referat tatalaksana depresi i

29
1 BAB I PENDAHULUAN Gangguan mood meliputi sekelompok besar gangguan dengan mood patologis serta gangguan terkait mood yang mendominasi gambaran klinisnya. Gangguan mood paling baik dianggap sebagai sindrom, yang terdiri atas sekelompok tanda dan gejala yang bertahan selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan, yang menunjukkan penyimpangan nyata fungsi habitual seseorang serta kecenderungan untuk kambuh, sering dalam bentuk periodik atau siklik. Mood dapat meningkat atau menurun. Gangguan penurunan mood inilah yang disebut sebagai depresi. 1 Depresi merupakan problem kesehatan masyarakat yang cukup serius. World health organization (WHO) menyatakan bahwa depresi berada pada urutan ke-empat penyakit di dunia. 2 Depresi ditandai dengan adanya perasaan sedih, kurangnya energi dan minat, murung, dan iritabilitas. Pasien mengalami distorsi kognitif seperti mengkritik diri sendiri, timbul rasa bersalah, perasaan tidak berharga, kepercayaan diri menurun, pesimis, dan putus asa. Selain itu, pasien dengan depresi juga akan mengalami gangguan tidur seperti dulit masuk tidur atau terbangun dini hari. Nafsu makan berkurang, begitu juga dengan gairah seksual. 1,2 Depresi bukanlah gangguan yang homogen, tetapi merupakan fenomena yang kompleks. Bentuknya sangat bervariasi, sehingga kita mengenal depresi dengan gejala ringan, sedang, berat, dengan atau tanpa gejala psikotik, berkomorbiditas dengan gangguan psikiatrik lain atau dengan gangguan fisik lain. Keberanekaragaman gejala depresi ini diduga karena adanya perbedaan etiologi yang mendasarinya. 2 Episode depresi yang berdiri sendiri disebut depresi unipolar. Selain itu depresi juga bisa menjadi bagian dari gangguan bipolar. 3 Ada beberapa faktor penyebab depresi, yaitu mulai dari faktor genetik sampai dengan faktor nongenetik. Faktor genetik, ketidakseimbangan biogenik amin, gangguan neuroendokrin, dan perubahan neurofisiologi, serta faktor psikologik seperti kehilangan objek yang dicintai, hilangnya harga diri, serta beberapa stresor lain di duga mempengaruhi terjadinya depresi. 1,2

Upload: anathasiachristine

Post on 20-Oct-2015

89 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

referat tatalaksana depresi kelompok I

TRANSCRIPT

Page 1: referat tatalaksana depresi I

1

BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan mood meliputi sekelompok besar gangguan dengan mood

patologis serta gangguan terkait mood yang mendominasi gambaran klinisnya.

Gangguan mood paling baik dianggap sebagai sindrom, yang terdiri atas

sekelompok tanda dan gejala yang bertahan selama berminggu-minggu hingga

berbulan-bulan, yang menunjukkan penyimpangan nyata fungsi habitual

seseorang serta kecenderungan untuk kambuh, sering dalam bentuk periodik atau

siklik. Mood dapat meningkat atau menurun. Gangguan penurunan mood inilah

yang disebut sebagai depresi.1

Depresi merupakan problem kesehatan masyarakat yang cukup serius.

World health organization (WHO) menyatakan bahwa depresi berada pada urutan

ke-empat penyakit di dunia.2

Depresi ditandai dengan adanya perasaan sedih,

kurangnya energi dan minat, murung, dan iritabilitas. Pasien mengalami distorsi

kognitif seperti mengkritik diri sendiri, timbul rasa bersalah, perasaan tidak

berharga, kepercayaan diri menurun, pesimis, dan putus asa. Selain itu, pasien

dengan depresi juga akan mengalami gangguan tidur seperti dulit masuk tidur atau

terbangun dini hari. Nafsu makan berkurang, begitu juga dengan gairah seksual.1,2

Depresi bukanlah gangguan yang homogen, tetapi merupakan fenomena

yang kompleks. Bentuknya sangat bervariasi, sehingga kita mengenal depresi

dengan gejala ringan, sedang, berat, dengan atau tanpa gejala psikotik,

berkomorbiditas dengan gangguan psikiatrik lain atau dengan gangguan fisik lain.

Keberanekaragaman gejala depresi ini diduga karena adanya perbedaan etiologi

yang mendasarinya.2

Episode depresi yang berdiri sendiri disebut depresi unipolar.

Selain itu depresi juga bisa menjadi bagian dari gangguan bipolar.3

Ada beberapa faktor penyebab depresi, yaitu mulai dari faktor genetik

sampai dengan faktor nongenetik. Faktor genetik, ketidakseimbangan biogenik

amin, gangguan neuroendokrin, dan perubahan neurofisiologi, serta faktor

psikologik seperti kehilangan objek yang dicintai, hilangnya harga diri, serta

beberapa stresor lain di duga mempengaruhi terjadinya depresi.1,2

Page 2: referat tatalaksana depresi I

2

Stresor yang terjadi pada awal perkembangan dapat menyebabkan

perubahan yang menetap dalam sistem neurobiologik atau dapat membuat jejak

pada sistem syaraf yang berfungsi merespon stresor.2

Ada beberapa bentuk penatalaksanaan depresi. Beberapa pasien

membutuhkan antidepresan. Selain dengan medikamentosa, pasien hendaklah

diberikan terapi psikososial, seperti terapi kognitif, terapi perilaku, terapi

psikodinamik, dan terapi kelompok. Tatalaksana ini dibagi menjadi 3 fase, yaitu

fase akut, fase lanjutan, dan fase rumatan. Dengan kombinasi antara terapi secara

medikamentosa dan terapi psikososial akan memperlihatkan hasil yang lebih

baik.1,2,3

Terapi kejang listrik dapat diberikan bila terapi obat tidak memberikan

hasil, kondisi yang membutuhkan pemulihan segera, beberapa kasus depresi

psikotik, dan pasien yang tidak mentoleransi obat. Selain itu, pemberian litium

juga terbukti bermanfaat dalam pengobatan depresi bipolar akut dan beberapa

depresi unipolar. Ia cukup efektif pada bipolar serta untuk mempertahankan

remisi dan begitu pula pada beberapan pasien unipolar. Karena itu, hendaklah

penatalaksanaan ini dijalankan secara komprehensif.1,2

Page 3: referat tatalaksana depresi I

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan

dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan

pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan,

rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri,1,2

2.2 Etiologi

Beberapa faktor penyebab terjadinya depresi, yaitu :

a. Faktor biologi

Beberapa penelitian menunjukkan adanya abnormalitas metabolit amin

biogenik, seperti: 5 HIAA (5-Hidroksi indol asetic acid), HVA (Homovanilic

acid), MPGH (5 methoxy-0-hydroksi phenil glikol), di dalam darah, urin dan

cairan serebrospinal pada pasien gangguan mood. Neurotransmiter yang terkait

dengan patologi depresi adalah serotonin dan epineprin. Penurunan serotonin

dapat mencetuskan depresi.1,2

b. Faktor genetik

Data genetik dengan kuat menunjukkan bahwa faktor genetik signifikan terlibat

dalam timbulnya gangguan mood tetapi pewarisan genetik terjadi melalui

mekanisme yang kompleks. Untuk mengetahui faktor genetik dapat dilihat dari

studi keluarga, studi adopsi, studi anak kembar, studi keterkaitan kromosom.1

c. Faktor psikososial

Faktor psikososial yang mempengaruhi depresi meliputi: peristiwa

kehidupan dan stressor lingkungan, kepribadian, psikodinamika, kegagalan

yang berulang, teori kognitif dan dukungan sosial.

Peristiwa kehidupan dan stresor lingkungan. Peristiwa kehidupan yang

menyebabkan stres, lebih sering mendahului episode pertama gangguan

mood dari episode selanjutnya. Para klinisi mempercayai bahwa peristiwa

Page 4: referat tatalaksana depresi I

4

kehidupan memegang peranan utama dalam depresi, klinisi lain menyatakan

bahwa peristiwa kehidupan hanya memiliki peranan terbatas dalam onset

depresi. Stressor lingkungan yang paling berhubungan dengan onset suatu

episode depresi adalah kehilangan pasangan.1,2

Faktor kepribadian. Beberapa ciri kepribadian tertentu yang terdapat pada

individu, seperti kepribadian dependen, anankastik, histrionik, diduga

mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya depresi. Sedangkan kepribadian

antisosial dan paranoid (kepribadian yang memakai proyeksi sebagai

mekanisme defensif) mempunyai resiko yang rendah.1,2

Faktor psikodinamika. Berdasarkan teori psikodinamika Freud, dinyatakan

bahwa kehilangan objek yang dicintai dapat menimbulkan depresi.

Kegagalan yang berulang. Dalam percobaan binatang yang dipapari kejutan

listrik yang tidak bisa dihindari, secara berulang-ulang, binatang akhirnya

menyerah tidak melakukan usaha lagi untuk menghindari. Disini terjadi

proses belajar bahwa mereka tidak berdaya. Pada manusia yang menderita

depresi juga ditemukan ketidakberdayaan yang mirip.1,2

Faktor kognitif. Adanya interpretasi yang keliru terhadap sesuatu,

menyebabkan distorsi pikiran menjadi negatif tentang pengalaman hidup,

penilaian diri yang negatif, pesimisme dan keputusasaan. Pandangan yang

negatif tersebut menyebabkan perasaan depresi.1

2.3 Kriteria Diagnosis Depresi

Gangguan depresi ditegakkan berpedoman pada PPDGJ III (Pedoman

Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa III) yang merujuk pada ICD 10

(International Classification Diagnostic 10). Gangguan depresi dibedakan dalam

depresi berat, sedang, dan ringan sesuai dengan banyak dan beratnya gejala serta

dampaknya terhadap fungsi kehidupan seseorang.1,3,4

Hendaya dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala

penurunan kemampuan bekerja, hubungan sosial, dan melakukan kegiatan yang

rutin.

Page 5: referat tatalaksana depresi I

5

F32 EPISODE DEPRESIF

Gejala Utama :

• Afek depresif

• Kehilangan minat dan kegembiraan, dan

• Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa

lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.

Gejala Lainnya :

• Konsentrasi dan perhatian berkurang

• Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

• Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

• Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

• Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

• Tidur terganggu

• Nafsu makan berkurang

• Menurunnya libido

Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan

masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi

periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan

berlangsung cepat.

F32.0 Episode Depresif Ringan

Pedoman diagnostik

Sekurang-kurangnya harus ada dua dari 3 gejala utama depresi seperti tersebut

diatas

Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya

Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya

Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang – kurangnya sekitar 2 minggu.

Page 6: referat tatalaksana depresi I

6

Hanya sedikit kesulitan pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukan.

Karakter ke lima : F32.00 = Tanpa gejala somatik dan F32.01 dengan gejala

somatik

F32.1 Episode Depresif Sedang

Pedoman diagnostik

Sekurang-kurangnya harus ada dua dari 3 gejala utama

Ditambah sekurang-kurangnya 3 dari gejala lainnya

Lama seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu

Mengalami kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial,pekerjaan dan urusan

rumah tangga.

Karakter ke lima : F32.10 = Tanpa gejala somatik dan F32.11 dengan gejala

somatik.

F32.2 Episode Depresif berat tanpa gejala psikotik

Pedoman diagnostik

Semua 3 gejala utama depresi harus ada

Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa gejala

diantaranya harus berintensitas berat.

Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang

mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk

melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian

secara menyeluruh terhadap episode depresif berat masih dapat dibenarkan.

Paling sedikit telah berlangsung dua minggu atau gejala amat berat dan onset

sangat cepat.

Sangat tidak mungkin melakukan pekerjaan atau urusan rumah tangga

dan kegiatan sosial kecuali pada taraf yang sangat terbatas.

Page 7: referat tatalaksana depresi I

7

F32.3 Episode Depresif berat dengan gejala psikotik

Pedoman diagnostik

Episode depresif berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 tersebut di atas

Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan

ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan pasien

merasa bertanggung jawab akan hal itu. Halusinasi auditorik atau olfaktorik

biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh atau bau kotoran atau bau

daging membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.

Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau

tidak serasi dengan afek (mood – congruent).

F32.8 Episode Depresif lainnya

F32.9 Episode Depresif YTT

F33 GANGGUAN DEPRESIF BERULANG

Pedoman diagnostik

Gangguan ini merupakan episode berulang dari :

- Episode depresi ringan (F320.0)

- Episode depresi sedang (F32.1)

- Episode depresi berat (F32.2 dan F.32.3)

Tanpa adanya riwayat episode tersendiri dari peninggian afek dan

hiperaktivitas yang memenuhi kriteria mania (F30.1 dan F30.2).

Namun kategori ini tetap harus digunakan jika ternyata ada episode singkat

dari peninggian afek dan hiperaktivitas ringan yang memenuhi kriteria

hipomania (F30.0) segera setelah suatu episode depresif (kadang-kadang

tampaknya dicetuskan oleh tindakan pengobatan depresi)

Pemulihan keadaan biasanya sempurna diantara episode, namun sebagian kecil

pasien mungkin mendapat depresi yang akhirnya menetap, terutama pada usia

lanjut (untuk keadaan ini, kategori ini harus tetap digunakan).

Page 8: referat tatalaksana depresi I

8

Episode masing-masing dalam berbagai tingkat keparahan, seringkali

dicetuskan oleh peristiwa kehidupan yang penuh stres atau trauma mental lain

(adanya stres tidak esensial untuk penegakan diagnosis).

F33.0 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Ringan

Pedoman diagnostik

Untuk diagnosis pasti :

a. Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi dan episode

sekarang harus memenuhi kriteria depresif ringan (F32.0); dan

b. Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama

minimal 2 minggu dengan selang waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif

yang bermakna.

Karakter kelima : F33.00 = Tanpa gejala somatik

F33.01 = Dengan gejala somatik

F33.1 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Sedang

Pedoman diagnostik

Untuk diagnosis pasti :

a. Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi dan episode

sekarang harus memenuhi kriteria depresif sedang (F32.1); dan

b. Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama

minimal 2 minggu dengan selang waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif

yang bermakna.

Karakter kelima : F33.10 = Tanpa gejala somatik

F33.11 = Dengan gejala somatik

Page 9: referat tatalaksana depresi I

9

F33.2 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini tanpa Gejala Psikotik

Pedoman diagnostik

Untuk diagnosis pasti :

a. Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi dan episode

sekarang harus memenuhi kriteria depresif berat tanpa gejala psikotik (F32.2);

dan

b. Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama

minimal 2 minggu dengan selang waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif

yang bermakna.

F33.3 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat dengan gejala

Psikotik

Pedoman diagnostik

Untuk diagnosis pasti :

a. Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi dan episode

sekarang harus memenuhi kriteria depresif sedang (F32.1); dan

b. Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama

minimal 2 minggu dengan selang waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif

yang bermakna.

F33.4 Gangguan Depresif Berulang, Kini dalam Remisi

Pedoman diagnostik

Untuk diagnosis pasti :

a. Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi di masa

lampau, tetapi keadaan sekarang seharusnya tidak memenuhi kriteria untuk

episode depresif dengan derajat keparahan apapun atau gangguan lain apapun

dalam F30-F39; dan

b. Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama

minimal 2 minggu dengan selang waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif

yang bermakna.

Page 10: referat tatalaksana depresi I

10

F33.8 Gangguan Depresif Berulang Lainnya

F33.9 Gangguan Depresif Berulang YTT

2.4 Penatalaksanaan Depresi

Tujuan utama penatalaksanaan depresi adalah untuk mengakhiri episode

depresi saat ini. Selain itu, penatalaksanaan juga harus diarahkan pada tujuan

terjaminnya keselamatan pasien, kelengkapan evaluasi diagnostik pasien serta

rencana terapi yang bukan hanya untuk gejala, tetapi kesehatan jiwa pasien di

masa yang akan datang.1,3

Untuk semua pasien dengan gangguan depresi berat, manajemen kejiwaan

mencakup satu kesatuan yang luas dari semua kemungkinan intervensi. Salah satu

komponen penting dalam manajemen ini adalah melakukan edukasi terhadap

pasien dan keluarga mengenai depresi, mendiskusikan pilihan pengobatan,

intervensi, dan meningkatkan kepatuham terhadap pengobatan tersebut.7

Psikiater harus menentukan pengaturan pengobatan yang akan paling

mungkin untuk meningkatkan keselamatan pasien serta perbaikan kondisi pasien.

Berikut akan diuraikan mengenai manjemen psikiatri, yaitu :7

a. Membangun dan memelihara kerjasama terapetik

Tahap awal dari manajemen psikiatri dimulai dengan membangun

hubungan terapetik dan kerjasama dengan pasien tanpa memperhatikan

modalitas akhir yang dipilih.

Hal ini penting bagi psikiater agar lebih sensitif terhadap perasaan dan

keprihatinan pasien. Dalam keadaan tertekan, pasien sering

memperlihatkan sisi negatifnya. Mereka mungkin merasa tak

memerlukan pertolongan, merasa malu memiliki penyakit, merasa

bersalah karena menjadi beban keluarga/dokter, serta merasa jauh

dengan orang lain.

Beberapa pasien memiliki andil yang kuat terhadap pilihan

pengobatannya, karena itu psikiater harus mampu mengidentifikasi apa

yang diharapkan pasien tentang pengobatannya untuk kemudian

mendiskusikannya dengan pasien mengenai pilihan pengobatan yang

Page 11: referat tatalaksana depresi I

11

paling efektif. Jika masalah yang ada pada pasien dinilai sangat

mengganggu, libatkan keluarga untuk berdiskusi mengenai penyakit dan

rencana pengobatan pasien.

b. Melengkapi pemeriksaa psikiatri

Pasien dengan gejala depresi harus dilakukan penilaian yang teliti guna

menegakkan diagnosis gangguan depresi yang berat, identifikasi

gangguan psikiatri atau kondisi medis umum yang menjadi fokus

perhatian serta buat perencanaan terapi yang komprehensif.

Evaluasi ini meliputi perjalanan penyakit dan gejalanya, termasuk gejala

sebelumnya dan respon terapi yang pernah didapat sebelumnya.

Riwayat keluarga juga penting untuk melihat silsilah penyakit. Pasien

dengan riwayat keluarga (+) akan memiliki resiko atau hubungan yang

lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki riwayat

keluarga dengan gangguan jiwa.

c. Evaluasi keselamatan pasien

Pada tahap ini dilakukan evaluasi bunuh diri terhadap semua pasien

dengan gangguan depresi berat. Penilaian meliputi penyelidikan tentang

ide bunuh diri, niat, rencana, sarana, dan perilaku, serta identifikasi

gejala psikiatri yang spesifik (misalnya psikosis, ansietas berat,

penggunaan zat) atau kondisi medis umum yang mungkin meningkatkan

resiko bunuh diri.

Resiko bunuh diri ini juga harus di monitor selama proses pengobatan

berlangsung, karena variasi dalam gejala depresi dapat dikaitkan dengan

resiko bunuh diri yang berfluktuasi.

d. Menetapkan pengaturan yang sesuai untuk pengobatan

Psikiater harus menentukan terapi yang tepat setelah melakukan evaluasi

terhadap kondisi klinis pasien, termasuk gejala yang berat, kondisi

penyerta, tingkat fungsional, dan dukungan keluarga. Pasien dengan

resiko bunuh diri atau memiliki ide membunuh memerlukan pemantauan

yang ketat. Sehingga pasien disarankan untuk melakukan rawat inap.

Page 12: referat tatalaksana depresi I

12

e. Evaluasi gangguan fungsional dan kualitas hidup

Gangguan depresi yang berat dapat mengubah fungsional pada berbagai

segi kehidupan termasuk kerja, sekolah, keluarga, hubungan sosial,

aktivitas di waktu luang, atau pemeliharaan kesehatan dan kebersihan.

Psikiater harus melakukan evaluasi terhadap aktivitas pasien.

f. Mengkoordinasikan perawatan pasien dengan dokter lain

Koordinasi ini mungkin dibutuhkan oleh beberapa pasien dengan

gangguan depresi berat. Jika lebih dari satu dokter yang dibutuhkan

dalam sebuah pengobatan, maka semua dokter harus memiliki kontak

yang cukup dengan pasien dan dokter lainnya untuk memastikan bahwa

koordinasi berjalan dengan baik.

g. Pantau status psikiatri pasien

Respon pasien terhadap pengobatan harus di pantau secara hati-hati.

Pantau juga kondisi medis umum lain yang juga penting dalam

perkembangan pengobatan pasien.

h. Mengintegrasikan pengukuran dengan manajemen psikiatri

Menyesuaikan rencana terapi yang cocok dengan pasien yang

membutuhkan penilaian secara hati-hati dan sistematis dari jenis,

frekuensi, dan besarnya gejala psikiatri sejalan dengan keuntungan

terapi dan efek sampingnya selama ini.

i. Meningkatkan kepatuhan pengobatan

Psikiater harus menilai dan mengetahui hal-hal yang berpotensi

mengurangi kepatuhan pengobatan pasien (misalnya dukungan, rasa

pesimis, efek samping pengobatan, masalah hubungan terapetik,

ekonomi atau penghalang dari sisi kebudayaan), dan bekerjasama

dengan pasien untuk mengurangi dampak dari pengalang tersebut.

j. Memberikan edukasi pada pasien dan keluarga

Edukasi mengenai gejala dan pengobatan dari gangguan depresi berat

harus diberikan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien.

Kesalahan persepsi mengenai antidepresan harus diklarifikasi.

Page 13: referat tatalaksana depresi I

13

Secara umum, penatalaksanaan depresi dapat dibagi menjadi 3 fase, yaitu:

a. Fase akut

Dimulai dari keputusan untuk terapi dan berakhir dengan remisi. Skala

penentuan beratnya depresi (HAM-D dan MADRS) dapat membantu

menegakkan beratnya penyakit dan perbaikan gejala. Target pengobatan pada

fase akut tercapainya respon atau remisi (lebih baik). Lama terapi pada fase

akut 2-6 minggu.3

Adapun indikasi untuk rawat inap di rumah sakit adalah:1,3

- Kebutuhan untuk prosedur diagnostik

- Risiko untuk bunuh diri dan melakukan pembunuhan

- Berkurangnya kemampuan pasien secara menyeluruh untuk asupan

makanan dan tempat perlindungan

- Cepatnya perburukan gejala

- Riwayat gejala berulang dan hilangnya sistem dukungan terhadap pasien

- Tanda klinis yang tidak terlalu kuat sebagai bahan pertimbangan adalah

penurunan berat badan, perbaikan minimal dari insomnia, sistem

pendukung pasien harus kuat, tidak terlalu mencampuri maupun menjauhi

pasien. Tiap perubahan yang kurang baik pada gejala atau tingkah laku atau

sikap pasien merupakan tanda rawat inap.

Kombinasi terapi psikososial dan farmakoterapi memberikan hasil yang baik.

Untuk kasus ringan terapi psikososial saja juga memberikan hasil yang baik.

Page 14: referat tatalaksana depresi I

14

Rekomendasi modalitas untuk pengobatan fase akut gangguan depresi berat

Tingkat

Keparahan

penyakit

Modalitas

farmakoterapi psikoterapi Farmakoterapi

+ psikoterapi

ECT

Ringan – sedang Ya Ya Berguna untuk

pasien dengan

masalah

psikososial dan

interpersonal,

konflik psikis

dan gangguan

axis II

Ya, untuk

pasien

tertentu

Berat tanpa gejala

psikotik

Ya Tidak Ya Ya

Berat dengan gejala

psikotik

Ya, kombinasi

antidepresan

dan

antipsikotik

Tidak Ya, kombinasi

antidepresan dan

antipsikotik

Ya

b. Fase lanjutan

Tujuan pengobatan pada fase ini adalah tercapainya remisi dan mencegah

relaps. Remisi yaitu bila HAM-D ≤ 7 atau MADRS ≤ 8, bertahan paling sedikit

3 minggu. Dosis obat sama dengan fase akut.

c. Fase rumatan

Tujuan pengobatan pada fase ini adalah mencegah rekurensi. Hal yang perlu

dipertimbangkan adalah resiko kekambuhan, biaya, dan keuntungan

perpanjangan terapi. Pasien yang telah 3 kali atau lebih mengalami episode

depresi atau dua episode depresi berat dipertimbangkan terapi pemeliharaan

jangka panjang. Antidepresan yang telah berhasil mencapai remisi dilanjutkan

dengan dosis yang sama selama masa pemeliharaan.

Page 15: referat tatalaksana depresi I

15

FARMAKOTERAPI

Sebagian besar penderita membutuhkan antidepresan (70-80% pasien

berespon terhadap antidepresan), walaupun yang mempresipitasi terjadinya

depresi jelas terlihat atau dapat diidentifikasi.2,5

Prinsip indikasi untuk antidepresi

terutama adalah episode depresi berat. Gejala pertama yang menjadi pegangan

adalah sulit tidur dan gangguan pola makan. Gejala lainnya adalah mengamuk,

cemas, dan rasa putus asa. Target gejala lainnya termasuk energi menurun, kurang

konsentrasi, tidak berdaya, dan menurunnya libido.1,2

Penatalaksanaan dengan pengobatan antidepresan sebaiknya fokus pada

ujicoba berbagai jenis obat antidepresan secara penuh dan wajar dari kelas yang

berbeda. Sasaran dari pengobatan antidepressan pada jangka pendek adalah respon

terhadap obat, dan jangka panjang adalah remisi.5

Mulailah dengan SSRI, merupakan antidepresan terbaru. Bila tak ada hasil

pertimbangkan pemberian antidepresan trisiklik, atau MAOI (terutama pada

depresi “atipikal” atau kombinasi beberapa obat yang efektif apabila obat pertama

tak berhasil). Harus hati-hati dengan efek samping dan harus sadar bahwa

antidepresan dapat mempresipitasi episode manik pada bebrerapa pasien bipolar

(10% dengan TCA, dengan SSRI lebih rendah, namun konsep tentang “presipitasi

manik” masih diperdebatkan).

Pada pemberian antidepresan, obat baru memperlihatkan efek antidepresan

yang optimal dalam 3 sampai 4 minggu. Timbulnya efek samping menunjukkan

obat bekerja. Sebagai contoh, beberapa pasien meminum antidepresan golongan

SSRIs menjadi gelisah, mual, muntah sebelum ada penurunan gejala. Efek

samping berkurang seiring berjalannya waktu.1

Jika pasien tidak memberikan respon terhadap dosis yang sesuai setelah 3-4

minggu, dokter dapat memutuskan untuk melakukan tes konsentrasi plasma dari

obat jika tes tersedia untuk obat yang digunakan.1

Setelah sembuh dari episode depresi pertama, obat dipertahankan untuk

beberapa bulan, kemudian diturunkan. Terapi ini dipertahankan setidaknya selama

6 bulan atau sesuai lamanya pengobatam pada episode sebelumnya. Beberapa

penelitian menunjukkan terapi profilaksis dengan antidepresan, efektif

Page 16: referat tatalaksana depresi I

16

mengurangi jumlah dan keparahan tiap kekambuhan.

Beberapa pasien

membutuhkan obat pemeliharaan untuk episode jangka panjang. Antidepresan

saja (tunggal) tidak dapat mengobati depresi.1,2

Antidepresan. Beberapa golongan antidepresan yang dikenal, yaitu:1-6

a. Obat antidepresan trisiklik / tricyclic antidepressants (TCA)

Misalnya: amitriptylin, imipramine, clomipramine, tianeptine.

Merupakan antidepresan yang umum digunakan untuk kasus depresi berat.

Mekanisme kerja trisiklik mengatur penggunaan neurotransmiter norepinefrin

dan serotonin pada otak. Trisiklik aman dan efektif dalam pengobatan penyakit

depresi akut dan jangka panjang. Obat ini menyebabkan sedasi dan efek

samping antikolinergik, seperti mulut kering, pandangan kabur, konstipasi,

retensi urine, hipotensi ortostatik, kebingungan sementara, takikardia, dan

fotosensitivitas. Efek samping toksik termasuk kebingungan, konsentrai buruk,

halusinasi, delirium, kejang, depresi pernafasan, takikardia, bradikardia, dan

koma.

Trisiklik mudah diabsorbsi peroral dan karena bersifat lipofilik, tersebar luas

dan mudah masuk SSP. Pelarutan lipid ini juga menyebabkan obat mempunyai

waktu paruh panjang, misalnya 4-17 jam untuk imipramin. Akibat berbagai

variasi metabolisme first pass pada hati, trisiklik mempunyai ketersediaan

hayati yang rendah dan tidak tetap. Karena itu, respons pasien digunakan untuk

menetapkan dosis. Periode pengobatan awal biasanya 4-8 minggu. Dosis dapat

dikurangi perlahan kecuali bila terjadi relaps.

Obat-obat ini dimetabolisme oleh sistem mikrosomal hati dan dikonjugasi

dengan asam glukuronat. Akhirnya trisiklik dikeluarkan sebagai metabolit

non-aktif melalui ginjal.9

b. Obat antidepresan tetrasiklik

Misalnya: maproptiline, mianserin, amoxapine.

Merupakan golongan trisiklik. Mekanisme kerja sama dengan trisiklik.

c. Obat antidepresan MAOI-reversible (reversible inhibitor of monoamine

oxydase – A)

Misalnya: moclobemide

Page 17: referat tatalaksana depresi I

17

Monoamin oksidase merupakan suatu sistem enzim kompleks yang

terdistribusi luas dalam tubuh, berperan dalam dekomposisi amin biogenik,

seperti norepinefrin, epinefrin, dopamine, serotonin. MAOI menghambat

sistem enzim ini, sehingga menyebabkan peningkatan konsentrasi amin

endogen.

Ada dua tipe MAO yang telah teridentifikasi, yaitu MAO-A dan MAO-B.

Kedua enzim ini memiliki substrat yang berbeda serta perbedaan dalam

sensitivitas terhadap inhibitor. MAO-A cenderungan memiliki aktivitas

deaminasi epinefrin, norepinefrin, dan serotonin, sedangkan MAO-B

memetabolisme benzilamin dan fenetilamin. Dopamin dan tiramin

dimetabolisme oleh kedua isoenzim. Pada jaringan syaraf, sistem enzim ini

mengatur dekomposisi metabolik katekolamin dan serotonin. MAOI hepatic

menginaktivasi monoamin yang bersirkulasi atau yang masuk melalui saluran

cerna ke dalam sirkulasi portal (misalnya tiramin).

Semua MAOI nonselektif yang digunakan sebagai antidepresan merupakan

inhibitor ireversibel, sehingga dibutuhkan sampai 2 minggu untuk

mengembalikan metabolisme amin normal setelah penghentian obat. Hasil

studi juga mengindikasikan bahwa terapi MAOI kronik menyebabkan

penurunan jumlah reseptor (down regulation) adrenergik dan serotoninergik.

Secara umum, MAOI diindikasikan pada penderita dengan depresi atipikal

(eksogen) dan pada beberapa penderita yang tidak berespon terhadap terapi

antidpresif lainnya. MAOI jarang dipakai sebagai obat pilihan.

d. Obat antidepresan SSRIs (selective serotonin reuptake inhibitors)

Misalnya: sertraline, paroxetine, fluvoxamine, fluoxetine, duloxetine,

citalopram.

Saat ini, SSRI (Selective Serotonin-Reuptake Inhibitor) secara umum

diterima sebagai obat lini pertama. SSRI atau inhibitor ambilan kembali

serotonin selektif merupakan grup kimia antidepresan baru yang khas, hanya

mengambil ambilan serotonin secara spesifik. Dibanding dengan antidepresan

trisiklik, SSRI menyebabkan efek antikolinergik lebih kecil dan

Page 18: referat tatalaksana depresi I

18

kardiotoksisitas lebih rendah. Namun demikian, SSRI harus digunakan secara

seksama sampai nanti setelah efek jangka panjang diketahui.

SSRI menyebabkan peningkatan serotonin ekstraseluler yang paa awalnya

mengaktivasi autoreseptor, suatu aktivitas yang menghambat pelepaan

serotonin dan menurunkan serotonin ekstraseluler ke kadar sebelumnya. Akan

tetapi, dengan terapi kronis, autoreseptor inhibisi mendesensitisasi dan

selanjutnya terdapat penigkatan yang menetap pada pelepasan serotonin otak

depan yang menyebabkan efek terapeutik.

Resorpsinya dari usus baik, makanan menurunkan kecepatannya tetapi jumlah

totalnya tidak dipengaruhi. Fluoksetin dalam terapi terdapat sebagai campuran

R dan enantiomer S yang lebih aktif. Kedua senyawa mengalami demetilasi

menjadi metabolit aktif, norfluoksetin. Fluoksetin dan Norfluoksetin

dikeluarkan secara lambat dari tubuh dengan waktu paruh 1 sampai 10 hari

untuk senyawa asli dan 3-30 hari untuk metabolit aktif. Dosis terapi fluoksetin

diberikan secara oral dan konsentrasi plasma yang mantap tercapai setelah

beberapa minggu pengobatan. Fluoksetin merupakan inhibitor kuat untuk

isoenzim sitokrom P-450 hati yang berfungsi untuk eliminasi obat antidepresan

trisiklik, obat neuroleptika dan beberapa obat antiaritmia dan antagonis β-

adrenergik.Pada hewan,S-norfluoksetin sangat kuat dan merupakan inhibitor

selektif ambilan serotonin dan pada dasarnya sama dengan R- atau S-

fluoksetin. R-Norfluoksetin kurang poten untuk obat yang menghambat

ambilan serotonin. Catatan : Kira-kira 7% kulit putih tidak mempunyai enzim

P-450 dan karenanya metabolisme fluoksetin sangat lambat

e. Obat antidepresan Atypical

Misalnya: trazodone, mirtazapine, venlafaxine.

Antidepresan golongan ini biasanya digunakan bila respon terhadap SSRI tidak

adekuat.

Page 19: referat tatalaksana depresi I

19

Efek samping yang tidak berat (tergantung daya toleransi dari penderita)

biasanya berkurang setelah 2-3 minggu bila tetap diberikan dosis yang sama.6

Pada keadaan overdosis/intoksikasi trisiklik dapat timbul ”atropine toxic

syndrome” dengan gejala eksitasi SSP, hipertensi, hiperpireksia, konvulsi, toxic

confusional state.6

Pemilihan antidepresan. Pada dasarnya semua obat antidepresi memiliki

efek primer yang sama pada dosis ekivalen, perbedaan terutama pada efek

sekunder (efek samping).6

Efek samping antidepresan

Nama obat Antikolinergik Sedasi Hipotensi ort

Ket

Amitriptyline

Imipramine

Clomipramine

Trazodone

Mirtazapine

Maproptiline

Mianserine

Amoxapine

Tianeptine

Moclobemide

Sertraline

Paroxetine

Fluoxamine

Fluoxetine

Citalopram

+++

+++

++

+

+

+

+

+

+/-

+/-

+/-

+/-

+/-

+/-

+/-

+++

++

++

+++

+++

++

++

+

+/-

+/-

+/-

+/-

+/-

+/-

+/-

+++

++

++

+

+

+

+

++

+/-

+

+/-

+/-

+/-

+/-

+/-

+++ = berat

++ = sedang

+ = ringan

+/- = tidak

ada/minimal

sekali

Pemilihan obat di atas tergantung pada toleransi pasien terhadap efek

samping dan penyesuaian efek samping terhadap kondisi pasien (usia, penyakit

tertentu, jenis depresi).6

Page 20: referat tatalaksana depresi I

20

Mengingat profil efek sampingnya, untuk penggunaan pada depresi ringan

dan sedang yang datang berobat jalan pada fasilitas pelayanan kesehatan umum,

pemilihan obat antidepresi sebaiknya mengikuti urutan (step care) sebagai

berikut:

Step 1 : Golongan SSRI (fluoxetine, sertraline, dll)

Step 2 : Golongan Trisiklik (Amitriptyline, dll)

Step 3 : Golongan Tetrasiklik (Maproptiline, dll)

Golongan atypical (Trazodone, dll)

Golongan MAOI reversibel (Moclobemide).

Pertama-tama menggunakan golongan SSRI yang efek sampingnya sangat

minimal (meningkatkan kepatuhan minum obat, bisa digunakan pada berbagai

kondisi medis), spektrum antidepresan luas dan gejala putus obat sangat minimal,

serta “lethal dose” yang tinggi relatif aman.6

Bila telah diberikan dengan dosis yang adekuat dalam jangka waktu yang

cukup (sekitar 3 bulan) tidak efektif, dapat beralih ke pilihan kedua, golongan

trisiklik yang spektru antidepresannya juga luas tetapi efek sampingnya relatif

berat.6

Bila pilihan kedua belum berhasil, dapat beralih pada pilihan ketiga dengan

spektrum antidepresan yang lebih sempit tetapi efek samping lebih ringan

dibandingkan trisiklik, yang teringan adalah MAOI-reversible.6

Disamping itu juga dipertimbangkan bahwa pergantian SSRI ke MAOI atau

sebaliknya membutuhkan waktu 2-4 minggu istirahat untuk “washout period”

guna mencegah timbulnya “serotonine malignant syndrome”.6

Pengaturan dosis. Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:

Onset efek primer : sekitar 2-4 minggu

Onset efek sekunder : sekitar 12-24 jam

Waktu paruh : 12-48 jam (pemberian 1-2x/hari)

Page 21: referat tatalaksana depresi I

21

Ada 5 proses dalam pengaturan dosis, yaitu:

1. Initiating dosage (test dose)

Untuk mencapai dosis anjuran selama minggu pertama.

Misalnya Amitriptyline 25 mg/h = hari 1 dan 2

50 mg/h = hari 3 dan 4

100 mg/h = hari 5 dan 6

2. Titrating dosage (optimal dose)

Mulai dosis anjuran sampai dosis efektif.

Misalnya Amitriptyline 150 mg/h = hari 7 s/d 14 (minggu II)

Minggu III = 200 mg/h

Minggu IV = 300 mg/h

3. Stabilizing dosage (stabilization dose)

Dosis optimal yang yang dipertahankan selama 2-3 bulan.

Misalnya amitriptyline 300 mg/h, dosis optimal dipertahankan 2-3 bulan,

kemudian diturunkan sampai dosis pemeliharaan.

4. Maintaining dosage (maintenance dose)

Selama 3-6 bulan. Biasanya dosis pemeliharaan adalah setengah dosis optimal.

Misalnya Amitriptyline 150 mg/h salama 3-6 bulan.

5. Tapering dosage (tapering dose)

Selama 1 bulan. Kebalikan dari initiating dose.

Misalnya Amitriptyline 150 mg/h 100 mg/h (1 minggu) 75 mg/hr (1

minggu) 50 mg/h (1 minggu) 25 mg/h (1 minggu)

Dengan konsep seperti di atas, maka obat antidepresan dapat diberhentikan

total. Kalau kemudian sindrom depresi kambuh lagi, proses dimulai lagi dari awal

dan seterusnya.

Pada dosis pemeliharaan disarankan dosis tunggal pada malam hari untuk

golongan trisiklik dan tetrasiklik. Untuk golongan SSRI dosis tunggal pada pagi

hari setelah sarapan pagi.6

Page 22: referat tatalaksana depresi I

22

Dosis anjuran antidepresan

Nama obat Dosis Anjuran

Amitriptyline

Imipramine

Clomipramine

Trazodone

Mirtazapine

Maproptiline

Mianserine

Amoxapine

Tianeptine

Moclobemide

Sertraline

Paroxetine

Fluoxamine

Fluoxetine

Citalopram

75 – 150 mg/h

75 – 150 mg/h

75 – 150 mg/h

100 – 200 mg/h

15 – 45 mg/h

75 – 150 mg/h

30 – 60 mg/h

200 – 300 mg/h

25 – 50 mg/h

300 – 600 mg/h

50 – 100 mg/h

20 – 40 mg/h

50 – 100 mg/h

20 – 40 mg/h

20 – 60 mg/h

Lithium : bermanfaat dalam pengobatan depresi bipolar akut dan beberapa

depresi unipolar. Ia cukup efektif pada bipolar serta untuk mempertahankan

remisi dan begitu pula pada beberapan pasien unipolar.

Jika obat antidepresan pertama telah digunakan dengan adekuat dan sesuai

dan dokter yakin konsentrasi plasma telah diperboleh namun gejala belum

menunjukkan perbaikan yang memuaskan, maka dapat diambil tindakan untuk

menambahkan obat dengan lithium, liothyronine atau L-triptofan atau ganti

dengan obat primer alternatif.

Litium (900-1200 mg per hari, kadar serum antar 0,6-0,8 mEq/L) dapat di

tambah pada dosis anti depresan selama 7 hari-14 hari. Mekanisme kerjanya tidak

diketahui walaupun litium dapat meningkatkan potensi sistem neoronal

serotonergik.1

Page 23: referat tatalaksana depresi I

23

Liotironin penambahan 25 hingga 50 mg perhari pada regimen

antidepresan selama 7 samapai 14 hari. Mekanisme kerja penanbahan liotironin

tidak diketahui, walaupun diduga terdapat modulasi reseptor β adrenergik dan

adanya kelainan aksis tiroid yang terdeteksi pada gangguan depresi berat. Jika

penambahan liotironin berhasil, liotironin harus diteruskan selama 2 bulan dan

kemudian diturunkan dengan laju 12,5 mg perhari selama 3-7 hari.1

Antikonvulsan : terlihat juga sama baiknya dengan litium untuk mengobati

kondisi akut, meskipun kjurang efektif untuk pemeliharaan. Antidperesan dan

lithium dapat dimulai secara bersama-sama dan lithium diteruskan setelah remisi.

Psikotik, paranoid atau pasien sangat agitasi membutuhkan antipsikotik, tunggal

atau bersama-sama dengan antidpresan, lithium, antipsikotik atipik juga terlihat

efektif.1,2

Terapi kejang listrik (TKL) : TKL mungkin merupakan terapi pilihan

bila:1,2,7

1. Obat tidak berhasil

2. Kondisi pasien menuntut remisi segera ( misalnya; bunuh diri yang akut)

3. Pada beberapa depresi psikotik

4. Pada beberapa pasien yang tak dapat mentoleransi obat (misalnya pasien

tua yang berpenyakit jantung). Lebih dari 90% pasien memberikan

respon.

PSIKOTERAPI

Psikoterapi yaitu terapi yang digunakan untuk menghilangkan keluhan-

keluhan dan mencegah kambuhnya gangguan psikologik atau pola perilaku

maladaptif. Terapi ini dilakukan dengan jalan pembentukan hubungan yang

profesional antara terapis dan pasien.1,2

Psikoterapi dapat diberikan secara individu, kelompok, atau pasangan sesuai

dengan gangguan psikologik yang mendasarinya. Beberapa hal dapat menjadi

pertimbangan untuk pemilihan jenis psikoterapi yang diindikasikan. Beberapa

pasien dan klinisi meyakini manfaat intervensi psikoterapi tetapi ada pula yang

sebaliknya yaitu tidak percaya dengan psikoterapi. Berdasarkan ini, keputusan

Page 24: referat tatalaksana depresi I

24

untuk melakukan psikoterapi sangat dipengaruhi oleh penilaian dokter maupun

pasiennya.1-3

Terapi Kognitif

Ada dugaan bahwa penderita depresi adalah orang yang “belajar menjadi

tak berdaya”. Depresi diterapi dengan memberikan pasien latihan keterampilan

dan memberikan pengalaman-pengalaman tentang kesuksesan.

Terapi ini bertujuan untuk menghilangkan simptom depresi melalui usaha

yang sistematis yaitu merubah cara pikir maladaptif dan otomatik pada pasien-

pasien depresi. Dasar pendekatannya adalah suatu asumsi bahwa kepercayaan-

kepercayaan yang mengalami distorsi tentang diri sendiri, dunia, dan masa depan

dapat menyebabkan depresi. Pasien harus menyadari cara berpikirnya yang salah.

Kemudian ia harus belajar cara merespon cara pikir yang salah tersebut dengan

cara yang lebih adaptif. Dari perspektif kognitif, pasien dilatih untuk mengenal

dan menghilangkan pikiran-pikiran negatif dan harapan-harapan negatif. Cara ini

dipraktikkan di luar sesi terapi dan ini menjadi modal utama dalam merubah

gejala.1-3,7

Terapi ini berlangsung lebih kurang 12-16 sesi. Ada 3 fase, yaitu :2

1. Fase awal (sesi 1-4)

Membentuk hubungan terapetik dengan pasien. Mengajarkan pasien

tentang bentuk kognitif yang salah dan pengaruhnya terhadap emosi dan

dan fisik. Menentukan tujuan terapi. Mengajarkan pasien untuk

mengevaluasi pikiran-pikirannya yang otomatis.

2. Fase pertengahan (sesi 5-12)

Merubah secara berangsur-angsur kepercayaan yang salah. Membantu

pasien mengenal akar kepercayaan diri. Pasien dimintamempraktikkan

keterampilan berespon terhadap hal-hal yang depresogenik dan

memodifikasinya.

3. Fase akhir (sesi 13-16)

Page 25: referat tatalaksana depresi I

25

Menyiapkan pasien untuk terminasi dan memprediksi situasi beresiko

tinggi yang relevan untuk terjadinya kekambuhan dan

mengkonsolidasikan pembelajaran melalui tugas-tugas terapi sendiri.

Terapi Perilaku

Intervensi perilaku terutama efektif untuk pasien yang menarik diri dari

sosial dan anhedonia. Terapi ini sering digunakan bersama-sama dengan terapi

kognitif. Tujuan terapi perilaku adalah meningkatkan aktivitas pasien,

mengikutkan pasien dalam tugas-tugas yang dapat meningkatkan perasaan yang

menyenangkan.2,8

Didasarkan pada hipotesis bahwa pola perilaku maladaptif mengakibatkan

seseorang menerima sedikit umpan balik positif dan mungkin sakaligus penolakan

dari masyarakat. Dengan memusatkan perhatian pada perilaku maladatif didalam

terapi, pasien belajar berfungsi didalam dunia sedemikian rupa hingga mereka

memperoleh dorongan positif. Data yang ada sampai saat ini menunjukkan bahwa

terapi perilaku dalah terapi yang efektif untuk gangguan depresi berat.1

Fase awal; pasien diminta untuk memantau aktivitas mereka, menilai

derajat kesulitan aktivitasnya, serta kepuasan terhadap aktivitasnya, serta

kepuasan terhadap aktivitasnya. Pasien diminta untuk melakukan sejumlah

aktivitas yang menyenangkan. Latihan keterampilan sosial, asertif, dapat

meningkatkan hubungan interpersonal dan dapat menurunkan interaksi submisif.

Fase akhir; fokus berpindah ke latihan mengontrol diri dan pemecahan

masalah. Diharapkan ilmu yang didapat di dalam terapi dapat digeneralisasi dan

dipertahankan dalam lingkungan pasien sendiri.

Psikoterapi suportif

Psikoterapi ini hampir selalu diindikasikan. Memberikan kehangatan,

empati, pengertian, dan optimistik. Bantu pasien mengidentifikasi dan

mengekspresikan emosinya dan bantu untuk ventilasi. Mengidentifikasi faktor-

faktor presipitasi dan membantu mengoreksi. Bantu memecahkan problem

eksternal (misalnya masalah pekerjaan, rumah tangga). Latih pasien untuk

Page 26: referat tatalaksana depresi I

26

mengenal tanda-tanda dekompensasi yang akan datang. Temui pasien sesering

mungkin (mula-mula 1-3 kali perminggu) dan secara teratur, tetapi jangan sampai

tidak berakhir atau selamanya. Kenalilah bahwa beberapa pasien depresi sangat

memprovokasi kemarahan terapis (melalui kemarahan, hostilitas, dan tuntutan

yang tak masuk akal, dll).1-3

Psikoterapi psikodinamik

Dasar terapi ini adalah teori psikodinamik, ayitu kerentanan psikologik

terjadi akibat konflik perkembangan yang tak selesai. Terapi ini dilakukan dalam

periode jangka panjang. Perhatian pada terapi ini adalah defisit psikologik yang

menyeluruh yang diduga mendasari gangguan depresi. Misalnya problem yang

berkaitan dengan rasa bersalah, rasa rendah diri, berkaitan dengan pengalaman

yang memalukan, pengaturan emosi yang buruk, defisit interpersonal akibat tak

adekuatnya hubungan dengan keluarga.2

Psikoterapi dinamik singkat (brief dynamicpsychotherapy)

Sesinya berlangsung lebih pendek. Tujuannya menciptakan lingkungan

yang aman buat pasien. Pasien dapat mengenal materi konfliknya dan dapat

mengekspresikannya.

Terapi kelompok

Tidak ada bentuk terapi kelompok yang spesifik. Ada bebrapa keuntungan

terapi kelompok, yaitu :

- Biaya lebih murah

- Ada destigmatisasi dalam memandang orang lain dengan problem yang

sama

- Memberikan kesempatan untuk memainkan peran dan mempraktikkan

keterampilan perilaku interpersonal yang baru

- Membantu pasien dalam mengaplikasikan keterampilan baru

Page 27: referat tatalaksana depresi I

27

Terapi kelompok sangat efektif untuk terapi jangka pendek pasien rawat

jalan. Ia juga lebih efektif untuk depresi ringan. Untuk depresi yang lebih

berat, terapi individu lebih efektif.1-3,8

Terapi perkawinan

Problem perkawinan dan keluarga sering menyertai depresi. Ia dapat

mempengaruhi penyembuhan fisik. Oleh karena itu, perbaikan hubungan

perkawinan merupakan hal penting dalam terapi.2

Psikoterapi berorientasi tilikan

Jangka terapi cukup lama, berguna pada pasien depresi minor kronik

tertentu dan beberapa pasien dengan depresi mayor yang mengalami remisi tetapi

mempunyai konflik.2

Page 28: referat tatalaksana depresi I

28

BAB III

KESIMPULAN

Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan

dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan

pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan,

rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri.

Tujuan utama penatalaksanaan depresi adalah untuk mengakhiri episode

depresi saat ini. Selain itu, penatalaksanaan juga harus diarahkan pada tujuan

terjaminnya keselamatan pasien, kelengkapan evaluasi diagnostik pasien serta

rencana terapi yang bukan hanya untuk gejala, tetapi kesehatan jiwa pasien di

masa yang akan datang.

Pada dasarnya semua obat antidepresi memiliki efek primer yang sama pada

dosis ekivalen, perbedaan terutama pada efek sekunder (efek samping).

Mengingat profil efek sampingnya, untuk penggunaan pada depresi ringan dan

sedang yang datang berobat jalan pada fasilitas pelayanan kesehatan umum,

pemilihan obat antidepresi sebaiknya mengikuti urutan (step care) sebagai

berikut:

Step 1 : Golongan SSRI (fluoxetine, sertraline, dll)

Step 2 : Golongan Trisiklik (Amitriptyline, dll)

Step 3 : Golongan Tetrasiklik (Maproptiline, dll)

Golongan atypical (Trazodone, dll)

Golongan MAOI reversibel (Moclobemide).

Selain dengan farmakoterapi bisa juga dikombinasi dengan psikoterapi.

Psikoterapi yaitu terapi yang digunakan untuk menghilangkan keluhan-keluhan

dan mencegah kambuhnya gangguan psikologik atau pola perilaku maladaptif.

Terapi ini dilakukan dengan jalan pembentukan hubungan yang profesional antara

terapis dan pasien.

Page 29: referat tatalaksana depresi I

29

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis psikiatri ilmu pengetahuan

perilaku psikiatri klinis. Jilid 1. Jakarta: Bina rupa aksa publisher; 2010.

2. Amir, Nurmiati. Depresi – Aspek neurobiologi – Diagnosis dan tatalaksana.

Jakarta : Balai Penerbit; 2005

3. Amir, Nurmiati, dkk. Pedoman nasional pelayanan kedokteran jiwa. Jakarta :

PP PDSKJI; 2012

4. Maslim R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa. Cetakan ke-1. Jakarta:

Bagian ilmu kedokteran jiwa FK unika atma jaya; 2001

5. Ghaemi, S Nassir. Practical guides in psychiatry mood disorder. Philadelphia

: Lippincott williams and wilkins; 2003

6. Maslim R. Panduan praktis penggunaan klinis obat psikotropik. Edisi ketiga.

Jakarta: Bagian ilmu kedokteran jiwa FK unika atma jaya; 2007

7. Alan J, dkk. Practice guideline for the treatment of patients with major

deppressive disorder. 3rd edition. American psychiatric association; 2010

8. Therapy, Medication, and Lifestyle Changes That Can Help Depression.

www.helpguide.org

9. Katzung, Bertram G. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 2. Jakarta :

Salemba Medik; 2002.