bab ii kajian pustaka 2.1 hakekat pemberdayaan pemuda...
TRANSCRIPT
1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Hakekat Pemberdayaan Pemuda
2.1.1 Pengertian Pemuda
Pemuda adalah individu yang bila dilihat secara fisik sedang mengalami
perkembangan dan secara psikis sedang mengalami perkembangan emosional,
sehingga pemuda merupakan sumber daya manusia pembangunan baik saat ini
maupun masa datang.
Sebagai calon generasi penerus yang akan menggantikan generasi
sebelumnya. Secara internasional, WHO menyebut sebagai” young people” dengan
batas usia 10-24 tahun, sedangkan usia 10-19 tahun disebut ”adolescenea” atau
remaja. Definisi yang kedua, pemuda adalah individu dengan karakter yang dinamis,
bahkan bergejolak dan optimis namun belum memiliki pengendalian emosi yang
stabil. (Mulyana. 2011:12)
Pemuda menghadapi masa perubahan sosial maupun kultural.
Sedangkan menurut draft RUU Kepemudaan, Pemuda adalah mereka yang berusia
antara 18 hingga 35 tahun. Menilik dari sisi usia maka pemuda merupakan masa
perkembangan secara biologis dan psikologis. Oleh karenanya pemuda selalu
memiliki aspirasi yang berbeda dengan aspirasi masyarakat secara umum. Dalam
makna yang positif aspirasi yang berbeda ini disebut dengan semangat pembaharu.
Dalam kosakata bahasa Indonesia, pemuda juga dikenal dengan sebutan generasi
7
2
muda dan kaum muda. Seringkali terminologi pemuda, generasi muda, atau kaum
muda memiliki definisi beragam. Definisi tentang pemuda di atas lebih pada definisi
teknis berdasarkan kategori usia sedangkan definisi lainnya lebih fleksibel. Dimana
pemuda/ generasi muda/ kaum muda adalah mereka yang memiliki semangat
pembaharu dan progresif.
Mulyana (2011:1) mengemukakan bahwa pemuda lebih dilihat pada jiwa yang
dimiliki oleh seseorang. Jika orang tersebut memiliki jika yang suka memberontak,
penuh inisiatif, kreatif, antikemapanan, serta ada tujuan lebih membangun
kepribadian, maka orang tersebut dapat dikatakan sebagai pemuda. Acuan yang
kedua inilah yang pada masa lalu digunakan, sehingga pada saat itu terlihat bahwa
organisasi pemuda itu lebih banyak dikendalikan oleh orang-orang yang secara usia
sudah tidak muda lagi, tetapi mereka mempunyai jiwa pemuda. Oleh sebab itu
kelemahan dari pemikiran yang kedua itu organisasi kepemudaan yang seharusnya
digunakan sebagai wadah untuk berkreasi dan mematangkan para pemuda dijadikan
kendaraan politik, ekonomi, dan sosial untuk kepentingan perorangan dan kelompok.
Lebih lanjut Mulyana (2011:1) mengemukakan bahwa selain didasarkan pada
usia pemuda juga dapat dilihat dari sifat/jiwa yang mengiringinya. Jika didasarkan
pada sifat maka pemuda mempunyai ciri-ciri :
1) Selalu ingin memberontak terhadap kemapanan. Hal ini lebih disebabkan karena
pada usia ini seorang pemuda sedang mencari identitas diri. Keinginan untuk
diakui dan ingin mendapatkan perhatian mendorong pemuda untuk berbuat
sesuatu yang ”tidak biasa-biasa saja dan sama dengan yang lain”. Ditinjau dari
3
sisi positif perilaku ini akan memunculkan kreatifitas, akan tetapi disisi lain akan
muncul penentangan dari pihak lain khususnya pihak orang dewasa yang sudah
mapan.
2) Bekerja keras dan pantang menyerah. Sifat kedua ini berhubungan erat dengan
sifat pertama. Kerja keras dan pantang menyerah inilah yang mendorong pemuda
berlaku revolusioner. Perilaku revolusioner inilah yang memunculkan anggapan
bahwa pemuda itu tidak berpikir panjang sehingga akan berpotensi untuk
menimbulkan konflik baik itu dengan sesama pemuda maupun dengan orang tua.
3) Selalu optimis. Sifat ini sangat menunjang sifat kerja keras dan pantang
menyerah. Sifat optimis ini akan mendorong pemuda selalu bersemangat berusaha
untuk mencapai cita-citanya.
Berdasarkan dua tinjauan tersebut, mendefinisikan pemuda itu tidaklah
mudah. Hal ini disebabkan karena tidak hanya dari sisi usia bahwa seorang individu
dikatakan muda, akan tetapi juga harus ditunjang oleh sifat/jiwa yang berbeda dengan
golongan usia lainnya. Seseorang yang berusia muda belum tentu dapat dikatakan
pemuda jika sifat/jiwanya tidak mencerminkan seorang pemuda. Demikian juga
sebaliknya seseorang yang sudah tidak masuk kategori muda secara usia belum tentu
tidak mempunyai sifat/jiwa seperti pemuda pada umumnya. Untuk lebih mudahnya
definsi pemuda haruslah didasarkan pada usia yaitu usia antara 13 sampai 35 tahun
dan harus mempunyai sifat/jiwa pemberontak, pekerja keras, pantang menyerah, serta
selalu optimis.
4
2.1.2 Pengertian Pemberdayaan
Pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang mendapat awalan ber- yang
menjadi kata “berdaya” artinya memiliki atau mempunyai daya. Daya artinya
kekuatan, berdaya artinya memiliki kekuatan. Pemberdayaan artinya membuat
sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai daya atau mempunyai kekuatan.
Pemberdayaan dalam bahasa Indonesia merupakan terjemahan dari empowerment
dalam bahasa inggris. Pemberdayaan sebagai terjemahan dari empowerment menurut
Merrian Webster dalam Oxford English Dicteonary mengandung dua pengertian :
a) To give ability or enable to, yang diterjemagkan sebagai member
kecakapan/kemampuan atau memungkinkan
b) Togive power of authority to, yang berarti member kekuasaan.
Menurut Salimow (2009:2) bahwa Pemberdayaan dilahirkan dari bahasa
Inggris, yakni empowerment, yang mempunyai makna dasar „pemberdayaan‟, di
mana „daya‟ bermakna kekuatan (power). Bryant & White (dalam Salimow, 2009:2)
menyatakan pemberdayaan sebagai upaya menumbuhkan kekuasaan dan wewenang
yang lebih besar kepada masyarakat miskin. Cara dengan menciptakan mekanisme
dari dalam (build-in) untuk meluruskan keputusan-keputusan alokasi yang adil, yakni
dengan menjadikan rakyat mempunyai pengaruh. Pendapat di atas menunjukkan
bahwa empowerment bukan sekedar memberikan kesempatan rakyat menggunakan
sumber daya dan biaya pembangunan saja, tetapi juga upaya untuk mendorong
mencari cara menciptakan kebebasan dari struktur yang opresif.
5
Dalam konteks pembangunan istilah pemberdayaan pada dasarnya bukanlah
istilah baru melainkan sudah sering dilontarkan semenjak adanya kesadaran bahwa
factor manusia memegang peran penting dalam pembangunan. Daryanto (2009:1)
mengemukakan bahwa pemberdayaan masyarakat memiliki keterkaitan erat dengan
sustainable development dimana pemberdayaan masyarakat merupakan suatu
prasyarat utama serta dapat diibaratkan sebagai gerbong yang akan membawa
masyarakat menuju suatu keberlanjutan secara ekonomi, sosial dan ekologi yang
dinamis. Lingkungan strategis yang dimiliki oleh masyarakat lokal antara lain
mencakup lingkungan produksi, ekonomi, sosial dan ekologi. Melalui upaya
pemberdayaan, warga masyarakat didorong agar memiliki kemampuan untuk
memanfaatkan sumberdaya yang dimilikinya secara optimal serta terlibat secara
penuh dalam mekanisme produksi, ekonomi, sosial dan ekologi-nya. Secara ringkas
keterkaitan antara pemberdayaan masyarakat dengan sustainable development.
Pemberdayaan masyarakat terkait erat dengan faktor internal dan eksternal.
Tanpa mengecilkan arti dan peranan salah satu faktor, sebenarnya kedua faktor
tersebut saling berkontribusi dan mempengaruhi secara sinergis dan dinamis.
Meskipun dari beberapa contoh kasus yang disebutkan sebelumnya faktor internal
sangat penting sebagai salah satu wujud self-organizing dari masyarakat namun kita
juga perlu memberikan perhatian pada faktor eksternalnya.
Seperti yang dilaporkan Deliveri (dalam Daryanto, 2009:2), bahwa proses
pemberdayaan masyarakat mestinya juga didampingi oleh suatu tim fasilitator yang
bersifat multidisplin. Tim pendamping ini merupakan salah satu external factor dalam
6
pemberdayaan masyarakat. Peran tim pada awal proses sangat aktif tetapi akan
berkurang secara bertahap selama proses berjalan sampai masyarakat sudah mampu
melanjutkan kegiatannnya secara mandiri. Dalam operasionalnya inisiatif tim
pemberdayaan masyarakat (PM) akan pelan-pelan dikurangi dan akhirnya berhenti.
Peran tim PM sebagai fasilitator akan dipenuhi oleh pengurus kelompok atau pihak
lain yang dianggap mampu oleh masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa pemberdayaan adalah
upaya untuk memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan mementukan
tindakan yanga akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk
mengurangi efek hambatan pribadi dan social dalam melakukan tindakan. Hal ini
dilakukan melalui
Risyanti (2006:2) mengemukakan bahwa terkait dengan kegiatan
pemberdayaan pemuda, maka hal ini merupakan suatu keniscayaan yang harus
dilaksanakan. Konsep pemberdayaan sangat berkaitan dengan kegiatan yang
membebaskan seseorang dari pemikiran yang kaku karena terikat oleh
ketidakpahaman terhadap apa yang hendak diperbuat, dan hal ini dapat dilakukan
melalui kegiatan yang mengandung pendidikan dan sosial.
Untuk menghayati peranan pendidikan memberdayakan sumber daya
manusia, lebih dulu kita melihat apa sebenarnya pemberdayaan itu. Jan Carl Zon
(dalam Sumaatmadja, 2008:79), memahami bahwa pemberdayaan (empowerment)
adalah membebaskan seseorang dari kendali yang kaku dan memberikan orang
7
tersebut kebebasan untuk bertanggung jawab terhadap ide-idenya, keputusan-
keputusannya dan tindakan-tindakannya.
Dari pemahaman pengertian kegiatan pemberdayaan di atas dapat diarahkan
pada upaya memberi kebebasan seseorang, memiliki tanggung jawab
mengembangkan pribadi yang meliputi kemampuan berpikir, mengembangkan
gagasan, melakukan tindakan sampai pada membuat keputusan. Namun kebebasan itu
lepas dari tanggung jawab.
Hartini (2011:1) mengemukakan bahwa pemberdayaan adalah upaya
memberdayakan (mengembangkan klien dari keadaan tidak atau kurang berdaya
menjadi mempunyai daya ) guna mencapai kehidupan yang lebih baik. Jadi
pemberdayaan masyarakat adalah upaya mengembangkan mayarakat dari keadaan
kurang atau tidak berdaya menjadi punya daya dengan tujuan agar masyarakat
tersebut dapat mencapai / memperoleh kehidupan yang lebih baik.
Payne (dalam Hartini, 2011:1) mengatakan bahwa tujuan pemberdayaan
masyarakat adalah untuk membantu masyarakat memperoleh daya untuk mengambil
keputusan dan menentukan tindakan yang akan mereka lakukan yang terkait dengan
diri mereka sendiri, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam
melakukan tindakan. Hal ini dapat dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan
rasa percaya diri pada masyarakat untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara
lain melalui transfer daya dari lingkungannya. Pendapat tersebut menunjukkan
bahwa pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok
maupun komunitas berusaha mengkontrol kehidupan mereka sendiri dan
8
mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka.
Gagasan ini mengartikan pemberdayaan sebagai upaya mendorong klien untuk
menentukan sendiri apa yang harus ia lakukan dalam kaitannya dengan upaya
mengatasi permasalahan yang ia hadapi sehingga klien mempunyai kesadaran dan
kekuasaan penuh dalam membentuk hari depannya. Pemberdayaan masyarakat
mengacu kepada kata empowerment, yaitu sebagai upaya untuk mengaktualisasikan
potensi yang sudah dimiliki sendiri oleh masyarakat. Jadi, pendekatan pemberdayaan
masyarakat bertitik berat pada pentingnya masyarakat lokal yang mandiri sebagai
suatu sistem yang mengorganisir diri mereka sendiri sehingga diharapkan dapat
memberi peranan kepada individu bukan sekedar objek, tetapi justru sebagai subjek
pelaku pembangunanyan ikut menentukan masa depan dan kehidupan masyarakat
secara umum, (Setiana, 2007:8). Dalam kaitannya dengan masyarakat sebagai objek
yang akan diberdayakan, pemberdayaan adalah upaya memberikan
motivasi/dorongan kepada masyarakat agar mereka memiliki kesadaran dan
kemampuan untuk menentukan sendiri apa yang harus mereka lakukan untuk
mengatasi permasalahan yang mereka hadapi. Rakyat berada dalam posisi yang tidak
berdaya (powerless). Posisi yang demikian memberi ruang yang lebih besar terhadap
penyalahgunaan kekuasaan yang berimplikasi terhadap pelanggaran hak-hak rakyat.
Dengan demikian, rakyat harus diberdayakan sehingga memiliki kekuatan posisi
tawar (empowerment of the powerless). Pemberdayaan (empowerment) dalam studi
kepustakaan memiliki kecenderungan dalam dua proses. Pertama, proses
pemberdayaan yang menekankan pada proses pemberian atau mengalihkan sebagian
9
kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi
lebih berdaya, dan kedua, menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau
memotivasi individu agar mempuyai kemampuan atau keberdayaan untuk
menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog. Proses yang
pertama merupakan suatu pendekatan alternatif tehadap pembangunan yang
menempatkan prioritas pada kaum miskin. Dalam hal ini menurut John Friedman,
pembangunan alternatif menekankan keutamaan politis untuk melindungi
kepentingan rakyat. Selanjutnya, tujuan dari pembangunan alternatif adalah
memanusiakan suatu sistem yang membungkam mereka dan untuk mencapai tujuan
ini diperlukan bentuk-bentuk perlawanan dan perjuangan politis yang menekankan
hak-hak mereka sebagai manusia dan sebagai warga negara yang tersingkir.
Kartasasmita, menyatakan bahwa upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari
tiga sisi, yaitu: (1) menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat berkembang (enabling); (2) memperkuat potensi atau daya yang dimiliki
masyarakat (empowering); dan (3) memberdayakan mengandung pula arti
melindungi kelompok lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, dan mencegah
terjadinya persaingan yang tidak seimbang serta eksplotasi yang kuat atas yang
lemah. (Setiana 2007: 6). Pada intinya, pemberdayaan masyarakat bukan membuat
masyarakat makin tergantung pada program-program pemberian (charity). Karena
tujuan akhirnya adalah memandirikan masyarakat, dan membangun kemampuan
untuk memajukan diri kearah kehidupan yang lebih baik secara berkesinambungan.
Pemberdayaan masyarakat adalah meningkatkan kemampuan dan kemandirian
10
masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya.Pemberdayaan masyarakat dilakukan
dengan menempatkan masyarakat sebagai pihak utama atau pusat pengembangan
dengan sasarannya adalah masyarakat yang terpinggirkan. Pemberdayaan masyarakat
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat guna menganalisa kondisi
dan potensi serta masalah-masalah yang perlu diatasi. Yang intinya adalah melibatkan
partisipasi masyarakat dalam proses pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan
masyarakat bertitik tolak untuk memandirikan masyarakat agar dapat meningkatkan
taraf hidupnya, mengoptimalkan sumber daya setempat sebaik mungkin, baik sumber
daya alam maupun sumber daya manusia. Pemberdayaan masyarakat akan
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menyampaikan kebutuhannya kepada
instansi-instansi pemberi pelayanan. Dalam ini dapat dikatakan bahwa pemberdayaan
bertujuan untuk memberikan kekuatan terhadap rakyat agar memiliki posisi tawar
terhadap negara. Posisi tawar ini selanjutnya menjadi kekuatan untuk mengkonntrol
kekuasan negara dalam menyelenggarakan manajemen pemerintah, sehingga hak-hak
rakyat tidak terekploitasi dan dapat berpartisipasi secara aktif dan bebas. Didalam
melakukan pemberdayaan keterlibatan masyarakat yang akan diberdayakan sangatlah
penting sehingga tujuan dari pemberdayaan dapat tercapai secara maksimal. Program
yang mengikutsertakan masyarakat, memliki beberapa tujuan, yaitu agar bantuan
tersebut efektif karena sesuai dengan kehendak dan mengenali kemampuan serta
kebutuhan mereka, serta meningkatkan keberdayaan (empowering) masyarakat
dengan pengalaman merancang, melaksanakan dan mempertanggungjawabkan upaya
peningkatan diri dan ekonomi.
11
Untuk itu diperlukan suatu perencanaan pembangunan yang didalamnya
terkandung prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat. Dalam perencanaan
pembangunan seperti ini, terdapat dua pihak yang memiliki hubungan yang sangat
erat yaitu pertama, pihak yang memberdayakan (Community Worker) dan kedua,
pihak yang diberdayakan (masyarakat). Antara kedua pihak harus saling mendukung
sehingga masyarakat sebagai pihak yang akan diberdayakan bukan hanya dijadikan
objek, tapi lebih diarahkan sebagai subjek (pelaksana). Pemberdayaan merupakan
suatu bentuk upaya memberikan kekuatan, kemampuan, keterampilan, pengetahuan
dan berbagai bentuk inovasi kreatif sesuai dengan kondisi, yang secara potensial
dimiliki. Disamping itu secara bertahap masyarakat juga didorong untuk
meningkatkan kapasitas dirinya untuk mengambil peran yang sejajar dengan mereka
yang lebih berdaya melalui proses penyadaran.
Bila kembali pada asas pendidikan, maka pemberdayaan tersebut tidak lepas
dari adanya penerapan atas tanggung jawab dan asas kemerdekaan, dalam menembus
„kekakuan‟ yang menjadi penghambat mengembangkan potensi diri peserta didik.
Kebebasan merupakan jalan keluarnya. Namun demikian bila kebebasan dilakukan
tanpa kendali besar peluang terjadinya sebablasan, oleh karena itu perlu adanya
penerapan asas tanggung jawab sebagai kendalinya.
Koeten (dalam Adimiharjo, 2008,23) menyatakan bahwa pemberdayaan
masyarakat dan partisipasi dalam hal ini yang dapat dilakukan oleh pemuda,
merupakan salah satu strategi dalam paradigma pembangunan yang berpusat pada
rakyat (people centered Development) pendekatan ini memperhatikan dan menyadari
12
pentingnya kapasitas masyarakat dalam hal ini pemuda untuk meningkatkan
kemandirian dan kekuatan internal, melalui kesanggupan untuk melakukan kontrol
internal atas sumber daya materi dan non material.
Proses pemberdayaan (empowering process) khususnya pemberdayaan
pemuda sangatlah penting agar pemuda ini dapat memiliki sumber daya sumber daya
manusia yang berkemampuan dan bertanggung jawab sehingga tidak akan
menimbulkan masalah sosial di kemudian hari. Dengan melakukan pembinaan dan
pemberdayaan kepada pemuda diharapkan pemuda akan menjadi sumber daya
manusia yang unggul.
Dalam proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan, pertama
menurut Oakley dan Marsden (dalam Adimiharja, 20081, 16), mengemukakan bahwa
pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan sebagai
kekuasaan, kekuatan dan kemampuan pada masyarakat agar lebih berdaya, proses ini
dapat dilengkapi dengan upaya membangun aset material guna mendukung
pembangunan kemandirian mereka melalui organisasi, hal ini merupakan
kecenderungan primer, kedua menurut Pranarka dan Vidhyandika (dalam Kurniaka
Adimiharja, 2011,16), menyatakan bahwa pemberdayaan yang merupakan
kecenderungan sekunder, menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau
memotivasi agar individu mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk
menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog.
Dengan demikian dalam melakukan upaya pemberdayaan pemuda ini
hendaknya dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan dan kemampuan yang
13
dimiliki sehingga proses pemberdayaan dapat berjalan lancar dan dapat mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
2.2 Hakikat Karang Taruna
Departemen Sosial RI (2007:5), menjelaskan bahwa karang taruna merupakan
wadah pembinaan generasi muda yang berada di desa/kelurahan dalam bidang usaha
kesejahteraan sosial. Sebagai wadah pembinaan tentu saja mempunyai beberapa
program yang akan dilaksanakan dan melibatkan seluruh komponen dan potensi yang
ada di desa.
Sebenarnya ada banyak organisasi kepemudaan di Indonesia, salah satu di
antaranya adalah organisasi karang taruna. Bila diperhatikan pengertian karang taruna
mengacu pada dua kata yakni kata karang artinya tempat dan Taruna artinya pemuda
atau pemuda. Jadi Karang Taruna artinya tempat kegiatan para pemuda. Organisasi
ini didirikan dan dibina oleh Departemen Sosial. Karang Taruna terdapat hampir
disesuaikan dengan keadaan daerah masing-masing.
Hartanto (2010:1) mengemukakan bahwa karang taruna adalah organisasi
kepemudaan di Indonesia. Karang Taruna merupakan wadah pengembangan generasi
muda nonpartisan, yang tumbuh atas dasar kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial
dari, oleh dan untuk masyarakat khususnya generasi muda di wilayah Desa /
Kelurahan atau komunitas sosial sederajat, yang terutama bergerak dibidang
kesejahteraan sosial. Sebagai organisasi sosial kepemudaan Karang Taruna
merupakan wadah pembinaan dan pengembangan serta pemberdayaan dalam upaya
mengembangkan kegiatan ekonomis produktif dengan pendayagunaan semua potensi
14
yang tersedia dilingkungan baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam
yang telah ada. Sebagai organisasi kepemudaan, Karang Taruna berpedoman pada
Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga dimana telah pula diatur tentang
struktur penggurus dan masa jabatan dimasing-masing wilayah mulai dari Desa /
Kelurahan sampai pada tingkat Nasional. Semua ini wujud dari pada regenerasi
organisasi demi kelanjutan organisasi serta pembinaan anggota Karang Taruna baik
dimasa sekarang maupun masa yang akan datang.
Karang Taruna beranggotakan pemuda dan pemudi (dalam AD/ART nya
diatur keanggotaannya mulai dari pemuda/i berusia mulai dari 11 - 45 tahun) dan
batasan sebagai Pengurus adalah berusia mulai 17 - 35 tahun. Karang Taruna
didirikan dengan tujuan memberikan pembinaan dan pemberdayaan kepada para
remaja, misalnya dalam bidang keorganisasian, ekonomi, olahraga, ketrampilan,
advokasi, keagamaan dan kesenian.
Uraian diatas adalah idealnya sebuah karang taruna berkiprah di tengah
masyarakat terutama masyarakat Jakarta. Dengan semakin cepatnya perubahan yang
terjadi masyarakat sepertinya karang taruna belum bisa mengikuti perkembangan
perubahan tersebut dan hanya sebatas wacana dan hidupnya seperti mati suri.
Sebagai generasi muda yang baru lulus sekolah menengah merasa miris untuk
melihat masa depan karena makin banyaknya pengangguran di republik ini terutama
lulusan sarjana. Untuk itu perlu adanya terobosan untuk mengatasi ini yaitu lewat
pemberdayaan karang taruna.
15
Banyak yang bisa dilakukan oleh karang taruna untuk meningkatkan
kemampuan pemuda dan membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat mulai dari
RT sampai kelurahan. Disamping itu karang taruna bisa menjadi tameng bagi
berkembangnya ajaran sesat dan terorisme di tengah masyarakat. Kata kuncinya
adalah keinginan yang baik dan peduli terhadap lingkungan terdekat.
Hartanto (2010:2) memgemukakan beberapa hal yang bisa dilakukan oleh
karang taruna adalah :
a. Karang Taruna bisa menjadi mitra kelurahan/kecamatan untuk memantau
perkembangan penduduk. Para pemuda yang menganggur bisa dijadikan pekerja
sampingan oleh kelurahan untuk mendata penduduk yang belum membuat,
memperpanjang atau mengganti KTP. Istilahnya jemput bola. Para pemuda yang
bernaung dibawah karang Taruna bisa memperoleh tambahan penghasilan dengan
mendatangi penduduk di kelurahannya dalam mempermudah pengurusan KTP,
Surat Kelahiran, Sertifikat dan lain-lain. Jadi bagi masyarakat yang sibuk dan
tidak sempat mengurus surat-surat kependudukannya akan dipermudah
urusannya, tidak mengganggu aktifitas dengan pelayanan jemput bola tersebut.
Saya merasa yakin kelurahan mempunyai data yang lengkap tentang siapa-siapa
saja yang belum mengurus surat-surat kependudukannya. Dan masyarakat akan
memberikan tips apabila dilayani dengan sistem jemput bola ini tapi dengan
syarat mengatakan sejujurnya mengenai biaya pengurusan.
b. Karang Taruna lewat pemudanya dapat membantu RT/RW untuk mendapatkan
data dan informasi yang lengkap tentang penduduk di wilayahnya. Misalnya
16
berapakah jumlah anak yang putus sekolah, anak sekolah tapi tidak mampu,
penduduk miskin dan sebagainya sehingga bisa dicari solusinya dengan tepat.
c. Para pemuda karang taruna bisa dijadikan laskar pemuda untuk memantau dan
mencegah berkembangnya aliran-aliran sesat, terorisme dan penghuni gelap lewat
pelayanan jemput bola tadi.
d. Kecamatan/kelurahan sudah seharusnya menyediakan lahan pekerjaan bagi
pemuda karang taruna misalnya menggunakan pemuda karang taruna yang
menganggur untuk menggarap lahan parkir di wilayahnya bahkan menjadi
pekerja bagi perusahaan-perusahaan yang ada di wilayahnya.
e. Karang Taruna bisa dijadikan motor untuk menghidupkan kembali budaya
jumputan. Kalau dulu berupa beras maka sekarang berupa uang misalnya. Tetapi
dengan syarat harus dikelola dengan benar dan jujur. Dengan informasi yang tepat
maka penduduk miskin bisa dibantu kehidupannya.
f. Karang Taruna bisa dijadikan motor penggerak ekonomi dan bukan sekedar
tempat pelatihan terutama dengan memanfaatkan potensi di wilayahnya. Seperti
penanaman lele di parit yang berguna selain untuk memenuhi pasokan warung
pecek lele tapi juga dapat memberantas jentik nyamuk, memanfaatkan sampah
organik/organik yang diubah menjadi produk menjual, memanfaatkan tanah
kosong sepanjang rumah dengan menanam buah-buahan yang nantinya setelah
panen dapat dijual atau dibagikan kepada masyarakat dengan imbalan tertentu,
dan menanam tanaman obat keluarga (TOGA) untuk bahan alami jamu yang bisa
dimanfaatkan bagi kesehatan masyarakat.
17
Masih banyak lagi yang bisa diberdayakan dari sebuah karang taruna dan ini
menjadi tanggung jawab bersama masyarakat sekitarnya yang saat ini
kecenderungannya egois dan masa bodo. Saya mengharapkan adanya ide-ide
cemerlang dari pembaca di Kompasiana yang saya yakini tingkat pendidikannya lebih
tinggi dari saya yang hanya lulusan Sekolah Menengah Atas
Jika dicermati bahwa keanggotaan Karang Taruna adalah para pemuda,
terutama mereka yang putus sekolah dan tidak mempunyai pekerjaan. Di beberapa
daerah anggota Karang Taruna adalah para pelajar. Mereka masih duduu di SMP atau
SMA.
Karang Taruna didirikan dengan tujuan memberikan pembinaan kepada para
pemuda, terutama yang putus sekolah dan menganggur. Jika tidak diberi tambahan
pendidikan yang berupa berbagai keterampilan, mereka dapat menimbulkan banyak
masalah. Kenakalan pemuda sampai pada tindak kriminalitas bisa dan mudah
berkembang pada mengejar yang menganggur. Melalui pendidikan Karang Taruna
diharapkan para pemuda memperoleh penyaluran. Mereka menjadi aktif dan
produktif. Akhirnya mereka dapat hidup secara mandiri.
Departemen Sosial RI (2006:26) menjelaskan bahwa karang taruna sebagai
lembaga/organisasi yang bergerak di bidang pembangunan kesejahteraan sosial yang
juga berfungsi sebagai subjek dalam pembangunan dimaksud. Oleh sebab itu karang
taruna sedapat mungkin mampu menunjukkan fungsi dan peranannya secara optimal.
Sebagai suatu organisasi karang taruna memiliki susunan pengurus dan anggota yang
lengkap dan masing-masing anggota dapat melaksanakan fungsinya sesuai dengan
18
tugasnya serta dapat bekerja sama dengan didukung oleh administrasi yang tertib dan
teratur.
Oleh sebab itu karang taruna harus memiliki program kegiatan yang jelas
sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan yang ada di sekitarnya, program kegiatan
karang taruna berlangsung secara melembaga, terarah dan berkesinambungan serta
melibatkan seluruh unsur generasi muda yang ada. Kemampuan untuk menghimpun
dana secara tetap bersumber dari pemerintah maupun swadaya masyarakat untuk
pelaksanaan program masyarakat kegiatannya.
Karang taruna harus memiliki sarana dan prasarana yang memadai baik secara
tertulis maupun administrasi, keberadaan karang taruna harus mampu menunjukkan
peran dan fungsinya secara optimal di tengah-tengah masyarakat, sehingga dapat
memberikan legitimasi dan kepercayaan kepada komponen-komponen yang lain yang
sama-sama berpartisipasi dalam pembangunan desa/kelurahan khususnya
pembangunan dalam bidang kesejahteraan sosial.
Pemberdayaan pemuda yang putus sekolah atau pemuda yang masih belum
memiliki pekerjaan akan memberikan kontribusi positif kepada Negara, daerah dan
masyarakat sekitarnya, oleh sebab itu hal yang terpenting adalah mengarahkan para
pemuda yang tergabung dalam karang taruna ini untuk menjadi lebih produktif, maka
pengangguran, kenakalan pemuda dan perkelahian antara kelompok akan berkurang
karena energi para pemuda ini digunakan untuk memikirkan hal-hal yang positif.
19
2.3 Pemberdayaan Pemuda Melalui Kegiatan Karang Taruna
Afzalurrahman (2010:1) mengemukakan bahwa pemuda dalam tiap masa
selalu menjadi tulang punggung sebuah perubahan. Apakah itu perubahan menuju
lebih baik atau sebaliknya. Pemuda dalam definisi sosial adalah generasi antara umur
20 – 40 tahun ( atau 18- 35 tahun dalam referensi lain). Dalam kajian ilmu sosial,
puncak kematangan peran publik seorang manusia ialah antara umur 40 -60 tahun.
Dari perbandingan di atas, kita dapat menyimpulkan, bahwa pemuda adalah penerus
generasi sebelumnya untuk masa yang akan datang.
Akan tetapi peran pemuda dalam perjalanan roda negara tetaplah krusial.
Banyak contoh di berbagai negara, dimana titik tolak perubahan justru berawal dari
perjuangan pemuda. Sangatlah wajar. Setidaknya ada dua rahasia besar kekuatan
pemuda, yaitu kekuatan personal dan keunggulan mengorganisasi kekuatan. Al-
qur‟an mengabadikan keunggulan personal pemuda yang mempunyai sifat qowiyyun
amiin (kuat dan dapat dipercaya), hafiidzun aliim ( amanah dan berpengetahuan
luas), bashthotan fil ‘ilmi wal jism ( kekuatan ilmu dan fisik ), ra’uufun rohiim (
santun dan pengasih ). Sifat-sifat unggul tersebut merupakan potensi besar, yang
menumpuk pada individu pemuda, dimana masyarakat sangat mengharapkannya.
Peningkatan peran serta pemuda dalam lingkungan masyarakat merupakan
upaya pemberdayaan yang memang harus dilakukan, sehingga pemuda dapat
berperan serta sebagai pelaku aktif dalam pembangunan bangsa ini, dalam
menghadapi tantangan zaman dengan munculnya berbagai macam permasalahan
sosial yang melibatkan atau dilakukan pemuda lainnya seperti kriminalitas, minuman
20
keras, penyalahgunaan narkoba dan zat adiktif lainnya. Permasalahan dapat diatasi
dengan mengarahkan para pemuda melalui kegiatan positif yang bisa dilakukan
dalam karang taruna.
Adapun kegiatan yang dapat dilakukan dalam kaitannya dengan peningkatan
partisipasi pemuda dapat dikelompokkan pada tiga bidang yaitu ekonomi, agama dan
sosial budaya. Depdiknas (2010; 69).
Di bidang ekonomi kegiatan pokok akan dilaksanakan adalah:
(1) memberdayakan pengusaha kecil, menengah dan koperasi pemuda agar lebih
efisien, produktif dan berdaya saing dengan menciptakan iklim berusaha yang
kondusif dan peluang usaha yang seluas-luasnya bagi pemuda, (2) meningkatkan
kualitas, kompetensi, kemandirian dan profesionalitas pengusaha kecil dan
menengah, koperasi pemuda agar lebih kreatif, inovatif, produktif dan berdaya saing
global, (3) meningkatkan keterampilan dan keahlian tenaga kerja pemuda yang
diarahkan bagi peningkatan kompetensi, kemandirian dan profesionalisme,
(4) mengembangkan kewirausahaan pemuda yang berorientasi global dengan
memperhatikan kompetensi dan produk unggulan di setiap daerah, (5) meningkatkan
pemahaman dan kesadaran pemuda tentang manfaat penggunaan iptek dan informasi
dalam meningkatkan keunggulan daya saing pemuda, (6) meningkatkan partisipasi
dan kepedulian pemuda dalam pengelolaan lingkungan hidup dan pelestarian sumber
daya alam untuk kesejahteraan dan kesinambungan pembangunan.
Adapun kegiatan pemuda karang taruna di bidang keagamaan dan sosial
budaya, kegiatan pokoknya dapat dilakukan melalui : (1) memperluas kesempatan
21
dalam berorganisasi dan berkreasi pemuda secara bebas dan bertanggung jawab,
(2) meningkatkan apresiasi seni dan budaya bangsa di kalangan pemuda sebagai
media persahabatan, (3) meningkatkan rasa kesetiakawanan dan kepedulian sosial di
kalangan pemuda, (4) mencegah berbagai negatif budaya asing di kalangan pemuda
dalam rangka meningkatkan ketahanan budaya nasional, (5) meningkatkan partisipasi
pemuda dalam berbagai bidang pembangunan untuk memperkuat NKRI,
(6) meningkatkan peran aktif pemuda dalam penanggulangan masalah penggunaan
NAZA, minuman keras, penyebaran HIV/AIDS, dan penyakit menular seksual di
kalangan pemuda, (7) peningkatan peran aktif pemuda dalam penanggulangan
kriminalitas termasuk tawuran antar pelajar dan pemuda, (8) memberikan
pemahaman penanaman nilai dan penghormatan terhadap supremasi hukum dan hak
asasi manusia bagi pemuda, (9) meningkatkan jaringan kerja sama di kalangan
pemuda baik di tingkat nasional maupun internasional.
Mario, (2011:2) mengemukakan bahwa dengan memperhatikan banyaknya
program kegiatan pemuda yang dapat dilakukan oleh pemuda melalui karang taruna
ini, maka sebagai anggota pemuda yang tergabung dalam karang taruna dapat
memilih dan mengembangkan potensi dan kegiatan dapat yang relevan untuk
dilakukan, segingga karang taruna dapat tampil dengan kegiatan yang positif dalam
membangun diri dan masyarakat sekitarnya.
Busleman (2010:53-54) menyatakan bahwa pemuda merupakan aset bangsa
yang perlu dikembangkan potensinya. Untuk itu perlu dikembangkan dan diarahkan
bakat yang dimiliki oleh pemuda melalui kegiatan yang produktif.
22
Kegiatan yang memungkinkan untuk dijadikan wadah bagi para pemuda yang
ada dalam karang taruna dapat dilakukan dengan membiasakan diri berhubungan
dengan badan-badan pendukung di bidang usaha mereka (suppotif agencies).
Oleh sebab itu pemberdayaan pemuda melalui kegiatan karang taruna , yang
juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan pendidikan luar
sekolah, diharapkan dapat melahirkan kemandirian bagi pemuda itu sendiri dalam
berusaha.
Hadiyat, (2008:20) menjelaskan bahwa dalam mencapai kemandirian
diharapkan para pemuda dapat diarahkan untuk : (1) mempunyai keterampilan dam
mampu membuka lapangan kerja untuk diri sendiri dan ini yang berarti pemuda
mempunyai mata pencaharian, (2) mampu melihat peluang yang ada di sekitarnya
dan kemudian mengolahnya untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
Soepardi, (2010: 13) memahami jika kemandirian dikaitkan dengan konsep
kecakapan hidup (lif skill) yang dikelompokkan pada hal-hal sebagai berikut :
(1) personal skill, (2) social skill, (3) academic skills, dan (4) vocational skills.
Pengertian “mandiri” dalam hubungannya dengan pemberdayaan pemuda yang juga
merupakan bagian dari pendidikan luar sekolah ini dalam pembelajarannya lebih
mengacu pada konsep personal skills yang berkaitan dengan kecakapan mengenal diri
dan kecakapan berpikir rasional secara utuh, sedangkan social skills, berkaitan
dengan kemampuan mendengar dan memahami perasaan orang lain, kecakapan
berkomunikasi dan kecakapan bekerja sama, kecakapan ini mengarah pada membuat
orang menjadi mandiri.
23
Dalam kegiatan pemberdayaan pemuda yang dilakukan melalui karang taruna
yang merupakan salah satu organisasi kepemudaan yang ada di lingkungan desa
hendaknya dapat meningkatkan kemampuan berdialog dengan diri sendiri untuk
mengaktualisasikan dirinya sehingga cakap dan kreatif dan bermanfaat bagi diri dan
lingkungan masyarakat lainnya, sehingga dapat memperoleh kesejahteraan sosial.
Potensi kesejahteraan sosial mencakup perorangan, keluarga, kelompok
masyarakat, dan lembaga/organisasi pelayanan sosial yang memiliki dan
memanfaatkan kemampuannya dalam mengembangkan taraf kesejahteraan sosial
bagi diri, keluarga dan lingkungannya, serta bagi mereka yang masih mengalami
permasalahan dalam memelihara, memperbaiki, dan meningkatkan taraf
kesejahteraan sosialnya. Selain itu, potensi kesejahteraan sosial juga mencakup nilai-
nilai yang konstruktif, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kegiatan pemberdayaan pemuda melalui karang taruna ini, dengan life
skillnya sehingga dapat mencapai kesejahteraan hidup tentunya tidak bisa dilakukan
sendiri tetapi harus bersinergi dengan program pengembangan kesejahteraan sosial
lainnya.
Afzalurrahman, (2010:1) mengemukakan bahwa pemberdayaan pemuda
melalui kegiatan karang taruna dilakukan melalui 3 bidang utama yaitu:
1) Pemberdayaan pemuda melalui kegiatan karang taruna di bidang ekonomi
Menurut Mulyana: (2011:1) mengemukakan bahwa banyaknya potensi
pemuda, memiliki daya tarik tersendiri bagi perbaikan bangsa ini. Seperti suplemen
yang perlu kita makan, manakala tubuh kita sedang diserang penyakit. Mereka tidak
24
bisa dianggap sebagai kelas biasa yang tidak memiliki peran apa-apa. Merenungkan
semangatnya seperti bara api yang terus membara. Perlu cara yang tepat untuk
mengarahkan potensinya kepada arah yang benar. Agar setiap daya dorong dari
pemuda mampu memberikan efek perbaikan kepada bangsa. Pemberdayaan pemuda
perlu dilakukan sesegera mungkin. Karena pada saat ini, banyak kalangan pemuda
yang melakukan perbuatan menyimpang. Sesungguhnya akar permasalahan dari ini
semua diakibatkan oleh potensi mereka yang tidak tersalurkan dengan tepat. Padahal,
jika diberdayakan secara maksimal, para pemuda akan mendapat perannya yang
sangat ideal..
2) Pemberdayaan pemuda melalui kegiatan karang taruna di bidang agama
Afzalurrahman, (2010:1) mengemukakan bahwa pemberdayaan pemuda perlu
dilakukan sesegera mungkin. Karena pada saat ini, banyak kalangan pemuda yang
melakukan perbuatan menyimpang. Sesungguhnya akar permasalahan dari ini semua
diakibatkan oleh potensi mereka yang tidak tersalurkan dengan tepat. Padahal, jika
diberdayakan secara maksimal, para pemuda akan mendapat perannya yang sangat
ideal.
3) Pemberdayaan pemuda melalui kegiatan karang taruna di bidang sosial budaya
Pembangunan di berbagai bidang mempunyai dampak yang berbeda pada
setiap kelompok masyarakat. Dengan adanya reformasi, dampak pembangunan pada
berbagai bidang semakin nyata dan terbuka. Selanjutnya, dengan adanya globalisasi
yang disebabkan oleh makin berkembangnya teknologi komunikasi, mengakibatkan
25
masuknya arus informasi yang sangat beragam yang dikhawatirkan akan berpengaruh
terhadap budaya masyarakat lokal. Permasalahan tersebut semakin rumit, dengan
belum siapnya masyarakat dalam persaingan dalam budaya global yang menuntut
kemampuan sumber daya manusia yang profesional di bidangnya.
Pola sentralisasi yang diterapkan dalam berbagai bidang telah mengikis
keragaman budaya masyarakat yang ditandai dengan hilangnya pranata-pranata lokal
yang dulu dijadikan acuan dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan adanya otonomi
daerah, pembangunan kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional tidak dapat
dipisahkan. Kebudayaan lama dan asli, sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945,
merupakan bagian dari kebudayaan daerah, harus dikembangkan oleh masyarakat
pendukungnya, sedangkan pemerintah hanya sebagai fasilitator dalam rangka
menjalankan tugas memajukan kebudayaan nasional. Selanjutnya, berkaitan dengan
aset budaya, baik yang tangible maupun intangible, yang meskipun keberadaannya
tersebar diberbagai daerah, tetap merupakan bagian dari kebudayaan bangsa yang
harus dikembangkan dan dimajukan, khususnya budaya yang memiliki nilai luhur.
Soepardi, (2010:30), menyatakan bahwa, dalam mengembangkan
kesejahteraan sosial ini dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan kesadaran,
kemampuan, tanggung jawab, dan peran aktif masyarakat khususnya pemuda dalam
menangani permasalahan sosial di lingkungannya, serta memperbaiki kualitas hidup
dan kesejahteraan penyandang masalah kesejahteraan sosial. Sasaran kinerja program
ini di antaranya adalah :
26
1) Meningkatnya kemampuan masyarakat termasuk dunia usaha untuk memenuhi
kebutuhan dasar dalam penyelamatan penyandang masalah sosial, korban akibat
bencana, termasuk korban kerusuhan sosial, dan warga masyarakat yang
bermukim di daerah rawan bencana.
2) Meningkatnya pendayagunaan potensi dan sumber-sumber sosial masyarakat,
yang meliputi tenaga kesejahteraan sosial masyarakat (TKSM), relawan sosial,
organisasi sosial, lembaga swadaya masyarakat (LSM), karang taruna, lembaga
perlindungan sosial kemasyarakatan lainnya, sumbangan sosial masyarakat dan
dunia usaha dalam mencegah dan menangani permasalahan sosial serta
memperbaiki kualitas hidup dan kesejahteraan penyandang masalah sosial.
3) Meningkatnya kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam pencegahan dan
penanggulangan penyalahgunaan narkoba.
Pencapaian sasaran program dalam pengembangan masyarakat ini, di mana
karang taruna merupakan salah satu organisasi yang dibutuhkan untuk terus
diberdayakan, maka untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan di atas, perlu
dilakukan beberapa kegiatan pokok di antaranya : 1) meningkatkan jumlah dan
kemampuan TKSM, relawan sosial, organisasi sosial kemasyarakatan, LSM, karang
taruna, organisasi kepemudaan, lembaga-lembaga perlindungan sosial, lembaga-
lembaga sosial kemasyarakatan, dan kelompok-kelompok tingkat lokal, 2) melakukan
penyuluhan sosial bagi masyarakat dan dunia usaha, 3) memberikan penghargaan
bagi pihak-pihak yang aktif menyelenggarakan pelayanan sosial.
27
Dengan adanya kegiatan-kegiatan sosial yang melibatkan para pemuda
diharapkan para generasi muda dapat meningkatkan kecakapan hidupnya sehingga
dapat berpartisipasi dalam pembangunan baik di tingkat desa secara khusus dan
kepada bangsa dan negara secara umum.
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa pemberdayaan pemuda
melalui karang taruna dapat diklasifikasikan atas : 1) pemberdayaan karang taruna di
bidang ekonomi, 2) pemberdayaan pemuda melalui kegiatan karang taruna di bidang
agama, dan 3) pemberdayaan pemuda melalui kegiatan karang taruna di bidang
sosial budaya. ketiga bidang pemberdayaan tersebut diharapkan dapat dilaksanakan
oleh pemuda dalam upaya untuk mengembangkan kemampuan dan potensinya bagi
kelangsungan pembangunan desa.