rekonstruksi fungsi dewan perwakilan daerah dalam ... · dewan perwakilan daerah dalam pelaksanaan...

27
i REKONSTRUKSI FUNGSI DEWAN PERWAKILAN DAERAH DALAM PELAKSANAAN FUNGSI LEGISLASI BERBASIS PENGUATAN SISTEM BIKAMERAL DISERTASI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Hukum Oleh: Nama : Mastur NIM : T311308009 PROGRAM DOKTOR ILMU HUKUM PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2017

Upload: others

Post on 08-Jan-2020

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

REKONSTRUKSI FUNGSI DEWAN PERWAKILAN DAERAH

DALAM PELAKSANAAN FUNGSI LEGISLASI

BERBASIS PENGUATAN SISTEM BIKAMERAL

DISERTASI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat

Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Hukum

Oleh:

Nama : Mastur

NIM : T311308009

PROGRAM DOKTOR ILMU HUKUM

PROGRAM PASCASARJANA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2017

v

MOTO

Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman diantara

kamu dan orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan.

(Al-Mujadillah:11)

“Barang siapa keluar untuk mencari Ilmu maka dia berada di jalan

Allah “.

( HR. Turmudzi)

Terangilah mereka dengan cahaya keilmuan, maka mereka akan

mendapatkan pencerahan dan ilmu yang kau miliki takkan pernah

pudar.

Disertasi ini kupersenbahkan untuk :

1. Kedua Orang tuaku Bapak Kartowasis (Alm) dan

Ibu Rungisah serta Bapak Sumardi dan Ibu Sakinah

yang selalu mendoakanku setiap saat.

2. Istri dan Putriku tercinta Dwi Mulyanti dan

Az-zahra Khalifah Ardyana yang selalu

mendoakan dan mendukung ku serta memberi

semangat menyelesaikan disertasi.

vi

PRAKATA

Dengan memanjatkan segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT

atas rahmat dan hidayahNya, pada kesempatan ini Kami diberikan kekuatan dalam

menyelesaikan Disertasi dengan judul: “Rekonstruksi Fungsi Dewan Perwakilan

Daerah Dalam Pelaksanaan Fungsi Legislasi Berbasis Penguatan Sistem

Bikameral”

Penulis menyadari bahwa diseratasi ini jauh dari kesempurnaan,

bahkan tanpa ada bimbungan, arahan, dan doa restu dari pihak-pihak

manapun kemungkinan tidak akan terselesaikan. Oleh karena itu pada

kesempatan ini kami haturkan ucapan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS, selaku Rektor Universitas Sebelas Maret

Surakarta, yang telah memberikan kesempatan kami untuk mengikuti

study dan pula telah membuat nyaman dalam melakukan kegiatan

akademik di lingkungan Universitas Sebelas Maret Surakarta,

sehingga memudahkan penulis dalam menyelesaikan study ini;

2. Prof. Dr. M. Furqon, MPd selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

kesempatan kami untuk mengikuti study dan pula telah membuat

nyaman dalam melakukan kegiatan akademik di lingkungan

Universitas Sebelas Maret Surakarta, sehingga memudahkan penulis

dalam menyelesaikan study ini;

3. Prof. Dr. Supanto, SH., MH, selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberi motivasi

sejak awal penulis diterima pada Program Doktor Ilmu Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta;

4. Prof. Dr. Hartiwiningsih, SH., M.Hum, selaku Kepala Program Doktor

Ilmu Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta, Penguji dan juga

membimbing penulis dalam beberapa mata kuliah, penguji dengan

vii

penuh kesabaran dan keteladaannya sebagai ilmuwan, memberikan

motivasi, sehingga dapat menyelesaikan studi ini dengan baik;

5. Prof. Dr. H Setiono, SH., M.S, selaku Promotor, yang dengan

kesabarannya telah memberikan arahan, motivasi dan bimbingan ditengah

kesibukannya sebagai Rektor Universitas Surakarta yang selalu

mendorong untuk menggapai derajat akademik tertinggi, membantu

penulis dalam menginterpretasi dan mengekplorasi teori-teori hukum

menjadi gagasan yang progresif dan aplikatif;

6. Dr. Isharyanto, SH.,M.Hum, selaku Co Promotor, yang tidak henti-

hentinya memberikan motivasi, inspirasi dan gagasan-gagasan segar

dalam ilmu hukum melalui pebimbingan pada penulis, sehingga

membantu penulis dalam menyelesaikan disertasi sehingga bisa

selesai.

7. Prof. Dr. Jos Yohan Utama, SH.,M.Hum, selaku dosen mata kuliah

penunjang disertasi (MKPD) yang sejak awal telah memberikan yang

telah memberikan arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan

disertasi sehingga, disertasi ini dapat diselesaikan ditengah

kesibukannya sebagai Rektor Universitas Diponegoro.

8. Prof. Dr. Adi Sulistiyono, SH., MH, sebagai Penguji sejak

kulaifikasi, usulan disertasi, seminar hasil, hingga disertasi, yang

selalu memberikan arahan dan bimbingan, pembenahan-pembanahan

dalam penulisan disertasi sehingga penulis dapat menyelesaikan

dengan baik;

9. Prof Dr I Gusti Ayu Ketut Rachmi H, SH.MM, selaku penguji sejak

kualifikasi, usulan disertasi, seminar hasil penelitian dan disertasi,

memberikan arahan bimbingan, saran-saran dan masukan demi

kesempurnaan disertasi, sehinga penulis dapat menyelseaikan disertasi ini

dengan baik;

10. Prof Dr. M Guntur Hamzah, SH,MH selaku penguji eksternal, yang telah

memberikan arahan bimbingan, saran-saran dan masukan demi

viii

kesempurnaan disertasi, sehinga penulis dapat menyelesaikan disertasi ini

dengan baik;

11. Prof. Dr. Mahmutarom HR,SH, MH Rektor UNWAHAS (2017-2021)

yang telah memberikan masukan-masukan yang berarti dalam

penyelesaian disertasi dan yang telah memberi rekomendasi pada kami

untuk melanjutkan study pada program doktor ilmu hukum Universitas

Sebelas Maret Surakarta, dan pula memberikan saran-saran dan arahan

sehingga disertasi ini bisa selesai dengan baik;

12. Prof Dr. H Noor Achmad, MA , Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI yang

telah memberikan motivasi dan arahan sehingga dapat menyelesaikan

studi pada program Doktor Ilmu Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

13. Dr. Suparmin, SH, MHum selaku Dekan pada Fakultas Hukum

Universitas Wahid Hasyim, yang telah memberikan kesempatan kami

untuk melanjutkan study pada program doktor ilmu hukum Universitas

Sebelas Maret Surakarta, dan Teman-teman Fakultas Hukum UNWAHAS

Dr. Sidqon Prabowo, SH, MH, Anto Kustanto, SH, MH, M Agung Arif

Nugroho, SH, MH dan lainnya yang telah memberikan semangat,

motivasi dan teman diskusi sehingga dapat menyelesaikan disertasi ini

dengan baik;

14. Para Dosen pengampu mata kuliah pada program doktor ilmu hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta, Prof Dr Setiono, SH, MS, Prof.Dr.

Supanto, SH.M.Hum, Prof Dr. Jamal Wiwoho, SH.M.Hum, Prof Dr.

Hartiwiningsih, SH.M.Hum, Prof Dr. Adi Sulistyono, SH.M.Hum, Dr.

Hari Purwadi, SH.M.Hum, Dr. Bernad L. Tanya, SH.M.Hum, Prof. Liek

Wilarjo, Prof Dr. Bagir Manan SH, Mcl., Prof Dr. Maman Suparman, SH.

MH., Prof Dr. Insan Budi Maulana, SH., LLM., Dr. Widyo Pramono,

SH.M.Hum. Dr. Sulistyowati Irianto, SH., dll, yang selalu memberikan

motivasi, semangat dan dorongan sehingga proses studi ini bisa berjalan

dengan baik;

ix

15. Rusmanto, SH, MH sebagai Kabid Pelaksanaan Diklat Dewan Perwakilan

Republik Indonesia yang telah membantu menghimpun data yang

diperlukan untuk penelitian ini.

16. Purwanto, SH selaku Kepala Biro Administrasi Sekretariat Jenderal

Dewan Perwakilan Daerah yang telah membantu menghimpun data-data

yang diperlukan untuk menyelesaikan penelitian ini.

17. Iwan Hermawan, S.Sos, M.Si Biro Administrasi dan Pengawasan

Sekretariat Jenderal Majelis Permusyawaratan Rakyat RI di Jakarta yang

telah membantu menghimpun data yang digunakan untuk penelitian ini.

18. Hj. Denty Eka Widi Pratiwi, S.E., M.H. anggota DPD perwakilan Jawa

Tengah yang telah membantu mengumpulkan data dan berdiskusi untuk

menyelesaikan disertasi ini.

19. Kepala Perpustakaan dan Staf Perpustakaan di Universitas Sebelas Maret

Surakarta, Universitas Diponegoro Semarang, Universitas Indonesia

Jakarta, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Universitas Wahid

Hasyim Semarang serta Kepala Perpustakaan dan Staf MPR, DPR,DPD

dan Kepala Perpustakaan dan Staf Mahkamah Konstitusi di Jakarta,

terimaksih atas bantuan dan kerjasamanya dalam menghimpun data

pustaka, sehingga penulis dapat menyelesaikan disertasi ini;

20. Teman-teman Perjuangan angkatan 2013, Mas Ari, Mas Dedy, Mas

Sudiyana dan Teman-teman angkatan 2013 lainnya yang saling

memotivasi, inspirasi dan saling bantu membantu guna menyelesaikan

disertai ini.

21. Semua Staf Administasi PDIH UNS khususnya mbak Dyah yang dengan

sabar dan senyum selalu melayani kami selama menempuh pendidikan di

PDIH Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

22. Bapak Karto Wasis (alm) dan Ibu Rungisah serta Bapak Sumardi dan Ibu

Sakinah yang semasa hidupnya telah merawat, mendidik,

memperjuangkan dan tak henti-hentinya mendoakan penulis dalam

menempuh pendidikan sampai Strata 3;

x

23. Istriku tercinta Dwi Mulyanti, yang telah memberikan kesempatan,

pengertian, memberi semangat dan selalu mendoakan sehingga penulis

dapat menyelesaikan pendidikan pada PDIH UNS ini dengan baik;

24. Anakku Azzahra Khalifah Ardyana yang telah memberikan kebahagiaan

dan keceriaan, warna hidup dan semangat hidup serta ketegaran dalam

menyelesaikan study ini; serta kakak-kakakku yang turut serta

memperjuangkan kesemangatan kami dalam study ini;

25. Kepada semua pihak yang tak dapat disebutkan satu-persatu yang dengan

tulus iklas member bantuan, dukungan, dan doa kepada penulis selama

menempuh pendidikan pada program doktor ilmu hokum hingga

mencapai keberhasilan ini.

Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayahnya serta

perlindungan pada kita semua. Amin

Surakarta, September 2017

Penulis

xi

ABSTRAK

Mastur NIM: T311308009, Rekonstruksi Fungsi Dewan Perwakilan Daerah

dalam Pelaksanaan Fungsi Legislasi Berbasis Penguatan Bikameral. Promotor

Prof Dr. H. Setiono, SH, MS, Co Promotor Dr. Isharyanto, SH, MHum. Disertasi

Program Doktor Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta, 2017.

Disertasi ini bertujuan untuk : 1. mendeskripsikan dan menganalisis

secara mendalam keberadaan Dewan Perwakilan Daerah dalam pelaksanaan

fungsi legislasi 2. mendeskripsikan dan menganalisis secara mendalam tentang

Dewan Perwakilan Daerah dalam pelaksanaan fungsi legislasi dikaitkan dengan

sistem bikameral belum seimbang dan sejajar dengan Dewan Perwakilan Rakyat

pasca Amandemen Undang-Undang Dasar 1945. 3. mendapatkan model

Rekonstruksi yang ideal fungsi Dewan Perwakilan Daerah dalam pelaksanaan

fungsi legislasi berbasis penguatan sistem Bikameral di Indonesia.

Hasil penelitian dapat disimpulkan : 1. Keberadaan Dewan Perwakilan

Daerah dalam menjalankan fungsi legislasi dalam sistem Ketatanegaraan

Republik Indonesia sudah berbasis sistem bikameral meskipun kewenangan

terbatas dalam bidang-bidang tertentu. 2. Fungsi legislasi Dewan Perwakilan

Daerah dalam sistem parlemen bikameral Indonesia belum seimbang bila

dibandingkan dengan Dewan Perwakilan Rakyat. Sistem bikameral Indonesia

yaitu sistem bikameral yang lemah (soft bicameral). Sistem bikameral yang

seimbang apabila diantara kedua kamar yaitu Dewan Perwakilan Rakyat dan

Dewan Perwakilan Daerah adanya mekanisme check and balances diantara

lembaga Parlemen. 3. Rekonstruksi yang ideal Dewan Perwakilan Daerah dalam

menjalankan fungsi legislasi diantara lembaga parlemen memiliki kewenangan

yang sejajar dan seimbang. Keseteraan kewenangan dan fungsi Dewan Perwakilan

Daerah dalam menjalankan fungsi legislasi, fungsi pengawasan dan fungsi

anggaran dibutuhkan agar terwujud sistem bikameral yang kuat atau strong

bikameral. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan hukum tata negara yang berkaitan dengan

fungsi legislasi Dewan Perwakilan Daerah sebagai lembaga legislatif. Disertasi ini

memberikan saran dilakukan Amandemen UUD 1945 Pasal 22 C dan Pasal 22 D

terkait Tugas, kewenangan dan keanggotaan Dewan Perwakilan Daerah.

Kata Kunci: Rekonstruksi Dewan Perwakilan Daerah, Fungsi Legislasi, Sistem

Bikameral

xii

ABSTRACT

Mastur NIM: T311308009, The Reconstruction of the Function of Regional

House of Representatives in the Implementation of Bicameral-Reinforcement-

Based Legislation Function. Promoter: Prof Dr. H. Setiono, SH, MS, Co-

Promoter: Dr. Isharyanto, SH, MHum. Dissertation of Program of Doctor in Law

Science, Faculty of Law, Universitas Sebelas Maret, 2017.

The purposes of this dissertation are 1. to describe and analyze deeply the

existence of Regional House of Representative in the implementation of

legislation function. 2. to describe and analyze deeply the Regional House of

Representatives in the implementation of legislation function related to the

bicameral system which is unbalanced and not parallel with the House of

Representatives after the Amendment of UUD 1945 (the 1945 Constitution). 3. to

obtain an ideal model of reconstruction of the function of Regional House of

Representative in the implementation of bicameral-system-reinforcement-based

legislation function in Indonesia.

From the results of the research, it can be concluded that: 1. The existence

of Regional House of Representatives in implementing the legislation function in

the State Administration system of the Republic of Indonesia has based on the

bicameral system although their authority is limited to certain fields. 2. The

legislation function of Regional House of Representative in the bicameral

parliament system of Indonesia has been unbalanced compared to the House of

Representatives. The bicameral system of Indonesia is soft bicameral. A balanced

bicameral system when between the two chambers, the House of Representatives

and the Regional House of Representatives have a mechanism of check and

balances between the parliament legislatures. 3. An ideal reconstruction of the

Regional House of Representatives in implementing the legislation function

among the parliament legislatures has a parallel and balanced authority. The

authority equality and the function of the Regional House of Representatives in

implementing the legislation function, the supervisory function, the budgetary

function are needed in order to create a strong bicameral system. This research is

hoped to give benefits for the development of the science of state administration

law related to the legislation function of the Regional House of Representatives as

a legislature. This dissertation suggests conducting an Amendment on Article 22C

and Article 22D of UUD 1945.

Keywords: The Reconstruction, of the Regional House of Representatives,

Legislation function, Bicameral system

xiii

RINGKASAN

Konsekuensi adanya perubahan Undang-Undang Dasar 1945 berdampak

pada perubahan dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia. Perubahan

tersebut diantaranya mereposisi sistem perwakilan dari unikameral menjadi

bikameral. Salah satu Lembaga Baru yang merupakan hasil Amandemen UUD

1945 yaitu Dewan Perwakilan Daerah (DPD) sebagaimana diatur dalam Pasal

22C dan Pasal 22D. Legitimasi konstitusional DPD sebagai lembaga politik yang

mewakili kepentingan daerah berada dalam posisi yang setara dengan Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR) dalam proses-proses legislasi perundang -undangan.

Dalam sistem ketatanegaraan di Indonesia berlaku dua sistem lembaga

perwakilan yaitu DPR yang mewakili konstituensi secara nasional dan DPD yang

mewakili kepentingan daerah.

Pasca-amandemen UUD 1945 yang menempatkan DPD pada posisi yang

lemah dibandingkan dengan posisi politik DPR. Aturan pasal tentang DPD kurang

memberi kewenangan politik DPD untuk terlibat dalam proses legislasi dengan

DPR dalam konteks pembahasan dan pengesahan RUU. Dalam praksis politik,

legitimasi konstitusional Pasal 22D UUD 1945 belum menjamin kesetaraan peran

antara DPD dengan DPR. Dalam konteks kelahiran DPD sebagai representasi

kepentingan daerah dirasa sangat tepat dilihat dari alasan strategis DPD sebagai

fungsi penyeimbang kepentingan antara kepentingan legislasi nasional yang lebih

makro dengan kepentingan daerah yang secara sosio cultural sangat majemuk.

Untuk menghasilkan proses check and balance yang efektif dalam proses

penyelenggaraan sistem perwakilan kepentingan, dibutuhkan kehadiran DPD

yang kuat secara kelembagaan dan mengakar dalam masyarakat yang diwakilinya.

Peran legislasi DPD bila dikomparasikan dengan peran legislasi DPR,

baik sebelum dan sesudah Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 92/PUU-

X/2012, belum optimal dalam membangun checks and balances di lembaga

legislatif sekaligus menimbulkan persoalan baru. Pertama, pasca Putusan

Mahkamah Konstitusi Nomor 92/PUU-X/2012 dikeluarkan, tidak ada aturan

pelaksana atau undang-undang baru pengganti Undang-Undang Nomor 12 Tahun

xiv

2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, sehingga DPD tetap

bergerak dalam keterbatasan karena peran legislasinya belum dituangkan secara

rinci dalam undang-undang yang baru. Kedua, mekanisme checks and balances

dengan model parlemen bikameral tidak diakomodasi secara total dalam UUD

1945. Checks and balances dalam kegiatan legislasi dapat tercipta apabila peran

legislasi DPR dan DPD dalam keseluruhan atau sebagian besar aspek

diakomodasi dalam konstitusi.

Keberadaan DPD dalam menjalankan fungsi legislasi dalam sistem

Ketatanegaraan Republik Indonesia sudah berbasis sistem bikameral meskipun

dalam menjalankan tugas kewenangannya masih terbatas. Keterbatasan wewenang

yang diberikan konstitusi berpengaruhnya terhadap peran DPD dalam legislasi

meskipun secara legitimasi demokratis sebenarnya DPD lebih mempunyai nilai

politis yang demokratis daripada DPR. Kewenangan DPD dalam fungsi legislasi

yang terbatas dalam bidang-bidang tertentu. Hal ini bisa dilihat dalam

pelaksanaan maupun aturan formalnya baik yang tercantum dalam Pasal 22D

UUD 1945, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014, tentang Susunan Kedudukan

MPR, DPR, DPD dan DPRD. Apabila dilihat sejarah pembentukan dan tujuan

dibentuknya DPD sebagai pengganti Utusan Daerah pada Rapat-rapat Panitia Ad

Hoc (PAH) MPR RI dan pandangan Fraksi-fraksi dan Risalah-risalah

Amandemen belum sesuai dengan awal terbentuknya DPD dan apabila

dibandingkan saat berlakunya Konstitusi RIS tidak sesuai dengan harapan

sebagai lembaga parlemen selain DPR dalam menjalankan fungsi legislasi dalam

sistem bikameral. Dalam Teori Perwakilan bahwa fungsi perwakilan meliputi

fungsi legislasi, pertimbangan dan anggaran namun DPD sebagai lembaga

perwakilan daerah fungsinya terbatas dan hanya yang berkaitan dengan otonomi

daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan

sumber daya alam dan sumberdaya ekonomi lainnya serta berkaitan dengan

perimbangan keuangan pusat dan daerah.

Penguatan fungsi legislasi DPD menjadi ujian sesungguhnya political

will pelaku politik di Indonesia. Pasca keluarnya Putusan MK Nomor 92/PUU-

X/2012 yang memperkuat kewenangan DPD dalam menjalankan fungsi legislasi

xv

berbasis bikameral seharusnya peran dan fungsi DPD sejajar dengan DPR akan

tetapi Kewenangan DPD direduksi oleh Peraturan Perundang-undangan yaitu

didalam UU MD3 maupun UU P3. Dalam teori yang dikemukakan oleh Giovanni

Sartori, kategori sistem bikameral berdasarkan kewenangan membentuk UU

(fungsi legislasi dalam arti sempit) terbagi atas perfect bicameralism, strong

bicameralism, dan weak bicameralism. Berdasarkan perbandingan dengan

berbagai negara, saat ini Indonesia menggunakan weak bicameralism dimana

kamar kedua tidak memiliki kewenangan membentuk UU.

Kewenangan ideal DPD RI juga berkaitan dengan mekanisme checks and

balances, apabila sesuai dasar pembentukan DPD, maka bukan hanya antar

cabang kekuasaan tetapi dalam lembaga legislatif itu sendiri. Kewenangan DPD

harus ditingkatkan meskipun tidak harus sama dengan DPR. Keberadaan DPD

sebagai mitra DPR yang berkaitan dengan daerah. Suatu RUU yang dibahas oleh

DPR, DPD, dan Presiden, yang berkaitan dengan daerah, mendapat persetujuan

bersama meskipun demikian DPR tetap memegang kekuasaan membentuk

Undang-Undang. Keberadaan DPD apabila dilihat dari kewenangannya, maka

harus memperhatikan keserasian dan keseimbangan fungsinya dengan DPR

sebagai lembaga perwakilan.

xvi

SUMMARY

The consequence of the change in 1945 Constitution (Undang-Undang

Dasar 1945) has an impact on the change in the state administration of

theRepublic of Indonesia.The change includes repositioning the representative

system from unicameral into bicameral.One of New Institutions resulted from the

results of 1945 Constitution Amendment is Regional Representative Council

(Dewan Perwakilan Daerah (DPD) as regulated in Article 22C andArticle 22D.

The constitutional legitimation of DPD as a political representative which

represents the regional interest is in the similar position as the position of The

House of Representative (Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)) in the legislation

processes. In the state administration system in Indonesia, there are two systems

of representative: DPR that represents the constituencynationally and DPD that

represents the regional interests.

After the amendment of 1945 Constitution which places DPD in a weak

position compared to the political position of DPR, the regulation of article about

DPD gives less political authority of DPD to be involved in the legislation process

with DPR in the contexts of the discussion and the ratification of the bill. In the

political practice, the constitutional legitimationof Article 22Dof 1945

Constitution has not assured the equality in role between DPD and DPR. In the

context of the DPD presence as the representation of regional interest, it seems

that DPD is very appropriate viewed from the strategic reason of DPD as the

balance function of interests between the more macro national legislation interest

and the regional interest which socio-culturally is very plural. To create an

effective process of check and balancein the process of the administration of

interest representative system, the presence of DPD is much needed which is

institutionally strong and rooted in the society they represent.

If the role ofthe legislation ofDPDis compared to the role of the

legislation of DPR, either before and after the Decision of Constitution Court

Number 92/PUU-X/2012 has not been optimal in building the checks and

xvii

balances in the legislative institution as well as generating problems. First, after

the Decision of Constitution Court Number 92/PUU-X/2012 was released, there is

no performance regulation or new law as the replacement of Act Number 12 of

2011 on the Forming of Legislation, there fore, DPD still moves in a limitation

because its legislation role has not been contained in detail in the new law.

Second, the mechanism of checks and balances using the model of bicameral

parliament is not totally accommodated in 1945 Constitution. Checks and

balances in the legislation activity can be created if the role of legislation of DPR

andDPD in a whole or in majority of aspects are accommodated in the

constitution.

The presence of DPD in performing the legislation function in the system

of State Administration of Republic of Indonesia has been based on the bicameral

system although in performing the task, their authority is still limited. The

limitation in authority gave by the constitution influence the role of DPD in

legislation although in the way of legitimation and democracy, actually DPD have

more democratic political value than DPR. The authority of DPD in the legislation

function is limited in certain fields. It can be viewed from the performance or the

formal regulation either contained in the Article 22D of 1945 Constitution, Act

Number 17 of 2014, regarding the Position Structures of MPR, DPR, DPD and

DPRD. If being viewed from the history of the forming and the purpose of the

forming of DPD as the replacement of Regional Representatives in the Meetings

of Ad Hoc Committee (Panitia Ad Hoc (PAH) of MPR RI and The view of

fractions and treatise of Amendment have not been appropriate to the early

forming of DPD and if being compared in the time of the prevailing of the RIS

Constitution is not appropriate to the hope as a parliament institution other than

DPR in performing the legislation function in the bicameral system. In the

Theory of Representative that the representative function includes the legislation

function, consideration and budgeting function but DPD as a regional

representative institution has a limited function and only the functions that are

related to the regional autonomy, the forming and the expansion as well as the

integration of a region, the management of natural resources and other economic

xviii

resorces and also related to the financial balancing between a region and the

center.

The strengthening of legislation function of DPD becomes a real

examination of the political will of the politicians in Indonesia. After the release

of the Decision of the Supreme Court Number 92/PUU-X/2012 which strengthens

the authority of DPD in performing the legislation function based on bicameral,

the role and function of DPD should be equal to those of DPR but the Authority of

DPD is reduced by the Legislation that is in the Act of MD3 or in the Act of P3.

In the theory conveyed by Giovanni Sartori, the category of bicameral system

based on the authority to make an act (legislation function in a narrow meaning) is

divided into perfect bicameralism, strong bicameralism, and weak bicameralism.

Based on the comparison to many countries, recently, Indonesia uses a weak

bicameralism in which the second camber has no authority to make an act.

The ideal authority of DPD RI is also related to the mechanism of checks

and balances, if it is appropriate to the base of the forming of DPD, it will not be

inter branches of power but in the legislative institution it self. The authority of

DPD must be increased although it must not be similar to the authority of DPR.

The presence of DPD as the partner of DPR which is related to a region. A bill

discussed by DPR, DPD, and President related to a region obtains a collective

approval, nevertheless, DPR still hold an authority to make an Act. If being

viewed from their authority, the presence of DPD should consider the harmony

and the balancing of their function to those of DPR as the representative

institutions.

xix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI................................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN ................................................................. iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. v

PRAKATA ............................................................................................... vi

ABSTRAK ............................................................................................... xi

ABSTRACT .............................................................................................. xii

RINGKASAN ........................................................................................... xiii

SUMMARY .............................................................................................. xvii

DAFTAR ISI ............................................................................................. xix

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xxvi

DAFTAR BAGAN ................................................................................... xxvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Permasalahan................................................................................. 14

C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 14

D. Konstribusi Penelitian ................................................................. 14

BAB II LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori .............................................................................. 16

1. Teori Demokrasi Deliberatif .................................................. 16

2. Teori Demokrasi Pancasila ..................................................... 23

3. Teori Perwakilan ..................................................................... 26

a. Lembaga Perwakilan .................................................. 27

b. Sistem Perwakilan Dua Kamar (bikameral sistem) .... 32

xx

4. Teori Kewenangan .................................................................. 35

5. Teori Perundang-undangan .................................................... 38

6. Sistem Pemilu ......................................................................... 43

B. Kajian Pustaka ................................................................................ 46

1 Penelitian yang Relevan dan Kebaharuan Penelitian ............. 46

2 Kerangka Berpikir .................................................................. 48

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ........................................................................ 50

B. Metode Pendekatan ................................................................. 51

C. Sumber Data ........................................................................... 53

D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 55

E. Analisis .................................................................................... 56

F. Batasan Variabel Penelitian ................................................... 57

BAB IV FUNGSI LEGISLASI DEWAN PERWAKILAN DAERAH

DALAM SISTEM KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

A. Desain Awal Sistem Perwakilan di Indonesia .............................. 63

1 Periode Sebelum Kemerdekaan Indonesia ........................ 64

2 Periode 1945-1949 ( berlakunya UUD 1945 pertama) .... 66

B. Fungsi Legislasi dalam Parlemen menurut Konstitusi RIS........... 67

C. Fungsi Legislasi dalam Sistem Bikameral Masa RIS .................. 77

1 Kewenangan DPR dan Senat dalam Konstitusi RIS ........ 77

a. Kewenangan DPR dalam Konstitusi RIS ................... 79

b. Kewenangan Senat dalam Konstitusi RIS ................. 79

2 Rekruitmen Keanggotaan DPR dan Senat dalam

Konsitusi RIS ................................................................. 80

3 Mekanisme Hubungan antara DPR dengan Senat

dalam Pembentukan Undang-undang ............................... 82

a. Mekanisme Pembentukan Rancangan Undang-Undang

xxi

atas usul Senat ............................................... 84

b. Mekanisme Pembentukan Rancangan Undang-Undang

atas usul DPR ............................................................ 84

c. Mekanisme Pembentukan Rancangan Undang-Undang

atas usul Pemerintah ............................................... 85

D. Pelaksanaan Fungsi Legislasi dalam Sistem Bikameral Pada Masa

RIS ............................................................................................... 86

1 Mekanisme Hubungan DPR dan Senat dalam Pembentukan

UU dalam Konstitusi RIS .................................................. 88

2 Pelaksanaan Fungsi Legislasi Parlemen Masa Berlakunya

Konstitusi RIS ................................................................... 90

a. Kewenangan DPR ...................................................... 90

b. Kewenangan Senat ..................................................... 93

3 Metode Seleksi Anggota DPR dan Senat ......................... 96

4 Mekanisme Hubungan antara DPR dan Senat dalam

Pembentukan Undang-Undang ......................................... 97

E. Perkembangan Struktur dan Fungsi Parlemen Indonesia .

1 Fungsi Legislasi Parlemen dalam UUD 1945 ................... 100

2 Kedudukan MPR ............................................................. 104

3 Kamar dalam Parlemen. ................................................... 108

4 Kewenangan DPD dalam Pembentukan UU .................... 109

F. Fungsi Legislasi pada Masa Berlakunya UUD 1950 .............. 116

G. Fungsi Legislasi pada Masa Berlakunya UUD 1945 ............. 121

1 Periode Orde Lama (1959-1966 ) .................................... 121

2 Periode Orde Baru (1966-1998 ) ...................................... 122

3 Periode Awal Reformasi (1998-2004) .............................. 125

H. Sistem Perwakilan Indonesia dalam Peraturan Perundang-

Undangan

1 Sistem Perwakilan menurut Konstitusi ............................ 126

xxii

2 Perkembangan Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPD dalam Peraturan

Perundang –undangan ...................................................... 132

a. Fungsi Legislasi DPD dalam Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 2003 .............................................. 132

b. Fungsi Legislasi DPD dalam Undang-Undang

Nomor 27 Tahun 2009 .............................................. 136

c. Fungsi Legislasi DPD dalam Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2014 .............................................. 141

d. Fungsi Legislasi DPD dalam Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2011 .............................................. 150

I. Sistem Perwakilan Bikameral yang Dianut Indonesia ............ 156

BAB V PERBANDINGAN MODEL PERWAKILAN PARLEMEN DENGAN

SISTEM BIKAMERAL DI NEGARA LAIN

A. Sistem Bikameral di Amerika Serikat ............................. 160

1 Sistem Dua Majelis Amerika Serikat (Bikameral) .... 161

2 Keanggotaan .............................................................. 162

3 Kongres Amerika Serikat .......................................... 164

B. Sistem Bikameral Belanda ............................................... 168

1 Proses Legislasi .......................................................... 170

2 Fungsi Pengawasan dan Anggaran ............................ 173

C. Sistem Bikameral Australia ............................................. 175

D. Sistem Bikameral Inggris ................................................. 178

E. Sistem Bikameral Jerman .................................................. 180

F. Sistem Bikameral Jepang ................................................. 183

G. Sistem Bikameral Filipina ................................................ 185

H. Sistem Bikameral Thailand .............................................. 188

I. Sistem Bikameral Malaysia ............................................ 191

J. Sistem Bikameral Kamboja ............................................. 195

K. Sistem Afrika Selatan ....................................................... 197

xxiii

L. Analisis Struktur Fungsi Legislasi Parlemen dalam Sistem

Bikameral di berbagai negara ........................................... 202

1. Analisis Struktur Lembaga Parlemen sistim Bikameral

dengan berbagai negara ............................................... 202

2. Analisis Kewenangan Formal Lembaga Parlemen dari

berbagai negara penganut Sistem Bikameral ............... 206

3. Analisis Rekuitmen Anggota Parlemen dari berbagai

negara penganut Sistem Bikameral .............................. 207

4. Analisis Sistem Bikameral Indonesia melalui

Perbandingan Negara .................................................... 209

BAB VI FUNGSI LEGISLASI DEWAN PERWAKILAN DAERAH

BERBASIS PARLEMEN BIKAMERAL DI INDONESIA

A. Fungsi Legislasi dalam sistem Pemerintahan Indonesia ....... 212

1. Fungsi DPD dalam sistem Pemerinthan Presidensiil ..... 215

2. Fungsi DPD dalam sistem Pemerinthan Parlementer ..... 222

3. Struktur dan Fungsi Legislasi Parlemen di Indonesia .... 224

a. Perkembangan Struktur Parlemen ........................... 224

b. Struktur dan Fungsi Legislasi Parlemen Indonesia .. 230

c. Kewenangan Formal DPR ....................................... 233

d. Kewenangan Formal DPD ..................................... 237

e. Kewenangan Formal MPR ...................................... 243

4. Rekruitmen dan Seleksi Anggota yang duduk di Parlemen. 245

a. Rekruitmen Anggota DPR ...................................... 245

b. Rekruitmen Anggota DPD dan kategori warga yang

diwakili .................................................................... 247

c. Rekruitmen Anggota MPR dan kategori warga yang

Diwakili .................................................................... 251

. B. Fungsi Legislasi DPD sebelum Putusan Mahkamah Konstitusi

Nomor 92 /PUU-X/2012 .......................................................... 253

1. Hubungan DPR dan DPD dalam bidang Legislasi ........ 253

xxiv

2. Mekanisme Kerja DPR dan DPD ................................... 255

3. Pelibatan DPD dalam Program Legislasi Nasional ........ 259

4. Kewenangan Legislasi DPD Direduksi oleh UU MD3 dan

UU P3 ............................................................................. 260

5. kewenangan DPD Direduksi oleh UU MD3 dan UU P3 262

6. Distorsi UU MD3 pada RUU Usulan DPD menjadi Usulan

DPR ............................................................................... 262

7. Keddudukan DPD sebagai Sub Ordinat DPR ................ 264

8. Pelibatan DPD dalam Proses Pembahasan RUU ........... 265

C. Fungsi Legislasi DPD sebelum Putusan Mahkamah Konstitusi

Nomor 92 /PUU-X/2012 ........................................................... 267

1. Kewenangan DPD dalam Penyusunan Program

Legislasi Nasional ( Prolegnas ) ................................... 267

2. Kewenangan DPD dalam Pengajuan Rancangan

Undang- Undang ............................................................ 273

3. Kewenangan DPD dalam Membahas Rancangan

Undang- Undang ............................................................ 285

a. Persandingan Pasal sebelum dan Pasca Putusan MK

dalam membahas RUU .......................................... 288

b. Persandingan Amar Putusan Mahkmah Konstitusi

Nomor 79/PUU-XII/2014 Dan Amar Putusan

Mahkmah Konstitusi Nomor 92/PUU-X/2012 ....... 296

4. Pembahasan RUU secara Tripartid ................................ 302

BAB VII KONSTRUKSI YANG IDEAL DEWAN PERWAKILAN DAERAH

DALAM FUNGSI LEGISLASI BERBASIS BIKAMERAL

A. Kewenangan DPD dalam Fungsi Legislasi Berdasar Konsep

Pancasila .................................................................................... 304

B. Kewenangan dan fungsi DPD dalam Konsep Negara

Kesatuan ...................................................................................... 312

xxv

1. DPD sebagai Wakil Daerah dan Konsekuensi sebagai Wakil

Daerah ................................................................................. 314

2. Pola Hubungan Kerja DPD dengan Lembaga-lembaga

negara lainnya ..................................................................... 316

C. DPD menuju Sistem Legislasi yang Berbasis Bikameral Kuat .. 318

1. Konstruksi DPD dalam Menjalankan Fungsi Legislasi

dalam Bikameral yang Kuat ........................................... 322

2. Konstruksi DPD dalam Menjalankan Fungsi Pengawasan

dalam Bikameral yang Kuat ........................................... 325

3. Konstruksi DPD dalam Menjalankan Fungsi Anggaran

dalam Bikameral yang Kuat ........................................... 327

4. Konstruksi Ideal DPD dalam Hubungan dengan

Lembaga lain ................................................................ 329

5. Konstruksi Ideal DPD dalam Sistem Bikameral

Analisis Perbandingan berbagai negara ........................ 331

BAB VIII PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................... 333

B. Implikasi ........................................................................... 335

C. Rekomendasi ..................................................................... 336

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 339

xxvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Perbandingan penelitian yang relevan dan fokus studi

dan kebaharuan ………………………………………… 40

Tabel 2 Perbandingan Negara Bikameral menurut

Sistim Pemerintahan, Bentuk Negara, Susunan Negara 199

Tabel 3 Perbandingan Metode Pengisian anggota Parlemen

Pada negara sistem bikameral berbagai negara ........... 202

Tabel 4 Model Bicameralism dikaitkan dengan bentuk negara,

Susunan negara, sistem pemerintahan dan sistem

Rekuitmen ..................................................................... 204

Tabel 4 Kewenangan Penyusunan Prolegnas ............................ 264

Tabel 5 Penyusunan Prolegnas ................................................. 265

Tabel 6 Penetapan Prolegnas .................................................... 267

Tabel 7 Kewenangan DPD dalam Pengajuan RUU ................... 269

Tabel 8 Kewenangan DPD dalam Membahas RUU .................. 282

Tabel 9 Persandingan Amar Putusan MK No 79/PUU-XII/2014

Dan Amar Putusan MK No :92/PUU-X/2012 ............ 290

Tabel 10 Lembaga-lembaga mitra kerja DPD dan potensi aliansi

strategis .............................................................................. 324

xxvii

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Kerangka Teori ............................................................. 42

Bagan 2 Model keterwakilan DPD ........................................... 309

Bagan 3 Hubungan DPD dengan Lembaga Pemerintahan

Nasional dan Daerah ..................................................... 311