resume luka bakar

Upload: syifa-khoirunnisa

Post on 16-Jul-2015

1.699 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

RESUME LUKA BAKAR (COMBUSTIO)

Disusun oleh :Syifa Khoirunnisa (220110100015)

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2011

A. Kasus Tn. K 44 tahun BB 67 kg, seorang tukang mie bakso, saat lagi buat mie bakso tersiram air panas yang digunakannya untuk mencampur adonan mie. Air panas mengenai dada depan, abdomen depan, kedua paha dan selangkangan. Dibawa ke RS dalam keadaan merintih kesulitan, pada luka bakar ditemukan blister yang berisi cairan bening. RR 28 x/menit, wheezing (-), HR 120 x/menit, TD 130/100 mmHg. Dari hasil observasi urin=25mL/jam, ureum kreatinin masih normal, klien tidak memiliki riwayat penyakit jantung, asma, DM, ataupun penyakit kronis lainnya. Data laboratorium klien Hb 15 mg/dL, Hematokrit 45, Leukosit 13.000, Trombosit 330.000, Albumin 2,5 gr/dL. Hasil AGD pH 7,32, paCO2 50, paO2 80, HCO3 22.

B. Istilah penting 1. Blister Blister adalah esikel/benjolan/bula yang berisi cairan bening. 2. Ureum kreatinin Ureum adalah hasil akhir metabolisme protein. Berasal dari asam amino yang telah dipindah amonianya di dalam hati dan mencapai ginjal, dan diekskresikan rata-rata 30 gram sehari. Kadar ureum darah yang normal adalah 20 mg 40 mg setiap 100 ccm darah, tetapi hal ini tergantung dari jumlah normal protein yang di makan dan fungsi hati dalam pembentukan ureum. Kreatinin merupakan produk sisa dari perombakan kreatin fosfat yang terjadi di otot. Kreatinin adalah zat racun dalam darah, terdapat pada seseorang yang ginjalnya sudah tidak berfungsi dengan normal. Kadar kreatinin pada pria max 1,6 kalau sudah melebihi 1,7 harus hati-hati. Jangan-jangan nanti memerlukan cuci darah Kreatinin: hasil katabolisme kreatin. Koefisien kreatinin adalah jumlah mg kreatinin yang diekskresikan dalam 24 jam/kg BB. Nilai normal pada laki-laki adl 20-26 mg/kg BB. Sedang pada wanita adl 14-22 mg/kg BB. Ekskresi kreatinin meningkat pada penyakit otot.

Kreatinin adalah produk sampingan dari hasil pemecahan fosfokreatin (kreatin) di otot yang dibuang melalui ginjal. Pada pria, normalnya 0,6 1,2 mg/dl. Di atas rentang itu salah satunya mengindikasikan adanya gangguan fungsi ginjal. Tetapi kami rasa angka 1,3 mg/dl masih tergolong normal, walaupun Anda sebaiknya mulai waspada. Batas normal : Batas normal ureum : 20 40 mg/dl Batas normal kreatinin : 0,5 1,5 mg/dl 3. Hematokrit Perbandingan antara sel-sel darah putih dan sel trombosit dengan plasma darah. Pemeriksaan yang dilakukan bersama dengan pemeriksaan Hb dan eritrosit yang digunakan untuk menentukan keadaan anemia, kehilangan darah, anemia hemolitik, polisetimia. Nilai normal 4. Leukosit Fungsi leukosit/sel darah putih adalah melindungi tubuh melawan infeksi bakteri dan virus. Pemeriksaan leukosit dilakukan untuk mengetahui kelainan sel darah putih yang bertanggungjawab terhadap imunitas tubuh, evaluasi infeksi bakteri dan virus, proses metabolic toksik dan diagnosis keadaan leukemia. Nilai normal 5. Trombosit Trombosit berperan dalam proses pembekuan darah. Pemeriksaan Trombosit dilakukan untuk mengevaluasi, diagnosis dan pemantauan perdarahan, leukemia, gangguan pembekuan darah (Disseminated Intravascular Coagulation/DIC) dan lainnya. Nilai normal 6. Hemoglobin Hb merupakan protein yang terdapat dalam eritrosit yang berfungsi membawa oksigen ke dalam tubuh : 150-450 (10/ l). : 4,80-10,8 (10/ l). : laki-laki : 42-52% : perempuan : 37-47%.

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan konsentrasi Hb pada komponen darah, evaluasi anemia hemolitik (anemia yang disebabkan rusaknya eritrosit lebih cepat). Nilai normal : laki-laki : 14-18 (g/dL) : perempuan : 12-16 (g/dL) : anak-anak : 11-16 (g/dL) 7. Albumin Albumin adalah protein yang larut air, membentuk lebih dari 50% protein plasma, ditemukan hampir di setiap jaringan tubuh. Albumin diproduksi di hati, dan berfungsi untuk mempertahankan tekanan koloid osmotik darah sehingga tekanan cairan vaskular (cairan di dalam pembuluh darah) dapat dipertahankan. Nilai normal : Dewasa Anak Bayi Bayi baru lahir 3,8 - 5,1 gr/dl 4,0 - 5,8 gr/dl 4,4 - 5,4 gr/dl 2,9 - 5,4 gr/dl

Penurunan albumin mengakibatkan keluarnya cairan vascular (cairan pembuluh darah) menuju jaringan sehingga terjadi oedema (bengkak). Penurunan albumin bisa juga disebabkan oleh : 1. Berkurangnya sintesis (produksi) karena malnutrisi, radang menahun, sindrom malabsorpsi, penyakit hati menahun, kelainan genetik. 2. Peningkatan ekskresi (pengeluaran), karena luka bakar luas, penyakit usus, nefrotik sindrom (penyakit ginjal). 8. AGD AGD adalah Analisa gas darah merupakan salah satu alat diagnosis dan penatalaksanaan penting bagi pasien untuk mengetahui status oksigenasi dan keseimbangan asam basanya. Manfaat dari pemeriksaan analisa gas darah tersebut bergantung pada kemampuan dokter untuk menginterpretasi hasilnya secara tepat. 1. pH

ph atau ion H+ adalah menggambarkan apakah pasien mengalami asidosis atau alkalosis. Nilai normal pH berkisar antara 7,35 sampai 7,45. 2. paO2/PO2 paO2 adalah tekanan gas O2 dalam darah. Kadar yang rendah menggambarkan hipoksemia dan pasien tidak bernafas dengan adekuat. paO2 dibawah 60 mmHg mengindikasikan perlunya pemberian oksigen tambahan. Kadar normal PO2 adalah 80-100 mmHg. 3. paCO2/PCO2 paCO2, menggambarkan gangguan pernafasan. Pada tingkat metabolisme normal, paCO2 dipengaruhi sepenuhnya oleh ventilasi. paCO2 yang tinggi menggambarkan hipoventilasi dan begitu pula sebaliknya. Pada kondisi gangguan metabolisme, paCO2 dapat menjadi abnormal sebagai kompensasi keadaan metabolik. Nilai normal PCO2 adalah 35-45 mmHg. 4. HCO3 HCO3 menggambarkan apakah telah terjadi gangguan metabolisme, seperti ketoasidosis. Nilai yang rendah menggambarkan asidosis metabolik dan begitu pula sebaliknya. HCO3 juga dapat menjadi abnormal ketika ginjal mengkompensasi gangguan pernafasan agar pH kembali dalam rentang yang normal. Kadar normal HCO3 normal berada dalam rentang 22-26 mmol/l.

C. Pembahasan Kasus 1. Definisi Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api, cairan panas, listrik, dll). Atau zat-zat yang bersifat membakar (asam, kuat, basa kuat). Luka bakar merupakan salah satu jenis luka yang paling sering dialami oleh tiap orang, terutama anak-anak, setelah kecelakaan. Derajatnya berbeda-beda, dari luka bakar yang paling ringan yaitu akibat sengatan matahari, hingga

yang terberat, menyebabkan kematian. Luka bakar yaitu luka yang disebabkan oleh suhu tinggi, dapat disebabkan banyak faktor, yaitu fisik seperti api, air panas, listrik seperti kabel listrik yang terbuka, petir atau bahan kimiawi seperti asam atau basa kuat. Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).

2. Etiologi 1. Luka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn) Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya. a. Gas b. Cairan c. Bahan padat (Solid) 2. Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn) Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat-zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer. Lebih dari 25.000 produk zat kimia diketahui dapat menyebabkan luka bakar kimia. 3. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn) Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh. 4. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury) Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan

radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.

3. Klasifikasi 1. Faktor yang mempengaruhi berat ringannya luka bakar Beberapa faktor yang mempengaruhi berat-ringannya injuri luka bakar antara lain kedalaman luka bakar, luas luka bakar, lokasi luka bakar, kesehatan umum, mekanisme injuri dan usia Berikut ini akan dijelaskan sekilas tentang faktor-faktor tersebut di atas: a. Kedalaman luka bakar Kedalaman luka bakar dapat dibagi ke dalam 4 kategori yang didasarkan pada elemen kulit yang rusak. Tabel Kedalaman Luka Bakar Kedalaman Ketebalan partial superfisial (tingkat I) Pucat bila ditekan dengan ujung jari, berisi kembali bila tekanan dilepas. Blister besar dan lembab yang ukurannya bertambah besar. Penyebab Penampilan Jilatan api, sinar ultra violet Kering tidak ada gelembung. (terbakar oleh matahari). Oedem minimal atau tidak ada.

Lebih dalam dari ketebalan partial (tingkat II)y y

Kontak dengan bahan air atau bahan padat.

Superfisial Dalam

Jilatan api kepada pakaian. Pucat bial ditekan dengan ujung jari, bila tekanan dilepas berisi kembali. Jilatan langsung kimiawi. Sinar ultra violet. Kontak dengan bahan cair atau padat. Nyala api. Kimia. Kontak dengan arus listrik.

Ketebalan sepenuhnya (tingkat III)

Kering disertai kulit mengelupas. Pembuluh darah seperti arang terlihat dibawah kulit yang mengelupas. Gelembung jarang, dindingnya sangat tipis, tidak membesar.

Tidak pucat bila ditekan. b. Luas luka bakar Terdapat beberapa metode untuk menentukan luas luka bakar meliputi : 1. rule of nine, 2. Lund and Browder, 3. hand palm. Ukuran luka bakar dapat ditentukan dengan menggunakan salah satu dari metode tersebut. Ukuran luka bakar ditentukan dengan prosentase dari permukaan tubuh yang terkena luka bakar. Akurasi dari perhitungan bervariasi menurut metode yang digunakan dan pengalaman seseorang dalam menentukan luas luka bakar. 1. Metode rule of nine Metode ini mulai diperkenalkan sejak tahun 1940-an sebagai suatu alat pengkajian yang cepat untuk menentukan perkiraan ukuran / luas luka bakar. Dasar dari metode ini adalah bahwa tubuh di bagi kedalam bagian-bagian anatomic, dimana setiap bagian mewakili 9 % kecuali daerah genitalia 1 % (lihat gambar 1). 2. Metode Lund and Browder Metode ini merupakan modifikasi dari persentasi bagian-bagian tubuh menurut usia, yang dapat memberikan perhitungan yang lebih akurat tentang luas luka bakar. 3. Metode hand palm Metode ini adalah cara menentukan luas atau persentasi luka bakar dengan menggunakan telapak tangan. Satu telapak tangan mewakili 1 % dari permukaan tubuh yang mengalami luka bakar. c. Lokasi luka bakar (bagian tubuh yang terkena) Berat ringannya luka bakar dipengaruhi pula oleh lokasi luka bakar. Luka bakar yang mengenai kepala, leher dan dada seringkali berkaitan dengan komplikasi pulmoner. Luka bakar yang menganai wajah seringkali menyebabkan abrasi kornea. Luka bakar yang mengenai lengan dan persendian seringkali membutuhkan terapi fisik

dan occupasi dan dapat menimbulkan implikasi terhadap kehilangan waktu bekerja dan atau ketidakmampuan untuk bekerja secara permanen. Luka bakar yang mengenai daerah perineal dapat terkontaminasi oleh urine atau feces. Sedangkan luka bakar yang mengenai daerah torak dapat menyebabkan tidak adekwatnya ekspansi dinding dada dan terjadinya insufisiensi pulmoner. d. Kesehatan Umum Adanya kelemahan jantung, penyakit pulmoner, endocrin dan penyakit-penyakit ginjal, khususnya diabetes, insufisiensi kardiopulmoner, alkoholisme dan gagal ginjal, harus diobservasi karena semua itu akan mempengaruhi respon klien terhadap injuri dan penanganannya. Angka kematian pada klien yang memiliki penyakit jantung adalah 3,5-4 kali lebih tinggi dibandingkan klien luka bakar yang tidak menderita penyakit jantung. Demikian pula klien luka bakar yang juga alkolism 3 kali lebih tinggi angka kematiannya dibandingkan klien luka bakar yang nonalkoholism. Disamping itu juga klien alkoholism yang terkena luka bakar masa hidupnya akan lebih lama berada di rumah sakit, artinya penderita luka bakar yang juga alkoholism akan lebih lama hari rawatnya di rumah sakit. e. Mekanisme Injury Mekanisme injury merupakan faktor lain yang digunakan untuk menentukan berat ringannya luka bakar. Secra umum luka bakar yang juga mengalami injuri inhalasi memerlukan perhatian khusus. Pada luka bakar elektrik, panas yang dihantarkan melalui tubuh, mengakibatkan kerusakan jaringan internal. Injury pada kulit mungkin tidak begitu berarti akan tetapi kerusakan otot dan jaringan lunak lainnya dapat terjad lebih luas, khususnya bila injury elektrik dengan voltage tinggi. Oleh karena itu voltage, tipe arus (direct atau alternating), tempat kontak, dan lamanya kontak adalah sangat penting untuk diketahui dan diperhatikan karena dapat mempengaruhi morbiditi.

Alternating current (AC) lebih berbahaya dari pada direct current (DC). Ini seringkali berhubungan dengan terjadinya kardiac arrest (henti jantung), fibrilasi ventrikel, kontraksi otot tetani, dan fraktur kompresi tulang-tulang panjang atau vertebra. Pada luka bakar karena zat kimia keracunan sistemik akibat absorbsi oleh kulit dapat terjadi. f. Usia Usia klien mempengaruhi berat ringannya luka bakar. Angka kematiannya (Mortality rate) cukup tinggi pada anak yang berusia kurang dari 4 tahun, terutama pada kelompok usia 0-1 tahun dan klien yang berusia di atas 65 th. Tingginya statistik mortalitas dan morbiditas pada orang tua yang terkena luka bakar merupakan akibat kombinasi dari berbagai gangguan fungsional (seperti lambatnya bereaksi, gangguan dalam menilai, dan menurunnya kemampuan mobilitas), hidup sendiri, dan bahaya-bahaya lingkungan lainnya. Disamping itu juga mereka lebih rentan terhadap injury luka bakar karena kulitnya menjadi lebih tipis, dan terjadi athropi pada bagian-bagian kulit lain. Sehingga situasi seperti ketika mandi dan memasak dapat menyebabkan terjadinya luka bakar. 2. Kategori berat luka bakar menurut ABA Perkumpulan Asociation/ABA) Luka Bakar America petunjuk (American tentang Burn mempublikasikan klasifikasi

beratnya luka bakar. Perkumpulan itu mengklasifikasikan beratnya luka bakar ke dalam 3 kategori, dengan petunjuknya seperti tampak dalam tabel berikut : Petunjuk klasifikasi beratnya luka bakar menurut ABA : 1. Luka Bakar Berat y y y 25 % pada orang dewasa 25 % pada anak dengan usia kurang dari 10 tahun 20 % pada orang dewasa dengan usia lebih dari 40 tahun

y

Luka mengenai wajah, mata, telinga, lengan, kaki, dan perineum yang

y

mengakibatkan gangguan fungsional atau kosmetik atau menimbulkan disabiliti.

y y

LB karena listrik voltage tinggi Semua LB dengan yang disertai injuri inhalasi atau truma yang berat.

2. Luka Bakar Sedang y y y y 15-25 % mengenai orang dewasa 10-20 % pada anak usia kurang dari 10 tahun 10-20 % pada orang dewasa usia lebih dari 40 tahun < 10 th > 40 th Tidak ada resiko gangguan kosmetik atau fungsional atau disabiliti. Dari American Burn Association. (1984). Guidelines for service standars and severity classification in the treatment of burn injury. Bulletin of the American College of Surgeons, 69(10), 2428. Management Berbagai macam respon sistem organ yang terjadi setelah mengalami luka bakar menuntut perlunya pendekatan antar disiplin. Perawat bertanggung jawab untuk mengembangkan rencana perawatan yang didasarkan pada pengkajian data yang merefleksikan kebutuhan fisik dan psikososial klien dan keluarga atau orang lain yang dianggap penting. Diagnosa keperawatan, tujuan dan intervensinya dapat dilihat pada rencana perawatan di halaman lainnya. Secara klinis klien luka bakar dapat dibagi kedalam 3 fase, yaitu :

3. Luka Bakar Ringan y y y y

1. Fase emergent dan resusitasi Fase emergensi dimulai pada saat terjadinya injury dan diakhiri dengan membaiknya permeabilitas kapiler, yang biasanya terjadi pada 48-72 jam setelah injury. Tujuan utama pemulihan selama fase ini adalah untuk mencegah shock hipovolemik dan memelihara fungsi dari organ vital. Yang termasuk ke dalam fase emergensi adalah perawatan sebelum di rumah sakit, penanganan di bagian emergensi dan periode resusitasi. 2. Fase acut Fase akut dimulai ketika pasien secara hemodinamik telah stabil, permeabilitas kapiler membaik dan diuresis telah mulai. Fase ini umumnya dianggap terjadi pada 48-72 jam setelah injuri. Fokus management bagi klien pada fase akut adalah sebagai berikut : mengatasi infeksi, perawatan luka, penutupan luka, nutrisi, managemen nyeri, dan terapi fisik. 3. Fase Rehabilitasi. Fase rehabilitasi adalah fase pemulihan dan merupakan fase terakhir dari perawatan luka bakar. Penekanan dari program rehabilitasi penderita luka bakar adalah untuk peningkatan kemandirian melalui pencapaian perbaikan fungsi yang maksimal. Tindakan-tindakan untuk meningkatkan penyembuhan luka, pencegahan atau meminimalkan deformitas dan hipertropi scar, meningkatkan kekuatan dan fungsi dan memberikan support emosional serta pendidikan merupakan bagian dari proses rehabilitasi. Derajat Luka Bakar: 1. Grade I = hanya mengenai epidermis saja, gejalanya berupa kulit yang hiperemis, kering, dan nyeri

2. Grade II = mengenai epidermis dan sebagian dari dermis, gejalanya terbentuk bula. Namun bila bula sudah pecah, akan menyisakan lesi yang berwarna merah muda, basah, dan nyeri 3. Grade III = mengenai epidermis dan seluruh bagian dermis, bahkan dapat melibatkan struktur di bawah dermis. Pada luka bakar grade III, luka akan terlihat pucat/abu-abu, banyak jaringan kulit yang mati (eschar), dan tidak terasa nyeri.

4. Manifestasi Klinik 1. Fase Resusitasi : Defisit volume cairan Kerusakan pertukaran gas Nyeri Resiko terhadap cedera Resiko terhadap infeksi Resiko terhadap inefektif koping, individu/ keluarga Resiko terhadap cedera berhubungan dengan luka bakar dan immobilitas Resiko terhadap infeksi Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Inefektif Termoregulasi Kurang pengetahuan berhubung dengan perawatan luka bakar Perubahan status nutrisi Nyeri dan pruritus

2. Fase Akut :

3. Fase Rehabilitasi :

Kerusakan integritas kulit Gangguan body image Resiko tinggi inefektif koping individu

5. Efek Lokal dan Efek Sistemik 1. Efek Lokal y y y Blister Panas Nyeri

2. Efek Sistemik y Pada Kulit Perubahan patofisiologik yang terjadi pada kulit segera setelah luka bakar tergantung pada luas dan ukuran luka bakar. Untuk luka bakar yang kecil (smaller burns), respon tubuh bersifat lokal yaitu terbatas pada area yang mengalami injuri. Sedangkan pada luka bakar yang lebih luas misalnya 25 % dari total permukaan tubuh (TBSA : total body surface area) atau lebih besar, maka respon tubuh terhadap injuri dapat bersifat sistemik dan sesuai dengan luasnya injuri. Injuri luka bakar yang luas dapat mempengaruhi semua sistem utama dari tubuh, seperti : y Sistem kardiovaskuler Segera setelah injuri luka bakar, dilepaskan substansi vasoaktif (catecholamine, histamin, serotonin, leukotrienes, dan prostaglandin) dari jaringan yang mengalmi injuri. Substansisubstansi ini menyebabkan meningkatnya permeabilitas kapiler sehingga plasma merembes (to seep) kedalam sekitar jaringan. Injuri panas yang secara langsung mengenai pembuluh akan lebih meningkatkan permeabilitas kapiler. Injuri yang langsung mengenai memberan sel menyebabkan sodium masuk dan potassium keluar dari sel. Secara keseluruhan akan menimbulkan tingginya tekanan osmotik yang menyebabkan meningkatnya cairan intracellular dan interstitial dan yang dalam keadaan lebih

lanjut menyebabkan kekurangan volume cairan intravaskuler. Luka bakar yang luas menyebabkan edema tubuh general baik pada area yang mengalami luka maupun jaringan yang tidak mengalami luka bakar dan terjadi penurunan sirkulasi volume darah intravaskuler. Denyut jantung meningkat sebagai respon terhadap pelepasan catecholamine dan terjadinya hipovolemia relatif, yang mengawali turunnya kardiac output. Kadar hematokrit meningkat yang menunjukan hemokonsentrasi dari pengeluaran cairan intravaskuler. Disamping itu pengeluaran cairan secara evaporasi melalui luka terjadi 4-20 kali lebih besar dari normal. Sedangkan pengeluaran cairan yang normal pada orang dewasa dengan suhu tubuh normal perhari adalah 350 ml. (lihat tabel 1) Tabel 1 : Rata-rata output cairan perhari untuk orang dewasa Rute Jumlah (ml) pada suhu normal Urin 1400 Insensible losses: 350 350 y Paru 100 y Kulit 100 Keringat Feces Total : 2300 Sumber : Adapted form A.C. Guyton, Textbook of medical physiology, 7th ed. (Philadelphia: WB. Saunder Co., 1986) p. 383 Keadaan ini dapat mengakibatkan penurunan pada perfusi organ. Jika ruang intravaskuler tidak diisi kembali dengan cairan intravena maka shock hipovolemik dan ancaman kematian bagi penderita luka bakar yang luas dapat terjadi. Kurang lebih 18-36 jam setelah luka bakar, permeabilitas kapiler menurun, tetapi tidak mencapai keadaan normal sampai 2 atau 3 minggu setelah injuri. Kardiac outuput kembali normal dan kemudian meningkat untuk memenuhi kebutuhan hipermetabolik tubuh kira-kira 24 jam setelah luka bakar. Perubahan pada kardiak output ini terjadi sebelum kadar volume sirkulasi intravena kembali menjadi normal. Pada awalnya terjadi kenaikan hematokrit yang kemudian menurun sampai di bawah normal dalam 3-4 hari setelah

luka bakar karena kehilangan sel darah merah dan kerusakan yang terjadi pada waktu injuri. Tubuh kemudian mereabsorbsi cairan edema dan diuresis cairan dalam 2-3 minggu berikutnya. y Sistem Renal dan Gastrointestinal Respon tubuh pada mulanya adalah berkurangnya darah ke ginjal dan menurunnya GFR (glomerular filtration rate), yang menyebabkan oliguri. Aliran darah menuju usus juga berkurang, yang pada akhirnya dapat terjadi ileus intestinal dan disfungsi gastrointestia pada klien dengan luka bakar yang lebih dari 25 %. y Sistem Imun Fungsi sistem immune mengalami depresi. Depresi pada aktivitas lymphocyte, suatu penurunan aktivitas dalam produksi dan immunoglobulin, supresi complement

perubahan/gangguan pada fungsi neutropil dan macrophage dapat terjadi pada klien yang mengalami luka bakar yang luas. Perubahan-perubahan ini meningkatkan resiko terjadinya infeksi dan sepsis yang mengancam kelangsungan hidup klien. y Sistem Respiratori Dapat mengalami hipertensi arteri pulmoner, mengakibatkan penurunan kadar oksigen arteri dan lung compliance. Smoke Inhalation. Menghisap asap dapat mengakibatkan injuri pulmoner yang seringkali berhubungan dengan injuri akibat jilatan api. Kejadian injuri inhalasi ini diperkirakan lebih dari 30 % untuk injuri yang diakibatkan oleh api. Manifestasi klinik yang dapat diduga dari injuri inhalasi meliputi adanya LB yang mengenai wajah, kemerahan dan pembengkakan pada oropharynx atau nasopharynx, rambut hidung yang gosong, agitasi atau kecemasan, tachipnoe, kemerahan pada selaput hidung, stridor, wheezing, dyspnea, suara serak, terdapat carbon dalam sputum, dan batuk. Bronchoscopy dan Scaning paru dapat mengkonfirmasikan diagnosis. y Keracunan Carbon Monoxide.

CO merupakan produk yang sering dihasilkan bila suatu substansi organik terbakar. Ia merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, yang dapat mengikat hemoglobin 200 kali lebih besar dari oksigen. Dengan terhirupnya CO, maka molekul oksigen digantikan dan CO secara reversibel berikatan dengan hemoglobin sehingga membentuk carboxyhemoglobin (COHb). Hipoksia jaringan dapat terjadi akibat penurunan secara menyeluruh pada kemampuan pengantaran oksigen dalam darah. Kadar COHb dapat dengan mudah dimonitor melalui kadar serum darah. Manifestasi dari keracunan CO adalah sbb (lihat tabel 2) : Tabel 2 : Manifestasi klinik keracunan CO (Carbon Monoxida) Kadar CO (%) 5 10 11 20 21 30 31 40 41 50 > 50 Manifestasi Klinik Gangguan tajam penglihatan Nyeri kepala Mual, gangguan ketangkasan Muntah, dizines, sincope Tachypnea, tachicardia Coma, mati

Diambil dari Cioffi W.G., Rue L.W. (1991). Diagnosis and treatment of inhalation injuries. Critical Care Clinics of North America, 3(2), 195.

. Komplikasi 4. Hipertrofi Jaringan Parut Hipertrofi jaringan parut merupakan komplikasi kulit yang biasa dialami pasien dengan luka bakar yang sulit dicegah, akan tetapi masih bisa diatasi dengan tindakan tertentu terbentuknya hipertrofi jaringan

parut pada pasien luka bakar dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain : y y y y y Kedalaman luka bakar Sifat kulit Usia pasien Lamanya waktu penutupan kulit Penanduran kulit.

5. Kontraktur Kontraktur adalah komplikasi yang hampir selalu menyertai luka bakar dan menimbulkan gangguan fungsi pergerakan. Beberapa tindakan yang dapat mencegah atau mengurangi komplikasi kontraktur adalah : y y Pemberian posisi yang baik dan benar sejak awal. Ambulasi yang dilakukan 2-3 kali/hari sesegera mungkin (perhatikan jika ada fraktur) pada pasien yang terpasang berbagai alat invasif (misalnya, IV, NGT, monitor EKG, dll) perlu dipersiapkan dan dibantu (ambulasil pasif). y Pressure grament adalah pakaian yang dapat memberikan tekanan yang bertujuan menekan timbulnya hipertrosi scar, dimana penggunaan presure grament ini dapat menghambat mobilitas dan mendukung terjadinya kontraktur. 6. Infeksi Infeksi merupakan masalah utama. Bila infeksi berat, maka penderita dapat mengalami sepsis. 4. Curlings ulcer (tukak curling) Ini merupakan indiksi serius, biasanya muncul pada malam kelima atau hari kesepuluh terjadi ulkus duadenum atau ulkus lambung, kadang-kadang di temui hematomesis. 5. Gangguan jalan nafas Paling dini muncul di bandigkan komplikasi lainnya, muncul pada hari pertama. Terjadi karena inhalasi, aspirasi, edema paru dan infeksi. 1. Gagal Nafas Akut (ARDS)

2. Syok Hipovolemik 3. Gagal Ginjal Akut (ARF) 4. Sindrom kompartemen 5. Ileus paralitik 6. Ulcus Pepticum

7. Pencegahan HATI-HATI

8. Penatalaksanaan 1. Farmakologi A. Resusitasi A, B, C. 1) Pernafasan: a. Udara panas iritasi 2) Sirkulasi : gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra vaskuler ATN gagal ginjal. hipovolemi relatif syok mukosa rusak oedem obstruksi obstruksi. gagal nafas. b. Efek toksik dari asap: HCN, NO2, HCL, Bensin Bronkhokontriksi

B. Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka. C. Resusitasi cairan Dewasa : Baxter. RL 4 cc x BB x % LB/24 jam. Anak: jumlah resusitasi + kebutuhan faal: RL : Dextran = 17 : 3 2 cc x BB x % LB. Kebutuhan faal: < 1 tahun 1 3 tahun : BB x 100 cc : BB x 75 cc Baxter.

3 5 tahun

: BB x 50 cc

diberikan 8 jam pertama diberikan 16 jam berikutnya.

Hari kedua: Dewasa : Dextran 500 2000 + D5% / albumin. ( 3-x) x 80 x BB gr/hr 100 (Albumin 25% = gram x 4 cc) Anak D. Monitor urine dan CVP. E. Topikal dan tutup luka Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan nekrotik. F. Tulle. Silver sulfa diazin tebal. Tutup kassa tebal. Evaluasi 5 7 hari, kecuali balutan kotor. Antibiotika sejak kejadian. Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil kultur. Analgetik Antasida : kuat (morfin, petidine) : kalau perlu : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam 1 cc/mnt. : Diberi sesuai kebutuhan faal.

Obat obatan:

2. Non-Farmakologi y Perawatan Luka Bakar Adapun tujuan perawatan luka bakar adalah menjaga luka tetap bersih, mencegah infeksi, mengurangi rasa sakit, mempercepat penyembuhan dan komplikasi. Masing-masing luka bakar mempunyai 2 perawatan antara lain:

a. Perawatan terbuka Perawatan ini digunakan pada daerah terbuka seperti muka, leher, perineum dan seluruh badan. Penderita hanya di berikan sungkup agar tidak di hinggapi lalat atau kemasukan debu. Dengan membiarkan luka bakar berhubungan dengan udara, luka akan mengerin dalam waktu 3 4 hari. Dengan demikian terbentuklah keropeng yang akan melindung kulit. Pasien luka bakar harus tidur dengan seprei yang steril, perawatan luka bakar harus dilakukan secara aseptik dan kamar harus dalam keadaan bersih. Suhu kamar di atur agar jangan terlalu panas atau terlalu dingin, suhu kamar berkisar antara 240-250C. Suhu yang terlalu panas dapat menyebabkan pasien kehilangan cairan melalui keringat. Bila suhu kamar terlalu dingin makan pasanglah selimut pada sungkupan pasien. b. Perawatan tertutup Perawatan luka bakar tertutup menggunakan kassa steril dengan lubang agak besar yang diberi vaselin atau dapat memakai kassa Paten : misalnya sofratule atau daryanttulle. Kotoran, pasir, sisa pakaian, kayu, daun dan kulit yang telah mati harus di buang dengan cara septik, misalnya phisohek dan cairan garam fisiologik. Luka bakar yang mengenai jari-jari harus di bungkus satu persatu jangan sampai bersentuhan dan saling melekat. Perban di gangi 4-8 hari, bila perban basah akibat eksudat, harus di gangi dengan yang kering agar menjadi tempat berkembang biak bagi mikroorganisme.

9. Pemeriksaan 1. Pemeriksaan Fisik/Sistemik 1. Sirkulasi Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok), penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera, vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi,

kulit

putih

dan

dingin

(syok

listrik),

takikardia

(syok/ansietas/nyeri), disritmia (syok listrik), pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar). 2. Integritas ego Gejala : masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan. Tanda : ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah. 3. Eliminasi Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam, diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi), penurunan bising usus/tak ada, khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik. 4. Makanan/cairan: Tanda : oedema jaringan umum, anoreksia, mual/muntah. 5. Neurosensori Gejala : area batas, kesemutan. Tanda : perubahan orientasi, afek, perilaku, penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas, aktifitas kejang (syok listrik), laserasi corneal, kerusakan retinal, penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik), ruptur membran timpanik (syok listrik), paralisis (cedera listrik pada aliran saraf). 6. Nyeri/kenyamanan Gejala : Berbagai nyeri, contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif untuk disentuh, ditekan, gerakan udara dan perubahan suhu, luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri. 7. Respirasi/Pernafasan

Gejala : terkurung dalam ruang tertutup, terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi). Tanda : serak, batuk mengi, partikel karbon dalam sputum, ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis, indikasi cedera inhalasi. Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi). 8. Pemeriksaan Diagnostik 1. LED: mengkaji hemokonsentrasi. 2. Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung. 3. Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal, khususnya pada cedera inhalasi asap. 4. BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal. 5. Urinalisis luas. 6. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap. 7. Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar masif. 8. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap. menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh

10. Asuhan Keperawatan 1. Asuhan Keperawatan menurut Teori 1. Pengkajian

Pengumpulan data klien baik subjektif maupun objektif pada klien dengan luka bakar adalah : y Identitas Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor medical record dan diagnosa medis serta identitas penanggung jawab yang meliputi : Nama, Jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, agama dan hubungan dengan klien. b. Riwayat kesehatan sekarang yang terdiri dari keluhan utama, riwayat perjalanan penyakit dan kapan timbulnya penyakit c. Riwayat Psikologis dan spiritual d. Riwayat kesehatan masa lalu, apakah klien sudah pernah mengalami penyakit seperti yang di alami klien saat ini. e. Riwayat kesehatan keluarga, apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit yang sama seperti yang dialami klien yang menyokong diagnosa, pengetahuan dan pengertian keluarga terhadap penyakit yang diderita klien. f. Riwayat aktifitas sehari-hari 1. Pola Nutrisi Sebelum dan sesudah klien masuk rumah sakit, berapa kali klien makan, porsi makan di habiskan atau tidak, apakah ada makanan pantangan, berapa banyak klien minum, jenis minumannya dan berapa banyak klien minum dalam sehari. 2. Pola Eliminasi Sebelum dan sesudah masuk rumah sakit, berapa kali BAB, bagaimana konsistennya, apakah padat, lembek atau cair, bagaimana warnanya kuning atau coklat, berapa kali klien BAK bagaimana warnanya kuning atau keruh. 3. Pola Aktifitas

a. Identitas pasien terdiri dari Nama, Umur, Jenis Kelamin,

Sebelum dan sesudah klien masuk rumah sakit, apakah aktifitas klien terganggu, siapa yang memenuhi kebutuhan sehari-harinya. 4. Pola Istirahat Sebelum dan sesudah masuk rumah sakit, bagaimana pola tidur, apakah klien tidur siang, berapa jam sehari dan berapa jam klien tidur malam. 5. Personal Hygiene Sebelum dan sesudah masuk rumah sakit, berapa kali klien mandi, apakah klien mandi menggunakan sabun mandi, berapa kali klien gosok gigi dan ganti pakaian. y Analisa data Setelah data-data terkumpul dari haril pengkajian,

selanjutnya data tersebut dianalisis dan di cari penyebab dan masalah-masalah yang aktual maupun potensial y y Riwayat Penyakit Pemeriksaan

2. Diagnosa Marilynn E. Doenges dalam Nursing care plans, Guidelines for planning and documenting patient care mengemukakan beberapa Diagnosa keperawatan sebagai berikut : 1. Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif edema berhubungan dengan obtruksi trakeabronkial,

mukosa dan hilangnya kerja silia. Luka bakar daerah leher, kompresi jalan nafas thorak dan dada atau keterdatasan pengembangan dada. 2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan : status hypermetabolik, ketidak cukupan pemasukan. Kehilangan perdarahan. 3. Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap atau sindrom kompartemen torakal

sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau leher. 4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak adekuat, kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak adekuat; penurunan Hb, penekanan respons inflamasi. 5. Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema. Manifulasi jaringan cidera contoh debridemen luka. 6. Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan Penurunan/interupsi aliran darah arterial/vena, contoh luka bakar seputar ekstremitas dengan edema. 7. Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik (sebanyak 50 %-60% lebih besar dari proporsi normal pada cedera berat) atau katabolisme protein. 8. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler, nyeri/tak nyaman, penurunan kekuatan dan tahanan. 9. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma : kerusakan permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar dalam). 10. Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan dengan krisis situasi, kejadian traumatik peran klien tergantung, kecacatan dan nyeri. 11. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan Salah interpretasi informasi Tidak mengenal sumber informasi. 2. Asuhan Keperawatan menurut Kasus 1. Pengkajian

y

Identitas Nama Usia Pekerjaan : Tn. K : 44 tahun : Tukang mie baso : Kesakitan pada luka : Luka bakar ::-

y

Riwayat Penyakit Keluhan Utama bakar Riwayat Penyakit Sekarang Riwayat Penyakit Masa Lalu Riwayat Penyakit Keluarga

y

Pemeriksaan Pemeriksaan Fisik dan Sistemik BB RR HR TD : 67 kg : 28 x/menit : 120 x/menit : 130/100 mmHg

Wheezing : (-) Respirasi : air panas mengenai dada depan. Abdomen : air panas mengenai perut. Muskulo : air panas mengenai kedua paha dan selangkangan. Pemeriksaan Diagnostik Urine Hb Hematokrit Leukosit Trombosit Albumin AGD pH : 7, 32 paCO2 : 50 : 25 mL/Jam : 15 mg/dL : 45 : 13.000 : 330.000 : 2,5 gr/dL : Ureum Kreatinin : (-) normal

paO2 2. Analisa Data Data DO : - ditemukan blister berisi cairan DS : - urin 25 mL/jam - klien tersiram air panas

: 80

HCO3: 22

EtiologiPanas Injury/destruksi jrngn klit Koagulasi, dematurasi, protein dan ionisasi isi sel Nekrosis dan kegagalan fungsi organ Respon sistemik LB Ginjal Darah ke ginjal GFR (Glomerulus Filtration Rate) Oliguri (urine yang dihasilkan ginjal