relevansi calon perseorangan pada pilkada dalam …€¦ · tersebar di beberapa kecamatan dan...

115
RELEVANSI CALON PERSEORANGAN PADA PILKADA DALAM DEMOKRASI INDONESIA (Studi Tentang: ANALISA KEKALAHAN PASANGAN CALON OBON TABRONI BAMBANG SUMARYONO) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Ahmad Syahrul Fadhil NIM: 1112112000029 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018

Upload: others

Post on 18-Oct-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

RELEVANSI CALON PERSEORANGAN PADA PILKADA DALAM

DEMOKRASI INDONESIA (Studi Tentang: ANALISA KEKALAHAN

PASANGAN CALON OBON TABRONI – BAMBANG SUMARYONO)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Sebagai Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Ahmad Syahrul Fadhil

NIM: 1112112000029

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2018

i

RELEVANSI CALON PERSEORANGAN PADA PILKADA DALAM

DEMOKRASI INDONESIA (STUDI TENTANG: ANALISA KEKALAHAN

PASANGAN CALON OBON TABRONI – BAMBANG SUMARYONO)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Ahmad Syahrul Fadhil

1112112000029

Pembimbing

Dra. Gefarina Djohan M.A

NIP: 19631024 199903 2 001

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Ahmad Syahrul Fadhil

NIM : 1112112000029

Program Studi : Ilmu Politik

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul :

RELEVANSI CALON PERSEORANGAN PADA PILKADA DALAM

DEMOKRASI INDONESIA (STUDI TENTANG: ANALISA KEKALAHAN

PASANGAN CALON OBON TABRONI – BAMBANG SUMARYONO)

Dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.

Jakarta, 21 Mei 2018

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Program Studi Pembimbing

Dr. Iding Rosyidin, M. Si Dra. Gefarina Djohan M.A

NIP: 19701013 200501 1 003 NIP: 19631024 199903 2 001

iii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

RELEVANSI CALON PERSEORANGAN PADA PILKADA DALAM

DEMOKRASI INDONESIA (STUDI TENTANG: ANALISA KEKALAHAN

PASANGAN CALON OBON TABRONI – BAMBANG SUMARYONO)

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya kemudian

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 21 Mei 2018

Ahmad Syahrul Fadhil

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

RELEVANSI CALON PERSEORANGAN PADA PILKADA DALAM

DEMOKRASI INDONESIA (STUDI TENTANG: ANALISA KEKALAHAN

PASANGAN CALON OBON TABRONI – BAMBANG SUMARYONO)

Oleh

Ahmad Syahrul Fadhil

1112112000029

Telah dipertahankan dalam siding ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Pada Tanggal 21 Mei

2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Sosial (S.sos) pada Program Studi Ilmu Politik.

Ketua, Sekertaris

Dr. Iding Rosyidin Suryani, M. Si

NIP. 19701013 200501 1 003 NIP. 19770424 200710 2 003

Penguji 1 Penguji II

Dr. Haniah Hanafie, M. Si Adi Prayitno, M. Si

NIP. 19610524 200003 2 002 NIP.

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada 21 Mei 2017

Ketua Program Studi Ilmu Politik

Dr. Iding Rosyidin Hasan

NIP. 19701013 200501 1 003

iv

ABSTRAK

Skirpsi ini membahas mengenai relevansi calon perseorangan pada Pilkada

dalam demokrasi Indonesia studi tentang: pasangan calon Obon Tabroni dan

Bambang Sumaryono. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa apakah calon

perseorangan atau perseorangan relevan terhadap demokrasi di Indonesia khususnya

di Pilkada. Selain itu apa yang melatar belakangi calon perseorangan ini ikut serta

pada Pilkada di Kabupaten Bekasi 2017. Penelitian ini dilakukan melalui studi

pustaka dan wawancara. Peneliti menemukan, bahwa calon perseorangan ini di

dukung oleh beberapa kelompok seperti Buruh, LSM, Ormas dan lain sebagainya,

serta Komunitas-komunitas yang ada di Kabupaten Bekasi ini yang melatar belakangi

pasangan Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono dapat maju menjadi kandidat di

Pilkada Kabupaten Bekasi secara perseorangan. Selain itu Obon dan Bambang

memiliki tim yang solid dan terorganisir tim tersebut tergabung di dalam Tim 9 yang

tersebar di beberapa Kecamatan dan Desa. Pada proses Pilkada calon perseorangan

ini mampu mengumpulkan sekitar 156 ribu KTP dengan jumlah DPT sekitar

1.974.831. Jumlah KTP tersebut menjadi syarat dalam Pilkada, aturan tersebut sudah

di atur dalam Undang-undang Nomor 10 tahun 2016 yang disebutkan dalam Undang-

undang tersebut bahwa minimal sekurang-kurangnya 3% dari jumlah pemilih. Obon

Tabroni dan Bambang Sumaryono kalah dalam Pilkada akan tetapi calon

perseorangan ini dianggap cukup kuat dan pada kenyataanya mampu bersaing dengan

kandidat lain. Ada lima faktor yang membuat calon perseorangan ini kalah,

kurangnya finansial dan logistik, intervensi lebih dari kepala desa, administrasi yang

cacat, pembelokan atau penggembosan suara dan kurangnya lapisan kedua. Calon

perseorangan ini harus diberikan apresiasi karena baru ada calon perseorangan yang

maju dalam Pilkada di Kabupaten Bekasi dan calon perseorangan ini menjadi contoh

yang baik untuk masyarakat Indonesia khususnya di Kabupaten Bekasi karena

ternyata masyarakat biasapun bisa ikut serta dalam pesta politik bukan hanya orang-

orang yang berduit saja dan orang-orang yang memiliki kekuasaan saja.

Krangka teoritis yang digunakan dalam skripsi ini adalah demokrasi, Pemilu

dan Pilkada. Dari hasil analisa dengan menggunakan teori tersebut dapat disimpulkan

bahwa calon perseorangan ini masih sesuai dengan teori demokrasi yang mana pada

prakteknya calon perseorangan ini mampu mencalonkan diri di Pilkada, karena calon

perseorangan ini mampu bersaing dan berkontestasi untuk memperoleh suara dari

masyarakat yang memiliki hak suara. Selain menggunakan teori partisipasi politik

dan konsep Pilkada. Calon perseorangan ini mengikuti prosedur yang sudah di atur di

dalam Pilkada dan calon perseorangan ini relevan dalam demokrasi di Indonesia. Dari

masing-masing teori tersebut sangat menopang untuk calon indepen ini dalam

mengkikuti kontestasi politik. Selanjutnya tulisan ini akan mengaitkan dengan

pencalonan Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono sebagai calon perseorangan.

Kata Kunci: Calon perseorangan, Pilkada, Relevansi dan Demokrasi.

vii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia yang

tidak terhingga banyakanya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan pada Nabi

Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang setia hingga

akhir zaman. Dengan mengucap Alhamdullilahi Robbil ‘alamin penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul RELEVANSI CALON PERSEORANGAN

PADA PILKADA DALAM DEMOKRASI INDONESIA (STUDI TENTANG:

PASANGAN CALON OBON TABRONI – BAMBANG SUMARYONO).

Dalam penyelsaian Skrpsi ini tidak terlepas dari pengetahuan keilmuan penulis

dapatkan dari berbagai sumber, selain itu tidak lupa pula terimakasih atas bimbingan,

bantuan, nasehat, doa, dan dukungannya. Kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Zulkifli, MA Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Iding Rosyidin, M.Si Ketua Program Studi Ilmu Politik dan Suryani M.Si

Sekretaris Program Studi Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sudah

memberikan arahan serta masukan atas penyusunan skripsi.

3. Dra. Gefarina M.A Selaku dosen Pembimbing yang telah bersedia menyediakan

waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan saran dan masukan terhadap

proses penyusunan skripsi ini

4. Kedua Orang tua yang sangat saya cintai dan sayangi, Ayahanda M.Ridwan

Abdullah, S.Ag dan ibunda Sri Mulyani S.Pd.I yang telah medoakan, mendukung,

dan menjadi motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini, tanpa kalian saya tidak

akan bisa sampai ke tahap ini.

5. Kepada abang saya yang sangat banggakan, abangda Ahmad Farhan Subhi, S.Sy,

S.H.,M.H. dan adik saya Ahmad Syahroni Fadhil S.H yang selalu mendukung dan

mendoakan saya selama penulisan skripsi ini terselesaikan.

viii

6. Tak lupa ucapan terimakasih kepada seluruh sahabat-sahabat PMII Komfisip, yang

mendukung untuk saya agar cepat menyelesaikan Skripsi ini. terkhusus sahabat-

sahabat seperjuangan saya Miftahusurur, Ade Prasetyo, Andre Albar, Renaldy

Akbar, Andra Remon, Akbar Faqih, M. Naufal, Kholisi eki, Syarah Annisa,

Faturahman Kentung, Habibi Fahmi dan seluruh sahabat-sahabat lainnya yang

mensuport saya dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Selain itu ucapan

terimakasih kepada angakatan ilmu politik 2013 dan 2014 ical asnawi, vilarian

burhan, cinko, kikoy, padlan, topan, adit, tebo, Ervin, robit dan semuanya. Kosant

Jati Daniel Adepti, Ival, Mulya Abdul Aziz yang selalu menemani dan meluruskan

tulisan saya.

7. Sahabat-sahabat PMII Cabang Ciputat Ketua Umum Abdurahman Wahid,

Sekertaris Umum Bama Pradika, serta jajaran BPH Wahid Hasyim, Arsyad

Prodigi, Arman, Nita lisdiani, Slivia, Dani Penyok yang selalu mendukung dan

memberikan semangat dan dukungan kepada Penulis sehingga penelitian ini

terselesaikan.

Akhir kata, atas jasa dan bantuan semua pihak yang telah membantu &

memberikan masukan, semoga Allah memberikan balasan yang berlipat. Penulis

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kalangan akademis, masyarakat

serta para pembaca kalangan umumnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Jakarta, Mei 2018

Ahmad Syahrul Fadhil

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………… i

PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………………….. ii

LEMBAR PERNYATAAN……………………………………………………iii

LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………….iv

ABSTRAK…………………………………………………………………….. vi

KATA PENGANTAR………………………………………………………….vii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………... ix

DAFTAR TABEL………………………………………………………………xi

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………1

A. Pernyataan Masalah……………………………………………… 1

B. Pertanyaan Penelitian…………………………………………… 12

C. Tujuan dan Manfaat…………………………………………….. 12

D. Tinjuan Pustaka (Literature Review)............................................ 13

E. Metode Penelitian………………………………………………. 15

F. Sistematika Penulisan…………………………………………... 17

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP……………………….19

A. Teori Demokrasi …………………….…………………………..19

B. Teori Partisipasi Politik…………………………………………..25

C. Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)……..………………...……. 29

BAB III PROFIL OBON TABRONI DAN BAMBANG SUMARYONO

DAN KETETAPAN SEBAGAI CALON PERSEORANGAN

PADA PILKADA DI KABUPATEN BEKASI TAHUN

2017………………………………………………………………33

A. Profil Serta Visi dan Misi Obon Tabroni dan Bambang

Sumaryono……………………………………………………… 33

B. Aturan Mengenai Calon Perseorangan dalam Pilkada …………. 37

C. Ketetapan Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono Sebagai Calon

Perseorangan Pada Pilkada di Kabupaten Bekasi 2017….……… 42

BAB IV RELEVANSI DAN KEKALAHAN CALON

PERSEORANGAN MAJU DI PILKADA KABUPATEN

BEKASI 2017 DALAM KAITANYA DEMOKRATISASI

INDONESIA…………… 47

x

A. Relevansi Calon Perseorangan dalam Pilkada…………………. .47

B. Pasangan Calon Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono Maju

Menjadi Pasangan Perseorangan Pada Pilkada di Kabupaten Bekasi

Tahun 2017……………………………………………………… 71

C. Analisa Kekalahan Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono Pada

Pilkada Kabupaten Bekasi…...………………………………….. 82

BAB V PENUTUP……………………………………………………… 96

A. Kesimpulan……………………………………………………….96

B. Saran……………………………………………………………...98

Daftar Pustaka…………………………………………………………………. 99

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tabel Calon Perseorangan di Kabupaten Bekasi Dari Tahun 2007 –

2017............................................................................................................................10

Tabel 4.1 Tabel Calon Perseorangan dalam Pemilukada 2015…………………….. 58

Tabel 4.2 Tabel Calon Peseroangan pada Pemilukada 2017………………………...66

Tabel 4.3 Hasil Perolehan Suara Pilkada di Kabupaten Bekasi 2017………………………84

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Setiap bangsa yang merdeka dimulai pada awal abad ke 20 sudah mengenal apa

yang dimaksud dengan demokrasi. Keberadaan satu Negara dalam kaitannya dengan

demokrasi akan menyelenggarakan Pemilu sebagai salah satu sarana untuk

memberikan ruang partisipasi rakyat. Pemilu adalah upaya untuk sarana merilis

pejabat-pejabat publik di bidang legislatif dan eksekutif baik di pusat maupun di

daerah.1 Menurut David Bentham dan Kevin Boyle Pemilu adalah proses menyaring

calon pemimpin untuk rakyat, selain itu pemimpin yang di pilih oleh rakyat

seutuhnya kembali ke rakyat dan mementingkan kepentingan rakyat serta

bertanggungjawab atas tidakan-tidakanya.2 Degan demikian Pemilu menjadi media

demokrasi bagi masyarakat untuk memilih calon pemimpinya.

Pengertian mengenai Pemilihan Umum menurut Matori Abdul Djalil, Pemilu

adalah sebuah proses alih kepemimpinan dan kekuasaan dengan tujuan untuk

melahirkan pemimpin yang legitimatif. Selain itu Pemilu bisa di artikan sebagai

proses berjalanya kedaulatan rakyat di Negara dengan berlandaskan demokrasi.

Pemilu sebagai ruang formal untuk membentuk sebuah pemerintahan di Negara dan

1 Nanik Prasetyoningsih, “Dampak Pemilihan Umum Serentak Bagi Pembangunan Demokrasi

Indonesia,” Jurnal Media Hukum 21 (Desember 2014) : 242. 2 Nanik Prasetyoningsih, “Dampak Pemilihan Umum Serentak Bagi Pembangunan Demokrasi

Indonesia, 242.

2

masyarakat terlibat dalam membangun sebuah Negara yang demokratis, serta menjadi

filter kepercayaan bagi rakyat terhadap partai politik atau usur lain yang terlibat

didalam kontestasi Pemilu.3

Negara Indonesia sudah melakukan pemilu sejak tahun 1955 terlaksana secara

jujur dan adil, kriteria Pemilu di dasari dengan adanya Deklarasi Univrsal HAM dan

PBB ini menjadi standard internasional bagi setiap negara yang menjalankan Pemilu.4

Menyebutkan dasar pasal 21 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia 1984, ayat a

dan c berbunyi: Setiap warga negara memiliki hak berperan dan ikut serta terhadap

pemerintahan di negaranya, baik secara langsung atau tidak langsung, melalui

perwakilan yang terpilih secara legitimatif. Rakyat memiliki kehendak terhadap

kewenangan pemerintah, hak ini dinyatakan dalam Pemilu periodik yang murni

menurut hak pilih universal dan sama, serta proses penyelenggarannya dilakukan

melalui pemungutan suara rahasia atau prosedural dan pemungutan suara yang bebas

dan setara.5

Perjanjian hak politik dan sipil 1966 pasal 25 menyatakan bahwasaanya

kesamaan hak dan kesempatan setiap warga Negara, tanpa adanya diskriminasi dan

batasan yang tak wajar untuk terlibat dan berperan aktif dalam urusan publik, secara

langsung atau melalui wakil yang dipilih. Memilih dan dipilih dalam Pemilu yang

murni seharusnya didasarkan pada persamaan hak pilih yang sama dan dilakukan

3 Marulak Pardede, “Implikasi Sistem Pemilihan Umum Indonesia” Jurnal Rechts Vinding,

Media Pembinaan Hukum Nasional 3 (April 2014): 85. 4 Saefullah AMM, Quo Vadis Pemilu 2004: (Ciputat: Logos Wacana Ilmu , 2003), 23.

5 Saefullah AMM, Quo Vadis Pemilu 2004, 23.

3

dengan pemilihan rahasia, untuk menjamin kebebasan seseorang berekspresi dalam

memilih. keterkaitan antara sistem politik bangsa dengan bangsa yang lainya, yaitu

Deklarasi HAM, pasal 21 ayat 3 menyebutkan bahwa, kehendak rakyat harus menjadi

dasar otoritas sebuah pemerintahan.6

Berdasarkan Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum,

Menimbang; bahwasanya, perwujudan sistem ketatanegaraan yang demokratis dan

berintegritas demi menjamin konsistensi dan kepastian hukum serta pemilihan umum

yang efektif dan efisien. Pemilihan umum wajib menjamin tersalurkannya suara

rakyat secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.7 Kedua poin dalam

Undang-undang ini menjelaskan bahwasaanya Pemilu harus dijalankan dengan baik

dan benar, serta Pemilu dapat dimanfaatkan menjadi media bagi masyarakat, untuk

menyalurkan suaranya memilih calon pemimpin.

Dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 2015 Pasal 1 Ayat 4 tentang Pemilihan

Gubernur, Bupati, dan Walikota disebutkan bahwa Calon Bupati dan Calon Wakil

Bupati, Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota adalah peserta pemilihan yang

diusulkan oleh partai politik, gabungan partai politik, atau perseorangan yang

didaftarkan atau mendaftar di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten atau

Kota.8 Dengan Undang-undang di atas bahwasaanya pemilihan juga dilaksanakan

6 Saefullah AMM, Quo Vadis Pemilu 2004, 24.

7 UU Republik Indonesia No 7 tahun 2017, Tentang Pemilihan Umum.

8 UU Republik Indonesia No 8 tahun 2015 pasal 1 ayat 4, Pemilihan Gubernur, Bupati dan

Wlikota.

4

disetiap daerah, untuk memilih Gubernur, Bupati dan walikota dengan tujuan untuk

memilih calon pemimpin disetiap daerah.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua

Atas Undang-undang Nomor 1 tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur,

Bupati dan Walikota Menjadi Undang-undang pasal 7 ayat 1 menyebutkan: (1) setiap

warga Negara memiliki kesempatan yang sama untuk mencalonkan diri dan

dicalonkan sebagai Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur Calon Bupati dan

Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota.9

Menurut Bowman dan Hampton pemerintahan daerah yang demokratis yaitu

suatu pemerintah yang berlandaskan demokrasi dari rakyat yang terwujud dalam

bentuk pemerintah daerah yang reprsentatif. Pemerintah daerah yang represntatif

adalah suatu pemerintah memiliki unsur yang bernilai seperti kemerdekaan,

persamaan, persaudaraan, pertanggungjawaban politik dan partisipasi.10

Pada tahun 2010 telah dilaksanakan Pilkada untuk pemilihan Gubernur dan

Wakil Gubernur di tujuh Provinsi dan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati dan

Walikota dan Wakil Walikota di 237 Kota dan Kabupaten. Pilkada diinisiasikan oleh

9 UU Republik Indonesia No 10 Tahun 2016 Pasal 7 Ayat 1, Tentang Perubahan Kedua Atas

Undang-undang Nomor 1 tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota Menjadi Undang-

undang. 10

Leli Salman Al-fairi, “Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Secara Langsung, Sebuah

Pilihan Model Pemerintahan Daerah Demokratis” Jurnal Aspirasi 1 (Februari 2011): 6.

5

Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dengan tujuan

terjadi perbaikan dan peningkatan kualitas kehidupan demokrasi di Indonesia.

Terkhusus pada pemerintahan daerah. Hal ini ditunjukan dengan Pilkada yang

menjadi semangat dan nilai-nilai domokrasi subtansif di tingkat lokal. Dalam sistem

ini masyarakat diberikan kesempatan untuk menyuarakan atau memberikan suaranya

untuk kepentingan lokal dan menentukan pilihanya pada proses Pilkada.11

Pemilu di daerah sudah dilakukan sekian kalinya, pada prosesnya sama seperti

pemilihan di tingkat nasional seperti Pemilihan Presiden atau DPR. Pemilu di daerah

atau disebut dengan Pemilihan Kepala Daerah disingkat menjadi Pilkada dapat

memberikan nilai-nilai yang subtansif bagi masyarakat. Karena dalam pores Pilkada

menjadi pembelajaran untuk masyarakat. Hal ini diperjelas oleh Gerry Stoker

menurutnya Pemerintahan Daerah bersifat subtansif agar dapat memfasilitasi akses

sera tangkap terhadap masyarakat setempat, karena pemerintahan itu dekat dengan

masyarakat.12

Pilkada di tingkat Gubernur, Bupati dan Walikota, kita dapat melihat tokoh-

tokoh calon pemimpin yang berkontestasi. Pada Pilkada banyak sekali tokoh yang

bermunculan, ada yang maju melalui partai politik dan ada juga yang maju secara

perseorangan. Hal ini menunjukan demokrasi di negara Indonesia berjalan dengan

11

Leli Salman Al-fairi, “Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Secara Langsung, Sebuah

Pilihan Model Pemerintahan Daerah Demokratis, 7. 12

Leli Salman Al-fairi, “Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Secara Langsung, Sebuah

Pilihan Model Pemerintahan Daerah Demokratis, 6.

6

semestinya. Dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 59 ayat 1 tentang

Pemerintah Daerah, (1) peserta pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah

adalah pasangan calon yang diusulkan secara berpasangan oleh partai politik atau

gabungan partai politik.13

Calon Kepala Daerah dapat maju apabila ada dukungan

dari partai politik atau gabungan partai politik, ini menjadi salah satu syarat

masyarakat agar bisa maju dalam Pilkada. Selain itu dalam Undang-undang Nomor

12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintah Daerah.14

Bahwasaanya dalam Undang-undang tersebut

memberikan penegasan diperbolehkan untuk masyarakat yang ingin maju secara

perseorangan tanpa partai politik.

Pasal 41 Undang-undang Nomor 10 Tahun 2016 mengatur persyaratan

dukungan bagi calon perseorangan yang medaftarkan diri sebagai Gubernur Wakil

Gubernur, Walikota dan Wakil Walikota, Bupati dan Wakil Bupati. Di dasarkan pada

hitungan persentase dukungan yang menjadi landasan atas jumlah penduduk yang

telah mempunyai hak pilih dan tercatat dalam daftar calon pemilih tetap di daerah

yang bersangkutan terhitung dari pemilihan umum sebelumnya.15

Calon perseorangan menjadi sorotan dalam Pilkada karena calon perseorangan

setiap Pilkada sering bermunculan disetiap pemilihan kepala Daerah. Calon

13

UU Republik Indonesia No 32, Tahun 2004. Tentang Pemerintah Derah. 14

UU Republik Indonesia No 12 Tahun 2008, Perubahan Ke Dua Atas Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah. 15

Agus Budi Santoso, “Eksitensi dan Problematika Calon Perseorangan Dalam Pilkada di Tijau

Dari Prespektif Undang-undang Nomor 8 Tahun 2015”Refleksi Hukum 1 (Tb 2017): 149.

7

perseorangan ini menjadi sebuah solusi di tengah masyarakat yang kurang suka

dengan partai politik dan calon perseorangan ini bisa menjadi calon alternatif bagi

masyarakat.

Data dari KPU dalam Pilkada serentak tahun 2015 menunjukan dari 20

pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur, 2 diantaranya memilih maju secara

perseorangan. Untuk calon Bupati dan Wakil Bupati sejumlah 126 dari 676 pasangan

memilih maju perseorangan. Untuk Walikota dan Wakil Walikota ada 144 calon 28

diantaranya memilih maju secara perseorangan. Data ini menunjukan adanya

peningkatan calon kepala daerah yang maju sebagai calon perseorangan. Bahkan

tidak sedikit pula calon perseorangan yang meraih kemenangan di Pilkada serentak

tahun 2015.16

Hal ini menunjukan bahwasanya calon perseorangan masih dipercaya

terlebih oleh masyarakat yang kurang percaya dengan calon melalui partai politik.

Asumsi dari masyarakat calon yang maju melalui partai politik akan sama saja

apabila calon tersebut terpilih, akan tetapi calon yang maju secara perseorangan akan

lebih bisa mementingkan kepentingan rakyat. Terkhusus dalam mengambil sebuah

kebijakan.

Mishler dan Rose dua faktor yang memprediksi kepercayaan politik yaitu

institional theory dan cultural perspective menurutnya institional theory menjelaskan

bahwa institusi yang berjalan dengan baik akan menciptakan kepercayaan, sedangkan

16

Agus Budi Santoso, “Eksitensi dan Problematika Calon Perseorangan Dalam Pilkada di Tijau

Dari Prespektif Undang-undang Nomor 8 Tahun 2015, 149.

8

institusi yang tidak berjalandengan baik akan menciptakan ketidak kepercayaan dan

skeptis. Cultural prespective menjelaskan bahwa kepercayaan politik adalah

perpanjangan dari persoan itu sendiri trust atau kepercayaan interpersonal terbentuk

semenjak tahap kehidupan awal, yang nantinya terarah kepada institusi politik dan

proses penilainya terukur hal ini bisa menjadi sebuah kepercayan.17

Sesuai dengan banyaknya calon perseorangan yang muncul di setiap Pilkada.

Pada prosesnya calon tidak memiliki kepercayaan terhadap partai politik maka dari

itu calon perseorangan lebih memilih maju tanpa partai politik. Selain itu banyaknya

calon perseorangan yang muncul dalam Pilkada adanya dorongan dari masyarakat

secara langsung atau tidak langsung. Masyarakat lebih percaya dengan inpersonal

dari calon perseorangan tersebut karena pasangan calon perseorangan tidak terikat

dengan partai politik.

Calon perseorangan ini menjadai repersentatif bagi masyarakat terkhusus

Negara-negara yang menjalankan demokrasi. Indonesia memiliki aturan dalam

Undang-undang yang mengatur pencalonan di tingkat nasional ataupun lokal dan

aturan mengenai calon perseorangan sudah diatur di dalamnya. Ini menjadi relevan

terhadap demokrasi di Indonesia, karena pada prinsip demokrasi masyrakat berhak

mencalonkan atau dicalonkan bisa melalui partai atau perseorangan yang termaktub

di dalam Undang-undang Pemilu dan Undang-undang pemerintah daerah.

17

Johan Wahyudi, Mirra Noor Milla dan Hamdi Muluk, “Persepsi Keadilan Sosial dan

Kepercayaan Interpersonal Sebagai Prediktor Kepercayaan Politik Pada Mahasiswa di Indonesia”

Jurnal Pisikologi Sosial 15 (Tb 2017): 61

9

Syarat dan ketentuan menjadi kandidat perseorangan, tidaklah mudah, akan

tetapi harus memenuhi syarat dan melalui proses yang cukup panjang. Dalam hal ini

setiap calon kandidat perseorangan harus mempersiapkan pemberkasaan untuk

mendaftarkan diri di KPUD. Syarat yang paling penting adalah dukungan dari

masyarakat yang berupa KTP dan terhitung dari jumlah persentase DPT pemilih

sekurang-kurangnya 6-10%. Hal ini disebutkan di dalam Undang-undang Nomor 10

Tahun 2016 yang mana mengatur calon perseorangan.18

Kondisi seperti inilah yang terjadi pada Pilkada di Kabupaten Bekasi tahun

2017 yaitu pasangan calon Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono, dalam proses

Pilkada di Kabupaten Bekasi pasangan calon ini maju secara perseorangan. Dalam

hal ini pasangan Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono berhasil lolos menjadi

kandidat pada Pilkada di Kabupaten Bekasi. Pada kaitanya calon Perseorangan ini

berhasil mengumpulkan dukungan KTP sekitar 156 ribu dan KTP tersebut menjadi

syarat dalam pencalonan di Pilkada Kabupaten Bekasi.19

Pada proses pilkada di kabupaten bekasi, sebelumnya belum ada calon yang

maju secara perseorangan terhitung dari Pilkada tahun 2007 sampai 2017 calon

perseorangan belum menjadi artikulasi bagi masyarakat Kabupaten Bekasi. Di tahun

18

UU Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 41 Ayat 2, Tentang Perubahan Kedua

Atas Undang-undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Penetapan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota

Menjadi Undang-undang. 19

KoranPerjuangan.com, “Naik Forklif Obon dan Bambang Daftar ke KPUD”

https://www.koranperdjoeangan.com/naik-forklift-obon-bambang-daftar-ke-kpud/: Diunduh pada

tanggal 22 Mei 2018.

10

2017 baru ada calon perseorangan yang mengikuti kontestasi pilkada yaitu

diantaranya Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono. Dalam hal ini pasangan Obon

dan Bambang menjadi pemecah kebuntuan bagi masyarakat Kabupaten Bekasi, yang

mana masyarakat Kabupaten Bekasi membutuhkan pemimpin yang baru dan

merakyat terlebih mementingkan kepentingan rakyat.

Berikut nama-nama pasangan calon dan partai pengusung pada Pilkada di

Kabupaten Bekasi dari tahun 2007 sampai 2017:

Tabel 1.1

Tabel Calon Perseorangan di Kabupaten Bekasi Dari Tahun 2007 - 2017

NO Nama Pasangan calon Tahun Pilkada Pendukung

1

a) Sadudin dan Darip Mulyana

b) Saleh Manaf dan Omin Basuki

c) Mamet Rohmat dan Jajen Sayuti

d) Wikanda dan Daeng Muhamad

e) Munawar fuad dan Adhy

Firdaus

f) Nachrowi Solihin dan Solihin

Sari

2007

a) PKS

b) PPP

c) PDIP

d) PAN

e) Golkar

f) PD dan PKB

2

a) Sadudin Dan Jamalu lail Yunus

b) Neneng Hasanah Yasin Dan

Rohim Mintareja

c) Darip Mulyana Dan Jejen Sayuti

2012

a) PKS, PPP dan PKB

b) Golkar dan Demokrat

c) PDIP, Hanura,

Gerindra, PBB,PBR

dan PKP

3

a) Neneng Hasanah Yasin Eka

Supria Atmaja

b) SA’duddin Ahmad Dhani

c) Obon Tabroni Bambang

Sumaryono

d) Melina Kartika Kadir Abdul

Kholil

e) Lin Farihin dan Mahmud

2017

a) Golkar, PAN, PPP,

NASDEM dan

HANURA

b) PKS, GERINDRA dan

P.DEMOKRAT

c) Perseorangan

d) PDIP, PBB dan PKB

e) Perseorangan

Sumber: Dari dakta. com dan pikiran rakyat20

20

Dakta.com dan Pikiran Rakyat, “Pasangan Cagub dan Cawagub Perolehan Nomor Urut,

Ketetapan Calon Calon Pilkada di Kabupaten Bekasi,”

http://www.pikiranrakyat.com/politik/2011/12/22/170442/pasangan-cabup-cawabup-peroleh-nomor-

urut. Di Unduh pada Tanggal 29 Maret 2018.

11

Tabel diatas menunjukan bahwasaanya calon perseorangan ini relevan dalam

demokrasi di Indonesia khususnya pada Pilkada, keterkaitan atau keterlibatan calon

perseorangan ini menjadi hal yang baru dan perlu di apresiasi. Ini relevan dengan

demokrasi yang di antut oleh negara Indonesia. Calon perseorangan ini menunjukan

bahwa calon perseorangan bisa bersaing dan mampu berkontestasi dengan kandidat

lain. Akan tetapi pasangan calon Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono kalah

dalam Pilkada di Kabupaten Bekasi tahun 2017 tetapi hal ini telah menunjukan

bahwa pasangan calon tersebut memiliki keberanian dan mampu bersaing dengan

kandidat lain.

Hal ini menunjukan bahwasanya calon perseorangan ini relevan dalam Pilkada,

terlihat bahwa calon perseorangan ini mampu lolos pada tahap verifikasi calon dan

dinyatakan sebagai calon di Pilkada. Ini perlu adanya perhatian khusus, karena

keterlibatan calon perseorangan banyak dijumpai disetiap kontestasi Pilkada. Oleh

karna itu, peneliti tertarik ingin, meneliti pasangan calon tersebut.

Dengan demikian uraian diatas penulis sangat tertarik untuk mengadakan

penelitian mengenai Relevansi judul: ”RELEVANSI CALON PERSEORANGAN

PADA PILKADA DALAM DEMOKRASI INDONESIA (STUDI TENTANG:

ANALISA KEKALAHAN PASANGAN CALON OBON TABRONI –

BAMBANG SUMARYONO)

12

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, masalah

dapat di indentifikasi sebagai berikut:

1. Bagaimana relevansi calon perseorangan pada demokrasi di Indonesia?

2. Faktor Apa saja yang melatar belakangi Obon Tabroni dan Bambang

Sumaryono memilih maju lewat jalur perseorangan dan apa yang melatar

belakangi kekalahan pasangan Obon dan Bambang?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dan manfaat penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Tujuan Penelitian

1. Menjelasakan tentang apa saja yang melatar belakangi Obon Tabroni

dan Bamabang Sumaryono memilih maju secara perseorangan

2. Menggambarkan tentang relevansi calon inpenden Obon Tabroni dan

Bambang Sumaryono dalam Pilkada di Kabupaten Bekasi.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian

Diharapkan penelitian skripsi ini dapat memberikan kontribusi positif

bagi pengembangan ilmu politik khususnya memperluas tentang relevansi

calon perseorangan.

13

Manfaat Praktis

1. Memberikan pelajaran demokrasi bagi masyarakat adanya calon

perseorangan.

2. Untuk pengembangan ilmu politik khususnya kajian tentang Pilkada calon

perseorangan.

D. Tinjauan Pustaka

Penulis melakukan Studi Review terdahulu untuk memastikan Proposioning

serta menampakan posisi akademis dari penelitian yang dijalankan agar tidak

mengulang kembali kajian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelum ini:

Skripsi karangan Minmin Anwartina “Kemenangan Anton-Sutiaji (Aji)

Dalam Pemilihan Walikota (Pilwali) Kota Malang Tahun 2013” Dalam skripsi ini

terdapat beberapa kemiripan didalam pembahasan, diantaranya mengenai Pola

Strategi Kemenangan, dalam Skripsi ini membahas mengenai Proses kemenangan

Anton-Sutiaji yang Notabane partai Pengusungnya adalah partai kecil yang tidak

banyak Suara partainya. Perbedaannya dengan penelitaan yang akan Penulis tulis

adalah penulis lebih membahas mengenai proses pencalonan Pasangan calon maju

secara perseorangan serta bagaimana relevansinya dengan demokrasi di Indonesia.

Tesis karangan Irma Fitriana Ulfah “Calon Perseorangan Dalam Pilkada Di

Kabupaten Patih Tahun 2011” Dalam Tesis ini membahas persoalan Marketing

calon-calon perseorangan yang ada di Patih, akan tetapi dalam tesis ini lebih

14

membahas bagaimana mekanisme calon dalam kampanye agar dapat diterima

dimasyarakat. Pada Tesis diatas menjelaskan strategi kampanye mengenai calon-

calon perseorangan yang berada di Kota Patih, bagaimana isi tesis tersebut

mendeskripsikan mengenai kampanye-kampanye calon perseorangan. Berbeda

dengan Skripsi Penulis yang akan ditulis, penulis memfokuskan mengenai relevansi

serta bagaimana calon perseorangan ini bisa lolos kualifikasi bakal calon pada proses

Pilkada.

Skripsi Dalilah “Analisa Calon Perseorangan Dalam Pemilihan Kepala

Daerah (Pilkada) Kota Bandar Lampung Tahun 2015” Dalam Skripsi ini

mengetahui dan menganalisa motivasi dan strategi yang dimiliki pasangan calon

perseorangan, M yunus dan Ahmad Muslimin pada Pilkada Kota Bandar Lampung

pada tahun 2015. Perbedaannya dengan penelitaan yang akan penulis tulis adalah

penulis lebih membahas mengenai proses pencalonan pasangan calon maju secara

perseorangan serta bagaimana relevansinya dengan demokrasi di Indonesia

Dengan demikian banyak masalah pada pencalonan perseorangan pada Pilkada,

banyak calon-calon perseorangan yang bermunculan, apa yang mendasari calon

perseorangan ini menguat, bagaimana relevansinya dengan demokrasi di Indonesia.

Maka dari itu penulis ingin membahas mengenai ”RELEVANSI CALON

PERSEORANGAN PADA PILKADA DALAM DEMOKRASI INDONESIA

(STUDI TENTANG: ANALISA KEKALAHAN PASANGAN CALON OBON

TABRONI – BAMBANG SUMARYONO)

15

Pada pembahasan ini lebih terkonsentrasi pada permasalahan mengenai konsep

Pilkada dan relevansi calon perseorangan dalam demokrasi di Indonesia.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yaitu

sebagai prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa pernyataan tertulis. yang

mana pada penelitian ini menjawab dan menjelaskan secara mendalam mengenai

peristiwa, kejadian pada saat sekarang.21

Untuk memperoleh bahan yang diperlukan

didalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode kepustakaan yaitu

dengan cara membaca, mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang

menjadi pembahasan. Selain itu dalam penjabaran skripsi ini penulis menggunakan

cara meringkas dan wawancara agar mendapatkan data yang lengkap dan

mendalam.22

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bekasi. Sedangkan penelitian dilakukan

dengan cara bertahap hingga penelitian selesai.

3. Sumber Data

Dalam penyusunan ini penulis menggunakan dua jenis sumber data yaitu :

21

Prasetya Irwan, Logika dan Prosedur Penelitian (Jakarta: STIA-LAN Press, 2000), 61- 62 22

Nanang Martono, Metode Penelitian Sosial: Konsep-Konsep Kunci (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2015), 362.

16

a. Data Primer

Data Primer adalah data-data yang diperoleh langsung dari sumber

asli yang tidak melalui perantara. data berupa opini subjek atau individual

dan kelompok, hasil observasi dari suatu benda (fisik), kejadian atau

kegiatan dan hasil dari pengujian metode yang digunakan dalam

observasi.23

b. Data Sekunder

Data Sekunder merupakan data sumber penelitian yang diperoleh

peneliti secara tidak langsung melalui media perantara data sekunder

berupa bukti, catatan atau laporan historis yang tersusun didalam arsip

dan dipublikasikan atau tidak dipublikasikan. sumber data sekunder

diperoleh dari hal-hal yang berkaitan dengan penelitian, antra lain buku,

jurnal, artikel, Koran online, browsing data internet, dan berbagai

dokumen pribadi maupun resmi yang membahas tentang relevansi calon

perseorangan.24

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini dengan menggunakan metode

studi yaitu dengan:

23

Nanang Martono, Metode Penelitian Sosial: Konsep-Konsep Kunci , 363. 24

Nanang Martono, Metode Penelitian Sosial: Konsep-Konsep Kunci, 363.

17

a) Wawancara yaitu dengan mewawancarai objeknya secara langsung yang

akan dijadikan bahan penelitian.

b) Dokumentasi yaitu melihat data-data dan buku-buku yang dijadikan

objek penelitian.

5. Teknik Analisis Data

Seluruh data yang diperoleh kemudian disusun dan dianalisis secara sistematis

dengan menggunakan metode deskriptif analisis.

6. Teknik Penulisan

Adapun dalam teknik penulisannya, penulis mempergunakan teknik yang

biasa digunakan dalam karya ilmiah yang dalam hal ini berpedoman kepada buku

pedoman penulisan skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini direncanakan terdiri dari lima bab. Bab pertama tentang

pendahuluan yang mencakup pernyataan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan

manfaat, tinjaun pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab kedua

tentang krangka teori dan konsep. Bab ketiga tentang profil calon Obon Tabroni dan

Bambang Sumaryono dan ketetapan sebagai calon perseorangan pada Pilkada di

Kabupaten Bekasi tahun 2017. Bab keempat tentang relevansi calon perseorangan

dalam demokrasi di Indonesia dan menjelaskan Obon Tabroni dan Bambang

18

Sumaryono maju secara perseorangan di Pilkada Kabupaten Bekasi tahun 2017. Bab

kelima penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

19

BAB II

KRANGKA TEORI DAN KONSEP

A. Teori Demokrasi

Demokrasi berasal dari kata yunani yaitu demos yang berarti rakyat dan kratos

yang berarti kekuasaan atau berkuasa bisa disebut dengan rakyat berkuasa.1

Demokrasi dapat diartikan sebuah bentuk atau sistem pemerinthan yang pada

umumnya melibatkan rakyat, atau dengan perantara dari keterwakilan rakyat.

Gagasan ini mengutamakan persamaan dan hak kewajiban atas perlakuan yang sama

atas semua warga Negara.2 Dengan kata lain demokrasi memberikan kebebasan bagi

masyarakat untuk memberikan sumbangsih pemikiran atau suaranya tanpa ada

tekanan dari pihak manapun.

Demokrasi merupakan ruang lingkup yang luas apapun bentuknya, setiap

negara yang menganut sistem demokrasi memiliki fenomena yang sangat menarik di

bicarakan. Negara Indonesia merupakan negara yang menjalankan sistem demokrasi,

proses demokrasi di Indonesia tidak luput dengan nilai subtansinya dan berjalan

sesuai dengan aturan yang sudah disepakati. Demokrasi memiliki makna bahwa

1Ardhyanta Sivadabert Purba, “Potret Pandangan Akademisi di Jurnal FISIP UGM Mengenai

Permasalahan Demokrasi di Indonesia”, Jurnal Politik Muda 4 (Januari-Maret 2014): 6. 2Kamus Online, Kamus Besar Bahasa Indonesia https://www.kbbi.web.id/demokrasi. diunduh

pada tanggal 30 Maret 2018.

20

setiap masyarakat mensepakati makna dari demokrasi itu sendiri, akan tetapi proses

demokrasi harus berjalan dengan baik dan sesuai. Demokrasi yang kuat harus sesuai

dengan kehendak pada rakyat dengan tujuan untuk mencapai kebaikan atau

kemaslahatan bersama. Inilah makna dari demokrasi, oleh karna itu demokrasi mesti

berkaitan dengan persoalan keterwakilan rakyat.3

Menurut Jean Jaques Rousseau dalam Thalha demokrasi adalah sebuah tahapan

yang harus dijalankan oleh sebuah Negara yang menganut demokrasi dengan tujuan

untuk mendapatkan sebuah kesejahteraan. Demokrasi bagi sebuah Negara merupakan

unsur penting karena sistem demokrasi memberikan pembelajaran menuju

perkembangan ketatanegaraan yang lebih sempurna.4

Transisi demokrasi dimulai antara tahun 1974 dan tahun 1990. Dalam hal ini

demokrasi menjadi bentuk dalam pemerintahan, secara konsep demokrasi terjadi

karena pergolakan revolusioner masyarakat barat pada akhir abad ke 18. Hal ini

menunjukan bahwasaanya demokrasi menjadi bentuk pemerintahan yang

didefinisikan berdasarkan aturan atau wewenang bagi pemerintahan dengan tujuan

untuk membentuk pemerintahan yang prosedural dan melayani masyarakat.5

Menurut Joseph Schumpeter dalam Sistem pemerintahan pemimpin lahir dari

dasar kelahirannya atau latar belakangnya seperti keturunan, kekayaan, atau

3HM. Thalhah, “Teori Demokrasi Dalam Wacana Ketatanegaraan Perspektif Pemikiran Hans

Kelsen,” Jurnal Hukum 16 (Juli 2009): 413. 4HM. Thalhah, “Teori Demokrasi Dalam Wacana Ketatanegaraan Perspektif Pemikiran Hans

Kelsen, 415. 5A. Setiawan Abadi, Gelombang Demokratisasi Ketiga (Jakart: PT Pustaka Utama Grafiti), 4.

21

pengetahuan yang dimilikinya. Prosedur didalam demokrasi adalah pemilihan para

pemimpin yang dipilih secara kompetitif oleh rakyat dan menghasilkan pemimpin

untuk pemerintahan, dengan tujuan untuk menjalankan sebuah pemerintahan. Selain

itu menurut Joseph demokrasi adalah metode prosedur kelembagaan untuk mencapai

keputusan bersama yang didalamnya melibatkan individu-individu dengan tujuan

memperoleh kekuasaan melalui proses kompetitif dalam memperoleh suara rakyat.6

Proses demokrasi seperti ini mendefinisikan sistem politik pada abad ke-20

sebagai bentuk demokratis. Sistem ini dipilih melalui pemilihan umum yang adil,

jujur dan berkala, dalam sistem ini calon bisa berkontestasi dan bersaing untuk

memperoleh suara dari penduduk atau masyarakat yang memiliki hak suara, dapat

disebut dengan msyarakat yang dewasa. Demokrasi seperti ini mengandung dua

dimensi yaitu kontes dan partisipasi hal ini yang sangat menentukan bagi demokrasi

atau poliarki yang dikemukakan oleh Robert Dahl dalam Setiwan Abdi.7

Setiap Negara memiliki aturan dan memiliki sistem didalam Negaranya, setiap

Negara yang merdeka memiliki hak dan kewenangan dalam mengambil kebijakan

didasarkan dengan landasan Negara tersebut. Negara Indonesia menganut sistem

6A. Setiawan Abadi, Gelombang Demokratisasi Ketiga, 5.

7A. Setiawan Abadi, Gelombang Demokratisasi Ketiga, 6.

22

Demokrasi terhitung sejak Pemilu pertama di tahun 1955 setelah 10 tahun Indonesia

merdeka.8

Negara Indonesia sudah menjalankan demokrasi hal ini mengacu pada aturan

UUD 1945, yang mana sangat jelas sudah dimuat pada pembukaan Undang Undang

Dasar yang berbunyi “Kerakyatan yang di Pimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan

Dalam Permusyawaratan Perwakilan” hal ini sangat jelas bahwasannya Negara

Indonesia sangat demokratis kerakyatan dan permusyawaratan maksudnya adalah

kerakyatan (daulat rakyat) dan permusyawaratan (kekeluargaan).9

Pemilihan Umum 1955 memiliki tujuan yaitu untuk memilih konstituante dan

DPR untuk menyusun Undang-undang Dasar. dengan Pemilu ini bisa

menyempurnakan konstituante dan menyempurnakan Undang-undang Dasar yang

masih bersifat sementara. Dalam Sebuah pidato Sukarno yang di sampaikan pada 17

Agustus 1945 dalam isi pidatonya menyampaikan, Pemilu hanyalah satu jalan

penyempurnaan secara demokratis dengan tujuan untuk melanjutkan usaha

pelaksanaan cita-cita revolusi nasional.10

Demokrasi merupakan salah satu upaya untuk membangun pemerintahan yang

lebih baik karena dalam prosesnya menyatukan kesamaan antara kelompok dan

8Sejarah Pemilu di Indonesia dan Hasil Pemilu Tahun1955, 1971, 1977, 1982, 1999 dan 2005

http://www.landasanteori.com/2015/10/sejarah-pemilu-di-indonesia-dan-hasil.html. diunduh pada

tanggal 30 Maret 2018. 9Pemimpin MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR Periode 2009-20014, Empat Pilar Kehidupan

Berbangsa dan Bernegara (Jakarta: Sekretariat Jendral MPR RI, 2012), 68. 10

Herberth Feith dan Lance Castles, Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965, 62.

23

golongan. Pada konsepnya demokrasi harus melibatkan rakyat untuk ikut serta dalam

memerintah baik secara langsung atau tidak langsung. Dengan kata lain demokrasi

menunjukan pada parakteknya atau sistem untuk menjalankan kedaulatan rakyat.

Secara garis besar demokrasi dalah konsep suatu negara yang menjalankan

pemerintahanya.11

Dalam sebuah penyelenggaraan demokrasi, sistem ini merupakan unsur yang

sangat penting, hal ini digaris bawahi dengan adanya keberlangsungan kehidupan

bernegara. Kaitanya dengan konsep pemerintahan memiliki unsur-unsur yang saling

berhubungan antara rangkaian dan capaian. Tujuannya adalah menjamin

keberlangsungan eksitensi unsur-unsur yang ada pada negara tersebut. Dengan kata

lain antara pemerintahan dengan masyarakat harus saling berkaitan.12

Hal ini di pertegas oleh Almond dan Verba dalam David Held, bahwa sebuah

konsensus yang paling mendasar adalah nilai-nilai politik secara umum yang

mensepakati bahwasaanya dalam demokrasi harus ada persamaan, prestasi dan

prosedur yang mana hal tersebut akan memberikan legitimasi terhadap susunan sosial

dan politik saat ini.13

Dalam hal ini demokrasi harus memiliki prosedur yang jelas

11

Efriza Yoyoh Rohaniah, Pengantar Ilmu Politik:Kajian Mendasar Ilmu Politik (Malang:

Instrans Publishing, 2015), 261. 12

Muliadi Anangkota, “Klafikasi Sistem Pemerintahan Prespektif Pemerintahan Moderen

Kekinian, Jurnal Ilmu Pemerintahan 3 jurnal.unpad.ac.id/cosmogov/article/download/14725/7020.

diunduh pada tanggal 4 April 2018, 148. 13

David Held, Pen. Abdul Haris, Model Of Democracy (Jakarta: Akbar Tandjung Institute,

2006), 217.

24

serta proposional dan ada persamaan antara pemerintah dengan rakyat dan secara

garis besar harus sesuai dan terlegitimasikan.

Sistem pemerintahan yang digunakan di negara Indonesia salah satunya adalah

sistem demokrasi presidesial, dalam hal ini pemerintahan yang berpusat pada

kekuasaan presiden sebagai kepala pemerintahan sekaligus sebagai kepala

pemerintahan negara. Dalam konsep demokrasi ini eksekutif tidak bergantung dengan

legislatif, kedudukan dari kedua badan ini eksekutif lebih kuat dalam menghadapi

legislatif, dengan kata lain eksekutif lebih mempunyai otoritas. Menurtu Jimly

Assidhiddiqie sistem demokrasi presidensial ini memliki kelebihan dan

kekurangannya. Kelebihanya adalah sistem demokrasi presidensial ini lebih

menjamin stabilitas pemerintahan, sedangkan kekuranganya sistem ini lebih

cenderung menempatkan eksekutif memiliki pengaruh kekuasaan yang lebih besar.14

Menurut Bagir Manan pemerintahan yang menganut sistem demokrasi

presidensial memiliki subsistem pemerintahan republik, karna sistem ini hanya bisa

berjalan dengan negara yang menganut sistem republik. Negara yang menggunakan

sistem demokrasi presidensial ini memiliki prinsip, prinsip dalam pemerintahan

presidensial yaitu, pertama kedudukan kekuasaan antara eksekutif dengan legislatif,

presiden merupakan eksekutif tunggal dan tidak bisa terbagi kekuasaanya, kedua

kepela pemerintahan merupakan presiden langsung sekaligus kepala negara, ketiga

14

Cora Elly Novianty, “Demokrasi dan Sistem Pemerintahan,” Jurnal Konstitusi 10 (Juni 2013):

342.

25

presiden memiliki otoritas dalam mengangkat atau mencopot mentrinya yang

sebagaimana membantu presiden dalam pemerintahan, keempat anggota parlemen

tidak bisa menduduki jabatan eksekutif dan sebaliknya eksekutif tidak bisa

menduduki jabatan parlemen, kelima presiden tidak memiliki hak atau tidak bisa

membubarkan parlemen dan pemerintah bertanggung jawab kepada rakyat secara

penuh.15

Ini yang menjadikan sistem demokrasi presidensial lebih proposional

dibandingkan dengan sistem demokrasi lain, karena pada prosesnya sistem ini

terpusat pada presiden dan presiden tidak lagi menjadi simbol negara melainkan

presiden memiliki otoritas penuh. Akan tetapi semua itu dilandaskan pada aturan dan

Undang-undang negara.

B. Teori Partisipasi Politik

Partispiasi politik adalah kegiatan warga Negara yang mana bertindak sebagai

pribadi-pribadi yang dimaksudkan untuk mempengaruhi pembuatan keputusan hal ini

yang di katkan oleh Huntington dan Nelson dalam Muhamad.16

Selain itu Partisipasi

merupakan bagian terpenting dalam demokrasi, hal ini digaris bawahi dengan adanya

moderenisasi politik. Secara garis besar keterlibatan masyarakat tidak luput dari

artikulasi kepentingan masyrakat didalam sebuah Negara.

15

Cora Elly Novianty, “Demokrasi dan Sistem Pemerintahan,” Jurnal Konstitusi, 342. 16

Muhamad Ramli, “Partisipasi Politik Masyarakat Desa Kadungdung Kecamatan Labuan

Amas Utara Dalam Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung di Kabupaten Hulu Sungai Tengah

Pada Tahun 2010,” Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal 2 (Juli- Desember 2013): 322.

26

Akan tetapi pada prakteknya masyarakat cenderung tidak diperhitungkan dalam

proses-proses politik. Hasilnya banyak masyarakat yang tidak memilih dalam ajang

kontestasi politik seperti pemilihan presiden, kepala daerah ataupun legislatif.17

Maka

dari pada itu pentingnya partisipasi politik agar pemerintahan berjalan dengan baik

dan benar agar sesuai dengan UUD Negara Republik Indonesia.

Bentuk dari partisipasi politik dapat tergambarkan dengan adanya aktivitas

politiknya. Dalam prakteknya seperti pemungutan suara atau yang dikenal dengan

voting yang mana masyarakat atau warga Negara berhak memilih calon kandidat

dalam konteks politik.18

Hal ini bisa dikatakan partisipasi politik yang mana setiap

masyarakat bisa menyalurkan suaranya serta bisa memberikan subangsih ide atau

gagasan dalam kontestasi politik. Menurut Ramlan Surbakti adalah partisipasi politik

merupakan keterlibatan atau keikut sertaan masyarakat dalam menentukan keputusan

yang mempengaruhi calon pejabat publik terpilih atau tidaknya.19

Herbert McClosky mengatakan dalam Miriam bahwa partisipasi politik adalah

kegiatan sukarela masyarakat yang mengambil keputusan dalam sebuah proses

pemilihan secara langsung atau tidak langsung.20

Partisipasi politik dalam hubungan

dengan demokrasi sangatlah relevan karena pada prakteknya, partisipasi berpengaruh

17

Sudjiono Sastroatmodjo, Perilaku Politik (Semarang: IKIP Semarang Press, 1995), 56. 18

Muhamad Ramli, “Partisipasi Politik Masyarakat Desa Kadungdung Kecamatan Labuan

Amas Utara Dalam Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung di Kabupaten Hulu Sungai Tengah

Pada Tahun 2010,” 323. 19

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia,

2007), 140. 20

Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008),

367.

27

terhadap legitimasi jalannya sebuah pemerintahan. Misalnya dalam pencalonan

Pilkada di daerah partisipasi politik berpengaruh terhadap legitimasi pasangan calon

yang terpilih. Karena pada kerjanya masyarakat memiliki hak untuk menentukan

pilihanya, bisa dikatakan pejabat daerah atau tokoh politik yang terpilih dalam ajang

kontestasi politik ditentukan oleh masyarakat. Maka daripada itu keterlibatan

masyrakat dalam politik sangatlah penting.

Partisipasi politik dalam proses demokrasi dapat menjadi kunci utama dalam

pemenangan calon pada kontestasi politik. Dalam hal ini menurut Ramlan Surbakti

partisipasi politik terbagi menjadi dua, yang mana pada kaitanya masing-masing

memiliki efek yang baik. Pertama adalah partisipasi aktif yang mana pada hal ini

memberikan kritikan atau masukan terhadap pemerintah yang mana pada tujuannya

untuk membangun pemerintahan yang baik. Kedua adalah partisipasi pasif yang mana

partisipasi ini berbeda dengan partisipasi aktif, karena partisipasi pasif lebih

mengikuti, menerima dan melaksanakan hasil dari keputusan pemerintah.21

Hal ini

partisipasi dalam konteks pemerintahan. Dalam konteks partisipasi politik memilih,

memiliki kecenderungan yang berbeda yang mana pada prakteknya partisipasi aktif

memberikan dukungan serta terlibat dalam proses pemenangan kandidat, partisipasi

pasif sebaliknya hanya mendukung saja dan tidak terlibat apa-apa.22

21

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, 142. 22

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, 142.

28

Milbert dan Goel Membedan kriteria partisipasi politik masyarakat menjadi tiga

yang mana dalam hal ini mengklasifikasikan calon pemilih dalam proses demokrasi,

menurutnya adalah pertama apatis, yang mana dalam prakteknya masyarakat yang

cenderung menarik diri dalam proses politik, kedua spectator yang mana dalam hal

ini masyarakat cenderung flat tetapi pada prakteknya pernah ikut serta dalam

momentum politik, ketiga gladiator klafikasi ini berbeda dengan apatis dan spectator

karena pada prakteknya gladiator menjadi garda terdepan dalam proses politik,

mengapa demikian gladiator pada prakteknya terlibat aktif dalam proses politik,

seperti menjadi ketua tim pemenangan, menjadi juru bicara terlebih menjadi kepala

bagi kelompok-kelompok dan lain sebagainya dalam kontestasi politik.23

Dengan demikian partisipasi politik didalam demokrasi harus diperhitungkan,

karena dalam hal ini menjadi penentu bagi calon kandidat, terlebih keterlibatan

masyarakat terhadap kandidat bisa menjadi kekuatan politik bagi calon kandidat.

Kendati demikian proses demokrasi tidak luput dengan adanya partisipasi politik

bahwa partisipasi masyarakat menjadi kunci utama bagi kandidat calon untuk

memenangkan kontestasi politik. Disamping itu partisipasi masyarakat dalam sebuah

pemerintahan menjadi komponen penting agar pemerintahan yang berjalan akan

seimbang dan menjadi lebih baik.

23

George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Moderen (Jakarta: Kencana, 2007),

394

29

C. Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)

Indonesia negara yang cukup muda dan baru menjalankan sistem demokrasi

jauh dibandingkan dengan negara Eropa dan Amerika serikat. Walaupun demikian

Negara Indonesia mampu bersaing dengan negara lain. Akan tetapi Indonesia masih

harus banyak belajar untuk menjadi negara yang lebih matang secara politik serta

harus mampu lebih dewasa dalam menyikapi situasi politik. Sejak berdiri negara ini,

Indonesia memilih untuk menerapkan sistem demokrasi. Bentuk negara yang dipilih

adalah negara kesatuan.24

Pilkada bukan lagi peristiwa baru melainkan dalam sejarah Indonesia, tercatat

di negara Indonesia khususnya sudah menyelenggarakan Pilkada sejak tahun 1955

dan tercatat sukses menjalankannya. Selain itu negara Indonesia sudah melalukan

Pilkada dengan jujur adil dan rahasia.25

Negara Indonesia menggunakan sistem yang termodifikasi yang pada dasarnya

setiap pemilih memiliki satu suara dan setiap anggota parlemen mewakili dari jumlah

penduduk. Akan tetapi sisa suarnya tidak hilang melainkan digabung dengan jumlah

suara dari partai yang sama.26

Sistem ini yang sekarang di terapkan di negara kita,

sistem seperti ini merupakan hasil dari beberapa kali negara Indonesia melakukan

24

Firmanzah Ph.D, Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas (Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 2008), xxiv-xxv. 25

Nanik Prasetyoningsih, “Dampak Pemilihan Umum Serentak Bagi Pembangunan Demokrasi

Indonesia,” Jurnal Media Hukum 21 (Desember 2014) : 244 26

Marulak Pardede, “Implikasi Sistem Pemilihan Umum Indonesia” Jurnal Rechts Vinding,

Media Pembinaan Hukum Nasional 3 (April 2014): 88.

30

Pilkada dan sistem ini sangatlah adil dan proposional untuk memilih calon pemimpin.

Dengan satu orang memiliki hak pilih satu suara.

Berdasarkan Dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 2015 Pasal 1 Ayat 4

tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota disebutkan bahwa Calon Bupati

dan Calon Wakil Bupati, Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota adalah

peserta pemilihan yang diusulkan oleh partai politik, gabungan partai politik, atau

perseorangan yang didaftarkan atau mendaftar di Komisi Pemilihan Umum (KPU)

Kabupaten atau Kota.27

Undang-undang Pilkada ini memiliki makna bahwasaanya siapapun dari jalur

apapun diperbolehkan mencalonkan diri untuk ikut serta dalam kontestasi disetiap

daerah. Hal ini harus digaris bawahi bahwahi dengan adanya perwujudan demokratis

yang tidak mendiskriminasikan siapapun agar pemimpin yang terpilih nantinya akan

menjalankan pemerintahan dengan baik dan berkualitas serta melahirkan pemimpin

yang beintergritas.

Pilkada serentak ini dipertegas dalam Undang-undang Nomor 8 tahun Pasal 3

Ayat 1 2015 bahwasanya Pilkada merupakan sistem demokrasi yang dilakukan setiap

lima tahun sekali, dalam proses Pilkada dilakukan secara bersama pemilihan

Gubernur Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, Walikota dan Wakil Walikota

27

UU Republik Indonesia No 8 tahun 2015 pasal 1 ayat 4, Pemilihan Gubernur, Bupati dan

Wlikota.

31

dilaksanakan setiap lima tahun sekali secara serentak di seluruh wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia.28

Pilkada serentak memiliki tujuan untuk penguatan konsolidasi demokrasi

disetiap daerah di Indonesia. Tujuan dari Pilkada serentak adalah untuk menciptakan

penyelenggaraan yang effesien dan effektif. Selain itu untuk memperkuat

kepercayaan antara masyarakat dengan kepala daerahnya dan menciptakan

pemerintahan daerah yang efektif dan efifien dengan tujuan membentuk

pemerintahan yang demokratis.29

Dalam proses Pilkada ini bertujuan untuk memilih

calon kepala daerah. Mengenai Pilkada harus disiapkan sebaik mungkin Pilkada harus

disiapkan dengan baik, sehingga ke depannya proses pemilihan yang melibatkan

rakyat akan lebih efesien dan berkualitas.

Menurut Pipa Norris menyatakan dalam bukunya Why Electoral Integrity

Matters bahwasaanya Pilkada itu harus berintegritas karena dalam menjalankannya

harus dengan baik dan benar, maka pemimpin yang dihasilkan akan berkualitas dan

memiliki intergritas yang tinggi serta dapat menghasilkan sebuah kebijakan yang

berpihak kepada rakyat dan memiliki manfaat positif untuk yang lainya.30

Maka dari

itu menyelenggarakan Pilkada harus sesuai dengan aturan serta sistem yang

digunakan harus proposional.

28

UU Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2015 Pasal 3 Ayat 1, Perubahan Atas Undang-

undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1

Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-undang. 29

Titi Anggraini “Evaluasi Pilkada Serentak 2015”, Pemilu dan Demokrasi, 8 (April 2016): iii. 30

Ferdinand Eskol Tiar Sirait, Evaluasi Pengawasan Penyelenggaraan Pemilihan Kepala

Daerah 2017 (Jakarta: Badan Pengawas Pemilu Republik Indonesia, 2017), 2.

32

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dimengerti bahwa “Peserta Pilkada”

adalah seseorang yang ikut serta atau mengambil bagian dalam Pilkada dan sesuai

dengan aturan yang berada di Undang-undang. Pada konsep ini proses Pilkada

menjadi wadah penyaring calon pemimpin, proses pelaksanaanya berdasarkan

kedaulatan rakyat dan diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur,

dan adil.

33

BAB III

PROFIL OBON TABRONI DAN BAMBANG SUMARYONO DAN

KETETAPAN SEBAGAI CALON PERSEORANGAN PADA PILKADA DI

KABUPATEN BEKASI TAHUN 2017

A. Profil Serta Visi dan Misi Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono

1. Profil Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono

Obon Tabroni merupkan salah satu tokoh buruh Indonesia yang berkarir di

dunia politik, dalam sepak terjangnya Obon sudah sekian kali merasakan angin

kencang politik, terlebih dalam kanca politik di Indonesia khususnya di Kabupaten

bekasi Obon Tabroni mencalonkan diri sebagai calon Perseorangan pada Pilkada di

Kabupaten Bekasi 2017 lalu didampingi oleh Bambang Sumaryono walaupun

pasangan calon ini tidak terpilih dalam Pilkada Kabupaten Bekasi akan tetapi calon

Perseorangan ini akan terus berjuang bersama masyarakat.1

Latar belakang Obon Tabroni, Obon Tabroni Lahir di Bekasi, Jawa Barat

Indonesia 27 Oktober 1972 Obon adalah aktifis buruh metal yang tergabung dalam

Fedrasi Serikat Pekerja Metal Indonesia FSPMI. Pertama Kalinya Obon mengenal

1Kabar Buruh, “Obon Tabroni Sampaikan Terimakasih Atas Dukungan Kepada Masyrakat

Kabupaten Bekasi.” http://kabarburuh.com/2017/02/16/obon-tabroni-sampaikan-terima-kasih-atas-

dukungan-rakyat-di-pilkada-kab-bekasi/. diunduh pada tanggal 4 April 2018.

34

tokoh buruh Indonesia yaitu Said Iqbal. Obon sampai saat ini menjabat sebagai

Direktur FSPMI dan masih aktif bergriliya pada aktifitas sosialnya.2

Selain itu Bambang Sumaryono seringakali dibicarakan selama proses Pilkada

di Kabupaten Bekasi karena, kesedianya yang mau mendapampingi Obon dalam

Pilkada 2017. Bambang Sumaryono atau dengan sapan Bambang ini memiliki latar

belakang yang sangat berbeda dengan Obon Tabroni, terlebih dalam dunia politik dan

gerakan buruh namanya sangat asing terdengar. Bambang Surayono adalah seorang

manajer di sebuah perusahaan swasta di Kabupaten Bekasi, walaupun namanya tidak

mencuat, namun ia pernah mejadi tim sukses dalam pemenangan salah satu kandidat

calon bupati pada Pilkada 2007 silam.3 Akan tetapi hal ini tidak menunutup

kemungkinan bahwasaanya pasangan calon Perseorangan ini memiliki keseriusan

dalam kontestasi di Pilkada Kabupaten Bekasi 2017.

Kendati demikian dari berbagai latar belakang calon ini, masing-masing

memiliki pengalaman serta manajeman yang bagus, Obon Tabroni dengan latar

belakang buruh serta aktifitas sosialnya cukup diperhitungkan, selain itu bambang

sumaryono melalui latar belakangnya sebagai manajer dan didorong pengalaman

politiknya sebagai tim sukses pada Pilkada 2007 ini menjadi satu kesatuan yang

sangat baik untuk menopang calon Perseorangan ini dalam proses Pilkada. Dengan

2Tirto.id, “Obon Tabroni.” https://tirto.id/m/obon-tabroni-1Q diunduh pada tanggal 4 April

2018. 3Kabarburuh.com, “Bambang Sumaryono Dampingi Obon Tabroni Pada Pilkada Kabupaten

Bekasi” http://kabarburuh.com/2016/06/24/bambang-sumaryono-dampingi-obon-tabroni-pada-pilkada-

kabupaten-bekasi/. diunduh pada tanggal 4 April 2018.

35

kata lain, latar belakang ke orang ini bias menjadi modal awal untuk mengikuti proses

pada Pilkada.

2. Visi dan Misi Obon Tabroni dan bambang Sumaryono Dalam Pilkada

Kabupaten Bekasi 2017

Penerapan pada visi dan misi dalam sebuah perusahaan sangatlah penting

karena dalam prosesnya untuk menentukan arah dan tujuan agar bias berkembang. hal

ini yang disampaikan oleh Woiceshyn dan Falkenbergh. Dalam konsep ini

menawarkan proses perjalanan suatu perusahaan agar berjalan dengan baik, visi dan

misi menjadi ukuran seberapa jauh baik dan buruknya perusahaan tersebut serta visi

dan misi menjadi nilai jual kepada calon claen. 4 Begitu juga visi dan misi dalam

politik terlebih dalam pencalonan Pilkada, hal ini menjadi sebuah ukuran seberapa

jauh calon merumuskan program kerja selama lima tahun kedepan serta visi dan misi

ini menjadi nilai jual terhadap calon pemilih yaitu masyarakat.

Dalam hal ini pasangan calon Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono

memiliki visi dan misi yang menjadi kampanyenya selama proses Pilkada di

Kabupaten Bekasi 2017. Visi dan misi pasangan perseorangan ini cukup menarik

perhatian masyarakat karena visi dan misi yang dikampanyekan berbeda dengan

kandidat lain dan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyrakat khususnya

4Wawan Wongso, “Perumusan Visi, Misi dan Valeu Statement Serta Standarisasi Proses Bisnis

Perusahaan Yang Berbasis Bisnis Keluarga,” Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya 3 (Tb

2014): 3.

36

Kabupaten Bekasi. Visi dan misi yang ditawarkan berdasarkan kurangnya pencapaian

dari pemimpin yang menjabat.

Berikut visi dan misi yang di tawarkan oleh Obon Tabroni dan Bambang

Sumaryono selama Pilkada di Kabupaten Bekasi 2017:5

Visi:

mewujudkan Bekasi yang sehat, berkarakter, berkreasi dengan pemerintah yang

bersih dan berkeadilan.

Misi:

a. Memperbaiki kualitas hidup masyarakat Bekasi.

b. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup.

c. Melibatkan warga dalam menyusun kebijakan dan penyusunan anggaran

pemerintah daerah.

d. Meningkatkan kualitas dan kompetensi masyarakat Bekasi dan menciptakan

Bekasi yang mengayomi.

e. Melindungi segenap kelompok masyarakat terutama kelompok rentan.

Inilah visi dan misi yang ditawarkan oleh pasangan perseorangan dalam Pilkada

Kabupaten Bekasi 2017. Visi dan misi ini cenderung banyak melibatkan masyarakat,

dengan kata lain pasangan calon perseorangan ini memprioritaskan masyarakat

5Detik.com, “Melihat Visi dan Misi Cabup dan Cawabup Bekasi,”

https://news.detik.com/berita/3330639/melihat-visi-dan-misi-5-cabup-cawabup-bekasi. diunduh pada

tanggal 4 April 2018.

37

terlebih dalam mengatur kebijakan dan anggaran yang ada dalam point c diatas,

sangat jelas sekali pasangan calon ini melibatkan sepenuhnya masyarakat apabila

calon perseorangan ini terpilih.

Kendati demikian visi dan misi menjadi salah satu unsur penting dalam

meyakinkan calon pemilih, selain itu visi dan misi dapat dijadikan nilai jual untuk

masyarakat seperti penjelasan di atas, visi dan misi sebagai acuan jalanya sebuah

perusahaan, organisasi atau pemrintahan serta visi dan misi bisa menjadi nilai jual

tersendiri.

B. Aturan Mengenai Calon Perseorangan Dalam Pilkada

Pengaturan Pilkada di Indonesia menjadi sebuah subtansai atau implementasi

terhadap Undang-undang tersebut. Aturan Pilkada banyak diatur dalam Undang-

undang seperti dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2004, Undang-undang Nomor

12 tahun 2008 yang pada Undang-undang tersebut memberikan ruang terhadap

pengaturan yang lebih komprehensif dari masing-masing isu yang akan menjadi

kelancaran terhadap pemerintahan daerah secara keseluruhan. Seperti mengenai

pembahasan tentang calon perseorangan yang maju di daerah.6

Pemilihan kepala daerah merupakan salah satu unsur penting dalam demokrasi,

dalam hal ini proses pencalonan Pilkada tidak luput dari aturan Pemilu. Pada

prosesnya setiap calon harus mengikuti syarat dan ketentuan yang sudah diatur dalam

6Agus Budi Santoso, “Eksitensi dan Problematika Calon Perseorangan Dalam Pilkada di Tijau

Dari Prespektif Undang-undang Nomor 8 Tahun 2015”Refleksi Hukum 1 (Tb 2017): 148.

38

Undang-undang. Fungsinya agar calon sesuai dengan kriteria dan tidak melewati

batas ketentuan. Selain itu Pilkada bertujuan untuk menyaring tokoh politik atau

tokoh masyarakat serta kader-kader partai yang berpotensi yang nantinya akan

memimpin kepala daerah. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Nomor 15 Tahun

2011 tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum pasal 1 ayat 4 bahwasanya,

Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota adalah pemilihan untuk memilih

Gubernur, Bupati, dan Walikota secara demokratis dalam negara kesatuan Republik

Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik

Indonesia.7

Selain itu didalam Undang-undang Nomor 8 tahun 2015 Pasal 1 Ayat 4 tentang

Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota disebutkan bahwa Calon Bupati dan

Calon Wakil Bupati, Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota adalah peserta

pemilihan yang diusulkan oleh partai politik, gabungan partai politik, atau

perseorangan yang didaftarkan atau mendaftar di Komisi Pemilihan Umum (KPU)

Kabupaten atau Kota.8 Dalam Undang-Undang ini menegaskan bahwa untuk menjadi

calon kepala daerah dan wakil kepala daerah tidak harus melalui jalur partai politik

melainkan bisa maju melalui perseorang apabila memenuhi syarat dan ketentuan yang

sudah diatur oleh Undang-undang.

7Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 tahun 2011 Pasal 1 Ayat 4, Tentang

PenyelenggaraanPemilihan Umum. 8UU Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2015 Pasal 1 Ayat 4, Tentang Pemilihan Gubernur,

Bupati dan Walikota.

39

Selain itu Pasal 41 Undang-undang Nomor 10 Tahun 2016 pada intinya

Undang-undang ini mengatur persyaratan dukungan bagi calon perseorangan yang

medaftarkan diri sebagai Gubernur Wakil Gubernur, Walikota dan Wakil Walikota,

Bupati dan Wakil Bupati. Di dasarkan pada hitungan persentase dukungan yang

menjadi landasan atas jumlah penduduk yang telah mempunyai hak pilih dan tercatat

dalam daftar calon pemilih tetap di daerah yang bersangkutan terhitung dari

pemilihan umum sebelumnya.9

Calon perseorangan yang akan terlibat dalam pemilihan Kepala Daerah harus

memenuhi persyaratan sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 41ayat 2 Undang-

undang Nomor 10 Tahun 2016 yang menyebutkan bahwa:10

(2) Calon perseorangan dapat mendaftarkan diri sebagai Calon Bupati dan

Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota jika memenuhi

syarat dukungan jumlah penduduk yang mempunyai hak pilih dan termuat dalam

daftar pemilih tetap di daerah bersangkutan pada pemilihan umum atau Pemilihan

sebelumnya yang paling akhir di daerah bersangkutan, dengan ketentuan:

9Agus Budi Santoso, “Eksitensi dan Problematika Calon Perseorangan Dalam Pilkada di Tijau

Dari Prespektif Undang-undang Nomor 8 Tahun 2015, 149 10

UU Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 41 Ayat 2, Tentang Perubahan Kedua

Atas Undang-undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Penetapan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota

Menjadi Undang-undang.

40

a. kabupaten atau kota dengan jumlah penduduk yang termuat pada daftar

pemilih tetap sampai dengan 250.000 (dua ratus lima puluh ribu) jiwa

harus didukung paling sedikit 10% (sepuluh persen);

b. kabupaten atau kota dengan jumlah penduduk yang termuat pada daftar

pemilih tetap lebih dari 250.000 (dua ratus lima puluh ribu) sampai dengan

500.000 (lima ratus ribu) jiwa harus didukung paling sedikit 8,5% (delapan

setengah persen);

c. kabupaten atau kota dengan jumlah penduduk yang termuat pada daftar

pemilih tetap lebih dari 500.000 (lima ratus ribu) sampai dengan 1.000.000

(satu juta) jiwa harus didukung paling sedikit 7,5% (tujuh setengah persen);

d. kabupaten atau kota dengan jumlah penduduk yang termuat pada daftar

pemilih tetap lebih dari1.000.000 (satu juta) jiwa harus didukung paling

sedikit 6,5% (enam setengah persen); dan

e. jumlah dukungan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c,

dan huruf d tersebar di lebih dari 50% (lima puluh persen) jumlah kecamatan

di kabupaten atau kota dimaksud.

Selain itu syarat untuk calon Perseorangan harus dengan surat dukungan yang

disertai dengan fotokopi penduduk dan hal ini di perjelas kembali pada Pasal 41ayat

3 dan 4 Undang-undang Nomor 10 Tahun 2016. bahwasanyan:11

11

UU Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 41 Ayat 3 dan 4, Tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Penetapan Peraturan

41

(3) Dukungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) dibuat dalam

bentuk surat dukungan yang disertai dengan foto kopi Kartu Tanda Penduduk

Elektronik atau surat keterangan yang diterbitkan oleh dinas kependudukan dan

catatan sipil yang menerangkan bahwa penduduk tersebut berdomisili diwilayah

administratif yang sedang menyelenggarakan Pemilihan paling singkat 1 (satu)

tahun dan tercantum dalam daftar Pemilih tetap Pemilihan umum sebelumnya di

provinsi atau Kabupaten atau Kota dimaksud.

(4) Dukungan yang sebagaimana dimaksud pada ayat 3 hanya diberikan

kepada 1 (satu) pasangan calon perseorangan.

Dalam aturan Undang-undang ini mengatur calon perseorangan yang

mengikuti proses Pilkada. Beberapa pelaksanaan pemilihan kepala daerah dan wakil

kepal daerah di Kabupaten Bekasi maupun dibeberapa Kabupaten atau Kota

pencalonan melalui jalur perseorangan ini sudah sangatlah jelas. Hal ini menunjukan

keterbukaan demokrasi dalam sistem Pilkada sudah sesuai, dengan kata lain

masyarakat bisa ikut serta dalam pencalonan tanpa harus melalui partai politik. Disisi

lain adanya Undang-undang ini dapat menjadi acuan masyarakat untuk bisa

mempesiapkan dirinya pada Pilkada.

Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati

dan Walikota Menjadi Undang-undang.

42

C. Ketetapan Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono Sebagai Calon

Perseorangan Pada Pilkada di Kabupaten Bekasi 2017

Ketetapan calon kepala daerah Kabupaten Bekasi 2017 di tetapkan oleh Komisi

Pemilihan Umum Daerah KPUD Kabupaten Bekasi, dalam hal ini masing-masing

dari pasangan calon menyiapkan persyaratan untuk menjadi kandidat calon. Dengan

proses yang diselenggarakan oleh KPUD Kabupaten Bekasi, dengan aturan Undang-

undang Pilkada. Masing-masing calon ditetapkan oleh KPUD dengan pengambilan

nomor urut yang fungsinya untuk mempermudah dalam berkampanye selama

Pilkada. Ketetapan ini dihadiri sejumlah pejabat serta ketua Panwaslu dan KPUD

Kabupaten Bekasi, serta diramaikan oleh pendukung pasangan calon yang ikut serta

dalam penetapan calon kepala daerah di Kabupaten Bekasi. Ketetapan berlangsung

dengan pengambilan nomor urut yang dilaksanakan di Hotel Sahid Jaya, Lippo

Cikarang, Selasa 25 Oktober 2016.12

Calon perseorangan dinyatakan lolos apabila sudah memenuhi syarat dan

prosedur. Dalam kaitanya pasangan Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono sudah

lolos tahap verifikasi pemberkasan selanjutnya ada tahap lanjutan yaitu verifikasi

faktual yang mana dalam proses ini cukup memakan waktu lama sampai tahap

penetapan. Adapun tahapan verifikasi faktual berdasarkan Undang-undang Nomor 8

12

Pikiran Rakyat, ”KPUD tetapkan 5 urut Pasangan calon di Kabupaten Bekasi 2016”

http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2016/10/25/kpu-tetapkan-nomor-urut-5-pasangan-calon-

Pilkada-kabupaten-bekasi-383159: diunduh pada tanggal 04 April 2018.

43

tahun 2015 tentang pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota diatur didalam pasal 48

yang mana pada ketentuanya:13

(1) Verifikasi dukungan pasangan calon perseorangan untuk Pemilihan

Gubernur dan Wakil Gubernur dilakukan oleh KPU Provinsi dan untuk

Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati serta Pemilihan Walikota dan Wakil

Walikota dilakukan oleh KPU Kabupaten atau Kota yang dibantu oleh PPK

dan PPS.

(2) Pasangan calon perseorangan menyerahkan dokumen syarat dukungan

kepada PPS untuk dilakukan verifikasi paling lambat 28 (dua puluh

delapan) hari sebelum waktu pendaftaran pasangan calon dimulai.

(3) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan paling lama 14

(empat belas) hari sejak dokumen syarat dukungan pasangan calon

perseorangan diserahkan ke PPS.

(4) Hasil verifikasi dokumen syarat dukungan pasangan calon perseorangan

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dituangkan dalam berita acara yang

selanjutnya diteruskan kepada PPK dan salinan hasil verifikasi disampaikan

kepada pasangan calon.

(5) PPK melakukan verifikasi dan rekapitulasi jumlah dukungan pasangan

calon untuk menghindari adanya seseorang yang memberikan dukungan

13

UU Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2015 Pasal 48, Perubahan Atas Undang-undang Nomor 1

Tahun 2015 Tentang Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang

Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-undang.

44

kepada lebih dari 1 (satu) pasangan calon dan adanya informasi manipulasi

dukungan yang dilaksanakan paling lama 7 (tujuh) hari.

(6) Hasil verifikasi dukungan pasangan calon perseorangan sebagaimana

dimaksud pada ayat (5) dituangkan dalam berita acara yang selanjutnya

diteruskan kepada KPU Kabupaten atau Kota dan salinan hasil verifikasi

dan rekapitulasi disampaikan kepada pasangan calon.

(7) Dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Pemilihan Bupati dan

Wakil Bupati, dan Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota, salinan hasil

verifikasi dan rekapitulasi sebagaimana dimaksud pada ayat (6)

dipergunakan oleh pasangan calon perseorangan sebagai bukti pemenuhan

persyaratan dukungan pencalonan.

(8) KPU Provinsi dan KPU Kabupaten atau Kota melakukan verifikasi dan

rekapitulasi jumlah dukungan pasangan calon untuk menghindari adanya

seseorang yang memberikan dukungan kepada lebih dari 1 (satu) pasangan

calon dan adanya informasi manipulasi dukungan yang dilaksanakan paling

lama 7 (tujuh) hari.

(9) Mekanisme dan tata cara verifikasi dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Persayaratan di atas menunjukan bahwa menjadi kandidat calon perseorangan

itu tidaklah mudah karena dalam prosesnya sangatlah panjang perlu adanya persiapan

yang matang untuk menjadi kandidat calon perseorangan. Dalam prakteknya harus

45

mempersiapkan KTP sebagai dukungan selain itu ada pengujian lapangan atau dapat

disebut dengan turun kelapangan langsung yang dilakukan oleh tim KPUD yang

mana membuktikan bahwa dukungan KTP tersebut benar atau tidak adanya. Akan

tetapi pasangan calon Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono mampu menjawab

tantangan tersebut. Pasangan calon ini mengikuti prosedur yang diberlakukan oleh

KPUD dan pasangan calon perseorangan ini dinyatakan lolos sebagai kandidat

perseorangan pada Pilkada di Kabupaten Bekasi 2017.

Selanjutnya Komisi Pemilihan Umum Daerah KPUD menetapkan lima

pasangan calon yang siap mengikuti Pilkada di Kabupaten Bekasi serta pengambilan

nomor urut yang menjadi tahap akhir dalam pencalonan pada Pilkada di Kabupaten

Bekasi.14

Dengan ini semua pasangan calon dinyatakan lolos dalam proses tahap

pencalonan dan siap mengikuti kontestasi dalam Pilkada di Kabupaten Bekasi. Pada

tahapan ini KPUD mensepakati bahwasa pasangan calon perseorangan ini berhak

mengikuti Pilkada di Kabupaten Bekasi dan lolos pada tahap verifikasi.

Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono dinyatakan lolos dengan surat

ketetapan KPU Kabupaten Bekasi dengan Nomor 279/KPU-Kab.011.329000/X/2016

yang langsung ditanda tangani ketua KPU Idham Holik dan pasangan Obon Tabroni

14

Pikiran Rakyat, ”KPUD tetapkan 5 urut Pasangan calon di Kabupaten Bekasi 2016”

http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2016/10/25/kpu-tetapkan-nomor-urut-5-pasangan-calon-

Pilkada-kabupaten-bekasi-383159: diunduh pada tanggal 04 April 2018.

46

dan Bambang Sumaryono siap mengikuti kontestasi pada Pilkada di Kabupaten

Bekasi.15

Pasangan calon Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono dapat ikut serta

mengikuti Pilkada di Kabupaten Bekasi. pasangan calon tersebut harus

mempersiapkan perangkat diantaranya adalah tim kampanye, posko pemenangan,

serta simpatisan yang siap mendukung Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono.

15

Sebekasi.com,“Pilbup Bekasi 2017: Visi dan Misi Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono”,

http://sabekasi.com/news/detail/2/1406/Pilkada-Bekasi-2017:-Ini-Visi-Misi-Obon-Tabroni-Bambang-

Sumaryono: diakses pada tanggal: diunduh pada tanggal 04 April 2018.

47

BAB IV

RELEVANSI DAN KEKALAHAN CALON PERSEORANGAN MAJU DI

PILKADA KABUPATEN BEKASI 2017 DALAM KAITANYA

DEMOKRATISASI INDONESIA

A. Relevansi Calon Perseorangan dalam Pilkada

1. Relevansi Calon Perseorangan

Pemilihan kepala daerah di Indeonesia sudah banyak mengalami perubahan dan

sangatlah beragam, dimulai dengan Pilkada secara langsung, Pilkada dengan

mekanisme Perwakilan dipilih melalui DPRD dan sekarang kembali pada Pilkada

secara langsung atau serentak. Hal ini digaris bawahi dengan Undang-undang Nomor

8 Tahun 2015 yang pada kaitanya membuka peluang bagi masyarakat yang ingin ikut

serta dalam Pilkada serta bisa mencalonkan diri tanpa partai politik dan maju secara

perseorangan pada Pilkada.1 Mengenai calon Perseorangan seringkali muncul di

setiap Pilkada, contohnya dalam Pilkada serentak tahun 2015 dan 2017 banyak

kandidat calon perseorangan yang ikut serta dalam Pilkada. Calon perseorangan

memiliki hak untuk berkontestasi, dipilih dan memilih dengan catatan harus sesuai

dengan aturan yang berlaku.

Hal ini menunjukan bahwa keterkaitan calon perseorangan dalam Pilkada masih

signifikan dan masyrakat masih percaya dengan adanya calon perseorangan dapat

1Agus Budi Santoso, “Eksitensi dan Problematika Calon Perseorangan Dalam Pilkada Ditinjau

Dari Prespektif Undang-undang Nomor 8 Tahun 2015,” Refleksi Hukum 1 (TB 2017): 147.

48

dikatakan sebagai calon alternatif dalam Pilkada. Sesuai dengan konsep demokrasi

yang dikatakan oleh Robert Dahl dalam Setiawan Abdi demokrasi harus melalui

pemilihan umum yang adil, jujur dan berkala, dalam sistem ini calon bisa

berkontestasi dan bersaing untuk memperoleh suara dari masyarakat yang memiliki

hak suara. Demokrasi seperti ini mengandung dua dimensi yaitu kontes dan

partisipasi hal ini yang sangat menentukan bagi demokrasi atau poliarki.2

Calon perseorangan merupakan konstitutional yang sudah ada pada putusan

Mahkamah konstitusi tahun 2007 yang dinyatakan sah untuk ikut berkontestasi dalam

Pilkada. Dengan adanya keputusan dari MK maka calon perseorangan bisa ikut serta

dalam pemilihan kepala daerah. Calon perseorangan yang dimaksud adalah pasangan

calon kepala daerah (Gubernur, Bupati, walikota dan wakilnya) yang pada proses

pencalonannya tidak melalui partai politik sebagaimana diatur dalam Undang-

undang.3

Mengenai calon perseorangan dalam Pilkada merupakan pasangan calon yang

konstitutional, karena dalam hal ini calon perseorangan sudah di putusan oleh

Mahkamah Konstitusi yang dibacakan pada tahun 2007 yang membolehkan calon

Perseorangan atau perseorangan ikut serta dalam Pilkada. Menurut Titi Angraini:

Calon perseorangan itu merupakan sesuatu yang konstitutional yang mana,

berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi yang dibacakan tahun 2007, calon

2A. Setiawan Abadi, Gelombang Demokratisasi Ketiga (Jakart: PT Pustaka Utama Grafiti), 6.

3Pratikno, “Calon Perseorangan, Kualitas Pilkada dan Pelembagaan Parpol,” Jurnal Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik 10 (Maret 2007): 442.

49

perseorangan di anggap sah untuk ikut kontestasi dalam Pilkada.4 Pertimbangannya

bahwa aspirasi politik masyarakat tidak tersaimpakan dengan baik oleh calon yang

diusung oleh partai politik. calon perseorangan sebagai sarana penyaluran aspirasi

politik, calon perseorangan di anggap memiliki legitimasi dalam Pilkada. Selain itu

pasangan calon perseorangan muncul pertama kali di Aceh melalui UU no 11 tahun

2006 tentang pemerintahan aceh lalu kemudian MK memutuskan bahwa calon

perseorangan itu bukan hanya khas aceh saja melainkan bisa di abdosi dan di anggap

konstitutional serta bisa diterapkan di Pilkada se Indonesia dan di tahun 2008 mulai

di berlakukan.5

Wawancara di atas menjelaskan bahwa calon perseorangan dinyatakan sah dan

memiliki legitimasi. Hal ini sebabkan dengan adanya putusan dari Mahkamah

Konstitusi. Selain itu calon perseorangan dianggap bisa menjadi calon alternatif

dalam Pilkada. Karena calon perseorangan tidak terlibat dengan partai politik dan ini

yang menjadi nilai lebih untuk calon perseorangan terhadap masyarakat. Selain itu

calon perseorangan pertama kali ada di Aceh dan hal ini yang menjadi cikal bakal

adanya calon perseorangan dalam Pilkada. Dengan adanya putusan Mahkamah

Konstitusi tidak hanya di Aceh saja di berlakukannya calon peseorangan, melainkan

di daerah se-Indonesia dapat di berlakukan calon perseorangan ikut serta dalam

Pilkada.

Relevansi calon perseorangan bisa dikatakan sangatlah relevan dan signifikan

terlebih terhadap demokrasi yang ada di Indonesia. Konsep demokrasi di Indonesia

memiliki makna dipilih dan memilih, yang tertuang dalam Undang-undang 7 Tahun

2017 tentang Pemilihan Umum, Menimbang; bahwasanya, perwujudan sistem

4Wawancara dengan Titi Anggraini Direktur Eksekutif PERLUDEM, pada 22 April 2018 di

Rumah Titi Angraini. 5Wawancara dengan Titi Anggraini Direktur Eksekutif PERLUDEM, pada 22 April 2018 di

Rumah Titi Angraini.

50

ketatanegaraan yang demokratis dan berintegritas demi menjamin konsistensi dan

kepastian hukum serta pemilihan umum yang efektif dan efisien. Pemilihan umum

wajib menjamin tersalurkannya suara rakyat secara langsung, umum, bebas, rahasia,

jujur dan adil.6

Menurut Titi Angraini keterkaitan calon perseorangan terhadap demokrasi di

Indonesia sangatlah relevan, selama masih dipilih dan terpilih calon perseorangan

menandakan bahwa calon perseorangan ini masih relevan bagi artikulasi kepentingan

masyarakat serta bisa menjadi wadah bagi masyarakat. Titi Angraini mengatakan

bahwa:

Ya selama dia masih dipilih dan terpilih menandakan bahwa, calon perseorangan

relevan bagi artikulasi kepentingan masyarakat dan calon perseorangan ini bisa

menjadi salah satu wadah yang memfasilitasi aspirasi politik warga bagi masyarakat.

Buktinya dia terpilih dan dipilih. Kita tidak bisa melihat angka perbandinganya itu

calon dari parpol dipilih dari 90% lebih sedangkan calon perseorangan hanya 1% lalu

kita anggap calon perseorangan kita anggap tidak relevan, tidak seperti itu. Dengan

terpilihnya calon perseorangan meskipun kecil atau tetap ada masyarakat yang

memilih calon perseorangan artinya ada saluran politik yang terwadahi dengan

kehadiran mereka.7

Wawancara di atas menunjukan bahwa calon perseorangan sangatlah relevan

terhadap demokrasi di Indonesia, khususnya terhadap pencalonan di Pilkada.

Terhitung dengan adanya artikulasi kepentingan politik masyarakat serta calon

perseorangan ini bisa menjadi wadah yang memfasilitasi aspirasi masyarakat.

Didasari oleh adanya dukungan masyarakat ditandai dengan terpilih dan dipilihnya

calon perseorangan masih dianggap relevan. Di samping itu calon perseorangan tidak

6UU Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2017, Tentang Pemilihan Umum.

7Wawancara dengan Titi Anggraini Direktur Eksekutif PERLUDEM, pada 22 April 2018 di

Rumah Titi Angraini.

51

hanya dilihat dari hasil dan jumlah calon perseorangan tersebut selama Pilkada,

melainkan masih ada masyarakat yang memilih calon perseorangan, maka calon

perseorangan masih dianggap relevan dalam demokrasi di Indeonesia. Terkhusus

calon perseorangan ini bisa menjadai wadah aspirasi masyarakat serta menjadi calon

alternatif bagi masyrakat yang sudah tidak percaya dengan partai politik.

Selain itu menurut ketua Banwaslu RI Muhamad Afifudin, calon perseorangan

bukan lagi hal yang baru melainkan, calon perseorangan seringkali mewarnai

kontesasi dalam Pilkada. Hal ini digaris bawahi dengan adanya aturan Undang-

undang yang mengatur calon perseorangan. Calon perseorangan ini sangat relevan

terhadap demokrasi di Indonesia khususnya dalam Pilkada, karena keterkaitan calon

perseorangan ini tidak luput dengan adanya dukungan dari masyrakat secara

langsung. Muhamad Afifudin mengatakan bahwa:

Calon perseorangan itu masih relevan apabila keterkaitanya dengan masyarakat

terhadap Pilkada yah. Seperti calon Perseorangan itu masih dipilih atau calon

perseorangan ini bisa menjadi wadah untuk masyarakat yang tidak suka dengan

partai politik. Saya rasa masih relevan terhadap demokrasi di negara kita. Karena

calon perseorangan memiliki hak untuk mencalonkan dan dicalonkan ini kan sesuai

dengan konstituen kita. Demokarasi di Indonesia didasari dengan UUD 1945.8

Wawancara di atas menegaskan bahwa calon perseorangan memiliki hak untuk

dicalonkan dan mencalonkan, akan tetapi prosesnya tidak luput dengan aturan

Undang-undang yang mengatur calon perseorangan. Relevansi calon perseorangan

dengan demokrasi di Indonesia sangatlah berkaitan, karena konsep demokrasi

8Wawancara dengan Muhamad Afifudin Komisioner Banwaslu RI, pada 04 April 2018 di

Kantor Banwaslu.

52

memberikan kebebasan bagi masyarakat untuk dipilih dan memilih, selain itu

masyarakat memiliki hak yang sama serta setiap masyarakat mempunyai satu suara

yang tujuan untuk memilih dalam kontestasi politik. Apabila calon perseorangan ini

masih sesuai dengan konsep demokrasi maka secara konstituen calon perseorangan

masih dianggap relevan.

Calon perseoranga seringkali bermunculan disetiap Pilkada, khususnya Pilkada

serentak yang di lakukan pada tahun 2015 dan 2017. Kehadiran calon perseorangan

ini cukuplah banyak dan mewarnai konstalasi politik di Pilkada. Seperti yang terlihat

pada tabel di atas, pada tahun 2015 ada 126 pasangan calon yang maju secara

perseorangan, selain itu pada tahun 2017 ada 81 pasangan calon yang maju secara

Perseorangan atau perseorangan dan kandidat calon perseorangan ini tersebar di

seluruh Indonesia.9

Calon perseorangan ini muncul dilatar belakangi dengan adanya keinginan

masyarakat yang ingin maju tanpa partai politik, karena setiap partai politik memiliki

syarat dan kententuan untuk mencalonkan seseorang dalam kontestasi politik. Hal ini

menjadi salah satu faktor masyarakat lebih memilih maju secara perseorangan. Selain

itu adanya indikasi konflik yang terjadi di internal partai atau bisa disebut dengan

dualisme yang pada akhirnya banyak anggota dan kadernya maju secara perseorangan

dalam Pilkada. Hal ini dipertegas oleh Titi Angraini, menurutnya:

9KPU.go.id, “810 Pasangan Calon yang telah Terdaftar dalam Pilkada Serentak 2015,”

http://www.kpu.go.id/index.php/post/read/2015/4101/810-Pasangan-Calon-telah-Terdaftar-dalam-

Pilkada-Serentak-2015. . Kpu.go.id, “337 Jumlah Pendaftar Pilkada 2017, 10 Daerah Paslon Tunggal,”

https://pilkada2017.kpu.go.id/berita/detail/24. Diunduh pada tanggal 11 April 2018.

53

Pertama kalu ingin mencalonkan melalui partai politik, kebanyakan partai politik,

lebih mengedepankan elektabilitas dan popularitas calon serta modal isi tas. Kalau

kita lihat kebanyakan calon perseorangan itu banyak kader partai, karena maju lewat

partai politik sangat sulit, apalagi yang diperebutkan itu posisi itu satu paket kepala

daerah dan wakil kepala daerah, maka elektabilitas dan kemampuan penjaringan

pemilih itu menjadi salah satu pertimbangan yang dominan, kemudian survey

menjadi rujukan dalam mengusung calon. Yang kedua kita tau proseses pengusungan

calon di partai diwarnai oleh praktik mahar politik dimana, sulit sekali bagi kader

untuk menembus pencalonan melalui partainya sendiri. Disitulah kemudian

dikarenakan sulit maju melalui partai politik, maka jalur perseorangan menjadi

pilihan.10

Wawancara di atas menggambarkan bahwa fenomena pencalonan perseorangan

itu digaris bawahi dengan sulitnya maju melalui partai politik. Seperti yang dikatakan

oleh Titi Angraini bahwa partai poltik mementingkan elektabilitas dan popularitas

calon yang akan maju serta seberapa banyak modal isi tas yang dimiliki oleh calon

kandidat yang mau maju melalui partai poltik. Selain itu pada ahirnya banyak

masyarakat yang lebih memilih maju secara perseorangan dibandingakan dengan

maju melalui partai politik, dikarenakan maju melalui partai politik ada praktik

“Mahar Politik dan Berganing” dan ini yang menjadi berat bagi masyarakat ketika

maju melalui partai poltik. Pada akhirnya maju melalui jalur perseorangan menjadi

alternatif bagi masyarakat.

Selain itu adanya dualisme di internal partai yang menjadi faktor sesorang maju

melalui jalur perseorangan, contohnya adalah partai Golkar yang mengalami hal

seperti ini, beberapa kader dan anggotanya maju secara perseorangan atau

10

Wawancara dengan Titi Anggraini Direktur Eksekutif PERLUDEM, pada 22 April 2018 di

Rumah Titi Angraini.

54

Perseorangan. Fenomena ini terjadi pada Pilkada tahun 2015 banyak anggota dan

kader partai tersebut lebih memilih maju secara perseorangan.

Menurut Titi Angraini:

Fenomena pada Pilkada 2015 jalur perseorangan itu menyelamatkan kader-kader dari

partai yang bermasalah PPP dan Golkar mengalami dualisme kepengurusan,

mayoritas calon-calon yang maju di 2015 itu kan berasal dari kader-kader partai yang

dualisme, sebut saja Bontang itu walikota yang maju secara perseorangan dan

menang itu kader partai dari Golkar anggota DPR dari partai Golkar, lalu Rita

Widiasari dari kutai kartanegara dia maju melalui jalur perseorangan notabanenya

adalah dia ketua DPD Golkar Kalimantan timur, jadi ada kebutuhan dari calon

perseorangan yang mana orang maju melalui partai sulit yaitu faktor elektabilitas dan

mahar politik membuat mereka sukar menuju jalur partai politik sehingga jalur

perseorangan menjadi alternatif.11

Wawancara di atas menjelaskan dan menggambarkan bahwa demokrasi pada

Pilkada itu jelas dan ada, karena dalam wawancara di atas beberapa calon

perseorangan memiliki hak untuk maju dalam Pilkada serta memiliki hak dipilih dan

memilih. Jalur perseorangan ini menjadi penyelamat bagi anggota dan kader yang

tidak dapat menembus melalui jalur partai dan akhirnya maju melalui partai politik.

Hal ini menunjukan bahwa setiap individu memiliki hak yang sama dan ini sesuai

dengan konsep demokrasi.

Calon perseorangan yang maju di Pilkada ini dilatar belakangi dengan adanya

konflik intenal serta adanya syarat dan ketentuan yang akhirnya menyulitkan anggota

dan kader untuk dapat maju melalui partai politik. Akan tetapi calon persorangan ini

tidak banyak meraih kemenangan, tetapi tidak sedikit pula yang kalah ada beberapa

11

Wawancara dengan Titi Anggraini Direktur Eksekutif PERLUDEM, pada 22 April 2018 di

Rumah Titi Angraini.

55

calon perseorangan yang menang dalam kontestasi Pilkada seperti Walikota Bontang

dan Kutai Kartanegara yang memenangkan pada Pilkada tahun 2015, kedua calon

terebut memiliki latar belakang dari partai Golkar, akan tetapi kedua calon ini lebih

memilih maju secara perseorangan karena adanya faktor elektabilitas dan mahar

politik yang membuat calon tersebut sukar menuju jalur partai politik sehingga jalur

perseorangan menjadi alternatif.

Kendati demikian pasangan calon Perseorangan pada Pilkada ini dilatar

belakangi dengan adanya, pertama keinginan masyarakat sendiri yang maju secara

perseorangan dengan didasari oleh sulitnya maju melalui partai politik dan partai

politik tidak seutuhnya memfasilitasi atau mewadahi aspirasi masyarakat. Kedua

adanya konflik internal partai yang pada akhirnya anggota dan kader lebih memilih

maju melalui jalur perseorangan dan garis besarnya jalur perseorangan menjadi

alternatif bagi anggota dan kader. Ketiga adalah maju melalui partai politik akan

terikat serta proses penyaringanya cukup sulit dan ada parktik mahar politik,

barganing yang dilakukan oleh partai politik hal ini yang menyebabkan banyak calon

kandidat yang lebih memilih maju secara perseorangan. Dengan kata lain maju

melalui jalur perseorangan akan lebih efisien dan tidak terikat serta memiliki nilai

lebih terhadap masyrakat yang kurang suka dengan partai politik.

Selain itu calon perseorangan ini sangatlah relevan terhadap demokrasi di

Indonesia, karena calon perseorangan ini secara artikulasi politik dapat memfasilitasi

aspirasi masyarakat dan juga masih sesuai dengan UUD 1945. Calon perseorangan ini

56

memiliki hak memilih dan dipilih maka dari pada itu calon perseorangan dalam

Pilkada sejauh ini masih relevan terhadap demokrasi di Indonesia.

2. Calon Perseorangan dalam Pilkada 2015

Pemilu merupakan instrument penting dalam demokrasi, oleh karena itu setiap

negara yang menjalankan demokrasi menggunakan sistem Pemilu di negaranya.

Pemilihan umum sendiri harus terbuka dan harus dengan kebebasan penuh, langsung,

umum dan dilindungi sebagai hak personal. Disamping itu Pemilu harus menjadi

tolak ukur yang ditandai dengan pelaksanannya dan harus berkesinambungan dengan

rakyat serta sesuai dengan Undang-undang Pemilu.12

Pemilu yang diselenggarakan di daerah-daerah disebut dengan Pilkada

diselenggarakan setiap lima tahun sekali dan serentak. Hal ini sesuai pada Undang-

undang Pemilu Undang-undang Nomor 8 tahun Pasal 3 Ayat 1 2015 bahwasanya

Pilkada merupakan sistem demokrasi yang dilakukan setiap lima tahun sekali,

diselenggarakan secara serentak di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI).13

Pilkada merupakan sebuah laboratorium untuk melahirkan calon pemimpin

yang nantinya akan memimpin masyarakat disetiap daerah. Apabila calon tersebut

12

Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009),

461. 13

UU Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2015 Pasal 3 Ayat 1, Perubahan Atas Undang-

undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1

Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-undang.

57

dapat memenangkan Pilkada secara otomatis calon tersebut akan menjadi kepala

daerah. Dalam proses Pilkada banyak kandidat calon yang muncul, ada calon yang

maju melalui partai politik dan ada juga yang maju secara perseorangan. Hal ini

menunjukan bahwasanya keterlibatan calon perseorangan sekalipun dalam Pilkada

masih signifikan, demikian pula masyarakat memiliki kebebasan untuk memilih calon

pemimpinya yang pantas menjadi kepala daerah.14

Pelaksanaan Pilkada serentak pada tahun 2015 banyak calon kandidat yang

bermunculan, khususnya calon perseorangan yang ikut serta dalam Pilkada diseluruh

Indonesia. Dalam wawancara Arif Budiman, ketua KPU RI mengatakan bahwa:

total calon kepala daerah sebanyak 810 pasangan yang tersebar di 268 provinsi dan

kabupaten atau kota, 126 pasangan diantaranya melalui jalur perseorangan dan

sebanyak 86 pasangan calon melalui jalur politik atau gabungan partai politik, diantara

calon tersebut terdapat 122 calon petahana.15

Hal tersebut menunjukan bahwa pasangan calon perseorangan sangat lah

relevan dan signifikan, karena dalam proses Pilkada serentak menemukan korelasi

antara aturan Undang-undang Pemilu dengan demokrasi yang ada di Indonesia.

Menurut Jean Jaques Rousseau dalam Talhah, demokrasi dapat memberikan

pembelajaran untuk ketatanegaraan yang lebih sempurna.16

Serta dalam Undang-

14

Pratikno, “Calon Perseorangan, Kualitas Pilkada dan Pelambangan Parpol,” Jurnal Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik 10 (Maret 2007): 417. 15

KPU.go.id, “810 Pasangan Calon yang telah Terdaftar dalam Pilkada Serentak 2015,”

http://www.kpu.go.id/index.php/post/read/2015/4101/810-Pasangan-Calon-telah-Terdaftar-dalam-

Pilkada-Serentak-2015. Diunduh pada tanggal 10 Aprir 2018. 16

HM. Thalhah, “Teori Demokrasi Dalam Wacana Ketatanegaraan Perspektif Pemikiran Hans

Kelsen,” Jurnal Hukum 16 (Juli 2009): 415.

58

undang Nomor 7 tahun 2017 perwujudan sistem ketatanegaraan yang demokratis, ini

yang menjadi dasar calon perseorangan berkaitan dengan Pilkada.17

Pasangan calon kandidat yang maju secara perseorangan pada Pilkada tahun

2015 dapat dikatakan cukup banyak. Adapun pembagian calon perseorangan disetiap

daerah. Berikut beberapa nama pasangan calon perseorangan yang maju disetiap

daerah, terhitung ada 91 kandidat calon perseorangan yang tersebar di seluruh

Indonesia, dan masih ada beberapa nama pasangan calon yang terlibat dalam Pilkada

2015.

Hal ini menunjukan betapa masyarakat sangat antusias untuk terlibat dalam

pesta demokrasi untuk tingkat pemerintahan lokal. Selanjutnya skripsi ini akan

memuat daftar calon dimaksud sebagai berikut:

Tabel 4.1

Calon Perseorangan dalam Pilkada 2015

No Nama Pasangan Calon Daerah Pencalonan Pekerjaan

1. Frits Tobo Wakasu, S.Pak, Sh & Cornelis Salvator

Lamera

Kab. Asmat PNS & Swasta

2. Simon Dewar & Jacobus Raymundus Apolinaris

Tethool

Kab. Asmat Pensiunan TNI & PNS

3. Drs. H. M. Riduan Darlan. M. Si & H. Rusli Abas, SE Kab Balangan Pengusaha & Swasta

4. H. Suhardi. SE & H. Sabirin Kab. Balangan Wirasuasta & Tani

17

UU Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2015 Pasal 3 Ayat 1, Perubahan Atas Undang-

undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1

Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-undang.

59

5. H. Dadang M. Naser, Sh, S.Ip, M.I.Pol &H. Gun Gun

Gunawan, S.Si, M.Si

Kabupaten Bandung Bupati Bandung &

Wirasuasta

6. Dr. H.A. Fauzan Saleh, M.Ag & Drs. H. Teja Sukmana,

M.Ap

Kab. Banjar Pensiunan &Pensiunan

7. Abdul Khayir, Sh, Mh & Drs. H. Abdul Hamid, M.Si Kab. Bima PNS & Pensiunan PNS

8. Haris T. Kamaru, Sh & H. Yusuf K Mooduto, S,Sos Kab. Bolaang

Mongondow Selatan

Anggota Polri &

Wirasuasta

9. Hj. Ruwaida Mile & H. Benyamin Hadju Kab. Bone Bolango Pensiunan &

Wirasuasta

10. Syamsir Djafar Kiayi, St.,M.Si & Drs. H. Husain

Lamanasa

Kab. Bone Bolango Dosen & Wirasuasta

11. Helena Tabyarop & Frets Sarumpia Kab. Boven Digoel PNS & Swasta

12. Edward Christofel Haurissa, Sh & Pdt. Paulus Etras,

Sth, S.Ip

Kab. Boven Digoel Anggota DPRD &

Pendeta

13. Ir. Cahyo Sumarso & M. Yakni Anwar, St Kab. Boyolali Pejabad Bumd

&Swasta

14. Sukma Nurani Amperia, Sh & A. Abd. Hakim, Sh, Mh. Kab. Bulukumba -

15. Hj. Jumrana Salikki, Se & H. Husbiannas Alsi, S.Sos Kab. Bulukumba Wiraswasta &

Wiraswasta

16. La Ode Abdul Ganiun & Ahmad Gamsir. S.Sos Kab. Buton Utara Wiraswasta &

Wiraswasta

17. Deni Sunarya, Sh & Dr. Zainy Hamzah, Sp. Bs Kab. Cianjur Wiraswasta & Dokter

18. Sukri I. H. Moonti, Sh., Mh & Dr. Hj. Sri Darsianti

Tuna

Kab. Gorontalo PNS & PNS

19. Zukri Harmain, Se., Me & Dudy Suganda Daud, S.Ked Kab. Gorontalo PNS & Wiraswasta

20. Ir. Djamaluddin Maknun, M.P & Dr. H. Masjkur, S.P,

M.Si

Kab. Gowa Pensiunan PNS dan

Swasta

21. Adnan Purichta Ichsan Yl, S.H & H. Abdul Rauf

Mallaganni, S.Sos, M.Si

Kab. Gowa Anggota Dprd Prov

Sunsel & PNS

22. Benyamin Sudarmadi & Haji Mustangid Kab. Gunung Kidul Swasta & PNS

23. Anjas Taher, S.E., M.Si & Nurdin Abas Kab. Halmahera Timur Swasta & Swasta

24. John R. Pattiasina, Stp. M.Si & Nuraini R. Konofo Kab. Halmahera Utara Anggota Dprd Kab.

Halmahera Utara &

Pensiunan PNS

25. Andi Mahmudi & H. Anwar Effendi Kab. Hulu Sungai

Tengah

Swasta & Pensiunan

26. Drs. Marganti Manullang & Drs. Ramses Purba Kab. Humbang

Hasundutan

Wakil Bupati & PNS

27. St. Rimso Maruli Sinaga, SH, MH & Ir. S. Derincen

Hasugian

Kab. Humbang

Hasundutan

Wiraswasta &

Wiraswasta

60

28. Nace Permana, SE., M.Ikom & Hj. Yenih, SE. Kab. Karawang Wiraswasta & Ibu

Rumah Tangga

29. H. Daday Hudaya, Sh., Mh & Drs. H. Edy Yusuf Hs,

MM

Kab. Karawang Wiraswasta & PNS

30. Nanan Taryana, S.Pd & Asep Agustian, SH., MH. Kab. Karawang PNS & Pengacara

31. Drs. H. Raja. Usman Aziz & Zulkhainen, SH., MH Kab. Karimun PNS & Notaris

32. Heben Heser Ginting, A.Md, SE & Drs. Ngadep Tarigan Kab. Karo Wiraswasta &

Pensiunan PNS

33. Cuaca Bangun, SE. Ak, M.Si, Sh, Mh, Cla & David

Ginting Manik, SE

Kab. Karo Wiraswasta &

Wiraswasta

34. Bangkit Sitepu & Drs. Simon Sembiring Kab. Karo Anggota DPRD &

Pensiunan PNS

35. Yusmeri Herlan, SE & Suparlis Hayati, S. Pd.I Kab. Kaur Swasta & Swasta

36. Martin Rantan, S.H. & Drs. Suprapto. S Kab. Ketapang Anggota DPRD Prov

Kab. Ketapang &

Pensiunan

37. Ir. H. Darmansyah, M.M. & Uti Rushan, S.T. Kab. Ketapang Pensiunan &

Karyawan Swasta

38. H. Mustafid Fauzan, SE & Sri Harmanto, SE., M.Si Kab. Klaten Wiraswasta &

Pensiunan PNS

39. Moh. Ridwan Landipo. S.Sos & Ir. Kurdin Wahab Kab. Konawe

Kepulauan

Pensiunan PNS &

Wiraswasta

40. Rusmin Abdul Gani, SE & H. Muhlis M. Se Kab. Konawe

Kepulauan

Wiraswasta &

Pensiunan PNS

41. H. M. Iqbal Yudiannoor, Se & H. Sahiduddin, S.Ag,

Map

Kab. Kotabaru Wiraswasta & Anggota

Dewan

42. H. Alpidri Supian Noor, St., Map & Ir. H. Gt. Syafrin

Masrin, Mapp, Sc

Kab. Kotabaru Wiraswasta &

Pensiunan PNS

43. Muhammad Arsyad & Nadiansyah Kab. Kotawaringin

Timur

Wiraswasta &

Wiraswasta

44. Drs. Abed Nego & Syaparudin, S.Sos Kab. Kutai Barat Pensiunan & Swasta

45. Amantius Ugau, SE, Mm & Muri, Sh Kab. Kutai Barat Pensiunan & Swasta

46. Rita Widyasari, S.Sos., Mm., Ph.D & Drs. Edi

Damansyah, M.Si

Kab. Kutai

Kartanegara

Bupati Kutai

Kartanegara 2010-

2015 & Sekretaris

Daerah Kutai

Kartanegara

47. Aw. Wahyu & Andi Katanto, S.Sos Kab. Kutai

Kartanegara

Swasta & Swasta

48. Suhari, S.Ip & Ihsan Rambe, Se, M.Si Kab. Labuhanbatu Wiraswasta & Doesn

49. Dr. H. Tigor Panusunan Siregar, Sp.Pd & Dr. H. Erik Kab. Labuhanbatu Bupati Labuhanbatu &

61

Adtrada Ritonga Wiraswasta

50. Basyaruddin Siregar & Yuspin, SH Kab. Labuhanbatu

Selatan

Wiraswasta &

Wiraswasta

51. Ir. Ramlan Aluan Tbn, M.Sc & Yusli Panggabean Kab. Labuhanbatu

Utara

Dosen & Wiraswasta

52. H. Ali Wansah & H. Darwansyah, Drs Kab. Labuhanbatu

Utara

Wiraswasta & Guru

(Non Pns)

53. H. Mujianto & Sueb, S.Pd., Mm. Kab. Lamongan Wiraswasta & Guru

(Swasta)

54. H. Nursalim, A.Md.Ro. & H. Edy Wijaya, SE Kab. Lamongan Wiraswast &

Wiraswast

55. Samidjo & Fatoni Kab. Lampung Tengah Pensiunan PNS &

Wiraswasta

56. Mudiyanto Thoyib, B.A & Musa Ahmad, S.Sos Kab. Lampung Tengah Pensiunan PNS &

Wiraswasta

57. Julianto Paimin & Achrodji Kab. Lampung Timur Polri & TNI

58. H.Abu Thalib Mk., S.Sos., SH & Ahmad Ridwan Kab. Lebong Pensiunan PNS &

Mantan Kades

59. Masropen Iriadi, Se, M.Si & Deri Jati Prasetio, SH Kab. Lebong PNS & Swasta

60. Wilyan Bachtiar, S.Ip & Arpan Faruk Kab. Lebong PNS & Pensiunan PNS

61. H.Rifa Yendi,Sh & Zulhikmi,S.Pd Dt Rajo Suaro Kab. Lima Puluh Kota Wiraswasta & PNS

62. Drs.Kurniawan Armin, Mm & Drs. H.Mahdan Harkan Kab. Lomok Tengah Wiraswasta &

Wiraswasta

63. H. Lalu Wiratmaja, Sh. & Ns. H.Badrun Nadianto,

S.Sos.S.Kep.M.Pd.

Kab. Lomok Tengah Wiraswasta & Dosen

64. H.Suharto & Hj.Lale Widare, Sh. Kab. Lomok Tengah Wiraswasta &

Pensiunan PNS

65. Drs. Stanislaus Liah & Kila Ulee Herman, Se., M.Si Kab. Mahakam Ulu Pensiunan PNS &

Swasta

66. Nurcholis & Muhammad Mufidz Kab. Malang Wiraswasta &

Wiraswasta

67. Dr. Philipus Mantur & Adrianus Suardi,Se Kab. Manggarai PNS & Anggota

DPRD

68. Ir. Pantas Ferdinandus, M.Si & Yohanes Dionisius

Hapan

Kab. Manggarai Barat PNS & Swasta

69. Drs. Bernard Sefnat Boneftar, M.H & Andarias Wam,

Sh

Kab. Manokwari Kadis Perhubungan

Kab. Manokwari &

Anggota DPRD Kab.

Manokwari

70. Seprianus Adolof Rumfabe, SH.,MH & Salomie

Christina Saway, SH

Kab. Manokwari Pensiunan PNS &

Swasta

71. Petrus Johanis Luntungan,Ba & Dr. Ir. Adolf Lucky

Longdong, M.Ed

Kab. Minahasa Utara Swasta & Pensiunan

PNS

62

72. Misnan & Rahma Shofiana W.A & Kab. Mojokerto Swasta & Guru

73. Mardiman Sane, SH.,MH & Anhar, SK, SH Kab. Morowali Utara Swasta & Swasta

74. Drs.H.Sutrisno.N Sembiring, Mm & W.Kristina Parinsi

SE,.M.Pd

Kab. Morowali Utara Pensiunan PNS &

Swasta

75. Prof.Dr. Drs. La Iru, Sh, M.Si & La Ode Syahruddin

Kaeba, St

Kab. Muna Dosen & -

76. Zonggonau A, Amdp, Sp, Msi & Drs. Isak Mandosir Kab. Nabire PNS & Karyawan

Swasta

77. Drs.Ayub Kayame, Ma & H. Suwarno Majid Kab. Nabire PNS & Karyawan

Swasta

78. Peter Warobay & Sunaryo, S.Sos Kab. Nabire Karyawan Swasta &

Karyawan Swasta

79. Yakob Panus Jingga, Mt & Melki Sedek Fi Rumawi Kab. Nabire PNS & Swasta

80 Hendrik Andoi & Stefanus Iyai Kab. Nabire DPRD & Swasta

81. Drs. H. Ilyas Sabli, M.Si & Wan Arismunandar Kab. Natuna PNS & Anggota

DPRD

82. Dedi Yanto & Drs. Muhammad Yunus, M.Si Kab. Natuna Wriswasta &

Pensiunan PNS

83. Adrianus Fono Dopo, St & Dr. Yohanes Vianey

Sayangan, S.Fil, M.Si

Kab. Ngada PNS & Dosen

84. Salahudin Pakaya, SH & Burhan Mantulangi Kab. Pahuwato Swasta & Swasta

85. Jujur Solin & Citra Boangmanalu Kab. Pakpak Barat Pensiunan PNS &

Wiraswasta

86. Ir. August P. Tumanggor, MT & H. Abdul Kadir

Angkat, SH.

Kab. Pakpak Barat Karyawan Swata &

Pensiunan

87. Drs. Aap Aptadi & Drs. H. Dodo Djuanda Kab. Pandeglang Wiraswasta &

Pensiunan PNS

88. H. Sangkala H. Taepe & H. Andi M. Ali Gaffar, SE Kab. Pangkajene

Kepulauan

Anggota DPR Provinsi

& Wiraswasta

89. Drs. H. Nur Achmad As, SH & Drs. Hafsul W. Hafattah Kab. Pangkajene

Kepulauan

Wiraswasta &

Wiraswasta

90. Dr. Zainal Arifin,Sp.Og & Yuli Rusdiansyah,S.Sos Kab. Paser Dokter & Wiraswasta

91. Mahmud,S.E & Ahmad Lukman Kab. Paser PNS & Wiraswasta

Sumber: Rumahpemilu.org Perbandingan Pendaftar Perseorangan Pilkada 2015-201718

Dari tabel diatas, dapat dilihat beberapa pasangan calon yang maju secara

perseorangan lebih banyak diantaranya adalah wiraswasta dan pekerja swasta, selain

18

RumahPemilu.org, “Perbandingan Perdaftar Perseorangan Pilkada 2015-2017,” http://arsip.rumahpemilu.org/in/read/11767/Perbandingan-Pendaftar-Perseorangan-Pilkada-2015-dan-

2017. Diunduh pada tanggal 10 April 2018.

63

itu ada beberapa dari kalangan PNS, Pensiuanan PNS, TNI, Polri, serta Guru, Dosen

yang maju secara perseorangan pada Pilkada 2015. Tidak hanya itu, ada juga

petahana, seperti mantan Bupati, pejabat daerah dan juga anggota DPR maupun

DPRD. Hal ini menunjukan bahwa siapapun, termasuk masyarakat memiliki potensi

yang sama untuk maju dan ikut serta dalam Pilkada tanpa harus dengan partai

politik. Ini menegaskan keterkaitan antara Undang-undang Pilkada dengan demokrasi

yang ada di negara Indonesia memiliki korelasi yang jelas.

Kendati demikian Pilkada di tahun 2015 menjadi tolak ukur bagi pasangan

calon perseorangan, untuk mempersiapkan Pilkada selanjutnya agar dapat melahirkan

calon-calon yang berkualitas, tanpa ada intervensi dari kelompok manapun.

3. Calon Perseorangan dalam Pilkada 2017

Demokrasi digaris bawahi dengan adanya tiga syarat, kompetisi, partisipasi

serta jaminan hak sipil dan politik. Dalam kaitan ini kompetisi yang dimaksud adalah

untuk mempertahankan atau merebut kekuasaan. Partisipasi yang mana dalam

prosesnya melibatkan masyarakat dan menjamin hak masyarakat dalam menentukan

suaranya.19

Ini menjadi instrument penting dalam negara untuk mewujudkan

demokrasi yang baik dan syarat ini bisa menjadi ukuran seberapa jauh tingkat

demokrasi di negara Indonesia.

19

Kacung Marijan, Sistem Politik Indonesia: Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde Baru (Jakarta:

Kharisma Putra Utama, 2010), 83.

64

Secara garis besar demokrasi ini berjalan dengan adanya sistem pemilu, sistem

ini yang mendistribusikan suara dalam Pemilu dengan tujuan untuk memilih calon

pemimpin dalam pemilihan di tingkat daerah maupun nasional. Beberapa komponen

yang seringkali digunakan dalam Pemilu ada tiga diantaranya, formula pemilihan,

struktur penyuaraan dan besaran distrik. Formula pemilihan yaitu aturan

penghitungan dalam sistem pemilu, struktur penyuaraan digaris bawahi dengan

pilihan yang disediakan untuk calon pemilih dan besaran distrik dapat diartikan

pembagian dari besaran daerah pemilih bisa disebut dengan hanya memilih satu wakil

disetiap daerah pemilihan atau lebih.20

Proses Pilkada secara langsung sudah terkonsepkan dalam UUD 1945 yang

mana pada hal tersebut, memiliki tujuan untuk meningkatkan pengembangan dan

penguatan dalam sarana demokrasi yang berasaskan kedaulatan rakyat. Konsep ini

memilih calon kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung dengan

demokratis.21

Sudah sekian kalinya negara Indonesia menjalankan Pilkada, Pilkada

bertujuan untuk mencari calon pemimpin yang kelak menjadi kepala daerah seperti

Bupati atau Walikota. Melalui proses pemilihan secara langsung dan dipilih oleh

rakyat, One Man One Vote, pada prakteknya mekanisme ini proposional dan

demokratis serta bisa menjadi harapan bagi masyrakat agar mendapatkan haknya

20

Kacung Marijan, Sistem Politik Indonesia: Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde Baru, 83-84. 21

Leli Salman Al-fairi, “Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung: Sebuah Pilihan Model

Pemerintahan Daerah Demokratis,” Jurnal Aspirasi 1 (Februari 2011): 3.

65

sebagai warga negara terlebih dalam kehidupan berkeadilan dan kesejahteraan.22

Dengan memberikan suaranya kepada calon pemimpin karena proses yang baik akan

melahirkan pemimpin yang baik.

Proses Pilkada pada tahun 2017 kembali melahirkan calon-calon pemimpin

yang berkualitas, dan jumlah partisipasi calon kandidatnya masih terhitung

signifikan. Pilkada tahun 2017 dilakukan di 101 daerah, calon yang mendaftar

sebanyak 337 pasangan calon yang terdiri dari 81 calon perseorangan 247 yang

diusung oleh partai politik atau gabungan partai politik.23

Hal ini menunjukan

bahwasanya pada Pilkada 2017 masih banyak calon perseorangan yang ikut serta

dalam Pilkada, terhitung dari 101 daerah ada 81 calon perseorangan yang ikut serta

dalam Pilkada.

Pasangan calon kandidat yang maju secara perseorangan pada Pilkada tahun

2017 dapat dikatakan cukup banyak. Adapun pembagian calon perseorangan disetiap

daerah terhitung ada 81 kandidat. Berikut beberapa nama pasangan calon

perseorangan yang maju disetiap daerah yang tersebar di seluruh Indonesia :

22

Valina Singka Subekti, Dinamika Konsolidasi Demokrasi: Dari Ide Pembaruan sistem Politik

Hingga ke Praktik Pemerintahan Demokratis (Jakarta: Pustaka Obor Indonesia, 2015), 179. 23

Kpu.go.id, “337 Jumlah Pendaftar Pilkada 2017, 10 Daerah Paslon Tunggal,”

https://pilkada2017.kpu.go.id/berita/detail/24. Diunduh pada tanggal 11 April 2018.

66

Tabel 4.2

Calon Peseroangan pada Pilkada 2017

NO Nama Pasangan Calon Daerah Pencalonan Pekerjaan

1. Dr.H. Zaini Abdullah & Ir. H. Nasaruddin,

Mm

Aceh Gubernur dan

Bupati

2. Dr. Ir. H. Abdullah Puteh, M.Si & Sayed

Mustafa Usab Al-Idroes, Se, M.Si

Aceh Swasta & Swasta

3. Zakaria Saman &Ir. H. T. Alaidinsyah,

M.Eng

Aceh Swasta & PNS

4. Fuad Hadi, S.H.,M.H & Drh. Muhammad

Arif

Aceh Barat Swasta & Perdes

5. H. Zainal Arifin, Se. Mm & Said Azhari Aceh Barat Daya Swasta & Swasta

6. Muazam, SE, MM & Hermansyah, Sh Aceh Barat Daya Swasta & Swasta

7. H.Junaidi & Masrizal,Se.M.Si Aceh Barat Daya -

8. Maidisal Diwa & Ruslan Aceh Barat Daya Swasta & Swasta

9. H.Hasbi M.Saleh,Se & Tgk. T.Alamsyah

Yusfa

Aceh Barat Daya Polri &Swasta

10. Muhammad Qudusi & Bumisal Aceh Barat Daya Swasta

11. Nasri Saputra & Ifendi Aceh Jaya Swasta & Swasta

12. Lukmanul Hakim & Abdul Manaf Aceh Tamiang Swasta & Swasta

13. Drs. Iskandar Zulkarnain & Drs. Ahmad

As'adi

Aceh Tamiang Wakil Bupati &

PNS

14. Saiful Effendi & Mansyur Hidayanto Aceh Tengah Swasta & Swasta

15. Usman Nuzuly, SH & Armas Aceh Tengah Swasta & Swasta

16. Ridwan & Abdul Rani Aceh Timur DPRD Prov &

Swasta

17. H. Sulaiman Ibrahim & H. Razali, S.Pd Aceh Utara -

18. Fakhrurrazi H. Cut & Mukhtar Daud, Skh Aceh Utara -

19. Syamsuddin Ayah Panton & Tgk. Ibnu Hajar Aceh Utara -

20. Kisno Hadi, S.Ip.,M.Si & H. Rikiannor

Rahman

Barito Selatan Swasta & Swasta

67

21. Obon Tabroni & Bambang Sumaryono Kab. Bekasi Swasta & Swasta

22. Lin Farihin & Kh. Mahmud Kab. Bekasi DPRD Kab &

PNS

23. Armada Saleh & Karmijan Bener Meriah Swasta & Swasta

24. Ridwan Qari & Suetrisno Bener Meriah PNS & DPRD

Kab

25. Muchlis Gayo & M. Ali Bener Meriah Swasta & Swasta

26. Medio Yulistio, SE & Bengulu Tengah -

27. M. Sabri, S.Sos, M.M & Naspian Bengulu Tengah Wakil Bupati &

Swasta

28. H. Husaini M. Amin, SE & Azwar, S.Pd Bireuen Swasta & Swasta

29. H. Ruslan M. Daud & Drs. H. Djamaluddin

Idris

Bireuen Bupati & PNS

30. H. M. Yusuf Abdul Wahab & Dr. Purnama

Setia Budi, Sp.Og

Bireuen Swasta & PNS

31. Uwes Abubakar, Sh & Buyung J.

Puluhulawa, SH.,MH

Boalemo PNS & Swasta

32. Hi.Darwis Moridu & Ir.Hi.Anas Jusuf Boalemo Swasta & Swasta

33. Dr. H. Atikurahman Ms. & Achmad Nompa,

SE

Bombana Swasta & Swasta

34. Muhamad Sahir & Khairuddin Bombana Swasta & Swasta

35. Dewa Nyoman Sukrawan & I Gede Dharma

Wijaya, Se, Mm, M.Kes

Buleleng Swasta & Swasta

36. Agus Salim,S.H. & La Ode Agus,S.E. Buton Selatan Swasta & Swasta

37. Francesco Tebay, Sh & Benidiktus Kotouki,

Se

Dogiyai Swasta & Swasta

38. Dr. Yosep Usen Aman &Michael Mel Ola

Fernandez Lewai, ST

Flores Timur PNS & Swasta

39. Drs. Andreas Ratu Kedang & Paulus Tokan

Kopong Paron

Flores Timur PNS & Swasta

40. Adam, SE & Iskandar Gayo Lues Wakil Bupati &

PNS

41. Hj. Ratna Hi. Muslim & Yusuf Idris, S.Ip Halmahera Tengah Swasta & Swasta

68

42. Thobias Zonggonau, A.Md., Ip., S.Sos &

Hermaus Miagoni, S.Pd

Intan Jaya PNS & PNS

43. Siska Yoku. Sh &Marselino Waromi Jaya Pura Swasta & Swasta

44. Godlief Ohee &Drs. Frans Gina Jaya Pura Swasta & Swasta

45. Rahmat Jevary Juniardo & Khairuddin

Siregar

Kampar Swasta & Swasta

46. H. Alfisyahri Sh. MH. & Moh. Asbin

Wibowo

Kampar PNS & Swasta

47. Jawahir & Bardansyah Harahap Kampar PNS & Swasta

48. Yulianus Klemens Worumi,S.Th & Zefanya

Yeuwun,S.Pd.K

Kepulauan Yapen Swasta & Swasta

49. Melkianus Laviano Doom, A.Md & aul

Ayomi,SH

Kepulauan Yapen Swasta & Swasta

50. Abdul Majid, S.Psi & Drs. H. A. Kasmuri

Idris

Kota Batu PNS & PNS

51. Drs. Syaifuddin, H.Amin,Mm & Khairul

Anwar, SH.MH

Kota Langsa Swasta & Swasta

52. H. Asy'ari, S.P.Di, M.Pd & Teuku

Muhammad Nurdin, S.H.I, M.Ei

Kota Langsa Swasta & Swasta

53. Rachmatsyah & Teuku Noufal Kota Lhokseumawe PNS & Swasta

54. H. Wendra Yunaldi, SH, MH & H. Ennaidi,

S.Sos

Kota Payakumbuh -

55. H. Herman Nazar, S.H ., M.Si & Defi

Warman, S.Ip, M.Pd

Kota Pekan Baru -

56. Dr. H. Syahril, S.Pd, Mm & H. Said Zohrin,

Sh, Mh

Kota Pekan Baru PNS & Swasta

57. Izil Azhar & M. Anwar, SE Kota Sabang Swasta & PNS

58. Andi Syarif T.U.W., St, Mt, M.Si (Han) &

Dr. H. Nurmansyah., M.Kes

Kota Singkawang Swasta & PNS

59. Amos Lukas Watori,Sh & Noorjanah Kota Sorong Swasta & Swasta

60. Dr.Drg. Indrawan Sakti, M.Kes & H.

Norhanuddin, Ar. S.Pd, M,Pd

Kota Waringin Barat PNS & PNS

61. H. Eko Soemarno, Sh., Mkn & Yudie, Se., Kota Waringin Barat PNS

69

Spd., Msi.

62. H. Desi Hercules, SH., MH & Gusti Moch.

Awaludin M., S.Hut

Kota Waringin Barat DPRD Kab &

DPRD Kab

63. Tarsisia Hani Chandra & Linus Beseng Lembata Swasta & Swasta

64. Isnain Solo & Jacob Soakalune Maluku Tengah PNS & PNS

65. Abun Yani & Suhariyanto Muaro Jambi -

66. Amiri Aripin &Ahmad Toha,.Spdi.,Msi Musi Banyuasin Swasta & PNS

67. Nurchalis Sp., M.Si & Suyanto, SE Nagan Raya PNS & PNS

68. Faisal A Qubsy & Mustafar Nagan Raya Swasta

69. Drh.Muhammad Zahed & Samsul Bahari,

Bsc

Nagan Raya PNS & Swasta

70. Ir. T. Tarmiyus & Drs Hasan Basri, Mm Pidie Swasta & PNS

71. A Bakar Assajawy & Mukhtar Pidie Swasta & Swasta

72. Roni Ahmad & Fadhlullah Tm Daud, St Pidie Swasta & Swasta

73. Drs.Djamrudin Maloho,M.Si & Drs. Mochtar

Darise, M.Si

Prov. Gorontalo -

74. Ramli Yaman & Adjan Djaguna Pulau Morotai PNS & Swasta

75. Drs. Eduard Fonataba, Mm & Sami PNS

76. Sahlan Heluth, S.Pi, M.Si & Drs.Eduard

Makaruku

Seram Bagian Barat -

77. Awaluddin Rao, ST & Drs. Sokhizaro La'ia Tapanuli Tengah DPRD Kab &

PNS

78. Buyung Sitompul Ir Mt & Binsar Saruksuk Tapanuli Tengah PNS & Swasta

79. Pastor Rantinus Simanalu & Ustadz

Muhammad Sodikin Lubis, S.Ag

Tapanuli Tengah -

80. Ediyanto & Mulyono Tulang Bawang _

81. Hi. Syarnubi, S.Pd.,M.H. & Hj. Solihah,

S.Pd.I

Tulang Bawang DPRD Kab &

Swasta

Sumber: Rumahpemilu.org Perbandingan Pendaftar Perseorangan Pilkada 2015-2017.24

24

RumahPemilu.org, “Perbandingan Perdaftar Perseorangan Pilkada 2015-2017,” http://arsip.rumahpemilu.org/in/read/11767/Perbandingan-Pendaftar-Perseorangan-Pilkada-2015-dan-

2017. Diunduh pada tanggal 10 April 2018.

70

Dari tabel diatas, dapat dilihat beberapa pasangan calon yang maju secara

perseorangan tidak jauh beda dengan Pilkada tahun 2015. Pada Pilkada tahun 2017

calon dari latar belakang swasta lebih mendominasi dalam keikut sertaan dalam

Pilkada. Selain itu ada beberapa dari kalangan PNS yang maju secara Perseorangan

pada Pilkada 2017. Akan tetapi pada Pilkada 2017 sedikit berbeda dengan Pilkada

2015, karena dalam Pilkada ini beberapa dari petahana memilih maju secara

perseorangan, seperti mantan Bupati, pejabat daerah dan anggota DPRD, walaupun

tidak mendominasi.

Hal ini menunjukan bahwasannya calon perseorangan dalam pencalonan di

Pilkada hampir mewarnai kontestasi demokrasi di daerah serta jumlah calon

persorangan ini masih terhitung signifikan disetiap Pilkada. Dengan kata lain

masyarakat masih percaya dengan adanya calon perseorangan. Terhitung dengan

adanya calon perseorangan yang muncul dalam Pilkada tidak semata-mata

mendaftarkan begitu saja, akan tetapi semua itu didasari dengan adanya dukungan

KTP dari masyarakat. Karena hal tersebut menjadi syarat agar calon perseorangan

bisa ikut dalam Pilkada. Dan hal ini didasari dengan Undang-undang Pilkada yang

mengatur syarat calon perseorangan dan calon harus memenuhi syarat yang sudah

diatur dalam Undang-undang Pilkada.

Kendati demikian Pilkada di tahun 2017 dapat dikatakan masih signifikan

dengan konsep Pemilu dan demokrasi, karena dalam hal ini masyarakat berhak

memilih dan dipilih, seperti yang dikatakan oleh Almond dan Verba dalam David

71

Held, bahwa sebuah demokrasi harus ada persamaan, prestasi dan prosedur yang

mana hal tersebut akan memberikan legitimasi terhadap pemerintahan yang

berjalan.25

Hal ini bisa menjadi acuan bagi masyarakat agar bisa mempersiapkan diri

untuk ikut serta dalam pesta demokrasi, karena menurut Almond dan Verba setiap

individu sama dan memiliki prestasi yang menunjang, serta mampu untuk ikut serta

akan tetapi harus prosedural.

B. Pasangan Calon Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono Maju Menjadi

Calon Perseorangan Pada Pilkada di Kabupaten Bekasi Tahun 2017

Pilkada merupakan instrumen dalam demokrasi, pada konsepnya mencari atau

menjaring calon pemimpin secara prosudural dengan cara memilih seseorang atau

figur calon yang nantinya akan menjadi pemimpin di daerah. Dalam proses ini di

berlangsungkan pemilihan, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil sesuai dengan

Undang-undang Pemilihan umum.26

Dalam Pilkada banyak kandidat calon yang ikut merayakan pesta demokrasi,

ada calon yang maju melalui partai politik dan ada pula yang maju secara

perseorangan. Kandidat calon Perseorangan bisa mengikuti Pilkada apabila

memenuhi aturan dan syarat. Dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang

25

David Held, Pen. Abdul Haris, Model Of Democracy (Jakarta: Akbar Tandjung Institute,

2006), 217. 26

UU Republik Indonesia No 7 tahun 2017, Tentang Pemilihan Umum.

72

Perubahan Kedua Atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah mengatur calon Perseorangan.27

Selain itu syarat dan aturan ini diperkuat kembali dalam Pasal 41 Undang-

undang Nomor 10 Tahun 2016 pada intinya Undang-undang ini mengatur persyaratan

dukungan bagi calon perseorangan yang medaftarkan diri sebagai Gubernur Wakil

Gubernur, Walikota dan Wakil Walikota, Bupati dan Wakil Bupati. Hal ini

didasarkan dengan hitungan persentase dukungan, yang menjadi landasan atas jumlah

penduduk yang telah mempunyai hak pilih dan tercatat dalam daftar calon pemilih

tetap di daerah yang bersangkutan terhitung dari pemilihan umum sebelumnya.28

Sebagai calon kandidat di Pilkada harus sebanyak mungkin sudah melakukan

investasi politik serta menggalang kekuatan dan dukungan apalagi calon

perseorangan paling tidak harus bisa mengambil hati masyarakat dan kelompok-

kelompok yang memiliki basis agar bisa memberikan dukunganya dengan

memberikan KTP guna untuk memenuhi syarat untuk maju secara perseorangan pada

Pilkada yang sudah diatur dalam Undang-undang.

Hal tersebut bertujuan untuk menunjang calon agar bisa menjadi peserta dalam

Pilkada di Kabupaten Bekasi. Dalam kaitanya calon Perseorangan di Kabupaten

Bekasi yaitu Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono, telah lolos dan ditetapkan

27

UU Republik Indonesia No 12 Tahun 2008, Perubahan Ke Dua Atas Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah 28

Agus Budi Santoso, “Eksitensi dan Problematika Calon Perseorangan Dalam Pilkada di Tijau

Dari Prespektif Undang-undang Nomor 8 Tahun 2015”Refleksi Hukum 1 (Tb 2017): 149

73

sebagai calon Perseorangan oleh KPUD Kabupaten Bekasi yang ditetapkan dalam

surat keputusan dengan Nomor 279/KPU-Kab.011.329000/X/2016 yang langsung

ditanda tangani ketua KPU Idham Holik.29

Dengan melalui beberapa tahapan syarat dan aturan seperti, foto kopi Kartu

Tanda Penduduk Elektronik bisa dengan surat keterangan yang diterbitkan oleh dinas

kependudukan serta catatan sipil yang menerangkan bahwa penduduk tersebut

berdomisili di wilayah administratif yang sedang menyelenggarakan Pemilihan

paling singkat satu tahun dan tercantum dalam daftar Pemilih tetap Pemilihan

umum sebelumnya di provinsi atau Kabupaten atau Kota.30

Maka dengan demikian

pasangan calon Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono bisa mengikuti kontestasi

dalam Pilkada di Kabupaten Bekasi tahun 2017.

Pada intinya pencalonan secara Perseorangan dalam Pilkada tidak luput dengan

adanya dukungan dari masyarakat atau kelompok-kelompok yang memiliki basis,

karena dalam hal ini menjadi kunci atau tiket untuk calon perseorangan bisa ikut serta

di Pilkada. Dan hal ini dipertegas oleh Ramlan Surbakti bahwa partisipasi politik

merupakan keterlibatan atau keikut sertaan masyarakat dalam menentukan keputusan

29

Sebekasi.com,“Pilbup Bekasi 2017: Visi dan Misi Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono”,

http://sabekasi.com/news/detail/2/1406/Pilkada-Bekasi-2017:-Ini-Visi-Misi-Obon-Tabroni-Bambang-

Sumaryono: diakses pada tanggal: diunduh pada tanggal 04 April 2018. 30

UU Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 41 Ayat 3 dan 4, Tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati

dan Walikota Menjadi Undang-undang.

74

yang mempengaruhi calon terpilih atau tidaknya.31

Dengan demikian keterlibatan

masyarakat dalam kontestasi politik menjadi instrument yang penting. Maka dari

pada itu pasangan Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono dapat memenuhi syarat

untuk memajukan diri sebagai calon perseorangan pada Pilkada di Kabupaten Bekasi

2017. Hal ini dilatar belakangi dengan adanya dukungan dari masyrakat Kabupaten

Bekasi.

Pada proses pencalonan pasangan calon perseorangan Obon Tabroni dan

Bambang Sumaryono mampu memenuhi syarat dengan, mengumpulkan sekitar 156

ribu KTP. Proses pengumpulan KTP ini hasil dari dukungan masyarakat yang

percaya pada Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono. Akan tetapi pada proses ini

meyakinkan masyarakat untuk mau memberikan KTP-nya perlu melalui proses yang

cukup panjang, dengan kata lain perlu dengan argumentasi atau narasi yang baik agar

masyarakat percaya dan mau memberikan KTP-nya. Dalam proses ini ketua tim

pemenangan Obon dan Bambang yaitu Amier Mahfouzh mengatakan bahwasanya:

Proses pengumpulan KTP itu sangat lah berat dan sulit dengan mengumpulkan

hampir 156 ribu lebih KTP yang harus kita siapkan untuk Obon Tabroni dan

Bambang Sumaryono agar dapat lolos menjadi calon kandidat perseorangan dan

langkah yang kita lakukan pertama kali adalah bagaimana kita membuat OTC (obon

tabroni center) selain itu kita membentuk tim 9 yaitu asistensi bagaimana tim tersebut

membentuk kordinator-kordinator disetiap desa kordinator kecamatan, yang

fungsinya untuk turun langsung kelapangan untuk mengumpulkan KTP.32

31

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia,

2007), 140. 32

Wawancara dengan Amier Mahfouzh Ketua Tim Pemenangan OT dan BS. pada 4 Januari

2018 di Kabupaten Bekasi.

75

Pertama kali yang kita kumpulkan adalah buruh karena buruh udeh pasti kenal

dengan bang obon, dan kita dengan relawan mengumpulkan 1 relawan dengan 10

KTP, entah KTP tetangga, keluarga, atau saudara. Kendala dilapangan banyak

macem-macem, ada yang dibilang kita mau minta sumbangan, ada yang bilang

dikasih duit atau gak, yah begitu-begitu dah. Cuma alhamdulilahnya ada beberapa

langsung ngmpulin KTP buat bang Obon, yang gak ada fotocopyaannya kita foto,

yang ada foto copyannya langsung kita ambil.33

Dari wawancara di atas dapat dilihat proses pengumpulan KTP ini ternyata

memerlukan tim khusus yaitu tim 9 terdiri dari beberapa kecamatan dan desa serta

membuat OTC (obon tabroni center) yang fungsinya untuk turun secara langsung

kelapangan untuk mengumpulkan KTP. Tim inilah yang secara langsung meminta

KTP masyarakat untuk memberikan dukungan kepada calon perseorangan yaitu Obon

dan Bambang yang nantinya digunakan untuk memenuhi syarat agar menjadi calon

perseorangan pada Pilkada di Kabupaten Bekasi. Selain itu terbentuknya relawan

secara sendirinya dengan asumsi bahwasannya sepakat dengan calon perseorangan

karena dalam hal ini masyarakat Kabupaten Bekasi ingin sebuah perubahan yang

lebih baik lagi. Dengan melihat sosok calon Obon dan Bambang dengan maju secara

perseorangan masyarakat banyak yang tertarik menjadi relawan.

Selain itu Obon Tabroni sebagai calon perseorangan memiliki

pengalaman yang baik, karena dalam hal ini Obon Tabroni memimpin

organisasi buruh terhitung sejak masih berkerja sampai menjabat sebagai

deputi FSPMI.34

Organisasi buruh ini salah satu faktor yang melatar

33

Wawancara dengan Amier Mahfouzh Ketua Tim Pemenangan OT dan BS. pada 4 Januari

2018 di Kabupaten Bekasi. 34

Tirto.id, “Obon Tabroni.” https://tirto.id/m/obon-tabroni-1Q diunduh pada tanggal 4 April

2018.

76

belakangi Obon Tabroni maju secara perseorangan pada Pilkada di

Kabupaten Bekasi 2017. Hal ini sesuai dijelasakan oleh Obon Tabroni.

Jadi kalau saya gini harus fokus, kalau orang bilang saya ini kaya orang

autis. Orang autis itu kan fokus tidak lihat kiri dan kanan fokus aja sama

yang dia pegang, selain itu saya juga tidak main hanya di bekasi saja saya

juga aktif sampai nasional sampai di aceh samapai di Papua. Betul, Jujur

saya mendeklir, ada orang yang ngomong kalau politik harus punya

konsultan, harus punya tim dan yang lainya. lalu buruh bagaimana bang,

kasihan abang kalau kaya gitu kata orang terdekat gue. walapun gue bakal

kalah identitas gue tetep ada, karena persolan tentang pilkada menang itu

penting, menang itu harus, tapi gue bilang gue ini lagi ngebikin pronmet,

peka atau proses itu juga gak kalah penting, proses itu apa kaya tadi,

membangun kesadaran itu kan susah, membangun keberanian orang itu

susah, membangun rasa percaya diri orang itu susah, dari politik bukan

hanya persoalan tentang ini jadi bupati, justru tidak, disinituh juga gak

kalah penting, idealisnya disitu idealisnya.35

Dari hasil wawancara di atas bahwa pengalaman Obon Tabroni dalam

organisasi buruh yaitu FSPMI sangatlah diperhitungkan, karena dalam segi

kapasitas dan loyalitas Obon digerakan buruh tidak bisa dipungkiri sangat

bagus dan hal ini menjadi salah satu faktor yang melatar belakangi Obon

maju menjadi kandidat perseorangan pada Pilkada Kabupaten Bekasi 2017.

Karena menurutnya buruh juga bisa ikut serta dalam politik, walaupun

kalah identitas buruh akan tetap ada. Dalam hal ini Obon Tabroni

menekankan bahwasanya yang penting adalah prosesnya serta keidealisan

buruh tetap terjaga.

Dalam kontestasi Pilkada tidak pernah luput dengan keterkaitan orang nomor

dua yang menjadi pasangan, dalam hal ini pasangan calon wakil harus melengkapi

35

Wawancara dengan Obon Tabroni, ketu PC FSPMI dan selaku calon Perseorangan Bupati

Kabupaten Bekasi, pada 4 Januari 2018 di Kantor PC FSPMI.

77

apa yang kurang dari calon ketua khususnya dalam kontestasi Pilkada. Maka Obon

Tabroni memilih Bambang Sumaryono menjadi wakilnya. Menurutnya Bambang

Sumaryono memiliki kelebihan yang tidak dimilikinya, maka dari itu Obon Tabroni

memilih Bambang Sumaryono menjadi wakilnya pada Pilkada di Kabupaten Bekasi

2017.

Gue tuh orang yang gak punya, lu tau gue siapa? Gue ini art-teknis selalu urusan

makro dan gue butuh orang, paham tentang hitung-hitungan bambang itu lulusan

ITB, orang teknik dan hitung-hitungannya jago dan gue cocok sama dia dan dia

orangnya idealis juga.36

Selain itu Bambang Sumaryono siap mendampingi Obon Tabroni menjadi

pasanganya pada Pilkada Kabupaten Bekasi. Beliau mengatakan bahwa:

Saya mau mendampingi pak Obon itu, karena saya satu framing dengan beliau, satu

visi dan saya satu tujuan dengan beliau. Intinya saya memang siap mendampingi pak

Obon di Pilkada kemarin.37

Dalam wawancara di atas menunjukan bahwa pasangan calon tersebut saling

melengkapi satu sama lain, secara garis besar Obon Tabroni memiliki manajemen

dan kapasitas yang lebih dari Bambang Sumaryono, didorong dengan keterlibatan

Obon dalam organisasi buruh dan ini menjadi nilai lebih bagi Obon. Selain itu

Bambang Sumaryono juga memiliki kapasitas yang cukup baik, akan tetapi berbeda

dengan Obon, Bambang lebih menguasi mengenai teknis dan hitungan. Kedua calon

ini memiliki kapasitasnya masing-masing, hal ini saling menopang untuk keduanya.

36

Wawancara dengan Obon Tabroni, ketu PC FSPMI dan selaku calon Perseorangan Bupati

Kabupaten Bekasi, pada 4 Januari 2018 di Kantor PC FSPMI. 37

Wawancara dengan Bambang Sumryono, Wakil calon Bupati Perseorangan di Kabupaten

Bekasi, pada 4 Januari 2018.

78

Selain itu pasangan calon perseorangan ini tidak memilih maju melalui partai

akan tetapi lebih memilih maju secara perseorangan pada Pilkada di Kabupaten

Bekasi. Dengan maju melalui partai politik tidak menutup kemungkinan pasangan

perseorangan ini dapat terpilih menjadi Bupati di Kabupaten Bekasi. Terlebih

dengan adanya kepercayaan masyarakat terhadap calon perseorangan, serta

dukungan buruh dan juga kelompok-kelompok lain, tidak menutup kemungkinan

pasangan Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono dapat memenangkan Pilkada di

Kabupaten Bekasi. Menurut Obon Tabroni:

Kita bicara tidak hanya tentang bagaimana jadi bupati, Proses itu penting, kita bicara

loyalitas dan bicara keberanian menumbuhkan percaya diri, itu yang paling penting

kita mikir itu, karena mikir kaya gitu kita mesti ngasih contoh, nah sekarang gue

ngomong orang percaya, loe jangan jadi buruh, begini-begini-begini kan beda kalau

gue ngomong tadi sebelum gue jadi calon Bupati, loe jangan jadi gak percaya diri

kalau jadi buruh, kira-kira gitu.,Kalau Ahmad Dani maju sendiri suaranya juga lebih

banyak gue. Yang paling penting adalah bangkitin semangat orang, bangkitin

kepercayaan orang. Kalau gue masuk partai, kalau menang diklaim partai, Intinya

bakal ribet, nah sekarang gue bisa ngomong sama PDI, lu jangan sombong-

sombong, lu boleh punya segalanaya, lu boleh punya dewan. Gue ngomong

berdasarkan fakta, Itu sampe turun semua kemarin yah Rike terus Ara turun buat

bantu si Mely tapi tetep aja suara lu dibawah gue, nah sekarang gue di minta maju

anggota dewan lewat PDI.38

Dari hasil wawancara di atas dapat melihat Obon dan Bambang lebih memilih

maju secara perseorangan. Pasangan Obon dan Bambang memberikan contoh kepada

masyarakat khususnya kepada buruh. Menurut pengakuan Obon apabila masuk

melalui partai akan banyak permintaan serta akan banyak intervensi partai, yang

nantinya akan menyulitkan menjalankan konsep dan visi misi kandidat ini. Walaupun

38

Wawancara dengan Obon Tabroni, ketu PC FSPMI dan selaku calon Perseorangan Bupati

Kabupaten Bekasi, pada 4 Januari 2018 di Kantor PC FSPMI.

79

partai politik memiliki mesin politik yang bagus dan memiliki potensi suara yang

pasti, tetapi tidak menutup kemungkinan suara calon perseorangan ini tidak naik,

terbukti pasangan Obon dan Bambang ini mengalahkan suara Melina calon yang

diusung oleh PDIP.

Dalam kaitan mengenai pencalonan pada Pilkada tidak luput dengan adanya

dukungan dari masyarakat ataupun kelompok. Obon Tabroni dan Bambang

Sumaryono dalam Pilkada di Kabupaten Bekasi memiliki kelompok pendukung yang

tergabung menjadi timnya, yang mana kelompok tersebut memiliki fungsi dan

kegunaanya. Disamping itu bertujuan untuk memenangkan pasangan calon Obon

Tabroni dan Bambang Sumaryono pada Pilkada di Kabupaten Bekasi. Menurut Obon

Tabroni mengenai kelompok yang mendukungnya. Obon mengatakan:

Kelompok yang mendukung gue ini bukan lagi kelompok yang sebesar NU,

organisasi sekelas LSM gede, karena orang sekarang kan transaksional maaf-maaf

aja, nah kalau gue kan gak ada cerita lu dukung gue dukung gue aja jangan minta

sekarang, kita berjuang dulu. Kelompok yang mendukung gue, seperti kelompok

anak-anak seni bikinin gue lagu, terus kelompok-kelompok tokoh masyarakat,

petani-petani biktara, kelompok anak-anak muda yang memang sangat luar biasa

karena mereka menganggap gue sosok anak muda Kabupaten Bekasi yang berani

tampil dan beda, komunitas motor, komunitas pencinta alam Kabupaten Bekasi,

mahasiswa secara personal tidak memakai bendera oganisasi, kelompok pemuka

agama, kalau dari kalangan birokrat nol (tidak ada), dari kepala desa juga nol, ibu-ibu

majlis ta’alim karena istri gue, relawan Jamkes, serta bebrapa pecahan kader parpol,

kader parpol ini kana da juga yang jadi aktifis buruh di FSPMI.39

Wawancara ini membuktikan bahwa ada kelompok yang siap mendukung Obon

dan Bambang, kelompok-kelompok ini yang melatar belakangi Obon dan Bambang

maju secara perseorangan pada Pilkada di Kabupaten Bekasi. Kelompok-kelompok

39

Wawancara dengan Obon Tabroni, ketu PC FSPMI dan selaku calon Perseorangan Bupati

Kabupaten Bekasi, pada 4 Januari 2018 di Kantor PC FSPMI

80

ini bisa menjadi mesin politik bagi pasangan calon Obon dan Bambang. Dari

beberapa kelompok yang disebutkan di atas masing-masing kelompok tersebut

memiliki perananya masing-masing dalam memenangkan pasangan calon Obon dan

Bambang. Di samping itu juga ada beberapa pecahan partai politik yang mendukung

pasangan calon ini. Hal ini cukup berpengaruh untuk pasangan calon Obon dan

Bambang untuk memenangkan Pilkada di Kabupaten Bekasi.

Kelompok ini mempunyai peran dan kinerja politiknya dan hal ini sangatlah

signifikan dengan adanya calon perseorangan yang maju di Kabupaten Bekasi,

banyak relawan yang terlibat dalam pemenangan Obon dan Bambang. Semua

tergabung dalam tim 9 yang terbentuk serta relawan diluar dari tim 9. Hasil

wawancara dengan ketua tim pemenangan Obon dan Bambang yaitu Amier

Mahfouzh.

Setelah terbentuknya OTC dan Tim 9, pasca dari itu mulai banyak tuh relawan-

relawan, komunitas-komuntas yang tergabung dalam tim kita, dengan menggunakan

tagline OBAMA atau SOBAT Obon, dan semua kelompok dan relawan ini

termobailisasi dengan baik.40

Ada beberapa hal yang harus digaris bawahi kelompok dan relawan yang

tergabung hadir berdasarkan keinginannya sendiri tidak ada money politic apalagi

berganing jabatan melainkan dengan kepercayaan yang terbangun oleh pasangan

calon persorangan ini. Selain itu kelompok-kelompok serta relawan ini berkerja atas

dasar kemaunya yang ingin merubah Kabupaten Bekasi dengan melihat baru ada

40

Wawancara dengan Amier Mahfouzh, Ketua Tim Pemenangan OT dan BS pada 4 Januari

2018 di Kantor PC FSPMI

81

calon Perseorangan yang muncul di Kabupaten Bekasi dan pasangan calon ini

menjadi pasangan calon alternatif.

Selain itu relawan dan kelompok pendukung ini bisa berjalan dengan baik

apabila adanya pengkontrolan serta perlu adanya manajemen yang baik, semua itu

didorong dengan adanya kepercayaan yang terbangun antara calon dengan tim

pemenangan. Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Obon Tabroni

bahwasanya:

Bagaimana kita memanagement dan terbuka, karena secara prinsip manusia itu

memiliki harapankan, dan kita bagaimana menyatukan harapan, dan ini bukan

harapan kita tapi harapan kebanyakan orang di Kabupaten Bekasi. Semua itu gue

lakukan harus lebih banyak dari mereka, porsinya harus lebih sehingga orang akan

tergerak nantinya, dan kita buat kebebasan. Dan itu tim kita, kita berikan kebebasan.

dan sampai hari ini tim kita masih solid.41

Wawancara di atas menjelaskan bahwa tidak hanya dengan uang atau dengan

jabatan, akan tetapi dengan menyamakan framing, dan gagasan maka masyarakat

yang tergabung dalam tim akan bergerak dengan sendirinya. Hal ini menjadi ukuran

tidak selamanya kekuatan itu didapatkan dengan money politik melainkan bisa

didapatkan dengan adanya kesamaan dan kepercayaan. Metode yang digunakan oleh

calon perseorangan ini dengan menggunakan kesamaan, kepercayaan, harapan dan

kebebasan, sesuai dengan konsep demokrasi yang di sampaikan oleh Almond dan

Verba dalam David Held, bahwa sebuah konsensus yang paling mendasar adalah

nilai-nilai politik secara umum yang mensepakati bahwasaanya dalam demokrasi

41

Wawancara dengan Obon Tabroni, ketua PC FSPMI dan selaku calon Perseorangan Bupati

Kabupaten Bekasi, pada 4 Januari 2018 di Kantor PC FSPMI.

82

harus ada persamaan, prestasi dan prosedur yang mana hal tersebut akan memberikan

legitimasi terhadap susunan sosial dan politik saat ini.42

Kendati demikian penting bagi kita untuk merumuskan sesuatu dengan

berdasarkan keinginan bersama. Pasangan calon perseorangan ini maju dalam Pilkada

di latar belakangi dengan adanya dukungan dari masyarakat berupa KTP untuk

memenuhi syarat menjadi calon perseorangan, selain itu keterlibatan kelompok-

kelompok pendukung seperti buruh, komunitas, LSM, relawan dan lain sebagainya

yang tergabung dalam tim 9 ataupun di luar dari tim 9. Hal ini menjadi salah satu

faktor yang melatar belakangi pasangan calon Obon dan Bambang maju secara

perseorangan pada Pilkada di Kabupaten Bekasi 2017. Semua itu terbangun dengan

berdasarkan kegelisahan dan keinginan yang sama untuk merubah Kabupaten Bekasi

yang tidak baik menjadi lebih baik.

C. Analisa Kekalahan Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono Pada

Pilkada di Kabupaten Bekasi tahun 2017

Proses pemilu menjadi sistem yang sangat penting dalam menjaring calon

untuk menjadi pemimpin. Proses ini tidak luput dengan adanya dukungan dari tim

serta kerja lapangan. Oleh sebab itu setiap pasangan calon dapat memajukan dirinya

melalui partai politik atau bisa maju secara perseorangan. Calon perseorangan untuk

kondisi di Indonesia saat ini belum terlalu menjanjikan karena kekuatan partai

42

David Held, Pen. Abdul Haris, Model Of Democracy, 217.

83

sebagai mesin politik masih cukup efektif. Ketika Obon dan Bambang memilih partai

apapun pada kenyataanya keduanya melihat tidak ada yang signifikan.

Pada proses ini setiap masyarakat boleh mencalonkan diri melalui partai atau

perseorangan akan tetapi harus memenuhi syarat yang sudah di atur dalam Undang-

undang. Pasangan calon yang maju secara perseorangan sangatlah diperhitungkan

karena dalam proses ini harus memenuhi syarat dengan mengumpulkan KTP

berdasarkan persentase dari jumlah penduduk, aturan ini sudah ada pada Undang-

undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 41 Ayat 2, Tentang Perubahan Kedua Atas

Undang-undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan

Gubernur, Bupati dan Walikota menjadi Undang-undang.43

Pada Pilkada di Kabupaten Bekasi yaitu Obon Tabroni dan Bambang

Sumaryono mampu memenuhi syarat untuk maju melalui jalur peseorangan dengan

proses yang cukup panjang. Hal ini menjadi yang pertama dalam Pilkada di

Kabupaten Bekasi, dari tahun 2007, 2012, dan di tahun 2017 pertama kalinya terdapat

pasangan calon yang maju secara perseorangan.44

Akan tetapi pada akhirnya

pasangan calon ini kalah dalam Pilkada di Kabupaten Bekasi tetapi hal ini telah

43

UU Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 41 Ayat 2, Tentang Perubahan Kedua

Atas Undang-undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Penetapan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota

Menjadi Undang-undang. 44

Pikiranrakyat.com , “Pasangan Cabup Cawabup Perolehan Nomer Urut.”

http://www.pikiranrakyat.com/politik/2011/12/22/170442/. Di unduh pada tanggal 15 April 2018.

84

menunjukan bahwa pasangan calon tersebut memiliki keberanian dinilai bisa menarik

simpati masyarakat.

Adapun hasil perolehan suara pada Pilkada Kabupaten Bekasi 2017 yang mana

tergambarkan setiap calon memiliki partai pengusung atau pendukung dan unsur

lainya yang sudah mendukung setiap pasangan calon dan hasil perolehan suara pada

Pemilukada di Kabupaten Bekasi 2017.

Tabel 4.3

Hasil Perolehan Suara Pilkada di Kabupaten Bekasi 2017

NO

Nama Pasangan Calon Bupati

dan Wakil Bupati

Hasil Perolehan Suara

Jalur

1. Neneng Hasanah Yasin –

Eka Supria Atmaja

41.86%

Golkar, PAN, PPP,

NASDEM dan

HANURA

2.

SA’duddin – Ahmad Dhani

24.45% PKS, GERINDRA

dan P.DEMOKRAT

3. Obon Tabroni –

Bambang Sumaryono

17.13% Independen

4. Melina Kartika Kadir –

Abdul Kholil

9.04 PDIP, PBB dan

PKB

5. Lin Farihin – Mahmud 7.52 Independen

Sumber: Dakta.com Perolehan Suara.45

Pada tabel diatas menunjukan bahwa perolehan suara pasangan calon

perseorangan ini cukuplah tinggi karna pada hasilnya, pasangan calon ini menduduki

posisi ketiga dan mengalahkan pasangan calon Melina dan Abdul yang mana

pasangan tersebut diusung oleh PDIP, PBB dan PKB. Akan tetapi pada kenyataanya

pasangan Obon dan Bambang tetap kalah pada Pilkada Kabupaten Bekasi 2017. Hal

45

Dakta.com, “Perolehan Suara Sementara,” http://www.dakta.com/news/8210/real-count-kpu-

neneng-eka-masih-ungguli-suara-Pemilukada-bekasi di Unduh pada tanggal 22 Mei 2018.

85

ini tidak menutup kemungkinan bahwa di Pilkada selanjutnya pasangan perseorangan

ini akan memenangkan Pilkada selanjutnya.

Pada kaitanya faktor apa yang melatar belakangi pasangan Obon dan Bambang

kalah dalam Pilkada di Kabupaten Bekasi pasangan calon perseorangan ini

mengatakan ada faktor yang membuat kalah adalah kurangnya finansial dan logistik

adanya intervensi lebih yang dilakukan oleh kepala desa terhadap calon pemilih

disetiap desanya. Selain itu Obon mengatakan, banyaknya kerugian yang disebabkan

administrasi KPUD yang kurang baik dan kurang maksimal banyak suara pemilih

pasangan ini yang tidak bisa memilih dihari pemilihan. Faktor lain yaitu adanya

penggembosan suara menybabkan pasangan calon perseorangan ini kalah dalam

Pilkada di Kabupaten Bekasi, kurangnya lapis kedua didalam tim pemenanganya.

Ada lima faktor yang membuat pasangan persorangan ini kalah di antaranya adalah:

1. Kurangnya Financial atau Logistik

Finansial atau logistik menjadi komponen penting dalam pemenangan dalam

kontestasi politik, yang mana pada fungsinya untuk menunjang atau menggerakan

mesin politik agar berjalan. Passangan Obon dan Bambang memiliki kendala tersebut

yang mana pada akhirnya menjadi salah satu faktor kekalah dalam Pilkada di

Kabupaten Bekasi. Hal ini di jelaskan oleh Obon Tabroni selaku kandidat calon

perseorangan yang maju secara perseorangan.

Yang pertama duit atau financial, karena modal yang gue punya gak banyak kira-kira

abis uang itu sekitar 350 juta kalau Bambang Sumaryono sekitar 500jutaan, jadi

86

untuk gue modal nyalon kemarin habis sekitar 850jutaan ini diluar tim yang kolektif

yah. Yang terpenting gue sama Bambang habis pencalonan gak ada hutang.46

Dari hasil wawancara di atas bahwa faktor yang menyebabkan pasangan calon

perseorang ini kalah diantaranya adalah kurangnya finansial yang menunjang, karena

hal ini menjadi salah satu faktor terpenting dalam pemenangan Pilkada, karena dalam

segi finansial dan logistik berguna untuk menunjang kerja tim agar tetap berjalan.

Terlebih financial dan logistik bisa menjadi stimulus tim agar tetap konsisten dalam

pemenangan. Akan tetapi pada wawancara diatas dikatakan bahwa tim dari pasangan

kandidat perseorangan ini melakukan kolektif tidak dipungkiri faktor logistik atau

finansial ini menjadi faktor utama dalam pemenangan calon.

2. Intervensi Kepala Desa

Intervensi dari Kepala Desa yang berpihak terhadap pasangan calon lain hal ini

juga tidak kalah penting karena pengaruh dari kepala desa itu sangatlah kuat terlebih

kepala desa adalah salah satu simbol di masyarakat. Dan ini yang menjadi faktor

kekalahan pasangan kandidat perseorangan. Menurut Obon Tabroni:

Jaringan kepala desa masyarakat Kabupaten Bekasi tau, gimana peran kepala desa

itu, peran kepala desa ini terlalu mengintervensi masyarakatnya untuk mendukung

pasangan calon lain, gue gak bisa nyebut nama yah. Cuma ada satu kepala desa yang

mendukung gue kepala desa wonojaya 47

Wawancara di atas menunjukan bahwa peran dari Kepala Desa sangatlah

berpengaruh didalam Pilkada Kabupaten Bekasi 2017 yang mana pada prakteknya

46

Wawancara dengan Obon Tabroni, Ketua PC FSPMI dan selaku Kanditat Calon Perseorangan

Bupati Kabupaten Bekasi, pada 4 Januari 2018. di kantor PC FSPMI 47

Wawancara dengan Obon Tabroni, Ketua PC FSPMI dan selaku Kanditat Calon Perseorangan

Bupati Kabupaten Bekasi, pada 4 Januari 2018. di kantor PC FSPMI

87

dapat menggerakan masyarakat untuk ikut memilih kandidat pasangan lain. Menurut

Milbert dan Goel hal ini dapat disebut dengan gladiator yang mana pada konsep

partisipasi politik memiliki peran menjadi garda terdepan dalam proses politik,

mengapa demikian gladiator pada prakteknya terlibat aktif dalam proses politik.48

3. Administrasi dalam Pelaksanaan Pilkada di Kabupaten Bekasi 2017

Administrasi yang kurang baik menyebabkan banyak pemilih pasangan calon

perseorangan tidak memiliki hak suaranya dan menyebabkan suara pasangan calon

perseorangan ini menurun pada hari pemilihan. Disebabkan proses penyampaian

undangan pemilih banyak yang berbeda, selain itu aturan yang mengenai pemilih

harus menggunakan E-KTP dan banyak pemilih Obon Tabroni dan Bambang

Sumaryono yang tidak memiliki E-KTP dan pada akhirnya diizinkan tidak

menggunakan E-KTP akan tetapi hal ini cenderung menurunkan calon pemilih

pasangan perseorangan ini untuk memilih karna kebijakan yang diambil cukup lama.

Menurut Obon Tabroni:

Dari sisi administrasi itu berantakan bangat, banyak undangan yang suara bakal milih

kita tidak dapet khususnya desa gue sendiri tuh yang jadi basis gue gak banyak yang

dapet. kasusnya pemilih harus memakai E-KTP suara yang milih gue rata-rata gak

punya E-KTP eh pas di ujung diperbolehkan.49

Cotohnya lagi secara administrasi yah

pasangan suami istri yang beda TPS tidak satu TPS, ini kan juga sama

menghilangkan pemilih, logikanya emang mau itu laki sama bininya dipisah akhirnya

kaga milih. Administrasinya berantakan dah. selain itu kita mana ada jaringan politik

yang kuat, neneng inkamben kepala dinas bisa dia gerakin, sadudin mantan bupati

48

George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Moderen (Jakarta: Kencana, 2007),

394 49

Wawancara dengan Obon Tabroni sebagai KetuaPC FSPMI dan selaku Kandidat Calon

Perseorangan Bupati Kabupaten Bekasi, Pada 4 Januari 2018, di Kantor PC FSPMI.

88

juga, terus pasangan lain punya dukungan dari anggota dewan DPRD, DPR RI. yah

gitu dah.

Wawancara diatas menggambarkan bahwa administrasi dapat menjadi kendala

adanya kecendrungan penurunan suara, seperti syarat pemilih harus menggunakan E-

KTP akan tetapi dihari pemilihan diperbolehkan tidak menggunakan E-KTP hal ini

cenderung menurunkan keinginan calon pemilh untuk memilih, selain itu pembagian

pemilihan antara satu KK (kartu keluarga) yang mana pada prakteknya berbeda TPS

dan pada akhirnya calon pemilih tidak mau datang ke TPS dan hal ini sangatlah

merugikan pasangan calon Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono.

4. Pembelokan atau Penggembosan Suara

Pada Pilkada hasil perolehan suara menjadi penentu atau ukuran terpilih atau

tidaknya kandidat calon yang sedang ikut dalam kontestasi politik. Dalam hal ini

pasangan calon dalam Pilkada bersaing untuk merebutkan suara yang berada pada

masyarakat, maka dari pada itu perlu adnya tim khusus yang konsen dalam mencari

suara untuk kemenangan kandidat calon. Akan tetapi dalam prosesnya banyak calon

kandidat yang dikhianati yang seharusnya suara tersebut akan memilihnya tetapi

suara tersebut berpindah ke kandidat lain. Pada Pilkada Kabupaten Bekasi pasangan

calon Obon dan Bambang mengalami kondisi seperti ini mengingat bahwa dipolitik

itu tidak ada yang absolute Maka menurutnya:

Itu ada, cuma kalau secara terbuka gak ada, namanya pendukung di bargaining atau

iming-imingi sesuatu namanya orang kan mau aja. jadi gini kemarin itu tim banyak

itu karena melihat guenya, kalau sisanya sii ada niat mau ngegembosin suara sii ada,

89

dan gue juga tau siapa orangnya.50

kalau gue ma gak masalah dia belokin suara gitu

berartikan emang udah gak sehati dan gak se visi-misi lagi. Kalau ditanya berapa

persen hilangnya suara gue lumayan dari pembelokan itu hampir 2-3% lah paling.

kalau yang kaya gitu doain aja biar baik-baik aja.51

Dari wawancara di atas menjelaskan ada faktor lain yang menyebabkan

pasangan calon perseorangan ini kalah, yaitu faktor penggembosan suara atau

memutar suara ini menjadi faktor yang cukup besar, karena pada prakteknya suara

yang seharusnya memilih pasangan Obon dan Bambang berpindah atau tidak

memilih. Hal ini sangat merugikan bagi Obon dan Bambang yang seharusnya suara

tersebut akan menunjang kemenangan bagi pasangan Obon dan Bambang pada

Pilkada di Kabupaten Bekasi.

5. Kurangnya Lapisan Kedua Grass Roots (Basis TPS)

Menurut Pangi Syarwi Chaniago, pengamat politik mengenai calon

perseorangan ini, merupakan langkah yang baik dan calon Perseorangan ini

merupakan salah satu alternatif bagi masyarakat, karena dengan semerautnya

konstalasi atau pergelutan partai politik calon perseorangan ini menjadi jalan tengah.

Menurutnya:

Calon Perseorangan itu merupakan salah satu calon alternatif atau bisa dikatakan,

calon Perseorangan ini merupakan calon yang langsung dari rakyat, karena secara

status calon Perseorangan ini tidak di bawah partai, akan tetapi dalam hal ini calon

50

Wawancara dengan Obon Tabroni, Ketua PC FSPMI dan selaku Kanditat Calon Perseorangan

Bupati Kabupaten Bekasi, pada 4 Januari 2018. di kantor PC FSPMI 51

Wawancara dengan Obon Tabroni, Ketua PC FSPMI dan selaku Kanditat Calon Perseorangan

Bupati Kabupaten Bekasi, pada 4 Januari 2018. di kantor PC FSPMI

90

Perseorangan itu ada baik dan buruknya, baiknya adalah ketika calon ini jadi tidak

akan ada partai yang mengintervensi atau menggangu kebijakanya, karena semua

yang diambil langsung dengan rakyat. Buruknya adalah ketika dia jadi, akan ada

polemik didalam pemerintahannya, terlebih dengan anggota legislatifnya, pasti akan

banyak program kerja yang tidak disepakati oleh legislatifnya, karena calon

Perseorangan ini bukan dari repersentatif partainya. semua itu ada baik dan

buruknya.52

Menurutnya, calon perseorangan ini sangat lah efektif dalam Pilkada, terlebih

dengan adanya Pilkada serantak calon perseorangan ini bisa menjadi calon alternatif

pilihan masyarakat, karena fenomena calon indepen ini baru-baru ini saja khususnya

di Kabupaten Bekasi, akan tetapi calon perseorangan ini masih memiliki kelemahan

ketika calon perseorangan ini jadi kepala daerah. Kelemahanya tidak ada pendukung

didalam pemerintahan, khususnya di Legislatif. Selain itu faktor terbesar yang

menyebabkan kenapa banyak calon perseorangan ini tidak terpilih, apa yang

menyebabkan calon perseorangan ini kalah dalam kontestasi demokrasi. Menurut

Pangi Syarwi Chaniago:

pertama calon Perseorangan ini tidak memiliki grass roots akar rumput yang kuat

sehingga mesin mereka tidak berjalan dengan maksimal, yang kedua figurnya sendiri

yang tidak laku terjual, ketiga mungkin mereka tidak memiliki program yang bagus

yang ke empat adalah mereka tidak mampu merubah hal yang populis yang paling

terpenting adalah calon Perseorangan ini tidak memiliki mesin partai.53

Faktor-faktor diatas menguatkan bahwasaannya faktor kekalahan calon

perseorangan ini berlandaskan ketidak kuatanya perangkat dibawah dalam arti grass

roots, hal ini merupakan pondasi bagi pasangan calon dalam mengikuti kontestasi

politik khususnya Pilkada yang seharusnya pada tataran ini harus dimaksimalkan

52

Wawancara dengan Pangi Syarwi Chaniago, M.IP, Direktur Eksekutif Voxpol Center

Research & Consulting, Pada 16 Januari 2018, di Kantor Voxpol. 53

Wawancara dengan Pangi Syarwi Chaniago, M.IP, Direktur Eksekutif Voxpol Center

Research & Consulting, Pada 16 Januari 2018, di Kantor Voxpol.

91

dengan baik, akan tetapi calon perseorangan yaitu Obon Tabroni dan Bambang

Sumaryono ini memiliki faktor itu semua berdasarkan wawancara yang disampaikan

oleh pasangan Obon dan Bambang memiliki ke empat faktor tesebut, secara grass

roots pasangan ini memiliki banyak kelompok pendukung.

Figur keduanya Obon dan Bambang cukup dikenal dalam hal ini Obon sebagai

ketua Buruh FSPMI selain itu aktivitas Obon banyak bersentuhan langsung dengan

masyarakat didorong dengan Bambang yang pada latar belakangnya adalah salah satu

tokoh intelektual serta pernah terlibat dalam pemenangan politik. Program yang

ditawarkan berskala sampai lima tahun kedepan, akan tetapi pasangan Obon dan

Bambang ini tidak memiliki lapis kedua yaitu mesin partai. Dalam hal ini dapat

digaris bawahi bahwasaanya faktor kekalahan calon perseorangan ini salah satunya

adalah tidak memiliki mesin politik yaitu partai politik sebagai lapis kedua. Selain itu

ada beberapa faktor lain secara mikro yang menyebabkan calon perseorangan ini

kalah, menurut Pangi Syarwi Chaniago:

Kalau menurut saya perangkat yang dilakukan oleh Obon dan Bambang itu cukup

kuat, kalau saja pasangan calon ini masuk melalui partai saya yakin calon ini pasti

akan menang, yang kurang dari pasangan ini adalah lapis kedua yang menjadi

mesinnya. Kenapa tadi saya katakana grass roots karena pentingnya lapis satu dan

dua itu, bagaimana untuk menjadi saksi di TPS kalau lapisan tim ini masih kurang.54

Jangan salah loh, saksi di TPS itu menjadi salah satu sumber suara loh hitung aja 1

TPS 2 saksi kalau ada 200an TPS sudah berapa dia mengantongi suara, selain itu

sejauh apa logistik calon perseorangan ini untuk membayar saksi tujuannya untuk

menjaga suara, costnya itu tidak sedikit loh. maka wajar calon perseorangan ini

54

Wawancara dengan Pangi Syarwi Chaniago, M.IP, Direktur Eksekutif Voxpol Center

Research & Consulting, Pada 16 Januari 2018, di Kantor Voxpol.

92

banyak suara yang hilang karena siapa yang bisa menggaransikan suara disetiap TPS

itu bisa terjaga, banyak optum yang memainkan suara di TPS itu sebabnya

kekurangan financial atau logistic untuk membayar saksi. Makadari itu perlu adanya

lapis kedua untuk menjaga suara tersebut, mudahnya partai politik mereka kuat

dengan perangkat itu bisa kadernya yang ditaro di TPS itu jadi suara itu akan lebih

aman.55

Dari wawancara ini kita dapat melihat bahwasanya kurangnya perangkat dari

calon perseorangan ini adalah lapis kedua yaitu mesin dari partai politik,itu sendiri,

karena memang pasangan calon indpenden tidak terikat dengan partai politik. Dalam

tataran lapis kedua hal tersebut merupakan mesin politik yang cukup kongkrit dan

pasti. Akan tetapi pada prakteknya masih banyak mesin dari partai politik itu yang

tidak maksimal atau tidak berjalan dengan baik. Menurut Pangi Syarwi Chaniago

kekalahan calon perseorangan Obon Tabroni dan Bambang sumaryono adalah

kurangnya financial atau logistic yang memadai untuk menghidupkan basis disetiap

TPS yaitu saksi, Sederhananya saksi merupakan suara pasti dari calon tersebut. Tetapi

dalam hal ini faktor kekalahan dari Obon dan Bambang adalah kurangnya lapis kedua

yaitu mesin politik yang kedua, kurangnya basis TPS yang meliputi saksi, yang

fungsinya untuk menjaga suara agar tetap aman dan terjamin atau tidak hilang.

Penekanan terhadap calon perseorangan ini agar dapat dikenal oleh masyarakat

serta calon perseorangan ini bisa mengantongi kemenangan, karena dalam hal ini

faktor penyebab kekalahan calon perseorangan kurangnya lapis kedua yaitu mesin

politik, tidak kuatnya basis TPS yaitu saksi. Akan tetapi menurtut Pangi Syarwi

55

Wawancara dengan Pangi Syarwi Chaniago, M.IP, Direktur Eksekutif Voxpol Center

Research & Consulting, Pada 16 Januari 2018, di Kantor Voxpol

93

Chaniago calon perseorangan ini bisa menang apabila bisa memaksimalakn

dianataranya:

Syarat pertama tetap figur, person, dikenal dan disukai oleh banyak orang, karena

racikan elektoral itu penting karena bagaimana untuk dipilih, bagaimana dia bisa

menjadi antithesis dari calon-calon yang ada, yang kedua personal branding seperti

goud loocking lah, milenial anak muda, tokoh pembaharuan dan bisa menggiring

opini kepada masyarakat bahwasanya dia bisa merubah era itu. artinya personal

Branding itu sangat penting karena meyakinkan pemilih bahwa sosok ini jauh lebih

baik dari yang pernah ada. racikan ini sudah menjadi menu yang baguslah

maknyuuss yang ketiga adalah harus bisa membaca perilaku pemilih itu tidak

gampang karena uniqe ada yang pemilihnya pragmatis, skeptis dan ada pemilih

yang tradisional semua ini harus dibaca dengan baik.56

Dari wawancara diatas bahwasanya konsep dalam pemenangan calon pada

Pilkada meliputi tiga hal diantaranya adalah figur, personal branding, membaca

perilaku pemilih. Selain itu memaksimalkan isu dan opini. yang kemudian ketiga hal

tersebut dikombinasikan dengan baik dan hal ini menjadi stimulus atau nilai lebih

bagi pasangan calon yang mengikuti kontestasi Pilkada. Calon perseorangan bisa

menaikan elektabilitas atau elektoral dengan menggunakan tiga konsep itu, terlebih

calon perseorangan tidak memiliki suara yang pasti maka harus ada kerja ekstra

dalam menjalankan konsep ini agar hasil yang dikerjakan bisa maksimal. Selain itu

calon perseorangan ini dapat membaca perilaku pemilih, hal ini bertujuan untuk

memastikan target suara yang akan diprioritaskan itu di segmen apa.

Semisal ada pemilih tradisional seperti apa konsepnya, tetap menggunakan

personal branding akan tetapi metode penggunaanya disesuaikan dengan calon

56

Wawancara dengan Pangi Syarwi Chaniago, M.IP, Direktur Eksekutif Voxpol Center

Research & Consulting, Pada 16 Januari 2018, di Kantor Voxpol

94

pemilih yang ingin diambil, dalam konsep ini mengambil suara terbanyak untuk

sebuah kemenangan. Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono memiliki ketiga

konsep tersebut, figur, personal branding, membaca perilaku pemilih. Obon secara

figur merupakan tokoh buruh yang cukup dikenal, Bambang salah satu tokoh

intelektual atau tokoh masyarakat di kabupaten bekasi, personal banding yang

dilakukan pasangan calon ini sudah dilakukan dengan maksimal oleh tim yang berada

dibarisannya. Mengenai segmen pemilih sudah didapatkan, dari kalangan buruh,

petani, guru dan kalangan lainya. Akan tetapi calon perseorangan ini tetap kalah

dalam kontestasi Pilkada.

Faktor yang menyebabkan pasangan Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono

kalah adalah kurangnya perangkat politik atau mesin politik yang disebutkan oleh

Pangi Syarwi adalah lapis kedua, yaitu tim khusus untuk menjaga suara disetiap TPS

proses penjagaan ini meliputi saksi yang dapat disebut dengan basis TPS. Karena

dalam hal ini calon perseorangan tidak memiliki dorongan dari partai politik dan

sangat sulit menjaga suara disetiap TPS.

Dapat disimpulkan bahwa faktor kekalahan pasangan calon Obon Tabroni dan

Bambang Sumaryono adalah pertama kurangnya lapisan kedua perangakat di grass

roots khususnya di basis TPS, kedua financial atau logistic, ketiga intervensi lebih

yang dilakukan oleh kepala desa, keempat administrasi yang tidak bagus, kelima

adanya penggembosan suara dari tim Obon dan Bambang itu sendiri.

95

Kendati demikian pasangan calon perseorangan ini memang masih belum bisa

menang dalam Pilkada Khususnya di Kabupaten Bekasi akan tetapi calon indepen ini

cukup kuat serta patut diberikan apresiasi, karena dalam hal ini Obon dan Bambang

lebih memilih maju secara perseorangan tanpa partai politik. Obon Tabroni

mengatakan ada partai yang meminang dia untuk maju melalaui partai politik, akan

tetapi Obon sendiri lebih memilih maju secara perseorangan, dikarenakan

bahwasannya orientasi Pilkada seutuhnya bukan hanya menang atau kalah akan tetapi

menghidupkan mentalitas masyarakat khusunya Kabupaten Bekasi tidaklah kalah

penting, dan proses itu sendiri dijadikan sebuah pengalaman yang cukup berharga

menurut Obon Tabroni “kesadaran politik itu mahal”.

96

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan

sebagai berikut :

1. Relevansi calon independen pada demokrasi di Indonesia sejauh ini relevan,

karena pada proses Pemilukada calon perseorangan atau independen ini masih

signifikan sesuai dengan UUD 1945 dan mengikuti aturan Undang-undang

Pemilu dan Pemilukada. Pada praktiknya di dalam Pemilukada calon

perseorangan ini sesuai dengan konsep demokrasi di Indonesia yaitu dengan

sistem proposional atau distrik yang dianut oleh negara Indonesia. Setiap

individu memiliki hak suara, memiliki hak untuk dicalonkan dan

menyalonkan, dipilih dan terpilih. Terhitung dengan adanya artikulasi

kepentingan politik masyarakat serta calon perseorangan ini bisa menjadi

wadah yang memfasilitasi aspirasi masyarakat. Dengan didasari oleh adanya

dukungan masyarakat ditandai dengan terpilih dan dipilihnya calon

perseorangan, maka dari pada itu calon perseorangan atau independen masih

dianggap relevan.

2. Faktor yang melatar belakangi Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono maju

secara perserorang atau independen. Ialah pertama adanya dorongan dari

97

orang-orang terdekatnya yang meminta Obon maju sebagai calon di

Kabupaten Bekasi, yang kedua adalah dari kalangan Buruh yang meminta

Obon maju menjadi calon Bupati di Kabupaten Bekasi selain itu kelompok-

kelompok seperti LSM, NGO, Ormas dan lain sebagainya serta komunitas-

komunitas yang mendukung Obon Tabroni dan Bambang Sumaryono. Fakor

yang lain adalah keinginan Obon sendiri maju sebagai calon Bupati tanpa

partai politik karna menurutnya apabila dia maju melalui partai akan

mengecewakan orang terdekatnya yang pada umumnya bukan orang-orang

partai. oleh sebab itu maka pasangan Obon dan Bambang maju dalam

Pemilukada tanpa partai politik atau independen.

3. Namun demikian sejauh ini ternyata hasil yang didapatkan pasangan calon

independen ini belum cukup maksimal. Pasangan independen ini kalah dalam

Pemilukada di Kabupaten Bekasi. Akan tetapi kerja tim dan relawan yang

tergabung dalam tim 9 ini sangat efektif. Karena dalam hal ini kerja tim dari

pasangan calon Obon dan Bambang sukses menaikan elektabilitas dan suara

dalam Pemilukada di Kabupaten Bekasi. Meskipun hasil dalam Pemilukada

pasangan calon Obon dan Bambang kalah, tetapi calon independen ini kuat.

Adapun lima faktor yang menyebabkan pasangan calon ini kalah adalah

pertama kurangnya lapisan kedua yaitu perangakat di grass roots khususnya

di basis TPS, kedua financial atau logistic, ketiga intervensi lebih yang

dilakukan oleh kepala desa, keempat administrasi yang tidak bagus, dan

kelima adalah adanya penggembosan suara dari tim Obon dan Bambang itu

98

sendiri. Faktor ini yang menyebabkan pasangan perseorangan atau independen

ini kalah dalam Pemilukada di Kabupaten bekasi. Akan tetapi pada prinsipnya

Obon dan Bambang dapat dijadikan sebagai role model bahwa calon

perseorangan atau independen tetap punya kekuatan untuk maju pada setiap

ajang kompetisi politik

B. Saran

Masyarakat Indonesia perlu mendorong hadirnya calon-calon perseorangan atau

independen supaya tidak ada kesan bahwa politik hanya dimiliki oleh orang-orang

yang berduit saja atau orang-orang yang memiliki kekuasaan saja. Akan tetapi orang

biasa pun bisa mengikuti kompetisi di politik dan orang biasapun sebagai warga

negara berhak memilih dan dipilih. Selain itu harus ada pemahaman dan pengkajian

lebih lanjut mengenai calon perseorangan atau independen agar kedepannya calon

perseorangan atau independen ini menjadi role model dalam demokrasi di Indonesia.

99

Daftar Pustaka

Abadi, A. Setiawan. Gelombang Demokratisasi Ketiga. Jakarta: PT Pustaka Utama

Grafiti. 1995

AMM, Saefullah. Quo Vadis Pemilu 2004. Ciputat: Logos Wacana Ilmu. 2003.

Budiarjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,

2009.

Feith, Herberth dan Lance Castles. Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965. Jakarta:

LP3ES. 1988.

Firmanzah Ph.D. Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas . Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia. 2008.

Hartono, Rudi dan Ulfa Ilyas. Bung Karno: Nasionalisme, Demokrasi dan Revolusi.

Jakarta: PT Berdikari Nusantara Makmur. 2013.

Held, David, Pen. Abdul Haris, Model Of Democracy. Jakarta: Akbar Tandjung

Institute. 2006.

Irwan, Prasetya, Logika dan Prosedur Penelitian Jakarta: STIA-LAN Press, 2000

Marijan, Kacung. Sistem Politik Indonesia: Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde

Baru. Jakarta: Kharisma Putra Utama. 2010.

Martono, Nanang Metode Penelitian Sosial: Konsep-Konsep Kunci Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2015.

Pemimpin MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR Periode 2009-20014. Empat Pilar

Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Jakarta: Sekretariat Jendral MPR

RI. 2012.

Rohaniah, Efriza Yoyoh. Pengantar Ilmu Politik:Kajian Mendasar Ilmu Politik.

Malang: Instrans Publishing. 2015.

Ritzer George dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Moderen. Jakarta: Kencana,

2007.

100

Sirait, Ferdinand Eskol Tiar. Evaluasi Pengawasan Penyelenggaraan Pemilihan

Kepala Daerah 2017. Jakarta: Badan Pengawas Pemilu Republik Indonesia.

2017.

Subekti, Valina Singka. Dinamika Konsolidasi Demokrasi: Dari Ide Pembaruan

sistem Politik Hingga ke Praktik Pemerintahan Demokratis. Jakarta: Pustaka

Obor Indonesia. 2015.

Sastroatmodjo Sudjiono, Perilaku Politik. Semarang: IKIP Semarang Press. 1995

Surbakti Ramlan, Memahami Ilmu Politik Jakarta: PT Gramedia Widiasarana

Indonesia. 2007

Undang Undang Republik Indonesia No 15 tahun 2011 pasal 1 ayat 4, Tentang

PenyelenggaraanPemilihan Umum.

Undang Undang Republik Indonesia No 7 tahun 2017, Tentang Pemilihan Umum.

Undang Undang Republik Indonesia No 10 Tahun 2016 Pasal 7 Ayat 1, Tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-undang Nomor 1 tahun 2015 Tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1

Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota Menjadi

Undang-undang

Undang Undang Republik Indonesia No 12 Tahun 2008, Perubahan Ke Dua Atas

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah

Undang Undang Republik Indonesia No 32, Tahun 2004. Tentang Pemerintah

Derah..

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 41 Ayat 2, Tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang

Penetapan Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati Dan Walikota

Menjadi Undang-Undang.

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 41 Ayat 3 Dan 4,

Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015

Tentang Penetapan Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati Dan

Walikota Menjadi Undang-Undang.

101

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2015 Pasal 1 Ayat 4, Tentang

Pemilihan Gubernur, Bupati Dan Walikota.

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2015 Pasal 3 Ayat 1,

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang

Pemilihan Gubernur, Bupati, Dan Walikota Menjadi Undang-Undang

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 tahun 2011 Pasal 1 Ayat 4, Tentang

PenyelenggaraanPemilihan Umum.

Jurnal

Al-fairi, Leli Salman. “Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Secara Langsung,

Sebuah Pilihan Model Pemerintahan Daerah Demokratis” Jurnal Aspirasi 1

(Februari 2011): 6

Anangkota, Muliadi. “Klafikasi Sistem Pemerintahan Prespektif Pemerintahan

Moderen Kekinian.” Jurnal Ilmu Pemerintahan 3,tersedia di

jurnal.unpad.ac.id/cosmogov/article/download/14725/7020 diunduh pada

tanggal 4 April 2018, 148.

Anggraini, Titi. “Evaluasi Pemilukada Serentak 2015.” Pemilu dan Demokrasi, 8

(April 2016): iii.

Drajat, Himawan. “Demokrasi Terpimpin Sebuah Konsepsi Pemikiran Soekarno

Tentang Demokrasi.” Jurnal Sosiologi (April 2018). 58.

Novianty, Cora Elly. “Demokrasi dan Sistem Pemerintahan.” Jurnal Konstitusi 10

(Juni 2013): 335.

Pardede, Marulak. “Implikasi Sistem Pemilihan Umum Indonesia” Jurnal Rechts

Vinding, Media Pembinaan Hukum Nasional 3 (April 2014): 85.

Prasetyoningsih, Nanik. “Dampak Pemilihan Umum Serentak Bagi Pembangunan

Demokrasi Indonesia,” Jurnal Media Hukum 21 (Desember 2014) : 242

102

Pratikno. “Calon Independen, Kualitas Pilkada dan Pelambangan Parpol.” Jurnal

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 10 (Maret 2007): 417.

Purba, Ardhyanta Sivadabert. “Potret Pandangan Akademisi di Jurnal FISIP UGM

Mengenai Permasalahan Demokrasi di Indonesia.” Jurnal Politik Muda 4

(Januari-Maret 2014): 6.

Ramli Muhamad, “Partisipasi Politik Masyarakat Desa Kadungdung Kecamatan

Labuan Amas Utara Dalam Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung di

Kabupaten Hulu Sungai Tengah Pada Tahun 2010,” Jurnal Ilmu Politik dan

Pemerintahan Lokal 2 (Juli- Desember 2013): 322

Santoso, Agus Budi. “Eksitensi dan Problematika Calon Independen Dalam

Pemilukada di Tijau Dari Prespektif Undang-undang Nomor 8 Tahun

2015”Refleksi Hukum 1 (Tb 2017): 149

Thalhah, HM. “Teori Demokrasi Dalam Wacana Ketatanegaraan Perspektif

Pemikiran Hans Kelsen.” Jurnal Hukum 16 (Juli 2009): 413

Wahyudi, Johan, Mirra Noor Milla dan Hamdi Muluk. “Persepsi Keadilan Sosial dan

Kepercayaan Interpersonal Sebagai Prediktor Kepercayaan Politik Pada

Mahasiswa di Indonesia” Jurnal Pisikologi Sosial 15 (Tb 2017): 61

Wongso, Wawan. “Perumusan Visi, Misi dan Valeu Statement Serta Standarisasi

Proses Bisnis Perusahaan Yang Berbasis Bisnis Keluarga.” Jurnal Ilmiah

Mahasiswa Universitas Surabaya 3 (Tb 2014): 3.

Dokumen Online

Dakta.com dan Pikiran Rakyat, “Pasangan Cagub dan Cawagub Perolehan Nomor

Urut, Ketetapan Calon Calon Pemilukada di Kabupaten Bekasi,”

http://www.pikiranrakyat.com/politik/2011/12/22/170442/pasangan-cabup-

cawabup-peroleh-nomor-urut. http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-

barat/2016/10/25/kpu-tetapkan-nomor-urut-5-pasangan-calon-Pemilukada-

kabupaten-bekasi-383159: http://www.dakta.com/news/8210/real-count-

kpu-neneng-eka-masih. Di Unduh pada Tanggal 29 Maret 2018.

103

Detik.com, “Melihat Visi dan Misi Cabup dan Cawabup Bekasi,”

https://news.detik.com/berita/3330639/melihat-visi-dan-misi-5-cabup-

cawabup-bekasi. diunduh pada tanggal 4 April 2018.

Kabar Buruh, “Obon Tabroni Sampaikan Terimakasih Atas Dukungan Kepada

Masyrakat Kabupaten Bekasi.”

http://kabarburuh.com/2017/02/16/obon-tabroni-sampaikan-terima-

kasih-atas-dukungan-rakyat-di-pilkada-kab-bekasi/. diunduh pada

tanggal 4 April 2018.

Kabarburuh.com, “Bambang Sumaryono Dampingi Obon Tabroni Pada Pilkada

Kabupaten Bekasi” http://kabarburuh.com/2016/06/24/bambang-

sumaryono-dampingi-obon-tabroni-pada-pilkada-kabupaten-bekasi/.

diunduh pada tanggal 4 April 2018.

Kamus Online, Kamus Besar Bahasa Indonesia https://www.kbbi.web.id/demokrasi.

diunduh pada tanggal 30 Maret 2018.

Kpu.go.id, “337 Jumlah Pendaftar Pilkada 2017, 10 Daerah Paslon Tunggal,”

https://pilkada2017.kpu.go.id/berita/detail/24. Diunduh pada tanggal 11

April 2018.

KPU.go.id, “810 Pasangan Calon yang telah Terdaftar dalam Pilkada Serentak 2015,”

http://www.kpu.go.id/index.php/post/read/2015/4101/810-Pasangan-

Calon-telah-Terdaftar-dalam-Pilkada-Serentak-2015. Diunduh pada

tanggal 10 Aprir 2018

Pikiran Rakyat, ”KPUD tetapkan 5 urut Pasangan calon di Kabupaten Bekasi 2016”

http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2016/10/25/kpu-tetapkan-

nomor-urut-5-pasangan-calon-Pemilukada-kabupaten-bekasi-383159:

diunduh pada tanggal 04 April 2018.

RumahPemilu.org, “Perbandingan Perdaftar Perseorangan Pilkada 2015-2017,”

http://arsip.rumahpemilu.org/in/read/11767/Perbandingan-Pendaftar-

Perseorangan-Pilkada-2015-dan-2017. Diunduh pada tanggal 10 April

2018

Sebekasi.com,“Pilbup Bekasi 2017: Visi dan Misi Obon Tabroni dan Bambang

Sumaryono”, http://sabekasi.com/news/detail/2/1406/Pemilukada-Bekasi-

104

2017:-Ini-Visi-Misi-Obon-Tabroni-Bambang-Sumaryono: diakses pada

tanggal: diunduh pada tanggal 04 April 2018.

Sejarah Pemilu di Indonesia dan Hasil Pemilu Tahun1955, 1971, 1977, 1982, 1999

dan 2005 http://www.landasanteori.com/2015/10/sejarah-pemilu-di-

indonesia-dan-hasil.html. diunduh pada tanggal 30 Maret 2018.

Tirto.id, “Obon Tabroni.” https://tirto.id/m/obon-tabroni-1Q diunduh pada tanggal 4

April 2018.

Wawancara

Wawancara dengan Amier Mahfouzh Ketua Tim Pemenangan OT dan BS. pada 4

Januari 2018 di Kabupaten Bekasi.

Wawancara dengan Bambang Sumryono, Wakil calon Bupati independen di

Kabupaten Bekasi, pada 4 Januari 2018.

Wawancara dengan Muhamad Afifudin Komisioner Banwaslu RI, pada 04 April

2018 di Kantor Banwaslu.

Wawancara dengan Obon Tabroni, ketu PC FSPMI dan selaku calon independen

Bupati Kabupaten Bekasi, pada 4 Januari 2018 di Kantor PC FSPMI.

Wawancara dengan Pangi Syarwi Chaniago, M.IP, Direktur Eksekutif Voxpol Center

Research & Consulting, Pada 16 Januari 2018, di Kantor Voxpol

Wawancara dengan Titi Anggraini Direktur Eksekutif PERLUDEM, pada 22 April

2018 di Rumah Titi Angraini.