referat luka bakar

68
BAB I PENDAHULUAN Luka bakar berat adalah luka yang kompleks. Sejumlah fungsi organ tubuh mungkin ikut terpengaruh. Luka bakar bisa mempengaruhi otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah. Sistem pernapasan dapat juga rusak, kemungkinan adanya penyumbatan udara, gagal nafas dan henti nafas. Karena luka bakar mengenai kulit, maka luka tersebut dapat merusak keseimbangan cairan atau elektrolit normal tubuh, temperatur tubuh, pengaturan suhu tubuh, fungsi sendi, dan penampilan fisik. Sebagai tambahan terhadap kerusakan fisik yang disebabkan oleh luka bakar, pasien juga bisa menderita permasalahan psikologis dan emosional yang dimulai sejak peristiwa terjadi dan bisa bertahan / berlangsung untuk jangka waktu yang lama. (1) Mencegah timbulnya bekas luka adalah merupakan tujuan utama dari penatalaksanaan luka bakar. Edukasi pasien secara konsisten dan berulang adalah suatu bagian yang penting dalam terapi pasien. Penatalaksanaan terhadap edema, penatalaksanaan gangguan nafas, memposisikan, dan melibatkan pasien dalam aktivitas fungsional dan pergerakan harus dimulai sejak dini. Pasien perlu dimotivasi untuk bekerja sesuai dengan kemampuan mereka dan menerima tanggung 1

Upload: dhilla-feroh-kesuma-t

Post on 28-Oct-2015

1.289 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

referat luka bakar

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

Luka bakar berat adalah luka yang kompleks. Sejumlah fungsi organ tubuh

mungkin ikut terpengaruh. Luka bakar bisa mempengaruhi otot, tulang, saraf, dan

pembuluh darah. Sistem pernapasan dapat juga rusak, kemungkinan adanya

penyumbatan udara, gagal nafas dan henti nafas. Karena luka bakar mengenai

kulit, maka luka tersebut dapat merusak keseimbangan cairan atau elektrolit

normal tubuh, temperatur tubuh, pengaturan suhu tubuh, fungsi sendi, dan

penampilan fisik. Sebagai tambahan terhadap kerusakan fisik yang disebabkan

oleh luka bakar, pasien juga bisa menderita permasalahan psikologis dan

emosional yang dimulai sejak peristiwa terjadi dan bisa bertahan / berlangsung

untuk jangka waktu yang lama.(1)

Mencegah timbulnya bekas luka adalah merupakan tujuan utama dari

penatalaksanaan luka bakar. Edukasi pasien secara konsisten dan berulang adalah

suatu bagian yang penting dalam terapi pasien. Penatalaksanaan terhadap edema,

penatalaksanaan gangguan nafas, memposisikan, dan melibatkan pasien dalam

aktivitas fungsional dan pergerakan harus dimulai sejak dini. Pasien perlu

dimotivasi untuk bekerja sesuai dengan kemampuan mereka dan menerima

tanggung jawab untuk merawat diri mereka sendiri. Kemampuan fungsional

pasien setelah terapi tidak akan maksimal jika pasien tidak secara teratur terlibat

dalam pergerakan.(2)

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Batasan

Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi

seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi. Luka ini dapat

menyebabkan kerusakkan jaringan. Cedera lain yang termasuk luka bakar adalah

sambaran petir, sengatan listrik, sinar X dan bahan korosif. Kerusakan kulit yang

terjadi tergantung pada tinggi suhu dan lama kontak. Suhu minimal untuk dapat

menghasilkan luka bakar adalah sekitar 44°C dengan kontak sekurang-kurangnya

5-6 jam. Suhu 65°C dengan kontak selama 2 detik sudah cukup menghasilkan

luka bakar. Kontak kulit dengan uap air panas selama 2 detik mengakibatkan suhu

kulit pada kedalaman 1 mm dapat mencapai suhu 47°C, air panas yang

mempunyai suhu 60°C yang kontak dengan kulit dalam waktu 10 detik akan

menyebabkan kehilangan sebagian ketebalan kulit dan diatas 70°C akan

menyebabkan kehilangan seluruh kulit. Temperatur air yang digunakan untuk

mandi adalah berkisar 36°C-42°C. Pelebaran kapiler dibawah kulit mulai terjadi

pada saat suhu mencapai 35°C selama 120 detik, vesikel terjadi pada suhu 53°C-

57°C selama kontak 30-120 detik.(3)

II.2. Klasifikasi Luka Bakar

Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan 2 cara: sumber penyebab dan

derajat luka bakar.(1)

Berdasarkan sumber penyebab dibedakan atas:

Panas. Termasuk api, radiasi, atau pajanan panas dari api, uap dan

cairan panas serta benda – benda yang panas

Bahan kimia. Termasuk berbagai macam asam dan basa

Listrik. Termasuk didalamnya arus listrik dan sambaran petir

Cahaya. Luka bakar yang disebabkan oleh sumber cahaya yang kuat

atau cahaya ultra violet, juga termasuk sinar matahari

2

Radiasi. Seperti radiasi nuklir, cahaya ultra violet juga termasuk salah

satu sumber penyebab luka bakar karena radiasi

Berdasarkan penyebabnya, luka bakar secara kasar dapat dibagi dalam enam

kategori (4)

A. Luka Bakar Api

Terjadi bila kulit mengalami kontak langsung dengan api

1. Keparahan tergantung lamanya waktu kulit terpajan dengan api.

2. Bentuk lain dari jenis ini adalah luka bakar cahaya

Disebabkan oleh ledakan yang berasal dari gas, atau berupa partikel-

partikel halus suatu benda panas.

Menyebabkan luka bakar derajat dua dan tiga pada seluruh daerah

kulit yang terkena, termasuk rambut.

B. Luka Bakar Kontak

Terjadi bila kulit mengalami kontak langsung dengan objek yang panas,

misalnya besi panas, setrika, dll. Jenis luka bakar ini dapat memberikan

gambaran mengenai benda panas yang menyebabkan luka bakar tersebut.

C. Luka Bakar Radiasi

Terjadi apabila kulit terpajan dengan gelombang panas

1. Tidak selalu diperlukan kontak langsung dengan benda yang

menghasilkan gelombang panas untuk menimbulkan luka bakar

2. Dapat menimbulkan lepuh dan eritema

3. Bila pajanan terjadi dalam jangka waktu yang lama dapat

menimbulkan karbonisasi

D. Luka bakar terjadi bila kulit berhubungan langsung dengan cairan panas

(biasanya air)

1. Air pada 1580F (700C) akan menghasilkan suatu luka bakar derajat tiga

pada kulit orang dewasa, kira-kira dalam satu detik dari kontak; pada

1310F (550C), hampir 25 detik untuk menghasilkan luka bakar yang

sama

3

2. Pemanas air hampir seluruh rumah di Amerika berasal dari pengaturan

pabrik kira-kira 1300-1400F, meskipun begitu,unit terbaru sekarang

disesuaikan menjadi sekitar 1200F

3. Luka terbakar dapat dibagi menjadi 3 tipe :

a) Luka imersi, yang mana bisa saja karena ketidak sengajaan

atau kecerobohan dirumah. Luka bakar imersi akibat kecerobohan

dirumah sering terjadi karena anak kecil ditempatkan didalam

kolam atau bak mandi yang dipenuhi air panas membara, dengan

tujuan untuk mendisiplinkan atau menghukum si anak. Bentuk

khas luka bakar dapat terlihat, sebagai anak yang terrefleksi

tenggelam di dalam air. Disekeliling area dari kulit yang

melingkari tiap-tiap daerah lutut tidak terkena karena anak tersebut

dipaksa berjongkok di dalam air. Anak biasanya dipegang diantara

tangannya dan ke bawah pada air membara. Hasil luka bakar

menunjukkan bentuk khas dengan tidak terdapat luka di bawah

lututnya, fosa poplitea dan daerah inguinal

b) Luka bakar karena percikan atau tumpahan biasanya tidak

disengaja, disebabkan karena memercikkan, menumpahkan cairan

panas ke tubuh. Luka akibat tumpahan dapat terjadi bila seorang

anak kecil menuangkan pot berisi air panas dari kompor dan cairan

tumpah ke seluruh tubuh. Di beberapa bagian kasus, bentuk dari

luka bakar harus berhubungan dengan cerita, dengan yang paling

berat luka bakarnya dari kulit kepala atau kepala.

c) Luka bakar hangat biasanya karena ketidaksengajaan. Uap

yang sangat panas dapat menyebabkan luka berat pada mukosa

saluran nafas. Pada beberapa kasus, edema laring masif dapat

terjadi, penyebab asfiksia dan kematian

E. Luka bakar karena gelombang mikro

Gelombang mikro adalah gelombang elektromagnetik yang mana

frekwensi berkisar antara 30 – 300.000 MHz dan panjang antara 1mm sampai

30cm. Radiasi microwave adalah non-ionisasi, oleh karena itu efek biologi

4

primernya adalah panas, yang mana memproduksi melalui agitasi molekuler

dari molekul polar seperti air. Pada sistem biologi, oleh karena itu, jaringan

dengan komposisis air yang lebih tinggi (seperti otot) akan menjadi lebih

panas daripada jaringan dengan komposisis air yang lebih rendah (seperti

lemak). Standar operasi untuk microwave di dapur adalah pada 2,450 MHz.

1. Tergantung pada panjang gelombang radiasi, dan ketebalan, orientasi,

dan karakter dari target, apabila ada salah satu atau kombinasi dari

tiga hal ini :

a. Gelombang mikro terrefleksi

b. Gelombang mikro diabsorpsi

c. Gelombang mikro melewati dikeseluruhan terget

2. Surell et al, pada 1987 melaporkan pada suatu studi yang mana piglet

anestesi terekspos pada radiasi gelombang mikro dari sebuah 750 watt

microwave rumah tangga, pada energi penuh dalam waktu berkisar 90

– 120 detik. Studi ini menunjukkan bahwa :

a. Pada semua kasus, luka bakar memproduksi demarkasi yang

sempurna, luka bakar penuh

b. Luka bakar yang mana lebih ekstensif dipermukaan tubuh

mendekati alat pengeluaran (biasanya bertempat diatas dari oven)

c. Secara mikroskopik kasar menunjukkan penemuan yang

konsisten dari perubahan relatif lemak subkutaneus, selain luka

bakar pada kulit diatas atau di bawah otot (perubahan relatif

lapisan jaringan). Arus nuklir tidak ada

d. Mikroskopik elektron tidak memperlihatkan kerusakan seluler

atau organel yang berarti

3. Hampir luka bakar karena microwave adalah karena

ketidaksengajaan, berkaitan dengan memasukkan tangan kedalam

microwave dengan tidak benar – benar mematikan terlebih dahulu,

atau karena ingesti dari cairan panas yang dipanaskan ke dalam

microwave. Pada suatu pelaporan, seorang pria yang menggunakan

tambalan nitro transdermal mengalami luka bakar derajat dua didekat

5

tambalan itu,ketika dia duduk disebelah oven microwave yang bocor.

Diperkirakan, plastik alumunium yang ada pada tambalan tersebut

merupakan faktor yang menyebabkan kebakaran tersebut.

4. Bentuk tidak biasa dari penyiksaan anak pernah dilaporkan pada

tahun 1987 oleh Alexander et al yang mana berhubungan dengan dua

kasus terpisah yang mana seorang bayi perempuan umur 5 minggu,

dan seorang anak laki-laki umur 14 bulan yang terbakar karena

diletakkan di oven microwave yang sedang dinyalakan.

F. Luka bakar kimia adalah diproduksi oleh agen kimia seperti asam kuat dan

alkali, sama seperti agen lain seperti fosfor dan fenol. Luka bakar

menghasilkan perbaikan yang lebih lambat daripada luka bakar akibat agen

panas.

1. Ekstensi luka tergantung dari :

a. Agen kimianya

b. Kekuatan atau konsentrasi dari agen kimianya

c. Durasi kontak dengan agen tersebut

2. Agen alkalin :

a. Cenderung lebih menjadi luka berat dibanding agen asam

b. Yang dapat menyebabkan luka bakar umumnya memiliki pH

>11,5

c. Sering menghasilkan luka yang cukup tebal

d. Menghasilkan luka yang menimbulkan nyeri, dan merusak

kulit dan licin

3. Agen asam biasanya menghasilkan hanya sebagian dari ketebalan luka, yang

mana diikuti dengan eritema dan erosi yang superfisial saja.

Klasifikasi derajat luka bakar berbeda-beda untuk masing-masing negara

oleh karena ini sangat bergantung terhadap manajemen pengobatan yang

digunakan oleh negara tersebut.

6

Klasifikasi lama yang diperkenalkan oleh Dupuytren adalah pembagian

derajat luka bakar dalam 6 derajat (3)

1. Luka bakar derajat 1. Luka akibat terkena panas dari api, benda panas dan

cairan panas yang suhunya tidak mencapai titik didih, atau akibat cairan

kimia. Biasanya bentuk luka berupa kemerahan dan proses penyembuhan

terjadi tanpa meninggalkan parut. Waktu penyembuhan antara beberapa jam

sampai beberapa hari.

2. Luka bakar derajat 2. Luka diakibatkan terkena benda panas atau cairan

panas yang suhunya mencapai titik didih atau lebih tinggi. Lapisan kulit

superfisial hanya sedikit yang rusak dan penyembuhannya tanpa

meninggalkan jaringan parut. Pada awalnya terdapat vesikel yang kemudian

akan terasa sakit dan warnanya menjadi hitam.

3. Luka bakar derajat 3. Luka bakar ini adalah akibat cairan yang suhunya

diatas titik didih. Pada keadaan ini lapisan superfisial kulit seluruhnya rusak

sehingga pada penyembuhan akan meninggalkan jaringan parut. Ujung

persyarafan juga terbakar dan halini mengakibatkan rasa nyeri yang hebat.

Pada proses penyembuhan dapat terjadi jaringan parut yang mengandung

semua elemen kulit, sehingga tidak mengalami kontraktur.

4. Luka bakar derajat 4. Seluruh jaringan kulit mengalami kerusakan. Ujung

saraf juga ikut rusak, sehingga pada luka bakar ini rasa nyeri tidak ada.

Jaringan parut yang terbentuk akan mengalami kontraksi dan deformitas.

Luka terkelupas pada hari ke 5 atau ke 6 dan penyembuhan akan berjalan

lambat.

5. Luka bakar derajat 5. Pada keadaan ini kerusakan juga meliputi fasia otot

dan hampir selalu mengalami deformitas.

6. Luka bakar derajat 6. Keadaan ini biasanya fatal, jika tidak meninggal maka

biasanya mengakibatkan kerusakan anggota badan.

7

Klasifikasi luka bakar menurut Wilson(3)

1. Luka bakar derajat satu (derajat satu dan dua, Dupuytren) Terjadi eritema dan

blister tanpa kehilangan epidermis. Disini kapiler mengalami dilatasi dan

terjadi transudasi cairan kedalam jaringan ikat, yang menyebabkan edema.

Secara umum blister diliputi oleh kulit yang berwarna keputihan diatasnya,

epidermis yang avaskuler dan dibatasi oleh zona yang berwarna hiperemi.

Bila besar blister kurang dari 1 cm maka blister ini akan diresorbsi,

sebaliknya bila blister ini pecah maka akan meninggalkan daerah dengan

dasar yang berwarna kemerahan. Luka bakar derajat satu ini akan sembuh

tanpa meninggalkan jaringan parut. Walaupun luka bakar yang terjadi adalah

derajat satu akan tetapi bila meliputi lebih dari sepertiga permukaan tubuh

terutama yang terletak pada daerah kepala, leher, badan, atau dinding depan

dari abdomen maka akan menyebabkan kefatalan.

2. Luka bakar derajat dua (derajat tiga dan empat, Dupuytren) Terjadi destruksi

dari seluruh ketebalan kulit. Epidermis dapat mengalami koagulasi,

pengerutan, berupa daerah yang dibatasi oleh zona yang berwarna

kemerahan, dan blister kulit. Dalam beberapa hari, biasanya dalam beberapa

minggu jaringan yang nekrosis akan mengelupas dan meninggalkan ulkus

yang lambat menyembuh. Luka bakar derajat dua sering memerlukan

koreksi bedah plastik untuk mengatasi jaringan parut yang terbetuk selama

penyembuhan.

3. Luka bakar derajat tiga (derajat lima dan enam, Dupuytren) Yang karakteristik

dari luka bakar ini adalah destruksi yang luas tidak hanya pada kulit dan

subkutis tetapi juga pada otot dan tulang. Destruksi pada ujung-ujung saraf

juga dapat terjadi yang mengakibatkan kehilangan rasa nyeri yang relatif.

Devitalisasi jaringan pada area luka bakar menyebabkan mudah terkenanya

infeksi dan penyembuhan yang berjalan lambat. Bila paparannya

berkepanjangan, maka kulit dan jaringan ikat dibawah kulit akan terbakar

dan menjadi arang. Sedangkan paparan yang luas dari tubuh setelah

kematian oleh karena panas dan asap menyebabkan seluruh tubuhh menjadi

arang dengan otot-otot dan organ-organ dalam yang terpanggang, dan

8

akhirnya menghanguskan bagian-bagian tubuh terutama ekstremitas,

genitalia dan telinga.

Klasifikasi Luka Bakar Berdasarkan Dalamnya Luka(4)

Luka bakar biasanya digolongkan berdasarkan dalamnya luka yang

terbentuk (kerusakan jaringan)

A. Luka bakar derajat Satu

Adalah luka bakar yang terbatas pada epidermis superfisial

1. Dapat terlihat dalam bentuk eritema dan edema, biasanya tidak

terdapat lepuh (blister), kulit bisa saja, mengalami pengelupasan

2. Biasanya sangat nyeri

3. Tidak terbentuk jaringan parut dalam proses penyembuhan

4. Misalnya luka bakar akibat terpajan sinar matahari

B. Luka bakar derajat dua

Yang meliputi seluruh epidermis dan sebagian dermis juga mengenai

sebagian apendiks kulit. Luka bakar derajat dua dapat terletak dangkal

(superfisial) maupun dalam (profunda)

1. Biasanya terdapat lepuh

2. Sensasi sensori utuh, biasanya menyembuh tanpa membentuk jaringan

parut, namun pada luka bakar yang dalam dapat menimbulkan jaringan

parut

C. Luka Bakar Derajat Tiga

Meliputi nekrosis (kematian jaringan) yang mengenai seluruh lapisan

kulit, termasuk seluruh apendiks kulit.

1. Daerah yang terbakar terlihat berwarna putih

2. Kehilangan semua sensasi (mati rasa)

3. Hampir selalu terbentuk jaringan parut yang parah

D. Luka Bakar Derajat Empat

Dikenal sebagai karbonisasi, dimana seluruh jaringan terbakar dan menjadi

arang. Terjadi kerusakan total pada kulit dan jaringan subkutan, dan tulang

juga mengalami karbonisasi baik sebagian maupun keseluruhan.

9

Tabel 1. Deskripsi Tradisional dan Klasifikasi Umum dari Luka Bakar.(5)

NomenklaturNomenklatur Tradisional

Kedalaman Penemuan Klinis

Ketebalan Dangkal

Derajat 1 Epidermis Erythema, nyeri

Ketebalan sebagian — dangkal

Derajat 2Dermis dangkal (papillar)

Lepuh, cairan jernih, nyeri

Ketebalan Sebagian — dalam

Derajat 2Dermis dalam (reticular)

Kulit tampak pucat, nyeri berkurang. Sulit dibedakan dengan derajat 3

Seluruh Ketebalan

Derajat 3 atau 4Dermis dan jaringan dibawahnya, mungkin fascia, tulang, otot

Keras, eschar seperti kulit, cairan berwarna ungu, sensibilitas (-)

Klasifikasi Derajat Luka Bakar yang lainnya(3)

1. Luka bakar derajat 1 (luka bakar superfisial). Luka bakar hanya terbatas pada

lapisan epidermis. Luka bakar derajat ini ditandai dengan kemerahan yang

biasanya akan sembuh tanpa jaringan parut dalam waktu 5 – 7 hari.

Gambar 1. Luka Bakar Derajat I

2. Luka bakar derajat 2 (luka bakar dermis)

Luka bakar derajat dua mencapai kedalaman dermis tetapi masih ada

elemen epitel yang tersisa, seperti sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar

keringat, dan folikel rambut. Dengan adanya sisa epitel yang sehat ini, luka

dapat sembuh sendiri dalam 10 – 21 hari. Oleh karena kerusakan kapiler dan

ujung saraf di dermis, luka derajat ini tampak lebih pucat dan lebih nyeri

dibandingkan luka bakar superfisial, karena adanya iritasi ujung saraf

10

sensorik. Juga timbul bula berisi cairan eksudat yang keluar dari pembuluh

karena permeabilitas dindingnya meninggi.

Luka bakar derajat 2 dibedakan menjadi : a. Derajat dua dangkal dimana

kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis dan penyembuhan terjadi

secara spontan dalam 10- 14 hari. b. Derajat dua dalam dimana kerusakan

mengenai hampir seluruh bagian dermis. Bila kerusakan lebih dalam

mengenai dermis, subyektif dirasakan nyeri. Penyembuhan terjadi lebih lama

tergantung bagian dari dermis yang memiliki kemampuan reproduksi sel-sel

kulit (epitel, stratum germinativum, kelenjar keringat, kelenjar sebasea dan

lain sebagainya) yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu

lebih dari satu bulan.

Gambar 2. Luka Bakar Derajat II

Gambar 3. Evaluasi luka bakar derajat 2 — 1 jam

Gambar 5 Evaluasi luka bakar derajat 2 —dua hari, lepuh tampak

Gambar 4 Evaluasi luka bakar derajat 2 – 1 hari

11

3. Luka bakar derajat 3.

Luka bakar derajat tiga meliputi seluruh kedalaman kulit, mungkin subkutis,

atau organ yang lebih dalam. Oleh karena tidak ada lagi elemen epitel yang

hidup maka untuk mendapatkan kesembuhan harus dilakukan cangkok kulit.

Koagulasi protein yang terjadi memberikan gambaran luka bakar berwarna

keputihan, tidak ada bula dan tidak nyeri.

Gambar 6. Luka Bakar Derajat III

II.3. Luas Luka Bakar(3)

Penentuan luas luka bakar pada kulit adalah penting pada kasus-kasus

dimana kematian terjadi lambat oleh karena luas dan derajat luka bakar sangat

penting pengaruhnya terhadap prognosis dan manajemen pengobatannya. Untuk

perhitungan luas luka bakar secara tradisional dihitung dengan menggunakan

`Rule of Nines` dari Wallace. Dikatakan bahwa luka bakar yang terjadi dapat

diindikasikan sebagai presentasi dari total permukaan yang terlibat oleh karena

luka termal. Bila permukaan tubuh dihitung sebagai 100%, maka kepala adalah

9%, tiap – tiap ekstremitas bagian atas adalah 9%, dada bagian depan adalah 18%,

bagian belakang adalah 18%, tiap-tiap ekstremitas bagian bawah adalah 18% dan

leher 1%. Lihat gambar

Rumus tersebut tidak dapat digunakan pada anak dan bayi karena relatif

luas permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih

kecil. Oleh karena itu, digunakan `Rule of ten` untuk bayi dan `Rule of 10-15-20`

dari Lund and Browder untuk anak. Dasar presentasi yang digunakan dalam

rumus tersebut adalah luas telapak tangan dianggap seluas 1%.

Derajat dan luas luka bakar tergantung pada banyak faktor seperti jarak

korban dengan api, lamanya pajanan, bahkan pakaian yang digunakan korban

12

pada waktu terjadinya kebakaran. Komposisi pakaian dapat menentukan derajat

keparahan dan luasnya luka bakar. Kain katun murni akan mentransmisi lebih

banyak energi panas ke kulit dibandingkan dengan bahan katun polyester. Bahan

katun terbakar lebih cepat dan dapat menghasilkan luka bakar yang besar dan

dalam. Bila bahan yang dipakai kandungan poliesternya lebih banyak akan

menyebabkan luka bakar yang relatif ringan atau kurang berat. Bahan rajutan akan

menghasilkan daerah luka bakar yang relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan

bahan pintalan. Sehingga dapat dikatakan bahwa bila bahan yang dipakai

bertambah berat maka daerah yang terbakar akan berkurang. Selain itu derajat

luka bakar akan berkurang bila pakaian yang dipakai korban ketat dan

mengelilingi tubuh.

Gambar 4. Perhitungan Luas Luka Bakar

0 – 1 th 5 th

15 th Dewasa

13

18

9 9

18 18

1414

14

9 9

18 18

1616

10

9 9

18 18

1818

9

9 9

18 18

18181

Tabel 2. Rule of Nines untuk Penatalaksanaan Luka Bakar Pada Permukaan Tubuh

Struktur Anatomi Area Permukaan Kepala 9% Badan Depan 18% Punggung 18% Tiap Kaki 18% Tiap Lengan 9% Genitalia/perineum 1%

II.4. Patofisiologi Luka Bakar(6)

Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.

Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi, rusak dan permeabilitasnya

meningkat. Sel darah yang ada didalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi

anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan edema dan menimbulkan bula

yang mengandung banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume

cairan intra vaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan

cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk

pada luka bakar derajat dua, dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar

derajat tiga.

Bila luas luka bakar <25%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh, masih

bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20%, akan terjadi syok hipovolemik

dengan gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan

cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin yang berkurang. Pembengkakan

terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah 8 jam.

Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat

terjadi kerusakan mukosa jalan nafas karena gas, asap, atau uap panas yang

terhisap. Edema laring yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan

14

nafas dengan gejala sesak nafas, takipnea, stridor, suara serak, dan dahak

berwarna gelap akibat jelaga.

Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lainnya. Karbon

monoksida akan mengikat hemoglobin dengan kuat, sehingga hemoglobin tidak

mampu lagi mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung,

pusing, mual dan muntah. Pada keracunan yang berat terjadi koma. Bila dari 60%

hemoglobin terikat CO, penderita dapat meninggal.

Setelah 12 – 24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi

mobilisasi serta penyerapan kembali cairan edema ke pembuluh darah. Ini

ditandai dengan meningkatnya diuresis.

Luka bakar sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang

merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah

infeksi. Infeksi ini sulit untuk diatasi karena daerahnya tidak tercapai oleh

pembuluh kapiler yang mengalami trombosis. Padahal pembuluh ini membawa

sistem pertahanan tubuh atau antibiotik. Kuman penyebab infeksi pada luka bakar

selain berasal dari kulit penderita sendiri, juga dari kontaminasi kuman saluran

atas dan kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit. Infeksi nosokomial ini

biasanya sangat berbahaya karena kumannya banyak yang sudah resisten terhadap

berbagai macam antibiotik. Perubahan luka bakar derajat 2 menjadi derajat 3

akibat infeksi, dapat dicegah dengan mencegah infeksi.

Pada awalnya, infeksi biasanya disebabkan oleh kokus Gram positif yang

berasal dari kulit sendiri atau dari saluran nafas, tetapi kemudian dapat terjadi

invasi kuman Gream negatif. Peudomonas aeruginosa yang dapat menghasilkan

eksotoksin protease dan toksin lain yang berbahaya, terkenal sangat agresif dalam

invasinya pada luka bakar. Infeksi Pseudomonas dapat dilihat dari warna hijau

pada kasa penutup luka bakar. Kuman memproduksi enzim penghancur keropeng

yang bersama dengan eksudasi oleh jaringan granulasi membentuk nanah.

Infeksi ringan dan non invasif (tidak dalam) ditandai dengan keropeng

yang mudah terlepas dengan nanah yang banyak. Infeksi yang invasif ditandai

dengan perubahan jaringan di tepi keropeng yang kering dengan perubahan

jaringan di tepi keropeng yang mula-mula sehat menjadi nekrotik; akibatnya, luka

15

bakar yang mula-mula derajat 2 menjadi derajat 3. Infeksi kuman menimbulkan

vaskulitis pada pembuluh kapiler di jaringan yang terbakar dan menimbulkan

trombosis sehingga jaringan yang diperdarahinya mati.

Bila luka bakar di biopsi dan eksudatnya dibiak, biasanya ditemukan

kuman dan terlihat invasi kuman tersebut ke jaringan sekelilingnya. Luka bakar

demikian disebut luka bakar septik. Bila penyebabnya kuman Gram positif,

seperti Staphylococcus atau basil Gram negatif lainnya, dapat terjadi penyebaran

kuman lewat darah (bakteremia) yang dapat menimbulkan fokus infeksi di usus.

Syok septik dan kematian dapat terjadi karena toksin kuman yang menyumbat di

darah.

Bila penderita dapat mengatasi infeksi, luka bakar derajat 2 dapat sembuh

dengan meninggalkan cacat berupa parut. Penyembuhan ini dimulai dari sisa

elemen epitel yang masih vital, misalnya sel kelenjar sebasea, sel basal, sel

kelenjar keringat, atau sel pangkal rambut. Luka bakar derajat 2 yang dalam

mungkin menimbulkan parut hipertrofik yang nyeri, gatal, kaku, dan secara

estetik sangat jelek.

Luka bakar derajat 3 yang dibiarkan sembuh sendiri akan mengalami

kontraktur. Bila ini terjadi dipersendian, fungsi sendi dapat berkurang atau hilang.

Pada luka bakar dapat ditemukan ileus paralitik. Pada fase akut, peristaltik

usus menurun atau berhenti karena syok, sedangkan pada fase mobilisasi,

peristalsis dapat menurun karena kekurangan ion kalium.

Stress atau beban faali yang terjadi pada penderita luka bakar berat dapat

menyebabkan terjadinya tukak di mukosa lambung atau duodenum dengan gejala

yang sama dengan gejala tukak peptik. Kelainan ini dikenal sebagai tukak

Curling. Yang di khawatirkan pada tukak Curling ini adalah penyulit perdarahan

yang tampil sebagai hematemesis dan/atau melena.

Fase permulaan luka bakar merupakan fase katabolisme sehingga

keseimbangan protein menjadi negatif. Protein tubuh banyak hilang karena

eksudasi, metabolisme tinggi, dan infeksi. Penguapan berlebihan dari kulit yang

rusak juga memerlukan kalori tambahan. Tenaga yang diperlukan tubuh pada fase

ini terutama didapat dari pembakaran protein dari otot skelet. Oleh karena itu,

16

penderita menjadi sangat kurus, otot mengecil dan berat badan menurun. Dengan

demikian, korban luka bakar menderita penyakit berat yang disebut penyakit luka

bakar. Bila luka bakar menyebabkan cacat, terutama bila luka bakar mengenai

wajah sehingga rusak berat, penderita mungkin menderita beban kejiwaan berat.

Jadi, prognosis luka bakar terutama ditentukan oleh luasnya luka bakar.

II.5. Jenis Parut Akibat Luka Bakar(7)

Ada tiga jenis parut utama yang biasanya disebabkan oleh luka bakar:

Keloid, Parut hipertrofik dan kontraktur. Keloid adalah jaringan parut yang tebal

tak beraturan dan membesar secara progresif akibat pembentukan kolagen yang

berlebihan dalam lapisan korium selama pembentukan jaringan ikat pada bekas

luka. Parut akan tumbuh di luar lokasi yang luka. Parut ini biasanya berwarna

merah muda atau merah dan pada akhirnya akan menjadi berwarna coklat gelap.

Parut Hipertrofik biasanya berwarna merah, tebal, berbeda dengan keloid, parut

hipertrofik berada di luar lokasi dari luka. Kontraktur adalah suatu pengencangan

kulit yang permanen yang bisa mempengaruhi otot dan tendon dibawahnya

sehingga membatasi pergerakan dan mungkin merusak atau mengurangi fungsi

saraf.

1. Keloid

Keloid adalah suatu pertumbuhan yang terlalu cepat dari jaringan parut.

Parut akan tumbuh di luar lokasi luka. Parut ini biasanya berwarna merah muda

atau merah dan pada akhirnya akan menjadi berwarna coklat gelap. Keloid terjadi

ketika tubuh melanjutkan prosesnya untuk menghasilkan kolagen suatu protein

berserat kuat, setelah luka telah disembuhkan. Parut keloid biasanya tebal,

bersimpai, kaku dan gatal selama proses pembentukan dan perkembangannya.

Keloid yang luas bisa membatasi pergerakan. Apalagi, gesekan dari pakaian atau

jenis friksi lain bisa mengiritasi keloid. Orang-orang berkulit gelap lebih mudah

untuk mengalami Keloid dibanding mereka yang mempunyai kulit berwarna putih

dan angka kejadian terjadinya Keloid berkurang sesuai dengan umur.

Keloid bisa dikurangi ukurannya dengan cryotherapy (pembekuan), tekanan

dari luar, suntikan kortison, suntikan steroid, radiasi atau dengan pembedahan.

Jika suntikan dan tekanan dari luar seperti balut tekan tidak cukup, jaringan parut

17

dapat dioperasi, hal ini biasanya dilakukan pada pasien dengan anestesi lokal dan

mereka bisa kembali ke pekerjaan atau sekolah dalam beberapa hari. Dokter anda

boleh merekomendasikan bahwa kamu memakai balut tekan di atas area yang atas

selama satu tahun untuk mencegah Keloid dari kekambuhan. adalah mungkin

bahwa prosedur ini akan perlu untuk diulangi sedikitnya tiap tahun sebab Keloid

mempunyai suatu kecenderungan untuk timbul kembali.

Gambar 7. Keloid

2. Parut Hipertrofik

Parut Hipertrofik biasanya berwarna merah, tebal dan timbul, bagaimanapun

juga mereka berbeda dengan Keloid karena mereka tumbuh di bawah jaringan

yang mengalami luka. Apalagi, Parut Hipertrofik akan tumbuh dari waktu ke

waktu. Pertumbuhannya ini bagaimanapun juga dapat dikurangi dengan bantuan

steroid atau suntikan.

Gambar 8. Parut Hipertrofik

Tabel 3. Perbedaan antara keloid dan parut hipertrofik(6)

Keloid Parut Hipertrofik

Permulaan Timbul setelah beberapa bulan atau tahun Timbul dalam beberapa

minggu

Invasi Meluas ke daerah kerusakan epitel Terbatas pada bekas

18

kerusakan

Penyembuhan Tak ada regresi Hilang sendiri

Predileksi Sternum,bahu,pipi,telinga,pinggang Dapat timbul dimanapun

Ras/bangsa Ras kulit gelap/hitam Ras kulit putih

Luka bakar Mungkin Sering

Gatal Jarang hebat Sangat mengganggu

3. Kontraktur

Suatu parut kontraktur adalah suatu pengencangan kulit yang permanen

yang bisa mempengaruhi otot dan tendon dibawahnya sehingga membatasi

pergerakan dan mungkin merusak atau mengurangi fungsi saraf. Kontraktur

terjadi ketika jaringan elastis normal digantikan dengan jaringan berserat yang

tidak elastis. Hal ini membuat jaringan tersebut resisten terhadap regangan dan

mencegah pergerakan normal area yang terpengaruh.

Fisioterapi, tekanan dan memperbanyak berlatih dapat membantu

mengendalikan kontraktur. Jika perawatan ini tidak bisa mengendalikan efek

kontraktur, pembedahan mungkin diperlukan. Suatu skin graft atau suatu prosedur

penutupan mungkin bisa dilakukan. Apalagi dokter anda bisa merekomendasikan

suatu teknik baru seperti Z-Plasty atau perluasan jaringan.

Gambar 9. Kontraktur

II.6. Menentukan Keparahan Luka Bakar(1)

Sumber luka bakar. Luka bakar minor yang disebabkan oleh radiasi nuklir

lebih parah dibandingkan dengan suatu luka bakar termal. Luka bakar

yang disebabkan oleh bahan kimia adalah berbahaya sebab bahan kimia

mungkin masih terdapat pada kulit.

19

Bagian tubuh yang terbakar luka bakar yang terdapat pada wajah lebih

berbahaya sebab bisa mempengaruhi jalan nafas atau mata. Luka bakar

pada telapak tangan dan kaki juga membutuhkan perhatian khusus sebab

bisa membatasi pergerakan jari dan jari kaki.

Derajat luka bakar. Derajat luka bakar adalah penting untuk ditentukan

sebab bisa menyebabkan infeksi/peradangan jaringan yang terbakar dan

memudahkan invasi kuman ke sistem sirkulasi.

Luas daerah luka bakar. Adalah penting untuk mengetahui persentase dari

jumlah permukaan kulit yang terbakar. Tubuh orang dewasa dibagi

menjadi beberapa regio, masing-masing mewakili sembilan persen dari

total permukaan tubuh. Regio ini adalah kepala dan leher, masing-masing

ekstremitas bagian atas, dada, abdomen, punggung bagian atas, pantat dan

punggung bagian bawah, bagian depan dari masing-masing ekstremitas

bawah, dan bagian belakang dari masing-masing ektremitas bagian bawah.

Jumlahnya 99 persen. 1 persen sisanya adalah area genital. Pada bayi atau

anak kecil, persentase yang lebih besar ditempatkan pada kepala dan

batang tubuh.

Umur pasien. Ini sangat penting sebab anak-anak kecil dan orang tua pada

umumnya mempunyai reaksi yang lebih berat terhadap luka bakar dan

berbeda proses penyembuhannya.

Kondisi fisik dan mental sebelum terjadinya luka bakar. Pasien dengan

penyakit saluran pernapasan, kelainan jantung, diabetes atau penyakit

ginjal berada dalam bahaya yang lebih besar dibanding orang-orang yang

sehat.

II.7. Berat Ringannya Luka Bakar(8)

Dibagi menjadi :

1. Berat = Parah

a. Luka bakar derajat II 25% atau lebih

b. Luka bakar derajat III 10% atau lebih

c. Luka bakar derajat III pada tangan, kaki dan muka

20

d.Terdapat komplikasi pada saluran nafas, jantung, patah tulang,

kerusakan soft tissue yang luas

2. Sedang

a. Luka bakar derajat II 15 – 25%

b. Luka bakar derajat III 2 – 10% kecuali pada muka, tangan dan kaki

3. Ringan

a. Luka bakar derajat II <15%

b. Luka bakat derajat III <2%

II.8. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Tingkat Keparahan Luka

Bakar(4)

Tingkat keparahan luka bakar dipengaruhi oleh factor-faktor berikut :

Intensitas panas

Pada kebakaran rumah, biasanya suhu berada pada kisaran di bawah

1200 – 16000F

Durasi terpajan panas

Misalnya, kulit manusia dipanaskan sampai 450C selama 2 jam, maka

kulit akan menjadi hiperemis tanpa terjadi kerusakan epidermis, namun

bila durasi pajanan diperpanjang sampai 3 jam, akan terjadi kerusakan

total atau nekrosis pada epidermis.

Pada pelaksanaan pembakaran jenazah (kremasi) orang dewasa, alat yang

digunakan harus dipanaskan terlebih dahulu selama 1,5 jam dengan suhu

15000F

II.9. Terapi

Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api pada tubuh, misalnya

dengan menyelimuti dan menutupi bagian yang terbakar untuk menghentikan

pasokan oksigen pada api yang menyala. Korban dapat mengusahakannya dengan

cepat menjatuhkan diri dan berguling agar bagian pakaian yang terbakar tidak

meluas. Kontak dengan bahan yang panas juga harus cepat diakhiri, misalnya

21

dengan mencelupkan bagian yang terbakar atau menceburkan diri ke air dingin

atau melepaskan baju yang tersiram air panas.

Pertongan pertama setelah sumber panas dihilangkan adalah merendam

daerah luka bakar dengan air atau menyiraminya dengan air mengalir selama

sekurang kurangnya lima belas menit. Proses koagulasi protein sel di jaringan

yang terpajan suhu tinggi berlangsung terus setelah api dipadamkan sehingga

destruksi tetap meluas. Proses ini dapat dihentikan dengan mendinginkan daerah

yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam pertama. Oleh

karena itu merendam bagian yang terbakar selama 15 menit pertama dalam air

sangat bermanfaat untuk menurunkan suhu jaringan sehingga kerusakan lebih

dangkal dan diperkecil. Dengan demikian luka yang sebenarnya menuju derajat

dua dapat berhenti pada derajat satu, atau luka yang akan menjadi derajat tiga

dihentikan pada tingkat dua atau satu. Pencelupan atau penyiraman dapat

dilakukan dengan air apa saja yang dingin, tidak usah steril.

Pada luka bakar ringan, prinsip penanganan utama adalah mendinginkan

daerah yang terbakar dengan air, mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisa-

sisa sel epitel untuk berploriferasi dan menutup permukaan luka. Luka dapat

dirawat secara tertutup atau terbuka.

Pada luka bakar berat, selain penanganan umum seperti pada luka bakar

ringan, kalau perlu dilakukan resusitasi segera bila penderita menunjukkan gejala

syok. Bila penderita menunjukkan gejala terbakarnya jalan nafas, diberikan

campuran udara lembab dan oksigen. Kalau terjadi edema laring, dipasang

endotrakeal tube atau dibuat trakeostomi. Trakeostomi berfungsi untuk

membebaskan jalan nafas, mengurangi ruang mati dan memudahkan pembersihan

jalan nafas dari lendir atau kotoran. Bila ada dugaan keracunan CO, diberikan

oksigen murni.

Perawatan lokal adalah mengoleskan luka dengan antiseptik dan

membiarkannya terbuka untuk perawatan terbuka atau menutupnya dengan

pembalut steril untuk perawatan tertutup. Kalau perlu, penderita dimandikan

terlebih dahulu. Selanjutnya diberikan pencegahan tetanus berupa ATS dan/atau

toksoid. Analgesik diberikan bila penderita kesakitan.(6)

22

Secara singkat, berikut adalah hal – hal yang bisa dilakukan untuk menolong

korban luka bakar di tempat kejadian.(7)

A. Bantuan Pertama untuk Luka Bakar Derajat Pertama

1. Jika kulit tidak rusak, siram air dingin di atas area yang terbakar atau

rendam dengan air dingin (bukan air es). Lakukan hal tersebut untuk

beberapa menit. Jika luka bakar terjadi karena suatu lingkungan dingin,

Jangan gunakan air. Suatu handuk basah yang dingin dapat juga

membantu mengurangi sakit.

2. Luka bakar dapat sangat menyakitkan, tenteramkan hati korban dan jaga

ia agar tetap tenang.

3. Setelah membilas atau merendam luka bakar untuk beberapa menit,

tutup luka bakar dengan suatu perban yang steril, tidak mudah lengket

atau kain bersih.

4. Lindungi luka bakar dari gesekan dan tekanan.

5. Pemberian analgesik mungkin diperlukan untuk mengurangi sakit,

mereka juga bisa membantu mengurangi peradangan dan

pembengkakan.

6. Luka bakar ringan pada umumnya sembuh tanpa perawatan lebih lanjut.

B. Bantuan Pertama untuk Luka Bakar Derajat Dua dan Tiga

1. Jangan lepas atau tanggalkan pakaian yang terbakar; (kecuali jika

pakaian itu lepas dengan mudah), tetapi pastikan bahwa korban tidak

kontak dengan bahan atau material yang terbakar.

2. Pastikan bahwa korban masih bernafas. Jika nafasnya berhenti atau

airway korban terhalang kemudian buka airway dan jika perlu mulai

resusitasi.

3. Jika korban bernafas, tutup luka bakar dengan suatu perban yang steril,

lembab, dingin atau kain bersih. Jangan menggunakan suatu selimut atau

handuk; suatu seprai yang mudah terbakar. Jangan gunakan obat salep

dan hindari terjadinya lepuh.

23

4. Jika jari tangan atau jari kaki telah dibakar, pisahkan mereka dengan

pembalut luka yang tidak mudah lengket steril, kering.

5. Angkat area yang terbakar dan lindungi dari tekanan atau gesekan.

6. Lakukan tindakan untuk mencegah syok. Letakkan korban pada tempat

yang datar, angkat kaki setinggi 12 inci, dan tutup korban dengan suatu

mantel atau selimut. Jangan tempatkan korban pada posisi syok bila

dicurigai ada kepala, leher, punggung, atau kaki yang luka atau jika

posisi tersebut membuat korban tidak nyaman.

7. Lanjutkan dengan memonitor tanda vital korban (nafas, denyut nadi,

tekanan darah).

C. Hal Yang Tidak Boleh Dilakukan

1. Jangan oleskan obat salep, mentega, es, pengobatan, pakaian berbahan

kapas halus, perban yang mudah lengket, kain sari, meminyaki percikan,

atau menggunakan bahan rumah tangga apapun untuk memperbaiki luka

bakar. Hal ini dapat bertentangan dengan penyembuhan yang sesuai.

2. Jangan biarkan luka bakar terkontaminasi. Hindari bernafas atau batuk di

area yang terbakar.

3. Jangan lakukan apapun pada kulit yang mati atau melepuh.

4. Jangan lakukan kompres beku dan jangan rendam suatu luka bakar serius

dengan air dingin. Hal ini dapat menyebabkan syok.

5. Jangan letakkan bantal di bawah kepala korban jika ada suatu luka bakar

pada airway. Hal ini dapat menutup airway.

Luka bakar adalah merupakan suatu keadaan gawat darurat, jadi setelah hal-

hal diatas dilakukan sebaiknya korban di bawa ke rumah sakit. Berikut adalah hal-

hal yang dilakukan:(6,8)

DUA PULUH EMPAT JAM PERTAMA (HARI 1)

Survei primer :

A = Airway

adakah trauma inhalasi: anamnesa, suara serak (stridor)→observasi selama

24 jam bila perlu pasang ET atau lakukan trakheostomi

24

B = Breathing

Gangguan nafas karena eschar yang melingkar dada, trauma thorax

dll→lakukan escharotomi atau penanganan trauma thorax yang lain

C = Circulation

Dilakukan resusitasi cairan. Bila penderita syok maka diatasi dulu syoknya

dengan infus RL diguyur sampai nadi teraba atau tekanan darah >90mmHg.

Baru kemudian lakukan resusitasi cairan. Cairan yang dibutuhkan dalam

penanganan syok tidak dihitung. Resusitasi cairan yang sering digunakan

adalah cara Baxter.

Baxter dengan rumus :

4cc x kgBB x %luka bakar

Setengah dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama dan sisanya

diberikan selama 16 jam berikutnya. Cairan yang diberikan biasanya RL

karena terjadi defisit ion Na.

Cara lain yang bisa dilakukan adalah cara Evans :

1. %luka bakar x kgBB menjadi NaCl per 24 jam

2. %luka bakar x kgBB menjadi ml plasma per 24 jam

Keduanya merupakan pengganti cairan yang hilang akibat edema. Plasma

diperlukan untuk mengganti plasma yang keluar dari pembuluh darah dan

meninggikan tekanan osmosis hingga mengurangi perembesan keluar dan

menarik kembali cairan yang telah keluar.

3. Sebagai pengganti cairan yang hilang akibat penguapan, diberikan

2000cc glukosa 5% per 24jam.

Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya dalam

16 jam berikutnya.

- Pasang kateter untuk memonitor produksi urin. Diharapkan produksi urin

½ - 1cc/KgBB/jam

- Pasang CVP pada luka bakar >/=40% dan pada penderita yang

mengalami kesulitan untuk mengukur tekanan darah.

25

Survei Sekunder

Penilaian luas luka bakar dan derajat kedalamannya. Biasanya dihitung

sebelum resusitasi cairan definitive

Pasang NGT. Untuk dekompresi penderita yang mengalami ileus paralitik

dan untuk memasukkan makanan

Cuci luka dengan NaCl dan savlon, keringkan, olesi dengan salep

(Dermazin) kemudian rawat luka secara tertutup

Pemeriksaan laboratorium darah dan Analisa Gas Darah tiap 24 jam

Pemberian analgetika dan antibiotika

Luka bakar termal, listrik dan bahan kimia membutuhkan penanganan dan

pengobatan yang berbeda. Terapi farmakologi memiliki peran yang terbatas dalam

penatalaksanaan luka bakar kimia. Disisi lain kunci dari penanganan luka bakar

listrik adalah pada rehidrasi sementara luka bakar termal memerlukan analgetik

dan antibiotik topikal. Pastikan pasien memberi informasi tentang alergi obat yang

mereka miliki, obat – obatan yang sedang diminum atau kondisi kesehatan lain.(7)

A. Terapi Luka Bakar Termal

1. Analgetik

Untuk luka bakar termal dokter biasanya memberikan resep analgetik

untuk menghilangkan rasa nyeri dan memberikan kenyamanan pada

pasien. Morfin sulfat, Demerol dan Vicodin mungkin diresepkan untuk

nyeri yang sangat hebat.

2. Anti Inflamasi Non steroid

Golongan obat ini digunakan untuk nyeri akibat luka bakar ringan sampai

sedang. Ibuprofen biasanya digunakan untuk terapi awal, tapi pilihan lain

seperti naproxen, ansaid dan anaprox dapat juga diberikan.

3. Antibiotik Topikal

Antibiotik topikal digunakan untuk mencegah infeksi dan pertumbuhan

bakteri. Neo sporin digunakan untuk infeksi minor dan dioleskan ke kulit 1

– 3x sehari.

26

Silvadene adalah krim topikal yang digunakan untuk luka bakar yang lebih

berat. Silvadene adalah obat golongan sulfa yang digunakan untuk mencegah dan

mengobati infeksi bakteri atau jamur. Silvadene harus dioleskan menggunakan

teknik steril ke tempat luka bakar dan tempat luka bakar tersebut harus dicuci

bersih sebelum pemakaian. Hindari menggunakan silvadene pada wajah dan

silvadene tidak boleh digunakan pada neonatus, bayi berumur kurang dari 2 tahun

atau pada kehamilan trimester akhir.

B. Terapi Luka Bakar Kimia

Walaupun obat-obatan memegang peranan yang terbatas pada

penatalaksanaan luka bakar kimia pada umumnya namun antibiotik topikal, garam

magesium dan kalsium mungkin dapat digunakan. Setelah luka dibersihkan, terapi

cairan IV dan obat-obat narkotik diberikan

1. Antibiotik

Silvadene digunakan untuk luka bakar pada kulit dan berguna dalam

pencegahan infeksi pada luka bakar derajat 2 dan 3. Obat ini harus dioleskan

pada kulit 1 atau 2x sehari dan semua obat yang diberikan sebelumnya harus

dibersihkan terlebih dahulu sebelum mengoleskan salep baru. Eritromicin

salep (bacitracin) digunakan untuk mencegah infeksi pada luka bakar yang

terdapat di bagian mata.

2. Analgetik

Morfin dan asetaminofen diberikan untuk penatalaksanaan nyeri dan

mungkin dapat bertindak sebagai sedatif yang penting bagi pasien yang

mengalami cedera pada daerah mata.

3. Anti Inflamasi Non Steroid

Advil, Motrin, Ansaid, Naprosyn, dan anaprox adalah obat anti

inflamasi yang digunakan untuk menghilangkan nyeri ringan sampai sedang.

27

C. Terapi Luka Bakar Elektrik

Kunci dari penatalaksanaan luka bakar listrik adalah hidrasi. Hidrasi yang

adekuat dapat menurunkan morbiditas. Jika kerusakan otot terjadi sangat parah,

diuretik osmotik diberikan.

1. Terapi Cairan

Ringer Lactat biasanya digunakan untuk terapi. Ringer lactat adalah larutan

isotonik dan berfungsi sebagai pengganti volume cairan tubuh. Pemberiannya

melalui jalur intra vena dan harus dihentikan apabila terdapat tanda-tanda

edema pulmo.

2. Osmosis diuretik

Manitol adalah diuretik osmosis yang tidak dimetabolisme secara signifikan

dan melewati glomerulus tanpa direabsorpsi oleh ginjal. Manitol digunakan

untuk mengembalikan dan mempertahankan urin output.

DUA PULUH EMPAT JAM KEDUA (HARI II) dst(8)

Cairan yang diberikan volumenya ½ dari hari pertama

Pemberian koloid/plasma ekspander sudah boleh dilakukan

Diet sudah mulai 8 jam pasca trauma bila tidak terjadi ileus,

melalui NGT

Perawatan luka dilakukan sesuai kebutuhan, biasanya setiap hari

Hari ke 7 penderita boleh dimandikan

Posisi penderita diletakkan dalam posisi yang baik agar tidak

terjadi kontraktur maupun problem rekonstruksi yang lain.

Selain penatalaksanaan secara farmakologik, perawatan luka bakar juga

tak lepas dengan masalah nutrisi. Nutrisi bagi penderita luka bakar tak kalah

pentingnya dalam proses penyembuhan luka.(7)

Memperkirakan jumlah kebutuhan nutrisi pada pasien luka bakar sangat

penting dalam proses penyembuhan. Terdapat beberapa rumus untuk menghitung

kebutuhan nutrisi pasien kula bakar. Persamaan Harris-Benedict dibuat untuk

28

menghitung kebutuhan kalori orang dewasa sementara Galvaston digunakan pada

anak-anak. Rumus Curreri digunakan untuk menghitung kebutuhan kalori dewasa

dan anak-anak. Studi terbaru menunjukkan bahwa rumus ini cenderung bersifat

berlebihan (over estimate) sebesar kira – kira 150% dari kebutuhan kalori. Karena

tidak ada satupun rumus yang dapat memperhitungkan secara akurat berapa

banyak kalori yang dibutuhkan oleh pasien, adalah penting bagi dokter dan ahli

gizi untuk memonitor secara ketat kondisi nutrisi pasien.(7)

Kebutuhan protein pada umumnya meningkat daripada kebutuhan energi

dan tampaknya berhubungan dengan besarnya massa tubuh. Tubuh kehilangan

protein melalui luka dan karena hal ini tubuh meningkatkan kebutuhan kalori

untuk penyembuhan. Bagaimanapun juga mayoritas dari peningkatan kebutuhan

protein berasal dari adanya kerusakan otot dan terkait penggunaannya dalam

memproduksi energi. Memberikan indeks protein yang lebih tinggi tidak dapat

menghentikan proses perusakan ini akan tetapi protein penting untuk

menyediakan bahan untuk sintesis jaringan yang rusak atau hilang. Karbohidrat

merupakan penyuplai kalori terbesar pada kebanyakan kondisi terrmasuk stress

pada luka bakar. Memberikan kalori yang adekuat dari karbohidrat dapat

mengurangi penggunaan protein sebagai bahan bakar. Tubuh memecah

karbohidrat menjadi glukosa yang akan digunakan sebagai energi. Luka bakar

membutuhkan glukosa untuk energi dan tidak dapat menggunakan sumber energi

lain.(7)

Lemak dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan akan asam lemak esensial

dan juga sebagai sumber kalori. Rekomendasi umum memberikan 30% kalori

dalam bentuk lemak, dan jumlah ini bisa lebih besar jika diperlukan. Kekurangan

asupan lemak berimplikasi pada penurunan fungsi imun.(7)

Kebanyakan institusi kesehatan mengetahui bahwa luka bakar

membutuhkan jumlah vitamin dan mineral yang lebih tinggi akan tetapi berapa

peningkatan kebutuhan ini belum dapat ditentukan. Beberapa vitamin yang

penting adalah vitamin C dan E bersama dengan zinc dapat membatasi kerusakan

oksidatif dan mempercepat penyembuhan luka.

29

Memberikan kalori dan zat gizi yang adekuat adalah tugas yang sangat

sulit pada pasien luka bakar terutama pada anak-anak. Adalah sangat penting bagi

para tenaga kesehatan untuk dapat memenuhi kebutuhan nutrisi pasien dalam

rangka meminimalisasi efek buruk dari kehilangan masa tubuh,dan malnutrisi

energi protein. Kegagalan memenuhi kebutuhan ini dapat bermanifestasi sebagai

penyembuhan luka yang tidak sempurna, balance nitrogen yang negatif,

penurunan BB dan penurunan fungsi kekebalan tubuh.(7)

Penilaian status nutrisi awal sebaiknya dilakukan secepatnya setelah

masuk rumah sakit. Hal ini sangat penting agar pemberian makan yang adekuat

dapat diberikan dalam 24-48 jam pertama setelah pasien mengalami luka bakar.

Pengukuran berat badan dan tinggi badan yang akurat seperti sebelum luka bakar

terjadi yang dapat dilihat pada Tabel Standar Pertumbuhan Anak sangat

diperlukan untuk memperkirakan kebutuhan nutrisi pada anak. (7)

II.10. Rehabilitasi Pasca Luka Bakar(2)

Mencegah timbulnya bekas luka adalah merupakan tujuan utama dari

penatalaksanaan luka bakar. Edukasi pasien secara konsisten dan berulang adalah

suatu bagian yang penting dalam terapi pasien. Penatalaksanaan terhadap edema,

penatalaksanaan gangguan nafas, memposisikan, dan melibatkan pasien dalam

aktivitas fungsional dan pergerakan harus dimulai sejak dini. Pasien perlu

dimotivasi untuk bekerja sesuai dengan kemampuan mereka dan menerima

tanggung jawab untuk merawat diri mereka sendiri. Kemampuan fungsional

pasien setelah terapi tidak akan maksimal jika pasien tidak secara teratur terlibat

dalam pergerakan.

A. Pengendalian Nyeri(2)

Dalam rangka mencapai hasil akhir yang diinginkan, adalah sangat penting

untu memberikan penghilang nyeri yang adekuat. Tujuan dari pemberian obat

penghilang sakit adalah untuk memberikan dasar yang baik pada penatalaksanaan

nyeri agar baik aktifitas dan pergerakan fungsional hidup sehari-hari dapat

dilakukan oleh pasien setiap waktu. Penggunaan obat penghilang sakit kombinasi

seperti paracetamol, AINS, tramadol, dan obat narkotika lepas lambat dapat

30

menurunkan kebutuhan akan dosis narkotika untuk nyeri yang sangat hebat.

Kodein harus dihindarkan jika mungkin oleh karena efek negatifnya

mempengaruhi motilitas usus. Metode penatalaksanaan yang mungkin dapat

membantu adalah Stimulasi Listrik Syaraf Transkutaneus (TENS)

B. Trauma Inhalasi(2,7)

Penata laksanaan agresif dan profilaksis terhadap saluran pernafasan harus

dimulai bila ada kecurigaan adanya suatu trauma inhalasi. Jika terdapat riwayat

luka bakar pada suatu ruang tertutup atau pasien mengalami penurunan tingkat

kesadaran maka perawatan harus dimulai secepatnya. Perawatan harus diarahkan

pada menghilangkan sekresi paru-paru (oedema), menormalisasi mekanisme

pernafasan, dan mencegah komplikasi lain seperti pneumonia.

Penatalaksanaan awal meliputi:

Normalisasi mekanisme pernafasan-seperti menggunakan

suatu alat Bantu ekspirasi bertekanan positif, intermittent positive pressure

breathing, posisi duduk, dan potitioning

Meningkatkan kedalaman pernafasan dan ventilasi kolateral

alveolar – seperti dengan ambulasi atau, jika tidak mungkin, menggunakan

tilt table, dan teknik fasilitasi.

Gambar 10 Penggunaan Alat Bantu Nafas Bertekanan Positif

C. Pergerakan dan Fungsi(2,7)

Pergerakan adalah suatu kebiasaan yang harus dimotivasi untuk dimulai

bahkan sejak saat masuk rumah sakit. Jika suatu pasien dapat menerima tanggung

31

jawab atas latihan diri sendiri dan dapat melakukan aktivitas hidup sehari-hari

maka aspek tersulit dari program rehabilitasi akan mudah terlewati. Jika dicurigai

ada kerusakkan tendon akibat luka bakar, maka mungkin akan dibutuhkan bidai

pelindung dan alat pelindung pergerakan lain.

Gambar 11. Latihan Kekuatan untuk Penderita Luka Bakar Listrik Pada Tubuh Bagian Atas. Rehabilitasi untuk Mengembalikan Fungsi difokuskan Pada Kekuatan Alat Gerak Atas Dan Kestabilan Badan Atas

D. Penatalaksanaan Oedema(2)

Menghilangkan Oedema harus dilakukan sejak awal masuk rumah sakit.

Satu-satunya sistem tubuh yang dapat dengan aktif memindahkan kelebihan cairan

dan debris dari jaringan interstitium adalah sistem limfatik. Oedema yang

terkumpul pada zona stasis suatu luka bakar dapat menyebabkan penambahan

kedalaman luka bakar secara progresif. Prinsip pengurangan oedema merupakan

bagian yang holistic dalam penata laksanaan luka bakar.

Rehabilitasi Yang dimulai pada saat terjadinya luka bakar meliputi:

Kompresi-misalnya Coban, sarung tangan edema

Pergerakan-Ritmik

Elevasi atau memposisikan ekstremitas untuk membantu

penyerapan kembali cairan oedema

Maksimalisasi pembuluh limfe

Pembidaian tidak mengendalikan oedema kecuali untuk

mengalirkan cairan ke daerah yang mengalami imobilisasi.

Gambar 12. Sarung Tangan Kompresi (Coban)

32

E. Imobilisasi(2)

Penghentian pergerakan, fungsi, dan ambulasi mempunyai indikasi

masing-masing. Imobilisasi hanya boleh dilakukan apabila terdapat kerusakan

tendon atau tulang atau apabila jaringan yang rusak telah diperbaiki (termasuk

rekonstruksi kulit). Apabila bagian tubuh harus diimobilisasi, misalnya untuk

membuat skin graft menempel, maka bagian tersebut harus dipasang bidai atau

diposisikan pada posisi antideformitas (mencegah adanya deformitas dikemudian

hari) untuk jangka waktu yang sesingkat mungkin.

F. Rekonstruksi Kulit(2)

Rekonstruksi Kulit dirancang sesuai dengan kedalaman luka bakar yang

dinilai pada saat operasi. Teknik rekonstruksi dan perkiraan waktu pelaksanaan

rekonstruksi sepenuhnya tergantung pada masing-masing ahli bedah. Faktor lain

yang mempengaruhi metode pemilihan rekonstruksi kulit ini meliputi ketersediaan

dan biaya produk bioteknologi.

G. Penatalaksanaan Jaringan Parut(2,7)

Penatalaksanaan jaringan parut berhubungan komponen fisik dan

komponen estetik dikarenakan adanya implikasi emosional dan psikososial pasca

luka bakar.

Jaringan parut hipertrofik merupakan hasil dari pembentukan serat kolagen

yang berlebihan selama masa penyembuhan luka dan reorientasi dari serat

tersebut dengan pola yang tidak seragam.

Jaringan keloid berbeda dari jaringan parut hipertrofik karena ia bisa

meluas di luar area luka bakar. Keloid lebih sering dijumpai pada orang-orang

dengan kulit hitam dibanding orang-orang kulit putih.

33

Pembentukan jaringan parut dipengaruhi oleh banyak faktor:

Faktor diluar kulit: pertolongan pertama kecukupan resusitasi cairan,

penempatan di rumah sakit, intervensi bedah, penatalaksanaan luka dan

pembebatan luka.

Faktor yang berhubungan dengan pasien sendiri. Derajat penyesuaian

dengan program rehabilitasi, tingkat motivasi, umur, kehamilan, warna

kulit.

1. Prosedur Pembedahan(2,7)

Terdapat dua tipe besar prosedur bedah yang dapat menghilangkan

jaringan parut dan mengganti jaringan yang hilang pada korban luka bakar berat:

dermabrasi dan skin graft. Dermabrasi adalah prosedur bedah yang bertujuan

meminimalisasi penampilan jaringan parut, mengembalikan fungsi dan

mengkoreksi kelainan bentuk akibat dari luka. Skin graft adalah prosedur bedah

dimana sepotong kulit yang berasal dari tubuh pasien di transplantasikan ke

daerah lain dari tubuh.

a. Dermabrasi

Dermabrasi adalah prosedur bedah yang bertujuan meminimalisasi

penampilan jaringan parut, mengembalikan fungsi dan mengkoreksi kelainan

bentuk akibat dari luka. Dermabrasi digunakan untuk menghaluskan jaringan

parut dengan “mencukur” atau mengikis lapisan kulit teratas. Walaupun

dermabrasi dapat menghaluskan permukaan jaringan parut,proses ini tidak akan

menghilangkan jaringan parut tersebut. Jaringan parut akan tetap ada akan tetapi

penampilannya akan menjadi lebih baik seiring dengan waktu.

Prosedur ini dapat dilaksanakan di tempat praktek bedah kulit atau di

fasilitas kesehatan lain bagi pasien yang berobat jalan. Segera setelah pembedahan

ini dilakukan, kulit akan diberikan salep, perban yang basah atau mengandung

lilin,perawatan kering atau kombinasi dari keduanya. Biasanya kulit akan terlihat

merah dan bengkak setelah pembedahan. Pembengkakan ini akan berlanjut selama

2 – 3 minggu. Pasien akan mengalami rasa nyeri, gatal atau rasa terbakar setelah

pembedahan yang menandakan kulit baru yang mulai tumbuh. Krusta akan

34

terbentuk di area yang sudah mulia menyembuh, bagaimanapun jika salep

dioleskan pada daerah yang terluka segera setelah pembedahan maka hanya akan

ada sedikit atau tidak ada krusta sama sekali. Seiring dengan proses

penyembuhan, krusta akan luruh meninggalkan lapisan kulit baru yang berwarna

merah jambu. Jika daerah tersebut tetap berwarna merah, bengkak dan terasa gatal

mungkin ini merupakan tanda pembentukan jaringan parut abnormal. Hal ini

harus segera dilaporkan pada ahli bedah yang bersangkutan.

Setelah pembedahan, pasien dapat beraktifitas dengan normal seperti

kembali bekerja dalam waktu 2 minggu. Pasien disarankan untuk menghindari

aktivitas yang dapat menyebabkan benturan pada area yang di operasi selama 2

minggu. Olah raga harus dihindari untuk 4 – 6 minggu setelah operasi. Sangatlah

penting untuk melindungi kulit selama 6 – 12 bulan sampai proses pigmentasi

kulit lengkap terbentuk. Warna kulit akan kembali normal dalam waktu sekitar 3

bulan. Pada saat repigmentasi kulit sudah lengkap, warna kulit akan tampak sama

dengan warna kulit sekitarnya.

Gambar 13. Dermabrasi

b. Skin Graft

Skin graft adalah prosedur bedah dimana sepotong kulit yang berasal dari

tubuh pasien di transplantasikan ke daerah lain dari tubuh. Kulit dari orang lain

atau dari binatang mungkin digunakan sebagai penutup sementara pada luka bakar

luas untuk menghindari kehilangan cairan. Kulit yang diambil dari donor haruslah

kulit yang sehat dan diiplantasikan ke daerah kulit yang rusak dari resipien.

35

Skin graft merupakan prosedur bedah yang lebih rumit daripada

dermabrasi. Skin graft biasanya dilakukan di rumah sakit besar di bawah anestesi

umum. Waktu yang dibutuhkan untuk penyembuhan tergantung dari luas dan

keparahan luka, antara 6 minggu sampai beberapa bulan. Dalam 36 jam pertama

setelah pembedahan, pembuluh darah yang baru akan mulai terbentuk pada kulit

yang ditransplantasi. Pada umumnya skin graft berhasil, tetapi ada beberapa yang

membutuhkan pembedahan tambahan jika proses penyembuhan tidak berjalan

dengan sempurna.

Ada beberapa tipe dari skin graft: pinch,split - thickness,full – thickness

dan pedicle graft.

Pinch Graft : potongan kulit sebesar ¼ inchi dipasang pada donor. Bagian

kulit yang kecil ini kemudian akan tumbuh menutup area yang terluka.

Kulit ini akan tumbuh bahkan didaerah dengan suplai darah yang terbatas

dan dapat mencegah infeksi.

Split – thickness graft : terdiri dari lapisan superficial dan lapisan dalam

dari kulit yang berbentuk helaian. Graft yang diambil dari daerah donor

dapat mencapai lebar 4 inchi dan panjang 10 – 12 inchi. Graft ini

kemudian ditempel pada area resipien. Segera setelah graft ditanam daerah

tersebut dapat ditutup dengan balut tekan atau dibiarkan terbuka. Split

thickness graft digunakan pada bagian tubuh yang tidak menyangga berat

badan (non weight bearring).

Full – thickness graft : digunakan pada bagian tubuh yang menyangga

berat badan dan yang cenderung mengalami gesekan seperti telapak kaki

dan sendi. Full thickness graft terdiri dari semua lapisan kulit termasuk

pembuluh darah. Pembuluh darah dari area resipien akan tumbuh

menyambung area transplantasi dalam 36 jam.

Pedicle graft: dengan pedicle graft bagian dari kulit yang digunakan dari

daerah donor akan tetap menempel pada daerah tersebut dan sisanya akan

menempel pada daerah resipien. Suplai darah akan tetap utuh pada daerah

donor dan tidak akan dipotong sampai suplai pembuluh darah baru

36

terbentuk dengan lengkap. Prosedur ini pada umumnya dilakukan pada

tangan, wajah atau sekitar leher.

Gambar 14. Skin Graft

Keberhasilan skin graft dapat diperkirakan 72 jam setelah pembedahan.

Jika transplantasi kulit ini dapat melewati 72 jam pertama tanpa infeksi atau

trauma, tubuh pada umumnya tidak menolak transplantasi ini. Sebelum

pembedahan, area donor dan resipien harus bebas dari infeksi dan mempunyai

suplai darah yang stabil. Prosedur lanjutan yang berupa memindahkan atau

meregangkan area resipien harus dihindari. Perban yang digunakan harus steril

dan biasanya diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi.

2. Penggantian Kulit (2,7)

Pada beberapa pasien dengan luka bakar yang sangat parah, transplantasi

kulit menggunakan kulit sehat meraka sendiri tidak dapat dilakukan karena

mereka hanya memiliki sedikit sekali kulit yang sehat atau meraka tidak cukup

kuat menjalani operasi. Alternatif lain untuk menutup luka bakar ini adalah

dengan menggunakan kulit cadaver atau kulit binatang. Tubuh akan menolak

kedua pilihan ini dalam beberapa hari dan pembedahan harus diulangi lagi. Pada

tahun 1997, produk sintetik baru bernama Dermagraft–TC tersedia di pasaran.

Dermagraft TC dibuat dari sel manusia hidup dan secara luas digunakan untuk

mengganti kulit kadaver.

Badan pengawasan obat dan makanan Amerika Serikat (FDA) menyetujui

penggunakan Dermagraft TC ini. Ada dua jenis perban kulit buatan yang dapat

digunakan untuk perawatan luka bakar derajat tiga: Integra Artificial Skin dan

37

Original BioBrane. Tidak seperti perban tradisional, perban baru ini dapat

mempercepat penyembuhan luka dengan berinteraksi langsung dengan jaringan

tubuh.

BioBrane adalah bahan nilon yang mengandung gelatin yang berinteraksi

dengan factor pembekuan pada luka. Interaksi ini menyebabkan perban menempel

dengan baik membentuk lapisan pelindung yang lebih kuat.

Integra adalah perban 2 lapis. Lapisan paling atas berperan sebagai lapisan

epidermis sintetik, lapisan di bawahnya berperan sebagai dasar pertumbuhan

kembali jaringan kulit. Lapisan yang bawah terbuat dari serat kolagen dan

berperan sebagai penghubung bagi sel tubuh untuk mulai membentuk jaringan

kulitnya sendiri.

Produk pengganti kulit lain banyak muncul di pasaran. Organogenesis inc.

menjual Apilgra, suatu bahan yang ekuivalen dengan kulit manusia hidup untuk

merawat luka dan ulcus. Lifecell corporation membuat jaringan kulit manusia

yang dapat di implantasi untuk keperluan bedah rekonstruksi dan perawatan luka

bakar.

Sebagai tambahan dari kulit buatan adalah kulit kultur. Dokter dapat

mengambil potongan kulit sebesar perangko dari pasien dan menumbuhkannya di

media kultur khusus. Dari bagian kulit yang kecil ini, para ahli dapat

menumbuhkan cukup kulit untuk menutup hampir seluruh tubuh dalam jangka

waktu 3 minggu. Kultur kulit sudah tersedia di Amerika sejak 10 tahun yang lalu.

Kulit buatan hanya merupakan perbaikan sementara;pasien akan tetap

membutuhkan skin graft bagaimanapun juga dengan penggunaan kulit buatan

berarti skin graft yang akan di gunakan semakin tipis yang membantu daerah

donor dan resipien menyembuh secara lebih cepat dan akan lebih sedikit operasi

yang dibutuhkan.

Penggunaan kulit buatan belum sepenuhnya sempurna dan mungkin tidak

cocok bagi semua pasien luka bakar. Jaringan parut masih akan tetap tampak akan

tetapi jauh lebih ringan.

38

Gambar 15. Kulit Buatan

3. Balut Tekan(2,7)

Kulit normal yang tidak mengalami kerusakan terdiri dari jaringan ikat

yang terdapat pada lapisan dermis yang membentuk serabut kolagen 3 dimensi

yang menyatu secara pararel pada permukaan kulit. Kulit memerlukan tekanan

yang berlawanan dengan lapisan di bawahnya. Pada keadaan normal, tekanan

yang diberikan kulit terhadap tubuh memastikan setiap kulit yang terluka

digantikan ke bentuknya semula tanpa adanya jaringan parut.

Ketika luka bakar merusak kulit, tekanan papilla dermis yang normal pada

lapisan ini tidak ada lagi. Tanpa tekanan ini jaringan parut hipertrofik akan mulai

terbentuk menyebabkan berbagai macam deformitas. Perban balut tekan

menyediakan dan mengontrol pembentukan dari jaringan parut hipertrofik dengan

memberikan reaksi titik topang pada daerah luka. Pembalut takan berperan dalam

menurunkan pembentukan jaringan parut hipertrofik dengan menurunkan

pembentukan jaringan parut dan deformitas.

Sangatlah penting bagi pasien luka bakar menggunakan balut tekan pada

saat jaringan parut masih in aktif dan belum matur. Jaringan parut sangat

responsif pada awal pembentukannya dan penggunaan balut tekan secara dini

sangat membantu. Balut tekan sebaiknya dipakai paling tidak 23 jam sehari dan

hanya dibuka pada saat mandi atau membersihkan balut tekan tersebut. Pada

umumnya pasien harus memakai balut tekan ini selama 12-18 bulan. Penggunaan

lanjut balut tekan mencegah penebalan, pemadatan dan pembentukan nodul yang

biasa terlihat pada jaringan parut hipertrofik. Diharapkan hanya akan terbentuk

jaringan parut tipis yang elastis yang masih memungkinkan pergerakan semi

39

normal. Tekanan eksternal yang diberikan oleh balut tekan dapat menurunkan

respon inflamasi dan jumlah darah dalam jaringan parut, mengurangi rasa gatal

dan mencegah sintesis kolagen. Sebagai tambahan, balut tekan memberikan

perlindungan terhadap trauma.

Gambar 16. Balut Tekan

Pemasangan balut tekan adalah intervensi yang utama di dalam penata

laksanaan jaringan parut. Pemberian tekanan pada luka bakar bertujuan untuk

mengurangi pembentukan jaringan parut dengan menghalangi maturasi jaringan

parut dan memudahkan reorientasi serat kolagen menjadi seragam, dan tersusun

paralel sebagai kebalikan dari pola melingkar yang terlihat di jaringan parut tidak

dirawat.

Bahan pembalut tekan ini harus disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan

sering kali dipengaruhi oleh jenis pembedahan yang telah di jalani. Pasien harus

diukur pada hari ke lima atau ke tujuh setelah operasi transplantasi dan bahan

pembalut tekan ini harus langsung digunakan secepatnya setelah mereka selesai

dibuat. Balut tekan bisa digunakan untuk 3 bulan, setelah masa itu diharapkan

diadakan pengukuran kembali terhadap pasien untuk menyesuaikan dengan

perubahan dimensi jaringan parut.

Pada orang-orang dengan luka bakar derajat sedang sampai berat di daerah

muka atau leher, masker wajah yang terbuat dari akrilic harus dipertimbangkan

untuk digunakan. Masker ini memberikan tekanan yang cukup untuk daerah

wajah dan leher. Masker ini juga bisa dibuat untuk dipakai pasien pada malam

hari. Pada daerah dengan jaringan parut yang persisten yang tidak responsive

terhadap pemasangan balut tekan, teknik perawatan jaringan parut lain harus di

pertimbangkan. Teknik ini termasuk dengan pijatan, krim pelembab.

40

Gambar 17. Topeng Akrilik

4. Edukasi Pasien Pada Penatalaksanaan Jaringan Parut(2)

Setelah mengalami luka bakar, kulit mengalami perubahan fungsi, oleh

karena itu pasien harus di beri motivasi untuk terus menerus menggunakan zat

pelembab bagi kulit. Pelembaban sangat penting karena dapat mencegah kulit dari

kekeringan, berkerut dan pecah-pecah yang dapat menyebabkan infeksi sekunder

dan kerusakan kulit.

Edukasi tentang perlindungan terhadap sinar matahari juga penting bagi

pasien. Pasien harus mengetahui bahwa mereka harus melindungi kulit mereka

dari sinar matahari sampai 2 tahun dan mereka juga harus melindungi dan

menutup kulit mereka tidak hanya dengan tabir surya tapi juga pakaian yang baik

pada saat bekerja atau beraktivitas di luar ruangan.

H. Follow Up pasien rawat Jalan(2)

Unit penanganan luka bakar sebaiknya memberikan ringkasan yang teratur

dan komprehensif mengenai perkembangan terapinya. Jenis follow up pasien

rawat jalan tergantung dari derajat beratnya luka bakar, akan tetapi dalam

hubungannya dengan pengembalian fungsi dan pergerakan, pasien rawat jalan

membutuhkan monitoring yang ketat dan perubahan secara berkala dosis latihan

fisioterapi dan program latihan di rumah.

41

Gambar 18. Fisioterapi

42

BAB III

RINGKASAN

Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi

seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi. Luka ini dapat

menyebabkan kerusakkan jaringan. Cedera lain yang termasuk luka bakar adalah

sambaran petir, sengatan listrik, sinar X dan bahan korosif.(3)

Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan 2 cara: sumber penyebab dan

derajat atau kedalaman luka bakar. Berdasarkan sumber di bedakan atas panas,

bahan kimia, listrik, cahaya dan radiasi. Berdasarkan derajat dibagi menjadi

derajat satu, dua dan tiga.(1)

Luas luka bakar dihitung berdasarkan rumus Rule Of Nine atau Rule of

Wallace. Bila permukaan tubuh dihitung sebagai 100%, maka kepala adalah 9%,

tiap-tiap ekstremitas bagian atas adalah 9%, dada bagian depan adalah 18%,

bagian belakang adalah 18 5, tiap-tiap ekstremitas bagian bawah adalah 18% dan

leher 1%. Rumus tersebut tidak dapat digunakan pada anak dan bayi karena relatif

luas permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih

kecil. Oleh karena itu, digunakan `Rule of ten` untuk bayi dan `Rule of 10-15-20`

dari Lund and Browder untuk anak. Dasar presentasi yang digunakan dalam

rumus tersebut adalah luas telapak tangan dianggap seluas 1 %.(3)

Ada tiga jenis parut utama yang biasanya disebabkan oleh luka bakar:

Keloid, Parut hipertrofik dan kontraktur. Keloid adalah jaringan parut yang tebal

tak beraturan dan membesar secara progresif akibat pembentukan kolagen yang

berlebihan dalam lapisan korium selama pembentukan jaringan ikat pada bekas

luka. Parut akan tumbuh di luar lokasi yang luka. Parut ini biasanya berwarna

merah muda atau merah dan pada akhirnya akan menjadi berwarna coklat gelap.

Parut Hipertrofik biasanya berwarna merah, tebal, berbeda dengan Keloid, parur

hipertrofik berada di luar lokasi dari luka. Kontraktur adalah suatu pengencangan

kulit yang permanen yang bisa mempengaruhi otot dan tendon dibawahnya

43

sehingga membatasi pergerakan dan mungkin merusak atau mengurangi fungsi

saraf.(7)

Berat Ringannya Luka Bakar(8)

Dibagi menjadi :

1. Berat = Parah

a. Luka bakar derajat II 25% atau lebih

b. Luka bakar derajat III 10% atau lebih

c. Luka bakar derajat III pada tangan, kaki dan muka

d. Terdapat komplikasi pada saluran nafas, jantung, patah tulang, kerusakan

jaringan lunak yang luas

2. Sedang

a. Luka bakar derajat II 15 – 25%

b. Luka bakar derajat III 2 – 10% kecuali pada muka,tangan dan kaki

3. Ringan

a. Luka bakar derajat II <15%

b. Luka bakat derajat III <2%

Prinsip penanganan luka bakar meliputi:(2,7)

1. Pertolongan pertama di tempat kejadian

2. Pertolongan di rumah sakit

3. Rehabilitasi pasca luka bakar.

44