refleks bruxism pada penderita tmj

14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Refleks 2.1.1 Pengertian refleks Refleks adalah respon yang terjadi secara otomatis tanpa usaha sadar. Ada dua jenis refleks, yaitu refleks sederhana atau refleks dasar, yaitu refleks built-in yang tidak perlu dipelajari, misalnya mengedipkan mata jika ada benda asing yang masuk; dan refleks didapat atau refleks terkondisi, yang terjadi ketika belajar dan berlatih, misalnya seorang pianis yang menekan tuts tertentu sewaktu melihat suatu di kertas partitur. Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin, atau batuk. Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf, diterima oleh set saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut lengkung refleks. 2.1.2 Macam-macam gerak refleks 1

Upload: demilovegood

Post on 15-Feb-2016

240 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

refleks bruxism

TRANSCRIPT

Page 1: refleks bruxism pada penderita TMJ

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Refleks

2.1.1 Pengertian refleks

Refleks adalah respon yang terjadi secara otomatis tanpa usaha sadar. Ada dua jenis

refleks, yaitu refleks sederhana atau refleks dasar, yaitu refleks built-in yang tidak perlu

dipelajari, misalnya mengedipkan mata jika ada benda asing yang masuk; dan refleks didapat

atau refleks terkondisi, yang terjadi ketika belajar dan berlatih, misalnya seorang pianis yang

menekan tuts tertentu sewaktu melihat suatu di kertas partitur.

Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap

rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa

dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh gerak refleks misalnya

berkedip, bersin, atau batuk. Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan

pintas, yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori

ke pusat saraf, diterima oleh set saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak

langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau

kelenjar. Jalan pintas ini disebut lengkung refleks.

2.1.2 Macam-macam gerak refleks

Berdasarkan tempat pusat refleks :

1. Refleks spinal : sumsum tulang belakang. Misal, refleks lutut.

2. Refleks otak : otak. Misal, refleks pupil, bersin, kejap mata.

Berdasarkan jumlah efektor :

1. Refleks kompleks

2. Refleks tunggal

Semua Lengkung (Jalur) Refleks terdiri dari Komponen yang sama, yaitu:

1. Reseptor adalah ujung distal dendrit yang menerima stimulus (rangsangan)

2. Jalur aferen melintas di sepanjang sebuah neuron sensorik sampai ke otak atau

medulla spinalis

1

Page 2: refleks bruxism pada penderita TMJ

3. Bagian pusat adalah sisi sinaps, yang berlangsung dalam substansi abu-abu SSP.

Impuls dapat ditransmisi, di ulang rutenya, atau dihambat pada bagian ini.

4. Jalur eferen melintas di sepanjang akson neuron motorik sampai ke efektor yang

akan merespons impuls eferen sehingga menghasilkan aksi yang khas

5. Efektor dapat berupa otot rangka, otot jantung atau otot polos atau kelenjar yang

merespon.

2.1.3 Mekanisme terjadinya gerak refleks

Aktivitas di lengkung refleks dimulai di reseptor sensorik, berupa potensial reseptor

yang besarnya sebanding dengan kuat rangsang. Potensial resptor membangkitkan potensial

aksi yang bersifat gagal atau tuntas disaraf aferen. Jumlah potensial aksi sebanding dengan

besarnya potensial generator. Di sistem saraf pusat terjadi respons bertahap berupa potensial

pascasinaps eksitatorik dan potensial pasca sianaps inhibitolrik yang kemudian bangkit di

saraf tertaut-taut sinaps. Respon yang kemudian bangkit di saraf eferen adalah respon yang

bersifat gagal atau tuntas. Bila potensial aksi ini mencapai efektor, akan terbangkit lagi

respons bertahap. Di efektor yang berupa otot polos, responnya akan bergabung untuk

kemudian mencetuskan potensial aksi di otot polos. Tetapi bila efektornya berupa otot

rangka, respons bertahap tersebut selalu cukup besar untuk mencetuskan potensial aksi yang

mampu menimbulkan kontraksi otot.

Perlu ditekankan bahwa hubungan antara neuron aferen dan eferen biasanya di

susunan saraf pusat, dan aktivitas di lengkung refleks merupakan aktivitas yang remodifikasi

oleh berbagai rangangan yang terkumpul (konvergen) di neuron eferen.

2.2 Bruxism

2.2.1 Pengertian bruxism

Bruxism adalah aktivitas parafungsi oklusal. Fenomena bruxism yang merujuk pada

keadaan yaitu mengerotkan gigi-gigi (grinding) atau mengatupkan dengan keras rahang atas

2

Page 3: refleks bruxism pada penderita TMJ

dan bawah (clenching). Definisi bruxism menurut The Academy of Prosthodontics, 2005

yaitu parafunsional grinding dari gigi-gigi, suatu kebiasaan yang tanpa disadari dan berulang

atau tidak beraturan (spasmodik), non fungsional grinding atau clenching, selain dari gerakan

pengunyahan mandibula yang akan mengarah ke trauma oklusal, situasi ini disebut pula

sebagai neurosis oklusal. Sedangkan definisi bruxsim menurut American Academy of

Orofacial Pain, 2008 bruxism adalah diurnal or nocturnal parafunctional activity that

includes clenching, bracing, gnashing and grinding of teeth. Bruxism pada saat tidur berbeda

pada saat bangun yaitu tanpa keinginannya melakukan clencing gigi-gigi merupakan reaksi

terhadap rangsang tertentu, umumnya tanpa grinding, keadaan ini biasanya berhubungan

dengan kebiasaan atau tic.

2.2.2 Penyebab Bruxism

Walaupun kebiasaan ini tidak disengaja, namun stres yang berlebihan dan tipe

kepribadian tertentu seringkali diduga sebagai penyebab tipikal bruxism. Bruxism

mempengaruhi orang-orang dengan ketegangan saraf seperti cepat marah, gusar, kesakitan,

frustrasi, dan atau orang-orang yang agresif, tergesa-gesa dan kecenderungan kompetitif yang

berlebihan. Kontak yang tidak normal antara gigi atas dan bawah, dan posisi tidur juga

berhubungan dengan bruxism.

Pada beberapa kasus, bruxism tidak disebabkan oleh keadaan psikologi atau kondisi

gigi dan rahang, tetapi merupakan komplikasi dari kelainan seperti penyakit Hutchinson dan

Parkinson. Beberapa obat antidepresi tertentu juga dapat menimbulkan efek samping

bruxism, tetapi hal ini jarang terjadi. Genetik juga dapat mempengaruhi terjadinya bruxism.

Sedang pada anak, bruxism dianggap berhubungan dengan pertumbuhan dan

perkembangan gigi serta rahang. Tetapi, beberapa ahli juga percaya bahwa faktor psikologi

mempunyai andil terhadap timbulnya bruxism pada anak. Kebanyakan diantara mereka akan

sembuh setelah gigi susu mereka berganti dengan gigi tetap.

2.2.3 Hubungan bruxism dengan penderita TMJ

Pada waktu terjadi bruxism, tekanan kunyah pada gigi geligi amatlah besar, bisa

mencapai lebih dari dua kali hingga enam kali dari tekanan kunyah normal. Akibatnya, dapat

terjadi kerusakan baik pada gigi maupun sendi rahang. Permukaan gigi menjadi rata karena

ausnya tonjol-tonjol gigi akibat gesekan yang kuat. Selain menyebabkan tampilan gigi

3

Page 4: refleks bruxism pada penderita TMJ

menjadi buruk, gigi menjadi sensitif karena terbukanya lapisan dentin gigi. Kerusakan juga

terjadi pada jaringan penyangga gigi, seperti tulang alveolar (tulang tempat tumbuhnya gigi)

serta jaringan periodontal (jaringan pengikat gigi pada tulang), yaitu terjadi radang yang

menimbulkan rasa sakit dan kerusakan jaringan yang parah. Kerusakan pada sendi

menimbulkan nyeri dan kesulitan menggerakkan rahang. Rasa sakit yang ditimbulkan

bruxism dapat berupa sakit kepala, telinga dan leher, juga otot-otot wajah terutama terasa

pada waktu bangun tidur.

Kondisi bruxism dapat melelahkan orang yang menderita kelainan tersebut saat

bangun tidur. Akibat dari refleks bruxism sewaktu tidur itu dapat menimbulkan rasa sakit di

berbagai tempat. Bila mengenai pelipis (otot temporalis) sehingga terasa sakit kepala yang

berkepanjangan, jika di sekitar telinga (otot pterygoideus lateralis) akan terasa pegal dengan

kadangkadang disertai telinga sedikit berdengung. Pada leher (otot sternocleidomastoideus)

akan terasa tegang sampai daerah bahu (otot trapezius) dan dapat pula menimbulkan rasa

lelah pada pipi (otot masseter). Rasa tersebut seolah-olah seperti sehabis mengunyah

makanan keras dalam jumlah banyak. Kadang-kadang setelah menderita bruxism beberapa

lama, pada daerah sendi rahang (temporomandibular joint) terasa sakit bila membuka mulut

lebar-lebar. Pada sendi itu dapat juga terjadi klicking (tidak lancar membuka dan

mengatupkan rahang).

2.3.3 Penanggulangan bruxism

Terdapatt 7 cara penanggulangan bruxism yaitu:

1. Mengistirahatkan rahang dan wajah untuk merilekskan otot wajah.

2. Memberikan pijatan ringan pada otot-otot wajah leher dan bahu.

3. Kompres rahang dengan air dingin atau hangat.

4. Menghindari makan-makanan keras sebisa mungkin.

5. Cukup tidur.

6. Memenejemen emosi dan stress yang baik

4

Page 5: refleks bruxism pada penderita TMJ

7. Menggunakan night guard atas petunjuk dokter gigi, yaitu alat pelindung dari bahan

akrilik / plastik lunak yang di pakai pada saat tidur, untuk melindungi gigi dari

gesekan yang terjadi.

2.3 Temporomandibular Joint disorder

2.3.1 Pengertian Temporomandibular Joint disorder

Sendi Rahang atau temporomandibular joint (TMJ) adalah daerah langsung didepan

kuping pada kedua sisi kepala dimana rahang atas (maxilla) dan rahang bawah (mandible)

bertemu. Didalam sendi rahang terdapat bagian-bagian yang bergerak yang memungkinkan

rahang atas menutup pada rahang bawah. Sendi rahang ini adalah suatu sliding “ball dan

socket” khas yang mempunyai satu piringan (disc) terjepit diantaranya. Sendi rahang (TMJ)

digunakan beratus kali dalam sehari untuk menggerakan rahang,menggigit dan mengunyah,

berbicara dan menguap. Sendi ini merupakan salah satu sendi dari seluruh sendi ditubuh yang

paling sering digunakan.

Sendi rahang (TMJ) adalah rumit dan terdiri dari otot-otot, urat-urat dan tulang-

tulang. Setiap komponen berkontribusi pada kelancaran kerja dari sendi rahang. Ketika otot-

otot bersantai dan berimbang dan kedua rahang membuka dan menutup dengan nyaman, kita

dapat berbicara, mengunyah dan menguap tanpa sakit.

Temporomandibular joint disorder (TMD) adalah merupakan suatu kelainan pada

sendi temporomandibular (sendi yang berfungsi menggerakan rahang bawah) yang di

akibatkan oleh hiperfungi, malfungsi dari musculoskeletal (otot-otot pada tulang tengkorak)

ataupun proses degeneratif pada sendi itu sendiri.

2.3.2 Struktur anatomi Temporomandibular Joint

Lokasi sendi temporomandibular (TMJ) berada tepat dibawah telinga yang

menghubungkan rahang bawah (mandibula) dengan maksila (pada tulang temporal). Sendi

temporomandibular ini unik karena bilateral dan merupakan sendi yang paling banyak

digunakan serta paling kompleks.

Kondilus tidak berkontak langsung dengan permukaan tulang temporal, tetapi dipisahkan

oleh diskus yang halus, disebut meniskus atau diskus artikulare. Diskus ini tidak hanya

5

Page 6: refleks bruxism pada penderita TMJ

perperan sebagai pembatas tulang keras tetapi juga sebagai bantalan yang menyerap getaran

dan tekanan yang ditransmisikan melalui sendi.

Permukaan artikular tulang temporal terdiri dari fossa articulare dan eminensia

artikulare. Seperti yang lain, sendi temporomandibular juga dikontrol oleh otot, terutama otot

penguyahan, yang terletak disekitar rahang dan sendi temporomandibular. Otot-otot ini

termasuk otot pterygoid interna, pterygoid externa, mylomyoid, geniohyoid dan otot

digastrikus. Otot-otot lain dapat juga memberikan pengaruh terhadap fungsi sendi

temporomandibular, seperti otot leher, bahu, dan otot punggung.

Ligamen dan tendon berfungsi sebagai pelekat tulang dengan otot dan dengan tulang

lain. Kerusakan pada ligamen dan tendon dapat mengubah kerja sendi temporomandibular,

yaitu mempengaruhi gerak membuka dan menutup mulut.

2.3.3 Gejala Temporomandibular joint disorder

Terdapat banyak sekali gejala-gejala pada TMJ disorder salah satunya yaitu :

1. Pasien akan merasakan nyeri pada darah TMJ, rahang atau wajah.

2. Nyeri dirasakan pada saat membuka mulut.

3. Keluhan adanya “clicking sounds” pada saat menggerakan rahang.

4. Kesulitan untuk membuka mulut secara sempurna.

5. Sakit kepala.

6. Nyeri pada daerah leher dan pungggung.

2.3.4 Etiologi

Kondisi oklusi.

Dulu oklusi selalu dianggap sebagai penyebab utama terjadinya TMD, namun akhir-

akhir ini banyak diperdebatkan.

Trauma

Trauma dapat dibagi menjadi dua :

6

Page 7: refleks bruxism pada penderita TMJ

1. Macrotrauma : Trauma besar yang tiba-tiba dan mengakibatkan perubahan struktural,

seperti pukulan pada wajah atau kecelakaan.

2. Microtrauma : Trauma ringan tapi berulang dalam jangka waktu yang lama, seperti

bruxism dan clenching. Kedua hal tersebut dapat menyebabkan microtrauma pada

jaringan yang terlibat seperti gigi, sendi rahang, atau otot.

Stress emosional

Keadaan sistemik yang dapat mempengaruhi fungsi pengunyahan adalah peningkatan

stres emosional. Pusat emosi dari otak mempengaruhi fungsi otot. Hipotalamus, sistem

retikula, dan sistem limbic adalah yang paling bertanggung jawab terhadap tingkat emosional

individu. Stres sering memiliki peran yang sangat penting pada TMJ Disorder.

Stress adalah suatu tipe energi. Bila terjadi stres, energi yang timbul akan disalurkan

ke seluruh tubuh. Pelepasan secara internal dapat mengakibatkan terjadinya gangguan

psikotropik seperti hipertensi, asma, sakit jantung, dan/atau peningkatan tonus otot kepala

dan leher. Dapat juga terjadi peningkatan aktivitas otot nonfungsional seperti bruxism atau

clenching yang merupakan salah satu etiologi TMJ Disorder.

Deep pain input (Aktivitas parafungsional)

Aktivitas parafungsional adalah semua aktivitas di luar fungsi normal (seperti

mengunyah, bicara, dan menelan), dan tidak mempunyai tujuan fungsional. Contohnya

adalah bruxism, dan kebiasaankebiasaan lain seperti menggigit-gigit kuku, pensil, bibir,

mengunyah satu sisi, tongue thrust, dan bertopang dagu. Aktivitas yang paling berat dan

sering menimbulkan masalah adalah bruxism, termasuk clenching dan grinding. Beberapa

literatur membedakan antara bruxism dan clenching. Bruxism adalah mengerat gigi atau

grinding terutama pada malam hari, sedangkan clenching adalah mempertemukan gigi atas

dan bawah dengan keras yang dapat dilakukan pada siang ataupun malam hari.

7

Page 8: refleks bruxism pada penderita TMJ

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Refleks yang terjadi pada penderita TMJ disorder dikarenakan terlalu banyak hantaran

nyeri pada daerah TMJ sehingga dapat menghantarkan impuls dengan cepat sehingga terjadi

refleks. TMJ disorder terjadi karena penderita mengalami bruxism dimana akhirnya terdapat

banyak tekanan pada bagian TMJ yang menyebabkan terjadinya TMJ disorder.

8

Page 9: refleks bruxism pada penderita TMJ

DAFTAR PUSTAKA

Ahlberg K. Self-reported bruxism. Academic dissertation. Department of Stomatognathic

Physiology and Prosthetic Dentistry . Institute of Dentistry. Faculty of Medicine. University

of Helsinki. Finland. 2008.

Carlsson GE, Magnusson T. Management of Temporomandibular Disorders in the General

Dental Practice. Germany: Quintessence Publishing. 1999.

Das UM, Keerthi R, Ashwin DP, Venkata RS, Reddy D, Shiggaon N. Ankylosis of

temporomandibular joint in children. J Indian Soc Pedod Prevent Dent 2009.

Ganong, F. William. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Gloroa AG. Incidence ofdiurnal and nocturnal bruxism. J Prosthet Dent 1981.

Guyton, C. Arthur. 1990. Buku Teks Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Lavigne GJ, Khoury S, Abe S, Yamaguchi T, Raphael K. Bruxism physiology and pathology:

an overview for clinicians. J Oral Rehabil. 2008.

Lavigne GJ, Montplaisir Jy. Restless legs syndrome and sleep bruxism: prevalence and

association among Canadians. Sleep. 1994.

Malik NA. Textbook of oral and maxillofacial surgery.2nd Ed. New Delhi: Jaypee Brothers

Medical Publisher (P) Ltd, 2008.

9

Page 10: refleks bruxism pada penderita TMJ

Nayak PK, Nair SC, Krishnan DG, Perciaccante VJ. Ankylosis of the temporomandibular

joint. In : Booth PW, Schendel SA, Jarg_Erich H. Maxillofacial surgery. 2nd Ed.St. Louis :

Churchill Livingstone, 2007.

Okeson JP. Management of Temporomandibular Disorders and Occlusion 6th. USA: St.

Louis. 2008.

Ramezanian M, Yavary T. Comparion of gap arthroplasty and interpositional gap

arthroplasty on the temporomandibular joint ankylosis. Acta Medica Iranica 2006.

Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: penerbit buku kedokteran

EGC.

The Glossary of Prosthodontic Terms. J Prosthet Dent. 2005.

Vasconcelos BCE, Porto GG, Bessa-nogueira RV. Temporomandibular joint ankylosis. Rev

Bras Otorrinolsringol 2008.

Wong ME, Butler D, Ried R, Gateno J. Advance oral and maxillofacial surgery. Houston :

The University of Dental Branch at Houston, 2007.

10