restrain dan etika

8
RESTRAIN DAN ETIKA DALAM KEPERAWATAN JIWA Kasus Klien rawat inap hari ke-2 dengan diagnosa medis psikosis akut dengan mania. Klien banyak bicara, hiperaktivitas motorik, grandiositas, irritable, mudah marah, bicara kasar dan euforia. Kemudian perawat ruangan melakukan restrain ditempat tidur klien dengan menggunakan empat tali pengekang yang digunakan di tangan dan kaki. Sebelum dilakukan restrain klien diberikan obat CPZ peroral. Restrain dilakukan oleh perawat dengan sebelumnya memberikan penjelasan tentang tujuan dilakukannya restrain kepada klien pada pukul 08.00 WIB. Beberapa saat kemudian klien BAK ditempat tidur, terlihat celana dan bajunya basah semua. Klien dalam keadaan somnolen karena pengaruh CPZ sehingga klien tidak mampu melaporkan kondisi ketidaknyamanannya. Sampai pukul 11.15 WIB, perawat ruangan tidak mengobservasi keadaan klien, sehingga perawat tidak mengetahui bahwa klien dalam keadaan basah. Klien berteriak-teriak karena merasa haus dan tidak nyaman karena bajunya basah, namun perawat ruangan tidak juga datang. METODE PEMBUATAN KEPUTUSAN ETIK 1. Mengumpulkan informasi (background information) a. Apakah ada dilema etik ? Klien dalam kondisi banyak bicara, hiperaktivitas motorik, grandiositas, irritable, mudah marah, bicara kasar dan euforia. Pada kondisi klien tersebut diatas apakah memang tindakan restrain 4 ikatan sudah diperlukan? b. Apa informasi yang diketahui ? Data dari hasil pengkajian psikiatrik yang dilakukan pada pukul 08.00 WIB: Penampilan : tidak rapi Pembicaraan : bicara cepat, keras, inkoheren, banyak bicara Aktivitas motorik : ekspresif Alam gembira : gembira Afek : tidak sesuai Interaksi slm wwcr : kontak mata + Persepsi : halusinasi lihat dan dengar Proses pikir : flight of idea, tangensial Isi pikir : waham – Tingkat kesadaran : somnolen Memori : jangka panjang dan jangka pendek baik Tingkat konsentrasi : buruk 0

Upload: nanang-firmannu

Post on 04-Sep-2015

18 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

etika restrain

TRANSCRIPT

RESTRAIN DAN ETIKARESTRAIN DAN ETIKADALAM KEPERAWATAN JIWAKasus

Klien rawat inap hari ke-2 dengan diagnosa medis psikosis akut dengan mania. Klien banyak bicara, hiperaktivitas motorik, grandiositas, irritable, mudah marah, bicara kasar dan euforia. Kemudian perawat ruangan melakukan restrain ditempat tidur klien dengan menggunakan empat tali pengekang yang digunakan di tangan dan kaki.

Sebelum dilakukan restrain klien diberikan obat CPZ peroral. Restrain dilakukan oleh perawat dengan sebelumnya memberikan penjelasan tentang tujuan dilakukannya restrain kepada klien pada pukul 08.00 WIB.

Beberapa saat kemudian klien BAK ditempat tidur, terlihat celana dan bajunya basah semua. Klien dalam keadaan somnolen karena pengaruh CPZ sehingga klien tidak mampu melaporkan kondisi ketidaknyamanannya. Sampai pukul 11.15 WIB, perawat ruangan tidak mengobservasi keadaan klien, sehingga perawat tidak mengetahui bahwa klien dalam keadaan basah.

Klien berteriak-teriak karena merasa haus dan tidak nyaman karena bajunya basah, namun perawat ruangan tidak juga datang.

METODE PEMBUATAN KEPUTUSAN ETIK

1. Mengumpulkan informasi (background information)

a. Apakah ada dilema etik ?

Klien dalam kondisi banyak bicara, hiperaktivitas motorik, grandiositas, irritable, mudah marah, bicara kasar dan euforia. Pada kondisi klien tersebut diatas apakah memang tindakan restrain 4 ikatan sudah diperlukan?

b. Apa informasi yang diketahui ?

Data dari hasil pengkajian psikiatrik yang dilakukan pada pukul 08.00 WIB:

Penampilan:tidak rapi

Pembicaraan:bicara cepat, keras, inkoheren, banyak bicara

Aktivitas motorik:ekspresif

Alam gembira:gembira

Afek:tidak sesuai

Interaksi slm wwcr:kontak mata +

Persepsi:halusinasi lihat dan dengar

Proses pikir:flight of idea, tangensial

Isi pikir:waham

Tingkat kesadaran:somnolen

Memori:jangka panjang dan jangka pendek baik

Tingkat konsentrasi:buruk

Kemampuan penilaian:gangguan penilaian ringan

Daya tilik diri:merasa memerlukan bantuan kesehatan, klien mengatakan tertekan jiwanya sehingga perlu disembuhkan.

c. Apakah ada informasi lain yang perlu diketahui ?

Apakah klien melakukan hal yang berbahaya bagi dirinya dan orang lain termasuk perawat ?

Apakah perlu dicoba melakukan seklusi dan diobservasi kemajuan kondisi klien sebelum memutuskan melakukan restrain ?

Apakah perawat mempunyai kemampuan (jumlah, tenaga, waktu dan kemauan) untuk melakukan observasi dan memenuhi kebutuhan klien selama klien di-restrain ?

d. Bagaimana konteks dilema ?

Apakah indikasi melakukan restrain sudah tepat pada klien tersebut ?

Apakah kemampuan perawat (jumlah, tenaga, waktu, dan kemauan) sudah mencukupi untuk mengobservasi klien setiap 30 menit dan memenuhi kebutuhan klien selama klien dilakukan restrain ?

2. Identifikasi komponen etik (ethical component)

a. Isu-isu yang muncul dari dilema etik ?

Kebutuhan penggunaan restrain makin bervariasi sesuai dengan bidang garap masing-masing. Banyak prinsip yang berhubungan dengan topik penggunaan restrain, termasuk dalam bidang pelayanan kesehatan. Beberapa hal terjadi pertentangan dalam penggunaan restrain ini, sehingga perlu didiskusikan kembali batasan-batasan dalam penggunaan restrain ini.

Penggunaan restrain dalam pelayanan kesehatan terutama dalam hal ini keperawatan jiwa menjadi hal yang kontroversial ketika dilihat dari kacamata hukum dan moral. Definisi restrain menurut new shorter oxford english dictionary adalah penyimpangan atau pembatasan kebebasan dari perbuatan atau pergerakan. Restrain dapat berarti pembatasan secara fisik dari seorang dari orang yang lain dengan atau tanpa alat mekanis. Hal ini termasuk penggunaan peralatan (pintu yang terkunci) untuk meyakinkan bahwa seseorag tidak dapat keluar dari area tertentu. Ada juga yang disebut sebagai restrain kimia yaitu pemberian sedasi, dalam jangka waktu panjang maupun pendek.

Komite Hukum di Inggris mengidentifikasi batasan yang cukup jelas mengenai penggunaan restrain yaitu bahwa restrain seharusnya digunakan bukan untuk menghukum namun hanya digunakan untuk mengontrol tingkah laku kekerasan dalam upaya untuk melindungi tenaga kesehatan dan orang-orang disekitarnya. Idealnya penggunaan restrain ini dimonitor oleh suatu badan independen seperti misalnya komisi kesehatan mental yang telah ada di inggris untuk meyakinkan bahwa penggunaan restrain adalah legal dan tepat sesuai dengan kebutuhannya.

Departemen kesehatan di inggris membuat batasan mengenai penggunaan batasan fisik oleh pelayanan kesehatan hanya oleh hal-hal berikut:

Ketika cara-cara yang lain telah gagal, bahkan ketika restrain merupakan jalan terakhir, penggunaannya perlu dibicarakan dengan tenaga kesehatan lain dalam satu tim tersebut.

Dalam situasi gawat ketika resiko terjadinya bahaya yang ditimbulkan oleh tingkah laku destruktif lebih besar daripada penggunaan restrain tersebut.

Digunakan dengan pemaksaan minimal

Digunakan untuk waktu seminimal mungkin

Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang telah dilatih dan menggunakan teknik yang tepat dan aman

Dilakukan dengan meminimalkan terjadinya kerusakan fisik dan meminimalkan terjadinya penurunan terhadap harga diri klien

Dengan melakukan pelaporan secara formal.

Respon verbal yang harus ditunjukkan oleh tenaga kesehatan :

Menjalin komunikasi yang baik dengan klien

Memiliki kontrol diri dan yakin pada diri sendiri

Menjaga jarak yang adekut dengan klien

Menempatkan diri pada posisi yang aman

Yakin bahwa respon non-verbal mereka tidak mengancam bagi klien

Menyatakan fakta pada klien serta alasan penggunaan restrain

Menyadari penggunaan yang tepat dari restrain

b. Siapa yang dipengaruhi dilema ini ?

Klien

Perawat

3. Tentukan agen-agen etik (ethical agent)

a. Apa hak-hak dari semua orang yang terlibat dalam dilema etik ?

Hak klien :

Memperoleh pelayanan yang manusiawi

Memperoleh pelayanan yang bermutu baik

Memilih dokter

Meminta dokternya berkonsultasi dengan dokter yang lain

Dijaga privasi dan kerahasiaan tentang penyakitnya

Mendapat informasi tentang penyakitnya

Meminta agar tidak diinformasikan tentang penyakitnya

Menolak tindakan yang dilakukan kepada dirinya

Mengajukan keluhan dan mendapatkan tanggapan

Didampingi keluarga saat keadaan kritis

Mengakhiri pengobatan dan rawat inap atas tanggungjawab sendiri

Menjalankan agama dan kepercayaannya di RS

b. Apa kewajiban dari tiap orang yang terlibat ?

Kewajiban klien :

Menaati segala peraturan di RS

Menceritakan dengan jujur segala sesuatu tentang penyakitnya

Mematuhi instruksi tenaga kesehatan

Melunasi imbalan jasa

Memenuhi segala perjanjian yang ditandatanginya

Kewajiban perawat :

Berpedoman kepada tanggung jawab pada perawatan

Memelihara lingkungan dengan menghormati nilai-nilai yang ada

Melandasi tindakan dengan rasa tulus ikhlas

Mengadakan upaya-upaya kesejahteraan

Jujur dan profesional

Merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan dengan tugasnya

Tidak menggunakan pengetahuan dan ketrampilan untuk tujuan yang bertentangan dengan norma

Tidak memihak

c. Siapa yang seharusnya terlibat dalam pembuatan keputusan ?

Klien

Sebagai pribadi yang utuh yang berhak menentukan keputusan atas apa yang terjadi pada dirinya, paling tidak diberikan pilihan dan konsekuensi dari setiap pilihannya

Keluarga

Sebagai penanggung jawab klien

Perawat

Merupakan bagian dari tim kesehatan jiwa yang bertanggung jawab atas kualitas perawatan pada klien

Dokter

Merupakan bagian dari tim kesehatan yang juga bertanggung jawab terhadap pengambilan keputusan dan pemantauan kondisi klien

d. Dari siapa keputusan tersebut dibuat ?

Perawat

e. Perijinan apa yang diperlukan dari klien ?

Respon verbal

Respon non verbal

4. Menentukan alternatif tindakan

a. Apa saja alternatif tindakan yang dapat dilakukan ?

Dilakukan seklusi dan observasi selama 1 jam, apabila tidak terjadi perilaku kekerasan maka tidak perlu dilakukan pengikatan/restrain

Apabila terjadi perilaku kekerasan, maka dilakukan pengikatan/restrain dengan observasi sesuai Protap Pengikatan RS Dr. Sardjito Yogyakarta 2004 :

Observasi setiap 30 menit

Melakukan gerakan anggota badan setiap 2 jam sekali

Membantu BAB/BAK dan kebersihan diri

Membantu makan/minum yang teratur dan pemberian obat sesuai program

b. Apa tujuan dari alternatif yang sudah ada ?

Untuk mencegah tindakan restrain yang tidak sesuai dengan indikasi

Untuk memberikan pelayanan yang optimal kepada klien

Untuk melaksanakan prosedur tindakan sesuai dengan Protap yang sudah ditetapkan

c. Konsekuensi apa yang muncul dalam setiap alternatif ?

Perawat mempunyai kewajiban melakukan observasi kepada klien selama klien dilakukan seklusi maupun restrain

POKOK PERMASALAHAN

1. Apakah indikasi restrain pada klien ini sudah tepat ?

2. Apakah perawat mempunyai kemampuan (jumlah, tenaga, waktu, dan kemauan) untuk melakukan observasi dan memenuhi kebutuhan klien ?

USULAN PEMECAHAN MASALAH

1. Melakukan seklusi dan observasi selama 1 jam

2. Apabila ada perilaku kekerasan, maka dilakukan pengikatan/restrain dan observasi sesuai Protap, serta memenuhi kebutuhan klien

3. Melakukan pelaporan prosedur restrain dengan menggunakan Format Observasi Klien Dengan Restrain

TINJAUAN TEORI PENGEKANGAN FISIK

A. DEFINISI

Pengekangan fisik termasuk penggunaan pengekangan mekanik, seperti manset untuk pergelangan tangan dan pergelangan kaki, serta seprei pengekang, begitu pula isolasi, yaitu dengan menempatkan klien dalam suatu ruangan dimana dia tidak dapat keluar atas kemauannya sendiri. Pada masa sekarang, hak asasi manusia untuk memperoleh kebebasan menjadi isu yang sensitif, sehingga pengekangan harus dilakukan dengan ketentuan khusus.

B. PENGEKANGAN MEKANIK

Jenis pengekangan mekanik ada 4, yaitu :

1. Camisoles (jaket pengekang)

2. Pengekang dengan manset untuk pergelangan tangan

3. Pengekangan dengan manset untuk pergelangan kaki, dan

4. Pengekangan dengan seprei

C. INDIKASI PENGEKANGAN

Indikasi pengekangan antara lain :

1. Perilaku yang membahayakan diri sendiri atau orang lain

2. Perilaku agitasi yang tidak dapat dikendalikan dengan pengobatan

3. Ancaman terhadap integritas fisik yang berhubungan dengan penolakan klien untuk beristirahat, makan dan minum

4. Permintaan klien untuk pengendalian perilaku eksternal, pastikan bahwa tindakan ini telah dikaji dan berindikasi terapeutik

Yang perlu menjadi kewaspadaan perawat adalah bahwa pencegahan terhadap perilaku yang memerlukan pengekangan merupakan tindakan keperawatan yang paling penting. Pengekangan harus merupakan tindakan terakhir.

D. PENGEKANGAN DENGAN SEPREI BASAH DAN DINGIN

Klien dapat diimobilisasi dengan membalutnya seperti mummi dalam lapisan seprei dan selimut. Lapisan paling dalam terdiri atas seprei yang telah direndam dalam air es. Walaupun mula-mula terasa dingin, balutan segera menjadi hangat dan menenangkan.

Penggunaan terapi modalitas ini dilakukan pada perilaku amuk atau perilaku agitasi yang tidak dapat dikendalikan dengan obat.

E. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Baringkan klien dengan pakaian rumah sakit di atas tempat tidur yang tahan air

2. Balutkan seprei pada tubuh klien dengan rapi dan pastikan bahwa permukaan kulit tidak saling bersentuhan

3. Tutupi seprei basah dengan selapis selimut

4. Amati klien dengan konstan

5. Pantau suhu, nadi, dan pernafasan. Jika tampak suatu perubahan yang bermakna, maka buka pengekangan

6. Berikan cairan sesering mungkin

7. Pertahankan suasana lingkungan yang tenang

8. Kontak verbal dengan suara yang menenangkan

9. Lepaskan balutan setelah lebih kurang 2 jam

10. Lakukan perawatan kulit sebelum membantu klien berpakaian

Yang perlu mendapat perhatian dari perawat adalah bahwa klien dengan semua jenis pengekangan berada dalam keadaan rentan dan perlu dilindungi.

F. ISOLASI

Isolasi adalah menempatkan klien dalam suatu ruang dimana dia tidak dapat keluar dari ruangan tersebut sesuai kehendaknya. Tingkatan pengisolasian dapat berkisar dari penempatan dalam ruangan tertutup, tapi tidak terkunci sampai pada penempatan dalam ruang terkunci dengan kasur tanpa seprei di lantai, kesempatan berkomunikasi yang dibatasi, dan klien memakai pakaian rumah sakit atau kain terpal yang berat. Penggunaan kain terpal kurang dapat diterima dan hanya digunakan untuk melindungi klien atau orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Horsburgh, 2004, How, and When, Can I Restraint akan Patient ?, Postgraduated Medical journal 2004.

Stuart & Sundeen, 1998, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta

Hadianto, Materi Kuliah: Hak dan Kewajiban Pasien, tidak dipublikasikan

Nurjannah, Materi Kuliah : Etika Keperawatan Jiwa, tidak dipublikasikan

www.restraintordt.co.id., 2004, Order Sheet for Restraint.

FORMAT OBSERVASI PADA KLIEN

DENGAN RESTRAIN

Tanggal : Waktu : .

1. Tingkah laku yang memerlukan restrain (alasan dilakukan restrain) : ...

..

..

2. Jenis restrain lain yang telah dicoba sebelumnya : .

..

3. Jenis restrain yang dianjurkan : ...

.

Observasi dilakukan tiap :

Ruang isolasi15 menit

Pengekangan dgn 4 ikatan & R. isolasi15 menit (hanya jika ada resiko melakukan kekerasan )

3 tempat ikatan15 menit

2 tempat ikatan30 menit

1 tempat ikatan30 menit

Baja atau sabuk60 menit

4. Waktu pelaksanaan restrain : .. jam (tidak lebih dari 24 jam)

5. Mengikuti protokol observasi

Catatan :

Jika restrain dilakukan karena kondisi emergensi yang belum ada order dokter, harus diusahakan adanya order dalam 1 jam setelah tindakan restrain

Format ini harus digunakan hanya selama 24 jam, dan bila restrain

PAGE

5