referat ikm pkm pampang.docx

30
1 BAB I PENDAHULUAN Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang masih perlu ditanggulangi secara terpadu oleh berbagai sektor termasuk kesehatan. Masalah gizi utama yang dihadapi masyarakat adalah kekurangan energi dan protein (KEP), kekurangan Vitamin A (KVA), gangguan akibat kekurangan iodium (GAKY), Anemia Gizi, salah satu faktor yang melatarbelakangi masalah tersebut adalah masyarakat yang masih kurang memiliki pengetahuan dan adanya kebiasaan yang salah terhadap konsumsi makanan. Masalah gizi menjadi bertambah luas dan kompleks karena tingkat penghasilan penduduk yang masih rendah. Kasus gizi buruk bukanlah kasus penyakit yang baru akan tetapi merupakan kasus penyakit yang bersambung dan melibatkan banyak faktor. Antara lain disebabkan oleh berkurangnya konsumsi pangan akibat pendapatan yang rendah, harga pangan yang tinggi menyebabkan menurunnya asupan gizi bagi individu terutama bayi dan balita. Untuk memberikan pelayanan perbaikan gizi yang menyeluruh diperlukan kerjasama lintas program (KIA,

Upload: tiara-qalbu-dhuafa

Post on 12-Apr-2016

27 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: REFERAT IKM PKM PAMPANG.docx

1

BAB I

PENDAHULUAN

Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang masih perlu

ditanggulangi secara terpadu oleh berbagai sektor termasuk kesehatan. Masalah

gizi utama yang dihadapi masyarakat adalah kekurangan energi dan protein

(KEP), kekurangan Vitamin A (KVA), gangguan akibat kekurangan iodium

(GAKY), Anemia Gizi, salah satu faktor yang melatarbelakangi masalah tersebut

adalah masyarakat yang masih kurang memiliki pengetahuan dan adanya

kebiasaan yang salah terhadap konsumsi makanan. Masalah gizi menjadi

bertambah luas dan kompleks karena tingkat penghasilan penduduk yang masih

rendah.

Kasus gizi buruk bukanlah kasus penyakit yang baru akan tetapi

merupakan kasus penyakit yang bersambung dan melibatkan banyak faktor.

Antara lain disebabkan oleh berkurangnya konsumsi pangan akibat pendapatan

yang rendah, harga pangan yang tinggi menyebabkan menurunnya asupan gizi

bagi individu terutama bayi dan balita.

Untuk memberikan pelayanan perbaikan gizi yang menyeluruh diperlukan

kerjasama lintas program (KIA, Imunisasi, BP, UKS) maupun lintas sektor (PKK,

PKH). Salah satu upaya untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat adalah

melalui Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) yang sebagian besar kegiatannya

dilaksanakan di Posyandu. Usaha perbaikan gizi keluarga selama ini

dititikberatkan pada kegiatan penyuluhan gizi dengan menggunakan pesan-pesan

gizi sederhana, pelayanan gizi, pemanfaatan lahan pekarangan yang keseluruhan

kegiatan tersebut dilaksanakan oleh masyarakat itu sendiri.

Berdasarkan perkembangan masalah gizi, pada tahun 2007 diperkirakan

sekitar 5,4 % anak menderita gizi buruk dan 13,0% menderita gizi kurang (berat

badan menurut umur), atau 18,4 % menderita gizi buruk dan kurang. Bila

Page 2: REFERAT IKM PKM PAMPANG.docx

2

dibandingkan dengan target pencapaian program perbaikan gizi pada Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2015 sebesar 20% dan target

MDG untuk Indonesia sebesar 18,5% maka secara nasional target-target tersebut

sudah terlampaui. Sedangkan persentase anak dengan gizi baik mencapai 77,2%

dan gizi lebih mencapai 4,3%.

Secara nasional prevalensi kurus pada balita adalah 13,6%. Menurut

UNHCR prevalensi kurus seharusnya < 5% dan masalah ini sudah dianggap serius

bila prevalensi kurus antara 10,1-15% dan dianggap kritis bila prevalensi kurus

sudah diatas 15%. Hal ini berarti masalah kurus merupakan masalah kesehatan

masyarakat yang serius. Bahkan dari 33 provinsi, 18 provinsi diantaranya masuk

dalam kategori kritis, 12 provinsi pada kategori serius dan hanya 3 provinsi yang

tidak termasuk dalam kategori serius ataupun kritis. Provinsi tersebut yaitu Jawa

Barat, DI Yogyakarta, dan Bali.

Berdasarkan SK Menkes No. 123 Tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar

Pusat Kesehatan Masyarakat, Pelayanan Gizi Puskesmas adalah salah satu

pelayanan kesehatan perorangan maupun masyarakat yang merupakan salah satu

upaya wajib puskesmas. Puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan tingkat

pertama bertanggung jawab memberikan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan

kesehatan gizi. Pelayanan kesehatan gizi meliputi pelayanan di dalam gedung dan

di luar gedung.

Upaya perbaikan gizi masyarakat adalah kegiatan untuk mengupayakan

peningkatan status gizi masyarakat dengan pengelolaan terkoordinasi dari

berbagai profesi kesehatan serta dukungan peran serta aktif masyarakat.

Page 3: REFERAT IKM PKM PAMPANG.docx

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

UPAYA POKOK PROGRAM GIZI PUSKESMAS

A. Definisi dan Cakupan Gizi

Gizi secara umum berhubungan dengan kesehatan manusia, yaitu suatu zat

yang diperlukan dalam penyediaan energi, membangun dan memelihara jaringan

tubuh. Status gizi mencerminkan kondisi seseorang yang terjadi dalam suatu

jangka yang lama dalam keseimbangan antara penyerapan dan penggunaan zat

gizi.

Zat gizi adalah bahan-bahan kimia dalam makanan yang memberi makan

kepada tubuh. Secara garis besar zat gizi terbagi atas 2 jenis yaitu makronutrisi

dan mikronutrisi. Makronutrisi, yang terdiri dari protein, lemak, karbohidrat dan

beberapa mineral, dibutuhkan tubuh sehari-hari dalam jumlah yang besar.

Makronutrisi merupakan bagian terbesar dari makanan dan menyediakan energi

yang diperlukan untuk pertumbuhan, pemeliharaan dan kegiatan tubuh.

Mikronutrisi diperlukan dalam jumlah kecil (miligram sampai mikrogram).

Termasuk ke dalam mikronutrisi adalah vitamin dan mineral tertentu yang

menyebabkan perubahan kimia dalam penggunaan makronutrisi.

Kebutuhan energi bervariasi mulai dari 1000-4000 kalori/hari tergantung

kepada umur, jenis kelamin dan kegiatan fisik :

1. Wanita yang tidak beraktivitas, anak-anak kecil dan dewasa tua membutuhkan

sekitar 1600 kalori/hari.

2. Anak-anak yang lebih tua, wanita aktif dan laki-laki yang tidak beraktivitas

membutuhkan sekitar 2000 kalori/hari

3. Remaja laki-laki yang aktif dan laki-laki dewasa muda membutuhkan sekitar

2400 kalori/hari.

Adapun komposisi dari kalori adalah 55% berasal dari karbohidrat, 30%

berasal dari lemak, 15% berasal dari protein. Bila asupan energi tidak sesuai

Page 4: REFERAT IKM PKM PAMPANG.docx

4

dengan kebutuhan tubuh, akan terjadi penurunan berat badan. Cadangan lemak

dalam tubuh akan dipakai untuk memenuhi kebutuhan energi yang diperlukan.

Dalam keadaan yang lebih parah, tubuh akan menggunakan protein sebagai

sumber energinya.

Pada anak normal pertumbuhan dan perkembangan ditandai dengan

kesehatan yang baik dan gizi seimbang / baik. Salah satu cara terbaik untuk

mengukur kesehatan seorang anak adalah dengan mengukur pertumbuhannya, dan

salah satu cara termudah untuk mengukur pertumbuhan adalah dengan

menimbang berat badan anak secara teratur dan membandingkannya dengan berat

badan standar sesuai umur. Berat badan merupakan salah satu ukuran yang paling

banyak digunakan yang memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan

tubuh. Berat badan sangat mudah dipengaruhi oleh keadaan mendadak, seperti

terserang infeksi atau diare, konsumsi makanan yang menurun. Sebagai indikator

status gizi, barat badan dalam bentuk indeks berat menurut umur (BB/U) dan

berat menurut tinggi badan (BB/TB) memberikan gambaran keadaan kini.

Tujuan dari makanan yang tepat adalah untuk mencapai dan

mempertahankan komposisi tubuh dan kekuatan fisik dan mental

yangbaik.Kebutuhan zat gizi esensial sehari-hari tergantung kepada umur, jenis

kelamin, berat badan, tinggi badan serta aktivitas fisik dan metabolisme.

Upaya perbaikan gizi secara umum bertujuan untuk meningkatkan

perbaikan status gizi masyarakat yang ada diwilayah kerja Puskesmas Pampang,

sehingga tercapai peningkatan derajat kesehatan masyarakat untuk membentuk

sumber daya manusia yang berkualitas menuju Indonesia Sehat.

Lingkup pelayanan gizi di Puskesmas Pampang meliputi Pembinaan dan

pengembangan UPGK dan pelayanan gizi bagi balita, bumil dan masyarakat

terseleksi. Adapun sasarannya adalah bayi dan balita, ibu hamil dan anak sekolah.

Di wilayah kerja Puskesmas Pampang program gizi melayani

penimbangan bayi dan balita, distribusi atau pemberian Vit. A dosis tinggi pada

bulan Februari dan Agustus, pemberian obat cacing ke sekolah-sekolah,

Page 5: REFERAT IKM PKM PAMPANG.docx

5

pemberian tablet tambah darah remaja / perempuan di SMP dan SMA, Pemberian

tablet tambah darah pada Bumil, dan tindak lanjut kasus-kasus gizi buruk dan

monitoring bayi BGT dan BGM serta deteksi tumbuh-kembang balita secara

umum, serta distribusi MP-ASI khususnya bagi bayi dan balita pemegang kartu

sehat. Dalam memberikan pelayanan, program gizi memperluas jangkauan

pelayanan dengan posyandu-posyandu, pustu-pustu dan kelompok bermain/TK.

B. Gizi Kurang dan Dampaknya

Proses metabolik anak relatif lebih aktif dibandingkan dengan orang

dewasa. Anak membutuhkan lebih banyak makanan untuk tiap kilogram berat

badan karena sebagian dari makanan tersebut harus digunakan untuk

pertumbuhan. Keperluan ini dapat dipenuhi dengan pemberian makanan yang

mengandung cukup kalori, selain kalori dalam makanan harus cukup tersedia

protein, karbohidrat, mineral, air, vitamin dan beberapa asam lemak dalam jumlah

tertentu. Apabila jumlah minimal keperluan tersebut tidak dapat dipenuhi dalam

waktu lama akan timbul gejala gizi kurang.

Gizi kurang dan gizi buruk berdampak serius terhadap kualitas generasi

mendatang. Anak yang mengalami gizi kurang akan mengalami gangguan

pertumbuhan fisik dan perkembangan mental. Beberapa dampak-gizi kurang pada

balita antara lain :

1) Pertumbuhan fisik terhambat, anak akan mempunyai tinggi badan lebih

pendek.

2) Perkembangan mental dan kecerdasan terhambat, anak akan mempunyai IQ

lebih rendah. Setiap anak yang berstatus gizi buruk mempunyai resiko

kehilangan IQ 10-13 poin.

3) Daya tahan tubuh anak menurun sehingga mudah terserang penyakit infeksi,

yang semakin memperburuk keadaan gizi.

C. Penyebab Masalah Gizi

Ada beberapa hal yang dapat menimbulkan masalah gizi yang selanjutnya

dapat menurunkan status gizi, salah satunya adalah kurangnya peran aktif ibu

Page 6: REFERAT IKM PKM PAMPANG.docx

6

dalam pendeteksian dini gizi kurang. Penurunan status gizi ini dapat terjadi pada

kelompok rawan gizi.

Untuk mempertahankan status gizi yang baik perlu intervensi gizi melalui

pemberian makanan tambahan (PMT) khususnya kepada keluarga miskin dan

kelompok yang rentan gizi.

Bagan 1. Diagram Penyebab Masalah Gizi

Secara langsung keadaan gizi dipengaruhi oleh ketidakcukupan asupan

makanan dan penyakit infeksi. Secara tidak langsung dipengaruhi oleh

Page 7: REFERAT IKM PKM PAMPANG.docx

7

ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga, ketersediaan pelayanan kesehatan,

pola asuh yang tidak memadai.

Beberapa penelitian tentang penyebab masalah gizi di Indonesia adalah

sebagai berikut :

1. Pola pemberian Air Susu Ibu (ASI) dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

a) Masih rendahnya bayi yang mendapat ASI ekslusif sampai usia 4 bulan.

Berdasarkan SDKI 1995 sekitar 54% ibu yang memberikan ASI secara

ekslusif , dan hasil data dasar ASUH antara 7-13% (2002), beberapa alasan

sehingga tidak semua ibu memberikan ASI pada bayinya adalah jumlah ASI

kurang memadai sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan bayi, tidak

selamanya ibu bersama-sama dengan bayi, pada umumnya faktor pekerjaan,

faktor kesehatan ibu yang kurang memadai, misalnya ibu menderita suatu

penyakit yang dikhwatirkan dapat menular kepada bayinya kemudian alasan

estetika, seorang ibu akan lebih mementingkan keindahan tubuhnya

daripada kesehatan anaknya.

b) Setelah bayi lahir, tidak semua ibu memberikan ASI. Hanya sepertiga ibu

yang memberikan ASI pada hari pertama setelah melahirkan. ASI yang

pertama keluar mengandung kolostrum yang penting bagi pertahanan tubuh

dan perkembangan bayi selanjutnya.

c) Bayi sudah diperkenalkan dengan makanan lain selain ASI pada minggu

pertama setelah kelahiran. Terdapat 26-49% ibu dan 13-33% bidan

memeperkenalkan makanan lain selain ASI pada minggu pertama setelah

kelahiran.

2. Interaksi ibu dan anak

Interaksi ibu dan anak berdampak positif dengan keadaan gizi anak. Anak

yang mendapat perhatian lebih secara fisik maupun emosional, maka keadaan

gizinya lebih baik dibandingkan teman sebayanya yang kurang mendapat

perhatian dari orang tua.

Page 8: REFERAT IKM PKM PAMPANG.docx

8

3. Pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan

Pemantauan pertumbuhan yang diikuti dengan tindak lanjut berupa

konseling, terutama oleh petugas kesehatan berpengaruh terhadap status

pertumbuhan anak. Data dasar ASUH 2002, menunjukkan bahwa :

a) Balita yang pernah ditimbang sebanyak 60,1%-85,9% dan 30,9-58,8%

diantaranya yang ditimbang secara teratur setiap bulannya.

b) Suplementasi kapsul vitamin A diberikan kepada 50,4%-59% bayi.

c) Kunjungan neonatal sekitar 21,5%-62,2% dan 31,3%-3,57% bayi yang

mendapat imunisasi campak.

4. Kesehatan lingkungan

Selain ketidakseimbangan asupan makanan penyakit infeksi juga

mempengaruhi gizi. Kesehatan lingkungan yang baik artinya tersedianya sarana

air bersih dan perilaku hidup bersih dan sehat, akan mengurangi risiko kejadian

penyakit infeksi.

5. Ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga

Status gizi dipengaruhi oleh ketersediaan pangan di tingkat rumah

keluarga dan jika tidak cukup dapat dipastikan konsumsi setiap anggota keluarga

tidak dapat dipenuhi.

D. Kurang Energi Protein dan Klasifikasinya

Untuk penentuan dan pengklasifikasian status gizi di tingkat puskesmas,

dilakukan dengan metode antropometri, yaitu dengan menimbang BB anak yang

kemudian dibandingkan dengan umur dan menggunakan KMS dan Tabel BB/U

Median WHO-NCHS.

KEP (Kurang Energi Protein) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan

rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak

Page 9: REFERAT IKM PKM PAMPANG.docx

9

memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Adapun Klasifikasi KEP adalah

sebagai berikut :

1) KEP ringan bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak pada pita

warna kuning

2) KEP sedang bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak di Bawah

Garis Merah (BGM).

3) KEP berat / gizi buruk bila hasil penimbangan BB/U <60% baku median

WHO-NCHS.

Pada KMS tidak ada garis pemisah KEP berat / gizi buruk dan KEP

sedang, sehingga untuk menentukan KEP berat/gizi buruk digunakan Tabel BB/U

Baku Median WHO-NCHS.

Pada KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya berupa

anak tampak kurus. Sedangkan pada KEP berat/gizi buruk, gejala klinisnya secara

garis besar dapat dibedakan sebagai marasmus, kwashiorkor atau marasmik-

kwashiorkor. Selain itu, tanpa mengukur/melihat BB bila disertai edema yang

bukan karena penyakit lain adalah KEP berat/Gizi buruk tipe kwashiorkor.

a. Kwashiorkor

1) Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki (dorsum

pedis

2) Wajah membulat dan sembab

3) Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut

tanpa rasa sakit, rontok

4) Pandangan mata sayu

5) Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri

atau duduk

6) Pembesaran hati

7) Perubahan status mental, apatis, dan rewel

8) Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna

menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis)

9) Sering disertai penyakit infeksi yang umumnya akut, anemia, diare.

Page 10: REFERAT IKM PKM PAMPANG.docx

10

b. Marasmus:

1) Tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit

2) Wajah seperti orang tua

3) Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy

pant/pakai celana longgar)

4) Perut cekung

5) Cengeng, rewel

6) Iga gambang

7) Sering disertai penyakit infeksi yang umumnya kronis berulang, diare kronik

atau konstipasi/susah buang air.

c. Marasmik-Kwashiorkor:

Merupakan gabungan dari beberapa gejala klinik Kwashiorkor dan Marasmus,

dengan BB/U <60% baku median WHO-NCHS disertai edema yang tidak mencolok.

E. Penemuan kasus

Penemuan kasus balita KEP dapat dimulai dari :

1. Posyandu/Pusat Pemulihan Gizi

Pada penimbangan bulanan di posyandu dapat diketahui apakah anak

balita berada pada daerah pita warna hijau, kuning, atau dibawah garis merah

(BGM). Bila hasil penimbangan BB balita dibandingkan dengan umur di KMS

terletak pada pita kuning, dapat dilakukan perawatan di rumah, tetapi bila anak

dikategorikan dalam KEP sedang-berat/BGM, harus segera dirujuk ke Puskesmas.

2. Puskesmas

Apabila ditemukan BB anak pada KMS berada di bawah garis merah

(BGM) segera lakukan penimbangan ulang dan kaji secara teliti. Bila KEP

Berat/Gizi buruk (BB < 60% Standard WHO-NCHS) lakukan pemeriksaan klinis

dan bila tanpa penyakit penyerta dapat dilakukan rawat inap di puskesmas. Bila

KEP berat/Gizi buruk dengan penyakit penyerta harus dirujuk ke rumah sakit

umum.

Page 11: REFERAT IKM PKM PAMPANG.docx

11

F. Upaya Mengatasi Masalah Gizi

Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah gizi.

Tiga diantaranya yang dapat dilakukan di tingkat puskesmas adalah pendeteksian

dini dengan menggunakan KMS, pemberian MP-ASI, dan peningkatan peran

kader posyandu untuk meningkatkan partisipasi masyarakat.

1. Kartu Menuju Sehat

Kartu Menuju sehat adalah alat sederhana yang dapat digunakan untuk

memantau kesehatan dan pertumbuhan anak.

Pertumbuhan merupakan parameter kesehatan gizi yang cukup peka untuk

dipergunakan dalam menilai kesehatan anak, terutama anak bayi dan balita.

Dalam upaya memonitor kesehatan gizi anak ini dipergunakan Kartu Menuju

Sehat (KMS).

Pada dasarnya kartu ini memperlihatkan grafik berat badan anak menurut

masing-masing umur, ada bermacam-macam jenis kartu pertumbuhan tapi dengan

kartu ini para ibu dapat memantau tumbuh kembang anak, agar tidak terjadi

kesalahan atau ketidakseimbangan pemberian makan anak, selain itu kartu ini juga

berisi catatan tentang imunisasi dan pemberian vitamin A.

2. Pemberian Makanan Tambahan dan Cara Penyiapannya

Setiap ibu perlu mengetahui bahwa bayi sejak umur 6 bulan sudah

memerlukan MP-ASI. Untuk umur 6-11 bulan perlu mendapat MP-ASI blended

food sebanyak 100gr/hari, anak umur 12-24 bulan 125 gr/hari dan anak diatas 24

bulan 150 gr/hari. Makanan dapat di bagi 3-4 kali sehari.

Page 12: REFERAT IKM PKM PAMPANG.docx

12

a. Umur 6-11 bulan

Pada bayi umur 6-11 bulan selain makanan utamanya adalah ASI juga

mulai diberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) karena kebutuhan makanan

bayi sudah mulai meningkat untuk pertumbuhannya.

Makanan pendamping ASI dapat diberikan berupa :

1) Makanan lembek atau lunak misalnya ; bubur yang dapat dibuat dari bahan

makanan setempat seperti tepung beras/gandum dan sebagainya.

2) Makanan lembek atau lunak dapat pula dari blended food (bahan makanan

campuran buatan industri/pabrik).

3) Nasi tim/makanan lunak yang dibuat dari beras dan campuran berbagai bahan

makanan setempat (sayuran, ikan atau penggantinya, kacang-kacangan).

Lama pemberian makanan diberikan setiap hari berturut-turut selama 180

hari.

b. Umur 12-23 bulan dan umur 24-59 bulan

Bentuk makanan dapat berupa kudapan (jajanan) yang dibuat dari bahan

makanan setempat, dan bahan makanan setempat ini bisa dibawa pulang. Lama

pemberiannya untuk anak umur 12-23 bulan, diberikan setiap hari berturut-turut

selama 90 hari, untuk anak umur 24-59 bulan diberikan seminggu sekali

bersamaan dengan hari dibukanya Posyandu.

Adapun cara penyiapan MP-ASI yaitu, apabila MP-ASI yang diterima

harus dimasak terlebih dahulu, cara penyajiannya sebagai berikut :

a) Cuci tangan terlebih dahulu dengan sabun

b) Persiapkan alat-alat bersih

c) Masukkan MP-ASI ke dalam panci dan tambahkan air matang dengan

perbandingan 1 : 4, contoh untuk bayi 6-11 bulan setiap 30 gr MP-ASI atau

kurang lebih 3 sendok makan dicampur dengan 120 ml air matang (kurang

lebih ½ gelas ).

d) Aduk hingga rata dan dimasak sampai matang (5 menit)

e) Setiap hidangan untuk satu kali makan

Page 13: REFERAT IKM PKM PAMPANG.docx

13

f) Hangat-hangat kuku, berikan segera pada bayi.

Kemudian apabila MP-ASI yang diterima adalah MP-ASI yang siap saji

(instan), cara penyiapannya sebagai berikut :

a) Cuci tangan terlebih dahulu dengan sabun

b) Persiapkan alat-alat bersih

c) Tuangkan air panas (kurang lebih 100 ml) yang matang dalam mangkuk

bersih, lalu campurkan kurang lebih 25-30 gr MP-ASI atau kurang lebih 3

sendok makan (untuk bayi 6-11 bulan)

d) Aduk sampai rata

e) Setiap hidangan untuk satu kali makan

f) Hangat-hangat kuku, berikan segera pada bayi.

3. Peningkatan Peran Kader Posyandu untuk Meningkatkan Partisipasi

Masyarakat dalam Penimbangan Bayi dan Balita

Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan

kesehatan masyarakat dari Keluarga Berencana dari masyarakat, oleh masyarakat

dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari

petugas kesehatan dan keluarga berencana yang mempunyai nilai strategis untuk

pengembangan sumber daya manusia sejak dini. Yang dimaksud dengan nilai

strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini yaitu dalam

peningkatan mutu manusia masa yang akan datang dan akibat dari proses

pertumbuhan dan perkembangan manusia ada 3 intervensi yaitu : Pembinaan

kelangsungan hidup anak (Child Survival), pembinaan perkembangan anak (Child

Development) dan pembinaan kemampuan kerja (Employment).

Memperhatikan kenyataan yang terjadi di masyarakat saat ini, bahwa

Posyandu telah menjadi bagian yang penting dalam pembangunan kesehatan

masyarakat pedesaan di Indonesia. Oleh sebab itu dalam kegiatan posyandu yang

Page 14: REFERAT IKM PKM PAMPANG.docx

14

dilakukan 1 bulan sekali tersebut harus ada setidaknya 2 petugas Pusksemas untuk

memberikan pelayanan teknis dan bimbingan atau pembinaan.

Agar manfaat Posyandu semakin besar di perlukan adanya interaksi yang

baik antara Puskesmas, kader Posyandu dan masyarakat sendiri sebagai pelaksana

dan sekaligus target kerja. Petugas kesehatan tidak bisa berbuat banyak jika kader

tidak menyelenggarakan kegiatan Posyandu yang telah dijadwalkan. Usaha kader

juga akan sia-sia jika warga tidak ada yang datang, selanjutnya peran serta ibu

yang tidak aktif juga akan berdampak langsung terhadap kesehatan ibu dan anak

karena kurangnya pemantauan petugas.

Peningkatan peran kader dan partisipasi masyarakat dalam penimbangan

bayi dan balita dengan upaya meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan motivasi

pada ibu bayi balita dapat dilakukan melalui pelatihan ulang, pembinaan, dan

pendampingan kader, penyediaan sarana dan prasarana, termasuk penyediaan

biaya operasional juga diperlukan agar kader dapat menjalankan fungsinya secara

optimal. Serta peningkatan kuantitas dan kualitas penyuluhan melalui kerja sama

lintas program dan lintas sektor, baik secara langsung maupun melalui media

massa secara kontinyu.

G. Upaya Perbaikan Gizi di Puskesmas Pampang

1. Peningkatan pendidikan gizi

I. Pembinaan KADARZI

Menimbang setiap bulan

Memberikan ASI eksklusif

Pemantauan garam beryodium

Pemberian suplemen gizi (bayi, balita, dan bumil)

Mengkonsumsi aneka ragam makanan

II. Pembinaan pelayanan gizi

III. Pemantauan pertumbuhan balita

IV. Pembinaan kelompok gizi

V. Penemuan berkala KGM

2. Peningkatan Surveilans gizi

Page 15: REFERAT IKM PKM PAMPANG.docx

15

I. Sistem Kewaspadaan Dini

II. Pemantauan status gizi buruk

Berat badan menurut umur (BB/U)

Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)

Tinggi badan menurut umur (TB/U)

Indeks masa tubuh menurut umur (IMT/U)

Monitoring grafik pertumbuhan anak (GPA)

III. Peningkatan cakupan posyandu dan analisa data PWS gizi

3. Penanggulangan Kurang Enegi Protein (KEP), Anemia gizi besi, kurang

vitamin A, Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), dan kekurangan

zat gizi mikro

I. Intervensi Gizi

Pemberian MP-ASI

Suplementasi Gizi

PMT penyuluhan

PMT pemulihan

PMT Bumil Kek Gakin

Tata Laksana Gizi Buruk

II. Pemantauan Penggunaan Taburia

III. Pemberian / Pemantauan MP-ASI

IV. Konseling Gizi

Penyakit degeneratif

H. Laporan Hasil Program Upaya Perbaikan Gizi Puskesmas Pampang

A. Penimbangan Bayi

Hasil kegiatan Program Perbaikan Gizi Puskesmas Pampang pada Tahun 2013,

dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 16: REFERAT IKM PKM PAMPANG.docx

16

Tabel 1. Hasil Kegiatan Penimbangan Bayi Puskesmas Pampang pada

tahun 2013

Bulan K/S N/D D/S

Januari 100 83,5 79,1

Februari 100 84,6 84,2

Maret 100 91,3 79,2

April 95,16 98,3 85,3

Mei 100 82,4 85,3

Juni 100 82,5 85,5

Juli 100 81,4 85.3

Agustus 00 81,8 90,1

September 100 88,9 90

Oktober 100 87,6 87,4

November 100 85,5 85,5

Desember 100 85,5 89

Sumber: Laporan Puskesmas Pampang tahun 2013

Keterangan:

S : Jumlah bayi atau balita yang ada diwilayah kerja

K : Jumlah bayi atau balita yang mempunyai KMS

D : Jumlah bayi atau balita yang ditimbang

N : Jumlah bayi atau balita yang naik timbangannya

Pemantauan pertumbuhan melalui penimbangan Balita di Posyandu setiap

bulan sesuai jadwal setiap bulannya. Meninjau keberhasilan melalui penilaian

SKDN. Terdapat beberapa hal yang dinilai diantaranya :

a) K/S : Untuk menilai cakupan kegiatan penimbangan

b) D/S : Untuk menilai partisipasi masyarakat

c) N/D : Untuk menilai kecenderungan status gizi

Page 17: REFERAT IKM PKM PAMPANG.docx

17

d) N/S: Untuk menilai tingkat pencapaian program

Program ini dilakukan setiap hari. Sasaran kegiatan yaitu bayi

balita sakit dan sehat yang datang ke puskesmas dan setiap bulan di

posyandu. Target program yaitu sebanyak 80% sasaran Lokasi

pelaksanaan dilakukan di puskesmas dan posyandu. Dari tabel diatas

didapatkan rata – rata setiap bulan puskesmas pampang sudah mencapai

target yang telah ditetapkan.

B. Pemantauan Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk

Program Pemantauan Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk dilakukan setiap

bulan.Kegiatan ini bertujuan untuk memantau Balita dengan Gizi Buruk dan

Balita dengan Gizi Kurang.

Tabel.2 Cakupan Intervensi / Penanganan Kasus Gizi Buruk (Baru + Lama )

Puskesmas Pampang Tahun 2014

NO KEGIATAN SASARAN

TARGET REAL

ISASI

%

% ANGKA

1

2.

Intervensi Balita Gizi

Buruk

Intervensi Balita Gizi

Kurang

6

76

100

100

6

76

6

76

100 %

100 %

Dari tabel diatas didapatkan puskesmas pampang dengan penemuan kasus gizi

kurang dan gizi buruk di wiayah kerjanya didapatkan sekitar 76 orang dengan gizi

kurang dan 6 orang dengan status gizi buruk telah dilakukan intervensi

Page 18: REFERAT IKM PKM PAMPANG.docx

18

terhadapnya dengan memberikan PMT pemulihan selama100 hari telah mencapai

target.

C. Distribusi Vitamin A

Sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan kekurangan Vitamin A selain

dengan penyuluhan pada masyarakat dilakukan juga pemberian kapsul Vitamin A.

Distribusi Vitamin A dilaksanakan pada bulan Februari dan Agustus. Bayi usia 6-

11 bulan mendapatkan kapsul vitamin A berwarna biru, sedangkan untuk usia 1-5

tahun mendapat kapsul vitamin A berwarna merah. Pendistribusian Vitamin A

juga diberikan pada Ibu Nifas (Bufas) sebanyak 2 kapsul, pemberian pertama 1

jam setelah melahirkan, dan yang kedua 24 jam setelah melahirkan.

D. Distribusi Tablet Fe

Upaya untuk menurunkan masalah anemia gizi pada ibu hamil dan ibu nifas

adalah dengan memberikan tablet Fe kepada penduduk sasaran. Distribusi Fe pada

ibu hamil (Bumil) dan ibu nifas (bufas) diberikan setiap kali terdapat Bumil/Bufas

baik yang mendapat pelayanan di Puskesmas ataupun yang berada Posyandu.

Tablet Fe diberikan selama 90 hari sebanyak 90 tablet.

E. KADARZI

Program pendataan KADARZI yaitu kegiatan yang dilakukan berupa

pengumpulkan data serta penilaian keluarga yang sudah memenuhi KADARZI

atau belum. Dalam penilaian tersebut meninjau beberapa indikator diantaranya

penimbangan balita rutin, pemberian ASI eksklusif, makanan beraneka ragam,

konsumsi garam beryodium dan konsumsi suplemen gizi.

Page 19: REFERAT IKM PKM PAMPANG.docx

19

Pendataan secara berkala program Kadarzi berjalan melalui kerjasama dengan

bagian program upaya lainnya. Wilayah kerja puskesmas Pampang tidak

ditemukan adanya masalah dalam program KADARZI.

Page 20: REFERAT IKM PKM PAMPANG.docx

20

BAB III

KESIMPULAN

Upaya perbaikan gizi masyarakat adalah kegiatan untuk mengupayakan

peningkatan status gizi masyarakat dengan pengelolaan terkoordinasi dari

berbagai profesi kesehatan serta dukungan peran serta aktif masyarakat.

Masalah gizi utama yang dihadapi masyarakat adalah kekurangan energi

dan protein (KEP), kekurangan Vitamin A (KVA), gangguan akibat kekurangan

iodium (GAKY), Anemia Gizi, salah satu faktor yang melatarbelakangi masalah

tersebut adalah masyarakat yang masih kurang memiliki pengetahuan dan adanya

kebiasaan yang salah terhadap konsumsi makanan. Masalah gizi menjadi

bertambah luas dan kompleks karena tingkat penghasilan penduduk yang masih

rendah.

Pemantauan pertumbuhan dengan melakukan penimbangan bulanan

menggunakan KMS serta pemberian MP-ASI merupakan suatu cara sederhana

namun mempunyai arti penting untuk mengetahui secara dini dan mencegah

terjadinya gangguan pertumbuhan dalam rangka mempertajam upaya perbaikan

gizi masyarakat. Hal ini juga perlu didukung oleh adanya interaksi yang baik

antara Puskesmas, kader Posyandu dan masyarakat.