retardasi mental finish
TRANSCRIPT
RETARDASI MENTAL
Pembimbing:
Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp.KJ (K)
Oleh:
DIRA WAHYUNI SIREGAR
080100174
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RUMAH SAKIT JIWA PROVSU
MEDAN
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang
pengertian retardasi mental, cara mendiagnosa, serta tatalaksana pasien dengan
retardasi mental menurut hasil penelitian yang terbaru agar didapatkan hasil yang
optimal bagi para penderita.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh staff pengajar
Departemen Ilmu Penyakit Jiwa atas segala bantuan yang telah diterima selama
penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih
memiliki kekurangan dan jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan
kemampuan penulis. Oleh karenanya, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun untuk kesempurnaan laporan kasus ini.
Medan, 04 April 2012
Penulis,
Dira Wahyuni Siregar
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1. Latar Belakang......................................................................................1
1.2. Tujuan Penulisan...................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................3
2.1. Retardasi Mental...................................................................................3
2.1.1. Definisi.......................................................................................3
2.1.2. Epidemiologi..............................................................................3
2.1.3. Etiologi.......................................................................................3
2.1.4. Diagnosis....................................................................................4
2.1.5. Gambaran Klinis.........................................................................7
2.1.6. Diagnosa Banding.......................................................................8
2.1.7. Terapi..........................................................................................9
2.1.8. Prognosis..................................................................................10
BAB 3 KESIMPULAN & SARAN.....................................................................12
3.1. Kesimpulan.........................................................................................12
3.2. Saran....................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13
LAMPIRAN
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Retardasi mental merupakan salah satu cacat perkembangan lebih umum.
Hal ini dapat idiopatik dan menantang untuk mengenali anak yang terlihat normal
mengalami keterlambatan perkembangan. Sebaliknya, retardasi mental dapat
mudah dikenali saat anak dengan fitur dismorfik yang terkait dengan gangguan
retardasi mental yang dikenal faktor genetik.1 Estimasi prevalensi dikalkulasi
menggunakan denominator, didapati anak berumur hingga 19 tahun pada area
surve 7707 orang. Hasil prevalensi yang dilaporkan adalah per 1000 anak.
Prevalensi retardasi mental ringan dan berat adalah 7,2 per 1000 anak.2 Retardasi
mental kira-kira 1½ kali lebih sering pada laki-laki dibanding wanita. Pada lanjut
usia, prevalensi lebih sedikit, karena mereka dengan retardasi mental yang berat
atau sangat berat memiliki angka mortalitas yang tinggi yang disebabkan dari
penyulit gangguan fisik yang menyertai.3
DSM-IV memberikan empat tipe retardasi mental, yang mencerminan
tingkat intelektual: retardasi mental ringan, retardasi mental sedang, retardasi
mental berat dan retardasi sangat berat.3 Telah diperkirakan bahwa 80-90%
individu dalam populasi dengan retardasi mental berfungsi dalam kisaran ringan,
sementara hanya 5% populasi dengan retardasi mental yang gangguannya berat
sampai sangat berat.4 Berdasarkan penelitian Harper ditemukan prevalensi
retardasi mental berat adalah 3 dari 1.000 populasi dan 30 dari 1.000 populasi
menderita retardasi mental ringan.5
Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri dari
fungsi intelektual yang di bawah rata-rata dan gangguan dalam keterampilan
adaptif yang ditemukan sebelum orang berusia 18 tahun. Fungsi intelektual
keseluruhan ditentukan dengan menggunakan tes kecerdasan yang dibakukan, dan
istilah “secara bermakna di bawah rata-rata” didefinisikan sebagai nilai
1
kecerdasan (I.Q.; intelligence quotient) kira-kira 70 atau lebih rendah atau dua
simpangan baku di bawah rata-rata untuk tes tertentu. Fungsi adaptif dapat diukur
dengan menggunakan skala yang dibakukan, seperti Vineland Adaptive Behavior
Scale. Dalam skala tersebut, komunikasi, keterampilan hidup sehari-hari,
sosialisasi, dan keterampilan motorik (sampai 4 tahun, 11 bulan) dinilai dan
membentuk suatu senyawa perilaku adaptif yang behubungan dengan
keterampilan yang diharapkan.3
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu
syarat kelulusan di dalam Departemen Ilmu Penyakit Jiwa Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, Rumah Sakit Jiwa Provsu Medan.
Selain itu, makalah ini juga dapat digunakan sebagai panduan klinisi dalam
mengidentifikasi, mendiagnosa, serta merawat pasien yang didiagnosa dengan
retardasi mental.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Retardasi Mental
2.1.1 Definisi
The American Association of Mental Deficiency (AAMD) dan Diagnostic
and Statistical Manual of Mental Disorder edidi keempat (DSM-IV)
mendefinisikan retardasi mental sebagai fungsi intelektual keseluruhan yang
secara bermakna di bawah rata-rata yang menyebabkan atau berhubungan dengan
gangguan pada perilaku adaptif dan bermanifestasi selama periode
perkembangan-yaitu, sebelum usia 18 tahun. DSM-IV memberikan empat tipe
retardasi mental, yang mencerminan tingkat gangguan intelektual : retardasi
mental ringan (tingkat IQ 50-55 sampai kira-kira 70), retardasi mental sedang
(tingkat IQ 35-40 sampai 50-55), retardasi mental berat (tingkat IQ 20-25 sampai
35-40) dan retardasi mental sangat berat (tingkat IQ dibawah 20 atau 25).3
2.1.2 Epidemiologi
Prevalensi retardasi mental pada suatu waktu diperkirakan adalah kira-kira 1
persen dari populasi.3 Lebih kurang 3 % dari populasi mempunyai IQ kurang dari
70, dan retardasi mental adalah kurang dari setengah dari semua kasus.5 Retardasi
mental kira-kira 1½ kali lebih sering pada laki-laki dibandingkan wanita.3 Telah
diperkirakan bahwa 80-90% individu dalam populasi dengan retardasi mental
berfungsi dalam kisaran ringan, sementara hanya 5 % populasi dengan retardasi
mental yang gangguannya berat sampai sangat berat.4
2.1.3 Etiologi
Retardasi mental biasa disebabkan oleh beberapa faktor lingkungan, genetik
atau banyak faktor. Selain itu, faktor sosial dan perilaku seperti ekonomi rendah,
malnutrisi, penggunaan alcohol dan obat-obatan sewaktu hamil dipercayai dapat
3
menjadi retardasi mental. Namun begitu, 30 hingga 50 kasus etiologi tidak dapat
diidentifikasi walaupun setelah evaluasi diagnostik.5
Setengah orang mempunyai malformasi congenital otak, manakala yang lain
mengalami kerusakan pada otak sewaktu perkembangan pre atau post natal.
Etiologi retardasi mental yang didapat termasuk asfiksia, trauma kepala dan
keganasan sitem saraf pusat. Etiologi yang paling sering terjadi retardasi mental
pada Negara industry adalah sindrom alcohol fetal dengan insiden 1 dalam 100
kelahiran. Penyebab kedua paling sering retardasi mental adalah sindrom dwon
atau trisomy 21 dengan insiden 1 dari 800 hingga 1.000 kelahiran.5 Pada kira-kira
tigaperempat orang dengan retardasi mental parah, penyebabnya diketahui,
sedangkan penyebat terlihat pada hanya separuh orang dengan retardasi mental
ringan.3
2.1.4 Diagnosis
Diagnosis retardasi mental dapat dibuat setelah riwayat penyakit,
pemeriksaan intelektual yang baku, dan pengukuran fungsi adaptif menyatakan
bahwa perilaku anak sekarang adalah secara bermakna di bawah tingkat yang
diharapkan.3
Kriteria diagnostik untuk retardasi mental
A. Fungsi intelektual yang secara bermakna dibawah rata-rata I.Q. kira-kira 70
atau kurang pada tes I.Q. yang dilakukan secara individual (untuk bayi,
pertimbangkan klinis adanya fungsi intelektual yang jelas dibawah rata-rata).
B. Adanya defisit atau gangguan yang menyertai dalam fungsi adaptif sekarang
(yaitu, efektivitas orang tersebut untuk memenuhi standar-standar yang
dituntut menurut usianya dalam kelompok kulturalnya) pada sekurangnya dua
bidang keterampilan berikut: komunikasi, merawat diri sendiri, di rumah,
keterampilan sosial/interpersonal, menggunakan sarana masyarakat,
mengarahkan diri sendiri, keterampilan akademik fungsional, pekerjaan,
liburan, kesehatan dan keamanan).
C. Onset sebelum usia 18 tahun.
4
Penulisan didasarkan pada derajat keparahan yang mencerminkan tingkat
gangguan intelektual:
Retardasi mental ringan : tingkat IQ 50-55 sampai kira-kira 70
Retardasi mental sedang : tingkat IQ 35-40 sampai 50-55
Retardasi mental berat : tingkat IQ 20-25 sampai 35-40
Retardasi mental sangat berat : tingkat IQ dibawah 20 atau 25
Retardasi mental, keparahan tidak ditentukan : jika terdapat kecurigaan kuat
adanya retardasi mental tetapi intelegensi pasien tidak dapat diuji oleh tes
intelegensi baku.3
Karakteristik Perkembangan Orang Retardasi Mental
Derajat
Retardasi
Mental
Usia Prasekolah (0-5)
Maturasi & Perkembangan
Usia Sekolah (6-20)
Latihan & Pendidikan
Dewasa (21 & lebih)
Keadekuatan Sosial &
Kejuruan
Sangat
berat
Retardasi jelas kapasitas
berfungsi yang minimal
dalam bidang
sensorimotorik; memerlukan
perawatan; memerlukan
bantuan dan pengawasan
terus menerus
Ada beberapa
perkembangan motorik;
dapat berespons
minimal atau terbatas
terhadap latihan
menolong diri sendiri
Beberapa perkembangan
motorik dan bicara;
dapat mencapai
perawatan diri yang
sangat terbatas;
memerlukan perawatan
Berat Perkembangan motorik yang
miskin;berbicara sedikit
biasanya tidak mampu
belajar dari latihan menolong
diri sendiri; sedikit atau tidak
mempunyai keterampilan
komunikasi
Dapat berbicara atau
belajar komunikasi;
dapat dilatih dalam
kebiasaan sehat
dasar;memperoleh
manfaat dari latihan
kebiasaan sistematik;
tidak memperoleh
manfaat dari latihan
Dapat berperan sebagian
dalam pemeliharaan diri
sendiri dibawah
pengawasan lengkap;
dapat mengembangkan
keterampilan
melindungi diri sendiri
sampai tingkat minimal
yang berguna dalam
5
Derajat
Retardasi
Mental
Usia Prasekolah (0-5)
Maturasi & Perkembangan
Usia Sekolah (6-20)
Latihan & Pendidikan
Dewasa (21 & lebih)
Keadekuatan Sosial &
Kejuruan
kejuruan lingkungan yang
terkendali
Sedang Dapat berbicara atau belajar
untuk berkomunikasi;
kesadaran sosial yang buruk;
perkembangan motorik yang
cukup; mendapat manfaat
dari latihan menolong diri
sendiri; dapat ditangani
dengan pengawasan sedang
Dapat memperoleh
manfaat dari latihan
dalam keterampilan
sosial dan pekerjaan;
tidak mungkin
berkembang lebih dari
kelas dua dalam subjek
akademik; dapat belajar
pergi sendirian ditempat
yang telah dikenal
Dapat bekerja sendiri
dalam pekerjaan yang
tidak terlatih dan
setengah terlatih
dibawah kondisi
terawasi; memerlukan
pengawasan dan
bimbingan jika berada
dalam stress sosial atau
ekonomi ringan
Ringan Dapat mengembangkan
keterampilan sosial dan
komunikasi retardasi
minimal dan bidang
sensorimotorik; sering tidak
dapat dibedakan dari normal
sampai lebih tua
Dapat belajar
keterampilan akademik
sampai kira-kira kelas
enam pada akhir usia
remaja; dapat dibimbing
untuk menyesuaikan diri
dengan sosial
Biasanya dapat
mencapai keterampilan
sosial dan kejuruan yang
adekuat untuk
membiayai diri sendiri
minimal tetapi mungkin
memerlukan bantuan
dan bimbingan jika
dibawah stress sosial
atau ekonomi yang tidak
biasa
2.1.5 Gambaran Klinis
6
Retardasi mental ringan mungkin tidak terdiagnosis sampai anak yang
terkena memasuki sekolah, karena keterampilan sosial dan komunikasinya
mungkin adekuat dalam tahun-tahun prasekolah. Tetapi, saat anak menjadi lebih
besar, defisit kognotif tertentu seperti kemampuan yang buruk untuk berpikir
abstrak dan egosentrik mungkin membedakan dirinya dengan anak lain dalam
usianya. Walaupun orang teretardasi ringan mampu dalam fungsi akademik pada
tingkat pendidikan dasar dan keterampilan kejuruannya adalah memadai untuk
membantu dirinya sendiri dalam beberapa kasus,asimilasi sosial mungkin sulit.
Defisit komunikasi, harga diri yang buruk, dan ketergantungan mungkin berperan
dalam relatif tidak adanya spontanitas sosialnya. Beberapa orang teretardasi
ringan mungkin masuk ke dalam hubungan dengan teman sebaya yang
mempergunakan kelemahannya. Pada sebagian besar kasus, orang dengan
retardasi mental ringan dapat mencapai suatu tingkat keberhasilan sosial dan
kejuruan dalam lingkungan yang mendukung.3
Retardasi mental sedang kemungkinan didiagnosi pada usia yang lebih
muda dibandingkan retardasi mental ringan karena keterampilan komunikasi
berkembang lebih lambat pada orang teretardasi mental sedang, dan isolasi sosial
dirinya mungkin dimulai pada tahun-tahun usia sekolah dasar. Walaupun
pencapaian akademik biasanya terbatas pada pertengahan tingkat dasar, anak
yang teretardasi mental sedang mendapatkan keuntungan dari perhatian individual
yang dipusatkan untuk mengembangkan keterampilan menolong diri sendiri.
Anak-anak dengan retardasi mental sedang menyadari kekurangannya dan sering
kali merasa diasingkan oleh teman sebayanya dan merasa frustasi karena
keterbatasannya. Mereka terus membutuhkan pengawasan yang cukup tetapi
dapat menjadi kompeten dalam pekerjaan yang dilakukan dalam kondisi yang
mendukung.3
Retardasi mental berat biasanya jelas pada tahun-tahun prasekolah, karena
bicara anak yang terkena adalah terbatas, dan perkembangan motoriknya adalah
buruk. Suatu perkembangan bahasa dapat terjadi pada tahun-tahun usia sekolah;
7
pada masa remaja, jika bahasa adalah buruk, bentuk komunikasi nonverbal dapat
berkembang. Kemampuan untuk mengartikulasikan dengan lengkap
kebutuhannya dapat mendorong cara fisik berkomunikasi. Pendekatan perilaku
dapat membantu mendorong suatu tingkat perawatan diri sendiri, walaupun orang
dengan retardasi mental berat biasanya memerlukan pengawasan yang luas.3
Anak-anak dengan retardasi mental sangat berat memerlukan pengawasan
yang terus-menerus dan sangat terbatas dalam keterampilan komunikasi dan
motoriknya. Pada masa dewasa, dapat terjadi suatu perkembangan bicara, dan
keterampilan menolong diri sendiri yang sederhana dapat tercapai. Walaupun
pada masa dewasa, perawatan adalah diperlukan.3
2.1.6 Diagnosa Banding
Defisit bicara dan palsi serebral seringkali menyebabkan anak tampak
teretardasi, walaupun adanya kecerdasan yang ambang atau normal. Gangguan
kejang dapat memberi kesan retardasi mental, terutama adanya kejang yang tak
terkendali. Sindrom otak kronis dapat menyebabkan kecacatan tersendiri-
kegagalan menulis (agrafia), kegagalan berkomunikasi (afasia) dan beberapa
kecacatan lain-yang dapat terjadi pada orang dengan kecerdasan normal dan
bahkan superior.3
Retardasi mental dan gangguan perkembangan pervasif sering kali terjadi
bersama-sama; 70 sampai 75 persen mereka dengan gangguan perkembangan
pervasif memiliki I.Q. yang kurang dari 70. Suatu gangguan perkembangan
pervasif menyebabkan distorsi waktu, kecepatan, dan urutan banyak fungsi
psikologis dasar yang diperlukan untuk perkembangan sosial. Karena tingkat
fungsi umumnya, anak-anak dengan gangguan perkembangan pervasif memiliki
lebih banyak masalah dalam hubungan sosial dan lebih banyak penyimpangan
bahasa dibandingkan mereka dengan retardasi mental. Pada retardasi mental,
ditemukan keterlambatan menyeluruh dalam perkembangan, dan anak-anak
retardasi mental berkelakuan seakan-akan mereka telah melewati stadium
8
perkembangan lebih awal yang normal, bukannya dengan perilaku yang sama
sekali menyimpang.3
2.1.7 Terapi
Pengobatan pada pasien retardasi mental berdasarkan penelitian terkontrol
kurang efektif. Penatalaksanaan perilaku merupakan program utama untuk
membantu orang retardasi mental mempelajari keterampilan sosial dan personal
yang dibutuhkan mereka untuk terus hidup di masyarakat. penatalaksanaan yang
digunakan untuk pasien retardasi mental adalah pemberian obat-obatan dan
psikoterapi.6
Farmakologi
Respon pasien retardasi mental stimulant, psikotropik dan pengobatan anti
depressive adalah sama dengan pasien yang tidak mengalami retardasi mental.
ADHD pada pasien retardasi mental adalah dalam 9% hingga 18% pengobatan
yang diberikan pada retardasi mental adalah neuroleptic (antipsikotik).
Penggunaan obat polimerasi harus dihindari dan hindari daripada perubahan
pengobatan pada sewaktu-waktu. Alternatif terhadap obat neuroleptic pada pasien
aggresif dan pasien yang cenderung melukai diri sendiri harus konsiderasi. Salah
satu komplikasi pengobatan neuroleptic ini adalah sindrom malignant neuroleptic,
yang merupakan gangguan fatal. Pasien yang cenderung melukai diri sendiri
harus dirujuk ke spesialis jiwa untuk intervensi perilaku. Tidak ada solusi mudah
untuk mengatasi anak retardasi mental.6
Psikoterapi
Psikoterapi pendukung dan terapi bertujuan membantu pasien mendapat
tilikan emosional. Terapi bertujuan untuk membantu pasien mengidentifikasi
kelebihan sendiri, membantu pasien membantu goal yang realistis dan juga
membantu pasien mengerti kesalahan perilaku mereka serta membantu pasien
untuk mencari cara lain untuk ekspresi kemarahan.6
Intervensi keluarga
9
Orang tua membutuhkan bimbingan dari spesialis kesehatan mental. Orang
tua harus mencari spesialis yang dapat memberikan pelayanan pada pasien
retardasi mental. Orang tua juga perlu mencari edukasi spesial dimana anak
retardasi dapat hidup normal.6
2.1.8 Prognosis
Orang tua sering menanyakan tentang prognosis jangka panjang pada saat
telah ditegakkan diagnosis. Sangat sulit untuk memprediksi hasil anak pada usia
yang sangat muda. Kebanyakan anak yang memiliki retardasi mental idiopatik
terutama pasien yang memiliki retardasi mental ringan, belajar pada tingkat yang
stabil, jika terjadi regresi, dokter harus mencurigai onset baru dari gangguan
komorbid yang terkait atau mempertimbangkan kemungkinan tidak terdiagnosi
gangguan degeneratif. Meskipun intelegen sangat penting dalam menentukan
prognosis, faktor lain dapat mempengaruhi fungsi dan menumbuhkan hasil yang
berbeda secara drastis. Pengaruh ini meliputi faktor lingkugan dan hidup bersama
perilaku, kejiwaan, gangguan medis dan sensorik.7
Sebagian besar individu yang menderita retardasi mental ringan dengan
komorbid, individu tersebut diharapkan untuk belajar dengan kecepatan satu
setengah sehingga dua pertiga dari kecepatan normal dan bisa membaca setingkat
anak kelas 3 hingga kelas 6 pada akhir remaja. Individu yang IQ adalah antara 40
dan 55 (sedang) belajar pada sepertiga sampai setengah kecepatan dan dapat
diharapkan untuk mencapai kelas 1 sampai 3 tingkat kelas membaca. Mereka
sering tinggal di rumah-rumah kelompok. Mereka jarang menikah dan jarang
menjadi orang tua dari anak-anaknya, jika mereka melakukannya, mereka
mungkin perlu dukungan dan pengawasan. Mereka mungkin dapat berfungsi
dalam lingkungan kerja yang mendukung, tetapi lebih sering bekerja di workshop
terlindung yang menyediakan pengawasan tetap.7
Bagi pasien retardasi mental berat dan sangat berat (IQ dibawah 40), hasil
bahkan kurang optimis. biasanya menghadiri keterampilan hidup kelas selama
10
tahun sekolah mereka dan akan terus memerlukan bantuan dengan aktivitas
hidup sehari-hari dari pengasuh sepanjang masa dewasa. Individu ini sering
mengalami masalah perilaku atau kejiwaan komorbid dan membutuhkan
pengawasan ketat. Pada prevalensi yang lebih tinggi komorbiditas medis, dengan
demikian tidak seperti individu yang menderita retardasi mental ringan, harapan
hidup dapat menurun secara signifikan.7
BAB 3
11
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri dari
fungsi intelektual yang dibawah rata-rata dan gangguan dalam keterampilan
adaptif yang ditemukan sebelum orang berusia 18 tahun. Retardasi mental biasa
disebabkan oleh beberapa faktor lingkungan, genetik atau banyak faktor. Selain
itu, faktor sosial dan perilaku seperti ekonomi rendah, malnutrisi, penggunaan
alcohol dan obat-obatan sewaktu hamil dipercayai dapat menjadi retardasi mental.
Namun begitu, 30 hingga 50 kasus etiologi tidak dapat diidentifikasi walaupun
setelah evaluasi diagnostik. DSM-IV memberikan empat tipe retardasi mental,
yang mencerminkan tingkat intelektual : retardasi mental ringan, retardasi mental
sedang, retardasi mental berat dan retardasi mental sangat berat. Telah
diperkirakan bahwa 80-90% individu falam populasi dengan retardasi mental
berfungsi dalam kisaran ringan, sementara hanya 5% populasi dengan retardasi
mental yang gangguannya berat sampai sangat berat. Diagnosis retardasi mental
merujuk kepada kriteria diagnostik yang terdapat di DSM-IV. Penatalaksanaan
pada retardasi mental terdiri dari farmakologi, psikoterapi dan intervensi keluarga.
Prognosis pada retardasi mental berdasarkan tingkat derajat keparahan retardasi
mental, semakin berat semakin buruk pula prognosisnya.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan untuk para orang tua agar lebih menjaga
kesehatan pada saat hamil dan lebih aktif memberikan stimulus kepada anak di
usia dini agar mengurangi angka kejadian retardasi mental.
DAFTAR PUSTAKA
12
1. Walker W, Johnson P. 2006. Mental Retardation : Overview and Diagnosi.
American Academy of Pediatrics. 2006; 27; 204.
2. Raina S, Razdan S, Nanda R. 2012. Prevalence of Mental Retardation among
Children in RS Pura Town of Jammu and Kashmir, India 15: 23-6
3. Kaplan, H. I., Saddock, B. J., dan Grebb, J. A., 2010. Sinopsis Psikiatri Jilid
Dua. Tangerang: Binarupa Aksara.
4. Nelson, W.E., Behrman, R.E., Kliegman. R., dan Arvin. Ann., 1999. Ilmu
Kesehatan Anak Nelson vol 1. Jakarta: EGC
5. Armadas, V. 2009. Mental retardation: definitions, etiology, epidemiology
and diagnosi. Journal of Sport and Health Research. 1(2): 112-112.
6. Lewis, Melvin., 1996. Child and Adolescent Psychiatry second edition.
7. Walker W, Johnson P. 2006. Mental Retardation: Management and Prognosis.
American Academy of Pediatrics. 2006;27;249
13
14
15
16