2. Rujukan penderita DBD

Bila terdapat tanda-tanda penyakit DBD, seperti mendadak panas tinggi 2-

7hari, tampak lemah dan lesu, suhu badan antara 38OC sampai 40OC atau

lebih, tampak bintik-bintik merah pada kulit dan jika kulit direnggangkan

bintik merah itu tidak hilang, kadang-kadang ada perdarahan hidung,

mungkin terjadi muntah darah atau BAB darah, tes Torniquet positif.

3. Penyuluhan Kesehatan pada Penyuluhan masyarakat meliputi :

a. Penyuluhan Perorangan : terhadap individu yang berobat melalui

konseling

b. Penyuluhan Kelompok : Melalui diskusi, ceramah, penyuluhan

melalui poster.

4. Surveilan kasus DBD

24 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 25: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

Angka Bebas Jentik : presentasi rumah yang bebas jentik disbanding

dengan jumlah rumah yang diperiksa

5. Surveilans vector

Pengamatan Jentik Berkala : presentasi jumlah rumah yang diperiksa

jentik dibanding dengan jumlah rumah yang diperiksa

6. Pemberantasan vector

a. Abatisasi : pemberian bubuk abate pada tempat penampungan

air yang tidak bias dikuras

b. Kegiatan 3 M : dengan Badan Gerakan 3M yang perwujudannya

melalui Jumat bersih selama 30 menit setiap satu minggu sekali.

Dilakukan dengan pengawasan kader. Menguras, menutup, dan

mengubur tempat pertumbuhan jentik.

c. Fogging focus

7. Pencatatan dan Pelaporan

2. PROSES

Perencanaan

Ada perencanaan tertulis mengenai:

Penemuan penderita tersangka DBD : dilihat dari jumlah pasien

suspect DBD yang datang ke puskesmas

Rujukan penderita DBD : Bila terdapat tanda-tanda penyakit DBD,

seperti mendadak panas tinggi 2-7hari, tampak lemah dan lesu, suhu

badan antara 38OC sampai 40OC atau lebih, tampak bintik-bintik merah

pada kulit dan jika kulit direnggangkan bintik merah itu tidak hilang,

25 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 26: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

kadang-kadang ada perdarahan hidung, mungkin terjadi muntah darah

atau BAB darah, tes Torniquet positif.

Penyuluhan Kesehatan : Perorangan dan Kelompok

Surveilans kasus DBD : hasil Angka Bebas Jentik

Surveilans vector : melalui Pengamatan Jentik Berkala

Pemberantasan vector : Melalui program Abatisasi, kegiatan 3M, dan

Fogging focus

Pencatatan dan Pelaporan

Pengorganisasian

Terdapat strukur organisasi tertulis dan pemberian tugas yang jelas dalam

melaksanakan tugasnya.

Pelaksanaan

1. Penemuan penderita tersangka DBD

Kasus dilihat dar jumlah suspect DBD yang datang ke puskesmas

2. Rujukan penderita DBD

Bila terdapat tanda-tanda penyakit DBD, seperti mendadak panas tinggi 2-

7hari, tampak lemah dan lesu, suhu badan antara 38OC sampai 40OC atau

lebih, tampak bintik-bintik merah pada kulit dan jika kulit direnggangkan

bintik merah itu tidak hilang, kadang-kadang ada perdarahan hidung,

mungkin terjadi muntah darah atau BAB darah, tes Torniquet positif.

3. Penyuluhan Kesehatan : Perorangan dan Kelompok

4. Surveilans kasus DBD : hasil Angka Bebas Jentik (berapa kali per tahun)

26 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 27: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

5. Surveilans vector : melalui Pengamatan Jentik Berkala (berapa kali per

tahun)

6. Pemberantasan vector : Melalui program Abatisasi, kegiatan 3M, dan

Fogging focus

7. Pencatatan dan Pelaporan : ada tidaknya terjadi wabah

a. Cara memberantas nyamuk dewasa6

Fogging (pengasapan). Nyamuk Aedes aegypti dapat diberantas dengan fogging

(pengasapan) racun serangga, termasuk racun serangga yang dipergunakan sehari-hari di rumah

tangga. Melakukan pengasapan saja tidak cukup, karena dengan pengasapan itu yang mati hanya

nyamuk (dewasa) saja. Selama jentiknya tidak dibasmi, setiap hari akan muncul nyamuk yang

baru menetas dari tempat perkembang biakannya Karena itu cara yang tepat adalah memberantas

jentiknya yang dikenal dengan istilah PSN DBD yaitu singkatan dari Pemberantasan Sarang

Nyamuk Demam Berdarah Dengue.

Fogging tertutup adlah pada saat fogging dilakukan semua pintu dan jendela ditutup rapat –

rapat. Dilakukan sekitar jam 7.00 – 10.00 dan jam 15.00 – 18.00. Fogging terbuka adalah pada

saat fogging / pengasapan dilakukan semua pintu dan jendeladibuka lebar - lebar. Dilakukan

sekitar jam 7.00 – 10.00 dan jam 15.00 – 18.00. Fogging fokus adalah fogging yang dilakukan

dititik fokus dan sekitarnya dengan jarak radius 100 m atau ± 20 rumah sekitarnya. Dilakukan

dua siklus dengan jarak seminggu, diikuti abatisasi. Fogging fokus dilakukan setelah

penyelidikan epidemiologi positif.

Syarat PE /penyelidikan epidemiologi ( + ):

1. Dalam radius 100 m dari rumah penderita DBD ada 2 kasus DBD lainnya

27 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 28: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

2. Dalam radius 100 m dari rumah penderita DBD ditemukan ada kasus demam tanpa

sebab jelas

3. Dalam radius 100 m dari rumah penderita DBD ditemukan 1 kasus meninggal karena

sakit DBD

b. Cara memberantas jentik Aedes aegypti

i)PSN DBD dilakukan dengan cara 3M, yaitu:

1. Menguras tempat-tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali.

2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air

3. Menguburkan, mengumpulkan, memanfaatkan, atau menyingkirkan barang-barang

bekas yang dapat menampung air hujan seperti kaleng bekas, plastik bekas, dan lain-

lain.

Selain itu ditambah dengan cara lainnya (yang dikenal dengan istilah 3M plus), seperti:

1. Ganti air vas bunga, minuman burung dan tempat-tempat lainnya seminggu sekali

2. Perbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak

3. Tutup lubang-lubang pada potongan bambu, pohon dan lain-lain misalnya dengan tanah

4. Bersihkan/keringkan tempat-tempat yang dapat menapung air seperti pelepah pisang atau

tanaman lainnya termasuk tempat- tempat lain yang dapat menampung air hujan di

pekaranga, kebun, pemakaman, rumah-rumah kosong, dan lain-lain.

5. Lakukan larvasidasi, yaitu membubuhkan bubuk pembunuh jentik (Abate 1 G, Altosid 1,3

G dan Sumilarv 0,5 G (DBD)) di tempat- tempat yang sulit dikuras atau di daerah yang sulit

air

28 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 29: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

6. Pelihara ikan pemakan jentik nyamuk

7. Pasang kawat kasa di rumah

8. Pencahayaan dan ventilasi memadai

9. Jangan biasakan menggantung pakaian dalam rumah

10. Tidur menggunakan kelambu, dan

11. Gunakan obat nyamuk (bakar, gosok) dan lain-lain untuk mencegah gigitan nyamuk.

Perlindungan perseorangan:7

Memberikan anjuran untuk mencegah gigitan nyamuk Aedes aegypti yaitu dengan

meniadakan sarang nyamuknya di dalam rumah. Yaitu dengan melakukan penyemprotan

dengan obat anti serangga yang dapat dibeli di toko-toko seperti baygon, raid dan lain lain.

1. Pemberantasan vektor jangka panjang (pencegahan)

Satu cara pokok untuk pemberantasan vektor jangka panjang ialah usaha peniadaan sarang

nyamuk, vas bunga dikosongkan tiap minggu, menguras bak mandi seminggu sekali yaitu

dengan menggosok dinding bagian dalam dari bak mandi tersebut, tempat-tempat

persediaan air agar dikosongkan lebih dahulu sebelum diisi kembali. Maksudnya agar

larva-larva dapat disingkirkan.Dalam usaha jangka panjang untuk daerah dengan vektor

tinggi dan riwayat wabah DBD maka kegiatan Puskesmas lebih lanjut yaitu: 1) Abatesasi

untuk membunuh larva dan nyamuk, dan 2) Fogging dengan malathion atau fonitrothion.

2. Pemberantasan vektor dalam keadaan wabah. Kegiatan Puskesmas adalah membantu : a)

Tim Propinsi/Dati II untuk survai larva dan nyamuk, b) Membantu penyiapan rumah

penduduk untuk di-fogging.

29 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 30: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

ii) Larvasidasi. Larvasidasi adalah menaburkan bubuk pembunuh jentik ke dalam tempat-

tempat penampungan air. Bila menggunakan Abate disebut Abatisasi. Cara melakukan

larvasidasi:

1) Menggunakan bubuk Abate 1 G (bahan aktif: Temephos 1%) – Takaran penggunaan

bubuk Abate 1 G adalah sebagai berikut: Untuk 100 liter cukup dengan 10 gram bubuk Abate

1 G dan seterusnya. Bila tidak ada alat untuk menakar, gunakan sendok makan, satu sendok

makan peres (yang diratakan di atasnya) berisi 10 gram Abate 1 G. Selanjutnya tinggal

membagikan atau menambahkannya sesuai dengan banyaknya air yang akan diabatisasi.

Takaran tidak perlu tepat betul.

2) Menggunakan Altosid 1,3 G (bahan aktif: Metopren 1,3%) – Takaran penggunaan

Altosid 1,3 G adalah sebagai berikut: Untuk 100 liter air cukup dengan 2,5 gram bubuk

Altosid 1,3 G atau 5 gram untuk 200 liter air. Gunakan takaran khusus yang sudah tersedia

dalam setiap kantong Altosid 1,3 G. Bila tidak ada - alat penakar, gunakan sendok teh, satu

sendok teh peres (yang diratakan atasnya) berisi 5 gram Altosid 1,3 G. Selanjutnya tinggal

membagikan atau menambahkannya sesuai dengan banyaknya air. Takaran tidak perlu tepat

betul.

3) Menggunakan Sumilarv 0,5 G (DBD) (bahan aktif:piriproksifen 0,5%) – Takaran

penggunaan Sumilarv 0,5 G (DBD) adalah sebagai berikut: Untuk 100 liter air cukup dengan

0,25 gram bubuk Sumilarv 0,5 G (DBD) atau 0.5 gram untuk 200 liter air. Gunakan takaran

khusus yang tersedia (sendok kecil ukuran kurang lebih 0,5 gram). Takaran tidak perlu tepat

betul.

30 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 31: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

Penyuluhan dan penggerakan masyarakat untuk PSN (pemberantasan sarang nyamuk).

Penyuluhan/informasi tentang demam berdarah dan pencegahannya dilakukan melalui jalur-

jalur informasi yang ada:7

1. Penyuluhan kelompok: PKK, organisasi sosial masyarakat lain, kelompok agama, guru, murid

sekolah, pengelola tempat umum/instansi, dll.

2. Penyuluhan perorangan:

(1) Kepada ibu-ibu pengunjung Posyandu

(2) Kepada penderita/keluarganya di Puskesmas

(3) Kunjungan rumah oleh Kader/petugas Puskesmas

3. Penyuluhan melalui media massa: TV, radio, dll (oleh Dinas Kesehatan Tk. II, I dan pusat).

Menggerakkan masyarakat untuk PSN penting terutama sebelum musim penularan (musim

hujan) yang pelaksanaannya dikoordinasikan oleh kepala Wilayah setempat. Kegiatan PSN

oleh masyarakat ini seyogyanya diintegrasikan ke dalam kegiatan di wilayah dalam rangka

program Kebersihan dan Keindahan Kota. Di tingkat Puskesmas, usaha/kegiatan

pemberantasan sarang nyamuk (PSN) demam berdarah ini seyogyanya diintegrasikan dalam

program Sanitasi Lingkungan.7

Cara MelakukanPenyuluhan Kelompok

a. Penyuluhan kelompok dapat dilaksanakan di kelompok Dasawisma, pertemuan arisan atau

pada pertemuan Warga RT/RW, pertemuan dalam kegiatan keagamaan atau pengajian, dan

sebagainya.

b. Langkah-langkah dalam melakukan penyuluhan kelompok:1

31 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 32: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

- Usahakan agar setiap peserta pertemuan dapat duduk dalam posisi saling bertatap muka

satu sama lain. Misalnya berbentuk huruf U, O atau setengah lingkaran.

- Mulailah dengan memperkenakan diri dan perkenalan semua peserta

- Kemudian disampaikan pentingnya membicarakan demam berdarah dengue, antara lain

bahayanya, dapat menyerang sewaktu-waktu pada semua umur terutama anak-anak.

- Jelaskan materi yang telah disiapkan sebelumnya secara singkat dengan menggunakan

gambar-gambar atau alat peraga misalnya lembar balik (flipchart) atau leaflet/poster

- Setelah itu beri kesempatan kepada peserta untuk berbicara atau mengajukan pertanyaan

tentang materi yang dibahas

Pada akhir penyuluhan, ajukan beberapa pertanyaan untuk mengetahui sejauh mana materi yang

disampaikan telah dipahami.6

Pelaporan penderita dan pelaporan kegiatan

a) Sesuai dengan ketentuan/sistim pelaporan yang berlaku, pelaporan penderita

demam berdarah dengue menggunakan formulir :

(1) W1/laporan KLB (wabah)

(2) W2/laporan mingguan wabah

(3) SP2TP: LB 1/laporan bulanan data kesakitan, LB 2/laporan bulanan data kematian.

Sedangkan untuk pelaporan kegiatan menggunakan formulir LB3/laporan bulanan kegiatan

Puskesmas (SP2TP).

b) Penderita demam berdarah/suspect demam berdarah perlu diambil specimen darahnya (akut

dan konvalesens) untuk pemeriksaan serologis. Specimen dikirim bersama-sama ke Balai

Laboratorium Kesehatan (BLK) melalui Dinas Kesehatan Dati II setempat.

32 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 33: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

Kriteria KLB

Untuk menentukan KLB, kita harus mengetahui terlebih dahulu mengenai klasifikasi daerah

(kelurahan) endemis DBD :

- Desa rawan I (endemis) yaitu desa yang dalam 3 tahun terakhir selalu ada kasus DBD

- Desa rawan II (sporadic) yaitu desa yang dalam 3 tahun terakhir ada kasus DBD

- Desa rawan III (potensial) yaitu dalam 3 tahun tidak ada kasus, tetapi berpenduduk padat,

transportasi rawan, dan ditemukan jentik >5%

- Desa bebas yaitu desa yang tidak pernah ada kasus

Pada penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), kasus penyakit tesebut dapat dinyatakan KLB

apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Terjadi peningkatan kasus di desa/kelurahan 2 (dua) kali atau lebih dalam satu minggu

dibandung minggu sebelumnya berdasarkan common sense.

2. Bila dalam kurun waktu 3 (tiga) minggu berturut - turut cenderung terjadi peningkatan kasus

secara epidemiologis bermakna.

3. Satuan epidemiologis KLB adalah desa/kelurahan.

Dalam ukuran tertentu, ledakan jumlah penderita di suatu wilayah dibandingkan dengan jumlah

kejadian di tempat yang sama pada kurun waktu yang sama tahun sebelumnya, di Indonesia

kejadian itu disebut sebagai Kejadian Luar Biasa. Departemen Kesehatan mendefinisikan

Kejadian Luar Biasa sebagai berikut:

33 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 34: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

"Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah suatu kejadian kesakitan/kematian dan atau meningkatnya

suatu kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu kelompok

penduduk dalam kurun waktu tertentu."

Pengawasan dan Pengendalian

Melalui pencatatan dan pelaporan yang dilakukan

Bulanan

Triwulanan

Tahunan

3. KELUARAN

Penemuan penderita tersangka DBD : dilihat dari jumlah pasien suspect DBD

yang datang ke puskesmas

Contoh : 128 orang/tahun

Rujukan penderita DBD : Bila terdapat tanda-tanda penyakit DBD, seperti

mendadak panas tinggi 2-7hari, tampak lemah dan lesu, suhu badan antara 38OC

sampai 40OC atau lebih, tampak bintik-bintik merah pada kulit dan jika kulit

direnggangkan bintik merah itu tidak hilang, kadang-kadang ada perdarahan

hidung, mungkin terjadi muntah darah atau BAB darah, tes Torniquet positif.

Contoh : dilakukan rujukan 100% kasus

Penyuluhan dan penggerakkan masyarakat untuk PSN (pemberantasan sarang

nyamuk)

Penyuluhan/informasi tentang demam berdarah dan pencegahannya dilakukan

melalui jalur-jalur informasi yang ada:

34 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 35: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

a. Penyuluhan Kelompok:

PKK, Organisaasi social masyarakat lain, kelompok agama, guru, murid

sekolah, pengelola tempat umum/instansi, dll.

b. Penyuluhan Perorangan

Kepada ibu-ibu pengunjung posyandu

Kepada penderita/keluarganya di puskesmas

Kunjungan rumah oleh kader/ petugas puskesmas

c. Penyuluhan melalui media massa : TV, radio, dll .

Surveilans kasus DBD : hasil Angka Bebas Jentik

Survei jentik dilakukan dengan cara melihat atau memeriksa semua tempat

atau bejana yang dapat menjadi tempat berkembangbiakan nyamuk Aedes

aegypti dengan mata telanjang untuk mengetahui ada tidaknya jentik,yaitu

dengan cara visual. Cara ini cukup dilakukan dengan melihat ada tidaknya

jentik disetiap tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya. Ukuran-

ukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan jentik Aedes aegypti adalah:

House Indeks (HI), yaitu persentase rumah yang terjangkit larva dan

atau pupa. HI = Jumlah Rumah Yang Terdapat Jentik x 100%

Container Indeks (CI), yaitu persentase container yang terjangkit larva

atau pupa. CI = Jumlah Container Yang Terdapat Jentik x 100%

Breteau Indeks (BI), yaitu jumlah container yang positif per-100

rumah yang diperiksa. BI = Jumlah Container Yang Terdapat Jentik x

100 rumah

35 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 36: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

Dari ukuran di atas dapat diketahui persentase Angka

Bebas Jentik (ABJ), yaitu jumlah rumah yang tidak

ditemukan jentik per jumlah rumah yang diperiksa.

ABJ = Jumlah Rumah Yang Tidak Ditemukan Jentik x 100%

Jumlah Rumah Yang Diperiksa

o Merupakan salah satu indicator keberhasilan program

pemberantasan vector penular DBD. Angka Bebas Jentik sebagai

tolak ukur upaya pemberantasan vector melalui gerakan PSN-3M

menunjukan tingkat partisipasi masyarakat dalam mencegah DBD.

Rata-rata ABJ yang dibawah 95% menjelaskan bahwa partisipasi

masyarakat dalam mencegah DBD di lingkunagnnya masing-

masing belum optimal.

o Contoh : 3x/ tahun dengan cakupan ABJ 96,07%

Surveilans vector : melalui Pengamatan Jentik Berkala

Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) merupakan bentuk evaluasi hasil kegiatan yang

dilakukan tiap 3 bulan sekali disetiap desa/kelurahan endemis pada 100

rumah/bangunan yang dipilih secara acak (random sampling). Angka Bebas

Jentik dan House Indeks lebih menggambarkan luasnya penyebaran nyamuk

disuatu wilayah.

Pemberantasan vector :

Perlindungan perseorangan, yaitu memberikan anjuran untuk mencegah gigitan

nyamuk Aedes aegypti yaitu dengan meniadakan sarang nyamuknya di dalam

36 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 37: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

rumah. Yaitu dengan melakukan penyemprotan dengan obat anti serangga yang

dapat dibeli di took-toko seperti baygon, dll.5-7

a. Menggunakan insektisida

Abatisasi : adalah menaburkan bubuk abate ke dalam penampung air

untuk membunuh larva dan nyamuk. Cara melakukan abatisasi : untuk 10

liter air cukup dengan 1 gram bubuk abate. Bila tidak ada alat untuk

menakar gunakan sendok makan. Satu sendo makan peres ( diratakan

atasnya) berisi 10 gram abate, selanjutnya tinggal membagi atau

menambah sesuai jumlah air.dalam takaran yang dianjurkan seperti di

atas, aman bagi manusia dan tidak akan menimbulkan keracunan.

Penaburan abate perlu di ulang selama 3 bulan.7

Fogging dengan malathion atau fonitrothion. Melakukan pengasapan saja

tidak cukup, karena penyemprotan hanya mematikan nyamuk dewasa.

b. Tanpa insektisida

Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan melaksanakan penyuluhan

3M:

o Menguras tempat-tempat penampungan air sekurang-kurangnya

seminggu sekali

o Menutup rapat-rapat tempat penampungan air

o Menguburkan, mengumpulkan, memanfaatkan atau

menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air

hujan seperti kaleng bekas, plastic bekas dan lain-lain.

37 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 38: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

Selain itu ditambah dengan cara yang dikenal dengan istilah 3M Plus,

seperti :

Ganti air vas bunga, minuman burung dan tempat-tempat lain

seminggu sekali

Perbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar

Tutup lubang-lubang pada potongan bamboo, pohon dan lain-

lain, misalnya dengan tanah.

Bersihkan/keringkan tempat-tempat yang dapat menampung air

seperti pelepah pisang atau tanaman lainnya termasuk tempat-

tempat lain yang dapat menampung air hujan di pekarangan,

kebun, pemakaman, rumah kosong, dan lain-lain.

Pemeliharaan ikan pemakan jentik nyamuk

Pasang kawat kasa di rumah

Pencahayaan dan ventilasi memadai

Jangan biarkan menggantuk pakian di rumah

Tidur menggunakan kelambu

Gunakan obat nyamuk untuk mencegah gigtan nyamuk.

Pencatatan dan Pelaporan: kalau seandainya terjadi wabah

a. Sesuai dengan ketentuan/sistim pelaporan yang berlaku, pelaporan penderita

demam berdarah dengue menggunakan formulir:

W 1/ laporan KLB (wabah)

W 2/ laporan mingguan wabah

38 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 39: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

SP2TP : LB 1 / laporan bulanan data kesakitan

LB 2 /laporan bulanan data kematian

Sedangkan untuk pelaporan kegiatan menggunakan formulir LB3 / Laporan

bulanan kegiatan Puskesmas (SP2TP)

b. Penderita demam berdarah / suspect demam berdarah perlu diambil specimen

darahnya (akut ataupun konvalesens) untuk pemeriksaan serologis. Specimen

dikirim bersama-sama de Balai Laboratorium Kesehatan (BLK) melalui Dinas

KEsehatan Dati II setempat.7

2. LINGKUNGAN

Lingkungan Fisik:

Jarak dengan pemukiman penduduk (dekat/jauh)

Transportasi (mudah/sukar)

Jarak dengan fasilitas umum

Lingkungan Non-Fisik

1. Mata Pencaharian penduduk (terbanyak)

2. Tingkat pendidikan

3. UMPAN BALIK

Adanya pencatatan dan Pelaporan

Sesuai dengan waktu yang ditetapkan

Masukan dalam program pemberantasan DBD selanjutnya

Rapat kerja (berapa kali / tahun)

Antara kepala puskesmas dengan Pelaksana Unit untuk

39 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 40: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

1. Membahas laporan kegiatan bulanan

2. Evaluasi program yang telah dilakukan

4. DAMPAK

LANGSUNG : apakah terjadi penurunan angka morbiditas dan

mortalitas kasus DBD

TIDAK LANGSUNG : apakah terjadi peningkatan derajat kesehatan

masyarakat.

PENANGGULANGAN FOKUS

40 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 41: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

A. Pengertian

Penanggulangan fokus adalah kegiatan pemberantasan nyamuk penular DBD yang dilaksanakan

dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD).

larvasidasi. penyuluhan.dan penyemprotan (pengasapan) menggunakan insektisida sesuai dengan

kriteria.

B. Tujuan

Penanggulangan fokus dilaksanakan untuk membatasi penularan DBD dan mencegah terjadinya

KLB di lokasi tempat tinggal penderita DBD dan rumah bangunan sekitarnya serta tempat-

tempat umum yang berpotensi menjadi sumber penularan DBD lebih lanjut.

C. Kegiatan

Tindak lanjut hasil PE adalah sebagai berikut:

Bila ditemukan penderita DBD lainnya (1 atau lebih) atau ditemukan 3 atau lebih tersangka DBD

dan ditemukan jentik (>5%( dari rumah/bangunan yang diperiksa, maka dilakukan penggerakan

masyarakat dalam PSN DBD. larvasidasi, penyuluhan dan pengasapan dengan insektisida di

rumah penderita DBD dan ramah/bangunan sekitarnya dalam radius 200 meter, 2 siklus dengan

interval 1 minggu.

Bila tidak ditemukan penderita lainnya seperti tersebut dialas, tetapi ditemukan jentik, maka

dilakukan penggerakan masyarakat dalam PSN DBD. larvasidasi dan penyuluhan..

Bila tidak ditemukan penderita lainnya seperti tersebut di atas dan tidak ditemukan jentik, maka

dilakukan penyuluhan kepada masyarakat.

41 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 42: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

D. Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan

Setelah Kades/Lurah menerima laporan hasil PE dari puskesmas dan rencana koordinasi

penanggulangan fokus, meminta ketua RW RT agar warga membantu kelancaran pelaksanaan

penanggulangan fokus.

Ketua RW/RT menyampaikan jadwal kegiatan yang diterima dari petugas puskesmas setempat

dan mengajak warga untuk berpartisipasi dalam kegiatan penanggulangan fokus.

Kegiatan penanggulangan fokus sesuai hasil PE

a. Penggerakan masyarakat dalam PSN DBD dan larvasidasi

1) Ketua RW RT. Toma (tokoh masyarakat) dan Kader memberikan pengarahan langsung

kepada warga pada waktu pelaksanaan PSN DBD.

2) Penyuluhan dan penggerakan masyarakat dalam PSN DBD dan larvasidasi dilaksanakan

sebelum dilakukan pengasapan dengan insektisida.

b. Penyuluhan

Penyuluhan dilaksanakan oleh petugas kesehatan/kader atau Kelompok Kerja (Pokja) DBD

Desa/Kelurahan berkoordinasi dengan petugas puskesmas, dengan materi anatara lain:

1) Situasi DBD di wilayahnya

2) Cara-cara pencegahan DBD yang dapat dilaksanakan oleh individu, keluarga dan

masyarakat.

c. Pengasapan dengan insektisida.

1) Dilakukan oleh petugas puskesmas atau bekerjasama dengan dinas kesehatan

kabupaten/kota. Petugas penyemprot adalah petugas puskesmas atau petugas harian

42 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 43: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

lepas yang terlatih.

2) Ketua RT, Toma atau Kader mendampingi petugas dalam kegiatan pengasapan.

4. Hasil pelaksanaan penanggulangan fokus dilaporkan oleh puskesmas kepada din kesehatan

kabupaten'kota dengan tembusan kepada camat dan Kades Lurah setempat.

5. Hasil kegiatan Pemberantasan DBD dilaporkan oleh puskesmas kepada dinas kesehatan

kabupaten/kota setiap bulan dengan menggunakan formulir K-DBD.

Pemantauan Pelaksanaan (Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas SP2TP)

43 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 44: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

1. Pengertian, tujuan dan ruang lingkup

a. Pengertian

Dalam manajemen diperlukan adanya data yang akurat, tepat waktu dan kontinu serta

mutakhir secara periodik. Berdasar S.K. Menteri Kesehatan nomor 63/Menkes/ll/l98l, berlaku

sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP).

SP2TP adalah tata cara pencatatan dan pelaporan yang lengkap untuk pengelolaan

Puskesmas, meliputi keadaan tisik, tenaga, sarana dan kegiatan pokok yang dilakukan serta hasil

yang dicapai oleh Puskesmas.

Dengan melakukan SP2TP sebaik-baiknya, akan didapat data dan informasi yang

diperlukan untuk perencanaan, penggerakan pelaksanaan, pemantauan, pengawasan,

pengendalian dan penilaian penampilan Puskesmas serta situasi kesehatan masyarakat umumnya.

b. Tujuan

- Umum

Tersedianya data dan informasi yang akurat, tepat waktu dan mutakhir secara periodik/

teratur untuk pengelolaan program kesehatan masyarakat melalui Puskesmas di berbagai tingkat

administrasi.

- Khusus

o Tersedianya data yang meliputi keadaan fisik, tenaga, sarana dan kegiatan pokok

Puskesmas yang akurat tepat waktu dan mutakhir secara teratur.

o Terlaksananya pelaporan data tersebut secara teratur di berbagai jenjang administrasi,

sesuai dengan peraturan yang berlaku.

o Termanfaatkannya data tersebut untuk pengambilan keputusan dalam rangka pengelolaan

program kesehatan masyarakat melalui Puskesmas di berbagai tingkat administrasi.

44 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 45: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

c. Ruang lingkup

a. SP2TP dilakukan oleh semua Puskesmas (termasuk Puskesmas dengan Perawatan,

Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling).

b. Pencatatan dan Pelaporan mencakup:

- data umum dan demografi wilayah kerja Puskesmas

- data ketenagaan di Puskesmas

- data sarana yang dimiliki Puskesmas

- data kegiatan pokok Puskesmas yang dilakukan baik di dalam maupun di

luar gedung Puskesmas.

c. Pelaporan dilakukan secara periodik (bulanan, tribulanan, semester dan tahunan), dengan

menggunakan formulir yang baku. Seyogyanya berjenjang dari Puskesmas ke Dati II,

dari Dati li ke Dati I, dan Dati I ke Pusat. Namun sementara ini dapat dilakukan dari Dati

II langsung ke Pusat, dengan tindasan ke Propinsi.

2. Beberapa batasan

Dalam pelaksanaan SP2TP ada beberapa batasan tentang istilah yang digunakan untuk

mendapatkan kesamaan pengertian, sehingga pencatatan dilakukan dengan benar dan sama di

seluruh Puskesmas.

a. Kunjungan:

Ada 2 (dua) macam kunjungan:

(1) Kunjungan seseorang ke Puskesmas, Puskesmas Pembantu, baik untuk mendapat

pelayanan kesehatan maupun sekedar mendapat keterangan sehat-sakit.

Untuk ini dibedakan 2 (dua) kategori:

45 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 46: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

- Kunjungan baru, ialah seseorang yang pertama kali datang ke

Puskesmas/Puskesmas Pembantu, sehingga seumur hidupnya hanya

dicatat sebagaisatu kunjungan baru.

- Kunjungan lama, ialah seseorang yang datang Puskesmas/Puskesmas

Pembantu yang kedua kali dan seterusnya untuk mendapat pelayanan

kesehatan.

Perkecualian kedua kategori tersebut pada Ibu Hamil, Ibu Menyusui dan Balita:

- Kunjungan Ibu Hamil pada setiap kehamilan dianggap sebagai kunjungan

baru, sedangkan kunjungan kedua kali dan seterusnya untuk

memeriksakan kehamilan, dianggap sebagai kunjungan lama.

- Dengan demikian penetapan kunjungan Ibu Hamil tidak ditentukan

dengan tahun/periode, tetapi diberlakukan sebagai "episode ofillness".

- Kunjungan Ibu Menyusui, termasuk Ibu yang menyelesaikan

kehamilannya karena abortus, selama periode menyusui yang 2 tahun,

dihitung sebagai 2 kunjungan baru. Dengan kata lain setiap Ibu Menyusui

setelah saat melahirkan/abortus dihitung kembali sebagai kunjungan baru.

Sedangkan kunjungan selanjutnya dihitung sebagai kunjungan lama.

- Kunjungan Balita setiap tahun (setelah hari ulang tahun) dianggap sebagai

kunjungan baru. Jadi setiap Balita mempunyai 4 x kunjungan baru.

Sedangkan kunjungan kedua dan seterusnya dari tahun yang bersangkutan,

dicatat sebagai kunjungan lama.

(2) Kunjungan Sebagai Kasus

46 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 47: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

Kunjungan kasus adalah kasus baru -t- kasus lama -f kunjungan baru + kunjungan lama

suatu penyakit.

b. Kasus

Ada 2 macam kasus:

1. Kasus baru, adalah "new episode ofillness", yaitu pernyataan pertama kali seseorang

menderita penyakit tertentu sebagai hasil diagnosa dokter atau tenaga paramedis.

2. Kasus lama adalah kunjungan Kedua dan seterusnya, dari kasus baru yang belum

dinyatakan sembuh atau kunjungan kasus lama dalam tahun/periode yang sama. Untuk

tahun berikutnya, kasus ini diperhitungkan sebagai kasus baru.

Khusus pada penderita kusta hanya dikenal kasus baru, yaitu saat pertama kali

penemuannya.

Pada kunjungan kedua dan seterusnya hanya dihitung sebagai kunjungan kasus, bukan

sebagal Icasus lama.

c. Keluarga

Keluarga dalam catatanSP2TP adalah satu kepala keluarga beserta anggotanya yang

tendiri dari isteri, anak-anak (kandung, tiri dan angkat), dan orang lain yang tinggal dalam satu

atap/rumah.

d. Nomor Kode Puskesmas

Pemberian nomor kode Puskesmas/Puskesmas Pembantu berdasar pada letak geografis dan

jenjang administrasi serta peresmian per S.K. Bupati atas existensinya setelah dibangun.

Pelaksanaan SP2TP

47 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 48: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

3. Pelaksanaan SP2TP

Pelaksanaan SP2TP terdiri dari 3 kegiatan, ialah:

a. Pencatatan dengan menggunakan format.

b. Pengiriman laporan dengan menggunakan format secaraperiodik.

c. pengolahan analisis dan pemanfaatan data / informasi.1,7

Penyelesaian – Problem Solving Cycle

1. Prioritas Pemilihan Masalah

Ditinjau dari sudut pelaksanaan program kesehatan, penetapan prioritas masalah diandang amat

sangat penting, karena:

1. Terbatasanya sumber daya yang tersedia dan karena itu tidak mungkin menyelesaikan

semua masalah.

2. Adanya hubungan antara satu masalah dengan masalah lain dank arena itu tidak perlu

semua masalah diselesaikan.

Cara menetapkan prioritas masalah yang dianjurkan adalah memakai tekhnik kajian data. Untuk

dapat menetapkan prioritas masalah dengan tekhnik kajian data, ada beberapa kegiatan yang

harus dilakukan. Kegiatan yang dimaksud:

1. Melakukan pengumpulan data12

Yang dimaksud dengan data adalah hasil dari suatu pengukuran dan ataupun pengamatan.

Agar data yang dikumpulkan tersebut dapat menghasilkan kesimpulan tentang prioritas

masalah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

48 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 49: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

a. Jenis data

Dapat dipergunakan pendapat Blum (1976) yang membedakan data kessehatan atas

empat macam yakni data tentang perilaku (behavior), lingkungan (environment),

pelayanan kesehatan (health service) dan keturunan (heredity). Tetapi apabila waktu,

tenaga, sarana, dan dana cukup tersedia, tidak ada salahnya mengumpulkan data yang

lebih lengkap, seperti :keadaan geografis. Pemerintahan, kependudukan, pendidikan,

pekerjaan dan mata pencarian, keadaan social budaya, kesehatan.

b. Sumber data

Ada tiga sumber data yang dikenal yakni sumber primer, sumber sekunder dan

sumber tersier. Contoh sumber primer adalah hasil pemeriksaan atau wawancara

langsung dengan masyarakat. Contoh sumber data sukender adalah laporan bulanan

puskesmas dan kantor kecamatan. Sedangkan contoh sumber data tersier adalah hasil

publikasi badan-badan resmi, seperti kantor dinas statistic, dinas kesehatan dan kantor

kabupaten.

c. Jumlah responden

Kumpulkan data dengan lengkap dalam arti mencangkup seluruh penduduk. Dalam

kehidupan sehari-hari pengumpulan data secara total sulit dilakukan. Lazimnya

diambil data dari sebagian penduduk saja, yang besarnya karena hanya merupakan

suatu survey diskriptif, ditentukan dengan menggunakan rumus sampel :

n 1=4 pqL2

n 2n 1

1+n 1/ N

d. Cara mengambil sampel

Jika jumlah sampel telah ditentukan, lanjutkan dengan menetapkan cara pengambilan

sampel. Ada empat cara pengambilan sampel yang dikenal yakni cara simple random,

49 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 50: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

systematic random sampling, stratified random sampling dan cluster random

sampling. Pililah yang sesuai.

e. Cara mengumpulkan data

Cara mengumpulkan data ada empat yakni wawancara, pemeriksaan, pengamatan,

serta peran serta.

2. Melakukan pengolahan data

Pengolahan data ialah menyusun data yang tersedia sedemikian rupa sehingga jelas sifat-

sifat yang dimiliki. Cara pengolahan data secara umum dapat dibedakan atas tiga macam

yakni manual, mekanikal, serta elektrikal.

3. Melakukan penyajian data

Ada tiga macam penyajian data yang lazim dipergunakan yakni secara tekstular, tabular

dan grafikal.

4. Memilih prioritas masalah

Cara yang dianjurkan adalah memakai criteria yang dituangkan dalam bentuk matriks.

Dikenal dengan nama tekhnik criteria matriks. Secara umum dapat dibedakan menjadi

tiga macam:

a. Pentingnya masalah

Makin penting (importancy) masalah tersebut, makin diprioritaskan penyelesaiannya.

Ukuran pentingnya masalah banyak macam. Beberapa diantaranya yang terpenting

adalah:

Besarnya masalah (prevalence)

Akibat yang ditimbulkan oleh maslah (severity)

Kenaikan besarnya masalah (rate of increase)

50 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 51: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

Derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi (degree of unmeet need)

Keuntungan social karena selesainya masalah (social benefit)

Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah (public concern)

Suasana politik (poltikal climate)

b. Kelayakan tekhnologi

Makin layak tekhnologi yang tersedia dan yang dapat dipakai untuk mengatasi

masalah (technical feasibility), makin diprioritaskan masalah tersebut. Kelayakan

tekhnologi yang dimaksud adalah menunjukan pada pengasaan ilmu dan tekhnologi

yang sesuai.5

c. Sumber daya yang tersedia

Makin tersedia sumber daya yang dipakai untuk mengatasi maslah makin

diprioritaskan masalah. Sumber daya yang dimaksud adalah tenaga,dana,dan sarana.

Berikan nilai 1 (tidak penting) sampai 5 (sangat penting) untuk setiap criteria yang sesuai.

Prioritas masalah adalah jumlah yang paling besar.5

No Daftar masalah I T R JUMLAH

I×T×R

P S RI DU S

B

PB PC

1

2. Menetapkan Prioritas Jalan Keluar5

1. Menyusun alternative jalan keluar

51 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 52: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

Untuk memilih alternative jalan keluar cobalah berpikir kreatif, yang dikenal dengan

tekhnik analog atau popular dengan sebutan synectic technique. Atau cobalah tempu

langka-langkah berikut:

Menentukan berbagai penyebab masalah

Lakukan curah pendapat (brain storming) dengan membahas data yang telah

dikumpulkan. Gunakan alat bantu diagram hubungan sebab-akibat (cause-effect

diagram) atau diagram tulang ikan (fish bone diagram)

Memeriksa kebenaran penyebab masalah

Lakukan pengumpulan data tambahan. Coba lakukan uji statistic untuk

mengidentifikasi penyebab masalah yang sebenarnya.

Mengubah penyebab masalah menjadi kegiatan.5

2. Memilih prioritas jalan keluar

Karena kemampuan yang dimiliki oleh suatu organisasi terbatas pilihlah salah satu dari

alternative jalan keluar yang paling menjanjikan. Cara pemilihan prioritas jalan keluar yang

dianjurkan adalah memakai criteria matriks.5

a. Efektifitas jalan keluar

Dengan member nilai 1(paling tidak efektif) sampai angak 5 (paling efektif). Untuk

menetapkan efektifitas jalan keluar, gunakan criteria:

Besarnya masalah yang dapat diselesaikan

Hitunglah besar masalah (magnitude) yang dapat diatasi apabila jalan keluar

tersebut dilaksanakan,

Pentingnya jalan keluar

52 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 53: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

Hitunglah penting jalan keluar (importancy) dengan mengatasi masalah yang

dihadapi, untuk setiap alternative.

Sensitifitas jalan keluar

Hitunglah sensitifitas jalan keluar (vunerability) dalam mengatasi masalah yang

dihadapi. Sensitifitas yang dimaksud dikaitkan dengan kecepatan jalan keluar

mengatasi masalah.5

b. Efisiensi jalan keluar

Tetapkan nilai efisiensi untuk setiap alternative jalan keluar, yakni dengan member angka

1 (paling tidak efisien) sampai dengan angka 5 (paling efisien). Nilai efisien diakitkan

dengan biaya (cost) yang diperlukan.

Hitunglah nilai P (prioritas) dengan membagi hasil perkalian nilai M×I×V dengan nilai C. jalan

keluar dengan nilai P paling tinggi adalah prioritas jalan keluar terpilih.5

3. Melakukan uji lapangan

Tujuan utama yang ingin dicapai bukan lagi mempermasalhkan jalan keluar yang telah

terpilih melainkan hanya menilai berbagai factor penopang dan factor penghambat.

4. Memperbaiki prioritas jalan keluar

Dengan memanfaatkan berbagai factor penopang dan bersama itu meniadakan factor

penghambat/

5. Menyusun uraian rencana prioritas jalan keluar.12

NO Daftar alternative jalan keluar Efektifitas Efisensi Junlah

M × I ×VC

53 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 54: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

M I V C

1

2

3

Penggerakan pelaksanaan (lokakarya mini puskesmas)

Pengertian, Tujuan dan Ruang lingkup

a. Pengertian

Dalam kerangka manajemen Puskesmas yang terdiri dari P1 (Perencanaan), P2

(Penggerak-Pelaksanaan) dan P3 (Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian), lokakarya mini

puskesmas merupakan pedoman untuk P2, yang untuk lebih jelasnya adalah seperti pada skema

di bawah ini :

54 | PBL blok 26 Community Medicine

Penggalangan kerja sama lintas sektoral

Rapat kerja tribulanan lintas sektoral

POA Puskesmas termasuk POA

KB-Kes

Stratifikasi puskesmas

Penggalangan kerja sama dalam tim

Rapat kerja bulanan puskesmas

Page 55: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

b. Tujuan

(1) Umum

Meningkatnya fungsi Puskesmas melalui peningkatan kemampuan tenaga

Puskesmas untuk bekerjasama dalam Tim dan membina kerjasama lintas program dan lintas

sektoral.

(2) Khusus

a. Terlaksananya penggalangan kerjasama Tim (teamwork) lintas program

dalam rangka pengembangan manajemen sederhana, terutama dalam

pembagian tugas dan pembuatan rencana kerja harian.

b. Terlaksananya penggalangan kerjasama lintas sektoral dalam rangka

pembinaan peran serta masyarakat

c. Terlaksananya rapat kerja bulanan Puskesmas sebagai tindak lanjut

penggalangan kerjasama Tim Puskesmas.

d. Terlaksananya rapat kerja tribulanan lintas sektoral sebagai tindak lanjut

penggalangan kerjasama lintas sektoral.

c. Ruang lingkup

Untuk meningkatkan fungsi Puskesmas, maka petugas Puskesmas perlu bekerja secara

Tim dan masing-masing anggota Tim harus mempunyai rasa kebanggaan, sehingga masing-

masing anggota mempunyai semangat untuk membela keberhasilan Tim-nya.

55 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 56: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

Dalam rangka membina petugas Puskesmas untuk bekerjasama dalam Tim sehingga

dapat melaksanakan fungsi Puskesmas dengan baik, telah dikembangkan buku Pedoman

Lokakarya Mini Puskesmas. Apa yang tercantum dalam buku ini hanya merupakan pokok-

pokok buku tersebut.1

1. Lokakarya Mini Puskesmas terdiri dari 4 komponen

a. Penggalangan kerjasama dalam Tim Puskesmas.

b. Penggalangan kerjasama lintas sektoral.

c. Rapat kerja bulanan Puskesmas.

d. Rapat kerja tribulanan lintas sektoral

(a) Penggalangan kerjasama dalam Tim Puskesmas

(1) Pengertian

Dalam rangka meningkatkan fungsi Puskesmas yang terdiri dari pengembangan upaya

kesehatan, pembinaan peran serta masyarakat dan pelayanan upaya kesehatan pokok, tenaga

Puskesmas yang terdiri dari berbagai kategori, diharapkan dapat bekerjasama secara terpadu di

bawah satu pimpinan dan satu administrasi.

Untuk meningkatkan keterpaduan kerja antar anggota Puskesmas dan meningkatkan

produktivitas kerjanya, diperlukan pembinaan kerjasama dalam Tim, sehingga ada keterbukaan

dan tanggung jawab bersama, di samping masing-masing mempunyai rasa kebanggaan sebagai

anggota Tim.

Diperlukan suatu proses dinamika kelompok dalam suatu pertemuan Penggalangan

Kerjasama Tim, yang diikuti dengan analisa beban kerja, yang dikaitkan dengan berbagai

kelemahan penampilan kerja Puskesmas menurut hasil Stratifikasi dan menyusun POA untuk

memperbaiki penampilan kerja Puskesmas.

56 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 57: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

(2) Tujuan

- Umum

Adanya pengembangan sistem manajemen sederhana dengan cara penggalangan

kerjasama antar staf Puskesmas untuk meningkatkan fungsi Puskesmas

- Khusus

o Terciptanya semangat kerjasama dalam suatu Tim atas dasar kemauan, kemampuan dan

kesempatan yang dimiliki.

o Adanya inventarisasi hasil kegiatan setiap tenaga Puskesmas bulan lalu dan menghitung

beban kerjanya.

o Adanya pembagian tugas yang baru bagi setiap petugas Puskesmas berdasarkan POA.

o Adanya Tim Pelayanan Terpadu dan menentukan daerah binaan/pelayanan masing-

masing tim.

o Tersusunnya rencana kerja harian untuk bulan yang akan datang.

(3) Pentahapan Pelaksanaan

Tahapan pelaksanaan penggalangan kerjasama Tim dapat digambarkan sebagai berikut:

57 | PBL blok 26 Community Medicine

Analisis/penghitungan beban kerja

Pembagian tanggung jawab

tujuan

Dinamika Kelompok

Rencana kerja baru

Inventaris kegiatan bulan lalu

Masukan- Konsep KB-Kes- Prog. KIA- Prog. Gizi- Prog. KB- Prog. Imunisasi- Prog. Diare- dll

Pembagian tugas baru

Inventaris kegiatan PSM

Page 58: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

Dinamika keiompok

Dilakukan dengan permainan huruf "T" berantakan dan Johary Wmdow, nertujuan

untuk menanamkan pentingnya kerjasama secara Tim dan keterbukaan anggota Tim

dalam memecahkan suatu masalah.

Masukan tentang konsep Keterpaduan KB - Kesehatan, POA Puskesmas dan POA KB -

Kesehatan, bertujuan untuk mengetahui pentingnya keterpaduan KB Kesehatan dan

perencanaan kegiatan untuk tahun ini serta cakupan pelayanan yang harus dicapai.

Inventarisasi kegiatan peran serta masyarakat termasuk Posyandu, beertujuan agar semua

petugas Puskesmas mengetahui : lokasi, kegiatan, petugas yang ditugasi membina, waktu,

frekwensi dan kadernya.

inventarisasi kegiatan petugas pada bulan lalu sebagai bahan untuk beban kerja.

Analisa/perhitungan beban kerja, bertujuan agar semuapetugasdapat menghitungbeban

kerjanya dan mengetahui kekurangan atau kelebihannya.

Penyusunan pembagian tugas baru bertujuan agar semua petugas mengetahui tugas rutin

dan tugas pembinaan PSM secara adil dan merata.

PembentukanTim pelayanan Posyandu dan pembagiantanggung jawab daerah binaan yang

bertujuan agar semua petugas Puskesmas mempunyai tangggung jawab daerah binaan

yangndibagi secara adil dan merata berdasarkan pembagian tugas baru.

58 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 59: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

Penyusunan rencana kerja harian baru yang bertujuan agar semua petugasPuskesmas agar

membuat rencana kerja yang dibuat tiap-tiap bulan, baik untuktugas rutin maupun untuk

pembinaan PSM.

(4) Pelaksanaan

- Pembimbing dan pelatih/pengarah:

= pembimbing: Ka. Kandep/Ka. Dinkes Dt. II dan staf.

= pelatih/pengarah: Ka. Puskesmas dan staf.

- Peserta:

Peserta Lokakarya Mini ialah semua petugas ini: dokter gigi/perawat gigi

perawat/perawat kesehatan/PK.C, bidan/PK.E, sanitarian/PK.AB, petugas p petugas SP2TP dan

petugas lain yang dianggap penting

(b) Penggalangan kerjasama lintas sektoral

(1) Pengertian

Kerjasama lintas sektoral sering sukar diwujudkan, jika tidak dilandasi oleh saling

pengertian dan keterbukaan yang mendalam antara komponen yang terlibat, serta tidak ada

kejelasan tentang tujuan bersama.

Untuk menggalang kerjasama lintas sektoral terutama dalam membina peran serta

masyarakat di tingkat kecamatan, perlu dirumuskan bersama secara jelas tentang peran yang

harus dilakukan masing-masing sektor dan mekanisme kerjanya. Dengan perkembangan

kebijaksanaan pembangunan kesehatan selama Pelita V, dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan dan mutu hidup keluarga, sasaran utamanya adalah penurunan angka kematian

bayi dan anak balita, angka kematian ' ibu melahirkan serta angka kelahiran, dengan pendekatan

keterpaduan KB - Kesehatan, kerjasama dengan sektor lain, alih teknologi serta alih kelola

59 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 60: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

kepada masyarakat, dengan mengembangkan peran serta masyarakat dalam bentuk

penyelenggaraan Posyandu. Oleh karena itu, penggalangan kerjasama lintas sektoral pada saat

ini diarahkan untuk merumuskan kerjasama dalam membina upaya peran serta masyarakat dalam

bidang kesehatan.1

(2) Tujuan

- Umum

Terjalinnya kerjasama lintas sektoral dalam rangka pembinaan peran serta masyarakat

secara baik.

- Khusus

o Adanya saling mengetahui dan saling mengenal program pembinaan peran serta

masyarakat masing-masing sektor terkait di tingkat Kecamatan.

o Adanya saling mengetahui peran masing-masing sektor yang saling mendukung, untuk

membina peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan.

o Terumuskannya rencana kerja tribulanan masing-masing sektor pembinaan peran serta

masyarakat di bidang kesehatan secara terpadu.

(3) Pentahapan Pelaksanaan

Tahapan Pelaksanaan Penggalangan Kerjasama Lintas Sektoral.

60 | PBL blok 26 Community Medicine

Rencana kerja baru pembinaan PSM, KB-Kes

tujuan

Dinamika Kelompok Analisis masalah

peran sektoral

- Program lintas sektoral tingkat kecamatan

- Prog. KB-kes- Kebijaksanaan

pengembangan- Peran sektor

dalam KB_kes

Pembagian peran masing – masing sektoral

Page 61: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

Pertemuan dalam rangka penggalangan kerjasama lintas sektoral diselenggarakan oleh

Camat bekerjasama dengan Tim PembinaPKK kecamatan dan dibantu sepenuhnya oleh

Puskesmas.

Secara garis besar, acara penggalangan kerjasama lintas sektoral adalah sebagai berikut:

a. Dinamika kelompok

Untuk menanamkan motivasi kerjasama dalam Tim dilakukan proses dinamika

kelompok dengan menggunakan permainan Broken T(huruf T berantakan), yang dapat

mengungkapkan pada perserta tentang pentingnya kerjasama secara Tim dalam

melaksanakan suatu program.

b. Penjelasan dari sektor-sektor

Masing-masing sektor menjelaskan kegiatannya dalam rangka pembinaan peran

serta masyarakat.

c. Penjelasan tentang Keterpaduan KB-Kesehatan dalam rangka meningkatkan mutu hidup

dan kesejahteraan keluarga dengan upaya penurunan angka kematian bayi, anak balita

dan angka kematian ibu bersalin serta angka kelahiran dengan alih teknologi dan alih

61 | PBL blok 26 Community Medicine

Inventarisasi peran bantuan lintas sektoral

Page 62: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

kelola melalui pengembangan dan pembinaan Posyandu. (Topik pembahasan tidak selalu

KB-Kes tapi disesuaikan dengan kebutuhan)

d. Penjelasan POA KB-Kesehatan, agar sektor yang bersangkutan mengetahui rencana

kegiatan yang akan dilaksanakan dan cakupan lima program serta pengembangan dan

pembinaan Posyandu.

e. Penyajian hasil-hasil kesepakatan kerjasama lintas sektoral dalam membina Keterpaduan

KB-Kesehatan, baik di tingkat Pusat, Propinsi dan Kabupaten/ Kodya, agar peserta

mengetahui peranan masing-masing sektor dalam rangka kerjasama lintas sektoral.

f. Inventarisasi peranan saling mendukung dari masing-masing sektor dalam membina

Keterpaduan KB-Kesehatan. Tujuan dari acara ini adalah mengetahui seberapa jauh

masing-masing sektor sudah berperan dalam kerjasama dan hambatan-hambatan serta

masalah yang dihadapi dalam kerjasama.

g. Analisa peranan masing-masing sektor, dilakukan dengan cara membandingkan antara

peranan masing-masing sektor yang sudah dilaksanakan dengan hasil kesepakatan (butir

E) dan mengelompokkan masalah serta hambatan yang dihadapi untuk dipecahkan

bersama.

h. Merumuskan masing-masing sektor dalam pembinaan peran serta masyarakat di bidang

KB-kesehatan secara musyawarah untuk mufakat.

i. Membuat rencana kerja tribulanan masing-masing sektor daiam membina peran serta

masyarakat di bidang Keterpaduan.

(c) Rapat kerja bulanan Puskesmas.

(1) Pengertian

62 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 63: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

Setelah Puskesmas selesai melaksanakan Lokakarya Penggalangan Puskesmas, maka

segala keputusan yang telah diambil secara bersama harus dilaksanakan sebaik-baiknya.

Walaupun Lokakarya sudah diselenggarakan dan segala hasilnya sudah dilaksanakan sebaik-

baiknya, masih perlu adanya tindak lanjut yang bertujuan untuk menilai pencapaian dan

hambatan-hambatan yang dijumpai oleh para pelaksananya, sehingga dapat dibuat perencanaan

ulang yang lebih baik. Salah satu usaha untuk melaksanakan tindak lanjut dari Lokakarya

penggalangan Tim adalah mengadakan Rapat Kerja Rutin setiap bulan, yang

penyelenggaraannya serta materinya diuraikan berikut ini.

(2) Tujuan

(a) Timbulnya kebiasaan pada seluruh petugas Puskesmas untuk selalu mengadakan tindak

lanjut dari setiap kegiatan dalam melaksanakan program kesehatan.

(b) Adanya suatu sistem manajemen sederhana dan terselenggarakannya rapat kerja rutin

bulanan Puskesmas, untuk melakukan penilaian program yang sedang berjalan secara

teratur, dan hambatan-hambatan yang dijumpai selama satu bulan yang lalu dapat

dipecahkan bersama.

(3) Pentahapan Pelaksanaan

(a) Tahap pelaksanaan rapat kerja bulanan puskesmas

63 | PBL blok 26 Community Medicine

tujuan

MASUKAN

- Laporan hasil kegiatan bulan lalu

- Hasil rapat PKK kecamatan

- Tambahan pengetahuan

Analisa hambatan kegiatan bulan lalu

Page 64: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

Materi yang akan dibahas dalam Rapat Kerja Butanan Puskesmas adalah

sebagai berikut:

o Laporan pelaksanaan Rencana Kerja Harian dari tiap petugas dan hasil cakupan pelayanan

Posyandu tiap desa pada bulan lalu dari Tim Pembina dari daerah binaan Posyandu.

o Kebijaksanaan dari atasan langsung yang didapat dari hasil Rapat Dinas Kesehatan dan

kebijaksanaan Pemerintah Daerah yang didapat dari rapat Kecamatan.

o Tambahan pengetahuan dan ketrampilan kepada petugas Puskesmas dalam rangka

peningkatan pelayanan kepada masyarakat atau dalam rangka mengatasi kejadian luar

biasa.

o Analisa dari masalah/hambatan yang terjadi dan pemecahan masalah.

o Rapat Kerja ditutup dengan acara pembuatan rencana kerja harian, dari semua petugas

Puskesmas untuk bulan depan.

(d) Rapat kerja tribulanan lintas sektoral

(1) Pengertian

Semangat kerjasama dalam Tim yang telah ditimbulkan dalam lingkungan sektor-sektor,

perlu dipelihara dengan baik agar kerjasama lintas sektoral yang telah dibina bisa berjalan

mantap dan berkesinambungan. Salah satu cara untuk memelihara kerjasama ialah dengan

64 | PBL blok 26 Community Medicine

Pemecahan masalah

Rencana kerja baru

Page 65: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

mengadakan pertemuan berkala dan membahas pelaksanaan kerjasama maupun masalah yang

dihadapi dan sekaligus mencari pemecahannya bersama-sama.

(2) Tujuan

- Umum

Meningkatnya dan terpeliharanya hubungan kerjasama lintas sektoral.

- Khusus

o Terlaksananya pertemuan lintas sektoral berkala untuk mengkaji kegiatan kerjasama

selama 3 bulan yang lalu dalam pembinaan PSM di bidang kesehatan.

o Terpecahkannya masalah dan hambatan yang dihadapi dalam rangka kerjasama lintas

sektoral.

o Terumuskannya mekanisme dan rencana kerjasama lintas sektoral untuk tribuían

berikutnya.

(3) Pentahapan pelaksanaan

Tahapan pelaksanaan Rapat Kerja tribulanan lintas sektoral

65 | PBL blok 26 Community Medicine

Pemecahan masalah

Rencana pembinaan PSM/KB-Kes dai masing – masing sektor

tujuan

- Laporan kegiatan posyandu oleh PKK

- Masalah hambatan dalam pembinaan posyandu

Analisa masalah masing – masing sektor

Page 66: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

Materi yang akan dibahas dalam rapat kerja tribulanan lintas sektoral adalah

sebagai berikut:

Laporan kegiatan penyelenggaraan Posyandu oleh Ketua Tim Penggerak PKK

Kecamatan, dan hambatan/masalah yang dijumpai serta usaha yang telah dilakukan untuk

mengatasi masalah tersebut

Laporan sektor-sektor dalam pembinaan PSM di bidang kesehatan, dan hambatan/

masalah yang dijumpai serta usaha yang teiah dilakukan untuk mengatasi masalah

tersebut. Laporan dari Puskesmas disertai dengan gambaran cakupan pelayanan Posyandu

secara kumulatif, agar desa-desa yang cakupannya rendah diketahui sektor lain.

Sambutan dari Tim Pembina Posyandu Dati II tentang usaha untuk mengatasi

hambatan/masalah dan menyampaikan kebijaksanaan Pemda maupun Tim Pembina

Posyandu Dati II.

Susunan prioritas pembinaan ke desa-desa berdasarkan cakupan yang paling rendah.

Analisa dan pemecahan masalah yang dilakukan bersama.

Menyusun rencana pembinaan untuk tribuian yang akan datang, dan sebagai penutup

rencana kerja dari semua sektor diserahkan oleh Camat kepada Ketua Tim Penggerak

PKK Kecamatan.

Epidemiologi

1. Lingkungan

66 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 67: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

a. Fisik

Letak geografis

Penyakit akibat infeksi virus dengue ditemukan tersebar luas di berbagai negara terutama

di negara tropik dan subtropik yang terletak antara 30º Lintang Utara dan 40º Lintang Selatan

seperti Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Caribbean dengan tingkat kejadian sekitar 50-100 juta

kasus setiap tahunnya. Infeksi virus dengue di Indonesia telah ada sejak abad ke-18 seperti yang

dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda. Pada saat itu virus dengue

menimbulkan penyakit yang disebut penyakit demam lima hari (vijfdaagse koorts) kadang-

kadang disebut demam sendi (knokkel koorts). Disebut demikian karena demam yang terjadi

menghilang dalam lima hari, disertai nyeri otot, nyeri pada sendi dan nyeri kepala. Sehingga

sampai saat ini penyakit tersebut masih merupakan problem kesehatan masyarakat dan dapat

muncul secara endemik maupun epidemik yang menyebar dari suatu daerah ke daerah lain atau

dari suatu negara ke negara lain

Musim

Negara dengan 4 musim, epidemi DBD berlangsung pada musim panas, meskipun

ditemukan kasus DBD sporadis pada musim 18 dingin. Di Asia Tenggara epidemi DBD terjadi

pada musim hujan, seperti di Indonesia, Thailand, Malaysia dan Philippines epidemi DBD terjadi

beberapa minggu setelah musim hujan. Periode epidemi yang terutama berlangsung selama

musim hujan dan erat kaitannya dengan kelembaban pada musim hujan. Hal tersebut

menyebabkan peningkatan aktivitas vektor dalam menggigit karena didukung oleh lingkungan

yang baik untuk masa inkubasi. 8

b. Non fisik

Sosial Budaya

67 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 68: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

Ekonomi

Tingkat pendidikan

2. Frekuensi

a. Insidens

Angka insiden dirancang untuk mengukur rate pada orang sehat yang menjadi sakit

selama suatu perioede waktu tertentu, yaitu jumlah kasus baru suatu penyakit dalam suatu

populasi selama suatu periode waktu tertentu:

∑kasusbaruygterjadidalampopulasiselamaperiodewaktuttt∑orangygberisikomenjadisakitselamaperiodewaktuttt

×1.000

Insiden mengukur kemunculan penyakit, bearti kasus baru. Suatu perubahan pada insiden

bearti terdapat suatu perubahan dalam keseimbangan factor-faktor etiologi baik terjadi fliktuasi

secara alami maupun kemungkinan adnya penerapan suatu program pencegahn yang efektif.

Angka insiden digunakan untuk membuat pernyataan tntang probabilitas atau risiko penyakit.

(ukuran mortalitas)

Insiden DBD meningkat dari 0,005 per 100.000 penduduk pada tahun 1968 menjadi

berkisar antara 6,27 per 100.000 penduduk. Morbiditas dan mortalitas infeksi virus dengue

dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain : status imun pejamu, kepadatan vector nyamuk,

transmisi virus dengue, keganasan (virulensi) virus dengue dn kondisi geografis setempat.

Sampai saat ini DBD telah ditemukan di seluruh propinsi dan 200 kota telah melaporkan adnya

kejadian luar biasa (KLB).

68 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 69: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

Perubahan iklim yang berpengaruh terhadap kehidupan vektor, di luar faktor-faktor lain

yang mempengaruhinya.. Selain itu, faktor perilaku dan partisipasi masyarakat yang masih

kurang dalam kegiatan. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) serta faktor pertambahan jumlah

penduduk dan faktor peningkatan mobilitas penduduk yang sejalan dengan semakin membaiknya

sarana transportasi menyebabkan penyebaran virus DBD semakin mudah dan semakin luas. 3

b. Case Fatality Rate ( CFR )

∑ jumla h kematiankarenapenyakitpadaperiodewaktutertentu

∑ jumla h kasuspenyakittersebutpadaperiodeyangsama×100

ukuran ini menggambarkan probabilitas kematian di kalangan kasus yang didiagnosis.

CFR untuk penyakit yang sama dapat bervariasi besarnya pada wabah yang berbeda karena

keseimbangan antara agen, pejamu dan lingkungan.

CFR penyakit DBD mengalami penurunan dari tahun ke tahun walaupun masih tetap

tinggi. CFR tahun 1968 sebesar 43%, tahun 1971 sebesar 14%, tahun 1980 sebesar 4,8 % dan

tahun 1999 di atas 2%. Jumlah kasus demam berdarah dengue di Indonesia sejak januari sampai

mei 2004 mencapai 64.000. Insiden rate 29,7 per 100.000 penduduk dengan kematian sebanyak

724 orang, case fatality rate 1,1 %. (pedomam tatalaksana klinis).8

3. Distribusi

a. Distribusi Penyakit DBD Menurut Orang

DBD dapat diderita oleh semua golongan umur, walaupun saat ini DBD lebih banyak

pada anak-anak, tetapi dalam dekade terakhir ini DBD terlihat kecenderungan

kenaikan proporsi pada kelompok dewasa, karena pada kelompok umur ini mempunyai mobilitas

yang tinggi dan sejalan dengan perkembangan transportasi yang lancar, sehingga memungkinkan

69 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 70: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

untuk tertularnya virus dengue lebih besar, dan juga karena adanya infeksi virus dengue jenis

baru yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4 yang sebelumya belum pernah ada pada suatu

daerah. Pada awal terjadinya wabah di suatu negara, distribusi umur memperlihatkan jumlah

penderita terbanyak dari golongan anak berumur kurang dari 15 tahun (86-95%) Namun pada

wabah-wabah selanjutnya jumlah penderita yang digolongkan dalam usia dewasa muda

meningkat. Di Indonesia penderita DBD terbanyak pada golongan anak berumur 5-11 tahun,

proporsi penderita yang berumur lebih dari 15 tahun meningkat sejak tahun 1984. 8

b. Distribusi Penyakit DBD Menurut Tempat

Penyakit DBD dapat menyebar pada semua tempat kecuali tempat-tempat dengan

ketinggian 1000 meter dari permukaan laut karena pada tempat yang tinggi dengan suhu yang

rendah perkembangbiakan Aedes aegypti tidak sempurna. Dalam kurun waktu 30 tahun sejak

ditemukan virus dengue di Surabaya dan Jakarta tahun 1968 angka kejadian sakit infeksi virus

dengue meningkat dari 0,05 per 100.000 penduduk menjadi 35,19 per 100.000 penduduk tahun

1998. Sampai saat ini DBD telah ditemukan diseluruh propinsi di Indonesia. Meningkatnya

kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit disebabkan karena semakin baiknya saran

transportasi penduduk, adanya pemukiman baru, dan terdapatnya vektor nyamuk hampir di

seluruh pelosok tanah air serta adanya empat tipe virus yang menyebar sepanjang tahun.8

c. Distribusi Penyakit DBD Menurut Waktu

Pola berjangkitnya infeksi virus dengue dipengaruhi oleh iklim dan kelembaban udara.

Pada suhu yang panas (28-320C) dengan kelembaban yang tinggi, nyamuk Aedes aegypti akan

tetap bertahan hidup untuk jangka waktu lama. Di Indonesia karena suhu udara dan kelembaban

tidak sama di setiap tempat maka pola terjadinya penyakit agak berbeda untuk setiap tempat. Di

70 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 71: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

pulau Jawa pada umumnya infeksi virus dengue terjadi mulai awal Januari, meningkat terus

sehingga kasus terbanyak terdapat pada sekitar bulan April-Mei setiap tahun.8

4. Faktor penyebaran7

Ada tiga factor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue, yaitu :

Agent (virus dengue)

Agen penyebab penyakit DBD berupa virus dengue dari Genus Flavivirus (Arbovirus

Grup B) salah satu Genus Familia Togaviradae. Dikenal ada empat serotipe virus dengue yaitu

Den-1, Den-2, Den-3 dan Den-4. Virus dengue ini memiliki masa inkubasi yang tidak terlalu

lama yaitu antara 3-7 hari, virus akan terdapat di dalam tubuh manusia. Dalam masa tersebut

penderita merupakan sumber penular penyakit DBD. Vector utama penyakit DBD adalah

nyamuk Aedes aegypti ( di daerah perkotaan) dan Aedes albopictus di daerah pedesaan. Cirri-ciri

nyamuk Ades aegypti adalah :

Sayap dan badan belang-belang atau bergaris putih

Berkembang biak di air jernih yang tidak beralaskan tanah seperti bak mandi,

WC, tempayan, drum, barang-barang yang menampung air seperti kaleng, ban

bekas, pot tanaman, tempat minum burung, dan lain-lain.

Jarak terbang 100 m

Tahan suhu panas dan kelembapan tinggi

Reservoir adalah manusia yang sakit ( viremia)

Host

Host adalah manusia yang peka terhadap infeksi virus dengue. Beberapa faktor yang

mempengaruhi manusia adalah:

71 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 72: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

a. Umur

Umur adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepekaan terhadap infeksi virus

dengue. Semua golongan umur dapat terserang virus dengue, meskipun baru berumur

beberapa hari setelah lahir. Saat pertama kali terjadi epdemi dengue di Gorontalo

kebanyakan anakanak berumur 1-5 tahun. Di Indonesia, Filipina dan Malaysia pada

awal tahun terjadi epidemi DBD penyakit yang disebabkan oleh virus dengue tersebut

menyerang terutama pada anak-anak berumur antara 5-9 tahun, dan selama tahun

1968-1973 kurang lebih 95% kasus DBD menyerang anak-anak di bawah 15 tahun.

b. Jenis kelamin

Sejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan DBD dikaitkan

dengan perbedaan jenis kelamin (gender). Di Philippines dilaporkan bahwa rasio

antar jenis kelamin adalah 1:1. Di Thailand tidak ditemukan perbedaan kerentanan

terhadap serangan 16 DBD antara laki-laki dan perempuan, meskipun ditemukan

angka kematian yang lebih tinggi pada anak perempuan namun perbedaan angka

tersebut tidak signifikan. Singapura menyatakan bahwa insiden DBD pada anak laki-

laki lebih besar dari pada anak perempuan.

Lingkungan (environment)

Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit dengue adalah:

1. lingkungan fisik

a. Letak geografis

Penyakit akibat infeksi virus dengue ditemukan tersebar luas di berbagai negara terutama

di negara tropik dan subtropik yang terletak antara 30º Lintang Utara dan 40º Lintang

72 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 73: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

Selatan seperti Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Caribbean dengan tingkat kejadian

sekitar 50-100 juta kasus setiap tahunnya. Infeksi virus dengue di Indonesia telah ada

sejak abad ke-18 seperti yang dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter

berkebangsaan Belanda. Pada saat itu virus dengue menimbulkan penyakit yang disebut

penyakit demam lima hari (vijfdaagse koorts) kadang-kadang disebut demam sendi

(knokkel koorts). Disebut demikian karena demam yang terjadi menghilang dalam lima

hari, disertai nyeri otot, nyeri pada sendi dan nyeri kepala. Sehingga sampai saat ini

penyakit tersebut masih merupakan problem kesehatan masyarakat dan dapat muncul

secara endemik maupun epidemik yang menyebar dari suatu daerah ke daerah lain atau

dari suatu negara ke negara lain

b. Musim

Negara dengan 4 musim, epidemi DBD berlangsung pada musim panas, meskipun

ditemukan kasus DBD sporadis pada musim 18 dingin. Di Asia Tenggara epidemi DBD

terjadi pada musim hujan, seperti di Indonesia, Thailand, Malaysia dan Philippines

epidemi DBD terjadi beberapa minggu setelah musim hujan. Periode epidemi yang

terutama berlangsung selama musim hujan dan erat kaitannya dengan kelembaban pada

musim hujan. Hal tersebut menyebabkan peningkatan aktivitas vektor dalam menggigit

karena didukung oleh lingkungan yang baik untuk masa inkubasi.

2. Lingkungan biologis

a. Populasi

Kepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah terjadinya infeksi virus dengue,

karena daerah yang berpenduduk padat akan meningkatkan jumlah insiden kasus DBD

73 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 74: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

tersebut. Dengan semakin banyaknya manusia maka akan semakin besar peluang nyamuk

mengigit, sehingga penyebaran kasusu DBD dapat menyebar dengan cepat dalam suatu

wilayah.

b. Nutrisi

Teori nutrisi mempengaruhi derajat berat ringan penyakit dan ada hubungannya dengan

teori imunologi, bahwa pada gizi yang baik mempengaruhi peningkatan antibodi dan

karena ada reaksi antigen dan antibodi yang cukup baik, maka terjadi infeksi virus

dengue yang berat.

3. Lingkungan Sosial

a. Mobilitas penduduk

Mobilitas penduduk memegang peranan penting pada transmisi penularan infeksi virus

dengue. Salah satu faktor yang mempengaruhi penyebaran epidemi dari Queensland ke

New South Wales pada tahun 1942 adalah perpindahan personil militer dan angkatan

udara, karena jalur transportasi yang dilewati merupakan jalul penyebaran virus dengue

5. Cara transmisi

Demam berdarah ditularkan oleh nyamuk: Aedes aegepti. Nyamuk tersebut mendapat

virus dari orang yang dalam darahnya terdapat virus itu. Orang itu (carrier) tidak harus orang

yang sakit Demam Berdarah. Sebab, orang yang mempunyai kekebalan, tidak tampak sakit atau

bahkan sama sekali tidak sakit, walaupun dalam darahnya terdapat virus dengue. Dengan

demikian orang ini dapat menularkan penyakit kepada orang lain. Virus dengue akan berada

dalam darah manusia selama ± 1 minggu. Orang dewasa biasanya kebal terhadap virus dengue.

74 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 75: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

Tempat-tempat yang mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya penularan demam

berdarah ialah tempat umum (Rumah Sakit, Puskesmas, Sekolah, Hotel/tempat penginapan) yang

kebersihan lingkungannya tidakterjaga, khususnya kebersihan tempat-tempat penampungan air

(bak mandi. WC, dsb).3

Perencanaan penanggulangan KLB jika terjadi KLB7

A. Pengertian

Penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) adalah upaya penanggulangan yang meliputi:

pengobatan/perawatan penderita, pemberantasan vektor penular DBD. penyuluhan kepada

masyarakat dan evaluasi/penilaian penanggulangan yang dilakukan di seluruh wilayah yang

terjadi KLB.

B. Tujuan

Membatasi penularan DBD, sehingga KLB yang terjadi di suatu wilayah tidak meluas ke

wilayah lainnya.

C. Kegiatan

Bila terjadi KLB/wabah, dilakukan penyemprotan insektisida (2 siklus dengan interval I

minggu), PSN DBD. Iarvasidasi, penyuluhan di seluruh wilayah terjangkit, dan kegiatan

penaggulangan lainnya yang diperlukan, seperti: pembentukan posko pengobatan dan posko

penanggulangan, penyelidikan KLB. pengumpulan dan pemeriksaan spesimen serta peningkatan

kegiatan surveilans kasus dan vektor, dan lain-lain.

75 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 76: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

1. Pengobatan/perawatan penderita

Penderita DBD yang berat dirawat di rumah sakit atau puskesmas yang mempunyai fasilitas

perawatan.

2. Pemberantasan vektor

a. Pengasapan (fogging/ ULV)

pelaksana : petugas kesehatan dinas kabupaten/kota. Puskesmas dan tenaga lain yang

telah dilatih

lokasi : meliputi seluruh wilayah terjangkit

sasaran : rumah dan tempat-tempat umum

insektisida : sesuai dengan dosis

alat : mesin fog atau ULV

cara pengasapan/ULV dilaksanakan 2 siklus dengan inerval 1 minggu

b. Pemberantasan sarang nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD)

pelaksana : masyarakat di lingkungan masing-masing

lokasi : meliputi seluruh wilayah terjangkit dan wilayah sekitarnya dan

merupakan satu

kesatuan epidemiologis.

Sasaran : semua tempat potensial bagi perindukan nyamuk; tempat

penampungan air,

barang bekas, lubang pohon/tiang pagar, tempat minum burung dan

sebagainya, di rumah/bangunan dan tempat umum.

76 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 77: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

Cara : melakukan kegiatan 3M plus

c. Larvasidasi

pelaksana : tenaga dari masyarakat dengan bimbingan petugas puskesmas/dinas

kesehata

kabupaten/kota

lokasi : meliputi seluruh wilayah terjangkit

sasaran : tempat penampungan air(TPA) di rumah dan tempat-tempat umum

Larvasida : sesuai dengan dosis

Cara : larvasidasi dilaksanakan di seluruh wilayah KLB

3. Penyuluhan kesehatan masyarakat.

Dinas kesehatan kabupaten/kota bersama puskesmas menyusun rencana kegiatan penyuluhan.

Pelaksanaannya dikoordinasikan oleh Bupati/ Walikota setempat.

Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (PKM) meliputi :

Pertemuan dengan lintas sektor terkait (Departemen Pendidikan Nasional. Departeman Agama,

Pemerintah Daerah Propinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan. Kelurahan/Desa, dan lain-lain)

Penyuluhan melalui media elektronik (seperti: telavisi, radio Pemda/swasta lokal, bioskop),

media cetak (surat kabar, pemasangan spanduk, poster, stiker) dan lain-lain.

77 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 78: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

Penyuluhan dilaksanakan di sekolah (melalui guru UKS), tempat ibadah, tempat pemukiman

(melalui organisasi wanita PKK dan organisasi lainnya), pasar, tempat- tempat umum lainnya.

Penyuluhan melalui Ketua RT/RW (misalnya dengan membagikan leaflet kepada warga).

4. Penilaian penanggulangan kejadian luar biasa (KLB)

Penilaian penanggulangan KLB meliputi :

a. Penilaian Operasional

Penilaian operasional ditujukan untuk mengetahui presentase (coverage) pemberatasan vektor

dari jumlah yang direncanakan. Penilaian ini dilakukan dengan melakukan kunjungan rumah

secara acak dan wilayah-wilayah yang direncanakan untuk pengasapan, larvasidasi dan

penyuluhan. Pada kunjungan tersebut dilakukan wawancara apakah rumah sudah dilakukan

pengasapan, larvasidasi dan pemeriksaan jentik serta penyuluhan.

b. Penilaian Epidemiologi:

Penilaian ini ditujukan untuk mengetahui dampak upaya penanggulangan terhadap jumlah

penderita dan kematian DBD.

Penilaian epidomiologis dilakukan dengan membandingkan data kasus/kematian DBD sebelum

dan sesudah penanggulangan KLB. Data-data tersebut digambarkan dalam grafik per mingguan,

4 mingguan atau bulanan dan dibandingkan pula dengan keadaan tahun sebelumnya pada periode

yang sama.

78 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 79: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

Penutup

Berdasarkan tujuan dari Puskesmas yaitu mendukung tercapainya pembangunan kesehatan

nasional maka Puskesmas memegang peranan penting dalam suksesnya program pemberantasan

penyakit menular (P2M) yang merupakan salah satu Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas.

Pada Program Puskesmas dalam Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue, penting

bagi para petugas puskesmas untuk melakukan pendekatan system dan menbandingkan antara

cakupan dengan target yang telah ditetapkan. Pemberantasan DBD dibandingkan dengan target

variable yang dinilai: jumlah penderita DBD, pemeriksaan jentik berkala, kegiatan penyuluhan

DBD, pemberantasan vector yaitu: kegiatan fogging, abatisasi dan gerakan 3M/ gerakan

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Untuk itu masyarakat harus mempunyai pengetahuan

dan sikap yang baik tentang penyakit DBD dan PSN DBD.

Tujuan dari program penelitian puskesmas ini untuk mengetahui pelaksanaan PSN DBD

sehingga dapat diketahui permasalahan yang ada untuk dapat meningkatkan ABJ dan untuk

menurunkan angka kesakitan DBD

Daftar pustaka

1. Revisi Buku Pedoman Kerja Puskesmas Tim. Puskesmas. Pedoman Kerja Puskesmas.

Jilid I. Jakarta: Departeman Kesehatan RI, 1991.h.G1-80

79 | PBL blok 26 Community Medicine

Page 80: Revitalisasi Program Demam Berdarah Dengue Oleh Puskesmas

2. Keputusan MenKes RI. Kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat. Jakarta: Depkes RI;

2004.h.5,7, 15-8, 20-31

3. Revisi Buku Pedoman Kerja Puskesmas Tim. Kesehatan Lingkungan Pemukiman.

Pedoman Kerja Puskesmas. Jilid 3. Jakarta: Departeman Kesehatan RI, 1991.h.G1-80

4. Departemen Kesehatan RI. Pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue oleh

jumantik. Edisi ke-3 Jakarta. Departemen Kesehatan;2007.hal.7

5. Azwar A. Perencanaan program kesehatan. Pengantar administrasi kesehatan. edisi ke-3.

Jakarta. Binarupa Aksara; 1997.hal 200-06.

6. Departemen Kesehatan RI. Pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue.

Katalog Dalam Terbitan Departemen Kesehatan RI; 2007;3:1-3.

7. Departemen Kesehatan RI. Pencegahan dan pemberantasan demam berdarah dengue di

Indonesia. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. 2005

8. Widoyono. Demam berdarah dengue.Penyakit tropis,epidemiologi,penularan,pencegahan

dan pemberantasan. Jakarta. Erlangga; 2008.h.59

80 | PBL blok 26 Community Medicine