referat dki puskesmas

19
PENDAHULUAN Dermatitis merupakan penyakit yang menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik berupa eritema, edema, papula, vesikel, skuama, dan likenifikasi.Salah satu jenis dermatitis adalah dermatitis kontak. Dermatitis kontak adalah respon terhadap pajanan bahan atau substansi tertentu, dapat berupa alergen maupun bahan iritan.Peradangan akibat pajanan terhadap alergen disebut dermatitis kontak alergi (DKA).Pajanan terhadap bahan iritan disebut dermatitis kontak iritan.Dermatitis kontak iritan (DKI) adalah peradangan pada kulit yang dapat berupa eritema, edema, dan scale/skuama. DKI merupakan respons nonspesifik kulit terhadap berbagai kerusakan kimia dengan melepaskan mediator inflamasi terutama dari sel-sel epidermis 1,2 . Dalam kehidupan sehari-hari, iritan yang menyebabkan DKI meliputi air, deterjen, berbagai pelarut, asam, basa, bahan adhesi, cairan bercampur logam, kosmetik, minyak oles, dan substansi topikal lainnya. Sering bahan-bahan ini bekerja bersama untuk merusak kulit. Iritan merusak kulit dengan cara memindahkan minyak dan pelembab dari lapisan terluar, membiarkan iritan masuk lebih dalam, dan

Upload: rusdan-djalil

Post on 16-Feb-2016

249 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

DKI di PKM Sudiang Raya

TRANSCRIPT

PENDAHULUAN

Dermatitis merupakan penyakit yang menimbulkan kelainan klinis berupa

efloresensi polimorfik berupa eritema, edema, papula, vesikel, skuama, dan

likenifikasi.Salah satu jenis dermatitis adalah dermatitis kontak. Dermatitis kontak

adalah respon terhadap pajanan bahan atau substansi tertentu, dapat berupa alergen

maupun bahan iritan.Peradangan akibat pajanan terhadap alergen disebut dermatitis

kontak alergi (DKA).Pajanan terhadap bahan iritan disebut dermatitis kontak

iritan.Dermatitis kontak iritan (DKI) adalah peradangan pada kulit yang dapat berupa

eritema, edema, dan scale/skuama. DKI merupakan respons nonspesifik kulit

terhadap berbagai kerusakan kimia dengan melepaskan mediator inflamasi terutama

dari sel-sel epidermis1,2.

Dalam kehidupan sehari-hari, iritan yang menyebabkan DKI meliputi air,

deterjen, berbagai pelarut, asam, basa, bahan adhesi, cairan bercampur logam,

kosmetik, minyak oles, dan substansi topikal lainnya. Sering bahan-bahan ini bekerja

bersama untuk merusak kulit. Iritan merusak kulit dengan cara memindahkan minyak

dan pelembab dari lapisan terluar, membiarkan iritan masuk lebih dalam, dan

menyebabkan kerusakan lebih lanjut dengan cara memicu proses inflamasi2.

Dermatitis kontak iritan (DKI) dapat digolongkan sebagai penyakit kulit

akibat kerja karena berkaitan dengan pajanan berulang substansi di area kerja, seperti

bahan pembersih, deterjen, dan pelarut.Penggunaan zat-zat tertentu pada area kulit

yang sensitif juga menyebabkan timbulnya gejala klinis penyakit ini1.DKI dapat

diderita oleh semua orang dari berbagai golongan umur, ras, dan jenis kelamin2.

DKI masih belum banyak diketahui bila dibandingkan dengan dermatitis

kontak alergi (DKA).Kebanyakan artikel tentang dermatitis kontak cenderung

membahas DKA.Tidak ada uji diagnostik untuk DKI, sehingga diagnosis bersandar

pada eksklusi penyakit dermatitis lainnya.Tangan merupakan tempat predileksi

tersering penyakit ini.Terkadang penampakan klinis DKI kronik mirip dengan

DKA.DKI kronik pada telapak tangan dan telapak kaki sulit dibedakan dengan

DKA.Dalam penatalaksanaan DKI, penting bagi penderita dan dokter untuk

mengetahui substansi yang menyebabkan penyakitnya tersebut sehingga dapat

diberikan terapi yang lebih efisien dan efektif. Laporan kasus ini membahas penderita

DKI pada jari jari tangan dengan riwayat kontak dengan bahan-bahan salon

kecantikan1,2.

DERMATITIS KONTAK IRITAN

I. DEFINISI

Dermatitis kontak iritan adalah jenis dermatitis yang berupa efek sitotosik

lokal langsung dari bahan iritan pada sel-sel epidermis, dengan respon peradangan

pada dermis.Daerah yang paling sering terkena adalah tangan dan pada individu

atopik menderita gejala yang lebih berat. Secara definisi bahan iritan kulit adalah

bahan yang menyebabkan kerusakan secara langsung pada kulit tanpa proses

sensitisasi2,3.

Dermatitis kontak iritan dapat dibagi menjadi dua, yaitu oleh karena iritan

absolut dan relatif. DKI oleh karena iritan absolut biasanya timbul seketika setelah

berkontak dengan iritan, dan semua orang akan terkena. Sedangkan dermatitis kontak

karena iritan relatif dapat timbul sesudah pemakaian bahan yang lama dan berulang,

dan seringkali baru timbul bila ada faktor fisik berupa abrasi, trauma kecil dan

maserasi, oleh karena itu sering disebut traumatic dermatitis. Kelainan yang timbul

biasanya berupa hiperpigmentasi, hiperkeratosis, likenifikasi, fisura, dan kadang-

kadang eritema dan vesikel4.

II. EPIDEMIOLOGI

Pada studi epidemiologi penyakit kulit pada pekerja di Singapura

memperlihatkan bahwa 97% dari 389 kasus adalah dermatitis kontak, dimana 66,3 %

diantaranya adalah DKI dan 33,7% adalah DKA. Sebagai penyakit yang sering

dihubungkan dengan kerja dengan kecenderungan pajanan terhadap bahan-bahan

iritan berulang, maka dermatitis kontak iritan sering insidennya pada profesi cleaning

service, hospital care, tukang masak, dan pegawai salon. Insiden di Jerman 4,5 pasien

per 10.000 tukang masak. Pegawai salon mempunyai insiden dermatitis kontak iritan

tertinggi yaitu 46,9 kasus per 10.000 perkerja per tahun nya1,5.

            Kejadian dermatitis kontak iritan lebih sering pada wanita dibanding pria.

Pada wanita faktor lingkungan lebih berperan dibanding faktor genetik yang lebih

berperan pada pria.Kejadian dermatitis kontak iritan lebih sering pada umur > 50

tahun karena keadaan kulit yang lebih kering dan tipis1.

III. ETIOLOGI

Penyebab munculnya dermatitis jenis ini ialah bahan yang bersifat iritan, misalnya

bahan pelarut, detergen, minyak pelumas, asam, alkali, dan sebuk kayu. Kelainan

kulit yang terjadi selain ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut, konsentrasi

bahan tersebut, dan vehikulum, juga dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor yang

dimaksud yaitu : lama kontak, kekerapan, adanya oklusi menyebabkan kulit lebih

permeabel demikian pula trauma fisis dan gesekan. Suhu dan kelembaban lingkungan

juga ikut berperan. 7,8

Faktor individu juga ikut berpengaruh pada DKI misalnya perbedaan lipatan kulit

diberbagai tempat menyebabkan perbedaan permeabilitas; usia, ras (kulit hitam lebih

tahan daripada kulit putih), jenis kelamin lebih banyak mengenai wanita, penyakit

kulit atau sedang dialami. 7

IV. PATOMEKANISME

DKI merupakan dermatitis dengan mekanisme non alergi. Patogenesis DKI

dapat dijelaskan sebagai berikut :

Penetrasi bahan iritan kerusakan membran lipid keratinosit dalam beberapa

menit-jam difusi bahan iritan melalui membrane akan merusak lisosom, mitokondria,

dan komponen inti sel pengaktifan fosfolipase menghasilkan asam arakidonik asam

arakidonik membebaskan prostaglandin dan leukotrin pembuluh darah dan transudasi

faktor sirkulasi dari komplemen dan sistem kinin3,5.

Dalam patogenesis penyakit ini, sel-sel yang berperan seperti resident

epidermal cells, dermal fibroblast, endothelial cells, dan berbagai macam leukosit

yang berinteraksi satu sama lain di bawah control jaringan mediator lipid dan sitokin.

Keratinosit memegang peranan penting di dalam inisiasi reaksi inflamasi kulit atas

responnya terhadap sitokin.Berbagai stimuli yang bertindak sebagai iritan, seperti

substansi kimia dapat merangsang keratinosit epidermis untuk mengeluarkan sitokin

inflamasi (IL-1, TNF-α), sitokin kemotaksis (IL-8, IL-10), growth-promoting

cytokines (IL-6, IL-7, IL-15, GMC-SF, TGF α), dan sitokin pengatur imunitas

humoral dan selular (IL-10, IL-12, IL-18).ICAM 1 menyebabkan infiltrasi leukosit ke

epidermis, sehingga menyebabkan reaksi inflamasi di kulit1.

Penarikan neutrofil dan limfosit serta pengaktifan sel mast membebaskan

histamin, prostaglandin dan leukotrin3.Platelet Activating Factor aktivasi platelets

perubahan vaskuler3.

Pada dermatitis kontak iritan terjadi kerusakan keratisonit dan keluarnya

mediator- mediator.Perbedaan mekanismenya dengan dermatis kontak alergik yaitu

dermatitis kontak iritan tidak melalui fase sensitisasi3.

Semua bahan iritan menunjukkan pola yang sama dalam hal infiltrasi seluler di

dalam lapisan dermis. Densitas infiltrasi sel sebanding dengan intensitas

inflamasinya1.

V. KLASIFIKASI

Dua bentuk DKI didasarkan pada penyebabnya, yaitu DKI oleh karena fisik

dan DKI oleh karena bahan kimia. DKI oleh karena fisik contohnya friksi, prolong

rubbing, dan pakaian yang kasar. DKI oleh karena bahan kimia contohnya alkohol,

latex, kerosene, dan alkali.8

Beberapa penggolongan DKI berdasarkan penyebab dan pengaruh faktor

individu serta lingkungan antara lain:9

a. DKI akut

Iritan kuat seperti asam sulfat dan HCl menghasilkan reaksi yang cepat begitu

kontak terjadi.Kulit terasa pedih, panas, lesi tampak berupa eritema, edema, bula, dan

nekrosis dengan pinggir berbatas tegas dan asimetris.

b. DKI akut lambat

Gambaran sama dengan DKI akut namun baru muncul 8-24 jam atau lebih

setelah kontak. Dermatitis venenata merupakan salah satu contoh tipe ini.

c. DKI kumulatif

DKI ini termasuk tipe kronis.Hal ini didasarkan pada kontak berulang-ulang

dengan iritan lemah.Kelainan tampak setelah bermingu-minggu hingga bertahun-

tahun.gambaran berupa kulit kering, eritema, skuama, dan hyperkeratosis. DKI tipe

ini yang sering berhubungan dengan dermatitis akibat kerja.

d. DKI iritan

Bentuk subklinik pada seseorang yang terpajan pekerjaan basah, seperti

penata rambut, kelainan juga cenderung monomorf seperti skuama, vesikel, pustul,

dan erosi.

e. DKI traumatik

Kelainan kulit setelah trauma panas atau laserasi.Bentuknya dermatitis

numularis dengan masa penyembuhan kira-kira 6 minggu.

f. DKI subyektif

Kelainan kulit tidak terlihat, namun penderita merasa perih atau seperti

terbakar.Disebut juga DKI sensori.

g. DKI noneritematosa

DKI dengan fungsi sawar stratum korneum tanpa kelainan secara klinis.

VI. DIAGNOSIS

Diagnosis DKI didasarkan anamnesis yang cermat dan pengamatan gambaran

klinis. DKI akut lebih mudah diketahui karena munculnya lebih cepat sehingga

penderita pada umumnya masih ingat apa yang menjadi penyebabnya. Sebaliknya

DKI kronis timbulnya lambat serta mempunyai gambaran klinis yang yang luas.

Sehingga adakalanya sulitdibedakan dengan dermatitis kontak alergi. Untuk ini

diperlukan uji tempel dengan bahan yang dicurigai. 6

Gejala Klinis

Kelainan kulit yang terjadi sangat beragam bergantung pada sifat iritan. Pasien

biasanya mengeluh sakit, iritasi, rasa terbakar, dan gatal-gatal. Gatal biasanya kurang

intens daripada gatal yang disebabkan DKA. Dua bentuk utama dari DKI adalah akut

dan kumulatif. DKI kumulatif lebih umum dari pada yang akut. DKI akut dapat

memberi gejala akut dalam beberapa menit setelah terpapar zat yang bersifat iritasi

kuat seperti asam kuat dan alkalis. Biasanya, paparan tersebut menghasilkan

perkembangan yang cepat seperti rasa terbakar dan gatal disertai eritema, pedih, dan

udem, serta bula, mungkin juga nekrosis. Pinggiran kulit berbatas tegas, dan pada

umunya berbatas asimetris biasanya hal ini berlangsung dalam beberapa minggu.

Sebaliknya, iritasi lemah menghasilkan DKI kumulatif. Penyebab DKI kumulatif

ialah kontak berulang –ulang iritan lemah ( faktor fisik, misalnya gesekan, trauma

mikro, kelembaban rendah, panas atau dingin, juga bahan misalnya detergen, sabun

pelarut, tanah bahkan juga air).6,10

Dermatitis kontak iritan kumulatif dapat memberikan gejala klasik seperti

kulit kering, eritema, skuama, muncul likenifikasi dengan fisur, hiperkeratosis,

ekskoriasi. DKI kumulatif sering berhubungan dengan pekerjaan, oleh karena itu

lebih banyak ditemukan ditangan dibandingkan dengan dibagian lain tubuh. 6,10

Gambar 1. Dermatitis iritan pustular yang diperoleh dari nikel

Dikutip dari kepustakaan 11

Gambar 2. Dermatitis kontak iritan diderita tukang lasDikutip dari kepustakaan 11

Pemeriksaan Penunjang

Uji tempel atau Patch Test memiliki sensitivitas dan spesifisitas 70% sampai

80%. Hal ini berguna untuk mengkonfirmasi diagnosis dermatitis kontak

diindikasikan hanya bila peradangan dan menghindari dicurigai agen penyebab.12

VII. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding dari dermatitis kontak iritan adalah dermatitis kontak alergi

dan dermatitis atopik1.

No. DKI DKA

1. Cenderung akut Cenderung kronik

2. Semua orang bisa terkenaHanya orang tertentu (riwayat

alergi/sensitisasi) yang terkena

3.Lesi awal berupa : makula,

eritema, vesikel, bula, dan erosi.

Lesi awal berupa : makula, eritema,

papula, melebar dari tempat awal

4. Penyebab : iritan primer Penyebab : allergen

5.

Tergantung konsentrasi bahan

iritan dan status swar kulit. Terjadi

jika bahan iritan melewati ambang

batas

Tidak tergantung dengan konsentrasi.

Konsentrasi rendah sekalipun sudah

dapat memicu DKA. Bergantung pada

tingkat sensitisasi

6. Onset pada saat kontak pertama Onset pada saat kontak berulang

Tabel 1. Perbandingan DKI dan DKA4,11

            Perlu dibandingkan DKI dengan DKA dan dermatitis atopik sebab terkadang

memberi gambaran klinis yang mirip satu sama lain4,5,11.

DKA

o Dermatitis kontak alergi disebabkan terpaparnya kulit dengan bahan

yang bersifat alergen. Pada yang kronis terlihat kulit kering,

berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin juga fisur, batasnya tidak

jelas. Kelainan ini sulit dibedakan dengan dermatitis kontak iritan

kronis karena mungkin penyebabnya juga campuran.

Bila dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan, jumlah penderita

dermatitis kontak alergik lebih sedikit, karena hanya mengenai orang

yang kulitnya sangat peka (hipersensitif).

Dermatitis Atopik

o Pada gambaran klinis terdapat vesikel-vesikel dan papul-papul serta

eritem, untuk membedakan dengan dermatitis kontak iritan, pada

dermatitis atopik mempunyai tiga tanda khas yaitu :

Pruritus.

Morfologi dan distribusi khas pada wajah (khusus pada anak)

dan daerah lipatan kulit (fosa kubiti, fosa poplitea, leher, dan

pergelangan tangan).

Cenderung menjadi kronis kambuh.

o Pada dermatitis atopik juga didapatkan riwayat atopik (rhinitis alergi,

asma bronkial),dan pada pemeriksaan penunjang di temukan

eosinofilia dan peningkatan kadar IgE, sedangkan pada dermatitis

kontak iritan tidak terdapat riwayat atopik.

VIII. TERAPI

Prinsip penatalaksanaan pada DKI ada 3, yaitu penghentian pajanan terhadap

bahan iritan yang dicurigai, perlindungan bagian tubuh yang terpapar, dan

penggantian bahan iritan dengan yang tidak bersifat iritan1,12.

Medikamentosa1,12,13

o Penatalaksanaan dermatitis iritan tipe akut dapat secara simtomatis.

Penggunaan hand rub berbasis alkohol dengan kandungan berbagai

macam emollient dapat dilakukan untuk mengurangi kerusakan kulit,

kekeringan, dan iritasi.

o Terapi medikamentosa untuk dermatitis kontak iritan mempunyai

beberapa prinsip, seperti, emollient, menghindari iritasi, dan krim yang

mengandung dimethicone adalah terapi yang digunakan. Agen-agen

terapeutik yang mengandung propilen glikol dan urea dapat

mengakibatkan inflamasi sehingga harus dihindari sebagai terapi.

o Pengobatan sistemik dapat diberikan antihistamin sebagai efek anti

pruritus.

o Topikal kortikosteroid digunakan sebagai antiinflamasi, supresi

aktivitas mitotik, dan vasokonstriksi. Efek steroid juga dapat

mensupresi pengeluaran histamine, sehingga bisa juga sebagai

antipruritus.

KIE kepada pasien terutama dalam hal penggunaan dan pajanan bahan iritan

sehari-hari, seperti1,4:

o Pendidikan kepada pekerja suatu perusahaan tentang penggunaan alat

dan akibat buruk yang mungkin terjadi kalo terpajan.

o Jika pasien adalah pekerja yang sering kontak dengan bahan-bahan

iritan, dapat memberikan edukasi ke pasien dan perusahaan tempatnya

bekerja berupa pencegahan seperti pemakaian masker, sarung tangan,

perawatan kulit sehari-hari terutama yang mempunyai kulit sensitif.

o Penggunaan bahan-bahan iritan di dalam rumah tangga sehari-hari

seperti detergent, larutan pembersih, kosmetik, dan obat-obatan topikal

tertentu juga harus dipantau, jika terjadi reaksi akut, maka penghentian

pemakaian substansi tersebut harus segera dilakukan dan segera

menghubungi pelayanan kesehatan setempat.

o Pelaksanaan uji tempel pada calon pekerja, sehingga dapat

menempatkan pekerja di bagian yang tidak kontak dengan bahan

iritan.

o Pemeriksaan kesehatan secara rutin dan berkala kepada para pekerja.

o Dalam penggunaan bahan-bahan tertentu di dalam keseharian di

rumah dan jangan menggunakan bahan yang sensitif terhadap kulit.

VII.PROGNOSIS

Umumnya baik untuk penderita tanpa riwayat atopik, tipe akut dan diagnosis

serta penatalaksanaan yang tepat1.

DAFTAR PUSTAKA

1. Amiruddin, D, M.Ilmu Penyakit Kulit. Bagian Ilmu Penyakit Kulit &Kelamin

FK-UH. Makassar. 2003. h : 249-51

2. Djuanda, A. dkk. Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin edisi kedua.Penerbit :

FKUI. Jakarta. 2001.h : 112-5.

3. Mansjoer, A. Dkk, Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga. Penerbit Media

Aescuplapius. FKUI Jakarta. 2000. h: 87-9

4. Noname. Ilmu Penyakit Kulit, Dermatitis Kontak Iritan.

www.medicastore.com2004

5. Hamzah, S. Dermatitis Kontak Iritan. Cermin Dunia Kedokteran. Rumah Sakit

Umum Dr. Abdul Muluk, Bandar Lampung 2006

6. Sularsito Sa, djuanda S. Dermatitis. In: Djuanda A, editor. Ilmu Penyakit

Kulit dan Kelamin. Jakarta2011. p. 129-38.

7. Eilkinson SM, M.H.Beck. Contact Dermatitis: Irritant. In: Tony B,

Breathnach S, Cox N, Griffiths C, editors. Rook’s Textbook of Dermatology V. 8.

Oxford: Blackwell Publishing Company; 2010. p. 25.1-.3.

8. Proksch E, Brasch J. Abnormal epidermal barrier in the pathogenesis of

contact dermatitis. Elsevier Clinics in Dermatology. 2012:341.

9. Tan C-H, Rasool S, Johnston GA. Contact Dermatitis: Allergic and Irritant.

Elsevier Clinics in Dermatology. 2014:340-1.

10. Clark S. Management of Occupational Dermatitis. Dermatol Clin. 2009:366.

11. Amado A, Sood A, Taylor JS. Contact Dermatitis. In: Goldsmith LA, I.Katz

S, Gilcrest BA, Paller AS, Leffel DJ, editors. Fitzpatrick's Dermatology In

Gerneral Medicine. 1: McGraw-Hill; 2012. p. 258.

12. Ferri F. Contact Dermatitis. EBM Evidance. 2011:291.

13. Usatine R, Riojas M. Diagnosis and management of contact dermatitis. Am

Fam Physician. 2010:1-5