refraktometri laporan
DESCRIPTION
goodTRANSCRIPT
PENGUKURAN DI LABORATORIUM
(REFRAKTOMETRI)
Abstrak
Telah dilakukan percobaan yang bertujuan untuk menentukan indeks bias suatu zat. Metode
yang digunakan pada percobaan adalah analisa secara refraktometri dengan pengukurannya
didasarkan pada cahaya yang masuk melalui prisma-cahaya hanya bisa melewati bidang batas
antara cairan dan prisma dengan suatu sudut pada batas tertentu. Yang ditentukan oleh sudut
batas antara cairan dan alas. Dari hasil data diperoleh hasil indeks bias pada aquades
(1,3320±00), Zat A (1,3351±00), Pada Zat B (1,3351±00), Pada Zat B (1,4603±00), Pada Zat D
(1,3301±00).
Kata Kunci : Indeks Bias, refraktometri
PENDAHULUAN
Refraktometer adalah alat yang digunakan
untuk mengukur kadar/ konsentrasi bahan
terlarut. Misalnya gula, garam, protein,
dsb. Prinsip kerja dari refraktometer sesuai
dengan namanya adalah memanfaatkan
refraksi cahaya. Refraktometer ditemukan
oleh Dr. Ernest Abbe seorang ilmuan dari
German pada permulaan abad 20.
Indeks bias adalah perbandingan
kecepatan cahaya dalam udara dengan
kecepatan cahaya dalam zat tersebut.
Indeks bias berfungsi untuk identifikasi zat
kemurnian, suhu pengukuran dilakukan
pada suhu 20°C dan suhu tersebut harus
benar-benar diatur dan dipertahankan
karena sangat mempengaruhi indeks bias.
Harga indeks bias dinyatakan dalam
farmakope Indonesia edisi empat
dinyatakan garis (D) cahaya natrium pada
panjang gelombang 589,0 nm dan 589,6
nm. Umumnya alat dirancang untuk
digunakan dengan cahaya putih. Alat yang
digunakan untuk mengukur indeks bias
adalah refraktometer ABBE. Untuk
mencapai kestabilan, alat harus dikalibrasi
dengan menggunakan plat glass standart.
Refraktometer Abbe adalah refraktometer
untuk mengukur indeks bias cairan,
padatan dalam cairan atau serbuk dengan
indeks bias dari 1,300 sampai 1,700 dan
persentase padatan 0 sampai 95%, alat
untuk menentukan indeks bias minyak,
lemak, gelas optis, larutan gula, dan
sebagainnya, indeks bias antara 1,300 dan
1,700 dapat dibaca langsung dengan
ketelitian sampai 0,001 dan dapat
diperkirakan sampai 0,0002 dari gelas
skala di dalam.
Pengukurannya didasarkan atas prinsip
bahwa cahaya yang masuk melalui prisma-
cahaya hanya bisa melewati bidang batas
antara cairan dan prisma kerja dengan
suatu sudut yang terletak dalam batas-
batas tertentu yang ditentukan oleh sudut
batas antara cairan dan alas.
Pembiasan cahaya adalah pembelokan
cahaya ketika berkas cahaya melewati
bidang batas dua medium yang berbeda
indeks biasnya. Indeks bias mutlak suatu
bahan adalah perbandingan kecepatan
cahaya di ruang hampa dengan kecepatan
cahaya di bahan tersebut. Indeks bias
relatif merupakan perbandingan indeks
bias dua medium berbeda. Indeks bias
relatif medium kedua terhadap medium
pertama adalah perbandingan indeks bias
antara medium kedua dengan indeks bias
medium pertama. Pembiasan cahaya
menyebabkan kedalaman semu dan
pemantulan sempurna.
Hukum Snellius adalah rumus
matematika yang memerikan hubungan
antara sudut datang dan sudut bias pada
cahaya atau gelombang lainnya yang
melalui batas antara dua medium isotropik
berbeda, seperti udara dan gelas. Hukum
ini juga dikenal sebagai Hukum
Descartes atau Hukum Pembiasan.
Hukum ini menyebutkan bahwa nisbah
sinus sudut datang dan sudut bias adalah
konstan, yang tergantung pada medium.
Perumusan lain yang ekivalen adalah
nisbah sudut datang dan sudut bias sama
dengan nisbah kecepatan cahaya pada
kedua medium, yang sama dengan
kebalikan nisbah indeks bias.
Perumusan matematis hukum Snellius
adalah
atau
atau
Lambang θ1,θ2 merujuk pada sudut datang
dan sudut bias, v1 dan v2 pada kecepatan
cahaya sinar datang dan sinar bias.
Lambang n1 merujuk pada indeks bias
medium yang dilalui sinar datang,
sedangkan n2 adalah indeks bias medium
yang dilalui sinar bias.
Hukum Snellius dapat digunakan untuk
menghitung sudut datang atau sudut bias,
dan dalam eksperimen untuk menghitung
indeks bias suatu bahan.
BAHAN DAN METODE
Alat dan bahan penelitian
Alat dan bahan diberikan pada tabel 1.
Alat Bahan Refraktometer
Gelas beker
Pipet tetes
Aquades
Alcohol
Zat A
Zat B
Zat C
Zat DTabel 1. Alat dan bahan yang digunakan
Metode percobaan
Pengoperasian dari refraktometer Abbe,
yaitu:
1. Air dari bak thermostat diuji bahwa
sedang disirkulasi melalui prisma dan
temperature konstan ( 25±0) 0C
2. Prisma yang iluminasi dan refraksi
digantung bersama – sama sepanjang satu
sisi dan di klep pada sisi yang berlawanan.
Klem dibuka dan prisma dipisahkan.
Kedua permukaan prisma dibersihkan
dengan hati – hati menggunakan tissue
yang telah dibasuh alcohol terlebih dahulu.
Bila permukaan prisma sudah bersih dan
kering, kedua permukaan prisma dibawa
bersama – sama dan klem ditutup.
Yakinkan bahwa permukaan prisma bebas
dari debu atau pasir ( yang dapat
menyebabkan kerusakan bila prisma
diklem dengan rapat)
3. 1 – 2 tetes sampel diteteskan pada
lubang isian dengan pipet tetes ( yang
seharusnya sudah terang sepanjang
persimpngan diantara dua prisma yang di
klem ).
4. Prisma yang terpasang sepanjang sumbu
horizontal dapat diputar dengan knop
logam knurled (dibawah skala) dengan
tetap menjaga posisi dari cermin
teleskop.prisma diputar sampai batas
anatar medan terang dan medan gelap
terlihat jelas pada teleskop (jika
pengaturan konpensator Abbe tidak tepat
maka akan terlihat seberkas sinar berwarna
yang tersebar pada perbatasan medan
gelap dengan terang).
5. Cermin diatur untuk dapat memantulkan
sinar sepanjang sumbu teleskop. Posisi
terbaik dapat diperoleh dengan mencoba
bila zat cair sudah diberikan , dan suatu
saat tidak perlu diadakan perubahan
setelan itu untuk mendapatkan sumber
cahaya yang mantap.
6. Pada ujung bawah dari teleskop,
terdapat knop logam knurled yang
berfungsi mengatur kompensator Abbe.
Pengatur dianggap benar jika terlihat batas
yang tajam antar medan gelap dan medan
terang.
7. Prisma diputar hingga batas gelap dan
terang tepat berhimpitan dengan titik
potong dari garis silang (lensa mata pada
teleskop dapat diatur dengan memutarnya
untuk membuat garis silang berada pada
focus yang tajam ).
8. Setelah batas gelap dan terang tepat
berhimpitan dengan titik potong dari garis
silang, indeks bias dari sampel tersebut
dibaca dari skala (diberi tanda nD) suatu
saat pengaturan yang selanjutnya telah
dibuat. Lensa mata dari pembacaan skala
teleskop dapat diatur untuk membuat skala
menjadi focus yang tajam.
Untuk menyelesaikan pengukuran,
permukaan prisma dibersihkan dan
dikeringkan kemudian prisma diklem
menjadi satu. Penutup protetktif peralatan
dilepaskan.
10. Prisma, teleskop dan cermin yang jelas
dapat diputar sebagai unit tunggal
sepanjang sumbu horizontal. Dengan cara
ini memungkinkan untuk membuat
permukaan prisma yang jelas menjadi
posisi horisontal. Sehingga sebagai
alternative sampai pada langkah tiga,
setetes zat cair dapat ditransfer secara
langsung ke permukaan prisma. Prosedur
ini diperlukan untuk pengukuran indeks
bias zat cair yang kental..
DATA PENGAMATAN
Refraktometer suhu 20°C
Aquades Suhu (0C) Indeks Bias (nD)
I
II
III
20
20
20
1,3320
1,3320
1,3320
Zat A Suhu (0C)Indeks Bias
(nD)
I
II
III
20
20
20
1,3351
1,3351
1,3351
Zat B Suhu (0C) Indeks Bias
(nD)
I
II
III
20
20
20
1,3351
1,3351
1,3351
Zat C Suhu (0C)Indeks Bias
(nD)
I
II
III
20
20
20
1,4603
1,4603
1,4603
Zat D Suhu (0 oC)Indeks Bias
(nD)
I
II
III
20
20
20
1,3301
1,3301
1,3301
Densitas
Zat Pikometer Kosong
(g)
Berat Pikometer
Kosong + Zat
(g)
A 12,59 22,52
B 12,59 22,54
C 12,59 21,56
D 12,59 22,42
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada percobaan yang telah dilakukkan
mengenai refraktometer, sebelum
refraktometer digunakan, terlebih dahulu
alat refraktometer dikalibrasi dengan cara
menentukan indeks bias dari Aquades.
Proses kalibrasi dimaksudkan untuk
mengetahui bahwa refraktometer dalam
keadaan atau kondisi terkalibrasi dan dicek
terhadap standar (air murni). Indeks bias
dipengaruhi oleh suhu. Saat menguji
indeks bias aquades dalam mengkalibrasi
refraktometer, perlu diperhatikan
kecocokan antara hasil indeks bias dari
pengukuran dengan temperature yang
ditunjukkan. Dalam percobaan ditentukan
juga macam zat yang terdapat pada zat A,
zat B, zat C, dan zat D menurut indeks bias
masing-masing zat. Zat yang terdapat pada
sampel A ialah glukosa 2,5%, dan zat B
didapat glukosa 5% juga, pada zat C ialah
minyak goreng, dan zat D didapat ialah
etanol.
Dari hasil pengukuran untuk kalibrasi
refraktometer, indeks bias air yang
ditunjukkan adalah 1,33200 pada suhu
200C. Hal tersebut menunjukka bahwa
refraktometer yang digunakan dalam
kondisi yang baik. Selanjutnya dilakukan
pengukuran untuk zat cair glukosa.
Pengukuran diawali dengan membersihkan
prisma dengan tissue yang sudah dibasahi
alcohol. Setelah kedua permukaan prisma
kering, cairan glukosa 2,5% diteteskan
sebanyak 1 tetes saja, lalu kedua prisme
direkatkan dan dikunci. Melalui teleskop
dapat dilihat ketepatan batas daerah gelap
dan terang pada titik potong garis silang
dengan focus yang tajam (artinya tidak ada
bayang-bayang di perbatasan daerah gelap
dan terang). Dan melalui dapat dilihat di
bagian bawah focus daerah gelap dan
terang terdapat skala pembacaan indeks
bias cairan. Pada skala tersebut dapat
dibaca dan diukur nilai indeks bias dari zat
cair yang diuji.
Dari hasil 3 kali pengukuran berulang
yang telah dilakukan pada suhu yang sama
(200C), diperoleh hasil untuk zat cair
aquades nilai indeks bias rata-ratanya
sebesar 1,3320±00. Nilai kebenaran
praktikumnya adalah 100%. glukosa 2,5%
nilai indeks bias rata-ratanya sebesar
1,3351±00. Nilai kebenaran praktikumnya
adalah 100%. Sedangkan untuk indeks
bias rata-rata dari glukosa 5% adalah
1,3351±00, dengan kebenaran praktikum
sebesar 100%. Dan untuk nilai indeks bias
rata-rata dari minyak goreng adalah
1,4603±00 dengan kebenaran praktikum
sebesar 100%. Dan untuk nilai indeks bias
rata-rata dari etanol adalah 1,3301±00
dengan kebenaran praktikum sebesar
100%.
Urutan kenaikan nilai indeks bias dari
sampel-sampel yang diujikan, yaitu: Air <
Glukosa 2,5% < Glukosa 5% < Etanol <
Minyak goreng. Larutan sampel yang
diujikan ternyata memiliki nilai indeks
bias yang lebih besar dibandingkan dengan
nilai indeks bias dari aquades. Hal ini
disebabkan karena pada larutan sampel
seperti: glukosa 2,5% ; glukosa 5% ; dan
minyak goreng dan etanol mengalami
kenaikan besar sudut kritis. Karena,
semakin besar nilai indeks bias suatu zat
cair, maka sudut kritis yang terbentuk
semakin besar. Besarnya sudut kritis yang
ditimbulkan bisa disebabkan karena
banyaknya sinar yang dipantulkan cairan
tersebut ketika berada diantara kedua
permukaan prisma.
Untuk cairan yang memiliki ketebalan
cairan yang sama akan memiliki besar
indeks bias yang berbeda bila konsentrasi
total zat padat terlarutnya berbeda. Pada
cairan yang mempunyai konsentrasi zat
terlarut kecil, akan mempunyai indeks bias
yang kecil, begitupula sebaliknya apabila
konsentrasi zat terlarut besar, akan
mempunyai indeks bias yang besar.
Sedangkan cairan yang memiliki
konsentrasi zat terlarut besar, bahwa
banyak partikel zat terlarut didalamnya
sehingga banyak menyerap cahaya dan
intensitas cahaya yang melewati cairan
tersebut berkurang. Pada glukosa 2,5%
mengarahkan bahwa terdapat glukosa 2,5
gram di dalam 100 gram larutan.
Sedangkan glukosa 5% menunjukkan
bahwa terdapat glukosa sebanyak 5 garm
di dalam 100 gram berat total larutan. Ini
berarti glukosa 2,5% memiliki konsentrasi
zat terlarut yang lebih kecil daripada
glukosa 5%. Karena konsentrasi zat
terlarutnya lebih kecil, seharusnya
memiliki indeks bias yang lebih kecil,
karena semakin banyak intensitas cahaya
yang melewatinya dan dipantulkan.
Namun dari hasil pengukuran diperoleh
bahwa glukosa 5% memiliki indeks bias
yang sama besar. Hal ini mungkin
disebbabkan oleh praktikan yang kurang
teliti dalam mengamati hasil pengukuran
yang terlihat pada alat refraktometer.
SIMPULAN
Refraktometer digunakan untuk
menentukan besar indeks bias dari zat cair.
Indeks bias dari Aquades pada suhu 200C
= 1,33200, Zat A (200C) = 1,33790, Zat B
(200C) = 1,33460, Zat C (200C) = 1,34510,
Zat D (200C) = 1,34510.
Semakin banyak konsentrasi zat terlarut di
dalam cairan, akan semakin banyak cahaya
yang diserap dan menyebabkan intensitas
cahaya menjadi menurun.
Indeks bias akan kecil, bila konsentrasi zat
terlarutnya besar.
Kecepatan cahaya dalam medium cairan
lebih kecil dibandingkan kecepatan cahaya
di ruang hampa, dibuktikan dengan besar
nilai indeks bias cairan yang lebih dari 1.
DAFTAR PUSTAKA
DOGRA, S.K dan S. DOGRA.1990. Kimia
Fisika dan Soal-soal.Cetakan 1.
Universitas Indonesia. Jakarta
Fessenden and Fessenden. 1999. Kimia
Organik edisi Ketiga jilid 1. Erlangga.
Jakarta
Keenan, CW. 1991. Ilmu Kimia Untuk
Universitas Jilid 1. Edisi ke 6. Erlangga.
Jakarta
L. Lehninger, Albert. Dasar-Dasar
Biokimia Jilid 1 Terjemahan Dr. Ir.
Maggy T. Erlangga : Yakarta.
Tim Laboratorium Kimia Fisika .2013.
Penuntun Praktikum Kimia Fisika II.
Jurusan Kimia F. MIPA Universitas
Udayana. Bukut Jimbaran