referat ikm pkm pampang.docx
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang masih perlu
ditanggulangi secara terpadu oleh berbagai sektor termasuk kesehatan. Masalah
gizi utama yang dihadapi masyarakat adalah kekurangan energi dan protein
(KEP), kekurangan Vitamin A (KVA), gangguan akibat kekurangan iodium
(GAKY), Anemia Gizi, salah satu faktor yang melatarbelakangi masalah tersebut
adalah masyarakat yang masih kurang memiliki pengetahuan dan adanya
kebiasaan yang salah terhadap konsumsi makanan. Masalah gizi menjadi
bertambah luas dan kompleks karena tingkat penghasilan penduduk yang masih
rendah.
Kasus gizi buruk bukanlah kasus penyakit yang baru akan tetapi
merupakan kasus penyakit yang bersambung dan melibatkan banyak faktor.
Antara lain disebabkan oleh berkurangnya konsumsi pangan akibat pendapatan
yang rendah, harga pangan yang tinggi menyebabkan menurunnya asupan gizi
bagi individu terutama bayi dan balita.
Untuk memberikan pelayanan perbaikan gizi yang menyeluruh diperlukan
kerjasama lintas program (KIA, Imunisasi, BP, UKS) maupun lintas sektor (PKK,
PKH). Salah satu upaya untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat adalah
melalui Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) yang sebagian besar kegiatannya
dilaksanakan di Posyandu. Usaha perbaikan gizi keluarga selama ini
dititikberatkan pada kegiatan penyuluhan gizi dengan menggunakan pesan-pesan
gizi sederhana, pelayanan gizi, pemanfaatan lahan pekarangan yang keseluruhan
kegiatan tersebut dilaksanakan oleh masyarakat itu sendiri.
Berdasarkan perkembangan masalah gizi, pada tahun 2007 diperkirakan
sekitar 5,4 % anak menderita gizi buruk dan 13,0% menderita gizi kurang (berat
badan menurut umur), atau 18,4 % menderita gizi buruk dan kurang. Bila
2
dibandingkan dengan target pencapaian program perbaikan gizi pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2015 sebesar 20% dan target
MDG untuk Indonesia sebesar 18,5% maka secara nasional target-target tersebut
sudah terlampaui. Sedangkan persentase anak dengan gizi baik mencapai 77,2%
dan gizi lebih mencapai 4,3%.
Secara nasional prevalensi kurus pada balita adalah 13,6%. Menurut
UNHCR prevalensi kurus seharusnya < 5% dan masalah ini sudah dianggap serius
bila prevalensi kurus antara 10,1-15% dan dianggap kritis bila prevalensi kurus
sudah diatas 15%. Hal ini berarti masalah kurus merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang serius. Bahkan dari 33 provinsi, 18 provinsi diantaranya masuk
dalam kategori kritis, 12 provinsi pada kategori serius dan hanya 3 provinsi yang
tidak termasuk dalam kategori serius ataupun kritis. Provinsi tersebut yaitu Jawa
Barat, DI Yogyakarta, dan Bali.
Berdasarkan SK Menkes No. 123 Tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar
Pusat Kesehatan Masyarakat, Pelayanan Gizi Puskesmas adalah salah satu
pelayanan kesehatan perorangan maupun masyarakat yang merupakan salah satu
upaya wajib puskesmas. Puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan tingkat
pertama bertanggung jawab memberikan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan
kesehatan gizi. Pelayanan kesehatan gizi meliputi pelayanan di dalam gedung dan
di luar gedung.
Upaya perbaikan gizi masyarakat adalah kegiatan untuk mengupayakan
peningkatan status gizi masyarakat dengan pengelolaan terkoordinasi dari
berbagai profesi kesehatan serta dukungan peran serta aktif masyarakat.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
UPAYA POKOK PROGRAM GIZI PUSKESMAS
A. Definisi dan Cakupan Gizi
Gizi secara umum berhubungan dengan kesehatan manusia, yaitu suatu zat
yang diperlukan dalam penyediaan energi, membangun dan memelihara jaringan
tubuh. Status gizi mencerminkan kondisi seseorang yang terjadi dalam suatu
jangka yang lama dalam keseimbangan antara penyerapan dan penggunaan zat
gizi.
Zat gizi adalah bahan-bahan kimia dalam makanan yang memberi makan
kepada tubuh. Secara garis besar zat gizi terbagi atas 2 jenis yaitu makronutrisi
dan mikronutrisi. Makronutrisi, yang terdiri dari protein, lemak, karbohidrat dan
beberapa mineral, dibutuhkan tubuh sehari-hari dalam jumlah yang besar.
Makronutrisi merupakan bagian terbesar dari makanan dan menyediakan energi
yang diperlukan untuk pertumbuhan, pemeliharaan dan kegiatan tubuh.
Mikronutrisi diperlukan dalam jumlah kecil (miligram sampai mikrogram).
Termasuk ke dalam mikronutrisi adalah vitamin dan mineral tertentu yang
menyebabkan perubahan kimia dalam penggunaan makronutrisi.
Kebutuhan energi bervariasi mulai dari 1000-4000 kalori/hari tergantung
kepada umur, jenis kelamin dan kegiatan fisik :
1. Wanita yang tidak beraktivitas, anak-anak kecil dan dewasa tua membutuhkan
sekitar 1600 kalori/hari.
2. Anak-anak yang lebih tua, wanita aktif dan laki-laki yang tidak beraktivitas
membutuhkan sekitar 2000 kalori/hari
3. Remaja laki-laki yang aktif dan laki-laki dewasa muda membutuhkan sekitar
2400 kalori/hari.
Adapun komposisi dari kalori adalah 55% berasal dari karbohidrat, 30%
berasal dari lemak, 15% berasal dari protein. Bila asupan energi tidak sesuai
4
dengan kebutuhan tubuh, akan terjadi penurunan berat badan. Cadangan lemak
dalam tubuh akan dipakai untuk memenuhi kebutuhan energi yang diperlukan.
Dalam keadaan yang lebih parah, tubuh akan menggunakan protein sebagai
sumber energinya.
Pada anak normal pertumbuhan dan perkembangan ditandai dengan
kesehatan yang baik dan gizi seimbang / baik. Salah satu cara terbaik untuk
mengukur kesehatan seorang anak adalah dengan mengukur pertumbuhannya, dan
salah satu cara termudah untuk mengukur pertumbuhan adalah dengan
menimbang berat badan anak secara teratur dan membandingkannya dengan berat
badan standar sesuai umur. Berat badan merupakan salah satu ukuran yang paling
banyak digunakan yang memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan
tubuh. Berat badan sangat mudah dipengaruhi oleh keadaan mendadak, seperti
terserang infeksi atau diare, konsumsi makanan yang menurun. Sebagai indikator
status gizi, barat badan dalam bentuk indeks berat menurut umur (BB/U) dan
berat menurut tinggi badan (BB/TB) memberikan gambaran keadaan kini.
Tujuan dari makanan yang tepat adalah untuk mencapai dan
mempertahankan komposisi tubuh dan kekuatan fisik dan mental
yangbaik.Kebutuhan zat gizi esensial sehari-hari tergantung kepada umur, jenis
kelamin, berat badan, tinggi badan serta aktivitas fisik dan metabolisme.
Upaya perbaikan gizi secara umum bertujuan untuk meningkatkan
perbaikan status gizi masyarakat yang ada diwilayah kerja Puskesmas Pampang,
sehingga tercapai peningkatan derajat kesehatan masyarakat untuk membentuk
sumber daya manusia yang berkualitas menuju Indonesia Sehat.
Lingkup pelayanan gizi di Puskesmas Pampang meliputi Pembinaan dan
pengembangan UPGK dan pelayanan gizi bagi balita, bumil dan masyarakat
terseleksi. Adapun sasarannya adalah bayi dan balita, ibu hamil dan anak sekolah.
Di wilayah kerja Puskesmas Pampang program gizi melayani
penimbangan bayi dan balita, distribusi atau pemberian Vit. A dosis tinggi pada
bulan Februari dan Agustus, pemberian obat cacing ke sekolah-sekolah,
5
pemberian tablet tambah darah remaja / perempuan di SMP dan SMA, Pemberian
tablet tambah darah pada Bumil, dan tindak lanjut kasus-kasus gizi buruk dan
monitoring bayi BGT dan BGM serta deteksi tumbuh-kembang balita secara
umum, serta distribusi MP-ASI khususnya bagi bayi dan balita pemegang kartu
sehat. Dalam memberikan pelayanan, program gizi memperluas jangkauan
pelayanan dengan posyandu-posyandu, pustu-pustu dan kelompok bermain/TK.
B. Gizi Kurang dan Dampaknya
Proses metabolik anak relatif lebih aktif dibandingkan dengan orang
dewasa. Anak membutuhkan lebih banyak makanan untuk tiap kilogram berat
badan karena sebagian dari makanan tersebut harus digunakan untuk
pertumbuhan. Keperluan ini dapat dipenuhi dengan pemberian makanan yang
mengandung cukup kalori, selain kalori dalam makanan harus cukup tersedia
protein, karbohidrat, mineral, air, vitamin dan beberapa asam lemak dalam jumlah
tertentu. Apabila jumlah minimal keperluan tersebut tidak dapat dipenuhi dalam
waktu lama akan timbul gejala gizi kurang.
Gizi kurang dan gizi buruk berdampak serius terhadap kualitas generasi
mendatang. Anak yang mengalami gizi kurang akan mengalami gangguan
pertumbuhan fisik dan perkembangan mental. Beberapa dampak-gizi kurang pada
balita antara lain :
1) Pertumbuhan fisik terhambat, anak akan mempunyai tinggi badan lebih
pendek.
2) Perkembangan mental dan kecerdasan terhambat, anak akan mempunyai IQ
lebih rendah. Setiap anak yang berstatus gizi buruk mempunyai resiko
kehilangan IQ 10-13 poin.
3) Daya tahan tubuh anak menurun sehingga mudah terserang penyakit infeksi,
yang semakin memperburuk keadaan gizi.
C. Penyebab Masalah Gizi
Ada beberapa hal yang dapat menimbulkan masalah gizi yang selanjutnya
dapat menurunkan status gizi, salah satunya adalah kurangnya peran aktif ibu
6
dalam pendeteksian dini gizi kurang. Penurunan status gizi ini dapat terjadi pada
kelompok rawan gizi.
Untuk mempertahankan status gizi yang baik perlu intervensi gizi melalui
pemberian makanan tambahan (PMT) khususnya kepada keluarga miskin dan
kelompok yang rentan gizi.
Bagan 1. Diagram Penyebab Masalah Gizi
Secara langsung keadaan gizi dipengaruhi oleh ketidakcukupan asupan
makanan dan penyakit infeksi. Secara tidak langsung dipengaruhi oleh
7
ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga, ketersediaan pelayanan kesehatan,
pola asuh yang tidak memadai.
Beberapa penelitian tentang penyebab masalah gizi di Indonesia adalah
sebagai berikut :
1. Pola pemberian Air Susu Ibu (ASI) dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
a) Masih rendahnya bayi yang mendapat ASI ekslusif sampai usia 4 bulan.
Berdasarkan SDKI 1995 sekitar 54% ibu yang memberikan ASI secara
ekslusif , dan hasil data dasar ASUH antara 7-13% (2002), beberapa alasan
sehingga tidak semua ibu memberikan ASI pada bayinya adalah jumlah ASI
kurang memadai sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan bayi, tidak
selamanya ibu bersama-sama dengan bayi, pada umumnya faktor pekerjaan,
faktor kesehatan ibu yang kurang memadai, misalnya ibu menderita suatu
penyakit yang dikhwatirkan dapat menular kepada bayinya kemudian alasan
estetika, seorang ibu akan lebih mementingkan keindahan tubuhnya
daripada kesehatan anaknya.
b) Setelah bayi lahir, tidak semua ibu memberikan ASI. Hanya sepertiga ibu
yang memberikan ASI pada hari pertama setelah melahirkan. ASI yang
pertama keluar mengandung kolostrum yang penting bagi pertahanan tubuh
dan perkembangan bayi selanjutnya.
c) Bayi sudah diperkenalkan dengan makanan lain selain ASI pada minggu
pertama setelah kelahiran. Terdapat 26-49% ibu dan 13-33% bidan
memeperkenalkan makanan lain selain ASI pada minggu pertama setelah
kelahiran.
2. Interaksi ibu dan anak
Interaksi ibu dan anak berdampak positif dengan keadaan gizi anak. Anak
yang mendapat perhatian lebih secara fisik maupun emosional, maka keadaan
gizinya lebih baik dibandingkan teman sebayanya yang kurang mendapat
perhatian dari orang tua.
8
3. Pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan
Pemantauan pertumbuhan yang diikuti dengan tindak lanjut berupa
konseling, terutama oleh petugas kesehatan berpengaruh terhadap status
pertumbuhan anak. Data dasar ASUH 2002, menunjukkan bahwa :
a) Balita yang pernah ditimbang sebanyak 60,1%-85,9% dan 30,9-58,8%
diantaranya yang ditimbang secara teratur setiap bulannya.
b) Suplementasi kapsul vitamin A diberikan kepada 50,4%-59% bayi.
c) Kunjungan neonatal sekitar 21,5%-62,2% dan 31,3%-3,57% bayi yang
mendapat imunisasi campak.
4. Kesehatan lingkungan
Selain ketidakseimbangan asupan makanan penyakit infeksi juga
mempengaruhi gizi. Kesehatan lingkungan yang baik artinya tersedianya sarana
air bersih dan perilaku hidup bersih dan sehat, akan mengurangi risiko kejadian
penyakit infeksi.
5. Ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga
Status gizi dipengaruhi oleh ketersediaan pangan di tingkat rumah
keluarga dan jika tidak cukup dapat dipastikan konsumsi setiap anggota keluarga
tidak dapat dipenuhi.
D. Kurang Energi Protein dan Klasifikasinya
Untuk penentuan dan pengklasifikasian status gizi di tingkat puskesmas,
dilakukan dengan metode antropometri, yaitu dengan menimbang BB anak yang
kemudian dibandingkan dengan umur dan menggunakan KMS dan Tabel BB/U
Median WHO-NCHS.
KEP (Kurang Energi Protein) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan
rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak
9
memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Adapun Klasifikasi KEP adalah
sebagai berikut :
1) KEP ringan bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak pada pita
warna kuning
2) KEP sedang bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak di Bawah
Garis Merah (BGM).
3) KEP berat / gizi buruk bila hasil penimbangan BB/U <60% baku median
WHO-NCHS.
Pada KMS tidak ada garis pemisah KEP berat / gizi buruk dan KEP
sedang, sehingga untuk menentukan KEP berat/gizi buruk digunakan Tabel BB/U
Baku Median WHO-NCHS.
Pada KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya berupa
anak tampak kurus. Sedangkan pada KEP berat/gizi buruk, gejala klinisnya secara
garis besar dapat dibedakan sebagai marasmus, kwashiorkor atau marasmik-
kwashiorkor. Selain itu, tanpa mengukur/melihat BB bila disertai edema yang
bukan karena penyakit lain adalah KEP berat/Gizi buruk tipe kwashiorkor.
a. Kwashiorkor
1) Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki (dorsum
pedis
2) Wajah membulat dan sembab
3) Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut
tanpa rasa sakit, rontok
4) Pandangan mata sayu
5) Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri
atau duduk
6) Pembesaran hati
7) Perubahan status mental, apatis, dan rewel
8) Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna
menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis)
9) Sering disertai penyakit infeksi yang umumnya akut, anemia, diare.
10
b. Marasmus:
1) Tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit
2) Wajah seperti orang tua
3) Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy
pant/pakai celana longgar)
4) Perut cekung
5) Cengeng, rewel
6) Iga gambang
7) Sering disertai penyakit infeksi yang umumnya kronis berulang, diare kronik
atau konstipasi/susah buang air.
c. Marasmik-Kwashiorkor:
Merupakan gabungan dari beberapa gejala klinik Kwashiorkor dan Marasmus,
dengan BB/U <60% baku median WHO-NCHS disertai edema yang tidak mencolok.
E. Penemuan kasus
Penemuan kasus balita KEP dapat dimulai dari :
1. Posyandu/Pusat Pemulihan Gizi
Pada penimbangan bulanan di posyandu dapat diketahui apakah anak
balita berada pada daerah pita warna hijau, kuning, atau dibawah garis merah
(BGM). Bila hasil penimbangan BB balita dibandingkan dengan umur di KMS
terletak pada pita kuning, dapat dilakukan perawatan di rumah, tetapi bila anak
dikategorikan dalam KEP sedang-berat/BGM, harus segera dirujuk ke Puskesmas.
2. Puskesmas
Apabila ditemukan BB anak pada KMS berada di bawah garis merah
(BGM) segera lakukan penimbangan ulang dan kaji secara teliti. Bila KEP
Berat/Gizi buruk (BB < 60% Standard WHO-NCHS) lakukan pemeriksaan klinis
dan bila tanpa penyakit penyerta dapat dilakukan rawat inap di puskesmas. Bila
KEP berat/Gizi buruk dengan penyakit penyerta harus dirujuk ke rumah sakit
umum.
11
F. Upaya Mengatasi Masalah Gizi
Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah gizi.
Tiga diantaranya yang dapat dilakukan di tingkat puskesmas adalah pendeteksian
dini dengan menggunakan KMS, pemberian MP-ASI, dan peningkatan peran
kader posyandu untuk meningkatkan partisipasi masyarakat.
1. Kartu Menuju Sehat
Kartu Menuju sehat adalah alat sederhana yang dapat digunakan untuk
memantau kesehatan dan pertumbuhan anak.
Pertumbuhan merupakan parameter kesehatan gizi yang cukup peka untuk
dipergunakan dalam menilai kesehatan anak, terutama anak bayi dan balita.
Dalam upaya memonitor kesehatan gizi anak ini dipergunakan Kartu Menuju
Sehat (KMS).
Pada dasarnya kartu ini memperlihatkan grafik berat badan anak menurut
masing-masing umur, ada bermacam-macam jenis kartu pertumbuhan tapi dengan
kartu ini para ibu dapat memantau tumbuh kembang anak, agar tidak terjadi
kesalahan atau ketidakseimbangan pemberian makan anak, selain itu kartu ini juga
berisi catatan tentang imunisasi dan pemberian vitamin A.
2. Pemberian Makanan Tambahan dan Cara Penyiapannya
Setiap ibu perlu mengetahui bahwa bayi sejak umur 6 bulan sudah
memerlukan MP-ASI. Untuk umur 6-11 bulan perlu mendapat MP-ASI blended
food sebanyak 100gr/hari, anak umur 12-24 bulan 125 gr/hari dan anak diatas 24
bulan 150 gr/hari. Makanan dapat di bagi 3-4 kali sehari.
12
a. Umur 6-11 bulan
Pada bayi umur 6-11 bulan selain makanan utamanya adalah ASI juga
mulai diberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) karena kebutuhan makanan
bayi sudah mulai meningkat untuk pertumbuhannya.
Makanan pendamping ASI dapat diberikan berupa :
1) Makanan lembek atau lunak misalnya ; bubur yang dapat dibuat dari bahan
makanan setempat seperti tepung beras/gandum dan sebagainya.
2) Makanan lembek atau lunak dapat pula dari blended food (bahan makanan
campuran buatan industri/pabrik).
3) Nasi tim/makanan lunak yang dibuat dari beras dan campuran berbagai bahan
makanan setempat (sayuran, ikan atau penggantinya, kacang-kacangan).
Lama pemberian makanan diberikan setiap hari berturut-turut selama 180
hari.
b. Umur 12-23 bulan dan umur 24-59 bulan
Bentuk makanan dapat berupa kudapan (jajanan) yang dibuat dari bahan
makanan setempat, dan bahan makanan setempat ini bisa dibawa pulang. Lama
pemberiannya untuk anak umur 12-23 bulan, diberikan setiap hari berturut-turut
selama 90 hari, untuk anak umur 24-59 bulan diberikan seminggu sekali
bersamaan dengan hari dibukanya Posyandu.
Adapun cara penyiapan MP-ASI yaitu, apabila MP-ASI yang diterima
harus dimasak terlebih dahulu, cara penyajiannya sebagai berikut :
a) Cuci tangan terlebih dahulu dengan sabun
b) Persiapkan alat-alat bersih
c) Masukkan MP-ASI ke dalam panci dan tambahkan air matang dengan
perbandingan 1 : 4, contoh untuk bayi 6-11 bulan setiap 30 gr MP-ASI atau
kurang lebih 3 sendok makan dicampur dengan 120 ml air matang (kurang
lebih ½ gelas ).
d) Aduk hingga rata dan dimasak sampai matang (5 menit)
e) Setiap hidangan untuk satu kali makan
13
f) Hangat-hangat kuku, berikan segera pada bayi.
Kemudian apabila MP-ASI yang diterima adalah MP-ASI yang siap saji
(instan), cara penyiapannya sebagai berikut :
a) Cuci tangan terlebih dahulu dengan sabun
b) Persiapkan alat-alat bersih
c) Tuangkan air panas (kurang lebih 100 ml) yang matang dalam mangkuk
bersih, lalu campurkan kurang lebih 25-30 gr MP-ASI atau kurang lebih 3
sendok makan (untuk bayi 6-11 bulan)
d) Aduk sampai rata
e) Setiap hidangan untuk satu kali makan
f) Hangat-hangat kuku, berikan segera pada bayi.
3. Peningkatan Peran Kader Posyandu untuk Meningkatkan Partisipasi
Masyarakat dalam Penimbangan Bayi dan Balita
Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan
kesehatan masyarakat dari Keluarga Berencana dari masyarakat, oleh masyarakat
dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari
petugas kesehatan dan keluarga berencana yang mempunyai nilai strategis untuk
pengembangan sumber daya manusia sejak dini. Yang dimaksud dengan nilai
strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini yaitu dalam
peningkatan mutu manusia masa yang akan datang dan akibat dari proses
pertumbuhan dan perkembangan manusia ada 3 intervensi yaitu : Pembinaan
kelangsungan hidup anak (Child Survival), pembinaan perkembangan anak (Child
Development) dan pembinaan kemampuan kerja (Employment).
Memperhatikan kenyataan yang terjadi di masyarakat saat ini, bahwa
Posyandu telah menjadi bagian yang penting dalam pembangunan kesehatan
masyarakat pedesaan di Indonesia. Oleh sebab itu dalam kegiatan posyandu yang
14
dilakukan 1 bulan sekali tersebut harus ada setidaknya 2 petugas Pusksemas untuk
memberikan pelayanan teknis dan bimbingan atau pembinaan.
Agar manfaat Posyandu semakin besar di perlukan adanya interaksi yang
baik antara Puskesmas, kader Posyandu dan masyarakat sendiri sebagai pelaksana
dan sekaligus target kerja. Petugas kesehatan tidak bisa berbuat banyak jika kader
tidak menyelenggarakan kegiatan Posyandu yang telah dijadwalkan. Usaha kader
juga akan sia-sia jika warga tidak ada yang datang, selanjutnya peran serta ibu
yang tidak aktif juga akan berdampak langsung terhadap kesehatan ibu dan anak
karena kurangnya pemantauan petugas.
Peningkatan peran kader dan partisipasi masyarakat dalam penimbangan
bayi dan balita dengan upaya meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan motivasi
pada ibu bayi balita dapat dilakukan melalui pelatihan ulang, pembinaan, dan
pendampingan kader, penyediaan sarana dan prasarana, termasuk penyediaan
biaya operasional juga diperlukan agar kader dapat menjalankan fungsinya secara
optimal. Serta peningkatan kuantitas dan kualitas penyuluhan melalui kerja sama
lintas program dan lintas sektor, baik secara langsung maupun melalui media
massa secara kontinyu.
G. Upaya Perbaikan Gizi di Puskesmas Pampang
1. Peningkatan pendidikan gizi
I. Pembinaan KADARZI
Menimbang setiap bulan
Memberikan ASI eksklusif
Pemantauan garam beryodium
Pemberian suplemen gizi (bayi, balita, dan bumil)
Mengkonsumsi aneka ragam makanan
II. Pembinaan pelayanan gizi
III. Pemantauan pertumbuhan balita
IV. Pembinaan kelompok gizi
V. Penemuan berkala KGM
2. Peningkatan Surveilans gizi
15
I. Sistem Kewaspadaan Dini
II. Pemantauan status gizi buruk
Berat badan menurut umur (BB/U)
Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
Tinggi badan menurut umur (TB/U)
Indeks masa tubuh menurut umur (IMT/U)
Monitoring grafik pertumbuhan anak (GPA)
III. Peningkatan cakupan posyandu dan analisa data PWS gizi
3. Penanggulangan Kurang Enegi Protein (KEP), Anemia gizi besi, kurang
vitamin A, Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), dan kekurangan
zat gizi mikro
I. Intervensi Gizi
Pemberian MP-ASI
Suplementasi Gizi
PMT penyuluhan
PMT pemulihan
PMT Bumil Kek Gakin
Tata Laksana Gizi Buruk
II. Pemantauan Penggunaan Taburia
III. Pemberian / Pemantauan MP-ASI
IV. Konseling Gizi
Penyakit degeneratif
H. Laporan Hasil Program Upaya Perbaikan Gizi Puskesmas Pampang
A. Penimbangan Bayi
Hasil kegiatan Program Perbaikan Gizi Puskesmas Pampang pada Tahun 2013,
dapat dilihat pada tabel berikut.
16
Tabel 1. Hasil Kegiatan Penimbangan Bayi Puskesmas Pampang pada
tahun 2013
Bulan K/S N/D D/S
Januari 100 83,5 79,1
Februari 100 84,6 84,2
Maret 100 91,3 79,2
April 95,16 98,3 85,3
Mei 100 82,4 85,3
Juni 100 82,5 85,5
Juli 100 81,4 85.3
Agustus 00 81,8 90,1
September 100 88,9 90
Oktober 100 87,6 87,4
November 100 85,5 85,5
Desember 100 85,5 89
Sumber: Laporan Puskesmas Pampang tahun 2013
Keterangan:
S : Jumlah bayi atau balita yang ada diwilayah kerja
K : Jumlah bayi atau balita yang mempunyai KMS
D : Jumlah bayi atau balita yang ditimbang
N : Jumlah bayi atau balita yang naik timbangannya
Pemantauan pertumbuhan melalui penimbangan Balita di Posyandu setiap
bulan sesuai jadwal setiap bulannya. Meninjau keberhasilan melalui penilaian
SKDN. Terdapat beberapa hal yang dinilai diantaranya :
a) K/S : Untuk menilai cakupan kegiatan penimbangan
b) D/S : Untuk menilai partisipasi masyarakat
c) N/D : Untuk menilai kecenderungan status gizi
17
d) N/S: Untuk menilai tingkat pencapaian program
Program ini dilakukan setiap hari. Sasaran kegiatan yaitu bayi
balita sakit dan sehat yang datang ke puskesmas dan setiap bulan di
posyandu. Target program yaitu sebanyak 80% sasaran Lokasi
pelaksanaan dilakukan di puskesmas dan posyandu. Dari tabel diatas
didapatkan rata – rata setiap bulan puskesmas pampang sudah mencapai
target yang telah ditetapkan.
B. Pemantauan Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk
Program Pemantauan Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk dilakukan setiap
bulan.Kegiatan ini bertujuan untuk memantau Balita dengan Gizi Buruk dan
Balita dengan Gizi Kurang.
Tabel.2 Cakupan Intervensi / Penanganan Kasus Gizi Buruk (Baru + Lama )
Puskesmas Pampang Tahun 2014
NO KEGIATAN SASARAN
TARGET REAL
ISASI
%
% ANGKA
1
2.
Intervensi Balita Gizi
Buruk
Intervensi Balita Gizi
Kurang
6
76
100
100
6
76
6
76
100 %
100 %
Dari tabel diatas didapatkan puskesmas pampang dengan penemuan kasus gizi
kurang dan gizi buruk di wiayah kerjanya didapatkan sekitar 76 orang dengan gizi
kurang dan 6 orang dengan status gizi buruk telah dilakukan intervensi
18
terhadapnya dengan memberikan PMT pemulihan selama100 hari telah mencapai
target.
C. Distribusi Vitamin A
Sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan kekurangan Vitamin A selain
dengan penyuluhan pada masyarakat dilakukan juga pemberian kapsul Vitamin A.
Distribusi Vitamin A dilaksanakan pada bulan Februari dan Agustus. Bayi usia 6-
11 bulan mendapatkan kapsul vitamin A berwarna biru, sedangkan untuk usia 1-5
tahun mendapat kapsul vitamin A berwarna merah. Pendistribusian Vitamin A
juga diberikan pada Ibu Nifas (Bufas) sebanyak 2 kapsul, pemberian pertama 1
jam setelah melahirkan, dan yang kedua 24 jam setelah melahirkan.
D. Distribusi Tablet Fe
Upaya untuk menurunkan masalah anemia gizi pada ibu hamil dan ibu nifas
adalah dengan memberikan tablet Fe kepada penduduk sasaran. Distribusi Fe pada
ibu hamil (Bumil) dan ibu nifas (bufas) diberikan setiap kali terdapat Bumil/Bufas
baik yang mendapat pelayanan di Puskesmas ataupun yang berada Posyandu.
Tablet Fe diberikan selama 90 hari sebanyak 90 tablet.
E. KADARZI
Program pendataan KADARZI yaitu kegiatan yang dilakukan berupa
pengumpulkan data serta penilaian keluarga yang sudah memenuhi KADARZI
atau belum. Dalam penilaian tersebut meninjau beberapa indikator diantaranya
penimbangan balita rutin, pemberian ASI eksklusif, makanan beraneka ragam,
konsumsi garam beryodium dan konsumsi suplemen gizi.
19
Pendataan secara berkala program Kadarzi berjalan melalui kerjasama dengan
bagian program upaya lainnya. Wilayah kerja puskesmas Pampang tidak
ditemukan adanya masalah dalam program KADARZI.
20
BAB III
KESIMPULAN
Upaya perbaikan gizi masyarakat adalah kegiatan untuk mengupayakan
peningkatan status gizi masyarakat dengan pengelolaan terkoordinasi dari
berbagai profesi kesehatan serta dukungan peran serta aktif masyarakat.
Masalah gizi utama yang dihadapi masyarakat adalah kekurangan energi
dan protein (KEP), kekurangan Vitamin A (KVA), gangguan akibat kekurangan
iodium (GAKY), Anemia Gizi, salah satu faktor yang melatarbelakangi masalah
tersebut adalah masyarakat yang masih kurang memiliki pengetahuan dan adanya
kebiasaan yang salah terhadap konsumsi makanan. Masalah gizi menjadi
bertambah luas dan kompleks karena tingkat penghasilan penduduk yang masih
rendah.
Pemantauan pertumbuhan dengan melakukan penimbangan bulanan
menggunakan KMS serta pemberian MP-ASI merupakan suatu cara sederhana
namun mempunyai arti penting untuk mengetahui secara dini dan mencegah
terjadinya gangguan pertumbuhan dalam rangka mempertajam upaya perbaikan
gizi masyarakat. Hal ini juga perlu didukung oleh adanya interaksi yang baik
antara Puskesmas, kader Posyandu dan masyarakat.