refrat rinosinusitis

Upload: muhammad-ridho-aditya

Post on 03-Apr-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/29/2019 Refrat RINOSINUSITIS

    1/19

    Case Report session

    Rhinosinusitis Kronik

    Oleh :

    Hanana Syaiful 07120058

    John Phillip S 07120101

    Fitri Dwi Anggraini 07923044

    Preceptor :

    Dr. Bestari J Budiman. Sp.THT-KL

    BAGIAN ILMU PENYAKIT

    TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA LEHER

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

    PADANG

    2012

    1

  • 7/29/2019 Refrat RINOSINUSITIS

    2/19

    TINJAUAN PUSTAKA

    1. Definisi

    Sinusitis adalah peradangan pada mukosa sinus paranasalis. Sinusitis diberi nama

    sesuai dengan sinus yang terkena. Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis.

    Bila mengenai semua sinus paranasalis disebut pansinusitis.

    Yang paling sering ditemukan ialah sinusitis maksillaris dan sinusitis etmoid,

    sinusitis frontal dan sinusitis sphenoid lebih jarang. Pada anak hanya sinus maksilla

    dan sinus etmoid yang berkembang, sedangkan sinus sphenoid belum.

    Sinus maksilla merupakan sinus yang paling sering terinfeksi karena :

    1. Merupakan sinus paranasal yang terbesar.

    2. Letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar, sehingga aliran secret (drainase) dari

    sinus maksilla hanya tergantung dari gerakan silia.

    3. Dasar sinus maksilla adalah dasar akar gigi (prosessus alveolaris) sehingga infeksi

    gigi dapat menyebabkan sinusitis maksilla. Ostium sinus maksilla terletak

    dimeatus medius, disekitar hiatus semilunaris yang sempit sehingga mudah

    tersumbat.3

    2. Anatomi

    2

  • 7/29/2019 Refrat RINOSINUSITIS

    3/19

    Manusia mempunyai beberapa rongga di sepanjang atap dan bagian lateral rongga

    hidung. Rongga rongga ini diberi nama sinus yang kemudian diberi nama sesuai dengan

    letaknya : sinus maxillaris, sinus frontalis, sinus sphenoidalis dan sinus ethmoidalis (sinus

    paranasalis).3

    Sinus paranasalis ini mempunyai fungsi3 :

    1. Pengatur kondisi udara

    2. Thermal insulators

    3. Membantu keseimbangan kepala

    4. Membantu resonansi suara

    5. Peredam perubahan tekanan udara

    6. Membantu produksi mukus

    A. Sinus Maksilaris5

    Terbentuk pada usia fetus bulan IV yang terbentuk dari prosesus maksilaris arcus.

    Bentuknya piramid, dasar piramid pada dinding lateral hidung, sedang apeksnya

    pada pars zygomaticus maxillae.

    Merupakan sinus terbesar dengan volume kurang lebih 15 cc pada orang dewasa.

    Berhubungan dengan :

    a. Cavum orbita, dibatasi oleh dinding tipis (berisi n. infra orbitalis) sehingga

    jika dindingnya rusak maka dapat menjalar ke mata.

    b. Gigi, dibatasi dinding tipis atau mukosa pada daerah P2 Mo1ar.

    c. Duktus nasolakrimalis, terdapat di dinding cavum nasi.

    B. Sinus Ethmoidalis5

    Terbentuk pada usia fetus bulan IV.

    Saat lahir, berupa 2-3 cellulae (ruang-ruang kecil), saat dewasa terdiri dari 7-15

    cellulae, dindingnya tipis.

    Bentuknya berupa rongga tulang seperti sarang tawon, terletak antara hidung

    dan mata

    Berhubungan dengan :

    3

  • 7/29/2019 Refrat RINOSINUSITIS

    4/19

    a.Fossa cranii anterior yang dibatasi oleh dinding tipis yaitu lamina cribrosa.

    Jika terjadi infeksi pada daerah sinus mudah menjalar ke daerah cranial

    (meningitis, encefalitis dsb).

    b. Orbita, dilapisi dinding tipis yakni lamina papirasea. Jika

    melakukan operasi pada sinus ini kemudian dindingnya pecah maka darah

    masuk ke daerah orbita sehingga terjadi Brill Hematoma.

    c.Nervus Optikus.

    d. Nervus, arteri dan vena ethmoidalis anterior dan pasterior.

    C. Sinus Frontalis5

    Sinus ini dapat terbentuk atau tidak.

    Tidak simetri kanan dan kiri, terletak di os frontalis.

    Volume pada orang dewasa 7cc.

    Bermuara ke infundibulum (meatus nasi media).

    Berhubungan dengan :

    a. Fossa cranii anterior, dibatasi oleh tulang kompakta.

    b. Orbita, dibatasi oleh tulang kompakta.

    c. Dibatasi oleh Periosteum, kulit, tulang diploic.

    D. Sinus Sfenoidalis5

    Terbentuk pada fetus usia bulan III

    Terletak pada corpus, alas dan Processus os sfenoidalis.

    Volume pada orang dewasa 7 cc.

    Berhubungan dengan :

    a. Sinus cavernosus pada dasar cavum cranii.b. Glandula pituitari, chiasma n.opticum.

    c. Tractus olfactorius.

    d. Arteri basillaris brain stem (batang otak)5.

    4

  • 7/29/2019 Refrat RINOSINUSITIS

    5/19

    Pada sepertiga tengah dinding lateral hidung yaitu di meatus medius terdapat

    muara-muara sinus maksilla, sinus frontal, dan sinus etmoid anterior. Di daerah yang

    sempit ini terdapat prosessus uncinatus, infundibulum, hiatus semilunaris, recessus

    frontalis, bula etmoid dan selsel etmoid anterior. Daerah yang sempit dan rumit ini

    disebut kompleks osteomeatal (KOM) yang merupakan faktor utama patogenesa

    terjadinya sinusitis.

    Mukosa hidung dan sinus paranasal terdiri dari epitel thorak berlapis semu

    bersilia dan diatasnya terdapat sel-sel goblet yang menghasilkan lendir. Sekresi dari sel-

    sel goblet dan kelenjar ini membentuk selimut mukosa. Di atas permukaan mukosa

    terdapat silia yang di rongga hidung bergerak secara teratur kearah nasofaring dan dari

    rongga sinus kearah ostium dari sinus tersebut. Silia dan selimut mukosa ini berfungsi

    sebagai proteksi dan melembabkan udara inspirasi yang disebut sebagai sistem

    mukosilier. Sinus dari kelompok anterior dialirkan ke nasofaring di bagian depan muara

    tuba eustachius sedangkan pada bagian posterior dialirkan ke nasofaring di bagian

    posteriorsuperior tuba eustachius.11

    3. Klasifikasi Sinusitis

    Konsensus internasional yang merupakan hasil Internasional Conference On Sinus

    Disease tahun 1993 dan telah disepakati untuk dipakai di Indonesia, mendefinisikan

    sinusitis akut dan kronis lebih berdasarkan pada patofisiologi dari pada pembagian waktu

    yang ketat berdasarkan lamanya penyakit.

    Sinusitis diklasifikasikan sebagai sinusitis akut jika periode infeksinya sembuh

    dengan terapi medikamentosa tanpa terjadi kerusakan mukosa. Sinusitis akut rekuren

    didefinisikan sebagai episode akut yang berulang yang dapat sembuh dengan terapi

    medikamentosa saja sehingga tidak terdapat kerusakan mukosa yang irreversible.

    Sinusitis kronis adalah penyakit yang tidak dapat sembuh dengan terapi medikamentosa

    saja. Hal yang merupakan paradigma baru dari consensus international ini adalah, baik

    pada sinusitis akut maupun kronis, jika obstruksi ostium dihilangkan dan terjadi laserasi

    yang adekuat dari sinus-sinus yang menderita maka mukosa yang telah rusak dapat

    kembali mengalami regenerasi.

    5

  • 7/29/2019 Refrat RINOSINUSITIS

    6/19

    Untuk kepentingan praktis, kriteria untuk sinusitis akut dan kronis pada penderita

    dewasa dan anak berdasarkan gambaran klinik dapat dilihat pada tabel 1.

    Tabel 1. Kriteria sinusitis akut dan kronik pada anak dan dewasa menurut

    Internasional Conference on Sinus Disease 1993

    KRITERIA SINUSITIS AKUT SINUSITIS KRONIK

    Dewasa Anak Dewasa Anak

    1. Lama Gejala dan

    Tanda

    < 8 mgg < 12 mgg 8 mgg 12 mgg

    2. Jumlah Episode < 4x / thn < 6x / thn 4x / thn 6x / thn

    Serangan akut, masing-masing

    berlangsung minimal 10 hari

    3. Reversibilitas

    mukosa

    Dapat sembuh sempurna Tidak dapat sembuh

    sempurna

    Dengan medikamentosa Dengan

    medikamentosa

    Sementara berdasarkan lokasi, sinusitis dapat dibagi menjadi :

    a. Sinusitis maksilaris mengenai sinus maksila, bisa menyebabkan nyeri atau

    rasa tertekan di daerah pipi

    b. Sinusitits frontalis mengenai sinus frontalis, bisa menyebabkan nyeri atau

    rasa tertekan di belakang atau di atas mata, sakit kepala

    c. Sinusitis etmoidalis mengenai sinus etmoid, bisa menyebabkan nyeri atau

    rasa tertekan di antara atau belakang mata

    d. Sinusitis sfenoidalis mengenai sinus sfenoid, bisa menyebabkan nyeri atau

    rasa tertekan dibelakang mata tapi sering menjalar ke vertex.

    4. Etiologi

    Faktor-faktor fisik, kimia, saraf hormonal atau emosional dapat mempengaruhi mukosa

    hidung yang selanjutnya mempengaruhi mukosa sinus. Defisiensi nutrisi, kelelahan,

    kesegaran fisik yang menurun dan penyakit sistemik juga penting dalam etiologi sinusitis.

    6

  • 7/29/2019 Refrat RINOSINUSITIS

    7/19

    Sebagai faktor predisposisi lain ialah lingkungan berpolusi, udara dingin serta kering

    yang dapat menyebabkan perubahan pada mukosa serta kerusakan silia.

    Panyebab sinusitis akut adalah :

    1. Rhinitis akut2. Infeksi faring seperti faringitis, adenoitis, tonsillitis akut.

    3. Infeksi gigi rahang atas M1, M2, M3 serta P1 dan P2 (dentogen)

    4. Berenang dan menyelam

    5. Trauma dapat menyebabkan perdarahan mukosa sinus paranasal.

    6. Barotrauma dapat menyebabkan nekrosis mukosa.

    Bakteri sering menjadi penyebab terjadinya sinusitis akut. Streptococcus pneumonia (30-

    40%), Hemophillus Influenzae (20-30%), Moraxella catarhalis (12-20%) merupakan

    bakteri pathogen yang ditemukan pada hampir 70% penderita sinusitis akut. Infeksi virus

    juga sering memicu terjadinya sinusitis akut. Rhinovirus, virus influenza dan

    parainfluenzae virus merupakan pathogen primer dalam 3-15% kasus sinusitis akut.

    Adanya kelainan sinus ditemukan pada 87% pasien yang menderita rhinitis yang

    disebabkan oleh virus. Komplikasi bakteri pada rhinitis yang disebabkan oleh virus

    ditemukan pada 2% kasus.

    Bakteri-bakteri penyebab sinusitis kronis antara lain pneumococcus, streptococcus,

    hemophilus influenza, kuman gram positif anaerob, klebsiella, batang gram negative,

    streptococcus pneumonia, streptococcus hemoliticus, pseudomonas. Golongan jamur dari

    spesies candida, aspergilus juga dilaporkan sebagai penyebab sinusitis.

    Kondisi dan faktor yang berperan pada sinusitis kronik diantaranya :

    1. Kelainan anatomi yang mempengaruhi kompleks osteomeatal seperti

    septum deviasi, konka bulosa, deviasi prosesus uncinatus.

    2. Rhinitis alergi : alergi sebagai factor predisposisi dari sinusitis dimana

    terjadi edema mukosa dan hipersekresi, keadaan ini akan menimbulkan

    penyumbatan muara sinus mengakibatkan stasis sekret. Hal ini sebagai medium

    infeksi yang pada akhirnya menimbulkan sinusitis kronik.

    3. Nasal polip. Nasal polip dapat menekan komplek osteomeatal sehingga

    menyebabkan terjadinya sinusitis kronis. Polip mengakibatkan terjadinya

    7

  • 7/29/2019 Refrat RINOSINUSITIS

    8/19

    kerusakan silia sehingga terjadi penurunan produksi dan aliran mucus akibatnya

    terjadi stasis yang berlanjut menjadi sinusitis. Timbulnya polip nasal biasanya

    dihubungkan dengan adanya inflamasi kronik dari rongga hidung.

    4. Pengobatan infeksi akut yang tidak sempurna.

    5. Faktor hormonal seperti kehamilan, pubertas dimana gangguan hormonal

    dapat mengakibatkan terjadinya edema mukosa.

    5. Epidemiologi

    Sinusitis menyerang 1 dari 7 orang dewasa di United States, dengan lebih dari 30

    juta individu yang didiagnosis tiap tahunnya. Individu dengan riwayat alergi atau

    asma berisiko tinggi terjadinya rhinosinusitis. Rhinosinusitis lebih banyak menyerang

    wanita dari pada pria. Dan sering pada wanita antara umur 25-64 tahunSinusitis baik

    yang akut ataupun yang kronik mempunyai prevalensi yang cukup tinggi di

    masyarakat. Data di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo menunjukkan prevalensi 25

    % terutama pada anak-anak dimana angka ini menunjukkan 2-3 kali lipat jumlah

    angka di literatur luar negri.

    6. Patofisiologi

    Mukosa hidung dan sinus paranasal terdiri dari epitel torak bertingkat semu yang pada

    permukaanya mempunyai silia. Diatas permukaaan epitel selalu terdapat lendir atau

    mukus yang dihasilkan oleh sel goblet dan kelenjar seromukus yang disebut palut lendir.

    Lendir ini berguna untuk melembabkan udara pernafasan dan menangkap partikel debu

    dan kuman yang masuk ke rongga hidung dan sinus. Silia atau rambut getar bergerak

    terus-menerus secara teratur dengan gerak cepat dan kuat ke arah tujuan dan gerakan

    lentur dan lambat waktu kembali, sehingga dapat mengalirkan palut lendir dari hidung

    dan muara sinus ke arah nasofaring dan dari dalam sinus kearah muaranya.9

    Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan kelancaran

    klirens dari mukosiliar didalam komplek osteo meatal (KOM). Disamping itu, mukus

    juga mengandung substansi antimikrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai pertahanan

    terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan1.

    8

  • 7/29/2019 Refrat RINOSINUSITIS

    9/19

    Bila terinfeksi organ yang membentuk KOM mengalami oedem, sehingga mukosa

    yang berhadapan akan saling bertemu. Hal ini menyebabkan silia tidak dapat bergerak

    dan juga menyebabkan tersumbatnya ostium. Hal ini menimbulkan tekanan negatif

    didalam rongga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi atau penghambatan

    drainase sinus. Efek awal yang ditimbulkan adalah keluarnya cairan serous yang

    dianggap sebagai sinusitis non bakterial yang dapat sembuh tanpa pengobatan. Bila tidak

    sembuh maka sekret yang tertumpuk dalam sinus ini akan menjadi media yang poten

    untuk tumbuh dan multiplikasi bakteri, dan sekret akan berubah menjadi purulen yang

    disebut sinusitis akut bakterialis yang membutuhkan terapi antibiotik. Jika terapi

    inadekuat maka keadaan ini bisa berlanjut, akan terjadi hipoksia dan bakteri anaerob akan

    semakin berkembang. Keadaan ini menyebabkan perubahan kronik dari mukosa yaitu

    hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista.1

    Dinding lateral hidung adalah organ penting yang didalamnya terdapat

    saluran-saluran sinus dan mempunyai 3 tonjolan tulang yang dilapisi mukosa yang

    disebut konka inferior, konka media, dan konka superior.

    Terdapat 3 pasangan sinus yang besar, yaitu sinus maksilla, sinus frontal dan

    sinus sphenoid masing-masing kiri dan kanan, serta beberapa sinus kecil dengan sel-sel

    kecil yang disebut sinus etmoid ( anterior dan posterior ).

    Sinus maksilla, sinus frontal dan sinus etmoid anterior disebut sebagai sinus

    anterior yang bermuara di meatus medius, sedangkan sinus sphenoid dan sinus etmoid

    posterior merupakan kelompok simus posterior yang bermuara di meatus superior

    Sinusitis yang hanya mengenai beberapa sinus paranasal disebut multisinusitis,

    sedangkan bila mengenai sinus paranasal disebut pansinusitis.

    Secara singkat agar sinus paranasal berfungsi dengan baik di perlukan 3 faktor

    yaitu :1. Ostium dalam keadaan baik ( terbuka )

    2. Sistem mukosiliar bekerja baik

    3. Kualitas dan kuantitas sekresi yang normal

    6.1 Obstruksi mekanis

    9

  • 7/29/2019 Refrat RINOSINUSITIS

    10/19

    Menyebabkan terjadinya sumbatan pada ostium, dapat terjadi karena :

    1. Deviasi septum

    2. Obstruksi KOM

    3. Hipertrofi konka

    4. Polip

    5. Tumor

    6. Rinolit ( benda asing ) di dalam rongga hidung

    Obstruksi KOM tersering akibat proses inflamasi pada mukosa hidung akibat

    rhinitis kronis dan rhinitis alergi, dimana pada rhinitis alergi tidak hanya oleh karena

    edema mukosa, juga akibat lendir yang banyak yang merupakan media yang baik

    untuk tumbuhnya bakteri.

    Obstruksi persisten menyebabkan berkurangnya tekanan oksigen, menurunkan pH

    sinus, disfungsi silia dan menyebabkan tekanan negatif dalam kavum sinus. Bersin

    dan batuk menyebabkan bertambahnya tekanan negatif tersebut. Semua hal diatas

    menyebabkan sinus sebagai media yang baik untuk tumbuhnya bakteri.

    6.2 Infeksi saluran nafas atas

    Sinusitis dapat disebabkan oleh :

    1. Bakteri :streptococcus pneumonia, Haemophillus influenza, Streptococcus group

    A, Staphylococcus aureus, Niesseria, Klebsiella, Basil gram -, Pseudomonas.

    2. Virus : Rhinovirus, Influenza virus, Parainfluenza virus

    3. Bakteri anaerob : Fusobakteria

    Infeksi virus akan menyebabkan terjadinya edema pada dinding hidung dan sinus

    sehingga menyebabkan terjadinya penyempitan pada ostium sinus, dan berpengaruh

    pada mekanisme drainase di dalam sinus. Virus tersebut juga memproduksi enzim

    dan neuraminidase yang mengendurkan mukosa sinus dan mempercepat difus virus

    pada lapisan mukosilia. Hal ini menyebabkan silia menjadi kurang aktif dan sekret

    yang diproduksi sinus menjadi lebih kental, yang merupakan media yang sangat baik

    untuk berkembangnya bakteri pathogen.

    Adanya bakteri dan lapisan mukosilia yang abnormal meningkatkan kemungkinan

    terjadinya infeksi atau reinokulasi dari virus.

    10

  • 7/29/2019 Refrat RINOSINUSITIS

    11/19

    Konsumsi oksigen oleh bakteri akan menyebabkan keadaan hipoksia di dalam

    sinus dan akan memberikan media yang menguntungkan untuk berkembangnya

    bakteri anaerob. Penurunan jumlah oksigen juga akan mempengaruhi pergerakan silia

    dan aktivitas keukosit.

    Sinusitis kronis dapat disebabkan oleh fungsi lapisan mukosilia yang tidak

    adekuat, obstruksi sehingga drainase tersebut terganggu dan terdapatnya beberapa

    bakteri pathogen.

    6.3 Sinusitis kronik dan asma

    Keduanya memiliki patofisiologi yang sama yaitu memiliki proses dasar

    inflamasi yang sama-sama memiliki yaitu :

    1. Mediator kimia : histamin, prostaglandin, D2, leukotrin, C4, D4, E4

    2. Cytokine : interleukin ( 4, 5, 9, 13 ), CCL 11, TNF

    3. Mediator selular : eosinofil, Th 2, limfosit

    4. Sehingga keduanya sering disebut sebagai one airway.one disease

    6.4 Infeksi pada gigi

    Hubungan yang dekat antara gigi maksilla belakang dengan sinus maksillaris

    telah menjadi pertimbangan untuk terjadinya sinusitis maksillaris. Dimana terjadi

    perjalaran lansung bakteri dari akar gigi ke sinus maksilla serta reaksi inflamasi

    dan reaksi imunologi dari akar gigi sendiri. Streptococcus pneumonia,

    Heamophillus influenza, Moraxella catharalis adalah yang paling sering

    menimbulkan sinusitis akut, sedangkan bakteri anaerob merupakan penyebab

    67% kasus sinusitis kronis.

    6.5 Polusi udara

    Polusi mengalami penumpukan di mukus selama inspirasi. Peningkatannya

    dapat menyebabkan iritasi secara kimia dan fisik yang menyebabkan reaksi

    inflamasi yang menyebabkan edema mukosa dan menghasilkan secret yang

    berlebihan.

    6.6 Baro trauma

    Perjalanan menggunakan pesawat, menyelam, penggunaan oksigen hiperbarik

    adalah penyebab sering menimbulkan kerusakan jaringan yang berhubungan

    dengan perubahan tekanan yang terjadi dengan cepat (baro trauma). Pada baro

    11

  • 7/29/2019 Refrat RINOSINUSITIS

    12/19

    sinusitis, tekanan negatif ini terjadi karena ketidakseimbangan antara udara dalam

    rongga hidung dan udara dalam sinus. Tekanan negatif ini menyebabkan tekanan

    pembuluh darah mukosa edema, perdarahan mukosa dan submukosa dan

    perdarahan ke dalam sinus, hal ini menybabkan penyeimbangan suhu udara.

    7. Diagnosis

    Penegakan diagnosis sinusitis secara umum:

    7.1 Gejala dan Tanda :

    1.Kriteria Mayor :

    Sekret nasal yang purulen

    Drenase faring yang purulen

    Purulent Post Nasal Drip

    Batuk

    2.Kriteria Minor :

    Edem periorbital

    Sakit kepala

    Nyeri di wajah

    Sakit gigi

    Nyeri telinga

    Sakit tenggorok

    Nafas berbau

    Bersin-bersin bertambah sering

    Demam

    12

  • 7/29/2019 Refrat RINOSINUSITIS

    13/19

    7.2 Tes Diagnosa

    1. Kriteria mayor

    - Foto rontgeny (waters radiograph atau air fluid level) : penebalan lebih

    50% dari antrum

    - Coronal CT Scan : penebalan atau opaksifikasi dari mukosa sinus.

    2. Kriteria minor

    - Tes sitologi nasal (smear) : neutrofil dan bakteri

    - Ultrasound

    Kemungkinan terjadinya sinusitis jika :

    1. Gejala dan tanda : 2 mayor, 1 minor dan 2 kriteria minor.

    2. Tes diagnosa : 1 mayor = confirmatory, 1 minor = supuratif

    7.3 Pemeriksaan Penunjang

    a. Transiluminasi

    Transiluminasi menggunakan angka sebagai parameternya. Transiluminasi akan

    menunjukkan angka 0 atau 1 apabila terjadi sinusitis (sinus penuh dengan cairan)

    b. Rontgen sinus paranasalis

    Sinusitis akan menunjukkan gambaran berupa

    1. Penebalan mukosa,

    2. Opasifikasi sinus ( berkurangnya pneumatisasi)

    3. Gambaran air fluid levelyang khas akibat akumulasi pus yang dapat dilihat

    pada foto waters.

    Bagaimanapun juga, harus diingat bhwa foto SPN 3 posisi ini memiliki

    kekurangan dimana kadang kadang bayangan bibir dapat dikacaukan dengan penebalan

    mukosa sinus.

    c. CT Scan

    CT Scan adalah pemeriksaan yang dapat memberikan gambaran yang paling baik

    akan adanya kelainan pada mukosa dan variasi antominya yang relevan untuk

    mendiagnosis sinusitis kronis maupun akut.

    13

  • 7/29/2019 Refrat RINOSINUSITIS

    14/19

    Walaupun demikian, harus diingat bahwa CT Scan menggunakan dosis radiasi

    yang sangat besar yang berbahaya bagi mata.

    d. Sinoscopy

    Sinoscopy merupakan satu satunya cara yang memberikan informasi akurat

    tentang perubahan mukosa sinus, jumlah sekret yang ada di dalam sinus, dan letak dan

    keadaan dari ostium sinus. Yang menjadi masalah adalah pemeriksaan sinoscopy

    memberikan suatu keadaan yang tidak menyenangkan buat pasien.

    e. Pemeriksaan mikrobiologi

    Biakan yang berasal fari hidung bagian posterior dan nasofaring biasanya lebih

    akurat dibandingkan dengan biakan yang berasal dari hidung bagian anterior. Namun

    demikian, pengambilan biakan hidung posterior juga lebih sulit. Biakan bakteri spesifikpada sinusitis dilakukan dengan menagspirasi pus dari inus yang terkena. Seringkali

    diberikan suatu antibiotik yang sesuai untuk membasmi mikroorganisme yang lebih

    umum untuk penyakit ini.

    8. Terapi10

    Jika ditemukan faktor predisposisinya, maka dilakukan tata laksana yang

    sesuai dan diberi terapi tambahan. Jika ada perbaikan maka pemberian antibiotikmencukupi 10-14 hari.

    Selain antibiotic pengobatan tambahan juga diperlukan seperti

    dekongestan dan mukolitik. Hal ini dapat mengurangi udem serta palut secret

    yang menyumbat ostium sehingga akan memudahkan bagi pengobatan definit

    untuk mecapai organ targetnya.

    Jika faktor predisposisi tidak ditemukan maka terapi sesuai pada episode

    akut lini II + terapi tambahan. Sambil menunggu ada atau tidaknya perbaikan,

    diberikan antibiotik alternative 7 hari atau buat kultur. Jika ada perbaikan teruskan

    antibiotik mencukupi 10-14 hari, jika tidak ada perbaikan evaluasi kembali

    dengan pemeriksaan naso-endoskopi, sinuskopi (jika irigasi 5 x tidak membaik).

    Jika ada obstruksi kompleks osteomeatal maka dilakukan tindakan bedah yaitu

    BSEF atau bedah konvensional. Jika tidak ada obstruksi maka evaluasi diagnosis.

    14

  • 7/29/2019 Refrat RINOSINUSITIS

    15/19

    Selain antibiotic pengobatan tambahan juga diperlukan seperti

    dekongestan dan mukolitik. Hal ini dapat mengurangi udem serta palut secret

    yang menyumbat ostium sehingga akan memudahkan bagi pengobatan definit

    untuk mecapai organ targetnya.

    Diatermi gelombang pendek di daerah sinus yang sakit.

    Pada sinusitis maksila dilakukan pungsi dan irigasi sinus, sedang sinusitis

    ethmoid, frontal atau sfenoid dilakukan tindakan pencucian Proetz.

    Pembedahan

    Radikal

    a. Sinus maksila dengan operasi Cadhwell-luc.

    b. Sinus ethmoid dengan ethmoidektomi.

    c. Sinus frontal dan sfenoid dengan operasi Killian.

    Non Radikal

    a. bedah Sinus Endoskopik Fungsional (BSEF). Prinsipnya dengan membuka

    dan membersihkan daerah kompleks ostiomeatal.

    Dan bila keadaan sinusitis yang kronik berhubugan dengan keadaan alergi atau rhinitis

    alergi maka, penatalaksanaannya antara lain :

    - Hindari alergen

    - Medikamentosa.

    Pengobatan medikamentosa tergantung dari lama dan berat-ringannya gejala.

    Obat yang biasa digunakan adalah antihistamin H1 generasi I, antihistamin

    H1 generasi II, dan bila terdapat gejala hidung tersumbat dapat ditambah

    pseudoefedrin.

    15

  • 7/29/2019 Refrat RINOSINUSITIS

    16/19

    Pada rinitis alergi persisten, bisa diberikan antihistamin generasi II (setirizin)

    jangka lama. Bila gejala tidak membaik dapat diberikan kortikosteroid

    intranasal misalnya mometason atau flutikason.

    - Tindakan bedah.

    Tindakan bedah hanya dilakukan pada kasus-kasus selektif misalnya sinusitis

    dengan air-fluid level atau deviasi septum nasi.

    . Komunikasi dengan pasien dan orangtua diperlukan agar pemeriksaan berkala dilakukan

    dan pemberian obat dapat disesuaikan dengan fluktuasi gejala, mengingat rinitis Alergi

    adalah penyakit kronik yang gejalanya akan hilang timbul. Pada gejala yang menetap dan

    berat, diperlukan penilaian menyeluruh dan tatalaksana lanjut, antara lain imunoterapi.

    9. Komplikasi7,8,10

    CT-Scan penting dilakukan dalam menjelaskan derajat penyakit sinus dan derajat

    infeksi di luar sinus, pada orbita, jaringan lunak dan kranium. Pemeriksaan ini harus rutin

    dilakukan pada sinusitis refrakter, kronis atau berkomplikasi.

    1. Komplikasi orbita

    Sinusitis ethmoidalis merupakan penyebab komplikasi pada orbita yang tersering.

    Pembengkakan orbita dapat merupakan manifestasi ethmoidalis akut, namun sinus

    frontalis dan sinus maksilaris juga terletak di dekat orbita dan dapat menimbulkan infeksi

    isi orbita.

    2. Mukokel

    Mukokel adalah suatu kista yang mengandung mukus yang timbul dalam sinus,

    kista ini paling sering ditemukan pada sinus maksilaris, sering disebut sebagai kista

    retensi mukus dan biasanya tidak berbahaya.

    16

  • 7/29/2019 Refrat RINOSINUSITIS

    17/19

    Dalam sinus frontalis, ethmoidalis dan sfenoidalis, kista ini dapat membesar dan

    melalui atrofi tekanan mengikis struktur sekitarnya. Kista ini dapat bermanifestasi

    sebagai pembengkakan pada dahi atau fenestra nasalis dan dapat menggeser mata ke

    lateral. Dalam sinus sfenoidalis, kista dapat menimbulkan diplopia dan gangguan

    penglihatan dengan menekan saraf didekatnya.

    Piokel adalah mukokel terinfeksi, gejala piokel hampir sama dengan mukokel

    meskipun lebih akut dan lebih berat.

    Prinsip terapi adalah eksplorasi sinus secara bedah untuk mengangkat semua

    mukosa yang terinfeksi dan memastikan drainase yang baik atau obliterasi sinus.

    3. Komplikasi Intra Kranial

    Meningitis akut, salah satu komplikasi sinusitis yang terberat adalah meningitis akut,

    infeksi dari sinus paranasalis dapat menyebar sepanjang saluran vena atau langsung

    dari sinus yang berdekatan, seperti lewat dinding posterior sinus frontalis atau melalui

    lamina kribriformis di dekat sistem sel udara ethmoidalis.

    Abses dura, adalah kumpulan pus diantara dura dan tabula interna kranium, sering

    kali mengikuti sinusitis frontalis. Proses ini timbul lambat, sehingga pasien hanya

    mengeluh nyeri kepala dan sebelum pus yang terkumpul mampu menimbulkan

    tekanan intra kranial.

    Abses subdural adalah kumpulan pus diantara duramater dan arachnoid atau

    permukaan otak. Gejala yang timbul sama dengan abses dura.

    Abses otak, setelah sistem vena, dapat mukoperiosteum sinus terinfeksi, maka dapat

    terjadi perluasan metastatik secara hematogen ke dalam otak.

    Terapi komplikasi intra kranial ini adalah antibiotik yang intensif, drainase secara

    bedah pada ruangan yang mengalami abses dan pencegahan penyebaran infeksi.

    4. Osteomielitis dan abses subperiosteal

    17

  • 7/29/2019 Refrat RINOSINUSITIS

    18/19

    Penyebab tersering osteomielitis dan abses subperiosteal pada tulang frontalis

    adalah infeksi sinus frontalis. Nyeri tekan dahi setempat sangat berat. Gejala sistemik

    berupa malaise, demam dan menggigil

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Mangunkusumo E, Soetjipto D. Sinusitis. Dalam buku ajar ilmu kesehatan telingahidung tenggorok kepala dan leher. FKUI. Jakarta 2007. Hal 150-3

    2. PERHATI.Fungsional endoscopic sinus surgery. HTA Indonesia. 2006. Hal 1-6

    3. http://www.geocities.com.sg/articles/RSUP Fatmawati.html. Diakses tanggal 25

    Februari 2012

    4. http://www.mayo fondation for medical education.com.sg/articles/sinus infections

    problems.html. Diakses tanggal 25 Februari 2012

    5. Pletcher SD, Golderg AN. 2003. The Diagnosis and Treatment of Sinusitis. In

    advanced Studies in Medicine. Vol 3 no.9. PP. 495-505 Wikipedia. Sinusitis.

    Diakses dari www.medicastore.org/sinusitis

    6. Adams, Boies, Highler. Dalam buku ajar penyakit THT.EGC. Jakarta 1997. Hal

    240-259.

    7. Wikipedia. Sinusitis. Diakses dari www.wikipedia.org/wiki/sinusitis

    8. Endang Mangunkusumo. Alergi sebagai penyulit sinusitis. Dalam simposium

    PKB Bagian THT FKUI-RSCM. April 2003

    9. Endang Mangunkusumo, Nusjirwan Rifki, Sinusitis, dalam Eviati, nurbaiti, editor,

    Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, Balai

    Penerbit FK UI, Jakarta, 2002, 121 125

    10. http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=163

    18

    http://www.geocities.com.sg/articles/RSUP%20Fatmawati.htmlhttp://www.entdoctor.com.sg/articles/pengobatan-sinusitis-sistem-balon.htmlhttp://www.entdoctor.com.sg/articles/pengobatan-sinusitis-sistem-balon.htmlhttp://www.medicastore.org/sinusitishttp://www.wikipedia.org/wiki/sinusitishttp://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=163http://www.geocities.com.sg/articles/RSUP%20Fatmawati.htmlhttp://www.entdoctor.com.sg/articles/pengobatan-sinusitis-sistem-balon.htmlhttp://www.entdoctor.com.sg/articles/pengobatan-sinusitis-sistem-balon.htmlhttp://www.medicastore.org/sinusitishttp://www.wikipedia.org/wiki/sinusitishttp://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=163
  • 7/29/2019 Refrat RINOSINUSITIS

    19/19

    11. Bagian Ilmu Penyakit Telinga-hidug dan Tenggorokan Fakultas Kedokteran

    Universitas HAsanuddin Makssar Sulawesi Selatan. Kumpulan Naskah Lengkap

    Kursus, Pelatihan Dan Demo Bedah Sius Endoskopik Fungsional. FK Unahas.

    Makassar. 2000

    19