review 2 - buku ajar 1

5
Kekuatan Karakter: Keterikatan dengan Filsafat, Logika dan Etika Oleh Nadia Karima Izzaty, 1306369466 Judul: “Kekuatan dan Keutamaan Karakter, Filsafat, Logika dan Etika” Pengarang: Bagus Takwin, Fristian Hadinata, Saraswati Putri Data Publikasi: Takwin, Bagus dkk. “Kekuatan dan Keutamaan Karakter, Filsafat, Logika dan Etika”. 2013. Depok: Universitas Indonesia. Topik mengenai pengembangan sistem pendidikan yang berbasis pendidikan karakter memang bukan sebuah topik yang mudah lekang dari masa ke masa. Bahkan, pada masa kini yang telah terwarnai oleh modernitas dalam segala aspek, pembicaraan tentang pendidikan karakter kembali mencuat. Istilah karakter dan kepribadian seringkali dipertukarkan oleh kebanyakan orang, padahal dua istilah ini mengandung makna yang sama sekali berbeda, meskipun masih ada keterkaitan satu sama lain. Menurut Allport

Upload: dominic-gonzalez

Post on 28-Sep-2015

226 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

mpkt a

TRANSCRIPT

Kekuatan Karakter: Keterikatan dengan Filsafat, Logika dan EtikaOleh Nadia Karima Izzaty, 1306369466

Judul: Kekuatan dan Keutamaan Karakter, Filsafat, Logika dan EtikaPengarang: Bagus Takwin, Fristian Hadinata, Saraswati PutriData Publikasi: Takwin, Bagus dkk. Kekuatan dan Keutamaan Karakter, Filsafat, Logika dan Etika. 2013. Depok: Universitas Indonesia.

Topik mengenai pengembangan sistem pendidikan yang berbasis pendidikan karakter memang bukan sebuah topik yang mudah lekang dari masa ke masa. Bahkan, pada masa kini yang telah terwarnai oleh modernitas dalam segala aspek, pembicaraan tentang pendidikan karakter kembali mencuat.Istilah karakter dan kepribadian seringkali dipertukarkan oleh kebanyakan orang, padahal dua istilah ini mengandung makna yang sama sekali berbeda, meskipun masih ada keterkaitan satu sama lain. Menurut Allport (1937, dalam Takwin, 2013), kepribadian adalah kesatuan yang teratur dengan unsur-unsur yang berkaitan satu sama lain. Kepribadian bersifat unik, karena kepribadian seseorang terbentuk dari cara orang tersebut bereaksi terhadap hal-hal yang terjadi di sekelilingnya, maupun cara orang tersebut beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Sedangkan, pengertian karakter itu sendiri adalah sebagai kepribadian yang dievaluasi. Karakter adalah kumpulan sifat mental dan etis yang menandai seseorang (Allport, 1937 dalam Takwin, 2013). Sederhananya, kepribadian seseorang menjadi basis dari bentukan karakter orang tersebut.Karakter sendiri dibagi menjadi tiga level. Level pertama adalah keutamaan karakter, disusul dengan kekuatan karakter, dan tema situasional. Keutamaan merupakan karakteristik utama dari karakter (Peterson & Seligman, 2004, dalam Takwin, 2013). Keutamaan karakter dibagi secara universal menjadi enam bagian, yaitu: kebijaksanaan, kesatriaan, kemanusiaan, keadilan, pengelolaan diri, dan transendensi. Level kedua dari karakter adalah kekuatan karakter. Kekuatan karakter adalah unsur psikologis, lebih tepatnya, proses yang mendefinisikan keutamaan. Sedangkan tema situasional adalah kebiasaan khusus yang mengarahkan orang untuk mewujudkan kekuatan karakter dalam situasi tertentu.Sebenarnya, apabila ditelusuri lebih lanjut secara mendetail, ilmu kefilsafatan memiliki andil yang besar dalam proses pembentukan karakter yang kuat. Karakter dan filsafat memiliki hubungan yang saling menguatkan. Filsafat memang mengandalkan pikiran, karena untuk mencapai kebenaran diperlukan pikiran. Akan tetapi, berfilsafat tidak berarti sepenuhnya menggunakan pikiran saja. Berfilsafat berarti mendayagunakan keseluruhan diri sendiri untuk menemukan kebenaran. Dengan kata lain, berfilsafat berarti memaksimalkan pemanfaatan seluruh daya diri untuk mencapai suatu titik temu antara unsur-unsur dalam diri tersebut, yang lantas disebut sebagai kebenaran.Disinilah kekuatan dan keutamaan karakter diperlukan. Dalam aktivitas kefilsafatan, diperlukan kekuatan dan keutamaan karakter, karena aktivitas kefilsafatan bertujuan untuk mencari sebuah kebenaran. Kekuatan dan keutamaan karakter yang terlibat dalam aktivitas kefilsafatan disini mencakup kegiatan berpikir kritis, mencari kemungkinan lain dari situasi, menjaga kesetiaan, berani mengambil risiko, dan sebagainya. Oleh karena itu, kefilsafatan dipelajari beriringan dengan kekuatan dan keutamaan karakter, agar karakter yang dihasilkan bersifat maksimal.Filsafat terdiri dari beberapa unsur, yang secara tidak langsung juga berkaitan erat dengan kekuatan dan keutamaan karakter. Beberapa contoh unsur-unsur tersebut adalah logika dan etika.Dalam memperoleh kebenaran, logika sangat diperlukan agar pengetahuan yang kita dapatkan dari aktivitas kefilsafatan tidak hanya bernilai benar, melainkan juga masuk akal. Sehingga, seseorang tidak mudah terjebak dalam konklusi yang salah karena sesat pikir tersebut. Selain itu, fungsi logika dalam aktivitas kefilsafatan adalah sebagai acuan rasional dalam langkah-langkah berpikir dalam rangka menarik kesimpulan yang benar. Tanpa logika, filsafat dan ilmu pengetahuan tidak dapat memastikan langkah-langkah perolehan pengetahuan yang benar.Hanya demikiankah yang dibutuhkan untuk mendapatkan pengetahuan yang benar? Tentu saja tidak. Apabila seseorang hanya mempergunakan logika sebagai basis dari berbagai keputusannya, maka ada kemungkinan keputusannya tersebut tidak sesuai dengan keadaan orang lain. Oleh karena itu, etika juga merupakan sebuah unsur penting yang diperlukan dalam aktivitas kefilsafatan dalam rangka menarik sebuah kebenaran.Ada dua unsur yang juga sering dipertukarkan satu sama lain, yaitu moral dan etika. Padahal, keduanya merupakan dua hal yang berbeda, meskipun, seperti halnya karakter dan kepribadian, masih berkaitan erat satu sama lain. Secara sederhana, moral adalah ide dasar mengenai apa yang baik, apa yang benar, apa yang salah, dan apa yang tidak baik. Etika itu sendiri adalah pengejawantahan dari moral yang berupa suatu tindakan konkret.Logika dan etika berkaitan sangat erat, alih-alih dua buah konsep yang sama sekali paralel. Logika yang baik, selain menghasilkan kebenaran yang valid dan masuk akal, juga harus bersifat etis sehingga tidak bersifat merugikan bagi pihak manapun.Dari pemaparan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kekuatan dan keutamaan karakter, yang merupakan sebuah unsur penting dalam kehidupan seseorang, memiliki proses perolehan yang berkaitan dengan aktivitas kefilsafatan. Sedangkan, aktivitas kefilsafatan itu sendiri harus memenuhi dua syarat yang krusial sehingga dapat dihasilkan kebenaran yang baik, yaitu logis dan etis.