referat anestesi

Upload: benediktus-dhewa-setiadharma

Post on 29-Oct-2015

100 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

REFERATKeracunan Gas Akibat Asap Pada Kebakaran

Disusun Oleh :Benediktus Dhewa Setiadharma03008057

Pembimbing :dr. Triseno, SpAn

Jakarta, 12 Maret 2013FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA2013

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan petunjuknya penyusun dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul Keracunan Gas Akibat Asap Pada Kebakaran ini tepat pada waktunya.Laporan kasus ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan klinik di bagian anestesi RSAL Dr.Mintohardjo. Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terimakasih kepada Dr. Triseno, Sp.An selaku dokter pembimbing dalam kepaniteraan klinik ini dan rekan-rekan koass yang ikut memberikan bantuan dan semangat secara moril.Penyusun menyadari bahwa laporan kasus ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan dalam bidang ilmu penyakit dalam khususnya dan bidang kedokteran pada umumnya.Jakarta, 12 Maret 2013

Penyusun Benediktus Dhewa Setiadharma

BAB IPENDAHULUAN

Kebakaran merupakan peristiwa yang tak bisa dihindari. Selain menimbulkan kerugian ratusan miliar rupiah, kebakaran juga dapat menimbulkan korban jiwa. Pada kasus kebakaran, tingkat kematian karena keracunan asap jauh lebih besar dibandingkan kematian karena cidera luka bakar. Di dunia, 85% kematian pada kasus kebakaran disebabkan oleh asap yang berat dan gas beracun. Asap dari kasus kebakaran banyak mengandung senyawa-senyawa yang berbahaya bagi kesehatan. Beberapa kandungan asap yang dihasilkan antara lain karbondioksida (CO), karbonmonoksida (CO) dan uap air. Co merupakan gas yang paling banyak dihasilkan waktu terjadi kebakaran.Karbonmonoksida tidak mengiritasi tetapi sangat berbahaya maka gas CO dijuluki sebagai Silent Killer. Keberadaan gas CO sangat berbahaya jika dihirup oleh manusia karena gas tersebut akan menggantikan posisi oksigen yang berikatan dengan hemoglobin dalam darah. Ikatan antara CO dan hemoglobin membentuk karboksi hemoglobin yang yang jauh lebih kuat 200 kali dibandingkan ikatan oksigen dengan hemoglobin. Akibatnya, oksigen akan kalah bersaing dengan CO saat berikatan dengan hemoglobin. Ini berarti kadar oksigen dalam darah akan berkurang. Padahal telah diketahui bahwa oksigen diperlukan oleh tubuh untuk metabolism sel dan jaringan. Kedua gas CO akan menghambat oksidase sitokrom yang menyebabkan respirasi intraseluler menjadi kurang efektif. Terakhir, CO dapat berikatan langsung dengan sel otot jantung dan tulang. Efek paling serius adalah terjadi keracunan secara langsung terhadap sel-sel tersebut, juga dapat menyebabkan gangguan pada system saraf. Bahaya utama terhadap kesehatan adalah mengakibatkan gangguan pada darah. Batas pemaparan karbon monokisda yang diberbolehkan oleh OSHA (Occupational Safety and Health Administration) adalah 35 ppm untuk waktu 8jam/hari kerja, sedangkan yang diperbolehkan oleh ACGIH TLV-TWV adalah 25ppm untuk waktu 8 jam. Kadar yang dianggap langsung berbahaya terhadap kehidupan atau kesehatan adalah 1500 ppm (0,15%). Paparan dari 1000 ppm (0,1%) selama beberapa menit dapat menyebabkan 50% kejenuhan dari karboksi hemoglobin dan dapat berakibat fatal.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Kebakaran dan asapAdalah peristiwa terbakarnya material berupa padat, cair, maupun gas dalam skala besar yang disertai pembentukan asap. Dimana nyala api pembakarannya tidak terkendali dan tidak terprediksi. Sedangkan asap adalah gas panas yang berada diatas api dan pada umumnya mengandung kombinasi gas, uap dan partikel padat terdispersi dengan baik. Asap ini mungkin menjadi sangat pekat dan padat. Pada beberapa kasus, asap akan menjadi panas dan mengandung produk beracun yang membahayakan kehidupan. Salah satunya adalah gas karbon monoksida dan karbon dioksida

Klasifikasi Bahaya KebakaranBahaya kebakaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok, yaitu:1. Bahaya kebakaran ringanMerupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar rendah dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas rendah dan menjalarnya api lambat.2. Bahaya kebakaran sedangBahaya kebakaran tingkat ini dibagi lagi menjadi dalam tiga kelompok, yaitu:a. Kelompok IAdalah bahaya kebakaran pada tempat di mana terdapat bahan-bahan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 2.5 meter dan apabila terjadi kebakaran, melepaskan panas sedang sehingga menjalarnya api sedang.b. Kelompok IIAdalah bahaya kebakaran pada tempat di mana terdapat bahan-bahan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 4 meter dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang sehingga menjalarnya api sedang.c. Kelompok IIIMerupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas tinggi dan menjalarnya api cepat.

3. Bahaya kebakaran beratMerupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sangat tinggi dan menjalarnya api sangat cepat.

1. KERACUNAN KARBON MONOKSIDAKarbon monoksida (CO) merupakan gas yang tidak berbau dan dihasilkan dari pembakaran, contohnya minyak tanah, batu bara dan bensin dan lain-lain. Gas yang dilepaskan dari pembakaran tersebut dapat bersifat sangat mematikan jika dihirup (Hadiyani, M, 2006). Intinya, gas CO merupakan hasil dari proses pembakaran. Karakteristik biologik yang paling penting dari CO adalah kemampuannya untuk berikatan dengan haemoglobin. CO memiliki tempat ikatan yang sama dengan oksigen pada haemoglobin, hal ini akan menyebabkan pembentukan karboksihaemoglobin (HbCO) yang bersifat 200 kali lebih stabil dibandingkan dengan oksihaemoglobin (HbO2). Penguraian HbCO yang relatif lambat menyebabkan terhambatnya kemampuan haemoglobin dalam fungsinya mengikat oksigen, hal ini akan mengakibatkan penurunan kemampuan eritrosit untuk mentranspor oksigen (Wirasuta, G, 2007). Gangguan pada darah tersebut merupakan bahaya utama terhadap kesehatan yang mampu ditimbulkan oleh keracunan CO. Bahkan dapat menyebabkan kematian (Anonim b, 2009). Gejala keracunan gas CO tidak khas. Gejala yang ditimbulkan sama dengan gejala penyakit lain, seperti sakit kepala, mual dan pening, seperti gejala flu. Tak jarang didiagnosis sebagai sindrom viral. CO juga dapat berikatan secara langsung dengan sel otot jantung dan tulang. Karenanya bisa disebut berhubungan langsung dengan sistim kardiovaskular. Efek yang paling serius adalah terjadinya keracunan secara langsung terhadap sel-sel tersebut juga menyebabkan gangguan pada sistem saraf, jantung dan otak yang berujung pada kematian. Karena itulah lebih banyak kasus yang tidak dilaporkan akibat tidak dikenali gejalanya dan tidak terdiagnosis dibandingkan yang dengan jumlah kasus yang berhasil ditangani (Wichaksana, A, 2003). Karbon monoksida tidak mengiritasi, tetapi dapat sangat membahayakan (beracun), maka gas CO dijiluki sebagai silent killer atau pembunuh diam-diam (Hadiyani, M, 2006). Yang terpenting adalah reaksi CO dengan Hb dan sitokrom a3. dengan diikatnya Hb menjadi COHb mengakibatkan Hb menjadi inaktif sehingga darah berkurang kemampuan untuk mengangkut oksigen. Selain itu adanya COHb dalam darah akan menghambat disosiasi Oxi-Hb. Dengan demikian jaringan akan mengalami hipoksia. Reaksi CO dengan sitokrom a3 yang merupakan link yang penting dalam sistem enzim pernafasan sel dan mengakibatkan hipoksia jaringan. Untuk menentukan kadar CO dalam darah digunakan rumus Henderson dan Haggard. Rumusnya adalah sebagai berikut: Lama paparan (dalam jam) x Konsentrasi CO di udara (dalam ppm)Konsentrasi CO dalam udara lingkungan dan lamanya inhalasi/paparan menentukan kecepatan timbulnya gejala-gejala atau kematian. Faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi toksisitas CO yaitu aktivitas fisik dan penyakit yang menyebabkan gangguan oksigenasi jaringan seperti arteriosklerosis pembuluh darah otak dan jantung, emfisema paru, asma bronchial, TBC paru dan penyakit metabolik serta obat-obatan yang menyebabkan depresi susunan saraf pusat, contohnya alkohol, barbiturat dan morfin.

GEJALA KLINIKKeracunan gas CO yang kurang dari 20% tidak menimbulkan gejala sama sekali dan jika kadar CO nya mencapai 20% dapat menimbulkan sesak nafas (Hadiyani, M, 2006). Tapi pada umumnya, gejala klinik keracunan gas CO dibedakan menjadi empat golongan (Wichaksana, A, 2003), yaitu:1. Keracunan RinganDengan kadar CO 30%, berupa sakit kepala berdenyut-denyut di bagian pelipis akibat refleks vasodilatasi jaringan SSP yang hipoksia.2. Keracunan BeratDengan kadar CO 30%-50%, berupa tremor tidak menetap, korea, spastik, distonia, kekakuan, dan bradikinesia ( gerakan pelan yang tidak normal ), cognitive impairment, gangguan keseimbangan gangguan fungsi penglihatan dan pendengaran, koma dan kematian.3. Keracunan AkutMengakibatkan kematian segera karena ederma menyeluruh pada jaringan otak. Ini menandakan kadar CO telah mencapai 70%-89%.4. Long term-sequeleYaitu berupa gangguan neuropsikiatri, dementia, psikosis, dan manik depresi. Dugaan sementara adalah berubahnya fungsi membran akibat pejanan secara terus menerus. Gejala ini dapat timbul pada awal keracunan atau beberapa hari setelah masa penyembuhan. Kerusakan ini merupakan hasil kombinasi keadaan hipoksia, hipoperfusi, vasodilatasi dan edema serebral yang menyebabkan penurunan pasokan dan penggunaan glukosa, sehingga timbul asidosis setempat (Wichaksana, A, 2003). Selain itu, adapula 2 jenis efek tubuh terhadap pejanan gas CO yaitu pembiasaan yang merujuk pada proses jangka pendek (short-term habituation) dan adaptasi yang merujuk pada proses jangka panjang (long-term habituation) (Raub, J, 2004).

PENANGANAN

Pengetahuan bagaimana cara menangangi keracunan gas CO sangatlah diperlukan. Penanggulangannya dapat dilakukan melalui 3 tahap, yaitu:

a. LaboratoriumPenanganan di laboratorium dapat dilakukan dengan 2 cara, antara lain:1. Mengukur kadar COHb di dalam darah sesegera mungkin untuk dapat menetapkan diagnosis keracunan gas CO. Contoh atau sampel darah dapat diambil dari darah arteri atau darah vena yang diukur dengan menggunakan spektrometer (CO-Oximeter) (Wichaksana, A, 2003).2. Mengukur kadar COHb udara ekspirasi. Walaupun kurang akurat, hal ini sangat menolong di lapangan, misalnya memeriksa kadar COHb petugas pemadam kebakaran setelah bertugas memadamkan api. Kadar COHb dapat diukur dengan cara kromatografi, di mana udara pernapasan ditampung di dalam kantong dan kadar CO ditentukan dengan detektor perubahan ionisasi sesudah hidralasi katalik dengan tometane (Wichaksana, A, 2003).

b. Tata Laksana1. Sesegera mungkin pindahkan dan jauhkan korban dari sumber pejanan gas CO (Wichaksana, A, 2003), kemudian longgarkan pakaian yang dikenakan korban supaya korban lebih mudah bernapas (Hadiyani, M, 2006).2. Selain itu, pemberian oksigen 100% atau oksigen murni merupakan hal yang mendasar dengan masker karet yang ketat atau menggunakan endotracheal tube pada pekerja yang tidak sadar agar oksigen benar-benar masuk, hal tersebut akan mengurangi waktu paruh (half life) ikatan COHb (karboksihaemoglobin) secara perlahan-lahan sehingga memperbaiki hipoksia jaringan (Wichaksana, A, 2003). Pastikan korban harus istirahat, dalam keadaan hangat dan usahakan tenang. Meningkatnya gerakan otot menyebabkan meningkatnya kebutuhan oksigen, sehingga persediaan oksigen untuk otak dapat berkurang (Hadiyani, M, 2006).3. Melakukan terapi hiperbarik, dengan menggunakan oksigen bertekanan 3 atmosfer yang akan cepat sekali memperpendek waktu paruh COHb. Namun masih diperdebatkan mengenai bagaimana indikasinya (Wichaksana, A, 2003).

2. KERACUNAN KARBON DIOKSIDAKarbon dioksida (rumus kimia: CO2) atau zat asam arang adalah sejenis senyawa kimia yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara kovalen dengan sebuah atom karbon. Ia berbentuk gas pada keadaan temperatur dan tekanan standar dan hadir di atmosfer bumi. Rata-rata konsentrasi karbon dioksida di atmosfer bumi kira-kira 387 ppm berdasarkan volume walaupun jumlah ini bisa bervariasi tergantung pada lokasi dan waktu. Karbon dioksida adalah gas rumah kaca yang penting karena ia menyerap gelombang inframerah dengan kuat.Karbon dioksida adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau. Ketika dihirup pada konsentrasi yang lebih tinggi dari konsentrasi karbon dioksida di atmosfer, ia akan terasa asam di mulut dan mengengat di hidung dan tenggorokan.Gas CO2 dalam kadar tinggi dapat mengganggu kesehatan.Pada kadar 3%, menyebabkan dyspnea dan pusing kepala. Pada kadar 10%, menyebabkan gangguan penglihatan, tinitus, tremor dan pingsan.BAB IIKESIMPULAN

Karakteristik biologik yang paling penting dari CO adalah kemampuannya untuk berikatan dengan haemoglobin. CO memiliki tempat ikatan yang sama dengan oksigen pada haemoglobin, hal ini akan menyebabkan pembentukan karboksihaemoglobin (HbCO) yang bersifat 200 kali lebih stabil dibandingkan dengan oksihaemoglobin (HbO2). Penguraian HbCO yang relatif lambat menyebabkan terhambatnya kemampuan haemoglobin dalam fungsinya mengikat oksigen, hal ini akan mengakibatkan penurunan kemampuan eritrosit untuk mentranspor oksigen. Gangguan pada darah tersebut merupakan bahaya utama terhadap kesehatan yang mampu ditimbulkan oleh keracunan CO. Bahkan dapat menyebabkan kematian.CO juga dapat berikatan secara langsung dengan sel otot jantung dan tulang. Karenanya bisa disebut berhubungan langsung dengan sistim kardiovaskular. Efek yang paling serius adalah terjadinya keracunan secara langsung terhadap sel-sel tersebut juga menyebabkan gangguan pada sistem saraf, jantung dan otak yang berujung pada kematian.Tatalaksana pada penderita keracunan CO adalah memindahkan ke daerah yang bebas pajanan CO dan memberikan oksigen 100%.Karbon dioksida adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau. Ketika dihirup pada konsentrasi yang lebih tinggi dari konsentrasi karbon dioksida di atmosfer, ia akan terasa asam di mulut dan mengengat di hidung dan tenggorokan.Gas CO2 dalam kadar tinggi dapat mengganggu kesehatan. Pada kadar 3%, menyebabkan dyspnea dan pusing kepala. Pada kadar 10%, menyebabkan gangguan penglihatan, tinitus, tremor dan pingsan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Goldstein, Mark. 2008. Carbon Monoxide Poisoning. Journal of Emergency Nursing.34, 538-42

2. Anonim b. 2009. Carbon Monoxide Poisoning, (cited 2013 Mar,8). Available from: www.oregon.gov/DHS/ph/oeph/docs/DHSCarbonMonox.pdf

3. Hadiyani, Murti. 2006. Keracunan Karbon Monoksida, (cited 2013 Mar,8). Available from: www.pom.go.id 4. Wichaksana, Aryawan et all. 2003. Dampak Keracunan Gas Karbon Monoksida Bagi Kesehatan Pekerja, (cited 2013 Mar,8). Available from: http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/10DampakKeracunanGasKarbonMonoksida.pdf/10DampakKeracunanGasKarbonMonoksida.html

5. Wirasuta, I.M.A. G. 2007. Toksikologi Umum.pp 32

6. Septiawan, Hendra. Efek Karbondioksida dan Penanganannya, (cited 2013 Mar,8). Available from : http://hends86.wordpress.com/2011/07/01/karbon-dioksida-co2-efek-dan-penanganannya/

7. Raub, J, et all. 2004. Environmental Health Criteria 213 Carbon Monoxide (Second Edition).pp 272-273, 321, (cited 2013 Mar,8). Available from: www.whqlibdoc.who.int/ehc/WHO_EHC_213.pdf

8. Bahl, B.S., Tuli, G.D., and Bahl, A. 1997. Essential of Physical Chemistry. New Delhi: S Chand and Company Ltd