renungan ibadh pemuda remaja
DESCRIPTION
renungan ibadah pemuda remajaTRANSCRIPT
Manajemen Waktu (1) Ayat bacaan: Kolose 4:5=================="...pergunakanlah waktu yang ada."
Saya selalu kagum melihat beberapa orang yang mampu sukses dalam beberapa bidang sekaligus. Menjadi pimpinan, tenaga ahli, juga sukses dalam pelayanan dan tetap harmonis dalam keluarga. Wow. Bagaimana ini mungkin? Apakah mereka memiliki waktu yang lebih panjang dari kita? Jumlah dan kecepatan waktu berlaku sama bagi kita semua di belahan dunia manapun kita berada hari ini. Pernahkah anda mengeluh bahwa waktu yang ada, 24 jam ini tidak cukup, atau setidaknya mendengar orang berkata seperti itu? Kita meminta tambahan waktu, kalau bisa 36 jam, tetapi percayalah bahwa kalaupun waktu diperpanjang seperti itu, kita nanti pasti masih akan mengeluh
minta tambah. Saya mengenal beberapa orang yang sukses seperti itu dan dari wajah mereka tidak ada gambaran keluhan. Mereka terlihat bersukacita dan malah tidak mengeluh kecapaian atau sejenisnya. Padahal waktu yang dititipkan kepada mereka sama seperti kita. Apa rahasianya? Jawaban dari mereka rata-rata sama, yaitu melakukan manajemen waktu yang baik.
Manajemen waktu adalah sesuatu yang sangat penting yang ironisnya seringkali kita abaikan. Banyak orang yang bermalas-malasan selagi masih ada waktu lalu kalang kabut ketika deadlineatau batas waktu tiba. Ini contoh yang akan terjadi jika kita menyepelekan manajemen waktu. Atau ada pula yang menebar janji ke mana-mana tanpa memperhitungkan aspek waktu dan kesanggupan, lalu janji itu pun menjadi lentur seperti karet, atau bahkan malah berantakan sama sekali. Itu pun juga contoh akan apa yang terjadi jika kita tidak melakukan manajemen waktu. Sibuk bekerja seharian dan mengabaikan waktu bersama keluarga, istri dan anak-anak, mengabaikan waktu beristirahat dan berolahraga. Akibatnya bisa fatal. Dan semua ini akan menjadi dampak dari ketidakpedulian kita akan manajemen waktu. Salah satu dari orang "super sibuk" yang saya kenal bahkan memasang jadwal untuk bersama anak dan istrinya. Kita mungkin menganggap itu berlebihan, tetapi bukankah itu lebih baik ketimbang terus menomor duakan keluarga dibawah pekerjaan atau karir? Setidaknya dengan menjadwal seperti itu ia bisa meluangkan waktu secara khusus dimana ia tidak akan boleh diganggu hal-hal lainnya.
Dalam hal manajemen waktu kita bisa belajar dari salah satu tokoh yang punya peran vital dalam penyebaran berita Kerajaan bagi orang-orang non Yahudi, terutama dalam menjangkau regional Asia Besar yaitu Paulus. Jika sebagian dari kita hanya mengetahui bahwa Paulus tugasnya total untuk mewartakan kabar keselamatan ini kemana-mana, sebenarnya Alkitab menyatakan pekerjaan atau profesi Paulus dengan jelas, yaitu dalam Kisah Para Rasul 18:2-3. Ayatnya berbunyi: "Di Korintus ia berjumpa dengan seorang Yahudi bernama Akwila, yang berasal dari Pontus. Ia baru datang dari Italia dengan Priskila, isterinya, karena kaisar Klaudius telah memerintahkan, supaya semua orang Yahudi meninggalkan Roma. Paulus singgah ke rumah mereka. Dan karena mereka melakukan pekerjaan yang sama, ia tinggal bersama-sama dengan mereka. Mereka bekerja bersama-sama, karena mereka sama-sama tukang kemah." Paulus ternyata berprofesi sebagai pembuat kemah atau tentmaker. Jika melihat bagaimana kesibukan Paulus dalam pelayanan termasuk berbagai resiko-resiko besar yang harus ia hadapi, rasanya Paulus berhak untuk diberi kelonggaran untuk tidak lagi perlu bekerja. Tetapi lihatlah bahwa Paulus sama sekali tidak meminta hak khusus untuk tidak bekerja, meski waktu dan fisiknya sudah terkuras habis untuk terus berjalan membawa kabar keselamatan dari satu tempat menuju tempat yang lain. Untuk apa uang itu dipergunakannya? Ada ayat yang dengan jelas menyatakannya. "Kamu sendiri tahu, bahwa dengan tanganku sendiri aku telah bekerja untuk memenuhi keperluanku dan keperluan kawan-kawan seperjalananku." (20:34). Luar biasa hebatnya. Ia sudah melayani habis-habisan, tetapi ia masih juga harus bekerja untuk membiayai dirinya dan perjalanannya beserta teman-teman sepelayanan. Hebatnya lagi ia masih juga berpikir untuk memberi kepada orang lain secara meteri. "Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima." (ay 35). Tidak ada ayat yang menyebutkan bagaimana cara Paulus bisa membagi waktu, tetapi jika melihat perjalanannya, saya yakin Paulus pintar dalam memanajemen waktu. Tanpa itu, niscaya ia akan gagal dalam menjalani semuanya.
Selanjutnya kita bisa pula belajar dari Tuhan Yesus sendiri. Tidak hanya satuan, puluhan atau ratusan, dalam waktu-waktu tertentu Yesus harus menangani ribuan orang sekaligus. Sebuah pekerjaan yang tidak gampang harus Dia lakukan untuk menggenapi kehendak BapaNya hanya dalam rentang waktu yang terbilang sangat singkat. Besarnya belas kasih yang Dia miliki membuatNya harus merespon begitu banyak orang secara personal. Tidak jarang pula kita melihat Yesus melayani satu orang saja. Sampai larut malam pun Yesus tidak menolak orang yang datang kepadaNya seperti yang bisa kita lihat dari kisah Nikodemus yang dicatat Yohanes secara lengkap dalam Yohanes 3:1-21. Apabila Yesus tidak pintar-pintar memanajemen waktu, Dia tidak akan sanggup menjalani itu karena biar bagaimanapun Dia hadir ke dunia mengambil rupa sebagai Anak Manusia seperti halnya kita.
Manajemen Waktu (2) (sambungan)
Adalah menarik jika kita melihat bahwa Yesus beberapa kali didapati pergi menyepi untuk berdoa."Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana." (Markus 1:35). Atau dalam kesempatan lain di malam hari: "Dan setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ." (Matius 14:23). Yesus menunjukkan atau mencontohkan kepada kita betapa pentingnya untuk menikmati waktu-waktu bersekutu dengan Bapa tanpa harus terganggu oleh hiruk pikuk atau hal-hal lain yang bisa memecah konsentrasi. Dia mencontohkan langsung bagaimana untuk membagi waktu. Ada waktu untuk bekerja, ada waktu untuk melayani, ada pula waktu untuk mendengar suara Tuhan. Kita tidak bisa mencampur adukkan semuanya, itu tidak akan memberi kebaikan buat kita. Yesus menunjukkan bagaimana pentingnya mengambil waktu khusus untuk bersekutu dengan Tuhan, menikmati hadiratNya secara maksimal, dan itu hanya bisa kita rasakan apabila konsentrasi kita tidak terpecah-pecah dengan apapun yang ada disekitar kita.
Berulang kali Alkitab mengingatkan kita akan pentingnya mempergunakan waktu dengan baik. Lihatlah bunyi salah satu penggalan doa Musa yang dicatat dalam Mazmur. "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana." (Mazmur 90:12). Musa berdoa meminta Tuhan memberi hikmat agar kita bisa menghitung dan mempergunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Mengapa? Karena sesungguhnya hidup ini singkat. "So, teach us to number our days", he said, "that we may get us a heart of wisdom." Ini seringkali kita lupakan ditengah kesibukan kita bekerja, atau sebaliknya hanya bersantai-santai dan bermalas-malasan membuang waktu secara sia-sia. Demikian pula kita bisa menangkap pesan yang sama lewat pesan Paulus. Dalam Kolose 4:5 disebutkan "...pergunakanlah waktu yang ada." Secara kontekstual pesan ini ditujukan Paulus agar kita tidak menyia-nyiakan waktu dalam menjangkau orang-orang luar, atau orang-orang yang belum percaya, tetapi secara umum pun pesan ini sesungguhnya layak untuk kita renungkan. Terlebih lagi dalam menghadapi hari-hari yang semakin jahat, seperti bunyi pesan Paulus selanjutnya dalam surat lain. "dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat." (Efesus 5:16). Ia mengatakan bahwa orang yang mempergunakan waktu dengan sebaik-baiknya, atau dengan kata lain orang yang pintar memanajemen waktu akan menunjukkan watak yang bijak atau arif, sebaliknya jika tidak maka itu dikatakan sebagai orang bebal. (ay 15).
Waktu sama 24 jam, tetapi ada orang yang berhasil mempergunakannya secara maksimal, ada pula yang menyia-nyiakannya. Ada yang sukses berjalan dalam rentang waktu itu, ada juga yang gagal. Apa yang seringkali berpengaruh antara sukses dan gagal ini adalah sejauh mana kita pintar memanajemen waktu yang ada dengan baik. Ada banyak faktor yang bisa berperan terhadap manajemen waktu ini seperti salah satunya sikap mental kita dalam menyikapi pentingnya mengatur waktu dengan baik. Mental yang buruk akan selalu mencari ribuan bahkan jutaan alasan untuk tidak melakukannya, tetapi jika kita berkomitmen untuk mau melakukannya, minimal mulai memikirkannya, maka tidak ada satu alasan pun yang bisa menghentikan kita. Sikap mental yang suka menunda-nunda pekerjaan pun merupakan salah satu hambatan yang harus dikikis sedini mungkin. Betapa seringnya kegemaran seperti ini membuat kita kelabakan pada akhirnya. Waktu berlalu dengan kecepatan yang sama, jumlah yang diberikan pun sama bagi setiap orang dari dulu hingga kini sampai nanti. Daripada sibuk meminta waktu lebih lagi, daripada berkeluh kesah waktu terlalu sedikit, kita bisa membalik pertanyaan kepada diri kita dengan "bagaimana saya bisa mempergunakan waktu secara maksimal dengan perencanaan yang baik dan seimbang." Firman Tuhan berkata: "Apapun juga yang kamu
perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23). Apapun juga yang kamu perbuat, itu artinya berlaku secara luas, bukan hanya sebatas pekerjaan saja. Meluangkan waktu bersama keluarga, saudara dan kerabat, berolah raga, beristirahat dan tentu saja melayani, itu pun aktivitas-aktivitas yang seharusnya kita pakai seperti untuk Tuhan dan bukan untuk kepentingan kita sendiri atau manusia. Kuncinya adalah manajemen waktu, kuncinya adalah memperhatikan betapa kita harus pintar menyusun perencanaan atau jadwal sehari-hari agar seluruh pekerjaan yang kita lakukan bisa berjalan dengan baik dan seimbang sesuai dengan "time frame" yang berlaku sama bagi setiap manusia sepanjang masa. Masing-masing dari kita tentu tahu apa yang harus kita lakukan dan bagaimana metode yang terbaik untuk memanajemen waktu ini. At least we have to remember that time management is something important for us to do.Pesan akan pentingnya memanajemen waktu pun berlaku bagi saya, karena saya masih sering kesulitan untuk membagi waktu ditengah tumpukan kesibukan baik pekerjaan, keluarga dan pelayanan. Agar semua bisa sukses, aturlah pembagian waktunya sebaik mungkin. Saya masih terus dan akan terus berbenah memperbaiki manajemen waktu saya agar lebih baik lagi ke depannya. Bagi anda yang masih merasakan kesulitan yang sama, mari kita sama-sama melakukannya.
Bukan rentang dan kecepatan waktunya yang salah, tetapi pengaturan atau manajemen waktu kita yang harus diperbaiki
Manajemen WaktuSalah satu ungkapan yang sering kita dengar berkaitan dengan pengelolaan waktu adalah:
nggak ada waktu. Pertanyaannya adalah apakah memang kita nggak ada waktu dalam
artian yang sesungguhnya, atau sebetulnya kita tidak bisa mengatur waktu dengan baik?
Sudah barang tentu kita akan menjawab yang kedua. Ya, kita sering kali memang
kesulitan untuk mengatur waktu sedemikian rupa. Padahal, kalau kita mau
mencermatinya, kita memiliki cukup banyak waktu. Soalnya kemudian adalah bagaimana
cara kita mengelola setiap kegiatan yang ada sesuai dengan waktu. Dalam kerangka
itulah, kita akan belajar untuk bisa mengatur waktu.
Satu
Pada mulanya belum ada waktu. Ketika Tuhan menciptakan alam semesta, waktu juga
diciptakan. Di dalam Kejadian pasal 1, kita membaca bagaimana setiap kali Tuhan selesai
menciptakan, dikatakan: jadilah petang, jadilah pagi. Itulah waktu.
Dengan demikian kita tahu sekarang bahwa waktu membatasi. Petang dan pagi adalah
batasan. Hari pertama, hari kedua dan seterusnya adalah batasan. Ini harus kita pahami
betul agar tidak terjebak dalam pemikiran seolah-olah kita punya banyak waktu, dan
karena itu lalu tidak membuat perencanaan.
Kisah penciptaan dengan sangat jelas menunjukkan bagaimana Tuhan memakai waktu
dengan baik.Saat bekerja digunakan untuk bekerja, dan saat istirahat juga digunakan
untuk istirahat.
Dua
Sekarang kita akan mencoba untuk mengetahui lebih dalam, apa yang dimaksud dengan
waktu. Ada tiga kata yang biasanya dipakai untuk merujuk waktu. Aion, Kairos,
dan Kronos. Ketiganya dari bahasa Yunani. Aion untuk menunjuk pada suatu
zaman. Kairos biasa diterjemahkan sebagai kesempatan. Sedangkan Kronos biasanya
diartikan sebagai waktu yang berulang. Ketiga hal itu selalu ada di dalam kehidupan kita
semua.
Ketika kita menyebut generasi, maka kita sedang menyebut suatu zaman tertentu. Atau
ketika kita mengatakan: udah nggak zaman, itu juga menunjuk pada arti waktu yang
pertama. Waktu dalam pengertian seperti ini, menunjukkan bahwa kita tak bisa berbuat
banyak kecuali mengikutinya. Kita tak bisa memilih untuk berada pada zaman tertentu
yang kita inginkan. Yang bisa kita lakukan adalah menjalani waktu tersebut dengan baik.
Dalam hal kesempatan, kita juga tak bisa memilih kesempatan. Waktu dalam arti
kesempatan datang tak terduga. Ia bisa muncul begitu saja, bahkan ketika tak kita
harapkan. Kesempatan menjadi hal yang sangat penting karena sifatnya, belum tentu
datang kembali, belum tentu terulang. Karena itu, orang mesti sangat peka dan jeli
melihat kesempatan yang ada. Mengingat sifatnya yang tak terduga, maka orang perlu
memanfaatkan setiap kesempatan dengan tepat. Tak heran kalau untuk itu orang bisa
mengatakan bahwa kesempatan itu emas. Berharga, dan karenanya tak boleh dilewatkan.
Dan yang ketiga adalah Kronos. Inilah waktu yang paling sering kita pakai dalam hidup.
Seperti sudah dikatakan, Kronos adalah waktu yang berulang. Hari ini kita bertemu
dengan jam 8, misalnya, maka kemarin, besok, lusa kita juga sudah atau akan bertemu
lagi dengan jam 8. Yang berbeda adalah kesempatan dan zamannya. Dalam Kronos kita
mengenal waktu sebagaimana kita sebut saat ini, mulai dari detik, menit, jam, hari,
minggu, bulan dan tahun. Waktu dalam arti inilah yang bisa kita atur dengan baik.
Tiga
Seiring dengan pertumbuhan setiap manusia, maka bertambah jugalah kesibukannya.
Semakin lama, kesibukan setiap orang bisa makin banyak. Makin sibuk seseorang, maka ia
harus bisa membagi waktunya dengan baik. Inilah yang biasanya gagal untuk dilakukan.
Tak jarang orang mencatat berbagai kegiatan yang akan dilakukan pada hari-hari
mendatang. Biasanya orang mencatat dalam agenda, bahkan orang menuliskannya dalam
kertas-kertas yang ditempel di berbagai tempat untuk memudahkannya, mengingat kapan
melakukan acara itu. Sayangnya, ketika orang mencatat, mereka sekadar mencatat saja.
Tetapi mereka tidak memperhitungkan apakah kegiatan itu bisa dilakukan atau tidak,
apakah waktunya cukup untuk persiapan, dan sebagainya.
Ketika orang hanya mencatat apa yang akan dilakukan, pada saat itu orang bisa gagal
mengatur waktu. Karena itu, yang seharusnya dilakukan sebetulnya bukan sekadar
mencatat, melainkan juga menghitung waktu yang akan dipakai. Inilah yang dimaksud
dengan manajemen waktu. Kita harus mengatur dan mengelola waktu yang ada
sedemikian rupa, sesuai dengan kebutuhan kita.
Kalau begitu bagaimana kita melakukannya? Yang pertama adalah menentukan prioritas.
Mulai dengan yang mendesak, lalu yang penting, dan akhirnya yang baik kalau bisa
dilakukan. Dengan menetapkan prioritas maka kita bisa menetapkan apa saja yang harus
diutamakan. Kalau ini bisa kita lakukan, maka kita bisa terhindar dari penumpukan
kegiatan pada waktu yang bersamaan.
Berikutnya, kita menentukan kapan hal-hal itu akan dilakukan. Untuk hal-hal mendesak,
sudah pasti akan dilakukan dalam waktu cepat. Jika berbenturan dengan hal lain, maka hal
lain yang tak mendesak bisa digeser waktu pelaksanaannya. Perhitungkanlah waktu yang
akan digunakan, berapa banyak waktu yang diperlukan, perkirakan dengan baik.
Buatlah pengingat. Kalau kalian memakai agenda elektronik atau menyimpan di telepon
selular, pasti mudah untuk membuat pengingat. Kalau tidak, buatlah di kertas-kertas
pengingat dan tempel di tempat yang mudah untuk dilihat.
Akhirnya, taatilah setiap jadwal yang sudah dibuat. Sejauh tak ada yang mendesak
usahakanlah untuk tidak mengubah jadwal. Ini juga melatih kedisiplinan kita. Ingatlah
bahwa mengatur waktu bisa menjadi salah satu ajang belajar melatih kedisiplinan diri. Bila
kita bisa disiplin dalam mengatur waktu, maka kita juga akan mudah mengatur hal-hal lain
dalam hidup.
Semua ini harus dilakukan sejak awal. Jangan pernah berpikir bahwa kita punya banyak
waktu. Sesungguhnya waktu itu berjalan dengan cepat. Dan kita tak pernah bisa
mengulang waktu yang sudah berlalu. Kita tak bisa kembali ke masa lalu. Karena itu kita
harus selalu melihat dan berpikir ke depan. Bila tidak, maka yang ada hanyalah
penyesalan. Itu pun mungkin sudah tak berguna, sebab sudah terlambat.
Jadi, tunggu apalagi? Mulailah mengatur waktu, aturlah kegiatan yang akan kamu lakukan.
Susunlah kegiatanmu dalam sehari, dalam seminggu, dalam sebulan, dalam setahun.
Jangan biarkan kegiatan mengaturmu, sebaliknya aturlah kegiatanmu. Kalau ini bisa kita
jalankan, maka kita sudah menjadi orang bisa mengatur waktu dengan baik.
Pdt. Jan Calvin Pindo