respon amerika serikat terhadap pengembangan...

119
RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN TEKNOLOGI NUKLIR IRAN 2005-2010 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Hubungan Internasional Oleh: RAGIL WIBISONO NIM. 107083000094 PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011

Upload: hoangnhu

Post on 23-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI NUKLIR IRAN

2005-2010

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Ilmu Hubungan Internasional

Oleh:

RAGIL WIBISONO

NIM. 107083000094

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011

Page 2: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok
Page 3: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

ii

LEMBAR PENGESAHAN

RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN

TEKNOLOGI NUKLIR IRAN

2005-2010

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Ilmu Hubungan Internasional

Oleh :

RAGIL WIBISONO

NIM. 107083000094

Di Bawah Bimbingan:

Pembimbing Penasehat Akademik

Dina Afrianty, Ph.D. Dina Afrianty, Ph.D.

NIP. 197304141999032002 NIP. 197304141999032002

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011

Page 4: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 19 September 2011

Ragil Wibisono

Page 5: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

iv

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr, Wb

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah memberikan rahmat, hidayah serta izin-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Respon Amerika Serikat Terhadap

Pengembangan Teknologi Nuklir Iran 2005-2010”. Judul tersebut merupakan

ketertarikan mendalam penulis terhadap Iran selaku negara Muslim yang terletak

di kawasan Timur Tengah yang berani menentang ketidakadilan dan dominasi AS

atas dunia Muslim dan negara berkembang. Penulis mengharapkan seluruh pihak

yang membaca dapat mengetahui lebih mendalam mengenai respon AS terhadap

pengembangan nuklir Iran dan memahami tujuan dari pengembangan teknologi

nuklir Iran.

Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah

mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun pemikiran.

Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada Mama Lilis dan Papa Muchdi selaku orang tua

penulis yang telah memberikan dorongan, doa restu, dan bantuan baik moral

maupun material selama penulis menuntut ilmu. Penulis akan selalu ingat akan

jerih payah dan nasihat kalian. “Love you Mom, Dad”

Berikutnya, terimakasih penulis ucapkan kepada Ibu Dina Afrianty, selaku

Ketua Jurusan Hubungan Internasional FISIP UIN Jakarta, Dosen Pembimbing,

dan Dosen Penasehat Akademik penulis yang telah memberikan ilmu, bimbingan,

saran, dan motivasi yang begitu bermanfaat sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

Kemudian, Bapak Agus Nilmada Azmi selaku Sekretaris Jurusan

Hubungan Internasional FISIP UIN Jakarta yang juga telah memberikan

pelayanan yang baik kepada penulis dan semua mahasiswa HI UIN Jakarta.

Tidak lupa juga terimakasih kepada seluruh Bapak/Ibu Dosen Jurusan

Hubungan Internasional FISIP UIN Jakarta yang telah mengajarkan berbagai ilmu

dan telah membantu penulis dalam meyelesaikan tugasnya sebagai mahasiswa.

Page 6: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

v

Kemudian, terimakasih untuk Mas Ferry, Mbak Dina, dan Mbak Anggy

selaku kakak kandung penulis, terimakasih atas motivasi, semangat dan dukungan

kalian yang dahulu juga pernah merasakan suka duka dalam penyusunan skripsi.

Tidak lupa juga terimakasih kepada Anne Normadiah yang telah

memberikan motivasi dan semangat kepada penulis. “You are the best woman i

ever had”.

Terimakasih juga untuk sahabat-sahabat terbaik penulis di HI UIN Jakarta;

Faris, Rizkah, Majid, Mas Hudaf, Rara, Sekar, Enno, Zaka, Adjo, trio kwek-kwek

(Chezar, Sandy, Nada), Dinda, Dery, dan geng-gong (Antik, Siska, Monic, Nia).

Kalian semua telah memberikan dorongan semangat kepada penulis dalam

pembuatan skripsi ini. ”See you on the top guys...!!!

Selanjutnya, terimakasih kepada adik-adik semester penulis, Imam Pele,

Affan Abe, Uki Faruqi, Hary Ebbes, Fayat, Dian, Alul, Fahmi, Al, Azay, Kashfy,

Apriliong dan Edo, yang telah memotivasi penulis dalam penyusunan skripsi ini,

sekaligus menguji ketajaman ilmu penulis sebagai mahasiswa HI. Pesan penulis,

kuliah yang rajin, semoga cepat lulus, amalkan ilmu yang kalian miliki.

Terimakasih kepada sahabat-sahabat penulis di HI UPN Yogyakarta Pinky

Mytha, Hary Bolang, Adryn, Faisal, dan Adi Mulia Pradana HI UGM yang telah

sama-sama berjuang dalam penyusunan skripsi dan sharing ilmu yang begitu

bermanfaat. Ketahuilah bahwa “friendship is not limit by distance, See you

guys...”

Terimakasih juga kepada seluruh sahabat-sahabat Mahasiswa/i Jurusan

Hubungan Internasional kelas B angkatan 2007, kalian telah banyak memberikan

warna dalam kehidupan penulis. Serta seluruh sahabat-sahabat Mahasiswa/i

Jurusan Hubungan Internasional angkatan 2007.

Tidak lupa terimakasih kepada teman-teman BEM-J Hubungan

Internasional dan KOMAHI UIN Jakarta 2007/2008, 2008/2009 yang telah

banyak mengajarkan dan membantu penulis dalam berorganisasi.

Selanjutnya teman-teman angkatan 2006, 2008, 2009, dan 2010 Jurusan

Hubungan Internasional FISIP UIN Jakarta. Pesan penulis berbanggalah menjadi

mahasiswa HI UIN Jakarta, terus berjuang tinggikan nama HI UIN Jakarta.

Page 7: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

vi

Kemudian yang terakhir, terimakasih kepada semua pihak yang telah turut

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini namun tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu, terimakasih.

Semoga dengan segala bantuan yang tidak ternilai harganya ini mendapat

imbalan di sisi Allah SWT sebagai amal ibadah, Amin. Penulis menyadari bahwa

skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang

membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan-

perbaikan ke depan.

Wassalamualaikum Wr, Wb

Jakarta, 19 September 2011

Ragil Wibisono

Page 8: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................ii

LEMBAR PERNYATAAN.......................................................................................iii

KATA PENGANTAR................................................................................................iv

DAFTAR ISI..............................................................................................................vii

DAFTAR TABEL.......................................................................................................ix

ABSTRAK....................................................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN Hlm.

A. Latar Belakang Masalah……………………………………………………....1

B. Pertanyaan Penelitian…………………………………………………………7

C. Kerangka Pemikiran…………………………………………………………..7

D. Metode Penelitian……………………………………………………………15

E. Sistematika Penulisan…………………………………………………….….16

BAB II POLITIK LUAR NEGERI AS (AMERIKA SERIKAT) TERHADAP

IRAN

A. Politik Global Amerika Serikat………………………………………….......18

B. Pengaruh Kelompok Neo-konservatif AS terhadap Formulasi Kebijakan Luar

Negeri AS………………………………………………………………..…..27

C. Kepentingan AS Terhadap Iran.......................................................................33

C.1. Sebelum Revolusi Islam Iran 1979………………...........…...………33

C.2. Pasca Revolusi Islam Iran 1979-2010……...........……………….….41

D. Embargo Ekonomi, Senjata Militer dan Pengisolasian Terhadap Iran…...….48

Page 9: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

viii

BAB III KEBIJAKAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI NUKLIR IRAN

A. Program Pengembangan Teknologi Nuklir Iran 2005-2010…………….…..54

B. Diplomasi Iran Dalam Mempertahankan Pengembangan Teknologi

Nuklir...............................................................................................................59

B.1. Diplomasi Iran Melawan Tekanan AS dan Sekutunya………………59

B.2. Diplomasi Iran Terhadap IAEA (International Atomic Energy

Agency)………………………………………………………………63

C. Posisi Iran Dalam Keanggotaan NPT (Nuclear Non-Proliferation Treaty)....67

D. Kebijakan Peningkatan Militer Iran………………………………….………70

BAB IV ANALISA RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI NUKLIR IRAN 2005-2010

A. Respon AS Terhadap Penyelesaian Sengketa Nuklir Iran...............................76

A.1. Kebijakan AS dan Sekutu Terhadap Pengembangan Nuklir

Iran…………………………………………………………………...76

A.2. Penyelesaian Jalur Diplomasi Kepada Iran.........................................82

B. Masa Depan Hubungan Bilateral Iran-AS........................................................88

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………………..93

Daftar Pustaka……………………………………………………………………...xi

Lampiran

A. Lembar Hasil Wawancara

Page 10: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

ix

DAFTAR TABEL

3.A. Tabel Negara-negara yang memiliki senjata nuklir beserta dengan jumlah

hulu ledaknya………………………………………………………………66

3.B. Tabel jenis-jenis rudal balistik produksi Iran……………………………...73

3.C. Tabel peningkatan armada kapal perang Iran……………….……………..74

3.D. Tabel peningkatan armada pesawat tempur Iran…………………….…….74

Page 11: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

x

ABSTRAK

Pengembangan teknologi nuklir merupakan suatu langkah alternatif mengatasi

krisis sumber daya energi dan kebutuhan riset teknologi Iran. Iran selaku negara

berdaulat mengembangkan teknologi nuklir untuk tujuan damai. Akan tetapi,

pengembangan nuklir yang dilakukan Iran mendapat tekanan dari AS dan Sekutunya.

Tekanan tersebut diawali oleh kekhawatiran AS bahwa pengembangan

teknologi nuklir Iran dapat menuju pengembangan senjata nuklir dan berpengaruh

kepada stabilitas keamanan Timur Tengah. Sebagai bukti bahwa pengembangan

teknologi nuklirnya tidak menyimpang, maka Iran bersedia diawasi oleh IAEA

(International Atomic Energy Agency) dan bersedia menandatangani perjanjian NPT

(Nuclear Non-Proliferation Treaty).

Namun demikian, AS dan Sekutunya tetap berupaya untuk menghentikan

program pengembangan nuklir Iran. Benturan kebijakan luar negeri antara Iran-AS

dan adanya kepentingan AS di Timur Tengah merupakan sumber sengketa nuklir

Iran. Selain itu, adanya perlindungan AS terhadap Israel juga merupakan alasan AS

untuk merespon pengembangan nuklir Iran melalui berbagai tekanan. AS meyakini

bahwa nuklir Iran berpotensi mengancam kedaulatan Israel di Timur Tengah.

Penulis membahas isu tersebut dengan berdasar kepada pemikiran teori Neo-

realis beserta konsep turunannya yakni konsep kepentingan nasional, konsep

kebijakan luar negeri, dan konsep keamanan internasional. Dengan menggunakan

pencarian data kualitatif berupa sumber primer seperti wawancara dan sumber

sekunder berupa kepustakaan, maka penulis menyimpulkan bahwa pengembangan

teknologi nuklir Iran bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Selain

daripada itu, nuklir Iran juga berfungsi sebagai alat bargaining power kepada Israel

selaku negara yang memiliki senjata nuklir di Timur Tengah.

Adapun respon AS dalam pengembangan nuklir Iran adalah dengan

melakukan tekanan melalui kekuatan politiknya, yang kemudian karena berbagai

macam pertimbangan AS merubah responnya tersebut menjadi mengedepankan

solusi diplomasi kepada Iran.

Page 12: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Republik Islam Iran merupakan negara yang tergolong muda dalam sejarah

terbentuknya kebangkitan suatu bangsa, yaitu terhitung sejak 31 tahun setelah

terjadinya Revolusi Iran pertama pada Januari 1979 yang digerakan oleh Imam

Ayatullah Khomeini. Revolusi Islam Iran terjadi akibat kedekatan hubungan bilateral

Iran-AS (Amerika Serikat) pada rezim Shah Reza Pahlevi. Pada masa Shah Reza,

Iran seperti kehilangan jati diri sebagai negara Muslim di Timur Tengah akibat

kediktatoran Pahlevi yang membiarkan AS untuk mengeksploitasi Iran, sekaligus

menjadikan Iran tempat singgahan AS untuk mengontrol negara-negara di kawasan

Timur Tengah.

Semenjak terjadinya Revolusi Islam Iran 1979 konstelasi politik dan

pertahanan keamanan Iran berubah drastis. Jatuhnya Shah Reza Pahlevi membuat AS

kehilangan langkah kemudahan untuk mengeksploitasi Iran. Terbukti Revolusi Islam

Iran telah memutus peluang AS mendapatkan kontrak pembelian senjata seperti yang

terjadi di era Shah Reza Pahlevi, sementara Inggris selaku sekutu AS tak punya lagi

akses ke ladang-ladang minyak di Kuzhistan, Barat Daya Iran (Kazhim dan Hamzah

2007, h. 35).

Revolusi Islam Iran juga menyebabkan ketidakharmonisan hubungan bilateral

Iran-AS. Pada mulanya ketika rezim Shah Reza Pahlevi, AS menyetujui pengayaan

uranium nuklir Iran dengan tujuan pengembangan energi. Namun, ketika Revolusi

Page 13: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

2

Islam Iran terjadi, AS menentang kebijakan Iran tersebut bahkan menghentikan

pensuplaian bahan bakar uranium ke Iran dengan tujuan agar Iran menghentikan

pengayaan program nuklirnya. Oleh sebab itu, program pengayaan nuklir Iran yang

bertujuan damai tersebut terhenti. Dengan semangat perjuangan, Imam Khomeini

beserta rakyat Iran terus menyerukan anti AS dan Barat dan melandaskan perjuangan

yang suci dengan tujuan menegakkan keadilan dan menentang penindasan Timur dan

Barat atas dunia Muslim (Kazhim dan Hamzah 2007, h. 41).

Nuklir Iran sempat dikembangkan kembali pada masa Presiden Rafsanjani

dan Presiden Khatami. Akan tetapi, pengembangan nuklir Iran tersebut mengalami

kevakuman. Pertama, Presiden Hashemi Rafsanjani yang menjadi presiden pada

periode tahun 1989-1993 dan 1993-1997 memiliki kebijakan perbaikan hubungan

rapprochement (kebijakan membuka hubungan kerjasama) dengan Barat. Menurut

Heriyanto (2006, h. 72) Kebijakan ini didasari pada tiga pertimbangan, pertama, Iran

tidak bisa mengubah peta politik kawasan. Kedua, Iran harus berusaha untuk

menyelaraskan pada keseimbangan kekuatan yang baru di kawasan. Ketiga, untuk

memulai hubungan dengan Arab Saudi karena negara ini merupakan negara utama di

dewan Kerjasama Teluk. Sasaran utama kebijakan Presiden Rafsanjani adalah

memulihkan kerugian besar yang terjadi selama 8 tahun perang Irak-Iran, dan untuk

menegaskan kembali pengaruh Iran di kawasan. Presiden Rafsanjani sempat

mengembangkan nuklir Iran pada 1996. Namun, pengembangan nuklir tersebut tidak

bertahan lama akibat adanya bencana kebocoran di salah satu instalasi nuklir bagian

Utara Iran (Rahman 2003, h. 164).

Page 14: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

3

Berikutnya adalah pada masa Presiden Muhammad Khatami yang menjadi

Presiden Iran periode tahun 1997-2001 dan 2001-2005. Kebijakan dan politik luar

negeri Presiden Khatami melanjutkan yang telah diterapkan Presiden Rafsanjani.

Hanya saja Presiden Khatami lebih melakukan pendekatan yang terbuka dan bersifat

kerjasama kepada negara-negara di seluruh dunia terutama Barat dan bangsa Arab.

Kepada pejabat-pejabat Kementerian Luar Negeri Iran, Khatami menegaskan Iran

ingin mempunyai hubungan luar negeri dengan semua negara-negara, mencakup

negara-negara industri atas dasar rasa hormat dan kepentingan timbal balik. Presiden

Khatami juga pernah mengembangkan teknologi nuklir pada 2003 (Rahman 2003, h.

206). Namun, pengembangan nuklir yang dilakukan Presiden Khatami kembali

mengalami kevakuman akibat adanya tekanan AS dan Israel.

Kazhim dan Hamzah (2007, h. 35) mengatakan bahwa berbeda dengan

kepemimpinan dua presiden sebelumnya, Presiden Mahmoud Ahmadinejad teguh

mengemban amanah Imam besar Iran Ayatullah Khomeini untuk melanjutkan agenda

Revolusi Islam Iran. Presiden Ahmadinejad menyebut kepemimpinannya sebagai

Revolusi Iran ketiga karena menentang hegemoni AS dan Israel. Beliau adalah tokoh

konservatif Iran yang sangat loyal terhadap nilai-nilai Revolusi Islam Iran 1979. Pada

awal kepemimpinannya sebagai Presiden Iran yaitu pada 5 Agustus 2005, Presiden

Ahmadinejad langsung menyerukan program nuklir Iran sebagai tiket menuju

kemerdekaan sejati dan kemandirian dari hegemoni asing (Kazhim dan Hamzah

2007, h. 159). Hal ini dikarenakan program nuklir Iran memiliki keuntungan bagi

kepentingan nasional Iran. Pertama, pertarungan mendatang di tingkat regional dan

global berporos pada masalah sumber daya energi, negara atau aliansi pemenang

Page 15: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

4

bidang ini akan menjadi kekuatan besar di dunia yang mungkin tak tertandingi. Bila

Iran mampu mengamankan sumber-sumber daya energinya maka kemandirian Iran

sebagai negara visi peradaban tidak lagi akan terganggu. Kedua, program nuklir

adalah konsensus seluruh rakyat Iran dari semua lapisan dan faksi (Kazhim dan

Hamzah 2007, h. 159).

Program nuklir Iran kini meluas menjadi kasus internasional. Tekanan dan

hambatan dari AS dan Sekutunya terus mengganggu laju perkembangan nuklir Iran.

Bahkan, AS dan Sekutunya menggunakan segala cara untuk menghentikan program

nuklir Iran. Di awal perjalanan pengembangan nuklir Iran, Presiden Ahmadinejad

menyatakan bahwa program nuklir Iran bertujuan damai dan tidak untuk

mengembangkan senjata pemusnah masal. Namun, AS tidak menghiraukan hal ini

dengan tidak mempercayai pernyataan Presiden Ahmadinejad tersebut. Berbagai cara

AS melakukan tekanan terhadap Iran, hingga membawa isu nuklir Iran ke DK-PBB

(Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa) dan menjatuhkan beberapa sanksi

apabila Iran terus mengembangkan program nuklirnya (Desti 2007, h. 86). Tidak

hanya itu, ancaman akan menyerang Iran melalui jalur militer baik darat, laut,

maupun udara pun dikeluarkan AS. Ahmadinejad bukanlah Presiden yang mudah

gentar, Iran tidak terganggu dengan tekanan-tekanan tersebut. Seiring berjalannya

pengembangan nuklir, Presiden Ahmadinejad mensiasati perlunya peningkatan jalur

militer untuk menepis ancaman dan tekanan dari AS.

Sejak pertengahan 2005 Presiden George W. Bush telah beberapa kali

melakukan pembicaraan mengenai serangan militer ke Iran (Kazhim dan Hamzah

Page 16: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

5

2007, h. 137). Misalnya, Presiden Bush bekerjasama dengan Israel dan NATO (North

Atlantic Treaty Organization) dalam bidang militer untuk merencanakan perang

nuklir terhadap Iran (Kazhim dan Hamzah 2007, h. 140). Bila rencana ini terjadi

maka dampak yang terjadi akan semakin meluas hingga ke seluruh dunia.

Untuk melawan kemungkinan serangan militer AS dan Sekutunya, Iran

memperkuat basis militernya dengan menambah produksi tank, angkutan perang,

rudal kapal selam, dan pesawat tempur sejak tahun 1992 (Kazhim dan Hamzah 2007,

h. 165). Iran juga mengembangkan misil fajr-3, hoot kowsar, rudal fateh-110, syahab-

3 yang merupakan misil-misil balistik Iran yang dapat menjangkau pangkalan-

pangkalan militer AS di Teluk Persia dan negara-negara Arab (Kazhim dan Hamzah

2007, h. 141). Misil-misil tersebut mampu mendeteksi wilayah sejauh radius 5.000

km. Tidak hanya didukung oleh alutsista (Alat Utama Sistem Persenjataan), kekuatan

militer Iran juga didukung oleh struktur militer dan jenis angkatan bersenjatanya. Iran

memiliki dua jenis angkatan bersenjata, yaitu angkatan bersenjata regular dan

kesatuan Garda Revolusi Islam yang lebih dikenal dengan Sepah Pasdaran (Kazhim

dan Hamzah 2007, h. 166). Tahun 2007 total keseluruhan jumlah pasukan kedua jenis

angkatan bersenjata tersebut 545.000 personil (Kazhim dan Hamzah 2007, h. 166).

Angkatan militer jenis Sepah Pasdaran ini memiliki milisi sukarelawan yang disebut

dengan Basij. Basij memiliki 90.000 anggota aktif, 300.000 anggota cadangan dan

11.000.000 personil yang siap dimobilisasi setiap waktu (Kazhim dan Hamzah 2007,

h. 166). Hal inilah yang menjadi dilema para petinggi gedung putih dan perwira

pentagon untuk melakukan serangan terhadap Iran.

Page 17: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

6

Kazhim dan Hamzah (2007, h. 171) menyatakan bahwa serangan militer AS

terhadap Iran akan memukul banyak kepentingan AS sendiri. Selain itu, strategi

balasan militer Iran kepada AS juga sangat tersusun dengan bagus, baik dari serangan

gerilyawan darat, serangan udara dengan jet-jet tempur milik Iran, maupun melewati

jalur laut dengan kapal-kapal perang Iran yang memiliki teknologi pendeteksi jarak

jauh (Kazhim dan Hamzah 2007, h. 171). Sejauh ini Iran tidak akan lebih dulu

menyerang AS. Namun, sebaliknya AS pun akan berfikir ulang untuk menyerang Iran

mengingat ketangguhan militer Iran yang sangat meningkat.

Peningkatan militer Iran tersebut sebagai modal keberanian Iran untuk terus

mengembangkan teknologi nuklir yang menjadi hak setiap bangsa untuk kepentingan

damai. Kemudian, strategi AS untuk menjadikan Israel sebagai kekuatan utama di

Timur Tengah belum berhasil, terbukti dengan kegagalan AS dan Israel dalam

menggempur pasukan Hizbullah dalam perang 33 hari di Lebanon, yaitu dengan

3.000 pasukan Hizbullah berhasil melawan dan memukul mundur 50.000 pasukan

Israel yang dibantu oleh pasukan militer AS (Kazhim dan Hamzah 2007, h. 31).

Kemudian, dengan kegagalan AS dalam menggempur Iran di Teluk Persia ketika

terjadinya perang antara Iran-Irak tahun 1980-1988 (Sihbudi 1999, h. 115). AS

Memanfaatkan situasi dengan mengirimkan pasukan armada lautnya yang pernah

dikerahkan pada Perang Dunia ke II, akan tetapi Iran berhasil menggempur balik

pasukan AS dan Irak dengan menimbulkan beberapa kerusakan material dan fisik

(Sihbudi 1999, h. 117). Oleh karena itu, atas dasar inilah penulis merasa tertarik

untuk membahas lebih lanjut mengenai Respon Amerika Serikat Terhadap

Pengembangan Teknologi Nuklir Iran 2005-2010.

Page 18: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

7

B. Pertanyaan Penelitian

Penelitian ini berupaya untuk menjawab beberapa pertanyaan, yaitu:

1. Apa kepentingan nasional Iran terkait dengan pengembangan teknologi

nuklir?

2. Bagaimana respon AS terhadap pengembangan teknologi nuklir Iran?

3. Mengapa AS terus menekan dan mengancam Iran walaupun telah terbukti

oleh IAEA bahwa pengembangan teknologi nuklir Iran untuk tujuan

damai?

C. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan pertanyaan penelitian mengenai Respon Amerika Serikat

Terhadap Pengembangan Teknologi Nuklir Iran 2005-2010, maka penulis mengacu

pada pemahaman Neo-realis dengan tiga konsep turunannya yakni konsep

kepentingan nasional, konsep kebijakan luar negeri, dan konsep keamanan

internasional. Penulis akan merealisasikan pemahaman Neo-realis yang menganggap

bahwa tatanan sistem internasional berada dalam kondisi anarkis, sehingga negara-

negara dominan akan muncul untuk terlibat dalam suatu sengketa internasional untuk

menunjukkan dan mendistribusikan kemampuan unit dalam sistem (Burchill dan

Linklater 2009, h. 117). Kemudian, dari tatanan sistem internasional yang anarkis,

muncul suatu dilema keamanan yang berdampak pada pencarian keamanan dengan

menambah kekuatan militer, sehingga semua negara akan mengikuti struktur hirarki

sistem internasional dengan mencari keamanan sebelum dapat menunjukkan fungsi

negara yang lainnya (Burchill dan Linklater 2009, h. 118).

Page 19: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

8

Selanjutnya, masuk pada konsep kepentingan nasional dan kebijakan luar

negeri. Kedua konsep tersebut merupakan konsep turunan dari pemahaman Neo-

realis. Dari konsep tersebut, penulis akan mendalami bagaimana suatu input dari

kepentingan nasional dan politik luar negeri yang akan terproses lalu membentuk

suatu output yang melahirkan kebijakan luar negeri. Hal ini dikarenakan setiap

kebijakan-kebijakan luar negeri yang diambil oleh suatu negara mengacu kepada

kepentingan nasional. Menurut Frankel (1988, h. 93) kebijakan luar negeri bertujuan

untuk melindungi dan mempertahankan kepentingan nasional suatu negara. Oleh

sebab itu, kedua konsep ini memiliki peranan yang sangat penting bagi suatu negara

untuk mencapai suatu target dan tujuan yang diinginkan.

Berikutnya konsep keamanan internasional. Secara tidak langsung

peningkatan kekuatan militer merupakan tata cara melindungi negara dari ancaman

negara lain. Sebaliknya, peningkatan militer suatu negara juga dilakukan sebagai

upaya ancaman terhadap negara lain. Konsep ini merupakan konsep lama yang mulai

digunakan pada saat berlangsungnya Perang Dunia I dan II.

Isu nuklir Iran sangat berpengaruh bagi keamanan kawasan Timur Tengah.

Pasalnya, dengan adanya pengembangan nuklir Iran, maka negara-negara di kawasan

Timur Tengah berkeinginan untuk mengembangkan kekuatan militernya untuk

menghadapi ancaman terburuk jika Iran mengembangkan senjata nuklir. Seperti

contohnya Israel yang khawatir kedaulatan negaranya terancam akibat pengembangan

nuklir Iran, sehingga Israel mendesak AS untuk menghentikan pengembangan nuklir

Iran melalui jalur militer (Jamaan 2007, h. 31).

Page 20: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

9

Keamanan internasional bersifat global dan dapat mempengaruhi kebijakan

luar negeri suatu negara atau aktor-aktor internasional (Amstutz 1995, dikutip dalam

Jemadu 2008, h. 138). Tentu kebijakan luar negeri yang disusun oleh pemerintah

merupakan wujud dari kepentingan nasional dalam upaya menjaga keamanan

nasional yang mengancam kedaulatan suatu negara. Frankel (1988, h. 93)

mengatakan bahwa “kepentingan nasional merupakan kunci utama dari konsep

kebijakan luar negeri yang menjadi pokok utama dari total keseluruhan nilai-nilai

nasionalitas suatu bangsa”. Selebihnya, kepentingan nasional dapat mendeskripsikan

suatu gambaran aspirasi dari rakyat yang dapat diwujudkan dalam suatu gerakan

operasional yang menghasilkan suatu aplikasi kepada perwujudan kebijakan dan

program yang dikeluarkan pemerintah (Frankel 1988, h. 93). Kemudian, menurut

Holsti (1992, h. 3) “kebijakan luar negeri merupakan akar dari politik luar negeri dan

politik luar negeri sendiri merupakan pola perilaku sebuah negara dan juga reaksi

ataupun respon dari negara lain terhadap perilaku tersebut”.

Kebijakan luar negeri yang disusun oleh AS tidak terlepas dari pemikiran

kelompok Neo-konservatif AS yang bekerjasama dengan kelompok Neo-liberalis AS

(Brenner dan Theodore 2002, dikutip dalam Glassman 2004, h. 1527-1528). Kedua

kelompok ini memiliki tujuan yang sama yakni menekan dan melakukan ekspansi

dengan cara baru lebih bersifat soft power yang disebut dengan new-imperialism dari

ekspansi AS sebelumnya pasca Perang Dunia II (Glassman 2004, h. 1527). Neo-

konservatif dan Neo-liberalis memiliki perbedaan ideologi dan cara penekanan. Bila

Neo-konservatif menekankan kebijakan yang bersifat hard power yaitu menggunakan

jalur militer dalam pelaksanaan kebijakan luar negeri (Glassman 2004, h. 1528).

Page 21: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

10

Sebaliknya Neo-liberal cenderung memilih jalur ekonomi dengan menerapkan

ekonomi global, deregulasi mata uang (Harvey 2003, dikutip dalam Glassman 2004,

h. 1528), dan penyebaran industri global seperti MNC/TNC Multi/Trans National

Corporation di negara-negara maju dan berkembang (Brenner dan Theodore 2002,

dikutip dalam Glassman 2004, h. 1528). Namun, keduanya memiliki tujuan yang

sama yakni melanjutkan imperialisme AS dengan cara baru atau disebut dengan Neo-

imperialisme. Hubungan antara kedua kelompok ini sangat erat dan sama-sama

melihat kondisi melalui fenomena sosial yang terjadi (Glassman 2004, h. 1527).

Selama pola perencanaan kebijakan masih berada dalam lingkup domestik

maka belum dapat dikategorikan sebagai kebijakan luar negeri. Namun, apabila

kebijakan telah terolah dari input yang terkait kemudian dikembangkan, maka

kebijakan tersebut akan terproses dengan melibatkan berbagai macam pihak yang

terkait baik pemerintah maupun NGO Non-Governmental Organization. Sehingga

pihak pemerintah akan menjadikan kebijakan tersebut sebagai kebijakan luar negeri

untuk melawan ataupun bertahan dari unit politik internasional.

Hal ini sepadan dengan yang dikemukakan oleh Perwita dan Yani (2007, h.

49) yang menyatakan bahwa “kebijakan luar negeri merupakan strategi atau rencana

tindakan yang dibuat oleh para pembuat keputusan negara dalam menghadapi negara

lain atau unit politik internasional lainnya dan dikendalikan untuk mencapai tujuan

nasional spesifik yang dituangkan dalam terminologi kepentingan nasional”.

Selain keamanan internasional, keamanan energi juga dapat menjadi faktor

pertimbangan dalam penentuan kebijakan luar negeri suatu negara (Jemadu, 2008, h.

145). Konflik sering kali timbul karena sumber energi yang terbatas dan karena

Page 22: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

11

pemakaian yang eksploitatif oleh suatu negara baik di kawasan maupun secara global.

Oleh sebab itu, tiap negara mulai merencanakan pengembangan energi yang efektif

untuk mengantisipasi adanya krisis energi yang kemungkinan akan terjadi. Adanya

pengalihan krisis energi melalui solusi pengembangan teknologi nuklir merupakan

suatu fenomena yang krusial dan kontroversial. Belakangan ini pengembangan

teknologi nuklir Iran membuat keamanan global menjadi isu penting yang

mengundang perhatian banyak pihak. Namun, langkah tepat yang dilakukan Iran

mengembangkan nuklir untuk mengantisipasi krisis energi yang akan melanda Timur

Tengah justru menjadi ancaman bagi negara lain. Oleh karena itu, pengembangan ini

dianggap akan menimbulkan isu keamanan internasional baru yang tidak hanya

melibatkan negara di kawasan Timur Tengah, namun juga melibatkan negara di

seluruh kawasan.

Sarkesian 1989 yang dikutip dalam Jemadu (2008, h. 139-140) mendefinisikan

bahwa :

the confidence held by the great majority of the nation’s people that the

nation has the military capability and effective policy to prevent its

adversaries from effectively using force in preventing the nation’s

pursuit of its international interest. Keyakinan dimiliki oleh mayoritas

masyarakat suatu negara dengan menggunakan kapabilitas militer dan

kebijakan yang efektif dalam mencegah musuh untuk menggunakan

kekuatan militer untuk mengacaukan kepentingan internasional.

(Terjemahan Penulis).

Pada dasarnya keamanan internasional merupakan state of mind (Jemadu

2008, h. 140) yang terikat dalam suatu entitas politik yang bernama negara. State of

mind tersebut tidak datang dengan sendirinya melainkan didasarkan pada basis

material kapabilitas nasional yaitu kekuatan militer yang di dukung oleh unsur-unsur

Page 23: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

12

kepentingan, dan kekuatan nasional lainnya (Jemadu 2008, h. 140). Dalam hal ini,

Iran telah memiliki state of mind dengan didukung beberapa kepercayaan diri tidak

hanya dalam kemampuan mengembangkan teknologi nuklir, namun juga dalam

bidang militer baik strategi maupun sistem persenjataan, politik luar negeri, dan

semangat nasionalis Revolusi Islam Iran yang dinamakan oleh Presiden Ahmadinejad

merupakan revolusi ke-3 yaitu melawan hegemoni AS dan Israel.

Penggunaan kekuatan militer oleh negara tidak semata-mata hanya terbatas

pada masa perang saja. Sekurang-kurangnya ada empat fungsi kekuatan militer dalam

politik internasional (Jemadu 2008, h. 146-147). Pertama, kekuatan militer

diproyeksikan sebagai prestige power di mana suatu negara menunjukkan

keunggulan militernya melalui penguasaan teknologi baru dengan daya penghancur

yang dapat menggentarkan musuh. Hal ini biasanya ditunjukkan ketika suatu negara

baru menyelesaikan proyek alutsista (Alat Utama Sistem Persenjataan) baru, atau

biasanya ditunjukkan ketika perayaan kemerdekaan, dan perayaan hari Angkatan

Bersenjata untuk menunjukkan dan mengirim sinyal tanda kepada musuh tentang

peningkatan kekuatan militer suatu negara. Kedua, kekuatan militer digunakan

sebagai deterrence power atau kekuatan penangkal. Yakni lebih jelasnya suatu negara

meyakinkan lawannya tentang konsekuensi yang akan dihadapi bila benar melakukan

tindakan militer yang tidak dikehendaki, kredibilitas tersebut tentu mempengaruhi

efektivitas dari ancaman militer lawan dan bahkan dapat memberikan tekanan balik

kepada lawan. Ketiga, kekuatan militer dibangun sebagai kekuatan defensif untuk

melindungi diri dari kekuataan musuh. Defensive power dapat berupa peningkatan

anggaran belanja militer, dan uji coba alutsista baru yang bertujuan untuk melindungi

Page 24: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

13

diri dari serangan musuh. Keempat, kekuatan militer juga dapat digunakan sebagai

alat pemaksa atau coercive diplomacy guna menekan suatu negara agar mengikuti

keinginan dari negara yang menekan atau minimal melakukan suatu tindakan tertentu,

dalam konteks ini kekuatan militer berfungsi sebagai compellent power (Amstutz

1995, dikutip dalam Jemadu 2008, h. 147), misalnya seperti pelatihan gabungan

militer AS dengan militer negara-negara Arab di Timur Tengah bertujuan agar Iran

menghentikan pengayaan uranium nuklirnya. Namun, justru sebaliknya dengan

ancaman dan tekanan AS dan Sekutu membuat Iran semakin percaya diri dan mandiri

dalam mengembangkan militernya untuk melawan kemungkinan serangan-serangan

militer AS dan sekutu ke instalasi nuklir, dan kota-kota besar Iran.

Penggunaan kekuatan militer tidak terlepas dari kebijakan suatu negara dalam

menyikapi isu keamanan internasional yang mengancam negaranya. Tentunya negara

yang mengambil kebijakan untuk meningkatkan kekuatan militernya telah siap untuk

menghadapi lawan dengan segala resiko yang akan terjadi. Apabila suatu negara

berhasil mengalahkan suatu lawan melewati jalur peperangan maka tingkat

kepercayaan diri suatu negara tersebut semakin meningkat baik di kawasan maupun

di dunia. Selain itu, negara-negara lain juga akan menganggap prestige dalam

percaturan politik internasional. Peningkatan militer tersebut dapat ditinjau kepada

tujuan awal suatu negara yang bertujuan untuk menjaga kepentingan nasional dari

ancaman negara lain. Oleh sebab itu, dirumuskanlah kebijakan luar negeri untuk

mewujudkan kepentingan nasional tersebut.

Seperti yang dikatakan oleh Mas’oed (1990, h. 184) yaitu “kebijakan luar

negeri yang dirumuskan oleh suatu negara memang bertujuan untuk mencapai

Page 25: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

14

kepentingan masyarakat suatu negara meskipun kepentingan nasional suatu bangsa

pada waktu itu ditentukan oleh siapa yang berkuasa pada waktu itu”. Dapat diketahui

bahwa kepentingan nasional tidak memandang siapakah pemimpin negaranya dan

pada waktu kapankah memimpin suatu negara. Kepentingan nasional adalah hal yang

mutlak menjadi perhitungan setiap pemerintahan suatu negara. Selebihnya,

kepentingan nasional sangat penting untuk menjelaskan analisa hubungan

internasional, baik untuk mendeskripsikan, menjelaskan, meramalkan, ataupun

menganjurkan perilaku internasional (Mas’oed 1990, h. 162). Karena kepentingan

nasional merupakan konsep abstrak yang meliputi berbagai kategori dan keinginan

dari suatu negara yang berdaulat (Mas’oed 1990, h. 162).

Dari kepentingan nasional beranjak kepada perumusan formulasi kebijakan

luar negeri. Perumusan ini harus memperhatikan situasi yang mencangkup faktor

eksternal, domestik, dan kondisi kontemporer historis yang dianggap pembuat

kebijakan luar negeri relevan dengan setiap masalah politik tertentu (Holsti 1992, h.

469). Adapun formulasi kebijakan luar negeri harus meliputi kejadian-kejadian

penting, kebutuhan-kebutuhan politik domestik dan luar negeri, nilai-nilai sosial dan

imperatif ideologis, keadaan pendapat umum, adanya kapabilitas, tingkat ancaman,

kesempatan yang dirasakan dalam suatu situasi, konsekuensi yang telah diduga, biaya

untuk mempersiapkan tindakan, dan elemen-elemen waktu atau tuntutan situasi

tertentu (Holsti 1992, h. 469).

Dengan demikian, ketiga konsep yang merupakan turunan dari pemahaman

Neo-realis yakni konsep kebijakan luar negeri, konsep kepentingan nasional, dan

konsep keamanan internasional yang saling berkesinambungan kiranya relevan untuk

Page 26: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

15

membahas lebih lanjut mengenai Respon Amerika Serikat Terhadap Pengembangan

Teknologi Nuklir Iran 2005-2010.

D. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penulis memperhatikan bahwa

data kualiatif dapat dianalisis dalam berbagai format, termasuk di antaranya kajian

peluang yang ditawarkan oleh format riset observasi (termasuk observasi partisian),

wawancara, riset sumber dokumen, dan riset media (Harison 2007, h. 85). Dengan

kajian format riset observasi tersebut maka penelitian kualitatif memberikan

kesempatan ekspresi dan penjelasan yang lebih besar (Harison 2007, h. 86).

Metode kualitatif ini juga didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang dapat diamati (Moleong 2002, h. 3). Selain itu, pengumpulan data

dalam penelitian kualitatif ini meliputi tiga tipe, yaitu observasi, interview, dan

dokumen yang masing-masing mempunyai fungsi dan keterbatasan (Creswell 1994,

h. 149). Berdasarkan kepada tipe-tipe tersebut penulis lebih menggunakan data-data

yang bersifat primer yakni data-data yang penulis dapatkan dari hasil wawancara

dengan Riza Sihbudi selaku Ahli Peneliti Utama dan Pakar Politik Timur Tengah P2P

LIPI (Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Jakarta.

Kemudian data-data sekunder yang penulis dapatkan melalui sumber kepustakaan

seperti buku, jurnal, laporan kerja, tesis dan berita online.

Dengan sumber data primer dan sekunder tersebut diharapkan membantu

penulis untuk menggambarkan dan memaparkan lebih dalam mengenai Respon

Page 27: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

16

Amerika Serikat Terhadap Pengembangan Teknologi Nuklir Iran 2005-2010. Selain

itu juga diharapkan data-data kepustakaan dan tipe-tipe pengumpulan data kualitatif

ini bisa mengidentifikasikan motif-motif dibalik tekanan AS terhadap pengembangan

teknologi nuklir Iran.

E. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Pertanyaan Penelitian

C. Kerangka Pemikiran

D. Metode Penelitian

E. Sistematika Penulisan

BAB II Politik Luar Negeri AS Terhadap Iran

A. Politik Global Amerika Serikat

B. Pengaruh Kelompok Neo-Konservatif AS Terhadap Formulasi

Kebijakan Luar Negeri AS

C. Kepentingan AS Terhadap Iran

C.1. Sebelum Revolusi Islam Iran 1979

C.2. Pasca Revolusi Islam Iran 1979-2010

D. Embargo Ekonomi, Senjata Militer dan Pengisolasian Terhadap Iran

BAB III Kebijakan Pengembangan Teknologi Nuklir Iran

A. Program Pengembangan Teknologi Nuklir Iran Tahun 2005-2010

Page 28: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

17

B. Diplomasi Iran Dalam Mempertahankan Pengembangan Teknologi

Nuklir

B.1. Diplomasi Iran Melawan Tekanan AS dan Sekutunya

B.2. Diplomasi Iran Terhadap IAEA (International Atomic Energy

Agency)

C. Posisi Iran Dalam Keanggotaan NPT (Nuclear Non-Proliferation

Treaty)

D. Kebijakan Peningkatan Kekuatan Militer Iran

BAB IV Analisa Respon Amerika Serikat Terhadap Pengembangan

Teknologi Nuklir Iran Tahun 2005-2010

A. Respon AS Terhadap Penyelesaian Sengketa Nuklir Iran

A.1. Kebijakan AS dan Sekutu Terhadap Pengembangan Nuklir

Iran

A.2. Solusi Diplomasi Kepada Iran

B. Masa Depan Hubungan Bilateral Iran-AS

BAB V Penutup

A. Kesimpulan

Page 29: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

18

BAB II

POLITIK LUAR NEGERI AS TERHADAP IRAN

Dalam Bab II ini penulis mencoba memaparkan aspek-aspek mengenai pola

pemikiran politik global AS yang digunakan sebagai bahan formulasi penyusunan

kebijakan luar negeri AS. Penulis akan melihat peran kelompok Neo-konservatif AS

dalam merumuskan dan menentukan arah kebijakan luar negeri AS. Selain itu,

penulis mencoba mengeksplorasi berbagai macam kepentingan-kepentingan AS di

Iran sebelum terjadinya Revolusi Islam Iran 1979 hingga pasca Revolusi Islam Iran

1979. Pembahasan mengenai kepentingan AS terhadap Iran akan juga memperhatikan

struktur sistem internasional pada saat itu. Pada bagian akhir di Bab II ini, penulis

membahas mengenai sikap AS dalam mendorong Sekutu-sekutunya termasuk IAEA

International Atomic Energy Agency dan DK-PBB untuk menekan Iran terkait

pengembangan teknologi nuklir Iran yang dituding AS menuju pengembangan

senjata nuklir.

A. Politik Global Amerika Serikat

Pada awal kemerdekaan AS yang dideklarasikan pada tanggal 4 Juli 1776

politik luar negeri AS yang bersifat ekspansionis belum terlihat nyata. Hal ini

dikarenakan masih banyak urusan dalam negeri AS yang harus dibenahi dan

dikonsolidasikan. Misalnya, semua negara bagian AS masih memerlukan

perlindungan dan pembenahan pasca memperoleh kemerdekaan dari Inggris Raya

(Hendrajit et al. 2010, h. 99). Sejak merdeka, AS menerapkan pemerintahan federal

Page 30: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

19

yang didasarkan pada konstitusi yang menyatakan bahwa dalam rangka awal

kemerdekaan pemerintah federal ini harus dapat melindungi seluruh negara bagian

AS dari ancaman dan serangan luar dan ancaman kekerasan dalam negeri (Alamudi

1989, h. 33-34). Misalnya, pemerintah federal AS harus dapat membendung

serangan-serangan militer Inggris Raya pasca pelepasan wilayah jajahannya. Hal ini

dikarenakan keadaan AS yang baru merdeka masih sangat rentan mengalami konflik

internal karena keadaan infrastruktur AS yang belum tersusun dengan baik (Alamudi

1989, h. 33).

Presiden pertama AS yaitu George Washington yang menjadi Presiden AS

pada 1776 memiliki kebijakan luar negeri yang bersikap netral dan melakukan

kerjasama dengan negara-negara Eropa (Hendrajit et al. 2010, h. 100). Kerjasama ini

dibangun atas dasar mutualisme yakni kerjasama yang saling menguntungkan antara

pihak AS dengan negara-negara Eropa. Alamudi (1989, h. 33-34) mengatakan bahwa

menurut Presiden George Washington, setelah memperoleh kemerdekaan dari Inggris

Raya, AS membutuhkan kerjasama dengan negara-negara kaya Eropa untuk

membangun sektor internal. Oleh sebab itu, AS meyakinkan keadaan dalam negeri

yang aman kepada negara-negara Eropa seperti Inggris, Perancis, Jerman dan

Spanyol dengan tujuan negara-negara tersebut mau mengadakan kerjasama ekonomi

dengan AS (Alamudi 1989, h. 34).

Menurut Hendrajit et al. (2010, h. 100) politik luar negeri AS yang

ekspansionis mulai terlihat ketika AS dipimpin oleh Presiden James Monroe yang

menjadi Presiden AS pada tahun 1823. Walaupun Presiden Monroe masih

menerapkan prinsip netral, namun keinginan untuk menjadi negara kuat, mapan dan

Page 31: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

20

mandiri mulai terlihat. Presiden Monroe menginginkan agar AS dikatakan sebagai

negara yang patut diperhitungkan oleh negara-negara lainnya. Oleh sebab itu,

ekspansi pertama AS dilancarkan pada masa kepemimpinan Presiden Monroe dengan

megincar wilayah Amerika Latin (Hendrajit et al. 2010, h. 100). Smith (1996 dikutip

dalam Hendrajit et al. 2010, h. 100-101) memaparkan terdapat dua alasan yang

menjadikan Amerika Latin sebagai target pertama ekspansi politik luar negeri AS,

pertama, AS ingin menunjukkan ketangguhannya untuk menjaga dan mengatur dunia

dimulai dari kawasan terdekatnya yakni Amerika Latin. Kedua, pelebaran sayap

kapitalis AS untuk membuka akses pasar di Amerika Latin.

Pada era sebelum meletusnya Perang Dunia I yakni pada 1916, AS

memperlunak politik luar negerinya yang bersifat ekspansionis. Bahkan ketika Perang

Dunia I meletus AS menyatakan tidak ingin terlibat. Akan tetapi, secara perlahan

ketika supremasi militer angkatan laut AS diganggu oleh Jerman, perilaku agresor

militer AS mulai terlihat kembali. Setelah kapal-kapal dagang milik AS

ditenggelamkan oleh Jerman pada 1917, AS menyatakan perang terbuka terhadap

Jerman pada Perang Dunia I (Hendrajit et al. 2010, h. 106). Pasca Perang Dunia I, AS

muncul sebagai negara pemenang dan mulai terlibat dalam upaya-upaya perdamaian

dunia. Misalnya, AS dibawah Presiden Woodrow Wilson mempelopori terbentuknya

LBB (Liga Bangsa-Bangsa) pada tanggal 10 Januari 1920 dengan tujuan terwujudnya

perdamaian dunia dan rekonstruksi kesejahteraan global pasca Perang Dunia I

(Hendrajit et al. 2010, h. 106). Akan tetapi, keberadaan LBB ini tidak bertahan lama,

dikarenakan dasar politik luar negeri AS yang ekspansionis dan sistem internasional

yang anarkis sehingga menyebabkan meletusnya kemelut Perang Dunia II pada 1939.

Page 32: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

21

Memasuki Perang Dunia II, AS semakin menjadi negara yang diperhitungkan

di dunia. Hendrajit et al. (2010, h. 106) menambahkan bahwa AS yang terlibat

langsung dalam Perang Dunia II menganggap bahwa keterlibatannya adalah karena

AS sebagai polisi dunia berhak untuk turut serta menjaga dan membantu Sekutu-

sekutunya yakni Inggris, Polandia dan Perancis dari serangan-serangan militer

Jerman dan Italia. Terlebih pelabuhan militer AS Pearl Harbor pun ikut diserang

oleh pasukan Jepang. Keadaan ini semakin memperkeruh kondisi internasional pada

waktu berlangsungnya Perang Dunia II. Kemudian, kelompok sekutu yang keluar

sebagai pemenang Perang Dunia II yang dipimpin oleh AS semakin melebarkan

sayapnya untuk melanjutkan kiprahnya di dunia. AS bersama negara-negara sekutu

lainnya yakni Inggris, Perancis dan Polandia kembali membawa dunia ke tatanan

perdamaian.

Pasca berakhirnya Perang Dunia II, AS melakukan pembangunan di wilayah

Eropa Barat yang mengalami kehancuran akibat perang melalui kucuran dana yang

disebut dengan Marshall Plan (Anwar 2003, h. 9). Dengan itulah secara mudah

Eropa Barat menjadi sekutu AS dan berada diorbit genggaman AS. Selain itu, AS

juga mulai memperlunak kebijakan luar negeri ekspansionisnya. Justru sebaliknya AS

mulai membangun dunia lebih ke arah perdamaian dan kerjasama multilateral.

Faktanya, AS merupakan negara pelopor atas terbentuknya PBB (Perserikatan

Bangsa-Bangsa) pada tanggal 24 Oktober 1945, yang sebelumnya AS juga

merupakan pelopor terbentuknya LBB (Liga Bangsa-Bangsa) pada 10 Januari 1920,

juga disusul dengan berdirinya IMF International Monetary Fund pada 27 Desember

1945, dan World Bank bersamaan dengan dibentuknya IMF (Anwar 2003, h. 10).

Page 33: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

22

Berdirinya badan-badan internasional tersebut tidak terlepas dari dorongan AS yang

menginginkan tatanan dunia yang damai dan kooperatif. Pada lembaga IMF dan

World Bank, AS merupakan penyandang dana terbesar dengan tujuan membantu

perekonomian negara-negara lain yang sedang berkembang (Anwar 2003, h. 10).

Terbentuknya PBB juga merupakan wujud dari keinginan AS untuk

menjadikan tatanan dunia menuju arah perdamaian dan kesejahteraan. Akan tetapi

idealisme tentang tatanan dunia baru yang damai yang sepenuhnya diatur oleh PBB

dan hukum internasional tidak berlangsung lama. Munculnya perang dingin Cold

War antara blok Barat kapitalis yang dipimpin oleh AS melawan blok Timur komunis

yang dipimpin oleh Uni Soviet (Sekarang Rusia) mengikis supremasi kedaulatan PBB

sebagai badan internasional tertinggi di dunia. Hal ini dikarenakan selama Perang

Dingin terjadi, sistem internasional lebih dikontrol oleh perimbangan kekuatan

Balance of Power antara kedua blok ketimbang diatur oleh PBB (Anwar 2003, h. 10).

Selain itu, selama Perang Dingin berlangsung antara AS dan Uni Soviet tidak

melakukan serangan-serangan langsung terbuka oleh kedua negara. AS dan Uni

Soviet lebih mengincar pengaruh global dengan membentuk blok pertahanan masing-

masing yang bertujuan menarik negara-negara netral untuk tidak berpihak pada blok

lawan (Anwar 2003, h. 12).

Pada saat berlangsungnya Perang Dingin, AS menerapkan kebijakan

mengenai proliferasi senjata nuklir. Salah satu bentuknya adalah dengan

mempelopori terbentuknya perjanjian NPT pada 1968 (Nuclear-Non Proliferation

Treaty) (Jamaan 2007, h. 38). Perjanjian NPT dimaksudkan untuk membatasi jumlah

pemilik senjata nuklir hanya kepada negara anggota tetap DK-PBB yakni AS, Rusia,

Page 34: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

23

Cina, Perancis, dan Inggris. Adanya persaingan antara AS dan Uni Soviet (Sekarang

Rusia) menyebabkan kedua negara tersebut saling berlomba-lomba mengembangkan

senjata nuklir sebagai upaya deterrence power (Karyono 2005, h. 30). Selain itu,

Winingsih (2009, h. 28) menambahkan bahwa AS berupaya agar negara-negara yang

tidak sejalan dengan kepentingannya tidak dapat mengembangkan senjata nuklir. Hal

ini dikarenakan AS khawatir kepentingannya terganggu dengan adanya

pengembangan nuklir negara-negara yang tidak sejalan dengan kepentingan AS.

Untuk megatasi hal tersebut, maka AS menerapkan kebijakan standar ganda

mengenai nuklir. Standar ganda tersebut dengan membantu pengembangan senjata

nuklir milik India, Pakistan, dan Israel yang pada dasarnya tidak terdaftar dalam

perjanjian NPT dan badan IAEA (Winingsih 2009, h. 27-28). Hal ini dikarenakan

negara-negara tersebut merupakan sekutu AS, terutama Israel yang begitu penting

bagi AS untuk dapat melawan pengembangan nuklir Iran di kawasan Timur Tengah

(Rahman 2003, h. 206). Hingga perang dingin berakhir pada 1991 yang dimenangkan

oleh AS, kebijakan standar ganda nuklir yang diterapkan AS tersebut terus

diberlakukan. Hal ini semakin menunjukkan sikap ketidakadilan AS terhadap negara-

negara yang mengembangkan nuklir dan telah tunduk dibawah aturan NPT dan IAEA

(Jamaan 2007, h. 45).

Kemudian, Anwar (2003, h. 16) mengatakan bahwa pasca Perang Dingin di

bawah kepemimpinan Presiden Bill Clinton periode 1992-1996 dan 1996-2000,

kebijakan luar negeri AS berubah dari unilateralis menjadi multilateralis. Presiden

Clinton lebih mengedepankan multilateralisme (kerjasama dengan berbagai negara)

ketimbang unilateralisme (sikap melakukan tindakan sepihak tanpa memperdulikan

Page 35: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

24

kedaulatan negara lain) dengan mengedepankan kerjasama dan diplomasi dalam

menyelesaikan sengketa internasional (Jafar 1996, h. 113). Hal ini sangat dipengaruhi

oleh nilai-nilai Partai Demokrat sebagai Partai Presiden Clinton. Anwar (2003, h. 16)

menambahkan bahwa Partai Demokrat sangat mengedepankan pada proses

multilateral dan kerjasama internasional. Selain itu, Partai Demokrat sering disebut

dengan kelompok Dove karena lebih mengutamakan penggunaan diplomasi daripada

jalur militer dalam menyelesaikan konflik. Para anggota Partai Demokrat lebih

mengedepankan pelebaran pengaruh AS ke seluruh dunia dengan menempuh nilai-

nilai soft power (Anwar 2003, h. 16). Kemudian, Nye (2002, h. 138) mengatakan

bahwa bentuk soft power AS tersebut misalnya dengan mempromosikan nilai

demokrasi, menjunjung Hak Asasi Manusia, menyebarkan konsep ekonomi liberal

dan memberikan bantuan finansial bagi negara yang membutuhkan pinjaman ataupun

pemberian dana akibat krisis yang melanda suatu negara. Tidak hanya itu, Nye juga

menilai bahwa soft power sangat berperan dalam menumbuhkan pengaruh AS di

dunia. Menurut Nye (2002, h. 140) hal tersebut salah satunya berakibat kepada

semakin banyak para pelajar di seluruh dunia yang menginginkan untuk melanjutkan

studinya di AS.

Di bawah kepemimpinan Presiden George W. Bush periode 2000-2004 dan

2004-2008, kebijakan luar negeri AS kembali menjadi unilateralis. Kebijakan luar

negeri Presiden Bush yang demikian dipengaruhi oleh nilai-nilai Partai Republik

yang merupakan Partai Presiden Bush. Anwar (2003, h. 16) mengatakan bahwa Partai

Republik menganggap politik internasional didominasi oleh persaingan militer antar

negara untuk menentukan negara mana yang paling dominan. Oleh sebab itu, Partai

Page 36: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

25

Republik sering disebut sebagai kelompok Hawkish yang dikuasai oleh orang-orang

Neo-konservatif AS (Yuliantoro 2005, h. 96), hal ini dikarenakan Partai Republik

lebih mengedepankan cara hard power yakni lebih mengutamakan jalur ekspansif dan

militeristik dalam penyusunan kebijakan dan strategi luar negerinya (Hendrajit et al.

2010, h. 116). Namun demikian, Nye (2002, h. 141) mengatakan bahwa antara hard

power dan soft power sama-sama penting dan sangat dibutuhkan bagi kelangsungan

kebijakan luar negeri AS.

Waltz (2000, dikutip dalam Anwar 2003, h. 13-14) mengatakan bahwa

terdapat tiga faktor yang mendorong munculnya sikap arogansi dan unilateralisme

AS. Pertama, runtuhnya Uni Soviet dan berakhirnya Perang Dingin sehingga AS

merupakan satu-satunya negara adidaya yang tersisa. Dengan sendirinya tidak ada

negara lain yang berani menghalangi keinginan AS untuk mengambil tindakan demi

menjaga kepentingan nasionalnya. Kedua, kekuatan ekonomi AS yang sangat

dominan melebihi Uni Eropa dan Jepang. Hal ini dapat dilihat dari ketergantungan

AS pada perdagangan internasional relatif rendah mengingat 90 persen dari

produksinya untuk konsumsi dalam negeri dan pasar AS merupakan tujuan ekspor

utama bagi negara-negara lain. Ketiga, kenyataan bahwa kemampuan militer AS

merupakan terbesar di dunia cenderung meningkat. Walaupun Perang Dingin telah

berakhir, AS tetap meningkatkan anggaran belanja militernya untuk melindungi

kepentingan nasionalnya dan meningkatkan kemampuan militer Sekutu-sekutunya

yang tergabung dalam NATO (North Atlantic Treaty Organization) (Anwar 2003, h.

14).

Page 37: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

26

Sikap unilateralisme AS semakin terlihat pasca tragedi 9/11. Tragedi ini

sekaligus memalukan AS yang dalam sejarahnya tidak pernah terkena dampak buruk

oleh serangan-serangan dari luar. Pasca tragedi ini, AS di bawah kepemimpinan

Presiden Bush semakin menunjukkan kapabilitasnya sebagai negara adidaya. Jinsa

Online (4 Juni 2002, dikutip dalam Anwar 2003, h. 21-22) melaporkan bahwa

Presiden Bush mengeluarkan doktrinya yang dikenal dengan sebutan “Doktrin Bush”

yang pertama kali dikeluarkan pada 1 Juni 2002 dihadapan wisudawan Akademi

militer AS West Point. Isi doktrin tersebut adalah:

We cannot defend America and our friends by hoping for the best. We

cannot put our faiths in the word of tyrants who solemnly sign non-

proliferation treaties and then systematically break them. If we wait

for threats to fully materialize we will have waited too long. Kita tidak

dapat mempertahankan Amerika dan sekutu kita untuk berharap yang

terbaik. Kita tidak dapat menaruh kepercayaan kepada negara

pembangkang yang menandatangani perjanjian pelarangan penyebaran

senjata nuklir yang kemudian mereka melanggarnya. Jika kita

menunggu ancaman sampai terjadi maka kita akan menunggu terlalu

lama. (Terjemahan Penulis)

Selain itu, Jinsa Online (4 Juni 2002, dikutip dalam Anwar 2003, h. 21-22)

juga menambahkan Doktrin perkataan Bush selebihnya yaitu:

the war on terror will not be won on the defensive. We must take the

battle to the enemy, disrupt his plans and confront the worst threats

before they emerge. A military that must be ready to strike at a

moment’s notice in any dark corner of the world. Perang melawan

terorisme tidak akan menang dengan cara bertahan. Kita harus

mengambil langkah perang, mengganggu rencana mereka dan

mengkonfrontasi hingga ancaman terburuk sebelum mereka

mengancam. Militer harus siap untuk menyerang sekalipun di ujung

dunia. (Terjemahan Penulis)

Pandangan inilah yang merupakan kelanjutan dari Doktrin Pre-emptive

strike (melakukan penyerangan terhadap musuh sebelum musuh melakukan ancaman

Page 38: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

27

dan mengambil tindakan lebih) (Hasibuan 2003, dikutip dalam Anwar 2003, h. 18).

Doktrin Pre-emptive strike tersebut merupakan doktrin yang diusung oleh Presiden

Bush beserta tokoh-tokoh Neo-konservatif AS yang berpandangan unilateralisme

(Anwar 2003, h. 20). Tokoh-tokoh tersebut di antaranya Wakil Presiden Dick

Cheney, Menteri Pertahanan Donald Rumsfeld, Richard Perle sebagai Kepala Dewan

Kebijakan Pertahanan, dan Paul Wolfowitz sebagai Wakil Menteri Pertahanan

(Kazhim dan Hamzah 2007, h. 126). Oleh sebab itu, bentuk formulasi kebijakan luar

negeri AS tidak terlepas dari peran tokoh Neo-konservatif AS tersebut yang disebut

dengan invisible government (Hendrajit 2010, h. 83). Sekalipun AS dipimpin oleh

Presiden yang berhaluan multilateral, kelompok Neo-konservatif tetap menjadi

penyusun utama kebijakan luar negeri dan keamanan nasional AS (Hendrajit 2010, h.

83). Untuk lebih jelas, pada bagian berikut penulis akan membahas bagaimana

kelompok Neo-konservatif AS mempengaruhi kebijakan luar negeri AS.

B. Pengaruh Kelompok Neo-Konservatif AS Terhadap Formulasi

Kebijakan Luar Negeri AS

Anwar (2003, h. 20) menjelaskan bahwa formulasi kebijakan luar negeri AS

tidak terlepas dari peranan pemikiran kelompok Neo-konservatif AS. Kebijakan luar

negeri yang unilateralis dengan mengutamakan dominasi militer merupakan ciri khas

dari kelompok Neo-konservatif AS (Anwar 2003, h. 16-17).

Kelompok Neo-konservatif mulai berkembang pada 1917, dipelopori oleh

para pemikir alumni Universitas Yale yang kini disebut dengan Skull and Bones

Page 39: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

28

(Hendrajit et al. 2010, h. 82). Jaringan yang sudah tersusun sejak 1917 ini sulit untuk

dikalahkan. Sejak awal perkembangannya, tercatat beberapa nama-nama tokoh Neo-

konservatif AS yang sangat berpengaruh terhadap formulasi kebijakan luar negeri

AS. Tokoh-tokoh tersebut misalnya Percy Rockefeller, Avrill Harriman, dan

McGeorge. Ketiga tokoh tersebut sangat diperhitungkan keberadaannya. Hal ini

dikarenakan tokoh-tokoh tersebut merupakan penguasa perusahaan-perusahaan besar

AS seperti Standart Oil, Brown Brothers, Harriman Banking, Halliburton, dan

Manhattan.

Yuliantoro (2005, h. 97) mengatakan bahwa tujuan dari kelompok Neo-

konservatif AS adalah untuk mempertahankan dominasi AS diseluruh dunia dengan

segala cara. Selain itu, Wolfowitz (2000, dikutip dalam Anwar 2003, h. 17) juga

menambahkan bahwa visi utama kelompok Neo-konservatif AS pasca Perang Dingin

adalah menjaga ketertiban dunia dengan mempertahankan hegemoni AS terutama

keunggulan militernya serta mencegah negara lain untuk membangun kemampuan

yang dapat menyaingi hegemoni AS, terutama di wilayah-wilayah strategis seperti

Eropa Barat, Asia Timur, wilayah bekas Uni Soviet dan Asia Barat Daya. Hal ini

yang menyebabkan para tokoh Neo-konservatif memilih untuk bertindak secara

unilateralisme dalam mengeluarkan kebijakan luar negerinya.

Kelompok Neo-konservatif AS merupakan tokoh-tokoh kunci AS yang

berpahaman realist (pemikiran bahwa politik internasional didominasi oleh

persaingan militer antar negara) (Anwar 2003, h. 17). Pasca Perang Dingin peran

kaum Neo-konservatif sangat terlihat. Runtuhnya Uni Soviet menjadikan para tokoh

Neo-konservatif semakin percaya diri tampil mendunia. Dengan pemahaman

Page 40: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

29

realisnya, tokoh-tokoh Neo-konservatif AS secara umum menilai bahwa AS

merupakan negara yang tepat untuk menjadi hegemoni dunia. Ikenberry (1989,

dikutip dalam Yuliantoro 2005, h. 94-95) mengatakan bahwa kelompok Neo-

konservatif yakin bahwa AS dapat menjadi pemeran utama yang mengatur sistem

politik dan ekonomi internasional dengan memberikan penekanan bahwa AS

memiliki kemampuan materi seperti kekuatan militer dan ekonomi untuk

mempertahankan hegemoni. Hal ini bertentangan dengan pemahaman para aliran

materialis sejarah yang memandang bahwa kekuatan sosial, nilai, teori, norma,

ideologi sama pentingnya dengan kekuatan militer dan ekonomi bagi sebuah negara

untuk mendapatkan dan menjalankan hegemoni (Yuliantoro 2005, h. 95).

Pasca berlalunya Perang Dingin hingga terjadinya peristiwa 9/11 pada 2001,

kelompok Neo-konservatif AS mencapai puncak kejayaannya sekaligus memperkuat

pembenarannya sebagai negara hegemoni yang mendominasi geopolitik, ekonomi,

dan militer dunia (Yuliantoro 2005, h. 96). Hal ini dikarenakan AS yang dikuasai

oleh kelompok Neo-konservatif semakin yakin bahwa peran hegemoni AS sangat

dioptimalkan untuk mencegah bangkitnya kekuatan utama tandingan dan

mempertahankan dominasi AS dalam politik dan ekonomi internasional (Yuliantoro

2005, h. 96).

Hirsh (2002, dikutip dalam Yuliantoro 2005, h. 97) mengatakan bahwa

kelompok Neo-konservatif semakin menunjukkan kekuatannya setelah mengeluarkan

pernyataan politik luar negeri yang disebut go it alone (menentukan dan menjalankan

politik dan kebijakan luar negeri tanpa mempertimbangkan kedaulatan negara lain).

Pernyataan tersebut merupakan strategi yang dikembangkan oleh jaringan-jaringan

Page 41: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

30

Neo-konservatif AS yang juga disebut sebagai Neo-imperialis (Hirsh 2002, dikutip

dalam Yuliantoro 2005, h. 97). Kelompok Neo-konservatif tersebut mencoba

mempertahankan hegemoni AS dalam regulasi sistem internasional. Bahkan, Foster

(2003, dikutip dalam Yuliantoro 2005, h. 97) mengatakan Neo-konservatif

memberanikan diri dengan menginginkan terbentuknya sebuah imperium AS dengan

didukung oleh kekuatan militer yang tak tertandingi.

Peran kelompok Neo-konservatif semakin terbuka ketika AS dipimpin oleh

Presiden George W. Bush. Dalam kepemimpinannya periode 2000-2004 dan 2004-

2008, Presiden Bush menjadikan tokoh-tokoh Neo-konservatif masuk ke dalam

penentu kebijakan luar negeri AS. Hal ini dikarenakan, seperti yang sudah penulis

jelaskan di atas, Presiden Bush berasal dari Partai Republik yakni Partai yang

dikuasai oleh kelompok Neo-konservatif AS. Oleh sebab itu, segala kebijakan yang

akan dikeluarkan oleh Presiden Bush harus melalui perundingan antara Presiden Bush

dengan tokoh-tokoh Neo-konservatif AS. Adapun tokoh Neo-konservatif di sekeliling

Presiden Bush yang sangat berpengaruh adalah Max Boot yang merupakan mantan

editor Wall Street Journal yang pada masa pemerintahan Presiden Bush bergabung

dengan The Council on Foreign Relations (Boot 2001, dikutip dalam Yuliantoro

2005, h. 99). Hingga saat ini Boot merupakan salah satu tokoh Neo-konservatif yang

sangat berpengaruh di Washington (Yuliantoro 2005, h. 99). Selain itu, beberapa

tokoh Neo-konservatif AS lainnya seperti Paul Wolfowitz mantan Wakil Menteri

Pertahanan AS yang sekarang menjadi Presiden Direktur Bank Dunia, ketua Dewan

Kebijakan Pertahanan Richard Pelre, penerbit Weekly Standart yaitu William Kristol,

Menteri Pertahanan Donald Rumsfeld, Wakil Presiden Dick Cheney, John Bolton

Page 42: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

31

Asisten Menlu Bidang Kontrol Senjata, dan Lewis Libby Kepala Staf Kantor Wakil

Presiden (Time 10 September 2001, h. 32-33). Semua tokoh-tokoh tersebut

merupakan tokoh-tokoh pemikir Neo-konservatif di sekeliling Presiden Bush yang

mengembangkan pemikiran imperialis menuju Imperium AS sejak bergabung dalam

pemerintahan Presiden Bush Senior (Time 10 September 2001, h. 33).

Anwar (2003, h. 17) mengatakan bahwa dalam pandangan kelompok Neo-

konservatif yang menggunakan pemahaman realis, prioritas garis keras yang diambil

pada kebijakan luar negeri AS adalah melindungi kepentingan nasional AS, terutama

keamanan nasional, tanpa perlu mempertimbangkan komitmen-komitmen

internasional yang selama ini mengikat Washington. Sebagai negara adidaya, AS

harus berani bertindak secara unilateral demi menjaga kepentingan nasionalnya.

Selama Neo-konservatif berkuasa, AS tidak akan segan-segan untuk menggunakan

kekuatan militernya demi menjaga keamanan nasionalnya, karena militer dianggap

sebagai instrumen yang sah dalam politik internasional (Anwar 2003, h. 17). Bagi

kelompok Neo-konservatif kritikan dan kecaman dari negara-negara lain tidak

menjadi pertimbangan atas tindakan unilateralisme AS. Hal yang terpenting adalah

menjaga kepentingan nasionalnya termasuk di antaranya melindungi warga negara

AS baik yang berada di dalam AS maupun di luar AS, dan melindungi keamanan

nasionalnya (Jafar 1996, h. 117).

Jafar (1996, h. 117) menjelaskan tujuh aspek kepentingan nasional AS yang di

utarakan oleh Anthony Lake selaku Mantan National Security Advisor AS pada masa

Presiden Bill Clinton yang kemudian diteruskan hingga kepemimpinan Presiden

George W. Bush. Pertama, kepentingan nasional AS untuk mempertahankan AS,

Page 43: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

32

warga negaranya yang berada di dalam maupun luar negeri, dan para sekutu AS dari

berbagai bentuk serangan langsung. Kedua, untuk mencegah timbulnya agresi yang

dapat mengganggu perdamaian internasional. Ketiga, untuk mempertahankan

kepentingan ekonomi AS. Keempat, untuk mempertahankan dan menyebarluaskan

nilai-nilai demokrasi. Kelima, untuk mencegah proliferasi senjata nuklir. Keenam,

untuk menjaga rasa percaya dunia internasional terhadap AS, untuk itu AS harus

selalu mempertahankan komitmen-komitmen internasionalnya. Ketujuh, memerangi

kemiskinan, kelaparan serta pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia.

Pada masa kepemimpinannya, Presiden Bush menunjuk seorang menteri luar

negeri yang berhaluan multilateralis yaitu Jenderal Collin Power. Akan tetapi, hal ini

tidak dapat merubah jalan kebijakan luar negeri AS yang unilateralis. Hal ini

dikarenakan kuatnya pengaruh kelompok Neo-konservatif di sekeliling Presiden

Bush. Seperti yang dituliskan majalah Time 10 September (2001, h. 31) yaitu

“Powell is a multilateralist, other Bush advisers are unilateralist. He’s

internationalist, they are America first”. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui

bagaimana sulitnya Powell untuk menerapkan kebijakan multilateralisme karena di

sekeliling Bush adalah kelompok Neo-konservatif yang berhaluan unilateralisme.

Sejak bergabung dengan pemerintahan Presiden Bush, Powell menjadi tokoh Neo-

konservatif yang peduli terhadap pihak lain atau disebut dengan compassionate Neo-

conservatism (Time 10 September 2001, h. 31). Sedangkan kelompok Neo-

konservatif lainnya yang berada disekeliling Bush sama sekali tidak peduli terhadap

hal-hal di luar kepentingan AS (Anwar 2003, h. 17).

Page 44: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

33

Peran kelompok Neo-konservatif AS selalu diperhitungkan sekalipun AS

dipimpin oleh Presiden Barack Obama yang menjadi Presiden AS pada periode 2008-

2012 (Sidik, Antaranews, 6 Februari 2008). Kebijakan luar negeri Presiden Obama

lebih kepada jalur perdamaian, kerjasama dan diplomasi (Sidik, Antaranews, 6

Februari 2008). Akan tetapi, kebijakan luar negeri Presiden Obama tidak menjadikan

eksistensi kelompok Neo-konservatif AS menurun. Tercatat kelompok Neo-

konservatif AS semakin mencetak generasi baru untuk meneruskan peran kelompok

Neo-konservatif AS sewaktu masa Presiden George W. Bush. Tokoh tersebut seperti

Samantha Power yang kini menjabat sebagai Penasihat Khusus Presiden Obama di

Dewan Keamanan Nasional AS bidang Hak Asasi Manusia (Permatasari, Media

Indonesia Online, 1 April 2011). Samantha Power juga merupakan tokoh Neo-

konservatif AS yang berasal dari lulusan Universitas Yale (Permatasari, Media

Indonesia Online, 1 April 2011).

C. Kepentingan Amerika Serikat Terhadap Iran

C. 1. Sebelum Revolusi Islam Iran 1979

Sebelum Revolusi Islam terjadi di Iran, pada 1940 politik luar negeri AS di

Timur Tengah belum begitu terlihat (Ansari 2008, h. 35). Berbeda dengan Inggris

selaku sekutu AS lebih dulu melancarkan politik luar negerinya kepada Iran pada

tahun 1941 (Puar 1989, h. 22). Masuknya Inggris ke Iran diiringi suasana dunia yang

sedang bergejolak akibat Perang Dunia II. Ketika itu Iran masih dipimpin oleh Shah

Reza Khan Pahlevi (1925-1941) yang merupakan Ayahanda dari Mohammad Shah

Reza Pahlevi (1941-1979). Di bawah kepemimpinan Reza Khan, secara terbuka Iran

Page 45: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

34

menyatakan dukungannya terhadap Jerman pada Perang Dunia II. Hal ini

dikarenakan antara Iran-Jerman memiliki beberapa keuntungan mutualisme, yakni

Iran memberikan supply minyak ke Jerman dan sebaliknya Jerman pun memberikan

pengajaran kemajuan angkatan militer dan teknologi industri kepada Iran (Puar 1980,

h. 22). Karena kedekatannya dengan Jerman, maka Inggris dan Uni Soviet (sekarang

Rusia) memaksa mundur Reza Khan dari tahta kepemimpinan parlemen Iran. Dengan

mudah Reza Khan turun dari kepemimpinannya dan digantikan oleh anaknya yang

bernama Muhammad Shah Reza Pahlevi.

Semenjak Iran berada dipenguasaan Reza Pahlevi, akses Inggris dan Uni

Soviet semakin mudah untuk melakukan ekspansi ke Iran. Inggris dan Uni Soviet

semakin gencar mengirimkan angkatan-angkatan perangnya. Akan tetapi, angkatan

perang tersebut tetap menjamin kemerdekaan Iran yang dikukuhkan dalam perjanjian

Perdamaian Tiga Serangkai Tripattie Treaty antara Inggris, Uni Soviet dan Iran pada

1942 (Puar 1980, h. 22). Inti dari perjanjian tersebut adalah mencegah pengaruh

Jerman di Iran dan segera mendirikan benteng pertahanan di wilayah Jerman Barat

untuk membendung kekuatan militer Jerman. Kemudian, perjanjian tersebut

dikukuhkan kembali dalam konferensi Yalta pada Februari 1945 antara ketiga negara

tersebut.

Pasca berakhirnya Perang Dunia II, Uni Soviet menolak menarik pasukan

militernya dari Iran. Uni Soviet justru menebarkan pengaruh komunisnya di Iran.

Terbukti Uni Soviet berhasil membentuk pemerintahan komunis otonom di

Azerbaijan, Provinsi otonom di Barat Laut Iran pada 1945-1946 (Puar 1980, h. 23).

Hal ini menjadi krisis internasional dan segera dibawa ke PBB (Perserikatan Bangsa-

Page 46: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

35

Bangsa). Hasilnya Uni Soviet akan menarik pasukan militernya setelah dibentuk

suatu perusahaan bersama antara Uni Soviet dan Iran yang bernama Sovyet-Iran

untuk melakukan penambangan minyak di propinsi-propinsi sebelah Utara (Puar

1980, h. 23).

Ketika Uni Soviet mundur dari Iran pada 1946, Inggris semakin menguatkan

posisinya di Iran. Inggris melakukan eksploitasi terhadap ladang-ladang minyak

Kuzhistan sebelah Barat Daya Iran (Kazhim dan Hamzah 2007, h. 35). Mundurnya

Uni Soviet menjadikan Inggris satu-satunya negara asing yang memiliki kekuatan

penuh di Iran. Akan tetapi, gerakan pengaruh komunisme Uni Soviet tidak hilang

begitu saja. Uni Soviet terus melancarkan gerakan komunis bawah tanah terhadap

Iran. Hingga terjadi percobaan pembunuhan terhadap Shah Reza Pahlevi yang

dilakukan oleh sekelompok mahasiswa yang berhaluan kiri (Puar 1980, h. 24). Hal

inilah yang menjadi salah satu alasan AS untuk segera mengambil tindakan politik

terhadap Iran.

Melihat pengaruh Inggris yang begitu kuat di Iran, AS berusaha

menghilangkan pengaruh Inggris tersebut. Ansari (2008, h. 51) mengatakan bahwa

konsolidasi pertama AS di Iran dimulai pada tahun 1953. Kedatangan AS merupakan

malapetaka bagi Inggris yang pada waktu itu merupakan kekuatan asing terbesar di

Iran tanpa tandingan. Inggris menganggap bahwa AS merupakan ancaman yang harus

diwaspadai karena dapat mengakibatkan putusnya monopoli Inggris atas minyak Iran

(Ansari 2008, h. 55). Masuknya AS ke Iran tidak terlihat seperti Inggris dan Uni

Soviet yang secara terbuka melakukan eksploitasi minyak Iran dan mengumbar

pengaruh komunisme seperti yang dilakukan oleh Uni Soviet. Sebaliknya,

Page 47: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

36

kedatangan AS ke Iran lebih mengusung arus kerjasama dan menganggap Iran

sebagai rekan kerjasama yang baik. Kerjasama yang diusung AS adalah

pengembangan angkatan bersenjata dengan tujuan mempertahankan dinasti

kekuasaan Shah Reza Pahlevi, yang kemudian dijadikan teropong perlindungan

kawasan Timur Tengah dari ancaman pengaruh komunisme (Puar 1980, h. 25).

Perlahan hubungan Iran-AS semakin menguat, terlebih setelah AS

memberikan aliran dana dan penasehat militer ke Iran. Prioritas yang dikedepankan

AS adalah memajukan angkatan bersenjata Iran guna menjadi pelindung terdepan

dalam upaya melawan pengaruh komunisme di Iran dan Timur Tengah (Puar 1980, h.

25). Hal ini dimanfaatkan oleh kekuasaan Shah Reza Pahlevi yang menuntut AS

untuk terus memberikan bantuan dana dan berinvestasi di Iran. Tercatat dalam

laporan majalah times mengenai bantuan yang diberikan AS kepada Iran sejak 1952,

bantuan tersebut mencapai US$ 1.135 juta (Times 1961, dikutip dalam Ansari 2008,

h. 56). Dari jumlah tersebut sekitar US$ 631 juta digunakan untuk bantuan ekonomi

dan US$ 504 juta untuk bantuan militer (Times 1961, dikutip dalam Ansari 2008, h.

56). Semua bantuan dana militer dan sebagian dari bantuan ekonomi merupakan

hibah untuk Iran, sehingga yang merupakan hutang Iran hanya sekitar US$ 255 juta

(Times 1961, dikutip dalam Ansari 2008, h. 56).

Dari data tersebut terlihat betapa tingginya bantuan dan investasi AS kepada

Iran untuk mencegah pengaruh komunisme Uni Soviet di Iran dan Timur Tengah.

Apalagi dengan adanya doktrin Eisenhower selaku Presiden AS pada 1957 yang

menyatakan bahwa “dengan sungguh bahwa AS akan memberi bantuan terhadap

negara-negara di setiap wilayah untuk mempertahankan integritas dan kemerdekaan

Page 48: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

37

negaranya dari ancaman komunisme dan subversi dalam negeri” (Puar 1980, h. 25).

Menurut Mutual Security Act (program bantuan keamanan yang diberikan oleh AS

kepada negara-negara yang sejalan dengan kepentingannya) pada 1951 dan 1953

bantuan tersebut dapat berupa bantuan militer, ekonomi, dan teknik yang dapat

diberikan kepada negara-negara sahabat AS (Puar 1980, h. 26).

Pasca pemberian bantuan dan investasi finansial ke Iran, AS menjadikan Iran

sebagai sekutu dekat di Timur Tengah. AS juga terlihat melakukan campur tangan ke

dalam urusan internal pemerintahan Shah Reza. Misalnya, keikutsertaan AS dalam

penyusunan peraturan perundang-undangan mengenai sistem agraria (Ansari 2008, h.

62). Dalam ekspansinya, AS mendesak Shah Reza Pahlevi untuk segera melakukan

reformasi agraria, dengan mengganti struktur feodal lama dengan sistem kepemilikan

tanah yang bebas. Petani yang memiliki lahan tanah akan menggarap tanah mereka

sendiri dan memetik manfaat dari hasil kerja keras mereka sendiri.

Kebijakan tersebut merubah drastis struktur ekonomi Iran yang di antaranya

menumbuhkan deregenerasi ekonomi dan semangat nasionalisme. Namun, hal ini

merupakan cara AS untuk memecah politik para tuan tanah di Iran yang sebelumnya

dikuasai oleh orang-orang Inggris dan Ulama-Ulama senior Iran (Puar 1980, h. 38).

Pada kenyataannya, rakyat yang menuai imbas buruknya. AS memanfaatkan tenaga

rakyat untuk menggarap tanah-tanahnya yang keuntungannya lebih banyak diterima

AS (Ansari 2008, h. 63). Hal ini dilakukan AS mengingat ketiadaan keahlian

manajerial ekonomi pertanahan di pemerintahan Shah Reza Pahlevi (Ansari 2008, h.

63).

Page 49: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

38

Perlakuan AS di Iran semakin merugikan rakyat. Ansari (2008, h. 56-64)

mengatakan bahwa ada beberapa bukti tindakan AS yang merugikan Iran. Pertama,

memfasilitasi kudeta atas mantan Perdana Menteri Iran Mohammad Mossadeq yang

berjuang untuk menasionalisasikan perusahaan minyak Iran dari eksploitasi asing.

Kedua, menerapkan reformasi agraria yang merugikan tanah-tanah rakyat dan tuan

tanah yang banyak dimiliki oleh Ulama-Ulama besar Iran. Ketiga, putusan untuk

meratifikasi UU (Undang-Undang) Kekebalan yang menjamin kekebalan hukum

terhadap seluruh personil AS di Iran. Ketika UU Kekebalan terhadap seluruh personil

AS berlaku di Iran, kedaulatan Iran semakin terkikis. Martabat warga negara Iran

semakin rendah di mata warga negara AS yang berada di Iran. Pasalnya, ketika

terdapat koki AS yang membunuh seorang Marja (Ulama yang fatwanya sangat

diikuti) polisi Iran tidak berhak menangkapnya, pengadilan Iran pun tidak berhak

mengadilinya, dan pelaku harus dikembalikan ke AS untuk diputuskan apa yang

harus dilakukan terhadap si pelaku (Ansari 2008, h. 69). Sebaliknya, jika terdapat

orang Iran yang menabrak atau membuhuh binatang peliharaan milik warga negara

AS dia akan dibawa ke pengadilan dan mengikuti proses hukum (Ansari 2008, h. 69).

Pada 1965-1975 merupakan masa keemasan kepemimpinan Shah Reza

Pahlevi (Ansari 2008, h. 73). Karena pada periode tahun tersebut perekonomian Iran

meningkat akibat tingginya hasil produksi penjualan minyak Iran. Keberhasilan

pompa minyak Iran ini terus dibayang-bayangi oleh AS yang turut serta menikmati

hasil produksi minyak Iran. Kedekatan hubungan bilateral Iran-AS sangat

dimanfaatkan oleh kedua negara. Bagi AS, ini merupakan suatu keuntungan karena

AS dapat menikmati keuntungan hasil penjualan minyak Iran. Sebaliknya, kondisi ini

Page 50: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

39

dimanfaatkan oleh Shah Reza untuk mengembangkan teknologi nuklir. AS

mendukung pengembangan teknologi nuklir Iran pada masa Shah Reza Pahlevi

(Ansari 2008, h. 81). Pada 1974 tercatat telah terjadi kesepakatan bahwa untuk 10

tahun kedepan AS akan memberikan bantuan listrik dan uranium yang telah

diperkaya untuk membantu pengembangan teknologi nuklir Iran (Ansari 2008, h. 81).

Dibalik kesepakatan tersebut, AS menekan Iran agar memasok lebih banyak

minyak Iran ke AS dengan tujuan untuk dijual ke luar negeri. Sebenarnya, Shah Reza

menyadari bahwa menjadikan minyak sebagai senjata bukanlah hal yang tepat.

Karena jika minyak Iran secara terus menerus di pompa kemungkinan yang terjadi

Iran akan mengalami krisis energi. Namun apa daya, minyaklah yang berpotensi

untuk dijadikan senjata Shah Reza untuk melanggengkan kekuasaannya di bawah

kendali AS tanpa memikirkan nasib rakyat atas ketidakadilan yang diterapkan Shah

dalam kepemimpinannya.

Tanpa disadari oleh Shah Reza, Rakyat beserta Ulama besar telah

mengkonsolidasikan kekuatan untuk memprotes kepemimpinan Shah yang membuka

jalan bagi AS untuk mengeksploitasi Iran. Sebagian besar proyek yang dilakukan

Shah Reza dengan AS hanya menguntungkan segelintir kelompok di sekeliling

pemerintahan saja. Semenjak 1978 Iran terus bergejolak. Rakyat, Mahasiswa yang

digerakkan oleh Ulama-Ulama besar Iran turun ke jalan untuk memprotes segala

ketidakadilan yang dilakukan Shah Reza terhadap rakyat Iran. Puar (1980, h. 47)

mengatakan bahwa terdapat tiga alasan yang menimbulkan perlawanan Rakyat Iran

terhadap Shah Reza Pahlevi. Pertama, cara pemerintahan Shah Reza Pahlevi yang

secara sistematis menggunakan penindasan yang sangat kejam, termasuk

Page 51: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

40

penganiayaan terhadap anak-anak dan keluarga. Kedua, tingkat korupsi yang

dilakukan oleh keluarga dan orang-orang sekitar Shah Reza Pahlevi. Ini merupakan

hal yang sangat miris bagi rakyat miskin Iran, negara memiliki eksport minyak yang

besar akan tetapi rakyat tidak pernah merasakan keuntungannya. Ketiga, gaya

pemerintahan dan penentuan prioritas yang terlalu westernisasi model Barat terutama

pengaruh AS yang begitu besar.

Adanya pengaruh model kepemimpinan dan budaya Barat di Iran semakin

mencemaskan masyarakat Iran. Pasalnya, Iran dan AS memiliki sejarah peradaban

yang berbeda. Puar (1980, h. 27) mengatakan bahwa pada awal terbentuknya, Iran

merupakan negara yang berbentuk monarki konstitusional yang sudah berusia ±25

abad hingga meletusnya Revolusi Islam Iran 1979. Pada 1118 Iran memperoleh

kemerdekaan dari raja-raja Seljuk kesultanan Turki (Puar 1980, h. 32). Pada masa

tersebut Iran dipimpin oleh raja-raja Islam yang sangat menunjukkan identitas

keislaman selama kepemimpinannya (Puar 1980, h. 32). Identitas tersebut dapat

dilihat dari Masjid, Mihrab, Madrasah, menara Masjid, Kubah, dan hiasan lukis Ayat

Al-Qur’an hingga tata cara kepemimpinan raja yang menerapkan nilai-nilai

keislaman (Puar 1980, h. 32). Raja-raja tersebut juga menerapkan toleransi

keagamaan dan kesukubangsaan. Bahkan, juga menghormati keberadaan para

kelompok Ulama-Ulama (Mullah) Iran yang memiliki pengaruh cukup besar bagi

kemajuan sosial dan politik di Iran (Cipto 2004, h. 9).

Akan tetapi, konsep Monarki Konstitusional yang telah lama menjadi model

pemerintahan Iran ini dengan mudah dikikis oleh Shah Reza Pahlevi yang memimpin

Iran pada 1941-1979. Hal ini dikarenakan budaya westernisasi yang diterapkan Shah

Page 52: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

41

Reza Pahlevi yang tidak memikirkan pola-pola tradisi asli kehidupan masyarakat Iran

(Puar 1980, h. 31). Misalnya, kebudayaan Islam yang sudah menjadi dasar sejak awal

diterapkannya monarki tidak mendapat perhatian. Bahkan terjadinya penentangan

terhadap agama dengan cara menyalahgunakan media radio, televisi dan surat kabar

yang ditujukan kepada kelompok Mullah Iran (Kedutaan Besar RII 1989, h. 9). Selain

itu, perubahan model westernisasi yang diusung AS tidak merata ke seluruh rakyat

Iran (Ansari 2008, h. 60). Misalnya, Shah Reza bersama AS membangun pabrik

pembotolan modern untuk Pepsi Cola dan Coke. Sementara rakyat di sudut-sudut

kotor kota masih minum dari selokan aliran air terbuka yang berada di sisi jalan dan

berisi segala macam sampah (Ansari 2008, h. 60). Tidak hanya itu, hotel Hilton

mewah buatan AS pun dibangun. Sementara ratusan rakyat Iran tidak memiliki rumah

dan tidur di jalanan (Ansari 2008, h. 60). Kemudian, kerajaan Shah Reza juga

dikuasai oleh para penasihat dari AS, proyek-proyek pembangunan standar AS terus

dibangun, merubah prosedur kantor pemerintahan dengan prosedur birokrasi AS

(Ansari 2008, h. 60). Kesemuanya ini benar-benar mengikis tata cara kehidupan

tradisional masyarakat Iran dan bertentangan dengan sejarah budaya Iran (Puar 1980,

h. 31).

C. 2. Pasca Revolusi Islam Iran 1979

Akibat dari ketidakpuasan rakyat Iran dengan kepemimpinan Shah Reza,

rakyat Iran bersatu bersama kelompok Mullah menggalang kekuatan untuk

menjatuhkan Shah Reza dari puncak kekuasaannya. Tidak hanya itu, budaya

westernisasi yang mengikis nilai-nilai tradisional budaya Iran dan penyiksaan serta

Page 53: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

42

pembunuhan bagi masyarakat yang menentang kebijakan pemerintah juga menjadi

alasan bagi rakyat dan Mullah untuk menjatuhkan Shah Reza (Kedutaan Besar RII

1989, h. 9). Terbukti pada 10 Februari 1979 rezim Shah Reza Pahlevi beserta

tentaranya yang lengkap dengan persenjataan terpaksa menyerah dihadapan kesatuan

rakyat dan kelompok Mullah Iran yang dipimpin oleh Imam Ayatullah Khomeini

yang kemudian disebut sebagai Revolusi Islam Iran (Puar 1980, h. 44). Keberhasilan

Revolusi Islam Iran tidak hanya menurunkan Shah Reza Pahlevi dari puncak

kekuasaannya, namun juga berdampak signifikan bagi AS yang semakin sulit untuk

menjalin kedekatan hubungan dengan Iran. Bagaimana tidak, salah satu alasan

terjadinya Revolusi Islam Iran karena bentuk kedekatan Shah Reza Pahlevi dengan

AS yang terlalu membuka akses luas bagi AS untuk mengeksploitasi Iran.

Rahman (2003, h. xviii) mengatakan bahwa pasca Revolusi Islam Iran, AS

semakin sulit untuk mengendalikan Iran. Bahkan salah seorang pejabat Dewan

Keamanan Nasional AS Karen Brooks mengatakan bahwa Pemerintah Washington

sangat menghormati Iran. Cara pendekatan Washington kepada Iran tidak bisa seperti

umumnya dilakukan kepada negara-negara di Timur Tengah lainnya. Karena Iran

bukanlah negara yang tertinggal, bangsa Iran merupakan bangsa yang maju, cerdas

pemikirannya dan tinggi pendidikannya. Atas dasar itulah tidaklah mudah bagi

pejabat Washington untuk mempengaruhi bangsa Iran. Apalagi pasca Revolusi Islam

bangsa Iran sudah memiliki tradisi demokrasinya sendiri sehingga tidak ada alasan

Washington untuk ikut campur dalam upaya penegakan demokrasi (Rahman 2003, h.

xix).

Page 54: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

43

Nampaknya pernyataan Karen Brooks tersebut terbukti benar. Pasalnya, Iran

merupakan negara yang diperhitungkan kekuatannya di Timur Tengah oleh AS

(Gogary 2007, h. 267). Misalnya, terhitung kisaran waktu seperempat abad setelah

terjadinya Revolusi Islam, AS belum berani kembali melancarkan politik luar negeri

ekspansionisnya ke Iran. Bahkan, pemikiran AS bahwa kekuasaan dan kepemimpinan

para Mullah Iran tidak akan mampu bertahan lama ternyata salah, buktinya para

Mullah masih terus bertahan bahkan semakin kuat pengaruhnya bagi kehidupan sosial

dan politik Iran (Rahman 2003, h. xviii).

Akan tetapi, pada 1981, Revolusi Islam Iran mengalami sedikit gangguan

akibat adanya skandal Iran Gate (Marshall et al. 1987, h. 172). Skandal yang

melibatkan pemimpin tertinggi Imam Ayatullah Khomeini dan mantan Presiden

Rafsanjani (1989-1997) tersebut terungkap dikalangan pemerintah Iran pada 1981

oleh mantan Presiden Iran Abu Hassan Bani Sadr (1980-1981) (Adiguna, Tempo

Interaktif, 6 Juni 1987). Skandal Iran Gate merupakan skandal penjualan senjata

militer milik AS yang dijual oleh Israel ke Iran dengan persetujuan konselor AS

Robert McFarlane dan David Kimche Dirjen Kementerian Luar Negeri Israel, yang

ditukar dengan pembebasan dua sandera AS ketika terjadinya Revolusi Islam 1979

(Marshall et al. 1987, h. 172). Namun, skandal tersebut cepat diselesaikan oleh Imam

Khomeini sehingga tidak menjadi suatu kasus yang berdampak signifikan bagi sosok

pribadi Imam Khomeini dan Revolusi Islam 1979 (Adiguna, Tempo Interaktif, 6 Juni

1987).

Pasca Revolusi 1979 dan skandal Iran gate 1981, segala bentuk kerjasama

yang pernah terjalin antara Shah Reza Pahlevi dengan AS dibatalkan begitu saja oleh

Page 55: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

44

AS (Gogary 2007, h. 313). Tidak hanya itu, AS juga membekukan beberapa aset

kekayaan Iran yang berada di bank-bank milik AS (Gogary 2007, h. 313). Akan

tetapi, keadaan seperti ini semakin menumbuhkan semangat nasionalisme Iran untuk

membangun Iran yang maju pasca Revolusi Islam. Terutama keadaan ekonomi Iran

yang hancur pasca Revolusi Islam dan pasca Perang Irak-Iran pada 1980-1988 yang

kemudian dibangun kembali oleh Presiden Hashemi Rafsanjani yang berasal dari

kubu konservatif Iran (Cipto 2004, h. 41). Presiden Rafsanjani memimpin Iran pada

periode 1989-1993 dan 1993-1997. Selama Presiden Rafsanjani memimpin, AS

belum berani mengambil langkah untuk membuka kembali kerjasama dengan Iran.

Hal ini dikarenakan dilema AS terhadap kelompok konservatif Iran yang merupakan

penggerak terwujudnya Revolusi Islam. Kemudian, Cipto (2004, h. 112)

menambahkan bahwa menurut AS selama Iran dipimpin oleh kelompok konservatif

maka AS akan semakin sulit untuk mengendalikan dan mencampuri urusan dalam

negeri Iran.

Cipto (2004, h. 91) menyatakan bahwa menurut Presiden Rafsanjani jika AS

ingin menormalkan kembali hubungan kerjasama dengan Iran, maka AS harus

menunjukan niat baiknya terlebih dahulu. Hingga kepemimpinannya berakhir pada

1997, Presiden Rafsanjani tetap tidak membuka akses bagi AS untuk bekerjasama

dengan Iran. Bahkan kebijakan open door policy diberlakukan untuk seluruh negara

di dunia kecuali AS dan Israel (Cipto 2004, h. 44). Kemajuan ekonomi yang pesat

pada masa kepemimpinannya menyebabkan Presiden tersebut dijuluki “Bapak

Pembangunan Iran” (Cipto 2004, h. 41).

Page 56: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

45

Pengaruh AS di Iran mulai terlihat ketika Iran dipimpin oleh Presiden

Muhammad Khatami pada periode 1997-2001 dan 2001-2005. Presiden yang berasal

dari golongan reformis ini memutar drastis arah kebijakan politik Iran yang telah

disusun dan diperjuangkan kelompok Ulama-Ulama pada Revolusi Islam. Melihat

sosok Presiden Khatami yang begitu reformis dan terbuka, AS yang ketika itu

dipimpin oleh Presiden Bill Clinton segera melakukan pendekatan kepada Iran. AS

tidak dapat menyembunyikan simpatinya terhadap Presiden Khatami, bahkan AS

menjadikan ini sebagai peluang yang tepat untuk menjadikan Iran sejalan dengan

kepentingan AS (Rahman 2003, h. xxiii). AS di bawah kepemimpinan Presiden

Clinton memiliki misi untuk menciptakan sistem multi partai, liberalisasi dalam

bidang ekonomi, sosial dan budaya di Iran (Rahman 2003, h. 23). Demokrasi menjadi

seruan utama AS untuk memulai kembali memasuki ranah politik domestik Iran. Misi

yang diinginkan AS ini sepadan dengan kebijakan-kebijakan yang dilakukan Presiden

Khatami selama menjadi Presiden Iran yakni “toleransi, modernisme dan

keterbukaan” (Rahman 2003, h. 17).

Pengaruh AS di Iran pada masa kepemimpinan Presiden Khatami semakin

meluas. Apalagi setelah Presiden Khatami membuka “dialog peradaban” kepada AS

(Cipto 2004, h. 96), dialog ini disambut dengan meriah oleh Presiden Bill Clinton.

Dialog ini sama-sama menguntungkan kedua pihak. Di satu sisi Iran meyakinkan AS

untuk kembali membuka hubungan kerjasama dengan Iran, dan di sisi lain AS mulai

dapat membuka pengaruhnya di Iran melalui reformasi modernisasi dengan

mengusung terbentuknya demokrasi di Iran yang bersahabat dan bersekutu dengan

AS (Rahman 2003, h. xviii). Walaupun Presiden Khatami membuka lebar akses

Page 57: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

46

kerjasama dengan AS, hubungan Iran-AS semata-mata tidak mengalami perubahan

signifikan ke arah perdamaian. Secara total misi AS untuk menguasai Iran dengan

menyebarkan pengaruh demokrasinya yang sejalan dengan kebijakan Presiden

Khatami belum berhasil. Hal ini dikarenakan peran dan pengaruh para Mullah Iran

masih mendominasi dan merupakan lembaga tertinggi dalam suatu urutan kelompok

yang berpengaruh di Iran (Rahman 2003, h. 87). Segala kebijakan Presiden Iran yang

menyimpang dari tujuan awal Revolusi Islam Iran akan ditentang oleh para kelompok

Mullah Iran. Karena menurut Ulama-Ulama Iran kebijakan membuka jalan kerjasama

kepada AS itu sama saja menentang Revolusi Islam 1979, agama dan negara (Cipto

2004, h. 93).

Memasuki tahun 2004 menjelang berakhirnya masa jabatan Presiden

Khatami, AS semakin bersikap tegas terhadap Iran. Sulitnya AS melancarkan

agresinya ke Iran menyebabkan AS untuk memilih jalan keras untuk menundukkan

Iran. Ternyata naiknya Khatami menjadi Presiden Iran tidak dapat mengubah struktur

alamiah masyarakat Iran menuju reformasi ke arah yang lebih liberal. Hal ini yang

menyebabkan AS memutar arah dengan melakukan tekanan terhadap Iran. Rahman

(2003, h. xvi) mengatakan bahwa media internasional seperti newsweek dan time

mencoba memprediksi situasi dengan mengatakan bahwa target AS selanjutnya

setelah invasinya ke Irak kemungkinan adalah Iran. Prediksi tersebut tampaknya

kurang akurat. Kenyataannya pasca Presiden Mahmoud Ahmadinejad terpilih

menjadi Presiden Iran periode 2005-2009 dan 2009-2013, AS hanya melakukan

tekanan dan ancaman secara terbuka kepada Iran.

Page 58: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

47

Rahman (2003, h. xvii) mengatakan bahwa Presiden George W. Bush

menuduh Iran di bawah Presiden Ahmadinejad tengah mengembangkan senjata

pemusnah masal (senjata nuklir). Berbagai strategi dikerahkan oleh AS, mulai dari

melakukan pengintaian melalui CIA (Central Intelligence Agency) AS yang berada di

Iran sampai mendanai kelompok-kelompok pembangkang seperti suku Kurdi di Iran

untuk bekerjasama dengan AS (Gogary 2007, h. 317). Melalui CIA, AS mendapatkan

instalasi nuklir Iran yang bernama Natanz yang menurut AS telah dijadikan tempat

pengembangan heavy water yang digunakan sebagai pembiak cepat fast breeder

reaktor yang menghasilkan plotunium yang penting untuk pembuatan senjata nuklir

(Rahman 2003, h. xvii).

Pemerintah Iran membantah tuduhan tersebut, akan tetapi pemerintah Iran

mengakui bahwa Iran sedang mengembangkan teknologi nuklir, namun untuk tujuan

damai yakni sebagai energi listrik bukan sebagai senjata nuklir. Badan atom

internasional IAEA (International Atomic Energy Agency) yang memiliki otoritas

untuk memeriksa pengembangan nuklir dunia pun menyatakan bahwa pengembangan

nuklir Iran tidak terindikasi menuju pengembangan senjata nuklir (Jamaan 2007, h.

48). Selebihnya, Presiden Ahmadinejad menyatakan bahwa Iran akan

mengembangkan sekitar 20 pusat Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), dan

Iran akan menyalurkan tenaga listrik nuklir tersebut untuk kebutuhan domestik

negaranya (Rahman 2003, h. xvii).

Page 59: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

48

D. Embargo Ekonomi, Senjata Militer dan Pengisolasian Terhadap Iran

Pengembangan teknologi nuklir Iran terus mengalami kemajuan pesat.

Melihat kondisi seperti ini, AS kembali menekan dengan mengambil langkah represif

melalui Sekutu-sekutu dekatnya. AS tidak dapat mengelakkan bahwa para ilmuwan-

ilmuwan Iran telah berhasil menguasai teknologi nuklir yang menyebabkan Iran tidak

sepenuhnya bergantung pada negara lain untuk mengembangkan teknologi nuklirnya

(Labib et al. 2006, h. 189). Pengembangan teknologi nuklir tersebut dikhawatirkan

akan berakhir pada pengembangan senjata nuklir (Jamaan 2007, h. 44). Oleh sebab

itu, AS menganggap pengembangan nuklir Iran harus dihentikan karena berdampak

negatif bagi stabilitas keamanan kawasan Timur Tengah.

Strategi untuk menghentikan pengembangan nuklir Iran terus diterapkan oleh

AS. Mulai dari kebijakan luar negeri AS yang menentang dan mengancam akan

menyerang Iran jika Iran tidak menghentikan pengembangan nuklirnya, hingga

pelebaran sayap pengaruh AS dengan menguatkan barisan Sekutu-sekutunya di

berbagai belahan kawasan untuk bersama-sama melakukan sikap menolak terhadap

pengembangan teknologi nuklir Iran. Misalnya, di Eropa, AS mendorong sekutunya

yakni Inggris, Perancis dan Jerman untuk melakukan negosiasi agar Iran mau

menghentikan pengembangan nuklirnya dengan menukar teknologi nuklir dengan

teknologi Light Water Reactor (LWR) (Gogary 2007, h. 283-284). Kemudian,

menurut laporan mingguan BPPK Kemenlu RI (2010), di kawasan Asia, AS

mendorong Jepang untuk tidak memberikan bantuan yang berhubungan dengan

pensuplaian bahan-bahan pengembangan teknologi nuklir. Tidak hanya itu, Kazhim

dan Hamzah (2007) menambahkan bahwa di kawasan Timur Tengah, AS berhasil

Page 60: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

49

mempengaruhi negara-negara pan Arabisme seperti Uni Arab Emirates (UAE), Arab

Saudi, Kuwait, Irak, dan Oman untuk melakukan penekanan terhadap Iran atas

tuduhan pengembangan senjata nuklir.

Dalam usaha menghentikan pengembangan teknologi nuklir Iran, AS giat

melakukan penggalangan dukungan ke negara-negara di berbagai belahan dunia.

Tidak cukup menggalang dukungan hanya dengan Sekutu-sekutunya, AS pun

mencoba mengendalikan IAEA selaku badan otoritas tertinggi yang berhak

melakukan pemeriksaan terhadap suatu negara yang mengembangkan teknologi

nuklir (Jamaan 2007, h. 31). Terbukti sejak 2003 AS telah melakukan penekanan

terhadap IAEA agar melakukan monitoring terhadap industri energi atom Iran dengan

mengubah skema menjadi senjata pemusnah masal (Jamaan 2007, h. 31). Akan tetapi,

menurut Gogary (2007, h. 314) IAEA tidak mendapatkan bukti bahwa Iran sedang

mengembangkan senjata nuklir untuk keperluan militer. Oleh sebab itu, IAEA

menggantungkan kasus nuklir Iran ini. Pada Maret 2006, AS menekan IAEA untuk

memaksa kasus nuklir Iran ini agar dilanjutkan ke DK-PBB (Dewan Keamanan

Perserikatan Bangsa-Bangsa) (Jamaan 2007, h. 31).

Kasus nuklir Iran telah mencapai tingkat DK-PBB. BPPK Kemenlu RI (2010)

melaporkan bahwa dengan pengendalian AS beserta Sekutunya, AS berhasil

mendorong DK-PBB untuk mengeluarkan beberapa Resolusi kepada Iran, berikut

Resolusi-resolusi DK-PBB terhadap Iran beserta isinya:

Resolusi DK-PBB No. 1696 Tahun 2006

Memutuskan bahwa DK-PBB memperingatkan kepada Iran mengenai

ancaman program pengayaan nuklirnya. DK-PBB meminta Iran untuk

memberhentikan pengayaan nuklirnya dan memberikan penangguhan

sampai 31 Agustus 2006. Jika Iran tidak memenuhinya, maka sanksi

Page 61: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

50

berikut yang lebih berat akan diberikan kepada Iran. (Anggreni 2009,

h. 38-39).

Resolusi DK-PBB No. 1737 Tahun 2006

Decides further that all states shall prevent the provision to Iran by

their nationals or from or through their territories of technical

training, financial resources or service, advice, other services or

assistance related to the suplly, sale, transfer, provision, manufacture,

maintenance or use such arms and related material, and in this context

call upon all states to exercise vigilance and restraint over the supply

sale, transfer, provision, manufacture and use of all other arms and

related material. Memutuskan bahwa seluruh negara di dunia untuk

mencegah pengiriman teknik pelatihan, pelayanan dan sumber

keuangan, nasihat, dan lainnya yang berbentuk pengiriman, penjualan,

transfer, ketetapan, dan kewaspadaan serta penahanan terhadap semua

material dan bantuan kepada Iran. (Terjemahan Penulis) (BPPK

Kemenlu RI 2010).

Resolusi DK-PBB No. 1747 Tahun 2007 Memutuskan bahwa DK-PBB melarang ekspor senjata dari Iran ke

negara lain dan impor senjata dari negara lain ke Iran. Membekukan

aset 28 pejabat tinggi Iran dan membekukan aset-aset perekonomian

organisasi-organisasi ataupun negara-negara yang membantu

pengembangan nuklir Iran. Kemudian, embargo ekonomi terhadap

Iran dengan meminta semua lembaga keuangan dan negara-negara

agar tidak membuat komitmen baru dalam rangka hibah, bantuan

keuangan dan pinjaman lunak kepada pemerintah Iran. (Anggreni

2009, h. 40).

Resolusi DK-PBB No. 1803 Tahun 2008 Menetapkan dan memutuskan larangan perjalanan terhadap lima

pejabat tinggi Iran, membekukan aset 13 perusahaan Iran dan 13 aset

pejabat Iran di luar negeri, pelarangan penjualan barang-barang yang

dapat berfungsi ganda (untuk tujuan damai dan untuk tujuan militer)

ke Iran, pemeriksaan kapal-kapal barang dari dan menuju Iran,

memonitor aktifitas dua bank Iran, mendorong para pemerintah untuk

menarik dukungan pendanaan terhadap perusahaan-perusahaan yang

melakukan perdagangan dengan Iran. (Anggreni 2009, h. 41).

Resolusi DK-PBB No. 1929 Tahun 2010 Decides that all states shall prevent the direct or indirect supply, sale

or transfer to Iran, from or through their territories or by their

nationals or individual subject to their jurisdiction, or using their flag

vessels or aircraft, and whether or not originating in their terriotories,

of any battle tanks, armoured combat vehicles, large calibre altillery

systems, combat aircraft, attack helicopters, warships, missiles or

missile systems as defined for the purposeof the United Nations

Page 62: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

51

register in conventional arms, or related material, including spare

parts, or item as determined by the security council of the committee

esthablished pursuant to Resolution 1737 (2006). Memutuskan bahwa

seluruh negara tidak dibenarkan untuk mensuplai senjata baik secara

langsung atau tidak langsung, menjual, dan mentransfer senjata ke

Iran, melalui wilayah perbatasan atau dari dalam negara ataupun

individu kepada yurisdiksi tiap negara. Tidak dibenarkan juga

menggunakan kapal, pesawat terbang yang terdapat bendera negara

atau melalui garis wilayah negara lain. Negara-negara di seluruh dunia

tidak dibenarkan mengirimkan perlengkapan perang seperti tank

perang, kendaraan tempur lapis baja, sistem altileri kaliber besar,

pesawat tempur, helikopter tempur, kapal perang, rudal atau sistem

rudal mencangkup suku cadang yang telah ditegaskan dalam rapat

DK-PBB dan dikukuhkan dalam Resolusi sebelumnya yakni Resolusi

No. 1737 (2006). (Terjemahan Penulis) (BPPK Kemenlu RI 2010).

Jamaan (2007, h. 46-47) mengatakan bahwa adanya Resolusi DK-PBB

tersebut merupakan suatu bentuk bukti keberhasilan AS membawa kasus nuklir Iran

ke tingkat DK-PBB dan bukti keberhasilan AS memanfaatkan lembaga DK-PBB

sebagai instrumen penekan Iran. Dalam penguatan opininya, Presiden Ahmadinejad

merespon kebijakan luar negeri AS yang cenderung menekan Iran. Presiden

Ahmadinejad menegaskan bahwa Iran menolak setiap pemberian Resolusi dan sanksi

kepada Iran (Jamaan 2007, h. 54). Bahkan, Presiden Ahmadinejad mengancam setiap

intervensi DK-PBB akan berpengaruh negatif bagi kerjasama Iran dengan IAEA yang

pada mulanya Iran telah bersedia diinspeksi oleh IAEA, maka kemungkinan Iran

akan melakukan konfrontasi dengan tidak lagi menyetujui inspeksi langsung dari

IAEA (Jamaan, 2007, h. 54). Selanjutnya, menurut Gogary (2007, h. 314), Presiden

Ahmadinejad dalam rapat akbar di kota Meibot mengatakan bahwa “musuh-musuh

rakyat Iran berupaya menggunakan DK-PBB untuk mencegah kemajuan dan

pengembangan teknologi nuklir Iran. Namun, DK-PBB tidak memiliki legitimasi atas

rakyat dunia”. Kemudian, pernyataan ini dikuatkan dengan pernyataan Ali Akbar

Page 63: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

52

Velayati selaku penasihat urusan luar negeri Iran yang mengatakan bahwa “segala

resolusi yang ditujukan kepada Iran akan dianggap illegal” (Gogary 2007, h. 314).

Sikap AS yang merespon pengembangan teknologi nuklir Iran dengan

tekanan dan ancaman merupakan suatu bentuk kekhawatiran AS atas stabilitas

keamanan kawasan Timur Tengah (Gogary 2007, h. 255). Selebihnya, Jamaan (2007,

h. 44) mengatakan bahwa tekanan dan ancaman AS tersebut untuk melindungi sekutu

dekatnya yakni Israel dari ancaman kekuatan Iran, maka AS tidak segan-segan

mengangkat kasus nuklir Iran ke tingkat DK-PBB. Lebih jauhnya AS berharap

Resolusi dan sanksi yang dijatuhkan DK-PBB kepada Iran akan memaksa Iran untuk

menghentikan pengembangan teknologi nuklirnya. Pada faktanya, Resolusi dan

sanksi DK-PBB tidak memberikan dampak yang signifikan kepada Iran (Gogary

2007, h. 314). Sebaliknya, Iran menyambut dengan penuh tantangan segala macam

bentuk tekanan dan ancaman bagi kelangsungan pengembangan teknologi nuklirnya.

Jamaan (2007, h. 51) mengatakan bahwa sejauh ini Iran berhasil meyakinkan

China, Rusia selaku anggota DK-PBB dengan menyatakan bahwa apa yang dilakukan

Iran bukanlah sebuah pelanggaran terhadap hukum ketetapan NPT (Nuclear Non-

Proliferation Treaty). NPT merupakan jaminan hukum bagi negara-negara pemilik

teknologi nuklir dengan mematuhi aturan yang berlaku dalam ketetapan NPT (Jamaan

2007, h. 45). Salah satu aturan NPT adalah negara-negara anggota dilarang

mengembangkan teknologi nuklir untuk keperluan senjata militer (Jamaan 2007, h.

37-38). Kemudian, pasal IV NPT menyatakan setiap negara yang tergabung berhak

mengembangkan teknologi nuklir untuk keperluan damai (Jamaan 2007, h. 48-49).

Iran merupakan salah satu negara anggota NPT yang pengembangan teknologi

Page 64: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

53

nuklirnya berada dalam pengawasan dan ketetapan hukum NPT (Gogary 2007, h.

314; Jamaan 2007, h. 43). Sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari

pengembangan teknologi nuklir Iran yang bertujuan untuk keperluan sipil.

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai program pengembangan teknologi

nuklir Iran, maka penulis membahas secara terperinci pada Bab selanjutnya. Berikut

penulis juga akan memaparkan upaya-upaya pemerintah Iran dalam rangka negosiasi

meyakinkan AS dan Sekutunya, IAEA serta masyarakat internasional bahwa

pengembangan nuklirnya aman dan bertujuan untuk keperluan sipil.

Page 65: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

54

BAB III

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI NUKLIR IRAN

Dalam Bab III ini, penulis mencoba membahas mengenai program pengembangan

nuklir Iran yang menimbulkan respon pro dan kontra di dunia internasional.

Kemudian, penulis juga akan membahas bagaimana Iran mempertahankan kemajuan

riset teknologi nuklirnya, melalui diplomasi kepada AS yang menentang

pengembangan teknologi nuklir Iran, juga diplomasi kepada badan atom internasional

(IAEA). Selanjutnya penulis akan mencoba memaparkan peran status keanggotaan

Iran dalam NPT (Nuclear Non-Proliferation Treaty) yang pada dasarnya Iran telah

membangun teknologi nuklirnya di bawah hukum yang ditetapkan NPT dan IAEA.

Pembahasan terakhir pada Bab III ini adalah mengenai peningkatan kekuatan militer

Iran. Penulis mencoba memaparkan kemajuan-kemajuan militer Iran dari segi

alutsistanya (Alat Utama Sistem Persenjataan) jenis rudal, pesawat tempur dan kapal

perang yang dimiliki Iran.

A. Program Pengembangan Teknologi Nuklir Iran 2005-2010

Pada dasarnya, pengembangan teknologi nuklir Iran memiliki beberapa tujuan

penting bagi peran strategis Iran dalam persaingan di kawasan dan dunia. Labib et al.

(2006, h. 187-188) memaparkan bahwa alasan dan tujuan Iran mengembangkan

teknologi nuklirnya adalah, pertama, untuk menguatkan basis perekonomian Iran

yang selama ini hanya mengandalkan eksport minyak dan gas. Dengan adanya

Page 66: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

55

alternatif pengalihan sumber energi listrik dari minyak ke teknologi nuklir, maka

cadangan minyak Iran akan aman dan biaya produksi listrik melalui teknologi nuklir

jauh lebih murah ketimbang mengkonversi minyak menjadi tenaga listrik. Kedua,

teknologi nuklir sebagai bargaining power Iran di kawasan Timur Tengah terhadap

Israel selaku sekutu dekat AS yang menentang pengembangan teknologi nuklir Iran.

Ketiga, pengembangan teknologi nuklir sebagai momen untuk menunjukkan bahwa

Iran merupakan negara yang patut diperhitungkan kekuatannya baik di kawasan

maupun di dunia.

Pengembangan teknologi nuklir Iran telah dilakukan sejak Iran dipimpin oleh

Presiden Muhammad Shah Reza Pahlevi pada tahun 1960 (Ansari 2008, h. 80).

Ketika itu hubungan bilateral antara Iran-AS terjalin dengan baik. AS memanfaatkan

penguasaan terhadap minyak Iran untuk dijual kembali di pasar internasional, dan

Iran di bawah kepemimpinan Shah Reza memanfaatkan AS demi kelanggengan

kekuasaannya (Ansari 2008, h. 74). Akan tetapi, pasca Revolusi Islam 1979

kerjasama bilateral Iran-AS baik yang menyangkut kerjasama riset pengembangan

teknologi nuklir diputuskan secara sepihak oleh AS (Rahman 2003, h. 204). Hal ini

terjadi karena pasca Revolusi Islam Iran, politik luar negeri Iran dengan AS berbeda

haluan. Pemerintah Iran dipimpin oleh kelompok Wilayat El-Faqih selaku lembaga

tertinggi di pemerintahan Iran di atas lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif

(KBRI Teheran 2009) dengan pemimpin utamanya Imam Ayatullah Khomeini yang

sangat bertentangan dengan kebijakan luar negeri AS (Rahman 2003, h. xx).

Pasca Revolusi Islam Iran 1979, pengembangan teknologi nuklir Iran

mengalami kevakuman selama kurang lebih 17 tahun dan kembali dikembangkan

Page 67: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

56

pada 1996 di bawah kepemimpinan Presiden Hashemi Rafsanjani yang mengadakan

kerjasama nuklir dengan Cina dan Rusia (Rahman 2003, h. 205). Akan tetapi,

pengembangan teknologi nuklir ini mengalami bencana kebocoran serpihan radiasi

dari salah satu reaktor nuklir di bagian Utara Iran, sehingga mengharuskan Presiden

Rafsanjani memvakumkan riset teknologi nuklirnya tersebut (Rahman 2003, h. 164).

Kemudian, isu nuklir Iran kembali muncul pada akhir Mei 2003 masa kepemimpinan

presiden Muhammad Khatami yang langsung mendapat kritik dari AS dan

mengatakan bahwa Iran dapat saja mengembangkan senjata nuklir (Rahman 2003, h.

205). Akibat ikut campurnya AS dalam riset pengembangan teknologi nuklir Iran,

maka proses pengembangan nuklir Iran terancam keberadaannya. AS dengan segala

dalihnya menentang pengembangan nuklir Iran dan pada akhirnya nuklir Iran kembali

mengalami kevakuman sejak 2003.

Pengembangan teknologi nuklir Iran kembali dilakukan pada masa

kepemimpinan Presiden Mahmoud Ahmadinejad yang menjadi presiden Iran pada

2005. Dalam pidato kenegaraannya yakni pada 9 April 2006, Presiden Ahmadinejad

mengatakan bahwa “program pengembangan nuklir Iran kembali diaktifkan semenjak

vakum dari masa pemerintahan Presiden Khatami (Kazhim dan Hamzah 2007, h.

159). Presiden Ahmadinejad mengatakan bahwa “program pengembangan nuklir Iran

memiliki banyak manfaat pada semua bidang kehidupan, termasuk untuk riset

kedokteran, pertanian dan teknologi” (Labib et al. 2006, h. 190).

Labib et al. (2006, h. 187) mengatakan bahwa ada beberapa alasan logis yang

mengharuskan Iran untuk mengembangkan teknologi nuklir. Pertama, teknologi

nuklir adalah hak legal bangsa Iran yang sudah menjadi tuntutan semua lapisan

Page 68: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

57

masyarakat dan politisi Iran. Kedua, teknologi nuklir merupakan teknologi paling

maju, sehingga pengembangan teknologi ini akan memberikan suatu dilematis kepada

AS dan negara-negara Barat yang selalu menghalangi kemajuan riset teknologi

negara-negara Muslim di dunia. Ketiga, teknologi nuklir dengan mudah akan

menempatkan Iran ke dalam kategori negara maju secara cepat. Hal ini dikarenakan

nuklir Iran bertujuan damai untuk kebutuhan energi listrik, riset kedokteran, dan riset

teknologi. Oleh sebab itu, Iran akan mendapatkan keuntungan ekonomi yang besar

baik dari hasil Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang jauh lebih murah

ketimbang alternatif lainnya, maupun dari hasil penjualan ekspor minyak mentah dan

gas ke semua negara di seluruh dunia. Keempat, pencapaian keberhasilan

pengembangan teknologi nuklir Iran ini akan menjadi semangat besar bagi rakyat Iran

yang telah merasakan pahitnya tekanan, embargo, dan kekangan AS beserta

Sekutunya setelah Revolusi Islam Iran 1979.

Rahman (2003, h. 166) mengatakan bahwa setelah diadakannya kerjasama

antara Iran dengan Rusia pada Januari 1996 mengenai pengembangan teknologi

nuklir, Iran meneruskan pembangunan empat reaktor nuklir aktif yang digunakan

untuk pengembangan uranium dan plutonium, dan tiga reaktor nuklir khusus untuk

riset teknologi nuklir. Empat reaktor nuklir yang digunakan untuk pengembangan

bahan plutonium dan uranium diantaranya adalah reaktor Bushehr, Natanz, Arak, dan

Asfahan, sedangkan reaktor nuklir yang khusus untuk meriset teknologi nuklir

diantaranya adalah reaktor nuklir yang dibangun di kota Teheran, Yazd, dan Kharaj

(Rahman 2003, h. 166-167).

Page 69: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

58

Pembangunan reaktor-reaktor nuklir tersebut tidak terlepas dari bantuan

kerjasama Iran dengan beberapa negara maju lainnya dibidang teknologi seperti

Rusia, Cina dan Jerman. Kerjasama antara Iran-Rusia dibangun pada Januari 1996,

kerjasama antara Iran-Cina pada bidang energi nuklir belum lama disepakati pada

Oktober 2004, dan kerjasama teknologi nuklir Iran-Jerman mulanya telah dibangun

pada masa Shah Reza Pahlevi pada 1974. Akan tetapi, mengalami pemutusan hingga

Jerman kembali menghidupkan kerjasamanya pada 1996 (Gogary 2007, h. 157;

Rahman 2003, h. 164-166). Salah satu bentuk kerjasama yang diberikan Jerman

kepada Iran adalah pengiriman 50 teknisi nuklir Jerman untuk mengoperasikan

instalasi nuklir dan mentransfer ilmu teknologi nuklir kepada ilmuwan-ilmuwan Iran,

dengan tujuan Iran dapat mengembangkan teknologi nuklir dengan kemampuan

dalam negerinya (Rahman 2003, h. 164). Ini merupakan suatu bentuk realita bahwa

Jerman walaupun sekutu AS tetap melanjutkan kerjasama nuklir dengan Iran. Hal ini

dikarenakan Jerman negara Barat pertama yang telah lama menjalin kerjasama nuklir

dengan Iran sejak 1974 dan juga telah menanamkan investasi besar pada proyek

pengembangan teknologi nuklir Iran (Shoelhi 2007, h. 181; Jamaan 2007, h. 41).

Shoelhi (2007, h. 170) mengatakan bahwa untuk lebih meyakinkan

pengembangan teknologi nuklirnya untuk tujuan damai, maka Iran bersedia tunduk di

bawah aturan dan inspeksi IAEA untuk melakukan pemeriksaan terhadap fasilitas

nuklirnya. Selebihnya, Iran juga tunduk di bawah aturan dan pasal-pasal yang berlaku

pada hukum ketetapan NPT. Aturan tersebut mengenai negara-negara di dunia berhak

untuk mengembangkan teknologi nuklir untuk keperluan damai dan mencegah

transfer senjata nuklir kepada negara lain (Gogary 2007, h. 304). Akan tetapi,

Page 70: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

59

pengembangan nuklir Iran mendapat kritik dan tekanan dari AS dan Sekutunya,

walaupun pengembangan teknologi nuklir Iran telah sepenuhnya tunduk dan berada

di bawah pengawasan IAEA dan NPT. Menurut Gogary (2007, h. 315) AS dan

Sekutunya curiga terhadap argumen Iran yang menyatakan bahwa program nuklirnya

untuk keperluan damai hanyalah kedok semata untuk menyembunyikan maksud yang

sebenarnya yakni mengembangkan senjata nuklir. Dengan berbagai cara, Presiden

Ahmadinejad meyakinkan kepada dunia internasional bahwa Iran memang benar-

benar membutuhkan penambahan kapasitas listrik yang setiap tahunnya meningkat

(Gogary 2007, h. 315). Jika hanya mengandalkan dari pompa minyak dan gas maka

dalam jangka panjang Iran akan mengalami krisis energi ditengah lonjakan harga

minyak dunia yang terus meningkat. (Labib et al. 2006, h. 181; Gogary 2007, h. 315).

B. Diplomasi Iran Dalam Mempertahankan Pengembangan Teknologi

Nuklir

B.1. Diplomasi Iran Melawan Tekanan AS dan Sekutunya

Pengembangan teknologi nuklir Iran kian berlanjut walaupun terus mendapat

tekanan dari AS dan Sekutunya. Tekanan yang dilancarkan AS sesuai dengan

Resolusi-Resolusi yang dijatuhkan DK-PBB, sejauh ini masih sebatas pada sanksi

embargo ekonomi, sanksi pelarangan ekspor impor peralatan perang dan

pengisolasian Iran di kancah internasional (Gogary 2007, h. 313). Namun, pada

kenyataannya Iran tetap sanggup hidup mandiri tanpa mengandalkan bantuan

ekonomi dari negara lain (Kazhim dan Hamzah 2007, h. 36-37). Melihat kondisi Iran

yang tetap stabil maka muncul keinginan AS untuk menghentikan pengembangan

Page 71: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

60

teknologi nuklir Iran melalui jalur militer (Shoelhi 2007, h. 181). Gogary (2007, h.

258) mengatakan bahwa seperti yang dikatakan Neil Fergusson seorang profesor

sejarah dari Universitas Harvard yang mengatakan bahwa kasus nuklir Iran semakin

memanas hingga pada akhirnya AS akan membawa sengketa ini kepada pengakuan

Kongres AS atas Undang-Undang pembebasan Iran dari bahaya senjata nuklir.

Keinginan AS untuk menyerang Iran melalui jalur militer pun terbukti. Pada

17 April 2006 tercatat bahwa AS telah menulis rancangan serangan untuk

menghancurkan situs nuklir Iran dan juga menumbangkan Presiden Ahmadinejad

(Hersh 2006, dikutip dalam Shoelhi 2007, h. 177). Rancangan serangan yang akan

dilakukan AS ini memiliki kesamaan ketika AS menginvasi Irak, yakni nuklir

hanyalah titik tolak belaka, namun tujuan dari penyerangan tersebut sesungguhnya

untuk mengamankan kebutuhan minyak dan energi AS terutama setelah beberapa

negara kawasan Timur Tengah mengurangi pasokan minyak ke AS (Shoelhi 2007, h.

177). Akan tetapi, keinginan AS untuk menyerang Iran hanya berujung sebatas

pembicaraan. Hal ini dikarenakan AS tidak memiliki alasan-alasan yang cukup untuk

melakukan serangan militer terhadap Iran dan AS perlu mempertimbangkan posisi

Cina dan Rusia yang berada dibalik pengembangan nuklir Iran (Gogary 2007, h.

306).

Gogary (2007, h. 314) menegaskan bahwa Presiden Ahmadinejad dalam rapat

akbar di kota Meibot berkata “segala ancaman dan tekanan kepada Iran tidak akan

berdampak sedikit pun bagi kemauan rakyat Iran untuk terus mengembangkan

teknologi nuklirnya”. Kemudian ditambahkan oleh perkataan Ali Akbar Velayati

selaku penasihat urusan luar negeri Iran yang mengatakan bahwa “segala macam

Page 72: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

61

bentuk resolusi terhadap Iran akan dianggap illegal”. Hal ini dikarenakan sejak awal

dikembangkannya kembali proyek nuklir Iran pada 2005, Iran menyadari bahwa

upaya mengaktifkan reaktor nuklir untuk tujuan sipil adalah legal dan mendapat

jaminan hukum internasional NPT dan IAEA (Jamaan 2007, h. 45). Iran menyadari

permasalahan yang akan melanda Timur Tengah adalah krisis energi yang

multidimensional (Jamaan 2007, h. 45). Kazhim dan Hamzah (2007, h. 162)

mengatakan bahwa jika negara-negara di kawasan Timur Tengah hanya

mengandalkan minyak dan gas sebagai sumber devisa, maka kawasan Timur Tengah

akan terancam krisis ekonomi yang berkepanjangan.

Iran terus melancarkan diplomasinya demi kelangsungan pengembangan

teknologi nuklirnya. Iran pun bersedia untuk melakukan diplomasi secara damai

kepada AS dan Sekutunya untuk meyakinkan bahwa pengembangan nuklirnya tidak

patut untuk dicurigai (Jamaan 2007, h. 46). Bahkan, Iran juga mengajak AS dan

Sekutunya untuk mengecek langsung ke lokasi instalasi nuklir Iran dengan tujuan AS

dan Sekutu benar-benar mempercayai bahwa tidak ada penyelewengan terhadap

pengembangan teknologi nuklir Iran (Shoelhi 2007, h. 171). Keterbukaan Iran atas

teknologi nuklirnya ini tidak sebatas hanya kepada AS, Sekutu, IAEA dan NPT.

Shoelhi (2007, h. 171) menambahkan bahwa Iran juga terbuka kepada masyarakat

internasional dengan memperbolehkan wisatawan luar negeri untuk mengunjungi

instalasi nuklir Iran. Kebijakan tersebut diberlakukan karena telah terbukti

berdasarkan inspeksi IAEA bahwa Iran tidak terindikasi sedang mengembangkan

senjata nuklir (Jamaan 2007, h. 48).

Page 73: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

62

Perjuangan jalur diplomatik Iran terus berlanjut. Labib et al. (2006, h. 183)

mengatakan bahwa pada September 2005 telah terjadi sebuah perundingan di Markas

Besar PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) di New York antara Iran dengan AS

beserta Sekutunya yakni Inggris, Perancis dan Jerman. Dalam perundingan tersebut

Iran didesak untuk menghentikan program pengembangan teknologi nuklirnya, jika

tidak maka Iran akan mengalami embargo disetiap bidang (Shoelhi 2007, h. 172).

Akan tetapi, Presiden Ahmadinejad menyangkalnya dengan mengatakan “jangan

berani-berani mengancam kami dengan segala rupa sanksi atau kalian akan

menyesalinya” (Labib et al. 2006, h. 184). Selain itu, melalui sikap diplomasinya

yang tegas dan berprinsip Presiden Ahmadinejad menanyakan pada AS dan

Sekutunya bahwa “bila nuklir itu berbahaya, mengapa ada negara yang dibiarkan

menggunakannya? Dan bila nuklir itu berguna, mengapa ada pihak yang tidak

diperbolehkan menggunakannya?” (Labib et al. 2006, h. 185). Para diplomat AS dan

Sekutu terdiam menanggapi perkataan Presiden Ahmadinejad tersebut, apalagi

setelah Presiden Ahmadinejad mengatakan bahwa “memperoleh teknologi nuklir

untuk tujuan damai adalah tuntutan untuk seluruh rakyat Iran dan pejabat sebagai

wakil rakyat harus berupaya sekuat tenaga untuk merealisasikan tuntutan tersebut”

(Labib et al. 2006, h. 185).

Labib et al. (2006, h. 188-189) juga mengatakan bahwa dalam berbagai

perundingan yang dilakukan dengan negara-negara yang menentang pengembangan

teknologi nuklir Iran, Presiden Ahmadinejad menyimpulkan bahwa AS dan Barat

tidak begitu mengkhawatirkan pengembangan teknologi nuklir Iran ke arah

pengembangan senjata nuklir, namun yang ditakutkan AS dan Barat adalah

Page 74: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

63

kemandirian, pengetahuan, dan kemajuan pemuda-pemudi Iran dibidang teknologi

nuklir. Selebihnya, AS dan Barat mencoba mencegah pengembangan riset teknologi

negara-negara Muslim di Timur Tengah yang tidak sejalan dengan kepentingan

nasional AS (Shoelhi 2007, h. 169). Hal ini sangat bertentangan dengan pasal IV NPT

yang menyatakan bahwa “semua negara di dunia berhak memanfaatkan tenaga nuklir

secara damai dan wajib melaporkan semua kegiatan yang terkait program nuklirnya

kepada IAEA (Jamaan 2007, h. 48-49). Presiden Ahmadinejad sempat menggunakan

strategi diplomasi yang mengancam bahwa Iran akan keluar dari keanggotaan NPT

apabila Iran terus mendapatkan sanksi dan tekanan dari pihak AS dan Sekutu,

kemudian ancaman ini berdampak pada mengecilnya tekanan-tekanan dari AS dan

Sekutu (Jamaan 2007, h. 50).

B.2. Diplomasi Iran Terhadap IAEA (International Atomic Energy

Agency)

IAEA (International Atomic Energy Agency) merupakan badan atom

internasional yang khusus menangani negara-negara di dunia yang mengembangkan

teknologi nuklir. IAEA dibentuk pada 1957 dan merupakan lembaga pemerintah yang

berada di bawah naungan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa). IAEA berkontribusi

untuk menggalakan perdamaian dunia, menjaga keamanan dunia, mencegah

penyebaran senjata nuklir, dan mendukung serta membantu pengembangan teknologi

nuklir untuk keperluan damai dan keperluan sipil (Karyono 2005, h. 25).

Dalam peranannya, IAEA memiliki hak dan kewajiban untuk mengontrol

negara-negara yang memiliki nuklir. Hal ini bertujuan untuk memastikan agar

Page 75: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

64

pengembangan teknologi nuklir tersebut aman dan tidak menuju pada pengembangan

senjata nuklir. Salah satu contohnya adalah Iran, IAEA berhak memeriksa

pengembangan teknologi nuklir yang dilakukan Iran. Hal ini sesuai dengan tiga pilar

kerangka kerja IAEA dan juga perjanjian kesepakatan antara IAEA dengan

pemerintah Iran. Karyono (2005, h. 25) mengatakan tiga pilar kerangka kerja IAEA

tersebut adalah:

1. Melakukan usaha perlidungan dan verifikasi dengan cara melakukan inspeksi

langsung ke instalasi nuklir sutu negara di bawah perjanjian legal antara IAEA

dengan negara yang diawasinya untuk memastikan aktivitas pengembangan

nuklir yang damai.

2. Menjaga keamanan dan keselamatan dengan menerapkan standar keamanan,

kode, panduan, dan asisten kepada negara yang mengembangkan teknologi

nuklir.

3. Membantu pengembangan teknologi nuklir, untuk tujuan riset teknologi dan

ilmu pengetahuan seperti nuklir yang bertujuan untuk kesehatan, pertanian,

energi, lingkungan dan keperluan sipil lainnya.

Atas dasar tiga pilar inilah IAEA memiliki hak dan kewajiban untuk

memeriksa dan melakukan pemantauan terhadap negara-negara yang memiliki nuklir.

Akan tetapi, IAEA hanya berhak memeriksa suatu negara hanya kepada negara-

negara yang telah melakukan perjanjian kesepakatan dengan IAEA. Diluar negara

yang tidak melakukan perjanjian kesepakatan, IAEA tidak memiliki hak untuk

memeriksa pengembangan nuklir negara tersebut (Karyono 2005, h. 27). Misalnya,

Israel terbukti mengembangkan senjata nuklir yang instalasinya bernama Dimona

Page 76: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

65

yang letaknya berada di puncak gurun Negev (Gogary 2007, h. 280). Akan tetapi,

Israel tidak pernah mengungkapkan pengembangan senjata nuklirnya tersebut kepada

dunia internasional dan tidak bersedia diinspeksi langsung oleh IAEA (Karyono

2005, h. 51-52). Selain itu, Rahman (2003, h. 206) menambahkan bahwa

perlindungan yang diberikan AS untuk melindungi sekutunya Israel di Timur Tengah,

menambah kesulitan IAEA untuk melakukan pemeriksaan terhadap instalasi nuklir

Israel. Pasalnya, AS mendesak IAEA untuk tidak melakukan pengawasan terhadap

nuklir Israel dengan mengalihkan perhatian kepada pengembangan nuklir yang

dilakukan Iran (Rahman 2003, h. 206).

Perlindungan AS terhadap Israel terungkap setelah AS melakukan berbagai

macam cara untuk mendesak Iran agar menghentikan pengembangan teknologi

nuklirnya. Terbukti, AS telah mendorong IAEA untuk melakukan scaning monitoring

dengan melakukan perubahan skema terhadap instalasi nuklir Iran menjadi

pengembangan senjata nuklir (Jamaan 2007, h. 31). Akan tetapi, IAEA tidak

menemukan bukti bahwa Iran sedang melakukan pengembangan senjata pemusnah

masal (Gogary 2007, h. 314). Hal ini semakin menurunkan kepercayaan IAEA

terhadap AS yang bertindak hanya mementingkan kepentingan negaranya dan

Sekutunya tanpa menghormati kedaulatan negara lain yang telah melakukan

kesepakatan kerjasama dengan IAEA.

Jamaan (2007, h. 45) mengatakan bahwa sejak awal pengumuman

pengembangan teknologi nuklirnya pada 2005, Iran telah menyatakan bahwa

pengembangan teknologi nuklirnya adalah legal dan damai untuk keperluan sipil serta

mendapat jaminan hukum dari ketetapan IAEA dan NPT. Namun, permasalahan yang

Page 77: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

66

muncul justru dari pihak IAEA yang tidak dapat bersikap tegas kepada AS dan

Sekutunya. Pasalnya, AS membantu pengembangan senjata nuklir India dan Israel

yang jelas-jelas bukan anggota NPT dan tidak melakukan kesepakatan dengan IAEA

(Jamaan 2007, h. 45). IAEA juga tidak dapat menerapkan standar keadilan terhadap

negara-negara yang telah mengadakan perjanjian dengannya. Pasalnya, IAEA terus

melakukan pengawasan dan pengecekan terhadap instalasi nuklir Iran yang sudah

jelas melalui pernyataan ElBaradei selaku mantan ketua IAEA yang menyatakan

bahwa tidak terindikasi Iran sedang melakukan pengembangan senjata nuklir (Gogary

2007, h. 314). Namun dilain hal, IAEA melupakan negara-negara yang jelas

mengembangkan senjata nuklir seperti Israel, Pakistan, India dan Korea Utara.

Negara-negara tersebut luput dari pengawasan IAEA dan tidak bersedia melakukan

kerjasama dengan IAEA untuk dilakukan pengawasan dan pengecekan terhadap

instalasi nuklirnya (Jamaan 2007, h. 45).

Berikut adalah daftar tabel negara-negara yang memiliki senjata nuklir beserta

dengan jumlah hulu ledaknya:

No. Negara Jumlah Hulu Ledak Status

1. AS (Amerika Serikat) 9.600 Aktif

2. Rusia 9.600 Aktif

3. Perancis 450 Aktif

4. Cina 400 Aktif

5. Israel 200 Aktif

6. Inggris 185 Aktif

7. India 60 Aktif

8. Pakistan 30 Aktif

Tabel 3.A.

Sumber: Anggota grup nuklir, Adel El-Gogary, 2007, “Ahmadinejad “The Nuclear

Savior of Teheran”, Sang Nuklir Membidas Hegemoni AS dan Zionis”, hal. 279-281.

Page 78: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

67

Dari data tabel tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa negara-negara

pemilik senjata nuklir tidak mementingkan keamanan kawasan dan dunia. Hal ini

dikarenakan hulu ledak nuklir yang dimiliki negara-negara tersebut sangat

mengancam keutuhan negara lain dan melanggar prinsip dan tujuan perdamaian yang

diusung oleh PBB (Jamaan 2007, h. 52). Kemudian, Iran selaku negara pemilik nuklir

yang bertujuan damai pun menyatakan keberatannya atas senjata nuklir yang dimiliki

negara-negara tersebut. Akan tetapi, IAEA selaku badan yang memiliki otoritas

tertinggi dalam hal nuklir tidak dapat memberikan ketegasan kepada negara-negara

tersebut (Jamaan 2007, h. 48). Di sinilah terlihat suatu fenomena ketidakadilan dunia.

Akan tetapi, Jamaan (2007, h. 49) mengatakan bahwa sejak menandatangani

kesepakatan dengan IAEA, pengembangan teknologi nuklir Iran selalu berada dalam

jalur ketetapan NPT dan IAEA. Selain itu, Pemerintah Iran juga menyatakan bahwa

pengembangan teknologi nuklir Iran untuk tujuan sipil bukan untuk pengembangan

senjata militer (Shoelhi 2007, h. 170).

C. Posisi Iran Dalam Keanggotaan NPT (Nuclear Non-Proliferation Treaty)

NPT (Nuclear Non-Proliferation Treaty) dibentuk pada 1 Juli 1968 di New

York, Amerika Serikat (Jamaan 2007, h. 36). Pembentukan NPT ini diusulkan oleh

Irlandia dan negara yang pertama menandatangani adalah Finlandia (Jamaan 2007, h.

36). NPT mulai aktif sejak 5 Maret 1970 setelah diratifikasi oleh Inggris, Uni Soviet

(sekarang Rusia), AS, dan 40 negara lainnya (Jamaan 2007, h. 36). Selanjutnya pada

11 Mei 1995 lebih dari 170 negara bergabung bersama NPT dan melanjutkan

perjanjian tanpa batas waktu dan syarat (Jamaan 2007, h. 37). Karyono (2005, h. 30)

Page 79: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

68

mengatakan bahwa tujuan utama dibentuknya NPT adalah untuk membatasi jumlah

negara pemilik senjata nuklir pada lima negara anggota DK-PBB. Negara-negara

tersebut diantaranya AS, Rusia, Inggris, Perancis dan Cina. Diluar negara-negara

tersebut, tidak ada negara lain yang diperbolehkan mengembangkan senjata nuklir.

Akan tetapi, Israel, India dan Pakistan tidak terikat dengan perjanjian NPT, hal ini

dikarenakan ketiga negara tersebut tidak bersedia menjadi anggota NPT dan tidak

menandatangani ratifikasi NPT (Gogary 2007, h. 277). Hal inilah yang menyebabkan

Israel, India dan Pakistan dengan mudah mengembangkan senjata nuklir tanpa

kontrol dari IAEA dan kerangka perjanjian NPT.

Berbeda dengan Iran yang pengembangan teknologi nuklirnya berada dalam

kerangka perjanjian NPT dan jaminan ketetapan hukum NPT (Jamaan 2007, h. 45).

Hal ini justru menjadi dilema AS dan Sekutunya karena menganggap bahwa Iran

akan mengembangkan senjata nuklir (Shoelhi 2007, h. 170). Padahal sudah terbukti

bahwa Iran tergabung dalam keanggotaan NPT dan berada dalam pengawasan IAEA.

Justru sebaliknya, Gogary (2007, h. 277) mengatakan bahwa Israel selaku sekutu AS

di Timur Tengah tidak tergabung dalam keanggotaan NPT dan tidak bersedia instalasi

nuklirnya untuk diperiksa oleh IAEA. Akan tetapi, AS melihat pengembangan

teknologi nuklir Iran sebagai ancaman bagi eksistensi Israel selaku sekutunya di

Timur Tengah. Oleh sebab itu, walaupun Iran telah terikat dengan NPT dan IAEA,

AS tetap mencoba menghalangi pengembangan teknologi nuklir Iran dengan

menerapkan standar ganda nuklir di kawasan Timur Tengah, dengan mendukung

kepemilikan senjata nuklir milik Israel guna melawan teknologi nuklir yang

dikembangkan Iran (Rahman 2003, h. 206). AS berspekulasi apabila Iran dapat

Page 80: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

69

menguasai riset teknologi nuklir maka secara otomatis Iran dapat menyaingi bahkan

melebihi riset teknologi Israel. Menurut pemerintah Washington, ini akan

membahayakan posisi Israel di Timur Tengah, karena Iran menjadi negara yang

diperhitungkan di Timur Tengah baik dari segi militer, ekonomi maupun

pengembangan kemajuan teknologinya (Jamaan 2007, h. 55).

Pasal X dalam kerangka perjanjian NPT menegaskan bahwa “negara-negara

anggota NPT dapat mencabut keanggotaannya dari NPT apabila kepentingan

nasionalnya terancam” (Jamaan 2007, h. 50). Apabila AS dan Sekutunya terus

mencoba menghalangi pengembangan teknologi nuklir Iran, maka Iran dapat keluar

dari keanggotaan NPT. Labib et al. (2006, h. 190) mengatakan bahwa Iran

berkepentingan mengembangkan teknologi nuklir untuk tujuan sipil negaranya, yakni

untuk kebutuhan listrik domestik, riset kesehatan, lingkungan dan keperluan

pertanian. Oleh sebab itu, tekanan AS yang mencoba menghentikan pengembangan

nuklir Iran dianggap mengganggu kemajuan domestik Iran.

Jamaan (2007, h. 50) mengatakan bahwa dalam bargaining posisinya, Iran

pernah mengancam akan keluar dari keanggotaan NPT akibat tekanan AS terhadap

pengembangan nuklirnya yang tidak beralasan logis. Hal ini menyebabkan AS dan

Sekutunya bersedia melakukan negosiasi dengan Iran. Apabila AS tidak

mengendorkan sikapnya, maka Iran benar-benar mencabut keanggotaannya dari NPT.

Apabila ini benar-benar dilakukan Iran, maka secara teknis pengembangan nuklir Iran

akan sulit dikontrol. Seperti yang dikatakan pemerintah Inggris lebih baik

mengembangkan nuklir untuk keperluan damai seperti Iran, daripada

Page 81: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

70

mengembangkan nuklir untuk pengembangan senjata militer seperti Israel yang

diberikan perlidungan oleh AS (Jamaan 2007, h. 50).

Pasal IV dalam hukum ketetapan NPT menyatakan bahwa “negara anggota

NPT berhak mengembangkan nuklir untuk keperluan damai dan pengembangannya

dijamin oleh hukum internasional NPT” (Jamaan 2007, h. 48-49). Dari pasal tersebut

terlihat bahwa pengembangan teknologi nuklir Iran merupakan pengembangan yang

legal sesuai dengan hukum ketetapan NPT. Bahkan, Menteri Luar Negeri Rusia

Sergei Lavrov mengatakan bahwa “tidak ada bukti Iran melanggar kesepakatan

perjanjian NPT, dengan demikian pengembangan nuklir untuk tujuan damai pun

mendapat jaminan hukum NPT” (Jamaan 2007, h. 47). Untuk lebih menunjukkan

keterbukaannya kepada dunia internasional, maka Iran menandatangani protokol

tambahan NPT yang memberi akses terbuka bagi IAEA untuk melakukan inspeksi

secara mendadak tanpa pemberitahuan sebelumnya ke instalasi nuklir Iran (Jamaan

2007, h. 47-48). Hal ini secara jelas menunjukkan bahwa pengembangan teknologi

nuklir Iran sepenuhnya untuk keperluan sipil dan tidak mengarah kepada

pengembangan senjata pemusnah masal.

D. Kebijakan Peningkatan Militer Iran

Shoelhi (2007, h. 157) mengatakan bahwa kebijakan mengenai peningkatan

militer Iran telah dilakukan pasca perang Irak-Iran yang terjadi pada 1980-1988.

Ketika perang tersebut, Iran belum memilik senjata militer yang memadai. Iran hanya

memiliki rudal-rudal jarak pendek yang dinamakan rudal Scud B dengan daya jelajah

300 km dan Scud C 600 km (Rahman 2003, h. 192). Sehingga Iran harus

Page 82: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

71

menghentikan perang karena serbuan rudal-rudal taktis Irak yang mengguncang kota-

kota besar Iran seperti Teheran dan Asfahan secara intensif.

Pasca perang Irak-Iran, pemerintah Iran semakin menyadari arti pentingnya

keberadaan rudal-rudal taktis dalam sebuah peperangan baik untuk bertahan dari

serangan lawan ataupun menggempur lawan. Oleh sebab itu, pemerintah Iran

menyiapkan dana US$ 8 Juta untuk meningkatkan persenjataan militernya (Shoelhi

2007, h. 163). Kerjasama militer Iran ini tidak dilakukan hanya dengan Korea Utara

saja. Iran juga melakukan kerjasama dengan Cina dan Rusia yang sudah dimulai

pasca perang Irak-Iran. Rahman (2003, h. 194) mengatakan bahwa kerjasama Iran

dengan Cina menghasilkan produksi rudal balistik jarak menengah yakni 800 km

hingga 1000 km yang dinamakan rudal balistik Scud B dan Iqab. Kemudian

kerjasama dengan Korea Utara menghasilkan rudal balistik Scud B versi Korea Utara

dengan daya jelajah 300 km dan rudal balistik Shanian 1 dan Shanian 2 yang masing-

masing memiliki daya jelajah 500-800 km (Rahman 2003, h. 194). Kerjasama Iran

dengan Rusia juga tidak kalah pentingnya, Rusia membantu Iran dalam produksi

rudal balistik yang dinamakan Shahab 1, Shahab 2, dan Shahab 3 (Gogary 2007, h.

271).

Rahman (2003, h. 195) mengatakan bahwa memasuki tahun 1998, Iran telah

memiliki teknologi rudal balistik yang bernama Shahab 1, Shahab 2 dan Shahab 3.

Dikembangkannya rudal Shahab ini merupakan bargaining position Iran terhadap

posisi Israel di Timur Tengah selaku sekutu dekat AS (Rahman 2003, h. 195).

Dengan tujuan, menandingi bahkan melebihi kekuatan militer Israel agar terciptanya

suatu Balance of Power militer di kawasan Timur Tengah (Rahman 2003, h. 198).

Page 83: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

72

Rudal Shahab 1, 2 dan 3 merupakan rudal buatan dalam negeri Iran dengan

menerapkan teknologi dari Rusia. Dengan menerapkan ilmu alih teknologi dari Rusia,

maka pemuda-pemuda Iran berhasil mengembangkan rudal balistik yang lebih hebat

dari sebelumnya. Mengetahui peningkatan militer yang dilakukan Iran, maka segenap

pejabat militer Israel berkomentar mengenai rudal-rudal balistik yang dimiliki Iran.

Menteri Luar Negeri Israel Silvan Shalom, Perdana Menteri Israel Ariel Sharon dan

Menteri Pertahanan Shaul Mofaz mengatakan pernyataan yang sama yakni “rudal

balistik Iran dapat menjangkau wilayah Israel dan ini merupakan ancaman sangat

berbahaya atas keamanan Israel dan Timur Tengah” (Rahman 2003, h. 192).

Iran telah berhasil melakukan uji coba rudal balistik terbarunya yakni rudal

Shahab 1, 2 dan 3 selama delapan kali pada 1998-2003 (Rahman 2003, h. 195). Rudal

balistik Shahab 1 memiliki daya jelajah sejauh 300 km dan Shahab 2 memiliki daya

jelajah sejauh 550 km (Gogary 2007, h. 270). Kemudian rudal Shahab 3 memiliki

daya jelajah sejauh 1.300 km yang mampu menjangkau wilayah Israel, kawasan teluk

(pangkalan militer AS di Oman, Yordania, Arab Saudi, dan Irak), Pakistan, India,

Turki, Asia Tengah dan sebagian kawasan Laut Merah (Rahman 2003, h. 196).

Menteri Pertahanan Iran Ahmad Vahidi mengatakan bahwa “serangkaian

pengembangan militer Iran bertujuan untuk pertahanan kedaulatan Iran dan

memperkuat posisi Iran di kawasan dan dunia” (BPPK Kemenlu RI 2010). Kemudian

tidak hanya itu, Gogary (2007, h. 270) mengatakan bahwa tujuan lain dari

pengembangan militer Iran untuk membangun kekuatan-kekuatan strategis yang

efektif dan sempurna yang memiliki kekuatan penangkal serangan kredibel dan

Page 84: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

73

memberikan perlindungan dari serangan AS dan Sekutunya pada proyek instalasi

nuklir Iran dan proyek militer Iran.

Rahman (2003, h. 194) mengatkan bahwa pemerintah Iran memberitahukan

sejak tahun 2003 Iran telah memiliki ±100 instalasi yang khusus untuk memproduksi

senjata rudal balistik dalam berbagai ukuran. Instalasi tersebut memperkerjakan

ribuan karyawan dan teknisi dalam negeri Iran. Tidak hanya itu, Iran juga

membangun terowongan rahasia bawah tanah yang terletak di kawasan pantai Teluk

Persia untuk penyimpanan rudal balistik segala macam model (Rahman 2003, h.

198). Hal ini dilakukan Iran untuk menyulitkan kemungkinan operasi serangan AS

dan Israel ke tempat penyimpanan rudal-rudal Iran.

Adapun jenis-jenis rudal balistik yang telah diproduksi Iran sebagai berikut:

No. Jenis Rudal Daya Jelajah (km) Keterangan

1. Haseb 9 km Aktif

2. Shanin-1 13 km Aktif

3. Shanin-2 30 km Aktif

4. Arash-1 18 km Aktif

5. Arash-2 18 km Aktif

6. Oghab 45 km Aktif

7. Fadjr-3 45 km Aktif

8. Fadjr-5 75 km Aktif

9. Zelzal 100 – 400 km Aktif

10. Fateh 110 200 km Aktif

11. Shahab-1 300 km Aktif

12. Shahab-2 550 km Aktif

13. Shahab-3 1.300 km Aktif

14. Ghadr-1 1.800 km Aktif

15. Shahab-4 2.000 km Dikembangkan

16. Shahab-5 5.500 km Dikembangkan

17. Shahab-6 10.000 km Dikembangkan

18. Supersonic 300 km (arah laut) Aktif

Tabel 3.B.

Sumber: Kekuatan Militer Iran, Musthafa Abd. Rahman, 2003, “Iran Pasca Revolusi

‘Fenomena Pertarungan Kubu Reformis dan Konservatif”, hlm. 191-198.

Page 85: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

74

Tidak hanya pengembangan di sektor rudal, Iran juga mengembangkan perangkat

militer di sektor lainnya seperti Kapal Perang dan Pesawat Tempur buatan teknologi

dalam negeri Iran.

Berikut daftar tabel peningkatan armada Kapal Perang Iran

No. Nama Kapal Jenis Keterangan

1. Dzulfiqar Selam Tahap Produksi

2. Seraj Selam Tahap Produksi

3. Qaem Selam Beroperasi

4. Ghadir Selam Beroperasi

5. Frigate Non-selam Beroperasi

6. Hovercraft SR.N6 Selam, darat Beroperasi

7. Hovercraft BH7 MK5 Selam, darat Beroperasi

Tabel 3.C.

Dan, berikut tabel peningkatan armada Pesawat Tempur Iran:

No. Nama Pesawat Jenis Keterangan

1. Azarakhsh Berawak Beroperasi

2. F4 Berawak Beroperasi

3. F7 Berawak Beroperasi

4. FT7 Berawak Beroperasi

5. IL-76 AEW Berawak Beroperasi

6. MIG 29 Berawak Beroperasi

7. Karrar Tanpa awak Beroperasi

8. SU 24 Berawak Tahap Negosiasi

9. Saaqeh F4D, F4E, RF4E Berawak Tahap Produksi

Tabel 3.D.

Sumber: Modernisasi Sistem Persenjataan Militer Iran, Mohammad Shoelhi, 2007,

“Di Ambang Keruntuhan Amerika”, hlm. 163-166.

Peningkatan kekuatan militer Iran tidak terlepas dari bantuan kerjasama

militer Iran dengan Rusia. Walaupun Iran juga melakukan kerjasama militer dengan

Cina dan Korea Utara, namun kerjasama militer yang paling menonjol adalah

kerjasama militer antara Iran dengan Rusia (Rahman 2003, h. 195). Hal ini diperkuat

oleh perkataan Perdana Menteri Rusia Vladmir Putin yang mengatakan bahwa “Rusia

Page 86: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

75

akan terus melanjutkan kerjasama militer dengan Iran dan akan melanjutkan

pemberian senjata yang dibutuhkan Iran dengan tujuan untuk pertahanan kedaulatan

Iran” (Shoelhi 2007, h. 165). Bahkan, Perdana Menteri Putin menambahkan bahwa

“kami (Rusia) menginginkan hubungan kami menjadi elemen stabilitas di kawasan

Teluk dan dunia secara keseluruhan, AS dan Sekutu yang berspekulasi dan sengaja

menekan kerjasama antara Iran-Rusia adalah pihak yang hanya ingin mengaburkan

hubungan kerjasama antara Rusia dengan Iran” (Shoelhi 2007, h. 166).

Mengingat adanya dukungan Rusia dan Cina terhadap Iran, maka AS beserta

Sekutunya mengendorkan tekanannya kepada Iran. Hal ini dilakukan AS karena Cina

dan Rusia mengancam akan menggunakan hak vetonya terhadap keputusan yang

memberatkan Iran terutama keputusan untuk menggunakan opsi militer dalam

menyelesaikan sengketa nuklir Iran (Gogary 2007, h. 151). Oleh sebab itu, upaya

penyerangan AS dan Sekutu melalui jalur militer hanya sebatas rencana belaka yang

perlu dikalkulasikan sebelumnya (Gogary 2007, h. 253).

Page 87: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

76

BAB IV

ANALISA RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN

TEKNOLOGI NUKLIR IRAN 2005-2010

Dalam Bab IV ini, penulis mencoba menjelaskan respon AS (Amerika Serikat)

terhadap pengembangan teknologi nuklir Iran. Respon tersebut berupa kebijakan

yang diterapkan AS dan Sekutunya dalam upaya penyelesaian sengketa nuklir Iran.

Selain itu juga, solusi diplomasi kepada Iran bersama negara anggota tetap DK-PBB

(Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa) dan Jerman. Setelah

menggambarkan respon yang diambil AS, penulis selanjutnya mencoba melihat

bagaimana isu pengembangan nuklir Iran yang berpengaruh terhadap masa depan

hubungan bilateral antara Iran-AS setelah sekian lama mengalami pemutusan

hubungan diplomatik yaitu sejak terjadinya Revolusi Islam Iran 1979.

A. Respon AS Terhadap Penyelesaian Sengketa Nuklir Iran

A.1. Kebijakan AS dan Sekutu Terhadap Pengembangan Nuklir Iran

Pengembangan teknologi nuklir Iran tidak dapat dipandang sebelah mata. Iran

telah membangun program nuklirnya secara terstruktur dan terencana, bukan

pengembangan nuklir yang instan yang baru dikembangkan dua atau tiga tahun

belakangan ini. Melainkan pengembangan nuklir yang merupakan wujud dari

keinginan semua lapisan dan faksi masyarakat Iran. Selain itu, tujuan

pengembangannya pun jelas untuk memasok energi dan beberapa kebutuhan

Page 88: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

77

domestik lainnya yang begitu penting bagi kelangsungan hidup masyarakat Iran

seperti yang sudah penulis paparkan sebelumnya. Pengembangan nuklir Iran juga

diyakini sebagai alat bargaining power Iran terhadap Israel yang merupakan satu-

satunya negara yang memiliki bom nuklir di kawasan Timur Tengah. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Labib et al. (2006, h. 87-88) yang mengatakan bahwa “alasan dan

tujuan Iran mengembangkan teknologi nuklirnya adalah sebagai alternatif pengalihan

sumber energi listrik dari pembakaran BBM, teknologi nuklir juga sebagai

bargaining power di kawasan Timur Tengah terhadap Israel selaku sekutu dekat AS

yang menentang pengembangan teknologi nuklir Iran”. Apabila AS dan Sekutunya

menginginkan penyelesaian sengketa nuklir Iran melalui jalur militer, maka langkah

tersebut tidak bertujuan untuk menyelesaikan masalah melainkan semakin

merumitkan permasalahan.

Perubahan kebijakan AS terhadap pengembangan nuklir Iran ditandai oleh

kesedian AS untuk mau mempertimbangkan penyelesaian melalui jalur diplomasi

terhadap sengketa nuklir Iran (IRI Broadcasting, 7 Desember 2010). Misalnya,

Shoelhi (2007, h. 171) mengatakan bahwa AS akan mempertimbangkan tawaran Iran

mengenai akan diadakannya suatu konsorsium penelitian nuklir Iran yang diketuai

oleh Perancis. Akan tetapi, pertimbangan AS ini dikritik oleh Israel selaku sekutu AS

di Timur Tengah. Menurut laporan Republika Online (14 Desember 2010) Israel

melalui Perdana Menterinya Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa “satu-satunya

cara untuk menghentikan nuklir Iran adalah dengan menyerang negara tersebut

melalui jalur militer bukan melalui perundingan damai”. Pernyataan Perdana Menteri

Israel ini secara langsung mendapat kecaman dari Rusia dan Cina. Menurut kedua

Page 89: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

78

negara tersebut pernyataan semacam itu hanya memperkeruh sengketa nuklir Iran dan

hanya memperpanjang perang urat syaraf (psywar) antara Iran dengan AS (Gogary

2007, h. 253).

Kebijakan AS terhadap pengembangan nuklir Iran yang semula bersikap

menekan berubah menjadi mengedepankan solusi diplomasi. Perubahan kebijakan

tersebut dimulai pada Desember 2010 yang dibarengi dengan pertemuan pertama

antara Iran beserta negara 5+1 di Jenewa Swiss (IRI Broadcasting, 7 Desember

2010). Perubahan kebijakan tersebut juga dilakukan setelah tidak adanya dukungan

internasional untuk menghentikan pengembangan teknologi nuklir Iran melalui jalur

militer (IRI Broadcasting, 4 Mei 2006).

Antaranews (31 Maret 2010) melaporkan bahwa dalam sebuah pertemuan

dengan Presiden Perancis Nicholas Sarkozy, Presiden Obama mengatakan bahwa AS

tidak mendapat dukungan suara bulat dari negara-negara di dunia untuk menjatuhkan

hukuman dan serangan militer kepada Iran. Selain itu, menurut analisa penulis seperti

yang telah penulis paparkan pada Bab II beberapa sanksi yang dijatuhkan DK-PBB

(Lihat hlm. 49-51) terbukti tidak berpengaruh terhadap ambisi Iran untuk

mengembangkan teknologi nuklirnya (Gogary 2007, h. 314). Iran semakin

berkembang dengan teknologi nuklirnya. Hal ini dikarenakan para pemuda-pemudi

Iran telah menguasai teknologi nuklir (Labib et al. 2006, h. 189). Sehingga Iran tidak

perlu banyak bergantung kepada negara lain dalam pengembangan teknologi

nuklirnya (IRI Broadcasting, 11 September 2010).

Jafar (2006, h. 17) mengatakan bahwa hal tersebut dibuktikan dengan semakin

bertambahnya tempat instalasi pengembangan nuklir Iran yang semula hanya empat

Page 90: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

79

instalasi menjadi sembilan instalasi. Instalasi tersebut di antaranya adalah Saghand,

Ardkan, Gehine, Asfahan, Natanz, Teheran, Bushehr, Arak dan Anarak. Sejak awal

2010 instalasi Bushehr telah beroperasi memproduksi listrik dalam jumlah sedang

yang dialirkan ke seluruh wilayah Iran (Sunariah, Tempo Interaktif, 10 Mei 2011).

Dalam waktu dekat instalasi nuklir Iran akan segera mengalirkan energi listrik ke

negara-negara kawasan Teluk (IRI Broadcasting, 11 September 2010).

Mengamati peningkatan teknologi nuklir Iran, maka AS merespon dengan

meminta Iran menyerahkan hasil produksi sisa uraniumnya kepada IAEA guna

mencegah sisa hasil uranium tersebut digunakan untuk memperoleh senjata nuklir

(Hileudnews, 29 Juli 2010). Gogary (2007, h. 282) mengatakan bahwa Iran telah

mampu memproduksi uranium sampai level 3,5 persen melalui 164 perangkat

sentrifugal. Level tersebut adalah level minimal yang harus dicapai untuk

memproduksi tenaga listrik nuklir. Sedangkan level produksi uranium untuk

mencapai senjata nuklir harus mencapai 92 persen dengan menggunakan uranium

jenis 235 bervolume tinggi (Gogary 2007, h. 277). Hal ini menunjukkan bahwa Iran

tidak memproduksi uranium yang berlebihan yang dapat mengembangkan suatu bom

nuklir.

Pada perkembangannya, Iran mengumumkan kepada IAEA bahwa Iran

berencana akan memproduksi uranium ke tingkat 20 persen (Hileudnews, 29 Juli

2010). Hal ini dilakukan Iran karena tingginya permintaan listrik domestik Iran yang

selama ini mengandalkan dari tenaga hidrolik dan pembakaran BBM. IAEA pun

sepakat, begitu juga dengan DK-PBB yang mengusulkan penambahan uranium ke

level 20 persen dilakukan di Perancis dan Rusia. Akan tetapi, usulan DK-PBB ini

Page 91: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

80

ditolak Iran, karena Iran tetap menginginkan peningkatan level uraniumnya

diproduksi di dalam negeri. Iran telah memiliki ilmuwan-ilmuwan dalam negeri yang

telah menguasai bidang teknologi nuklir (Labib et al. 2006, h. 189). Sehingga,

menurut Ali Akbar Salehi selaku ketua badan energi nuklir Iran mengatakan bahwa

“produksi uranium tidak perlu dilakukan di negara lain, Iran mampu untuk

memproduksi sendiri bahan bakar penghasil energi nuklir” (IRI Broadcasting, 11

September 2010).

AS menyadari Iran merupakan kekuatan yang perlu dipertimbangkan bagi

kepentingan nasional AS di Timur Tengah (Gogary 2007, h. 255). Melalui

pengembangan teknologi nuklir, Iran telah menjadi negara maju di kawasan Timur

Tengah. Kemajuan Iran memaksa AS untuk memperlunak sikap kebijakan luar

negerinya. Pasalnya, pasca pengembangan teknologi nuklir, Iran berhasil mendapat

dukungan negara-negara di kawasan Teluk yang menjadi poros kekuatan Iran. Di

antaranya, Mesir pasca tumbangnya rezim Presiden Husni Mubarok, negara ini

berkoalisi dengan Iran untuk mewujudkan perdamaian di kawasan (IRI Broadcasting,

4 Juni 2011). Suriah yang mayoritas penduduknya bermazhab Shia (salah satu aliran

Mazhab dalam agama Islam) mendukung legalitas nuklir yang dikembangkan Iran

(IRI Broadcasting, 9 Mei 2010).

Berikutnya, Turki melalui Perdana Menteri Reccep Tayip Erdogan

mendukung secara penuh hak legal bangsa Iran mengembangkan nuklir untuk tujuan

damai dan mengecam senjata nuklir yang dimiliki Israel (IRI Broadcasting, 9 Mei

2010). Kelompok Muslim Shia Irak yang berjumlah 60 persen dari penduduk Muslim

di Irak siap membantu Iran dari ancaman serangan AS dan Israel (Gogary 2007, h.

Page 92: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

81

318). Kemudian, Raja Abdullah dari Yordania bersedia menghadiri undangan

Presiden Mahmoud Ahmadinejad untuk membicarakan peran kedua negara di

kawasan Timur Tengah dan mendukung nuklir Iran untuk tujuan damai (IRI

Broadcasting, 25 Desember 2010). Berikutnya Hamas Palestina, dan Hizbullah

Lebanon mendukung penuh hak bangsa Iran dalam pengembangan nuklirnya, dan

bersedia membantu Iran dari ancaman serangan AS dan Israel (Kazhim dan Hamzah

2007, h. 154).

Hal di atas menyebabkan AS memperlunak kebijakan luar negerinya dalam

merespon pengembangan teknologi nuklir Iran. Tidak hanya itu, hal di atas juga

menyebabkan keberadaan Israel menjadi terancam. Menurut Riza Sihbudi selaku Ahli

Peneliti Utama dan Pakar Ahli Politik Timur Tengah P2P LIPI (Pusat Penelitian

Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Jakarta dalam wawancara pada 20 Juni

2011, mengatakan bahwa “negara-negara kawasan Timur Tengah telah mengetahui

Israel memiliki senjata nuklir yang berhulu ledak tinggi, sehingga memaksa negara-

negara di kawasan Teluk membuat kesepakatan untuk membersihkan dan

membebaskan kawasan Timur Tengah dari ancaman senjata nuklir. Namun, hal ini

tidak dihiraukan oleh Israel walaupun telah mendapat kritik dan kecaman dari negara-

negara kawasan Teluk”.

Kemudian, Riza Sihbudi menambahkan “Israel tidak akan melucuti senjata

nuklirnya, karena Israel merasa kuat dengan adanya dukungan penuh dari AS untuk

menjaga keberadaannya di Timur Tengah. Akan tetapi, usulan Israel yang mendesak

agar AS melakukan serangan terhadap Iran ditolak AS. Penolakan tersebut karena AS

tidak ingin membuka konflik baru di Timur Tengah setelah invasi militernya ke

Page 93: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

82

Afganistan (2001) dan Irak (2003) yang belum terselesaikan hingga saat ini. Selain

itu, anggaran dalam negeri AS menipis akibat invasi tersebut yang menghabiskan

biaya ± US$ 3 triliun serta tidak adanya dukungan publik domestik AS”.

Pada perkembangannya, AS menerapkan kebijakan diplomatis kepada Iran

dalam merespon pengembangan teknologi nuklir Iran. Menurut analisa penulis, hal

ini dilakukan AS karena jika sengketa nuklir Iran diselesaikan dengan jalur militer

tentu akan berdampak signifikan bagi keamanan kawasan Timur Tengah. Seperti

yang telah penulis jelaskan di atas, AS menyadari keberadaan Iran beserta poros

kekuatannya. Oleh sebab itu, AS tidak ingin mengambil resiko besar akibat dari

serangan militer ke Iran yang akan mengancam kepentingan AS di Timur Tengah.

Untuk tetap menjaga posisi dan pengaruhnya di kawasan, AS menerapkan

kebijakan diplomasi terhadap Iran mengenai penyelesaian sengketa nuklir Iran. Hal

ini juga disebabkan karena negara perwakilan Uni Eropa yakni Inggris, Jerman dan

Perancis menyadari pendekatan diplomasi merupakan satu-satunya cara realistis

untuk menyelesaikan sengketa nuklir Iran yang harus diterima.

A.2. Solusi Diplomasi Kepada Iran

Seperti yang telah penulis paparkan dalam Bab II dan III bahwa respon AS

terhadap pengembangan teknologi nuklir Iran adalah dengan memberikan tekanan

politik, ekonomi, dan keamanan terhadap Iran. Tekanan tersebut bertujuan agar Iran

memberhentikan pengembangan nuklirnya. Namun, secara drastis AS merubah

kebijakannya tersebut dengan mengupayakan penyelesaian sengketa nuklir Iran

melalui jalur diplomasi. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara bersama Riza Sihbudi

Page 94: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

83

selaku Ahli Peneliti Utama dan Pakar Ahli Timur Tengah P2P LIPI Jakarta pada 20

Juni 2011 yang mengatakan bahwa “AS dan negara-negara anggota DK-PBB lebih

mengedepankan solusi perundingan damai. Hal ini dikarenakan, sekutu kuat AS di

Eropa yaitu Inggris, Perancis dan Jerman memperhatikan permasalahan di Afganistan

dan Irak yang belum terselesaikan. Negara-negara tersebut mementingkan dampak

buruk yang akan terjadi dari serangan militer ke Iran. Kemudian, Cina dan Rusia juga

menyetujui penyelesaian melalui jalur diplomasi. Hal ini dikarenakan Cina dan Rusia

memiliki kedekatan hubungan bilateral dengan Iran. Selain itu, Cina dan Rusia turut

membantu pengembangan instalasi teknologi nuklir Iran. Oleh sebab itu, negara-

negara maju tersebut lebih mengedepankan jalur diplomasi”.

Menurut analisa penulis, selain hal di atas, cara penekanan diplomasi yang

dilakukan negara-negara 5+1 (negara-negara yang tergabung dalam anggota tetap

DK-PBB ditambah Jerman) disebabkan karena tidak adanya dukungan menyeluruh

dari dunia internasional terhadap langkah represif AS dan Sekutu dalam merespon

pengembangan nuklir Iran. Buktinya mayoritas negara-negara yang tergabung dalam

Organisasi Konferensi Islam (OKI) menyatakan dukungannya terhadap

pengembangan teknologi nuklir Iran (Jamaan 2007, h. 52). Selanjutnya, Jamaan juga

menambahkan tidak hanya OKI, negara-negara yang tergabung dalam Gerakan Non-

Blok (GNB) juga menyatakan dukungan penuh terhadap hak Iran mengembangkan

teknologi nuklir selama bertujuan damai (Jamaan 2007, h. 52). Belum lagi aliansi

sayap kiri yang tergabung dalam negara-negara Amerika Latin seperti Venezuela,

Bolivia, Kuba dan Nicaragua juga mendukung hak legal bangsa Iran untuk

mengembangkan teknologi nuklir (Gogary 2007, h. 143-147).

Page 95: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

84

Negara-negara dan organisasi dunia di atas mendukung penyelesaian sengketa

nuklir Iran melalui diplomasi. Oleh sebab itu, AS memperlunak kebijakan luar

negerinya terhadap Iran. Holsti (1992, h. 469) mengatakan bahwa “perumusan

kebijakan luar negeri harus memperhatikan situasi yang mencangkup faktor eksternal,

domestik, dan kondisi kontemporer historis yang dianggap pembuat kebijakan luar

negeri relevan dengan setiap masalah politik tertentu”.

Menurut analisa penulis, pernyataan di atas relevan melihat situasi kondisi

yang sedang dihadapi AS. Pada faktor eksternal, mayoritas negara-negara di dunia

menentang penyelesaian sengketa nuklir Iran melalui jalur militer dan mendukung

hak legal bangsa Iran untuk mengembangkan teknologi nuklir selama bertujuan

damai. Melihat keadaan seperti ini, AS merubah kebijakan luar negerinya yang

semula begitu represif menjadi membuka jalur diplomasi kepada Iran dalam

menyelesaikan sengketa nuklir. Ditinjau dari segi internal, apabila AS melancarkan

serangan ke Iran maka akan berdampak signifikan terhadap posisi dan kepentingan

AS di Timur Tengah. Jika itu terjadi, maka harga minyak akan menjadi tinggi dan AS

akan terancam mengalami krisis minyak yang berkepanjangan.

Tidak hanya itu, menurut analisa penulis, faktor internal lainnya adalah krisis

ekonomi global AS yang terjadi pada 2008. Krisis tersebut diakibatkan oleh invasi

AS ke Afganistan (2001) dan invasi ke Irak (2003). Invasi tersebut menghabiskan

biaya ± US$ 3 triliun yang sangat merugikan anggaran dalam negeri AS. Penyebab

lain dari krisis tersebut adalah adanya kredit macet oleh masyarakat AS yang

mengambil kredit rumah melalui jasa perbankan. Kemudian, di sektor politik, adanya

kejenuhan masyarakat AS terhadap Presiden George W. Bush yang berasal dari Partai

Page 96: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

85

Republik atas kebijakan perang yang diterapkannya. Pasalnya, masyarakat AS jenuh

terhadap peperangan yang dilakukan AS. Masyarakat AS menginginkan situasi yang

damai tanpa adanya peperangan. Hal ini menyebabkan naiknya suara Presiden Barack

Obama dari golongan Partai Demokrat dan berhasil merebut kursi kepresidenan AS

pada pemilu tahun 2008. Masyarakat AS mendukung kebijakan Presiden Obama

yang mengedepankan kerjasama dan perundingan damai untuk menyelesaikan

sengketa internasional. Oleh sebab itu, AS mengabaikan keinginan Israel yang

mendesak untuk melakukan serangan militer terhadap Iran. Karena AS lebih

memperhitungkan konsekuensi yang akan ditanggung apabila melakukan serangan

militer ke Iran ketimbang menuruti keinginan Israel.

Tercatat telah terjadi dua kali pertemuan antara Iran dengan negara-negara

5+1 (AS, Inggris, Perancis, Cina, Rusia dan Jerman). Pertemuan pertama dilakukan

pada tanggal 6-7 Desember 2010 di Jenewa, Swiss (IRI Broadcasting, 7 Desember

2010). Pertemuan pertama tersebut menghasilkan sebuah harapan yang baik dan

konstruktif. Karena, menurut Antaranews (8 Desember 2010) dalam proses

pertemuan tersebut, Cathrene Ashtone selaku wakil diplomatik negara 5+1 mengakui

hak kedaulatan Iran untuk mengembangkan teknologi nuklir. Akan tetapi

menurutnya, Iran harus memberikan jaminan kepada masyarakat internasional dan

tetap menjalankan lima sanksi DK-PBB yang telah diberlakukan kepada Iran.

Menanggapi hal tersebut, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad mengatakan bahwa

jika para negosiator datang bertemu tetapi tidak untuk mencabut sanksi yang telah

mereka terapkan kepada Iran, maka sesungguhnya pertemuan tersebut tidak akan

membuahkan hasil dan kesamaan pandangan (Antaranews, 8 Desember 2010).

Page 97: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

86

Pertemuan di Jenewa tersebut memang belum menghasilkan suatu pernyataan

dan keputusan. Akan tetapi, pertemuan tersebut menjadi langkah awal para negara-

negara 5+1 dan Iran untuk melanjutkan pertemuan mengenai nuklir Iran pada bulan

berikutnya. Saeed Jalili selaku ketua tim runding Iran mengatakan bahwa “antara Iran

dan negara 5+1 akan memulai perundingan kembali di Istanbul Turki untuk

mendiskusikan kerjasama dan kesamaan pandangan” (Antaranews, 8 Desember

2010). Kemudian Saeed Jalili menambahkan bahwa “pertemuan ini merupakan

kepentingan masyarakat internasional yang menginginkan jaminan terhadap

pengembangan teknologi nuklir Iran. Iran membuktikannya dengan diadakannya

pertemuan tersebut untuk membahas secara rinci mengenai pengembangan nuklir

Iran” (Hileudnews, 6 Desember 2010).

Pertemuan kedua dilaksanakan di Istanbul, Turki pada 21-22 Januari 2011

(Metrotvnews, 11 Januari 2011). Pada pertemuan ini tidak menghasilkan suatu

kesepakatan antara pihak negara 5+1 dengan Iran. Tiap-tiap pihak bersikeras kepada

kemauan masing-masing. Pihak Iran menginginkan pencabutan sanksi terhadap Iran

dan diplomasi atas dasar akal sehat sesuai kerangka yang berlaku di NPT yakni setiap

negara berhak mengembangkan nuklir untuk tujuan damai. Sebaliknya, pihak negara

5+1 yang diwakili oleh Cathrene Ashtone menginginkan Iran menghentikan

pengayaan uraniumnya, jika tidak maka negara 5+1 akan menambahkan sanksi baru

kepada Iran (Antaranews, 22 Januari 2011). Namun, dari hasil pertemuan tersebut,

Hileudnews (29 Juli 2010) melaporkan Iran bersedia untuk mengurangi produksi

uraniumnya dari level 20 persen apabila negara-negara 5+1 bersedia mencabut sanksi

dan embargo yang diberlakukan terhadap Iran. Hal ini ditawarkan Iran untuk

Page 98: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

87

mengurangi kecurigaan negara-negara 5+1 terhadap pengembangan nuklir Iran.

Namun belum ada respon dari negara-negara tersebut terkait penawaran tersebut.

Menurut analisa penulis, kekhawatiran dan kecurigaan negara-negara

penentang nuklir Iran sangat wajar. Karena dalam pemahaman Neo-realis keadaan

sistem internasional yang anarkis setiap negara yang memiliki kekuatan mencoba

untuk terlibat dan mengikuti sistem tersebut untuk menunjukkan dan

mendistribusikan kemampuan unit dalam sistem (Burchill dan Linklater 2007, h.

117). Dalam kasus nuklir Iran, negara-negara yang memiliki kekuatan dominan

mencoba untuk terlibat dalam kasus nuklir tersebut. Pada dasarnya pengembangan

teknologi nuklir Iran timbul karena sistem internasional yang anarkis. Pengembangan

teknologi nuklir Iran dimunculkan sebagai penyeimbang kekuataan negara-negara di

dunia dan kawasan. Namun, Iran memiliki tujuan utama yang spesifik berdasarkan

kepentingan nasional negaranya, yakni mengembangkan teknologi nuklir untuk

kemajuan riset teknologi dan keperluan sipil bukan untuk keperluan militer. Oleh

sebab itu, atas dasar kepentingan nasional bangsa Iran, pemerintah Iran terus

memperjuangkan pengembangan teknologi nuklir Iran walaupun mendapat tekanan

dari berbagai pihak.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Frankel (1988, h. 93) yang mengatakan

bahwa “kepentingan nasional merupakan kunci utama dari konsep kebijakan luar

negeri yang menjadi pokok utama dari total keseluruhan nilai-nilai nasionalitas suatu

bangsa”. Menurut analisa penulis, Iran terus berupaya mempertahankan kepentingan

nasionalnya. Upaya yang dilakukan pemerintah Iran adalah dengan menerapkan suatu

usaha diplomasi terhadap segala macam bentuk tekanan AS dan Sekutu.

Page 99: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

88

B. Masa Depan Hubungan Bilateral Iran-AS

Pasca perubahan kebijakan AS terhadap pengembangan nuklir Iran tidak

semata-mata memberikan peluang untuk terciptanya hubungan yang harmonis antara

Iran-AS. Pasalnya, ketegangan antara Iran-AS sudah terjadi kurang lebih 32 tahun

pasca terjadinya Revolusi Islam Iran 1979. Selain itu, Takdir (1998, h. 26-27)

menjelaskan bahwa terdapat tiga faktor selain isu nuklir yang menyebabkan kedua

negara ini sulit untuk kembali normal. Adapun faktor tersebut adalah, pertama,

adanya upaya perlindungan AS terhadap sekutu dekatnya yakni Israel di kawasan

Timur Tengah. Kedua, adanya perbedaan jalan politik luar negeri Iran dan AS.

Menurut analisa penulis, Iran yang dipimpin oleh Wilayat El-Faqih suatu lembaga

tertinggi di pemerintah Iran di atas lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif (KBRI

Teheran 2009) memiliki prinsip untuk menentang hegemoni AS dan Israel sejak

meletusnya Revolusi Islam Iran 1979 (Cipto 2004, h. 112). Sedangkan AS di bawah

kelompok Neo-konservatif maupun kelompok Neo-liberalis memiliki kebijakan

pokok yang sama, yakni menentang Iran selama kebijakan luar negeri Iran

dikendalikan oleh kelompok konservatif Iran yang mayoritas berasal dari Wilayat El-

Faqih (Rahman 2003, h. xviii). Ketiga, faktor kepentingan nasional AS di kawasan

Timur Tengah.

Riza Sihbudi selaku Ahli Peneliti Utama dan Pakar Ahli Timur Tengah P2P

LIPI Jakarta dalam wawancara pada 20 Juni 2011 mengatakan bahwa “semenjak

terjadinya Revolusi Islam Iran 1979, AS tidak dapat mengeksploitasi minyak Iran.

Bahkan, AS pun tidak pernah membuka jalur diplomatik kepada Iran pasca Revolusi

Islam 1979. Kemudian, dengan adanya peningkatan pengaruh Iran di kawasan Timur

Page 100: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

89

Tengah, semakin membuat AS khawatir akan posisi Israel dan kepentingan AS

sendiri di kawasan. Pasalnya, Iran dapat menciptakan suatu keseimbangan kekuatan

di kawasan. Selain itu, pasca pengembangan teknologi nuklir dan kekuatan militer,

Iran dapat mengancam posisi Israel di kawasan Timur Tengah dan bahkan berpeluang

menjadi kekuatan dominan di kawasan”.

Menurut analisa penulis, Iran berhasil mengumpulkan poros kekuatannya di

Timur Tengah seperti kelompok Hizbullah Lebanon, Hamas Palestina, Kelompok

Shia Irak yang berjumlah 60 persen, Suriah selaku negara mayoritas penduduknya

beraliran mazhab Shia, Mesir pasca turunnya Husni Mubarok, Turki di bawah

Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan dan Yordania melalui Raja Abdullah. Hal

tersebut semakin menipiskan pengaruh AS di kawasan Timur Tengah. Apalagi

setelah negara-negara Timur Tengah menginginkan adanya penghapusan senjata

pemusnah masal (senjata nuklir) milik Israel yang berada di puncak gurun Negev

Dimona.

Sesuai pernyataan yang dikemukakan oleh Perwita dan Yani (2007, h. 49)

yakni “kebijakan luar negeri merupakan strategi atau rencana tindakan yang dibuat

oleh para pembuat keputusan negara dalam menghadapi negara lain atau unit politik

internasional lainnya, dan dikendalikan untuk mencapai tujuan nasional spesifik yang

dituangkan dalam terminologi kepentingan nasional”. Menurut analisa penulis,

kebijakan Iran mengembangkan teknologi nuklir merupakan suatu bentuk pencapaian

dari input kepentingan nasional bangsa Iran. Iran memiliki kepentingan untuk

menjadi negara maju di kawasan. Lebih jauhnya, Iran memiliki kepentingan untuk

melawan dominasi kekuatan Israel selaku sekutu AS di Timur Tengah.

Page 101: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

90

Kepentingan tersebut misalnya, pertama energy interest, dengan adanya

pengalihan sumber energi alternatif nuklir, maka Iran tidak perlu khawatir akan

cadangan minyaknya. Pasalnya, konversi teknologi nuklir menjadi sumber listrik

lebih murah dan efisien ketimbang Iran harus mengkonversi minyak atau BBM

menjadi sumber energi listrik. Oleh sebab itu, Iran dapat menambah ekspor impor

energi listriknya dalam jumlah besar ke seluruh negara di kawasan Timur Tengah dan

dunia tanpa khawatir akan cadangan minyaknya. Kedua, military interest, dengan

peningkatan militer baik dari segi senjata dan jumlah pasukan, maka Iran menjadi

negara yang patut diperhitungkan oleh Israel. Pasalnya, militer Iran dapat

menciptakan suatu perimbangan kekuatan dan ancaman serius bagi Israel. Oleh sebab

itu, Iran terus mempertahankan pengembangan nuklirnya agar adanya perimbangan

kekuatan di kawasan. Terbukti pengembangan nuklir Iran membuat posisi Israel

terancam, sehingga Israel melalui Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mendesak

AS untuk menghancurkan instalasi-instalasi nuklir Iran melalui jalur militer. Akan

tetapi, desakan ini ditolak AS dan sebaliknya AS merubah alur politiknya memilih

untuk menyelesaikan sengketa nuklir Iran melalui jalur diplomasi.

Dalam berbagai macam pertemuan resmi antara Iran-AS, AS sempat berkali-

kali menyisipkan lontaran syarat-syarat untuk normalisasi hubungan kedua negara.

Gogary (2007, h. 223-224) menambahkan bahwa dalam kesempatan tersebut AS

menawarkan empat syarat perdamaian kepada Iran, syarat-syarat tersebut di

antaranya, pertama, Iran tidak boleh menentang laju perdamaian di Timur Tengah dan

harus mengakui secara resmi rezim zionis Israel. Kedua, Iran harus menghentikan

dukungannya kepada kelompok pejuang Palestina seperti Jihad Islami dan Hamas.

Page 102: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

91

Begitu juga kelompok Hizbullah di Lebanon. AS juga menuntut pemutusan hubungan

antara kelompok-kelompok pejuang Islam tersebut dengan Iran. Ketiga, Iran harus

menghentikan usaha apapun untuk memproduksi senjata pemusnah masal, sebab hal

ini dalam sudut pandang AS dapat mengganggu stabilitas keamanan Timur Tengah.

Keempat, Iran harus menghormati Hak Asasi Manusia dengan menghormati hak-hak

minoritas berdasarkan agama, sekte, dan ras serta hak-hak wanita.

Sebaliknya Iran juga mengajukan syarat-syarat untuk normalisasi hubungan

kedua negara. Syarat-syarat tersebut pertama, penghapusan segala bentuk embargo

yang dijatuhkan kepada Iran. Kedua, pencairan aset-aset Iran yang dibekukan di

bank-bank Eropa dan AS. Ketiga, penghapusan kebijakan-kebijakan unilateral yang

selama ini diterapkan pada Iran dalam kurun waktu yang cukup lama. Keempat, tidak

mencampuri urusan dalam negeri Iran dengan dalih apapun. Kelima, permintaan maaf

secara resmi atas kebijakan-kebijakan politik yang salah yang telah menimbulkan

penderitaan bagi rakyat Iran selama beberapa tahun lewat (Gogary 2007, h. 224).

Menurut analisa penulis, syarat-syarat perdamaian yang diajukan AS kepada

Iran cenderung ditujukan untuk melindungi eksistensi Israel di Timur Tengah. AS

khawatir akan keberadaan poros kekuatan Iran yang telah penulis paparkan di atas

dapat mengancam keberadaan Israel dan pengaruh AS sendiri di kawasan. Hal ini

sesuai yang dikatakan oleh Riza Sihbudi dalam wawancara pada 20 Juni 2011 di

gedung P2P LIPI Jakarta, yang mengatakan bahwa “terdapat dua pertimbangan AS di

kawasan Timur Tengah di antaranya, pertama, untuk melindungi keberadaan Israel

selaku sekutunya. Karena keberadaan Israel di Timur Tengah merupakan sumber

pengaruh dan kekuatan AS untuk menguasai Timur Tengah. Selain karena kedekatan

Page 103: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

92

hubungan antara kedua negara, Israel pun sangat membantu AS untuk mendapatkan

data intelejen mengenai bahaya-bahaya yang ditimbulkan negara dan kelompok yang

tidak sejalan dengan kepentingan AS. Sehingga AS sangat mengupayakan agar Israel

terhindar dari bahaya pengembangan teknologi nuklir Iran.

Kedua, untuk menjaga pengaruh dan kepentingan AS sendiri di kawasan

Timur Tengah. Hal ini dikarenakan Timur Tengah merupakan kawasan yang

produktif bagi AS. Apabila AS kehilangan pengaruhnya di Timur Tengah, maka akan

berdampak signifikan bagi kepentingan AS. Misalnya, AS akan mengalami krisis

dalam negeri akibat tidak mendapatkan ekspor minyak dari negara-negara Timur

Tengah selaku kawasan penghasil minyak terbesar. Tidak hanya itu, AS juga akan

kehilangan misinya untuk menyebarkan demokrasi dan Hak Asasi Manusia di Timur

Tengah yang sebetulnya hanya sebagai dalih untuk menguasai sumber daya alam

kawasan Timur Tengah yang begitu melimpah khususnya minyak.

Demikianlah analisa penulis dari penelitian mengenai Respon Amerika

Serikat Terhadap Pengembangan Teknologi Nuklir Iran 2005-2010. Adapun data-data

dan informasi yang penulis sajikan merupakan hasil observasi yang penulis dapatkan

melalui sumber kepustakaan seperti buku, jurnal, laporan kerja, berita online dan

wawancara dengan Riza Sihbudi selaku Ahli Peneliti Utama dan Pakar Ahli Timur

Tengah P2P ( Pusat Penelitian Politik) LIPI Jakarta.

Page 104: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

93

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Iran merupakan negara Timur Tengah yang terletak di wilayah Asia Barat

Daya. Memiliki letak geografis yang strategis berdekatan dengan wilayah Asia

Selatan, Asia Tengah, Teluk Persia, Teluk Oman dan Selat Hormuz yang merupakan

jalur strategis perdagangan internasional. Posisi Iran yang strategis ini memudahkan

Iran untuk menjalin hubungan dengan negara-negara di sekitarnya. Kekayaan alam

minyak dan gas yang berlimpah membuat Iran menjadi negara pengekspor minyak

terbesar ke-2 dunia setelah Arab Saudi. Banyak negara-negara di dunia yang

mengimpor minyak dari Iran. Tidak hanya negara-negara berkembang, negara-negara

maju pun mengandalkan impor minyak dari Iran. Akibat dari banyaknya negara-

negara yang mengandalkan impor minyak dari Iran, maka Iran perlu mengamankan

cadangan minyaknya tersebut. Iran melihat pentingnya cadangan minyak bagi

pemeliharaan kebutuhan dalam negeri untuk generasi penerus bangsa Iran

selanjutnya. Oleh sebab itu, Iran mencanangkan energi nuklir sebagai alternatif untuk

menjaga cadangan minyaknya dan sebagai sumber energi listrik beserta kebutuhan

sipil lainnya.

Kekayaan alam minyak yang dimiliki Iran merupakan anugerah sekaligus

bencana bagi Iran. Dikatakan suatu anugerah karena dengan adanya minyak yang

melimpah Iran menjadi negara pengekspor ke-2 terbesar dunia sektor minyak dalam

jumlah besar ke negara-negara di seluruh dunia. Akan tetapi, dikatakan suatu bencana

Page 105: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

94

karena kekayaan alam minyak yang melimpah menyebabkan negara-negara besar

seperti AS, Uni Soviet (Sekarang Rusia) dan Inggris datang untuk menguasai minyak

Iran. Rusia dan Inggris telah lama meninggalkan Iran tanpa menyimpan permusuhan

kepada Iran. Namun AS yang berdiri dibalik kekuasaan Shah Reza Pahlevi akhirnya

dapat ditumbangkan oleh Revolusi Islam Iran 1979 yang dipimpin oleh Imam

Ayatullah Khomeini. Sejak Revolusi 1979 hingga 2010, AS dan Iran belum

membuka hubungan diplomatik antara kedua negara.

Perseteruan Iran-AS semakin memuncak pasca pengembangan teknologi

nuklir yang dilakukan Iran pada 2005. AS menuduh Iran tengah berupaya

mengembangkan senjata nuklir. Namun hal ini dibantah oleh Iran yang mengatakan

bahwa pengembangan nuklir Iran bertujuan damai untuk kebutuhan sipil dan energi

Iran. Untuk meyakinkan bahwa pengembangan nuklirnya untuk tujuan damai, Iran

membuka segel nuklirnya dengan memberitahukan kepada dunia tentang aktivitas

nuklirnya. Bahkan Iran bersedia agar pengembangan teknologi nuklirnya diawasi

oleh badan IAEA (International Atomic Energy Agency). Tidak hanya itu, Iran pun

bersedia menandatangani perjanjian NPT (Nuclear Non-Proliferation Treaty)

mengenai pelarangan mengembangkan dan menyebarkan senjata nuklir. Namun, hal

ini tidak cukup untuk meyakinkan AS dan Sekutunya bahwa nuklir Iran bertujuan

damai.

AS dan Sekutunya terus menekan melalui kekuatan politiknya di berbagai

kawasan. Di Asia, AS mendorong Jepang untuk tidak mendukung pengembangan

teknologi nuklir Iran. Di Eropa, AS mendorong EU (Europe Union) untuk

menghentikan program nuklir Iran dengan menawarkan teknologi pengganti yakni

Page 106: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

95

LWR (Light Water Reactor). Melalui badan internasional, AS mendesak DK-PBB

untuk memberikan sanksi kepada Iran akibat tidak mau menghentikan pengembangan

nuklirnya. Dan bahkan, AS mencoba mempengaruhi IAEA untuk melakukan

perubahan skema data yang menyatakan bahwa Iran sedang mengembangkan senjata

nuklir. Padahal dari hasil penelitian IAEA, dinyatakan bahwa Iran tidak terindikasi

sedang mengembangankan senjata nuklir.

Hal ini mengundang rasa simpati dunia internasional melihat adanya

perlakuan yang tidak adil dari AS. Pasalnya, dalam pasal IV kerangka NPT

menyatakan bahwa tiap-tiap negara di dunia berhak untuk mengembangkan teknologi

nuklir untuk tujuan damai. Kemudian, pasal V menyatakan bahwa negara-negara

yang tergabung dalam NPT wajib melaporkan pengembangan nuklirnya kepada

IAEA. Iran telah mematuhi aturan tersebut, akan tetapi AS dan Sekutunya tetap

menuduh Iran akan mengembangkan senjata nuklir. Melihat keadaan yang seperti ini,

timbulah dukungan dari negara-negara dan organisasi internasional untuk mendukung

pengembangan teknologi nuklir Iran selama bertujuan damai.

OKI (Organisasi Konferensi Islam), GNB (Gerakan Non-Blok) dan aliansi

negara-negara sayap kiri Amerika Latin seperti Venezuela, Bolivia, Nicaragua dan

Kuba mendukung sepenuhnya hak legal bangsa Iran untuk mengembangkan

teknologi nuklir. Tidak hanya itu, Rusia dan Cina pun mendukung pengembangan

nuklir Iran, walaupun tidak secara terbuka. Namun, sikap pembelaan Cina dan Rusia

kepada Iran dari sanksi yang diberikan DK-PBB mengindikasikan dukungan negara

besar tersebut kepada Iran. Bahkan, Rusia membantu pengembangan salah satu

instalasi nuklir Iran yang bernama Bushehr. Selebihnya, Cina dan Rusia beberapa kali

Page 107: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

96

menolak draft sanksi yang dijatuhkan DK-PBB kepada Iran dalam rapat yang digelar

oleh DK-PBB di markas besar PBB, New York, AS.

Pengembangan teknologi nuklir Iran merupakan langkah tepat yang dijadikan

kesempatan bagi AS untuk memojokkan Iran dari konstelasi politik internasional.

Akan tetapi sebenarnya nuklir hanya sebagai titik tolak AS untuk menekan Iran.

Terdapat tiga alasan mendasar dari tekanan yang dilakukan AS beserta sekutunya.

Pertama, untuk melindungi eksistensi Israel di Timur Tengah yang posisinya semakin

terancam dengan kemajuan teknologi dan militer Iran. Kedua, untuk mempertahankan

pengaruh AS di Timur Tengah yang pada dasarnya AS menganggap bahwa Timur

Tengah merupakan kawasan produktif bagi AS terutama minyak dan gas alam yang

melimpah. Ketiga, AS tidak menyukai kemajuan teknologi yang dialami negara-

negara Muslim terutama Iran yang tidak sejalan dengan kepentingannya.

Israel selaku sekutu dekat AS mendesak agar AS segera melakukan serangan

militer untuk menghentikan pengembangan nuklir Iran. Akan tetapi, desakan ini tidak

mendapat respon positif dari AS. Hal ini dikarenakan, seperti yang penulis telah

jelaskan di Bab IV, AS menyadari bahwa Iran memiliki poros kekuatan yang patut

diperhitungan di Timur Tengah. Selain untuk menumbuhkan kembali citra AS di

dunia setelah invasinya ke Irak dan Afganistan, keberadaan poros kekuatan Iran

tersebut juga menyebabkan AS lebih memilih menyelesaikan sengketa nuklir Iran

melalui jalur perundingan damai.

Negara sekutu AS di Eropa seperti Perancis, Jerman dan Inggris mengatakan

bahwa diplomasi merupakan realitas terbaik untuk menyelesaikan sengketa nuklir

Iran yang harus diakui oleh AS. Oleh sebab itu, diadakan dua kali perundingan antara

Page 108: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

97

negara-negara 5+1 yakni AS, Inggris, Perancis, Rusia, Cina dan Jerman dengan Iran

di Jenewa, Swiss pada 6-7 Desember 2010 dan di Istanbul, Turki pada tanggal 21-22

Januari 2011. Walaupun perundingan tersebut belum menghasilkan suatu

kesepakatan, akan tetapi perundingan tersebut membuka peluang agar sengketa Iran

dapat terselesaikan melalui jalur perundingan damai. Percayalah bahwa penyelesaian

melalui jalur militer bukan solusi terbaik untuk menyelesaikan sengketa nuklir Iran,

melainkan akan semakin memperkeruh dan memperpanjang eskalasi konflik antara

Iran dengan AS dan Sekutunya.

Demikianlah penelitian skripsi mengenai Respon Amerika Serikat Terhadap

Pengembangan Teknologi Nuklir Iran 2005-2010. Semoga bermanfaat dan dapat

memberikan gambaran jelas dan juga sajian informasi yang aktual seputar respon AS

terhadap pengembangan teknologi nuklir Iran yang juga menyentuh aspek-aspek

kelangsungan politik di kawasan Timur Tengah.

Page 109: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

xi

DAFTAR PUSTAKA

Adiguna, Sapta 1987, Suara Dinamis Dari Pengasingan, dilihat 7 Agustus 2011,

<http://www.majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1987/06/06/LN/mbm.1987

0606.LN31509.id.html>.

Alamudi, Abdullah 1989, Garis Besar Pemerintah Amerika Serikat, USIS, Jakarta.

Anggreni, Hosianna Rugun 2009, Sikap Kritis Iran Terhadap Resolusi DK-PBB,

Tesis Pascasarjana Universitas Indonesia.

Ansari, Ali M 2008, Supremasi Iran “Poros Setan Atau Superpower Baru”, translate.

S Wardi, Zahra Publishing House, Jakarta.

Anwar, Dewi Fortuna 2003, „Tatanan Dunia Baru di Bawah Hegemoni Amerika

Serikat‟, Jurnal Demokrasi dan HAM Vol. 3, No. 2, Mei-September 2003, h.

7-28.

Burchill, Scott & Andrew Linklater 2009, Teori-Teori Hubungan Internasional,

translate. M Sobirin, Nusa Media, Bandung.

Cipto, Bambang 2004, Dinamika Politik Iran “Puritanisme Ulama, Proses

Demokratisasi dan Fenomena Khatami”, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Creswell, John W 1994, Research Design: Qualitative and Quantitative Approaches,

SAGE Publications, Inc, Thousand Oaks.

Djafar, Zainuddin 1996, Perkembangan Studi Hubungan Internasional dan

Tantangan Masa Depan, Dunia Pustaka Jaya, Jakarta.

_______, ________ 2006, Iran’s Nuclear Case: Its Implication, US Stance and The

Policy of Indonesia, The Indonesian Quarterly, Vol. 34, No. 1, h. 10-16.

Page 110: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

xii

El-Gogary, Adel 2007, Ahmadinejad: The Nuclear Savior of Tehran “Sang Nuklir

Membidas Hegemoni AS dan Zionis”, translate. T Kuwais, Pustaka Iman,

Depok.

Frankel, Joseph 1988, International Relations in a Changing World Fourth Edition,

Oxford University Press, New York.

Glassman, Jim 2005, „The New Imperialism? On continuity and Change in US

Foreign Policy‟, Environment and Planning A, Department of Geography

University of British Coloumbia, Vancouver, Canada, Vol. 37, h. 1527-1544.

Hamzah, Alfian & Musa Kazhim 2007, Perang Dunia III di Pelupuk Mata Iran

Skenario Penghabisan, Cahaya Insan Suci, Jakarta.

Harison, Lisa 2007, Metodologi Penelitian Sosial, Kencana, Jakarta.

Hendrajit, dkk 2010, Tangan-Tangan Amerika “Operasi Siluman AS di Pelbagai

Belahan Dunia”, Global Future Institute, Jakarta.

Heriyanto, Yayak 2007, Politik Luar Negeri Iran Dalam Upaya Menjaga

Kepentingan Nasional. Studi Kasus: Pengembangan Teknologi Nuklir Iran

Dalam Memenuhi Kebutuhan Teknologi Iran, Pascasarjana Universitas

Indonesia.

Holsti, K. J 1992. International Politics, A Framework for Analysis, 6th

, Prentice

Hall, Inc, New Jersey.

______, ______ 1987, Politik Internasional: Kerangka Analisa, Pedoman Ilmu Jaya,

Jakarta.

Page 111: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

xiii

Jamaan, Ahmad 2007, „Politik Hukum Internasional Dalam Konflik Nuklir Iran-AS‟,

Jurnal Sosial Politika Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Mulawarman, Vol. 14, No. 1 Juli, h. 30-57.

Jemadu, Aleksius 2008, Politik Global Dalam Teori dan Praktek, Graha Ilmu,

Yogyakarta.

Karyono, HS, dkk 2005, Indonesia and Nuclear Iran’s Issue, Indonesian Institute of

Sciences (LIPI), Jakarta.

Kedutaan Besar RI Teheran 2009, Profil Negara Republik Islam Iran, Kementerian

Luar Negeri RI,

<http://www.deplu.go.id/tehran/Pages/CountryProfile.aspx?IDP=1&l=id>.

Kedutaan Besar RI Teheran 2010, Laporan Mingguan Periode 1-8 September 2010,

Badan Penelitian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) P3K2 Aspasaf Timur

Tengah, Kementerian Luar Negeri RI.

______________________ 2010, Laporan Mingguan Periode 26 Agustus – 1

September 2010, Badan Penelitian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK)

P3K2 Aspasaf Timur Tengah, Kementerian Luar Negeri RI.

Kedutaan Besar Republik Islam Iran 1989, Republik Islam Iran Selayang Pandang,

Kedutaan Besar Republik Islam Iran, Jakarta.

Labib, Muhsin, dkk 2006, Ahmadinejad! David di Tengah Angkara Dalam Goliath

Dunia, Cet. Ke-4, Mizan Publika, Jakarta.

Marshall Johnathan, dkk 1987, The Iran Contra Connection, Secret Teams and

Covert Operation In The Reagan Era, South End Press, dilihat 7 Agustus

Page 112: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

xiv

2011,<http://www.thirdworldtraveler.com/Ronald_Reagan/Irangate_Israel_TI

CC.html>.

Mas‟oed, Mohtar 1990, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi,

LP3ES, Jakarta.

Metrotvnews.com 2011, Iran dan Enam Negara Sepakat Berunding 21-22 Januari,

dilihat pada 4 Juni 2011,

<http://metrotvnews.com/metromain/newscat/internasional/2011/01/11/39213

/Iran-dan-Enam-Negara-Sepakat-Berunding>.

Moleong, Lexy J 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya,

Bandung.

Nye Jr, Joseph S 2002, The Paradox of American Power: Why The World’s Only

Superpower Can’t Go It Alone, Oxford University Press, New York.

Permatasari, Yulia 2011, Samantha Power, Kepercayaan Obama dibenci Konservatif,

dilihat pada 14 April 2011,

<http://www.mediaindonesia.com/mediaperempuan/index.php/read/2011/04/0

1/5407/10/Samantha-Power-Kepercayaan-Obama-Dibenci-Konservatif>.

Perwita, A. A. Banyu & Yayan Mochamad Yani 2006, Pengantar Ilmu Hubungan

Internasional, Rosda Karya, Bandung.

Puar, Yusuf A 1980, Perjuangan Ayatullah Khomeini, Cet. Ke-2, Pustaka Antara,

Jakarta.

Rahman, Musthafa A 2003, Iran Pasca Revolusi “Fenomena Pertarungan Kubu

Reformis dan Konservatif”, Kompas, Jakarta.

Page 113: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

xv

Sakinah, Desti Nur 2006, Kepentingan Iran Mengembangkan Kembali Program

Nuklirnya, Pascasarjana Universitas Indonesia.

Shoelhi, M 2007, Di Ambang Keruntuhan Amerika, Grafindo Khazanah Ilmu,

Jakarta.

Sidik, Jafar M 2008, Maya Soetoro Senjata Rahasia Barack Obama, dilihat pada 10

Agustus 2011,

<http://www.antaranews.com/view/?i=1202286377&c=ART&s=>

Sihbudi, M Riza 1999, Islam, Dunia Arab, dan Iran: Barat Timur Tengah, Mizan,

Bandung.

Sunariah 2011, Pembangkit Nuklir Iran Mulai Beroperasi, dilihat pada 19 Juni 2011,

<http://www.tempointeraktif.com/hg/timteng/2011/05/10/brk,20110510-

333605,id.html>.

Surapto, R 1997, Hubungan Internasional: Sistem, Interaksi, dan Perilaku, Raja

Grafindo Persada, Jakarta.

Takdir, M 1998, „Menemukan Kembali Hubungan Iran-Amerika Serikat‟, Jurnal Luar

Negeri Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Luar Negeri RI,

No. 33, h. 25-31.

Winingsih, Sri 2009, Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Terhadap

Pengembangn Nuklir Iran, Tesis Pascasarjana Universitas Indonesia.

Yuliantoro, Nur Rachmat 2005, „Hegemoni Amerika Pasca 11/9: Menuju Sebuah

‘Imperium Amerika Baru’?‟, Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (JSP)

Universitas Gadjah Mada, Vol. 9, No. 1, Juli, h. 91-109.

Page 114: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

xvi

WEBSITE

http://www.antaranews.com, akses tanggal 28 Mei 2011, 14 & 21 Juni 2011.

http://www.hileudnews.com, akses tanggal 28 Mei, 4 Juni 2011.

http://www.indonesian.irib.com, IRI Broadcasting (Islamic Republic of Iran

Broadcasting) akses tanggal 28 Mei 2011, 14 & 19 Juni 2011.

http://www.republika.co.id, akses tanggal 15 April 2011, 9 & 12 Mei 2011.

Page 115: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 116: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

Lampiran

DRAFT HASIL WAWANCARA

Narasumber : M. Riza Sihbudi

Ahli/Fokus Kajian : Ahli Peneliti Utama dan Pakar Politik Timur Tengah

Instansi : LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Jakarta

Tempat : Gedung P2P (Pusat Penelitian Politik) LIPI Jakarta

Hari/Tanggal : Senin, 20 Juni 2011

Ruang : 11.03

HASIL TANYA JAWAB

1. Apa kepentingan Iran mengembangkan teknologi nuklir?

Jawab:

Tentu kepentingan yang utama adalah untuk kebutuhan sipil dalam negerinya

seperti pembangkit listrik, riset kedokteran, dsb. Namun, ada kepentingan Iran

untuk memperkuat diri dari perlakuan tidak adil AS (Amerika Serikat) yang

membiarkan Israel memiliki senjata nuklir. Sikap Iran tersebut sah-sah saja

dilakukan, karena dalam kondisi tekanan atau ancaman setiap negara berhak

untuk memperkuat diri.

2. Mengapa AS terus menekan dan mengancam walaupun telah terbukti oleh

IAEA bahwa pengembangan teknologi nuklir Iran untuk tujuan damai?

Jawab:

AS khawatir akan posisi Israel yang terancam dengan adanya pengembangan

nuklir Iran. Selain itu, desakan dan pengaruh lobi Israel yang begitu kuat ke AS

untuk mendesak AS segera melakukan tekanan politik, ekonomi dan keamanan

kepada Iran. Bahkan, pihak Israel mendesak AS untuk melakukan serangan

Page 117: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

militer kepada Iran. Namun untuk serangan ke Iran, AS belum menghiraukannya

karena berbagai macam pertimbangan.

3. Bagaimana pengaruh pengembangan teknologi nuklir Iran terhadap stabilitas

keamanan Timur Tengah?

Jawab:

Secara teoritis memicu negara-negara di kawasan untuk berlomba-lomba

mengembangkan nuklir. Namun negara-negara di Timur Tengah pada umumnya

dapat menerima teknologi nuklir yang dikembangkan oleh Iran, karena diplomasi

Iran yang sangat baik dengan negara-negara di kawasan. Hanya saja Israel dan

Arab Saudi yang bersebrangan dengan Iran, karena kedua negara tersebut

memiliki kepentingan tersendiri di kawasan.

4. Apa dampak pengembangan teknologi nuklir Iran bagi kepentingan AS di

Timur Tengah?

Jawab:

AS memiliki dua kepentingan besar di Timur Tengah yakni minyak dan Israel.

Pertama minyak, jika AS merespon nuklir Iran dengan suatu serangan militer

maka akan berdampak negatif bagi kepentingan AS atas minyak di kawasan

Timur Tengah. Negara-negara penghasil minyak di Timur Tengah tentu akan

terkena imbasnya, oleh sebab itu kemungkinan yang terjadi harga minyak akan

melambung tinggi dan AS terancam tidak akan mendapatkan suplai minyak dari

negara-negara penghasil minyak. Kedua Israel, teknologi nuklir Iran membuat AS

khawatir akan posisi Israel di Timur Tengah. Adanya suatu desakan dari Israel

kepada AS mengenai serangan ke Iran membuat AS akan kehilangan pengaruh di

kawasan Timur Tengah jika menyetujuinya. Oleh sebab itu, hingga saat ini AS

Page 118: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

masih mengesampingkan desakan Israel tersebut. Kemudian, Israel juga

merupakan sekutu yang membantu AS memberi informasi negara-negara di

kawasan Timur Tengah yang bersebrangan dengan kepentingan AS. Oleh sebab

itu, keberadaan Israel sangat dilindungi oleh AS. Akan tetapi dalam kasus nuklir

Iran, AS masih mempertimbangkan beberapa konsekuensi buruk apabila

menyetujui desakan Israel untuk menyerang Iran.

5. Apa langkah-langkah yang dilakukan AS dan negara perwakilan Uni Eropa

yakni Jerman, Perancis dan Inggris dalam upaya menyelesaikan sengketa

nuklir Iran?

Jawab:

Tentunya melihat dampak yang sangat merugikan kepentingan AS dan Sekutunya

di Timur Tengah, AS akan menyelesaikan sengketa ini dengan jalur perundingan

damai. Ketiga negara perwakilan Eropa tersebut juga tidak ingin membuka front

baru, karena masalah di Afganistan dan Irak hingga saat ini belum terselesaikan.

6. Bagaimana kelanjutan sikap Rusia dan Cina mengenai pengembangan

teknologi nuklir Iran?

Jawab:

Rusia dan Cina negara yang bersahabat dengan Iran. Tentu mereka tidak ingin

jika sengketa nuklir Iran diselesaikan melalui jalur militer. Kedua negara tersebut

memiliki kepentingan dan kerjasama strategis dengan Iran, oleh sebab itu Rusia

dan Cina terus mendukung penyelesaian sengketa nuklir Iran melalui jalur

perundingan damai.

Page 119: RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24188/1/Ragil... · atas dunia Muslim dan negara berkembang. ... B. Pengaruh Kelompok

7. Bagaimana peran lembaga IAEA (International Atomic Energy Agency) dan

NPT (Nuclear Non-Proliferation Treaty) dalam proses penyelesaian sengketa

nuklir Iran?

Jawab:

IAEA berupaya untuk besikap netral walaupun mendapat tekanan dari AS untuk

merubah fakta-fakta yang terjadi. Dalam penyelidikan, IAEA tidak menemukan

fakta-fakta bahwa Iran sedang mengembangkan senjata nuklir. Sejauh ini Iran

masih mematuhi peraturan yang berlaku di NPT, belum ada indikasi

penyimpangan dari pihak Iran.

8. Bagaimana dampak sengketa nuklir Iran bagi masa depan hubungan bilateral

Iran-AS?

Jawab:

Pertentangan AS terhadap nuklir Iran justru merugikan AS. Karena pada dasarnya

Iran bukanlah negara yang berbahaya, melainkan Iran dapat dijadikan mitra

kerjasama AS dalam bidang pertahanan, keamanan, ekonomi dan perlawanan

terhadap jaringan teroris Al-Qaeda. Karena Al-Qaeda merupakan musuh bersama

Iran dan AS. Semakin jauh Iran semakin mengalami perkembangan pesat, dan ini

harus dimanfaatkan oleh AS sebagai mitra bukan sebagai musuh. Lain hal jika AS

hanya mementingkan posisi Israel saja, tentu eskalasi konflik Iran-AS akan

semakin panjang dan sulit untuk ditemukan jalan keluarnya.