skripsietheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/skripsi_alfiah ratna m... · 2020. 5. 17. · bab i :...

80
i UPAYA GURU DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR IPA KELAS VI SDN O2 TONATAN PONOROGO SKRIPSI OLEH ALFIAH RATNA MUKHOLIFAH NIM. 210616153 JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDA’IYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO APRIL 2020

Upload: others

Post on 16-Dec-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

i

UPAYA GURU DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR IPA

KELAS VI SDN O2 TONATAN PONOROGO

SKRIPSI

OLEH

ALFIAH RATNA MUKHOLIFAH

NIM. 210616153

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDA’IYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

PONOROGO

APRIL 2020

Page 2: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

ii

ABSTRAK

Mukholifah, Alfiah Ratna. 2020. Upaya Guru Dalam Mengatasi Kesulitan

Belajar IPA Kelas VI SDN 02 Tonatan Ponorogo. Skripsi. Jurusan

Pendidikan Guru Madrasah Ibtida’iyah Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing, Hanin Niswatul

Fauziah, M.Si.

Kata Kunci : Belajar, Guru, IPA, Kesulitan, Upaya

Dalam dunia pendidikan tidak terlepas dari adanya hambatan yang dialami

oleh guru maupun siswanya. Hambatan tersebut banyak terjadi dalam proses

pembelajaran di kelas yang menjadikan siswa mengalami kesulitan dalam

belajarnya. Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dipengaruhi oleh beberapa

faktor. Faktor tersebut terdiri dari faktor internal dan ekternal. Oleh karena itu, guru

berupaya mengidentifikasi terkait permasalahan yang mengakibatkan siswa

mengalami kesulitan dalam belajar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kesulitan-kesulitan yang

dihadapi oleh siswa kelas VI dalam belajar IPA dan menjelaskan strategi guru

dalam mengatasi kesulitan belajar IPA siswa kelas VI SDN 02 Tonatan Ponorogo.

Penelitian ini menggunakan observasi, angket, wawancara, dan dokumentasi

sebagai instrumen dalam pengumpulan data.

Berdasarkan analisis data ditemukan bahwa kesulitan belajar yang dialami

oleh peserta didik kelas VI adalah kesulitan dalam memahami materi IPA dan

mengerjakan soal-soal IPA. Strategi yang dilakukan guru dalam mengatasi

kesulitan belajar IPA antara lain mengadakan bimbingan belajar di sekolah dan di

rumah, memberikan motivasi kepada siswa untuk meningkatkan minat belajarnya,

menyisipkan cerita yang menarik disela-sela pembelajaran IPA, memberikan tugas

atau pekerjaan rumah kepada siswa, melarang siswa membawa HP ke sekolah,

mengadakan konseling pribadi, menjalin komunikasi yang baik dengan orang tua

dan mengelompokkan materi IPA terlebih dahulu sebelum dijelaskan kepada siswa

agar mereka bisa memahami materi dengan baik.

Page 3: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

iii

Page 4: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

iv

Page 5: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

v

Page 6: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

vi

Page 7: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

vii

Page 8: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar bagi peserta didik secara aktif untuk mengembangkan potensi

dirinya. Sistem Pendidikan Nasional dibangun dengan berpedoman pada

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003.

Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasar Pancasila dan Undang-

undang Dasar Negara Republik Indonesia serta tanggap terhadap tuntutan

perubahan zaman. 1

Proses belajar tidak lepas dari hambatan-hambatan yang dialami oleh

siswa itu sendiri. Kesulitan belajar merupakan suatu keadaan dalam proses

belajar mengajar dimana anak didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya.

Kesuliatan belajar pada dasarnya adalah suatu gejala yang nampak dalam

berbagai manivestasi tingkah laku, baik secara langsung maupun tidak

langsung.2 Kesulitan belajar secara umum dipandang sebagai siswa dengan

prestasi yang rendah atau kesukaran siswa dalam menerima atau menyerap

pelajaran sekolah. Kesulitan belajar adalah kesulitan yang dialami oleh siswa

dalam kegiatan belajarnya, sehingga berakibat prestasi belajarnya rendah dan

perubahan tingkah laku yang terjadi tidak sesuai dengan partisipasi yang

diperoleh sebagaimana teman-teman kelasnya.3

Jika kesulitan belajar tersebut dibiarkan, maka tujuan pembelajaran tidak

akan tercapai dengan baik. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, siswa

memerlukan bantuan, baik dalam mencerna bahan pengajaran maupun dalam

mengatasi hambatan-hambatan yang lain. Kesulitan belajar siswa harus dapat

diketahui dan dapat diatasi sedini mungkin sehingga tujuan instruksional dapat

1 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional.

2 Partowisastro Koestoer, Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar (Jakarta: Erlangga,

1986), 19.

3 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), 5.

Page 9: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

2

tercapai dengan baik. Maka diperlukan diagnosis kesulitan belajar guna

membantu siswa untuk memperoleh hasil belajar yang lebih optimal.4

Pada hakikatnya sains adalah landasan imu untuk berpijak dalam

mempelajari IPA. Banyak cara yang telah dilakukan untuk mencapai aspek

yang terkandung dalam hakikat sains, namun belum juga menunjukkan hasil

yang memuaskan. Dalam mencapai hakikat sains secara utuh membutuhkan

upaya dan kompetensi guru untuk memuat hakikat sains dalam proses

pembelajaran IPA. Penguasaan konsep IPA dapat diartikan sebagai

kemampuan kognitif siswa dalam memahami dan menguasai konsep-konsep

sains melalui suatu fenomena, kejadian, obyek atau kegiatan yang terkait

dengan materi IPA. Siswa dapat menguasai konsep IPA apabila mereka

mengerti makna-makna dari proses kejadian, peristiwa fenomena, dan obyek

melalui pengamatan dan penjelasan guru.5

Penguasaan konsep IPA yang kurang ini bisa disebabakan oleh kesulitan

peserta didik dalam merespon pembelajaran yang diberikan oleh guru mereka.

Menurut Khoir (dalam Awang 2015:110) penyebab kesulitan belajar IPA

peserta didik Sekolah Dasar adalah terlalu banyak istilah asing, materi yang

terlalu padat, siswa terkesan mau tidak mau harus menghafal materi,

terbatasnya media pembelajaran, peserta didik terkesan susah memahami

materi tanpa adanya media, guru yang cenderung mendominasi pembelajaran,

penguasaan guru akan materi lemah, dan terlalu monoton.6

Oleh karena itu, dalam pembelajaran IPA di kelas guru harus

memperhatikan beberapa hal seperti kebutuhan siswa terhadap materi pokok

yang diajar, lingkungan belajar, ketepatan guru dalam memilih model

4Ismail, “Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa dalam Pembelajaran Aktif di Sekolah,” Jurnal

Edukasi, Vol. 2 No. 1 (Januari, 2016), 40.

5Tursinawati, “Penguasaan Konsep Hakikat Sains dalam Pelaksanaan Percobaan Pada

Pembelajaran IPA di SDN Kota Banda Aceh,” Jurnal Pesona Dasar, Vol. 2 No. 4 (April, 2016),

73.

6Imanuel Sairo Awang, “Kesulitan Belajar IPA Peserta Didik Sekolah Dasar,” Vox Edukasi,

Vol. 6 No. 2 (Nopember, 2015), 110.

Page 10: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

3

pembelajaran serta ketepatan memilih bahan ajar sesuai dengan kondisi peserta

didik.7

Hal ini dapat dibuktikan dari hasil wawancara yang dilakukan dengan guru

kelas IV di 7 SD Piloting kurikulum 2013 se-Kabupaten Gianyar tahun 2015

mengenai kesulitan belajar IPA. Faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah

kurangnya motivasi, sarana belajar, kemampuan berkomunikasi, rasa percaya

diri siswa serta pelaksanaan pembelajaran oleh guru kelas yang kurang dalam

memanfaatkan media belajar. Sehingga diharapkan bagi sekolah tersebut agar

meningkatkan fasilitas media pembelajaran untuk menghindarkan siswa dari

kesulitan belajar IPA, membangun relasi antara guru dengan siswa, serta

meningkatkan perhatian, minat, dan bakat guna menumbuhkan motivasi

belajar.8

Selain itu dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan

bahwa pembelajaran yang dilakukan di kelas VI SDN 02 Tonatan Ponorogo

belum maksimal karena dalam pembelajarannya guru masih menggunakan

metode ceramah dan jarang menggunakan media pembelajara di kelas. Hal ini

tentunya membuat siswa merasa kesulitan terutama dalam belajar IPA karena

materinya terlalu padat dan perlu bantuan media pembelajaran agar siswa dapat

memahami materi dengan baik. Oleh karena itu perlu diketahui penyebab

kesulitan belajar IPA untuk mencari solusi yang bisa diupayakan guru guna

meningkatkan hasil belajar IPA. Sehingga berdasarkan uraian di atas, peneliti

tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “UPAYA GURU DALAM

MENGATASI KESULITAN BELAJAR IPA KELAS VI SDN 02 TONATAN

PONOROGO”

7Fifi Faridah, “Upaya Mengembangkan Bahan Ajar IPA dalam Mengatasi Kesulitan Belajar

Siswa Kelas IV SDN 63 Kota Bima,” Jurnal Pendidikan MIPA, Vo. 7 No. 2 (Juli-Desember,

2017), 131.

8Remaita Manalu, dkk, “Analisis Kesulitan-Kesulitan Belajar IPA Siswa Kelas IV Dalam

Implementasi Kurikulum 2013 Di SD Piloting Se-Kabupaten Gianyar,” E-Journal PGSD

Universitas Pendidikan Ganesha,Vol. 3 No. 1 (2015), 9-10.

Page 11: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

4

B. FOKUS PENELITIAN

Dari fenomena di atas peneliti memfokuskan penelitiannya pada upaya

guru dalam mengatasi kesulitan belajar pada mata pelajaran IPA kelas VI di

SDN 02 Tonatan Ponorogo.

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat ditarik beberapa

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Kesulitan apa yang dialami oleh siswa kelas VI SDN 02 Tonatan Ponorogo

dalam belajar IPA?

2. Apa strategi guru dalam mengatasi kesulitan belajar IPA siswa kelas VI

SDN 02 Tonatan Ponorogo?

D. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dipaparkan

di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa kelas VI

SDN 02 Tonatan Ponorogo dalam Mata Pelajaran IPA.

2. Menjelaskan strategi guru dalam mengatasi kesulitan belajar IPA siswa

kelas VI SDN 02 Tonatan Ponorogo.

E. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan manfaat antara lain:

a. Memberikan sumbangan pemikiran terhadap perbaikan pelaksanaan

pembelajaran di kelas sehingga mutu pendidikan menjadi lebih baik.

b. Sebagai referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang

berhubungan dengan upaya guru dalam mengatasi kesulitan belajar

siswa.

Page 12: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

5

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini memberikan manfaat yaitu:

a. Bagi Lembaga

Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi lembaga Institut

Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo dan SDN 02 Tonatan Ponorogo.

Adapun manfaat bagi IAIN Ponorogo adalah sebagai perluasan ilmu

pengetahuan bagi dunia pendidikan dan dapat menjadi referensi bagi

mahasiswa IAIN Ponorogo untuk mengembangkan penelitian

pendidikan di masa yang akan datang. Sedangkan manfaat bagi SDN

02 Tonatan Ponorogo adalah pihak sekolah dapat meningkatkan mutu

pembelajaran di sekolah serta dapat mengatasi hambatan-hambatan

yang terjadi dalam proses pembelajaran.

b. Bagi Guru

Manfaat yang diberikan bagi guru kelas antara lain dapat

mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami oleh peserta didik

terutama dalam belajar IPA, sehingga dengan begitu guru dapat

menemukan cara dalam mengatasi kesulitan tersebut untuk membantu

meningkatkan prestasi belajar siswa.

c. Bagi Siswa

Dengan mengetahui kesulitan apa saja yang dialami siswa, maka

mereka bisa mendapatkan pembelajaran yang lebih baik sekaligus

untuk meningkatkan prestasi belajar.

d. Bagi Peneliti

Manfaat bagi peneliti adalah dapat mengetahui penyebab

kesulitan belajar pada mata pelajaran IPA dan upaya yang bisa

dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Dengan begitu, apabila

suatu hari nanti peneliti mengalami masalah dalam kesulitan belajar

IPA pada proses pembelajarannya, peneliti bisa langsung berupaya

untuk mengatasi masalah tersebut.

Page 13: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

6

F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Dalam mempermudah penyusunan laporan penelitian (skripsi) maka

pembahasan dalam menyusun laporan penelitian dikelompokkan menjadi bab

yang masing-masing bab terdiri dari sub-sub yang saling berkaitan satu sama

lain, sehingga diperoleh pemahaman yang utuh dan terpadu. Adapun

sistematika pembahasan adalah sebagai berikut:

Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan

suatu gambaran umum dari seluruh isi skripsi yang terdiri dari latar belakang

masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab II : berisi tentang telaah hasil penelitian terdahulu dan kajian teori

sebagai pedoman umum yang digunakan untuk melakukan penelitian yang

mencakup tentang guru, belajar, pembelajaran IPA, kesulitan belajar IPA,

faktor penyebab kesulitan belajar IPA, dan cara mengatasi kesulitan belajar.

Bab III: berisi tentang metode penelitian yang digunakan untuk menggali

data yang memuat pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi

dan waktu penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, uji

keabsahan data, dan tahapan-tahapan dalam penelitian.

Bab IV: berisi tentang temuan penelitian yang terdiri dari deskripsi data

umum dan deskripsi data khusus. Pada deskripsi data umum mencakup

identitas SDN 02 Tonatan Ponorogo, profil warga sekolah, dan daftar peserta

didik kelas VI. Sedangkan dalam deskripsi data khusus menjelaskan kesulitan

belajar IPA yang dialami oleh siswa kelas VI dan strategi yang dilakukan guru

dalam mengatasi kesulitan belajar IPA.

Bab V: berisi tentang analisis data tentang kesulitan belajar IPA yang

dialami oleh siswa kelas VI dan strategi guru dalam mengatasi kesulitan belajar

IPA pada siswa kelas VI di SDN 02 Tonatan Ponorogo.

Bab VI: berisi kesimpulan dari hasil analisis data serta saran terhadap

penelitian selanjutnya.

Page 14: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

7

BAB II

TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU DAN KAJIAN TEORI

A. TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU

Disamping memanfaatkan berbagai teori yang relevan dengan bahasan ini,

penulis juga melakukan kajian terhadap penelitian-penelitian terdahulu yang

ada relevansinya dengan penelitian ini.

1. Penelitian yang dilakukan oleh Ulfa Suci Amanah tahun 2008 dengan judul

“Upaya Guru Menanggulangi Kesulitan Belajar Siswa Bidang Studi

Pendidikan Agama Islam Di SD Negeri 2 Kademangan Blitar”. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa kesulitan belajar Pendidikan Agama Islam

yang dialami siswa antara lain kesulitan menerima pelajaran, menghafal

pelajaran, dan memahami pelajaran yang ditandai dengan hasil belajar yang

rendah. Faktor internal yang menjadi penyebabnya adalah tingkat

intelegensi siswa kurang, siswa kurang memahami keterangan yang

diberikan guru, kurangnya motivai serta siswa tidak dapat menerapkan

materi agama yang sudah diterima dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan

faktor internalnya antara lain peralatan belajar yang kurang lengkap,

kurangnya perhatian dari orang tua, ekonomi keluarga yang masih rendah,

dan pengaruh lingkungan masyarakat. Upaya yang dilakukan oleh guru

yaitu menggunakan metode dan media pembelajaran yang menarik,

memenuhi sarana dan prasarana dalam pembelajaran, serta menciptakan

lingkungan keluarga yang harmonis.9

Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama

meneliti tentang upaya guru dalam mengatasi kesulitan belajar di kelas.

Sedangkan perbedaannya adalah penelitian terdahulu mengambil mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam sedangkan pada penelitian ini

mengambil mata pelajaran IPA.

9Ulfa Suci Amanah, Skripsi: “Upaya Guru Menanggulangi Kesulitan Belajar Siswa Bidang

Studi Pendidikan Agama Islam Di SD Negeri 2 Kademangan Blitar” (Malang: UIN Malang,

2008), 112-113.

Page 15: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

8

2. Penelitian yang dilakukan oleh Ria Nur Wulandari tahun 2015 dengan judul

“Upaya Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Pada Mata

Pelajaran IPS Di MTs Sains Al-Hadid Kota Cirebon”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa masalah yang dialami siswa diantaranya kurang

bersemangat saat belajar dikelas, merasa bosan saat belajar sejarah, dan

sering mendapat nilai dibawah rata-rata. Faktor yang menyebabkan

timbulnya masalah antara lain suasana kelas yang kurang kondusif, fasilitas

belajar yang kurang, dan kurangnya buku penunjang siswa. Sedangkan

upaya guru dalam mengatasi kesulitan belajar diantaranya menggunakan

metode dan media pembelajaran yang menarik, serta memberikan program

remedial teaching untuk siswa yang mendapatkan nilai dibawah rata-rata.10

Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama

meneliti tentang upaya guru dalam mengatasi kesulitan belajar di kelas.

Sedangkan perbedaannya adalah penelitian terdahulu mengatasi kesulitan

belajar pada mata pelajaran IPS sedangkan penelitian ini pada mata

pelajaran IPA.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Maya Anggraini tahun 2017 dengan judul

“Kesulitan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas VB SD Negeri

80/1 Muara Bulian”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan

pembelajaran siswa pada mata pelajaran IPA menonjolkan sikap

menyeleweng seperti tidak ikut memperhatikan, tidak antusias untuk

mengerjakan tugas kelompoknya, banyak mengobrol sendiri saat pelajaran

dan kurang percaya diri saat belajar kelompok, sehingga dengan begitu

siswa tersebut mengalami hambatan belajar dari faktor eksternal yaitu

lingkungan teman kelasnya serta hambatan dari tingkah laku siswa itu

sendiri. 11

10Ria Nur Wulandari, Skripsi: “Upaya Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Pada

Mata Pelajaran IPA Di MTs Sains Al-Hadid Kota Cirebon” (Cirebon: IAIN Syekh Nurjati

Cirebon, 2015), 94. 11Maya Anggraini, Skripsi: “Kesulitan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Di Kelas VB

SD Negeri 80/I Muara Bulian” (Jambi: Universitas Jambi, 2017), 30.

Page 16: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

9

Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu peneliti

mengambil masalah tentang kesulitan belajar pada mata pelajaran IPA, dan

perbedaannya yaitu pada penelitian ini lebih memfokuskan pada upaya guru

dalam mengatasi kesulitan belajar IPA sedangkan penelitian terdahulu

hanya mencari kesulitan belajar siswa pada saat belajar IPA.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Renawati Mentari tahun 2017 dengan judul

“Studi Deskriptif Faktor-Faktor Kesulitan Belajar IPA Materi Gaya dan

Pesawat Sederhana Kelas 5 MI Miftahul Ulum Bumijawa Kabupaten Tegal

Tahun Ajaran 2016/2017”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesulitan

yang dialami dalam belajar IPA kelas V MI Miftahul Ulum Bumijaya Kab.

Tegal yaitu kesulitan memahami penjelasan, maksud soal, dan kesulitan

dalam memahami konsep. Sedangkan faktor-faktor yang menyebabkan

siswa berkesulitan belajar diantaranya berasal dari dalam diri siswa seperti

kondisi mental yang emosional, kecerdasan siswa yang rendah, sikap belajar

yang kurang memperhatikan, minat siswa terhadap pembelajaran yang

rendah, dan motivasi belajar yang rendah. Selain itu terdapat faktor yang

berasal dari luar diri siswa seperti kurangnya perhatian orang tua terhadap

kegiatan belajar siswa, suasana rumah yang kurang kondusif, kondisi

lingkungan tempat tinggal siswa yang kurang mendukung budaya belajar,

pengaruh media massa, penyajian materi yang dilakukan oleh guru kurang

menarik, penggunaan metode pelajaran yang monoton, penggunaan media

pembelajaran yang kurang maksimal serta sarana penunjang pembelajaran

yang kurang lengkap.12

Persamaann penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu peneliti

mengambil masalah kesulitan belajar pada mata pelajaran IPA.

Perbedaannya adalah penelitian ini memfokuskan pada upaya guru dalam

mengatasi kesulitan belajar IPA sedangkan penelitian terdahulu lebih

memfokuskan pada faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar IPA.

12Renawati Mentari, Skripsi: “Studi Deskriptif Faktor-Faktor Kesulitan Belajar Siswa Pada

Mata Pelajaran IPA Materi Gaya dan Pesawat Sederhana Kelas V MI Miftahul Ulum Bumijawa

Kabupaten Tegal Tahun Ajaran 2016/2017” (Semarang: Universitas Islam Negeri Walisongo,

2017), 73.

Page 17: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

10

5. Penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Mahmud Fauzi tahun 2018

dengan judul “Upaya Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Kelas

IV MI Miftahul Huda Jatisari Kademangan Blitar”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa bentuk kesulitan yang dialami oleh siswa kelas IV MI

Miftahul Huda Jatisari Kademangan Blitar adalah kesulitan dalam

membaca, menulis, dan menghafal. Sedangkan upaya yang dilakukan guru

adalah melakukan pengajaran perbaikan berupa pengulangan materi yang

belum dipahami, melakukan kegiatan pengayaan berupa menghafal

perkalian dan membaca buku, serta menggunakan metode dan model

pembelajaran yang beraneka ragam. Dalam melakukan upaya mengatasi

kesulitan belajar, guru masih memiliki hambatan seperti kondisi siswa yang

kurang kondusif dan kurangnya fasilitas penunjang kegiatan. Oleh karena

itu, guru perlu mengatasi hambatan tersebut dengan cara melakukan

perbaikan terhadap fasilitas sekolah dan lebih mengawasi setiap kegiatan

pembelajaran yang dilakukan siswa.13

Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama

meneliti tentang upaya guru dalam mengatasi kesulitan belajar di kelas.

Sedangkan perbedaannya adalah penelitian terdahulu dilakukan di kelas IV

sedangkan penelitian ini dilakukan di kelas VI. Selain itu, pada penelitian

terdahulu hanya mengatasi kesulitan belajar secara umum, sedangkan pada

penelitian ini lebih difokuskan pada kesulitan belajar IPA.

B. KAJIAN TEORI

1. Guru

Secara bahasa pendidik atau guru adalah educator atau lebih dikenal

dengan istilah teacher sebagai orang yang melakukan transfer ilmu.

Menurut WS. Winkel pendidik atau guru adalah orang yang menuntun siswa

untuk mencapai kehidupannya yang lebih baik lagi. Sedangkan menurut J.

13Mohammad Mahmud Fauzi, Skripsi: “Upaya Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar

Siswa Kelas IV MI Miftahul Huda Jatisari Kademangan Blitar” (Tulungagung: IAIN

Tulungagung, 2018), 88-91.

Page 18: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

11

Klausmeir & William Goodwin mengemukakan bahwa pendidik adalah

orang yang membantu siswa dalam belajar agar menjadi lebih efektif dan

efisien.14 Sedangkan dalam UU guru dan dosen No.14/2005 Bab 1 Pasal 1

menyebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas

utamanya mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,

menilai, dan mengevaluasi siswa pada jalur pendidikan formal, pendidikan

dasar, dan menengah.15 Peran dan fungi guru dalam dunia pendidikan

menjadi salah satu faktor yang sangat signifikan karena guru merupakan

bagian terpenting dalam proses belajar mengajar pada jalur pendidikan

formal, informal, dan nonformal. Oleh karena itu, dalam upaya peningkatan

kualitas pendidikan, guru tidak dapat dilepaskan dari berbagai hal yang

berkaiatan dengan mereka.16

Berikut adalah peran guru sebagai pendidik yaitu:

a. Peran sebagai pembimbing

Guru yang berperan sebagai pembimbing diharapkan memiliki

kemampuan untuk dapat membimbing siswa dan memberikan

dorongan psikologis agar siswa dapat menghindari faktor internal dan

ekternal yang akan mengganggu proses pembelajaran di sekolah, serta

memberikan arah dan pembinaan terhadap karir siswa sesuai dengan

bakat dan kemampuan siswa.

b. Peran sebagai pengajar

Guru sebagai pengajar diharapkan memiliki pengetahuan yang luas

tentang disiplin ilmu yang akan ditransfer kepada siswa. Selain

menguasai materi yang diajarkan, guru juga harus menguasai

penggunaan strategi dan metode mengajar yang akan digunakan untuk

menyampaikan bahan ajar, serta menentukan alat evaluasi pendidikan

yang digunakan untuk menilai hasil belajar siswa.

14Miftahul Ulum, Demitologi Profesi Guru (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2011), 11.

15Umar Sidiq, Etika dan Profesi Keguruan (Tulungagung: STAI Muhammadiyah, 2018), 11.

16Jumanta Hamdayama, Metodologi Pengajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), 1.

Page 19: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

12

c. Peran sebagai pelatih

Sebagai pelatih, guru harus dapat memberikan sebanyak mungkin

kesempatan bagi siswa untuk dapat menerapkan konsep atau teori

dalam bentuk praktik yang akan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-

hari. Dalam hal ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mendapatkan pengalaman belajar yang sebanyak-banyaknya.17

Sedangkan peran guru dalam proses belajar mengajar adalah sebagai

berikut:

a. Guru sebagai demonstrator

Dalam proses pembelajaran guru hendaknya dapat menguasai materi

pelajaran dengan baik dan senantiasa mengembangkan kemampuan

yang dimilikinya sehingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.

Dengan begitu ia akan memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu

pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai

demonstrator untuk memperagakan apa yang diajarkannya agar

ilmunya bisa tersampaikan dengan baik.

b. Guru sebagai pengelola kelas

Guru juga harus mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar

sehingga dapat mendukung kegiatan belajar guna mencapai tujuan

pembelajaran. Lingkungan belajar yang baik bersifat menantang,

merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan

sehingga siswa dapat mencapai tujuan belajar.

c. Guru sebagai mediator dan fasilitator

Sebagai mediator guru hendaknya dapat memiliki pengetahuan dan

ketrampilan dalam menggunakan media pendidikan sehingga dapat

membantu proses pembelajaran menjadi lebih efektif. Sebagai

fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang

berguna untuk menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar

17Suparlan, Guru Sebagai Profesi (Yogyakarta: HIKAYAT, 2006), 33.

Page 20: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

13

mengajar, baik berupa narasumber, buku teks, majalah, atau surat

kabar.

d. Guru sebagai evaluator

Guru sebagai evaluator hendaknya mampu melakukan evaluasi

pembelajaran dengan baik agar dapat mengetahui keberhasilan

pencapaian tujuan belajar, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta

ketepatan dan keefektifan metode mengajar. Evaluasi yang dilakukan

dapat dijadikan sebagai umpan balik terhadap proses belajar mengajar

yang akan berguna bagi guru untuk memperbaiki dan meningkatkan

pembelajaran menjadi lebih baik lagi.18

Sebagaimana tercantum dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru

dan Dosen pasal 1 ayat 10 disebutkan bahwa kompetensi adalah seperangkat

pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati,

dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru atau dosen dalam melaksanakan

tugasnya di lembaga pendidikan. Kompetensi guru merupakan perpaduan

antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, emosional, dan

spiritual yang dapat membentuk standar profesi yang mencakup penguasaan

materi, pemahaman peserta didik, pembelajaran yang mendidik,

pengembangan pribadi dan profesioanalisme. Terdapat 4 kompetensi yang

harus dimiliki oleh guru atau dosen yaitu antara lain:

a. Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan seorang guru dalam

mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap peserta

didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil

belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan

berbagai potensi yang dimilikinya.

b. Kompetensi kepribadian yaitu kemampuan personal yang memiliki

kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi

teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

18 Jumanta Hamdayama, Metodologi Pengajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), 9-11.

Page 21: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

14

c. Kompetensi sosial yaitu kemampuan guru untuk berkomunikasi dan

berinteraksi secara efektif dan efisien dengan siswa, sesama guru, orang

tua/wali murid, dan masyarakat luas.

d. Kompetensi profesional yaitu kemampuan guru dalam mengikuti

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi agar dapat menguasai

materi pelajaran secara luas dan mendalam guna membimbing siswa

dalam memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar

Nasional Pendidikan.19

2. Belajar

Proses perkembangan manusia berlangsung melalui kegiatan belajar

yang dilakukannya secara sadar maupun tidak. Dalam belajar selalu

berkenaan dengan perubahan-perubahan pada diri orang yang menjadikan

dirinya lebih baik lagi karena dengan belajar akan memperoleh pengalaman-

pengalaman dari hasil interaksi dengan orang lain atau lingkungannya.

Menurut Witherington (1952 h.165) menjelaskan bahwa belajar merupakan

perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola

respon yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan,

pengetahuan, dan kecakapan. Sedangkan menurut Gage and Berliner (1970

h.256) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah

laku yang muncul karena pengalaman. Dalam pengertian perubahan di atas

dapat menyangkut beberapa hal yang sangat luas seperti penguasaan dan

penambahan pengetahuan, kecakapan, sikap, nilai, motivasi, kebiasaan,

minat, apresiasi, dll. Sedangkan pengalaman dalam pengertian di atas dapat

menyangkut kegiatan yang pernah dilakukan seperti membaca, melihat,

mendengar, merasakan, melakukan, menghayati, membayangkan,

merencanakan, mencoba, menganalisis, memecahkan masalah, dsb 20

19Fathorrahman, “Kompetensi Pedagogik, Profesional, Kepribadian, dan Kompetensi Sosial

Dosen,” AKADEMIKA, Vol. 15 No. 1 (Februari, 2017), 2.

20Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Bandung:

RemajaRosdakarya, 2005), 155-156.

Page 22: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

15

Dalam usaha untuk mencapai tujuan belajar perlu menciptakan

lingkungan belajar yang kondusif. Lingkungan belajar ini terdiri dari

berbagai komponen yang masing-masing akan saling mempengaruhi.

Komponen yang dimaksud antara lain tujuan pembelajaran, materi

pelajaran, hubungan guru dan siswa, jenis kegiatan yang dilakukan, serta

sarana dan prasarana belajar yang tersedia. Tujuan belajar itu sebenarnya

sangat banyak, namun secara umum tujuan belajar itu antara lain untuk

mendapatkan pengetahuan, untuk menanamkan konsep dan ketrampilan,

serta sebagai pembentukan sikap.21

Dalam proses belajar terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya, faktor

tersebut antara lain:

a. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu dan

dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor ini meliputi:

1) Faktor Fisiologis

Faktor ini berkenaan dengan kondisi umum jasmani seseorang,

misalnya menyangkut kesehatan atau kondisi tubuh seperti sakit

atau terjadi gangguan pada fungsi-fungsi tubuh yang pada akhirnya

tubuh menjadi kurang prima dan akan mengalami kesulitan belajar.

Oleh karena itu, siswa perlu memelihara dan mengatur pola

istirahat yang baik serta mengkonsumsi makanan yang bergizi.

2) Faktor Psikologis

Faktor-faktor psikologis yang dapat mempengaruhi belajar antara

lain:

a) Intelegensi

Intelegensi merupakan kemampuan psiko-fisik untuk

mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan

lingkungan dengan cara yang tepat. Intelegensi memiliki

pengaruh terhadap kemajuan hasil belajar, dimana siswa yang

21Noer Rohmah, Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: Teras, 2012), 176-179.

Page 23: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

16

mempunyai tingkat intelegensi tinggi akan lebih berhasil dari

anak didik yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.

b) Perhatian

Perhatian merupakan aktifan jiwa yang dipertinggi yang

semata-mata tertuju pada suatu objek. Untuk memperoleh

hasil belajar yang baik, siswa perlu diberi perhatian yang

penuh pada bahan yang dipelajarinya. Hal ini dilakukan

supaya tidak menimbulkan kebosanan sehingga siswa tersebut

tidak suka lagi belajar. Supaya timbul perhatian siswa maka

usahakan bahan pelajaran selalu menarik perhatiannya.

c) Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan

dan mengenang beberapa kegiatan. Minat sangat besar

pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila bahan belajar

tidak sesuai dengan minat siswa maka mereka sulit menerima

bahan yang akan dipelajarinya. Sebaliknya bahan pelajaran

yang diminati siswa akan mudah dipahami dengan baik.22

d) Bakat

Bakat merupakan kemampuan bawaan yang memiliki potensi

yang masih perlu dikembangkan atau dilatih. Bakat yang tidak

dilatih akan menjadi terpendam. Oleh karena itu diperlukan

latihan, pengetahuan, pengalaman, dan dorongan sehingga

memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam

bidang tertentu.

e) Motivasi

Motivasi yaitu kondisi psikologis yang mendorong seseorang

untuk melakukan sesuatu. Oleh karena itu, motivasi menjadi

salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan

22Nidawati, “Belajar Dalam Perspektif Psikologi Agama,” Jurnal Pionir, Vol. 1 No. 1 (Juli-

Desember, 2013), 22-23.

Page 24: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

17

belajar siswa karena dengan motivasi dapat mendorong siswa

ingin melakukan kegiatan belajar.23

3) Faktor Kelelahan

Kelelahan dapat memunculkan kelesuan dan kebosanan yang

menyebabkan minat dan dorongan untuk belajar menjadi hilang.

Oleh karena itu, kelelahan dapat mempengaruhi hasil belajar

sehingga perlu upaya untuk mengatasinya seperti tidur dan istirahat

yang cukup, rekreasi, dan olahraga yang teratur serta diimbangi

dengan makanan yang bergizi.

4) Faktor Lupa

Menurut Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa

adalah ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang

pernah dipelajari atau dialami. Hilangnya informasi bisa

disebabkan oleh dua hal yaitu gangguan dan waktu. Mengingat hal-

hal yang baru dapat mengganggu mengingat hal-hal yang lama

karena informasi yang baru dapat membingungkan informasi yang

lama, apalagi bila yang lama sifatnya kabur. Kemudian semakin

lama informasi di dalam ingatan jangka pendek semakin melemah

keadaannya dan akhirnya hilang.24

b. Faktor Eksternal

1) Lingkungan Sosial

a) Lingkungan Keluarga

Keluarga mempunyai peranan penting atas tanggung jawab

utama dalam memberikan pendidikan dan perlindungan

terhadap anak. Mendidik, mengajar, membimbing, dan

memberi perhatian merupakan kewajiban dan tanggung jawab

sebagai orang tua. Orang tua yang kurang bisa berkomunikasi

dengan anaknya akan menimbulkan ketegangan atau konflik

23Noer Rohmah, Psikologi Pendidikan (Yogjakarta: Teras, 2012), 197-198.

24Noer Rohmah, Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: Teras, 2012), 275-276.

Page 25: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

18

hubungan. Oleh karena itu, perhatian orang tua terhadap

anaknya akan meningkatkan keberhasilan dalam pendidikan.25

b) Lingkungan Masyarakat

Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan

anak terlantar juga dapat mempengaruhi aktivitas belajar

siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman

belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang

kebetulan belum dimilikinya.

c) Lingkungan Sekolah

Hubungan yang harmonis antara guru, administrasi, dan

teman-teman sekelas dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk

belajar lebih baik di sekolah. Oleh karena itu, guru dan orang

tua perlu memperhatikan bakat yang dimiliki oleh siswanya

dengan cara memberikan dukungan dan tidak memaksakan

kehendak sebagai orang tua.

2) Lingkungan Nonsosial

a) Lingkungan Alamiah

Lingkungan ini meliputi kondisi udara yang segar, tidak panas

dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau atau gelap,

suasana yang sejuk dan tenang. Jika kondisi lingkungan alam

tidak mendukung maka proses belajar siswa akan terhambat.

b) Faktor Instrumental

Faktor ini berkaitan dengan perangkat belajar yang terdiri dari

perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat keras seperti

gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan

olahraga, dan lain sebagainya. Sedangkan perangkat lunak

seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku

panduan, silabus, dan lain sebagainya.26

25Afiatin Nisa, “Pengaruh Perhatian Orang Tua dan Minat Belajar Siswa Terhadap Prestasi

Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial,” Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. 2 No. 1 (Maret, 2015), 3.

26Rohmalia Wahab, Psikologi Belajar (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2016), 30-31.

Page 26: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

19

3. IPA

Menurut Iskadar (dalam Rositawaty 2008:15) menyatakan bahwa IPA

adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. IPA

merupakan mata pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai

pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar

yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara

lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan. Pada

prinsipnya, mempelajari IPA sebagai cara mencari tahu dan cara

mengerjakan atau melakukan serta membantu siswa untuk memahami alam

sekitar secara lebih dalam.27

Menurut Carin dan Sund (dalam Widi dan Sulistyowati 2017:23)

menjelaskan bahwa IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun

secara teratur, berlaku umum, berupa kumpulan data hasil observasi, dan

eksperimen. Berdasarkan pengertian tersebut, maka IPA memiliki empat

unsur utama yaitu:

a. Sikap: IPA memunculkan rasa ingin tahu tentang benda, fenomena

alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat.

b. Proses: Proses pemecahan masalah pada IPA memungkinkan adanya

prosedur yang runtut dan sistematis melalui metode ilmiah meliputi

penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, evaluasi, pengukuran,

dan penarikan kesimpulan.

c. Produk: IPA menghasilkan produk berupa fakta, prinsip, teori, dan

hukum.

d. Aplikasi: Penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan

sehari-hari.28

Sedangkan pembelajaran IPA adalah interaksi antara komponen-

komponen pembelajaran dalam bentuk proses pembelajaran untuk

27Rositawaty, Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (Jakarta: Pusat Perbukuan, 2008), 15.

28 Asih Widi W dan Eka Sulistyowati, Metodologi Pembelajaran IPA (Jakarta: Bumi Aksara,

2017), 23.

Page 27: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

20

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Proses pembelajaran IPA terdiri

dari tiga tahap yaitu perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses

pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran.29

Pembelajaran IPA dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang saling

berkaitan. Faktor yang paling menentukan keberhasilan pembelajaran

adalah guru. Guru dituntut untuk dapat membuat pembelajaran yang

menarik baik dari segi metode maupun media. Media yang menarik dapat

diartikan bermacam-macam, seperti media gambar yang penuh warna,

gambar, dan tulisan-tulisan yang dapat merangsang keingintahuan siswa,

memanfaatkan powerpoint, atau media yang bergerak-bersuara seperti

video, film, atau animasi.30

4. Kesulitan Belajar IPA

Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah sering kita dihadapkan dengan

sejumlah karakteristik siswa yang beraneka macam. Ada siswa yang dapat

menempuh kegiatan belajar dengan lancar, namun tidak sedikit pula siswa

yang mengalami berbagai kesulitan dalam belajarnya. Kesulitan belajar

siswa ditunjukkan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu untuk

mencapai hasil belajar yang bersifat psikologis, sosiologis, maupun

fisiologis. Jenis dan tingkat kesulitan yang dialami siswa tidak sama karena

adanya perbedaan yang disebabkan oleh tingkat penguasaan bahan yang

sangat rendah, konsep dasar tidak dikuasai, bahkan bagian yang sedang dan

mudah tidak dapat dikuasi dengan baik.31 Kesulitan belajar merupakan

suatu keadaan dimana siswa tidak dapat belajar secara baik disebabkan

adanya ancaman, hambatan, maupun gangguan dalam belajar. Menurut

Hamalik (dalam Haqiqi 2018:32) menyatakan bahwa jika siswa mengalami

29Asih Widi W dan Eka Sulistyowati, Metodologi Pembelajaran IPA (Jakarta: Bumi Aksara,

2017), 26.

30Lia Portanata, dkk, “Analisis Pemanfaatan Media Pembelajarn IPA SD,” Jurnal Pendidikan

Dasar PerKhasa, Vol. 3 No. 1 (April, 2017), 340.

31Anas Thorir dan Fitri April Yanti, Pembelajaran FISIKA; Kesulitan Belajar dan Cara

Mengatasinya (Yogyakarta: Media Akademi, 2017), 32.

Page 28: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

21

kegagalan atau kemunduran dalam hasil belajar, hal itu berarti ada kesulitan

yang dihadapi selama pembelajaran.32

Berikut adalah faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar pada siswa:

1. Faktor internal

Dalam faktor internal terdapat sebab yang bersifat fisik dan rohani.

Sebab yang bersifat fisik antara lain:

a. Karena sakit

Seseorang yang sakit akan mengalami kelemahan pada fisiknya

sehingga saraf sensoris dan motorisnya lemah. Akibatnya pada saat

belajar rangsangan yang diterima melalui indra tidak dapat

diteruskan ke otak. Hal ini menjadikan siswa tidak dapat

memahami materi pelajaran dengan baik.

b. Kurang sehat

Anak yang mudah capek, mengantuk, pusing, kurang semangat,

dan pikiran terganggu maka dapat mengalami kesulitan belajar

karena respon dalam menerima pelajaran berkurang serta saraf otak

tidak mampu bekerja secara optimal dalam memproses bahan

pelajaran yang diterima melalui indranya.

c. Cacat tubuh

Anak yang memiliki cacat tubuh seperti kurang pendengaran,

penglihatan, dan gangguan psikomotor dapat mengalami kesulitan

saat belajar. Apalagi anak yang cacat tubuh yang serius seperti

buta, tuli, bisu, hilang tangan atau kakinya maka perlu mendapat

pendidikan khusus seperti SLB. Namun bagi golongan yang masih

ringan, bisa mengikuti pendidikan umum dengan mendapat

perhatian yang khusus dari guru.

Sedangkan penyebab kesulitan belajar yang bersifat rohani antara lain:

32Arghob Khofya Haqiqi, “Analisis Faktor Penyebab Kesulitan Belajar IPA Siswa SMP Kota

Semarang,” Jurnal Pendidikan Sains & Matematika, Vol. 6 No. 1 (2018), 37.

Page 29: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

22

a. Intelegensi

Anak yang banyak mengalami kesulitan belajar biasanya mereka

mempunyai IQ kurang dari 90 (tergolong lemah mental). Apabila

mereka diminta untuk menjawab soal melebihi potensinya jelas

tidak mampu dan banyak mengalami kesulitan.

b. Bakat

Setiap individu mempuyai bakat yang berbeda-beda. Seseorang

akan mudah mempelajari sesuatu yang sesuai dengan bakatnya.

Apabila seseorang harus mempelajari bahan yang tidak sesuai

bakatnya maka akan cepat bosan, tidak senang, dan mudah putus

asa. Hal tersebut tampak pada anak yang suka mengganggu

temannya, berbuat gaduh, dan tidak mau belajar sehingga nilainya

rendah.

c. Minat

Tidak adanya minat seseorang terhadap suatu pelajaran akan

menyebabkan timbunya kesulitan belajar. Hal ini menjadikan

pelajaran yang diikutinya tidak terproses dalam otaknya sehingga

timbul kesulitan. Ada tidaknya minat siswa dapat dilihat dari cara

anak mengikuti pelajaran, lengkap tidaknya catatan, dan perhatian

terhadap pelajaran tersebut.

d. Motivasi

Motivasi dapat mendorong seseorang dalam mencapai tujuan

sehingga semakin besar motivasi maka semakin besar kesuksesan

belajarnya. Siswa yang motivasinya lemah, tampak acuh tak acuh,

mudah putus asa, kurangnya perhatian pada pelajaran, dan suka

mengganggu kelas mengakibatkan terjadinya kesulitan belajar.

e. Kesehatan mental

Hubungan kesehatan mental dengan belajar adalah timbal balik.

Dengan kesehatan mental dan ketenangan emosi akan

menimbulkan hasil belajar yang baik. Setiap individu dalam

hidupnya selalu mempunyai kebutuhan, apabila kebutuhan itu

Page 30: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

23

tidak terpenuhi maka akan membawa masalah emosional.

Misalnya anak yang sedih dan kecewa akan sulit mengadakan

konsentrasi belajar sehingga memungkinkan melakukan

perbuatan-perbuatan yang agresif. Keadaan seperti inilah yang

akan menimbulkan kesulitan belajar sebab tidak mendatangkan

kebahagiaan.

f. Tipe-tipe khusus pelajar

Terdapat 3 tipe belajar seorang anak, yaitu:

1) Tipe visual

Anak dengan tipe ini akan cepat mempelajari bahan-bahan

yang disajikan secara tertulis, bagan, grafik, dan gambar.

Sebaliknya akan sulit belajar apabila bahan disajikan dalam

bentuk suara, atau gerakan.

2) Tipe auditif

Anak dengan tipe ini akan mudah mempelajari bahan yang

disajikan dalam bentuk suara (ceramah) atau menggunakan

media yang menghasilkan suara seperti radio atau video.

Sedangkan pelajaran yang disajikan dalam bentuk tulisan,

perabaan, dan gerakan maka dia akan mengalami kesulitan.

3) Tipe motorik

Anak yang bertipe ini akan mudah mempelajari bahan

pelajaran yang berupa tulisan-tulisan, gerakan, dan sulit

mempelajari bahan yang berupa suara dan penglihatan.

2. Faktor Eksternal

Pada faktor eksternal penyebabnya berasal dari keluarga, sekolah, dan

lingkungan. Berikut ini penjelasan terkait penyebab kesulitan belajar

dari faktor eksternal:

a. Faktor Keluarga

Keluarga menjadi pusat pendidikan yang utama sehigga dapat

menjadi faktor penyebab kesulitan belajar. Yang termasuk faktor

ini antara lain:

Page 31: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

24

1) Orang Tua

Orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya,

bersifat acuh tak acuh, kejam, dan otoriter akan menimbukan

mental yang tidak sehat bagi anaknya sehingga anak tidak

senang di rumah dan menjadi lupa belajar. Selain itu hubungan

orang tua dan anak juga perlu diperhatikan seperti kasih

sayang, penuh perhatian, adaya kebencian, sikap keras, acuh

tak acuh, memanjakan, dll. Hubungan yang baik antara orang

tua dan anak akan menjadikan sikap belajarnya baik begitu

sebaliknya. Kemudian anak juga membutuhkan bimbingan

dari orang tua yang dianggap dewasa dan menjadi contoh

untuk anaknya. Orang tua yang sibuk bekerja, terlalu banyak

anak yang diawasi, sibuk organisasi sehingga anak tidak

mendapat bimbingan dari orang tua. Keadaan ini dapat

memungkinkan anak akan banyak mengalami kesulitan

belajar.

2) Susana rumah

Suasana rumah yang sangat ramai/gaduh akan menyebabkan

anak terganggu konsentrasinya sehingga sulit untuk belajar.

Selain itu suasana rumah yang tegang akibat adaya cekcok

diantara anggota keluarga dapat melahirkan anak-anak yang

tidak sehat mentalnya. Hal ini menjadikan anak tidak tahan di

rumah dan memilih untuk menghabiskan waktu di luar rumah

sehingga menjadi lupa belajar.

3) Keadaan ekonomi keluarga

Faktor biaya menjadi faktor penting dalam mendukung

kelancaran belajar siswa. Kelengkapan alat seperti pensil,

tinta, penggaris, buku tulis, buku pelajaran, dll akan

membentuk kelancaran dalam belajar. Sedangkan kurangnya

alat-alat itu akan menghambat kemajuan belajar anak. Namun

ekonomi keluarga yang berlimpah juga dapat menghambat

Page 32: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

25

belajar siswa. Mereka akan menjadi segan belajar karena

terlalu banyak bersenang-senang dan selalu dimanjakan oleh

orang tuanya.

b. Faktor Sekolah

1) Guru

Guru dapat menjadi penyebab kesulitan belajar apabila tidak

tepat dalam penggunaan metode pada mata pelajaran yang

dipegangnya dikarenakan kurang menguasai bahan ajar dan

kurangnya persiapan sehingga pada saat menerangkan materi

kurang jelas dan sulit dipahami oleh siswa. Selain itu sikap

guru yang kasar, suka marah, sinis, pelit memberikan nilai

yang menjadikan dia tidak disenangi siswa dan akhirnya dapat

menghambat perkembangan siswa. Guru yang tidak

menggunakan alat peraga dalam mengajar juga bisa

menjadikan siswa mengalami kesulitan belajar.

2) Faktor alat

Dalam proses pembelajaran, penggunaan alat pelajaran sangat

berpengaruh terhadap kemampuan siswa menangkap materi

pelajaran. Alat pelajaran yang kurang lengkap membuat

penyajian pelajaran kurang efektif. Alat-alat pelajaran yang

dimaksud seperti mikroskop, gelas ukur, proyektor, slide, dll.

Tidak adanya alat-alat tersebut menyebabkan guru cenderung

menggunakan metode ceramah yang dapat menimbulkan

kepasifan bagi siswa sehingga memungkinkan adanya

kesulitan belajar.

3) Kondisi gedung

Ruangan yang baik digunakan dalam proses belajar mengajar

harus memenuhi persyaratan seperti ruangan harus berjendela

dengan ventilasi yang cukup dan sinar dapat menerangi

ruangan. Selain itu, kondisi dinding dan lantai juga harus

terlihat bersih supaya siswa nyaman untuk belajar. Kemudian

Page 33: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

26

gedung yang jauh dari tempat keramaian juga dapat membuat

siswa mudah untuk konsentrasi dalam belajarnya. Apabila

beberapa hal tersebut tidak terpenuhi maka situasi belajar akan

menjadi kurang baik dan bisa menghambat proses

pembelajaran.

4) Kurikulum

Kurikulum yang kurang baik menjadi salah satu hal yang dapat

membawa kesulitan belajar siswa, misalnya bahan-bahan

terlalu tinggi, pembagian bahan yang tidak seimbang antara

kelas atas dan bawah serta adanya pendataan materi. Apabila

kurikulum tersebut sesuai dengan kebutuhan anak maka akan

membawa kesuksesan dalam belajarnya.

5) Waktu sekolah dan Disiplin kurang

Apabila waktu sekolah masuk sore, siang, atau malam, maka

dalam kondisi ini anak tidak lagi dalam keadaan yang optimal

untuk menerima pelajaran sebab energinya sudah berkurang

dan siswa menjadi cepat lelah dengan kondisi udara yang

panas. Disamping itu kurangnya disiplin seperti siswa yang

liar, sering terlambat datang, tugas yang tidak dikumpulkan,

apalagi jika gurunya kurang disiplin maka akan banyak

mengalami hambatan dalam belajar.

c. Faktor Media Massa dan Lingkungan Sosial

Faktor media massa seperti bioskop, TV, majalah, buku-buku

komik yang ada di sekeliling kita dapat menghambat belajar

apabila siswa terlalu banyak meluangkan waktunya itu hal seperti

itu sehingga lupa akan belajarnya. Selain itu adanya pengaruh

dari teman bergaul siswa misalnya siswa suka bergaul dengan

mereka yang tidak sekolah maka ia akan malas belajar. Apalagi

jika lingkungan tetangga di sekitar rumah suka main judi, minum

arak, banyak penggangguran, dan malas belajar akan

mempengaruhi motivasi anak untuk belajar. Disisi lain, terlalu

Page 34: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

27

banyak mengikuti aktivitas di luar sekolah seperti organisasi

masyarakat, ekstrakulikuler, dan kursus dapat menyebabkan

waktu belajar siswa menjadi terbengkalai. Oleh karena itu, orang

tua harus mengawasi kegiatan siswa di luar sekolah agar kegiatan

tersebut tidak membuat siswa melupakan tugas belajarnya.33

Dalam temuan penelitian yang dilakukan oleh Awang melalui teknik

wawancara dengan beberapa siswa yang mendapatkan hasil belajar rendah

pada mata pelajaran IPA diperoleh data mengenai faktor-faktor yang

menjadi penyebab kesulitan belajar siswa antara lain:

a. Faktor Internal

1) Minat

Siswa rata-rata tidak menyukai belajar IPA karena tidak

menyenangkan dan susah. Hal ini disebabkan karena guru yang

menyampaikan materi IPA kebanyakan menggunakan metode

ceramah, tanpa alat peraga. Selain itu siswa menganggap belajar

IPA sulit dipahami karena kebanyakan menggunakan bahasa asing.

2) Motivasi

Dari hasil wawancara diperoleh data bahwa siswa ingin belajar IPA

karena hanya sekedar ingin naik kelas. Mereka mengikuti pelajaran

IPA hanya ikut-ikutan, tidak didorong keinginan yang kuat untuk

menguasai mata pelajaran IPA.

3) Rasa Percaya Diri

Berdasarkan temuan saat wawancara, siswa tidak yakin kepada diri

sendiri bahwa mereka mampu mengerjakan tugas yang diberikan

guru. Alasannya adalah merasa sulit untuk memahami tugas yang

diberikan sehingga mereka sering mencontek pekerjaaan temannya

atau selalu meminta bantuan orang lain.

33Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 79-

93.

Page 35: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

28

4) Kebiasaan Belajar

Siswa yang mengalami kesulitan belajar IPA juga disebabkan

karena mereka tidak terbiasa belajar. Siswa hanya menghabiskan

waktu sekitar 60 menit setiap hari untuk belajar mandiri. Bahkan

terdapat siswa yang biasa belajar hanya karena takut dimarahi

orang tua. Oleh karena itu, siswa yang kurang terbiasa belajar

menyebabkan hasil belajar dan prestasi di bidang IPA menjadi

rendah.

5) Cita-cita

Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa yang mengalami

kesulitan belajar, kebanyakan mereka tidak memiliki cita-cita yang

berhubungan dengan bidang IPA. Ketidakinginan mereka

disebabkan oleh anggapan bahwa belajar IPA sulit dan tidak

berkeinginan untuk berkecimpung lebih jauh dalam bidang IPA.

b. Faktor Ekternal

1) Peran Guru

Dari hasil wawancara terdapat banyak anggapan dari siswa perihal

peran guru pada saat pembelajaran. Beberapa siswa menganggap

bahwa gurunya tidak pernah memberikan semangat kepada

siswanya dan ada yang kurang puas dengan cara guru mengajar

sehingga dalam belajar IPA tidak terlalu menyenangkan. Guru

jarang menggunakan strategi atau metode yang beragam sehingga

pembelajaran terkesan monoton dan kurang menyenangkan.

2) Kebijakan Penilaian

Berdasarkan temuan dari hasil wawancara aspek penilaian tidak

membuat siswa malas untuk belajar IPA. Namun, disisi lain ada

siswa yang menyatakan bahwa nilai yang rendah membuat dia

malas untuk belajar IPA.

3) Kurikulum

Hasil wawancara menyatakan bahwa semua siswa merasa buku

mata pelajaran IPA sulit untuk dipahami. Kesulitan dialami tatkala

Page 36: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

29

mereka menemukan bahasa asing, penggunaan rumus-rumus yang

harus dihafal, serta siswa masih merasa kesulitan saat berhitung.

Selain itu, ketidakpahaman mereka terhadap materi pelajaran yang

disampaikan guru maupun yang tertera di buku membuat mereka

juga sulit menerima materi IPA.34

5. Cara Mengatasi Kesulitan Belajar

Kesulitan yang dialami oleh siswa perlu segera diatasi. Berdasarkan

hasil wawancara yang dilakukan oleh Maha Putri Widiantari dengan guru

kelas IV di SDN 2 Pemaron menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan

guru untuk mengatasi kesulitan belajar diantaranya membuat lagu yang

berkaitan dengan materi agar pembelajaran menjadi lebih menyenangkan,

melakukan tanya jawab dengan siswa, memberikan bimbingan belajar/les

diluar jam sekolah, memberikan soal-soal dan mendiskusikannya bersama

teman.35

Selain itu sekolah memiliki tanggung jawab untuk membantu siswa

agar berhasil dalam belajarnya. SD Negeri Serayu menyelenggarakan

program layanan bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh guru.

Program ini merupakan bantuan khusus yang diberikan kepada siswa

untuk mengatasi kesulitan belajar. Layanan bimbingan ini sangat penting

untuk dilaksanakan dalam membantu siswa untuk mengatasi masalah yang

dihadapinya.36

Sedangkan upaya untuk meningkatkan motivasi belajar anak di

sekolah antara lain memberikan angka-angka yang baik kepada siswa,

memberikan hadiah agar menarik minat siswa dalam belajar, mengadakan

34Immanuel Sairo Awang, “Kesulitan Belajar IPA Peserta Didik Sekolah Dasar,” Vox Edukasi,

Vol. 6 No. 2 (November, 2015), 109-119.

35Ni Ketut Maha Putri Widiantari, dkk, “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas IV

Dalam Pembelajaran Matematika,” e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 4 No.

1 (2016), 6. 36Maliki, “Implementasi Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Mengatasi Kesulitan

Belajar Siswa Sekolah Dasar Negeri Serayu Yogyakarta,” Jurnal Al-Tazkiah, Vol. 7 No. 1 (Juni,

2015), 2.

Page 37: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

30

kompetensi persaingan baik individu maupun kelompok, menumbuhkan

kesadaran siswa, memberikan pujian terhadap siswa yang berhasil

menyelesaikan tugasnya, serta memberikan hukuman yang mendidik dan

tepat sasaran sebagai alat motivasi.37

Memberikan cerita tentang kisah-kisah yang mengandung hikmah

juga efektif untuk menarik perhatian anak dan merangsang otaknya untuk

bekerja. Kelebihan metode bercerita adalah dapat membangkitkan

semangat anak, memikat, mempengaruhi emosi, dan menarik perhatian.38

Guru diharapkan dapat berperan untuk ikut mengawasi perkembangan

anak agar tidak kecanduan game online yaitu dengan cara guru

menyisipkan pesan tentang bahaya game online, melakukan razia HP,

bekerja sama dengan orang tua untuk mengawasi anak, dan memberikan

PR untuk mengalihkan perhatian anak.39

Guru harus lebih mempersiapkan materi kurikulum K13 sebelum

mengimplementasikannya ke dalam pembelajaran. Persiapan yang bisa

dilakukan guru adalah membuat rencana pembelajaran dan memahami

rambu-rambu dalam kurikulum K13 dimana tidak semua mata pelajaran

harus dipadukan. Oleh karena itu, guru perlu memilah-milah bahan materi

agar mudah dipahami oleh siswa.40

37Siti Suprihatin, “Upaya Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa,” Jurnal

Pendidikan Ekonomi UM Metro, Vol. 3 No. 1 (2015), 76. 38Syahrani Tambak, “Metode Bercerita dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,” Jurnal

Al-Thariqah, Vol. 1 No. 1 (Juni, 2016), 8-9. 39Sri Wahyuni Adiningtyas, “Peran Guru Dalam Mengatasi Kecanduan Game Online,” Jurnal

Kopasta, Vol. 4 No. 1 (2017), 38-39. 40Andreas Au Hurit dan Diah Harmawati, “Analisis Kesiapan Guru dalam

Mengimplementasikan Kurikulum K13 di SD Inpres Gudang Arang Merauke,” Jurnal of Primary

Education, Vol. 1 No. 2 (April, 2019), 120.

Page 38: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang dan perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan

dalam melakukan penelitian yang berorientasi pada fenomena atau gejala yang

bersifat alami.41 Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena peristiwa

yang terjadi dalam objek penelitian ini bersifat alamiah, pengumpulan data

langsung dari sumber data yang ada di lapangan, dan bentuk penyajian datanya

hanya berupa kata-kata atau gambar, tidak menekankan pada ngka.

Sedangkan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian deskriptif. Dengan jenis penelitian ini peneliti berupaya untuk

mendeskripsikan strategi yang dilakukan oleh guru dalam mengatasi kesulitan

yang dialami oleh siswa kelas VI di SDN 02 Tonatan Ponorogo. Penelitian

deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan dan

menjawab persoalan-persoalan suatu fenomena atau peristiwa yang terjadi saat

ini, baik tentang fenomena dalam variabel tunggal maupun korelasi dan atau

perbandingan berbagai variabel.42 Peneliti menggunakan jenis penelitian

deskriptif karena peneliti hanya sekedar mendeskripsikan fenomena yang

terjadi dan tidak memberikan perlakuan khusus terhadap objek penelitian.

Selain itu jenis penelitian ini bentuknya sederhana, mudah dipahami, dan tidak

membutuhkan teknik statistika.

B. KEHADIRAN PENELITI

Dalam Penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengamat atau human

instrument yang berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan

41Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia, 2011), 89.

42Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), 54.

Page 39: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

32

sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data,

analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya.

C. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di SDN 02 Tonatan Kabupaten Ponorogo yang

merupakan sekolah dengan jumlah siswa yang cukup banyak dengan fasilitas

ruang belajar yang memadai, sehingga peneliti dapat memperoleh data atau

informasi yang lebih lengkap. Waktu yang digunakan dalam pengumpulan data

adalah dari bulan Februari sampai bulan Maret tahun 2020.

D. SUMBER PENELITIAN

Sumber data adalah subjek tempat asal data dapat diperoleh, dapat berupa

bahan pustaka, atau orang.43 Dalam penelitian ini menggunakan sumber yang

berasal dari lapangan langsung. Data lapangan dapat diperoleh melalui

observasi, wawancara, angket maupun dokumentasi. Sedangkan yang menjadi

obyek penelitian adalah siswa kelas VI yang mengalami kesulitan belajar IPA

dan wali kelas VI sebagai guru mata pelajaran IPA.

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Untuk memperoleh data yang akurat maka peneliti menggunakan beberapa

teknik pengumpulan data yaitu:

1. Observasi

Teknik observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data dimana

peneliti mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap

obyek yang diteliti, baik dalam situasi buatan yang secara khusus diadakan

(laboratorium) maupun dalam situasi ilmiah atau sebenarnya (lapangan).44

Dalam hal ini peneliti melakukan observasi langsung untuk mengetahui

proses pembelajaran IPA di kelas VI yang dilakukan oleh guru mengenai

43Mahmud, Metodologi Penelitian Pendidikan, 151.

44Andhita Dessy Wulansari, PENELITIAN PENDIDIKAN:Suatu Pendekatan Praktik dengan

Menggunakan SPSS (Ponorogo: STAIN Po PRESS, 2012), 64,

Page 40: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

33

penggunaan media, metode, dan strategi belajar. Selain itu peneliti juga

mengamati tingkah laku siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran

di kelas. Kemudian alat atau instrument yang digunakan dalam melakukan

observasi adalah daftar isian yang berupa kolom tentang keadaan di lokasi

atau gejala tentang item tersebut yang sebelumnya dikosongkan untuk

selanjutnya diisi oleh peneliti pada waktu pengamatan.

2. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab

lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang

mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancarai.45 Saat

berada di lapangan, peneliti melakukan wawancara langsung atau secara

tatap muka dengan pihak yang menjadi obyek penelitian dan dilakukan

tanpa perantara. Pada penelitian ini, wawancara dilakukan kepada seluruh

siswa kelas VI untuk mengetahui kesulitan-kesulitan belajar IPA di kelas.

Selain itu, wawancara juga dilakukan kepada wali kelas VI untuk

mengetahui proses pembelajaran yang sudah dilakukan dan setelah

mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi siswa, kira-kira bagaimana

strategi yang akan dilakukan oleh guru tersebut.

3. Kuisioner / Angket

Kuisioner merupakan salah satu teknik pengumpulan data dalam bentuk

pengajuan pertanyaan tertulis melalui sebuah daftar pertanyaan yang sudah

dipersiapkan sebelumnya dan harus diisi oleh responden.46 Peneliti

mengajukan angket berstruktur dengan bentuk pertanyaan tertutup

menggunakan skala Gutman. Pertanyaan tersebut berkaitan dengan

pembelajaran pada mata pelajaran IPA yang harus diisi oleh siswa untuk

mengetahui kesulitan atau hambatan yang dialaminya.

45Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi (Jakarta:

Rineka Cipta, 2006), 105.

46Andhita Dessy Wulansari, PENELITIAN PENDIDIKAN:Suatu Praktik dengan

Menggunakan SPSS, 69.

Page 41: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

34

4. Dokumentasi

Dokumen merupakan bahan kajian yang berupa foto, film, atau hal-hal yang

dapat dijadikan sumber kajian selain wawancara dan observasi dalam

peneliltian kualitatif. Hasil kajian dokumen dapat digunakan untuk

memperluas terhadap kajian yang sedang diteliti.47 Dokumen yang dipilih

dalam penelitian ini adalah dokumen yang berkaitan dengan deskripisi

umum tentang SDN 02 Tonatan Ponorogo seperti bagan struktur organisasi,

informasi letak sekolah, jumlah siswa dan guru di SDN 02 Tonatan

Ponorogo serta dokumen foto yang dapat dijadikan sumber data dan kajian

yang ada di SDN 02 Tonatan Ponorogo.

F. TEKNIK ANALISIS DATA

Analisis data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data

kedalam pola-pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan

tema dan dapat dirumuskan hipotesis data seperti yang dikandung oleh data

tersebut. Dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, analisis

deskriptif kualitatif adalah cara analisis yang cenderung menggunakan kata-

kata untuk menjelaskan fenomena ataupun data yang didapatkan.48 Menurut

Miles & Huberman, aktivitas yang dilakukan dalam analisis data meliputi:

1. Reduksi Data

Mereduksi data dalam hal ini adalah merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, menfokuskan pada hal yang penting, dan membuat kategori. Oleh

karena itu, data yang sudah direduksi akan memberikan gambaran yang

jelas dan memudahkan peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya.

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi, kemudian menyajikan data ke dalam pola yang

berbentuk uraian singkat, bagan, grafik, matrik, network, dan chart.

47Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007),

217.

48Drajad Suharjo, Metodologi Penelitian dan Penelitian Lapangan Ilmiah (Yogyakarta: UII

Press, 2003), 12.

Page 42: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

35

Apabila pola tersebut telah didukung oleh data, maka akan menjadi baku

dan dapat disajikan dalam laporan akhir penelitian

3. Verifikasi Data

Dalam kegiatan ini, data yang sudah disajikan dalam laporan maka dapat

ditarik kesimpulan sesuai dengan hasil penelitian.49

Peneliti menggunakan teknik analisis deskripstif kualitatif karena sesuai

dengan pendekatan dan jenis penelitian yang digunakan yaitu deskriptif

kualitatif. Selain itu proses penelitiannya juga lebih sederhana yaitu dimulai

dari menentukan hal-hal yang akan diteliti kemudian mengolah dan

menyajikan data dengan bentuk uraian, serta menarik kesimpulan di akhir

proses penelitian.

G. UJI KEABSAHAN DATA

Keabsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian yang

dilakukan benar-benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk menguji

data yang diperoleh. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif melipui uji

credibility, transferability, dependability, dan confirmability.50 Uji keabsahan

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji kredibilitas dengan

menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi diartikan sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang ada.51 Teknik dalam Triangulasi

adalah sebagai berikut:

1. Triangulasi sumber yaitu teknik menguji kredibilitas data yang dilakukan

dengan mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

2. Triangulasi teknik yaitu teknik menguji kredibilitas data yang dilakukan

dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang

berbeda.

49Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi (IAIN Ponorogo: Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan, 2019), 45-46.

50Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2007),

270.

51Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2010), 330.

Page 43: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

36

3. Triangulasi waktu yaitu data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara

pada pagi hari saat keadaan narasumber masih segar sehingga memberikan

data yang lebih valid dan kredibel. Apabila hasil uji menghasilkan data

yang berbeda maka dapat dilakukan secara berulang-ulang sampai

ditemukan kepastian datanya.52

Dalam penelitian ini menggunakan uji krediabilitas dengan teknik

triangulasi yang terdiri dari triangulasi sumber, teknik, dan waktu. Teknik

triangulasi dirasa lebih cocok digunakan karena banyaknya sumber data yang

ada di lapangan sehingga perlu mengecek kebenaran data yang diperoleh

dengan menggunakan teknik yang berbeda dengan waktu yang tepat.

H. TAHAPAN-TAHAPAN PENELITIAN

Tahapan-tahapan penelitian merupakan proses yang harus ditempuh

seorang peneliti dalam melaksanakan suatu penelitian, tahapan-tahapan

tersebut dibagi menjadi 2 tahapan yaitu:

1. Tahap Pra-lapangan yaitu tahapan yang dilakukan peneliti sebelum

melakukan penelitian di lapangan. Tahap pra-lapangan ini berupa

menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus

perizinan, menjajaki dan menilai lapangan, memilih dan memanfaatkan

lingkungan, serta menyiapkan perlengkapan penelitian.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan yaitu tahapan yang dilakukan oleh seseorang

peneliti ketika berada di dalam lapangan. Dalam tahapan ini dibagi menjadi

tiga bagian yaitu memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki

lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data yang ada di

lapangan.

3. Tahap analisis data yang dilakukan selama dan setelah pengumpulan data.

4. Tahap penulisan laporan penelitian.53

52Sugihono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, 274.

53Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 368.

Page 44: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

37

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN

A. DESKRIPSI DATA UMUM

1. Profil SDN 02 Tonatan Ponorogo

SDN 02 Tonatan Ponorogo adalah Sekolah Dasar (SD) Negeri yang

terletak di Jl. Sekar Putih No. 27 Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa

Timur. Sekolah ini sudah bestatus negeri dan memiliki akreditasi A. SDN

02 Tonatan Ponorogo berdiri sejak tahun 1976 dan mengalami perubahan

fisik dan nama di tahun 2000. Dahulu bangunan sekolah hanya memiliki

satu lantai kemudian bertambah menjadi dua lantai. Nama sekolah ini

dahulunya adalah SD Inpres lalu berubah menjadi SDN 02 Tonatan

Ponorogo. Bangunan sekolah merupakan miliki sendiri dan jaraknya dekat

dengan pusat kota. Kegiatan belajar mengajar di sekolah ini

diselenggarakan pada waktu pagi hari. SDN 02 Tonatan Ponorogo

memiliki visi misi dan tujuan dalam penyelenggaraan kegiatan belajar

mengajar di sekolah.54

Berikut adalah visi dan misi serta tujuan dari SDN 02 Tonatan

Ponorogo:

a. Visi SDN 02 Tonatan Ponorogo

Setiap sekolah tentunya memiliki visi dan misi yang berbeda. Di SDN

02 Tonatan Ponorogo ini memiliki visi lembaga yakni “ Cerdas,

terdidik, berbudaya, dan berakhlak mulia, agar bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa”. Visi ini memiliki maksud bahwa setiap

warga sekolah memiliki sifat cerdas dalam ilmu pengetahuan, terdidik

dalam budi pekertinya, berbudaya dari segi kemasyarakatannya, serta

berakhlak mulia dalam segi moral dan akhlak. Semua itu dilakukan

supaya bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

54Lampiran Transkip Dokumentasi Kode 04/D-1/IV/2020.

Page 45: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

38

b. Misi SDN 02 Tonatan Ponorogo

Misi merupakan suatu hal atau sasaran yang akan dilaksanakan oleh

suatu lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang

diinginkan. SDN 02 Tonatan Ponorogo mempunyai misi antara lain:

1) Menumbuhkan penghayatan aqidah, penerapan, dan pengalaman

terhadap ajaran agama yang dianut serta berbudaya religious.

2) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif

sehingga siswa dapat berkembang secara maksimal.

3) Menumbuhkan semangat keunggulan religious, dan berbudaya

secara intensif kepada seluruh warga sekolah.

4) Membantu siswa untuk mengenali potensi dirinya di bidang

keagamaan, IPTEK, bahasa, olahraga, seni budaya, sesuai bakat

dan minat.

5) Menerapkan manajemen partisipatif kerja sama yang harmonis

antara warga sekolah, komite, serta lingkungan.55

c. Tujuan SDN 02 Tonatan Ponorogo

Setiap hal tentu memiliki tujuan tersendiri agara suatu keinginan dapat

tercapai. Begitu juga dengan lembaga pendidikan juga mempunyai

tujuan demi kemajuan pendidikannya. Adapun tujuan SDN 02

Tonatan Ponorogo adalah sebagai berikut:

1) Membekali keimanan, ketaqwaan, dan mengamalkan ajaran

agama agar istiqomah.

2) Meningkatkan proses pembelajaran yang berbasis kompetensi

dan unggul di bidang religius dan berbudaya.

3) Meningkatkan mutu (lulusan, pembiasaan, dan minat bakat).

4) Mencetak peserta didik yang berilmu tinggi di bidang akademik

dan bidang keagamaan.

5) Menciptakan sekolah pelopor, penggerak, sekolah model berbasis

keagamaan yang berbudaya daerah Ponorogo.

55Lampiran Transkip Dokumentasi Kode 04/D-2/IV/2020.

Page 46: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

39

6) Memiliki tenaga profesional dalam bidang pendidikan akademik,

dan ekstrakulikuler.

7) Mewujudkan sekolah model yang diminati dan dipercaya

masyarakat.

8) Menjunjung tinggi azas kekeluargaan, kerukunan, dan gotong

royong warga sekolah, orang tua, dan masyarakat.

9) Memiliki dan menghasilkan peserta didik berkualitas, berakhlak

karimah, menatap masa depan sejahtera.

10) Sebagai pelayan masyarakat yang memberikan pelayanan khusus

terhadap peserta didik (inklusi). 56

Tabel 4.1

Identitas SDN 02 Tonatan Ponorogo

No. Identitas Sekolah

1. Nama Sekolah SDN 02 Tonatan

2. Nomor Statistik Sekolah 101051101016

3. Provinsi Jawa Timur

4. Otonomi Daerah Ponorogo

5. Kecamata Ponorogo

6. Desa/Kelurahan Tonatan

7. Jalan dan Nomor Jl. Sekar Putih No. 27 A

8. Kode Pos 63418

9. Kode Wilayah 0352

10. Telepon 488881

11. Faksimile/Fax -

12. Daerah Perkotaan

13. Status Sekolah Negeri

14. Kelompok Sekolah Inti

15. Akreditasi A

16. Surat Keputusan/SK 00919 Dd 0073 2006/15 Mei 2006

56Lampiran Transkip Dokumentasi Kode 04/D-3/IV/2020.

Page 47: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

40

17. Penerbit SK Badan Akreditasi Sekolah

Kecamatan Ponorogo

18. Tahun Berdiri 1976

19. Tahun Perubahan 2000

20. Kegiatan Belajar

Mengajar

Pagi

21. Bangunan Sekolah Milik Sendiri

22. Jarak ke Pusat

Kecamatan

± 1 km

23. Jarak ke Pusat Kota ± 2 km

24. Terletak Pada Lintasan Desa

25. NPSN 20509982

26. Organisasi

Penyelenggara

Pemerintah

Dalam membantu kegiatan belajar mengajar di SDN 02 Tonatan

Ponorogo didukung oleh beberapa fasilitas yang sangat memadai. Fasilitas

tempat yang disediakan di SDN 02 Tonatan Ponorogo antara lain UKS,

laboratorium komputer dan IPA, perpustakaan, kantin, tempat parkir,

toilet, tempat sampah, lapangan, masjid, kantor guru, ruang kelas, dan

sanggar pramuka. Sedangkan fasilitas pendukung lainnya seperti LCD,

meja dan kursi, kipas angin, alat kebersihan, dan alat kesenian.

Berikut ini penjelasan terkait sarana dan prasarana yang ada di SDN 02

Tonatan Ponorogo:

a. UKS

UKS atau Unit Kesehatan Sekolah di SDN 02 Tonatan Ponorogo

sudah cukup baik dalam hal pengelolaannya. Disana terdapat fasilitas

seperti 2 kasur dan berbagai obat-obatan yang dapat dimanfaatkan

oleh siswa ketika sakit. Tidak hanya itu saja, di unit ini terdapat dokter

kecil yang dipilih secara bergantian oleh pihak sekolah untuk

membantu siswa mendapatkan pelayanan kesehatan.

Page 48: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

41

b. Laboratorium Komputer dan IPA

Fasilitas yang ada di laboratorium komputer cukup baik dimana

kondisi setiap komputer dapat dioperasikan dengan baik. Sedangkan

pada laboratorium IPA terdapat bermacam-macam alat peraga yang

biasanya digunakan oleh guru dalam menjelaskan materi IPA.

Namun, laboratorium ini tempatnya kurang memadai berada satu

ruangan dengan UKS dan hanya diberi sekat.

c. Perpustakaan

Kondisi sarana di perpustakaan SDN 02 Tonatan Ponorogo ini sudah

terawat dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya berbagai

macam buku yang tertata rapi dan kondisinya cukup baik sehingga

layak untuk dibaca.

d. Kantin

Kantin yang ada di SDN 02 Tonatan Ponorogo adalah kantin yang

sehat. Kebersihan tempatnya sangat terjaga begitu juga dengan

jajanan dan makanan yang dijual di sana. Makanan yang dijual di

kantin tersebut sangat terjamin gizi dan kebersihannya. Selain itu

makanan yang dijual beraneka ragam jenisnya sehingga siswa tidak

perlu membeli jajan sembarangan di luar sekolah.

e. Tempat Parkir

Tempat parkir di SDN 02 Tonatan Ponorogo sudah tertata dengan

baik. Parkiran guru dan siswa dipisah agar lebih mudah dalam

mengambil sepedah maupun kendaraan. Tempat parkir ini berada di

dalam lingkungan sekolah sehingga mudah diawasi dan aman dari

pencurian.

f. Toilet

Di SDN 02 Tonatanan Ponorogo terdapat 1 toilet guru dan 2 toilet

untuk siswa. Toilet tersebut selalu terjaga kebersihannya sehingga

nyaman untuk digunakan. Karena gedung sekolah berlantai 2

sehingga toilet diletakkan di lantai 1 dan lantai 2. Hal ini memudahkan

Page 49: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

42

siswa yang berada di lantai atas untuk menggunakan fasilitas toilet

tersebut.

g. Tempat Sampah

Semua warga di SDN 02 Tonatan Ponorogo selalu menaati peraturan

sekolah terutama dilarang membuang sampah sembarangan. Oleh

karena itu, pihak sekolah telah menyediakan tempat sampah yang

diletakkan di setiap sudut kelas dan di halaman. Hal ini memudahkan

siswa untuk membuang sampah ke tempatnya. Tempat sampah disana

juga dibedakan yaitu ada tempat sampah untuk sampah organik dan

anorganik.

h. Lapangan

Lapangan di SDB 02 Tonatan Ponorogo cukup luas. Lapangan

tersebut bisa menampung semua siswa dan guru saat upacara dan

senam bersama. Tidak hanya itu, siswa juga dapat memanfaatkan

lapangan tersebut untuk pembelajaran olahraga dan bermaian volly.

Kondisi lapangan tersebut selalu bersih dari sampah karena siswa

dibiasakan untuk membuang sampah pada tempatnya.

i. Masjid

Setiap hari siswa selalu melaksanakan sholat dhuzur berjamaah di

masjid yang dekat dengan sekolahan. Selain itu pada hari tertentu,

secara bergantian siswa memanfaatkan masjid tersebut untuk kegiatan

sholat dzuha berjamaah. Kondisi masjid tersebut sangat bersih dan

cukup luas untuk menampung siswa.

j. Kantor guru

Kantor guru di SDN 02 Tonatan Ponorogo berada di lantai 1. Di sana

terdapat meja kepala sekolah dan guru yang tertata rapi. Di sebelahnya

terdapat ruang khusus untuk tamu-tamu yang memiliki keperluan

dengan kepala sekolah. Di dalam kantor tersebut juga terdapat banyak

piagam dan piala yang tersusun rapi di almari.

Page 50: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

43

k. Ruang Kelas

Jumlah ruang kelas di SDN 02 Tonatan Ponorogo sebanyak 10 ruang.

Di setiap ruang kelas sudah dilengkapi dengan meja dan kursi untuk

siswa, meja dan kursi bagi guru, papan tulis, kipas angin, spidol dan

penghapus, serta alat-alat kebersihan.

l. LCD

Di setiap kelas yang ada di SDN 02 Tonatan Ponorogo sudah memiliki

LCD proyektor. Alat ini bisa dimanfaatkan guru untuk menyampaikan

materi pelajaran agar lebih mudah dipahami oleh siswa. Namun, di

sana guru jarang menggunakan LCD dan lebih memilih untuk

menjelaskan langsung. Karena jarang dipakai sehingga ada beberapa

LCD yang mengalami gangguan dalam fungsinya sehingga harus

diperbaiki.

m. Sanggar Pramuka

Sanggar pramuka merupakan tempat penyimpanan alat-alat

kepramukaan yang dimiliki sekolah. Di dalam sanggar tersebut

tersimpan berbagai macam perlengkapan pramuka seperti tenda, tali

temali, tongkat, dll. Perlengkapan ini biasa digunakan saat kegiatan

ekstrakulikuler pramuka maupun latihan untuk mengikuti berbagai

lomba.

n. Alat Kesenian

Salah satu ekstrakurikuler yang sangat diminati oleh siswa di sana

adalah reyog. Untuk mendukung kegiatan tersebut sekolah memiliki

perlengkapan reyog yang sangat baik seperti dadak merak, topeng

bujangganong, dan pakaian tari reyog itu sendiri. Selain itu, SDN 02

Tonatan Ponorogo juga sudah dilengkapi dengan peralatan untuk

karawitan. Biasanya pada hari tertentu siswa berlatih memainkan alat

tersebut dibantu dengan pelatih yang didatangkan dari luar sekolah.57

57Lampiran Transkip Observasi Kode 01/O-3/SP/IV/2020.

Page 51: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

44

2. Profil Warga Sekolah

SDN 02 Tonatan Ponorogo merupakan salah satu Sekolah Dasar Negeri

di Kabupaten Ponorogo. Sekolah ini dipimpin oleh seorang kepada sekolah

yang bernama Bpk. Boyadi, S.Pd. SDN 02 Tonatan Ponorogo memiliki

guru sebanyak 20 orang dan karyawan sebanyak 2 orang. Guru yang ada di

SDN 02 Tonatan terdiri dari guru kelas, guru mata pelajaran Penjas

(Pendidikan Jasmani), guru mata pelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam),

guru mata pelajaran Bahasa Inggris, dan guru ekstrakurikuler. Pendidikan

guru di sekolah tersebut sebagian besar adalah lulusan S1.58 Sedangkan

jumlah siswa di sekolah ini sebanyak 233 orang dengan 10 rombangan

belajar. Siswa tersebut terdiri dari 133 laki-laki dan 90 perempuan dengan

rincian sebagai berikut:59

Tabel. 4.2

Jumlah Siswa SDN 02 Tonatan Ponorogo

Jenis

Kelamin

Kelas Total

IA IB IIA IIB IIIA IIIB IVA IVB V VI

Laki-laki 14 11 11 11 11 9 13 15 21 17 133

Perempuan 7 7 7 7 6 9 15 10 11 11 90

Total 21 18 18 18 17 18 28 25 32 28 223

Penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas VI yang ada di SDN

02 Tonatan Ponorogo. Jumlah siswa kelas VI sebanyak 28 orang yang

terdiri dari 17 laki-laki dan 11 perempuan.60 Berikut ini adalah daftar nama

siswa kelas VI SDN 02 Tonatan Ponorogo:

58Lampiran No. 9 Bagan Struktur Organisasi

59Lampiran Transkip Dokumentasi Kode 04/D-4/IV/2020.

60Lampiran Transkip Dokumentasi Kode 04/D-5/IV/2020.

Page 52: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

45

Tabel 4.3

Daftar Nama Siswa Kelas VI

No. No.

Induk

Nama Siswa Jenis Kelamin

1. 1635 Abdulla L

2. 1636 Abdurahman Faiz A. L

3. 1638 Aidan Asma Aldiansyah L

4. 1639 Akmalia Lailatul Fadilah P

5. 1640 Alzyo Divolio Vernanda E. L

6. 1641 Amalia Tri Andini P

7. 1644 Cahaya Lovillea Pratiwi P

8. 1645 Chairunnisa Cinta A. P

9. 1646 Chavania Masayu P

10. 1647 Cherlisa Putri Abrindia P

11. 1648 Diah Ayu Mery Pertiwi P

12. 1650 Kelvin Satrio Nugroho L

13. 1651 Keysha Cika Ramadhani P

14. 1652 Keza Revo Excell F. L

15. 1654 M. Dava Aditya L

16. 1655 M. Deva Aditya L

17. 1656 M. Rafi Sulta Putra L

18. 1657 Novita Aprilia Sari P

19. 1659 Raja Milan Rabar Rahman L

20. 1660 Rangga Aditya Dimas A. L

21. 1661 Regar Eka Saputra L

22. 1662 Risky Saktiawan Adi P. L

23. 1663 Sahad Buang Samudra L

24. 1664 Vani Andy Pranoto L

25. 1665 Viko Ferdiansyah Azel S. L

26. 1666 Vionara Hanida P

Page 53: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

46

27. 1672 M. Ilham Al Fareza L

28. 1805 Soluna Az Zahra Aridho P

Keterangan:

L = Laki-laki

P = Perempuan

B. DESKRIPSI DATA KHUSUS

1. Kesulitan Belajar IPA Siswa Kelas VI SDN 02 Tonatan Ponorogo

Hasil wawancara yang dilakukan dengan siswa-siswi kelas VI

menunjukkan bahwa kesulitan belajar IPA yang mereka alami adalah

kesulitan dalam mengerjakan soal IPA dan memahami materi IPA.

Menurut Aditya, dia mengaku bahwa masih mengalami kesulitan dalam

mengerjakan soal-soal IPA. Dia masih sulit memahami maksud dari

pertanyaan karena soal-soal dari guru berbentuk uraian. Oleh karena itu

saat menyelesaikan soal-soal IPA tidak sepenuhnya dijawab dengan benar.

Hal ini dikarenakan dia jarang belajar sehingga materi yang dia pahami

terbatas.61 Fareza juga mengaku bahwa dia jarang belajar di rumah

sehingga mudah lupa dengan materi IPA yang sebelumnya sudah diajarkan

oleh guru. Akibatnya dia sulit untuk mengerjakan soal-soal IPA baik yang

ada di buku maupun soal ujian.62

Selain itu, kesulitan dalam menjawab soal-soal IPA diketahui saat

dilakukan observasi di kelas. Pada saat itu siswa diminta oleh guru untuk

mengerjakan soal-soal IPA yang ada di buku. Dari kegiatan tersebut

terlihat ada beberapa siswa yang masih kesulitan dalam menjawab soal-

soal IPA. Hal ini dibuktikan dengan masih ada siswa yang bertanya kepada

guru tentang maksud dari soal tersebut. Bahkan ada siswa lain yang hanya

diam saja ketika ada kesulitan dan tidak mau berusaha mencari jawaban

dari soal tersebut. Mereka cenderung mengobrol sendiri dengan teman

61Lampiran Transkip Wawancara kode 02/W-1/F-1/IV/2020.

62Lampiran Transkip Wawancara Kode 02/W-1/F-4/IV/2020.

Page 54: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

47

sebangkunya. Pada saat ditegur, siswa tersebut terlihat acuh tak acuh dan

berkata jika soal-soal IPA sulit sehingga tidak tahu jawabannya. Selain itu,

berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa guru kelas VI jarang

menunggu siswa saat mengerjakan soal-soal IPA. Hal ini tentunya dapat

memberikan kesempatan kepada siswa untuk bebas bercanda gurau

dengan teman-temannya dan akhirnya tidak bisa menjawab soal tersebut.63

Kemudian dari hasil wawancara dengan Vernanda diketahui bahwa

dia memiliki kesulitan dalam memahami materi IPA yang disampaikan

oleh guru di kelas. Siswa tersebut tidak memahami materi IPA sebelumnya

sehingga sulit menerima materi IPA yang baru. Selain itu, dia mengaku

bahwa jarang sekali belajar di rumah dan hanya belajar pada saat akan

diadakan ujian saja. Menurutnya di sekolah sudah banyak belajar sehingga

tidak perlu belajar lagi di rumah. Dia juga mengatakan bahwa materi IPA

terlalu banyak yang harus dipelajari dan akibatnya dia malas belajar.

Menurutnya materi yang sulit dipahami adalah mengenai

perkembangbiakan hewan dan tumbuhan serta komponen listrik dan

fungsinya. Materi perkembangbiakan hewan dan tumbuhan sangat banyak

sehingga siswa tersebut sulit memahaminya. Sedangkan pada materi

komponen listrik dan fungsinya, dia masih kesulitan dalam membuat

rangkaian listrik.64 Hal ini juga didukung dari hasil observasi di kelas,

apabila guru bertanya kepada siswa terkait materi IPA, siswa belum dapat

menjawab dengan baik bahkan mereka cenderung diam saja seolah-olah

tidak tahu. Dengan begitu terlihat bahwa siswa belum sepenuhnya

memahami materi IPA yang disampaikan oleh guru. 65

Kesulitan belajar IPA yang dialami siswa kelas VI disebabkan oleh

beberapa faktor. Faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar IPA

kelas VI SDN 02 Tonatan Ponorogo terdiri dari fakor internal dan

eksternal. Faktor internal yang menjadi penyebabnya dapat berasal dari

63Lampiran Transkip Observasi Kode 01/O-1/S-1/IV/2020.

64Lampiran Transkip Wawancara Kode 02/W-1/F-2/IV/2020.

65Lampiran Transkip Observasi Kode 01/O-2/S-2/IV/2020

Page 55: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

48

kondisi peserta didik. Kondisi tubuh siswa saat berada di sekolah sangat

mempengaruhi konsentrasi belajarnya. Saat wawancara dengan

Ramadhani, dia mengaku bahwa memiliki riwayat penyakit maag yang

sering kambuh saat pembelajaran. Hal ini tentunya sangat mengganggu

konsentrasi siswi tersebut saat pembelajaran.66 Selain itu saat dilakukan

observasi di kelas, masih banyak siswa yang terlihat lesu dan lelah ketika

guru memberikan penjelasan. Kelelahan yang dialami oleh siswa

dikarenakan mereka selalu beraktivitas secara berlebihan saat istirahat.

Kebanyakan siswa bermain bola volly saat istirahat dengan cuaca yang

panas. Oleh karena itu, ketika melanjutkan pembelajaran di kelas siswa

akan merasa kelelahan dan sulit berkonsentrasi.67 Tidak hanya itu saja,

Azel mengatakan bahwa dia sering mengantuk saat di kelas terutama pada

jam pelajaran siang. Apalagi dia duduk di kursi pojok belakang sehingga

membuatnya mudah mengantuk.68 Dari penjelasan di atas terlihat bahwa

kondisi siswa di kelas menjadi penyebab kesulitan belajar IPA.

Faktor internal yang menjadi penyebab kesulitan belajar IPA

diantaranya adalah tingkat intelegensi, bakat siswa, minat siswa, motivasi

belajar siswa, dan tipe belajar siswa. Berdasarkan hasil wawancara yang

dilakukan dengan wali kelas IV, beliau mengatakan bahwa tingkat

intelegensi siswa kelas VI sudah diatas rata-rata. Hal ini dibuktikan dengan

nilai siswa yang sudah diatas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yaitu

75.69 Berdasarkan hasil wawancara tersebut, tingkat intelegensi siswa

kelas VI tidak mempengaruhi kesulitan dalam belajar IPA.

Selain itu, setiap siswa memiliki bakat yang berbeda-beda. Bakat

inilah yang akan mendukung siswa dalam mencapai kesuksesan

belajarnya. Dari hasil wawancara, Ramadhani mengatakan bahwa dia

sangat berbakat dalam bidang kesenian yaitu menari.70 Apabila dia harus

66Lampiran Transkip Wawancara Kode 02/W-2/F-8/IV/2020.

67Lampiran Transkip Observasi Kode 01/O-2/S-3/IV/2020.

68Lampiran Transkip Wawancara Kode 02/W-1/F-3/IV/2020.

69Lampiran Transkip Wawancara Kode 02/W-3/F-15/IV/2020 No.1

70Lampiran Transkip Wawancara Kode 02/W-2/F-8/IV/2020.

Page 56: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

49

mempelajari bahan yang tidak sesuai dengan bakatnya maka ia akan cepat

bosan. Timbulnya kebosanan ditandai dengan perilakunya yang jarang

belajar dan tidak memperhatikan guru saat pembelajaran di kelas.

Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa bakat siswa

berpengaruh terhadap minat siswa dalam belajar IPA. Hasil observasi di

kelas menunjukkan bahwa minat siswa masih rendah. Hal ini dibuktikan

saat guru memberikan penjelasan terkait materi IPA, beberapa siswa

terlihat mengantuk, lesu, dan siswa cenderung mengabaikan penjelasan

dari guru.71

Selain kurangnya minat pada siswa, motivasi pada diri siswa itu

sendiri juga kurang. Hal ini sesuai dengan apa yang sudah dikatakan

Vernanda bahwa dia jarang sekali belajar di rumah. Padahal guru di kelas

sering memberikan motivasi kepadanya untuk tidak lupa belajar. Namun,

dia tampak acuh tak acuh dan tetap malas untuk belajar.72 Kemudian,

kurangnya motivasi belajar siswa terlihat dari sikap siswa yang suka

mengobrol saat mengikuti pembelajaran di kelas. Siswa juga tampak tidak

sungguh-sunguh dalam mengerjakan soal-soal IPA karena terlalu banyak

bercanda dengan temannya. 73

Tipe belajar siswa juga menjadi penyebab timbulnya kesulitan

belajar IPA. Pada saat wawancara, Abdulla mengatakan bahwa dia mudah

memahami bahan materi yang ditulis dan ditambah dengan praktik

langsung. Dengan praktik langsung maka siswa akan memiliki

pengalaman yang berbeda sehingga materi tersebut akan mudah

diingatnya.74 Dari penjelasan siswa tersebut diketahui bahwa dia sulit

memahami materi pelajaran yang disampaikan dengan metode ceramah

saja tanpa diikuti dengan praktik. Tetapi pada kenyataannya, guru di kelas

sering menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi IPA.

Selain itu, jarang dilakukan praktik IPA dan hanya pada materi tertentu

71Lampiran Transkip Observasi Kode 01/O-2/S-3/IV/2020.

72Lampiran Transkip Wawancara Kode 02/W-1/F-2/IV/2020.

73Lampiran Transkip Observasi Kode 01/O-1/S-1/IV/2020.

74Lampiran Transkip Wawancara Kode 02/W-2/F-9/IV/2020.

Page 57: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

50

saja yang dipraktikkan. Akibatnya siswa yang memiliki tipe belajar

motorik akan mengalami kesulitan dalam menangkap materi yang

diajarkan.

Faktor eksternal yang menjadi penyebab kesulitan belajar IPA

berasal dari lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah. Lingkungan

keluarga yang menjadi penyebab kesulitan dapat dilihat dari karakter

orang tua, suasana rumah, dan kondisi ekonomi keluarga. Karakter orang

tua saat di rumah dapat memberikan pengaruh terhadap minat belajar

siswa. Terbukti saat wawancara dengan Saputra, dia beranggapan bahwa

sifat orang tuanya galak saat di rumah. Orang tua di rumah selalu

menyuruhnya untuk mengerjakan pekerjaan rumah dan mengurus adiknya

yang masih kecil. Dia juga bercerita kalau di rumah selalu dimarahi oleh

orang tuanya karena apa yang dia lakukan dianggap selalu salah. Dengan

sifat orang tua seperti itu membuatnya tidak betah di rumah dan akhirnya

malas belajar.75 Tidak hanya itu saja, ada siswa yang merasa jika orang

tuanya tidak perhatian kepadanya. Seperti yang diutarakan Ramadhani saat

wawancara, dia mengaku bahwa selama ini orang tuanya tidak

menyuruhnya untuk belajar. Mereka terlihat acuh tak acuh dan terkesan

tidak peduli dengan pendidikan anaknya. Hal ini membuat siswi tersebut

bebas untuk bermain tanpa ada yang menyuruhnya untuk belajar.76 Dari

penjelasan di atas dapat dilihat bahwa sifat orang tua yang galak dan tidak

perhatian terhadap anaknya akan membuat siswa malas belajar sehingga

timbul kesulitan belajar.

Selain sifat orang tua, suasana rumah juga dapat menyebabkan siswa

malas belajar. Seperti yang dikatakan oleh Masayu, dia mengaku bahwa

kondisi rumahnya selalu ramai. Dia tinggal di rumah dengan 10 anggota

keluarganya. Dengan suasana rumah yang ramai menyebabkan dia malas

belajar. Kondisi tersebut juga bisa menyebabkan siswa sulit untuk

75Lampiran Transkip Wawancara Kode 02/W-2/F-10/IV/2020.

76Lampiran Transkip Wawancara Kode 02/W-2/F-8/IV/2020.

Page 58: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

51

berkonsentrasi dalam belajarnya.77 Di sisi lain Saktiawan mengatakan

bahwa rumahnya selalu sepi. Hal ini diakibatkan karena orang tuanya

selalu bekerja hingga malam dan ditambah lagi siswa tersebut adalah anak

tunggal. Dengan keadaan rumah yang sepi justru membuatnya malas

belajar, apalagi tidak ada yang menyuruhnya untuk belajar. Dia mengaku

lebih suka bermain game online bersama teman-temannya. 78 Dari

penjelasan di atas diketahui bahwa kondisi rumah yang ramai dan sepi,

bisa menyebabkan siswa malas untuk belajar sehingga akan menimbulkan

kesulitan belajar.

Hasil wawancara menunjukkan bahwa tidak ada orang tua siswa

yang menganggur. Pekerjaan orang tua siswa sangat beragam dan rata-rata

termasuk golongan menengah ke atas. Semakin banyak pendapatan orang

tua maka semua kebutuhan anaknya akan terpenuhi, mulai dari kebutuhan

sekolah sampai kebutuhan pribadi. Namun, bagi siswa yang terpenuhi

semua keinginannya justru akan menjadikan siswa tersebut enggan belajar.

Seperti yang dikatakan Rahman saat wawancara, bahwa orang tuanya

bekerja sebagai dosen. Oleh karena itu semua keinginannya selalu

terpenuhi termasuk HP dan laptop. Dia sering memanfaatkan fasilitas

tersebut untuk bermain game.79 Hal ini menjadikannya malas untuk belajar

dan akibatnya dia mengalami kesulitan belajar.

Penyebab kesulitan belajar IPA juga berasal dari media massa

berupa TV. Dari hasil wawancara dengan Fadilah, dia mengaku bahwa

sering menonton TV saat di rumah dan jarang belajar. Dia tertarik melihat

sinetron dan beberapa program yang ada di TV rumahnya.80 Menonton TV

sebenarnya boleh-boleh saja, namun apabila dilakukan secara berlebihan

akan menyebabkan anak malas belajar. Selain kegiatan di rumah,

lingkungan sosial seperi teman bergaul juga dapat memberikan pengaruh

yang tidak baik kepada siswa. Seperti yang dikatakan oleh Saktiawan

77Lampiran Transkip Wawancara Kode 02/W-2/F-11/IV/2020.

78Lampiran Transkip Wawancara Kode 02/W-2/F-12/IV/2020.

79Lampiran Transkip Wawancara Kode 02/W-2/F-13/IV/2020.

80Lampiran Transkip Wawancara Kode 02/W-2/F-14/IV/2020.

Page 59: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

52

bahwa dia memiliki banyak teman di luar sekolahnya. Dia sering

menghabiskan waktu dengan teman-temannya itu untuk bermain game

online.81 Dari aktivitas siswa tersebut, terlihat bahwa teman-temannya

memberikan dampak yang buruk baginya. Siswa tersebut menjadi malas

belajar dan mengikuti apa yang dilakukan oleh teman-temannya. Selain

itu, sifat tetangga yang kurang baik bisa menyebabkan anak tidak betah di

rumah dan akhirnya malas belajar. Pada saat wawancara, Pranoto bercerita

bahwa sifat tetangganya itu galak dan suka marah-marah. Hal ini tentunya

membuat suasana di rumahnya menegangkan dan penuh emosi. Keadaan

ini menjadikan siswa tidak betah di rumah sehingga memilih mencari

tempat-tempat yang membuatnya lebih nyaman.82 Dari beberapa

penjelasan di atas, bahwa keberadaan media massa seperti TV dan

lingkungan bergaul siswa dapat menjadi penyebab kesulitan belajar IPA.

Selain lingkungan masyarakat, kesulitan belajar pada siswa juga bisa

timbul dari metode pembelajaran yang digunakan guru. Hasil observasi di

kelas menunjukkan bahwa guru kelas VI memang jarang menggunakan

metode pembelajaran yang beragam. Guru sering sekali menggunakan

metode ceramah saat menyampaikan materi pembelajaran. Dengan

kondisi yang hanya menggunakan metode ceramah saja, tentunya dapat

membuat siswa cepat bosan saat mengikuti pembelajaran. Ditambah lagi

guru juga jarang menggunakan alat peraga atau media seperti LCD. Guru

hanya memanfaatkan papan tulis saat proses pembelajaran.83 Hal ini juga

diperkuat oleh pernyataan Pranoto yang mengatakan bahwa guru hanya

menyampaikan materi dengan ceramah. Dia mengaku bahwa jarang ada

kegiatan praktik di kelasnya. Padahal dia merasa antusias jika bisa

melakukan praktik IPA bersama teman-temannya. Dengan praktik

langsung dapat membuat pembelajaran menjadi menyenangkan dan dia

dapat memecahkan masalah terkait pembelajaran IPA.84 Selain itu, guru

81Lampiran Transkip Wawancara Kode 02/W-2/F-12/IV/2020.

82Lampiran Transkip Wawancara Kode 02/W-1/F-5/IV/2020.

83Lampiran Transkip Observasi Kode 01/O-2/G/IV/2020.

84Lampiran Transkip Wawancara 02/W-1/F-5/IV/2020.

Page 60: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

53

juga jarang sekali mengajak siswa untuk diskusi kelompok. Padahal

dengan kegiatan diskusi ini bisa menjadikan siswa untuk lebih aktif dalam

menyampaikan pendapat dan bertanya.

Pada saat observasi juga terlihat bahwa guru tidak menggunakan

strategi pembelajaran seperti diskusi kelompok. Di kelas siswa hanya

duduk dan mendengarkan penjelasan dari guru sambil melihat buku. Hal

ini juga didukung dari hasil angket yang diisi siswa, bahwa guru tidak

mengajak siswa untuk melakukan diskusi kelompok.85 Tidak hanya itu

saja, menurut siswa guru jarang memberikan tugas atau PR (Pekerjaan

Rumah) terkait pembelajaran IPA. Dengan tidak adanya tugas justru akan

membuat siswa menjadi lupa dengan pembelajaran yang sudah diajarkan.

Seperti yang diutarakan oleh Nugroho bahwa guru jarang memberikan PR

(Pekerjaan Rumah) atau tugas. Hal ini tentunya membuat dia senang dan

merasa bebas untuk bermain tanpa memikirkan tugas sekolah.86 Penyebab

kesulitan belajar IPA juga berasal dari fasilitas di kelas. Berdasarkan hasil

observasi, terlihat bahwa kondisi kipas angin masih kurang baik dimana

hanya satu kipas angin yang menyala sedangkan lainnya rusak. Hal ini bisa

memicu berkurangnya konsentrasi siswa saat pembelajaran di siang hari

karena merasa kegerahaan. Dengan begitu siswa akan sulit berkonsentrasi

karena lingkungan belajarnya kurang nyaman. Selain itu, keberadaan LCD

di kelas juga rusak. Hal ini menyebabkan guru tidak dapat

memanfaatkannya untuk memperjelas materi IPA sehingga timbul

kesulitan belajar.87 Perubahan kurikulum yang terjadi di sekolah tersebut

juga memberikan dampak bagi siswa. Saat ini SDN 02 Tonatan Ponorogo

menggunakan kurikulum K13. Namun, ada siswa yang kurang setuju

dengan perubahan kurikulum tersebut. Seperti yang dikatakan Dimas saat

wawancara bahwa dia lebih memilih kurikulum yang sebelumnya yaitu

KTSP. Dengan kurikulum KTSP, pembelajaran IPA akan berdiri sendiri

85Lampiran Transkip Angket Kode 03/A/IV/2020.

86Lampiran Transkip Wawancara Kode 02/W-1/F-6/IV/2020.

87Lampiran Transkip Observasi Kode 01/O-1/SP/IV/2020.

Page 61: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

54

sehingga dia lebih fokus untuk mempelajarinya. Dia merasa bahwa

pembelajaran K13 membuatnya bingung dengan materi yang dijadikan

satu. Oleh karena itu, membuatnya malas belajar di rumah karena

banyaknya materi yang ada dibuku.88 Dari beberapa hal yang dijelaskan di

atas, menunjukkan bahwa penyebab kesulitan belajar IPA bisa timbul dari

lingkungan sekolah.

2. Strategi Guru dalam Mengatasi Kesulitan Belajar IPA

Kesulitan belajar IPA yang dialami oleh siswa kelas VI perlu diatasi.

Guru kelas VI sebagai guru Mata Pelajaran IPA dalam hal ini berupaya

untuk mengatasi kesulitan tersebut. Berdasarkan hasil wawancara yang

dilakukan dengan Bpk. Budiono selaku guru kelas VI diketahui bahwa

untuk mengatasi siswa yang memiliki kesulitan dalam mengerjakan soal-

soal IPA, dapat dilakukan dengan cara menuntun siswa agar mampu

menemukan jawaban dari soal-soal tersebut. Apabila ditemukan soal yang

sulit, guru akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab

sebisanya. Siswa yang menjawab kurang tepat akan diberikan kesempatan

lagi untuk membenarkan jawabannya. Hal ini dilakukan terus menerus

sampai siswa menemukan jawaban yang benar.89

Selain itu, untuk mengatasi kesulitan dalam memahami materi IPA,

guru berupaya memberikan bimbingan belajar di sekolah dan luar sekolah.

Bimbingan belajar di sekolah dilakukan sebelum bel masuk sekolah

berbunyi yaitu pukul 06.00 WIB. Sedangkan bimbingan belajar di luar

sekolah biasanya dilakukan di rumah guru kelas VI pada sore hari sekitar

pukul 14.00 – 15.30 WIB. Guru membahas materi IPA yang belum

dipahami oleh siswa pada saat bimbingan belajar. Semua siswa diwajibkan

untuk mengikuti bimbingan belajar yang ada di sekolah, tetapi untuk

bimbingan di rumah guru, tidak bersifat wajib bagi siswa. Siswa yang

berniat untuk belajar maka bisa datang dan mengikuti bimbingan belajar

88Lampiran Transkip Wawancara Kode 02/W-1/F-7/IV/2020.

89Lampiran Transkip Wawancarara Kode 02/W-3/F-15/IV/2020 No.2

Page 62: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

55

di rumah. Selain memberikan bimbingan belajar, guru juga berupaya

menggunakan metode demonstrasi atau praktik di kelas untuk lebih

meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi IPA. Praktik ini

dilakukan dengan tujuan agar siswa mendapatkan pengalaman belajar

yang menyenangkan sehingga dia bisa memahami materi IPA dengan

baik. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Bpk. Budiono:

“Di sekolah saya memberikan bimbingan belajar bagi siswa kelas VI

yaitu saat pagi hari sekitar pukul 06.00 sebelum bel masuk sekolah

berbunyi. Di rumah, saya juga memberikan bimbingan belajar yang

tidak bersifat wajib, bagi yang mau belajar bisa datang kerumah

pukul 14.00 WIB. Saat bimbingan inilah saya membahas materi IPA

yang belum dipahami oleh siswa. Selain itu, saya juga menggunakan

metode demonstrasi di kelas agar siswa memperoleh pengalaman

belajar yang menyenangkan sehingga mereka bisa memahami materi

IPA dengan baik.”90

Banyaknya materi IPA juga bisa menjadi penyebab kesulitan belajar

siswa. Oleh karena itu, guru terlebih dahulu menyusun semua materi yang

akan diberikan kepada siswa kelas VI. Materi IPA dalam kurikulum K13

yang masih bercampur kemudian oleh guru akan dipilah-pilah dan

dikelompokkan sesuai materi umumnya. Hal ini dilakukan agar materi

dapat tersampaikan dengan urut dan tidak ada yang tertinggal. Seperti hasil

wawancara dengan Bpk. Budiono:

“Saya terlebih dahulu akan memilah-milah materi yang ada di buku

dan saya jadikan satu sesuai materi umumnya. Hal ini dikarenakan

dalam buku K13, materi IPA masih bercampur sehingga perlu dikaji

dan dikelompokkan agar semua materi dapat tersampaikan dengan

baik.”91

Kesulitan belajar juga disebabkan karena siswa malas belajar saat di

rumah. Oleh karena itu guru akan memberikan tugas rumah kepadanya.

Tugas ini akan memancing siswa untuk belajar di rumah. Hal ini

sebagaimana yang dikatakan Bpk. Budiono:

90Lampiran Transkip Wawancara Kode 02/W-3/F-15/IV/2020 No.3

91Lampiran Transkip Wawancara Kode 02/W-3/F-15/IV/2020 No.4

Page 63: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

56

“Saya akan memberikan tugas rumah kepadanya sehingga tidak ada

alasan lagi untuk tidak belajar saat di rumah. Dengan memberikan

tugas rumah, siswa akan terpancing untuk mau belajar.”92

Cara mengatasi siswa yang lesu dan mengantuk di kelas, guru akan

menegur dengan menanyakan apa yang menyebabkan dia mengantuk.

Setelah itu, guru akan memberikan nasihat agar dia tidak mengulanginya

lagi pada pembelajaran berikutnya. Tidak hanya itu, bagi siswa yang sakit

saat proses pembelajaran di kelas, guru akan memintanya untuk dirawat di

UKS (Unit Kesehatan Sekolah) dan diberikan obat. Apabila keadaan siswa

masih belum membaik, siswa tersebut diperbolehkan pulang ke rumah.

Selanjutnya, guru akan memberi kabar kepada orang tua siswa agar dibawa

ke rumah sakit terdekat. Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan Bpk.

Budiono:

“Apabila di kelas ada siswa yang terlihat lesu dan sampai

mengantuk, saya akan menegurnya. Pertama saya akan menanyakan

kepada siswa, apa yang menyebabkan dia mengantuk. Jika sudah

tahu penyebabkan, selanjutnya saya akan menasihatinya agar dia

tidak mengulangi lagi pada pembelajaran berikutnya. Apabila di

kelas ada siswa yang sakit, saya akan menyuruuh dia ke UKS untuk

diobati oleh temannya. Jika sakitnya tidak kunjung sembuh, dia

boleh pulang ke rumah. Saya akan memberi kabar kepada orang

tuanya untuk segera membawanya ke rumah sakit untuk diobati

lebih lanjut.”93

Kurangnya minat belajar siswa dapat menimbulkan rasa bosan di

kelas. Permasalahan ini dapat diatasi dengan cara menyisipkan cerita-

cerita yang menarik saat pembelajaran IPA. Hal ini dilakukan agar siswa

kembali memperhatikan penjelasan dari guru dan tidak bosan lagi. Apabila

masih ada siswa yang tidak mendengarkan penjelasan guru dan cenderung

mengobrol dengan temannya, guru akan langsung memberikan pertanyaan

yang sulit kepada siswa tersebut. Soal yang sulit ini diberikan agar dia

tidak mampu menjawab soal tersebut dan menyadari kesalahannya. Hal ini

92Lampiran Transkip Wawancara Kode 02/W-3/F-15/IV/2020 No.5 93Lampiran Transkip Wawancara Kode 02/W-3/F-15/IV/2020 No.6

Page 64: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

57

tentunya menjadi pelajaran bagi siswa yang lain untuk tidak mengobrol

saat guru menjelaskan materi. Sebagaimana yang dikatakan Bpk. Budiono:

“Jika sudah terlalu lama di kelas dan siswa mulai bosan, saya akan

menyisipkan cerita-cerita yang menarik. Dengan begitu siswa akan

tertarik kembali untuk mendengarkan saya berbicara dan menjadi

tidak bosan lagi. Apabila saat saya menjelaskan materi ada siswa

yang mengobrol di kelas, saya langsung memberikan soal yang sulit

kepada siswa tersebut untuk dikerjakan. Dengan soal yang sulit,

harapan saya dia tidak mampu menjawabnya dan akhirnya

menyadari kesalahannya itu. Hal ini juga menjadi pelajaran bagi

siswa yang lain untuk tidak melakukan hal sama di kemudian hari.”94

Penyebab kesulitan belajar yang berasal dari lingkungan keluarga

dapat diatasi oleh guru dengan cara melakukan konseling pribadi dengan

siswa yang memiliki masalah. Guru mengungkapkan bahwa sebagian

besar masalah yang timbul dari lingkungan keluarga adalah kurangnya

perhatian dari orang tua. Kurangnya perhatian ini muncul karena kondisi

orang tua yang bekerja di luar negeri dan bahkan ada orang tua siswa yang

sudah bercerai. Oleh karena itu, guru berupaya melakukan konseling

pribadi di sekolah bagi siswa yang memiliki masalah dalam keluarganya.

Masalah yang diatasi dalam konseling ini tidak hanya berasal dari keluarga

tetapi juga bisa dari lingkungan masyarakat yang ada di sekitarnya. Tidak

hanya itu saja, guru juga tidak segan mendatangkan orang tua siswa ke

sekolah untuk diberikan arahan terkait masalah yang dialami oleh siswa.

Hal ini dilakukan oleh guru dengan tujuan agar masalah siswa segara

diatasi dan dia bisa konsentrasi lagi saat belajar di sekolah. Guru juga

selalu menjaga komunikasi dengan orang tua siswa lewat media sosial

WhatsApp dengan membuat group “Paguyuban Kelas VI”. Group ini

beranggotakan orang tua siswa kelas VI, sehingga apabila ada masalah

apapun akan diberitahukan lewat media ini. Melalui media ini guru dapat

memantau perkembangan belajar siswa dan menjalin komunikasi yang

94Lampiran Transkip Wawancara Kode 02/W-3/F-15/IV/2020 No.7

Page 65: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

58

baik dengan orang tuanya. Hal ini berdasarkan wawancara dengan Bpk.

Budiono:

“Bagi siswa yang memiliki masalah, saya akan melakukan konseling

pribadi dengan siswa tersebut untuk mencari tahu penyebab

timbulnya masalah. Jika masalah tersebut datang dari keluarga

khusunya orang tuanya, saya tidak segan untuk mendatangkan

langsung orang tuanya ke sekolah. Di sekolah saya akan

memberikan arahan kepada orang tua siswa terkait masalah tersebut

dan berupaya mencari jalan keluarnya. Di apliaksi WhatsApp juga

terbentuk group kelas yang bernama Paguyuban Kelas VI. Dalam

group ini saya bisa memantau perilaku dan perkembangan belajar

siswa.”95

Selama kegiatan pembelajaran di sekolah, guru berupaya melarang

siswa untuk tidak membawa HP. Hal ini dilakukan agar siswa tidak

bermain game online saat di sekolah. Apabila ada siswa yang ketahuan

membawa HP di kelas, guru akan menanyakan fungsi HP tersebut. Jika

HP yang dibawanya benar-benar untuk menghubungi orang tuanya saat

pulang sekolah, guru masih memperbolehkan hal itu. Tetapi, jika siswa

membawa HP dan digunakan untuk bermain game online di kelas, HP

tersebut akan disita agar dia jera dan tidak mengulangi perbuatannya lagi.

Seperti yang dikatakan Bpk. Budiono:

“Saya melarang siswa untuk membawa HP selama di sekolah.

Apabila ada siswa yang ketahuan membawa HP, saya akan bertanya

fungsi dari HP itu. Jika HP tersebut digunakan untuk menghubungi

orang tuanya maka saya perbolehkan. Tetapi jika HP tersebut

digunakan untuk bermain game online , saya akan menyitanya agar

mereka jera dan tidak mengulangi perbuatannya lagi.”96

Guru juga berupaya menjalin komunikasi dengan pihak sekolah

yaitu Kepala Sekolah dan Tata Usaha untuk segera memperbaiki fasilitas

di kelas yang rusak. Fasilitas tersebut adalah kipas angin dan LCD di kelas.

Dengan adanya perbaikan, maka diharapkan dapat membantu kelancaran

95Lampiran Transkip Wawancara Kode 02/W-3/F-15/IV/2020 No.8

96Lampiran Transkip Wawancara Kode 02/W-3/F-15/IV/2020 No.9

Page 66: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

59

proses pembelajaran di kelas. Seperti hasil wawancara dengan Bpk.

Budiono:

“Apabila ada fasilitas di kelas yang rusak, saya langsung koordinasi

dengan Kepala Sekolah dan TU. Pihak sekolah akan berupaya

memperbaikinya sehingga dapat membantu kelancaran proses

pembelajaran di kelas.”97

97Lampiran Transkip Wawancara Kode 02/W-3/F-15/IV/2020. No.10

Page 67: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

60

BAB V

PEMBAHASAN

A. Kesulitan Belajar IPA

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kesulitan belajar IPA yang

dialami oleh siswa kelas VI adalah kesulitan dalam memahami materi IPA dan

mengerjakan soal IPA. Kesulitan dalam memahami materi IPA dikarenakan

siswa malas belajar di rumah. Hal ini disebabkan oleh kurangnya perhatian dari

orang tua. Orang tua cenderung acuh tak acuh terhadap pendidikan anaknya

sehingga jarang menyuruhnya untuk belajar. Kurangnya perhatian dari orang

tua menyebabkan anak mencari hiburan lain seperti game online, munculnya

masalah pribadi, dan minat belajar rendah.

Game online yang tersedia di aplikasi sangat banyak sekali dan siapapun

dapat mendowloadnya. Game online yang sering dimainkan anak diantaranya

Mobile Legend, PUBG Mobile, HAGO, dan masih banyak lagi. Game online

membuat siswa menjadi ketergantungan dan akhirnya lupa belajar. Karena

tidak belajar maka siswa tidak bisa memahami materi dengan baik sehingga

ketika diminta mengerjakan soal IPA tidak bisa mengerjakan. Menurut

Arianto, kehadiran game online membawa pengaruh bagi pelajar. Permainan

ini dapat menggangu prestasi belajar karena memiliki sifat adiktif atau

membawa candu. Waktu yang seharusnya digunakan untuk belajar atau

istirahat, namun cenderung dimanfaatkan untuk bermain game online.

Ketergantungan ini dapat memicu perilaku negatif seperti malas belajar dan

rasa tidak tenang saat tidak dapat bermain games.98

Kurangnya perhatian orang tua menyebabkan siswa memiliki masalah

pribadi. Mereka merasa tidak diperhatikan oleh orang tuanya. Masalah yang

dimiliki siswa tersebut mengakibatkan siswa cenderung tidak berkonsentrasi

saat pembelajaran karena memikirkan masalah tersebut. Hilangnya konsentrasi

siswa menyebabkan dia tidak memperhatikan guru saat menjelaskan materi.

98Tri Rizky Arianto, “Dampak Game Online Terhadap Prestasi Belajar Pelajar,” JUTIM, Vol. 1

No. 1 (Desember, 2016), 47.

Page 68: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

61

Akibatnya siswa tidak dapat memahami materi dengan baik sehingga saat

diminta mengerjakan soal IPA, siswa masih kebingungan dalam

mengerjakannya. Menurut Wahyuni, seseorang yang mengalami kesulitan

dalam berkonsentrasi disebabkan oleh keadaan lingkungannya. Masalah yang

muncul dipikiran siswa membuat lingkungan belajarnya terganggu. Jika

seseorang sulit berkonsentrasi maka belajarnya akan sia-sia karena hanya

membuang waktu dan tenaga saja. Konsentrasi siswa yang kurang akan

membuat siswa mengalami kesulitan dalam belajar.99 Sedangkan menurut

Nisa, keluarga mempunyai peranan penting atas tanggung jawab utama dalam

memberikan pendidikan dan perlindungan terhadap anak. Peran orang tua

seharusnya sebagai orang pertama dalam meletakkan dasar-dasar pendidikan

terhadap anak-anaknya. Mendidik, mengajar, membimbing, dan memberi

perhatian merupakan kewajiban dan tanggung jawab sebagai orang tua. Orang

tua yang kurang bisa berkomunikasi dengan anaknya akan menimbulkan

ketegangan atau konflik hubungan. Oleh karena itu, perhatian orang tua

terhadap anaknya akan meningkatkan keberhasilan dalam pendidikan.100

Mahendra dan Laba mengatakan bahwa pendidikan anak penting dalam

lingkungan keluarga. Oleh karena itu, keluarga mempunyai pengaruh terhadap

keberhasilan anak. Cara orang tua mendidik, relasi antar keluarga, suasana

rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua akan berpengaruh

terhadap prestasi belajar siswa.101

Dampak lain dari kurangnya perhatian orang tua yaitu rendahnya minat

belajar siswa. Minat siswa yang rendah menjadikannya malas belajar di rumah

dan tidak memperhatikan guru saat menjelaskan materi. Minat belajar siswa

yang rendah menyebabkan dia bersikap acuh tak acuh terhadap pembelajaran

IPA karena dirasa tidak penting baginya. Sikap yang ditunjukkan seperti

mengobrol dengan temannya saat guru menjelaskan materi dan mudah

99Wahyuni, “Analisis Kesulitan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas VII SMP

Negeri 4 Terbanggi Tinggi,” Jurnal Sains dan Teknologi, Vol. 1 No. 1 (Mei, 2018), 25.

100Afiatin Nisa, “Pengaruh Perhatian Orang Tua dan Minat Belajar Siswa Terhadap Prestasi

Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial,” Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. 2 No. 1 (Maret, 2015), 3.

101Ngurah Mahendra Dinatha dan Ngurah Laba Laksana, “Kesulitan Belajar Siswa dalam Mata

Pelajaran IPA Terpadu,” Jurnal Pendidikan Dasar Nusantara, Vol. 2 No. 2 (Januari, 2017), 221.

Page 69: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

62

mengantuk atau bosan saat di kelas. Akibatnya dia akan kesulitan dalam

memahami materi IPA. Wahyuni menyatakan bahwa motivasi siswa dalam

belajar IPA masih kurang ketika siswa bersikap acuh tak acuh terhadap

pembelajaran. Siswa lebih memilih diam apabila terdapat materi yang belum

jelas. Siswa juga tidak semangat ketika pelajaran IPA karena menganggap

bahwa pelajarannya sulit.102 Menurut Nidawati, minat sangatlah besar

pengaruhnya terhadap proses belajar siswa. Apabila bahan belajar tidak

menarik minat siswa maka mereka sulit memahami materi yang akan dipelajari

begitupun sebaliknya.103

Penyebab kesulitan belajar IPA yang lain adalah materi IPA yang terlalu

padat. Materi IPA yang padat membuat siswa bingung dalam mempelajarinya.

Siswa harus menghafal semua materi dengan baik. Namun, dengan menghafal

materi yang banyak malah akan membuat siswa menjadi jenuh dan akhirnya

malas belajar. Seperti hasil wawancara yang dilakukan Awang menyatakan

bahwa semua siswa merasa buku mata pelajaran IPA sulit untuk dipahami.

Kesulitan dialami tatkala mereka menemukan bahasa asing, penggunaan

rumus-rumus yang harus dihafal, serta siswa masih merasa kesulitan saat

berhitung. Selain itu, ketidakpahaman mereka terhadap materi pelajaran yang

disampaikan guru maupun yang tertera di buku membuat mereka juga sulit

menerima materi IPA.104

Selain itu, kesulitan belajar IPA disebabkan oleh kurikulum yang

digunakan di sekolah tersebut. Saat ini, kurikulum yang digunakan adalah

kurikulum K13. Kurikulum ini pada kenyataannya malah memberikan dampak

bagi siswa. Siswa mengaku bahwa materi pelajaran yang ada di kurikulum K13

sulit dipahami karena semua mata pelajaran dijadikan satu buku. Akibatnnya

siswa menjadi bingung dan tidak bisa fokus untuk mempelajari materi IPA.

Ditambah lagi, guru belum sepenuhnya memahami kurikulum K13 sehingga

102Wahyuni, “Analisis Kesulitan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas VII SMP

Negeri 4 Terbanggi Tinggi,” Jurnal Sains dan Teknologi, Vol. 1 No. 1 (Mei, 2018), 25.

103Nidawati, “Belajar Dalam Perspektif Psikologi Agama,” Jurnal Pionir, Vol. 1 No. 1 (Juli-

Desember, 2012), 22-23.

104Immanuel Sairo Awang, “Kesulitan Belajar IPA Peserta Didik Sekolah Dasar,” Vox

Edukasi, Vol. 6 No. 2 (November, 2015), 109-119.

Page 70: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

63

belum matang dalam menyiapkan materi IPA yang akan dijelaskan pada siswa.

Hal ini bisa membuat siswa menjadi tambah bingung lagi dan akhirnya

mengalami kesulitan belajar. Kurikulum yang kurang baik menjadi salah satu

hal yang dapat membawa kesulitan belajar siswa, misalnya bahan-bahan terlalu

tinggi, pembagian bahan yang tidak seimbang antara kelas atas dan bawah serta

adanya pendataan materi. Apabila kurikulum tersebut sesuai dengan kebutuhan

anak maka akan membawa kesuksesan dalam belajarnya.105 Amin

mengutarakan bahwa kurikulum K13 yang belum matang akan membuat

bingung karena banyak kendala yang harus dihadapi. Kendala yang dimaksud

yaitu buku pegangan yang belum terpenuhi dan guru belum memahami dengan

jelas kurikulum K13 sehingga siswa juga ikut bingung dalam menerima

materi.106

Selain kurikulum yang digunakan di sekolah tersebut, kesulitan belajar

juga disebabkan oleh metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Di kelas

VI, guru hanya menggunakan metode ceramah saja dan jarang menggunakan

metode yang menarik. Hal ini tentunya membuat siswa menjadi bosan saat

guru menjelaskan materi. Mereka lebih suka mengobrol dengan temannya dan

tidak memperhatikan penjelasan guru. Ditambah lagi, guru jarang

menggunakan media pembelajaran saat menjelaskan materi. Hal ini bisa

menjadikan siswa menjadi bingung karena mereka hanya membayangkan

contohnya saja tanpa ada contoh nyata. Guru dapat menjadi penyebab kesulitan

belajar apabila tidak tepat dalam penggunaan metode pada mata pelajaran yang

dipegangnya dikarenakan kurang menguasai bahan ajar dan kurangnya

persiapan sehingga pada saat menerangkan materi kurang jelas dan sulit

dipahami oleh siswa. Guru yang tidak menggunakan alat peraga dalam

mengajar juga bisa menjadikan siswa mengalami kesulitan belajar.107

Alawiyah menyatakan bahwa penggunaan metode pembelajaran yang tidak

bervariasi dapat menyebabkan siswa kurang berminat dalam belajarnya. Selain

105Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 90.

106Solekhul Amin, “Tinjauan Keunggulan dan Kelemahan Penerapan Kurikulum 2013 Tingkat

SD/MI,” Al-Bidayah, Vol. 5 No. 2 (Desember, 2013), 269.

107Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 87.

Page 71: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

64

itu, berakibat juga pada kurangnya perhatian siswa terhadap guru dan membuat

siswa bersifat acuh tak acuh terhadap pembelajaran. Penggunaan media

pembelajaran juga membantu guru dalam menyampaikan materi sehingga

dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan oleh

guru. 108

B. Strategi Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar IPA

Sebagaiman yang sudah dijelaskan di atas bahwa kesulitan belajar IPA

di kelas VI adalah kesulitan dalam memahami materi IPA dan mengerjakan

soal IPA. Kesulitan tersebut disebabkan karena kurangnya perhatian dari orang

tua, materi IPA yang terlalu padat, kurikulum yang digunakan di sekolah

tersebut, dan metode pembelajaran yang digunakan guru. Maka dari itu, guru

kelas VI berupaya agar kesulitan belajar IPA tersebut dapat diatasi. Cara

mengatasi kesulitan dalam memahami materi IPA yaitu dengan mengadakan

bimbingan belajar. Tujuannya adalah agar dapat meningkatkan pemahaman

siswa terhadap materi yang belum dipahami. Bimbingan ini dilakukan di kelas

sebelum bel masuk sekolah berbunyi yaitu pukul 06.00 – 07.00 WIB. Semua

siswa kelas VI wajib mengikuti bimbingan tersebut sehingga harus datang

lebih pagi. Selain itu, bimbingan juga dilakukan di rumah Bpk. Budiono pada

sore hari pukul 14.00 – 15.30 WIB. Bimbingan ini tidak bersifat wajib, siapa

saja yang ingin belajar bisa datang ke rumah Bpk. Budiono. Widiantari

menyampaikan bahwa upaya yang dilakukan guru untuk mengembangkan

pemahaman atau kemampuan berpikir kritis siswa adalah memberikan

bimbingan belajar/les di luar jam sekolah serta mengulang materi yang sudah

diajarkan agar siswa benar-benar memahami materi tersebut.109

Selain memberikan bimbingan belajar, guru juga memberikan motivasi

yang dapat meningkatkan minat belajar siswa. Motivasi yang diberikan oleh

108Henny Alawiyah dkk, “Analisis Kesulitan Belajar Siswa dalam Memahami Materi

Invertebrata Di Kelas X MAN 2 Pontianak,” Jurnal Biologi Education, Vol. 3 No. 2 (Agustus,

2016), 18-19.

109Ni Ketut Maha Putri Widiantari, dkk, “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas

IV Dalam Pembelajaran Matematika,” e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 4

No. 1 (2016), 6.

Page 72: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

65

guru bisa berupa pujian dan hukuman. Pujian tersebut diberikan kepada siswa

yang dapat menjawab pertanyaan dari guru dan mau mendengarkan penjelasan

guru. Sedangkan, hukuman ini diberikan kepada siswa yang bandel dan tidak

mau mendengarkan guru saat proses pembelajaran. Guru menghukum dengan

cara memberikan soal yang sulit. Dengan diberi soal yang sulit, siswa yang

bandel akan kebingungan dalam menjawabnya sehingga mereka sadar bahwa

apa yang dia lakukan salah. Menurut Suprihatin, apabila ada siswa yang

berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka perlu diberikan pujian.

Pujian ini akan memupuk suasana yang menyenangkan sehingga motivasi

belajar meningkat. Sedangkan hukuman yang diberikan secara tepat dan

bijaksana bisa menjadi alat motivasi bagi siswa.110

Selain itu, guru juga berusaha mengatasi siswa yang merasa bosan saat

pembelajaran. Caranya adalah dengan menyisipkan cerita yang menarik disela-

sela pembelajaran IPA. Penyampaian cerita akan menarik perhatian siswa

sehingga mereka mau memperhatikan penjelasan dari guru. Menurut Tambak,

metode bercerita memiliki kelebihan dibanding metode lainnya dalam proses

pembelajaran di kelas. Kelebihan metode bercerita antara lain mengaktifkan

dan membangkitkan semangat peserta didik, memikat, mempengaruhi emosi,

membekas dalam jiwa, serta menarik perhatian.111

Siswa mengalami kesulitan dalam belajar IPA karena jarang belajar di

rumah. Siswa lebih memilih bermain game online sehingga menjadi

ketergantungan dan akhirnya malas belajar. Oleh karena itu, guru berupaya

memberikan tugas atau pekerjaan rumah kepada siswa yang malas belajar. Hal

ini dilakukan agar siswa sibuk dalam mengerjakan tugasnya dan melupakan

kegiatannya dalam bermain game online. Menurut Afriani, salah satu cara yang

dilakukan guru untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa adalah dengan

metode pemberian tugas atau PR (Pekerjaan Rumah). Pemberian tugas yang

dilakukan oleh guru memungkinkan untuk melihat sejauh mana daya tangkap

110Siti Suprihatin, “Upaya Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa,” Jurnal

Pendidikan Ekonomi UM Metro, Vol. 3 No. 1 (2015), 76.

111Syahrani Tambak, “Metode Bercerita dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,”

Jurnal Al-Thariqah, Vol. 1 No. 1 (Juni, 2016), 8-9.

Page 73: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

66

siswa terhadap materi, sekaligus mendorong siswa untuk meningkatkan

kemandirian belajarnya. Tugas yang diberikan kepada siswa merupakan cara

agar siswa dapat menggunakan waktu luangnya dengan kegiatan yang

menunjang belajarnya.112 Selain itu, untuk mengatasi siswa yang

ketergantungan pada game online, guru melarang siswa membawa HP ke

sekolah agar siswa tidak bermain game online saat pelajaran berlangsung.

Menurut Adiningtyas, guru berperan sebagai orang tua di sekolah. Untuk

itulah, guru diharapkan dapat mengawasi perkembangan anak agar tidak

menjadi kecanduan game online. Beberapa hal yang dilakukan guru antara lain

menyisipkan pesan tentang bahaya games saat menjelaskan materi, melakukan

razia HP di sekolah, bekerja sama dengan orang tua untuk mengawasi anak saat

di rumah, dan memberikan tugas kelompok untuk mengalihkan perhatian siswa

dari game online. 113

Siswa yang memiliki masalah pribadi dapat menyebabkan

konsentrasinya berkurang. Masalah tersebut dapat diatasi dengan memberikan

layanan konseling pribadi bagi siswa yang bermasalah. Selain itu, guru juga

menjalin hubungan yang baik dengan orang tua siswa untuk mengetahui

penyebab masalah dan upaya dalam mengatasinya. Menurut Maliki, pihak

sekolah memiliki tanggung jawab untuk membantu siswa mengatasi masalah

yang timbul dalam dirinya. Oleh karena itu, layanan bimbingan dan konseling

di sekolah sangat penting dilakukan guru untuk membantu siswa dalam

mengatasi masalah yang dihadapinya. 114 Selain itu menurut Hidayat, antara

sekolah dan orang tua perlu menjalin komunikasi aktif dan saling membantu

untuk mengetahui keterlibatan peserta didik dalam proses belajar mengajar,

pola interaksi selama di sekolah, dan masalah yang ditemukan di sekolah.

112Bekti Rahayu Afriani, “Hubungan Intensitas Pemberian Tugas Rumah (PR) dengan

Kemandirian Belajar Siswa Kelas II SD,” Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 6 Tahun

ke-8, (2019), 579.

113Sri Wahyuni Adiningtyas, “Peran Guru Dalam Mengatasi Kecanduan Game Online,” Jurnal

Kopasta, Vol. 4 No. 1 (2017), 38-39.

114Maliki, “Implementasi Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Mengatasi Kesulitan

Belajar Siswa Sekolah Dasar Negeri Serayu Yogyakarta,” Jurnal Al-Tazkiah, Vol. 7 No. 1 (Juni,

2015), 2.

Page 74: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

67

Begitu juga sebaliknya, dengan menjalin komunikasi pihak sekolah dapat

mengetahui kegiatan bermain anak di luar rumah, aktivitas belajar di rumah,

dan masalah yang muncul ketika berada di rumah.115

Materi IPA yang ada di buku kurikulum K13 nyatanya sulit untuk

dipahami. Materi IPA yang bercampur dengan materi lain membuat siswa

bingung. Selain itu, materi yang padat membuat siswa kesulitan dalam

memahaminya. Oleh karena itu, guru terlebih dahulu menyusun semua materi

IPA yang akan disampaikan kepada siswa. Kemudian, guru memilah-milah

materi IPA yang ada di buku tematik untuk dikelompokkan sesuai dengan

materi umumnya. Menurut Hurit, pemahaman guru mengenai kurikulum K13

menjadi hal yang penting sebelum menerapkannya dalam pembelajaran.

Persiapan yang bisa dilakukan oleh guru adalah membuat rencara pembelajaran

dan memahami rambu-rambu dalam kurikulum K13 dimana tidak semua mata

pelajaran harus dipadukan. Maka dari itu, guru perlu memilah-milah bahan

materi agar mudah untuk dipahami oleh siswa. 116

115Syarif Hidayat, “Pengaruh Kerjasama Orang Tua dan Guru Terhadap Disiplin Peserta Didik

di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri Kecamatan Jagakarsa – Jakarta Selatan,” Jurnal

Ilmiah WIDYA, Vol. 1 No.2 (Juli-Agustus, 2013), 94.

116Andreas Au Hurit dan Diah Harmawati, “Analisis Kesiapan Guru dalam

Mengimplementasikan Kurikulum K13 di SD Inpres Gudang Arang Merauke,” Jurnal of Primary

Education, Vol. 1 No. 2 (April, 2019), 120.

Page 75: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

68

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Kesulitan belajar IPA yang dialami oleh siswa kelas VI yaitu kesulitan

dalam memahami materi IPA dan mengerjakan soal IPA.

2. Strategi yang dilakukan oleh guru dalam mengatasi kesulitan belajar IPA

antara lain mengadakan bimbingan belajar di sekolah dan di rumah,

memberikan motivasi kepada siswa untuk meningkatkan minat belajarnya,

menyisipkan cerita yang menarik disela-sela pembelajaran IPA agar siswa

tidak bosan, memberikan tugas atau pekerjaan rumah kepada siswa supaya

siswa mau belajar di rumah dan tidak ketergantuangan game online,

melarang siswa membawa HP ke sekolah agar siswa bisa berkonsentrasi

dalam belajar dan menghindari kecanduan game online, mengadakan

konseling pribadi dan menjalin komunikasi yang baik dengan orang tua

guna mengatasi masalah siswa di sekolah serta mengelompokkan materi

IPA terlebih dahulu sebelum dijelaskan kepada siswa agar mereka bisa

memahami materi dengan baik.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran yang dapat diberikan antara

lain:

1. Bagi Lembaga Sekolah

Lembaga sekolah sebaiknya lebih memperhatikan fasilitas yang ada di kelas

sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan maksimal tanpa ada

hambatan sedikitpun.

2. Bagi Guru

Guru hendaknya lebih mempersiapkan pembelajaran di kelas dengan

menggunakan metode dan media pembelajaran yang dapat meningkatkan

Page 76: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

69

minat belajar siswa. Selain itu, guru lebih memperhatikan kesulitan-

kesulitan yang dialami oleh siswa sehingga dapat segera diatasi.

3. Bagi Siswa

Siswa hendaknya memperhatikan proses pembelajaran dengan baik supaya

tidak timbul kesulitan belajar, selalu belajar dengan rajin, dan kurangi

kegiatan yang tidak bermanfaat seperti bermain game online.

Page 77: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

70

DAFTAR PUSTAKA

Adiningtyas, Sri Wahyuni. Peran Guru Dalam Mengatasi Kecaduan Game Online.

Jurnal Kopasta. Vol. 4 No. 1, 2011. Diakses pada tanggal 16 Maret 2020

pukul 08:30.

Afriani, Bekti Rahayu. Hubungan Intensitas Pemberian Tugas Rumah (PR)

Dengan Kemandirian Belajar Siswa Kelas II SD. Jurnal Pendidikan Guru

Sekolah Dasar. Edisi 6 Tahun Ke-8, 2019. Diakses pada tanggal 16 Maret

2020 pukul 08:40.

Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta,

2008.

Alawiyah, Henny, dkk. Analisis Kesulitan Belajar Siswa dalam Memahami

Materi Invertebrata di Kelas X MAN 2 Pontianak. Jurnal Biologi Edukasi.

Vol. 3 No. 2, 2016. Diakses tanggal 10 Maret 2020 pukul 10:35.

Amanah, Ulfa Suci. Upaya Guru Menanggulangi Kesulitan Belajar Siswa Bidang

Studi Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 2 Kademangan Blitar. Skripsi.

UIN Malang. Malang. 2008.

Amin, Solekhul. Tinjauan Keunggulan dan Kelemahan Penerapan Kurikulum K13

Tingkat SD/MI. Al-Bidayah. Vol. 5 No. 2, 2013. Diakses pada tanggal 9

Maret 2020 pukul 08:25.

Anggraini, Maya. Kesulitan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas VB

SD Negeri 80/1 Muara Bulian. Skripsi. Universitas Jambi. Jambi. 2017.

Arianto, Tri Rizky. Dampak Game Online Terhadap Prestasi Belajar Pelajar.

JUTIM. Vol. 1 No. 1, 2016. Diakses pada tanggal 16 Maret 2020 pukul

09:00.

Arifin, Zainal. Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011.

Awang, Imanuel Sairo. Kesulitan Belajar IPA Peserta Didik Sekolah Dasar. Vox

Edukasi. Vol. 6 No. 2, 2015. Diakses pada tanggal 12 Januari 2020 pukul

11:15.

Departemen Pendidikan Nasional. Undang-undang Republik Indonesia No. 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas, 2003.

Dinatha, Ngurah Mahendra dan Ngurah Laba Laksana. Kesullitan Belajar Siswa

Dalam Mata Pelajaran IPA Terpadu. Jurnal Pendidikan Dasar Nusantara.

Vol. 2 No. 2, 2017. Diakses pada tanggal 10 Maret 2020 pukul 08:45.

Faridah, Fifi. Upaya Guru Menanggulangi Kesulitan Belajar Siswa Kelas IV SDN

63 Kota Bima. Jurnal Pendidikan MIPA. Vol. 7 No. 2, 2017. Diakses pada

tanggal 16 Maret 2020 pukul 09:25.

Fathoni, Abdurrahman. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi.

Jakarta: Rineka Cipta, 2006.

Page 78: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

71

Fathorrahman. Kompetensi Pedagogik, Profesional, Kepribadian, dan

Kompetensi. AKADEMIKA. Vol. 15 No. 1, 2017. Diakeses pada tanggal 30

Januari 2020 pukul 09:15.

Fauzi, Mohammad Mahmud. Upaya Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar

Siswa Kelas IV MI Miftahul Huda Jatisara Kademangan Blitar. Skripsi.

IAIN Tulungagung. Tulungagung, 2018.

Hamdayama, Jumanta. Metodologi Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2016.

Hasbullah. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008.

Haqiqi, Arghob Khofya. Analisis Faktor Penyebab Kesulitan Belajar IPA Siswa

SMP Kota Semarang. Jurnal Pendidikan Sains & Matematika. Vol 6 No. 1,

2018. Diakses pada tanggal 5 Maret 2020 pukul 11:15.

Hidayat, Syarif. Pengaruh Kerjasama Orang Tua dan Guru Terhadap Disiplin

Peserta Didik di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri Kecamatan

Jagakarsa – Jakarta Selatan. Jurnal Ilmiah WIDYA. Vol. 1 No. 2, 2013.

Diakses pada tanggal 16 Maret 2020 pukul 10:20.

Hurit, Andreas Au dan Diah Harmawati. Analisis Kesiapan Guru Dalam

Mengimplementasikan Kurikulum K13 di SD Inpres Gudang Arang

Merauke. Jurnal Of Primary Education. Vol. 1 No. 2, 2019. Diakses pada

tanggal 16 Maret 2020 pukul 10:35.

Ismail. Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Aktif di Sekolah.

Jurnal Edukasi. Vol. 2 No. 1. 2016. Diakses pada 12 Januari 2020 pukul

08:45.

Koestoer, Partowisastro. Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar. Jakarta:

Erlangga, 1986.

Mahmud. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia, 2011.

Maliki. Implementasi Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Mengatasi

Kesulitan Belajar Siswa Sekolah Dasar Negeri Serayu Yogyakarta. Jurnal

Al-Tazkiyah. Vol. 7 No. 1, 2015. Diakses pada tanggal 10 Maret 2020 pukul

11:20.

Manalu, Remaita, dkk. Analisis Kesulitan-kesulitan Belajar IPA Siswa Kelas IV

Dalam Implementasi Kurikulum K13 di SD Piloting Se-Kabupaten Gianyar.

E-Journal PGSD. Vol. 3 No. 1, 2015. Diakses pada tanggal 10 Maret pukul

14:15.

Mentari, Renawati. Studi Deskriptif Faktor-faktor Kesulitan Belajar Siswa Pada

Mata Pelajaran IPA Materi Gaya dan Pesawat Sederhana Kelas V MI

Miftahul Ulum Bumijaya Kabupaten Tegal Tahun Ajaran 2016/2017.

Skripsi. Universitas Islam Negeri Walisongo. Semarang. 2017.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2007.

Page 79: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

72

Nidawati. Belajar Dalam Perspektif Psikologi Agama. Jurnal Pionir. Vol. 1 No.

1, 2013. Diakses pada tanggal 19 Januari 2020 pukul 15:20.

Nisa, Afiatin. Pengaruh Perhatian Orang Tua dan Minat Belajar Siswa Terhadap

Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Jurnal Ilmiah Kependidikan. Vol.

2 No. 1, 2015. Diakses pada tanggal 16 Maret 2020 pukul 14:15.

Portanata, Lia, dkk. Analisis Pemanfaatan Media Pembelajaran IPA SD. Jurnal

Pendidikan Dasar PerKhasa. Vol. 3 No. 1, 2017. Diakses pada tanggal 2

Februari 2020 pukul 10:15.

Rohmah, Noer. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Teras, 2012.

Rositawaty. Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan,

2008.

Sidiq, Umar. Etika dan Profesi Guru Keguruan. Tulungagung: STAI

Muhammadiyah, 2018.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfabeta, 2007.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2010.

Suharjo, Drajad. Metodologi Penelitian dan Penelitian Lapangan Ilmiah.

Yogyakarta: UII Press, 2003.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2005.

Suparlan. Guru Sebagai Profesi. Yogyakarta: HIKAYAT, 2006.

Suprihatin, Siti. Upaya Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa.

Jurnal Pendidikan Ekonomi UM Metro. Vol. 3 No. 1, 2015. Diakses pada

tanggal 10 Maret 2020 pukul 19:20.

Tambak, Syahrani. Metode Bercerita Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam. Jurnal Al-Thoriqah. Vol. 1 Nol. 1, 2016. Diakses pada tanggal 10

Maret 2020 pukul 19:00.

Thorir, Anas dan Fitri April Yuni. Pembelajaran FISIKA; Kesulitan Belajar dan

Cara Mengatasinya. Yogyakarta: Media Akademi, 2017.

Tim Penyusun. Pedoman Penulisan Skripsi. IAIN Ponorog: Fakultas Tarbiyah

dan Ilmu Keguruan, 2019.

Tursinawati. Penguasaan Konsep Hakikat Sains dalam Pelaksanaan Percobaan

Pada Pembelajaran IPA di SDN Kota Banda Aceh. Jurnal Pesona Dasar.

Vol. 2 No. 4, 2016. Diakses pada tanggal 18 Januari 2020 pukul 08:25.

Ulum, Miftahul. Demitologi Profesi Guru. Ponorogo: STAIN Ponorogo, 2011.

Wahab, Rohmalia. Psikologi Belajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2016.

Wahyuni. Analisis Kesulitan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas

Page 80: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/9215/1/SKRIPSI_ALFIAH RATNA M... · 2020. 5. 17. · Bab I : pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar yang memberikan suatu gambaran umum dari

73

VII SMP Negeri 4 Terbanggi Tinggi. Jurnal Sains dan Teknologi. Vol. 1

No. 1, 2018. Diakses pada tanggal 15 Februari 2020 pukul 09:30.

W, Asih Widi dan Eka Sulistyowati. Metodologi Pembelajaran IPA. Jakarta:

Bumi Aksara, 2017.

Widiantari, Ni Ketut Maha Putri, dkk. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis

Siswa Kelas IV dalam Pembelajaran Matematika. E-Journal PGSD

Universitas Pendidikan Ganesha. Vol. 4 No. 1, 2015. Diakses pada tanggal

11 Maret 2020 pukul 09:50.

Wulandari, Ria Nur. Upaya Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Pada

Mata Pelajaran IPA di MTs Sains Al-Hadid Kota Cirebon. Skripsi. IAIN

Syekh Nurjati. Cirebon. 2015.

Wulansari, Adhita Dessy. PENELITIAN PENDIDIKAN: Suatu Pendekatan

Praktik dengan Menggunakan SPSS. Ponorogo: STAIN Po. Press, 2012.