revitalisasi program demam berdarah dengue oleh puskesmas
TRANSCRIPT
REVITALISASI PROGRAM DEMAM BERDARAH DENGUE OLEH PUSKESMAS
OLEH
Camelia seravina Pili
Mahasiswa Program Studi Sarjana Kedokteran
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jakarta 2011
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat
1 | PBL blok 26 Community Medicine
Pendahuluan
Demam berdarah dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan
menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Jumlah kasus yang dilaporkan cenderung
meningkat dan daerah penyebarannya bertambah luas. Kerugian sosial yang terjadi antara lain
karena menimbulkan kepanikan dalam keluarga, kematian anggota keluarga, dan berkurangnya
usia harapan penduduk. Dampak ekonomi langsung pada penderita DBD adalah biaya
pengobatan, sedangkan dampak ekonomi tidak langsung adalah kehilangan waktu kerja, waktu
sekolah dan biaya lain yang dikeluarkan selain untuk pengobatan seperti transportasi dan
akomodasi selama perawatan penderita.
Penyakit DBD sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia yang cenderung meningkat jumlah pasien serta semakin luas penyebarannya. Hal ini
karena masih tersebarnya nyamuk Aedes aegypti (penular penyakit DBD) di seluruh pelosok
tanah air, kecuali pada daerah dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air
laut.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) terutama menyerang anak-anak, namun dalam
beberapa tahun terakhir cenderung semakin banyak dilaporkan kasus DBD pada orang dewasa.
Penyakit ini ditandai dengan panas tinggi mendadak disertai kebocoran plasma dan pendarahan,
dapat mengakibatkan kematian serta menimbulkan wabah.
Untuk memberantas penyakit ini diperlukan pembinaan peran serta masyarakat yang terus
menerus dalam memberantas nyamuk penularnya dengan cara 3 M yaitu : menguras tempat
penampungan air (TPA), menutup TPA dan mengubur/menyingkirkan barang-barang bekas yang
dapat menampung air hujan. Cara pencegahan tersebut juga dikenal dengan istilah PSN
2 | PBL blok 26 Community Medicine
(Pemberantasan Sarang Nyamuk). Upaya memotivasi masyarakat untuk melaksanakan 3M
secara terus menerus telah dan akan dilakukan Pemerintah melalui kerjasama lintas program dan
lintas sektoral termasuk tokoh masyarakat dan swasta. Namun demikian penyakit ini masih terus
endemis dan angka kesakitan cenderung meningkat di berbagai daerah. Oleh karena itu upaya
untuk membatasi angka kematian penyakit ini sangat penting.
1. PUSKESMAS1
a. Pengertian
Suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan
kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan
pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk
kegiatan pokok.
Dengan lain perkataan Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung-jawab atas
pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya.
1. Wilayah Puskesmas
Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor
kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan keadaan infrastruktur lainnya
merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja Puskesmas.
Puskesmas merupakan perangkat pemerintah Daerah Tingkat II sehingga pembagian
wilayah kerja Puskesmas ditetapkan oleh Bupati KDH, dengan saran teknis dari Kepala Kantor
Departemen Kesehatan Kabupaten/Kodya yang telah disetujui oleh Kepala Kantor Wilayah
Departemen Kesehatan Propinsi.
3 | PBL blok 26 Community Medicine
Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30.000 penduduk setiap
Puskesmas.
Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka Puskesmas perlu ditunjang dengan
unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut Puskesmas Pembantu dan
Puskesmas Keliling.
Khusus untuk Kota Besar dengan jumlah penduduk satu juta atau lebih, wilayah kerja
Puskesmas bisa meliputi satu Kelurahan. Puskesmas di ibukota kecamatan dengan jumlah
penduduk150 000 jiwa atau lebih, merupakan "Puskesmas Pembina" yang berfungsisebagai pusat
rujukanbagi Puskesmas kelurahan danjuga mempunyaifungsikoordinasi.
2. Pelayanan Kesehatan Menyeluruh
Pelayanan Kesehatan yang diberikan di Puskesmas ialah pelayanan kesehatan yang
meliputi pelayanan:
- kuratif (pengobatan)
- preventif (upaya pencegahan)
- promotif (peningkatan kesehatan)
- rehabilitatif (pemulihan kesehatan)
yang ditujukan kepada semua penduduk dan tidak dibedakan jenis kelamin dan golongan
umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai tutupusia.
3. Pelayanan Kesehatan Integrasi (terpadu)
4 | PBL blok 26 Community Medicine
Sebelum ada Puskesmas, pelayanan kesehatan di dalam satu Kecamatan terdiri dari Balai
Pengobatan, Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak, Usaha Hygiene Sanitasi Lingkungan,
Pemberantasan Penyakit Menular dan lain sebagainya.
Usaha-usaha tersebut masing-masingbekerja sendiri dan langsung melapor kepada Kepala
Dinas Kesehatan Dati II.
Petugas Balai Pengobatan tidak tahu menahu apa yang terjadi di BKIA, begitu juga
petuga BKIA tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh Petugas Hygiene Sanitasi dan
sebaliknya.
Dengan adanya sistem pelayanan kesehatan melalui Pusat Kesehatan Masyarakat (Puska
mas), maka berbagai kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan bersama di bawah satu koordina
dan satu pimpinan.
4. Upaya kesehatan puskesmas
Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas, yakni terwujudnya
Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan
upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari
sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan
tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni:
1. Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen
nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan
5 | PBL blok 26 Community Medicine
derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap
puskesmas yang ada di wilayah Indonesia.
Upaya kesehatan wajib tersebut adalah:
a) Upaya Promosi Kesehatan
b) Upaya Kesehatan Lingkungan
c) Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
d) Upaya Perbaikan Gizi
e) Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
f) Upaya Pengobatan
2. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan
permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan
kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya
kesehatan pokok puskesmas yang telah ada, yakni:
a) Upaya Kesehatan Sekolah
b) Upaya Kesehatan Olah Raga
c) Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
d) Upaya Kesehatan Kerja
e) Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
f) Upaya Kesehatan Jiwa
g) Upaya Kesehatan Mata
h) Upaya Kesehatan Usia Lanjut
6 | PBL blok 26 Community Medicine
i) Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat bersifat upaya inovasi, yakni upaya lain di
luar upaya puskesmas tersebut di atas yang sesuai dengan kebutuhan. Pengembangan dan
pelaksanaan upaya inovasi ini adalah dalam rangka mempercepat tercapainya visi puskesmas.
Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh puskesmas bersama Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dengan mempertimbangkan masukan dari BPP. Upaya kesehatan
pengembangan dilakukan apabila upaya kesehatan wajib puskesmas telah terlaksana secara
optimal, dalam arti target cakupan serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai. Penetapan
upaya kesehatan pengembangan pilihan puskesmas ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Dalam keadaan tertentu, upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula
ditetapkan sebagai penugasan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.1
5. Azas penyelenggaraan puskesmas
Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan harus
menerapkan azas penyelenggaraan Puskesmas secara terpadu. Azas penyelenggaraan Puskesmas
tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi Puskesmas. Dasar pemikirannya adalah pentingnya
menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi Puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya
Puskesmas, baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan.
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang pertama adalah pertanggungjawaban wilayah.
Dalam arti Puskesmas bertanggungjawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini Puskesmas harus melaksanakan berbagai
kegiatan, antara lain sebagai berikut:
7 | PBL blok 26 Community Medicine
a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan sehingga
berwawasan kesehatan
b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan masyarakat di
wilayah kerjanya
c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan oleh
masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya
d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara merata dan
terjangkau di wilayah kerjanya.
Diselenggarakannya upaya kesehatan strata pertama oleh Puskesmas Pembantu,
Puskesmas Keliling, Bidan di Desa serta berbagai upaya kesehatan di luar gedung Puskesmas
lainnya (outreach activities) pada dasarnya merupakan realisasi dari pelaksanaan azas
pertanggung-jawaban wilayah.2
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang kedua adalah pemberdayaan masyarakat. Dalam
arti Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat, agar berperan aktif
dalam penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas. Untuk ini, berbagai potensi masyarakat perlu
dihimpun melalui pembentukan Badan Penyantun Puskesmas (BPP). Beberapa kegiatan yang
harus dilaksanakan oleh Puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat antara lain:
a. Upaya Kesehatan lbu dan anak: Posyandu, Polindes, Bina Keluarga Balita (BKB)
b. Upaya Pengobatan : Posyandu, Pos Obat Desa (POD),
c. Upaya Perbaikan Gizi: Posyandu, Panti Pemulihan Gizi, Keluarga Sadar Gizi
(Kadarzi)
d. Upaya Kesehatan Sekolah: dokter kecil, penyertaan guru dan orang tua/wali murid,
Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren)
8 | PBL blok 26 Community Medicine
e. Upaya Kesehatan Lingkungan: Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Desa
Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL)
f. Upaya Kesehatan Usia Lanjut: Posyandu Usila, panti wreda
g. Upaya Kesehatan kerja: Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)
h. Upaya Kesehatan Jiwa: Posyandu, Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat
(TPKJM)
i. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional: Taman Obat Keluarga (TOGA),
Pembinaan Pengobat Tradisional (Battra)
j. Upaya Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan (inovatif): dana sehat, Tabungan Ibu
Bersalin (Tabulin), mobilisasi dana keagamaan.6
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang ketiga adalah keterpaduan. Untuk mengatasi
keterbatasan sumberdaya serta diperolehnya hasil yang optimal, penyelenggaraan setiap upaya
Puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin sejak dari tahap perencanaan.
Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan yakni Keterpaduan Lintas Program dan
Keterpaduan Lintas Sektor.6
Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan penyeleng-garaan berbagai
upaya kesehatan yang menjadi tanggung jawab Puskesmas. Contoh keterpaduan lintas
program antara lain:
1) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): keterpaduan KIA dengan P2M, Gizi,
Promosi Kesehatan, Pengobatan,
2) Upaya Kesehatan Sekolah (UKS): keterpaduan kesehatan lingkungan dengan
Promosi Kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan reproduksi remaja dan
kesehatan jiwa
9 | PBL blok 26 Community Medicine
3) Puskesmas Keliling: keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, gizi, promosi
kesehatan, kesehatan gigi
4) Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, Gizi, P2M, kesehatan jiwa, promosi
kesehatan
Keterpaduan lintas sektor adalah upaya memadukan penyelenggaraan upaya
Puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) dengan berbagai program dari sektor terkait
tingkat kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha. Contoh keterpaduan
lintas sektor antara lain:
1) Upaya Kesehatan Sekolah: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, pendidikan, agama
2) Upaya Promosi kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian
3) Upaya Kesehatan ibu dan anak: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK, PLKB
4) Upaya Perbaikan gizi: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala
desa, pertanian, pendidikan, agama, koperasi, dunia usaha, PKK, PLKB
5) Upaya Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan
camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja, koperasi, dunia usaha, organisasi
kemasyarakatan
6) Upaya Kesehatan kerja: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala
desa, tenaga kerja, dunia usaha.2
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang keempat adalah rujukan. Sebagai sarana
pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang dimiliki oleh Puskesmas terbatas.
10 | PBL blok 26 Community Medicine
Padahal Puskesmas berhadapan langsung dengan masyarakat dengan berbagai permasalahan
kesehatannya. Untuk membantu Puskesmas menyelesaikan berbagai masalah kesehatan tersebut
dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas (wajib,
pengembangan dan inovasi) harus ditopang oleh azas rujukan.2
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas kasus penyakit atau
masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal batik, baik secara vertikal dalam arti dari
satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun
secara horizontal dalam arti antar strata sarana pelayanan kesehatan yang sama.
Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas ada dua
macam rujukan yang dikenal yakni Rujukan Upaya Kesehatan Perorangan dan Rujukan Upaya
Kesehatan Masyarakat. Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus penyakit.
Apabila suatu Puskesmas tidak mampu menanggulangi satu kasus penyakit tertentu, maka
Puskesmas tersebut wajib merujuknya ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu (baik
horizontal maupun vertikal). Sebaliknya pasien pasca rawat inap yang hanya memerlukan rawat
jalan sederhana, dirujuk ke Puskesmas. Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas tiga
macam :
1) Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan medik (misal
operasi) dan lain-lain.
2) Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih
lengkap.
3) Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang lebih kompeten
untuk melakukan bimbingan tenaga Puskesmas dan atau pun menyelenggarakan
pelayanan medik di Puskesmas.
11 | PBL blok 26 Community Medicine
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah masalah kesehatan masyarakat,
misalnya kejadian luar biasa, pencemaran lingkungan, dan bencana. Rujukan pelayanan
kesehatan masyarakat juga dilakukan apabila satu Puskesmas tidak mampu menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat wajib dan pengembangan, padahal upaya kesehatan masyarakat
tersebut telah menjadi kebutuhan masyarakat. Apabila suatu Puskesmas tidak mampu
menanggulangi masalah kesehatan masyarakat dan atau tidak mampu menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat, maka Puskesmas wajib merujuknya ke dinas kesehatan kabupaten/kota.
Rujukan upaya kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam :
1) Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan fogging,
peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat audio visual, bantuan
obat, vaksin, bahan-bahan habis pakai dan bahan makanan.
2) Rujukan tenaga, antara lain dukungan tenaga ahli untuk penyidikan kejadian luar
biasa, bantuan penyelesaian masalah hukum kesehatan, penanggulangan gangguan
kesehatan karena bencana alam.
3) Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya kewenangan dan
tanggungjawab penyelesaian masalah kesehatan masyarakat dan atau
penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat (antara lain Usaha Kesehatan
Sekolah, Usaha Kesehatan Kerja, Usaha Kesehatan Jiwa, pemeriksaan contoh air
bersih) kepada Dinas kesehatan kabupaten/kota. Rujukan operasional
diselenggarakan apabila Puskesmas tidak mampu.2
12 | PBL blok 26 Community Medicine
3. Upaya Kesehatan Pokok Puskesmas
a. Penyakit – penyakit menular (P2M)
Demam Berdarah ( Dengue Haemorrhagic Fever )
1. Pengertian
Demam berdarah (Dengue Haemorrhagic Fever = DHF) ialah suatu penyakit menular
yang disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui nyamuk Aedes aegepti. Penyakit ini terutama
menyerang anak-anak dan dapat menyebabkan kematian.3
2. Tanda-tanda dan gejala
a) Harike-1 : (1) Mula-mula timbul panas mendadak (suhu badan 38°
- 40°)
(2) Badan lemah dan lesu
b) Hari ke-2 atau ke-3 : (3) Perut (ulu hati) terasa nyeri
(4) Petechiae (bintik-bintik merah di kulit) pada muka, lengan,
paha, perut atau dada. Kadang-kadang bintik-bintik merah
inihanya sedikit sehingga sering perlu pemeriksaan yang
teliti.Bintik-bintik merah ini mirip dengan bekas gigitan
nyamuk.
Untuk membedakannya ranggangkan kulit: bila hilang, bukan
demam berdarah. Untuk melihat adanya petechiae lakukan
pemeriksaan dengan tourniquet (rumpel leede) test. Test po-
sitif setelah pemeriksaan tourniquet (rumpel leede) keluar
petechiae di tangan.
13 | PBL blok 26 Community Medicine
(5) Kadang-kadang terjadi perdarahan hidung (mimisan),
mulut atau gusi dan muntah darah atau berak darah. Tanda-
tanda dan gejala di atas disebabkan karena pecahnya
pembuluh darah kapiler yang terjadi di semua organ tubuh.
c) Hari ke-4 s/d 7 : (6) Bila keadaan penyakit menjadi parah,
penderitagelisah,berkeringat banyak, ujung-ujung tangan
dankaki dingin (pre shock).
(7) Bila keadaan (pre-shock) ini berlanjut, maka
penderita dapat mengalami shock (lemah tak berdaya,
denyut nadi cepat atau sukar diraba), atau disebut dengan
Dengue shock Syndrome (DSS), dan bila tidaksegera
ditolong dapat meninggal.
Keadaan pre-shock dan shock ini disebabkan oleh adanya
gangguan pada pembuluh darah kapiler yangmengakibatkan
merembesnya plasma darah keluar dari pembuluh darah.
Selain itu juga oleh karena adanya perdarahan.3
d) Pemeriksaan laboratorium :
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan :
(1 ) Thrombocytopenia (100.000/mm3 atau kurang). Biasanya baru terjadi pada hari
ke-3 atau ke-4. Dalam praktek untuk pasien-pasien luar, perhitungan kwalitatif dari
sediaan darah perifer dapat dilakukan. Pada orang normal 4 - 1 0 thrombocyt/LP
14 | PBL blok 26 Community Medicine
(dengan rata-rata 10/LP) menunjukkan jumlah thrombocyt yang cukup. Rata-rata
kurang dari 2-3/LP dianggap rendah (kurang dari 100.000).
(2) Hemo konsentrasi
Hmt meningkat 20% atau lebih dari nilai sebelumnya. Biasanya terjadi pada hari ke
3 atau 4. Contoh:
Hmt waktu datang pertama kali = 30% , Hmt pada pemeriksaan berikutnya = 38
% , Nilai Hmt meningkat = 38 - 30 x 100% = 26%
Bila tidak tersedia alat haematokrit/centrifuge dapat digunakan perhitungan Hmt
ini dengan hemoglobinometer Sahli.3
3. Diagnosa
Adanya 2 atau 3 kriteria klinik yang pertama disertai adanya thrombocytopenia sudah
cukup untuk menegakkan diagnosa Demam Berdarah secara klinik. Bila kriteria tersebut
belum/tidak dipenuhi disebut sebagai suspect Demam Berdarah. Diagnosa pasti dilakukan
dengan pemeriksaan serologis spesimen akut dan konvalescen.3
4. Akibat Infeksi Virus Dengue
Seseorang yang digigit nyamuk Aedes aegepti yang infektif (mengandung virus dengue)
dapat berakibat sebagai berikut:
a) Tidak sakit (karena kebal)
b) Demam ringan yang sulit dibedakan dengan penyakit infeksi lain (Fever Unknown Origin
= FUO)
c) Demam dengue (demam lima hari = Dengue Fever = DF)
d) Demam berdarah (DB) ->DSS -> meninggal.3
15 | PBL blok 26 Community Medicine
5. Pemberantasan vektor
Tujuan pemberantasan demam berdarah dengue adalah penurunan angka kematian (Case
Fatality Rate) dan insidens demam berdarah dengue serendah mungkin.
Selain itu juga membatasi penyerbar-luasan penyakit
1) Pengamatan Epidemiologi dan tindakan Pemberantasan
a) Surveillance epidemiologi
(1) Tujuan:
- Deteksi secara dini adanya "out break" atau kasus-kasus yang endemis, sehingga
dapat dilakukan usaha penanggulangan secepatnya.
- Mengetahui faktor-faktor terpenting yang menyebabkan atau membantu adanya
penularan-penularan atau wabah.
(2) Daerah pelaksanaan:
- Surveillance tidak hanya dilaksanakan di desa-desa dimana sudah pernah terdapat
penderita/penularan DHF saja, tetapi harus dilaksanakan juga di daerah-daerah yang
receptive, yaitu daerah-daerah dimana diketahui terdapat Aedes aegepti saja sudah
cukup untuk dinyatakan receptive.
(3) Pelaksanaan:
- Penemuan penderita.
- Untuk hal ini perlu ditentukan kriteria yang Standard guna diagnosa klinis dan
konfirmasi laboratorium dari DHF.
- Pelaporan penderita.
16 | PBL blok 26 Community Medicine
- Penderita yang telah ditemukan di Puskesmas/Puskesmas Pembantu perlu
dilaporkan kepada unit-unit surveillance epidemiologi.
- Penelitian KLB / wabah.
Didalam pembatasan penyakit sering dipakai istilah wabah dan kejadian luar biasa (KLB)
yang artinya sebagai berikut:
1) Wabah
Wabah adalah suatu peningkatan kejadian kesakitan/kematian yang telah meluas secara
cepat baik jumlah kasus maupun luas daerah terjangkit.
2) Kejadian Luar Biasa
a) KLB adalah:
Timbulnya suatu kejadian kesakitan/kematian dan atau meningkatnya suatu kejadian
kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu kelompok pen-
duduk dalam kurun waktu tertentu.
b) Kriteria KLB (kriteria kerja) antara lain:
(1) Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal di
suatu daerah.
(2) Adanya peningkatan kejadian kesakitan/kematian yang dua kali atau lebih diban-
dingkan dengan jumlah kesakitan/kematian yang biasa terjadi pada kurun waktu
sebelumnya (jam, hari, minggu) tergantung dari jenis penyakitnya.
(3) Adanya peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 kurun waktu
(jam, hari, minggu) berturut-turut menurut jenis penyakitnya.
Bila dicurigai adanya wabah perlu dilakukan penelitian di lapangan, maksudnya ialah:
17 | PBL blok 26 Community Medicine
= Untuk mengetahui adanya penderita-penderita lain atau penderita-penderita
tersangka DHF yang perlu dikonfirmasi laboratorium. = Menentukan luas daerah
yang terkena dan luas daerah yang perlu ditanggulangi.
= Penilaian sumber-sumber (inventory) mengenai keadaan umum setempat, mengenai
fasilitas dan faktor-faktor yang berperanan penting pada timbulnya wabah.
= Setiap kasus demam berdarah/tersangka demam berdarah perlu dilakukan kunjungan
rumah oleh petugas Puskesmas untuk penyuluhan dan pemeriksaan jentik di rumah
kasus tersebut dan 20 rumah di sekelilingnya. Bila terdapat jentik, masyarakat
diminta melakukan pemberantasan sarang nyamuk (Pada umumnya
Penyemprotan/fogging, dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Dati II. Prioritas
fogging adalah pada areal dengan kasus-kasus demam berdarah yang
mengelompok, dan yang meninggal).4
b) Surveillance Vektor
Untuk tingkat Puskesmas kegiatannya membantu Tim dari Dati II atau Dati I dalam
pelaksanaan surveillance vektor ini.
Perlindungan perseorangan:
Memberikan anjuran untuk mencegah gigitan nyamuk Aedes aegypti yaitu dengan
meniadakan sarang nyamuknya di dalam rumah. Yaitu dengan melakukan penyemprotan
dengan obat anti serangga yang dapat dibeli di toko-toko seperti baygon, raid dan lain-lain.
(1) Pemberantasan vektor jangka panjang (pencegahan)
- Satu cara pokok untuk pemberantasan vektor jangka panjang ialah usaha peniadaan
sarang nyamuk,
- Vas bunga dikosongkan tiap minggu.
18 | PBL blok 26 Community Medicine
- Menguras bak mandi seminggu sekali yaitu dengan menggosok dinding bagian dalam
dari bak mandi tersebut.
- Tempat-tempat persediaan air agar dikosongkan lebih dahulu sebelum diisi kembali.
Maksudnya agar larva-larva dapat disingkirkan.
(2) Dalam usaha jangka panjang untuk daerah dengan vektor tinggi dan riwayat wabahDHF
maka kegiatan Puskesmas lebih lanjut yaitu:
- Abatesasi untuk membunuh larva dan nyamuk
- Fogging dengan malathion atau fonitrothion.
(3) Pemberantasan vektor dalam keadaan wabah.Kegiatan Puskesmas adalah membantu :
(a) Tim Propinsi/Dati II untuk survai larva dan nyamuk.
(b) Membantu penyiapan rumah penduduk untuk di-fogging.2
Sistem
Definisi :
Gabungan dari elemen-elemen yang slaing berhubungan oleh suatu proses atau suatu
struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi salam upaya menghasilkan
sesuatu yang telah ditetapkan. (Ryans)
Suatu struktur konseptual yang terdiri dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan yang
bekerja sebagai suatu uni organik untuk mencapai keluaran yang diinginkan secara
efektif dan efisien. (John McManama)
19 | PBL blok 26 Community Medicine
Sistem adalah kumpulan dari bagian-bagian yang berhubungan dan membentuk satu
kesatuan yang majemuk, dimana masing-masing bagian bekerja sama secara bebas dan
terkait untuk mencapai sasaran kesatuan dalam suatu situasi yang majemuk pula.
Sistem adalah suatu kesatuan yang utuh dan terpadu dari berbagaielemen yang
berhubungan serta saling mempengaruhi yang dengan sadar dipersiapkan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Pendekatan Sistem
Definisi :
Penterapan suatu prosedur yang logis dan rasional dalam merancang suatu rangkaian
komponen-komponen yang berhubugan sehingga dapat berfungsi sebagai suatu kesatuan
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (L. James Harvey)
Suatu strategi yang menggunakan metoda analisa, design, dsan manajemen untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
Penerapan dari cara berpikir yang sistematis dan logis dalam membahasan dan mencari
pemecahan dari suatu masalah atau keadaan yang dihadapi.5
20 | PBL blok 26 Community Medicine
Unsur-unsur Sistem
1. Masukan (input)
Kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam system dan terdiri dari untur
tenaga (man), dana (money), sarana (material), dan metoda (method) yang merupakan
variable dalam melaksanakan evaluasi program pemberantasan Demam Berdarah
Dengue.
2. Proses (process)
Kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam system dan terdiri dari unsure
perencanaan (planning), organisasi (organization), pelaksanaan (activities), dan
pengawasan (controlling) yang merupakan variable dalam melaksanakan evaluasi
program Demam Berdarah Dengue
3. Keluaran (output)
Kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam
system dari kegiatan pemberantasan DBD
4. Dampak (impact)
21 | PBL blok 26 Community Medicine
Akibat yang ditimbulkan oleh keluaran dalam pemberantasan DBD
5. Umpan Balik (feed back)
Kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari system dan sekaligus
sebagai masukan dalam program pemberantasan DBD
6. Lingkungan (environment)
Dunia luar yang tidak dikelola oleh system tetapi mempunyai pengaruh terhadap
system.5
Tolak ukur keberhasilan:
Terdiri dari variable masukan, proses, keluaran, umpan balik, lingkungan dan dampak.
Digunakan sebagai pembanding atau target yang harus dicapai dalam program pemberantasan
DBD.
1. MASUKAN
Tenaga
Dokter
Kooedinator P2M dan PKM
Petugas Laboratorium
Petugas Administrasi
Kader aktif
Jumantik
Dana
Dana untuk pelaksanaan program dapat diperoleh di:
22 | PBL blok 26 Community Medicine
1. APBD : sebagai contoh, APBD menyediakan anggaran
untuk pengawasan dan monitoring, sarana diagnosis, bahan cetakan,
kegiatan pemecahan masalah di kotamadya.
2. Swadaya Masyarakat : contoh, menyediakan anggaran untuk operasional,
pemeliharaan, pelaksanaan, pencegahan dan penanggulangan DBD
Sarana
Medis
Meliputi hal-hal dibawah ini :
a. Poliklinik set : stetoskop, timbangaan BB, thermometer,
tensimeter, senter
b. Alat pemeriksaan hematokrit
c. Alat penyuluhan kesehatan masyarakat
d. Formulir laporan Standart Operasional dan KDRS (kasus DBD di
Rumah Sakit)
e. Obat-obatan simptomatis untuk DBD (analgetik dan antipiretik)
f. Buku petunjuk program DBD
g. Bagan penatalaksanaan kasuk DBD
h. Larvasida
Non-Medis
Meliputi hal-hal dibawah ini :
a. Gedung puskesmas
b. Ruang tunggu
c. Tuang administrasi
23 | PBL blok 26 Community Medicine
d. Ruang periksa
e. Ruang tindakan
f. Laboratorium
g. Apotik
h. Perlengkapan administrasi
i. Formulir laporan
Metode
Terdapat metode untuk:
1. Penemuan penderita tersangka DBD
Kasus dilihat dari jumlah suspe DBD yang dating ke puskesmas
2. Rujukan penderita DBD
Bila terdapat tanda-tanda penyakit DBD, seperti mendadak panas tinggi 2-
7hari, tampak lemah dan lesu, suhu badan antara 38OC sampai 40OC atau
lebih, tampak bintik-bintik merah pada kulit dan jika kulit direnggangkan
bintik merah itu tidak hilang, kadang-kadang ada perdarahan hidung,
mungkin terjadi muntah darah atau BAB darah, tes Torniquet positif.
3. Penyuluhan Kesehatan pada Penyuluhan masyarakat meliputi :
a. Penyuluhan Perorangan : terhadap individu yang berobat melalui
konseling
b. Penyuluhan Kelompok : Melalui diskusi, ceramah, penyuluhan
melalui poster.
4. Surveilan kasus DBD
24 | PBL blok 26 Community Medicine
Angka Bebas Jentik : presentasi rumah yang bebas jentik disbanding
dengan jumlah rumah yang diperiksa
5. Surveilans vector
Pengamatan Jentik Berkala : presentasi jumlah rumah yang diperiksa
jentik dibanding dengan jumlah rumah yang diperiksa
6. Pemberantasan vector
a. Abatisasi : pemberian bubuk abate pada tempat penampungan
air yang tidak bias dikuras
b. Kegiatan 3 M : dengan Badan Gerakan 3M yang perwujudannya
melalui Jumat bersih selama 30 menit setiap satu minggu sekali.
Dilakukan dengan pengawasan kader. Menguras, menutup, dan
mengubur tempat pertumbuhan jentik.
c. Fogging focus
7. Pencatatan dan Pelaporan
2. PROSES
Perencanaan
Ada perencanaan tertulis mengenai:
Penemuan penderita tersangka DBD : dilihat dari jumlah pasien
suspect DBD yang datang ke puskesmas
Rujukan penderita DBD : Bila terdapat tanda-tanda penyakit DBD,
seperti mendadak panas tinggi 2-7hari, tampak lemah dan lesu, suhu
badan antara 38OC sampai 40OC atau lebih, tampak bintik-bintik merah
pada kulit dan jika kulit direnggangkan bintik merah itu tidak hilang,
25 | PBL blok 26 Community Medicine
kadang-kadang ada perdarahan hidung, mungkin terjadi muntah darah
atau BAB darah, tes Torniquet positif.
Penyuluhan Kesehatan : Perorangan dan Kelompok
Surveilans kasus DBD : hasil Angka Bebas Jentik
Surveilans vector : melalui Pengamatan Jentik Berkala
Pemberantasan vector : Melalui program Abatisasi, kegiatan 3M, dan
Fogging focus
Pencatatan dan Pelaporan
Pengorganisasian
Terdapat strukur organisasi tertulis dan pemberian tugas yang jelas dalam
melaksanakan tugasnya.
Pelaksanaan
1. Penemuan penderita tersangka DBD
Kasus dilihat dar jumlah suspect DBD yang datang ke puskesmas
2. Rujukan penderita DBD
Bila terdapat tanda-tanda penyakit DBD, seperti mendadak panas tinggi 2-
7hari, tampak lemah dan lesu, suhu badan antara 38OC sampai 40OC atau
lebih, tampak bintik-bintik merah pada kulit dan jika kulit direnggangkan
bintik merah itu tidak hilang, kadang-kadang ada perdarahan hidung,
mungkin terjadi muntah darah atau BAB darah, tes Torniquet positif.
3. Penyuluhan Kesehatan : Perorangan dan Kelompok
4. Surveilans kasus DBD : hasil Angka Bebas Jentik (berapa kali per tahun)
26 | PBL blok 26 Community Medicine
5. Surveilans vector : melalui Pengamatan Jentik Berkala (berapa kali per
tahun)
6. Pemberantasan vector : Melalui program Abatisasi, kegiatan 3M, dan
Fogging focus
7. Pencatatan dan Pelaporan : ada tidaknya terjadi wabah
a. Cara memberantas nyamuk dewasa6
Fogging (pengasapan). Nyamuk Aedes aegypti dapat diberantas dengan fogging
(pengasapan) racun serangga, termasuk racun serangga yang dipergunakan sehari-hari di rumah
tangga. Melakukan pengasapan saja tidak cukup, karena dengan pengasapan itu yang mati hanya
nyamuk (dewasa) saja. Selama jentiknya tidak dibasmi, setiap hari akan muncul nyamuk yang
baru menetas dari tempat perkembang biakannya Karena itu cara yang tepat adalah memberantas
jentiknya yang dikenal dengan istilah PSN DBD yaitu singkatan dari Pemberantasan Sarang
Nyamuk Demam Berdarah Dengue.
Fogging tertutup adlah pada saat fogging dilakukan semua pintu dan jendela ditutup rapat –
rapat. Dilakukan sekitar jam 7.00 – 10.00 dan jam 15.00 – 18.00. Fogging terbuka adalah pada
saat fogging / pengasapan dilakukan semua pintu dan jendeladibuka lebar - lebar. Dilakukan
sekitar jam 7.00 – 10.00 dan jam 15.00 – 18.00. Fogging fokus adalah fogging yang dilakukan
dititik fokus dan sekitarnya dengan jarak radius 100 m atau ± 20 rumah sekitarnya. Dilakukan
dua siklus dengan jarak seminggu, diikuti abatisasi. Fogging fokus dilakukan setelah
penyelidikan epidemiologi positif.
Syarat PE /penyelidikan epidemiologi ( + ):
1. Dalam radius 100 m dari rumah penderita DBD ada 2 kasus DBD lainnya
27 | PBL blok 26 Community Medicine
2. Dalam radius 100 m dari rumah penderita DBD ditemukan ada kasus demam tanpa
sebab jelas
3. Dalam radius 100 m dari rumah penderita DBD ditemukan 1 kasus meninggal karena
sakit DBD
b. Cara memberantas jentik Aedes aegypti
i)PSN DBD dilakukan dengan cara 3M, yaitu:
1. Menguras tempat-tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali.
2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air
3. Menguburkan, mengumpulkan, memanfaatkan, atau menyingkirkan barang-barang
bekas yang dapat menampung air hujan seperti kaleng bekas, plastik bekas, dan lain-
lain.
Selain itu ditambah dengan cara lainnya (yang dikenal dengan istilah 3M plus), seperti:
1. Ganti air vas bunga, minuman burung dan tempat-tempat lainnya seminggu sekali
2. Perbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak
3. Tutup lubang-lubang pada potongan bambu, pohon dan lain-lain misalnya dengan tanah
4. Bersihkan/keringkan tempat-tempat yang dapat menapung air seperti pelepah pisang atau
tanaman lainnya termasuk tempat- tempat lain yang dapat menampung air hujan di
pekaranga, kebun, pemakaman, rumah-rumah kosong, dan lain-lain.
5. Lakukan larvasidasi, yaitu membubuhkan bubuk pembunuh jentik (Abate 1 G, Altosid 1,3
G dan Sumilarv 0,5 G (DBD)) di tempat- tempat yang sulit dikuras atau di daerah yang sulit
air
28 | PBL blok 26 Community Medicine
6. Pelihara ikan pemakan jentik nyamuk
7. Pasang kawat kasa di rumah
8. Pencahayaan dan ventilasi memadai
9. Jangan biasakan menggantung pakaian dalam rumah
10. Tidur menggunakan kelambu, dan
11. Gunakan obat nyamuk (bakar, gosok) dan lain-lain untuk mencegah gigitan nyamuk.
Perlindungan perseorangan:7
Memberikan anjuran untuk mencegah gigitan nyamuk Aedes aegypti yaitu dengan
meniadakan sarang nyamuknya di dalam rumah. Yaitu dengan melakukan penyemprotan
dengan obat anti serangga yang dapat dibeli di toko-toko seperti baygon, raid dan lain lain.
1. Pemberantasan vektor jangka panjang (pencegahan)
Satu cara pokok untuk pemberantasan vektor jangka panjang ialah usaha peniadaan sarang
nyamuk, vas bunga dikosongkan tiap minggu, menguras bak mandi seminggu sekali yaitu
dengan menggosok dinding bagian dalam dari bak mandi tersebut, tempat-tempat
persediaan air agar dikosongkan lebih dahulu sebelum diisi kembali. Maksudnya agar
larva-larva dapat disingkirkan.Dalam usaha jangka panjang untuk daerah dengan vektor
tinggi dan riwayat wabah DBD maka kegiatan Puskesmas lebih lanjut yaitu: 1) Abatesasi
untuk membunuh larva dan nyamuk, dan 2) Fogging dengan malathion atau fonitrothion.
2. Pemberantasan vektor dalam keadaan wabah. Kegiatan Puskesmas adalah membantu : a)
Tim Propinsi/Dati II untuk survai larva dan nyamuk, b) Membantu penyiapan rumah
penduduk untuk di-fogging.
29 | PBL blok 26 Community Medicine
ii) Larvasidasi. Larvasidasi adalah menaburkan bubuk pembunuh jentik ke dalam tempat-
tempat penampungan air. Bila menggunakan Abate disebut Abatisasi. Cara melakukan
larvasidasi:
1) Menggunakan bubuk Abate 1 G (bahan aktif: Temephos 1%) – Takaran penggunaan
bubuk Abate 1 G adalah sebagai berikut: Untuk 100 liter cukup dengan 10 gram bubuk Abate
1 G dan seterusnya. Bila tidak ada alat untuk menakar, gunakan sendok makan, satu sendok
makan peres (yang diratakan di atasnya) berisi 10 gram Abate 1 G. Selanjutnya tinggal
membagikan atau menambahkannya sesuai dengan banyaknya air yang akan diabatisasi.
Takaran tidak perlu tepat betul.
2) Menggunakan Altosid 1,3 G (bahan aktif: Metopren 1,3%) – Takaran penggunaan
Altosid 1,3 G adalah sebagai berikut: Untuk 100 liter air cukup dengan 2,5 gram bubuk
Altosid 1,3 G atau 5 gram untuk 200 liter air. Gunakan takaran khusus yang sudah tersedia
dalam setiap kantong Altosid 1,3 G. Bila tidak ada - alat penakar, gunakan sendok teh, satu
sendok teh peres (yang diratakan atasnya) berisi 5 gram Altosid 1,3 G. Selanjutnya tinggal
membagikan atau menambahkannya sesuai dengan banyaknya air. Takaran tidak perlu tepat
betul.
3) Menggunakan Sumilarv 0,5 G (DBD) (bahan aktif:piriproksifen 0,5%) – Takaran
penggunaan Sumilarv 0,5 G (DBD) adalah sebagai berikut: Untuk 100 liter air cukup dengan
0,25 gram bubuk Sumilarv 0,5 G (DBD) atau 0.5 gram untuk 200 liter air. Gunakan takaran
khusus yang tersedia (sendok kecil ukuran kurang lebih 0,5 gram). Takaran tidak perlu tepat
betul.
30 | PBL blok 26 Community Medicine
Penyuluhan dan penggerakan masyarakat untuk PSN (pemberantasan sarang nyamuk).
Penyuluhan/informasi tentang demam berdarah dan pencegahannya dilakukan melalui jalur-
jalur informasi yang ada:7
1. Penyuluhan kelompok: PKK, organisasi sosial masyarakat lain, kelompok agama, guru, murid
sekolah, pengelola tempat umum/instansi, dll.
2. Penyuluhan perorangan:
(1) Kepada ibu-ibu pengunjung Posyandu
(2) Kepada penderita/keluarganya di Puskesmas
(3) Kunjungan rumah oleh Kader/petugas Puskesmas
3. Penyuluhan melalui media massa: TV, radio, dll (oleh Dinas Kesehatan Tk. II, I dan pusat).
Menggerakkan masyarakat untuk PSN penting terutama sebelum musim penularan (musim
hujan) yang pelaksanaannya dikoordinasikan oleh kepala Wilayah setempat. Kegiatan PSN
oleh masyarakat ini seyogyanya diintegrasikan ke dalam kegiatan di wilayah dalam rangka
program Kebersihan dan Keindahan Kota. Di tingkat Puskesmas, usaha/kegiatan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) demam berdarah ini seyogyanya diintegrasikan dalam
program Sanitasi Lingkungan.7
Cara MelakukanPenyuluhan Kelompok
a. Penyuluhan kelompok dapat dilaksanakan di kelompok Dasawisma, pertemuan arisan atau
pada pertemuan Warga RT/RW, pertemuan dalam kegiatan keagamaan atau pengajian, dan
sebagainya.
b. Langkah-langkah dalam melakukan penyuluhan kelompok:1
31 | PBL blok 26 Community Medicine
- Usahakan agar setiap peserta pertemuan dapat duduk dalam posisi saling bertatap muka
satu sama lain. Misalnya berbentuk huruf U, O atau setengah lingkaran.
- Mulailah dengan memperkenakan diri dan perkenalan semua peserta
- Kemudian disampaikan pentingnya membicarakan demam berdarah dengue, antara lain
bahayanya, dapat menyerang sewaktu-waktu pada semua umur terutama anak-anak.
- Jelaskan materi yang telah disiapkan sebelumnya secara singkat dengan menggunakan
gambar-gambar atau alat peraga misalnya lembar balik (flipchart) atau leaflet/poster
- Setelah itu beri kesempatan kepada peserta untuk berbicara atau mengajukan pertanyaan
tentang materi yang dibahas
Pada akhir penyuluhan, ajukan beberapa pertanyaan untuk mengetahui sejauh mana materi yang
disampaikan telah dipahami.6
Pelaporan penderita dan pelaporan kegiatan
a) Sesuai dengan ketentuan/sistim pelaporan yang berlaku, pelaporan penderita
demam berdarah dengue menggunakan formulir :
(1) W1/laporan KLB (wabah)
(2) W2/laporan mingguan wabah
(3) SP2TP: LB 1/laporan bulanan data kesakitan, LB 2/laporan bulanan data kematian.
Sedangkan untuk pelaporan kegiatan menggunakan formulir LB3/laporan bulanan kegiatan
Puskesmas (SP2TP).
b) Penderita demam berdarah/suspect demam berdarah perlu diambil specimen darahnya (akut
dan konvalesens) untuk pemeriksaan serologis. Specimen dikirim bersama-sama ke Balai
Laboratorium Kesehatan (BLK) melalui Dinas Kesehatan Dati II setempat.
32 | PBL blok 26 Community Medicine
Kriteria KLB
Untuk menentukan KLB, kita harus mengetahui terlebih dahulu mengenai klasifikasi daerah
(kelurahan) endemis DBD :
- Desa rawan I (endemis) yaitu desa yang dalam 3 tahun terakhir selalu ada kasus DBD
- Desa rawan II (sporadic) yaitu desa yang dalam 3 tahun terakhir ada kasus DBD
- Desa rawan III (potensial) yaitu dalam 3 tahun tidak ada kasus, tetapi berpenduduk padat,
transportasi rawan, dan ditemukan jentik >5%
- Desa bebas yaitu desa yang tidak pernah ada kasus
Pada penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), kasus penyakit tesebut dapat dinyatakan KLB
apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Terjadi peningkatan kasus di desa/kelurahan 2 (dua) kali atau lebih dalam satu minggu
dibandung minggu sebelumnya berdasarkan common sense.
2. Bila dalam kurun waktu 3 (tiga) minggu berturut - turut cenderung terjadi peningkatan kasus
secara epidemiologis bermakna.
3. Satuan epidemiologis KLB adalah desa/kelurahan.
Dalam ukuran tertentu, ledakan jumlah penderita di suatu wilayah dibandingkan dengan jumlah
kejadian di tempat yang sama pada kurun waktu yang sama tahun sebelumnya, di Indonesia
kejadian itu disebut sebagai Kejadian Luar Biasa. Departemen Kesehatan mendefinisikan
Kejadian Luar Biasa sebagai berikut:
33 | PBL blok 26 Community Medicine
"Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah suatu kejadian kesakitan/kematian dan atau meningkatnya
suatu kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu kelompok
penduduk dalam kurun waktu tertentu."
Pengawasan dan Pengendalian
Melalui pencatatan dan pelaporan yang dilakukan
Bulanan
Triwulanan
Tahunan
3. KELUARAN
Penemuan penderita tersangka DBD : dilihat dari jumlah pasien suspect DBD
yang datang ke puskesmas
Contoh : 128 orang/tahun
Rujukan penderita DBD : Bila terdapat tanda-tanda penyakit DBD, seperti
mendadak panas tinggi 2-7hari, tampak lemah dan lesu, suhu badan antara 38OC
sampai 40OC atau lebih, tampak bintik-bintik merah pada kulit dan jika kulit
direnggangkan bintik merah itu tidak hilang, kadang-kadang ada perdarahan
hidung, mungkin terjadi muntah darah atau BAB darah, tes Torniquet positif.
Contoh : dilakukan rujukan 100% kasus
Penyuluhan dan penggerakkan masyarakat untuk PSN (pemberantasan sarang
nyamuk)
Penyuluhan/informasi tentang demam berdarah dan pencegahannya dilakukan
melalui jalur-jalur informasi yang ada:
34 | PBL blok 26 Community Medicine
a. Penyuluhan Kelompok:
PKK, Organisaasi social masyarakat lain, kelompok agama, guru, murid
sekolah, pengelola tempat umum/instansi, dll.
b. Penyuluhan Perorangan
Kepada ibu-ibu pengunjung posyandu
Kepada penderita/keluarganya di puskesmas
Kunjungan rumah oleh kader/ petugas puskesmas
c. Penyuluhan melalui media massa : TV, radio, dll .
Surveilans kasus DBD : hasil Angka Bebas Jentik
Survei jentik dilakukan dengan cara melihat atau memeriksa semua tempat
atau bejana yang dapat menjadi tempat berkembangbiakan nyamuk Aedes
aegypti dengan mata telanjang untuk mengetahui ada tidaknya jentik,yaitu
dengan cara visual. Cara ini cukup dilakukan dengan melihat ada tidaknya
jentik disetiap tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya. Ukuran-
ukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan jentik Aedes aegypti adalah:
House Indeks (HI), yaitu persentase rumah yang terjangkit larva dan
atau pupa. HI = Jumlah Rumah Yang Terdapat Jentik x 100%
Container Indeks (CI), yaitu persentase container yang terjangkit larva
atau pupa. CI = Jumlah Container Yang Terdapat Jentik x 100%
Breteau Indeks (BI), yaitu jumlah container yang positif per-100
rumah yang diperiksa. BI = Jumlah Container Yang Terdapat Jentik x
100 rumah
35 | PBL blok 26 Community Medicine
Dari ukuran di atas dapat diketahui persentase Angka
Bebas Jentik (ABJ), yaitu jumlah rumah yang tidak
ditemukan jentik per jumlah rumah yang diperiksa.
ABJ = Jumlah Rumah Yang Tidak Ditemukan Jentik x 100%
Jumlah Rumah Yang Diperiksa
o Merupakan salah satu indicator keberhasilan program
pemberantasan vector penular DBD. Angka Bebas Jentik sebagai
tolak ukur upaya pemberantasan vector melalui gerakan PSN-3M
menunjukan tingkat partisipasi masyarakat dalam mencegah DBD.
Rata-rata ABJ yang dibawah 95% menjelaskan bahwa partisipasi
masyarakat dalam mencegah DBD di lingkunagnnya masing-
masing belum optimal.
o Contoh : 3x/ tahun dengan cakupan ABJ 96,07%
Surveilans vector : melalui Pengamatan Jentik Berkala
Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) merupakan bentuk evaluasi hasil kegiatan yang
dilakukan tiap 3 bulan sekali disetiap desa/kelurahan endemis pada 100
rumah/bangunan yang dipilih secara acak (random sampling). Angka Bebas
Jentik dan House Indeks lebih menggambarkan luasnya penyebaran nyamuk
disuatu wilayah.
Pemberantasan vector :
Perlindungan perseorangan, yaitu memberikan anjuran untuk mencegah gigitan
nyamuk Aedes aegypti yaitu dengan meniadakan sarang nyamuknya di dalam
36 | PBL blok 26 Community Medicine
rumah. Yaitu dengan melakukan penyemprotan dengan obat anti serangga yang
dapat dibeli di took-toko seperti baygon, dll.5-7
a. Menggunakan insektisida
Abatisasi : adalah menaburkan bubuk abate ke dalam penampung air
untuk membunuh larva dan nyamuk. Cara melakukan abatisasi : untuk 10
liter air cukup dengan 1 gram bubuk abate. Bila tidak ada alat untuk
menakar gunakan sendok makan. Satu sendo makan peres ( diratakan
atasnya) berisi 10 gram abate, selanjutnya tinggal membagi atau
menambah sesuai jumlah air.dalam takaran yang dianjurkan seperti di
atas, aman bagi manusia dan tidak akan menimbulkan keracunan.
Penaburan abate perlu di ulang selama 3 bulan.7
Fogging dengan malathion atau fonitrothion. Melakukan pengasapan saja
tidak cukup, karena penyemprotan hanya mematikan nyamuk dewasa.
b. Tanpa insektisida
Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan melaksanakan penyuluhan
3M:
o Menguras tempat-tempat penampungan air sekurang-kurangnya
seminggu sekali
o Menutup rapat-rapat tempat penampungan air
o Menguburkan, mengumpulkan, memanfaatkan atau
menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air
hujan seperti kaleng bekas, plastic bekas dan lain-lain.
37 | PBL blok 26 Community Medicine
Selain itu ditambah dengan cara yang dikenal dengan istilah 3M Plus,
seperti :
Ganti air vas bunga, minuman burung dan tempat-tempat lain
seminggu sekali
Perbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar
Tutup lubang-lubang pada potongan bamboo, pohon dan lain-
lain, misalnya dengan tanah.
Bersihkan/keringkan tempat-tempat yang dapat menampung air
seperti pelepah pisang atau tanaman lainnya termasuk tempat-
tempat lain yang dapat menampung air hujan di pekarangan,
kebun, pemakaman, rumah kosong, dan lain-lain.
Pemeliharaan ikan pemakan jentik nyamuk
Pasang kawat kasa di rumah
Pencahayaan dan ventilasi memadai
Jangan biarkan menggantuk pakian di rumah
Tidur menggunakan kelambu
Gunakan obat nyamuk untuk mencegah gigtan nyamuk.
Pencatatan dan Pelaporan: kalau seandainya terjadi wabah
a. Sesuai dengan ketentuan/sistim pelaporan yang berlaku, pelaporan penderita
demam berdarah dengue menggunakan formulir:
W 1/ laporan KLB (wabah)
W 2/ laporan mingguan wabah
38 | PBL blok 26 Community Medicine
SP2TP : LB 1 / laporan bulanan data kesakitan
LB 2 /laporan bulanan data kematian
Sedangkan untuk pelaporan kegiatan menggunakan formulir LB3 / Laporan
bulanan kegiatan Puskesmas (SP2TP)
b. Penderita demam berdarah / suspect demam berdarah perlu diambil specimen
darahnya (akut ataupun konvalesens) untuk pemeriksaan serologis. Specimen
dikirim bersama-sama de Balai Laboratorium Kesehatan (BLK) melalui Dinas
KEsehatan Dati II setempat.7
2. LINGKUNGAN
Lingkungan Fisik:
Jarak dengan pemukiman penduduk (dekat/jauh)
Transportasi (mudah/sukar)
Jarak dengan fasilitas umum
Lingkungan Non-Fisik
1. Mata Pencaharian penduduk (terbanyak)
2. Tingkat pendidikan
3. UMPAN BALIK
Adanya pencatatan dan Pelaporan
Sesuai dengan waktu yang ditetapkan
Masukan dalam program pemberantasan DBD selanjutnya
Rapat kerja (berapa kali / tahun)
Antara kepala puskesmas dengan Pelaksana Unit untuk
39 | PBL blok 26 Community Medicine
1. Membahas laporan kegiatan bulanan
2. Evaluasi program yang telah dilakukan
4. DAMPAK
LANGSUNG : apakah terjadi penurunan angka morbiditas dan
mortalitas kasus DBD
TIDAK LANGSUNG : apakah terjadi peningkatan derajat kesehatan
masyarakat.
PENANGGULANGAN FOKUS
40 | PBL blok 26 Community Medicine
A. Pengertian
Penanggulangan fokus adalah kegiatan pemberantasan nyamuk penular DBD yang dilaksanakan
dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD).
larvasidasi. penyuluhan.dan penyemprotan (pengasapan) menggunakan insektisida sesuai dengan
kriteria.
B. Tujuan
Penanggulangan fokus dilaksanakan untuk membatasi penularan DBD dan mencegah terjadinya
KLB di lokasi tempat tinggal penderita DBD dan rumah bangunan sekitarnya serta tempat-
tempat umum yang berpotensi menjadi sumber penularan DBD lebih lanjut.
C. Kegiatan
Tindak lanjut hasil PE adalah sebagai berikut:
Bila ditemukan penderita DBD lainnya (1 atau lebih) atau ditemukan 3 atau lebih tersangka DBD
dan ditemukan jentik (>5%( dari rumah/bangunan yang diperiksa, maka dilakukan penggerakan
masyarakat dalam PSN DBD. larvasidasi, penyuluhan dan pengasapan dengan insektisida di
rumah penderita DBD dan ramah/bangunan sekitarnya dalam radius 200 meter, 2 siklus dengan
interval 1 minggu.
Bila tidak ditemukan penderita lainnya seperti tersebut dialas, tetapi ditemukan jentik, maka
dilakukan penggerakan masyarakat dalam PSN DBD. larvasidasi dan penyuluhan..
Bila tidak ditemukan penderita lainnya seperti tersebut di atas dan tidak ditemukan jentik, maka
dilakukan penyuluhan kepada masyarakat.
41 | PBL blok 26 Community Medicine
D. Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan
Setelah Kades/Lurah menerima laporan hasil PE dari puskesmas dan rencana koordinasi
penanggulangan fokus, meminta ketua RW RT agar warga membantu kelancaran pelaksanaan
penanggulangan fokus.
Ketua RW/RT menyampaikan jadwal kegiatan yang diterima dari petugas puskesmas setempat
dan mengajak warga untuk berpartisipasi dalam kegiatan penanggulangan fokus.
Kegiatan penanggulangan fokus sesuai hasil PE
a. Penggerakan masyarakat dalam PSN DBD dan larvasidasi
1) Ketua RW RT. Toma (tokoh masyarakat) dan Kader memberikan pengarahan langsung
kepada warga pada waktu pelaksanaan PSN DBD.
2) Penyuluhan dan penggerakan masyarakat dalam PSN DBD dan larvasidasi dilaksanakan
sebelum dilakukan pengasapan dengan insektisida.
b. Penyuluhan
Penyuluhan dilaksanakan oleh petugas kesehatan/kader atau Kelompok Kerja (Pokja) DBD
Desa/Kelurahan berkoordinasi dengan petugas puskesmas, dengan materi anatara lain:
1) Situasi DBD di wilayahnya
2) Cara-cara pencegahan DBD yang dapat dilaksanakan oleh individu, keluarga dan
masyarakat.
c. Pengasapan dengan insektisida.
1) Dilakukan oleh petugas puskesmas atau bekerjasama dengan dinas kesehatan
kabupaten/kota. Petugas penyemprot adalah petugas puskesmas atau petugas harian
42 | PBL blok 26 Community Medicine
lepas yang terlatih.
2) Ketua RT, Toma atau Kader mendampingi petugas dalam kegiatan pengasapan.
4. Hasil pelaksanaan penanggulangan fokus dilaporkan oleh puskesmas kepada din kesehatan
kabupaten'kota dengan tembusan kepada camat dan Kades Lurah setempat.
5. Hasil kegiatan Pemberantasan DBD dilaporkan oleh puskesmas kepada dinas kesehatan
kabupaten/kota setiap bulan dengan menggunakan formulir K-DBD.
Pemantauan Pelaksanaan (Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas SP2TP)
43 | PBL blok 26 Community Medicine
1. Pengertian, tujuan dan ruang lingkup
a. Pengertian
Dalam manajemen diperlukan adanya data yang akurat, tepat waktu dan kontinu serta
mutakhir secara periodik. Berdasar S.K. Menteri Kesehatan nomor 63/Menkes/ll/l98l, berlaku
sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP).
SP2TP adalah tata cara pencatatan dan pelaporan yang lengkap untuk pengelolaan
Puskesmas, meliputi keadaan tisik, tenaga, sarana dan kegiatan pokok yang dilakukan serta hasil
yang dicapai oleh Puskesmas.
Dengan melakukan SP2TP sebaik-baiknya, akan didapat data dan informasi yang
diperlukan untuk perencanaan, penggerakan pelaksanaan, pemantauan, pengawasan,
pengendalian dan penilaian penampilan Puskesmas serta situasi kesehatan masyarakat umumnya.
b. Tujuan
- Umum
Tersedianya data dan informasi yang akurat, tepat waktu dan mutakhir secara periodik/
teratur untuk pengelolaan program kesehatan masyarakat melalui Puskesmas di berbagai tingkat
administrasi.
- Khusus
o Tersedianya data yang meliputi keadaan fisik, tenaga, sarana dan kegiatan pokok
Puskesmas yang akurat tepat waktu dan mutakhir secara teratur.
o Terlaksananya pelaporan data tersebut secara teratur di berbagai jenjang administrasi,
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
o Termanfaatkannya data tersebut untuk pengambilan keputusan dalam rangka pengelolaan
program kesehatan masyarakat melalui Puskesmas di berbagai tingkat administrasi.
44 | PBL blok 26 Community Medicine
c. Ruang lingkup
a. SP2TP dilakukan oleh semua Puskesmas (termasuk Puskesmas dengan Perawatan,
Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling).
b. Pencatatan dan Pelaporan mencakup:
- data umum dan demografi wilayah kerja Puskesmas
- data ketenagaan di Puskesmas
- data sarana yang dimiliki Puskesmas
- data kegiatan pokok Puskesmas yang dilakukan baik di dalam maupun di
luar gedung Puskesmas.
c. Pelaporan dilakukan secara periodik (bulanan, tribulanan, semester dan tahunan), dengan
menggunakan formulir yang baku. Seyogyanya berjenjang dari Puskesmas ke Dati II,
dari Dati li ke Dati I, dan Dati I ke Pusat. Namun sementara ini dapat dilakukan dari Dati
II langsung ke Pusat, dengan tindasan ke Propinsi.
2. Beberapa batasan
Dalam pelaksanaan SP2TP ada beberapa batasan tentang istilah yang digunakan untuk
mendapatkan kesamaan pengertian, sehingga pencatatan dilakukan dengan benar dan sama di
seluruh Puskesmas.
a. Kunjungan:
Ada 2 (dua) macam kunjungan:
(1) Kunjungan seseorang ke Puskesmas, Puskesmas Pembantu, baik untuk mendapat
pelayanan kesehatan maupun sekedar mendapat keterangan sehat-sakit.
Untuk ini dibedakan 2 (dua) kategori:
45 | PBL blok 26 Community Medicine
- Kunjungan baru, ialah seseorang yang pertama kali datang ke
Puskesmas/Puskesmas Pembantu, sehingga seumur hidupnya hanya
dicatat sebagaisatu kunjungan baru.
- Kunjungan lama, ialah seseorang yang datang Puskesmas/Puskesmas
Pembantu yang kedua kali dan seterusnya untuk mendapat pelayanan
kesehatan.
Perkecualian kedua kategori tersebut pada Ibu Hamil, Ibu Menyusui dan Balita:
- Kunjungan Ibu Hamil pada setiap kehamilan dianggap sebagai kunjungan
baru, sedangkan kunjungan kedua kali dan seterusnya untuk
memeriksakan kehamilan, dianggap sebagai kunjungan lama.
- Dengan demikian penetapan kunjungan Ibu Hamil tidak ditentukan
dengan tahun/periode, tetapi diberlakukan sebagai "episode ofillness".
- Kunjungan Ibu Menyusui, termasuk Ibu yang menyelesaikan
kehamilannya karena abortus, selama periode menyusui yang 2 tahun,
dihitung sebagai 2 kunjungan baru. Dengan kata lain setiap Ibu Menyusui
setelah saat melahirkan/abortus dihitung kembali sebagai kunjungan baru.
Sedangkan kunjungan selanjutnya dihitung sebagai kunjungan lama.
- Kunjungan Balita setiap tahun (setelah hari ulang tahun) dianggap sebagai
kunjungan baru. Jadi setiap Balita mempunyai 4 x kunjungan baru.
Sedangkan kunjungan kedua dan seterusnya dari tahun yang bersangkutan,
dicatat sebagai kunjungan lama.
(2) Kunjungan Sebagai Kasus
46 | PBL blok 26 Community Medicine
Kunjungan kasus adalah kasus baru -t- kasus lama -f kunjungan baru + kunjungan lama
suatu penyakit.
b. Kasus
Ada 2 macam kasus:
1. Kasus baru, adalah "new episode ofillness", yaitu pernyataan pertama kali seseorang
menderita penyakit tertentu sebagai hasil diagnosa dokter atau tenaga paramedis.
2. Kasus lama adalah kunjungan Kedua dan seterusnya, dari kasus baru yang belum
dinyatakan sembuh atau kunjungan kasus lama dalam tahun/periode yang sama. Untuk
tahun berikutnya, kasus ini diperhitungkan sebagai kasus baru.
Khusus pada penderita kusta hanya dikenal kasus baru, yaitu saat pertama kali
penemuannya.
Pada kunjungan kedua dan seterusnya hanya dihitung sebagai kunjungan kasus, bukan
sebagal Icasus lama.
c. Keluarga
Keluarga dalam catatanSP2TP adalah satu kepala keluarga beserta anggotanya yang
tendiri dari isteri, anak-anak (kandung, tiri dan angkat), dan orang lain yang tinggal dalam satu
atap/rumah.
d. Nomor Kode Puskesmas
Pemberian nomor kode Puskesmas/Puskesmas Pembantu berdasar pada letak geografis dan
jenjang administrasi serta peresmian per S.K. Bupati atas existensinya setelah dibangun.
Pelaksanaan SP2TP
47 | PBL blok 26 Community Medicine
3. Pelaksanaan SP2TP
Pelaksanaan SP2TP terdiri dari 3 kegiatan, ialah:
a. Pencatatan dengan menggunakan format.
b. Pengiriman laporan dengan menggunakan format secaraperiodik.
c. pengolahan analisis dan pemanfaatan data / informasi.1,7
Penyelesaian – Problem Solving Cycle
1. Prioritas Pemilihan Masalah
Ditinjau dari sudut pelaksanaan program kesehatan, penetapan prioritas masalah diandang amat
sangat penting, karena:
1. Terbatasanya sumber daya yang tersedia dan karena itu tidak mungkin menyelesaikan
semua masalah.
2. Adanya hubungan antara satu masalah dengan masalah lain dank arena itu tidak perlu
semua masalah diselesaikan.
Cara menetapkan prioritas masalah yang dianjurkan adalah memakai tekhnik kajian data. Untuk
dapat menetapkan prioritas masalah dengan tekhnik kajian data, ada beberapa kegiatan yang
harus dilakukan. Kegiatan yang dimaksud:
1. Melakukan pengumpulan data12
Yang dimaksud dengan data adalah hasil dari suatu pengukuran dan ataupun pengamatan.
Agar data yang dikumpulkan tersebut dapat menghasilkan kesimpulan tentang prioritas
masalah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
48 | PBL blok 26 Community Medicine
a. Jenis data
Dapat dipergunakan pendapat Blum (1976) yang membedakan data kessehatan atas
empat macam yakni data tentang perilaku (behavior), lingkungan (environment),
pelayanan kesehatan (health service) dan keturunan (heredity). Tetapi apabila waktu,
tenaga, sarana, dan dana cukup tersedia, tidak ada salahnya mengumpulkan data yang
lebih lengkap, seperti :keadaan geografis. Pemerintahan, kependudukan, pendidikan,
pekerjaan dan mata pencarian, keadaan social budaya, kesehatan.
b. Sumber data
Ada tiga sumber data yang dikenal yakni sumber primer, sumber sekunder dan
sumber tersier. Contoh sumber primer adalah hasil pemeriksaan atau wawancara
langsung dengan masyarakat. Contoh sumber data sukender adalah laporan bulanan
puskesmas dan kantor kecamatan. Sedangkan contoh sumber data tersier adalah hasil
publikasi badan-badan resmi, seperti kantor dinas statistic, dinas kesehatan dan kantor
kabupaten.
c. Jumlah responden
Kumpulkan data dengan lengkap dalam arti mencangkup seluruh penduduk. Dalam
kehidupan sehari-hari pengumpulan data secara total sulit dilakukan. Lazimnya
diambil data dari sebagian penduduk saja, yang besarnya karena hanya merupakan
suatu survey diskriptif, ditentukan dengan menggunakan rumus sampel :
n 1=4 pqL2
n 2n 1
1+n 1/ N
d. Cara mengambil sampel
Jika jumlah sampel telah ditentukan, lanjutkan dengan menetapkan cara pengambilan
sampel. Ada empat cara pengambilan sampel yang dikenal yakni cara simple random,
49 | PBL blok 26 Community Medicine
systematic random sampling, stratified random sampling dan cluster random
sampling. Pililah yang sesuai.
e. Cara mengumpulkan data
Cara mengumpulkan data ada empat yakni wawancara, pemeriksaan, pengamatan,
serta peran serta.
2. Melakukan pengolahan data
Pengolahan data ialah menyusun data yang tersedia sedemikian rupa sehingga jelas sifat-
sifat yang dimiliki. Cara pengolahan data secara umum dapat dibedakan atas tiga macam
yakni manual, mekanikal, serta elektrikal.
3. Melakukan penyajian data
Ada tiga macam penyajian data yang lazim dipergunakan yakni secara tekstular, tabular
dan grafikal.
4. Memilih prioritas masalah
Cara yang dianjurkan adalah memakai criteria yang dituangkan dalam bentuk matriks.
Dikenal dengan nama tekhnik criteria matriks. Secara umum dapat dibedakan menjadi
tiga macam:
a. Pentingnya masalah
Makin penting (importancy) masalah tersebut, makin diprioritaskan penyelesaiannya.
Ukuran pentingnya masalah banyak macam. Beberapa diantaranya yang terpenting
adalah:
Besarnya masalah (prevalence)
Akibat yang ditimbulkan oleh maslah (severity)
Kenaikan besarnya masalah (rate of increase)
50 | PBL blok 26 Community Medicine
Derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi (degree of unmeet need)
Keuntungan social karena selesainya masalah (social benefit)
Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah (public concern)
Suasana politik (poltikal climate)
b. Kelayakan tekhnologi
Makin layak tekhnologi yang tersedia dan yang dapat dipakai untuk mengatasi
masalah (technical feasibility), makin diprioritaskan masalah tersebut. Kelayakan
tekhnologi yang dimaksud adalah menunjukan pada pengasaan ilmu dan tekhnologi
yang sesuai.5
c. Sumber daya yang tersedia
Makin tersedia sumber daya yang dipakai untuk mengatasi maslah makin
diprioritaskan masalah. Sumber daya yang dimaksud adalah tenaga,dana,dan sarana.
Berikan nilai 1 (tidak penting) sampai 5 (sangat penting) untuk setiap criteria yang sesuai.
Prioritas masalah adalah jumlah yang paling besar.5
No Daftar masalah I T R JUMLAH
I×T×R
P S RI DU S
B
PB PC
1
2. Menetapkan Prioritas Jalan Keluar5
1. Menyusun alternative jalan keluar
51 | PBL blok 26 Community Medicine
Untuk memilih alternative jalan keluar cobalah berpikir kreatif, yang dikenal dengan
tekhnik analog atau popular dengan sebutan synectic technique. Atau cobalah tempu
langka-langkah berikut:
Menentukan berbagai penyebab masalah
Lakukan curah pendapat (brain storming) dengan membahas data yang telah
dikumpulkan. Gunakan alat bantu diagram hubungan sebab-akibat (cause-effect
diagram) atau diagram tulang ikan (fish bone diagram)
Memeriksa kebenaran penyebab masalah
Lakukan pengumpulan data tambahan. Coba lakukan uji statistic untuk
mengidentifikasi penyebab masalah yang sebenarnya.
Mengubah penyebab masalah menjadi kegiatan.5
2. Memilih prioritas jalan keluar
Karena kemampuan yang dimiliki oleh suatu organisasi terbatas pilihlah salah satu dari
alternative jalan keluar yang paling menjanjikan. Cara pemilihan prioritas jalan keluar yang
dianjurkan adalah memakai criteria matriks.5
a. Efektifitas jalan keluar
Dengan member nilai 1(paling tidak efektif) sampai angak 5 (paling efektif). Untuk
menetapkan efektifitas jalan keluar, gunakan criteria:
Besarnya masalah yang dapat diselesaikan
Hitunglah besar masalah (magnitude) yang dapat diatasi apabila jalan keluar
tersebut dilaksanakan,
Pentingnya jalan keluar
52 | PBL blok 26 Community Medicine
Hitunglah penting jalan keluar (importancy) dengan mengatasi masalah yang
dihadapi, untuk setiap alternative.
Sensitifitas jalan keluar
Hitunglah sensitifitas jalan keluar (vunerability) dalam mengatasi masalah yang
dihadapi. Sensitifitas yang dimaksud dikaitkan dengan kecepatan jalan keluar
mengatasi masalah.5
b. Efisiensi jalan keluar
Tetapkan nilai efisiensi untuk setiap alternative jalan keluar, yakni dengan member angka
1 (paling tidak efisien) sampai dengan angka 5 (paling efisien). Nilai efisien diakitkan
dengan biaya (cost) yang diperlukan.
Hitunglah nilai P (prioritas) dengan membagi hasil perkalian nilai M×I×V dengan nilai C. jalan
keluar dengan nilai P paling tinggi adalah prioritas jalan keluar terpilih.5
3. Melakukan uji lapangan
Tujuan utama yang ingin dicapai bukan lagi mempermasalhkan jalan keluar yang telah
terpilih melainkan hanya menilai berbagai factor penopang dan factor penghambat.
4. Memperbaiki prioritas jalan keluar
Dengan memanfaatkan berbagai factor penopang dan bersama itu meniadakan factor
penghambat/
5. Menyusun uraian rencana prioritas jalan keluar.12
NO Daftar alternative jalan keluar Efektifitas Efisensi Junlah
M × I ×VC
53 | PBL blok 26 Community Medicine
M I V C
1
2
3
Penggerakan pelaksanaan (lokakarya mini puskesmas)
Pengertian, Tujuan dan Ruang lingkup
a. Pengertian
Dalam kerangka manajemen Puskesmas yang terdiri dari P1 (Perencanaan), P2
(Penggerak-Pelaksanaan) dan P3 (Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian), lokakarya mini
puskesmas merupakan pedoman untuk P2, yang untuk lebih jelasnya adalah seperti pada skema
di bawah ini :
54 | PBL blok 26 Community Medicine
Penggalangan kerja sama lintas sektoral
Rapat kerja tribulanan lintas sektoral
POA Puskesmas termasuk POA
KB-Kes
Stratifikasi puskesmas
Penggalangan kerja sama dalam tim
Rapat kerja bulanan puskesmas
b. Tujuan
(1) Umum
Meningkatnya fungsi Puskesmas melalui peningkatan kemampuan tenaga
Puskesmas untuk bekerjasama dalam Tim dan membina kerjasama lintas program dan lintas
sektoral.
(2) Khusus
a. Terlaksananya penggalangan kerjasama Tim (teamwork) lintas program
dalam rangka pengembangan manajemen sederhana, terutama dalam
pembagian tugas dan pembuatan rencana kerja harian.
b. Terlaksananya penggalangan kerjasama lintas sektoral dalam rangka
pembinaan peran serta masyarakat
c. Terlaksananya rapat kerja bulanan Puskesmas sebagai tindak lanjut
penggalangan kerjasama Tim Puskesmas.
d. Terlaksananya rapat kerja tribulanan lintas sektoral sebagai tindak lanjut
penggalangan kerjasama lintas sektoral.
c. Ruang lingkup
Untuk meningkatkan fungsi Puskesmas, maka petugas Puskesmas perlu bekerja secara
Tim dan masing-masing anggota Tim harus mempunyai rasa kebanggaan, sehingga masing-
masing anggota mempunyai semangat untuk membela keberhasilan Tim-nya.
55 | PBL blok 26 Community Medicine
Dalam rangka membina petugas Puskesmas untuk bekerjasama dalam Tim sehingga
dapat melaksanakan fungsi Puskesmas dengan baik, telah dikembangkan buku Pedoman
Lokakarya Mini Puskesmas. Apa yang tercantum dalam buku ini hanya merupakan pokok-
pokok buku tersebut.1
1. Lokakarya Mini Puskesmas terdiri dari 4 komponen
a. Penggalangan kerjasama dalam Tim Puskesmas.
b. Penggalangan kerjasama lintas sektoral.
c. Rapat kerja bulanan Puskesmas.
d. Rapat kerja tribulanan lintas sektoral
(a) Penggalangan kerjasama dalam Tim Puskesmas
(1) Pengertian
Dalam rangka meningkatkan fungsi Puskesmas yang terdiri dari pengembangan upaya
kesehatan, pembinaan peran serta masyarakat dan pelayanan upaya kesehatan pokok, tenaga
Puskesmas yang terdiri dari berbagai kategori, diharapkan dapat bekerjasama secara terpadu di
bawah satu pimpinan dan satu administrasi.
Untuk meningkatkan keterpaduan kerja antar anggota Puskesmas dan meningkatkan
produktivitas kerjanya, diperlukan pembinaan kerjasama dalam Tim, sehingga ada keterbukaan
dan tanggung jawab bersama, di samping masing-masing mempunyai rasa kebanggaan sebagai
anggota Tim.
Diperlukan suatu proses dinamika kelompok dalam suatu pertemuan Penggalangan
Kerjasama Tim, yang diikuti dengan analisa beban kerja, yang dikaitkan dengan berbagai
kelemahan penampilan kerja Puskesmas menurut hasil Stratifikasi dan menyusun POA untuk
memperbaiki penampilan kerja Puskesmas.
56 | PBL blok 26 Community Medicine
(2) Tujuan
- Umum
Adanya pengembangan sistem manajemen sederhana dengan cara penggalangan
kerjasama antar staf Puskesmas untuk meningkatkan fungsi Puskesmas
- Khusus
o Terciptanya semangat kerjasama dalam suatu Tim atas dasar kemauan, kemampuan dan
kesempatan yang dimiliki.
o Adanya inventarisasi hasil kegiatan setiap tenaga Puskesmas bulan lalu dan menghitung
beban kerjanya.
o Adanya pembagian tugas yang baru bagi setiap petugas Puskesmas berdasarkan POA.
o Adanya Tim Pelayanan Terpadu dan menentukan daerah binaan/pelayanan masing-
masing tim.
o Tersusunnya rencana kerja harian untuk bulan yang akan datang.
(3) Pentahapan Pelaksanaan
Tahapan pelaksanaan penggalangan kerjasama Tim dapat digambarkan sebagai berikut:
57 | PBL blok 26 Community Medicine
Analisis/penghitungan beban kerja
Pembagian tanggung jawab
tujuan
Dinamika Kelompok
Rencana kerja baru
Inventaris kegiatan bulan lalu
Masukan- Konsep KB-Kes- Prog. KIA- Prog. Gizi- Prog. KB- Prog. Imunisasi- Prog. Diare- dll
Pembagian tugas baru
Inventaris kegiatan PSM
Dinamika keiompok
Dilakukan dengan permainan huruf "T" berantakan dan Johary Wmdow, nertujuan
untuk menanamkan pentingnya kerjasama secara Tim dan keterbukaan anggota Tim
dalam memecahkan suatu masalah.
Masukan tentang konsep Keterpaduan KB - Kesehatan, POA Puskesmas dan POA KB -
Kesehatan, bertujuan untuk mengetahui pentingnya keterpaduan KB Kesehatan dan
perencanaan kegiatan untuk tahun ini serta cakupan pelayanan yang harus dicapai.
Inventarisasi kegiatan peran serta masyarakat termasuk Posyandu, beertujuan agar semua
petugas Puskesmas mengetahui : lokasi, kegiatan, petugas yang ditugasi membina, waktu,
frekwensi dan kadernya.
inventarisasi kegiatan petugas pada bulan lalu sebagai bahan untuk beban kerja.
Analisa/perhitungan beban kerja, bertujuan agar semuapetugasdapat menghitungbeban
kerjanya dan mengetahui kekurangan atau kelebihannya.
Penyusunan pembagian tugas baru bertujuan agar semua petugas mengetahui tugas rutin
dan tugas pembinaan PSM secara adil dan merata.
PembentukanTim pelayanan Posyandu dan pembagiantanggung jawab daerah binaan yang
bertujuan agar semua petugas Puskesmas mempunyai tangggung jawab daerah binaan
yangndibagi secara adil dan merata berdasarkan pembagian tugas baru.
58 | PBL blok 26 Community Medicine
Penyusunan rencana kerja harian baru yang bertujuan agar semua petugasPuskesmas agar
membuat rencana kerja yang dibuat tiap-tiap bulan, baik untuktugas rutin maupun untuk
pembinaan PSM.
(4) Pelaksanaan
- Pembimbing dan pelatih/pengarah:
= pembimbing: Ka. Kandep/Ka. Dinkes Dt. II dan staf.
= pelatih/pengarah: Ka. Puskesmas dan staf.
- Peserta:
Peserta Lokakarya Mini ialah semua petugas ini: dokter gigi/perawat gigi
perawat/perawat kesehatan/PK.C, bidan/PK.E, sanitarian/PK.AB, petugas p petugas SP2TP dan
petugas lain yang dianggap penting
(b) Penggalangan kerjasama lintas sektoral
(1) Pengertian
Kerjasama lintas sektoral sering sukar diwujudkan, jika tidak dilandasi oleh saling
pengertian dan keterbukaan yang mendalam antara komponen yang terlibat, serta tidak ada
kejelasan tentang tujuan bersama.
Untuk menggalang kerjasama lintas sektoral terutama dalam membina peran serta
masyarakat di tingkat kecamatan, perlu dirumuskan bersama secara jelas tentang peran yang
harus dilakukan masing-masing sektor dan mekanisme kerjanya. Dengan perkembangan
kebijaksanaan pembangunan kesehatan selama Pelita V, dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan dan mutu hidup keluarga, sasaran utamanya adalah penurunan angka kematian
bayi dan anak balita, angka kematian ' ibu melahirkan serta angka kelahiran, dengan pendekatan
keterpaduan KB - Kesehatan, kerjasama dengan sektor lain, alih teknologi serta alih kelola
59 | PBL blok 26 Community Medicine
kepada masyarakat, dengan mengembangkan peran serta masyarakat dalam bentuk
penyelenggaraan Posyandu. Oleh karena itu, penggalangan kerjasama lintas sektoral pada saat
ini diarahkan untuk merumuskan kerjasama dalam membina upaya peran serta masyarakat dalam
bidang kesehatan.1
(2) Tujuan
- Umum
Terjalinnya kerjasama lintas sektoral dalam rangka pembinaan peran serta masyarakat
secara baik.
- Khusus
o Adanya saling mengetahui dan saling mengenal program pembinaan peran serta
masyarakat masing-masing sektor terkait di tingkat Kecamatan.
o Adanya saling mengetahui peran masing-masing sektor yang saling mendukung, untuk
membina peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan.
o Terumuskannya rencana kerja tribulanan masing-masing sektor pembinaan peran serta
masyarakat di bidang kesehatan secara terpadu.
(3) Pentahapan Pelaksanaan
Tahapan Pelaksanaan Penggalangan Kerjasama Lintas Sektoral.
60 | PBL blok 26 Community Medicine
Rencana kerja baru pembinaan PSM, KB-Kes
tujuan
Dinamika Kelompok Analisis masalah
peran sektoral
- Program lintas sektoral tingkat kecamatan
- Prog. KB-kes- Kebijaksanaan
pengembangan- Peran sektor
dalam KB_kes
Pembagian peran masing – masing sektoral
Pertemuan dalam rangka penggalangan kerjasama lintas sektoral diselenggarakan oleh
Camat bekerjasama dengan Tim PembinaPKK kecamatan dan dibantu sepenuhnya oleh
Puskesmas.
Secara garis besar, acara penggalangan kerjasama lintas sektoral adalah sebagai berikut:
a. Dinamika kelompok
Untuk menanamkan motivasi kerjasama dalam Tim dilakukan proses dinamika
kelompok dengan menggunakan permainan Broken T(huruf T berantakan), yang dapat
mengungkapkan pada perserta tentang pentingnya kerjasama secara Tim dalam
melaksanakan suatu program.
b. Penjelasan dari sektor-sektor
Masing-masing sektor menjelaskan kegiatannya dalam rangka pembinaan peran
serta masyarakat.
c. Penjelasan tentang Keterpaduan KB-Kesehatan dalam rangka meningkatkan mutu hidup
dan kesejahteraan keluarga dengan upaya penurunan angka kematian bayi, anak balita
dan angka kematian ibu bersalin serta angka kelahiran dengan alih teknologi dan alih
61 | PBL blok 26 Community Medicine
Inventarisasi peran bantuan lintas sektoral
kelola melalui pengembangan dan pembinaan Posyandu. (Topik pembahasan tidak selalu
KB-Kes tapi disesuaikan dengan kebutuhan)
d. Penjelasan POA KB-Kesehatan, agar sektor yang bersangkutan mengetahui rencana
kegiatan yang akan dilaksanakan dan cakupan lima program serta pengembangan dan
pembinaan Posyandu.
e. Penyajian hasil-hasil kesepakatan kerjasama lintas sektoral dalam membina Keterpaduan
KB-Kesehatan, baik di tingkat Pusat, Propinsi dan Kabupaten/ Kodya, agar peserta
mengetahui peranan masing-masing sektor dalam rangka kerjasama lintas sektoral.
f. Inventarisasi peranan saling mendukung dari masing-masing sektor dalam membina
Keterpaduan KB-Kesehatan. Tujuan dari acara ini adalah mengetahui seberapa jauh
masing-masing sektor sudah berperan dalam kerjasama dan hambatan-hambatan serta
masalah yang dihadapi dalam kerjasama.
g. Analisa peranan masing-masing sektor, dilakukan dengan cara membandingkan antara
peranan masing-masing sektor yang sudah dilaksanakan dengan hasil kesepakatan (butir
E) dan mengelompokkan masalah serta hambatan yang dihadapi untuk dipecahkan
bersama.
h. Merumuskan masing-masing sektor dalam pembinaan peran serta masyarakat di bidang
KB-kesehatan secara musyawarah untuk mufakat.
i. Membuat rencana kerja tribulanan masing-masing sektor daiam membina peran serta
masyarakat di bidang Keterpaduan.
(c) Rapat kerja bulanan Puskesmas.
(1) Pengertian
62 | PBL blok 26 Community Medicine
Setelah Puskesmas selesai melaksanakan Lokakarya Penggalangan Puskesmas, maka
segala keputusan yang telah diambil secara bersama harus dilaksanakan sebaik-baiknya.
Walaupun Lokakarya sudah diselenggarakan dan segala hasilnya sudah dilaksanakan sebaik-
baiknya, masih perlu adanya tindak lanjut yang bertujuan untuk menilai pencapaian dan
hambatan-hambatan yang dijumpai oleh para pelaksananya, sehingga dapat dibuat perencanaan
ulang yang lebih baik. Salah satu usaha untuk melaksanakan tindak lanjut dari Lokakarya
penggalangan Tim adalah mengadakan Rapat Kerja Rutin setiap bulan, yang
penyelenggaraannya serta materinya diuraikan berikut ini.
(2) Tujuan
(a) Timbulnya kebiasaan pada seluruh petugas Puskesmas untuk selalu mengadakan tindak
lanjut dari setiap kegiatan dalam melaksanakan program kesehatan.
(b) Adanya suatu sistem manajemen sederhana dan terselenggarakannya rapat kerja rutin
bulanan Puskesmas, untuk melakukan penilaian program yang sedang berjalan secara
teratur, dan hambatan-hambatan yang dijumpai selama satu bulan yang lalu dapat
dipecahkan bersama.
(3) Pentahapan Pelaksanaan
(a) Tahap pelaksanaan rapat kerja bulanan puskesmas
63 | PBL blok 26 Community Medicine
tujuan
MASUKAN
- Laporan hasil kegiatan bulan lalu
- Hasil rapat PKK kecamatan
- Tambahan pengetahuan
Analisa hambatan kegiatan bulan lalu
Materi yang akan dibahas dalam Rapat Kerja Butanan Puskesmas adalah
sebagai berikut:
o Laporan pelaksanaan Rencana Kerja Harian dari tiap petugas dan hasil cakupan pelayanan
Posyandu tiap desa pada bulan lalu dari Tim Pembina dari daerah binaan Posyandu.
o Kebijaksanaan dari atasan langsung yang didapat dari hasil Rapat Dinas Kesehatan dan
kebijaksanaan Pemerintah Daerah yang didapat dari rapat Kecamatan.
o Tambahan pengetahuan dan ketrampilan kepada petugas Puskesmas dalam rangka
peningkatan pelayanan kepada masyarakat atau dalam rangka mengatasi kejadian luar
biasa.
o Analisa dari masalah/hambatan yang terjadi dan pemecahan masalah.
o Rapat Kerja ditutup dengan acara pembuatan rencana kerja harian, dari semua petugas
Puskesmas untuk bulan depan.
(d) Rapat kerja tribulanan lintas sektoral
(1) Pengertian
Semangat kerjasama dalam Tim yang telah ditimbulkan dalam lingkungan sektor-sektor,
perlu dipelihara dengan baik agar kerjasama lintas sektoral yang telah dibina bisa berjalan
mantap dan berkesinambungan. Salah satu cara untuk memelihara kerjasama ialah dengan
64 | PBL blok 26 Community Medicine
Pemecahan masalah
Rencana kerja baru
mengadakan pertemuan berkala dan membahas pelaksanaan kerjasama maupun masalah yang
dihadapi dan sekaligus mencari pemecahannya bersama-sama.
(2) Tujuan
- Umum
Meningkatnya dan terpeliharanya hubungan kerjasama lintas sektoral.
- Khusus
o Terlaksananya pertemuan lintas sektoral berkala untuk mengkaji kegiatan kerjasama
selama 3 bulan yang lalu dalam pembinaan PSM di bidang kesehatan.
o Terpecahkannya masalah dan hambatan yang dihadapi dalam rangka kerjasama lintas
sektoral.
o Terumuskannya mekanisme dan rencana kerjasama lintas sektoral untuk tribuían
berikutnya.
(3) Pentahapan pelaksanaan
Tahapan pelaksanaan Rapat Kerja tribulanan lintas sektoral
65 | PBL blok 26 Community Medicine
Pemecahan masalah
Rencana pembinaan PSM/KB-Kes dai masing – masing sektor
tujuan
- Laporan kegiatan posyandu oleh PKK
- Masalah hambatan dalam pembinaan posyandu
Analisa masalah masing – masing sektor
Materi yang akan dibahas dalam rapat kerja tribulanan lintas sektoral adalah
sebagai berikut:
Laporan kegiatan penyelenggaraan Posyandu oleh Ketua Tim Penggerak PKK
Kecamatan, dan hambatan/masalah yang dijumpai serta usaha yang telah dilakukan untuk
mengatasi masalah tersebut
Laporan sektor-sektor dalam pembinaan PSM di bidang kesehatan, dan hambatan/
masalah yang dijumpai serta usaha yang teiah dilakukan untuk mengatasi masalah
tersebut. Laporan dari Puskesmas disertai dengan gambaran cakupan pelayanan Posyandu
secara kumulatif, agar desa-desa yang cakupannya rendah diketahui sektor lain.
Sambutan dari Tim Pembina Posyandu Dati II tentang usaha untuk mengatasi
hambatan/masalah dan menyampaikan kebijaksanaan Pemda maupun Tim Pembina
Posyandu Dati II.
Susunan prioritas pembinaan ke desa-desa berdasarkan cakupan yang paling rendah.
Analisa dan pemecahan masalah yang dilakukan bersama.
Menyusun rencana pembinaan untuk tribuian yang akan datang, dan sebagai penutup
rencana kerja dari semua sektor diserahkan oleh Camat kepada Ketua Tim Penggerak
PKK Kecamatan.
Epidemiologi
1. Lingkungan
66 | PBL blok 26 Community Medicine
a. Fisik
Letak geografis
Penyakit akibat infeksi virus dengue ditemukan tersebar luas di berbagai negara terutama
di negara tropik dan subtropik yang terletak antara 30º Lintang Utara dan 40º Lintang Selatan
seperti Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Caribbean dengan tingkat kejadian sekitar 50-100 juta
kasus setiap tahunnya. Infeksi virus dengue di Indonesia telah ada sejak abad ke-18 seperti yang
dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda. Pada saat itu virus dengue
menimbulkan penyakit yang disebut penyakit demam lima hari (vijfdaagse koorts) kadang-
kadang disebut demam sendi (knokkel koorts). Disebut demikian karena demam yang terjadi
menghilang dalam lima hari, disertai nyeri otot, nyeri pada sendi dan nyeri kepala. Sehingga
sampai saat ini penyakit tersebut masih merupakan problem kesehatan masyarakat dan dapat
muncul secara endemik maupun epidemik yang menyebar dari suatu daerah ke daerah lain atau
dari suatu negara ke negara lain
Musim
Negara dengan 4 musim, epidemi DBD berlangsung pada musim panas, meskipun
ditemukan kasus DBD sporadis pada musim 18 dingin. Di Asia Tenggara epidemi DBD terjadi
pada musim hujan, seperti di Indonesia, Thailand, Malaysia dan Philippines epidemi DBD terjadi
beberapa minggu setelah musim hujan. Periode epidemi yang terutama berlangsung selama
musim hujan dan erat kaitannya dengan kelembaban pada musim hujan. Hal tersebut
menyebabkan peningkatan aktivitas vektor dalam menggigit karena didukung oleh lingkungan
yang baik untuk masa inkubasi. 8
b. Non fisik
Sosial Budaya
67 | PBL blok 26 Community Medicine
Ekonomi
Tingkat pendidikan
2. Frekuensi
a. Insidens
Angka insiden dirancang untuk mengukur rate pada orang sehat yang menjadi sakit
selama suatu perioede waktu tertentu, yaitu jumlah kasus baru suatu penyakit dalam suatu
populasi selama suatu periode waktu tertentu:
∑kasusbaruygterjadidalampopulasiselamaperiodewaktuttt∑orangygberisikomenjadisakitselamaperiodewaktuttt
×1.000
Insiden mengukur kemunculan penyakit, bearti kasus baru. Suatu perubahan pada insiden
bearti terdapat suatu perubahan dalam keseimbangan factor-faktor etiologi baik terjadi fliktuasi
secara alami maupun kemungkinan adnya penerapan suatu program pencegahn yang efektif.
Angka insiden digunakan untuk membuat pernyataan tntang probabilitas atau risiko penyakit.
(ukuran mortalitas)
Insiden DBD meningkat dari 0,005 per 100.000 penduduk pada tahun 1968 menjadi
berkisar antara 6,27 per 100.000 penduduk. Morbiditas dan mortalitas infeksi virus dengue
dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain : status imun pejamu, kepadatan vector nyamuk,
transmisi virus dengue, keganasan (virulensi) virus dengue dn kondisi geografis setempat.
Sampai saat ini DBD telah ditemukan di seluruh propinsi dan 200 kota telah melaporkan adnya
kejadian luar biasa (KLB).
68 | PBL blok 26 Community Medicine
Perubahan iklim yang berpengaruh terhadap kehidupan vektor, di luar faktor-faktor lain
yang mempengaruhinya.. Selain itu, faktor perilaku dan partisipasi masyarakat yang masih
kurang dalam kegiatan. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) serta faktor pertambahan jumlah
penduduk dan faktor peningkatan mobilitas penduduk yang sejalan dengan semakin membaiknya
sarana transportasi menyebabkan penyebaran virus DBD semakin mudah dan semakin luas. 3
b. Case Fatality Rate ( CFR )
∑ jumla h kematiankarenapenyakitpadaperiodewaktutertentu
∑ jumla h kasuspenyakittersebutpadaperiodeyangsama×100
ukuran ini menggambarkan probabilitas kematian di kalangan kasus yang didiagnosis.
CFR untuk penyakit yang sama dapat bervariasi besarnya pada wabah yang berbeda karena
keseimbangan antara agen, pejamu dan lingkungan.
CFR penyakit DBD mengalami penurunan dari tahun ke tahun walaupun masih tetap
tinggi. CFR tahun 1968 sebesar 43%, tahun 1971 sebesar 14%, tahun 1980 sebesar 4,8 % dan
tahun 1999 di atas 2%. Jumlah kasus demam berdarah dengue di Indonesia sejak januari sampai
mei 2004 mencapai 64.000. Insiden rate 29,7 per 100.000 penduduk dengan kematian sebanyak
724 orang, case fatality rate 1,1 %. (pedomam tatalaksana klinis).8
3. Distribusi
a. Distribusi Penyakit DBD Menurut Orang
DBD dapat diderita oleh semua golongan umur, walaupun saat ini DBD lebih banyak
pada anak-anak, tetapi dalam dekade terakhir ini DBD terlihat kecenderungan
kenaikan proporsi pada kelompok dewasa, karena pada kelompok umur ini mempunyai mobilitas
yang tinggi dan sejalan dengan perkembangan transportasi yang lancar, sehingga memungkinkan
69 | PBL blok 26 Community Medicine
untuk tertularnya virus dengue lebih besar, dan juga karena adanya infeksi virus dengue jenis
baru yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4 yang sebelumya belum pernah ada pada suatu
daerah. Pada awal terjadinya wabah di suatu negara, distribusi umur memperlihatkan jumlah
penderita terbanyak dari golongan anak berumur kurang dari 15 tahun (86-95%) Namun pada
wabah-wabah selanjutnya jumlah penderita yang digolongkan dalam usia dewasa muda
meningkat. Di Indonesia penderita DBD terbanyak pada golongan anak berumur 5-11 tahun,
proporsi penderita yang berumur lebih dari 15 tahun meningkat sejak tahun 1984. 8
b. Distribusi Penyakit DBD Menurut Tempat
Penyakit DBD dapat menyebar pada semua tempat kecuali tempat-tempat dengan
ketinggian 1000 meter dari permukaan laut karena pada tempat yang tinggi dengan suhu yang
rendah perkembangbiakan Aedes aegypti tidak sempurna. Dalam kurun waktu 30 tahun sejak
ditemukan virus dengue di Surabaya dan Jakarta tahun 1968 angka kejadian sakit infeksi virus
dengue meningkat dari 0,05 per 100.000 penduduk menjadi 35,19 per 100.000 penduduk tahun
1998. Sampai saat ini DBD telah ditemukan diseluruh propinsi di Indonesia. Meningkatnya
kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit disebabkan karena semakin baiknya saran
transportasi penduduk, adanya pemukiman baru, dan terdapatnya vektor nyamuk hampir di
seluruh pelosok tanah air serta adanya empat tipe virus yang menyebar sepanjang tahun.8
c. Distribusi Penyakit DBD Menurut Waktu
Pola berjangkitnya infeksi virus dengue dipengaruhi oleh iklim dan kelembaban udara.
Pada suhu yang panas (28-320C) dengan kelembaban yang tinggi, nyamuk Aedes aegypti akan
tetap bertahan hidup untuk jangka waktu lama. Di Indonesia karena suhu udara dan kelembaban
tidak sama di setiap tempat maka pola terjadinya penyakit agak berbeda untuk setiap tempat. Di
70 | PBL blok 26 Community Medicine
pulau Jawa pada umumnya infeksi virus dengue terjadi mulai awal Januari, meningkat terus
sehingga kasus terbanyak terdapat pada sekitar bulan April-Mei setiap tahun.8
4. Faktor penyebaran7
Ada tiga factor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue, yaitu :
Agent (virus dengue)
Agen penyebab penyakit DBD berupa virus dengue dari Genus Flavivirus (Arbovirus
Grup B) salah satu Genus Familia Togaviradae. Dikenal ada empat serotipe virus dengue yaitu
Den-1, Den-2, Den-3 dan Den-4. Virus dengue ini memiliki masa inkubasi yang tidak terlalu
lama yaitu antara 3-7 hari, virus akan terdapat di dalam tubuh manusia. Dalam masa tersebut
penderita merupakan sumber penular penyakit DBD. Vector utama penyakit DBD adalah
nyamuk Aedes aegypti ( di daerah perkotaan) dan Aedes albopictus di daerah pedesaan. Cirri-ciri
nyamuk Ades aegypti adalah :
Sayap dan badan belang-belang atau bergaris putih
Berkembang biak di air jernih yang tidak beralaskan tanah seperti bak mandi,
WC, tempayan, drum, barang-barang yang menampung air seperti kaleng, ban
bekas, pot tanaman, tempat minum burung, dan lain-lain.
Jarak terbang 100 m
Tahan suhu panas dan kelembapan tinggi
Reservoir adalah manusia yang sakit ( viremia)
Host
Host adalah manusia yang peka terhadap infeksi virus dengue. Beberapa faktor yang
mempengaruhi manusia adalah:
71 | PBL blok 26 Community Medicine
a. Umur
Umur adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepekaan terhadap infeksi virus
dengue. Semua golongan umur dapat terserang virus dengue, meskipun baru berumur
beberapa hari setelah lahir. Saat pertama kali terjadi epdemi dengue di Gorontalo
kebanyakan anakanak berumur 1-5 tahun. Di Indonesia, Filipina dan Malaysia pada
awal tahun terjadi epidemi DBD penyakit yang disebabkan oleh virus dengue tersebut
menyerang terutama pada anak-anak berumur antara 5-9 tahun, dan selama tahun
1968-1973 kurang lebih 95% kasus DBD menyerang anak-anak di bawah 15 tahun.
b. Jenis kelamin
Sejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan DBD dikaitkan
dengan perbedaan jenis kelamin (gender). Di Philippines dilaporkan bahwa rasio
antar jenis kelamin adalah 1:1. Di Thailand tidak ditemukan perbedaan kerentanan
terhadap serangan 16 DBD antara laki-laki dan perempuan, meskipun ditemukan
angka kematian yang lebih tinggi pada anak perempuan namun perbedaan angka
tersebut tidak signifikan. Singapura menyatakan bahwa insiden DBD pada anak laki-
laki lebih besar dari pada anak perempuan.
Lingkungan (environment)
Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit dengue adalah:
1. lingkungan fisik
a. Letak geografis
Penyakit akibat infeksi virus dengue ditemukan tersebar luas di berbagai negara terutama
di negara tropik dan subtropik yang terletak antara 30º Lintang Utara dan 40º Lintang
72 | PBL blok 26 Community Medicine
Selatan seperti Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Caribbean dengan tingkat kejadian
sekitar 50-100 juta kasus setiap tahunnya. Infeksi virus dengue di Indonesia telah ada
sejak abad ke-18 seperti yang dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter
berkebangsaan Belanda. Pada saat itu virus dengue menimbulkan penyakit yang disebut
penyakit demam lima hari (vijfdaagse koorts) kadang-kadang disebut demam sendi
(knokkel koorts). Disebut demikian karena demam yang terjadi menghilang dalam lima
hari, disertai nyeri otot, nyeri pada sendi dan nyeri kepala. Sehingga sampai saat ini
penyakit tersebut masih merupakan problem kesehatan masyarakat dan dapat muncul
secara endemik maupun epidemik yang menyebar dari suatu daerah ke daerah lain atau
dari suatu negara ke negara lain
b. Musim
Negara dengan 4 musim, epidemi DBD berlangsung pada musim panas, meskipun
ditemukan kasus DBD sporadis pada musim 18 dingin. Di Asia Tenggara epidemi DBD
terjadi pada musim hujan, seperti di Indonesia, Thailand, Malaysia dan Philippines
epidemi DBD terjadi beberapa minggu setelah musim hujan. Periode epidemi yang
terutama berlangsung selama musim hujan dan erat kaitannya dengan kelembaban pada
musim hujan. Hal tersebut menyebabkan peningkatan aktivitas vektor dalam menggigit
karena didukung oleh lingkungan yang baik untuk masa inkubasi.
2. Lingkungan biologis
a. Populasi
Kepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah terjadinya infeksi virus dengue,
karena daerah yang berpenduduk padat akan meningkatkan jumlah insiden kasus DBD
73 | PBL blok 26 Community Medicine
tersebut. Dengan semakin banyaknya manusia maka akan semakin besar peluang nyamuk
mengigit, sehingga penyebaran kasusu DBD dapat menyebar dengan cepat dalam suatu
wilayah.
b. Nutrisi
Teori nutrisi mempengaruhi derajat berat ringan penyakit dan ada hubungannya dengan
teori imunologi, bahwa pada gizi yang baik mempengaruhi peningkatan antibodi dan
karena ada reaksi antigen dan antibodi yang cukup baik, maka terjadi infeksi virus
dengue yang berat.
3. Lingkungan Sosial
a. Mobilitas penduduk
Mobilitas penduduk memegang peranan penting pada transmisi penularan infeksi virus
dengue. Salah satu faktor yang mempengaruhi penyebaran epidemi dari Queensland ke
New South Wales pada tahun 1942 adalah perpindahan personil militer dan angkatan
udara, karena jalur transportasi yang dilewati merupakan jalul penyebaran virus dengue
5. Cara transmisi
Demam berdarah ditularkan oleh nyamuk: Aedes aegepti. Nyamuk tersebut mendapat
virus dari orang yang dalam darahnya terdapat virus itu. Orang itu (carrier) tidak harus orang
yang sakit Demam Berdarah. Sebab, orang yang mempunyai kekebalan, tidak tampak sakit atau
bahkan sama sekali tidak sakit, walaupun dalam darahnya terdapat virus dengue. Dengan
demikian orang ini dapat menularkan penyakit kepada orang lain. Virus dengue akan berada
dalam darah manusia selama ± 1 minggu. Orang dewasa biasanya kebal terhadap virus dengue.
74 | PBL blok 26 Community Medicine
Tempat-tempat yang mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya penularan demam
berdarah ialah tempat umum (Rumah Sakit, Puskesmas, Sekolah, Hotel/tempat penginapan) yang
kebersihan lingkungannya tidakterjaga, khususnya kebersihan tempat-tempat penampungan air
(bak mandi. WC, dsb).3
Perencanaan penanggulangan KLB jika terjadi KLB7
A. Pengertian
Penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) adalah upaya penanggulangan yang meliputi:
pengobatan/perawatan penderita, pemberantasan vektor penular DBD. penyuluhan kepada
masyarakat dan evaluasi/penilaian penanggulangan yang dilakukan di seluruh wilayah yang
terjadi KLB.
B. Tujuan
Membatasi penularan DBD, sehingga KLB yang terjadi di suatu wilayah tidak meluas ke
wilayah lainnya.
C. Kegiatan
Bila terjadi KLB/wabah, dilakukan penyemprotan insektisida (2 siklus dengan interval I
minggu), PSN DBD. Iarvasidasi, penyuluhan di seluruh wilayah terjangkit, dan kegiatan
penaggulangan lainnya yang diperlukan, seperti: pembentukan posko pengobatan dan posko
penanggulangan, penyelidikan KLB. pengumpulan dan pemeriksaan spesimen serta peningkatan
kegiatan surveilans kasus dan vektor, dan lain-lain.
75 | PBL blok 26 Community Medicine
1. Pengobatan/perawatan penderita
Penderita DBD yang berat dirawat di rumah sakit atau puskesmas yang mempunyai fasilitas
perawatan.
2. Pemberantasan vektor
a. Pengasapan (fogging/ ULV)
pelaksana : petugas kesehatan dinas kabupaten/kota. Puskesmas dan tenaga lain yang
telah dilatih
lokasi : meliputi seluruh wilayah terjangkit
sasaran : rumah dan tempat-tempat umum
insektisida : sesuai dengan dosis
alat : mesin fog atau ULV
cara pengasapan/ULV dilaksanakan 2 siklus dengan inerval 1 minggu
b. Pemberantasan sarang nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD)
pelaksana : masyarakat di lingkungan masing-masing
lokasi : meliputi seluruh wilayah terjangkit dan wilayah sekitarnya dan
merupakan satu
kesatuan epidemiologis.
Sasaran : semua tempat potensial bagi perindukan nyamuk; tempat
penampungan air,
barang bekas, lubang pohon/tiang pagar, tempat minum burung dan
sebagainya, di rumah/bangunan dan tempat umum.
76 | PBL blok 26 Community Medicine
Cara : melakukan kegiatan 3M plus
c. Larvasidasi
pelaksana : tenaga dari masyarakat dengan bimbingan petugas puskesmas/dinas
kesehata
kabupaten/kota
lokasi : meliputi seluruh wilayah terjangkit
sasaran : tempat penampungan air(TPA) di rumah dan tempat-tempat umum
Larvasida : sesuai dengan dosis
Cara : larvasidasi dilaksanakan di seluruh wilayah KLB
3. Penyuluhan kesehatan masyarakat.
Dinas kesehatan kabupaten/kota bersama puskesmas menyusun rencana kegiatan penyuluhan.
Pelaksanaannya dikoordinasikan oleh Bupati/ Walikota setempat.
Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (PKM) meliputi :
Pertemuan dengan lintas sektor terkait (Departemen Pendidikan Nasional. Departeman Agama,
Pemerintah Daerah Propinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan. Kelurahan/Desa, dan lain-lain)
Penyuluhan melalui media elektronik (seperti: telavisi, radio Pemda/swasta lokal, bioskop),
media cetak (surat kabar, pemasangan spanduk, poster, stiker) dan lain-lain.
77 | PBL blok 26 Community Medicine
Penyuluhan dilaksanakan di sekolah (melalui guru UKS), tempat ibadah, tempat pemukiman
(melalui organisasi wanita PKK dan organisasi lainnya), pasar, tempat- tempat umum lainnya.
Penyuluhan melalui Ketua RT/RW (misalnya dengan membagikan leaflet kepada warga).
4. Penilaian penanggulangan kejadian luar biasa (KLB)
Penilaian penanggulangan KLB meliputi :
a. Penilaian Operasional
Penilaian operasional ditujukan untuk mengetahui presentase (coverage) pemberatasan vektor
dari jumlah yang direncanakan. Penilaian ini dilakukan dengan melakukan kunjungan rumah
secara acak dan wilayah-wilayah yang direncanakan untuk pengasapan, larvasidasi dan
penyuluhan. Pada kunjungan tersebut dilakukan wawancara apakah rumah sudah dilakukan
pengasapan, larvasidasi dan pemeriksaan jentik serta penyuluhan.
b. Penilaian Epidemiologi:
Penilaian ini ditujukan untuk mengetahui dampak upaya penanggulangan terhadap jumlah
penderita dan kematian DBD.
Penilaian epidomiologis dilakukan dengan membandingkan data kasus/kematian DBD sebelum
dan sesudah penanggulangan KLB. Data-data tersebut digambarkan dalam grafik per mingguan,
4 mingguan atau bulanan dan dibandingkan pula dengan keadaan tahun sebelumnya pada periode
yang sama.
78 | PBL blok 26 Community Medicine
Penutup
Berdasarkan tujuan dari Puskesmas yaitu mendukung tercapainya pembangunan kesehatan
nasional maka Puskesmas memegang peranan penting dalam suksesnya program pemberantasan
penyakit menular (P2M) yang merupakan salah satu Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas.
Pada Program Puskesmas dalam Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue, penting
bagi para petugas puskesmas untuk melakukan pendekatan system dan menbandingkan antara
cakupan dengan target yang telah ditetapkan. Pemberantasan DBD dibandingkan dengan target
variable yang dinilai: jumlah penderita DBD, pemeriksaan jentik berkala, kegiatan penyuluhan
DBD, pemberantasan vector yaitu: kegiatan fogging, abatisasi dan gerakan 3M/ gerakan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Untuk itu masyarakat harus mempunyai pengetahuan
dan sikap yang baik tentang penyakit DBD dan PSN DBD.
Tujuan dari program penelitian puskesmas ini untuk mengetahui pelaksanaan PSN DBD
sehingga dapat diketahui permasalahan yang ada untuk dapat meningkatkan ABJ dan untuk
menurunkan angka kesakitan DBD
Daftar pustaka
1. Revisi Buku Pedoman Kerja Puskesmas Tim. Puskesmas. Pedoman Kerja Puskesmas.
Jilid I. Jakarta: Departeman Kesehatan RI, 1991.h.G1-80
79 | PBL blok 26 Community Medicine
2. Keputusan MenKes RI. Kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat. Jakarta: Depkes RI;
2004.h.5,7, 15-8, 20-31
3. Revisi Buku Pedoman Kerja Puskesmas Tim. Kesehatan Lingkungan Pemukiman.
Pedoman Kerja Puskesmas. Jilid 3. Jakarta: Departeman Kesehatan RI, 1991.h.G1-80
4. Departemen Kesehatan RI. Pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue oleh
jumantik. Edisi ke-3 Jakarta. Departemen Kesehatan;2007.hal.7
5. Azwar A. Perencanaan program kesehatan. Pengantar administrasi kesehatan. edisi ke-3.
Jakarta. Binarupa Aksara; 1997.hal 200-06.
6. Departemen Kesehatan RI. Pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue.
Katalog Dalam Terbitan Departemen Kesehatan RI; 2007;3:1-3.
7. Departemen Kesehatan RI. Pencegahan dan pemberantasan demam berdarah dengue di
Indonesia. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. 2005
8. Widoyono. Demam berdarah dengue.Penyakit tropis,epidemiologi,penularan,pencegahan
dan pemberantasan. Jakarta. Erlangga; 2008.h.59
80 | PBL blok 26 Community Medicine