relevansi konsep imam al-gazÂlÎ tentang...

99
RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG SABAR DALAM KITAB IHYA ULUMUDDIN DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam Oleh: Oleh: AMIN HUSNI NIM : 043111103 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) WALISONGO SEMARANG 2011

Upload: vokhanh

Post on 06-Feb-2018

255 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG

SABAR DALAM KITAB IHYA ULUMUDDIN

DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam

Ilmu Pendidikan Islam

Oleh:

Oleh:

AMIN HUSNI

NIM : 043111103

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) WALISONGO

SEMARANG

2011

Page 2: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Amin Husni

Nim : 043111103

Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam

menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya

saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.

.

Semarang, 23 Mei 2011

Deklarator,

Amin Husni

NIM : 043111103

Page 3: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

iii

DEPARTEMEN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

FAKULTAS TARBIYAH JL. Prof. Dr. HAMKA (Kampus ) Ngalian Semarang

Telp. (024) 7601291 Fax.7615387

PENGESAHAN

Naskah skripsi dengan:

Judul : Relevansi Konsep Imam Al-Gazâlî tentang Sabar dalam

Kitab Ihya Ullumuddin dengan Tujuan Pendidikan Islam Nama : Amin Husni

NIM : 043111103

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam

Semarang, Juni 2011

DEWAN PENGUJI

Ketua, Sekretaris,

H. Mursid, M.Ag. Yunita Rakhmawati, MA.

NIP. 19670305 200112 1001 NIP. 19780627 200501 2004

Penguji I, Penguji II,

Drs. H. Mat Solikhin, M.Ag Dr. Ahwan Fanani, M.Ag

NIP. 19600524 199203 1 001 NIP. 19780930 200312 1001

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Darmuin, M.Ag Amin Farih, M.Ag

NIP. 19640424 199303 1 003 NIP. 19710614200003 1 002

Page 4: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

iv

NOTA PEMBIMBING Semarang, Juni 2011

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo

di Semarang

Assalamua’alaikum Wr.Wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan

koreksi naskah skripsi dengan:

Judul : RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ

TENTANG SABAR DALAM KITAB IHYA

ULUMUDDIN DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN

ISLAM

Nama : Amin Husni

NIM : 043111103

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diajukan dalam Sidang Munaqasyah

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Pembimbing I,

Drs. Darmuin, M.Ag.

NIP. 19640424 199303 1 003

Page 5: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

v

NOTA PEMBIMBING Semarang, Juni 2011

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo

di Semarang

Assalamua’alaikum Wr.Wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan

koreksi naskah skripsi dengan:

Judul : RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ

TENTANG SABAR DALAM KITAB IHYA

ULUMUDDIN DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN

ISLAM

Nama : Amin Husni

NIM : 043111103

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diajukan dalam Sidang Munaqasyah

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Pembimbing II,

Amin Farih, M.Ag

NIP. 19710614200003 1 002

Page 6: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

vi

ABSTRAK

Judul : Relevansi Konsep Imam Al-Gazâlî Tentang Sabar dalam Kitab Ihya

Ulumuddin dengan Tujuan Pendidikan Islam Penulis: Amin Husni

NIM : 043111103

Skripsi ini membahas konsep Imam Al-Gazâlî tentang sabar ditinjau

dari tujuan pendidikan Islam. Realita fenomena di masyarakat terjadi suatu

kesenjangan antara teori yang mengharuskan ikhtiar maksimal dengan sabar

diri sepenuhnya tanpa usaha. Studi ini dimaksudkan untuk menjawab

permasalahan bagaimana konsep sabar menurut Imam Al-Gazâlî? Bagaimana

sabar menurut Imam Al-Gazâlî ditinjau dari tujuan pendidikan Islam?

Permasalahan tersebut dibahas melalui studi kepustakaan (library research)

dengan jenis penelitian kualitatif dengan metode deskriptif analisis. Dalam

membahas dan menelaah data, penulis menggunakan metode deskriptif

Analisis.

Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah

telah mensifati orang-orang yang sabar dengan beberapa sifat, Dia menyebut

sabar dalam Al-Qur'an pada lebih dari tujuh puluh tempat. Ketahuilah bahwa

sabar adalah kedudukan dari kedudukan agama dan derajat dari derajat-derajat

orang-orang yang menempuh jalan menuju Allah. Apabila mengkaji konsep

sabar menurut Imam al-Ghazali sebagaimana telah dikemukakan dalam bab

sebelumnya, maka konsepnya sangat penting dan relevan dengan pendidikan,

kode etik pendidik (guru) dan kode etik peserta didik. Ali bin Abi Thalib

memberikan syarat bagi peserta didik dengan enam macam, yang merupakan

kompetensi mutlak dan dibutuhkan tercapainya tujuan pendidikan. Syarat

yang dimaksud sebagaimana dalam syairnya: "Seorang santri harus tabah

menghadapi ujian dan cobaan. Sebab ada yang mengatakan bahwa gudang

ilmu itu selalu diliputi dengan cobaan dan ujian. Ali bin Abi Thalib, berkata,

"Ketahuilah, kamu tidak akan memperoleh ilmu kecuali dengan bekal enam

perkara, yaitu: cerdas, semangat, bersabar, memiliki bekal,

petunjuk/bimbingan guru, dan waktu yang lama." (2) Hubungan konsep sabar

menurut Imam al-Ghazali dengan tujuan pendidikan Islam sebagai berikut:

pendidikan Islam ialah segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan

fitrah manusia serta sumber daya manusia yang ada padanya menuju

terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil). Karena itu tujuan pendidikan

Islam adalah terbentuknya insan kamil yang di dalamnya memiliki wawasan

yang kaffah (utuh/lengkap/menyeluruh). Tujuan terakhir pendididikan Islam

yaitu penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah. "Kata penyerahan diri

sepenuhnya kepada Allah" dalam bahasa agama disebut tawakkal yang

dicerminkan oleh sikap sabar. Tujuan pendidikan Islam seperti ini sesuai pula

dengan Konferensi Dunia Pertama tentang Pendidikan Islam (1977).

Page 7: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

vii

TRANSLITERASI ARAB LATIN

Keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia Nomor:158 th. 1987, Nomor:1543b/u/1987

.

t ط a ا

Z ظ b ب

' ع t ت

g غ ś ث

f ف j ج

q ق h ح

k ك kh خ

l ل D د

m م ż ذ

n ن r ر

w و Z ز

h ه S س

, ء Sy ش

y ي ş ص

d ض

Page 8: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang maha pengasih dan penyayang, bahwa atas

taufiq dan hidayah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

ini. Skripsi yang berjudul “RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ

TENTANG SABAR DALAM KITAB IHYA ULUMUDDIN DENGAN

TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM”, ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat

guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Fakultas Tarbiyah Institut

Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang. Dalam penyusunan skripsi ini

penulis banyak mendapatkan bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak

sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis

menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Suja'i, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang.

2. Bapak Drs. Darmuin, M.Ag selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Amin

Farih, M.Ag selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan

waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan

dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Nasirudin, M.Ag selaku Kajur PAI Fakultas Tarbiyah

4. Pimpinan Perpustakaan Institut yang telah memberikan izin dan layanan

kepustakaan yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Pimpinan Perpustakaan Fakultas Tarbiyah yang telah memberikan izin dan

layanan kepustakaan yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh dosen, staf dan karyawan di lingkungan civitas akademik Fakultas

Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan pelayanan yang

baik serta membantu kelancaran penulisan skripsi ini.

Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum

mencapai kesempurnaan dalam arti sebenarnya, namun penulis berharap semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan para pembaca

pada umumnya.

Page 9: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

ix

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

PERNYATAAN ................................................................................................ ii

PENGESAHAN ................................................................................................ iii

NOTA PEMBIMBING ................................................................................... iv

ABSTRAK ...................................................................................................... vi

TRASLITERASI .............................................................................................. vii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................... ix

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Penegasan Istilah ......................................................................... 6

C. Perumusan masalah ..................................................................... 8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 8

E. Telaah Pustaka ............................................................................ 9

F. Metodologi Penelitian ................................................................. 13

BAB II : LANDASAN TEORI KONSEP SABAR DAN TUJUAN

PENDIDIKAN ISLAM

A. Konsep Sabar …. ............................................................ 15

1. Pengertian Sabar ................................................................. 15

2. Macam-Macam Sabar ............................................................. 16

B. Pendidikan Islam ................................................................. 21

1. Pengertian Pendidikan Islam ................................................... 21

2. Landasan Pendidikan Islam .................................................... 24

3. Tujuan Pendidikan Islam......................................................... 28

BAB III: KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG SABAR

A. Biografi Imam Al-Gazâlî ............................................................ 31

Page 10: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

x

1. Latar Belakang Imam Al-Gazâlî ............................................. 31

2. Karya-Karyanya ...................................................................... 35

B. Konsep Imam Al-Gazâlî tentang Sabar dalam

Kitab Ihya 'Ulum al-Din.............................................................. 38

BAB IV: KONSEP SABAR MENURUT IMAM AL-GHAZALI DAN

RELEVANSINYA DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

A. Analisis Pandangan Imam Al-Ghazali tentang Sabar ................. 57

B. Analisis Pandangan Imam Al-Ghazali tentang Sabar Relevansinya

dengan Tujuan Pendidikan Islam ................................................ 61

BAB V : PENUTUP

A. Simpulan ..................................................................................... 80

B. Saran-Saran ................................................................................. 81

C. Penutup ....................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 11: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Islam ialah segala usaha untuk memelihara dan

mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya manusia yang ada padanya

menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil).1 Karena itu tujuan

pendidikan Islam adalah terbentuknya insan kamil yang di dalamnya memiliki

wawasan yang kaffah (utuh/lengkap/menyeluruh).2 Sejalan dengan itu

menurut Arifin tujuan terakhir pendidikan Islam yaitu penyerahan diri

sepenuhnya kepada Allah.3

Menurut seorang tokoh filsuf Islam Ibnu Thufail bahwa manusia yang

terdiri dari badan dan jiwa, yang memiliki akal pikiran, ia selalu menggunakan

akalnya untuk berpikir mengetahui hal-hal yang belum ia ketahui, tetapi akal

tersebut kadang-kadang mengalami kebuntuan dan ketidak mampuan dalam

memahami rahasia Illahi, mengungkap misteri kehidupan dan mengemukakan

dalil-dalil pikiran. Akal yang sehat akan berpikir dengan sendirinya, berupa

kebenaran, kebaikan dan keindahan kedua-duanya dapat bertemu dalam satu

titik tanpa harus diperselisihkan lagi.4

Manusia yang terdiri dua unsur tidak dapat dipisahkan, kedua unsur

tersebut adalah jasad dan jiwa merupakan satu kesatuan. Karena bila

dipisahkan ia bukan manusia lagi.5 Jasad dapat bergerak karena adanya jiwa,

dan jiwa itu adalah tuan daripada jasad, namun kehidupan jasad tidak hanya

bergantung pada jiwa semata hal ini disebut dengan kehidupan ragawi

(lahiriyah), ia membutuhkan yang namanya pakaian, makanan, tempat tinggal,

1Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 28.

2Abdul Mujib dan Yusuf Muzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media,

2007), hlm. 83. 3Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 28.

4Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, (Yogyakarta: Bulan Bintang, 1990), hlm. 163

5Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur'an; Tafsir Maudhu'i Atas Berbagai Persoalan Umat,

(Bandung: Mizan, 1997), hlm. 282

Page 12: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

2

harta kekayaan dan sebagainya. Beda dengan jasad, untuk dapat hidup selalu

dalam kebenaran maka jiwa juga membutuhkan makanan, sementara makanan

yang dibutuhkan jiwa tidak serupa dengan apa yang dimakan oleh jasad,

makanan itu berupa ajaran-ajaran agama, memegang teguh Kalam Suci (Al-

Quran), menjalankan apa-apa yang telah disyari'atkan oleh Sang Maha

Pencipta, dan juga bersabar, yakni sabar dalam menjalankan perintah dan

larangan-Nya, menghadapi musibah dan menerima nikmat-Nya. Kalau kedua

unsur pokok telah terpenuhi kebutuhannya, terdapatlah keseimbangan, maka

kehidupan menjadi lebih tenang tentram dan bahagia. Inilah yang disebut

kepribadian manusia dalam totalitasnya.6

Melihat segala tingkah laku manusia, tokoh Barat yang

mengembangkan teori psikologi humanistik Abraham Maslow, memiliki

asumsi dasar, bahwa tingkah laku manusia dapat ditelaah melalui

kecenderungan dalam memenuhi kebutuhan hidup, sehingga bermakna dan

terpuaskan.7

Berkaitan dengan hal itu seorang tokoh tasawuf ulama besar Imam al-

Gazâlî memeta-metakan tingkah laku manusia atau kepribadian (kejiwaan)

manusia ke dalam beberapa dimensi, secara dimensi pada diri manusia

terkumpul empat dimensi kejiwaan:

1. Dimensi ragawi (al-Jism)

2. Dimensi nabati (al-Natiyyah)

3. Dimensi Hewani (al-Hayawaniyyun)

4. Dimensi insani (al-insaniyah).8

Pada dasarnya pengetahuan manusia tentang dirinya secara umum

masih pada tahap awal, pengetahuan itupun menjadi terbatas sebab; pertama,

Pembahasan masalah manusia terlambat dilakukan karena pada mulanya

perhatian manusia hanya tertuju pada penyelidikan tentang alam materi.

6Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur'an; Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan

Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1994), hlm. 247 7Hasyim Muhammad, Dialog Antara Tasawuf Dan Psikologi; Telaah Atas Pemikiran

Psikologi Humanistik Abrahan Maslow, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), hlm. 76 8Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi Dengan Islam; Menuju Psikologi Islam,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar Dana Yayasan Insani, 2001), hlm. 79

Page 13: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

3

kedua, ciri khas akal manusia yang lebih cenderung memikirkan hal-hal yang

tidak kompleks, ketiga, karena disebabkan multi kompleknya manusia.9

Akhir-akhir ini persaingan kehidupan yang terkotak-kotak pada

bidang-bidang tertentu semakin ketat membuat perjalanan peradaban yang

semakin cepat seperti terjadi sekarang ini menjadikan manusia yang hidup di

dalamnya harus mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan yang

terjadi, teknologi makin canggih, krisis ekonomi yang berkepanjangan

membuat perekonomian di masayarakat semakin parah, hingga akhirnya

kelangkaan pangan makin menjadi.

Apabila dipandang dengan kaca mata Islam, tidak terpenuhinya

keinginan-keinginan dalam hidup ini tidak hanya semata-mata karena

kesalahan mekanisme dan prosesnya saja, tetapi selaku umat Islam harus

memiliki keyakinan bahwa dibalik itu semua terdapat kekuatan (ketentuan)

lain yang berasal dari Allah Swt, inilah yang sering dipahami dengan ujian,

cobaan atau musibah dari Allah Swt , sebagaimana firman-Nya dalam Al-

Qur'an Surat Al-Baqarah; Ayat 155

"Dan sesungguhnya akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan

sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.

Dan berikanlah berita gembira bagi orang-orang yang sabar" (Q.S. Al-

Baqarah: l55).10

Maka tidak reda-redanya Allah Swt., memberi peringatan kepada

hamba-Nya untuk tabah dan berpegang teguh dalam menghadapi segala

cobaan, sebagaimana Allah Swt., memberi peringatan kepada para Rasul dan

nabi dan pembawa da'wah pada umumnya, bahwa mereka akan berjumpa dan

mengalami bermacam-macam cobaan.11

Dari sini pentingnya konsep sabar

9 Wawasan Al-Qur'an; Tafsir Maudhu'i Atas Berbagai Persoalan Umat, hlm.278

10Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Toha Putra, 1993), hlm. 99

11 Muhammad Natsir, Fiqhud Da'wah, (Jakarta: Media Da'wah, 2000), hlm. 259

Page 14: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

4

diterapkan oleh manusia dalam menyikapi cobaan, ujian, musibah dan

berbagai masalah lainnya.

Dari sekian banyaknya konsep sabar, maka konsep Imam Al-Gazâlî

menarik untuk dikaji. Alasannya karena konsepnya jelas dan lugas. Hal ini

tidak berarti konsep pakar lainnya kurang menarik dan jelas, namun konsep

Imam Al-Gazâlî bisa dijadikan salah satu alternatif.

Menurut Imam Al-Gazâlî, Allah Ta'ala telah mensifati orang-orang

yang sabar dengan beberapa sifat, Dia menyebut sabar dalam Al-Qur'an pada

lebih dari tujuh puluh tempat dan Dia menambah lebih banyak derajat dan

kebaikan dan menjadikannya sebagai buah bagi sabar.12

Ketahuilah bahwa

sabar adalah kedudukan dari kedudukan agama dan derajat dari derajat-derajat

orang-orang yang menempuh jalan menuju Allah. Dan semua kedudukan

agama itu sesungguhnya dapat tersusun dari tiga perkata yaitu: Ma'rifat, hal

ihwal dan amal perbuatan.13

Dari arti-arti yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa

kesabaran menuntut ketabahan dalam menghadapi sesuatu yang sulit, berat,

dan pahit, yang harus diterima dan dihadapi dengan penuh tanggung jawab.

Berdasar kesimpulan tersebut, para agamawan merumuskan pengertian sabar

sebagai "menahan diri atau membatasi jiwa dari keinginannya demi mencapai

sesuatu yang baik atau lebih baik (luhur)".14

Orang yang sabar akan mampu

menerima segala macam cobaan dan musibah. Berbagai musibah dan

malapetaka yang melanda Indonesia telah dirasakan masyarakat. Bagi orang

yang sabar maka ia rela menerima kenyataan pahit, sementara yang menolak

dan atau tidak sabar, ia gelisah dan protes dengan nasibnya yang kurang

baik.15

Realita fenomena di masyarakat terjadi suatu kesenjangan antara teori

yang mengharuskan ikhtiar maksimal dengan sabar diri sepenuhnya tanpa

12

Abu Hamid Muhammad al-Gazâlî, Ihya Ulum ad-Din, Jilid VII, (Semarang: CV Asy-

Syifa, 1994), hlm. 314. 13

Abu Hamid Muhammad al-Gazâlî, Ihya Ulum ad-Din, hlm. 323. 14

M. Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi, (Bandung: Mizan, 2007), hlm. 165. 15

Achmad Mubarok, Psikologi Qur'ani, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), hlm. 73.

Page 15: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

5

usaha. Dengan kata lain kenyataan menunjukkan bahwa persepsi yang

berkembang di sebagian masyarakat yaitu sabar merupakan bentuk pasrah diri

pada Allah Swt namun tanpa ikhtiar. Persepsi yang keliru ini mengakibatkan

umat Islam berada dalam kemunduran dan tidak mampu bersaing dengan

dinamika zaman. Kenyataan ini dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.16

Dalam masyarakat bergulir sebuah anggapan bahwa sabar yang

sesungguhnya adalah kepasrahan seorang hamba terhadap Allah SWT tanpa

perlu usaha. Banyak orang yang diam bertopang dagu, mereka beranggapan

bahwa jika sudah menjadi rizkinya maka ia tidak akan kemana-mana.

Sebaliknya apabila bukan rizkinya maka dikejar pun akan lari dan menjauh.

Kekeliruan persepsi dan interpretasi seperti ini merupakan salah satu

fenomena ketidakmampuan manusia itu dalam berkompetisi di tengah-tengah

masyarakat yang makin kompleks.17

Konsep sabar perspektif Imam al-Gazâlî mempunyai hubungan yang

erat dengan tujuan pendidikan. Dengan kata lain bahwa konsep Imam al-

Gazâlî berkaitan pula dengan pendidikan karena dalam pendidikan dibutuhkan

kesabaran. Pendidik harus sabar dalam mentransfer ilmu dan peserta didik

harus sabar dalam mempelajari dan mendalami ilmu. Apabila mengkaji

konsep sabar menurut Imam al-Gazâlî, maka konsepnya sangat penting dan

relevan dengan pendidikan, kode etik pendidik (guru) dan kode etik peserta

didik.

Dalam mengungkapkan konsep sabar Imam al-Ghazali muncul suatu

masalah yaitu apakah konsepnya ada kesesuaian dengan tujuan pendidikan

Islam, jika sesuai sejauhmana hubungannya dengan pendidik dan peserta

didik.

Bertitik tolak dari keterangan dan masalah tersebut mendorong peneliti

mengangkat tema ini sebagaimana tersebut sebelumnya.

16

Achmad Mubarok, Psikologi Qur'ani, hlm. 73. 17

Yunan Nasution, Pegangan Hidup, 3, (Solo: Ramadhani, 1999), hlm. 187.

Page 16: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

6

B. Penegasan Istilah

Agar pembahasan tema dalam skripsi ini menjadi terarah, jelas dan

mengena yang dimaksud, maka perlu dikemukakan batasan-batasan judul

yang masih perlu mendapatkan penjelasan secara rinci.

1. Sabar

Sabar (al-shabru) menurut bahasa adalah menahan diri dari keluh

kesah. Bersabar artinya berupaya sabar. Ada pula al-shibru dengan meng-

kasrah-kan shad artinya obat yang pahit, yakni sari pepohonan yang pahit.

Menyabarkannya berarti menyuruhnya sabar. Bulan sabar, artinya bulan

puasa. Ada yang berpendapat, "Asal kalimat sabar adalah keras dan kuat.

Al-Shibru tertuju pada obat yang terkenal sangat pahit dan sangat tak enak.

Al Ushmu'i mengatakan, "Jika seorang lelaki menghadapi kesulitan secara

bulat, artinya ia menghadapi kesulitan itu secara sabar. Ada pula al-shubru

dengan men-dhamah-kan shad, tertuju pada tanah yang subur karena

kerasnya. Ada pula yang berpendapat, "Sabar itu diambil dari kata

mengumpulkan. memeluk, atau merangkul. Sebab, orang yang sabar itu

yang merangkul atau memeluk dirinya dari keluh-kesah. Ada pula kata

shabrah yang tertuju pada makanan. Pada dasarnya, dalam sabar itu ada

tiga arti. menahan, keras, mengumpulkan, atau merangkul, sedang lawan

sabar adalah keluh-kesah.18

2. Tujuan Pendidikan Islam

Dalam pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ditegaskan bahwa

pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

18

Muhammad Rabbi Muhammad Jauhari, Keistimewaan Akhlak Islami, terj. Dadang

Sobar Ali. (Bandung: Pustaka Setia, 2006), hlm. 342.

Page 17: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

7

mandiri. dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggungjawab.19

Dalam konteksnya dengan pendidikan Islam, menurut Arifin,

tujuan pendidikan Islam secara filosofis berorientasi kepada nilai-nilai

islami yang bersasaran pada liga dimensi hubungan manusia selaku

"khalifah" di muka bumi, yaitu sebagai berikut.

a. Menanamkan sikap hubungan yang seimbang dan selaras dengan

Tuhannya.

b. Membentuk sikap hubungan yang harmonis, selaras, dan seimbang

dengan masyarakatnya.

c. Mengembangkan kemampuannya untuk menggali, mengelola, dan

memanfaatkan kekayaan alam ciptaan Allah bagi kepentingan

kesejahteraan hidupnya dan hidup sesamanya serta bagi kepentingan

ubudiahnya kepada Allah, dengan dilandasi sikap hubungan yang

harmonis pula.20

Para pakar pendidikan Islam Muhammad Athiyah al-Abrasyi telah

sepakat bahwa tujuan dari pendidikan serta pengajaran bukanlah

memenuhi otak anak didik dengan segala macam ilmu yang belum mereka

ketahui. melainkan: a. Mendidik akhlak dan jiwa mereka; b. Menanamkan

rasa keutamaan (fadhilah): c. Membiasakan mereka dengan kesopanan

yang tinggi; d. Mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci

seluruhnya dengan penuh keikhlasan dan kejujuran. Dengan demikian,

tujuan pokok dari pendidikan Islam menurut Athiyah al-Abrasyi ialah

mendidik budi pekerti dan pembentukan jiwa. Semua mata pelajaran

haruslah mengandung pelajaran-pelajaran akhlak, setiap pendidik haruslah

memikirkan akhlak dan memikirkan akhlak keagamaan sebelum yang lain-

19

Undang-Undang RI No. 20/2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: BP.

Cipta Jaya, 2003), hlm. 7. 20

Muzayyin Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 121

Page 18: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

8

lainnya karena akhlak keagamaan adalah akhlak yang tertinggi,

sedangkan. akhlak yang mulia itu adalah tiang dari pendidikan Islam.21

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang sebelumnya, maka yang menjadi

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep sabar menurut Imam Al-Gazâlî?

2. Bagaimana sabar menurut Imam Al-Gazâlî ditinjau dari tujuan pendidikan

Islam?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan yang hendak

dicapai. dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui konsep sabar menurut Imam Al-Gazâlî

2. Untuk mengetahui sabar menurut Imam Al-Gazâlî ditinjau dari tujuan

pendidikan Islam

b. Manfaat Penelitian

Nilai guna yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti, dengan meneliti konsep sabar, maka akan menambah

pemahaman yang lebih mendalam melalui studi pemikiran Imam Al-

Gazâlî

2. Hasil dari pengkajian dan pemahaman tentang konsep sabar sedikit

banyak akan dapat membantu dalam pencapaian tujuan dalam

membentuk pribadi yang sempurna yaitu yang beriman, berilmu dan

beramal shaleh.

21

Muhammad 'Athiyyah al-Abrasyi, al-Tarbiyah Al-lslamiyyah, Terj. Abdullah Zakiy

alKaaf. "Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan Islam", (Bandung: Pustaka Setia, 2003), hlm. 13.

Page 19: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

9

3. Penulisan ini sebagai bagian dari usaha untuk menambah khazanah

ilmu pengetahuan di Fakultas Tarbiyah pada umumnya dan jurusan

pendidikan agama Islam khususnya.

E. Telaah Pustaka

Sepanjang pengetahuan peneliti, dalam penelitian di perpustakaan

IAIN Walisongo belum ditemukan skripsi yang judulnya sama menyangkut

sabar. Demikian pula berdasarkan browsing internet dalam hal tesis pasca

sarjana belum ditemukan adanya judul yang sama. Sedangkan yang ada hanya

membahas tokoh Imam Al-Gazâlî tetapi dalam tema yang sangat berbeda

sehingga tidak ada sama sekali hubungannya dengan tema sabar dalam

perspektif pendidikan Islam. Namun demikian sejauh yang peneliti ketahui

telah banyak penelitian yang membahas konsep sabar namun belum ada yang

menyentuh dan menganalisis pemikiran Imam Al-Gazâlî ditinjau dari tujuan

pendidikan Islam.

Skripsi yang disusun Rizal Muttaqin (NIM: 1100094) jurusan

Bimbingan dan Penyuluhan Islam dengan judul Implikasi Sabar dalam

Mencegah Penyakit Stres Pemikiran al-Ghazali (Tinjauan Konseling Islam),

skripsi ini menitikberatkan pembahasan pada bimbingan dan konseling Islam

dalam mencegah penyakit stress. Temuan skripsi ini adalah bahwa sabar dapat

mencegah penyakit stress.22

Skripsi yang disusun oleh Ernawati (NIM: 4103063) dengan judul

Sabar dalam Perspektif Imam al-Ghazali Ditinjau dari Kesehatan Mental.

Konsep Imam al-Ghazali yang menyuruh manusia untuk sabar sangat relevan

dengan kesehatan mental karena dengan sabar maka dapat membentuk

manusia yang bermental sehat. Al-Quran mengajak kaum muslimin agar

berhias diri dengan kesabaran. Sebab, kesabaran mempunyai faedah yang

besar dalam membina jiwa, memantapkan kepribadian, meningkatkan

22

Rizal Muttaqin, Implikasi Sabar dalam Mencegah Penyakit Stres Pemikiran al-Ghazali

(Tinjauan Konseling Islam) (Skripsi Fakultas Dakwah, tidak diterbitkan, IAIN Walisongo

Semarang).

Page 20: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

10

kekuatan manusia dalam menahan penderitaan, memperbaharui kekuatan

manusia dalam menghadapi berbagai problem hidup, beban hidup, musibah,

dan bencana, serta menggerakkan kesanggupannya untuk terus-menerus

berjihad dalam rangka meninggikan kalimah Allah SWT. Apabila seseorang

bersabar dalam memikul kesulitan dan musibah hidup, bersabar dalam

gangguan dan permusuhan orang lain, bersabar dalam beribadah, dan taat

kepada Allah SWT, maka mentalnya akan sehat. Sabar dalam melawan

syahwat, bersabar dalam bekerja dan berkarya, ia tergolong orang yang

memiliki kepribadian yang matang, seimbang, paripurna, kreatif, dan aktif.

Selain itu, ia juga menjadi orang yang terlindung dari kegelisahan dan aman

dari gangguan-gangguan kejiwaan.23

Skripsi yang disusun Retno Wahyunigsih (NIM 4197027/AF) dengan

judul: Hubungan Kausalitas Sabar dan Takdir dalam Perspektif Jabariyah

dan Qadariyah. Pada intinya penulis skripsi ini menjelaskan bahwa yang

menjadi rumusan masalah adalah bagaimana hubungan antara sabar dan takdir

dam perspektif Jabariyah dan Qadariyah. Metode penelitian ini menggunakan

metode komparasi dan hermeneutic. Menurut penyusun skripsi ini, kekeliruan

umum orang terhadap sabar dan takdir itu ialah segala nasib baik dan buruk

seseorang. atau muslim/kafirnya manusia, telah ditetapkan secara pasti oleh

Allah. Manusia adalah ibarat robot Allah. Maka segala kenyataan hidup

haruslah diterima apa adanya dengan sabar. Dengan begitu manusia harus

sabar dalam arti menerima apa yang terjadi pada dirinya tanpa reserve.

Kekeliruan ini misalnya terdapat dalam pendirian kaum Jabariyah, dimana

menurutnya manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan

kehendak dan perbuatannya. Manusia dalam paham ini terikat pada kehendak

mutlak Tuhan. Konsep Jabariyah cenderung memaknai sabar secara

berlebihan dan inilah bagian paham yang memukul umat Islam dalam

berkompetisi' dengan dunia Barat. Menurut paham ini manusia tidak hanya

23

Ernawati, Sabar dalam Perspektif Imam al-Ghazali Ditinjau dari Kesehatan Mental

(Skripsi Fakultas Ushuluddin, tidak diterbitkan, IAIN Walisongo Semarang)

Page 21: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

11

bagaikan wayang yang digerakkan oleh dalang, tapi manusia tidak mempunyai

bagian sama sekali dalam mewujudkan perbuatan-perbuatannya.

Sebaliknya kaum Qadariyah berpendapat bahwa manusia mempunyai

kemerdekaan dan kebebasan dalam menentukan perjalanan hidupnya.

Menurut paham Qadariah manusia mempunyai kebebasan dan kekuatan

sendiri untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Konsep ini pada

hakekatnya menafikan konsep sabar. Dengan demikian dalam paham tersebut

bahwa Allah ta'ala tidak mengetahui segala apa jua pun yang diperbuat oleh

manusia dan tidak pula yang diperbuat oleh manusia itu dengan kudrat dan

iradah Allah Ta'ala. Bahkan manusialah yang mengetahui serta mewujudkan

segala apa yang diamalkannya itu dan semuanya dengan kudrat iradat manusia

sendiri. Tuhan sama sekali tidak campur tangan di dalam membuktikan

amalan-amalan itu.

Abdullah bin Umar ad-Dumaiji (guru besar Fakultas Dakwah dan

Ushuluddin Universitas Ummul Qura) dalam disertasinya yang berjudul at-

Tawwakal Alallah wa Alaqatuhu bi al-Asbab dan diterjemahkan oleh

Kamaluddin. menjelaskan bahwa sikap manusia terhadap perkara sabar ini

amat beraneka ragam. di antara mereka ada sekelompok manusia yang telah

takluk dengan kehidupan materi yang melampaui batas hingga menimbulkan

kesengsaraan seperti yang telah terjadi pada masa-masa terakhir ini, hal yang

membawa mereka amat menggantungkan hidup dengan harta di mana untuk

mendapatkannya harus dengan permusuhan dan tumpahan darah, demi harta

manusia rela mengunci akal dan hati yang ada dalam dirinya. Sikap seperti ini

amat jelas pengaruhnya pada hati yaitu hati menjadi asing untuk sabar,

keterasingan ini mengendalikan manusia untuk tidak mau mensucikan jiwanya

dengan mengingat Allah; mereka hanya mengandalkan otak dan merasa

bangga dengan apa yang mereka miliki yang berupa pengetahuan. Mereka

hanya melihat kehidupan dunia yang dengannya mereka mendapatkan

Page 22: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

12

ketenangan hidup, mereka lupa atau melupakan bahwa Allah akan melupakan

mereka sebagaimana mereka melupakan Allah.24

Sebaliknya. di antara manusia ada yang merasa puas dengan duduk

berdiam diri, senang menunda-nunda pekerjaan, kemalasan dan kebodohan

menyelimuti diri mereka, walaupun demikian mereka tetap mencari-cari

alasan atau dalih untuk membenarkan apa yang mereka lakukan dengan dalih

bahwa mereka sabar pada kehendak Allah, mereka menganggap bahwa sabar

adalah meninggalkan sarana dan usaha, yang mendatangkan keuntungan

materi atau harta. Singkatnya mereka sudah merasa puas dengan rizki yang

didapat dari orang lain dan dari sedekah-sedekah yang mereka terima, mereka

hidup di sudut-sudut kehidupan dan terpencil dari dinamika kehidupan.

Sejalan dengan temuan tersebut, As'-Syarif dalam disertasinya yang

berjudul al-lbadah al-Qalhiyah wa Atsaruhu fi Hayalil Mu'minin menguraikan

pengaruh-pengaruh sabar. Menurutnya, sabar memberikan pengaruh yang

sangat besar, antara lain: ketenangan, ketenteraman, kekuatan, kemuliaan,

ridla dan harapan. Akan tetapi menurutnya untuk meraih sabar memiliki

sejumlah rintangan, dan rintangan-rintangan inilah yang menghambat sabar,

antara lain: bodoh terhadap Allah dan keagunganNya, terpedaya oleh nafsu.

bersandar kepada makhluk, cinta kepada kehidupan duniawi dan terpedaya

olehnya.

Skripsi yang disusun Mahfudz Yasin (Fakultas Dakwah IAIN

Walisongo) berjudul: Analisis Dakwah terhadap Konsep Tawakal T.M. Hasbi

ash Shiddiqie. Pada intinya dijelaskan bahwa Relevansi konsep tawakal T.M.

Hasbi ash Shiddiqie dengan dakwah yaitu da'i sebagai ujung tombak syiar

Islam dapat meluruskan kesalahan dalam memaknai tawakal. Merujuk pada

kondisi seperti ini tidak berlebihan bila dikatakan bahwa dakwah memiliki

nilai yang sangat urgen dalam memperkuat jati din dan mental bangsa ini.

Dapat dipertegas bahwa tawakal mempunyai kaitan yang erat dengan dakwah.

Tawakal tidak dapat dipisahkan dengan dakwah, karena masih banyak orang

24

http://www. ad-Dumaiji oocities.org/fauzy70/para/p043.html, diakses tanggal 29 Juli

2011

Page 23: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

13

yang tawakal secara berlebihan, ia terlalu memasrahkan dirinya dalam

berbagai hal namun tanpa ikhtiar atau usaha sama sekali. Tawakal bukan

hanya berserah din melainkan ia perlu usaha dahulu secara maksimal baru

kemudian tawakal. Urgensi dakwah dengan konsep tawakal yaitu dakwah

dapat memperjelas dan memberi penerangan pada mud'u tentang bagaimana

tawakal yang sesuai dengan al-Qur'an dan hadits. Dengan adanya dakwah

maka kekeliruan dalam memaknai tawakal dapat dikurangi.25

Dalam hubungannya dengan bimbingan dan konseling Islam, bahwa

konsep tawakal TM. Hasbi Ash-Shiddiqie dapat dijadikan materi bagi

konselor dalam membimbing dan mengkonsel klien yang belum atau sedang

menghadapi masalah. Karena konsep tawakal TM. Hasbi Ash-Shiddiqie sesuai

asas-asas dan tujuan bimbingan konseling Islam.

Dengan mencermati uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

penelitian terdahulu berbeda dengan penelitian yang penulis susun.

Perbedaannya yaitu penelitian terdahulu belum mengungkap konsep Imam Al-

Gazâlî Ditinjau dari Tujuan Pendidikan Islam.

F. Metodologi Penelitian

Ketepatan menggunakan metode dalam penelitian adalah syarat utama

dalam menggunakan data. Apabila seorang mengadakan penelitian kurang

tepat metode penelitiannya, maka akan mengalami kesulitan, bahkan tidak

akan menghasilkan hasil yang baik sesuai yang diharapkan.

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan

Penelitian ini menggunakan-jenis penelitian kualitatif. Menurut Arief

Fuchan dan Agus Maimun studi tokoh atau sering disebut juga dengan

penelitian tokoh atau penelitian riwayat hidup individu merupakan salah

satu jenis penelitian kualitatif.26

Analisis ini akan digunakan dalam usaha

mencari dan mengumpulkan data, menyusun, menggunakan serta

25

Mahfudz Yasin berjudul: Analisis Dakwah terhadap Konsep Tawakal T.M. Hasbi ash Shiddiqie.

(Skripsi: Fakultas Dakwah IAIN Walisongo, tidak diterbitkan) 26

Arief Fuchan dan Agus Maimun, Studi Tokoh: Metode Penelitian Mengenai Tokoh,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 1

Page 24: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

14

menafsirkan data yang sudah ada. Untuk menguraikan secara lengkap,

teratur dan teliti terhadap suatu obyek penelitian, yaitu menguraikan dan

menjelaskan konsep sabar menurut Imam Al-Gazâlî dan hubungannya

dengan tujuan pendidikan Islam. Adapun pendekatan penelitian ini

menggunakan pendekatan pendidikan tasawuf.27

2. Sumber Data

a. Data Primer yaitu sejumlah buku karya Abu Hamid Muhammad al-

Gazâlî, Ihya Ulum ad-Din, Jilid VII.

b. Data Sekunder yaitu sejumlah literatur yang relevan dengan judul ini, di

antaranya: buku-buku, kitab, artikel, internet dan sejumlah data tertulis

lainnya.

3. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, peneliti menempuh langkah-langkah

melalui riset kepustakaan (library research) yaitu penelitian kepustakaan

murni. Metode riset ini dipakai untuk mengkaji sumber-sumber tertulis.

Sebagai data primernya adalah karya tulis Imam al-Gazâlî. Di samping itu

juga tanpa mengabaikan sumber-sumber lain dan tulisan valid yang telah

dipublikasikan untuk melengkapi data-data yang diperlukan. Misalnya

kitab-kitab, buku-buku, dan lain sebagainya yang ada kaitannya dengan

masalah yang penulis teliti sebagai data sekunder.

4. Metode Analisis Data

Dalam membahas dan menelaah data, penulis menggunakan

metode deskriptif analitis yang akan digunakan dalam usaha mencari dan

mengumpulkan data, menyusun, menggunakan serta menafsirkan data

yang sudah ada, Untuk menguraikan secara lengkap, teratur dan teliti

terhadap suatu obyek penelitian, yaitu menguraikan dan menjelaskan

pemikiran Imam al-Gazâlî tentang sabar dan hubungannya dengan tujuan

pendidikan Islam.

27

Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hlm.

235.

Page 25: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

15

BAB II

LANDASAN TEORI

KONSEP SABAR DAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

A. Konsep Sabar

1. Pengertian Sabar

Sabar (al-shabru) menurut bahasa adalah menahan diri dari keluh

kesah. Bersabar artinya berupaya sabar. Ada pula al-shibru dengan meng-

kasrah-kan shad artinya obat yang pahit, yakni sari pepohonan yang pahit.

Menyabarkannya berarti menyuruhnya sabar. Bulan sabar, artinya bulan

puasa. Ada yang berpendapat, "Asal kalimat sabar adalah keras dan kuat.

Al-Shibru tertuju pada obat yang terkenal sangat pahit dan sangat tak enak.

Al Ushmu'i mengatakan, "Jika seorang lelaki menghadapi kesulitan secara

bulat, artinya la menghadapi kesulitan itu secara sabar. Ada pula Al-

Shubru dengan men-dhamah-kan shad, tertuju pada tanah yang subur

karena kerasnya.1

Ada pula yang berpendapat, "Sabar itu diambil dari kata

mengumpulkan, memeluk, atau merangkul. Sebab, orang yang sabar itu

yang merangkul atau memeluk dirinya dari keluh-kesah. Ada pula kata

shabrah yang tertuju pada makanan. Pada dasarnya, dalam sabar itu ada

tiga arti, menahan, keras, mengumpulkan, atau merangkul, sedang lawan

sabar adalah keluh-kesah.2

Dari arti-arti yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa

kesabaran menuntut ketabahan dalam menghadapi sesuatu yang sulit,

berat, dan pahit, yang harus diterima dan dihadapi dengan penuh tanggung

jawab. Berdasar kesimpulan tersebut, para agamawan menurut M. Quraish

Shihab merumuskan pengertian sabar sebagai "menahan diri atau

1Muhammad Rabbi Muhammad Jauhari, Keistimewaan Akhlak Islami, terj. Dadang

Sobar Ali, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), hlm. 342 2Muhammad Rabbi Muhammad Jauhari, Keistimewaan Akhlak Islami, hlm. 342

Page 26: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

16

membatasi jiwa dari keinginannya demi mencapai sesuatu yang baik atau

lebih baik (luhur)".3

Al-Gazâlî mendefinisikan sabar merupakan sutu proses untuk

meninggalkan perbuatan-perbuatan yang penuh dengan nafsu syahwat,

yang dihasilkan oleh suatu keadaan.4 Menurut Imam al-Gazâlî, sabar

adalah kedudukan dari kedudukan agama dan derajat dari derajat-derajat

orang-orang yang menempuh jalan menuju Allah. Dan semua kedudukan

agama itu sesungguhnya dapat tersusun dari tiga perkata yaitu: "Ma'rifat,

hal ihwal dan amal perbuatan. Ma'rifat adalah pokok dan ia menimbulkan

bal ihwal, dan bal ihwal membuahkan amal perbuatan. Ma'rifat adalah

seperti pohon dan hal ihwal adalah seperti dahan, dan amal perbuatan itu

seperti buah-buahan. Dan ini berlaku pada semua kedudukan orang-orang

yang menempuh jalan menuju Allah Ta'ala. Dan nama iman suatu ketika

tertentu dengan ma'rifat dan suatu ketika disebutkan secara keseluruhan

sebagaimana kami sebutkan pada perbedaan nama iman dan Islam pada

Kitab Kaidah-kaidah Aqidah.5

Terlepas dari pandangan Imam al-Ghazali di atas, namun dapat

disimpulkan bahwa al-Quran mengajak kaum muslimin agar berhias diri

dengan kesabaran. Sebab, kesabaran mempunyai faedah yang besar dalam

membina jiwa, memantapkan kepribadian, meningkatkan kekuatan

manusia dalam menahan penderitaan, memperbaharui kekuatan manusia

dalam menghadapi berbagai problem hidup, beban hidup, musibah, dan

bencana, serta menggerakkan kesanggupannya untuk terus-menerus

berjihad dalam rangka meninggikan kalimah Allah .SWT

2. Macam-Macam Sabar

Dilihat dari lemah dan kuatnya sabar, Imam al-Gazâlî membaginya

ke dalam tiga kategori: pertama, bahwa ia memaksakan penggerak hawa

3 M.Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi, (Bandung: Mizan, 2007), hlm. 165-166.

4Al-Gazâlî, Ihya Ulumuddin, Terj. Ismail Yakub, (Jakarta: CV. Faizan, 1982), hlm.

275 5Abu Hamid Muhammad al-Gazâlî, Ihya Ulum ad-Din, Jilid VII, (Semarang: CV

Asy-Syifa, 1994), hlm. 323.

Page 27: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

17

nafsu, lalu penggerak hawa nafsu itu tidak lagi mempunyai kekuatan

untuk melawan. Kedua, bahwa menanglah penggerak-penggerak hawa

nafsu dan jatuhlah perlawanan penggerak agama, jadi dalam hal ini

kesabaran dapat terkalahkan oleh hawa nafsu yang kemudian

menyebabkan jatuhnya kesabaran, lalu ia menyerahkan dirinya kepada

tentara syetan dan ia tidak berjuang (bermujahadah). Ketiga, bahwa

peperangan itu adalah menjadi hal yang biasa diantara dua tentara, sekali

ia memperoleh kemenangan atas peperangan dan pada waktu yang lain

peperangan itu mengalahkannya.

Uraian kuat dan lemahnya sabar tersebut mengandung suatu

pengertian bahwa terjadinya tarik menarik antara memenuhi hawa nafsu

dan meninggalkannya dengan pilihan sabar. Namun sebagai manusia

biasa, pada suatu waktu hawa nafsu itu mendominasi sehingga manusia

cenderung memenuhi nafsu syahwatnya dan terkadang pula hawa nafsu

itu dapat diredam.

Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, sabar ini ada tiga macam:

Sabar dalam ketaatan kepada Allah, sabar dari kedurhakaan kepada Allah,

dan sabar dalam ujian Allah. Dua macam yang pertama merupakan

kesabaran yang berkaitan dengan tindakan yang dikehendaki dan yang

ketiga tidak berkait dengan tindakan yang dikehendaki.6

Menurut Yusuf Qardawi, dalam al-Qur'an terdapat banyak aspek

kesabaran yang dirangkum dalam dua hal yakni menahan diri terhadap

yang disukai dan menanggung hal-hal yang tidak disukai:7

1. Sabar terhadap Petaka Dunia

Cobaan hidup, baik fisik maupun non fisik, akan menimpa

semua orang, baik berupa lapar, haus, sakit, rasa takut, kehilangan

orang-orang yang dicintai, kerugian harta benda dan lain sebagainya.

Cobaan seperti itu bersifat alami, manusiawi, oleh sebab itu tidak ada

6Ibnu Qayyim Jauziyah, Madarijus Salikin, Pendakian Menuju Allah: Penjabaran

Konkrit: Iyyaka Na'budu wa Iyyaka Nasta'in, hlm.206. 7Yusuf Qardawi, al-Qur'an Menyuruh Kita Sabar, Terj. Aziz Salim Basyarahil,

(Jakarta: Gema Insani Press, 1990), hlm. 39.

Page 28: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

18

seorangpun yang dapat menghindar. Yang diperlukan adalah

menerimanya dengan penuh kesabaran, seraya memulangkan segala

sesuatunya kepada Allah SWT. Allah berfirman:

Artinya: "Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan

sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan

buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-

orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa.

musibah, mereka mengucapkan Inna lillahi wa inna ilaihi

raji'un. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang

sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah

orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al-Baqarah/2:

155-157).8

2. Sabar terhadap Gejolak Nafsu

Hawa nafsu menginginkan segala macam kenikmatan hidup,

kesenangan dan kemegahan dunia. Untuk mengendalikan segala

keinginan itu diperlukan kesabaran. Jangan sampai semua kesenangan

hidup dunia itu membuat seseorang lupa diri, apalagi lupa Tuhan. Al-

Qur'an mengingatkan, jangan sampai harta benda dan anak-anak (di

antara yang diinginkan oleh hawa nafsu manusia) menyebabkan

seseorang lalai dari mengingat Allah SWT.

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta.-hartamu

dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah.

8 Soenayo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Toha Putra, 1993), hlm. 73.

Page 29: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

19

Barangsiapa yang membuat demikian, maka mereka itulah

orang-orang yang rugi. " (QS. Al-Munafiqun 63: 9).9

3. Sabar dalam Ta'at kepada Allah SWT

Dalam menta'ati perintah Allah, terutama dalam beribadah

kepada-Nya diperlukan kesabaran. Allah berfirman:

Artinya: "Tuhan langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara

keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam

beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada

seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?"

(QS. Maryam 19: 65).10

Penggunaan kata ishthabir dalam ayat di atas bentuk

mubalaghah dari ishbir menunjukkan bahwa dalam beribadah

diperlukan kesabaran yang berlipat ganda mengingat banyaknya

rintangan baik dari dalam maupun luar diri.11

4. Sabar dalam Berdakwah

Jalan dakwah adalah jalan panjang berliku-liku yang penuh

dengan segala onak dan duri. Seseorang yang melalui jalan itu harus

memiliki kesabaran. Luqman Hakim menasehati puteranya supaya

bersabar menerima cobaan dalam berdakwah.

Artinya: "Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)

mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari

perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang

menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk

9Soenaryo, Al-Qur’an dan Terjemahny, hlm. 936.

10 Soenaryo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 462.

11Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: LPPI, 2004), hlm. 134

Page 30: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

20

hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)." (QS.

Luqman/31:17).12

5. Sabar dalam Perang

Dalam peperangan sangat diperlukan kesabaran, apalagi

menghadapi musuh yang lebih banyak atau lebih kuat. Dalam keadaan

terdesak sekalipun, seorang prajurit Islam tidak boleh lari

meninggalkan medan perang, kecuali sebagai bagian dari siasat perang

(QS. Al-Anfal 8: 15-16). Di antara sifat-sifat orang-orang yang

bertaqwa adalah sabar dalam peperangan:

Artinya: "...dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan,

penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-

orang yang benar (imannya) dan mereka itulah orang-orang

yang bertaqwa." (QS. Al-Baqarah/2: 177).13

6. Sabar dalam Pergaulan

Dalam pergaulan sesama manusia baik antara suami isteri,

antara orang tua dengan anak, antara tetangga dengan tetangga, antara

guru dan murid, atau dalam masyarakat yang lebih luas, akan ditemui

hal-hal yang tidak menyenangkan atau menyinggung perasaan. Oleh

sebab itu dalam pergaulan sehari-hari diperlukan kesabaran, sehingga

tidak cepat marah, atau memutuskan hubungan apabila menemui hal-

hal yang tidak disukai. Kepada para suami diingatkan untuk bersabar

terhadap hal-hal yang tidak dia sukai pada diri isterinya, karena boleh

jadi yang dibenci itu ternyata mendatangkan banyak kebaikan.14

12

Soenaryo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 653. 13

Soenaryo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 70. 14

Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, hlm. 135.

Page 31: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

21

Artinya: "...Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian

bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah)

karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal

Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak." (QS. An-

Nisa'/4:19).15

Adapun tingkatan orang sabar ada tiga macam: pertama, orang

yang dapat menekan habis dorongan hawa nafsu hingga tidak ada

perlawanan sedikitpun, dan orang itu bersabar secara konstan. Mereka

adalah orang yang sudah mencapai tingkat shiddiqin. Kedua; Orang yang

tunduk total kepada dorongan hawa nafsunya sehingga motivasi agama

sama sekali tidak dapat muncul. Mereka termasuk kategori orang-orang

yang lalai (alghofilun). Ketiga; Orang yang senantiasa dalam konflik

antara dorongan hawa nafsu dengan dorongan keberagamaan. Mereka

adalah orang yang mencampuradukkan kebenaran dengan kesalahan.16

Secara psikologis, tingkatan orang sabar dapat dibagi menjadi tiga,

yaitu: Pertama; orang yang sanggup meninggalkan dorongan syahwat.

Mereka termasuk kategori orang-orang yang bertaubat (at taibin). Kedua;

orang yang ridla (senang/puas) menerima apa pun yang ia terima dari

Tuhan, mereka termasuk kategori zahid. Ketiga; orang yang mencintai apa

pun yang diperbuat Tuhan untuk dirinya, mereka termasuk kategori

shidddiqin.17

3. Keutamaan Sabar

Seorang mukmin yang sabar tidak akan berkeluh kesah dalam

menghadapi segala kesusahan yang menimpanya serta tidak akan menjadi

lemah atau jatuh gara-gara musibah dan bencana yang menderanya. Allah

SWT telah mewasiatkan .kesabaran kepadanya serta mengajari bahwa apa

15

Soenaryo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 116. 16

Achmad Mubarok, Psikologi Qur’ani, hlm. 74. 17

Achmad Mubarok, Psikologi Qur’ani, hlm.75.

Page 32: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

22

pun yang menimpanya pada kehidupan dunia hanyalah merupakan cobaan

dari-Nya supaya diketahui orang-orang yang bersabar.18

Kesabaran mengajari manusia ketekunan dalam bekerja serta

mengerahkan kemampuan untuk merealisasikan tujuan-tujuan amaliah dan

ilmiahnya. Sesungguhnya sebagian besar tujuan hidup manusia, baik di

bidang kehidupan praksis misalnya sosial, ekonomi, dan politik maupun dl

bidang penelitian ilmiah, membutuhkan banyak waktu dan banyak

kesungguhan. Oleh sebab itu, ketekunan dalam mencurahkan

kesungguhan serta kesabaran dalam menghadapi kesulitan pekerjaan dan

penelitian merupakan karakter penting untuk meraih kesuksesan dan

mewujudkan tujuan-tujuan luhur.19

Sifat sabar dalam Islam menempati posisi yang istimewa. Al-

Qur'an mengaitkan sifat sabar dengan bermacam-macam sifat mulia

lainnya. Antara lain dikaitkan dengan keyakinan (QS. As-Sajdah 32: 24),

syukur (QS. Ibrahim 14:5), tawakkal (QS. An-Nahl 16:41-42) dan taqwa

(QS. Ali 'Imran 3:15-17). Mengaitkan satu sifat dengan banyak sifat mulia

lainnya menunjukkan betapa istimewanya sifat itu. Karena sabar

merupakan sifat mulia yang istimewa, tentu dengan sendirinya orang-

orang yang sabar Juga menempati posisi yang istimewa. Misalnya dalam

menyebutkan orang-orang beriman yang akan mendapat surga dan

keridhaan Allah SWT, orang-orang yang sabar ditempatkan dalam urutan

pertama sebelum yang lain-lainnya.20

Perhatikan firman Allah berikut ini:

18

Muhammad Utsman Najati, Psikologi dalam Al-Qur'an, Terapi Qur'ani dalam

Penyembuhan Gangguan Kejiwaan, Terj. Zaka al-Farisi, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2005),

hlm. 467. 19

Muhammad Utsman Najati, Psikologi dalam Al-Qur'an, Terapi Qur'ani dalam

Penyembuhan Gangguan Kejiwaan, hlm. 471. 20

Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: LPPI, 2004), hlm. 138.

Page 33: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

23

Artinya: "Katakanlah" "Inginkan aku kabarkan kepadamu apa yang lebih

baik dari yang demikian itu". Untuk orang-orang yang bertaqwa,

pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya

sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan ada pula

pasangan-pasangan yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan

Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. Yaitu orang-orang

yang berdo'a: "Ya Tuhan Kami, sesungguhnya kami telah

beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah

kami dari siksa neraka. Yaitu orang-orang yang sahar, yang

benar, yang tetap ta'at, yang menafkahkan hartanya (di jalan

Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur." (QS. Ali

'Imran 3:15-17).21

Di samping itu, setelah menyebutkan dua belas sifat hamba-hamba

yang akan mendapatkan kasih sayang dari Allah SWT (dalam Surat Al-

Furqan 25: 63-74), Allah SWT menyatakan bahwa mereka akan

mendapatkan balasan surga karena kesabaran mereka. Artinya untuk dapat

memenuhi dua belas sifat-sifat tersebut diperlukan kesabaran.22

( Artinya: "Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi

(dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut

dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya". (QS.

Al-Furqan/25: 75).23

Di samping segala keistimewaan itu, sifat sabar memang sangat

dibutuhkan sekali untuk mencapai kesuksesan dunia dan Akhirat. Seorang

mahasiswa tidak akan dapat berhasil mencapai gelar kesarjanaan tanpa

sifat sabar dalam belajar. Seorang peneliti tidak akan dapat menemukan

21

Soenayo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm.77. 22

Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, hlm. 139. 23

Soenayo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 569.

Page 34: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

24

penemuan-penemuan ilmiah tanpa ada sifat sabar dalam penelitiannya.

Demikianlah seterusnya dalam seluruh aspek kehidupan.24

Lawan dari sifat sabar adalah al-jaza'u yang berarti gelisah, sedih,

keluh kesah, cemas dan putus asa, sebagaimana dalam firman Allah SWT:

Artinya: "...Sama saja bagi kita, mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali

kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri." (QS.

Ibrahim/14: 21).25

Artinya: "Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi

kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan

apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir. Kecuali orang-orang

yang mengerjakan shalat." (QS. Al-Ma'arij/70: 19-22).26

Ketidaksabaran dengan segala bentuknya adalah sifat yang tercela.

Orang yang dihinggapi sifat ini, bila menghadapi hambatan dan

mengalami kegagalan akan mudah goyah, berputus asa dan mundur dari

medan perjuangan. Sebaliknya apabila mendapatkan keberhasilan juga

cepat lupa diri. Menurut ayat di atas, kalau ditimpa kesusahan dia

berkeluh kesah, kalau mendapat kebaikan ia amat kikir. Semestinyalah

setiap Muslim dan Muslimah menjauhi sifat yang tercela ini.27

B. Pendidikan Islam

1. Pengertian Pendidikan Islam

Maulana Muhammad Ali dalam bukunya The Religion of Islam

menegaskan bahwa Islam mengandung arti dua macam, yakni (1)

mengucap kalimah syahadat; (2) berserah diri sepenuhnya kepada

24

Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, hlm. 139. 25

Soenayo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm.383.. 26

Soenayo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm.974. 27

Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, hlm. 140.

Page 35: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

25

kehendak Allah.28

Pengertian tersebut jika diawali kata pendidikan

sehingga menjadi kata "pendidikan Islam" maka terdapat berbagai

rumusan.

Menurut Arifin, pendidikan Islam dapat diartikan sebagai studi

tentang proses kependidikan yang bersifat progresif menuju ke arah

kemampuan optimal anak didik yang berlangsung di atas landasan nilai-

nilai ajaran Islam.29

Sementara Achmadi memberikan pengertian,

pendidikan Islam adalah segala usaha untuk memelihara dan

mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya manusia yang ada

padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai

dengan norma Islam.30

Abdur Rahman Saleh memberi pengertian juga tentang pendidikan

Islam yaitu usaha sadar untuk mengarahkan pertumbuhan dan

perkembangan anak dengan segala potensi yang dianugerahkan oleh Allah

kepadanya agar mampu mengemban amanat dan tanggung jawab sebagai

khalifah Allah di bumi dalam pengabdiannya kepada Allah.31

Menurut

Abdurrahman an-Nahlawi, pendidikan Islam adalah penataan individual

dan sosial yang dapat menyebabkan seseorang tunduk taat pada Islam dan

menerapkannya secara sempurna di dalam kehidupan individu dan

masyarakat. Pendidikan Islam merupakan kebutuhan mutlak untuk dapat

melaksanakan Islam sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah.

Berdasarkan makna ini, maka pendidikan Islam mempersiapkan diri

manusia guna melaksanakan amanat yang dipikulkan kepadanya. Ini

berarti, sumber-sumber Islam dan pendidikan Islam itu sama, yakni yang

terpenting, al-Qur’an dan Sunnah Rasul.32

28

Maulana Muhammad Ali, The Religion of Islam, (USA: The Ahmadiyya Anjuman

Ishaat Islam Lahore, 1990), hlm. 4. 29

M.Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 4. 30

Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm.

28-29. 31

Abdur Rahman Saleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi,

(Jakarta: PT Gemawindu Pancaperkasa, 2000), hlm. 2-3. 32

Abdurrahman an-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metoda Pendidikan Islam dalam

Keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat, (Bandung: CV.Diponegoro, 1996), hlm. 41.

Page 36: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

26

Dilihat dari konsep dasar dan operasionalnya serta praktek

penyelenggaraannya, maka pendidikan Islam pada dasarnya mengandung

tiga pengertian:

Pertama, pendidikan Islam adalah pendidikan menurut Islam atau

pendidikan Islami, yakni pendidikan yang difahami dan dikembangkan

dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam sumber

dasarnya, yaitu al-Qur’an dan al-Sunnah. Dalam pengertian yang pertama

ini, pendidikan Islam dapat berwujud pemikiran dan teori pendidikan yang

mendasarkan diri atau dibangun dan dikembangkan dari sumber-sumber

dasar tersebut atau bertolak dari spirit Islam.

Kedua, pendidikan Islam adalah pendidikan ke-Islaman atau

pendidikan agama Islam, yakni upaya mendidikkan agama Islam atau

ajaran dan nilai-nilainya, agar menjadi way of life (pandangan hidup) dan

sikap hidup seseorang. Dalam pengertian yang kedua ini pendidikan islam

dapat berwujud (1) segenap kegiatan yang dilakukan seseorang atau suatu

lembaga untuk membantu seorang atau sekelompok peserta didik dalam

menanamkan dan menumbuh-kembangkan ajaran Islam dan nilai-nilainya;

(2) segenap fenomena atau peristiwa perjumpaan antara dua orang atau

lebih yang dampaknya adalah tertanamnya dan atau tumbuh-kembangnya

ajaran Islam dan nilai-nilainya pada salah satu atau beberapa pihak.33

Ketiga, pendidikan Islam adalah pendidikan dalam Islam, atau

proses dan praktik penyelenggaraan pendidikan yang berlangsung dan

berkembang dalam realitas sejarah umat Islam. Dalam pengertian ini,

pendidikan Islam dalam realitas sejarahnya mengandung dua

kemungkinan, yaitu pendidikan Islam tersebut benar-benar dekat dengan

idealitas Islam atau mungkin mengandung jarak atau kesenjangan dengan

idealitas Islam.34

Walaupun istilah pendidikan Islam tersebut dapat dipahami secara

berbeda, namun pada hakikatnya merupakan satu kesatuan dan mewujud

33

Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2004), hlm. 23-24. 34

Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, hlm. 23-24.

Page 37: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

27

secara operasional dalam satu sistem yang utuh. Konsep dan teori

kependidikan Islam sebagaimana yang dibangun atau dipahami dan

dikembangkan dari al-Qur’an dan As-sunnah, mendapatkan justifikasi dan

perwujudan secara operasional dalam proses pembudayaan dan pewarisan

serta pengembangan ajaran agama, budaya dan peradaban Islam dari

generasi ke generasi, yang berlangsung sepanjang sejarah umat Islam.35

Kalau definisi-definisi itu dipadukan tersusunlah suatu rumusan

pendidikan Islam, yaitu: pendidikan Islam ialah mempersiapkan dan

menumbuhkan anak didik atau individu manusia yang prosesnya

berlangsung secara terus-menerus sejak ia lahir sampai meninggal dunia.

Yang dipersiapkan dan ditumbuhkan itu meliputi aspek jasmani, akal, dan

ruhani sebagai suatu kesatuan tanpa mengesampingkan salah satu aspek,

dan melebihkan aspek yang lain. Persiapan dan pertumbuhan itu diarahkan

agar ia menjadi manusia yang berdaya guna dan berhasil guna bagi dirinya

dan bagi umatnya, serta dapat memperoleh suatu kehidupan yang

sempurna.

Dengan melihat keterangan di atas, dapat diambil kesimpulan

bahwa pendidikan Islam adalah segenap upaya untuk mengembangkan

potensi manusia yang ada padanya sesuai dengan al-Qur'an dan hadis.

2. Landasan Pendidikan Islam

Dasar pendidikan Islam dapat dibedakan kepada; (1) Dasar ideal,

dan (2) Dasar operasional.36

Dasar ideal pendidikan Islam adalah identik dengan ajaran Islam

itu sendiri. Keduanya berasal dari sumber yang sama yaitu Al-Qur'an dan

Hadits. Kemudian dasar tadi dikembangkan dalam pemahaman para ulama

dalam bentuk :

35

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan

Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 30. 36

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam , (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), hlm. 54.

Page 38: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

28

(1) Al-Qur'an

Al-Qur'an sebagaimana dikatakan Manna Khalil al-Qattan dalam

kitabnya Mabahis fi Ulum al-Qur'an adalah mukjizat Islam yang kekal dan

mukjizatnya selalu diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Ia

diturunkan Allah kepada Rasulullah, Muhammad Saw untuk

mengeluarkan manusia dari suasana yang gelap menuju yang terang, serta

membimbing mereka ke jalan yang lurus.37

Semua isi Al-Qur’an

merupakan syari’at, pilar dan azas agama Islam, serta dapat memberikan

pengertian yang komprehensif untuk menjelaskan suatu argumentasi

dalam menetapkan suatu produk hukum, sehingga sulit disanggah

kebenarannya oleh siapa pun.38

(2) Sunnah (Hadis)

Dasar yang kedua selain Al-Qur'an adalah Sunnah Rasulullah.

Amalan yang dikerjakan oleh Rasulullah SAW dalam proses perubahan

hidup sehari-hari menjadi sumber utama pendidikan Islam karena Allah

SWT menjadikan Muhammad sebagai teladan bagi umatnya. Firman Allah

SWT.

"Di dalam diri Rasulullah itu kamu bisa menemukan teladan yang

baik..." (Q.S.Al-Ahzab:21).39

Muhammad 'Ajaj al-Khatib dalam kitabnya Usul al-Hadis 'Ulumuh

wa Mustalah menjelaskan bahwa as-sunnah dalam terminologi ulama'

hadis adalah segala sesuatu yang diambil dari Rasulullah SAW., baik yang

berupa sabda, perbuatan taqrir, sifat-sifat fisik dan non fisik atau sepak

37

Manna Khalil al-Qattan, Mabahis fi Ulum al-Qur'an, (Mansurat al-A'sr al-Hadis,

1973), hlm. 1. 38

Wahbah Az-Zuhaili, Al-Qur’an dan Paradigma Peradaban, Terj. M.Thohir dan

Team Titian Ilahi, (Yogyakarta: Dinamika,1996), hlm. 16. 39

Soenaryo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 402.

Page 39: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

29

terjang beliau sebelum diutus menjadi rasul, seperti tahannuts beliau di

Gua Hira atau sesudahnya.40

(3) Perkataan, Perbuatan dan Sikap Para Sahabat

Pada masa Khulafa al-Rasyidin sumber pendidikan dalam Islam

sudah mengalami perkembangan. Selain Al-Qur'an dan Sunnah juga

perkataan, sikap dan perbuatan para sahabat. Perkataan mereka dapat

dipegang karena Allah sendiri di dalam Al-Qur'an yang memberikan

pernyataan.

Firman Allah:

"Orang-orang yang terdahulu lagi pertama-tama masuk Islam di

antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang

mengikuti mereka dengan baik Allah ridho kepada mereka dan

mereka pun ridho kepada Allah dan Allah menjadikan bagi

mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya,

mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar".

(Q.S. Al-Taubah: 100) 41

Dalam Tafsîr al-Qur’an al-Azîm, Ibnu Katsir menerangkan bahwa

Allah Swt. menceritakan tentang rida-Nya kepada orang-orang yang

terdahulu masuk Islam dari kalangan kaum Muhajirin, Ansar, dan orang-

orang yang mengikuti jejak mereka dengan baik. Allah rida kepada

mereka, untuk itu Dia menyediakan bagi mereka surga-surga yang penuh

dengan kenikmatan dan kenikmatan yang kekal lagi abadi.42

40

Muhammad 'Ajaj al-Khatib, Usul al-Hadis 'Ulumuh wa Mustalah, (Beirut: Dar al-

Fikr, 1989), hlm. 19. 41

Soenaryo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 532 42

Isma'il ibn Katsir al-Qurasyi Dimasyqi, Tafsir al-Qur’an al-Azim, (Bandung: Sinar

Baru Algensindo, 1978), Jilid 11, hlm. 9.

Page 40: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

30

Firman Allah SWT:

"Hai orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan

hendaklah kamu bersama-sama dengan orang yang benar." (Q.S.

Al-Taubah: 119)43

Ibnu Katsir menerangkan bahwa jujurlah kalian dan tetaplah kalian

pada kejujuran, niscaya kalian akan termasuk orang-orang yang jujur dan

selamat dari kebinasaan serta menjadikan bagi kalian jalan keluar dari

urusan kalian.44

(4) Ijtihad

Muhammad Abu Zahrah dalam kitabnya Usûl al-Fiqh

mengemukakan bahwa ijtihad artinya adalah upaya mengerahkan seluruh

kemampuan dan potensi untuk sampai pada suatu perkara atau perbuatan.

Ijtihad menurut ulama usul ialah usaha seorang yang ahli fiqh yang

menggunakan seluruh kemampuannya untuk menggali hukum yang

bersifat amaliah (praktis) dari dalil-dalil yang terperinci.45

Sehubungan

dengan itu, Nicolas P.Aghnides dalam bukunya, The Background

Introduction to Muhammedan Law menyatakan sebagai berikut:

The word ijtihad means literally the exertion of great efforts in order

to do a thing. Technically it is defined as "the putting forth of every

effort in order to determine with a degree of probability a question of

syari'ah."It follows from the definition that a person would not be

exercising ijtihad if he arrived at an 'opinion while he felt that he

could exert himself still more in the investigation he is carrying out.

This restriction, if comformed to, would mean the realization of the

utmost degree of thoroughness. By extension, ijtihad also means the

opinion rendered. The person exercising ijtihad is called mujtahid.

and the question he is considering is called mujtahad-fih.46

43

Soenaryo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 534 44

Isma'il ibn Katsir al-Qurasyi Dimasyqi, Tafsir al-Qur’an al-Azim, Jilid 11, hlm. 95. 45

Muhammad Abu Zahrah, Usûl al-Fiqh, (Cairo: Dâr al-Fikr al-‘Arabi, 1958), hlm.

379. 46

Nicolas P. Aghnides, The Background Introduction To Muhammedan Law, New

York: Published by The Ab. "Sitti Sjamsijah" (Publishing Coy Solo, Java, with the authority –

license of Columbia University Press), hlm. 95

Page 41: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

31

Perkataan ijtihad berarti berusaha dengan sungguh-sungguh

melaksanakan sesuatu. Secara teknis diartikan mengerahkan setiap

usaha untuk mendapatkan kemungkinan kesimpulan tentang suatu

masalah syari'ah". Dari definisi ini maka seseorang tidak akan

melakukan ijtihad apabila dia telah mendapat suatu kesimpulan

sedangkan dia merasa bahwa dia dapat menyelidiki lebih dalam

tentang apa yang dikemukakannya. Pembatasan ini akan berarti suatu

penjelmaan bagi suatu penyelidikan yang sedalam-dalamnya. Jika

diperluas artinya maka ijtihad berarti juga pendapat yang

dikemukakan. Orang yang melakukan ijtihad dinamai mujtahid dan

persoalan yang dipertimbangkannya dinamai mujtahad-fih.

Dari pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa ijtihad adalah

berusaha sungguh-sungguh dengan mempergunakan daya kemampuan

intelektual serta menyelidiki dalil-dalil hukum dari sumbernya yang resmi,

yaitu al-Qur'an dan hadis.

3. Tujuan Pendidikan Islam

Dalam pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ditegaskan bahwa

pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggungjawab.47

Menurut Arifin, pendidikan Islam secara filosofis berorientasi

kepada nilai-nilai islami yang bersasaran pada tiga dimensi hubungan

manusia selaku "khalifah" di muka bumi, yaitu sebagai berikut.

a. Menanamkan sikap hubungan yang seimbang dan selaras dengan

Tuhannya.

47

Undang-Undang RI No. 20/2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta:

BP. Cipta Jaya, 2003), hlm. 7.

Page 42: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

32

b. Membentuk sikap hubungan yang harmonis, selaras, dan seimbang

dengan masyarakatnya.

c. Mengembangkan kemampuannya untuk menggali, mengelola, dan

memanfaatkan kekayaan alam ciptaan Allah bagi kepentingan

kesejahteraan hidupnya dan hidup sesamanya serta bagi kepentingan

ubudiahnya kepada Allah, dengan dilandasi sikap hubungan yang

harmonis pula.48

Para pakar pendidikan Islam menurut Athiyah al-Abrasyi telah

sepakat bahwa pendidikan serta pengajaran bukanlah memenuhi otak anak

didik dengan segala macam ilmu yang belum mereka ketahui, melainkan:

a. Mendidik akhlak dan jiwa mereka; b. Menanamkan rasa keutamaan

(fadhilah); c. Membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi; d.

Mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya

dengan penuh keikhlasan dan kejujuran. Dengan demikian, tujuan pokok

dari pendidikan Islam menurut Athiyah al-Abrasyi ialah mendidik budi

pekerti dan pembentukan jiwa. Semua mata pelajaran haruslah

mengandung pelajaran-pelajaran akhlak, setiap pendidik haruslah

memikirkan akhlak dan memikirkan akhlak keagamaan sebelum yang lain-

lainnya karena akhlak keagamaan adalah akhlak yang tertinggi,

sedangkan, akhlak yang mulia itu adalah tiang dari pendidikan Islam.49

Menurut Ahmad Tafsir, tujuan umum pendidikan Islam ialah a.

Muslim yang sempurna, atau manusia yang takwa, atau manusia beriman,

atau manusia yang beribadah kepada Allah; b. muslim yang sempurna itu

ialah manusia yang memiliki: a) Akalnya cerdas serta pandai; b)

jasmaninya kuat; c) hatinya takwa kepada Allah; d) berketerampilan; e)

mampu menyelesaikan masalah secara ilmiah dan filosofis; f) memiliki

48

Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm.

121. 49

Muhammad 'Athiyyah al-Abrasyi, al-Tarbiyah Al-Islamiyyah, Terj. Abdullah Zakiy

al-Kaaf, "Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan Islam", (Bandung: Pustaka Setia, 2003), hlm. 13.

Page 43: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

33

dan mengembangkan sains; i) memiliki dan mengembangkan filsafat; h)

hati yang berkemampuan berhubungan dengan alam gaib.50

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

tujuan pendidikan Islam adalah untuk membangun dan membentuk

manusia yang berkepribadian Islam dengan selalu mempertebal iman dan

takwa sehingga bisa berguna bagi bangsa dan agama.

50

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2004), hm. 50 – 51.

Page 44: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

34

BAB III

KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG SABAR

A. Biografi Imam Al-Gazâlî

1. Latar Belakang Imam Al-Gazâlî

Al-Gazâlî (1058 – 1111 M), nama lengkapnya adalah Abu Hamid

Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ta'us Ath-Thusi Asy-

Syafi'i Al-Gazâlî.1 Secara singkat, dipanggil Al-Gazâlî atau Abu Hamid

Al-Gazâlî. la dipanggil Al-Gazâlî karena dilahirkan di kampung Ghazlah,

suatu kota di Khurasan, Iran, pada tahun 450 H/1058 M, tiga tahun setelah

kaum Saljuk mengambil alih kekuasaan di Baghdad.

Menurut As-Subki sebagaimana dikutip Solihin bahwa ayah Al-

Gazâlî adalah seorang miskin pemintal kain wol yang taat, sangat

menyenangi ulama dan sering aktif menghadiri majelis-majelis pengajian.

Menjelang wafatnya, ayahnya menitipkan Al-Gazâlî dan adiknya yang

bernama Ahmad kepada seorang sufi.2 Kepada sufi itu dititipkan sedikit

harta, seraya berkata dalam wasiatnya:

"sesungguhnya aku menyesal sekali dikarenakan aku tidak belajar

menulis, aku berharap untuk mendapatkan apa yang tidak

kudapatkan itu melalui dua putraku ini."4

Sufi tersebut menjalankan isi wasiat itu dengan cara mendidik dan

mengajar keduanya. Suatu hari ketika harta titipannya habis dan sufi itu

1Pradana Boy, Filsafat Islam: Sejarah, Aliran dan Tokoh, (Malang: UMM Press,

2003), hlm. 175. 2Solihin, Tokoh-Tokoh Sufi Lintas Zaman, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2003), hlm.

111. 3Abd Halim Mahmud, Penyelamat Dari Kesesatan, Terj. Abdullah Zakiy Al-Kaaf,

(Bandung: Pustaka Setia, 2001), hlm. 37. 4Abd Halim Mahmud, Penyelamat Dari Kesesatan, hlm. 37.

Page 45: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

35

tidak mampu lagi memberi makan keduanya ia menyarankan pada kedua

anak titipan tersebut untuk belajar di madrasah sekaligus menyambung

hidup mereka dengan mengelola madrasah tersebut.5

Di madrasah tersebut, Al-Gazâlî mempelajari ilmu fiqh kepada

Ahmad bin Muhammad Ar-Rizkani. Kemudian al-Gazâlî memasuki

sekolah tinggi Nizhamiyah di Naisabur, dan di sinilah ia berguru kepada

Imam Haramain (Al-Juwaini, wafat 478 H/1086 M) hingga menguasai

ilmu manthiq, ilmu kalam, fiqh-ushul fiqh, filsafat, tasawuf, dan retorika

perdebatan.

Selama berada di Naisabur, Al-Gazâlî tidak saja belajar kepada Al-

Juwaini, tetapi juga mempergunakan waktunya untuk belajar teori-teori

tamsawuf kepada Yusuf An-Nasaj. Kemudian ia melakukan latihan dan

praktik tasawuf kendatipun hal itu belum mendatangkan pengaruh berarti

dalam hidupnya.

Ilmu-ilmu yang didapatkannya dari Al-Juwaini benar-benar ia

kuasai, termasuk perbedaan pendapat dari para ahli ilmu tersebut, dan ia

mampu memberikan sanggahan-sanggahan kepada para penentangnya.

Karena kemahirannya dalam masalah ini, Al-Juwaini menjuluki Al-Gazâlî

dengan sebutan Bahr Mu'riq (lautan yang menghanyutkan). Kecerdasan

dan keluasan wawasan berpikir yang dimiliki Al-Gazâlî membuatnya

menjadi populer. Bahkan, ada riwayat yang menyebutkan bahwa diam-

diam di hati Imam Haramain timbul rasa iri.6

Setelah Imam Haramain wafat (478 H./1086 M.), Al-Gazâlî pergi

ke Baghdad, tempat berkuasanya Perdana Menteri Nizham Al-Muluk (w.

485 H/1091 M). Kota ini merupakan tempat berkumpul sekaligus

diselenggarakannya perdebatan-perdebatan antarulama terkenal. Sebagai

seorang yang menguasai retorika perdebatan, ia terpancing untuk

melibatkan diri dalam perdebatan-perdebatan itu. Dalam perdebatan-

5Abd Halim Mahmud, Penyelamat Dari Kesesatan, hlm. 40

6Imam Haramain timbul rasa iri hingga ia mengatakan: "Engkau telah memudarkan

ketenaranku padahal aku masih hidup, apakah aku mesti menahan diri padahal ketenaranku

telah mati."

Page 46: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

36

perdebatannya, ternyata ia sering mengalahkan para ulama ternama

sehingga mereka pun tidak segan-segan mengakui keunggulan Al-Gazâlî.7

Sejak saat itu nama Al-Gazâlî menjadi termasyhur di kawasan

Kerajaan Saljuk. Kemasyhuran itu menyebabkannya dipilih oleh Nizham

Al-Muluk untuk menjadi guru besar di Universitas Nizhamiyah, Baghdad,

pada tahun 483 H/1090 M," meskipun usianya baru 30 tahun. Selain

mengajar di Nizhamiyah, ia juga aktif mengadakan diskusi dengan para

tokoh paham golongan-golongan yang berkembang waktu itu.

Di balik kegiatan perdebatan dan penyelaman berbagai aliran,

semua itu menimbulkan pergolakan dalam dirinya karena tidak

memberikan kepuasan batinnya. Untuk itulah, ia memutuskan untuk

melepaskan jabatan dan pengaruhnya lalu meninggalkan Baghdad menuju

Syiria, Palestina, kemudian ke Mekah untuk mencari kebenaran. Setelah

memperoleh kebenaran hakiki pada akhir hidupnya, tidak lama kemudian

ia menghembuskan nafasnya yang terakhir di Thus pada tanggal 19

Desember 1111 Masehi," atau pada hari Senin 14 Jumadil Akhir tahun 505

Hijriah, dengan meninggalkan banyak karya tulisnya.

Karya-karya tulis yang ditinggalkan Al-Gazâlî menunjukkan

keistimewaanya sebagai seorang pengarang yang produktif. Dalam seluruh

masa hidupnya, baik sebagai penasihat kerajaan maupun sebagai guru

besar di Baghdad, baik sewaktu mulai dalam skeptis8 di Naisabur maupun

setelah berada dalam keyakinan yang mantap, ia tetap aktif mengarang.

Menurut catatan Sulaiman Dunya, karangan Al-Gazâlî mencapai

300 buah. la mulai mengarang pada usia 25 tahun, sewaktu masih di

Naisabur. Waktu yang ia pergunakan untuk mengarang terhitung selama

tiga puluh tahun. Dengan perhitungan ini, setiap tahun ia menghasilkan

karya tidak kurang dari 10 buah kitab besar dan kecil, meliputi beberapa

7A.Mustofa, Filsafat Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1997), hlm. 215

8Yang dimaksud skeptis di sini yaitu Al-Gazâlî ketika dalam proses pencarian

kebenaran ia mengalami keraguan terhadap kebenaran ilmu yang selama ini ia yakini sebagai

kebenaran.

Page 47: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

37

lapangan ilmu pengetahuan, antara lain: filsafat dan ilmu kalam, fiqh,

ushul fiqh, tafsir, tasawuf, dan akhlak.

Karya-karyanya itu membuat Al-Gazâlî tidak mungkin diingkari

sebagai seorang pemikir kelas jagad yang amat berpengaruh. Kalangan

Islam sendiri banyak yang menilai bahwa dalam hal ajaran, ia adalah

orang kedua yang paling berpengaruh sesudah Rasulullah SAW. sendiri.

Mungkin berlebihan, tetapi banyak unsur yang mendukung kebenaran

penilaian serupa itu. Uniknya lagi, pemikiran keagamaannya tidak hanya

berpengaruh di kalangan Islam, tetapi juga di kalangan agama Yahudi dan

Kristen. "Titisan" Al-Gazâlî dalam pemikiran Yahudi tampil dalam pribadi

filosof Yahudi besar, Musa bin Maymun (Moses the Maimonides). Karya-

karyanya yang amat penting dalam sejarah perkembangan Filsafat Yahudi

itu dapat sepenuhnya dibaca di bawah sorotan pemikiran Al-Gazâlî.

Di kalangan Kristen abad pertengahan, pengaruh Al-Gazâlî

merembes melalui filsafat Bonaventura. Sama dengan Musa bin Maymun,

Bonaventura pun dipandang sebagai "titisan" Kristen dari Al-Gazâlî. Lebih

jauh, pandangan-pandangan tasawuf Al-Gazâlî juga memperoleh

salurannya dalam mistisisme Kristen (Katolik) melalui Ordo Fransiscan,

sebuah ordo yang karena banyak menyerap ilmu pengetahuan Islam,

memiliki orientasi ilmiah yang lebih kuat dibandingkan ordo-ordo lainnya,

seperti diungkapkan dalam novel abest seller-nya Umberto Eco, The Name

of the Rose

Dunia Islam mengenal Al-Gazâlî sebagai sosok ulama yang sangat

alim dan berilmu tinggi sehingga diberi gelar kehormatan dengan sebutan

Hujjatul Islam (pembela Islam).9 Dia adalah ulama besar dalam bidang

agama. Dia termasuk salah seorang terpenting dalam sejarah pemikiran

agama secara keseluruhan. Barangkali Al-Gazâlî dan Shalahuddin al-

Ayyubi adalah orang yang paling disukai oleh orang-orang Nasrani di

Barat karena keduanya dianggap sebagai orang muslim yang paling dekat

9Abdillah F Hassan, Tokoh-Tokoh Mashur Dunia Islam, (Surabaya: Jawara, 2004),

hlm. 193

Page 48: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

38

dengan orang Kristen.10

Dengan berbagai kemampuan yang dimilikinya,

Al-Gazâlî dapat menjadikan sunnah, filsafat dan sufisme menjadi satu

aturan yang harmonis dan seimbang.11

Harus diakui juga bahwa banyak literatur yang menyebutkan jasa-

jasa Al-Gazâlî bagi peradaban Islam. Cyrill Glasse, misalnya,

menyebutkan, "Peradaban Islam telah mencapai kematangannya berkat Al-

Gazâlî." Suatu penilaian yang banyak mendapat dukungan. Namun,

tidaklah demikian pandangan lawan-lawannya. Sebagai mana layaknya

dalil umum bahwa tidak ada manusia yang sempurna, Al-Gazâlî pun tidak

lepas dari kekurangan.

2. Karya-Karyanya

Adapun karya-karya Al-Gazâlî dapat dijelaskan bahwa Al-Faqih

Muhammad ibnul Hasan bin Abdullah al- Husaini al-Wasithy dalam

kitabnya, ath-Thabaqatul Aliyah fi Manaqibi asy-Syafi'iyah, menyebutkan

ada 98 judul kitab karya Al-Gazâlî. Sedangkan as-Subky dalam kitabnya,

ath-Thabaqat asy-Syafi'iyah, menyebutkan ada 58 judul karyanya. Thasy

Kubra Zadah menyebutkan dalam bukunya, Miftahus Sa'adah wa

Misbahus Siyadah, jumlah karyanya mencapai 80 judul kitab. la

menambahkan bahwa buku dan risalah-risalahnya mencapai ratusan,

bahkan sulit dihitung. Tidak mudah bagi orang yang ingin mengenal

nama-nama kitabnya. Bahkan pernah dikatakan, Al-Gazâlî memiliki seribu

minus satu karya. Walaupun hal tersebut bertentangan dengan adat

kebiasaan, namun orang yang mengenal kondisi Al-Gazâlî sebenarnya,

bisa jadi akan membenarkan informasi tersebut. Abdurrahman Badawi

mengikutsertakan jumlah dan nama-nama kitab Al-Gazâlî dalam bukunya,

10

Husayn Ahmad Amin, Seratus Tokoh Dalam Sejarah Islam, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2003), hlm. 177 11

Muhammad Iqbal, 100 Tokoh Islam Terhebat dalam Sejarah, (Jakarta: Intimedia &

Ladang Pustaka, 2001), hlm. 115

Page 49: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

39

Muallifatul Gazâlî, sebanyak 487 judul. Di antara karya-karya itu bisa

disebutkan di sini.12

a. Kelompok Filsafat dan Ilmu Kalam

1. Maqashid al-Falasifah (Tujuan Para Filosof)

2. Tahafut al-Falasifah (Kekacauan Para Filosof)

3. Al-Iqtishad fi al-I'tiqad (Moderasi Dalam Aqidah)

4. Al-Muqidz minal-Dhalal (Pembebas Dari Kesesatan)

5. Al-Maqshad al-Asna fi Ma'ani Asma'illah al-Husna (Arti Nama-

Nama Tuhan),

6. Faisahal al-Tafriqah bain al-Islam wa al-Zindiqah (Perbedaan

Islam dan Atheis)

7. Al-Qisthas al-Mustaqim (Jalan Untuk Menetralisir Perbedaan

Pendapat)

8. Al-Mustadziri (Penjelasan-penjelasan)

9. Hujjah al-Haq (Argumen Yang Benar)

10. Mufahil al-Hilaf fi Ushul al-Din (Pemisah Perselisihan dalam

Prinsip-Prinsip Agama)

11. Al-Muntaha fi 'ilmi al-Jidal (Teori Diskusi)

12. Al-Madznun bihi 'ala ghairi Ahlihi (Persangkaan Pada yang Bukan

Ahlinya)

13. Mihaq al-Nadzar (Metode Logika)

14. Asraru ilm al-Din (Misteri Ilmu Agama)

15. Al-Arbain fi Ushul al-Din (40 Masalah Pokok Agama)

16. Iljam al-Awwam fi Ilm al-Kalam (Membentengi Orang Awam dari

Ilmu Kalam)

17. Al-Qaul al-Jamil fi Raddi 'ala Man Ghayyar al-Injil (Jawaban jitu

untuk Menolak Orang yang Mengubah Injil)

18. Mi'yar al-Ilmi (Kriteria Ilmu)

12

Yusuf al-Qardhawi, Pro-Kontra Pemikiran Al-Gazâlî, Terj. Achmad Satori Ismail,

(Surabaya: Risalah Gusti, 1997), hlm. 189

Page 50: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

40

19. Al-Intishar (Rahasia-Rahasia Alam)

20. Itsbat al-Nadzar (Pemantapan Logika)

b. Kelompok Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh

1. Al-Basith (Pembahasan Yang Mendalam)

2. Al-Wasith (Perantara)

3. Al-Wajiz (Surat-Surat Wasiat)

4. Khulashah al-Mukhtashar (Inti Sari Ringkasan Karangan)

5. Al-Mankhul (Adat Kebiasaan)

6. Syifa' al-'Alil fi al-Qiyas wa al-Ta'wil (Terapi yang Tepat pada

Qiyas dan Ta'wil)

7. Al-Dzari'ah ila Makarim al-Syari'ah (Jalan Menuju Kemuliaan

Syari'ah)

c. Kelompok Ilmu Akhlak dan Tasawuf

1. Ihya 'Ulum al-Din (Menghidupkan Kembali Ilmu-Ilmu Agama)

2. Mizan al-'Amal (Timbangan Amal)

3. Kimya' al-Sa'âdah (Kimia Kebahagiaan)

4. Misykat al-Anwar (Relung-relung Cahaya)

5. Minhaj al-'Abidin (Pedoman Orang yang Beribadah)

6. Al-Durar al-Fakhirah fi Kasyfi Ulum al-Akhirah (Mutiara

Penyingkap Ilmu Akhirat)

7. Al-Anis fi al-Wahdah (Lembut-Lembut dalam Kesatuan)

8. Al-Qurabah ila Allah 'Azza wa Jalla (Pendekatan Diri pada Allah)

9. Akhlaq al-Abrar wa Najat al-Asyrar (Akhlak Orang-Orang Baik

dan Keselamatan dari Akhlak Buruk)

10. Bidayah al-Hidayah (Langkah Awal Mencapai Hidayah)

11. Al-Mabadi wal al-Ghayah (Permulaan dan Tinjauan Akhir)

12. Talbis al-Iblis (Tipu Daya Iblis)

13. Nashihat al-Muluk (Nasihat untuk Raja-Raja)

14. Al-Ulum al-Ladduniyah (Risalah Ilmu Ketuhanan)

Page 51: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

41

15. Al-Risalah al-Qudsiyah (Risalah Suci)

16. Al-Ma'khadz (Tempat Pengambilan)

17. Al-Amali (Kemuliaan)

d. Kelompok Ilmu Tafsir

1. Yaqut al-Ta'wil fi Tafsir al-Tanzil (Metode Ta'wil dalam

Menafsirkan al-Qur'an)

2. Jawahir al-Qur'an (Rahasia-Rahasia al-Qur'an).

B. Konsep Imam Al-Gazâlî tentang Sabar dalam Kitab Ihya 'Ulum al-Din

Al-Gazâlî mendefinisikan sabar merupakan suatu proses untuk

meninggalkan perbuatan-perbuatan yang penuh dengan nafsu syahwat, yang

dihasilkan oleh suatu keadaan.13

Menurut Imam al-Gazâlî, sabar adalah

kedudukan dari kedudukan agama dan derajat dari derajat-derajat orang-orang

yang menempuh jalan menuju Allah. Dan semua kedudukan agama itu

sesungguhnya dapat tersusun dari tiga perkata yaitu: "Ma'rifat, hal ihwal dan

amal perbuatan. Ma'rifat adalah pokok dan ia menimbulkan bal ihwal, dan bal

ihwal membuahkan amal perbuatan. Ma'rifat adalah seperti pohon dan hal

ihwal adalah seperti dahan, dan amal perbuatan itu seperti buah-buahan. Dan

ini berlaku pada semua kedudukan orang-orang yang menempuh jalan menuju

Allah Ta'ala. Dan nama iman suatu ketika tertentu dengan ma'rifat dan suatu

ketika disebutkan secara keseluruhan sebagaimana kami sebutkan pada

perbedaan nama iman dan Islam pada Kitab Kaidah-kaidah Aqidah.14

Kebutuhan akan sifat dan sikap sabar berlaku umum dalam berbagai

hal. Hal-hal yang bertolak belakang dengan ajakan hawa nafsu imam al-Gazâlî

membaginya menjadi dua macam, yaitu:

1. Sabar badaniyah

13Abu Hamid Muhammad Al-Gazâlî, Ihya Ulumuddin, Terj. terj. Moh.Zuhri,

dkk, (Jakarta: CV. Faizan, 1982), hlm. 275 14

Abu Hamid Muhammad Al-Gazâlî, Ihya Ulum ad-Din, Jilid VII, terj. Moh.Zuhri,

dkk, (Semarang: CV Asy-Syifa, 1994), hlm. 323.

Page 52: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

42

Seperti menahan kepayahan badan setelah banyak mengerjakan amal

ibadah. Atau menahan penderitaan, misalnya sabar atas pukulan yang

ditimpakan kepadanya. Sabar yang demikian ini terpuji jika sesuai dengan

syara'. Jika tidak sesuai, misalnya sabar melihat orang Islam dianiaya

orang kafir, atau sabar melihat al-Qur'an dihinakan orang: maka sabar

yang demikian ini dilarang dan dicela di dalam agama Islam, yang harus

dihindari.

2. Sabar kejiwaan (nafs)

Sabar kejiwaan ini bermacam-macam, misalnya:

- Sabar menahan syahwat perut dan farji (kemaluan). Kesabaran ini

disebut Iffah.

- Tenang di dalam menerima cobaan, maka ini disebut sabar. Kesabaran

ini selalu dilawan oleh sifat suka menggerutu.

- Sabar di dalam keadaan kaya, maka kesabaran ini disebut keteguhan

jiwa.

- Keteguhan jiwa ini selalu dilawan oleh sifat angkuh, sombong.

- Sabar di dalam peperangan atau pertempuran, maka kesabaran ini

disebut pemberani. Namun keberanian itu selalu dilawan oleh sifat

penakut (jubun).

- Sabar menahan marah, maka kesabaran ini disebut penyantun. Tetapi

sifat penyantun selalu dilawan oleh sifat suka uring-uringan.

- Sabar di dalam menghadapi bencana yang menyedihkan dan

menyesatkan hati, maka kesabaran ini disebut lapang dada. Akan

tetapi sifat ini selalu dilawan oleh kebosanan dan kegelisahan.

- Sabar menahan ucapan maka kesabaran ini disebut pandai menyimpan

rahasia.

- Sabar di dalam menahan berlebih-lebihan, maka kesabaran ini disebut

zuhud, sifat ini selalu dilawan dengan sifat tamak.

Page 53: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

43

- Sabar dalam menerima pembagian sedikit dari Allah, maka kesabaran

ini disebut qonaah. Tetapi sifat ini selalu dilawan dengan sifat

serakah.15

1. Keutamaan Sabar

Allah Ta'ala telah mensifati orang-orang yang sabar dengan

beberapa sifat, Dia menyebut sabar dalam Al-Qur'an pada lebih dari tujuh

puluh tempat dan Dia menambah lebih banyak derajat dan kebaikan dan

menjadikannya sebagai buah bagi sabar.16

Maka Allah Azza wa Jalla berfirman:

Artinya: "Dan kami jadikan diantara mereka itu pemimpin-

pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami

ketika mereka sabar… " (QS. As Sajdah: 24).17

Berdasarkan pemikiran Imam Ghazali tentang keutamaan sabar

memiliki aktualisasi untuk membangun paradigma yang relevan dengan

kebutuhan diri manusia. Jadi maksud Imam Ghazali bahwa sabar memiliki

sejumlah keutamaan yang tidak kalah dengan keutamaan lain dan

memiliki tingkat yang tinggi dalam membangun manusia yang utama..

2. Hakikat Sabar dan Artinya

Ketahuilah bahwa sabar adalah kedudukan dari kedudukan agama

dan derajat dari derajat-derajat orang-orang yang menempuh jalan menuju

Allah. Dan semua kedudukan agama itu sesungguhnya dapat tersusun dari

tiga perkata yaitu: "Ma'rifat, hal ihwal dan amal perbuatan. Ma'rifat

adalah pokok dan ia menimbulkan bal ihwal, dan bal ihwal membuahkan

amal perbuatan. Ma'rifat adalah seperti pohon dan hal ihwal adalah seperti

15

Abu Hamid Muhammad Al-Gazâlî, Ihya Ulum ad-Din, Jilid VII, terj. Moh.Zuhri,

dkk, (Semarang: CV Asy-Syifa, 1994), hlm. 324. 16

Abu Hamid Muhammad Al-Gazâlî, Ihya Ulum ad-Din, Jilid VII, terj. Moh.Zuhri,

dkk, (Semarang: CV Asy-Syifa, 1994), hlm. 314. 17

Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Toha Putra, 1993), hlm. 662.

Page 54: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

44

dahan, dan amal perbuatan itu seperti buah-buahan. Dan ini berlaku pada

semua kedudukan orang-orang yang menempuh jalan menuju Allah

Ta'ala. Dan nama iman suatu ketika tertentu dengan ma'rifat dan suatu

ketika disebutkan secara keseluruhan sebagaimana kami sebutkan pada

perbedaan nama iman dan Islam pada Kitab Kaidah-kaidah Aqidah.18

Demikian pula sabar itu tidak dapat sempurna kecuali ma'rifat

yang mendahului dan dengan keadaan yang berdiri tegak. Maka sabar

secara hakekat adalah ibarat dari ma'rifat itu. Dan amal perbuatan adalah

seperti buah-buahan yang keluar dari padanya. Dan ini tidak dapat

diketahui kecuali dengan mengetahui cara menyusun antara malaikat,

manusia dan binatang. Maka sabar adalah ciri khas manusia dan demikian

itu tidak tergambar pada binatang dan malaikat. Adapun pada binatang,

maka karena kekurangannya dan adapun pada malaikat, maka karena

kesempurnaannya.

Penjelasannya adalah bahwa binatang-binatang itu dikuasai oleh

bawa nafsu syahwat dan ia tunduk padanya, maka tidak ada yang

membangkitkan bagi binatang untuk bergerak dan diam kecuali nafsu

syahwat dan tidak ada padanya kekuatan yang dapat memukulnya dan

menolaknya dari apa yang dituntutnya sehingga tetapnya kekuatan itu

dalam menghadapi nafsu syahwat itu dinamakan sabar. 19

Adapun para malaikat, maka mereka semata-mata rindu kepada

hadhirat Tuhan dan merasa bahagia dengan derajat berdekatan dengan-

Nya dan mereka tidak dikuasai oleh nafsu syahwat yang memalingkan

yang mencegah dan padanya sehingga memerlukan kepada memukul apa

yang memalingkannya dari hadhirat Tuhan Yang Maha Agung dengan

tentara lain yang dapat mengalahkan hal-hal yang memalingkan.

Adapun manusia, maka sesungguhnya ia diciptakan pada

permulaan waktu kecilnya dalam keadaan kurang seperti binatang yang

tidak diciptakan padanya selain nafsu syahwat makan yang ia

18

Abu Hamid Muhammad al-Gazâlî, Ihya Ulum ad-Din, Jilid VII, hlm. 323. 19

Abu Hamid Muhammad al-Gazâlî, Ihya Ulum ad-Din, Jilid VII, hlm. 324

Page 55: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

45

perlukannya, kemudian tampak padanya nafsu syahwat bermain dan

berbias, kemudian nafsu syahwat nikah secara tertib. Dan tidak ada pada

manusia kekuatan sabar sama sekali karena sabar adalah ibarat dari

tetapnya tentara dalam menghadapi tentara yang lain yang terjadi

peperangan antara keduanya karena berlawanan apa yang dituntut

keduanya dan apa yang dikehendaki keduanya. Dan tidak pada anak selain

tentara hawa nafsu sebagaimana yang ada pada binatang. Tetapi Allah

Ta'ala dengan karuniaNya dan kelapangan kemurahanNya memuliakan

anak Adam dan mengangkat derajat mereka dari derajat binatang lalu Dia

mewakilkan anak kecil tersebut ketika sempurna pribadinya dengan

mendekati dewasa kepada dua malaikat yang salah satunya memberi

petunjuk kepadanya dan yang lain memberi kekuatan kepadanya, lalu ia

menjadi berbeda dengan bantuan dua malaikat tersebut dari binatang dan

ia tertentu dengan dua sifat yaitu ma'rifat kepada Allah Ta'ala dan ma'rifat

kepada Rasul-Nya, dan ma'rifat (mengenal) kemaslahatan-kemaslahatan

yang berkaitan dengan akibat.20

Dan semua itu berhasil dari malaikat yang kepadanya petunjuk dan

pengenalan. Binatang itu tidak mempunyai ma'rifat dan tidak mempunyai

petunjuk kepada kemaslahatan akibat, tetapi kepada apa yang dituntut oleh

nafsu syahwatnya pada waktu seketika saja. Karena itu binatang tidak

mencari kecuali sesuatu yang lezat. Adapun obat yang berguna beserta ia

mendatangkan bahaya pada waktu seketika, maka binatang itu tidak

mencarinya dan tidak mengenalnya.

Maka manusia dengan cabaya petunjuk menjadi mengerti bahwa

mengikuti nafsu syahwat mempunyai akibat yang tidak disukai. Tetapi

petunjuk ini tidak cukup selama ia tidak mempunyai kemampuan untuk

meninggalkan apa yang mendatangkan bahaya. Banyak sesuatu yang

mendatangkan bahaya yang diketahui oleh manusia seperti penyakit yang

bertempat padanya umpamanya, tetapi ia tidak mempunyai kemampuan

untuk menolaknya, maka ia memerlukan kepada kemampuan dan

20

Abu Hamid Muhammad al-Gazâlî, Ihya Ulum ad-Din, Jilid VII, hlm. 325.

Page 56: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

46

kekuatan yang dapat mendorong kepada menyembelih nafsu syahwat, lalu

ia menyerangnya dengan kekuatan tersebut sehingga dapat memutuskan

permusuhan bawa nafsu dari dirinya, lalu Allah mewakilkan manusia

kepada malaikat lain yang membetulkannya, menolongnya dan memberi

kekuatan kepadanya dengan tentara-tentara yang diketahuinya. Dan dia

menyuruh tentara ini untuk memerangi tentara nafsu syahwat, maka sekali

tentara ini lemah dan sekali kuat. Demikian itu menurut pertolongan Allah

Ta'ala kepada hamba-Nya dengan ta'yid (pemberian kekuatan).

Sebagaimana petunjuk-petunjuk juga berbeda-beda pada makhluk dengan

perbedaan yang tidak dapat dihitung.21

Maka hendaklah kami menamakan sifat ini yang membedakan

manusia dengan binatang dalam mengalahkan nafsu syahwat dan

memaksanya "penggerak agama" dan hendaklah kami menamakan

tuntutan nafsu syahwat dengan apa yang dikehendaki olehnya "penggerak

bawa nafsu."

Dan hendaklah mengerti bahwa peperangan itu terjadi antara

penggerak agama dan penggerak bawa nafsu, dan peperangan antara

keduanya adalah silih berganti kemenangan, dan medan pertempuran ini

adalah hati hamba, dan bala bantuan penggerak agama adalah dari

malaikat yang menolong tentara Allah Ta'ala dan bala bantuan penggerak

nafsu syahwat adalah dari syaitan yang menolong musuh-musuh Allah

Ta'ala.

Maka sabar adalah ibarat dari tetapnya penggerak agama dalam

menghadapi penggerak nafsu syahwat. Kalau sabar itu tetap sehingga

mengalahkan nafsu syahwat dan terus-menerus menentangnya, maka ia

telah menolong tentara Allah dan ia dimasukkan dalam kelompok orang-

orang sabar. Kalau penggerak agama itu membiarkan dan lemah sehingga

ia dikalahkan oleh nafsu syahwat dan ia tidak sabar untuk menolaknya,

maka ia dimasukkan dalam golongan pengikut syaitan.

21

Abu Hamid Muhammad al-Gazâlî, Ihya Ulum ad-Din, Jilid VII, hlm. 326.

Page 57: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

47

Jadi, meninggalkan perbuatan-perbuatan yang diinginkan oleh

nafsu syahwat adalah perbuatan yang dihasilkan oleh keadaan yang

dinamakan sabar yaitu: tetapnya penggerak agama yang tengah

menghadapi penggerak nafsu syahwat.

Dan tetapnya penggerak agama adalah keadaan yang dihasilkan

oleh ma'rifat (pengertian) dengan memusuhi nafsu syahwat dan

melawannya untuk sebab-sebab kebahagiaan di dunia dan di akherat.

Apabila keyakinannya kuat maksudnya: Ma'rifatnya yang dinamakan

"iman" yaitu: keyakinan bahwa nafsu syahwat adalah musuh yang

memotong jalan menuju Allah Ta'ala, niscaya penggerak agama kuat dan

apabila tetapnya penggerak agama kuat, niscaya perbuatan-perbuatan itu

sempurna dengan bertentangan terhadap apa yang dituntut oleh nafsu

syahwat.22

Maka meninggalkan nafsu syahwat tidak dapat sempurna kecuali

dengan kekuatan penggerak agama yang berlawanan dengan penggerak

nafsu syahwat. Dan kekuatan ma'rifat dan iman dapat mengkejikan akibat

nafsu syahwat dan kejelekan akibatnya. Kedua malaikat inilah yang

menanggung kedua tentara ini dengan izin Allah Ta'ala dan ditundukkan

keduanya oleb-Nya. Kedua malaikat tersebut termasuk malaikat-malaikat

yang mencatat amal perbuatan manusia. Keduanya adalah malaikat yang

ditugaskan kepada setiap orang dari anak-anak Adam.

3. Sabar itu Separoh dari Iman

Ketahuilah bahwa iman pada suatu kali dalam mengatakannya

secara mutlak khusus kepada macam-macam tasdiq (pembenaran dalam

hati) kepada pokok-pokok agama dan suatu kali khusus kepada amal

perbuatan yang shaleh yang timbul dari tashdiq-tashdiq tersebut dan

kadang-kadang dikatakan secara mutlak kepada keduanya.23

22

Abu Hamid Muhammad al-Gazâlî, Ihya Ulum ad-Din, Jilid VII, hlm. 326. 23

Abu Hamid Muhammad al-Gazâlî, Ihya Ulum ad-Din, Jilid VII, hlm. 333.

Page 58: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

48

Dan ma'rifat-ma'rifat itu mempunyai bab-bab dan karena kata-kata

iman itu meliputi keduanya (pembenaran dan amal shaleh), maka iman itu

ada tujuh puluh bab lebih. Dan perbedaan arti-arti iman secara mutlak

telah kami sebutkannya pada Kitab Kaidah-Kaidah dari Rubu' Ibadah.

Tetapi sabar itu setengah dari iman dengan dua pemikiran atas

tuntutan dua arti secara mutlak:

Pemikiran Pertama: Iman itu dikatakan secara mutlak kepada

tasdiq dan amal shaleh semuanya. Maka iman mempunyai dua rukun yang

pertama adalah keyakinan dan yang kedua adalah sabar.

Yang dimaksudkan dengan keyakinan adalah ma'rifat-ma'rifat

yang pasti yang dihasilkan dengan petunjuk Allah Ta'ala terhadap hamba-

Nya kepada pokok-pokok agama.

Dan yang dimaksudkan dengan sabar adalah amal perbuatan

disebabkan tuntutan keyakinan karena keyakinan memberi pengertian

kepadanya bahwa perbuatan maksiat adalah membawa bahaya dan thaat

membawa manfaat dan tidak mungkin meninggalkan maksiat dan rajin

melakukan thaat kecuali dengan sabar yaitu: memakai penggerak agama

dalam menundukkan penggerak hawa nafsu dan malas. Maka sabar itu

setengah dari iman dengan pemikiran ini.24

Kesimpulan yang dapat diambil dari konsep Imam Ghazali bahwa

sabar merupakan refleksi dari keimanan seseorang. Tidak bisa disebut

beriman jika seseorang belum mampu bersikap sabar, karena sabar

merupakan perwujudan dari perjuangan manusia dalam memahami

hakikat agama. Itulah sebabnya sabar merupakan sebagian dari iman.

Sabar masuk dalam kerangka keimanan bukan hanya masuk dalam

dimensi akhlak.

4. Nama-Nama yang menjadi Baru Bagi Sabar dengan Dikaitkan

kepada Sesuatu yang Disabari

Ketahuilah bahwa sabar itu ada dua macam:

24

Abu Hamid Muhammad al-Gazâlî, Ihya Ulum ad-Din, Jilid VII, hlm. 334.

Page 59: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

49

Pertama: Badaniah seperti menanggung kesulitan dengan badan

dan tetap teguh atas kesulitan.

Dan itu adakalanya dengan perbuatan seperti mengerjakan

pekerjaan-pekerjaan yang berat adakalanya dari ibadah atau dari lainnya,

dan adakalanya dengan menahan seperti sabar dari pukulan yang keras,

sakit yang berat dan luka-luka yang parah.

Demikian itu kadang-kadang terpuji apabila sesuai dengan agama.

Tetapi sabar yang terpuji lagi sempurna adalah macam yang lain yaitu

sabar dalam jiwa dari keinginan-keinginan thabiat dan tuntutan-tuntutan

hawa nafsu.

Kemudian sabar ini, kalau sabar itu dari nafsu syahwat perut dan

kemaluan, maka dinamakan iffah (penjagaan diri) dan kalau sabar dalam

menanggung yang tidak disukai, maka nama-namanya berbeda-beda

menurut manusia disebabkan perbedaan apa yang tidak disukai yang

dikuasai oleh sabar.

Kalau sabar dalam menghadapi musibah, maka terbatas dengan

nama sabar. Dan yang berlawanan dengannya adalah keadaan yang

dinamakan keluh kesah dan gelisah, yaitu yang mendorong kepada hawa

nafsu secara mutlak supaya terlepas dalam mengeraskan suara, memukul

pipi, mengoyakkan saku baju dan lainnya.25

Kalau sabar dalam menanggung kekayaan, maka dinamakan

"menahan diri." Dan yang berlawanan dengannya adalah keadaan yang

dinamakan "sombong." Dan kalau sabar itu dalam peperangan, maka

dinamakan "berani." dan yang berlawanan dengannya adalah "penakut."

Dan kalau sabar itu dalam menahan amarah dan marah, maka dinamakan

"murah hati." Dan yang berlawanan dengannya adalah "penyesalan diri."

Dan kalau sabar itu dalam menghadapi zaman yang celaka lagi

membosankan, maka dinamakan "lapang dada." Dan yang berlawanan

dengannya adalah bosan; jemu dan sempit dada."

25

Abu Hamid Muhammad al-Gazâlî, Ihya Ulum ad-Din, Jilid VII, hlm. 336.

Page 60: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

50

Dan kalau sabar itu dalam menyembunyikan perkataan, maka

dinamakan "menyimpan rahasia" dan pelakunya dinamakan "penyimpan

rahasia." Dan kalau sabar itu dari berlebihan dalam penghidupan, maka

dinamakan "zuhud." Dan yang berlawanan dengannya adalah "rakus,"

Dan kalau sabar itu atas kadar yang sedikit dari keuntungan, maka

dinamakan qana'ah (suka menerima seadanya) dan yang berlawanan

dengannya adalah ' 'lahap.' 26

Berdasarkan uraian di atas, maka konsep Imam Ghazali

mengandung arti bahwa sabar memiliki makna yang luas. Sabar dalam

mengendalikan harta benda, sabar dalam memelihara kewajiban terhadap

anak, sabar dalam memberi nafkah, sabar dalam mengarungi berbagai

cobaan dan malapetaka.

5. Bagian-Bagian Sabar menurut Perbedaan Kuat dan Lemahnya

Ketahuilah bahwa penggerak agama dikaitkan dengan penggerak

hawa nafsu mempunyai tiga keadaan. 27

Keadaan Pertama : Bahwa penggerak agama dapat menundukkan

penggerak hawa nafsu sehingga tidak tersisa bagi penggerak hawa nafsu

itu kekuatan dan ia dapat sampai kepadanya dengan kekalnya sabar. Dan

pada waktu ini dikatakan: "Barang siapa sabar, niscaya memperoleh." Dan

orang-orang yang sampai kepada tingkat ini adalah sedikit, maka pasti

mereka adalah orang-orang (benar) yang dekat dengan Tuhannya, yang

mereka berkata: "Allah itu Tuhan kami". Kemudian mereka beristiqomah

(lurus). Mereka telah terus-menerus menempuh jalan yang lurus, mereka

tegak lurus di atas jalan yang lurus, hati mereka tenang atas tuntutan

penggerak agama dan kepada mereka pemanggil memanggil:

26

Abu Hamid Muhammad al-Gazâlî, Ihya Ulum ad-Din, Jilid VII, hlm. 337. 27

Abu Hamid Muhammad al-Gazâlî, Ihya Ulum ad-Din, Jilid VII, hlm. 338.

Page 61: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

51

Artinya: "Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu

dengan hati yang puas lagi diridhainya."(QS. Fajar : 27-

28).28

Keadaan Kedua : bahwa hal-hal yang mendorong kepada hawa

nafsu lebih kuat dan perlawanan penggerak agama jatuh secara

keseluruhan lalu ia menyerahkan dirinya kepada tentara syaitan dan ia

tidak berjuang karena keputus-asaannya dari mujahadah (perlawanan).

Mereka adalah orang-orang yang lalai dan mereka adalah yang terbanyak.

Mereka telah diperbudak oleh nafsu syahwat mereka, dan celaka mereka

lebih kuat atas mereka, lalu mereka diputuskan sebagai musuh-musuh

Allah dalam hati mereka yang itu adalah rahasia dari rahasia-rahasia Allah

dan urusan dari urusan-urusan Allah.29

Mereka adalah orang-orang yang membeli kehidupan dunia

dengan kehidupan akhirat. Maka jual beli mereka rugi dan dikatakan

kepada orang yang bermaksud memberi petunjuk kepada mereka:

Artinya: "Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang yang.

berpaling dari peringatan Kami, dan tidak mengingini

kecuali kehidupan duniawi. Itulah sejauh-jauh

pengetahuan mereka." (QS. An Najm: 29 - 30).30

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa setiap orang memiliki

kesabaran yang berbeda. Mungkin pada orang tertentu dalam menghadapi

masalah tidak sabar, namun masalah tersebut jika mengena pada orang

lain, bisa jadi ia sabar dalam memecahkan masalah tersebut, karena itu

sabar memiliki tingkatan. Manusia dalam menjalani sabar pun bertingkat-

tingkat.

28

Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 1057. 29

Abu Hamid Muhammad al-Gazâlî, Ihya Ulum ad-Din, Jilid VII, hlm. 339. 30

Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 871.

Page 62: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

52

6. Tempat Dugaan yang Membutuhkan Kepada Sabar dan bahwa

Hamba Itu Tidak Terlepas dari Sabar dalam Suatu Keadaan

Apapun.

Ketahuilah, bahwa semua apa yang ditemui oleh hamba dalam

kehidupan ini itu tidak terlepas dari dua macam:

Pertama: Yang sesuai dengan hawa nafsunya.

Yang lain : Yang tidak sesuai dengan hawa nafsunya, bahkan ia

tidak menyukainya.31

Hamba itu memerlukan kepada sabar pada masing-masing dari dua

macam tersebut. Dan hamba itu dalam keadaannya itu tidak terlepas dari

salah satu diantara dua macam ini atau dari kedua-duanya.

Jadi, hamba itu tidak dapat terlepas sama sekali dari sabar.

Macam yang pertama: Apa yang sesuai dengan hawa nafsu yaitu:

kesehatan, keselamatan, harta, kedudukan, banyak keluarga, luasnya

sebab-sebab, banyaknya pengikut dan penolong dan semua kelezatan

dunia.

Alangkah perlunya hamba kepada sabar atau semua perkara ini,

sesungguhnya kalau hamba itu tidak dapat menahan dirinya dari terlepas

dan kecenderungan kepada perkara-perkara itu dan bersungguh-sungguh

dalam kelezatannya yang mubah, niscaya demikian itu mengeluarkannya

kepada kesombongan dan durhaka. Sesungguhnya manusia itu akan

durhaka kalau ia melihat dirinya serba cukup sehingga sebagian orang

yang ahli ma'rifat berkata: "Bencana itu orang mu'min sabar atasnya. Dan

kesehatan-kesehatan yang sempurna itu tidak sabar atasnya kecuali orang

yang siddiq."

Sahl berkata: "Sabar atas kesehatan yang sempurna itu lebih berat

dari pada sabar atas bencana."

Tatkala pintu-pintu dunia terbuka kepada para shahabat ra., maka

berkata: "Kita telah diuji dengan fitnah kesengsaraan, maka kita sabar dan

31

Abu Hamid Muhammad al-Gazâlî, Ihya Ulum ad-Din, Jilid VII, hlm. 344.

Page 63: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

53

kita diuji dengan fitnah kesenangan, maka kita tidak sabar. Karena itu

Allah memperingatkan hamba-hambaNya dari fitnah harta, isteri dan

anak.32

Allah Ta'ala berfirman:

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu

dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat

Allah… (QS. al-Munafiqun: 9).33

Kesimpulan yang dapat diambil dari konsep Imam Ghazali diatas

yaitu keadaan bagaimana pun manusia tidak terlepas dari apa yang

dinamakan sabar. Kehidupan tidak selalu enak, suka duka silih berganti.

Kebahagiaan dan penderitaan akan menerpa pada setiap orang. Kadar dan

maknanya saja yang berbeda. Hal itu tergantung pada persepsi manusia.

7. Obat Sabar dan Sesuatu yang Dapat Menolong untuk Bersabar

Ketahuilah bahwa yang menurunkan penyakit adalah yang

menurunkan obat dan menjanjikan sembuh. Sabar itu walaupun berat atau

tercegah, maka menghasilkannya itu mungkin dengan obat campuran dari

ilmu dan amal. Maka ilmu dan amal adalah campuran-campuran yang

dipakai untuk menyusun obat-obat bagi penyakit-penyakit hati semuanya.

Tetapi setiap penyakit memerlukan kepada ilmu yang lain dan amal yang

lain. Dan sebagaimana bagian-bagian sabar itu bermacam-macam, maka

bagian-bagian penyakit yang mencegah sabar itu bermacam-macam pula.

Dan apabila penyakit-penyakit bermacam-macam, maka pengobatannya

bermacam-macam pula karena arti pengobatan adalah melawan penyakit

dan mencegahnya. Dan mencukupi demikian itu termasuk yang panjang

keterangannya. .Tetapi kami mengetahui jalan pada sebagian contoh-

contoh.34

32

Abu Hamid Muhammad al-Gazâlî, Ihya Ulum ad-Din, Jilid VII, hlm. 345. 33

Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 936. 34

Abu Hamid Muhammad al-Gazâlî, Ihya Ulum ad-Din, Jilid VII, hlm. 368.

Page 64: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

54

Maka kami berkata bahwa apabila orang memerlukan kepada sabar

dan nafsu syahwat bersetubuh umpamanya dan nafsu syahwat telah

menguasainya di mana ia tidak dapat menahan kemaluannya atau ia dapat

menahan kemaluannya, tetapi tidak dapat menahan diri kemaluannya, atau

dapat menahan diri kemaluannya tetapi tidak dapat menahan hati dan

jiwanya. Karena nafsu syahwat senantiasa membisikannya dengan

tuntutan-tuntutan nafsu syahwat dan demikian itu memalingkannya dari

kerajinan dzikir, berfikir dan amal-amal yang shaleh. Maka kami

menjawab bahwa telah terdahulu kami terangkan bahwa sabar adalah

ibarat dari bergulatnya pendorong agama dengan pendorong hawa nafsu.

Dan masing-masing dari dua orang yang bergulat kami kehendaki bahwa

salah satunya dapat mengalahkan yang lain. Maka tidak ada jalan bagi

kami padanya selain memperkuat siapa yang mempunyai tangan di atas

dan melemahkan yang lain. 35

Maka di sini kita harus memperkuat pendorong agama dan

melemahkan pendorong hawa nafsu.

Adapun pendorong nafsu syahwat, maka jalan melemahkannya

adalah tiga perkara:

Pertama : Bahwa kita memandang kepada bahan makanan

pokoknya yaitu: makanan-makanan yang baik yang menggerakkan nafsu

syahwat dan segi macamnya dan dari segi banyaknya. Maka tidak boleh

tidak memutuskannya dengan puasa yang terus-menerus beserta sederhana

ketika berbuka dengan makanan yang sedikit mengenai diri makanan itu

serta lemah mengenai jenisnya.

Maka menjaga diri dari daging dan makanan-makanan yang

membangkitkan nafsu syahwat.

Kedua: Memutuskan sebab-sebab yang membangkitkan nafsu

syahwat seketika. Sesungguhnya pendorong nafsu syahwat itu dapat

bangkit dengan memandang kepada tempat dugaan nafsu syahwat. Karena

memandang itu dapat menggerakkan hati dan hati itu menggerakkan nafsu

35

Abu Hamid Muhammad al-Gazâlî, Ihya Ulum ad-Din, Jilid VII, hlm. 369.

Page 65: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

55

syahwat. Memutuskan pendorong hawa nafsu ini dapat berhasil dengan

mengasingkan diri dan menjaga diri dari tempat dugaan jatuhnya

pandangan kepada gambar-gambar yang menimbulkan nafsu syahwat dan

lari dari padanya secara keseluruhan.

Itu adalah panah yang diluruskan oleh syaitan yang terkutuk dan

tidak ada perisai untuk menangkisnya kecuali memejamkan pelupuk mata

atau lari dari tempat sasaran lemparannya. Maka sesungguhnya syaitan

yang terkutuk melempar panah beracun tersebut dari busur gambar-

gambar. Apabila kamu berbalik melempar dari tempat sasaran gambar-

gambar, niscaya anak panahnya tidak mengenaimu.

Ketiga: Menghibur diri dengan yang diperbolehkan dari jenis yang

kamu senangi. Demikian itu dengan nikah. Sesungguhnya setiap apa yang

disenangi oleh thabiat, maka pada hal-hal yang diperbolehkan terdapat apa

yang tidak memerlukan kepada hal-hal yang diharamkan.

Dan ini adalah pengobatan yang sangat berguna bagi kebanyakan

orang. Sesungguhnya memutuskan makanan dapat melemahkan

perbuatan-perbuatan yang lain, kemudian memutuskan makanan kadang-

kadang tidak dapat mengalahkan nafsu syahwat bagi kebanyakan orang

laki-laki.

Ini adalah tiga sebab, maka pengobatan pertama yaitu:

memutuskan makanan adalah menyerupai memutuskan makanan dari

binatang yang keras kepala dan dari anjing yang diajari berburu agar ia

lemah lalu kekuatannya jatuh.36

Pengobatan kedua itu menyerupai menyembunyikan daging dari

anjing dan menyembunyikan gandum dari binatang sehingga perutnya

tidak bergerak disebabkan melihatnya. Pengobatan ketiga itu menyerupai

menghibur diri dengan sesuatu yang sedikit dari apa yang dicenderungi

oleh thabiatnya sehingga tersisa beserta nafsu syahwat kekuatan yang

dapat bersabar untuk mendidiknya.

Adapun memperkuat pendorong agama itu dengan dua jalan:

36

Abu Hamid Muhammad al-Gazâlî, Ihya Ulum ad-Din, Jilid VII, hlm. 370.

Page 66: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

56

Pertama : Memberi makan kepadanya dengan segala macam

faedah mujahadah dan buahnya mengenai agama dan dunia. Demikian itu

dengan memperbanyak berfikir tentang hadits-hadits yang telah kami

sebutkan mengenai keutamaan sabar dan baik akibat sabar di dunia dan di

akhirat dan memperbanyak berfikir tentang atsar: bahwa pahala sabar atas

bencana itu lebih banyak dari apa yang telah hilang dan sesungguhnya ia

dengan sebab demikian adalah diinginkan nikmatnya dengan musibah.

Karena telah hilang dari padanya apa yang tidak kekal bersamanya selain

masa hidup dan telah berhasil baginya apa yang kekal setelah kematiannya

selama-lamanya.

Barang siapa yang menyerahkan yang hina untuk memperoleh

yang berharga, maka tidak seyogyanya ia sedih karena hilangnya yang

hina itu seketika.

Dan ini termasuk bab ma'rifat dan itu termasuk iman, maka iman

itu sekali lemah dan sekali kuat. Kalau iman kuat, maka pendorong agama

kuat dan dibangkitkannya dengan sekuat-kuatnya dan kalau ia lemah,

maka ia melemahkan pendorong agama itu.

Dan sesungguhnya kekuatan iman itu diibaratkan dengan

keyakinan. Dan keyakinan itu yang menggerakkan kepada kemauan sabar

yang kuat. Dan sedikit-sedikitnya apa yang diberikan kepada manusia

adalah keyakinan dan kemauan sabar yang kuat.

Kedua: bahwa pendorong agama biasa bergulat dengan pendorong

hawa nafsu secara bertahap sedikit demi sedikit sehingga ia memperoleh

lezatnya kemenangan dengan bergulat itu lalu ia berani untuk bergulat dan

niatny a kuat dalam bergulat dengannya.

Sesungguhnya membiasakan diri dan melatih diri dengan

pekerjaan-pekerjaan yang berat itu mengokohkan kekuatan-kekuatan yang

menimbulkan pekerjaan-pekerjaan itu. Karena itu bertambah kekuatan

(nilai-nilai) petani-petani dan orang-orang yang berperang. Dan secara

global kekuatan orang-orang yang melatih diri dengan pekerjaan-

pekerjaan yang berat itu melebihi kekuatan penjahit-penjahit, pembuat-

Page 67: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

57

pembuat minyak wangi, orang-orang ahli fiqih dan orang-orang yang

shaleh. Demikian itu karena kekuatan mereka tidak diperkuat dengan

latihan itu. Maka pengobatan pertama itu menyerupai keinginan-keinginan

orang yang bergulat dengan pemberian pakaian ketika menang dan

dijanjikan dengan macam-macam kemuliaan.37

Sebagaimana Fir'aun

menjanjikan kepada ahli-ahli sihirnya ketika ia membujuk mereka untuk

berhadapan dengan Nabi Musa As. di mana ia berkata:

Artinya: …"Kalau demikian sesungguhnya kamu sekalian benar-

benar akan menjadi orang yang didekatkan kepadaku."

(QS. Asy Syu'ara: 42).38

Pengobatan kedua itu menyerupai pembiasan anak kecil yang

dikehendaki agar ia bergulat dan berperang dengan melakukan sebab-

sebab demikian secara langsung sejak kecil sehingga ia jinak dengannya,

berani kepadanya dan kemauannya kuat padanya.

Maka barang siapa meninggalkan mujahadah dengan sabar secara

keseluruhan, niscaya pendorong agama padanya lemah dan tidak kuat

menghadapi nafsu syahwat walaupun nafsu syahwat itu lemah. Dan

barang siapa membiasakan melawan hawa nafsunya, niscaya ia telah

mengalahkannya manakala ia menghendaki. Ini adalah jalan pengobatan

pada semua macam sabar dan tidak mungkin menyempurnakannya. Dan

sesungguhnya berat-beratnya segala macam sabar adalah mencegah bathin

dari suara hati. Dan demikian itu sangat berat atas orang yang

mengerjakan semata-mata untuk sabar dengan mencegah semua nafsu

syahwatnya yang zhahir (tampak), memilih mengasingkan diri dan duduk

untuk muraqabah dzikir dan berfikir, maka sesungguhnya bisikan syaitan

senantiasa menariknya dari sudut ke sudut.

37

Abu Hamid Muhammad al-Gazâlî, Ihya Ulum ad-Din, Jilid VII, hlm. 371. 38

Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 572.

Page 68: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

58

Kemudian semua itu tidak cukup selama cita-cita tidak menjadi

satu cita-cita yaitu: Allah Ta'ala. Kemudian kalau demikian telah

menguasai hati, maka demikian itu tidak cukup selama tidak ada baginya

jalan di dalam fikiran dan berjalan-jalan dengan bathin di alam malakut

langit dan bumi, keajaiban-keajaiban ciptaan Alah dan segala pintu-pintu

ma'rifat.

Sehingga apabila demikian itu telah menguasai atas hatinya,

niscaya kesibukannya dengan demikian dapat menolak syaitan dan

bisikannya. Dan kalau ia tidak mempunyai perjalanan dengan bathin,

maka tidak dapat menyelamatkannya kecuali oleh wirid-wirid yang

bersambung lagi tertib pada setiap saat dari membaca Al-Qur'an, dzikir-

dzikir dan shalat-shalat. Dan di samping demikian ia memerlukan kepada

memaksakan hati akan kehadirannya. Sesungguhnya berfikir dengan

bathin adalah yang menenggelamkan hati bukan wirid-wirid itu.39

Kemudian apabila ia telah melakukan demikian itu semuanya,

maka tidak selamat baginya dari semua waktunya kecuali sebagiannya.

Karena ia tidak terlepas pada semua waktunya dari kejadian-kejadian yang

baru, lalu menyibukkannya dari berfikir dan dzikir seperti sakit, takut,

disakiti oleh orang dan penganiayaan dari orang yang bercampur. Karena

ia tidak dapat terlepas dari bercampur dengan orang yang menolongnya

dalam sebagian bab penghidupan. Maka ini adalah satu dari macam-

macam yang menyibukkan itu.40

Adapun macam kedua, maka itu adalah hal yang penting dari pada

macam yang pertama. Yaitu: kesibukannya dengan makanan, pakaian dan

sebab-sebab penghidupan. Karena mempersiapkan demikian itu juga

memerlukan kepada kesibukan kalau diurus sendiri. Dan itu kalau diurus

oleh orang lain, maka ia tidak terlepas dari kesibukan hati dengan orang

yang mengurusnya.

39

Abu Hamid Muhammad al-Gazâlî, Ihya Ulum ad-Din, Jilid VII, hlm. 372. 40

Abu Hamid Muhammad al-Gazâlî, Ihya Ulum ad-Din, Jilid VII, hlm. 373.

Page 69: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

59

Kemudian setelah memutuskan semua hubungan, kebanyakan

waktunya tidak dapat selamat baginya kalau bencana atau kejadian tidak

menyerangnya. Pada waktu-waktu itulah hati bersih, dan fikiran

dipermudah baginya dan tersingkap dari rahasia-rahasia Allah Ta'ala pada

alam malakut langit dan bumi apa yang ia tidak mampu pada seperseratus

pada waktu yang lama jikalau ia disibukkan hatinya dengan hubungan-

hubungan. Sampai kepada ini adalah setinggi-tingginya ma'qam

(kedudukan) yang mungkin dicapai dengan bekerja dan usaha keras.

Adapun banyaknya apa yang tersingkap dan jumlahnya apa yang

datang dari kasih sayang Allah pada segala keadaan dan segala amal

perbuatan, maka demikian itu berlaku seperti berlakunya rizqi, yaitu:

menurut rizqi. Kadang-kadang usaha sedikit dan buruan yang diperoleh

banyak dan kadang-kadang usaha lama dan keberuntungan sedikit. Dan

pegangan di balik usaha ini adalah atas tarikan dari tarikan-tarikan Tuhan

Yang Maha Pengasih. Sesungguhnya itulah yang menghadapi segala amal

perbuatan manusia dan jin dan demikian itu tidak dengan kemauan

hamba.41

Kesimpulan yang dapat diambil dari konsep Imam Ghazali yaitu

sesuatu yang dapat menolong sabar di antaranya adalah salat, zikir,

membaca al-Qur'an beserta maknanya. Sabar tidak bisa tumbuh begitu

saja, melainkan ia harus diperjuangkan. Sabar tanpa diperjuangkan maka

kesabaran tidak akan tertanam dalam diri manusia. Kesabaran

memerlukan sarana pembantu. Sabar memerlukan ibadah, perbuatan-

perbuatan yang baik. Sabar harus mampu mengosongkan diri sifat-sifat

tercela dan mampu mengisi dari sifat-sifat terpiuji.

41

Abu Hamid Muhammad al-Gazâlî, Ihya Ulum ad-Din, Jilid VII, hlm. 374.

Page 70: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

60

BAB IV

KONSEP SABAR MENURUT IMAM Al-GAZÂLÎ

DAN RELEVANSINYA DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

A. Analisis Pandangan Imam Al-Gazâlî tentang Sabar

Menurut pendapat penulis bahwa jalan-raya yang dilalui dalam

kehidupan ini tidak selamanya datar. Tapi, adakalanya mendaki dan menurun,

kadang-kadang jalan itu bertaburan dengan onak dan duri. Adakalanya

manusia mendapat nikmat dan adakalanya pula ditimpa kesusahan atau

musibah. Ada saat tertawa dan ada waktu menangis; ada masa bahagia dan ada

waktu menderita; adakalanya menang dan adakalanya kalah, dan lain-lain

sebagainya. Ini adalah hukum-alam, sunnatullah.

Berdasarkan hal itu, maka menurut penulis bahwa dalam tiap-tiap

keadaan dan situasi itu haruslah dihadapi dengan sikap jiwa yang telah

digariskan oleh Al-Quran. Sudah dijelaskan bahwa tatkala mendapat nikmat

dan bahagia, manusia haruslah bersyukur. Sekarang, apabila mendapat

kesusahan atau ditimpa bencana (musibah) haruslah bersikap sabar.

Kesusahan dan musibah itu bermacam-macam. Adakalanya berbentuk tekanan

jiwa, kemiskinan, kehilangan harta, kematian anak dan lain-lain. Semua

kesusahan itu adalah merupakan cobaan.

Berangkat dari keterangan tersebut, maka menurut penulis bahwa

konsep Imam al-Gazâlî menjadi bagian penting untuk kehidupan manusia

terutama ketika ditimpa cobaan.

Imam al-Gazâlî memberikan penjelasan secara rinci tentang jenis

kesabaran yang dibutuhkan di dalam melaksanakan amal saleh. la mengatakan

bahwa orang yang taat membutuhkan kesabaran dalam ketaatannya dalam tiga

hal, yaitu: (1) Sebelum melaksanakan amal, yaitu memperbaiki niat, ikhlas,

menahan diri dari riya dan faktor-faktor yang merusak amal, dan membulatkan

tekad untuk menunaikannya; (2) Sewaktu beramal, yakni tidak melupakan

Allah pada saat menunaikan amal, tidak bermalas-malas dalam merealisasikan

Page 71: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

61

adab, sunat, dan ketentuannya hingga selesai; dan (3) Setelah selesai

menunaikan amal, yakni menahan diri dari merusak amal dan menonjolkan

amal tersebut untuk didengar dan disaksikan, serta menahan diri untuk

memandang amal dengan rasa kagum dan semua hal yang membatalkan amal

dan meruntuhkan nilainya.

Selanjutnya, kalau diperhatikan dengan seksama rangkaian ayat al-

Qur'an yang terdapat pada surat al-Furqan dari ayat 63 hingga 75, maka di

sana dapat ditemukan rincian sejumlah amal yang membutuhkan kesabaran,

baik sebagai kekuatan untuk melaksanakan amal itu, maupun sebagai kualitas

yang harus mewarnai amal tersebut.

Amal dalam hal ini dibedakan atas dua macam, yaitu amal yang

sifatnya aktif dalam melakukan sesuatu yang positif dan amal yang sifatnya

menahan diri dari perkara yang tergolong negatif. Rincian amal yang

dimaksud, yaitu:

a. Berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang jahil menyapa

mereka, maka mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung

keselamatan (ayat 63)

b. Melaksanakan salat tahajud pada malam hari (ayat 64)

c. Berdoa agar dijauhkan dari azab Jahanam (ayat 65)

d. Tidak berlebihan dan tidak kikir dalam membelanjakan hartanya (ayat 67)

e. Tidak menyembah selain Allah, tidak membunuh jiwa yang diharamkan

kecuali dengan alasan yang benar, dan tidak berzina (ayat 68),

f. Tidak memberikan kesaksian palsu dan bila bertemu dengan orang-orang

yang melakukan perbuatan yang tidak berfaedah, mereka menjaga

kehormatan diri mereka (ayat 72)

g. Apabila diberi peringatan akan ayat-ayat Tuhan, mereka tidak bersikap tuli

dan buta (ayat 73)

h. Berdoa agar diberi keturunan yang menyenangkan hati dari istri-istri

mereka dan menjadi imam bagi orang-orang yang bertakwa (ayat 74).

Setelah rangkaian ayat di atas, maka ayat selanjutnya dari surat al-

Furqan memberikan penjelasan akan balasan yang akan diberikan kepada

Page 72: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

62

mereka berkat kesabaran mereka. Ayat yang dimaksud yaitu: "Mereka itulah

orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena

kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan

selamat di dalamnya (Q 25:75).

Sejumlah amal yang disebutkan pada rangkaian ayat di atas dapat

dibedakan atas dua macam, yaitu amal yang bersifat lahir dan amal yang

bersifat batin. Semuanya membutuhkan kesabaran. Dengan demikian,

kesabaran pun dapat dibedakan atas dua macam, yaitu lahir dan batin.

Kesabaran lahir mencakup: (1) kesabaran dalam menjalankan kewajiban

dalam berbagai keadaan, seperti susah dan senang, sehat sejahtera dan

mendapat cobaan; (2) kesabaran atas segala apa yang dilarang oleh Allah

Ta'ala; dan (3) kesabaran dalam menjalankan anjuran (sunat) dan amal

kebaikan yang dapat mendekatkan diri seorang hamba kepada tujuan

hidupnya, yaitu Allah 'Azza wa Jalla.

Adapun kesabaran batin adalah kesabaran dalam menerima siapa saja

yang datang membawa berita kebenaran berupa nasehat atau apa saja yang

hakikatnya merupakan seruan Rasulullah SAW. Pembagian lain dari

kesabaran diistilahkan oleh Imam al-Gazâlî dengan badani (fisik) dan nafsi

(psikis). Jenis kesabaran yang pertama mencakup ketekunan dalam

mengerjakan pekerjaan yang berat, seperti ibadah; dan menanggung kesulitan

seperti pukulan yang keras, penyakit yang keras, dan luka yang parah. Jenis

kesabaran yang kedua adalah menahan diri dari keinginan yang bersumber

dari naluri dan tuntutan hawa nafsu. Di antara kedua macam kesabaran itu,

maka al-Gazâlî mengisyaratkan bahwa yang disebut terakhir itu lebih berat.

Konsep kesabaran dari pemikiran Imam al-Gazâlî sangat penting

dalam kehidupan seorang peserta didik dan pendidik, karena pendidik dan

peserta didik membutuhkan kesabaran dalam mencapai tujuan yang

diharapkan yaitu peserta didik dalam menuntut ilmu butuh kesabaran,

demikian pula pendidik dalam mentransfer ilmu butuh kesabaran. Tanpa

kesabaran maka tidak akan berhasil sesuai dengan harapan.

Page 73: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

63

Sehubungan dengan itu, Ali bin Abi Thalib memberikan syarat bagi

peserta didik dengan enam macam, yang merupakan kompetensi mutlak dan

dibutuhkan tercapainya tujuan pendidikan. Syarat yang dimaksud

sebagaimana dalam syairnya:

"Seorang santri harus tabah menghadapi ujian dan cobaan. Sebab ada

yang mengatakan bahwa gudang ilmu itu selalu diliputi dengan

cobaan dan ujian. Ali bin Abi Thalib, berkata, "Ketahuilah, kamu tidak

akan memperoleh ilmu kecuali dengan bekal enam perkara, yaitu:

cerdas, semangat, bersabar, memiliki bekal, petunjuk/bimbingan

guru, dan waktu yang lama."

Adapun cara memilih guru /kiai carilah yang alim, yang bersifat wara',

dan yang lebih tua. Sebagaimana Abu Hanifah memilih kiai Hammad bin Abi

Sulaiman, karena beliau (Hammad) mempunyai kriteria/sifat-sifat tersebut.

Maka Abu Hanifah mengaji ilmu kepadanya. Abu Hanifah berkata, "Beliau

adalah seorang guru berakhlak mulia, penyantun, dan penyabar. Aku

bertahan mengaji kepadanya hingga aku seperti sekarang itu." 2

Ketahuilah, bahwa kesabaran dan ketabahan/ketekunan adalah pokok

dari segala urusan. Tapi jarang sekali orang yang mempunyai sifat-sifat

tersebut, sebagaimana kata sebuah syair yang artinya, setiap orang pasti

mempunyai hasrat memperoleh kedudukan/martabat yang mulia, namun

jarang sekali orang yang mempunyai sifat sabar, tabah, tekun, dan ulet."

Ada yang berkata, bahwa keberanian adalah kesabaran menghadap

kesulitan dan penderitaan. Oleh karena itu, seorang santri harus berani

bertahan dan bersabar dalam mengaji kepada seorang guru dan dalam

1Syaikh Al-Zarnuji, Ta’lim al-Muta’alim Tariq al-Ta’allum, Terj. Abdul Kadir al-

Jufri, (Surabaya: Mutiara Ilmu, 1995), hlm. 23. 2 Syaikh Al-Zarnuji, Ta’lim al-Muta’alim Tariq al-Ta’allum, hlm. 19.

Page 74: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

64

membaca sebuah kitab. Tidak meninggalkannya sebelum tamat/selesai. Tidak

pindah-pindah dari satu guru ke guru yang lain. Dari satu ilmu ke ilmu yang

lain. Padahal ilmu yang dipelajari belum ia kuasai, juga tidak pindah-pindah

dari satu daerah ke daerah lain, supaya waktunya tidak terbuang sia-sia.3

Mencari ilmu itu harus sabar. Pelan-pelan tapi kontinyu, sabar inilah

pokok yang penting dari segala sesuatu.4 Rasulullah Saw. bersabda,

"Sesungguhnya Allah itu mencintai sesuatu yang luhur/tinggi dan membenci

sesuatu yang rendah." Dikatakan oleh seorang penyair, "Janganlah kau

tergesa-gesa ingin mencapai sesuatu tapi cobalah terus bersabar (ulet), karena

sabar itu ibarat api yang dapat melunakkan tongkat dari besi."5

B. Analisis Pandangan Imam Al-Gazâlî tentang Sabar Relevansinya dengan

Tujuan Pendidikan Islam

Apabila mengkaji konsep sabar menurut Imam al-Gazâlî sebagaimana

telah dikemukakan dalam bab tiga skripsi ini, maka konsepnya sangat penting

dan relevan dengan pendidikan, kode etik pendidik (guru) dan kode etik

peserta didik. Ditinjau dari aspek pendidikan bahwa pendidikan adalah usaha

sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu

kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam pelaksanaannya berada dalam

suatu proses yang berkesinambungan dalam setiap jenis dan jenjang

pendidikan.6 Sedangkan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar anak didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

3 Syaikh Al-Zarnuji, Ta’lim al-Muta’alim Tariq al-Ta’allum, hlm. 22.

4 Syaikh Al-Zarnuji, Ta’lim al-Muta’alim Tariq al-Ta’allum, hlm. 42.

5 Syaikh Al-Zarnuji, Ta’lim al-Muta’alim Tariq al-Ta’allum, hlm. 44.

6Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta:

Rineka cipta, 200) hlm. 22.

Page 75: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

65

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.7

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha

sadar untuk mewujudkan manusia seutuhnya dengan selalu mengembangkan

potensi yang ada pada setiap peserta didik. Semuanya bermuara kepada

manusia, sebagai suatu proses pertumbuhan dan perkembangan secara wajar

dalam masyarakat yang berbudaya. Dengan demikian dapat dirumuskan

bahwa pendidikan adalah suatu proses alih generasi, yang mampu

mengadakan transformasi nilai-nilai ilmu pengetahuan dan budaya kepada

generasi berikutnya agar dapat menatap hari esok yang lebih baik.

Pendidikan memiliki kode etik yang berhubungan dengan kode etik

pendidik (guru) dan kode etik peserta didik.

Kode etik pendidik adalah norma-norma yang mengatur hubungan

kemanusiaan (hubungan relationship) antara pendidik dan peserta didik, orang

tua peserta didik, koleganya, serta dengan atasannya. Suatu jabatan yang

melayani orang lain selalu memerlukan kode etik. Demikian pula jabatan

pendidik mempunyai kode etik tertentu yang harus dikenal dan dilaksanakan

oleh setiap pendidik. Bentuk kode etik suatu lembaga pendidikan tidak harus

sama, tetapi secara intrinsik mempunyai kesamaan konten yang berlaku

umum. Pelanggaran terhadap kode etik akan mengurangi nilai dan

kewibawaan identitas pendidik.

Menurut Ibnu Jama'ah, yang dikutip oleh Abdul Mujib dan Jusuf

Mudzakkir, etika pendidik terbagi atas tiga macam, yaitu:

1. Etika yang terkait dengan dirinya sendiri. Pendidik dalam bagian ini

paling tidak memiliki dua etika, yaitu (1) memiliki sifat-sifat keagamaan

(diniyyah) yang baik, meliputi patut dan tunduk terhadap syariat Allah

dalam bentuk ucapan dan tindakan, baik yang wajib maupun yang sunnah;

senantiasa membaca Al-Qur'an, zikir kepada-Nya baik dengan hati

maupun lisan; memelihara wibawa Nabi Muhammad; dan menjaga

7Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003, (Jakarta: BP.Cipta Jaya, 2003), hlm. 4.

(DEPDIKNAS, 2003: 163)

Page 76: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

66

perilaku lahir dan batin; (2) memiliki sifat-sifat akhlak yang mulia

(akhlaqiyyah), seperti menghias diri (tahalli) dengan memelihara diri,

khusyu', rendah hati, menerima apa adanya, zuhud, dan memiliki daya dan

hasrat yang kuat.

2. Etika terhadap peserta didiknya. Pendidik dalam bagian ini paling tidak

memiliki dua etika, yaitu: (1) sifat-sifat sopan santun (adabiyyah), yang

terkait dengan akhlak yang mulia seperti di atas; (2) sifat-sifat

memudahkan, menyenangkan, dan menyelamatkan (muhniyyah).

3. Etika dalam proses belajar-mengajar. Pendidik dalam bagian ini paling

tidak mempunyai dua etika, yaitu: (1) sifat-sifat memudahkan,

menyenangkan, dan menyelamatkan (muhniyyah); (2) sifat-sifat seni,

yaitu sent mengajar yang menyenangkan sehingga peserta didik tidak

merasa bosan.8

Dalam merumuskan kode etik, al-Gazâlî lebih menekankan betapa

berat kode etik yang diperankan seorang pendidik daripada peserta

didiknya. Kode etik pendidik terumuskan sebanyak 17 bagian, sementara

kode etik peserta didik hanya 11 bagian. Hal itu terjadi karena guru dalam

konteks ini menjadi segala-galanya, yang tidak saja menyangkut

keberhasilannya dalam menjalankan profesi keguruannya, tetapi juga

tanggungjawabnya di hadapan Allah SWT. kelak. Adapun kode etik

pendidik yang dimaksud adalah:9

1. Menerima segala problem peserta didik dengan hati dan sikap yang

terbuka dan tabah.

2. Bersikap penyantun dan penyayang (QS. ali Imran: 159).

3. Menjaga kewibawaan dan kehormatannya dalam bertindak.

4. Menghindari dan menghilangkan sikap angkuh terhadap sesama. (QS.

al-Najm: 32).

5. Bersifat rendah hati ketika menyatu dengan sekelompok masyarakat

(QS. al-Hijr: 88).

8Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana,

2006), hlm. 98. 9 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu pendidikan Islam., hlm. 99.

Page 77: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

67

6. Menghilangkan aktivitas yang tidak berguna dan sia-sia.

7. Bersifat lemah lembut dalam menghadapi peserta didik yang tingkat

IQ-nya rendah, serta membinanya sampai pada taraf maksimal.

8. Meninggalkan sifat marah dalam menghadapi problem peserta

didiknya.

9. Memperbaiki sikap peserta didiknya, dan bersikap lemah lembut

terhadap peserta didik yang kurang lancar bicaranya.

10. Meninggalkan sifat yang menakutkan pada peserta didik, terutama

pada peserta didik yang belum mengerti atau mengetahui.

11. Berusaha memerhatikan pertanyaan-pertanyaan peserta didik,

walaupun pertanyaannya itu tidak bermutu dan tidak sesuai dengan

masalah yang diajarkan.

12. Menerima kebenaran yang diajukan oleh peserta didiknya.

13. Menjadikan kebenaran sebagai acuan dalam proses pendidikan,

walaupun kebenaran itu datangnya dari peserta didik.

14. Mencegah dan mengontrol peserta didik mempelajari ilmu yang

membahayakan (QS. al-Baqarah: 195).

15. Menanamkan sifat ikhlas pada peserta didik, serta terus-menerus

mencari informasi guna disampaikan pada peserta didik yang akhirnya

mencapai tingkat taqarrub kepada Allah SWT. (QS. al-Bayyinah: 5).

16. Mencegah peserta didik mempelajari ilmu fardlu kifayah (kewajiban

kolektif, seperti ilmu kedokteran, psikologi, ekonomi dan sebagainya)

sebelum mempelajari ilmu fardlu 'ain (kewajiban individual, seperti

akidah, syariah, dan akhlak).

17. Mengaktualisasikan informasi yang diajarkan pada peserta didik (QS.

al-Baqarah; 44, as-Shaf: 2-3).10

Dalam bahasa yang berbeda, Muhammad Athiyah Al-Abrasyi

menentukan kode etik pendidik dalam pendidikan Islam sebagai berikut:

10

Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu pendidikan Islam, hlm. 100.

Page 78: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

68

1. Mempunyai watak kebapakan sebelum menjadi seorang pendidik,

sehingga ia menyayangi peserta didiknya seperti menyayangi anaknya

sendiri.

2. Adanya komunikasi yang aktif antara pendidik dan peserta didik. Pola

komunikasi dalam interaksi dapat diterapkan ketika terjadi proses belajar-

mengajar. Pola komunikasi dalam pendidikan dapat dilakukan dengan tiga

macam, yaitu komunikasi sebagai aksi (interaksi searah), komunikasi

sebagai interaksi (interaksi dua arah) dan komunikasi sebagai transaksi

(interaksi multiarah). Tentunya untuk mewujudkan tujuan pendidikan

Islam yang maksimal harus digunakan komunikasi yang transaksi,

sehingga suasana belajar menjadi lebih aktif antara pendidik dan peserta

didik, antara peserta didik dan pendidik, dan antara peserta didik dengan

peserta didik.

3. Memperhatikan kemampuan dan kondisi peserta didiknya. Pemberian

materi pelajaran harus diukur dengan kadar kemampuannya.

4. Mengetahui kepentingan bersama, tidak terfokus pada sebagian peserta

didik, misalnya hanya memprioritaskan anak yang memiliki IQ tinggi.

5. Mempunyai sifat-sifat keadilan, kesucian, dan kesempurnaan.

6. Ikhlas dalam menjalankan aktivitasnya, tidak banyak menuntut hal yang di

luar kewajibannya.

7. Dalam mengajar supaya mengaitkan materi satu dengan materi lainnya

(menggunakan pola integrited curriculum).

8. Memberi bekal peserta didik dengan ilmu yang mengacu pada masa

depan, karena ia tercipta berbeda dengan zaman yang dialami oleh

pendidiknya.

9. Sehat jasmani dan rohani serta mempunyai kepribadian yang kuat,

tanggung jawab, dan mampu mengatasi problem peserta didik, serta

mempunyai rencana yang matang untuk menatap masa depan yang

dilakukan dengan sungguh-sungguh.11

11

Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu pendidikan Islam, hlm. 100

Page 79: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

69

Adapun sifat-sifat dan kode etik peserta didik merupakan kewajiban

yang harus dilaksanakannya dalam proses belajar mengajar, baik secara

langsung maupun tidak langsung yaitu:

1. Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarrub kepada Allah SWT.,

sehingga dalam kehidupan sehari-hari peserta didik dituntut untuk

menyucikan jiwanya dari akhlak yang rendah dan watak yang tercela

(takhalli) dan mengisi dengan akhlak yang terpuji (tahalli) (perhatikan

QS. al-An'am: 162, al-Dzariyat: 56).

2. Mengurangi kecenderungan pada duniawi dibandingkan masalah ukhrawi

(QS. adh-Dhuha: 4). Artinya, belajar tak semata-mata untuk mendapatkan

pekerjaan, tapi juga belajar ingin berjihad melawan kebodohan demi

mencapai derajat kemanusiaan yang tinggi, baik di hadapan manusia dan

Allah SWT.

3. Bersikap tawadlu' (rendah hati) dengan cara menanggalkan kepentingan

pribadi untuk kepentingan pendidiknya. Sekalipun ia cerdas, tetapi ia bijak

dalam menggunakan kecerdasan itu pada pendidiknya, termasuk juga

bijak kepada teman-temannya yang IQ-nya lebih rendah.

4. Menjaga pikiran dan pertentangan yang timbul dari berbagai aliran,

sehingga ia terfokus dan dapat memperoleh satu kompetensi yang utuh

dan mendalam dalam belajar.

5. Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji (mahmudah), baik untuk ukhrawi

maupun untuk duniawi, serta meninggalkan ilmu-ilmu yang tercela

(madzmumah). Ilmu terpuji dapat mendekatkan diri kepada Allah,

sementara ilmu tercela akan menjauhkan dari-Nya dan mendatangkan

permusuhan antar sesamanya.

6. Belajar dengan bertahap atau berjenjang dengan memulai pelajaran yang

mudah (konkret) menuju pelajaran yang sukar (abstrak) atau dari ilmu

yang fardlu 'am menuju ilmu yang fardlu kifayah (QS. al-Insyiqaq: 19).

7. Belajar ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih pada ilmu yang

lainnya, sehingga peserta didik memiliki spesifikasi ilmu pengetahuan

secara mendalam. Dalam konteks ini, spesialisasi jurusan diperlukan agar

Page 80: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

70

peserta didik memiliki keahlian dan kompetensi khusus (QS. al-Insyirah:

7).

8. Mengenal nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari,

sehingga mendatangkan objektivitas dalam memandang suatu masalah.

9. Memprioritaskan ilmu diniyah yang terkait dengan kewajiban sebagai

makhluk Allah SWT., sebelum memasuki ilmu duniawi.

10. Mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan, yaitu ilmu

yang bermanfaat dapat membahagiakan, menyejahterakan, serta memberi

keselamatan hidup dunia akhirat.

11. Peserta didik harus tunduk pada nasihat pendidik sebagaimana tunduknya

orang sakit terhadap dokternya, mengikuti segala prosedur dan metode

madzab yang diajarkan oleh pendidik-pendidik pada umumnya, serta

diperkenankan bagi peserta didik untuk mengikuti kesenian yang baik.

Menurut analisis penulis bahwa konsep sabar perspektif Imam al-

Gazâlî mempunyai hubungan yang erat dengan tujuan pendidikan. Dengan

kata lain bahwa konsep Imam al-Gazâlî berkaitan pula dengan pendidikan

karena dalam pendidikan dibutuhkan kesabaran. Pendidik harus sabar dalam

mentransfer ilmu dan peserta didik harus sabar dalam mempelajari dan

mendalami ilmu.

Sabar sudah menjadi model perilaku dalam menghadapi musibah,

fenomenanya yaitu banyak musibah yang melanda negara Indonesia, mulai

dari persoalan banjir, letusan gunung, gempa bumi dan masih banyak lagi.

Bagi yang sabar maka orang yang ditimpa musibah akan menerima kenyataan

ini dengan lapang dada. Sedangkan bagi yang tidak sabar, maka akan putus

asa.

Sabar jika anggota keluarga meninggal dunia yaitu tidak meratapi terus

menerus dan ia pasrah dengan keyakinan segala sesuatu kembali kepada Allah

Swt. Indikator sabar menurut Imam al-Gazâlî yaitu mampu menahan diri dari

rasa putus asa, berserah diri kepada Allah Swt., tidak mengeluh, tenang, segala

sesuatu dianggap terpulang kembali kepada Allah Swt.

Page 81: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

71

Hikmah sabar yaitu seorang mukmin yang sabar tidak akan berkeluh

kesah dalam menghadapi segala kesusahan yang menimpanya serta tidak akan

menjadi lemah atau jatuh gara-gara musibah dan bencana yang menderanya.

Allah SWT. telah mewasiatkan .kesabaran kepadanya serta mengajari bahwa

apa pun yang menimpanya pada kehidupan dunia hanyalah merupakan cobaan

dari-Nya supaya diketahui orang-orang yang bersabar.

Kesabaran mengajari manusia ketekunan dalam bekerja serta

mengerahkan kemampuan untuk merealisasikan tujuan-tujuan amaliah dan

ilmiahnya. Sesungguhnya sebagian besar tujuan hidup manusia, baik di bidang

kehidupan praksis misalnya sosial, ekonomi, dan politik maupun dl bidang

penelitian ilmiah, membutuhkan banyak waktu dan banyak kesungguhan.

Oleh sebab itu, ketekunan dalam mencurahkan kesungguhan serta kesabaran

dalam menghadapi kesulitan pekerjaan dan penelitian merupakan karakter

penting untuk meraih kesuksesan dan mewujudkan tujuan-tujuan luhur.12

Sifat sabar dalam Islam menempati posisi yang istimewa. Al-Qur'an

mengaitkan sifat sabar dengan bermacam-macam sifat mulia lainnya. Antara

lain dikaitkan dengan keyakinan (QS. As-Sajdah 32: 24), syukur (QS. Ibrahim

14:5), tawakkal (QS. An-Nahl 16:41-42) dan taqwa (QS. Ali 'Imran 3:15-17).

Mengaitkan satu sifat dengan banyak sifat mulia lainnya menunjukkan betapa

istimewanya sifat itu. Karena sabar merupakan sifat mulia yang istimewa,

tentu dengan sendirinya orang-orang yang sabar Juga menempati posisi yang

istimewa. Misalnya dalam menyebutkan orang-orang beriman yang akan

mendapat surga dan keridhaan Allah SWT, orang-orang yang sabar

ditempatkan dalam urutan pertama sebelum yang lain-lainnya. Perhatikan

firman Allah berikut ini:

12

Muhammad Utsman Najati, Psikologi dalam al-Qur'an, Terapi Qur'ani dalam

Penyembuhan Gangguan Kejiwaan, Terj. Zaka al-Farisi, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2005),

hlm. 312.

Page 82: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

72

Artinya: "Katakanlah" "Inginkan aku kabarkan kepadamu apa yang lebih

baik dari yang demikian itu". Untuk orang-orang yang bertaqwa,

pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya

sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan ada pula

pasangan-pasangan yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan

Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. Yaitu orang-orang

yang berdo'a: "Ya Tuhan Kami, sesungguhnya kami telah

beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah

kami dari siksa neraka. Yaitu orang-orang yang sahar, yang

benar, yang tetap ta'at, yang menafkahkan hartanya (di jalan

Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur." (QS. Ali

'Imran 3:15-17).13

Di samping itu, setelah menyebutkan dua belas sifat hamba-hamba

yang akan mendapatkan kasih sayang dari Allah SWT (dalam Surat Al-Furqan

25: 63-74), Allah SWT menyatakan bahwa mereka akan mendapatkan balasan

surga karena kesabaran mereka. Artinya untuk dapat memenuhi dua belas

sifat-sifat tersebut diperlukan kesabaran.

( Artinya: "Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi

(dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut

dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya". (QS.

Al-Furqan/25: 75).14

Di samping segala keistimewaan itu, sifat sabar memang sangat

dibutuhkan sekali untuk mencapai kesuksesan dunia dan Akhirat. Seorang

mahasiswa tidak akan dapat berhasil mencapai gelar kesarjanaan tanpa sifat

sabar dalam belajar. Seorang peneliti tidak akan dapat menemukan penemuan-

13

Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 75. 14

Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 559.

Page 83: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

73

penemuan ilmiah tanpa ada sifat sabar dalam penelitiannya. Demikianlah

seterusnya dalam seluruh aspek kehidupan.

Lawan dari sifat sabar adalah al-jaza'u yang berarti gelisah, sedih,

keluh kesah, cemas dan putus asa, sebagaimana dalam firman Allah SWT:

Artinya: "...Sama saja bagi kita, mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali

kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri." (QS.

Ibrahim/14: 21).15

Artinya: "Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi

kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan

apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir. Kecuali orang-orang

yang mengerjakan shalat." (QS. Al-Ma'arij/70: 19-22).16

Ketidaksabaran dengan segala bentuknya adalah sifat yang tercela.

Orang yang dihinggapi sifat ini, bila menghadapi hambatan dan mengalami

kegagalan akan mudah goyah, berputus asa dan mundur dari medan

perjuangan. Sebaliknya apabila mendapatkan keberhasilan juga cepat lupa

diri. Menurut ayat di atas, kalau ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah, kalau

mendapat kebaikan ia amat kikir. Semestinyalah setiap Muslim dan Muslimah

menjauhi sifat yang tercela ini.

Apabila mengkaji konsep Imam al-Gazâlî tentang sabar, maka dapat

dikatakan bahwa konsepnya sangat relevan dengan kondisi saat ini. Menurut

Muhammad Utsman Najati bahwa sabar merupakan indikator jiwa yang stabil

karena dalam sabar tersirat kemampuan individu memikul kesulitan hidup,

tegar dalam menghadapi berbagai bencana dan cobaan hidup. Ia tidak menjadi

lemah, tidak terpuruk, dan tidak diliputi keputusasaan. Orang yang sanggup

15

Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 380. 16

Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 975.

Page 84: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

74

menghadapi berbagai cobaan dan situasi sulit dengan kesabaran adalah orang

yang memiliki kepribadian paripurna. Dalam banyak ayat, Allah Ta'ala telah

berpesan untuk bersikap sabar.

Artinya: Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan

sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi

orang-orang yang khusyu' (QS. Al-Baqarah: 45).17

Sabar itu haruslah diterapkan dalam segala bidang-kehidupan. Tidak

hanya dalam menghadapi malapetaka (musibah) saja. Itu hanyalah merupakan

salah satu diantara bidang-bidang itu. Sebagai contoh pada bidang-bidang

mana harus diterapkan sikap sabar itu, dijelaskan di dalam Al-Quran

Sabar itu harus diterapkan paling tidak pada lima macam, yaitu :

1) Sabar dalam beribadat

Sabar mengerjakan ibadat ialah dengan tekun mengendalikan diri

melaksanakan syarat-syarat dan tata-tertib ibadah itu. Dalam

pelaksanaannya perlu diperhatikan tiga hal, yaitu;

a. Sebelum melakukan ibadah. Harus dibuhul niat yang suci ikhlas,

semata-mata beribadah karena taat kepada Allah;

b. Sedang melakukan ibadah. Janganlah lalai memenuhi syarat-syarat,

jangan malas mengerjakan tata-tertibnya. Seumpama mengerjakan

shalat, janganlah melakukan sembahyang "cotok ayam'', yaitu seperti

ayam yang sedang mencotok padi, main cepat-cepat dan kilat saja.

Yang dikerjakan hanya yang wajib-wajibnya saja, sedang yang

sunnat-sunnat ditinggalkan. Pada hal tidak ada yang akan diburu atau

yang mendesak.

c. Sesudah selesai beribadah. Jangan bersikap ria, menceriterakan ke kiri

dan ke kanan tentang ibadah atau amal yang dikerjakan, dengan

maksud supaya mendapat sanjungan dan pujian manusia.

2) Sabar ditimpa malapetaka.

17

Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 72.

Page 85: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

75

Sabar ditimpa malapetaka atau musibah ialah teguh hati ketika

mendapat cobaan, baik yang berbentuk kemiskinan, maupun berupa

kematian, kejatuhan, kecelakaan, diserang penyakit dan lain-lain

sebagainya. Kalau malapetaka itu tidak dihadapi dengan kesabaran, maka

akan terasa tekanannya terhadap jasmaniah maupun rohaniah. Badan

semakin lemah dan lemas, hati semakin kecil. Timbullah kegelisahan,

kecemasan, panik dan akhirnya putus-asa. Malah kadang-kadang ada pula

yang nekad dan gelap mata mengambil putusan yang tragis, seumpama

membunuh diri.

3) Sabar terhadap kehidupan dunia.

Sabar terhadap kehidupan dunia (as-shabru 'aniddunya) ialah sabar

terhadap tipudaya dunia, jangan sampai terpaut hati kepada kenikmatan

hidup di dunia ini. Dunia ini adalah jembatan untuk kehidupan yang abadi,

kehidupan akhirat. Banyak orang yang terpesona terhadap kemewahan

hidup dunia. Dilampiaskannya hawa nafsunya, hidup berlebih-lebihan,

rakus, tamak dan lain-lain sehingga tidak memperdulikan mana yang halal

dan mana yang haram, malah kadang-kadang merusak dan merugikan

kepada orang lain.

Kehidupan di dunia ini janganlah dijadikan tujuan, tapi hanya

sebagai alat untuk mempersiapkan diri menghadapi kehidupan yang kekal.

Memang, tabiat manusia condong kepada kenikmatan hidup lahiriah,

kehidupan yang nyata dilihat oleh mata dan dinikmati oleh indera-indera

yang lain. Tak ubahnya seperti orang yang meminum air laut, semakin

diminum semakin haus. Untuk ini diperlukan kesabaran menghadapinya.

4) Sabar terhadap maksiat.

Sabar terhadap maksiat ini ialah mengendalikan diri supaya jangan

melakukan perbuatan maksiat. Tarikan untuk mengerjakan maksiat itu

sangat kuat sekali mempengaruhi manusia, sebab senantiasa digoda dan

didorong oleh iblis. Iblis itu bertindak laksana kipas yang terus menerus

pengipas-ngipas api yang kecil, sehingga akhirnya menjadi besar

Page 86: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

76

merembet dan menjilat-jilat ke tempat lain. Kalau api sudah semakin

besar, maka sukar lagi memadamkannya.

Sabar terhadap maksiat itu bukanlah mengenai diri sendiri saja,

tapi juga mengenai diri orang yang lain. Yaitu, berusaha supaya orang lain

juga jangan sampai terperosok ke jurang kemaksiatan, dengan melakukan:

amar makruf, nahi munkar. Yakni, menyuruh manusia melakukan

kebaikan dan mencegahnya dari perbuatan yang salah dan buruk.

5) Sabar dalam perjuangan.

Sabar dalam perjuangan ialah dengan menyadari sepenuhnya,

bahwa setiap perjuangan mengalami masa up and dawn, masa-naik dan

masa-jatuh, masa-menang dan masa-kalah. Kalau perjuangan belum

berhasil, atau sudah nyata mengalami kekalahan, hendaklah berlaku sabar

menerima kenyataan itu. Sabar dengan arti tidak putus harapan, tidak

patah semangat. Harus berusaha menyusun kekuatan kembali, melakukan

introspeksi (mawasdiri) tentang sebab-sebab kekalahan dan menarik

pelajaran daripadanya.

Jika perjuangan berhasil atau menang, harus pula sabar mengendalikan

emosi-emosi buruk yang biasanya timbul sebagai akibat kemenangan itu,

seperti sombong, congkak, berlaku kejam, membalas dendam dan lain-lain.

Sabar disini harus diliputi oleh perasaan syukur.

Apabila sesuatu perjuangan dikendalikan oleh sifat kesabaran, maka

dengan sendirinya akan timbul ketelitian, kewaspadaan, usaha-usaha yang

bersifat konsolidasi dan lain-lain. Orang yang tidak sabar dalam perjuangan

kerap kali mundur di tengah jalan atau setelah sampai di medan juang, kalah

sebelum mengangkat senjata dalam medan tempur

Al-Quran mengajak kaum muslimin agar berhias diri dengan

kesabaran. Sebab, kesabaran mempunyai faedah yang besar dalam membina

jiwa, memantapkan kepribadian, meningkatkan kekuatan manusia dalam

menahan penderitaan, memperbaharui kekuatan manusia dalam menghadapi

berbagai problem hidup, beban hidup, musibah, dan bencana, serta

Page 87: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

77

menggerakkan kesanggupannya untuk terus-menerus berjihad dalam rangka

meninggikan kalimah Allah SWT.

Seorang mukmin yang sabar tidak akan berkeluh kesah dalam

menghadapi segala kesusahan yang menimpanya serta tidak akan menjadi

lemah atau jatuh gara-gara musibah dan bencana yang menderanya. Allah

SWT. telah mewasiatkan .kesabaran kepadanya serta mengajari bahwa apa

pun yang menimpanya pada kehidupan dunia hanyalah merupakan cobaan

dari-Nya supaya diketahui orang-orang yang bersabar.

Kesabaran mengajari manusia ketekunan dalam bekerja serta

mengerahkan kemampuan untuk merealisasikan tujuan-tujuan amaliah dan

ilmiahnya. Sesungguhnya sebagian besar tujuan hidup manusia, baik di bidang

kehidupan misalnya sosial, ekonomi, dan politik maupun dl bidang penelitian

ilmiah, membutuhkan banyak waktu dan banyak kesungguhan. Oleh sebab itu,

ketekunan dalam mencurahkan kesungguhan serta kesabaran dalam

menghadapi kesulitan pekerjaan dan penelitian merupakan karakter penting

untuk meraih kesuksesan dan mewujudkan tujuan-tujuan luhur.

Apabila seseorang bersabar dalam memikul kesulitan dan musibah

hidup, bersabar dalam gangguan dan permusuhan orang lain, bersabar dalam

beribadah, dan taat kepada Allah SWT, maka mentalnya akan sehat. Sabar

dalam melawan syahwat, bersabar dalam bekerja dan berkarya, ia tergolong

orang yang memiliki kepribadian yang matang, seimbang, paripurna, kreatif,

dan aktif.

Apabila menghubungkan konsep sabar Imam al-Gazâlî terutama dalam

konteks masa kini, maka hal yang dapat diungkap yaitu dunia pendidikan

demikian pesat dan majunya seiring dengan kemajuan informasi dan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sejalan dengan itu banyak

manusia yang sudah memuja atau barangkali diperbudak oleh teknologi

sehingga segalanya dengan semua yang terjadi adalah atas usaha manusia

tanpa ada keterlibatan yang Maha Kuasa. Padahal pendidikan Islam meskipun

sudah turut dikembangkan secara modern, namun akar keagamaan dan akhlak

tidak disingkirkan melainkan terus ditanamkan.

Page 88: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

78

Akan tetapi kenyataan lain menunjukkan di tengah kemajuan zaman

dan modernisasi di segala bidang sekaligus juga manusia telah banyak yang

melupakan kekuasaan Allah Swt. Berdasarkan hal itu tingkat keyakinan

manusia dapat dikatakan banyak yang makin menurun atau tipis. Padahal

tujuan pendidikan Islam pada puncaknya adalah pengabdian seorang hamba

kepada Allah Swt. Itulah sebabnya salah seorang ahli pendidikan Islam yaitu

Ahmad Tafsir menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah menjadikan

peserta didik yang pasrah kepada khaliq-Nya. Pernyataan ini dapat dikaji dari

pernyataannya sebagai berikut: tujuan pendidikan Islam seperti ini sesuai pula

dengan Konferensi Dunia Pertama tentang Pendidikan Islam (1977)

berkesimpulan bahwa tujuan akhir pendidikan Islam adalah manusia yang

menyerahkan din dan sabar secara mutlak kepada Allah.18

Maulana Muhammad Ah dalam bukunya The Religion of Islam

menegaskan bahwa Islam mengandung arti, dua macam, yakni (1) mengucap

kalimah syahadat; (2) berserah diri sepenuhnya kepada kehendak Allah.19

Pengertian tersebut jika diawali kata pendidikan sehingga menjadi kata

"pendidikan Islam" maka terdapat berbagai rumusan.

Menurut M. Arifin, pendidikan Islam dapat diartikan sebagai studi

tentang proses kependidikan yang bersifat progresif menuju ke arah

kemampuan optimal anak didik yang berlangsung di atas landasan nilai-nilai

ajaran Islam.20

Sementara Achmadi memberikan pengertian, pendidikan Islam

adalah segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia

serta sumber daya manusia yang ada padanya menuju terbentuknya manusia

seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam.21

Abdur Rahman Saleh memberi pengertian juga tentang pendidikan

Islam yaitu usaha sadar untuk mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan

18

Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan. Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2006), hlm. 48. 19

Maulana Muhammad Ali, The Religion of Islam, (USA: The Ahmadiyya Anjuman

Ishaat Islam Lahore, 1990), hlm. 4.

20

Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 4. 21

Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm.

28-29.

Page 89: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

79

anak dengan segala potensi yang dianugerahkan oleh Allah kepadanya agar

mampu mengemban amanat dan tanggung jawab sebagai khalifah Allah di

bumi dalam pengabdiannya kepada Allah.22

Menurut Abdurrahman an-

Nahlawi, pendidikan Islam adalah penataan individual dan sosial yang dapat

menyebabkan seseorang tunduk taat pada Islam dan menerapkannya secara

sempurna di dalam kehidupan individu dan masyarakat, Pendidikan Islam

merupakan kebutuhan mutlak untuk dapat melaksanakan Islam sebagaimana

yang dikehendaki oleh Allah. Berdasarkan makna ini, maka pendidikan Islam

mempersiapkan diri manusia guna melaksanakan amanat yang dipikulkan

kepadanya. Ini berarti, sumber-sumber Islam dan pendidikan Islam itu sama,

yakni yang terpenting, al-Qur'an dan Sunnah Rasul.23

Apabila memperhatikan konsep sabar Imam al-Gazâlî, maka tujuan

konsepnya yaitu (1) agar manusia memiliki kemampuan untuk

mengembangkan potensi diri, bermanfaat untuk orang lain dan masyarakat. (2)

membentuk manusia yang berakhlak al-karimah. (3) membentuk manusia

yang cerdas dalam iman dan taqwa.

1. Konsep sabar Imam al-Gazâlî bertujuan agar manusia memiliki

kemampuan untuk mengembangkan potensi diri, bermanfaat untuk orang

lain dan masyarakat.

Tujuan ini sejalan dengan tujuan pendidikan Islam sebagaimana

dikatakan oleh M. Arifin bahwa tujuan pendidikan Islam secara filosofis

berorientasi kepada nilai-nilai islami yang bersasaran pada tiga dimensi

hubungan manusia selaku "khalifah" di muka bumi, yaitu sebagai berikut:

a. menanamkan sikap hubungan yang seimbang dan selaras dengan

Tuhannya.

b. membentuk sikap hubungan yang harmonis, selaras, dan seimbang

dengan masyarakatnya.

22

Abdur Rahman Saleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi,

(Jakarta: PT Gemawindu Pancaperkasa, 2000), hlm. 2-3. 23

Abdurrahman an-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metoda Pendidikan Islam dalam

Keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat, (Bandung: CV.Diponegoro, 1996), hlm. 41.

Page 90: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

80

c. mengembangkan kemampuannya untuk menggali, mengelola, dan

memanfaatkan kekayaan alam ciptaan Allah bagi kepentingan

kesejahteraan hidupnya dan hidup sesamanya serta bagi kepentingan

ubudiahnya kepada Allah, dengan dilandasi sikap hubungan yang

harmonis pula.24

Jadi berdasarkan pendapat M. Arifin, maka konsep

Imam al-Gazâlî relevan dengan tujuan pendidikan Islam yaitu agar

manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan potensi diri,

bermanfaat untuk orang lain dan masyarakat.

2. Membentuk manusia yang berakhlak al-karimah

Tujuan yang kedua ini sesuai dengan penegasan Athiyah al-

Abrasyi. Para pakar pendidikan Islam menurut Athiyah al-Abrasyi telah

sepakat bahwa tujuan dari pendidikan serta pengajaran bukanlah

memenuhi otak anak didik dengan segala macam ilmu yang belum mereka

ketahui, melainkan: a. mendidik akhlak dan jiwa mereka; b. menanamkan

rasa keutamaan (fadhilah); c. membiasakan mereka dengan kesopanan

yang tinggi; d. mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci

seluruhnya dengan penuh keikhlasan dan kejujuran. Dengan demikian,

tujuan pokok dari pendidikan Islam menurut Athiyah al-Abrasyi ialah

mendidik budi pekerti dan pembentukan jiwa. Semua mata pelajaran

haruslah mengandung pelajaran-pelajaran akhlak, setiap pendidik haruslah

memikirkan akhlak dan memikirkan akhlak keagamaan sebelum yang lain-

lainnya karena akhlak keagamaan adalah akhlak yang tertinggi,

sedangkan, akhlak yang mulia itu adalah tiang dari pendidikan Islam.25

Dengan demikian berdasarkan pendapat Athiyah al-Abrasyi relevan

dengan tujuan pendidikan Islam yaitu membentuk manusia yang berakhlak

al-karimah

3. Membentuk manusia yang cerdas dalam iman dan taqwa

24

Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm.

121 25

Muhammad 'Athiyyah al-Abrasyi, al-Tarbiyah Al-lslamiyyah, Terj. Abdullah Zakiy

al-Kaaf, "Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan Islam", (Bandung: Pustaka Setia, 2003), hlm. 13.

Page 91: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

81

Butir yang ketiga yang menjadi tujuan dari konsep sabar Imam al-

Gazâlî ini senafas dengan pendapat Ahmad Tafsir, menurutnya, tujuan

umum pendidikan Islam ialah a. muslim yang sempurna, atau manusia

yang takwa, atau manusia beriman, atau manusia yang beribadah kepada

Allah; b, muslim yang sempurna itu ialah manusia yang memiliki: (1)

akalnya cerdas serta pandai; (2) jasmaninya kuat; (3) hatinya takwa kepada

Allah; (4) berketerampilan; (4) mampu menyelesaikan masalah secara

ilmiah dan filosofis; (5) memiliki dan mengembangkan sains; (6) memiliki

dan mengembangkan filsafat; (7) hati yang berkemampuan berhubungan

dengan alam gaib.26

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

tujuan pendidikan Islam adalah untuk membangun dan membentuk

manusia yang berkepribadian Islam dengan selalu mempertebal iman dan

takwa sehingga bisa berguna bagi bangsa dan agama.

Pendidikan Islam ialah segala usaha Untuk memelihara dan

mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya manusia yang ada

padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil).27

Karena

itu tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya insan kamil yang di

dalamnya memiliki wawasan yang kaffah (utuh/lengkap/menyeluruh).28

Sejalan dengan itu menurut Arifin tujuan terakhir pendidikan Islam yaitu

penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah.29

Tujuan pendidikan Islam

seperti ini sesuai pula dengan Konferensi Dunia Pertama tentang

Pendidikan Islam (1977) berkesimpulan bahwa tujuan akhir pendidikan

Islam adalah manusia yang menyerahkan diri secara mutlak kepada

Allah.30

26

Ahmad Tafsir, llmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2004), hlm. 50-51. 27

Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 28. 28

Abdul Mujib dan Yusuf Muzakir, llmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media,

2007), hlm. 83. 29

Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 28. 30

Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2006), hlm. 48.

Page 92: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

82

Jadi berdasarkan pendapat Ahmad Tafsir, maka konsep sabar Imam

al-Gazâlî relevan dengan tujuan pendidikan Islam yaitu membentuk

manusia yang cerdas dalam iman dan taqwa.

Page 93: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

83

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan uraian dalam bab pertama sampai keempat, maka dapat

diambil kesimpulan:

1. Dalam perspektif Imam al-Ghazali bahwa sabar merupakan suatu konsep

utama yang harus dilalui dan dijalani oleh setiap orang yang beriman.

Kesabaran merupakan ciri khas orang yang mengaku dirinya muslim dan

beriman. Tanpa kesabaran maka seluruh dimensi yang ada dalam diri

manusia itu tidak mungkin dapat dikendalikan. Manusia sebagai makhluk

yang sempurna diberi sejumlah potensi yang harus dikembangkan. Seiring

dengan potensi itu maka manusia diberi nafsu. Masalahnya nafsu itu tidak

bisa ditiadakan namun harus dijinakkan oleh manusia agar nafsu itu dapat

dikendalikan. Salah satu sarana untuk mengendalikan nafsu itu adalah

melalui suatu proses yang disebut sabar.

2. Hubungan konsep sabar menurut Imam al-Gazâlî dengan tujuan

pendidikan Islam sebagai berikut: pendidikan Islam ialah segala usaha

untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya

manusia yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya

(insan kamil). Karena itu tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya

insan kamil yang di dalamnya memiliki wawasan yang kaffah

(utuh/lengkap/menyeluruh). Sejalan dengan itu menurut Arifin tujuan

terakhir pendididikan Islam yaitu penyerahan diri sepenuhnya kepada

Allah. "Kata penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah" dalam bahasa

agama disebut tawakkal yang dicerminkan oleh sikap sabar. Tujuan

pendidikan Islam seperti ini sesuai pula dengan Konferensi Dunia Pertama

tentang Pendidikan Islam (1977) berkesimpulan bahwa tujuan akhir

pendidikan Islam adalah manusia yang menyerahkan diri secara mutlak

kepada Allah.

Page 94: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

84

B. Saran-saran

Dengan memperhatikan konsep Imam al-Gazâlî tentang sabar, maka

saran yang dapat dikemukakan antara lain: bahwa perlu adanya peningkatan

pemahaman terhadap masyarakat tentang sabar yang pada hakikatnya dapat

membangun manusia seutuhnya. Agar adanya kesamaan dalam pandangan,

maka menjadi tugas ulama dan para pendidik sebagai ujung tombak syi'ar

Islam dalam mensosialisasikan manfaat sabar sebagai sebuah kebutuhan bagi

manusia untuk mengenal dirinya dan pada puncaknya untuk mengenal Yang

Maha Kuasa.

C. Penutup

Tiada puja dan puji yang patut dipersembahkan kecuali kepada Allah

Swt yang dengan karunia dan rahmat-Nya telah mendorong penulis hingga

dapat merampungkan tulisan yang sederhana ini. Dalam hubungan ini sangat

disadari sedalam-dalamnya bahwa tulisan ini dari segi metode apalagi

materinya jauh dari kata sempurna.

Page 95: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005).

Aghnides, Nicolas P., The Background Introduction To Muhammedan Law, (New

York: Published by The Ab. "Sitti Sjamsijah" Publishing Coy Solo, Java,

with the authority – license of Columbia University Press)

Al-Abrasyi, Muhammad 'Athiyyah, al-Tarbiyah Al-Islamiyyah, Terj. Abdullah

Zakiy al-Kaaf, "Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan Islam", (Bandung:

Pustaka Setia, 2003).

Ali, Maulana Muhammad, The Religion of Islam, (USA: The Ahmadiyya

Anjuman Ishaat Islam Lahore, 1990).

al-Khatib, Muhammad 'Ajaj, Usul al-Hadis 'Ulumuh wa Mustalah, (Beirut: Dar

al-Fikr, 1989).

Al-Qardawi, Yusuf, al-Qur'an Menyuruh Kita Sabar, Terj. Aziz Salim Basyarahil,

(Jakarta: Gema Insani Press, 1990).

---------, Pro-Kontra Pemikiran Al-Gazâlî, Terj. Achmad Satori Ismail, (Surabaya:

Risalah Gusti, 1997).

Amin, Husayn Ahmad, Seratus Tokoh Dalam Sejarah Islam, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2003).

Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003).

---------, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003)

Bastaman, Hanna Djumhana, Integrasi Psikologi Dengan Islam; Menuju

Psikologi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Dana Yayasan Insani,

2001)

Boy, Pradana, Filsafat Islam: Sejarah, Aliran dan Tokoh, (Malang: UMM Press,

2003).

Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif,

(Jakarta: Rineka cipta, 200).

Fuchan, Arief dan Agus Maimun, Studi Tokoh: Melode Penelitian Mengenai

Tokoh, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005).

AlGhazali, Abu Hamid Muhammad, Ihya Ulum ad-Din, Jilid VII, (Semarang: CV

Asy-Syifa, 1994).

Page 96: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

Hanafi, Ahmad, Pengantar Filsafat Islam, (Yogyakarta: Bulan Bintang, 1990)

Hassan, Abdillah F, Tokoh-Tokoh Mashur Dunia Islam, (Surabaya: Jawara, 2004).

Ilyas, Yunahar, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: LPPI, 2004).

Iqbal, Muhammad, 100 Tokoh Islam Terhebat dalam Sejarah, (Jakarta: Intimedia

& Ladang Pustaka, 2001).

Jauhari, Muhammad Rabbi Muhammad, Keistimewaan Akhlak Islami, terj.

Dadang Sobar Ali, (Bandung: Pustaka Setia, 2006).

Jauziyah, Ibnu Qayyim, Madarijus Salikin, Pendakian Menuju Allah: Penjabaran

Konkrit: Iyyaka Na'budu wa Iyyaka Nasta'in. Terj. Kathur Suhardi,

(Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2003).

Mahmud, Abd Halim, Penyelamat Dari Kesesatan, Terj. Abdullah Zakiy Al-Kaaf,

(Bandung: Pustaka Setia, 2001).

Mubarok, Achmad, Psikologi Qur’ani, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001).

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan

Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002).

---------, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2004).

Muhammad, Hasyim, Dialog Antara Tasawuf Dan Psikologi; Telaah Atas

Pemikiran Psikologi Humanistik Abrahan Maslow, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2002)

Mujib, Abdul, dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana,

2006).

Mustofa, A., Filsafat Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1997)

Nahlawi, Abdurrahman, Prinsip-Prinsip dan Metoda Pendidikan Islam dalam

Keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat, (Bandung: CV.Diponegoro,

1996).

Nata, Abudin, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003)

Najati, Muhammad Utsman, Psikologi dalam al-Qur'an, Terapi Qur'ani dalam

Penyembuhan Gangguan Kejiwaan, Terj. Zaka al-Farisi, (Bandung: CV

Pustaka Setia, 2005).

Nasution, Yunan, Pegangan Hidup, 3, (Solo: Ramadhani, 1999).

Page 97: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

Natsir, Muhammad, Fiqhud Da'wah, (Jakarta: Media Da'wah, 2000).

Al-Qattan, Manna Khalil, Mabahis fi Ulum al-Qur'an, (Mansurat al-A'sr al-Hadis,

1973).

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam , (Jakarta: Kalam Mulia, 1994).

Saleh, Abdur Rahman, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi,

(Jakarta: PT Gemawindu Pancaperkasa, 2000).

Shihab, M. Quraish, Secercah Cahaya Ilahi, (Bandung: Mizan, 2007).

Shihab, Quraish, Membumikan Al-Qur'an; Fungsi dan Peran Wahyu Dalam

Kehidupan Masyarakat,(Bandung: Mizan, 1994)

---------, Wawasan Al-Qur'an; Tafsir Maudhu'i Atas Berbagai Persoalan Umat,

(Bandung: Mizan, 1997)

Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Toha Putra, 1993).

Solihin, Tokoh-Tokoh Sufi Lintas Zaman, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2003).

Tafsir, Ahmad, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2006).

---------, llmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2004).

Undang-Undang RI No. 20/2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta:

BP. Cipta Jaya, 2003).

Zahrah, Muhammad Abu, Usûl al-Fiqh, (Cairo: Dâr al-Fikr al-‘Arabi, 1958).

Al-Zarnuji, Syaikh, Ta’lim al-Muta’alim Tariq al-Ta’allum, Terj. Abdul Kadir al-

Jufri, (Surabaya: Mutiara Ilmu, 1995).

Az-Zuhaili, Wahbah, Al-Qur’an dan Paradigma Peradaban, Terj. M.Thohir dan

Team Titian Ilahi, (Yogyakarta: Dinamika,1996).

Page 98: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Amin Husni

Tempat / Tanggal Lahir : Semarang, 16 Oktober 1985

Alamat Asal : Jl. Sendangguwa raya RT 9 RW 9 Gemah

Pedurungan Semarang

Pendidikan : - MI Ad-Dainuriyyah lulus th. 1998

- SMP Walisongo 1 Semarang lulus th. 2001

- SMA Sultan Agung 1 Semarang lulus th. 2004

- Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

Angkatan 2004

Demikianlah daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat

dipergunakan sebagaimana mestinya.

Amin Husni

Page 99: RELEVANSI KONSEP IMAM AL-GAZÂLÎ TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Kajian ini menunjukkan bahwa (1) Menurut Imam Al-Gazali, Allah telah

BIODATA DIRI DAN ORANG TUA

Nama : Amin Husni

NIM :

Alamat :

Nama orang tua : Bapak Kasnawi dan Ibu Samiyatun

Alamat :