regulasi keuangan sektor publik di indonesia

22
Akuntansi Sektor Publik RINGKASAN MATA KULIAH BAB 2: REGULASI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK DI INDONESIA Kelompok 2: Amie Dhiza R. Helisa Pera Nasta Aulia Listi Diana Rovita AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS RIAU

Upload: nasta-listi

Post on 13-Jan-2015

878 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Regulasi keuangan sektor publik di indonesia

RINGKASAN MATA KULIAHBab 2: Regulasi Keuangan Sektor Publik di Indonesia

Kelompok 2:

Amie Dhiza

R. Helisa Pera

Nasta Aulia Listi

Diana Rovita

AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS RIAU

Page 2: Regulasi keuangan sektor publik di indonesia

REGULASI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK DI INDONESIA

Keberadaan sektor publik tidak bisa lepas dari regulasi. Dengan demikian, keberadaan sektor publik sudah dapat dipastikan selalu dipengaruhi oleh aspek politik dan hukum.

A. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara Undang-undang ini terdiri dari 11 bab dan 39 pasal. Dasar pemikiran ditetapkannya undang-

undang ini adalah untuk mengakomodasi berbagai perkembangan yang terjadi dalam sistem kelembagaan negara dan pengelolaan keuangan pemerintah negara Republik Indonesia, meskipun sebagian masih menggunakan ketentuan peraturan perundang-undangan yang lama. Kelemahan perundang-undangan dalam bidang keuangan negara menjadi salah satu penyebab terjadinya berbagai bentuk penyimpangan dalam pengelolaan keuangan negara.

Dalam upaya menghilangkan penyimpangan tersebut dan mewujudkan sistem pengelolaan fiskal yang berkesinambungan sesuai aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar dan asas-asas umum yang berlaku secara universal, maka dalma penyelenggaraan pemerintahan negara diperlukan suatu undang-undang yang mengatur pengelolaan keuangan negara, oleh karena itu ditetapkanlah undang-undang ini.

Undang-undang ikni mengatur tentang seluk beluk keuangan negara, yang meliputi:1. Pengertian dan ruang lingkup keuangan negara2. Asas-asas umum pengelolaan keuangan negara3. Kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara4. Penyusunan dan penetapan APBN dan APBD5. Hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan bank sentral, pemerintah daerah,

pemerintah/lembaga asing, perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan swasta, serta badan pengelolaan dana masyarakat

6. Pelaksanaan APBN dan APBD7. Pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara

1. Pengertian dan Ruang Lingkup Keuangan NegaraKeuangan negara dapat dirumuskan dari sisi objek, subjek, proses, dan tujuan. Dari sisi

objek, keuangan negara meliputi semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter, dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan serta segala sesuatu, baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara atas pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Dari sisi subjek, yang dimaksud dengan keuangan negara meliputi seluruh objek, sebagaimana yang telah tersebut diatas yang dimiliki negara, dan/atau badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara. Dari sisi proses, keuangan negara mencakup seluruh kegiatan yang berkaitan dengan mengelolaan objek sebagaimana yang disebutkan diatas mulai dari perumusahan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan pertanggungjawaban. Sedangkan dari sisi tujuan, keuangan negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan objek sebagaimana tersebut di atas dalam rangka penyelanggaraan pemerintahan negara.

2 | A k u n t a n s i S e k t o r P u b l i k ( K e l a s B )K e l o m p o k 2

Page 3: Regulasi keuangan sektor publik di indonesia

Lingkup keuangan negara dikelompokan menjadi tiga, yaitu subbidang pengelolaan fiskal, subbidang pengelolaan moneter, dan subbidang pegelolaan kekayaan negara yang dipisahkan.

2. Asas-Asas Umum Pengelolaan Keuangan NegaraPengelolaan keuangan negara perlu memenuhi asas-asas umum seperti asas tahunan,

asas universal, asas kesatuan, asas spesialitas, maupun asas-asas baru sebagai pencerminan penerapan kaidah-kaidah yang baik dalam pengelolaan keuangan negara, yang antara lain meliputi: akuntabilitas berorientasi pada hasil, profesionalitas, proporsionalitas, keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara, dan pemeriksaan keuangan oleh badan yang bebas dan mandiri. Dengan dianutunya asas-asas tersebut, undang-undang ini dimaksud untuk menjadi acuan dalam reformasi manajemen keuangan negara.

3. Kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan negaraPersiden sebagai kepala pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan

negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan. Presiden dibantu oleh Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal dan wakil pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan atau sebagai Chief Financial Officer (CFO) pemerintah RI dan Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran/Penggunan Barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya atau sebagai Chief Operational Officer (COO) untuk suatu bidang tertentu pemerintahaan.

Sesuai dengan asas desentralisasi dalam penyelengaraan pemerintahan negara, sebagian kekuasaan Presiden tersebut diserahkan kepada Gubernur/Bupati/Walikota selaku pengelola keuangan daerah. Demikian juga untuk mencapai kestabilan nilai rupiah, tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter serta mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran dilakukan oleh Bank Sentral.

4. Penyusutan dan Penetapan APBN dan APBDKetentuan mengenai penyusutan dan penetapan APBN/APBD dalam undang-undang ini

meliputi:a. Penegasan tujuan dan fungsi penganggaran pemerintahanb. Penegasan peran DPR/DPRD dan pemerintah dalam proses penyusunan dan penetapan

anggaranc. Pengintegrasian sistem akuntabilitas kinerja dalam sistem penganggarand. Penyempurnaan klasifikasi anggarane. Penyatuan anggaranf. Pengunaan kerangka pengeluaran jangka menengah dalam penyusunan anggaran

Dalam undang-undang ini diatur secara jelas mekanisme pembahasan anggaran tersebut di DPR/DPRD, termasuk pembagian tugas antara panitia/komisi anggaran dan komisi-komisi pasangan kerja kementerian negara/lembaga/perangkat daerah di DPR/DPRD.

3 | A k u n t a n s i S e k t o r P u b l i k ( K e l a s B )K e l o m p o k 2

Page 4: Regulasi keuangan sektor publik di indonesia

5. Hubungan Keuangan antara Pmerintah Pusat dan Bank Sentral, Pemerintah Daerah, Pemerintah /Lembaga Asing, Perusahaan Negara, Perusahaan Daerah, Perusahaan Swasta, serta Badan Pengelolaan Dana Masyarakat

Dalam hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan bank sentral, ditegaskan bahwa pemerintah pusat dan bank sentral berkoordinasi dalam penetapan dan pelaksanaan kebijakan fiskal dan moneter. Dalam hubungan dengan pemerintah daerah, undang-undang ini menegaskan adanya kewajiban pemerintah pusat mengalokasikan dana perimbangan kepada pemerintah daerah. Selain itu, undang-undang ini juga mengatur tentang penerimaan pinjaman luar negeri pemerintah.

Dalam hubungan antara pemerintah dengan perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan swasta, dan badan pengelolaan dana masyarakat, ditetapkan bahwa oemrintah dapat memeberikan pinjaman/hibah dari perusahaan negara/daerah setelah mendapat persetujuan DPR/DPRD.

6. Pelaksaaan APBN dan APBDSetelah APDN ditetapkan secara rinci dengan undang-undang, pelaksanaannya

dituangkan lebih lanjut dengan keputusan presiden sebagai pedoman bagi kementrian negara/lembaga dalam pelaksanaan anggaran. Penuangan dalam keputusan presiden tersebut terutama menyangkut hal-hal yang belum dirinci dalam undang-undang APBN, dan juga meliputi alokasi dana perimbangan untuk provinsi/kabupaten/kota serta alokasi subsidi sesuai dengan keperluan perusahaan/badan yang menerima.

Dalam rangka memberkan informasi mengenai perkembangan pelaksanaan APBN/APBD, pemerintah pusat/daerah perlu menyampaikan laporan realisasi semester pertama kepada DPR/DPRD pada akhir juli tahun anggaran yang bersangkutan. Informasi yang disampaikan dalam laporan tersebut menjadi bahan evaluasi pelaksanaan APBN/APBD semester pertama dan penyesuaian/perubahan APBN/APBD pada semester berikutnya.

7. Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan NegaraDalam undang-undang ini ditetapkan bahwa laporan pertanggungjawaban pelaksanaan

APBN/APBD disampaikan berupa laporan keuangan yang paling tidak terdiri dari laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah. Laporan keuangan pemerintah pusat/daerah yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan harus disampaikan kepada DPR/DPRD selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran yang bersangkutan.

Dalam rangka akuntabilitas pengelolaan negara, menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupaiti/ walikota selaku pengguna anggaran/pengguna barang bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan yang ditetapkan dalam undang-undang tentang APBN atau peraturan daerah tentang APBD dari segi manfaat/hasil (outcome). Sedangkan pimpinan unit organisasi kementrian negara/lembaga bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang ditetapkan dalam undang-undang tentang APBN, demikian juga Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah bertanggung jawab atas pelaksaan kegiatan yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang APBD dari segi barang dan/atau jasa yang disediakan (output).

4 | A k u n t a n s i S e k t o r P u b l i k ( K e l a s B )K e l o m p o k 2

Page 5: Regulasi keuangan sektor publik di indonesia

B. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara Undang-undang ini terdiri dari 15 bab dan 74 pasal. dasar pemikiran diteapkannya undang-

undang ini karena Undang-Undang Perbendaharaan Indonesia yang terakhir, yaitu Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1968 yang merupakan pembaharuan dari Undang-Undang Perbendaharaan Indonesia Tahun 1925 Nomor 448 sudah tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan pengelolaan keuangan negara yang sesuai dengan tuntunan perkembangan demokrasi, ekonomi dan teknologi. Oleh karena itu, undang-undang tersebut perlu diganti dengan undang-undang baru yang mengatur kembali ketentuan di bidang perbendaharaan negara, yang sesuai dengan tuntutan perkembangan demokrasi, ekonomi dan teknologi modern.

Beberapa hal yang akan diatur dalam undang-undang ini adalah:a. Pengertian, ruang lingkup, dan asas umum perbendaharaan negarab. Pejabat perbendaharaan negarac. Penerapan kaidah pengelolaan keuangan yang sehat di lingkungan pemerintahd. Penatausaahan dan pertanggungjawaban pelaksanaan anggarane. Penyelesaian kerugian negaraf. Pengelolaan keuangan Badan Layana Umum

a. Pengertian, Ruang Lingkup, dan Asas Umum Perbendaharaan NegaraPerbendaharaan negara adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara,

termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN dan APBD. Undang-undanga perbendaharaan negara ini menganut beberapa asas umum, yaitu:

1. Asas kesatuan yaitu asas yang menghendaki agar semua pendapatan dan belanja negara/daerah disajikan dalam satu dokumen anggaran.

2. Asas universal yaitu asas yang mengharuskan agar setiap transaksi keuangan ditampilkan secara utuh dalam dokumen anggaran.

3. Asas tahunan yaitu asas yang membatasi masa berlakunya anggaran untuk suatu tahun tertentu.

4. Asas spesialitas yaitu asas yang mewajibkan agar kredit anggaran yang disediakan terinci secara jelas peruntukannya.

b. Pejabat Perbendaharaan NegaraSesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003,

Kementerian Keuangan berwewenang dan bertanggung jawab atas pengelolaan aset dan kewajiban negara secara nasional sementara kementerian negara/lembaga berwenang bertanggungjawab atas penyelengaraan pemerintahan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.

Menteri Keuangan sebagai Bendahara Umum Negara dan pejabat lainnya yang ditunjuk sebagai Kuasa Bendahara Umum Negara bukanlah hanya sekedar kasir yang berwenang melaksanakan penerimaan dan pengeluaran negara tanpa berhak menilai kebenaran penerimaan dan pengeluaran tersebut. Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara adalah pengelolaan keuangan dalam arti seutuhnya, yaitu berfungsi sekaligus sebagai kasir, pengawas keuangan dan manajer keuangan.

5 | A k u n t a n s i S e k t o r P u b l i k ( K e l a s B )K e l o m p o k 2

Page 6: Regulasi keuangan sektor publik di indonesia

c. Penerapan Kaidah Pengelolaan Keuangan yang Sehat di Lingkungan PemerintahanDalam rangka pengelolaan uang negara/daerah, dalam undang-undang ini ditegaskan

kewenangan Menteri Keuangan untuk mengatur dan menyelenggarakna rekening pemerintahan, menyimpan uang negara dalam rekening kas umu negara pada bank sentral, serta ketentuan untuk mengharuskan dilakukannya optimalisasi pemanfaatan dana peemerintah. Untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara/daerah, diatur kewenangan penyelesaian piutang negara/daerah. Dalam melaksanakan pelaksanaan pembiayaan ditetapkan pejabat yang diberi kuasa untung mengadakan utang negara/daerah. Dan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan investasi dan barang milik negara/daerah, diatur tentang pelaksanaan investasi serta kewenangan mengelola dan menggunakan barang milik negara/daerah.

d. Penatausahaan dan Pertanggungjawaban Pelaksanaan AnggaranUntuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan negara,

laporan pertanggung jawaban keuangan pemerintah perlu disampaikan secara tepat waktu dan disusun berdasarkan standar akuntasi pemerintah. Sehubungan dengan itu, perlu ditetapkan ketentuan yang mengatur mengenai hal-hal tersebut agar:1. Laporan keuangan pemerintah diperoleh melalui proses akuntansi2. Laporan keuangan pemerintah disajikan sesuai standar akuntasi keuangan pemerintah,

yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas disertasi Catatan atas Laporan Keuangan

3. Laporan keuangan disajikan sebagai wujud pertanggungjawaban setiap entitas pelaporan yang meliputi laporan keuangan pemerintah pusat, laporan keuangan kementrian negara/lembaga, dan laporan keuangan pemerintah daerah

4. Laporan keuangan pemerintah pusat/daerah disampaikan kepada DPR/DPRD selambat-lambatnya 6 (enam ) bulan setelah tahun anggaran yang bersangkutan berakhir

5. Laporan keuangan pemerintah diaudit oleh lembaga pemerinta ekstern yang independen dan profesional sebelum disampaikan kepada DPR

6. Laporan keuangan pemerintah dapat mengahasilkan statistik keuangan dapat memngacu pada manual statistik keuangan pemerintah, sehingga dapat memenuhi kebuuhan analisis perbandingan antarnegara, kegiatan pemerintahan, dan penyajian statistik keuangan pemerintah.

e. Penyelesaian Kerugian NegaraPengenaan ganti rugi negara/daerah terhadap bendahara ditetapkan oleh BPK,

sedangkan pengenaan ganti kerugian negara/daerah terhadap pegawai negeri bukan bendahara ditetapkan menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota. Mereka yang telah ditetapkan mengganti kerugian tersebut dapat dikenakan sanksi administrasi dan/atau sanksi pidana jika tersebut melakukan pelanggaran administratif dan/atau pidana.

f. Pengelolaan Keuangan Badan Layanan UmumDalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat dapat dibentuk Badan

Layanan Umum (BLU) yang bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa

6 | A k u n t a n s i S e k t o r P u b l i k ( K e l a s B )K e l o m p o k 2

Page 7: Regulasi keuangan sektor publik di indonesia

penyediaan barang dan/atau jasa yang diperlukan dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdasan kehidupan bangsa.

Pembinaan keuangan BLU dilakukan Menteri Keuangan, sedangkan pembinaan teknis dilakukan oleh menteri yang bertanggungjawab atas bidang pemerintahan yang bersangkutan.

C. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara

Undang-undang ini terdiri dari 8 bab dan 29 pasal. Dasar pemikiran ditetapkannya undang-undang ini adalah untuk mewujudkan pengelolaan keuangan negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tantang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Pembendaharaan Negara, perlu dilakukan pemerikasaan oleh satu badan pemeriksaan keuangan yang bebas dan mandiri, sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Pasal 23E Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam pelaksanaan tugas pemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara, sampai saat ini, BPK masih berpedoman pada Intructie en Verdere Bepalngen voor de Algemene Rekenkamer atau IAR.

Agar BPK dapat mewujudkan fungsinya secara efektif, dalam undang-undang ini diatur hal-hal pokok yang berkaitan dengan pemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara sebagai berikut:a. Pengertiaan pemeriksaan dan pemeriksaanb. Lingkup pemeriksaanc. Standar pemeriksaand. Kebebasan dan kemandirian dalam pelaksanaan pemerikasaane. Akses pemeriksa terhadap informasif. Kewenangan untuk mengevaluasi pengendalian interng. Hasil pemeriksaan dan tindak lanjuth. Pengenaan ganti kerugian negarai. Sanksi pidana

a. Pengertian Pemeriksaan dan PemeriksaDalam undang-undang ini yamg dimaksud dengan pemeriksaan adalah proses

identifikasi masalaha, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, objektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara. Pemeriksa adalah orang yang melaksakan tugas pemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara untuk dan atas nama BPK.

b. Lingkup PemeriksaanSebagaimana telah ditetapkan dalam UUD RI Tahun 1945, pemeriksaan yang menjadi

tugas BPK meliputi pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggungjawab mengenai keuangan negara sebagaimana yang tertuang dalam pasal 2 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

7 | A k u n t a n s i S e k t o r P u b l i k ( K e l a s B )K e l o m p o k 2

Page 8: Regulasi keuangan sektor publik di indonesia

Sehubungan dengan itu, kepada BPK diberi kewenangan untuk melakukan tiga jenis pemeriksaan, yaitu:1. Pemeriksaan keuangan, adalah pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah pusat

dan pemerintah daerah. Pemeriksaan keuangan ini dilakukan oleh BPK dalam rangka memberikan pernyataan opini tentang tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan peerintah.

2. Pemeriksaan kinerja, adalah pemeriksaan atas aspek ekonomi dan efisiensi, serta pemeriksaan atas aspek efektivitas yang lazim dilakukan bagi kepentingan manajemen oleh aparat pengawasaan intern pemerintah.

3. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu, adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan khusus, diluar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja, termasuk dalam bagian ini adalah pemeriksaan atas hal-hal lain yang berkaitan dengan keuangan dan pemeriksaan investigatif.

c. Pelaksanaan PemeriksaanBPK memiliki kebebasan dan kemandirian dalam ketiga tahap pemeriksaan, yakni

perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil pemeriksaan. Untuk mewujudkan perencanaan yang komprehensif, BPK dapat memanfaatkan hasil pemeriksaan aparat pengawasan intern pemerintah, memperhatikan masukan dari pihak lembaga perwakilan, serta informasi dari berbagi pihak. Sementara itu, kebebasan dalam penyelenggaraan pemeriksaan, antara lain meliputi kebebasan dalam penentuan waktu pelaksanaan metode pemeriksaan, termasuk metode pemeriksaan yang bersifat investigatif. Selain itu, kemandirian BPK dalam pelaksanaan keuangan negara termasuk ketersediaan sumber daya manusia, anggaran, dan sarana pendukung lainnya yang memadai.

d. Hasil Pemeriksaan dan Tindak LanjutHasil setiap pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK disusun dan disajikam dalam laporan

hasil pemeriksaan (LHP) segera setelah kegiatan pemeriksaan selesai. Pemeriksaan keuangan akan menghasilkan opini. Pemeriksaan keuangan akan menghasilkan temuan, kesimpulan, dan rekomedasi. Sedangkan pemeriksaan dengan tujuan tertentu akan menghasilkan kesimpulan. Setiap laporan hasil pemeriksaan BPK disampaikan kepada DPR/DPRD untuk ditindaklanjutkan sesuai kewenangannya, antara lain dengan membahasnya bersama pihak terkait.

e. Pengenaan Ganti Kerugian NegaraSebagaimana yang terdapat dalam pasal 62 ayat (3) Undang-Undang Nomor 1 tahun

2004 tentang Perbendaharaan Negara, undang-undang ini mengatur lebih lanjut tentang pengenaan ganti kerugian negara/daerah terhadap bendahara. BPK menerbitkan surat petetapan batas waktu pertanggungjawaban bendahara atas kerugian kas/barang dalam persediaan yang merugikan keuangan negara/daerah. Bendahara tersebut dapat mengajukan keberatan terhadap pemutusan BPK.

D. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

8 | A k u n t a n s i S e k t o r P u b l i k ( K e l a s B )K e l o m p o k 2

Page 9: Regulasi keuangan sektor publik di indonesia

Undang-undang ini berisi 16 bab dan 24 pasal. Dasar pemikiran ditetapkannya undang-undang ini adalah:a. Sesuai dengan amanat UUD RI tahun 1945, pemerintah daerah berwenang untk mengatur

dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.b. Prinsip otonomi yang nyata dan bertanggung jawab, maksudnya untuk menangani urursan

pemerintahan disasarkan tugas, wewenang dan kewajiban senyatanya, serta benar-benar sesuai dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah, termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, yang merupakan bagian utama dari tujuan nasional.

Agar otonomi daerah dapat dilaksanakan sejalan dengan tujuan yang hendak dicapai, pemerintah wajib memberikan pembinaan yang berupa pemberian pedoman seperti dalam penelitian, pengembangan, perencanaan, dan pengawasan. Diberikan pula standar, arahan, bimbingan, pelatihan, supervisi, pengendalian, koordinasi, pemantauan dan evaluasi. Pemerintah wajib memberikan fasilitas yang berupa peluang kemudahan, bantuan, dan dorongan kepada daerah agar dalam melaksanakan otonomi dapat dilakukan secara efisien dan efektif sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Beberapa hal pokok akan dibahas dalam undang-undang ini, yaitu antara lain:

a. Pembentukan Daerah dan Kawasan KhususPembentukan daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan

publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat, selain sebagai saran pendidikan politik di tingkat lokal.

Pemerintahan dapat menetapkan kawasan khusus di daerah otonom untuk menyelengarakan fungsi-fungsi pemerintahan tertentu yang bersifat khusus dan untuk kepentingan nasional/berskala nasional, misalnya dalam bentuk kawasan cagar budaya, taman nasional, pengembangan industri strategis, pengembangan teknologi tinggi, seperti pengembangan tenaga nuklir, peluncuran peluru kendali, pengembangan prasarana komunkasi, teklekomunikasi, trasportasi, pelabuhan dan daerah perdagangan bebas, pangkalan militer, serta wilayah eksploitasi, konservasi bahan galian strategis, penelitian dan pengembangan sumber daya nasional, laboratorium sosial, lembaga pemasyarakatan spesifik. Pemerintah wajib mengikutsertakan pemerintah daerah dalam pembentukan kawasan khusu tersebut.

b. Pembagian Urusan PemerintahanPenyelengaraan desentralisasi mensyaratkan pembagian urusan pemerintahan antara

pemerintah dengan daerah otonom. Pembagian urusan pemerintahan tersebut didasarkan pemikiran bahwa selalu terdapat berbagai urusan pemerintahan yang sepenuhnya/tetap menjadi kewenangan pemrintah, yang menyangkut terjaminnya kelangsungan hidup bangsa dan negara secara keseluruhan. Urusan pemerintahan tersebut meliputi politik luar negeri, pertahanan, keamanan, moneter, yustisi dan agama.

c. Pemerintah Daerah

9 | A k u n t a n s i S e k t o r P u b l i k ( K e l a s B )K e l o m p o k 2

Page 10: Regulasi keuangan sektor publik di indonesia

Pemerintahan daerah adalah pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan daerah yamg dilakukan oleh lembaga pemerintah daerah yaitu pemerintah daerah dan DPRD. Hubungan antara pemerintah daerah dan DPRD merupakan hubungan kerja yang kedudukan setara dan bersifat kemitraan. Hubungan kemitraan bermakna bahwa pemerintah daerah dan DPRD sama-sama mitra pekerja dalam membuat kebijakan daerah untuk melaksanakan otonomi daerah sesuai dengan fungsi masing-masing.

d. Perangkat DaerahDalam penyelenggaran pemerintahan daerah, kepala daerah dibantu oleh perangkat

daerah. Secara umum, perangkat daerah diwadahi dalam tiga kelompok yaitu lembaga sekretariat, lembaga teknis daerah, dan lembaga dinas daerah.

e. Keuangan DaerahSemua sumber keuangan yang melekat pada setiap urusan pemerintahan yang

diserahkan kepada daerah menjadi sumber keuangan daerah. Pengaturan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah melekat dan menjadi satu dengan peraturan pemerintah daerah, yaitu undang-undang mengenai pemerintahan daerah.

f. Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala DaerahPeraturan daerah dibuat oleh DPRD bersama pemerintah daerah, artinya prakarsa dapat

berasal dari DPRD atau pemerintah daerah. Khusus peraturan tentang APBD, rancangan disiapkan oleh Pemerintah Daerah yang telah mencakup keuangan DPRD, untuk dibahas bersama DPRD. Peraturan daerah dan ketentuan daerah lainnya yang bersifat mengatur diundangkan dengan menempatkan dalam Lembaran Daerah.

g. Kepegawaian DaerahKepegawaian daerah adalah suatu sistem dan prosedur yang diatur dalam peraturan

perundang-undangan sekurang-kurangnya meliputi perencanaa, persyaratan, pengangkatan, penempatan, pendidikan dan pelatihan, penggajian, pemberhentian, pensiiun, pembinaan, kedudukan, hak, kewajiban, tanggung jawab, larangan, sanksi, dan penghargaan berupa subsistem dari sistem kepegawaian secara nasional.

h. Pembinaan dan PengawasanPenyelenggaraan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah upaya yang

dilakukan oleh pemerintah dan atau gubernur selaku wakil pemerintah di daerah untuk mewujudkan tercapainya tujuan penyelangaraan otonomi daerah.

Pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah terkait dengan penyelengaraan urusan pemerintahan dan yang utama terhadap peraturan daerah dan peraturan kepala daerah. Dalam rangka mengoptimalkan fungsi pembinaan dan pengawasan, pemerintah dapat menerapkan sanksi kepada penyelenggaraan pemerintah daerah apabila ditemukan adanya penyimpangan dan pelanggaran.

i. Desa

10 | A k u n t a n s i S e k t o r P u b l i k ( K e l a s B )K e l o m p o k 2

Page 11: Regulasi keuangan sektor publik di indonesia

Desa dalam undang-undang ini adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yuridiksi, berwenang umtuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan/atau dibentuk dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di kabupaten/kota, sebagaimana yang diatur dalam UUD 1945.

E. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah

Undang-undang ini berisi 15 bab dan 110 pasal. Pembentukan undang-undang tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah dimaksud untuk mendukung pendanaan atas penyerahan urusan kepada pemerintah daerah yang diatur dalam undang-undang tentang pemerintah daerah.

Pemerintah pada hakekatnya mengemban tuga fungsi utama, yaitu:a. Fungsi distribusib. Fungsi stabilisasic. Fungsi alokasi

Fungsi distribusi dan fungsi stabilisasi pada umumnya lebih efektif dan tepat dilaksanakan oleh pemerintah , sedangkan fungsi alokasi oleh pemerintah daerah yang lebih mengetahui kebutuhan, kondisi, dan situasi masyarakat setempat. Pembagian ketiga fungsi tersebut sangat penting sebagai landasan dalam penentuan dasar-dasar perimbangan keuangan antara pemerintah dan pemerintahan daerah.

a. Sumber-sumber Pelaksanaan Pemerintah DaerahPendanaan penyelenggaraan pemerintahan agar terlaksanakan secara efisien dan

efektif, serta untuk mencegah tumpang tindih ataupun tidak tersedianya pendanaan pada suatu bidang pemerintahan, maka diatur pendanaan penyelenggaraan pemerintahan.

Sumber-sumber pendanaan pelaksanaan pemerintah daerah terdiri dari:1. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan asli daerah merupakan pendapatan asli daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, dan hasil pengelolaam kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, yang bertujuan memeberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi.

2. Dana PerimbanganDana perimbangan merupakan pendanaan daerah yang bersumber dari APBN yang terdiri dari Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusuh (DAK). Dana perimbangan selain dimaksud untuk membantu daerah untuk mendanai kewenangannya, juga bertujuan untuk mengurangi ketumpangan sumber pendanaan pemerintahan antara pusat dan daerah serta untuk mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintahan antar daerah.

3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang SahUndang-undang ini juga memngatur hibah yang berasal dari pemerintah negara asing, badan/lembaga asing, badan/lembaga internasional, pemerintah, badan/lembaga dalam negeri atau perseorangan, baik dalam bentuk devisa, rupiah maupun dalam bentuk

11 | A k u n t a n s i S e k t o r P u b l i k ( K e l a s B )K e l o m p o k 2

Page 12: Regulasi keuangan sektor publik di indonesia

barang dan/atau jasa, termasuk tenaga ahli, dan pelatihan yang tidak perlu dibayar kembali.

4. Pinjaman DaerahPinjaman daerah merupakan salah satu sumber pembiayaan yang bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

b. Pengelolaan Keuangan Daerah dan Sistem Informasi Keuangan DaerahPengelolaan keuangan dilakukan secara tertib, taat pada peraturan perundang-

undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan kepada para pemanggu kepentingan yang sudah enjadi tuntutan masyarakat. Semua penerimaan dan pengeluaran yang menjadi hak dan kewajiban daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBD.

Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan desentralisasi berdasarkan prinsip transparansi dan akuntabilitas, diperlukan adanya dukungan sistem informasi keuangan daerah. Sistem tersebut antara lain dimaksudkan untuk perumusan kebijakan dan pengendalian fiskal nasional.

Berdasarkan pemikiran tersebut, pokok-pokok muatan undang-undang ini adalah sebagai berikut:1. Penegasan prinsip-prinsip dasar perimbangan pemerintah dan pemerintahan daerah

sesuai dengan desentralisasi, demokrasi, dan tugas pembantuan2. Penambahan jenis bagi hasil dari sektor penambahan panas bumi, pajak penghasilan

pasal 25/29 wajib pajak orang pribadi dalam negeri dan PPh pasal 213. Pengelompokan dana reboisasi yang semula termasuk dalam komponen Dana Alokasi

Khusus menjadi Dana Bagi Hasil4. Penyempurnaan prinsip pengalokasian Dana Alokasi Umum5. Penyempurnaan prinsip pengalokasian Dana Alokasi Khusus6. Penambahan dan pengaturan hibah dan dana darurat7. Penyempurnaan persyaratan dan mekanisme pinjaman daerah, termasuk obligasi

daerah8. Pengaturan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan9. Penegasan pengaturan sistem informasi keuangan daerah10. Prinsip akuntabilitas dan responsibilitas dalam undang-undang ini dipertegas dengan

pemberian sanksi

F. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintah

Dalam peraturan pemerintah ini terdapat 8 pasal yang mengatur tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Peraturan pemerintah ini merupakan pelaksanaan undang-undang nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan negara pasal 32 ayat (2) yang menyatakan bahwa standar akuntansi pemerintahan disusun oleh suatu komite standar yang independen dan ditetapkan dengan peraturan pemerintah setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari Badan Pemerika Keuangan.

12 | A k u n t a n s i S e k t o r P u b l i k ( K e l a s B )K e l o m p o k 2

Page 13: Regulasi keuangan sektor publik di indonesia

1. Pengertian Standar Akuntansi Pemrintahan, Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintah dan Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

Menurut peraturan pemerintahan ini, standar akuntansi pemerintahan, yang selanjutnya disebut SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang ditetapkan dalam menyusun dan melaporkan laporan laporan keuangan pemerintah. SAP dinyatakan dalam pertanyataan standar akuntansi pemerintah, yang selanjutnya disebut PSAK. PSAP tersebut dilengkapi dengan interpretasi pernyataan standar akuntansi pemerintahan (IPSAP), yang merupakan klarifikasi, penjelasan dan uraian lebih lanjuta atas pernyataan SAP serta dilengkapi pula dengan buletin teknis, yaitu informasi yang diterbitkan oleh komite standar akuntansi pemerintahan yang memberikan arahan/pedoman secara tepat waktu untuk mengatasi masalah-masalah akuntansi maupun laporan keuangan yang timbul. Sedangkan kerangka konseptual keuangan pemerintahan adalah dasar-dasar yang mendasari penyusunan dan pengembangan standar akuntansi pemerintahan bagi komite standar akuntansi pemerintahan, penyusunan laporan keuangan, dan pemeriksaan dalam mencari pemecahan atas suatu masalah yang belum diatur secara jelas dalam pernyataan standar akuntansi pemerintahan.

2. Hal-hal yang Diatur dalam Standar Akuntansi PemerintahanPada bagian awal peraturan pemerintah ini diuraikan tentang pengantar standar

akuntansi pemerintahan dan kerangka konseptual akuntansi pemerintahan. Pada bagian selanjutnya, yaitu pasal empat (4) berisi tentang sebelas (11) PSAP yang mencakup hal-hal sebagai berikut:a. PASP nomor 01 tentang penyajian laporan keuangan, ditetapkan dalam laporan IIIb. PSAP nomor 02 tentang laporan realisai anggaran, ditetapkan dalam lampiran IVc. PSAP nomor 03 tentang laporan arus kas, ditetapkan dalam lampiran Vd. PSAP nomor 04 tentang catatan atas laporan keuangan, ditetapkan dalam lampiran VIe. PSAP nomor 05 tentang akuntansi persediaan, ditetapkan dalam lampiran VIIf. PSAP nomor 06 tentang akuntansi investasi, ditetapkan dalam lampiran VIIIg. PSAP nomor 07 tentang akuntansi aset tetap, ditetapkan dalam lampiran IXh. PSAP nomor 08 tentang akuntansi konstruksi dalam pengerjaan, ditetapkan dalam

lampiran Xi. PSAP nomor 09 tentang akuntansi kewajiban, ditetapkan dalam lampiran XIj. PSAP nomor 10 tentang korelasi kesalahan, perubahan kewajiban akuntansi, dan

peristiwa luar biasa, ditetapkan dalam lampiran XIIk. PSAP nomor 11 tentang laporan keuangan konsilidasi, ditetapkan dalam lampiran XIII

G. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2005 Tentang Pijaman Daerah Peraturan pemerintah tentang pinjaman daerah ini terdiri dari 45 pasal. Undang-undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah menetapkan bahwa pinjaman daerah merupakan salah satu sumber penerimaan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi, yang dicatat dan dikelola dalam APBN.

Pinjaman daerah merupakan alternatif sumber pembiayaan APBD dan/atau untuk menutup kekurangan kas yang digunakan untuk membiayai kegiatan yang merupakan inisiatif dan kewenangan daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan.

13 | A k u n t a n s i S e k t o r P u b l i k ( K e l a s B )K e l o m p o k 2

Page 14: Regulasi keuangan sektor publik di indonesia

Dalam pelaksanaannya, besaran pinjaman daerah perlu disesuaikan dengan kemampuan daerah karena dapat menimbulkan beban APBD tahun-tahun berikutnya, sehingga perlu didukung dengan keterampilan perangkat daerah dalam mengelola pinjaman daerah.

H. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

Peraturan pemerintah ini terdiri dari 18 bab dan 154 pasal. Peraturan pemerintah tentang pengelolaan keuangan daerah mengacu pada peraturan-peraturan perundangan yang telah ditetapkan sebelumnya, terutama UU No. 32 tentang pemerintah daerah dan UU No. 17 Tahun 2003 tentang keuangan negara, UU No. 1 Tahun 2004 tentang pembendaharaan negara , UU No. 15 Tahun 2004 tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, serta UU. 25 Tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional.

Ide dasar yang melatarbelakanginya tentu ingin dilaksanakan melalui tata kelola pemerintahan yang baik yang memiliki tiga pilar utama, yaitu transparansi, akuntabilitas, dan partisipatif.

Pokok-pokok muatan peraturan pemerintah ini mencakup:1. Perencanaan dan Penganggaran

Pengaturan pada aspek perencanaan diarahkan agar seluruh proses penyusunan APBD semaksimal mungkin dapat menunjukkan latar belakang pengambilan keputusan dalam penetapan arah kebijakan umum, skala prioritas, dan penetapam alokasi serta distribusi sumber daya dengan melibatkan partisipasi masyarakat.Untuk dapat mengendalikan tingkat efisiensi dan tingkat efektifitas anggaran, maka dalam perencanaan anggaran perlu diperhatikan: (1) penetapan secara jelas tujuan dan sasaran, hasil dan manfaat, serta indikator beban kerja, serta penetapan harga satuan yang rasional.

2. Pelaksanaan dan Penatausahaan Keuangan DaerahBeberapa aspek pelaksanaan yang diatur dalam peraturan pemerintah ini adalah memberikan peran dan tanggungjawab yang lebih besar kepada para pejabat pelaksanaan anggaran, sistem pengawasan pengeluaran dan sistem pembayaran, manajemen kas dan perencanaan keuangan, pengelolaan piutang dan utang, pengeloaan invenstasi, pengelolaan barang milik daerah, larangan penyitaan utang dan barang milik daerah dan/atau yang dikuasai negara/daerah, penatausahaan dan pertanggungjawaban APBD, serta akuntansi dan pelaporan.

3. Pertanggungjawaban Keuangan DaerahDalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel dan transparan, pemerintah daerah wajib menyampaikan pertanggungjawaban berupa: (1) laporan realisasi anggaran; (2) neraca; (3) laporan arus kas; dan (4) catatan atas laporan keuangan. Laporan kuangan tersebut disusun sesuai dangn standar akuntansi pemerintahan. Sebelum dilaporkan pada masyarakat melalui DPRD, laporan keuangan perlu diperiksa dulu oleh BPK.

I. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 13 Tahun 2006 ini terdiri dari 18 bab dan 336 pasal. Ruang lingkup keuangan daerah dalam peraturan menteri ini meliputi:a. Hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta melakukan pinjaman

14 | A k u n t a n s i S e k t o r P u b l i k ( K e l a s B )K e l o m p o k 2

Page 15: Regulasi keuangan sektor publik di indonesia

b. Kewajiban daerah untuk menyelenggaran urusan pemerintahan daerah dan membayar tagihan pihak ketiga

c. Penerimaan daerahd. Pengeluaran daerahe. Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga,

piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah

f. Kekayaan pihak lain yang dikuasi oleh pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum.

J. Ikhtisar Regulasi keuangan sektor publik di Indonesia didasarkan pada Undang-undang Nomor 17

Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Kedua Undang-Undang tersebut kemudian menjadi acuan bagi ketetapan/peraturan lain yang mengatur tentang keuangan pemerintahan, baik pusat maupun daerah, baik dalam bentuk Undang-Undang maupun Peraturan Pemerintah.

Ketetapan/peraturan tentang keuangan daerah antara lain termuat dalam Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

15 | A k u n t a n s i S e k t o r P u b l i k ( K e l a s B )K e l o m p o k 2