rattan factory di desa trangsan, sukoharjo ...eprints.ums.ac.id/84989/10/naskah publikasi.pdfhasil...
TRANSCRIPT
RATTAN FACTORY DI DESA TRANGSAN, SUKOHARJO
DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR ORGANIK
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik
Disusun oleh :
NUR ANISA RAMADHANI
D300160059
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
i
HALAMAN PERSETUJUAN
RATTAN FACTORY DI DESA TRANGSAN, SUKOHARJO
DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR ORGANIK
2
ii
i
1
RATTAN FACTORY DI DESA TRANGSAN, SUKOHARJO
DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR ORGANIK
Abstrak
Indonesia merupakan salah satu peghasil dan pemasok bahan baku rotan
terbesar di dunia. Rotan di Indonesia di ekspor dalam bentuk mentah sehingga
pada saat tersebut harga rotan sangat tinggi. Pada tahun 2011, menteri
mengeluarkan peraturan yang melarang ekspor rotan mentah. Rotan yang di
ekspor harus dalam bentuk jadi ataupun setengah jadi. Keadaan tersebut tidak
siap diterima oleh keadaan yang ada di Indonesia. Jumlah bahan baku rotan
yang melimpah tidak didukung oleh industri yang banyak untuk menampung
produksi rotan di Indonesia. Salah satu daerah yang banyak memproduksi
rotan yaitu Desa Trangsan Kabupaten Sukoharjo yang merupakan desa wisata
rotan. Tujuan dari penulisan dasar program perencanaan dan perancangan
arsitektur (DP3A) ini adalah menciptakan Rattan Factory yang dapat
membantu peningkatan produksi rotan di Indonesia serta meningkatkan
ekonomi masyarakat yang ada disekitarnya. Perencanaan dan perancangan
Rattan Factory sebagai area produksi rotan menggunakan pendekatan
Arsitektur Organik. Metode pembahasan menggunakan tahap pengumpulan
data primer, sekunder, dan tahap analisa data, serta merumuskan konsep
perancangan. Penerapan konsep Arsitektur Organik ini diharapkan dapat
meningkatkan kreativitas dan kenyamanan pengguna ruang sehingga dapat
menciptakan produk yang berbahan dasar rotan yang bernilai jual sehingga
dapat meningkatkan ekonominya.
Kata Kunci : Rotan, Industri, Trangsan, Arsitektur Organik
Abstract
Indonesia is one of the largest producers and suppliers of rattan raw materials
in the world. Rattan in Indonesia is exported in raw form so that at that time
the price of rattan is very high. In 2011, the minister issued a regulation
banning the export of raw rattan. Rattan that is exported must be in finished
or semi-finished form. This situation was not readily accepted by the existing
conditions in Indonesia. The abundant amount of rattan raw material is not
supported by a large number of industries to accommodate rattan production
in Indonesia. One area that produces a lot of rattan is Trangsan Village,
Sukoharjo Regency, which is a rattan tourism village. The purpose of this
basic writing program for architectural planning and design (DP3A) is to
create a Rattan Factory which can help increase rattan production in Indonesia
and improve the economy of the surrounding communities. Planning and
designing the Rattan Factory as a rattan production area uses an Organic
Architecture approach. The discussion method uses the primary, secondary
data collection stage, and the data analysis stage, as well as formulating a
design concept. The application of the concept of Organic Architecture is
2
expected to increase the creativity and comfort of space users so that they can
create products made from rattan which are marketable so that they can
improve their economy.
Keywords: Rattan, Industry, Trangsan, Organic Architecture
1. PENDAHULUAN
Rattan Factory di Desa Trangsan, Sukoharjo dengan Pendekatan Arsitektur Organik
merupakan sebuah bangunan industri yang menghasilkan suatu produk berbahan dasar
rotan dengan sifat yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan sekitar.
1.1 Latar Belakang
Di dunia salah satu penghasil bahan baku rotan terbesar ialah Indonesia.
Indonesia merupakan pemasok bahan baku rotan dunia yakni sekitar 80% kebutuhan
rotan dunia berasal dari Indonesia. Daerah yang banyak menghasilkan bahan baku
rotan yaitu Papua, Sulawesi, Sumatera dan Kalimantan dengan potensi rotan sekitar
625.000 ton per tahun. Hasil rotan yang melimpah di Indonesia banyak di ekspor
keluar negeri dan sebagian juga di industri di dalam negeri. Harga rotan dahulu sangat
tinggi dikarenakan tingginya ekpor rotan Indonesia keluar negeri.
Pada tahun 2011 muncul SK Menteri Perdagangan tentang larangan
pengeksporan rotan mentah dan setengah jadi. Alasan dibalik larangan pengeksporan
rotan adalah untuk memberdayakan insudtri dalam negeri. Dengan dilarangnya ekspor
rotan mentah,banyak bahan baku rotan yang tidak terjual dikarenakan bahan baku
rotan yang melimpah. Banyaknya bahan baku yang dimiliki Indonesia tidak diimbangi
dengan berkembangnya industri rotan itu sendiri.
Pemerintah baik pusat maupun daerah, lembaga dan sektor terkait serta para
pelaku usaha harus bekerja sama dan berkoordinasi untuk merumuskan langkah tepat
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kejayaan industri rotan dalam negeri.
Strategi yang dapat dilakukan antara lain : mendirikan pusat pegembangan dan
pelatihan design di Indonesia, perbaikan infrastruktur dan penguatan brand image
furniture rotan didalam negeri, serta membangun pabrik yang memproduksi rotan
dengan selalu melakukan pembinaan dan pengawasan baik kepada industri maupun
kepada pemanen dan pembudidaya rotan sehingga terhindar dari praktik-praktik yang
kurang baik.
3
Rotan merupakan komoditas keunggulan di Indonesia yang perlu
dikembangkan serta dipertahankan nilai ekonomis, lingkungan dan socialnya karena
telah menghidupi dan memajukan ekonomi banyak kalangan mulai dari petani,
pengumpul, pengrajin rotan dan para tenaga kerja lainnya. Pentingnya keberadaan
industri pengolahan rotan yang dapat memajukan dan memanfaatkan sumber daya
alam dalam negeri yang melimpah. Hasil kreativitas kerajinan rotan dapat menjadi tren
di masyarakat local maupun internasional.
Desa Trangsan merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Gatak,
Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah. Desa ini dijuluki sebagai desa wisata
rotan karena banyaknya hasil kerajinan rotan yang dihasilkan dari desa ini.Rotan dari
desa ini hamper seluruhnya dihasilkan guna mencukupi kebutuhan ekspor. Sarana
transportasi, keadaan jalanan yang cukup baik, serta sarana dan prasarana yang
memadai mendukung proses pendistribusian bahan baku ke desa ini dan barang hasil
kerajinan menuju ke tempat tujuan. Desa Trangsan juga terdapat stasiun kereta api
yang dapat mendukung proses pengiriman barang yang dihasilkan dari desa ini.
2. METODE
2.1 Metode Pengumpulan Data
- Observasi Lapangan
Aktifitas yang dilakukan dengan meninjau langsung ke lapangan, mengulik
beberapa permasalahan yang ada dan mencari isu yang berkembang di
masyarakat.
- Studi Banding
Aktivitas meninjau preseden atau objek-objek yang berhubungan dengan tema
agar mendapatkan gambaran mengenai tema tersebut.
- Studi Literatur
Kegiatan mengumpulkan referensi atau literature data yang valid dan relevan yang
berguna untuk menunjang dan memperkuat data-data yang dihimpun baik berupa
buku, media cetak maupun media elektronik.
2.2 Analisa dan Sintesa
- Analisis
4
Menganalisis segala bentuk permasalahan dan potensi berdasarkan data-data yang
didapatkan untuk kemudian dianalisis berdasarkan teori dan ditarik sebuah
kesimpulan.
- Sintesis
Sintesis merupakan produk analisis yaitu berupa kesimpulan dari pembahasan.
- Konsep
Konsep perencanaan dan perancangan Rattan Factory di Desa Trangsan,
Sukoharjo dengan Pendekatan Arsitektur Organik.
3 HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Tapak Terpilih
Lokasi tapak terpilih adalah lahan kosong dekat dengan Balai Desa Trangsan namun
tidak berbatasan langsung. Alamatnya berada di Kramat, Trangsan, Gatak, Sukoharjo
dengan batas lahan sebagai berikut :
- Sebelah utara : Lahan Kosong
- Sebelah timur : Sawah
- Sebelah selatan : Sawah
- Sebelah barat : TB. Syahva Jaya
Di lokasi ini apablia diukur diperoleh lahan seluas ±17.500 m². jenis tanah di lokasi
ini tanah alluvial dengan kontur datar ditumbuhi tanaman liar. Pada lokasi ini sudah
terdapapt jaringan listrik dan sistem air bersih. Kondisi jalan cukup baik dengan lebar
±6 m. Tapak ini berorientasi ke jalan utama memasuki kawasan Desa Wisata Trangsan.
Akses ke lokasi ini cukup mudah didukung dengan lahan yang cukup luas.
5
Gambar 1. Lokasi Tapak
Profil tapak terpilih :
- Utara : Lahan kosong
- Timur : Sawah
- Selatan : Sawah
- Barat : TB. Syahva Jaya
- Luas tapak : 14.600 m²
- Bentuk tapak : Trapesium
- KDB : 60%
- Garis sempadan : 20 meter dari as jalan
3.2 Konsep Tata Massa Bangunan
Terdiri dari bangunan dengan 1 massa utama dan bangunan penunjang seperti gallery,
musholla, ruang kesehatan dan istirat dan pos keamanan. Pemanfaatan sempadan
bangunan sebagai ruang public dan parkir. Pembentukan massa diatur sedemikian rupa
sehingga proses produksi dapat berjalan dengan lancar.
6
Gambar 2. Tata Massa
Konsep gubahan Massa terispirasi dari daun rotan yang tersusun sejajar dan daun rotan
merupakan salah satu bagian tumbuhan rotan.
3.3 Konsep Tampilan Arsitektur
3.3.1 Konsep Eksterior
Gambar 3. Eksterior Bangunan
Konsep eksterior bangunan menggunakan material utama kayu jati dengan rangka
luar besi dan kawat. Kayu jati memanfaatkan bekas kayu potongan sisa material
furniture yang sudah tidak terpakai. material alam ini diharapkan dapat ramah
lingkungan dan udara seta cahaya alami dapat masuk dari celah. Untuk
mengatisipasi sinar matahari dari arah barat diberikan tanaman yang dapat
menghalangi sinar matahari masuk langsung kedalam bangunan, yaitu tanaman lee
kwan yu yang merupakan tanaman hias merambat yang perawatannya mudah.
7
3.3.2 Konsep Material
- Pasangan Bata
Pasangan bata berada di satu meter dari permukaan tanah guna menopang awal
bangunan sebelum diatasnya diberi material alam. Pasangan bata biasanya
dilanjuntukan dengan pekerjaan plesteran, pekerjaan acian, amplas dinding
kemudian finishing cat atau lainnya.
Dalam pembuatan campuran adukan untuk pasangan batu bata harus sesuai dengan
standar takaran perbandingan penggunaan material agar tidak terjadi kegagalan.
Campuran adukan yang umum digunakan antara lain 1:6 dengan perbandingan
penggunaan bahan bangunan satu ember semen dicampur dengan enam ember
pasir.
Dalam pelaksanaan pekerjaan pasangan tembok, tembok batu diberi pilaster.
Pilasterberfungsi memperkuat kedudukan tembok agar kuat mendukung beban
diatasnya. Pilaster ditempatkan pada tempat tertentu sesuai kebutuhan dengan
mengacu pada ikatan pasangan yang berlaku untuk tebal tembok disebelahnya.
- Besi dan Kawat
Gambar 4. Kawat dan Besi
Besi merupakan struktur utama yang digunakan untuk penyusunan kayu jati. Besi
memiliki sifat yang kuat, tahan lama dan fleksibel. Namun, besi mudah berkarat
dan jika berkarat maka akan mudah patah dan keropos. Untuk itu dilakukan
beberapa cara untuk mencegah terjadinya karat pada struktur besi yaitu dengan
melapisi bes dengan cat anti korosi yang mencegah besi berkarat.
- Kayu Jati
8
Gambar 5. Dinding Kayu Jati
Kayu jati merupakan kayu dengan kualitas baik yang memiliki warna kecoklatan
dengan serat yang membentuk tekstur yang unik. Jati pada eksterior bangunan perlu
diberi tambahan material supaya tetap tahan lama dan tidak dimakan rayap. Kayu
jati direncam dalam cairan anti rayap setelah diberi obat jika terkena hujan kayu
akan mengeras menjadi fossil seperti batu sehingga perawatannya mudah namun
tetap ramah lingkungan.
3.4 Konsep Struktur
3.4.1 Sub Structure (Pondasi)
- Pondasi batu kali
Pondasi Batu Kali adalah pondasi yang dibuat dengan bahan dasar batu kali yang
disusun sedemikian rupa. sehingga dapat menahan berat bangunan yang ada di
atasnya dan meneruskan ke tanah.
- Pondasi footplat
Pondasi telapak berbentuk seperti telapak kaki seperti gambar disamping,
pondasi setempat gunanya untuk mendukung kolom baik untuk rumah satu lantai
maupun dua lantai, jadi pondasi ini diletakan tepat pada kolom bangunan,
pondasi ini terbuat dari beton bertulang, dasar pondasi telapak bisa berbentuk
persegipanjang/ persegi.
9
Gambar 6. Pondasi
3.4.2 Super Structure (Dinding dan Kolom)
Struktur dinding pada bangunan menggunakan pasangan bata dengan kombinasi
pasangan besi serta kayu jati. Penggunaan kolom beton bertulang dengan dimensi
30cm dengan bentang antar kolom 3m.
3.4.3 Upper Structure (Atap)
Struktur atap pada bangunan utama menggunakan struktur besi WF atau juga disebut
Wide Flange. Besi WF merupakan salah satu besi yang memiliki kekuatan sangat
tinggi pada kekuatan tekan ataupun kekuatan tarik. Besi ini memiliki kepadatan yang
cukup tinggi sehingga tidak akan terlalu berat dalam kapasitas muat beban tetapi
memberikan bentuk struktur bahan atau konstruksi yang digunakan menajdi lebih
efisien. Sistem konstruksi besi baja WF merupakan kombinasi dari elemen dan struktur
yang membawa beban menjadi lebih efektif dana man dari semua gaya yang terjadi
yang akan masuk ke pondasi. Gaya yang dimaksud adalah beban vertical, horizontal,
10
perbedaan suhu atau juga getaran dan lain-lain. Besi ini juga dapat menahan gaya
lateral dan gaya gravitasi.
3.5 Konsep Utilitas
Sistem utilitas pada bangunan Rattan Factory merupakan jaringan yang berfungsi
untuk mendukung pengoprasian bangunan. Sistem utilitas ini terdiri dari berbagai
macam jaringan dan beberapa jaringan terhubung dengan jaringan kota diantaranya
adalah sebagai berikut :
- Sistem air bersih
Air bersih pada bangunan digunakan untuk kebutuhan toilet, hydrant, dan
perendaman bahan mentah. Instalasi sistem air bersih pada bangunan menggunakan
air dari sumur bor yang disimpan dahulu pada ground tank dan upper tank dan
dialirkan menuju kran air dengan sistem gravitasi.
Gambar 7. Sistem Air Bersih
- Sistem air kotor
Instalasi sistem air kotor pada bangunan terbagi menjadi tiga yaitu grey water, black
water dan air limbah. Grey water adalah air kotor yang berasal dari floor drain,
wastafel dan drainase air hujan yang dialirkan menuju saluran kota melalui saluran
(roil) tertutup. Black water adalah air kotor yang berasal dari closet dengan saluran
berbeda, dibuang ke saptictank untuk kemudian berakhir ditempat peresapan. Air
limbah adalah air sisa industri yang harus diendapkan dahulu sebelum dibuang
langsung menuju saaluran (roil) tertutup.
11
Gambar 8. Sistem Air Kotor
- Sistem pemadam kebakaran
Sistem pemadam kebakaran digunakan untuk menanggulangi saat terjadi insiden
kebakaran. Sistem yang digunakan antara lain :
Menempatkan pintu darurat dengan bahan besi yang ditempatkan di sekeliling
sisi bangunan, jalur evakuasi, dan titik kumpul (assembly point).
Menggunakan sprinkler dan smoke detector di ruangan yang tertutup.
Menggunakan APAR didalam ruangan dan hydrant yang ditempatkan diluar
dan didalam bangunan.
Gambar 9. Sistem Proteksi Kebakaran
- Sistem pencahayaan
Sistem pencahayaan digunakan pada bangunan untuk menerangi ruang dalam
bangunan. Pencahayaan terbagi menjadi dua yaitu pencahayaan alami dan
pencahayaan buatan. Pencahayaan alami diterapkan melalui bukaan dan
penggunaan material alami yang digunakan untuk dinding. Sedangkan
pencahayaan buatan pada bangunan menggunakan lampu LED karena lampu LED
dinilai sangat hemat dalam penggunaan energy listrik.
- Sistem penghawaan
Sistem penghawaan digunakan digunakan pada bangunan untuk mengkondisikan
udara agar tetap sejuk dan nyaman bagi pengguna. Sistem penghawaan pada
12
bangunan menerapkan penghawaan alami dan penghawaan buatan. Penghawaan
alami menggunakan bukaan pada bangunan yan diatur sesuai dengan arah
datangnya angin. Sedanagkan penghawaan buatan menggunakan AC split.
- Sistem elektrikal
Sistem elektrikal digunakan sebagai operasional kelistrikan pada bangunan dan area
lansekap yang bersumber dari PLN. Pada bangunan juga tersedia genset untuk
menyimpan suplai energy listrik yang berguna saat kondisi pemadaman listrik.
Sistem elektrikal ini terhubung untuk digunakan pada pompa, penerangan, listrik,
penghawaan dan sistem lainnya.
- Sistem pengelolaan sampah
Sistem pengelolaan sampah digunakan untuk mengelola sampah yang diproduksi
dari kegiatan operasional bangunan. Sampah akan dipisah berdasarkan jenisnya
yaitu sampah organic dan anorganik. Sampah ditempatkan pada tempat sampah
berdasarkan jenisnya lalu dibuang ke bak sampah sebelum kemudian ke tempat
pembungan sementara.
- Sistem keamanan
Sistem keamanan digunakan pada bangunan untuk menjamin keamanan di setiap
sudut tempat yang terdiri dari :
Security, yang berada di main entrance dan side entrance.
CCTV, yang berada di setiap sudut bangunan.
- Sistem komunikasi
Sistem komunikasi digunakan untuk komunikasi didalam bangunan menggunakan
sambungan telepon
4 PENUTUP
Arsitektur dalam bangunan berperan untuk menciptakan atmosfer yang inspiratif dan
kreatif. Lingkungan yang inspiratif dapat mempengaruhi pengalaman ruang manusia,
sehingga manusia terdorong untuk mengeluarkan ide - ide kreatifnya. Kesan organic
muncul dengan bentuk yang bebas dan ekspresif yang dimaksudkan untuk mendukung
manusia sebagai makhluk yang hidup dan kreatif. Berikut merupakan penerapan
arsitektur organic yang diterapkan dalam bangunan :
13
- Bentuk lengkung menggambarkan kebaruan yang dinamis. Massa menggunakan
penerapan dari bentuk garis meliuk dan garis tidak teratur serta menciptakan
keharmonisan tapak. (Of the Hills).
- Masing – masing zona kegiatan memiliki massanya sendiri namun tetap terhubung
dengan akses. (Dinamis)
- Mempertimbangkan energy eksternal seperti matahari dan angina. (Form Follows
Flow).
- Bangunan yang direncanakan memiliki beberapa kelompok fungsi kegiatan yang
digabungkan kedalam kelompok massa dan disusun menjadi massa majemuk sesuai
dengan fungsi ruang. (Of the People).
- Menggunakan sebagian material bekas sehingga ramah lingkungan. (Of the
Material).
DAFTAR PUSTAKA
Agustinus, Edwin, 2011, Struktur Bangunan Industri, Semarang, Unika
Soegijapranata
Ahadi, 2009, Pasangan Batu Bata, Diambil dari situs ilmusipil.com
Ahmad, Sarwadi, 2019, Perancangan Gallery dan Resto di Bontang (Arsitektur
Organik), Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Amin, Syukron, 2014, Pengantar Teknik Industri, Yogyakarta : Graha Ilmu
Ayu, Setyoningrum, 2019, Aplikasi Konsep Arsitektur Organik pada Bangunan,
Prodi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta
Aziz, Nur Thoriq, 2011, Perkembangan Industri Rotan dan Pengaruhnya Terhadap
Masyarakat, Surakarta, Universitas Sebelas Maret
Badan Pusat Statistika Sukoharjo, 2019, Kecamatan Gatak dalam Angka 2019,
Sukoharjo
D. Martono dan Suprianal, Nana, 2011, Sari Hasil Penelitian Rotan, Diambil dari
situs dephut.go.id
Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Jawa Tengah, 2019, Profil
Kondisi Geografis Kabupaten Sukoharjo, Sukoharjo, Disperakim
Hidayati, Zulfa, 2015, Perancangan Arrowisata di Kabupaten Malang Provinsi
Jawa Timur, Malang, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
14
Hima Arsitektur Petra, 2016, Organic Architecture, Surabaya
Kania, Dekoruma, 2018, Fakta Tanaman Lee Kwan Yew, Diambil dari situs
dekoruma.com
Kementrian Perdagangan Republik Indonesia, 2017, Lampu Kuing Industri Rotan
Indonesia, diambil dari situs bppp.kemendag.go.id
Neufert, E., 1992, Architects Data, Second Edition, In. S. Amri, Data Arsitek Edisi
Kedua, Jakarta, Erlangga
Neufert, E., 1996, Beuentwurflehre, In S. Tjahjadi, Data Arsitek Edisi 33 Jilid 1,
Jakarta, Erlangga
Neufert, E., 2002, Beuentwurflehre. In S. Tjahjadi, F. Chaidir, Data Arsitek Edisi 33
Jilid 2, Jakarta, Erlangga
Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 9 Tahun 2010 Tentang Bangunan
Gedung di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah
Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo nomor 2 tahun 2016 tentang Garis Sempadan
Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo nomor 14 tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Sukoharjo tahun 2011 – 2031
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.11 Tahun 2014
Pustaka Sepong, 2008, Pegertian dan Definisi Pabrik Industri, Banten, Pustaka
Sahwalit, 2014, Pengolahan Rotan untuk Bahan Baku Mebel dan Kerajinan,
Balai Penelitian Kehutanan Palembang
Suparji, 2019, Data Pengrajin Rotan di Desa Trangsan, Sukoharjo, Arsip Kelurahan
Trangsan
Wikipedia, 2019, Kabupaten Sukoharjo, diambil dari situs Wikipedia.org