retardasi mental

16
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di lingkungan sekitar kita, tak jarang kita menemui seorang anak penderita retardasi mental. Mereka yang kita temui itu biasanya bersama dengan pengasuhnya atau mungkin dengan orang tuanya sendiri. Memang seorang anak penderita retardasi mental membutuhkan perhatian lebih dari orang- orang di lingkungannya (sekitarnya). Hal ini tak jarang menimbulkan rasa iri pada saudaranya, atau bahkan lebih besar lagi yaitu keretakan hubungan keluarga. Keadaan tidak menyenangkan tersebut juga dipicu oleh depresi karena memilii anak/anggota keluarga yang menderita retardasi mental. Apalagi jika terjadi pada keluarga yang tinggal di kota besar. Hidup seorang penderita retardasi mental di kota besar jauh lebih berat dibanding dengan penderita di pedesaan. Mungkin tidak dapat diperkirakan berapa jumlah penderita retardasi mental di Indonesia tercinta ini, dan mungkin anda akan terkejut dengan kenyataan yang ada. Dari catatan tahun 1998, di Kecamatan Semin, Kabupaten Gunungkidul (DI Yogyakarta) terdapat sekurangnya 700 penderita retardasi mental. Dan pada tahun 1999 jumlah penderita retardasi mental diperkirakan mencapai 3,11% atau sekitar 6 juta orang. Sungguh suatu angka yang cukup atau bahkan sangat memprihatinkan. Page | 1

Upload: topan-ergiyoga

Post on 24-Dec-2015

142 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Referat Kejiwaan Mengenai Retardasi Mental

TRANSCRIPT

Page 1: Retardasi Mental

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

   Di lingkungan sekitar kita, tak jarang kita menemui seorang anak penderita retardasi mental. Mereka yang kita temui itu biasanya bersama dengan pengasuhnya atau mungkin dengan orang tuanya sendiri. Memang seorang anak penderita retardasi mental membutuhkan perhatian lebih dari orang-orang di lingkungannya (sekitarnya). Hal ini tak jarang menimbulkan rasa iri pada saudaranya, atau bahkan lebih besar lagi yaitu keretakan hubungan keluarga.

Keadaan tidak menyenangkan tersebut juga dipicu oleh depresi karena memilii anak/anggota keluarga yang menderita retardasi mental. Apalagi jika terjadi pada keluarga yang tinggal di kota besar. Hidup seorang penderita retardasi  mental di kota besar jauh lebih berat dibanding dengan penderita di pedesaan.                      

  Mungkin tidak dapat diperkirakan berapa jumlah penderita retardasi mental di Indonesia tercinta ini, dan mungkin anda akan terkejut dengan kenyataan yang ada. Dari catatan tahun 1998, di Kecamatan Semin, Kabupaten Gunungkidul (DI Yogyakarta) terdapat sekurangnya 700 penderita retardasi mental. Dan pada tahun 1999 jumlah penderita retardasi  mental diperkirakan mencapai 3,11% atau sekitar 6 juta orang. Sungguh suatu angka yang cukup atau bahkan sangat memprihatinkan.

BAB II

Page | 1

Page 2: Retardasi Mental

TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi Retradasi Mental

Retardasi mental ialah keadaan dengan intelegensi yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala utamanya (yang menonjol) ialah intelegensi yang terkebelakang, sehingga daya guna sosial dan dalam pekerjaan seseorang menjadi terganggu. (Maramis, W.F.: Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, 1995:386).

Menurut American Association on Mental Retardation (AAMR) 1992 Retardasi mental yaitu : Kelemahan atau ketidakmampuan kognitif muncul pada masa kanak-kanak (sebelum 18 tahun) ditandai dengan fase kecerdasan dibawah normal ( IQ 70-75 atau kurang), dan disertai keterbatasan lain pada sedikitnya dua area berikut : berbicara dan berbahasa; keterampilan merawat diri, ADL; keterampilan sosial; penggunaan sarana masyarakat; kesehatan dan keamanan; akademik fungsional; bekerja dan rileks, dan lain-lain.

Retardasi mental ialah keadaan dengan intelegensia yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Retardasi Mental ditandai dengan fungsi intelektual yang secara signifikan berada dibawa rata-rata, diserta oleh adanya berbagai deficit dalam fungsi adaptif, seperti mengurus diri atau aktivitas okupasional yang muncul sebelum usia 18 tahun. Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala utama ialah intelegensi yang terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo = kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental.

Retardasi mental bukan suatu penyakit walaupun retardasi mental merupakan hasil dari proses patologik di dalam otak yang memberikan gambaran keterbatasan terhadap intelektual dan fungsi adaptif. Retardasi mental dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau gangguan fisik lainnya.

Dari rumusan di atas walaupun dengan penggunaan bahasa yang sedikit berbeda, tetap mengacu pada hal yang sama, yaitu keterbelakangan fungsi intelektual.

B. Karakteristik Retardasi Mental

  Dari rumusan definisi retardasi mental yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat diambil kesimpulan dan batasan (karakteristik) retardasi mental sebagai berikut;Bahwa orang yang menderita retardasi mental adalah orang yang:

a.    Tingkat kecerdasannya berada di bawah rata-rata anak normal.

Page | 2

Page 3: Retardasi Mental

b.    Disertai dengan adanya kesulitan dalam menyesuaikan diri dalam bertingkah laku atau beradaptasi.

c.    Terjadi pada masa perkembangan.        Selain batasan di atas retardasi mental juga dapat dilihat dari karakteristik/ciri:

a.         Fisik/tanda-tanda ilmiah–   Wajah dan segala sesuatu yang terdapat padanya

Biasanya anak penyandang cacat mental mempunyai bentuk muka ya ng bundar. Kalau dilihat dari samping, mukanya cenderung mempunyai tampang yang pipih. Hal ini seperti dikenal dengan “Brachycephaly” (kepala pendek dan lebar).

Mengenai mata, dari hampir semua anak maupun orang dewasa yang cacat mental cenderung sipit atau miring ke atas. Selain itu, sering juga ada lipatan kecil dari kulit (Epicanthic Fold) yang timbul tegak lurus antara bagian sudut dalam dari mata dan jembatan hidung.

Rongga mulutnya sedikit lebih kecil dan lidanya lebih besar dari yang biasa. Inilah yang mendorong anak untuk mempunyai kebiasaan mengeluarkan lidahnya pada waktu-waktu tertentu.

–   Anggota tubuhTangan penderita cacat mental ini cenderung lebar dengan jari-jari yang pendek. Sedangkan kaki cenderung pendek dan tebal serta mempunyai sela yang lebar antara jempol kaki dan jari-jari di sebelahnya.

–   Koordinasi anggota tubuhAdakalanya koordinasi antara tangan dan kaki juga kurang baik. Hal ini bisa terlihat pada anak yang ragu-ragu melangkah dan menggerakkan tangannya.

–   Gaya dudukBiasanya kedua lututnya mengarah lebar ke depan, sedangkan bagian lutut ke bawah sampai telapak kaki terlipat mengarah ke belakang, masing-masing di sebelah kanan dan kiri pinggang.

b.         Sikap dan tingkah laku        Ada yang terlalu apatis (diam) dan adapula yang terlalu hiper-aktif.

c.         Perkembangan anak cacat mentalAnak cacat mental tertentu, selain yang berat cacat mentalnya, masing akan dapat berkembang da belajar sepanjang hidupnya. Dari seorang bayi yang baru dilahirkan dan seluruhnya tergantung dari keluarganya, mereka akan berkembang jasmani, daya pikir dan perasaannya.

Page | 3

Page 4: Retardasi Mental

Perkembangan anak cacat mental, tidak hanya lebih lambat atau bahkan jauh tertinggal dari mereka yang tanpa cacat, tetapi yang dicapai juga tidak lengkap. Dan  dalam masa dewasanya, mereka yang cacat mental akan lebih memerlukan bantuan dari rata-rata orang dewasa pada umumnya.

C. Klasifikasi Retardasi Mental

1. RM ringan (IQ 52-69) : mulai tampak gejalanya pada usia sekolah dasar, misalnya sering tidak naik kelas, selalu memerlukan bantuan untuk mengerjakan pekerjaan rumah atau mengerjakan hal-hal yang berkaitan pekerjaan rumah atau mengerjakan hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan pribadi. 80 % dari anak RM termasuk pada golongan ini. Dapat menempuh pendidikan Sekolah Dasar kelas VI hingga tamat SMA. Ciri-cirinya tampak lamban dan membutuhkan bantuan tentang masalah kehidupannya.

2. RM Sedang (IQ 36-51) : sudah tampak sejak anak masih kecil dengan adanya keterlambatan dalam perkembangan, misalnya perkembangan wicara atau perkembangan fisik lainnya. Anak ini hanya mampu dilatih untuk merawat dirinya sendiri, pada umumnya tidak mampu menyelesaikan pendidikan dasarnya, angka kejadian sekitar 12% dari seluruh kasus RM. Anak pada golongan ini membutuhkan pelayanan pendidikan yang khusus dan dukungan pelayanan.

3. RM Berat (IQ 20-35) : sudah tampak sejak lahir, yaitu perkembangan motorik yang buruk dan kemampuan bicara yang sangat minim, anak ini hanya mampu untuk dilatih belajar bicara dan keterampilan untuk pemeliharaan tubuh dasar, angka kejadian 8% dari seluruh RM. Memiliki lebih dari 1 gangguan organik yang menyebabkan keterlambatannya, memerlukan supervisi yang ketat dan pelayanan khusus.

4. RM Sangat Berat (IQ < 20) : sudah tampak sejak lahir yaitu gangguan kognitif, motorik, dan komunikasi yang pervasif. Mengalami gangguan fungsi motorik dan sensorik sejak awal masa kanak-kanak, individu pada tahap ini memerlukan latihan yang ekstensif untuk melakukan “self care” yang sangat mendasar seperti makan, BAB, BAK. Selain itu memerlukan supervisi total dan perawatan sepanjang hidupnya, karena pada tahap ini pasien benar-benar tidak mampu mengurus dirinya sendiri.

D. Etiologi Retardasi Mental       Penyebab retardasi mental mungkin faktor keturunan  (retardasi mental

genetik) mungkin juga tidak diketahui (retardasi mental simplex), kedua-duanya dinamakan retardasi mental primer. Retardasi mental sekunder disebabkan faktor-faktor dari luar yang diketahui dan faktor-faktor ini mempengaruhi otak mungkin pada waktu pranatal, perinatal, atau postnatal.

Page | 4

Page 5: Retardasi Mental

a. Faktor keturunan  Faktor ini terjadi pada peristiwa idiopathy, psikhosa, neurosa, idiocy dan

psikhosa siflitik (oleh penyakit sifilis). Pada peristiwa idiipathy, psikhosa (gangguan kejiwaan), neurosa (gangguan saraf) dan idiocy pada umumnya dapat mengakibatkan retardasi mental, karena apabila orang tua si bayi menderita penyakit tersebut, maka akan memberi pengaruh buruk pada janin (foetus intra uterina). Sedangkan pada peristiwa psikhosa sifilitik disebabkan karena terjadi infeksi syphilitis yang mengakibatkan degenerasi yang progressif pada sel-sel otak.

b. Faktor sebelum lahir Faktor ini antara lain :–     Perawatan yang kurang baik sebelum lahir, ibu yang mengandung menderita

sakit atau mengalami kecelakaan (jatuh), dan ibu yang sudah menopause (mati-haid) atau berumur 40-an.

–     Kekurangan nutrisi, infeksi atau luka-luka, serta keracunan sewaktu bayi berada dalam kandungan.

–     Terjadi intoxication (intoksikasi atau keracunan) oleh janin, dikarenakan ibu sedang mengandung muda, meminum obat-obat penenang yang beracun, antara lain obat malidomide dan obat kontraseptif anti-hamil yang sangat kuat mengandung racun bagi janin (teratogenic).

c. Faktor ketika lahir Banyak risikonya saat ibu melahirkan anaknya. Risiko tersebut dapat

mengenai ibu maupun bayinya sendiri. Terutama sekali pada kelahiran anak pertama yang berlangsung lama dan sulit sekali (Prima Para), karena kepala sang bayi sang bayi sering terganggu oleh tekanan-tekanan yang mampat dari dinding rahim ibu. Tekanan-tekanan tersebut dapat menyebabkan pendarahan pada bagian dalam kepala si bayi. Tekanan tersebut dapat disebabkan oleh :

–     Kelahiran dengan bantuan tang (Tangverlossing) yang sulit. Bayi yang lahir dengan cara tersebut sebagian mengalami retardasi mental.

–     Asphixia, yaitu lahir tanpa napas, bayi seolah-olah tercekik.   Disebabkan adanya lendir dalam alat pernapasan bayi, atau ada

cairan di dalam paru-parunya, dapat pula disebabkan oleh karena sang ibu mendapat Anaeshiesi (zat pembius terlalu banyak).

–     Prematurity, bayi yang dilahirkan sebelum waktunya sering pertumbuhan jasmani dan jiwanya mengalami retardasi (perlambatan).

–     Primogeniture, yaitu kelahiran pertama yang memungkinkan bayi menderita defek mental. Salah satu penyebab defek mental adalah sang ibu mendapat sinar radium atau sinar-X terlalu banyak, sehingga bayi yang dikandung menderita hiper-radiasi dan kelak bisa mengalami Amentia.

Page | 5

Page 6: Retardasi Mental

d.    Faktor sesudah bayi lahir   Bayi yang lahir ada yang mengalami bermacam-macam gangguan,

sehingga mereka di kemudian hari menjadi anak atau orang yang cacat mental. Gangguan-gangguan dan kecelakaan-kecelakaan tersebut terutama sekali sering terjadi pada tahun-tahun pertama.Adapun sebab-sebabnya antara lain :–        Pengalaman-pengalaman traumatik (luka-luka), yaitu luka pada kepala atau

di kepala bagian dalam, karena si anak pernah jatuh, terpukul, terbentur benda keras, atau juga pernah pingsan lama.

–        Keracunan timah, karena si anak mengunyah atau mengisap benda-benda bercat yang catnya mengandung timah.

–        Kejang atau Stuip, disebabkan karena anak menderita sakit dan panas badannya tinggi sekali. Atau menderita epilepsi (penyakit ayan) terutama sekali bila kejang ayan seringkali menyerang bayi atau anak.

–        Infeksi pada otak (Encephalitis) atau pada selaput otak (Meningitis) oleh penyakit-penyakit cerebral meningitis, gabag (mazelen, campak), dyptheri, radang telinga yang mengandung nanah.

–        Faktor psikologis, yaitu kurangnya pemberian rangsangan atau dorongan mental pada anak, pembedaan dalam pengasuhan, kurang mendapat perhatian, perlakuan yang kejam dari orang sekitar.

E. Manifestasi Klinisa.       Gangguan kognitif ( pola, proses pikir )b.      Lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasac.       Gagal melewati tahap perkembangan yang utamad.      Lingkar kepala diatas atau dibawah normal ( kadang-kadang lebih besar atau

lebih kecil dari ukuran normal )e.       Kemungkinan lambatnya pertumbuhanf.        Kemungkinan tonus otot abnormal ( lebih sering tonus otot lemah )g.       Kemungkinan ciri-ciri dismorfikh.       Terlambatnya perkembangan motoris halus dan kasari.         Kelainan fisik :

o Kelainan pada mata

o Kejang

o Kelainan kulit

o Kelainan rambut Kepala

o Perawakan pendek

o Distonia

F. PatofisiologiRetardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari.

Retardasi mental ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul

Page | 6

Page 7: Retardasi Mental

pada masa kanak-kanak ( sebelum usia 18 tahun ) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan di bawah normal ( IQ 70 sampai 75 atau kurang ) dan disertai keterbatasan-keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaftif : berbicara dan berbahasa , kemampuan/ketrampilan merawat diri, kerumahtanggaan, ketrampilan sosial, penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri , kesehatan dan keamanan , akademik fungsional, bersantai dan bekerja.

Penyebab retardasi mental bisa digolongkan kedalam prenatal, perinatal dan pasca natal. Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak.

G. WOC

         

 H. Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik

Pemeriksaan Laboratorium : Uji intelegensi standar ( stanford binet, weschler, Bayley Scales of infant

development ) Uji perkembangan seperti DDST II Pengukuran fungsi adaftif ( Vineland adaftive behaviour scales, Woodcock-

Johnson Scales of independent Behaviour, School edition of the adaptive behaviour scales ).

Pemeriksaan kromosom Pemeriksaan urin, serum atau titer virus

Pemeriksaan Diagnostic : EEG (Elektro Ensefalogram) MRI (Magnetic Resonance Imaging) CT Scan untuk identifikasi abnormalitas  perkembangan jaringan otak, injury

jaringan otak atau trauma yang mengakibatkan perubahan.

I.  Komplikasia.             Serebral palcyb.            Gangguan kejang

Page | 7

Page 8: Retardasi Mental

c.             Gangguan kejiwaand.            Gangguan konsentrasi /hiperaktife.             Defisit komunikasif.              Konstipasi

J.    PENATALAKSANAAN MEDISBerikut ini adalah obat-obat yang dapat digunakan :

a. Obat-obat psikotropika ( tioridazin,Mellaril untuk remaja dengan perilaku yang membahayakan diri sendiri

b. Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda gangguan konsentrasi/gangguan hyperaktif.

c.  Antidepresan ( imipramin (Tofranil))d. Karbamazepin ( tegrevetol) dan propanolol ( Inderal )

Penanganan terhadap penderita retardasi mental bukan hanya tertuju pada penderita saja, melainkan juga pada orang tuanya. Mengapa demikian? Siapapun orangnya pasti memiliki beban psiko-sosial yang tidak ringan jika anaknya menderita retardasi mental, apalagi jika masuk kategori yang berat dan sangat berat. Oleh karena itu agar orang tua dapat berperan secara baik dan benar maka mereka perlu memiliki kesiapan psikologis dan teknis. Untuk itulah maka mereka perlu mendapatkan layanan konseling. Konseling dilakukan secara fleksibel dan pragmatis dengan tujuan agar orang tua penderita mampu mengatasi bebab psiko-sosial pada dirinya terlebih dahulu.

Untuk mendiagnosis retardasi mental dengan tepat, perlu diambil anamnesis dari orang tua dengan teliti mengenai: kehamilan, persalinan, dan pertumbuhan serta perkembangan anak. Dan bila perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium.

a.  Pentingnya Pendidikan dan Latihan untuk Penderita Retardasi Mental1)       Latihan untuk mempergunakan dan mengembangkan kapasitas yang

dimiliki dengan sebaik-baiknya.2)      Pendidikan dan latihan diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat yang salah.3)      Dengan latihan maka diharapkan dapat membuat keterampilan berkembang,

sehingga ketergantungan pada pihak lain menjadi berkurang atau bahkan hilang.

Melatih penderita retardasi mental pasti lebih sulit dari pada melatih anak normal antara lain karena perhatian penderita retardasi mental mudah terinterupsi. Untuk mengikat perhatian mereka tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan merangsang indera.

b. Jenis-jenis Latihan untuk Penderita Retardasi MentalAda beberapa jenis latihan yang dapat diberikan kepada penderita retardasi

mental, yaitu:-Latihan di rumah        : makan sendiri, berpakaian sendiri, kebersihan badan.-Latihan di sekolah      : pengembangan rasa sosial.

Page | 8

Page 9: Retardasi Mental

-Latihan teknis             : diberikan sesuai minat, jenis kelamin dan kedudukan sosial, misalnya peternakan dan menjahit.

-Latihan moral             : pelajaran tentang yang baik dan tidak baik. Agar mengerti tiap pelanggaran disiplin disertai hukuman, dan tiap perbuatan baik disertai hadiah.

-Selain itu lingkungan anak tersebut harus memberi contoh yang baik.

K.   Pencegahan Retardasi MentalTerjadinya retardasi mental dapat dicegah. Pencegahan retardasi mental dapat

dibedakan menjadi dua: pencegahan primer dan pencegahan sekunder.a.  Pencegahan Primer

Usaha pencegahan primer terhadap terjadinya retardasi mental dapat dilakukan dengan:

Pendidikan kesehatan pada masyarakat Perbaikan keadaan sosial-ekonomi Konseling genetik Tindakan kedokteran, antara lain:

o perawatan prenatal dengan baik,

o pertolongan persalinan yang baik,

o pencegahan kehamilan usia sangat muda dan terlalu tua.

b. Pencegahan SekunderPencegahan sekunder terhadap terjadinya retardasi mental dapat dilakukan

dengan diagnosis dan pengobatan dini peradangan otak dan gangguan lainnya.

Adapun tindakan lain yang bisa dilakukan adalah :a.  Meningkatkan perkembangan otak yang sehat dan penyediaan pengasuhan 

dan lingkungan yang merangsang pertumbuhanb.  Harus memfokuskan pada kesehatan biologis dan pengalaman kehidupan

awal anak yang hidup dalam kemiskinan dalam hal ini :             

Latihan dan PendidikanPendidikan anak dengan retardasi mental secara umum :–     Mempergunakan dan mengembangkan sebaik-baiknya kapasitas yang ada.–     Memperbaiki sifat-sifat yang salah atau yang anti sosial.–     Mengajarkan suatu keahlian agar dapat mencari nafkah kelak.

Dalam latihan mereka lebih sukar dari anak biasa karena perhatian mereka mudah sekali berubah. Harus diusahakan untuk mengikat perhatian mereka dengan merangsang panca indera, misalnya dengan alat permainan yang berwarna atau yang berbunyi, dan harus konkrit. Mereka juga diajari dan diberi pekerjaan yang praktis (tidak memerlukan intelegensi tinggi).

Page | 9

Page 10: Retardasi Mental

BAB IIIPENUTUP

A.    Kesimpulan

  Retardasi mental dapat didefinisikan sebagai keterbatasan dalam kecerdasan yang mengganggu adaptasi normal terhadap lingkungan.

  Retardasi mental menurut penyebabnya, yaitu akibat infeksi, ruda paksa, gangguan metabolisme, penyakit otak post natal, gangguan gizi yang berat dan berlangsung lama sebelum umur 4 tahun, pengaruh penyakit pra natal yang tidak jelas, kelainan kromosom, prematuritas, gangguan jiwa berat, deprifasi psikososial.

  Penyebab retardasi mental dapat dimulai saat masih dalam kandungan, lahir dan sesudah lahir.

  Hal-hal yang harus diperhatikan dalam kasus ini :

Keterlambatan perkembangan seringkali mempunyai latar belakang RM Sebagian besar anak dengan RM tidak berbeda dengan anak-anak lain pada

umumnya RM tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dicegah dengan adanya antenatal

care yang baik, persalinan yang aman dan stimulasi anak yang adekuat Deteksi dini sangat penting, karena dengan adanya pelatihan orang tua

maka outcome dari perkembangan anak selanjutnya akan lebih baik

B.  Saran

Bagi para orang tua supaya lebih berhati-hati baik saat mengandung, melahirkan ataupun setelah anak dilahirkan. Dari etiologi yang kami jelaskan diatas apabila dipahami dengan seksama maka akan mengurangi atau menekan angka kasus ini di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Page | 10

Page 11: Retardasi Mental

1. Maramis WF. Retardasi Mental dalam Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga

University Press, Surabaya, 1994. Hal: 385-402

2. Sadock BJ, Sadock VA. Mental Retardation in Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry,

Lippincott & William, London. p:1161-79

3. Maslim R. Retardasi Mental.dalam Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa-Rujukan

Ringkas dari PPDGJ III. Jakarta. Hal.119-21

4. Retardasi Mental. Available at: http://www.repubikaonline.com. Accessed on June,14

2005

5. Mental Retardation. Available at: http://www.ncbdd.cdc.com. Accessed on June,14 2005

6. Mental Retardation. Available at: http://www.emedicine.com. Accessed on June,14 2005.

Page | 11