rapat dewan gubernur bank indonesia · 2019-11-21 · dalam sisi permintaan maupun produksi masih...

3
Ringkasan BI perlu memangkas suku bunga kebijakannya sebesar 25bps bulan ini Inflasi rendah dan stabil. Nilai tukar stabil di sekitar angka Rp14.000, sementara aliran modal masuk terus berlanjut Membaiknya CAD mungkin akan terus berlanjut, perbaikan harga komoditas akan membantu SERI ANALISIS MAKROEKONOMI Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia November 2019 Macroeconomic & Financial Sector Policy Research Febrio N. Kacaribu, Ph.D. (Head of Research) [email protected] Syahda Sabrina [email protected] Nauli A. Desdiani [email protected] Teuku Riefky [email protected] ndikator makro terkini menunjukkan bahwa tren perlambatan ekonomi Indonesia, baik dalam sisi permintaan maupun produksi masih terus berlanjut. BI memulai siklus kebijakan akomodatifnya sejak Juli 2019 dan telah memangkas suku bunga kebijakan sebanyak empat kali. Relatif membaiknya kondisi eksternal dan risiko dari perlambatan pertumbuhan ekonomi di bawah potensinya menjadi alasan yang kuat bagi pelonggaran ini. Secara domestik, konsisten dengan melemahnya permintaan, tingkat inflasi masih tetap lebih rendah dibandingkan dengan target BI. Dilihat dari sisi eksternal, sedikit perbaikan terjadi pada defisit transaksi berjalan (CAD) di Triwulan-III 2019 menjadi 2,7% terhadap PDB, didukung oleh beberapa penyesuaian yang terjadi pada impor terutama pada defisit minyak yang lebih rendah. Di sisi lain, aliran masuk modal portofolio terus berlanjut, didukung oleh daya tarik imbal hasil riil yang ditawarkan oleh obligasi Rupiah yang relatif lebih menarik ketimbang negara berkembang lainnya. Rupiah tetap stabil sementara BI mengakumulasi cadangan internasional. Secara keseluruhan, dengan kondisi domestik dan eksternal saat ini, kami melihat bahwa BI perlu memangkas suku bunga kebijakannya sebesar 25bps di bulan ini. Pola Inflasi yang Terkendali Kinerja inflasi secara keseluruhan tetap stabil, disebabkan oleh inflasi umum dan inflasi inti pada bulan Oktober tetap berada dalam kisaran target BI yaitu 2,5-4,5%. Secara bulanan, indeks harga konsumen naik 0,02% (mtm), setelah mencatat deflasi -0,27% (mtm) di bulan sebelumnya. Sementara itu, inflasi tahunan mencapai 3,13% (yoy) pada bulan lalu; melambat dari 3,39% (yoy) di September. Inflasi yang terkendali di Oktober disebabkan oleh kenaikan harga bahan makanan pada laju yang lebih lambat. Harga pangan yang fluktuatif kembali mengalami periode deflasi, turun menjadi -0,47% (mtm) pada Oktober dari -2,26% (mtm) pada bulan sebelumnya, terutama disebabkan oleh penurunan harga cabai merah karena komoditas tersebut sedang dalam musim panen serta penurunan pada harga telur. Selanjutnya, inflasi komponen harga yang diatur oleh pemerintah tetap stabil, tercatat sebesar 0,03% (mtm), relatif tidak berubah dibandingkan dengan 0,01% (mtm) pada bulan September. Inflasi inti bulanan melambat menjadi 0,17% (mtm) dari 0,29% (mtm) di bulan sebelumnya. Demikian juga dengan inflasi inti tahunan yang turun menjadi 3,20% (yoy), menandakan konsumsi yang stabil. Grafik 1: Tingkat Inflasi (%, mtm) Sumber: CEIC Grafik 2: Tingkat Suku Bunga Kebijakan dan Suku Bunga Pasar Uang Antar Bank (% pa) Sumber: CEIC -1,0 -0,5 0,0 0,5 1,0 1,5 JASONDJ FMAMJ JASONDJ FMAMJ JASONDJ FMAMJ JASO 2016 2017 2018 2019 Headline Core 3 4 5 6 7 Jul-16 Sep-16 Nov-16 Jan-17 Mar-17 May-17 Jul-17 Sep-17 Nov-17 Jan-18 Mar-18 May-18 Jul-18 Sep-18 Nov-18 Jan-19 Mar-19 May-19 Jul-19 Sep-19 Nov-19 Deposit Facility Lending Facility BI 7-day Reverse Repo Rate Interbank rate: 1 Wk Interbank rate: Overnight JIBOR: 1 Wk I

Upload: others

Post on 15-Jan-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Ringkasan • BI perlu memangkas suku

bunga kebijakannya sebesar 25bps bulan ini

• Inflasi rendah dan stabil. Nilai tukar stabil di sekitar angka Rp14.000, sementara aliran modal masuk terus berlanjut

• Membaiknya CAD mungkin akan terus berlanjut, perbaikan harga komoditas akan membantu

SERI ANALISIS MAKROEKONOMI

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia November 2019

Macroeconomic & Financial Sector Policy Research Febrio N. Kacaribu, Ph.D. (Head of Research) [email protected]

Syahda Sabrina [email protected]

Nauli A. Desdiani [email protected]

Teuku Riefky [email protected]

ndikator makro terkini menunjukkan bahwa tren perlambatan ekonomi Indonesia, baik dalam sisi permintaan maupun produksi masih terus berlanjut. BI memulai siklus kebijakan

akomodatifnya sejak Juli 2019 dan telah memangkas suku bunga kebijakan sebanyak empat kali. Relatif membaiknya kondisi eksternal dan risiko dari perlambatan pertumbuhan ekonomi di bawah potensinya menjadi alasan yang kuat bagi pelonggaran ini.

Secara domestik, konsisten dengan melemahnya permintaan, tingkat inflasi masih tetap lebih rendah dibandingkan dengan target BI. Dilihat dari sisi eksternal, sedikit perbaikan terjadi pada defisit transaksi berjalan (CAD) di Triwulan-III 2019 menjadi 2,7% terhadap PDB, didukung oleh beberapa penyesuaian yang terjadi pada impor terutama pada defisit minyak yang lebih rendah. Di sisi lain, aliran masuk modal portofolio terus berlanjut, didukung oleh daya tarik imbal hasil riil yang ditawarkan oleh obligasi Rupiah yang relatif lebih menarik ketimbang negara berkembang lainnya. Rupiah tetap stabil sementara BI mengakumulasi cadangan internasional. Secara keseluruhan, dengan kondisi domestik dan eksternal saat ini, kami melihat bahwa BI perlu memangkas suku bunga kebijakannya sebesar 25bps di bulan ini. Pola Inflasi yang Terkendali

Kinerja inflasi secara keseluruhan tetap stabil, disebabkan oleh inflasi umum dan inflasi inti pada bulan Oktober tetap berada dalam kisaran target BI yaitu 2,5-4,5%. Secara bulanan, indeks harga konsumen naik 0,02% (mtm), setelah mencatat deflasi -0,27% (mtm) di bulan sebelumnya. Sementara itu, inflasi tahunan mencapai 3,13% (yoy) pada bulan lalu; melambat dari 3,39% (yoy) di September. Inflasi yang terkendali di Oktober disebabkan oleh kenaikan harga bahan makanan pada laju yang lebih lambat. Harga pangan yang fluktuatif kembali mengalami periode deflasi, turun menjadi -0,47% (mtm) pada Oktober dari -2,26% (mtm) pada bulan sebelumnya, terutama disebabkan oleh penurunan harga cabai merah karena komoditas tersebut sedang dalam musim panen serta penurunan pada harga telur.

Selanjutnya, inflasi komponen harga yang diatur oleh pemerintah tetap stabil, tercatat sebesar 0,03% (mtm), relatif tidak berubah dibandingkan dengan 0,01% (mtm) pada bulan September. Inflasi inti bulanan melambat menjadi 0,17% (mtm) dari 0,29% (mtm) di bulan sebelumnya. Demikian juga dengan inflasi inti tahunan yang turun menjadi 3,20% (yoy), menandakan konsumsi yang stabil.

Grafik 1: Tingkat Inflasi (%, mtm)

Sumber: CEIC

Grafik 2: Tingkat Suku Bunga Kebijakan dan Suku Bunga Pasar Uang Antar Bank (% pa)

Sumber: CEIC

-1,0

-0,5

0,0

0,5

1,0

1,5

JASONDJFMAMJ JASONDJFMAMJ JASONDJFMAMJ JASO

2016 2017 2018 2019

Headline Core

3

4

5

6

7

Jul-1

6

Sep-16

Nov-16

Jan-17

Mar-17

May-17

Jul-1

7

Sep-17

Nov-17

Jan-18

Mar-18

May-18

Jul-1

8

Sep-18

Nov-18

Jan-19

Mar-19

May-19

Jul-1

9

Sep-19

Nov-19

Deposit Facility Lending FacilityBI 7-day Reverse Repo Rate Interbank rate: 1 WkInterbank rate: Overnight JIBOR: 1 Wk

I

Angka-angka Penting • BI Repo Rate (7-day, Okt ‘19)

5,00% • Pertumbuhan PDB (Q3 ‘19)

5,02% • Inflasi (y.o.y, Okt ‘19)

3,13% • Inflasi Inti (y.o.y, Okt ‘19)

3,20% • Inflasi (mtm, Okt ‘19)

0,02% • Inflasi Inti (mtm, Okt ‘19)

0,17% • Cadangan Devisa (Okt ‘19)

USD126,7 miliar

SERI ANALISIS MAKROEKONOMI

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia November 2019

Untuk mendapatkan publikasi kami secara rutin, silahkan berlangganan dengan memindai QR code di bawah ini

atau klik tautan http://bit.ly/LPEMCommentarySubscription

Gambaran yang Lebih Baik dari CAD di Tengah Pertumbuhan yang Rendah

Pertumbuhan PDB masih mengalami tren yang agak melambat, tercatat sebesar 5,0% pada Triwulan-III 2019. Ekonomi Indonesia berada pada tingkat pertumbuhan terendah dalam kurun waktu lebih dari dua tahun terakhir, didorong oleh pengeluaran pemerintah yang relatif terbatas, kinerja investasi yang kurang optimal, dan kinerja perdagangan yang lesu. Pengeluaran pemerintah melambat secara signifikan pada 0,98% (yoy). Pemerintah merespon melemahnya penerimaan pajak sambil tetap berfokus dalam mencapai defisit anggaran yang terkelola untuk tahun fiskal 2019. Sementara itu, kinerja investasi masih mengecewakan, tercatat sebesar 4,21% (yoy). Meningkatnya risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari permintaan domestik yang lebih lambat dibandingkan dengan yang diperkirakan, dengan tingkat pertumbuhan konsumsi rumah tangga turun menjadi 5,01% (yoy). Dari sisi produksi, industri manufaktur sebagai kontributor terbesar dalam perekonomian, tidak menunjukkan kemajuan yang signifikan. Industri manufaktur mencatat pertumbuhan sebesar 4,15% (yoy).

CAD membaik menjadi 2,7% terhadap PDB di Triwulan-III 2019 (USD7,7 miliar) dari 2,9% terhadap PDB di Triwulan-II 2019 (USD8,2 miliar), didukung oleh lebih rendahnya defisit perdagangan minyak dan gas karena penerapan kebijakan B-20 di tengah surplus perdagangan non-migas yang stabil. Kinerja ekspor pada Triwulan-IV 2019 akan dibantu oleh meningkatnya harga minyak sawit sebagai akibat dari potensi meredanya ketegangan AS-Tiongkok yang telah meningkatkan harga kedelai. Ke depan, neraca transaksi berjalan yang relatif terkelola ini dapat menjadi salah satu faktor penting dalam menolong ketahanan eksternal Indonesia menghadapi perlambatan perekonomian global.

Mempertahankan Stabilitas untuk Mengurangi Risiko Eksternal

Grafik 3: IDR/USD dan Akumulasi Portfolio Aliran Modal Masuk (Sejak Jan-2018)

Sumber: CEIC

Grafik 4: Imbal Hasil Obligasi Pemerintah (% pa)

Sumber: CEIC

Dari sisi eksternal, pertumbuhan global akan terus melemah meskipun terdapat sedikit penurunan ketidakpastian di pasar keuangan setelah kesepakatan dagang antara AS dan Tiongkok yang dilaksanakan pada Oktober 2019. IMF memangkas pertumbuhan global sebesar 20 bps menjadi 3,0% untuk tahun ini. Dengan absennya tekanan inflasi serta dihadapkan pada kondisi melemahnya aktivitas manufaktur dan perdagangan, beberapa bank sentral utama telah melonggarkan kebijakan moneternya untuk mengurangi risiko perlambatan ekonomi. The Fed memangkas FFR sebesar 25bps pada bulan lalu. Sementara itu ECB mengumumkan akan melakukan quantitative easing tambahan pada November 2019 dan mengindikasikan adanya pemangkasan suku bunga semakin negatif. Bank Indonesia juga telah memangkas suku bunga

13.000

13.500

14.000

14.500

15.000

15.500

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

Jan-18

Feb-18

Mar-18

Apr-18

May-18

Jun-1

8

Jul-1

8

Aug-18

Sep-18

Oct-18

Nov-18

Dec-18

Jan-19

Feb-19

Mar-19

Apr-19

May-19

Jun-1

9

Jul-1

9

Aug-19

Sep-19

Oct-19

Nov-19

USD billion

Total Portfolio IDR/USD (RHS)

7,14

5,52

4

5

6

7

8

9

Jan-17

Mar-17

May-17

Jul-1

7

Sep-17

Nov-17

Jan-18

Mar-18

May-18

Jul-1

8

Sep-18

Nov-18

Jan-19

Mar-19

May-19

Jul-1

9

Sep-19

Nov-19

10 Year 1 Year

Angka-angka Penting • BI Repo Rate (7-day, Okt ‘19)

5,00% • Pertumbuhan PDB (Q3 ‘19)

5,02% • Inflasi (y.o.y, Okt ‘19)

3,13% • Inflasi Inti (y.o.y, Okt ‘19)

3,20% • Inflasi (mtm, Okt ‘19)

0,02% • Inflasi Inti (mtm, Okt ‘19)

0,17% • Cadangan Devisa (Okt ‘19)

USD126,7 miliar

SERI ANALISIS MAKROEKONOMI

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia November 2019

Untuk mendapatkan publikasi kami secara rutin, silahkan berlangganan dengan memindai QR code di bawah ini

atau klik tautan http://bit.ly/LPEMCommentarySubscription

kebijakan sebesar 25bps menjadi 5,0% untuk keempat kalinya di tahun 2019 sebagai langkah antisipasi untuk menstimulasi pertumbuhan di tengah perlambatan global.

Secara keseluruhan, Rupiah tetap stabil pada level Rp14.000, terapresiasi sebesar -3,0% (ytd) pada 18 November 2019; lebih baik jika dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya (Gambar 6). Penguatan Rupiah dipengaruhi oleh adanya pengurangan pada risiko eksternal serta stabilitas kondisi dalam negeri yang cukup kondusif. Sedikit meredanya ketidakpastian di pasar keuangan global mendorong aliran modal untuk masuk ke negara-negara berkembang. Investor terlihat masih memiliki kepercayaan percaya terhadap kondisi fundamental Indonesia, yang tercermin dari total akumulasi aliran modal masuk hingga pertengahan November 2019 yang mencapai USD12,7 miliar dan juga sepenuhnya tercermin dari imbal hasil yang lebih rendah untuk obligasi pemerintah tenor 10-tahun dan 1-tahun menjadi 7,1% dan 5,5% pada November. Secara keseluruhan, relatif tingginya imbal hasil riil yang ditawarkan oleh pasar obligasi Indonesia tetap menarik untuk memikat investor asing jika dibandingkan dengan pasar lainnya di Asia.

Selain memangkas suku bunga kebijakan sebanyak empat kali berturut-turut, Bank Indonesia juga melonggarkan beberapa indikator makroprudensial, termasuk rasio loan-to-value (LTV) untuk memitigasi pertumbuhan kredit yang memburuk. Sementara itu Bank Indonesia juga telah mengumpulkan lebih banyak cadangan devisa menjadi sebesar USD126,7 miliar, dari USD124,3 miliar pada bulan sebelumnya. Cadangan tersebut dibutuhkan sebagai penyangga untuk menghadapi risiko adanya guncangan eksternal. Untuk bulan ini, melihat perkembangan yang telah dibahas di atas, kami memandang bahwa Bank Indonesia perlu memangkas suku bunga kebijakannya sebesar 25 bps menjadi 4,75%.

Grafik 5: IDR/USD dan Cadangan Devisa

Sumber: CEIC

Grafik 6: Depresiasi Nilai Tukar Beberapa Negara Berkembang

Sumber: CEIC

127

14.118

12.000

13.000

14.000

15.000

16.000

100

110

120

130

140

Oct-17 Feb-18 Jun-18 Oct-18 Feb-19 Jun-19 Oct-19

IDR/USDUSD Billion

Official Reserve Assets IDR/USD

58

9

8

3

2

0

-3

-3

-4

-7

-20 0 20 40 60 80

ARS

TRY

BRL

INR

ZAR

MYR

IDR

PHP

RUB

THB

Jan'19-Nov'19 (ytd) Nov'18-Nov'19 (yoy)