rencana pengelolaan hutan jangka panjangkphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/rphjp...
TRANSCRIPT
PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE
DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (KPHL)
MODEL MALUNDA Jl. Poros Mamuju, Salutambung Kec. Ulumanda. Majene
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG
KPHL MODEL MALUNDA (UNIT X) DI KABUPATEN MAJENE
PROVINSI SULAWESI BARAT
DISUSUN OLEH : KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG MODEL MALUNDA
MAJENE, 2015
BUKU RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHL MODEL MALUNDA Digandakan dan dijilid oleh : Pusat Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional IV Tahun 2015
ii
RINGKASAN EKSEKUTIF
1. Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Malunda ditetapkan berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 753/Menhut-II/2012 dengan luas 52.071
ha.
2. Wilayah KPHL Malunda terletak di Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi Barat
seluas 52.071 ha. KPHL Model Malunda terletak 118° 46’ 59,2” -119° 04’ 24,4” BT
dan 02° 54’ 52” – 03° 28’ 18,7” LS. Seluruh kawasan hutan yang terdapat di
Kabupaten Majene menjadi wilayah kerja pengelolaan KPHL Malunda.
3. Wilayah KPHL Malunda dibagi blok-blok pengelolaan yaitu Blok inti (HL) seluas
944,05 ha, blok pemanfaatan (HL) seluas 42.407,12 ha, blok khusus (HL) seluas
1.757,83 ha, Blok pemanfaatan (HPT) seluas 1.796,73 ha, blok pemanfaatan jasa
lingkungan (HPT) seluas 1.175,41 ha, blok perlindungan (HPT) seluas 485,04 ha,
dan blok pemberdayaan (HPT) seluas 3.504,82 ha. Wilayah tertentu seluas
31.510,69 ha terletak pada blok pemanfaatan (HPT) seluas 1.796,74 ha, pada blok
pemanfaatan jasa lingkungan (HPT) seluas 1.175,41 ha dan pada blok
pemanfaatan (HL) seluas 28.538,55 ha.
4. Visi KPHL Malunda adalah “Menjadi KPHL Model yang berbasis aneka usaha
kehutanan (AUK) yang madani untuk terwujudnya kemandirian petani
dan pengelolaan hutan lestari” . Visi tersebut selanjutnya dijabarkan dalam
misi KPHL Malunda, yaitu (1). Penguatan kelembagaan KPHL, (2). Pemantapan
kawasan hutan, (3). Pemanfaatan hutan dan pengembangan wirausaha
kehutanan, dan (4). Pengembangan AUK sesuai potensi hutan yang terdapat di
areal KPHL Malunda, (5). Rehabilitasi hutan dan peningkatan daya dukung DAS,
(6). Pemberdayaan masyrakat di sekitar hutan.
5. Capaian utama yang diharapkan dalam 10 tahun ke depan berdasarkan tujuan
yang telah dirumuskan yang merupakan penjabaran dari misi KPHP Budong-
Budong adalah (1). Pemantapan kawasan hutan, (2). Resolusi konflik dan
pengendalian perambhan kawasan hutan, (3). Penguatan kelembagaan KPHL
Malunda, (4). Peningkatan ekonomi masyarakat sekitar hutan, (5). Pengembangan
ekonomi wilayah melalui PAD sektor kehutanan daro KPH, (6). Terdefinisi dengan
jelas tupoksi dan peran antara kelembagaan KPHL dengan kelembagaan dinas
kehutanan dan perkebunan Kabupaten Majene, (7). Terbangunnya model
pengelolaan hutan ditingkat tapak pada KPHL Malunda, (8). Pengendalian,
iii
pengawasan dan kolaborasi pengelolaan antar pemegang ijin dengan pengelola
KPH.
6. Potensi non kayu yang memungkinkan pada KPHL malunda yaitu berupa rotan,
gaharu dan lebah madu.
7. Berdasarkan data yang diperoleh di areal wilayah KPHL Malunda, terdapat flora
yang mendominasi yaitu Lewani, Damar-damar, dan Bitti/aholla. Seangkan
faunanya diantaranya Burung Alo, Anoa, Kera, Ular dan Rusa.
8. Potensi jasa lingkungan berupa danau, air terjun, pemandangan alam yang indah.
9. Proyeksi kondisi yang diharapkan pada blok-blok pengelolaan yaitu berupa
rencana program/kegiatan rehabilitasi areal, perlindungan dan pengamanan
hutan, inventarisasi berkala dan penataan areal KHDTK/HHBK, pengembangan
plot penelitian, pengembangan skim AUK pola agroforestry, penyadapan getah
pohon damar, rotan dan gaharu, pemanfaatan jasa lingkungan untuk wisata alam,
air mineral, PLTMH, pengusahaan hutan kayu, pengembangan pola agroforestry
penghasil kayu, dan pengembangan pola agroforestry penghasil non kayu.
10. Untuk menarik minat investor untuk terlibat dalam berbagai program pengelolaan
KPHL Malunda, maka prioritas arah kebijakan yang perlu diciptakan oleh lembaga
KPHL Malunda, meliputi ; (a) Mengurangi biaya transaksi dan praktek ekonomi
biaya tinggi baik untuk tahap memulai maupun operasinal bisnis, dan (b) Menata
aturan main yang jelas dan pemangkasan birokrasi dengan prinsip transparansi
dan tata pemerintahan yang baik.
11. Langkah strategis yang perlu diakukan lembaga KPHL Malunda untuk mewujudkan
kebijakan pengembangan investasi diwilayah kerjanya, seperti:
1. Peningkatan iklim investasi dan realisasi investasi meliputi:
Penyerderhanaan prosedur pelayanan penanaman modal
Pemberian insentive yang menarik
Konsolidasi perencanaan peluang investasi
Pengembangan sistim informasi peluang investasi pada KPHL Malunda
Pengkajian regulasi bidang investasi sektor kehutanan
2. Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi meliputi:
iv
Penyediaan sarana dan prasana daerah terkait investasi di sektor usaha
kehutanan
Fasilitasi terwujudnya kerjasama antara usaha besar dan UKM
Promosi Peluang dan Prospek investasi pada kawasan KPHLMalunda
Mendorong dan menfasilitasi peningkatan koordinasi dan kerjasama di
bidang investasi sektor usaha kehutanan dengan instansi terkait dan dunia
usaha
12. Mekanisme pembinaan dan pengawasan pengelolaan hutan meliputi mekanisme
pembinaan/pengawasan pengelolaan hutan oleh pemerintah pusat, dan
mekanisme pembinaan/pengawasan pengelolaan hutan oleh dinas kehutanan
daerah kabupaten. Adapula mekanisme pembinaan manajemen oelh KPHL
Malunda terhadap pemegang ijin serta pembinaan organisasi dan SDM internal
KPHL Malunda.
13. Pemantauan, evaluasi dan pembuatan laporan adalah kegiatan penting
dilaksanakan oleh KPHL Malunda. Metode dan standar pelaksanaannya akan
merujuk kepada organisasi standar Kementerian Kehutanan dan Dinas Kehutanan
Kabupaten Majene.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayahNya,
buku Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Model Malunda Provinsi Sulawesi Barat dapat
diselesaikan. Dalam rangka mendorong beroperasinya KPHP tersebut, Kementerian
Kehutanan melalui DIPA BPKH Wilayah VII Makassar Tahun 2013, melakukan fasilitasi
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Model Malunda Provinsi Sulawesi Barat
sebagai Rencana Pengelolaan Jangka Panjang 10 tahun (2014 – 2023) yang akan dijadikan
acuan bagi pengelola KPHL Model Malunda dalam penyusunan rencana pengelolaan hutan
jangka pendek yang lebih detail.
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan ini telah melalui serangkaian proses yang
melibatkan berbagai stakeholder. Serangkaian pembahasan telah dilakukan oleh Tim Kerja
yang terdiri atas BPKH Wilayah VII Makassar, pengelola KPHL Model Malunda, Dinas yang
membidangi Kehutanan kabupaten Majene, Dinas yang membidangi kehutanan Provinsi
Sulawesi Barat serta instansi terkait lainnya yang didampingi oleh Tim Ahli dari Fakultas
Kehutanan Universitas Hasanuddin Makassar. Sebelumnya, draft rencana pengelolaan hutan
telah dibahas oleh stakeholder terkait melalui Konsultasi Publik.
Meskipun demikian, disadari bahwa Rencana Pengelolaan Hutan ini masih memiliki
banyak kekurangan terlebih bila menyadari kondisi aktual di lapangan yang menuntut agar
institusi KPH memiliki dokumen perencanaan yang relatif fleksibel dan mampu menjawab
berbagai dinamika perubahan di tingkat tapak. Disamping itu, buku ini masih melalui
serangkaian proses penilaian dan pengesahan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.6/Menhut-II/2010 tentang Norma, Standar, Prosedur
dan Kriteria Pengelolaan Hutan pada KPHL dan KPHP. Oleh karena itu, saran-saran dan
masukan demi penyempurnaan rencana pengelolaan ini akan diterima dengan baik.
Kepada seluruh pihak yang terlibat dan telah berkontribusi dalam penyusunan buku ini
kami ucapkan terima kasih. Semoga buku ini bermanfaat untuk semua pihak serta akan
menjadi dokumen perencanaan yang baik bagi pengelola KPHL Model Malunda Provinsi
Sulawesi Barat.
Majene, Desember 2013 Kepala KPHL Model Malunda Ir. Syarifuddin J NIP. 19610418 199403 1 008
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL....................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xi
BAB. I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................... 3
C. Sasaran .................................................................................. 4
D. Ruang Lingkup ....................................................................... 5
E. Batasan Pengertian ……………………………………………… 5
BAB II. DESKRIPSI KAWASAN.............................................................. 8
A. Risalah Wilayah KPHL Malunda ............................................. 8
B. Potensi Biofisik Wilayah KPHL malunda ................................ 19
C. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat ...................................... 24
D. ................................................................................................. Pemanfaatan
Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan ............................... 31
E. ......................................................................................................... Isu Strategis,
Kendala dan Permasalahan …………......... ................................ 31
BAB III. VISI DAN MISI PENGELOLAAN HUTAN …………………… 34
A. ................................................................................................. Visi dan Misi Provinsi Sulawesi Barat dan kabupaten Majene Di Bidang Kehutanan............................................ 34
iv
B. ................................................................................................. Visi dan Misi
KPHL Malunda ….…..............……………… 37
C. ................................................................................................. Tujuan.............
.....................................……………………. 38
BAB IV. ANALISIS DAN PROYEKSI ....................................................... 39
A. ................................................................................................ Blok Inti HL
.............................................................................................. 39
B. ................................................................................................ Blok Khusus
HL ......................................................................................... 40
C. ................................................................................................ Blok
Pemanfaatan HL ................................................................... 43
D. ................................................................................................ Blok
Pemanfaatan HPT ................................................................. 46
E. ................................................................................................ Blok
Pemberdayaan HPT .............................................................. 49
F. ................................................................................................ Blok
Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan HHBK (HPT) ................ 51
G. ................................................................................................ Blok
Perlindungan HPT ................................................................. 52
BAB V. RENCANA KEGIATAN ............................................................... 55
A. ................................................................................................ Inventarisasi
Berkala Wilayah Kelola serta Penataan Hutan ..................... 55
v
B. ................................................................................................ Pemanfaatan
Hutan pada Wilayah Tertentu ............................................... 57
1. ........................................................................................... Kegiatan Pokok dalam Wilayah Tertentu untuk pengusahaan hasil hutan kayu dan non kayu ................ 63
2. ........................................................................................... Kegiatan Pokok dalam wilayah tertentu pada Blok Pemanfaatan HPT untuk Hasil Hutan non kayu ............. 65
3. ........................................................................................... Kegiatan Pokok dalam Wilayah tertentu untuk pengusahaan Jasa Lingkungan ...................................... 65
C. Pemberdayaan Masyarakat ................................................... 66
1. ........................................................................................... Kegiatan pokok pada Blok Pemberdayaan untuk Skim HTR atau HKM ............................................................... 67
2. ........................................................................................... Kegiatan Pokok pada Blok Pemberdayaan untuk Pengusahaan hasil hutan non kayu (HHbK) ................... 67
D. ................................................................................................ Pembinaan dan Pemantauan Pemanfaatan Hutan dan Pengelolaan Kawasan Hutan ................................................ 68
E. ................................................................................................ Penyelenggara
an Rehabilitasi pada Areal di Luar Izin .................................. 68
1. ........................................................................................... Dasar Hukum
Pelaksanaan Rehabilitasi di luar izin .............................. 68
2. ........................................................................................... Lokasi Penyelenggaraan Rehabilitasi areal KPHL Malunda .......................................................................... 70
3. ........................................................................................... Jenis Komoditas yang diinginkan oleh Masyarakat dalam Rehabilitasi di luar izin ......................................... 70
vi
4. ........................................................................................... Model
Rehabilitasi Hutan dan Lahan ........................................ 71
5. ........................................................................................... Civil Teknis
dalam RHL ..................................................................... 73
F. ................................................................................................ Pembinaan dan Pemantauan Pelaksanaan Rehabilitasi Dan Reklamasi pada Areal Yang Sudah ada IPPKH ............ 73
G. ................................................................................................ Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam ...................................................................................... 73
H. ................................................................................................ Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkronisasi antar Pemegang Izin ...................................................................... 74
I. ................................................................................................. Koordinasi dan Sinergi dengan Instansi dan Pemangku Kepentingan .......................................................................... 75
J. ................................................................................................. Penyediaan
dan Peningkatan Kapasitas SDM .......................................... 77
1. ........................................................................................... Dasar Acuan Peraturan dan Landasan Pemikiran Penyediaan SDM............................................................ 77
2. ........................................................................................... Struktur Organisasi dan Penyediaan SDM KPHL Malunda .......................................................................... 78
K. ................................................................................................ Penyediaan
Pendanaan ................................................................. 83
L. ................................................................................................ Pengembanga
n Database ............................................................................ 86
1. Masalah .......................................................................... 86
2. Sasaran .......................................................................... 86
vii
M. Rasonalisasi Wilayah Kelola .......................................... 86
1. Rasionalisasi Luas Wilayah Kelola Kegiatan Perlindungan dan Pengamanan Hutan........................... 87
2. Rasionalisasi Luas Wilayah Kelola Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Konservasi SDH ........................ 88
3. Rasionalisasi Luas Wilayah Kelola Kegiatan Pemungutan HHBK ........................................................ 88
N. Review Rencana Pengelolaan (5 Tahun) ....................... 90
O. Pengembangan Investasi ............................................... 92
BAB VI. PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PENGENDALIAN ........... 96
A. Dasar Hukum ................................................................. 96
1. Mekanisme Pembinaan Perencanaan Pengelolaan Hutan oleh Pemerintah Pusat ......................................... 96
2. Mekanisme Pembinaan Perencanaan Pengelolaan Hutan oleh Dinas Kehutanan Daerah Kabupaten ........... 97
B. Mekanisme Pengawasan Pengelolaan Hutan ................ 98
1. Mekanisme Pengawasan Pengelolaan Hutan oleh Pemerintah Pusat ........................................................... 98
2. Mekanisme Pengawasan Pengelolaan Hutan oleh Kabupaten Majene ......................................................... 98
C. Mekanisme Pembinaan Manajemen oleh KPHL Malunda Terhadap Pemegang Izin ...................................................... 99
D. Pembinaan Organisasi dan SDM Internal KPHL Malunda 100
1. Pembinaan Teknis .......................................................... 100
2. Pengawasan ................................................................... 101
3. Pengendalian ................................................................ 101
BAB VII. PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN PELAPORAN .................... 102
viii
A. Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan............................... 102
B. Pelaporan ....................................................................... 103
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
1. ....................................................................................................... Sebaran Areal
Blok Inti Pada KPHL Malunda .................................................... 12
2. ....................................................................................................... Sebaran Areal
Blok Pemanfaatan Pada KPHL Malunda ...................................... 12
3. ....................................................................................................... Sebaran Areal
Blok Khusus Pada KPHL Malunda .............................................. 14
4. ....................................................................................................... Sebaran Areal
Blok Wilayah Tertentu Pada KPHL Malunda ................................ 15
5. ....................................................................................................... Sebaran AreaL
Blok Jasa Lingkungan Pada KPHL Malunda................................. 17
6. ....................................................................................................... Sebaran Areal
Blok Perlindungan Pada KPHL Malunda ...................................... 17
7. ....................................................................................................... Sebaran Areal
Blok Perlindungan Pada KPHL Malunda ...................................... 18
8. ....................................................................................................... Keanekaragam
an Jenis Pohon pada Areal KPHL Malunda ................................. 19
ix
9. ....................................................................................................... Potensi Volume
Pohon pada Areal KPHL Malunda .............................................. 20
10. Potensi Jumlah Pohon per Hektar pada Areal KPHL Malunda ..... 21
11. Dugaan Rata-rata Potensi Tiang, Pancang dan Semai …………….. 21
12. Potensi Jasa Lingkungan Yang Terdapat Pada KPHL Malunda .... 23
13. jenis Tanaman yang Dibudidayakan Penduduk Desa Sekitar Areal Eks KPHL Malunda……………………………………………………….. 24
14. Tingkat ketergantungan masyarakat Desa Tubo terhadap Kawasan Hutan…………………………………………………………………… 24
15. ..................................................................................................... Tingkat ketergantungan masyarakat Desa Tubo Selatan terhadap Kawasan Hutan …………………………………………………… 27
16. Tingkat ketergantungan masyarakat Desa Sambabo terhadap
Kawasan Hutan ………………………………………………………………… 29
17. Blok Inti HL pada KPHL Malunda ......................................... 39 18. Proyeksi Kondisi yang diharapkan pada pengelolaan Blok Inti .. 40
19. Blok Khusus HL pada KPHL Malunda … ..................................... 41
20. Proyeksi Kondisi yang diharapkan pada pengelolaan Blok Khusus HL ……………………………………………………………………….. 42
21. Blok Pemanfaatan HL pada KPHL Malunda ............................... 43
22. Proyeksi Kondisi yang diharapkan pada pengelolaan
Blok Pemanfaatan HL ……………………………………………………….. 45
23. Blok Pemanfaatan HPT pada KPHL Malunda ............................. 47 24. Proyeksi Kondisi yang diharapkan pengelolaan Blok Pemanfaatan HPT .................................................................. 48
25. Blok Pemberdayaan HPT pada KPHL Malunda.......................... 49 26. Proyeksi Kondisi yang diharapkan pada BlokPemberdayaan HPT 50
x
27. Blok Jasa Lingkungan dan HHBK pada KPHL Malunda .............. 51
28. Proyeksi Kondisi yang diharapkan pengelolaan Blok Jasa Lingkungan dan HHBK(HPT) ........................................... 52
29. Blok Perlindungan HPT pada KPHL Malunda .......................... 53
30. Proyeksi Kondisi yang diharapkan Pada BlokPerlindungan HPT . 54
31. Blok pada KPHL Malunda yang perlu mendapat prioritas awal dalam inventarisasi dan penataan hutan .................................. 56 32. Program dan kegiatan strategis pada blok Pemanfaatan wilayah tertentu di KPHL Malunda .................................................... 58
33. Lokasi yang direncanakan menjadi Wilayah tertentu pengusahaan hutan Kayu dan Non Kayu…………………………………………………… 64 34. Letak dan Luas Blok pemberdayaan KPHL Malunda Kabupaten Majene ................................................................. 66 35. Areal Blok inti dan Blok Perlindungan yang Perlu dilakukan Program Kegiatan Perlindungan dan Konservasi Alam .............. 73
36. Jenis Kegiatan dan Bentuk Koordinasi Instansi Terkait dengan KPHL Malunda …………………………………………………………… 75
37. Pembagian Tugas dan fungsi serta wilayah kerja pada struktur organisasi KPHL Malunda ......................................................... 80 38. Tingkat Pendidikan Formal SDM yang Mengisi Struktur Organisasi KPHL Malunda …………………………………………………………………... 81 39. Kelompok Kompetensi Jabatan Struktural dan Kepala Resort pada KPHL Malunda …………………………………………………………… 82 40. Potensi Sumber Pendanaan yang Dapat Diperoleh dalam Pengelolaan Areal oleh Lembaga KPHL Malunda ........................ 85 41. Rencana Kegiatan Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Malunda Selama Sepuluh Tahun ..................................... 90 42. Format matriks review Kinerja Lima Tahunan KPHL Malunda ...... 92
xi
43. Peluang Pengembangan Investasi pada Berbagai Pengelolaan Hutan oleh KPHL Malunda ……………………………………………………… 94
44. Contoh Format Laporan Evaluasi Kegiatan ……………………. 103
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
1. Kriteria Blok Arahan Pemanfaatan pada Hutan Lindung…………………… .. 26
2. Kriteria Blok Arahan Pemanfaatan pada Hutan Produksi……………….... .. 27
3. Alur Koordinasi dan Sinergis Pengelolaan Hutan pada Areal KPHL Malunda…………………………………………………………………………. . 76
4. Bagan struktur organisasi KPHL dan KPHP provinsi/kabupaten/kota tipe A……………………………………………………………………………………. . 77
5. Bagan struktur organisasi KPHL dan KPHP provinsi/kabupaten/kota tipe B…………………………………………………………………….. 77
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Degradasi sumberdaya hutan dari waktu ke waktu memperlihatkan
kecenderungan yang semakin meningkat, meskipun program penanggulangannya
selalu mengindikasikan adanya peningkatan dari tahun ke tahun, paling tidak dari
segi anggarannya. Sementara itu, sejumlah pihak mengindikasikan bahwa
masyarakat di sekitar hutan tetap tidak beranjak dari kondisi yang
memprihatinkan dan relatif tidak mengalami perbaikan secara signifikan selama
beberapa dasa warsa terakhir.
Pengelolaan hutan lestari (PHL) yang sering dikumandangkan oleh banyak
pihak, terutama oleh pihak-pihak yang terkait dengan pengurusan, pengelolaan
dan penggunaan atau pemanfaatan sumberdaya hutan, terkesan masih sebatas
tataran konsepsi. Hampir semua pihak di berbagai kesempatan berbicara tentang
PHL, sementara itu praktek-praktek di lapangan sangat bertentangan dengan
prinsip-prinsip PHL. Para pengelola dan pengguna hutan cenderung ‘sepaham’
menguras potensi hutan untuk kepentingan ekonomi jangka pendek. Perambahan
dan konversi kawasan hutan untuk kepentingan non kehutanan serta illegal
logging dan atau over cutting masih terus berlanjut hampir di semua bagian
wilayah, termasuk di Sulawesi Barat. Sementara itu, para pelaksana kegiatan
rehabilitasi hutan (yang rusak) cenderung masih berpola-pikir keproyekan. Kondisi
ini lebih diperburuk lagi oleh belum efektifnya pengawasan. Kesemua kondisi
termaksud di atas inilah, yang dari waktu ke waktu, telah memunculkan
permasalahan berupa semakin meluasnya kawasan hutan yang berubah wujud
menjadi lahan kritis atau lahan tidak produktif.
Permasalahan yang disebutkan di atas juga merupakan pencerminan dari
belum efektifnya tatakelola sumberdaya hutan dan kehutanan (forest and forestry
resources governance), serta belum jelasnya pemisahan antara pengurusan hutan
(forest regulation /administration) dan pengelolaan hutan (forest management).
Pembentukan kesatuan pengelolaan hutan (KPH) diharapkan dapat menjadi solusi
bagi permasalahan ini. Melalui pembentukan KPH maka tata kelola hutan
diharapkan akan menjadi lebih efektif. Sejalan dengan itu, juga diharapkan akan
2
terjadi pemisahan secara jelas antara pengurusan hutan (oleh Dinas yang
mengurusi kehutanan) dengan pengelolaan hutan (oleh pengelola KPH).
Selanjutnya melalui tata kelola yang lebih efektif dan pemisahan tanggung jawab
dan wewenang yang lebih jelas dalam pengurusan dan pengelolaan hutan maka
diharapkan bahwa :
Penyusunan perencanaan pengelolaan hutan (yang didasarkan atas data yang
akurat dan up to date) akan berlangsung secara lebih baik
Rehabilitasi dan atau peningkatan produktivitas hutan dan lahan akan
terselenggara secara lebih efektif
Laju degradasi hutan akan dapat diperlambat atau diatasi
Perlindungan dan pengamanan hutan akan lebih aktif
Manfaat hutan bagi masyarakat akan dapat ditingkatkan secara nyata dari
waktu ke waktu.
Stabilitas dan kontinyuitas pasokan aneka hasil hutan dan manfaat hutan
(termasuk dalam rangka mengantisipasi carbon market) akan lebih terjamin
Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas serta dengan
memperhatikan amanat Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 dan Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 44 Tahun 2004, maka Pemerintah dan masyarakat
Kabupaten Majene juga memiliki tanggung jawab untuk merealisasikan
pembentukan dan beroperasinya Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH), yang salah
satu diantaranya adalah KPHL Malunda. Berdasarkan SK Menteri Kehutanan
No.722/Menhut-II/2011tgl 20 Desember 2011.
Salah satu langkah awal yang harus dilaksanakan KPHL Malunda
Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi Barat yang baru terbentuk adalah menyusun
rencana kerja pengelolaan hutan jangka panjang pada seluruh wilayah kerjanya
yang berlaku selama jangka sepuluh tahun yang selanjutnya di terjemahkan
kedalam rencana hutan jangka pendek setiap tahun. Rencana Pengelolaan
Hutan KPHL Malunda disusun berdasarkan data hasil inventarisasi hasil hutan
(kondisi biofisik, sosial ekonomi dan budaya), mengacu pada perencanaan tata
ruang wilayah tingkat nasional sampai kabupaten (RKTN, RKTP, RKTK, dan
RTRWK), serta dengan memperhatikan aspirasi berbagai sektor yang terkait
3
dengan instansi kehutanan dalam rangka pengelolaan kawasan hutan yang lebih
intensif untuk memperoleh manfaat yang optimal dan lestari.
Penjabaran dan operasionalisasi dari dokumen perencanaan pengelolaan
hutan jangka panjang KPHL Malunda, diharapkan dapat dicapai hal – hal sebagai
berikut:
Menjadi pengungkit dalam memperbaiki tata kelola hutan yang baik
(good forestry governance).
Memastikan semua program pemerintah di bidang kehutanan dapat ditampung
di kawasan yang memiliki prioritas pengelolaan yang sama di dalam wilayah
KPHL Malunda.
Meningkatkan kemantapan kawasan hutan, baik secara legal maupun
pengakuan para pihak.
Mengurangi potensi konflik atas kawasan dan sumberdaya hutan.
Memperkecil laju degradasi hutan serta mempercepat rehabilitasi dan
reforestasi.
Meningkatkan perlindungan dan pengamanan kawasan dan sumberdaya
hutan.
Meningkatkan manfaat hutan bagi masyarakat di dalam dan sekitar hutan.
Meningkatkan stabilitas supply hasil hutan.
Menyediakan data dan informasi SDH sebagai dasar penyusunan rencana
jangka panjang dan rencana jangka pendek yang lebih detail.
Pengelolaan areal KPHL Model Malunda dapat berimplikasi dan berperan
dalam peningkatan PAD, pengembangan wilayah kabupaten Majene,
peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal dan ekosistem hutan tetap
terjaga fungsinya.
B. Tujuan
Penyusunan rencana pengelolaan jangka panjang KPHL Malunda bertujuan
untuk :
1. Memperoleh gambaran potensi kawasan hutan yang terdapat di areal
KPHL Model Malunda, meliputi aspek biofisik, sosial ekonomi,
4
kelembagaan, posisi dan letak strategis wilayah KPHL terhadap ekosistem
daerah aliran sungai (DAS) dan rencana pengembangan wilayah (RKTN,
RKTP,RKTK dan RTRWK), serta kelembagaan pemerintah dan swasta yang
terkait dan dapat berkontribusi dalam pengelolaan KPHL bersangkutan
2. Menyusun tata Hutan KPHL Model Malunda menyangkut pembagian blok
pada seluruh wilayah KPHL
3. Merumuskan rencana pegelolaan hutan jangka sepuluh tahun yang
memuat rencana strategi pelaksanaan pengelolaan kawasan hutan untuk
menjamin keberlangsungan perlindungan hutan, pelestarian,
pemanfaatan, dan rehabilitasi hutan serta pembinaan kelembagaan KPHL
Malunda untuk kepentingan peningkatan profesionalisme pengelolaan
hutan di tingkat tapak.
C. Sasaran
Sasaran penyusunan rencana pengelolaan hutan jangka panjang KPHL
Malunda adalah;
1. Sebagai acuan dalam melaksanakan penataan hutan dan pengelolaan
hutan berdasarkan karaksteristik kondisi biofisik lahan, potensi hutan,
demografi penduduk, rencana tata ruang wilayah kabupaten (RTRWK)
serta kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat yang terdapat pada
areal KPHL.
2. Menentukan blok pengelolaan hutan sebagai arahan dan kendali dalam
melaksanakan pemanfaatan kawasan hutan dan penggunaan kawasan
hutan ditingkat tapak pada seluruh wilayah KPHL.
3. Menetapkan penggunaan dan tata kelola kawasan hutan berdasarkan
fungsi – fungsinya sesuai batas adminsitrasi dalam KPHL.
4. Menyusun rencana pengelolaan jangka panjang KPHL Malunda yang
memuat rencana perlindungan hutan, pemanfaatan hutan, rehabilitasi
hutan, pemberdayaan masyarakat, sinkronisasi dan sinergitas pengelolaan
hutan antar lembaga terkait serta pembinaan kelembangaan KPHL untuk
kepentingan peningkatan profesionalisme pengelolaan hutan ditingkat
tapak.
5
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Penyusunan Rencana Pengelolaan KPHL Ganda Dewata adalah:
1. Bab I berisi latar belakang, tujuan, sasaran, ruang lingkup dan batasan
pengertian
2. Bab II berisi gambaran potensi biofisik, sosial ekonomi dan budaya pada
wilayah KPHL Malunda
3. Bab III berisi gambaran visi, misi, perubahan yang diharapkan terjadi
serta capaian program pengelolaan KPHL Malunda
4. Bab IV berisi analisis proyeksi pengelolaan KPHL Malunda
5. Bab V berisi gambaran rencana pengelolaan KPHL Malunda
6. Bab VI dan bab VII menguraikan mekanisme pembinaan, pengawasan dan
pengendalian pengelolaan KPHL Malunda
E. Batasan Pengertian
Kesatuan Pengelolaan Hutan yang disingkat KPH adalah wilayah
pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat
dikelola secara efesien dan lestari dan mempunyai batas yang jelas, yang
dikelola untuk memenuhi serangkaian tujuan yang ditetapkan secara eksplisit
sesuai dengan rencana pengelolaan jangka panjang.
1. DAS adalah daerah yang dibatasi topografi yang menampung dan
menyimpan air hujan yang jatuh diatasnya kemudian mengalirkan lewat
sungai utama
2. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan
alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
3. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan
oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
4. Hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani
hak atas tanah.
5. Hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas
tanah.
6
6. Hutan adat adalah hutan negara yang berada dalam wilayah masyarakat
hukum adat.
7. Hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
memproduksi hasil hutan.
8. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata
air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan
memelihara kesuburan tanah.
9. Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang
mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan
satwa serta ekosistemnya.
10. Deforestasi adalah perubahan secara permanen dari areal berhutan
menjadi tidak berhutan yang diakibatkan oleh kegiatan manusia.
11. Degradasi hutan adalah penurunan kuantitas tutupan hutan dan stok
karbon selama periode tertentu yang diakibatkan oleh kegiatan manusia.
12. Inventarisasi Hutan adalah pengumpulan dan penyusunan data–data
mengenai hutan
13. Pembinaan Hutan adalah Kegiatan pembangunan hutan, penanaman dan
pemeliharaan hutan serta perlindungan hutan.
14. Penataan Hutan : Kegiatan untuk menyusun rencana – rencana
pelaksanaan untuk jangka waktu tertentu
15. Penatagunaan hutan : kegiatan untuk menetapkan hutan berdasarkan
fungsinya dalam rangka pengukuhan kawasan hutan
16. Pengelolaan Hutan adalah kegiatan yang meliputi tata hutan dan rencana
pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan,
rehabilitasi dan reklamasi hutan serta perlindungan hutan dan konservasi
alam.
17. Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan,
memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan
kayu serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan
adil untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga
kelestariannya.
7
18. Penggunaan kawasan hutan adalah merupakan penggunaan untuk
kepentingan pembangunan di luar kehutanan tanpa mengubah status dan
fungsi pokok kawasan hutan.
19. Kesatuan Pengelolaan Hutan, yang selanjutnya disebut KPH, adalah
wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya yang
dapat dikelola secara efisien dan lestari.
20. Organisasi kesatuan pengelolaan hutan lindung, yang selanjutnya disebut
KPHL, adalah organisasi pengelolaan hutan lindung yang wilayahnya
sebagian besar terdiri atas kawasan hutan lindung, yang dikelola
Pemerintah Daerah.
21. Tata hutan adalah kegiatan rancang bangun unit pengelolaan hutan,
mencakup kegiatan pengelompokan sumberdaya hutan sesuai dengan tipe
ekosistem dan potensi yang terkandung di dalamnya dengan tujuan untuk
memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat secara
lestari.
22. Rehabilitasi hutan dan lahan adalah upaya untuk memulihkan,
mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga
daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem
penyangga kehidupan tetap terjaga.
23. Reklamasi hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau memulihkan
kembali lahan dan vegetasi hutan yang rusak agar dapat berfungsi secara
optimal sesuai dengan peruntukannya.
24. Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi
kerusakan hutan,kawasan hutan dan hasil hutan yang disebabkan oleh
perbuatan manusia, ternak,kebakaran daya-daya alam, hama, penyakit,
serta mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan
perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta
perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.
8
BAB II. DESKRIPSI KAWASAN
A. Risalah Wilayah KPHL Malunda
1. Letak dan Luas Wilayah KPHL
Wilayah KPHL Malunda terletak di Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi
Barat seluas 56.105,06 ha. KPHL Model Malunda terletak 118° 46’ 59,2” -
119° 04’ 24,4” BT dan 02° 54’ 52” – 03° 28’ 18,7” LS. Seluruh kawasan
hutan yang terdapat di Kabupaten Majene menjadi wilayah kerja
pengelolaan KPHL Malunda.
2. Geologi dan tanah
Secara umum jenis tanah dalam lokasi setiap plot tergolong dalam
jenis tanah podsolik, tanah ini merupakan tanah yang memiliki tingkat
kesuburan sedang. Tanahnya berwarna merah atau kekuning-kuningan.
Tanah podsolik mempunyai karakteristik tekstur yang lempung atau berpasir
dengan PH rendah serta memiliki kandungan unsur aluminum dan besi yang
tinggi.Karakteristik lain yang dapat ditemui pada tanah podsolik adalah daya
simpan unsur hara sangat rendah karena bersifat lempung yang beraktivitas
rendah, kejenuhan unsur basa seperti K, Ca, dan Mg, rendah sehingga tidak
memadai untuk tanaman semusim, kadar bahan-bahan organik rendah dan
hanya terdapat di permukaan tanah saja, dan penyimpanan air sangat
rendah sehingga mudah mengalami kekeringan.Perbaikan sifat fisika tanah
ini dapat ditanggulangi dengan perbaikan sifat ketahanan daya
penyimpanan air. Sementara itu, perbaikan sifat kimiawinya bisa dilakukan
dengan memperbaiki kandungan unsur hara yang ada dalam tanah.Tanah
podsolik pada umumnya terletak pada daerah yang memiliki iklim basah
dengan curah hujan lebih dari 2500 mm per tahun dan banyak terdapat di
daerah-daerah dengan topografi pegunungan.
9
3. Topografi
Kondisi Topografi pada areal kegiatan inventarisasi di KPHP Malunda
Kab. Majene pada areal plot 1-3 Memiliki topografi yang begunung,
bergelombang, dan berbukit-bukit. Dengan ketinggan diatas permukaan laut
185- 205 mdpl pada plot satu, 187-214 mdpl pada plot 2 dan 192-205 mdpl
pada plot 3, serta kelerengan rata-rata dari setiap sampel 45% areal
tergolong sangat curam, 34% curam, 20 % agak curam.
4. Aksesibilitas Kawasan Hutan
Wilayah KPHL Malunda terletak di jalan provinsi antara makassar-
mamuju. Perjalanan menuju wilayah KPHL Malunda dari Ibu Kota Propinsi
Sulawesi Barat dapat ditempuh dengan menggunakan sarana transportasi
seperti mini bus, truck dan sepeda motor, dengan waktu tempuh sekitar 3
jam sampai ke batas desa terluar sebelum mencapai kawasan hutan.
5. Sejarah Wilayah KPHL Model Malunda
Pembangunan KPH di Provinsi Sulbar dimulai Tahun 2007 melalui
tahapan identifikasi terhadap kondisi obyektif kawasan hutan yang telah
ditunjuk oleh Menteri Kehutanan dan Perkebunan melalui Keputusan Nomor
: 890/Kpts-II/1999 pada 5 (lima) kabupaten yaitu Kabupaten Mamuju,
Mamuju Utara, Majene, Polewali Mandar, dan Kabupaten Mamasa. Beberapa
faktor yang menjadi pertimbangan dalam menetapkan batas penetapan
wilayah antara satu KPH dengan KPH lainnya di Provinsi Sulbar, antara lain
adalah: keadaan biofisik sumber daya hutan, batas DAS, keadaan sosial
ekonomi dan budaya masyarakat, batas administrasi wilayah pemerintahan,
batas kawasan hutan, batas-batas alam, serta kemungkinan pengembangan
wilayah.
Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, pada tanggal 24 Juli 2007 di
Mamuju telah diadakan pertemuan teknis antara Badan Planologi
Kehutanan, Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Barat, Dinas-dinas
Kabupaten yang mengurusi bidang kehutanan, UPT Kementerian
10
Kehutanan, serta Tim Pakar dari Universitas Hasanuddin. Pertemuan
tersebut bertujuan untuk membahas penyusunan draft penetapan wilayah
KPH yang dilanjutkan dengan konsultasi publik pada tanggal 28 Desember
2007. Konsultasi publik tersebut diikuti oleh BPKH, instansi yang menangani
kehutanan di 5 kabupaten, serta stakeholder lainnya yang terkait guna
menghimpun masukan dalam menyusun rencana tindak (action plan)
pembangunan KPH Provinsi Sulawesi Barat. Pada kedua pertemuan
tersebut, telah disepakati bahwa seluruh kawasan hutan di Provinsi Sulawesi
Barat akan dibagi menjadi 11 (sebelas) wilayah KPH, yaitu: KPHL Malunda
di Kabupaten Majene, KPHL Mamasa di Kabupaten Mamasa, KPHK Ganda
Dewata di Kabupaten Mamasa-Kabupaten Mamuju, KPHP Karama di
Kabupaten Mamuju, KPHK Kalumpang di Kabupaten Mamuju, KPHL
Pasangkayu di Kabupaten Mamuju Utara, KPHL Lariang di Kabupaten
Mamuju Utara, KPHL Sarudu di Kabupaten Mamuju Utara, KPHP Budong–
Lebbo di Kabupaten Mamuju, KPHL di Karossa Kabupaten Mamuju, KPHL
Mapilli di Kabupaten Polman. Hasil kesepakatan tersebut di atas, kemudian
ditindaklanjuti dengan Usulan Penetapan Wilayah KPH melalui Surat
Gubernur Sulawesi Barat Nomor : 522.2/001/I/Dishutbun tanggal 2 Januari
2008 kepada Menteri Kehutanan.
Pada tanggal 1 sampai 5 Desember 2008, Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Provinsi Sulawesi Barat melaksanakan kegiatan sosialisasi dan fasilitasi
dalam rangka penyusunan Action Plan Pembentukan KPH dan Strukturisasi
Kelembagaan KPH bekerjasama dengan Fakultas Kehutanan Universitas
Hasanuddin. Peserta sosialisasi tersebut menyepakati untuk merevisi
wilayah KPH yang telah disusulkan sebanyak 11 (sebelas) wilayah menjadi
13 (tiga belas) wilayah yaitu: KPHL Pasangkayu, KPHL Lariang, KPHL
Sarudu, KPHL Karossa, KPHP Budong-Lebbo, KPHP Karama, KPHK (TSM)
Kalumpang, KPHL Malunda, KPHL Mapilli, KPHP Mamasa Barat, KPHL
Mamasa Tengah, MPHL Mamasa Timur, dan KPHK (BTN) Ganda Dewata.
Revisi tersebut dilakukan karena adanya aspirasi dari Pemerintah Kabupaten
Mamasa untuk membagi wilayah KPH Kabupaten Mamasa menjadi 3 wilayah
KPH, dengan mempertimbangkan kondisi, karakteristik, serta aksesibilitas
11
wilayah Kabupaten Mamasa. Untuk itu Gubernur Sulawesi Barat melalui
suratnya Nomor : 522.2/1175/XII/Dishutbun tanggal 9 Desember 2009 telah
mengajukan Revisi Usulan Penetapan Wilayah KPH kepada Menteri
Kehutanan.
Setelah melalui proses yang cukup panjang, akhirnya Menteri Kehutanan
melalui Keputusan Nomor : SK.799/Menhut-II/2009 tanggal 7 Desember
2009, telah menetapkan 13 wilayah KPH Provinsi Sulbar dengan total luas
± 1.099.827 ha yang terdiri atas KPHP sebanyak 3 Unit dengan luas
total ± 379.153 ha, dan KPHL sebanyak 10 Unit dengan luas total ±
720.674 ha.
KPHL Malunda ditetapkan sebagai KPHL Model berdasarkan SK Menteri
Kehutanan No. 753/Menhut-II/2012 tentang Penetapan Wilayah KPHL
Malunda. Luas areal KPHL Malunda berdasarkan revisi SK menteri tersebut
adalah 52.071 ha.
6. Pembagian Blok
Pembagian blok dilakukan dengan memperhatikan karakteristik biofisik
lapangan, kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar, potensi sumberdaya
alam, dan keberadaan hak-hak atau izin usaha pemanfaatan hutan dan
penggunaan kawasan hutan. Selain itu pembagian blok juga
mempertimbangkan peta arahan pemanfaatan sebagaimana diarahkan oleh
Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN)/Rencana Kehutanan Tingkat
Provinsi (RKTP)/Rencana Kehutanan Tingkat Kabupaten/Kota (RKTK), dan
fungsi kawasan hutan di wilayah KPHL. Berdasarkan overlay dari peta
kawasan hutan, RKTN, ijin penggunaan/pemanfaatan, akses jalan dan sungai,
penutupan lahan, potensi, serta kondisi sosial dan budaya, wilayah KPHL
Malunda dibagi blok-blok pengelolaan sebagai berikut:
12
a). Blok Inti
Blok Inti merupakan Blok yang difungsikan sebagai perlindungan
tata air dan perlindungan lainnya serta sulit untuk dimanfaatkan. Blok ini
diarahkan pada kawasan hutan yang tidak memiliki potensi jasa
lingkungan, wisata alam, maupun potensi hasil hutan bukan kayu; relatif
jauh dari pemukiman, sulit diakses serta areal-areal yang perlu
direhabilitasi.
Berdasarkan hasil interpretasi peta dan hasil konsultasi dengan pihak-
pihak yang terkait diidentifikasi areal-areal kawasan hutan yang akan
dikelola sebagai blok inti seperti disajiikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Sebaran Areal Blok Inti pada KPHL Malunda
BLOK INTI HL
PROVINSI KECAMATAN DESA KABKOT LUAS (Ha)
SULAWESI BARAT ULUMANDA ULUMANDA MAJENE 356.42
SULAWESI BARAT MALUNDA LOMBANG MAJENE 587.63
TOTAL 944.05
Luas wilayah KPHL yang dialokasikan untuk dikelola sebagai blok
inti adalah 944,05 ha, tersebar pada 2 (dua) desa di Kabupaten Mejene,
yaitu Desa Ulumanda Kecamatan Ulumanda seluas 356,42 Ha dan Desa
Lombang Kecamatan Malunda seluas 587,63 Ha.
b). Blok Pemanfaatan HL
Blok Pemanfaatan dengan fungsi kawasan hutan lindung (HL)
merupakan blok yang difungsikan sebagai areal yang direncanakan untuk
pemanfaatan terbatas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Blok pemanfaatan di wilayah KPHL Malunda diarahkan pada
desa-desa yang memiliki potensi jasa lingkungan dan wisata alam yang
pada saat ini belum dikelola, dapat diakses dengan mudah, serta belum
13
ada ijin pemanfaatan oleh pihak ketiga. Sebaran blok pemanfaatan pada
areal KPHL Malunda disajikan pada Tabel 2.
Luas wilayah KPHL Malunda yang dialokasikan untuk dikelola
sebagai blok pemanfaatan HL adalah 42.407,12 ha, yang tersebar pada 23
(dua puluh tiga) desa di Kabupaten Majene.
Tabel 2. Sebaran Areal Blok Pemanfaatan pada KPHL Malunda
BLOK PEMANFAATAN HL
PROVINSI KECAMATAN DESA KABKOT LUAS (Ha)
SULAWESI BARAT ULUMANDA KABIRAAN MAJENE 90.17
SULAWESI BARAT ULUMANDA SAMBABO MAJENE 60.06
SULAWESI BARAT ULUMANDA TANDEALLO MAJENE 190.99
SULAWESI BARAT MALUNDA MEKKATTA MAJENE 666.75
SULAWESI BARAT MALUNDA BAMBANGAN MAJENE 609.41
SULAWESI BARAT MALUNDA BAMBANGAN MAJENE 4.44
SULAWESI BARAT MALUNDA LOMBANG MAJENE 174.92
SULAWESI BARAT TUBO ONANG UTARA MAJENE 621.63
SULAWESI BARAT TUBO ONANG MAJENE 1651.50
SULAWESI BARAT TUBO TUBO SELATAN MAJENE 1527.08
SULAWESI BARAT TUBO TUBO MAJENE 920.31
SULAWESI BARAT SENDANA PUNDAU MAJENE 723.80
SULAWESI BARAT SENDANA PUNDAU MAJENE 65.26
SULAWESI BARAT SENDANA PUTTADA MAJENE 2473.62
SULAWESI BARAT SENDANA SENDANA MAJENE 944.10
SULAWESI BARAT SENDANA SENDANA MAJENE 246.66
SULAWESI BARAT TAMMERODO ULIDANG MAJENE 1107.21
SULAWESI BARAT ULUMANDA SAMBABO MAJENE 1650.57
SULAWESI BARAT TAMMERODO SEPPONG MAJENE 576.52
SULAWESI BARAT ULUMANDA TANDEALLO MAJENE 238.01
SULAWESI BARAT ULUMANDA TANDEALLO MAJENE 115.22
SULAWESI BARAT ULUMANDA TANDEALLO MAJENE 342.47
SULAWESI BARAT ULUMANDA TANDEALLO MAJENE 282.88
SULAWESI BARAT ULUMANDA TANDEALLO MAJENE 2061.30
SULAWESI BARAT BANGGAE TIMUR BARUGA DUA MAJENE 21.66
14
BLOK PEMANFAATAN HL
PROVINSI KECAMATAN DESA KABKOT LUAS (Ha)
SULAWESI BARAT SENDANA MOSSO MAJENE 834.94
SULAWESI BARAT ULUMANDA ULUMANDA MAJENE 363.17
SULAWESI BARAT ULUMANDA ULUMANDA MAJENE 1471.77
SULAWESI BARAT ULUMANDA ULUMANDA MAJENE 791.14
SULAWESI BARAT ULUMANDA ULUMANDA MAJENE 7826.72
SULAWESI BARAT MALUNDA MEKKATTA MAJENE 614.63
SULAWESI BARAT MALUNDA BAMBANGAN MAJENE 3693.80
SULAWESI BARAT MALUNDA LOMBANG MAJENE 5943.55
SULAWESI BARAT MALUNDA LOMBANG MAJENE 99.23
SULAWESI BARAT PAMBOANG BETTENG MAJENE 653.04
SULAWESI BARAT SENDANA MOSSO DUA MAJENE 852.80
SULAWESI BARAT PAMBOANG ADOLANG MAJENE 927.32
SULAWESI BARAT SENDANA TALLUM BANUA MAJENE 539.47
SULAWESI BARAT SENDANA TALLUM BANUA MAJENE 359.07
SULAWESI BARAT SENDANA TALLUM BANUA MAJENE 0.04
SULAWESI BARAT TAMMERODO TALLAMBALAO MAJENE 787.96
TOTAL 42.407,12
c). Blok Khusus
Blok Khusus merupakan Blok yang difungsikan sebagai areal untuk
menampung kepentingan-kepentingan khusus yang ada di wilayah KPHL
Malunda. Kriteria Blok ini antara lain: terdapat pemakaian wilayah
kawasan hutan untuk kepentingan: religi, kebun raya, kawasan dengan
tujuan khusus (KHDTK), atau wilayah adat/ulayat.
Blok Khusus di wilayah KPHL Malunda dengan fungsi kawasan
hutan lindung (HL) ditujukan untuk mengembnagkan pengelolaan
kawasan hutan khusus (KHDTK) di bidang pendidikan untuk memenuhi
kebutuhan Tridarma Perguruan Tinggi (Pengajaran, penelitian dan
pengabdian masyarakat) dari Universitas yang terdapt pada wilayah
15
tersebut. Letak KHDTK tersebut secara administrasi terletak di kecamatan
Ulumanda, Sendana dan pamboang.
Tabel 3. Sebaran Areal Blok Khusus pada KPHL Malunda
BLOK KHUSUS HL
PROVINSI KECAMATAN DESA KABKOT LUAS (Ha)
SULAWESI BARAT SENDANA SENDANA MAJENE 1.74
SULAWESI
BARAT ULUMANDA TANDEALLO MAJENE 342.49
SULAWESI
BARAT ULUMANDA TANDEALLO MAJENE 224.23
SULAWESI BARAT ULUMANDA TANDEALLO MAJENE 238.44
SULAWESI
BARAT ULUMANDA TANDEALLO MAJENE 98.52
SULAWESI
BARAT
BANGGAE
TIMUR BARUGA DUA MAJENE 164.96
SULAWESI BARAT ULUMANDA ULUMANDA MAJENE 281.46
SULAWESI
BARAT PAMBOANG BETTENG MAJENE 53.62
SULAWESI
BARAT SENDANA TALLUM BANUA MAJENE 215.61
SULAWESI BARAT SENDANA TALLUM BANUA MAJENE 136.75
TOTAL 1.757.83
d). Blok Pemanfaatan HPT
Blok Pemanfaatan HPT pada areal KPHL Malunda di merupakan
kawasan hutan produksi terbatas terletak di wilayah administrasi
kecamatan Malunda dan kecamatan Ulumanda. Penentuan Blok
Pemanfaatan HPT pada wilayah tersebut karena faktor fungsi kawasan
hutan pada wilayah tersebut merupakan hutan produksi terbatas,
terdapat prasarana jalan sehingga mudah dijangkau, serta terdapat
pemukiman penduduk pada wilayah tersebut.
Blok Pemanfaatan HPT merupakan kawasan hutan produksi terbatas
yang terletak di wilayah administrasi Kecamatan Malunda dan Kecamatan
Ulumanda seluas 1.796,73 Ha (Tabel 4).
16
Tabel 4. Sebaran Areal Blok Pemanfaatan HPT pada KPHL Malunda
BLOK PEMANFAATAN HPT
PROVINSI KECAMATAN DESA LUAS BLOK
(HA)
SULAWESI BARAT Malunda Ulumanda
• Desa Lombang • Desa Bambangan • Desa Mekkatta • Desa Kabiraan • Desa Sambabo • Desa Tandeallo
1.796,73
TOTAL 1.796,73
e) Blok Pemanfaatan Jasa Lingkungan
Blok pemanfaatan jasa lingkungan ditujukan untuk mengembangkan
potensi air terjun dan pemandian alam yang terdapat dan telah mulai
dimanfaatkan penduduk setempat sebagai areal wisata. Luas blok
pemanfaatan jasa lingkungan 1.175,41 Ha yang berada di 4 (empat) desa
di kabupaten Majene seluruhnya merupakan kawasan hutan produksi
terbatas (HPT).
Tabel 5. Sebaran Blok Pemanfaatan Jasa Lingkungan KPHL Malunda
BLOK PEMANFAATAN JASA LINGKUNGAN HPT
PROVINSI KECAMATAN DESA KABKOT LUAS (Ha)
SULAWESI BARAT ULUMANDA KABIRAAN MAJENE 275.30
SULAWESI BARAT ULUMANDA TANDEALLO MAJENE 179.09
SULAWESI BARAT MALUNDA MEKKATTA MAJENE 1.01
SULAWESI BARAT MALUNDA BAMBANGAN MAJENE 720.00
TOTAL 1.175.41
f) Blok Perlindungan
Blok perlindungan pada KPHL Malunda dialokasikan seluas 485,04 Ha
merupakan kawasan hutan produksi terbatas (HPT) yang terletak di
kecamatan malunda dan ulumanda, dikarenakn areal tersebut kondisi
topografinya berat dan jenis tanahnya peka sampai sampai peka terhadap
erosi, sehingga mempunyai potensi untuk dijadikan areal budidaya karena
solumnya dangkal atau areal berbatu, sehingga dijadikan blok
17
perlindungan yang pengelolaan hutannya diarahkan pada program
rehabilitasi.
Tabel 6. Sebaran Blok Perlindungan KPHL Malunda
BLOK PERLINDUNGAN HPT
PROVINSI KECAMATAN DESA KABKOT LUAS (Ha)
SULAWESI BARAT ULUMANDA KABIRAAN MAJENE 0.43
SULAWESI BARAT ULUMANDA TANDEALLO MAJENE 12.36
SULAWESI BARAT MALUNDA MEKKATTA MAJENE 93.77
SULAWESI BARAT MALUNDA BAMBANGAN MAJENE 56.33
SULAWESI BARAT MALUNDA LOMBANG MAJENE 120.72
SULAWESI BARAT MALUNDA LOMBANG MAJENE 201.43
TOTAL 485.04
g) Blok Pemberdayaan
Blok pemberdayaan seluruhnya merupakan kawasan hutan produksi
terbatas (HPT) berada di wilayah administrasi kecamtan malunda,
ulumanda dan tubo dengan luas 3.504,82 ha. Penempatan blok
pemberdayaan dicirikan dengan terdapat banyaknya masyarakat yang
telah bermukim dan melakukan aktivitas budidaya wanatani pada areal
kawasan hutan. Faktor lain sehingga areal tersebut sebagai blok
pemberdayaan karena banyak akses jalan yang memudahkan untuk
menjangkau areal bersangkutan.
Tabel 7. Sebaran Blok Pemberdayaan KPHL Malunda
BLOK PEMBERDAYAAN HPT
PROVINSI KECAMATAN DESA KABKOT LUAS (Ha)
SULAWESI BARAT ULUMANDA KABIRAAN MAJENE 1382.04
SULAWESI BARAT ULUMANDA KABIRAAN MAJENE 127.18
SULAWESI BARAT TUBO TUBO MAJENE 27.23
SULAWESI BARAT MALUNDA MALUNDA MAJENE 69.24
SULAWESI BARAT ULUMANDA SAMBABO MAJENE 857.56
SULAWESI BARAT ULUMANDA TANDEALLO MAJENE 93.05
SULAWESI BARAT MALUNDA MALIAYA MAJENE 15.15
SULAWESI BARAT MALUNDA MEKKATTA MAJENE 625.91
SULAWESI BARAT MALUNDA BAMBANGAN MAJENE 1051.05
18
BLOK PEMBERDAYAAN HPT
PROVINSI KECAMATAN DESA KABKOT LUAS (Ha)
SULAWESI BARAT MALUNDA BAMBANGAN MAJENE 153.74
SULAWESI BARAT MALUNDA LOMBANG MAJENE 1375.71
SULAWESI BARAT MALUNDA LOMBANG MAJENE 308.25
TOTAL 3.504,82
Areal Wilayah Tertentu
Mengacu kepada Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia
Nomor: P.47/Menhut-Ii/2013 Tentang Pedoman, Kriteria dan Standar
Pemanfaatan Hutan di Wilayah Tertentu Pada Kesatuan Pengelolaan Hutan
Lindung dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi, wilayah tertentu antara lain
adalah wilayah hutan yang situasi dan kondisinya belum menarik bagi pihak
ketiga untuk mengembangkan pemanfaatannya, berada di luar areal ijin
pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan. Penyelenggaraan pemanfaatan
hutan di wilayah tertentu pada kawasan hutan lindung, dapat berupa:
pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan, dan pemungutan hasil
hutan bukan kayu.
Pada areal KPHL Malunda, wilayah tertentu diarahkan pada kawasan
hutan lindung dan pada kawasan hutan produksi terbatas. Luas wilayah KPHL
Malunda yang direncanakan untuk dikelola sebagai wilayah tertentu adalah
31.510,69 ha terdiri dari blok pemanfaatan HPT seluas 1.796,74 ha, blok
pemanfaatan jasa lingkungan (HPT) seluas 1.175,41 ha dan blok pemanfaatan
HL seluas 28.538,55 ha.
19
B. Potensi Biofisik Wilayah KPHL Malunda
1. Kondisi Penutupan Vegetasi
Keadaan umum penutupan vegetasi di KPHL Malunda Kabupaten
Majene Sulawesi Barat, masing-masing hampir seluruh tutupan
vegetasinya terdiri atas berbagai jenis pohon seperti : Malapao,
Bitti/aholla, Kosambi, Ketapang, Damar-damar, Borring, Arogo,
Lamarreng, Lewani, Gare-garetan, Ahola, Suka, Lebbo-lebbo, Barru,
Landera, Talise, Bayor, Wagang, Cendana dan Palau. Hasil inventarisasi
pada wilayah KPH tersebut di sajikan pada Tabel 8 di bawah ini:
Tabel 8. Keanekaragaman Jenis Pohon pada Areal KPHL Malunda
Jenis Plot
I Plot II
Plot III
Jumlah k KR plot
terisi F FR
diameter tot
D dr INP
Malapao 9 11 7 27 9 7.26 3 1 5.17 613.91 4.9308 8.1409 20.57
Bitti/aholla 6 11 12 29 9.67 7.80 3 1 5.17 673.23 5.9298 9.7902 22.76
Kosambi - 6 3 9 3 2.42 2 0.67 3.45 211.73 0.5865 0.9684 6.84
Ketapang 6 7 2 15 5 4.03 3 1 5.17 327.61 1.4042 2.3183 11.52
Damar-damar 25 11 7 43 14.33 11.56 3 1 5.17 972.80 12.3812 20.4415 37.17
Borring 5 4 1 10 3.33 2.69 3 1 5.17 216.18 0.6114 1.0095 8.87
Arogo 4 3 7 14 4.67 3.76 3 1 5.17 311.33 1.2681 2.0937 11.03
Lamarreng 4 6 5 15 5 4.03 3 1 5.17 373.67 1.8268 3.0161 12.22
Lewani 24 7 15 46 15.33 12.37 3 1 5.17 1039.69 14.1425 23.3494 40.89
Gare-
garetan 10 2 6 18 6 4.84 3 1 5.17 353.19 1.6321 2.6946 12.71
Ahola - 5 3 8 2.67 2.15 2 0.67 3.45 171.96 0.3869 0.6388 6.24
Suka 7 6 2 15 5 4.03 3 1 5.17 342.76 1.5371 2.5378 11.74
Lebbo-lebbo 3 6 3 12 4 3.23 3 1 5.17 274.31 0.9845 1.6254 10.02
Barru 6 3 4 13 4.33 3.49 3 1 5.17 280.44 1.0290 1.6988 10.37
Landera 5 3 4 12 4 3.23 3 1 5.17 284.21 1.0568 1.7448 10.14
Talise 8 5 10 23 7.67 6.18 3 1 5.17 531.47 3.6956 6.1014 17.46
Bayor 10 1 3 14 4.67 3.76 3 1 5.17 322.44 1.3603 2.2458 11.18
Wagang 1 5 5 11 3.67 2.96 3 1 5.17 259.25 0.8794 1.4518 9.58
Cendana 11 4 7 22 7.33 5.91 3 1 5.17 503.60 3.3181 5.4782 16.56
Palau 10 4 2 16 5.33 4.30 3 1 5.17 350.56 1.6078 2.6546 12.13
154 110 108
124.00 100.00
19.33 100.00 8414.35 60.5690
300.00
Sedangkan Untuk Index Nilai Penting (INP) Tegakan Pohon yang secara
alami paling potensial untuk tumbuh dan berkembang, berturut-turut
adalah Lewani (INP 40,89%), Damar-damar (INP 37,17%), dan
20
Bitti/aholla (INP 22.76%), Jika dilihat dari sebaran untuk ketiga jenis
tersebut berada pada seluruh plot yang ada.
2. Volume Tegakan
Hasil inventarisasi hutan pada wilayah KPHL Malunda pada 3 unit
dengan volume setaip unit contoh dapat di lihat pada Tabel 9 dibawah
ini:
Tabel 9. Potensi Volume Pohon pada Areal KPHL Malunda
Volume Pohon/Hektar
No.Plot Volume
1 8.612350426
2 5.855802873
3 6.871365125
Total 21.33951842
Volume
Pohon/Hektar 7.113172808
Dari Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa masing-masing volume plot
sebesar 8.612 m3/hektar pada plot 1, plot 2 sebesar 5.855 m3/hektar,
sedangkan volume pohon pada plot 3 sebesar 6.871 m3/hektar. Pada unit
contoh KPH Malunda memiliki volume pohon rata-rata perhektar sebesar
21.33951842 m3/hektar. Dari volume hektar setiap plot dapat dilihat
bahwa kerapatan vegetasi pohon pada plot 1 dan 2 sangat berbeda
tingkat kerapatannya. Hal ini mengambarkan bahwa pada unit contoh
pada plot 1 memiliki kerapatan vegetasi yang rapat, sedangkan pada unit
contoh pada plot 2 memiliki pentupan vegetasi yang cukup kurang apabila
dibandingkan dengan unit contoh pada plot 1 dan 3.Jumlah pohon pada
unit contoh KPH Malunda berdasarkan hasil ineventarisasi dan pendugaan
potensi dapat dilihat pada Tabel 10 di bawah ini.
21
Tabel 10. Potensi Jumlah Pohon per Hektar pada Areal KPHL Malunda
No. Plot Jmlh Pohon/Hektar
1 154
2 110
3 108
Jumlah 372
Rataan 124
Volume pohon perhektar yang dijelaskan pada Tabel 6 di atas,
berbanding lurus dengan banyaknya jumlah batang perhektar pada setiap
unit contoh per plot. Jumlah batang pada setiap unit contoh dapat dilihat
masing-masing jumlah pohon perhektar pada Plot 1 sebesar 154
pohon/hektar, Plot 2 sebesar 110 pohon/hektar, Plot 3 sebesar 108
pohon/hektar. Hal ini juga menggambarkan kerapatan vegetasi yang
tinggi pada plot 1 dan sangat berbeda pada plot 2 yang memiliki
kerapatan vegetasi yang lebih sedikit.
3. Permudaan
Kondisi permudaan pada ketiga plot tersebut berdasarkan hasil
inventrasisasi di lapangan pada KPHL Malunda Sulawesi Barat adalah
sebagai berikut:
Tabel 11. Dugaan Rata-rata Potensi Tiang, Pancang dan Semai
NO
PERMUDAAN TINGKAT
SEMAI
PERMUDAAN TINGKAT
PANCANG
PERMUDAAN
TINGKAT TIANG
JUMLAH
JUMLAH
BATANG
PER
HEKTAR
JUMLAH
JUMLAH
BATANG
PER
HEKTAR
JUMLAH
JUMLAH
BATANG
PER
HEKTAR
1 41 41 82 82 97 97
2 28 28 88 88 57 57
3 58 58 59 59 80 80
TOTAL 127 229 234
RATA-RATA 42.3 76.3 78
22
Pada Tabel 11 diatas menunjukkan bahwa potensi dugaan pada potensi tiang
dan jumlah batang per hektar pada plot 1 adalah 97 batang/ha, pada plot 2
sebanyak 57 batang/ha dan pada plot 3 sebanyak 80 batang/ha dengan
dugaan rata-rata pada contoh uji untuk potensi tiang sebesar 78 batang/ha.
Untuk strata pancang jumlah batang pada plot 1 sebanyak 82 batang/ha,
plot 2 sebanyak 88 batang/ha, dan plot 3 sebanyak 59 batang/ha dengan
dugaan potensi rata-rata pada strata pancang adalah 76.3 batang/ha.
Sedangkan pada strata semai pada plot 1 sebanyak 41 batang/ha, pada plot
2 sebanyak 28 batang/ha dan plot 3 sebanyak 58 batang/ha dengan dugaan
rata-rata pada strata semai adalah 42.3 batang/ha. Sedangkan untuk indeks
nilai penting pada potensi tiang yang paling potensial untuk sebaran dan
pertumbuhanya adalah dengan INP pada tanaman Kosambi 32.98897484
(INP=55,81375), Malapao (INP=46,21936) dan Damar-damar (INP
=21.59159). untuk potensi pancang yang potensial untuk pertumbuhanya
adalah jenis tanaman Borring (INP=22,97), dan Malapao (INP=21,65).
Sedangkan untuk potensi semai yang potensial untuk pertumbuhannya
adalah jenis tanaman Lammareng (INP=32.47), serta Karre-karre dan Alang-
alang (INP=22,60).
4. Potensi Non kayu
Potensi non kayu yang memungkinkan pada KPHL malunda yaitu berupa
rotan, gaharu dan lebah madu.
5. Keberadaan Flora dan Fauna
Berdasarkan data yang diperoleh di areal wilayah KPHL Malunda, terdapat
flora yang mendominasi yaitu Lewani, Damar-damar, dan Bitti/aholla.
Seangkan faunanya diantaranya Burung Alo, Anoa, Kera, Ular dan Rusa.
23
6. Potensi Jasa Lingkungan dan Wisata
Potensi jasa lingkungan berupa danau, air terjun, pemandangan alam
yang indah banyak terdapat pada areal KPHL Malunda (Tabel 6). Potensi
jasa lingkungan yang sekarang ini telah banyak dikunjungi dan dijadikan
obyek wisata oleh penduduk lokal (table 12).
Tabel 12. Potensi jasa Lingkungan yang Terdapat pada KPHL Malunda
No
Sebaran Potensi
Lokasi Sebaran
Potensi
Letak Administrasi Sebaran
Potensi
Desa Kecamatan
1.
HHBK
Lombang Lombang Malunda
Pundau Mosso Sendana
Pundau
Pupu Uping Pupu Uping Alu
Ulidang Tammerodo
2. Permandian Air Panas Tallum Banua Tallum Banua Sendana
3. Wisata Alam Arung
Jeram
Bambangan Bambangan Malunda
Kabiraan Ulumanda
4. Wisata Alam Air Terjun Sambabo Sambabo Ulumanda
5. Getah Damar Sambabo Sambabo Ulumanda
6. Hutan Pendidikan Baruga Dua Baruga Dua Pamboang
7. Pengembangan
Kegiatan Religi
Tallum Banua Tallum Banua Sendana
Potensi obyek wisata tersebut di atas dapat dikembangkan oleh KPHL
Malunda sebagai areal ekowisata secara komersil yang dapat dikelola sendiri
oleh KPHL bersangkutan melalui blok areal tertentu dengan bermitra dengan
dinas terkait yang menangani pariwisata, masyarakat lokal dan atau investor
yang tertarik dalam pengembangan ekowisata dan agrowisata.
24
C. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
1. Kegiatan Wanatani Penduduk Sekitar Areal KPHL Malunda
Aktifitas wanatani yang dilakukan penduduk lokal sekitar areal KPHL
Malunda meliputi kebun rakyat, sawah dan atau tegal/ladang (Tabel 13).
Tabel 13. Jenis Tanaman yang Dibudidayakan Penduduk Desa Sekitar Areal
Eks KPHL Malunda
No Tujuan Penggunaan
Lahan
Tanaman
Pohon
Tanaman
Perkebunan
Tanaman
Semusim
1 Kebun rakyat
Durian
Langsat
Kemiri
Coklat
Kopi
Lada/Merica
Jagung
Palawija
Pisang
2 Sawah Padi
3 Tegal/ladang
Padi
ladang
Palawija
Sumber : Hasil Pengamatan Lapang dan Wawancara dengan Metode PRA, 2013
Aktivitas wanatani yang dilakukan penduduk sekitar kawasan hutan yang
merupakan areal KPHL Malunda, meliputi: (a) Pembangunan kebun rakyat
dengan pola agroforestry yang memerlukan tanamann pohon seperti durian, dan
langsat pada strat atas sedang strat bawah ditanami tanaman perkebunan
seperti coklat, kopi. Sedang pada awal pembangunan kebun campuran tahun
pertama, seperti jagung, padi ladang, pisang, dan sayur mayur.
Kegiatan wanatani ladang bergilir, biasanya dilakukan untuk pemenuhan
kebutuhan pokok beras dengan menanam padi ladang. Areal persawahan yang
terbentuk dari aktivitas ladang pada awalnya, biasanya terjadi karena pada awal
tersebut terdapat sumber air untuk pengairan air persawahan secara alami dari
sungai kecil atau mata air.
Hasil pengamatan lapangan menunjukkan beberapa jenis komoditas
perkebunan seperti kopi robusta, kopi arabika, pala, lada , dan kakao banyak
ditanam oleh penduduk pada kawasan hutan berbentuk pola agroforestry yang
dicampur dengan pohon penghasil buah seperti kemiri dan aren. Model-model
25
agroforestry tersebut dapat dijadikan model untuk diaplikasikan pada kawasan
hutan di tempat lain dalam wilayah KPHL Malunda untuk pengusahaan hutan
skala kecil seperti HTR, HKM, dan atau Hutan Desa.
2. Ketergantungan Masyarakat Desa Tubo Terhadap Kawasan Hutan di
Sekitar Areal KPHL Malunda
Masyarakat Desa Tubo, khususnya yang bermukim di Dusun Taraweki
pada umumnya bekerja di kebun dan juga memiliki usaha sampingan yakni
sebagai nelayan. Usaha ini dilakukan untuk menutupi kebutuhan rumah tangga
selama perkebunan mereka tidak memberikan hasil karena musim panen hanya
berlangsung selama dua bulan dalam setahun, yakni bulan Juni dan Juli. Namun
demikian, pada umumnya masyarakat yang menangkap ikan tidak menjual hasil
tangkapannya. Hasil tangkapan tersebut digunakan utuk konsumsi sehari-hari
bagi anggota keluarganya.
Data pada Lampiran 1 menunjukkan profil usahatani masyarakat di dalam
kawasan hutan, sekaligus menunjukkan tingkat ketergantungannya. Tingkat
ketergantungan masyarakat atas kawasan hutan dianalisis dengan
membandingkan pendapatan mereka dari dalam kawasan hutan dengan
pendapatan dari luar kawasan hutan, seperti yang tertera pada Tabel 14.
Tabel 14. Tingkat ketergantungan masyarakat Desa Tubo terhadap Kawasan
Hutan
Nama
Responden
Penerimaan
dalam Kawasan
Hutan
(Rp/Tahun)
Penerimaan di
luar Kawasan
Hutan
(Rp/Tahun)
Pendapatan
Total
(Rp/Tahun)
Tingkat
Ketergantungan
Terhadap Hutan
(%)
Suka Amang 9,400,000.00 - 9,400,000.00 100,00
Darma 4,540,000.00 - 4,540,000.00 100,00
Syamsuddin 4,500,000.00 - 4,500,000.00 100,00
Busriadi 5,220,000.00 - 5,220,000.00 100,00
Nurdin 3,250,000.00 - 3,250,000.00 100,00
Sida 5,000,000.00 - 5,000,000.00 100,00
26
Abd Kadir 500,000.00 - 500,000.00 100,00
Hudong 9,250,000.00 - 9,250,000.00 100,00
100Bayasa 9,400,000.00 - 9,400,000.00 100,00
Abd. Halim 1,840,000.00 - 1,840,000.00 100,00
Syamsuddin 2,700,000.00 - 2,700,000.00 100,00
Asil 6,700,000.00 - 6,700,000.00 100,00
Sunarjo 320,000.00 3,000,000.00 3,320,000.00 9,63
Hasanuddin 9,400,000.00 - 9,400,000.00 100,00
Najamuddin 18,800,000.00 - 18,800,000.00 100,00
Patong 18,400,000.00 - 18,400,000.00 100,00
Uddin 9,000,000.00 - 9,000,000.00 100,00
Koddong 8,140,000.00 - 8,140,000.00 100,00
Abd Haris 13,500,000.00 9,000,000.00 22,500,000.00 60,00
Dahlan 9,200,000.00 - 9,200,000.00 100,00
Rata-rata 7,453,000.00 600,000.00 8,053,000.00 92,54
Sumber : Olah Data Primer 2013
Data pada Tabel 14 menunjukkan 92,54% pendapatan masyarakat Desa
Tubo bersumber dari dalam kawasan hutan, sehingga secara ekonomi responden
sangat ketergantungan terhadap kawasan hutan. Ada 5% responden hanya memiliki
ketergantungan pada hutan sebesar 9, 63% dimana penghasilan utamanya
diperoleh dari hasil tangkapannya sebagai seorang nelayan. Selain itu 5% responden
juga memiliki 60 % ketergantungan terhadap kawasan hutan karena responden
tersebut memiliki lahan lain di luar kawasan hutan. Namun selebihnya sebanyak
90% responden memiliki ketergantungan ekonomi sepenuhnya dari dalam kawasan
hutan. Terbatasnya lahan diluar kawasan hutan yang dapat dikelola oleh merupakan
faktor utama penyebab tingginya ketergantungan masyarakat terhadap kawasan
hutan.
Data pada Tabel 14 juga menunjukkan pendapatan total masyarakat Desa
Tubo relatif rendah yakni rata-rata Rp 8.053.00,00/KK/tahun atau rata-rata sebesar
Rp 2.013.250,00/kapita/tahun berdasarkan data rata-rata jumlah tanggungan
responden sebanyak 4 orang/KK. Angka ini termasuk kategori miskin apabila
menggunakan standar kemiskinan dari FAO yaitu sebesar US 10/kapita/tahun.
27
3. Tingkat Ketergantungan Masyarakat Desa Tubo Selatan Terhadap
Kawasan Hutan di Sekitar Areal KPHL Malunda
Masyarakat Desa Tubo Selatan pada umumnya berkebun dan memungut
hasil hutan bukan kayu dalam kawasan hutan. Luas lahan yang dikelola antara
0,5 – 5 ha per KK. Profil usahatani masyarakat Desa Tubo Selatan di dalam
kawasan hutan sesuai hasil pengamatan lapangan dan wawancara, dapat
disimpulkan bahwa aktifitas masyarakat dalam kawasan hutan antara lain
berkebun cengkeh dan coklat. Selain itu, masyarakat juga mengelola lahan untuk
pemungutan hasil hutan bukan kayu seperti kemiri. Aktifitas-aktifitas tersebut
dilakukan masyarakat di dalam kawasan hutan disebabkan karena terbatasnya
lahan diluar kawasan hutan yang cukup subur untuk dikelola dan juga karena
hasil kebun tersebut telah memiliki pasar di masyarakat. Tingkat ketergantungan
masyarakat Desa Tubo Selatan tertera pada Tabel 15.
Tabel 15. Tingkat ketergantungan masyarakat Desa Tubo Selatan terhadap
Kawasan Hutan
Nama
Responden
Penerimaan
dalam Kawasan
Hutan
(Rp/Tahun)
Penerimaan di
luar Kawasan
Hutan
(Rp/Tahun)
Pendapatan
Total
(Rp/Tahun)
Tingkat
Ketergantungan
Terhadap Hutan
(%)
Jusman Y 5,300,000.00 - 5,300,000.00 100,00
Hasanuddin 150,000.00 225,000.00 375,000.00 40,00
M.Arif B. 3,400,000.00 630,000.00 4,030,000.00 84,36
Abd. Hamid 9,000,000.00 750,000.00 9,750,000.00 92,30
Amran 1,800,000.00 - 1,800,000.00 100,00
Asrar 9,000,000.00 - 9,000,000.00 100,00
Ma'mung 1,800,000.00 - 1,800,000.00 100,00
Ahmad Tasyrik 9,000,000.00 - 9,000,000.00 100,00
Saparuddin 9,000,000.00 - 9,000,000.00 100,00
Sarkusi 9,000,000.00 324,000 9,324,000.00 96,52
Nurdin 1,800,000.00 - 1,800,000.00 100,00
Amiluddin 2,700,000.00 - 2,700,000.00 100,00
M.Yusran 4,500,000.00 3,360,000.00 7,860,000.00 57,25
Suriana 4,950,000.00 - 4,950,000.00 100,00
Mustafa 750,000.00 - 750,000.00 100,00
28
Abd Jalil 10,440,000.00 - 10,440,000.00 100,00
Mustari 2,700,000.00 - 2,700,000.00 100,00
Abd Rahman 4,500,000.00 - 4,500,000.00 100,00
Abd Hamid 3,400,000.00 - 3,400,000.00 60,00
Ruslan S. 9,000,000.00 - 9,000,000.00 100,00
Rata-rata 5,109,500.00 1,057,800.00 5,373,950.00 95,07
Sumber : Olah Data Primer 2013
Berdasarkan data Tabel 15 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
pendapatan masyarakat Desa Tubo Selatan bersumber dari dalam kawasan hutan
mencapai 95,07%. Dari hasil wawancara terhadap responden dapat diketahui bahwa
mata pencaharian di desa ini mayoritas sebagai petani dan nelayan. Masyarakat
Desa Tabo Selatan memanfaatkan kawasan hutan sebagai sumber kehidupan
mereka. Hal ini dikarenakan terbatasnya lahan diluar kawasan hutan yang dapat
dikelola oleh masyarakat.
Hasil hutan kayu maupun hasil hutan bukan kayu yang dikelola masyarakat
Desa Tubo Selatan relative rendah. Hasil produksi yang rendah disebabkan berbagai
faktor, antara lain kurangnya bantuan dari pemerintah baik bantuan berupa bibit,
sosialisasi maupun penyuluhan tentang pengelolaan hutan dan lahan ataupun
penyuluhan tentang penanggulangan hama pada tanaman. Selain itu kurangnya
akses jalan dari lokasi perkebunan ke jalan provinsi masih sulit sehingga menjadi
kendala bagi masyarakat untuk membawa hasil kebunnya.
Masyarakat Desa Tubo Selatan mengemukakan bahwa lahan hutan tersebut
berpotensi untuk tanaman lain seperti jati, gaharu, durian, alpukat dan kelapa serta
hasil hutan bukan kayu lainnya seperti bambu dan madu. Masyarakat
mengemukakan bahwa tanaman-tanaman tersebut tumbuh subur walaupun dalam
jumlah yang terbatas. Oleh karena itu, masyarakat berharap bisa mendapatkan
bantuan bibit dari pemerintah. Namun ada juga masyarakat yang memang tidak
berminat untuk menanam pohon dengan alasan apabila pohon tersebut sudah
waktunya ditebang akan terkendala untuk mengeluarkannya dari kawasan hutan
karena jarak yang jauh dan kondisi topografi yang tidak mendukung untuk
mengangkut kayu.
29
4. Tingkat Ketergantungan Masyarakat Desa Sambabo Terhadap Kawasan
Hutan di Sekitar Areal KPHL Malunda
Pada awalnya, aktifitas utama masyarakat Desa Sambabo dalam kawasan
hutan adalah petani coklat. Namun karena beberapa tahun terakhir tanaman
coklat diserang hama maka masyarakat kemudian mulai mengelola lahan kebun
untuk ditanami kemiri dan buah-buahan seperti langsat dan durian. Profil
usahatani masyarakat Desa Sambabo di dalam kawasan hutan dapat dilihat pada
Lampiran 3. Berbeda dengan masyarakat Desa Tubo dan Tubo Selatan yang
dapat bekerja sampingan sebagai nelayan karena bermukim dipinggir laut,
masyarakat Desa Sambabo bermukim di dalam dan sekitar kawasan hutan
sehingga betul-betul menggantungkan hidupnya pada hasil kebunnya. Tingkat
ketergantungan masyarakat Desa Sambabo dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Tingkat ketergantungan masyarakat Desa Sambabo terhadap Kawasan
Hutan
Nama Responden
Penerimaan dalam Kawasan
Hutan (Rp/Tahun)
Penerimaan di luar Kawasan
Hutan(Rp/ Tahun)
Pendapatan Total(Rp/
Tahun)
Tingkat Ketergantu
ngan Terhadap
Hutan (%)
Mail 1,800,000.00 - 1,800,000.00 100,00
M.Arifin 17,200,000.00 12,285,000.00 29,485,000.00 58,33
Hamal E. 3,500,000.00 - 3,500,000.00 100,00
Nadira 3,000,000.00 3,000,000.00 6,000,000.00 50,00
Hudu 3,600,000.00 - 3,600,000.00 100,00
Hacco 800,000.00 - 800,000.00 100,00
Mardiyah 3,400,000.00 - 3,400,000.00 100,00
Jufri 8,200,000.00 - 8,200,000.00 100,00
Agus 900,000.00 - 900,000.00 100,00
30
Suratni 1,140,000.00 900,000 2,040,000.00 55,88
Amir 500,000.00 - 500,000.00 100,00
Mudasir 4,900,000.00 - 4,900,000.00 100,00
Rudi 500,000.00 900,000 1,400,000.00 35,71
Mustam 900,000.00 - 900,000.00 100,00
Sidar 3,800,000.00 - 3,800,000.00 100,00
Rusman
Lalla 3,300,000.00 - 3,300,000.00 100,00
Rusman 900,000.00 - 900,000.00 100,00
Abd.Aziz 1,600,000.00 - 1,600,000.00 100,00
Herman 900,000.00 600,000 1,500,000.00 60,00
Jasman 1,450,000.00 400,000 1,850,000.00 78,37
Rata-rata 3,114,500.00 3,014,166.70 4,018,750.00 77,49
Sumber : Olah Data Primer 2013
Masyarakat Desa Sambabo sepenuhnya menggantungkan kehidupan mereka
dari hasil berkebun meskipun dilihat pada Tabel 16 ada sebagian kecil
responden yang memiliki lahan diluar kawasan hutan. kawasan hutan sebagai
sumber kehidupan mereka. Pada Tabel 16 terlihat bahwa salah seorang
responden yang bernama M. Arifin memiliki penghasilan diatas rata-rata.
Menurut responden, M. Arifin memiliki penghasilan yang besar karena
memiliki area lahan yang luas. Hal ini dikarenakan M. Arifin merupakan
penduduk pertama yang ada di Desa Sambabo. M. Arifin mengaku bahwa dia
berhak atas tanah miliknya karena pada awalnya dia membayar pajak secara
rutin untuk tanah tersebut. Selain M. Arifin, responden lain yakni Nadira dan
Herman juga menyatakan bahwa sebelumnya mereka membayar pajak untuk
tanah mereka masing-masing.
31
Aspek sosial masyarakat yang menonjol di Desa Sambabo adalah
konflik pengelolaan sumberdaya hutan antara masyarakat dan pemerintah.
Karena beberapa masyarakat mengkliam bahwa lahan itu merupakan
kepemilikannya yang merupakan warisan turun temurun dari nenek moyang
dan sebelum ditetapkan sebagai hutan lindung mereka rutin membayar pajak
untuk lahan tersebut. Selain alas hak, bukti fisik yang menjadi dasar
masyarakat mengklaim lahan tersebut sebagai lahan milik adalah terdapat
fasilitas publik seperti pemukiman, sekolah, mesjid, kuburan dan jalan yang
telah ada sebelum areal tersebut ditetapkan sebagai kawasan hutan. Dengan
demikian masyarakat berpendapat bahwa penetapan areal pemukiman
mereka menjadi kawasan hutan adalah suatu kesalahan fatal.
D. Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan
Pada wilayah KPHL Malunda belum ada izin pemanfaatan hutan dan
penggunaan kawasan hutan.
E. Isu Strategis, Kendala, dan Permasalahan
Hasil Pengamatan Lapang dan wawacara dengan responden dan berbagai
stakeholder, diperoleh informasi faktor yang menjadi penyebab utama bagi
terjadinya konversi kawasan hutan yang selanjutnya berimplikasi pada terjadinya
degradasi sumberdaya hutan pada areal KPHL Malunda tersebut antara lain
sebagai berikut :
1. Belum Mantapnya Batas Kawasan Hutan di Lapangan
Batas kawasan hutan di wilayah KPHL Malunda mantap atau lebih
tepatnya belum ada. Konsekuensi dari kondisi tersebut adalah terjadinya
penguasaan sebagian kawasan hutan secara defacto oleh masyarakat, yang
diwariskan secara turun temurun dan diklaim sebagai lahan milik mereka.
Batas – batas kawasan hutan yang tidak mantap juga ditunjukkan oleh
masih terus berkembangnya kampung dan permukiman di dalam kawasan
32
hutan pasca TGHK. Berdasarkan hasil wawancara dengan stakeholder dan
pengamatan lapangan diketahui adanya beberapa desa yang seluruh
wilayahnya berada dalam kawasan hutan. Kondisi ini menuntut adanya
penataan dan pemantapan kawasan hutan yang ditunjukkan oleh adanya
batas – batas kawasan hutan yang jelas dan permanen di lapangan serta
batas - batas tersebut diakui oleh semua pihak yang terkait.
2. Masih berlangsungnya kegiatan perambahan kawasan hutan
Perambahan kawasan hutan terjadi sebagai salah satu dampak atau
implikasi dari permasalahan pembangunan wilayah. Data yang ada
mengindikasikan bahwa luas kawasan hutan yang dirambah dan atau
dikonversi menjadi areal perkebunan rakyat dan pertanian lahan kering,
cenderung mengalami peningkatan selama lima tahun terakhir. Berdasarkan
hasil diskusi dengan para stakeholders diketahui bahwa masyarakat
umumnya terdorong atau termotivasi melakukan berbagai bentuk aktivitas
(perambahan) di dalam kawasan hutan dengan beberapa alasan sebagai
berikut :
a. Untuk menambah pendapatan baik secara subsisten maupun untuk
tujuan komersial dengan menanam tanaman perkebunan seperti kakao
dan lada.
b. Untuk mempertahankan status lahan yang dikelola sebagai lahan milik
atau lahan warisan.
3. Adanya Kecendrungan Masyarakat untuk Menerapkan Pola
Usahatani Ekstensif.
Kondisi lahan usahatani masyarakat di wilayah KPHL Malunda
umumnya lahan marginal untuk kesesuaian pengembangan komoditas
pertanian karena berada di dalam kawasan hutan lindung. Hal ini
menyebabkan produktivitas usahatani masyarakat relatif rendah, dan
malahan sering mengalami kegagalan.
33
Masyarakat tidak dapat melakukan pengelolaan usahatani secara
intensif karena keterbatasan pengetahuan teknik budidaya dan keterbatasan
permodalan. Kondisi inilah yang menjadi salah satu faktor penyebab
sehingga masyarakat cenderung melakukan ekstensifikasi lahan usahatani ke
dalam kawasan hutan.
34
BAB III
VISI DAN MISI PENGELOAAN HUTAN
A. Visi dan Misi Provinsi Sulawesi Barat dan Kabupaten Majene di Bidang
Kehutanan
Visi Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Barat untuk lima tahun kedepan
(2011–2016) sebagai berikut :
“Pengelolaan Hutan yang Lestari, untuk kesejahteraan Rakyat”
Rumusan visi Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Barat tersebut mengandung
pengertian sebagai berikut :
1. Hutan Lestari, adalah suatu keadaan dimana sumberdaya hutan berfungsi
secara seimbang antara manfaat ekologi, sosial/budaya dan ekonomi yang
berkelanjutan.
2. Berkeadilan, adalah bisa dinikmati oleh semua elemen masyarakat sehingga
memberi andil dalam pertumbuhan ekonomi dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
3. Rakyat Sejahtera, adalah Keadaan dimana pengelolaan hutan bisa
meningkatkan taraf hidup masyarakat yang ada di dalam, di sekitar hutan,
maupun masyarakat pada umumnya.
Untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan, maka suatu organisasi harus
merumuskan misi. Misi organisasi adalah identifikasi tentang langkah-langkah
utama yang akan diambil untuk mendukung pencapaian visi. Misi dalam hal ini
dimaksudkan sebagai upaya pokok yang ditentukan untuk dapat mewujudkan
kondisi/keadaan yang diharapkan visi. Adapun misi Dinas Kehutanan Provinsi
Sulawesi Barat adalah sebagai berikut :
1. Mewujudkan Kelembagaan Kehutanan yang Mantap
2. Mewujudkan Kawasan Hutan yang mantap
35
3. Meningkatkan Rehabilitasi Hutan dan Lahan
4. Meningkatkan Pengendalian dan Pengawasan Pengelolaan Hutan
5. Meningkatkan Kesejahteraan Melalui Peran serta masyarakat dalam
Pengelolaan Hutan yang adil dan bertanggungjawab
6. Meningkatkan Pengelolaan Hasil Hutan kayu dan non Kayu yang
Transparant dan akuntabel.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kabupaten Majene
Tahun 2011 menetapkan bahwa visi dan misi Kabupaten Majene adalah:
“Terwujudnya kesejahteraan yang adil dan merata di Kabupaten
Majene dalam tata pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa,
demokratis, dalam kehidupan agamais dan berbudaya”.
Berdasarkan visi tersebut, maka misi Kabupaten majene, adalah :
1. Peningkatan sumber daya manusia, aparatur pemerintah dan masyarakat
yang berilmu, profesional dan berakhlak mulia.
2. Peningkatan akselerasi pembangunan bidang ekonomi, kesejahteraan sosial,
politik dan keamanan
3. Pengembangan dan pengamalan nilai-nilai agama dan budaya sebagai
sumber motivasi dan inovasi pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan
4. Percepatan pembangunan infrastruktur jalan, jembatan, lingkungan
permukiman, sarana dan prasarana kebutuhan dasar masyarakat
5. Peningkatan, pemanfaatan, pengelolaan, dan pelestarian sumber daya alam
yang berkelanjutan untuk peningkatan pendapatan masyarakat tanpa
merusak lingkungan
6. Peningkatan pelaksanaan sistem penyelenggaraan pemerintahan yang
profesional, demokratis, bersih,efektif dan efisien
7. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat pada berbagai bidang
pemerintahan, pendidikan, kesehatan, keagamaan, kepemudaan, olahraga,
pariwisata, dunia usaha, lembaga sosial masyarakat, kewartawanan, hukum
dan hak asasi manusia.
36
8. Optimalisasi pemanfaatan, pengelolaan dan peningkatan produksi, hasil
pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, kelautan dan perikanan
sebagai salah satu upaya menurunkan kemiskinan
9. Peningkatan peran masyarakat dan lembaga keuangan di daerah untuk
mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan, ekonomi koperasi dan UKM,
untuk menciptakan lapangan kerja, mengurangi pengangguran dan
kemiskinan
Visi merupakan pandangan jauh ke depan, kemana dan bagaimana
instansi pemerintah harus dibawa dan berkarya agar konsisten dan dapat
eksis, antisipatif, inovatif serta produktif, visi tidak lain adalah suatu
gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan berisikan cita dan
citra yang ingin diwujudkan oleh instansi pemerintah. Dengan mengacu
pada batasan tersebut, visi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten
Majene dijabarkan sebagai berikut :
“TERWUJUDNYA PEMANFAATAN HUTAN DAN KEBUN MELALUI KEMANDIRIAN
PETANI DAN PELAKU AGRIBISNIS SECARA OPTIMAL MELALUI PEMBANGUNAN
SISTEM DAN USAHA YANG BERKELANJUTAN, BERDAYA SAING DAN
BERKERAKYATAN SERTA OPTIMALISASI PENGELOLAAN AGRO EKOSISTEM”
Visi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Majene tersebut
memuat makna dalam jangka waktu lima tahun pembangunan sektor
kehutanan dan perkebunan akan mewujudkan pemanfaatan hutan dan kebun
melalui kemandirian petani dan pelaku agribisnis secara optimal melalui
pembangunan sistem dan usaha yang berkelanjutan, berdaya saing dan
berkerakyatan serta optimalisasi pengelolaan agro ekosistem.
Untuk memenuhi visi tersebut, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten
Majene mencanangkan misi sebagai berikut :
1. Penyelenggaraan Pembangunan Berkelanjuta
2. Optimalisasi Pengelolaan Sumber Daya Alam
37
B. Visi dan Misi KPHL Malunda
Mengacu pada visi dan misi Dinas kehutanan Provinsi Sulawesi selatan,
Visi dan misi Pemerintah Kabupaten Majene,Visi dan misi Dinas Kehutanan
Kabupaten Majene serta dengan melihat Kondisi lokasi KPHL Model Malunda
seluas 52.071 ha, sebagian besar merupakan kawasan hutan lindung dan
sebagian lainnya telah dirambah oleh masyarakat lokal yang telah lama
bermukim dan menggantungkan hidupnya pada hasil hutan kayu dan non
kayu. Berdasarkan kondisi tersebut, maka visi dari KPHl Malunda, yaitu :
“Menjadi KPHL model yang berbasis aneka usaha kehutanan (AUK)
yang madani untuk terwujudnya kemandirian petani dan
pengelolaan hutan yang lestari”.
Makna dari visi tersebut, yaitu bagaimana membangun ekonomi
kerakyatan pada masyarakat lokal sekitar hutan pada areal yang telah
dirambah dan illegal logging melalui pengelolaan hutan yang lestari sehingga
KPHL tersebut dapat mandiri dalam pengelolaan aneka usaha kehutanan
(AUK) dan tanggung jawab KPHL tersebut terhadap perlindungan dan
pengamaman areal kawasan hutan lingkup wilayah kelolanya. Aplikasi AUK
yang madani dalam pengelolaan KPHL Malunda diharapkan dapat
meningkatkan kemandirian ekonomi petani, sekaligus secara signifikan
mengurangi kerusakan lingkungan dan kelangkaan sumberdaya alam.
Berdasarkan visi dan kondisi areal KPHL bersangkutan, maka misinya
adalah :
Penguatan kelembagaan KPHL
Pemantapan kawasan hutan
Pemanfaatan hutan dan pengembangan wirausaha kehutanan
Pengembangan AUK sesuai potensi hutan yang terdapat diareal KPHL
Malunda
Rehabilitasi hutan dan peningkatan daya dukung DAS
Pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan
38
C. Tujuan
Berdasarkan visi dan misi dari KPHL Malunda dan berdasarkan isu-isu
strategis dan permasalahan yang dihadapi KPHL Malunda, maka Tujuan yang
diharapkan dapat terjadi pada pengelolaan KPHL bersangkutan, yaitu
penyelesaian masalah yang terdapat dalam wilayah KPHL tersebut, meliputi :
Pemantapan kawasan hutan
Resolusi konflik dan pengendalian perambahan kawasan hutan
Penguatan kelembagaan KPHL Malunda
Peningkatan ekonomi masyarakat sekitar hutan
Pengembangan ekonomi wilayah melalui PAD sektor kehutanan dari KPH
Terdefinisi dengan jelas tupoksi dan peran antara kelembagaan KPHL
dengan kelembagaan dinas kehutanan dan perkebunan Kabupaten
Majene
Terbangunnya Model pengelolaan hutan ditingkat tapak pada KPHL
Malunda
Pengendalian , pengawasan, dan kolaborasi pengelolaan antar
pemegang ijin dengan pengelola KPH
39
BAB IV
ANALISIS DAN PROYEKSI
A. BLOK INTI HL
Blok Inti HL pada KPHL Malunda terdapat pada kawasan hutan lindung
di Kecamatan Ulumanda dan Malunda (Tabel 17) pada Desa Ulumanda dan
Desa Lombang
Tabel 17. Blok Inti HL pada KPHL Malunda
Kecamatan
Desa Jenis blok
Luas Blok (Ha)
Faktor penyusun blok
Peluang pemanfa
atan hutan
Skala pengusa
haan hutan yang dapat
berlangsung
Izin usaha
pemanfaatan
hutan (IUPH)
Ulumanda Malunda
• Desa Ulumanda
• Desa Lambong
Inti HL 356,42 587,63
1. Aksesibilitas relatif sulit dijangkau
2. Lokasi agak jauh dari pemukiman
3. Adanya arahan rehabilitasi pada RKTN
4. Tutupan lahan terdapat padang rumput dan semak belukar
Perlindungan hutan
--------
Rehabilitasi hutan
Blok Inti HL pada areal KPHL Malunda di tempatkan pada kawasan
hutan yang kondisinya tidak terdapat akses jalan sehingga susah untuk
menjangkaunya dan letaknya jauh dari pemukiman. Faktor lain sehingga
Blok Inti HL di tempatkan di Desa Ulumanda dan Desa Lambong dikarenakan
merupakan kawasan hutan lindung. Aktifitas pengelolaan hutan yang
memungkinkan untuk dilakukan adalah program rehablitasi pada areal yang
tutupan lahannya padang rumput dan semak belukar pada wilayah blok inti
tersebut.
Blok Inti yang terdapat pada areal KPHL Malunda penutupan lahannya
berupa semak belukar areal terbuka dan padang rumput. Disebabkan kondisi
penutupan lahan tersebut maka pengelolaan pada areal Blok Inti diarahkan
40
berupa program rehabilitasi areal yang dikerjakan secara swakelola oleh
KPHL Malunda atau secara partisipatif dengan penduduk lokal setempat.
Tabel 18. Proyeksi Kondisi yang diharapkan pada pengelolaan Blok Inti
No Uraian Rencana
program/kegiatan
Kondisi areal
Blok
pelaksanaan program
Skala pegusahaan
Hutan
Model/metode
pelaksanaan
Lokasi pelaksanaan
program/kegiatan
1 Rehabilitasi areal Semak belukar,
areal terbuka, padang rumput
----------- Dikerjakan sendiri
dan atau secara partisipatif dengan
kelompok tani
Kecamatan
Ulumanda Desa
Ulumanda Kecamatan
malunda Desa
Lombang
2 Perlindungan dan
pengamanan hutan
Seluruh areal
blok inti
-------- Partisipatif dengan
masyarakat , desa
dan pengelola KPHL
Blok Inti HL merupakan kawasan hutan lindung sehingga program
perlindungan hutan yang perlu dilakukan dalam rangka optimalisasi fungsi
manfaat ganda sebagai pengatur tata air bagi wilayah bawahnya. Program
perlindungan hutan pada Blok Inti dapat dilakukan secara partisipatif
bersama-sama dengan masyarakat lokal dan lembaga Desa Ulumanda dan
Desa Lombang.
B. Blok Khusus HL
Blok Khusus HL dalam KPHL Malunda di tujukan untuk
mengembangkan pengelolaan kawasan hutan khusus (KHDTK) di bidang
pendidikan untuk memenuhi kebutuhan Tridarma Perguruan Tinggi
(pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat) dari Universitas yang
terdapat pada wilayah tersebut. Letak KHDTK tersebut secara administrasi
terletak di kecamatan Ulumanda, Sendana, Pamboang dan banggae Timur
seluas 1.757,83 Ha (Tabel 19).
Tabel 19. Blok Khusus HL pada KPHL Malunda
41
Kecamatan Desa Jenis blok
Luas Blok (Ha)
Faktor penyusun
blok
Peluang pemanfaata
n hutan
Skala pengusahaa
n hutan yang dapat
berlangsung
Izin usaha pemanfaatan hutan (IUPH)
1.Ulumanda 3. Sendana 4. Pamboang 5. Banggae
Timur
• Desa Ulumanda
• Desa Tandeallo
• Desa Sendana
• Desa Tallum Banua
• Desa
Betteng
• Desa
Baruga Dua
Khusus HL
1.757,83
1. Aksesibilitas
sangat
tinggi
2. Terdapat
pemukiman
disekitar
wiayah
3. Arahan HA
dan Gambut
serta
rehabilitasi
pada RKTN
4. Tutupan
lahan
terdapat
Hutan
Sekunder,
kebun
masyarakat
dan Padang
rumput
1. Jasa lingkungan
2. HHBK
KHDTK Kemitraan
Keberadaan Universitas Negeri Sulawesi Barat yang baru terbentuk
dimana pada Universitas tersebut terdapat Jurusan Kehutanan, tentunya
membutuhkan hutan pendidikan sebagai tempat praktek sekaligus lokasi
pendidikan. Penempatan Blok Khusus HL untuk areal KHDTK yang terletak di
Kecamatan Ulumanda, Tubbi Taramanu, Sendana, dan Pamboang, di
karenakan areal tersebut letaknya dekat dengan Kampus UNSULBAR dan
terdapat banyak akses jalan untuk menjangkau lokasi tersebut, di samping
sebagai areal tersebut terdapat areal pemukiman penduduk.
Penentuan sebagai Blok Khusus HL yang mestinya pengelolaannya
dalam bentuk KHDTK, di karenakan mengembangkan pola-pola kemitraan
dengan penduduk yang telah bermukim pada areal Khusus HL tersebut.
42
Pada areal yang tutupan hutannya padang rumput, diharapkan
dikembangkan penelitian-penelitian pengembangan agroforestry yang sesuai
kondisi Biofisis dan sosial ekonomi Sulawesi Barat. Demikian pula pada areal
yang tutupan hutannya sekunder di harapkan dapat dikembangkan sistem
silvikultur intensif (SILIN) untuk dapat menjadi model pengelolaan lingkup
Sulawesi Barat
Keberadaan UNSULBAR di Kabupaten Mejene di mana terdapat KPHL
Malunda secara administratif pemerintahan merupakan peluang dalam
membangun modal pengelolaan hutan secara kolaboratif pada kawasan hutan
yang merupakan Blok Khusus HL KPHL Malunda.
Tabel 20. Proyeksi Kondisi yang diharapkan pada pengelolaan Blok Khusus HL
No Uraian Rencana
program/kegiatan
Kondisi areal Blok
pelaksanaan
program
Skala
pegusahaan Hutan
Model/metode
pelaksanaan
Lokasi pelaksanaan
program/kegiatan
2 Inventarisasi berkala
dan Penanataan areal KHDTK
Seluruh areal
blok khusus
Skala kecil Dikerjakan sendiri
oleh KHDTK unsulbar atau pola kemitraan
1. Kec Ulumanda
• Desa Ulumanda • Desa Tandeallo
2.Kec. Sendana Desa Sendana
Desa Tallum
Banua
3. Kec. Banggae Timur Desa Desa
Baruga Dua
4.Kec. Pamboang
• Desa Betteng
3 Rehabilitasi areal Semak belukar Kecil Rehabilitasi polaagroforestry
4 Perlindungan dan pengamanan hutan
Seluruh areal blok khusus
-------- Partisipatif dengan masyarakat , desa
dan pengelola KHDTK UNSULBAR
5 Pengembangan plot penelitian
Semak belukar dan padang
rumput
Demplot penelitian
1. Penelitian pengembangan
sistem silvikultur 2. Pengembangan
demplot pola
agroforetsry
6 Pengembagan skim AUK pola
agroforestry
Semak belukar dan padang
rumput, kebun
masyarakat
skala kecil kelompok
tani
Kemitraan
Blok Khusus HL diharapkan pengelolaannya oleh insan lembaga
akademik kehutanan yang terdapat pada UNSULBAR melaksanakan dan
mengembangkan model-model pengelolaan hutan, seperti: (1) inventarisasi
berkala dan penataan areal KHDTK, (2) model perlindungan dan pengamanan
43
hutan secara kemitraan dengan penduduk lokal sekitar hutan dan lembaga
desa yang terdapat pada berbagai desa di areal KHDTK, (3) pengembangan
plot-plot penelitian pengembangan berbagai komoditas pohon penghasil kayu
dan non kayu untuk merehabilitasi areal KHDTK, dan (4) pengelolaan skim
aneka usaha kehutanan pola agroforestry secara kemitraan bersama dengan
kelompok tani pada setiap penduduk desa yang terdapat di sekitar areal
KHDTK.
C. Blok Pemanfaatan HL
Blok Pemanfaatan HL pada KPHL Malunda terdapat pada wilayah
administrasi Kecamatan Tubo, Sendana, Tammerodo, Ulumanda, Banggae
timur, Malunda, dan Pamboang. Luas blok Pemanfaatan HL seluas 42.407,12
Ha merupakan blok yang terluas di banding blok lainnya yang terdapat
dalam KPHL Malunda (Tabel 21)
Tabel 21. Blok Pemanfaatan HL pada KPHL Malunda
Kecamatan Desa Jenis blok
Luas Blok (ha)
Faktor penyusun blok
Peluang pemanfaatan
hutan
Skala pengusahaa
n hutan yang dapat
berlangsung
Izin usaha pemanfaata
n hutan (IUPH)
Ulumanda Pamboang Sendana
• Desa Sambabo
• Desa Tandeallo
• Desa Ulumanda
• Desa
Betteng • Desa
Adolang • Desa Tallum
Banua • Desa Mosso • Desa Mosso
Dua • Desa
Puttada • Desa
Pundau • Desa
Sendana
Pemanfaat-an HL
42.407,12
1. Aksesibilitas
relatif mudah
dijangkau
2. Terdapat
pemukiman
disekitar
wilayah
3. Adanya arahan
HA dan Gambut
serta
rehabilitasi pada
RKTN
4. Tutupan lahan
terdapat Hutan
Primer, Hutan
Sekunder,
kebun
masyarakat,
Padang rumput,
dan semak
belukar
1. Jasa lingkungan
2. Wisata Alam
3. HHBK
4. ekowisata
1. Skala Besar
2. Skala Kecil
1. HKM
2. HD
3. Wilayah
tertentu
4. Koperasi
5. BUMD/BU
MS
6. Kemitraan
44
Tammerodo
Tubo
Malunda
• Desa Tallambala
o
• Desa Seppong
• Desa Ulidang
• Desa
Onang
• Desa Onang
Utara • Desa Tubo
• Desa Tubo
Selatan
• Desa Lombang
• Desa Bambanga
n
• Desa Mekkatta
Pemanfaa-
tan HL
1.Aksesibilitas
relatif
mudah
dijangkau
2. Terdapat
pemukiman
disekitar
wilayah
3. Adanya
arahan HA
dan Gambut
serta
rehabilitasi
pada RKTN
4. Tutupan
lahan
terdapat
Hutan
Primer,
Hutan
Sekunder,
kebun
masyarakat,
Padang
rumput, dan
semak
belukar
1. Jasa
lingkungan 2. Wisata
Alam
3. HHBK
1. Skala
Besar
2. Skala
Kecil
1. HKM
2. HD
3. Hutan adat
4. Koperasi 5. BUMD/BUMS
6. Kemitraan
7. Wilayah
tertentu
Blok Pemanfaatan HL pada KPHL Malunda ditempatkan pada sebagian
besar wilayah administrasi kecamatan yang ada kawasan hutan lindungnya
yang relatif mudah di jangkau, disamping sebagai areal Blok Pemanfaatan
tersebut terdapat pemukiman masyarakat dan kebun masyarakat.
Potensi hutan yang memungkinkan di usahakan pad Blok Pemanfaatan
HL, meliputi : (a). Hasil hutan dan kayu seperti rotan, gaharu, lebah madu
dan hasil hutan non kayu lainnya masih banyak terdapat pada tutupan hutan
45
primer dan tutupan hutan sekunder, (b). Pada areal-areal tersebut terdapat
potensi wisata pemandian alam yang memungkinkan di kembangkan sebagai
tempat wisata pemandian alam, (c). Pada areal yang tutupan hutannya
terdapat kebun masyarakat, atau padang rumput dan semak belukar yang
dekat dengan pemukiman masyarakat sangat potensial untuk dikembangkan
hutan kemasyarakatan (HKM).
Blok Pemanfaatan HL yang terdapat pada KPHL Malunda mempunyai
potensi penutupan lahannya berupa tutupan hutan alam primer dan tutupan
hutan alam sekunder, semak belukar dan areal terbuka. Potensi hasil hutan
yang terdapat pada hutan alam primer dan sekunder seperti getah pada
pohon damar, rotan dan gaharu. Potensi hasil hutan non kayu lainnya berupa
potensi jasa lingkungan seperti potensi wisata air terjun, air panas, aliran air
sungai dan panorama keindahan alam.
Berbagai potensi hasil hutan yang terdapat pada kawasan 41.328,45
ha pula di inventarisasikan secara berkala berbagai potensi tersebut
menyangkut letak, pengelolaan, dan besarnya potensi areal.
Tabel 22. Proyeksi Kondisi yang diharapkan pada pengelolaan Blok
Pemanfaatan HL
No Uraian Rencana
program/kegiatan
Kondisi areal
Blok pelaksanaan
program
Skala
pegusahaan
Hutan
Model/metode pelaksanaan
Lokasi pelaksanaan program/kegiatan
1 Penyadapan getah pohon damar, rotan,
gaharu
Hutan alam primer/
sekunder
skala kecil Kemitraan dengan kelompok
tani dan KPH
Kec. Ulumanda Kec. Pamboang
Kec Sendana Kec. Tammerodo
Kec. Tubo
Kec. Malunda Kec. Banggae Timur
2 Inventarisasi berkala
dan Penanataan areal pemungutan
HHBK
Hutan alam
primer dan sekunder
3 Rehabilitasi areal Semak belukar
dan areal terbuka
Skala Kecil Rehabilitasi pola
agroforestry non buah dengan
pola kemitraan
kelompok tani dan KPHL
4 Perlindungan dan pengamanan hutan
Seluruh blok pengelolaan
KPHL
--------- Partisipatif dengan
penyadap, desa
dan pengelola KPH
46
5 Pemanfaatan jasa
lingkungan untuk wisata alam, air
mineral, PLTMH
Terdapat air
terjun, air panas, dan
atau air sungai
Skala kecil
atau skala besar
Kemitraan
dengan investor atau dengan
kelompok tani
dengan pengelola KPH
Desa Tandiallo (wisata
air terjun)
Desa Lombang
(pemandian air) Desa bambangan ( air
mineral )
Pengelolaan hutan yang diharapkan dapat berlangsung pada Blok
Pemanfaatan HL , meliputi (1) pemanenan hasil hutan non kayu (getah pohon
damar, rotan dan atau gaharu) yang dilakukan dengan pola pengusahaan
hutan skala kecil secara kemitraan antara kelompok tani dengan lembaga
KPHL Malunda, (2) rehabilitasi areal pada tutupan lahan semak belukar dan
areal terbuka yang dilakukan secara swakelola oleh KPHL Malunda atau
secara kemitraan dengan kelompok tani dengan mengembangkan pola
agroforestry penghasil non kayu, (3) pengembangan usaha jasa lingkungan
seperti wisata alam air terjun dan atau wisata air panas dan atau usaha air
mineral. Pengusahaan jasa lingkungan tersebut dapat dilakukan secara skala
besar atau skala kecil dengan pola kemitraan antara petani atau investor
serta SKPD terkait seperti Dinas Pariwisata atau Dinas Perdagangan (BKPMD),
(4) program perlindungan dan pengamanan areal dilakukan secara partisipatif
atau kemitraan dengan kelompok tani terkait dalam pengelolaan Blok
Pemanfaatan HL tersebut.
D. BLOK PEMANFAATAN HPT
Blok Pemanfaatan HPT terdapat pada kawasan hutan produksi terbatas
di wilayah administrasi Kecamatan Malunda dan Kecamatan Ulumanda seluas
1.796,73 Ha (Tabel 23).
47
Tabel 23. Blok Pemanfaatan HPT pada KPHL Malunda
Kecamatan Desa Jenis blok
Luas Blok
Faktor penyusun blok
Peluang pemanfaatan
hutan
Skala pengusahaa
n hutan yang dapat
berlangsung
Izin usaha pemanfaatan hutan (IUPH)
Malunda Ulumanda
• Desa Lombang
• Desa Bambangan
• Desa Mekkatta
• Desa
Kabiraan • Desa
Sambabo • Desa
Tandeallo
Pemanfa- atan HPT
1.796,73 1. Aksesibilitas mudah dijangkau
2. Terdapat pemukiman disekitar wlayah
3. Adanya arahan usaha
skala besar dan kecil pada RKTN
4. Tutupan lahan terdapat Hutan Sekunder dan semak belukar
1. Jasa lingkungan
2. Wisata Alam 3. HHBK 4. HHK
1. Skala Besar 2. Skala Kecil
1.HKM 2. HD 3. HTI 4. HPH 5. BUMD 6 BUMS 7. Kemitraan 8.Wilayah
tertentu
Blok Pemanfaatan HPT pada areal KPHL Malunda di tempatkan pada
kawasan hutan produksi wilayah administrasi yang terdapat di kecamatan
Malunda dan kecamatan Ulumanda. Penentuan Blok Pemanfaatan HPT pada
wilayah tersebut karena faktor fungsi kawasan hutan pada wilayah tersebut
merupakan hutan produksi terbatas, terdapat prasarana jalan sehingga
mudah dijangkau, serta terdapat pemukiman penduduk pada wilayah
tersebut.
Pemanfaatan hutan yang potensial untuk di kembangkan, meliputi hasil
hutan non kayu seperti rotan, damar, gaharu. Hasil hutan kayu dapat
diperoleh dari pembangunan hutan tanaman pada areal yang tutupan
lahannya merupakan semak belukar.
Pengusahaan hutan yang memungkinkan di kembangkan pada Blok
Pemanfaatan HPT, seperti pengusahaan skala kecil (HKM, Hutan Desa),
48
sedang yang skala besar dapat dalam bentuk BUMD, HTI BUMS dan
pengusahaan pada kemitraan
Tabel 24. Proyeksi Kondisi yang diharapkan pengelolaan Blok Pemanfaatan
HPT
No Uraian Rencana
program/kegiatan
Kondisi areal
pelaksanaan program
Skala
pegusahaan Hutan
Model/metode
pelaksanaan
Lokasi
pelaksanaan program/kegiatan
1 Penyadapan getah pohon damar,
gaharu,
pemungutan rotan
Hutan primer dan hutan
sekunder
Skala besar atau skala kecil
Dikerjakansendiri atau bermitra
dengan kelompok
tani
Kecamatan Malunda :
• Desa Lombang
• Desa Bambangan • Desa Mekkatta
Kecamatan Ulumanda
• Desa Tandeallo
• Desa Kabiraan • Desa Sambabo
2. Pengusahaan hutan kayu
Hutan primer dan hutan
sekunder
Skala besar atau skala kecil
Dikerjakan sendiri atau bermitra
dengan kelompok tani
3. Pemanfaatan jasa
lingkungan untuk wisata alam, air
mineral, PLTMH
Terdapat air
terjun, air panas, dan atau
air sungai
Skala kecil atau
skala besar
Kemitraan dengan
investor atau dengan kelompok
tani dengan
pengelola KPH
Kecamatan
Ulumanda : Desa Lombang
(pemandian air )
Desa bambangan ( air mineral )
2 Inventarisasi berkala
dan Penanataan
areal pemungutan HHBK
Seluruh blok
pengelolaan
-------- Dikerjakan oleh
KPHL
Kecamatan Malunda
:
• Desa Lombang • Desa Bambangan
Kecamatan Ulumanda
• Desa Tandeallo
• Desa Kabiraan • Desa Sambabo
3 Rehabilitasi areal Semak belukar Kecil Rehabilitasi pola
agroforestry
4 Perlindungan dan
pengamanan hutan
Seluruh blok
pengelolaan
-------- Partisipatif dengan
kelompok tani, desa dan pengelola
KPHL
Kondisi yang diharapkan dapat terjadi dalam pengelolaan Blok
Pemanfaatan HPT pada prinsipnya sama dengan program pengelolaan pada
Blok Pemanfaatan HL, yang membedakan adalah pada Blok Pemanfaatan HPT
memungkinkan dilakukan pengusaha hasil hutan kayu secara skala besar atau
skala kecil yang dikerjakan sendiri atau secara kemitraan dengan investor
(untuk skala besar) atau dengan kelompok tani (untuk skala kecil).
49
E. BLOK Pemberdayaan HPT
Blok Pemberdayaan HPT terdapat pada kawasan hutan produksi
terbatas di wilayah administrasi kecamatan Malunda, Tubo dan Ulumanda
dengan luas 3.504,82 Ha (Tabel 25).
Tabel 25. Blok Pemberdayaan HPT pada KPHL Malunda
Kecamatan Desa Jenis blok
Luas Blok
Faktor penyusun blok
Peluang pemanfaatan hutan
Skala pengusahaan hutan yang
dapat berlangsung
Izin usaha pemanfaatan hutan (IUPH)
Malunda Ulumanda
Tubo
• Desa Lombang
• Desa Bambangan
• Desa Mekkatta
• Desa Maliaya • Desa Malunda • Desa
Tandeallo • Desa
Kabiraan • Desa
Sambabo
• Desa Tubo
Pemberda-
yaan HPT
3.504,82 1. Aksesibilitas
sangat mudah
dijangkau
2. Terdapat
pemukiman
disekitar
wilayah
3. Adanya
arahan usaha
skala besar
dan skala
kecil serta
rehabilitasi
pada RKTN
4. Tutupan
lahan
terdapat
Hutan
Sekunder dan
semak
belukar
1. Jasa lingkungan
2. Wisata Alam 3. HHBK 4. HHK
Skala Kecil 1. HKM
2. HD
3. Kemitraan
Penempatan Blok Pemberdayaan HPT dalam pembangunan KPHL
Malunda dicirikan dengan terdapat banyaknya masyarakat yang telah
bermukim dan melakukan aktivitas budidaya wanatani pada areal kawasan
hutan di kecamatan Malunda dan kecamatan Ulumanda pada luasan 3.504,82
Ha. Faktor lain sehingga areal tersebut sebagai blok pemberdayaan karena
banyaknya akses jalan yang memudahkan untuk menjangkau areal
bersangkutan.
50
Pengusahaan hutan yang memungkinkan untuk di kembangkan pada
blok tersebut seperti pengembangan HKM atau hutan desa untuk pengelolaan
hasil hutan kayu dalam bentuk pengusahaan hutan skala kecil
Tabel 26.Proyeksi Kondisi yang diharapkan pada Blok Pemberdayaan HPT
No Uraian Rencana
program/kegiatan
Kondisi
areal Blok
pelaksanaan program
Skala
pegusahaa
n Hutan
Model/metode
pelaksanaan
Lokasi pelaksanaan
program/kegiatan
1 Pengembangan pola agroforestry
penghasil kayu (kemiri, jabon ,
sengon , dlll) dan
non kayu (coklat , lada, dll)
Kebun masyarakat
dan telah ada
pencadangan
HTR
Skala kecil
Pola HKM atau hutan desa
Kecamatan Malunda : DesaMekkatta
Desa Bambangan
Desa Lombang
Desa Maliaya
Desa Malunda
Kecamatan Ulumanda :
Desa Kabiraan
Desa Sambabo
Desa Tande Allo
Kecamatan Tubo Desa Tubo
2. Pengembangan pola
agroforestry
penghasil non kayu (Kemiri Pala dengan
coklat, kopi , Nilam, dll)
Kebun
masyarakat
yang belum ada isin
skim hak kelola
Skala kecil Pola HKM atau
hutan desa
Kecamatan Malunda
• Desa Lombang
• Desa Bambangan • Desa Mekkatta
• Desa Maliaya • Desa Malunda
Kecamatan Ulumanda
• Desa Tandeallo • Desa Kabiraan
• Desa Sambabo Kecamatan Tubo
• Desa Tubo
Blok Pemberdayaan HPT dicirikan dengan kawasan hutan yang telah
terdapat masyarakat didalam kawasan hutan tersebut. Hasil pengamatan
lapangan dan wawancara dengan penduduk lokal yang beraktivitas di dalam
kawasan hutan dan dengan instansi kehutanan Kabupaten Majene, diperoleh
informasi bahwa pada Blok Pemberdayaan HPT KPH Malunda, terdapat
pencadangan HTR yang telah di verifikasi oleh BP2HP, namun areal
pencadangan HTR tersebut tidak bisa dilanjutkan karena berada pada
kawasan hutan produksi terbatas, yang memungkinkan adalah dengan skim
HKm atau hutan desa.
51
F. Blok Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan HHBK (HPT )
Blok Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan HHBK pada kawasan hutan
produksi terbatas di kecamatan Malunda dan kecamatan Ulumanda, di
tujukan untuk mengembangkan potensi air terjun, dan potensi permandian
alam yang terdapat dan telah mulai di manfaatkan penduduk setempat
sebagai areal wisata. Blok tersebut seluas 1175,41 Ha dan terletak pada Desa
Bambangan, Desa Tandeallo, Mekkatta dan Desa Kabiraan (Tabel 27)
Tabel 27. Blok Jasa Lingkungan dan HHBK pada KPHL Malunda
Kecamatan Desa Jenis blok
Luas Blok
Faktor penyusun
blok
Peluangpemanfaat-an
hutan
Skala pengusahaa
n hutan yang dapat
berlangsung
Izin usaha pemanfaata
n hutan (IUPH)
Malunda Ulumanda
• Desa Bambangan
• Desa Mekkatta
• Desa
Tandeallo • Desa
Kabiraan
Pemanfaat
an HPT
1175,41 1. Aksesibilitas
mudah
dijangkau
2. Terdapat
pemukiman
disekitar
wlayah
3. Adanya
arahan usaha
skala besar
dan kecil
pada RKTN
4. Tutupan
lahan
terdapat
Hutan
Sekunder dan
semak
belukar
1. Jasa lingkungan
2. HHBK
1. Skala Besar
2. Skala Kecil
1. HKM
2. HD
3. HTI
4. HPH
5. BUMD
6. BUMS
7. Kemitraan
8. Wilayah
tertentu
Program pengelolaan hutan yang di harapkan dapat berlangsung pada Blok
Jasa Lingkungan dan HHBK (HPT) , seperti pemanfaatan jasa lingkungan
52
untuk wisata alam, pengusahaan air mineral dan pembangkit listrik tenaga
mikro hidro (PLTMH). Gambaran secara rinci program pengelolaan hutan
yang diharapkan berlangsung pada Blok Jasa Lingkungan dan HHBK (HPT)
secara rinci diperlihatkan pada Tabel 28.
Tabel 28. Proyeksi Kondisi yang diharapkan pengelolaan Blok Jasa Lingkungan dan HHBK(HPT)
No Uraian Rencana
program/kegiatan
Kondisi
areal pelaksanaan
program
Skala
pengusahaan Hutan
Model/metode
pelaksanaan
Lokasi pelaksanaan
program/kegiatan
1 Penyadapan getah pohon damar,
gaharu, pemungutan rotan
Hutan primer dan
hutan sekunder
Skala besar atau skala
kecil
Dikerjakan sendiri atau bermitra
dengan kelompok tani
Kecamatan Malunda : - Desa Bambangan
- Desa Mekkatta Kecamatan Ulumanda
Desa Tandeallo
Desa Kabiraan
3. Pemanfaatan jasa
lingkungan untuk wisata alam, air
mineral, PLTMH
Terdapat air
terjun, air panas, dan
atau air
sungai
Skala kecil
atau skala besar
Kemitraan
dengan investor atau dengan
kelompok tani
dengan pengelola KPH
Kecamatan Malunda :
Desa bambangan ( air mineral )
2 Inventarisasi
berkala dan Penanataan areal
pemungutan HHBK
Seluruh
blok pengelolaan
-------- Dikerjakan oleh
KPHL
Kecamatan Malunda :
Desa Bambangan Desa Mekkatta
Kecamatan Ulumanda • Desa Tandeallo
• Desa Kabiraan 3 Rehabilitasi areal Semak
belukar
Kecil Rehabilitasi pola
agroforestry
4 Perlindungan dan
pengamanan hutan
Seluruh
blok
pengelolaan
-------- Partisipatif
dengan kelompok
tani, desa dan pengelola KPHL
G. BLOK PERLINDUNGAN HPT
Blok Perlindungan HPT pada KPHL Malunda di alokasikan seluas 485,04
pada kawasan hutan di kecamatan Malunda dan kecamatan Ulumanda (Tabel
24), di karenakan areal tersebut kondisi topografinya berat dan jenis
tanahnya peka sampai peka terhadap erosi, sehingga mempunyai potensi
untuk dijadikan areal budidaya karena solumnya dangkal atau areal berbatu,
sehingga di jadikan Blok Perlindungan yang pengelolaan hutannya di arahkan
pada program rehabilitasi.
53
Tabel 29. Blok Perlindungan HPT pada KPHL Malunda
Kecamatan Desa Jenis blok Luas Blok
Faktor penyusun blok
Peluang pemanfaatan
hutan
Skala pengusahaan hutan
yang dapat
berlangsung
Izin usaha
pemanfaatan
hutan (IUPH)
Malunda
Ulumanda
• Desa Lombang
• Desa Bambangan
• Desa Mekkatta
• Desa Tandeallo
• Desa Kabiraan
Perlindungan
HPT
485,04 1. Aksesibilitas
relatif mudah
dijangkau
2. Terdapat
pemukiman
disekitar
wilayah
3. Adanya arahan
usaha skala
besar dan
skala kecil
serta
rehabilitasi
pada RKTN
4. Tutupan lahan
terdapat Hutan
Sekunder dan
semak belukar
1. Rehabilitasi
2. Jasa
Lingkungan
Penempatan Blok Perlindungan HPT dalam pembangunan KPHL
Malunda, dicirikan dengan (a) adanya arahan usahan skala besar dan skala
kecil suatu rehabilitasi pada RKTN, (b) kondisi biofisik yang bertopografi berat
dan atau solumnya dangkal dengan kondisi permukaan tanah berbatu yang
tidak layak sebagai areal budidaya, (c) .
Kondisi biofisik yang tidak layak secara secara ekonomi untuk lahan
budidaya, sehingga program pengelolaan hutan pada blok tersebut yang
perlu dilakukan adalah kegiatan rehabilitasi dan perlindungan hutan.
Kondisi yang diharapkan dapat berlangsung pada pengelolaan Blok
Perlindungan HPT, meliputi perlindungan dan pengamanan hutan, rehabilitasi
areal, dan penataan areal (Tabel 30)
Tabel 30.Proyeksi Kondisi yang diharapkan Pada Blok Perlindungan HPT
54
No Uraian Rencana
program/kegiatan
Kondisi areal
Blok pelaksanaan
program
Skala
pegusahaan Hutan
Model/metode
pelaksanaan
Lokasi pelaksanaan
program/kegiatan
1 Penanataan areal
rehabilitasi
Seluruh blok
perlindungan HPT
---------- Kec. Malunda
• Desa Lombang • Desa
Bambangan • Desa Mekkatta
• Kec. Ulumanda
• Desa Tandeallo
• Desa Kabiraan
2 Rehabilitasi areal Semak belukar Kecil Rehabilitasi pola
agroforestry
3 Perlindungan dan pengamanan
hutan
Seluruh blok perlindungan
HPT
Kelompok Tani
Kemitraan denganlembaga desa
dan pengelola KPHL, atau secara
swakelola oleh KPHL Malunda
Program perlindungan dan pengamanan hutan pada Blok Perlindungan
HPT di lakukan pada seluruh Blok Perlindungan HPT secara swakelola oleh
KPHL Malunda, dan atau secara kemitraan dengan kelompok tani, lembaga
desa, dan pengelola KPHL Malunda. Kegiatan rehabilitasi lahan pada areal
Blok Perlindungan HPT di arahkan pada areal yang kondisi penutupan
lahannya merupakan areal semak belukar dan atau areal terbuka dengan
mengembangkan pola agroforestry yang dapat meningkatkan produktifitas
lahan secara ekologis dan ekonomis.
55
BAB V
RENCANA KEGIATAN
A. Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola serta Penataan Hutan
Inventarisasi berkala wilayah kelola KPHL Malunda perlu dilakukan untuk
mengetahui dengan tepat potensi areal sebagai dasar dalam menyusun
perencanaan jangka pendek pada setiap blok pengelolaan hutan. Blok yang
perlu mendapat perhatian utama dalam inventarisasi berkala, yaitu blok
pemanfaatan HPT untuk melihat potensi kayu dan potensi non kayu yang
terdapat dalam blok tersebut, dan blok pemanfaatan HL dan blok jasa
lingkungan HHBK untuk melihat potensi hasil hutan non kayu seperti rotan,
gaharu, dan damar.
Blok pemanfaatan HPT seluas 1.796,74 ha direncanakan sebagai areal
wilayah tertentu yang akan dikelola sendiri oleh KPHL Malunda untuk produksi
kayu hutan alam nantinya, perlu diinventarisasi secara detail untuk pengaturan
hasil, sehingga pengusahaan hutan pada blok tersebut dapat dicapai kelestarian
hasil. Inventarisasi potensi yang perlu dilakukan, melipuit : (a) inventarisasi
berkala lokasi mana dalam blok tersebut yang penutupan hutannya tinggi,
sedang dan rendah, (2) inventarisasi potensi jenis dan potensi kayu (m³/ha)
pada berbagai potensi tutupan lahan yang sekaligus mengetahui penyebaran
kelas diameter berbagai jenis tegakan komersil dan non komersil. Berdasarkan
hasil inventarisasi tersebut dapat dilakukan pengaturan hasil berdasarkan etat
luas dan berdasarkan etat volume, sehingga pengusahaan hutan untuk produksi
kayu pada blok tersebut diharapkan nantinya dapat tercapai kelestarian hasil
dan kelestarian hutan. Implementasi pengaturan hasil berdasarkan etat luas
dan etat volume dilapang dilakukan melalui penataan petak-petak tebang
tahunan menggunakan batas-batas alam.
56
Tabel 31. Blok pada KPHL Malunda yang perlu mendapat prioritas awal dalam inventarisasi dan penataan hutan
Blok prioritas inventarisasi dan penataan areal
Luas areal Blok pada berbagai administrasi Kecamatan (ha)
Total luas Aktivitas inventarisasi Aktivitas
penataan areal
Ulumanda Malunda Tubo Sendana Tammerodo Banggae
Timur Pamboang
Pemanfaatan HPT 341,22 1455,52
1.796,74
1. Inventarisasi lokasi-lokasi yang berpotensi non kayu tinggi, sedang dan rendah
Tata batas blok menggunakan batas
alam
Pemanfaatan HL 15143,25 10351,21 4720,52 7039,76 2471,69
21,66
1580,36 42.407,12
1. Inventarisasi lokasi-lokasi yang berpotensi tutupan hutan (tinggi, sedang dan rendah)
2. Inventarisasi potensi tegakan kayu (m³/rha)
pada berbagai potensi tutupan hutan
1. Tata batas luar blok menggunakan balas alam.
2. Batas areal berpotensi
tinggi, sedang dan rendah menggunakan batas alam
Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan HHBK pada HPT
454,39 722,01
1.175,41
Blok Perlindungan 12,79 472,25
485,04
Blok Inti 356,42 587,63
944,05
57
Blok Pemanfaatan-HL dan Blok Pemanfaatan-HPT, dilakukan inventarisasi
berkala, dimaksudkan untuk mengetahui pada wilayah mana dalam blok
tersebut yang dapat diusahakan untuk memungut hasil hutan kayu dan non
kayu pada blok Pemanfaatan HPT, sedang hasil hutan non kayu pada Blok HL
dengan menggunakan masyarakat lokal sebagai tenaga pemungut HHBK getah
damar. Penataan hutan dilapangan dilakukan untuk menata luas areal dan
jumlah pohon yang disadap getahnya oleh setiap tenaga pemungut getah damar
menggunakan batas-batas alam dan penandaan pohon sebagai batas areal
pemungutan pohon damar antar penduduk pemanen getah damar .
Inventarisasi berkala untuk blok perlindungan dan blok inti dilakukan
untuk mengetahui potensi flora dan fauna yang perlu dilindungi atau yang
endemik. Inventarisasi lainnya yang perlu dilakukan secara berkala adalah
mengetahui wilayah mana dalam blok tersebut yang tutupan hutannya berhutan
dan yang tidak berhutan untuk maksud mengetahui letak dan luas areal yang
perlu kegiatan rehabilitasi lahan.
B. Pemanfaatan Hutan pada Wilayah Tertentu
Kawasan hutan dalam wilayah KPHL Malunda yang direncanakan untuk dikelola
oleh KPHL Malunda sebagai areal wilayah tertentu seluas 31.510,69 ha, terdapat
pada Blok Pemanfaatan HPT seluas 1.796,74 Ha, pada blok pemanfaatan jasa
lingkungan seluas 1.175,41 Ha (HPT) dan pada blok pemanfaatan HL seluas
58
28.538,55 Ha. Rencana kegiatan pada wilayah tertentu meliputi ; (a) rencana
pemanfaatan hasil hutan kayu hutan alam (HHK-HA) hasil hutan bukan kayu (HHBK)
berupa getah pohon damar, gaharu dan rotan seluas 1.796,74 Ha pada blok
pemanfaatan HPT, (b) rencana pemanfaatan jasa lingkungan wisata alam seluas
1.175,40 Ha (HPT) pada blok pemanfaatan jasa lingkungan, serta rencana
pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (HHBK) pada blok pemanfaatan HL seluas
28.538,55 Ha .
Tabel 32. Program dan kegiatan strategis pada areal wilayah tertentu di KPHL
Malunda
No Jenis Blok Lokal administrasi kecamatan/Desa
Luas Program kegiatan
Model pelaksanaan
Kelas perusahaan
1. Jasa Lingkungan
HPT
Kec. Ulumanda
Wisata alam Kemitraan dengan investor
Skala kecil
Desa kabiraan 275,30
Desa tandeallo 179,09
Kec. Malunda
Desa mekkatta 1,01
Desa bambangan 720,0
2. Pemanfaatan HPT
Kec. Ulumanda
Pemanfaatan hasil hutan kayu
hutan alam (HHK-HA) dan
hasil hutan bukan kayu
(HHBK)
Kemitraan Dengan investor
Skala kecil dan skala
besar
Desa kabiraan 90,17
Desa sambabo 60,06
Desa tandeallo 190,99
59
No Jenis Blok Lokal administrasi
kecamatan/Desa Luas
Program
kegiatan
Model
pelaksanaan
Kelas
perusahaan
Kec. Malunda
Desa mekkatta 666,75
Desa bambangan 613,85
Desa lombang 174,92
3. Pemanfaatan HL
Kec. Tubo
Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu
(HHBK)
Kemitraan Dengan investor
Skala besar dan skala
kecil
Desa onang utara 621,61
Desa onang 1651,18
Desa tubo selatan 1526,25
Desa tubo 918,27
Kec. Sendana
Desa pundau 535,88
Desa puttada 1270,10
Desa sendana 744,28
Desa mosso 601,16
Desa mosso dua 539,96
Desa tallum banua 895,71
Kec. Tammerodo
Desa ulidang 1107,21
Desa seppong 576,60
Desa tallambalao 788,02
Kec. Ulumanda
Desa sambabo 1649,83
Desa tandeallo 3040,5
Desa ulumanda 6814,97
Kec. Banggae Timur
Desa baruga dua 13,74
60
No Jenis Blok Lokal administrasi
kecamatan/Desa Luas
Program
kegiatan
Model
pelaksanaan
Kelas
perusahaan
Kec. Malunda
Desa mekkatta 614,19
Desa bambangan 1700,92
Desa lombang 1496,75
Kec. Pamboang
Desa betteng 188,84
Desa adolang 454,56
Kec. Tammerodo
Desa tallambalao 788,02
1. Kegiatan Pokok dalam Wilayah tertentu untuk pemanfaatan hasil hutan kayu hutan alam dan hasil hutan bukan kayu
a. Kegiatan Inventarisasi dan Penataan wilayah tertentu
Kegiatan inventarisasi potensi kayu dan non kayu pada wilayah tertentu,
meliputi :
1) Inventarisasi berkala lokasi mana dalam blok tersebut yang penutupan
hutannya tinggi, sedang dan rendah,
2) Inventarisasi potensi jenis dan potensi kayu (m³/ha) pada berbagai
potensi tutupan lahan yang sekaligus mengetahui penyebaran kelas
diameter berbagai jenis tegakan komersil dan non komersil.
Berdasarkan hasil inventarisasi tersebut dapat dilakukan pengaturan
hasil berdasarkan etat luas dan berdasarkan etat volume, sehingga
pengusahaan hutan untuk produksi kayu pada blok tersebut
61
diharapkan nantinya dapat tercapai kelestarian hasil dan kelestarian
hutan. Implementasi pengaturan hasil berdasarkan etat luas dan etat
volume dilapang dilakukan melalui penataan petak-petak tebang
tahunan menggunakan batas-batas alam.
3) inventarisasi potensi hasil hutan non kayu yang potensinya tinggi,
sedang, atau rendah serta dimana letak lokasi penyebaran potensi
hasil hutan non kayu tersebut.
b. Kegiatan Pembukaan Wilayah hutan (PWH)
Pembukaan wilayah hutan merupakan kegiatan yang merencanakan
dan pembuatan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam rangka
operasional kegiatan, baik penanaman, pemeliharaan tanaman,
penanaman hasil hutan kayu dan kayu sekali pengangkutan hasil hutan
kayu dan non kayu tersebut keluar dari hutan. Prasarana tersebut meliputi
rencana sumbu jalan (trase), base camp, jembatan, gorong-gorong, ilaran
api, pemasangan papan-papan peringatan dan larangan dll.
Kegiatan PWH di dalam Wilayah tertentu pada areal KPHL Malunda
adalah upaya pengadaan sarana dan prasarana dalam rangka mendukung
pengelolaan hutan sesuai persyaratan yang telah ditentukan. Pertimbangan
teknik, ekonomis dan ekologis dari pembukaan wilayah hutan, pembukaan
tegakan dan sistem penanaman, pemeliharaan, penjarangan dan
62
pemanenan merupakan perpaduan yang perlu dipertimbangkan, agar
pengelolaan hutan dapat lestari, dengan tujuan sebegai berikut:
Mempermudah penataan hutan, tata batas dalam dan luar wilayah
tertentu, tata batas dalam membagi areal hutan ke dalam petak
tebangan tahunan.
Mempermudah pengukuran pekerja, peralatan dan bahan-bahan keluar
masuk hutan dan kegiatan pembinaan hutan.
Mempermudah kegiatan pemanenan hasil hutan (penebangan,
penyaradan, pengumpulan, pengangkutan dan penimbunan)
Mempermudah pengawasan hutan perlindungan hutan (terhadap
kebakaran, serangan hama dan penyakit hutan)
Di daerah yang terisolasi terpencil, kegiatan PWH dapat merupakan
bagian yang penting dari pengembagan infrastruktur daerah tersebut,
bahkan dapat merupakan pionir pengembangan hutan.
c. Lokasi Prioritas untuk menjadi Wilayah tertentu pemanfaatan hasil hutan
kayu hutan alam dan hasil hutan bukan kayu.
Berdasarkan hasil analisis GIS oleh BPKH tahun 2013 dan hasil
diskusi dengan lembaga KPHL Malunda, lokasi-lokasi yang akan
dikembangkan menjadi wilayah tertentu untuk rencana pemanfaatan hasil
hutan kayu hutan alam dan hasil hutan bukan kayu dapat dilihat pada
Tabel 33.
63
Tabel 33. Lokasi yang direncanakan menjadi Wilayah tertentu pemanfaatan
hasil hutan kayu hutan alam dan hasil hutan bukan kayu
No Lokal administrasi
kecamatan/Desa Luas
JENIS
BLOK
Blok
Pemanfaatan
HPT
1. Kec. Ulumanda
Desa kabiraan 90,17
Desa sambabo 60,06
Desa tandeallo 190,99
2. Kec. Malunda
Desa mekkatta 666,75
Desa bambangan 613,85
Desa lombang 174,92
1. Kegiatan Pokok dalam Wilayah tertentu pada Blok Pemanfaatan HPT untuk pemanfaatan hasil hutan bukan kayu
Kegiatan pokok yang perlu dilakukan dalam pengelolaan wilayah
tertentu untuk pengusahaan HHBk, antara lain :
1) Mencari investor yang tertarik pada pengusahaan hasil hutan non
kayu
2) Mengembangkan sistem kerjasama kemitraan bagi hasil hutan non
kayu
64
3) Inventarisasi dan pemetaan secara partisipatif lokasi-lokasi potensi
hasil hutan non kayu
4) Pembentukan kelompok tani pemanenan hasil hutan non kayu
secara sistem afdeling, dimana satu afdeling dikelola oleh satu
kelompok tani dan diawasi oleh seorang mandor dan berada
dibawah resort pengembangan wilayah tertentu dalam struktur
organisasi KPHL Malunda. Luas setiap afdelig berkisar antara 100 -
150 ha dan luas kelola setiap rumah tangga kelompok tani
pemanenan hasil hutan non kayu berkisar antara 4 sampai 8 hektar
5) Mengembangkan aturan internal kelompok tani pemanenan hasil
hutan non kayu dan mekanisme bagi hasil atau sistem upah dalam
pemanenan tersebut.
2. Kegiatan Pokok dalam Wilayah tertentu untuk pemanfaatan Jasa
Lingkungan
Potensi jasa lingkungan yang terdapat dalam areal wilayah tertentu
pada blok pemanfaatan jasa lingkungan meliputi : air terjun, aliran
sungai, dan atau mata air yang kesemuanya mempunyai potensi
untuk dikembangkan menjadi areal pemandian alam, areal untuk
petani, areal untuk bahan baku air mineral. Kegiatan pokok yang perlu
dilakukan untuk pengembangan wisata tersebut, antara lain:
65
1) Mencari investor yang tertarik pada pengusahaan jasa lingkungan,
atau SKPD lingkup Kabupaten Majene (seperti Dinas pariwisata)
untuk sumber pendanaan pembangunan jasa lingkungan.
2) Menyusun desain atau rancangan bangunan serta tata letak
prasarana dan sarana pendukung pengusahaan jasa lingkungan.
3) Mengembangkan mekanisme pengusahaan hasil hutan non kayu
secara kemitraan antara lembaga KPHL Malunda, SKPD terkait, atau
inverstor (apabila kerjasama kemitraan bagi hasil dengan investor
dan masyarakat lokal setempat).
4) Mengembangkan sistem promosi pariwisata lokasi bersangkutan
melalui media oline (melalui internet), atau melalui pamplet.
C. Pemberdayaan Masyarakat
Lokasi pemberdayaan masyarakat pada areal Kawasan hutan KPHL
Malunda, dilakukan pada areal – areal yang telah terdapat masyarakat yang
beraktivitas di dalam kawasan hutan dan berada di luar areal ijin pengusahaan
hutan. Wilayah kecamatan terdapatnya lokasi blok pemberdayaan sebagian
besar tedapat pada kecamatan Malunda dan Ulumanda seluas 3.504,82 Ha
yang merupakan kawasan hutan produksi terbatas (Tabel 34).
66
Tabel 34. Letak dan Luas Blok pemberdayaan KPHL Malunda
No Uraian Rencana
program/kegiatan
Kondisi areal Blok
pelaksanaan program
Skala pegusahaan
Hutan
Model/metode pelaksanaan
Lokasi pelaksanaan program/kegiatan
1 Pengembangan pola
agroforestry
penghasil kayu
(kemiri, jabon ,
sengon , dlll) dan
non kayu (coklat ,
lada, dll)
Kebun
masyarakat dan
telah ada
pencadangan
HTR
Skala kecil
Pola HKM atau
hutan desa
Kecamatan Malunda :
Desa Mekkatta
Desa Bambangan
Desa Lombang
Kecamatan Ulumanda :
Desa Kabiraan
Desa Sambabo
2. Pengembangan
pola agroforestry
penghasil non kayu
(Kemiri Pala dengan
coklat, kopi, Nilam,
dll)
Kebun
masyarakat
yang belum ada
izin skim hak
kelola
Skala kecil Pola HKM atau
hutan desa
Kecamatan Malunda
• Desa Lombang
• Desa Bambangan
• Desa Mekkatta
Kecamatan Ulumanda
• Desa Tandeallo
• Desa Kabiraan
• Desa Sambabo
Kegiatan Pokok pada Blok Pemberdayaan untuk skim HKm atau HD
Kegiatan pokok yang perlu dilakukan dalam pengelolaan blok
pemberdayaan untuk program Hutan Desa atau HKM, antara lain :
1) Mengembangkan skim hutan kemasyarakatan (HKM), atau Hutan Desa
(HD).
2) Fasilitasi pembentukan kelompok tani HD, atau HKM serta pengurusan
proses perolehan ijin IUPHHD, dan IUPHHKM dilakukan secara kemitraan
67
antara lembaga pengelola KPHL Malunda, kelompok tani HD, dan HKM,
Lembaga Dinas Kehutanan Kabupaten Majene, dan UPT kementerian
kehutanan yang membidangi HD, dan HKM (BPDAS Saddang).
3) Pengembangan AUK pada berbagai lokasi pembangunan HD, atau HKM
dengan pola agroforestry. Aktivitas pemberdayaan masyarakat berupa
budidaya tanaman kehutanan dengan tanaman perkebunan kakao, lada,
dan padi ladang atau jagung direncanakan akan di ditransformasi menjadi
pola–pola agroforestry melalui skim hutan kemasyarakatan (HKM), atau
Hutan Desa (HD).
D. Pembinaan dan Pemantauan Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan
Kawasan Hutan
Berdasarkan informasi dari para pihak yang terkait, belum ada pihak
ketiga yang melakukan aktivitas pengelolaan hutan di wilayah KPHL Malunda.
Potensi-potensi wisata air terjun, serta potensi wisata alam belum dikelola oleh
pihak ketiga. Demikian pula pemanfaatan jasa lingkungan juga belum
terbangun pada saat ini. Namun demikian, apabila potensi-potensi tersebut
dikelola, maka lembaga pengelola KPHL Malunda harus membangun
kelembagaan sistem kompensasi atas produk jasa lingkungan yang diproduksi
dari wilayah KPHL Malunda yang dimanfaatkan oleh pihak ketiga. Konsep
sinergitas manajemen harus mejadi pilar utama di dalam pengelolaan potensi-
potensi tersebut oleh pihak ketiga.
68
E. Penyelenggaraan Rehabilitasi pada Areal di luar Izin
1. Dasar Hukum Pelaksanaan Rehabilitasi diluar izin
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 76 Tahun 2008 Tentang
Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan (pasal 35), pelaksana rehabilitasi Hutan dan
Lahan, yaitu : (1) rehabilitasi hutan pada kawasan hutan
konservasidilaksanakan oleh Pemerintah kecuali taman hutan raya, (2)
Rehabilitasi hutan pada taman hutan raya dilaksanakan oleh pemerintah
provinsi atau pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya. (3)
Rehabilitasi hutan pada hutan konservasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) dilaksanakan dengan ketentuan harus : a. menanam jenis
tumbuhan asli setempat; b. menanam tumbuhan yang sesuai keadaan habitat
setempat; dan c. menanam dengan berbagai jenis tanaman hutan. Sedang
Pasal 36, menyebutkan (1) Rehabilitasi pada kawasan hutan produksi dan
hutan lindung yang hak pengelolaannya dilimpahkan kepada Badan Usaha
Milik Negara, atau diberikan izin pemanfaatan hutan, atau izin penggunaan
kawasan hutan dilaksanakan oleh pemegang hak atau izin.(2) Rehabilitasi
pada kawasan hutan produksi dan hutan lindung yang tidak dibebani hak atau
izin dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten/kota.
(3) Rehabilitasi pada kawasan hutan produksi dan hutan lindung
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan dengan
ketentuan: a. jenis tumbuhan yang ditanam harus sesuai dengan fungsi
hidroorologis; b. tumbuhan yang ditanam dapat bersifat monokultur atau
campuran; dan c. sejauh mungkin menghindari jenis tumbuhan eksotis atau
69
jenis tumbuhan asing. Pasal 37, menjelaskan (1) Rehabilitasi hutan pada
kawasan hutan yang dikelolaoleh lembaga yang diberi hak pengelolaan
kawasan hutan dengan tujuan khusus dilakukan oleh pengelola. (2)
Rehabilitasi pada kawasan hutan yang dikelola oleh masyarakat hukum adat
sebagai hutan adat,dilaksanakan oleh masyarakat hukum adat yang
bersangkutan. Pasal 38 menguraikan (1) Rehabilitasi lahan dilaksanakan oleh
pemerintah kabupaten/kota.(2) Rehabilitasi lahan yang dibebani hak atas
tanah menjadi kewajiban dan tanggung jawab pemegang hak. Sedang Pasal
39 menjelaskan (1) Pemegang hak atau pemegang izin dalam melaksanakan
rehabilitasi hutan dan/atau lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36,
Pasal 37, dan Pasal 38 ayat (2) dapat meminta pendampingan, pelayanan, dan
dukungan dari Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota,
dan/atau lembaga swadaya masyarakat.(2) Pendampingan, pelayanan, dan
dukungan Pemerintah, pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan untuk kegiatan rehabilitasi
hutan dan lahan dengan tujuan perlindungan dan konservasi.
2. Lokasi Penyelenggaraan Rehabilitasi areal KPHL Malunda
Areal yang diprioritaskan untuk direhabilitasi pada areal KPHL Malunda
seluas 1.429,09 Ha adalah areal-areal yang tutupan hutannya telah terbuka
atau yang berpenutupan semak belukar sebagai akibat aktivitas perambahan
masyarakat, yaitu pada blok perlindungan (HPT) seluas 485,04 Ha dan pada
blok inti (HL) seluas 944,05 Ha. Blok inti dan blok perlindungan yang
tutupan hutannya berupa semak belukar dan belum dirambah masyarakat
dilakukan rehabilitasi lahan dengan sistem pengayaan tanaman, sedang yang
70
telah dirambah masyarakat dalam bentuk pertanian lahan kering dan atau
pertanian campur semak maka dilakukan rehabilitasi pola agroforestry secara
swakelola oleh KPHL Malunda atau secara kemitraan dengan masyarakat
lokal, dan atau lembaga desa.
3. Jenis Komoditas yang Diinginkan Oleh Masyarakat dalam rehabilitasi di luar
izin.
Hasil pengamatan lapang dan wawancara dengan masyarakat
menunjukkan bahwa masyarakat menginginkan pengembangan beberapa
jenis komoditas baik berupa kayu-kayuan maupun komoditas MPTS (Multi
Purpose Tree Spesies) pada pelaksanaan RHL. Berdasarkan pertimbangan
keadaan di lapangan, yaitu masyarakat yang telah melakukan kegiatan
usahatani di dalam kawasan hutan areal KPHL Malunda, maka pola
rehabilitasi yang diusulkan adalah pola agroforestry. Dengan demikian
masyarakat tersebut tetap akan mendapatkan kebutuhan hariannya,
sementara mereka juga akan membangun tegakan hutan dengan menanam
tanaman jenis kayu-kayuan. Jenis-jenis yang diinginkam oleh masyarakat
antara lain kemiri, durian, lansat, gmelina, mahoni, suren, rambutan, kakao,
kopi. Kendala utama dalam pengembangan komoditi tersebut antara lain
adalah usahatani belum dikelola secara intensif dan belum diterapkannya
teknik-teknik sipil konservasi.
71
4. Model Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Model RHL yang dapat di kembangkan dalam merehabilitasi areal kelola KPHL
Malunda, seperti pola agroforestry, pola pengayaan, pola hutan campuran sistem
jalur, pola hutan tanaman campuran/hutan serbaguna.
a. Pola Agroforestry
Pola agroforestry yang dapat dikembangkan antara lain silvopasture dan
agrosilvikultur. Sistem penanaman dapat di lakukan dengan tumpang sari maupun
alley cropping.
Alley cropping merupakan pola agroforestry yang sesuai untuk lahan datar
sampai topografi agak miring. Dengan alley cropping tanaman pohon ditanam secara
kelompok berselang-seling dengan tanaman perkebunan coklat menurut kontur
membentuk jalur-jalur tanaman. Pohon-pohon yang ditanam secara berkelompok
tersebut dapat berfungsi sebagai penahan erosi yang cukup efektif disamping
sebagai sumber bahan organik untuk mempertahankan dan mengembalikan
kesuburan tanah. Pada jalur tanaman kayu-kayuan ditanam jenis pohon seperti
mahoni, jati, durian, rambutan, nangka dll.
b. Pola Pengayaan
Pola Pengayaan dilakukan pada kawasan hutan yang penutupan lahannya telah
mengalami kerusakan secara setempat-setempat yang penutupannya semak
belukar, atau pada lahan pertanian lahan kering campur semak (PLKCS), sehingga
tidak diperlukan penanaman secara menyeluruh. Pengayaan ini mengikuti model
spot/mosaik dengan jalan menanam jenis-jenis kayu unggulan setempat dan jenis-
jenis pohon penghidupan (MPTS) yang ditanam secara mengelompok maupun
secara campuran. Jenis-jenis pohon unggulan setempat seperti: kemiri, durian,
langsat, rambutan, nangka, petai, mangga, kapuk, dan sebagainya. Penanaman
dapat dilakukan secara campuran ataupun secara kelompok.
c. Pola Hutan Campuran Sistem Jalur
Hutan campuran sistem jalur merupakan pola yang sesuai untuk penutupan
pada lahan milik dan kawasan hutan yang penutupannya semak belukar.
72
Penanaman secara jalur dimaksudkan agar belukar yang ada tidak ditebang habis
melainkan ditebang secara jalur sehingga akan terdapat jalur tanaman dan jalur
konservasi secara berselang-seling.
Lebar jalur tergantung dari kondisi tanah, kemiringan lereng dan jenis
tanaman. Untuk menentukan berapa lebar jalur yang paling efektif perlu dilakukan
penelitian dan uji coba, melalui pembangunan plot coba (demplot Agroforestry).
d. Pola Hutan Tanaman Campuran/Hutan Serbaguna.
Pada pola ini beberapa jenis pohon, jenis kayu-kayuan untuk pertukangan dan
jenis MPTS dapat ditanam secara bercampur disesuaikan dengan kondisi lapangan,
lebar tajuk dan kebutuhan akan cahaya dari masing-masing jenis yang dipilih. Pola
ini cukup baik untuk diterapkan pada penutupan semak belukar, dan atau alang-
alang. Kombinasi tanaman dapat dilakukan sesuai keinginan dan tujuan penekanan
yang diinginkan. Perbandingan antara kayu-kayuan dan jenis MPTS dapat dipilih
antara lain: 70% :30%, 50% : 40%, 50% : 50% dan seterusnya. Model kebun
campuran ini adalah mengkombinasikan tanaman kayu-kayuan, MPTS, dan
tanaman semusim.
Beberapa pola yang dapat dikembangkan pada lahan alang-alang adalah
sebagai berikut:
1) Pola Hutan Tanaman Penghasil Kayu dan Buah. Pola ini sesuai dilaksanakan
pada areal alang-alang dan tanah kosong bekas ladang untuk meningkatkan
produktifitas lahan dengan menanam tanaman MPTS yang bermanfaat bagi
penduduk.
2) Hutan Tanaman Kayu Pertukangan. Hutan tanaman kayu pertukangan
diarahkan pada areal semak belukar, alang-alang dan tanah kosong pada
kawasan hutan atau lahan milik. Jenis yang dikembangkan adalah jenis kayu
yang disenangi oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan kayu pertukangan
seperti, jati, suren, mahoni, uru, dll. Tanaman kayu-kayuan ditanam pada jalur
tersendiri dan tanaman MPTS ditanam pada jalur tersendiri pula, sehingga
terbentuk sabuk-sabuk yang mengikuti kontur.
73
5. Civil Teknis dalam RHL
Pembangunan bangunan-bangunan civil teknis dalam RHL diperlukan pada
lokasi-lokasi di luar kawasan hutan yang karena kondisi fisik lahan dan aktivitas
usahatani masyarakat pada lahan tersebut berpotensi untuk terjadinya degradasi
lahan. Berdasarkan kondisi areal sasaran RHL, maka dapat dipertimbangkan untuk
membangun teras dan rorak pada lokasi-lokasi sasaran RHL yang saat ini
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai areal pertanian lahan kering dengan komoditi
coklat pada lokasi-lokasi sasaran RHL yang mempunyai potensi menimbulkan erosi
dan longsor pada desa -desa yang terletak pada Hulu DAS di areal KPHL Malunda.
F. Pembinaan dan Pemantauan Pelaksanaan Rehabilitasi dan Reklamasi pada Areal yang Sudah Ada Izin Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutannya.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa di wilayah KPHL Malunda belum
ada izin pemanfaatan hutan. Oleh karena itu, kegiatan pembinaan dan pemantauan
pelaksanaan rehabilitasi dilakukan oleh Dinas Kehutanan kepada lembaga pengelola
KPHL Malunda dan oleh lembaga pengelola KPHL kepada mitra yang melaksanakan
kegiatan rehabilitasi atau reklamasi hutan.
G. Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
Penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam di arahkan pada
blok inti dan blok perlindungan. Lokasi-lokasi yang menjadi prioritas utama
perlindungan hutan dan konservasi alam, yaitu pada tutupan hutan yang masih
primer yang terletak pada daerah topografi berat, seperti pada hutan lindung di
Kecamatan Ulumanda, Malunda (Tabel 35).
Tabel 35. Areal Blok inti dan Blok Perlindungan yang Perlu dilakukan Program Kegiatan Perlindungan dan Konservasi Alam
Blok KPHL
Malunda
Luas areal KPHL Malunda pada berbagai administrasi Kecamatan (ha) Grand Total
(ha) Ulumanda Malunda
Blok Inti Hl 356,42 587,63 944,05
Blok Perlindungan HPT 12,79 472,25 485,04
Grand Total 369,21 1059,88 1429,09
74
Perlindungan hutan bertujuan untuk menjaga dan memelihara hutan,
kawasan hutan dan lingkungannya agar berfungsi secara optimal dan lestari yang
dilaksanakan melalui upaya mencegah dan menanggulangi kerusakan hutan,
kawasan hutan, dan hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia,
ternak, kebakaran, daya-daya alam, serta hama dan penyakit.
Kegiatan perlindungan dan pengamanan hutan oleh pemerintah desa dan
masyarakatnya sangat diperlukan dalam bentuk kegiatan secara berkelanjutan
dan efektif. Bentuk perlindungan dan pengamanan yang diharapkan dapat
dilakukan oleh masyarakat melalui kelompok atau lembaga yang dibentuk oleh
masyarakat berupa :
1) Perlindungan dan pengamanan sumber mata air yang terdapat di dalam
wilayah hutan pada setiap desa.
2) Perlindungan terhadap lahan usaha dari gangguan serangan hama dan
penyakit.
3) Perlindungan dan pengamanan hutan di desa atau dusun dari gangguan
pembukaan lahan atau penebangan tanpa sepengetahuan lembaga
pengelolaan hutan oleh desa, dan lembaga KPHL Malunda.
4) Pengendalian sistem budidaya yang destruktif terhadap tutupan hutan oleh
masyarakat pendatang berbentuk tata aturan budidaya agroforestry
konservatif yang dapat menghindari terjadinya banjir erosi dan longsor.
5) Program pengamanan hutan oleh desa dengan pembentukan lembaga/satuan
pengamanan hutan di setiap dusun.
6) Perlindungan dan pengamanan tersebut seharusnya dijabarkan secara tertulis
dalam bentuk peraturan desa dan peraturan daerah. Yang pembentukannya
difasilitasi oleh lembaga pengelola KPHL Malunda.
H. Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkronisasi antar Pemegang Izin
Belum ada izin penggunaan kawasan hutan maupun pemanfaatan hutan
dalam areal KPHL Malunda, sehingga belum bias dilakukan koordinasi dan
didiskusikan antar pemegang izin.
75
i. Koordinasi dan Sinergi dengan Instansi dan Pemangku Kepentingan
Lembaga KPHL Malunda yang baru terbentuk tahun 2011 sesuai SK
menteri Kehutanan No. 722/Menhut-II/2011 tgl 20 Desember 2011, tentunya
memerlukan dukungan dari instansi terkait, koordinasi dan sinergitas kegiatan
untuk terwujudnya pelaksanaan dokumen perencanaan KPHL jangka panjang
ini. Kegiatan Pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan oleh KPHL
Malunda melibatkan berbagai instansi dan pemangku kepentingan, oleh karena
itu koordinasi dan sinergi dengan instasi terkait merupakan salah satu kegiatan
yang sangat penting untuk dilakukan agar kewenangan, kepentingan dan
program kegiatan pengelolaan dari unsur-unsur terkait sinergi antara satu
dengan yang lainnya. Adapun bentuk dan alur koordinasi dengan instansi
terkait dalam membangun sinergi program kegiatan pengelolaan areal KPHL
Malunda diuraikan sebagai berikut:
Tabel 36. Jenis Kegiatan dan Bentuk Koordinasi Instansi Terkait dengan KPHL Malunda
Pemanfaatan dan penggunaan
kawasan hutan
Intansi Terkait Bentuk Koordinasi
Produksi HHK dan HHBK
- Kehutanan kab. - Perindustrian, - Perdagangan - Kadin - Perkebunan
-Rekomendasi perijinan - penataausahaan HHK dan HHBK - Kapasitas Produksi kayu alam - Perizinan pemanfaatan hasil hutan kayu dan non kayu (biji, getah, jasa lingkungan)
- Badan Revitasliasi Industri kehutanan
Perizinan dan kapasitas jatah tebangan
Jasa Lingkungan - Pariwisata - Pengembangan Potensi areal wisata alam
Akses Jalan - PU Cipta Karya
Tata Guna Lahan - BPN - Bappeda - Pemda
Kawasan Hutan RTRWP / TGHK
Dampak Lingkungan - Kantor
Lingkungan Hidup
Pengendalian dan pengawasan dampak lingkungan pengelolaan kawasan hutan
76
Gambar 3. Alur Koordinasi dan Sinergis Pengelolaan Hutan pada Areal KPHL Malunda
SKPD KPHL Malunda
Perkebunan
BP DAS
Pertanian
PU Pengairan
Bappenas/Da
BPN
Transmigrasi
Lintas Sektoral
Daerah
Balai Benih
Perbenihan
Dalkar
BKSDA
Balai Pemantapan
kawasan hutan
BPK/Tek. DAS
Dishut dan
PerkebunanMAJEN
E
Instansi Teknis
Vertikal
Pertambangan
Komisi Amdal
Badan Usaha
Pemegang Izin
Pengelolaan Hutan
BP2HP
BRIK KADIN MPI
Koordinasi
Sinergi
LSM
Diklat Dep. Hut
Balai Litbang Hut
Tanaman
Balai Sutra Alam
77
J. Penyediaan dan Peningkatan Kapasitas SDM
1. Dasar Acuan Peraturan dan landasan pemikiran Penyediaan SDM
BerdasarkanPeraturan Menteri dalam negeri no. 61 tahun 2010
tentang pedoman Organisasi dan tata kerja KPHL dan KPHP, bagan struktur
organisasi KPHL dan KPHP pada provinsi dan kabupaten terdiri atas dua
pilihan, yaitu tipe A (Gambar 4) dan struktur organisasi KPH tipe B (Gambar
5).
Gambar 4. Bagan struktur organisasi KPHL dan KPHP provinsi/ kabupaten / kota tipe A
Gambar 5. Bagan struktur organisasi KPHL dan KPHP provinsi/kabupaten /kota tipe
B
Seksi
Bagian Tata
Usaha
Kepala
Seksi
Resort KPH
Kelompok Jabatan
Fungsional
Bagian Tata
Usaha
Kepala
Resort KPH
Kelompok
Jabatan Fungsional
78
2. Struktur organisasi dan Penyediaan SDM KPHL Malunda
Berbagai pertimbangan dalam menentukan bentuk organisasi yang sebaiknya
dibangun KPHL Malunda, yaitu : (a) Peraturan Menteri dalam negeri no. 61 tahun
2010 tentang pedoman Organisasi dan tata kerja KPHL dan KPHP, (b) luas wilayah
KPHL Malunda yang sebagian besar terdapat aktivitas wanatani masyarakat lokal
sekitar hutan,(c) Hasil analisis tata hutan yang menghasilkan blok pengelolaan (blok
inti, blok perlindungan,blok pemanfaatan hutan lindung dan hutan produksi, blok
pemberdayaan, blok pemanfaatan HHK-HA, dan blok khusus, (d) kondisi penutupan
lahan yang sebagain besar telah dirambah masyarakat, (e) Peraturan Menteri
Kehutanan RI No. P. 42/Menhut-II/ 2011 Tentang Standar kompetensi bidang
teknis kehutanan pada kesatuan pengelolaan hutan lindung (KPHL dan kesatuan
pengelolaan hutan produksi (KPHP), dan (f) PERDA Kabupaten Majene Tentang
organisasi dan Tata Kerja KPHL KPHL Malunda, maka struktur organisasi yang perlu
dibangun oleh KPHL Malunda untuk menstimulasi awal pembagunan dan
pengelolaan hutan selama jangka perencanaan jangka panjang KPHL tersebut,
seperti diperlihatkan pada Gambar 6
79
Gambar 6. Struktur Organisasi KPHL Malunda
Kepala KPHL Malunda
Sub bagian Tata Usaha
Seksi perencanaan dan
evaluasi Seksi pengelolaan hutan lindung / hutan produksi
Mandor Mandor
Resort Rehabiliatsi
Hutan/lahan
Resort Perlindungan dan
Pengamanan Hutan
Resort Hasil Hutan
Bukan Kayu dan Jasa
Lingkungan
Resort Perencanaan
Mandor Mandor
Kelompok jabatan
fungsional
Kerjasama
pemegang izin
Pemberdayaan
masyarakat
80
Berdasarkan struktur organisasi KPHL Malunda (Gambar 6) tugas dan
fungsi yang diharapkan dari setiap persoil yang terdapat dalam struktur
kelembagaan tersebut, yatu Kepala KPHL (KKPHL) menjalankan dan
mengendalikan seluruh pelaksanaan kegiatan pengelolaan hutan yang
terdapat pada seluruh wilayah KPHL Malunda.
Tabel 37. Pembagian Tugas dan fungsi serta wilayah kerja pada struktur organisasi KPHL Malunda
No Staf organisasi Tugas dan fungsi Wilayah kerja dalam
KPHL Malunda
1 Kepala KPHL malundai Memimpin dan mengendalikan seluruh program dan kegiatan pengelolaan hutan yang berlangsung pada seluruh areal
KPHL Malundai
Seluruh wilayah KPHL Malunda
2 Sub Bagian tata Usaha Melaksanakan pengadministrasian kegiatan pengelolaa pada wilayah KPHL
3 Jabatan Fungsional i pemberdayaan masyarakat dan
kerjasama pemegang ijin
1.Melaksanakan program pemberdayaan masyarakat 2.Melaksanakan program kerjasama kemitraan
pemberdayaan masyarakat dengan pemegang ijin
Blok Pemberdayaan masyarakat dan blok
khusus
Melakukan kerjasama kemitraan dengan pemegang ijin hak kelola kawasan hutan yang terdapat pada wilayah
KPHL malunda
Blok HL- pemanfaatan dan HP-Pemanfaatan
4. Kepala Seksi Pengelolaan
Hutan lindung dan hutan produksi
Menyelenggarakan kegiatan pengelolaan hutan pada
seluruh blok pengelolaan areal KPHL Malunda sesuai garis kebijakan yang ditetapkan oleh KKPHL
Seluruh Blok
pengelolaan hutan
5. Kepala Seksi perencanaan dan evaluasi
Menyelenggarakan kegiatan perencanaan dan evaluasi pengelolaan hutan pada seluruh blok pengelolaan areal
KPHL Malundai sesuai garis kebijakan yang itetapkan oleh KKPHL
Seluruh Blok pengelolaan hutan
6. Kepala Resort rehabilitasi hutan dan lahan (RHL)
1. Melaksanakan program rehabilitasi hutan pada Blok inti dan blok perlindungan
2. Melaksanakan tugas pembantuan RHL pada seluruh wilayah KPHL
Blok inti dan blok perlindungan hutan
7.
Kepala Resort perlindungan dan pengamanan hutan
1. Melaksanakan program pegamanan dan perlindungan hutan pada blok inti dan blok perlindungan
3. Melaksanakan tugas pembantuan perlindungan dan pengamanan hutan pada seluruh wilayah KPHL
Blok inti dan blok perlindungan hutan
8. Kepala resort pegusahaan hasil hutan bukan kayu
(HHBK) dan jasa lingkungan
Melaksanakan kegiatan pengusahaan HHBK dan jasa lingkungan
Blok pemanfaatan HHK-HA dan wilayah tertentu
9. Kepala Resort Pengusahaan hasil hutan kayu (HHK)
Melaksanakan kegiatan pengusahaan HHK dan jasa lingkungan
Blok pemanfaatan HHK-HA
10 Kepala Resort Perencanaan Melaksanakan kegiatan perencanaan pada suatu areal dalam blok pengelolaan KPHLMalunda sesuai garis kebijakan
yang telah ditetapkan oleh kepala seksi perencanaan dan KKPHL
Seluruh blok pengelolaan KPHL
Kepala seksi mempunyai tugas membantu kepala KPHL dalam
melaksanakan program kegiatan yang digariskan oleh KKPHL Malunda sesuai
dengan wewenang kerjanya pada setiap blok pengelolaan yang telah
ditentukan (Tabel 39). Sedang kepala resort membantu kepala seksi dalam
81
mengimplementasikan kegiatan pengelolaan hutan yang telah digariskan oleh
kepala seksi pada setiap areal blok pengelolaan.
Berdasarkan struktur organisasi dan tufoksi dari setiap bagian organisasi
KPHL Malunda, maka dapat ditentukan level tingkat pendidikan yang
dibutuhkan dari SDM yang akan mengisi struktur organisasi KPHL Malunda.
Perekrutan SDM pada KPHL tersebut dapat dilakukan secara sistem mutasi
dari instansi terkait dalam kabupaten Majene atau pengangkatan tenaga
honorer untuk tingkat KRPH atau mandor. (Tabel 32).
Tabel 38. Tingkat Pendidikan Formal SDM yang Mengisi Struktur Organisasi KPHL Malunda
No Persyaratan Kepala KPHL Kepala Seksi Kepala Sub
Bagian Tata Usaha
Kepala Resort
KPH
1 Pangkat dan
Golongan/ruang
Penata Tk .I, Gol
III/d
Penata Muda Tk. I,
Gol. III/b
Penata Muda
Tk. I, Gol. III/b
Pengatur Tk. I,
Gol. II/d
2 Hasil penilaian kinerja (DP-3)
Baik Baik Baik Baik
3 Tingkat
pendidikan formal
-S-1/D-IV
Kehutanan -S-1 non
kehutanan
berlatar belakang pendidikan
kehutanan (SKMA/SMK
Kehutanan, D-III Kehutanan)
dengan
pengalaman di bidang kehutanan
lima tahun.
- SKMA atau SMK
Kehutanan - D-III Kehutanan
- D-III non Kehutanan
dengan pengalaman di bidang kehutanan
lima tahun
SLTA/D-III - SKMA atau SMK
Kehutanan - D-III Kehutanan
- D-III non
Kehutanan dengan
pengalaman di bidang kehutanan
dua tahun
4 Sistem pengadaan
SDM
Pengangkatan (SK) Bupati
1. Mutasi 2. Pengangkatan
(SK) Bupati
1. Mutasi 2.Pengangkatan
(SK) Bupati
1. Mutasi 2. Pengangkatan
(SK) Bupati 3. tenaga honorer
Sumber : Dimodifikasi dariPeraturan Menteri Kehutanan RI No. P. 42/Menhut-II/ 2011
Tentang Standar kompetensi bidang teknis kehutanan pada kesatuan pengelolaan
hutan lindung (KPHL dan kesatuan pengelolaan hutan produksi (KPHP)
Berdasarkan Tabel 50, maka dapat ditentukan kompetensi yang
dibutuhkan dan jumlah SDM yang dibutuhkan pada setiap level/jenjang
dalam organibasi KPHL Malunda, seperti diperlihatkan pada Tabel 39.
82
Tabel 39. Kelompok Kompetensi Jabatan Struktural dan Kepala Resort pada KPHL Malunda
NO. KELOMPOK
KOMPETENSI
JABATAN
KKPHL
Kepala Seksi yang
menangani Perencanaan
Kepala Seksi yang
menangani Pengendalian dan
Pemantauan
Pengelolaan
Kepala Sub Bagian
Tata Usaha
Kepala Resort
KPHL
1. Kemampuan berpikir V V V V V
2. Pengelolaan tugas V V V V V
3. Pengelolaan SDM V V V V V
4. Karakter personal V V V V V
5 Pengelolaan sarpras
dan keuangan
V V V
6 Pengelolaan program dan kegiatan
V V V V
7 Pengelolaan parapihak
(komunikasi, negosiasi konsultasi, fasilitasi,
pengelolaan konflik dll.)
V V V V
8 Pengelolaan
usaha/bisnis
V V V
9. Penyelenggaraan tata hutan dan
penyusunan rencana pengelolaan hutan:
a. Inventarisasi hutan V V
b.Penataan hutan V V
c. Penyusunan pengaturan hasil
V V
d. Penyusunan
rencana pengelolaan hutan
V V
Penyelenggaraan
pemanfaatan hutan
V
a. Pemanfaatan
kawasan
V V V
b. Pemanfaatan jasa lingkungan
V V V
c. Pemanfaatan hasil
hutan kayu
V V V
d. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu
V V V
e. Pemungutan hasil hutan kayu
V V V
f. Pemungutan hasil
hutan non kayu.
V V V
11. Penyelenggaraan
penggunaan kawasan hutan
V V V
83
12. Penyelenggaraan
rehabilitasi dan reklamasi hutan.
V V V
13. Penyelenggaraan
perlindungan hutan dan konservasi alam.
V V V
14. Pengelolaan informasi
dan pengendalian manajemen hutan.
V V V V
15. Jumlah SDM yang
dibutuhkan (orang) 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 3 orang
Keterangan : V : syarat yang harus dipenuhi K. Penyediaan Pendanaan
Berdasarkan uraian BAB IV tentang hasil analisis dan proyeksi dan
uraian rencana kegiatan pada Bab V yang telah diuraikan di atas, diperoleh
gambaran rencana kegiatan yang akan dilakukan KPHL Malunda selama
perencanaan jangka panjang sepuluh tahun. Sumber pendanaan yang
diharapkan dapat diperoleh oleh lembaga KPHL Malunda untuk membiayai
biaya operasional pengelolaan hutan dan sekaligus diharapkan dalam
jangka waktu tertentu sudah dapat surplus penerimaannya, sehingga
dapat membiayai dirinya dalam pengelolaan areal kerjanya dan dapat
mebuka sumber-sumber pendapatan asli daerah (PAD) dalam bentuk
retribusi atau pajak.
Gambaran potensi sumber pendanaan yang dapat diperoleh lembaga
KPHL Malunda dalam pengelolaan arealnya, diuraikan pada Tabel 40.
Berdasarkan Tabel 40 Usaha yang perlu dilakukan untuk memperoleh
sumber pendanaan untuk merealisasikan program pengelolaan hutan pada
setiap blok pengelolaan yang ada dalam KPHL Malunda, meliputi :
1. Koordinasi dan konsultasi dengan Kementerian Kehutanan tentang
perencanaan anggaran pembangunan KPHL Malunda
2. Menyusun manual operasional anggaran tahun berjalan tentang alokasi
anggaran kegiatan berdasarkan skala prioritas
3. Desiminasi dan sosialisasi manual operasional penyusunan anggaran
belanja pengelolaan KPHL Malunda
84
4. Musrembang secara berjenjang mulai dari petak, blok, unit
pengelolaan UPTD/SKPD kabupaten tentang kemitraan pengelolaan
KPHL Malunda
5. Asistensi dan konsultasi usulan anggaran SKPD KPHL Malunda yang
disiapkan dari APBD Kabupaten Majene, sampai tahap Rapat
pembahasan dan penatapan anggaran
6. Skim pembiayaan melalui investor dan perbankan.
7. Skim pembiayaan melalui kerjasama pembiayaan pemberdayaan
masyarakat dengan pemegang ijin pemanfaatan kawasan hutan.
85
Tabel 40. Potensi Sumber Pendanaan yang Dapat Diperoleh dalam Pengelolaan Areal oleh Lembaga KPHL Malunda
No
Program Rencana Pengelolaan
Potensi Sumber-sumber pendanaan/penerimaan
Pemerintah (Kementerian kehutanan)
APBD MAJENE/
SKPD
Perusahaan pemegang
ijin Investor Perbankan
LSM internasional
A. Program kegiatan umum pada setiap blok pengelolaan
2 Desain pem-bentukan unit mana- jemen hutan (FMU) KPHL
Hibah penelitian
1 Inventarisasi berkala
A. Blok Pemanfaatan HPT 1. Pemanenan HHK
Kemitraan Bagi hasil
Pinjaman
2. Pemanenan HHBK 3. Pembangunan
HTI
4. Pengamanan dan perlindungan hutan
SKPD TIM TERPADU
5. Rehabilitasi dan konservasi
DAK
B. BLOK Pemberdayaan 1. Program skim
HTR,HD dan atau HKM
dana fasilitasi
Kemitraan Pinjaman Hibah penelitian
C. Blok Pemanfaatan HL 1. reklamasi Kewajiban 2. Perlindungan dan
pengamanan hutan
Kewajiban
2. Rehabilitasi Dana CSR 3. Pemberdayaan CSR 4. HHBK getah
damar Kemitraan Pinjaman
D Blok Inti HL 1. Perlindungan dan
pengamanan hutan SKPD
2 Rehabilitasi hutan DAK E. Blok Khusus Penelitian APBN Kemitraan Hibah Pengembangan
Hutan wisata kemitraan
F. Blok Jasa Lingkungan dan HHBK pada HPT
86
L. Pengembangan Database
1. Masalah
Penyediaan Informasi / database pada KPHL Malunda terbatas pada
data manual berupa dokumen atau buku.
Data base tersebut sulit diakses dan dimanfaatkan oleh pihak terkait
Keterbatasan informasi KPHL Malunda yang up to date dan dapat
diakses dengan cepat akan mempengaruhi optimalisasi pengambilan
keputusan yang tepat dan cepat dalam peningkatan kualitas KPHL
Malunda
2. Sasaran
Tersedianya Informasi dan data yang memuat secara rinci, aktual dan
akurat tentang potensi areal dan aspek teknis kawasan hutan menurut
unit pengelolaan, data sosial ekonomi masyarakat serta variable lain
terkait pengelolaan KPHL Malunda.
a. Prioritas kegiatan pokok
Kegiatan Pokok yang akan dilaksanakan antara lain:
1. Penyusunan/Desain Sistem Informasi Perencanaan, pelaksanaan
dan pengendalian kegiatan pengelolaan pembangunan kehutanan
KPHL Malunda yang terintegrasi antara SKPD Kabupaten dengan
SKPD KPHL Malunda.
2. Pengadaan software dan peralatan pendukungnya
3. Pelatihan tenaga operator
4. Evaluasi kinerja SIM Data base
M. Rasionalisasi Wilayah Kelola
Faktor yang menjadi pertimbangan utama dalam menentukan
rasionalitas wilayah kelola dan prioritas urutan kegiatan pengelolaan
hutan yang akan ditetapkan oleh lembaga KPHL Malunda dalam
87
menentukan luas areal yang akan dikelola pada periode pertama
perencanaan jangka panjang sepuluh tahunan, yang selanjutnya
diterjemahkan kedalam luas areal yang akan dikelola setiap tahun,
meliputi ; (a) pertimbangan pembatas ketersediaan SDM dan struktur
organisasi KPHL Malunda yang akan melaksanakan fungsi-fungsi
pengelolaan hutan ditingkat tapak pada seluruh wilayah KPHL Malunda,
(b) berdasarkan pertimbangan intensitas kegiatan dan luas areal pada
setiap blok pengelolaan, dan (c) berdasarkan pertimbangan
karakteristik ketersediaan sarana dan prasarana, jumlah stakeholder
yang terlibat (pemegang ijin, atau investor, atau SKPD instansi terkait)
serta ketersediaan dana pengelolaan.
Berdasarkan uraian berbagai pertimbangan di atas, rasionalisasi
luas wilayah kelola dan prioritas kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan
dalam jangka rencana sepuluh tahunan pada setiap blok pengelolaan
pada KPHL Malunda, diuraikan berikut ini.
1. Rasionalisasi luas wilayah kelola kegiatan perlindungan dan pengamanan hutan
Berdasarkan struktur organisasi KPHL Malunda, bagian
organisasi yang menangani kegiatan perlindungan dan pengamanan
hutan adalah staff resort perlindungan dan pengamanan hutan yang
diharuskan menangani kegiatan tersebut pada blok inti yang
berpenutupan hutan primer dan hutan sekunder pada wilayah
Kecamatan Pamboang. Sedang pada Blok perlindungan, luas areal
yang menjadi prioritas utama perlindungan dan pengamanan hutan
seluas 744,59 ha dengan tutupan hutan primer, hutan sekunder dan
dominan terdapat pada Kecamatan Ulumanda dan malunda.
Blok pemanfaatan HL dan Blok Pemanfaatan HPT, perlindungan
dan pengamanannya menjadi tanggungjawab perlindungan dan
pengamanan hutan kepada lembaga KPHL Malunda yang merupakan
kewajiban untuk melakukan program perlindungan dan pengamanan
hutan di wilayah kerjanya. Untuk meningkatkan kinerja perlindungan
88
dan pengamanan hutan dari resiko illegal logging, maka tenaga lokal
pemanenan HHBK yang akan dilibatkan, diharapkan berperan ganda
dalam kegatan perlindungan dan pengamanan hutan pada areal blok
tersebut.
Dikarenakan areal Blok Perlindungan dan Blok inti merupakan
prioritas utama lokasi kegiatan perlindungan dan pengamanan hutan
selama jangka perencanaan sepuluh tahunan, maka aktivitas yang
perlu dilakukan dalam pengamanan hutan dan perlindungan hutan,
meliputi inspeksi areal, monitoring areal, dan pengawasan areal.
2. Rasionalisasi luas wilayah kelola kegiatan Rehabilitasi hutan dan konservasi SDH
Berdasarkan struktur organisasi KPHL Malunda, bagian
organisasi yang menangani kegiatan rehabilitasi hutan adalah Kepala
seksi, rehabilitasi perlindungan dan pengamanan hutan, sedang
ditingkat resort adalah resort rehabilitasi hutan yang diharapkan
resort tersebut dapat melakukan kegiatan rehabilitasi diprioritaskan
pada Blok Inti dan Blok Perlindungan yang penutupannya
merupakan semak belukar. Berdasarkan hasil pengamatan dalam
pengembangan perkebunan sawit menggunakan sistem afdeling,
yaitu seorang mandor menangani lahan 125 – 150 Ha, dimana
setiap tenaga kerja menangani lahan 4 Ha untuk kegiatan
penanaman dan pemilihan tanaman rehabilitasi, maka secara
rasional setiap tahun resort rehabilitasi hutan menangani dua areal
afdeling rehabilitasi lahan dengan jumlah mandor sebanyak dua
orang dan melibatkan 100 orang tenaga rehabilitasi hutan dan lahan
(tenaga persemaian sekaligus persiapan lahan, penanaman dan
pemeliharaan tanaman RHL).
3. Rasionalisasi luas wilayah kelola kegiatan Pemungutan
HHBK
89
Berdasarkan struktur organisasi KPHL Malunda, bagian
organisasi yang menangani kegiatan pemungutan HHBK adalah
Kepala seksi wilayah tertetu, sedang ditingkat resort adalah resort
pengusahaan hasil hutan bukan kayu dan jasa lingkungan.
Pengembangan investasi getah pohon damar diharapkan
diprioritaskan dilakukan pada areal yang direncanakan menjadi
wilayah tertentu yang mempunyai potensi HHBK pada areal yang
penutupan lahan hutannya primer dan hutan sekunder yang
terdapat pada Blok Pemanfaatan HL, Blok Pemanfaatan HPT, dan
Blok Jasa Lingkungan dan HHBK pada HPT, yang penutupan
lahannya.
Asumsi yang digunakan untuk menentukan luas rasionalitas
wilayah kelola pemungutan HHBK, yaitu menggunakan pengalaman
pengelolaan perkebunan sawit pola PIR dengan sistem afdeling ,
dimana seorang mandor pengawas membawahi satu afdeling seluas
125 ha sampai 150 ha. Pada setiap afdeling tersebut dapat
diberikan hak kelola kepada penduduk lokal yang berminat sebagai
tenaga pemanenan HHBK, yaitu 4 – 8 hektar per kepala rumah
tangga petani yang diawasi seorang mandor pengawas terhadap
seluruh anggota kelompok tani penyadap dalam afdeling tersebut.
Karena keterbatasan SDM dalam organisasi KPHL Malunda, maka
untuk tahap awal tahun pertama sampai tahun kelima pelaksanaan
perencanaan pengelolaan diharapkan dalam setiap kecamatan lokasi
terdapatnya potensi getah pohon damar hanya terdapat dua
afdeling. Sehingga jumlah afdeling hanya sebanyak 10 afdeling
yang melibatkan 10 orang mandor dan petani tenaga penyadap
getah damar sebanyak 300 orang rumah tangga petani pemanenan
HHBK pada seluruh KPHL Malunda. Apabila selama lima tahun
tersebut memberikan prospek yang lebih bagus, maka dapat
ditingkatkan jumlah afdeling, sebaliknya jika kurang memberikan
prospek dapat dikurangi jumlah afdelingnya.
90
Berdasarkan pertimbangan rasionalisasi wilayah kelola, rencana kegiatan
pengelolaan hutan jangka panjang KPHL Malunda selama sepuluh
tahun, disajikan pada Tabel 41.
Tabel 41. Rencana Kegiatan Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Malunda Selama Sepuluh Tahun
No
Review kinerja Program Pengelolaan Hutan
Rencana pengelolaan hutan jangka Panjang KPHL Malunda Tahun 2015- 2024
Tahun 2015
Tahun 2016
Tahun 2017
Tahun 2018
Tahun 2019
Tahun 2020
Tahun 2021
Tahun 2022
Tahun 2023
Tahun 2024
A. Program umum setiap blok pengelolaan
1. Inventarisasi berkala √ √ √
2. Kinerja organisasi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
3. Kinerja keuangan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
4. Kinerja pengembangan SDM √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
5. Kinerja Litbang √
B. Kinerja Blok Pemberdayaan HPT
1. Program skim HTR, HD, dan atau HKM
√ √ √ √ √
C. Kinerja pengelolaan Blok Pemanfaatan HL dan HPT
1. Reklamasi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
2. Perlindungan dan pengamanan hutan
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
2. Rehabilitasi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
3. Pemberdayaan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
4. Pemanenan HHBK √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
D Blok Inti HL √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
1. Perlindungan dan pengamanan hutan
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
2 Rehabilitasi hutan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
E. BLOK Perlindungan HPT
1. Perlindungan dan pengamanan hutan
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
2. Rehabilitasi hutan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
F. Blok Khusus HL
1. Penelitian √ √ √ √ √
2. Pengembangan Hutan wisata
√ √ √ √ √
G. Blok Jasa Lingkungan dan HHBK pada HPT
1. Pengembangan hutan wisata
√ √ √ √ √
2. Pengembangan wisata alam √ √ √ √ √
3. Pengembangan usaha air mineral
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
4. Perlindungan dan pengamanan areal
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
N. Review Rencana Pengelolaan (5 tahun)
91
Operasionalisasi rencana jangka panjang sepuluh tahunan
pengelolaan KPHL Malunda yang dibuat, dalam Pelaksanaan
pengelolaannya tentunya terdapat beberapa item kegiatan yang belum
tercapai 100 % bahkan tertunda dengan konteks permasalahan yang
berbeda antara satu Blok dengan blok pengelolaan lainnya. Review
rencana pengelolaan jangka panjang perlu dilakukan setiap lima tahunan
untuk meperbaiki kinerja pengelolaan internal KPHL Malunda.
Kegiatan Review lima tahunan akan dilaksanakan sebagai evaluasi
tingkat keberhasilan pelaksanaan dan pengelolaan KPHL. Parameter yang
dievaluasi adalah semua aspek kegiatan lapangan, admisnitrasi,
manajemen / SDM dan aspek finansialnya. Semua muaranya adalah
efisiennya berdasarkan target tahunan dan lima tahunan . Adapun bentuk
kegiatan yang akan dilaksanakan adalah;
1. Evaluasi dan Analisis Pelaksanaan dan Pengelolaan pada masing-
masing unit KPHL Malunda
2. Identifikasi Masalah dan kebutuhan tindakan penanganannya
3. Penyusunan Draft Review Rencana kerja lima Tahunan
4. Sosialisasi dan Sinkronisasi Rencana kerja 5 tahun dengan Dinas
Kabupaten terkait dan pihak investor yang terlibat
5. Rapat Pembahasan dan Penetapan finalisasi Rencana Kerja Lima
Tahunan
Review lima tahunan akan dilaksanakan sebagai evaluasi tingkat
keberhasilan pelaksanaan dan pengelolaan. Parameter yang dievaluasi
adalah semua aspek kegiatan lapangan, administrasi, manajemen / SDM
dan aspek finansialnya. Semua bermuara pada efesiensi berdasarkan
target tahunan, lima tahunan dan 10 tahunan. Untuk mengetahui prestasi
pencapaian oganisasi dan manajemen ini, dibuat format matriks laporan
yang dapat digunakan dalam mereview kinerja dan kekurangan yang
terjadi selama lima tahun berlangsungnya pengelolaan hutan, seperti
diperlihatkan pada Tabel 36 berikut.
92
Tabel 42. Format matriks review Kinerja Lima Tahunan KPHL Malunda
No
Review kinerja Program Pengelolaan Hutan
Kinerja pengelolaan hutan KPHL Malunda Tahun 2015- 2019
target RKT tahun 2015-21019 Realisasi/kinerja RKT tahun
2015-2019 Rekomendasi hasil
review Fisik Biaya/penerimaan Fisik Biaya/penerimaan
A. Program umum setiap blok pengelolaan
1. Inventarisasi berkala
2. Kinerja organisasi
3. Kinerja keuangan
4. Kinerja pengembangan SDM
5. Kinerja Litbang
B. Kinerja Blok Pemberdayaan
1. Program skim HTR, HD, dan atau HKM
C. Kinerja pengelolaan Blok Pemanfaatan HL dan HP
1. Reklamasi
2. Perlindungan dan pengamanan hutan
2. Rehabilitasi
3. Pemberdayaan
4. Pemanenan HHBK
D Blok Inti
1. Perlindungan dan pengamanan hutan
2 Rehabilitasi hutan
E. Blok Perlindungan
1. Perlindungan dan pengamanan hutan
2. Rehabilitasi hutan
F. Blok Khusus
1. Penelitian
2. Pengembangan Hutan wisata
G. Blok Jasa Lingkungan dan HHBK pada HPT 1. Pengembangan hutan
wisata
2. Pengembangan wisata alam 3. Pengembangan usaha air
mineral
4. Perlindungan dan pengamanan areal
O. Pengembangan Investasi
Potensi areal KPHL Malunda yang dapat dikembangkan melalui
berbagai peluang pengembangan investasi aneka usaha kehutanan,
meliputi :
93
1. Pengusahaan hutan hasil hutan kayu pada Blok Pemanfaatan HPT
seluas 1.097 ha. Areal tersebut dikelola sebagai wilayah tertentu oleh
KPHL Malunda dengan penutupan hutan merupakan tutupan hutan
sekunder. Pengembangan investasi yang dapat dilakukan dalam
pengusahaan hutan pada Blok Pemanfaatan HPT, yaitu (a) dapat
dilakukan sendiri pengelolaannya dengan meminjam dana perbankan
untuk investasi peralatan pemanenan dan biaya operasional
pemanenan kayu tersebut, (b) Dilakukan secara kemitraan bagi hasil
dengan pihak ketiga, dimana kontrol pemanenan dibawah pengawasan
dan kendali lembaga pengelolaan KPHL Malunda (terutama
penanganan sistem penatausahaan kayu dan laporan administrasi
pemanenan sesuai peraturan perundang-undangan) serta pengadaan
tenaga kerja pemanenan melalui perekrutan tenaga kerja lokal yang
direkrut langsung oleh lembaga pengelola KPHL Malunda. Sedang
pihak ketiga sebagai penyedia peralatan pemanenan, seperti alat sarad
dan alat angkut serta biaya operasional pelaksanaan pemanenan,
menyangkut upah tenaga pemanenan (upah tebang, sarad, dan upah
pengangkutan. Sistem pemanenan hanya dilakukan dengan sistem
seperti yang dilakukan penduduk lokal pada pemanenan Industri Sawit
dan perlunya pengembangan industri Pengolahan kayu untuk
meningkatkan nilai kayu oleh KPHL Malunda.
2. Perlunya pengembangan investasi untuk pengusahaan hasil hutan non
kayu yang terdapat pada seluruh blok pengelolaan KPHL Malunda
seluas 56.105,06 ha dan tersebar pada seluruh kecamatan yang
terdapat dalam areal KPHL malunda. Pengembangan peluang investasi
pada pengusahaan hasil hutan non kayu dapat dilakukan melalui (a)
Perencanaan pemasaran hasil, (b) mengadakan kerjasama pemasaran
hasil pada perusahaan eksportir hasil hutan non kayu menyangkut
besarnya kontrak produksi perbulan dan kepastian harga beli oleh
pihak investor pembeli. Sedangkan pelaksanaan pengusahaan hasil
hutan non kayu dapat dilakukan sendiri oleh lembaga KPHL Malunda
dengan menerapkan sistem bagi hasil dengan penduduk lokal yang
94
direkrut menjadi tenaga pemanen hasil hutan non kayu yang
diorganisir dalam sistem kelompok tani mengikuti pola afdeling.
3. Pengembangan investasi wisata Permandian yang terdapat pada areal
KPHL Malunda dapat dilakukan melalui kerjasama bagi hasil dengan
investor yang bergerak di bidang pariwisata atau kerjasama dengan
istansi SKPD terkait internal Kabupaten Majene di bidang pariwisata.
Pihak investor atau SKPD terkait diharapkan dapat bermitra dalam
pembangunan sarana dan prasarana wisata alam permandian, sedag
pihak lembaga pengelola KPHL menyediakan administrasi perisinan
pembangunan sarana dan prasarana, serta penyediaan tenaga kerja
pengelola wisata.
Tabel 43. Peluang Pengembangan Investasi pada Berbagai Pengelolaan
Hutan oleh KPHL Malunda
No
Peluang investasi
Lembaga investor
Model investasi
Lokasi blok pengelolaan
KPHL Malunda investor
1. Pengusahaan hasil hutan kayu
Perusahaan perkayuan
Kemitraan Bagi hasil
1. Administrasi perizinan pengusahaan kayu
2. Administrasi penatagunaan kayu
3. Rekrutmen tenaga kerja lokal pemanenan kayu
1. Penyediaan dana operasional
2. penyediaan peralatan pemanenan
Blok Pemanfaatan HPT ( HHK - HA)
perbankan Kredit perbankan
1. Melaksanakan seluruh kegiatan pengusahaan kayu
2. Pembayaran pinjaman kredit
Pemberi pinjaman
2. Peyadapan getah pohon damar, gaharu, dan pemungutan rotan
Perusahaan eksportir
Kontrak Pemasaran
hasil
1. Administrasi perizinan 2. Administrasi
penatausahaan getah damar, gaharu dan rotan
3. Rekrutmen tenaga kerja lokal
4. Bagihasil dengan tenaga kerja lokal
1. Kontrak pembelian getah damar, gaharu, dan rotan
2. Kontrakkesepakatan harga beli damar, gaharu dan rotan
Blok pemanfaatan HL dan HPT
3. Pembangunan HTI
Perusahaan perkayuan
Kemitraan Bagi hasil
1. Administrasi perizinan lokasi HTI
2. Rekrutmen tenaga kerja lokal
1. Penyediaan dana operasional
2. penyediaan peralatan pembangunan HTI
Blok Pemanfaatan HPT
perbankan Kredit perbankan
1. Melaksanakan seluruh kegiatan pembangunan HTI kayu
2. Pembayaran pinjaman kredit
Pemberi pinjaman kredit
95
4. Pembangunan wisata permandian alam
Perusahaan Wisata
Kemitraan Bagi hasil
1. Administrasi perizinan 2. Promosi wisata 3. Rekrutmen tenaga kerja
pengelola areal wisata
1. Penyediaan dana investasi pembangunan wisata permandian alam
2. Promosi wisata
Blok pemanfaatan HL dan HPT (jasa lingkungan )
Instansi SKPD
terkait
Kemitraan Bagi hasil
1. Admistrasi perizinan 2. Promosi wisata 3. Rekrutmen tenaga kerja
pengelola areal wisata
1. Penyediaan dana investasi pembangunan wisata permandian alam
2. Promosi wisata
Untuk menarik minat investor untuk terlibat dalam berbagai program
pengelolaan KPHL Malunda, maka prioritas arah kebijakan yang perlu
diciptakan oleh lembaga KPHL Malunda, meliputi ; (a) Mengurangi biaya
transaksi dan praktek ekonomi biaya tinggi baik untuk tahap memulai
maupun operasinal bisnis, dan (b) Menata aturan main yang jelas dan
pemangkasan birokrasi dengan prinsip transparansi dan tata pemerintahan
yang baik
Beberapa Langkah strategis yang perlu diakukan lembaga KPHL Malunda
untuk mewujudkan kebijakan pengembangan investasi diwilayah kerjanya,
seperti:
1. Peningkatan iklim investasi dan realisasi investasi meliputi:
Penyerderhanaan prosedur pelayanan penanaman modal
Pemberian insentive yang menarik
Konsolidasi perencanaan peluang investasi
Pengembangan sistim informasi peluang investasi pada KPHL Malunda
Pengkajian regulasi bidang investasi sektor kehutanan
2. Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi meliputi:
Penyediaan sarana dan prasana daerah terkait investasi di sektor
usaha kehutanan
Fasilitasi terwujudnya kerjasama antara usaha besar dan UKM
Promosi Peluang dan Prospek investasi pada kawasan KPHLMalunda
96
Mendorong dan menfasilitasi peningkatan koordinasi dan kerjasama di
bidang investasi sektor usaha kehutanan dengan instansi terkait dan
dunia usaha
96
BAB VI
PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
A. Dasar Hukum
Pembinaan, pengawasan dan pengendalian, adalah salah satu unsur
manajamen yang penting dilaksanakaan oleh KPHL Malunda. Metode dan
standar pelaksanaannya akan merujuk kepada organisasi induk yakni
Kementerian Kehutanan dan Dinas Kehutanan Kabupaten Majene. Juga tata
hubungan kerja antar setiap jenjang jabatan (struktural dan fungsional)
didalam wadah KPHL tersebut perlu dibuat.
1. Mekanisme pembinaan perencanaan pengelolaan hutan oleh pemerintah pusat
Berdasarkan undang – undang dan peraturan yang ada, pembinaan
perencanaan pengelolaan hutan oleh pemerintah pusat hanya dalam bentuk
perencanaan yang bersifat makro yang meliputi perencanaan pengelolaan hutan
untuk seluruh wilayah hutan di Indonesia. Rumusan perencanaan hutan yang dibuat
oleh pemerintah pusat harus disertai dengan kriteria dan indikator untuk pencapaian
pengelolaan hutan yang lestari. Kriteria dan indikator pengelolaan hutan yang lestari,
dapat dinilai dari dua dimensi, yaitu dimensi hasil dan dimensi manajemen.
Dimensi hasil mencakup tiga prinsip yaitu :
1. kelestarian fungsi produksi, yaitu terdiri atas tiga kriteria, yaitu :
a. Kelestarian sumber daya
b. Kelestarian hasil hutan
c. Kelestarian usaha
2. Kelestarian fungsi ekologi / lingkungan terdiri atas dua kriteria, yaitu :
a. Stabilitas ekosistem
b. Survival species langka / endemik / dilindungi
97
3. Kelestarian fungsi sosial budaya terdiri atas dua kriteria, yaitu :
a. Kesetaraan (Equality)
b. Partisipasi masyarakat
Dimensi manajemen, mencakup tiga strategi pencapaian, yaitu :
1. Manajemen kawasan terdiri atas tiga kegiatan, yaitu :
a. Pemantapan kawasan
b. Penataan kawasan
c. Pengamanan kawasan
2. Manajemen hutan terdiri dari tiga kegiatan, yaitu :
a. Kelola produksi
b. Kelola lingkungan
c. Kelola sosial
3. Manajemen kelembagaan terdiri atas tiga kegiatan, yaitu :
a. Organisasi
b. Sumber daya manusia
c. Keuangan
2. Mekanisme Pembinaan Perencanaan Pengelolaan Hutan oleh Dinas Kehutanan Daerah Kabupaten
Pembinaan perencanaan pengelolaan hutan oleh Dinas Kehutanan
kabupaten Majene dilakukan dalam bentuk :
a. Merumuskan perencanaan operasional seluruh aktivitas pengelolaan hutan pada
areal hutan yang terdapat di daerah Kabupaten Majene.
b. Melakukan koordinasi perencanaan atau koordinasi kebijakan pengelolaan hutan
yang akan diterapkan di wilayah pada Dinas Kehutanan Propinsi untuk mencapai
pedoman perencanaan yang ditetapkan oleh dinas kehutanan daerah Propinsi
dan keselarasan analisis rumusan kebijakan dinas Propinsi, dengan perencanaan
operasional unit pelaksana teknis kehutanan daerah kabupaten / kota.
98
B. Mekanisme Pengawasan Pengelolaan Hutan
1. Mekanisme Pengawasan Pengelolaan Hutan oleh Pemerintah Pusat
Mekanisme pengawasan pengelolaan hutan oleh pemerintah pusat
sebagai berikut :
a. Aspek yang diawasi oleh pemerintah pusat dalam pengelolaan hutan adalah
mulai dari perencanaan, pelaksanaan tata poduksi, peremajaan dan
pelestarian hutan, serta monitoring evaluasi dan pelestarian.
b. Aspek pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah pusat dibidang keuangan
adalah pajak, alokasi dana umum dan pengelolaannya, alokasi dana khusus
dan pengelolaannya serta keuntungan dan kerugian usaha lainnya pemerintah
yang menangani pengawasan tersebut adalah lembaga pemerintah pusat
yang berwenang akan masalah keuangan.
c. Pengawasan di bidang pengembangan usaha, meliputi permodalan dan
industri pengolahan dan pemasaran hasil hutan kayu dan non kayu dilakukan
oleh lembaga pemerintah pusat yang berwenang dalam hal pengembangan
usaha seperti Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD).
d. Substansi yang diawasi oleh pemerintah pusat adalah agar pengelolaan hutan
yang dilakukan oleh KPHL Malunda sesuai dengan kriteria dan indikator yang
telah ditetapkan.
2. Mekanisme Pengawasan Pengelolaan Hutan oleh Kabupaten Majene
Pengawasan pengelolaan hutan yang dilakukan oleh kabupaten Majene
terhadap KPHL Malunda pada prinsipnya adalah :
a. Pengawasan pelaksanaan operasional pengelolaan hutan oleh KPHL Malunda
mulai dari kegiatan perencanaan sampai kegiatan monitoring evaluasi.
99
b. Pengawasan terhadap pengelolaan keuangan tentang pajak, keuntungan
usaha, alokasi dana produksi, alokasi dana sosial diserahkan ke lembaga
pajak.
c. Pengawasan pengembangan usaha, permodalan dari hasil hutan dan non
kayu.
C. Mekanisme Pembinaan Manajemen oleh KPHL Malunda Terhadap Pemegang ijin
Dari uraian mekanisme pembinaan pengelolaan hutan oleh Dinas Kehutanan
Kabupaten Majene, KPHL Malunda dapat membantu perusahaan pemegang ijin
yang terdapat dalam areal KPHL Malunda dalam penyelenggaraan kehutanan dan
memberikan pembinaan manajemen kepada para pelaku pemegang ijin usaha
kehutanan dalam kegiatan pengelolaan hutan, sesuai hirarki yang ada, dalam
bentuk :
1. Memfasilitasi pelaku usaha kehutanan dalam penyusunan rencana pengelolaan
hutan, seperti RKU, RKL, dan RKT, serta instrumen / dokumen perencanaan
pengelolaan hutan lainnya.
2. Memfasilitasi pelaku usaha kehutanan dalam pelaksanaan pengawasan dan
pengendalian internal pelaku usaha kehutanan sesuai mekanisme yang ada.
3. Memfasilitasi pelaku usaha kehutanan dalam hal pemasaran agar dapat tercipta
pemasaran hasil hutan yang efisien, namun tidak mengarah ke mekanisme
struktur pasar monopoli.
4. Mempersiapkan dan mengembangkan tenaga profesional kehutanan, peralatan
perencanaan, data base sumberdaya hutan untuk mendukung terciptanya
efisiensi perencanaan pengelolaan hutan.
5. Membuat rencana pengelolaan hutan bagi usaha kecil dan menengah seperti
rencana pengelolaan HKM, HTR, Hutan desa, dan usaha perorangan.
6. Melaksanakan pengelolaan hutan yang baik sesuai dengan coorporate cultur
usaha kehutanan yang dapat menjadi model bagi pelaku usaha kehutanan
100
lainnya dengan menerapkan silvikultur yang sesuai dengan kondisi biofisik
wilayah.
7. Bersama – sama dengan lembaga publik yang lain seperti LSM, masyarakat
pemerhati kehutanan, membantu instansi kehutanan daerah melakukan
monitoring pelaksanaan pengelolaan hutan oleh pelaku usaha kehutanan lainnya
baik secara sendiri – sendiri maupun secara bersama – sama dalam suatu wadah
berbentuk forum.
8. Memberikan pertimbangan teknis kepada Dinas kehutanan Majene dalam
pengendalian pengelolaan hutan.
D. Pembinaan Organisasi dan SDM Internal KPHL Malunda
Pembinaan organisasi dan kegiatan operasional lapangan adalah satu
unsur penting dalam manajemen organisasi kegiatan kehutanan. Pembinaan
pegawai dan semua unsur yang ada di KPHL Malunda akan disesuaikan dengan
Tupoksi SKPD Kehutanan yang membawahinya jika ada sesuai hirarki struktural .
Namun demikian secara khusus manajamen KPHL akan membuat job diskription
atau tupoksi khusus mengenai tugas-tugas lapangan dan administrasi yang
cenderung rumit, khususnya Tata Usaha Kayu. Untuk itu pembinaan pelaksana
tugas lapangan akan disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan pegawai.
1. Pembinaan Teknis
Pembinaan teknis kehutanan dimulai pada saat pembuatan dan
penyusunan rencana teknis pengelolaan hutan, dimana unsur-unsur yang
menjadi obyek binaan adalah semua kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
tatalaksana pengelolaan kawasan, mulai dari unsur perencanaan, pelaksanaan
penanaman dan pemeliharaan serta ekpolitasi tegakan. Yang menjadi poin
pembinaan adalah usulan rencana dan kemampuan operasional satuan
101
pengelolaan yang disesuaikan dengan kapasitas dan daya dukung atau kondisi
lapangan.
2. Pengawasan
Pengawasan dilaksanakan berdasarkan standar dan kriteria tupoksi masing-
masing secara berjenjang mulai dari tingkat kepala KPHL sampai tingkat seksi dan
resort. Standar pengawasan akan dibuat sesuai standar yang ada dan standar
kinerja juga disiapkan dalam setiap operasional kegiatan atau standar operasional
prosedur (SOP). Bila staf atau tenaga operasional tidak dapat
mengembangkannya, maka akan diberikan sanksi sementara yang berprestasi
diberikan penghargaan untuk memacu kinerjanya.
Untuk pengawasan pelaksanaan kegiatan di lapangan akan dilakukan
monitoring dan evaluasi prestasi kegiatan secara berkala (triwulan, semester dan
tahunan), dengan format standar kepegawaian dan dari hasil laporan dan evaluasi
lapangan akan terlihat kinerja pelaksanaan lapangan.
3. Pengendalian
Pengendalian adalah salah satu fungsi manajamen yang paling penting.
Dengan adanya pembuatan rencana 10 tahun, 5 tahunan dan rencana kerja
tahunan, maka unsur pengendalian kegiatan dapat dilaksanakan sesuai rencana
yang telah disusun sebelumnya. Dalam manajamen KPHL Malunda, pengendalian
kegiatan pokok ada pada kepala KPHL Malunda berdasarkan rencana kegiatan
yang telah disusun sebelumnya. Pengendalian program pengembangan SDM dan
mitra kerja juga dilaksanakan secara berkala sesuai kebutuhan. Sementara
pengendalian kerja jangka pendek atau rutin akan dibuat sistem data base baik
kegiatan lapangan penanaman, pemeliharaan tanaman dan produksi, akan dibuat
format khusus. Dari semua ini yang paling penting adalah membuat fakta integritas
semua pegawai yang akan melaksanakan tugasnya.
102
BAB VII
PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN
Pemantauan, evaluasi dan pembuatan laporan adalah kegiatan penting
dilaksanakan oleh KPHL Malunda. Metode dan standar pelaksanaannya akan merujuk
kepada organisasi standar Kementerian Kehutanan dan Dinas Kehutanan Kabupaten
Majene.
A. Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan
Pada umumnya kegiatan pemantauan / monitoring pada setiap kegiatan pada
bidang kehutanan biasanya mengacu kepada target rencana berupa fisik dan biaya
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan usulan rencana yang telah mendapatkan
rekomendasi dan atau persetujuan. Format yang biasanya menjadi pemantauan
seperti pada Tabel 42.
Untuk pelaksanaan pemantauan umumnya menggunakan skala waktu
triwulanan, semester dan tahunan yang termuat dalam laporan bulanan pelaksanaan
kegiatan dengan bobot dan presentase. Pemantauan kegiatan akan dilaksanakan
secara rutin dan berkala. Baik pada tingkat lapangan maupun secara administrasi
yang telah baku sesuai standar Kementerian kehutanan. Pemantauan di lapangan
akan dilaksanakan oleh supervisi, mandor dan asisten lapangan yang akan
melaksanakan pemantauan dengan menggunakan sistem sampling atau sensus dan
atau interpretasi. Hasil pemantauan dan pengawasan akan dibuat analisas dan
evaluasi pelaksanaan dengan standar tertentu sesuai standar yang telah dibuat.
Evaluasi dan kontrol lapangan sangat penting dilaksanakan baik secara ruitn
maupun berkala. Karena dengan evaluasi akan terkoreksi kegiatan-kegiatan yang
tidak sesuai standar dan kriteria yang telah ditetapkan. Untuk itu kegiatan evaluasi
rutin oleh internal pemeriksa (auditor internal) juga perlu ada pemeriksa dari luar
(ekternal) sebagai tim independen sebagai auditor yang layak dipercaya.
103
B. Pelaporan
Pembuatan laporan dalam satu organisasi dan manajemen sangat penting dan
mutlak karena dengan adanya laporan, maka pelaksanaan kegiatan tergambar
dengan baik. Laporan merupakan salah satu alat penting dalam manajemen KPHL
Malunda dalam manajemen pengawasan terhadap kegiatan KPHL bersangkutan.
Untuk itu pembuatan laporan kegiatan rutin setiap unsur setiap lini organisasi
dan setiap kegiatan yang berkaitan dengan aktivitas kehutanan dan sosial penting
dilaksanakan. Berdasarkan sifatnya, maka laporan dapat dibagi menjadi dua, yakni :
(1) Laporan rutin berjenjang sebagai data dasar mengukur kinerja lapangan dan
administrasi keuangan dan laporan ini bersifat terbuka untuk diketahui semua level
manajemen. Sedangan (2) laporan 2 (kedua) adalah laporan rahasia untuk
mengambil kebijakan. Biasanya laporan ini adalah hasil pengembangan investigasi
yang penting.
Tabel 44. Contoh Format Laporan Evaluasi Kegiatan
Kegiatan Target Tahun …. Realisasi S/D Persentase
Fisik Biaya Fisik Biaya Fisik Biaya
Perencanaan
Penanaman
Pemeliharaan
Sarana
Jumlah