revisi pengukuran td drau
TRANSCRIPT
PENGUKURAN TEKANAN DARAH PADA ANAK
Dr. Adrian Umboh, Sp.A(K)Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas SamRatulangi /
RSU Pro.Dr. RD Kandou Manado
Pendahuluan
Teknik pengukuran tekanan darah sistolik secara tidak langsung dengan palpasi
diperkenalkan untuk pertama kalinya sejak ditemukan manometer air raksa oleh Riva-
Rocci pada tahun 1896, yang disusul dengan penemuan manometer aneroid oleh Hill
dan Barnard pada tahun 1897. Selama pertengahan pertama abad ke-20, pemakaian
manometer air raksa, aneroid dan osilometer berkembang pesat. Pada saat ini cara yang
lazim digunakan adalah cara pengukuran tekanan darah secara tidak langsung dengan
auskultasi. 1,2
Metode Pengukuran Tekanan Darah
Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara langsung dan secara tidak
langsung. Pengukuran tekanan darah secara langsung dilakukan secara intra-arterial.
Cara ini lebih akurat tetapi invasif sehingga tidak banyak digunakan dalam praktik
klinik. 3,4
Cara praktis untuk mengukur tekanan darah adalah secara tidak langsung dengan
auskultasi. Baku emas pengukuran tekanan darah secara tidak langsung adalah
menggunakan manometer air raksa. 1,2 Namun, karena bahaya toksisitasnya penggunaan
alat-alat medis yang mengandung air raksa saat ini mulai ditinggalkan. 1,5 Manometer
aneroid digunakan sebagai alat ukur tekanan darah yang dapat dipercaya bila secara
rutin divalidasi setiap ½ tahun. 6
Disampaikan pada simposium dan workshop sehari “Kegawatan Pada Penyakit Ginjal Anak” Makassar, 27-28 Mei 2006 1
Dibandingkan hasil pengukuran tekanan darah intra-arterial, maka pengukuran
tekanan darah secara tidak langsung dengan auskultasi menghasilkan tekanan sistolik
yang sedikit lebih rendah dan tekanan diastolik yang sedikit lebih tinggi. 1
Ketidaktepatan hasil pengukuran tekanan darah menggunakan manometer
dengan auskultasi terutama bersumber dari kesalahan manusiawi yang dapat berupa:
ketidaktepatan pemilihan ukuran manset, ketidaktepatan pemasangan manset,
singkatnya waktu istirahat bagi pasien, penurunan tekanan yang terlalu cepat,
kurangnya konsentrasi pemeriksa, bias/pembulatan hasil, dan kurangnya pemeriksaan
ulangan. Kesalahan-kesalahan manusiawi ini dapat diatasi dengan pelatihan petugas
secara berkala dan benar. 1,5
Gambar 1. Sfigmomanometer air raksa. 4
Manometer elektronik otomatis bekerja berdasarkan prinsip osilometrik. Alat ini
mengukur rerata tekanan arterial, kemudian dikalkulasi dengan algoritma tertentu
sehingga dihasilkan nilai sistolik dan diastolik Namun algoritma tersebut berbeda dari
satu pabrik dengan yang lain dan bahkan dapat berbeda pula antara alat yang satu
dengan yang lain. Sehingga hasil yang diperoleh sangat bervariasi dan tidak selalu sama
dengan hasil pengukuran secara auskultasi. Manometer elektronik harus divalidasi
secara berkala, namun protokol validasi tersebut sampai saat ini masih belum baku.1,2,7
Disampaikan pada simposium dan workshop sehari “Kegawatan Pada Penyakit Ginjal Anak” Makassar, 27-28 Mei 2006 2
Keuntungan manometer elektronik adalah mengurangi kesalahan manusiawi
maupun kesalahan pembulatan. Alat ini sering digunakan pada neonatus dan bayi muda
– dimana metoda auskultasi sulit diterapkan -, serta pada perawatan intensif yang
memerlukan pengukuran tekanan darah berulang. Namun setiap hasil abnormal pada
manometer elektronik harus selalu dikonfirmasi dengan metode auskultasi. 2,7
Terdapat 3 jenis manometer elektronik, yaitu: manometer pada jari tangan, pada
pergelangan tangan dan pada lengan atas. Alat yang direkomendasikan adalah
manometer elektronik pada lengan atas. 7
Gambar 2. Berbagai jenis manometer elektronik. 7
Kini dikembangkan pemantauan tekanan darah ambulatori (Ambulatory Blood
Pressure Monitoring = ABPM) yang merupakan suatu prosedur dimana alat ukur
tekanan darah portabel dikenakan oleh pasien untuk merekam tekanan darah dalam
suatu periode tertentu, biasanya selama 24 jam. ABPM sangat bermanfaat untuk
mengevaluasi hipertensi pada anak. Dengan mengukur dan merekam tekanan darah
secara periodik dan sering, ABPM dapat menghitung rerata tekanan darah pada siang
atau malam hari, dan sepanjang 24 jam, serta dapat pula melakukan berbagai
pengukuran untuk menetapkan tingkat atau beban dimana tekanan darah pasien akan
meningkat lebih dari batas atas nilai normal selama periode waktu tertentu (misalnya
pada tes BP load). ABPM sangat bermanfaat untuk mengevaluasi white-coat
hypertension, risiko kerusakan organ target hipertensi, resistensi obat dan efek
Disampaikan pada simposium dan workshop sehari “Kegawatan Pada Penyakit Ginjal Anak” Makassar, 27-28 Mei 2006 3
hipotensif dari obat-obat anti hipertensi. ABPM juga bermanfaat untuk mengevaluasi
keadaan-keadaan yang memerlukan pengawasan pola tekanan darah, seperti pada:
hipertensi episodik, penyakit ginjal kronis, diabetes dan disfungsi otonom. Namun
pelaksanaan ABPM memerlukan peralatan yang canggih dan staf yang terlatih,
sehingga penggunaannya pada anak dan remaja harus dilakukan dibawah pengawasan
pediater yang ahli dan berpengalaman di bidang ini. 8,9
Gambar 3. Alat pengukur ABPM dan contoh rekaman hasilnya. 8
Teknik Pengukuran Tekanan Darah Secara Auskultasi
Untuk mendapatkan hasil pengukuran tekanan darah yang tepat perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Manset yang digunakan harus cocok dengan ukuran anak (Tabel 1). Bila
menggunakan manset yang terlalu sempit akan menghasilkan angka
pengukuran yang lebih tinggi, sebaliknya bila menggunakan manset yang
terlalu lebar akan memberikan hasil angka pengukuran yang lebih rendah. 2,3
2. Lebar kantung karet harus menutupi minimal 40% lingkar lengan atas pada
pertengahan antara olekranon dan akromion sehingga memberikan ruangan
yang cukup untuk meletakkan stetoskop bel di daerah fossa kubiti,
Disampaikan pada simposium dan workshop sehari “Kegawatan Pada Penyakit Ginjal Anak” Makassar, 27-28 Mei 2006 4
sedangkan panjang kantung karet harus dapat menutupi 80%-100% dari
lingkaran lengan atas. 2,4
Gambar 4. Penempatan manset yang tepat.
3. Periksa terlebih dahulu manometer yang digunakan, apakah ada kerusakan
mekanik yang mempengaruhi hasil pengukuran.3
4. Pengukuran tekanan darah dilakukan dalam suasana yang tenang.
Pengukuran ini sebaiknya dilakukan setelah semua pemeriksaan lain selesai,
kecuali pada anak yang sakit berat atau dalam keadaan gawat/darurat. 10
Idealnya, anak yang hendak diukur tekanan darahnya tidak sedang
mengkonsumsi makanan atau obat-obat stimulan, telah duduk beristirahat
dengan tenang selama 5 menit pada kursi bersandar, kaki berpijak pada
Disampaikan pada simposium dan workshop sehari “Kegawatan Pada Penyakit Ginjal Anak” Makassar, 27-28 Mei 2006 5
lantai / tidak tergantung, dan lengan kanan ditopang sedemikian rupa
sehingga fosa kubiti berada setinggi jantung. Pada anak yang lebih kecil
pengukuran dilakukan dalam posisi anak berbaring telentang dengan lengan
lurus di samping badan. 2
Disampaikan pada simposium dan workshop sehari “Kegawatan Pada Penyakit Ginjal Anak” Makassar, 27-28 Mei 2006 6
Tabel 1. Ukuran-ukuran manset yang direkomendasi untuk pengukuran tekanan darah pada anak. 2
Rentang umur Lebar, cm
Panjang, cm
Lingkar lengan atas maksimum, cm*
Neonatus 4 8 10Bayi 6 12 15
Anak-anak 9 18 22Dewasa kecil 10 24 26
Dewasa 13 30 34Dewasa besar 16 38 44
Paha 20 42 52*Dihitung sedemikian rupa sehingga ukuran lengan terbesar masih dapat dibebat oleh manset minimal 80%
Prosedur umum pengukuran tekanan darah dengan auskultasi adalah sebagai
berikut:
Manset yang cocok untuk ukuran anak dibalutkan kuat pada lengan atas dengan
batas bawah lebih kurang 3 cm dari siku/fosa kubiti. Tentukan posisi arteri brakialis
dengan cara palpasi pada fossa kubiti. Stetoskop bel kemudian ditaruh di atas daerah
tersebut. Manset dipompa kira-kira 20-30 mmHg di atas tekanan yang diperlukan untuk
menimbulkan sumbatan pada arteri brakialis. Tekanan dalam manset kemudian
diturunkan perlahan-lahan dengan kecepatan 2-3 mmHg/detik sampai terdengar bunyi
suara lembut. Bunyi suara lembut yang terdengar ini disebut fase-1 dari Korotkoff dan
merupakan petanda tekanan darah sistolik. Fase-1 ini kemudian disusul fase-2 yang
ditandai dengan suara bising (murmur), lalu disusul dengan fase-3 berupa suara yang
keras, setelah itu suara mulai menjadi lemah (fase-4), dan akhirnya menghilang (fase-5).
Menghilangnya bunyi (fase-5) merupakan petanda tekanan darah diastolik. Namun pada
beberapa anak jika fase-5 sulit didengar, maka fase-4 digunakan sebagai petunjuk
tekanan darah diastolik. 2,3
Disampaikan pada simposium dan workshop sehari “Kegawatan Pada Penyakit Ginjal Anak” Makassar, 27-28 Mei 2006 7
Gambar 5. Palpasi arteri brakialis dan penempatan stetoskop. 4,5
Prinsip pengukuran tekanan darah pada lengan atas dapat pula diterapkan untuk
mengukur tekanan darah pada tungkai bawah (paha). Bila tekanan darah pada tungkai
bawah hendak diukur, anak berbaring tengkurap sehingga arteri poplitea dengan mudah
dapat diauskultasi. 2,3,10
Idealnya, setiap anak harus diukur tekanan darah pada keempat ekstremitas.
Pemeriksaan pada satu ekstremitas dapat dibenarkan, apabila pada palpasi teraba denyut
nadi yang normal pada keempat ekstremitas (nadi kedua arteri brakialis atau arteri
radialis dan kedua arteri femoralis atau arteri dorsalis pedis). Apabila terdapat keraguan
pada denyut nadi keempat ekstremitas, atau bila terdapat hipertensi pada pengukuran
satu ekstremitas, maka pengukuran tekanan darah mutlak harus dilakukan pada keempat
ekstremitas. Apabila pengukuran tekanan darah dilakukan pada satu ekstremitas, yang
biasa dipergunakan ialah lengan kanan atas, untuk menghindarkan kesalahan akibat
terdapatnya koarktasio aorta sebelah proksimal dari arteri subklavia kiri yang
menyebabkan tekanan darah di lengan kanan tinggi dan di tempat lain rendah. 3,10
Disampaikan pada simposium dan workshop sehari “Kegawatan Pada Penyakit Ginjal Anak” Makassar, 27-28 Mei 2006 8
Indikasi Pengukuran Tekanan Darah
Setiap anak berusia >3 tahun yang datang kesarana kesehatan seharusnya
diperiksa tekanan darahnya paling sedikit sekali pada setiap episode pemeriksaan
kesehatannya.2 Sedangkan anak berusia <3 tahun diperiksa tekanan darahnya pada
keadaan-keadaan khusus sebagaimana tertera pada Tabel 2.
Tabel 2. Keadaan-keadaan dimana anak usia <3 tahun harus diperiksa tekanan darahnya.2
Riwayat lahir prematur, berat lahir sangat rendah, atau komplikasi neonatal yang memerlukan perawatan intensif.Penyakit jantung kongenital (yang sudah dikoreksi maupun belum).
Infeksi saluran kemih berulang, hematuria, atau proteinuria.
Riwayat penyakit ginjal atau malformasi urologis.
Transplantasi organ solid.
Keganasan atau transplantasi sumsum tulang.
Pengobatan dengan obat-obatan yang dapat menaikkan tekanan darah.
Penyakit sistemik lain yang berhubungan dengan hipertensi (neurofibromatosis, sklerosis tuberous, dll).Peningkatan tekanan intrakranial
Hasil Pengukuran Tekanan Darah
Tekanan darah normal pada anak-anak bervariasi, oleh karena banyak faktor
yang mempengaruhinya, antara lain: umur, jenis kelamin, tinggi dan berat badan.
Dengan bertambahnya umur, berat badan dan tinggi badan ikut pula bertambah sampai
anak mencapai umur dewasa. Keadaan ini akan berpengaruh terhadap nilai tekanan
darah anak. Anak yang lebih berat dan/atau lebih tinggi mempunyai nilai tekanan darah
yang lebih tinggi dibanding dengan anak sebaya yang badannya lebih kurus dan/atau
lebih pendek. Untuk menentukan nilai tekanan darah pada anak, National High Blood
Pressure Education Program Working Group on High Blood Pressure in Children and
Adoloescents telah menerbitkan baku tekanan darah anak umur 1 sampai 17 tahun
(Lampiran 1 dan 2).2
Disampaikan pada simposium dan workshop sehari “Kegawatan Pada Penyakit Ginjal Anak” Makassar, 27-28 Mei 2006 9
Pada pengukuran tekanan darah hendaknya dicatat keadaan anak pada waktu
tekanan darah diukur (duduk, berbaring, tenang/tidur, menangis), karena keadaan anak
dapat mempengaruhi hasil dan penilaiannya. 10
Batasan tekanan darah normal adalah tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik
<90 persentil menurut jenis kelamin, usia dan tinggi badan. Hipertensi didefinisikan
sebagai rerata tekanan darah sistolik atau diastolik >95 persentil menurut jenis kelamin,
usia dan tinggi badan pada paling sedikit 3 kali pengukuran pada waktu yang berbeda.
Rerata tekanan darah sistolik atau diastolik di antara >90 persentil sampai dengan <95
persentil disebut tekanan darah normal meninggi dan merupakan faktor risiko menderita
hipertensi dikemudian hari. Batasan ini sesuai dengan diskripsi prehipertensi pada
pasien dewasa.2 Komite JN7 (The seventh report of the joint national committee on the
prevention, detection, evaluation and treatment of high blood pressure) saat ini
mendefinisikan prehipertensi sebagai tekanan darah > 120/80 mmHg, dan
merekomendasikan setiap anak dan remaja dengan tekanan darah >120/80 mmHg tetapi
masih <95 persentil dikategorikan pula sebagai prehipertensi serta memerlukan aplikasi
pola hidup sehat 11. Sedangkan white-coat hypertension didefinisikan sebagai keadaan
klinis dimana tekanan darah pasien >95 persentil pada saat diukur di klinik, namun
rerata tekanan darah tersebut <90 persentil jika diukur di luar lingkungan klinik. 2
Disampaikan pada simposium dan workshop sehari “Kegawatan Pada Penyakit Ginjal Anak” Makassar, 27-28 Mei 2006 10
DAFTAR PUSTAKA
1. Jones DW, Appel LJ, Sheps SG, Roccella EJ, Lenfant C. Measuring blood pressure accurately: new and persistent challenges. JAMA 2003; 289: 1027-30.
2. National High Blood Pressure Education Program Working Group on High Blood Pressure in Children and Adoloescents. The Fourth Report on the Diagnosis, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure in Children and Adolscents. Pediatrics 2004; 114 (2): 555-76.
3. Bahrun D. Hipertensi sistemik. Dalam: Alatas H, Tambunan T, Trihono PP, Pardede SO. Penyunting. Buku ajar nefrologi anak. Ed.2. Jakarta: IDAI; 2002. h. 242-90.
4. Beevers G, Lip GYH, O'Brien E. ABC of hypertension, Blood pressure measurement: Part I—Sphygmomanometry: factors common to all techniques. BMJ 2001;322: 981-5.
5. Beevers G, Lip GYH, O'Brien E. ABC of hypertension, Blood pressure measurement: Part II—Conventional sphygmomanometry: technique of auscultatory bloodpressure measurement. BMJ 2001;322;1043-1047
6. Canzanello VJ, Jensen PL, Schawartz GL. Are aneroid shygmomanometers accurate in hospital and clinic settings? Arch Intern Med 2001; 161: 729-31.
7. O'Brien E, Beevers G, Lip GYH. ABC of hypertension, Blood pressure measurement: Part IV—Automated sphygmomanometry: self blood pressure measurement BMJ 2001;322;1167-1170
8. O'Brien E, Beevers G, Lip GYH. ABC of hypertension, Blood pressure measurement: Part III—Automated sphygmomanometry: ambulatory blood pressure measurement. BMJ 2001;322;1110-1114
9. Lurbe E, Sorof JM, Daniels SR. Clinical and research aspects of ambulatory blood pressure monitoring in children. J Pediatr 2004; 144: 7-16.
10. Matondang CS, Wahidiyat I, Sastroasmoro S (Penyunting). Diagnosis fisis pada anak.Ed.2. Jakarta: PT Sagung Seto; 2000. h.29-30,174-7.
11. Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, et al. The seventh report of the joint national committee on the prevention, detection, evaluation and treatment of high blood pressure: The JNC 7 report. JAMA 2003; 289: 2560-72.
Disampaikan pada simposium dan workshop sehari “Kegawatan Pada Penyakit Ginjal Anak” Makassar, 27-28 Mei 2006 11
Disampaikan pada simposium dan workshop sehari “Kegawatan Pada Penyakit Ginjal Anak” Makassar, 27-28 Mei 2006 12
Lampiran 1. Tekanan darah anak laki-laki menurut umur dan persentil tinggi badan. 2