referat mata yuni

Upload: datascribdyes

Post on 13-Oct-2015

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 DefinisiToksoplasmosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii, suatu protoza intrasel obligat. Lesi okuler mungin didapat in utero atau muncul sesudah infeksi sistemik. Kucing dan spesies lainnya berperan sebagai hospes definitif parasit ini. Wanita yang terkena selama kehamilan dapat menularkan penyakit ke janinnya. Sumber infeksi pada manusia adalah ookista di tanah atau debu di udara, daging kurang matang yang mengandung bradizoit (parasit bentuk kista) dan takizoit (bentuk proliferatif) yang ditularkan melalui plasenta.1Infeksi yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii tersebar di seluruh dunia, pada hewan berdarah panas dan mamalia lainnya termasuk manusia sebagai hospes perantara, kucing dan berbagai jenis felidae lainnya sebagai hospes definitif. Toxoplasmosis sering menyebabkan retinokoroiditis. Penyakit ini dapat ditemukan pada semua umur tetapi merupakan penyebab retinokoroiditis yang paling utama pada anak-anak.1

2.2 Etiologi Toxoplasmosis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh karena infeksi Toxoplasma gondii.Toxoplasma gondiimerupakan parasit protozoa intraseluler obligat yang selain menginfeksi manusia juga dapat menginfeksi hewan. Kucing domestik merupakan pejamu definitif dariToxoplasma gondii. Organisme ini muncul dalam tiga bentuk: oosit, tropozoit, dan kista (bradizoit). Oosit diekskresikan melalui feses kucing, dan apabila termakan akan menginvasi mukosa gastrointestinal dan sirkulasi darah dalam bentuk tropozoit, kemudian organisme ini akan membentuk kista yang akan bertahan di berbagai organ tubuh. Pada jaringan, organisme ini terletak intraseluler dan sering ditemukan pada otak, otot rangka, dan otot jantung.2

Kucing dan hewan sejenisnya merupakan hospes definitif dari Toksoplasma gondii. Di dalam usus kecil kucing sporozoit menembus sel epitel dan tumbuh menjadi trofozoit. Inti trofozoit membelah menjadi banyak sehingga terbentuk skizon. Skizon matang pecah dan menghasilkan banyak merozoit (skizogoni). Daur aseksual ini dilanjutkan dengan daur seksual. Merozoit masuk ke dalam sel epitel dan membentuk makrogametosit dan mikrogametosit yang menjadi makrogamet dan mikrogamet (gametogoni). Setelah terjadi pembuahan terbentuk ookista, yang akan dikeluarkan bersama tinja kucing. Di luar tubuh kucing, ookista tersebut akan berkembang membentuk dua sporokista yang masing-masing berisi empat sporozoit (sporogoni). Bila ookista tertelan oleh mamalia seperti domba, babi, sapi dan tikus serta ayam atau burung, maka di dalam tubuh hospes perantara akan terjadi daur aseksual yang menghasilkan takizoit. Takizoit akan membelah, kecepatan membelah takizoit ini berkurang secara berangsur kemudian terbentuk kista yang mengandung bradizoit. Bradizoit dalam kista biasanya ditemukan pada infeksi menahun (infeksi laten). Bila kucing sebagai hospes definitif makan hospes perantara yang terinfeksi maka berbagai stadium seksual di dalam sel epitel usus akan terbentuk lagi. Jika hospes perantara yang dimakan kucing mengandung kista Toksoplasma gondii, maka masa prepatennya 2-3 hari. Tetapi bila ookista tertelan langsung oleh kucing, maka masa prepatennya 20-24 hari. Dengan demikian kucing lebih mudah terinfeksi oleh kista dari pada oleh ookista.2

2.3 Epidemiologi Prevalensi toksoplasmosis bervariasi secara signifikan di seluruh dunia, mulai dari 2 % sampai 20 %. Variasi tersebut kadang-kadang dikaitkan dengan kebiasaan makan (seperti konsumsi yang lebih tinggi dari daging mentah), hangat dan basah, banyaknya jumlah kucing. Namun faktor-faktor tersebut tidak menceritakan seluruh kejadian, menurut Gary N. Holland, direktur Pusat Penyakit inflamasi Mata di University of California Los Angeles telah mengungkapkan bahwa air dan bahkan debu yang bertiup di udara, dapat terkontaminasi dengan ookista dari toksoplasma. Interaksi berbagai faktor dapat mempengaruhi epidemiologi toksoplasmosis, faktor yang meliputi tahap parasit infektif dan genotipe parasit, serta usia dan sistem imun dari host. Prevalensi di Inggris hampir sama dengan yang di Amerika Serikat, 26% tetapi secara substansial lebih tinggi di beberapa bagian lain didunia. Prevalensi di kalangan ibu hamil telah ditemukan 67,3% di Paris Perancis, dan 78% di Ibadan, Nigeria. Di beberapa daerah di selatan Brazil, prevalensi di kalangan anak-anak usia 10 sampai 15 tahun mungkin setinggi 98%.3Infeksi retina dengan Toxoplasma gondii merupakan penyebab paling penting dari uveitis posterior, dimana prevalensi dan insiden gejala okular setelah infeksi tergantung pada faktor sosio-ekonomi dan genotipe parasit yang beredar. Toksoplasmosis okular lebih sering terjadi di Amerika Selatan, Amerika Tengah, dan Karibia dan sebagian Afrika tropis dibandingkan dengan Eropa dan Amerika Utara, dan cukup langka di Cina. Penyakit mata di Amerika Selatan lebih parah daripada di benua lain karena adanya genotipe parasit yang sangat virulen. Minum air tidak bersih dianggap sebagai sumber utama infeksi toxoplasma di negara berkembang, sedangkan di negara Barat konsumsi daging mentah atau setengah matang adalah penyebab yang utama.4 Prevalensi zat anti T. gondii pada wanita hamil di Rumah Sakit Dr. CiptoMangunkusumo, Jakarta adalah 14,3 % dan angka seropositif pada 50 kasus abortus di Bagian Obgin adalah 67,8 %. Pada tahun 1985, 810 serum wanita diperiksa terhadap antibodi Toxoplasma, yang terdiri dari 288 serum dari wanita yang tidak pernah abortus atau kematian janin dalam kandungan, 409 serum wanita dengan abortus habitualis atau sporadik dan 145 serum wanita dengan riwayat kematian janin dalam kandungan. Dua puluh empat dari 409 wanita dengan riwayat abortus juga mengalami kematian janin dalam kandungan. Angka prevalensi toksoplasmosis kongenital pada bayi baru lahir belum ada, namun kasus toksoplasmosis kongenital telah banyak dilaporkan di Indonesia. Partono dan Cross melaporkan kasus kebutaan pada anak umur 18 bulan dengan titer IFA 1 : 1024. Said dkk melaporkan kasus toksoplasmosis kongenital pada bayi berumur 13 bulan dan 6,5 bulan dengan retardasi mental danmotorik serta kelainan mata, kalsifikasi serebral dan titer IHA dan IFA tinggi. Antibodi T. gondii ditemukan pada 7 (10,6%) dari 66 anak hidrosefalus di Jakarta, yang berumur antara 1 hari sampai 12 tahun, dengan titer IHA > 1 : 256. Dari 99 bayi dengan cacat kongenital, berumur antara 1 hari sampai 6 bulan ternyata 18,2% menderita toksoplasmosis kongenital dengan ditemukan IgM, titer IgG yang meningkat atau tetap tinggi. Widyantoro menemukan 7 kasus toksoplasmosis kongenital pada 18 bayi yang ibunya mempunyai titer IgG tinggi dengan dua anak hidrosefalus dan mikro sefalus dengan titer IgG dan IgM positif (ELISA); 2 bayi prematur, seorang dengan IgM positif, yang lain IgG positif pada waktu lahir dan pada usia 6 bulan; 3 bayi yang klinis normal dengan titer IgG positif pada waktu lahir dan pada usia 6 bulan serta titer IgM positif pada satu bayi.2

1. Vaughan. Oftamologi Umum. Edisi 17. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007. p158.2. Cahaya I. Epidemiologi Toxoplasma gondii. Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 2003: p.1-5.3. Holland GN. Ocular Toxoplasmosis. American Journal of Ophthalmology. 2003: p.973-988. 4. E Petersen,A Kijlstra,M Stanford. Department of Infectious Diseases, Aarhus University Hospital Skejby, Aarhus, Denmark. Epidemiology of Ocular Toxoplasmosis. Ocul Immunol Inflamm.2012 Apr: P68-75.