rangkuman farfis nurul.docx
TRANSCRIPT
Nama : Nurul Novita
NIM : 1213015025
Kelas : S1 A/2012
TUGAS RANGKUMAN FARMASI FISIK
EFEK PENGENDAPAN MINERAL SEKUNDER PADA PERGERAKAN 90 Sr
DI SITUS HANFORD, USA
1. Pendahuluan
Sebelumnya, sekumpulan percobaan laboratorium menunjukkan simulasi kasar
pembuangan limbah tangki Hanford terlarut mineral utama yang mengakibatkan pelepasan
silikon(Si) ke larutan dan pengendapan sekunder cancrinite, mineral seperti zeolit.
Peningkatan immobilisasi Sr karena penyerapan dan kopresipitasi dengan lapisan sekunder
yang baru terbentuk dilaporkan dalam sekumpulan penelitian laboratorium. Dalam penelitian
ini, eksperimen untuk menghilangkan Sr dan pelepasannya dilakukan untuk meningkatkan
pemahaman kita tentang efek endapan sekunder ini pada mobilitas Sr di situs Hanford.
2. Metode dan bahan
2.1. Bahan
Disiapkan pasir kuarsa (200-300 μm) yang telah diberi perlakuan khusus dengan
cara pencucian asam (100 g pasir dalam 100 mL 2% HNO3 selama 2 hari) kemudian
dibilas beberapa kali dengan air DI dan dikeringkan dengan oven pada 85 ° C selama 48
jam sebelum dikemas dalam kolom. Sebuah tangki simulasi pembuangan limbah
(STWL) disiapkan dan terdiri dari 2M Na+, OH- 1M, 1.053 M NO3-, 0.025 M Al3+, dan
10-5 M Sr2+. Sebuah larutan dengan komposisi yang sama tetapi tanpa Al3+ juga
disiapkan. Pengukuran pH larutan di dalam STWL adalah 13,3. Karakterisasi fisik dan
identifikasi endapan sekunder dilakukan dengan menggunakan SEM / EDX dan analisis
XRD.
2.2. Percobaan kolom untuk penyerapan sr
Kolom Polieter-eterketon (PEEK) dikemas dengan pasir kuarsa yang telah dicuci.
Sebuah frit 5 μm ditempatkan di kedua ujung setiap kolom untuk mencegah hilangnya
bahan yang telah dikemas. STWL tanpa Al (STWL - Al untuk kolom S1) atau STWL
dengan Al (STWL + Al untuk kolom S2 ) ditempatkan ke dalam kolom di bawah
kondisi jenuh dengan suhu yang dikontrol dengan penangas air. Aliran konstan yang
masuk ke STWL dikendalikan oleh pompa jarum suntik. Laju aliran awalnya diatur pada
0,07 mL/ jam. Laju aliran diubah menjadi lambat setelah bereaksi selama sekitar 150
hari. Suhu awalnya ditetapkan 21°C, tetapi meningkat bertahap sampai dengan 89°C .
Sampel limbah dikumpulkan pada interval waktu yang teratur dan pH limbah diukur
segera setelah pengambilan sampel . Sampel limbah cair diencerkan dengan air yang
terdeionisasi untuk mencegah endapan dan dianalisis untuk Na , Si , Al , dan Sr
menggunakan ICP – OES
2.3. Percobaan kolom untuk pelepasan sr oleh pergerakan endapan koloid sekunder
Setelah mempersiapkan kolom PEEK dengan pasir kuarsa bersih untuk tes koloid
ini, larutan STWL dengan Al dan Sr ditempatkan ke dalam kolom, yang terletak
horizontal, dengan laju aliran konstan 0,0004 mL/ menit selama 80 hari pada suhu 90°C
dalam penangas air untuk membuat endapan sekunder dalam kolom. Selama arus STWL
masuk, limbah dikumpulkan dan konsentrasi koloid dan elemen utama (Al , Si , Na , dan
Sr) diukur. Frit 5 μm pada jalan keluar kolom telah dilepas untuk menghindari
penyumbatan oleh pergerakan endapan sekunder. Satu kolom yang telah bereaksi itu
dibongkar untuk karakterisasi endapan sekunder. Kolom percobaan untuk pencucian Sr
dilakukan pada suhu kamar di bawah laju aliran yang berbeda-beda, dengan asumsi
bahwa endapan sekunder yang terbentuk dapat berperilaku seperti koloid. Pencucian
larutan NaNO3 ( 0.005M ) dengan cara dipompa ke atas melewati kolom dan larutan
limbah dikumpulkan pada interval waktu yang teratur. Limbah yang telah dikumpulkan
segera diencerkan dengan faktor 2 untuk meningkatkan sampel volume untuk analisis.
Konsentrasi koloid ditentukan dengan menggunakan UV - vis pada panjang gelombang
350 nm. Setelah pengukuran konsentrasi koloid, sampel limbah dianalisis untuk
identifikasi Na , Si , Al , dan Sr menggunakan ICP - OES. Empat tingkat aliran yang
berbeda ( 0,005 , 0,03 , 0,3 , dan 1,5-2 mL / menit ) diadopsi menggunakan.
3. Hasil dan Diskusi
3.1. Kolom percobaan untuk penyerapan Sr
Kurva aliran dari Sr dalam kolom S1 dan S2 ditunjukkan pada gambar yang
terlampir pada jurnal. Secara umum, tidak ada yang perbedaan signifikan yang diamati
diantara dua kolom tersebut pada suhu rendah (21-45oC selama 154-162 hari) dan
kecepatan aliran relatif lebih cepat ( 13-15 PV / hari ) selama periode reaksi. Namun,
keterbatasan Sr secara dramatis meningkat pada kolom S2 ketika suhu dinaikkan
menjadi 89 ° C, dimana terjadi efek dari kembali terbentuknya nitrat - cancrinite pada
saat imobilisasi Sr . Mobilitas Sr yang sedikit berkurang dalam kolom S1 setelah sekitar
160 hari bereaksi dihipotesiskan karena terjadi peningkatan difusi perpindahan massa Sr
diantara pergerakan dan saat diam karena terjadi peningkatan suhu [ 4589°C] dan
meningkatnya waktu Sr menetap [ laju alir menurun 13-4,3 PV / hari ] didalam kolom.
Namun, aliran dari Sr dalam kolom S1 mencapai C / Co = 1,0 lagi setelah 230 hari dari
awal reaksi serta tidak menunjukkan pengurangan Sr secara terus menerus dari larutan
STWL - Al bahkan pada suhu 89oC. Dalam kolom S1 dimana STWL tidak mengandung
Al , hanya kuarsa terdisolusi yang diinginkan, sehingga keterbatasan Sr yang diukur
selama periode waktu yang singkat antara 150-230 hari tidak terkait dengan
pembentukan endapan sekunder . Namun, Sr secara terus menerus mengalir di dataran
tinggi pada C / Co = 0,5 di kolom S2 setelah kenaikan suhu ( 89oC ) dan laju aliran yang
berkurang pada saat 150 hari menunjukkan pengurangan Sr secara terus menerus
bersamaan dengan endapan cancrinite. Terdisosiasinya Si serta kurangnya Al dalam
limbah yang terlarut juga menyiratkan terbentuknya endapan sekunder alumino - silikat
seperti cancrinite dalam kolom.
3.2. Kolom percobaan untuk pelepasan Sr
Endapan sekunder baru pada kuarsa dalam kolom yang diidentifikasi dengan XRD
dan SEM / EDX sebagai nitrat - cancrinite menampilkan endapan berbentuk jarum yang
berukuran 1-3 μm. Peningkatan laju aliran mengakibatkan peningkatan kecepatan
pencucian koloid. Kurva aliran Sr juga menunjukkan pola yang sama seperti aliran
koloid dengan peningkatan laju aliran. Hal ini menunjukkan bahwa perpindahan koloid-
terfasilitasi Sr itu terjadi. Kami berhipotesis bahwa Sr adalah bagian dari pergerakan
(koloid) endapan sekunder. Perpindahan koloid yang difasilitasi Sr nitrat-cancrinite ini
didukung oleh perbedaan antara konsentrasi total Sr dalam limbah asli tanpa filtrasi dan
konsentrasi Sr dalam 0,45 μm larutan tersaring, yang menunjukkan konsentrasi Sr
rendah dalam larutan yang disaring.
4. Kesimpulan
Mobilitas Sr secara signifikan terbatas karena penggabungan dan penyerapan cancrinite
yang baru terbentuk, di bawah kondisi di mana endapan terbentuk. Namun, hasil percobaan
kolom menyarankan endapan sekunder yang baru terbentuk bisa berperilaku seperti koloid
yang dapat memfasilitasi perpindahan Sr. Awalnya Sr yang mengandung endapan bisa
bergerak kembali jika diberikan perubahan latar belakang berupa kondisi pori-pori air
terutama dengan laju alir pencucian larutan meningkat.