refreshing perdarahan antepartum ruptur uteri

8
A. Definisi Ruptur uteri komplit ialah keadaan robek pada Rahim dimana telah terjadi hubungan langsung antara rongga amnion dan rongga peritoneum. Peritoneum visceral dan kantong ketuban keduanya ikut rupture dengan demikian janin sebagian atau seluruh tubuhnya telah keluar oleh kontraksi terahir uterus dan berada dalam kavum peritonei atau rongga abdomen. Pada rupture uteri inkomplit hubungan kedua rongga masih dibatasi oleh peritoneum visceral. Pada keadaan demikian janin belum masuk ke dalam rongga peritonium B. Etiologi Ruptur uteri dapat terjadi sebagai akibat cedera atau anomali yang sudah ada sebelumnya, atau sebagai komplikasi persalinan pada Rahim yang masih utuh. Paling sering terjadi pada rahin yang telah di SC pada pwrsalinan sebelumnya. Akhir-akhir ini, penyebab ruptur uteri yang paling sering adalah terpisahnya jaringan parut akibat seksio sesarea sebelumnya dan peristiwa ini kemungkinan semakin sering terjadi bersamaan dengan timbulnya kecenderungan untuk memperbolehkan partus percobaan pada persalinan dengan riwayat seksio sesarea. Faktor predisposisi lainnya yang sering ditemukan pada ruptur uteri adalah riwayat operasi atau manipulasi yang mengakibatkan trauma seperti kuretase atau perforasi.

Upload: siti-nur-rachmani

Post on 28-Jan-2016

231 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

obgytn

TRANSCRIPT

Page 1: Refreshing Perdarahan Antepartum Ruptur Uteri

A. Definisi

Ruptur uteri komplit ialah keadaan robek pada Rahim dimana telah terjadi hubungan

langsung antara rongga amnion dan rongga peritoneum. Peritoneum visceral dan kantong

ketuban keduanya ikut rupture dengan demikian janin sebagian atau seluruh tubuhnya

telah keluar oleh kontraksi terahir uterus dan berada dalam kavum peritonei atau rongga

abdomen. Pada rupture uteri inkomplit hubungan kedua rongga masih dibatasi oleh

peritoneum visceral. Pada keadaan demikian janin belum masuk ke dalam rongga

peritonium

B. Etiologi

Ruptur uteri dapat terjadi sebagai akibat cedera atau anomali yang sudah ada

sebelumnya, atau sebagai komplikasi persalinan pada Rahim yang masih utuh. Paling

sering terjadi pada rahin yang telah di SC pada pwrsalinan sebelumnya.

Akhir-akhir ini, penyebab ruptur uteri yang paling sering adalah terpisahnya

jaringan parut akibat seksio sesarea sebelumnya dan peristiwa ini kemungkinan semakin

sering terjadi bersamaan dengan timbulnya kecenderungan untuk memperbolehkan partus

percobaan pada persalinan dengan riwayat seksio sesarea.

Faktor predisposisi lainnya yang sering ditemukan pada ruptur uteri adalah

riwayat operasi atau manipulasi yang mengakibatkan trauma seperti kuretase atau

perforasi. Stimulasi uterus secara berlebihan atau kurang tepat dengan oksitosin, yaitu

suatu penyebab yang sebelumnya lazim ditemukan, tampak semakin berkurang.

Umumnya, uterus yang sebelumnya tidak pernah mengalami trauma

dan persalinan berlangsung spontan, tidak akan terus berkontraksi dengan kuat sehingga

merusak dirinya sendiri.

C. Klasifikasi

Klasifikasi ruptur uteri menurut sebab sebagai berikut :

Kerusakan atau anomaly uterus yang telah ada sebelum hamil

Page 2: Refreshing Perdarahan Antepartum Ruptur Uteri

- Pembedahan pada myometrium : seksio sesarea atau histerotomi,

histerorafia, miomektomi yang sampai menembus seluruh ketebalan otot

uterus

- Trauma uterus koinsidental : trauma tumpul atau tajam seperti pisau atau

peluru, rupture tanpa gejala pada kehamilan sebelumnya.

- Kelainan bawan : kehamilan dalam bagian Rahim yang tidak berkembang

Kerusakan atau anomaly yang terjadi dalam kehamilan

- Sebelum kelahiran anak : his spontan yang kuat dan terus menerus,

pemakain oksitosi atau prostaglandin untuk merangsang persalinan,

pembesaran Rahim yang berlebihan misalnya hidramnion dan kehamilan

ganda.

- Dalam periode intrapartum : ekstraksi cunam yang sukar, ekstraksi

bokong, anomaly janin yang menyebabkan distensi berlebihan pada

segmen bawah Rahim, tekanan kuat pada uterus dalam persalinan,

kesulitan dalam manual plasenta.

- Cacat rahin yang didapat : plasenta inkreta atau perkreta, neoplasia

trofoblas gestasional, adenomiosis.

D. Mekanisme Ruptura Uteri

Pada umumnya uterus dibagiatas dua bagian atas : korpis uteri dan serviks. Batas

keduanya disebut ismus uteri (2-3 cm) pada rahim yang tidak hamil. Bila kehamilan sudah

kira-kira ± 20 mg, dimana ukuran janin sudah lebih besar dari ukurankavum uteri, maka

mulailah terbentuk SBR ismus ini.

Batas antara korpus yang kontraktil dan SBR yang pasif disebut lingkaran dari bandl.

Lingkaran bandl ini dianggap fisiologik bila terdapat pada 2-3 jari diatas simfisis, bila

meninggii maka kita harus waspada terhadap kemungkinan adanya ruptura uteri mengancam

(RUM).

Page 3: Refreshing Perdarahan Antepartum Ruptur Uteri

Ruptura uteri terutama disebabkan oleh peregangan yang luar biasa dari uterus.

Sedangkan kalau uterus telah cacat, mudah dimengerti, karena adanya lokus minoris

resistens.

Rumus mekanisme terjadinya ruptur uteri:

R = H + O

Dimana :          R = Ruptur

H = His Kuat (tenaga)

O = Obstruksi (halangan)

Pada waktu in-partu, korpus uteri mengadakan kontraksi sedang SBR tetap pasif

dan cervix menjadi lunak (effacement dan pembukaan). Bila oleh sesuatu sebab partus

tidak dapat maju (obstruksi), sedang korpus uteri berkontraksi terus dengan hebatnya (his

kuat), maka SBR yang pasif ini akan tertarik ke atas menjadi bertambah regang dan tipis.

Lingkaran Bandl ikut meninggi, sehingga suatu waktu terjadilah robekan pada

SBR tadi. Dalam hal terjadinya ruptur uteri jangan dilupakan peranan dari anchoring

apparatus untuk memfiksir uterus yaitu ligamentum rotunda, ligamentum latum,

ligamentum sacrouterina dan jaringan parametra.

E. Diagnosis Dan Gejala Klinis

1.) Anamnesis dan Inspeksi

Pada suatu his yang kuat sekali, pasien merasa kesakitan yang luar biasa, menjerit

seolah-olah perutnya sedang dirobek kemudian jadi gelisah, takut, pucat, keluar

keringat dingin sampai kolaps

Pernafasan jadi dangkal dan cepat, kelihatan haus.

Muntah-muntah karena perangsangan peritoneum.

Syok, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun bahkan tidak terukur.

Page 4: Refreshing Perdarahan Antepartum Ruptur Uteri

Keluar perdarahan pervaginam yang biasanya tak begitu banyak, lebih-lebih kalau

bagian terdepan atau kepala sudah jauh turun dan menyumbat jalan lahir.

Kadang-kadang ada perasaan nyeri yang menjalar ke tungkai bawah dan dibahu

 Kontraksi uterus biasanya hilang

2) Palpasi

Teraba krepitasi pada kulit perut yang menandakan adanya emfisema subkutan.

   Bila kepala janin belum turun, akan mudah dilepaskan dari pintu atas panggul.

 Bila janin sudah keluar dari kavum uteri, jadi berada di rongga perut, maka teraba

bagian-bagian janin langsung dibawah kulit perut dan disampingnya kadang-

kadang teraba uterus sebagai suatu bola keras sebesar kelapa.

Nyeri tekan pada perut, terutama pada tempat yang robek.

3.) Auskultasi

Biasanya denyut jantung janin sulit atau tidak terdengar lagi beberapa menit

setelah ruptur, apalagi kalau plasenta juga ikut terlepas dan masuk ke rongga perut.

4.) Pemeriksaan Dalam

Kepala janin yang tadinya sudah jauh turun ke bawah, dengan mudah dapat

didorong ke atas dan ini disertai keluarnya darah pervaginam yang agak banyak

Kalau rongga rahim sudah kosong dapat diraba robekan pada dinding rahim dan

kalau jari atau tangan kita dapat melalui robekan tadi, maka dapat diraba usus,

omentum dan bagian-bagian janin. Kalau jari tangan kita yang didalam kita

temukan dengan jari luar maka terasa seperti dipisahkan oleh bagian yang tipis

seklai dari dinding perut juga dapat diraba fundus uteri.

F. Penanganan

Untuk mencegah timbulnya ruptura uteri pimpinan persalinan harus dilakukan dengan

cermat, khususnya pada persalinan dengan kemungkinan distosia, dan pada wanita yang

pernah mengalami sectio sesarea atau pembedahan lain pada uterus. Pada distosia harus

Page 5: Refreshing Perdarahan Antepartum Ruptur Uteri

diamati terjadinya regangan segmen bawah rahim, bila ditemui tanda-tanda seperti

itu, persalinan harus segera diselesaikan.

Jiwa wanita yang mengalami ruptur uteri paling sering bergantung pada kecepatan

dan efisiensi dalam mengoreksi hipovolemia dan mengendalikan perdarahan. Perlu

ditekankan bahwa syok hipovolemik mungkin tidak bisa dipulihkan kembali dengan cepat

sebelum perdarahan arteri dapat dikendalikan, karena itu keterlambatan dalam memulai

pembedahan tidak akan bisa diterima.

Tindakan pertama adalah mengatasi syok, memperbaiki keadaan umum penderita

dengan pemberian infuse cairan dan transufi darah, kardiotonika, antibiotic dan sebagainya.

Bila keadaan umum penderita mulai membaik, selanjutnya dilakukan laparotomi dengan

tindakan jenis operasi:

1. Histerektomi, baik total maupun subtotal

2. Histerorafia, yaitu tepi luka dieksidir lalu dijahit sebaik-baiknya.

3. Konservatif, hanya dengan tamponade dan pemberian antibiotik yang cukup.

G. Prognosis

Harapan hidup bagi janin sangat suram. Angka mortilitas yang ditemukan dalam berbagai

penelitian berkisar dari 50 hingga 70 persen. Tetapi jika janin masih hidup pada saat terjadinya

peristiwa tersebut, satu-satunya harapan untuk mempertahankan jiwa janin adalah

dengan persalinan segera, yang paling sering dilakukan lewat laparotomi.

Jika tidak diambil tindakan, kebanyakan wanita akan meninggal karena perdarahan atau

mungkin pula karena infeksi yang terjadi kemudian, kendati penyembuhan spontan pernah pula

ditemukan pada kasus-kasus yang luar biasa. Diagnosis cepat, tindakan operasi segera,

ketersediaan darah dalam jumlah yang besar dan terapi antibiotik sudah menghasilkan perbaikan

prognosis yang sangat besar dan terapi antibiotik sudah menghasilkan perbaikan prognosis yang

sangat besar bagi wanita dengan ruptura pada uterus yang hamil.