republik indonesia kementerian agama penyelenggaraan ... pelatihan petugas haji... · membentuk...

28
Republik Indonesia Kementerian Agama KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DIREKTORAT JENDERAL PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA 1

Upload: vophuc

Post on 06-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Republik Indonesia Kementerian Agama

KEBIJAKANPENYELENGGARAAN IBADAH HAJI

DIREKTORAT JENDERAL PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAHKEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

1

A. Pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan, danperlindungan  kepada Jemaah Haji --- Pasal 6;

B. Penyelenggaraan ibadah haji merupakan TUGAS NASIONAL dan menjaditanggung jawab Pemerintah --- Pasal 8 Ayat 2;

C. Dalam rangka pelaksanaan Penyelenggaraan Ibadah Haji, Pemerintahmembentuk satuan kerja di bawah Menteri (DJPHU)  ---- Pasal 8 ayat 5;

D. Pemerintah berkewajiban mengelola dan melaksanakan PIH meliputi: (1)Penetapan BPIH; (2) Pembinaan Ibadah Haji; (3) Penyediaan Akomodasiyang layak; (4) Penyediaan Transportasi; (5) Penyediaan Konsumsi; (6)Pelayanan Kesehatan; dan (7) Pelayanan Administrasi dan Dokumen ---Pasal 10

DASAR HUKUM

UU NOMOR 13 TAHUN 2008

MEKANISME PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI

Jemaah Haji

PembinaanPelayanan

Perlindungan

Jemaaahhaji

terbina,terlayani,

terlindungi dng

baik

Regulasi PemerintahArab Saudi

HAJIMABRUR

ProfilJemaa

h

Dukungan Manajemen1. SDM2. Keuangan3. SISKOHAT

4. SaranaPrasarana

Regulasi DalamNegeriMitra

KerjaTerkait

Mitra Kerja di ArabSaudi

IndeksKepuasan Jemaah

1. Ibadah haji bukan saja dimensi spiritual, melainkan juga ekonomi,sosial budaya.

2. Profil Jemaah Haji dengan jumlah besar sangat beragam:pendidikan, usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan belum pernahmenunaikan ibadah haji sekitar 98%, juga tidak pernah melakukanperjalanan di luar negeri.

3. Melibatkan banyak pihak, instansi/kementerian/lembaga, Pemda,dan mitra kerja di Indonesia dan di Arab Saudi.

4. Kegiatan inti berada di Arab Saudi yang memiliki titik kritis yangtinggi karena waktu dan lokasi kegiatan terpusat.

5. Sering terjadi perbedaan kebijakan antara pemerintah Arab Saudidengan Pemerintah Indonesia, dan seringkali tidak selaras dengankeinginan jemaah.

PROBLEMATIKAPELAYANAN IBADAH HAJI

6. Kuota petugas pelayanan di Arab Saudi terbatas.

7. Organisasi penyelenggaraan haji di Tanah Air hanya sampai di tingkatKabupaten/Kota, sedangkan di Arab Saudi hanya berupa Kantor UrusanHaji (KUH).

8. Jemaah Haji selalu berganti setiap tahunnya.

9. Terdapat pihak-pihak yang mencari keuntungan pribadi atau kelompokdengan menjadikan jemaah sebagai obyeknya.

PROBLEMATIKAPELAYANAN IBADAH HAJI

KEHADIRAN NEGARADALAM PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI

Penyelenggaraan yang bersifat non profit dengan senantiasa mengedepankanpembinaan dan pelayanan terbaik serta perlindungan terhadap masyarakat dan

dana masyarakat.

PENGORGANISASIAN1. DJPHU2. KANWIL

KEMENAG PROV3. KANKEMENAG

KAB/KOTA4. KANTOR TEKNIS

URUSAN HAJI DIJEDDAH

PENGKOORDINASIAN

1. Kem. Dalam Negeri2. Kem. Luar Negeri3. Kem. Hukum dan HAM4. Kem. Kesehatan5. Kem. Perhubungan6. Kem. Keuangan7. Kem. Agama8. Kem. Pertahanan (TNI

dan POLRI)9. Masyarakat

EFEKTIFEFISIEN

AKUNTABELTRANSPARAN

1. Penyusunan, pembahasan, dan penetapan BPIH (direct & indirect cost).

2. Menetapkan kuota haji nasional, provinsi, dan haji khusus.

3. Pelunasan BPIH haji reguler dan haji khusus.

4. Bimbingan manasik haji.

5. Penyiapan dan penetapan PPIH dan Petugas kloter.

6. Pelayanan dokumen dan identitas haji.

7. Pelayanan asrama haji embarkasi.

8. Pelayanan transportasi udara.

9. Aplikasi haji pintar.

10. Penyediaan akomodasi (Makkah dan Madinah).

11. Konsumsi di Arab Saudi.

12. Transportasi darat di Arab Saudi.

13. Pelayanan Armina.

KEBIJAKANPENYELENGGARAN IBADAH HAJI

✓ DJPHU telah menyusun komponen BPIH tahun 1438H/2017M

✓ Pembahasan BPIH antara Panja Komisi VIII DPR RI denganPanja Kementerian Agama telah selesai pada tanggal 23Maret 2017.

✓ BPIH tahun 1438H/2017M rata-rata perjamaah sebesarRp34.890.312,-

PEMBAHASAN DAN PENETAPANBIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI (BPIH)

✓ DJPHU telah menyusun komponen BPIH tahun 1438H/2017M

✓ Pembahasan BPIH antara Panja Komisi VIII DPR RI denganPanja Kementerian Agama telah selesai pada tanggal 23Maret 2017.

✓ BPIH tahun 1438H/2017M rata-rata perjamaah sebesarRp34.890.312,-

KUOTA HAJI TAHUN 1438H/2017M

Kuota Haji

Haji Reguler

Haji Khusus

221.000Jemaah

204.000Jemaah

17.000Jemaah

10

KUOTA HAJI TAHUN 1438H/2017M

KUOTA HAJI INDONESIA

▪ Keputusan Organisasi Konferensi Islam (OKI) tahun 1978:

▪ Kuota setiap negara sebesar 1:1000 dari jumlah penduduk muslim.

▪ Kuota Jemaah Haji Indonesia ditetapkan sebanyak 211.000 orang.

▪ Bulan Juni 2013, Pemerintah Arab Saudi mengeluarkan kebijakanpengurangan kuota haji untuk seluruh negara sebesar 20 persen akibatadanya proyek perluasan Masjidil Haram.

▪ Kuota jemaah haji Indonesia mulai Tahun 2017 kembali normal.

Kuota Haji

Tahun Kuota Haji Reguler Kuota Haji Khusus Jumlah Kuota

2012  194.000 17.000 211.000

2013 s.d2016

 155.200 13.600 168.800

2017  194.000 + 10.000 17.000 221.000

➢ Seleksi petugas haji dilaksanakan transparan, akuntabel, sesuaikompetensi.

➢ Seleksi petugas kloter dilaksanakan di masing-masing Kanwil, danpetugas yang tidak menyertai Jemaah Haji dilaksanakan di Kanwildan diputuskan di Pusat.

➢ Pembekalan petugas yang menyertai Jemaah Haji dilakukan dimasing-masing Kanwil.

➢ Pembekalan petugas non kloter dilaksanakan di Pusat/Jakarta.

PELUNASAN HAJI KHUSUSSELEKSI PETUGAS HAJI

PENYIAPAN PPIH DAN PETUGAS HAJI

❑ Melakukan penguatan materi pembekalan petugasmenjadi lebih banyak  praktek tugas di lapangan.

❑ Meningkatkan profesionalitas petugas seiring denganbertambahnya kuota.

❑ Masih mengakomodir petugas dari unsur TNI/Polri dalamrangka efektifitas dan profesionalisme.

Embarkasi Haji adalah  tempatpemberangkatan Jemaah Haji daritanah air ke Arab Saudi

Embarkasi Haji Antara adalah tempatpemberangkatan Jemaah Haji daritanah air ke Arab Saudi melaluiEmbarkasi Haji  (tanpa masuk asramahaji)

1. Aceh2. Medan3. Padang4. Batam5. Palembang6. Jakarta7. Solo8. Surabaya9. Banjarmasin

10. Balikpapan11. Makassar12. Lombok

1. Bengkulu2. Jambi3. Lampung4. Palangkaraya5. Gorontalo

PENYIAPAN PPIH DAN PETUGAS HAJI

RENCANA OPERASIONAL PENERBANGAN HAJI

❑ Masa operasional penerbangan haji pada FasePemberangkatan dan Fase Pemulangan: 30 hari

❑ Fase I Pemberangkatan:

❑ Kloter pertama : 28 Juli 2017❑ Kloter terakhir : 26 Agustus 2017

❑ Fase II Pemulangan :

❑ Kloter pertama : 6 September 2017❑ Kloter terakhir : 5 Oktober 2017

❑ Masa tinggal jemaah haji di Arab Saudi : 41 hari

PENERBANGAN HAJI GELOMBANG I

TANAH AIR

MADINAH

NO. EMBARKASI

1 Jakarta (JKG)

2 Aceh (BTJ)

3 Solo (SOC)

4 Makassar (UPG)

5 Medan (MES)

6 Padang (PDG)

7 Balikpapan (BPN)

8 Banjarmasin (BDJ) NO. EMBARKASI

1 Jakarta (JKS)

2 Surabaya (SUB)

3 Batam (BTH)

4 Palembang (PLM)

GARUDA

SAUDIA

50 persen daritanah air keMadinah

50 persen daritanah air ke Jeddah

TANAH AIR

JEDDAH

PENERBANGAN HAJI GELOMBANG II

NO. EMBARKASI

1 Jakarta (JKG)

2 Solo (SOC)

4 Makassar (UPG)

5 Medan (MES)

6 Padang (PDG)

7 Balikpapan (BPN)

8 Lombok (LOP)

NO. EMBARKASI

1 Jakarta (JKS)

2 Surabaya (SUB)

3 Batam (BTH)

GARUDA

SAUDIA

APLIKASI HAJI PINTARMemudahkan jemaah haji dalam mengakses informasitentang jadwal, pemondokan, peta transportasi,katering, bimbingan manasik haji, dll.

Zona Wilayah Akomodasi di Makkah

AKOMODASI MAKKAH

19

❑ Akomodasi Jemaah haji Indonesia pada tahun 2017masih berkisar pada 6 wilayah, yaitu:

✓ Aziziah, Mahbas Jin, Misfalah, Jarwal, Raudhah danSyisyah

✓ Pertimbangan kemudahan akses transportasi busshalawat dan distribusi katering.

❑ Jarak terjauh 4.500 meter dari Masjidil Haram.

Zona Wilayah Akomodasi di Madinah

AKOMODASI MADINAH

20

❑ Akomodasi Jemaah haji Indonesia pada tahun 2017direncanakan berada di wilayah Markaziyah denganjarak terjauh 650m dari Masjid Nabawi

❑ Penyewaan dilakukan dengan sistem sewa semimusim/blocking time sesuai dengan jadwalkedatangan jemaah haji di Madinah

PELAYANAN JEMAAH HAJIDI ARMINA

PELAYANAN DI ARMINA (1)

1. Jemaah haji Indonesia di Armina menempati maktab-maktab;

2. Pelayanan katering di Armina dibagi dalam 2 (dua) kelompok

perusahaan:

a. Perusahaan katering Muta’ahidin;

b. Kedua dilayani oleh Muassasah;

3. Pelayanan katering di Arafah dimulai tanggal 8 s.d 9 Dzulhijjah

diawali dengan pemberian makan malam pada tgl 8  Dzulhijjah.

4. Pelayanan katering di Mina dimulai tanggal 10 s.d. 13

Dzulhijjah diawali  dengan pemberian makan pagi 10 Dzulhijjah.

5. Pelayanan katering pada tanggal 12 Dzulhijjah malam

terakhir untuk jemaah haji yang mengambil nafar awal;

22

PELAYANAN DI ARMINA (2)

6. Pelayanan katering kepada jemaah haji yang mengambil

Nafar Tsani jemaah haji masih diberikan makan sampai

tanggal 13 Dzulhijjah.

7. Layanan transportasi jemaah haji dari pemondokan ke Arafah,

dimulai pukul 08.00 WAS tanggal 8 Dzulhijjah.

8. Layanan transportasi jemaah dari Arafah ke Muzdalifahdengan sistem taraddudi .

9. Diupayakan peningkatan kualitas tenda jemaah di Arafah

10. Rencana penyediaan air cooler pada setiap tenda jemaah di

Arafah

11. Rencana penambahan karpet di Muzdalifah

23

KOORDINASI PELAYANAN PEMULANGAN

Penimbangan dan pengurusan barang bagasi jemaahsudah tidak lagi dilakukan oleh pihak ketiga, namunlangsung oleh pihak penerbangan

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN HAJI KHUSUS

Terbitnya PMA Nomor 23 Tahun 2016 tentang

Penyelenggaraannya Ibadah Haji Khusus menggantikan PMA

Nomor 15 tahun 2012 yang selanjutnya disempurnakan dengan

PMA Nomor 11 Tahun 2017 yang meliputi:

1. Perijinan pendirian PIHK

2. Penilaian akreditasi PIHK

3. Mekanisme pendaftaran

4. Mekanisme pelunasan

5. Standar pelayanan

6. Pengawasan

7. Pemberian sanksi

25

PERMASALAHAN PENYELENGGARAANHAJI KHUSUS

Permasalahan haji khusus yang menjadi keluhan dari jemaah haji khusus antaralain:

• Jemaah sudah menyetor uang BPIH kepada oknum PIHK, namun tidakdisetorkan;

• Jemaah menginginkan mendaftar di PIHK A, namun didaftarkan di PIHK Batau bahkan tidak tahu didaftarkan di PIHK apa;

• Jemaah dipindahkan dari PIHK A ke PIHK B tanpa sepengetahuan dankeinginan jemaah;

• Jemaah yang mampu membayar lebih tinggi, akan mendapatkankesempatan untuk diberangkatkan lebih dahulu tanpa melihat urutanpendaftaran;

• Jemaah tidak mendapatkan layaan sesuai dengan kesepakatan awalsebelum keberangkatan;

• Sengketa perebutan jemaah antar PIHK, saling klaim kepemilikan jemaah,namun ada jemaah yang tidak diakui oleh PIHK.

PERMASALAHAN PENYELENGGARAANHAJI KHUSUS

Perubahan Mekanisme pendaftaran haji khusus yang cukupsignifikan  antara lain:

• Jemaah harus menandatangani kesepakatan program haji khusus saatmendaftar di PIHK, hal ini menjadi syarat pendaftaran;

• Jemaah harus memiliki rekening di BPS BPIH Khusus atas nama sendiri;

• Jemaah harus datang sendiri saat mendaftar di Kanwil/Kemenag Kab/Kota yang ditunjuk karena harus foto dan pengambilan sidik jari;

• Seluruh PIHK memiliki akses dengan Siskohat;

• Pada saat pembatalan, PIHK mengajukan melalui Kanwil KemenagProvinsi;

• Pada saat pembatalan, uang jemaah akan dikembalikan melaluirekening yang bersangkutan di BPS BPIH Khusus tempat setor awal;

• Pada saat perpindahan jemaah antar PIHK, jemaah harus hadir untukdiverifikasi di Kanwil Kemenag Provinsi;

• Saat pelunasan sudah tidak ada sistem lunas batal tunda yang dapatdigantikan dalam satu PIHK;

• Pemberian kesempatan kepada jemaah lanjut usia minimal 75 tahununtuk mengajukan percepatan keberangkatan.

TERIMA KASIH