referat hipertensi
Embed Size (px)
DESCRIPTION
hipertensionTRANSCRIPT

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Penatalaksanaan yang semakin baik pada kasus hipertensi kronis menyebabkan kejadian
krisis hipertensi relatif jarang. Meskipun begitu penanganan krisis hipertensi haruslah sangat
dipahami oleh para dokter dalam menghadapi keadaan pasien dengan kenaikan tekanan darah
yang akut. Referat ini menjabarkan tentang definisi krisis hipertensi, khususnya hipertensi
urgensi.
I.2 EPIDEMIOLOGI
Jumlah pasien yang terdaftar dalam Internal Medicine Section of the Emergency
Department pada tahun 1996 adalah 14.209 orang. Dimana 1634 orang adalah kasus emergensi-
urgensi, 449 pasien termasuk kriteria krisis hipertensi menurut Joint National Committee dan
memiliki tekanan darah diastolik lebih dari 120 mmHg.
Pada 23% pasien hipertensi diketahui adalah krisis hipertensi dan 28% dari 23% tersebut
adalah hipertensi urgensi. Hipertensi urgensi juga lebih sering ditemukan dibandingkan dengan
hipertensi emergensi.
Kriris hipertensi biasanya lebih sering mengenai wanita bila dibandingkan dengan laki-
laki,dimana 60% pada wanita dan 40% pada laki-laki.
Adapun masalah yang dapat ditimbulkan dari keadaan krisis hipertensi, mengenai
kerusakan dari target organ, akibat efek dari peningkatan tekanan darah secara tiba-tiba. Maka
dari itu penatalaksanaan pengobatan cepat tepat serta monitoring pasien sangatlah diperlukan
untuk mencegah komplikasi yang ditimbulkan, baik oleh karena kerusakan target organ akibat
kenaikan tekanan darah yang akut, maupun oleh akibat dari penggunaan obat yang kurang tepat
dalam menghadapi kasus hipertensi urgensi.
1

BAB II
PEMBAHASAN
II.1 DEFINISI
Hipertensi adalah penyakit akibat peningkatan tekanan darah dalam arteri dengan tekanan
darah sistolik dan diastolik lebih atau samadengan 140 dan 90mmHg. Pemakaian istilah-istilah
untuk hipertensi yang gawat sering tidak seragam. Krisis hipertensi ialah keadaan klinik yang
gawat yang disebabkan karena tekanan darah yang meningkat, biasanya tekanan diastolik
140mmHg atau lebih, disertai kegagalan/kerusakan target organ. Yang dimaksud target organ
disini ialah: otak, mata (retina), ginjal, jantung, dan pembuluh darah. Batas tekanan darah untuk
timbulnya krisis hipertensi, bisa lebih rendah dari 140 mmHg, misalnya 130 atau 120 mmHg. Hal
ini terutama tergantung dari cepatnya kenaikan tekanan darah. Menurut tingkat kegawatannya,
krisis hipertensi dibagi menjadi :
1. Hipertensi gawat (hpertensive emergency).
2. Hipertensi darurat (hypertensive urgency).
Hipertensi gawat ialah keadaan klinik yang memerlukan penurunan tekanan darah dalam waktu
kurang dari satu jam.
Hipertensi darurat ialah keadaan klinik yang memerlukan penurunan tekanan darah dalam
beberapa jam.
Jelas, bahwa tak ada batas yang tajam antara hipertensi gawat dan hipertensi darurat, karena
tergantung pada penilaian klinik. Istilah hipertensi maligna (malignant hypertension atau
accelerated malignant hypertension atau accelerated hypertension) sering dipakai untuk
hipertensi darurat.
BENTUK-BENTUK KRISIS HIPERTENSI
Pada umumnya krisis hipertensi timbul atas dasar adanya hipertensi sebelumnya, baik
primer maupun sekunder. Selain tingginya tekanan diastolik, kecepatan meningkatnya tekanan
darah memegang peranan penting, dalam timbulnya krisis hipertensi.
2

Macam – macam bentuk krisis hipertensi ialah :
A. Hipertensi gawat :
1. Serebrovaskuler :
Ensefalopati hipertensi
Perdarahan intraserebral
Perdarahan subarachnoid
Infark otak trombotik dengan hipertensi berat
Hipertensi maligna (beberapa kasus)
2. Kardiovaskuler :
Diseksi aorta
Payah jantung kiri akut
Insufisiensi koroner akut Pasca bedah koroner
3. Lain-lain :
Katekholamin yang berlebihan :
Krisis pheochromocytoma
Interaksi dengan monoamine oxidase inhibitor
Trauma kepala
Perdarahan pasca bedah vaskuler
Epistaksis berat.
B. Hipertensi darurat :
1. Hipertensi maligna
2. Penghentian obat anti-hipertensi secara mendadak
3. Pembedahan :
Hipertensi berat pada penderita yang memerlukan operasi segera
3

Hipertensi berat pasca transplantasi ginjal
4. Luka bakar yang berat
II.2 ETIOLOGI
1. Primer Hipertensi
2. Hipertensi Sekunder
Peningkatan kardiac output ( peningkatan sekunder dalam tahanan pembuluh
darah )
1. Uremia dengan cairan overload
2. Akut renal disease ( glomerulonefritis, krisis skleroderma )
3. Peningkatan Hyperaldosteronprimer
Peningkatan resistensi pembuluh darah
1. Renovaskular hipertensi ( renal artery stenosis )
2. Pheochromosytoma
3. Obat – obatan ( kokain, makanan, atau obat yang berinteraksi dengan
monoamine oxidase inhibitors )
4. Cerebro – vascular ( infark, intracranial atau subarchnoid hemorragi )
Faktor Risiko yang Mendorong Timbulnya Kenaikan Tekanan Darah
1. Faktor risiko spt: diet dan asupan garam, stres, ras, obesitas, merokok, genetis
2. Sistem saraf simpatis: tonus simpatis dan variasi diurnal
3. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi: endotel
pembuluh darah berperan utama, tetapi remodeling dari endotel, otot polos dan
interstisium juga memberikan konstribusi akhir
4. Pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan pada sistem renin, angiotensin,
aldosteron
SISTEM RENIN ANGIOTENSIN
Sejak ditemukan cara penentuan penentuan praktis kadar renin dan angiotensin II di
dalam plasma maka renin dan angiotensinogen aldosteron atau RAA sistem diteliti secara luas.
4

Renin dihasilkan oleh sel-sel justax glomerolus di ginjal dan akan merubah angiotensinogen
manjadi angiotensin I. Kemudian angiotensin I oleh pengaruh angiotensin converting enzyme
(ACE) yang dihasilkan oleh paru, hati, dan ginjal berubah menjadi angiotensin II. sistem RAA
adalah satu sistem hormonal enzimatik yang bersifat multikompleks dan berperan dalam hal
naiknya tekanan darah, pengaturan keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit.
Sekresi renin ginjal dipengaruhi oleh :
1. mekanisme intra renal
a. reseptor vaskular
b. makula densa
2. mekanisme simpatoadrenergik
3. meknisme humoral
selain sistem RAA ada juga sistem kalikrein-kinin (KK) yang juga dapat menyebabkan naiknya
tekanan darah. Kalikren akan merubah bradikininogen menjadi bradikinin kemudian ACE akan
mengubah bradikinin menjadi fragmen inaktif yang dapat meningkatkan tekanan darah.
Renin mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin I kemudian angiotensin I dirubah oleh
ACE menjadi angiotensin II dan alur ini disebut Alur ACE. Selain alur ACE, angiotensin Ii juga
dapat terbentuk langsung dari angiotensinogen atau melalui alur lain dan kedua akur ini disebut
alur non-ACE.
5

SISTEM RENIN ANGIOTENSINOGEN ALDOSTERON
SISTEM KALIKREIN KININ
6
ANGIOTENSINOGEN
Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor Renin
Angiotensin I
Angiotensin II
Angiotensin Converting Enzyme
Hipertensi
Vascular hipertrofic
Trophic effect Vasoconstriction Salt and water retention Symphatic stimulation
Bradikininogen
Kalikrin
Bradikinin
ACE
Fragment inaktif
Hipertensi

KAPLAN menggambarkan beberapa faktor yang berperan dalam pengendalian tekanan darah
yang mempengaruhi rumus dasar tekanan darah = curah jantung x tahanan perifer.
Peristiwa mekanis pada siklus jantung
Peristiwa pada akhir diastolik, pada akhir diastolik katup mitralis dan triskuspidalis antar
atrium dan vebtrikel terbuka dan katup aorta serta pulmonalis tertutup. Darah mengalir kedalam
jantung sepanjang diastolik, mengisi atrium dan ventrikel. Kecepatan pengisian berkurang seiring
dengan mengembangnya ventrikel, terutama saat kecepatan denyut jantung lambat, daun katup
atrioventrikel bergeser kearah posisi tertutup. Tekanan di ventrikel tetap rendah.
Sistolik atrium, kontraksi atrium ikut mendorong darah kedalam ventrikel, tetapi sekitar
70% pengisian ventrikel terjadi secara pasif selama diastolik. Kontraksi otot atrium yang
melingkari orifisium vena cava superior dan inferior dan vena pulmonalis mempersempit lubang
orifisium tersebut, dan kelembaman darah yang bergerak kearah jantung cenderung menahan
darah didalamnya, tetapi selama sistolik atrium terjadi sedikit regurgitasi darah kedalam vena.
Sistolik ventrikel, pada permulaan sisitolik ventrikel, katup mitralis dan trikuspidalis
(AV) menutup. Otot ventrikel pada mulanya hanya sedikit memendek, tetapi tekanan
intraventrikel meningkat secara tajam sewaktu miokardium menekan darah didalam ventrikel.
Periode kontraksi ventrikel isovolumetrik berlangsung sekitar 0.05 detik, sampai tekanan
diventrikel kanan dan kiri melebihi tekanan diaorta ( 80 mmHg) dan arteri pulmonalis (10
mmHg) dan katup aorta serta pulmonalis terbuka. Selama kontraksi isovolumetrik, katup AV
menonjol kedalam atrium, menyebabkan peningkatan atrium yang kescil tapi tajam. Saat katup
aorrta dan pulmonalis terbuka, dimulailah vase penyemprotan ventrikel (ejeksi ventrikel).
Penyemprotan mula-mula berlangsung cepat kemudian melambat seiring dengan kemajuan
sistolik. Tekanan intraventrikel meningkat sampai mekasimum kemudian sedikit menurun
sebelum sistolik ventrikel berakhir. Tekanan ventrikel kiri puncak adalah sekitar 120mmHg, dan
tekanan ventrikel kanan puncak adalah 25 mmHg atau lebih kecil. Pada akhir sistolik, tekanan
aorta sebenarnya melebihi tekanan ventrikel, tetapi untuk jangka waktu yang singkat momentum
tetap mendorong darah. Katup AV tertarik kebelakang oleh kontraksi otot ventrikel, dan tekanan
atrium turun. Saat istirahat, jumlah darah yang disemprotkan oleh setiap ventrikel pada akhir
sistolik (volume ventrikel sistolik akhir), dan fraksi semprotan, persen volume ventrikel diastolik
7

akhir yang disemprotkan tiap kali denyutan, adalah sekitar 60%. Fraksi semprotan merupan
indeks fungsi ventrikel yang bermanfaat.
Awal diastolik, setelah otot ventrikel berkontraksi penuh tekanan ventrikel yang sudah
turun semakin cepat turun ini adalan periode protodiastolik. Periode ini berlangsung sekita 0,04
detik. Periode ini berakhir saat momentum darah yang disemprotkan dikalahkan dan katup aorta
sera pulmonalis menutup sehingga timbul getaran didarah dan dinding pembuluh darah. Setelah
katup menutup, tekanan terus turun dengan cepat selama periode relaksasi ventrikel
isovolumetrik. Relaksasi isovolumetrik berakhir saat tekanan ventrikel turun dibawah tekanan
atrium dan katup AV membuka dan ventrikel terisi. Mula-mula pengisian ventrikel berlangusng
cepat kemudian melambat sewaktu kontraksi jantung berikutnya mendekat. Tekanan atrium tetap
meningkat setelah akhir sistolik ventrikel sampai katup AV membuka, dan kemudian turun secara
perlahan kembali meningkat sampai sistolik atrium berikutnya.
Lama sistolik dan diastolik, otot jantung memiliki sifat unik yaitu berkontraksi dan
mengalami repolarisasi lebih cepat saat kecepetan denyut jantun tinggi, durasi sistolik menurun
dari 0,3 detik pada kecepatan denyut jantung 65 menjadi 0,16 detik pada kecepatan 200
denyut/menit. Pemendekan ini terutama disebabkan oleh penurunan durasi semprotan sistolik.
Namun durasi sistolik jauh lebih menetap daripada durasi diastolik, apabila kecepatan denyut
jantung meningkat, diastolik mengalami pemendekan yang kebih besar. Kenyataan ini memiliki
dampak fisiologis dan klinis yang penting. Selama diastoliklah otot jantung beristirahat, dan
darah koroner mengalir kebagian subendokardio ventrikel kiri terjadi hanya selama diastolik.
Selain itu sebagian besar pengisian ventrikel terjadi selama diastolik. Pada kecepatan denyut
sampai 180, pengisian masih adekuat selama aliran balik vena (venous return) cukup banyak dan
curah jantung per menit meningkat apabila kecepatan denyut meningkat. Namun pada kecepatan
denyut jantung yang sangat tinggi pengisisan mungkin terganggu sampai tahap curah jantung
permenit turun dan timbl gejala gagal jantung.
Faktor yang mengontrol curah jantung, curah jantung dapat berubah-ubah oleh perubahan
pada kecepatan denyut jantung atau isi sekuncup. Kecepatan denyut jantung teruama dikontrol
olea persarafan jantung, stimulasi simpatis meningkatkan kecepatan dan stimulasi parasimpatis
menurunkannya. Isi sekuncup sebagian juga ditentukan oleh input saraf, rangsang simpatis
menyebabkan serat-serat otot miokardium berkontraksi lebih kuat untuk setiap panjang
sedangkan rangsang parasimpatis menimbulkan efek yang sebaliknya. Apabila kekuatan
8

kontraksi meningkat tanpa peningkatan panjang serat lebih banyak darah ( yang dalam keadaan
normal tetap ada di ventrikel ) yang disemprotkan keluar, yaitu fraksi ejeksi meningkat dna
volume darah ventrikel akhir sistolik berkurang. Efek katekolamin yang dikeluarkan oleh
stimulasi simpatis pada akselerasi jantung disebut sebagai efek kronotropik, sedangkan feknya
pada kekuatan kontraksi jantung disebut inotropik. Faktor-faktor yang meningkatkan kekuatan
kontriksi jantung dikatakan sebagai inotropik positif sedangkan faktor yang menurunkannya
disebut inotropik negatif. Kekuatan kontraksi otot jantung bergantung pada preload dan
afterloadnya.
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengendalian tekanan darah:
9
ASUPAN GARAM BERLEBIH
JUMLAH NEFRON BERKURANG
STRESPERUBAHAN GENETIK OBESITAS
BAHAN-BAHAN YANG BERASAL DARI ENDOTEL
RETENSI NATRIUM GINJAL
PENURUNAN PERMUKAAN FILTRASI
AKTIVITAS BERLEBIH SARAF SIMPATIS
RENIN ANGIOTENSIN BERLEBIH
PERUBAHAN MEMBRAN SEL
HIPERINSULINEMIA
PENINGKATAN VOLUME CAIRAN
KONSTRIKSI VENA
TEKANAN DARAH = CURAH JANTUNG X TAHANAN PERIFER
HIPERTENSI = PENINGKATAN CURAH JANTUNG DAN / ATAU PENINGKATAN TAHANAN PERIFER
OTOREGULASI
PENINGKATAN PRELOAD PENINGKATAN KOTRAKTILITAS KONSTRIKSI FUNGSIONIL HIPERTROFI STRUKTURAL

Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 7
Klasifikasi Tekanan Darah TDS ( mmhg ) TDD ( mmhg )
Normal < 120 <80
Prahipertensi 120 – 139 80 – 89
Hipertensi derajat 1 140 – 159 90 – 99
Hipertensi derajat 2 ≥ 160 ≥ 100
Klasifikasi Tekanan Darah Pada Orang Dewasa
Kategori TekananDarah Sistolik TekananDarah
Diastolik
Normal 120 mmHg - 130 mmHg 85 mmHg - 95 mmHg
Untuk para lansia
tekanan
diastolik 140 mmHg
masih
dianggap normal.
Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium1
(Hipertensi ringan)
140-159 mmHg 90-99 mmHg
Stadium2
(Hipertensi sedang)
160-179 mmHg 100-109 mmHg
Stadium3 180-209 mmHg 110-119 mmHg
10

(Hipertensi berat)
Stadium4
(Hipertensi maligna)
210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih
II.4 PATOFISIOLOGI
Tekanan darah yang sangat tinggi, terutama yang meningkat dalam waktu singkat,
menyebabkan gangguan/kerusakan gawat pada target organ.
JANTUNG
Kenaikan tekanan darah menyebabkan peningkatan preload pada ventrikel kiri, sehingga
sering terjadi payah jantung dalam bentuk oedem paru.
Pada penderita yang sebelumnya sudah mempunyai gangguan sirkulasi koroner, maka
kenaikan tekanan darah dapat menyebabkan insufisiensi koroner akut. Hal ini disebabkan karena
meningkatnya preload menyebabkan kebutuhan oksigen oleh miokard meningkat, sehingga
terjadi iskemia miokard yang akut.
PEMBULUH DARAH
Pada arteri kecil dan arteriol terjadi nekrosis fibrinoid, yang berperan penting dalam
timbulnya kerusakan target organ.
Penyulit berbahaya yang terjadi pada aorta ialah diseksi aorta (istilah lama adalah
aneurisma disekans). Disini terjadi robekan pada intima aorta yang disertai masuknya darah
kedalam dinding aorta sehingga intima terlepas dari dindingnya.
RETINA
Kelainan retina merupakan penyulit penting pada krisis hipertensi. Pada umumnya terjadi
eksudat, perdarahan, dan papil bentung yang bisa menyebabkan kebutaan.
11

GINJAL
12

Pada ginjal bisa terjadi kerusakan progresif karena atrofi iskemik dan nefron. Hal ini
disebabkan karena nekrosis fibroneoid arteriol dan proliferasi sel-sel intima pada arteri
interlobular. Akibatnya ialah menurunnya GFR dan aliran darah ginjal.
OTAK
a) Ensefalopati hipertensi
Biasanya ensefalopati hipertensi disertai kelainan retina yang berat. Gejala-gejala
ensefalopati seperti nyeri kepala hebat, muntah, konvulsi, stupor, dan koma disebabkan
karena spasme pembuluh darah otak dan edema otak. Terdapat pula dilatasi arteri-arteri
otak dan nekrosis fibrinoid dari arteriol yang luas. Dilatasi arteri ini disebabkan gagalnya
sistem otoregulasi sirkulasi otak, sehingga aliran darah otak meningkat dan menyebabkan
edema otak.
b) Perdarahan otak
Perdarahan otak biasanya disebabkan karena tekanan darah yang tinggi dan disertai
adanya mikroaneurisma pembuluh darah otak.
13

II.5 GEJALA
Hipertensi krisis umumnya adalah gejala organ target yang terganggu, di antaranya adalah
nyeri dada dan sesak nafas pada gangguan jantung dan diseksi aorta, mata kabur pada
oedemapapila mata, sakit kepala hebat, gangguan kesadaran dan lateralisasi pada gangguan otak,
gagal ginjal akut pada gagal ginjal, disamping sakit kepala dan nyeri tengkuk pada kenaikan
darah pada umumnya. Diagnosis ditegakkan berdasarkan tingginya tekanan darah, gejala dan
tanda kerusakan organ target.
Selain pemeriksaan fisik, data laboratorium juga ikut membantu diagnosis dan
perencanaan. Urin dapat menunjukkan adanya proteinuria, hematuri, dan silinder. Hal ini terjadi
karena tingginya tekanan darah juga menandakan keterlibatan ginjal apabila ureum dan kreatinin
meningkat. Gangguan elektrolit bisa terjadi pada hipertensi sekuder dan berpotensi dalam
menimbulkan aritmia.
Pemeriksaan penunjang seperti elektrokardiografi ( EKG ) untuk melihat adanya
hipertrofi ventrikel kiri maupun gangguan koroner serta ultrasonografi ( USG ) untuk melihat
struktur ginjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien. Gambaran klinik pasien dapat dilihat
pada tabel 1.
Tekanan
darah
funduskopi Status
neurologi
Jantung Ginjal Gastrointestina
l
>220/140
mmhg
Perdarahan
Eksudat edema
papila
Sakit kepala,
kacau
gangguan
kesadaran,ke
jang,
lateralisasi
Denyut jelas,
Membesar
dekompesasi
oliguria
Uremia
proteinuria
Mual, muntah
II.6 PENATALAKSANAAN
Dasar pengobatan
14

Seperti keadaan klinik gawat yang lain, penderita dengan krisis hipertensi sebaiknya
dirawat di ruang perawatan intensif.
Pengobatan krisis hipertensi dapat dibagi :
1. Penurunan tekanan darah
Pada dasarnya penurunan tekanan darah harus dilakukan
khusus, terutama yang berhubungan dengan etiologinya, secepat mungkin. Tingkat tekanan darah
yang akan dicapai tidak boleh terlalu rendah, karena akan menyebabkan hipoperfusi target organ.
Untuk menentukan tingkat tekanan darah yang diinginkan, perlu ditinjau kasus demi
kasus. Terutama untuk penderita yang tua, tekanan darah perlu dipertahankan pada tingkat yang
agak tinggi. Juga penderita dengan hipertensi kronis yang disertai dengan insufisiensi serebral,
tekanan darah tidak boleh terlalu rendah. Sebagai pegangan, tekanan darah dapat diturunkan
mencapai tekanan darah sebelum krisis.
2. Pengobatan target organ
Meskipun penurunan tekanan darah yang tepat sudah memperbaiki fungsi target organ,
pada umumnya masih diperlukan pengobatan dan pengelolaan khusus untuk mengatasi kelainana
target organ yang terganggu. Misalnya pada krisis hipertensi dengan payah jantung kiri akut, di
yang perlukan pengelolaan khusus termasuk pem erian diuretik, pemakaian obat-obat yang
menurunkan preload dan afterload.
Pada krisis hipertensi yang disertai gagal ginjal akut, diperlukan penanganan khusus
untuk ginjalnya, yang kadang-kadang memerlukan hemodialisis.
3. Pengelolaan khusus
Beberapa bentuk krisis hipertensi memerlukaan pengelolaan khusus, terutama yang
berhubungan dengan etiologinya.
OBAT-OBAT ANTI HIPERTENSI
Untuk menurunkan tekanan darah pada krisis hipertensi, diperlukan obat-obat anti
hipertensi yang khusus. Obat-obat anti hipertensi yang dapat dipakai untuk krisis hipertensi ialah
15

yang mempunyai sifat-sifat: bekerja cepat, efektif, aman dengan sedikit efek samping. Karena
banyak penderita dengan krisis hipertensi mengalami gangguan kesadaran, maka obat-obat
parenteral lebih disukai. Untuk penderita yang masih sadar dapat dipakai obat oral.
Obat yang dapat diberikan sublingual dapat berguna pada krisi hipertensi, karena masih
dapat diberikan pada penderita yang kesadarannya terganggu.
Obat-obat yang dapat diberikan untuk krisis hipertensi ialah :
1. obat parenteral (tabel 1)
2. obat-obat oral (tabel 2)
3. obat-obat sublingual
Salah satu obat sublingual yang dianggap efektif untuk menururnkan tekanan darah pada krisis
hipertensi adalah Nifedipin. Dosis yang dianjurkan ialah 10-20 mg. Efek awal terlihat setelah 5
menit, efek maksimal 15 menit. Pemberian sublingual bekerja lebih cepat daripada oral, yang
memerlukan 20 menit untuk efek awal dan maksimum 30 menit.
PEMILIHAN OBAT-OBAT ANTI HIPERTENSI
Untuk berbagai bentuk krisis hipertensi diperlukan obat-obat khusus yang sesuai dengan
manifestasi klinis dari krisis. Untuk penurunan tekanan darah yang cepat, dipakai obat-obat
parenteral yang bekerja cepat. Bila penderita masih sadar, dapat dipakai obat-obat oral.
Untuk beberapa bentuk krisis hipertensi, pemilihan obat dalam garis besarnya dianjurkan
sebagai berikut :
Ensefalopati hipertensif
Untuk itu dianjurkan obat-obat golongan vasodilator, sehingga tidak menurunkan
curah jantung. Obat-obat yang menyebabkan mengantuk sebaiknya dihindari
karena dapat mengganggu evaluasi klinik penderita.
Payah jantung akut
Untuk ini dipakai diuretik dan vasodilator. Bila keadaan sangat mendesak,
sebaiknya dipakai nitroprusid. Bila penderita masih sadar dan keadaan klinik tidak
terlalu gawat, captopril adalah obat pilihan.
16

Perdarahan intrakranial
meskipun penurunan tekanan darah sangat diperlukan, hal ini harus dilakukan
dengan sangat hati-hati karena penurunan tekanan darah yang terlalu drastis akan
menyebabkan hipoperfusi otak. Pada umumnya dipakai obat-obat golongan
vasodilator, sehingga curah jantung tidak menurun.
Insufisiensi koroner akut
kenaikan tekanan darah pada umumnya meningkatkan kebutuhan oksigen pada
miokard. Pada penderita yang sebelumnya sudah mempunyai kelainan jantung
aterosklerotik, kenaikan darah yang cepat dapat menyebabkan insufisiensi koroner
akut.
Obat pilihan ialah nifedipin yang dapat diberikan sublingual. Penyekat beta dapat
ditambahkan sebagai obat antihipertensi dan jug untuk mengurangi kebutuhan
oksigen miokard. Juga preparat nitrat dapat ditambahkan.
Diseksi aorta
untuk mengurangi diseksi dengan segera, tekanan darah perlu diturunkan dengan
agak cepat. Obat-obat golongan vasodilator sebaiknya tidak dipakai karena
menaikkan curah jantung yang akan menambah kekuatan diseksi. Yang dianjurkan
ialah penyekat beta atau obat-obat golongan inhibitor adrenergik.
Pheochormocytoma dan krisis karena MAO inhibitor
dalam hal ini penyebab hipertensi ialah peredaran katekolamin, sehingga obat
yang terbaik adalah fentolamin yang merupakan penyekat alfa adrenergik. Selain
itu dapat dipakai juga nitroprusid dan penyekat beta.
17

Tabel 1
Obat Dosis efek Lama kerja Perhatian khusus
Klonidin i.v 150
ug
6 ampul / 250 cc
Glukosa 5%
microdrip
30-60 menit 24 jam Ensefalopati
dengan gangguan
koroner
Nitogliserin i.v 10-50 ug
100 ug/cc/500cc
2-5 menit 5-10 menit
Nikardipin i.v 0,5-6 ug/kg/menit 1-5 menit 15-30 menit
Diltiazem i.v 5-15 ug/kg/menit
Lalu sama 1-5
ug/kg/menit
Sama
Nitroprusid i.v 0,25 ug/kg/menit langsung 2-3 menit Selang infus lapis
perak
Tabel 2
Obat Dosis efek Lama kerja Perhatian khusus
Nifedipin 5-10 mg Diulang 15 menit 5-15 menit 4-6 jam Gangguan koroner
Captopril 12,5-25
mg
Diulang per ½
jam
15-30 menit 6-8 jam Stenosis renalis
Clonidin 75-150
ug
Diulang per jam 30-60 menit 8-16 jam Mulut kering,
mengantuk
Propanolol 10-40
mg
Diulang per ½
jam
15-30 menit 3-6 jam Bronkokonstriksi,
block jantung
Untuk memudahkan penilaian dan tindakan dibuat bagan seperti berikut.
Kelompok Biasa mendesak darurat
Tekanan darah >180/110 >180-110 220/140
Gejala Tidak ada
Kadang-kadang sakit
kepala
Sakit kepala hebat,
sesak nafas
Sesak nafas, nyeri
dada, kacau,
gangguan kesadaran
18

Gelisah
Pemeriksaan fisik Organ target Gangguan target
organ
Ensefalopati, udem
paru, gangguan fungsi
ginjal, CVA, iscemi
jantung
Pengobatan Awasi 1-3 jam mulai/
teruskan obat oral,
naikkan dosis
Awasi 3-6 jam, obat
oral berjangka kerja
pendek
Pasang i.v line,
periksa lab standar,
terapi obat intra vena
Rencana Periksa ulang dalam 3
hari
Ganti, periksa ulang
dalam 24 jam
Rawat ruangan atau
icu
BAB III
KESIMPULAN
19

Keadaan darurat hipertensi dibedakan menjadi emergensi dan urgensi yang bergantung
pada kebutuhan waktu pengobatan. Apabila pengobatan harus dilakukan dalam 1 jam disebut
emergensi, dan urgensi jika pengobatan dapat dilakukan dalam waktu 24 jam.
Yang termasuk hipertensi emergensi antara lain hipertensi ensefalopati, hipertensi dengan
perdarahan intrakranial, gagal jantung kiri akut, aneurisma aorta yang pecah, dan pada talasemia.
Hipertensi maligna tanpa komplikasi hipertensi perioperatif, dan hipertensi pada pasien
yang memerlukan operasi segera termasuk keadaan hipertensi urgensi. Perbedaan antara
keduanya kadang-kadang tidak jelas sehingga pengelolaan secara profesional sangat diperlukan.
perlu diperhatikan pula bahwa pemberian obat oral pun untuk hipertensi mendesak dapat
menimbulkan iskemia miocard dan hipoperfusi serebral.
DAFTAR PUSTAKA
20

1. Ganong, William F.MD Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 21. 2007 ECG
Jakarta
2. Sudoyo Aru W, Setiyohadi. Bambang, Alwi Idrus, K Marcellus Simadibarata,
Setiati Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 2009 Pusat penerbitan FK
UI Jakarta
3. www.google.com Ismahun .P. Peran Angiotensin II Reseptor Antagonist pada
Penyakit Jantung Hipertensi: Cermin Dunia Kedokteran NO. 132. 2008
4. www.mayoclinic.com. Hypertension. 2009.
5. www.google.com Pratanu S. Krisis Hipertensi: Cermin Dunia Kdokteran no.67
2005
21