republlka -...

2
(halaman)~)(V REPUBLlKA eCUNPAD ) (ko,om)OCD OCNON UNPAD ) ( ) o Senin o Selasa Rabu o Kamis o Jumat o Sabtu o Minggu 1 2 3 4 G) 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 OJan OPeb o Mar OApr OMei OJun OJul 0 Ags OSep .Okt ONov ODes :: lenyepaneun :: Oleh: Asep Salahudin Wakil Rektor IAILM Suryalaya Tasikmalaya/ Kandidat doktor UNPAD Bandung D alarritelaah almarhum Edi S Ekadjati, kos- mologi Sunda kuno terb~gi dalam tiga hal: bumi sangkala (dunia nyata, alam dunia), buana niskala (dunia gaib, alam gaib), dan buana jatiniskala (dunia atau alam kema- hagaiban sejati).Bumi sangkala ada- lah alam nyata di dunia tempat ke- hidupan makhluk yang memiliki jas- mani (raga) dan rohani (jiwa).Makh- luk demikian adalah yang disebut manusia, hewan, tumbuhan, dan benda lain yang dapat dilihat baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak. ' Buana niskala adalah alam gaib sebagai tempat tinggal makhluk gaib yang wujudnya hanya tergambar dalam imajinasi manusia, seperti dewa-dewi, bidadara-bidadari. Bua- na niskala yang disebut juga kah- yangan yang terdiri atas surga dan neraka. Buana jatiniskala adalah alam kemahagaiban sejati, sebagai tempat tertinggi di jagat raya. Peng- huninya -adalah zat Maha Tunggal yang disebut Sang Hyang Manon, zat Maha Penciptayang disebut Iju- najati Nistemen. Kalau kita membuka litera si tra- disi Sunda, akan banyak kita temu- kan kearifan perenial yang menekan- kan kita agar memiliki tiga bentuk kesadaran: 1) kesadaran ketuhanan (transendensi); 2) kesadaran kemanu- siaan (humanisasi) dan 3) kesadaran lingkungan (ekologi).Pertautan tiga bentuk kesadaran inilah yang akan mendorong terwujudnya semesta yang adil berkeadabari (sangkala). Sekaligus,pintu masuk untuk,meraih kebahagiaan di alam niskala dan puncaknya merengkuh keheningan bersama Sang Kuasa (jatiniskala). Kesadaran ketuhanan misalnya, dapat kita baca dalam ungkapan mulih ka jati mulang ka asal. Hurna- nisasi dapat kita cerna dalam peri- bahasa ulah saomong-omongna la- mun lain omongkeuneun, ulah sa- denge-dengena lamun lain denge- keuneun, dan sebagainya. Dan kesadaran ekologis tercer- min dalam peribahasa manuk hiber ku jangjangna jalma hiber ku akalna, artinya akal manusia jangan di- jadikan sebagai instrumen untuk memperlakukan alam dengan ke- buasan tidak terkendali sebab ter- nyata lingkungan memiliki hak yang sama untuk merengkuh alam yang damai. Kearifan perenial itu dapat kita lacak baik dalam wawacan (wawa- can Purnama Alam, Panji Wulung), pantun (Lutung Kasarung, Mun- dinglaya, Ciaung Wanara), babad (Babad Sumedang, Dipati Ukur, Babad Dipati Imanagara), sisindir- an, wawangsalan atau dalam novel yang penuh makna yang dimulai, se- bagaimana penelitian Ajip Rosidi, sejak Daeng Kanduruan Ardiwinata menerbitkan Baruang Kanu Nga- rora. Rasaning eling Dengan kata lain, kebahagiaan niskala danjatiniskala hanya dapat dilakukan ketika seseorang mampu merasukan rasaning eling dalam ke- hidupan sangkala. Semacam ingatan abadi terhadap asal usul, dalam spi- ritualisme Jawa eling sangkan para- ning dumadi. Sebentuk eling yang akan menjadi haluan pembebas- Kllping Humas Unpad 2011

Upload: lamhuong

Post on 30-May-2019

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: REPUBLlKA - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/.../10/republika-20111005-sundadankosmologiniskala.pdf · kebahagiaan di alam niskala dan puncaknya merengkuh keheningan bersama

(halaman)~)(V REPUBLlKA eCUNPAD )

(ko,om)OCDOCNON UNPAD )

( )o Senin o Selasa • Rabu o Kamis o Jumat o Sabtu o Minggu

1 2 3 4 G) 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1617 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

OJan OPeb oMar OApr OMei OJun OJul 0 Ags OSep .Okt ONov ODes

:: lenyepaneun ::

Oleh: Asep SalahudinWakil Rektor IAILM SuryalayaTasikmalaya/ Kandidat doktor

UNPAD Bandung

Dalarri telaah almarhumEdi S Ekadjati, kos-mologi Sunda kunoterb~gi dalam tiga hal:bumi sangkala (dunia

nyata, alam dunia), buana niskala(dunia gaib, alam gaib), dan buanajatiniskala (dunia atau alam kema-hagaiban sejati). Bumi sangkala ada-lah alam nyata di dunia tempat ke-hidupan makhluk yang memiliki jas-mani (raga) dan rohani (jiwa).Makh-luk demikian adalah yang disebutmanusia, hewan, tumbuhan, danbenda lain yang dapat dilihat baikyang bergerak maupun yang tidakbergerak. 'Buana niskala adalah alam gaib

sebagai tempat tinggal makhluk gaibyang wujudnya hanya tergambardalam imajinasi manusia, sepertidewa-dewi, bidadara-bidadari. Bua-na niskala yang disebut juga kah-yangan yang terdiri atas surga danneraka. Buana jatiniskala adalahalam kemahagaiban sejati, sebagaitempat tertinggi di jagat raya. Peng-huninya -adalah zat Maha Tunggalyang disebut Sang Hyang Manon,zat Maha Penciptayang disebut Iju-najati Nistemen.

Kalau kita membuka litera si tra-

disi Sunda, akan banyak kita temu-kan kearifan perenial yang menekan-kan kita agar memiliki tiga bentukkesadaran: 1) kesadaran ketuhanan(transendensi);2) kesadaran kemanu-siaan (humanisasi) dan 3) kesadaranlingkungan (ekologi). Pertautan tigabentuk kesadaran inilah yang akanmendorong terwujudnya semestayang adil berkeadabari (sangkala).Sekaligus, pintu masuk untuk,meraihkebahagiaan di alam niskala danpuncaknya merengkuh keheninganbersama Sang Kuasa (jatiniskala).Kesadaran ketuhanan misalnya,

dapat kita baca dalam ungkapanmulih ka jati mulang ka asal. Hurna-nisasi dapat kita cerna dalam peri-bahasa ulah saomong-omongna la-mun lain omongkeuneun, ulah sa-denge-dengena lamun lain denge-keuneun, dan sebagainya.Dan kesadaran ekologis tercer-

min dalam peribahasa manuk hiberku jangjangna jalma hiber ku akalna,artinya akal manusia jangan di-jadikan sebagai instrumen untukmemperlakukan alam dengan ke-buasan tidak terkendali sebab ter-nyata lingkungan memiliki hak yangsama untuk merengkuh alam yangdamai.Kearifan perenial itu dapat kita

lacak baik dalam wawacan (wawa-can Purnama Alam, Panji Wulung),pantun (Lutung Kasarung, Mun-dinglaya, Ciaung Wanara), babad(Babad Sumedang, Dipati Ukur,Babad Dipati Imanagara), sisindir-an, wawangsalan atau dalam novelyang penuh makna yang dimulai, se-bagaimana penelitian Ajip Rosidi,sejak Daeng Kanduruan Ardiwinatamenerbitkan Baruang Kanu Nga-rora.

Rasaning elingDengan kata lain, kebahagiaan

niskala danjatiniskala hanya dapatdilakukan ketika seseorang mampumerasukan rasaning eling dalam ke-hidupan sangkala. Semacam ingatanabadi terhadap asal usul, dalam spi-ritualisme Jawa eling sangkan para-ning dumadi. Sebentuk eling yangakan menjadi haluan pembebas-

Kllping Humas Unpad 2011

Page 2: REPUBLlKA - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/.../10/republika-20111005-sundadankosmologiniskala.pdf · kebahagiaan di alam niskala dan puncaknya merengkuh keheningan bersama

an/Iiberasi dari segala bentuk po-tensi yang dapat menistakan harkatkemanusiaan.

Ingatan seperti ini akan membuatseseorang (sua tu bangsa) menjalanihidup dengan penuh pertimbangan,memiliki skala prioritas (tidak ter-jebak dalam ungkapan cul dog dogti_ggal igeul, moro jualng ngalepas-keun peusing). Eling yang dijangkar-kan kepada akar spiritual: DzatYang Maha Eling.

Dalam tafsir Kuntowijoyo ingat-an ini mencakup cita-cita humani-sasi, liberasi dan transendensi (2005).Tujuan humanisasi adalah memanu-siakan manusia setelah mengalamidehumanisasi. Humanisasi diper-lukan karena masyarakat sedangberada dalam tiga keadaan akutyaitu dehumanisasi (obyektivasi tek-nologis, ekonomis, budaya dan ne-gara), agresivitas (agresivitas kolek-tif dan kriminalitas) dan loneliness(privatisasi, individuasi).

Liberasi mengusung pembebasanmanusia dari kemiskinan struktur-al, keangkuhan tekhnologi danpemerasan. Liberasi menempatkandiri bukan pada lapangan moralitaskemanusiaan abstrak, tapi padarealitas kemanusiaan kongkrit.Kuntowijoyo bahkan menganggapsikap menghindar dari yang kong-krit menuju abstrak adalah salahsatu ciri berpikir berdasarkan mitos.

Sementara transendensi bertu-juan membersihkan diri dengan me-ngingat kembali dimensi transen-dental yang telah menjadi bagian in-tegral fitrah manusia. Nilai-nilaitransendental ketuhanan inilah yangakan membimbing manusia menujunilai-nilai luhur.Transendensi adalahdasar dari humanisasi dan liberasi.Melalui kritik transendensi, rnasya-rakat akan dibebaskan dari kesadar-an palsu materialistik.

Hilang IngatanSebaliknya, manakala ingatan ini

punah, maka bukan hanya alamniskala yang akan lepas. Namunjuga, sangkala akan penuh denganderita. Krisis senantiasa menderadan manusia akan ditimpa beragam

l1encana yang hakikatnya di undangdirinya sendiri. Manusia yang tidakeling tak ubahnya ternak: tungguldirarud cdtang dirumpak. Kematiandiri yang dungu (the death of thesel!) , meminjam istilah Zohar danMarshall, kepribadian yang sudahasing dengan dirinya sendiri (cut offfrom mysel!), dari orang lain di se-kitarnya (from others around me).

Bahkan, boleh jadi terputus dariTuhannya (from god). Hakikatnyaadalah muara dari beragam malape-taka sebagaimana dengan menarikterpantul dalam pepatah Cina dalam'CickeunSoup for Soul'-nya JackCanfielsd dan Mark Victor Hansenyang mengisahkan delapan puluhsembilan kisah mencerahkan hatidan memompa semangat (1997):

Bila ada cahaya di dalam jiwa, adakecantikan di dalam diri. Bila ada ke-cantikan di dalam pribadi, ada har-moni di dalam rumah. Bila ada har-moni di dalam rumah, ada ketertibandi dalam negara. Bila ada ketertibandi dalam negara, ada kedamaian didunia

-Elinq yang punah menjadi sebabutama bangsa ini berada di halamanbelakang dari lembaran bangsa-bangsa di Asia. Negara kleptokrasidimana praktik korupsi dilakukansecara berlapis-lapis yang dimain-kan empat aktor yaitu pejabatnegara, aparatus birokrasi, anggotaparlemen, dan sektor swasta (peng-usaha). Boleh jadi hampir mende-ka ti negara gagal,

Di sinilah menjadi mafhum mak-na dari Asmarandana yang ditulisRA Bratawidjaja: Eling-eling mang-ka eling. Rumingkang di bumi alam.Darma wawayangan bae. Raga tayapangawasa. Lamun kasasar lampa.Nafsu nu matak kaduhung. Badananu katempuhan.

Asmarandana ini sekali lagi intipesan moralnya mendesakan kesa-daran agar kita memiliki rasa :eling (God's conciousnes/). Jika ti- "dak? Maka kita tengah melaju de-ngan kecepatan tinggi menyambutjaman edan! Jaman penuh kekerasantermasuk kekerasan dengan meng-atasnamakan agama .•