rencana kerja dan syarat – syarat · web viewbabiii spesifikasi teknis vi.1. umum vi.1.1....

83
BAB III SPESIFIKASI TEKNIS VI.1. UMUM VI.1.1. KETENTUAN UMUM (1) Tata cara penyelenggaraan pelaksanaan kegiatan pembangunan prasarana dan sarana secara umum harus mengacu syarat-syarat dalam RKS maupun perubahan- perubahan dan atau tambahan-tambahannya dalam Berita Acara Aanwijzing serta Gambar Kerja dan atau gambar- gambar perubahan dan tambahan yang telah disetujui Direksi pekerjaan/ Pejabat Pembuat Komitmen. (2) Di samping itu ketentuan lain mengenai tambahan atau pengurangan yang timbul dalam pelaksanaan akan diatur dan dilaksanakan sesuai petunjuk Direksi Proyek atau Pengawas baik sebelum maupun selama pekerjaan berlangsung (3) Bila karena satu dan lain hal terdapat kekurangan, perbedaan ketidakjelasan, ketidak sesuaian baik ukuran maupun item-item pekerjaan lainnya yaitu : Pada Gambar Kerja dengan detail gambarnya, maka yang mengikat adalah gambar yang skalanya lebih kecil Antara Gambar Kerja dengan RKS, maka yang berlaku adalah RKS Bila pada Gambar Kerja tertulis, sedang dalam RKS tidak disebutkan, maka Gambar Kerja yang mengikat Bila dalam RKS disebutkan, sedang dalam Gambar Kerja tidak dituliskan, maka yang mengikat adalah RKS Penentuan bagian yang mengikat/ berlaku diatas harus mendapatkan persetujuan Pengawas/ Direksi Proyek sebelum dilaksanakan (4) Selama berlangsungnya pekerjaan, Rekanan/ Penyedia jasa dapat menjaga lingkungan agar tidak terganggu oleh jalannya pekerjaan. (5) Kerusakan jalan masuk menuju lokasi dan tempat-tempat pekerjaan atau lahan sekitar yang disebabkan oleh pelaksanaan pekerjaan menjadi tanggung jawab Rekanan/ Penyedia Jasa. Untuk itu sebelum pelaksanaan pekerjaan Rekanan/ Penyedia Jasa bisa minta ijin kepada pemilik 1

Upload: others

Post on 26-Jan-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT

BABIII

SPESIFIKASI TEKNIS

VI.1. UMUM

VI.1.1. KETENTUAN UMUM

(1) Tata cara penyelenggaraan pelaksanaan kegiatan pembangunan prasarana dan sarana secara umum harus mengacu syarat-syarat dalam RKS maupun perubahan-perubahan dan atau tambahan-tambahannya dalam Berita Acara Aanwijzing serta Gambar Kerja dan atau gambar-gambar perubahan dan tambahan yang telah disetujui Direksi pekerjaan/ Pejabat Pembuat Komitmen.

(2) Di samping itu ketentuan lain mengenai tambahan atau pengurangan yang timbul dalam pelaksanaan akan diatur dan dilaksanakan sesuai petunjuk Direksi Proyek atau Pengawas baik sebelum maupun selama pekerjaan berlangsung

(3) Bila karena satu dan lain hal terdapat kekurangan, perbedaan ketidakjelasan, ketidak sesuaian baik ukuran maupun item-item pekerjaan lainnya yaitu :

· Pada Gambar Kerja dengan detail gambarnya, maka yang mengikat adalah gambar yang skalanya lebih kecil

· Antara Gambar Kerja dengan RKS, maka yang berlaku adalah RKS

· Bila pada Gambar Kerja tertulis, sedang dalam RKS tidak disebutkan, maka Gambar Kerja yang mengikat

· Bila dalam RKS disebutkan, sedang dalam Gambar Kerja tidak dituliskan, maka yang mengikat adalah RKS

· Penentuan bagian yang mengikat/ berlaku diatas harus mendapatkan persetujuan Pengawas/ Direksi Proyek sebelum dilaksanakan

(4) Selama berlangsungnya pekerjaan, Rekanan/ Penyedia jasa dapat menjaga lingkungan agar tidak terganggu oleh jalannya pekerjaan.

(5) Kerusakan jalan masuk menuju lokasi dan tempat-tempat pekerjaan atau lahan sekitar yang disebabkan oleh pelaksanaan pekerjaan menjadi tanggung jawab Rekanan/ Penyedia Jasa. Untuk itu sebelum pelaksanaan pekerjaan Rekanan/ Penyedia Jasa bisa minta ijin kepada pemilik yang bersangkutan untuk mendapatkan dispensasi pemakaian jalan menuju lokasi ataupun lahan sekitar yang diperlukan

(6) Tempat pekerjaan akan diserahkan kepada Rekanan/ Penyedia Jasa dalam keadaan seperti pada saat penjelasan (aanwijzing) di lapangan atau peninjauan lapangan

(7) Penyedia Jasa berkewajiban untuk mengusahakan agar tempat kerja, peralatan, lingkungan kerja dan tata cara kerja diatur sedemikian rupa sehingga tenaga kerja terlindungi dari resiko kecelakaan.

(8) Penyedia Jasa menjamin bahwa mesin-mesin peralatan, kendaraan atau alat-alat lain yang akan digunakan atau dibutuhkan sesuai dengan peraturan keselamatan kerja, selanjutnya barang-barang tersebut harus dapat dipergunakan secara aman.

(9) Penyedia Jasa turut mengadakan pengawasan terhadap tenaga kerja, agar tenaga kerja tersebut dapat melakukan pekerjaan dalam keadaan selamat dan sehat

(10) Hal-hal yang menyangkut biaya yang timbul dalam rangka penyelenggaraan keselamatan dan kesehatan kerja menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa

(11) Sebelum dan selama melaksanakan pekerjaan, Rekanan/ Penyedia Jasa harus berkonsultasi dengan Pengawas atau Direksi Proyek.

VI.1.2. KETENTUAN PELAKSANAAN K3

VI.1.2.1. Ketentuan administrasi

a. Kewajiban umum

Kewajiban umum di sini dimaksudkan kewajiban umum bagi perusahaan Penyedia Jasa Konstruksi, yaitu :

1) Penyedia Jasa berkewajiban untuk mengusahakan agar tempat kerja, peralatan, lingkungan kerja dan tata cara kerja diatur sedemikian rupa sehingga tenaga kerja terlindungi dari resiko kecelakaan.

2) Penyedia Jasa menjamin bahwa mesin-mesin peralatan, kendaraan atau alat-alat lain yang akan digunakan atau dibutuhkan sesuai dengan peraturan keselamatan kerja, selanjutnya barang-barang tersebut harus dapat dipergunakan secara aman.

3)Penyedia Jasa turut mengadakan pengawasan terhadap tenaga kerja, agar tenaga

kerja tersebut dapat melakukan pekerjaan dalam keadaan selamat dan sehat.

4) Penyedia Jasa menunjuk petugas keselamatan kerja yang karena jabatannya di dalam organisasi Penyedia Jasa, bertanggung jawab mengawasi koordinasi pekerjaan yang dilakukan untuk menghindarkan resiko bahaya kecelakaan.

5) Penyedia Jasa memberikan pekerjaan yang cocok untuk tenaga kerja sesuai dengan keahlian, umur, jenis kelamin dan kondisi fisik/kesehatannya.

6) Sebelum pekerjaan dimulai Penyedia Jasa menjamin bahwa semua tenaga kerja telah diberi petunjuk terhadap bahaya dari pekerjaannya masing-masing dan usaha pencegahannya, untuk itu Penyedia Jasa dapat memasang papan-papan pengumuman, papan-papan peringatan serta sarana-sarana pencegahan kecelakaan yang dipandang perlu.

7) Orang tersebut bertanggung jawab pula atas pemeriksaan berkala terhadap semua tempat kerja, peralatan, sarana-sarana pencegahan kecelakaan, lingkungan kerja dan cara-cara pelaksanaan kerja yang aman.

8) Hal-hal yang menyangkut biaya yang timbul dalam rangka penyelenggaraan keselamatan dan kesehatan kerja menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.

b. Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja

Penyedia Jasa Konstruksi harus menugaskan secara khusus Ahli K3 dan tenaga K3 untuk setiap proyek yang dilaksanakan. Tenaga K3 tersebut harus masuk dalam struktur organisasi pelaksanaan konstruksi setiap proyek, dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Petugas keselamatan dan kesehatan kerja harus bekerja secara penuh (full-time) untuk mengurus dan menyelenggarakan keselamatan dan kesehatan kerja.

2)Pengurus dan Penyedia Jasa yang mengelola pekerjaan dengan mempekerjakan pekerja dengan jumlah minimal 100 orang atau kondisi dari sifat proyek memang memerlukan, diwajibkan membentuk unit pembina K3.

3)Panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja tersebut ini merupakan unit struktural dari organisasi penyedia jasa yang dikelola oleh pengurus atau penyedia jasa.

4)Petugas keselamatan dan kesehatan kerja tersebut bersama-sama dengan panitia pembina keselamatan kerja ini bekerja sebaik-baiknya, dibawah koordinasi pengurus atau Penyedia Jasa, serta bertanggung jawab kepada pemimpin proyek.

5) Penyedia jasa harus mekukan hal-hal sebagai berikut :

a) Memberikan panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja fasilitas-fasilitas dalam melaksanakan tugas mereka.

b) Berkonsultasi dengan panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja dalam segala hal yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja dalam proyek.

c) Mengambil langkah-langkah praktis untuk memberi efek pada rekomendasi dari panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja.

6) Jika 2 (dua) atau lebih Penyedia Jasa bergabung dalam suatu proyek mereka harus bekerja sama membentuk kegiatan kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja.

c. Laporan kecelakaan

Salah satu tugas pelaksana K3 adalah melakukan pencatatan atas kejadian yang terkait dengan K3, dimana :

1) Setiap kejadian kecelakaan kerja atau kejadian yang berbahaya harus dilaporkan kepada Instansi yang terkait.

2) Laporan tersebut harus meliputi statistik yang akan menunjukkan hal-hal sebagai berikut :

a) Menunjukkan catatan kecelakaan dari setiap kegiatan kerja, pekerja masing-masing dan

b) Menunjukkan gambaran kecelakaan-kecelakaan dan sebab-sebabnya.

d. Keselamatan kerja dan pertolongan pertama pada kecelakaan

Organisasi untuk keadaan darurat dan pertolongan pertama pada kecelakaan harus dibuat sebelumnya untuk setiap proyek yang meliputi seluruh pegawai/petugas pertolongan pertama pada kecelakaan dan peralatan, alat-alat komunikasi dan alat-alat lain serta jalur transportasi, dimana :

1) Tenaga kerja harus diperiksa kesehatannya :

a) Sebelum atau beberapa saat setelah memasuki masa kerja pertama kali.

b) Secara berkala, sesuai dengan risiko-risiko yang ada pada pekerjaan tersebut.

2) Data yang diperoleh dari pemeriksaan kesehatan harus dicatat dan disimpan untuk referensi.

3) Pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan atau penyakit yang tiba-tiba, harus dilakukan oleh Dokter, Juru Rawat atau seorang yang terdidik dalam pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK).

4) Alat-alat PPPK atau kotak obat-obatan yang memadai, harus disediakan di tempat kerja dan dijaga agar tidak dikotori oleh debu, kelembaban udara dan lain-lain.

5) Alat-alat PPPK atau kotak obat-obatan harus berisi paling sedikit dengan obat untuk kompres, perban, antiseptik, plester, gunting dan perlengkapan gigitan ular.

6) Alat-alat PPPK dan kotak obat-obatan harus tidak berisi benda-benda lain selain alat-alat PPPK yang diperlukan dalam keadaan darurat.

7)Alat-alat PPPK dan kotak obat-obatan harus berisi keterangan-keterangan/instruksi yang mudah dan jelas sehingga mudah dimengerti.

8) Isi dari kotak obat-obatan dan alat PPPK harus diperiksa secara teratur dan harus dijaga supaya tetap berisi (tidak boleh kosong).

9)Kereta untuk mengangkat orang sakit (tandu).

10)Persiapan-persiapan harus dilakukan untuk memungkinkan mengangkut dengan cepat, jika diperlukan untuk petugas yang sakit atau mengalami kecelakaan ke rumah sakit atau tempat berobat lainnya.

11)Petunjuk/informasi harus diumumkan/ditempel di tempat yang baik dan strategis yang memberitahukan antara lain :

a) Tempat yang terdekat dengan kotak obat-obatan, alat-alat PPPK, ruang PPPK, ambulans, tandu untuk orang sakit, dan tempat dimana dapat dicari petugas K3.

b) Tempat telepon terdekat untuk menelepon/memanggil ambulans, nomor telepon dan nama orang yang bertugas dan lain-lain.

c) Nama, alamat, nomor telepon Dokter, rumah sakit dan tempat penolong yang dapat segera dihubungi dalam keadaan darurat.

e. Pembiayaan keselamatan dan kesehatan kerja

Biaya operasional kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja harus sudah diantisipasi sejak dini yaitu pada saat Pengguna Jasa mempersiapkan pembuatan desain dan perkiraan biaya suatu pekerjaan konstruksi.

Sehingga pada saat pelelangan menjadi salah satu item pekerjaan yang perlu menjadi bagian evaluasi dalam penetapan pemenang lelang. Selanjutnya Penyedia Jasa harus melaksanakan prinsip-prinsip kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja termasuk penyediaan prasarana, sumberdaya manusia dan pembiayaan untuk kegiatan tersebut dengan biaya yang wajar, oleh karena itu baik Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa perlu memahami prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja ini agar dapat melakukan langkah persiapan, pelaksanaan dan pengawasannya.

VI.1.2.2. Ketentuan Teknis

a. Aspek lingkungan

Dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan K3 terutama terkait dengan aspek lingkungan, Penyedia Jasa harus mendapatkan persetujuan dari direksi pekerjaan.

b. Tempat kerja dan peralatan

Ketentuan teknis pada tempat kerja dan peralatan pada suatu proyek terkait dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut :

1) Pintu masuk dan keluar

a) Pintu masuk dan keluar darurat harus dibuat di tempat-tempat kerja.

b) Alat-alat/tempat-tempat tersebut harus diperlihara dengan baik.

2) Lampu / penerangan

a) Jika penerangan alam tidak sesuai untuk mencegah bahaya, alat-alat penerangan buatan yang cocok dan sesuai harus diadakan di seluruh tempat kerja, termasuk pada gang-gang.

b) Lampu-lampu harus aman, dan terang.

c) Lampu-lampu harus dijaga oleh petugas-petugas bila perlu mencegah bahaya apabila lampu mati/pecah.

3) Ventilasi

a) Di tempat kerja yang tertutup, harus dibuat ventilasi yang sesuai untuk mendapat udara segar.

b) Jika secara teknis tidak mungkin bisa menghilangkan debu, gas yang berbahaya, tenaga kerja harus disediakan alat pelindung diri untuk mencegah bahaya-bahaya tersebut di atas.

4) Kebersihan

a) Bahan-bahan yang tidak terpakai dan tidak diperlukan lagi harus dipindahkan ke tempat yang aman.

b) Semua paku yang menonjol harus disingkirkan atau dibengkokkan untuk mencegah terjadinya kecelakaan.

c) Sisa-sisa barang alat-alat dan sampah tidak boleh dibiarkan bertumpuk di tempat kerja.

d) Tempat-tempat kerja dan gang-gang yang licin karena oli atau sebab lain harus dibersihkan atau disiram pasir, abu atau sejenisnya.

e) Alat-alat yang mudah dipindah-pindahkan setelah dipakai harus dikembalikan pada tempat penyimpanan semula.

c. Pencegahan terhadap kebakaran dan alat pemadam kebakaran

Untuk dapat mencegah terjadinya kebakaran pada suatu tempat atau proyek dapat

dilakukan pencegahan sebagai berikut :

1) Di tempat-tempat kerja dimana tenaga kerja dipekerjakan harus tersedia:

a)Alat-alat pemadam kebakaran.

b) Saluran air yang cukup dengan tekanan yang besar.

2) Pengawas dan sejumlah/beberapa tenaga kerja harus dilatih untuk menggunakan alat pemadam kebakaran.

3) Alat pemadam kebakaran, harus diperiksa pada jangka waktu tertentu oleh orang yang berwenang dan dipelihara sebagaimana mestinya.

4) Alat pemadam kebakaran seperti pipa-pipa air, alat pemadam kebakaran yang dapat dipindah-pindah (portable) dan jalan menuju ke tempat pemadam kebakaran harus selalu dipelihara.

5) Peralatan pemadam kebakaran harus diletakkan di tempat yang mudah dilihat dan dicapai.

6) Sekurang kurangnya sebuah alat pemadam kebakaran harus tersedia di tempat-tempat sebagai berikut :

a) di setiap gedung dimana barang-barang yang mudah terbakar disimpan.

b) di tempat-tempat yang terdapat alat-alat untuk mengelas.

8) Beberapa alat pemadam kebakaran dari bahan kimia kering harus disediakan :

a) di tempat yang terdapat barang-barang/benda-benda cair yang mudah terbakar.

b) di tempat yang terdapat oli, bensin, gas dan alat-alat pemanas yang menggunakan api.

c) di tempat yang terdapat aspal dan ketel aspal.

9) Alat pemadam kebakaran harus dijaga agar tidak terjadi kerusakan-kerusakan teknis.

11)Jika pipa tempat penyimpanan air (reservoir, standpipe) dipasang di suatu gedung, pipa tersebut harus :

a) dipasang di tempat yang strategis demi kelancaran pembuangan.

b) dibuatkan suatu katup pada setiap ujungnya.

c) mempunyai sambungan yang dapat digunakan Dinas Pemadam Kebakaran

d. Perlengkapan keselamatan kerja

Berbagai jenis perlengkapan kerja standar untuk melindungi pekerja dalam melaksanakan

tugasnya antara lain sebagai berikut :

1) Safety hat, yang berguna untuk melindungi kepala dari benturan benda keras selama mengoperasikan atau memelihara AMP.

2) Safety shoes, yang akan berguna untuk menghindarkan terpeleset karena licin atau melindungi kaki dari kejatuhan benda keras dan sebagainya.

3) Kaca mata keselamatan, terutama dibutuhkan untuk melindungi mata pada lokasi pekerjaan yang banyak serbuk metal atau serbuk material keras lainnya.

4) Masker, diperlukan pada medan yang berdebu meskipun ruang operator telah tertutup rapat, masker ini dianjurkan tetap dipakai.

5) Sarung tangan, dibutuhkan pada waktu mengerjakan pekerjaan yang berhubungan dengan bahan yang keras, misalnya membuka atau mengencangkan baut dan sebagainya.

6)Penutup telinga, diperlukan pada waktu mengerjakan pekerjaan yang berhubungan dengan alat yang mengeluarkan suara yang keras/bising, misalnya pemadatan tanah dengan stamper dan sebagainya.

Gambar Perlengkapan keselamatan kerja

VI.1.2.3. Pedoman untuk pelaku utama konstruksi

a. Pedoman untuk manajemen puncak

Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian manajemen puncak untuk mengurangi biaya

karena kecelakaan kerja, antara lain :

1) Mengetahui catatan tentang keselamatan kerja dari semua manajer lapangan. Informasi ini digunakan untuk mengadakan evaluasi terhadap program keselamatan kerja yang telah diterapkan.

2) Kunjungan lapangan untuk mengadakan komunikasi tentang keselamatan kerja dengan cara yang sama sebagaimana dilakukan pelaksanaan monitoring dan pengendalian mengenai biaya dan rencana penjadualan pekerjaan.

3) Mengalokasikan biaya keselamatan kerja pada anggaran perusahaan dan mengalokasikan biaya kecelakaan kerja pada proyek yang dilaksanakan.

4) Mempersyaratkan perencanaan kerja yang terperinci sehingga dapat memberikan jaminan bahwa peralatan atau material yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan dalam kondisi aman.

5) Para pekerja yang baru dipekerjakan menjalani latihan tentang keselamatan kerja dan memanfaatkan secara efektif keahlian yang ada pada masing masing divisi (bagian) untuk program keselamatan kerja.

b. Pedoman untuk manajer dan pengawas

Untuk para manajer dan pengawas, hal-hal berikut ini dapat diterapkan untuk mengurangi

kecelakaan dan gangguan kesehatan dalam pelaksanan pekerjaan bidang konstruksi :

1) Manajer berkewajiban untuk melindungi keselamatan dan kesehatan pekerja konstruksi sehingga harus menerapkan berbagai aturan, standar untuk meningkatkan K3, juga harus mendorong personil untuk memperbaiki sikap dan kesadaran terhadap K3 melalui komunikasi yang baik, organisasi yang baik, persuasi dan pendidikan, menghargai pekerja untuk tindakan-tindakan aman, serta menetapkan target yang realistis untuk K3.

2) Secara aktif mendukung kebijakan untuk keselamatan pada pekerjaan seperti dengan memasukkan masalah keselamatan kerja sebagai bagian dari perencanaan pekerjaan dan memberikan dukungan yang positif.

3) Manajer perlu memberikan perhatian secara khusus dan mengadakan hubungan yang erat dengan para mandor dan pekerja sebagai upaya untuk menghindari terjadi kecelakaan dan permasalahan dalam proyek konstruksi. Manajer dapat melakukannya dengan cara

a)Mengarahkan pekerja yang baru pada pekerjaannya dan mengusahakan agar mereka berkenalan akrab dengan personil dari pekerjaan lainnya dan hendaknya memberikan perhatian yang khusus terhadap pekerja yang baru, terutama pada hari-harinya yang pertama.

b) Melibatkan diri dalam perselisihan antara pekerja dengan mandor, karena dengan mengerjakan hal itu, kita akan dapat memahami mengenai titik sudut pandang pari pekerja. Cara ini bukanlah mempunyai maksud untuk merusak (“merongrong”) kewibawaan pihak mandor, tetapi lebih mengarah untuk memastikan bahwa pihak pekerja itu telah diperlakukan secara adil (wajar).

c) Memperlihatkan sikap menghargai terhadap kemampuan para mandor tetapi juga harus mengakui suatu fakta bahwa pihak mandor itu pun (sebagai manusia) dapat membuat kesalahan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara mengizinkan para mandor untuk memilih para pekerjanya sendiri (tetapi tidak menyerahkan kekuasaan yang tunggal untuk memberhentikan pekerja).

c. Pedoman untuk mandor

Mandor dapat mengurangi kecelakaan dan gangguan kesehatan dalam pelaksanaan

pekerjaan bidang konstruksi dengan :

1) Memperlakukan pekerja yang baru dengan cara yang berbeda, misalnya dengan tidak membiarkan pekerja yang baru itu bekerja sendiri secara langsung atau tidak menempatkannya bersama-sama dengan pekerja yang lama dan kemudian membiarkannya begitu saja.

2) Mengurangi tekanan terhadap pekerjanya, misalnya dengan tidak memberikan target produktivitas yang tinggi tanpa memperhatikan keselamatan dan kesehatan pekerjanya.

Selanjutnya manajemen puncak dapat membantu para mandor untuk mengurangi kecelakaan kerja dengan cara berikut ini :

1) Secara pribadi memberikan penekanan mengenai tingkat kepentingan dari keselamatan kerja melalui hubungan mereka yang tidak formal maupun yang formal dengan para mandor di lapangan.

2) Memberikan penekanan mengenai keselamatan kerja dalam rapat pada tataran perusahaan.

d. Pedoman untuk pekerja

Pedoman yang dapat digunakan pekerja untuk mengurangi kecelakaan dan gangguan kesehatan dalam pelaksanaan pekerjaan bidang konstruksi antara lain adalah :

1) Permasalahan pribadi dihilangkan pada saat masuk lingkungan kerja.

2) Tidak melakukan pekerjaan bila kondisi kesehatan kurang mendukung.

3) Taat pada aturan yang telah ditetapkan.

4) Memahami program keselamatan dan kesehatan kerja.

5) Memahami lingkup kerja yang diberikan.

VI.2. PEKERJAAN PERSIAPAN

a. Pembersihan Lokasi

Sebelum pekerjaan dimulai terlebih dahulu masing – masing areal pekerjaan harus dipersiapkan dan dibersihkan dari kotoran, humus tanah, bahan organik dan akar-akar pepohonan, semak semak serta semua sisa material bekas dari pekerjaan sebelumnya. Bekas semak / rumput yang telah dibersihkan di beri obat untuk mematikan rumput sehingga setelah pekerjaan selesai dilaksanakan tidak ada lagi rumput / semak yang tumbuh.

b. Pengukuran dan Pemasangan Bouplank

· Rekanan/ Kontraktor bertanggung jawab atas kebenaran pematokan di lapangan yang disetujui oleh Pengawas

· Rekanan/ Kontraktor bertanggung jawab untuk menyediakan semua peralatan, perlengkapan dan tenaga kerja yang diperlukan dalam hubungannya dengan pematokan tersebut

· Pengukuran ketinggian permukaan dilakukan menggunakan alat ukur (theodolit) dan dilaksanakan oleh rekanan /kontraktor dengan mendapat petunjuk dari pengawas.

· Pemasangan patok untuk pekerjaan saluran di pasang pada kanan kiri saluran sesuai lebar saluran rencana setiap 25 m panjang.

· Pemasangan bouplank untuk pekerjaan saluran dan pekerjaan talud di pasang menggunakan balok kayu dan papan kayu sesuai dengan dimensi pada gambar kerja, pemasangan bouplank ini harus kuat dan tidak mudah berubah kedudukannya serta tidak boleh hilang atau rusak.

· Jika pada suatu waktu selama pelaksanaan pekerjaan beralangsung timbul kesalahan-kesalahan pada letak, ukuran dan ketinggian permukaan suatu pekerjaan, maka Rekanan/ Kontraktor dengan biaya sendiri harus memperbaiki kesalahan sesuai dokumen kontrak,

· Pencocokan pematokan di lapangan oleh Pengawas bagaimanapun juga tidak melepaskan Rekanan/ Penyedia jasa dari tanggung jawab atas ketepatan pematokan tersebut dan Rekanan/ Penyedia Jasar harus melindungi dan menjaga dengan hati-hati semua patok tetap patok sementara dan benda-benda lain yang dipergunakan dalam pematokan.

c. Mobiisasi

· Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah penandatanganan kontrak, Penyedia Jasa melaksanakan Rapat Pra Pelaksanaan (Pre Construction Meeting/PCM) yang dihadiri Pemilik, Direksi

· Pekerjaan, Direksi Teknis dan Penyedia Jasa untuk membahas semua hal baik teknis maupun non teknis dalam proyek ini

· Dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah PCM, Penyedia Jasa menyerahkan program mobilisasi (termasuk program perkuatan jembatan, bila ada) dan jadwal pelaksanaan pekerjaan kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan.

· Penggunaan alat berat dan pengoperasian peralatan/kendaraan mengikuti aturan perizinan yang ditetapkan oleh Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya (DLLAJR), Kepolisian dan instansi terkait lainnya.

· Menyediakan lahan yang diperlukan untuk basecamp pelaksanaan pekerjaan di sekitar lokasi proyek, digunakan untuk kantor proyek, gudang dan sebagainya yang telah disebutkan dalam kontrak.

· Mobilisasi dan pemasangan peralatan sesuai dengan daftar peralatan yang tercantum dalam penawaran, dari suatu lokasi asal ke lokasi pekerjaan yang akan menggunakan peralatan tersebut sesuai kontrak.

· Apabila setiap alat berat yang telah selesai digunakan dan tidak akan digunakan lagi, maka alat berat tersebut segera dikembalikan.

· Untuk pengangkutan alat-alat berat, maka jembatan diperkuat.

· Penyedia Jasa melaksanakan operasional dan pemeliharaan kendaraan/peralatan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan pabrik pembuatnya dan tidak mencemari tanah dan air.

· Menyediakan fasilitas kuari yang diusahakan dekat dengan lokasi proyek dan sudah mengikuti aturan perizinan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah dan instansi terkait.

· Mobilisasi material sesuai dengan jadwal dan realisasi pelaksanaan fisik.

· Pengajuan izin menggunakan kuari kepada Pemerintah Daerah.

· Material yang akan didatangkan dari luar lokasi pekerjaan terlebih dahulu diambil contohnya untuk diuji keandalannya di laboratorium, apabila tidak memenuhi syarat, segera diperintahkan untuk diangkut ke luar lokasi proyek dalam waktu 3 x 24 jam.

d. Pengaturan Lalulintas

· Penyedia Jasa harus melaksanakan pekerjaan jalan sedemikian rupa sehingga terlindungi dari kerusakan akibat lalu lintas umum maupun proyek.

· Pengendalian dan pengalihan lalu lintas harus dilaksanakan sebagaimana diperlukan untuk melindungi pekerjaan jalan.

· Pengendalian lalu lintas harus mendapat perhatian khusus, pada saat kondisi cuaca yang buruk, lalu lintas padat, dan selama periode pekerjaan yang sedang dilaksanakan sangat peka terhadap kerusakan.

· Penyedia Jasa harus menyediakan, memelihara, dan membongkar semua pekerjaan jalan atau jembatan sementara yang diperlukan untuk menghubungkan dengan jalan umum.

· Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap setiap kerusakan yang terjadi atau yang disebabkan oleh jalan atau jembatan sementara ini.

· Sebelum membuat jalan atau jembatan sementara, Penyedia Jasa harus melakukan semua pengaturan yang diperlukan, bila diperlukan termasuk pembayaran kepada pemilik tanah yang bersangkutan atas pemakaian tanah itu dan harus memperoleh persetujuan dari pejabat yang berwenang dan Direksi Pekerjaan.

· Setelah pekerjaan selesai, Penyedia Jasa harus membersihkan dan mengembalikan kondisi tanah itu ke kondisi semula sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan dan pemilik tanah yang bersangkutan.

· Penyedia Jasa harus melakukan semua pengaturan agar pekerjaan yang sudah dilaksanakan dapat dilewati dengan aman oleh peralatan konstruksi, bahan dan karyawan Penyedia Jasa lain yang melaksanakan pekerjaan di dekat proyek. Untuk keperluan ini, Penyedia Jasa dan Penyedia Jasa lain yang melaksanakan pekerjaan di dekat proyek, harus menyerahkan suatu jadwal transportasi kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapat persetujuannya, paling sedikit 15 (lima belas) hari sebelumnya.

· Jalan alih sementara (detour) harus dibangun sebagaimana yang diperlukan untuk kondisi lalu lintas yang ada, dengan memperhatikan ketentuan keselamatan dan kekuatan struktur, sesuai dengan kelas jalan. Semua jalan alih yang demikian tidak boleh dibuka untuk lalu lintas umum sampai alinyemen, pelaksanaan, drainase dan pemasangan rambu lalu lintas sementara telah disetujui Direksi Pekerjaan. Selama digunakan untuk lalu lintas umum

· Penyedia Jasa harus memelihara pekerjaan yang telah dilaksanakan, drainase dan rambu lalu lintas sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan.

· Penyedia Jasa harus membangun dan memelihara jembatan dan jalan samping sementara untuk jalan masuk umum dari dan ke jalan raya pada semua tempat, apabila jalan masuk tersebut sudah ada sebelum pekerjaan dimulai, dan pada tempat lainnya yang diperlukan, atau yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

· Pembangunan jalan dan jembatan sementara harus sesuai dengan gambar rencana.

· Agar dapat melindungi pekerjaan, dan menjaga keselamatan umum dan kelancaran arus lalu lintas yang melalui atau di sekitar pekerjaan, dalam hal ini jika kegiatan pelaksanaan akan mengganggu lalu lintas umum, Penyedia Jasa harus memasang dan memelihara rambu lalu lintas, penghalang dan fasilitas lainnya yang sejenis pada setiap tempat. Semua rambu lalu

· lintas dan penghalang harus diberi garis-garis (strips) yang reflektif dan atau terlihat dengan jelas pada malam hari.

· Penyedia Jasa harus menyediakan dan menempatkan petugas bendera di semua tempat kegiatan pelaksanaan yang mengganggu arus lalu lintas, terutama pada pengaturan lalu lintas satu arah.

· Tugas utama dari petugas bendera adalah mengarahkan dan mengatur arus lalu lintas yang melewati lokasi pekerjaan tersebut.

e. Papan Nama Proyek

· Rekanan /Kontraktor diwajibkan membuat dan memasang Papan Nama Proyek dan ditempatkan pada tempat yang dianggap tepat dan dapat dilihat dari jalan yang dapat dikonsultasikan dengan Pengawas/Direksi Proyek. Dimensi, warna, bentuk, tulisan dan ketentuan-ketentuan yang lain dapat dilihat pada lampiran dan atau Gambar Kerja

· Membuat dan memasang rambu-rambu pengaman yang memadai sesuai kebutuhan untuk keselamatan pemakai jalan dan pekerja proyek di setiap lokasi pekerjaan yang dianggap perlu. Setiap terjadi kecelakaan yang ditimbulkan oleh kelalaian Rekanan/Kontraktor baik karena menyangkut rambu-rambu dan peringatan maupun peletakan alat-alat dan bahan bangunan yang tidak teratur menjadi tanggung jawab Rekanan/ Kontraktor.

VII.3. KOMPONEN PEKERJAAN

Komponen-komponen pekerjaan yang termasuk dalam paket pekerjaan ini adalah :

· Pekerjaan Tanah

· Pekerjaan Lapisan Berbutir

· Pekerjaan Lapisan Beraspal

· Pekerjaan Beton

· Pekerjaan Drainase

VI.3.1. PEKERJAAN TANAH

a. Pekerjaan Galian :

· Penggalian harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis, dan elevasi yang ditentukan dalam gambar yang disetujui oleh Direksi Teknis dan harus mencakup pembuangan semua bahan dalam bentuk apapun yang dijumpai, termasuk tanah, batu, batu bata, beton, pasangan batu dan bahan perkerasan lama, yang tidak digunakan untuk pekerjaan permanen.

· Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan seminimal mungkin terhadap bahan di bawah dan di luar batas galian.

· Apabila bahan yang terekspos pada garis formasi atau tanah dasar atau fondasi dalam keadaan lepas atau lunak atau kotor atau menurut pendapat Direksi Teknis tidak memenuhi syarat, maka bahan tersebut harus dibuang seluruhnya atau sebagian, dan diganti dengan bahan timbunan

· Apabila pada garis formasi dijumpai batu, lapisan keras atau bahan yang sukar dibongkar untuk selokan, pada tanah dasar untuk perkerasan maupun bahu jalan, atau pada dasar galian pipa atau fondasi struktur, maka bahan tersebut harus digali 15 cm lebih dalam dari permukaan rencana. Tonjolan-tonjolan batu yang runcing pada permukaan yang terekspos tidak boleh tertinggal dan semua pecahan batu yang diameternya lebih besar dari 5 cm harus dibuang. Profil galian yang disyaratkan harus diperoleh dengan cara menimbun kembali dengan bahan yang disetujui Direksi Teknis dan dipadatkan.

· Peledakan sebagai cara pembongkaran batu hanya boleh digunakan, jika menurut pendapat Direksi Pekerjaan tidak praktis menggunakan alat bertekanan udara atau suatu penggaru (ripper) hidrolis berkuku tunggal. Direksi Pekerjaan dapat melarang peledakan dan memerintahkan untuk menggali batu dengan cara lain, jika peledakan tersebut berbahaya bagi manusia atau struktur di sekitarnya, atau apabila kurang cermat dalam pelaksanaannya.

· Apabila diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, Penyedia Jasa harus menyediakan anyaman pelindung ledakan (heavy mesh blasting) untuk melindungi orang, bangunan dan pekerjaan selama penggalian. Jika dipandang perlu, peledakan harus dibatasi waktunya sebagai yang ditetapkan oleh Direksi Teknis.

· Penggalian batu harus dilakukan sedemikian rupa, apakah dengan peledakan atau cara lainnya, sehingga permukaan galian harus dibiarkan pada kondisi yang aman dan serata mungkin. Batu yang lepas atau bergantungan dapat menjadi tidak stabil atau menimbulkan bahaya terhadap pekerjaan atau orang harus dibuang atau diperkuat dengan angker, baik pada pemotongan batu yang baru maupun yang lama.

· Cofferdam, penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) atau tindakan lain untuk mengeluarkan air harus dipasang untuk pembuatan dan pemeriksaan acuan dan untuk memungkinkan pemompaan dari luar acuan

· Cofferdam atau penyokong atau pengaku yang tergeser selama pekerjaan galian harus diperbaiki, dikembalikan posisinya dan diperkuat untuk menjamin kebebasan ruang gerak yang diperlukan selama pelaksanaan.

· Cofferdam, penyokong dan pengaku yang dibuat untuk fondasi jembatan atau struktur lainnya harus diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan terjadinya penggerusan dasar, tebing atau bantaran sungai.

b. Pekerjaan Timbunan

· Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua bahan yang tidak diperlukan harus dibuang sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan

· Penyedia Jasa harus memasang patok batas dasar timbunan 3 (tiga) hari sebelum pekerjaan dimulai.

· Dasar fondasi timbunan harus dipadatkan (termasuk penggemburan dan pengeringan atau pembasahan bila diperlukan) setebal 20 cm dan harus memenuhi kepadatan sebagai disyaratkan.

· Apabila timbunan akan ditempatkan pada lereng bukit atau ditempatkan di atas timbunan lama atau yang baru dikerjakan, maka lereng lama harus dipotong bertangga dengan lebar yang cukup sehingga memungkinkan peralatan berat dapat beroperasi.

· Sebelum timbunan dihampar dasar timbunan harus digaru dan dipadatkan sehingga mencapai kepadatan 95% kepadatan kering maksimum sesuai SNI 03-1742-1989.

VI.3.2. LAPISAN PERKERASAN BERBUTIR

· Lapis fondasi agregat adalah suatu lapisan pada struktur perkerasan jalan yang terletak diantara lapis permukaan dan lapis tanah dasar yang telah disiapkan. Lapis fondasi agregat terdiri dari 3 (tiga) kelas yang berbeda yaitu kelas A, kelas B dan kelas C. Agregat kelas A atau agregat kelas B digunakan untuk lapis fondasi, sedangkan agregat kelas C digunakan untuk lapis fondasi bawah, bahu jalan dan perkerasan tanpa penutup aspal.

· Pekerjaan yang diatur dalam seksi ini mencakup pengadaan, pemasokan, pengangkutan, penghamparan, pembasahan dan pemadatan agregat bergradasi di atas permukaan yang telah disiapkan dan telah diterima sesuai persyaratan dan detail yang ditunjukkan dalam gambar rencana atau sesuai dengan perintah Direksi Pekerjaan, dan memelihara lapis fondasi agregat yang telah selesai sesuai yang disyaratkan.

· Pengadaan, mencakup pemecahan, pemisahan, pencampuran dan operasi lainnya yang perlu untuk menghasilkan suatu bahan yang memenuhi ketentuan pada seksi ini. Lapis fondasi agregat pada seksi ini mencakup lapis fondasi bawah dan lapis fondasi.

1. Elevasi Permukaan

Bahan dan Lapisan Pondasi Agregat

Toleransi Tinggi Permukaan

Agregat kelas C digunakan sebagai lapis pondasi bawah

+ 1,5 cm

-1,5 cm

Agregat kelas B atau kelas A digunakan untuk lapis pondasi jalan yang akan di tutup dengan lapis resap ikat atau pelaburan

+ 1 cm

-1 cm

2. Ketebalan Lapis Pondasi Agregat

Bahan dan Lapisan Pondasi Agregat

Toleransi Ketebalan

Agregat kelas C digunakan sebagai lapis pondasi bawah

+ 1cm

-1cm

Agregat kelas B atau kelas A digunakan untuk lapis pondasi jalan yang akan di tutup dengan lapis resap ikat atau pelaburan

+ 1 cm

0 cm

Tebal total minimum lapis pondasi agregat kelas A dan kelas C atau kelas B dan kelas C tidak boleh kurang dari tebal yang disyaratkan.

3. Kerataan

Bahan dan Lapisan Pondasi Agregat

Toleransi Kerataan

Agregat kelas C digunakan sebagai lapis pondasi bawah

-1cm

Agregat kelas B atau kelas A digunakan untuk lapis pondasi jalan yang akan di tutup dengan lapis resap ikat atau pelaburan

+ 1 cm

Pengukuran kerataan permukaan dengan mistar perata panjang 3 m yang diletakkan sejajar dan melintang sumbu jalan, dilakukan setelah semua bahan yang dilepas di bersihkan.

· Bahan lapis fondasi agregat harus dipilih dari sumber yang disetujui Direksi Pekerjaan sesuai dengan Pasal 1.2.7 tentang logistik, dari spesifikasi ini.

· Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan 50 kg contoh agregat yang akan digunakan untuk dijadikan rujukan selama pelaksanaan pekerjaan.

· Fraksi Agregat Kasar

Agregat kasar (tertahan pada saringan 4,75 mm) harus terdiri atas partikel yang keras dan awet.

Agregat kasar kelas A yang berasal dari batu kali harus 100% mempunyai paling sedikit dua bidang pecah, bila diuji sesuai Angularitas agregat kasar sesuai.

Agregat kasar kelas B yang berasal dari batu kali harus 65% mempunyai paling sedikit satu bidang pecah, bila diuji sesuai Angularitas agregat kasar sesuai prosedur.

· Agregat kasar kelas C berasal dari kerikil.

· Fraksi Agregat Halus ,Agregat halus (lolos saringan 4,75 mm) harus terdiri atas partikel pasir atau batu pecah halus dengan atau tanpa clay.

· Agregat untuk lapis fondasi harus bebas dari bahan organik dan gumpalan lempung atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki, harus memenuhi ketentuan gradasi yang diberikan.

· Pencampuran Bahan untuk Lapis Fondasi Agregat

Untuk memperoleh homogenitas campuran dan memenuhi ketentuan yang disyaratkan bahan lapis fondadi harus langsung dari instalasi pemecah batu atau pencampur yang disetujui oleh Direksi Teknis, dengan menggunakan pemasok mekanis yang telah dikalibrasi untuk memperoleh aliran yang menerus dari komponen-komponen campuran dengan proporsi yang benar. Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan melakukan pencampuran di lapangan dengan grader, loader atau backhoe kecuali dengan alat khusus pulvimixer.

· Peralatan

· Peralatan dan mesin-mesin yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan pada spesifikasi ini harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan dan dirawat agar supaya selalu dalam keadaan baik. Peralatan yang digunakan oleh sub-Penyedia Jasa atau pemasok untuk kepentingan Penyedia Jasa harus mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan dan Direksi Teknis sebelum pekerjaan dimulai. Peralatan processing harus direncanakan, dipasang, dioperasikan dan dengan kapasitas sedemikian sehingga dapat mencampur agregat, air secara merata sehingga menghasilkan campuran yang homogen. Apabila instalasi pencampur digunakan maka instalasi pencampur tersebut harus dikalibrasi terlebih dahulu untuk memperoleh aliran yang menerus dari komponen-komponen campuran dengan proporsi yang benar.

· Alat Penghampar

· Alat penghampar agregat harus menggunakan peralatan mekanis yang mampu menyebarkan bahan lapis fondasi agregat dengan lebar dan toleransi permukaan yang diinginkan serta tidak menimbulkan segregasi

· Alat Pemadat

· Alat pemadat roda besi dengan penggetar, pemadat roda besi tanpa penggetar atau pemadat roda karet, dapat digunakan untuk pemadatan fondasi agregat.

· Alat Pengangkut

· Dump truck yang akan digunakan, bak penampungnya tidak boleh bocor dan dilengkapi terpal yang digunakan pada saat pengangkutan bahan ke lokasi pekerjaan dan menjamin tidak banyak terjadinya penguapan air sepanjang perjala nan.

· Apabila lapis fondasi agregat akan dihampar pada perkerasan atau bahu jalan lama, semua kerusakan yang terjadi pada perkerasan atau bahu jalan lama harus diperbaiki terlebih dahulu.

· Apabila lapis fondasi agregat akan dihampar pada suatu lapisan perkerasan lama atau tanah dasar baru, maka lapisan ini harus diselesaikan sepenuhnya

· Sebelum pekerjaan lapisan fondasi agregat akan dilaksanakan, maka lapisan dasar yang akan dilapisi harus telah disiapkan memenuhi persyaratan dan telah ditangani dan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Teknis dengan panjang paling sedikit 60 m secara menerus. Untuk penyiapan tempat-tempat yang kurang dari 60 m karena tidak cukup ruang, seluruh daerah itu harus disiapkan dan disetujui sebelum lapis fondasi agregat dihampar.

· Apabila lapis fondasi agregat akan dihampar langsung di atas permukaan perkerasan aspal lama, yang menurut pendapat Direksi Teknis dalam kondisi tidak rusak, maka harus dilakukan penggaruan atau pengaluran pada permukaan perkerasan aspal lama dengan greder agar diperoleh tahanan geser yang lebih baik.

· Material lapis fondasi agregat setelah ditempatkan harus segera dihampar dan dipadatkan agar tidak terjadi penurunan kadar air.

· Bahan lapis fondasi agregat harus diangkut ke badan jalan dan harus segera dihampar dan dipadatkan agar tidak terjadi penurunan kadar air sehingga kadar air pemadatan yang merata dalam rentang yang disyaratkan.

· Kadar air dalam bahan harus tersebar secara merata.

· Setiap lapis harus dihampar pada ketebalan yang merata agar menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam toleransi yang disyaratkan. Apabila diperlukan penghamparan lebih dari satu lapis, maka lapisan-lapisan tersebut harus diusahakan sama tebalnya.

· Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus dua kali ukuran terbesar agregat lapis fondasi. Tebal padat maksimum tidak boleh melebihi 20 cm, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Teknis.

· Segera setelah penghamparan dan pembentukan akhir, setiap lapis harus dipadatkan menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan memadai dan disetujui oleh Direksi Teknis, hingga kepadatan akhir mencapai paling sedikit 100% dari kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989, Metode D.

· Direksi Teknis dapat memerintahkan agar digunakan mesin pemadat beroda karet untuk pemadatan lanjutan untuk menghasilkan ikatan butiran yang lebih baik dan stabil. Alat pemadat roda besi berpenggetar hanya digunakan untuk pemadatan awal.

· Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam rentang 2% di bawah kadar air optimum sampai 2% di atas kadar air optimum, kadar air optimum adalah seperti yang ditetapkan oleh kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989, Metode D.

· Pelaksanaan pemadatan memanjang harus dimulai dari sisi terendah dan bergerak ke sisi tertinggi bergeser dalam arah melintang demikian juga di daerah super-elevasi.

· Pemadatan harus dilakukan dengan tumpang tindih satu lajur dengan lajur lainnya selebar tebal lapisan.

· Pemadatan yang berbatasan dengan kerb, tembok, dan tempat-tempat yang tak terjangkau mesin gilas harus dipadatkan dengan timbris mekanis atau alat pemadat lainnya yang disetujui Direksi Teknis.

VI.3.2. PEKERJAAN LAPISAN BERASPAL

a. Lapis Perekat ( Track Coat ) dan Lapis Resap Ikat ( Prime Coat )

Bahan Lapis Resap Ikat dan Lapis Perekat ;

Aspal untuk lapis resap ikat haruslah salah satu dari berikut ini:

· Aspal emulsi yang digunakan dapat salah satu dari aspal emulsi pengikatan sedang (CMS) yang memenuhi SNI 03-4798-1998 atau aspal emulsi pengikatan lambat (CSS) yang memenuhi SNI 03-4798-1998.

· Aspal cair yang digunakan dapat salah satu dari aspal cair penguapan sedang sesuai SNI 03-4799-1998 atau aspal cair penguapan cepat sesuai SNI 03-4800-1998.

Kedua aspal cair tersebut harus dibuat dari aspal keras Pen 60 atau Pen 80, yang memenuhi RSNI S-01-2003, diencerkan dengan minyak tanah (kerosen) atau bensin (premium). Tipe aspal cair yang digunakan harus sesuai dengan tujuan penggunaannya.

· Apabila lalu lintas diizinkan lewat diatas lapis resap ikat maka harus digunakan bahan penyerap (blotter material) dari hasil penyaringan kerikil atau batu pecah, terbebas dari butiran-butiran berminyak atau lunak, bahan kohesif atau bahan organik. Tidak kurang dari 98% harus lolos saringan 3/8” (9,5 mm) dan tidak lebih dari 2% yang lolos saringan No.8 (2,36 mm).

Aspal untuk lapis Perekat haruslah salah satu dari berikut ini:

· Aspal emulsi kationik jenis penguapan cepat (CRS-1 atau CRS-2) harus memenuhi ketentuan SNI 03-4798-1998.

· Aspal cair penguapan cepat (RC 250) harus memenuhi ketentuan SNI 03-4800-1998. Aspal cair tersebut dibuat dari aspal keras Pen 60 atau Pen 80 yang memenuhi ketentuan RSNI S-01-2003, diencerkan dengan bensin (premium).

· Penyedia Jasa harus menyediakan perlengkapan yang terdiri dari penyapu mekanis dan atau kompresor, alat aspal distributor, peralatan untuk memanaskan aspal dan peralatan yang sesuai untuk meratakan kelebihan aspal.

Tabel Takaran Pemakaian Lapis Resap Ikat

Jenis Aspal

Takaran (liter per meter persegi) pada

Lapis Fondasi Agregat

Lapis Fondasi Bersemen

Aspal Cair

0,4 – 1,3

0,2 – 1,0

Aspal Emulsi

Tabel Takaran Pemakaian Lapis Perekat

Takaran (liter per meter persegi) pada

Perkerasan Beraspal

Perkerasan Kaku

Permukaan Baru atau Aspal Lama yang licin

Permukan Porous dan Terekspos cuaca

Permukaan Baru

Permukaan Aus atau licin

Aspal Cair

0,10 - 0,15

0,15 - 0,35

0,15 – 0,20

0,15 - 0,25

Aspal Emulsi

0,15 - 0,20

0,20 - 0,50

0,20 – 0,25

0,20 - 0,35

· Temperatur penyemprotan yaitu untuk Aspal cair penguapan cepat (RC–250) temperatur 80° - 90° Sedangkan untuk Aspal Keras 145° – 165°

· Apabila pekerjaan lapis resap ikat dan lapis perekat akan dilaksanakan pada perkerasan jalanbaru atau bahu jalan baru, perkerasan atau bahu itu harus telah selesai dikerjakan sepenuhnya dan memenuhi ketentuan dalam spesifikasi ini.

· Sebelum penyemprotan aspal dimulai, permukaan harus dibersihkan dengan memakai sikat mekanis atau kompresor atau kombinasi keduanya. Apabila peralatan ini belum dapat memberikan permukaan yang benar-benar bersih, penyapuan tambahan harus dikerjakan manual dengan sikat yang kaku. Pembersihan harus dilaksanakan melebihi 20 cm dari tepi bidang yang akan disemprot

· Tonjolan yang disebabkan oleh benda-benda asing lainnya harus disingkirkan dari permukaan dengan memakai blencong atau dengan cara lainnya yang telah disetujui Direksi Teknis dan bagian yang telah diperbaiki tersebut harus disemprot air dan disapu

· Pekerjaan penyemprotan aspal tidak boleh dimulai sebelum perkerasan yang telah disiapkan dapat diterima oleh Direksi Teknis Batas permukaan yang akan disemprot oleh setiap lintasan penyemprotan harus diukur dan ditandai, batas-batas lokasi yang disemprot harus ditandai (seperti dengan kapur tulis, cat atau benang).

· Agar aspal dapat merata pada setiap titik maka aspal harus disemprotkan dengan batang penyemprot dalam jumlah aspal yang diperintahkan. pemakaian penyemprot aspal tangan (hand sprayer).

· lebar penyemprotan harus lebih besar dari pada lebar rencana pekerjaan lapisan beraspal yang ditetapkan, hal ini dimaksudkan agar tepi permukaan yang ditetapkan tetap mendapat semprotan dari tiga nosel, sama seperti permukaan yang lain.

· Sisa aspal dalam tangki distributor harus dijaga tidak boleh kurang dari 10% darikapasitas tangki untuk mencegah udara yang terperangkap (masuk angin) dalam system penyemprotan. Jumlah pemakaian aspal pada setiap kali lintasan penyemprotan harus segera diukur dari volume sisa dalam tangki dengan meteran tongkat celup.

· Sewaktu lapis aspal dalam keadaan tidak tertutup, Penyedia Jasa harus melindunginya dari kerusakan dan mencegahnya agar tidak berkontak dengan lalu lintas.

· Penyemprotan harus segera dihentikan jika ternyata ada ketidaksempurnaan peralatan semprot pada saat beroperasi.

· Setelah pelaksanaan penyemprotan, aspal yang berlebihan dan tergenang di atas permukaan yang telah disemprot harus diratakan dengan menggunakan alat pemadat roda karet, sikat ijuk atau alat penyapu dari karet.

· Lalu lintas tidak diizinkan lewat sampai penghamparan lapis beraspal di atasnya selesai dikerjakan.

b. Lapis Perkerasan Bawah / Telford :

· Sebelum pekerjaan pengerasan dimulai badan jalan diratakan terlebih dahulu dan diberi alas pasir sebagai lapis pondasi bawah setebal 5 cm padat.

· Pengerasan jalan dengan batu belah 15/20 dan dikunci dengan batu pecah 5/7 kemudian digilas dengan mesin gilas 8 – 1 ton hingga rata. Setelah rata pada bagian atas di beri batu pecah 2/3 sebagai pengisi bagian yang masih lubang dan diberi pasir urug kemudian digilas lagi hingga rata dan padat hingga mencapai kepadatan 15 cm.

c. Lapis Penetrasi makadam tebal 5 cm

· Pada permukaan Telford yang sudah dibersihkan diberi lapis resap pengikat (prime coat) berupa aspal panas cair 0,8 kg / m2.

· Kemudian diatasnya dihampar dengan batu pecah 3/5 +2/3+1/2, kemudian digilas dengan mesin gilas 8 – 10 ton hingga ketebalan mencapai 3 cm, lalu disiram aspal cair panas 2,5 kg /m2 hingga rata diseluruh permukaan.

· Kemudian diatas lapisan 3 cm di hampar lagi batu 2/3 +1/2+chipping dan dipadatkan hingga mencapai ketebalan 2cm dengan mesin gilas 8 – 10 ton. Kemudian diatasnya di siram dengan aspal cair panas 1,5 kg /m2 hingga rata diseluruh permukaan.

· Ketebalan lapis penetrasi makadam ini adalah 5 cm.

d. Lapis Beraspal

· Agregat kering yang telah disiapkan seperti yang dijelaskan di atas, harus dicampur di instalasi pencampuran dengan proporsi tiap fraksi agregat yang tepat agar memenuhi formula campuran kerja. Proporsi takaran ini harus ditentukan dengan mencari gradasi dengan cara penyaringan basah dari contoh yang diambil dari penampung panas (hot bin) sebelum produksi campuran dimulai dan pada waktu-waktu tertentu, sebagaimana ditetapkan oleh Direksi Teknis, untuk menjamin pengendalian penakaran. Aspal harus ditimbang atau diukur dan dimasukkan ke dalam alat pencampur dengan jumlah yang ditetapkan sesuai formula campuran kerja. Apabila digunakan instalasi pencampur system penakaran, seluruh agregat kering harus dicampur terlebih dahulu, kemudian baru sejumlah aspal yang tepat ditambahkan ke dalam agregat tersebut dan diaduk dengan waktu sesingkat mungkin yang ditentukan dengan “pengujian derajat penyelimutan aspal terhadap butiran agregat kasar” sesuai dengan prosedur SNI 03-2439-1991 (biasanya sekitar 45 detik), untuk menghasilkan campuran yang homogen dan semua butiranagregat terselimuti aspal dengan merata. Waktu pencampuran total harus ditetapkan oleh Direksi Teknis dan diatur dengan perangkat pengendali waktu yang handal. Untuk instalasi pencampuran sistem menerus, waktu pencampuran yang dibutuhkan harus ditentukan dengan “pengujian derajat penyelimutan aspal terhadap butiran agregat kasar” sesuai dengan prosedur SNI 03-2439-1991 dengan waktu pencampuran, paling lama 60 detik yang ditentukan dengan menyetel bukanan pintu sekat dalam alat pencampur

· Temperatur campuran beraspal pada saat tiba di lokasi harus dalam rentang antara 130° – 150° C Tidak ada campuran beraspal yang diterima dalam pekerjaan apabila temperatur melampaui atu kurang dari temperatur yang disyaratkan.

· Setiap truk yang telah dimuati harus ditimbang di rumah timbang dan setiap muatan harus dicatat berat kotor, berat kosong dan berat netto.

· Penghamparan dan pemadatan hanya dilaksanakan pada saat masih terang terkecuali tersedia penerangan minimal 100 lux yang dapat diterima oleh Direksi Teknis.

· Semua permukaan yang akan dilapisi atau akan diberi lapis perata harus disiapkan sedemikian rupa sehingga didapat kondisi yang baik. Permukaan yang dalam kondisi rusak, harus dibongkar dan diperbaiki sampai diperoleh permukaan yang keras dengan bahan yang disetujui oleh Direksi Teknis yang setelah diperbaiki memenuhi toleransi yang disyaratkan.

· Sesaat sebelum penghamparan, permukaan yang akan dihampar harus dibersihkan dari bahan yang lepas dan yang tidak dikehendaki dengan compressor dan atau sapu mekanis (power broom) yang dibantu dengan cara manual bila diperlukan.

· Lapis Perekat (tack coat) harus diterapkan secara perata sesuai sesifikasi teknis ini.

· Acuan tepi yang tersedia pada finisher harus digunakan, bila diperlukan dapat pula digunakan balok kayu lurus atau acuan lain yang disetujui dan harus dipasang sesuai dengan garis serta ketinggian sesuai rencana ketebalan hamparan.

· Sebelum memulai penghamparan, sepatu (screed) harus bersih, licin, tidak cacad, tidak ada butiran batuan atau sisa campuran yang terselip pada sambungan (dibawah crown control) dan harus dipanaskan dengan alat pemanas yang terdapat pada Alat Penghampar. Campuran beraspal harus dihampar sesuai dengan ketebalan yang direncanakan dan diratakan sesuai dengan kelandaian, elevasi, serta bentuk penampang melintang yang disyaratkan.

· Pengendalian tebal rencana dapat dilakukan secara manual atau dengan pengendalian tebal mekanis berupa taut string (wire), short skies, dan long skies.

· Crawler atau roda finisher harus duduk di atas lapisan dasar, tidak boleh menginjak ceceran-ceceran campuran.

· Penghamparan harus dimulai dari lajur yang rendah terlebih dahulu apabila pekerjaan yang dilaksanakan lebih dari satu lajur.

· Peralatan pra-pemadat vibrasi pada alat perata harus dijalankan dan berfungsi dengan baik selama penghamparan dan pembentukan.

· Bila digunakan alat penumbuk untuk pemadatan awal maka alat penumbuk tidak boleh telah aus sedemikian rupa sehingga tidak berfungsi memberikan kepadatan awal.

· Temperatur sisa campuran beraspal yang belum terhampar di bawah alat perata harus dipertahankan sesuai temperatur atau viskositas yang disyaratkan .

· Alat penghampar harus dioperasikan dengan suatu kecepatan yang konstan dan tidak menyebabkan terjadinya segregasi, terseret, retak permukaan, ketidakseragaman atau bentuk ketidakrataan lainnya pada permukaan. Kecepatan penghamparan harus disesuaikan dengan kapasitas produksi UPA dan ketebalan hamparan sebagai yang disetujui oleh Direksi Teknis dan harus ditaati.

· Apabila terjadi segregasi, koyakan atau alur pada permukaan, maka alat penghampar harus dihentikan dan tidak boleh dijalankan lagi sampai penyebabnya telah ditemukan dan diperbaiki

· Penaburan tidak boleh dilakukan di atas permukaan hamparan yang telah rapih, butiran kasar sisa penaburan di daerah yang tidak rapih tidak boleh dikembalikan untuk dihampar.

· Segera setelah campuran beraspal dihampar dan diratakan, permukaan tersebut harus diperiksa dan setiap ketidaksempurnaan yang terjadi harus diperbaiki. Temperatur campuran beraspal yang terhampar dalam keadaan gembur harus dipantau dan penggilasan harus dimulai dalam rentang temperatur sesuai viskositas aspal yang ditunjukkan dan dilakukan dari sisi rendah bergeser ke sisi yang lebih tinggi.

· Penggilasan campuran beraspal harus terdiri dari 3 (tiga) tahap yang terpisah berikut ini:

a) Pemadatan awal (breakdown rolling).

b) Pemadatan utama (intermediate rolling).

c) Pemadatan akhir (finish rolling).

· Penggilasan awal atau breakdown rolling harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda baja. Penggilasan awal harus dioperasikan dengan roda penggerak berada di dekat alat penghampar. Setiap titik perkerasan harus menerima minimum 2 (dua) lintasan penggilasan awal. Pemadatan utama harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda karet sedekat mungkin di belakang pemadatan awal dan dilakukan sebanyak mungkin lintasan dalam rentang temperatur yang disyaratkan

· Pemadatan akhir harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda baja tanpa penggetar sampai jejak bekas pemadatan roda karet hilang.

· Pelaksanaan pemadatan pada sambungan melintang harus dilakukan dengan terlebih dahulu memasang dua buah balok kayu diluar lajur sejajar sambungan melintang untuk dudukan roda pemadat saat berada di luar lajur dengan ketebalan sesuai dengan tebal padat lapisan.

· Bila sambungan memanjang dibuat untuk menyambung dengan lajur yang dikerjakan sebelumnya, maka lintasan awal harus memadatkan sambungan sebanyak 2 (dua) lintasan dan selanjutnya dilakukan pemadatan memanjang sesuai dengan prosedur yang berlaku.

· Pemadatan selanjutnya dilakukan sejajar dengan sumbu jalan berurutan dari sisi terendah menuju ke sisi tinggi lintasan yang berurutan harus saling tumpang tindih (overlap.

· Apabila menggilas sambungan memanjang, alat pemadat untuk pemadatan awal harus terlebih dahulu menggilas sambungan lajur dengan lajur yang telah dihampar sebelumnya sehingga + ¾ dari lebar roda pemadat yang menggilas sisi sambungan yang belum dipadatkan. Pemadatan dengan lintasan yang berurutan harus dilanjutkan dengan menggeser posisi alat pemadat bertumpang tindih minimal selebar 15 cm.

· Kecepatan alat pemadat tidak boleh melebihi 4 km/jam untuk roda baja dan 10 km/jam untuk roda karet dan harus selalu dijaga pada kecepatan konstan sehingga tidak mengakibatkan bergesernya campuran panas tersebut. Garis, kecepatan dan arah penggilasan tidak boleh diubah secara tiba-tiba atau dengan cara yang menyebabkan terdorong, terbentuknya bekas gilasan campuran beraspal. Alat pemadat tidak boleh (berhenti) di atas hamparan yang sedang dipadatkan.

· Semua jenis operasi penggilasan harus dilaksanakan secara menerus untuk memperoleh pemadatan yang merata saat campuran beraspal masih dalam kondisi mudah dikerjakan sehingga seluruh bekas jejak roda dan ketidakrataan dapat dihilangkan.

· Roda alat pemadat harus dibasahi secara mengkabut terus menerus untuk mencegah pelekatan campuran beraspal pada roda alat pemadat, tetapi air yang berlebihan tidak diperkenankan. Untuk menghindari lengketnya butiran-butiran halus campuran beraspal pada roda karet, roda dapat dibasahi dengan air yang dicampur sedikit deterjen.

· Peralatan berat atau alat pemadat tidak diizinkan berada di atas permukaan yang baru selesai dikerjakan, sampai seluruh permukaan tersebut dingin.

· Bahan bakar, pelumasan dan gemuk yang tumpah atau tercecer dari kendaraan atau perlengkapan yang digunakan oleh Penyedia Jasa di atas perkerasan yang sedang dikerjakan, dapat menjadi alasan dilakukannya pembongkaran dan perbaikan oleh Penyedia Jasa atas perkerasan yang terkontaminasi, selanjutnya semua biaya pekerjaaan perbaikan ini menjadi beban Penyedia Jasa. Penyedia Jasa harus mencegah agar tidak terjadi ceceran aspal di atas permukaan perkerasan.

· Permukaan yang telah dipadatkan harus halus dan sesuai dengan elevasi, lereng melintang, kelandaian, dan berada dalam batas lereng melintang dan kelandaian yang memenuhi toleransi yang disyaratkan. Setiap campuran beraspal padat yang lepas atau rusak, tercampur dengan kotoran, atau rusak dalam bentuk apapun, harus dibongkar dan diganti dengan campuran panas yang baru serta dipadatkan secepatnya agar sama dengan lokasi sekitarnya. Pada tempat-tempat tertentu dari campuran beraspal terhampar dengan luas minimal 0,1 m2 (tunggal) yang menunjukkan kelebihan atau kekurangan bahan aspal harus dibongkar dan diganti. Seluruh tonjolan setempat, tonjolan sambungan, cekungan akibat ambles, dan segregasi permukaan yang keropos harus diperbaiki sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

· Sewaktu permukaan sedang dipadatkan dan diselesaikan, Penyedia Jasa harus memotong dengan gergaji tepi perkerasan agar bergaris rapih. Setiap hamparan yang berlebihan, dan sambungan memanjang dan melintang yang akan disambung dengan lajur baru harus dipotong tegak lurus setelah penggilasan akhir, dan dibuang oleh Penyedia Jasa di luar daerah milik jalan yang lokasinya disetujui oleh Direksi Teknis.

· Sambungan memanjang maupun melintang pada lapisan yang berurutan harus diatur sedemikian rupa agar sambungan pada lapis satu tidak terletak segaris dengan sambungan lapis dibawahnya. Sambungan memanjang harus diatur sedemikian rupa agar sambungan pada lapisan teratas harus berada di pemisah jalur atau pemisah lajur lalu lintas.

· Campuran beraspal tidak boleh dihampar di samping campuran beraspal yang telah dipadatkan sebelumnya kecuali apabila tepinya telah dibentuk tegak lurus atau telah dipotong tegak lurus. Sapuan aspal sebagai lapis perekat untuk melekatkan permukaan lama dan baru harus diberikan sebelum campuran beraspal dihampar di sebelah campuran beraspal yang telah digilas sebelumnya. Sapuan aspal lapis perekat tidak boleh mengenai permukaan lapis sebelumnya.

VI.3.4. PEKERJAAN DRAINASE

· Perbedaan elevasi galian dasar selokan yang telah selesai dikerjakan tidak boleh lebih dari 1 cm dari yang ditentukan atau disetujui pada setiap titik, dan harus mempunyai permukaan yang cukup halus dan rata, dan menjamin aliran yang bebas serta tanpa genangan jika alirannya kecil.

· Alinyemen selokan dan profil penampang melintang yang telah selesai dikerjakan tidak boleh bergeser lebih dari 5 cm dari yang ditentukan atau telah disetujui pada setiap titik.

· Contoh bahan yang akan digunakan untuk saluran yang dilapisi harus diserahkan Kepada Direksi Pekerjaan atau Pengawas Lapangan.

· Apabila pekerjaan pembentukan penampang selokan telah selesai, Penyedia Jasa harus meminta persetujuan Direksi Pekerjaan sebelum bahan pelapis selokan dipasang.

· Drainase yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa harus selalu lancar tanpa terjadinya genangan air dan berfungsi dengan baik sebelum pekerjaan timbunan dan struktur perkerasan dimulai.

· Pada tahap awal selokan harus digali sedikit lebih kecil dari penampang melintang yang disetujui, sedangkan pemangkasan tahap akhir termasuk perbaikan dari setiap kerusakan yang terjadi selama pelaksanaan pekerjaan, harus dilaksanakan setelah seluruh pekerjaan yang berdekatan atau bersebelahan selesai.

· Lokasi, panjang, arah aliran dan kelandaian yang ditentukan untuk semua selokan yang akan dibentuk lagi atau digali atau yang dilapisi, serta lokasi semua lubang penampung (catch pits) dan selokan pembuang yang berhubungan, harus diberi tanda dengan cermat oleh pelaksana sesuai dengan gambar rencana atau detail pelaksanaan yang diterbitkan oleh Direksi Pekerjaan.

· Penggalian, penimbunan dan pemangkasan harus dilakukan sebagaimana yang diperlukan untuk membentuk selokan baru atau lama, sehingga memenuhi kelandaian yang ditunjukkan pada gambar rencana yang disetujui, dan memenuhi profil jenis selokan yang ditunjukkan dalam gambar rencana atau diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan.

· Setelah formasi selokan yang telah disiapkan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, pelapisan selokan dengan pasangan batu dengan mortar harus dilaksanakan seperti yang disyaratkan dalam Seksi 2.2 dari spesifikasi ini.

· Seluruh bahan hasil galian harus dibuang dan diratakan oleh Penyedia Jasa sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan dampak lingkungan yang mungkin terjadi di lokasi yang ditunjukkan oleh Direksi Pekerjaan.

· Sungai atau kanal alam yang bersebelahan dengan pekerjaan dalam kontrak ini, tidak boleh diganggu tanpa persetujuan Direksi Pekerjaan.

· Apabila penggalian atau pengerukan dasar sungai tidak dapat dihindari, maka setelah pekerjaan ini selesai, Penyedia Jasa harus menimbun kembali seluruh galian sampai permukaan tanah asli atau dasar sungai dengan bahan yang disetujui Direksi Pekerjaan.

· Bahan yang tertinggal di daerah aliran sungai akibat pembuatan fondasi atau akibat galian lainnya, atau akibat penempatan cofferdam harus dibuang seluruhnya setelah pekerjaan selesai.

· Apabila terdapat pekerjaan stabilisasi timbunan atau pekerjaan permanen lainnya dalam kontrak ini yang tidak dapat dihindari dan akan menghalangi sebagian atau seluruh saluran air yang ada, maka saluran air tersebut harus direlokasi agar tidak mengganggu aliran air pada ketinggian air banjir normal yang melalui pekerjaan tersebut. Relokasi yang demikian harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan. Relokasi saluran air tersebut harus dilakukan dengan mempertahankan kelandaian dasar saluran lama dan harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan terjadinya penggerusan baik pada pekerjaan tersebut maupun pada bangunan di sekitarnya.

VI.3.5. PEKERJAAN BETON

a. Beton

· Penyedia Jasa harus membongkar struktur lama yang akan diganti dengan beton yang baru atau yang harus dibongkar untuk dapat memungkinkan pelaksanaan pekerjaan beton yang baru. Pembongkaran tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan .

· Penyedia Jasa harus menggali atau menimbun kembali fondasi atau formasi untuk pekerjaan beton sesuai dengan garis yang ditunjukkan dalam gambar kerja atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan ketentuan dalam spesifikasi ini, dan harus membersihkan serta menggaru tempat di sekeliling pekerjaan beton yang cukup luas sehingga dapat menjamin dicapainya seluruh sudut pekerjaan. Jika diperlukan harus disediakan jalan kerja yang stabil untuk menjamin dapat diperiksanya seluruh sudut pekerjaan dengan mudah dan aman.

· Seluruh dasar fondasi, fondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus dijaga agar senantiasa kering. Beton tidak boleh dicor di atas tanah yang berlumpur, bersampah atau di dalam air. Apabila beton akan dicor di dalam air, maka harus dilakukan dengan cara dan peralatan khusus untuk menutup kebocoran seperti pada dasar sumuran atau cofferdam dan atas persetujuan Direksi Pekerjaan.

· Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda lain yang harus berada di dalam beton (seperti pipa atau selongsong) harus sudah dipasang dan diikat kuat sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran.

· Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Direksi Pekerjaan, maka bahan lantai kerja untuk pekerjaan beton harus dihampar segera sebelum penghamparan bahan lain di atasnya.

· Direksi Pekerjaan akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan untuk fondasi sebelum menyetujui pemasangan acuan, baja tulangan atau pengecoran beton. Penyedia Jasa dapat diminta untuk melaksanakan pengujian penetrasi kedalaman tanah keras, pengujian kepadatan atau penyelidikan lainnya untuk memastikan cukup tidaknya daya dukung tanah di bawah fondasi.

· Apabila dijumpai kondisi tanah dasar fondasi yang tidak memenuhi ketentuan, maka Penyedia Jasa dapat diperintahkan untuk mengubah dimensi atau kedalaman fondasi dan/atau menggali dan mengganti bahan di tempat yang lunak, memadatkan tanah fondasi atau melakukan tindakan stabilisasi lainnya sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

· Penyedia Jasa harus memastikan lokasi pengecoran bebas dari resiko terkena air hujan dengan memasang tenda seperlunya. Direksi Pekerjaan berhak menunda pengecoran sebelum tenda terpasang dengan benar. Penyedia Jasa juga harus memastikan lokasi pengecoran bebas dari resiko terkena air pasang atau muka air tanah dengan penanganan seperlunya.

· Apabila disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka acuan dari tanah harus dibentuk dari galian, dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus dipangkas secara manual sesuai dimensi yang diperlukan. Seluruh kotoran tanah yang lepas harus dibuang sebelum pengecoran beton.

· Acuan dibuat dari kayu atau baja dengan sambungan yang kedap dan kaku untuk mempertahankan posisi yang diperlukan selama pengecoran, pemadatan dan perawatan.

· Untuk permukaan akhir struktur yang tidak terekspos dapat digunakan kayu yang tidak diserut permukaannya. Sedangkan untuk permukaan akhir yang terekspos harus digunakan kayu yang mempunyai permukaan yang rata. Seluruh sudut-sudut tajam acuan harus ditumpulkan.

· Acuan harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dibongkar tanpa merusak permukaan beton dengan memberikan pelumas (oil form).

· Pelaksanaan Pengecoran

(a) Penyedia Jasa harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara tertulis paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan pengecoran beton apabila pengecoran beton telah ditunda lebih dari 6 (enam) jam (final setting). Pemberitahuan harus meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu beton dan tanggal serta waktu pencampuran beton. Direksi Pekerjaan akan memberi tanda terima atas pemberitahuan tersebut dan akan memeriksa perancah, acuan, tulangan dan mengeluarkan persetujuan tertulis untuk memulai pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan. Penyedia Jasa tidak boleh melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan.

(b) Walaupun persetujuan untuk memulai pengecoran sudah diterbitkan, pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan apabila Direksi Pekerjaan atau wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan operasi pencampuran dan pengecoran secara keseluruhan.

(c) Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan air atau diolesi pelumas di sisi dalamnya agar didapat kemudahan pembukaan acuan tanpa menimbulkan kerusakan pada permukaan beton.

(d) Pengecoran beton ke dalam acuan harus selesai sebelum terjadinya pengikatan awal beton seperti ditunjukkan dalam hasil pengujian beton dari laboratorium, atau dalam waktu yang lebih pendek sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan berdasarkan pengamatan karakteristik waktu pengerasan (setting time) semen yang digunakan, kecuali digunakan bahan tambahan untuk memperlambat proses pengerasan (retarder) yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

(e) Pengecoran beton harus berkesinambungan tanpa berhenti sampai dengan lokasi sambungan pelaksanaan (construction joint) yang telah disetujui sebelumnya atau sampai pekerjaan selesai.

(f) Pengecoran beton harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi segregasi antara agregat kasar dan agregat halus dari campuran. Beton harus dicor dalam cetakan sedekat mungkin dengan yang dapat dicapai pada posisi akhir beton.

(g) Pengecoran beton ke dalam acuan struktur yang berbentuk rumit dan penulangan yang rapat harus dilaksanakan secara lapis demi lapis dengan tebal yang tidak melampaui 150 mm. Untuk dinding beton, tebal lapis pengecoran dapat sampai 300 mm menerus sepanjang seluruh keliling struktur.

(h) Tinggi jatuh bebas beton ke dalam cetakan tidak boleh lebih dari 1,5 m. Beton tidak boleh dicor langsung ke dalam air. Apabila beton dicor di dalam air dan tidak dapat dilakukan pemompaan dalam waktu 48 (empat puluh delapan) jam setelah pengecoran, maka beton harus dicor dengan metode tremi atau metode Drop- Bottom-Bucket, dimana pengggunaan bentuk dan jenis yang khusus untuk tujuan ini harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan. Dalam hal pengecoran dibawah air dengan menggunakan beton tremi maka campuran beton tremi tersebut harus dijaga sedemikian rupa agar campuran tersebut mempunyai slump tertentu, kelecakan yang baik dan pengecoran secara keseluruhan dari bagian dasar sampai atas tiang pancang selesai dalam masa setting time beton. Untuk itu harus dilakukan campuran percobaan dengan menggunakan bahan tambahan (retarder) untuk memperlambat pengikatan awal beton, yang lamanya tergantung dari lokasi pengecoran beton, pemasangan dan penghentian pipa tremi serta volume beton yang dicor. Pipa tremi dan sambungannya harus kedap air dan mempunyai ukuran yang cukup sehingga memungkinkan beton mengalir dengan baik. Tremi harus selalu terisi penuh selama pengecoran. Apabila aliran beton terhambat maka tremi harus ditarik sedikit keatas dan diisi penuh terlebih dahulu sebelum pengecoran dilanjutkan. Baik tremi atau Drop-Bottom-Bucket harus mengalirkan campuran beton di bawah permukaan beton yang telah dicor sebelumnya.

(i) Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa hingga campuran beton yang telah dicor masih plastis sehingga dapat menyatu dengan campuran beton yang baru.

(j) Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton baru yang akan dicor, harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang lepas dan rapuh dan dilapisi dengan bonding agent yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

(k) Dalam waktu 24 (dua puluh empat) jam setelah pengecoran permukaan pekerjaan beton, tidak boleh ada air yang mengalir di atasnya. Untuk perawatan dengan pemberian air di atas permukaan, dapat dilakukan sebelum 24 (dua puluh empat) jam setelah pengecoran dengan persetujuan Direksi Pekerjaan.

(l) Apabila dilakukan pengecoran beton yang menggunakan pompa beton dari alat Ready Mix, maka perlu diperhatikan kapasitas, daya pemompaan, kelecakan beton untuk mendapatkan hasil pengecoran yang sesuai dengan ketentuan.

· Pemadatan

(a) Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari luar acuan yang telah disetujui. Apabila diperlukan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, penggetaran harus disertai penusukan secara manual dengan alat yang cocok untuk menjamin kepadatan yang tepat dan memadai. Alat penggetar tidak boleh digunakan untuk memindahkan campuran beton dari satu titik ke titik lain di dalam acuan.

(b) Pemadatan harus dilakukan secara hati-hati untuk memastikan semua sudut, di antara dan sekitar besi tulangan benar-benar terisi tanpa menggeser tulangan sehingga setiap rongga dan gelembung udara terisi.

(c) Lama penggetaran harus dibatasi, agar tidak terjadi segregasi pada hasil pemadatan yang diperlukan.

(d) Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan sekurang-kurangnya 5000 putaran per menit dengan berat efektif 0,25 kg, dan boleh diletakkan di atas acuan supaya dapat menghasilkan getaran yang merata.

(e) Posisi alat penggetar mekanis yang digunakan untuk memadatkan beton di dalam acuan harus vertikal sedemikian hingga dapat melakukan penetrasi sampai kedalaman 100 mm dari dasar beton yang baru dicor sehingga menghasilkan kepadatan yang menyeluruh pada bagian tersebut. Apabila alat penggetar tersebut akan digunakan pada posisi yang lain maka, alat tersebut harus ditarik secara perlahan dan dimasukkan kembali pada posisi lain dengan jarak tidak lebih dari 450 mm. Alat penggetar tidak boleh berada pada suatu titik lebih dari 15 detik atau permukaan beton sudah mengkilap. Jumlah minimum alat penggetar mekanis dari dalam diberikan dalam Tabel 7.1.3-1.

Tabel Jumlah Minimum Alat Penggetar Mekanis dari Dalam

Kecepatan Pengecoran Beton (m3 / jam)

Jumlah Alat

4

2

8

3

12

4

16

5

20

6

> 20

> 6

Apabila kecepatan pengecoran lebih besar atau sama dengan 20 m3/jam, maka harus digunakan alat penggetar yang mempunyai dimensi lebih besar dari 75 mm.

· Sambungan Pelaksanaan (CONSTRUCTION JOINT)

(1) Jadual pengecoran beton yang berkaitan harus disiapkan untuk setiap jenis struktur yang diusulkan beserta lokasi sambungan pelaksanaan seperti yang ditunjukkan pada gambar rencana untuk disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Sambungan pelaksanaan tidak boleh ditempatkan pada pertemuan elemen-elemen struktur kecuali ditentukan demikian.

(2) Sambungan pelaksanaan pada tembok sayap tidak diizinkan. Semua sambungan konstruksi harus tegak lurus terhadap sumbu memanjang dan pada umumnya harus diletakkan pada titik dengan gaya geser minimum.

(3) Apabila sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus menerus melewati sambungan sedemikian rupa sehingga membuat struktur tetap monolit.

(4) Pada sambungan pelaksanaan harus disediakan lidah alur dengan kedalaman paling sedikit 40 mm untuk dinding, pelat serta antara dasar fondasi dan dinding. Untuk pelaksanaan pengecoran pelat yang terletak di atas permukaan dengan cara manual, sambungan konstruksi harus diletakkan sedemikian rupa sehingga pelat-pelat mempunyai luas maksimum 40 m2 .

(5) Penyedia Jasa harus menyediakan pekerja dan bahan-bahan yang diperlukan untuk kemungkinan adanya sambungan pelaksanaan tambahan apabila pekerjaan terpaksa mendadak harus dihentikan akibat hujan atau terhentinya pemasokan beton atau penghentian pekerjaan oleh Direksi Pekerjaan.

(6) Atas persetujuan Direksi Pekerjaan, bonding agent yang dapat digunakan untuk pelekatan pada sambungan pelaksanaan dan cara pelaksanaannya harus sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya.

(7) Pada lingkungan air asin atau korosif, sambungan pelaksanaan tidak diperkenankan berada pada 750 mm di bawah muka air terendah atau 750 mm di atas muka air tertinggi kecuali ditentukan lain dalam gambar kerja.

· Beton Siklop

· Beton siklop adalah beton yang terdiri dari campuran mutu beton fc’=15 MPa dengan batu- batu pecah ukuran maksimum 250 mm. Batu-batu ini diletakkan dengan hati-hati dan tidak boleh dijatuhkan dari tempat yang tinggi atau ditempatkan secara berlebihan yang dikhawatirkan akan merusak bentuk acuan atau pasangan-pasangan lain yang berdekatan. Semua batu-batu pecah harus cukup dibasahi sebelum ditempatkan. Volume total batu pecah tidak boleh melebihi sepertiga dari total volume pekerjaan beton siklop. Untuk dinding penahan tanah dan pilar yang lebih tebal dari 600 mm, tiap batu harus dilindungi dengan adukan beton setebal 150 mm; jarak antar batu pecah maksimum 300 mm dan jarak terhadap permukaan minimum 150 mm. Permukaan bagian atas dilindungi dengan beton penutup (caping) sesuai dengan Pd T-07-2005-B.

· Pengerjaan Akhir

a. Pembongkaran Acuan

(1) Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang tipis dan struktur yang sejenis lebih awal 30 (tiga puluh) jam setelah pengecoran beton tanpa mengabaikan perawatan. Acuan yang ditopang oleh perancah di bawah pelat, balok, gelegar, atau struktur busur, tidak boleh dibongkar hingga pengujian kuat tekan beton menunjukkan paling sedikit 85% dari kekuatan rancangan beton.

(2) Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, acuan yang digunakan untuk pekerjaan yang diberi hiasan, tiang sandaran, tembok pengarah (parapet), dan permukaan vertikal yang terekspos harus dibongkar dalam waktu paling sedikit 9 (sembilan) jam setelah pengecoran dan tidak lebih dari 30 (tiga puluh) jam, tergantung pada keadaan cuaca dan tanpa mengabaikan perawatan.

b) Permukaan (Pengerjaan Akhir Biasa)

(1) Kecuali diperintahkan lain, permukaan beton harus dikerjakan segera setelahpembongkaran acuan. Seluruh perangkat kawat atau logam yang telah digunakan untukmemegang acuan, dan acuan yang melewati badan beton, harus dibuang atau dipotongkembali paling sedikit 25 mm di bawah permukaan beton. Tonjolan mortar danketidakrataan lainnya yang disebabkan oleh sambungan cetakan harus dibersihkan.

(2) Direksi Pekerjaan harus memeriksa permukaan beton segera setelah pembongkaran acuan dan dapat memerintahkan penambalan atas kekurang sempurnaan minor yang tidak akan mempengaruhi struktur atau fungsi lain dari pekerjaan beton. Penambalan harus meliputi pengisian lubang-lubang kecil dan lekukan dengan adukan semen.

(3) Apabila Direksi Pekerjaan menyetujui pengisian lubang besar akibat keropos, pekerjaan harus dipahat sampai ke bagian yang utuh (sound), membentuk permukaan yang tegak lurus terhadap permukaan beton. Lubang harus dibasahi dengan air dan adukan pasta (semen dan air, tanpa pasir) harus dioleskan pada permukaan lubang. Selanjutnya lubang harus diisi dengan adukan yang kental yang terdiri dari satu bagian semen dan dua bagian pasir dan dipadatkan. Adukan tersebut harus dibuat dan didiamkan sekitar 30 menit sebelum dipakai agar dicapai penyusutan awal, kecuali digunakan jenis semen tidak susut (non shrinkage cement).

c) Permukaan (Pekerjaan Akhir Khusus)

Permukaan yang terekspos harus diselesaikan dengan pekerjaan akhir berikut ini, atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan:

(1) Bagian atas pelat, kereb, permukaan trotoar, dan permukaan horizontal lainnya sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus digaru dengan mistar bersudut untuk memberikan bentuk serta ketinggian yang diperlukan segera setelah pengecoran beton dan harus diselesaikan secara manual sampai rata dengan menggerakkan perata kayu secara memanjang dan melintang, atau dengan cara lain yang sesuai sebelum beton mulai mengeras.

(2) Perataan permukaan horizontal tidak boleh menjadi licin, seperti untuk trotoar, harus sedikit kasar tetapi merata dengan penyapuan, atau cara lain sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, sebelum beton mulai mengeras.

(3) Permukaan yang tidak horizontal yang telah ditambal atau yang masih belum rata harus digosok dengan batu gurinda yang agak kasar (medium), dengan menempatkan sedikit adukan semen pada permukaannya. Adukan harus terdiri dari semen dan pasir halus yang dicampur sesuai dengan proporsi yang digunakan untuk pengerjaan akhir beton. Penggosokan harus dilaksanakan sampai seluruh tanda bekas acuan, ketidakrataan, tonjolan hilang, dan seluruh rongga terisi, serta diperoleh permukaan yang rata. Pasta yang dihasilkan dari penggosokan ini harus dibiarkan tertinggal di tempat.

d) Perawatan Beton

(1) Perawatan dengan Pembasahan

(a) Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan dini, temperatur yang terlalu panas, dan gangguan mekanis. Beton harus dijaga agar kehilangan kadar air yang terjadi seminimal mungkin dan diperoleh temperatur yang relatif tetap dalam waktu yang ditentukan untuk menjamin hidrasi yang sebagaimana mestinya pada semen dan pengerasan beton.

(b) Pekerjaan perawatan harus segera dimulai setelah beton mulai mengeras (sebelum terjadi retak susut basah) dengan menyelimutinya dengan bahan yang dapat menyerap air. Lembaran bahan penyerap air ini yang harus dibuat jenuh dalam waktu paling sedikit 7 (tujuh) hari. Untuk beton yang menggunakan fly ash perawatan minimal 10 (sepuluh) hari. Semua bahan perawatan atau lembaran bahan penyerap air harus menempel pada permukaan yang dirawat.

(c) Apabila acuan kayu tidak dibongkar sesuai dengan Butir 7.1.3.2) a), maka acuan tersebut harus dipertahankan dalam kondisi basah sampai acuan dibongkar, untuk mencegah terbukanya sambungan-sambungan dan pengeringan beton.

(d) Permukaan beton yang digunakan langsung sebagai lapis aus harus dirawat setelah permukaannya mulai mengeras (sebelum terjadi retak susut basah) dengan ditutupi oleh lapisan pasir lembab setebal 50 mm paling sedikit selama 21 (dua puluh satu) hari.

(e) Beton semen yang mempunyai sifat kekuatan awal yang tinggi, harus dibasahi sampai kuat tekannya mencapai 70% dari kekuatan rancangan beton berumur 28 (dua puluh delapan) hari.

(2) Perawatan dengan Uap

(a) Beton yang dirawat dengan uap untuk mendapatkan kekuatan awal yang tinggi, tidak diperkenankan menggunakan bahan tambahan kecuali atas persetujuan Direksi Pekerjaan.

(b) Perawatan dengan uap harus dikerjakan secara menerus sampai waktu dimana beton telah mencapai 70% dari kekuatan rancangan beton berumur 28 (dua puluh delapan) hari. Perawatan dengan uap untuk beton harus mengikuti ketentuan berikut ini: Departemen Pekerjaan Umum – Desember 2007 7 - 14

(i) Tekanan uap pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh melebihi tekanan luar.

(ii) Temperatur pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh melebihi 38°C selama 2 (dua) jam sesudah pengecoran selesai, dan kemudian temperatur dinaikkan berangsur-angsur sehingga mencapai 65°C dengan kenaikan temperatur maksimum 14°C/jam secara bertahap.

(iii) Perbedaan temperatur pada dua tempat di dalam ruangan uap tidak boleh melebihi 5,5°C.

(iv) Penurunan temperatur selama pendinginan dilaksanakan secara bertahap dan tidak boleh lebih dari 11°C per jam.

(v) Perbedaan temperatur beton pada saat dikeluarkan dari ruang penguapan tidak boleh lebih dari 11°C dibanding udara luar.

(vi) Selama perawatan dengan uap, ruangan harus selalu jenuh dengan uap air.

(vii) Semua bagian struktural yang mendapat perawatan dengan uap harus dibasahi selama 4 (empat) hari sesudah selesai perawatan uap tersebut.

(c) Penyedia Jasa harus membuktikan bahwa peralatannya bekerja dengan baik dan temperatur di dalam ruangan perawatan dapat diatur sesuai dengan ketentuan dan tidak tergantung dari cuaca luar.

(d) Pipa uap harus ditempatkan sedemikian rupa atau balok harus dilindungi

secukupnya agar beton tidak terkena langsung semburan uap, yang akan

menyebabkan perbedaan temperatur pada bagian-bagian beton.

(3) Perawatan dengan Cara Lain

(a) Membran cair

Perawatan membran dilakukan ketika seluruh permukaan beton segera sesudah air meningggalkan permukaan (kering), terlebih dahulu setelah beton dibuka cetakannya dan finishing dilakukan. Jika seandainya hujan turun maka harus dibuat pelindung sebelum lapisan membran cukup kering, atau seandainya lapisan membran rusak maka harus dilakukan pelapisan ulang lagi.

(b) Selimut kedap air

Metode ini dilakukan dengan menyelimuti permukaan beton dengan bahan lembaran kedap air yang bertujuan mencegah kehilangan kelembaban ari permukaan beton. Beton harus basah pada saat lembaran kedap air ini dipasang. Lembaran bahan ini aman untuk tidak terbang/pindah tertiup angin dan apabila ada kerusakan/sobek harus segera diperbaiki selama periode perawatan berlangsung

(c) Mempertahankan cetakan (Form-In-Place).

Perawatan yang dilakukan dengan tetap mempertahankan cetakan sebagai dinding penahan pada tempatnya selama waktu yang diperlukan beton dalam masa perawatan sesuai dengan Pd T-07-2005-B.

Tabel Ketentuan Kuat Tekan Minimum untuk Silinder

Kuat Tekan Minimum rata-rata

Jenis beton

Mutu Beton

Benda Uji Silinder (MPa) Diameter (150 – 300) mm

fc’

(MPa)

3 hari

7 hari

28 hari

Mutu

50

34

42

60

tinggi

45

31

39

55

35

25

31

44

Mutu

30

22

27

39

Sedang

25

17

25

34

20

13

20

27

Mutu rendah

15

10

9

7

15

11

22

17

Tabel Ketentuan Kuat Tekan Minimum untuk Kubus

Kuat Tekan Minimum rata-rata

Jenis beton

Mutu Beton

Benda Uji Kubus

(Kg/cm2)

150 x 150 x 150 mm3

σbk’

(Kg/cm2)

3 hari

7 hari

28 hari

Mutu

tinggi

K600

392

490

670

K500

336

420

570

K400

272

340

470

Mutu

Sedang

K350

244

305

420

K300

K250

189

281

370

Mutu rendah

K175

164

245

320

K125

103

78

167

131

245

195

(3) Sebelum dilakukan pengecoran, penyedia jasa harus melakukan percobaan campuran (trial mix) di lapangan sesuai dengan rancangan campuran yang dihasilkan oleh laboratorium. Apabila hasil kuat tekan beton yang didapat pada umur 7 (tujuh) hari menghasilkan kuat tekan beton lebih kecil dari 85% nilai kuat tekan beton yang disyaratkan, maka Penyedia Jasa harus melakukan penyesuaian campuran dan mencari penyebab ketidak sesuaian tersebut, dengan meminta saran tenaga ahli yang kompeten di bidang beton untuk kemudian melakukan percobaan campuran kembali sampai dihasilkan kuat tekan beton di lapangan yang sesuai dengan persyaratan.

(4) Apabila percobaan campuran beton telah sesuai dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka Penyedia Jasa dapat melanjutkan pekerjaan pencampuran beton sesuai dengan hasil percobaan campuran.

(5) Kekuatan beton dianggap lebih kecil dari yang disyaratkan apabila hasil pengujian serangkaian benda uji dari suatu bagian pekerjaan yang dilaksanakan lebih kecil dari kuat tekan beton karakteristik yang diperoleh dari rumus

b) Penyesuaian Campuran

(1) Penyesuaian Sifat Mudah Dikerjakan (Kelecakan atau Workability)

Apabila sifat kelecakan pada beton dengan proporsi yang semula dirancang sulit diperoleh, maka Penyedia Jasa boleh melakukan perubahan rancangan agregat, dengan syarat dalam hal apapun kadar semen yang semula dirancang tidak berubah, juga rasio air/semen yang telah ditentukan berdasarkan pengujian yang menghasilkan kuat tekan yang memenuhi tidak dinaikkan. Pengadukan kembali beton yang telah dicampur dengan cara menambah air atau oleh cara lain tidak diizinkan. Bahan tambahan untuk meningkatkan sifat kelecakan hanya diizinkan bila telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

(2) Penyesuaian Kekuatan

Apabila beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan, maka kadar semen dapat ditingkatkan atau dapat digunakan bahan tambahan dengan syarat disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

(3) Penyesuaian Untuk Bahan-bahan Baru

Perubahan sumber atau karakteristik bahan tidak boleh dilakukan tanpa pemberitahuan tertulis kepada Direksi Pekerjaan. Bahan baru tidak boleh digunakan sampai Direksi Pekerjaan menerima bahan tersebut secara tertulis dan menetapkan proporsi baru berdasarkan atas hasil pengujian campuran percobaan baru yang dilakukan oleh Penyedia Jasa.

(4) Bahan Tambahan (Admixture)

Bila perlu menggunakan bahan tambahan, maka Penyedia Jasa harus mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Jenis dan takaran bahan tambahan yang akan digunakan untuk tujuan tertentu harus dibuktikan kebenarannya melalui pengujian campuran di laboratorium. Ketentuan mengenai bahan tambahan ini harus mengacu pada SNI 03-2495-1991. Bila akan digunakan bahan tambahan berupa butiran yang sangat halus, sebagian besar berupa mineral yang bersifat semen (cementious) seperti abu terbang (fly ash), mikrosilika (silicafume), atau abu slag besi (iron furnace slag), yang umumnya ditambahkan pada semen sebagai bahan utama beton, maka penggunaan bahan tersebut harus berdasarkan hasil pengujian laboratorium yang menyatakan bahwa hasil kuat tekan yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan yang diinginkan pada Gambar Rencana dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Dalam hal penggunaan bahan tambahan dalam campuran beton, maka bahan tersebut ditambahkan pada saat pengadukan beton. Bahan tambahan ini hanya boleh digunakan untuk meningkatkan kinerja beton segar (fresh concrete).

Penggunaan bahan tambahan ini dilakukan dalam hal-hal sebagai berikut:

(a) Meningkatkan kinerja kelecakan adukan beton tanpa menambah air.

(b) Mengurangi penggunaan air dalam campuran beton tanpa mengurangi kelecakan.

(c) Mempercepat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan beton.

(d) Memperlambat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan beton.

(e) Meningkatkan kinerja kemudahan pemompaan beton.

(f) Mengurangi kecepatan terjadinya kehilangan slump (slump loss).

(g)